Anda di halaman 1dari 18

KARYA ILMIAH KEPERAWATAN

AKTIVITAS FISIK TERHADAP PENURUNAN GULA


DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 :
A LITERATUR REVIEW

Oleh :
Ahmad Kurnia Wagianto, S. Kep
NPM : 719.6.3.0533

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

KARYA ILMIAH KEPERAWATAN

(AKTIVITAS FISIK TERHADAP PENURUNAN GULA


DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2)

AHMAD KURNIA WAGIANTO, S. Kep


NPM. 719.6.3.0533

KARYA ILMIAH KEPERAWATAN INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL.......

Oleh :
Pembimbing

(Mujib Hannan, S.K.M.,S.Kep.,Ns.,M.Kes)


NIDN. 0718088202

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners

(Elyk Dwi Mumpuningtias, S.Kep.,Ns.,M.Kep)


NIDN. 0712128604
HALAMAN PENGESAHAN KARYA ILMIAH KEPERAWATAN

Karya Ilmiah Keperawatan ini diajukan oleh:


Nama : Ahmad Kurnia Wagianto, S.Kep
NPM : 719.6.3.0533
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Literature Review AKTIVITAS FISIK
TERHADAP PENURUNAN GULA 
                                                         DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

Karya Ilmiah Keperawatan ini telah diuji dan dinilai Oleh Dewan PengujiKarya
Ilmiah Keperawatan Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja
Pada tanggal....

DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji : Mujib Hannan, S.K.M.,S.Kep.,Ns.,M.Kes. (...........................)

Mengetahui
KetuaProgramStudiKeperawatan

(Elyk Dwi Mumpuningtias, S.Kep., Ns., M.Kep.)


NIDN. 0712128604

Disetujuioleh
DekanFakultasIlmuKesehatan

(Dr. Eko Mulyadi, S.Kep., Ns., M.Kep.)


NIDN. 071801790
HALAMANPERNYATAAN

PERSETUJUANPUBLIKASIKARYAILMIAHUNTUK
KEPENTINGANAKADEMIS

SebagaisivitasakademikUniversitasWiraraja,sayayangbertanda
tangandibawahini:

Nama : Ahmad Kurnia Wagianto, S.Kep


NPM : 719.6.3.0533
ProgramStudi : PROFESI NERS
Fakultas : ILMU KESEHATAN

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Wiraraja Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

AKTIVITAS FISIK TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH PADA


PASIEN DM TIPE 2

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Universitas Wiraraja berhak menyimpan, mengalih media
/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya maupun artikel ilmiah yang ada di dalamnya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis /pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuatdi : Sumenep
Padatanggal : 11 Mei 2020
Yang menyatakan

( Ahmad Kurnia Wagianto )


PHYSICAL ACTIVITY
IN TYPE 2 DM PATIENS : A LITERATURE REVIEW

Ahmad Kurnia Wagianto / UNIJA /


Ahmadkurniawagianto@gmail.com

Tujuan : Ulasan literatur ini menjelaskan pengaruh aktivitas fisik untuk


menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Metode : Strategi pencarian artikel penelitian adalah menggunakan artikel


penelitian berbahasa Ingris yang sesuai dengan topik yang diinginkan dengan
menggunakan data base yang mudah diakses. Literature review ini mengambil
empat artikel antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2017. Keywordyang dipakai
adalah pengaruh latihan fisik terhadap penurunan gula darah pada penderita
diabetesmelitus.

Hasil :Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa setelah melakukan latihan


aktivitas fisik rata–rata kadar gula darahnya menjadi 210,14 mg% dengan standar
deviasi 15,93 mg% dan setelah dilakukan perlakuan terjadi penurunan kadar gula
darah sebesar 30,14 mg%. Pada latihan I didapatkan penurunan sebesar 13,40 mg
%, pada latihan II terjadi penurunan 14,73 mg% dan pada latihan III terjadi
penurunan 17,30 mg%.

Kesimpulan :Aktivitas fisik yang dilakukan pada penderita diabetes melitus tipe
2 dapat memperbaiki kendali glukosa secara menyeluruh karena sel-sel otot
rangka tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa, hal ini terbukti
dengan penurunan kadar glukosa darah dan konsentrasi HbA1c.

Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Diabetes


PHYSICAL ACTIVITY
IN TYPE 2 DM PATIENS : A LITERATURE REVIEW

Ahmad Kurnia Wagianto / UNIJA /


Ahmadkurniawagianto@gmail.com

Purpose :A review of this literature exsplains the effect of physical activity to


reduce glucose levels in the blood.

Methods :The strategy for searching research articles is to use english language
research articles that are in accordance with the desired topic using an easily
accessible data base. This literature review took four articles between 2000 and
2017. The keywords used is the effect of physical exercise on people with
diabetes mellitus.

Result :The result of the study also showed that after exercising physical activity
the average blood suger level was 210.4 mg% with a standart deviation of 15.93
mg% and after treatment the blood suger level was reduced by 30.14 mg%. In
exercise I there was a decrease of 13.40 mg%, in exercise II there was a decrease
of 14.73 mg% and exercise III a decrease of 17.30 mg%.

Conclusion : Physical activity carried out in patiens with type 2 diabetes mellitus
can improve glucose control as a whole because skeletal muscle cells do not
depend on insulin to absorb glucose, this is evidenced by a decrease in blood
glucose levels and HbA1c concentration.

Keywords: physical activity, diabetes melitus


LITERATURE REVIEW

AKTIVITAS FISIK PADA PASIEN DENGAN DM TIPE 2

Latar Belakang

Hidup yang aktif adalah kehidupan yang hampir semua orang jalani

sebelum manusia mencapai keuntungan dari modernisasi industri dan

perkembangan teknologi. Penemuan-penemuan tersebut membuat tubuh dapat

memperkecil pengeluaran energi harian untuk memenuhi tuntutan hidup, kerja

dan hiburan. Menurunnya kebutuhan untuk mengeluarkan energy, akan

meningkatkan konsumsi lemak. U.S. Centers for Disease Control and Prevention

(CDC) dan American College of Sports Medicine melaporkan bahwa sebanyak

250.000 jiwa meninggal setiap tahun karena gaya hidup yang tidak aktif

(Sharkley, 2011). Salah satu dampak dari gaya hidup yang tidak aktif adalah

penambahan berat badan yang akhirnya bisa menjadi obesitas. Obesitas

merupakan salah satu faktor resiko terjadinya resistensi insulin. Sharkley (2011),

obesitas dan kadar lipid yang tinggi mendorong perlawanan terhadap insulin

sehingga sel tidak bisa menerima glukosa dan menyebabkan kadar glukosa naik.

Kondisi yang dicirikan dengan kenaikan glukosa darah atau kadar gula disebut

diabetes (Harris et al.,1998 dalam Darryl & Barnes 2012).

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom dengan

terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh

berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin.

Insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk mengatur

jumlah gula di dalam darah (Guyton & Hill, 2008). Pankreas adalah suatu organ
yang terletak di belakang lambung. Organ ini memiliki kelompok-kelompok kecil

yang disebut Islest of langerhans (Pulau-pulau Langerhans). Di dalam sejumlah

kumpulan sel ini terdapat sel-sel khusus yang disebut sel-sel beta. Sel-sel beta ini

menghasilkan insulin (Ramaiah, 2006). Badan Kesehatan Dunia memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 Badan Federasi Diabetes Internasional

(IDF) tahun 2009, memperkirakan kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta

tahun 2009 menjadi 12,0 juta tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka

prevalensi, laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah

penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Di dunia Indonesia

menduduki rangking ke 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China, dan

India dalam prevalensi diabetes (Aditama, 2011).

Ada 2 tipe penyakit diabetes mellitus yaitu tipe DM tipe I dan DM tipe II

dan masing- masing tipe memiliki penyebab yang berbeda, diabetes tipe I adalah

bila tubuh perlu pasokan insulin dari luar, karena sel-sel beta dari pulau-pulau

langerhans telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi

insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah

dewasa. Penderita DM tipe I sangat rentan terhadap komplikasi jangka pendek

yang berbahaya dari penyakit ini, yakni dua komplikasi yang erat berhubungan

dengan perubahan kadar gula darah, yaitu terlalu banyak gula (hiperglikemia)

atau kekurangan gula darah (hipoglikemia). Risiko lain penderita DM I ini adalah

keracunan senyawa keton yang berbahaya dari hasil samping metabolisme tubuh

yang menumpuk (ketoasidosis), dengan resiko koma diabetik, sedangkan DM tipe

II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot
tubuh menjadi kebal terhadap insulin ,sehingga terjadilah gangguan pengiriman

gula ke sel tubuh [ CITATION Placeholder1 \t \l 1057 ]

Selain obat-obatan dan insulin yang dapat digunakan untuk mengotrol

gula darah dalam tubuh pada penyakit DM ada terapi lain yang murah serta

mudah untuk dilakukan salah satunya adalah olahraga atau latihan fisik. Selain

dapat mengotrol gula darah (karena membuat insulin bekerja lebih efektif),

olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan

mengurangi stres. Latihan yang teratur dapat menurunkan tekanan darah,

kolesterol, dan resiko terkena penyakit jantung. Selain itu, olahraga juga dapat

memacu pengaktifan produksi insulin dan membuat kerja insulin menjadi lebih

efisen. Ivy (1988) dalam Sustrani (2006) mengatakan bahwa Olahraga dapat

menolong meningkatkan jumlah reseptor insulin dalam tubuh, dan memperlancar

pengangkutan glukosa.

Metode

Strategi pencarian artikel penelitian adalah menggunakan artikel

penelitian berbahasa Inggris yang sesuai dengan topik yang diinginkan dengan

menggunakan data base yang mudah diakses. Literature review ini mengambil

empat artikel antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2017. Penentuan pertanyaan

kritis dan keyword menggunakan teknik PICO framework. Keyword yang dipakai

adalah aktivitas fisik pada pasien DM tipe 2. Selama pencarian, artikel yang

didapat mencapai ratusan artikel. Banyaknya artikel yang muncul disebabkan

karena artikel tentang DM sangat banyak. Setelah dilakukan pemilahan didapat

23 artikel yang mendekati topik yang dibahas. Selanjutnya, artikel dipilih kembali

berdasarkan kriteria yang ditentukan penulis. Kriteria tersebut meliputi: jenis


aktivitas fisik, manfaat aktifitas fisik pada pasien DM. Total artikel yang sesuai

adalah empat artikel.

Ringkasan Hasil Studi

Artikel penelitian yang ditelaah berjumlahempat dan seluruhnya

menggunakan kelompok kontrol dan berfokus pada perbandingan intervensi.

Penelitian Puji Indryani, dkk, (2007) bertujuan untuk mengetahui

pengaruh aktifitas fisik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM

tipe2. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian ini

merupakan penelitian pra eksperimen tanpa kelompok kontrol. Responden yang

menjadi subyek penelitian adalah 22 orang yang menderita DM tipe 2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum melakukan latihan

aktivitas fisik, rata-rata kadar gula darah responden adalah 240,27 mg% dengan

standar deviasi 11,56 mg%. Kadar gula darah yang tinggi tersebut dikarenakan

terjadinya hiperglikemi akibat gangguan resistensi insulin (kerja insulin diperifer)

dan gangguan pada sekresi insulin. Peningkatan kadar gula darah ini juga

disebabkan karena responden tidak mampu untuk mengontrol/ menurunkan kadar

gula darahnya agar tetap stabil. Faktor pencetus peningkatan kadar gula darah

tersebut akibat dari gaya hidup yang salah dan kurangnya aktivitas. Selain itu

sedikit dari mereka yang mengetahui dan mempunyai motivasi untuk melakukan

latihan fisik pada penderita DM seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana

Tri Lesatari (2003) menyatakan bahwa motivasi yang mendasari responden untuk

melakukan aktivitas fisik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor

internal meliputi harapan agar normal kadar gula darahnya, sikap yang ditunjukan

dengan niat untuk melakukan olah raga dan faktor eksternal meliputi pengetahuan
yang ditunjang dari banyaknya informasi melalui media dan dukungan dari

keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah melakukan latihan aktivitas

fisik rata–rata kadar gula darahnya menjadi 210,14 mg% dengan standar deviasi

15,93 mg% dan setelah dilakukan perlakuan terjadi penurunan kadar gula darah

sebesar 30,14 mg%. Berdasarkan uji t, penelitian ini menunjukkan ada pengaruh

latihan fisik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2

(p=0,0001). Hal ini serupa dengan hasil penelitian M. Zuhal Purnomo (2004)

bahwa ada pengaruh olah raga terhadap penurunan gula darah pada pasien DM

jenis NIDDM di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD kabupaten Kudus. Olah raga

yang dilakukan adalah senam pagi yang dilaksanakan di halaman RSUD Kudus

dimana waktu latihan olah raga dibagi menjadi III periode latihan yaitu latihan I

dilakukan 20 menit, latihan II 30 menit dan Latihan III 45 menit dan tidak

memaksakan peserta untuk mencapai THR sehingga tingkat penurunaan gula

darahnya sulit terpenuhi. Pada latihan I didapatkan penurunan sebesar 13,40 mg

%, pada latihan II terjadi penurunan 14,73 mg% dan pada latihan III terjadi

penurunan 17,30 mg%. Perbedaannya tidak menyebutkan karakteristik responden

berdasarkan pemakaian OHO, batasan kadar gula darah penderita dan kewajiban

responden untuk mencapai target herath rate.

Adanya pengaruh latihan aktivitas fisik terhadap penurunan kadar gula

darah ini disebabkan karena latihan aktivitas fisik merupakan suatu proses yang

sistematis dengan menggunakan rangsangan gerak yang bertujuan untuk

meningkatkan atau mempertahankan kualitas fungsional tubuh yang meliputi

kualitas daya tahan paru-jantung, kekuatan dan daya tahan otot, kelenturan dan
komposisi tubuh (Irianto, 2000), sehingga pada pelaksanaannya menggunakan

seluruh otot-otot besar, dengan gerakan yang terus menerus, berirama, progresif

dan berkelanjutan yang diiringi dengan musik yang antara lain berguna untuk

meningkatkan motivasi latihan, pengaturan waktu latihan, dan kecepatan latihan

(Abe, 1996). Mengingat usia responden diatas 35 tahun keatas, maka program

latihan yang digunakan adalah long duration-low intensity, dengan demikian

intensitas latihan dapat diatur dengan pengaturan tempo musik yang

mengiringinya.

Metode penelitian ini bersifat survey analitik dengan menggunakan

desain potong lintang (Cross Sectional). Data yang di dapat pada saat turun ke

lapangan di teliti dan diambil keputusan. Lokasi penelitian di lapangan KONI,

jalan Ahmad Yani, Sario, Manado. Populasi penelitian adalah Semua pria yang

berlari di lapangan KONI, sedangkan sampel penelitian berjumlah 30 orang yang

berjenis kelamin laki-laki yang berumur 18-25 tahun, tidak diabetes melitus dan

tidak masuk kriteria obesitas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herwanto. Matius E( 2016 ) yang

dilakukan pada 30 orang subjek didapati 25 orang yang gula darahnya menurun

setelah melakukan aktivitas dalam kata lain berlari dengan kecepatan ringan

dalam waktu 15 menit, ada yang kadar gulanya menurun hanya 1 mg/dL dan ada

juga yang menurun sebanyak 60 mg/dL, sedangkan lima orang subjek memiliki

kenaikan gula darah, dimana terdapat subjek yang mengalami kenaikan yang

dapat dikatakan cukup tinggi yaitu dari 130 mg/dL menjadi 245 mg/dL. Tabel 1

menunjukkan sebanyak 30 subjek penelitian yang terdiri dari 2 subjek yang

berumur 18-19 tahun (6,6%), 25 subjek yang berumur 20-22 tahun (83,5%), 3
subjek yang berumur 23-25 tahun (9,9%). Berdasarkan data pada Tabel 2,

didapatkan bahwa subjek dengan berat badan normal berjumlah 25 subjek

(83,3%), subjek dengan berat badan rendah berjumlah 3 subjek (10,0%) dan

subjek dengan berat badan lebih berjumlah 2 subjek (6,6%). Tabel 3 menunjukan

karakteristik glukosa darah sampel sebelum dan setelah berlari, dapat dilihat

terjadi penurunan glukosa darah pada nilai rata-rata glukosa darah sebelum dan

sesudah berlari dengan nilai rata-rata sebelum berjumah 111,40 mm/Hg dan nilai

rata-rata setelah berlari 96,90 mm/Hg. Nilai minimum glukosa darah sebelum

berlari adalah 76 mm/Hg dan setelah berlari 50 mm/Hg. Glukosa darah sebelum

berlari dengan nilai tertinggi adalah 166 mm/Hg dan glukosa darah setelah berlari

dengan nilai tertinggi adalah 245 mm/Hg. pengaruh berlari terhadap gula darah

seorang pria dewasa normal dimana nilai P=0,001 < 0,05 sehingga dapat

dinyatakan sesuai uji wilcoxon dimana nilai α = 0,05, data tersebut dinyatakan

terjadi perubahan yang signifikan antara gula darah sebelum berlari dengan gula

darah setelah berlari.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Madsen dan rekan tahun (2015)

yang dilakukan selama 8 minggu menunjukan bahwa pasien DM tipe2 dengan

melakukan high intensity interval training memberikan manfaat yang baik dalam

menurunkan kadar glikemik dan peningkatan fungsi sel beta pankreas dalam

pengambilan insulin perifer serta mengurangi masa lemak perut. Pada 1 tahun

sebelumnya juga dilakukan penelitian oleh Tabari dan rekan yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh latihan fisik dalam menurunkan kadar glukosa darah

pada pasien DM tipe2 dengan cara melakukan peregangan dan latihan fleksibilitas

selama 10 menit, lalu berjalan kaki selama 30 menit dengan kenaikan intensitas
maksimum denyut jantung 60%, kemudian peregangan dalam posisi duduk

selama 10 menit, yang semua itu dilakukan 3 kali seminggu selama 8 minggu.

Pada penelitian Larasati pada tahun (2013) didapatkan hasil adanya

hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dangan kadar HbA1c. Kesimpulan

hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan bila

ingin mendapatkan hasil yang baik harus memenuhi syarat yaitu dilaksanakan

minimal 3 sampai 4 kali dalam seminggu serta dalam kurun waktu minimal 30

menit dalam sekali beraktivitas. Aktivitas fisik tidak harus aktivitas yang berat

cukup dengan berjalan kaki di pagi hari sambil menikmati pemandangan selama

30 menit atau lebih sudah termasuk dalam kriteria aktivitas fisik yang baik.

Aktivitas fisik ini harus dilakukan secara rutin agar HbA1c juga tetap dalam batas

normal. Namun, apabila setelah melakukan aktivitas fisik dilanjutkan dengan

beristirahat dalam jangka waktu yang cukup lama maka aktivitas fisik yang

dilakukan tidak akan banyak mempengaruhi pada kadar HbA1c-nya karena pasien

diabetes tidak dianjurkan untuk banyak beristirahat.

Implikasi Terhadap Praktek Keperawatan

Penelitian yang di telaah dalam artikel ini menunjukkan hasil yang

seragam terhadap aktivitas fisik. Akan tetapi perlu dipertimbangkan untuk

melakukan aktivitas fisik, yaitu seperti kondisi klien, hasil pemeriksaan klinis

maupun penunjang, serta kemauan dan kemampuan yang relatif berbeda pada

masing masing klien dalam melakukan aktivitas fisik. Rentang usia, pemeriksaan

penunjang, serta riwayat penyakit-penyakit penyerta atau komplikasi lain harus

dipertimbangkan secara menyeluruh untuk mengantisipasi apabila terjadi hal yang

tidak di inginkan dalam pelaksanaan aktivitas fisik.


Latihan fisik pada penderita DM memiliki peranan yang sangat

penting dalam mengendalikan kadar gula dalam darah, dimana saat melakukan

latihan fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga

secara langsung dapat menyebabkan penurunan glukosa darah. Selain itu, latihan

fisik dapat menurunkan berat badan, meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan

respirasi, menurunkan LDL dan meningkatkan HDL sehingga mencegah penyakit

jantung koroner apabil adilakukan secara benar dan teratur.

Pada DM tipe 2, aktivitas fisik dapat memperbaiki kendali glukosa secara

menyeluruh, terbukti dengan penurunan konsentrasi HbA1c yang cukup menjadi

pedoman untuk penurunan risiko komplikasi diabetes dan kematian. Selain

mengurangi risiko, aktivitas fisik akan memberikan pengaruh yang baik pada

lemak tubuh, tekanan darah arteri, sensitivitas barorefleks, vasodilatasi pembuluh

yang endothelium-dependent, aliran darah pada kulit, hasil perbandingan antara

denyut jantung dan tekanan darah (baik saat istirahat maupun aktif),

hipertrigliseridemi dan fibrinolisis. Angka kesakitan dan kematian pada diabetis

yang aktif, 50% lebih rendah dibanding mereka yang santai.

Studi yang dilakukan Richter dan Hargreaves pada tahun (2013)

menyatakan bahwa kontraksi otot dapat memicu penyisipan GLUT-4 ke membran

plasma sel otot yang aktif selama latihan fisik, peningkatan terkoordinasi di aliran

darah otot rangka, perekrutan kapiler, translokasi GLUT-4 ke sarkolema dan

tubulus-T, dan metabolisme semuanya penting untuk penyerapan glukosa dan

oksidasi. Translokasi GLUT-4 ke sarkolema dan tubulus-T merupakan dasar

untuk penyerapan glukosa otot rangka dan termasuk pengambilan GLUT-4 dari

situs penyimpanan intraseluler. Untuk penyerapan glukosa selama latihan


tergantung pada kondisi latihan yang ditentukan terutama oleh intensitas dan

durasi latihan.

Latihan fisik teratur bersifat aerobic pada penderita diabetes dapat

memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan risiko cardiovascular. Jalan

kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang merupakan latihan yang bersifat

aerobic. Frekuensi latihan dilakukan minimal 3-4 kali per minggu. Latihan fisik

secara teratur dapat menurunkan kadar HbA1c. Anjuran dokter kepada pasien

dengan pre diabetes dan dengan kadar glukosa normal untuk meningkatkan

latihan fisik masing-masing sebesar 59,1% dan 24,2%.1,2 Klasifikasi aktivitas

fisik ringan, sedang, dan berat mengacu pada Riskesdas 2013.

Hariyanto (2013) dalam penelitiannya menyebutkan hanya terdapat 2

pasien DM yang melakukan aktivitas fisik sedang memiliki kadar glukosa darah

normal. Penelitian di Denpasar menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah. Penyerapan glukosa

untuk pembentukan otot lebih baik dibanding lemak. Pembentukan otot dapat

dilakukan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dan kadar glukosa darah memiliki

korelasi negatif, yang artinya semakin tinggi aktivitas fisik semakin rendah kadar

glukosa darah.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dari artikel literatur di atas ialah

aaktivitas fisik dapat menurunkan kadar glukosa darah. Aktivitas fisik yang

dilakukan pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat memperbaiki kendali

glukosa secara menyeluruh karena sel-sel otot rangka tidak bergantung pada
insulin untuk menyerap glukosa, hal ini terbukti dengan penurunan kadar glukosa

darah dan konsentrasi HbA1c.

Latihan fisik pada penderita DM memiliki peranan yang sangat penting

dalam mengendalikan kadar gula dalam darah, dimana saat melakukan latihan

fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara

langsung dapat menyebabkan penurunan glukosa darah. Selain itu dengan latihan

fisik dapat menurunkan berat badan, meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan

respirasi, menurunkan LDL dan meningkatkan HDL sehingga mencegah penyakit

jantung koroner apabila latihan fisik ini dilakukan secara benar dan teratur.

Anjuran olahraga atau latihan fisik sebetulnya bukan merupakan hal yang baru

sebelum ditemukannya insulin pada tahun 1921, namun pada waktu itu belum

jelas batasan latihan fisik yang harus dilakukan seperti jenis latihan, dosis,

frekuensi maupun intensitas dari latihan (Sidartawan Soegondo, 1995).

Saran

Adapun saran yang disampaikan antara lain :

1. Menganjurkan klien diabetes melitus untuk melakukan aktivitas

secara rutin dan sesuai dengan tingkat kemampuannya.

2. Berbagai macam aktivitas fisik yang di jelaskan seperti jogging,

senam dan berjalan selama 30 menit dapat dimasukkan dalam

intervensi keperawatan pasien diabetes melitus.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadiakan data dasar dan acuan

bagi peneliti selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abe,T. Sakarai. 1996. Subcutaneous and visceral fat distribution ang daily
physical activity:comparison between young and middle age
women.Br.J. sport.

American Diabetes Association. Diabetes care. The Journal of Clinical and


Applied Research and Education. 2015:Volume 38, Supplement 1.

Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian Kesehahatan. Jakarta. 2013.

Budhiarta, dkk. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2


di Indonesia. PB PERKENI. 2006.

Diana Tri Lestari. 2003. Fenomena motivasi penderita DM melakukan latihan


fisik di   poliklinik RSU Unit Swadaya Kudus. UNDIP. Tidak
diterbitlkan.

Hariyanto F. [Skripsi] Hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Cilegon Tahun 2013. Pogram Studi Pendidikan Dokter. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2013.

Indryani Puji Dkk. 2007. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Pada Penderita DM Tipe2. di Wilayah Puskesmas Buka
Teja Purbalingga.

Larasati TA. Aktivitas fisik, diet serat, dan kadar hba1c pasien diabetes melitus
tipe 2 di RSUD Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Jurnal Kedokteran
UNILA. 2013; 1(3):4-5.

Madsen SM, Thorup AC, Overgaard K, Jeppesen PB. High intensity interval
training improvesglycaemiccontrol and pancreatic β cell function of
type 2 diabetes patients. Plos One. 2015; 10(8): 1-24.

Richter EA, Hargreaves M. Exercise, GLUT4, and skeletal muscle glucose


uptake. The America Physiological Society. 2013; 93(33): 993-1017.

Sidartawan Soegondo et all. 1995. DM penatalaksanaan terpadu. Jakarta:FKUI.


66 - 57

Anda mungkin juga menyukai