Anda di halaman 1dari 63

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

LHOKSEUMAWE

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATUR REVIEW : PENERAPAN AKTIVITAS FISIK


PADA PASIEN HIPERTENSI

OLEH :

PUTRI YUSMADANI
NIM : 1607401019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2022
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATUR REVIEW : PENERAPAN AKTIVITAS FISIK


PADA PASIEN HIPERTENSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Dalam Rangka Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Lhokseumawe

OLEH :
PUTRI YUSMADANI
NIM : 1607401019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan


Tim Penguji KTI Progam Studi D-III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe

Lhokseumawe, Juni 2022


Menyetujui,
Pembimbing Ketua Program Studi Prodi D-III Keperawatan

Ns. Sri Andala, M. Kep Ns. Ida Suryawati, M. Kep


NIDK : 88.130800.18 NIDN : 13.230289.01

Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Ns. Mursal, S. Kep. M. Kep


NIDN. 01.180785 .04
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji


Karya Tulis Ilmiah Program Studi D-III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe

Lhokseumawe, Agustus 2022

Tanda tangan

Ketua : Ns. Sri Andala, M.Kep


NIDK : 88.130800.18

Penguji I : Ns. Yudi Akbar, M.Kep


NIDN : 13.130193.01

Penguji II : Musdarianto, SKM., M.Kes


NIDN : 01.110576.02

Menyetujui
Ketua Program Studi D-III Keperawatan

Ns. Ida Suryawati. M.Kep


NIDN : 13. 230289. 01

Mengetahui
Ketua STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Ns. Mursal, M.Kep


NIDN : 01.11078504
“Ketika segalanya menjadi sulit, berhentilah sejenak dan
lihat ke belakang dan lihat seberapa jauh kamu telah
melangkah. Jangan lupa betapa berharganya itu. Kamu
adalah bunga yang paling indah, lebih dari siapapun di
dunia ini.”

v
Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
Karya Tulis Ilmiah (KTI), Juni 2020

ABSTRAK

Putri Yusmadani
NIM : 1907401019

Penerapan Aktivitas Fisik Pada Pasien Hipertensi

xii + V BAB + 46 halaman + 4 Tabel + 1 Skema

Hipertensi merupakan tekanan darah yang berada dalam kategori abnormal


jika tekanan sistoliknya ≥130 mmHg dan tekanan diastolik berada pada ≥90
mmHg. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke, gagal ginjal,
serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode PICO fremework.
Artikel dan jurnal yang digunakan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi,
serta di publikasikan pada tahun 2018-2022 yang menggunakan 1 database
akademik yaitu Google Scholar yang relavan dengan topik sesuai judul Karya
Tulis Ilmiah yang digunakan 10 jurnal untuk membuat penelitian dengan kata
kunci hipertensi, tekanan darah dan aktivitas fisik.
Hasil penelitian dari penerapan aktivitas fisik pada pasien hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah diataranya pemberian metode brisk walking exerxice,
senam bugar, dance movement therapy, senam tera, metode low impact aerobic,
senam lansia, senam ergonomik, senam yoga, senam hipertensi, dan senam
jantung untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi setelah
diberikan aktivitas fisik tersebut mampu menngatasi penurunan tekanan darah
bagi penderita hipertensi.
Diharapkan pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah
dengan cara melakukan aktivitas fisik. Selain mudah untuk diterapkan dan
dilaksanakan penerapan aktivitas fisik ini juga baik untuk kesehatan mental seerta
tidak mempunyai efek samping.

Kata Kunci : Hipertensi + Tekanan Darah + Aktivitas Fisik


Daftar Bacaan : 10 dari jurnal (2018-2022)

vi
Diploma III Nursing Study Program
STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
Scientific Writing (KTI), June 2020

ABSTRACT

Putri Yusmadani
NIM : 1907401019

Application of Physical Activity in Hypertensive Patients

xii + V CHAPTER + 46 pages + 4 Tables + 1 Schematic

Hypertension is blood pressure that is in the abnormal category where the


systolic pressure is 130 mmHg and the diastolic pressure is 90 mmHg.
Hypertension can cause complications such as stroke, kidney failure, heart attack
and other cardiovascular diseases.
The method used in this research is the PICO framework method. The
articles and journals used are in accordance with the inclusion and exclusion
criteria, and published in 2018-2022 using 1 academic database, namely Google
Scholar which is relevant to the topic according to the title of Scientific Paper
which is used by 10 journals to conduct research with the keywords hypertension,
pressure blood and physical activity.
The results of the study of the application of physical activity in
hypertensive patients to reduce blood pressure include the brisk walking exercise
method, fitness exercise, dance movement therapy, tera exercise, low impact
aerobic method, elderly exercise, ergonomic exercise, yoga exercise, hypertension
exercise, and cardiac exercise. to lower blood pressure in patients with
hypertension after being given physical activity is able to overcome the decrease
in blood pressure for patients with hypertension.
It is hoped that hypertension sufferers can lower blood pressure by doing
physical activity. Apart from being easy to implement and implementing, this
physical activity is also good for mental health and has no side effects.

Keywords : Hypertension + Blood Pressure + Physical Activity


Reading List : 10 from journals (2018-2022)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulisan literature review yang

berjudul “Literatur Review : Penerapan Aktivitas Fisik Pada Pasien Hipertensi”

telah dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan literature review ini adalah sebagai salah

satu syarat tugas akhir dalam rangka menyelesaikan pendidikan Ahli Madya

Keperawatan pada Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe. Penulisan literature review

ini dapat diselesaikan dengan bimbingan dan dukungan secara langsung maupun

tidak langsung dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ns. Mursal, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Muhammadiyah Lhokseumawe.

2. Ns. Ida Suryawati.,M.Kep selaku Ketua Prodi D.III Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe.

3. Ns. Sri Andala, M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan arahan

dan bimbingan dalam penulisan literature review ini.

4. Terimakasih untuk penguji I bapak Ns. Yudi Akbar, M.Kep dan penguji II

bapak Musdarianto, SKM., M.Kes yang telah banyak memberi masukan

untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.

5. Terimakasih untuk seluruh dosen dan staf pegawai STIKes Muhammadiyah

Lhokseumawe.

vii
6. Ayahanda Muhammad Yusuf Ibrahim dan ibunda Mariyam selaku orang tua

saya serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dorongan, do’a

dan motivasi untuk menyelesaikan penulisan.

7. Terkhusus untuk diri sendiri terimakasih sudah bertahan dari awal hingga

detik ini karena tidak menyerah walau sesulit apapun proses yang dihadapi.

Penulis menyadari bahwa penulisan literature review ini masih banyak

terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca dan pihak terkait lainnya yang bersifat membangun demi

kesempurnaan penulisan literature review ini. Penulis berharap nantinya

penulisan literature review ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutkan

dalam melakukan penelitian tentang terapi bermain untuk anak penderita autis.

Lhokseumawe, 21 Juni 2022

Peneliti

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN JUDUL DALAM.......................................................................ii
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................iii
LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI....................................................iv
MOTTO...........................................................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................vi
ABSTRAC.......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR....................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................xi
DAFTAR SKEMA..........................................................................................xii
BAB I PENDEHALUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................6
2.1 Konsep Tekanan Darah......................................................................6
2.2 Konsep Hipertensi..............................................................................7
2.3 Konsep Aktivitas Fisik.......................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN................................................................20
3.1 Pencarian Literatur Review................................................................20
3.3 Kriteria Insklusi Dan Eksklusi............................................................20
3.3 Seleksi Studi Dan Penilaian Kualitas.................................................21
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................22
4.1 Karakteristik Umum Literatur Review...............................................22
4.2 Analisis Artikel Hasil Pencarian.........................................................23
4.3 Pembahasan........................................................................................33
BAB V PENUTUP..........................................................................................46
5.1 Kesimpulan.........................................................................................46
5.2 Saran...................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII..........................................9

Tebel 3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi............................................................20

Tabel 4.1 Krakteristik Umum Literatur............................................................22

Tabel 4.2 Hasil Review 10 Jurnal.....................................................................23

x
DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Sleksi Studi dan Penilaian Kualitas................................................21

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi yaitu suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

secara abnormal dan akan terus menerus meningkat, jika dalam beberapa kali

pengecekan timbul satu atau beberapa faktor resiko yang tidak sesuai pada saat

mempertahankan tekanan darah secara normal (Oktaviani, Purwono, & Ludiana,

2022).

Hipertensi adalah penyakit yang menyerang siapa saja dan kalangan mana

saja. Hipertensi termasuk penyakit mematikan yang tidak menular ketiga setelah

penyakit jantung dan kanker. Hiprtensi muncul karena pola hidup seseorang yang

kurang sehat. Menurut data World Helth Organization (WHO) tahun 2011

mencatat beberapa orang penduduk yang ada di dunia menderita hipertensi,

diantaranya dari negara berkembang sekitar 2/3 yang menderita hipertensi baik

dari kalangan rendah sampai kalangan sedang (Damanik & Ziraluo, 2018).

Menurut World Helth Organization (WHO) 2019, hipertensi atau tekanan

darah tinggi ialah kondisi dimana ketika tekanan darah berada di 130/80 mmHg

atau lebih. Jika tidak ditangani, maka akan mengakibatkan munculnya penyakit-

penyakit yang akan mengancam nyawa, termasuk gagal jantung, penyakit ginjal,

serta stroke. Populasi hipertensi akan terus semakin melonjak tajam diprediksikan

pada tahun 2025 nanti kurang lebih 29% orang dewasa di dunia akan mempunyai

penyakit hipertensi. Dampak dari hipertensi akan menyebabkan kematian

sebanyak 8 juta jiwa, hampir setiap tahun 1,5 juta kematian terjadi di wilayah

xii
2

Asia Tenggara, yang 1/3 dari populasinya memepunyai penyakit hipertensi

(Khosmah, 2021).

Menurut Kemenkes RI (2019), mengatakan bahwa penderita hipertensi di

Indonesia sebanyak 34,11%. Dari banyaknya orang di indonesia, penderita

hipertensi terbesar terletak pada Provinsi Kalimantan Selatan yang besarnya

44,13%, Provinsi Jawa Barat 39,60%, Provinsi Kalimantan Timur 39,30%, dan

yang menduduki angka hipertensi terendah yaitu Provinsi Sumatra Utara yaitu

29,14%, pada Provinsi Lampung terdapat 29,94% jiwa yang menderita hipertensi.

Berdasarkan data-data yang diperoleh penderita hipertensi di Provinsi Lampung

Selatan memperlihatkan bahwa sebanyak 8.079 laki-laki yang menderita

hipertensi dan bagi kaum perempuan mencapai 9.725. Maka dari hal tersebut

Lampung Selatan menempati urutan pertama dengan hipertensi terbanyak di

wilayah tersebut. Data penderita hipetensi di kawasan Lampung timur mendapat

cakupan sebanyak 11.378 dengan kasus hipertensi (Khosmah, 2021).

Menurut Riskesdas (2018), prevelensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun menurut kabupaten/kota yang ada di

provinsi aceh mempunyai 26,45% yang menderita hipertensi. Jumlah penderita

hipertensi tertinggi terletak di kabupaten Bener Meriah dengan prevelensi

sebanyak 36,75%. Sedangkan jumlah penderita hipertensi terendah berada pada

kabupaten Simeulue dengan prevelensi sebanyak 18,47%. Kota Lhoseumawe

mempunyai 27,43% penderita hipertensi, Bireun 27,15%, Aceh Utara 21,08%,

Aceh Timur 27,73%, Langsa 35,07%, Aceh Jaya 21,87%, Aceh Besar 23,08%,

Pidie Jaya 25,31%, Aceh Singkil 21,65%, Aceh Tamiang 34,97%, Gayo Lues
3

22,70% dan Banda Aceh mempunyai prevelensi sebanyak 23,32% penderita

hipertensi.

Dalam melakukan tindakan, saat ini penyakit hipertensi tidak termasuk

kedalam skala prioritas utama di pelayanan kesehatan dan dampak negatif yang

bermunculan cukup banyak seperti stroke, dan penyakit jantung koroner.

Mengingat jumlah penderita hipertensi akan terus membesar dan menjadi bahaya

komplikasi yang akan timbul nantinya. Faktor utama yang menjadi penyebab

hipertensi ialah pola makan dan aktivitas fisik, akibat dari dua hal semakin

bertambah usia maka semakin meningkatkan risiko kemunculannya penyakit

hipertensi (Yuanti & Nurhidayah, 2019).

Aktifitas fisik merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggerakkan

seluruh anggota tubuh. Jika aktifitas fisik tidak dilakukan maka dapat

menyebabkan frekuensi denyut jantung seseorang menjadi lebih cepat dan bekerja

lebih keras saat berkontraksi. Makin besar dan sering otot jantung memompa

maka makin besar tekanan yang membebani arteri dan menyebabkan tekanan

darah meningkat. Aktivitas fisik yang dilakukan akan melatih kerja otot jantung

dan tahanan perifer yang mencegah terjadinya hipertensi. Aktivitas fisik yang

teratur dapat meningkatkan efesiensi jantung dengan secara keseluruhan (Marleni,

Syafei, & Sari, 2020).

Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan menggunakan otot dan tulang

pada setiap kegiatan, seperti menyapu, mengepel, mencuci, berjalan kaki,

bersepeda, atau olahraga lainnya. Dikatakan kekurang melakukan aktivitas fisik

apabila tidak melakukan apapun yang menggunakan otot dan tulang dengan durasi
4

kurang 30 menit sehari atau kurang 150 menit/minggu. Berdasarkan sistem

informasi survei dari penyakit tidak menular (PTM), persentase pengunjung

Posbindu peyakit tidak menular (PTM) dan Puskesmas yang kurang aktivitas fisik

menurut jenis kelamin sebesar 24,7%, persentase kurang aktivitas fisik menurut

kelompok umur yang terbanyak ditemukan pada umur 60 tahun sebesar 29,1%

(Kemenkes RI, 2016).

Dalam menjalankan kemampuan aktivitas fisik adalah salah satu indikator

kesehatan seseorang yang mampu melakukan aktivitas seperti berdiri, bekerja, dan

berjalan. Kemampuan seseorang dalam beraktivitas tidak terlepas dari kekuatan

sistem persyarafan dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang baik, terukur, benar,

dan teratur dapat mencegah dari resiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM)

dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran jasmani. Kekurangan aktifitas fisik

dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi karena dapat menyebabkan risiko

kelebihan berat badan. Jika seseorang tidak aktif dan cenderung memiliki

kecepatan denyut jantung yang lebih tinggi akan menyebabkan otot jantungnya

bekerja lebih keras pada saat kontraksi. Makin keras dan juga sering otot jantung

memompa, maka makin besar juga tekanan yang akan dibebankan pada pada

pembuluh darah arteri (Muhu, Suswanti, & Susilo, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah di paparkan dalam penelitian

ini adalah apa saja jenis aktivitas fisik yang dapat diterapkan pada pasien

hipertensi?

1.3 Tujuan Penelitian


5

Tujuan dari penilitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk meriview apa saja

penerapan aktivitas fisik yang dapat dilakukan pada pasien penderita hipertensi

untuk menurunkan tekanan darah.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institut Pendidikan

Sebagai referensi di perpustakaan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Jurusan D-III Keperawatan dan digunakan sebagai masukan yang

bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

2. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan tentang perlunya melakukan aktivitas fisik bagi

penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian dapat berguna bagi peneliti selanjutnya agar lebih

mengembangkan penelitian mengenai pentingnya Penerapan Aktivitas Fisik

Pada Pasien Hipertensi

4. Bagi Penderita Hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan sumber

pengetahuan bagi penderita tentang pentingnya Penerapan Aktivitas Fisik

Pada Pasien Hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tekanan Darah

2.1.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan tekanan yang berada pada dinding pembuluh

darah yang mendesak dengan mengedarkan darah dan tergolong dari tanda-tanda

vital yang utama. Tekanan yang diberikan melalui perdaran darah yang menurun

ketika darah dari jantung melalui pembuluh darah arteri dan menuju jantung

menggunakan pembuluh darah vena (Zaen & Sinaga, 2020).

Tekanan darah adalah faktor utama yang sangat penting pada sirkulasi darah

pada tubuh. Peningkatan dan penurunan tekanan darah dapat mempengaruhi

homeostatis dalam tubuh. Tekanan darah mempunyai beberapa mekanisme

fisiologi untuk mengatur dan menjamin aliran darah yang menuju jantung

terpenuhi. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung atau cardiac output yang

merupakan jantug yang memompa darah dalam waktu per menitnya. Adapun

resistensi yang di produksi terutama pada arteriol dan juga dikenal sebagai

resistensi vaskular sistemik (Widia, Kurniasih, & Alifiar, 2021).

2.1.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Menurut Sinaga (2021) dapat di klasifikasikan bahwa tekanan darah terbagi

menjadi dua, yaitu :

a. Tekanan Darah Sistolik adalah puncak dimana terjadinya tekanan yang

maksimal saat proses ejeksi terjadi. Tekanan yang maksimal ini dapat

menibulkan tekanan sistolik yang rata-rata nya adalah 120 mmHg.


7

b. Tekanan Darah Diastolik adalah dimana terjadinya tekanan yang mendesak

dinding arteri yang menimbulkan tekanan pada dinding arteri sewaktu.

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Menurut Prise & Wilson (2014) dalam Mulyasari (2015). Hipertensi

adalah salah satu penyakit degeneratif dari banyak contoh penyakit

degenerattif lainnya. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara

abnormal pada pembuluh darah arteri secara terus-menerus selama lebih

dari satu periode. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah

sistolik yang paling sedikitnya 140 mmHg dan peningkatan tekanan darah

diastolik paling sedikitnya 90 mmHg (Placeholder1)

Hipertensi ialah salah satu dari masalah kesehatan yang

menyebabkan timbulnya penyakit jantung dan stroke otak yang sangat

mematikan. Penyakit hipertensi ini merupakan masalah kesehatan yang

serius karena kehadirnnya hampir tidak pernah disadari dan akan terus

menerus bertambah semakin parah sampai mendekati tingkat yang akan

mengancam kehidupan sang penderita (Arindari & Alhafis, 2019).

2.2.2 Etiologi Hipertensi

Menurut Budi Nugraha (2018), berdasarkan penyebab terjadinya,

hipertensi terbagi dalam dua bagian, yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer)

Hipertensi idiopati disebut juga penyakit yang sampai saat ini belum

diketahui penyebabnya secara pasti. Kurang dari 90% penderita penyakit


8

hipertensi termasuk ke dalam golongan hipertensi primer sedangkan 10%

penderita hipertensi tergolong kedalam hipertensi sekunder. Ada beberapa

faktor yang mengakibatkan terjadinya hipertensi primer yaitu :

1) Faktor Keturunan

Resiko terbesar yang mengalami hipertensi yaitu jika orang tuanya

menderita hipertensi. Faktor ini tidak dapat di kendalikan. Ada beberapa

penelitian yang menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk

masalah tekanan darah tinggi.

2) Ciri Seseorang

Ciri-ciri seseorang yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit hipertensi

adalah umur, jenis kelamin dan ras. Jika usia seseorang semakin bertambah

maka tekanan darah akan semakin meningkat.

3) Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup atau gaya hidup yang tidak baik sering menyebabkan

terjadinya hipertensi, contohnya seperti konsumsi garam yang tinggi,

makanan berlemak/kolesterol tinggi, kegemukan, stress, merokok, minum

alkohol, kurang olah raga & beraktivitas.

b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi Renal)

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak

diketahui dengan akurat. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi yang

menjadi penyebabnya adalah penyakit ginjal, 1-2% yang menjadi

penyebab penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu yang meningkatkan tekanan darah. Dari beberapa kasus, disfungsi


9

renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular merupakan

penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara

langsung atau tidak, dapat menyebabkan naiknya tekanan darah.

Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan

beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan

sistem saraf pusat (Budi Nugraha, 2018).

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII (Rahmatika, 2021).

Klasifikasi Sistolik Diastolik


Tanpa Diabetes/CKD
- ≥ 60 Tahun < 150 < 90
- ≤ 60 Tahun < 140 < 90
Dengan Diabetes/CKD
- Semua umur dengan DM tanpa CKD < 140 < 90
- Semua umur dengan CKD
dengan/tanpa DM < 140 < 90

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi

Menurut Priadi (2016). Tekanan darah adalah tekanan yang

diberikkan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengaturan tekanan

darah adalah proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal

terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap

tonus pembuluh darah. Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan

darah, yaitu darah yang mengalir dan tahan pembuluh darah perifer. Darah

yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh


10

ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan

vaskular perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer.

Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahan terhadap aliran darah,

makin besar dilatasi nya makin kurang tahanan terhadap aliran darah. Jadi,

semakin menyempit pembuluh darah, seamkin meningkat tekanan darah.

Pembesaran dan penyempitan pembuluh-pembuluh darah

dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin.

Apabila sistem saraf simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin

dan norepinefrin akan dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan

konstriksi pembuluh darah meningkatnya curah jantung dan kekuatan

kontraksi ventrikel. Sama halnya pada sistem renin-angiotensin, yang

apabila distimulasi juga menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh-

pembuluh darah.

2.2.5 Faktor Resiko Hipertensi

Menurut Anies (2018), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya

hipertensi yaitu faktor yang dimodifikasi dan faktor yang tidak dimodifikasi.

Faktor-faktor yang tidak dimodifikasi antara lain:

a. Usia

Dengan bertambah usia maka seseorang memiliki resiko tinggi mengalami

peningkatan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat hingga usia

mencapai 80 tahun dan tekanan diastolik akan terus meningkat hingga usia

55-60 tahun.

b. Keturunan
11

Orang tua yang mempunyai hipertensi ada kemungkinan dapat menurunkan

kepada anaknya).

c. Jenis kelamin

Laki-laki yang memasuki usia 45 tahun lebih beresiko mempunyai tekanan

darah tinggi dibandingkan wanita. Sedangkan, perempuan yang memasuki

usia di atas 65 tahun lebih beresiko mempunyai penyakit ini.

Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain:

a. Pola Makan

Pola makan yang tidak sehat adalah salah satu penyebab seseorang terken

hipertensi. Seseorang yang sering mengonsumsi makanan- makanan yang

tinggi kadar lemak tinggi akan berisiko terkena hipertensi. Makanan yang

berlemak tinggi akan menyumbat pembuluh darah mengakibatkan tekanan

darah akan naik.

b. Minum Alkohol

Minum – minuman beralkohol sangat tidak baik untuk kesehatan tubuh. Jika

sering minuman – minuman beralkohol lebih baik mulai mengurangi

kebiasaan buruk tersebut atau harus menghentikannya. Minuman beralkohol

akan menaikan kadar trigliserida dalam darah. Padahal trigliserida adalah

kolesterol yang jahat dan dapat menyababkan tekanan darah menjadi naik.

c. Stres

Orang yang sering mengalami stres biasanya tekanan darahnya menjadi

naik. Jika seseorang sedang stres maka hormon adrenalin dalam tubuhnya

menjadi meningkat dan akan menyebabkan tekanan darah di tubuh akan


12

naik. Maka karena itu harus sering melakukan refreshing untuk

menyegarkan otak agar tidak mengalami stres.

d. Faktor olahraga

Seseorang tidak pernah melakukan berbagai olahraga lebih berisiko terkena

hipertensi. Jika tidak pernah melakukan olahraga akan mengakibatkan

jantung menjadi tidak sehat. Hal ini mengakibatka jantung tidak bisa

memompa darah dan membuat aliran darah di dalam tubuh tidak lancar.

2.2.6 Menifestasi Klinis Hipertensi

Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang khusus secara lansung

maupun tidak langsung. Ada beberapa gejala yang terjadi bersamaan dan

berhubungan dengan hipertensi yang sebenarnya bukan gejala dari

hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari

hidung, migren atau sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata

berkunang-kunang sakit tengkuk kemah dan kelelahan.

Gejala-gejala tersebut bisa timbul baik pada penderita hipertensi

maupun seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya

berat atau menahun dan tidak diobati bisa timbul gejala sakit kepala,

kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah, pandangan menjadi kabur

yang diakibatkan karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan

ginjal.

Terkadang penderita hipertensi berat akan mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan terjadi pembengkakan pada otak. Keadaan ini

biasanya disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan penanganan


13

segera. Apabila tidak ditangani keadaan akan menjadi semakin parah dan

bisa memicu kematian. Mengetahui sejak dini tentang hipertensi sangatlah

penting agar lebih cepat mencegah dan mengantisipasinya dengan cara

rutin memeriksakan tekanan darah. Selain itu, sangat penting untuk

menjaga kesehatan secara keseluruhan dengan menjalani pola hidup sehat

dan pola makan sehat sesuai dengan keperluan (Susilo & Wulandari,

2018).

2.2.7 Komplikasi Hipertensi

Menurut Siallagan (2020), Hipertensi dapat memicu pada organ

tubuh lainnya dan terkadang hal ini tidak dirasakan oleh penderita

sehingga pencegahan awal yang sulit untuk dilakukan. Komplikasi

hipertensi terjadi karena terdapat kerusakan pada salah satu atau lebih di

organ tubuh seperti, otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri dan ginjal.

Hipertensi dapat berkembang menjadi komplikasi dari berbagai penyakit

yang diantaranya :

1) Stroke

Stroke terjadi karena pecahnya pembuluh yang berada di dalam otak. Stroke

terjadi dan mengakibatkan hipertensi kronis jika arteri yang mengedarkan

darah ke otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah

mengakibatkan aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang

mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya

aneurisma.

2) Infark Miokardium
14

Infark miokardium terjadi pada saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila

terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh.

Jika hiipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel terjadi maka kebutuhan

oksigen miokardioum tidak akan terpenuhi dan akan terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infark.

3) Gagal Ginjal

Kerusakan ginjal disebabkan karena tingginya tekanan pada kapiler

glomerulus. Rusaknya glomerulus akan menyebabkan darah mengalir ke

unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan

kematian.

4) Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi karena hipertensi maligna. Tekanan

yang tinggi terjadi karena kelainan yang membuat peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang intertisium diseluruh susunan

saraf pusat. Semua ini akan mengakibatkan neuro yang berada disekitarnya

akan mengalami koma dan kematian.

2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Purba (2021), tujuan penatalaksanaan adalah untuk

mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah dan membuat tekanan

darah menjadi stabil dibawah 140/90 mmHg. Penatalaksanaan yang

diterapkan bagi penderita hipertensi ada dua jenis yaitu terapi non

farmakologi dan terapi farmakologi.


15

a. Non Farmakologis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan

nonfarmakologis: dengan modifikasi gaya hidup seperti; teknik-teknik

mengurangi stress, penurunan berat badan, pembatasan minuman alkohol,

olahraga/latihan, relaksasi adalah contoh intervensi wajib yang harus

dilakukan pada saat menjalani terapi antihipertensi. Mengubah gaya hidup

adalah hal yang sulit bagi individu karena harus mengubah kebiasaan yang

menyenangkan, seperti merokok atau makan-makan tertentu.

Mengubah gaya hidup untuk faktor risiko seperti berhenti merokok,

menurunkan berat badan, diet rendah kolesterol dan rendah garam, serta

olahraga. Penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria

perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap di atas 85 atau 95

mmHg serta sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu

dimulai terapi obat-obatan.

b. Terapi Farmakologis

Menurut Pudiastuti (2018), dalam penyembuhan atau penurunan

tekanan darah ada namanya teapi pengobatan farmakologis.

1) Diuretik (Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), lasix (furosemide)).

Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan

tubuh via urine.

2) Beta-blockers (Atenolol (Tenorim), Capoten (captopril)). Merupakan obat

yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses


16

memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh

darah.

3) Calcium channel blockers (Norvasc (amlodipine), Angiotensinconverting

enzyme (ACE)). Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam

pengontrolan darah tinggi atau hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh

darah yang juga memperlebar pembuluh darah.

2.3 Konsep Aktivitas Fisik

2.3.1 Pengertian Aktivitas Fisik

Menurut World Helth Organization (WHO) tahun 2010. Aktivitas

fisik ialah seluruh gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang

memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik akan

menimbulkan faktor risiko seperti penyakit kronis, dan bisa diperkirakan

akan menyebabkan kematian secara global (Harahap, Rochardi, &

Sarumpaet, 2017).

Aktivitas fisik merupakan gerakan otot bergaris yang akan

membakar pada energi tubuh. Aktivitas fisik juga meliputi semua

olahraga, gerakan tubuh, pekerjaan, rekreasi, kegiatan sehari – hari,

sampai kegiatan waktu libur atau waktu senggang. Semua hal yang

membakar energi adalah baik untuk menurunkan lemak dan gula dalam

darah. Mungkin sebagian besar orang tahu bahwa aktivitas fisik itu baik

bagi kesehatan, tetapi banyak yang tidak bisa mengatur gerakan fisik dan

menyesuaikan dengan kondisi kesehatan dan pekerjaan atau kehidupan


17

sehari-hari serta tidak bisa mengatur makanan yang di konsumsi (Nuzul,

2017).

2.3.2 Klasifikasi Aktifitas Fisik

Hardinge dan Shryock dalam Iqbal (2017). Pada saat mengkaji

aktivitas fisik terdapat 4 hal utama yang menjadi fokus yaitu:

1. Tipe

Tipe aktivitas berpatokan pada berbagai aktivitas fisik yang

dilakukan. Ada beberapa tipe aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan tubuh yaitu:

a) Ketahanan (Endurance)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan dapat membantu jantung,

paru-paru, otot dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita

lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang

dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh kegiatan yang

dipilih seperti: berjalan kaki, lari ringan, berenang, senam, bermain tenis

berkebun dan kerja.

b) Kelenturan (Flexibility)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan

lebih mudah mempertahankan otot tubuh tetap lemas/lentur dan sendi

berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik

yang dilakukan seperti peregangan, senam yoga, dan lain-lain selama 30

menit (4-7 hari per minggu).


18

c) Kekuatan (Strengh)

Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot

tubuh dalam menahan suatu beban yang diterima tulang tetap kuat dan

mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan

terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan kekuatan maka

aktivitas fisik yang dapat dlakukan seperti push-up, naik turun tangga,

angkat beban, fitness, dan lain-lain selama 30 menit (kurang dari 4 hari per

minggu).

2. Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah latihan dalam periode waktu tertentu.

Frekuensi merujuk kepada seberapa banyak aktivitas itu dilakukan dalam

kurun waktu seminggu, sebulan, atau setahun.

3. Durasi

Durasi adalah lamannya waktu latihan dalam satu kali sesi latihan ).

Durasi meruju kepada lama waktu melakukan aktivitas dengan

menghitung jumlah waktu dalam menit atau jam selama 1 sesi aktivitas.

4. Intensitas

Intensitas merujuk kepada tingkat kesulitan dalam melakukan

aktivitas. Intensitas pada umumnya dikelompokkan menggunakan skala

rendah, sedang, dan tinggi.

2.3.3 Manfaat Aktivitas Fisik


19

Menurut Fitrianingsih (2020). Seseorang yang beraktivitas fisik

dengan teratur akan memiliki pola hidup yang sehat. Salah satu perilaku

positif dalam pola hidup sehat adalah beraktivitas fisik secara teratur

dalam jumlah yang cukup. Aktivitas fisik mempunyai berbagai macam

manfaat bagi tubuh dan bagi kesehatan. Ada beberapa manfaat aktivitas

fisik seperti, menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal,

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit,menjaga berat badan

ideal, menguatkan tulang dan otot, meningkatkan kelenturan tubuh,

meningkatkan kebugaran tubuh.

Aktivitas fisik juga mempunyai manfaat untuk kesehatan pisikis

seseorang. Ada beberapa manfaat aktivitas fisik bagi psikis yaitu dapat

mengurangi stress , meningkatkan rasa percaya diri, membangun rasa

sportifitas, memupuk tanggung jawab, membangun kesetiakawanan sosial.

Selain bermanfaat bagi kesehatan dan pisikis, melakukan aktivitas fisik 2-

3 kali per minggu secara teratur dapat meningkatkan kekuatan otot dan

aktivitas rutin sehari-hari disarankan bisa memperbaiki kualitas dan

kuantitas tidur (Iqbal, 2017).


20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pencarian Literatur Review

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder dari

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dan

diperoleh bukan dari pengenalan langsung. Sumber data sekunder yang

telah digunakan dapat berupa artikel dan jurnal yang relevan dengan topic

dilakukan dengan menggunakan database melalui google schoolar.

Dengan 10 artikel dan jurnal dari 5 tahun terkhir dengan kata kunci

aktivitas fisik dan pasien hipertensi.

3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Umur 40-90tahun Umur dibawah 40 tahun
dan diatas 90 tahun
Intervention Penerapan aktivitas fisik bagi Terapi Farmakologi
penderita hipertensi
Comparation Tidak ada faktor pembanding Tidak ada faktor
pembanding
Outcome Ada hasil perbedaan pada Tidak ada hasil perbedaan
tekanan darah sebelum dan tekanan darah sebelum
sesudah aktivitas fisik. dan sesudah aktifitas fisik
Study Design One-group pretest-posttest Deskriptif Analitik,
design, Pretest-posttest Kolerasi, Non Eksperimen
control group design, Study
without control group, Non-
equevalent control group
Publikasi Jurnal Keperawatan, Jurnal Selain Jurnal
Kesehatan dan Jurnal Keperawatan, Jurnal
Kebidanan Kesehatan dan Jurnal
Kebidanan
Tahun Publikasi 2018 – 2022 Dibawah tahun 2018 dan
di atas tahun 2022
21

Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Selain Bahasa Indonesia


Inggris dan Bahasa Inggris
3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

Pencarian menggunakan kata kunci


“Aktivitas Fisik” dan “Pasien
Hipertensi” melalui database pada
Google Schoolar

Jurnal dari 5 tahun terakhir dan Jurnal yang dikeluarkan (N= 94)
menggunakan bahasa indonesia N= 436
Problem/populasi :
Tidak sesuai dengan topik N= 13
Intervention :
Tidak sesuai dengan intervensi
Seleksi jurnal yang berkaitan dengan N= 20
topik dan judul N= 360 Outcome :
Tidak ada hubungan N= 9
Study Desain :
- Tidak ada abstrak N= 11
- Tidak ada pendahuluan N= 14
- Tida ada pembahasan N= 10
- Tidak ada kesimpulan N= 17
Abstrak yang sesuai dengan kata kunci
N= 266

Jurnal yang dikeluarkan (N= 256)

- Rumusan masalah yang tidak


sesuai N= 137
- Tujuan penelitian yang tidak
sesuai N= 199

Jumlah jurnal akhir yang sesuai kata


kunci dan dapat di analisa sesuai
rumusan masalah dan tujuan N= 10
22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Umum Literature Review

Tabel 4.1 Karakteristik Umum Literature (N=10)

No Kategori F %
1 Tahun Publikasi
c. 2018 1 10
d. 2019 3 30
e. 2020 3 30
f. 2021 2 20
g. 2022 1 10
2 Desain Penelitian
a. One-group pretest-posttest design 4 40
b. Pretest-posttest control group design 4 40
c. Study without control group 1 10
d. Non-equevalent control group 1 10
3 Sampling
a. Total Sampling 2 20
b. Purposive Sampling 8 80
4 Instrumen
a. Koesioner/ Lembar Observasi 10 100
5 Analisa Data
a. Uji Paired T-Test 2 20
b. Uji T-Test 3 30
c. Wilcoxon Test 5 50
Jumlah 10 100%
4.2 Analisa Artikel Hasil Pencarian

Tabel 4.2 Hasil Review 10 Jurnal

Metode (Desain,
No Author Tahun Vol, Angka Judul Sample, Variable, Hasil Penelitian Database
Instrument, Analisis)
1 Niasty Lasmy 2020 Vol. 6, No. 1 Pengaruh Metode Metode : Pre- Hasil penelitian Google
Zaen, Fitri “Brisk Walking eksperimental Design disimpulkan bahwa pre- Scholar
Sinaga Exercixe” test intervensi brisk
Terhadap Desain : One Grup walking exercixe adalah
Penurunan pre-test and post-test usia 45-60 tahun deng
Tekanan Darah Design. jumlah laki-laki 27
Pada Pasien responden (67,5%) dan
Hipertensi Di Upt Sampel : 40 perempuan 28 responden
Pelayanan Sosial Responden (70,0%). Setelah diberikan
Lanjut Usia intervensi sebagian besar
Kisaran Rantau Variabel : Brisk mengalami pre-hipertensi
Prapat Tahun 2020 Walking Exercixe, sebanyak 36 responden
atau 25,0%. Sedangkan 4
Analisis Uji responden atau 10,0%
Wilcoxon. lainnya mengalami
hipertensi tahap 1.
Sebelum dan sesudah
dilakukannya Brisk
Walking Exercixe
sebanyak 37 responden
atau 92,0% mengalami

23
penurunan hipertensi dan 3
responden atau 7,5%
lainnya tidak mengalami
penurunan tekanan darah.
Kesimpulan dari
pembahasan di atasa
adalah sebagian besar
responden menunjukan
penurunan sistole dan
diastole sebelum dan
sesudah dilakukannya
Brisk Walking Exercixe.

2 I Made 2021 Vol. 6, No. 4 Pengaruh Senam Metode : Quasi Hasil penelitian intervensi Google
Sudarma Bugar Terhadap Experiment senam bugar bahwa Scholar
Adiputra, Ni Tekanan Darah responden kelompok usia
Luh Gede Ita Lansia Dengan Desain : Non- 60-70 tahun, baik
Sunariati, Hipertensi : Studi Equivalent Control kelompok kasus 61,11%
Niwayan Quasi Group Design. dan kelompok kontrol
Trisnadewi, Eksperimental 66,67%. Pada kelompok
Ni Putu Sampel : 36 perlakuan nilai rata-rata
Wiwk Responden tekanan darah sistole saat
Oktaviani pre-test 168,1 mmHg dan
Variabel : Senam post-test 153,4 mmHg.
Bugar Sedangkan nilai diastole
95,56 mmHg dan post-test
Analisis : Uji 82,67 mmHg. Pada
Wilcoxon. kelompok perlakuan

24
secara stastistik
mengalami mengalami
penurunan tekanan darah
setelah senam bugar lansia
dengan p value <0.001 uji
beda dua kelompok di
dapatkan p value <0.001,
dari hasil ini terlihat ada
perbedaan tekanan darah
antara kedua kelompok.

3 Supriadin, 2019 Vol. 1 No. 2 Pengaruh Dance Metode : Quasi Hasil penelitian Google
Agung Movement Therapy Eksperiment disimpulkan bahwa pretest Scholar
Waluyo, Terhadap intervesi Dance Movement
Rohman Perubahan Tekanan Desain : Pre-Post Therapy adalah responden
Azzam Darah Pada Lansia With Control Group laki-laki 58,3%,
perempuan 41,7% pada
Sample : 48 kelompok kontrol dan
Responden kelompok perlakuan.
Sebelum dan sesudah
Variabel : Dance melakukan Dance
Movement Therapy Movement Theraphy, hasil
uji paired-test tekanan
Analisis : Paired-Test. darah sistol kelompok
perlakuan memperoleh
nilai p value = 0,013 dan
diastole dengan nilai p
value = 0,025. Maka pada

25
kelompok perlakuan
cenderung menurun
setelah diberikan
perlakuan. Sedangkan
pada kelompok kontrol
tekan darah sistole
memperoleh nilai p value
= 0,163 dan tekanan darah
diastole memperoleh nilai
p value = 0,552 yang
artinya tidak ada
perubahan yang signifikan
pada tekanan darah
sebelum dan sesudah
dibekan perlakuan.

4 Uswatul 2020 Vol. 3, No. 1 Pengaruh Senam Metode : Quasi Hasil penelitian Google
Khasanah, Tera Terhadap Eksperiment disimpulkan bahwa Scholar
Siti Nurjanah Penurunan intervensi senam tera
Tekanan Darah Desain : One-Group adalah nilai rata-rata
Pada Lansia Pretest-Posttest tekanan darah sistole
Dengan Hipertensi Design. sebelum diberikan senam
tera adalah 150,67 dengan
Sampel : 15 standar deviasi 10,328 dan
Responden diastole 96,00 dengan
standar deviasi 5,071.
Variabel : Senam Tera Setelah melakukan senam
tera nilai rata-rata tekanan

26
Analisis : Uji T-Test. darah sistole yaitu 137,33
dengan standar deviasi
9,612 dan diastole 89,33
dengan standar deviasi
7,037. Dari hasil
perhitungan nilai rata-rata
tekanan darah dapat
disimpulkan bahwa senma
tera dapat menurunkan
tekanan darah pada lansia.

5 Comag, Risqi 2018 Vol.2, No.02 Pengaruh Low Metode : Quasy Hasil penelitian Google
Wahyu Impact Aerobic Exsperimental disimpulkan bahwa Scholar
Susanti, Terhadap intervesi dari Low Impact
Muhamad Penurunan Desain : Pretest- Aerobic adalah responden
Asrul, Muh. Tekanan Darah Posttest Control jenis kelamin laki-laki
Hidayatullah Pada Pasien Group. kelompok intervensi
Hipertensi Di adalah 9 orang dan
Wilayah Kerja Sampel : 30 kelompok kontrol 8 orang.
Puskesmas Responden. Dari hasil yang di dapat
Tetewatu bahwa penurunan tekanan
Kabupaten Konawe Varibel : Low Impact darah setelah di berikan
Utara Aerobic low impact aerobic
dengan nilai p value <0.05
Analisis : Uji dimana hari I nilai p valeu
wilcoxon. tekanan darah sistole
adalah 0.004 dan diastole
0.015, hari II nilai p value

27
tekanan darah sistole
adalah 0.027 dan diastole
0.000 dan pada hari III
nilai p value tekanan darah
sistole adalah 0.021 dan
diastole 0.000. Dari hasil
yang disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh
penurunan tekanan darah
saat penerapan low impact
aerobic.

6 Ety 2021 Vol. 4, Hal. 2 Pengaruh Senam Metode : Pra- Hasil penelitian dari Goole
Juliastanti, Lansia Terhadap Eksperiment intervensi bahwa senam Scholar
Iga Maliga, Tekanan Darah lansia adalah responden
Rafi’ah Pada Lansia Desain : One-Group yang berjumlah 24 orang
Penderita Pre-Test Post-Test wanita daan 4 laki-laki.
Hipertensi Di Design. Hasil menggunakan uji T-
Wilayah Kerja test memperoleh nilai yang
Puskesmas Unit I Sampel : 28 signifikan 0,000 (p value
Kecamatan Responden <0,05), nilai probabilitas
Sumbawa <0,005 dengan hasil
Instrument : persen N Gain score
Kuesioner 51,11%. Niali rata-rata
tekanan darah sebelum
Variabel : Senam perlakuan mengalamai
Lansia penurunan 151/86 mmHg
menjadi 143/83 mmHg.

28
Analisis : Uji T-test. Dapat di lihat bahwa
adanya pengaruh senam
lansia terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia
hipertensi.

7 Suwanti, Puji 2019 Vol. 1, No. 1 Pengaruh Senam Metode : Pra- Hasil dari kesimpulan Google
Purwaningsi Ergonomik Eksperiment bahwa responden Scholar
Umi Terhadap Tekanan perempuan berjumlah 11
Setyoningru Darah Lansia Desain : One-Group orang dan laki-laki 4 orang
m Hipertensi Pre-Test Post-Test dengan rata-rata usia 60-
Design. 70 tahun. Setelah
diberikan intervensi, hasil
Sampel : 15 yang di dapatkan dengan
Responden menggunakan uji wilcoxon
menunjukkan p value
Instrument : Lembar sistolik = 0,000 lebih kecil
Observasi dan dari p value (0,05), p value
Sphygmonimeter Air diastolik = 0,001 lebih
Raksa (GEA kecil dari p value (0,05).
Medical). Maka dari hasil yang telah
di jabarkan terlihat bahwa
Varibel : Senam secara statistik terdapat
Ergonomik perubahan yang signifikan
terhadap tekanan darah
Analisis : Uji lansia dengan hipertensi.
Wilcoxon.

29
8 Ananda 2019 Vol. 10, No.1 Efektivitas Senam Metode : True Hasil penelitian Google
Maulidia, Yoga Terhadap Experiment menunjukkan bahwa Scholar
Wida Tekanan Darah terdapat responden
Kuswida Pada Lansia Desain : Pretest- berjenis kelamin laki-laki
Bhakti, Penderita Posttest Intervention sebanyak 50% dan
Kharisma Hipertensi Di Wuth Control Group perempuan 50%. Dari
Pratama. Wilayah Kerja Design hasil uji paired sample test
Puskesmas Banjar menunjukkan terdapat
Serasan Pontianak Sampel : 32 perbedan rata-rata niali
Timur Responden tekanan darah sebelum dan
sesudah melakukan senam
Variabel : Senam yoga pada H0 kelompok
Yoga intervensi dan kelompok
kontrol tidak ada
Analisis : Uji Paired perbedaan rata-rata
Sample Test. tekanan darah. Pada H1
sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan ada
perbedaan rata-rata
tekanan darah dengan nilai
∝=0 , 05 jika Thitung
>Ttabel dan p value <0,05
maka H0 di tolak, maka di
peroleh nilai tekanan darah
sistolik dengan p-value
0,121>0,05 dan tekanan
darah diastolik dengan p-
value 0,995>0,05.

30
9 Destria 2022 Vol. 4, No. 2 Efektivitas Senam Metode : Quasy Hasil penelitian dapat Google
Efliani, Arya Hipertensi Experiment disimpulkan bahwa Scholar
Ramadia, Terhadap intervensi senam
Nurmila Penurunan Desain : Pretest And hipertensi menunjukkan
Hikmah Tekanan Darah Posttest Design With ada pengeruh dalam
Pada Lansia Di One Group pemberian senam
UPT Khusnul hipertensi terhadap
Khotimah Sampel : 32 Reponden penurunan tekanan darah
Pekanbaru tinggi dengan hasil pretest
Varibel : Senam dan posttest sistole pada
Hipertensi H1 p value = 0,000 dan
diastole pretest dan
Analisis : Uji T-Test. posttest p value = 0,001.
Pada H2 pretest dan
posttest sistole p value =
0,003 dan diastole pretest
dan posttest diastole p
value = 0,003. Pada H3
pretest dan posttest sistole
p value = 0,000 dan pretest
dan posttest diastole p
value = 0,00. Sesuai data
yang ditunjukkan bahwa
senam hipertensi dapat di
jadikan sebagai
pengobatan tekanan darah
tinggi.

31
10 Refor Arniati 2020 Vol. 6, No. 2 Pengaruh Senam Metode : Quasy Dari seluruh kesimmpulan Google
Baeha, Jantung Terhadap Experimental setelah diberikan Scholar
Baskara Penurunan intervensi bahwa hasil
Lumban Tekanan Darah Desain : Design Study yang di dapatkan dari
Tobing, Pada Lansia Without Control tekanan darah diastole
Berkat Jaya Penderita Group. yaitu Z sebesar 3.961
Waruwu, Hipertensi Di UPT dengan p value sebesar
Cristopher Puskesmas Sampel : 20 0.000. dari nilai uji p value
Abdi Putra Helvetia Medan Responden lebih kecil dari 0.05
Zebua, 2020 (0.000<0.05). sehingga
Tiarnida Variabel : Senam dari penjelasan di atas
Nababan Jantung dapat di artikan bahwa Ho
di tolak, maka dari itu
Analisis : Uji terdapat perbedaan antara
Wilcoxon. tekanan darah sistole dan
diastole sebelum dan
sesudah melakukan senam
jantung.

32
33

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil review jurnal yang didapatkan pada penerapan aktivitas

fisik pada pasien hipertensi dapat di atasi dengan cara:

1. Pemberian Metode Brisk Walking Exercixe

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Zaen & Sinaga (2020), diperoleh

analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon, maka di dapatkan hasil sebelum

dan sesudah dilakukannya Brisk Walking Exercixe sebanyak 37 responden atau

92,0% mengalami penurunan hipertensi dan 3 responden atau 7,5% lainnya tidak

mengalami penurunan tekanan darah. Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah

sebagian besar responden menunjukan penurunan sistole dan diastole sebelum dan

sesudah dilakukannya Brisk Walking Exercixe.

Metode Brisk Walking Exercixe adalah bentuk latihan aerobik dan

merupakan bentuk latihan fisik sedang yang di terapkan pada penderita hipertensi

dengan teknik jalan cepat selama 20-30 menit dengan kecepatan 4-6 km/jam.

Brisk walking exercixe mempunyai kelebihan seperti dapat meningkatkan

kapasitas maksimal dari denyut jantung, merangsang kontraksi otot, pemecahan

anglikogen dan peningkatan oksigen pada jaringan tubuh. Adapun manfaat dari

metode brisk walking exsecixe yaitu dapat mengurangi pembentukan lemak

dengan cara peningkatan jumlah lemak dan peningkatan glukosa (Nurbaiti &

Yuliana, 2020).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Angraini, et al (2022)

dengan judul “Pengaruh Brisk Walking Exsercixe Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Gugukpanjang Kota Bukit Tinggi”


34

didapatkan hasil penelitian terdapat penurunan tekanan darah pada responden

pada saat sebelum dan sesudah pelaksanaan brisk walking exsecixe dengan

penurunan rata-rata tekanan darah sitolik yaitu sebesar 12,200 dan diastolik

sebesar 6,733.

Analisis peneliti dari hasil penelitian dalam pemberian metode brisk

walking exsercixe pada penderita hipertensi dapat dikatakan memiliki pengaruh

dalam penurunan tekanan darah pada saat sebelum dan sesudah melakukan latihan

tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pemberian metode brisk walking exsercixe

merupakan pilihan aktivitas fisik yang termasuk kedalam salah satu latihan untuk

membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Pemberian Latihan Senam Bugar

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Baeha, et al (2020). Diperoleh

analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon, maka hasil penelitian intervensi

senam bugar pada kelompok perlakuan nilai rata-rata tekanan darah sistole saat

pre-test 168,1 mmHg dan post-test 153,4 mmHg. Sedangkan nilai diastole 95,56

mmHg dan post-test 82,67 mmHg. Pada kelompok perlakuan secara stastistik

mengalami mengalami penurunan tekanan darah setelah senam bugar lansia

dengan p value <0.001 uji beda dua kelompok di dapatkan p value <0.001, dari

hasil ini terlihat ada perbedaan tekanan darah antara kedua kelompok.

Senam kebugaran merupakan salah satu aktivitas yang dapat meningkatkan

kesehatan fisik yang bermanfaat untuk meningkatkan fungsi jantung dan

pembuluh darah. Latihan senam kebugaran juga bermanfaat untuk meperbaiki


35

kesehatan jasmani pada lansia yang dilakukan minimal 1 kali dalam seminggu

dengan durasi latihan 15 menit (Adiputra, et al. 2021).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Moniaga, et al (2013)

yang berjudul “Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita

Hipertensi Di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah”. Dari hasil penelitian tersebut

menunjukkan adanya penurunan pada tekanan darah pada saat sebelum dan

sesudah melakkan senma bugar dengan hasil per t test dengan konfidensi interval

95% (∝<0,05) pada tekanan sistole dan diastole mengalami peningkatan tetapi

dalam batas normal.

Analisis peneliti dari hasil penelitian dalam pemberian senam bugar pada

penderita hipertensi dapat dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan dalam

penurunan tekanan darah pada saat sebelum dan sesudah melakukan senam bugar.

Maka dapat disimpulkan bahwa senam bugar termasuk aktivitas fisik yang

dikategorikan kedalam salah satu pilihan dalam membantu menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi.

3. Pemberian Dance Movement Therapy

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Supriadin, et al (2019). Diperoleh

analisa data dengan menggunakan uji Paired T Test, maka hasil penelitian

disimpulkan bahwa pretest intervesi sebelum dan sesudah melakukan Dance

Movement Theraphy, tekanan darah sistol kelompok perlakuan memperoleh nilai

p value = 0,013 dan diastole dengan nilai p value = 0,025. Maka pada kelompok

perlakuan cenderung menurun setelah diberikan perlakuan. Sedangkan pada

kelompok kontrol tekan darah sistole memperoleh nilai p value = 0,163 dan
36

tekanan darah diastole memperoleh nilai p value = 0,552 yang artinya tidak ada

perubahan yang signifikan pada tekanan darah sebelum dan sesudah dibekan

perlakuan.

Dance Movement Therapy adalah aktivitas fisik yang bersifat rekreasional,

serana komunikasi verbal dan non verbal, sarana ekspresi diri dengan gerakan,

interaksi sosial, dan pelepasan peregangan. Pemberian dance movement therapy

ini bisa menjadi kegiatan rutin bagi lansia sebagai salah satu bentuk upaya dalam

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Junaidin, 2017).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Junaidin (2017) yang

berjudul “Pengaruh Dance Movement Therapy Terhadap Perubahan Tekanan

Darah Pada Lansia Yang Hipertensi Di Posyandu Lansia Desa Pela Wilayah Kerja

Puskesmas Monta Kabupaten Bima 2017”. Dari hasil penelitian tersebut

menunjukkan adanya penurunan pada tekanan darah dengan hasil nilai t hitung

10,479 lebih besar dari T tabel 2,0369 dan nilai ρ adalah 0,000 dengan demikian ρ

< α (0,000 < 0,05) lebih kecil dari taraf kesalahan (α) 0,05 maka dapat

disimpulkan H₀ ditolak dan Hı diterima.Ada pengaruh Dance Movement Therapy

terhadap perubahan tekanan darah pada lansia.

Analisis peneliti dari hasil penelian pada saat pemberian dance movement

therapy pada penderita hipertensi dapat dikatakan memiliki pengaruh dalam

penurunan tekanan darah pada saat sebelum dan sesudah melakukan dance

movement therapy. Maka dapat disimpulkan bahwa dance movement therapy

termasuk aktivitas fisik yang dikategorikan kedalam salah satu pilihan untuk

membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.


37

4. Pemberian Senam Tera

Berdasarkan hasil penelitian Khasanah & Nurjanah (2020). Diperoleh

analisa data dengan menggunakan uji T Test, maka hasil penelitian disimpulkan

bahwa pretest intervesi sebelum dan sesudah melakukan senam tera, nilai rata-rata

tekanan darah sistole sebelum diberikan senam tera adalah 150,67 dengan standar

deviasi 10,328 dan diastole 96,00 dengan standar deviasi 5,071. Setelah

melakukan senam tera nilai rata-rata tekanan darah sistole yaitu 137,33 dengan

standar deviasi 9,612 dan diastole 89,33 dengan standar deviasi 7,037.

Menurut Pangaribuan & Batubara (2022). Senam tera adalah suatu kegiatan

yang dilakukan untuk melatih kekuatan fisik, mental dan dapat memperbaiki dan

meningkatkan kondisi dan fungsi jantung, peredaran darah serta mengontrol

hipertensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pangaribuan & Batubara

(2022) yang berjudul “Senam Tera Untuk Menurunkan Tekanan Darah Lansia Di

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai”. Hasil yang diperoleh setelah

melakukan kegiatan tersebut pada pengetahuan lansia menunjukkan 65 % lansia

mau menerapkan senam tera. Senam tera dapat menurunkan tekanan darah pada

lansia dan dapat menurunkan resiko penurunan curah jantung agar dapat

melakukan aktivitas fisik secara mandiri.

Analisis peneliti dari hasil penelitian dalam pemberian senam tera pada

penderita hipertensi memiliki pengaruh dalam penurunan tekanan darah pada saat

sebelum dan sesudah melakuka senam tera. Maka dapat disimpulkan bahwa
38

senam tera termasuk aktivitas fisik yang bisa menjadi pilihan untuk membantu

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

5. Pemberian Metode Low Impact Aerobic

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Comang, et al. (2018) di peroleh

hasil analisa data menggunakan uji wilcoxon bahwa penurunan tekanan darah

setelah di berikan low impact aerobic dengan nilai p value <0.05 dimana hari I

nilai p valeu tekanan darah sistole adalah 0.004 dan diastole 0.015, hari II nilai p

value tekanan darah sistole adalah 0.027 dan diastole 0.000 dan pada hari III nilai

p value tekanan darah sistole adalah 0.021 dan diastole 0.000.

Metode Low Impac Aerobic adalah gerakan senam yang dilakukan dengan

cara ringan (benturan ringan), gerakan tidak perlu membutuhkan kekuatan dan

kekerasan dan biasanya akan relative lebih lambat dalam mengikuti irama musik.

Olahraga low impact aerobic salah satu olahraga yang tepat di lakukan oleh lansia

terutama yang mengalami hipertensi salah satunya yaitu senam aerobik. Senam

yang dilakukan oleh lansia yaitu senam yang meggunakan gerakan ringan,

intensitas sedang, mudah dilakukan dan menghindari gerakan loncat- loncat yang

disebut dengan low impact. Gerakan ini dapat memacu kerja jantung dengan

intensitas ringan sedang, bersifat menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan

sebagai besar otot tubuh serasi sesuai gerak sehari- hari (Nurafifah, 2021).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widjayanti, et al. (2019)

yang berjudul “Pengaruh Senam Low Impact Aerobic Training Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi”. Hasil sig (p)

sistolik sebelum dan sesudah diberikan senam aerobic low impact training = 0,725
39

sedangkan nilai sig (p) diastolik = 0,919. Hasil ini menunjukan nilai p > α yang

berarti tekanan darah berdistribusi normal dengan α = 0,05.

Analisis peneliti dari hasil penelitian dalam pemberian low impact aerobic

pada penderita hipertensi memiliki pengaruh dalam penurunan tekanan darah

sebelum dan sesudah melakukan senam low impact aerobic. Maka dapat

disimpulkan bahwa senam low impact aerobic dapat membantu dalam penurunan

tekanan darah dan termasuk kedalam aktivitas fisik yang bisa menjadi pilihan

untuk membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

6. Pemberian Senam Lansia

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Juliastanti, et al. (2021) di peroleh

hasil analisa data menggunakan uji T-Test memperoleh nilai yang signifikan 0,000

(p value <0,05), nilai probabilitas <0,005 dengan hasil persen N Gain score

51,11%. Niali rata-rata tekanan darah sebelum perlakuan mengalamai penurunan

151/86 mmHg menjadi 143/83 mmHg. Dapat di lihat bahwa adanya pengaruh

senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.

Senam lansia merupakan kumpulan gerak nada yang teratur dan terearah

serta terencana yang akan diikuti oleh lansia dalam bentuk latihan fisik yang

berpengaruh terhadap kemampuan fisik lansia. Aktifitas olahraga ini akan

membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat

dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh

Rahmiati & Zurijah, 2020).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyadi, et al. (2019)

yang berjudul “Gambaran Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi


40

Yang Melakukan Senam Lansia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum

melakukan senam lansia 11 orang (55%) mengalami hipertensi derajat 1, dan

hipertensi derajat 2 sebanyak 9 orang (45%). Tekanan darah pasien sesudah

melakukan senam lansia menunjukkan penurunan pada sebagian besar pasien

yaitu sebanyak 18 orang (90%), sedangkan sisanya 1 orang (5%) naik dan 1 orang

(5%) tetap.

Analisis peneliti dari hasil penelitian pada saat pemberian senam lansia bagi

penderita hipertensi memiliki pengaruh dalam penurunan tekanan darah baik itu

sebelum dan sesudah melakukan senam lansia. Dapat disimpulkan bahwa senam

lansia dapat membantu dalam penurunan tekanan darah dan termasuk kedalam

aktivitas fisik yang bisa menjadi pilihan untuk membantu menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi.

7. Pemberian Senam Ergonomik

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Suwanti, et al. (2019) di peroleh

hasil analisa data menggunakan uji wilcoxon menunjukkan p value sistolik =

0,000 lebih kecil dari p value (0,05), p value diastolik = 0,001 lebih kecil dari p

value (0,05). Maka dari hasil yang telah di jabarkan terlihat bahwa secara statistik

terdapat perubahan yang signifikan terhadap tekanan darah lansia dengan

hipertensi.

Senam ergonomik adalah salah satu senam yang di adaptasi dari gerakan

sholat. Manfaat dari senam ergonomik adalah untuk mengntrol tekanan darah,

kesehatan tubuh dan kebugaran tubuh. Ada juga beberapa manfaat dari senam

ergonomik seperti pengaktifan fungsi organ tubuh, mengaktifkan biolistrik dalam


41

tubuh dan melancarkan sirkulasi oksigen sehingga tubuh akan terasa segar dan

energi bertambah (Suwanti, et al. 2019).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyadi, et al. (2019)

yang berjudul “Penerapan Senam Ergonomik Terhadap Tekanan Darah Pada

Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar

Lampung Selatan”. Hasil dari peneliatan tersebut menunjukkan penurunan

tekanan darah pada subjek I hari pertama 160/100 mmHg hari ke lima 140/80

mmHg, subjek II 150/100 mmHg hari ke lima 130/80 mmHg.

Analisis peneliti dari hasil penelitian pemberian senam ergonomik bagi

penderita hipertensi memiliki pengaruh dalam penurunan tekanan darah baik itu

sebelum dan sesudah melakukan senam ergonomik. Maka dapat disimpulkan

bahwa senam ergonomik dapat membantu lansia hipertensi dalam penurunan

tekanan darah dan termasuk aktivitas fisik yang bisa menjadi pilihan untuk

membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

8. Pemberian Senam Yoga

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Maulidia, et al. (2019) di peroleh

hasil analisa data menggunakan uji paired sampel test menunjukkan terdapat

perbedan rata-rata niali tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan senam

yoga pada H0 kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan

rata-rata tekanan darah. Pada H1 sebelum dan sesudah diberikan perlakuan ada

perbedaan rata-rata tekanan darah dengan nilai ∝=0 , 05 jika Thitung >Ttabel dan

p value <0,05 maka H0 di tolak, maka di peroleh nilai tekanan darah sistolik
42

dengan p-value 0,121>0,05 dan tekanan darah diastolik dengan p-value

0,995>0,05.

Senam yoga adalah intervensi holistik yang menggabungkan antara postur

tubuh (asanas), teknik pernafasan (pranayamas) umumnya efektif dalam

mengurangi berat badan, tekanan darah kadar glukosa dan emosional. Senam yoga

merupakan aktivitas fisik yang mengkombinasikan antara penyatuan dan

pengontrolan dari panca indra dan tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa.

Terdapat beberapa gerakan yoga yang dapat menurunkan tekanan darah pada

lansia terdiri dari pranayama selama 30 menit, gerakanya terdiri dari puraka (tarik

nafas), kumbhaka (tahan nafas), recaka (hembuskan nafas) dilakukan pelan-pelan

dengan memusatkan pada 7 cakra tubuh. Lalu dilanjutkan gerakan Asana Yoga 30

menit, meliputi gerakan matsyendrasana, ardha pavanmuktasana, bidalasana,

uttaanpadasana, anuloma viloma dan savasana. Senam Yoga dilakukan 6x dalam

dua minggu efektif menurunkan tekanan (Setiyaningrum & Kusuma, 2020).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hendrati & Hidayah

(2018) yang berjudul “Pemberian Terapi Senam Yoga Terhadap Perubahan

Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Kabupaten Sidoarjo”.

diperoleh angka signifikan atau nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah dari

standart signifikan 0,05 atau ( ρ < ∝), dikarenakan ρ < ∝ , yang berarti ada

pengaruh senam yoga terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang

mengalami hipertensi.

Analisis peneliti dari hasil penelitian dalam pemberian senam yoga bagi

penderita hipertensi memiliki pengaruh dalam penurunan tekanan darah baik itu
43

sebelum dan sesudah melakukan senam yoga dan mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam penurunan tekanan darah.

Maka dapat disimpulkan bahwa senam yoga dapat membantu lansia

hipertensi dalam penurunan tekanan darah dan termasuk aktivitas fisik yang bisa

menjadi pilihan untuk membantu menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi.

9. Pemberian Senam Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Efliani, et al. (2022) di peroleh

hasil analisa data menggunakan uji T-test menunjukkan terdapat perbedan rata-

rata nilai pretest dan posttest sistole pada H1 p value = 0,000 dan diastole pretest

dan posttest p value = 0,001. Pada H2 pretest dan posttest sistole p value = 0,003

dan diastole pretest dan posttest diastole p value = 0,003. Pada H3 pretest dan

posttest sistole p value = 0,000 dan pretest dan posttest diastole p value = 0,00.

Senam hipertensi adalah salah satu jenis olahraga yang ditunjukkan untuk

penderita hipertensi dan lansia untuk mengurangi berat badan dan mengurangi

faktor yang mempertinggi hipertensi yang dilakukan selama 30 menit dan

dilakukan seminggu minimal dua kali. Tujuan lain dari senam hipertensi adalah

untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot-otot dan

rangka yang aktif khususnya terdapat otot jantung sehingga dapat menurunkan

tekanan darah. Setelah beristirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau

meregang, dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit

kemudian akan kembali pada tekanan darah sebelum senam (Sumartini, et al.

2019).
44

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Arisandi & Mardiah

(2022) yang berjudul “Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Lansia”. Didapatkan nilai rata-rata 160,6/100 tekanan darah pada

kelompok kontrol sebelum senam hipertensi adalah 140/90 dan kelompok

intervensi nilai rata-rata 159/96. Sesudah dilakukan senam hipertensi nilai rata-

rata tekanan darah pada kelompok kontrol 160/99,4 dan pada kelompok intervensi

nilai rata-rata 136,11/93,89.

Analisis peneliti dari hasil penelitian dalam pemberian senam hipertensi

bagi penderita hipertensi memiliki pengaruh dalam penurunan tekanan darah baik

itu sebelum dan sesudah melakukan senam hipertensi dan mempunyai pengaruh

yang signifikan dalam penurunan tekanan darah.

Maka dapat disimpulkan bahwa senam hipertensi dapat membantu lansia

hipertensi dalam penurunan tekanan darah dan termasuk aktivitas fisik yang bisa

menjadi pilihan untuk membantu menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi.

10. Pemberian Senam Jantung

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Efliani, et al. (2022) di peroleh

hasil analisa data menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedan

rata-rata nilai dari tekanan darah diastole yaitu Z sebesar 3.961 dengan p value

sebesar 0.000. dari nilai uji p value lebih kecil dari 0.05 (0.000<0.05). sehingga

dari penjelasan di atas dapat di artikan bahwa Ho di tolak, maka dari itu terdapat

perbedaan antara tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah

melakukan senam jantung.


45

Aktivitas fisik atau olahraga seperti senam dapat mendorong jantung bekerja

secara optimal salah satu jenis senam yang dapat dilakukan oleh lansia adalah

senam jantung sehat. Senam jantung sehat yaitu suatu kegiatan yang dilakukan

dengan latihan fisik mengutamakan kemampuan jantung serta menggerakkan

seluruh otot-otot tubuh, melenturkan sendi, meningkatkan pemasukkan oksigen ke

otot jantung dan bermanfaat untuk meningkatkan stamina, fungsi jantung,

pembuluh darah serta saluran pernapasan (Refor, 2020).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Merianti & Wijaya

(2022) yang berjudul “Pelaksanaan Senam Jantung Sehat Untuk Menurunkan

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Wherda Kasih

Sayang Ibu Batusangkar”. Hasil yang didapatkan adalah 145,33 mmHg dan rata –

rata tekanan darah diastolik adalah 88,00 mmHG, selain itu rata – rata tekanan

darah sistolik sesudah melakukan senam jantung sehat adalah 137,33 mmHg dan

rata – rata tekanan darah diastolik adalah 82,00 mmHG. Hasil analisa bivariat

diperoleh bahwa ada pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi (p≤0,05).

Analisis peneliti dari hasil penelitian dalam pemberian senam jantung bagi

penderita hipertensi memiliki pengaruh dalam penurunan tekanan darah baik itu

sebelum dan sesudah melakukan senam jantung dan mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam penurunan tekanan darah. Maka dapat disimpulkan bahwa senam

jantung dapat membantu lansia hipertensi dalam penurunan tekanan darah dan

termasuk aktivitas fisik yang bisa menjadi pilihan untuk membantu menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil literatur review diperoleh diperoleh dari 10 jurnal yang

sesuai dengan “Penerapan Aktivitas Fisik Pada Pasien Hipertensi”

diantaranya metode brisk walking exsercixe, senam lansia, senam jantung,

senam bugar, senam yoga, senam low impact aerobic, senam ergonomik,

senam hipertensi, senam tera, dan dance movement therapy. Dari 10 jenis

aktivitas fisik, senam bugar merupakan jenis aktivita fisik yang pling

efektif karena terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan seteleh

melakukan senam bugar. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa aktivitas

fisik yang disebutkan sebelumnya dapat menurunkan tekanan darah tinggi

bagi penderita hipertensi.

5.2 Saran

Dari hasil literatur review 10 jurnal maka diharapkan aktivitas fisik bagi

penderita hipertensi ini dapat diterapkan dan di laksanakan agar dapat

terwujudnya harapan hidup lebih baik dan sehat untuk masa yang akan datang.

46
47
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, I. S., et al. (2021). Pengaruh Senam Bugar Terhadap Tekanan Darah
Lansia Dengan Hipertensi : Studi Quasi Eksperimental. Jurnal Kesehatan
Vokasional, Vol. 6, 241-248.
Arindari, D. R., & Alhafis, H. R. (2019). Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Vol.Ix, 80-81.
Arisandi, Y., & Mardiah. (2022). Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, Vol. 7,
349-355.
Baeha, R. A., et al. (2020). Pengaruh Senam Jantung Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPT Puskesmas
Helvetia Medan 2020. Jurnal Imiah Keperawatan Imelda, Vol. 6, 105-110.
Comang, Susanti, R. W., Asrul, M., & Hidayatul , M. (2018). Pengaruh Low
Impact Aerobic Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tatewatu Kabupaten Konawe
Utara. Jurnal Keperawatan, Vol. 2, 8-14.
Damanik, H., & Ziraluo, A. A. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rsu
Imelda. Jurnal Keperawatan Priority, Vol. 1, 96-97.
Efliani, D., et al. (2022). Efektivitas Senam Hipertensi Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Di UPT PSTW Khusnul Khotomah Pekan
Baru. Jurnal Menara Medika, Vol. 4, 183-191.
Hendarti, E. S., & Hidayah, A. (2018). Pemberian Terapi Senam Yoga Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di
Kabupaten Sidoarjo. Prosiding Seminar Nasional Unimus, Vol. 1, 176-
182.
Juliastanti, E., et al. (2021). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Unit I
Kecamatan Sumbawa. Jurnal Kesehatan Dan Sains, Vol.4, 27-24.
Junaidin, N. (2017). Pengaruh Dance Movement Therapy Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Yang. Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan,
Vol. 2, 206-216.
Khasanah, U., & Nurjanah, S. (2020). Pengaruh Senam Tera Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. Indonesi Journal Of
Nursing Science And Practice, Vol. 3, 23-24.
Khosmah, Y. I. (2021). Penerapan Senam Egrenomik Terhadap Tekanan Darah
Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi UPTD PSLU Tresna Werda
Natar Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Baitul Hikmah, Vol. 1, 18-19.
Marleni, L., Syafei, A., & Sari, M. T. (2020). Aktivitas Fisik Dengan Tingkat
Hipertensi Di Puskesmas Kota Palebang. Jurnal Kesehatan Poltekes
Palembang, Vol. 15, 67.
Marsuna. (2022). Efektivitas Senam Jantung Sehat Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi. Musamus Journal Of Physical
Education And Sport (Mjpes), Vol. 4, 131-139.
Maulidia, A., & Bhakti, W. K. (2019). Efektivitas Senam Yoga Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjar Serasan Pontianak Timur. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan,
Vol. 10, 25-34.
Mulyadi, A., Sepdianto, T. C., & Hernanto, D. (2019). Gambaran Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Yang Melakukan Senam Lansia.
Journal Of Borneo Holistic Health, Vol. 2.
Nurafifah, A. S. (2021). Senam Aerobik Low Impact Dapat Menurunkan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan. Dohara Publisher Open Access Journal, Vol.
01, 36-41.
Nurbaiti, S., & Yuliana, A. R. (2020). Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi Dengan Teknik Brisk Walking Exercise Di Desa Angkatan
Kidul Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. Jurnal Profesi
Keperawatan, Vol. 7, 65-75.
Oktaviani, G. A., et al. (2022). Penerapan Senam Hipertensi Terhadap Tekanan
Darah Tinggi Pasien Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sari
Kec. North Metro Utara Tahun 2021. Jurnal Cendikia Muda, Vol. 2, 187.
Pangaribuan, R., & Batubara, K. (2022). Senam Tera Untuk Menurunkan Tekanan
Darah Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. Jurnal
Pengabdian Masyarakat, Vol. 2, 53-62.
Rahmatika, A. F. (2021). Hubungan Kebiasan Merokok Dengan Kejadian
Hipertensi. Jurnal Medika Hutama, Vol. 02, 707.
Rahmiati, C., & Zurijah, T. I. (2020). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Penjaskesrek, Vol. 7, 15-27.
Setiyaningrum, I. P., & Kusuma, A. H. (2021). Pengaruh Yoga Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Lansia Hipertensi Di Panti Wreda Dewanata
Slarang Cilacap Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, Vol. 14, 133-
141.
Sumartini, N. P., Zulkifli, & Adhitya, M. P. (2019). Pengaruh Senam Hipertensi
Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas. Jurnal Keperawatan Terpadu, Vol. 1, 47-55.
Suswanti, et al. (2019). Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tekanan Darah
Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Vol. 1,
1-12.
Waluyo, A., et al. (2019). Pengaruh Dance Movement Therapy Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. Journal Of
Telenursing, Vol. 1, 215-225.
Widia, C., et al. (2021). Literatur Review: Pengaturan Tekanan Darah Dengan
Low Impact Exercise Pada Penderita Hipertensi Di Masa Pandemi Covid-
19. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 101.
Widjayanti, Y., et al. (2019). Pengaruh Senam Lansia Aerobic Low Impact
Training Terhadap Penurunan Tekanan. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, Vol. 4, 137-142.
Wulan, S. S., & Khomsah, I. Y. (2021). Penerapan Senam Egrenomik Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di UPTD PSLU.
Jurnal Kesehatan Baitul Hikmah, Vol. 1, 17-23.
Yuanti, Y., & Nurhidayah. (2019). Senam Sehat Cegah Hipetensi Di Posyandu
RW 02 Harjamukti Depok. Jurnal Arsip Mpengabdian Masyrakat, Vol. 1,
19-20.
Zaen, N. L., & Sinaga, F. (2020). Pengaruh Metode "Brisk Walking Exercixe"
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kisaran Rantau Prapat Tahun 2020. Jurnal
Ilmiah Kebidanan Imelda, Vol. 6, 32-33.

Anda mungkin juga menyukai