Anda di halaman 1dari 71

SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN STABILITAS


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
DI PUSKESMAS PADANG LUAR
TAHUN 2022

WAHYU MUSTIKA RANI

1811142010074

PRODI SI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMAD NATSIR YARSI

BUKITTINGGI

2022
SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN STABILITAS


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
DI PUSKESMAS PADANG LUAR
TAHUN 2022

Bidang ilmu Keperawatan Medikal Bedah

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan ( S. Kep )

Pada Program Studi S1 Keperawatan

Universitas Muhammad Natsir Yarsi Bukitinggi

WAHYU MUSTIKA RANI

1811142010074

PRODI SI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMAD NATSIR YARSI

BUKITTINGGI

2022

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Proposal ini adalah karya saya sendiri,

dan semua sumber baik dikutip maupun yang dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar

Nama : wahyu mustika rani

Nim : 1811142010074

Tanda tangan :

Tanggal : Oktober 2022

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

SKRIPSI ini telah disetujui

Otober 2022

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep) (Ns.Dian Anggraini S.Kep.,M.Kep,Sp.KMB)

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

(Ns. Sri Hayulita, S.Kep, M.Kep)

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Wahyu Mustika Rani

Nim : 1811142010074

Program Studi: S1 Keperawatan

Judul skripsi : Hubungan Aktifitas Fisik dengan Stabilitas Tekanan Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Padang Luar Tahun
2022

Telah berhasil dipertahankan dewan penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi S1 Keperawatan Universitas Mohammad Natsir Yarsi
Bukittinggi.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep ( )

Pembimbing II: Ns.Dian AnggrainiS.Kep.,M.Kep,Sp.KMB ( )

Penguji I : Ns. Sri Hayulita, S.Kep, M.Kep ( )

Penguji II : Ns. Pera Putra Bungsu S.Kep, M.Kep, Sp.Kom ( )

Ditetapkan di : Universitas Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi

Tanggal : Oktober 2022

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “

hubungan aktivitas fisik dengan stabilitas tekanan darah pada penderita

Diabetes Melitus di Puskesmas Padang Luar tahun 2022 “. Penulisan skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana

Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatn Universitas Muhammad Natsir

Yarsi Bukitinggi.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini, oleh sebab itu saya

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Afridian Wirahadi Ahmad, SE.,M.Sc.,Ak, CA, AAP-B selaku

rektor Universitas Muhammad Natsir Yarsi Bukitinggi

2. Bapak Ns. Junaidy Suparman Rustam, S. Kep., M.Kep selaku wakil

rektor 1 dan ibu Ns. Reny Chaidir, S. Kep., M.Kep selaku wakil rektor

2 Universitas Muhammad Natsir Yarsi Bukitinggi

3. Ibu Ns. Liza Merianti S. Kep., M.Kep selaku dekan Fakultas ilmu

kesehatan Universitas Muhammad Natsir Yarsi Bukitinggi

4. Ibu Ns. Sri hayulita S. Kep., M.Kep selaku ketua program Studi S1

Keperawatan Universitas Muhammad Natsir Yarsi Bukitinggi

5. Ibu Ns. Aulia Putri S. Kep., M.Kep selaku pembimbing 1 dan ibu

Ns.Dian Anggraini S. Kep., M.Kep, Sp. KMB selaku pembimbing 2

v
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan fikiran untuk mengarahkan

sayadalam penyusunan proposal ini.

6. Ibu dosen beserta staf pengajar di Program Studi Ilmu Kesehtan

Universitas Muhammad Natsir Yarsi Bukitinggi yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan serta nasehat selama

menjalani pendidikan

7. Teristimewa kedua orang tua saya, bapak Asril dan ibu Elizar yang

telah memberikan dukungan material dan moral serta do’a dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman Mahasiswa prodi S1 Keperawatan Universitas

Muhammad Natsir Yarsi Bukitinggi yang telah memberikan masukan,

kritik dan saran yang sangat berguna dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Dan juga ucapan terima kasih untuk diri saya sendiri sehingga sudah

mampu sampai pada totik ini dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari

kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membagun. Harapan penulis, semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua ,

khususnya dibidang kesehatan, atas segala bantuan yang telah diberikan penulis

mendoakan budi baik Bapak /Ibu akan dibalas oleh Allah SWT

Galuang, Oktober 2022

Penulis

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi, saya

yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Wahyu Mustika Rani

NIM : 1811142010074

Program Studi : S1 Keperawatan

Jenis Karya : skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi Hak bebas royalti noneklusif

(Non-exclusive Royalty free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Stabilitas Tekanan Darah Pada Penderita

Diabetes Melitus Di Puskesmas Padang Luar Tahun 2022

Dengan Hak Bebas RoyaltyNon ekslusive ini Universitas Mohammad

Natsir Bukittinggi berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan skripsi

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Galuang

Pada tanggal :

Yang menyatakan

(Wahyu Mustika Rani)

vii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR YARSI BUKITINGGI

SKRIPSI, Oktober 2022

Nama : Wahyu Mustika Rani

Judul skripsi : Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Stabilitas Tekanan Darah


Penderita Diabetes Melitus Di Pukesmas Padang Luar Tahun 2022

Jumlah halaman:xiv +71 halaman + 9 tabel + 9 lampiran

ABSTRAK

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. Penderita Diabetes Melitus memiliki kecederungan memiliki tekanan
darah yang tidak stabil. Salah satu penatalaksanaan Diabetes Melitus adalah
aktifitas fisik, menurut beberapa jurnal menjelaskan aktifitas fisik yang teratur
dapat mempengaruhi tekanan darah agar stabil. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan darah pada
penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Padang Luar bulan September tahun
2022. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah semua penderita Diabetes Melitus yang
berobat di Pukesmas Padang Luar bulan september tahun 2022. Teknik
pengambilan sampel adalah accidental sampling didapat jumlah sampel sebanyak
60 responden. Intrumen penelitian ini adalah lembar kuisoner aktifitas fisik
penderita Diabetes Melitus. Hasil penelitian didapatkan 37 responden (61,7%)
memiliki tekanan darah yang tidak stabil dan 25 respoden (41,7%) dengan
aktifitas sedang Analisa bivariat mengunakan uji Spearman Rank didapat nilai
p=0,000(p=<0,05) yang artinya ada hubungan antara aktifitas fisik dengan
stabilitas tekanan darah pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Padang
Luar tahun 2022, sedangkan didapat nilai r=0,471 yang artinya kekuatan adalah
korelasi sedang. Kesimpulannya adalah sebagian besar aktifitas fisik penderita
Diabetes Melitus di Puskesmas Padang Luar tahun 2022 adalah aktifisitas fisik
dengan tekanan darah yang tidak stabil. saran peneliti untuk penderita Diabetes
Melitus mamiliki tekanan darah yang stabil

Kata kunci : Diabetes Melitus, aktifitas fisik, stabilitas tekanan darah

Daftar bacaan :(2012-2022)

viii
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
MOHAMMAD NATSIR YARSI UNIVERSITY BUKITINGGI
Thesis, October 2022
Name : Wahyu Mustika Rani
Thesis title : The Relationship between Physical Activity and Blood
Pressure Stability of Diabetes Mellitus Patients at the
Padang Luar Public Health Center in 2022
Number of pages :xiv + 71 pages + 9 table + 9 attchment
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by hyperglycemia resulting
from defects in insulin secretion, insulin action or both. People with diabetes
mellitus have a tendency to have unstable blood pressure. One of the
managements of Diabetes Mellitus is physical activity, according to several
journals explaining that regular physical activity can affect blood pressure to
stabilize. This study aims to determine the relationship between physical activity
and blood pressure stability in patients with diabetes mellitus at the Padang Luar
Public Health Center in September 2022. This type of research was quantitative
with a cross sectional research design. The population of this study were all
people with diabetes mellitus who were seeking treatment at the Padang Luar
Public Health Center in September 2022. The sampling technique was accidental
sampling, with a total sample of 60 respondents. The instrument of this research
is a physical activity questionnaire sheet for people with diabetes mellitus. The
results showed that 37 respondents (61.7%) had unstable blood pressure and 25
respondents (41.7%) with moderate activity. Bivariate analysis using the
Spearman Rank test obtained p value = 0.000 (p = <0.05) which means there is a
relationship between physical activity and blood pressure stability in people with
diabetes mellitus at the Padang Luar Public Health Center in 2022, while the
value of r = 0.471 which means that the strength is a moderate correlation. The
conclusion is that most of the physical activities of people with Diabetes Mellitus
at the Padang Luar Public Health Center in 2022 were physical activities with
unstable blood pressure. Researchers advice for people with Diabetes Mellitus to
have stable blood pressure
Keywords : Diabetes Mellitus, physical activity, blood pressure stability
Reading list :(2012-2022)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
A.Diabetes Melitus ................................................................................................ 7
1. Definisi Diabetes Melitus ......................................................................... 7
2. Klasifikasi Diabetes Melitus .................................................................... 7
3. Faktor resiko Diabetes Melitus................................................................. 8
4. Manifestasi klinis Diabetes Melitus ....................................................... 11
5. Kriteria diagnosis Diabetes Melitus ....................................................... 12
B.Tekanan Darah ................................................................................................ 13
1. Definisi Tekanan Darah ............................................................................. 13
2. Klasifikasi tekanan darah .......................................................................... 13
3. Pengukuran tekanan darah ......................................................................... 14
4. Tekanan Darah pada penderita Diabetes Melitus....................................... 15
C.Aktivitas Fisik .................................................................................................. 15
1. Definisi aktifitas fisik ................................................................................. 15
2. Jenis jenis aktivitas fisik ............................................................................ 16
3. Manfaat aktivitas fisik ................................................................................ 18

x
4. Pengukuran aktivitas fisik .......................................................................... 18
D.Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Penderita DM .. 20
E.Kerangka Teori ................................................................................................ 21
BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 22
A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 22
B. Hipotesa Penelitian..................................................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 24
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 24
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 24
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................................... 26
E. Definisi Operasional................................................................................... 27
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 27
G. Uji validitas dan Uji reabilitas.................................................................... 28
H. Etika Penelitian .......................................................................................... 29
I. Pengumpulan Data ..................................................................................... 30
J. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................................ 32
BAB VHASIL PENELITIAN ............................................................................ 36
A. Gambaran Umun Penelitian ....................................................................... 36
B. Analisa Univariat ....................................................................................... 36
C. Analisa Bivariat .......................................................................................... 38
BAB VIPEMBAHASAN..................................................................................... 40
A. ANALISA UNIVARIAT ........................................................................... 40
B. ANALISA BIVARIAT .............................................................................. 45
BAB VIIKESIMPULAN ......................................... Error! Bookmark not defined.
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 49
B. SARAN ...................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi Tekanan Darah ........................................................14

Tabel 2.1 Formula Perhitungan MET .......................................................19

Tabel 4.1 Definisi Operasional .................................................................27

Tabel 4.2 interpretasi uji korelasi sperman rank ......................................34

Tabel 5.1 distribusi frekuensi jenis kelamin..............................................36

Tabel 5.2 distribusi frekuensi jenis usia.....................................................37

Tabel 5.3 aktifitas fisik penderita DM.......................................................37

Tabel 5.4 stabilitas tekanan darah pendeita DM.......................................38

Tabel 5.5 hubungan aktivitas fisik dengan stabilitas tekanan darah pada
penderita Diabetes Melitus.........................................................................38

xii
DAFTAR BAGAN

Skema 2.1 kerangka teori ..........................................................................21

Skema 3.1 kerangka konsep ......................................................................23

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : jadwal kegiatan penelitian

Lampiran 2 : Curiculum Vitae

Lampiran 3 : surat izin penelitian

Lampiran 4 : lembar konsul skripsi

Lampiran 5 : surat pemohonan menjadi responden

Lampiran 6 : Informed Consent

Lampiran 7 : kuisoner penelitian

Lampiran 8 : master tabel

Lampiran 9 : pengolahan data SPSS

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupkan salah satu penyakit metabolik

yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)

yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya

(ADA, 2014). Menurut WHO DM merupakan salah satu penyakit

degenertif atau Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi ancaman

serius kesehatan global. Prevalensi DM terus meningkat selama beberapa

dekade terakhir (WHO, 2016). Pada tahun 2021, International Diabetes

Federation (IDF) melaporkan 537 juta orang menderita DM. Indonesia

menduduki peringkat kelima didunia setelah China, India, Pakistan dan

Amerika Serikat, penderita DM di Indonesia yaitu sebanyak 19,5 juta

(IDF, 2021). Menurut data dari Rikesdas (2018) di Indonesia prevalensi

penderita DM cenderung meningkat. Pada tahun 2013 prevalensi DM

6.9% dan di tahun 2018 menjadi 8,5%. Peningkatan prevalensi penderita

DM hampir disemua provinsi di Indonesia termasuk Sumatera Barat

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Prevalensi total DM di

Sumatera Barat tahun 2018 adalah sebanyak 1, 6%, dimana Sumatera

Barat diurutan ke 23 dari 33 provinsi di Indonesia (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2020).

DM dikenal dengan the sillent killer, hal ini dikarenakan banyak

penderita DM tidak menyadari bahwa ia menderita DM, dan saat diketahui

telah terjadi komplikasi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

1
2

2020). Salah satu komplikasi atau penyakit penyerta DM adalah

hipertensi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya retensi natrium di ginjal

dan meningkatnya aktivitas saraf simpatik. Dua hal ini yang mampu

meningkatkan tekanan darah. Hipertensi pada penderita DM juga

disebabkan oleh hiperglikemia yang dapat meningkatkan angiotensin II

yang akan menyebabkan terjadinya hipertensi (Puspa et al., 2017).

Menurut penelitian Sustraini & Hadibroto ( 2010 ) dalam Prabowo ( 2019

) menjelaskan kadar gula darah yang tinggi pada penderita DM

menyebabkan gula darah menempel pada dinding pembuluh darah. Setelah

itu akan terjadi proses oksidasi antara gula darah dan protein pada dinding

pembuluh darah yang akan menjadi proses inflamasi. Keadaan ini

menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi keras dan kaku pada

akhirnya terjadi penyumbatan yang berakibat terhadap perubahan tekanan

darah yang dinamakan hipertensi.

Menurut penelitian Selim et al (2013) dalam Puspa et al (2017)

menjelaskan bahwa penderita DM dengan hipertensi memiliki resiko 7

kali lebih besar mengalami gagal ginjal dan 2-4 kali terjadi penyakit

kardivaskular seperti infark miokard, stroke, atau kematiandibandingkan

dengan penderita DM yang memiliki tekanan darah yang normal.

Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa DM sulit diobati dengan adanya

hipertensi (Cervoni, 2020). Komorbid yang utama pada penderita DM

adalah hipertensi (Eren et al., 2014). Sebuah studi epidemiologi yang

sejalan dengan hal ini menunjukan bahwa kejadian hipertensi 1,52 lebih

besar pada pasien DM dibandingkan pada pasien yang tidak DM


3

(Anthonia & Frank, 2014). Menurut Long (2011) dalam Prabowo (2019)

75% penderita DM mempunyai kecenderungan untuk terkena hipertensi

dua kali lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak DM.

Penelitian Colosia et al.,(2013) menyatakan sebuah literatur yang

mengidentifikasi 2.688 studi obsevasional tentang prevalensi hipertensi

pada penderita DM di seluruh dunia menemukan 50-70% kasus hipertensi

menyertai DM. Penelitian lain oleh Sun et al., (2019) dari 13.931 subjek

penyandang DM terdapat 85, 1% (11.855) diantaranya menderita

hipertensi. Dua penelitian ini sejalan dengan penelitian cross-sectional

yang di lakukan Bengszhi pada tahun 2017 yaitu terdapat 85,6%

prevalensi hipertensi pada penderita DM (Nouh et al., 2017).

Tatalaksana penderita DM dengan hipertensi harus lebih tepat dan

diperhatikan karena tidak terkendalinya kadar gula darah pada penderita

DM dapat dicegah dengan menerapkan lima pilar penatalaksanaan yaitu

terapi nutrisi, aktivitas fisik, terapi farmakologis, edukasi, dan monitoring

kadar gula darah (PERKENI, 2021). Salah satu pilar penting dalam

pengelolaan DM adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dianjurkan

pada penderita DM adalah olahraga yang bersifat aerobik, dan aktivitas

fisik beritensitas sedang. Menurut penelitian Plotnikoff (2013) dalam

Canadian Journal of Diabetes menjelaskan bahwa aktivitas fisik adalah

kunci dalam pengelolaan DM sebagai pengonrol gula darah dan

memperbaiki faktor resiko kardiovaskular seperti menurunkan

hiperinsulinemia, meningkatkan sensitivitas insulin serta menurunkan

tekanan darah.
4

Penelitian Pangestu (2020) menjelaskan aktivitas fisik yang rendah

akan meningkatkan resiko hipertensi sebesar 23,6 kali pada penderita DM.

penelitian lain juga menyebutkan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan

secara teratur memiliki efek yang baik dan menguntungkan terhadap

kesehatan yaitu terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi (Atun et al.,

2014). Menurut penelitian Febby (2012) dalam Kustiani (2020)

menjelaskan aktivitas fisik yang dilakukan penderita DM dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.

Sebaliknya, orang yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderung

memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung

harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering

otot jantung memompa , makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri

(Anggara & Prayitno, 2013)

Pukesmas Padang Luar adalah salah satu pusat pelayanan

kesehatan yang terletak dikabupaten Agam, lebih tepatnya di kecamatan

Banuhampu. Pukesmas yang berada dekat jalan raya ini di tunjang oleh

sumber daya , sarana dan prasarana yang cukup memadai dan dekat

dengan jalan raya sehingga memudahkan masyarakat untuk berkunjung

ke pelayanan kesehatan ini. Salah satu pelayanan di Pukesmas ini adalah

pelayanan pada penderita DM. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti di Pukesmas Padang Lua terhadap 7 orang penderita DM, 4

diantaranya memiliki tekanan darah berkisar antara 145/100 Sampai

175/110. Secara garis besar aktivitas fisik penderita DM yang

diwawancarai mempunyai aktivitas seperti berkebun dan berdangang.


5

Dari hasil wawancara juga didapatkan bahwa penderita DM jarang

melakukan olahraga bahkan 2 orang tidak pernah melakukan olahraga

sama sekali .

Bedasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan

penlitian tentang “Hubungan Aktivitas Fisik Stabilitas Tekanan Darah

pada Penderita Diabetes Melitus di Pukesmas Padang Luar Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka

rumusan masalah pada penelitian adalan apakah ada hubungan aktivitas

fisik dengan stabilitas tekanan darah pada penderita Diabetes Melitus di

Pukesmas Padang Luar Tahun 2022 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan stabilitas tekanan

darah pada penderita diabetes melitus di Pukesmas Padang Luar

Tahun 2022

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik penderita Diabetes

Melitus di Pukesmas Padang Luar tahun 2022

b. Diketahuinya distribusi frekuensi aktivitas fisik penderita Diabetes

Melitus di Pukesmas Padang Luar tahun 2022

c. Diketahuinya distribusi frekuensi stabilitas Tekanan Darah

penderita Diabetes Melitus di Pukesmas Padang Luar tahun 2022


6

d. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan Tekanan Darah

penderita Diabetes Melitus di Pukesmas Padang Lua tahun 2022

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Sebagai pengaplikasian dari teori yang diperoleh selama pembelajaran

serta menambah wawasan , pengetahuan dan cara berfikir penulis

sebagai pengaplikasian ilmu pengetahuan tentang cara penelitian dan

sebagai pengalaman yang berharga yang dapat menjadi bekal penulis

dimasa depan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan

wawasan tentang hubungan aktivitas fisik dengan Tekanan Darah pada

penderita Diabetes Militus.

2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan referensi serta menambah koleksi pustaka tentang

hubungan aktivitas fisik dengan Tekanan Darah pada penderita

Diabetes Melitus

3. Bagi instutusi Pukesmas Padang Lua

Sebagai bacaan keilmuan di Pukesmas Padang Lua tentang keteikaitan

aktivitas fisik dengan Tekanan Darah pada penderita Diabetes

Melitus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah suatu kondisi kronis dimana gula dalam

darah mengalami peningkatan yang dikarenakan tubuh di bisa

menghasilkan insulin atau memperkejakan insulin. Insulin dapat

diartikan sebagai hormon penting yang dihasilkan oleh tubuh, lebih

tepatnya pankreas. Transport glukosa dari darah ke sel sel tubuh, dan

dimana terjadinya perubahan glukosa menjadi energi (IDF, 2021)..

Kekurangan insulin atau ketidakmampuan insulin merespon,

mnyebabkan kadar glukosa menjadi meningkat (hiperglikemia) yang

merupakan ciri dari diabetes (IDF, 2021).

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang tidak menular

ditandai dengan kelemahan tubuh dalam melakukan metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein, hai ini nantinya dapat menyebababkan

naiknya kadar gula dalam dalam darah. ( Black & Hawks (2014) dalam

Qifti et al. (2020)

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi diabetes melitus menurut PERKENI (2021) dibagi menjadi

4 yaitu:

a. Diabetes melitus tipe 1 (perusakan sel beta pankreas

memerlukan insulin estrogen seumur hidup, berhubungan

7
8

dengan defisiensi insulin) biasnya terjadi pada usia muda.

Penyebabnya bukan karena faktor keturunan, melainkan faktor

autoimun.

b. Diabetes melitus tipe 2. Tipe DM yang umum terjadi, biasanya

terjadi pada oarang dewasa. Bila tidak di kendalikan dapat

menyebabkan komplikasi

c. Diabetes gestasional. Diabetes yang terdiagnosis di trimester

kedua atau ketiga kehamilan, dimana sebelum masa kehamilan

tidak terdiagnosis diabetes, jika tidak di tangani secara dini

berisiko komplikasi persalinan, menyebabkan berat badan bayi

rendah, bahkan menyebakan kematian bayi dalam kandungan.

d. Diabetes melitus tipe lain. Sindroma diabetes monogenik(

diabetes neonatal, maturity onset diabetes of the young ),

penyakit esokri prakreas ( fibrosis kistik, pankreatitis ),

disebabkan oleh obat atau zat kimia

3. Faktor resiko Diabetes Melitus

Faktor faktor resiko kejadian Diabetes Melitus sebagai berikut:

a. Faktor genetik

Menurut naskah lengkap Diabetes Melitus menjelaskan bahwa

faktor genetik merupakan faktor yang sangat besar menyebabkan

seseorang menderita DM, meskipun gen spesifik yang bertanggung

jawab belum diketahui (Ritonga & Annum, 2019)


9

b. Faktor usia

Semakin tua seseorang semakin besar pula resiko menderita DM,

ketika usia seseorang bertambah akan menyebabkan resistensi

insulin yang berakibat tidak stabilnya gula darah dan berujung

menjadi DM (Isnaini & Ratnasari, 2018)

c. Soegondo dalam Amtira (2015) menyatakan bahwa “penyakit

Diabetes Mellitus ini sebagian besar dijumpai pada perempuan

dibandingkan laki- laki karena terdapat perbedaan dalam

melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari- hari yang sangat

mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut

merupakan salah satu factor risiko terjadinya penyakit Diabetes

Mellitus.

Wanita memiliki resiko untuk terkena Diabetes Mellitus tipe II

dibandingkan dengan laki- laki karena gaya hidup tidak sehat

sehingga menyebabkan peningkatan angka obesitas pada wanita

dan dari factor hormonal terutama hormone estrogen pada wanita

mempunyai resiko tinggi dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe II

(Muflihatin & Komala, 2015).

d. Faktor pola makan

Orang yang melaksanakan pola makan yang sehat akan

mengurangi resiko seseorang menderita DM dibandingkan orang

yang tidak melaksanakan pola makan sehat (Isnaini & Ratnasari,

2018)

e. Faktor obesitas
10

Orang yang mengalami kegemukan (obesitas) berisiko lebih tinggi

menderita DM dibanding orang yang tidak mengalami kegemukan.

Komplikasi obesitas menyebabkan tergannggunya insulin

membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa sehingga tubuh

mengalami kelebihan glukosa (Nangge et al., 2018).

f. Faktor kebiasaan merokok

Penelitian yang telah dilakukan oleh Halim (2017) menyatakan

bahwa merokok beresiko menderita DM, semakin tinggi frekuensi

merokok semakin tinggi pula kadar glukosa darah yang berakibat

DM, hal inidisebabkan oleh banyaknya kandungan nikotin dalam

rokok menyebabkan resistensi insuln dan sekresi insulin turun oleh

sel beta

g. Faktor stress

Respon stress yaitu sekresi sistem saraf simpatis untuk

mengeluarkan norepinefrin yang menyebabkan peningkatan

frekuensi jantung. Hal ini yang menyebabkan glukosa darah

meningkat guna sumber energi untuk perfusi. Stres merupakan

faktor yang berpengaruh penting bagi penyandang DM

peningkatan hormon stres diproduksi dapat menyebabkan kadar

gula darah menjadi meningkat. Kondisi yang rileks dapat

mengembalikan kotra-regulasi hormon stres dan memungkinkan

tubuh untuk menggunakan insulin lebih efektif. Pengaruh stres

terhadap peningkatan kadar gula darah terkait dengan sistem


11

neuroendokrin yaitu melalui jalur Hipotalamus-PituitaryAdrenal

(Derek et al., 2017)

4. Manifestasi klinis Diabetes Melitus

Beberapa keluhan atau gejala yang dialami oleh penderita Diabetes

Melitus menurut Lestari et al.,(2021) yaitu

a. Gejala khas Diabetes Melitus

1. Poliuri (sering buang air kecil)

Sering buang air kecil pada penderita DM dikarenakan

tingginya kadar gula darah di ginjal ( >180 mg/dl ) sehingga

kadar gula tersebut dikeluarkan melalui urine, untuk

mengurangi kosentrasi urine yang keluar, tubuh menyerap air

yang cukup banyak. Normal urine yang kita keluarkan adalah

sebanyak 1,5 liter sedangkan penderita DM mengeluarkan

urine lima kali lebih banyak dari orang normal, akibat dari

urine yang banyak keluar adalah tubuh menjadi dehidrasi dan

merasa haus sehinga penderita DM menjadi sering minum

(polidipsi)

2. Polifagi

Permasalahan pada penderita DM adalah insulin sehingga

pemasukan gula ke sel-sel tubuh sedikit dan energi yang

dihasilkan pun kurang. Hal ini yang menyebabkan penderita

DM merasa kurang bertenaga. Selain itu, sel menjadi miskin

gula sehingg otak berfikir bahwa kurang energi itu karena


12

kurang makan, maka tubuh berusaha meningkatkan asupan

makan dengan cara menimbulkan alarm rasa lapar.

3. Berat badan menurun

Ketika tubuh tidak mendapatkan energi yang cukup dari gula

karena kekurangan insulin, maka tubuh akan secepat mungkin

mengolah lemak dan protein menjadi energi, apabila hal ini

berlangsung lama maka orang akan tampak kurus. Penderita

DM bisa kehilangan 500 gram glukosa dalam urine per 24 jam

setara dengan 2000 kalori yang hilang dari tubuh.

b. Gejalan lain

Menurut Simatupang (2017) dalam Lestari et al., (2021) gejala

lain yang timbul pada penderita DM umunnya ditunjukan oleh

komplikasi dan paling sering dikeluhkan adalah kaki kesemutan,

gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung sembuh, dan paling

mengkhawatirkan adalah gatal pada derah selakangan ( pruritus

vulva )

5. Kriteria diagnosis Diabetes Melitus

Menurut (Kementrian kesehatan republik indonesia, 2020)

penegakan diagosa Diabetes Melitus dengan cara pengukuran gula

darah. Pengukuran yang disaran dengan pemeriksaan enzimatik dengan

sampel plasma darah vena. Kriteria diagnosis Diabetes Melitus ada 4

yaitu :
13

a. Glukosa plasma saat puasa mencapapi ≥ 126 mg/dL. Keadaan

puasa yang dimaskud adalah selama 8 jam tidak ada asupan

kalori.

b. Glukosa plasma mencapai ≥ 200 mg/dL yang pemeriksaannya

dilakukan dengan beban glukosa 75 gram 2 jam setelah TTGO

(Tes Toleransi Glukosa Oral).

c. Dilakukan pemeriksaan yang berstandar NGSP (National

Glychohaemoglobin Standardization Program) dimana HbA1c

≥ 6,5%.

d. Glukosa plasma sewaktu mencapai ≥ 200 mg/dL dengan

keluhan klasik

B. Tekanan Darah

1. Definisi Tekanan Darah

Menurut Abaa (2017) Tekanan darah merupakan tekanan yang

diberikan darah pada dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh

dorongan darah terhadap dinding arteri ketika darah dipompa dari

jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi tergantung pada

pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi

terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling

rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik) . Dimana

normalnya tekanan darah sistolik adalah 120 mmHg dan nilai normal

tekanan darah diastolik adalah 80 mmHg.

2. Klasifikasi tekanan darah


14

Tekanan darah tinggi ( hipertensi ) dan tekanan darah rendah (

hipotensi ) merupakan kelainan tekanan darah (Anggara & Prayitno,

2013). Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batas

tekanan darah normal, jika tekanan darah lebih dari batas normal

seseorang akan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi,

sebaliknya jika tekanan darah kurang dari batas normal seseorang akan

menderita tekanan darah rendah atau hipotensi (Huda, 2016)

Menurut Triyanto (2014) dalam buku pelayanan keperawatan bagi

penderita hipertensi secara terpadu. Klasifikasi tekanan darah adalah

sebagai berikut ;

Tabel 2. 1 klasifikasi tekanan darah

Kategori stadium TDS ( mmHg ) TDD ( mmHg )

Hipotensi <120 < 60

Normal 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-90

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 >160 >100

Sumber :Triyanto (2014)

3. Pengukuran tekanan darah

Alat pengukur tekanan darah adalah Sphygmomanometer atau yang

umum kita sebut dengan tensimeter. Menurut Budi (2016) ada 3 tipe

Sphygmomanometer yaitu yang mengunakan air raksa (merkuri),

aneroid, dan elektrik. Sphygmomanometer yang mengunakan air raksa

adalah yang paling akurat. Tingkat bacaannya dimana detak pertama


15

yang terdengar adalah tekanan sistolik, sedangkan bunyi detak

menghilang atau bunyi detak terakhir adalah tekanan distolik. Prinsip

dari penggunaan Sphygmomanometer aneroid adalah

menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan darah kapsul metalis

tipis yang menyimpan udara didalamnya. Sphygmomanometer

elektronik adalah alat pengukur tekanan darah yang terbaru dan lebih

mudah digunakan dibandingkan Sphygmomanometer air raksa dan

aneroid, tetapi akurasi dari Sphygmomanometer elektronik relatif

rendah

4. Tekanan Darah pada penderita Diabetes Melitus

Dalam JNC VIII penderita DM berusia diatas 18 tahun disaran

memulai terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan darah pada

tekanan darah sistolik (SBP) ≥140 mmHg atau tekanan darah sistolik

(DPB) ≥90 mmHg dan memberi terapi hingga target SBP kurang dari

140 mmHg dan target DPB kurang dari 90 mmHg. Kendalinya tekanan

darah pada penderita DM diketahui melalui hasil pengukuran tekanan

darah yang dilakukan minimal dua kali pengukuran pada kunjungan

yang berbeda (Njoto, 2014)

C. Aktivitas Fisik

1. Definisi aktifitas fisik

Menurut Kemenkes (2017) aktuvitas fisik adalah setiap gerakan tubuh

yang meningkatkan pengeluaran energi, aktifitas fisik sebaiknya

dilakukan 30 menit perhari ( 150 menit perminggu). Sedangkan latihan


16

fisik adalah suatu bentuk aktivitas fisik terencana, terstruktur, dan

berkesinambungan dengan melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang

serta ditunjukkan untuk meningkatkaan kesehatan dan kebugaran.

Aktifitas fisik adalah segala bentuk dari gerakan tubuh yang

dihasilkan otot rangka dan menimbulkan pengeluaran energi yang

signifikan dibagi menjadi kategori ringan, sedang dan berat. Setiap

aktivitas yang dilakukan membutuhkan jumlah energi yang berbeda

sesuai dengan intensitas dan kerja otot. Menurut perkiraan WHO, berat

badan aktivitas fisik berhubungan dengan berbgai penyakit kronis dan

penyebab kematian global di seluruh dunia ( Habut & Nurmawan,

2018)

2. Jenis jenis aktivitas fisik

Menurut Kusumo (2021) aktivitas fisik dibagi menjadi 3 kategori

beddasarkan intensitas dan besaran kalori yang digunakan

a. Aktivias fisik berat : selama beraktifitas, tubuh mengeluarkan

banyak, denyut jantung dan frekuensi nafas meningkat sampai

terengah-engah. Energi yang keluarkan >7 Kcal/menit. Contoh dari

aktivitas fisik berat yaitu berlari, bermain sepak bola, bela diri, dan

mencangkul.

b. Aktivitas fisik sedang : saat melakukan aktivitas sedang tubuh

sedikit berkeringat, denyut jantung dan frekuensi nafas menjadi

lebih cepat. Energi yang dikeluarkan 3,5 – 7 Kcal/menit. Contoh


17

dari aktivitas fisik sedang yaitu berkebun, memcuci mobilbermain

bulu tangkis rekreasional, bersepeda.

c. Aktivitas fisik ringan : kengiatan yang hanya memerlukan sedikit

tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam

pernafasan. Energi yang dikeluarkan < 3,5 Kcal/menit. Contoh dari

aktivitas fisik ringan yaitu berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci,

menyetir, melukis.

IPAQ (2005) juga menklasifikasi tingkatan aktivitas fisik melalui kriteria

–kriteria sebagai berikut

a. Aktivitas berat : melakukan aktivitas yang berat minimal 3 hari

dengan intensitas minimal 1500 MET-menit/minggu, melakukan

kombinasi aktivitas sedang-berat dan berjalan dalam 7 hari dengan

intensitas minimal 3000 MET menit/minggu.

b. Aktivitas sedang : seseorang yang tidak memenuhi kriteria untuk

tingkat tinggi dan memiliki salah satu kriteria yang diklasifikasikan

yaitu : intensitas aktivitas berat minimal 20 menit/hari selama 3

hari atau lebih, melakukan aktivitas yang sedang selama 5 hari atau

lebih atau berjalan paling sedikit 30 menit / hari, melakukan

kombinasi aktivitas fisik yang berat, sedang, dan berjalan 5 hari

atau lebih dengan intensitas minimal 600 MET-menit/minggu.

c. Aktivitas ringan : seseorang yang tidak memenuhi salah satu dari

semua kriteria yang telah disebutkan dalam kategori aktivitas berat

dan sedang
18

3. Manfaat aktivitas fisik

Menurut American Diabetes Associaton (2021) menjelaskan bahwa

aktifitas fisik bermanfaat untuk menjaga tekanan darah dan kolesterol,

menurunkan resiko penyakit jantung dan stroke, menjaga berat badan,

memperkuat jantung dan memperbaiki sirkulasi darah, meperkuat

tulang dan otot, serta menurunkan gejala depresi dan memperbaiki

kualitas hidup.

Menurut Welis & Rifki (2016) manfaat aktifitas fisik adalah menjaga

tekanan tetap stabil dalam batas normal, meningkatkan daya tahan

tubuh terhadap penyakit, menjaga berat badan ideal, menguatkan

tulang dan otot, meningkat kelenturan tubuh, meningkat kebugaran

tubuh, serta manfaat secara psikis seperti mengurangi stress,

meningkatkan percaya diri, membagun rasa sportivitas, dan memupuk

rasa tanggung jawab

4. Pengukuran aktivitas fisik

Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengukur

aktivitas fisik. Secara umum ada 2 metode yaitu metode subjektif dan

metode objektif. Metode subjektif mengunakan kuesioner, buku harian

aktivitas fisik, atau dengan observasi langsung. Metode objektif dibagi

menjadi dua kategori yaitu penilaian secara langsung dengan metode

laboratorium dan metode lapangan , contohnya mengunakan

pedometer, pematauan denyut jantung dan accelerometer. Metode

subjektif dan metode objek dapat digabungkan untuk mendapatkan


19

nilai aktifitas fisik yang lebih koprehensif (Anggunadi & Sutarina,

2017)

Tabel 2.1Nilai MET dan formula untuk perhitungan MET- menit

No Aktivitas Nilai MET


1 Aktivitas fisik yang berhubungan dengan pekerjaan
a. Berjalan di tempat kerja (ringan) 3,3
b. Aktifitas sedang di tempat kerja 4,0
c. Aktifitas kuat di tempat kerja 8,0
Jumlah aktivitas di tempat kerja (MET-menit/minggu) = jumlah skor berjalan +
aktifitas intensitas sedang di tempat kerja + aktifitas intensitas berat di tempat kerja.

2 Aktivitas fisik yang berhubungan dengan transportasi


a. Berjalan untuk transportasi 3,3
b. Bersepeda untuk transportasi 6,0
Jumlah aktivitas untuk transportasi (MET-menit/minggu) = jumlah skor berjalan +
bersepeda untuk transportasi.
3 Kegiatan rumah tangga dan mengurus kebun
a. Aktifitas yang sangat kuat 5,5
(Catatan: nilai MET 5.5 menunjukkan bahwa mengurus kebun yang
kuat harus dianggap sebagai aktivitas intensitas sedang untuk
penilaian dan menghitung total aktivitas intensitas sedang.)
b. Aktifitas kuat mengurus kebun 4,0
c. Aktifitas sedang melakukan pekerjaan rumah tangga. 3,0
Jumlah pekerjaan rumah tangga dan mengurus kebun (MET-
menit/minggu) = jumlah aktifitas kuat mengurus halaman + aktifitas
sedang mengurus halaman + aktifitas sedang dalam pekerjaan rumah
4 Aktivitas fisik di waktu luang
a. Berjalan santai (ringan) 3,3
b. Aktifitas sedang saat waktu luang 4,0
c. Aktifitas kuat dalam waktu luang 8,0
Jumlah waktu luang (MET-menit/minggu) = jumlah berjalan santai + aktifitas
sedang waktu luang + aktifitas kuat dalam waktu luang
Sumber : (IPAQ., 2005)
20

D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Penderita

DM

Analisa hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah menurut

hasil penelitian Pangestu ( 2020 ) menunjukkan bahwa 98,7% penderita

DM dengan tekanan darah tinggi memiliki aktivitas fisik yang ringan dan

sebanyak 95,8% penderita DM yang memiliki tekanan darah normal

mempunyai aktivitas fisik yang sedang-tinggi. Penderita DM dengan

aktifitas fisik rendah (< 600 METS) memiliki kesempatan 23,6 kali lebih

besar terkena darah tinggi dibandingkan dengan penderita DM yang

memiliki aktivitas fisik sedang- tinggi ( > 600 METS ).

Menurut penelitian Febby (2012) dalam Kustiani (2020)

menjelaskan aktivitas fisik yang dilakukan penderita DM dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.

Sebaliknya, orang yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderung

memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung

harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering

otot jantung memompa , makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri

(Anggara & Prayitno, 2013)


21

E. Kerangka Teori

DIABETES MELTUS

Prankreas tidak dapat Retensi insulin


mesekresi insulin dan
gangguan kerja insulin
Retensi natrium di ginjal
dan meningkatkan saraf
Hiperglikemia
simpatik

Meningkatnya
anggiotensin II

Tekanan Darah

5 Pilar pengendalian DM

1.Terapi nutrisi Aktivitas fisik

2. Aktifitas fisik • Aktivitas fisik berat

3. Terapi farmakologi • Aktivitas fisik sedang


• Aktivitas fisik ringan
4. Edukasi
5. monitoring kadar
gula darah

Sumber : Puspa et al.,( 2017), Prabowo ( 2019 ), PERKENI ( 2021 )

Skema 2.1 kerangka teori


22

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan visualisasi hubungan antara berbagai

variabel, yang dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai teori

yang ada dan kemudian menyusun teorinya sendiri yang akan digunakan

sebagai landasan untuk penelitiannya (Masturoh , 2018).

Variabel independent adalah variabel yang dapat mempengaruhi

variabel lain, apabila variabel independent berubah maka variabel lain juga

akan berubah (Masturoh , 2018). Variabel independent pada penelitian ini

adalah aktivitas fisik pada penderita Diabetes Melitus.

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independent, variabel dependen akan berubah jika variabel independent

berubah (Masturoh, 2018). Variabel dependen pada penelitian ini adalah

tekanan darah pada penderita Diabetes Melitus

Adapun kerangka konsep penelitian ini mengambarkan hubungan

aktivitas fisik stabilisasi tekanan darah pada pasien Diabetes Melitus di

Pukesmas Padang Luar 2022 yang akan di gambarkan sebagai berikut :

Variabel independent variabel dependent

Aktivitas fisik Stabilitas Tekanan darah

skema 3. 1 Kerangka konsep hubungan


23

B. Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan sementara yang akan diuji

kebenaranya (Masturoh, 2018). Penellitian ini dilakukan untuk mengetahui

adanya hubungan aktivitas fisik dengan stabilitas tekanan darah pada

penderita DM di pukesmas Padang Lua. Berikut ini perumusan hipotesis

dari penelitian ini :

Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan stabilitas

tekanan darah pada penderita DM di pukesmas Padang

Luar tahun 2022

H0 : Tidak adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan

stabilisasi tekanan darah pada penderita DM di pukesmas

Padang Luar tahun 2022


24

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan desain penelitian

mengunakan pendekanatan cross-sectional, yaitu pengumpulan yang

dilakukan secara serentak dalam satu waktu terhadap variabel depeden

dan independen diobservasi pada waktu yang sama (Masturoh, 2018).

Penelitian ini menganalisis terkai hubungan aktivitas fisik dengan

stabilisasi tekanan darah pada penderita Diabetes Melitus di Pukesmas

Padang Lua.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pukesmas Padang Luar

2. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian yaitu dimulai bulan bulan Agustus 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Masturoh ( 2018 ) menjelaskan bahwa populasi adalah sekelompok

yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu

yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian menarik

kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita

Diabetes Melitus di Pukesmas Padang Luar dalam kurun waktu saat

penelitian berlangsung
25

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang telah mewakili

karakteristik dari populasi (Masturoh, 2018). Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah accdental sampling yaitu

pengambilan sampel yang kebetulan ada dilokasi penelitian pada saat

peneliti melakukan pengumpulan data. Responden yang kebetulan ada

dilokasi penelitian itulah yang diambil sebagai sampel penelitian.

Perhitungan besar sampel pada penelitian analisis korelatif dengan

mengunakan rumus (Dahlan, 2013)


2
Zα + Zβ
𝑛=( ) +3
1+r
0,5 ln 1 − r

1,96 + 1,645
𝑛=( ) +3
1 + 0,5
0,5 ln
1 − 0,5

3,605 2
𝑛=( ) +3
0,5 ln(3)

3,605 2
𝑛=( ) +3
0,549

𝑛 = 6,557377052 + 3

𝑛 = 42,99 + 3

𝑛 = 45,99

Dibulatkan menjadi 50

Keterangan:

n : jumlah sampel

Zα: kesalahan tipe I, Zα =1, 96


26

Zβ : kesalahan tipe II, Zβ = 1,645

r : korelasi minimal yang dianggap bermakana nilainya 0,5

ln : naltural logaritma

untuk mengantipasi kejadian dropout, peneliti menambah jumlah

sampel menjadi 60 responden

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kritera Insklusi

Kritera inklusi adalah karakteristik yang masuk dalam subjek yang

akan ditetli oleh peneliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah

a. Penderita DM yang rentang usia dari 25-65 tahun

b. penderita yang bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria subyek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian yang penyebabnya antara lain hambatan etis, menolak

sebagai responden atau berada pada suatu keadaan yang tidak

memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Cervoni, 2020).

a. Penderita DM yang mengalami gangguan dalam melakukan

aktivitas

b. Penderita yang menolak menjadi responden


27

E. Definisi Operasional

Tabel 4.1 definisi operasional

N Variabel Definisi Alat Skala ukur Hasil ukur


o operasional ukur
1 Variabel Setiap Internatio Ordinal 1. Aktivitas
. independe gerakan nal Fisik rendah
n yaitu tubuh yang Physical (Jika nilai
aktivitas dihasilkan Activity MET –
fisik pada oleh otot Ouitioner menit/
(IPAQ)
penderita rangka yang minggu <
DM memerlukan 600)
energi 2. Aktivitas
Fisik Sedang
(Jika nilai
MET –
menit/mingg
u > 600 - <
3000)
3. Aktivitas Fisik
Tinggi (Jika
nilai MET >
3000 )
Sumber: IPAQ., (2005)

2 Variabel Tekanan Sphygmo Ordinal 1.


. dependen yang manomet 1. Stabil
yaitu diterima oleh er (≤ 130/70-79
stabilitas pembuluh mmHg)
tekanan darah arteri 2. Tidak stabil
darah pada saat jantung
penderita memompa Sumber Abdurrosidi ea al
DM darah (2021)
keseluruh
tubuh
F. Instrumen Penelitian

Masturoh (2018) menjelaskan intrumen penelitian adalalah alat yang

diunakan dalam pengumpulan data pada sebuah penelitian. Intrumen

penelitian bisa berbentuk kuisoner atau daftar pertanyaan, formulir

observasi. Intrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data

dapat mengunakan intrumen yang telah digunakan pada penelitian


28

sebelumnya atau mengunakan intrumen tang dibuat sendiri. Pada

penelitian ini untuk mengetahui tekanan darah pada penderita DM

dilakukan pengukuran mengunakan Sphygmomanometer dan untuk

mengukur tingkat aktivitas fisik peneliti mengunakan kuisoner IPAQ.

Kuisoner IPAQ berisi pertanyaan tentang jenis aktivitas, durasi dan

frekuens seseorang melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu 7 hari

terakhir. Kuisoner IPAQ telah dikembangkan dan diuji untuk digunakan

pada orang dewasa (rentang usia 15-69 tahun) dan sampai pengembangan

dan pengujian lebih lanjut dilakukan penggunaan IPAQ dengan kelompok

usia yang lebih tua dan lebih muda tidak dianjurkan (IPAQ., 2005)

IPAQ.( 2005) metetapkan skor aktifitas fisik dengan rumus

METs-min/minggu :

METs Level (jenis aktivitas) X Jumlah Menit Aktivitas X Jumlah hari/minggu


.G.

G. Uji validitas dan Uji reabilitas

2. Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Maka perlu diuji dengan uji

korelasi antara nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total

kuisoner tersebut (Notoatmodjo, 2012)

Kuisoner aktivitas fisik dibuat bedasarkan Innternational Physical

Activity Questionnaire (IPAQ) untuk mengetahui bagaimana

aktivitas fisik seseorang. Kuesoner ini dilakukan uji validitas


29

sebelum melakukan penelitian dengan mengunakan teknik korelasi

pearson product moment yang dibantu dengan program SPSS for

windows.

Validitas dari kuisoner IPAQ memiliki nilai rata-rata sekitar 0,30

yang sebanding dengan kebanyakan studi validasi loporan mandiri

lainnya(Craig et al., 2003)

2. Uji reabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini harus

menunjukkan hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012)

Hasil penelitian yang telah dilakukan di 12 negara menunjukkan

bahwa reliabilitas data untuk kuesioner IPAQ ini menunjukkan koefisien

korelasi Spearman berkisar antara 0,96 (USA2) sampai 0,46 (SA Ru),

namun sebagian besar sekitar 0,8 menunjukkan pengulangan yang sangat

baik .

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka dari segi penelitian harus diperhatikan karena

manusia mempunyai hak asasi dalam penelitian. Pada penelitian ini

menggunakan etika penelitian terdiri dari informed consent, anonymity dan

confindentiality yaitu sebagai berikut :


30

1. Informed consent (lembar persetujuan) Lembar persetujuan

penelitian yang diberikan, dengan tujuan keluarga responden

mengetahui maksud dan tujuan serta dampak penelitian selama

pengumpulan data.

2. Anonymity (tanpa nama)

Kerahasiaan identitas responden tetap diperhatikan, untuk peneliti

tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data (kuesioner) yang diisi.

3. Confindentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh

keluarga responden dan hanya kelompok tertntu saja yang akan

dilaporkan sebagai hasil riset.

I. Pengumpulan Data

1 Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumber datanya (Masturoh, 2018).

Data primer pada penelitian ini yaitu melalui penyebaran kuesoner

IPAQ dan Sphygmomanometer

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai

sumber yang telah ada (Masturoh, 2018). Data yang didapatkan

dari petugas Pukesmas Padang Lua.


31

2 Cara pengambilan data

a. Tahap persiapan

1) Mengajukan permohonan izin penelitian dari Kepala Program

Studi S1 Keperawatan Universitas Mohammad Natsir Yarsi

Bukittinggi.

2) Setelah permohonan izin disetujui, peneliti kemudian

melanjutkan izin penelitian dari Dinas Kesehatan agam

b. Tahap pelaksanaan

1) Mengumpulkan data sekunder yaitu jumlah kunjungan dan

jumlah penderita DM di Puskesmas Padang Luar

2) Melakukan pemilihan sampel yang memenuhi kriteria inklusi

dan eklusi

3) Mengunjungi penderita DM

4) Permintaan persetujuan responden dengan memberikan

penjelasan secara lisan tentang kuesioner dan penelitian

5) Memastikan bahwa sampel bersedia untuk menjadi responden

dalam penelitian ini

6) Melakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum mengisi

kuesioner

7) Responden mengisi kuesioner

8) Mendampingi responden dalam mengisi kuesioner

9) Menjawab pertanyaan responden apabila ada hal yang tidak

dimengerti
32

10) Responden mengumpulkan kuesioner, kemudian setelah itu

data dikumpulkan dan dicek ulang

11) Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas

partisipasinya dalam penelitian ini

J. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Teknik pengolahan data

Menurut Masturoh ( 2018) pengolahan data pada dasarnya bagian

dari penlitian setelah pengumpulan data, data mentah atau raw data

yang telah dikumpulkan dan diolah atau dianalisis sehingga

menjadi informasi. Terdapat beberapa kengiatan yang dilakukan

peneliti dalam pengolahan data yaitu:

c. Editing

Editing atau penyuntingan data adalah tahapan yang

dilakukan setelah data sudah dikumpulkan dari

pengisian kuesioner disunting jawabanya. Jika pada

tahap ini didapatkan ketidaklengkapan dalam pengisian

jawaban, maka harus melakukan pengumpulan data

ulang.

d. Coding

Coding adalah mengelompokan data sesuai dengan

klasfikikasinya dengan cara menberikan kode tertentu. Data

yang di coding debagai berikut:

1. Jenis kelamin

1= laki-laki
33

2= perempuan

2. Tekanan darah

1=stabil

2= tidak stabil

3. Aktivitas fisik

1= Aktivitas Fisik rendah (Jika nilai MET


– menit/ minggu < 600)

2= Aktivitas Fisik Sedang (Jika nilai MET


– menit/minggu > 600 - < 3000)

3= Aktivitas Fisik Tinggi (Jika nilai MET


> 3000 )

e. Entry

Entry adalah tahapan memasukan data telah melewati

proses coding kedalam master tabel atau database komputer

f. Cleaning data

Cleaning data adalah tahpan pengecekan kembali data yang

sudah dientri, apakah sudah betul atau ada kesalahan saat

memasukan data

g. Procesing

Procesing adalah tahapan setelah semua kuisoner terisi

penuh dan benar, serta telah melewati pengkodean,

selajurnya data yang telah di-entry dapat dianalisi.

2. Analisa data

a. analisa univariat

analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi


34

frekuensi dan persentase setiap vriabel dependent dan variabel

independent yang diteliti. Variabel dependent yang dianalaisis

adalah tekanan darah pada subjek DM dan variabel independ yaitu

aktivitas fisik.

b. analisa bivariat

analisa bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara

variabel dependent dan variabel independent. Variabel depend dan

variabel independent dalam penelitian ini terdiri dari data kategorik

dan diuji mengunakan sperman rank yang merupakan bagian uji

statistik non parametrik (tidak memerlukan asumsi normalitas dan

linearitas), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel. Untuk melihat signifikasi hubungan yaitu. jika nilai

signifikansi <0,05 maka berkorelasi, jika nilai signifikansi >0.05

maka tidak berkorelasi. Apabila dari perhitungan nilai signifikan

p>0,05, maka Ha ditolak dan H0 diterima. Jika p ≤ 0,05 , maka Ha

diterima dan H0 ditolak.penafsiran terhadap kekuatan hubungan

dari nilai yang didapat dari sperman rank dapat dilihat pada tabel

4.1

tabel 4.1 pendoman interpretasi Uji Korelasi sperman rank

Interval korelasi Hubungan variabel

< 0,20 Sangat rendah( tidak korelasi )


≥0,20-< 0,39 Rendah
≥0,40- <0,59 Sedang
≥0,60-<0,79 Kuat
≥0,80-1,00 Sangat kuat
35

Angka yang dihasilkan dari nilai yang menunjukkan hubungan

antara dua variabel yang diuji, angka mendekati angka 1 maka

hubungan semakin kuat dan semakin menuju angka 0 maka

hubungan semakin rendah.


36

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umun Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang” hubungan aktivitas fisik dengan

stabilitas tekanan darah pada penderita Diabetes Melitus di Pukesmas

Padang Luar Tahun 2022”. Proses penelitian ini dilakukan pada tanggal 6-

23 september 2022 dengan jumlah responden 60 sesuai dengan kriteria

sampel yang telah ditentukan. Dengan variabel independen aktifitas fisik

dan variabel dependent stabilitas tekanan darah pendera DM

Setelah seluruh data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan

data untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan stabilitas tekanan

darah pada penderita Diabetes Melitus di Pukesmas Padang Luar Tahun

2022. Analisa dilakukan secara komputerisasi dengan aplikasi SPSS

dengan mengunakan metode spearman rank

B. Analisa Univariat

1. Gambaran Karakteristik responden bedasarkan jenis kelamin


Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik bedasarkan jenis kelamin
penderita DM di Pukesmas Padang Luar tahun 2022

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)


Laki-laki 17 28,3
Perempuan 43 71,7
Jumlah 60 100,0
37

Tabel 5.1 menujukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar


responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 43 responden
(71,1 %)
2. Gambaran Karakteristik responden bedasarkan usia
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi karakteristik bedasarkan umur penderita DM
di Pukesmas Padang Luar tahun 2022
Usia Frekuensi (f) Presentase (%)
26-35 tahun 4 6.7
36-45 tahun 5 8,3
46-55 tahun 22 36,7
56-65 tahun 29 48,3
Jumlah 60 100,0

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar


umur responden yang menderita DM berkisar antara 56-65 tahun yaitu
sebanyak 29 responden (48,3%)
3. Gambaran aktifitas fisik pada penderita DM di Pukesmas Padang Luar
tahun 2022
Tabel 5.3
Aktifitas fisik penderita DM di Pukesmas Padang Luar tahun 2022
Aktifitas fisik Frekuensi (f) Presentase (%)
Ringan 12 20,0
Sedang 25 41,7
Berat 23 38,3
Jumlah 60 100,0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar


aktifitas fisik responden adalah aktifitas sedang yaitu sebanyak 25
responden (41,7%)
38

4. Gambaran stabilitas tekanan darah pada penderita DM di Pukesmas


Padang Luar tahun 2022
Tabel 5.4
Stabilitas tekanan darah penderita DM di Pukesmas Padang Luar
tahun 2022

Stabilitas TD Frekuensi (f) Presentase (%)


Stabil 23 38,3
Tidak stabil 37 61,7
Jumlah 60 100,0

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar


responden DM memiliki tekanan darah yang tidak stabil yaitu sebanyak
43 responden (71,7%)

C. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel


independen (aktifitas fisik) dan variabel dependent (stabilitas tekanan
darah)

Tabel 5.5

Hubungan aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan darah pada


penderita DM di Pukesmas Padang Luar tahun 2022

stabilitas TD
aktiftas fisik stabil tidak stabil jumlah
r p
N % N % N %
ringan 9 15 3 5 12 20
sedang 11 18,3 14 23,4 25 41,7 0,471 0, 000
berat 3 5 20 33,3 23 38,3
jumlah 23 38,3 37 61,7 60 100

Tabel 5.5 menujukkan bahwa dari 23 responden dengan tekanan

darah,11 responden (18,3%) dengan aktifitas sedang, sedangkan 37


39

responden dengan tekanan darah tidak stabil sebagian besar dengan

aktifitas sedang dan 20 responden (33,3%) dengan aktifitas berat

Analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan

darah dengan mengunakan uji statistik spearman rank didapatkan hasil p-

value =0,000 (p<0,05) , nilai r=0,471 artinya terdapat korelasi sedang,

sehingga Ha diterima yang berarti ada hubungan antara aktifitas fisik

dengan stabilitas tekanan darah pada penderita DM di Puskesmas di

Padang Luar tahun 2022


40

BAB VI

PEMBAHASAN

A. ANALISA UNIVARIAT

1. Jenis kelamin penderita DM di Puskesmas di Padang Luar tahun

2022

Bedasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 43 responden

(71,1 %), sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 17 responden

(28,3%). Sehingga jenis kelamin perempuan masih mendominasi

sebagai mayoritas resiko terkena DM di Puskesmas di Padang Luar

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Usman et al., (2020) yang

menunjukkan bahwa mayoritas responden DM yang diperoleh berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 44 responden (69,8%), penderita

DM lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, hal ini

dipengaruhi oleh penurunan hormone estrogen akibat menopouse. Pada

perempuan setelah menopouse akan terjadi perubahan hormone

estrogen yang akan memicu fluktuasi kadar gula gula darah.

Arania et al., (2021) menjelaskan bahwa prevalensi kejadian DM

bedasarkan pengukuran gula darah lebih tinggi pada perempuan

dibandingkan laki-laki, perempuan beresiko menderita DM lebih tinggi

dikarenakan pada pasca menopouse respon insulin menurun akibat dari

hormon estrogen yang rendah, faktor lain yang menyebabkan

perempuan beresiko DM adalah berat badan perempuan sering tidak

ideal sehingga dapat menurunkan sensitivtas insulin.


41

Bedasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa perempuan

memiliki resiko tinggi menderita DM, beberapa penyebabnya adalah

faktor hormonal yaitu hormon estrogen dan faktor pola hidup. Oleh

karena itu responden diharapkan mampu melakukan dan menjaga pola

hidup sehat untuk mengurangi resiko menderita DM terutama perempua

yang memiliki resiko tinggi dibandingkan laki-laki.

2. Usia penderita DM di Puskesmas di Padang Luar tahun 2022

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

didapatkan bahwa responden sebagian besar umur responden yang

menderita DM berkisar antara 56-65 tahun yaitu sebanyak 29 responden

(48,3%) .Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Nurhaliza et al., (2022) yang menyatakan bahwa mayoritas responden

berusia 56-65 tahun yaitu sebanyak 14 responden (46,7%)

Penelitian Lathifah (2017) mendapatkan 25 responden (52%)

menderita DM berumur >58 tahun. Pertambahan usia dapat

meyebabkan penurunan kerja sistem tubuh termasuk sistem endokrin

sehingga berdampak terjadinya resistensi insulin yang akan memicu

tidak stabilnya kadar glukosa darah (Isnaini&Ratnasari, 2018)

Berdasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa pada

penelitian ini sebagian besar responden termasuk dalam usia Lansia

akhir yaitu pada usia 56-65 tahun. Peneliti menarik kesimpulan bahwa

semakin bertambah atau meningkatnya usia seseorang maka akan

mempengaruhi proses produksi insulin dalam pankreas yang akan

mengganggu proses sekresi insulin dalam tubuh.


42

Oleh karena itu, diharapkan responden seiring dengan

bertambahnya usia agar menjalankan pola hidup sehat dan secara rutin

memeriksakan kesehatan tubuhnya ke pelayanan kesehatan, agar dapat

dilakukan pencegahan resiko terkena diabetes mellitus terutama pada

usia diatas 46 tahun.

3. Aktifitas fisik responden DM di Pukesmas Padang Luar tahun

2022

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

didapatkan bahwa sebagian besar aktifitas fisik responden adalah

aktifitas sedang yaitu sebanyak 25 responden (41,7%) Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Lestari & Laksmi (2020) dari 50 respoden,

25 responden (50%) memiliki aktifitas fisik sedang. Aktivitas Fisik

merupakan kegiatan menggerakkan badan yang dilakukan secara terus-

menerus dalam satu waktu. Sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan Sudaryanto et al., (2014) bahwa aktivitas fisik yang kurang

menyebabkan seseorang memiliki risiko terhadap DM, Dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa semakin lama seseorang melakukan

Aktivitas Fisik atau olahraga akan memberikan efek yang positif bagi

lemak dalam tubuh, tekanan dalam darah dan distribusi lemak dalam

tubuh, sehingga akan membuat tubuh terhindar dari berbagai penyakit

salah satunya DM

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Primahuda & Sujianto

(2016), didapatkan bahwa mayoritas ketidakpatuhan penderita DM

dalam melaksanakan aktivitas fisik karena responden pada saat di


43

tempat kerja jarang berdiri, di waktu luang bekerja responden jarang

melakukan olahraga, memiliki pekerjaan yang ringan, dan ketika

memiliki waktu luang jarang melakukan aktivitas fisik. Menurut Putri

(2014), dalam Primahuda & Sujianto (2016) faktor dalam

ketidakpatuhan responden dalam melakukan aktivitas fisik antara lain

memiliki kesibukan secara individu, belum terbentuknya kebiasaan

melakukan olahraga sejak awal, kurang tersedianya sarana dan

prasarana, serta responden didominasi oleh Lansia.

Aktifitas yang dianjurkan pada penderita DM adalah aktifitas

yang berintensitas sedang, sedangkan penderita DM yang memiliki

aktifitas ringan atau kurang melakukan aktifitas cenderung memiliki

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung harus

bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot

jantung memompa , makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri

(Anggara & Prayitno, 2013)

Berdasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa sebagian

besar respoden di Pukesmas Padang Luar memiliki aktifitas fisik

sedang, sebagian besar respoden bekerja sebagai petani, sebagian

responden yang lainnya memanfaatkan jenis pekerjaannya untuk dapat

sekaligus beraktivitas fisik


44

4. Stabilitas tekanan darah penderita DM di Pukesmas Padang Luar

tahun 2022

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

didapatkan bahwa sebagian besar responden DM memiliki tekanan

darah yang tidak stabil yaitu sebanyak 37 responden (61,7%).hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdurrosidi et al., (2021)

menunjukkan bahwa sebagian besar tekanan darah responden tidak

stabil yaitu 44 responden (75,9%).

Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak tiga kali dalam

rentang 6 hari, kemudian hasil dari pengukuran tekanan darah akan

direratakan menjadi hasil akhir apakah memenuhi atau tidak

memenuhi target tekanan darah yang diharapkan, sehingga dapat

dikategorikan apakah tekanan darah stabil atau tidak stabil. Tekanan

darah dikatakan stabil bila hasil rerata tekanan darah selama enam hari

memenuhi target tekanan darah yang diharapkan yaitu ≤ 130/70-79

mmHg (usia 18-65 tahun) dan ≤ 139/70-79 mmHg (usia > 65 tahun)

(Abdurrosidi et al., 2021). Ketidakstabilan tekanan darah bisa

dikaitkan dengan usia responden yang sebagian besar dalam rentang

usia 56-65 tahun. Pada usia tersebut pembuluh darah mungkin

telah banyak rusak akibat proses aging, degeneratif, permeabilitas

yang mal adaptif dan vasokontriksi yang semuanya ini bisa

menyebabkan kondisi ketidakstabilan tekanan darah (Amir, 2013)


45

Berdasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa

responden cenderung memiliki tekanan darah yang tidak stabil karena

selain mereka menderita DM mereka juga memiliki tekanan darah

tinggi dan tidak minum obat hipertensi secara teratur selain itu faktor

usia juga menyebabkan ketidakstabilan tekanan darah.

B. ANALISA BIVARIAT

Bedasarkan dari tabel 5.5 analisa bivariat hubungan aktivitas fisik

dengan stabilitas tekanan darah pada penderita DM dari 60 responden,

menujukkan bahwa dari 23 responden dengan tekanan darah stabil yaitu 9

responden (15,0%) dengan aktifitas fisik ringan,11 responden (18,3%)

dengan aktifitas fisik sedang dan 3 responden (5,0%) dengan aktifitas fisik

berat , sedangkan 37 responden dengan tekanan darah tidak stabil yaitu 3

responden (5,0%) responden beraktifitas fisik ringan, 14 responden

(23,4%) dengan aktifitas fisik sedang dan 20 responden (33,3%) dengan

aktifitas fisik berat. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar penderita

DM Di Pukesmas Padang Luar mempunyai aktifitas fisik sedang dan

memiliki tekanan darah yang tidak stabil.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) kesimpulanya

adalah ada hubungan antara aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan darah

pada penderita DM, nilai r=0,471 artinya terdapat korelasi sedang antara

variabel aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan darah Di Pukesmas

Padang Luar tahun 2022


46

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Abdurrosidi et al., (2021) menunjukkan ada hubungan yang signifikan

antara aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan darah, penelitian

Abdurrosidi et al., (2021) yang menunjukan bahwa sebagian besar

memiliki aktifitas fisik ringan dengan tekanan darah tidak stabil sebanyak

39 responden (67,3%), dalam penelitianya ia juga menjelaskan bahwa

semakin kurang aktifitas fisik maka tekanan darah cenderung tidak stabil

dan seseorang yang melakukan aktifitas fisik sedang dan berat cenderung

memiliki tekanan darah stabil. Sedangkan penelitian Rihiantoro & Widodo

(2018) yang menunjukkan aktifitas fisik ringan sebanyak 23 responden

(67,6%) mengalami ketidakstabilan tekanan darah dan 11 responden

(32,4%) tekanan darah stabil, sedangkan dari 30 responden yang aktifitas

fisiknya sedang dan berat sebanyak 9 responden (30%) mengalami

ketidakstabilan tekanan darah dan 21 responden (70%) tekanan darah

stabil.

Penelitiam febby (2012) dalam kustiani (2020) menjelaskan

hubungan aktifitas fisik penderita DM dengan tekanan darah, bahwa

aktifitas fisik sedang-berat dapat menurunkan tahan perifer akan

menyebabkan tekanan darah penderita DM juga ikut turun atau stabil.

Kestabilan tekanan darah yang terjadi pada responden yang

beraktifitas ringan dikarenakan beberapa faktor seperti responden

menjaga pola makan, sedangkan responden yang beraktifitas fisik sedang-

berat mengalami ketidakstabilan tekanan darah. Ketidakstabilan tekanan

darah pada penderita beraktifitas fisik sedang-berat dipengaruhi oleh usia,


47

kualitas tidur yang menurun, stress, mengosumsi makanan yang asin atau

mengandung banyak garam, obesitas, dan merokok (Khasanah & Irma

Susanti, 2019), salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan

tekanan darah pada penelitian ini adalah faktor usia, karakteristik usia

responden pada penelitian ini rata-rata sudah berusia lanjut. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya penurunan fisiologis sehingga rentan terhadap

peningkatan tekanan darah. Hal ini sebagaimana teori yang mengatakan

bahwa semakin bertambahnya umur, struktur pembuluh darah pada

seseorang akan mengalami perubahan fisiologis seperti terjadinya

penyempitan lumen dan tingkat keelastisan pada dinding pembuluh darah

mengalami penurunan sehingga hal ini dapat meningkatkan tekanan darah

(Unger et al., 2020)

Peneliti berasumsi bahwa ketidakstabilan tekanan darah penderita

DM Di Puskesmas Padang Luar disebabkan oleh dua faktor yaitu usia,

faktor pola makan, penderita DM Di Puskesmas Padang Luar memiliki

kecenderungan tak acuh pada tekanan darahnya, yang seharusnya

penderita DM memiliki kestabilan tekanan darah, seorang pasien DM

harus mengetahui bahwa betapa pentingnya kestabilan tekanan darah.

Harus dipahami bagi seorang penderita DM yang memiliki ketidakstabilan

tekanan darah berisiko tinggi risiko tinggi menglami penyakit

kardivaskular lainya.
48

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti berpendapat bahwa

terdapat hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Stabilitas Tekanan Darah

pada Penderita DM Di Puskesmas Padang Luar Tahun 2022, aktivitas fisik

yang apabila dilakukan secara rutin dan tepat oleh responden belum tentu

menyebabkan tekanan darah stabil ada beberapa faktor yeng menyebab

kan tekanan darah menjadi tidak stabil . Penyakit DM merupakan penyakit

yang tidak dapat disembuhkan bahkan penderita DM juga memiliki

penyakit penyerta yaitu hipertensi, sehingga penderita DM juga perlu

mengontrol kestabilan tekanan darahnya, penderita Dmdiharapkan selalu

patuh menjalankan pola hidup sehat dalam kesehariannya


49

BAB VII

KESIMPULAN

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. diketahui bahwa lebih dari separoh (71,7%) responden DM berjenis

kelamin perempuan dan sebanyak 29 responden (48,3%) berumur

antara 56-65 tahun

2. diketahui sebagian besar responden DM meiliki aktifitas fisik sedang

yaitu sedanyak 25 responden (41,7%)

3. diketahui bahwa lebih dari separoh( 61.7%) responden DM memiliki

tekanan darah yang tidak stabil yaitu sebanyak 37

4. Terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan stabilitas

penderita DM Di puskesmas Padang Luar tahun 2022 (p=0,0001)

dengan nilai r= 0,471.

B. SARAN

1. Bagi responden

Bagi responden diharapkan lebih rutin dalam melakukan kegiatan

aktivitas fisik dan menghindari faktor ketidakstabilan tekanan seperti

rutin mengosumsi oabt aintihipertensi, mengosumsi makanan yang

asin atau mengandung banyak garam, dan tidak merokok, sehingga

penderita DM memiliki tekanan darah stabil


50

2. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat digunakan sebagai bahan referensi sehingga dapat

mengembangkan penelitian dengan adanya penemuan-penemuan

lainnya seperti faktor- faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan

tekanan darah pada penderita DM

3. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam kegiatan

pembelajaran terutama dalam pembelajaran Diabetes Mellitus.

4. Bagi pelayanan kesehatan

Perawat dan petugas kesehatan diharapkan untuk lebih memperhatikan

kesehatan pasien- pasien terutama yang berusia 46 tahun keatas karena

apabila diketahui sejak awal dapat dilakukan tindakan untuk

mengurangi resiko diabetes mellitus pada pasien, serta dapat dilakukan

pemberian informasi melalui pendidikan kesehatan baik secara

langsung kepada pasien maupun anggota keluarga pasien bagaiman

pencegahan risiko diabetes mellitus


DAFTAR PUSTAKA

Abaa, Y. P., Polii, H., & Wowor, pemsi m. (2017). Gambaran Tekanan Darah ,
Indeks Massa Tubuh , dan Aktivitas Fisik. 5.

Abdurrosidi, A., Novitasari, D., & Khasanah, S. (2021). Hubungan Aktifitas Fisik
dengan Kestabilan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di UPTD
Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas. Seminar Nasional Penelitian
Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM), 1214–1224.

ADA. (2014). Diagnosis and Classi fi cation of Diabetes Mellitus. 37(January),


81–90. https://doi.org/10.2337/dc14-S081

Amir, F. (2013). P e n e l i t i a n. 13–19.

Anggara, F. H. D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun
2012. https://doi.org/10.1002/9781444324808.ch36

Anggunadi, A., & Sutarina, N. (2017). MANFAAT ACCELEROMETER UNTUK


PENGUKURAN AKTIVITAS FISIK. 13, 10–33.

Anthonia, A., & Frank, O. (2014). AWARENESS OF OBESITY AS A


CARDIOVASCULAR RISK FACTOR AMONG DIFFERENT
OCCUPATIONAL GROUPS IN A PRIMARY CARE CLINIC IN NIGERIA.

Arania, R., Triwahyuni, T., Esfandiari, F., & Nugraha, F. R. (2021). Hubungan
Antara Usia, Jenis Kelamin, Dan Tingkat Pendidikan Dengan Kejadian
Diabetes Mellitus Di Klinik Mardi Waluyo Lampung Tengah. Jurnal Medika
Malahayati, 5(3), 146–153. https://doi.org/10.33024/jmm.v5i3.4200

Associaton, A. D. (2021). Standards of medical care in diabetes. .


https://doi.org/10.2337/diacare.29.02.06.dc05-1989

Atun, L., Siswati, T., & Kurdanti, W. (2014). Asupan Sumber Natrium, Rasio
Kalium Natrium, Aktivitas fisik, dan Tekanan Darah Pasie Hipertensi. Mgmi,
6(1), 63–71. https://media.neliti.com/media/publications/150177-ID-asupan-
sumber-natrium-rasio-kalium-natri.pdf

51
Budi, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan Rutin di
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2014. Public Health
Perspective Journal, 1(1), 12–20.

Cervoni, B. (2020). how diabetes and hypertension are related.

Colosia, A. D., Palencia, R., & Khan, S. (2013). Prevalence of hypertension and
obesity in patients with type 2 diabetes mellitus in observational studies : a
systematic literature review. 327–338.

Craig, C. L., Marshall, A. L., Sjöström, M., Bauman, A. E., Booth, M. L.,
Ainsworth, B. E., Pratt, M., Ekelund, U., Yngve, A., Sallis, J. F., & Oja, P.
(2003). International physical activity questionnaire: 12-Country reliability
and validity. Medicine and Science in Sports and Exercise, 35(8), 1381–
1395. https://doi.org/10.1249/01.MSS.0000078924.61453.FB

Derek, M. I., Rottie, J. V., & Vandri. (2017). Darah Pada Pasien Diabetes Melitus
Kasih Gmim Manado. E-Journal Keperawatan, 5(1), 2.

Eren, N. K., Harman, E., Dolek, D., Tütüncüoʇlu, A. P., Emren, S. V., Levent, F.,
Korkmaz, G., Tülüce, S. Y., & Nazli, C. (2014). Rate of blood pressure
control and antihypertensive treatment approaches in diabetic patients with
hypertension. Turk Kardiyoloji Dernegi Arsivi, 42(8), 733–740.
https://doi.org/10.5543/tkda.2014.53384

Halim, C. (2017). Pengaruh Perilaku Merokok Terhadap Kadar Glukosa Darah:


Tinjauan Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Pada Pria Perokok Bersuku
Tionghoa di Indonesia. 110265, 110493.

Huda, S. A. (2016). Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Dengan Tekanan


Darah Manusia Di Rw 03 Kelurahan Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi), 7(2), 144–152.
https://doi.org/10.24127/bioedukasi.v7i2.617

IDF. (2021). International Diabetes Federation. In Diabetes Research and Clinical

52
Practice (Vol. 102, Issue 2). https://doi.org/10.1016/j.diabres.2013.10.013

IPAQ. (2005). Guidelines for data processing and analysis of the IPAQ-short and
long forms. Med Sci Sports Exercise, April, https://www.physio-
pedia.com/images/c/c7/Quideline.

Isnaini, N., & Ratnasari, R. (2018). Faktor risiko mempengaruhi kejadian


Diabetes mellitus tipe dua. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah,
14(1), 59–68. https://doi.org/10.31101/jkk.550

Kemenkes. (2017). Buku Ayo Bergerak.

Kementrian kesehatan republik indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan


Atasi Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan
RI.

Khasanah, S., & Irma Susanti, M. P. (2019). Studi Kestabilan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Dan Faktor Yang Memengaruhinya. Viva Medika:
Jurnal Kesehatan, Kebidanan Dan Keperawatan, 11(02), 84–96.
https://doi.org/10.35960/vm.v11i02.429

Kustiani, A., & Arza, P. A. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan


Darah Penderita DM Tipe 2 Terkontrol Peserta Prolanis Puskesmas. 1(1),
71–77.

Kusumo, M. P. (2021). Buku pemantauan aktivitas fisik (Issue April).

Lathifah, N. L. (2017). Hubungan Durasi Penyakit dan Kadar Gula Darah Dengan
Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Berkala Epidemiologi,
5(2), 231–239. https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2.2017.231-239

Lestari, L., Zulkarnain, Z., & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review
etiologi, patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan
dan cara pencegahan. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 7(1), 237–241.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/article/view/24229

Lestari, N. K. Y., & Laksmi, G. A. P. S. (2020). Aktivitas Fisik dengan Kadar

53
Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ilmu Kesehatan,
11(2), 296–305. www.stikes-khkediri.ac.id

Martha Yuliani Habut, I Putu Sutha Nurmawan, I. A. D. W. (2018).


HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK
TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA. Majalah
Ilmiah Fisioterapi Indonesia, 2, 45–51.

Masturoh, I., & T, N. A. (2018). Metode Penelitian Kesehatan.

Nangge, M., Masi, G., & Oroh, W. (2018). Hubungan Obesitas Dengan Kejadian
Diabetes Melitus. E-Journal Keperawatan (e-Kp), 6(1), 6.

Njoto, E. N. (2014). Target Tekanan Darah pada Diabetes Melitus. Cermin Dunia
Kedokteran, 41(11), 864–866. www.hypertension.ca/en/chep.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. In Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Nouh, F., Omar, M., & Younis, M. (2017). Prevalence of Hypertension among
Diabetic Patients in Benghazi: A Study of Associated Factors. Asian Journal
of Medicine and Health, 6(4), 1–11.
https://doi.org/10.9734/ajmah/2017/35830

Nurhaliza, S., Purwanti, N. U., & Yuswar, M. A. (2022). Instrumen Diabetes


Quality of Life Clinical Trial Questionnaire ( DQLCTQ ) Untuk Mengukur
Tingkat Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Journal Syifa
Sciences and Clinical Research., 4, 396–407.

Pangestu, A. D. (2020). Hubungan asupan natrium dan kalium, status gizi ,


aktivitas fisik dengan tekanan darah pada pasien diabetes melitus di
pukesmas kecamatan pesangrahan. ARGIPA (Arsip Gizi Dan Pangan), 4(2),
54–64. https://doi.org/10.22236/argipa.v4i2.3875

PERKENI. (2015). konsensus Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 Di Indonesia. In Perkeni.

54
PERKENI. (2021). Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2
di Indonesia 2021. 46.

Plotnikoff, R. C. (2013). Physical activity in the management of diabetes:


Population-based perspectives and strategies. Canadian Journal of Diabetes,
30(1), 52–62. https://doi.org/10.1016/S1499-2671(06)01009-4

Prabowo, R. H. (2019). Prevalensi Hipertensi pada Pasien Diabetes Melitus di


Kelurahan Mojosongo Kota Surakarta. Biomedika, 12(1), 41–46.
https://doi.org/10.31001/biomedika.v12i1.471

Primahuda, A., & Sujianto, U. (2016). Hubungan Antara Kepatuhan Mengikuti


Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) BPJS Dengan Stabilitas
Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Babat Kabupaten
Lamongan. Jurusan Keperawatan, 1–8. http://ejournal-s1.undip.ac.id

Puspa, G., Marek, S., & Adi, M. S. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG


BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA HIPERTENSI PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II ( Studi di Wilayah Puskesmas
Kabupaten Pati ). XIII(1), 47–59.

Qifti, F., Malini, H., & Yetti, H. (2020). Karakteristik Remaja SMA dengan
Faktor Risiko Diabetes Melitus di Kota Padang. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 20(2), 560. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.950

Rihiantoro, T., & Widodo, M. (2018). Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
dengan Kejadian Hipertensi di Kabupaten Tulang Bawang. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 13(2), 159. https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.924

Ritonga, N., & Annum, R. (2019). Analisis Determinan Faktor Risiko Diabetes
Melitus Tipe Ii Di Puskesmas Batunadua Tahun 2019. Jurnal Kesehatan
Ilmiah Indonesia, 4(2), 140–145. http://jurnal.stikes-
aufa.ac.id/index.php/health/article/view/294/198

Sudaryanto, A., Setiyadi, Alis, N., & Frankilawati, Ayu, D. (2014). Hubungan
antara Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Kerja Puskesmas Nusukan,

55
Banjasari. Prosiding SNST, 3, 19–24.

Sun, D., Zhou, T., Heianza, Y., Li, X., Fan, M., Fonseca, V. A., & Qi, L. (2019).
Type 2 Diabetes and Hypertension: A Study on Bidirectional Causality.
Circulation Research, 124(6), 930–937.
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.118.314487

Triyanto, E. (2014). pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi secara


terpadu.

Unger, T., Borghi, C., Charchar, F., Khan, N. A., Poulter, N. R., Prabhakaran, D.,
Ramirez, A., Schlaich, M., Stergiou, G. S., Tomaszewski, M., Wainford, R.
D., Williams, B., & Schutte, A. E. (2020). International Society of
Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines. Hypertension, 75(6),
1334–1357. https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026

Usman, J., Rahman, D., & Sulaiman, N. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Diabetes Mellitus pada Pasien di RSUD Haji Makassar. Jurnal
Komunitas Kesehatan Masyarakat, 2, 16–22.

Welis, W., & Rifki, muhamad sazeli. (2016). gizi untuk aktifitas fisik dan
kebugaran.

WHO. (2016). Global report on diabetes. Global Report on Diabetes, 88.

56

Anda mungkin juga menyukai