Anda di halaman 1dari 109

HUBUNGAN ASUPAN ZINK, LEMAK DAN LINGKAR PERUT DENGAN

KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II


DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir
Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Gizi

Disusun Oleh:
TIYA WAHYUNINGSIH
2018.030209

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN (ITS)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul „‟Hubungan Asupan Zink, Lemak dan Lingkar Perut dengan
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta‟‟ telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan
Tim Penguji Skripsi Program Studi S1 Gizi
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
PKU Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :
TIYA WAHYUNINGSIH
2018.030209

Nama Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

Retno Dewi Noviyanti, S.Gz., M.Si


5 Juli 2022
NIDN. 0622118704

Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi 5 Juli 2022


NIDN. 0611018602

ii
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ASUPAN ZINK, LEMAK DAN LINGKAR PERUT DENGAN


KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh :
TIYA WAHYUNINGSIH
2018.030209

Skripsi ini diseminarkan dan diujikan


Pada tanggal : 6 Juli 2022

Susunan Tim Penguji :


No Nama Jabatan Dalam Tim Tanda Tangan

1. Dewi Marfuah, S.Gz., MPH


NIDN. 0613048802 Ketua Penguji

2. Retno Dewi Noviyanti, S.Gz., M.Si


NIDN. 0622118704 Penguji 1

3. Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi Penguji 2


NIDN. 0611018602

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ka. Prodi S1 Gizi

Cemy Nur Fitria, S. Kep, Ns., M. Kep Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi
NIDN. 0623087703 NIDN. 0611018602

iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ASUPAN ZINK, LEMAK DAN LINGKAR PERUT DENGAN


KADAR GULA DARAH PADA PADIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Merupakan karya saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis di suatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat pernah ditulis dan / atau diterbitkan oleh
orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2022

Tiya Wahyuningsih

iv
MOTTO

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman”
(Q.S Ali Imran : 139)

“Allah akan meninggikan orang–orang yang beriman diantaramu dan orang–orang


yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (Q.S Al Mujadalah : 11)

“Barang siapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan


memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Musilm)

“Kamu tidak harus memaksakan kehendak untuk menjadi hebat dan terlihat kuat,
tapi kamu harus bertindak untuk menjadi orang hebat dan layak” (Penulis)

“If life isn‟t luck, then make a choice to start a change” (Penulis)

v
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan sebagai ungkapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah–Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan dalam keadaan sehat.
2. Rasulullah SAW sebagai idola, suri tauladan dan panutan bagi saya dalam
menjalani kehidupan yang fana.
3. Kedua orang tua saya, terutama Ibu saya Nur Pujianingsih dan bapak
Ngadiyo yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moril maupun non
moril, motivasi, semangat, pengorbanan dan do‟anya selama ini.
4. Adik saya, Saka Palwa Guna yang telah memberikan dukungan dan semangat
kepada saya.
5. Dewiyanti Fitria, Salsabila Nur Azizah Harinda Putri, Winda Tri Lestari yang
telah menemani saya selama 4 tahun ini dan memberikan dukungan,
semangat, motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan studi ini.
6. Teman-teman seperjuangan S1 Gizi angkatan 2018 yang telah memberikan
dukungan dan semangat selama perjalanan menyelesaikan skripsi.
7. Almamater tercinta ITS PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah
memberikan ilmu, pengalaman dan menjadi saksi perjuangan saya selama
menempuh pendidikan S1 Gizi.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul „‟Hubungan Asupan Zink, Lemak dan Lingkar Perut dengan
Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta‟‟.
Penulis menyadari bahwa tanpa ada bantuan dan pengarahan dari
berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes., Ph.D, selaku Rektor ITS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
2. Dr. dr. Cahyono Hadi, Sp.OG., selaku direktur RSUD Dr. Moewardi
Surakarta yang memberikan izin penulis dalam melakukan penelitian.
3. Cemy Nur Fitria, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
4. Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi, selaku Ketua Program Studi S1 Gizi ITS
PKU Muhammadiyah Surakarta dan Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan
skripsi.
5. Retno Dewi Noviyanti, S.Gz., M.Si, selaku Pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam proses penyusunan
skripsi.
6. Dewi Marfuah, S.Gz., MPH., selaku penguji yang telah memberikan arahan,
masukan, kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi masyarakat umum bagi mahasiswa pada khususnya. Harapan

vii
penulis ini, semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.

Surakarta, Juli 2022

Tiya Wahyuningsih

viii
ABSTRAK

HUBUNGAN ASUPAN ZINK, LEMAK DAN LINGKAR PERUT DENGAN


KADAR GULA DARAH PADA PADIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Tiya Wahyuningsih1, Retno Dewi Noviyanti2, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati3

Latar Belakang : Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kondisi dimana kadar gula di
dalam darah lebih tinggi daripada biasa atau normalnya. Penderita DM memiliki kadar
zink yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan orang normal. Peningkatan
kasus DM terjadi karena pola konsumsi tinggi lemak dan mempunyai kebiasaan aktivitas
fisik yang rendah sehingga meningkatnya kasus overweight dan obesitas. Tujuan : untuk
mengetahui hubungan asupan zink, lemak dan lingkar perut dengan kadar gula darah
pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode
penelitian : penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan diperoleh 33 pasien Diabetes
Mellitus Tipe II. Pengumpulan data asupan zink dan lemak dengan wawancara dengan
metode Semi Quantitatif Food Frequency Questionnaire (FFQ), pengukuran lingkar
perut dengan pita ukur dan kadar gula darah dengan melihat catatan rekam medik.
Analisis data menggunakan Pearson Product Moment dan Rank Spearman. Hasil :
sebagian besar sampel memiliki asupan zink kurang (90,91%), asupan lemak sedang
(64,63%), lingkar perut obesitas abdominal (69,70%), dan kadar gula darah pradiabetes
(64,63%). Hasil analisis hubungan asupan zink dengan kadar gula darah (p = 0,056),
hubungan asupan lemak dengan kadar gula darah (p = 0,171) dan hubungan lingkar perut
dengan kadar gula darah (p = 0,070). Simpulan : tidak ada hubungan asupan zink, lemak
dan lingkar perut dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Kata kunci : asupan zink, lemak, lingkar perut, kadar gula darah, diabetes mellitus
1. Mahasiswa program S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
2. Dosen Pembimbing I S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Dosen Pembimbing II S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

ix
ABSTRACT

CORRELATION OF ZINK INTAKE, FAT AND ABDOMINAL CIRCUMFRENCE


WITH BLOOD SUGAR LEVELS IN TYPE II DIABETES MELLITUS PATIENTS
IN Dr. RSUD MOEWARDI SURAKARTA

Tiya Wahyuningsih1, Retno Dewi Noviyanti2, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati3

Background : Diabetes Mellitus (DM) is a condition in which blood sugar levels are
higher than normal or normal. DM patients have significantly lower levels of anyang
compared to normal people. The increase in DM cases occurs because of hight fat
comsumption patterns and low physical activity habits, so that overweight and obesity
cases increase. The purpose of this : study was to determine the relationship between zinc
intake, fat and abdominal circumference with blood sugar levels in type II Diabetes
Mellitus patients in RSUD Dr. Moewardi Surakarta. The method is analytic :
observational with a cross sectional approach. The sampling technique used purposive
sampling and obtained 33 patients with Type II Diabetes Mellitus. Collecting data on zinc
and fat intake by interviewing the Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire
(FFQ) method, measuring abdominal circumference with a measuring tape and blood
sugar levels by looking at medical records. Data analysis using Pearson Product Moment
and Rank Spearman. The results of most of : the samples had low zinc intake (90.91%),
moderate fat intake (64.63%), abdominal obesity abdominal circumference (69.70%),
and prediabetic blood sugar levels (64.63%). The results of the analysis of the
relationship between zinc intake and blood sugar levels (p = 0.056), the relationship
between fat intake and blood sugar levels (p = 0.171) and the relationship between
abdominal circumference and blood sugar levels (p = 0.070). Conclusions : there is no
relationship between zinc intake, fat and abdominal circumference with blood sugar
levels in Type II Diabetes Mellitus patients in RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Keywords: zinc intake, fat, abdominal circumference, blood sugar levels, diabetes
mellitus
1. The students of Nutrition Program of ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
2. First advisor of Nutrition Departement of ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Second advisor of Nutrition Departement of ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .............................. iv
MOTTO............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 5
E. Keaslian Penelitian ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9
A. Tinjauan Teori .................................................................................. 9
1. Diabetes Mellitus........................................................................ 9
2. Asupan Zink ............................................................................. 23
3. Asupan Lemak.......................................................................... 25
4. Lingkar Perut ............................................................................ 29
B. Kerangka Teori ............................................................................... 32
C. Kerangka Konsep ........................................................................... 32
D. Hipotesis ......................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 34

xi
A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................ 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 34
C. Populasi, Sampel dan teknik Sampling .......................................... 34
D. Variabel Penelitian ......................................................................... 36
E. Definisi Operasional ....................................................................... 36
F. Instrumen Penelitian....................................................................... 37
G. Jenis dan Cara Pengumpulan.......................................................... 38
H. Teknis Analisis Data ...................................................................... 39
I. Jalannya Penelitian ......................................................................... 41
J. Etika Penelitian .............................................................................. 42
K. Jadwal Penelitian ............................................................................ 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 44
A. Profil Tempat Penelitian................................................................. 44
B. Hasil ............................................................................................... 45
1. Karakteristik Sampel ................................................................ 45
2. Hubungan Asupan Zink Dengan Kadar Gula Darah ................ 48
3. Hubungan Asupan Lemak Dengan Kadar Gula Darah ............ 48
4. Hubungan Lingkar Perut Dengan Kadar Gula Darah .............. 48
C. Pembahasan .................................................................................... 49
1. Karakteristik Sampel ................................................................ 49
2. Hubungan Asupan Zink dengan Kadar Gula Darah................. 54
3. Hubungan Asupan Lemak dengan Kadar Kadar Gula Darah .. 54
4. Hubungan Lingkar Perut dengan Kadar Gula Darah ............... 55
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 56
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 57
A. Kesimpulan..................................................................................... 57
B. Saran ............................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian................................................................................ 6


Tabel 2. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus .................................................. 11
Tabel 3. Definisi Operasional ........................................................................... 36
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia................................................... 45
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 46
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Zink ..................................... 46
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Lemak.................................. 47
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Lingkar Perut .................................... 47
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kadar Gula Darah............................ 47
Tabel 10. Hubungan Asupan Zink Dengan Kadar Gula Darah ........................ 48
Tabel 11. Hubungan Asupan Lemak Dengan Kadar Gula Darah ..................... 48
Tabel 12. Hubungan Asupan Lingkar Perut Dengan Kadar Gula Darah .......... 49

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lingkar Perut ................................................................................... 30


Gambar 2. Kerangka Teori ................................................................................ 32
Gambar 3. Kerangka Konsep ............................................................................ 32

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Permohonan Menjadi Sampel
Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Sampel Penelitian
Lampiran 4. Formulir Pernyataan Kesediaan Sebagai Sampel Penelitian
Lampiran 5. Formulir Pengumpulan Data
Lampiran 6. Formulir Food frequency Questionnaire (FFQ)
Lampiran 7. Master Tabel
Lampiran 8. Output SPSS
Lampiran 9. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 10. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 11. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 12. Surat KEPK (EC)
Lampiran 13. Lembar Konsultasi
Lampiran 14. Dokumentasi

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kondisi dimana kadar gula
di dalam darah lebih tinggi daripada biasa atau normalnya. Tingginya kadar
gula darah pada penderita DM karena gula tidak dapat memasuki sel-sel di
dalam tubuh akibat tidak terdapat resisten terhadap insulin, penyakit ini bisa
berkomplikasi dengan penyakit lain seperti stroke, ginjal, gangguan mata
(Kumala, 2018). Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh adanya gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme
karbohidrat, lemak dan juga protein dalam tubuh, gangguan metabolisme
tersebut disebabkan kurangnya produksi hormon insulin yang diperlukan
dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak, kondisi
tersebut mengakibatkan terjadinya hiperglikemia atau meningkatnya kadar
glukosa darah (Arolyumna dan Mintarsih, 2015).
Prevalensi penyakit Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 1,5% pada
tahun 2013 menjadi 2,0% pada tahun 2018. Provinsi dengan prevalensi
tertinggi yaitu DKI Jakarta. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menempati
posisi ke tiga tertinggi di Indonesia (Riskesdas, 2018). Berdasarkan kategori
usia, penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74
tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin
perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah
domisili lebih banyak penderita Diabetes Melitus yang berada di perkotaan
(1,9%) dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%) (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Surakarta menyatakan kota
Surakarta memiliki prevalensi DM Tipe II yang mengalami perubahan dalam
5 tahun terakhir dari 3,9% tahun 2012, kemudian 4,5% tahun 2013 dan 6,1%
tahun 2014. Prevalensi DM mengalami penurunan 5,8% pada tahun 2015 dan
meningkat menjadi 7,1% pada tahun 2016. Kota Surakarta secara

1
2

administratif terbagi menjadi 5 kecamatan yaitu Laweyan, Serengan, Pasar


Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Dengan prevalensi kasus Diabetes Mellitus
tertinggi tahun 2017 berada di Kecamatan Jebres dengan 430 kasus baru dan
prevalensi terendah berada di Kecamatan Pasar Kliwon dengan 121 kasus.
Pada tahun 2017 ditemukan kasus Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin
sebanyak 139 kasus (data puskesmas) dan 1.427 kasus (data rumah sakit)
(Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2017).
Pengendalian DM sangat diperlukan dengan cara mengusahakan kadar
gula darah yang mendekati normal. Salah satu pilar utama dalam pengelolaan
DM adalah terapi gizi medis. Terapi gizi medis atau lebih dikenal dengan diit
atau pengaturan makanan bagi penyandang DM merupakan faktor yang
sangat penting dalam mengendalikan gula darah. Trace mineral sangat
penting diperhatikan bagi tubuh, khusus pada penderita DMT2. Mineral Zink
dan Selenium termasuk jenis trace mineral, dalam tubuh terdapat dalam
jumlah sedikit, tetapi mempunyai peranan sangat vital (Samsuria, dkk., 2016).
Penderita DM memiliki kadar zink yang lebih rendah secara signifikan jika
dibandingkan dengan orang normal. Zink adalah zat gizi mikro yang
memiliki peran penting untuk modulasi sistem imun. Kemampuan tubuh
untuk mensintesis dan mengeluarkan insulin dipengaruhi oleh zink dalam
tubuh, karena zink ikut serta dalam mekanisme regulasi dan sintesis reseptor
insulin (Amanda dan Bening, 2019).
Selain mineral, penderita diabetes harus mengkonsumsi karbohidrat,
lemak dan protein sesuai kebutuhannya, agar kadar gula darahnya senantiasa
normal. Asupan makanan tinggi energi (lemak dan gula) dan rendah serat
berhubungan dengan kadar gula darah. Ketidakseimbangan antara asupan
makanan yang tinggi energi dengan pengeluaran energi untuk aktivitas dalam
jangka waktu lama, memungkinkan terjadinya obesitas, resistensi insulin dan
penyakit DM tipe II. Tingginya lemak merupakan salah satu faktor yang
mengganggu sistem kerja insulin sehingga kadar gula darah meningkat di atas
normal karena sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara optimal
dan mengakibatkan Diabetes Mellitus. Lemak yang berlebih pada tubuh lebih
3

rentan terkena diabetes mellitus yang tidak tergantung terhadap insulin.


Ketika lemak diolah untuk memperoleh energi, kadar asam lemak di dalam
darah akan meningkat, tingginya asam lemak di dalam darah akan
menyebabkan peningkatan resistensi terhadap insulin, sehingga kadar gula
darah tidak terkontrol (Fauzi, 2018).
Peningkatan kasus DM terjadi karena pola konsumsi tinggi lemak dan
mempunyai kebiasaan aktivitas fisik yang rendah, sehingga meningkatnya
kasus overweight dan obesitas. Orang yang kurang gerak cenderung
overweight dan obesitas yang kemudian berhubungan dengan terjadinya
peningkatan Diabetes Mellitus (Pradini, 2016). Lingkar perut merupakan
ukuran antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi
terutama obesitas sentral. Lingkar perut yang lebih dari normal dapat
mengarah kepada Diabetes Mellitus karena penumpukkan lemak di perut
menyebabkan penurunan sensitivitas insulin (Adwinda dan Srimiati, 2019).
Tingginya penyakit Diabetes Mellitus dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan dapat
terjadi karena konsumsi makanan sehari-hari yang menyumbang kalori besar
seperti gula dan lemak. Distribusi lemak tubuh lebih tepat sebagai perdiktor
DM dibandingkan dengan obesitas secara umum yang diukur dengan IMT
(Indeks Massa Tubuh). Pengukuran IMT tidak bisa menunjukkan distribusi
lemak tubuh. Adiposa tubuh bagian atas yang diukur melalui lingkar
perut/Waist Circumference memiliki kaitan yang lebih erat dengan diabetes
mellitus (Septyaningrum dan Martini, 2014). Berdasarkan latar belakang
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan
Asupan Zink, Lemak dan Lingkar Perut dengan Kadar Gula Darah pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah: „‟Apakah ada hubungan asupan zink, lemak dan
lingkar perut dengan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
RSUD Dr. Moewardi?‟‟
4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan asupan zink, lemak dan lingkar perut
dengan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr.
Moewardi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan asupan zink pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
RSUD Dr. Moewardi.
b. Mendeskripsikan asupan lemak pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
RSUD Dr. Moewardi.
c. Mendeskripsikan lingkar perut pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
RSUD Dr. Moewardi.
d. Mendeskripsikan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
RSUD Dr. Moewardi.
e. Menganalisis hubungan asupan zink dengan kadar gula darah pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.
f. Menganalisis hubungan asupan lemak dengan kadar gula darah pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.
g. Menganalisis hubungan lingkar perut dengan kadar gula darah pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan wawasan dan menambah
referensi mengenai ilmu gizi tentang asupan zink, lemak, dan lingkar
perut dengan kadar gula darah pada pasien penyakit diabetes mellitus di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan tentang pentingnya mengkonsumsi asupan zink, lemak
5

sesuai kebutuhan dan mengetahui lingkar perut pada pasien Diabetes


Mellitus Tipe II.
b. Bagi RSUD Dr. Moewardi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan
masukan dalam meningkatkan upaya penalaksanaan dan penanganan
pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Moewardi.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
terhadap pembaca terutama mahasiswa dalam merealisasikan teori
yang telah di dapat di bangku kuliah, khususnya mengenai hubungan
asupan zink, lemak dan lingkar perut dengan kadar gula.
6

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No Penelitian Relevan
1. Nama Peneliti/Tahun : Adwinda dan Srimiati/2019
Judul : Hubungan Lingkar Perut, Konsumsi Gula
Dan Lemak Dengan Kadar Glukosa Darah
Pegawai Direktorat Poltekes Kemenkes
Jakarta II
Desain dan Variabel : Desain penelitian : Observasional dengan
pendekatan cross sectional
Variabel Bebas : Lingkar perut, konsumsi
gula dan lemak
Variabel Terikat : Kadar glukosa darah
Hasil : a. Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara konsumsi lemak
dengan kadar glukosa darah.
b. Dapat dikatakan bahwa konsumsi gula
dan lingkar perut berhubungan dengan
glukosa darah puasa.
Persamaan : a. Meneliti lingkar perut
b. Meneliti asupan lemak
c. Meneliti kadar glukosa
d. Menggunakan desain penelitian cross
sectional
Perbedaan : a. Meneliti konsumsi gula
b. Tidak meneliti asupan zink
c. Sampel bukan pasien DM
2. Nama Peneliti/Tahun : Amanda dan Bening/ 2019
Judul : Hubungan Asupan Zink, Magnesium, dan
Serat dengan Kadar Gula Darah Puasa
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RS
PKU Muhammadiyah Temanggung
Desain penelitian : Analitik dengan
Desain dan Variabel : pendekatan cross sectional
Variabel Bebas : Asupan zink, magnesium,
dan serat
Variabel Terikat : Kadar gula darah puasa
Ada hubungan Hubungan Asupan Zink,
Hasil : Magnesium, dan Serat dengan Kadar Gula
Darah Puasa Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di RS PKU Muhammadiyah
Temanggung
a. Meneliti asupan zink
Persamaan : b. Meneliti kadar gula
c. Menggunakan desain penelitian cross
sectional
7

No Penelitian Relevan
Perbedaan : a. Meneliti asupan magnesium dan
serat
b. Tidak meneliti asupan lemak
c. Tidak meneliti lingkar perut
3. Nama Peneliti/Tahun : Ridwanto, dkk/2020
Judul : Hubungan Asupan Zink Dan Stres
Psikologis Dengan Kadar Glukosa Darah
2 Jam Pasca Puasa Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II
Desain dan Variabel : Desain penelitian : cross sectional
Variabel Bebas : Asupan Zink dan stress
psikologis
Variabel Terikat : Kadar glukosa darah 2
jam pasca puasa
Hasil : Terdapat hubungan asupan Zink Dan
Stres Psikologis Dengan Kadar Glukosa
Darah 2 Jam Pasca Puasa Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II
Persamaan : a. Meneliti asupan zink
b. Meneliti kadar glukosa
c. Menggunakan desain penelitian
cross sectional
d. Sampel pasien Diabetes Mellitus
Tipe II
Perbedaan : a. Meneliti stress psikologis
b. Tidak meneliti asupan lemak
c. Tidak meneliti lingkar perut
4. Nama Peneliti/Tahun : Adnyana, dkk/2020
Judul : Hubungan Lingkar Perut Terhadap Kadar
Gula Darah Menggunakan Tes Toleransi
Glukosa Oral Pada Remaja Akhir
Desain dan Variabel : Desain penelitian : cross sectional
Variabel Bebas : Lingkar perut
Variabel Terikat : Kadar gula darah
Hasil : Terdapat Hubungan Lingkar Perut
Terhadap Kadar Gula Darah
Menggunakan Tes Toleransi Glukosa
Oral Pada Remaja Akhir
Persamaan : a. Meneliti lingkar perut
b. Meneliti kadar gula darah
c. Menggunakan desain penelitian
cross sectional
Perbedaan : a. Sampel bukan pasien DM
b. Tidak meneliti asupan lemak
c. Tidak meneliti asupan zink
8

No Penelitian Relevan
5. Nama Peneliti/Tahun : Fauzi / 2018
Judul : Hubungan Asupan Karbohidrat, Lemak
Dan Protein Dengan Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat
Jalan Rsud Dr. M. Ashari Kabupaten
Pemalang
Desain dan Variabel : Desain penelitian : Observasional
dengan pendekatan cross sectional
Variabel Bebas : Asupan karbohidrat,
lemak dan protein
Variabel Terikat : Kadar gula darah
Hasil : a. Ada hubungan asupan Karbohidrat,
Lemak dengan kadar gula darah
b. Tidak ada hubungan asupan protein
dengan kadar gula darah
Persamaan : a. Meneliti asupan lemak
b. Meneliti kadar gula darah
c. Menggunakan desain penelitian
cross sectional
d. Sampel pasien Diabetes Mellitus
Perbedaan : a. Meneliti asupan karbohidrat
b. Meneliti asupan protein
c. Tidak meneliti asupan zink
d. Tidak meneliti lingkar perut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Diabetes Mellitus
a. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolik menahun
yang diakibatkan oleh pankreas tidak dapat memproduksi cukup
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif sehingga dapat mengakibatkan terjadi peningkatan
konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Kemenkes RI,
2014). Keadaan hiperglikemia yang kronik ini disertai berbagai
kelainan metabolik yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, pembuluh darah, disertai lesi pada membran
basialis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Kusumastuti,
2017).
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar gula darah
(hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya. Insulin berfungsi untuk mengatur
keseimbangan kadar gula dalam darah, akan tetapi apabila asupan
glukosa/karbohidrat terlalu banyak, maka insulin tidak mampu
menyeimbangkan kadar gula darah sehingga terjadi hiperglikemia
(ADA, 2017).
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan etiologi menurut
PERKENI (2015) dibagi menjadi:
1) Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes Mellitus yang terjadi karena kerusakan atau destruksi
sel beta di pankreas. Kerusakan ini berakibat pada keadaan
defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari

9
10

kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik. Hanya


sekitar 10% dari semua penderita diabetes mellitus menderita DM
tipe 1.
2) Diabetes Mellitus Tipe II
Penyebab DM tipe II seperti yang diketahui adalah resistensi
insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat
bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah
tinggi di dalam tubuh.
3) Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes melitus gestasional (GDM) merupakan diabetes atau
intoleransi glukosa yang terdeteksi pada saat kehamilan tanpa
riwayat diabetes mellitus sebelumnya. Wanita yang menderita
diabetes gestational lebih memiliki risiko komplikasi selama
kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
berkembangnya Diabetes Mellitus Tipe II. Diabetes gestasional
sering dihubungkan dengan makrosomia fetus (Azizah, 2020).
4) Diabetes Mellitus Tipe Lain
Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat
disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat,
zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain
yang berkaitan dengan DM.
c. Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes Mellitus Tipe II bisa juga disebut dengan diabetes
lifestyle karena faktor keturunan disebabkan juga gaya hidup yang
tidak sehat. Diabetes Mellitus Tipe II perkembangan penyakitnya
sangat lambat, bisa sampai bertahun-tahun. Penderita DM tidak
mutlak memerlukan insulin karena pankreasnya masih bisa
memproduksi insulin (Lanywati, 2011). Diabetes tipe II disebabkan
oleh defek dari sekresi insulin yang progresif akibat dari resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah keadaan dimana insulin tidak dapat
11

bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti sel otot, sel lemak dan
sel hepar. Keadaan resistensi terhadap efek insulin menyebabkan sel
β-pankreas mensekresi insulin dalam kuantitas yang lebih besar untuk
mempertahankan homeostasis glukosa darah, sehingga terjadi
hiperinsulinemia kompensatorik untuk mempertahankan keadaan
euglikemia (Azizah, 2020).
Pasien-pasien yang termasuk dalam kelompok ini biasanya
memiliki berat badan yang lebih dan memiliki riwayat adanya anggota
keluarga lain yang juga menderita penyakit diabetes mellitus. Pada
pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak gemuk, kadar glukosa di
dalam darahnya tinggi karena sel beta pankreasnya terlalu sedikit
membentuk insulin sehingga tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa darah tetap dalam batas-batas normal (Kusumastuti, 2017).
Menurut PERKENI (2015) kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti :
1) Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2) Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Kriteria Diabetes Mellitus ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus
Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah
kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl.
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).
Sumber : PERKENI (2015)
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang gemuk masih
menghasilkan relatif cukup banyak insulin, tetapi masih tetap tidak
mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan kadar glukosa darahnya
12

dalam batas-batas normal. Pada orang gemuk, insulin harus bekerja


keras untuk memasukkan glukosa kedalam sel-sel tubuh, karena pada
darah orang gemuk terdapat kadar glukosa yang tinggi, suatu saat
akan menyebabkan insulin tidak sanggup lagi untuk memasukkan
glukosa tersebut kedalam sel-sel tubuh, sehingga terjadilah resistensi
insulin yang mengakibatkan timbulnya penyakit Diabetes Mellitus
Tipe II (Kusumastuti, 2017).
d. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Tipe II
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik.
Gejala akut diabetes melitus yaitu: Poliphagia (banyak makan)
polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing
di malam hari), nafsu makan bertambah namu berat badan turun
dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Gejala
kronik diabetes melitus yaitu : kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan,
mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan
mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa
terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau
kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih
dari 4kg (Fatimah, 2015).
e. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe II
Penyebab diabetes melitus (DM) adalah yaitu genetik atau
faktor keturunan, yang mana penderita diabetes melitus yang sudah
dewasa lebih dari 50% berasal dari keluarga yang menderita diabetes
melitus dengan begitu dapat dikatakan bahwa diabetes melitus
cenderung diturunkan, bukan ditularkan. Faktor lainnya yaitu nutrisi,
nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor risiko
pertama yang diketahui menyebabkan Diabetes Mellitus, semakin
lama dan berat obesitas akibat nutrisi berlebihan, semakin besar
kemungkinan terjangkitnya Diabetes Mellitus. Sering mengalami
13

stress dan kecanduan merokok juga merupakan faktor penyebab


Diabetes Mellitus (Putri, 2020).
f. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II
Dalam patofisiologi DM tipe II terdapat beberapa keadaan
yang berperan yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel B pankreas.
Diabetes Mellitus Tipe II bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
resistensi insulin. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas
dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita Diabetes
Mellitus Tipe II dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang
berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans
secara autoimun seperti Diabetes Mellitus Tipe II. Defisiensi fungsi
insulin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II hanya bersifat relatif
dan tidak absolut (Fatimah, 2015).
Pada awal perkembangan Diabetes Mellitus Tipe II, sel B
menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya
sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin.
Apabila tidak ditangani dengan baik,pada perkembangan selanjutnya
akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan
sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita
memerlukan insulin eksogen. Pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II
memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi
insulin dan defisiensi insulin (Fatimah, 2015).
g. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
1) Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan
a) Umur
Seiring meningkatnya umur, maka tubuh akan
mengalami penurunan fungsi fisiologis. Kelompok umur yang
paling banyak menderita diabetes melitus adalah kelompok
14

umur 45-52 (47,5%). Peningkatan risiko diabetes sering


dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun,
disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi
peningkatan intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan
menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam
memproduksi insulin. Menurunnya toleransi glukosa pada usia
lanjut berhubungan dengan berkurangnya sensitivitas sel
perifer terhadap efek insulin (Azizah, 2020).
b) Jenis Kelamin
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan bahwa
prevalensi TGT dan Diabetes Mellitus menurut pemeriksaan
gula darah pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
laki-laki. Prevalensi TGT pada perempuan adalah 11,5%
dibandingkan dengan 8,7% pada laki-laki, sedangkan
prevalensi Diabetes Mellitus pada perempuan adalah 6,4%
dibandingkan dengan 4,9% pada laki-laki.
Variasi proporsi diabetes mellitus, khususnya pada
perempuan dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu dampak
dari diabetes gestasional pada ibu dan bayi, serta tingginya
prevalensi diabetes mellitus pada perempuan yang berusia tua,
yang disebabkan oleh usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi dari pria. Selain itu, perempuan juga lebih rentan
terkena faktor-faktor diabetes mellitus dibandingkan pria.
Faktor-faktor tersebut diantaranya indeks massa tubuh yang
disertai tekanan darah yang lebih tinggi pada perempuan
(Mardiah, 2018).
c) Genetik
Penyakit DM tipe II berhubungan dengan riwayat
keluarga. Terdapat abnormalitas genetik dari molekul yang
berperan pada metabolisme glukosa misalnya polimorfisme
reseptor insulin. Sejauh ini, kelainan genetik yang sudah
15

diteliti telah mampu menjelaskan sekitar 30% faktor genetik


penyebab DM (Azizah, 2020). DM tipe II berasal dari
interaksi genetis dan berbagai faktor mental. Penyakit ini
sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe II akan
meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau
saudara kandung mengalami penyakit ini (Fatimah, 2015).
2) Faktor yang Dapat Dikendalikan
a) Asupan Zat Gizi
Zat-zat gizi yang dapat mempengaruhi kadar gula darah
yaitu :
(1) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang
diperlukan oleh tubuh. Jumlah karbohidrat yang
dikonsumsi dari makanan utama dan selingan lebih penting
daripada sumber atau tipe karbohidrat tersebut. Hal ini
disebabkan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari
makanan utama dan selingan mempengaruhi kadar glukosa
darah dan sekresi insulin. Mekanisme hubungan asupan
karbohidrat dengan kadar gula darah yaitu karbohidrat
akan dipecah dan diserap dalam bentuk monosakarida,
terutama glukosa, penyerapan glukosa menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah dan meningkatkan
sekresi insulin. Sekresi insulin yang tidak mencukupi dan
resistensi insulin yang terjadi pada Diabetes Mellitus Tipe
II menyebabkan terhambatnya proses penggunaan glukosa
oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan glukosa di
dalam aliran darah. Konsumsi tinggi karbohidrat juga
menyebabkan peningkatan kadar trigliserid setelah makan
di dalam darah (Juwita, dkk., 2020).
16

Asupan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi


akan mempercepat meningkatkan kadar gula darah.
Makanan berindeks glikemik tinggi laju pengosongan
perut, pencernaan karbohidrat dan penyerapan glukosa
berlangsung cepat. Sebagian besar penyerapan glukosa
hanya terjadi di usus kecil bagian atas sehingga respon
glikemik dicirikan dengan tingginya fluktuasi kadar gula
darah (Juwita, dkk., 2020). Contoh bahan makanan yang
memiliki indeks glikemik tinggi yaitu nasi putih, bihun,
kerupuk, umbi-umbian, roti tawar, kentang, semangka,
sereal jagung, minuman bersoda dan minuman manis
(Astuti dan Maulani, 2017).
(2) Lemak
Asupan lemak berperan dalam mempertahankan
sensitivitas insulin. Asupan lemak yang tinggi akan
menurunkan sensitivitas insulin, selain itu asupan lemak
yang tinggi juga akan menurunkan kadar adiponektin
dalam darah yang bertugas mengontrol sensitivitas insulin.
Lemak termasuk sumber energi terbesar yang dapat
mengakibatkan obesitas. Sel-sel lemak pada obesitas akan
menghasilkan zat adipositokin yang dapat menyebabkan
resistensi terhadap insulin. Oleh karena terjadi resistensi
insulin mengakibatkan glukosa darah akan sulit masuk ke
dalam sel sehingga kadar glukosa darah menjadi tinggi
(Ridho, 2021).
(3) Kolesterol
Salah satu penyebab meningkatnya kadar kolesterol
darah adalah pola konsumsi makanan yang mengandung
lemak. Kadar kolesterol di atas batas normal dan kadar
HDL rendah juga dapat menyebabkan gangguan
metabolisme glukosa sehingga mengakibatkan terjadinya
17

hiperglikemi (kadar glukosa darah di atas batas normal).


Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kadar glukosa darah dengan kadar lemak darah,
yaitu kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan
trigliserida (Arifin, dkk., 2019).
(4) Zink
Zink adalah zat gizi mikro yang memiliki peran
penting untuk modulasi sistem imun. Kemampuan tubuh
untuk mensintesis dan mengeluarkan insulin dipengaruhi
oleh zink dalam tubuh, karena zink ikut serta dalam
mekanisme regulasi dan sintesis reseptor insulin (Amanda
dan Bening, 2019). Pemantauan kadar glukosa darah
sangat penting karena glukosa darah adalah indikator
untuk menentukan diagnosis penyakit Diabetes Melitus
(DM). Asupan zink memiliki hubungan yang bermakna
dengan kadar glukosa darah. Zink sebagai kofaktor yang
berfungsi meningkatkan aktivitas enzim glukokinase
dalam hati dan menurunkan aktivitas enzim glukosa-6-
fosfatase di liver dalam hati, sehingga menurunkan
pembentukan glikogen (Putri, 2016).
(5) Magnesium
Magnesium adalah zat gizi mikro penting pada
berbagai enzim dan mineral terbanyak kedua di intrasel.
Gula akan lebih mudah masuk ke dalam sel karena
magnesium sekaligus magnesium akan berperan sebagai
kofaktor berbagai enzim untuk proses oksidasi gula
(Amanda dan Bening, 2019). Asupan magnesium dengan
kadar cukup terutama pada pasien dengan DM dapat
dihubungkan dengan salah satu perannya yaitu penjagaan
homeostatis gula darah dengan aktivasi faktor-faktor yang
ikut serta dalam proses sensitivitas insulin (Sales, et al.,
18

2011). Kurangnya kadar magnesium dalam tubuh dapat


mengurangi aktivitas tirosin kinase dalam reseptor insulin
yang akan berdampak pada turunnya sensitivitas insulin
(Song, et al., 2013).
(6) Vitamin C
Kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi yang
mengakibatkan adanya pembentukan zat berbahaya atau
disebut radikal bebas. Radikal bebas dapat diturunkan
dengan mengkonsumsi sumber antioksidan. Antioksidan
berfungsi untuk meningkatkan sistem imunitas dan
menurunkan radikal bebas diakibatkan oleh hiperglikemia.
Antioksidan terdapat pada jenis buah dan sayur segar yaitu
terdapat pada sumber vitamin C. Seseorang yang
menderita DM Tipe 2 di anjurkan untuk mengkonsumsi
asupan makanan yang mengandung vitamin C dan terdapat
pada sayur-sayuran serta buah-buahan, mengkonsumsi
sayuran dan buah 100-200 g/hari dapat membantu
memenuhi kebutuhan vitamin C pada tubuh dan membantu
menurunkan kadar glukosa darah (Wulansari, 2020).
(7) Faktor yang Dapat Mempengaruhi Asupan Zat Gizi
(a) Sosial Ekonomi
Status ekonomi cukup dominan dalam
mempengaruhi konsumsi pangan. Meningkatnya
pendapatan akan meningkatkan peluang untuk
membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang
lebih baik, namun semakin tinggi pendapatan
seseorang maka proporsi pengeluaran untuk makanan
semakin rendah, tetapi kualitas makanan semakin
membaik. Sebaliknya semakin rendah pendapatan
seseorang, maka semakin tinggi proporsi untuk
19

makanan tetapi dengan kualitas makanan yang rendah.


Menurut hukum Engel, pada saat terjadi peningkatan
pendapatan maka konsumen akan membelanjakan
pendapatannya untuk pangan dengan porsi yang
semakin mengecil. Sebaliknya bila pendapatan
menurun, porsi yang dibelanjakan untuk pangan
semakin meningkat (Marsedi, dkk., 2017).
(b) Pengetahuan
Pengetahuan menjadi landasan penting yang
menentukan konsumsi makanan seseorang/keluara dan
selanjutnya mempengaruhi status gizi seseorang.
(Elnovriza, dkk., 2010). Pengetahuan yang cukup
tentang makanan bergizi maka terjadi keseimbangan
antara pengeluaran dengan asupan makanan yang
diperlukan dalam tubuh (Marsedi, dkk., 2017).
(c) Ketersediaan dan Keanekaragaman Makanan
Di era yang sekarang ini akses untuk
mendapatkan pangan seharusnya lebih mudah karena
ketersediaan pangan dapat menentukan akses
bagaimana asupan zat gizi pada seseorang.
Ketersediaan pangan dalam keluarga mengacu pada
pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang
dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga.
Ketersediaan pangan yang rendah menurunkan
keragaman konsumsi pangan di tingkat rumah tangga
yang aman dan bergizi seimbang. Kurangnya variasi
dan jumlah makanan yang dikonsumsi terutama bahan
pangan yang berfungsi untuk menunjang pertumbuhan
seperti sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral
akan meningkatkan risiko kekurangan gizi (Aryati,
dkk., 2018).
20

b) Aktivitas Fisik
Diabetes melitus adalah penyakit yang terikat oleh gen
dan gaya hidup. Reduksi sekresi dan daya kerja (kepekaan)
insulin dilatarbelakangi oleh gen, sementara resistensi insulin
dipengaruhi oleh berbagai gaya hidup. Aktivitas fisik bukan
hanya berperan menipiskan tumpukan lemak di sekitar perut
dan mengikis berat badan, tetapi juga bermanfaat memperbaiki
kepekaan insulin serta pengendalian gula darah. Perbaikan
kepekaan insulin adalah dampak dari pertambahan afinitas
reseptor insulin dan penurunan kebutuhan akan insulin itu
sendiri, sementara perbaikan pengendalian glukosa mengarah
pada penundaan penebalan membran basal pembuluh darah,
penambahan massa tubuh tak berlemak, serta peningkatan
kapasitas kerja (Azizah, 2020).
c) Lingkar Perut
Obesitas telah menjadi salah satu faktor utama terhadap
kenaikan penyakit tidak menular secara global. Obesitas
terjadi ketika terdapat kelebihan akumulasi lemak yang
meningkatkan risiko kesehatan. Salah satu metode pengukuran
dari lemak tubuh yaitu menggunakan metode IMT (Indeks
Masa Tubuh) dan lingkar perut (Shetty, et al., 2011).
Seseorang diklasifikasikan sebagai obesitas apabila lingkar
perutnya lebih besar dari 90 cm pada laki-laki dan lebih besar
dari 80 cm pada perempuan (Kemenkes RI, 2013).
Obesitas dapat meningkatkan risiko dari morbiditas dan
mortalitas seseorang. Peningkatan lemak visceral berkaitan
dengan terjadinya metabolik yang abnormal, seperti penurunan
toleransi glukosa dan penurunan sensitivitas insulin, yang
mana merupakan faktor risiko dari terjadinya diabetes.
Diketahui bahwa lingkar perut merupakan suatu prediktor
21

yang lebih baik dibandingkan IMT terhadap kejadian dari


Diabetes Mellitus Tipe II (Huang, et al., 2012).
d) Tekanan Darah
Keterkaitan kadar gula darah dengan tekanan darah
akibat adanya kesamaan karakteristik faktor resiko penyakit.
Resistensi insulin dan hiperinsulinemia pada penderita DM
diyakini dapat meningkatkan resistensi vaskular perifer dan
kontraktilitas otot polos vaskular melalui respons berlebihan
terhadap norepinefrin dan angiotensin II. Kondisi tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan darah melalui mekanisme
umpan balik fisiologis maupun sistem Renin- Angiotensin-
Aldosteron. Kondisi hiperglikemia pada penderita DM juga
menginduksi over ekspresi fibronektin dan kolagen IV yang
memicu disfungsi endotel serta penebalan membran basal
glomerulus yang berdampak pada penyakit ginjal
(Ichsantiarini, 2013).
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan
erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau
meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi
pembuluh darah perifer (Fatimah, 2015). Pengendalian kadar
gula darah tentunya akan mengendalikan juga tekanan darah
pasien. Keberadaan penyakit penyerta diabetes tipe 2 sebagai
penyakit penyerta merupakan faktor risiko terhadap terjadinya
hipertensi tidak terkendali (Julianti, 2021).
e) Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara tertentu dalam mengatur
jumlah dan jenis asupan makanan dengan maksud untuk
mempertahankan kesehatan, status gizi, serta mencegah
dan/atau membantu proses penyembuhan. Pola makan yang
baik harus dipahami oleh para penderita DM dalam pengaturan
pola makan sehari-hari. Pola ini meliputi pengaturan jadwal
22

bagi penderita DM yang biasanya adalah 6 kali makan per hari


yang dibagi menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan
selingan. Adapun jadwal waktunya adalah makan pagi pukul
06.00-07.00, selingan pagi pukul 09.00-10.00, makan siang
pukul 12.00-13.00, selingan siang pukul 15.00-16.00, makan
malam pukul 18.00-19.00, dan selingan malam pukul 21.00-
22.00 (Susanti dan Bistara, 2018).
Jumlah makan (kalori) yang dianjurkan bagi penderita
DM adalah makan lebih sering dengan porsi kecil sedangkan
yang tidak dianjurkan adalah makan dalam porsi yang besar,
seperti makan pagi (20%), selingan pagi (10%), makan siang
(25%), selingan siang (10%), makan malam (25%), selingan
malam (10%). Jenis makanan perlu diperhatikan karena
menentukan kecepatan naiknya kadar gula darah. Penyusunan
makanan bagi penderita DM mencakup karbohidrat, lemak,
protein, buah-buahan, dan sayuran (Susanti dan Bistara, 2018).
f) Kebiasaan Merokok
Merokok juga menimbulkan kecenderungan untuk
menaikkan kadar gula darah yang berakibat pada
meningkatnya kejadian Diabetes Mellitus Tipe II . Rokok
berkontribusi terhadap berkembangnya resisten insulin yang
akan menaikkan angka kejadian penyakit kardiovaskular. Efek
dari perokok akut adalah menghasilkan kejadian kegagalan
toleransi glukosa yang signifikan dan pada perokok kronik
akan menghasilkan keadaan hiperinsulinemia. Penelitian juga
membuktikan bahwa merokok akut menyebabkan kegagalan
kerja dari pada insulin disebabkan oleh rendahnya uptake
glukosa pada daerah perifer (Silalahi, 2017).
Menurunnya sensitivitas insulin pada perokok dapat
disebabkan oleh meningkatnya berbagai hormon seperti
growth hormone (GH), kortisol, dan kotekolamin yang
23

menyebabkan naiknya kadar gula darah. Meskipun belum


diketahui dengan jelas, diduga gangguan sensitivitas insulin
disebabkan oleh nikotin, pada orang yang merokok tembakau
berhubungn dengan peningkatan penderita Diabetes Mellitus
Tipe II (Silalahi, 2017).
2. Asupan Zink
a. Definisi Zink
Zink merupakan zat gizi mikro atau elemen logam esensial
untuk semua organisme khususnya manusia (Cruz, et al., 2015).
Kandungan zinc di dalam tubuh sebesar 2-2,5 gram. Zink berada
dalam semua jaringan dan cairan tubuh. Zink didalam plasma hanya
berjumlah 0,1% dari seluruh zink didalam tubuh dan mempunyai
masa pergantian yang cepat. Zink di dalam tubuh di eksresi dalam
getah pankreas dalam jumlah sedikit, dalam empedu dan dieksresi
lewat feses dan keringat (Ridwanto, dkk., 2020). Kebutuhan asupan
zink di Indonesia berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013
sebesar 10mg/hari. Mineral zink sendiri dapat diperoleh dari sumber
bahan makanan seperti daging merah, ayam, ikan, kerang, kacang
polong, biji-bijian, sayuran hijau dan padi.
Zink memiliki sifat antioksidan yang penting, karena dapat
sebagai kofaktor enzim superoksida dismutase yang mengatur
detoksifikasi spesies oksigen reaktif, mengatur dan melindungi
terhadap stres oksidatif yang disebabkan oleh penyakit kronis yang
menyebabkan hiperglikemia (Aly dan Mantawy, 2012). Selanjutnya,
zink menghambat alfa respirasi mitokondria yang bergantung pada
ketoglutarat yang dipengaruhi oleh zink (Zhang, et al., 2014).
b. Metabolisme Zink
Zink tersebar secara merata pada berbagai organ tubuh.
Meskipun begitu, konsentrasi tertinggi dijumpai pada jaringan tulang,
hati, kulit dan rambut (bulu). Total Zink dalam tubuh secara kasar
tersebar pada tulang skeleton, hati, kulit, darah dan organ lain. Di
24

dalam sel, Zn++ berikatan dengan Zur protein yang mengatur jumlah
masuknya Zn ke dalam sel. Jika terjadi kelebihan Zink maka protein
Zur dengan cepat memindahkan dan mengeluarkannya dari sel.
Sekitar 60 – 80% zink intraseluler terdapat dalam sitosol, 10% dalam
inti, dan hanya sebagian kecil yang ditemukan dalam mitokondria dan
ribosom. Sebagian besar zink dalam sitosol berikatan dengan protein,
dan zink yang berlebih berikatan dengan metalotionein di bawah
kondisi normal. Zink tidak disimpan permanen dan mudah hilang
dalam tubuh. Zink juga dibawa ke dalam pankreas dan digunakan
untuk membuat enzim pencernaan, yang akan dikeluarkan ke dalam
saluran pencernaan pada waktunya jika diperlukan. Dengan demikian
saluran cerna memiliki dua sumber zink, yaitu dari makanan dan
cairan pencernaan pankreas (Widhyari, 2012).
Zink diekskresikan melalui empedu, keringat dan urin. Pada
awal laktasi zink dikeluarkan melalui kolostrum dan selama
kebuntingan, zink dibutuhkan untuk perkembangan fetus. Selama
laktasi, Zn diekskresikan sebanyak 2 – 3 μg/ml melalui susu, 1 – 5 mg
melalui keringat, 0,3 - 0,6 mg melalui urin, dari pankreas 4 – 5 mg
melalui feses (Widhyari, 2012).
c. Hubungan Asupan Zink dengan Kadar Gula Darah
Keterkaitan zink dengan Diabetes Mellitus dikemukakan oleh
Scott dan fisher orang pertama yang melaporkan hubungan langsung
antara zink dan diabetes melitus pada pasien ditahun 1930-an. Scott
dan Fisher melakukan sebuah penelitian untuk menilai kandungan
hormon insulin di organ pankreas pasien yang menderita diabetes
dengan non diabetes, didapatkan hasil bahwa kelompok tersebut
terdapat kandungan zink sebesar 75% (Basaki, et al., 2012).
Hasil penelitian Ridwanto, dkk (2020) bahwa asupan zink
berhubungan signifikan dengan kadar GD2JPP pada subjek DMT2.
Penelitian tersebut didapatkan hasil organ pankreas yang sehat
memiliki kandungan mineral zink yang sangat tinggi, namun pada
25

pasien yang menderita DMT2 kandungan zink terjadi penurunan dan


kadar glukosa darah mengalami peningkatan. Penelitian yang
didapatkan bahwa sebagian besar subjek asupan zink mengalami
defisiensi berat, ringan dan sedang.
Hasil penelitian Amanda dan Bening (2019) mengenai asupan
zink dengan kadar gula darah puasa menunjukkan bahwa ada
hubungan asupan zink dengan kadar gula darah puasa penderita
Diabetes Mellitus Tipe II di rumah sakit PKU Muhammadiyah
Temanggung dengan arah hubungan negatif dan kekuatan hubungan
sangat kuat ditunjukkan dengan nilai r = -0,999. Sebaran data yang
didapat ada kecenderungan semakin tinggi asupan zink maka semakin
rendah kadar gula darah puasa.
Status zink berkaitan dengan kontrol glikemik diabetes. Hasil
penelitian lain yang dilakukan Kartika, dkk (2016) menyatakan bahwa
adanya perbedaan dalam pemberian zink selama 30 hari dengan dosis
5 mg/kg BB yang lebih baik dari dosis 3 mg/kg BB terhadap kadar
gula darah, yang berarti semakin banyak asupan zink yang dikonsumsi
maka akan menurunkan kejadian glukosa darah tinggi pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe II.
3. Asupan Lemak
a. Definisi Lemak
Lemak adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut
dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform,
eter, dan benzen. Unsur penyusun lemak antara lain adalah Karbon
(C), Hidrogen (H), Oksigen (O), dan kadang-kadang Fosforus (P)
serta Nitrogen (N). Di dalam tubuh kita, lemak mempunyai beberapa
fungsi penting, diantaranya adalah: sebagai pelindung tubuh dari suhu
rendah, pelarut vitamin A, D, E, dan K, pelindung alat-alat tubuh vital
(antara lain jantung dan lambung), yaitu sebagai bantalan lemak,
penghasil energi tertinggi, penahan rasa lapar, karena adanya lemak
akan memperlambat pencernaan, apabila pencernaan terlalu cepat
26

maka akan cepat pula timbulnya rasa lapar, bahan penyusun membran
sel, bahan penyusun hormon dan vitamin (khususnya untuk sterol),
bahan penyusun empedu, asam kholat (di dalam hati), dan hormon
seks (khususnya untuk kolesterol), pembawa zat-zat makanan esensial
(Supariasa, 2014).
b. Klasifikasi Lemak
Lemak terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh
tubuh manusia. Ada 2 jenis lemak yaitu lemak jenuh dan lemak tak
jenuh.
1) Lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan
rangkap pada atom karbon. Kebiasaan mengkonsumsi lemak
jenuh secara berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dan
trigliserida yang merupakan komponen lemak dalam darah yang
membahayakan kesehatan. Lemak jenuh banyak terkandung
dalam bahan makanan seperti lemak hewan, lemak susu, lemak
mentega, keju, krim, santan, minyak kelapa, margarin serta kue-
kue yang terbuat dari bahan tersebut (Fitri, 2019).
2) Lemak tak jenuh adalah lemak yang dapat berada dalam dua
bentuk yaitu isomer cis dan trans serta memiliki ikatan rangkap
dalam minyak (lemak cair) (Fitri, 2019). Jenis lemak tak jenuh
yaitu :
a) Lemak tak jenuh tunggal tidak banyak berpengaruh terhadap
peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Lemak tak jenuh
tunggal ini banyak terkandung dalam makanan seperti minyak
zaitun, minyak biji wijen, minyak biji kapas dan minyak
kelapa sawit.
b) Lemak tak jenuh ganda banyak terkandung dalam minyak ikan,
minyak kedelai dan minyak zaitun. Tidak semua lemak
berbahaya bagi kesehatan, hal ini disebabkan oleh asam lemak
tak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida
sehingga dapat melindungi jantung dan pembuluh darah.
27

c. Metabolisme Lemak
Lipid yang penting dalam kehidupan adalah lemak-lemak
netral (trigliserida), fosfolipid, atau senyawa sejenis, dan sterol.
Trigliserida terdiri dari 3 asam lemak yang berikatan dengan gliserol.
Asam lemak merupakan bagian struktur membrana biologik yang
penting sebagai sumber energi bagi jaringan otot bahkan pada keadaan
tersedianya glukosa. Metabolisme mencakup proses anabolisme dan
katabolisme. Hati merupakan pusat metabolisme lipid yang
bertanggung jawab dalam pengaturan kadar lipid dalam tubuh.
Metabolisme lipid yang akan dibahas meliputi: metabolisme
trigliserid, metabolisme kolesterol, dan metabolisme lipoprotein.
Penggunaan lemak oleh tubuh untuk energi sama pentingnya seperti
penggunaan karbohidrat. Trigliserida merupakan bentuk lemak yang
disimpan untuk energi dan merupakan bentuk paling banyak dalam
bahan makanan dan jaringan. Sejumlah karbohidrat yang dimakan
diubah mejadi trigliserida kemudian disimpan dan digunakan sebagai
trigliserida untuk energi. Jadi lebih dari setengah keseluruhan energi
yang digunakan oleh sel disuplai asam lemak yang berasal dari
trigliseerida atau secara tidak langsung dari karbohidrat (Fazidah dan
Makmur, 2020).
Trigliserida yang digunakan untuk energi berasal dari makanan
atau lemak yang disimpan dalam jaringan lemak. Tahap pertama
dalam penggunaan triglycerida untuk energi adalah hidrolisis dari
trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Trigliserida dari
makanan di katabolisme oleh enzim lipoprotein lipase yang terletak
dalam endotel kapiler yang memecah trigliserida yang ada dalam
darah menjadi asam lemak dan gliserol yang akan disusun kembali
menjadi lemak baru dalam sel lemak. Trigliserida yang disimpan
dalam jaringan lemak dikatabolisme oleh hormon sensitif lipase yang
terdapat dalam jaringan lemak dan mengkatalisis cadangan trigliseride
menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian asam lemak dan gliserol
28

ditranspor kejaringan aktif dimana keduanya dioksidasi dan


menghasilkan energi. Gliserol sewaktu memasuki jaringan aktif
segera diubah menjadi gliserol 3 fosfat yang memasuki jalur glikolitik
untuk pemecahan glukosa untuk menghasilkan energi. Sedangkan
asam lemak sebelumnya melalui proses beta oksidasi menghasilkan
asetil coA yang masuk ke siklus krebs dan menghasilkan energi
(Fazidah dan Makmur, 2020).
d. Hubungan Asupan Lemak dengan Kadar Gula Darah
Asupan makan tinggi energi (lemak dan gula) dan rendah serat
berhubungan dengan kadar gula darah. Ketidakseimbangan antara
asupan makanan yang tinggi energi dengan pengeluaran energi untuk
aktivitas dalam jangka waktu yang lama memungkinkan terjadinya
obesitas, resistensi insulin, dan penyakit DM tipe II (Fitri dan Yenti,
2012). Diabetes terjadi akibat terganggunya kerja insulin. Salah satu
faktor yang menganggu kerja insulin yaitu tingginya kadar lemak di
perut, semakin banyak lemak yang dikonsumsi, semakin
banyak pula lemak yang disimpan dalam tubuh. Timbunan lemak bisa
membuat sel tubuh menjadi tidak peka terhadap insulin (Fauzi, 2018).
Hasil penelitian Suprapti (2017) menunjukkan bahwa
hubungan yang signifikan pola makan lemak dengan kejadian
Diabetes Mellitus. Lemak merupakan sumber energi terbesar yang
dapat menyebabkan obesitas. Pada orang yang obesitas sel-sel lemak
tersebut akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai
adipositokin. Zat tersebut menyebabkan resistensi terhadap
insulin. Akibat resistensi insulin, gula darah sulit masuk ke dalam sel
sehingga gula di dalam darah tinggi atau hiperglikemi. Pada penderita
Diabetes mellitus terjadinya resistensi insulin yang menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah, tekanan darah, hiperinsulinemia dan
ketidaknormalan fungsi lemak.
29

4. Lingkar Perut
a. Definisi Lingkar Perut
Lingkar perut merupakan ukuran antropometri yang dapat
digunakan untuk mengukur status gizi terutama obesitas sentral
(Rahmawati, 2015). Lingkar perut juga merupakan indikator dari
masalah kegemukan, terutama kegemukan sentral atau dikenal dengan
istilah obesitas sentral. Dengan mengukur lingkar, dapat diketahui
apakah ada penumpukan lemak visceral atau disebut dengan
visceral fat, yaitu lemak yang terdapat di dalam rongga perut yang
menempel pada organ-organ vital di dalam rongga perut contohnya
seperti ginjal, usus, dan hati (Ramayulis, 2014). Lingkar perut yang
lebih dari normal dapat mengarah kepada diabetes mellitus karena
penumpukkan lemak di perut menyebabkan penurunan sensitivitas
insulin (Rasad, et al., 2014).
Meningkatnya lingkar perut dapat berdampak terhadap
peningkatan gula darah karena terjadi glukogenesis yang dapat
menghambat kerja insulin. Lemak pada abdomen memiliki produk
metabolik berupa asam lemak yang dilepaskan ke vena porta hepatika.
Asam lemak bebas yang beredar berlebihan ke hati akan
menyebabkan oksidasi dan menghasilkan Acetyl CoA. Acetyl CoA ini
akan mengaktifkan enzim piruvat karboksilase di hati, yang
mengubah asam piruvat menjadi glukosa di dalam hati, proses ini
disebut glukoneogenesis (Rahmadinia, 2018). Selain itu,
meningkatnya kadar asam lemak bebas yang beredar di hati dapat
menyebabkan berkurangnya sensitivitas dari sel otot terhadap insulin,
sehingga menyebabkan terjadinya keadaan resistensi insulin. Oleh
karena itu, sel otot memerlukan lebih banyak insulin untuk ambilan
glukosa darah ke dalam otot (Adnyana, dkk., 2020).
b. Pengukuran Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat
30

berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan Diabetes


Mellitus (Utami, 2016). Cara pengukuran lingkar perut sebagai
berikut :
1. Menjelaskan kepada sampel tujuan pengukuran lingkar perut dan
tindakan apa saja yang akan dilakukan.
2. Sampel diminta dengan cara yang santun untu membuka pakaian
bagian atas menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang
rusuk terakhir sampel.
3. Tetapkan titik ujung lengkung pangkal panggul.
4. Melakukan pengukuran titik tengah antara tulang rusuk terakhir
dengan pangkal panggul dengan pita ukur.
5. Melakukan pengukuran lingkar perut dimulai dari titik tengah
kemudian sejajar secara horizontal melingkari pinggang dan perut
sampel menggunakan pita ukur.

Gambar 1. Lingkar Perut


Ukuran normal lingkar perut yaitu <90 cm untuk laki-laki dan
<80 cm untuk perempuan, sedangkan ukuran lingkar perut dikatakan
obesitas sentral jika pada laki laki ≥90 cm dan perempuan ≥80 cm
(Arisman, 2018).
c. Hubungan Lingkar Perut dengan Kadar Gula Darah
Hasil penelitian Adnyana, dkk (2020) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara lingkar perut dan gula darah
31

puasa, dan OR = 3,167, berarti orang dengan obesitas sentral memiliki


kemungkinan gula darah puasa yang meningkat 3 kali dibandingkan
orang yang tidak obesitas. Sensitivitas dari insulin akan terpengaruh
pada individu obesitas. Pada individu yang memiliki obesitas, terdapat
peningkatan sekresi dari substansi Non-esterified Fatty Acid (NEFA)
yang dapat menyebabkan terjadinya suatu resistensi insulin (Adnyana,
dkk., 2020).
Hasil penelitian Septyaningrum dan Martini (2014)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lingkar
perut dengan kadar gula darah. Hubungan yang terjadi menunjukkan
korelasi yang positif atau searah yaitu jika lingkar perut naik maka
kadar gula darah juga naik, sebaliknya jika lingkar perut turun maka
kadar gula darah juga turun.
Jumlah lemak perut dapat diperkirakan dengan ketepatan yang
lebih tinggi dengan pengukuran lingkar perut untuk penentuan
obesitas abdominal yang mana merupakan faktor risiko yang penting
bagi onset diabetes mellitus tipe dua. Pengukuran lemak visceral/
sentral yang paling akurat adalah dengan menggunakan Computed
Axial tomography atau Magnetic resonance imaging namun mahal
dan tidak praktis sehingga beberapa peneliti menggunakan lingkar
perut dalam pengukuran obesitas. Lingkar perut yang mengecil secara
bermakna akan menurunkan faktor risiko kardiovaskuler, sindrom
metabolik yang meliputi diabetes mellitus tipe dua, gangguan
toleransi glukosa, hipertensi dan dislipidemia walaupun berat badan
tidak berubah. Ukuran lingkar perut yang semakin bertambah
terutama pada obesitas tipe sentral atau android dapat menimbulkan
resistensi insulin dimana insulin tubuh tidak dapat bekerja dengan
baik dan terjadilah diabetes sentral (Septyaningrum dan Martini,
2014).
32

B. Kerangka Teori
Faktor risiko yang dapat
Faktor yang
dikendalikan
mempengaruhi asupan
1. Asupan zat gizi : zat gizi :
a. Karbohidrat
1. Sosial ekonomi
b. Lemak
c. Kolesterol 2. Pengetahuan
3. Ketersediaan dan
d. Zink
e. Magnesium keanegaragaman
f. Vitamin C makanan

2. Aktivitas fisik
3. Lingkar perut
4. Tekanan darah Kadar gula darah
5. Pola makan
6. Kebiasaan merokok

Faktor resiko yang tidak


dapat dikendalikan :

1. Usia
2. Genetik
3. Jenis kelamin

Gambar 2. Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Depkes RI (2008); PERKENI (2011)

C. Kerangka Konsep
Asupan zink

Asupan lemak
Kadar gula darah

Lingkar perut

Gambar 3. Kerangka Konsep


33

D. Hipotesis
Ha : 1. Ada hubungan asupan zink dengan kadar gula darah pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.
2. Ada hubungan asupan lemak dengan kadar gula darah pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.
3. Ada hubungan lingkar perut dengan kadar gula darah pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Data yang diambil dan diukur
dalam waktu yang sama dalam penelitian ini adalah asupan zink, lemak dan
kadar gula pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr.
Moewardi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2022.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Penelitian


1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan
dikenai generalisasi hasil penelitian (Sumantri, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD
Dr. Moewardi.
2. Sampel
Sampel adalah populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur
(Sumantri, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi, dengan kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,
2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

34
35

1) Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.


2) Memiliki kadar gula darah puasa.
3) Usia 40-60 tahun.
4) Bersedia menjadi sampel penelitian.
5) Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi
dalam penelitian ini yaitu sampel tidak dapat berdiri dengan tegak dan
sampel dengan keadaan umum yang buruk.
3. Besar Sampel
Perhitungan perkiraan pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan rumus Lemeshow, dkk (1997) sebagai berikut :
( ⁄ )
n=
( ) ( ⁄ )

Keterangan :
n = besar sampel
N= besar sampel populasi sasaran
Z1-α/2= Level of significance
p= perkiraan proporsi prevalensi kejadian/variabel terikat (dependen)
pada populasi.
q= 1- p
d = delta, (presisi absolute atau margin of error yang diinginkan dikedua
sisi proporsi)
( ⁄ )
n=
( ) ( ⁄ )

( ) ( )
n=( ) ( ) ( ) ( )

n=

n=

n=
36

n = 32,44 33 sampel
Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel yang dibutuhkan
sebesar 33 orang, ditambah kemungkinan drop out sebesar 10%, maka
besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebesar 33+3,3 =36,6
menjadi sebesar 37 sampel.
4. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling yaitu penentuan
sampel berdasarkan pertimbangan kriteria inklusi dan eksklusi.

D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki yang didapatkan oleh penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis
variabel yang digunakan yaitu:
1. Variabel bebas (Independent variable) adalah suatu variabel yang
mempengaruhi atau nilainya menentukan ada tidaknya hubungan atau
yang menentukan variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah asupan zink, lemak dan lingkar perut.
2. Variabel terikat (Dependent variable) adalah variabel yang diamati atau
diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari
variabel bebas (Nursalam, 2017). Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kadar gula.

E. Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Skala Hasil
Operasional Ukur Pengukuran Ukur
Asupan Zink Jumlah rata-rata asupan SQFFQ Rasio %
zink yang berasal dari
asupan bahan makanan
dalam satuan gram yang
diperoleh dari formulir
Semi Quantitatif Food
37

Variabel Definisi Alat Skala Hasil


Operasional Ukur Pengukuran Ukur
Frequencie Quistionare
(SQFFQ ) kemudian diolah
menggunakan Nutrisurvey.
Asupan Jumlah rata-rata asupan SQFFQ Rasio %
Lemak lemak yang berasal dari
asupan bahan makanan
dalam satuan gram yang
diperoleh dari formulir
Semi Quantitatif Food
Frequencie Quistionare
(SQFFQ) kemudian diolah
menggunakan Nutrisurvey.
Lingkar Pengukuran lingkar perut Pita Ukur Rasio cm
Perut pada area bagian atas iliaka (Metline)
sejajar umbilicus dengan
menggunakan pengukur
pita ukur ketelitian 0,1cm.
Kadar Gula Gula darah adalah gula Glukometer Rasio mg/dl
Darah yang terdapat didalam
darah yang
dibentuk oleh karbohidrat
dari makanan dan
disimpan menjadi glikogen
dalam tubuh. Gula darah
yang diperiksa adalah Gula
Darah Puasa (GDP).

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Informed Consent
Formulir yang digunakan untuk menjelaskan penelitian yang
dilakukan kepada sampel penelitian. Formulir permohonan menjadi
sampel penelitian dan formulir untuk menyatakan kesediaan menjadi
sampel penelitian.
2. Formulir pengumpulan data
Digunakan untuk mengetahui data sampel yang meliputi nama,
jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, alamat, pekerjaan, berat badan, tinggi
badan, lingkar perut, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, obat yang dikonsumsi dan kadar gula darah.
38

3. Pita Ukur/Metline dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur lingkar perut


sampel. Menurut Widardo, dkk (2018) cara mengukur lingkar perut
sebagai berikut :
a) Menyiapkan pita pengukur dan memastikan berfungsi dengan baik.
b) Pada saat mengukur lingkar perut, posisi sampel badan tegak lurus,
pandangan kedepan, tidak menggunakan pakaian yang tebal.
c) Melakukan pengukuran lingkar perut pada bagian antara rusuk dan
crista iliaca melewati umbilicus.
d) Menarik pita ukur sampai melingkar dan baca hasil pada ketelitian 0.1
cm.
e) Melakukan pencatatan lingkar perut sampel penelitian.
4. Formulir Semi Quantitatif Food Frequency Questionnaire (SQFFQ)
Digunakan untuk menilai asupan zink dan lemak dari sampel
penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara
khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset
atau penelitian.
1) Data identitas sampel yang meliputi : nama, jenis kelamin,
tempat/tanggal lahir, alamat dan pekerjaan.
2) Data asupan zink, lemak dan lingkar perut.
b. Data Sekunder
Data sekunder meliputi catatan rekam medik yaitu kadar gula
darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.
39

2. Cara pengumpulan data yang digunakan yaitu:


a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui keterangan tentang
data-data yang diperlukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui identitas sampel, kesediaan sampel, asupan zink dan
lemak pada sampel dengan formulir Semi Quantitatif Food
Frequency Questionnaire (SQFFQ).
b. Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui lingkar perut pada
sampel melalui pengukuran lingkar perut.
c. Dokumen
Pengambilan data secara dokumen untuk mengetahui catatan
rekam medik meliputi kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus
Tipe II dan profil RSUD Dr. Moewardi.

H. Teknik Analisis Data


1. Pengolahan Data
a. Editing
Memeriksa data dengan cara melihat kembali hasil
pengumpulan data, baik dari isi maupun wujud alat pengumpul data
yakni:
1) Mengecek jumlah lembar pengisisan.
2) Mengecek nama dan kelengkapan identitas sampel.
3) Mengecek macam isian data.
b. Coding
Merupakan upaya klasifikasi data dengan pemberian kode
pada data menurut jenisnya, yaitu memberikan kode pada tiap variabel
asupan zink, lemak, lingkar perut dan kadar gula darah. Kemudian
tiap variabel dikategorikan sesuai jumlah nilai untuk masing-masing
variabel, sebagai berikut :
40

1) Asupan Zink
1 = Kurang (<77% AKG)
2 = Cukup (≥77% AKG)
(Gibson, 2005)
2) Asupan Lemak
1 = Lebih (>110%)
2 = Baik (80-110%)
3 = Sedang (60-79%)
4 = Kurang (≤59%)
(Depkes RI, 2005)
3) Lingkar Perut
1 = Obesitas Abdominal (Laki-laki ≥90 cm dan Perempuan ≥80
cm)
2 = Bukan Obesitas Abdominal ((Laki-laki <90 cm dan
Perempuan <80 cm)
(WHO, 2014)
4) Kadar Gula Darah
1 = Normal (<100 mg/dl)
2 = Pradiabetes (100-125 mg/dl)
3 = Diabetes Mellitus (≥126 mg/dl)
(Kemenkes RI, 2020)
c. Tabulating
Menyusun data dengan mengorganisir data sedemikian rupa
sehingga mudah untuk dijumlah, disusun, disajikan dalam bentuk
tabel atau grafik.
d. Entry Data
Proses pemasukan data berupa asupan zink, lemak, lingkar
perut dan kadar gula darah sampel dalam program komputer pada
program SPSS versi 20. Sedangkan untuk mengolah asupan zink dan
lemak menggunakan nutrisurvey.
41

2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS
versi 20 meliputi :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendekskripsikan
karakteristik dari setiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian
ini menghasilkan distribusi frekuensi meliputi usia sampel, asupan
zink, asupan lemak, lingkar perut, dan kadar gula darah pada sampel
yang menderita Diabetes Mellitus Tipe II.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan variabel bebas dan variabel
terikat yaitu hubungan asupan zink, lemak, lingkar perut dengan kadar
gula darah sampel Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi.
Penelitian ini menggunakan uji korelasi atau uji hubungan,
sebelum dilakukan uji hubungan terlebih dahulu dilakukan uji
kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov smirnov. Data
asupan zink, lemak dan kadar gula darah berdistribusi normal
sehingga uji hubungan asupan zink dengan kadar gula darah dan
hubungan asupan lemak dengan kadar gula darah menggunakan
Pearson Product Moment dan data lingkar perut berdistribusi tidak
normal sehingga uji hubungan lingkar perut dengan kadar gula darah
menggunakan Rank Spearman.

I. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal skripsi.
b. Melakukan studi pendahuluan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
untuk mengetahui jumlah populasi sampel penelitian.
c. Mengajukan surat izin melakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
42

2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan koordinasi dengan pihak RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
b. Menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
c. Memberikan penjelasan kepada sampel mengenai jalannya penelitian
yang akan dilaksanakan.
d. Melakukan wawancara langsung meliputi data identitas sampel,
asupan zink dan lemak dengan menggunakan formulir Semi
Quantitatif Food Frequency Questionnaire (SQFFQ).
e. Melakukan pengukuran lingkar perut secara langsung pada sampel
penelitian.
3. Tahap Akhir
a. Melakukan pengecekan kelengkapan data baik isi maupun jumlah
lembar data.
b. Pengolahan data asupan zink dan asupan lemak dengan nutrisurvey.
c. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 20.
d. Hasil penelitian yang telah diolah kemudian dibahas melalui analisis
data.

J. Etika Penelitian
Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi tempat
penelitian dan peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti
memperoleh rekomendasi dari pembimbing, penguji dan Kaprodi di S1 Gizi
serta mendapat izin dari Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Selanjutnya, peneliti mengajukan permohonan izin kepada Direktur RSUD
DR. Moewardi Surakarta untuk mendapat persetujuan, kemudian melakukan
negoisasi dengan sampel dan meminta persetujuannya untuk menjadi sampel
dengan masalah etika yang dilakukan :
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi sampel penelitian)
Tujuannya agar sampel mengetahui maksud dan tujuan penelitian
serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika sampel
bersedia menjadi sampel maka harus menandatangani lembar persetujuan
43

menjadi sampel. Jika sampel menolak, maka peneliti tidak akan memaksa
dan tetap menghormati haknya.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas sampel, peneliti tidak
mencantukan nama sampel pada hasil pembahasan penelitian nantinya,
peneliti menggunakan nomor atau kode sampel.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh sampel dijamin oleh
peneliti. Informasi yang diberikan oleh sampel serta semua yang
dikumpulkan tanpa nama yang dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hal
ini tidak dipublikasikan atau diberikan kepada orang lain tanpa seizin
sampel.

K. Jadwal Penelitian
(Terlampir)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tempat Penelitian


Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi (RSUD) Dr. Moewardi
didirikan pertama kali dengan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
44751/R/S tanggal 24 Oktober 1988. RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah
rumah sakit milik Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan kelas
tipe A yang beralamat di jalan Kolonel Soetarto Nomor 132 Surakarta.
RSUD Dr. Moewardi menjadi rumah sakit pendidikan bagi calon
dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
Program Pendidikan Dokter Spesialis I (PPDS I). RSUD Dr. Moewardi
ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan wilayah Eks Karesidenan Surakarta
dan sekitarnya, juga Jawa Timur bagian barat dan Jawa Tengah bagian
tenggara. Dalam perkembangan selanjutnya RSUD Dr. Moewardi ditetapkan
sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) berdasarkan keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor: 059/75/2008 tanggal 21 Oktober 2008
tentang Penetapan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) pada Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Jawa
Tengah Dr. Moewardi Surakarta dengan status BLUD penuh.
Visi RSUD Dr. Moewardi adalah rumah sakit terkemuka berkelas
dunia. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan tersebut maka misi
RSUD Dr. Moewardi adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan pelayanan kesehatan berbasis pada keunggulan sumber
daya manusia, kecanggihan, dan kecukupan alat serta profesionalisme
manajemen pelayanan.
2. Menyediakan wahana pendidikan dan penelitian kesehatan yang unggul
berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
yang bersinergi dengan mutu pelayanan.
RSUD Dr. Moewardi memiliki 808 tempat tidur. Salah satu unit
pelayanan 24 jam yang siap memberikan pelayanan kesehatan dari berbagai

44
45

jenis kasus penyakit yang emergensif, dengan pelayanan secara cepat dan
tepat, didukung sumber daya manusia yang professional dan fasilitas yang
memadai dan perlatan yang canggih. Adapun fasilitas sebagai berikut :
1. 15 unit penunjang pelayanan : Ruang triage (ruang untuk menyeleksi
pasien sebelum dipastikan penyakitnya), ruang untuk resusitasi jantung
paru (ruangan untuk mengembalikan fungsi jantung dan paru), ruang
pasien infeksi dan non infeksi, ruang PPKBGA, kamar operasi, ruang
tunggu yang luas dan nyaman, ambulance 24 jam, pacu jantung (DC
Shock/Defibrilator), incubator transport, nebulizer, pneumatic,
Pelayanan Obstetri Neonatal Komprehensif (PONEK), ruang tindakan
bedah dan observasi bedah, ruang observasi anak, ruang laboratorium.
2. 21 Klinik rawat jalan yaitu : klinik penyakit dalam, klinik kandungan dan
kebidanan, klinik anak, klinik mata, klinik bedah, klinik THT, klinik kulit
dan kelamin, klinik gigi dan mulut, klinik VCT, klinik neurologi, klinik
jantung, klinik anestesi, klinik nyeri, klinik penyakit jiwa, klinik paru,
klinik akupuntur, klinik neurobehaviour, klinik metadon, klinik
PMDT/TB.MDR, klinik gizi dan klinik psikologi (Profil RSUD Dr.
Moewardi, 2022).
B. Hasil
1. Karakteristik Sampel
Penelitian dilakukan pada pasien Diabetes Mellitus di poli
penyakit dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel yang digunakan
sejumlah 33 orang.
a. Usia
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan usia dapat dilihat
berdasarkan tabel 4 berikut :
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
Karakteristik n % ̅ ± SD (Tahun)
40-46 7 21,2
47-53 10 30,3 51,6±5,75
54-60 16 48,5
Total 33 100
Sumber :Data Primer Diolah 2022
46

Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian menunjukkan sebagian


besar sampel berusia 54-60 tahun yaitu sejumlah 16 sampel (48,5%)
dengan rata-rata usia 51,6 ± 5,75 tahun.
b. Jenis Kelamin
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat berdasarkan tabel 5 berikut :
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik n %
Laki-laki 12 36,4
Perempuan 21 63,6
Total 33 100
Sumber :Data Primer Diolah 2022
Berdasarkan tabel 5, hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar sampel berjenis kelamin perempuan yaitu sejumlah 21 sampel
(63,6%).
c. Asupan Zink
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan asupan zink dapat
dilihat berdasarkan tabel 6 berikut :
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Zink
Karakteristik n % ̅ ± SD (%)
Kurang 30 90,9
Cukup 3 9,1 56,1±14,41
Total 33 100
Sumber :Data Primer Diolah 2022
Berdasarkan tabel 6, hasil penelitian menunjukkan asupan
zink sebagian besar sampel yaitu 30 sampel (90,9%) dengan rata-rata
56,1±14,41% dalam kategori kurang.
d. Asupan Lemak
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan asupan lemak dapat
dilihat berdasarkan tabel 7 berikut :
47

Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Lemak


Karakteristik n % ̅ ± SD (%)
Lebih 11 33,3
Baik 6 18,2
Sedang 6 18,2 93±47,03
Kurang 10 30,3
Total 33 100
Sumber :Data Primer Diolah 2022
Berdasarkan tabel 7, hasil penelitian menunjukkan asupan
lemak sebagian besar sampel yaitu 11 sampel (33,3%) dengan rata-
rata 93±47,03% dalam kategori lebih.
e. Lingkar Perut
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan lingkar perut dapat
dilihat berdasarkan tabel 8 berikut :
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Lingkar Perut
Karakteristik n % ̅ ± SD (cm)
Obesitas Abdominal 23 69,7
Bukan Obesitas Abdominal 10 30,3 87,9±10,24
Total 33 100
Sumber :Data Primer Diolah 2022
Berdasarkan tabel 8, hasil penelitian menunjukkan lingkar
perut sebagian besar sampel yaitu sejumlah 23 sampel (69,7%)
dengan rata-rata 87,9±10,24 cm dalam kategori obesitas abdominal.
f. Kadar Gula Darah
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan kadar gula darah
dapat dilihat berdasarkan tabel 9 berikut :
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kadar Gula Darah
Karakteristik n % ̅ ± SD(mg/dl)
Normal 5 15,2
Pradiabetes 21 63,6 116,2±17,12
Diabetes mellitus 7 21,2
Total 33 100
Sumber :Data Primer Diolah 2022
Berdasarkan tabel 9, hasil penelitian menunjukkan kadar gula
darah sebagian besar sampel yaitu sejumlah 21 sampel (63,6%)
dengan rata-rata 116,2±17,12 mg/dl dalam kategori pradiabetes.
48

2. Hubungan Asupan Zink Dengan Kadar Gula Darah


Uji hubungan asupan zink dengan kadar gula darah dapat dilihat
pada tabel 10 berikut :
Tabel 10. Hubungan Asupan Zink dengan Kadar Gula Darah
Variabel ̅ ± SD r p*
Asupan Zink (%) 56,1±14,41 0,336 0,056
Kadar Gula Darah (mg/dl) 116,2±17,12
* Pearson Product Moment
Berdasarkan tabel 10 hasil analisis statistik hubungan asupan zink
dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta dengan menggunakan uji Pearson Product
Moment diperoleh nilai p = 0,056 (p>0,05) dengan nilai r = 0,336 yang
artinya tidak ada hubungan asupan zink dengan kadar gula darah pada
pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
3. Hubungan Asupan Lemak Dengan Kadar Gula Darah
Uji hubungan asupan lemak dengan kadar gula darah dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11. Hubungan Asupan Lemak dengan Kadar Gula Darah
Variabel ̅ ± SD r p*
Asupan Lemak (%) 93±47,03 -0,125 0,487
Kadar Gula Darah (mg/dl) 116,2±17,12
* Pearson Product Moment
Berdasarkan tabel 11 hasil analisis statistik hubungan asupan
lemak dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan menggunakan uji Pearson
Product Moment diperoleh nilai p =0,487 (p>0,05) dengan nilai r =-0,125
yang artinya tidak ada hubungan asupan lemak dengan kadar gula darah
pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
49

4. Hubungan Lingkar Perut Dengan Kadar Gula Darah


Uji hubungan asupan lemak dengan kadar gula darah dapat
dilihat pada tabel 12 berikut :
Tabel 12. Hubungan Lingkar Perut dengan Kadar Gula Darah
Variabel ̅ ± SD rs p*
Lingkar Perut (cm) 87,9±10,24 0,319 0,070
Kadar Gula Darah (mg/dl) 116,2±17,12
* Rank Spearman
Berdasarkan tabel 12 hasil analisis statistik hubungan lingkar
perut dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan menggunakan uji Rank
Spearman diperoleh nilai p = 0,070 (p>0,05) dengan nilai rs = 0,319 yang
artinya tidak ada hubungan lingkar perut dengan kadar gula darah pada
pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

C. Pembahasan
1. Karakteristik Sampel
a. Usia
Proses menua merupakan proses terus-menurus atau
berkelanjutan secara alami dan umumnya dialami oleh semua
mahluk hidup. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ
tubuh tidak akan sama. Ada kalanya seseorang tergolong lanjut usia
atau masih muda, tetapi telah menunjukan kekurangan yang
mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah tergolong lanjut usia,
penampilan masih sehat, segar bugar, dan badan tegak. Walaupun
demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
dialami lanjut usia (Kusumastuti, 2017).
Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian menunjukkan rata-rata
sampel berusia 51,6 ± 5,75 tahun. Sampel paling banyak berusia 54-
60 tahun (48,5%) dan paling sedikit berusia 40-46 tahun (21,2%).
Hal ini berkaitan dengan munculnya tanda-tanda penuaan yang
berpotensi memperlambat proses metabolisme tubuh dan berbagai
penyakit degeneratif, diantaranya adalah risiko intoleransi glukosa,
50

maka hal inilah yang menyebabkan tingginya penderita Diabetes


Melitus diatas usia 40 tahun (Arolyumna dan Mintarsih, 2015).
Timbulnya resistensi insulin pada lansia dapat disebabkan
oleh 4 faktor perubahan komposisi tubuh: massa otot lebih sedikit
dan jaringan lemak lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik
sehingga terjadi penurunan jumlah reseptor insulin yang siap
berikatan dengan insulin, perubahan pola makan lebih banyak makan
karbohidrat akibat berkurangnya jumlah gigi sehingga, perubahan
neurohormonal (terutama insulin like growth factor-1 (IGF-1) dan
dehidroepiandosteron plasma) sehingga terjadi penurunan ambilan
glukosa akibat menurunnya sensitivitas reseptor insulin dan aksi
insulin (Kusumastuti, 2017).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi angka kejadian Diabetes
Mellitus. Perempuan memiliki risiko lebih besar untuk menderita
Diabetes Mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan,
dimana keduanya adalah faktor risiko untuk terjadinya penyakit DM
(Ujiani dan Azizah, 2014).
Berdasarkan tabel 7, menunjukkan rata-rata karakteristik
sampel berdasarkan jenis kelamin sampel paling banyak adalah
perempuan yaitu 21 sampel (63,6%) dan laki-laki 12 sampel
(36,4%). Perempuan akan kehilangan 30-50 % dari massa otot total
pada usia 45 tahun. Karena proses penuaan, maka metabolisme
tubuh juga akan melambat dan mobilitas yang rendah juga akan
mempercepat proses pengantian massa otot dengan lemak tubuh
yang juga akan berakibat pada kelebihan berat badan. Kelebihan
berat badan diikuti dengan asupan kalori yang tinggi juga akan
berakibat pada peningkatan kadar gula dalam darah. Kekurangan
hormon insulin pada perempuan lansia akan mengakibatkan Diabetes
Mellitus (Ujiani dan Azizah, 2014).
51

c. Asupan Zink
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan zink sampel
yaitu 56,1±14,4% dengan kategori kurang sejumlah 30 sampel
(90,9%). Sampel penelitian sebagian besar memiliki asupan zink
kategori kurang. Hal ini disebabkan sebagian besar sampel yaitu
lansia sehingga mengalami kesulitan dalam mengonsumsi sumber
bahan makanan tinggi zink seperti daging merah, ayam, ikan,
kerang, kacang polong dan biji-bijian sudah kesulitan.
Zink memiliki peranan sebagai antioksidan yang dapat
menurunkan akumulasi radikal bebas yang menumpuk didalam sel
akibat adanya mekanisme stress oksidatif pada keadaan
hiperglikemia. Defisiensi zink berkaitan dengan timbulnya
komplikasi pada pasien DM. Keadaan defisiensi zink pada pasien
DM berhubungan erat dengan durasi pasien menderita DM dalam
jangka waktu yang lebih lama dan kadar HbA1C meningkat.
Makanan merupakan sumber utama masuknya zink ke dalam tubuh,
kemampuan tubuh menyimpan sediaan zink juga terbatas.
Penyerapan zink dipengaruhi oleh kalsium, fosfor, tembaga,
magnesium dan besi dengan menginhibisi absorbsi zink, karena
sebaiknya makanan yang mengandung unsur-unsur tersebut
diberikan sekurangnya empat jam setelah pemberian makanan atau
suplemen yang mengandung zink (Akmala, dkk., 2019).
d. Asupan Lemak
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan lemak sampel
yaitu 93±47,03% dengan kategori lebih sejumlah 11 sampel (33,3%).
Sampel penelitian sebagian besar memiliki asupan lemak kategori
lebih. Hal ini disebabkan sebagian besar sampel memiliki kebiasaan
makan gorengan dan beberapa sampel suka memasak makanan
menggunakan santan. Selain itu sumber makanan yang dikonsumsi
sampel juga masih memiliki indeks glikemik tinggi.
52

Adapun sebagian sampel yaitu sejumlah 10 sampel sudah


mengurangi dan membatasi jenis bahan makanan yang tinggi lemak,
seperti jeroan, ikan asin, dan santan kental. Selain itu sebagian besar
sampel membatasi penggunaan minyak dalam sehari-hari
dikarenakan beberapa waktu lalu harga minyak melonjak tinggi.
Asupan lemak berlebihan dapat menyebabkan kenaikan kadar lemak
dalam darah yang merupakan salah satu faktor terjadinya penyakit
Diabetes Mellitus. Asupan lemak yang dianjurkan tidak melebihi
20% dari kebutuhan total energi, unsur gizi ini juga memiliki
peranan tersendiri sebagai sumber asam lemak esensial serta juga
membantu beberapa vitamin yang larut dalam lemak (Purba dan
Monolimay, 2015).
Asupan asam lemak tertentu berpengaruh pada metabolisme
glukosa yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi
membran fosfolipid dan fungsi reseptor insulin. Asupan lemak yang
tinggi pada seseorang akan berakibat menurunkan sensitivitas insulin
dan menurunkan kadar adiponektin dalam darah. Adiponektin
merupakan suatu hormon yang berperan penting dalam mengatur
metabolisme lipid dan glukosa (Purba dan Monolimay, 2015).
Lemak dalam tubuh tidak dapat larut dalam plasma darah kecuali
berikatan dengan protein tertentu. Tubuh membutuhkan lemak untuk
proses produksi berbagai hormon dan pemeliharaan jaringan saraf.
Apabila kadar lemak dalam tubuh berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh koroner (Ridho, 2021).
e. Lingkar Perut
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata lingkar perut sampel
yaitu 87,9±10,24 cm dengan kategori sebagian besar obesitas
abdominal sejumlah 23 sampel (69,7%). Sampel penelitian sebagian
besar memiliki lingkar perut kategori obesitas abdominal. Hal ini
disebabkan sebagian besar sampe memiliki postur tubuh yang besar
dan pendek sehingga terjadi penumpukan lemak pada perut.
53

Pengukuran lingkar perut/waist circumference sendiri dapat


menggantikan rasio lingkar pinggang panggul dan BMI sebagai
faktor risiko tunggal untuk semua kasus morbiditas. Lingkar perut
yang mengecil secara bermakna akan menurunkan faktor risiko
kardiovaskuler, sindrom metabolik yang meliputi diabetes mellitus
tipe dua, gangguan toleransi glukosa, hipertensi dan dislipidemia
walaupun berat badan tidak berubah. Pengukuran lingkar perut
penting dilakukan pada lansia karena merupakan kelompok yang
cenderung mengalami penurunan aktivitas fisik dan perubahan
komposisi tubuh yaitu massa otot mengalami penurunan dan
persentase lemak tubuh meningkat. Peningkatan proporsi lemak
tubuh yang melebihi normal menjadi faktor risiko terhadap penyakit
diabetes (Septyaningrum dan Martini, 2014).
f. Kadar Gula Darah Sampel
Diabetes Mellitus tipe II adalah diabetes yang disebabkan
mulai yang dominan resisten insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
DM tipe ini adalah bentuk yang lebih sering dijumpai, meliputi 90%
pasien penyandang diabetes (PERKENI, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar gula darah
sampel 116,2±17,12 mg/dl dalam kategori pradiabetes sejumlah 21
sampel (63,6%). Resisten insulin merupakan keadaan yang ditandai
dengan ketidakrentanan/ketidakmampuan organ menggunakan
insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam
mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah
meningkat DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh
manusia, mulai dari kulit jantung. Komplikasi-komplikasi diabetes
mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu komplikasi
metabolik akut dan komplikasi kronik jangka panjang (Kusumastuti,
2017).
54

2. Hubungan Asupan Zink dengan Kadar Gula Darah


Hasil penelitian dengan menggunakan uji Pearson Product
Moment diperoleh nilai p = 0,056 (p>0,05) dengan nilai r = 0,336 yang
artinya H0 diterima sehingga tidak ada hubungan asupan zink dengan
kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Meskipun secara statistik tidak ada hubungan,
namun secara data ada keterkaitan. Pada penelitian ini sampel dengan
asupan zink kurang diikuti dengan kadar gula darah tinggi dalam kategori
sebagian besar pradiabetes. Zink bekerja sebagai kofaktor yang
membantu kerja enzim atau molekul biologis tertentu. Zink sebagai
mineral yang berperan untuk meningkatkan reaksi biokimia didalam
tubuh, yang dapat mempengaruhi pelepasan dan aktifitas insulin sehingga
dapat mengontrol kadar glukosa darah (Putri, 2016).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hukama
(2014) bahwa tidak ada hubungan pola konsumsi makanan sumber zink
(zn) dengan kadar gula darah puasa pasien Diabetes Mellitus tipe II di
poliklinik penyakit dalam RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Asupan zink
pada sampel penelitian ini dalam kategori kurang disebabkan karena
sebagian besar sampel tidak mengonsumsi sumber bahan makanan tinggi
zink seperti daging merah, ayam, ikan, kerang, kacang polong, biji-bijian,
sayuran hijau dan padi.
3. Hubungan Asupan Lemak dengan Kadar Gula Darah
Hasil penelitian dengan menggunakan uji Pearson Product
Moment diperoleh nilai p = 0,171 (p>0,05) dengan nilai r = 0,244 yang
artinya H0 diterima sehingga tidak ada hubungan asupan lemak dengan
kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Meskipun secara statistik tidak ada hubungan,
namun secara data ada keterkaitan. Pada penelitian ini sampel dengan
asupan lemak lebih dalam kategori sebagian besar pradiabetes. Asupan
lemak berlebih merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi
55

insulin dan kelebihan berat badan. Oleh karena itu, hindari makanan yang
digoreng atau banyak mengggunakan minyak (Suprapti, 2017).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Adwinda dan Srimiati (2019) bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara konsumsi lemak dengan glukosa darah puasa
didapatkan kekuatan korelasi negatif. Konsumsi makanan tinggi lemak
dapat mempengaruhi nilai glukosa post-prandial melalui penurunan
sensitivitas insulin sebanyak 28%. Lemak tersebut menurunkan
efektivitas dari sinyal reseptor insulin, sehingga terlambatnya
pengambilan glukosa oleh sel tubuh. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa
semakin banyak lemak dalam tubuh akan menurunkan kepekaan insulin
untuk menggunakan atau mengambil glukosa dari dalam darah
(Manungkalit dan Purbosari, 2015). Adapun faktor-faktor lain yang
langsung mempengaruhi kadar glukosa darah puasa pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 seperti asupan karbohidrat, aktifitas fisik, faktor genetik,
obat, dan lain-lain (Ridho,2021).
4. Hubungan Lingkar Perut dengan Kadar Gula Darah
Hasil penelitian dengan menggunakan uji Rank Spearman
diperoleh nilai p = 0,070 (p>0,05) dengan nilai r = 0,319 yang artinya H0
diterima sehingga tidak ada hubungan lingkar perut dengan kadar gula
darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Meskipun secara statistik tidak ada hubungan, namun secara
data ada keterkaitan. Hasil penelitian ini sebagian besar dalam kategori
obesitas abdominal diikuti dengan kadar gula darah sebagian besar tinggi
dalam kategori pradiabetes. Secara teori dapat dijelaskan penimbunan
lemak viseral dapat meningkatkan kadar gula darah melalui proses
resistensi insulin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Hairuni dan Nugroho (2019) bahwa tidak ada hubungan antara lingkar
perut dengan kejadian diabetes melitus diwilayah kerja Puskesmas
Palaran Kota Samarinda tahun 2019. Peningkatan lemak tubuh yang
56

lokasinya lebih banyak di daerah abdominal daripada di daerah panggul,


paha atau lengan. Pentingnya penentuan obesitas sentral karena
berhubungan adanya resistensi insulin yang merupakan dasar terjadinya
sindroma metabolik, penumpukan jaringan lemak memiliki asusiasi
terhadap risiko tinggi terhadap penyakit diabetes melitus. Kegemukan
berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh pada umumnya
perempuan mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah, yaitu sekitar
perut, panggul, paha, dan pantat (tipe buah pear) sedangkan pada laki-
laki pada umumnya penyebaran lemak terdapat pada dada, pundak, leher
dan muka (tipe buah apel) (Juwita, dkk., 2020).

D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini tidak meneliti faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi kadar gula darah seperti asupan karbohidrat, kolesterol,
magnesium, vitamin C, aktivitas fisik, pola makan, obat-obatan, kebiasaan
merokok, genetik dan faktor stres.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sampel penelitian sebagian besar memiliki tingkat asupan zink kategori
kurang sebesar 90,9% dengan nilai rata-rata 56,1±14,4%.
2. Sampel penelitian sebagian besar memiliki tingkat asupan lemak kategori
sedang sebesar 33,3% dengan nilai rata-rata 93±47,03%.
3. Sampel penelitian sebagian besar memiliki lingkar perut kategori
obesitas abdominal sebesar 69,7% dengan nilai rata-rata 87,9±10,24 cm.
4. Sampel penelitian sebagian besar memiliki kadar gula darah kategori
pradiabetes sebesar 63,6% dengan nilai rata-rata 116,2±17,12 mg/dl.
5. Tidak ada hubungan asupan zink dengan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe II (p = 0,056)
6. Tidak ada hubungan asupan lemak dengan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe II (p = 0,171)
7. Tidak ada hubungan lingkar perut dengan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe II (p = 0,070)

B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat mengontrol gula darah, diet, pola
makan, menjaga kesehatan terutama keadaan luka dan tetap semangat
melakukan pengobatan agar tidak semakin parah sehingga memiliki
kualitas hidup yang tinggi.
2. Bagi RSUD Dr. Moewardi
Bagi RSUD Dr. Moewardi Surakarta diharapkan setiap pasien
Diabetes Mellitus Tipe II rawat jalan dirujuk ke Poli Gizi untuk
mendapatkan konseling gizi dalam upaya meningkatkan pengetahuan gizi
dan kepatuhan diet.

57
58

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah variabel
seperti kadar kolesterol serta meneliti asupan karbohidrat, kolesterol,
magnesium, vitamin C, aktivitas fisik, obat-obatan, kebiasaan merokok
dan faktor stress pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, AANK., Surudarma, IW., Wihandani, DM., Sutadarma, IWG., Wande,


IN. 2020. Hubungan Lingkar Perut Terhadap Kadar Gula Darah
Menggunakan Tes Toleransi Glukosa Oral Pada Remaja Akhir. Jurnal
Medika Udayana. 9 (12): 14-20.

Adwinda, MD., dan Srimiati, M. 2019. Hubungan Lingkar Perut, Konsumsi Gula
Dan Lemak Dengan Kadar Glukosa Darah Pegawai Direktorat Poltekes
Kemenkes Jakarta II. Nutrire Diaita. 11 (1): 7-17.

Akmala, RT., Purwanti, S., dan Triliana, R. 2019. Pengaruh Kendali Glukosa
Terhadap Kadar Zink Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Malang.
Artikel Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang.

Aly, HF., dan Mantawy, MM. 2012. Comparative Effects of Zinc, Selenium and
Vitamin E or Their Combination on Carbohydrate Metabolizing Enzymes
and Oxidative Stress in Streptozotocin Induced-Diabetic Rats. Eur Rev
Med Pharmacol Sci. 16:66-78.

Amanda, E., dan Bening, S. 2019. Hubungan Asupan Zink, Magnesium, Dan
Serat Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di
RS PKU Muhammadiyah Temanggung. Jurnal Gizi. 8(2): 87-94.

Arifin, AY., Ernawati, F., dan Prihatini, M. 2019. Hubungan Kadar Glukosa
Darah Terhadap Peningkatan Kadar Lemak Darah Pada Populasi Studi
Kohor Kecamatan Bogor Tengah 2018. Jurnal Biotek Medisian Indonesia.
8(2): 87-93.

Arisman, D. 2018. Buku Ajar Ilmu Gizi. Obesitas, Diabetes Mellitus &
Dislipidemia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Arolyumna, A. dan Mintarsih, SN. 2015. Hubungan Pola Makan Dan Asupan
Karbohidrat Dengan Kadar Glukosa Darah Peserta Prolanis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal Riset Gizi. 3 (1):
1-6.

Aryati, NB., Hanim, D., dan Sulaeman, ES. 2018. Hubungan Ketersediaan Pangan
Keluarga Miskin, Asupan Protein, Dan Zink Dengan Pertumbuhan Anak

58
59

Umur 12-24 Bulan Pada Siklus 1000 Hari Pertama Kehidupan. Jurnal
MGMI. 9 (2): 99-112.

Astuti, A., dan Maulani. 2017. Pangan Indeks Glikemik Tinggi Dan Glukosa
Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Journal Endurance. 2 (2): 225-
231.

Azizah, N. 2020. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah
Puasa Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Periode Januari-Desember 2018. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Dokter. Universitas Hasanuddin Makassar.

Basaki, M., Saeb, M., Nazifi, S., Shamsaei, HA. 2012. Zinc, Copper, Iron, and
Chromium Concentration in Young Patients with Type 2 Diabetes
Mellitus. Biol Trace Elem Res. 148: 161-164.

Cruz, K., Oliveira, A., Marreiro, D. 2015. Antioxidant Role of Zinc in Diabetes
Mellitus. World J Diabetes. 6: 333-337.

Depkes RI. 2005. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta:
Depkes RI.

_________. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Surakarta. 2017. Dinas Kesehatan Kota Surakarta.

Enolvriza, D., Bachtiar, H., Yenrina. 2010. Hubungan Pengetahuan Dan Asupan
Zat Gizi Dengan Status Gizi Mahasiswa Di Asrama Universitas Andalas.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4 (1):21-26.

Fatimah, RN. 2015. Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Majority. 4 (5): 93-101.

Fauzi, A. 2018. Hubungan Asupan Karbohidrat, Lemak dan Protein dengan Kadar
Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan RSUD Dr. M.
Ashari Kabupaten Pemalang. Thesis. Fakultas Keperawatan dan
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Fazidah, AS., dan Makmur, T. 2020. Metabolisme Lipid Dalam Tubuh. Jurnal
Inovasi Kesehatan Masyarakat. 1 (2): 60-66.
60

Fitri, R., dan Yenti, W. 2012. Asupan Energi, Karbohidrat Serat, Beban Glikemik
Latihan Jasmani dan Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Tipe II. Jakarta
Media Medika Indonesia.

Fitri, RM. 2019. Hubungan Asupan Lemak, Kolesterol Dan Status Gizi Dengan
Kadar Kolesterol Pasien Hiperkolesterolemia Rawat Jalan Di Rsud Dr.
Moewardi Surakarta. Skripsi. Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta.

Gibson, RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press,


New York.

Hairuni, N., dan Nugroho, PS. 2019. Hubungan Indeks Masa Tubuh (Imt)dan
Lingkar Perut dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Palaran Kota Samarinda Tahun 2019. Borneo Student
Research. 561-565.

Huang, LH., Liao, YL., and Hsu CH. 2012. Waist circumference is a better PI
predictor than body mass index of insulin resistance in type 2 diabetes.
Obesity research & clinical practice. 6(4):314-320.

Hukama, R. 2014. Hubungan Pola Konsumsi Makanan Sumber Zink (Zn) Dengan
Kadar Gula Darah Puasa Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poliklinik
Penyakit Dalam RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Thesis. Universitas
Brawijaya.

Ichsantiarini, AP. 2013. Hubungan Diabetes Mellitus Tipe II Dengan Kendali


Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo. Skripsi. Universitas Indonesia.

Julianti, IMD. 2021. Hubungan Antara Kadar Gula Darah Dengan Tekanan Darah
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Penelitian Kedokteran.
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Juwita, E., Susilowati., Mauliku., NE., dan Nugrahaeni, DK. 2020. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe II Di Prolanis Puskesmas Kecamatan Cimahi Tengah. Journal Of
Nutrition College. 9(2): 87-93.

Kartika, N., Rachmawati, B., Johan, A. 2016. Pengaruh Pemberian Zn Terhadap


Kadar Glukosa Darah dan Kadar Superoksida Dismutase Pada Tikus
61

Wistar yang Diinduksi Streptozotocin Semarang. Jurnal Kesehatan. 1 (1):


61-70.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

_____________________. 2014. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

_____________________. 2018. Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI. Jakarta: Kemenkes Repulik Indonesia.

_____________________. 2020. Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI. Jakarta: Kemenkes Repulik Indonesia.

Kumala, RN. 2018. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan


Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus. Skripsi. Program studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu dan Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang.

Kusumastuti, DUN. 2017. Pengaruh Pemberian Teh Rambut Jagung Terhadap


Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wonogiri
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) PKU Muhhamadiyah
Surakarta.

Lanywati. 2011. Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta:


Kanisius.

Lemeshow, S., Hosmer, DW., Klar, J., dan Lwanga, SK. 1997. Besar Sampel
Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Manungkalit, M., dan Purbosari, AD. 2015. Hubungan Lingkar Pinggang Dengan
Faktor Risiko Diabetes Mellitus (Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Dan
Indeks Massa Tubuh) Pada Usia Dewasa Awal Di Wilayah Kecamatan
Gerih Kabupaten Ngawi (Correlation Between Waist Circumference and
Diabetes Mellitus Ris. Jurnal Ners LENTERA. 3(1) :21-30.

Mardiah, A. 2018. Hubungan Antara Depresi, Dukungan Keluarga dan Status Gizi
Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di
RSUD Surakarta. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) PKU
Muhammadiyah Surakarta.
62

Marsedi, S., Gotri., Widajanti, L., Aruben, R. 2017. Hubungan Sosial Ekonomi
Dan Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik (KEK)
Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjung Pinang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5
(3):138-147.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku: Jakarta:PT Rineka


Cipta.

____________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :PT Rineka


Cipta.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 2nd edn. Jakarta:


Salemba Medika.

PERKENI. 2011. Konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe II di Indonesia.


Jakarta: PERKENI.

________. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe II di


Indonesia. Jakarta: PERKENI.

Pradini, RN. 2016. Hubungan Antara Lingkar Perut Dan Fungsi Kognitif Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama
Kota Pontianak. Naskah Publikasi. Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.

Profil RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2022. Surakarta.

Purba, RB dan Monolimay, S. 2015. Asupan Karbohidrat dan Lemak pada


Diabetes Tipe II yang Rawat Jalan di Puskesmas Tombatu. Jurnal Gizi.7
(2): 362-367.

Putri, FR. 2016. Hubungan Asupan Seng Dengan Kadar Glukosa Darah Pada
Lansia Di Posyandu Lansia “Ngudi Waras” Di Desa Blulukan, Kecamatan
Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Putri, NMDA. 2020. Tingkat Penerimaan Diet Dan Lama Rawat Inap Pasien
Diabetes Melitus Di RSUD Wangaya Denpasar. Tugas Akhir. Politeknik
63

Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Gizi Prodi Diploma Tiga


Denpasar.

Rahmadinia, L. 2018. Hubungan Lingkar Perut dan Rasio Lingkar Perut Panggul
dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Anggota TNI Kodim 0735
Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahmawati, D. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral


pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2012-2014. Bachelor's thesis. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

Ramayulis, R. 2014. Slim is Easy. Jakarta: Penebar Plus.

Rasad, HDA., Khansari, M., Chaboksavar, F., Pahlavani, N., Maghsoudi, Z.,
Entezari MH. 2014. The effect of honey consumption compared with
sucrose on blood pressure and fasting blood glucose in healthy young
subjects. Global Journal of Medicine Research and Studies. 1(4): 21.

Ridho, MR. 2021. Hubungan Asupan Lemak Dengan Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Tawangsari Sukoharjo.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ridwanto, M., Kusumawati, D., dan Sari, FYK. 2020. Hubungan Asupan Zinc
Dan Stres Psikologis Dengan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pasca Puasa
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II . Jurnal Medika Indonesia, 1 (2):
10-16.

Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Sales, CH., Lucia FCP., Josivan, GL., Telma, MAML, Celia, C. 2011. Influence
Of Magnesium Status And Magnesium Intake On The Blood Glucose
Control In Patient Withttype 2 Diabetes. Elsevier Ltd Eur Soc Clin Nutr
Metab.

Samsuria, IK., Judiono, dan Widiastuti, Y. 2016. Aspek Molekuler Hubungan


Asupan Zinc dan Selenium dengan Hemoglobin Glikosilasi pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II. Biota. 1 (1): 19-25.
64

Septyaningrum, N. dan Martini, S. 2014. Lingkar Perut Mempunyai Hubungan


Paling Kuat dengan Kadar Gula Darah. Jurnal Berkala epidemiologi. 2
(1): 48-58.

Shetty, P., Kumanyika, S., Tin-Choi, KG., Lear, S., Sørensen, T., and Zimment, P.
2011. Waist circumference and waist-hip ratio: report of WHO expert
consultation, Geneva. 8-11 December 2008.. h.12.

Silalahi, D. 2017. Hubungan Merokok Dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu


Pada Mahasiswa Teknik USU Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sumatera Utara Medan.

Song, Yiqing, Qi Dai dan Ka He. 2013. Magnesium Intake, Insulin Resistance,
And Type 2 Diabetes. North Am J Med Sci. Jan; 6: 9-15.

Sumantri, A. 2011. Metodologi penelitian kesehatan Edisi pertama. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Supariasa, H. 2014. Buku Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Penerbit buku kedokteran.
Jakarta.

Suprapti, D. 2017. Hubungan Pola Makan Karbohidrat, Protein, Lemak Dengan


Diabetes Mellitus Pada Lansia. Jurnal Borneo Cendekia. 1 (1): 8-20.

Susanti dan Bistara, DN. 2018. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Vokasional. 3(1): 29-
34.

Ujiani dan Azizah. 2014. Hubungan Asupan Energi Dengan Jenis Kelamin Pada
Lansia Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kediri. Jurnal Skripsi.
Jember: Universitas Jember.

Utami, NWA. 2016. Modul Antropometri. Universitas Udayana.

WHO. 2014. Health for the World’s Adolescents: A Second Chance in the Second
Decade. Geneva, World Health Organization Departemen of
Noncommunicable disease surveillance.

Widardo, Wiboworini, B., Damayanti, KE., Wulandari, S., dan Hastuti, H. 2018.
Buku Manual Keterampilan Klinik. Kementerian Riset, Teknologi, Dan
Pendidikan Tinggi. Universitas Sebelas Maret.
65

Widhyari, SD. 2012. Peran Dan Dampak Defisiensi Zinc (Zn) Terhadap Sistem
Tanggap Kebal. Wartazoa. 22(3): 141-148.

Wulansari, I. 2020. Hubungan Asupan Vitamin C Dengan Kadar Glukosa Darah


Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Tawangsari
Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Zhang, M., Wang, M., Zhao, ZT. 2014. Uncoupling Protein 2 Gene
Polymorphisms in Association with Overweight and Obesity
Susceptibility: A Meta-Analysis. Elsivier. 143-159.
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN

BULAN
NO KEGIATAN Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
proposal
2 Ujian
Proposal
3 Revisi
proposal dan
pengurusan
perizinan
4 Pengambilan
data
penelitian
5 Analisa data
6 Penyusunan
laporan hasil
penelitian
7 Ujian hasil
penelitian
8 Revisi hasil
penelitian
dan
pengumpulan
skripsi
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI SAMPEL

Sampel yang saya hormati,


Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Tiya Wahyuningsih
NIM : 2018030209
Mahasiswa Program S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta, melakukan
penelitian tentang :
HUBUNGAN ASUPAN ZINK, LEMAK DAN LINGKAR PERUT DENGAN
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Oleh karena itu, saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi sampel. Jawaban
akan saya jaga kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Surakarta, Juni 2022


Peneliti

(Tiya Wahyuningsih)
Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SAMPEL PENELITIAN
DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Saya, Tiya Wahyuningsih akan melakukan penelitian berjudul ‘’Hubungan


Asupan Zink, lemak dan Lingkar Perut Dengan kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta’’.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan asupan zink, lemak dan lingkar
perut dengan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus.

A. Keikutsertaan dalam penelitian


Sampel penelitian bebas memilih untuk ikut serta dalam penelitian
ini tanpa ada paksaan. Apabila sampel penelitian sudah memutuskan untuk
ikut serta, sampel penelitian juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat
tanpa dikenakan denda atau sanksi apapun.
B. Prosedur penelitian
Apabila sampel penelitian tersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini, sampel penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan.
Prosedur selanjutnya adalah :
1. Wawancara untuk menanyakan identitas sampel penelitian : nama,
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan , asupan zink
dan lemak menggunakan FFQ.
2. Mengukur lingkar perut dengan menggunakan pita ukur/metline pada
sampel penelitian
3. Mencatat kadar gula darah dari rekam medik
C. Kewajiban sampel penelitian
Sebagai sampel penelitian berkewajiban mengikuti aturan petunjuk
penelitian seperti yang tertulis tersebut.
D. Risiko dan efek samping
Dalam penelitian ini, tidak terdapat risiko dan efek samping.
E. Manfaat
Manfaat yang diperoleh sampel penelitian adalah mengetahui hasil
asupan zink, lemak dan lingkar perut.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas sampel penelitian
akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian.
G. Pembiayaan
Semua biaya berkaitan dengan penelitian akan ditanggung oleh
peneliti.
H. Informasi tambahan
Sampel penelitian diberikan kesempatan untuk menanyakan hal yang
belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Sewaktu-waktu jika
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, segera dapat menghubungi :
Tiya Wahyuningsih (082282088575)
Lampiran 4
FORMULIR PERNYATAAN
KESEDIAAN SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Alamat :
Umur :
Bersedia berpartisipasi sebagai sampel penelitian yang berjudul ‘’Hubungan
Asupan Zink, lemak dan Lingkar Perut Dengan kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta’’ yang
dilakukan oleh :
Nama : Tiya Wahyuningsih
NIM : 2018030209
Program Studi : S1 Gizi
Perguruan Tinggi : ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

Surakarta, Juni 2022


Sampel Penelitian

(…………………….)
Lampiran 5
FORMULIR PENGUMPULAN DATA

Tanggal wawancara :
A. Identitas Sampel
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Alamat :
4. Pekerjaan : PNS
Wiraswasta
TNI
POLRI
Lain-lain, sebutkan …
B. Pengukuran Antropometri
Berat Badan (BB) : kg
Lingkar Perut : cm
C. Hasil Pemeriksaan
1. Riwayat Penyakit Sekarang : Diabetes Mellitus
Ginjal
Jantung
Hipertensi
Lain-lain, sebutkan …
2. Riwayat Penyakit Keluarga : Ada/Tidak, sebutkan …
3. Kadar Gula Darah Puasa : mg/dl
Lampiran 6
FORMULIR FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (FFQ)
Nama Bahan Frekuensi Konsumsi
Makanan >1x/hr 1x/hr 1-3x/mg 4-6x/mg 1x/bln 2-3x/bln 1x/thn Keterangan
Karbohidrat
1. Nasi putih
2. Roti
3. Mi basah
4. Mi kering
5. Bihun
6. Ubi jalar
7. Singkong
8. Talas
9. Kentang
10. Jagung
11. Biskuit
12. Makaroni
13. Tepung beras
14. Tepung terigu
15. Tepung tapioka
16. Maizena
17...................
Lauk Hewani
1. Daging ayam
2. Daging sapi
3. Telur ayam
4. Telur bebek
5. Telur puyuh
6. Ikan
7. Hati ayam
8. Hati sapi
9. Jeroan
10. Bakso
11. Sosis ayam
12. Sosis sapi
13. Udang
14. Kerang
15. Kepiting
16. Teri
17................
Lauk Nabati
1. Tahu
2. Tempe
3. Tempe gembus
4. Oncom
5. Kacang hijau
6. Kacang tanah
7. Kacang tolo
8. Kacang mede
9. Kacang merah
10............
Sayuran
1. Bayam
2. Kangkung
3. Brokoli
4. Wortel
5. Sawi hijau
6. Sawi putih
7. Daun pepaya
8. Daun singkong
9. Daun melinjo
10. Kacang panjang
11. Labu siam
12. Tomat
13. Kubis
14. Buncis
15. Ketimun
16. Tauge
17. Pepaya muda
18. Terong
19. Pare
20. Lobak
21....................
Buah-Buahan
1. Pisang
2. Pepaya
3. Semangka
4. Jambu biji
5. Jeruk
6. Melon
7. Nanas
8. Mangga
9. Anggur
10. Alpukat
11. Apel
12. Pear
13. Rambutan
14. Belimbing
15....................
Snack
1. Pudding
2. Lapis legit
3. Cireng
4. Cake
5. Kerupuk
6. Molen
7. Klepon
8. Gorengan
9. Pempek
10. Kue putu ayu
11. Keripik pisang
12. Serabi
13...................
Sumber Lemak
1. Minyak goreng
2. Margarin
3. Mentega
4. Santan
5. Kelapa parut
6..............
Susu & Olahannya
1. Susu kental manis
2. Susu bubuk
3. Susu sapi
4. Susu kambing
5. Susu kedelai
6. Yogurt
7. Keju
8.................
Output Nutrisurvey
Lampiran 7

Master Tabel

No Nama Jk Umur BB Lp Kategori GDP Kategori Asupan Asupan % Kategori Asupan % Kategori
(Tahun) (K (Cm) (mg/dl) Lemak Kebutuhan Lemak Zink Zink
g)
1. Ny. Na P 55 61 81 Obess Ab 109 Pradiabetes 13.5 29.7 45.5 Kurang 4.7 42.7 Kurang
2. Tn. Hs L 50 68 94 Obess Ab 108 Pradiabetes 18.3 45.3 40.4 Kurang 8.3 75.5 Kurang
3. Ny. Pk P 46 54 78 Bukan obess 101 Pradiabetes 12.8 37.5 34.1 Kurang 4.3 39.1 Kurang
4. Ny. Km P 49 60 81 Obess Ab 112 Pradiabetes 15.5 41.7 37.2 Kurang 4.8 43.6 Kurang
5. Ny. Sw P 59 60 83 Obess Ab 115 Pradiabetes 14.8 29.2 50.7 Kurang 6.3 57.3 Kurang
6. Ny. A P 42 78 112 Obess Ab 117 Pradiabetes 35.8 37.9 94.5 Baik 5.2 47.3 Kurang
7. Ny. E P 56 61 88 Obess Ab 124 Pradiabetes 25.7 29.7 86.5 Baik 4.7 42.7 Kurang
8. Ny. V P 47 56 73 Bukan obess 140 Diabetes 17.5 31.1 56.3 Kurang 5.8 52.7 Kurang
9. Tn. S L 49 77 104 Obess Ab 117 Pradiabetes 20.2 49.9 40.5 Kurang 7.3 66.4 Kurang
10. Ny. S P 60 58 76 Bukan obess 94 Normal 60.7 27.1 223.9 Lebih 5.7 51.8 Kurang
11. Ny. F P 45 63 79 Bukan Obes 98 Normal 41.2 35 117.7 Lebih 5.3 48.2 Kurang
12. Ny. Swd P 54 78 98 Obess Ab 101 Pradiabetes 42.7 37.9 112.7 Lebih 5.8 52.7 Kurang
13. Ny. Sh P 56 66 81 Obess Ab 120 Pradiabetes 55.5 32.1 172.9 Lebih 6.8 61.8 Kurang
14. Ny. Nr P 46 58 79 Bukan obess 108 Pradiabetes 60.6 40.3 150.4 Lebih 7.5 68.2 Kurang
15. Tn. An L 54 78 111 Obess Ab 132 Diabetes 47 45.5 103.3 Baik 7.7 70 Kurang
16. Ny. Srt P 58 60 82 Obess Ab 116 Pradiabetes 36.9 29.2 126.4 Lebih 5 45.5 Kurang
17. Tn. Kr L 59 65 90 Obess Ab 147 Diabetes 47.3 54.2 87.3 Baik 8.6 78.2 Cukup
18. Tn. Hn L 60 64 83 Bukan obess 89 Normal 21.4 40.9 52.3 Kurang 4 36.4 Kurang
19. Ny. Sy P 41 69 107 Obess Ab 118 Pradiabetes 54.8 33.5 163.6 Lebih 8 72.7 Kurang
20. Ny. Shy P 42 62 88 Obess Ab 123 Pradiabetes 19.1 27 70.7 Sedang 4 36.4 Kurang
21. Tn. G L 56 73 99 Obess Ab 170 Diabetes 25.3 53.2 47.6 Kurang 7.3 66.4 Kurang
22. Ny. P P 49 59 86 Obess Ab 92 Normal 21.2 32.8 64.6 Sedang 4.1 37.3 Kurang
23. Ny. Mr P 49 58 79 Bukan obess 137 Diabetes 27.8 40.3 69 Sedang 4.6 41.8 Kurang
24. Ny. Kw P 47 56 76 Bukan obess 98 Normal 22.5 30.9 72.8 Sedang 4 36.4 Kurang
25. Tn. D L 45 68 87 Bukan obess 121 Pradiabetes 21.6 45.3 47.7 Kurang 4.9 44.5 Kurang
26. Tn. Aw L 48 68 90 Obess Ab 112 Pradiabetes 31.7 45.3 70 Sedang 6.8 61.8 Kurang
27. Tn. In L 57 72 96 Obess Ab 110 Pradiabetes 51.5 48 107.3 Baik 7.8 70.9 Kurang
28. Ny. M P 54 61 84 Obess Ab 100 Pradiabetes 39.2 29.7 132 Lebih 7.2 65.5 Kurang
29. Tn. A L 56 71 98 Obess Ab 126 Diabetes 53.2 41.4 128.5 Lebih 9.1 82.7 Cukup
30. Ny. W P 51 61 83 Obess Ab 125 Pradiabetes 49.8 29.7 167.7 Lebih 7.1 64.5 Kurang
31. Tn. R L 47 59 82 Bukan obess 123 Pradiabetes 33.2 49.2 67.5 Sedang 4.7 42.7 Kurang
32. Tn. J L 54 67 91 Obess Ab 130 Diabetes 66.8 51.4 130 Lebih 8.5 77.3 Cukup
33. Ny. I P 60 60 83 Obess Ab 100 Pradiabetes 48.7 50 97.4 Baik 7.8 70.9 Kurang
Lampiran 8

Outpus SPSS

Nilai Mean dan Standar Deviasi Data Sampel


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

umur sampel 33 41 60 51.55 5.745

berat badan sampel 33 54 78 64.52 6.893

lingkar perut sampel 33 73.0 112.0 87.939 10.2407

asupan zink sampel 33 4.00 9.10 6.1727 1.58534

persen asupan lemak 33 34.10 223.90 93.0000 47.03194

kadar gula darah puasa


33 89.0 170.0 116.152 17.1211
pasien

Valid N (listwise) 33

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

lingkar perut sampel .170 33 .016 .913 33 .012

persen asupan zink sampel .133 33 .147 .926 33 .027

persen asupan lemak .151 33 .054 .925 33 .026

kadar gula darah puasa *


.101 33 .200 .947 33 .108
pasien

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction


Uji Kenormalan Data Asupan Zink

Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

persen asupan zink sampel .133 33 .147 .926 33 .027

kadar gula darah puasa *


.101 33 .200 .947 33 .108
pasien

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Hubungan Asupan Zink dengan Kadar Gula Darah

Correlations

persen asupan kadar gula darah


zink sampel puasa pasien

Pearson Correlation 1 .336

persen asupan zink sampel Sig. (2-tailed) .056

N 33 33

Pearson Correlation .336 1

kadar gula darah puasa pasien Sig. (2-tailed) .056

N 33 33
Uji Kenormalan Data Asupan Lemak

Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

persen asupan lemak .151 33 .054 .925 33 .026

kadar gula darah puasa *


.101 33 .200 .947 33 .108
pasien

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Hubungan Asupan Lemak Dengan Kadar Gula Darah

Correlations

persen asupan kadar gula darah


lemak puasa pasien

Pearson Correlation 1 -.125

persen asupan lemak Sig. (2-tailed) .487

N 33 33

Pearson Correlation -.125 1

kadar gula darah puasa pasien Sig. (2-tailed) .487

N 33 33
Uji Kenormalan Data Lingkar Perut

Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kadar gula darah puasa *


.101 33 .200 .947 33 .108
pasien

lingkar perut sampel .170 33 .016 .913 33 .012

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Hubungan Lingkar Perut Dengan Kadar Gula Darah

Correlations

kadar gula lingkar perut


darah puasa sampel
pasien

Correlation Coefficient 1.000 .319


kadar gula darah puasa
pasien Sig. (2-tailed) . .070

N 33 33
Spearman's rho
Correlation Coefficient .319 1.000

lingkar perut sampel Sig. (2-tailed) .070 .

N 33 33
Lampiran 9

Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan


Lampiran 10

Surat Permohonan Izin Penelitian


Lampiran 11

Surat Keterangan Selesai Penelitian


Lampiran 12

Surat KEPK (EC)


Lampiran 13

Lembar Konsultasi
Lampiran 14

Dokumentasi

Pengukuran Lingkar Perut Sampel

Wawancara Data Asupan Zink dan Lemak Sampel

Anda mungkin juga menyukai