Anda di halaman 1dari 129

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAGEMENT DIRI


PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSU PRIMA
MEDIKA TAHUN 2022

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

NURILHIDAYAH SURYANINGRUM
18621105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2022

SKRIPSI

i
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAGEMENT DIRI

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RSU PRIMA

MEDIKA TAHUN 2022

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

Oleh:

NURILHIDAYAH SURYANINGRUM

NIM. 18621105

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATN (S.1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

TAHUN 2022

LEMBAR PERSYARATAN GELAR SERJANA

ii
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAGEMENT DIRI

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RSU PRIMA

MEDIKA TAHUN 2022

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

SKRIPSI

Untuk memperoleh Gelar Sarjana


Dalam Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
Pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

Disusun oleh:
NURILHIDAYAH SURYANINGRUM
NIM. 18621105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2022

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : NURILHIDAYAH SURYANINGRUM

NPM : 18621105

Tanggal : 01 September 2022

Tanda Tangan :

iv
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAGEMENT DIRI
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II
DI RSU PRIMA MEDIKA TAHUN 2022

Oleh :

NURILHIDAYAH SURYANINGRUM
18621105

PENELITIAN INI YANG TELAH DI SETUJUI


TANGGAL, 29 AGUSTUS 2022

Dosen Pembimbing I

KUN IKA NUR RAHAYU S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN : 070811821

Dosen Pembimbing II

SATRIA EUREKA S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN : 0723068702

v
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAGEMENT DIRI


PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RSU PRIMA
MEDIKA TAHUN 2022

Oleh :

NURILHIDAYAH SURYANINGRUM
18621105

SKRIPSI INI TELAH DIUJIKAN DAN DISAHKAN


PADA TANGGAL, 02 SEPTEMBER 2022

Oleh:

PANITIA UJIAN SKRIPSI

Ketua : WIWIN SULISTYAWATI .Kep.,Ns.,M.Kep ( )

NIDN : 0728038605

Anggota : 1. KUN IKA NUR RAHAYU S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIDN : 070811821

2. SATRIA EUREKA S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIDN : 0723068702

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Kadiri, saya yang bertanda tangan dibawah
ini :

Nama : Nurilhidayah Suryaningrum


NPM : 18621105
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Kadiri Hak Bebas Royaliti Nonekslusif (Non-Exclusive Royality Free
Righ) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Management Diri Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima
Medika Tahun 2022”.
Beserta perangkat yang ada. Dengan hak bebas Royaliti Nonekslusif ini
Universitas Kadiri berhak menyimpan, mengalih-media/formatkan, mengolah
dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan skripsi saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Kediri, 02 September 2022

Yang Menyatakan

(Nurilhidayah Suryaningrum)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad

SAW, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian untuk selanjutnya dipergunakan sebagai acuan

dalam penelitian proposal skripsi yang berjudul “HUBUNGAN DUKUNGAN

KELUARGA DENGAN MANAGEMENT DIRI PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE II DI RSU PRIMA MEDIKA TULUNGAGUNG

TAHUN 2022 ” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu guna

memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Penulis

menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ir. Djoko Raharjo, MP Selaku Rektor Universitas Kadiri

2. Sri Haryuni S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Kadiri.

3. Endang Mei Yunalia S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Progam Studi S1

Keperawatan Universitas Kadiri.

4. Kun Ika Nur Rahayu S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing 1

5. Satria Eureka S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing dua

6. Wiwin Sulistyawati S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen penguji saya

7. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan
serta dorongan baik materil maupun moril selama penyusunan proposal
penelitian.
8. Teman-teman seangkatan khususnya Sarjana Keperawatan terutama yang

telah memberikan dorongan serta motivasi dan telah menyumbangkan

viii
pemikiran demi terselesaikannya penyusunan proposal penelitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan selama penyusunan proposal penelitian ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan proposal

penelitian ini, namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal

penelitian ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan maupun

pengalaman peneliti. Akhirnya peneliti berharap mudah-mudahan proposal

penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin yarobbal ‘alamin.

Tulungagung, 02 September 2022

Penulis Isi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


MANAGEMENT DIRI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE
II DI RSU PRIMA MEDIKA TAHUN 2022

ix
Nurilhidayah Suryaningrum1, Kun Ika Nur Rahayu2, Satria Eureka3
Program Studi Ilmu Keperawatan(S1), Jl. Selomangleng No.01 Kota Kediri, 64115
Email : nurilhidayahsuryaningrum9@gmail.com Hp. 081230557245

RINGKASAN

Diabetes Melitus merupakan penyakit yang berhubungan dengan gaya


hidup, maka berhasil atau tidaknya pengelolaan Diabetes Melitus sangat
tergantung dari pasien itu sendiri untuk mengubah perilakunya. Pengelolaan
Diabetes Melitus meliputi edukasi, diet, olah raga, terapi pengobatan dan kontrol
gula darah rutin. Penderita diabetes mellitus membutuhkan perawatan jangka
panjang dan seumur hidup oleh karena itu adanya bantuan atau suport dari
keluarga akan sangat membantu klien dalam meningkatkan manajemen
pengendalian klien dalam program terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Management Diri Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II di RSU Prima Medika Tahun 2022. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey melalui cross
sectional. Pengambilan data dilakukan dengan pembagian kuesioner pada
penderita DM yang berobat di poli rawat jalan dan rawat inap RSU Prima Medika
dengan jumlah sampel 32 responden yang dipilih menggunakan teknik purposive
sampling. Variabel independen adalah dukungan keluarga (X) sedangkan variable
dependen adalah self management (Y). Berdasarkan hasil uji spearman rank
didapatkan hasil nilai ρ value = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima
yang artinya ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada
Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe II di RSU Prima Medika
Tahun 2022. Dengan nilai Coefficient correlation sebesar r = 0,486 dapat
disimpulkan kekuatan hubungan kuat. Arah hubungan linear (+) yang artinya
semakin baik tingkat dukungan keluarga yang didapatkan oleh penderita DM
maka semakin baik tingkat self management yang dimiliki oleh responden.
Berdasarkan hasil ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak terkait untuk
meningkatkan self management penderita DM melalui pemberian dukungan
keluarga.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Dukungan Keluarga, Manajemen Diri.

THE RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH SELF


MANAGEMENT IN PATIENTS WITH HISTORY OF TYPE II
DIABETES MELITUS AT PRIMA MEDIKA RSU IN 2022

Nurilhidayah Suryaningrum1, Kun Ika Nur Rahayu2, Satria Eureka3

x
Nursing Science Study Program (S1), Jl. Selomangleng No.01 Kediri City, 64115
Email : nurilhidayahsuryaningrum9@gmail.com cell phone. 081230557245

ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a disease related to lifestyle, so the success or failure
of the management of Diabetes Mellitus really depends on the patient himself to
change his behavior. Management of Diabetes Mellitus includes education, diet,
exercise, medication therapy and routine blood sugar control. Patients with
diabetes mellitus require long-term and lifelong care, therefore the assistance or
support from the family will greatly assist the client in improving the management
of client control in the therapy program. The purpose of this study was to
determine the relationship between family support and self management in
patients with a history of type II diabetes mellitus at Prima Medika Hospital in
2022. This study was a quantitative study with a survey method through cross
sectional. Data collection was carried out by distributing questionnaires to DM
patients who were treated at outpatient and inpatient clinics at Prima Medika
General Hospital with a sample of 32 respondents who were selected using
purposive sampling technique. The independent variable is family support (X)
while the dependent variable is self management (Y). Based on the results of the
spearman rank test, it was found that value = 0.000 < 0.05, then Ho was rejected
and H1 was accepted, which means that there is a relationship between family
support and self-management in patients with a history of Type II Diabetes
Mellitus at Prima Medika Hospital in 2022. With a Coefficient value correlation
of r = 0.486 can be concluded that the strength of the relationship is strong. The
direction of the relationship is linear (+) which means that the better the level of
family support obtained by DM sufferers, the better the level of self-management
possessed by the respondent. Based on these results, it can be used as
consideration for related parties to improve self-management of DM patients
through the provision of family support.

Keywords: Diabetes Mellitus, Family Support, Self Management

xi
DAFTAR ISI

SKRIPSI....................................................................................................................i
SKRIPSI....................................................................................................................i
LEMBAR PERSYARATAN GELAR SERJANA...................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................v
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI.......................................vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
RINGKASAN..........................................................................................................x
ABSTRACT............................................................................................................xi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
DAFTAR ARTI, LAMBANG DAN SINGKATAN..........................................xviii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9
2.1 Konsep Diabetes Mellitus........................................................................9
2.1.1 Pengertian................................................................................................9
2.1.2 Tanda dan Gejala.....................................................................................9
2.1.3 Faktor Resiko DM.................................................................................10
2.1.4 Etiologi..................................................................................................11
2.1.5 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Regulasi Kadar Gula Darah..........11
2.1.6 Kriteria Diagnosis..................................................................................13
2.1.7 Diagnosis DM........................................................................................13
2.1.8 Patofisiologi...........................................................................................15
2.1.9 Penatalaksanaan DM.............................................................................15
2.1.10 Komplikasi.........................................................................................18

xii
2.2 Konsep Kadar Gula Darah.....................................................................19
2.2.1 Pengertian Gula Darah..........................................................................19
2.2.2 Hiperglikemia........................................................................................20
2.2.3 Hipoglikemia.........................................................................................21
2.2.4 Jenis dan Metode Pemeriksaan Glukosa Darah.....................................21
2.3 Konsep Keluarga...................................................................................25
2.3.1 Pengertian Keluarga..............................................................................25
2.3.2 Bentuk dan Type Keluarga....................................................................25
2.3.3 Fungsi Keluarga ....................................................................................27
2.3.4 Peran Keluarga dan Peran Perawat Keluarga........................................28
2.3.5 Karakteristik Keluarga...........................................................................34
2.3.6 Tugas Keluarga......................................................................................34
2.3.7 Tugas dan peran keluarga dalam memberikan perawatan anggota
keluarga sakit.........................................................................................35
2.3.8 Perkembangan Keluarga........................................................................35
2.4 Konsep Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM...................37
2.4.1 Definisi Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM..................37
2.4.2 Sumber Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM...................39
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Dukungan Keluarga Dalam
Perawatan Klien DM dalam kesehatan.................................................40
2.5 Konsep Self Managament......................................................................43
2.5.1 Definisi..................................................................................................43
2.5.2 Faktor yang dapat meningkatkan self-management..............................44
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL................................................................49
3.1 Kerangka Konsep..................................................................................49
3.2 Hipotesis Penelitian...............................................................................51
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................52
4.1 Desain Penelitian...................................................................................52
4.2 Desain Sampling....................................................................................53
4.3 Variabel Penelitian................................................................................55
4.4 Definisi Operasional..............................................................................56
4.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data....................................................58
4.6 Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................60
4.7 Prosedur Pengambilan Dan Pengolahan Data.......................................60

xiii
4.8 Analisa Data..........................................................................................65
BAB V HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN.....................67
5.1 Data Umum...........................................................................................67
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...........................67
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia..........................................67
5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan..................68
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan..................68
5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan..................................69
5.2 Data Khusus...........................................................................................70
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar glukosa darah................70
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Diabetes Self Management......70
5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima Medika..................71
5.3 Pembahasan...........................................................................................72
5.3.1 Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan bahwa karakteristik
Responden Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di RSU Prima
Medika Tahun 2022, sebagai berikut :. .Error! Bookmark not defined.
5.3.2 Dukungan Keluarga Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU
Prima Medika Tahun 2022....................................................................72
5.3.3 Self Management Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU
Prima Medika Tahun 2022....................................................................76
5.3.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima Medika..................79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................83
6.1 Kesimpulan............................................................................................83
6.2 Saran......................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................85

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kadar gula darah sewaktu dan puasa....................................................13


Tabel 2. 2 Kriteria pengendalian DM....................................................................13

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 3. 1 Kerangka konsep Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self


Management Pada Klien Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe
2 di RSU Prima Medika......................................................................50

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan dan Informasi.................................................................91

Lampiran 2 Informed Consenst........................................................................................92

Lampiran 3 Kisi-Kisi Kuesioner......................................................................................93

Lampiran 4 Lembar Kuesioner.........................................................................................94

xvii
DAFTAR ARTI, LAMBANG DAN

SINGKATAN

Daftar Lambang

% : Prosentase
α : Alfa
p : p value
< : Kurang dari
> : Lebih dari
= : Sama dengan

Daftar Singkatan

ADA : American Diabetic Assosiation


DM : Diabetes Mellitus
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
MoH : Ministry of Health
KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
WHO : World Health Organization
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
GDS : Gula Darah Sewaktu
GD : Gula Darah
IDF : International Diabetic Federatio

xviii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya. Peningkatan jumlah pasien Diabetes Melitus disebabkan

oleh kurangnya pengetahuan pengelolaan Diabetes Melitus (Retnowati dkk,

2015). Pengetahuan tentang pengelolaan DM sangat penting untuk mengontrol

kadar gula darah. Pasien DM yang mempunyai pengetahuan tentang DM akan

dapat mengendalikan kondisi penyakitnya (Hisni dkk, 2014). Diabetes Melitus

merupakan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup, maka berhasil atau

tidaknya pengelolaan Diabetes Melitus sangat tergantung dari pasien itu sendiri

untuk mengubah perilakunya. Pengelolaan Diabetes Melitus meliputi edukasi,

diet, olah raga, terapi pengobatan dan kontrol gula darah rutin (Sari dkk, 2014).

Secara global jumlah pasien yang terkena Diabetes Mellitus (DM) telah

mengalami peningkatan yang berkelanjutan dalam hal insiden dan prevalensi.

Diabetes Mellitus (DM) juga secara luas dikenal sebagai penyakit yang paling

komplek untuk dikelola (Bangun dkk, 2020). Hal Ini disebabkan tingkat

hiperglikemia yang meningkat sehingga mengalami resiko kerusakan

mikrovaskuler dan berkurangnya kualitas hidup (Wardani dkk, 2014). Diabetes

mellitus merupakan penyakit akibat gangguan metabolik biasanya terjadi

peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Penyakit ini biasanya dalam jangka

waktu lama, akibat kelainan sekreasi insulin, kerja insulin maupun keduanya.

1
2

Menurut International of Diabetic Ferderation (2018) tingkat penderita

diabetes mellitussecara global pada tahun 2018 sebesar 8,3% dari keseluruhan

penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi 387 juta

kasus. Itulah mengapa miabetes mellitus menjadi suatu ancaman yang serius bagi

kesehatan manusia di abad 21 (Mirza, 2017). Prevalensi Diabetes milletus yang

berada di indonesia akan terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun

2019 jumlah penderita diabetes mellitus mengalami peningkatan sebanyak 8,4 juta

orang di Indonesia (Rizani et al., 2014). Hasil data Rikesdas pada tahun 2018

proporsi DM di Indonesia sebesar 6,9%, Dengan Glukosa Terganggu (DGT)

29,9% dan Glukosa darah Puasa (GDP) terganggu besar 36,6% yaitu sebanyak

176.689.336 penderita Diabetes mellitus (Riskesdas, 2018). Indonesia menjadi

negara urutan keempat terbanyak di dunia dengan jumlah penderita diabetes

sebanyak 8,4 juta jiwa, dibawah Negara Amerika Serikat, China dan India (IDF,

2020). Peningkatan prevalensi data penderita DM yang berada di Provinsi Jawa

Timur mencapai 152.075 kasus. Data Depkes RI (2018) menunjukan rata-rata

kasus penderita DM di Jawa Timur sebanyak 4.216 Kasus (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada Maret 2022

didapatkan bahwa rata-rata kunjungan klien diabetes mellitus di poli rawat jalan

berjumlah 25-30 orang dalam 2 bulan terakhir. Jumlah kunjungan klien DM

menurun semenjak ada pandemic Covid-19. Berdasarkan hasil wawancara yang

peneliti lakukan pada 10 orang yang berkunjung ke poli rawat jalan didapatkan

bahwa 8 responden (80%) selalu diantar oleh keluarganya saat berobat dan saat

melakukan aktifitas pengendalian DM seperti Senam, hal ini menandakan bahwa

keluarga berpartisipasi aktif dalam program pengobatan klien DM.


3

Penderita diabetes mellitus membutuhkan perawatan jangka panjang dan

seumur hidup oleh karena itu adanya bantuan atau suport dari keluarga akan

sangat membantu klien dalam meningkatkan manajemen pengendalian klien

dalam program terapi. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat

mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan baik yang dapat dirasakan dalam

jangka pendek maupun dalam jangka panjang seperti penyakit jantung, dan

penyakit metabolik lainnya, yang dapat meningkatkan mortalitas pada klien DM

(Rizani dkk, 2014). Peningkatan kadar glukosa darah pada pasien DM dapat

memicu terjadinya berbagi komplikasi yang terjadi yaitu komplikasi

mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler yang dapat terjadi

antara lain Retinopati, Nefropati dan Neuropati. Setiap tahunnya angka kasus baru

Retinopati pada pasien DM mencapai 12.000 sampai dengan 24.000 penderita,

sedangkan kasus nefropati ditunjukkan oleh 43% penderita yang mengalami

masalah gagal ginjal kronik dan masalah neuropati mengakibatkan 60% sampai

70% pasien mengalami amputasi (Sousa et all, 2009).

Penatalaksanaan secara umum Penderita DM dalam konsensus

Penatalaksanaan DM adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes

yang dapat di tempuh melalui beberapa program jangka pendek berupa

menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan

mencapai target pengendalian glukosa darah. Untuk program jangka panjangnya

penatalaksanaan DM dapat dilakukan dengan mencegah dan menghambat

progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati, sehingga

pada akhirnya tujuan pengobatan akhir adalah turunnya morbiditas dan mortalitas.

Untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan dengan edukasi, Terapi Nutrisi
4

Medis, Latihan jasmani, Terapi farmakologis (Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia, 2011).

Self management merupakan salah cara yang dapat dilakukan sebagai salah

satu penatalaksanaan dalam meminimalisir terjadinya komplikasi DM.

Kemampuan self management merupakan hal penting dalam meningkatkan

kualitas hidup pasien DM. Self management pada pasien DM dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu latihan jasmani, perubahan pada pola makan dengan

mengonsumsi makanan yang sehat bagi penderita DM, minum obat diabetes

secara rutin dan teratur, melakukan monitoring gula darah secara berkala serta

mengurangi stress (Soewondo, 2006).

Self management berfokus pada bagaimana meningkatkan kemampuan klien

untuk berperilaku yang dapat mempengaruhi kesehatannya. Kemampuan ini

dilakukan sendiri oleh klien yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan

(Sousa et all, 2009). Pada penderita DM, self management dilakukan dengan

tujuan untuk memonitoring gula darah secara optimal dan mencegah terjadinya

komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler (Wattana et all, 2007).

Keberhasilan self management pada penderita diabetes melitus sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor yang paling penting antara lain adalah

keluarga. Keluarga adalah pihak yang pertama kali memberikan pertolongan bila

salah satu anggotanya mengalami gangguan kesehatan. Keluarga juga merupakan

pihak yang membantu setiap anggota dalam memelihara kesehatan, seperti

pemenuhan kebutuhan makan, minum, mandi, istirahat, rekreasi, olahraga, dan

lain-lain. Melalui pelibatan keluarga dalam program Diabetes Self care

Management ini diharapkan dapat meningkatnya kepatuhan perawatan yang


5

dilakukan oleh pasien DM sehingga berdampak pada peningkatan kualitas

hidupnya (Friedman, 2009).

Menurut House (Setiati, 2008), menyebutkan bahwa keluarga merupakan

bagian dari kelompok sosial yang dibedakan dalam 4 dimensi meliputi dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penilaian.

Penderita DM membutuhkan perawatan yang kompleks dan berkelanjutan, yang

mencakup pendidikan kesehatan (edukasi), diet (rencana makanan), latihan fisik

(exercise), dan pengobatan (Misnadiarly, 2006). Manajemen diri merupakan kunci

dalam penatalaksanaan penyakit kronis secara komprehensif (Atak, Tanju &

Kenan, 2010). Manajemen diri DM yang efektif diperoleh jika individu memiliki

pengetahuan dan ketrampilan untuk melakukan pengelolaan DM secara mandiri.

Keberhasilan manajemen diri membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan

masyarakat.

Melihat fenomena yang terjadi pada penderita diabetes melitus tersebut,

peneliti merasa perlu untuk melakukan suatu kajian mendalam peran keluarga

dalam meningkatkan kemampuan mengelola perawatan diri penderita melalui

suatu penelitian dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Management Diri Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di

RSU Prima Medika Tahun 2022.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Management Diri Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe

2 di RSU Prima Medika Tahun 2022 ?


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Management

Diri Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima

Medika Tahun 2022.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

di RSU Prima Medika Tahun 2022.

2. Mengidentifikasi Management Diri Pada Penderita Dengan Riwayat

Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika Tahun 2022

3. Menganalisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Management Diri

Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima

Medika Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktisi

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman

bagi peneliti mengenai Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Management Diri Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe

2 di RSU Prima Medika Tahun 2022.

2. Manfaat Instansi Tempat Penelitian

Memberikan referensi dan tambahan pengetahuan tentang Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Management Diri Pada Penderita Dengan

Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika Tahun 2022.


7

3. Bagi Institusi

Sebagai Literatur Dan Menjadi Referensi Untuk Proses Penelitian

Selanjutnya Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Tentang Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Management Diri Pada Penderita Dengan

Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan

ilmu keperawatan khususnya tentang Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Management Diri Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus

Tipe 2 di RSU Prima Medika Tahun 2022.

1. Bagi Peneliti Berikutnya

Memberikan referensi dasar penelitian dan data dasar tentang Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Management Diri Pada Penderita Dengan

Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika Tahun 2022.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Menambah kajian pustaka terkait dengan Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Management Diri Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes

Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika Tahun 2022.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit

Memberikan referensi dan tambahan pengetahuan tentang Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Management Diri Pada Penderita Dengan

Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika Tahun 2022.


8

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Memberikan bahan masukan kepada bidang keperawatan untuk dapat

meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan Hubungan Dukungan

Dengan Management Diri Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di

RSU Prima Medika Tahun 2022.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus

2.1.1 Pengertian

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh

penurunan kadar hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas

sehingga menimbulkan peningkatan kadar gula darah. DM adalah suatu

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin. DM merupakan kelompok penyakit tidak menular

yang prevalensinya cukup tinggi di dunia (Watanabe et al., 2015). DM

merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh

untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sehingga

meningkatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) (Fontaine et al.,

2019). DM sangat mempengaruhi kehidupan penderita, dan mengancam jiwa

jika tidak ditangani secara baik. DM merupakan suatu kumpulan gejala yang

timbul yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah karena

kekurangan insulin baik absolute maupun relatif (Cousart dkk, 2017).

2.1.2 Tanda dan Gejala

Penderita DM ditandai dengan adanya:

a. Polidipsia (banyak minum)

b. Poliuria (banyak berkemih)

c. Polifagia (banyak makan)

d. Lemas

e. Berat badan turun

9
10

f. Kesemutan

g. Mata kabur

h. Impotensi pada pria

i. Keputihan pada wanita.

j. Tanda dan gejala lain yang timbul adalah mudah sakit yang lama,

gatal/bisulluka lama sembuh, dan cepat lelah (Sami et al., 2020).

2.1.3 Faktor Resiko DM

Diabetes mellitus (DM) mempunyai dua faktor utama yaitu faktor yang

dapat di modifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi (Laili, 2017).

Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi antara lain; Ras dan etnik, riwayat

keluarga dengan diabetes, umur (risiko untuk menderita intoleransi glukosa

meningkat seiring dengan meningkatnya umur, umur >45 tahun harus

dilakukan pemeriksaan DM), riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir

bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita diabetes gestasional, riwayat

lahir dengan berat badan rendah kurang dari 2,5 kg (bayi yang lahir dengan

berat badan rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi

lahir dengan berat badan normal) (Sami et al., 2020). Faktor risiko yang dapat

dimodifikasi yaitu; berat badan lebih (IMT >23 kg/m2), kurangnya aktivitas

fisik, hipertensi (>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL 250 mg/dL), diet yang

tidak sehat (unhealthy diet), diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan

meningkatkan risiko menderita prediabetes/intoleransi glukosa dan diabetes

tipe 2 (Olaya-Contreras et al., 2019). Faktor lain yang terkait dengan risiko

diabetes yaitu; penderita polycystic ovary syndrome (PCOS) atau keadaan

klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin, penderita sindrom metabolik
11

memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa

terganggu (GDPT) sebelumnya. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular,

seperti stroke, penyakit jantung koroner (PJK), atau peripheral arterial

diseases (PAD) (Sami et al., 2020).

2.1.4 Etiologi

a. DM tipe I : Faktor genetik, faktor imunologi, faktor lingkungan.

b. DM Tipe II : Faktor obesitas, umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok,

riwayat keluarga, pola makan, gaya hidup. Mekanisme yang tepat yang

menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes

tipe II masih belum diketahui (Hermanns et al., 2015).

2.1.5 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Regulasi Kadar Gula Darah

a. Gaya Hidup

Diet DM yang dihubungkan dengan minimnya aktivitas sehingga

meningkatkan jumlah kalori dalam tubuh (Herawati et al., 2020).

b. Umur

Peningkatan umur adalah salah satu faktor risiko yang penting. Pada umur

≥60 tahun lebih rentang terkena diabetes dibanding dengan umur muda ≤50

tahun, karena pada umur tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun

diakibatkan terjadinya penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga

kemampuan untuk mengontrol kadar gula darah kurang optimal (Ayele et

al., 2012).

c. Jenis Kelamin

Penyakit DM lebih sering dijumpai pada perempuan dibanding laki-laki

karena pada perempuan memiliki kadar LDL dan kolesterol yang tinggi
12

dibanding laki-laki, selain itu aktiffitas wanita juga lebih sedikit dibanding

laki-laki sehingga memicu terserang berbagai penyakit, khusunya diabetes

(Musuuza et al., 2020).

d. Obesitas (kegemukan)

Ketidakseimbangan konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang

disimpan dalam bentuk lemak. Obesitas merupakan faktor risiko utama pada

penderita DM(Musuuza et al., 2020).

e. Ras dan Suku Bangsa

Suku bangsa Amerika Afrika, Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawai,

dan Amerika Asia memiliki resiko diabetes dan penyakit jantung yang lebih

tinggi karena tingginya angka tekanan darah tinggi, obesitas, dan DM pada

populasi tersebut (Wong et al., 2020).

f. Riwayat Keluarga

Jika terdapat salah seorang anggota keluarga yang mempunyai DM maka

keturunannya mempunyai kesempatan menyandang DM (Reddy, 2016).

g. Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM

Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM yang baik akan

mempengaruhi pelaksanaan program pengobatan diabetes melitus yang

dijalani oleh pasien. Seperti hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa

Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM berhubungan dengan

kepatuhan pasien dalam menjalani diet diabetes melitus. Dukungan

Keluarga Dalam Perawatan Klien DM yang baik akan mendukung

pelaksanaan program terapi sehingga akan menurunkan kadar gula darah.

Seperti yang diungkapkan oleh Isworo bahwa faktor yang paling dominan
13

dalam mempengaruhi kadar gula darah adalah Dukungan Keluarga Dalam

Perawatan Klien DM (Wong et al., 2020).

2.1.6 Kriteria Diagnosis

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah.

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan enzimatik dengan bahan

plasma vena. Sesuai klasifikasi WHO, kadar glukosa plasma puasa normal

<110-120 mg/dl (WHO, 2020).

Tabel 2. 1 Kadar gula darah sewaktu dan puasa (Trevisan et al., 2017).
Belum
Tempat Bukan pasti
Pemeriksaan DM
pengambilan DM
DM
Kadar gula darah Plasma vena <110 110-199 ≥200
sewaktu (mg/dl) darah kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar gula darah Plasma vena <110 110-125 ≥126
puasa (mg/dl) darah kapiler <90 90-109 ≥110
Sumber : Trevisan et al., 2017

Tabel 2. 2 Kriteria pengendalian DM


Pemeriksaan glukosa darah Baik Sedang Buruk
(mg/dl)
Puasa 80-109 110-139 140
2 jam PP 110-159 160-199 ≥200
HbA1C % 4-6 6-8 ≥8
Tekanan darah <140/90 <160/95 >160/90
Sumber : Trevisan et al., 2017

2.1.7 Diagnosis DM

DM dapat didiagnosis dengan kriteria Hemoglobin A1C (HbA1C) atau

konsentrasi glukosa plasma (puasa atau glukosa plasma 2 jam) (Hasyir, 2019) :

a. Fasting Plasma Glucose (FPG)

Sampel darah diambil setelah puasa 8 jam. Sesuai American Diabetes

Association (ADA), kadar FPG lebih dari 126mg/dL (7,0mm/ L) merupakan

kondisi DM (Soewondo, Soegondo, Suastika et al., 2010).


14

b. Tes Toleransi Glukosa Oral Dua Jam (OGTT)

Pada tes ini, kadar glukosa plasma diukur sebelum dan 2 jam setelah

konsumsi glukosa 75 mg. DM didiagnosis jika kadar glukosa plasma (PG)

dalam sampel 2 jam lebih dari 200mg dL (11,1 mmol / L). Pasien perlu

mengonsumsi makanan dengan karbohidrat setidaknya 150g per hari selama

3 hingga 5 hari dan tidak minum obat apa pun yang dapat memengaruhi

toleransi glukosa, seperti steroid dan diuretik thiazide (Gupta, Nayak,

Sunitha et al., 2017).

c. Glycated Hemoglobin (Hb) A1C

Tes ini memberikan rata-rata glukosa darah selama 2 hingga 3 bulan

terakhir. Pasien dengan HbA1C lebih besar dari 6,5% (48 mmol / mol)

didiagnosis memiliki DM. HbA1C adalah tes terstandarisasi dan

menunjukkan lebih sedikit variasi karena variabel pra-analitik. Tidak

banyak dipengaruhi oleh penyakit akut atau stres. Anemia karena

kekurangan zat besi atau vitamin B12 menyebabkan peningkatan HbA1C

palsu (Jannuzzi et al., 2014).

Semua tes di atas, jika orang tersebut tidak menunjukkan gejala,

pengujian harus diulangi kemudian untuk membuat diagnosis DM. Pada

pasien dengan gejala klasik hiperglikemia (peningkatan rasa haus,

peningkatan rasa lapar, peningkatan buang air kecil), glukosa plasma acak

lebih dari 200 mg / dL dapat cukup untuk mendiagnosis DM (Agarwal et al.,

2019).
15

2.1.8 Patofisiologi

Asupan glukosa/produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan

disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses

glikogenesis ini mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/dl).

Pada pasien DM, kadar glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat

rendahnya produk insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya, sebagai sel-sel

akan starvasi. Bila kadar meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan

menimbulkan diuresis sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa

terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu

makan meningkat (polifagi). Akibat dari sel-sel starvasi karena glukosa tidak

dapat melewati membran sel, maka pasien bisa lebih cepat terjadi kematian

(Kueh et al., 2015).

2.1.9 Penatalaksanaan DM

Pengelolaan penyakit DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan

jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah

belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat

hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu,

OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai

indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis,

stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin

dapat segera diberikan. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(PERKENI), ada empat pilar penatalaksanaan pada penderita DM yaitu

edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis

(Perkeni, 2020).
16

a. Edukasi

DM umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk

dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi

aktif dari pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi

pasien dalam melakukan perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan

perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya

peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan

gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien,

sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri,

setelah mendapat pelatihan khusus (Laili et al., 2017).

b. Terapi Nutrisi Medis

Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan

diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain,

serta pasien dan keluarganya). Setiap penyandang diabetes sebaiknya

mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi.

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan

sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada

penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam

hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang

menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Komposisi makanan

yang dianjurkan terdiri dari; karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65%

total asupan energi, asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan


17

kalori, protein dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energi, anjuran

asupan natrium tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1

sendok teh garam dapur), dianjurkan mengkonsumsi cukup serat ±25

gr/hari, dan pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman

(Accepted Daily Intake/ADI) (Sukartini et al., 2020).

c. Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan diabetes tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke

pasar, menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan. Latihan

jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat

badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan

jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,

dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan

status kesegaran jasmani. Untuk penderita yang relatif sehat, intensitas

latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat

komplikasi diabetes, maka intensitas latihan jasmani dapat dikurangi.

Penderita dianjurkan untuk menghindari kebiasaan hidup yang kurang gerak

atau bermalas-malasan (Wongrith, 2019).

d. Intervensi farmakologis

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum

tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Obat- obatan yang

digunakan untuk penderita diabetes tipe 2 yaitu obat hipoglikemik oral


18

(OHO), insulin, dan terapi kombinasi. Berdasarkan cara kerjanya, OHO

dibagi menjadi 5 golongan, antara lain; pemicu sekresi insulin (insulin

secretagogue), seperti sulfonilurea dan glinid; peningkat sensitivitas

terhadap insulin, seperti metformin dan tiazolidindion; penghambat

glukoneogenesis (metformin); penghambat absorbsi glukosa, seperti

penghambat glikosidase alfa, dan DPP-IV (dipeptidyl peptidase-4) inhibitor

(Perkeni, 2020)

2.1.10 Komplikasi

a. Komplikasi kronis paling utama yaitu:

1) Penyakit jantung coroner

2) Penyakit stroke

3) Penyakit pembuluh darah

4) Diabetik foot/kaki diabetik/gangrene

5) Amputasi apabila anggotabadan ada yang mngalami gangrene

6) Hipertensi (darah tinggi)

7) Gagal ginjal

8) Kebutaan

9) Peningkatan kadar lemak darah,disebabkan oleh penurunan pemakaian

glukosa oleh sel sebagai akibat dari defisiensi insulin.

10) Diabetic Ketoasidosis (DKA) yaitu gangguan metabolik yang

mengancam hidup yang secara potensial akut yang terjadi sebagai akibat

dari defisiensi insulin lama, dikarakteristikan dengan hiperglikemia

ekstrem (>300 mg/dl) dan dimanifestasikan sebagai status berlanjutnya

patofisiologis dari DM.


19

11) Sindrome Nonketotik Hiperosmolar Hiperglikemia (SNKHH). Secara

potensial adalah krisis metabolik yang mengancam hidup yang biasanya

mempengaruhi diabetik tipe II. Pada klien ini, keton tidak ada pada darah

dan urine karena diabetik tipe II menghasilkan beberapa insulin endogen

sehingga keasaman oleh produk metabolisme lemak tidak berakumulasi

di dalam aliran darah(Hicks et al., 2019).

b. Komplikasi akut

1) Hipoglikemi: keadaan kronik gangguan syaraf yang disebabkan

penurunan gula darah. Gejala yang ringan bisa berupa gelisah dan bisa

sampai koma dengan kejang.

2) Hiperglikemi: secara anamnesa ditemukan adanya masukan kalori

berlebih, penghentian obat oral atau insulin yang didahului oleh stress

akut. Tanda dari hiperglikemi ini adalah kesadaran menurun disertai

dehidrasi berat.

3) Sindrom hiperglikemi hiperosmolar non ketotik, ketidakseimbangan

glukosa di dalam darah dan ketidakadekuatan air, kalium dan natrium

(Laopoulou et al., 2020).

2.2 Konsep Kadar Gula Darah

2.2.1 Pengertian Gula Darah

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang tebentuk dari

karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot

rangka (Hisni et al., 2014). Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel

manusia. Glukosa dibentuk dari karbohidrat yang dikonsumsi melalui makanan

dan disimpan sebagai glikogen dihati dan otot (Nuraisyah et al., 2017). Gula
20

darah terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan

monosakarida yang paling dominan, sedangkan fruktosa akan meningkat pada

diet buah yang banyak, dan galaktosa darah akan meningkat pada saat hamil

dan laktasi. Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan

akan membentuk glukosa, yang kemudian akan dialirkan kedalam darah, dan

gula lain akan dirubah menjadi glukosa di hati (Bertalina & Purnama, 2016).

2.2.2 Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau

berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes

Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan

hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan

sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress,

infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan

poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan

yang kabur (Prawirasatra et al., 2017). Hiperglikemia merupakan suatu

keadaan meningkatnya kadar glukosa darah dalam tubuh seseorang yang

melebihi kadar normal. Penyebab belum pasti tetapi sering dihubungkan

dengan kurangnya insulin dan faktor predisposisi yaitu genetic, umur, dan

obesitas. Hiperglikemia yang tidak dikontrol secara terus menerus akan

berkembang menjadi penyakit diabetes melitus dan merupakan faktor risiko

untuk penyakit metabolik lainnya. Sebagian besar dewasa muda usia 20-30

tahun dengan IMT ≥23 kg/m2 mempunyai kadar glukosa darah sesaat normal

(Meidikayanti & Wahyuni, 2017).


21

2.2.3 Hipoglikemia

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana

kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak

seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan

yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara

lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan

gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai

hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Bertalina & Purnama, 2016).

2.2.4 Jenis dan Metode Pemeriksaan Glukosa Darah

a. Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah

Diketahui beberapa jenis pemeriksaan yang berhubungan dengan

pemeriksaan glukosa darah yaitu :

1) Glukosa darah puasa

Sebelum pemeriksaan ini dilakukan pasien harus puasa 10 – 14 jam.

2) Glukosa darah sewaktu

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien tanpa perlu memperhatikan

waktu terakhir pasien makan.

3) Glukosa darah 2 jam PP

Pemeriksaan ini sukar sekali distandarisasikan, karena makanan yang

dimakan baik jenis maupun jumlahnya sukar disamakan dan juga sukar

diawasi dalam tenggang waktu 2 jam untuk tidak makan dan minum

lagi, juga selama menunggu pasien perlu duduk istirahat tenang dan

tidak melakukan kegiatan jasmani (berat) serta tidak merokok.

b. Metode Pemeriksaan Glukosa Darah


22

1) Metode Kimia atau Reduksi

Prinsip: Proses Kondensasi dengan akromatik amin dan asam asetat

glacial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hiju

yang kemudian diukur secara fotometris. Beberapa kelemahan /

kekurangannya adalah metode kimia ini memerlukan langkah

pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan

terjadi kesalahan lebih besar. Selain itu reagen pada metode ortho-

toluidin bersifat korosif.

2) Metode Enzimatik

Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP)

Prinsip : Enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa

menjadi glukonolakton dan hydrogen peroksida. Enzim glukosa

oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi

pertama spesifik untuk glukosa, khususnya B-D glukosa, sedangkan

reaksi kedua tidak spesifik, karena zat yang bisa teroksidasi dapat

menyebabkan hasil pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam

askorbat, bilirubin dan glutation menghambat reaksi karena zat-zat ini

akan berkompetisi dengan kromogen bereaksi dengan hidrogen

peroksida sehingga hasil pemeriksaan akan lebih rendah. Keunggulan

dari metode glukosa oksidase adalah karena murahnya reagen dan hasil

yang cukup memadai.

3) Metode Heksokinase

Prinsip : Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa

dengan ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu
23

glukosa 6-fosfat dehidrogenase akan mengkatalis oksidasi glukosa 6-

fosfat dengan nikolinamide adnine dinueleotide phosphate (NAPP+)

4) Reagen Kering (Gluco DR)

Adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat

dipergunakan untuk mengukur kadar glukosa darah secara kuantitatif,

dan untuk screening pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel dapat

dipergunakan darah segar kapiler atau darah vena, tidak dapat

menggunakan sampel berupa plasma atau serum darah. Prinsip : Tes

strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan didasarkan pada

teknologi biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, tes strip

mempunyai bagian yang dapat menarik darah utuh dari lokasi

pengambilan/tetesan darah kedalam zona reaksi. Glukosa oksidase

dalam zona reaksi kemudian akan mengoksidasi glukosa di dalam darah.

Intensitas arus electron terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi

glukosa di dalam sampel darah (Bertalina & Purnama, 2016)..

Pengendalian glukosa darah pada penderita DM dilihat dari dua hal

yaitu glukosa darah sesaat dan glukosa darah jangka panjang.

Pemantauan glukosa darah sesaat dilihat dari glukosa darah puasa dan 2

jam post prandial (PP), sedangkan pengontrolan glukosa darah jangka

panjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan HbA1c. pemeriksaan

kadar HbA1c mencerminkan rata-rata pengontrolan glukosa darah dalam

2-3 bulan terakhir. Tingginya kadar HbA1c berkorelasi positif dengan

terjadinya komplikasi DM, baik makro maupun mikro vaskuler

(Laopoulou et al., 2020). Saat ini banyak dipasarkan alat ukur kadar
24

glukosa darah yaitu Glukometer yang umumnya sederhana dan mudahn

dipakai. Hasil pemeriksaan kadar gula darah memakai alat-alat tersebut

dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara

pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Secara

berkala, hasil pemantauan dengan alat glucometer perlu dibandingkan

dengan cara konvensional (Perkeni, 2020). PERKENI (Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia) pada tahun 2020 menjelaskan bahwa, kadar

gula darah puasa yang berkisar 80-100 mg/dl dinyatakan normal.

Seseorang dikatakan menderita diabetes melitus (DM) jika memiliki

kadar glukosa darah ≥126 mg/dl (Perkeni, 2020). Sejumlah faktor yang

mempengaruhi gula darah tinggi adalah konsumsi makanan, termasuk

jumlah karbohidrat, jenis gula (Glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa),

kandungan pati, proses pengolahan makanan dan bentuk makanan, serta

komponen makanan lainnya seperti lemak dan zat alami yang proses

pencernaannya lambat. Konsentrasi gula darah puasa dan sebelum

makan menggambarkan tingkat keparahan intoleransi glukosa, makan

kedua atau pengaruh karbohidrat merupakan faktor lain yang

mempengaruhi respon glikemik. Namun, pada orang dengan diabetes

tipe I atau tipe II, konsumsi berbagai pati atau sukrosa, baik akut dan

hingga 6 minggu, tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam

menanggapi glikemik jika jumlahnya karbohidrat adalah serupa. Oleh

karena itu, jumlah total karbohidrat dalam makanan dan makanan ringan

akan lebih penting daripada sumber atau jenis makanan. Pada orang

dengan diabetes tipe II, pola diet pemeliharaan berat badan, mengganti
25

karbohidrat dengan lemak tak jenuh dapat mengurangi glikemia setelah

makan dan triglyceridemia. Karena itu, kontribusi dari karbohidrat dan

lemak tak jenuh untuk asupan energi harus individual, berdasarkan

penilaian gizi, profil metabolik, dan tujuan pengobatan (Reddy, 2016).

Kadar gula darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,

hormone insulin, emosi, stress, jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi serta akivitas fisik yang dilakukan. Kadar glukosa darah

dipengaruhi oleh factor endogen yaitu humoral factor seperti hormone

insulin, glukosa dan kortisol sebagai system reseptor di otot dan sel hati.

Factor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi

serta aktivitas yang dilakukan (Wong et al., 2020).

2.3 Konsep Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu sama lain (Musuuza et al., 2020). Keluarga adalah unit

terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa

orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan (Herawati et al., 2020).

2.3.2 Bentuk dan Type Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan.Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe

keluarga berkembang mengikutinya agar dapat mengupayakan peran serta


26

keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu

memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.

a. Traditional Nuclear

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, anak yang tinggal dalam satu

rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

b. Extended Family

Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,

baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

d. Middle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah,

anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti

karir.

e. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya/salah satu bekerja diluar rumah.

f. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-

anaknya dapat ditinggal dirumah/diluar rumah.

g. Dual Carrier
27

Suami istri atau keduanya berkarier tanpa anak

h. Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

i. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

j. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

k. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti

l. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-

anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya didalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan

semua adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried Parent And Child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

o. Cohibing Couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan

2.3.3 Fungsi Keluarga (Prawirasatra et al., 2017)

a. Fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,


28

memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi

keluarga.

b. Fungsi psikologis yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman


bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadiaan anggota keluarga, serta memberikan identitas
pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-
masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang
dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya
(Meidikayanti & Wahyuni, 2017).
2.3.4 Peran Keluarga dan Peran Perawat Keluarga

a. Peran Formal Keluarga

Peran dasar yang membentuk posisi sosial dengan suami-ayah dan istri-ibu

antara lain sebagai berikut :

1) Peran sebagai Provider atau penyedia

2) Sebagai pengatur rumah tangga

3) Perawatan anak, baik yang sehat maupun sakit

4) Sosialisasi anak

5) Rekreasi

6) Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga paternal


29

7) Peran teraupetik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan)

8) Peran seksual

b. Peran Informal Keluarga

Contoh peran informal yang bersifat adaptif dan merusak kesejahteraan

keluarga diantaranya sebagai berikut. Peran adaptif antara lain :

1) Pendorong

Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan

mendorong, memuji, setuju dengan dan menerima kontribusi dari

orang lain.

2) Pengharmonis

Pengharmonis yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat

diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan

pendapat.

3) Inisiator-kontributor

Mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara

mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

4) Pendamai

Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik

dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.

5) Pencari nafkah

Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orangtua dalam

memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota

keluarganya.

6) Perawatan keluarga
30

Perawatan keluarga yaitu peran yang dijalankan terkait merawat

anggota keluarga jika ada yang sakit.

7) Penghubung keluarga

Perantara keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan

memonitor komunikasi dalam keluarga.

8) Pionir keluarga

Pionir keluarga yaitu membawa keluarga pindah ke suatu wilayah

asing dan mendapatkan pengalaman baru.

9) Sahabat, penghibur dan coordinator

Koordinator keluarga berarti mengorganisasi dan merencanakan

kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan

memerangi kepedihan.

10) Pengikut dan saksi

Saksi sama dengan pengikut, kecuali dalam beberapa hal, saksi lebih

pasif. Saksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.

c. Peran merusak antara lain :

1) Penghalang

2) Dominator

Dominator adalah kecenderungan memaksakan kekuasaan atau

superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok tertentu,

membanggakan kekuasaannya, bertindak seakan-akan ia mengetahui

segala-galanya, dan tampil sempurna.

3) Penyalah

Suka menyalahkan orang lain


31

4) Martir

Martir yaitu tidak menginginkan apa-apa untuk dirinya, ia hanya

berkorban untuk anggota keluarganya.

5) Keras hati

6) Kambing hitam keluarga

Masalah anggota keluarga yang telah diidentifikasi dalam keluarga

sebagai korban atau tempat pelampiasan ketegangan dan rasa

bermusuhan, baik secara jelas maupun tidak.Kambing hitam berfungsi

sebagai tempat penyaluran.

7) Distraktor dan orang yang tidak relevan

Distraktor bersifat tidak relevan, dengan menunjukan perilaku yang

menarik perhatian, ia membantu keluarga menghindari atau melupakan

persoalan-persoalan yang menyedihkan dan persoalan-persoalan yang

sulit (Juleka, 2020).

d. Peran Perawat Keluarga

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga antara lain

sebagai berikut:

1) Pendidik (educator)

Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan

kesehatan kepada keluarga, agar keluarga dapat melakukan program

asuhan keperawatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab

terhadap masalah kesehatan keluarganya.

2) Koordinator (coordinator)
32

Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang berkerja

dengan keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan

perawatan lanjutan dirumah, maka diperlukan koordinasi lanjutan

asuhan keperawatan dirumah.

3) Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung

Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota

keluarganya yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan

keluarga, baik dirumah, klinik, maupun dirumah sakit

bertanggungjawab dalam memberikan perawatan langsung atau

mengawasi keluarga memberikan perawatan pada anggota yang

dirawat dirumah sakit, perawat melakukan perawatan langsung atau

demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan

keluarga mampu melakukannya dirumah, perawat dapat

mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga untuk melakukan peran

langsung selama dirumah sakit atau dirumah oleh perawat kesehatan

masyarakat.

4) Pengawas kesehatan

Perawat mempunyai tugas melakkukan home visit yang teratur untuk

mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan

keluarga.

5) Konsultan atau penasihat

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan.Hubungan perawat keluarga harus dibina dengan baik,

perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.Dengan demikian,


33

keluarga mau meminta nasihat kepada perawat tentang masalah yang

bersifat pribadi.Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai

narasumber untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.

6) Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan rumah sakit atau

anggota tim kesehatan untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang

optimal.

7) Advokasi

Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di

masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah

dirugikan.sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk

melindungi hak keluarga.

8) Fasilitator

Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena

berbagai kendala yang ada.Agar dapat melaksanakan peran fasilitator

dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem

pelayanan kesehatan.

9) Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah

mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi

ledakan penyakit atau wabah.

10) Modifikasi lingkungan


34

Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta

lingkungan yang sehat (Bertalina & Purnama, 2016).

2.3.5 Karakteristik Keluarga

a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan, atau adopsi.

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing

mempunyai peran sosial sebagai suami, istri, kakak dan adik.

d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan

perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota (Laopoulou et al.,

2020)

2.3.6 Tugas Keluarga

Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang didalamnya terdapat

delapan tugas pokok antara lain :

a. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya

b. Berupaya memelihara sumber-sumber daya yang ada didalam keluarga.

c. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya.

d. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban

e. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan.

f. Memelihara ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga


35

(Laopoulou et al., 2020).

2.3.7 Tugas dan peran keluarga dalam memberikan perawatan anggota keluarga sakit

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Memodifikasi dan melakukan pencegahan aktif

e. Melakukan tindakan promotif dan peningkatan derajat kesehatan kelauarga

(Laopoulou et al., 2020).

2.3.8 Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 yaitu (Laopoulou et al., 2020) :

a. Keluarga Baru (Bergainning Familly)

Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk keluarga melalui

perkawinan.Pada tahap ini, pasangan baru memiliki tugas perkembangan

untuk membina hubungan intim yang memuaskan didalam keluarga,

membuat berbagai kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama, termasuk

dalam hal merencanakan anak, persiapan menjadi orang tua, dan mencari

pengetahuan.

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing)

Keluarga dengan tahap anak pertama adalah masa transisi pasangan suami

istri yang dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia kurang dari 30

bulan. Pada masa ini sering terjadi konflik yang dipicu kecemburuan

pasangan akan perhatian lebih yang ditujukan pada anggota keluarga yang

baru.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah


36

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun hingga 5

tahun. Adapun tugas perkembangan yang mesti dilakukan ialah memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi dengan

lingkungan, cermat membagi tanggung jawab, mempertahankan hubungan

keluarga, serta mampu membagi waktu untuk dirinya sendiri, pasangan

dan anak.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6- 13 tahun)

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama menginjak sekolah dasar sampai

memasuki awal remaja.Dalam hal ini sosialisasi anak semakin melebar

tidak hanya dilingkungan rumah, melainkan juga disekolah dan

lingkungan yang lebih luas lagi.

e. Keluarga dengan anak remaja (13 – 20 tahun)

Pada tahap remaja ini orang tua perlu memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab selain itu beberapa peraturan juga sudah

mulai diterapkan untuk memberikan batasan tertentu tapi masih dalam

tahap wajar.

f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)

Tahap ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah artinya

keluarga sedang menghadapi persiapan anak yang mulai mandiri.Dalam

hal ini keluarga selalu merelakan anak untuk pergi jauh dari rumahnya

demi tujuan tertentu.

g. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)

Tahap ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah dan salah

satu pasangan bersiap meninggal.


37

h. Keluarga lanjut usia

Masa lanjut usia adalah masa – masa akhir kehidupan manusia. Maka

tugas perkembangan tahap ini adalah beradaptasi dengan perubahan

kehilangan pasangan, kawan, ataupun saudara (Hisni et al., 2014).

2.4 Konsep Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM

2.4.1 Definisi Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM

Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM merupakan sebuah

proses yang terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus

kehidupan Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM membuat

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk

meningkatakan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan (Kueh et

al., 2015). Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM menurut

Agarwal (2019) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap

anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian

dan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi

Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM adalah suatu proses

sepanjang kehidupan dimana dalam setiap tahap siklusnya membuat

keluarga mampu bersikap, bertindak, dan berfungsi dalam penerimaan

anggota keluarganya dengan berbagai keandaian dan akal untuk

meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dala kehidupan. Menurut

Macedo et all (2017), terdapat empat tipe Dukungan Keluarga Dalam

Perawatan Klien DM yaitu:

a. Dukungan emosional
38

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaaan emosional. Bentuk

dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,

diterima oleh anggota keluarga berupa ungkapan empati, kepedulian,

perhatian, cinta, kepercayaan, rasa aman dan selalu mendampingi pasien

dalam perawatan. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi

keadaan yang dianggap tidak terkontrol.

b. Dukungan penilaian dan penghargaan

Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan

juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan dan validator identitas anggota keluarga. Dimensi

ini terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang-

orang disekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide

atau perasaan individu. Dukungan ini membuat seseorang merasa

berharga, kompeten dan dihargai. Dukungan penghargaan juga

merupakan bentuk fungsi afektif keluarga yang dapat meningkatkan

status psikososial pada keluarga yang sakit. Melalui dukungan ini,

individu akan mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahlian yang

dimilikinya.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental (peralatan atau fasilitas) yang dapat diterima

oleh anggota keluarga yang sakit melibatkan penyediaan sarana untuk

mempermudah perilaku membantu pasien yang mencakup bantuan


39

langsung biasanya berupa bentuk-bentuk kongkrit yaitu berupa uang,

peluang, waktu, dan lain-lain. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi

stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang

berhubungan dengan materi.

d. Dukungan informasional

Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan yang meliputi

pemberian informasi, sarana atau umpan balik tentang situasi dan

kondisi individu. Menurut (Nursalam, 2015) dukungan ini berupa

pemberian nasehat dengan mengingatkan individu untuk menjalankan

pengobatan atau perawatan yang telah direkomendasikan oleh petugas

kesehatan (tentang pola makan sehari hari, aktivitas fisik atau latihan

jasmani, minum obat, dan kontrol), mengingatkan tentang prilaku yang

memperburuk penyakit individu serta memberikan penjelasan mengenai

hal pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang merawat ataupun

menjelaskan hal-hal yang tidak jelas tentang penyakit yang diderita

individu.

2.4.2 Sumber Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM

Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM dapat berupa

Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM internal, seperti dukungan

dari suami atau istri, atau dukungan dari saudara kandung atau Dukungan

Keluarga Dalam Perawatan Klien DM eksternal bagi keluarga inti dalam

jaringan kerja social keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara

sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga itu sendiri (Hermanns et al.,

2015).
40

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Dukungan Keluarga Dalam Perawatan

Klien DM dalam kesehatan

Menurut Feiring dan Lewis 1984 dalam Huang et al (2016) ada bukti

kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan

keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman

perkembangan. Anak anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih

banyak perhatian dari pada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih

besar. Selain itu, dukungan yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu)

juga dipengaruhi oleh usia. Menurut Ghimire et al (2020), ibu yang masih

muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan

anaknya dan juga lebih egosentris di bandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Hal lain yang mempengaruhi faktor-faktor Dukungan Keluarga Dalam

Perawatan Klien DM lainya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas

sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan

tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang

lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas

bawah, hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang tua

dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan

keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah

(Seaborn et al., 2016). Faktor lainnya adalah tingkat pendidikan, semakin

tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi dukungan yang

diberikan pada keluarga yang sakit. Status pernikahan juga berpengaruh, hal

tersebut dikaitkan dengan bertambahnya anggota keluarga, dukungan pada

anggota keluarga yang sakit pun semakin banyak (Roth-Albin et al., 2017).
41

Menurut Wong (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi Dukungan

Keluarga Dalam Perawatan Klien DM adalah:

a. Faktor Internal

1) Tahap Perkembangan

Tahap perkembangan artinya dukungan dapat ditentukan oleh rentang

usia (bayi-lansia) yang memiliki pemahaman dan respon terhadap

perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

2) Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh

intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara

berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor

yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan

tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

3) Faktor Emosi

Faktor emosional mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan

dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stres

dalam setiap perubahan hidupnya cendrung berespon terhadap berbagai

tanda sakit, dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit

tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum

sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama

sakit. Seseorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara

emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangka adanya

gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.


42

4) Faktor Spiritual

Spiritual adalah bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,

mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan

keluarga atau teman dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam

kehidupan.

b. Faktor Eksternal

1) Praktik Dikeluarga

Praktik dikeluarga adalah bagaimana keluarga memberikan dukungan

biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan

pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misalnya anak

yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan pemeriksaan rutin,

maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.

2) Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya

penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi

tehadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup: stabilitas

perkawinan, gaya hidup dan lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan

mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya. Hal ini

akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanannya.

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya dia akan lebih cepat

tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga dia akan

segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada

kesehatannya.
43

3) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan

individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan

kesehatan pribadi.

2.5 Konsep Self Managament

2.5.1 Definisi

Self-management suatu keterlibatan individu didalam kegiatan maupun

praktek yang bertujuan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,

kesejahteraan dengan membuat penderita aktif dan berpartisipasi dalam

mengambil keputusan perihal program khusus untuk pengobatan mereka;

membangun dan mempertahankan kemitraan atau hubungan dengan orang

yang terlibat dalam membantu mengatasi meningkatkan kesehatan serta

memiliki kapasitas pengetahuan, sumber daya dan kepercayaan diri yang

baik dalam mengelola dampak dari masalah kesehatan mereka, fungsi

sehari-hari seperti mengontrol emosi dan hubungan interpersonal

(Quensland Health dalam Primanda & Kritpracha, 2012). Self-management

adalah suatu perilaku terampil, menekankan pada peran, serta tanggung

jawan individu dalam pengelolaan penyakitnya sendiri (Kisokanth et al.,

2013). Proses ini biasanya difasilitasi oleh tenaga kesehatan yang sudah

terlatih dalam menangani program terkait self management, dukungan

keluarga merupakan bagian terpenting dari terlaksananya program

(Primanda & Kritpracha, 2012).

Tujuan dari self-management adalah mempertahankan kesejahteraan dalam

segala dimensi salah satunya adalah psikologis (Peñarrieta et al., 2015).


44

Onuoha dan Ezenwaka (2014) menuliskan bahwa Diabetes Self-

management merupakan salah satu strategi yang tepat untuk mengendalikan

penyakit DM. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Eropa menunjukkan

bahwa pengetahuan, dukunga, motivasi dan pemberdayaan merupakan

faktor penting yang mempengaruh self- management pada pasien diabetes.

Self-management didefinisikan sebagai suatu konteks kesejahteraan

keluarga yang menuju kedinamisan dan berkelanjutan dalam hal kontrol

diri, evaluasi, serta merubah perspektif mengenai kondisi sakit menjadi

sehat. Beberapa bukti saat ini menunjukkan bahwa individu yang terlibat

dalam perilkau self-management terbukti dapat meningkatkan kesehatan

mereka. Bentuk dasar dari Self-management dan perawatan diabetes

membutuhkan pengetahuan, keterampilan, serta motifasi, karena program

ini berisi modifikasi diet, monitoring dari kadar glukosa dalam darah, serta

peningkatan olahraga yang dilakukan (Carolan, 2014). Jadi, self-

management adalah suatu program yang dapat meningkatkant keterampilan

yang dimiliki oleh pasien dengan diabetes melitus dalam hal mengontrol

dan mengatur penyakit mereka.

2.5.2 Faktor yang dapat meningkatkan self-management

Hasil identifikasi bahwa usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan,

dukungan sosial, keparahan gejala dan komorbiditas merupakan beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi self-management pada pasien dengan

penyakit kronis, salah satunya penyakit DM (Peñarrieta et al., 2015).

Terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi self- management

(Adwan & Najjar, 2013). Chlebowy et.all dalam Adwan dan Najjar, 2013
45

menjelaskan bahwa faktor eksternal dan faktor internal dapat mempengaruhi

self-management. Faktor eksternal meliputi kepatuhan penderita terhadap

self-management itu sendiri yang meliputi dukungan keluarga, kelompok

sebaya, dan tim medis yang dapat memberikan arahan yang dapat

memberikan arahan, penghargaan serta pengetahuan terkait penyakit yang

mereka derita. Faktor internal terkait rintangan untuk melakukan self-

management itu sendiri seperti ketakutan untuk melakukan cek glukosa

darah, rendahnya kesadaran untuk mengontrol diri sendiri terkait kebiasaan

makan, fikiran-fikran terkait kegagalan dalam melakukan program, serta

perasaan merasa kurangnya kontrol diri terhadap control penyakitnya.

Brown et.all dalam Adwan dan Najjar (2013) menyebutkan bahwa edukasi

terkait diabetes self-management berdasarkan usia, pengaruh budaya,

keyakinan terhadap konsep sakit, sikap, pengetahuan terkait DM, skill dan

perilaku terkait self-mangement, kesiapan untuk belajar, keterbatasan fisik,

dukungan keluarga dan status keuangan keluarga akan sangat

mempengaruhi diabetes self-management. Terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi diabetes self- management seseorang, faktor-faktor ini

dijelaskan oleh (Kisokanth et.all, 2013) sebagi berikut:

a. Edukasi

Self-management dapat tercapai dengan dengan edukasi terkait diabetes

self-management (Norris et.all dalam Adwan & Najjar 2013). Edukasi

dapat menyiapkan pasien terkait penyakitnya dan bagaimana pasien

harus berprilaku, memberikan pengetahuan bagaimana cara merubaha

gaya hidup (Kisokanth et.all, 2013). Harapan dari edukasi ini adalah agar
46

pasien dapat lebih memahami terkait penyakitnya dan dapat berperan

aktif dalam perawatan diabetes. Pengetahuan serta pemahaman yang

baik merupakan komponen terpenting untuk memberikan kesadaran

pada pasien mengenai self-management pada penyakit mereka

(Kisokanth et.all, 2013).

b. Self monitoring of blood glucose (SBMG)

Self monitoring of blood glucose (SBMG) dan mengukur tekanan darah

merupakan komponenen terpenting untuk memantau kondisi penderita

(Upadhyay et.all dalam Kisokanth et.all 2013). Monitoring terhadap

glukosa darah merupakan hal penting pada pasien DMT2, penderita akan

lebih mandiri dalam menangani penyakit mereka dengan cara

memonitori kadar glukosa darah. mereka akan mendapatkan pemahaman

yang baik terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyakit

mereka sehingga mereka dapat merasakan kualitas hidup yang lebih baik

(Kisokanth et.all, 2013).

c. Kebudayaan

Kebudayaan sangat berpengaruh dalam kesehatan serta dapat

mempengaruhi tujuan dari kesembuhan DM (Kisokanth et.all, 2013).

Beberapa jenis etnis tertentu dan kelompok minoritas disuatu daerah

biasanya akan dapat mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai

terkait kesehatan (Catherine et.all dalam Kisokanth et.all 2013).

d. Dukungan keluarga

Ketika keluarga terlibata dalam proses self-management mereka dapat

memberikan dukungan yang nantinya akan dapat membantu mencapai


47

tujuan pengobatan (Aklima et.all, 2012). Pasien dengan tingkat

dukungan keluarga yang baik menunjukkan perilaku self- management

yang baik (Rosland dalam Aklima et.all 2012). (Bodenheimer et.all

dalam Aklima et.all 2012) juga menjelaskan mengenai karakter dari

keluarga yang sehat meliputi komunikasi yang baik, perilaku saling

mendukung seperti memberikan kepercayaan, menghibur dan bermain,

berbagi tanggung jawab, bersedia menolong anggota keluarga lainnya

dalam menyelesaikan masalahnya. Anggota keluarga dapat mendukung

kegiatan self-management pasien dengan meningkatkan kesadaran

pasien dan membantu pasien dalam menentukan tujuan dari pengobatan

serta rencana yang akan dilakukan (California Health Care foundation

dalam Aklima et.all 2012).

e. Informasi kesehatan

Penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth et.all dalam (Aklima et.all,

2012) menjelaskan bahwa self-management dipengaruhi beberapa hal

seperti faktor dari pasien itu sendiri, tim medis, dukungan sosial. Semua

faktor itu harus dikaji demi tercapainya pelaksanaan DM. Penelitian

kualitative yang dilakukan menunjukkan bahwa informasi yang diterima

oleh pasien membingungkan (Kisokanth et.all, 2013).

f. Tingkat pengetahuan pasien

Kurangnya tingkat pengetahuan merupakan penghalang bagi pasien DM

dalam mengelola self-management. Pengetahuan mengenai perawatan

DM harus berhubungan dengan aktivitas seperti meminum obat, diet,

latihan, monitor gula darah. pasien dengan tingkat pengetahuan rendah


48

mengenai penyakit mereka akan kesusahan untuk mempelajari skill yang

dibutuhkan dalam perawatana DM untuk tetap dapat mengontrol glukosa

darah (Kisokanth et.all, 2013).

g. Motivasi dan faktor psikologis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa motivasi merupakan

penghalang terbesar untuk melakukan self-management DM. Motivasi

merupakan faktor ekstrinsik yang meliputi tipe motivasi yang disediakan

oleh tim medis. Beberapa penelitian menunjukkan mengenai efek negatif

terhadap individu dalam mengurus diri mereka. Pasien menjadi tidak

tertarik dan tidak ingin membuat keputusan untuk mampu

menyelesaikan pengobatan (Ahola dalam Kisokanth et.all, 2013).


BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui peneliti yang akan dilakukan.

Faktor-faktor yang
mempengaruhi self
management:
a.Edukasi
b.Self monitoring of blood Penderita Diabetes
glucose (SBMG) Mellitus
c.Kebudayaan
d.Dukungan keluarga
e.Informasi kesehatan
Kategori penilaian self
f.Tingkat pengetahuan
management :
pasien
Self management Baik
g. Motivasi dan faktor
Self management
psikologis
Sedang
Self Management Self management
Kurang

Dukungan Keluarga
Dalam Perawatan Klien
Faktor-faktor yang DM :
mempengaruhi Dukungan Dukungan
Dukungan Baik
Keluarga Dalam Perawatan Keluarga Dalam
Dukungan Sedang
Klien DM : Perawatan Klien
Dukungan Kurang
Faktor internal DM
Perkembangan
Pendidikan dan
Pengetahuan
Faktor emosi
Faktor spiritual
Faktor eksternal
Praktik Keluarga
Sosial ekonomi
Latar belakang
budaya

Keterangan: Diteliti Tidak Diteliti

49
50

Bagan 3. 1 Kerangka konsep Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self


Management Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU
Prima Medika

Keterangan :

Penderita diabetes mellitus membutuhkan perawatan jangka panjang. Untuk

menjaga dan mempertahankan tingkat kesehatan maka penderita diabetes mellitus

perlu meningkatkan self management aga regulasi kadar gula darah dalam batas

normal. Salah satu faktor yang mempengaruhi self management seseorang

diantaranya adalah Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM. Hal ini

karena Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM yang baik dan adekuat

akan membantu klien dalam pengendalian pola makan, pola aktifitas dan pola

kontrol berobat ke layanan kesehatan, sehingga jika hal ini dilakukan dengan baik

akan meningkatkan regulasi kadar gula darah klien. Dukungan Keluarga Dalam

Perawatan Klien DM merupakan bentuk keterlibatan keluarga secara langsung

dalam proses perawatan klien diabetes mellitus. Faktor yang mempengaruhi

Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM yang diberikan kepada klien

diabetes mellitus diantaranya ada faktor interal, faktor eksternal. Dimana salah

satu faktor eksternal adalah praktik keluarga, sosial ekonomi dan latar belakang

budaya.
51

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian (Nursalam, 2016).

H1 : Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada

Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika

H0 : Tidak ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management

Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima

Medika
BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian yang

memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi

akurasi suatu hasil. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

corelational analytic dengan pendekatan cross sectional. Desain cross sectional

yaitu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan

apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih dalam

satu waktu. Sedangkan penelitan cross sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika kolerasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan

cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time approach), artinya setiap subjek hanya diteliti sekali saja, dapat

menegetahui degan jelas mana yang menjadi pemajan dan outcome, serta dapat

menjawab hubungan sebab akibat.

Tabel 3.1 Rancangan penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self


Management Pada Klien Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di
RSU Prima Medika

Subjek Independen Perlakuan Dependen


K-A DK - KG

Keterangan :
K-A : Subjek perlakuan
- : Tidak ada tindakan
DK : Pengkajian Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM
KG : Pengkajian Self Management

52
53

4.2 Desain Sampling

1. Populasi Desain

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti. (Atmojo,2019).

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua Penderita Klien Dengan Riwayat

Diabetes Melitus Tipe 2 yang dilakukan perawatan di ruang rawat jalan dan

rawat inap di RSU Prima Medika dengan jumlah rata-rata setiap bulannya 35

orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah proses penarikan sebagian subjek, gejala atau objek yang

ada pada populasi (Arikunto, 2018). Sample dari penelitian ini adalah

Sebagian Penderita Klien Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU

Prima Medika Tahun 2022

3. Tehnik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2016). Pada penelitian ini teknik pengambilan

sampel secara purposive sampling artinya teknik penetapan sampel dengan

cara memilih responden penelitian berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh

peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.

a. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau untuk diteliti. (Nursalam, Siti Pariani,

2013). Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah

1) Penderita DM tipe 2 yang sudah didiagnosis oleh dokter dalam kurun

waktu minimal 1 bulan terhitung sejak dilakukan pengambilan data


54

2) Penderita DM tipe 2 yang dilakukan perawatan di ruang dan rawat

jalan RSU Prima Medika Tulungagung

3) Kooperatif, dan bersedia menjadi responden penelitian

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013). Kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah responden yang sebatang kara dan

tidak mempunyai anggota keluarga yang merawat klien.

4. Besar Sampel

Cara menentukan besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus menurut Nursalam ( 2008 ) , cara penghitungan sampel

sebagai berikut dengan rumus , jika sampel <1000 maka :

Dengan rumus:
N
n=
1+ N ( d)2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat signifikan (0,05)
Besar populasi adalah 35 , maka dapat ditentukan besar sampel adalah
N
n= 2
1+ N (d)
35
n= 2
1+35 ( 0,05 )
35
n=
1+35 (0,0025)
35
n=
1+(0,0875)
55

35
n=
1,0875
n=32
Pada penelitian ini peneliti menentukan jumlah sampel sebanyak 32
responden.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain. Variabel pada penelitian ini

meliputi variabel dependen dan independen.

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah yang nilainya menentukan variabel lain

suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan

dampak pada variabel dependen. Variabel yang bebas dimanipulasi,

diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya

terhadap pengaruh lain dalam ilmu keperawatan yang diberikan kepada

klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien (Nursalam, 2019).

Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Dukungan

Keluarga Dalam Perawatan Klien DM .

2. Variabel Dependen

Variabel di nilainya ditentukan oleh variabel lain, variabel respon

akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain. Dalam

ilmu tingkah laku, variabel tergantung adalah aspek tingkah laku yang

diamati oleh suatu organisme yang dikenai stimulus, dengan kata lain

variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan

ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,


56

2016). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah self

management.

4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti atau

makna pada masing-masing variabel untuk kepentingan akurasi, komunikasi,

dan replikasi agar memberikan pemahaman yang sama pada setiap orang

mengenai variabel-variabel yang di angkat dalam suatu penelitian (Nursalam,

2016). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini akan diuraikan dalam

tabel dibawah.

Alat
Variabel Definisi Parameter Skala Skoring/kriteria
Ukur

Independen Sikap, tindakan Jawaban responden Lembar Ordinal Item benar skor 1,
penerimaan pasien terhadap pernyataan kuesione jika salah skor 0, di
Dukungan terhadap anggota tentang Dukungan r jumlahkan dengan
Keluarga keluarga yang sedang Keluarga Dalam kriteria :
Dalam sakit dan terlibat secara Perawatan Klien DM 1. Jawaban benar >
Perawatan aktif dalam merawat dalam merawat klien 76% : Dukungan
Klien DM klien diabetes mellitus DM yang dikaji Keluarga baik
menggunakan skala 2. Jawaban benar :
likert. 56%-76% :
Dukungan
Keluarga sedang
3. Jawaban benar
55% :
Dukungan
Keluarga Dalam
kurang

DEPENDEN

Self Aktifitas perawatan diri Modifikasi kuesioner Lembar Ordinal Kriteria jawaban :
management yang dilakukan oleh The Diabetes Self kuesione 1.Tidak dilakukan :
klien DM untuk Management r skor 1
mengontrol diabetes Questionnaire 2.Jarang dilakukan :
yang dideritanya, (DSMQ) Kuisioner skor 2
meliputi pengaturan pola aktivitas self 3.Kadang-kadang :
makan, latihan fisik, management yang skor 3
monitoring gula darah, terdiri dari 16 4.Serig dilakukan :
minum obat secara pernyataan yang skor 4
57

teratur dan perawatan terdiri dari : Jawaban di


kaki 1. Pengaturan pola jumlahkan Jawaban
makan dan dikategorikan
2. Latihan aktiftas dengan kriteria :
Fisik 1. Jawaban > 76% :
3. Konsumsi obat Self management
teratur baik
4. Perawatan kaki 2. Jawaban : 56%-
5. Monitor kadar 76% : Self
gula darah management
sedang
3. Jawaban < 56% :
Self management
Dalam kurang
Tabel 3.2 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self
Management Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima
Medika
58

4.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam

arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto,

2019). Alat pengumpulan data pada penelitian menggunakan lembar kuesioner

untuk mengkaji tingkat Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM dan

self management pada penderita DM.

Lembar instrument dukungan keluarga terdiri dari 20 pernyataan

menggunakan skala guttman dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jawaban ya

pada pernyataan positif mempunyai nilai 1 dan jawaban tidak pada pernyataan

negative mempunyai nilai 0, sebaliknya jawaban ya pada pernyataan negative

mempunyai nilai 0 dan jawaban tidak pada pernyataan negative mempunyai

nilai 1. Selanjutnya jawaban akan dijumlahkan dan dikategorikan menjadi 3

kriteria yaitu dukungan keluarga baik jika jumlah nilai lebih dari 76%,

dukungan keluarga sedang jika jumlah nilai 56%-76%, dan dukungan keluarga

kurang jika jumlah jawaban <56%

Sedangkan pada lembar kuesioner Self Management peneliti mengadopsi

dari kuesioner baku yaitu Diabetes Self Management Questionare (DSMQ)

yang terdiri dari 16 pernyataan dengan pilihan jawaban menggunakan skala

likert 4 kategori dimana pilihannya yaitu tidak dilakukan, jarang, kadang-

kadang, dan sering dilakukan. Pada pernyataan positif nilai untuk opsi tidak

pernah dilakukan 1, jarang 2, kadang-kadang 3, dan sering dilakukan 4.

Sedangkan untuk pernytaan negative nilai untuk opsi tidak pernah dilakukan 3,
59

jarang 2, kadang-kadang 1, sering dilakukan 0. Kemudian jawaban benar akan

dijumlahkan dan dikategorikan menjadi self management baik jika jawaban

benar lebih dari 76%, sedang 56%-76%, dan kurang <56%.

Kisi Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga :

Tabel 4.5.1 Kisi-kisi Kuesioner Dukungan Keluarga

Dimensi Dukungan Jumlah No Pernyataan


Keluarga Pernyataan
Dukungan emosional 4 1, 2, 3, 17,
Dukungan penilaian dan 5 4, 15, 16, 18, 19
penghargaan
Dukungan instrumental 6 5, 11, 12, 13, 14, 20
Dukungan informasional 5 6, 7, 8, 9, 10,

2. Uji validitas dan reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa

alat ukur benar-benar mengukur atau tepat dengan apa yang akan diukur.

Cara untuk mengetahui bahwa kuesioner yang kita susun benar-benar

mampu mengukur apa yang akan kita ukur maka perlu dilakukan uji

validitas, yaitu dengan uji korelasi antar skor tiap-tiap item pertanyaan

dengan skor total dari kuesioner tersebut (Notoadmodjo, 2018). Uji

validitas alat pengumpulan data menggunakan Pearson Product Moment

(r), dasar pengambilan keputusan adalah valid jika r hitung > r tabel dan

tidak valid jika r hitung < r tabel. Taraf signifikan yang digunakan adalah

5% (Riwidikdo, 2017).

b. Uji Reliabilitas

Uji Reabilitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat derajat kesamaan

suatu alat ukur. Alat ukur dikatakan reliabel apabila menunjukkan hasil
60

pengukuran yang konsisten atau tetap bila dilakukan pengukurang dua kali

atau lebih oleh peneliti (Notoadmodjo, 2018). Dalam penelitian ini item

pertanyaan pada kuesioner yang sudah valid diuji dengan rumus Alpa

Cronbach, dasar pengambilan keputusan adalah reliabel jika nilai alpha > r

tabel. Dasar pengambilan keputusan reliabel adalah jika nilai cronbach

alpha ≥ 0,6 (hastono, 2007). Instrument yang diuji reliabilitasnya adalah

instrument yang sudah valid pada uji validitas (Hastono, 2017)

4.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan mulai Mei 2022

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Prima Medika Kabupaten Tulungagung.

4.7 Prosedur Pengambilan Dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan (Nursalam, 2016).

Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan

lembar observasi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management

Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima

Medika. Adapun langkah pengumpulan data meliputi :

a. Mengurus perijinan penelitian di BAAK dan Komite Etik Universitas

Kadiri
61

b. Mengurus perijinan penelitian di Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik (BAKESBANGPOL) Kabupaten Kediri

c. Mengurus perijinan penelitian ke instansi terkait seperti Dinas Kesehatan

Kabupaten Kediri

d. Peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian pada Direktur RSU

Prima Medika Kabupaten Tulungagung

e. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang kegiatan

yang akan dilakukan peneliti secara lisan dan menggunakan lembar

penjelasan dan informasi, dan bila calon responden bersedia menjadi

responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar informed consent.

f. Peneliti melakukan pengambilan data Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Self Management Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes

Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika dengan membagikan lembar

kuesioner penelitian.

g. Peneliti mengumpulkan hasil di lembar kuesioner dan malakukan

rekapitulasi data penelitian.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu kegiatan merubah data awal menjadi data

yang lebih tinggi yaitu data yang dapat memberikan informasi (Nursalam,

2016). Setelah data penelitian tentang Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Self Management Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes

Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika didapatkan selanjutnya data akan di

lakukan pegolahan. Adapun pengolahan data ini melalui tahap :


62

a. Editing

Pengecekan data terhadap lembaran kuesioner dilakukan selama proses

pengumpulan data yang bertujuan untuk memastikan semua variabel

terisi. Selama proses tersebut dilakukan penyuntingan data oleh

peneliti agar data yang salah atau meragukan dapat langsung ditelusuri

kembali kepada responden yang bersangkutan.

b. Coding

Memberi tanda atau kode terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah

diajukan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah waktu

mengadakan tabulasi dan analisa. Peneliti memberikan kode antara

lain:

1) Data Umum

a) Kode Responden

R1 : Responden 1

R2 : Responden 2

R3 : Responden 3

b) Jenis Kelamin

L1 : Laki-laki

P1 : Perempuan

c) Umur

U1 : 25-35 Tahun

U1 : 36-45 Tahun

U3 : > 45 Tahun
63

d) Tingkat pendidikan

S1 : SD

S2 : SMP

S3 : SMA

S4 : Perguruan Tinggi

2) Data Khusus

a) Variabel Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM

X1: Baik

X2 : Sedang

X3: Kurang

b) Variabel Self Management

SM1 : Baik

SM2 : Sedang

SM3 : Kurang

c. Scoring

Adalah pemberian skor atau nilai pada masing-masing responden.

Yaitu data yang telah terkumpul melalui lembar kuesioner kemudian

dilakukan penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self

Management Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2

di RSU Prima Medika dengan memberi skor sebagai berikut.

Pemberian nilai untuk tingkat Dukungan Keluarga Dalam Perawatan

Klien DM yaitu 0 ; salah, 1; benar. Dengan kriteria Dukungan Baik, >

75%, Dukungan Sedang > 55%-75%, Dukungan Kurang <55%.

Sedangkan untuk self management dikategorikan menjadi kriteria self


64

management Baik, > 75%, self management Sedang > 55%-75%, self

management Kurang <55%.

d. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan untuk meringkas data yang termasuk

atau data mentah kedalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

(Notoadmodjo, 2018). Kemudian data diklasifikasikan berdasarkan

skala kuantitatif menurut Arikunto (2019) sebagai berikut:

1) 100% = seluruhnya dariresponden

2) 76%-99% = hampir seluruhnya dari responden

3) 51%-75% = sebagian besar dari responden

4) 50% = setengahnya dari responden

5) 26%-49% = hampir setengahnya dari responden

6) 1%-25% = sebagian kecil dari responden

7) 0% = tidak satupun dari responden

e. Cleaning data

Cleaning data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi

dan treatmen yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi

pemeriksaan data yang out of range, tidak konsisten secara logika, ada

nilai-nilai ekstrim, data dengan nilai-nilai tidak terdefinisi, sedangkan

treatmen yang hilang adalah nilai dari suatu variabel yang tidak

diketahui dikarenakan jawaban responden yang membingungkan

(Nursalam, 2016).
65

4.8 Analisa Data

Analisa data adalah suatu pengolahan data dari data yang terkumpul

(Nursalam, 2016). Pada penelitian ini setelah data terkumpul dilakukan teknik

penyuntingan data dan coding. Skala pada penelitian ini menggunakan skala

ordinal, dimana responden memiliki salah satu jawaban yang paling tepat. Untuk

mencari hubungan antara data dari variabel independen dan variabel dependen,

semua variabel independen dan variabel dependen yang berupa data kategorik

dianalisis hubungannya dengan menggunakan ujia spearman rho dengan

statistical product and Service Solutions versi 23 dengan windows 2010. Uji

spearman rho merupakan uji non parametrik untuk mengungkap keterkaitan antar

dua variable dengan skala data kategorik. Kriteria pengujian hipotesis adalah:

a. Bila p value < 0,05 dikatakan significan, yaitu hipotesis nol (H0) ditolak,

maka H1 diterima yang berarti terdapat Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Self Management Pada Klien Dengan Riwayat Diabetes Melitus

Tipe 2 di RSU Prima Medika.

b. Bila p value ≥ 0,05 maka hipotesis nol (H0) diterima, maka H1 ditolak yang

berarti tidak ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management

Pada Klien Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika.

Kekuatan hubungan antara variabel hubungan atau arah korelasi ditentukan

oleh tanda koefisien korelasi yaitu :

a. Apabila (+) maka arah hubungannya adalah positif yaitu semakin baik

dukungan keluarga yang diberikan maka semakin baik tingkat self

management pada pasien DM.


66

b. Apabila (-) maka arah hubungannya adalah negatif yaitu semakin baik

dukungan keluarga yang diberikan maka semakin kurang self management

pada pasien DM.

Nilai koefisien diinterpretasikan menurut sugiyono (2007) sebagai berikut :

Tabel 8.1Tabel Korelasi

Nilai Interpretasi
0,00-0,199 Sangat Lemah
0,20-0.399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
BAB V

HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Umum

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan

karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin pada

penderita DM di poli rawat jalan dan di ruang rawat inap RSU Prima

Medika Kabupaten Tulungagung seperti pada tabel 5.1.1.

Tabel 8.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden penderita DM di


RSU Prima Medika Kabupaten Tulungagung

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


Laki-laki 14 43,8%
Perempuan 18 56,3%
Total 32 100.0 %

Berdasarkan tabel 5.1.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian

besar dari responden penelitian mempunyai jenis kelamin perempuan

dengan jumlah 18 responden (56, 3%).

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan

karakteristik responden penelitian berdasarkan tingkat usia pada penderita

DM di poli rawat jalan dan di ruang rawat inap RSU Prima Medika

Kabupaten Tulungagung seperti pada tabel 5.1.2.

67
68

Tabel 8.3 Distribusi Frekuensi Usia Responden Penderita DM di RSU Prima


Medika Kabupaten Tulungagung

Usia Frekuensi Presentase (%)


Dewasa Awal 2 9,4 %
Dewasa Akhir 6 18,8 %
Lansia Awal 23 71,9 %
Total 32 100 %

Berdasarkan tabel 5.1.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian

besar dari responden berada pada kategori lansia awal dengan jumlah 23

responden (71,9%).

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan

karakteristik responden penelitian berdasarkan tingkat pendidikan pada

penderita DM di poli rawat jalan dan di ruang rawat inap RSU Prima

Medika Kabupaten Tulungagung seperti pada tabel 5.1.3.

Tabel 8.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Penderita DM di


RSU Prima Medika

Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase (%)


SD 7 21,9%
SMP 3 9,4%
SMA 12 37,8%
Perguruan Tinggi 10 31,3%
Total 32 100.0 %

Berdasarkan tabel 5.1.3 di atas dapat diketahui bahwa hampir

setengah dari responden penelitian mempunyai tingkat pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) dengan jumlah 12 responden (37,8%).

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan

karakteristik responden penelitian berdasarkan tingkat pendapatan pada


69

penderita DM di poli rawat jalan dan di ruang rawat inap RSU Prima

Medika Kabupaten Tulungagung seperti pada tabel 5.1.4.

Tabel 8.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Pada Penderita DM di


RSU Prima Medika Kabupaten Tulungagung

Pendapatan Frekuensi Presentase (%)


 Rp. 1.900.000 19 59,4%
< Rp.1900.000 13 40,6%
Total 32 100.0 %

Berdasarkan tabel 5.1.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden penelitian mempunyai pendapatan  Rp. 1.900.000

dengan jumlah 19 responden (59,4%).

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan

karakteristik responden penelitian berdasarkan karakteristik pekerjaan

pada penderita DM di poli rawat jalan dan di ruang rawat inap RSU Prima

Medika Kabupaten Tulungagung seperti pada tabel 5.1.5.

Tabel 8.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pekerjaan Pada Penderita DM di


RSU Prima Medika Kabupaten Tulungagung

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)


PNS 6 18,8%
Pegawai Swasta 11 34,4%
Wiraswasta 6 18,8%
Pekerja Harian 6 28,1%
Total 32 100.0 %

Berdasarkan tabel 5.1.5 di atas dapat diketahui bahwa hampir

setengah dari responden penelitian bekerja sebagai pegawai swasta dengan

jumlah 11 responden (34,4%).


70

5.2 Data Khusus

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan

karakteristik responden penelitian berdasarkan dukungan keluarga pada

penderita DM di poli rawat jalan dan di ruang rawat inap RSU Prima

Medika Kabupaten Tulungagung seperti pada tabel 5.2.1.

Tabel 8.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Penderita DM di


RSU Prima Medika Kabupaten Tulungagung

Dukungan Frekuensi Presentase (%)


Keluarga
Baik 14 43,8%
Sedang 12 37,5%
Kurang 6 18,8%
Total 32 100.0 %

Berdasarkan tabel 5.2.1 di atas dapat diketahui bahwa hampir

setengah dari responden mempunyai dukungan dari anggota keluarga

dalam kategori baik dengan jumlah 14 responden (43,8%).

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Diabetes Self Management

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan

karakteristik responden penelitian berdasarkan diabetes self management

pada penderita DM di poli rawat jalan dan di ruang rawat inap RSU Prima

Medika Kabupaten Tulungagung seperti pada tabel 5.2.2.

Tabel 8.8 Distribusi Frekuensi Diabetes Self Management pada Penderita


DM di RSU Prima Medika Kabupaten Tulungagung

Diabetes Management Frekuensi Presentase (%)


Baik 14 43,8%
Sedang 9 28,1%
Kurang 9 28,1%
Total 32 100.0 %
71

Berdasarkan tabel 5.2.2 di atas dapat diketahui bahwa hampir

setengah dari responden penelitian mempunyai diabetes self management

dalam kategori baik dengan jumlah 14 responden (43,8%).

5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima Medika Tahun 2022

Setelah diperoleh data, kemudian dilakukan Analisa tabulasi silang

untuk mengetahui adanya hubungan dukungan keluarga dengan self

management pada penderita diabetes mellitus Tipe II di RSU Prima

Medika Tahun 2022. Pada analisa ini peneliti menggunakan uji spearman

rank untuk mengetahuai adanya hubungan antar variabel.

Tabel 8.9 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada


Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima Medika
Tahun 2022

Dukungan Self Management


keluarga Baik Sedang Kurang Total
F (%) F (%) F (%) F (%)
Baik 10 (31,3%) 1 (3, 1%) 3 (9, 4%) 14 (43,8%)
Sedang 4 (12,5%) 6 (18,8%) 2 (6,3%) 12 (37,5%)
Kurang 0 (0%) 2 (6,3%) 4 (12, 5%) 6 (18,8%)
Total 14 (43, 8%) 9 (28, 1%) 9 (28, 1%) 32 (100%)
P value = R = 0,486* α= 0,005
0,000*

Berdasarkan tabel 5.2.3 di atas dapat diketahui bahwa 6 responden

yang mempunyai dukungan keluarga kurang sebagian besar mempunyai

self management kurang dengan jumlah 4 responden (12,5%), dukungan

keluarga baik sebagian besar mempunyai self management baik dengan

jumlah 10 responden (31,3%).

Hasil analisa data menggunakan uji spearman rank didapatkan

hasil nilai ρ value = 0,000 < 0,005, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
72

Berarti ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima Medika Tahun 2022.

Dengan nilai Coefficient correlation sebesar r = 0,486 dapat disimpulkan

kekuatan hubungan antara variabel dukungan keluarga dengan tingkat self

management mempunyai hubungan yang kuat. Arah hubungan linear (+)

yang artinya semakin baik tingkat dukungan keluarga yang didapatkan

oleh penderita DM maka semakin baik tingkat self management yang

dimiliki oleh responden.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Dukungan Keluarga Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima

Medika Tahun 2022

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hampir setengah dari

responden mempunyai dukungan dari anggota keluarga dalam kategori baik

dengan jumlah 14 responden (43,8%). Dukungan keluarga diartikan sebagai

bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga dapat

memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang diharapkan pada

situasi stress (Friedman & Bowden, 2014). Dimensi dukungan keluarga terdiri

dari 4 dimensi yaitu dukungan emosional atau perhatian terhadap seseorang,

dimensi penghargaan, dimensi instrumental, dan dimensi informasi. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Prawirasatra et al., 2017),

yang menjelaskan ada bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan

keluarga dengan perilaku self-management dengan nilai p 0.019; dimana

dukungan keluarga yang diberikan paling banyak dalam kategori dukungan baik.
73

Hal ini sejalan dengan fakta penelitian bahwa terdapat kesesuaian dimana hasil

penelitian menunjukan hampir setengah dari responden mempunyai dukungan

keluarga baik. Dukungan keluarga yang diberikan pada penderita DM sangatlah

penting, hal ini dikarenakan DM merupakan penyakit kronis yang membutuhkan

perawatan seumur hidup. Dukungan keluarga yang diberikan akan mempengaruhi

konsistensi dari penderita DM untuk menerapkan diet, meningkatkan pola

aktifitas dan rutin mengonsumsi obat. Selain itu dukungan keluarga yang baik

dapat dimiliki oleh responden penelitian dikarenakan salah satunya tingkat

kesadaran dari anggota keluarga dalam memberikan support dan motivasi kepada

klien yang menderita DM.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden

penelitian mempunyai jenis kelamin perempuan dengan jumlah 56,3%. Menurut

(Retnowati & Satyabakti, 2015) jenis kelamin pada diri seseorang mencerminkan

karakteristik pribadi yang berbeda. Seseorang dengan jenis kelamin perempuan

sebagian besar mempunyai karakteristik yang lebih lembut, sabar, lebih dominan

dan suka berbagi cerita, lebih mudah untuk berkeluh kesah, dan lebih sensitif.

Kondisi perasaan inilah yang membuat jenis kelamin perempuan pada umumnya

lebih mudah untuk berdiskusi dan menerima masukan, salah satunya juga

membuka diri untuk mendapatkan dukungan dan support dari keluarganya tentang

penyakit yang dideritanya. Sebaliknya karakteristik seseorang dengan jenis

kelamin laki-laki mempunyai kecenderungan lebih tertutup, tidak mau dianggap

lemah, lebih suka memendam masalah, dan tidak mau terlihat rapuh, sehingga

tidak jarang seseorang dengan jenis kelamin laki-laki lebih tertutup tentang

kondisi sakitnya. Sejalan antara teori dan fakta tersebut bahwa hasil penelitian ini
74

didapatkan sebagian besar responden mempunyai jenis kelamin perempuan, dan

sebagian besar mempunyai dukungan keluarga baik. Menurut peneliti

karakteristik jenis kelamin responden perempuan lebih terbuka tentang kondisi

penyakitnya, dan menerima segala support dan dukungan dari anggota keluarga

yang lainnya, hal ini sesuai dengan sifat dan karakter perempuan pada umumnya.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden

mendapatkan dukungan keluarga baik. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh (Shofiyah & Kusuma, 2014) dengan responden berjumlah

102 orang didapatkan hasil responden yang mendapatkan dukungan keluarga baik

sejumlah 86 orang (84,3%) responden dan dukungan keluarga kurang 16

responden (15, 7%). Hal ini sesuai dengan fungsi keluarga menurut (Friedman &

Bowden, 2014) yaitu salah satu dari fungsi dasar keluarga adalah fungsi

perawatan kesehatan seperti membantu menyediakan perawatan kesehatan, tempat

tinggal dan kebutuhan fisik. Adanya dukungan dari keluarga bagi penderita

diabetes mellitus juga sejalan dengan tugas pokok keluarga yaitu pemeliharaan

fisik keluarga, memberikan dorongan serta semangat kepada anggotanya. Hal

tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Wardani et al., 2014) bahwa

dukungan keluarga memiliki efek positif terhadap kepatuhan penderita diabetes

dalam melakukan manajemen diri dan pengobatannya. Dengan adanya dukungan

keluarga dapat membantu orang yang memiliki penyakit kronis untuk beradaptasi

dengan stress serta pola hidup yang baru akibat kondisi yang dialami karena

regimen pengobatan dirinya. Pengidap diabetes terutama yang memiliki gangguan

kognitif dan fungsional sering bergantung pada anggota keluarganya untuk

membantu melakukan manajemen diri. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
75

(Bertalina & Purnama, 2016) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di

RSUP Fatmawati Jakarta.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa dukungan keluarga ini

dapat membantu memotivasi responden dalam melakukan self manajemen dengan

baik , dari hasil penelitian dukungan keluarga responden didapatkan hasil

dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 14 dari 32 orang. Dari hasil pengamatan

saat penelitian sebagian responden didampingi oleh anggota keluarga saat mengisi

kuisioner yang diberikan. Hal ini termasuk dalam dukungan

penilaian/pengharapan karena anggota keluarga ikut mendampingi responden saat

klien berobat ke rumah sakit, dan anggota keluarga pun turut aktif bertanya

kepada peneliti terkait dengan informasi tentang makanan-makanan yang boleh

atau tidak boleh diberikan kepada responden yang menderita. Beberapa responden

juga mengatakan bahwa anggota keluarganya selalu membantu dalam

melaksanakan manajemen DM yang telah diberikan oleh pihak rumah sakit,

seperti mengontrol makanan yang boleh dimakan atau tidak, kemudian membantu

mengantar responden jika ada kegiatan seperti PROLANIS, lalu sering

mengingatkan responden untuk selalu rutin meminum obat yang telah diberikan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 6 responden (18,8%)

mempunyai dukungan keluarga dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil

pengamatan saat penelitian beberapa responden memiliki anggota keluarga yang

sibuk bekerja sehingga waktu berkumpul bersama responden kurang akibatnya

perhatian yang seharusnya bisa didapatkan dengan baik malah didapatkan

sebaliknya karena kesibukan dari masing-masing anggota keluarga. Kemudian


76

tingkat pengetahuan keluarga juga berpengaruh dalam memberikan dukungan,

karena ketidaktahuan tersebut keluarga tidak bisa memberikan informasi terkait

dengan pencegahan serta pengendalian diabetes kepada responden hal tersebut

membuat keluarga terlihat kurang peduli dengan kondisi kesehatan responden

yang menderita, sehingga responden merasakan anggota keluarganya kurang

peduli dengan kondisi yang dialaminya. Dari beberapa hasil pengamatan tersebut

beberapa beberapa hal seperti kesibukan bekerja kemudian tingkat pengetahuan

anggota keluarga yang rendah menjadikan beberapa factor yang membuat

kurangnya dukungan keluarga yang diberikan kepada responden.

Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan

secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit karena keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat yang paling dekat hubungannya dengan

pasien. Dengan adanya dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan

penderita dalam penatalaksanaan diet. Keluarga meyakinkan bahwa pasien

mampu mengatasi kesulitan yang sedang pasien alami sekarang, dan keluarga

tidak mengabaikan atau meninggalkan pasien saat butuh teman untuk bicara dan

berada dalam kondisi sulit. Dukungan keluarga yang dimiliki oleh keluarga dalam

praktik keluarga , keluarga mendampingi bapak / ibu dalam menjalani perawatan

diabetes melitus seperti mengantarkan ke fasilitas pelayanan kesehatan dan

mengingatkan utuk patuh dalam program pengobatan. Keluarga berpartisipasi

aktif dan turut mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh dokter dan tenaga

kesehatan tentang perawatan diabetes melitus yang bapak / ibu jalani.


77

Self Management Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima

Medika Tahun 2022

Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan hampir setengah dari

responden penelitian mempunyai diabetes self management dalam kategori baik

dengan jumlah 14 responden (43,8%). Menurut Hidayati (2020) Self Management

pada pasien DM terfokus pada lima aspek yaitu memantau kada glukosa darah,

melakukaan perencanaan makan, pengaturan terapi, serta latihan fisik. Tujuan

manajemen diri diabetes mellitus tipe II adalah menormalkan aktivitas insulin dan

kadar glukosa darah tanpa terjadinya hippoglikemia dan gangguan serius pada

pola aktivitas pasien dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi

vaskuler dan neuropati. Penelitian yang dilakukan oleh (Galuh & Prabawati,

2021) menyebutkan bahwa sebagian besar penderita DM yang berobat di fasilitas

pelayanan kesehatan mempunyai self management dalam kategori baik. Hal ini

dikarenakan pada klien yang memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan

berarti sudah mempunyai kesadaran yang baik dalam melakukan pengaturan

regulasi kadar gula darah. Selain itu juga tingkat kesadaran yang baik juga dapat

disebabkan tingkat pengetahuan yang tinggi yang dimiliki oleh seseorang untuk

melakukan self management. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh klin akan

berpengaruh pada self managementnya hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan

menjadi salah satu dasar dalam melakukan manajemen diri seperti menjaga pola

makan, melakukan aktifitas fisik secara rutin, meningkatkan pengetahuan, rutin

memeriksa kadar gula darah dan mengonsumsi obat secara teratur sesuai dengan

anjuran dokter.
78

Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat bahwa manajemen diri

dapat melatih diri seseorang untuk dapat mengevaluasi, mengatur, memonitor, dan

bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri terkait dengan kondisi yang dialami.

Penderita DM di Wilayah RSU Prima Medika sebagian besar memiliki self

management baik salah satunya dikarenakan mereka disiplin dalam minum obat,

menjaga pola makannya, berolahraga serta rutin mengikuti kegiatan pelayanan

dan pendidikan Kesehatan yang diberikan oleh pihak fasilitas pelayanan

kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang mempunyai self

management dalam kategori sedang dan kurang masing-masing berjumlah 9

responden (28,1%). Hal ini akan mengakibatkan kurangnya manajemen diri

sehingga kadar gula darah tidak tergulasi dengan baik. Klien yang mempunyai

self management kurang pada umumnya lebih jarang memeriksakan kondisinya

kepelayanan Kesehatan, kemudian tidak patuh dalam minum obat, pola makan

yang tidak baik, serta kurangnya berolahraga. Self management merupakan kunci

dalam penatalaksanaan penyakit kronis secara komprehensif. Manajemen diri DM

yang efektif diperoleh jika individu memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk

melakukan pengelolaan DM secara mandiri. Keberhasilan manajemen diri

membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat (Fajriani, May,. &

Khoiroh Muflihatin, 2021).

self management baik yang diperoleh responden menandakan semakin

bagus perawatan diri yang dilakukan responden yang terdiri dari diet, aktifitas

fisik, manajemen obat, monitoring glukosa darah dan perawatan kaki. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian (Efendi & Surya, 2021) yang menyatakan
79

bahwa perilaku self management DM dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

responden tentang DM dan pengelolaannya. Hasil dalam penelitian ini juga

dipengaruhi oleh jenis kelamin responden, dimana sebagian besar responden

mempunyai jenis kelamin perempuan. Sejalan dengan penelitian terdahulu

ditemukan bahwa pasien DM wanita lebih taat dalam mengatur pola makannya,

mengecek kadar gula darah, dan lebih tertib untuk melakukan kontrol rutin di

fasilitas pelayanan kesehatan (Munir, 2021).

5.3.2 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima Medika Tahun 2022

Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa 6 responden yang

mempunyai dukungan keluarga kurang sebagian besar mempunyai self

management kurang dengan jumlah 4 responden (12,5%), dukungan keluarga

baik sebagian besar mempunyai self management baik dengan jumlah 10

responden (31,3%).

Self management merupakan komponen penting yang menentukan

keberhasilan program pengobatan pada pasien DM. Self management meliputi

lima pilar tatalaksana DM yaitu 1) peningkatan pengetahuan, ; 2) melakukan

olahraga rutin;3) melakukan pengaturan pola makan; 4) mengecek kadar gula

darah secara teratur; 5) rutin mengonsumsi obat anti diabetes (Galuh & Prabawati,

2021). Untuk mendapatkan self-management yang baik dibutuhkan dukungan dari

anggota keluarga semakin baik dukungan yang didapatkan maka diharapkan self-

management pun menjadi baik dan sebaliknya jika dukungan yang diberikan
80

keluarga kurang maka self-management juga akan semakin buruk (Wayan et al.,

2019).

Hasil analisa data menggunakan uji spearman rank didapatkan hasil nilai ρ

value = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Berarti ada Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada Penderita Diabetes Melitus

Tipe II Di RSU Prima Medika Tahun 2022. Dengan nilai Coefficient correlation

sebesar r = 0,486 dapat disimpulkan kekuatan hubungan antara variabel dukungan

keluarga dengan tingkat self management mempunyai hubungan yang kuat. Arah

hubungan linear (+) yang artinya semakin baik tingkat dukungan keluarga yang

didapatkan oleh penderita DM maka semakin baik tingkat self management yang

dimiliki oleh responden. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

(Efendi & Surya, 2021) yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Pelaksanaan Continuity of Care Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Masa

Pandemi Covid19” dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam menjalankan 5 pilar

pengelolaan DM tipe 2 dengan pvalue 0,001.

Hal ini menunjukkan hampir seluruhnya responden memiliki dukungan

yang diberikan oleh keluarga kepada pasien DM Tipe 2 selama menjalani

perawatan berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan

memberikan dukungan informasioal yang memberikan dampak pada motivasi

dalam menjalani self management activity pasien. Hasil penelitian ini selaras

dengan penelitian yang dilakukan oleh Munir, (2021) bahwa sebagian besar

responden mempunyai dukungan keluarga dalam kategori tinggi (55,1%) dan

sisanya (44,9%) mempunyai dukungan keluarga dalam kategori sedang. Menurut


81

(Hidayati, 2020) juga berpendapat dukungan keluarga dan sosial sangat penting

untuk mengurangi hambatan dalam melakukan perilaku perawatan diri yang ada,

khususnya diet dan olahraga. Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat

dukungan keluarga ialah bentuk motivasi eksternal yang didapat oleh orang

terdekat (keluarga) yang dapat membantu penderita dalam melaksanakan

manajemen diri dengan baik, sehingga jika seseorang mendapatkan dukungan

keluarga yang baik akan menimbulkan energi positif dan memicu semangat dalam

melaksanakan manajemen diri dengan baik. Banyak teori dan penelitian yang

berkaitan dengan dukungan keluarga diatas membuktikan bahwa dukungan

keluarga memberikan berbagai dampak positif seperti peningkatan kualitas hidup

orang dengan diabetes, meningkatkan regimen terapeutik, meningkatkan

kepatuhan dalam kontrol kesehatan. Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi

bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu motivasi eksternal yang didapat

oleh orang terdekat (keluarga) yang dapat membantu penderita dalam

melaksanakan self-management dengan baik, sehingga jika seseorang

mendapatkan dukungan keluarga yang baik akan menimbulkan energi positif dan

memicu semangat dalam melaksanakan self- management dengan baik.

Menurut Fajriani, May,. & Khoiroh Muflihatin, (2021) dukungan keluarga

diberikan kepada seluruh anggota keluarga baik sehat maupun sakit. Dukungan

keluarga sangat diperlukan karena akan memberikan dampak yang positif pada

kesehatan psikologis, kesejahtraan fisik dan kualitas hidup. Keterlibatan keluarga

dalam manajemen diabetes akan membantu penderita diabetes untuk menurunkan

stress terhadap penyakit, membantu mengontrol gula darah dan membantu

meningkatkan rasa percaya diri. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
82

dukungan keluarga yang baik akan mempengaruhi seseorang dalam menjalankan

dan mematuhi self management diabetes melitus yang dianjurkan. Semakin besar

dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien diabetes melitus, maka semakin

tinggi tingkat kepatuhan pasien dalam menerapakan self management diabetes

melitus yang dianjurkan pada pasien.

Adapun dari penelitian ini, pasien yang memiliki dukungan keluarga

kurang sebagian kecil mempunyai self management diabetes melitus sedang. Hal

ini dapat dipengaruhi oleh presepsi yang keliru dari dukungan keluarga terhadap

penerapan self management diabetes melitus sehingga pasien yang memiliki

dukungan keluarga kurang tetapi klien mempunyai keinginan yang kuat untuk

mengontrol kadar gula darahnya sehingga klien self management sedang (Wayan

et al., 2019). Klien melakukan perawatan diri berdasarkan pengalaman yang

dirasakan selama perawatan, klien DM tetap melakukan aktifitas perawatan

dirinya. Selain itu, motivasi yang berasal dari orang terdekat misalnya keluarga

meningkatkan kesadaran bagi penderita DM tipe 2 untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (Munir, 2021). Kehadiran keluarga memberikan perawatan

kesehatan berpengaruh terhadap kondisi psikologis pasien yang sedang

mengalami sakit. Pasien DM tipe 2 membutuhkan perhatian dari keluarga agar

memiliki motivasi untuk menjaga kesehatannya sehingga menyebabkan pasien

DM Tipe 2 merasa cukup mendapatkan kekuatan untuk mengendalikan kesehatan

dengan menjaga dan mengendalikan aktivitas diet. Apabila kondisi psikologis

pasien terganggu dapat menyebabkan pasien DM Tipe 2 enggan melakukan diet

dengan baik.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Self Management Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima

Medika Tahun 2022 didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik dukungan keluarga pada penderita DM di RSU Prima Medika

didapatkan hampir setengah dari responden penderita DM mempunyai

dukungan keluarga dalam kategori baik.

2. Tingkat self management yang dimiliki oleh responden pada penderita DM di

RSU Prima Medika didapatkan hampir setengah dari responden mempunyai

self management baik.

3. Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe II Di RSU Prima Medika Tahun 2022.

6.2 Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menemukan menganalisis

variabel lain yang kiranya dapat menjadi variabel perancu sehingga hubungan

antara dukungan keluarga dengan self management dapat terlihat lebih objektif

dan valid. Selain itu peneliti merekomendasikan kepada penelitian selanjutnya

untuk membuat instrument lebih mendetail dan memisahkan dari setiap

komponen dukungan keluarga yang berpengaruh pada pembentukan self

management sehingga dapat menceritakan dukungan kelurga yang mana paling

signifikan dalam membentuk self management. Rekomendasi lain yaitu dapat

83
84

menggunakan teknik dengan data pengumpulan yang lain, misalnya dengan

menggunakan wawancara atau observasi langsung, menggunakan uji yang lain,

dengan desain penelitian yang lain, dan dapat menambah jumlah sampel

penelitian dan mempersempit kriteria inklusi penelitian agar sampel lebih

homogen dan tidak terjadi bias.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipublikasikan kepada mahasiswa,

dimasukkan kedalam jurnal, digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan

keilmuan yang berkaitan dengan keperawatan medikal bedah kususnya pada

kasus diabetes mellitus dan pengendaliannya.

3. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi

pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan edukasi kepada klien dan keluarga

bahwa semua anggota keluarga harus berpartisipasi aktif dalam memberikan

dukungan kepada klien, karena dukungan yang diberikan akan meningkatkan

self management klien dalam pengendalian DM sehingga kadar gula darah

klien dapat teregulasi dengan baik.


85

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, G., Gaber, J., Richardson, J., Mangin, D., Ploeg, J., Valaitis, R., Reid,
G. J., Lamarche, L., Parascandalo, F., Javadi, D., O’Reilly, D., & Dolovich,
L. (2019). Pilot randomized controlled trial of a complex intervention for
diabetes self-management supported by volunteers, technology, and
interprofessional primary health care teams. Pilot and Feasibility Studies,
5(1), 1–16. https://doi.org/10.1186/s40814-019-0504-8
Ayele, K., Tesfa, B., Abebe, L., Tilahun, T., & Girma, E. (2012). Self care
behavior among patients with diabetes in harari, eastern ethiopia: The health
belief model perspective. PLoS ONE, 7(4).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0035515
Bangun, A. V., Jatnika, G., & Herlina. (2020a). Hubungan antara Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.
Jurnal Keperawatan, 3(1), 11.
Bangun, A. V., Jatnika, G., & Herlina, H. (2020b). Hubungan antara Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, 3(1), 66.
https://doi.org/10.32584/jikmb.v3i1.368
Bertalina, B., & Purnama, P. (2016). Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan,
Motivasi Pasien dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien
Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan, 7(2), 329.
https://doi.org/10.26630/jk.v7i2.211
Cousart, T. H., & Handley, M. (2017). Implementing Diabetic Foot Care in
the Primary Care Setting. Journal for Nurse Practitioners, 13(3), e129–e132.
https://doi.org/10.1016/j.nurpra.2016.11.009
Dewi, T., & Amir, A. (2018). Kepatuhan Diet Pasien Dm Berdasarkan Tingkat.
Media Gizi Pangan, 25(1), 55–63.
Efendi, Z., & Surya, D. O. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Pelaksanaan Continuity of Care Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Masa
Pandemi Covid19. Jurnal Kesehatan Mercusuar, 4(1), 66–74.
https://doi.org/10.36984/jkm.v4i1.201
Fajriani, May,. & Khoiroh Muflihatin, S. (2021). Hubungan Efikasi Diri dengan
Manajemen Diri pada Penderita DM Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Palaran Kota Samarinda. Borneo Student Research, 2(2), 994–1001.
Fontaine, G., Cossette, S., Maheu-Cadotte, M. A., Mailhot, T., Heppell, S.,
Roussy, C., Côté, J., Gagnon, M. P., & Dubé, V. (2019). Behavior change
counseling training programs for nurses and nursing students: A systematic
descriptive review. Nurse Education Today, 82(August), 37–50.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2019.08.007
86

Friedman, M. M., & Bowden, V. R. (2014). Buku ajar keperawatan keluarga.


Galuh, L., & Prabawati, D. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Self-
Management dan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes. Hubungan Dukungan
Keluarga Terhadap Self_ Management Dan Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes, 9(1), 49–55.
Ghimire, S., Flury, M., Scheenstra, E. J., & Miles, C. A. (2020). Sampling and
degradation of biodegradable plastic and paper mulches in field after tillage
incorporation. Science of the Total Environment, 703, 135577.
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2019.135577
Hasyir, J. (2019). Implementasi Algoritma Genetika untuk Optimasi Komposisi
Makanan bagi Penderita Kanker Limfoma. 14.
Herawati, L., Sari, G. M., & Irawan, R. (2020). High glycemic index diet
decreases insulin secretion without altering Akt and Pdx1 expression on
pancreatic beta cells in mice. Chiang Mai University Journal of Natural
Sciences, 19(3), 366–378. https://doi.org/10.12982/CMUJNS.2020.0024
Hermanns, N., Schmitt, A., Gahr, A., Herder, C., Nowotny, B., Roden, M.,
Ohmann, C., Kruse, J., Haak, T., & Kulzer, B. (2015). The effect of a
diabetes-specific cognitive behavioral treatment program (diamos) for
patients with diabetes and subclinical depression: Results of a randomized
controlled trial. Diabetes Care, 38(4), 551–560.
https://doi.org/10.2337/dc14-1416
Hicks, C. W., Canner, J. K., Karagozlu, H., Mathioudakis, N., Sherman, R. L.,
Black, J. H., & Abularrage, C. J. (2019). Quantifying the costs and
profitability of care for diabetic foot ulcers treated in a multidisciplinary
setting. Journal of Vascular Surgery, 70(1), 233–240.
https://doi.org/10.1016/j.jvs.2018.10.097
Hidayati, L. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Menagement
Pada Penderita Dm Tipe 2. Program Studi Keperawatan FKIK UMY, 17(01),
38–43.
Hisni, D., Widowati, R., & Wahidin, N. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Wilayah Puskesmas Limo Depok. Ilmu Dan Budaya, 6659–6668.
Huang, C. Y., Lai, H. L., Chen, C. I., Lu, Y. C., Li, S. C., Wang, L. W., & Su, Y.
(2016). Effects of motivational enhancement therapy plus cognitive
behaviour therapy on depressive symptoms and health-related quality of life
in adults with type II diabetes mellitus: a randomised controlled trial. Quality
of Life Research, 25(5), 1275–1283. https://doi.org/10.1007/s11136-015-
1165-6
IDF. (2020). Diabetic Prevalance.
Jannuzzi, F. F., Rodrigues, R. C. M., Cornélio, M. E., São-João, T. M., & Gallani,
87

M. C. B. J. (2014). Beliefs related to adherence to oral antidiabetic treatment


according to the theory of planned behavior. Revista Latino-Americana de
Enfermagem, 22(4), 529–537. https://doi.org/10.1590/0104-1169.3578.2448
Kemenkes RI. (2018). Riskesdas 2018. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Kemkes.go.id
Kueh, Y. C., Morris, T., Borkoles, E., & Shee, H. (2015). Modelling of diabetes
knowledge, attitudes, self-management, and quality of life: A cross-sectional
study with an Australian sample. Health and Quality of Life Outcomes,
13(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12955-015-0303-8
Laili, N. R., Sulistiawati, S., & Widyawati, I. Y. (2017). Nurse Behavior in
Implementation of Diabetes Mellitus Education Based on Theory of Planned
Behavior. Jurnal Ners, 12(1), 19. https://doi.org/10.20473/jn.v12i1.2307
Laopoulou, F., Kelesi, M., Fasoi, G., Vasilopoulos, G., & Polikandrioti, M.
(2020). Perceived Social Support in Individuals with Diabetic Foot Ulcers: A
Cross-sectional Survey. Journal of Wound, Ostomy and Continence Nursing,
47(1), 65–71. https://doi.org/10.1097/WON.0000000000000614
Macedo, M. M. L., Cortez, D. N., Santos, J. C. dos, Reis, I. A., & Torres, H. de C.
(2017). Adherence to self-care practices and empowerment of people with
diabetes mellitus: A randomized clinical trial. Revista Da Escola de
Enfermagem, 51, 1–8. https://doi.org/10.1590/S1980-220X2016050303278
Meidikayanti, W., & Wahyuni, C. U. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Pademawu.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(2), 240–252.
https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2.2017.240-252
Meilianingsih, L., & Setiawan, R. (2017). Pelayanan Home Care Terhadap
Tingkat Kemandirian Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Dengan
Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(JPPNI), 1(1), 9. https://doi.org/10.32419/jppni.v1i1.10
Mirza, R. (2017). Memaksimalkan Dukungan Keluarga Guna Meningkatkan
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal JUMANTIK, 2(2), 12–30.
Munir, N. W. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self Care pada
Pasien Diabetes Melitus. Borneo Nursing Journal (Bnj), Vol. 3(1), 1–7.
https://akperyarsismd.e-journal.id/BNJ
Musuuza, J., Sutherland, B. L., Kurter, S., Balasubramanian, P., Bartels, C. M., &
Brennan, M. B. (2020). A systematic review of multidisciplinary teams to
reduce major amputations for patients with diabetic foot ulcers. Journal of
Vascular Surgery, 71(4), 1433-1446.e3.
https://doi.org/10.1016/j.jvs.2019.08.244
Nugroho, E. R., Warlisti, I. V., Bakri, S., & Kendal, P. (2018). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Kunjungan Berobat Dan Kadar
88

Glukosa Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas


Kendal 1. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro),
7(4), 1731–1743.
Nuraisyah, F., Kusnanto, H., & Rahayujati, T. B. (2017). Dukungan Keluarga dan
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Panjaitan II , Kulon
Progo. Community Medicine and Public Health, 33(1), 25–30.
Nursalam. (2015). Peningkatan Kemandirian Perawatan Tenaga Kerja Indonesia
(Tki) Yang Terinfeksi Hiv Melalui Pengembangan Model Pemberdayaan
Keluarga Dan Peer Group Support. Jurnal Ners, 10(March 2016), 265–271.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
(4th ed.). Salemba Medika.
Olaya-Contreras, P., Balcker-Lundgren, K., Siddiqui, F., & Bennet, L. (2019).
Perceptions, experiences and barriers to lifestyle modifications in first-
generation Middle Eastern immigrants to Sweden: A qualitative study. BMJ
Open, 9(10), 1–9. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-028076
Perkeni. (2020). Diabetes mellitus. https://pbperkeni.or.id/
Prawirasatra, W. A., Wahyudi, F., & Nugraheni, A. (2017). Hubungan Dukungan
Keluarga Terhadap Kepatuhan Pasien Dalam Menjalankan 4 Pilar
Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Rowosari. Diponegoro
Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 6(2), 1341–1360.
Reddy, K. S. (2016). Global Burden of Disease Study 2015 provides GPS for
global health 2030. The Lancet, 388(10053), 1448–1449.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)31743-3
Retnowati, N., & Satyabakti, P. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Tanah
Kalikedinding. Jurnal Berkala Epidemologi, 3(1), 57–68.
Rizani, H. K., Suroto, & Rizani, A. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Ketaatan Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Besar Banjarbaru. Jurnal Skala Kesehatan, 5(2), 1–5.
Roth-Albin, I., Mai, S. H. C., Ahmed, Z., Cheng, J., Choong, K., & Mayer, P. V.
(2017). Outcomes Following Advanced Wound Care for Diabetic Foot
Ulcers: A Canadian Study. Canadian Journal of Diabetes, 41(1), 26–32.
https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2016.06.007
Sami, W., Alabdulwahhab, K. M., Hamid, M. R. A., Alasbali, T. A., Alwadani, F.
Al, & Ahmad, M. S. (2020). Dietary knowledge among adults with type 2
diabetes—kingdom of Saudi Arabia. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 17(3). https://doi.org/10.3390/ijerph17030858
Sari, N., Susanti, N., & Sukmawati, E. (2014). Peran Keluarga Dalam Merawat
Klien Diabetik Di Rumah. Jurnal Ners Lentera, 2(September), 231972.
89

Saryono, S., Taufik, A., Proverawati, A., & Efendi, F. (2019). Dietary
supplementation of Phoenix dactylifera L. Seeds decreases pro-inflammatory
mediators in CCl4-induced rats. Journal of HerbMed Pharmacology, 8(3),
212–217. https://doi.org/10.15171/jhp.2019.31
Seaborn, C., Suther, S., Lee, T., Kiros, G. E., Becker, A., Campbell, E., &
Collins-Robinson, J. (2016). Utilizing genomics through family health
history with the theory of planned behavior: Prediction of type 2 diabetes risk
factors and preventive behavior in an African American Population in
Florida. Public Health Genomics, 19(2), 69–80.
https://doi.org/10.1159/000443471
Shofiyah, S., & Kusuma, H. (2014). Hubungan antara pengetahuan dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan penderita Diabetes Melitus (DM) dalam
penatalaksanaan di wilayah kerja Puskesmas Srondol Kecamatan
Banyumanik kota Semarang. Prosiding Konferensi Nasional Ii Ppni Jawa
Tengah, Dm, 308–314.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1159
Sukartini, T., Theresia Dee, T. M., Probowati, R., & Arifin, H. (2020). Behaviour
model for diabetic ulcer prevention. Journal of Diabetes and Metabolic
Disorders, 19(1), 135–143. https://doi.org/10.1007/s40200-019-00484-1
Trevisan, D. D., São-João, T. M., Cornélio, M. E., Jannuzzi, F. F., Rodrigues, R.
C. M., & Lima, M. H. M. (2017). A randomized controlled trial on the effect
of behavioral strategies for adherence to oral antidiabetic drugs: study
protocol. Contemporary Nurse, 53(6), 658–668.
https://doi.org/10.1080/10376178.2017.1421862
Wardani, A. K., Isfandiari, M. A., & Airlangga, F. U. (2014). Hubungan
Dukungan Keluarga Dan Pengendalian Kadar Gula Darah Dengan Gejala
Komplikasi Mikrovaskuler di Wilayah Kerja Puskesmas Jagir Surabaya
Tahun 2012. Jurnal Berkala Epidemiolog, 2(1), 1–12.
Watanabe, T., Berry, T. R., Willows, N. D., & Bell, R. C. (2015). Assessing
Intentions to Eat Low-Glycemic Index Foods by Adults with Diabetes Using
a New Questionnaire Based on the Theory of Planned Behaviour. Canadian
Journal of Diabetes, 39(2), 94–100.
https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2014.09.001
Wayan, N., Marlinda, Y., Nuryanto, I. K., & Noriani, N. K. (2019). ( SELF CARE
ACTIVITY ) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Institut Teknologi
dan Kesehatan Bali e - mail : marlindayatik97@gmail.com. 82–86.
WHO. (2020). Diabetes Mellitus Prevalance. https://www.who.int/home/search?
query=diabetes+mellitus&page=1&pagesize=10&sortdir=desc&sort=relevan
ce&default=AND&f.Countries.size=100&f.Lang.filter=en&f.RegionalSites.s
ize=100&f.Topics.size=100&f.contenttype.size=100&f.doctype.size=101&fa
cet.field=Regio
Wong, M. K., Cheng, S. Y. R., Chu, T. K., Lam, F. Y., Lai, S. K., Wong, K. C., &
90

Liang, J. (2020). Impact of motivational interviewing on self-management in


patients with type 2 diabetes: Protocol for a pilot randomized controlled trial.
JMIR Research Protocols, 9(3), 1–9. https://doi.org/10.2196/15709
Wongrith, P. (2019). Predicting diabetic self-care management based on the
theory of planned behavior among elderly with type 2 diabetes in Thailand.
Diabetes Mellitus, 22(4), 367–376. https://doi.org/10.14341/DM10290
Lampiran 1 Lembar Penjelasan dan Informasi

LEMBAR PENJELASAN DAN INFORMASI

Kepada saudara/i yang saya hormati,


Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Nim :
Program Studi :
Akan mengadakan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Self Management Pada Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di
RSU Prima Medika”. Penelitian ini digunakan sebagai syarat mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep). Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Management Pada
Penderita Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU Prima Medika. Demi
terlaksananya penelitian ini dengan baik, maka saya memohon kepada saudara/I
untuk bersedia menjadi subyek dalam penelitian ini. Apabila responden diminta
untuk mengisi suatu data, maka peneliti akan menjamin tentang kerahasiaannya.
Penelitian ini tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi responden.
Apabila saudara/i menyetujui, maka saya akan meminta kesediaan untuk
menandatangani informed consent sebagai legal etik penelitian. Apabila saudara/i
ingin mengetahui hal-hal terkait penelitian maka berhak untuk bertanya ke
peneliti. Demikian keterangan yang dapat saya sampaikan dan atas
ketersediaannya dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

----
92

Lampiran 2 Informed Consenst

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Responden :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai tujuan dan proses

penelitian berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self

Management Pada Klien Dengan Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 di RSU

Prima Medika”, maka dengan ini saya menyatakan (bersedia / tidak bersedia*)

turut terlibat sebagai responden dengan catatan apabila sewaktu-waktu saya

dirugikan dalam bentuk apapun, maka saya berhak membatalkan persetujuan ini

dan apa yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.

*Coret yang tidak perlu.

Tulungagung, April 2022

Responden

(…………………………..)
93

Lampiran 3 Kisi-Kisi Kuesioner


Kisi-kisi Kuesioner Dukungan Keluarga

Dimensi Dukungan Jumlah Pernyataan No Pernyataan


Keluarga
Dukungan emosional 4 1, 2, 3, 17,

Dukungan penilaian dan 5 4, 15, 16, 18, 19

penghargaan

Dukungan instrumental 6 5, 11, 12, 13, 14, 20

Dukungan informasional 5 6, 7, 8, 9, 10,


94

Lampiran 4 Lembar Kuesioner

Kuesioner Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Klien DM

Data Umum

Kode Responden : Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan :

Hubungan dengan klien :

Data Khusus

Petunjuk pengisian:

a. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang dialami.

b. Setiap pernyataan diisi dengan satu jawaban.

No. Pernyataan Tidak Ya

1 Keluarga merawat bapak / ibu dengan penuh kasih sayang

2 Keluarga memberikan kedekatan dan kehangatan sehingga


membuat bapak/ibu merasa dicintai dan disayangi

3 Keluarga memberikan perhatian yang lebih pada bapak / ibu saat


dokter mendiagnosis diabetes mellitus

4 Keluarga mendengarkan keluhan yang dirasakan oleh bapak/ibu

5 Keluarga mendampingi bapak / ibu dalam menjalani perawatan


diabetes mellitus seperti mengantarkan ke fasilitas pelayanan
kesehatan dan mengingatkan untuk patuh dalam program
pengobatan

6 Keluarga berpartisipasi aktif dan turut


m e n d e n g a r k a n penjelasan yang diberikan oleh dokter dan
tenaga kesehatan tentang perawatan diabetes mellitus yang bapak /
ibu jalani

7 Keluarga mengingatkan agar bapak / ibu tidak mengkonsumsi


makanan dapat meningkatkan kadar gula darah seperti gula,
karbohidrat dan makanan instan

8 Keluarga menjelaskan pada bapak / ibu tentang pentingnya makan


buah dan sayur bagi kesehatan
95

9 Keluarga mengingatkan bapak / ibu untuk minum obat secara


teratur

10 Keluarga menjelaskan kepada bapak / ibu tentang pentingnya


melakukan olahraga ringan secara teratur

11 Keluarga menyediakan makanan khusus untuk bapak / ibuyang


mendukung perawatan diabetes mellitus

12 Keluarga membantu bapak/ibu dalam melakukan aktivitas


sehari-hari seperti mandi, berpakaian, menyuapi makan, bangun
dan beranjak dari tempat tidur bila bapak / ibu tidak mampu
melakukannya sendiri.

13 Keluarga mendukung kegiatan atau hobi yang bapak/ibu senangi


dengan menyediakan sarana atau fasilitas yang bapak/ibu
perlukan

14 Keluarga mempersiapkan dana khusus untuk biaya berobat atau


memeriksakan kesehatan bapak/ibu

15 Keluarga melibatkan bapak/ibu dalam pengambilan keputusan


mengenai pengobatan / perawatan yang akan bapak / ibu jalani.

16 Keluarga memberikan pujian kepada bapak / ibu apabila patuh


dalam menjalani perawatan diabetes mellitus seperti minum obat
secara teratur

17 Keluarga memberikan dukungan dan semangat kepada bapak /


ibu dalam menjalani perawatan diabetes mellitus

18 Keluarga meminta pendapat / saran dari bapak / ibu terkait hal-hal


yang menyangkut masalah keluarga

19 Keluarga menerima pendapat / saran yang bapak / ibu berikan

20 Keluarga memfasilitasi keperluan bapak/ibu untuk menunjang


kesembuhan seperti mengantar periksa, mendengarkan edukasi
yang diberikan dokter dan mengingatkan untuk patuh dalam
program pengobatan
96

KUESIONER
THE DIABETES SELF MANAGEMENT QUESTIONNAIRE (DSMQ)

Pertanyaan di bawah ini mengenai aktivitas self management (aktivitas perawatan mandiri
diabetes) yang terdiri dari pengaturan pola makan (diet), latihan fisik (olahraga), minum obat
diabetes, perawatan kaki, dan monitoring gula darah yang dilakukan oleh Bapak/Ibu/Sdr di
rumah dalam satu minggu terakhir (7 hari yang lalu), yaitu tanggal
…………………s/d……………
Jika Bapak/Ibu/Sdr mengalami sakit dalam 1 minggu terakhir ini maka silahkan
Bapak/Ibu/Sdr mengingat tentang pernyataan ini yang terjadi 1 minggu sebelumnya.
Pilihan jawaban :
1. Tidak Dilakukan
2. Jarang Dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering Dilakukan

NO PERNYATAAN Pilihan jawaban


Sering Kadang- Jarang Tidak
dilakukan kadang dilakukan dilakukan
dilakukan

1 Saya memeriksa kadar gula darah secara


teliti dan hati-hati
2 Makanan yang saya konsumsi
memudahkan mencapai kadar gula darah
normal
3 Saya mematuhi seluruh anjuran dokter
dalam penanganan diabetes
4 Saya minum obat diabetes (misalnya
tablet atau insulin) sesuai anjuran yang
diberikan oleh dokter
5 Kadangkala saya memakan banyak
makanan yang manis atau makanan yang
kaya karbohidrat
6 Saya memeriksa kadar gula darah
dengan menggunakan alat pengukur
kadar glukosa darah secara teratur,
mencatat hasil cek gula darah serta
melihat perkembangan hasilnya
7 Saya cenderung menghindari
pemeriksaan dokter yang berkaitan
dengan diabetes
8 Saya melakukan latihan fisik secara
teratur untuk mencapai kadar gula darah
97

normal
9 Saya menuruti anjuran makanan yang
boleh dimakan dan yang tidak boleh
dimakan oleh dokter
10 Saya tidak terlalu sering memeriksakan
kadar gula darah yang seharusnya
diperlukan untuk mengetahui kontrol
kadar gula darah yang bagus
11 Saya menghindari aktifitas fisik seperti
olahraga, padahal saya paham dengan
melakukan olahraga dapat memperbaiki
penanganan diabetes
12 Saya cenderung lupa atau melewatkan
pengobatan diabetes yang diberikan
dokter (misalnya insulin dan tablet)
13 Kadangkala saya makan secara
berlebihan (tidak dipicu oleh
hipoglikemia)
14 Terhadap penanganan diabetes atas diri
saya, saya perlu menjumpai praktisi
pengobatan secara lebih sering
15 Saya cenderung melewatkan aktifitas
fisik yang telah direncanakan
sebelumnya
16 Penanganan diabetes atas diri saya buruk
98

Lampiran 1 Instrumen Penelitian


99

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian


100

Lampiran 3 Coding Data Umum dan Data Khusus


DUKUNGAN KELUARGA

PERTANYAAN
PEKERJA Has KATEG KOD
P P P P P P P P P P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P2 %
AN il ORI E
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Pegawai
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 16 80 baik 1
Swasta
Pegawai
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 85 baik 1
Swasta
Pegawai
1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 15 75 sedang 2
Swasta
Wiraswasta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 18 90 baik 1
Pegawai
0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 14 70 sedang 2
Swasta
PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 90 baik 1
Pegawai
1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 14 70 sedang 2
Swasta
Swasta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19 95 baik 1
Pekerja
0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 9 45 kurang 3
Harian
Pegawai
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 15 75 sedang 2
Swasta
Swasta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19 95 baik 1
Pekerja
0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 9 45 kurang 3
Harian
Wiraswasta 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 14 70 sedang 2
Pekerja
0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 8 40 kurang 3
Harian
Pegawai 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 15 75 sedang 2
101

Swasta
PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 90 baik 1
Wiraswasta 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 90 baik 1
Pegawai
0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 14 70 sedang 2
Swasta
Wiraswasta 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 75 sedang 2
Pekerja
0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 9 45 kurang 3
Harian
Pegawai
1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15 75 sedang 2
Swasta
Pekerja
0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 10 50 kurang 3
Harian
PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 90 baik 1
Pekerja
1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 10 50 kurang 3
Harian
Wiraswasta 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 70 sedang 2
Pekerja
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 18 90 baik 1
Harian
Pegawai
1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 75 sedang 2
Swasta
PNS 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 90 baik 1
Wiraswasta 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 90 baik 1
PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 17 85 baik 1
Pegawai
1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 13 65 sedang 2
Swasta
PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 90 baik 1
102

DSMQ

PERTANYAAN H K
KAT
N Jenis PENDI PENDAPA PEKER a O
USIA P P P P P P P EGO
O Kelamin DIKAN TAN JAAN P P P P P P P P P si D
1 1 1 1 1 1 1 RI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 l E
0 1 2 3 4 5 6
73,
Pegawai 4 sedan
1 52 Laki-laki SMA >1900.000 2 3 3 3 3 4 4 2 2 4 3 3 3 3 2 3 43 2
Swasta 7 g
75
89,
Perempua Pegawai 5
2 46 SMP <1900.000 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 06 baik 1
n Swasta 7
25
70,
perempua Pegawai 4 sedan
3 38 SMA <1900.000 3 3 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 31 2
n Swasta 5 g
25
89,
perempua Wiraswa 5
4 47 SMA >1900.000 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 06 baik 1
n sta 7
25
64,
Pegawai 4 sedan
5 53 Laki-laki SMA >1900.000 2 3 1 2 2 4 2 2 2 4 3 3 3 3 2 3 06 2
Swasta 1 g
25
92,
perempua 5
6 36 PT >1900.000 PNS 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 18 baik 1
n 9
75
Pegawai 4 68, sedan
7 54 laki-laki SMP <1900.000 2 3 3 2 2 4 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 2
Swasta 4 75 g
92,
5
8 51 Laki-laki SMA >1900.000 Swasta 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 18 baik 1
9
75
9 54 laki-laki SMP >1900.000 Pekerja 2 1 2 1 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 51, kuran 3
Harian 3 56 g
103

25
85,
Pegawai 5
10 42 laki-laki SMA <1900.000 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 93 baik 1
Swasta 5
75
85,
5
11 51 Laki-laki PT >1900.000 Swasta 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 93 baik 1
5
75
71,
Pekerja 4 sedan
12 55 laki-laki SD <1.900.000 2 3 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 87 2
Harian 6 g
5
92,
perempua Wiraswa 5
13 29 SD <1900.000 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 18 baik 1
n sta 9
75
51,
perempua Pekerja 3 kuran
14 53 SD <1.900.000 2 1 2 1 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 56 3
n Harian 3 g
25
85,
perempua Pegawai 5
15 50 SMA <1900.000 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 93 baik 1
n Swasta 5
75
92,
perempua 5
16 32 PT >1900.000 PNS 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 18 baik 1
n 9
75
84,
perempua Wiraswa 5
17 36 PT >1900.000 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 37 baik 1
n sta 4
5
64,
perempua Pegawai 4 sedan
18 49 SMA <1900.000 3 2 2 2 2 2 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 06 2
n Swasta 1 g
25
92,
Wiraswa 5
19 48 laki-laki SD >1900.000 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 18 baik 1
sta 9
75
20 55 laki-laki SD <1.900.000 Pekerja 2 1 2 1 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 51, kuran 3
104

56
Harian 3 g
25
65,
perempua Pegawai 4 sedan
21 50 SMA >1900.000 2 3 1 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 62 2
n Swasta 2 g
5
71,
Pekerja 4 sedan
22 54 laki-laki SD >1900.000 2 3 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 87 2
Harian 6 g
5
92,
perempua 5
23 32 PT >1900.000 PNS 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 18 baik 1
n 9
75
51,
Perempua Pekerja 3 kuran
24 54 SD <1.900.000 2 1 2 1 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 56 3
n Harian 3 g
25
48,
Wiraswa 3 kuran
25 54 laki-laki SMA >1900.000 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 3 43 3
sta 1 g
75
85,
perempua Pekerja 5
26 48 PT <1900.000 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 93 baik 1
n Harian 5
75
48,
perempua Pegawai 3 kuran
27 53 SMA >1900.000 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 2 3 43 3
n Swasta 1 g
75
48,
perempua 3 kuran
28 36 PT >1900.000 PNS 2 1 2 1 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 43 3
n 1 g
75
46,
Wiraswa 3 kuran
29 55 laki-laki PT <1900.000 2 1 2 1 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 87 3
sta 0 g
5
85,
perempua 5
30 54 PT >1900.000 PNS 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 93 baik 1
n 5
75
105

70,
Pegawai 4 sedan
31 39 laki-laki SMA >1900.000 2 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 31 2
Swasta 5 g
25
45,
perempua 2 kuran
32 54 PT >1900.000 PNS 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 3 1 31 3
n 9 g
25
106

Lampiran 4 Rekapitulasi Data Umum dan Data Khusus


REKAPITULASI DATA UMUM
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 25-35 Tahun
3 9.4 9.4 9.4
(Dewasa Awal)
36-45 Tahun
6 18.8 18.8 28.1
(Dewasa Akhir)
46-55 Tahun (Lansia
23 71.9 71.9 100.0
Awal)
Total 32 100.0 100.0

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 14 43.8 43.8 43.8
Perempuan 18 56.3 56.3 100.0
Total 32 100.0 100.0
107

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 7 21.9 21.9 21.9
SMP 3 9.4 9.4 31.3
SMA 12 37.5 37.5 68.8
Perguruan Tinggi 10 31.3 31.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >Rp. 1.900.000 19 59.4 59.4 59.4
<Rp. 1.900.000 13 40.6 40.6 100.0
Total 32 100.0 100.0
108

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS 6 18.8 18.8 18.8
Pegawai Swasta 11 34.4 34.4 53.1
Wiraswasta 6 18.8 18.8 71.9
Pekerja harian 9 28.1 28.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
109

REKAPITULASI DATA KHUSUS

Dukungan_Keluarga_code
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 14 43.8 43.8 43.8
Sedang 12 37.5 37.5 81.3
Kurang 6 18.8 18.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

DMSQ_Code
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 14 43.8 43.8 43.8
Sedang 9 28.1 28.1 71.9
Kurang 9 28.1 28.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
110

CROSSTABS
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan_Keluar
ga_code * 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
DMSQ_Code

Dukungan_Keluarga_code * DMSQ_Code Crosstabulation

DSMQ CODE

baik sedang kurang Total


dukunganklg BAIK Count 10 1 3 14

% of Total 31.3% 3.1% 9.4% 43.8%

SEDANG Count 4 6 2 12

% of Total 12.5% 18.8% 6.3% 37.5%

KURANG Count 0 2 4 6

% of Total 0.0% 6.3% 12.5% 18.8%

Total Count 14 9 9 32

% of Total 43.8% 28.1% 28.1% 100.0%


111

Lampiran 5 Nonparametric Correlations


Correlations

dukunganklg dsm
Spearman's rho dukunganklg Correlation Coefficient 1.000 .486**
Sig. (2-tailed) . .005
N 32 32
DSMQ Correlation Coefficient .486 **
1.000
Sig. (2-tailed) .005 .
N 32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai