Anda di halaman 1dari 67

UNIVERSITAS BOROBUDUR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET


PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT DEWI SRI KARAWANG

SKRIPSI

EKA KURNIA
12201053

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN
JAKARTA
AGUSTUS 202

Universitas Borobudur
UNIVERSITAS BOROBUDUR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET


PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT DEWI SRI KARAWANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

EKA KURNIA
12201053

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN
JAKARTA
AGUSTUS 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Eka Kurnia

NPM : 12201053

Program Studi : Program B Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan diet pada


pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di rawat inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada Program Studi B Ilmu keperawatan, Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Borobudur.

DEWAN PENGUJI

Penguji 1 : Ns. Moh. Fuad Almubarok, M.Kep., Sp.Kep.M.B ( )

Penguji 2 : Dr. Roma Tao Toba MR,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom ( )

Penguji 3 : Ns. Asep Paturohman, M.Kep. ( )

Ditetapkan di Jakarta
Tanggal 11 Agustus 2022

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Eka Kurnia
NPM : 12201053
Tanda Tangan :
Tanggal : 11 Agustus 2022

iii
UNIVERSITAS BOROBUDUR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, September 2022


Eka Kurnia
Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien Diabetes
Melitus tipe II di rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang.

Abstrak
Kepatuhan diet pada pasien DM masih menjadi masalah yang harus segera diatasi,
kurangnya pengetahuan salah satu penyebab mengenai diet DM.Penderita penyakit
DM masih merasa kesulitan untuk mengontrol pola diet DM yang benar. Pada
tahun 2021 di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri karawang ditemukan kasus DM
tipe 2 sebanyak 76 orang. Indikasi rawat inap karena kadar gula darah yang tinggi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 di rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri
Karawang. Desain penelitian ini menggunakan Deskriptif correlation dengan
populasi dan sampel penderita DM tipe 2 sebanyak 55 orang dengan
mengguanakan Teknik purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan
pengetahuan hamper setengahnya kurang sebanyak 24 orang (43,6%) dan yang
tidak mematuhi diet DM sebanyak 29 orang (52,7%). Ada hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri
Karawang (p value = 0,001)

Kata Kunci : pengetahuan, kepatuhan diet DM tipe 2


Daftar Pustaka : 42 (2008-2022)

iv
BOROBUDUR UNIVERSITY
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

Scripsi, September 2022

Eka Kurnia

The relationship between the level of knowledge and dietary compliance in type II
Diabetes Mellitus patients in the Dewi Sri Karawang Hospital inpatient.

Abstrack
Dietary compliance in DM patients is still a problem that must be addressed
immediately, lack of knowledge is one of the causes regarding the DM diet. DM
sufferers still find it difficult to control the correct DM diet pattern.
In 2021, in the Dewi Sri Karawang Hospital Inpatient Care, 76 cases of type 2
DM were found. Indications for hospitalization due to high blood sugar levels.
The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge
and dietary compliance in type 2 DM patients in the Dewi Sri Karawang Hospital
inpatient.The design of this study used a descriptive correlation with the
population and a sample of 55 people with type 2 diabetes mellitus using
purposive sampling technique. The results showed that almost half of the
knowledge was lacking as many as 24 people (43.6%) and 29 people who did not
comply with the DM diet (52.7%). There is a relationship between knowledge and
dietary compliance in inpatients at Dewi Sri Karawang Hospital (p value = 0.001)

Keywords: knowledge, adherence to type 2 diabetes diet


Bibliography : 42 (2008-2022)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir guna mencapai gelar
Sarjana Keperawatan.Saya bersyukur dapat menjalani proses penyusunan skripsi ini,
sehingga saya banyak mendapatkan pengalaman baru. Saya menyadari bahwa tanpa
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, oleh karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada :

1. Prof. Ir. H. Bambang Bernanthos, M.Sc selaku Rektor Universitas Borobudur


2. Dr. Roma Tao Toba MR. M.Kep. Ns. Sp. Kep. Kom. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borobudur serta dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak masukan yang berharga, meluangkan waktunya, tenaga,
pikiran dan kesabaran untuk membimbing saya dalam menyelesaikan penyusunan
proposal skripsi ini.
3. Ns. Asep Paturohman, M.Kep. selaku Kepala. Prodi Ilmu Kesehatan Universitas
Borobudur.
4. Ns. Moh. Fuad Al Mubarok, M.Kep.,Sp.Kep.M.B. selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan masukan berharga, menyediakan waktu, pikiran, tenaga
dan kesabaran dalam membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini.
5. dr. Inas Susanti, MARS. Sp.PA, selaku Direktur Rumah Sakit Dewi Sri
Karawang.
6. H. Sumitro, M.Kep. SKep.Ns. selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit
Dewi Sri Karawang yang telah mendukung dan mengizinkan untuk melanjutkan
Pendidikan ke Sarjana Keperawatan.
7. Staf pengajar FIKES Universitas Borobudur yang telah memberikan dukungan
informasi dan materi selama perkuliahan sehingga selama perkuliahan membantu
say dalam penyusunan skripsi ini.

vi
8. Anak dan suami tercinta yang selalu mendukung, tidak pernah putus memberikan
do’a, perhatian dan kasih sayang, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
9. Teman - teman seperjuangan FIKES Universitas Borobudur Program kelas
SEHATI yang selalu memberikan semangat satu sama lain, semoga kita dapat
menggapai cita – cita yang diharapkan.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu saya
dalam penyusunan skripsi ini.

Saya berharap semoga Allah SWT. Membalas semua kebaikan semua pihak yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Saya menyadari
banyak kekurangan dari segi isi dan penulisan. Oleh karena saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pembaca.

Karawang, Agustus 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................vii


DAFTAR ISI .....................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................1


1.2. Masalah penelitian ....................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7


2.1. Diabetes Melitus ...........................................................................................7
2.2. Pengetahuan .................................................................................................16
2.3. Diet Diabetes Melitus ..................................................................................20
2.4. Kepatuhan ....................................................................................................25
2.5. Kerangka Teori .............................................................................................29

BAB 3 METODE PENELITIAN .........................................................................30


3.1. Kerangka Konsep ..........................................................................................30
3.2. Hipotesis ........................................................................................................31
3.3. Definisi Operasional ......................................................................................32
3.4. Desain Penelitian ...........................................................................................33
3.5. Populasi dan Sampel ......................................................................................34
3.6. Tempat Penelitian ..........................................................................................35
3.7. Waktu Penelitian ...........................................................................................35
3.8. Etika Penelitian ..............................................................................................35
3.9. Alat Pengumpulan Data .................................................................................37
3.10. Prosedur Pengumpulan Data........................................................................39
3.11. Alat Pengumpulan Data................................................................................40
3.12. Analisa Data.................................................................................................40

viii
BAB 4 HASIL PENELITIAN...............................................................................41
4.1. Karakteristik ..................................................................................................42
4.2. Pengetahuan....................................................................................................45
4.3. Kepatuhan Diet...............................................................................................46
4.4. Hubungan antar Pengetahuan Dengan kepatuhan Diet pada Pasien DM Tipe 2 di
Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang .....................................................46

BAB 5 PEMBAHASAN ......................................................................................47


5.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil........................................................................47
5.2. Keterbatasan Penelitian .................................................................................48
5.3. Implikasi Penelitian .......................................................................................48

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................49


6.1. Simpulan ........................................................................................................49
6.2. Saran ..............................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51

ix
DAFTAR TABEL

a) Tabel 2.1 Kerangka Teori Penelitian


b) Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
c) Tabel 4.4.1Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien
DM Tipe 2 Di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang Agustus –
September 2022, n=55

x
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1 Kerangka Konsep penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan


dengan kepatuhan diet DM di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang
2. Gambar 4.1.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia
3. Gambar 4.1.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
4. Gambar 4.1.4Distribusi Responden Menurut Pengetahuan
5. Gambar 4.1.3Distribusi Frekuensi berdasarkan Pekerjaan
6. Gambar 4.3.1Distribusi Responden Menurut Kepatuhan Diet Pasien DM

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian.

1.1. Latar Belakang


Diabetes Melitus (DM) adalah suatu gangguan metabolisme kronis dengan multi
etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi
insulin. (WHO, 2022 ). Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua
(ADA, 2010).

International Diabetes Federation (IDF. 2020 ) melaporkan 463 juta orang dewasa di
dunia menyandang diabetes dengan prevalensi global mencapai 9,3
persen. Sedangkan tahun 2021, IDF mencatat 537 juta orang dewasa (umur 20 - 79
tahun) atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia. Diabetes juga
menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 tiap 5 detik. termasuk diabetes tipe 1 dan tipe
2, serta didiagnosis dan diabetes yang tidak terdiagnosis.

Hasil Riskesdas 2018, menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia


berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15 tahun sebesar 2%. Angka ini
menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi diabetes melitus pada penduduk
15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi diabetes melitus
menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5%

1
Universitas Borobudur
2

pada tahun 2018. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
prevalensi DM di Jawa Barat mencapai 1,74% (diperkirakan 570.611 penderita
diabetes). Dan pada tahun 2021, Dinas Kesehatan Jawa Barat menemukan sejumlah
46.837 orang dengan Diabetes dan 17.379 atau 37,1% di antaranya tidak
mendapatkan perawatan kesehatan yang layak sesuai standar pemerintah. Sedangkan
di Kabupaten Karawang prevalensi pasien yang terdiagnosis DM sebesar 1,0% dan
dengan gejala sebesar 1,2%. Peningkatan prevalensi DM terjadi akibat bertambahnya
populasi penduduk usia lanjut dan perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan,
jenis makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. (Riskesdas,
2018).

Beberapa Faktor risiko penyakit DM terbagi menjadi faktor yang berisiko tetapi dapat
berubah oleh manusia, dalam hal ini dapat berupa pola makan, pola kebiasaan sehari-
hari seperti makan, pola istirahat, pola aktifitas dan pengelolaan stres. (Kemenkes,
2010), Faktor yang kedua adalah faktor yang berisiko tetapi tidak dapat berubah
seperti usia, jenis kelamin serta faktor keturunan (Suiraoka, 2012). Dan Faktor risiko
yang berpengaruh pada peningkatan prevalensi DM antara lain kegemukan, kurang
aktifitas fisik, dislipidemia, riwayat penyakit jantung, hipertensi dan diet tidak
seimbang ( P2PTM. 2019 ). Sedangkan menurut PERNEFRI, Diabetes Melitus
merupakan faktor penyebab utama terjadinya penyakit ginjal kronik yang
mengharuskan pasien akhirnya mengikuti haemodialisa. Diabetes Melitus (DM)
menimbulkan proses degeneratif yang kemudian mempercepat komplikasi
kardiovaskuler. Untuk mencegah kerusakan organ pada DM dengan GGK tindakan
dialisis dapat dimulai pada TKK/LFG < 15 mL/menit. (PERNEFRI,2021)

Komplikasi Diabetes berkembang secara bertahap, dari Ketika terlalu banyak gula
menetap dalam aliran darah untuk waktu yang lama, hal itu dapat mempengaruhi
pembuluh darah, saraf, mata, ginjal dan sistem kardiovaskular. Komplikasi lain
termasuk serangan jantung dan stroke, infeksi kaki yang berat (menyebabkan
gangren, dapat mengakibatkan amputasi), gagal ginjal stadium akhir dan disfungsi
3

seksual. Setelah 10-15 tahun dari waktu terdiagnosis, prevalensi semua komplikasi
Diabetes meningkat tajam. ( P2PTM Kemenkes RI, 2019 ). Harapannya dengan
menerapkan kepatuhan dalam melakukan penatalaksanaan DM dapat mengurangi
faktor risiko komplikasi dari DM dan penderita DM mempunyai harapan hidup yang
lebih baik dibandingkan yang tidak patuh diet dan gula darah menjadi tidak
terkontrol.

Penderita DM seharusnya menerapkan pola makan seimbang untuk menyesuaikan


kebutuhan gula darah sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui pola makan sehat.
Disebutkan bahwa dalam penatalaksanaan pengendalian kadar gula darah 86,2%
penderita DM mematuhi pola diet DM yang diajurkan, namun secara faktual jumlah
penderita DM yang disiplin menerapkan program diet hanya berkisar 23,9%.
(Shella,2018). Diet yang dianjurkan untuk penderita DM Makanan yang terbuat dari
biji-bijian / karbohidrat kompleks ( nasi merah, ubi panggang, oatmeal, ubi, dan
sereal dari biji-bijian utuh), daging tanpa lemak, sayur-sayuran ( untuk
memprosesnya dengan cara direbus, dikukus, atau dipanggang ), buah-buahan dengan
cara dijadikan jus tanpa gula, kacang-kacangan ( cara dikukus, ditumis, atau dijadikan
sup ), susu atau produk olahan susu, Ikan (bisa mengonsumsi ikan tuna, salmon,
sarden, dan makarel ). (dr. Verury Verona Handayani. 2020 )

Pengetahuan diet terhadap kejadian DM juga merupakan langkah awal dalam


meningkatkan pemahaman penderita DM terkait faktor-faktor risiko terjadinya DM.
Pemahaman penderita DM dalam mengetahui diet merupakan faktor utama dalam
melaksanakan kepatuhan melakukan diet DM. Upaya-upaya pencegahan sampai
pengendalian bisa dilakukan dengan menerapkan 4 (empat) pilar utama yang
meliputi, edukasi, pola makan (diet), olahraga (aktivitas fisik), dan terapi farmakologi
(pengobatan).pakan kunci utama kestabilan kondisi kesehatan penderita DM. (Shella,
2018). Pengetahuan tidak akan berjalan dengan baik bila tidak ada keinginan untuk
merubah perilaku penderita DM itu sendiri.
4

Masalah yang terjadi adalah Sebagian besar penderita penyakit DM tidak mengikuti
diet DM yang sudah dianjurkan. Hasil penelitian Norita (2019) didapatkan hasil
bahwa sebagian besar responden tidak patuh terhadap diet DM, dimana masih banyak
responden yang masih kurang mengerti tentang makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi DM. Sedangkan Penelitian Andyani (2017), menyebutkan
bahwa tingkat ketidakpatuhan yang tinggi berada pada item jumlah makanan yang
dikonsumsi responden yaitu sebanyak 84,4%. Penelitian yang dilakukan Isnaeni
(2018) menjelaskan bahwa tepat jumlah, jadwal dan jenis merupakan 3 komponen
diet yang harus dipatuhi, sebagian besar subjek sudah mulai memilih jenis-jenis
bahan makanan yang sesuai dengan diet DM dalam perilaku makan sehari-hari, tetapi
untuk ketepatan jumlah maupun jadwal makan, masih banyak subjek penelitian yang
belum menerapkannya dalam diet sehari-hari.

Tingkat pengetahuan yang kurang dapat menghambat perilaku kepatuhan dalam


kesehatan karena penderita akan sulit untuk mengikuti anjuran dari petugas
kesehatan, sehingga penderita diabetes mellitus yang mempunyai tingkat
pengetahuan baik lebih paham dan mengerti mengenai anjuran dalam mengelola diet.
Hasil penelitian Senuk (2013). Jumlah penderita Diabetes Melitus dari tahun ke tahun
makin bertambah, berdasarkan data rekam medis di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang
pada tahun 2021 terdapat sebanyak 76 pasien dengan salah satu faktor penyebabnya
yaitu ketidakpatuhan terhadap diet Diabetes Melitus yang dianjurkan oleh petugas
pelayanan Kesehatan, kejadian ini mungkin terjadi disebabkan karena kurangnya
edukasi yang diberikan oleh petugas Kesehatan baik dirumah maupun di Rumah
Sakit Dewi Sri Karawang.

Dari hasil penelitian para ilmuwan diatas ada beberapa penyebab meningkatnya
penderita diabetes melitus diseluruh dunia, terutama pengetahuan yang kurang dan
gaya hidup yang salah sehingga pasien tidak patuh terhadap diet diabetes melitus
yang seharusnya di taati supaya gula darah tidak naik / meningkat. uraian tersebut
diatas, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat
5

Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di Rawat Inap Rumah Sakit
Dewi Karawang.

1.2. Masalah Penelitian


Pengetahuan Diet Diabetes Melitus (DM) merupakan hal yang penting yang harus
diketahui oleh pasien DM. Karena terapi diet merupakan salah satu dari 4 pilar dalam
aflikasi penatalaksanaan DM. Pengetahuan sangat berkaitan erat dengan adanya
kepatuhan pada pasien DM. Berdasarkan hal tersebut, pasien DM memerlukan
pengetahuan agar pasien DM menjadi patuh pada diet DM. Sehingga Peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
diet diabetes melitus. Khususnya di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan yang berhubungan dengan kepatuhan diet pasien
Diabetes Melitus di Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Teridentifikasi karakteristik responden sesuai umur, pekerjaan, Pendidikan
pada pasien Diabetes Melitus di Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang
1.3.2.2. Teridentifikasi tingkat pengetahuan responden tentang makanan sesuai diet
pasien Diabetes Melitus di Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang.
1.3.2.3. Teridentifikasi kepatuhan responden tentang jenis makanan sesuai diet
pasien Diabetes Melitus di Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang.
1.3.2.4. Teridentifikasi hubungan tingkat pengetahuan responden dengan kepatuhan
diet Diabetes Melitus di Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang.

1.4. Manfaat Penelitian


Diharapkan penelitian yang dilakukan memberikan manfaat yaitu :
1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan
6

Hasil penelitian ini sebagai sumber referensi berhubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan diet penderita DM.
1.4.2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi rumah sakit dan petugas kesehatan dalam upaya peningkatan
pengetahuan dan pelayanan keperawatan tentang kepatuhan diet penderita Diabetes
Melitus
1.4.3. Bagi Peneliti
Merupakan proses belajar memecahkan masalah secara sistematis dalam
mendapatkan ilmu selama menempuh akademik untuk mengembangkan praktek
pelayanan keperawatan yang nyata di rumah sakit.
1.4.4. Bagi Pasien
Diharapkan dengan penelitian akan memberikan konstribusi yang berarti terhadap
peningkatan pengetahuan dan kepatuhan pasien DM.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai pengetahuan, Diabetes melitus, diet Diabetes melitus dan
kepatuhan.

2.1. Diabetes Melitus


2.1.1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. DM adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relative. (Padila, 2018).

2.1.2. Klasifikasi
Klasifikasi DM sebagai berikut :
2.1.2.1. Tipe 1 : Diabetes Melitus tergantung insulin (IDDM).
Diabetes tipe 1 (diabetes melitus tergantung insulin) disebabkan kerusakan sel Beta
pankreas. Penyebab kerusakan sel B pada diabetes tipe I tidak diketahui. Beberapa
kasus diabetes tipe 1 akibat infeksi virus. Virus penyebab diabetes tipe 1 adalah virus
coxsakie atau virus mumps. Autoimunitas diyakini sebagai mekanisme utama yang
terlibat. Autoantibodi sel islet hadir dalam serum 90% dari kasus DM tipe 1
didiagnosis awal. Antibodi tersebut menyerang beberapa komponen sel, termasuk
sitoplasma dan membran antigen atau terhadap insulin itu sendiri (IgG dan IgE

7
Universitas Borobudur
8

antibodi). Aktifitas Limfosit T juga menyerang sel Beta, ini telah ditunjukkan pada
beberapa pasien diabet tipe 1.

2.1.2.2. Tipe 2 : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NIDDM).


Insulin basal (insulin alami yang dikeluarkan pankreas) biasanya normal, tetapi
pelepasan insulin secara cepat dan jumlah banyak setelah makan menjadi pokok
permasalahan karena menyebabkan kegagalan metabolisme karbohidrat secara
normal. Beberapa data menunjukkan adanya pola cacat sekresi insulin diwariskan,
kondisi ini bertanggung jawab untuk kecenderungan keluarga Diabetes Melitus Tipe-
2 (DMT2) turun-temurun. Faktor genetik sangat kuat pada Diabetes Melitus Tipe-2
(DMT2), dengan riwayat diabetes hadir di sekitar 50% dari keluarga tingkat pertama.
Faktor-faktor resiko terjadinya DM Tipe 2 ialah:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun).
2) Obesitas, 3) Riwayat keluarga. (Padila, 2018).

2.1.2.3. Diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.


Penyebab DM tipe lain adalah kelainan genetik, penyakit pancreas, obat infeksi,
antibody dan sindroma dari penyakit lain. DM tipe ini juga bisa disebabkan karena
defek genetic disfungsi insulin, defek genetik kerja insulin,penyakit eksokrin
pankreas, endokrinopati karena obat atau zat kimia (Sutjahjo dkk,2006)

2.1.2.4. Diabetes Melitus gestasional (GDM). (Padila, 2018).


Penyebab dari DMG ini adalah akibat dari kombinasi kemampuan reaksi dan
pengeluaran hormone insulin yang tidak cukup. DMG ini terjadi pada kehamilan dan
akan sembuh setelah melahirkan. Penderita DMG ada 2-5% dari seluruh kehamilan.

2.1.3. Faktor Risiko Diabetes Melitus


2.1.3.1. Mempunyai Riwayat keluarga menderita DM
9

Anak dari penderita DM mempunyai peluang menderita DM sebanyak 15 -30 % dan


berisiko berkembangnya intoleransi glukosa karena ketidakmampuan metabolism
karbohidrat secara normal ( LeMone & Burke, 2008 )

2.1.3.2. Usia > 40 tahun


Proses menua berlangsung setelah melewati usia 40 tahun karena di usia ini
mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia.

2.1.3.3. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg
Melahirkan bayi dengan bobot di atas 4 kilogram ternyata meningkatkan risiko ibu
terkena diabetes paska melahirkan.( Prof Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD KEMD
FACE.2015)

2.1.3.4. Obesitas
Kegemukan dapat menyebabkan berkurangya jumlah sisi reseptor insulin yang dapat
bekerja didalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Obesitas akan merusak
kemampuan melepas sel beta saat peningkatan glukosa darah ( Smeltzer & Bare.
2008 )

2.1.3.5. Aktifitas
Berkurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam
menyebabkan resistensi insulin dalam darah.

2.1.4. Patofisiologi
Berbagai studi tentang patofisiologi diabetes melitus menunjukkan bahwa adanya
abnormalitas pada jumlah hormon insulin menjadi penyebab utama terjadinya
diabetes melitus. Meskipun etiologi dan faktor pemicu dari tiga jenis diabetes melitus
berbeda, mereka dapat menyebabkan gejala dan komplikasi yang hampir sama.
Simak secara lengkap tentang patofisiologi diabetes melitus berikut ini. Patofisiologi
dari semua jenis diabetes ada kaitannya dengan hormon insulin yang disekresikan
10

oleh sel-sel beta pankreas. Pada orang sehat, insulin diproduksi sebagai respons
terhadap peningkatan kadar glukosa dalam aliran darah dan peran utamanya adalah
untuk mengontrol konsentrasi glukosa dalam darah. Saat glukosa tinggi, maka
hormon insulin bertugas untuk menetralkan kembali. Hormon insulin juga berfungsi
untuk meningkatkan metabolisme glukosa pada jaringan dan sel-sel dalam tubuh.
Ketika tubuh membutuhkan energi, maka insulin akan bertugas untuk memecahkan
molekul glukosa dan mengubahnya menjadi energi sehingga tubuh bisa mendapatkan
energi. Selain itu, hormon insulin juga bertanggung jawab melakukan konversi
glukosa menjadi glikogen untuk disimpan dalam otot dan sel-sel hati. Hal ini akan
membuat kadar gula dalam darah berada pada jumlah yang stabil. Beberapa
penyebabnya antara lain sel-sel tubuh dan jaringan tidak memanfaatkan glukosa dari
darah sehingga menghasilkan peningkatan glukosa dalam darah. Kondisi tersebut
diperburuk oleh peningkatan produksi glukosa oleh hati yaitu glikogenolisis dan
glukoneogenesis yang terjadi secara terus menerus karena tidak adanya hormon
insulin. Selama periode waktu tertentu, kadar glukosa yang tinggi dalam aliran darah
dapat menyebabkan komplikasi parah, seperti gangguan mata, penyakit
kardiovaskular, kerusakan ginjal, dan masalah pada saraf. ( Artikel Kesehatan, 2022 )

2.1.5. Gejala Klinis


2.1.5.1. Meningkatnya frekuensi buang air kecil
Karena sel-sel di tubuh tidak dapat menyerap glukosa, ginjal mencoba mengeluarkan
glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya, penderita jadi lebih sering kencing daripada
orang normal dan mengeluarkan lebih dari 5 liter air kencing sehari. Ini berlanjut
bahkan di malam hari. Penderita terbangun beberapa kali untuk buang air kecil. Itu
pertanda ginjal berusaha singkirkan semua glukosa ekstra dalam darah.

2.1.5.2. Rasa haus berlebihan


Dengan hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil, penderita merasa haus
dan butuhkan banyak air. Rasa haus yang berlebihan berarti tubuh Anda mencoba
mengisi kembali cairan yang hilang itu. Sering ‘pipis‘ dan rasa haus berlebihan
11

merupakan beberapa "cara tubuh Anda untuk mencoba mengelola gula darah tinggi,"
jelas Dr. Collazo-Clavell seperti dikutip dari Health.com.

2.1.5.3. Penurunan berat badan


Kadar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penurunan berat badan yang
cepat. Karena hormon insulin tidak mendapatkan glukosa untuk sel, yang digunakan
sebagai energi, tubuh memecah protein dari otot sebagai sumber alternatif bahan
bakar.

2.1.5.4. Kelaparan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika kadar gula
darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih menginginkan glukosa
yang dibutuhkan sel.

2.1.5.5. Kulit jadi bermasalah


Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi tanda peringatan
diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit jadi gelap di sekitar daerah
leher atau ketiak.

2.1.5.6. Penyembuhan lambat


Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat merupakan tanda diabetes
lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah mengalami kerusakan akibat
glukosa dalam jumlah berlebihan yang mengelilingi pembuluh darah dan arteri.
Diabetes mengurangi efisiensi sel progenitor endotel atau EPC, yang melakukan
perjalanan ke lokasi cedera dan membantu pembuluh darah sembuhkan luka.

2.1.5.7. Infeksi jamur


"Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi," demikian Dr. Collazo-Clavell
menjelaskan. Hal itu berarti meningkatkan kerentanan terhadap berbagai infeksi,
12

meskipun yang paling umum adalah candida dan infeksi jamur lainnya. Jamur dan
bakteri tumbuh subur di lingkungan yang kaya akan gula.

2.1.5.8. Iritasi genital


Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah genital jadi seperti
sariawan dan akibatnya menyebabkan pembengkakan dan gatal.

2.1.5.9. Keletihan dan mudah tersinggung


"Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa lama sudah
merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata Dr. Collazo-Clavell.
Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di malam hari membuat orang
lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung mudah tersinggung.

2.1.5.10. Pandangan yang kabur


Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan akibat
langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda tidak terkendali
dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan permanen, bahkan mungkin
kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi lemah setelah bertahun-tahun mengalami
hiperglikemia dan mikro-aneurisma, yang melepaskan protein berlemak yang disebut
eksudat.

2.1.5.11. Kesemutan atau mati rasa


Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa sakit yang
membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh diabetes.
Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah dibiarkan merajalela terlalu lama,
kerusakan saraf bisa menjadi permanen.

2.1.6. Komplikasi
Diabetes adalah penyakit yang memengaruhi hampir semua organ tubuh, termasuk
jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, hingga saraf dan gigi. Maka, tidak heran jika
13

penyakit komplikasi akibat diabetes melitus juga bisa menyerang berbagai organ
tersebut. Komplikasi dari penyakit diabetes melitus adalah
1) Hipoglikemi dan hiperglikemi, 2) Rambut rontok, 3) Masalah gigi dan mulut, 4 )
Disfungsi ereksi pada pria dan infeksi jamur vagina pada Wanita, 5) Kerusakan saraf,
6) Kerusakan mata, 7) Penyakit kardiovaskuler, 8) Kerusakan ginjal (nefropati
diabetik), 9) Kaki diabetik (diabetic foot), 10) Ketoasidosis diabetic.

2.1.7. Penatalaksanaan diabetes melitus


Mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik merupakan tujuan utama
terapi DM. Sedangkan setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas
pasien yaitu tujuan terapeutik dari diabetes melitus (Sidartawan Soegondo, SpPD-
KEMD, FACE, 2018).

Ada empat komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :


2.1.7.1 Edukasi
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan DM. Edukasi DM merupakan
pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan
DM yang diberikan pada setiap pasien DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi
juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan
pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.

2.1.7.2 Terapi Gizi Medis


Tujuan pokok pelaksanaan terapi gizi medis/diet penderita DM adalah mengurangi
hiperglikemia, mencegah episode hipoglikemi pada pasien yang mendapatkan
pengobatan dengan insulin dan mengurangi resiko komplikasi terutama penyakit
kardiovaskuler.
14

Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan DM memperbaiki


kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik
dan beberapa tambahan khusus yaitu :
a) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal yaitu Glukosa puasa
berkisar 90-130 mg/dl , glukosa darah 2 jam setelah makan <180 mg/dl, kadar
A1c <7%
b) Mencapai kadar serum lipid yang optimal yaitu Kolestrol LDL <100 mg/dl ,
kolestrol HDL >40 mg/dl, triglederida <150 mg/dl, tekanan darah <130/80
mg/dl,
c) Meningkatkan sensivitas reseptor insulin
d) Memperbaiki system koagulasi darah
e) Memberikan energy yang cukup untuk mencapai atau mempertahanankan berat
badan yang memadai pada orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan kebutuhan
metabolik selama kehamilan dan laktasi atau penyembuhan dari penyakit
katabolik.
f) Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai
dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang
dengan DM maupun oleh petugas kesehatan. Ini mungkin tidak sama dengan
yang biasanya didefinisikan sebagai berat badan idaman.
g) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan DM yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek.
h) Meningkatkan kesehatan secara menyeluruh melalui gizi yang optimal.
(Ernawati, 2017)

2.1.7.3 Latihan Jasmani


Satu penelitian mendapati bahwa pada kadar glukosa darah sekitar 332 mg/dl, bila
tetap melakukan latihan jasmani akan berbahaya bagi yang bersangkutan. Jadi
sebaiknya bila ingin melakukan latihan jasmani, seorang penderita dabetes harus
mempunyai kadar glukosa darah tak lebih dari 250mg/dl.Latihan jasmani harus
15

dimulai dengan pemanasan 5 – 10 mnt, latihan inti, pendinginan dan terakhir lakukan
peregangan ( stretching ).
Berikut jenis olahraga untuk penderita diabetes yang mudah dilakukan dalam rutinitas
harian, seperti:
a) Jalan cepat
Jalan cepat bisa dilakukan oleh semua orang. Olahraga ini merupakan bentuk latihan
aerobik yang berguna meningkatkan denyut jantung sehingga aliran darah menjadi
lebih lancar. Olahraga ini merupakan salah satu aktivitas yang paling tepat karena
penderita diabetes bisa mengatur intensitasnya sesuai dengan kemampuan fisik dan
kondisi kesehatannya.

b) Senam diabetes
Senam memfokuskan penyesuaian gerakan fisik dengan irama yang diperdengarkan.
Olahraga jenis ini sangat baik untuk orang diabetes. Senam diabetes dapat membantu
melancarkan sirkulasi darah pada diabetesi. Sirkulasi darah yang lancar dapat
meningkatkan metabolisme di dalam tubuh sehingga membantu penyerapan insulin.

c) Yoga
Yoga menggabungkan gerakan tubuh yang membangun kelenturan, kekuatan, dan
keseimbangan. Bentuk latihan fisik dalam yoga membantu diabetesi mengurangi
stres, memperbaiki fungsi saraf, melawan resistensi insulin, dan menjaga kadar gula
darah.

d) Bersepeda
Bersepeda merupakan bentuk latihan aerobik yang menguatkan jantung dan
meningkatkan fungsi paru-paru. Selain itu, olahraga ini juga meningkatkan aliran
darah ke kaki dan membakar kalori untuk menjaga berat badan penderita diabetes.
Untuk menghindari terjatuh dan cedera atau cuaca yang tidak mendukung, sebaiknya
olahraga bersepeda dilakukan menggunakan sepeda statis.
16

e) Latihan angkat beban


Latihan ini direkomendasikan karena manfaat utamanya untuk meningkatkan massa
otot. Saat massa otot bertambah, maka penderita diabetes akan lebih mudah
mengendalikan gula darah. Latihan angkat beban dapat membantu tubuh untuk
merespons insulin dengan lebih baik. Hasilnya, tubuh bisa memperbaiki penyerapan
dan penggunaan gula darah secara lebih optimal.

f) Berenang
Olahraga ini sangat ideal untuk penderita diabetes karena tidak memberikan tekanan
pada sendi. Berenang lebih mudah dilakukan dibanding olahraga lari karena dapat
mengurangi aliran darah ke pembuluh darah kecil secara berlebihan. Sebaliknya,
berenang justru melatih kedua otot tubuh bagian atas dan bawah pada saat yang
bersamaan. Hal ini sangat bermanfaat bagi diabetesi yang mengalami gejala diabetes
seperti kesemutan atau mati rasa pada bagian kaki. Namun, perhatikan keselamatan
diri dari supaya tidak tergelincir atau tergores karena luka diabetes akan lambat
sembuh dan rentan terhadap infeksi. ( Aprinda puji, 2021 )

2.1.7.4 Terapi Farmakologis


Pada DM tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah, jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak
berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien DM tipe 2 yang biasanya
mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat kadang membutuhkan
insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan pembedahan atau
beberapa kejadian stress lainnya.

2.2. Pengetahuan
2.2.1. Definisi
Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang mempengaruhi terhadap
tindakan yang dilakukan. Pengetahuan yaitu seseorang yang tidak secara mutlak
dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan juga dapat diperoleh dari
17

pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima yang kemudian menjadi
dipahami (Notoatmodjo dalam Albunsyary 2020).

Bagia (2015:27) berpendapat bahwa pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang


memiliki makna yang dimiliki seseorang dalam bidang kajian tertentu. Menurut
Prasetyo dalam Maspriyadi (2019) pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di
kepala kita, kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

2.2.2. Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kongnitif mempunyai 6 (enam) tingkat
yaitu :
2.2.2.1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan
sebagainya.

2.2.2.2. Memahami (Comprehention)


Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu
objek yang dipelajari.
18

2.2.2.3. Aplikasi (Application)


Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (Sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

2.2.2.4. Analisis (Analysis)


Analisis adalah kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetap masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.

2.2.2.5. Sintesis (Syntesis)


Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.

2.2.2.6. Evaluasi (Evaluation)


Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian inii berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Wawan, 2017)

2.2.3. Cara Memperoleh Pengetahuan


2.2.3.1. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum ada
peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.
Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
19

2.2.3.2. Cara kekuasaan atau otoritas


Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan masyarakat baik
formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip
orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya
baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

2.2.3.3. Berdasarkan pengalaman pribadi


Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. (Wawan, 2017)

2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


2.2.4.1. Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan
diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
20

menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga.

c) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Sedangkan menurut Huclok semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
(Wawan, 2017)

2.2.4.2. Faktor Eksternal


a) Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok.
b) Faktor Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerima informasi. (Wawan, 2017)

2.2.5. Kriteria Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu :
2.2.5.1 Tingkat pengetahuan baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar
76%-100% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
2.2.5.2 Tingkat pengetahuan cukup, apabila responden dapat menjawab dengan benar
56%-75% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
2.2.5.3 Tingkat pengetahuan kurang baik, apabila responden bisa menjawab dengan
benar <56% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
21

2.3. Diet pada Diabetes Melitus


2.3.1. Definisi
Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme
tertentu. Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau
keyakinan yang dianut masyarakat tertentu. Walaupun manusia pada dasarnya adalah
omnivora, suatu kelompok masyarakat biasanya memiliki preferensi atau pantangan
terhadap beberapa jenis makanan. Peran faktor diet dalam terjadinya diabetes mellitus
masih kontroversial. Sejumlah penelitian memiliki kesimpulan yang bertentangan dan
belum ada bukti yang cukup untuk membuktikan efek kausal.

Sebagian studi kohort menunjukkan bahwa durasi menyusui yang singkat (lebih awal
dari 2-4 bulan) dan pengenalan dini susu sapi (lebih awal dari 4 bulan) merupakan
faktor predisposisi diabetes mellitus tipe 1. Sementara itu, durasi pemberian ASI
eksklusif yang lebih lama (lebih dari 4 bulan) merupakan faktor protektif. Faktor diet
lain yang telah diselidiki adalah efek dari diet asam lemak tak jenuh ganda. Sebuah
studi observasional di Amerika Serikat menemukan bahwa asupan asam lemak
omega-3 berbanding terbalik dengan risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 1.
Diet dalam konteks upaya mengatur asupan nutrisi dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
2.3.1.1. Menurunkan Berat (Massa) Badan misalnya bagi model atau aktris yang
ingin menjaga penampilannya.
2.3.1.2. Meningkatkan Berat (Massa) Badan misalnya bagi olahragawan atau atlet
binaraga yang ingin meningkatkan massa otot.
2.3.1.3. Pantang Terhadap Makanan Tertentu misalnya bagi penderita diabetes
(rendah karbohidrat (glukosa) dan kalori).

2.3.2. Tujuan Diet Diabetes


Melitus Tujuan Diet DM adalah untuk:
22

2.3.2.1. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan


keseimbangan asupan makanan dengan insulin (endogem atau eksogen) atau obat
hipoglikemia oral dan tingkat aktivitas.
2.3.2.2. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
2.3.2.3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang memadai pada orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan kebutuhan metabolik selama
kehamilan dan laktasi atau penyembuhan dan penyakit katabolik.
2.3.2.4. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat
dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang
dengan DM itu sendiri maupun oleh petugas kesehatan.
2.3.2.5. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan DM yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek,
masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani dan komplikasi kronik DM seperti
: penyakit ginjal, neuropatik autonomik, hipertensi, dan penyakit jantung.
2.3.2.6. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
(Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD, FACE, 2018)

2.3.3. Syarat Diet Diabetes Melitus


Syarat diet DM adalah memenuhi kebutuhan zat gizi, yaitu :
2.3.3.1. Protein
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan
protein orang dengan DM ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10%
sampai 20% energi dari protein total. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kg berat badan per hari. Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan dan tahu
tempe.
23

2.3.3.2. Total lemak


Asupan lemak dianjurkan <7% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10% energi
dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 - 25% energi. Apabila peningkatan
LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu
<7% energi total dari lemak jenuh, dan kandungan kolestrol 200 mg/hari.
Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan masalah utama, pendekatan
yang mungkin menguntungkan selain penurunan berat badan dan peningkatan
aktivitas adalah peningkatan sedang asupan lemak tidak jenuh tunggal sampai 20%
energi, sedangkan asupan karbohidrat lebih rendah. Perencanaan makan tinggi lemak
tidak jenuh tunggal dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan nuts, alpukat dan
minyak zaitun. Pasien dengan kadar trigliserida >1000 mg/dl mungkin perlu
penurunan semua tipe lemak makanan untuk menurunkan kadar lemak plasma dalam
bentuk kilomikron.

2.3.3.3. Lemak jenuh dan kolestrol


Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol adalah untuk
menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu <7% asupan energi
sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan kolestrol makanan hendaknya dibatasi
tidak lebih dari 300 mg/hari.

2.3.3.4. Karbohidrat
ADA menyarankan karbohidrat untuk penderita DM yang aman dikonsumsi adalah
sekitar 20-60 gram per kali makan (1 takaran sendok nasi), atau sebesar 135-180
gram karbohidrat per hari. Di dalam sayur juga terdapat 10 gram karbohidrat
misalnya sayur bayam, buncis, wortel, dan daun singkong. Diet rendah karbohidrat
membantu penderita DM dalam mengontrol asupan karbohidrat. Anjuran konsumsi
karbohidrat untuk orang dengan DM di Indonesia adalah 45-65% energi. (Sidartawan
Soegondo, SpPD-KEMD, FACE, 2018)
24

2.3.3.5. Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan
Diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa harus
diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan
menambahkannya pada perencanaan makan. Bagi penderita DM sukrosa tidak boleh
lebih dari 5% sehari (3-4 sdm)

2.3.3.6. Pemanis
Pengunaan pemanis alternative pada DM, aman digunakan asal tidak melebihi batas
aman (Accepted Dialy Intake). Fruktosa < 50 gr/hari, Sorbitol < 30 gr/hari, Manitol <
20 gr/hari, Aspartam 0 mg/kg BB, Sakarin 1 gr/hari dan Acesulfame K 15 mg/kg
BB/hari. Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai bahan
pemanis pada diet DM. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah
besar (20% energi) potensial merugikan pada kolestrol dan LDL, fruktosa tidak
seluruhnya menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk orang dengan DM. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan DM sama dengan untuk orang yang
tidak DM yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gram serat makanan dari berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gram/1000
kalori/hari dengan mengutamakan serat larut.

2.3.3.7. Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan DM sama dengan penduduk biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang,
dianjurkan 2400 mg natrium perhari.

2.3.3.8. Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan DM sama dengan masyarakat
umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh oleh
penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila DM terkendali dengan baik.
25

Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang menggunakan


insulin atau sulfonilurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi
orang dengan DM yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti pankreatitis,
dislipidemia atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi atau
menghindari alkohol. Asupan kalori dan alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari
asupan kalori total total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alkohol sama dengan
2 penukar lemak).

2.4. Kepatuhan
Patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.
Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk pada ajaran dan aturan. Kepatuhan
adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi. Kepatuhan
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat pada aturan, perintah yang telah
ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan. Menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia).

Menurut Sarafino (dalam Smet, 1994) kepatuhan adalah tingkat kesediaan pasien
melaksanakan cara pengobatan atau perilaku yang disarankan oleh dokter maupun
petugas kesehatan. Kemudian berdasarkan Kemenkes (2011) kepatuhan adalah suatu
bentuk perilaku yang timbul karena adanya interaksi antara petugas kesehatan dengan
pasien sehingga pasien mengetahui rencana dengan segala konsekuensinya sehingga
menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya. Menurut pernyataan yang telah
dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah tindakan
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau petugas
kesehatan.

2.4.1. Aspek-aspek kepatuhan diet


Berdasarkan Tjokropawiro (1994) dalam kepatuhan diet diabetes mellitus ada 3J yang
harus diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM diabetes mellitus, yaitu jumlah
makanan, jenis makanan dan jadwal makanan.
26

Berikut ini uraian mengenai ketiga hal tersebut:


2.4.1.1. Jumlah Makanan
Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita DM, bukan
berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI) juga telah menetapkan standar jumlah gizi pada diet diabetes mellitus,
dimana telah ditetapkan proporsi yang ideal untuk zat makanan seperti karbohidrat,
protein, lemak, kolesterol, serat, garam dan pemanis dalam satu porsi makanan
utama.

2.4.1.2. Jenis Makanan


Pasien diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa yang
boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan makanan apa
yang harus dibatasi secara ketat. Makanan yang mengandung karbohidrat mudah
diserap seperti sirup, gula, sari buah harus dihindari. Sayuran dengan kandungan
karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun
singkong, bit dan bayam harus dibatasi. Buah-buahan berkalori tinggi seperti pisang,
pepaya, mangga, sawo, rambutan, apel, duku, durian, jeruk dan nanas juga dibatasi.
Sayuran yang boleh dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah
seperti oyong, ketimun, kol, labu air, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada, toge,
terong dan tomat . Cukup banyak pasien DM mengeluh karena makanan yang
tercantum dalam daftar menu diet kurang bervariasi sehingga sering terasa
membosankan. Untuk itu agar ada variasi dan tidak menimbulkan kebosanan, dapat
diganti dengan makanan penukar lain. Perlu diingat dalam penggunaan makanan
penukar, kandungan zat gizinya harus sama dengan makanan yang digantikannya
(Suyono, 1996 dalam Abdillah 2016)

2.4.1.3. Jadwal Makan


Pasien diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk makan tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Penderita diabetes mellitus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan
27

utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Hal ini dimaksudkan agar
terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan
dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa
darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kekurangan zat
gizi.

Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita DM diabetes mellitus yakni;
pukul 07.00 jadwal makan pagi, pukul 10.00 selingan, pukul 13.00 jadwal makan
siang, pukul 16.00 jadwal selingan makan, pukul 19.00 jadwal makan malam dan
pukul 21.00 jadwal makan selingan. Instansi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo Asosiasi Diabetes Indonesia (2010) menjelaskan jenis diet dan
indikasi pemberian diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan diabetus
mellitus dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat.
Jenis diet diabetus mellitus menurut kandungan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat.

Menurut Friedman (1998) mendefinisikan dukungan keluarga merupakan suatu sikap,


tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga
berfungsi sebagai suatu sistem pendukung bagi anggotanya yang selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Aspek dukungan keluarga menurut Friedman (1998) meliputi; dukungan emosional,


seperti memberikan kasih sayang kepada keluarga, kepedulian, perhatian. Ada pula
aspek lainnya yaitu dukungan penghargaan, berupa pemberian respon positif yaitu
dorongan atau persetujuan terhadap suatu gagasan. Selain itu ada pula dukungan
instrumental yang mencakup dukungan secara langsung, seperti memberikan bantuan
atau pertolongan dari anggota keluarga. Bentuk dukungan lainnya yaitu dukungan
informasi yaitu dukungan penghargaan yaitu umpan balik tentang individu
melakukan sesuatu. Tingkat Kepatuhan pasien DM yaitu: angka 0 -25% : Tidak
28

patuh, angka 26 – 50% : Kurang patuh , angka 51 – 75% : Cukup Patuh, angka 76 –
100% : Patuh (Alimul, 2011)

2.4.2. Upaya peningkatan kepatuhan diet pada pasien diabetes militus


Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatannya saat
ini adalah dengan melakukan konseling pasien. Dasar pemahaman yang baik adalah
komunikasi, komunikasi yang baik antar ahli gizi dengan pasien akan meningkat
pemahaman pasien terhadap pengobatan atau terapi yang sedang dijalani. (Ilmah &
Rochmah, 2015). Upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan dalam meningkatkan
kepatuhan penderita diabetes melitus untuk melaksanakan program diet di antaranya
membimbing penderita diabetes mellitus dalam menerapkan program diet (Arifin &
Damayanti, 2015).

Terdapat cara untuk meningkatkan kepatuhan yaitu menjaga komunikasi dengan


tenaga kesehatan, mendapatkan informasi yang jelas mengenai penyakit diabetes
mellitus sehingga pasien memahami instruksi dari tenaga kesehatan, serta
memberikan dukungan sosial dalam bentuk perhatian dan nasehat yang bermanfaat
untuk pasien diabetes mellitus (Sukmaning Ayu & Lestari, 2018) Penyandang DM
perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan
jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri (Soelistijo et al., 2015)
29

2.5. Kerangka Teori

Diabetes Melitus

Penatalaksanaan DM
1. Edukasi Faktor Predisposisi
2. Terapi Gizi medis 1. Pengetahuan
3. Latihan Jasmani 2. Pendidikan
4. Terapi Farmakologis 3. Pekerjaan
4. Umur
5. Sosial Budaya

Kepatuhan Faktor Penguat


Pengetahuan
Informasi dan sikap dari
tokoh masyarakat dan
1. Pengetahuan petugas kesehatan
Faktor Pendukung
2. Tingkat
1. Sarana dan prasarana
Pendidikan
2. Lingkungan
3. Keyakinan
4. Fasilitas
Kesehatan

(Sumber : Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD, 2018; Notoatmodjo, 2020;


Wawan, 2017 ).
BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai kerangka konsep, variable penelitian, hipotesis, definisi
operasional, desain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, waktu
penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan
analisis data.
3.1. Kerangka konsep
Kerangka konseptual penelitian adalah kaitan atau hubungan antara konsep satu
dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep
didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian (Setiadi,
2013).
Gambar 3.1 Kerangka Konsep penelitian tentang hubungan tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan diet DM di Rawat Inap
Rumah Sakit Dewi Sri Karawang

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan Kepatuhan diet


1. Baik 1. Patuh
2. Kurang 2. Tidak patuh

Karakteristik
1. Umur
2. Tingkat
Pendidikan
3. Pekerjaan

30
Universitas Borobudur
31

Variabel Perancu

3.1.1. Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

3.1.2. Variabel Indipenden


Variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2016:68).
Variabel Independen dalam penelitian ini : Pengetahuan dan karakteristik responden.

3.1.3. Variabel Dependen


Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016:68). Variabel
dependen dalam penelitian ini : kepatuhan diet DM.

3.1.4. Variabel Perancu


Variabel yang tidak diharapkan, namun dapat mempengaruhi variabel dependen,
variabel ini perlu dikendalikan, variabel ini dapat berupa intervening variabel / tidak
dapat diukur langsung ( capai, lemas dll ) atau extraneus variabel / dapat diukur
langsung ( usia, Pendidikan, pekerjaan )

3.2. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2017) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya
melalui data empirik yang terkumpul.
Hipotesis dalam penelitian ini :
Ha 1 : Ada hubungan antara pengetahuan dengan pengelolaan diet pada pasien DM
Ha 2 : Ada hubungan antara kepatuhan dengan pengelolaan diet pasien DM
32

3.3. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya
menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini
merupakan informasi ilmiah yang akan membantu penelitian lain yang ingin
menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional merupakan penjelasan semua
variabel dan istilah yang akan digunakan dalam mengartikan makna penelitian
(Setiadi, 2013).

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel


Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

Usia Merupakan Melihat data Kuesioner A Data Umur Ordinal


umur responden responden Responden -Remaja akhir
dari awal mengisi 17-25 thn
kelahiran umur sesuai -Dewasa awal
sampai pada dengan saat 26-35 thn
penelitian pengisisan -dewasa akhir
dilakukan kuesioner 36-45 thn
-Lansia awal
46-55 thn
-Lansia akhir
56-65thn
-Manula 65-
keatas

Tingkat Tingkat Jenjang Kuesioner A 0 = Tidak Ordinal


pendidikan Pendidikan Pendidikan Mengisi Sekolah
yang pernah terakhir yang Pendidikan 1 = SD
diikuti oleh diikuti oleh terakhir saat 2 = SMP
responden responden pengisian 3 = SMA
kuesioner 4=
Perguruan
Tinggi
33

Pekerjaan Suatu kegiatan Melihat data Kuesioner A 1= PNS Ordinal


untuk responden Pekerjaan 2= Karyawan
menghasilkan saat ini 3= Petani
uang ketika 4= Pedagang
mengisi 5=Lain-lain
kuesioner (IRT,tidak
bekerja)

Pengetahuan menyerap dan Menggunakan Kuesioner B 1 = Kurang Ordinal


memahami kuesioner tentang 2 = Baik
informasi yang dengan tingkat
diterima yang pernyataan pengetahuan
kemudian Benar= 2 Responden
menjadi Salah = 1 tentang diet
dipahami DM

Kepatuhan suka menurut Menggunakan Kuesioner C Patuh Ordinal


perintah, taat Kuesioner tentang Tidak patuh
kepada perintah Selalu = 4 kepatuhan
atau aturan dan Sering = 3 diet DM
berdisiplin Kadang = 2 selama
Tidak Pernah menderita
=1 sakit DM

3.4. Desain Penelitian


Desain penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif dengan desain deskripsi
Cross Sectional untuk melihat dua variabel antara pengetahuan dengan kepatuhan diet
Diabetes Melitus Tipe 2 dirawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang. Sebuah studi
cross-sectional didefinisikan sebagai jenis penelitian observasional yang menganalisis
data variabel yang dikumpulkan pada satu titik waktu tertentu di seluruh populasi
sampel atau subset yang telah ditentukan. ( LP2M. 2019 )
34

3.5. Populasi dan Sampel


3.5.1. Populasi
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; subjek/objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ( Sugiyono 2019:126)
Data populasi Penderita DM tahun 2021 di Rumah Sakit Dewi Sri mencapai 76
orang. ( data Rekam Medis, 2021 )

3.5.2. Sampel
3.5.2.1. Jumlah Sampel
Sampel adalah Sebagian populasi yang mewakili populasi. Jumlah minimal sampel
yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin
Teknik yang digunakan untuk pengambilan jumlah sampel dari populasi
menggunakan rumus Slovin (Riduwan, 2015:18) sebagai berikut:

𝑛 = ____𝑁_______
1 + 𝑁(𝑒)

Keterangan :
𝑛 = Jumlah sampel yang diperlukan
N = Jumlah populasi
𝑒 = Tingkat kesalahan sampel (ditetapkan 5% atau 0,05)

𝑛 = ___𝑁_____=_______76______ = ______76______ = __76 = 55,4=> 55


1+ (𝑒) 1+76( 0,05 )² 1+( 0,37 ) 1,37

Berdasarkan penghitungan menggunakan rumus di atas, maka responden yang


diambil dalam penelitian ini sebanyak 55 responden .Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah teknik pembambilan sampel. Untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan (Sugiyono, 2019).
35

Untuk menentukan sampel pada masing-masing responden, peneliti menentukan


responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel menggunakan non
Probability Sampling dimana pengambilan data ditetapkan dengan berdasarkan
karakteristik dan ciri-ciri tertentu agar mendapatkan sampel yang sesuai dengan
penelitian dengan metode purposive sampling. Menurut Sugiyono ( 2010 ), purposive
sampling merupakan teknik pengambilan data dengan menentukan sampel yang
sudah dipertimbangkan.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : Pasien dewasa yang berusia > 18 tahun,
pasien sadar dan kooperatif, mempunyai Riwayat DM > 1 tahun.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : Responden yang tidak bersedia untuk
diteliti

3.6. Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang dengan
alasan selama ini belum ada penelitian yang sejenis, sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini.

3.7. Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari perencanaan sampai penyusunan hasil
penelitian dari bulan Agustus sampai September 2022.

3.8. Etika Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan etika penelitian yaitu
memberikan perlindungan kepada responden yang menjadi subjek dalam penelitian
ini. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya masalah etik yang akan terjadi
selama proses penelitian berlangsung dengan menerapkan prinsip etika riset
penelitian. Contoh yang paling sederhana dalam praktik kedokteran dimana selalu
terkait dengan hubungan antar dua pihak: dokter dan pasien. Dimana masing-masing
pihak ini, baik dokter maupun pasien selalu melekat hak dan kewajiban yang harus
36

mereka akui dan patuhi. Apabila pihak yang satu ingin menuntut haknya, ia juga
harus melakukan kewajibanya terhadap pihak yang lain (Notoatmodjo, 2018).

Beberapa prinsip dasar dan kaidah etika penelitian adalah sebagai berikut :
3.8.1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Penelti perlu mempertimbangakan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Disamping itu,
peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau
tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Menghormati privasi dan kerahasiaan
subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality). Setiap orang mempunyai
hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu dalam memeberikan
informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya
kepada orang lain.

3.8.2. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness).


Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan,
dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti dikondisikan sehingga memenuhi
prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan
ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan
yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya.

3.8.3. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms


and benefits). Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khusunya.
Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.

3.9. Alat Pengumpulan Data


Menurut Sugiono (2009) menjelaskan kalau instrumen penelitian adalah sebuah alat
bantu yang dipakai oleh si peneliti dalam mengukur fenomena alam dan juga sosial
yang sesuai dengan variabel penelitian. Alat pangumpulan data atau instrument yang
37

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam bentuk pernyataan –


pernyataan yang berkaitan dengan data karakteristik demografi pasien DM.

3.9.1. Instrumen A
Kuesioner ini berisi pernyataan – pernyataan terkait demografi responden yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 3 pertanyaan dari nomor 1 sampai 3 yang
meliputi : usia, Pendidikan dan pekerjaan. Data yang diambil merupakan data primer,
dimana responden menjawab pernyataan yang ada dikuesioner A dengan mengisi
atau memberi tanda check list pada isian tersedia.

3.9.2. Instrumen B ( Kuesioner pengetahuan )


Kuesiner ini dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 14 pernyataan tentang
pengetahuan mengenai diet DM. Instrumen ini mempunyai dua pilihan jawaban
yaitu : “Betul” dan “Salah” Nilai 1 untuk jawaban yang salah dan nilai 2 untuk
jawaban yang betul.

3.9.3. Instrumen C ( Kuesioner Kepatuhan )


Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 19 pernyataan dengan
pilihan jawaban dari setiap pernyatan adalah Selalu, Sering, Jarang dan Tidak pernah.

3.10. Uji Validitas


Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur
yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan
bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Uji validitas akan dilakukan di Rumah Sakit yang setipe dengan Rumah
Sakit Dewi Sri karawang yaitu di Rumah Sakit Islam Karawang.

Perhitungan validitas dari sebuah instrumen dapat menggunakan rumus korelasi


product moment atau dikenal juga dengan korelasi pearson. Adapun rumusnya adalah
sebagai berikut :
38

rxy = Σ xy- ( Σx ) (Σy ) _

√ {N Σ x 2−(Σx ²)}{NΣ y 2−(Σy)² }

Keterangan:
r : koefisien korelasi Pearson
N : banyak pasangan nilai X dan Y
∑XY : jumlah dari hasil kali nilai X dan nilai Y
∑X : jumlah nilai X
∑Y : jumlah nilai Y
∑X2 : jumlah dari kuadrat nilai X
∑Y2 : jumlah dari kuadrat nilai Y

Untuk menginterpretasikan tingkat validitas, maka koefisien korelasi


dikategorikan pada criteria sebagai berikut:
Kriteria Validitas Instrumen Tes
Nilai r
Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah

3.11. Uji Reabilitas


Menurut Notoatmodjo (2005) dalam Widi R (2011), reabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.
Sehingga uji reliabilitas dapat digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur,
apakah alat ukur tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Alat ukur
dikatakkan reliabel jika menghasilkan hasil yang sama meskipun dilakukan
pengukuran berkali-kali. Biasanya sebelum dilakukan uji reliabilitas data, dilakukan
39

uji validitas data. Hal ini dikarenakan data yang akan diukur harus valid, dan baru
dilanjutkan dengan uji reabilitas data. Namun, apabila data yang diukur tidak valid,
maka tidak perlu dilakukan uji reliabilitas data.

3.12. Prosedur Pengumpulan Data


Penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data yang terdiri atas prosedur
administrative dan prosedur teknis. Secara rinci penjelasan dari prosedur
pengumpulan data penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
3.12.1. Izin penelitian dilakukan kepada Direktur Rumah Sakit Dewi Sri Karawang
dengan disertai surat rekomendasi dari Pendidikan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borobudur Jakarta, yang kemudian izin penelitian oleh direktur
diposisikan kepada Kepala Bagian Keperawatan untuk dilakukan telaah.
3.12.2. Izin diberikan setelah direktur mendapat rekomendasi dari Kepala Bagian
Keperawatan.
3.12.3. Peneliti berkoordinasi dengan perawt yang bertugas diruang rawat Inap untuk
menentukan daftar pasien yang dapat dijadikan sebagai responden penelitian.
3.12.4. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian dan proses
penelitian.
3.12.5. Peneliti menyerahkan kuesioner kepada responden untuk dipersilahkan
memahami peneliti yang dilaksanakan dengan membaca petunjuk penelitian.
3.12.6. Peneliti mempersilahkan responden untuk menandatangani lembar
persetujuan atas keikutsertaannya sebagai subjek penelitian.
3.12.7. Waktu pengisian kuesioner adalah 20-30 menit.
3.12.8. Kuesioner yang telah selesai diisi diserahkan Kembali kepada peneliti untuk
dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kejelasan terhadap pengisiaan
kuesioner.
3.12.9. Peneliti mengumpulkan kuesioner -kuesioner yang telah diisi oleh responden
dalam satu dokumen.
3.12.10. Peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan terima kasih atas
kesediaan responden dan partisipasinya dalam penelitian.
40

3.13. Pengolahan Data


3.13.1. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian menjadi dua bagian yaitu analisis univariat.
Penjelasannya sebagai berikut :
a) Analisis Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan karakteristik
variabel – variabel yang diteliti. Jenis datanya akan dideskripsikan dalam bentuk
variabel penelitian. Pada analisis univariat ini sekaligus untuk melihat jumlah
responden berdasarkan karakteristik demografi individu yaitu umur , tingkat
Pendidikan dan pekerjaan.

b) Analisis bivariat
Analisis bivariat dilaksanakan untuk mendapatkan nilai kemaknaan hubungan
( korelasi ) antara variabel independent dengan variabel dependen. Jenis data yang di
analisis akan digunakan sebagai Uji statistik. Berdasarkan variabel dalam penelitian
ini untuk menguji hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan, maka uji statistic
bivariat yang akan dilakukan adalah rumus Chi Square. Yaitu dengan cara salah satu
jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel adalah nominal
( apabila ada 2 variabel, ada 1 dengan skala nominal, maka dilakukan uji Chi- square
dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada derajat yang rendah )
Rumus

X² = Σ (OE )²

Df = (k-) (b-1)

Keterangan :

O = nilai observasi K = Jumlah baris

E = nilai eksperimen Df = derajat kebebasan


BAB 4
HASIL PENELITIAN

Analisis hasil penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu analisis univariat dan analisis
bivariat. Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan di Rumah Sakit Dewi Sri
Karawang pada bulan Agustus – September 2022.

4.1. Karakteristik
4.1.1. Usia
Gambar 4.1
Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia
Pada Pasien DM Tipe 2 di Ruang Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang

<45 Tahun 27,3%


(15) >55 Tahun
45,4%(25)

45-55 Tahun
27,3% (15)

Berdasarkan gambar 4.1 diatas, didapatkan hampir setengahnya responden yang


berusia > 55 tahun (45,4%)

41
Universitas Borobudur
42

4.1.2. Pendidikan
Gambar 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
Pada Pasien DM Tipe 2 di Ruang Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang

Tidak Sekolah 3,65% (2 Orang) Sarjana 12,7% (5


Orang) SMA 18,2% (10
4% Orang)
13%
18%

SD 36,4% (20 Orang)

SMP 29% (16 Orang)


29%

Berdasarkan Gambar 4.2. Hampir setengahnya Pendidikan terakhir yang


ditempuh responden adalah SD sebesar 36,4%

4.1.3. Pekerjaan
Gambar 4.3.
Distribusi Frekuensi berdasarkan Pekerjaan
Pada Pasien DM Tipe 2 di Ruang Rawat Inap RS. Dewi Sri Karawang

Lain-lain (IRT,tidak
bekerja) 36,4% (20 PNS 7,3% (4 Orang) Karyawan 22%
Orang) (12 Orang)

Petani 16,4% (9
Pedagang 18,2% (10 Orang) Orang)

Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa pekerjaan hampir setengahnya adalah


IRT sebesar 36,4%.
43

4.2. Pengetahuan

Gambar 4.4
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan pasien DM tipe II di Rawat Inap Rumah
Sakit Dewi Sri Karawang

KURANG
43,6% (24
Orang)

BAIK 56,4%
(31 Orang)

Dari gambar diatas memperlihatkan proporsi responden Sebagian besar memiliki


pengetahuan yang baik sebesar 31 Orang (56,4%)

4.3. Kepatuhan Diet


Gambar 4.5
Distribusi Responden Menurut Kepatuhan Diet Pasien DM tipe II Di Rawat Inap
Rumah Sakit Dewi Sri Karawang

Patuh
47,3% (26
Orang)

Tidak Patuh
52,7% (29
Orang )

Dari gambar diatas Sebagian besar responden memiliki angka ketidakpatuhan yaitu
sebesar 29 orang (52,7 %)
44

4.4. Hubungan antar Pengetahuan Dengan kepatuhan Diet pada Pasien DM


Tipe 2 di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang
Tabel 4.4.1
Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien DM Tipe 2 Di
Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang Agustus – September 2022, n=55
Kepatuhan diet pasien DM P
Jumlah OR ( 95
Variabel Patuh Tidak Patuh Valu
% )CI
e
N % N % N
Pengetahuan
Baik 21 67.7 10 32.3 31 27.575 0.001
Pengetahuan
Kurang 5 20.8 19 79.2 24
Total 26 88.5 29 111.5 55

Uji bivariat dengan menggunakan uji Chi square digunakan untuk melihat hubungan
antara pengetahuan dengan kepatuhan responden dalam menjalani diet DM tipe 2.
Dari table 4.4.1 menunjukan hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan diet
pada pasien DM tipe 2 yang dirawat di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang.
Dari 55 pasien DM tipe 2 yang mempunyai pengetahuan kurang ada sebanyak 5
( 20.8 %), yang mematuhi diet DM tipe 2. Dari 31 pasien DM tipe 2 yang mempunyai
pengetahuan baik, ada sebanyak 21 ( 67,7 %) yang mematuhi diet DM tipe 2.
Analisis lebih lanjut menyimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasin DM tipe 2 (p value = 0.000 < 0.005).
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai OR = 27.575, artinya pasien yang
memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 27,575 kali untuk mematuhi diet DM
dibandingkan dengan pasien DM tipe 2 yang mempunyai pengetahuan yang kurang.
BAB 5
PEMBAHASAN

Bab ini menjabarkan interpretasi hasil penelitian yang dilakukan dengan teori yang
ada pada tinjauan teori.

5.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil


5.1.1. Karakteristik Data Demografi Responden
5.1.1.1. Usia
Berdasarkan hasil analisis responden penelitian dapat disimpulkan bahwa Sebagian
besar pasien DM tipe 2 yang di rawat di Rawat Inap Rumah sakit Dewi Sri Karawang
berusia lebih 55 tahun ( 45,4%). Usia mempengaruhi resiko dan kejadian DM. Usia
erat kaitannya dengan kenaikan kadar gula darah, sehingga semakin bertambah usia
maka prevalensi DM dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
(Wawan, 2017)

5.1.1.2. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas Pendidikan yang mempunyai penyakit DM
tipe 2 di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang sebesar 36,4% berpendidikan
SD. Tingkat merupakan indicator bahwa seseorang sudah menempuh jenjang
Pendidikan formal di bidang tertentu, namun bukan merupakan suatu indicator bahwa
seseorang telah menguasai beberapa bidang ilmu yang lainnya. Tingkat Pendidikan
memiliki pengaruh yang besar terhadap penyakit DM, hal ini biasanya akan membuat
orang yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang
pengetahuan Kesehatan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
45
Universitas Borobudur
46

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah menerima informasi (Wawan. 2017)

5.1.1.3. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden yang menderita DM Sebagian
besar adalah IRT sebanyak 36,4%. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi
lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

5.1.2. Pengetahuan terhadap Kepatuhan Diet


Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak
56,4 %. Pengetahuan seseorang tidak secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan
karena pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman masa lalu, namun tingkat
pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
informasi yang diterima yang kemudian menjadi dipahami (Notoatmodjo dalam
Albunsyary 2020).

5.1.3. Hubungan tingkat Pengetahuan dengan kepatuhan Diet pada pasien Diabetes
Melitus tipe 2 di Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Karawang.
Hasil uji statistik chi- square Jika p value ≤ α (0,05) H0 ditolak yang berarti ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen . Dan jika p value >
α (0,05) H0 diterima yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Hasil penelitian didapatkan nilai r hitung sebesar 0,001 dan nilai r
tabel yang telah ditentukan dengan jumlah responden 55 adalah sebesar 0,361.
Dengan demikian peneliti berpendapat bahwa r hitung lebih kecil dari r tabel
sehingga dapat disimpulkan oleh peneliti yaitu Ho ditolak dan Ha diterima.
47

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan Kepatuhan diet pada pasien DM di Rawat Inap Rumah
Sakit Dewi Sri Karawang. Dari hasil penelitian terdapat 55 responden diantaranya 31
responden (56,4%) yang memiliki pengetahuan baik, namun dalam kepatuhan diet
DM yang melakukannya ada 10 responden (32,3%). Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh sikap saja, namun dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti usia, pendidikan dan pekerjaan.

Dalam kenyataannya terdapat 24 responden (43,6%) yang memiliki pengetahuan


kurang baik, namun dalam melakukan kepatuhan diet DM sebanyak 19 responden
(79,2%) hasil ini menunjukan bahwa kepatuhan diet DM ada kaitannya dengan
pengetahuan yang didapatkan dan factor perilaku lain yang membuat responden tidak
patuh terhadap diet DM selama menderita penyakit DM.

Kepatuhan Diet DM ini tidak akan terlaksana dengan baik, tanpa adanya kemauan
dan kesadaran dari dirinya sendiri, maka dari itu responden perlu meningkatkan
pengetahuan tentang pentingnya diet DM untuk kelangsungan kehidupannya. Hal
tersebut relevan seperti menurut Sarafino (dalam Smet, 1994) kepatuhan adalah
tingkat kesediaan pasien melaksanakan cara pengobatan atau perilaku yang
disarankan oleh dokter maupun petugas Kesehatan.

5.1.4. Keterbatasan Penelitian


5.1.4.1. Instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
dibuat berupa butir – butir pernyatan yang keakuratan jawabannya tergantung pada
kejujuran responden sendiri, oleh karena itu peneliti bukan mencari kelemahan dari
responden tapi berusaha memberitahukan kepada responden bahwa menjawab
pernyataan yang jujur tidak akan berpengaruh apapun terhadap responden.
48

5.1.4.2. Masih ada kuesioner yang diisi oleh orang lain karena keterbatasan
responden tentang pengisian kuesioner lewat google form, faktor ketidak pahaman
tentang caranya yang membuat responden menjawabnya masih diragukan.

5.1.5. Implikasi Penelitian


Peneliti saat melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner lewat google form
yang dibagikan pada pasien DM yang di rawat, peneliti belum menemukan adanya
media edukasi seperti leaflet dan lembar balik saat memberikan Pendidikan
Kesehatan.
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjabarkan simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan teori dan
saran.

6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil keseluruhan temuan penelitian sebagai
berikut :
6.1.1. Karakteristik responden penderita DM tipe 2 yang dirawat di Rumah Sakit
Dewi Sri Karawang dari 55 responden diperoleh mayoritas berusia 55 tahun keatas
sebanyak 25 orang atau sekitar 45,4%, Pendidikan mayoritas SD sebanyak 36,4%,
pekerjaan mayoritas seorang Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 36,4%.
6.1.2. Pengetahuan dari penelitian ini, hampir setengahnya responden mempunyai
pengetahuan kurang mengenai diet DM (43,6%).
6.1.3. Kepatuhan responden tentang mengelola diet DM tipe 2 sekitar 52,7%
responden tidak patuh.
6.1.4. Dari hasil penelitian ini, ternyata ada hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 (p value = 0,001).

6.2. Saran
6.2.1. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit hendaknya menyediakan leaflet atau lembar balik sebagai sarana
Pendidikan Kesehatan pasien yang di rawat di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang.

49
Universitas Borobudur
50

6.2.2. Bagi Perawat


Meningkatkan pengetahuan mengenai diet DM tipe 2 dengan koordinasi dengan
petugas Kesehatan yang lain melalui medi masa dan elektronik.

6.2.3. Bagi Pasien


Meningkatkan pengetahuan mengenai diet DM tipe 2 untuk meningkatkan kepatuhan
dalam pengelolaan diet DM tipe 2 dengan berdiskusi dengan tim Kesehatan lain.

6.2.4. Bagi Peneliti


Penelitian yang lebih lanjut pada populasi umum dengan sampel yang lebih besar
diperlukan untuk mengetahui factor penyebab lain mengenai kepatuhan pengelolaan
diet pada pasien DM tipe 2.
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, A. (2016). Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kelulusan Uji.


Kompetensi Ners Indonesia. Jurnal Penelitian Administrasi Publik , Vol.
5 halaman

ADA (American Diabetes Association). (2010). Diagnosis and Classification of.


Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 33, 62-90.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov 

Alimul, Aziz H. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis.


Data.Jakarta: Salemba Medika.
 Andyani (2017), gambaran kepatuhan diet pasien diabetes melitus tipe 2. Skripsi .
Sumbawa : Universitas Andalas
Arifin, & Damayanti, S. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan.
Diet diabetes Melitus Tipe 2 Di Poli Penyakit Dalam. Jurnal Keperawatan.

http://journal.unas.ac.id 

Askandar Tjokroprawiro. (1994 ) (5) Diabetic nephropathy : A growing health care


problems Airlangga University School of Medicine - Dr. Sutomo
http://ailis.lib.unair.ac.id

Aprinda Puji (2021) Senam Diabetes dalam penurunan kadar gula darah

Bagja. (2015). Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar


Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual 

Dr. Verury verona Handayani (2020). Diabetes & Diet: 7 Foods That Control Blood
Sugar

Ernawati. 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes. (2017) Evaluation and


Treatment of Diabetic Foot Ulcers,. Clin Diab, 24, 92-93.

Friedman, M. Marilyn.( 1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta :


EGC. 13. Anonim. (2009).

Ghozali, Imam, (2009), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Vol.100-125.

51
52

Hikmat Permana,( 2009 ) Division of Endocrinology and Metabolism Department of


Internal Medicine Padjadjaran University Medical School/ Hasan Sadikin
Hospital Bandung.

IDF.( 2021 ). The International Diabetes Federation ( IDF ) response to the WHO
first draft of the Framework for country action across sectors for health and
health equity.(Vol. Global Dia).

lmah, F & Rohmah T. (2015). Kepatuhan Pasien Rawat Inap Diet Diabetes. Mellitus


Berdasarkan Teori Kepatuhan Niven. [Jurnal]. Fakultas Kesehatan.

http://repository.upnvj.ac.id 

KEMENKES (2010) Deteksi dini diabetes pada anak.


https://www.kemkes.go.id/article/print/20111800008

Lemone and Burke, Karen M.. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi
5). JAKRTA: EGC.

Nur Isnaini, R. (2018). Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe
2. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah, vol 14 pp. 59-68.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Notoatmojo. (2005 ). Metode Penelitian Kesehatan.

Norita (2019) Perbedaan Level Pengetahuan dan Sikap pada Kepatuhan Diet Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2. Thesis. Padang : Universitas Andalas

  Padilla. (2018). Perawatan Luka Ulkus Diabetikum Dm Tipe Ii Menggunakan Cairan


Nacl .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha. Medika.

P2PTM. ( 2019 ). kemkes tanda-dan-gejala-diabetes.

P2PTM ( 2019 ). Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus (DM)-Faktor Risiko yang
Bisa Diubah. Jakarta.

PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus.

PERNEFRI (2021). Hubungan GGK dengan DM

https://www.pernefri. konsensus
53

Prasetyo dalam. Maspriyadi (2019) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang


ada di kepala kita

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). ( 2018 ). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar.

Riduwan. (2015). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sarafino. (1994). Health Psychology Biopsychosocial Interaction. USA : John. Wiley


& Sons. Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology Biopsychosocial .

Senuk · (2013 ) Kepatuhan menjalani diet diabetes melitus. Skripsi. Makasar :


Politeknik Kesehatan Kemenkes

Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2) Yogyakarta:
Graha. Ilmu.

Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD, FACE. (2018).tentang penatalaksanaan


diabetes melitus .

Shella Aprilia, (2018) Hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet dengan


kadar gula darah penderita DM tipe 2. Tesis. Semarang : Universitas
Muhammadiyah Semarang

Smeltzer, Suzanne C.; Brenda G. Bare, (2008) . Buku Ajar Keperawatan. Medikal-


Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, EGC, Jakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suiraoka, I. (2012). Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegah dan Mengurangi.


Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif (Pertama). Yogyakarta: Nuha Medika.

https://digilib.esaunggul.ac.i

Sulistyo. (2015). Metode Penelitian. Design : Pendekatan Metode Kualitatif,.


Jakarta : Wedatama Widya Sastra. Creswell, J. W.

Tjokropawiro (1994) dalam kepatuhan diet diabetes mellitus makanan yang


digantikannya (Suyono,. 1996 dalam Abdillah 2016).

Wawan (2017) Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas tentang


Teori Dan Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Manusia
54

WHO. (2021). Diabetes Mellitus.


https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/diabetes

Widi Ristya.( 2011). Uji Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian. Epidemiologi


Kedokteran Gigi. Universitas Negeri Jember [Jurnal).

http://scholar.unand.ac.id 
55

Anda mungkin juga menyukai