Anda di halaman 1dari 120

SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP

TERJADINYA HIPERVOLEMIA PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK DI RUANG HEMODIALISA

RS. GRANDMED LUBUK PAKAM

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh :

Nurul Khotifah

18.11.122
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA

LUBUK PAKAM

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian Dengan Judul:

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP

TERJADINYA HIPERVOLEMIA PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK DI RUANG HEMODIALISA

RS. GRANDMED LUBUK PAKAM

Oleh :

NURUL KHOTIFAH

1811122

Telah disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan komisi pada

ujian sidang proposal peneliti Program Studi Keperawatan Jenjang Sarjana

Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk

Pakam.

Lubuk Pakam, Februari 2022

Disetujui Oleh :

Pembimbing

Rahmad Gurusinga, S.Kep. Ns. M.Kep.

01.11.11.10.1985
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP

TERJADINYA HIPERVOLEMIA PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK DI RUANG HEMODIALISA

RS. GRANDMED LUBUK PAKAM

Oleh:

NURUL KHOTIFAH

181112

Poposal ini telah diseminarkandan diterima sebagai salah satu syarat untuk

melanjut ke tahap penelitian.

Lubuk Pakam, 7 April 2022

Komisi Penguji :

1. Bd. Basyariah Lubis SST,M.Kes,


NP.02.09.11.09.1982

2. Ns. Iskandar Markus Sembiring S.Kep,M.Kep


NP.01.15.25.05.1988

3. Ns. Rahmad Gurusinga S.Kep,M.Kep


NP. 01.11.11.10.1985

2
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Penelitian dengan judul :

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP

TERJADINYA HIPERVOLEMIA PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK DI RUANG HEMODIALISA

RS. GRANDMED LUBUK PAKAM

Oleh:

NURUL KHOTIFAH

1811122

Poposal penelitian ini telah diseminarkan dan disetujui oleh komisi penguji

proposal pada Program Studi Keperawatan Jenjang Sarjana Fakultas

Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

untuk dilanjutkan ketahap penelitian.

Lubuk Pakam, Februari 2022

Disahkan oleh

Dekan,
Ketua Program Studi,

Ns. Tati Murni Karo-Karo, S.Kep, M.Kep. Ns. Pratiwi C. Simarmata, S.Kep, M.Kep.
01.02.28.02.1980 01.20.06.06.1992

3
ABSTRAK

Nurul Khotifah

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP


TERJADINYA HIPERVOLEMIA PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RS.GRANMED LUBUK
PAKAM TAHUN 2022.

Latar Belakang : Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal
yang progresif dan tidak dapat pulih kembali. Kepatuhan terhadap
pengontrol diet dan pembatasan cairan merupakan faktor yang sangat
penting dalam menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan pasien
dengan gagal ginjal kronik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis
hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap terjadinya hipervolemia
pada pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisa RS.Grandmed Lubuk
Pakam. Alat ukur kuesioner dan hypervolemia pada 57 responden. Hasil :
Penelitian ini menggunakan uji chi square hasil penelitian didapatkan
kepatuhan pembatasan cairan kategori kurang patuh sebanyak 34 responden
(59,6%), dan kejadian hipervolemia kategori hipervolemia ringan sebanyak
23 responden (40,4%). Kesimpulan dari penelitian ini ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan pembatasan cairan terhadap terjadinya
hipervolemia pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa
RS.Grandmed Lubuk Pakam dengan nilai p-value 0,000 < ( = 0,05) yakni
valid dan dapat dinyatakan berhubungan. Kesimpulan : Pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisis perlu mendapatkan konseling dan
pendidikan kesehatan yang baik dan mudah dipahami tentang pembatasan
cairan. Selain itu perlu juga untuk melibatkan keluarga dalam manajemen
pengobatan dan perawatan pasien sehingga keluarga dapat memberikan
dukungan secara efektif pada pasien.
Kata kunci : Kepatuhan pembatasan cairan, hipervolemia, gagal ginjal
kronik

i
ABSTRACT

Nurul Khotifah

RELATIONSHIP OF LIQUID LIMITATION COMPLIANCE WITH


HYPERVOLEMIA IN CHRONIC KIDNEY FAILURE PATIENTS IN
THE HEMODIALIZATION ROOM OF RS. GRANDED LUBUK
PAKAM IN 2022.

Background : Chronic Kidney Failure (CKD) is a progressive and


irreversible kidney function disorder. Adherence to dietary control and fluid
restriction is a very important factor in determining the level of health and
well-being of patients with chronic kidney failure. Objective: This study
aims to analyze the relationship between adherence to fluid restriction and
the occurrence of hypervolemia in patients with chronic renal failure in the
hemodialysis room at Grandmed Lubuk Pakam Hospital. Measuring
instrument of questionnaire and hypervolemia in 57 respondents. Results:
This study used the chi square test. The results showed that adherence to
fluid restriction in the less compliant category was 34 respondents (59.6%),
and the incidence of hypervolemia in the mild hypervolemia category was
23 respondents (40.4%). The conclusion from this study is that there is a
significant relationship between adherence to fluid restriction and the
occurrence of hypervolemia in patients with chronic renal failure in the
hemodialysis room at Grandmed Lubuk Pakam Hospital with a p-value of
0.000 < (= 0.05), which is valid and can be stated to be related. Conclusion :
Chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis therapy need to get
good and easy-to-understand health counseling and education about fluid
restriction. In addition, it is also necessary to involve the family in the
management of treatment and patient care so that the family can provide
effective support to the patient.

Keywords: Compliance with fluid restriction, hypervolemia, chronic renal


failure

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Nurul Khotifah
Tempat/ Tanggal Lahir : Cempedak Lobang, 06 Oktober 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 3 dari 3bersaudara
Agama : Islam
Nama Ayah : Sularto
Nama Ibu : Wagirah
Alamat : Sei Rampah, Serdang Bedagai

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2006 – 2012 : SD Negeri 104302


Tahun 2012 – 2015 : SMP Negeri 1 Sei Rampah
Lulus dan Berijazah
Tahun 2015 – 2018 : Sma Negeri 1 Sei Rampah
Lulus dan Berijazah
Tahun 2018 – 2022 : Program Studi Keperawatan Jenjang
Sarjana
Institut Kesehatan Medistra Lubuk
Pakam
Lulus dan Berijazah

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat

dan karunianya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi

penelitian ini dengan judul.” HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN

CAIRAN TERHADAP TERJADINYA HIPERVOLEMIA PADA PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RS. GRANDMED

LUBUK PAKAM ” . Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan jenjang Strata 1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawata dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulius juga banyak mendapatkan

masukan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Puji syukur saya Kepada Allah SWT beserta Baginda nabi Muhammad

SAW.

2. Serta yang paling saya cintai saya berterima kasih sebesar besarnya

kepada Kedua orang tua saya, Ayah dan Ibu tercinta, serta abang, kaka

saya.

3. Drs. Johanes Sembiring, M.Kes selaku Ketua Yayasan Medistra Lubuk

Pakam

4. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Kep, M.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam. Sekaligus Dosen Pembimbing Saya yang telah

memberikan bimbingan sehingga saya sebagai peneliti dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

i
5. Ns. Tati Murni Karo Karo, S.Kep, M.Kep selaku Dekan Fakultas dan

Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk.

6. Ns. Pratiwi Christa Simarmata, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program

Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut

Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

7. . Dr. Arif Sudjatmiko, M.Kes, selaku Direktur Rumah Sakit Grandmed

Lubuk Pakam.

8. Dian Anggrianti, S.Kep, Ns, M. Kep, selaku Seketaris Program Studi

Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam.

9. Seluruh Staff Pegawai Ruang HD dan Selirih Pasien HD di Rs. Grandmed

Lubuk Pakam.

10. Dan yang terakhir kepada semua teman-teman Indah, Tesalonika, Laras,

Riri, Nurlefi, Bela, Dita,Widyanti, Kartini, Aldo, Novia, Dimas,Ibnu

fotocopy dan teman teman lainnya yang tidak bisa disebutkan seluruhnya

yang senantiasa memberikan doa, membantu dan memotivasi baik moril

maupun materil kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini .

ii
Demikian skripsi ini saya selesaikan, saya menyadari masih belum sempurna.

Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan keritik demi kesempurnaan skripsi

ini. Namun demikian adanya semoga skripsi ini dapat dijadikan acuan tindak

selanjutnya dan bermanfaat bagi kita semua terutama bagi ilmu keperawatan.

Lubuk Pakam, Juni 2022

Penulis

Nurul Khotifah

1811122

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang Masalah Penelitian............................................................ 1
1.2.Perumusan Masalah Penelitian................................................................... 4
1.3.Tujuan Penelitian........................................................................................ 4
1.3.1.... Tujuan Umum................................................................................ 4
1.3.2.... Tujuan Khusus............................................................................... 5
1.4.Manfaat Penelitian...................................................................................... 5
1.4.1.... Terhadap Pasien............................................................................. 5
1.4.2.... Terhadap Rumah Sakit................................................................... 5
1.4.3.... Terhadap Pemerintah..................................................................... 5
1.4.4.... Terhadap Penelitian....................................................................... 6

BAB II TUJUAN PUSTAKA......................................................................... 7


2.1 Ginjal........................................................................................................... 7
2.2 Konsep Dari Kepatuhan.............................................................................. 8
2.2.1 Definisi Kepatuhan............................................................................ 8
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan............................................. 8
2.3 Gagal Ginjal................................................................................................ 8
2.3.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis............................................................. 8
2.3.2 Etiologi Gagal Ginjal........................................................................ 11
2.3.3 Patofisiologi Gagal Ginjal................................................................. 12
2.3.4 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis........................................................ 14
2.3.5 Manifestasi Klinis............................................................................. 15
2.4 Kepatuhan Pembatasan Cairan.................................................................... 16
2.5 Konsep Hiporvolemia................................................................................. 18

iv
2.5.1 Pengaturan Hipervolemia.................................................................. 18
2.5.2 Etiologi Hipervolemia....................................................................... 19
2.5.3 Patofisiologi...................................................................................... 19
2.5.4 Manifestasi Klinis............................................................................. 19
2.6 SOP Tindakan Hemodialisa........................................................................ 20
2.6.1 Pengertian.......................................................................................... 20
2.6.2 Tujuan................................................................................................ 20
2.6.3 Kebijakan.......................................................................................... 20
2.7 Konseptual Penelitian.................................................................................. 30
2.8 Hipotesis Penelitian..................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 32


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................................. 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................... 32
3.3 Populasi....................................................................................................... 33
3.4.1 Sampel Penelitian.............................................................................. 34
3.4.2 Sampling............................................................................................ 34
3.5 Metode Pengumpulan Data......................................................................... 35
3.5.1 Peroses Pengumpulan Data............................................................... 35
3.6 Variabel Penelitian...................................................................................... 36
3.7 Sumber Data Penelitian............................................................................... 36
3.8 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian................................ 37
3.9 Cara Analisa Data....................................................................................... 40
3.10 Kerangka Kerja.......................................................................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 44


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................... 44
4.1.1 Data Demografi dan Geografi........................................................... 46
4.2 Analisis Univariat dan Bivariat................................................................... 46
4.2.1 Analisis Univariat.............................................................................. 46

v
BAB V PEMBAHASAN................................................................................. 50
5.1 Kepatuhan Pembahasan cairan pada pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang
Hemodialisa RS Grandmed Lubuk Pakam....................................................... 50
5.2 Keterbatasan Pemutusan............................................................................. 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 54
6.1 Kesimpulan................................................................................................. 54
6.2 Saran............................................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 56

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Nama Tabel Halaman

2.1. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

3.1. Rencana Pelaksanaan Penelitian

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Gambar Halaman

2.1. Kerangka Konseptual Penelitian.

2.2. Pathway Gagal Ginjal Kronik.

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

3.1. Kerangka Kerja Penelitian

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PENELITIAN

Halaman

1. Lampiran 1

2. Lampiran 2

3. Lampiran 3

4. Lampiran 4

5. Lampiran 5

6. Lampiran 6

7. Lampiran 7

8. Lampiran 8

9. Lampiran 9

10. Lampiran 10

11. Lampiran 11

12. Lampiran 12

13. Lampiran 13

14. Lampiran 14

15. Lampiran 15

1
BAB l

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang menyebabkan

fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu

melakukan fungsinya dengan baik (Choudhary & Velaga, 2017). Seseorang

didiagnosis menderita gagal ginjal kronik jika terjadi kelainan dan

kerusakan pada ginjal selama 3 bulan atau lebih yang ditandai dengan

penurunan fungsi ginjal sebesar 78-85% atau laju filtrasi glomerulusnya

(LFG) kurang dari 60 ml/min/1,73m2 dengan atau tanpa kelainan pada

ginjal. Penurunan LFG akan terus berlanjut hingga pada akhirnya terjadi

disfungsi organ pada saat laju filtrasi glomerulus menurun hingga kurang

dari 15 ml/min/1,73 m2 yang dikenal sebagai End-Stage Renal Disease

(ESRD) atau penyakit ginjal tahap akhir. Pada penyakit ginjal tahap akhir

urine tidak dapat dikonsentrasikan atau diencerkan secara normal sehingga

terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit.

Prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika

dibandingkan dengan Riskesdas (2013), antara lain kanker, stroke, penyakit

gagl ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Gagal Ginjal Kronis

(GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih

kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal

memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada

1
2

peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai

karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan

pengobatan seperti, transplantasi ginjal, dialisis peritoneal, hemodialisis dan

rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

Hemodialisis merupakan suatu proses pemisahan dan pembersihan

darah melalui suatu membran semipermeabel yang dilakukan pada pasien

dengan fungsi ginjal baik akut maupun kronis (Suhardjono, 2014). Pada

pasien GGK dilakukan 2-3 kali seminggu dengan lama waktu 4-5 jam setiap

kali hemodialisis. Pada pasien GGK biasanya dilakukan seumur hidup

pasien. Hemodialisis pada pasien GGK bertujuan untuk mengeluarkan sisa-

sisa metabolisme protein dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan

dan eletrolit (Black & Hawks, 2014).

Terapi Hemodialisis bukan tanpa komplikasi, komplikasi dapat

timbul selama proses hemodialisis yang disebut sebagai komplikasi

intradialitik. Salah satu komplikasi intradialitik yang penting untuk

dievaluasi adalah komplikasi kardiovaskuler yaitu perubahan tekanan darah

yang disebabkan kelebihan cairan dalam tubuh (overload) (Naysilla &

Partiningrum, 2012).

Masalah yang umum muncul yang dialami oleh pasien menjalani

terapi hemodialisis berkaitan dengan ketidakpatuhan pembatasan cairan. Hal

ini dapat memicu kelebihan cairan dalam tubuh (overload) (Sharaf, 2016).

Menurut Istanti (2014) menyatakan 60%-80% pasien meninggal akibat

kelebihan masukan cairan dan makanan pada periode interdialitik. Jumlah

asupan cairan harian yang dianjurkan pada pasien GGK dibatasi hanya
3

sebanyak “insensible water loss” ditambah jumlah urin. Manajemen

pengontrolan cairan akan berdampak terhadap penambahan berat badan di

antara dua waktu dialisis yang disebut dengan Interdialytic Weigh Gains

(IDWG). Penambahan berat badan di antara dua waktu dialysis (IDWG)

adalah selisih berat badan sebelum dialisis dengan berat badan setelah

dialisis sesi sebelumnya (Pagalla, 2017).

Menurut Hartati, Istiningtyas, & Wulandari, (2016) Interdialytic

Body Weight Gains (IDWG) adalah peningkatan volume cairan yang

dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan sebagai indikator untuk

mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik dan

kepatuhan pasien terhadap pengaturan cairan pada pasien yang

mendapatkan terapi hemodialisis.

IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 3 %

dari berat kering. IDWG yang melebihi 5% dari berat badan kering dapat

menimbulkan efek negatif terhadap tubuh diantaranya menyebabkan

perubahan tekanan darah (Onofriescu et al., 2014). Dilaporkan prevalensi di

negara maju, data pasien yang mengalami kenaikan IDWG terus mengalami

peningkatan. Amerika Serikat sekitar 9,7%- 49,5% dan di Eropa dilaporkan

9,8%-70% (Hidayati & Sitorus, 2012). Indonesia belum ada laporan

prevalensi tentang prevalensi IDWG namun sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Tanujiarso, Ismonah, & Supriyadi (2014) menunjukan

mayoritas responden mengalami kenaikan berat badan lebih dari 5% yaitu

52,1% dan yang tidak lebih dari 5% sebanyak 47,1%. Penelitian serupa

dilakukan oleh Kurniawati, Widyawati, & Mariyanti, (2014) menunjukan


4

prevalensi IDWG yang tidak patuh dengan diit sebanyak 66,7% serta

memiliki IDWG lebih 6% dari berat badan kering sebanyak 70%.

Risiko mortalitas yang tinggi ini dapat di akibatkan oleh Gagal ginjal

kronik ini, serta komplikasi yang ditimbulkan, maka diperlukan penelitian

lebih lanjut mengenai penyakit ini. Tujuan penelitian ini ialah melihat

bagaimana hubungan antara pematuhan pembatasan cairan dengan

terjadinya hypervolemia pada pasien GGK tersebut. Adapun penelitian ini

di jalankan dengan judul Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan

Terhadap Terjadinya Hipervolemia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis

di Ruang Hemodialisa RS Grandmed Lubuk Pakam.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat ditarik

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dapat dirumuskan

pertanyaan Adakah hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap

terjadinya hipervolemia pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

hemodialisa RS. GRANDMED Lubuk Pakam ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dilaksanakan ini dapat dilihat sebagai

berikut:
5

1.3.1. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap

terjadinya hipervolemia pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

hemodialisa RS. Grandmed Lubuk Pakam.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal

kronik di ruang hemodialisa RS. Grandmed Lubuk Pakam.

2. Mengidentifikasi terjadinya hipervolemia pada pasien gagal ginjal

kronik di

hemodialisa RS.Grandmed Lubuk Pakam.

3. Menganalisis hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap

terjadinya hipervolemia pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

hemodialisa RS. Grandmed Lubuk Pakam.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Terhadap Pasien

Pasien akan mendapatkan informasi dalam memperhatikan

kepatuhan pembatasan cairan terhadap terjadinya hipervolemia pada pasien

gagal ginjal kronis.

1.4.2. Terhadap Rumah sakit

Hasil penelitian di harapkan dapat menjadi bahan referensi bagi para

petugas kesehatan untuk dapat memberi informasi dan arahan kepada pasien
6

dan keluarga serta dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi pihak rumah

sakit khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien gagal ginjal kronik.

1.4.3. Terhadap Pemerintah

Sebagai bahan referensi bagi pemerintah untuk dapat mmbangun

program kerja di bidang kesehatan, memberi informasi dan arahan kepada

masyarakat untuk mematuhi anjuran pembatasan cairan sebagai usaha

mencegah hipervolemia terhadap pasien gagal ginjal kronik.

1.4.4. Terhadap Peneliti

Diharapkan peneliti akan mendapatkan ilmu dan pengalaman baru,

serta dapat menambahkan wawasan sehingga dengan lebih dalam dapat

mengetahui tentang hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap

terjadinya hipervolemia pada pasien gagal ginjal kronik terkhusus di RS.

Grandmed Lubuk Pakam.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ginjal

Ginjal adalah dua buah organ berbentuk menyerupai kacang merah

yang berada di kedua sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya dibawah

tulang rusuk manusia. Ginjal sering disebut bawah pinggang. Bentuknya

seperti kacang dan letaknya di sebelah belakang rongga perut, kanan kiri

dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan,

berwarna merah keunguan. Setiap ginjal panjangnya 12-13 cm dan tebalnya

1,5-2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 140 gram. Pembuluh-

pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilus (sisi dalam). Di atas

setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenalis (Irianto2013).

Gambar 2.1. Ginjal Manusia

7
8

2.2. Konsep Dasar Kepatuhan

2.2.1 Defenisi Kepatuhan

Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat

adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien

mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana

tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes RI, 2011).

Kepatuhan adalah prilaku individu (misalnya : minum obat, mematuhi

diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan

kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan

setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana (Kozier, 2010).

Sedangkan Sarafino ( Yetti,2011) mendefenisikan kepatuhan sebagai

tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan

oleh doketrnya. Dikatakan lebih lanjut, bahwa tingkat kepatuhan pada

seluruh populasi medis yang kronis adalah 20% hingga 60% .

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Notoatmodjo(2010) Faktor ysng mempengaruhi kepatuhan

terbagi menjadi :

1. Faktor Predisposisi ( Faktor Pendorong)

a. Kepercayaan atau agama yang dianut.

Kepercayaan atau agama merupakan dimesi spiritual yang dapat

menjaalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap agamanya

akan memiliki jiwa yang yang tidak mudah putus asa serta dapat menerima
9

keadaannya deikian juga cara akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan

kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh kepercayaan yang kuat akan

lebih patuh terhadap anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya.

b. Faktor Geografis

Lingkungan yang jauh atau jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan

mmberikan kontribusi rendahnya kepatuhan.

c. Individu

1. Sikap individu yang ingin sembuh

Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri individu sendiri.

Keinginsn untuk tetap mempertahankan kesehatannya sangat

berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.

2. Pengetahuan

Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak

terindentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa

dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu melakukan kontrol

terhadap kesehatannya.

2. Faktor reinforcing ( faktor penguat)

a. Dukungan petugas

Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi penderita sebab

petugas adalah pengelola penderita yang paling sering berinteraksi sehingga

pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering

berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu menerima

kehadiran petugas kesehatan termasuk anjuran-anjuran yang diberikan.


10

b. Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan

tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senag dan tentram apalbila

mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya karena dengan

dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk

menghadapi atau mengelolah penyakitnya dengan baik, serta penderita mau

menuruti saran-saran yang diberikan keluarga untuk penunjang pengelolaan

penyakitnya.

3. Faktor enabling ( Faktor pemungkin)

Fasilitas kesehatan merupakan saran penting dalam memberikan

penyuluhan terhadap penderita yang diharapkan dengan prasarana kesehatan

yang lengkap dan mudah terjangkau oleh penderita dapat lebih mendorong

kepatuhan penderita.

2.3. Gagal Ginjal

2.3.1. Definisi Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir End Stage Renal

Disease (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan

reversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia

(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth,

2001) dalam (Nuari & Widayati, 2017).

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah

metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang


11

biasanya di eliminasi di urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat

gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan

metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Suharyanto, 2015).

2.3.2. Etiologi Gagal Ginjal

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI)

of National Kidney Foundation (2016), ada dua penyebab utama dari

penyakit ginjal kronis yaitu diabetes dan tekanan darah tinggi, yang

bertanggung jawab untuk sampai dua- pertiga kasus. Diabetes terjadi ketika

gula darah terlalu tinggi, menyebabkan kerusakan banyak organ dalam

tubuh, termasuk ginjal dan jantung, serta pembuluh darah, saraf dan mata.

Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, terjadi ketika tekanan darah terhadap

dinding pembuluh darah meningkat. Jika tidak terkontrol, atau kurang

terkontrol, tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab utama serangan

jantung, stroke dan penyakit ginjal kronis. Begitupun sebaliknya, penyakit

ginjal kronis dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

Penyebab gagal ginjal pasien hemodialisis baru dari data tahun 2014

berdasarkan data dari Indonesian Renal Registry (IRR) masih sama dengan

tahun sebelumnya. Penyakit ginjal hipertensi meningkat menjadi 37%

diikuti oleh Nefropati diabetika sebanyak 27%. Glomerulopati primer

memberi proporsi yang cukup tinggi sampai 10% dan Nefropati Obstruktif

pun masih memberi angka 7% dimana pada registry di negara maju angka

ini sangat rendah. Masih ada kriteria lain-lain yang memberi angka 7%,

angka ini cukup tinggi hal ini bisa diminimalkan dengan menambah jenis
12

etiologi pada IRR. Proporsi penyebab yang tidak diketahui atau E10 cukup

rendah.

2.3.3. Patofisiologi Gagal Ginjal

Nuari & Widayati (2017) : Penurunan GFR (Glomelulaar Filtration

Rate) Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam

untuk pemeriksa klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka

klirens kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea

darah (BUN) juga akan meningkat. Gangguan klirens renal Banyak masalah

muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeri

yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang

seharusnya dibersihkan oleh ginjal) Retensi cairan dan natrium Ginjal

kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin

secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium, meningkatkan resiko

terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.

Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi yang tidak adekuat,

memendeknya usia sel darah merah, difisiensi nutrisi, dan kecenderungan

untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran.

Ketidakseimbangan kaliem dan fosfat Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh

memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat,

yang lain akan turun,. dengan menurunya GFR (Glomelulaar Filtration

Rate), maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya

penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu

sekresi peratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon
13

terhadap peningkatan sekresi parathornom, akibatnya kalsium di tulang

menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.

Penyakit tulang uremik (osteodistrofi) Terjadi dari perubahan kompleks

kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormone. Pathway gagal ginjal

kronik ditunjukkan pada gambar 2.2.


14

Gambar 2.2. Pathway Gagal Ginjal Kronik

2.3.4. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal dapat diklasifikasikan atas beberapa kelompok yang

ditunjukkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

LFG
Tingkatan Deskripsi
(ml/menit/,732m2)

Kerusakan ginjal dengan LPG


1 ≥ 90
normal atau meningkat

Kerusakan ginjal dengan LPG


2 60 – 89
menurun ringan

Kerusakan ginjal dengan LPG

3a 45 – 59 menurun dari ringan sampai

sedang

Kerusakan ginjal dengan LPG

3b 30 – 44 menurun dari sedang sampai

berat

Kerusakan ginjal dengan LPG


4 15 – 29
menurun berat

5 ≤ 15 Gagal ginjal

Laju filtrasi glomerulus (LFG) didapatkan dari hasil perhitungan

dengan menggunakan rumus kockcroft-gault yang berbeda pada pasien pria

dan wanita yang dapat dilihat sebagai berikut:


15

a. pada pasien pria

LFG (ml/mnt/1,732m2)

b. pada pasien wanita

LFG (ml/mnt/1,732m2)

2.3.5. ManifestasiKlinis

Perjalanan umum penyakit GGK dibagi menjadi 3 tingkatan,

meliputi:

1. Stadium I

Pada stadium ini terjadi penurunan pada cadangan ginjal, akan tetapi

kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) masih pada

kondisi normal. Pasien asimtomatik gangguan fungsi ginjal dapat

diketahui melalui test pemekatan urin yang lama.

2. Stadium II

Pada stadium tahap ini dinamakan Insufisiensi ginjal, terdapat kerusakan

lebih dari 75% pada jaringan ginjal (Besarnya LFG 25% dari normal).

Pada stadium ini kadar BUN dan kreatini mengalami peningkatan.

3. Stadium III

Pada stadium ini umumnya dikenal dengan stadium akhir atau uremia.

Terjadi kehancuran sekitar 90% pada massa nefron. Dapat dilihat dari %

LFG bahwasanya hanya 10% dari keadaan normal dan bersihan kreatinin

serum dan kadar BUN mengalami peningkatan, dimana peningkatan

tersebut merupakan respon yang diberikan terhadap LFG yang menurun.

Pada stadium ini pasien merasakan baru merasakan gejala – gejala yang
16

cukup serius, hal ini disebabkan karena ginjal tidak lagi dapat

mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit pada tubuh (Price,

2006)

2.4. Kepatuhan Pembatasan Cairan

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan pasien HD menurut

( Kamerrer, 2007 dalam Syamsiah, 2011) adalah :

1. Faktor Pasien

Faktor- faktor yang berhubungan dengan pasien meliputi sumber

daya, pengetahuan , sikap, keyakinan, persepsi, dan harapan pasien.

Pengetahuan pasien dan keyakinan tentang penyakit, motivasi untuk

mengolahnya, kepercyaan tentang kemampuan untuk terlibat dalam perilaku

menejemen penyakit, dan harapan mengenai hasil pengobatan serta

konsekuensinya dari ketidakpatuhan berinteraksi untuk mempengaruhi

kepatuhan dengan cara yang sepenuhnya dipahami.

2. Sistem Pelayanan Kesehatan

Komunikasi dengan pasien adalah komponen penting dari perawatan,

sehingg pemberi pelayanan kesehatan harus mempunyai waktu yang cukup

untuk berbagi dengan pasien dalam diskusi tentang perilaku mereka dan

motivasi perawatan diri. Perilaku pada penelitian ,menunjukan kepatuhan

terbaik mengenai pasien yang menerima perhatian individu.

3. Petugas Hemodialis

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah hubungan

yang dijalin oleh anggota staf HD dengan pasien. Waktu yang didedikasikan
17

perawat untuk koseling pasien meningkatkan kepatuhan pasien. Selain itu,

kehadiran diet terlatih (terintegrasi) tampaknya juga menurunkan

kemungkinan kelebihan IDWG.

Perubahan kemampuan untuk mengatur air dan mengekskresi natrium

merupakan tanda awal gagal ginjal. Biasanya, pasien CRF mengalami

hipervolemia akibat ginjal yang tidak mampu mengeksresikan natrium dan

air. Namun, ada juga beberapa pasien dengan CRF yang tidak mampu

menahan natrium dan air sehingga mengalami hipovolemia. Tujuan

pengendalian cairan adalah mempertahankan status normotensif (tekanan

darah dalam batas normal) dan status normovolemik (volume cairan dalam

batas normal). Pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik,

sangat perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema

dan komplikasi kardiovaskular. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat

seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun IWL. Dalam

melakukan pembatasan asupan cairan, bergantung dengan haluaran urin

dalam 24 jam dan ditambahkan dengan IWL, ini merupakan jumlah yang

diperbolehkan untuk pasien dengan gagal ginjal kronik yang mendapat

dialisis. Misalnya : jika jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam

adalah 400 ml, maka asupan cairan total dalam sehari adalah

400 + 500 ml = 900 ml (Smeltzer&Bare, 2008).

Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat

pengendalian rasa haus berada di dalam hipotalamus di dalam otak.

Stimulus fisiologis utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan

konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Asupan cairan melalui


18

mulut (oral) dimungkinkan jika kondisi individu sadar. Bayi, klien yang

mengalami kerusakan neurologis atau psikologis, beberapa lansia, tidak

dapat merasakan atau merespon mekanisme rasa haus yang terjadi pada diri

mereka. Akibatnya mereka beresiko mengalami dehidrasi (Potter&Perry,

2006). Aturan yang dipakai untuk menentukan banyaknya asupan cairan

adalah .Jumlah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml

(IWL) .

2.5. Konsep Hipervolemia

2.5.1. Pengertian Hipervolemia

Hipervolemia adalah kelebihan volume cairan (fluid volume excess,

FVE) yang terjadi saat tubuh menahan air dan natrium dengan proporsi yang

sama dengan CES normal. Karena air dan natrium ditahan dalam tubuh,

konsentrasi natrium serum pada intinya tetap normal. FVE selalu menjadi

akibat sekunder dari peningkatan kandungan natrium tubuh total (Kozier,

2010).Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hipervolemia

terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam kompartemen

ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan

isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan

tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam

serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan

mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.

homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.


19

2.5.2. Etiologi Hipervolemia

Menurut Kozier (2010) penyebab spesifik hipervolemia antara lain :

1. Asupan natrium klorida yang berlebihan.

2. Pemberian infus yang mengandung natrium dalam waktu terlalu cepat

dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi.

3. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung

(gagal jantung kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom cushing.

2.5.3. Patofisiologi

Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air

keduaduanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan

terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia)

maka cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstisial sehingga

menyebabkan edema. Edema adalah penumpukan cairan interstisial yang

berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata. Kelebihan cairan

tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam

serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan

mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan

(Price&Wilson, 2006).

2.5.4. Manifestasi Klinis

Menurut Kozier (2010) tanda dan gejala klinik yang didapatkan pada

klien dengan hipervolemia antara lain :


20

1. Pertambahan berat badan. Pertambahan 2% = hipervolemia ringan,

apertambahan 5% = hipervolemia sedang, pertambahan 8% =

hipervolemia aberat.

2. Asupan cairan lebih besar dibandingkan haluaran.

3. Membran mukosa lembab.

4. Denyut nadi penuh dan kuat, takikardia

5. Peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentra

6. Vena leher dan perifer terdistensi, pengosongan vena lambat.

7. Terdengar suara ronkhi basah di paru-paru, dispnea, nafas pendek8.

Kebingungan mental.
21

2.6. SOP TINDAKAN HEMODIALISA

2.6.1.Pengertian

Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan

mengeluarkan sisa metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan

yang ada dalam darah dan dialisat melewati membran semi permeabel

secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi.

2.6.2. Tujuan

Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa

diobati dengan terapi konservatif

2.6.3.Kebijakan

Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa

dapat mempertahankan fungsi ginjalnya secara optimal

Standar Operasional Prosedur :

A. PERSIAPAN SEBELUM HEMODIALISA

1. Persiapan pasien

a. Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD

(instruksi dokter)

b. Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak

bisa dihubungi, surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh dokter

spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter penanggung jawab

HD.
22

c. Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat

traveling dari RS asal.

d. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD

e. Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)

f. Keadaan umum pasien

g. Keadaan psikososial

h. Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)

i. Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV, HIV,

CT, BT

j. Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD

2. Persiapan mesin

a. Listrik

b. Air yang sudah diubah dengan cara:

1. Filtrasi

2. Softening

3. Deionisasi

4. Reverse osmosis

c. Sistem sirkulasi dialisat

1. Sistem proporsioning

2. Acetate / bicarbonate

d. Sirkulasi darah

1. Dializer / hollow fiber

2. Priming

3. Persiapan alat
23

a. Dialyzer

b. Transfusi set

c. Normal saline 0.9%

d. AV blood line

e. AV fistula

f. Spuit

g. Heparin

h. Lidocain

i. Kassa steril

j. Duk

k. Sarung tangan

l. Mangkok kecil

m. Desinfektan (alkohol/betadin)

n. Klem

o. Matkan

p. Timbangan

q. Tensimeter

r. Termometer

s. Plastik

t. Perlak kecil

4. Langkah-langkah

a. Setting dan priming

1) Mesin dihidupkan
24

2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line dari

bungkusnya, juga slang infus / transfusi set dan NaCl (perhatikan

sterilitasnya)

3) Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan selang

arteri, selang darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan selang darah

venous

4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump dengan

menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan otomatis berputar sesuai arah

jarum jam)

5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri,

tampung cairan ke dalam gelas ukur

6) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem

b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah

(inlet) di bawah

1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk

menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya

kecepatan aliran darah 100 rpm)

2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline,

habiskan cairan normal sebanyak 500 cc

3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb

dan rpm

4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous

5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin


25

6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan

“preparation”, artinya: consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat

petunjuk conductivity telah mencapai (normal: 13.8 – 14.2). Pada keadaan

“preparation”, selang concentrate boleh disambung ke dialyzer

7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri vena

a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc

b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit

c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm

d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan

ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang sebanyak 500 cc dalam

waktu 10 menit

e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached”

artinya UFG sudah tercapai

8) Pemberian heparin pada selang arteri

Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada selang arteri.

Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin mengisi ke seluruh selang

darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm

c. Dialyzer siap pakai ke pasien

Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate tidak boros

Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi

untuk membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350

rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal saline sebanyak

2000 cc.
26

B. PUNKSI AKSES VASKULER

1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt

2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi

3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril

dimasukkan ke dalam bak steril)

4. Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen

5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi

6. Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi

dengan betadine dan alcohol

7. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan

anestesi lokal, kemudian desinfeksi

8. Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi

C. MEMULAI HEMODIALISA

Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital

dan berat badan pre hemodialisa

1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV

blood line diklem

2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin

otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left

3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar +

jumlah makan saat hemodialisa

4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik

5. Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram


27

6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na +

karena teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di gallon.

Na = 140 mmol)

7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)

8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien

9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm

10. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri

a. Matikan (klem) selang infus

b. Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)

c. Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab

dengan kassa betadine sebagai desinfektan

d. Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur

e. Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm

f. Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore.

Jika aliran tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula

g. Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya

terisi ¾ bagian

h. Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur

namanya cairan sisa priming

i. Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan

pompa darah

11. Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet


28

Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya

diberi kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-masing sambungan

dikencangkan)

a) Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus

ditutup

b) Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa

darah dari 100 rpm sampai dengan yang diinginkan

c) Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”

d) Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu

monitor, on, dialysis start, pompa, heparin, UF dan Flow)

e) Rapikan peralatan

D. PENATALAKSANAAN SELAMA HEMODIALISA

1. Memprogram dan memonitor mesin hemodialisa

a. Lamanya HD

b. QB (kecepatan aliran darah) 150 – 250 cc/menit

c. QD (kecepatan aliran dialisa) 500 cc/menit

d. Temperatur dialisat 370C

e. UFR dan TMP otomatis

f. Heparinisasi

1) Dosis awal: 25 – 50 unit/kgBB

a) Diberikan pada waktu punksi

b) Sirkulasi extra corporeal 1500 unit


29

c) Dosis maintenance 500 – 2000 unit/jam diberikan pada waktu HD

berlangsung

2) Dosis maintenance 500 – 2000 u/jam

Diberikan pada waktu HD berlangsung

Cara pemberian dosis maintenance

a) Kontinyu: diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa dari

awal HD sampai dengan 1 jam sebelum HD berakhir

b) Intermitten: diberikan 1 jam setelah HD berlangsung dan pemberian

selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu 1 jam, untuk 1 jam terakhir tidak

berakhir

c) Minimal heparin: heparin dosis awal kurang lebih 200 unit, selanjutnya

diberikan kalau perlu

g. Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll)

h. Pemberian obat-obatan, transfusi, dll

i. Monitor tekanan

1) Fistula pressure

2) Arterial pressure

3) Venous pressure

4) Dialisat pressure

5) Detektor (udara blood leak detektor)

2. Observasi pasien

a. Tanda-tanda vital (T, N, S, R, kesadaran)

b. Fisik

c. Perdarahan
30

d. Sarana hubungan sirkulasi

e. Posisi dan aktivitas

f. Keluhan dan komplikasi hemosialisa

E. MENGAKHIRI HEMODIALISA

1. Persiapan alat

a. Piala ginjal

b. Kassa steril

c. Betadine solution

d. Sarung tangan tidak steril

e. Perban gulung

f. Band aid (pelekat)

g. Gunting

h. Nebacetin powder antibiotic

i. Thermometer

j. Micropore

2. Pelaksanaan

a. Perawat mencuci tangan

b. Perawat memakai sarung tangan

c. Mesin menggunakan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UV =

angka UF)

d. Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca

“Reinfusion”

e. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi tanda-tanda vital


31

f. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 rpm lalu

matikan

g. Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri

h. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa

betadine, tutuplah bekas tusukan dengan kassa betadine

i. Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan normal saline

secukupnya sampai bersih dan gunakan kecepatan aliran darah 100 rpm

j. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa

betadine

k. Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder dan

tutuplah bekas tusukan dengan Band Aid (K/p dibalut dengan perban gulung)

l. Berilah fixasi dengan micropore pada perban gulung

m. Observasi tanda-tanda vital pasien

n. Kembalikan alat-alat ke tempat semula

o. Perawat melepas sarung tangan

p. Perawat mencuci tangan

Unit Terkait

a) I GD

b) H D

c) Rawat Inap

d) Laboratorium
32

2.7. Konseptual Penelitian

Pada penelitian ini, kerangka konsep adalah tentang hubungan

antara Kepatuhan Pembatasan Cairan dengan terjadinya Hipervolemia pada

pasien Gagal Ginjal Kronis yang di jelaskan pada gambar berikut :

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

2.8. Hipotesis Penelitian

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini ialah :

a. Adanya Kepatuhan Pembatasan Cairan terhadap terjadinya Hipervolemia

pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisisa Rumah Sakit

Grandmed Lubuk Pakam


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap

Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya

Hipervolemia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Ruang Hemodialisa RS.

Grandmed Lubuk Pakam, sehingga penelitian ini tergolong kedalam

penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (kepatuhan

pembatasan cairan) dan variabel dependen (kejadian hypervolemia ) hanya

satu kali pada satu saat. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau

efek suatu fenomena (variabel independen) dihubungkan dengan penyebab

( variabel dependen) ( Nursalam, 2016) .

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RS Grandmed Lubuk Pakam. Lokasi

dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa RS tersebut merupakan rumah

sakit pendidikan yang dianggap mumpuni untuk dilakukan penelitian

dimana RS ini merupakan salah satu rumah sakit terbaik di provinsi

Sumatera Utara. Rencana kegiatan pada penelitian ini di tunjukkan pada

tabel 3.1.

33
34

Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Penelitian

Bulan

Maret

Uraian 2022 April 2022 Juni 2022 Juli 2022

No Kegiatan 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

Bimbinga

1 n Proposal

Seminar

2 Proposal

Perbaikan

3 Proposal

Pengumpu

4 lan Data

Analisa

5 Data

Penulisan

6 Laporan

Sidang

7 Skripsi

3.3. Populasi

Menurut Nursalam (2016) Populasi adalah subyek yang memenuhi

kriteria yang ditetapkan dalam penelitian misalkan manusia, klien atau yang

lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal
35

kronik yang menjalani terapi hemodialisa 2 X seminggu secara rutin di

ruang Hemodialisa RS. Grandmed Lubuk Pakam. Dan populasi pasien

hemodialisa pada tahun 2022 di RS.Grandmed Lubuk Pakam berjumlah 481

pasien dalam 1 tahun terakhir.

3.4.1. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jadi sampel adalah subjek yang

dilibatakan langsung dalam penelitian yang sesungguhnya dapat menjadi

wakil keseluruhan populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan quota sampling dengan kriteria sebagai berikut :

Kriteria Inklusi :

a. Dapat ditimbang berat badannya dengan berdiri

b. Dapat berkomunikasi secara verbal

c. Dapat membaca dan menulis

d. Bersedia menjadi responden

3.4.2. Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili dalam populasi. Pada penelitian ini pengambilan

sampel menggunakan “Purpose Sampling” yang ditetapkan pada kriteria

hasil inklusi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti. Dan penelititi

mengambil sampel sebanyak 57 pasien .


36

3.5. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer dengan membagikan

kuisioner untuk kepatuhan pembatasan cairan dan lembar observasi tanda

gejala hipervolemia.

3.5.1 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di ruang hemodialisa RS.Grandmed

Lubuk Pakam dengan proses sebagai berikut :

1. Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing

akademik dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari Prodi

S1 Keperawatan Institut kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

2. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti bekerja sama dengan

perawat ruangan melakukan penseleksian calon responden.

3. Peneliti mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan kepada

calon responden tentang penelitian dan bagi responden yang

bersedia dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan

untuk menjadi responden.

4. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner.

5. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner dan

memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika da

pertanyaan yang kurang jelas.

6. Setelah seluruh pertanyan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti

mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data.


37

7. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas

partisipasinya.

3.6. Variabel Penelitian

3.6.1. Klasifikasi Variabel

1. Variabel Independen ( X ) yaitu variabel yang mempengaruhi atau

sebab perubahan timbulnya variabel terikat atau dependen. Variabel

Independen ( X ) dalam penelitian ini adalah kepatuhan pembatasan

cairan pasien gagal ginjal kronik.

2. Variabel Dependen (Y) yaitu variabel yang disebabkan atau

dipengaruhi oleh adanya variabel bebas atau independen. Variabel

Dependen (Y) dalam penelitian ini adalah kejadian hypervolemia pada

gagal ginjal kronik.

3.7. Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung oleh

peneliti terhadap sasaran. Pengambilan data dilakukan dengan

menggunakan teknik wawancara langsung dan kuesioner yang ditujukan

untuk hubungan pembatasan cairan terhadap terjadinya hypervolemia pada

pasien gagal ginjal kronik.


38

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pemgumpulannya oleh peneliti dan tidak diperoleh langsung dari sumbernya.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari buku, internet,dan data dari bagian

ruang hemodialisa Rs.Grandmed Lubuk Pakam.

3.8 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2015) instrument penelitian adalah alat yang

digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih

mudah dan hasilnya lebih baik. Instrumen pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Dalam instrument ini, peneliti mengumpulkan data secara formal

dari subjek untuk menjawab pernyataan secara tertulis. Jenis kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu yang sudah disediakan

jawabannya sehingga responden hanya tinggal membutuhkan tanda check-

list pada kolom yang tersedia. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu

kuesioner data umum (demografi) pasien gagal ginjal kronik, dan data

khusus berupa kuesioner pernyataan tentang kepatuhan pembatasan cairan

dengan menggunakan skala likert. Kuesioner pembatasan cairan berisi 16

pernyataan yang terdiri dari pernyataan unfavorable berjumlah 9 pernyataan.

Untuk menghitung pengukuran kepatuhan pembatasan cairan dimana pasien

menjawab selalu diberi skor 4 ,sering diberi skor 3 , kadang kadang diberi
39

skor 2, jarang diberi skor 1, dan tidak pernah diberi skor 0. Sampai dengan

16x4=64. Dengan demikian satuan standart deviasinya bernilai 64/6 = 10,6

dan mean teoritisnya adalah 64+0 =64, =64/2 =32 .

Keterangan Menurut Sugiyono (2015) :

X : nilai scoring (Azwar, 2012) .

Setelah ditetapkan kriteria seperti diatas maka responden mendapatkan skor

< 21 = tidak patuh

21-43 = kurang patuh

> 43 = patuh

2. Metode Observasi dan Pengukuran

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan pancaindera, jadi tidak hanya dengan pengamatan

menggunakan mata. Dalam mengukur adanya hipervolemia pada pasien

gagal ginjal kronik peneliti menggunakan teknik observasi, yaitu dengan

mengobservasi pengukuran berat badan menggunakan alat ukur timbangan

berat badan serta menggunakan alat ukur timbangan berat badan serta

menggunakan data rekam medis pasien (dokumentasi) sebagai sumber data.

Berikut dijelaskan metode pengukuran pada setiap variabel operasional

dalam penelitian ini.

1. Hipervolemia

Cara ukur yang digunakan ialah Analisis data sekunder rekam medis,

lembar observasi

2. Kepatuhan Pembatasan cairan.


40

Cara ukur yang digunakan ialah Analisis data primer dengan kuesioner

3.8. Metode Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian . Data

yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistic kuantitatif

dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Pada penelitian ini

menggunakan system computer dalam perhitungan data. Adapun analisa

yang digunakan sebagai berikut :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan suatu analisa yang menghasilkan suatu

distribusi frekuensi dan presentase dari masing masing variabel (Nurasalam,

2014). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah menganalisi tiap

variable bebas ( Kepatuhan pembatasan cairan) dan variabel terikat

( kejadian hypervolemia) dalam bentuk distribusi dan presentase dari tiap

variabel.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariate dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji korelasi

Chi Square . Dalam uji korelasi Chi Square sumber data untuk kedua

variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak

sama, jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal , serta data dari

kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal. Jadi korelasi Chi

Square bekerja dengan data ordinal atau berjenjangatau ranking dan bebad

distrubusi ( Sugiyono,2010).
41

Untuk kepentingan analisa dalam pemecahan masalah yang akan diteliti

menggunakan alat bantu statistic SPSS 26 dengan menggunakan descriptive

analysis crosstabulation . Tabel crosstabulation akan menunjukan

hubungan antara dua variabel. Dari uji statistic ini akan diperoleh

kemungkinan hasil uji yaitu signifikasi atau bermakna dengan Jika nilai p

value maka mendapat korelasi yang bermakna antara variabel yang diuji.

Hipotesa diterima nilai p value (Nurasalam,2010)

3.9. Cara Analisa Data

1. Pengolahan Data

Adapun langkah-langkah pengolahan data Meliputi:

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data

untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari

responden. Hal ini dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga bila ada

kekurangan segera dapat dilengkapi. Selama Proses penelitian ada beberapa

data yang tidak terisi sehingga peneliti meminta responden untuk

melengkapinya sehingga didapatkan data yang lengkap.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data dengan pemberian kode

angka atau bilangan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan klarifikasi

jawaban responden yang memenuhi ketentuan jawaban yaitu sebagai berikut


42

1. Data Demografi

1 = 16-25 th

2 = 26-35 th

3= 36- 45 th

4 = 46-55 th

5 = 56-65 th

6 = >65 th

Pendidikan

0 = Tidak Sekolah

1 = Sekolah Dasar

2 = Sekolah Menengah Pertama

3 = Sekolah Menengah Atas

4 = Perguruan Tinggi

Pekerjaan

1= PNS

2 = Swasta

3 = Wiraswasta

4 = Petani

5 = IRT

2. Kepatuhan Pembatasan Cairan

1= Tidak Patuh

2= Kurang Patuh

3= Patuh

3. Kejadian Hipervolemia
43

1 = Isovolemia

2= Hipervolemia Ringan

3= Hipervolemia Sedang

4= Hipervolemia Berat

4. Entry Data

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau databse computer, kemudian

membuat distribusi frekusensi sederhana

5. Cleaning

Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang dimasukan

kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya atau proses

pembersihan data. Dalam proses ini peneliti melakukan pengecekan ulang

untuk memastikam bahwa semua data yang dimasukan dalam program

computer telah sesuai dengan Dta asli yang didapat di lapangan.

6. Tabulating

Setelah entri data kemudian data tersebut dikelompokkan dan

ditabulasikan sehingga diperoleh frekuensi dari masin masing variabel.

3.10 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap kegiatan penelitian

yang akan dilakukan, meliputi siapa yang diteliti (subjek penelitian),

variabel yang akan diteliti, dan variabel yang mempengaruhi dalam

penelitian (Nursalam, 2013). Adapun kerangka kerja pada penelitian ini

dapat dilihat pada gambar 3.1.


44

Populasi

Seluruh Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang


Menjalani Terapi HD Sebanyak 481 pasien

Sampel

Seluruh Pasien GGK Di Ruang HD Yang sesuai


kriteria inklusi sebanyak 57 responden

Sampling

Purpose Sampling

Desain Penelitian

Deskriptif Korelasi dengan Pendekatan Cross


Sectional

Pengumpulan Data

Menggunakan Kuesioner untuk Kepatuhan


Pembatasan Cairan dan Lembar Observasi
untuk Tanda Gejala Hipervolemia

Pengolahan Data

Editing,Coding, Entry Data, Cleaning dan


TAbulation

Analisa Data

Analisa Univariat, Analids Bivariat dengan Uji


Chi Square
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1.1. Data Demografi dan Geografi

Rumah Sakit Grand Medistra secara resmi mengganti nama menjadi

Rumah Sakit Grandmed mulai dari 19 April 2017. RS. Grandmed adalah

sebuah rumah sakit swasta yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan bagi

dokter dan masyarakat yang membutuhkan. Rumah sakit Grandmed

merupakan salah satu rumah sakit yang terakreditasi tipe B. Rumah sakit

Grandmed merupakan rumah sakit swasta yang terletak di Deli Serdang

yang memiliki keunggulan termasuk didalamnya komitmen terhadap mutu ,

kemudian akses, kualitas pelayanan , kelengkapan spesialistik dan alat

penunjang medis.

Rumah Sakit Grandmed beroprasi dengan izin dinas kesehatan

Kabupaten Deli Serdang dengan nomor 3890/440/DS/SIRS/2009 . Rumah

Sakit ini berada dibawah naungan Yayasan Medistra. Rumah Sakit

Grandmed beralamat di Jl. Medan No.66 , Kecamatan Lubuk Pakam,

Kabupaten Deli Serdang, Bangunan Rumah Sakit Grandmed didirikan

diatas tanah seluas 38.000 m² . Akhirnya setelah melalui masa pembangunan

sekitar 7 bulan , pada desember 2009 . Beroprasilah Rumah Sakit Grandmed

dibawah naungan Yayasan Medistra yang juga memiliki Institusi

Pendidikan Kesehatan yaitu Institut Kesehatan Medistra .

45
46

Awalnya beroprasi, kapasitas tempat tidjr yang disediakan adalah 200

tempat tidur dengan fasilitas peralatan diagnostik penunjang yang cukup

lengkap dan memadai sesuai dengan teknologi kedokteran yang

berkembang saat itu. Dalam sejarahnya, Rumah sakit Grandmed mengadakn

beberapa perubahan dan pengembangan fasilitas kesehatan diantaranya

pengembangan gedung klinik spesialis terpadu, unit hemodialysis , dan

pelayanan jantung (Cathlab, dan CVCU) . Rumah sakit Grandmed memiliki

unit hemodialisa yang dibuka pada tanggal 27 februari 2012.

Secara internal , keuangan RS. Grandmed sebagian besar ditunjang

oleh likuiditas cashflow yang berasal dari pembayaran pasien umum ( pay

from pocket) , sumber keuangan lain berasal dari (BPJS ,Inhealth, Astra

Buana, Jasindo, LippoInsurance, BNI Life, Trauma Centre) dan dari

pembayaran klem kerja mandiri degan perusahaan-perusahaan yang

berdomisili disekitar RS. Grandmed Lubuk Pakam. Dengan berkembangnya

kebutuhan akan pelayanan kesehatan, termasuk semakin terbukanya akses

kesehatan melalui program BPJS, maka RS. Granmed Lubuk Pakam telah

menambah kapasitas 320 tempat tidur pasien.

Motto yang digunakan dari RS. Grandmed ini adalah “Berupaya

Memberikn yang Terbaik” . Adapun visi dari RS.Grandmed yaitu “Menjadi

Rumah Sakit dengan Pelayanan Kesehatan Paripurna dan Terpercaya” dan

misi nya yaitu :

1. Memberikan pelayan kesehatan yang aman, berkualitas serta

terjangkau .
47

2. Meningkatkan kemampuan pelayan kesehatan dengan pelatihan dan

pendidikan yang berkelanjutan.

3. Memberikan pengalaman yang terbaik bagi pasien melalui

kerjasama pelayanan kesehatan didukung fasilitas yang canggih.

4.2 Analisis Univariat dan Bivariat

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi

pengumpulan data, analisa data dan pembahasan hasil penelitian. Hasil

penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian dilaksanakan

pada 20 mei, 14 juni, dan 20 juni 2022 di ruang HD RS.Grandmed Lubuk

Pakam dengan cara membagikan kuesioner dan observasi tentang hubungan

kepatuhan pembatasan cairan terhadap terjadinya hypervolemia pada pasien

gagal ginjal kronik.

4.2.1. Analisis Univariat

A. Pengetahuan Pembatasan Cairan

Frekuensi jumlah pengetahuan pembatasan cairan pada klien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialysis di ruang HD RS.Grandmed

Lubuk Pakam.

Kategori Frekuensi Presentasi(%)

Mengerti 36 63,2

Tidak Mengerti 21 36,8

Jumlah 57 100
48

B. Kepatuhan Pembatasan Cairan

Hasil analisis kepatuhan pembatasan cairan pada klien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialysis di ruang HD RS.Grandmed Lubuk

Pakam dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel

dibawah berikut. Tabel Kepatuhan Pembatasan Cairan .

Kategori Frekuensi Presentase (%)

Patuh 5 8,8

Kurang Patuh 34 59,6

Tidak Patuh 18 31,6

Jumlah 57 100

Berdasarkan tabel tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

yaitu sebanyak 36 responden (63,2%) mengetahui resiko bila tidak

membatasi asupan cairan dan sebagian kecil yaitu 21 responden (36,8%)

tidak mengetahui resiko bila tidak membatasi asupan cairan.


49

B. Kejadian Hipervolemia

Frekuensi Percent Valid Comulative

Percent percent

Valid Isovolemia 5 8,5 8,8 8,8

Hipervolemia 23 39,0 40,4 49,1

Ringan

Hipervolemia 11 18,6 19,3 68,4

Sedang

Hipervolemia 18 30,5 31,6 100,0

Berat

57 96,6 100,0

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa hampir setengah

dari responden mengalami hipervolemia ringan yaitu sebanyak 23 responden

(40,4%) di ruang HD RS.Grandmed lubuk pakam. Kemudian hypervolemia

berat sebanyak (31,6%) , hypervolemia sedang (19,3%) , dan Isovolemia

(8,5%) .
50

4.3.1. Anilisis Bivariat

A. Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan terhadap terjadinya

hypervolemia pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa

RS.Grandmed Lubuk Pakam.

Kepatuhan Pembatasan Cairan *Kejadian Hipervolemia Crosstabulation

Total

Kejadian Hipervolemia

Isovolem Hiperv Hipervole Hipervole

ia olemia mia mia berat

Ringan Sedang

Kepatu Tidak Count 5 13 0 0 18

han Patuh

Pembat

asan

Cairan

%within 27,8% 72,2% 0,0% O,0% 100%

Kepatuha

Pembatas

an

Cairan

Kura Count 0 5 11 18 34

ng

Patuh

% within 0,0% 14,7% 32,4% 52,9% 100,0%

Kepatuha

n
51

Pembatas

an Cairan

Patuh Count 0 5 0 0 5

% within 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 100%

Kepatuha

Pembatas

an Cairan

Total Count 5 23 11 18 57

% within 8,8% 40,4% 19.3% 31,6% 100,0%

Kepatuha

Pembatas

an Cairan

Dari tabel di atas dapat di simpulkan kepatuhan pembatasan cairan

terhadap terjadinya kejadian hipervolemia pada responden yang tidak

patuh dengan hasil isovolemia ada 5 responden (27,8%) , pada pasien yang

mengalami hypervolemia ringan ada 5 responden dengan persentasi 72,2% ,

hypervolemia sedang tidak ada( 0,0%) , dan hypervolemia berat 0 responden

(0,0%) . Maka totalnya adalah 18 responden yang tidak patuh.

Pada pasien yang kurang patuh yang mengalami isovolemia tidak

ada (0,0%) , yang mengalami hypervolemia ringan 5 responden( 14,7%) ,

yang mengalami hypervolemia sedang 11 responden (32,4%) , yang

mengalami hypervolemia berat 18 responden dengan persentasi 52,9% maka

total nya adalah 34 responden kurang patuh .


52

Pada pasien yang patuh yang mengalami isovolemia ada 0

responden , yang mengalami hypervolemia ringan ada 23 respon, yang

mengalami hypervolemia sedang tidak ada (0,0%), yang mengalami

hypervolemia berat tidak ada (0,0%) , dan totalnya adalah 5 responden.

Maka Kepatuan kejadian terhadap terjadinya hypervolemia yang

mengalami isovolemia ada 5 orang (8,8%) yang mengalami hypervolemia

ringan 23 responden (40,4%) yang mengalami hypervolemia sedang ada 11

responden (19,3%) , dan totalnya 57 responden.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

di Ruang Hemodialisa RS. Grandmed Lubuk Pakam

Berdasarkan hasil penelitian pada Responden yang tidak patuh

dengan hasil isovolemia ada 5 responden (27,8%) , pada pasien yang

mengalami hypervolemia ringan ada 5 responden dengan persentasi 72,2% ,

hypervolemia sedang tidak ada( 0,0%) , dan hypervolemia berat 0 responden

(0,0%) . Maka totalnya adalah 18 responden yang tidak patuh.

Pada pasien yang kurang patuh yang mengalami isovolemia tidak

ada (0,0%) , yang mengalami hypervolemia ringan 5 responden( 14,7%) ,

yang mengalami hypervolemia sedang 11 responden (32,4%) , yang

mengalami hypervolemia berat 18 responden dengan persentasi 52,9% maka

total nya adalah 34 responden kurang patuh .

Pada pasien yang patuh yang mengalami isovolemia ada 0

responden , yang mengalami hypervolemia ringan ada 23 respon, yang

mengalami hypervolemia sedang tidak ada (0,0%), yang mengalami

hypervolemia berat tidak ada (0,0%) , dan totalnya adalah 5 responden.

Maka Kepatuan kejadian terhadap terjadinya hypervolemia yang

mengalami isovolemia ada 5 orang (8,8%) yang mengalami hypervolemia

ringan 23 responden (40,4%) yang mengalami hypervolemia sedang ada 11

responden (19,3%) , dan totalnya 57 responden.

53
Maka hasil penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pembatasan cairan

pada pasien gagal ginjal kronik sebagian besar adalah kurang patuh yaitu 34

responden (59,6%) , dan sebagian kecil adalah patuh yaitu 5 responden

(8,8%) . Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Heniyati (2012) bahwa mayoritas responden kurang patuh dalam melakukan

pembatasan cairan tetapi presentasinya lebih kecil dibandingkan penelitian

ini yaitu sebesar hariyati (2012) sebesar 52,3 %

Dengan indicator responden mengalami peningkatan BB pada saat

sebelum dilakukan Hemodialisa. Persamaan ini terjadi diasumsikan karena

karakteristik respondennya hamper sama, data kriteria inklusi yaitu mampu

berkomunikasi secara verbal, dapat membaca dan menulis, dapat ditimbang

BBnya dengan berdiri serta bersedia menjadi responden.

Kepatuhan dalam menjalani HD dan pembatsan cairan penting agar

pasien merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi HD

( Imelda, 2012). Kepatuhan pembatasan cairan bagi pasien HD merupakan

hal penting untuk dilakukan , jika pasien tidak patuh akan terjadi

penumpukan zat-zat berbahaya dalam tubuh hasil metabolism dalam darah.

54
55

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien CKD dalam

pembatasan asupan cairan adalah faktor pendidikan, konsep diri,

pengetahuan pasien, keterlibatan tenaga kesehatan dan keterlibatan keluarga

(kamaludin & Rahayu 2009) .

Kepatuhan pembatasan cairan pada pasien GGK di RS.Grandmed

dinyatakan tidak patuh sebanyak 18 responden (31,6%) , hal ini dikarenakan

pasien belum dapat mematuhi diet ataupun melakukan perubahan gaya

hidup termasuk dalam menjalani pembatasan cairan seperti mencari

informasi tentang jenis makanan yang dikonsumsi , dan belum maksimal

dalam mengikuti anjuran untuk membatasi asupan cairan.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian.

Kelemahan atau hambatan hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap

terjadinya hypervolemia pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

Hemodialisa RS. Grandmed Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :

1. Dalam melakukan penelitian peneliti hanya mampu memberikan

kuesioner maksimal 20 responden dalam sehari dikarenakan

kuesioner tidak langsung disebar ke beberapa responden tetapi harus

ditunggu pada beberapa responden . Dalam waktu pengisian

kuesioner sekitar ±15 menit.

2. Pada pelaksanan pengumpulan data melalui pengisian kuesioner

kepatuhan pembatasan cairan dimana rencana penelitian ditetapkan


56

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada saat intra HD,

tetapi pada saat pelaksanaannya pada responden dengan keadaan

darurat pengisian kuesioner dilakukan setelah terapi hemodialysis

selesai dilakukan.

3. Peneliti juga mengalami keterbatasan waktu dikarenakan jadwal

dinas yang padat. Serta kendala teknis yang sempat terjadi yaitu

perangkat keras untuk mengerjakan skripsi rusak. Sehingga

menghambat proses penyelesaian skripsi.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat kemampuan pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal

kronik didapatkan hasil bahwa dari 57 responden sebagian besar

yaitu 34 responden (59,6 %) termasuk kategori kurang patuh.

2. Kejadian hipervolemia pada pasien gagal ginjal kronik didapatkan

hasil hamper setengah dari responden mengalami hipervolemia

ringan yaitu sebanyak 23 responden (40,4%) .

3. Dari analisis antara kedua variabel diketahui bahwa ada hubungan

yang bermakna antara kepatuhan pembatasan cairan terhadap

terjadinya hipevolemia pada pasien gagal ginjal kronik di

RS.Grandmed Lubuk Pakam dengan p value = 0,000( nilai p 0,000

<0,05)

57
58

6.2. Saran

Beberapa manfaat penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka peneliti memberikan beberapa saran kepada :

1. Institusi Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menambah buku

pustaka atau referensi tentang penyakit gagal ginjal kronik untuk

untuk menambah sumber dalam penelitian yang dilakukan

mahasiswa.

2. Rumah Sakit Bagi RS. Grandmed khususnya perawat diruangan

Hemodialisa diharapkan lebih aktif lagi dalam memberikan

bimbingan ataupin penyuluhan kesehatan tentang asupan diet dan

cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

agar hasil yang diharapkan lebih maksimal.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dengan

mengubah metode penelitian, misalnya pengambilan data dilakukan

saat pasien sedang tidak melakukan hemodialisa atau lebih baik

berkunjung kerumah pasien sehingga kuesioner dapat diisi enih

maksimal lagi. Selain itu dapat juga melakukan penelitian tentang

kepatuhan pembatasan cairan menggunakan audio visual dan

pendidikan kesehatan dengan demonstrasi sehingga pasien HD tidak

hanya melihat dan mendengarkan tetapi juga dapat mempraktekkan

sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 2010. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Baradero, M. 2008. Klien Gangguan Ginjal Seri Asuhan Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Dharma. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas


Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hemodialisis di RSU Dr.
Soetomo Surabaya. Universitas Airlangga Surabaya

Farida. 2010. Hubungan Pengetahuan tentang Asupan dan Pengendalian


Cairan Terhadap Penambahan Berat Badan Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisa. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau

Fitriani. 2008. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Motivasi dengan


Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Stikes Hasanuddin Makassar

Heniyati, A. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan


dalam Pembatasan Asupan Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik dengan Hemodialisa. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau. Diakses pada tanggal 22 Juli 2017
Hidayat, A. 2007. Melianna, R. 2013. Hubungan Kepatuhan Pembatasan
Cairan Terhadap Terjadinya Overload Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Post Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. FIK Universitas
Indonesia. Diakses pada tanggal 6 Februari 2017

Imelda, M. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan


Pembatasan Asupan Cairan pada Klien dengan Chronic Kidney Disease
yang Menjalani Hemodialisis. Stikes Telogorejo Semarang

Kamalludin, R & Rahayu, E. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kepatuhan Pembatasan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik dengan Hemodialisis di RSUD prof. Dr Margono Soekarjo
Purwokerto. The Soedirman Journal of Nursing. 4 (1)

Kamerrer, J. 2007. AdhSerence in Patients on Dialysis : Strategies for


Succes. Nephrologi Nursing Journal. Vol. 34

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Kepatuhan Dalam


Pengobatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses
pada tanggal 20 Februari 2017 dari www.depkes.go.id

59
60

Lampiran 1

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Kepada : Yth. Responden yang terhormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurul Khotifah

Nim : 18.11.122

Mahasiswa : Program Studi Keperawatan S1 Fakultas Keperawatan dan

Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Dalam kesempatan ini peneliti akan melakukan penelitian yang

berjudul ”Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya

Hipervolemia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di Ruang Hemodialisa RS

Grandmed Lubuk Pakam Pada Tahun 2022” Penelitian ini ditujukan untuk

menyelesaikan program pendidikan Sarjana Keperawatan pada Program Studi

Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut

Kesehatan Medistra Lubuk Pakam . Saya memohon kesediaan pasien untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini dengan cara menjawab pertanyaan yang

diberikan melalui lembar kuesioner yang sesuai dengan kondisi dari ibu tanpa

dipengaruhi orang lain. Hasil jawaban yang saya dapatkan akan saya jaga

kerahasiannya dan hanya dipergunakan untuk laporan penelitian, atas perhatian dan

kerjasamanya saya ucapkan terima kasih .

Lubuk Pakam, 2022

Peneliti

Nurul Khotifah
61

Lampiran 2

Lembar Pernyataan Menjadi Responden

Penelitian Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk

berpartisipasi sebagai responden penelitian dengan judul “Hubungan Kepatuhan

Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Hipervolemia Pada Pasien Gagal

Ginjal Kronis di Ruang Hemodialisa RS Grandmed Lubuk Pakam Pada

Tahun 2022”.

Nama :

Umur :

Alamat :

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Kepatuhan

Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Hipervolemia Pada Pasien Gagal Ginjal

Kronis di Ruang Hemodialisa RS Grandmed Lubuk Pakam Pada Tahun 2022”.

Yang dilakukan oleh:

Nama : Nurul Khotifah

Umur : 22 Tahun

Nim : 18.11.122

Alamat : Desa Cempedak lobang Kec. Sei Rampah Kab.

Serdang Bedagai Pendidikan : Program Studi Ilmu Keperawatan

Tingkat IV Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sukarela adanya paksaan

dari pihak manapun untuk digunakan seperlunya.

Lubuk Pakam, 2021

Responden Peneliti

(Nurul Khotifah)
62

Lampiran 3

KUESIONER

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP

TERJADINYA HIPERVOLEMIA PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK

Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan pertanyaan

dalam kuesioner ini.

2. Pilihlah jawaban yang sesuai menurut anda dengan cara memberi

tanda ceklist (P) pada kotak pilihan atau kolom yang tersedia.

3. Isilah titik-titik yang tersedua dengan jawaban yang benar.

Kode Responden :

A. DATA UMUM

1. Umur :

2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-Laki ( ) Perempuan

3. Pendidikan : ( ) SD ( ) SMP ( ) Tidak Sekolah

( )SMA ( ) Perguruan Tinggi (Diploma/S1)

4. Pekerjaan : ( ) PNS ( )Petani/ Pekebun ( ) Swasta ( )

Wiraswasta

( ) IRT / Ibu Rumah Tangga.

5. Kapan anda di diagnosa Gagal Ginjal ? ……………………

6. Sejak kapan anda menjadi terapi HD

( Hemodialisa) ? …………………
63

7. Apakah anggota keluarga memperhatikan/ mengingatkan sealama

anda melakukan pembatasan cairan ? ( ) Ya ( ) Tidak

8. Apakah anggota keluarga memperhatikan / mengingatkan selam

anda melakukan pembatasan cairan ? ( ) Ya ( ) Tidak


64

Lampiran 4

A. KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN

Tanggapilah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut ini, dengan cara

memberi tanda ( P ) pada kolom jawaban disebelah kanan sesuai dengan

keadaan anda. Terdapat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap

pernyataan yaitu : Selalu , Sering, Kadang-kadang , Jarang , Tidak Pernah.

No Pertanyaan Selalu Sering Kadang Jarang Tidak

Kadang Pernah

1. Saya mengkonsumsi asupan

cairan sesuai yang dianjurkan

petugas kesehatan.

2. Saya mengkonsumsi air dalam

jumlah banyak

3. Saya mengkonsumsi asupan

cairan tidak lebih dari 1000 cc

dalam sehari

4. Saya menghitung jumlah air

yang diminum sehari-hari

5. Saya mengukur jumlah air

kencing (urin) dalam sehari

6. Saya mengkonsumsi asupan

air sebanyak jumlah air

kencing (urin) dalam sehari

ditambah dengan ± 500 cc ( 2-


65

3 gelas belimbing) .

7. Sebelum cuci darah /

hemodialisa, berat badan saya

bertambah dari berat badan

sebelumnya.

8. Pada saat kebutuhan cairan

sudah mencapai batas , untuk

menghilangkan haus bisanya

saya mengulum es batu atau

sikat gigi dan berkumur.

9. Saya mengkonsumsi makanan

instan ( contoh : ikan kaleng,

buah kaleng, cornet, jamur

kaleng, jus kalengan, mie

kuah, dll) .

10. Selain asupan cairan yang

dianjurkan.

Saya mengkonsumsi makanan

berkuah( sop , gulai kambing,

soto, mie berkuah, sayur

lodeh, dll) .

11. Saya mengkonsumsi bayam,

daun papaya, daun singkong,

dan sayuran yang lain.


66

12. Saya mengkonsumsi lebih dari

1 butir telur dalam sehari.

13. Saya mengkonsumsi lebih dari

4 tempe tahu dalam sehari .

14. Pada saat ada jamuan pesta/

acara yang menyuguhkan

minuman segar ( es buah, es

jeruk, teh) saya akan

meminumnya .

15. Saya mengikuti anjuran untuk

membatasi buah-buahan

dengan kandungan tinggi air

(seperti : semangka, melon,

papaya, pir , jeruk, dll ) .

16. Saat tubuh terasa lelah saya

minum minuman penambah

energy.
67

Lampiran 5

Panduan Perhitungan Berat Badan

1. Hitung berat badan pasien sebelum dilakukan hemodialysis saat

sekarang.

2. Hitung berat badan post hemodialysis sebelumnya.

3. Hitung selisih penambahan berat badan antara berat post

hemodialysis pada periode sebelumnya dengan berat badan sebelum

hemodialysis saat sekarang.

4. Hitung penambahan berat badan dengan rumus berat badan post

hemodialysis pada periode HD sebelumnya dikurangi berat badan

pasien sebelum HD saat sekarang dibagi berat badan sebelum HD

saat sekarang dikali 100% .

Misalnya :

a. Berat badan sebelum HD sekarang : 59,60 kg

b. Berat badan setelah HD sebelumnya : 56,40 kg

Penambahan berat badannya adalah : 59,60 – 56,40 = 3,20 kg

Maka nilai penambahan berat badan : x 100 % = 5,4 %


68

Lampiran 6

LEMBAR PENGUKURAN HIPERVOLEMIA

Pengukuran dilakukan oleh peneliti. Peneliti mengisi format

pengukuran yang telah disediakan dibawah ini.

Kode Berat Badan Selisih Penambahan Edema Ket

RSP Post HD Pre HD BB BB (%) Post HD Pre HD

Sebelumnya saat Sebelumnya saat

(HD 1) sekarang (HD 1) sekarang

(HD 2) (HD 2)
69
70

Lampiran 7

DATA UMUM RESPONDEN

KODE UMUR JENIS PENDIDI PEKERJA LAMA PENGETAH DUKUNG

RSP KELA KAN AN HD UAN AN

MIN PEMBATAS KELUAR

AN CAIRAN GA

1 54 L SD WRS 6 TH YA YA

2 50 L SD WRS 4 TH YA YA

3 56 L SD PTN 2 TH YA YA

4 55 L SMP PTN 2 TH YA YA

5 64 L SMA WRS 4 TH TIDAK TIDAK

6 55 L TS WRS 3 TH TIDAK TIDAK

7 45 L SD WRS 1 TH TIDAK TIDAK

8 59 L TS WRS 7 TH TIDAK TIDAK

9 52 L SMA PNS 2 TH TIDAK TIDAK

10 53 L SMA PTN 4 TH TIDAK TIDAK

11 42 L SMP PTN 3 TH TIDAK TIDAK

12 63 L SD PTN 5 TH YA YA

13 51 L SMP WRS 5 TH YA YA

14 48 L SMP WRS 3 TH YA YA

15 51 L SMP WRS 2 TH YA YA

16 48 L SMA PNS 1 TH YA YA

17 44 L SMA WRS 4 TH YA YA

18 63 L SD WRS 2 TH YA YA

19 52 L SD WRS 8 TH TIDAK TIDAK

20 38 L SMA WRS 5 TH YA

21 53 L SMP PTN 3 TH TIDAK TIDAK

22 42 L SMP PTN 2 TH TIDAK TIDAK


71

23 41 L SMA PTN 1 TH YA YA

24 54 L SMP PTN 3 TH YA YA

25 60 L SD WRS 2 TH YA YA

26 52 L SD WRS 6 TH TIDAK TIDAK

27 51 L S1 PNS 7 TH YA YA

28 53 L D3 PNS 3 TH YA YA

29 35 L SMA WRS 2 TH YA YA

30 49 L SMA WRS 3 TH YA YA

31 40 L SMA PTN 3 TH YA YA

32 50 L SMP PTN 5 TH YA YA

33 62 L SD PTN 7 TH YA YA

34 51 L SMP WRS 2 TH TIDAK TIDAK

35 56 L SMP WRS 2 TH YA YA

36 65 L SD PTN 5 TH TIDAK TIDAK

37 49 L SMA PTN 4 TH YA YA

38 39 P S1 PNS 3 TH TIDAK TIDAK

39 47 P SMA PNS 5 TH YA YA

40 37 P SMA WRS 2 TH YA YA

41 50 P SMP WRS 2 TH TIDAK TIDAK

42 62 P SMP WRS 6 TH YA YA

43 49 P SMP WRS 2 TH YA YA

44 60 P SMA WRS 1 TH YA YA

45 39 P S1 PNS 1 TH YA YA

46 34 L S1 PNS 2 TH YA YA

47 37 L D3 PNS 3 TH YA YA

48 49 L SMP WRS 4 TH YA YA

49 50 P SMA WRS 2 TH TIDAK TIDAK

50 46 P SMA PTN 1 TH YA YA
72

51 43 P SMP PTN 2 TH TIDAK TIDAK

52 54 P SMA WRS 3 TH TIDAK TIDAK

53 57 P SMA WRS 4 TH YA YA

54 58 P SMP WRS 8 TH TIDAK TIDAK

55 63 P SD PTN 3 TH TIDAK TIDAK

56 42 P TS PTN 2 TH TIDAK TIDAK

57 41 L SMA PTN 3 TH YA YA
73

Lampiran 8

MASTER DATA

NILAI KUESIONER KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN

KODE P P P P P P P P P P P P P P P P SKO KATE

RSP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 R GORI

TOT

AL

1. 1 2 1 1 0 1 0 1 2 2 1 1 0 1 1 2 17 TP

2. 2 2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 2 2 1 4 18 TP

3. 1 2 1 0 0 1 2 0 1 2 4 2 0 1 2 4 22 KP

4. 2 2 2 0 1 1 0 0 1 0 2 0 1 2 0 3 16 TP

5. 0 1 1 1 0 0 1 2 2 2 0 0 0 1 0 2 14 TP

6. 4 1 2 0 1 1 2 1 3 3 2 3 3 3 2 4 34 KP

7. 2 2 0 0 0 0 2 0 2 1 1 2 1 0 2 4 19 TP

8. 4 3 2 0 0 2 3 0 4 1 2 3 3 4 0 3 32 KP

9. 3 2 0 0 0 0 2 0 2 1 2 3 3 3 0 4 25 KP

10. 1 3 2 0 0 0 1 1 1 1 2 2 0 1 2 4 21 KP

11. 1 2 1 0 0 1 2 0 1 2 4 2 0 1 2 3 22 KP

12. 1 1 2 0 0 0 2 0 2 1 1 2 1 0 2 4 19 TP

13. 1 1 2 0 0 0 1 0 2 2 1 2 1 0 2 4 19 TP

14. 2 3 2 2 0 0 1 1 4 4 4 2 0 1 4 4 33 KP

15. 3 3 3 3 1 2 0 2 1 1 1 0 1 0 3 4 40 KP

16. 3 2 1 0 1 1 2 2 1 1 1 0 1 0 3 1 20 TP

17. 3 3 1 1 0 0 3 1 1 1 2 1 1 1 4 0 23 KP
74

18. 2 1 2 1 1 1 4 1 0 0 1 0 0 1 3 1 19 TP

19. 2 2 2 1 1 2 3 2 2 1 1 0 0 0 2 2 23 KP

20. 2 3 1 2 3 1 4 3 0 0 3 0 1 1 1 1 26 KP

21. 2 0 3 1 0 0 3 1 2 2 1 3 3 2 3 0 26 KP

22. 3 1 2 2 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 0 20 TP

23. 3 2 1 0 0 1 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 25 KP

24. 2 1 3 2 1 1 3 0 1 1 0 1 0 0 3 0 19 TP

25. 4 4 4 0 0 3 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 51 P

26. 3 1 2 1 0 0 3 2 3 3 2 2 3 4 2 4 35 KP

27. 3 1 2 0 0 1 2 1 2 1 2 3 3 4 2 4 31 KP

28. 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 53 P

29. 4 1 2 2 1 1 1 0 2 2 2 2 2 2 4 4 32 KP

30. 2 3 3 2 3 0 1 0 3 2 3 3 4 4 2 1 36 KP

31. 4 3 4 2 2 3 3 3 1 3 4 4 3 3 2 4 51 P

32. 2 3 1 2 2 1 3 2 1 0 1 1 1 1 2 0 23 KP

33. 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 52 P

34. 4 1 2 0 0 1 2 1 2 2 2 1 2 1 0 4 25 KP

35. 4 1 2 0 0 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 4 25 KP

36. 3 1 2 2 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 0 20 TP

37. 3 1 2 0 0 1 2 2 3 2 3 3 2 3 2 4 33 KP

38. 2 2 2 0 0 1 2 0 1 2 2 3 2 1 3 1 24 KP

39. 1 3 1 1 0 0 2 0 1 2 2 3 2 1 2 3 24 KP

40. 4 1 1 0 1 0 4 0 3 2 2 3 4 3 0 4 32 KP
75

41. 4 1 3 2 0 0 4 1 4 2 2 3 2 3 0 3 34 KP

42. 2 2 0 1 1 0 1 2 2 2 2 1 1 1 2 4 27 KP

43. 1 2 0 0 0 1 1 0 3 2 3 1 1 0 3 4 22 KP

44. 3 2 2 1 0 0 2 1 1 0 2 3 2 2 3 4 28 KP

45. 4 4 2 3 1 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 53 P

46. 4 2 1 0 0 3 2 1 3 2 2 3 3 2 0 4 32 KP

47. 0 0 1 1 0 0 0 1 2 2 1 1 0 0 1 3 15 TP

48. 0 0 2 1 0 0 1 1 0 0 1 3 0 1 1 4 18 TP

49. 1 2 2 0 0 0 2 2 1 1 0 0 2 2 0 4 17 TP

50. 1 3 0 1 1 1 0 2 1 0 0 1 1 0 1 2 15 TP

51. 2 2 0 1 0 0 1 1 3 1 2 0 1 1 0 4 19 TP

52. 3 1 2 0 0 1 0 1 1 1 2 2 1 0 1 2 18 TP

53. 1 2 1 0 0 1 2 0 1 2 4 2 0 1 2 3 22 KP

54. 3 2 2 1 0 0 2 1 1 1 0 3 2 2 3 4 28 KP

55. 1 2 1 0 0 1 2 0 1 2 4 2 0 1 2 3 22 KP

56. 4 1 2 0 0 1 2 1 2 2 2 1 2 1 0 4 25 KP

57. 1 2 1 0 0 1 2 0 1 2 4 2 0 1 2 3 22 KP
76

Lampiran 9

DATA KEJADIAN HIPERVOLEMIA

Kode Berat Badan Selisih Penambahan Edema Ket

RSP Post HD Pre HD BB BB(%) Post HD Pre HD

sebelumnya Saat sebelumnya Saat

(HD 1) Sekarang (HD 1) Sekarang

(HD 1) (HD 1)

1. 60 67 7 10,4 P HB

2. 46 51 5 9,8 - P HR

3. 60 63 3 4,7 - P HR

4. 52 58 6 10,3 - P HB

5. 41 45 4 8,8 - P HB

6. 73 76 3 3,9 - P HR

7. 36 40 4 10 -- P HB

8. 50 54 4 7,4 - P HS

9. 68 71 3 4,2 - P HR

10. 56 59 3 5,08 - P HS

11. 71 72 1 1,3 - P HR

12. 48 53 5 9,4 - P HB

13. 59 55 6 9 - P HB

14. 40 41 1 2,4 - P HR

15. 57 61 4 6,5 - P HS

16. 75 83 8 9,6 - P HB

17. 48 49 1 2,04 - P HR
77

18. 55 61 6 9,8 - P HB

19. 56 60 4 6,6 - P HS

20. 50 52 7 3,8 - P HR

21. 78 83 5 6,02 - P HS

22. 54 59 5 8,4 - P HB

23. 44 46 2 4,3 - P HR

24. 61 67 6 8,9 - P HB

25. 51 51 0 0 - - ISOVOL

EMI

26. 32 34 2 6,5 - P HS

27. 65 67 2 4,1 - P HR

28. 65 65 0 0 - - ISOVOL

EMI

29. 43 46 3 6,5 - P HS

30. 70 73 3 4,1 - P HR

31. 48 48 0 0 - - ISOVOL

EMIA

32. 65 69 4 5,7 - P HS

33. 42 42 0 0 - - ISOVOL

EMIA

34. 72 74 2 2,7 - P HR

35. 47 50 3 6 - P HS

36. 68 74 6 8,1 - P HB
78

37. 40 41 1 2,4 - P HR

38. 44 46 2 4,3 - P HR

39. 62 67 5 7,4 - P HS

40. 59 61 2 3,2 - P HR

41. 53 56 3 5,3 - P HS

42. 48 50 2 4 - P HR

43. 60 62 2 3,2 - P HR

44. 63 65 2 3,07 - P HR

45. 58 58 0 0 - - ISOVOL

EMI

46. 40 41 1 2,4 - P HR

47. 51 56 5 8,9 - P HB

48. 47 52 5 9,6 - P HB

49. 48 53 5 9,4 - P HB

50. 41 45 4 8,8 - P HB

51. 75 83 8 9,6 - P HB

52. 61 67 6 8,9 - P HB

53. 70 73 3 4,1 - P HR

54. 60 63 3 4,7 - P HR

55. 50 52 2 3,8 - P HR

56. 71 72 1 1,3 - P HR

57. 68 71 3 4,2 - P HR
79

Lampiran 10

Hasil Uji CHI SQUARE

Statistics

Dukun
Jenis gan Kepat Keja
Kelami Pendidik Pekerja Pemaham Keluar uhan dian
n Umur an an Lama an Resiko ga Pemb Hiper
Respo Respo Respon Respon Menjala Pembatas Respo atasan vole
nden nden den den ni HD an Cairan nden Cairan mia

N Valid 57 57 57 57 57 57 57 57 57

Missi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ng

Mean 1.28 2.86 2.98 3.37 2.14 1.63 1.63 1.77 2.74

Std. Error of .060 .101 .126 .145 .092 .064 .064 .079 .134
Mean

Median 1.00 3.00 3.00 4.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00

Mode 1 3 3 4 2 2 2 2 2

Std. Deviation .453 .766 .954 1.096 .693 .487 .487 .598 1.009

Variance .206 .587 .910 1.201 .480 .237 .237 .358 1.019

Range 1 3 4 4 2 1 1 2 3

Minimum 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Maximum 2 4 5 5 3 2 2 3 4

Sum 73 163 170 192 122 93 93 101 156

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 26-35 2 3.5 3.5 3.5

36-45 15 26.3 26.3 29.8


80

46-55 29 50.9 50.9 80.7

56-65 11 19.3 19.3 100.0

Total 57 100.0 100.0

Pendidikan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 3 5.3 5.3 5.3

SD 15 26.3 26.3 31.6

SMP 21 36.8 36.8 68.4

SMA 16 28.1 28.1 96.5

Perguruan Tinggi 2 3.5 3.5 100.0

Total 57 100.0 100.0

Pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 2 3.5 3.5 3.5

SWASTA 14 24.6 24.6 28.1


81

WIRASWASTA 9 15.8 15.8 43.9

PETANI 25 43.9 43.9 87.7

IRT 7 12.3 12.3 100.0

Total 57 100.0 100.0

Lama Menjalani HD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 1 Tahun 10 17.5 17.5 17.5

2-5 Tahun 29 50.9 50.9 68.4

> 5 Tahun 18 31.6 31.6 100.0

Total 57 100.0 100.0

Pemahaman Resiko Pembatasan Cairan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 21 36.8 36.8 36.8

YA 36 63.2 63.2 100.0

Total 57 100.0 100.0

Dukungan Keluarga Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid MENDUKUNG 21 36.8 36.8 36.8

TIDAK MENDUKUNG 36 63.2 63.2 100.0


82

Total 57 100.0 100.0

Kepatuhan Pembatasan Cairan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK PATUH 18 31.6 31.6 31.6

KURANG PATUH 34 59.6 59.6 91.2

PATUH 5 8.8 8.8 100.0

Total 57 100.0 100.0

Kejadian Hipervolemia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ISOVOLEMIA 5 8.8 8.8 8.8

HIPERVOLEMIA_RINGAN 23 40.4 40.4 49.1

HIPERVOLEMIA_SEDANG 11 19.3 19.3 68.4

HIPERVOLEMIA_BERAT 18 31.6 31.6 100.0

Total 57 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


83

Kepatuhan Pembatasan 57 100.0% 0 0.0% 57 100.0%


Cairan * Kejadian
Hipervolemia

Kepatuhan Pembatasan Cairan * Kejadian Hipervolemia Crosstabulation

Kejadian Hipervolemia

HIPER
VOLE HIPER
MIA_R HIPERVO VOLE
ISOVOLE INGA LEMIA_S MIA_B
MIA N EDANG ERAT Total

Kepatuhan TIDAK Count 5 13 0 0 18


Pembatas PATUH
% within 27.8% 72.2% 0.0% 0.0% 100.0%
an Cairan
Kepatuhan
Pembatasan
Cairan

KURAN Count 0 10 11 13 34
G
% within 0.0% 29.4% 32.4% 38.2% 100.0%
PATUH
Kepatuhan
Pembatasan
Cairan

PATUH Count 0 0 0 5 5

% within 0.0% 0.0% 0.0% 100.0 100.0%


Kepatuhan %
Pembatasan
Cairan

Total Count 5 23 11 18 57

% within 8.8% 40.4% 19.3% 31.6% 100.0%


Kepatuhan
Pembatasan
Cairan
84

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 39.405a 6 .000

Likelihood Ratio 48.205 6 .000

Linear-by-Linear Association 29.597 1 .000

N of Valid Cases 57

a. 7 cells (58,3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,44.

Lampiran 11

Kegiatan Penelitian
85
86
87

Lampiran 12
88

Lampiran 13
89

Lampiran 14
90

Lampiran 15 JURNAL

Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Overload

Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Post Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati

Rita Melianna, Wiwin Wiarsih

ABSTRAK

JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) 3 (1), 37-46, 2019

Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis yang di tandai dengan

penurunan fungsi ginjal yang ireversible, pada suatu derajat yang

memerlukan terapi pengganti ginjal. Masalah yang mengakibatkan

kegagalan pada terapi hemodialisa adalah kepatuhan klien. Penelitian ini

menggunakan desain deskriptif korelasi, menggunakan sampel pasien GGK

yang mengikuti hemodialisa di RS Fatmawati sebesar 84 responden. Hasil

univariat menunjukkan, responden tidak patuh terhadap pembatasan cairan

sebesar 76%, responden mengalami overload sebesar 53, 6%. Hasil bivariat

(Chi-Square) dengan α= 0, 05, didapatkan tidak ada hubungan yang

bermakna antara kepatuhan pembatasan cairan dengan overload (p= 0, 35).

Semakin besar klien patuh pada pembatasan cairan maka akan semakin

kecil terjadi overload.


91

EDUKASI KESEHATAN BERBASIS FAMILY SUPPORT TERHADAP

KEPATUHAN DIIT CAIRAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

Tata Mahyuvi, Siti Nur Hasina

Seminar Informasi Kesehatan Nasional (SIKesNas), 67-72, 2021

Kegagalan pada fungsi ginjal dapat menyebabkan komplikasi gangguan

kesehatan lain, salah satunya kondisi kelebihan volume cairan yang

sebabkan oleh ketidakpatuhan dalam pembatasan diit cairan sehingga

menjadi pemicu terjadinya hipervolemia serta mengakibatkan beban

sirkulasi yang berlebihan, terjadi edema, gangguan kardiovaskular,

gangguan fungsi kognitif serta dapat menyebabkan kematian. Diharapkan

penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisisa dapat

mematuhi pembatasan diit cairan yang sudah ditentukan. Oleh karena dalam

meningkatkan kepatuhan tersebut diperlukan dukungan yang kuat terkait

pentingnya manajemen pembatasan diit cairan. Tujuan penelitian ini adalah

menganalisis Pengaruh Edukasi Kesehatan Berbasis Family Support

terhadap Kepatuhan Diit Cairan Pasien Gagal Ginjal Kronik. Desain

penelitian ini adalah quasy eksperriment dengan pendekatan pre dan post

design. Populasi seluruh pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Islam

Surabaya A. Yani 82 pasien. Besar sampel adalah 48 responden. Teknik

sampling menggunakan simple random sampling. Pasien diberikan edukasi

kesehatan berbasis family support dalam upaya meningkatkan pengetahuan

kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan pasien gagal ginjal kronik


92

dengan pendekatan dukungan keluarga guna meningkatkan kepatuhan

dalam diit asupan cairan. Analisis menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks

Tes dengan p value< 0, 05. Hasil penelitian ini menunjukkan p= 0,000 yang

berarti terdapat pengaruh yang signifikan Kepatuhan Diit Cairan sebelum

dan sesudah dilakukan Edukasi Kesehatan Berbasis Family Support.

Edukasi Kesehatan Berbasis Family Support efektif dalam meningkatkan

Kepatuhan Diit Cairan pada pasien gagal ginjal kronik dan sangat

dianjurkan dilakukan pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa.


93

PENGARUH INFORMATION SUPPORT BERBASIS TELENURSING

(REMINDER WHATSAPP DAN MODUL) TERHADAP KEPATUHAN

PEMBATASAN INTAKE ASUPAN CAIRAN PADA PENDERITA

GAGAL GINJAL KRONIK

DIAN TUKIRAHMAWATI

ABSTRAK

Pendahuluan. Kegagalan fungsi ginjal dapat menimbulkan kondisi overload

cairan yang diakibatkan karena ketidakpatuhan dalam pembatasan intake

asupan cairan sehingga menjadi pemicu terjadinya hipervolemia,

mengakibatkan beban sirkulasi yang berlebihan, edema, gangguan

kardiovaskular, gangguan fungsi kognitif dan kematian. Tujuan penelitian

ini adalah menganalisis pengaruh information support berbasis telenursing

(reminder whatsApp dan modul) terhadap kepatuhan pembatasan intake

asupan cairan pada penderita gagal ginjal kronik. Material & Metode.

Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperriment dengan dengan

pendekatan pre dan post kontrol group design. Populasi seluruh pasien gagal

ginjal kronik di Rumah Sakit Islam Surabaya A.Yani sebesar 76 orang.

Besar sampel 44 responden. Teknik sampling adalah simple random

sampling. Kelompok intervensi diberikan information support berbasis

telenursing (reminder whatsapp dan modul) dan kelompok kontrol diberikan

intervensi sesuai standar rumah sakit. Analisis menggunakan uji Wilcoxon

Signed Ranks Test dengan nilai signifikan α < 0,05. Hasil. Hasil penelitian
94

menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan tingkat

kepatuhan nilai p value 0,000 pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol nilai p value 0,317 yang berarti ada pengaruh information support

berbasis telenursing (reminder whatsApp dan modul) terhadap kepatuhan

pembatasan intake asupan cairan pada penderita gagal ginjal kronik. Metode

ini sangat baik apabila diterapkan di rumah sakit guna pengembanga ilmu

keperawatan pada saat modern seperti saat ini. Diskusi. Information support

berbasis telenursing (reminder whatsApp dan modul) efektif meningkatkan

kepatuhan pembatasan intake asupan cairan pada penderita gagal ginjal

kronik serta teknik tersebut mudah untuk dilakukan.


95

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP

TERJADINYA KELEBIHAN CAIRAN PADA PASIENGAGAL GINJAL

KRONIK RUANG HEMODIALISA RSUD PRINGSEWU TAHUN 2021

Diska Ayomi

UMPRI, 2021

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP

TERJADINYA KELEBIHAN CAIRAN PADA PASIENGAGAL GINJAL

KRONIK RUANG HEMODIALISA RSUD PRINGSEWU TAHUN 2021

Diska Ayomi + 90hal + 11 lampiran + 6 tabel + 3 skema + 0 gambar

ABSTRAK Pendahuluan: Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis

kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab.

Penyakit kronik setiap tahunnya meningkat di Indonesia adalah GGK

sebesar 2.0%, dan 0,27 % di provinsi lampung tahun 2013, tahun 2018

sebesar 3.8%. RSUD Pringsewu tahun 2020 259 penderita, tahun 2021 74

penderita bulan januari-februari. Tujuan penelitian diketahui hubungan

kepatuhan pembatasan cairan terhadap terjadinya kelebihan cairan pada

pasien gagal ginjal kronik ruang HD RSUD Pringsewu.

Metode: Desain penelitian ini menggunakan descriptive korelasi dengan

pendekatan cross sectional. Besar sampel adalah 74 responden. Dengan

teknik total sampling.

Hasil:Diukur menggunakan kuisoner kepatuhan pembatasan cairan. Dan

dianalisis menggunakan uji Chi-squre. Dengan analisa bivariat didapatkan


96

hasil signifikan pvalue :0,000 hal itu berarti Ha diterima terdapat hubungan

kepatuhan pembatasan cairan terhadap terjadinya kelebihan cairan pada

pasien GGK.

Kesimpulan: Ada hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap

terjadinya kelebihan cairan pada pasien GGK ruang HD RSUD Pringsewu.

Saran: Diharapkan bagi responden mematuhi anjuran dari petugas kesehatan

dalam pembatasan cairan agar tidak terjadinya kelebihan cairan. Kata kunci :

GGK, Kepatuhan pembatasan cairan, kelebihan cairan Referensi : 2006-2020


97

MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERKAIT KEPATUHAN

PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

Agus Rismanta, S Kep Ruhyana

Universitas' Aisyiyah Yogyakarta, 2021

Latar Belakang : Kepatuhan pembatasan asupan cairan merupakan masalah

penting pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Motivasi dan dukungan keluarga merupakan factor penting dalam menjaga

kepatuhan pembatasan asupan cairan.

Tujuan :Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji bagaimana motivasi

dan dukungan keluarga terkait kepatuhan pembatasan asupan cairan pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Metode:Penelusuran literature dilakukan melalui Google scholar dan

Database dari PubMed. Keywords yang digunakan dalam Bahasa Inggris

adalah motivation, family support, fluid adherence, and chronic kidney

disease sedangkan dalam Bahasa Indonesia adalah “ motivasi, dukungan

keluarga, kepatuhan cairan dan gagal ginjal kronik”. Penelusuran dilakukan

sampai 25 Januari 2021. Hasil penelusuran didapatkan 362 artikel peneliti

menghilangkan 221 artikel karena tidak sesuai kriteria inklusi, tidak dapat

didownload, tidak dapat dibuka, tidak mengandung kata kunci yang sesuai,

dan tidak lengkap. Sehingga tersisa 141 artikel. Dari 141 artikel dikeluarkan

92 artikel, sehingga tersisa 49 artikel. Ke-49 artikel tersebut dilakukaan uji

kelayakan dan artikel yang di review sebanyak 13.


98

Hasil : ke-13 artikel menggambarkan motivasi dan dukungan keluarga

merupakan factor penting dalam menjaga kepatuhan pembatasan asupan

cairan. Dari 13 artikel tersebut didapatkan bahwa karakteristik responden

penelitian tersebut mayoritas berusia >40 th, jenis kelamin laki-laki,

pendidikan menengah dan merupakan pasien gagal ginjal kronik yang rutin

melakukan hemodialisa di rumah sakit. Mayoritas responden mendapatkan

dukungan keluarga serta motivasi yang baik terkait kepatuhan pembatasan

asupan cairan.

Kesimpulan : Motivasi dan dukungan keluarga yang baik merupakan proses

terpenting dalam memberikan support kepada pasien yang mengalami

penyakit gagal ginjal kronik untuk melakukan kepatuhan pembatasan

asupan cairan.
99

HUBUNGAN KEPATUHAN DIIT DAN PEMBATASAN CAIRAN

DENGAN KOMPLIKASI INTRA HEMODIALISIS DI RUANG

HEMODIALISIS RSU HAJI SURABAYA

Ihsan Nur Mahmudi Adivtian Ragayasa

JURNAL KEPERAWATAN 11 (3), 164-169, 2018

Klien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis harus dihadapkan

dengan berbagai masalah berupa komplikasi pada saat intra hemodialisis.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan diit dan pembatasan

cairan terhadap kejadian komplikasi intra hemodialisis pada klien penyakit

ginjal kronik. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional. 30 klien GGK yang sedang menjalani

hemodialysis di RSU Haji Surabaya dipilih secara aksidental sampling.

Variabel independen yaitu kepatuhan diit (protein, kalium, natrium, dan

karbohidrat) dan pembatasan cairan. dan variabel dependen ialah kejadian

komplikasi intra hemodialisis. Pengumpulan data meliputi pengukuran

tekanan darah sebelum dan saat dilakukan terapi hemodialisis, lembar food

recall untuk menilai kepatuhan diit dan pembatasan cairan, lembar observasi

untuk komplikasi intra hemodialisis yang terjadi. Data yang telah di peroleh

akan di kategorikan berdasarkan hasil ukur. Untuk mengetahui hubungan

kepatuhan diet dan kejadian komplikasi intradialisis dilakukan uji statistik

chi square dengan tingkat kesalahan 0, 05. Hasil penelitian ini menunjukkan

kepatuhan klien terhadap diet adalah 53, 3% tidak patuh diit protein; 60%

tidak patuh diit natrium, 53, 3% tidak patuh diit kalium; 63, 3% tidak patuh

diit karbohidrat, 63, 3% tidak patuh pembatasan cairan. 66, 7% klien


100

mengalami komplikasi intradialisis dan 33, 3% tidak terjadi komplikasi.

Terdapat hubungan antara kepatuhan diit protein (p= 0, 01), kalium (p= 0,

04), natrium (p= 0, 01) dan pembatasan cairan (p= 0, 01) dengan kejadian

komplikasi intra hemodialisis, dimana kepatuhan klien terhadap diet protein,

kalium, natrium dan pembatasan cairan mengurangi kejadian komplikasi

intradialisis. Perlu peningkatan kepatuhan klien GGK yang menjalani

hemodialysis terhadap diit dan pembatasan cairan melalui edukasi oleh

petugas kesehatan untuk mengurangi komplikasi intradialisis.


101

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MEDIA AUDIOVISUAL DAN

LEAFLET TERHADAP KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN

PASIEN GGK

Satiti Kusumawardani

Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada 10 (2), 160-168, 2021

Salah satu penanganan untuk menyelamatkan nyawa pasien Gagal Ginjal

Kronik (GGK) adalah terapi hemodialisis, disertai pembatasan asupan

cairan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas media

audiovisual dan leaflet terhadap kepatuhan pembatasan cairan pasien GGK.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain Quasi

Eksperiment dengan pendekatan pretest-posttest with control group design.

Teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi edukasi kepatuhan cairan disusun

dengan menggunakan SOP dan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan

menggunakan kuesioner. Sampel diambil dari pasien hemodialisis yang

menderita penyakit ginjal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah penderita gagal ginjal yang

menjalani hemodialisis yang bersedia menjadi responden, penderita gagal

ginjal yang menjalani hemodialisis secara rutin 2x dalam seminggu, mampu

komunikasi berbahasa Indonesia, mampu membaca dan menulis, menjalani

hemodialisis maksimal 1 tahun. Sedangkan untuk kriteria eksluksi yaitu

pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dengan kelainan

ginjal bawaan, pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, memiliki

gangguan pendengaran dan penglihatan, mengalami penurunan kondisi dan


102

kesadaran. Pada kelompok kontrol, skor kepatuhan pembatasan cairan pada

pasien GGK berbeda signifikan (p= 0.000). Pada kelompok perlakuan, skor

kepatuhan pembatasan cairan pada pasien GGK berbeda signifikan (p=

0.000). Terdapat perbedaan skor kepatuhan sesudah edukasi antara

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (p= 0.040). Edukasi

menggunakan audio visual sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan

seseorang, sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian pendidikan kesehatan menggunakan metode audio

visual lebih dari satu kali pertemuan


103

HUBUNGAN EFIKASI DIRI TERHADAP KEPATUHAN

PEMBATASAN CAIRAN PADA PASIEN TERAPI HEMODIALISA DI

RSUD WATES KULON PROGO

Miftafu Darussalam

Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, 2019

Latar Belakang :Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pasien

hemodialisa adalah pembatasan cairan.Jika pasien tidak melakukan

pembatasan cairan dapat menyeabkan cairan menumpuk didalam tubuh dan

akan menimbulkan efek edema, hipertropi ventrikel kiri dan hipertensi.

Maka perlunya kepatuhan dalam pembatasan cairan bagi pasien penyakit

ginjal kronik.Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan

pembatasan cairan adalah efikasi diri.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan efikasi diri terhadap kepatuhan

pembatasan cairan pada pasien terapi hemodialisa di RSUD Wates Kulon

Progo.

Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien terapi hemodialisa di RSUD WatesKulon Progo dengan

menggunakan teknik consecutive sampling.Sampel yang digunakan

sebanyak 31 responden.Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner

efikasi diri dan kuesioner kepatuhan pembatasan cairan. Analisis data

statistik menggunakan uji somer’d .

Hasil :Tingkat efikasi diri pada pasien terapihemodialisa di RSUD Wates

Kulon Progo paling banyak memiliki efikasi diri baik sebanyak 26


104

responden (83,9%). Kepatuhan pembatasan cairan pasien penyakit ginjal

kronik paling banyak adalah patuh sebanyak 24 responden (77,4%). Dilihat

dari koefisien korelasi didapatkan nilai keeratan sebesar 0,597 dan nilai p-

value sebesar 0,020<0,05.

Kesimpulan :Terdapat hubungan efikasi diri dengan kepatuhan pembatasan

cairan pada pasien terapi hemodialisa di RSUD WatesKulon Progo.

Dianjurkan bagi perawat untuk dapat mempertahankan efikasi diri pasien

dalam hal pembatasan cairan.

Anda mungkin juga menyukai