Anda di halaman 1dari 66

SKRIPSI

GAMBARAN PERUBAHAN HEMODINAMIK PADA PASIEN GENERAL


ANASTESI MENGGUNAKAN ISOFLURANE DAN SEVOFLURANE DI
RSUP DR. RIVAI ABDULLAH PALEMBANG
TAHUN 2022

SUCITARIA

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANASTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
SKRIPSI

GAMBARAN PERUBAHAN HEMODINAMIK PADA PASIEN GENERAL


ANASTESI MENGGUNAKAN ISOFLURANE DAN SEVOFLURANE DI
RSUP DR. RIVAI ABDULLAH PALEMBANG
TAHUN 2022

Di Ajukan Oleh :

SUCITARIA
2114301140

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANASTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul” Gambaran Perubahan Hemodinamik Pada Pasien General


Anastesi Menggunakan Isoflurane dan Evoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022”, telah mendapatkan persetujuan pembimbing untuk
diajukan dalam ujian hasil.

Denpasar, 24 Mei 2022


Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns.Ni Made Dewi Wahyunadi, S,Kep.,M.Kep Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep.,M.Kep
NIR/NIDN :0826128802 NIR/NIDN :0817089001

iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Program Studi Sarjana

Keperawatan Anastesiologi Institut Teknologi dan Kesehatan Bali pada

Tanggal 9 Juni 2022

Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Ketua ITEKES Bali

Nomor : DL.02.02.2825.TU.IX.21

Ketua : Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S. Kep., M. Kep


NIDN. 0808117701

Anggota :

1. Ns.Ni Made Dewi Wahyunadi, S,Kep.,M.Kep

NIDN. 0826128802

2. Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep.,M.Kep

NIDN. 0817089001

iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Gambaran Perubahan Hemodinamik Pada Pasien General


Anastesi Menggunakan Isoflurane Dan Sevoflurane Di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022”. Telah disajikan di depan dewan penguji pada tanggal 26
Mei 2022 dan telah diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan
Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) BALI

Denpasar, 9 Juni 2022


Disahkan Oleh
Dewan Penguji Skripsi

1. Ns. NLP. Dina Susanti, S. Kep


NIR.00035 …….

2. Ns. Ni Made Dewi Wahyunadi, S. Kep., M. Kep.


NIDN. 0836128802

3. Ns. Ni Komang Tri Agustini, S. Kep., M. Kep.


NIDK. 081789001

Mengetahui

Rektor Instutut dan Kesehatan (Itekes) Bali Program Studi Ilmu Keperawatan
Ketua Anestesiologi
Ketua

I Gede Putu Dharma Suyasa, S.Kp.,M.,Ph.D dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An
NIDN. 082306780 NIDN. 17131

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Gambaran Perubahan Hemodinamik Pada Pasien General Anastesi
Menggunakan Isoflurane Dan Sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2021”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program D IV Keperawatan Anastasiologi ITEKES Bali. Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan khususnya kepada:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku rektor Institut
Teknoogi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan proposal ini.
2. Ibu NS. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep, M.Kep. selaku Wakil Rektor
(Warek) I yang memberikan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II
yang memberikan dukungan kepada penulis.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
yang memberikan dukungan kepada penulis.
5. Bapak dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An selaku Ketua Program Studi D IV
Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral kepada penulis.
6. Ibu Ns. Ni Made Dewi Wahyunadi, S,Kep.,M.Kep Selaku pembembing
pertama yang selalu memberikan masukan dan arahan yang bersifat
membangun
7. Ibu Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep.,M.Kep Selaku pembembing kedua
yang selalu memberikan masukan dan arahan yang bersifat membangun
8. Seluruh keluarga terutama Istri, Ibu, Bapak dan Adik yang banyak memberikan
dukungan serta dorongan moral dan materiil hingga selesainya proposal ini
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.

vi
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih belum sempurna,
untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan proposal ini.

Denpasar, 24 Mei 2022

Sucitaria

vii
FORMAT PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Sucitaria
NIM : 2114301140

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul


“Gambaran perubahan hemodinamik pada pasien general anastesi menggunakan
isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2022”
yang saya tulis ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, sumber semua baik
yang dikutip maupun yang dirujuk telah dicantukan dengan benar. Apabila
dikemudain hari dapat dibuktikan bahwa skripsi adalah hasil jiplakan, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak maupun serta bersedia mendapat sanksi akademik
jika dikemudian hari pernyataan ini tidak benar

Di buat : Denpasar
Pada Tanggal 24 Mei 2022
Yang menyatakan

(Sucitaria)

viii
GAMBARAN PERUBAHAN HEMODINAMIK PADA PASIEN GENERAL
ANASTESI MENGGUNAKAN ISOFLURANE DAN SEVOFLURANE DI
RSUP DR. RIVAI ABDULLAH PALEMBANG TAHUN 2022

Sucitaria

Program Studi Ilmu Keperawatan


Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Email : Sucisubairi93@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Hemodinamik sangat penting untuk dilakukan pemantauan
terutama pada anastesi general karena umumnya anastesi akan mengakibatkan
berbagai macam gangguan sistim tubuh dan organ tubuh. Pengggunaan anestesi
menggunakan inhalasi menggunakan isoflurane dan sefoflurane dapat
menyebabkan efek penurunan tekanan darah sehingga dibutuhkan proses
pemantauan yang ketat dalam penggunaannya.
Tujuan: Mengetahui gambaran gambaran perubahan hemodinamik pada pasien
general anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai
Abdullah Palembang tahun 2021
Metode: Desain penelitian yang telah digunakan adalah penelitian kuantitatif
non-eksperimental dengan menggunakan metode deskriptif. Tempat penelitian ini
dilakukan di Kamar Operasi RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang dan, dan waktu
penelitian ini telah dilakukan pada April tahun 2022.Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien yang mengalami operasi atau pembedahan dan
menggunakan anastesi inhalasi yaitu isoflurane dan sevoflurane yaitu sebanyak
191, dengan jumlah sampel sebanyak 62. Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisa univariat.
Hasil: Hasil observasi hemodinamik pasien sebelum yaitu rata-rata tekanan darah
sistolik sebelum diberikan anestesi yaitu 135.5 mmHg, rata-rata tekanan darah
diastolik yaitu 81.0 mmHg, rata-rata nadi yaitu 82.7 Rata-rata suhu yaitu 36.6,
rata-rata respirasi yaitu 21.0 dan Hasil observasi hemodinamik pasien sesudah
yaitu rata-rata tekanan darah sistolik 108.8 mmHg. Rata-rata tekanan darah
diastolik yaitu 68.4 mmHg. Rata-rata nadi yaitu 67.1. Rata-rata suhu sesudah
diberikan anestesi yaitu 36.3 dan rata-rata respirasi yaitu 21.0.
Kesimpulan: Terdapat perubahan hemodinamik pada pasien sebelum dan
sesudah dilakukan general anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di
RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2022

Kata Kunci: Isoflurane, Sevoflurane, General Anestesi

ix
THE HEMODYNAMIC CHANGE ON GENERAL ANESTHESIA PATIENTS
BY USING ISOFLURANE AND SEVOFLURANE IN DR. RIVAI ABDULLAH
PALEMBANG HOSPITAL YEAR 2022

Sucitaria
Faculty of Health
Diploma IV of Nursing Anesthesiology
Institute of Technology and Health Bali
Email : Sucisubairi93@gmail.com

ABSTRACT

Background: Hemodynamic is very important to be monitored especially in


general anesthesia because generally anesthesia will cause various kinds of body
system and organ disorders. The use of anesthesia by using isoflurane and
sevoflurane can make lower blood pressure so it is needed a strict monitoring
process in its implementation.
Purpose: To identify hemodynamic change on general anesthesia patients by using
isoflurane and sevoflurane in Dr.Rivai Abdullah Palembang Hospital
Method: The research employed quantitative non-experimental design with
descriptive method. The research was conducted in Operating Room of Dr. Rivai
Abdullah Palembang Hospital in April 2022. The population of the research was
191 patients who underwent surgery and used isoflurane dan sevoflurane
anesthesia. There were 62 respondents recruited as the samples. The data were
analyzed by using univariate analysis.
Findings: The result of pre hemodynamic observation showed that the average of
systolic blood pressure was 135.5 mmHg, the average of diastolic blood pressure
was 81.0 mmHg, the average of pulse was 82.7. The average of temperature was
36.6, the average of respiration was 21.0. The result of post hemodynamic
patients’ observation showed the average of systolic blood pressure was 108.8
mmHg, the average of diastolic blood pressure was 68.4 mmHg, the average of
pulse was 67.1. The average of temperature was 36.3, the average of respiration
was 21.0.
Conclusion: There is hemodynamic change on patient pre and post general
anesthesia by using isoflurane and sevoflurane in Dr.Rivai Abdullah Palembang
Hospital in 2022.

Keywords: Isoflurane, Sevoflurane, General Anesthesia

x
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ................................................................................................ i
SAMPUL DALAM............................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ....................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN ...................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
FORMAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ vii
ABSTRAK............................................................................................................ viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang .................................................................................. 1
B Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A Operasi .............................................................................................. 7
B Anestesi ............................................................................................. 11
C Anestesi Inhalasi ................................................................................ 15
D Hemodinamik .................................................................................... 19
E Penelitian Terkait............................................................................... 24

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN


A Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 26
B Variabel Penelitian ............................................................................ 27
C Definisi Operasional .......................................................................... 27

BAB IV METODE PENELITIAN


A Desain l penelitian ............................................................................. 28
B Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................... 28
C Populasi Sampel Dan Sampling ......................................................... 28
D Pengumpulan Data............................................................................. 30
E Analisis Data ..................................................................................... 31
F Etika Penelitian.................................................................................. 31

BAB V HASIL PENELITIAN


A Gambaran umum tempat penelitian .................................................... 33
B Karakteristik responden ..................................................................... 34
C Hasil analisis variabel penelitian ........................................................ 35

xi
BAB VII PEMBAHASAN
A Karakteristik Responden .................................................................... 39
B Gambaran Perubahan Hemodinamik .................................................. 40
C Keterbatassan penelitian .................................................................... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A Kesimpulan ...................................................................................... 46
B Saran ................................................................................................. 47

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 48

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 26


Tabel 3.2. Defisi Operasional .................................................................... 27
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden ......... 34
Tabel 5.2 Hemodinamik Pasien Sebelum Dilakukan General Anastesi ......... 35
Tabel 5.3 Hemodinamik Pasien Sesudah Dilakukan General Anastesi ......... 36
Tabel 5.4 Hemodinamik Pasien Sebelum dan Sesudah General Anastesi ..... 37

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Concent …… .................................................................... 50


Lampiran 2. Lembar Observasi Hemodinamik Sebelum ...................................... 51
Lampiran 3. Lembar Observasi Hemodinamik Sesudah ...................................... 52

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anestesi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam proses
pembedahan atau operasi, tanpa adanya tindakan anestesi sebuah
pembedahan atau operasi tidak dapat berjalan lancar. Anestesi merupakan
suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek . Anestesi
adalah menghilangnya rasa nyeri. Hal ini menurut jenis kegunaannya dibagi
menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya kesadaran. Sedangakan
anestesi regional dan anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian
tubuh saja tanpa menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat, 2012). Dengan
adanya anestesi pasien dapat merasakan ketenangan saat operasi sehingga
pasien dapat merasa nyaman dan operasi berjalan lancar, menurut Morgan
(2013) anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh.
Dalam sebuah pembedahan tindakan anestesi yang sering dilakukan dan
menjadi pilihan yaitu anestesi umum, regional dan anestesi local (Mangku
& Senapathi, 2010). Pada pasien Klien yang mendapat anestesi umum akan
kehilangan seluruh sensasi dan kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah
manipulasi anggota tubuh. Pembedahan yang menggunakan anestesi umum
melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan yang
luas. Sementara anestesi Regional, menyebabkan hilangnya sensasi pada
daerah tubuh tertentu. Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural
anestesi, kaudal anestesi (Poter & Perry, 2012). Sementara anestesi lokal
menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Obat
anestesi menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke dalam
sirkulasi. Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada
tempat bedah sehari. Salah satu pilihan anestesi yang paling sering
digunakan dalam proses pembedahan itu sendiri yaitu anestesi umum,
meskipun dalam setiap jenis anestesi terdapat kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
1
2

Namun dalam penggunaan anestesi umum perubahan hemodinamik


lebih sering terjadi (Soenarto, 2012)
Pada anestesi umum terdapat 3 teknik jenis anestesi yaitu intravena,
inhalasi dan anestesi imbang. Pada ketiga teknik tersebut sama-sama sering
digunakan dan dapat dijadikan pilihan ketika menggunakan jenis anestesi
umum (Mangku & Senapathi, 2010). Salah satu teknik anestesi umum yang
sering digunakan yaitu anestesi inhalasi, meskipun pada teknik ini juga
akan terdapat beberapa masalah dan juga membutuhkan pemantauan
khususnya pada hemodinamik pasien. Anestesi inhalasi merupakan salah
satu bentuk dasar anestesi umum yang sering digunakan. Anestesi inhalasi
tersebut menimbulkan efek sedasi dan pada konsentrasi tinggi
menimbulkan efek analgesia serta relaksasi otot (Latief, 2014).
Penggunaan anestesi inhalasi mempunyai efek langsung yaitu penurunan
tekanan darah, ini sebagai akibat dari vasodilatasi pembuluh darah dan
depresi kontraktilitas miokardium, sedangkan efek tidak langsungnya
adalah aktivitas sistem saraf simpati (Pramono, 2015). Penurunan tekanan
darah sering digunakan sebagai tanda untuk menilai kedalaman anestesi
yang sedang berlangsung, apabila terjadi overdosis dalam pemakaian
anestesi inhalasi, maka akan terjadi hipotensi, aritmia, dan bradikardi,
hingga syok sirkulasi (Soenarto, 2012).
Hemodinamik sangat penting untuk dilakukan pemantauan terutama
pada anastesi general karena umumnya anastesi akan mengakibatkan
berbagai macam gangguan sistim tubuh dan organ tubuh. Tujuan
pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi
kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan
guna mendapatkan informasi keseimbangan homeostatic tubuh (Pramono,
2015) Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi hanya
memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu
disesuaikan dengan penilaian klinis pasien agar dapat memberikan
penanganan yang optimal.
3

Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang


adekuat seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang
dibutuhkan, suhu tubuh sehingga manifestasi klinis dari gangguan
hemodinamik berupa gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak
ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ
multiple (Erniody, 2013).
Pengggunaan anestesi menggunakan inhalasi menggunakan isoflurane
dan sefoflurane dapat menyebabkan efek penurunan tekanan darah sehingga
dibutuhkan proese pemantauan yang ketat dalam penggunaannya,
sevofluran merupakan halogenasi eter yang memiliki proses induksi dan
pemeliharaan paling cepat daripada obat-obat anestesi inhalasi yang ada
(Soenarto, 2012). Sevofluran relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia
selama anestesi berlangsung. Tahanan vaskuler dan curah jantung sedikit
menurun sehingga tekanan darah pun sedikit menurun dan Isofluran
termasuk halogenasi eter yang menyebabkan depresi jantung minimal.
Curah jantung dipertahankan dengan peningkatan frekuensi denyut jantung
melalui pemeliharaan parsial dari barorefleks karotis (Soenarto,
2012).Penggunaan sevofluran dapat dikatakan lebih stabil dan lebih cepat
pemulihannya dibandingkan dengan isofluran, namun dari hasil studi
pemakaian isoflurane dan sevoflurane membutuhkan pemantauan yang
ekstra karena dapat menggagu hemodinamik pada pasien khususnya saat
pelaksanaan anestesi (Mangku & Senapathi, 2010).
Peran penata anastesi sangat diperlukan untuk melakukan pemantauan,
pemantauan yang dilakukan penata dapat mengantisipasi terhadap
penurunan hemodinamik dan mengantisipasi terjadinya kegagalan pada
organ. Penata anastesi memiliki peran penting untuk melakukan
pemantauan serta pencegahan terhadap komplikasi pembiuasan terutama
pada anastesi inhalasi. Hasil studi yang dilakukan oleh Fatimah (2012)
dengan judul penelitian efek pemberian kedua obat anestesi terhadap
frekuensi nadi, dan hasil penelitian didapatkan bahwa sevofluran dan
isofluran memberikan pengaruh pada frekuensi nadi yang signifikan.
4

WHO (World health organization) menyebutkan bahwa pasien yang


menjalani operasi dan anastesi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
berdasarkan data WHO (World health organization) pada tahun 2017
terdapat 162 juta jiwa pasien yang dilakukan operasi sementara pada tahun
2019 meningkat menjadi 191 juta jiwa pasien diseluruh rumah sakit di
dunia yang mengalami tindakan operasi (WHO, 2020). Di Indonesia
sebanyak 1,2 juta jiwa pasien mengalami tindakan operasi dengan anastesi
dan menempati urutan ke-11 dari 50 pertama penanganan penyakit di
rumah sakit seluruh Indonesia dengan pasien operasi (Kemenkes, 2019).
Berdasarkan data di Provinsi Sumatera Selatan diketahui bahwa angka
kejadian mencapai 28. 3 % (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
selatan 2020).Berdasarkan data registrasi di Kamar Operasi Rumah sakit
RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang diketahui bahwa Sedikitnya terdapat
sekitar 41.6 % pasien yang menjalani operasi pada tahun 2020 yaitu
mengalami operasi dengan menggunakan anastesi umum dan anastesi
inhalasi. Berdasarkan data diketahui bahwa rata-rata pasien perbulan yang
menjalani operasi dengan general anastesi yaitu sebanyak 168 pasien dan
salah satu operasi general yang paling banyak digunakan adalah anastesi
inhalasi (Register Kamar Operasi RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang
2021).
Berdasarkan data yang didapatkan ditempat penelitian diketahui bahwa
penggunaan anastesi sedasi banyak digunakan di tempat penelitian namun
belum ada penelitian yang pernah dilakukan ditempat penelitian tentang
perubahan hemodinamik pada pasien pasca anastesi menggunakan inhalasi.
Berdasarkan kondisi tersebut dan pentingnya dilakukan penelitian terhadap
hal tersebut maka peneliti tertarik melakukan sebuah penelitian yang berjudul
gambaran gambaran perubahan hemodinamik pada pasien general anastesi
menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2021.
5

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah gambaran
perubahan hemodinamik pada pasien general anastesi menggunakan
isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun
2021

C. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perubahan hemodinamik pada pasien general
anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai
Abdullah Palembang tahun 2022

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hemodinamik pasien sebelum dilakukan general anastesi
menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022
b. Mengetahui hemodinamik pasien sesudah dilakukan general anastesi
menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022
c. Mengetahui perubahan hemodinamik pasien sebelum dan sesudah
dilakukan general anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di
RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2021

D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Untuk Pasien
Sebagai media untuk memantau kondisi fisiologis pasien serta
melakukan pengawasan terhadap pasien sehingga dapat mengetahui
intervensi yang tepat pada pasien jika terdapat perubahan
hemodinamik pada pasien.
6

b. Untuk Rumah Sakit


Sebagai bahan evaluasi rumah sakit terhadap pelayanan khususnya
pelaksanaan general anastesi dengan menggunakan isoflurane dan
sevoflurane.

2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan sebagai acuan
peneliti selanjutnya dan juga perbandingan-perbandingan dengan
penelitian lain yang mirip dengan penelitian ini. Penelitian ini juga
diharapkan dapat bermanfaat sebagai refrensi bagi ilmu anasstesi
khususnya pada masalah perubahan hemodinamik pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Operasi
1. Definisi
Pembedahan merupakan suatu penanganan medis secara invasif yang
dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau
deformitas tubuh yang akan mencederai jaringan yang dapat menimbulkan
perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.
(Syamsuhidajat, 2012).
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh (LeMone & Burke, 2015). Pembedahan dilakukan untuk
mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, cedera atau cacat, serta
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya
dengan obat-obatan sederhana (Potter & Perry, 2012).

2. Indikasi
Menurut Syamsuhidayat (2012), tidakan pembedahan/operasi dilakukan
dengan berbagai indikasi diantaranya adalah :
a. Diagnostik : biopsi atau laparotomy eksploitasi
b. Kuratif : eksisi tumor atau pengangkatan apendiks yang mengalami
inflamasi
c. Reparatif : memperbaiki luka multipel
d. Rekontruksif/kosmetik : mammaoplasty, atau bedah plastik
e. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh : pemasangan selang gastrotomi
a. Klasifikasi operasi
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain :
(Effendy, 2015)
1) Kedaruratan/Emergency: pasien membutuhkan perhatian segera,
gangguan mungkin mengancam jiwa.
7
8

Indikasi dilakukan pembedahan tanpa ditunda, misal: pendarahan


hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang
tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sangat luas.
2) Urgen: pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat
dilakukan dalam 24-30 jam, misal: infeksi kandung kemih akut,
batu ginjal atau batu pada uretra.
3) Diperlukan pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan
dapat direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan, misal:
Hyperplasia prostate tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan
tyroid, katarak.
4) Elektif: pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi
pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu
membahayakan, misal: perbaikan sesar, hernia sederhana,
perbaikan vaginal.
5) Pilihan keputusan tentang dilakukannya pembedahan diserahkan
sepenuhnya kepada pasien. Indikasi pembedahan merupakan
pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika, misal: bedah
kosmetik.

b. Berdasarkan faktor resikonya, operasi dapat diklasifikasikan sebagai


besar atau kecil, tergantung pada keseriusan dari penyakit, maka
bagian tubuh yang terkena, kerumitan pengoperasian, dan waktu
pemulihan yang diharapkan (LeMone dan Burke, 2015).
1) Operasi kecil adalah operasi yang paling sering dilakukan dirawat
jalan, dan dapat pulang di hari yang sama. Operasi ini sedikit
menimbulkan komplikasi (LeMone dan Burke, 2015).
2) Operasi besar adalah operasi yang penetrates dan exposes semua
rongga badan, termasuk tengkorak, termasuk pembedahan tulang
atau kerusakan signifikan dari anatomis atau fungsi faal (guide,
2014). Operasi besar meliputi pembedahan kepala, leher, dada
dan perut.
9

Pemulihan dapat dalam waktu panjang dan dapat melibatkan


perawatan intensif dalam beberapa hari di rumah sakit.
Pembedahan ini memiliki resiko komplikasi yang lebih tinggi
setelah pembedahan (Syamsuhidayat, 2012). Operasi besar sering
melibatkan salah satu badan utama di perut cavities (laparotomy),
di dada (thoracotomy), atau tengkorak (craniotomy) dan dapat
juga pada organ vital. Operasi yang biasanya dilakukan dengan
menggunakan anastesi umum di rumah sakit ruang operasi oleh
tim dokter. Setidaknya pasien menjalani perawatan satu malam di
rumah sakit setelah operasi. Operasi besar biasanya membawa
beberapa derajat resiko bagi pasien hidup, atau potensi cacat
parah jika terjadi suatu kesalahan dalam operasi. Misalnya dalam
sebuah prosedur operasi besar dapat terjadi perubahan signifikan
ke anatomi yang terlibat. Seperti dalam situasi di mana organ
akan dihilangkan, atau sendi yang dibangun dengan komponen
buatan. Setiap penetrasi organ tubuh dianggap sebagai operasi
besar, seperti pembedahan ekstensif pada tulang pada kaki
(Syamsuhidayat 2012).

3. Persiapan operasi
Menurut Oswari (2010) ada beberapa persiapan dan perawatan yang harus
dilakukan pasien sebelum operasi adalah sebagai berikut :
a. Persiapan mental
Pasien yang akan dioperasi biasanya akan menjadi agak gelisah dan
takut. Perasaan gelisah dan takut kadang-kadang tidak tampak jelas.
Tetapi kadang-kadang pula, kecemasan itu dapat terlihat dalam bentuk
lain. Pasien yang gelisah dan takut sering bertanya terus–menerus dan
berulang-ulang, walaupun pertanyaannya telah dijawab. Ia tidak mau
berbicara dan memperhatikan keadaan sekitarnya, tetapi berusaha
mengalihkan perhatiannya dari buku. Atau sebaliknya, ia bergerak
terus-menerus dan tidak dapat tidur.
10

Pasien sebaiknya diberi tahu bahwa selama operasi ia tidak akan


merasa sakit karena ahli bius akan selalu menemaninya dan berusaha
agar selama operasi berlangsung, penderita tidak merasakan apa-apa.
Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa semua operasi besar
memerlukan transfusi darah untuk menggantikan darah yang hilang
selama operasi dan transfusi darah bukan berarti keadaan pasien
sangat gawat. Perlu juga dijelaskan mengenai mekanisme yang akan
dilakukan mulai dari dibawanya pasien ke kamar operasi dan
diletakkan di meja operasi, yang berada tepat di bawah lampu yang
sangat terang, agar dokter dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.
Beri tahu juga bahwa sebelum operasi dimulai, pasien akan dianastesi
umum, lumbal, atau lokal.
b. Persiapan fisik
1) Makanan Pasien yang akan dioperasi diberi makanan yang
berkadar lemak rendah, tetapi tinggi karbohidrat, protein, vitamin,
dan kalori. Pasien harus puasa 6-8 jam sebelum operasi di mulai.
2) Lavemen/Klisma Klisma dilakukan untuk mengosongkan usus
besar agar tidak mengeluarkan feses di meja operasi.
3) Kebersihan mulut Mulut harus dibersihkan dan gigi di sikat untuk
mencegah terjadinya infeksi terutama bagi paru-paru dan kelenjar
ludah.
4) Mandi Sebelum operasi pasien harus mandi atau dimandikan.
Kuku disikat dan cat kuku harus dibuang agar ahli bius dapat
melihat perubahan warna kuku dengan jelas.
5) Daerah yang akan dioperasi 14 Tempat dan luasnya daerah yang
harus dicukur tergantung dari jenis operasi yang akan dilakukan.
6) Sebelum masuk kamar bedah Persiapan fisik pada hari operasi,
seperti biasa harus diambil catatan suhu, tensi, nadi, dan
pernapasan. Operasi yang bukan darurat, bila ada demam,
penyakit tenggorokan atau sedang haid, biasanya ditunda oleh ahli
bedah atau ahli anastesi. Pasien yang akan dioperasi harus dibawa
ke tempat pada waktunya.
11

Jangan dibawa kamar tunggu teralu cepat, sebab teralu lama


menunggu tibanya waktu operasi akan menyebabkan pasien
gelisah dan takut.

B. Anastesi
1. Pengertian
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan
hilangnya reflek . Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut
jenis kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya
kesadaran, sedangakan anestesi regional dan anestesi local menghilangya
rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa menghilangnya kesadaran
(Sjamsuhidajat, 2012).
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh (Morgan, 2013).

2. Tujuan Anastesi
Menurut Brunton, dkk (2011) perkembangan senyawa – senyawa
anestesi disebabkan oleh tiga tujuan umum :
a. Meminimalkan potensi efek membahayakan dari senyawa dan teknik
anestesi
b. Mempertahankan homeostatis fisiologis selam dilakukan prosedur
pembedahan yang mungkin melibatkan kehilangan darah, iskemia
jaringan, reperfusi jaringan yang mengalami iskemia, pergantian
cairan, pemaparan terhadap lingkungan dingin, dan gangguan
koagulasi.
c. Memperbaiki hasil pascaperasi dengan memilih teknik yang
menghambat tau mengatasi komponen – komponen respons stress
pembedahan, yang dapat menyebabkan konsekuensi lanjutan jangka
pendek ataupun panjang.
12

3. Macam- Macam Anasthesi


Menurut Potter & Perry (2012), pasien yang mengalami pembedahan
akan menerima anestesi dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut:
a. Anestesi Umum, Klien yang mendapat anestesi umum akan
kehilangan seluruh sensasi dan kesadarannya. Relaksasi otot
mempermudah manipulasi anggota tubuh. Pembedahan yang
menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang
membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.
b. Anestesi Regional, Induksi anestesi regional menyebabkan
hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu. Anestesi regional
terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal anestesi.
Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi
anestesi. Ahli anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal.
Pada bedah mayor, seperti perbaikan hernia, histerektomi vagina,
atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi regional atau spinal
anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi
pada saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric
menimbulkan vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat
mengalami penurunan tekanan darah yang tiba – tiba.
c. Anestesi Lokal, Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi
pada tempat yang diinginkan. Obat anestesi menghambat konduksi
saraf sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi. Anestesi lokal
umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah
sehari

4. Konsep General Anastesi (Anastesi Umum)


General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general
anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general
anestesi denggan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan
inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik
intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya
inhalasi dan intravena (Latief, 2014).
13

a. Teknik General Anasthesi


General anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat
dilakukan dengan 3 teknik, yaitu:
1) General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam
pembuluh darah vena.
2) General Anestesi
Inhalasi Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan
atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi
langsung ke udara inspirasi.
3) Anestesi Imbang Merupakan teknik anestesi dengan
mempergunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesi
intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik
general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias
anestesi secara optimal dan berimbang, yaitu efek hipnosis,
diperoleh dengan mempergunakan obat hipnotikum atau obat
anestesi umum yang lain, efek analgesia, diperoleh dengan
mempergunakan obat analgetik opiat atau obat dan efek relaksasi,
diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot atau general
anestesi.
b. Obat-Obatan Anasthesi
Pada tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik yang
dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik intravena
anestesi dan general anestesi dengan inhalasi, berikut obat-obat yang
dapat digunakan pada kedua teknik tersebut Omoigui, (2014) :
1) Anestesi Intravena yaitu Atropine Sulfat, Pethidi, Atrakurium,
Ketamine HCL, Midazolam, Fentanyl, Rokuronium bromide
dan Prostigmin.
2) Anestesi inhalasi yaitu, Nitrous Oxide, Halotan, Enfluren,
Isofluran dan Sevofluran.
14

c. Gangguan Pasca Anasthesi


Menurut Poter & Pery (2012), ditemukan berbagai macam
gangguan pasca dilakukan anastesi umum atau general anastesi
diantaranya yaitu :
1) Pernapasan Gangguan pernapasan cepat menyebabkan kematian
karena hipoksia sehingga harus diketahui sedini mungkin dan
segera di atasi. Penyebab yang sering dijumpai sebagai penyulit
pernapasan adalah sisa anastesi (penderita tidak sadar kembali)
dan sisa pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan
sempurna, selain itu lidah jatuh kebelakang menyebabkan
obstruksi hipofaring. Kedua hal ini menyebabkan hipoventilasi,
dan dalam derajat yang lebih beratmenyebabkan apnea.
2) Sirkulasi Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan
aritmia, hal ini disebabkan oleh kekurangan cairan karena
perdarahan yang tidak cukup diganti. Sebab lain adalah sisa
anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi, terutama jika
tahapan anastesi masih dalam akhir pembedahan.
3) Regurgitasi dan Muntah Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh
hipoksia selama anastesi. Pencegahan muntah penting karena
dapat menyebabkan aspirasi.
4) Hipotermi Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian
hipotermi, selain itu juga karena efek obat-obatan yang dipakai.
General anestesi juga memengaruhi ketiga elemen termoregulasi
yang terdiri atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah
pusat dan juga respons eferen, selain itu dapat juga menghilangkan
proses adaptasi serta mengganggu mekanisme fisiologi pada
fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk respons
proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan juga
berkeringat.
5) Gangguan Faal Lain Diantaranya gangguan pemulihan kesadaran
yang disebabkan oleh kerja anestesi yang memanjang karena 14
dosis berlebih relative.
15

Hal tersebut karena penderita syok, hipotermi, usia lanjut dan


malnutrisi sehingga sediaan anestesi lambat dikeluarkan dari
dalam darah.

C. Anastesi Inhalasi
1. Pegertian
Anestesi inhalasi merupakan salah satu bentuk dasar anestesi umum
yang sering digunakan. Anestesi inhalasi tersebut menimbulkan efek
sedasi dan pada konsentrasi tinggi menimbulkan efek analgesia serta
relaksasi otot rangka (Pramono, 2015).
Penggunaan anestesi inhalasi mempunyai efek langsung yaitu
penurunan tekanan darah, ini sebagai akibat dari vasodilatasi pembuluh
darah dan depresi kontraktilitas miokardium, sedangkan efek tidak
langsungnya adalah aktivitas sistem saraf simpatis. Penurunan tekanan
darah sering digunakan sebagai tanda untuk menilai kedalaman anestesi
yang sedang berlangsung. Apabila terjadi overdosis dalam pemakaian
anestesi inhalasi, maka akan terjadi hipotensi, aritmia, dan bradikardi,
hingga syok sirkulasi (Soenarto, 2012).
Tidak seperti kelarutan obat yang lain, anestesi inhalasi diserap dan
didistribusikan sebagai akibat dari tekanan gradien dan keseimbangan
ketika tegangan udara inspirasi sama dengan tegangan udara inhalasi di
alveoli, darah, dan jaringan. Di lain pihak, tegangan pada darah
menyebabkan perlawanan yang hebat pada obat-obat inhalasi untuk
memasuki otak, walapun aktivitas anestesi sedang berlangsung (Fenton,
2010).
Ketika penggunaan anestesi inhalasi dihentikan, tegangan alveolar
menurun dan terjadi proses keseimbangan dari jaringan ke vena dan ke
alveoli untuk dilakukan ekspirasi. Oleh karena itu, anestesi inhalasi yang
memiliki koefisien tegang terendah menunjukkan permulaan yang
paling cepat dan pemutusan efek, yang membuat induksi inhalasi
paling cocok untuk kasus-kasus yang memerlukan perubahan intermiten
pada kedalaman anestesi tertentu (Pramono, 2015).
16

2. Isoflurane
Isofluran merupakan halogenasi eter, yang berbentuk cairan, tak
berwarna, tidak ekplosif, tidak mengandung zat pengawet dan relatif
tidak larut dalam darah tetapi cukup iritatif terhadap jalannya
pernafasan. Proses induksinya dan pemulihannya relatif lebih cepat
dibandingkan dengan obat-obatan anestesi inhalasi yang ada saat ini
tetapi masih lebih lambat daripada sevofluran (Mangku dan Senapathi.,
2010). Peningkatan konsentrasi isofluran yang cepat menyebabkan
peningkatan sementara frekuensi denyut jantung, tekanan darah arteri,
dan kadar norepinefrin (Morgan, 2013).

3. Sevoflurane
Sevofluran merupakan suatu cairan jernih, tidak berwarna, mudah
menguap, tidak mudah terbakar dengan bau khas ringan yang
menyerupai eter. Sevofluran stabil pada suhu kamar, memiliki titik didih
sebesar 58,60C dan tekanan uap 157 mm Hg, maka sevofluran dapat
digunakan sebagai standar vaporizer (Soenarto, 2012).
Karakteristik terpenting dari anestesi inhalasi adalah kelarutannya
dalam darah, yang ditunjukkan oleh koefisien pembagi darah/gas.
Dengan koefisien pembagi darah/gas sebesar 0,69, dapat dikatakan
bahwa sevofluran kurang larut dibandingkan dengan anestesi inhalasi
terdahulu, tetapi lebih larut dibandingkan dengan desfluran (0,42) dan
nitrous oxide (0,47) (Eger,1994). Kelarutan sevofluran dalam darah tidak
dipengaruhi oleh umur pasien (Soenarto, 2012).

4. Efek penggunaan Isuflurane dan Sevoflurane


a) Kardiovaskular
Semua anestetika inhalasi menurunkan tekanan darah karena
vasodilatasi dan depresi miokard, dengan gradasi yang berbeda-beda. Gas
inhalasi memengaruhi laju jantung secara langsung melalui efek di nodus
SA atau secara tidak langsung melalui perpindahan keseimbangan saraf
otonom. Pada praktik klinis, jika kedalaman anestesia telah tercapai, pada
umumnya laju jantung akan turun.
17

Turunnya laju jantung tidak selalu berarti depresi pada jantung, namun
kemungkinan karena turunnya tonus simpatis karena anestesia yang
adekuat (Mangku & Senapthi, 2010).
Efek sevofluran terhadap sistem kardiovaskular cukup stabil. Banyak
studi yang membuktikan sevofluran bersifat kardioprotekktif pada bedah
kardiak. Sevofluran dapat menurunkan kontraksilitas otot jantung sehingga
memgurang konsumsi konsumsi oksigen oksigen miokardium,
miokardium, menurunkan menurunkan resistensi vask resistensi vaskular
perifer perifer dan menurunkan tekanan arteri namun, namun efeknya
lebih kecil dibandingkan isofluran isofluran dan desflurane. desflurane.
Sevofluran Sevofluran juga memiliki memiliki efek minimal minimal
dalam menyebabkan bradikardia (Mangku & Senapthi, 2010).
Anestetika inhalasi lebih mudah mencetuskan aritmia. Kecendrungan
ini terutama didapat pada turunan etan (halotan), sedangkan pada turunan
eter (enfluran, isofluran, sevofluran, desfluran) efek ini tetap ada meskipun
sedikit. Banyak penelitian penelitian membuktikan membuktikan bahwa
aritmia aritmia terjadi terjadi jika ada faktor predisposisi, predisposisi,
misaknya kadar katekolamin endogennya tinggi (cemas, kesakitan),
ketidakseimbangan elektrolit, hipoksemia atau hiperkarbia, pemberian
obat-obat tertentu seperti epinefrin atau aminofilin (Latief, 2014).
b) Respirasi
Sevofluran dan isoflurane dapat menekan pernapasan (menurunkan
volume tidal) dan meningkatkan laju napas yang berhubungan dengan
dosis. Sevofluran juga memiliki efek bronkodilatasi sehingga menjadi
pilihan pada an pada pasien dengan maslah pasien dengan maslah jalan
napas, seperti asma, bronkitis, PPOK) (Mangku & Senapthi, 2010)..
c) Serebral
Sama seperti isofluran dan desflurane, sevofluran dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral sehingga meningkatkan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial pada keadaan normocarbia. Namun beberapa studi juga
menunjukkan terjadi penurunan aliran darah otak.
18

Sevofluran konsentrasi tinggi (>1.5 MAC) dapat mengganggu autoregulasi


Cerebral Blood Flow (CBF). Sevofluran juga menurunkan kebutuhan
oksigen untuk metabolisme otak, sedangkan kejadian kejang akibat
sevoflurane belum pernah dilaporkan (Mangku & Senapthi, 2010)..
Sebuah studi pada binatang tahun 1999 yang menggunakan antagonis
reseptor NMDA reseptor NMDA pada saat pada saat awal kehidupan awal
kehidupan atau neonatus atau neonatus dapat menyebabkan menyebabkan
degenarasi neuron yang luas dan menyebabkan neurotoksisitas.
Neurodegenerasi yang diinduksi oleh obat anestesi bukan disebabkan
karena gangguan metabolisme seluler dan nekrosis melainkan karena
apoptosis. Obat yang bekerja pada reseptor reseptor GABAA, termasuk
sevoflurane juga telah dikonfirmasi memiliki efek negatif negatif yang
serupa terhadap serupa terhadap perkembangan perkembangan otak pada
beb pada beberapa studi erapa studi binatang (Mangku & Senapthi, 2010).
d) Renal
Bergantung pada konsentrasinya, anestetika inhalasi menurunkan
Laju Filtrasi Glomerulus dan aliran darah ginjal. Sevofluran sedikit
menurunkan aliran darah ginjal. Substansi metabolisme sevofluran yaitu
fluorida inorganik berhubungan berhubungan dengan nefrotoksik
nefrotoksik yang menyebabkan menyebabkan kerusakan kerusakan fungsi
tubulus tubulus ginjal. Neuromuskular Anestetika inhalasi selain N2O
berpotensi sebagai pelumpuh otot depolarisasi dan non depolarisasi,
bersifat relaksasi otot melalui efek depresi sentral. sentral. Sevofluran
Sevofluran memiliki kem memiliki kemampuan relaksasi otot relaksasi
otot 2 kali lebih kali lebih besar dibanding halotan(Mangku & Senapthi,
2010).
e) Hepar
Anestesi golongan eter, termasuk sevofluran menurunkan aliran darah
vena porta, namun meningkatkan aliran arteri hepatica (Mangku &
Senapthi, 2010).
19

5. Keamanan Penggunaan
Secara keseluruhan, isoflurane dan sevofluran dianggap sebagai agen
yang aman. Pada tahun-tahun awal penggunaannya, sejumlah laporan
tentang hipertermia maligna dengan sevofluran diterbitkan. Penelitian pada
hewan menunjukkan bahwa hipertermia maligna yang dipicu sevoflurane
secara substansial lebih rendah daripada agen anestesi volatil lainnya.
Namun studi di Jepang baru-baru ini tidak menemukan bukti bahwa
sevoflurane akan menjadi agen pemicu hipertermia hipertermia maligna
yang lebih lemah dibanding anestetika inhalasi lainnya. Sejak
diperkenalkan dalam praktek klinis, sevoflurane dan isoflurane telah
digunakan dengan aman pada jutaan orang orang, dan laporan laporan
hipertermia hipertermia maligna maligna terkait terkait sevofluran
sevofluran jarang didapatkan.

D. Hemodinamik
1. Definisi
Hemodinamik adalah ilmu yang mempelajari pergerakan darah dan
daya yang berperan di dalamnya. Hemodinamik erat kaitannya dengan
mekanisme sirkulasi darah dalam tubuh (Saputro, 2013). Hemodinamik
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan volume, jantung, dan
pembuluh darah. Hemodinamik ini diatur oleh system saraf simpatik dan
parasimpatik (Katili, 2015).
Sistem peredaran darah terdiri dari jantung dan system pembuluh
darah bercabang yang luas, yang fungsi utamanya adalah transportasi
oksigen, nutrisi dan zat-zat lain serta panas ke seluruh tubuh. Dalam
konteks medis, istilah hemodinamik merujuk pada ukuran dasar fungsi
kardiovaskular, seperti tekanan arteri atau curah jantung (Secomb, 2017).
Evaluasi utama dari kondisi hemodinamik dilakukan dengan menilai
denyut jantung (HR) dan tekanan darah rata-rata (BP) sebagai perfusi
jaringan (Truijen, 2017).
2. Komponen Hemodinamik
Menurut Susanto (2015), hemodinamik adalah ilmu yang
memepelajari peredaran darah dan daya yang berperan di dalamnya.
20

Hemodinamik erat kaitannya dengan mekanisme sirkulasi darah dalam


tubuh. Komponen hemodinamik secara umum terdiri atas tiga komponen
utama yaitu :
a) Volume (darah dan cairan)
b) Pembuluh darah (arteri, vena, dan kapiler)
c) Jantung sebagai pompa Hemodinamik dapat dipantau secara invasif
dan noninvasif.
3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hemodinamik
Faktor-faktor yang mempengaruhi hemodinamik pada pasien
Menurut Sirait (2020) antara lain yaitu :
a) Penyakit dapat mempengaruhi hemodinamik pasien seperti adanya
gangguan pada organ jantung, paru-paru, ginjal dimana pusat sirkulasi
melibatkan ketiga organ tersebut terutama jika terjadi di sistem
kardiovaskular dan pernafasan.
b) Obat-obatan/terapi seperti analgesik dan sedasi dapat mempengaruhi
status hemodinamik, contohya adalah morfin dimana obat tersebut
dapat meningkatkan frekuensi pernafasan.
c) Status psikologi yang buruk atau psychological distress tentu saja akan
mempengaruhi hemodinamik, karena respon tubuh ketika stres
memaksa jantung untuk bekerja lebih cepat.
d) Aktifitas yang berlebih akan meningkatkan kerja jantung, dan hal
tersebut akan mempengaruhi status hemodinamik.
e) Mode Ventilator yang digunakan mempengaruhi hemodinamik karena
setiap mode memiliki fungsi masing-masing salah satunya
melatih/memaksa pasien untuk bernafas secara spontan

4. Tujuan Pemantauan Hemodinamik


Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi,
mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan
yang diberikan guna mendapatkan informasi keseimbangan homeostatic
tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi hanya
memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu
disesuaikan dengan penilaian klinis pasien.
21

Hal ini agar dapat memberikan penanganan yang optimal. Dasar dari
pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang adekuat seperti
keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan,
mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi
sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa gangguan
fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan
jatuh ke dalam gagal fungsi organ multiple (Erniody, 2013).
5. Pengukuran Hemodinamik
a) Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah
terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang
terkandung di dalam pembuluh dan gaya renggang, atau ditensibilitas
dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut diregangkan).
Pada saat systole ventrikel, satu sisi sekuncup darah masuk ke arteri
dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut
yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Selama diastole,
tidak ada darah yang masuk ke arteri, sementara darah yang terus
keluar dari arteri, didorong oleh recoil elastik. Tekanan maksimal yang
ditimbulkan pada arteri sewaktu darah disemprotkan ke dalam
pembuluh tersebut selama sistole (tekanan sistole), rerata adalah 120
mmHg sedangkan tekanan diastole rerata adalah 80 mmHg. Pada saat
pengukuran tekanan darah rutin merekam tekanan sistolik dan diastolic
arteri yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai tekanan
darah rerata (Sherwood, 2014).
b) Denyut Jantung
Denyut nadi adalah aliran darah yang teraba dengan jelas
diberbagai titik di tubuh. Darah mengalir melalui tubuh dalam suatu
jalur yang terus menerus. Denyut nadi merupakan indikator status
sirkulasi (Potter & Perry, 2012). Denyut nadi adalah kontraksi dari
vertical kiri jantung yang menimbulkan gelombang darah. Ketika arteri
seseorang, seperti yang terjadi karena usia, tekanan yang lebih besar
diperlukan untuk memompa darah ke arteri.
22

Denyut jantung mencerminkan jumlah kontraksi ventrikel per unit


waktu dan berfluktuasi secara substansial dengan variasi dalam
permintaan system untuk oksigen. Pemantauan denyut jantung istirahat
adalah metode klinis sederhana dan non-invasif terkait dengan
prognosis kesehatan. Peningkatan denyut jantung istirahat pada remaja
secara langsung terkait dengan indikator penyakit kardiovaskular,
seperti peningkatan kadar tekanan darah, peningkatan glukosa darah,
konsentrasi kolestrol total yang lebih tinggi, dan peningkatan
trigliserida (Wijaya & Putri, 2013).
Peningkatan denyut jantung dengan mudah dapat diukur dengan
mengukur denyut nadi. Denyut nadi adalah denyut jantung yang
dihantarkan lewat arteri dan dirasakan sebagai denyut (Kasenda, 2014).
Denyut nadi merupakan gelombang suatu gelombang yang teraba pada
arteri bila darah di pompa keluar jantung. Denyut nadi dapat dirasakan
atau diraba pada arteri yang dekat dengan permukaan tubuh, seperti
arteri temporalis yang terletak di atas tulang temporal, arteri dorsalis
pedis yang terletak di belokan mata kaki, arteri brakhialis yang terletak
di depan lipatan sendi siku, arteri radialis yang terletak di depan
pergelangan tangan, dan arteri karotis yang terletak di ketinggian
tulang rawan tiroid. Frekuensi denyut nadi untuk orang normal
jumlahnya sama dengan denyut jantung (Wijaya & Putri, 2013).
Banyak hal yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi di antaranya
adalah jenis kelamin, umur, posisi tubuh, dan aktivitas fisik. Frekuensi
denyut nadi istirahat anak laki-laki lebih rendah daripada anak
perempuan seusianya. Pada umur 2- 7 tahun anak laki-laki memiliki
rata-rata denyut nadi istirahat sebanyak 97 denyut permenit, sedangkan
anak perempuan memiliki rata-rata 98 denyut permenit. Anak laki-laki
pada usia 8-14 tahun, mempunyai rata-rata frekuensi denyut nadi
istirahat 76 denyut permenit sedangkan anak perempuan sebanyak 94
denyut permenit. Rerata denyut nadi istirahat anak laki-laki pada umur
21-28 tahun adalah 73 denyut permenit sedangkan anak perempuan
sebesar 80 denyut permenit.
23

Orang laki-laki pada usia tua yaitu 70-77 tahun, mempunyai rata-rata
frekuensi denyut nadi istirahat 67 denyut permenit sedangkan
perempuan 81 denyut permenit (Wijaya & Putri, 2013). Pengaruh
umur terhadap frekuensi denyut nadi istirahat dapat dilihat dari denyut
nadi istirahat. Denyut nadi normal dapat dikategorikan sesuai umur
yaitu: dewasa 60-80, anak 80-100 dan bayi 100-140 (Kasenda, 2014).
c) Pernapasan (Respirasi)
Respirasi adalah gerakan bernapas, yang terdiri dari inspirasi dan
ekspirasi yaitu gerakan dada dan saluran pernapasan pada saat
menghirup dan mengeluarkan udara dalam rongga thoraks. Faktor
yang mempengaruhi pernapasan adalah olahraga, aktivitas, stress
(kecemasan), peningkatan suhu tubuh, dan peningkatan tekanan
intracranial. Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah
16-24 kali/menit, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk
melakukannya, atau tachypnea yaitu pernapasan cepat, frekuensinya
lebih dari 24x/menit, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat,
frekuensinya kurang dari 16x/menit, atau apnea yaitu keadaan
terhentinya pernapasan.
d) Suhu Tubuh
Pemantauan suhu pada pasien kritis merupakan hal yang vital maupun
sering diabaikan dalam penatalaksanaan pasien kritis. Selain menekan
fungsi organ hipotermia menyebabkan koagulopati, meningkatkan
kehilangan darah, dan meningkatkan respon adrenergic yang dapat
menyebabkan ketidakstabilan kardiovaskuler. Suhu tubuh ditentukan
oleh keseimbangan antara produksi panas oleh kontraksi otot dan
pembebasan panas oleh karena evaporasi tubuh. Produksi panas yang
dihasilkan tubuh antara lain berasal dari: metabolism dari makanan
(basal metabolic rate), olahraga, shivering atau kontraksi otot skelet,
peningkatan produksi hormone tiroksin (meningkatkan metabolism
seluler), proses penyakit infeksi, thermogenesis kimiawi (rangsangan
langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari rangsangan langsung
simpatetik.
24

Pengukuran suhu tubuh oleh otak hipotalamus, permukaan kulit,


medulla spinalis. Bila terjadi perangsangan panas akan terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan keringat, sebaliknya bila terjadi
perangsangan dingin akan terjadi vasokontriksi dan menggigil agar
suhu tubuh dapat kembali mencapai bantuan normal yakni suhu tubuh
normal berkisar antara 36,5 OC– 37,5 o C. Lokasi pengukuran suhu
adalah oral (dibawah lidah), aksila, dan rektal. Pada pemeriksaan suhu
per rektal tingkat kesalahan lebih kecil daripada oral atau aksila.
Peninggian semua terjadi setelah 15 menit saat beraktivitas, merokok,
dan minum-minuman hangat, sedangkan pembacaan suhu rendah
terjadi bila pasien bernafas melalui mulut dan minum-minuman dingin.

E. Penelitian terkait
1. Penelitian yang dilakukan Fatimah (2012) dengan judul Efek
Anestesi Inhalasi Sevofluran dan Isofluran terhadap Frekuensi Nadi.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.Penelitian ini merupakan analitik observasional
menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan
teknik consecutive sampling, setelah sampel memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Sampel terbagi menjadi dua kelompok,
menggunakan anestesi inhalasi sevofluran dan anestesi inhalasi
sevofluran. Pada penelitian ini mengambil 50 subjek dan dianalisis
menggunakan uji t independen. Hasil penelitian: Dari data penelitian,
didapatkan hasil nilai p pada uji-t independen, nilai p pada fase
frekuensi nadi awal, fase induksi dan fase intubasi adalah 0,04; 0,00;
0,02, untuk fase insisi pada menit ke-5, menit ke-10 dan menit ke-15
adalah 0,02; 0,0; 0,03. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05
dimana hasil tersebut signifikan atau terdapat perbedaan yang
bermakna secara statistik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Prisasanti, (2012) dengan judul


penelitia Efek Anestesi Inhalasi Sevofluran dan Isofluran terhadap
Perubahan Tekanan Darah Arteri Rerata (Mean Arterial Pressure).
25

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional


analitik dengan pendekatan cross-sectional dengan subjek penelitian
pasien operasi dengan anestesi inhalasi sevofluran dan isofluran di
Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Dr. Moewarfatimahi Surakarta.
Dengan teknik concecutive sampling, didapatkan 50 sampel, yang
terdiri dari 25 pasien dengan anestesi sevofluran dan 25 pasien
dengan anestesi isofluran. Pengambilan data dilakukan dengan
pengamatan langsung sampai 15 menit setelah dilakukan insisi saat
operasi berlangsung. Data dianalisis menggunakan uji-t independen
dan uji korelasi Pearson, serta diolah dengan Statistical Product and
Service Solution (SPSS) 17.00 for Windows. Hasil Penelitian: Data
diuji dengan uji-t independen, didapatkan hasil MAP pada sampel
kelompok sevofluran relatif lebih stabil daripada kelompok isofluran.
Akan tetapi, terdapat perbedaan yang signifikan antara MAP awal
kelompok sevofluran dan isofluran (p = 0,02). Dari hasil uji korelasi
bivariat Pearson, didapatkan adanya korelasi antara MAP awal
dengan MAP fase induksi anestesi (r = -0,055 dan p = 0,706).

3. Penelitian Yang dilakukan oleh Lewar (2015) dengan judul efek


pemberian obat anestesi inhalasi sevofluran terhadap perubahan frekuensi
nadi intra anestesi di Kamar Operasi Rumah Sakit Umum Daerah Umbu
Rara Meha Waigapu. Didapatkan hasil penelitian efek pemberian
anestesi inhalasi sevofluran terhadap perubahan frekuensi nadi dapat
disimpulkan sebagai berikut: anestesi inhalasi sevofluran
memberikan pengaruh terhadap perubahan frekuensi nadi;
penggunaan anestesi inhalasi sevofluran disimpulkan bahwa baik dan
stabil frekwensi nadi selama pembedahan.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL
PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Gangguan Pasca Anastesi


Inhalasi

Perubahan hemodinamik sebelum dan


1. Kardio vascular sesudah dilakukan anastesi
2. Cerebral
3. Renal 1. Tekanan daran
4. Hepar 2. Nadi
3. Respirasi
4. Suhu

Keterangan :
: Tidak diteliti
: Ditelit

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

26
27

B. Variabel Penelitian
1. Definisi Operasional
Tabel 3.2
Defiinisi Operasional

Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
Hemodinamik
Tekanan Tekanan darah Bed set Mengukur 0. Pengukuran Ratio
Darah merupakan gaya yang monitor tekanan darah tekanan
ditimbulkan oleh darah darah
terhadap dinding sebelum
pembuluh, bergantung dilakukan
pada volume darah yang anastesi
terkandung di dalam 1. Pengukuran
pembuluh dan gaya tekanan
renggang, atau darah
ditensibilitas dinding sesudah
pembuluh dilakukan
anastesi

Nadi Nadi adalah aliran darah Bed set Mengukur 0. Pengukuran Ratio
yang teraba dengan jelas monitor nadi nadi
diberbagai titik di tubuh. sebelum
Darah mengalir melalui dilakukan
tubuh dalam suatu jalur anastesi
yang terus menerus. 1. Pengukuran
Denyut nadi merupakan nadi
indikator status sirkulasi sesudah
dilakukan
anastesi

Respirasi Respirasi merupakan Bed set Mengukur 0. Pengukuran Ratio


gerakan bernapas, yang monitor respirasi respirasi
terdiri dari inspirasi dan sebelum
ekspirasi yaitu gerakan dilakukan
dada dan saluran anastesi
pernapasan pada saat 1. Pengukuran
menghirup dan respirasi
mengeluarkan udara setelah
dalam rongga thoraks dilakukan
anastesi
Suhu Suhu tubuh merupakan Bed set Mengukur 0. Pengukuran Ratio
keseimbangan antara monitor suhu tubuh suhu
produksi panas oleh sebelum
kontraksi otot dan dilakukan
pembebasan panas oleh anastesi
karena evaporasi tubuh. 1. Pengukuran
suhu setelah
dilakukan
anastesi
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang telah digunakan adalah penelitian kuantitatif non-
eksperimental dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif
kuantitatif merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-
gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,
mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui gambaran
hemodinamik pasien sebelem dilakukan general anastesi menggunakan
isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun
2021

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini dilakukan di Kamar Operasi RSUP Dr. Rivai
Abdullah Palembang dan, dan waktu penelitian ini telah dilakukan pada April
tahun 2022.

C. Populasi, Sampel Dan Sampling


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami
operasi atau pembedahan dan menggunakan anastesi inhalasi yaitu
isoflurane dan sevoflurane yaitu sebanyak 191.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
subyek yang diteliti dan dianggap sudah mewakili seluruh populasi
(Notoatmojo, 2012). Dalam penelitian ini jumlah sampel didasarkan pada
perhitungan persentase jumlah populasi yaitu sebayak 191, berikut
perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin :

28
29

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
= presisi (ditetapkan tingkat penyimpangan yang diinginkan
10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai


berikut :

Berdasarkan perhitungan jumlah sampel diatas maka didapatkan


jumlah sampel sebanyak 62 responden dengan kriteria sebagai berikut :
Inklusi:
a) Bersedia menjadi responden
b) Pasien status fisik ASA 1 ( Pasien sehat tanpa gangguan sistemik
ringan, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol atau
mengkonsumsi alcohol ringan)
c) Mengalami operasi dengan anastesi inhalasi
d) Pasien dalam kondisi kooperatif sebelum tindakan dilangsungkan
e) Tidak memiliki riwayat penyakit kardio vascular
f) Tidak memiliki riwayat penyakit pernafasan

Ekslusi:
a) Pasien melakukan keberatan terhadap penelitian
b) Pasien reaktif terhadap covid – 19
30

3. Sampling
Tenik sampling dalam penelitian ini menggunakan tehnik non
probability sampling.
Tehnik non probability sampling yaitu purposive sampling adalah suatu
tenik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2015). Supaya hasil
penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan sampel yang diehendaki
harus sesuai dengan kriteria yang ditetapan. Kriteria ini berupa Kriteria
inklusi ang merupakan atas ciri atau karakter umum pada subjek
penelitian, dikurangi karakter yang masuk dalam kriteria ekslusi yang
telah peneliti lakukan diatas.

D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan protokol
kesehatan, dan menggunakan APD (Alat pelindung diri) level 2. Dalam
penelitian ini pengumpulan data menggunakan data primer dan dalam
penelitian ini peneliti akan mengumpulkan data tentang gambaran
hemodinamik pasien sebelum dan sesudah dilakukan anastesi
menggunakan lembar observasi. Penggunaan data sekunder dalam
penelitian ini yaitu pada data-data penderita penyakit sebelum pelaksanaan
penelitian untuk menentukan kriteria pasien.

2. Alat Pengumpul data


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk melihat
atau mengukur suatu variabel dalam sebuah penelitian (Susila & Suyanto,
2015). Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar observasi
untuk hemodninamik sebelum dan sesudah dilakukan anastesi. Dalam
penelitian ini peneliti tidak menggunakan kuisioner melainkan
menggunakan lembar observasi yang dibuat oleh peneliti sendiri.
31

3. Teknik Pengumpulan Data


1) Peneliti melakukan pra-survey ke tempat penelitian dan melakukan
pengambilan data terkait masalah yang ada di tempat penelitian.
2) Peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian dan melakukan
izin untuk melakukan penelitian izin dilakukan dimulai dari instansi
Pendidikan sampai dengan Rumah Sakit tempat penelitian
3) Peneliti mengumpulkan responden yang memenuhi kriteria dan
peneliti menjadikan keseluruhannya menjadi sampel.
4) Peneliti menemui dan meminta pasien untuk menjadi responden
penelitian dan menandatangani Informed concent
5) Peneliti melakukan pengukuran hemodinamik pasien sebelum
dilakukan anastesi
6) Peneliti melakukan pengukuran hemodinamik pasien sesudah
dilakukan anastesi
7) Peneliti membandingkan data sebelum dan sesudah
8) Peneliti melakukan pengolahan data

E. Rencana Analisa
Analisa data digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dengan
menggunakan program software dimana dilakukan satu macam analisa data,
yaitu analisa univariat. Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk
menggambarkan masing-masing variabel, dalam penelitian ini jenis data yang
menggunakan kategorik seperti jenis kelamin, Pendidikan, serta ditampilkan
dalam bentuk distribusi frekuensi. Sedangkan data penelitian yang berbentuk
numerik seperti usia, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu disampaikan
dalam bentuk mean, median, dan standar deviasi.

F. Etika Penelitian
Penelitian ini tidak bertentangan dengan etik, karena dalam penelitian
ini tidak menggunakan intervensi medis yang berpotensi menimbulkan cidera
pada pasien peneliti memperhatikan isu etik sebagai berikut :
32

1. Self determination
Semua responden dalam penelitian ini diberikan hak otonomi untuk
menentukan keputusan berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam
penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Sebelum intervensi dilakukan peneliti memberikan penjelasan kepada
responden mengenai tujuan penelitian, prosedur serta intervensi yang
dilakukan. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-
hal yang kurang jelas. Selanjutnya responden diberikan kebebasan untuk
menentukan berpartisipasi atau tidak pada penelitian ini secara suksarela
tanpa paksaan
2. Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar ini diberikan kepada responden yang menjadi subjek penelitian
dengan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian
serta menjelaskan akibat-akibat yang terjadi bila bersedia menjadi subjek
penelitian. Apabila responden tidak bersedia, maka peneliti wajib
menghormati hak-hak responden.
3. Non Maleficence
Prinsip berbuat baik, memberikan manfaat yang maksimal dan risiko yang
minimal, dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan efek samping dari
terapi yang diberikan dan tidak menimbulkan komplikasi
4. Justice
Prinsip ini menekankan setiap orang layak mendapatkan sesuatu sesuai
dengan haknya menyangkut keadilan destributif dan pembagian yang
seimbang (equitable). Dalam penelitian ini peneliti tidak berlaku adil dan
tidak akan membeda-bedakan antar, ras, suku, golongan, agama, jenis
kelamin dan umur. Semua responden akan diberlakukan sama
5. Protection from Discomfort
Peneliti mempertahankan aspek kenyamanan responden baik fisik,
psikologis maupun social selama proses penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Rumah Sakit Dr.Rivai Abdullah Sungai Kundur didirikan pada tahun 1914,
pada mulanya hanya sebagai tempat penampungan atau pengasingan
penderita kusta. Lokasi pertama di daerah Kertapati (seberang ulu I),
Dahulunya lokasi Rumah Sakit Dr.Rivai Abdullah ini seluas kira-kira 120 Ha,
yang langsung diserahkan oleh BPM (Hindia Belanda), tetapi setelah diukur
ulang oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) dengan Sertifikat Hak Pakai
No.02/ Desa Mariana Tahun 1993 ternyata lokasi tersebut hanya tinggal 27,5
Ha. Sampai dengan tahun 1960 RS ini dikelola oleh sebuah yayasan yang
kegiatan internnya dilakukan oleh Bala Keselamatan. Dengan
terbitnya SK.Menkes.RI Nomor : 95948/ Hukum, tanggal 9 Desember 1961
oleh Bala Keselamatan RS ini diserahkan kepada Departemen Kesehatan RI.]
Penelitian ini dilaksanakan di Dr.Rivai Abdullah . yang memiliki fasilitas
rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan, ruang operasi, ruang IGD, sarana
penunjang diagnostik, serta sarana pendukung lainnya. Ruang kamar operasi
(OK) Dr.Rivai Abdullah, memiliki ruangan OK, yang terdiri dari masing-
masing OK meliputi ruang OK Bedah terdapat 1 ruangan, ruang OK Obgyn
terdapat 1 ruangan, ruang OK THT terdapat 1 ruangan, ruang OK mata
terdapat 1 ruangan. Terdapat juga ruang persiapan pasien yang disebut
dengan ruang pre operasi dan RR (Recovery Romm) ruang pasca operasi
yang mana digunakan sebagai tempat memonitoring pasien setelah dilakukan
operasi. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan pada bulan Januari-Maret 2022 di Rumah Sakit Umum Dr.Rivai
Abdullah Palembang dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 66
responden.

33
34

B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang peneliti ukur dalam penelitian ini meliputi
umur, pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaan. Dalam penyajian data
karakteristik responden pada penelitian ini disajikan dalam bentuk frekunsi
dan persentase yang disajikan pada tabel 5.1 berikut :

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur,


pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaan pada pasien yang
dilakukan general anastesi menggunakan isoflurane dan
sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun
2022
Karakteristik Responden Frekuensi(f) Presentase (%)
Umur
26- 40 tahun 12 18.2
41- 55 tahun 43 65.2
56- 70 tahun 11 16.7

Pendidikan
SD 22 33.3
SMP 17 25.8
SMA 24 36.4
S1 2 3.0
S2 1 1.5
Jenis Kelamin
Perempuan 31 47.0
Laki-laki 35 53.0
Pekerjaan
Petani 11 16.7
Ibu rumah tangga 18 27.3
Wiraswasta 26 39.4
PNS 4 6.1
Buruh 6 9.1
Honorer 1 1.5
TOTAL 66 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 66 (100,0%) pada penelitian


ini sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki rentang usia
dewasa (41-55) yaitu sebanyak 43 (65.2 %), Sebagian besar responden
pada penelitian ini lebih bayak yang memiliki pendidikan SMA yaitu 24
(36.4 %). Sebagian besar responden pada penelitian ini lebih bayak yang
memiliki jenis kelamin laki-laki 35 (53.0). Sebagian besar responden pada
penelitian ini lebih bayak yang memiliki pekerjaan wiraswasta yaitu
sebanyak 26 (39.4 %).
35

C. Hasil Analisis Variabel Penelitian


Hasil analisis variabel gambaran perubahan hemodinamik pada pasien
general anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai
Abdullah Palembang tahun 2021, peneliti menyajikan data hasil analisis yang
terdiri dari nilai rata-rata hemodinamik sebelum diberikan anastesi yang
peneliti sajikan pada tabel 5.2 dan pada tabel 5.3 disajikan sebagai nilai rata-
rata hemodinamik setelah diberikan anestesi, serta perubahan yang terjadi
atau bermakna pada pasien sebelum dan sesudah yaitu perubahan tekanan
darah pada responden yang mencapai 20 % dan nilai awal yang peneliti
sajikan pada tabel 5.4 yang berisi data distribusi frekuensi :

1. Rata-Rata hemodinamik pasien sebelum dilakukan general anastesi


menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai
Abdullah Palembang tahun 2022

Tabel 5.2 Hemodinamik pasien sebelum dilakukan general


anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di
RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2022
(n=66)

Mean Median Minimum


Maximum
Tekanan darah sistolik 135.5 130.0 110
170
Tekanan darah diastolic 81.0 80.0 60
110
Nadi 82.7 79.0 68
98
Suhu 36.6 36.7 36.3
36.9
Respirasi 21.0 21.0 20
22

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik


sebelum diberikan anestesi yaitu 135.5 mmHg dengan median 130.0
mmHg dengan niali terndah 110 dan tekanan tertinggi 170 mmHg. rata-
rata tekanan darah diastolik sebelum diberikan anestesi yaitu 81.0 mmHg
dengan median 80.0 mmHg dengan niali terndah 60 dan tekanan tertinggi
110 mmHg. Rata-rata nadi sebelum diberikan anestesi yaitu 82.7 dengan
median 79.0 dengan niali terndah 68 dan niali tertinggi 98.
36

Rata-rata suhu sebelum diberikan anestesi yaitu 36.6 dengan median 36.7
dengan nilai terendah 36.3 dan nilai tertinggi 36.9. rata-rata respirasi
sebelum diberikan anestesi yaitu 21.0 dengan median 21.0 mmHg dengan
niali terndah 20 dan nilai tertinggi 22

2. Rata-rata hemodinamik pasien sesudah dilakukan general anastesi


menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022
Tabel 5.3 Hemodinamik pasien sesudah dilakukan general
anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di
RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2022
(n=66)
Mean Median Minimum
Maximum
Tekanan darah sistolik 108.8 110.0 88
150
Tekanan darah diastolic 68.4 69.5 50
78
Nadi 67.1 66.0 58
80
Suhu 36.3 36.3 35.7
37.0
Respirasi 19.0 20.0 16
21

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik


sesudah diberikan anestesi yaitu 108.8 mmHg dengan median 110.0
mmHg dengan niali terndah 88 dan tekanan tertinggi 150 mmHg. Rata-
rata tekanan darah diastolik sesudah diberikan anestesi yaitu 68.4 mmHg
dengan median 69.5 mmHg dengan niali terndah 50 dan tekanan tertinggi
78 mmHg. Rata-rata nadi sesudah diberikan anestesi yaitu 67.1 dengan
median 66.0 dengan nilai terndah 58 dan niali tertinggi 80. Rata-rata suhu
sesudah diberikan anestesi yaitu 36.3 dengan median 36.3 dengan nilai
terendah 35.7 dan nilai tertinggi 37.0 rata-rata respirasi sesudah diberikan
anestesi yaitu 20.0 dengan median 21.0 mmHg dengan niali terndah 16
dan nilai tertinggi 21.
37

2. Distribusi perubahan hemodinamik pasien sebelum dan sesudah


dilakukan general anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane
di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2022

Tabel 5.4 Distribusi perubahan hemodinamik pasien sebelum dan


sesudah dilakukan general anastesi menggunakan
isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022 (n=66)

Hemodinamik Jumlah Persentase (%)


Tidak terdapat perubahan tekanan 39 59.1
sistolik
Terdapat perubahan tekanan 27 40.9
sistolik

Tidak terdapat perubahan tekanan 40 60.6


diastolik
Terdapat perubahan tekanan 26 39.4
diastolik

Tidak terdapat perubahan nadi 24 36.4

Terdapat perubahan nadi 42 64.6

Tidak terdapat perubahan suhu 66 100.0

Terdapat perubahan suhu 0 0.0

Tidak terdapat perubahan 50 75.8


respirasi
16 24.2
Terdapat perubahan respirasi

TOTAL 66 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 66 responden sebagaian besar


responden tidak mengalami perubahan tekanan darah yang bermakna yaitu
sebanyak 39 (59.1 %) responden tidak mengalami perubahan tekanan
darah sistolik. Sebagaian besar responden tidak mengalami perubahan
tekanan darah yang bermakna yaitu sebanyak 40 (60.6 %) responden tidak
mengalami perubahan tekanan darah diastolik. Sebagaian besar responden
mengalami perubahan nadi yang bermakna yaitu sebanyak 42 (64.6 %).
38

Hal ini Responden mengalami perubahan nadi yang bermakna.


Keseluruhan responden tidak mengalami perubahan suhu yang bermakna
yaitu sebanyak 66 (100.0 % %) responden tidak mengalami perubahan
suhu. Sebagaian besar responden tidak mengalami perubahan respirasi
yang bermakna yaitu sebanyak 50 (75.8 %) responden tidak mengalami
perubahan respirasi yang bermakna.
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden
Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden pada
penelitian ini memiliki rentang usia dewasa (41-55) yaitu sebanyak 43
(65.2 %) responden hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata pada
responden penelitian memiliki usia yang cukup tua dan lebih dari 40 tahun
sehingga dapat mempengaruhi kondisi hemodinamik pada pasien. Hasil
penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini
lebih bayak yang memiliki pendidikan SMA yaitu 24 (36.4 %) yang
artinya pada responden penelitian rata-rata memiliki pendidikan
menengah, namun pendidikan dalam penelitian ini tidak bermakna atau
mempengaruhi hemodinamik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden pada
penelitian ini lebih bayak yang memiliki jenis kelamin laki-laki 35 (53.0)
yang artinya pada responden penelitian rata-rata memiliki jenis kelamin
laki-laki, namun jenis kelamin dalam penelitian ini tidak bermakna atau
mempengaruhi hemodinamik. Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebagian besar responden pada penelitian ini lebih bayak yang memiliki
pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 26 (39.4 %), yang artinya pada
responden penelitian rata-rata memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta,
namun pekerjaan dalam penelitian ini tidak bermakna atau mempengaruhi
hemodinamik
Salah satu factor yang mempengaruhi penurunan perubahan
hemodinamik adalah usia hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Smith (2015) pada pasien pasca induksi anastesi pada
rentang umur diatas 40 tahun maupun dibawah 40 tahun, tentunya akan
mendapatkan penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik, akibat
farmakologi dari induksi yang menyebabkan depresi pada kardiovaskuler.
Sehingga kondisi usia 20-40 tahun tidak bermakna secara spesifik terhadap
perbedaan rentang penurunan tekanan darah.

39
40

Bila terjadi penurunan tekanan darah yang sangat drastis pada rentang
usia tersebut hingga pasien mengalami hipotensi, maka harus di perhatikan
riwayat penyakit sistemik yang diderita. Namun tentunya penurunan ini
akan lebih sensitif pada usia diatas 40 tahun pasa induksi anastesi. Studi
yang di lakukan Smith (2015) memaparkan bahwa angka morbiditas
penurunan darah pasca induksi anastesi akan di temukan pada usia di atas
60 tahun. Ini tentunya di sebabkan akibat penyakit sistemik yang
menyertai dan juga perfusi yang sudah mulai menurun pada usia diatas 60
tahun. Sehingga angka morbiditas akan meningkat hingga 3,6%.
Sedangkan untuk usia di atas 40 tahun akan terjadi penurunaan tekanan
darah akan bersifat minimal tentunya penurunan ini akibat dari
farmakologi obat anastesi itu sendiri, walaupun pada beberapa kasus
menyebabkan hipotensi yang cukup serius.

B. Gambaran Perubahan Hemodinamik


Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum diberikan anestesi yaitu 135.5 mmHg dengan median 130.0
mmHg dengan niali terndah 110 dan tekanan tertinggi 170 mmHg. rata-
rata tekanan darah diastolik sebelum diberikan anestesi yaitu 81.0 mmHg
dengan median 80.0 mmHg dengan niali terndah 60 dan tekanan tertinggi
110 mmHg. rata-rata nadi sebelum diberikan anestesi yaitu 82.7 dengan
median 79.0 dengan niali terndah 68 dan niali tertinggi 98. Rata-rata suhu
sebelum diberikan anestesi yaitu 36.6 dengan median 36.7 dengan nilai
terendah 36.3 dan nilai tertinggi 36.9. rata-rata respirasi sebelum diberikan
anestesi yaitu 21.0 dengan median 21.0 mmHg dengan niali terndah 20
dan nilai tertinggi 22.
Setelah dilakukan anestesi diketahui bahwa terdapat perubahan rata-
rata homodinamik, diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik
sesudah diberikan anestesi yaitu 108.8 mmHg dengan median 110.0
mmHg dengan niali terndah 88 dan tekanan tertinggi 150 mmHg. Rata-
rata tekanan darah diastolik sesudah diberikan anestesi yaitu 68.4 mmHg
dengan median 69.5 mmHg dengan niali terndah 50 dan tekanan tertinggi
78 mmHg.
41

Rata-rata nadi sesudah diberikan anestesi yaitu 67.1 dengan median 66.0
dengan niali terndah 58 dan niali tertinggi 80. Rata-rata suhu sesudah
diberikan anestesi yaitu 36.3 dengan median 36.3 dengan nilai terendah
35.7 dan nilai tertinggi 37.0 rata-rata respirasi sebelum diberikan anestesi
yaitu 21.0 dengan median 21.0 mmHg dengan nilai terendah 6 dan nilai
tertinggi 21.
Perubahan pada pasca induksi inhalasi ditemukan pada beberapa
responden hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa
sebagaian besar responden tidak mengalami perubahan tekanan darah yang
bermakna yaitu sebanyak 39 (59.1 %) responden tidak mengalami
perubahan tekanan darah sistolik. Sebagaian besar responden tidak
mengalami perubahan tekanan darah yang bermakna yaitu sebanyak 40
(60.6 %) responden tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik.
Sebagaian besar responden mengalami perubahan nadi yang bermakna
yaitu sebanyak 42 (64.6 %) responden mengalami perubahan nadi yang
bermakna. Keseluruhan responden tidak mengalami perubahan suhu yang
bermakna yaitu tidak mengalami perubahan suhu.Sebagaian besar
responden tidak mengalami perubahan respirasi yang bermakna yaitu
sebanyak 50 (75.8 %) responden tidak mengalami perubahan respirasi
yang bermakna. Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa beberapa
responden mengalami perubahan hemodinamik seperti tekanan darah, nadi
dan respirasi, namun dalam penelitian ini tidak didapatkan perubahan suhu
yang bermakna pada responden penelitian.
Hasil yang sama juga didapatkan oleh penelitian yang dilakukan
Fatimah (2012) dengan judul Efek Anestesi Inhalasi Sevofluran dan
Isofluran terhadap Frekuensi Nadi. Dari data penelitian, didapatkan hasil
nilai p pada uji-t independen, nilai p pada fase frekuensi nadi awal, fase
induksi dan fase intubasi adalah 0,04; 0,00; 0,02, untuk fase insisi pada
menit ke-5, menit ke-10 dan menit ke-15 adalah 0,02; 0,0; 0,03. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 dimana hasil tersebut signifikan atau
terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik.
42

Hasil Penelitian yang sama juga didapatkan oleh penelitian yang


dilakukan oleh Prisasanti, (2012) dengan judul penelitia Efek Anestesi
Inhalasi Sevofluran dan Isofluran terhadap Perubahan Tekanan Darah
Arteri Rerata (Mean Arterial Pressure). Hasil Penelitian: Data diuji dengan
uji-t independen, didapatkan hasil MAP pada sampel kelompok sevofluran
relatif lebih stabil daripada kelompok isofluran. Akan tetapi, terdapat
perbedaan yang signifikan antara MAP awal kelompok sevofluran dan
isofluran (p = 0,02). Dari hasil uji korelasi bivariat Pearson, didapatkan
adanya korelasi antara MAP awal dengan MAP fase induksi anestesi (r = -
0,055 dan p = 0,706).
Anestesi inhalasi merupakan salah satu bentuk dasar anestesi umum
yang sering digunakan. Anestesi inhalasi tersebut menimbulkan efek
sedasi dan pada konsentrasi tinggi menimbulkan efek analgesia serta
relaksasi otot (Pramono, 2015). Penggunaan anestesi inhalasi
mempunyai efek langsung yaitu penurunan tekanan darah, ini sebagai
akibat dari vasodilatasi pembuluh darah dan depresi kontraktilitas
miokardium, sedangkan efek tidak langsungnya adalah aktivitas sistem
saraf simpatis. Penurunan tekanan darah sering digunakan sebagai
tanda untuk menilai kedalaman anestesi yang sedang berlangsung.
Apabila terjadi overdosis dalam pemakaian anestesi inhalasi, maka akan
terjadi hipotensi, aritmia, dan bradikardi, hingga syok sirkulasi
(Soenarto, 2012).
Tidak seperti kelarutan obat yang lain, anestesi inhalasi diserap dan
didistribusikan sebagai akibat dari tekanan gradien dan keseimbangan
ketika tegangan udara inspirasi sama dengan tegangan udara inhalasi di
alveoli, darah, dan jaringan. Di lain pihak, tegangan pada darah
menyebabkan perlawanan yang hebat pada obat-obat inhalasi untuk
memasuki otak, walapun aktivitas anestesi sedang berlangsung (Fenton,
2010).
Ketika penggunaan anestesi inhalasi dihentikan, tegangan alveolar
menurun dan terjadi proses keseimbangan dari jaringan ke vena dan ke
alveoli untuk dilakukan ekspirasi.
43

Oleh karena itu, anestesi inhalasi yang memiliki koefisien tegang


terendah menunjukkan permulaan yang paling cepat dan pemutusan
efek, yang membuat induksi inhalasi paling cocok untuk kasus-kasus
yang memerlukan perubahan intermiten pada kedalaman anestesi
tertentu (Pramono, 2015).
Semua anestetika inhalasi menurunkan tekanan darah karena
vasodilatasi dan depresi miokard, dengan gradasi yang berbeda-beda. Gas
inhalasi memengaruhi laju jantung secara langsung melalui efek di nodus
SA atau secara tidak langsung melalui perpindahan keseimbangan saraf
otonom. Pada praktik klinis, jika kedalaman anestesia telah tercapai, pada
umumnya laju jantung akan turun. turunnya laju jantung tidak selalu
berarti depresi pada jantung, namun kemungkinan karena turunnya tonus
simpatis karena anestesia yang adekuat (Mangku & Senapthi, 2010).
Efek sevofluran terhadap sistem kardiovaskular cukup stabil. Banyak
studi yang membuktikan sevofluran bersifat kardioprotekktif pada bedah
kardiak. Sevofluran dapat menurunkan kontraksilitas otot jantung sehingga
memgurang konsumsi konsumsi oksigen oksigen miokardium,
miokardium, menurunkan menurunkan resistensi vaskular perifer dan
menurunkan tekanan arteri namun, namun efeknya lebih kecil
dibandingkan isofluran isofluran dan desflurane. desflurane. Sevofluran
Sevofluran juga memiliki memiliki efek bradikardia meskipun minimal
(Mangku & Senapthi, 2010)
Sama seperti isofluran dan desflurane, sevofluran dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral sehingga meningkatkan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial pada keadaan normokarbia, namun beberapa studi juga
menunjukkan terjadi penurunan aliran darah otak. Sevofluran konsentrasi
tinggi (>1.5 MAC) dapat mengganggu autoregulasi Cerebral Blood Flow
(CBF). Sevofluran juga menurunkan kebutuhan oksigen untuk
metabolisme otak, sedangkan kejadian kejang akibat sevoflurane belum
pernah dilaporkan.
44

Sebuah studi pada binatang tahun 1999 yang menggunakan antagonis


reseptor NMDA reseptor NMDA pada saat pada saat awal kehidupan awal
kehidupan atau neonatus atau neonatus dapat menyebabkan menyebabkan
degenarasi neuron yang luas dan menyebabkan neurotoksisitas.
Neurodegenerasi yang diinduksi oleh obat anestesi bukan disebabkan
karena gangguan metabolisme seluler dan nekrosis melainkan karena
apoptosis. Obat yang bekerja pada reseptor reseptor GABAA, termasuk
sevoflurane juga telah dikonfirmasi memiliki efek negatif negatif yang
serupa terhadap serupa terhadap perkembangan perkembangan oatk pada
beberapa studi binatang (Mangku & Senapthi, 2010).
Bergantung pada konsentrasinya, anestetika inhalasi menurunkan
Laju Filtrasi Glomerulus dan aliran darah ginjal. Sevofluran sedikit
menurunkan aliran darah ginjal. Substansi metabolisme sevofluran yaitu
fluorida inorganik berhubungan berhubungan dengan nefrotoksik
nefrotoksik yang menyebabkan menyebabkan kerusakan kerusakan fungsi
tubulus tubulus ginjal. Neuromuskular Anestetika inhalasi selain N2O
berpotensi sebagai pelumpuh otot depolarisasi dan non depolarisasi,
bersifat relaksasi otot melalui efek depresi sentral. sentral. Sevofluran
Sevofluran memiliki kem memiliki kemampuan relaksasi otot relaksasi
otot 2 kali lebih kali lebih besar dibanding halotan (Mangku & Senapthi,
2010)..
Penggunaan anestesi inhalasi dapat menurunkan hemodinamik dan
mengganggu kesetabilan hemodinamik sehingga perlu dilakukan
pemantauan ketat agar ketika terjadi perubahan hemodinamik dapat segera
diberikan penanganan.. Pemantauan hemodinamik diperlukan untuk
mendeteksi, mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau
proses pemberian anestesi inhalasi yang diberikan, guna untuk
mendapatkan informasi keseimbangan hempdinamik pada tubuh pasien.
45

C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah proses pengambilan data yang
dilakukan sendirian tanpa dibantu oleh asisten peneliti sehingga jumlah
sampel yang didapatkan kurang besar. Keterbatasan lainya adalah adanya
faktor-faktor lain dalam diri pasien yang mengakibatkan perubahan
hemodinamik tidak dapat diteliti oleh peneliti.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dialkukan didapatkan
kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian, berikut merupakan
kesimpulan dari hasil penelitian ini.
1. Hasil observasi hemodinamik pasien sebelum dilakukan general
anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai
Abdullah Palembang tahun 2022 yaitu rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum diberikan anestesi yaitu 135.5 mmHg, rata-rata tekanan darah
diastolik yaitu 81.0 mmHg, rata-rata nadi yaitu 82.7 Rata-rata suhu
yaitu 36.6, rata-rata respirasi yaitu 21.0.
2. Hasil observasi hemodinamik pasien sesudah dilakukan general anastesi
menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022 yaitu rata-rata tekanan darah sistolik 108.8
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik yaitu 68.4 mmHg. Rata-rata
nadi yaitu 67.1. Rata-rata suhu sesudah diberikan anestesi yaitu 36.3
dan rata-rata respirasi yaitu 21.0.
3. Hasil penelitian diketahui perubahan hemodinamik pasien sebelum dan
sesudah dilakukan general anastesi menggunakan isoflurane dan
sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2022 yaitu
sebanyak 39 (59.1 %) responden tidak mengalami perubahan tekanan
darah sistolik dan sebanyak 40 (60.6 %) responden tidak mengalami
perubahan tekanan darah diastolik. Sebagaian besar responden
mengalami perubahan nadi yang bermakna yaitu sebanyak 42 (64.6 %)
responden mengalami perubahan nadi yang bermakna.Keseluruhan
responden tidak mengalami perubahan suhu yang bermakna yaitu
sebanyak 66 (100.0 % %) Sebagaian besar responden tidak mengalami
perubahan respirasi yang bermakna yaitu sebanyak 50 (75.8 %)
responden.

46
47

B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit
Peneliti menyarankan untuk tempat penelitian untuk dapat
melakukan pemilahan pasien-pasien yang berisiko tinggi memiliki
perubahan hemodimik dan melakukan skrining tersebut sehingga pada
saat pelaksanaan induksi khusunya induksi serta dapat meminimalisir
induksi inhalasi pada pasien yang memiliki umur cukup tua seperti
pasien yang memiliki usia > 60 tahun
2. Untuk Pasien
Pasien diharapkan dapat tenang ketika dalam proses persiapan
anestesi dan proses induksi serta tidak mengalami kecemasan yang
berlebih agar tidak mengalami perubahan hemodimik yang semakin
berarti pada proses induksi inhalasi.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian dengan mencari
faktor-faktror yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan
hemodinamik pada pasien pasca induksi inhgalasi dan melakukan
penelitian secara eksperimental.
48

DAFTAR PUSTAKA

Brunton,(2011). Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of


Therapeutics 12 th Edition. Mc Graw Hill : ISBN 978-0-07-176939-6
(Ebook)

Erniody. 2012. Pemantauan Hemodinamik Invasif, Kurang Invasif, atau Tidak


Invasif: Jurnal Anestesiologi Volume 2 No 2. Jakarta: Departemen
Anestesiologi dan Reanimasi RS Husada

Fatimah.(2012).Efek anestesi inhalasi isoflurane dan sevoflurane terhadap


perubahan nadi. UNS. Surakarta

Kasenda.(2014). Perbandingan Denyut Nadi Antara Penduduk Yang Tinggal Di


Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah. Jurnal e-Biomedik (eBM)

Latief.(2014)Petunjuk Praktis Anestesiologi. edisi 4. Jakarta: Bagian


Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta

LeMone & Burke (2015). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta:
EGC

Mangku, G dan Senapathi, T. G. A. (2010). Ilmu Anestesia dan Reanimasi.


Jakarta: PT. Indeks.

Morgan. 2013.Clinical anesthesiology.New York: Lange Medical Books/McGraw


Hill Medical Pub

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka


Cipta

Potter & Perry.(2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Alih


bahasa.Jakarta: EGC

Pramono. (2015). Buku Kuliah Anestesi. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat, (2012). Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC


49

Smith. (2015). Hypotension In Obstetric Anaesthesia: A Lesson From Pre-


Eclampsia. Br J Anaesth; 102 (3): 291-4

Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Susanto.(2015). Hemodinamik dan latihan senam aerobic untuk kesehatan.


Jakarta : Ghalia Indonesia Printing

Soenarto.(2012). Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia

Sirait.(2020).Buku Ajar Pemantauan Hemodinamik Pasien.Jakarta : FK


Universitas Indonesia

Oswari, E. 2010. Bedah Dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta : balai penerbit


FKUI.

Omoigui, S. 2014. Buku Saku Obat-obatan. Edisi 11. Jakarta: EGC.

WHO.2018 World Health Assembly.Strengthening emergency and essential


surgical care anaesthesia as a component of universal health
coverage. WHO

Wijaya & Putrie.(2013). Keperawatan Medikal Bedahedisi 2. Nuha Medika :


Bengkulu
50

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:


Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
No Hp :

Menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami mengenai informasi


penelitian yang disampaikan dengan jelas meliputi, tujuan, manfaat dan prosedur
penelitian serta dampak yang dari penelitian yang berjudul “Gambaran perubahan
hemodinamik pada pasien general anastesi menggunakan isoflurane dan
sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2021”. Saya
memahami bahwa peneliti akan menghargai hak saya sebagai responden. Saya
berhak apabila saya mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa adanya sanksi. Saya
menyadari bahwa penelitian ini akan memberikan manfaat yang baik, oleh karena
itu tanpa paksaan dari pihak manapun dengan penuh kesadaran saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
Palembang, …./…../2020
Peneliti Yang Menyatakan
Responden

(Sucitaria) (…………………………..)

Saksi

(……………………………….)
51

LEMBAR OBSERVASI SEBELUM

No Inisial Usia Pekerjaan Pendidikan Hemodinamik Sebelum


TD N S RR
52

LEMBAR OBSERVASI SESUDAH


No Inisial Usia Pekerjaan Pendidikan Hemodinamik Sebelum
TD N S RR

Anda mungkin juga menyukai