SUCITARIA
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANASTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
SKRIPSI
Di Ajukan Oleh :
SUCITARIA
2114301140
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANASTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Ns.Ni Made Dewi Wahyunadi, S,Kep.,M.Kep Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep.,M.Kep
NIR/NIDN :0826128802 NIR/NIDN :0817089001
iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Program Studi Sarjana
Nomor : DL.02.02.2825.TU.IX.21
Anggota :
NIDN. 0826128802
NIDN. 0817089001
iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN
Mengetahui
Rektor Instutut dan Kesehatan (Itekes) Bali Program Studi Ilmu Keperawatan
Ketua Anestesiologi
Ketua
I Gede Putu Dharma Suyasa, S.Kp.,M.,Ph.D dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An
NIDN. 082306780 NIDN. 17131
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Gambaran Perubahan Hemodinamik Pada Pasien General Anastesi
Menggunakan Isoflurane Dan Sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2021”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program D IV Keperawatan Anastasiologi ITEKES Bali. Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan khususnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku rektor Institut
Teknoogi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan proposal ini.
2. Ibu NS. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep, M.Kep. selaku Wakil Rektor
(Warek) I yang memberikan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II
yang memberikan dukungan kepada penulis.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
yang memberikan dukungan kepada penulis.
5. Bapak dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An selaku Ketua Program Studi D IV
Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral kepada penulis.
6. Ibu Ns. Ni Made Dewi Wahyunadi, S,Kep.,M.Kep Selaku pembembing
pertama yang selalu memberikan masukan dan arahan yang bersifat
membangun
7. Ibu Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep.,M.Kep Selaku pembembing kedua
yang selalu memberikan masukan dan arahan yang bersifat membangun
8. Seluruh keluarga terutama Istri, Ibu, Bapak dan Adik yang banyak memberikan
dukungan serta dorongan moral dan materiil hingga selesainya proposal ini
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
vi
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih belum sempurna,
untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan proposal ini.
Sucitaria
vii
FORMAT PERNYATAAN KEASLIAN
Di buat : Denpasar
Pada Tanggal 24 Mei 2022
Yang menyatakan
(Sucitaria)
viii
GAMBARAN PERUBAHAN HEMODINAMIK PADA PASIEN GENERAL
ANASTESI MENGGUNAKAN ISOFLURANE DAN SEVOFLURANE DI
RSUP DR. RIVAI ABDULLAH PALEMBANG TAHUN 2022
Sucitaria
ABSTRAK
Latar Belakang: Hemodinamik sangat penting untuk dilakukan pemantauan
terutama pada anastesi general karena umumnya anastesi akan mengakibatkan
berbagai macam gangguan sistim tubuh dan organ tubuh. Pengggunaan anestesi
menggunakan inhalasi menggunakan isoflurane dan sefoflurane dapat
menyebabkan efek penurunan tekanan darah sehingga dibutuhkan proses
pemantauan yang ketat dalam penggunaannya.
Tujuan: Mengetahui gambaran gambaran perubahan hemodinamik pada pasien
general anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai
Abdullah Palembang tahun 2021
Metode: Desain penelitian yang telah digunakan adalah penelitian kuantitatif
non-eksperimental dengan menggunakan metode deskriptif. Tempat penelitian ini
dilakukan di Kamar Operasi RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang dan, dan waktu
penelitian ini telah dilakukan pada April tahun 2022.Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien yang mengalami operasi atau pembedahan dan
menggunakan anastesi inhalasi yaitu isoflurane dan sevoflurane yaitu sebanyak
191, dengan jumlah sampel sebanyak 62. Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisa univariat.
Hasil: Hasil observasi hemodinamik pasien sebelum yaitu rata-rata tekanan darah
sistolik sebelum diberikan anestesi yaitu 135.5 mmHg, rata-rata tekanan darah
diastolik yaitu 81.0 mmHg, rata-rata nadi yaitu 82.7 Rata-rata suhu yaitu 36.6,
rata-rata respirasi yaitu 21.0 dan Hasil observasi hemodinamik pasien sesudah
yaitu rata-rata tekanan darah sistolik 108.8 mmHg. Rata-rata tekanan darah
diastolik yaitu 68.4 mmHg. Rata-rata nadi yaitu 67.1. Rata-rata suhu sesudah
diberikan anestesi yaitu 36.3 dan rata-rata respirasi yaitu 21.0.
Kesimpulan: Terdapat perubahan hemodinamik pada pasien sebelum dan
sesudah dilakukan general anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di
RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2022
ix
THE HEMODYNAMIC CHANGE ON GENERAL ANESTHESIA PATIENTS
BY USING ISOFLURANE AND SEVOFLURANE IN DR. RIVAI ABDULLAH
PALEMBANG HOSPITAL YEAR 2022
Sucitaria
Faculty of Health
Diploma IV of Nursing Anesthesiology
Institute of Technology and Health Bali
Email : Sucisubairi93@gmail.com
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ................................................................................................ i
SAMPUL DALAM............................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ....................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN ...................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
FORMAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ vii
ABSTRAK............................................................................................................ viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang .................................................................................. 1
B Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
xi
BAB VII PEMBAHASAN
A Karakteristik Responden .................................................................... 39
B Gambaran Perubahan Hemodinamik .................................................. 40
C Keterbatassan penelitian .................................................................... 45
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam proses
pembedahan atau operasi, tanpa adanya tindakan anestesi sebuah
pembedahan atau operasi tidak dapat berjalan lancar. Anestesi merupakan
suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek . Anestesi
adalah menghilangnya rasa nyeri. Hal ini menurut jenis kegunaannya dibagi
menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya kesadaran. Sedangakan
anestesi regional dan anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian
tubuh saja tanpa menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat, 2012). Dengan
adanya anestesi pasien dapat merasakan ketenangan saat operasi sehingga
pasien dapat merasa nyaman dan operasi berjalan lancar, menurut Morgan
(2013) anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh.
Dalam sebuah pembedahan tindakan anestesi yang sering dilakukan dan
menjadi pilihan yaitu anestesi umum, regional dan anestesi local (Mangku
& Senapathi, 2010). Pada pasien Klien yang mendapat anestesi umum akan
kehilangan seluruh sensasi dan kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah
manipulasi anggota tubuh. Pembedahan yang menggunakan anestesi umum
melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan yang
luas. Sementara anestesi Regional, menyebabkan hilangnya sensasi pada
daerah tubuh tertentu. Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural
anestesi, kaudal anestesi (Poter & Perry, 2012). Sementara anestesi lokal
menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Obat
anestesi menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke dalam
sirkulasi. Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada
tempat bedah sehari. Salah satu pilihan anestesi yang paling sering
digunakan dalam proses pembedahan itu sendiri yaitu anestesi umum,
meskipun dalam setiap jenis anestesi terdapat kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
1
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah gambaran
perubahan hemodinamik pada pasien general anastesi menggunakan
isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun
2021
C. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perubahan hemodinamik pada pasien general
anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai
Abdullah Palembang tahun 2022
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hemodinamik pasien sebelum dilakukan general anastesi
menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022
b. Mengetahui hemodinamik pasien sesudah dilakukan general anastesi
menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022
c. Mengetahui perubahan hemodinamik pasien sebelum dan sesudah
dilakukan general anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di
RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2021
D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Untuk Pasien
Sebagai media untuk memantau kondisi fisiologis pasien serta
melakukan pengawasan terhadap pasien sehingga dapat mengetahui
intervensi yang tepat pada pasien jika terdapat perubahan
hemodinamik pada pasien.
6
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan sebagai acuan
peneliti selanjutnya dan juga perbandingan-perbandingan dengan
penelitian lain yang mirip dengan penelitian ini. Penelitian ini juga
diharapkan dapat bermanfaat sebagai refrensi bagi ilmu anasstesi
khususnya pada masalah perubahan hemodinamik pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Operasi
1. Definisi
Pembedahan merupakan suatu penanganan medis secara invasif yang
dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau
deformitas tubuh yang akan mencederai jaringan yang dapat menimbulkan
perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.
(Syamsuhidajat, 2012).
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh (LeMone & Burke, 2015). Pembedahan dilakukan untuk
mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, cedera atau cacat, serta
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya
dengan obat-obatan sederhana (Potter & Perry, 2012).
2. Indikasi
Menurut Syamsuhidayat (2012), tidakan pembedahan/operasi dilakukan
dengan berbagai indikasi diantaranya adalah :
a. Diagnostik : biopsi atau laparotomy eksploitasi
b. Kuratif : eksisi tumor atau pengangkatan apendiks yang mengalami
inflamasi
c. Reparatif : memperbaiki luka multipel
d. Rekontruksif/kosmetik : mammaoplasty, atau bedah plastik
e. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh : pemasangan selang gastrotomi
a. Klasifikasi operasi
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain :
(Effendy, 2015)
1) Kedaruratan/Emergency: pasien membutuhkan perhatian segera,
gangguan mungkin mengancam jiwa.
7
8
3. Persiapan operasi
Menurut Oswari (2010) ada beberapa persiapan dan perawatan yang harus
dilakukan pasien sebelum operasi adalah sebagai berikut :
a. Persiapan mental
Pasien yang akan dioperasi biasanya akan menjadi agak gelisah dan
takut. Perasaan gelisah dan takut kadang-kadang tidak tampak jelas.
Tetapi kadang-kadang pula, kecemasan itu dapat terlihat dalam bentuk
lain. Pasien yang gelisah dan takut sering bertanya terus–menerus dan
berulang-ulang, walaupun pertanyaannya telah dijawab. Ia tidak mau
berbicara dan memperhatikan keadaan sekitarnya, tetapi berusaha
mengalihkan perhatiannya dari buku. Atau sebaliknya, ia bergerak
terus-menerus dan tidak dapat tidur.
10
B. Anastesi
1. Pengertian
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan
hilangnya reflek . Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut
jenis kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya
kesadaran, sedangakan anestesi regional dan anestesi local menghilangya
rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa menghilangnya kesadaran
(Sjamsuhidajat, 2012).
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh (Morgan, 2013).
2. Tujuan Anastesi
Menurut Brunton, dkk (2011) perkembangan senyawa – senyawa
anestesi disebabkan oleh tiga tujuan umum :
a. Meminimalkan potensi efek membahayakan dari senyawa dan teknik
anestesi
b. Mempertahankan homeostatis fisiologis selam dilakukan prosedur
pembedahan yang mungkin melibatkan kehilangan darah, iskemia
jaringan, reperfusi jaringan yang mengalami iskemia, pergantian
cairan, pemaparan terhadap lingkungan dingin, dan gangguan
koagulasi.
c. Memperbaiki hasil pascaperasi dengan memilih teknik yang
menghambat tau mengatasi komponen – komponen respons stress
pembedahan, yang dapat menyebabkan konsekuensi lanjutan jangka
pendek ataupun panjang.
12
C. Anastesi Inhalasi
1. Pegertian
Anestesi inhalasi merupakan salah satu bentuk dasar anestesi umum
yang sering digunakan. Anestesi inhalasi tersebut menimbulkan efek
sedasi dan pada konsentrasi tinggi menimbulkan efek analgesia serta
relaksasi otot rangka (Pramono, 2015).
Penggunaan anestesi inhalasi mempunyai efek langsung yaitu
penurunan tekanan darah, ini sebagai akibat dari vasodilatasi pembuluh
darah dan depresi kontraktilitas miokardium, sedangkan efek tidak
langsungnya adalah aktivitas sistem saraf simpatis. Penurunan tekanan
darah sering digunakan sebagai tanda untuk menilai kedalaman anestesi
yang sedang berlangsung. Apabila terjadi overdosis dalam pemakaian
anestesi inhalasi, maka akan terjadi hipotensi, aritmia, dan bradikardi,
hingga syok sirkulasi (Soenarto, 2012).
Tidak seperti kelarutan obat yang lain, anestesi inhalasi diserap dan
didistribusikan sebagai akibat dari tekanan gradien dan keseimbangan
ketika tegangan udara inspirasi sama dengan tegangan udara inhalasi di
alveoli, darah, dan jaringan. Di lain pihak, tegangan pada darah
menyebabkan perlawanan yang hebat pada obat-obat inhalasi untuk
memasuki otak, walapun aktivitas anestesi sedang berlangsung (Fenton,
2010).
Ketika penggunaan anestesi inhalasi dihentikan, tegangan alveolar
menurun dan terjadi proses keseimbangan dari jaringan ke vena dan ke
alveoli untuk dilakukan ekspirasi. Oleh karena itu, anestesi inhalasi yang
memiliki koefisien tegang terendah menunjukkan permulaan yang
paling cepat dan pemutusan efek, yang membuat induksi inhalasi
paling cocok untuk kasus-kasus yang memerlukan perubahan intermiten
pada kedalaman anestesi tertentu (Pramono, 2015).
16
2. Isoflurane
Isofluran merupakan halogenasi eter, yang berbentuk cairan, tak
berwarna, tidak ekplosif, tidak mengandung zat pengawet dan relatif
tidak larut dalam darah tetapi cukup iritatif terhadap jalannya
pernafasan. Proses induksinya dan pemulihannya relatif lebih cepat
dibandingkan dengan obat-obatan anestesi inhalasi yang ada saat ini
tetapi masih lebih lambat daripada sevofluran (Mangku dan Senapathi.,
2010). Peningkatan konsentrasi isofluran yang cepat menyebabkan
peningkatan sementara frekuensi denyut jantung, tekanan darah arteri,
dan kadar norepinefrin (Morgan, 2013).
3. Sevoflurane
Sevofluran merupakan suatu cairan jernih, tidak berwarna, mudah
menguap, tidak mudah terbakar dengan bau khas ringan yang
menyerupai eter. Sevofluran stabil pada suhu kamar, memiliki titik didih
sebesar 58,60C dan tekanan uap 157 mm Hg, maka sevofluran dapat
digunakan sebagai standar vaporizer (Soenarto, 2012).
Karakteristik terpenting dari anestesi inhalasi adalah kelarutannya
dalam darah, yang ditunjukkan oleh koefisien pembagi darah/gas.
Dengan koefisien pembagi darah/gas sebesar 0,69, dapat dikatakan
bahwa sevofluran kurang larut dibandingkan dengan anestesi inhalasi
terdahulu, tetapi lebih larut dibandingkan dengan desfluran (0,42) dan
nitrous oxide (0,47) (Eger,1994). Kelarutan sevofluran dalam darah tidak
dipengaruhi oleh umur pasien (Soenarto, 2012).
Turunnya laju jantung tidak selalu berarti depresi pada jantung, namun
kemungkinan karena turunnya tonus simpatis karena anestesia yang
adekuat (Mangku & Senapthi, 2010).
Efek sevofluran terhadap sistem kardiovaskular cukup stabil. Banyak
studi yang membuktikan sevofluran bersifat kardioprotekktif pada bedah
kardiak. Sevofluran dapat menurunkan kontraksilitas otot jantung sehingga
memgurang konsumsi konsumsi oksigen oksigen miokardium,
miokardium, menurunkan menurunkan resistensi vask resistensi vaskular
perifer perifer dan menurunkan tekanan arteri namun, namun efeknya
lebih kecil dibandingkan isofluran isofluran dan desflurane. desflurane.
Sevofluran Sevofluran juga memiliki memiliki efek minimal minimal
dalam menyebabkan bradikardia (Mangku & Senapthi, 2010).
Anestetika inhalasi lebih mudah mencetuskan aritmia. Kecendrungan
ini terutama didapat pada turunan etan (halotan), sedangkan pada turunan
eter (enfluran, isofluran, sevofluran, desfluran) efek ini tetap ada meskipun
sedikit. Banyak penelitian penelitian membuktikan membuktikan bahwa
aritmia aritmia terjadi terjadi jika ada faktor predisposisi, predisposisi,
misaknya kadar katekolamin endogennya tinggi (cemas, kesakitan),
ketidakseimbangan elektrolit, hipoksemia atau hiperkarbia, pemberian
obat-obat tertentu seperti epinefrin atau aminofilin (Latief, 2014).
b) Respirasi
Sevofluran dan isoflurane dapat menekan pernapasan (menurunkan
volume tidal) dan meningkatkan laju napas yang berhubungan dengan
dosis. Sevofluran juga memiliki efek bronkodilatasi sehingga menjadi
pilihan pada an pada pasien dengan maslah pasien dengan maslah jalan
napas, seperti asma, bronkitis, PPOK) (Mangku & Senapthi, 2010)..
c) Serebral
Sama seperti isofluran dan desflurane, sevofluran dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral sehingga meningkatkan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial pada keadaan normocarbia. Namun beberapa studi juga
menunjukkan terjadi penurunan aliran darah otak.
18
5. Keamanan Penggunaan
Secara keseluruhan, isoflurane dan sevofluran dianggap sebagai agen
yang aman. Pada tahun-tahun awal penggunaannya, sejumlah laporan
tentang hipertermia maligna dengan sevofluran diterbitkan. Penelitian pada
hewan menunjukkan bahwa hipertermia maligna yang dipicu sevoflurane
secara substansial lebih rendah daripada agen anestesi volatil lainnya.
Namun studi di Jepang baru-baru ini tidak menemukan bukti bahwa
sevoflurane akan menjadi agen pemicu hipertermia hipertermia maligna
yang lebih lemah dibanding anestetika inhalasi lainnya. Sejak
diperkenalkan dalam praktek klinis, sevoflurane dan isoflurane telah
digunakan dengan aman pada jutaan orang orang, dan laporan laporan
hipertermia hipertermia maligna maligna terkait terkait sevofluran
sevofluran jarang didapatkan.
D. Hemodinamik
1. Definisi
Hemodinamik adalah ilmu yang mempelajari pergerakan darah dan
daya yang berperan di dalamnya. Hemodinamik erat kaitannya dengan
mekanisme sirkulasi darah dalam tubuh (Saputro, 2013). Hemodinamik
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan volume, jantung, dan
pembuluh darah. Hemodinamik ini diatur oleh system saraf simpatik dan
parasimpatik (Katili, 2015).
Sistem peredaran darah terdiri dari jantung dan system pembuluh
darah bercabang yang luas, yang fungsi utamanya adalah transportasi
oksigen, nutrisi dan zat-zat lain serta panas ke seluruh tubuh. Dalam
konteks medis, istilah hemodinamik merujuk pada ukuran dasar fungsi
kardiovaskular, seperti tekanan arteri atau curah jantung (Secomb, 2017).
Evaluasi utama dari kondisi hemodinamik dilakukan dengan menilai
denyut jantung (HR) dan tekanan darah rata-rata (BP) sebagai perfusi
jaringan (Truijen, 2017).
2. Komponen Hemodinamik
Menurut Susanto (2015), hemodinamik adalah ilmu yang
memepelajari peredaran darah dan daya yang berperan di dalamnya.
20
Hal ini agar dapat memberikan penanganan yang optimal. Dasar dari
pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang adekuat seperti
keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan,
mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi
sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa gangguan
fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan
jatuh ke dalam gagal fungsi organ multiple (Erniody, 2013).
5. Pengukuran Hemodinamik
a) Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah
terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang
terkandung di dalam pembuluh dan gaya renggang, atau ditensibilitas
dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut diregangkan).
Pada saat systole ventrikel, satu sisi sekuncup darah masuk ke arteri
dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut
yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Selama diastole,
tidak ada darah yang masuk ke arteri, sementara darah yang terus
keluar dari arteri, didorong oleh recoil elastik. Tekanan maksimal yang
ditimbulkan pada arteri sewaktu darah disemprotkan ke dalam
pembuluh tersebut selama sistole (tekanan sistole), rerata adalah 120
mmHg sedangkan tekanan diastole rerata adalah 80 mmHg. Pada saat
pengukuran tekanan darah rutin merekam tekanan sistolik dan diastolic
arteri yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai tekanan
darah rerata (Sherwood, 2014).
b) Denyut Jantung
Denyut nadi adalah aliran darah yang teraba dengan jelas
diberbagai titik di tubuh. Darah mengalir melalui tubuh dalam suatu
jalur yang terus menerus. Denyut nadi merupakan indikator status
sirkulasi (Potter & Perry, 2012). Denyut nadi adalah kontraksi dari
vertical kiri jantung yang menimbulkan gelombang darah. Ketika arteri
seseorang, seperti yang terjadi karena usia, tekanan yang lebih besar
diperlukan untuk memompa darah ke arteri.
22
Orang laki-laki pada usia tua yaitu 70-77 tahun, mempunyai rata-rata
frekuensi denyut nadi istirahat 67 denyut permenit sedangkan
perempuan 81 denyut permenit (Wijaya & Putri, 2013). Pengaruh
umur terhadap frekuensi denyut nadi istirahat dapat dilihat dari denyut
nadi istirahat. Denyut nadi normal dapat dikategorikan sesuai umur
yaitu: dewasa 60-80, anak 80-100 dan bayi 100-140 (Kasenda, 2014).
c) Pernapasan (Respirasi)
Respirasi adalah gerakan bernapas, yang terdiri dari inspirasi dan
ekspirasi yaitu gerakan dada dan saluran pernapasan pada saat
menghirup dan mengeluarkan udara dalam rongga thoraks. Faktor
yang mempengaruhi pernapasan adalah olahraga, aktivitas, stress
(kecemasan), peningkatan suhu tubuh, dan peningkatan tekanan
intracranial. Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah
16-24 kali/menit, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk
melakukannya, atau tachypnea yaitu pernapasan cepat, frekuensinya
lebih dari 24x/menit, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat,
frekuensinya kurang dari 16x/menit, atau apnea yaitu keadaan
terhentinya pernapasan.
d) Suhu Tubuh
Pemantauan suhu pada pasien kritis merupakan hal yang vital maupun
sering diabaikan dalam penatalaksanaan pasien kritis. Selain menekan
fungsi organ hipotermia menyebabkan koagulopati, meningkatkan
kehilangan darah, dan meningkatkan respon adrenergic yang dapat
menyebabkan ketidakstabilan kardiovaskuler. Suhu tubuh ditentukan
oleh keseimbangan antara produksi panas oleh kontraksi otot dan
pembebasan panas oleh karena evaporasi tubuh. Produksi panas yang
dihasilkan tubuh antara lain berasal dari: metabolism dari makanan
(basal metabolic rate), olahraga, shivering atau kontraksi otot skelet,
peningkatan produksi hormone tiroksin (meningkatkan metabolism
seluler), proses penyakit infeksi, thermogenesis kimiawi (rangsangan
langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari rangsangan langsung
simpatetik.
24
E. Penelitian terkait
1. Penelitian yang dilakukan Fatimah (2012) dengan judul Efek
Anestesi Inhalasi Sevofluran dan Isofluran terhadap Frekuensi Nadi.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.Penelitian ini merupakan analitik observasional
menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan
teknik consecutive sampling, setelah sampel memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Sampel terbagi menjadi dua kelompok,
menggunakan anestesi inhalasi sevofluran dan anestesi inhalasi
sevofluran. Pada penelitian ini mengambil 50 subjek dan dianalisis
menggunakan uji t independen. Hasil penelitian: Dari data penelitian,
didapatkan hasil nilai p pada uji-t independen, nilai p pada fase
frekuensi nadi awal, fase induksi dan fase intubasi adalah 0,04; 0,00;
0,02, untuk fase insisi pada menit ke-5, menit ke-10 dan menit ke-15
adalah 0,02; 0,0; 0,03. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05
dimana hasil tersebut signifikan atau terdapat perbedaan yang
bermakna secara statistik.
A. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Ditelit
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
26
27
B. Variabel Penelitian
1. Definisi Operasional
Tabel 3.2
Defiinisi Operasional
Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
Hemodinamik
Tekanan Tekanan darah Bed set Mengukur 0. Pengukuran Ratio
Darah merupakan gaya yang monitor tekanan darah tekanan
ditimbulkan oleh darah darah
terhadap dinding sebelum
pembuluh, bergantung dilakukan
pada volume darah yang anastesi
terkandung di dalam 1. Pengukuran
pembuluh dan gaya tekanan
renggang, atau darah
ditensibilitas dinding sesudah
pembuluh dilakukan
anastesi
Nadi Nadi adalah aliran darah Bed set Mengukur 0. Pengukuran Ratio
yang teraba dengan jelas monitor nadi nadi
diberbagai titik di tubuh. sebelum
Darah mengalir melalui dilakukan
tubuh dalam suatu jalur anastesi
yang terus menerus. 1. Pengukuran
Denyut nadi merupakan nadi
indikator status sirkulasi sesudah
dilakukan
anastesi
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang telah digunakan adalah penelitian kuantitatif non-
eksperimental dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif
kuantitatif merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-
gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,
mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui gambaran
hemodinamik pasien sebelem dilakukan general anastesi menggunakan
isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun
2021
28
29
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
= presisi (ditetapkan tingkat penyimpangan yang diinginkan
10% dengan tingkat kepercayaan 90%)
Ekslusi:
a) Pasien melakukan keberatan terhadap penelitian
b) Pasien reaktif terhadap covid – 19
30
3. Sampling
Tenik sampling dalam penelitian ini menggunakan tehnik non
probability sampling.
Tehnik non probability sampling yaitu purposive sampling adalah suatu
tenik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2015). Supaya hasil
penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan sampel yang diehendaki
harus sesuai dengan kriteria yang ditetapan. Kriteria ini berupa Kriteria
inklusi ang merupakan atas ciri atau karakter umum pada subjek
penelitian, dikurangi karakter yang masuk dalam kriteria ekslusi yang
telah peneliti lakukan diatas.
D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan protokol
kesehatan, dan menggunakan APD (Alat pelindung diri) level 2. Dalam
penelitian ini pengumpulan data menggunakan data primer dan dalam
penelitian ini peneliti akan mengumpulkan data tentang gambaran
hemodinamik pasien sebelum dan sesudah dilakukan anastesi
menggunakan lembar observasi. Penggunaan data sekunder dalam
penelitian ini yaitu pada data-data penderita penyakit sebelum pelaksanaan
penelitian untuk menentukan kriteria pasien.
E. Rencana Analisa
Analisa data digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dengan
menggunakan program software dimana dilakukan satu macam analisa data,
yaitu analisa univariat. Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk
menggambarkan masing-masing variabel, dalam penelitian ini jenis data yang
menggunakan kategorik seperti jenis kelamin, Pendidikan, serta ditampilkan
dalam bentuk distribusi frekuensi. Sedangkan data penelitian yang berbentuk
numerik seperti usia, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu disampaikan
dalam bentuk mean, median, dan standar deviasi.
F. Etika Penelitian
Penelitian ini tidak bertentangan dengan etik, karena dalam penelitian
ini tidak menggunakan intervensi medis yang berpotensi menimbulkan cidera
pada pasien peneliti memperhatikan isu etik sebagai berikut :
32
1. Self determination
Semua responden dalam penelitian ini diberikan hak otonomi untuk
menentukan keputusan berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam
penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Sebelum intervensi dilakukan peneliti memberikan penjelasan kepada
responden mengenai tujuan penelitian, prosedur serta intervensi yang
dilakukan. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-
hal yang kurang jelas. Selanjutnya responden diberikan kebebasan untuk
menentukan berpartisipasi atau tidak pada penelitian ini secara suksarela
tanpa paksaan
2. Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar ini diberikan kepada responden yang menjadi subjek penelitian
dengan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian
serta menjelaskan akibat-akibat yang terjadi bila bersedia menjadi subjek
penelitian. Apabila responden tidak bersedia, maka peneliti wajib
menghormati hak-hak responden.
3. Non Maleficence
Prinsip berbuat baik, memberikan manfaat yang maksimal dan risiko yang
minimal, dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan efek samping dari
terapi yang diberikan dan tidak menimbulkan komplikasi
4. Justice
Prinsip ini menekankan setiap orang layak mendapatkan sesuatu sesuai
dengan haknya menyangkut keadilan destributif dan pembagian yang
seimbang (equitable). Dalam penelitian ini peneliti tidak berlaku adil dan
tidak akan membeda-bedakan antar, ras, suku, golongan, agama, jenis
kelamin dan umur. Semua responden akan diberlakukan sama
5. Protection from Discomfort
Peneliti mempertahankan aspek kenyamanan responden baik fisik,
psikologis maupun social selama proses penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN
33
34
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang peneliti ukur dalam penelitian ini meliputi
umur, pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaan. Dalam penyajian data
karakteristik responden pada penelitian ini disajikan dalam bentuk frekunsi
dan persentase yang disajikan pada tabel 5.1 berikut :
Pendidikan
SD 22 33.3
SMP 17 25.8
SMA 24 36.4
S1 2 3.0
S2 1 1.5
Jenis Kelamin
Perempuan 31 47.0
Laki-laki 35 53.0
Pekerjaan
Petani 11 16.7
Ibu rumah tangga 18 27.3
Wiraswasta 26 39.4
PNS 4 6.1
Buruh 6 9.1
Honorer 1 1.5
TOTAL 66 100.0
Rata-rata suhu sebelum diberikan anestesi yaitu 36.6 dengan median 36.7
dengan nilai terendah 36.3 dan nilai tertinggi 36.9. rata-rata respirasi
sebelum diberikan anestesi yaitu 21.0 dengan median 21.0 mmHg dengan
niali terndah 20 dan nilai tertinggi 22
TOTAL 66 100.0
A. Karakteristik Responden
Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden pada
penelitian ini memiliki rentang usia dewasa (41-55) yaitu sebanyak 43
(65.2 %) responden hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata pada
responden penelitian memiliki usia yang cukup tua dan lebih dari 40 tahun
sehingga dapat mempengaruhi kondisi hemodinamik pada pasien. Hasil
penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini
lebih bayak yang memiliki pendidikan SMA yaitu 24 (36.4 %) yang
artinya pada responden penelitian rata-rata memiliki pendidikan
menengah, namun pendidikan dalam penelitian ini tidak bermakna atau
mempengaruhi hemodinamik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden pada
penelitian ini lebih bayak yang memiliki jenis kelamin laki-laki 35 (53.0)
yang artinya pada responden penelitian rata-rata memiliki jenis kelamin
laki-laki, namun jenis kelamin dalam penelitian ini tidak bermakna atau
mempengaruhi hemodinamik. Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebagian besar responden pada penelitian ini lebih bayak yang memiliki
pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 26 (39.4 %), yang artinya pada
responden penelitian rata-rata memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta,
namun pekerjaan dalam penelitian ini tidak bermakna atau mempengaruhi
hemodinamik
Salah satu factor yang mempengaruhi penurunan perubahan
hemodinamik adalah usia hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Smith (2015) pada pasien pasca induksi anastesi pada
rentang umur diatas 40 tahun maupun dibawah 40 tahun, tentunya akan
mendapatkan penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik, akibat
farmakologi dari induksi yang menyebabkan depresi pada kardiovaskuler.
Sehingga kondisi usia 20-40 tahun tidak bermakna secara spesifik terhadap
perbedaan rentang penurunan tekanan darah.
39
40
Bila terjadi penurunan tekanan darah yang sangat drastis pada rentang
usia tersebut hingga pasien mengalami hipotensi, maka harus di perhatikan
riwayat penyakit sistemik yang diderita. Namun tentunya penurunan ini
akan lebih sensitif pada usia diatas 40 tahun pasa induksi anastesi. Studi
yang di lakukan Smith (2015) memaparkan bahwa angka morbiditas
penurunan darah pasca induksi anastesi akan di temukan pada usia di atas
60 tahun. Ini tentunya di sebabkan akibat penyakit sistemik yang
menyertai dan juga perfusi yang sudah mulai menurun pada usia diatas 60
tahun. Sehingga angka morbiditas akan meningkat hingga 3,6%.
Sedangkan untuk usia di atas 40 tahun akan terjadi penurunaan tekanan
darah akan bersifat minimal tentunya penurunan ini akibat dari
farmakologi obat anastesi itu sendiri, walaupun pada beberapa kasus
menyebabkan hipotensi yang cukup serius.
Rata-rata nadi sesudah diberikan anestesi yaitu 67.1 dengan median 66.0
dengan niali terndah 58 dan niali tertinggi 80. Rata-rata suhu sesudah
diberikan anestesi yaitu 36.3 dengan median 36.3 dengan nilai terendah
35.7 dan nilai tertinggi 37.0 rata-rata respirasi sebelum diberikan anestesi
yaitu 21.0 dengan median 21.0 mmHg dengan nilai terendah 6 dan nilai
tertinggi 21.
Perubahan pada pasca induksi inhalasi ditemukan pada beberapa
responden hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa
sebagaian besar responden tidak mengalami perubahan tekanan darah yang
bermakna yaitu sebanyak 39 (59.1 %) responden tidak mengalami
perubahan tekanan darah sistolik. Sebagaian besar responden tidak
mengalami perubahan tekanan darah yang bermakna yaitu sebanyak 40
(60.6 %) responden tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik.
Sebagaian besar responden mengalami perubahan nadi yang bermakna
yaitu sebanyak 42 (64.6 %) responden mengalami perubahan nadi yang
bermakna. Keseluruhan responden tidak mengalami perubahan suhu yang
bermakna yaitu tidak mengalami perubahan suhu.Sebagaian besar
responden tidak mengalami perubahan respirasi yang bermakna yaitu
sebanyak 50 (75.8 %) responden tidak mengalami perubahan respirasi
yang bermakna. Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa beberapa
responden mengalami perubahan hemodinamik seperti tekanan darah, nadi
dan respirasi, namun dalam penelitian ini tidak didapatkan perubahan suhu
yang bermakna pada responden penelitian.
Hasil yang sama juga didapatkan oleh penelitian yang dilakukan
Fatimah (2012) dengan judul Efek Anestesi Inhalasi Sevofluran dan
Isofluran terhadap Frekuensi Nadi. Dari data penelitian, didapatkan hasil
nilai p pada uji-t independen, nilai p pada fase frekuensi nadi awal, fase
induksi dan fase intubasi adalah 0,04; 0,00; 0,02, untuk fase insisi pada
menit ke-5, menit ke-10 dan menit ke-15 adalah 0,02; 0,0; 0,03. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 dimana hasil tersebut signifikan atau
terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik.
42
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah proses pengambilan data yang
dilakukan sendirian tanpa dibantu oleh asisten peneliti sehingga jumlah
sampel yang didapatkan kurang besar. Keterbatasan lainya adalah adanya
faktor-faktor lain dalam diri pasien yang mengakibatkan perubahan
hemodinamik tidak dapat diteliti oleh peneliti.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dialkukan didapatkan
kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian, berikut merupakan
kesimpulan dari hasil penelitian ini.
1. Hasil observasi hemodinamik pasien sebelum dilakukan general
anastesi menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai
Abdullah Palembang tahun 2022 yaitu rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum diberikan anestesi yaitu 135.5 mmHg, rata-rata tekanan darah
diastolik yaitu 81.0 mmHg, rata-rata nadi yaitu 82.7 Rata-rata suhu
yaitu 36.6, rata-rata respirasi yaitu 21.0.
2. Hasil observasi hemodinamik pasien sesudah dilakukan general anastesi
menggunakan isoflurane dan sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah
Palembang tahun 2022 yaitu rata-rata tekanan darah sistolik 108.8
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik yaitu 68.4 mmHg. Rata-rata
nadi yaitu 67.1. Rata-rata suhu sesudah diberikan anestesi yaitu 36.3
dan rata-rata respirasi yaitu 21.0.
3. Hasil penelitian diketahui perubahan hemodinamik pasien sebelum dan
sesudah dilakukan general anastesi menggunakan isoflurane dan
sevoflurane di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2022 yaitu
sebanyak 39 (59.1 %) responden tidak mengalami perubahan tekanan
darah sistolik dan sebanyak 40 (60.6 %) responden tidak mengalami
perubahan tekanan darah diastolik. Sebagaian besar responden
mengalami perubahan nadi yang bermakna yaitu sebanyak 42 (64.6 %)
responden mengalami perubahan nadi yang bermakna.Keseluruhan
responden tidak mengalami perubahan suhu yang bermakna yaitu
sebanyak 66 (100.0 % %) Sebagaian besar responden tidak mengalami
perubahan respirasi yang bermakna yaitu sebanyak 50 (75.8 %)
responden.
46
47
B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit
Peneliti menyarankan untuk tempat penelitian untuk dapat
melakukan pemilahan pasien-pasien yang berisiko tinggi memiliki
perubahan hemodimik dan melakukan skrining tersebut sehingga pada
saat pelaksanaan induksi khusunya induksi serta dapat meminimalisir
induksi inhalasi pada pasien yang memiliki umur cukup tua seperti
pasien yang memiliki usia > 60 tahun
2. Untuk Pasien
Pasien diharapkan dapat tenang ketika dalam proses persiapan
anestesi dan proses induksi serta tidak mengalami kecemasan yang
berlebih agar tidak mengalami perubahan hemodimik yang semakin
berarti pada proses induksi inhalasi.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian dengan mencari
faktor-faktror yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan
hemodinamik pada pasien pasca induksi inhgalasi dan melakukan
penelitian secara eksperimental.
48
DAFTAR PUSTAKA
LeMone & Burke (2015). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta:
EGC
INFORMED CONSENT
(Sucitaria) (…………………………..)
Saksi
(……………………………….)
51