Anda di halaman 1dari 64

SKRIPSI

GAMBARAN MANAJEMEN PENATALAKSANAAN


KOMPLIKASI INTRA OPERASI PADA TINDAKAN
ANESTESI SAB DI RSUD LANTO DG PASEWANG

SYAMSINAR
2014301148

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI DAN
KESEHATAN
BALI DENPASAR
2021

i
SKRIPSI

GAMBARAN MANAJEMEN PENATALAKSANAAN


KOMPLIKASI INTRA OPERASI PADA TINDAKAN
ANESTESI SAB DI RSUD LANTO DG PASEWANG

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes)
Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan
Bali

Diajukan Oleh:
SYAMSINAR
NIM. 2014301148

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI DAN
KESEHATAN
BALI DENPASAR
2021

ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi penelitian dengan judul “Gambaran Manajemen Penatalaksanaan


Komplikasi Intra Operasi Pada Tindakan Anestesi SAB Di RSUD Lanto Dg
Pasewang”, telah mendapatkan persetujuan pembimbing untuk diajukan
dihadapan tim penguji skripsi pada program D IV Keperawatan Anestesiologi
Institut Tehnologi Dan Kesehatan Bali.

Jeneponto, 21 Juli 2021


Pembimbing I
Pembimbing II

Ns. I Gusti Ayu Rai Rahayuni, S.Kep, MNS Ns.I Gusti Agung Tresna Wicaksana, S.Kep, M.Kep
NIDN.0806048001 NIDN.1819088503

iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Penguji pada Program Studi D IV
Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Jeneponto, 21 Juli 2021

Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Rektor ITEKES Bali


Nomor : DL.02.02.1925.TU.X.20
Ketua :1. I Gede Putu Darma Suyasa,S.Kep.,M.Ng.,Ph.D

Anggota :1. Ns. I Gusti Ayu Rai Rahayuni, S.Kep, MNS


NIDN. 0806048001

2. Ns.I Gusti Agung Tresna Wicaksana, S.Kep, M.Kep


NIDN. 1819088503

iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Gambaran Manajemen Penatalaksanaan Komplikasi Intra


Operasi Pada Tindakan Anestesi SAB Di RSUD Lanto Dg Pasewang”, telah
disajikan di depan dewan penguji pada tanggal 23 Juli 2021 telah diterima serta
disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan Rektor Institut Teknologi dan
Kesehatan Bali.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Gambaran Manajemen Penatalaksanaan Komplikasi Intra Operasi Pada
Tindakan Anestesi SAB Di Rsud Lanto Dg Pasewang”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
ibu Ns. I Gusti Ayu Rai Rahayuni, S.Kep, MNS sebagai pembimbing I dan ibu I
Gusti Agung Tresna Wicaksana sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan arahan dan bantuan untuk proses pembuatan skripsi ini, penulis juga
banyak mendapatkan bantuan dari semua pihak sehingga skripsi ini bisa
diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
yang memberikan dukungan kepada penulis.
3. Bapak dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An selaku Ketua Program Studi D IV
Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral kepada
penulis.
4. Bu IGA Rai Rahayu, S.Kep, MNS. Selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak I Gusti Agung Tresna Wicaksana, S.Kep, M.Kep. Selaku pembimbing
II yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Bapak I Ketut Swarjana,SKM.,MPH Selaku penguji yang memberikan saran
dan masukan demi penyempurnaan skripsi ini
7. Seluruh keluarga terutama Almarhum Ibu, Bapak dan Adik yang banyak
memberikan dukungan serta dorongan moral dan materiil hingga selesainya
skripsi ini.

vi
8. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu satu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
9.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna, untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.

Jeneponto, 2021
Penulis

vii
GAMBARAN MANAJEMEN PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI INTRA OPERASI PADA TINDAKAN
ANESTESI SAB DI RSUD LANTO DG PASEWANG

SYAMSINAR
Fakultas Kesehatan
Program Studi DIV Keperawatan Anestesiologi
Institute Teknoligi Dan Kesehatann Bali
Email: syamsinarchinda82@gmail.com

LATAR BELAKANG: Pembedahan atau operasi merupakan tindakan


pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan ditangani dan diakhiri dengan penutupan serta penjahitan
luka. Jenis anestesi digolongkan menjadi anestesi umum, anestesi lokal dan
anestesi regional. Dampak Anestesi spinal yang ada di antaranya relative murah,
pengaruh sistemik minimal, menghasilkan analgesiad kuat dan kemampuan
mencegah respon stress , Sehingga perlu manajemen penatalaksanaan komplikasi
anastesi intra anastesi.

METODE: Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. Populasi dalam penelitian sebanyak 43 dan sampel 39 responden.
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 April- 10 Mei 2021.

HASIL: Gambaran manajemen komplikasi intra operasi pada tindakan anastesi


dimana mengalami penurunan tekanan darah <90/60 mmHg yaitu sebanyak 39
responden (100%), kondisi mual dan muntah lebih banyak pasien tidak muntah
sebanyak 24 responden (61,5%). Manajemen penatalaksanaan loading cairan
asering paling banyak yaitu 27 reponden (69.2%) dan loading cairan asering
disertai pemberian Efedrin 12 responden (38,5%).

KESIMPULAN: Gambaran manajemen pelaksanaan komplikasi intra operasi


pada tindakan anastesi lebih banyak pemberian loading cairan asering sebanyak
27 responden (69,2%) dan loading cairan asering disertai pemberian Efedrin
sebanyak 12 responden (30,8%)

Kata Kunci: Manajemen Penatalaksanaan, Komplikasi Intra Operasi, Tindakan


Anastesi

viii
OVERVIEW OF MANAGEMENT OF INTRA OPERATIONAL
COMPLICATIONS IN SAB ANESTHESIA MEASURES
AT LANTO DG PASEWANG HOSPITAL

SYAMSINAR
Faculty of Health
Diploma IV of Nursing Anesthesiology T
he Institute of Technology and Health Bali
Email: syamsinarchinda82@gmail.com

ABSTRACT

BACKGROUND: Surgery or surgery is a treatment action that uses an invasive


method by opening or displaying the body part to be treated and ending with
closure and suturing of the wound. Types of anesthesia are classified into general
anesthesia, local anesthesia and regional anesthesia. The effects of existing spinal
anesthetics include relatively inexpensive, minimal systemic effects, produce
strong analgesia and the ability to prevent the stress response, so it is necessary to
manage the complications of intra-anesthesia anesthesia.

METHODS: The method used in this research is descriptive research method.


The population in the study was 43 and a sample of 39 respondents. The time of
the research was carried out on April 20 - May 10, 2021.

RESULTS: Overview of management of intraoperative complications during


anesthesia where blood pressure decreased <90/60 mmHg, as many as 39
respondents (100%), more patients with nausea and vomiting did not vomit as
many as 24 respondents (61.5%). The most frequent management of fluid loading
was 27 respondents (69.2%) and loading fluid frequently accompanied by
Ephedrine was 12 respondents (38.5%).

CONCLUSION: The description of the management of intraoperative


complications in anesthesia is more than 27 respondents (69.2%) loading fluid
with frequent administration and 12 respondents (30.8%) administering
Ephedrine.

Keywords: Management, Intraoperative Complications, Anesthesia Action

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN.............................................................................i
HALAMAN SAMPUL DENGAN SPESIFIKASI..............................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI......................................iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT .........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LatarBelakang.....................................................................................1
B. RumusanMasalah................................................................................5
C. TujuanPenelitian.................................................................................5
D. ManfaatPenelitian...............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7
A. Konsep Anestesi Spinal......................................................................7
B. Komplikasi Anestesi Spinal................................................................9
C. Kerangka Teori.................................................................................13

BAB III KERANGKA KONSEP,.....................................................................14

A. Kerangka Konsep..............................................................................14
B. Variabel Penelitian............................................................................14
C. Definisi Operasional.........................................................................15
BAB IV METODELOGI PENELITIAN.........................................................17
A. Desain Penelitian..............................................................................17

B. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................17


x
DAFTAR ISI
C. Populasi dan Sampel.........................................................................17
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi............................................................17
E. Pengumpulan Data............................................................................19
F. Pengolahan Data dan Analisa Data...................................................20
G. Etika Penelitian.................................................................................21
BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................23
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................23
B. Gambaran Karakteristik Umum Responden.....................................25
C. Gambaran Komplikasi Intra Anastesi SAB......................................27
D. Gambaran Manajemen Penatalaksanaan Intra Anastesi SAB..........27
BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................28
A. Gambaran Karakteristik Umum Responden.....................................28
B. Gambaran Komplikasi Intra Anastesi SAB......................................29
C. Gambaran Manajemen Penatalaksanaan Intra Anastesi SAB..........30
D. Keterbatasan Penelitian.....................................................................31
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN............................................................28
A. Kesimpulan.......................................................................................32
B. Saran.................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Table 3.1 :Tabel 3.1 Defisi operasional Variabel............................................15
Table 5.1 :Karakteristik Umum Responden....................................................25
Table 5.2 :Gambaran Komplikasi Intra Anastesi SAB...................................26
Table 5.2 :Gambaran Penatalaksanaan Intra Anastesi SAB...........................26

xi
i
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 : Gambar Kerangka Teori.................................................13

xii
i
Daftar Lampiran

Lampiran 1. Lembar Observasi Penelitian


Lampiran 2. Master Tabel Penelitian
Lampiran 3. Olah Data SPSS Deskriptif
Lampiran 4. Ijin Penelitian dari ITKES Bali
Lampiran 5. Ijin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal Sulsel
Lampiran 6. Ijin Penelitian dari Dinas Perizinan Jeneponto
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Meneliti
Lampiran 8. Bukti Bimbingan Proposal/Hasil Skripsi

xiv
Daftar Singkatan

SAB : Subaraknoid Block


IRT : Ibu Rumah Tangga
IV : Intra Vena
NAcl : Natrium Clorida
POVN : Post Operative Nausea Vomiting

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah


SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SC : Sectio Sesaria
Dg : Daeng

WHO : World Heath Organisation

xv
2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani dan diakhiri dengan penutupan serta penjahitan luka
melalui tahap perioperatif (Sjamsuhidajat, 2010). Jenis anestesi digolongkan
menjadi anestesi umum, anestesi lokal dan anestesi regional. Anestesi regional
adalah anestesi pada sebagian tubuh, keadaan bebas nyeri tanpa kehilangan
kesadaran. Namun sekarang ini anestesi regional semakin berkembang dan
meluas pemakaiannya di bandingkan anestesi umum. Karena anestesi umum
bekerja hanya menekan aksis hipotalamus pituitary adrenal, sementara anestesi
regional bekerja menekan transmisi impuls nyeri dan menekan saraf otonom
eferen ke adrenal (Sarwono, 2008).
Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada
tubuh dan terdiri dari tiga fase yaitu praoperatif, intra operatif, dan pasca
operatif. Tiga fase ini secara bersamaan disebut fase perioperative. Fase intra
operatif dimulai saat klien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir ketika
klien masuk ke unit perawatan pasca operatif (PACU), yang juga disebut ruang
pasca Anestesi atau ruang pemulihan. Aktivitas keperawatan yang termasuk
kedalam fase ini antara lain berbagai prosedur khusus yang dirancang untuk
menciptakan dan mempertahankan lingkungan terapeutik yang aman untuk
klien dan tenaga kesehatan (Kozier, 2011).
World Heath Organisation (WHO) telah mengenalkan patient safety
surgery saves live untuk meningkatkan keselamatan pasien pada tindakan
pembedahan/anestesi serta menurunkan komplikasi dan kematian karena
tindakan pembedahan/anestesi level nasional diadopsi oleh 25 negara di dunia.
Anestesi spinal atau Sub Arachnoid Blok (SAB) merupakan salah satu teknik
anestesi regional dengan cara penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang 2
subarachnoid di regio lumbal antara vertebra Lumbalis 2-3, Lumbalis 3-4,

1
2

Lumbalis 4-5 menggunakan teknik (midline/median atau paramedian) dengan


jarum spinal yang sangat kecil dengan tujuan untuk mendapatkan ketinggian
blok atau analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka.
Blokade sensorik dan motorik secara memuaskan tercapai dalam 12-18 menit
(Mangku, 2010).
Anestesi spinal atau Sub Arachnoid Blok (SAB) yang dilakukan peneliti
dunia di 56 negara tahun 2004 di dapatkan hasil yang diperkirakan jumlah
pembedahan dan anestesi sekitar 234 juta pertahun, hampir dua kali lipat
melebihi angka kelahiran per tahun. Studi pada negara-negara industri, angka
kejadian komplikasi tindakan pembedahan dan anestesi diperkirakan 3-16%
dengan kematian 0,4-0,8%. Tingginya angka komplikasi dan kematian
seharusnya menjadi perhatian kesehatan global, dengan asumsi angka
komplikasi 3% dan angka kematian 0,5%, hampir tujuh juta pasien mengalami
komplikasi mayor termasuk satu juta orang meninggal dunia selama atau
setelah tindakan pembedahan dan anestesi setiap tahun (WHO, 2012).
Anestesi spinal atau Sub Arachnoid Blok (SAB) yang didapatkan dari
data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadi
Anestesi spinal atau Sub Arachnoid Blok (SAB) kecenderungan lebih banyak
peningkatan pada operasi sectio caesarea di Indonesia dari tahun 1991 sampai
tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 %. Hasil Riskesda tahun 2013 menunjukkan kelahiran
dengan metode operasi sectio caesarea sebesar 9,8% dari total 49.603 kelahiran
sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI
Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%) (Sihombing, 2017).
Angka kejadian sectio caesarea dengan menggunakan anestesi spinal di
Indonesia pada tahun 2004 yaitu 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,5% dan pada
tahun 2006 sebesar 53,6%. Menurut survey nasional pada tahun 2009 terdapat
921.000 persalinan dengan sectio caesarea dari 4.039.000 persalinan atau
sekitar 22,8% dari seluruh persalinan (Rahayu, 2014). Data yang didapatkan
oleh peneliti di RSUD Lanto DG Pasewang, kabupaten jeneponto, provinsi
Sulawesi selatan, diperoleh informasi bahwa jumlah operasi selama 6 bulan
3

terakhir dengan pelayanan tindakan anestesi berjumlah 1.089 kasus dimana


untuk anestesi regional anestesi spinal berjumlah 708 kasus.
Anestesi spinal atau Sub Arachnoid Blok (SAB) memiliki pengaruh
yang memberikan keuntungan yang menggunakan Anestesi tersebut. Anestesi
spinal yang ada di antaranya relative murah, pengaruh sistemik minimal,
menghasilkan analgesi adekuat dan kemampuan mencegah respon stress. Salah
satu teknik anestesi regional yang pada umumnya dianggap sebagai salah satu
teknik yang paling dapat di andalkan adalah anestesi spinal. Anestesi spinal
biasanya di gunakan pada tindakan yang melibatkan tungkai bawah, panggul,
dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus seperti bedah
endoskopi urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang panggul, bedah
obstetric, dan bedah anak. Anestesi spinal pada bayi dan anak kecil dilakukan
setelah bayi ditidurkan. Anestesi spinal adalah pilihan utama untuk kebanyakan
pasien sectio caesarea.
Komplikasi pada intra operasi pada Anestesi spinal yaitu salah satunya
komplikasi anestesi spinal yang paling sering terjadi adalah hipotensi
(penurunan tekanan darah), bradikardi (penurunan denyut nadi), sesak napas
(high spinal), blokade total spinal (medula-servikal), nausea dan vomitus (mual
dan muntah) (Sarwono, 2008). Menurut Penelitian Rahayu (2014) mengatakan
bahwa RS Woodward Palu (2009) sebanyak 121 pasien yang menjalani sectio
caesarea menggunakan anestesi spinal, sekitar 85% mengalami hipotensi
terutama pada 1 sampai 20 menit sesudah penyuntikan. Akibat dari hipotensi
menyebabkan pasien merasa tidak nyaman yaitu mual, pusing dan sakit kepala.
Hipotensi biasanya terjadi pada 15 sampai 20 menit pertama sesudah
penyuntikan subarachnoid. Insiden terjadinya hipotensi spinal cukup
signifikan. Pada beberapa penelitian menyebutkan insidennya mencapai 8-
33%. Nausea dan muntah karena hipotensi, hipoksia, tonus parasimpatis
berlebihan, pemakaian obat narkotik, reflek karena traksi pada traktus
gastrointestinal serta komplikasi delayed, pusing kepala pasca pungsi lumbal
merupakan nyeri kepala dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan
posisi dari tidur ke posisi tegak. Mulai terasa pada 24-48 jam pasca pungsi
4

lumbal, dengan kekerapan yang bervariasi. Pada orang tua lebih jarang dan
pada kehamilan meningkat.
Efek samping kardio vaskuler, terutama hipotensi dan bradikardi adalah
perubahan fisiologis yang paling penting dan sering pada anestesi spinal.
Pemahaman tentang mekanisme homeostasis yang bertujuan untuk mengontrol
tekanan darah dan denyut jantung penting untuk merawat perubahan kardio
vaskuler terkait dengan anestesi spinal. Perubahan frekuensi denyut nadi
merupakan salah satu tanda vital pada anestesi spinal. Frekuensi denyut nadi
yang tidak stabil dapat menyebabkan bradikardi apabila terdapat penurunan
frekuensi denyut nadi yang berlebihan (Liguori, 2007).
Blokade Total Spinal/Spinal Tinggi Total Spinal blokade medula
spinalis sampai ke cervical oleh suatu obat lokal anestesi, Jarang terjadi jika
dosis yang disarankan untuk obat lokal anestesi digunakan, Faktor pencetus
pasien mengejan, dosis obat lokal anestesi yang digunakan, posisi pasien
terutama bila mengunakan obat hiperbarik, Sesak nafas dan sukar bernafas
merupakan gejala utama dari blok spinal tinggi, Sering disertai dengan mual,
muntah, precordial discomfort dan gelisah, Apabila blok semakin tinggi,
penderita menjadi apnea, kesadaran menurun disertai hipotensi yang berat dan
jika tidak ditolong akan terjadi henti jantung.
Survey awal yang dilakukan di ruang operasi saat menggunakan
anestesi spinal yang mengalami komplikasi intra operasi pada tanggal 10
November sampai dengan 17 November 2020 didapatkan diruang operasi 7
pasien yang menjalani sectio caesarea mengalami hipotensi 4 orang,
mengalami (mual/muntah) 3 orang, beberapa manajemen penatalaksaan yang
dilakukan oleh perawat Anestesi yaitu loading cairan Asering dan pemberian
Obat Epedrin untuk menjaga keselamatan pasien pada intra operasi.
Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul
“Gambaran Manajemen Penatalaksanaan Komplikasi Intra Operasi pada
Tindakan Anestesi SAB di RSUD Lanto Dg Pasewang”.
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Manajemen
Penatalaksanaan Komplikasi Intra Operasi pada Tindakan Anestesi SAB di
RSUD Lanto Dg Pasewang ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Manajemen Penatalaksanaan
Komplikasi Intra Operasi pada Tindakan Anestesi SAB di RSUD Lanto
Dg Pasewang”.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien di RSUD Lanto Dg Pasewang
Kabupaten jeneponto
b. Untuk mengetahui penatalaksanaan hipotensi dan mual muntah setelah
penyuntikan SAB dan komplikasinya di RSUD Lanto Dg Pasewang
Kabupaten Jeneponto

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Lanto DG Pasewang
Perawat sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
profesionalisme di bidang keperawatan terkhusus keperawatan anestesi
dan memberikan masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan.
2. Bagi Penata Anastesi
Menjadi acuan bagi penata anestesi dalam menjalankan peran sebagai
pendidik, peneliti, advokasi dalam memberikan intervensi asuhan
keperawatan perioperatif atau anestesi (Sign In, Time Out dan Sign Out)
yang merupakan tanggung jawab dan wewenangnya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kontribusi pengembangan ilmu, pengetahuan dan skill
tentang gambaran manajemen penatalaksanaan komplikasi intra operasi
pada tindakan anestesi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
6

kesehatan terkhusus keperawatan anestesi SAB di RSUD Lanto DG


Pasewang.
4. Bagi Peneliti Lainya
Sebagai referensi untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan
mahasiswa terutama tentang gambaran manajemen penatalaksanaan
komplikasi intra operasi pada tindakan anestesi SAB di RSUD Lanto DG
Pasewang.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anestesi Spinal


1. Defenisi Anestesi Spinal
Anestesi spinal (subarachnoid) adalah anestesi regional dengan
tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.
Anestesi spinal/subarachnoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal
intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal dihasilkan bila kita
menyuntikkan obat analgesik lokal ke dalam ruang sub araknoid di daerah
antara vertebra L2 - L3 atau L3 - L4 atau L4 - L5. Jarum spinal hanya dapat
di insersikan di bawah lumbal 2 dan di atas vertebra sakralis. Batas atas ini
dikarenakan adanya ujung medula spinalis dan batas bawah dikarenakan
penyatuan vertebra sakralis yang tidak memungkinkan dilakukan insersi
(Abidin, 2008).
Hal-hal yang mempengaruhi anestesi spinal ialah jenis obat, dosis obat
yang di gunakan, efek vasokontriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan
intra abdomen, lengkung tulang belakang, operasi tulang belakang, usia
pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat. Anestesi spinal dapat
diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai bawah, panggul, dan
perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus seperti bedah
endoskopi urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang panggul, bedah
obstetric, dan bedah anak. Anestesi spinal pada bayi dan anak kecil dilakukan
setelah bayi ditidurkan (Mansjoer, 2010).
Langkah–langkah dalam melakukan Anestesi spinal antara lain pasien
duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi termurah untuk
tindakan punksi lumbal. Pasien duduk ditepi meja operasi dengan kaki pada
kursi, bersandar kedepan dengan tangan menyilang kedepan. Pada pasien
dekubitus lateral pasien tidur berbaring dengan salah satu sisi tubuh berada di
meja operasi. Posisi permukaan jarum ditentukan kembali yaitu di daerah
vertebra lumbalis (interlumbal). Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis kulit
8

daerah punggung pasien. Lakukan penyuntikan jarum spinal ditempat


penusukan pada bidang medial dengan sudut 10◦ – 30◦ terhadap bidang
horizontal kearah cranial. Jarum lumbal akan menembus ligamentum
supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, lapisan
duramater dan lapisan subaraknoid. Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan
menetes keluar. Suntikan obat anestetik local yang telah di siapkan kedalam
ruang subaraknoid. Kadang–kadang untuk memperlama kerja obat
ditambahkan vasokonstriktor seperti adrenalin (Mansjoer, 2010).
2. Indikasi Anestesi Spinal
Anestesi spinal merupakan teknik Anestesi regional yang baik untuk
tindakan-tindakan:
a. Bedah ekstremitas bawah
b. Bedah panggul
c. Tindakan sekitar rectum perenium
d. Bedah obstetric ginekologi, Bedah urologi
e. Bedah abdomen bawah
3. Kontra Anestesi Spinal
a. Absolute
1) Kelainan pembekuan Bahayanya adalah bila jarum spinal menembus
pembuluh darah besar, perdarahan dapat berakibat penekanan pada
medula spinalis.
2) Koagulopati atau mendapat terapi koagulan
3) Tekanan intrakranial yang tinggi menyebabkan turunnya atau
hilangnya liquor sehingga terjadi penarikan otak.
4) Pasien menolak
5) Infeksi kulit pada daerah pungsi
6) Fasilitas resusitasi minim
7) Kurang pengalaman atau tanpa konsultan anestesi
b. Relative
1) Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)
2) Infeksi sekitar tempat suntikan
9

3) Nyeri punggung kronis


4) Kelainan neurologis
5) Penyakit saluran nafas Blok spinal medium atau tinggi dapat
menurunkan fungsi pernapasan
6) Penderita psikotik, sangat gelisah, dan tidak kooperatif ( kelainan
psikis )
7) Distensi abdomen Anestesi spinal menaikkan tonus kontraktilitas
usus yang di khawatirkan dapat mengakibatkan perforasi usus
8) Bedah lama, Penyakit jantung

B. Komplikasi Anestesi Spinal

1. Hipotensi

Tekanan darah yang turun setelah anestesi spinal biasanya terjadi


pada 10 menit pertama setelah suntikan, sehingga tekanan darah perlu di
ukur setiap 2 menit selama periode ini. Jika tekanan darah sistolik tekanan
darah yang normal adalah berkisar antara 90 mmHg sampai 120 mmHg
untuk tekanan sistolik sedangkan untuk tekanan diastolik adalah sekitar 60
mmHg sampai 80 mmHg. Tekanan darah dibawah 90/60 mmHg
dikategorikan sebagai hipotensi (Hypotension) atau tekanan darah rendah
atau terdapat gejala-gejala penurunan tekanan darah, maka kita harus
bertindak dengan cepat untuk untuk menghindari cedera pada ginjal,
jantung dan otak. Juga berikan oksigen dan naikkan tetesan infus, anda
harus memberikan 1 liter cairan untuk memperbaiki tekanan darah. Jika
denyut jantung < 65 kali per menit, berikan atropine 0,5 mg intravena.
Berikan vasokonstriktor seperti efredin 15-25 mg intravena dan 15-25 mg
intramuskuler. Jarang terjadi, blok spinal total dengan Anestesi dan
paralisis seluruh tubuh. Pada kasus demikian, kita harus melakukan dan
intubasi dan melakukan ventilasi paru, serta berikan penanganan seperti
pada hipotensi berat. Dengan cara ini, biasanya blok spinal total dapat
teratasi dalam 2 jam (Michael, 2012).
10

Hipotensi sering terjadi selama anestesi spinal, terutama akibat blok


preganglion vasomotor efferent sistim saraf simpatis dan kehilangan
kompensasi vasokonstriksi eketremitas bawah. Berkurangnya preload
(venodilatasi) menunjukkan menurunnya curah jantung; berkurangnya
tonus arteriole sedikit kontribusinya terhadap terjadinya hipotensi, kecuali
tahanan pembuluh darah perifer meningkat sebelum anestesi spinal. Blok
serat kardioakselator pada T1- T4 menyebabkan bradikardi dan kehilangan
kontraktilitas. Terapi hipotensi dimulai dengan tindakan yang cepat seperti
koreksi posisi kepala, pemberian cairan intravena dan pemberian
vasopressor sesuai kebutuhan. Jika cairan yang diberikan tidak dapat
mengoreksi bradikardi atau kontraktilitas melemah, terapi yang
disukaiuntuk spinal hipotensi adalah kombinasi cairan untuk mengoreksi
hipovolemi dengan alfa dan beta adrenergik agonis (seperti efedrin) dan
atropin (untuk bradikardi) tergantung pada situasi (Besrnards 2001).
2. Anestesi spinal tinggi dan Blokade total spinal
Pasien dengan tingkat Anestesi yang tinggi dapat mengalami kesulitan
dalam pernapasan. Harus di bedakan secara hati- hati apa penyebabnya untuk
memberikan terapi yang tepat. Harus semua dipsnea tidak di sertai paralysis
otot pernapasan tetapi adalah kehilangan sensasi proprioseptif tersebut
mengakibatkan dipsnea walaupun fungsi otot pernapasan dan pertukaran gas
adekuat. Total spinal adalah blockade dari medulla spinalis sampai ke
servikal oleh suatu obat local Anestesi. Factor pencetus pasien mengejan,
dosis obat local Anestesi yang di gunakan, posisi paien terutama bila
menggunakan obat hiperbarik. Sesak nafas dan sukar bernafas merupakan
gejala utama dari blok spinal tinggi. Sering di sertai mual, muntah, precordial
discomfort dan gelisah. Apabila blok semakin tinggi penderita menjadi apnea,
kesadaran menurun disertai hipotensi yang berat dan jika tidak ditolong akan
terjadi henti jantung (Besrnards 2001).
3. Henti jantung tiba-tiba
Henti jantung yang tiba-tiba dilaporkan pada pasien yang mendapatkan
spinal anestesi. Pasien yang mendapat sedatif dan hipotensi sampai tejadinya
11

henti jantung yang tiba-tiba terbukti sulit untuk diterapi. Respon


kardiovaskuler terhadap hiperkarbia dan hipoksia kerana sedatif dan narkotik
mengakibatkan pasien tidak mempunyai respon terhadap hipoksemia yang
progresif, asidosis dan hiperkarbia Henti jantung dapat dihindari dengan
beberapa langkah sebagai berikut pertama opioid harus digunakan dengan
perhatian yang tinggi selama anestesi spinal. Kedua, semua pasien yang
menjalani anestesi spinal dibutuhkan suplemen oksiegen dan pemantauan
dengan pulse oxymetri. Ketiga, hipotensi dan bradikardi dibutuhkan terapi
segera untuk memelihara curah jantung. Keempat, seharusnya pasien yang
mengalami episode hipotensi dan henti jantung yang tiba-tiba merupakan
indikasi segera dan tepat mendapatkan terapi oksigen, hiperventilasi,
epinefrin dosis tinggi (0,1-1 mg) dan sodium bikarbonat jika ada indikasi
(Besrnards 2001).
a. Penangan:
1) Usahakan jalan napas tetap bebas, kadang diperlukan bantuan napas
lewat face mask
2) Jika depresi pernapasan makin berat (blok motor C3-5 dengan
paralysis nervus phrenikus) perlu segera dilakukan intubasi
endotrakeal dan control ventilasi untuk menjamin oksigenasi yang
adekuat
3) Bantuan sirkulasi dengan dekompresi jantung luar diperlukan bila
terjadi henti jantung
4) Pemberian cairan kristaloid 10-20 ml/kgBB diperlukan untuk
mencegah hipotensi
5) Jika hipotensi tetap terjadi atau jika pemberian cairan yang agresif
harus dihindari maka pemberian vasopresor merupakan pilihan seperti
adrenalin dan sulfas atropine.
4. Mual dan Muntah
Mual selama anestesi spinal biasa terjadi oleh karena hipoperfusi
serebral atau tidak terhalanginya stimulus vagus usus. Biasanya mual adalah
tanda awal hipotensi. Bahkan blok simpatis mengakibatkan tak terhalangnya
12

tonus parasimpatis yang berlebihan pada traktus gastrointestinal (Besrnards


2001).
a. Mual dan muntah umumnya dapat terjadi karena:
1) Hipotensi
2) Adanya aktifitas parasimpatis yang menyebabkan peningkatan
peristalyik usus
3) Tarikan nervus dan pleksus khususnya N vagus d. Adanya empedu
dalam lambungoleh karena relaksasi pylorus dan spincter ductus
biliaris
4) Factor psikologis
5) Hipoksia
b. Penangan :
1) Untuk menangani hipotensi : loading cairan kristaloid atau koloid
10-20 ml/kgBB kristaloid
2) Pemberian bolus efedrin 5-10 mg IV
3) Oksigenasi yang adekuat untuk mengatasi hipoksia.
4) Dapat juga diberikan anti emetik.
5) Atropin dapat memperbaiki refleks mual dimana tekanan darah dan
curah jantung telah diperbaiki.
13

5. Kerangka Teori

Anestesi

Anestesi Regional
a. Hipotensi
Aneste b. Mual muntah
si
Umu
Anestesi Spinal
Komplikasi Anestesi Epidural

c. Anestesi spinal tinggi


dan Blokade total
Gambaranspinal
Manajemen
Penatalaksanaan Hipotensi
Tiba-tibadan
Gambar 2.1 : d. Henti Jantung
Manajemen Penatalaksanaan
Mual Muntah
Hipotensi dan Mual Muntah
Sumber : (Mansjoer, 2010), (Besrnards 2001), (Michael, 2012).
14

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah, dan dalam penelitian ini
kerangka konsep yang akan mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian
(Hidayat, 2010).
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya Menurut Sugiyono (2013)
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent).
Variabel terikat (dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (independent). Dalam penelitian
ini penulis mengelompokan menjadi dua variabel yaitu:
1. Variabel Independent
variabel bebas (independent). sebagai berikut :
a. Tindakan Anestesi SAB
2. Variabel Dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel terikat (dependent). Variabel dependent di
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manajemen Penatalaksanaan KomplikasiIntra Operasi SAB : Hipotensi
b. Manajemen Penatalaksanaan Komplikasi Intra Operasi SAB: Mual dan
Muntah.
15

C. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional


berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (Hidayat, 2012).
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Manajemen Pelaksanaan Komplikasi Intra
Operasi Pada Tindakan Anastesi SAB Di RSUD Lanto Dg Pasewang.

Cara ukur Hasil ukur Skal


Variabel a
Dependen Defenisi Alat ukur
NO
operasional ukur

1 Komplikasi Tekanan darah alat Lembar <90/60 mmHg Nom


intra operasi yang turun patient ceklis dikategori inal
SAB : setelah monitor Patient hipotensi
Hipotensi anestesi spinal : monitor :
biasanya Tekana Tekanan 120/80 mmHg
terjadi pada 10 n darah darah Dikategori
menit pertama Normal
setelah
suntikan,
sehingga
tekanan darah
perlu di ukur
setiap 2 menit
selama periode
ini. Jika
tekanan darah
<90/60mmHg
dikategori
hipotensi
120/80 mmHg
Dikategori
Normal
16

2 Komplikasi Mual selama Alat Lembar 0: Tidak mual dan Ordi


intra operasi anestesi spinal patient ceklis Post tidak muntah, nal
: Mual dan biasa terjadi : Operative
Muntah oleh karena tekanan Nausea 1: Mual kurang
hipoperfusi darah Vomiting dari l0 menit dan
serebral atau menuru (POVN) atau muntah
tidak n salah hanya sekali,
terhalangi nya satu tidak
stimulus vagus tanda membutuhkan
usus. Biasanya gejala pengobatan
mual adalah terjadin
tanda awal ya mual 2 : Mual menetap
hipotensi. muntah lebih dari 10
menit dan atau
muntah 2 kali dan
tidak
membutuhkan
pengobatan,

3: Mual menetap
lebih dari 10
menit dan atau
muntah lebih dari
2 kali dan
membutuhkan
pengobatan,

4 : Mual muntah
membandel yang
tidak berespon
dengan
pengobatan
17

BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian Menurut Sugiyono
(2013), penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi
sebuah informasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di RSUD Lanto Dg Pasewang pada tanggal
10 April 2021 sampai 10 Mei 2021.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang telah diteliti.
Populasi dapat berupa orang, benda, gejala atau wilayah yang ingin
diketahui oleh peneliti (Kartika, 2017). Populasi adalah seluruh pasien
yang melakukan tindakan Anestesi SAB di RSUD Lanto Dg Pasewang
selama satu bulan terakhir sebanyak 43 Populasi
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 39 responden
berdasarkan rumus Sloving
D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi:
1. Kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah:
a. Klien yang melakukan tindakan anasesi SAB yang mengalami
Komplikasi intra operasi : hipotensi
b. Klien yang melakukan tindakan anasesi SAB yang mengalami
Komplikasi intra operasi : Mual dan Muntah
c. Klien bersedia menjadi responden secara tertulis
2. Kriteria Eksklusi subyek penelitian ini:
a. Klien yang tidak melakukan operasi Anestesi spinal (SAB)

17
18

b. Klien yang tidak mengalami komplikasi hipotensi


c. Klien yang tidakmengalami komplikasi Mual dan Muntah
E. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar Observasi yaitu dengan mengumpulkan data
penelitian secara langsung dan metode fisiologis/biologis.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat atau instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu
dengan memasang alat pada pasien berupa monitor dengan kondisi
fisiologis yang belum stabil seperti pasien yang berada di bawah pengaruh
Anestesi, alat ini untuk mengukur tanda tanda vital yang salah satunya
adalah tekanan darah, tekanan. darah yang mengalami hipotensi tekanan
darah sistolik (SBP) < 90 mmHg, penurunan SBP lebih dari 20% di bawah
baseline, dan definisi ‘kombinasi’ yaitu penurunan SBP di bawah 100
mmHg dan/atau 30% di bawah baseline dan menggunakan observasi check
list untuk Mual dan muntah Post Operative Nausea Vomiting (POVN)
dengan skala nilai Nilai Keterangan, 0 : Tidak mual dan tidak muntah, 1 :
Mual kurang dari l0 menit dan atau muntah hanya sekali, tidak
membutuhkan pengobatan, 2 : Mual menetap lebih dari 10 menit dan atau
muntah 2 kali dan tidakmembutuhkan pengobatan, 3 : Mual menetap lebih
dari 10 menit dan atau muntah lebih dari 2 kali dan membutuhkan
pengobatan, 4 : Mual muntah membandel yang tidak berespon dengan
pengobatan
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu responden
yang melakukan tindakan Anestesi SAB yang mengalami komplikasi
intra operasi.

18
19

b. Data sekunder
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti
dengan tahap pertama memilih responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi, kemudian peneliti melakukan observasi dan metode fisiologis
yaitu mengukur tekanan darah dengan alat patient monitor lalu hasil yang
didapatkan yang dicatat di lembar observasi dan melakukan check list
pada lembar observasi, dilakukan terus menerus selama masa penelitan.
c. Langkah-langkah pengumpulan data
1) Mengurus izin pengambilan data dan penelitian dari kampus
kemudian diberikan Ke Dinas Kesbangpol dan Rsud Lanto Dg
Pasewang.
2) Menemui reponden yang memenuhi kriteria inklusi dan mengambil
data responden di Rsud Lanto Dg Pasewang.
3) Setelah itu peneliti memperkenalkan diri, maksud dan tujuan
penelitian. Peneliti meminta responden menandatangani lembar
informed consent bagi responden yang bersedia.
4) Kemudian peneliti melakukan observasi selama tindakan Anestesi
SAB berlangsung.
F. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Data yang di kumpulkan dari hasil dokumentasi dari pengukuran
kemudian diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Editing
Langkah ini dilakukan dengan maksud mengantisipasi
kesalahan dari data yang di kumpulkan, juga memonitor jangan
sampai terjadi kekosongan dari data yang di butuhkan.
b. Coding
Coding Merupakan usaha untuk mengelompokkan data
menurut variabel penelitian. Coding dilakukan untuk mempermudah
dalam proses tabulasi dan analisa data selanjutnya.

19
20

c. Proccesing
Proccesing Merupakan pemprosesan data yang dilakukan
dengan cara meng-entry data dari lembar observasi ke paket program
computer.
d. Cleaning
Cleaning Merupakan pengecekan kembali data yang sudah di
entry dengan missing data, variasi data dan konsistensi data.
e. Tabulating
Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel
kemudian diolah dengan bantuan computer.
2. Analisa Data
Analisa data merupakan analisis terhadap data yang berhasil
dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodelogi tertentu. Dalam
penelitian ini, data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis
dengan teknik statistik. Proses pemasukan data dan pengolahan data
menggunakan aplikasi perangkat lunak komputer.
Analisa data dapat dilakukan dengan cara deskriprif dengan melihat
perentase data yang terkumpul dan disajikan tabel distribusi frekuensi
kemudian dicari besarnya persentase jawaban masing masing responden dan
selanjutnya dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori kepustakaan
yang ada. Analisa data yang dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi
frekuensi sebagai berikut :

Keterangan
P= f/n x100%
P = Persentase yang dicari
F = Frekuensi faktor variabel
N = Jumlah Sampel

20
21

G. Etika Penelitian
Meurut Kartika (2017) Komite Nasional Etika Penelitian telah
membagi empat etika yang harus ada dalam melakukan penelitian kesehatan
yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Peneliti telah mempertimbangkan hak-hak subyek untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian
serta berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa
tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat
manusia adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek
(informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect
forprivacy and confidentiality).
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat
terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi.
Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh
orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu
tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner
untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat
menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai
pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).


Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati,
profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor
ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan
religius subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisikan agar
memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian.
Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun yang terpenting adalah

21
22

bagai manakah keuntungan dan beban harus di distribusikan diantara


anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata
atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas
masyarakat.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Peneliti telah melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur
penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin
bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi
(beneficence) Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subyek (nonmaleficence).

22
23

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Profil Singkat Rumah Sakit Umum Lanto Dg Pasewang
Rumah Sakit Umum Lanto Dg Pasewang Kabupaten Jeneponto di
dirikan pada tanggal 18 Januari 1990, yang dibantu oleh Foster Parents
Plan Internasional, dan pelaksana dalam pembangunan Rumah Sakit
tersebut oleh PT. Adi Jaya Lima Pradana, diresmikan oleh Menteri
Kesehatan RI DR. Adhyatma.M.P.H.
Rumah Sakit Umum Jeneponto di beri nama Lanto Dg Pasewang
karena beliau pernah tinggal di Jeneponto dan menyelesaikan
pendidikannya di inlandsche Schooldi Jeneponto, Lanto Dg pasewang
lahir pada tanggal 3 Juli 1900 dari ayah yang bernama Djangkang Daeng
Lili dan Ibu bernama Sulo Daeng Siolo, tahun 1920 menamatkan studinya
pada Osvia di Makassar, pada 9 November 1953 diangkat sebagai
Gubernur Sulawesi yang ke III.
Hingga saat ini, Rumah sakit lanto Dg Pasewang semakin
mengalami kemajuan, bahkan secara fisik pembangunan rumah sakit
tersebut sudah tergolong besar. Sedangkan dari segi type Rumah Sakit
Lanto Dg Pasewang tergolong Rumah Sakittype C.
2. Visi dan misi Rumah Sakit Umum Lanto Dg Pasewang
a. Visi Rumah Sakit Umum Lanto Dg Pasewang
“Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg Pasewang Kabupaten
Jeneponto Sebagai Pusat Pelayanan Yang Bermutuh Dan Bermanfaat”.
b. Misi Rumah Sakit Umum Lanto Dg Pasewang
1) Menunjukkan kawasan yang bermutu, terjangkau dan berorientasi
kepada kepuasan masyarakat.
2) Mewujutkan kawasan lingkungan yang bersih, aman, nyaman, indah,
dan damai.

23
24

3) Mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana yang representatif


dansesuai dengan kebutuhan.
4) Penguatan dan pemberdayaan kelemahaan organisasi yang bermanfaat.
5) Meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan.
6) Menciptakan suasana kerja yang serasi sesama karyawan sehingga
memiliki rasa kebersamaan, rasa di siplin dan rasa tanggung jawab yang
tinggi.
2. Profil Kamar Bedah RSUD Lanto Dg Pasewang
Instalasi bedah sentral dan sterilisasi di RSUD Lanto Dg Pasewang
terdiri dari unit bedah sentral dan gas medik yang selalu mengutamakan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien dalam memberikan pelayanan kepada
pasien sesuai dengan standar yang berlaku.
Unit bedah sentral merupakan salah satu bagin dari sistem pelayanan
yang pada di Rsud Lanto dg pasewang, yang penting dalam hal ini
memberikan pelayanan kepada pasien yang memerlukan tindakan
pembedahan, baik kasus terencana (elektif) maupun kasus darurat.
a. Adapun fasilitas yang ada di Ruangan Bedah Sentral RSUD Lanto Dg
Pasewang adalah :
1) Memilili kapasitas 4 kamar operasi yang terdiri dari 3 Kamar operasi
mayor/besar 1 kamar operasi minor, selain itu terdapat juga ruangan
preoperasi yang terdiri 4 kamar tidur dan ruangan pemulihan
(Recovery Room) yang terdiri dari 5 tempat tidur yang dilengkapi
dengan monitor.
2) Setiap ruangan dilengkapi dengan beberapa peralatan seperti mesin
anestesi dan ventilator, meja operasi, lampu operasi mesin suction
monitor, gas medik, peralatan pendukung dan instrumen yang lengkap.
b. Pelayanan
1) Didukung oleh dokter spesialis anestesi, spesialis bedah, spesialis
obgyn, spesialis THT, spesialis mata dan spesialis kulit dan kelamin.
2) Tersedia perawat bedah dan penata anestesi 24 Jam sehari.

24
25

3. Gambaran Karakteristik Umum Responden


Penelitian ini dilakukan di RSUD Lanto Dg Pasewang dengan subjek
penelitian yaitu seluruh pasien yang melakukan tindakan Anestesi SAB di
Rsud Lanto Dg Pasewang. Dari penelitian yang telah dilakukan dari bulan
April 2021 sampai Mei 2021 di dapatkan 39 responden, berdasarkan
karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Gambaran Karakteristik Umum Responden
Tabel 5.1 Tabel Karakteristik Umum responden intra anastesi SAB di
RSUD Lanto Dg Pasewang Kabupaten Jeneponto
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 11 28.2
Perempuan 28 71.8
Umur
18-25 tahun 8 20.5
26-32 tahun 18 46.2
>33 tahun 13 33.3
Pendidikan
SMP 11 28.2
SMA 20 51.3
S1 8 20.5
Pekerjaan
IRT 16 41.0
Swasta 15 38.5
PNS 8 20.5
Jenis Operasi
Bedah Umum 18 46.2
Bedah Obgyn 21 53.8
Tindakan
Anastesi SAB
SC 17 43.6
Apendiks 9 23.1
Kista Ovarium 4 10.3
Hemoroid 4 10.3
HIL (d) 5 12.8
Durasi Operasi
15-60 Menit 4 10.3
70-120 Menit 35 89.7

25
26

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa pasien yang telah menjalani


tindakan pembedahan dengan spinal anestesi di RSUD Lanto Dg Pasewang
mayoritas jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 responden (71.8%),
mayoritas umur 26-32 tahun yaitu sebanyak 18 responden (46.2%), mayoritas
pendidikan SMA yaitu sebanyak 20 responden (51.3%), mayoritas pekerjaan
ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 16 responden (41.0%), jenis operasi
bedah obgyn yaitu sebanyak 21 responden (53.8%), untuk tindakan anastesi
SAB lebih banyak operasi SC 17 responden (43,6%) dan durasi operasi lebih
banyak dengan waktu 70-120 menit 35 responden (89,7%).
4. Gambaran Komplikasi Intra Anastesi SAB
Tabel 5.2 Gambaran Komplikasi Intra Anastesi SAB di RSUD Lanto Dg
Pasewang Kabupaten Jeneponto
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Tekanan Darah
<90/60 39 100
120/80 0 0
Mual dan Muntah
Tidak mual muntah 24 61,5
Mual muntah 15 28,5

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan gambaran dari 39 responden


didapatkan komplikasi intra anastesi dengan mengalami penurunan tekanan
darah sebanyak 39 responden (100%) dan mual muntah, responden lebih
banyak dengan tidak mual muntah sebanyak24 responden (61,5%).
5. Gambaran Penatalaksanaan Komplikasi Intra Anastesi SAB
Tabel 5.3 Gambaran Penatalaksanaan Komplikasi Intra Anastesi SAB di
RSUD Lanto Dg Pasewang Kabupaten Jeneponto
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Pelaksanaan pemberian cairan
Asering dan obat efedrin
Loading Cairan Asering 27 69.2
Loading Cairan Asering dan
12 30.8
Pemberian Efedrin

26
27

Tabel 5.3 menunjukkan gambaran penatalaksanaan komplikasi intra


anastesi SAB didapatkan lebih banyak manajemen penatalaksanaan loading
cairan yaitu 27 responden (69.2%%) dan paling sedikit loading carian asering
dan pemberian Efedrin 12 responden (30,8%)

27
28

BAB VI
PEMBAHASAN
A. Gamabaran Karakteristik Umum Responden
Pada Tabel 5.1 Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, menunjukkan bahwa responden terbanyak perempuan 28 responden
(71,8%) Hal ini disebabkan karena tindakan operasi yang paling sering
dilakukan di RSUD Lanto Dg Pasewang lebih banyak tindakan operasi sectio
caesarea yang pasiennya mayoritas perempuan dengan menggunakan tehnik
SAB.
Namun hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fitria. W. E. dkk (2018) yang mana meneliti di ruang pemulihan rumah sakit
di Bandar Lampung pada tahun 2018, diperoleh hasil responden terbanyak
yang menjalani spinal anestesi berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 24
responden (60%) dari keseluruhan responden.
Gambaran karakteristik responden berdasarkan umur, menunjukkan
bahwa responden responden terbanyak dengan usia 26-32 tahun sebanyak 18
responden (46,2%). Penelitian ini menunjukkan umur rentang tersebut
merupakan usia produktif bagi kehamilan perempuan sehingga didapatkan
usia tersebut lebih mendominasi di ruang isntalasi bedah sentral di RSUD
Lanto Dg Pasewang.
Badan Pusat Statistika mengelompokkan bahwa usia produktif adalah
mereka yang berada dalam rentang usia 15-64 tahun (BPS, 2015). Badan
Pusat Statistika mengkategorikan usia produktif menjadi dua yakni usia
produktif (15-64 tahun) dan usia tidak produktif (0-14 dan 65 tahun keatas)
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasien yang telah melakukan
tindakan pembedahan dengan SAB di RSUD Lanto Dg Pasewang mayoritas
jenis tindakan SAB adalah SC sebanyak 17 responden (43,6%), apendiks
sebanyak 9 responden (23,1%), hil sebanyak 5 responden (12,8%), kista
ovarium sebanyak 4 responden (10,3%), hemeroid sebanyak 4 responden
(10,3%), Hal ini berdasarkan pengamatan peneliti dikarenakan pasien yang
mayoritas melakukan tindakan SAB adalah pasien SC karena pasien tersebut

28
29

karena ada dua kondisi yaitu dijadwalkan atau elektif dan kondisi emergency
(cyto).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Hardiyani Wiwi dkk
(2014) di Dalam penelitiannya diperoleh hasil jumlah pasien seksio sesarea
yang menggunakan anestesi spinal di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
pada bulan Mei - Juni 2014 adalah sebanyak 88 kasus jumlah ini merupakan
jumlah terbanyak dari jenis operasi lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil durasi waktu anastesi
terbanyak 70-120 menit dengan 35 responden (89,7%). Hasil penelitian durasi
didapatkan 70-120 menit lebih banyak dikarenakan penggunaan dosis obat
(Bunascan) dengan dosis 15 mg tanpa ajuvan fentanyl yang dilakukan oleh
dokter anastesi di RSUD Lanto Dg Pasewang .
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Resiana dkk (2016)
dalam penelitiannya didapatkan hasil dengan penambahan 2,5 mg Sufentanil
pada Bupivacain 0,5% hiperbarik 2,5 ml dapat mempercepat mula kerja dan
memperpanjang lama kerja blokade sensorik dan motorik.

B. Gambaran Komplikasi Intra Operasi Pada Tindakan Anastesi SAB di


RSUD Lanto Dg Pasewang.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil, yang mengalami
penurunan tekanan darah <90/60 mmHg sebanyak 39 (100%). Hal tersebut
pasien responden mengalami vasodiltasi pembuluh darah setelah satu sampai
10 menit setelah penyuntikan obat anastesi spinal hal ini dikarenakan di
RSUD Lanto Dg Pasewang dengan menerapkan pemberian obat anastesi
hiperbarik.
Berdasarkan data di RS Woodward Palu (2009) dalam penelitian
Rahayu (2014) menjelaskan sebanyak 121 pasien yang menjalani sectio
caesarea menggunakan anestesi spinal, sekitar 85% mengalami hipotensi
terutama pada 1 sampai 20 menit sesudah penyuntikan. Akibat dari hipotensi
menyebabkan pasien merasa tidak nyaman yaitu mual, pusing dan sakit
kepala.

29
30

Perubahan hemodinamik pada pasien anastesi spinal mengalami


penurnan tekanan darah pasien dengan spinal dikarenakan kecepatan
penyuntikan obat anastesi hiperbarik menyebabkan pergerakan cairan
tersebut dalam cairan serebrospinal dan akhirnya perluasan dari blokade yang
terjadi, jika diberikan secara cepat, maka cairan akan bergerak sesuai dengan
hukum gravitasi yang menyebabkan terjadi peruahan hemodinamik
(hipotensi). Suhartono dkk (2013).
Hasil penelitan gambaran mual muntah responden, didapatkan
mayoritas tidak mual sebanyak 24 responden (61,5%) hal ini menunjukkan
responden tidak mual muntah disebabkan pemberian antiemetik
(ondansentron) 20 menit sebelum tindakan anastesi.
Namun hasil penelitian ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh
Ismail Rachmad (2019) mengatakan mual dan muntah dapat terjadi karena
disebabkan oleh multifaktor diantaranya faktor intra operatif seperti
anestesi, teknik anestesi dan faktor pembedahan. Alasannya adalah
penurunan aliran darah serebral sebagai konsekuensi terjadinya hipotensi.
Alasan lainnya berhubungan dengan level blok yang dicapai, karena terjadi
peningkatan level blok yang dicapai, atau karena penarikan struktur
peritonial selama operasi karena level blok yang tidak adekuat
C. Gambaran Manajemen Penatalaksanaan Komplikasi Intra Operasi Pada
Tindakan Anastesi SAB di RSUD Lanto Dg Pasewang.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan gambaran bahawa
manajemen penatalaksanaan komplikasi intra operasi pada tindakan
anastesi SAB di RSUD Lanto Dg Pasewang yaitu hipotensi dan mual muntah,
adapun pasien yang mengalami hipotensi sebanyak 30, responden yang
mengalami mual muntah sebanyak 15 responden, penatalaksanaan intra
operasi yaitu pemberian loading cairan Asering dan obat Efedrin pasien yang
membutuhkan loading cairan asering sebanyak tiga responden dan yang
membutuhkan loading cairan asering dan pemberia obat Efedrin sebanyak
enam responden.

30
31

Berdasarkan hasil penelitian diperolah hasil pelaksanaan pemberian


cairan Asering dan Obat Efedrin dari total 39 responden yang mengalami
penurunan tekanan darah. Dimana yang diberikan loading cairan asering
sebanyak 27 responden (69,2%) dan loading cairan asering dan pemberian
Efedrin sebanyak 12 responden (30,8%). Penelitan ini menjelaskan kondisi
intraoperasi dengan menggunakan cairan asering untuk mendapatkan balance
cairan untuk pemenuhan cairan dalam tubuh. Untuk pemberian cairan asering
dan obat Efedrin berfungsi untuk meningkatkan tekanan darah pada saat
penurunan 10 sampai 20 persen dari tekanan darah awal.
Hasil penelitian ini didukung P. Novatiarista Widya dkk (2018) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mencegah kejadian
hipotensi adalah pemberian preloading cairan dengan harapan dapat
menstabilkan status hemodinamik hal tersebut untuk mencegah terjadinya
vasodilatasi pada 10 menit pertama sesudah spinal hal ini didapatkan ada
hubungan pemberian preloading cairan dengan status hemodinamik pasien
anestesi spinal dengan tingkat keeratan sedang.
B. Keterbatasan Peneliti
Saat pengumpulan data peneliti menggunakan lembar observasi
yang diisi oleh peneliti. Beberapa kendala dalam penelitian ini diantaranya
responden yang kurang bisa diajak bekerja sama dikarenakan responden
yang susah untuk diarahkan dalam pengisian lembar observasi karena mereka
banyak bertanya hal lain yang diluar konteks penelitian sehingga peneliti
harus selalu berupaya untuk mengarahkan responden untuk bisa diajak
bekerja sama.

31
32

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan menyimpulkan semua hasil penelitian dan
pembahasan tentang temuan-temuan penelitian yang telah diuraikan secara
lengkap dalam bab sebelumnya. Peneliti juga akan menulis saran-saran sebagai
masukan untuk tindak lanjut penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik Pasien :
a. Mayoritas jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 responden
(71.8%)

b. Mayoritas umur 16-32 tahun yaitu sebanyak 18 responden (46.2%)

c. Mayoritas pendidikan SMA yaitu sebanyak 20 responden (51.3%)

d. Mayoritas pekerjaan ibu rumah tangga (irt) yaitu sebanyak 16


responden (41.0%)

e. Mayoritas jenis operasi bedah obgyn yaitu sebanyak 21 responden


(53.8%).
f. Mayoritas jenis tindakan anastesi adalah SC yaitu sebanyak 17
responden (43.6%),
g. Mayoritas dengan durasi 70-120 menit yaitu sebanyak 35 responden
(89.7%),
h. Mayoritas tidak mengalami mual dan muntah yaitu sebanyak 15
responden (50.0%).%).
2. Gambaran manajemen pelaksanaan komplikasi intra operasi pada tindakan
anastesi :
a. Mayoritas manajemen penatalaksanaan komplikasi intra operasi di
RSUD Lanto Dg Pasewang loading cairan asering yaitu sebanyak 27
responden (69.2%%)

32
33

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Lanto DG Pasewang Perawat
Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
profesionalisme di bidang keperawatan terkhusus keperawatan anestesi
dan memberikan masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan.
2. Bagi Penata Anastesi
Menjadi acuan bagi penata anestesi dalam menjalankan peran sebagai
pendidik, peneliti, advokasi dalam memberikan intervensi asuhan
keperawatan perioperatif atau anestesi (Sign In, Time Out dan Sign Out)
yang merupakan tanggung jawab dan wewenangnya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kontribusi pengembangan ilmu, pengetahuan dan skill
tentang gambaran manajemen penatalaksanaan komplikasi intra operasi
pada tindakan anestesi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
kesehatan terkhusus keperawatan anestesi SAB di RSUD Lanto DG
Pasewang.
4. Bagi Peneliti Lainnya
Sebagai referensi untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan
mahasiswa terutama tentang gambaran manajemen penatalaksanaan
komplikasi intra operasi pada tindakan anestesi SAB di RSUD Lanto DG
Pasewang.

33
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, (2008).Manfaat Rehabilitas Paru Dalam Meningkatkan Atau


Mempertahankan Kapasiti Fungsional Dan Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik Di RSUP Persahabatan. Jurnal Respiratologi Indonesia,
Vol 29. No 2.

Badan Pusat Statistik. (2015).Penduduk Usia Tidak Produktif dan Produktif (Jiwa).
Diperoleh Tanggal 04 Juli 2021. Dari
https://tasikmalayakota.bps.go.id/indicator/12/56/1/penduduk-usia-tdk-
produkstif-dan-produktif.html .

Besrnards. (2001).Epiidural and Spinal Anasthesia.Philadelpia : in Handbook of


Clinical Anasthesia. .

Fitria, W. E., Fatonah, S., & Purwati, P. (2019). Faktor yang Berhubungan
dengan Bromage Score pada Pasien Spinal Anastesi di Ruang Pemulihan.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 14(2), 182-186.

Hardiyani Wiwi dkk (2014). Gambaran Kejadian Kegagalan Anestesi Spinal Pada
Pasien Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
Provinsi Riau Periode Mei- Juni 2014.JOM FK.Vol I. No.2.1-8.

Hidayat. (2010).Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Ed 2.Jakarta :


Salemba Medika.

Hidayat. (2012).Metode Penelitian Keperawatan dan Teknikanalisa Data.Jakarta :


Salemba Media

Ismail Rachmad.(2020). Perbandingan Efek Anestesi Spinal Menggunakan


Levobupivacain 0,5 % Isobarik 10 mg Dengan 12,5 mg Terhadap Onset,
Durasi Blok Sensorik, dan Motorik Serta Hemodinamik Pada Seksio
Sesaria.Karya Akhir. Universitas Hasanuddin Makassar.

Kartika,IraIin. (2017). Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan Dan


Pengolahan Data Statistik.Trans Info Media : Jakarta

Kozier. (2011).Buu Ajar Praktik Keperawatan Klinis.Jakarta : EGC

Liguori. (2007).Hemodynamic Complications, Complication In Regional


Anasthesia and Pain Medicine

Mangku,(2010).Ilmu Anestesia dan Reanimasi.Jakarta : PT. Macan Jaya

21
35

Cemerlang

Mansjoer, (2010).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC


Michael, (2012).Penuntun Praktis Anestesi.Jakarta : EGC
P.Novatiarista Widya, Sutejo & Suryani eko . (2018 ). Hubungan
pemberianPreloading Cairan Dengan Status Hemodinamik Pasien
Anestesi Spinal DI IBS RSUD MUNTILAN.

Rahayu, Hubungan Perawatab Pasien Post Anestesi Spinal dengan Kejadian


Komplikasi : Sakit Keoala Diruang Kebidanan Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Bukittinggi Tahun (2014). [SKRIPSI] Stikes Perintis : Sumatera
Barat

Resiana dkk. (2016). Efektivitas Penambahan 2,5 μG Sufentanil Pada 12,5 mg


Bupivakain 0,5% Hiperpabrik Terhadap Mula dan Lama Kerja Blokade
Sensorik-Motorik Anestesi Spinal pada Operasi Herniorafi. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Vo.12.No.2.181-189.

Sarwono, (2008).Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sastroasmoro, (2014).Dasar-dasar metodologi penilitian klinis.Jakarta :
Sagung Seto

Sihombing. (2017). Determinasi Persalinan Sectio Caesarea Diindonesia


(Analisa Lanjut Data Residinkes 2013).Jurnal.Jakarta.. Diakses pada
tanggal 06 Mei 2016.

Sjamsuhidajat, (2010).Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta : EGC

Sugiyono, (2013).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


PT. Alfabet

Suhartono dkk. (2013). Perbedaan Perubahan Hemodinamik Teknik Anestesi


Spinal Posisi Duduk Miring Kiri Pada Pasien Seksio Sesarea
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya. Vol 1.No.1.83
91.

35
Lampiran 1. Lembar Observasi Penelitian
MANAJEMEN PENATALAKSANAAN KOMPLIKASIINTRA OPERASI PADA TINDAKAN ANESTESI SABDI RSUD
LANTO DG PASEWANG

Nama :
Usia : Pendidikan
: Pekerjaan
: Operasi

Lembar Ceklis Alat Patient : Tekanan Darah


No Tekanan Darah Kategori Manajemen
Penatalaksanaan
1

Lembar Ceklis Mual dan Muntah


Post Operative Nausea Vomiting (POVN)
N Mual Muntah 0 1 2 3 4
o Tidak Mual kurang dari l0 Mual menetap lebih Mual menetap lebih Mual muntah
mual dan menit dan atau muntah dari 10 menit dan atau dari 10 menit dan atau membandel yang tidak
tidak hanya sekali, tidak muntah 2 kali dan muntah lebih dari 2 kali berespon dengan
muntah, membutuhkan tidak membutuhkan dan membutuhkan pengobatan
pengobatan pengobatan, pengobatan,

21
Lampiran 2. Master Tabel Penelitian
MASTER TABEL
Jenis Tindakan Jenis Durasi Manajemen Mual
N Umu Pnd
Nama Kelami pkj Operas TD Penatalaksanaa dan
o r d Anastesi
n i n Muntah

1 Ny. M 2 3 2 1 1 2 2 1 1 0
2 Ny. N 2 2 2 1 1 2 2 1 1 0
3 Ny. S 2 3 2 1 1 2 2 1 2 0
4 Tn.Y 1 3 1 1 2 1 2 2 1 0
5 Tn.K 1 2 1 1 2 1 2 2 1 0
6 Ny. Y 2 3 1 1 1 2 2 1 2 1
7 Ny. D 2 3 1 2 1 2 2 1 1 3
8 Ny. C 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2
9 Tn.O 1 1 2 2 2 1 2 2 1 0
10 Tn.H 1 1 2 3 2 1 2 2 1 0
11 Ny.V 2 1 2 3 2 1 2 2 1 0
12 Ny. A 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3
13 Ny. E 2 2 2 2 1 2 2 1 1 0
14 Tn.T 1 2 2 2 5 1 2 1 1 0
15 Tn.B 1 1 3 2 4 1 1 2 1 0
16 Tn. J 1 1 3 2 4 1 1 2 1 0
17 Ny.U 2 3 3 3 4 1 1 1 1 0
18 Ny.Z 2 2 3 3 1 2 2 1 1 0
19 Ny.P 2 2 3 3 1 2 2 1 2 1
20 Tn.H 1 1 2 1 5 1 2 1 2 1
21 Ny. L 2 3 2 1 1 2 2 1 1 1
22 Ny. B 2 3 2 1 4 1 1 1 2 3
23 Ny. F 2 2 1 1 1 2 2 1 1 0
24 Ny. T 2 2 1 1 1 2 2 1 2 3
25 Tn. C 1 2 1 1 5 1 2 2 1 0
26 Ny. D 2 3 2 1 1 2 2 1 1 0
27 Ny.I 2 3 2 2 5 1 2 2 1 0
28 Ny.K 2 2 2 2 1 2 2 1 1 0
29 Ny.A 2 3 2 3 3 2 2 1 1 0
30 Ny.Z 2 3 1 3 3 2 2 1 1 0
31 Ny.I 2 1 1 2 1 2 2 1 1 0
32 Ny.H 2 2 1 2 3 2 2 1 2 3
33 Ny.S 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2
34 Ny. E 2 2 2 1 1 2 2 1 2 3
35 Tn.T 1 2 2 1 5 1 2 1 2 2
36 Ny.U 2 3 3 2 2 1 2 1 1 1
37 Ny.Z 2 2 3 2 2 1 2 1 1 1

21
39

38 Ny.P 2 2 3 2 2 1 2 1 1 0
39 Tn.H 1 1 2 3 2 1 2 1 1 0

 UMUR
1 = 18-25
2 = 26-32
3 = >33
 JENIS KELAMIN
1 = Laki-Laki
2 = Perempuan
 DURASI
1 = 15-60 Menit
2 = 70-120 Menit
3 = >120 Menit
 Jenis Operasi
1 = Bedah umum
2 = Bedah Obgyn

 NILAI TEKANAN DARAH


1 = < 90/60 mmHg
2 = 120/80 mmHg
 NILAI MUAL DAN MUNTAH
1 = 0 TIDAK MUAL
2 = 1 Mual ≤10/i dan Muntah
hanya sekali, tidak
membutuhkan pengobatan

39
40

Lampiran 3. Hasil olah data SPSS Deskriptif


Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 11 28.2 28.2 28.2

Perempuan 28 71.8 71.8 100.0

Total 39 100.0 100.0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18-25 8 20.5 20.5 20.5

26-32 18 46.2 46.2 66.7

>33 13 33.3 33.3 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 11 28.2 28.2 28.2

SMA 20 51.3 51.3 79.5

S1 8 20.5 20.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

40
41

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 16 41.0 41.0 41.0

SWASTA 15 38.5 38.5 79.5

PNS 8 20.5 20.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

Tindakan Anastesi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SC 17 43.6 43.6 43.6

APENDIKS 9 23.1 23.1 66.7

KISTA OVARIUM 4 10.3 10.3 76.9

HEMOROID 4 10.3 10.3 87.2

HIL (d) 5 12.8 12.8 100.0

Total 39 100.0 100.0

Jenis Operasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Bedah Umum 18 46.2 46.2 46.2

Bedah Obgyn 21 53.8 53.8 100.0

Total 39 100.0 100.0

Durasi

41
42

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15-60 Menit 4 10.3 10.3 10.3

70-120 Menit 35 89.7 89.7 100.0

Total 39 100.0 100.0

Tekanan Darah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <90/60 30 76.9 76.9 76.9

120/80 9 23.1 23.1 100.0

Total 39 100.0 100.0

Manajemen Penatalaksanaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Loading Cairan 18 60.0 60.0 60.0

Loading Cairan dan Pemberian


12 40.0 40.0 100.0
Epidrin

Total 30 100.0 100.0

Mual dan Muntah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Mual 15 50.0 50.0 50.0

Mual kurang atau sama


dengan 10/i dan muntah hanya 6 20.0 20.0 70.0
sekali,
tidak membutuhkan pengobatan
Mual Menetap lebih atau sama
dengan 10/i dan muntah 2x dan 3 10.0 10.0 80.0
tidak membutuhkan
pengobatan

42
43

Mual Menetap lebih atau sama


dengan 10/i dan muntah lebih
6 20.0 20.0 100.0
dari 2x membutuhkan
pengobatan

Total 30 100.0 100.0

43
44

Lampiran 4. Ijin Penelitian dari ITKES Bali

44
45

Lampiran 5. Ijin Penelitian dari Penanaman Modal Sulsel

45
46

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perizinan Jeneponto

46
47

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Meneliti

47
48

Lampiran 8. Buti Bimbingan Proposal/Hasil Skripsi

FORMAT BIMBINGAN PROPOSAL / HASIL SKRIPSI


PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI DAN
KESEHATAN
BALI DENPASAR

Nama Mahasiswa : SYAMSINAR


NIM 2014301148
Judul Skripsi : Gambaran Manajemen Penatalaksanaan Komplikasi Intra Operasi
Pada Tindakan Anestesi SAB Di Rsud Lanto Dg Pasewang.
Nama Pembimbing : Ns. I Gusti Ayu Rai Rahayuni, S.Kep, MNS
Tanggal Bimbingan Materi Bimbingan Tandatangan Pembimbing
8 November 2021 Acc Judul

7 Desember 2021 Revisi BAB I, Ide pokok, Paragraf,


variabel komplikasi

4 Januari 2021 Revisi BAB I Tujuan Khusus :


indikator manajemen penatalaksanaan
komplikasi
Lanjut BAB II
10 Januari 2021 Revisi BAB II garis putus putus pada
kerangka teori untuk hipotensi dan
mual muntah
Lanjut BAB III defenisi operasional,
Lanjut BAB IV
20 Januari 2021 Revisi BAB II awali paragraf dengan
Subjek
Revisi BAB III ganti desain penelitian
menjadi Consecutive Sampling
Revisi Defenisi operasional Memakai
kategori tekanan darah
22 Januari 2021 Revisi BAB III Skala ukur ganti
Nominal
24 Januari 2021 Revisi BAB IV ganti metode
purposive sampling ganti dengan cross
sectional

26 Januari 2021 Revisi Defenisi operasional tabel


independen di hapus saja
27 Januari 2021 Lengkapi kata pengantar daftar isi
daftar pustaka
28 Januari 2021 Acc Proposal Skripsi

48
49

FORMAT BIMBINGAN PROPOSAL / HASIL SKRIPSI


PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI DAN
KESEHATAN
BALI DENPASAR

Nama Mahasiswa : SYAMSINAR


NIM 2014301148
Judul Skripsi : Gambaran Manajemen Penatalaksanaan Komplikasi Intra
Operasi Pada Tindakan Anestesi SAB Di Rsud Lanto Dg
Pasewang.
Nama Pembimbing : Ns.I Gusti Agung Tresna Wicaksana, S.Kep.,M.Kep
Tanggal Bimbingan Materi Bimbingan Tandatangan
Pembimbing

9 November 2020 Acc Judul

4 Januari 2021 Revisi BAB I Tujuan Khusus : indikator


manajemen penatalaksanaan komplikasi
Lanjut BAB II

10 Januari 2021 Revisi BAB II awali paragraf


dengan Subjek
Tambahkan Halaman
12 Januari 2021 Revisi BAB II Tambahkan Penanganan
hipotensi dan garis putus putus untuk yang
tidak

15 Januari 2021 Revisi BAB III tambahkan inklusi


Tambahkan Defenisi Operasional

23 Januari 2021 Revisi BAB III skala ukur

25 Januari 2021 Revisi BAB IV pengambilan sampel


purposive di ganti cross sectional

26 Januari 2021 Revisi BAB IV Hapus eklusi karna eklusi


bukan kebalikan inklusi

27 Januari 2021 Revisi BAB IV hapus rumusnya tidak


perlu dicatat

28 Januari 2021 ACC Proposal Skripsi

49

Anda mungkin juga menyukai