Anda di halaman 1dari 84

EFEKTIFITAS INTERVENSI MICROWAVE DIATHERMI,

ULTRASOUND DAN Mc KANZIE TERHADAP PENURUNAN


NYERI PADA KASUS HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
DI RSUD SELASIH

SKRIPSI

Oleh :
DESIANA SYAFITRI
2062028

PROGRAM STUDI FISIOTHERAPI JENJANG SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul

EFEKTIFITAS INTERVENSI MICROWAVE DIATHERMI,


ULTRASOUND DAN Mc KANZIE TERHADAP PENURUNAN
NYERI PADA KASUS HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
DI RSUD SELASIH
OLEH

DESIANA SYAFITRI
NIM.20.62.028

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan dihadapan penguji


penelitian pada ujian sidang hasil penelitian Program Studi Fisioterapi Jenjang
Sarjana Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk
pakam

Lubuk pakam,10 Juli 2021

Dewan Penguji : Tanda Tangan


1. Penguji I
Sri Melda Br Bangun,SKM,M.Kes ...................
2. Penguji II
Bd Basyariah Lubis,SST,M.Kes ......................

3. Penguji III
Irmayani,SKM,MPH ...................
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul

EFEKTIFITAS INTERVENSI MICROWAVE DIATHERMI,


ULTRASOUND DAN Mc KANZIE TERHADAP PENURUNAN
NYERI PADA KASUS HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
DI RSUD SELASIH
OLEH

DESIANA SYAFITRI
NIM.20.62.028

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan dihadapan penguji


penelitian pada ujian sidang hasil penelitian Program Studi Fisioterapi Jenjang
Sarjana Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk
pakam

Lubuk pakam,10 Juli 2021

Disetujui oleh

Pembimbing

Irmayani,SKM,M.PH
NPP: 03.12.25.03.1987

i
LEMBAR PENGESAHAN

penelitian ini dengan judul :

EFEKTIVITAS INTERVENSI MICRO WAVE DIATHERMI ,


ULTRASOUND DAN Mc KANZIE TERHADAP PENURUNAN
NYERI PADA KASUS HNP DI RSUD SELASIH

OLEH:

DESIANA SYAFITRI
NPM.20.62.028

penelitian ini telah diseminarkan dan disetujui oleh Komisi penguji


Pada Program Studi Fisioterapi Jenjang Sarjana Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi
Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam,untuk dilanjutkan ketahap penelitian

Disahkan Oleh:

Dekan Fakultas Keperawatan dan Ketua Program Studi Fisioterapi


Fisioterapi

Ns Kuat Sitepu, S.Kep,M.Kes Sabirin Berampu, SST,M.Fis 


NPP.01.96.26.02.1972 NPP: 15.14.13.10.196

ii
EFEKTIFITASINTERVENSI MIICROWAVE DIATHERMI,ULTRASOUND
DAN MC KANZIE TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA KASUS
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS DI RSUD SELASIH
ABSTRAK
Hernia Nukleus Pulposus adalah kondisi dimana terjadi prostusi pada discus
intervertebralis yang disebabkan karena injuri atau beban mekanik yang salah
dalam waktu yang lama.HNP adalah degenerative dimana elastisitas dari annulus
fibrosus menurun sehingga menyebabkan robekny annulus fibrosus dari diskus
intervertebralis pada spinal canal atau rupture dengan tekanan dari nucleus
pulposus yang menyebabkan kompresi pada elemen saraf.Penelitian ini bertujuan
Untuk mengetahui Efektifitas pemberian Microwave diathermi, Ultrasound Mc
kanzie terhadap pengurangan nyeri pada pasie HNP di RSUD Selasih pangkalan
kerinci. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan rancangan one grup
pre test dan post test. Populasi adalah seluruh pasien HNP di poli rawat jalan
fisioterapi. Sampel Penelitian ini berjumlah 31 orang diambil dengan
menggunakan tehnik purposive sampling. Sampel diteliti dan diobservasi tingkat
nyerinya sebelum dan sesudah pemberian tindakan. Dari hasil analisa uji statistic
paired t test diperoleh nilai significancy(p<0.05)yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh pemberian MWD,Ultrasoud dan Mc Kanzie terhadap
penurunan nyeri pada pasien HNP di RSUD Selasih Pangkalan kerinci.Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan serta rekomendasi pada
penderita HNP khususnya dan upaya untuk mempercepat proses kesembuhan.
Kata kunci : Hernia Nukleus Pulposus , Microwave Diathermi,Ultrasound, Mc
Kanzie

iii
THE EFFECTIVENESS OF MIICROWAVE DIATHERMI, ULTRASOUND
AND MC KANZIE INTERVENTIONS ON PAIN REDUCTION IN CASE OF
NUCLEAR PULPOSUS HERNIA IN SELASIH HOSPITAL

ABSTRACT
Hernia Nucleus Pulposus is a condition where there is protrusion of the
intervertebral disc caused by injury or wrong mechanical loads for a long time.
HNP is a degenerative condition where the elasticity of the annulus fibrosus
decreases, causing tearing of the annulus fibrosus of the intervertebral disc in the
spinal canal or rupture with pressure from the spinal canal. nucleus pulposus
which causes compression of the nerve elements. This study aims to determine the
effectiveness of giving Microwave diathermy, Ultrasound Mc Kanzie to reduce
pain in patients with HNP at Selasih Hospital, Kerinci. This type of research is a
Quasi Experiment with a one-group pre-test and post-test design. The population
is all HNP patients in the physiotherapy outpatient polyclinic. The sample of this
study amounted to 31 people taken using purposive sampling technique. The
sample was studied and observed for the level of pain before and after the
treatment. From the results of the statistical analysis of the paired t test, it was
obtained that the significance value (p <0.05) showed that there was an effect of
giving MWD, Ultrasoud and Mc Kanzie on reducing pain in HNP patients at
Selasih Hospital, Pangkalan Kerinci. This research is expected to be information
and input as well as recommendations for patients with HNP in particular and
efforts to accelerate the healing process.
Keywords: Hernia Nucleus Pulposus, Microwave Diathermy, Ultrasound, Mc
Kanzie

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan kasih karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi penelitian yang berjudul “Efektifitas Intervensi Microwave Diathermi,

Ultrasound Dan Mc Kanzie terhadap Penurunan Nyeri pada Kasus Hernia

Nukleus Pulposus di RSUD Selasih”. Skripsi Penelitian ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Fisioterapi pada Program Studi

Fisioterapi Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi INKES MEDISTRA Lubuk

Pakam. Selama penulisan skripsi ini penulis mengalami berbagai hambatan,

namun berkat bimbingan, bantuan dan kerjasama dari semua.Pada kesempatan ini

peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Irma yani ,SKM,M.ph

yang senantiasa meluangkan waktu umtuk membimbing peneliti mulai dari

penyusunan proposal penelitian dan seluruh pihak baik secara moril maupun

materi akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan

hati perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih

kepada :

1. Ketua Yayasan Dr Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes yang sudah


menyediakan fasilitas sarana dan prasarana selama menempuh pendidikan
Sarjana Fisioterapi INKES MEDISTRA Lubuk Pakam
2. Rahmad Gurusinga, S.Kep, M.Kep, selaku Rektor Institut Kesehatan
MEDISTRA Lubuk Pakam
3. Kuat Sitepu, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Fisioterapi

4. Sabirin Berampu, SST., M.Fis, selaku Ketua Program Studi Fisioterapi


Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi

v
5. Terkhusus dan teristimewa untuk Suami dan anaku tersayang yang selalu
setia dan menyayangiku serta berdo’a demi keberhasilanku.
6. Terkhusus dan teristimewa untuk Suami dan anaku tersayang yang selalu
setia dan menyayangiku serta berdo’a demi keberhasilanku.
7. Kepada Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i, teman sejawat, adik-adik serta
sahabat-sahabat terbaik khususnya seluruh teman-teman dari Program Studi
Fisioterapi yang selalu memotivasi, dan tetap memberi semangat untuk terus
maju, dan pantang menyerah.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan proposal
ini,dan mudah-mudahhan kita semua diberi kemudahan untuk menjalani semua
prosessnya. Saya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun saya
berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................v
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................vii
DAFTAR SKEMA.........................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................6
1.4.1 Bagi Pasien HNP....................................................................................6
1.4.2 Bagi Fisioterapi.......................................................................................6
1.4.3 Bagi RS...................................................................................................6
1.4.4 Bagi Pendidikan......................................................................................6
1.4.5 Bagi Peneliti selanjutnya........................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8
2.1 HNP (Hernia Nukleus Pulposus)............................................................8
2.1.1 HNP....................................................................................................8
2.1.2 NYERI.............................................................................................18
2.1.4 Microwave Diathermy.....................................................................25
2.1.5 Ultrasound........................................................................................26
2.1.6 Terapi latihan Mc.Kenzie.................................................................28
2.2 Kerangka Teori.....................................................................................33
2.3 Kerangka Konsep..................................................................................40
2.4 Hipotesa.................................................................................................40

vii
BAB 3 METODA PENELITIAN................................................................36
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian...........................................................36
3.2 Lokasi dan Waktu penelitian................................................................37
3.2.1 Lokasi..................................................................................................37
3.2.2 Waktu...................................................................................................37
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................38
3.3.1 Populasi............................................................................................38
3.3.2 Sampel..............................................................................................38
3.4. Tehnik pengumpulan data....................................................................41
3.5. Variabel dan Defenisi operasional........................................................41
3.6. Metoda Pengukuran Data.....................................................................42
3.7. Metode Pengolahan dan Analisa Data................................................43
3.7.1 Teknik Pengolahan Data..................................................................43
3.7.2 Teknik Analisa Data Diskriptif........................................................44
BAB 4 HASIL PENELITIAN......................................................................47
4.1 Gambaran Umum RSUD Selasih.........................................................47
4.2 Hasil Penelitian.......................................................................................48
4.2.1 Analisa Uniivariat................................................................................47
4.2.2 Analia Bivariat.....................................................................................50
BAB 5 PEMBAHASAN................................................................................53
5.1 Karakteristik Responden......................................................................53
5.2 Efektifitas Intervensi Microwave Diathermi,Ultrasound, Dan Mc
Kanzie terhadap penurunan Nyeri pada kasus HNP.....................................54
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................56
6.1 Kesimpulan.............................................................................................56
6.2 Saran.......................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................58
LAMPIRAN...................................................................................................60

viii
DAFTAR TABEL

ix
Tabel 3.1. Rencana Kegiatan Penelitian..................................................... 43
Tabel 3.2 Variabel penelitian, Defensi Operasional dan Cara Pengukuran ...58

DAFTAR GAMBAR

x
Gambar 2.1 Rangka dilihat dari Posterrior.....................................................16
Gambar 2.2 Kolumna vertebalis tampak Lateral............................................17
Gambar 2.3 Klasifikasi HNP......................................................................... .22
Gambar 2.4 VAS........................................................................................... .33
Gambar 2.5 MWD......................................................................................... .34
Gambar 2.6 Ultrasound ..................................................................................36
Gambar 2.7 Mckenzie Prone-lying.................................................................38
Gambar 2.8 Sphinxexercise............................................................................39
Gambar 2.9 Corbaexercise .............................................................................40
Gambar 2.10 Mckenzie Double Knee to Chest............................................. .39
Gambar 2.11 Standing Back Extenxion Exercise ..........................................40

DAFTAR SKEMA

xi
Skema 2.1 Kerangka Teori............................................................................ .42
Skema 2.2 Kerangka Konsep..........................................................................43
Skema 3.1 Rancangan Penelitian....................................................................44

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis, yang

sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral

radiculopathie adalah penyebab tersering nyeri punggung bawah yang bersifat

akut, kronik atau berulang. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit

dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel discatau

Nucleus Pulposus) mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral

sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan melalui

annulus fibrosus kedalam kanalisspinalis dan mengakibatkan penekanan radiks

saraf. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi prostusi

pada discus intervertebralis yang disebabkan karena injury atau beban mekanik

yang salah dalam waktu yang lama. HNP adalah degeneratif dimana elastisitas

dari annulus fibrosus menurun sehingga menyebabkan robeknya annulus fibrosus

dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture dengan tekanan

dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada elemen saraf (Cahyati,

2015). Nyeri pada punggung bawah merupakan keluhan utama dari penderita

Hernia Nucleus Pulposus (HNP), persepsi nyeri ini bertujuan untuk membatasi

gerakan yang melibatkan otot-otot punggung. Hernia Nukleus Pulposus memiliki

ciri nyeri pada bagian punggung bawah karena kehilangan fungsi dan hal tersebut

merupakan salah satu keluhan utama yang menyebabkan penurunan produktivitas


kerja. Pekerjaan berat dengan gerakan yang menimbulkan cedera otot saraf, posisi

tidak bergerak dalam waktu yang cukup lama menjadi pencetus beberapa kondisi

yang menyebabkan terjadinya nyeri pada punggung bawah. Waktu pemulihan

yang tidak memadai karena kurangnya istirahat juga dapat memperparah kondisi

(Nasikhatussoraya, Octaviani, & Julianti, 2016).

World Health Organization menyatakan bahwa, nyeri pinggang bawah juga

sering dikeluhkan karena mengakibatkan ketidaknyamanan bagi penderitanya.

Prevalensi nyeri pinggang bawah pada populasi kurang lebih 16.500.000 per

tahun di Inggris. Pasien HNP yang berobat jalan berkisar 1.600.000 orang dan

yang bersedia dirawat di rumah sakit kurang lebih 100.000 orang. Dari

keseluruhan penderita HNP yang mendapat tindakan operasi berjumlah 24.000

orang pertahunnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kelompok studi

nyeri PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia) melakukan penelitian di

14 rumah sakit pendidikan dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita

nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan) 1598 orang (35,86%)

merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita HNP

(JS , 2013).

Dampak nyeri menyebabkan perubahan peran, emosional dan perilaku pada

seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan melakukan aktivitas secara

mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu membutuhkan

orang lain (Potter & Perry, 2011).

Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah (HNP) mengganggu

aktivitas sehari-hari pada 40% penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada

2
20% penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat

inap untuk evaluasi lebih lanjut (Pinzon, 2012).

Di Indonesia, untuk kebijakan pemerintah khususnya untuk HNP belum ada.

Fisioterapi merupakan pelayanan kesehatan yang berperan dalam upaya

mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur

kehidupan. Ketepatan pemilihan modalitas terapi menjadi suatu keharusan bagi

fisioterapis dalam menangani HNP. Penanganan fisioterapi yang diberikan pada

kasus HNP yaitu MWD, ULTRASOUND dan Mc Kanzie yang bertujuan agar

dapat menurunkan nyeri.

Pemberian Microwave Diathermy (MWD) memberikan efek fisiologis

terhadap jaringan berupa efek thermal yaitu setiap kenaikan 10 celcius MWD

dapat mengurangi sebagian iflamasi dan meningkatkan metabolisme, peningkatan

2-30 celcius berfungsi menurunkan nyeri dan muscle spasme, sedangkan

peningkatan pada suhu di atas 3-40 celcius dapat meningkatkan ekstensibilitas

jaringan. Ultrasound therapy adalah suatu terapi dengan menggunakan getaran

mekanik gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz, pemberian

ultrasound pada kasus LBP bertujuan untuk merileksasikan otot dan melancarkan

peredaran darah sehingga nyeri yang dirasakan pasien akan berkurang. Ultrasound

merupakan modalitas terapi fisik digunakan untuk membantu jaringan lunak

seperti otot pinggang untuk merilekskan otot yang spasme, ultrasound mempunyai

dua efek thermal dan non thermal (Sears,2012).

Mc Kenzie Exercise diciptakan oleh Robin Mc Kenzie. Latihan ini

merupakan terapi latihan yang mengutamakan gerakan ekstensi, tujuannya adalah

3
untuk mencapai dan mempertahankan postur normal lordosis vertebra,

mengurangi stress posterior pada diskus intervertebralis dan ligamen vertebra

(Wahyuni, 2012).

Prinsip latihan Mc.Kenzie adalah memperbaiki postur untuk mengurangi

hiperlordosis lumbal.Sedangkan secara operasional pemberian latihan untuk

penguatan otot punggung bawah ditujukan untuk otot-otot flexor dan untuk

peregangan ditujukan untuk otot-otot extensor punggung (Jumiati,2015).

Latihan gerak aktif dengan metode Mc.Kenzie exercise dapat

meningkatkan peregangan dan penguatan pada otot-otot daerah lumbosakral

sehingga kontraksi otot selama latihan akan meningkatkan muscle-pump yang

menjadikan suplai oksigen dan nutrisi lebih lancar dalam jaringan sehingga

diharapkan otot punggung bawah menjadi memiliki daya tahan dalam bekerja

sehingga akan berdampak pada terpeliharanya sifat-sifat fisiologis otot (Saputri,

2016).

Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada pasien HNP di RSUD

Selasih, Pangkalan Kerinci pada tahun 2019 didapat jumlah data penderita HNP

sebanyak 150 0rang dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 285 penderita

(Rekam Medis RSUD Selasih Kab.Pelalawan 2020) dengan ciri adanya nyeri di

pinggang selain itu nyeri juga menjalar sampai kaki, terkadang juga ada rasa

kesemutan atau kesetrum atau pegal yang juga menjalar.Selama ini di RSUD

tempat peneliti bekerja tindakan fisiotrapi yang diberikan hanya dengan modalitas

MWD dan US saja,dan setelah diberikan dua inervensi tersebut peneliti melihat

intervensi tersebut masih belum efektif dalam mengurangi nyeri,sehingga peneliti

4
tertarik untuk juga memeberikan terapi latihan Mc kanzie,intervensi ini belum

pernah diberikan ,padahal Mc kanzie dapat memberikan rasa nyaman dan aman

bagi pasien karena hal tersebutlah peneliti tertarik untuk memberikan juga terapi

latihan Mc Kanzie untuk dapat memberikan efektifitas penurunan derajat nyeri

pada pasien. Nyeri merupakan suatu rasa tidak menyenangkan dan pengalaman

emosional disertai kerusakan.

Nyeri Neuropatik (Neuropathy) adalah suatu gangguan fungsi atau

perubahan patologis pada suatu saraf, sedangkan neuralgia adalah nyeri di daerah

persyarafan satu atau beberapa persyaraf (Liu, Zhang, Liu & Wei, 2018).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat

topik diatas dalam bentuk penelitian dan memaparkannya dalam bentuk skripsi

dengan judul “Efektivitas Intervensi Microwave Diathermi, Ultrasound dan Mc

Kanzie terhadap penurunan Nyeri pada kasus HNP di RSUD Selasih”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Efektifitas

Intervensi Microwave Diathermi,Ultrasound Dan Mc kanzie terhadap penurunan

nyeri pada kasus HNP di RSUD Selasih ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas pemberian MWD,

Ultrasound dan Mc Kanzie terhadap penurunan nyeri pada HNP di RSUD

Selasih di Pangkalan Kerinci

5
1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan rerata nyeri pasien HNP di RSUD Selasih sebelum

pemberian MWD, Ultrasound dan Mc Kanzie

2. Mendeskripsikan rerata nyeri pasien HNP di RSUD Selasih sesudah

pemberian MWD, Ultrasound dan Mc Kanzie

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pasien HNP

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi

upaya dalam menurunkan nyeri secara non farmakologi, yaitu

dengan pemberian Microwavediatermi, Ultrasound Dan Mc Kanzie

terhadap penurunan nyeri pada HNP

1.4.2 Bagi Fisioterapi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bukti dan acuan

mengenai efektifitas pemberian Microwavediatermi, Ultrasound

Dan Mc Kanzie terhadap penurunan nyeri pada HNP

1.4.3 Bagi RS

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu rekomendasi dan

referensi tambahan untuk mengetahui efektifitas pemberian

Microwave diatermi,Ultrasound dan Mc Kanzie terhadap

penurunan nyeri pada HNP

1.4.4 Bagi Pendidikan

6
Penelitian ini diharapkan dapat menambah daftar pustaka dan

wawasan fisioterapi sehingga dapat mengembangkan ilmu,

keterampilan, dan teori fisioterapi

1.4.5 Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan

mengenai efektifitas pemberian Microwavediatermi, Ultrasound

Dan Mc Kanzie terhadap penurunan nyeri pada HNP sekaligus

sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian bagi penelitian

selanjutnya

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HNP (Hernia Nukleus Pulposus)

2.1.1 HNP

a. Anatomi Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis disusun oleh 33 vertebra, 7 vertebra servikalis

(C), 12 vertebra torakalis (T), 5 vertebra lumbalis (L), 5 vertebra

sakralis (S), dan 4 vertebra koksigeus (pada umumnya 3 vertebra

koksigeus di bawah bersatu). Struktur kolumna vertebralis ini

fleksibel karena bersegmen dan disusun oleh tulang vertebra, sendi-

sendi, dan bantalan fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis.

8
b. Definisi HNP

Hernia nukleus pulposus merupakan suatu keadaan patologis

dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus

ke dalam lumen kanalis vertebralis. HNP dapat terjadi pada semua

segmen vertebra, tetapi yang paling sering terjadi yaitu pada segmen

lumbal. Kasus HNP yang paling sering terjadi adalah pada diskus

9
intervertebralis L5-S1, kemudian disusul oleh herniasi pada diskus

intervertebralis L4-L5, L3-L4, L2-L3, dan L1-L2. Herniasi pada

diskus intervertebralis segmen thorakal relatif jarang, sedangkan pada

6 segmen servikal dapat mengenai diskus intervertebralis C5-C6 atau

C6-C7 (Nasikhatussoraya, 2016).

c. Epidemiologi

HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah

dan masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama. Insiden

HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5% dari populasi orang

dewasa. Terdapat kurang lebih 60-80% individu yang pernah

mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Nyeri punggung bawah

merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan

angka prevalensi berkisar sekitar 7,6-37% dimana insiden tertinggi

dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri

punggung bawah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40%

penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita

dimana pasien akan mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya

perlu rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut (Pinzon, 2012).

Prevalensi HNP berkisar antara 1-2% dari populasi. Kejadian

HNPyang paling sering (90%) yaitu mengenai diskus intervertebralis

L5-S1 dan L4-L5, kemudian daerah servikalis (C6-C7 dan C5-C6) dan

paling jarang terkena yaitu di daerah torakalis (Mahadewa &

Maliawan, 2009). Prevalensi tertinggi terjadi antara usia 30-50 tahun,

10
dengan rasio pria dua kali lebih besar daripada wanita. Pada umur 25-

55 tahun, sekitar 95% kejadian HNP terjadi pada daerah lumbal. HNP

di atas daerah tersebut lebih sering terjadi pada usia di atas 55 tahun.

Penelitian dari Dammers dan Koehler dalam(Pinzon, 2012) pada 1431

pasien dengan herniasi diskus lumbalis, memperlihatkan bahwa pasien

HNP L3-L4 secara bermakna berasal dari usia tua dibandingkan

dengan pasien HNP L4-L5.

d. Etiologi

Penyebab Hernia Nukleus Pulposus (HNP) terjadi karena

perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya

nucleus pulposus yang ditandai dengan adanya peningkatan usia.

Annulus fibrosa akan mengalami perubahan karena digunakan secara

terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosa biasanya di daerah lumbal

dapat menyembul atau pecah (Yusuf, 2017).

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) timbul karena sobeknya annulus

fibrosus yang dipicu oleh suatu trauma derajat sedang dan terjadi

secara berulang mengenai discus intervertebralis. Gejala trauma yang

dialami pasien pada umumnya bersifat singkat, dan gejala yang

disebabkan oleh cidera pada diskus tidak terlihat selama beberapa

bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi

diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin

rupture dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap

11
sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal

(Helmi, 2012).

Menurut (Herliana, Yudhinono , & Fitriyani, 2017) bahwa hal-hal

yang menyebabkan penyakit HNP antara lain :

1. Aktivitas mengangkat benda berat dengan posisi awalan yang

salah seperti posisi membungkuk sebagai awalan

2. Kebiasaan sikap duduk yang salah dalam rentang waktu yang

sangat lama. Hal ini sangat berpengaruh pada tulang belakang

ketika kita sedang membungkuk dalam posisi duduk yang

kurang nyaman

3. Melakukan gerakan yang salah baik disengaja maupun tidak

yang sangat berpengaruh pada tulang dan menyebabkan tulang

punggung mengalami penyempitan sehingga terjadi trauma

4. Kelebihan berat badan (obesitas).

e. Faktor resiko

Faktor risiko penderita HNP dapat dibagi atas (Mahadewa &

Maliawan, 2009):

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti:

a) Umur: semakin umur bertambah, risiko makin tinggi,

b) Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak daripada wanita,

c) Riwayat akibat cedera punggung atau HNP sebelumnya.

12
2. Faktor risiko yang dapat diubah, seperti:

a) Aktivitas dan pekerjaan, misalnya duduk dalam waktu lama,

mengangkat ataupun menarik beban yang berat, terlalu

sering memutarpunggung ataupun membungkuk, latihan

fisik terlalu berat dan berlebihan, paparan pada vibrasi yang

konstan,

b) Olahraga tidak menentu, misalnya memulai aktivitas fisik

yang sudah sekian lama tidak dilakukan dengan berlatih

berlebih dan berat dalam jangka waktu yang cukup lama,

c) Merokok, dimana nikotin dalam rokok dapat mengganggu

kemampuan diskus menyerap nutrisi yang diperlukan dari

darah,

d) Berat badan yang berlebihan, terutama beban ekstra di perut

yang menyebabkan strain pada punggung bawah,

e) Batuk dalam waktu yang lama dan berulang-ulang.

f. Klasifikasi

HNP terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya

(Milette, 2000), yaitu:

1. Protrusi diskus intervertebralis: nukleus terlihat menonjol ke

satu arah tanpa kerusakan annulusfibrosus.

2. Prolaps diskus intervertebral: nukleus berpindah, tetapi masih

dalam lingkaran anulus fibrosus.

13
3. Extrusi diskus intervertebral: nukleus keluar dari anulus

fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis

posterior.

4. Sequestrasi diskus intervertebral: nukleus telah menembus

ligamentum longitudinalis posterior.

Gambar 2.3 klasifikasi HNP

Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan

nervus di dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus

(annulus fibrosus); hal ini dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa

keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri

mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri yang

berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan

kontak dengan pembuluh darah, dan nyeri neurogenik, yang berasal

dari penekanan pada nervus.

14
g. Patofisiologi HNP

Penyebab dari HNP lumbal sering dihubungkan dengan proses

degenerasi diskus intervertebralis dan faktor mekanik, seperti tekanan

yang berlebihan atau peregangan yang berlebihan pada diskus

intervertebralis. Cedera gerakan fleksi dapat terjadi pada saat pasien

yang bersangkutan sedang membungkuk sambil melakukan suatu

aktivitas berat, misalnya mengangkat beban berat, terjatuh dalam

posisi duduk, ataupun terpeleset. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat

mengakibatkan cedera gerakan fleksi yang memicu timbulnya HNP

lumbosacral tanpa ada cedera-cedera sebelumnya.

Faktor lain yang berperan dalam patogenesis HNP lumbosakral

melibatkan proses degenerasi diskus intervertebralis. Secara

molekuler proses degenerasi terjadi apabila terproduksinya

komponen-komponen matriks yang abnormal atau terjadinya

peningkatan mediator-mediator yang bertugas mendegradasi matriks,

seperti Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), Matrix Metalloproteinases

(MMPs), Interleukin-1 (IL-1), dan menurunnya Tissue Inhibitors of

Metalloproteinases (TIMPs). Akibat dari proses degenerasi diskus,

kadar proteoglikan dan air di dalam nukleus pulposus menjadi turun.

Sebagian besar HNP terjadi pada daerah lumbal L4 -L5 atau L5 -S1.

Herniasi diskus antara L5 -S1 dapat menekanakar saraf S1, sedangkan

herniasi diskus antara L4 -L5 menekan ke akar saraf L5.Kandungan

air diskus berkurang seiring dengan bertambahnya usia (dari 90%

15
pada masa bayi menjadi 70% pada usia dewasa tua sampai lanjut

paling sering 30 –50 tahun) dan jumlah kolagen bertambah menjadi

lebih kasar serta mengalami hialinisasi. Mukopolisakarida berkurang

bersama dengan rasio jumlah karatan sulfat yang dibandingkan

dengan kondroitin sulfat yang meningkat. Ukuran molekular dari

proteoglikan menjadi lebih kecil dan lebih dapat menempel pada

serabut kolagen. Elastisitas, viskositas, dan kapasitas untuk berikatan

dengan air pada proteoglikan juga berkurang serta turut andil dalam

menyebabkan HNP yang disertai penekanan pada akar saraf spinalis

(Nasikhatussoraya, 2016; Pinzon, 2012).

Harsono dalam (Nasikhatussoraya, 2016) memaparkan bahwa HNP

lumbosakral didahului oleh adanya gaya traumatik seperti mengangkat

benda berat, aktivitas berlebihan, menegakkan badan waktu terpeleset

yang mengakibatkan sobekan pada anulus fibrosus yang bersifat

sirkumferensial. Sobekan tersebut ditandai dengan terbentuknya nodus

Schmorl yang dapat menyebabkan inflamasi dan nekrosis pada tulang

vertebra, sehingga terjadinya low back pain subkronis atau kronis

yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai dan dikenal

sebagai ischialgia. Jebolnya nukleus pulposus ke arah posterolateral

menyebabkan nukleus pulposus menekan radiks dan arteri radikularis

yang berada pada lapisan dura. Apabila tempat herniasinya berada di

tengah, maka tidak ada radiks yang terkena karena tidak adanya

kompresi pada kolumna anterior.

16
Prolapsus secara horizontal memiliki dua bentuk yang disebut

dengan nuclear herniation mengarah ke bagian posterior dan annular

protrusion dengan pembengkakan serabut anulus. Herniasi diskus

hampir selalu terjadi ke arah posterior atau posterolateral. Hal ini

dikarenakan ligamentum longitudinal anterior lebih kuat dibandingkan

ligamentum longitudinal posterior. Herniasi tersebut menggelembung

berupa massa padat dan tetap menyatu pada badan diskus, walaupun

fragmen fragmennya terkadang dapat menekan keluar dan masuk

menembus ligamentum longitudinalis posterior lalu berada bebas ke

dalam kanalis spinalis (Nasikhatussoraya, 2016).

h. Manifestasi klinis

Menurut (Yusuf, 2017) gejala yang sering ditimbulkan akibat HNP

adalah:

1. Nyeri punggung bawah, nyeri daerah bokong, rasa kaku atau

tertarik pada punggung bawah

2. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat

disertai baal, yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah

paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana

yang terjepit,rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan

aktifitas yang berlebihan

3. Kelemahan anggota badan bawah/tungkai bawah yang disertai

dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya

refleks tendon patella (KPR) dan archilles (APR), bils mengenai

17
konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,

miksi,dan fungsi seksual.

4. Bila stress vertical yang kuat mengenai kolumna vertebra

maka nucleus pulposus dapat menonjol keluar melalui annulus

fibrosus. Peregangan annulus fibrosus, yang berbentuk cincin

dan kaya inervasi nosiseptor, menyebabkan nyeri yang sangat

hebat sebagai nyeri punggung bawah yang terlokalisir.

Sementara itu, karena perengangan yang sangat kuat, annulus

fibrosus bisa ruptur atau pecah sehingga material diskus akan

ekstrusi dan dapat menekan radiks saraf menimbulkan nyeri

dirasakan sebagai nyeri radikuler (Jennie, 2010).

2.1.2 Nyeri

a. Definisi nyeri

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun

pontensial (Wiarto, 2017). Nyeri merupakan sebuah pengalaman

sensori serta emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan

pada kerusakan jaringan, aktual maupun potensial atau

menggambarkan suatu kerusakan yang sama menurut Association for

the Study of Pain (Black & Hawks, 2014).

Nyeri merupakan suatu pengalaman yang dikatakan oleh

seseorang yang sedang merasakan nyeri dan ada ketika seseorang

tersebut mengatakan ada (Black & Hawks, 2014). Definisi nyeri

18
dalam kamus medis yaitu perasaan distres, kesakitan,

ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari stimulasi ujung saraf tertentu.

Tujuan nyeri terutama untuk perlindungan, nyeri berperan sebagai

suatu sinyal peringatan dari tubuh terhadap jaringan yang sedang

mengalami kerusakan dan meminta individu untuk meredakan atau

menghilangkan nyeri dari sumber (Rosdahl & Kowalski, 2017). Nyeri

berperan sebagai mekanisme dalam memperingatkan individu

terhadap potensi bahaya fisik, oleh karena nyeri merupakan

mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut dengan memberikan dorongan untuk keluar dari

sesuatu yang menimbulkan nyeri.

Nyeri merupakan sesuatu yang sangat subyektif maka yang dapat

mendefinisikan nyeri secara akurat yaitu individu itu sendiri yang

sedang merasakan nyeri. Terlepas dari subyektifitasnya, seorang

perawat harus memiliki tanggungjawab untuk mengkaji klien secara

akurat dalam membantu meringankan atau menurunkan nyeri (Black

& Hawks, 2014).

b. Mekanisme nyeri

Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan transmisi nyeri

normal dan interpretasinya adalah nosisepsi. Nosisepsi merupakan

sistem yang membawa informasi mengenai peradangan, kerusakan,

atau ancaman kerusakan pada jaringan ke medula spinalis dan otak.

19
Nosisepsi memiliki empat fase:

1. Transduksi : sistem saraf yang mengubah stimulus nyeri dalam

ujung saraf menjadi impuls.

2. Transmisi: impuls berjalan dari tempat awalmya ke otak.

3. Persepsi: otak mengenali, mendefinisikan, dan berespons

terhadap nyeri.

4. Modulasi: tubuh mengaktivasi respons inhibitor yang diperlukan

terhadap efek nyeri (Craven& Hirnle, 2007 dalam (Rosdahl &

Kowalski, 2017).

c. Penggolongan nyeri

International Association for the Study of Pain (IASP) telah

mengidentifikasi beberapa kategori nyeri Diantaranya yaitu:

Menurut timbulnnya nyeri:

1. Nyeri akut

Nyeri akut yaitu sensasi yang terjadi secara mendadak atau

sebagai respons terhadap beberapa jenis trauma. Penyebab umum

nyeri akut yaitu trauma akibat kecelakaan, infeksi, serta

pembedahan. Nyeri akut terjadi dalam periode waktu yang singkat

yaitu sekitar 6 bulan atau kurang dan biasanya bersifat intermiten

(sesekali), tidak konstan. Apabila penyebab mendasar diterapi

secara rutin nyeri akut cepat menghilang.

20
2. Nyeri kronis

Nyeri kronis atau disebut dengan nyeri neuropatik yaitu suatu

ketidaknyamanan yang berlangsung dalam periode waktu yang lama

yaitu (6 bulan atau lebih) dan kadang bersifat selamanya. Penyebab

nyeri kronis sering kali tidak diketahui. Nyeri kronis terjadi akibat

kesalahan sistem saraf dalam memproses input (asupan)

sensori.Nyeri kronis membutuhkan waktu yang lama dalam periode

waktu pemulihan normal dibanding nyeri akut. Individu yang

mengalami nyeri kronis biasanya akan melaporkan rasa yang

terbakar, sensasi kesemutan, dan nyeri tertembak.

d. Faktor yang mempengaruhi nyeri

1. Persepsi nyeri

Persepsi nyeri atau interpretasi nyeri merupakan komponen

penting dalam pengalaman nyeri. Oleh karena kita menerima dan

menginterpretasikan nyeri juga dirasakan berbeda pada tiap

individu. Persepsi nyeri tidak hanya bergantung dari derajat

kerusakan fisik. Baik stimulus fisik maupun faktor psikososial

dapat memengaruhi pengalaman kita akan nyeri. Walaupun

beberapa ahli setuju mengenai efek spesifik dari faktor-faktor ini

dalam memengaruhi persepsi nyeri yaitu kecemasan, pengalaman,

perhatian, harapan, dan arti di balik situasi pada saat terjadinya

cedera (Black & Hawks, 2014).

21
2. Faktor sosial budaya

Ras, budaya, dan etnik merupakan faktor yang memengaruhi

seluruh respons sensori, termasuk respons terhadap nyeri. Peneliti

menemukan bahwa penilaian perawat mengenai nyeri yang dialami

klien dipengaruhi oleh kepercayaan dan budaya mereka sendiri

(Black & Hawks, 2014).

3. Usia

Terdapat beberapa variasi dalam batas nyeri yang dikaitkan

dengan kronologis usia. Individu dewasa mungkin tidak

melaporkan adanya nyeri karena takut bahwa hal tersebut

mengindikasikan diagnosis yang buruk. Nyeri juga dapat berarti

kelemahan, kegagalan, atau kehilangan kontrol bagi orang dewasa

(Black & Hawks, 2014).

4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat menjadi faktor dalam respon nyeri, anak

laki-laki jarang melaporkan nyeri dibandingkan anak perempuan.

Di beberapa budaya di Amerika Serikat, laki-laki jarang

mengekspresikan nyeri dibandingkan anak perempuan. Hal ini

tidak berarti jika anak laki-lakijarang merasakan nyeri, namun

mereka jarang memperlihatkan hal itu. (Black & Hawks, 2014)

e. Derajat nyeri

Pengukuran derajat nyeri sebaiknya dilakukan dengan tepat karena

sangat dipengaruhi faktor subyektif seperti faktor fisiologis, psikologis,

22
lingkungan, sehingga anamnesis berdasarkan pelaporan mandiri pada

pasien yang bersifat sensitif dan konsisten sangat penting. Keadaan

dimana tidak mungkin mendapatkan penilaian mandiri pasien seperti

pada keadaan gangguan kesadaran, gangguan kognitif, pasien

pediatrik, kegagalan komunikasi, tidak adanya kerjasama atau ansietas

berat dibutuhkan pengukuran yang lain. Nyeri ditetapkan sebagai tanda

vital kelima yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian akan rasa

nyeri dan diharapkan dapat memperbaiki tatalaksana nyeri akut

(Mardana & Aryasa, 2017).

Berbagai cara dipakai untuk mengukur derajat nyeri, cara yang

sederhana dengan menentukan derajat nyeri secara kualitatif sebagai

berikut:

1. Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul, terutama sewaktu

melakukan aktivitas sehari-hari dan hilang pada waktu tidur.

2. Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus, aktivitas terganggu, yang

hanya hilang apabila penderita tidur.

3. Nyeri berat adalah nyeri yang berlangsung terus menerus sepanjang

hari, penderita tak dapat tidur atau sering terjaga oleh gangguan

nyeri sewaktu tidur (Mardana & Aryasa, 2017).

2.1.3 Pengukungan Skala Nyeri

Intensitas nyeri adalah laporan mandiri tentang nyeri. Fisioterapi bisa

mendapatkan laporan mandiri ini dengan meminta klien untuk mengukur

nyeri pada skala yang harus mereka bayangkan atau menunjukkan skala

23
yang ada pada klien. Individu yang mengalami nyeri mungkin mendapatkan

kesulitan untuk berkonsentrasi pada tugas mental dan merasa kesulitan

untuk berespons terhadap skala yang harus mereka bayangkan. Di beberapa

rumah sakit sangat menguntungkan jika disediakan salinan skala intensitas

nyeri di tempat yang dapat dilihat dengan jelas oleh tiap klien, biasanya

ditempelkan di dinding sebelah tempat tidur (Black & Hawks,

2014).Intensitas nyeri merupakan suatu gambaran untuk mendeskripsikan

seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh klien, pengukuran nyeri sangat

subyektif dan bersifat individual sehingga intensitas nyeri yang dirasakan

akan berbeda dengan individu lainnya (Tamsuri, 2007 dalam (Wiarto,

2017).

Penilaian dan pengukuran derajat nyeri sangatlah penting dalam

proses diagnosis penyebab nyeri, sehingga dapat dilakukan tindakan

selanjutnya yang tepat meliputi tindakan farmakologi dan tindakan non

farmakologi. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin menggunakan metode

pengukuran skala nyeri Visual Analog Scale (VAS) adalah skala linear yang

menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami

seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm,

dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter ( Gambar 2.3). Tanda pada

kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. Ujung

yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili

rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau

horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya atau reda

24
rasa nyeri. Digunakan pada klien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama

VAS adalah penggunaan sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk

periode pasca bedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena VAS

memerlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi.

Gambar 2.4 VAS

2.1.4 Microwave Diathermy

Menurut Sugijanto (2015) Microwave Diathermy (MWD) digunakan

oleh fisioterapi dengan memanfaatkan stessor fisis berupa energi

elektromegnetik sebagai hasil arus bolak-balik dengan frekuensi 2450 MHz

dan 915 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm untuk meningkatkan

panas pada jaringan tubuh. Arus yang dipakai adalah arus rumah 50 Hz,

penetrasi hanya 3cm efektif pada otot.

Dosis yang digunakan untuk tujuan pengurangan nyeri dibutuhkan

dosis rendah. Pada dosis rendah justru terjadi kenaikan sirkulasi darah lebih

banyak dibandingkan dengan dosis fortis, sehingga dengan terjadinya

25
pelebaran pembuluh darah diharapkan mampu untuk mengangkat zat-zat P

yang mempengaruhi timbulnya nyeri.

Penelitian yang dilakukan oleh Giombini A,et.al.(2011) didapatkan

hasil bahwa pasien dengan pemberian Microwave Diathermy mengalami

penurunan yang signifikan, terdapat pada score nyeri. Hal ini membuktikan

bahwa pemberian Microwave Diathermy efektif untuk menurunkan rasa

nyeri dan mampu untuk meningkatkan fungsi fisik pasien.

Gambar 2.5 MWD

2.1.5 Ultrasound

Peralatan yang dipergunakan pada terapi ultrasound adalah generator

penghasil frekuensi gelombang yang tinggi, dan tranducer yang terletak

pada aplikator. Tranducer terbuat dari kristal sintetik seperti barium titanate

atau sinkron timbal titanat yang memiliki potensi piezeloelectric yakni

26
potensi untuk memproduksi arus listrik bila dilakukan penekanan pada

kristal. Terapi ultrasound biasanya dilakukan pada rentang frekuensi 0.8

sampai 3 megahertz (800 sampai dengan 3,000 kilohertz).

Frekuensi yang lebih rendah dapat menimbulkan penetrasi yang lebih

dalam (sampai dengan 5 sentimeter). Frekuensi yang umumnya dipakai

adalah 1000 kilohertz yang memiliki sasaran pemanasan Pada kedalaman 3

sampai 5 cm dibawah kulit. Pada frekuensi yang lebih tinggi misalkan 3000

kilohertz energi diserap pada kedalaman yang lebih dangkal yakni sekitar 1

sampai 2 cm.

Gelombang suara dapat mengakibatkan molekul-molekul pada

jaringan bergetar sehingga menimbulkan energi mekanis dan panas. Kedaan

ini menimbulkan panas pada lapisan dalam tubuh seperti otot, tendon,

ligamen, persendian dan tulang. Penetrasi tinggi ultrasound bergantung pada

jenis dan ketebalan jaringan.

Jaringan dengan kadar air yang tinggi menyerap lebih banyak energi

sehingga suhu yang terjadi lebih tinggi. Peningkatan suhu yang paling tinggi

dapat terjadi pada tulang dan jaringan lunak yang melekat padanya. Pada

pelaksanaan terapi ultrasound.

Ultrasound yakni gelombang kontinyu dan gelombang intermittent

(pulsed). Pada keadaan peradangan akut, gelombang intermitten lebih

dipilih. Gelombang kontinyu lebih menimbulkan efek mekanis seperti

meningkatkan permeabilitas membran sel dan dapat memperbaiki kerusakan

jaringan (Wahyuni, 2014).

27
Gambar 2.6 Ultrasound

2.1.6 Terapi latihan Mc.Kenzie

a. Definisi

Terapi latihan Mc.Kenzie adalah suatu tehnik latihan dengan

menggunakan gerakan badan terutama ke arah ekstensi, biasanya

digunakan untuk penguatan dan peregangan otot-otot extensor dan

flexor sendi lumbosacralis dan dapat mengurangi nyeri. Latihan ini

diciptakan oleh robin Mc.Kenzie. Prinsip latihan Mc.Kenzie adalah

memperbaiki postur untuk mengurangi hiperlordosis

lumbal.Sedangkan secara operasional pemberian latihan untuk

penguatan otot punggung bawah ditujukan untuk otot-otot flexor dan

untuk peregangan ditujukan untuk otot-otot extensor punggung

(Jumiati,2015).

Latihan gerak aktif dengan metode Mc.Kenzie exercise dapat

meningkatkan peregangan dan penguatan pada otot-otot daerah

28
lumbosakral sehingga kontraksi otot selama latihan akan

meningkatkan muscle-pump yang menjadikan suplai oksigen dan

nutrisi lebih lancar dalam jaringan sehingga diharapkan otot punggung

bawah menjadi memiliki daya tahan dalam bekerja sehingga akan

berdampak pada terpeliharanya sifat-sifat fisiologis otot (Saputri,

2016).

b. Indikasi dan kontra indikasi

Indikasi latihan Mc.Kenzie

1) Spasme

2) Nyeri

3) Kelemahan dan penurunan kekuatan otot

4) stretching otot

Kontraindikasi latihan Mc.Kenzie

1) Fraktur

2) Dislokasi

3) Osteoporosis

4) Ruptur ligament

5) Spondylolisthesis

6) Infeksi

7) Rhematoid arthritis

c. Tehnik Latihan

Tehnik Pelaksanaan latihan Mc.Kenzie

29
Latihan 1

1) Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5

menit

2) Mengatur frekuensi pernapasan dengan tarik napas dalam

dan menghembuskan secara perlahan lahan

2.7 Latihan Mckenzie Prone-lying

Latihan 2

1) Posisi tidur tengkurap bertumpu pada kedua siku

2) Pandangan lurus kedepan

3) Pertahankan posisi kira-kira 5 menit sehingga dirasakan bagian

pinggang bawah rileks

4) Lakukan 10-12 kali repitisi setiap hari.

Gambar 2.8 Sphinxexercise

30
Latihan 3

1) Posisi telungkup dan tangan diletakkan dibawah bahu

2) Tubuh didorong ke atas dengan meluruskan siku sedangkan

panggul dan tungkai rileks

3) Pertahankan posisi ini selama 1-2 detik dan kemudian secara

perlahan turunkan tubuh bagian atas

4) Lakukan 10-12 repetisi selama 20 menit setiap hari.

Gambar 2.9 Cobraexercise

Latihan 4

1) Posisi tidur telentang dengan kedua lutut di tekuk

2) Kemudian menarik kedua lutut hingga menekan dada namun

posisi kepala tidak diangkat atau tetap diletakkan pada lantai

3) Setiap gerakan dilakukan dan ditahan selama 5-8 hitungan

dengan 4 kali pengulangan.

31
Gambar 2.10 Latihan Mckenzie Double Knee to Chest

Latihan 5

1) Berdiri tegak dengan kaki tidak rapat

2) Tangan diletakkan sedikit dibelakang pinggang dan jari-jari

menghadap ke belakang

3) Tubuh (pinggang keatas) digerakkan kebelakang sejauh

mungkin dengan tangan sebagai fulcrum (pusat gerakan)

4) Lutut dalam keadaan lurus

5) Pertahankan posisi ini selama 1-2 detik lalu kembali ke posisi

semula

6) Lakukan 10-12 repetisi selama 20 menit setiap hari.

32
Gambar 2.11 Standingback extension exercise

2.2 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah model konsep tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

(Sugiyono,2017).

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah bagan dibawah ini

33
Dimana Skema 2.1 ini menjelaskan tentang Faktor Penyebab Nyeri pada HNP.

s
Proses degeneratif

Kehilangan protein polisakarida

Kandungan air menurun

Usia Riwayat kerja

HNP

Nukleus pulposus terdorong

Ujung syaraf spinal tertekan

Nyeri
Perubahan sesasi Penurunan kerja refleks

Gangguan mobilitas
fisik

MWD, Ultrasound, Mc.kanzie


kkkkKhenzie
Skema 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Nasikhatussoraya, 2016; Pinzon, 2012.

34
2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka teori atau ekspresi atau penyederhaaanan
teori yang mendukung penelitian (Notoatmodjo,2012)

Variable Variabel
independent dependent
MWD,US,Mc Mengurangi
Kanzie nyeri

Keterangan :
                             : Variabel yang diteliti

: Pengaruh

Skema 2.2 Kerangka Konsep

2.4 Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini yaitu :
Ho: Tidak ada pengaruh pemberian MWD, US, Mc. Khenzie terhadap

penurunan nyeri pada pasien HNP

Ha: Ada pengaruh pemberian MWD, US, Mc. Khenzie terhadap penurunan

nyeri pada pasien HNP

35
BAB 3

METODA PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan pendekatan

metode quasy eksperimental dengan rancangan group pre and post one gruop

design. Metode penelitian ini adalah penelitian dengan satu kelompok subjek

dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah yang bertujuan untuk mengetahui

terhadap pemberian MWD, US dan Mc Kanzie yang bertujuan agar dapat

menurunkan nyeri pada kasus HNP di RSUD Selasih. Subjek penelitian ini

adalah pasien HNP di RSUD yang memenuhi syarat sebagai penelitian

(kriteria inklusi).

P S O1 X O2

Skema 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :

P : Populasi

S : Sampel

O1 : Sebelum perlakuan

O2 : Sesudah perlakuan

X : Perlakuan

36
3.2 Lokasi dan Waktu penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Poli rawat jalan Fisioterapi RSUD Selasih

Kab.Pelalawan. Adapun alasan peneliti memeilih lokasi tersebut adalah

karena peneliti bekerja di rsud ini dan belum pernah ada dilakukan penelitian

sejenis ditempat ini. Sealin itu berdasarkan observasi lapangan pada kasus

HNP intervensi yang diberikan sebelumnya kurang mendapat hasil yang

maksimal dalam mengurangi derajat nyeri

3.2.2 Waktu

Waktu penelitian ini dilakukan mulai Januari 2020 – Juli 2021

Adapun waktu kegiatan penelitian disajikan dalam table 3.1 berikut :

37
JANUA FEBRU MARET APRIL MEI JUNI
RI ARI
N URAIAN
O KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

1 Pengajuan judul

2 Bimbingan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Perbaikan Proposal

5 Pengumpulan data

6 Analisis data

7 Penyusunan laporan

8 Sidang Skripsi
Tabel 3.1. Kegiatan Penelitian

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subyek/obyek penelitian. Populasi

pada penelitian adalah semua penderita dengan diagnose HNP yang

berkunjung dari bulan Januari – Desember 2020 di Poli rawat jalan

Fisioterapi RSUD Kab.Pelalawan berjumlah 285 orang

3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebagian dari populasi yang terpilih dan

mewakili populasi tersebut (Yusuf, 2017).Sampel dalam pasien ini adalah

pasien HNP di RSUD Selasih Kab.Pelalawan tahun 2021. Besar sampel

38
minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus

(Lemeshow, 1997) sebagai berikut.

Keterangan :

n = Besar sampel minimal

N = Jumlah populasi

Z = Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI 95%

d = Derajat ketepatan yang digunakan oleh 90% atau 0,1

p = Proporsi target populasi adalah 0,1

q = Proporsi tanpa atribut 1- p = 0,9

Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel pada penelitian ini adalah:

n= 285.(1,96) ².0,1.0,9

       0,1 ² (285-1)+ (1,96) ².0,1.0,9

n= 98,53704

3,185744

n= 30,98 = 31 orang

Berdasarkan  rumus diatas, maka jumlah  sampel pada penelitian ini adalah

31 orang.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

sampling yaitu merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam

penelitian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan mewakili

39
keseluruhan populasi yang ada (Sasroamoro, 2010). Pada penelitian ini adalah

menggunakan non probability dengan pendekatan Purposive sampling. Purposive

sampling  merupakan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri

khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab

permasalahan penelitian.

Untuk membatasi karakter dari masing-masing sampel, maka dilakukan

kriteria penelitian sampel yaitu Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi :

1. Kriteria Inklusi

a) Pasien HNP di poli Fisioterapi RSUD Selasih

b) Laki-laki

c) Perempuan

d) Berkomunasi dengan baik

e) Usia 45-50 thn

f) HNP grade 2 dan 3

g) Pasien yang bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga

akhir

2. Kriteria Eklusi

a) Adanya Fraktur

b) Adanya Osteoporosis

c) Adanya tanda Inflamasi acute

d) HNP Grade 4

40
3. Drop Out

a) Responden 3 kali berturut-turut tidak mengikuti penelitian

b) Sampel yang selama treatmen mendapatkan perlakuan atau

tindakan lain dan di temukan kondisi lain diluar kehendak.

3.4. Tehnik pengumpulan data

Adapun pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah melalui wawancara

langsung kepada penderita HNP dengan menggunakan alat ukur

nyeri yaitu Visual Analoge Scale (VAS).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data penelitian ini yaitu jumlah

penderita diperoleh dari jumlah kunjungan pasien di poli

Fisioterapi RSUD Selasih Kab. Pelalawan

3.5. Variabel dan Defenisi operasional

Adapun variabel penelitian dan definisi operasional dari variabel yang telah

disebutkan diatas bisa dijelaskan dalam tabel dibawah ini  sebagai berikut :

Tabel 3.2 Variabel penelitian, Defensi Operasional dan Cara Pengukuran

Variabel Definisi Operasional Cara Alat Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur Ukur
Dependent Pengalaman/rasa yang tidak Obser VAS 0-10 Rasio
Nyeri pada pasien menyenangkan yang vasi
HNP dirasakan oleh pasien yang
menderita HNP

41
Independent Aplikasi terapeutik dengan
MWD menggunakan gelombang
mikro dalam gelombang
eletromagnetik berfrekuensi
2456Mhz.Penetrasi pada
MWD hanya 3 cm dan
efektif pada permasalahan
otot Tujuan terapi ini untuk
meningkatkan metabolisme
lokal sehingga menimbulkan
vasodilatasi (pelebaran
pembuluh darah)
US Ultrasound merupakan
terapi menggunakan
gelombang suara tinggi
dengan frekuensi 1 dan
3 Mhz. Penggunaan
Ultrasound pada daerah
pinggang. Tujuannya, untuk
mengurangi nyeri dan
memperbaiki proses
penyembuhan kolagen
Mc Kanzie Mc.Kenzie exercise merupakan
suatu teknik latihan dengan
menggunakan gerakan badan
terutama ke belakang/ekstensi,
biasanya digunakan untuk
penguatan dan peregangan
otot-otot ekstensor dan fleksor
sendi lumbosacralis dan dapat
mengurangi nyeri.

3.6. Metoda Pengukuran Data

3.6.1 Pre eksperimen


Melakukan wawancara mengenai keluhan nyeri pada HNP sebelum

dilakukannya intervensi MWD, US dan Mc Kanzie dengan

menggunakan alat ukur VAS (Visual Analoque Scala) .VAS ditandai

dari awal garis (0) yang memiliki arti tidak nyeri , dan akhir garis (10)

yang memiliki arti nyeri sangat hebat.

42
3.6.2 Eksperimen

Dilakukan intervensi dengan MWD,US dan Mc kanzie kepada

responden yang dilakukan selama 10 – 25 menit,tindakan dilakukan

selama 6 minggu

3.6.3 Post Eksperimen

Peneliti melakukan observasi keluhan nyeri setelah dilakukan

intervensi dengan menggunakan alat ukur VAS, lalu dilihat

perbandingannya sebelum dan sesudah diberikan perlakuan MWD,US

dan Mc kanzie

3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah sesuai dengan langkah-

langkah pengolahan data sebagai berikut (Notoatmodjo, 2018):

1. Editing

Kegiatan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan

kelengkapan jawaban kuesioner dan responden. Hal ini di lakukan

di tempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera

akan dapat di lengkapi.

2. Coding

Coding mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka dengan menggunakan kode-kode tertentu pada semua

variabel, yang bertujuan untuk mempermudah dalam mengolah dan

menganalisis data.

43
3. Entry

Kegiatan memasukan data dan diolah ke dalam databese komputer

dengan SPSS. Data yang dimasukan adalah data yang sudah diberi

skor dan kode variabel.

3.7.2 Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat
Tujuan dari analisa univariat yaitu untuk mendeskripsikan

karakteristik dari masing-masing variabel yang akan diteliti,

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat perlakuan MWD,US danMc

kanzie  pada penderit HNP. Uji statistik dalam  penelitian  ini yang

pertama kali dilakukan yaitu uji normalitas untuk mengetahui

distribusi data yaitu  dengan menggunakan uji Shapiro Wilk Test

karena sampel  kurang dari 50 data. Taraf signifikansi yang

digunakan adalah sebesar 0.05 (α = 0.05) maka :

a.p > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal

b.p < 0.05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal

Jika data terdistribusi  secara normal maka uji selanjutnya yang

digunakan yaitu uji paired sample t test yaitu untuk melihat

perbedaan rata-rata hasil antara tes awal dan tesakhir. Apabila data

tidak terdistribusi secara normal maka uji yang digunakan yaitu

uji  wilcoxon.Dasar pengambilan keputusan terhadap uji tersebut

44
yaitu jika p <α =0.05 maka Ho di tolak yang berarti terdapat

perlakuan MWD,US dan Mc Kanzie. Dalam Mengurangi   Nyeri

Pada Penderita HNP Di Poli  Fisioterapi  Rumah Sakit Umum

Daerah Selasih

45
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Selasih

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) selasih awalnya hanya

sebuah puskesmas perawatan (PUSWAT) Plus. Oleh Bupati Pelalawan

saat itu T.Azmun Ja’afar, SH, statusnya ditingkat menjadi rumah sakit

dengan nama SELASIH. RSUD Selasih merupakan rumah sakit milik

Pemerintah Kabupaten Pelalawan yang diresmikan pada tanggal 20 Maret

2004 oleh Gubernur Riau H. M Rusli Zainal dengan izin penyelenggaraan

/operasional dari Bupati Pelalawan Nomor KPTS /440 /DINKES /1 /2005

/12.a tahun 2005.

Penentuan Klarifikasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Selasih

sebagai rumah sakit kelas C didasarkan pada keputusan Menteri

Kesehataan Nomor 141/MENKES/I/SK/2007 tentang peningkatan kelas

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Selasih miliki Pemerintah Kabupaten

Pelalawan Provinsi Riau. Beberapa peraturan daearah dan peraturan

Bupati yang menunjang pelaksanana yang menunjang pelaksanaan

opeasional RSUD Selasih antara lain peratuaran daerah Kabupaten

Pelalawan Nomor 10 tahun 2008 tentang susunan organisasi dan tata kerja

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) selasih Kabupaten Pelalawan dan

peraturan Bupati nomor 46 tahun 2009 tentang penjabaran tugas dan

fungsi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Selasih kabupaten pelalawan.

46
Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah dan instansi pelayanan

publik RSUD Selasih berkewajiban mempertanggungjawabkan

pelaksananan tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan oleh masyarakat

dan pemerintah Kabupaten Pelalawan. Apakah tujuan dan sasaran program

telah mencapai hasil yang diharapkan,berhasil guna dan berdayaguna yang

optimal dalam meningkatkan derajta kesehatan masyarakat serta dapat

meningkatkan kinerja pembangunan kesehatan di Kabupaten Pelalawan

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas pemberian MWD,

Ultrasound dan Mc Kanzie terhadap penurunan nyeri pada HNP di RSUD

Selasih di Pangkalan Kerinci. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 Mei

2021 dengan jumlah responden sebanyak 31 orang. Responden dalam

penelitian ini adalah pasien HNP di RSUD Selasih Kab.Pelalawan tahun

2021. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur nyeri yaitu Visual

Analoge Scale (VAS) sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik umum sampel penelitian meliputi jenis kelamin, dan

pekerjaan. Karakteristik disajikan pada table 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umum

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 23 74.2
Perempuan 8 25.8
Total 31 100
Pekerjaan
PNS 2 6.5
Swasta 29 93.5
Total 12 100

47
Sumber: Data primer 2021

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang (74.2%) dan

mayoritas pekerjaannya adalah swasta yaitu sebanyak 29 orang (93.5).

4.2.2 Rerata Nyeri Sebelum Pemberian MWD, Ultrasound dan Mc

Kenzie pada Pasien HNP di RSUD Selasih Kab. Pelalawan

Tahun 2021

Rerata nyeri sebelum pemberian MWD, Ultrasound dan Mc

Kenzie pada pasien HNP di RSUD Selasih Kab. Pelalawan Tahun 2021

disajikan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Rerata nyeri sebelum pemberian MWD, Ultrasound dan Mc


Kanzie pada pasien HNP di RSUD Selasih Kab. Pelalawan
Tahun 2021

Nyeri Mean CI 95% SD Min-Max


Pasiein HNP 5.54 5.13 1.12 4-7
Sumber: Data primer 2021

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata nyeri pasien HNP sebelum diberikan
MWD,Ultrasound dan Mc Kanzie sebesar 5.54 dengan CI sebesar 5.13 dan
SD sebesar 1.12 serta nilai minimum 4 dan nilai maksimum 7

4.2.3 Rerata Nyeri Sesudah Pemberian MWD, Ultrasound dan Mc

Kenzie pada Pasien HNP di RSUD Selasih Kab. Pelalawan

Tahun 2021

Rerata nyeri sesudah pemberian MWD, Ultrasound dan Mc Kenzie

pada pasien HNP di RSUD Selasih Kab. Pelalawan Tahun 2021 disajikan

pada tabel 4.3 berikut :

48
Tabel 4.3 Rerata nyeri sesudah pemberian MWD, Ultrasound dan Mc
Kanzie pada pasien HNP di RSUD Selasih Kab. Pelalawan
Tahun 2021

Nyeri Mean CI 95% SD Min-Max


Pasiein HNP 2.51 2.25 0.724 4-7
Sumber: Data primer 2021

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rerata nyeri pasien HNP sesudah


pemberian MWD,Ultrasund dan Mc Kanzie sebesar 2.51 dengan CI 2.25
dan SD sebesar 0.724 serta nilai minimum 4 dan nilai maksimum 7

4.2.4 Pengaruh Pemberian MWD, Ultrasound dan Mc Kenzie

terhadap Penuruan Nyeri pada Pasien HNP di RSUD Selasih Kab.

Pelalawan Tahun 2021

Pada penelitian ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui

pengaruh pemberian MWD, Ultrasound dan Mc Kanzie terhadap

penurunan nyeri pada HNP. Analisis data menggunakan paired sample t

test. Kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas, sehingga dapat

nilai yang baik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang

digunakan telah berdistribusi normal atau tidak. Untuk mendeteksi

normalitas data, dapat dilakukan dengan menggunakan saphiro wilk test

karena jumlah partisipan < 50 dengan hasil yang tampak pada Tabel 4.4

berikut

Tabel 4.4 Uji Normalitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian MWD,

Ultrasound dan Mc Kenzie pada Pasien HNP di RSUD Selasih

Kab. Pelalawan 2021

49
Shapiro-Wilk
Variabel
statistik df sig
VAS_Pretest .847 31 .083
VAS_Posttest .814 31 .090

Pada Tabel 4.4 menunjukkan nilai sig. untuk VAS skor sebelum

terapi 0.083 dan untuk setelah terapi 0.090 yang berada pada > 0,05

sebagai batas kritis, yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini

berarti distribusi data pada penelitian ini normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu varians

dari dua data kelompok bersifat homogen (sama). Pedoman pengambilan

keputusan dalam uji homogenitas yaitu jika nilai signifikansi Based on

Mean > 0.05 maka varians data adalah homogen dan sebaliknya. Adapun

hasil statistiknya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

VAS_Skor

Levene Statistic df1 df2 Sig.

5.036 1 60 .062

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui nilai sig adalah sebesar

0.062 > 0.050, maka dapat disimpulkan bahwa varian pretest dan posttest

skor VAS adalah sama atau homogen.

50
c. Pengaruh Pemberian MWD, Ultrasound dan Mc Kenzie terhadap

Penurunan Nyeri pada Pasien HNP di RSUD Selasih Kab.

Pelalawan Tahun 2021

Untuk menguji ada perbedaan atau tidak dari pemberian intervensi

Microwave diathermi,Ultrasound dan Mc Kanzie terhadap pasien Hernia

Nukleus Pulposus maka dilakukan uji statistic paired sample t test dengan

SPSS versi 21.0. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (0.05)

berdasarkan kriteria pengujian uji t dengan ketentuan jika nilai signifikasi

> 0.05 maka H0 diterima yang artinya tidak ada perbedaan dan sebaliknya

jika nilai signifikansi <0.05 maka H1 ditolak yang artinya ada perbedaan

yang signifikan.

Tabel 4.5 Hasil paired t test


Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

VAS_Pretest -
3.03226 1.19677 .21495 2.59328 3.47124 14.107 30 .020
VAS_Posttest

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.5 diperoleh nilai sig 0.020 <

0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata antara skor

VAS pretest dan skor VAS posttest dengan rata-rata skor VAS posttest

5.54-2.51= 3.03 dan selisih perbedaan tersebut antara tersebut antara

-2.593 sampai dengan 3.47 (95% Confidanse Interval of the Difference

Lower and Upper).

51
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik responden

Kompresi struktur saraf oleh degeneratif lumbal biasanya disebabkan oleh

herniasi diskus, degenerasi tulang atau penjebakan ligamen dan merupakan

penyebab utama terjadinya disabilitas. Pasien HNP memiliki keluhan utama

berupa nyeri pada punggung bawah. Persepsi nyeri ini bertujuan untuk membatasi

gerakan yang melibatkan otot-otot punggung. Pembatasan gerak ini diakibatkan

oleh spasme otot dan spasme otot sendiri adalah suatu upaya proteksi terhadap

cedera atau lesi yang lebih berat yang mungkin dapat terjadi. Spasme otot akan

menimbulkan suatu manifestasi yaitu penurunan ROM atau fleksibilitas dari

punggung dan tulang belakang. Nyeri bukan hanya sensasi yang tidak

menyenangkan, tetapi juga mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan pasien

mulai dari aktivitas kehidupan sehari-hari, emosi, dan interaksi social

(Nasikhatussoraya, 2016)

Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang (74.2%) dan mayoritas pekerjaannya

adalah swasta yaitu sebanyak 29 orang (93.5). Hal ini terkait pekerjaan dan

aktifitas yang dilakukan pria cenderung keaktifitas fisik yang melibatkan columna

vertebralis.

52
5.2 Efektifitas Intervensi Microwave Diathermi,Ultrasound, Dan Mc

Kanzie terhadap penurunan Nyeri pada kasus HNP

Micro Wave Diathermy adalah suatu aplikasi terapeutik dengan

menggunakan gelombang mikro dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang akan

dikonversi dalam bentuk dengan frekuensi 2456 MHz dan 915 MHz dengan

panjang gelombang 12,25 arus yang dipakai adalah arus rumah 50 HZ, penetrasi

hanya 3 cm.Yang bertujuan untuk mengurangi nyeri timbul akibat adanya

jaringan yang rusak atau tidak normal, sehingga menstimulasi niciseptor.

Pemberian MWD dengan menggunakan efek panas dari MWD diharapkan panas

yang diberikan akan memberikan efek sedative sehingga menurunkan nilai

ambang rangsang (Sudarsini, 2017). Dari hasil analisa uji statistik paired t test

diperoleh nilai significancy (p<0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

antara pemberian MWD, Ultrasound dan Mc Kanzie terhadap penurunan nyeri

pada HNP di RSUD Selasih di Pangkalan Kerinci.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adriani

(2015) bahwa terdapat nilai signifikan MWD dan Mc.Kenzie dengan penurunan

nyeri dengan p value = 0,00, dengan rata rata nyeri sebelum intervensi 6,62 dan

rata rata nyeri setelah intervensi 2,62 dapat disimpulkan adanya pengaruh Micro

Wave Diathermy dan latihan Mc.Kenzie dengan penurunan nyeri. Dengan adanya

pengaruh Micro Wave Diathermy dan latihan Mc. Kenzie terhadap penurunan

nyeri pada penderita Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

Adapun efek yang dihasilkan oleh pemberian Micro Wave diathermy

(MWD) adalah efek fisiologis dan efek teraupetik bagi penderita Low Back Pain.

53
Efek pisiologis yang dihasilkan adalah, meningkatkan predaran darah,

meningkatkan jaringan elastisitas jaringan fibrosus seperti yang dijumpai dalam

tendon, kapsul sendi dan jaringan parut. Efek teraupetik yang dihasilkan adalah

mengurangi nyeri, normalisasi tonus lewat efek sedative, perbaikan sistem

metabolisme dan menurunkan spasme otot (Sudarsini, 2017).

Mekanisme penurunan nyeri dengan Ultrasound memiliki efek biologis

yang dapat menimbulkan micromassage. Aplikasi Ultrasound menggunakan

penyerapan dari energy suara yang menghasilkan efek berupa panas sehingga

terjadi peningkatan aliran darah serta membantu dalam menurunkan nyeri.

Metode Mc. Kenzie yang dikenal juga sebagai Mechanical Diagnosis and

Treatment (MDT) adalah terapi latihan aktif yang menggunakan gerakan

berulang atau posisi-posisi tertentu yang dapat diajarkan dengan tujuan

mengurangi nyeri, disabilitas dan meningkatkan mobilitas tulang belakang

(McKenzie, 2011).

Lebih lanjut, McKenzie menjelaskan dalam bukunya terapi dasar

pemikiran dalam membuat latihan McKenzie adalah bahwa pada gerakan

fleksi lumbal cenderung terjadi gerakan nucleus pulposus kearah posterior yang

akan menekan susunan saraf sehingga menimbulkan nyeri. Kemudian,

aktivitas sehari-hari manusia kebanyakan adalah melakukan gerakan fleksi

lumbal.Selanjutnya, bahwa dalam posisi lumbal ekstensi lebih memberikan

proteksi terhadap tekanan yang terjadi pada vertebrae yang melindungi

tekanan pada discus. Maka dengan dasar tersebut, metode McKenzie sangat

tepat digunakan pada kondisi LBP karena HNP.

54
Dalam Metode McKenzie dijelaskan memiliki dua fase gerakan, yaitu

fase gerakan ekstensi dan fase gerakan fleksi. Dalam kondisi LBP

disebabkan karena HNP, McKenzie merekomendasikan penggunaan fase

ekstensi terlebih dahulu dalam rangka pengurangan nyeri mekanis dan dalam

usaha mengarahkan mengurangi tekanan diskus terhadap akar saraf dan dengan

kondisi tersebut pasien lebih merasakan nyeri saat gerakan fleksi lumbal.

55
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahawa pemberian Mirowave

Diathermi, Ultrasound dan Mc Kanzie adalah :

1. Rerata nyeri pasien HNP di RSUD Selasih sebelum pemberian MWD,

Ultrasound dan Mc Kanzie adalah 5.54.

2. Rerata nyeri pasien HNP di RSUD Selasih sesudah pemberian MWD,

Ultrasound dan Mc Kanzie adalah 2.51.

3. Terdapat pengaruh pemberian Mirowave Diathermi, Ultrasound dan

Mc Kanzie terhadap penurunan nyeri pinggang yang disebabkan oleh

Hernia Nukleus Pulposus dengan memperhatikan dari hasil analisis

dengan signifikan p value = 0.020< 0.05

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian pada pasien HNP di RSUD

Selasih pangkalan kerinci yang berjudul Efektifitas Intervensi Microwave

Diathermi,Ultrasound, Dan Mc Kanzie terhadap penurunan Nyeri pada kasus

HNP. Beberapa saran untuk penelitian sebagai berikut:

1. Bagi Pasien HNP

Diharapkan responden dapat mengikuti dan mengulangi semua arahan

yang telah diberikan

2. Bagi Fisioterapi

56
Memberikan informasi dan masukkan tentang tingkat professional bagi

tenaga fisioterapi pada pengaruh Efektifitas Intervensi Microwave

Diathermi, Ultrasound, Dan Mc Kanzie terhadap penurunan Nyeri pada

kasus HNP

3. Bagi Rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi untuk mengetahui

efektifitas pemberian Microwave Diathermi,Ultrasound dan McKanzie

terhadap penurunan nyeri pada kasus HNP di RSUD Selasih

4. Bagi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah pilihan referensi tentang intervensi

penurunan nyeri pada kasus HNP.

5. Bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya bisa menambah sampel yang lebih banyak dari

penelitian saya dan waktu penelitian yang lebih lama dari penelitian ini

sehingga didapatkan hasil yang lebih maksimal

57
DAFTAR PUSTAKA

A Muri Yusuf. 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan. Penelitian


Gabungan. Jakarta: Kencana.  
Black,J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria.
Cahyati, Y. I. (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Hernia Nucleus
Pulposus Pada L5-S1 di Rsud Salatiga. KTI, Universitas Muhammadiah
Surakarta.
Giombini a, et al. (2011). Localized Hyperthermia Induced By Microwave
Diathermy In Osteoarthitis Of The Knee. Knee Surg Sport Traumatol
Arthose. 19 (6);980-7
Helmi, Z, N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika
Herliana, A., Yudhinono , N. F., & Fitriyani. (2017, September). Sistem Pakar
Diagnosis Penyakit Hernia Nukleus Pulposus Menggunakan Forward
Chainning Berbasis Web. Kajian Ilmiah, 17.
JS, L. (2013, Oktober). Hernia Nukleus Pulposus Lumbal Ringan Pada Janda
Lanjut Usia Yang Tinggal Dengan Keponakan Dengan Usia Yang Sama.
Medula, 1.
Jennie, M. (2010, November). Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis In Nyeri
Pinggang Bawah. Kedokteran Universitas Diponegoro, 1, 48-53.
Jumiati, J. 2015. Penambahan Core Stabilization Exercise Lebih Menurunkan
Disabilitas di Bandingkan dengan Penambahan Latihan Metode McKenzie
pada Traksi Manipulasi Penderita Nyeri Pinggang Bawah Mekanik di Kota
Yogyakarta. (Tesis). Denpasar: Program Pasca Sarjana Universitas
Udayana.
 Lemeshow, 1997, Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Yogyakarta,
UGM. 
Liu, C., Zhang, F., Liu, H., & Wei, F. (2018). NF-kB mediated CX3CL1
activation in the dorsal rootganglion contributes to the maintenance of
neuropathic pain induced in adult male SpragueDawley rats. Acta
Cirurgica Brasileira, 33(7), 619–628. https://doi.org/10.1590/s0102-
865020180070000007
Mahadewa, T, G.B., dan Maliawan, S. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana
Kegawatdaruratan Tulang Belakang. Sagung Seto: Jakarta.

58
Mardana, I. K., & Aryasa, T. (2017). Penilaian Nyeri. Retrieved from
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/0a3e5b2c21e3b90
b485f882c78755367.pdf
Milette, PC. 2000. Classification, Diagnostic Imaging, and Imaging
Characterization of a Lumbar Herniated Disk.Radiologic Clinics of North
America. Saunders Company Volume 38. Issue 6 (2000)
Nasikhatussoraya, Nova, Dkk. 2016. HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DAN
DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI DENGAN KUALITAS
HIDUP : STUDI PADA PASIEN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
(HNP) LUMBAL. JKD, Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 : 1364-1377.
Pinzon, R. (2012). Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus
Pulposus. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta, XXXIX, 749-751.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar.
Jakarta: EGC.
Saputri, O. 2016. Pengaruh Core Stability Exercise Dan Mc. Kenzie Exercise
Terhadap Peningkatan Aktivitas Fungsional Pada Penjahit Dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) MiogenikDi Desa Tambong
Kabupaten Klaten. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wahyuni, N.dr. 2012. Perbedaan Efektivitas Antara Terapi Latihan William
Flexion Dengan MC.Kenzie Extension Pada Pasien Yang Mengalami
Postural Low Back Pain. Jurnal Penelitian. Denpasar: Universitas Udayana
Denpasar Bali.
Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Gosyen Publisihing.
Yudianta, Khoirunnisa, N., Novitasari R.W. (2015). Assessment Nyeri. (Online.).
http://kalbemed.com/Portals/6/19_226Teknik-Assessment
%20Nyeri.pdfdiakses pada 3 April 2016.
Yusuf, A.W. 2017.Hubungan Antara Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Dengan
Derajat Nyeri Punggung Bawah Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Wahidin Sudirohusodo.Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

LAMPIRAN

59
I. INDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Alamat :

II. Instrumen Penelitian

Berikut ini adalah pernyataan yang harus dijawab responden dengan

menggunakan alat ukur nyeri yaitu visual analoge scale (VAS).untuk

mengukur nyeri yang  dirasakan oleh  penderita HNP sebelum dan

sesudah dilakukan pemberian MWD,US dan Mc Kanzie .Cara

penilaiannya adalah penderita menandai pada nilai skala yang sesuai

dengan intensitas nyeri yang dirasakannya setelah diberi penjelasan

dari peneliti tentang makna dari setiap skala tersebut. Penentuan skor

VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung garis yang

menunjukkan titik tidak nyeri  hingga ke titik yang sangat nyeri

III. Lembar Observasi

60
EFEKTIVITAS INTERVENSI MICRO WAVE DIATHERMI ,
ULTRASOUND DAN Mc KANZIE TERHADAP PENURUNAN NYERI
PADA KASUS HNP DI RSUD SELASIH
LEMBAR OBSERVASI

PENURUNAN NYERI
USIA
NAMA PEKERJAAN PRE POS
(TAHUN)
TEST TEST
RS1 45 swasta 5 2
RS2 50 swasta 5 2
RS3 46 swasta 5 2
RS4 47 swasta 4 3
RS5 50 swasta 7 2
RS6 45 swasta 4 2
RS7 46 pns 6 2
RS8 47 swasta 4 3
RS9 46 swasta 5 2
RS10 45 swasta 7 3
RS11 50 swasta 5 3
RS12 50 swasta 4 1
RS13 48 swasta 7 4
RS14 48 swasta 7 2
RS15 47 swasta 7 3
RS16 46 swasta 6 3
RS17 45 swasta 5 3
RS18 47 swasta 7 2
RS19 48 swasta 6 2
RS20 48 swasta 5 2
RS21 49 swasta 5 3
RS22 45 swasta 5 3
RS23 45 swasta 7 2
RS24 45 swasta 7 2
RS25 46 swasta 6 4
RS26 47 swasta 4 2
RS27 48 swasta 7 4
RS28 49 swasta 4 2
RS29 50 swasta 5 3
RS30 50 pns 5 3
RS31 46 Swasta 6 2

Uji normalitas

61
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
VAS_Pretest 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
VAS_Posttest 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


VAS_Pretest Mean 5.5484 .20128
95% Confidence Interval for Lower Bound 5.1373
Mean
Upper Bound 5.9595
5% Trimmed Mean 5.5538
Median 5.0000
Variance 1.256
Std. Deviation 1.12068
Minimum 4.00
Maximum 7.00
Range 3.00
Interquartile Range 2.00
Skewness -.199 .521
Kurtosis -1.372 1.821
VAS_Posttest Mean 2.5161 .13010
95% Confidence Interval for Lower Bound 2.2504
Mean
Upper Bound 2.7818
5% Trimmed Mean 2.4982
Median 2.0000
Variance .525
Std. Deviation .72438
Minimum 1.00
Maximum 4.00
Range 3.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .503 .521
Kurtosis -.835 1.821

62
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS_Pretest .236 31 .035 .847 31 .083

VAS_Posttest .310 31 .013 .814 31 .090

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

VAS_Skor

Levene Statistic df1 df2 Sig.

11.036 1 60 .062

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 VAS_Pretest 5.5484 31 1.12068 .20128

VAS_Posttest 2.5161 31 .72438 .13010

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 VAS_Pretest & VAS_Posttest 31 .315 .206

63
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 VAS_Pretest -
3.03226 1.19677 .21495 2.59328 3.47124 14.107 30 .020
VAS_Posttest

64
 SPO

MICRO WAVE DIATHERMY


No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
30/12/2017 Direktur
Pengertian Micro Wave Diathermy (MWD) adalah Alat terapi yang menggunakan
gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik
frekuensi tinggi dengan frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 
12,25 cm.

Tujuan Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan


modalitas Micro Wave Diathermy.

Kebijakan Micro Wave Diathermy (MWD) sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.                    
Prosedur 1. Memulai Terapi
1. Panaskan alat sekitar 5 menit.
2. Emitter (electrode) yang telah di pilih dipasang pada lengan emitter
dan dihubungkan ke mesin dengan kabel emitter. Emitter  bulat, medan
elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk sirkuler  dan paling padat
di daerah tepi. Sedangkan emitter segi empat medan elektromagnetik
yang dipancarkan berbentuk oval dan paling padat  di daerah tengah.
3. Pemasangan electrode pada daerah  vasomotor/ proximal.
4. Pastikan mesin ke ground
5. Pasien diberitahu program pengobatan agar pasien paham program 
terapi dan tidak takut
6. Jelaskan berapa waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi serta kontra
indikasinya.
7. Posisi pasien comfortable
8. Pakaian dilepas seperlunya agar area yang diperiksa lebih jelas
9. Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang timbul untuk
mencegah terjadinya  luka bakar
10. Putar waktu sesuai kebutuhan antara 10-15 menit
11. Dosis diberikan sesuai toleransi pasien.
 Kondisi sub acut : intensitas sub thermal : Waktu 10-15 menit,
pengulangan 1 x  sehari selama 5x

65
MICRO WAVE DIATHERMY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

 Kondisi chronic   : Intensitas Thermal : Waktu 10-15 menit


pengulangan 1-2 x sehari selama 5x
 Gangguan sistem peredaran darah.  Intensitas, pengulangan dan
seri sama  dengan kedua kondisi diatas. Waktu 15  menit
12. Pastikan mesin dalam keadaan  tuning
13. Emitter diatur sehingga sejajar kulit dan jarak sesuai ukuran
emitter.
14. Kabel tidak boleh menyentuh pasien, bersilangan atau lecet.
15. Lakukan pengontrolan, rasa panas, nyeri, pusing.

Mengakhiri Terapi
1. Matikan mesin pastikan tombol kembali ke angka 0 atau mesin tetap
hidup dengan dosis 0 (stand – by stand).
2. Tidak membiarkan pasien mematikan mesin, kecuali dalam keadaan
darurat.
3. Perhatikan reaksi pasien dan kemungkinan efek samping yang
timbul.
4. Kembalikan peralatan seperti kondensor ke tempat semula

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

66
SPO

ULTRASOUND THERAPY
No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
30/12/2017 Direktur
Pengertian Terapi Ultrasonic yaitu suatu usaha pengobatan dengan menggunakan
mekanisme getaran dengan frekuensi lebih dari 20 KHz. Didalam praktek
klinik  frekuensi yang digunakan antara 0,7 MHz – 3 MHz, dengan
intensitas 1 – 3  w / cm2
Tujuan Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan
dengan Ultrasound Therapy
Kebijakan Ultrasound Therapy sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Prosedur Indikasi :
- Kelainan/penyakit pada jaringan tulang, sendi dan otot.
- Keadaan post traumatik seperti kontusio, distorsi, luxation dan
fractur. Kontra indikasi relatif selama 24-36 jam setelah trauma
- Rheumatoid arthritis stadium tak aktif.
- Kelainan/penyakit pada persyarafan
- Kelainan/penyakit pada sirkulasi darah
- Penyakit pada organ dalam
- Kelainan pada kulit
- Jaringan parut setelah operasi dan karena traumatic

Tahap Orientasi
1. Terapis melaksanakan assesment untuk menemukan   masalah
dan   menentukan program agar arus Ultasonic tepat mencapai
sasaran
2. Memberi penjelasan langkah terapi serta tujuannya agar pasien
tenang dan memahami program
3. Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif
4. Memilih  Tranduser dinamis atau statis
5. Menentukan metode untuk mencegah luka bakar
6. Kontak langsung dengan medium oils (minyak), water oils
emulsions, aqueus-gel atau  oinment (pasta)
7. Kontak tak langsung dengana Sub-aqual (dalam air) atau  Water
pillow

67
ULTRASOUND THERAPY
No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

Pelaksanaan
1. Posisikan pasien senyaman mungkin
2. Area dibersihkan dengan sabun atau alcohol
3. Rambut atau bulu yang terlalu lebat dicukur
4. Nyalakan Alat
5. Terapis memperhatikan frekuensi, jenis arus dan intensitas
agar sasaran tepat dengan Intensitas :
  Rendah           : 0,3 w/cm2
       Sedang            : 0,3 - 1,2 w/cm2
       Tinggi             : 1,2 - 3 w/cm2
       Continued       : Paling tinggi 3 w/cm
       Intermittern     : Paling tinggi 5 w/cm2
Lamanya terapi, tergantung luas area yang diterapi dan jenis
tranduser yang dipakai. Sebagai pedoman, area seluas 1cm2
waktu 1 menit
6. Pilih Tranduser yang digunakan. Untuk area yang lebih kecil,
gunakan tranduser yang meiliki ERA lebih kecil. Untuk area
tubuh yang lebih luas digunakan tranduser dengan ERA yang
lebih besar.
7. Tuangkan gel secukupnya di area tranduser.
8. Lakukan pengontrolan terhadap rasa nyeri dan panas.

Mengakhiri Terapi
1. Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0.
2. Tidak membiarkan pasien mematikan mesin sendiri atau
langsung bangun setelah terapi selesai.
3. Beri tissue bila terapi   selesai agar pasien dapat membersihkan
4. Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang mungkin timbul.
5. Kembalikan peralatan serta perlengkapannya ke posisi semula.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO

68
THERAPI LATIHAN Mc KANZIE

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
30/12/2017 Direktur
Pengertian Prosedur ini mengatur tentang pelaksanaan latihan Mc. Kanzie mulai dari
persiapan alat,persiapan pasien ,dan proses pelaksanaan latihan Mc kanzie
sampai selesai
Tujuan Mengetahui tahapan –tahapan dan latihan Mc Kanzie

Kebijakan Therapy Latihan Mc Kanzie  sesuai dengan pedoman pelayanan unit


fisioterapi.
Prosedur 1. Persiapan pasien,Menjelaskan kepada pasien tentang tujuan dan
manfaat latihan Mc Kanzie
2. Mulai latihan
a. Berdiri dengan posisi tegak.
- Berdiri tegak dengan kaki sedikit terbuka
- Letakkan tangan pada pinggang dengan jari jari
mengarahkebelakang punggung
- Kemudian,pasien melakukan eksetensi punggung / bungkuk
kebelakang sejauh mungkin,dengan memakai tangan sebagai
fulcrum.
- Pertahankan lutut tetap lurus
- Pertahankan posisi tersebut selama 1-2 detik,kemudian pasien
kembali ke posisi semula
b.Posisi tengkurap bertumpu pada kedua siku
- Pandanagan lurus kedepan
- Pertahankan posisi kira kira 5 menit sehingga dirasakan bagian
pinggang bawah rileks
- Lakukan 10-12 kali repetisi
c.Posisi telungkup dan tangan diletakkan dibawah bahu
- Tubuh didorong keatas dengan meluruskan siku sedangkan
panggul dan tungkai rileks\
- Pertahankan posisi ini selama 1-2 detik dan kemudian secara
perlahan turunkan tubuh bagian atas
Lakukan 10-12 repetisi

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

69
70

Anda mungkin juga menyukai