Anda di halaman 1dari 75

EFEKTIFITAS TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP

BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN TB PARU


DI RSU SEMBIRING DELI TUA TAHUN 2023

SKRIPSI

OLEH

MHD. IHSAN FEBRIANSYAH


NPM : 1911064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

EFEKTIFITAS TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP


BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN TB PARU
DI RSU SEMBIRING DELI TUA TAHUN 2023

Yang disusun oleh :

MHD.IHSAN FEBRIANSYAH
19.11.064

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan di hadapan komisi penguji


seminar hasil program sarjana ilmu keperawatan fakultas keperawatan
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA

Oleh
Dosen Pembimbing

Ns. Meta Rosaulina, S.Kep., M.Kep


NPP. 19880426 201411 2 001
LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIFITAS TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP


BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN TB PARU
DI RSU SEMBIRING DELI TUA 2023

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

MHD. IHSAN FEBRIANSYAH


19.11.064

Telah diuji dan dipertahankan tim penguji SKRIPSI

Tim penguji

Penguji I

Ns. Meta Rosaulina., M.Kep


NPP. 19880426 201411 2 001

Penguji II Penguji III

Ns. Daniel Suranta Ginting, M.Kep Ns. Dewi Tiansa Barus,S.Kep,M.K.M


Npp. 19950829 201907 2 001 Npp. 19890211 201109 2 001
ABSTRAK

EFEKTIFITAS TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP


BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN TB
PARU DI RSU SEMBIRING DELI TUA
TAHUN 2023

Mhd.Ihsan Febriansyah1, Ns. Meta Rosaulina,S.Kep.,M.Kep2,


Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Sarjana
Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua
febriihsansyah@gmail.com

Pendahuluan : tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC Paru


merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri TBC (Mycrobacterium
tuberkulosis) yang menyerang di bagian paru, dan dapat menular kepada orang
lain melaluipertikel-partikel kecil yang di keluarkan ketika orang yang mengalami
TBC bersin atau batuk. Terapi relaksasi nafas dalam merupakan pernafasan pada
abdomen dengan frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan
cara memejamkan mata saat menarik nafas. Efek dari terapi ini ialah distraksi atau
pengalihan perhatian.Tujuan : untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Teknik
Nafas Dalam. Metode : menggunakan Quesi Eksperimen dengan pendekatan one
group pre test and post test. Sampel : jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 30 orang. Hasil Penelitian dengan α = 0,05 diperoleh p = 0,000 atau H 0
ditolak dan Ha diterima,sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh (signifikan)
antara pemberian teknik relaksasi napas dalam terhadap bersihan jalan napas.

Kata Kunci : Tuberkulosis,Bersihan jalan nafas,Teknik relaksasi nafas dalam


ABSTRAK

DEEP BREATHING TECHNIQUE


EFFECTIVENESS ON AIRWAY CLEANING
IN TB PATIENTS LUNGS AT SEMBIRING D
ELI OLD RSU
Mhd.Ihsan Febriansyah1, Ns. Meta Rosaulina,S.Kep.,M.Kep2,
Nursing Science Study Program,Undergraduate
Program Deli Husada Deli Tua Health
febriihsansyah@gmail.com

Introduction: Tuberculosis or commonly abbreviated as Pulmonary


TB is a disease caused by TB bacteria (Mycobacterium tuberculosis) that attacks
the lungs, and can be transmitted to other people through small particles that are
expelled when a person with TB sneezes or coughs. Deep breathing relaxation
therapy is breathing in the abdomen with a slow and slow frequency,
rhythmic, and comfortable by closing your eyes while inhaling. The effect of
this therapy is distraction or diversion. Purpose: to find out how Effective the
Deep Breathing Technique is. Method: using an Experimental Quesi with a one
group pre test and post test approach. Sample: the number of samples in this
study were 30 people. Research : results with α = 0.05 obtained p = 0.000 or H0
was rejected and Ha was accepted, so it can be concluded that there is a
(significant) effect between giving deep breathing relaxation techniques to
airway clearance.

5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Mhd. Ihsan Febriansyah

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 5 Februari 2001

Agama : Islam

Anak Ke : 1 dari 2 Bersaudara

Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Orang Tua

Ayah : Surya
Ibu : Noviantina Ginting

Alamat Lengkap : JL. B. CEMPAKA VII NO. 6 LK.II

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2006 – 2007 : Taman kanak-kanak AL-Hidayah


2. Tahun 2007- 2012 : SDN 106145 Serbajadi
Lulus dan berijazah
3. Tahun 2012 – 2015 : SMPN 2 Sunggal
Lulus dan berijazah
4. Tahun 2015- 2018 : SMA NEGERI 4 BINJAI
5. Tahun 2019-2023 : Mengikuti Pendidikan Di Program Studi Ilmu
Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan
Deli Husada

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektifitas Teknik Nafas Dalam

Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Tb Paru Di Rsu Sembiring Deli Tua

2023’. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan melengkapi

syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana Keperawatan pada Fakultas

Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

Selama penyelesaian proposal ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,

bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada :

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Terulin S Meliala Am.Keb,SKM. M.Kes Selaku Dekan Selaku Ketua

Yayasan Rumah Sakit Umum Deli Tua .

2. Drs. Johanes Sembiring M.Pd, Mkes Selaku Rektor Institut Kesehatan

Deli Husada Deli Tua.

3. Ns. Megawati Sinambela S.Kep, M.Kes Selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

4. Ns. Herri Novita Br Tarigan M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan Institute

Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

5. Ns. Meta Rosaulina S.Kep,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing Saya

Yang Telah Meluangkan Waktu Dan Perhatian Dengan Penuh

Kesabaran Dalam Memberikan Arahan Dan Masukan Serta Dukungan

Selama Proses Penyusunan Proposal Sampai Saat Ini.

i
6. Ns. Rentawati Purba S.Kep,M.Kes Selaku Wali Tingkat PSIK 4

Angkatan XVIII Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua Yang Selalu

Sabar Memberi Saran Beserta Nasihat Dan Dukungan.

7. Seluruh Dosen Dan Staf Pegawai Di Fakultas Keperawatan Institut

Kesehatan Deli Husada Yang Telah Banyak Membantu Dan

Memberikan Bekal Ilmu Selama Penulis Menjalankan Pendidikan.

8. Kepada Kepala Dan Seluruh Staff Pegawai Poli Paru Yang Telah

Memberikan Izin Untuk Melakukan Studi Pendahuluan Dan Bersedia

Menjadi Tempat Penelitian.

9. Teristimewa Kepada Yang Paling Penulis Hormati Dan Cintai Ayah

Saya Surya Dan Ibu Saya Noviantina Ginting, Beserta Saudara Saudari

Saya Yang Telah Memberikan Doa, Kasih Sayang, Dan Nasehat Untuk

Mencapai Cita-Cita Serta Selalu Memberikan Dukungan Baik Secara

Moril Maupun Materil Selama Proses Pendidikan Di Institut

Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

10. Kepada Seluruh Teman Teman Mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Angkatan 18 Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

Yang Telah Saling Memberikan Motivasi Selama Menempuh

Pendidikan Di Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

11. Terimakasih Juga Kepada Sahabat – Sahabat Penulis Yang Telah

Banyak Memberikan Dukungan Dan Semangat Selama Perkuliahan

Dan Pengerjaan Proposal Ini.

i
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas seluruh dukungan dan doa

kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti. Peneliti menyadari

bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan proposal ini. Maka

dari itu, peneliti menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan proposal penelitian ini. Akhir kata, peneliti mengucapakan terima

kasih.

Deli Tua, Januari 2023

Penulis

Mhd. Ihsan Febriansyah


NPM.191106

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
1.4.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit Umum Sembiring..................................6
1.4.2 Manfaat Bagi Penderita......................................................................6
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti.........................................................................6
1.4.4 Manfaat Bagi Pendidikan...................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7
2.1 Teknik Nafas Dalam..................................................................................7
2.1.1 Definisi Teknik Nafas Dalam.............................................................7
2.1.2 Tujuan................................................................................................8
2.1.3 Manfaat..............................................................................................8
2.1.4 Prosedur Tindakan Teknik Nafas Dalam...........................................8
2.2 Bersihan Jalan Nafas.................................................................................9
2.2.1 Definisi Bersihan Jalan Nafas............................................................9
2.2.2 Etiologi.............................................................................................10
2.2.3 Tanda dan Gejala..............................................................................11
2.2.4 Kondisi Klinis Terkait......................................................................12
2.3 TB Paru....................................................................................................14
2.3.1 Defenisi TB Paru..............................................................................14
2.3.2 Klasifikasi........................................................................................15
2.3.3 Etiologi Dan Transmisi TB..............................................................16

i
2.3.4 Gejala Dan Diagnosis.......................................................................17
2.3.5 Pengobatan TB Paru.........................................................................18
2.3.6 Pathway TB Paru.............................................................................19
2.4 Kerangka Teori........................................................................................20
2.5 Kerangka Konsep....................................................................................22
2.6 Hipotesis..................................................................................................22
BAB III...................................................................................................................23
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................23
3.1 Desaian Penelitian...................................................................................23
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................23
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian..............................................................23
3.3.1 Populasi Penelitian...........................................................................23
3.3.2 Sampel Penelitian.............................................................................24
3.4 Var iabel Penelitian.................................................................................24
3.4.1 Variabel Independen ( Bebas ).........................................................25
3.4.2 Variabel Dependen ( Terikat )..........................................................25
3.5 Definisi Operasional................................................................................25
3.6 Aspek Pengukuran Variabel....................................................................26
3.7 Instrumen Penelitian................................................................................26
3.8 Metode Pengumpulan Data.....................................................................27
4.9 Metode Analisa Data...............................................................................27
3.9.1 Analisa Data.....................................................................................28
3.10 Kode Etik Penelitian................................................................................29
BAB IV..................................................................................................................31
HASIL PENELITIAN............................................................................................31
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian........................................................................31
4.2 Analisis Univariat.........................................................................................31
4.2.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin......................................31
4.2.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia.....................................................31
4.2.3 Distribusi Frekuensi Bersihan Jalan Nafas Sebelum Di Berikan Tehnik
Nafas Dalam Pada Pasien TB Paru di RSU Sembiring......................................32
4.2.4 Distribusi Frekuensi Bersihan Jalan Nafas Sesudah Di Berikan Tehnik
Nafas Dalam Pada Pasien TB Paru di RSU Sembiring......................................32

v
4.3 Analisa Bivariat.......................................................................................33
4.3.1 Uji Normalitas Variabel Bersihan Jalan Nafas..........................................33
4.3.2 Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada
Pasien Tb Paru....................................................................................................33
BAB V....................................................................................................................35
PEMBAHASAN....................................................................................................35
5.1 Analisa Karakteristik Responden............................................................35
5.1.1 Jenis Kelamin............................................................................................35
5.1.2 Usia............................................................................................................35
5.2 Analisa Bersihan Jalan Nafas Sebelum Diberikan Relaksasi Nafas Dalam
Pada Pasien Tb Paru di RSU Sembiring Deli Tua Tahun 2023.........................36
5.3 Analisa Bersihan Jalan Nafas Sesudah Diberikan Relaksasi Nafas Dalam
Pada Pasien Tb Paru di RSU Sembiring Deli Tua Tahun 2023.........................37
5.4 Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada
Pasien Tb Baru di RSU Sembiring Deli Tua......................................................39
5.5 Keterbatasan Penelitian................................................................................42
BAB VI....................................................................................................................1
PENUTUP................................................................................................................1
6.1 Kesimpulan.....................................................................................................1
6.2 Saran...............................................................................................................1
6.2.1 Bagi Institut Kesehatan Deli Husada...........................................................1
6.2.2 Bagi Rumah Sakit Umum Sembiring..........................................................1
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya............................................................................1

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC Paru merupakan penyakit

yang disebabkan oleh bakteri TBC (Mycrobacterium tuberkulosis) yang

menyerang di bagian paru, dan dapat menular kepada orang lain melaluipertikel-

partikel kecil yang di keluarkan ketika orang yang mengalami TBC bersin atau

batuk. Gejalanya dapat berupa batuk berdahak yang berlangsung lama, lebih dari

21 hari, demam, kadang sesak nafas, sakit di bagian dada, kadang disertai batuk

berdarah, penurunan berat badan, dan nafsu makan menurun (Cahyati & Maelani.,

2019).

Pada tahun 2018, WHO melaporkan TB paru menyebabkan 1,3 juta

kematian. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India (27%), China

(9%), Indonesia (8%), Philipina (6%), dan Pakistan (5%). Indonesia menjadi

negara ketiga penyumbang kasus tuberkulosis setelah India dan China. WHO

memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta orang setiap tahunnya

(WHO, 2018).

Berdasarkan laporan WHO 2017, angka insiden tuberkulosis di Indonesia

sebesar 391/100.000 penduduk dan angka kematian 42/100.000 penduduk, data

hasil survei prevalensi TB paru tahun 2013-2014 angka prevalensi pada tahun

2017 sebesar 619/100.000 penduduk, pada tahun 2016 sebesar 628/100.000

penduduk (World Health Organization, 2018). Di Indonesia pada tahun 2017

ditemukan jumlah kasus TB paru sebanyak 425.089 kasus, meningkat bila

1
dibandingkan semua kasus TB paru yang ditemukan pada tahun 2016 sebesar

360.565 kasus. Berdasarkan Riskerdas TB paru di Sumatera Utara tahun 2019

tercatat 37.865 kasus. Pada tahun 2022 provinsi Sumatera Utara menduduki

posisi 6 tertinggi prevalensi penderita TB setelah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, DKI Jakarta, dan Banten, sedangkan di Kota Medan pada tahun 2021

terdapat 18.963 kasus.

Terapi relaksasi nafas dalam merupakan pernafasan pada abdomen

dengan frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara

memejamkan mata saat menarik nafas. Efek dari terapi ini ialah distraksi atau

pengalihan perhatian (Hartanti, dkk, 2016). Mekanisme relaksasi nafas dalam

pada sistem pernafasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernafasan

dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali permenit sehingga terjadi

peningkatan regangan kardiopulmonari. Terapi relaksasi nafas dalam dapat

dilakukan secara mandiri, relatif mudah dilakukan dari pada terapi

nonfarmakologis lainnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk terapi, dan dapat

mengurangi dampak buruk dari terapi farmakologis bagi penderita hipertensi

(Masnina & Setyawan, 2018).

Penurunan kapasitas vital paru pada tuberkulosis paru ini dapat

menyebabkan berkurangnya compliance paru. Latihan pernafasan dirancang dan

dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien

meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot,

menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang

tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, serta

mengurangi udara yang terperangkap. Latihan nafas dalam, dapat dilakukanpada

2
penderita yang sudah mengerti perintah dan kooperatif (Brunner & Suddarth,

2002). Latihan yang teratur juga akanmengakibatkan meningkatnya aktifitas beta

adrenergik saluran pernafasan yangmenyebabkan terjadinya dilatasi bronkus dan

menghambat sekresi mukus, sehingga paru dapat memasukkan dan mengeluarkan

udaradengan lebih baik.

Dalam studi pendahuluan dilakukan percobaan latihan nafas dalam pada

3 penderita dengan tuberkulosis paru yang dirawat di Unit Rawat Inap. Sebelum

tindakan latihan nafas dalam, dilakukan pengukuran SaO2. Pada X¹ dengan SaO2

93% setelah tindakan latihan nafas dalam SaO2, pada X¹ 96%, pada X² sebelum

tindakan latihan nafas dalam SaO2 92% dan setelah tindakan latihan nafas dalam

SaO2 95%, pada X³ sebelum tindakan latihan nafas dalam SaO2 94% dan setelah

tindakan latihan nafas dalam SaO2 96%. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan SaO2 setelah dilakukan tindakan latihan nafas terhadap konsentrasi

oksigen darah diperifer (Novitasari & Aminah, 2016).

Bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi atau

penyumbatan pada saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas

(Herdman, 2015). Obstruksi saluran napas disebabkan oleh menumpuknya sputum

pada jalan napas yang akan mengakibatkan ventilasi menjadi tidak adekuat. Untuk

itu perlu dilakukan tindakan memobilisasi pengeluaran sputum agar proses

pernapasan dapat berjalan dengan baik guna mencukupi kebutuhan oksigen tubuh

(Aminingsih, dkk, 2014).

Bersihan jalan nafas biasa terjadi pada orang yang menderita penyakit

tuberkulosis paru, sebab pada orang yang menderita tuberkulosis paru gejala

utama yang muncul adalah bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret dalam

3
bronchil. Sekret yang keluar akan digunakan untuk pemeriksaan bakteri tahan

asam (BTA). Sehingga klien dapat diketahui positif terkena tuberkulosis paru atau

negatif (Herdman, 2015).

Pada pasien dengan penyakit Tuberkulosis biasanya mengalami kebersihan

jalan napas tidak efektif yang disebabkan oleh ketidakmampuan batuk secara

efektif yang terjadi karena adanya reaksi inflamasi membentuk kavitas dan

merusak parenkim paru yang menyebabkan edema. Hipersekresi mukosa saluran

pernapasan yang menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk

bersama udara akan mudah menempel di dinding saluran pernapasan. Hal ini lama

kelamaan akan mengakibatkan terjadinya sumbatan sehingga ada udara yang

menjebak di bagian distal saluran napas, maka individu akan berusaha lebih keras

untuk mengeluarkan udara tersebut dan bisa mengakibatkan seseorang mengalami

sesak napas, sehingga dapat terjadi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas,

serta munculnya suara napas tambahan ronchi dan whezzing. Masalah bersihan

jalan napas tersebut jika tidak segera ditangani akibatnya pasien tersebut akan

batuk terus menerus, sesak akan bertambah, dan secret di saluran napas semakin

menumpuk (Adibah, 2019).

Tindakan atau penanganan yang harus dilakukan dengan tepat dan cermat

untuk melakukan pembebasan jalan napas yaitu dengan cara yang pertama batuk

efektif untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru-paru agar tetap bersih, batuk

efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien

dengan gangguan saluran pernapasan. Kedua, dengan penggunaan nebulizer untuk

mengencerkan dahak, sehingga mendorong lendir keluar dari saluran pernapasan.

Ketiga, dengan postural drainase atau tindakan pemberian posisi terapeutik pada

4
pasien untuk mengeluarkan secret yang memungkinkan sekresi paru-paru agar

mengalir berdasarkan gravitasi ke dalam bronkus mayor dan trakhea (Adibah,

2019).

Berdasarkan dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti di RSU Sembiring

didapatkan data penderita TB paru sebanyak 30 penderita. Sehingga peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas teknik nafas dalam

terhadap bersihan jalan nafas pada pasien TB paru di RSU Sembiring.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas teknik nafas dalam terhadap bersihan

jalan nafas pada pasien TB Paru di RSU Sembiring?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Teknik Nafas Dalam Terhadap

Bersihan Jalan Nafas pada Pasien TB Paru di RSU Sembiring

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden di RSU Sembiring


2. Mengidentifikasi Bersihan Jalan Nafas Sebelum Melakukan Teknik Napas
Dalam
3. Mengidentifikasi Bersihan Jalan Nafas Sesudah Melakukan Teknik Napas
Dalam
4. Mengidentifikasi Efektivitas Teknik Nafas Dalam Terhadap Bersihan Jalan
Nafas

5
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit Umum Sembiring

Peneliti ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan bisa

dijadikan sebagai bahan masukan pembuatan sop baru bagi perawat serta dapat

mengaplikasikannya pada praktik mandiri secara nyata di ruangan.

1.4.2 Manfaat Bagi Penderita

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

tentang cara penanganan tb paru dan teknik relaksasi ini dapat diaplikasikan pada

kehidupan sehari.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini merupakan sebagai menambah pengalaman dan dapat

menerapkan tindakan mandiri keperawatan secara nyata pada penderita tb paru

dan diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan wawasan pengetahuan bagi

peneliti selanjutnya tentang penerapan latihan teknik relaksasi napas dalam pada

pasien tb

1.4.4 Manfaat Bagi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai bahan referensi ilmiah yang

dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran mahasiswa keperawatan

dan dapat diterapkan tindakan keperawatan mandiri yang sangat bermanfaat untuk

meningkatkan kualitas pendidikan secara profesional.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Nafas Dalam


2.1.1 Definisi Teknik Nafas Dalam

Teknik nafas dalam merupakan bentuk asuhan keperawatan untuk

mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat

menahan inspirasi secara maksimal dan bagaimana menghembuskan nafas secara

perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik nafas dalam ini juga

dapat membuat ketentraman hati dan berkurangnya rasa cemas (Arfa, 2020).

Teknik nafas dalam merupakan pernafasan pada abdomen dengan frekuensi

lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara memejamkan mata saat

menarik nafas. Efek dari teknik ini ialah distraksi atau pengalihan perhatian.

Mekanisme teknik nafas dalam pada sistem pernafasan berupa suatu keadaan

inspirasi dan ekspirasi pernafasan dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali

permenit sehingga terjadi peningkatan regangan kardiopulmonari (Hartanti, dkk,

2019).

Menurut Bare dan Smeltzer (2018) teknik nafas dalam bertujuan untuk

meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis

paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres fisik maupun emosional

yaitu menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan. Teknik nafas dalam dapat

dilakukan secara mandiri, relatif mudah dilakukan dari pada terapi

nonfarmakologis lainnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk terapi, dan dapat

mengurangi dampak buruk dari terapi farmakologis bagi penderita hipertensi

(Masnina & Setyawan, 2018).

7
2.1.2 Tujuan

Relaksasi napas dalam bertujuan untuk mengontrol pertukaran gas agar

menjadi efisien, mengurangi kinerja bernapas, meningkatkan inflasi alveolar

maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan

pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna, melambatkan frekuensi

pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja

bernapas (Bruner & Suddart, 2019).

2.1.3 Manfaat

Beberapa manfaat teknik nafas dalam sebagai berikut (Wardani, 2018):

a) Ketentraman hati

b) Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah

c) Tekanan darah dan ketegangan jiwa menjadi rendah

d) Detak jantung lebih rendah

e) Mengurangi tekanan darah

f) Meningkatkan keyakinan

g) Kesehatan mental menjadi lebih baik

2.1.4 Prosedur Tindakan Teknik Nafas Dalam

Langkah-langkah teknik nafas dalam menurut Wardani (2018) sebagai

berikut:

a) Ciptakan lingkungan yang tenang

b) Usahakan tetap rileks dan tenang

c) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru

dengan udara melalui hitungan

8
d) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil

merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks

e) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

f) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan

melalui mulut secara perlahan-lahan

g) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

h) Usahakan agar tetap konsentrasi

i) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga benar-benar

rileks

j) Ulangi selama 15 menit dan selingi istirahat singkat setiap 5

kali pernafasan

2.2 Bersihan Jalan Nafas

2.2.1 Definisi Bersihan Jalan Nafas

Bersihan jalan nafas adalah suatu kondisi di mana saluran atau jalan

nafas tidak mengalami sumbatan yang disebabkan oleh adanya peningkatan

produksi lendir, di mana dalam kondisi normal jumlah lendir yang diseleksi

setiap harinya sekitar 100 ml. Dalam kondisi normal pergerakan lendir

biasanya dilakukan oleh silia, tetapi pada kondisi tertentu misalnya adanya

infeksi. Saluran atas berulang maka fungsi dari silia tersebut mengalami

gangguan dan juga mengalami peningkatan produksi lendir sehingga lama-

kelamaan lendir tersebut akan terakumulasi di saluran pernafasan (Lewis,

2018). Gangguan bersihan jalan nafas dapat diklasifikasikan sebagai gangguan

pada saluran pernafasan atas dan gangguan saluran pernafasan bawah

(Tierney, 2022).

9
2.2.2 Etiologi

1. Fisiologis

a. Spasme jalan napas

Kontraksi otot yang tiba-tiba muncul dan terjadi penyempitan pada jalan

napas sehingga sekret yang tertahan sulit untuk dikeluarkan dan

mengakibatkan sesak

b. Hipersekresi jalan napas

Produksi secret, sputum, dan lender yang berlebihan pada jalan napas.

Sehingga kemungkinan terjadi sumpatan jalan napas oleh secret yang

berlebihan besar terjadi, membuat penderita sesak nafas karena

kekurangan oksigen yang terhalang masuk

c. Disfungsi neuromuskuler

Ketidakmampuan system saraf dan otot untuk bekerja sebagaimana

mestinya. Kelainan neuromuscular memengaruhi kekuatan dari kedua

system otot tubuh yang dapat menyebabkan otot pernapasan juga ikut

melemah. Melemahnya otot pernapasan ini dapat menyebabkan masalah

pernapasan

d. Benda asing dalam jalan napas

Adanya benda asing yang normalnya tidak ada di jalan nafas. Bisa

terjadi karena insiden

e. Adanya jalan napas buatan

Suatu keadaan yang terjadi karena tindakan medis (mis.trakeostomi dan

ETT)

f. Sekresi yang tertahan

1
Sekret atau sputum yang tertahan bisa dikarenakan sputum yang terlalu

kental, spasme jalan napas, batuk tidak efektif

g. Hyperplasia dinding jalan napas

Terjadi penebalan pada dinding jalan napas, dimana penebalan ini

membuat saluran jalan nafas menjadi mengecil dan menyebabkan sesak

nafas karena kekurangan oksigen

h. Proses infeksi

Terjadi proses infeksi bakteri atau virus yang terjadi pada saluran

pernapasan maupun jalan napas (misalnya batuk, pilek dan lain-lain)

i. Respon alergi

Terjadi reaksi abnormal atau reaksi berlebihan system kekebalan tubuh

terhadap suatu zat, mulai dari suhu udara, debu, serbuk sari, makanan,

sabun, dan l ain-lain

3 Situasional

a.Merokok aktif

b.Merokok pasif

c.Terpajan polutan (PPNI T. P., 2018)

2.2.3 Tanda dan Gejala

1. Tidak ada batuk

2. Suara nafas tambahan (mengi, wheezing dan ronkhi kering)

3. Perubahan frekuensi napas

4. Perubahan irama napas

5. Sianosis

6. Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara

1
7. Penurunan bunyi napas

8. Dypsnea

9. Sputum dalam jumlah berlebih

10. Batuk tidak efektif

11. Orthopneu

12. Gelisah

13. Mata terbuka lebar (PPNI T. P., 2018)

2.2.4 Kondisi Klinis Terkait


1. Gullian barre syndrome

Merupakan gangguan system saraf yang dimediasi oleh respon imun,

beronset akut atau sub akut, dan biasanya ditandai dengankelemahan progresif

dari ekstremitas, dan areflaksia relative atau komplit.

2. Sclerosis multiple

Merupakan penyakit kronis system saraf pusat. Penyakit ono boasanya

memeperlihatkan gejala deficit neuroligis, yang kemudian dalam perjalanan

penyakitnya, cenderung tidak kembali seperti semula bahkan semakin lama

semakin parah deficit yang dialami bahkan dapat menyebabkan kecacatan.

Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari area kerusakan yang

dialaminya(Mumenthelar, 2020)

3. Myasthenia gravis

Merupakan gangguan autoimun pada musculoskeletal dengan

periode intermiten yang menunjukkan kelemahan dan kelelahan otot.

System saraf menghasilkan suatu enzim asetilkolin berfungsi untuk

pergerakan otot, terjadinya Myasthenia gravis dengan antibody tubuh yang

1
menyerang reseptor asetilkolin sehingga otot tidak mampu menerima sinyal

dari saraf dan mengakibatkan kelemahan (Rianawati, 2021)

4. Prosedur diagnostic (Bronkoskopi, transesophageal echocardiography)

Adanya benda asing dikarenakan prosedur diagnostic yang

dimasukkan kedalam tubuh melalui jalan nafas seperti TEE dan Bronkoskopi

dimana dapat mempengaruhi proses jalan masuknya oksigen kedalam paru-

paru

5. Depresi sistem saraf pusat

Gangguan ini dapat mempengaruhi seseorang secara psikologis,

namun juga memiliki potensi untuk mempengaruhi struktur fisik di otak.

Perubahan fisik ini biasanya berupa peradangan dan kurangnya asupan

oksigen, hingga penyusutan otak

6. Cedera kepala

Merupakan suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai

atau tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti

terputusnya kontinuitas otak. Pada penyakit cedera kepala, jaringan otak

akan mengalami kerusakan yang menyebabkan perubahan autoregulasi

odem sereblral yang mengakibatkan kejang lalu obstruksi jalan nafas

(Juarno, 2018)

7. Stroke

Kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus akibat

penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi kematian sel-

sel pada sebagian area di otak (Kemenkes, 2019).

1
8. Kuadriplegia

Kelumpuhan pada tangan, badan, kaki dan organ pelvis. Disebabkan

oleh kerusakan pada saraf tulang belakang. Banyak masalah yang dapat

terjadi setelah cedara pada saraf tulang belakang. Beberapa dari masalah

meliputi hypotensi atau detak jantung yang sangat lambat. Kemungkinan

untuk kesulitan bernapas, atau tidak dapat bernapas tanpa bantuan (Health,

2019).

9. Sindrom aspirasi meconium

SAM adalah sindrom atau kumpulan berbagai gejala klinis dan

radiologis akibat janion atau neonatus menghirup atau mengaspirasi

meconium. Sindrom aspirasi meconium dapat terjadi sebelum, selama, dan

setelah proses persalinan. Mekoniumyang terhirup dapat menutup sebagian

atau seluruh jalan napas neonatus. Udara dapat melewati meconium yang

terperangkap dalam jalan napas neonatus saat inspirasi. Meconium dapat

juga terperangkap dalam jalan nafas neonatus saat inspirasi sehingga

mengiritasi jalan nafas dan menyebabkan sulit bernapas (Kosim, 2021).

10. Infeksi saluran napas

Infeksi sinus, tenggorokan, saluran udara atau paru-paru, yang biasanya

disebabkan oleh virus atau bakteri.

2.3 TB Paru

2.3.1 Defenisi TB Paru

Tuberkulosis (TB) paru merupakan airbone infection yang disebabkan oleh

bakteri Myocobacterium tuberculosis yang menyerang bagian paru dengan cara

penularanya secara inhalasi atau droplet (yaitu pada saat orang terinfeksi batuk,

1
bersin, berbicara, bernyanyi atau bernafas serta ditandai oleh beberapa gejala saat

fase aktif (Javis dalam McLafferty, 2013).

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Myocobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat berfariasi (Mansjoer,

2011).Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

Myocobacterium tuberculosis di tandai oleh pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensivitas yang dipeantai-sel (cell-mediated

hypersensivity). Penyakit ini biasanya terletak di paru, tetapi dapat mengenai

organ lain. Dengan tidak adanya perjalanan penyakit yang kronik, dan berakhir

dengan kematian (Akhsin, 2010).

2.3.2 Klasifikasi

Menurut Gough, (2011) klasifikasi TBC dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Penderita dengan infeksi TB namun tidak ada tanda dan gejala yang muncul,

dikarenakan bakteri belum aktif (dorman) biasa disebut masa laten.

2. Penderita yang terinfeksi dan sakit, ditandai dengan adanya tanda dan gejala

yang muncul dikarenakan bakteri sudah aktif.

Tabel 2.1: Sistem Klasifikasi TB

Kelas Tipe Keterangan

0 Tidak ada pasien TB Tidak ada riwayat terpajan


Tidak terinfeksi Reaksi terhadap tes kulit tuberculin
negatif (-)
1 Terpajan TB Riwayat terpajan
Tidak ada bukti infeksi Reaksi terhadap tes kulit tuberculin
negatif (-)

1
2 Ada infeksi TB Pemeriksaan bakteri negative (bila
Tidak timbul penyakit dilakukan)
Tidak ada bukti klinis, bakteriologik,
atau radioloik TB aktif
3 TB, aktif secara klinis Biakan M. Tuberculosis (bila
dilakukan)
Sekarang terdapat bukti klinis
bakteriologik, atau radiografik penyakit
4 TB, tidak aktif secara Riwayat episode TB, atau ditemukan
klinis radiografi yang abnormal atau tidak
berubah, reaksi tes kulit tuberculin
positif, dan tidak ada bukti klinis atau
radiografik penyakit sekarang
5 Tersangka TB Diagnosa ditunda, pasien seharusnya
tidak boleh berada dikelas ini lebih dari
3 bulan
Sumber : (CDC, 2021 dalam Price dan Lorraine, 2022)

2.3.3 Etiologi Dan Transmisi TB

Terdapat 5 bakteri yang berkaitan dengan infeksi TB yaitu Mycobacterium

tubercolosis, Mycobacterium bovis, Mycobacteriumafricanum, Mycobacterium

microti dan Mycobacterium connetti. Pada saat ini bakteri yang paling sering

ditemukan dan menular ke manusia melalui udara yakni Mycobacterium

tubercolosi. TB dapat menular dari manusia ke manusia lain lewat udara melalui

percik renik ( droplet nucleus) <5 microns yang keluar ketika seseorang terinfeksi

TB bersin,batuk atau bicara. Percik renik juga dapat dikeluarkan pada saat

pemeriksaan yang menghasilkan produk aerosol seperti induksi

sputum,bronkoskopi dan pengolahan jaringan di lab.

1
Percik renik adalah partiker kecil yang berdiameter 1-5 µm dapat

menampung 1-5 basili dan sifatnya infeksius, dapat bertahan di udara hingga 4

jam. Karena ukuran yang sangat kecil sehingga memiliki kemampuan mencapai

alveolar dalam paru dan bakteri melakukan replikasi.

Ada 3 faktor yang menentukan transmisi TB yaitu :

a. Jumlah organisme yang keluar ke udara

b. Konsentrasi organisme dalam udara,ditentukan oleh volume ruang dan

ventilasi

c. Lama seseorang menghirup udara yang terkontaminasi

Penularan dari pasien pemeriksaan sputum positif dengan hasil 3+

merupakan kasus paling infeksius. Penularan TB biasanya bisa terjadi didalam

diruangan yang gelap dan minim ventilasi dimana percik renik dapat bertahan di

udara dengan waktu yang lama. Cahaya matahari lansung dapat membunuh

tuberkel basili dengan cepat. Kontak dekat dengan waktu yang lama pada orang

yang terinfeksi meningkatkan risiko penularan,apabila terinfeksi paparan tersebut

berkembang menjadi TB aktif dan bergantung pada kondisi imun individu.

2.3.4 Gejala Dan Diagnosis

Gejala umum TB paru aktif yaitu batuk berdahak dan sesekali disertai

batuk bercampur darah,nyeri dada,kelelahan,penurunan berat badan,demam dan

berkeringat pada malam hari. WHO menganjurkan penggunaan tes diagnostik

molekuler sebagai tes diagnostik awal pada semua indvidu dengan tanda dan

gejala TB karena tes ini memiliki keakuratan diagnostik yang tinggi dan banyak

membantu deteksi awal TB dan TB resisten obat (TB-RO). Rapid test yang

direkomendasikan oleh WHO yaitu asai Xpert MTB/RIF Ultra dan Truenat.

1
Diagnosis TB resisten obat ganda dan bentuk resisten lain TB dan TB-HIV dapat

menjadi proses yang rumit dan membutuhkan biaya yang besar. TB pada anak-

anak sulit didiagnosis.

2.3.5 Pengobatan TB Paru

TB merupakan suatu penyakit yang bisa diobati dan

disembuhkan,pengobatan untuk TB aktif yang sensitif obat dapat berlangsung

selama 6 bulan dengan empat obat antimikroba yang disertai dengan informasi dan

dukungan bagi pasien dari tenaga kesehatan. Tanpa dukungan tersebut kepatuhan

terhadap pengobatan menjadi lebih sulit. Jika pasien berhenti minum obat sebelum

waktu yang disarankan,bakteri tubercolosis berpotensi kebal terhadap obat yang

diberikan,akibatnya TBC menjadi lebih berbahaya dan akan sulit untuk diobati.

Obat yang diminum merupakan kombinasi dari dua atau empat obat yaitu

Isoniazid,Rifampicin,pyrazinamide dan Ethambutol obat tersebut harus diminum

secara rutin selama 6-9 bulan. Sama seperti obat-obat lain,obat TB juga memiliki

efek samping,antara lain warna urine menjadi kemerahan,gangguan

penglihatan,gangguan saraf dan gangguan fungsi hati. Untuk menghindari efek

samping tersebut dokter akan menyesesuaikan jenis,usia,kondisi pasien dan dosis

obat dengan organ yang terinfeksi.

Pada penderita yang sudah kebal dengan kombinasi obat,dokter akan

memberikan lebih banyak kombinasi obat dan lebih lama. Lama pengobatan bisa

mencapai 20-30 bulan. Selama masa pengobatan,pasien juga harus menjalani

pemeriksaan rutin untuk memantau keberhasilan pengobatan.

1
2.3.6 Pathway TB Paru

Invasi mycobacterium

Infeksi Primer
Sembuh

Infeksi Pasca Primer Bakteri

Bakteri mucul setelah beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi

Kerusakan
Sputum  Pecahnya pembuluh darah membran alveolar-kapiler
Perubahan cairan intrapleura
Reaksi sistemik

Batuk produktif,batu k darah Sesak nafas,ekpansi thoraks Sesak nafas Anoreksia, mual dan muntah Lemah

Intoleran
Ketidakefektifan pola nafas si
aktivitatubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Ketidakefektifa Ganggu
n bersihan an
jalan nafas

Supla Pembentukan ATP menurun


i
oksige

Kelelahan
Sianosis jaringan perifer

Gangguan mobilitas fisik

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Gambar 2.2 Pathway Tb Paru


Sumber : Nurarif 2016

1
2.4 Kerangka Teori

Tuberculosis Paru

Tindakan medis Tindakan Keperawatan :


pengobatan TB 1. Relaksasi nafas dalam
paru selama 6
bulan

Menurunkan sesak nafas

Obat-obatan TB Paru :
Pirazinamid
Etambuthol
Isoniazid
Rifampisin
Bersihan jalan nafas

Tujuan dan manfaat


Meningkatkan ventilasi alveoli
Pencegahan pada atelektasis paru
Stabilitas pertukaran gas
Mengurangi respon nyeri

Gambar 2.3 Kerangka Teori Tubercolosis Paru

2
Sumber : Widoyono (2019), Smeltzer & Bare ( 2018),Sylvia A Price (2019)

2
2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi tentang kaitan

antara konsep atau variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan dibawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Teknik
2.6 nafas dalam Bersihan jalan nafas

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan berupa jawaban yang bersifat sementara terhadap

suatu masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang telah terkumpul.

Ho : Tidak ada efektifitas teknik nafas dalam terhadap bersihan jalan nafas pada

pasien TB paru di RSU Sembiring.

Ha : Ada efektifitas teknik nafas dalam terhadap bersihan jalan nafas pada pasien

TB paru di RSU Sembiring

2
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desaian Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah Quesi

Eksperimen dengan pendekatan one group pre test and post test dengan pengujian

ini dilakukan hanya pada satu kelompok objek dimana pre test sebelum diberikan

perlakuan dan post test setelah diberikan perlakuan ( Arikunto,2019 ).

Skema one group pre test and post test ditunjukan sebagai berikut :

Pre Test Perlakuan Post Test


T1 X T2

Tabel 3.1 Desain Penelitian Quasi Eksperimen Dengan Pendekatan one group
pre test and post tes
Keterangan :

T1 : Tes awal dilakukan sebelum diberikan perlakuan teknik relaksasi nafas dalam

X : Perlakuam diberikan kepada penderita TB paru

T2 : Tes akhir dilakukan setekah diberikan perlakuan teknik relaksasi nafas dalam

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSU Sembiring Kabupaten Deli Serdang.

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2023.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek dan subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan peneliti untuk

2
diteliti dan kemudian diambil kesimpulannya ( Sugiyono,2016 ). Pada penelitian

penderita TB paru yang berkunjung ke RSU Sembiring pada bulan Februari 2023

berjumlah 30 penderita.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam,2017). Dalam penelitian

ini untuk menentukan besar sampel,peneliti menggunakan total sampling. Total

sampling merupakan tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi,tehnik sampling ini dilakukan agar sampel yang diambil dapat

mewakili populasinya,sehingga peneliti mendapatkan informasi yang cukup untuk

menggambarkan populasinya. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 30 orang.

Kriteria Inklusi

a. Pasien yang terdiagnosis TB paru

b. Usia dewasa ( 16- 65 tahun )

c. Bersedia menjadi responden

Kriteria Eksklusi

a. Penderita TB dengan komplikasi

b. Kondisi fisik lemah

3.4 Var iabel Penelitian

Karakter atau segala sesuatu yang terbentuk di dalam suatu penelitian

sehingga memiliki variasi antara satu objek yang satu dengan objek lainnya dalam

satu kelompok tertentu kemudian ditarik kesimpulannya.

2
3.4.1 Variabel Independen ( Bebas )

Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau

menjadi penyebab berubahnya variabel dependen. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Teknik Nafas Dalam

3.4.2 Variabel Dependen ( Terikat )

Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi

atau menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah Bersihan Jalan Nafas.

3.5 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah berdasarkan karakteristik yang diukur dari

suatu yang didefenisikan tersebut ( Nursalam, 2017). Definisi operasional dapat

membantu dalam mengarahkan pengukuran terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta dalam mengembangkan instrument. Definisi operasional dalam

penelitian ini dibuat dalam bentuk tabel berikut :

No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
1 Independen : Teknik nafas Lembar Nominal 1 : Sebelum
Teknik Nafas dalam Observasi dilakukan
Dalam merupakan dan SOP teknik nafas
pernafasan pada dalam : 0
abdomen dengan 2 : sesudah
frekuensi lambat dilakukan
serta perlahan, teknik nafas
berirama, dan dalam : 1
nyaman dengan
cara
memejamkan
mata saat
menarik nafas (
Hartanti
ddk,2019 )

2
2 Dependen : Bersihan jalan Lembar Ordinal 0 : Efektif (
Bersihan Jalan nafas adalah Observasi mampu
Nafas suatu kondisi di mengeluarkan
mana saluran sekret,tidak
atau jalan nafas ada suara
tidak mengalami ronchi,respirasi
sumbatan yang normal )
disebabkan oleh 1 : Tidak
adanya efektif ( Masih
peningkatan terdengar suara
produksi lendir, ronkhi,sekret
di mana dalam tidak keluar,
kondisi normal sesak )
jumlah lendir
yang diseleksi
setiap harinya
sekitar 100 ml.

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan lembar

observasi yang dikembangkan oleh peneliti dan berdasarkan konsep yang telah

dibuat. Dimana skala pengukuran untuk teknik nafas dalam sebagai variabek

independen menggunakan nominal,pada aspek pengukuran variabel peneliti

membuat dua kategori yaitu sebelum dilakukan perlakuan ( Pre Test ) dan sesudah

dilakukan perlakuan ( Post Test ).

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi. Metode observasi merupakan suatu cara pengukuran secara langsung

kepada subjek penelitian untuk mencari fakta yang nyata dan akurat terkait

penelitian sehingga memudahkan dalam membuat suatu kesimpulan. Teknik nafas

dalam dan bersihan jalan nafas diukur dengan menggunakan lembar observasi.

2
3.8 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Data Primer

a. Tentang karakteristik responden meliputi : usia,jenis

kelamin,pendidikan dan pekerjaan diperoleh dengan wawancara

kepada responden.

b. Data tentang bersihan jalan nafas pada penderita TB paru sebelum

diberikan intervensi teknik nafas dalam akan diperoleh hasil efektif dan

tidak efektif.

c. Data tentang bersihan jalan nafas pada penderita TB paru sebelum

diberikan intervensi teknik nafas dalam akan diperoleh hasil efektif dan

tidak efektif.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari RSU Sembiring di

dapatkan melalui hasil dokumentasi serta hasil wawancara dengan perawat.

4.9 Metode Analisa Data

1. Mengedit

Data yang telah terkumpul melalui daftar pertanyaan dan pernyataan

(kusioner) ataupun pada wawancara perlu dibaca kembali untuk melihat

apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban responden

2. Pengkodean

Setelah tahap editing selesai, data yang berupa jawaban-jawaban

responden perlu diberi kode memudahkan dalam menganalisis data.

2
Pemberian kode pada data dapat dilakukan dengan melihat jawaban dari

jenis pertanyaan dan pernyataan yang diajukan dalam kusioner dan lembar

observasi.

3. Tabulasi

Tabulasi data merupakan penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar.

Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang hasil

penelitian,karena data-data yang diperoleh sudah tersusun dan terangkum

tabel.

3.9.1 Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat ini digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel

penelitian, baik variabel independen yaitu teknik nafas dalam maupun variabel

dependen yaitu bersihan jalan nfas pada penderita TB paru, disajikan dalam

bentuk table distribusi frekuensi dan narasi dan menganalisis karakteristik

responden dengan distribusi frekuensi dan presentase. Variabel yang diuji yaitu

usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel atau

sama dengan dua ( Notoadmojdo, 2018). Metode analisa statistic ini untuk

menganalisa Efektivitas relaksasi nafas dalam . Analisa yang dapat digunakan

untuk mengetahui pengaruh efektifitas teknik nafas dalam terhadap bersihan jalan

nafas pada penderita TB paru di RSU Sembiring sebelum dan sesudah diberikan

menggunakan metode statiska uji paired t-test jika data tidak berdistribusi normal

maka digunakan uji Wilcoxon yang merupakan non parametic test dengan

2
menggunakan taraf kepercayaan 5% atau p < 0,05. Penerapan data sesuai dengan

pendekatan yang digunakan dalam penelitian analisa data yang dilakukan setelah

data yang dikumpulkan yang didapat dari kuesioner. Untuk menguji hipotesis

penelitian, maka perlu dicari hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat dengan menggunakan fasilitas computer yaitu SPSS (Statistical Package

For Social Science).

3.10 Kode Etik Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan salah satu hal yang paling penting dalam

pelaksanaan penelitian, karena penelitian keperawatan akan berhubungan secara

langsung dengan manusia. Etika penelitian harus sangat diperhatikan karena

manusia mempunyai hak asasi yang harus dihormati dalam kegiatan penelitian.

Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain (Sugiyono,2015)

1. Surat Permohonan Responden

Peneliti akan membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang

penelitian yang akan dilakukan, meliputi topik penelitian, tujuan

penelitian serta ketentuan-ketentuan untuk menjadi responden dalam

penelitian.

2. Formulir Persetujuan Penelitian (Informent Concent)

Informent concent merupakan bentuk persetujuan.Tujuan informent

concent adalah untuk memberikan informasi kepada responden mengenai

maksud dan tujuan penelitian serta responden dapat mengetahui dampak

dari penelitian yang dilaksanakan.Jika responden bersedia maka mereka

2
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak responden.

3. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan jaminan atau mencantumkan nama

responden observasi dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,

baik informasi dan masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya

kelompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

3
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di RSU Sembiring Kecamatan Deli Tua Kabupaten

Deli Serdang. RSU Sembiring berada di Jln.Besar Deli Tua Timur. Penelitian

dilakukan di ruangan poli paru di RSU Sembiring Kecamatan Deli Tua Kabupaten

Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin


Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi dua yaitu laki laki

dan perempuan, dapat dilihat di tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin


No Jenis Kelamin frekuensi (n) Persentase (%)
1 Laki Laki 20 66.7 %
2 Perempuan 10 33.3 %
Jumlah 30 100 %

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagaian besar responden

berjenis kelamin laki laki sejumlah 20 responden(66.7%), dan perempuan

sejumlah 10 orang (33.3%).

4.2.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia


karakteristik responden berdasarkan usia dikategorikan menjadi 3 yaitu < 50

tahun, 51-60 tahun, > 60 tahun, yang dapat dilihat di tabel 4.2 berikut:

tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia


No Usia frekuensi (n) Persentase (%)
1 < 50 Tahun 10 33.3 %
2 51- 60 15 50%
3 > 61 Tahun 5 16.7 %
Jumlah 30 100%

3
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berusia 51-60 tahun yaitu berjumlah 15 responden (50%), usia < 50 tahun

sejumlah 10 responden (33.3%) dan responden yang berusia > 61 Tahun sejumlah

5 responden (16.7%).

4.2.3 Distribusi Frekuensi Bersihan Jalan Nafas Sebelum Di Berikan


Tehnik Nafas Dalam Pada Pasien TB Paru di RSU Sembiring

Distribusi frekuensi berdasarkan bersihan jalan nafas dibagi dua

yaituefektif, dan tidak efektif yang dapat dilihat di tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan bersihan jalan nafas Sebelum Di


Berikan Tehnik Nafas Dalam
No Bersihan jalan nafas frekuensi (n) Persentase (%)
1 Efektif 8 26.7 %
2 Tidak efektif 22 73.3 %
Jumlah 30 100 %

Berdarakan tabel 4.3 sebagian besar bersihan jalan nafas sebelum dilakukan

relaksasi nafas dalam Tidak Efektif yaitu berjumlah 22 orang (73.3%), dan

bersihan jalan nafas efektif sejumlah 8 responden (26.7%) .

4.2.4 Distribusi Frekuensi Bersihan Jalan Nafas Sesudah Di Berikan


Tehnik Nafas Dalam Pada Pasien TB Paru di RSU Sembiring

Distribusi frekuensi berdasarkan bersihan jalan nafas dibagi dua

yaituefektif, dan tidak efektif yang dapat dilihat di tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan bersihan jalan nafas Sesudah Di


Berikan Tehnik Nafas Dalam
No Bersihan jalan nafas frekuensi (n) Persentase (%)
1 Efektif 16 56.7 %
2 Tidak efektif 14 43.3 %
Jumlah 30 100 %

3
Berdarakan tabel 4.4 sebagian besar bersihan jalan nafas responden sesudah

dilakukan relaksasi nafas dalam Efektif yaitu sejumlah 16 responden (56.7%), dan

bersihan jalan nafas tidak efektif sejumlah 14 responden (43.3%).

4.3 Analisa Bivariat

4.3.1 Uji Normalitas Variabel Bersihan Jalan Nafas


Uji normalitas pada peneliitian ini menggunakan uji Kolmogorov smirnov

dan Shapiro wilk sebagai berikut.

Tabel 4.5 Uji normalitas menggunakan uji Shapiro wilk

Tests of Normality
Senam otak Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam 2.06 30 0.00
Setelah di lakukan relaksasi nafas dalam 1.20 30 0.02

Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi p <

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi tidak normal

sehingga layak uuntuk dilakukan uji wilxocon test.

4.3.2 Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Bersihan Jalan Nafas


Pada Pasien Tb Paru

Tabel 4.6 efektifitas relaksasi nafas dalam terhadap bersihan jalan nafas
Uji Wilcoxon test
Bersihan Jalan Nafas Median Mean
P Value Ket
Sebelum_dilakukan relaksasi nafas 2.0 2.0
dalam 0,000 Signifikan
Sesudah _dilakukan relaksasi nafas 1.5 1.5
dalam

Berdasarkan data tabel 4.6 diatas didapatkan hasil tes dengan

menggunakan uji wilcoxon didapatkan perbedaan nilai mean 0.5 yang berarti ada

perubahan sebelum dan sesudah diberikan relaksasi nafas dalam pada pasien Tb

3
Paru. Dimana nilai p : 0,000 artinya p<0,05 sehingga dapat disimpulkan uji ini

menunjukkan hasil yang bermakna ada pengaruh sebelum diberikan relaksasi

nafas dalam dan sesudah diberikan nafas dalam pada pasien Tb Paru.

3
BAB V

PEMBAHASA

5.1 Analisa Karakteristik Responden

5.1.1 Jenis Kelamin


Berdasarkan Tabel 4.1 didapatakan hasil bahwa sebagaian besar responden

berjenis kelamin laki laki sejumlah 20 responden(66.7%), dan perempuan

sejumlah 10 orang (33.3%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan mannino (2017), yang

mengatakan bahwa laki laki rentan terkena tb paru diabandingkan denga

perempuan terakit dengan kebiasaan merokok dan paparan polusi tempat bekerja

(mannino, 2017). Pekerjaan sebagai petani dan kuli bangunan berpengaruh

terhadap tingkat keparahan terjadinya tb paru (mahwali, 2017).

Peneliti berasumsi bahwa laki laki lebih rentan terinfeksi TB paru

dikarenakan kebiasaan kebiasaan yang tidak sehat serta paparan lingkungan kerja

yang tidak sehat di tambah lagi tanpa menggunakan alat pelindug diri yang

memadai.

5.1.2 Usia
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berusia 51-60 tahun yaitu berjumlah 15 responden (50%), usia < 50 tahun

sejumlah 10 responden (33.3%) dan responden yang berusia > 61 Tahun sejumlah

5 responden (16.7%).

Hal ini sejalan dengan penelitian omeati, (2013) yang mengatakan lansia

dengan paparan gas paru tingkat tinggi memiliki fungsi paru yang rendah, usia

3
lansia beresiko mengalami gangguan medis kronis seperti Tb paru.(oemiati,

2013).

Peneliti berasumsi usia lansia 2x lebih rentan terkena penyakit kronis seperti

tb paru dikarenakan kondisi fisiknya sudah menurun atau melemah, sehingga

mudah terinfeksi oleh virus penyebab TB paru.

5.2 Analisa Bersihan Jalan Nafas Sebelum Diberikan Relaksasi Nafas


Dalam Pada Pasien Tb Paru di RSU Sembiring Deli Tua Tahun 2023

Bersihan Jalan Napas Sebelum Di Berikan Tindakan Teknik Relaksasi

Napas Dalam Dan Batuk Efektif.

Berdarakan tabel 4.3 sebagian besar bersihan jalan nafas sebelum dilakukan

relaksasi nafas dalam Tidak Efektif yaitu berjumlah 22 orang (73.3%). Hampir

seluruh responden mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebelum

dilakukan latihan relaksasi nafas dalam. hal ini di karenakan selama ini

penanganan pasien TB Paru hanya dilakukan pengelolaan umum dengan

pemberian terapi farmakologi dan belum pernah dilakukan terapi non farmakologi

(rehabilitasi atau fisioterapi) untuk membantu pengeluaran sekret, karena obat-

obatan hanya berfungsi untuk mengurangi produksi lendir tidak untuk membantu

pengeluaran sekret. Karena itu selain dilakukan pengelolaan umum penting juga

dilakukan pengelolaan khusus untuk membantu mempercepat menangani

ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Menurut Perry & Potter (2005) ketidakefektifan besihan jalan nafas

merupakan keaadaan individu tidak mampu mengeluarkan sekresi atau obstruksi

dari saluran nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas.

3
5.3 Analisa Bersihan Jalan Nafas Sesudah Diberikan Relaksasi Nafas
Dalam Pada Pasien Tb Paru di RSU Sembiring Deli Tua Tahun 2023

Bersihan jalan napas sesudah di berikan tindakan teknik relaksasi napas

dalam dan batuk efektif. Berdarakan tabel 4.4 sebagian besar bersihan jalan nafas

responden sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam Efektif yaitu sejumlah 16

responden (56.7%), dan bersihan jalan nafas tidak efektif sejumlah 14 responden

(43.3%).

Hampir setengah responden di Ruang Flamboyan RSU Sembiring Deli Tua

bersihan jalan nafas menjadi efektif sesudah dilakukan latihan nafas dalam hal ini

dikarenakan batuk dan nafas dalam dengan cara yang benar pasien dapat

menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak

secara maksimal oleh karena itu selain terapi farmakologi penting sekali kita

melakukan pengelolaan khusus dengan latihan nafas dalam dan batuk efektif

dalam melaksanakan asuhan keperawatan setiap hari untuk membantu

pengeluaran sekret dari jalan nafas. Sebanyak 4 pasien masih didapatkan bersihan

jalan nafas tidak efektif hal ini disebabkan faktor usia dimana semakin tua maka

akan terjadi penurunan fisik yang menyebabkan fungsi paru juga menurun

sehingga dalam pelaksanaan latihan nafas dalam sputum tidak bisa keluar secara

maksimal.

Menurut Kozier (2015) ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah

ketidakmampuan membersihkan sekret atau sumbatan dari saluran pernafasan

untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

3
Kontra indikasi mempertahanan kelembapan udara inspirasi adekuat,

merencanakan periode istirahat, menghisap sekret dari jalan nafas sesuai

kebutuhan, memberikan lingkungan yang lembab.

Menurut Jenkins (2018) batuk efektif dan nafas dalam merupakan teknik

batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang di mulai dari ekspirasi,

yang bertujuan: merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan distribusi

ventilasi, meningkatkan volume paru, memfasilitasi pembersihan saluran nafas.

(Jekins, 2018).

Menurut Perry & Potter (2005) instruksikan kepada pasien tentang batuk

dan teknik nafas dalam untuk memudahkan pengeluaran sekret. Klien yang

mengalami penyakit pulmonal kronik, infeksi saluran nafas atas, dan infeksi

saluran nafas bawah harus di dorong untuk nafas dalam dan batuk sekurang-

kurangnya setiap dua jam terjaga. Klien yang memiliki sputum dalam jumlah

besar harus didorong untuk batuk setiap jam saat terjaga dan setiap dua jam

sampai tiga jam saat tidur sampai fase akut produksi lendir berakhir.

Bersihan jalan napas efektif yang terjadi pada klien yang di beri tindakan

keperawatan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif karena teknik ini

merupakan teknik yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan sputum dengan

cepat dan efektif, karena teknik ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja

dan untuk klien yang mengalami sumbatan jalan napas dapat menggunakan cara

ini agar jalan napas kembali bersih atau tidak ada sputum.

Hal ini seiring dengan (Yuliati, 2019) yang mengatakan bahwa batuk ini

diperlukan untuk membuang produk-produk radang, karena terlibatnya bronkus

pada setiap penyakit yang tidak sama, mungkin saja penyakit baru ada setelah

3
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu

sampai berbulan- bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering

kemudian setelah timbul peradagan menjadi produktif (menghasilkan

sputum).tetapi kadang-kadang tidak mudah mengeluarkan sputum klien di

anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi nafas dalam dan batuk efektif

mempermudah pengeluaran sputum. (yuliati, 2019).

Teknik napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekan inspirasi

maksimal yang di mulai dari ekspirasi yang bertujuan untuk merangsang

terbukanya system kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, dan meningkatkan

volume paru memfasilitasi pembersihan saluran napas sehingga bersihan jalan

napas tidak efektif dapat menggunakan cara teknik relaksasi napas dalam dan

batuk efektif ini. Dan juga apabila ingin lebih efektif lagi teknik relaksasi napas

dalam ini dapat dilakukan selama 2-3 jam setelah bangun tidur pada pagi hari dan

juga teknik relaksasi napas dalam ini dapat dilakukan selama 2 hari berturut-turut

agar bersihan jalan napas dapat efektif secara maksimal (Mardiono, 2018).

5.4 Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Bersihan Jalan Nafas


Pada Pasien Tb Baru di RSU Sembiring Deli Tua

Berdasarkan tabel 5 Hasil uji statistis dengan menggunakan uji pairet test

diperoleh nilai signifikan sebesar p = 0,000 (p < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha

diterima yang artinya ada pengaruh (signifikan) antara pemberian teknik relaksasi

napas dalam terhadap bersihan jalan napas pada klien TB Paru di RSU Sembiring

Deli Tua Tahun 2023.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di puskesmas

puraseda bahwa ada perbedaan yang bermakna terhadap hasil intervensi sebelum

3
dan sesudah diberikan teknik nafas dalam dan batuk efektif terhadap bersihan

jalan nafas. (maidartati, 2019).

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian analisa praktek

keperawatan berbasis bukti oleh Isnu fauzi, (2018) dengan judul pengaruh

relaksasi dengan fisioterafi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak balita 3-

5 Tahun dengan ISPA. Hasil penelitian juga menunjukan ada pengarih batuk

efektif dan nafas dalam terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3-5 tahun

sebanyak 19 responden balita mampu mengeluarkan dahak, dan hanya 1

responden balita yang tidak mengeluarkan sputum.

Pemberian nafas dalam dapat membantu pengeluaran sekresi juga dapat

dilihat dari hasil penelitian Nugroho, (2017) yang mengatakan bahwa pengeluaran

dahak setelah diberikan relaksasi nafas dalam pada pasien degan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas sebanyak 10 (66,66%). (Nugroho, 2017).

Hal ini dikarenakan pada pasien TB Paru sebelum dilakukan latihan nafas

dalam mukus yang berlebihan akan tertimbun pada saluran pernafasan sehingga

proses normal pembersihan tidak efektif lagi oleh karena itu selain pemberian

terapi farmakologi, penting juga dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif

dikarenakan dengan latihan nafas dalam dan batuk efektif dapat merangsang

terbukanya sistem kolateral dan meningkatkan volume paru sehingga dapat

memfasilitasi pengeluaran sekret. Maka dari itu kemauan dan kesadaran tenaga

kesehatan sangat di perlukan dalam melakukan asuhan keperawatan. Akan tetapi

faktor usia juga berpengaruh terutama pada usia lanjut, hal ini dikarenakan orang

yang lebih tua kondisi fisiknya sudah mulai menurun sehingga dalam pelaksanaan

4
latihan nafas dalam dan batuk efektif juga kurang maksimal yang berpengaruh

pada pengeluaran sputum.

Menurut Judith (2019) ketidakefektifan pembersihan jalan nafas adalah

ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi saluran nafas guna

mempertahankan jalan nafas yang bersih. Hal tersebut dikarenakan teknik

relaksasi napas dalam dan batuk efektif sangat efektif untuk membantu

pengeluaran sputum pada klien yang mengalami bersihan jalan napas tidak efektif,

karena teknik relaksasi napas dalam ini merupakan teknik yeng benar untuk

pengeluaran sputum yang berfungi untuk membuka diafragma pada paru-paru

sehingga dapat membuka jalan napas dan mempermudah pengeluaran sputum

secara maksimal dan juga teknik relaksasi napas dalam ini sangat mudah dipahami

oleh responden dan membuat responden lebih nyaman setelah diberikan teknik

relaksasi napas dalam dan batuk efektif sehingga klien mau melaksanskan sesuai

dengan prosedur yang telah dijelaskan oleh peneliti. (Judith, 2019).

Hal tersebut seiring dengan penelitian (Sasono, 2019) bahwa teknik

relaksasi napas dalam dan batuk efektif ini adalah bernapas secara perlahan dan

menggunakan diafragma. Sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan

dan dada mengembang penuh. Teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif ini

berfungsi untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk

mengurangi kerja bernapas. Meningkatkan inflasi alveolar maksimal,

meningkatkan relaksasi otot dan juga teknik relaksasi napas dalam dan batuk

efektif ini berfungsi sebagai meningkatkan mobilisasi sekresi sehingga sputum

mudah dikeluarkan dari jalan napas. (Susono, 2019).

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Tehnik relaksasi

4
nafas dalam dengan Pola tidur pasien Rawat Inap di ruang Flamboyan RSU

didapatkan Hasil P-value sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat

hubungan antara relaksasi nafas dalam dengan pola tidur pasien TB Paru di ruang

Flamboyan RSU Sembiring. Dengan tingkat keeratan koefisien korelasi hubungan

rendah dengan hasil r= 0,000.

5.5 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini

adalah:

1. Jumlah sampel penelitian yang sedikit.

2. Keterbatasan waktu penelitian.

3. Ruangan falamboyan yang sibuk dan ramai sehingga responden tidak

terlalu focus dalam pengisian kusioner.

4
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa, Terdapat hubungan yang signifikan antara tehnik relaksasi nafas

dalam dengan bersihan jalan nafas pasien TB Paru di RSU Sembiring Deli Tua

dengan hasil p value = 0,000 (<0.05).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Institut Kesehatan Deli Husada


Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi Institut

Deli Husada untuk membuat program pelatihan kepada mahasiswa untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan tentang bersihan jalan nafas pada pasien Tb Paru.

6.2.2 Bagi Rumah Sakit Umum Sembiring


Diharapkan untuk selalu mengevaluasi kinerja pegawai RSU Sembiring, dan

fasilitas RSU Sembiring, dan rutin membuat program pelatihan kepada perawat untuk

meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan edukasi guna mengatasi

bersihan jalan nafas sehingga tercapai pola tidur yang baik.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan guna menyempurnakan

hasil penelitian yang berkaitan dengan variabel pada penelitian ini dan Perlu membuat

alat ukur yang lebih baik agar hasilnya lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Adibah. (2019). Gambaran Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien TB Paru. Laporan Tugas
Akhir. Perpustakaan Universitas Airlangga

Aminah & Novitasari. (2016). Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Konsentrasi
Oksigen Darah Di Perifer Pada Penderita Tubekulosis Paru.

Arista, D. Aminingsih, S. Endrawati. (2014). Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada


Terhadap Pasien Ispa Di Desa Pucung Eromoko Wonogiri

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Cahyati & Maelani. (2019). Karakteristik Penderita, Efek Samping Obat dan Putus
Berobat Tuberkulosis Paru. Higeia Journal Of Public Health Research
And Development. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia
Centers for Disease Control and Prevention. (2022, March 25). Tuberculosis - United
States, 2021. Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved from
https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/71/wr/mm7112a1.htm
Gejala TB Paru Dan Pencegahannya. (2021, March 24). Rumah Sakit UNS.
https://rs.uns.ac.id/gejala-tb-paru-dan-pencegahannya/
Garrod, R., & Mathieson, T. (2012). Pursed lips breathing: Are we closer to
understanding who might benefit?. Cronic Respiratory Desease, 10(1), 3-
4.
Hartanti, dkk. (2016). Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No. 1
Herdman, T. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2016-2016. Edisi
10. Jakarta : EGC
https://www.who.int/teams/global-tuberculosis-programme/tb
reports/global-tuberculosis-report-2021
ill, C. M., Dolan, L., Piggott, L. M., &amp; McLaughlin, A. M. (2022, March 1). New
developments in tuberculosis diagnosis and treatment. European
Respiratory Society. https://breathe.ersjournals.com/content/18/1/210149
Judith & Nancy (2013) Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kementerian Kesehatan REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2018.
Kozier (2005) Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
LeMoni, Pricilla (2017) Buku ajar keperawatan medical bedah: gangguan respirasi /
Priscilla LeMoni, Karen M. Burke, Gerene Bauldoff, alih bahasa. Wuri
Praptiani; editor edisi bahasa Indonesia, Ayu Masnina & Setyawan.
(2018). Terapi Relaksai Nafas Mempengaruhi Penurunan
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Natalia, D., & Indrati, D. (2007). Efektifitas Pursed Lips Breathing Dan Tiup Balon

2
Dalam Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pasien Asma

3
Bronchiale Di RSUD Banyumas. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,
3(1), 52–58

Putra. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien PPOK Dengan Gangguan


Pertukaran Gas di Ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar.
Perpustakaan Politeknik Kesehatan Denpasar

Rulino, L. (2023, February 7). Askep TB Paru (SDKI, SLKI, Siki). perawat.org.
https://perawat.org/askep-tb-paru/
Saputra, A. (2019, August 3). Teknik Relaksasi Nafas Dalam. Academia.edu.
https://www.academia.edu/34115289/TEKNIK_RELAKSASI_NAFAS_
DALAM Tekanan Darah Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 2, Maret 2018,hlm119
– 128
Syamsudin dan Keban SA. Buku Ajar Farmakoterapi Gangguan Saluran Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika; 2013.
Shen, Y., et al. (2018). Management of airway mucus hypersecretion in chronic airway
inflammatory disease: Chinese expert consensus (English
edition). International journal of chronic obstructive pulmonary disease,
13, 399–407.

Teknik active cycle of Breathing Pada Pasien TB Paru. (n.d.).


https://gustinerz.com/teknik-active-cycle-of-breathing-pada-pasien-tb-
paru/
Tinjauan Teori 2.1 Konsep Terapi distraksi Dan Relaksasi 2.1.1 ... (n.d.).
http://eprints.umpo.ac.id/8505/3/BAB%202.pdf
WHO. Global Report Tuberculosis 2018. Geneva: World Health Organization 2018.
Wikimedia Foundation. (2021, August 31). Bersihan Jalan napas Tidak Efektif.
Wikipedia.https://id.wikipedia.org/wiki/Bersihan_jalan_napas_tidak_efe
ktif
World Health Organization. (n.d.). Fact sheets. World Health Organization.
https://www.who.int/indonesia/news/campaign/tb-day-2022/fact-sheets
World Health Organization. (n.d.). Global tuberculosis report 2021. World Health
Organization.

4
Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :


Nama Peneliti : MHD. IHSAN FEBRIANSYAH
Npm : 1911064
Prodi : Ilmu Keperawatan Program sarjana
Judul Penelitian : Efektifitas Teknik NafasDalam Terhadap
Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien TB Paru
Di Rsu Sembiring Deli Tua 2023

Peneliti adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada. Sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan S1 Keperawatan yang sedang saya jalani maka saya

melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Teknik Nafas Dalam Terhadap Bersihan

Jalan Nafas Pada Pasien TB Paru Di Rsu Sembiring Deli Tua 2023” Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi apakah ada efektifitas teknik nafas dalam terhadap

bersihan jalan nafas pada pasieb TB paru sehingga dapat menjadi informasi dan

sumber referensi peneliti selanjutnya.

Saudara akan diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian dan pertisipasi ini

sepenuhnya bersifat sukarela, tidak ada unsur pemaksaan dan tidak dipungut biaya

apapapun. Jika Saudara bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini maka

peneliti akan memberikan kuesioner berisi beberapa butir pertanyaan yang dapat
dijawab. Hasil dan data yang peneliti kumpulkan akan dijamin kerahasiaannya dari

publik dan hasil penelitian ini akan diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar

dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas Saudara. Apabila terdapat beberapa hal

yang kurang Saudara mengerti mengenai penelitian ini maka Saudara dapat

menanyakan langsung kepada peneliti. Jika Saudara telah memahami penjelasan

mengenai penelitian ini dan bersedia untuk ikut berpatisipasi, Saudara diharapkan untuk

bersedia mengisi lembar persetujuan (Inform Concent) yang telah saya sediakan.

Atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih

Peneliti

Mhd. Ihsan Febriansyah


19.11.064

2
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (Inisial) :

Jenis Kelamin :

Umur :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan

tujuan dan manfaat dari penelitian, saya memahami informasi yang diberikan oleh

peneliti bahwa penelitian ini menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden, maka

dengan ini saya dengan sukarela bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran tanpa

paksaan dari siapapun.

Responden

( )

3
Lampiran 3

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TEKNIK NAFAS DALAM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TEKNIK NAFAS DALAM

Definisi Metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien. Rileks
yang sempurna dapat mengurangi ketegangan otot,rasa
jenuh,kecemasan sehingga mencegah stimulasi nyeri
Manfaat Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
Menghilangkan ketegangan otot ,rasa jenuh,kecemasan

Indikasi 1. Pasien yang mengalami stres


2. Pasien yang mengalami nyeri akibat penyakit kooperatif
3. Pasien yang mengalami kecemasan
4. Pasien yang mengalami gangguan kualitas tidur
Pelaksanaan Pra Interaksi
a. Membaca status klien
b. Mencuci tangan
Interaksi
a. Salam cuaca
b. Memperkenalkan diri
c. Menanyakan kondisi pasien dan kesiapan pasien untuk
melakukan kegiatan dan kontrak waktu pasien.
d. Menjaga privasi pasien
Kerja
a. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila
ada sesuatu yang kurang jelas
b. Atur posisi agar klien rileks tanpa adanya beban fisik, baik
duduk maupun berdiri. Apabila pasien memilih duduk, maka
bantu pasien duduk di tepi tempat tidur atau posisi duduk
tegak di kursi. Posisi juga bisa semifowler, berbaring di
tempat tidur dengan punggung tersangga bantal.

c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam


sehingga rongga paru berisi udara.

d. Instruksikan pasien dengan cara perlahan dan hembuskan


udara membiarkannya ke luar dari setiap bagian anggota
tubuh, pada saat bersamaan minta klien untuk memusatkan
perhatiannya pada sesuatu hal yang indah dan merasakan

lega.
e. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal
beberapa saat (1-2 menit)
f. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam,
kemudian menghembuskan dengan cara perlahan dan
merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki,
menuju keparu-paru dan seterusnya,rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh.

5
g. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki
dan tangan, udara yang mengalir dan merasakan ke luar
dari ujung-ujung jari tangan dan kaki kemudian
rasakan kehangatanya,instruksikan pasien untuk
mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa nyeri kembali
lagi
h. Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta
pasien untuk melakukan secara mandiri
i. Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali
dalam sehari dalam waktu 5-10 menit
Terminasi
a. Evaluasi hasil: kemampuan pasien untuk melakukan teknik
ini
b. Memberikan kesempatan pada klien untuk
memberikan umpan balik dari terapi yang dilakukan.
c. Tindak lanjut: menjadwalkan latihan teknik relaksasi
nafas dalam
d. Kontrak: topik, waktu, tempat untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi
a. Mencatat waktu pelaksanaan tindakan
b. Mencatat perasaan dan respon pasien
setelah diberikan tindakan
Sumber Perry & Potter 2018

6
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI

EFEKTIFITAS TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP


BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN TB PARU
DI RSU SEMBIRING DELI TUA 2023

I. Identitas Responden

No Responden :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :

Tabel. Lembar Observasi Teknik Nafas Dalam Terhadap Bersihan Jalan


Nafas

Bersihan Jalan Nafas Ada Tidak Ada

Suara nafas tambahan (


whezing dan ronchi )

Batuk ( disertai dahak )

Perubahan pola pernafasan (


takipnea dan bradipnea )
Perubahan frekuensi
pernafasan ( cepat dan lambat
)

7
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Survey Awal Penelitian

8
Lampiran 6 Surat Balasan Survey Awal Penelitian

9
Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian

1
Lampiran 8 Surat Balasan Izin Penelitian

1
Lampiran 9 Dokumentasi

1
1
Lampiran Output spss
Frequencies
Statistics
pre_intervens post_contro
i l
Valid 30 30
N
Missing 0 0

Frequency Table
pre_intervensi
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
EFEKTIF 8 26.7 26.7 26.7
TIDAK
Valid 22 73.3 73.3 100.0
EFEKTI
F
Total 30 100.0 100.0

post_control
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
EFEKTIF 16 53.3 53.3 53.3
TIDAK
Valid 14 46.7 46.7 100.0
EFEKTI
F
Total 30 100.0 100.0

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


sebelum_ND sesudah_ND
N 30 30
Mean 2.00 1.50
Normal Parametersa,b Std.
.000c .509
Deviatio
n
Absolute .337
Most
Positive .337
Extreme
Negative -.337
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z 1.847
Asymp. Sig. (2-tailed) .002

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test cannot be performed.

NPAR TESTS
1
/WILCOXON=sebelum_ND WITH sesudah_ND (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(10000).

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Negative
Ranks 15a 8.00 120.00
sesudah_ND Positive Ranks .00 .00
- 0b
Ties 15c
sebelum_ND
Total 30

a. sesudah_ND < sebelum_ND


b. sesudah_ND > sebelum_ND
c. sesudah_ND = sebelum_ND

Test Statisticsa,c
sesudah_ND
-
sebelum_ND
Z -3.873b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sig. .000
Lower
Monte Carlo Sig. (2- .000
95% Confidence Bound
tailed)
Interval Upper
.000
Bound
Sig. .000
Lower
Monte Carlo Sig. (1- .000
95% Confidence Bound
tailed)
Interval Upper
.000
Bound

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 299883525.

1
MASTER TABEL

1
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai