Anda di halaman 1dari 116

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AROMATERAPHY

EUCALYPTUS TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU

POST SECTIO CAESAREA DI RS. PRIMA HUSADA

SUKOREJO

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi S1 Kebidanan

NAMA

NURUL KOMARIYAH

NIM. 202203152010047

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN KENDEDES MALANG


MALANG 2023

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AROMATERAPHY

EUCALYPTUS TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU

POST SECTIO CAESAREA DI RS. PRIMA HUSADA

SUKOREJO

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi S1 Kebidanan

NAMA

NURUL KOMARIYAH

NIM. 202203152010047

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU

2
KESEHATAN KENDEDES MALANG

MALANG 2023

3
MOTTO

“Jangan menilai saya dari kesuksesan, tetapi nilai saya dari seberapa
sering saya jatuh dan berhasil bangkit kembali.”

4
HALAMAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

JUDUL : EFEKTIVITAS PEMBERIAN AROMATERAPHY

EUCALYPTUS TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA

IBU POST SECTIO CAESAREA DI RS. PRIMA HUSADA

SUKOREJO

NAMA : NURUL KOMARIYAH

NIM : 202203152010047

Telah diterima dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan penguji

Malang, 4 Maret 2023

Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Eva Inayatul Faiza, SKM., M.Kes) Miftakhul Magfiroh E,SST., M.Keb


NIDN.0710068401

5
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI


PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA
STIKES KENDEDES MALANG

Judul : Efektivitas Pemberian Aromateraphy Eucalyptus Terhadap

Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di Rs. Prima

Husada Sukorejo

Nama : Nurul Komariyah

Nim : 202203152010047

Skripsi Ini Telah Diuji Pada Siding Ujian Akhir Program

Jurusan S1 Kebidanan STIKES KENDEDES MALANG

Tahun 2023

Ketua Penguji

Eka Yuni Indah N, SST., M.Keb

Penguji 1 Penguji 2

6
Eva Inayatul Faiza, SKM., M.Kes Miftakhul Magfiroh E,SST., M.Keb

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya, di dalam naskah skripsi yang berjudul “Efektivitas Pemberian Aromateraphy

Eucalyptus Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di RS. Prima

Husada Sukorejo” tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak

lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut

dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur jiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik

yang telah saya peroleh (S-1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

(Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).

Malang, ......
Yang membuat pernyataan

Nurul Komariyah

7
NIM. 202203152010047

8
ABSTRAK

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES

Malang,

NURUL KOMARIYAH

nurul.raya41@gmail.com

Efektivitas Pemberian Aromateraphy Eucalyptus Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Sectio

Caesarea Di RS. Prima Husada Sukorejo

ABSTRAK

Persalinan sectio merupakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui tindakan
pembedahan, berupa irisan diperut ibu (laparatomi) dan rahim (Histeroktomi) untuk mengeluarkan
bayi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari operasi SC adalah nyeri pada luka operasi. nyeri pada
pasien yang dapat ditimbulkan dari nyeri sectio itu sendiri mobilisasi fisik menjadi terbatas sekitar
68% ibu mengalami kesulitan dalam perawatan bayi, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak
terpenuhi dengan baik, berkurangnya nutrisi yang didapatkan bayi, ibu masih nyeri akibat SC.
Nyeri dapat dihilangkan secara farmakologis dan nonfarmakolohis. Cara non farmakologis dengan
pemberian Aromaterapi Eucalypthus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
aromaterapi Eucalypthus terhadap penurunan intensitas nyeri pada ibu post SC di RS. Prima
Husada Sukorejo tahun 2023.
Penelitian ini menggunakan quasi experiment (eksperimen semu) dengan non equivalent
control group pretest posttest. Penelitian ini dilaksanakan mulai Mei 2023– Juli 2023. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 40 responden, dengan menggunakan teknik random sampling. Metode
analisis data menggunakan teknik analisis statistik non parametrik .
Hasil penelitian ini didapatkan intensitas nyeri pada kelompok intervensi sebagian besar
mengalami nyeri berat terkontrol dan sesudah diberikan intervensi mengalami nyeri sedang. Hasil
uji will coxon menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada tingkat intensitas nyeri
antara kelompok intervensi dan kontrol p value (0,000) < 𝛼 (0,05) sehingga Ho ditolak.
Saran peneliti bagi pelayanan kesehatan agar dapat menjadi fasilitator dalam penanganan
ibu post SC yang mengalami nyeri sehingga ibu post SC dapat mobilisasi dengan cepat.

Kata Kunci : Nyeri secsio caesarea, Aromaterapi Eucalyptus

SUMMARY

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

9
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES

Malang,

NURUL KOMARIYAH

nurul.raya41@gmail.com

Efektivitas Pemberian Aromateraphy Eucalyptus Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Sectio

Caesarea Di RS. Prima Husada Sukorejo

ABSTRACT

Sectio delivery is an artificial delivery where the fetus is born through surgery, in the
form of an incision in the mother's abdomen (laparotomy) and uterus (hysterectomy) to remove the
baby. The impact that can be caused by SC surgery is pain in the surgical wound. pain in patients
that can be caused by sectio pain itself, physical mobilization is limited, around 68% of mothers
experience difficulties in caring for babies, Early Initiation of Breastfeeding (IMD) is not fulfilled
properly, reduced nutrition is obtained for babies, mothers are still in pain due to SC.. Non-
pharmacological way by administering Eucalypthus Aromatherapy. This study aims to determine
the effect of Eucalypthus aromatherapy on reducing pain intensity in post SC mothers at the
hospital. Prima Husada Sukorejo in 2022.
This study used a quasi-experiment with a pretest-posttest non-equivalent
control group. This research was carried out from Mei 2023 – Juli 2023. The type of data
used in this study used primary and secondary data. The sample in this study was 40
respondents,. Methods of data analysis will coxon non-parametric statistical analysis
techniques.
The results of this study showed that most of the pain intensity in the intervention
group experienced controlled severe pain and after being given the intervention experienced
controlled severe pain. The results of the will coxontest showed that there was a significant
difference in the level of pain intensity between the intervention and control groups p value
(0.000) < 𝛼 (0.05) so that Ho was rejected.
Researcher's suggestion for health services to become facilitators in handling post SC
mothers who experience pain so that post SC mothers can mobilize quickly.

Keywords: Caesarean section pain, Eucalyptus Aromatherapy.

10
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan skripsi.

Tentunya skripsi ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan

dari berbagai pihak. Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak

akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. dr. Muljohadi Sungkono, SpOG (K), Pembina Yayasan Kendedes Malang,

2. drg. Suharwati, Ketua Yayasan Kendedes Malang,

3. dr. Endah Puspitorini, MscIH.,DTMPH, PLH Yayayan Kendedes Malang

4. Dr. Jenny J S Sondak, S.SI.T.M.Clin.Mid, Ketua STIKes Kendedes Malang

5. An Nisa Fithri, Amd. Keb.,SKM.,MKM., Selaku Ketua Program Studi

Sarjana Kebidanan STIKes Kendedes Malang.

6. Eva Inayatul Faiza, SKM.,M.Kes selaku dosen pembimbing I yang selalu

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh perhatian,

ketelitian dalam mengawasi penulis dalam menyelesaikan skripsi

7. Miftakhul Magfiroh E, SST.,M.Keb selaku dosen pembimbing II yang selalu

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh perhatian,

ketelitian dalam mengawasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan memberikan

11
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, Desember 2023

Nurul Komariyah

12
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan....................................................................................................................


Halaman Sampul Dalam...................................................................................................................
Halaman Motto................................................................................................................................
Halaman Tanda Persetujuan Skripsi................................................................................................
Halaman Tanda Pengesahan Penguji................................................................................................
Halaman Pernyataan Orisinalitas....................................................................................................
Abstrak...........................................................................................................................................
Summary.......................................................................................................................................
Halaman Kata Pengantar.................................................................................................................
Halaman Daftar Isi...........................................................................................................................
Halaman Daftar Tabel...................................................................................................................
Halaman Daftar Gambar...............................................................................................................
Halaman Daftar Lampiran..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................5
1.4 Manfaat...........................................................................................................5
1.4.1 Manfaat Teoritis.......................................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1 Operasi Caesar................................................................................................7
2.1.1 Jenis Operasi Caesar................................................................................9
2.1.2 Indikasi Operasi Caesar.........................................................................10
2.2 Nyeri.............................................................................................................14
2.2.1 Definisi Nyeri........................................................................................14
2.2.2 Sifat Nyeri..............................................................................................17
2.2.3 Teori-Teori Nyeri...................................................................................17

13
2.2.4 Klasifikasi Nyeri....................................................................................18
2.2.5 Pengukuran Intensitas Nyeri..................................................................20
2.2.6 Management Penatalaksanaan Pada Nyeri............................................23
2.3 Post Partum...................................................................................................24
2.3.1 Klasifikasi Masa Nifas...........................................................................24
2.3.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas..........................................................25
2.3.3 Perubahan Psikologis Masa Nifas.........................................................34
2.3.4 Tanda dan Gejala...................................................................................35
2.4 Metode Pengurangan Rasa Nyeri.................................................................36
2.5 Aromatherapy...............................................................................................39
2.5.1 Manfaat Aromaterapi.............................................................................40
2.5.2 Kelebihan Aromaterapi..........................................................................40
2.5.3 Mekanisme Kerja Aromaterapi..............................................................41
2.5.4 Metode Pemakaian.................................................................................42
2.6 Eucalyptus....................................................................................................44
2.6.1 Definisi..................................................................................................44
2.6.2 Komponen..............................................................................................47
2.6.3 Cara Kerja..............................................................................................48
2.7 Kerangka Teori.............................................................................................49
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN........................................................................................................50
3.1 Kerangka Konsep.........................................................................................50
3.2 Definisi Operasional.....................................................................................51
3.3 Hipotesis Penelitian......................................................................................52
BAB IV METODE PENELITIAN.......................................................................53
4.1 Jenis dan Desain Penelitian..........................................................................53
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................53
4.2.1 Lokasi Penelitian...................................................................................53
4.2.2 Waktu Penelitian....................................................................................53
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................54
4.3.1 Populasi..................................................................................................54
4.3.2 Sampel Penelitian..................................................................................54

14
4.4 Etika Penelitian.............................................................................................54
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data...............................................................57
4.6 Alat Ukut/Instrumen dan Bahan Penelitian..................................................59
4.7 Prosedur Penelitian.......................................................................................59
4.8 Pengolahan Data...........................................................................................60
4.9 Analisa Data.................................................................................................61
BAB V HASIL PENELITIAN..............................................................................62
5.1 Hasil Penelitian.............................................................................................62
5.2 Analisis Univariat.........................................................................................62
5.3 Analisis Bivariat...........................................................................................63
5.3.1 Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Aromaterapi
Eucalypthus pada Kelompok Intervensi.........................................................63
5.3.2 Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian obat anti nyeri pada
Kelompok Kontrol..........................................................................................65
5.3.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum Intervensi pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol..................................................................66
BAB VI PEMBAHASAN......................................................................................68
6.1 Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Pemberian Aromateraphy
Eucalypthus Pada Kelompok Intervensi.............................................................68
6.2 Perbedaan Efektivitas Penurunan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post SC Pada
Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi...................................................69
BAB VII PENUTUP..............................................................................................71
7.1 Kesimpulan...................................................................................................71
7.2 Saran.............................................................................................................72

15
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC 23

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel 51

Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 62


Tabel 5. 2 Uji Mann Whitney Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian
Aromaterapi Eucalypthus pada Kelompok Intervensi di Rs. Prima Husada
Sukorejo 64
Tabel 5. 3 Uji Mann Whitney Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Periode
Intervensi pada Kelompok Kontrol di Rs. Prima Husada Sukorejo Tahun 2023 65
Tabel 5. 4 Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri Sebelum dan sesudah Intervensi
Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Rs. Prima Husada Sukorejo
Tahun 2023 66

16
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana 21


Gambar 2 Skala Intensitas Nyeri Numerik Andarmoyo, S. (2013) 22
Gambar 3 Skala Intensitas Nyeri wong baker 22
Gambar 4 Involusi uterus (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014). 28

17
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian 75


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden 76
Lampiran 3 SOP Pemberian Aromaterapi Minyak Kayu Putih 77
Lampiran 4 Panduan Seleksi Sampel 79
Lampiran 5 Master Tabel 84
Lampiran 6 Olah Data 85
Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan 93

18
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tindakan sectio caesarea kini semakin banyak dilakukan, Persalinan sectio

merupakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui tindakan

pembedahan, berupa irisan diperut ibu (laparatomi) dan rahim (Histeroktomi)

untuk mengeluarkan bayi (Mutia, 2018). Standar rata-rata SC di sebuah

Negara ada lah sekitar 5-15 % per 1.000 kelahiran hidup di dunia, sementara

di rumah sakit pemerintah kurang lebih 11% rumah sakit swasta bisa lebih

dari 30%. Hasil kelahiran bayi dengan ibu yang melakukan pembedahan di

indonesia yaitu sebesar 9,8% dengan perbandingan tertinggi di DKI jakarta

(19,9%) dan terendah di tempati oleh sulawesi tenggara (3,3%) (WHO, 2019)

Di Indonesia sendiri, presentasi operasi SC sekitar 5-15%, dirumah sakit

pemerintah sekitar 11%, sementara dirumah sakit swasta bisa lebih dari 30%.

Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 1 2 (SDKI) 2012,

angka kejadian SC di Indonesia 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau 22,8%

dari seluruh persalinan.

Hasil Riskesdas pada tahun tahun 2018 di provinsi Jawa Timur

menunjukkan kecenderungan proporsi persalinan di fasilitas kesehatan sebesar

95,3% dan pada tahun 2011 di daerah jawa timur angka persalinan dengan

Sectio Caesarea berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 atau sekitar 20% dari

seluruh persalinan. Data yang diperoleh dari ruang St.Walida RSU

Muhammadiyah kabupaten Ponorogo pada bulan Januari hingga bulann


2

September tahun 2018 sebanyak 203 pasien yang melahirkan dengan Sectio

Caesarea.

Persalinan secara SC dapat terjadi komplikasi lebih tinggi dari pada

melahirkan secara pervagina atau secara normal. Komplikasi yang sering

ditemui pada ibu post SC antara lain terjadinya penurunan elastisitas otot

perut, pendarahan, trombosis, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada

ekstermitas bawah dan nyeri pada daerah insisi. Adapun faktor yang dapat

mempengaruhi nyeri pada pasien SC diantaranya paritas, usia, pendampingan

(Mubarak dkk, 2015). Dampak yang dapat ditimbulkan dari nyeri sectio itu

sendiri mobilisasi fisik menjadi terbatas sekitar 68% ibu mengalami kesulitan

dalam perawatan bayi, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak terpenuhi dengan

baik, berkurangnya nutrisi yang didapatkan bayi, ibu masih nyeri akibat SC,

oleh karena itu penanganan nyeri selama post SC terutama pada pada hari

pertama sangat diperlukan (Astutik & kurlinawati, 2019).

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada pasien post

sectio caesarea adalah dengan dua cara diantaranya farmakologis dan non

farmakaologis. Secara farmakologis dapat diatasi dengan obat-obatan

analgetik. Sementara non farmakologis dapat dengan teknik nafas dalam,

mobilisasi dini, aromaterapi, teknik nistraksi, terapi autogenik, terapi

akupuntur, yoga, kompres hangat, dan uap (Dwijayanti, dkk, 2020).

Menegement non farmakologi salah satu yang dapat dipilih adalah

aromaterapi, karena aromaterapi merupakan terapi komplementer yang

menggunakan kandungan dari wewangian minyak esensial yang diberikan

dengan cara dihirup atau di balur pada saat pemberian masase, aromaterapi
3

juga dapat mempengaruhi sistem limbik sebagai pusat pengendali emosional

dalam otak manusia untuk menghasilkan bahan neuron hormon endorfin dan

enkafalin yang memiliki sifat penghilang rassa nyeri, dan serotonin yang

mempunyai efek menghilangkang ketegangan, kecemasan dan membuat

seseorang menjadi rileks.

Menurut (Sudradjat 2020) Minyak kayu utih, obat alami dengan banyak

khasiat kandungan T Eucalyptol atau 1,8-sineol merupakan bahan aktif dari

minyak kayuputih banyak manfaat biasa digunakan untuk analgesiak,

antiemetic dan membuat perasaan lebih tenang. Aromatherapy adalah

pengobatan komplementer yang menggunakan bahan berbentuk cairan yang

yang bisa mengurangi tingkat kecemasan. Bahan ini terbuat dari tanaman yang

mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial dan senyawa aromatik yang

dapat mempengaruhi jiwa, emosi, serta fungsi kognitif dan kesehatan

seseorang. Metode dalam penggunaan aromatherapy ada beberapa antara lain,

salah satunya dengan cara inhalasi langsung yaitu dengan menghirup uap

minyak esensial seperti desinfektan dan dekongestan (Putri & Amalia, 2019).

Aromatherapy bekerja melalui minyak essensial yang masuk ke hidung

dan berinteraksi dengan sel reseptor yaitu saraf kranial 1 (Olfaktorius) pada

membran mukosa penciuman dalam hidung. Reseptor ini yang

mengidentifikasi bau dan menyampaikan pesan dari penciuman melalui saraf

kranial ke sistem limbik otak yang mengakibatkan pelepasan hormone

adrenalin dan kortisol yang berfungsi merileksasikan tubuh.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil area penelitian di Rs. Prima

Husada Sukorejo karena berdasarkan data jumlah operasi secsio caesarea di


4

Rs. Prima Husada Sukorejo. Pada bulan Mei-Juli 2023 terdapat 40 pasien post

SC yang menjalani rawat inap, hasil wawancara dengan pasien terdapat 60 % (

25 pasien) nyeri berat terkontrol 40 % (15 pasien) nyeri sedang, dan ketika

pasien mengalami nyeri mereka hanya berbaring dan melakukan tarik nafas

dalam. Untuk mengurangi angka kejadian nyeri pada ibu post SC sehingga

kombinasi antara farmakologi dan non farmakologi dibutuhkan dengan tujuan

yang sama agar rasa nyeri berukurang serta pemulihan tidak memanjang

(Swandari, 2019).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

studi penelitian mengenai pengaruh aromaterapi Eucalyptus terhadap

intensitas nyeri pada ibu post Secsio Caesarea dengan judul “Efektivitas

Pemberian Aromateraphy Eucalyptus terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu post

Sectio Caesarea di ruang Maternitas Rs. Prima Husada”. Intensitas nyeri pada

pasien post SC yang dilatar belakangi pasien yang belum mendapatkan

aromaterapi mengalami penurunan dari skala nyeri 7 menjadi skala nyeri 5

selain itu pasien juga ada yang mengalami nyeri dengan skala 6 tetapi setelah

diberikan aromaterapi menjadi skala 3, dari latar belakang diatas peneliti

ingin mengetahui bahwa adanya pengaruh pemberian aromaterapi dalam

menurunkan nyeri pada ibu nifas dengan post sectio caesarea dan berbeda

dengan penelitian yang lain bahwa relaksasi aromateraphy menggunakan

minyak eucalyptus bias dengan cara dihirup ataupun dengan sentuhan pijatan

dipunggung. didapatkan hasil bahwa adanya pengaruh aromaterapi untuk

menurunkan nyeri post sectio caesarea dan mengontrol nyeri pada ibu nifas.
5

I.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Efektivitas Pemberian Aromateraphy Eucalyptus terhadap

Intensitas Nyeri pada Ibu post Sectio Caesarea di ruang Maternitas Rs. Prima

Husada Sukorejo?

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya

“Efektivitas pemberian Aromateraphy Eucalyptus terhadap intensitas

nyeri pada ibu post section caesarea diruang Rs. Prima husada

sukorejo”.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi nyeri pada pasien post secsio caesarea.

2. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien post secsio

caesarea sebelum mendapatkan aromateraphy eucalyptus

3. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien post secsio

caesarea sesudah pemberian aromateraphy eucalyptus

4. Menganalisis efektifitas pemberian aromateraphy terhadap

intensitas nyeri pada pasien post secsio caesarea

I.4 Manfaat

I.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam

pengembangan ilmu kebidanan tentang Efektivitas pemberian


6

Aromateraphy Eucalyptus terhadap intensitas nyeri pada ibu post

section caesarea di ruang Maternitas Rs. Prima husada sukorejo.

I.4.2 Manfaat Praktis

1. Untuk RS

Untuk Rumah Sakit Diharapkan dengan adanya penelitian mampu

untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien dan juga dapat

memperbaiki standar prosedur penanganan nyeri pasien pasca

operasi SC dengan non farmakologi terapi: Eucalyptus oil

aromhaterapi.

2. Untuk Tempat Penelitian

Sebagai bahan evaluasi rumah sakit terhadap permasalahan yang

terjadi terhadap penatalaksanaan nonfarmakologis nyeri

menggunakan Eucalyptus oil aromaterapi.

3. Untuk Profesi Kebidanan

Sebagai media untuk melakukan pengembangan profesi Penata

Anestesi dan juga sebagai bahan pengabdian terhadap masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Operasi Caesar

Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section) atau

biasa disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat SC) adalah suatu

persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding

perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat

janin di atas 2500 gram. Operasi bedah caesar tidak dapat dilaksanakan jika

belum terdapat persetujuan dari pasien atau anggota keluarganya mengenai

tindakan pembedahan tersebut. Dokter (rumah sakit) tidak dapat melakukan

tindakan medis berupa operasi hanya berdasarkan transaksi terapeutik

(perjanjian terapeutik). Perjanjian terapeutik merupakan perjanjian yang

dilakukan antara dokter dan pasien untuk tindakan medis yang akan

dilakukan. Perjanjian terapeutik adalah persetujuan yang terjadi antara dokter

dengan pasien yang bukan di bidang pengobatan saja tetapi lebih luas,

mencakup bidang diagnostik, preventif, rehabilitatif, maupun promotif.

Operasi caesar adalah operasi kandungan yang dilakukan ketika

perkembangan persalinan terlalu lambat atau ketika janin tampak berada

dalam masalah, ibu mengalami perdarahan, posisi bayi melintang, bentuk dan

ukuran tubuh bayi yang besar atau persalinan dengan usia ibu yang tidak

muda lagi sekitar usia 35 - 40 tahun (Janiwarty dan Pieter, 2013).

Dalam hal pelaksanaan operasi bedah caesar, tindakan ini hanya

dilakukan jika terjadi kemacetan pada persalinan normal atau jika ada
8

masalah pada proses persalinan yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin.

Keadaan yang memerlukan operasi caesar, misalnya gawat janin, jalan lahir

tertutup plasenta (Plasenta Previa Totalis), persalinan meacet, ibu mengalami

hipertensi (Preeklamsia), bayi dalam posisi sungsang atau melintang, serta

terjadi pendarahan sebelum proses persalinan. Namun pelaksanaan operasi

bedah cesar dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pasien dan

atau keluarganya.

Di negara maju seperti Amerika Serikat terjadi peningkatan persentase

kejadian persalinan operasi caesar, pada tahun 1970 total persalinan operasi

caesar mencapai 5,5%, tahun 1988 sebesar 24,7%, tahun 1996 sebesar 20,7%

dan tahun 2006 sebesar 31,1% (Mac Dorman dkk., 2008).

Pada WHO, Indonesia mempunyai kriteria angka persalinan operasi

caesar standar antara 15 - 20% . Di Indonesia, meskipun survei Demografi

dan Kesehatan tahun 2009 sampai 2010 mencatat angka persalinan operasi

caesar secara nasional berjumlah kurang lebih 20,5% dari jumlah total

persalinan, berbagai survei dan penelitian lain menemukan bahwa persentase

persalinan operasi caesar pada rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dan

Bali berada di atas angka tersebut. Secara umum sekitar 20 - 25%, jumlah

persalinan operasi caesar di rumah sakit pemerintah dan di rumah sakit swasta

jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30 - 80% dari total persalinan.

Antibiotik profilaksis dianjurkan pada persalinan operasi caesar karena dapat

mencegah 2 atau mengurangi kejadian infeksi yang disebabkan oleh kuman

pada saat operasi . Waktu pemberian antibiotik profilaksis yaitu 30-60 menit

sebelum pasien masuk ke ruang operasi.


9

Saat ini meningkatnya angka kejadian persalinan operasi caesar antara

lain disebabkan oleh berkembangnya indikasi yang tidak memungkinkan

dilakukannya persalinan normal, makin besarnya risiko dan mortalitas pada

proses persalinan normal (Sofian, 2019).

Beberapa risikonya antara lain, infeksi, pendarahan, komplikasi bedah

dan morbidly adherent placenta Tetapi angka risiko kematian pada persalinan

operasi caesar sangat tinggi akibat infeksi. Komplikasi infeksi meliputi

demam, wound infection (infeksi pada luka bekas operasi), endometritis,

bakterimia, dan infeksi saluran kemih.

Menurut Bensons dan Pernolls, angka kematian pada persalinan operasi

caesar adalah 40 - 80 tiap 100.000 kelahiran hidup, angka ini menunjukkan

risiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan normal. Kasus karena infeksi

pada persalinan operasi caesar memiliki angka 80 kali lebih besar

dibandingkan dengan persalinan normal. Gyssens mengembangkan untuk

mengevaluasi penggunaan antibiotik, yang berisikan diagram alir untuk

menilai : ketepatan indikasi, lama pemberian, dosis, interval, rute dan waktu

pemberian, efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum (Gyssens dkk., 2018).

II.1.1 Jenis Operasi Caesar

Ada beberapa jenis Operasi Caesar :

a) Jenis klasik

yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan

ruangan yang lebih besar untukjalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini

sudah sangat jarangdilakukan karena sangat beresiko terhadap

terjadinyakomplikasi.
10

b) Sayatan mendatar

dibagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa

sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya pendarahan

dan cepat penyembuhannya.

c) Histerektomi caesar

yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini

dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani

atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.

Bentuk lain dari bedah caesar seperti extraperitoneal CS atau Porro

CS. Bedah caesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah

pernah menjalani bedah caesar. Umumnya sayatan dilakukan pada

bekas luka operasi sebelumnya. Di berbagai rumah sakit, khususnya di

Amerika Serikat, Britania Raya, Australia dan Selandia Baru, sang

suami disarankan untukturut serta pada proses pembedahan untuk

mendukung sangibu. Dokter spesialis anastesi umumnya akan

menurunkan kain penghalang ketika si bayi dilahirkan agar orang tua

si bayi dapat melihat bayinya. Rumah sakit di Indonesia umumnya

tidak memperbolehkan adanya orang lain turut serta waktu persalinan

dengan bedah caesar termasuk sang suami.

II.1.2 Indikasi Operasi Caesar

Terdapat indikasi bagi ibu dan janin untuk menjalani bedah caesar.

Kadang tindakan bedah direncanakan untuk dilakukan sebelum kelahiran

karena adanya situasi tertentu missalnya riwayat kelahiran caesar

sebelumnya atau kondisi medis seperti tumor yang menyebabkan obstruksi


11

jalan lahir. Pada saat yang lain, tindakan bedah dapat diambil tanpa

perencanaan sebelumnya. Ketika situasi tertentu muncul selama proses

persalinan, dan keputusan dibuat pada saat itu juga oleh dokter spesialis

kebidanan dan kandungan.

a) Faktor Ibu

1. Masalah medis seperti penyakit jantung dan penyakit pernapasan

tertentu.

2. Kehamilan kembar, terutama triplet, atau kehamilan multigravida

yang tinggi.

3. Obstruksi jalan lahir oleh fibroid atau tumor.

4. Infeksi pada ibu

5. Kegagalan persalinan untuk maju

b) Faktor Janin

1. Malpresentasi, misalnya presentasi bokong atau letakt ransversal

2. Status janin tidak meyakinkan contohnya yaitu bayi yang sangat

besar atau sangat kecil, presentasi abnormal, prolaps tali pusar,

atau abnormalitas janin.

c) Faktor kombinasi Ibu-Janin

1. Plasenta previa adalah kondisi ketika ari-ari beradadibagian

bawah rahim

2. Abruptio plasenta adalah kondisi ketika terjadinya pemisahan

antara plasenta dari lapisan uterus

3. Disproporsi sefalopelvik Adalah kondisi panggul sempit


12

Hal-hal lain yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah

caesar antara lain:

1. Proses persalinan normal yang lama

2. Detak jantung janin melambat

3. Adanya kelelahan persalinan

4. Komplikasi pre-eklampsia

Ibu menderita hipertensi (Tekanan darah tinggi). Institusi yang

berbeda dapat memiliki pendapat yang berbeda pula mengenai kapan

bedah caesar dibutuhkan. Di Britania Raya, hukum menyatakan bahwa ibu

hamil mempunyai hak untuk menolak tindakan medis apapun termasuk

bedah caesar walaupun keputusan tersebut berisiko terhadap kematiannya

atau nyawa sang bayi. Negara lain memiliki hokum yang berbeda

mengenai hal ini. Pada beberapa keadaan, tindakano perasi caesar ini bisa

direncanakan atau di putuskan jauh-jauhhari sebelumnya. Operasi ini

disebut operasi caesar elektif. Kondisi ini dilakukan apabila dokter

menemukan ada masalah kesehatan pada ibu atau ibu menderita suatu

penyakit, sehingga tidak dapat untuk melahirkan secra normal. Misalnya

ibu menderita diabetes, HIV/AIDS, atau penyakit jantung, Caesar bisa

dilakukan secara efektif atau darurat.

Secara spesifik risiko sectio caesarea adalah sebagai berikut:

1) Risiko pada Ibu

a. Risiko jangka pendek

1. Infeksi pada bekas jahitan

2. Infeksi rahim
13

3. Keloid

4. Cidera pembulu darah

5. Cedera kangsung kemih

6. Pendarahan

7. Air ketubban masuk pembulu darah

8. Pembekuan darah

9. Kematian saat persalinan

10. Kelumpuhan kandung kemih

11. Hematoma ( pendarahan pada rongga tertentu ,Usus terpilin,

Keracunan darah )

b. Risiko jangka panjang

1. Masalah psikologis

Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami operasi

caesar punya perasaan negatif usai menjalani nyatanpa

memperhatikan kepuasan atas hasil operasi)

2. Pelekatan organ bagian dalam

Penyebab pelekatan organ bagian dalam pasca operasi

caesar adalah tidak bersihnya lapisan permukaan dari noda

darah.

3. Pembatasan kehamilan dulu

Perempuan yang pernah menjalani operasi caesar hanya

boleh melahirkan tiga kali. Kini, dengan teknik operasi

yang lebihmaju, ibu memang boleh melahirkan lebih dari


14

itu( bahkan sampai lima kali). Tapi risiko dan

komplikasinya makin berat.

2) Risiko pada bayi

a. Tersayat

Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat

operasi cesar. Pertama, habis nyaair ketuban yang membuat

volume ruang dalam Rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak

bayi berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah. Kedua,

38 pembedahan lapisan perut selapis demi selapis yang

mengalirkan darah terus menerus. Semburan darah membuat

janin sulit terlihat. Jika tidak hati-hati bayi bisa tersayat dibagian

kepala atau bokong. Terlebih, dinding rahim sangat tipis.

b. Masalah pernapasan bayi lewat operasi caesar cendrung

mempunyai masalah pernapasan: yaitu napas cepat dantidak

teratur.

c. Angka apgar rendah. Rendanya angka apgar merupakan efek

anastesi dan operasi caesar, kondisi bayi yang stes menjelang

lahir, atau bayi tak distimulasi sebagaimana bayi yang lewat

persalinan normal.

II.2 Nyeri

II.2.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat

individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat
15

memenuhi seluruh pikiran seseorang dan mengubah kehidupan orang

tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh

klien (Berman, 2009).

Menurut International Association for the Studi of Pain (IASP),

penyebab nyeri pada anak tidak hanya dari penyakit yang mengancam jiwa

seperti kanker, tetapi juga cidera, operasi, luka bakar, infeksi, dan efek

kekerasan. Anak-anak juga mengalami nyeri dari banyak prosedur dan

penyelidikan yang digunakan oleh dokter dan perawat untuk menyelidiki

dan mengobati penyakit (Finley, 2005).

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan

potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian

tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan

rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,

perasaan takut dan mual (Potter , 2012).

Respon perilaku anak toddler terhadap rasa nyeri sama seperti

sewaktu masih bayi yaitu mimik wajah, perubahan nada suara dan

aktivitas, serta menangis, menunjukan sikap menjauh dari stimulus nyeri

dan aneka vokalisasi. Namun macam perilakunya bertambah, termasuk

menggosok nyeri dan prilaku agresif (menggigit, memukul, dan

menendang). Sejumlah toddler sanggup mengutarakan bila sakit, namun

tidak dapat menggambarkan intensitas nyeri tersebut (Betz, 2009). Peran

pemberi perawatan primer pada penanganan nyeri yaitu untuk

mengidentifikasi, mengobati penyebab nyeri dan memberikan obat-obatan


16

untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan

tenaga professional kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi

pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi dan bertindak sebagai

advokat pasien saat intervensi tidak efektif.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan, 2010).

Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting

untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan

pasien (Patricia 2010). Pada pengkajian nyeri anak berbeda dengan

pengkajian nyeri pada orang dewasa, pada pengkajian nyeri anak perawat

harus mengkaji dari respon verbal dan non verbal. Salah satu pendekatan

yang digunakan adalah QUESTT: Question the child (Bertanya pada anak

mengenai rasa nyeri yang dialami), Use pain rating scale (menggunakan

skala peringkat rasa nyeri yang sesuai dengan umur dan kemampuan anak,

misal dengan menggunakan skala wajah), Evaluate behavior and

physiologic changes (mengevaluasi perubahan tingkah laku dan fisiologis

seperti: menangis keras atau menjerit, memukul dengan tangan atau kaki),

Secure parent`s involvement (melibatkan orang tua untuk mengamati 3

reaksi anak dalam menghadapi nyeri), Take cause of pain into account

(menentukan dan mencatat penyebab rasa nyeri), Take action and evaluate

results (mengambil tindakan dan mengevaluasi hasilnya, mengambil

tindakan yaitu dengan menggunakan obat/ tanpa obat, sedangkan untuk


17

mengevaluasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal) (Wong,

2003).

II.2.2 Sifat Nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. ada empat atribut

pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak

menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat

tidak berkesudahan (Manuaba, 2008).

II.2.3 Teori-Teori Nyeri

a) Teori Spesivitas ( Specivicity Theory)

Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes, teori ini

menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-reseptor nyeri yang

spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu kepusat nyeri diotak

(Andarmoyo, 2013). Teori spesivitas ini tidak menunjukkan

karakteristik multidimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri

secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari

efek psikologis individu (Prasetyo, 2010).

b) Teori Pola (Pattern theory)

Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989, teori ini

menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori

yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan

akibat dari stimulasi reseprot yang menghasilkan pola dari implus

saraf (Andarmoyo, 2013). Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan

neuralgia, teori pola ini bertujuan untuk menimbulkan rangsangan

yang kuat yang mengakibatkan berkembangnya gaung secara terus


18

menerus pada spinal cord sehingga saraf trasamisi nyeri bersifat

hypersensitif yang mana rangsangan dengan intens rendah dapat

menghasilkan transmisi nyeri ( Lewis, 1983 dalam amdarmoyo.

2013).

c) Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)

Teori gate control dari Melzack dan Wall ( 1965) menyatakan bahwa

implus nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan

disepanjang sistem saraf pusat, dimana implus nyeri dihantarkan saat

sebuah pertahanan dibuka dan implus dihambat saat sebuah

pertahanan tertutup (Andarmoyo, 2013). d. Endogenous Opiat Theory

Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan

bahwa terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami

didalam tubuh, substansi ini disebut endorphine (Andarmoyo, 2013).

Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yang diinterpretasikan

sebagai nyeri. Endorphine kemugkinan bertindak sebagai

neurotrasmitter maupun neoromodulator yang menghambat trasmisi

dari pesan nyeri (Andarmoyo, 2013).

II.2.4 Klasifikasi Nyeri

a) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi

⮚ Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,

atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan

intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung

untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut


19

berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang

tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo,

2010).

⮚ Nyeri kronik Nyeri

kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap

sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan

intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6

bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2007).

b) Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal

⮚ Nyeri Nosiseptif

Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas

atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus

yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri

Nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang

mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain

(Andarmoyo, 2013).

⮚ Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas

yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini

lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).

c) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi


20

⮚ Supervicial atau kutaneus Nyeri supervisial adalah nyeri yang

disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung

sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi

yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).

Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau

laserasi.

⮚ Viseral Dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ

internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini

bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Contohnya

sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi

terbakar seperti pada ulkus lambung.

⮚ Nyeri Alih (Referred pain)

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna

banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri

dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan

dapat terasa dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006

dalam Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada infark

miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu

empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.

⮚ Radiasi Nyeri
21

Radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal

cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam

Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke

bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri

punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur

disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf

skiatik.

II.2.5 Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan

nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang

berbeda (Andarmoyo, 2013). Pengukuran nyeri dengan pendekatan

objektif yang paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh

terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif

juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri

(Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013). Beberapa skala intensitas nyeri:

1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Gambar 1 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana


Andarmoyo, S. (2013)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan

alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objekti.


22

Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ” nyeri yang

tidak tertahankan” (Andarmoyo, 2013). Perawat menunjukkan klien

skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru

yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori

untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

2. Skala Intensitas Nyeri Numerik

Gambar 2 Skala Intensitas Nyeri Numerik Andarmoyo, S. (2013)

Skala penelitian numeric (Numerical Ratin Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini,

pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10 skala paling

efektik digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah

intervensi (Andarmoyo. 2013)

3. Skala Intensitas Nyeri muka wong baker


23

Gambar 3 Skala Intensitas Nyeri wong baker


Skala Nyeri ‘Muka’ (Judha, dkk 2015)

4. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Kategori Skor
0 1 2
Muka Tidak ada Wajah Sering dahi
ekspresi atau cemberut, dahi tidak konstan,
senyuman mengkerut, rahang
tertentu, tidak menyendiri menegang,dagu
mencari gemetar
perhatian
Kaki Tidak ada Gelisah, resah Menendang
posisi atau dan menegang
relaks
Aktivitas Berbaring Menggeliat, Menekuk, kaku
posisi normal menaikkan atau
dan mudah punggung, memhentak
bergerak maju dan
menegang
Menangis Tidak menangis Merintih atau Menangis keras
merengek, , seduh, sedan
kadang- kadang sering
mnegeluh mengeluh
Hiburan Rileks Kadang-kadang Kesulitan untuk
hati tentram menghibur atau
dengan kenyamanan
sentuhan,
memeluk dan
berbicara untuk
mnegalihakan
perhatian
Total Skor 1-10

Tabel 2. 1 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC


Andomoyo, S ( 2013)
24

Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan

pada pasien yang secara non verbal yang tidak dapat melaporkan

nyerinya (Judha, 2012)

Intensitas nyeri dibedakan menjadi 5 dengan menggunakan skala

numerik yaitu:

1. 0 : Tidak Nyeri

2. 1-2 : Nyeri Ringan

3. 3-5 : Nyeri Sedang

4. 6-7 : Nyeri Berat

5. 8-10 : Nyeri Yang tidak Tertahankan

II.2.6 Management Penatalaksanaan Pada Nyeri

a) Management Non farmakologi

Management Nyeri non farmakologi merupakan tindakan menurunkan

nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi dalam melakukan

intervensi kebidanan atau keperawatan, Management non farmakologi

merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri pada pasien

(Sulistyo, 2013)

b) Management Farmakologi

Management nyeri farmakologi merupakan metode yang menggunakan

obat-obatan dalam praktik penanggananany. Cara dan metode ini

memerlukan instruksi dari medis. Ada beberapa strategi menggunakan

pendekatan farmakologis dengan management nyeri persalianan

dengan menggunakan analgesia maupun anastesi (Sulistyo, 2013).


25

II.3 Post Partum

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6

minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan

akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu

mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada

masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya

wanita meninggal dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian pada

wanita post partum (Maritalia, 2012).

II.3.1 Klasifikasi Masa Nifas

Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :

1) Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu

kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri

apabila setelah 40 hari

2) Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium

intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya

6 minggu

3) Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang

diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil

dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih

sempurna bias berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti

Anggraini, 2010)
26

II.3.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post

partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk

Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung

kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower

Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi). Menurut Hacker dan

Moore Edisi 2 adalah :

a) Involusi Rahim

Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat

menurun dari sekitar 1000gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm

pada sekitar 3 minggu masa nifas. Serviks juga kehilangan elastisnya

dan kembali kaku seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa hari

pertama setelah melahirkan, secret rahim (lokhia) tampak merah

(lokhia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lokhia

menjadi lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari ke sepuluh

lokheatampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lokhia alba).

Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi

4 jenis:

1. Lochia rubra

lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa

postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari

jaringan sisa-sisa plasenta.

2. Lochia sanguilenta
27

berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari keempat sampai

hari ketujuh.

3. Lochia serosa

lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari keempat belas

dan berwarna kuning kecoklatan.

4. Lochia alba

berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post partum.

Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia

menjadi alba atau serosa menandakan adanya infeksi atau

hemoragi yang lambat. Bau lokia sama dengan bau darah

menstruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk atau tidak

enak. Lokhia rubra yang banyak, lama, dan berbau busuk,

khususnya jika disertai demam, menandakan adanya

kemungkinan infeksi atau bagian plasenta yang tertinggal. Jika

lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang waktu

normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk,

demam, serta nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin menderita

endometriosis. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014). involusi

uterus adalah sebagai berikut:

1) Iskemia Miometrium

Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus

menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga


28

membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan

serat otot atrofi.

2) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon

esterogen saat pelepasan plasenta.

3) Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10

kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar

sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini

disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan

progesteron.

4) Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi

otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses

ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat

implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan


29

Gambar 4 Involusi uterus (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).


b) Uterus

Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang

hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling

menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran

uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran,

namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi.

(Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

c) Uterus tempat plasenta

Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan

menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir,

dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar

3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas

plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta

mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh

thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini

disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah

permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat

implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar

endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan

kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat

implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada

pembuangan lokia. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

d) Afterpains
30

Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan

dengan berbagai intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan

dengan menyusui, 13 saat kelenjar hipofisis posterioir melepaskan

oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin menyebabkan

kontraksi saluran lakteal pada payudara, yang mengeluarkan

kolostrum atau air susu, dan menyebabkan otot otot uterus

berkontraksi. Sensasi afterpains dapat terjadi selama kontraksi uterus

aktif untuk mengeluarkan bekuan bekuan darah dari rongga uterus.

(Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

e) Vagina

Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti seleum

kehamilan, jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur

kembali pada tonus semula.

f) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya Ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi

karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan

menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi

jalan lahir. (Dessy, T., dkk. 2009)

g) Sistem kardiovaskuler

Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata

pada pembuluh darah perifer akibat pembuangan sirkulasi

uteroplasenta yang bertekanan rendah. Kerja jantung dan volume


31

plasma secara berangsur angsur kembali normal selama 2 minggu

masa nifas.

h) Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan

sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat

spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami tekanan kepala 14 janin selama persalinan. Protein dapat

muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus

(Rukiyah, 2010).

i) Perubahan psikososial

Wanita cukup sering menunjukan sedikit depresi beberapa hari

setelah kelahiran. “perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat

faktor faktor emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan

penentraman dari keluarga dan dokter, perasaan ini biasanya

membaik tanpa akibat lanjut.

j) Kembalinya haid dan ovulasi

Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan

kembali pada 6 sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini

sangat bervariasi. Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama

beberapa bulan, terutama ibu ibu yang menyusui bayi, penyuluan

dan penggunaan kontrasepsi harus ditekankan selama masa nifas

untuk menghindari kehamilan yang tak dikehendaki.

k) Perubahan Sistem Muskuloskeletal


32

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali (Mansyur, 2014)

l) Perubahan Tanda-tanda Vital Pada Ibu masa nifas terjadi perubahan

tanda-tanda vital, meliputi:

⮚ Suhu tubuh

Pada 24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit

(37,50C-380C) sebagai dampak dari kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan, dan kelelahan

(Trisnawati, 2012)

⮚ Nadi

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari

denyut nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).

⮚ Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah tinggi

atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan

preeklamsia.

⮚ Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali

per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat


33

atau normal. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi

lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok (Rukiyah, 2010)

m) Proses penyembuhan luka

Dalam keadaan normal proses penyembuhan luka mengalami 3

tahap atau 3 fase yaitu:

1. inflamasi

Fase ini terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar hari kelima.

Pada fase inflamasi, terjadi proses:

a. Hemostasis (usaha tubuh untuk menghentikan perdarahan),

di mana pada proses ini terjadi:

• Konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi)

• Agregasi platelet dan pembentukan jala-jala fibrin

• Aktivasi serangkaian reaksi pembekuan darah

b. Inflamasi

Dimana pada proses ini terjadi:

● Peningkatan permeabilitas kapiler dan vasodilatasi yang

disertai dengan migrasi sel-sel inflamasi ke lokasi luka.

● Proses penghancuran bakteri dan benda asing dari luka oleh

neutrofil dan makrofag

2. Fase proliferasi

Fase ini berlangsung sejak akhir fase inflamasi sampai sekitar 3

minggu. Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri

dari proses:
34

a. Angiogenesis Adalah proses pembentukan kapiler baru

yang distimulasi oleh TNF-α2 untuk menghantarkan nutrisi

dan oksigen ke daerah luka.

b. Granulasi Yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang

mengandung kapiler pada dasar luka (jaringan granulasi).

Fibroblas pada bagian dalam luka berproliferasi dan

membentuk kolagen.

c. Kontraksi Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah

tengah luka yang disebabkan oleh kerja miofibroblas

sehingga mengurangi luas luka. Proses ini kemungkinan

dimediasi oleh TGF-β .

d. Re-epitelisasi Proses re-epitelisasi merupakan proses

pembentukan epitel baru pada permukaan luka. Sel-sel

epitel bermigrasi dari tepi luka melintasi permukaan luka.

EGF berperan utama dalam proses ini.

3. Fase maturasi atau remodelling

Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat

berlangsung berbulan- bulan. Pada fase ini terjadi pembentukan

kolagen lebih lanjut, penyerapan kembali sel-sel radang,

penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru serta

pemecahan kolagen yang berlebih. Selama proses ini jaringan

parut yang semula kemerahan dan tebal akan berubah menjadi

jaringan parut yang pucat dan tipis. Pada fase ini juga terjadi

pengerutan maksimal pada luka. Jaringan parut pada luka yang


35

sembuh tidak akan mencapai kekuatan regang kulit normal,

tetapi 17 hanya mencapai 80% kekuatan regang kulit normal.

Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan

keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang

dipecah. Kolagen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya

penebalan jaringan parut atau hyperthropicsar , sebaliknya

produksi kolagen yang berkurang akan menurunkan kekuatan

jaringan parut.

II.3.3 Perubahan Psikologis Masa Nifas

Reva Rubin (1997) dalam Ari Sulistyawati (2009) membagi periode ini

menjadi 3 bagian, antara lain:

1. Taking In (istirahat/penghargaan)

Sebagai suatu masa keter-gantungan dengan ciri-ciri ibu

membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan meningkat,

menceritakan pengalaman partusnya berulang-ulang dan bersikap

sebagai penerima, menunggu apa yang disarankan dan apa yang

diberikan. Disebut fase taking in, karena selama waktu ini, ibu yang

baru melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan, fokus

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pada fase ini ibu lebih

mudah tersinggung dan cenderung pasif terhadap lingkungannya

disebabkan kare-na faktor kelelahan. Oleh karena itu, ibu perlu

cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Di samping itu,

kondisi tersebut perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang

baik.
36

2. Fase Taking On/Taking Hold (dibantu tetapi dilatih)

Terjadi hari ke 3 - 10 post partum. Terlihat sebagai suatu usaha ter-

hadap pelepasan diri dengan ciri-ciri bertindak sebagai pengatur

penggerak untuk bekerja, 18 kecemasan makin menguat, perubah-an

mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas keibuan. Pada fase

ini timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan dan

penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan

segala sesuatu secara mandiri. Ibu mulai terbuka untuk menerima

pendidikan kesehatan bagi dirinya dan juga bagi bayinya. Pada fase

ini ibu berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh

kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi dan ibu

memi-liki keinginan untuk merawat bay-inya secara langsung.

3. Fase Letting Go (berjalan sendiri dilingkungannya)

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung setelah 10 hari postpartum. Periode ini

biasanya setelah pulang kerumah dan sangat dipengaruhi oleh waktu

dan perha-tian yang diberikan oleh keluarga. Pada saat ini ibu

mengambil tugas dan tanggung jawab terhadap per-awatan bayi

sehingga ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang

menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan

sosial.
37

II.3.4 Tanda dan Gejala

Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah

sebagai berikut:

1. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum

kehamilan.

2. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan

berbalik (kerumitan).

3. Masa menyusui anak dimulai.

4. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan

sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

II.4 Metode Pengurangan Rasa Nyeri

A. Metode Farmakologi

Rasa nyeri persalinan dapat dihilangkan dengan menggunakan beberapa

metode atau pemberian obat-obatan penghilang rasa nyeri, misalnya

pethidine, anastesi epidural, entonox, TENS atau ILA (Intrathecal Labour

Analgesia). Namun, belum semua metode dan obat tersebut ada di

Indonesia. (Maryunani, 2015)

1) Pethidine

Pemberian penthidine akan membuat tenang, rileks, malas bergerak

dan terasa agak mengantuk, tetapi tetap sadar. Obat ini bereaksi 20

menit, kemudian akan bekerja selama 2-3 jam dan biasanya diberikan

pada kala I. Obat ini biasanya disuntikkan dibagian paha luar atau

bokong. Penggunaan obat ini juga menyebabkan bayi mengantuk,

tetapi pengaruhnya akan hilang setelah bayi lahir. Pethidine tidak


38

diberikan secara rutin, tetapi diberikan pada keadaan kontraksi rahim

yang terlalu kuat.

2) Anastesi Epidural

Metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu untuk

tidak merasakan sakit tanda tidur. Obat anastesi disuntukkan pada

rongga kosong tipis (epidural) diantaranya tulang punggung bagian

bawah. Spesialis anastesi akan memasang kateter untuk mengalirkan

obat yang mengakibatkan saraf tubuh bagian bawah mati rasa selama

sekitar 2 jam, sehingga rasa nyeri tidak terasa. Pemberian obat ini

harus diperhitungkan agar tidak ada pengaruhnya pada kala II

persalinan, jika tidak maka ibu akan mengedan lebih lama.

3) Entonox

Metode ini menggunakan campuran oksigen dan nitrous oxida, dapat

menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan daripada epidural dan

dapat digunakan sendiri. Jika kontraksi mulai terasa, pegang masker di

muka, lalu tarik nafas dalam-dalam. Rasa nyeri akan berkurang dan

kepala terasa lebih ringan.

B. Metode Non-Farmakologi

1) Metode panas dingin

Metode panas dingin memang tidak menghilangkan keseluruhan nyeri

namun setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air panas yang

dibungkus handuk dan dicelupkan ke air dingin mengurangi pegal di


39

punggung dan kram bila ditempel di punggung. Menaruh handuk

dingin diwajah juga bisa mengurangi ketegangan.

2) Gerakan

Teruslah bergerak agar sirkulasi darah meningkat, nyeri punggung

berkurang, dan perhatian teralih dari rasa nyeri. Cobalah berbagai

posisi persalinan, gunakan bantal untuk menyangga sampai diperoleh

posisi paling nyaman.

3) Pijat

Pijatan pada bahu, leher, wajah, dan punggung bisa meredakan

ketegangan otot serta memberi rasa relaks. Sirkulasi darah juga

menjadi lancar sehingga nyeri berkurang.

4) Teknik bernafas yang benar

Metode ini menekankan teknek bernapas yang benar selama

kontraksi. Berkonsentrasi pada napas dapat mengalihkan ibu dari

nyeri, membuat otot-otot relaks serta ketegangan mengendur.

Tindakan ini sebaiknya dilakukan oleh ahli/dbantu dengan terapis.

5) Akupuntur

Dalam filosofi Cina, rasa nyeri terjadi akibat ketidakseimbangan

aliran energi dalam tubuh. Keseimbangan itu dikendalikan dengan

menusukkan jarum-jarum kecil atau menggunakan tekanan jari tangan

ke titik tertentu di tubuh. Banyak wanita hamil yang merasakan

manfaatnya untuk mengatasi keluhan selama hamil, seperti mual atau

sakit kepala. Metode ini kemudian juga dipakai untuk meringankan

nyeri persalinan.
40

6) Refleksiologi

Menekan titik dikaki untuk mengurangi nyri. Pijatan lembut di kaki

juga membuat nyaman. Pikiran dari penderita rasa nyeri akan

teralihkan kepada pijatan tersebut.

7) Hypnobirthing

Hipnotis saat menghadapi persalinan memberi sugesti lewat relaksi

pikiran ibu. Dengan dibimbing terapis hipnotis, ibu akan dapat

mengontrol pikiran, rasa nyeri pun akan hilang.

8) Aromatherapy

Menghirup aroma minyak esensial dapat mangurangi ketegangan,

terutama pada persalinan tahap awal. Dapat juga untuk mengarumkan

ruang persalinan karena dapat memberikan efek menenteramkan.

II.5 Aromatherapy

Aromaterapi merupakan metode pengobatan melalui media bau-bauan

yang berasal dari bahan tanaman tertentu. Aromaterapi sering digabungkan

dengan praktek pengobatan alternatif dan kepercayaan kebatinan yang sudah

ada sejak ribuan tahun yang lalu Awalnya hanya terdapat dalam bentuk cairan

esensial. Seiring perkembangan zaman, ada berbagai bentuk aromaterapi,

mulai dari minyak esensial, dupa, lilin, garam, minyak pijat, dan sabun.

Sesuai bentukbentuknya aromaterapi dapat dipergunakan sebagai pewangi

ruangan, aroma minyak saat dipijat, berendam, bahkan untuk aroma badan

setelah mandi.

Aromatherapy adalah pengobatan komplementer yang menggunakan

bahan berbentuk cairan yang yang bisa mengurangi tingkat kecemasan.


41

Bahan ini terbuatv dari tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai

minyak esensial dan senyawa aromatik yang dapat mempengaruhi jiwa,

emosi, serta fungsi kognitif dan kesehatan seseorang. Metode dalam

penggunaan aromatherapy ada beberapa antara lain, salah satunya dengan

cara inhalasi langsung yaitu dengan menghirup uap minyak esensial seperti

desinfektan dan dekongestan. (Putri & Amalia, 2019).

II.5.1 Manfaat Aromaterapi

Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) manfaat aromaterapi antara lain:

1. Mengatasi insomnia dan depresi, meredakan kegelisahan

2. Mengurangi perasaan ketegangan

3. Meningkatakan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan

jiwa

4. Menjaga kestabilan ataupun keseimbanagan sistem yang terdapat

dalam tubuh menjadi sehat dan menarik

5. Merupakan pengobatan holistik untuk menyeimbangkan semua

fungsi tubuh

II.5.2 Kelebihan Aromaterapi

Kelebihan pada aromaterapi ini adalah ada pada efeknya yaitu anti

spasmodik dan obat penenang ringan. penggunaan tumbuhan sebagai bahan

komplementer salah satunya Eucalyptus dari minyak essensial yang berasal

dari bahan alami adalah dapat membuat keadaan santai, menenangkan

pikiran serta penghilang rasa nyeri (Arianti, 2016).


42

II.5.3 Mekanisme Kerja Aromaterapi

Mekanisme kerja aromaterapi didalam tubuh berlangsung melalui dua

sistem fisiologis yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Bau

merupakan suatu molekul yang mudah menguap ke udara dan akan masuk

ke rongga hidung melalui penghirupan sehingga akan direkam oleh otak

sebagai proses penciuman. Proses penciuman terbagi dalam tiga tingkatan,

dimulai dengan penerimaan molekul bau pada epitallium olfaktori yang

merupakan suatu reseptor berisi 20 juta ujung saraf. Selanjutnya bau

tersebut akan ditramisikan sebagai suatu pesan ke pusat penciuman yang

terleltak pada bagian belakang hidung. Pada tempat ini, sel neuron

menginterpretasikan bau tersebut dan mengantarkannya ke sistem limbik .

Sistem limbik merupakan pusat nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan

berbagai emosi lainnya. selanjutnya respon dikirim ke hipotalamus untuk

diolah. Melalui penghantaran respons yang dilakukan oleh hipotalamus

seluruh sistem minyak essensial tersebut akan diantar oleh sistem sirkulasi

dan agen kimia kepeda organ yang tubuh.

Secara fisiologis, kandungan unsur-unsur terapeutik dari bahan

aromatic akan memperbaiki ketidakseimbangan yang terjadi didalam system

tubuh. Bau yang menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah otak

yang disebut nuklues rafe untuk mengeluarkan sekresi serotonin (Setyoadi

& Kushariyadi, 2011). Sekresi serotonin berguna untuk menimbulkan efek

rileks sebagai akibat inhibisi eksitasi sel (Rujito dkk 2016).


43

Perasaan rileks yang dihasilkan oleh citrus aurantium aromaterapi

dikarenakan kembalinya sirkulasi secara normal. Serotonin yang

menyebabkan euporia, relaks atau sedatif (Koesmardiansyah, 2009).

Saraf penciuman (nervus olfaktorius) adalah satu- satunya saluran

terbuka yang menuju otak. Melalui saraf ini, aromaakan mengalir ke bagian

otak sehingga mampu memicu memori terpendam dan memengaruhi

tingkah laku emosional yang bersangkutan. Hal ini bias terjadi karena aroma

tersebut menyentuh langsung pusat emosi dan kemudian bertugas

menyeimbangkan kondisi emosional (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

II.5.4 Metode Pemakaian

1. Dihirup

Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan

aromaterapi yang paling sederhana dan cepat.Inhalasi juga merupakan

metode yang paling tua. Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam

tubuh dengan satu tahap yang mudah, yaitu lewat paru – paru di

alirkan ke pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasi sama dengan

metode penciuman bau, di mana dapat dengan mudah merangsang

olfaktori pada setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu

pernafasan normal apabila mencium bau yang berbeda dari minyak

essensial. Aromaterapi inhalasi dapat dilakukan dengan menggunakan

elektrik, baterai, atau lilin diffuser, atau meletakkan aromaterapi

dalam jumlah yang sedikit pada selembar kain atau kapas. Hal ini

berguna untuk minyak essensial relaksasi dan penenang (Walls, 2009)

2. Penguapan
44

Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan cara

penguapan ini mempunyai rongga seperti gua untuk meletakkan lilin

kecil atau lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti

cangkir biasanya terbuat dari kuningan untuk meletakkan sedikit air

dan beberapa tetes minyak esensial (Sharma, 2009). Cara

penggunaannya adalah mengisi cekungan cangkir pada tungku dengan

air dan tambahkan beberapa tetes minyak esensial, kemudian nyalakan

lilin, lampu minyak atau listrik. Setelah air dan minyak menjadi panas,

penguapan pun terjadi dan seluruh ruangan akan terpenuhi dengan bau

aromatik. (Sharma, 2009)

3. Pijatan

Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat sering

dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes minyak esensial

dicampurkan dalam minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan

efek simultan antara terapi sentuhan dan terapi wangiwangian. Pijatan

dapat memperbaiki peredaran darah, mengembalikan kekenyalan otot,

membuang racun dan melepaskan energi yang terperangkap di dalam

otot. Wangi-wangian memicu rasa senang dan sehat (Sharma, 2009)

4. Semprotan

untuk ruangan Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol

yang dapat merusak ozon dalam penggunaannya sebagai pewangi

ruangan. Penggunaannya adalah dengan menambahkan sekitar 10- 12

tetes minyak esensial ke dalam setengah liter air dan menyemprotkan


45

campuran tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan botol

penyemprot (Hapsari, 2011).

5. Mandi dengan berendam

Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling mudah untuk

menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa tetes minyak aroma ke

dalam air berendam, kemudian berendamlah selama 20 menit. Minyak

esensial akan berefek pada tubuh dengan cara memasuki badan lewat

kulit. Campurkan minyak esensial dengan cara yang tepat, karena

beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam air (Sharma, 2009).

II.6 Eucalyptus

II.6.1 Definisi

Eukaliptus (Eucalyptus) merupakan jenis tanaman berkayu yang

tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang tinggi terhadap

lingkungannya. Olahan kayu dari tanaman eucalyptus merupakan tanaman

yang dibudidayakan untuk bahan olahan tissu dan kertas, memiliki nilai

ekonomi yang tinggi karena banyak digunakan dalam kehidupan sehari-

hari seperti furniture, pulp dan paper (Badan Litbang Departemen

Kehutanan, 1994).

Eukaliptus (Eucalyptus) adalah salah satu jenis yang dikembangkan

untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) karena sifatnya yang mudah

menyesuaikan diri dan kayunya dapat digunakan untuk bahan pulp. Jenis
46

ini merupakan salah satu spesies endemik Indonesia yang tumbuh di Papua

sampai dengan ketinggian di atas 800 m dpl dengan curah hujan 900 mm-

2.100 mm/tahun dan iklim kering yang jelas (Adinugraha et al. 2007).

Iklim tropis yang panas dan lembab juga sesuai untuk perkembangbiakan

berbagai jenis hama dan penyakit sehingga berpotensi mengancam

kelestarian hutan tanaman (Rimbawanto et al. 2014)

Tanaman eucalyptus atau kayu putih merupakan salah satu

tanaman yang sering dimanfaatkan untuk kesehatan. Eucalyptus tumbuh

dengan cepat dan sebagian dari jenis spesiesnya memiliki tinggi hingga

mencapai puluhan meter. Salah satu yang membuat eucalyptus menjadi

salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomis adalah khasiatnya dalam

dunia medis. Tanaman ini memiliki manfaat untuk berbagai penyakit

sehingga banyak di budidayakan dan tersebar di seluruh dunia. Kelenjar

pada daun eucalyptus mengandung minyak aromatik yang mudah

menguap dan biasa dikenal sebagai minyak kayu putih atau eucalyptol.

Kandungan eucalyptol memiliki efek antivirus dan anti-inflamasi,

sehingga pengobatan dengan menggunakan eucalyptus atau kayu putih

dapat digunakan untuk mengatasi masalah pernapasan, mendisinfeksi luka

dan pereda nyeri.

Eucalyptus adalah salah satu tanaman yang dapat menghasilkan

minyak atsiri, terutama pada bagian daunnya. Khasiat Eucalyptus berasal

dari minyak atsiri yang didapat dari daunnya. Untuk mendapatkan minyak

esensial, daun eucalyptus akan melalui beberapa proses seperti

pengeringan, penghancuran dan penyulingan. Minyak atsiri dari tanaman


47

eucalyptus dapat digunakan sebagai minyak obat, industri atau parfum,

pembersih, pewangi dan suplemen makanan dalam jumlah kecil. Minyak

eucalyptus juga memiliki sifat anti serangga dan telah digunakan sebagai

bahan untuk produk anti nyamuk.

Beberapa manfaat tanaman eucalyptus untuk kesehatan antara lain:

1. Meredakan batuk dan pilek

Minyak eucalyptus telah menjadi salah satu bahan dalam

pembuatan obat untuk meredakan batuk. Kandungan aktif yang

bersifat sebagai antibakteri, virus, dan jamur memiliki peran sebagai

ekspektoran untuk mengencerkan lendir. Uap yang telah dicampur

dengan minyak esensial eucalyptus bermanfaat untuk melegakan

tenggorokan. Eucalyptol, atau juga dikenal sebagai cineole, dapat

mengurangi gejala pilek seperti hidung tersumbat, sakit kepala, dan

sakit tenggorokan dengan mengurangi peradangan dan penumpukan

lendir. Ketika merasakan gejala pilek, minyak kayu putih dapat

dihirup melalui hidung atau dioleskan di bagian yang dibutuhkan

seperti leher dan dada agar aromanya dapat tercium. Namun, hindari

untuk mengkonsumsinya secara langsung karena dosis kecil minyak

kayu putih yang tertelan bisa menjadi racun.

2. Mencegah gigitan serangga

Minyak eucalyptus merupakan bahan yang efektif untuk mencegah

gigitan nyamuk. Di Afrika, eucalyptus menjadi obat tradisional dan

pencegahan malaria karena efektif mencegah gigitan nyamuk. Mirip

dengan sereh atau serai, eucalyptus juga memiliki aroma yang kuat
48

yang dapat mengganggu indera penciuman nyamuk sehingga

mempersulit mereka untuk menemukan sumber makanan.

3. Mengobati luka

Kandungan antibakteri dalam daun eucalyptus bermanfaat untuk

mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Krim atau

salep yang mengandung eucalyptus dapat digunakan untuk mengobati

luka seperti lecet, sayatan, maupun luka bakar ringan.

4. Meringankan nyeri

Eucalyptus dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa sakit dan

peradangan yang diakibatkan oleh penyakit pengapuran sendi dan

radang sendi, atau dengan keluhan sakit punggung ataupun cedera

sendi dan otot. Hal ini karena ekstrak eucalyptus berperan sebagai

pereda nyeri dan bersifat analgesik

. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, mengaplikasikan salep

yang mengandung eucalyptus pada permukaan kulit dapat mengobati

nyeri otot, keseleo, radang sendi, memar, dan sakit punggung.

Tumbuhan Eucalyptus merupakan salah satu jenis tanaman yang

cukup potensial karena memiliki banyak manfaat baik dari kayu

maupun daunnya. Manfaat yang dimiliki terutama dalam bidang

kesehatan membuat produk dari eucalyptus menjadi potensi yang

menjanjikan di pasaran. Pemanfaatan eucalyptus juga dapat


49

dimaksimalkan dengan berbagai inovasi produk sesuai dengan

kebutuhan yang ada.

II.6.2 Komponen

Menurut Khabibi, J. (2011), menyebutkan bahwa komponen utama

penyusun minyak kayu putih adalah sineol (C10H18O), pinene (C10H8),

benzaldehide (C10H5HO), limonene (C10H16) dan sesquiterpentes

(C15H24). Komponen yang memiliki kandungan cukup besar di dalam

minyak kayu putih, yaitu sineol sebesar 50% sampai dengan 65%.

Komponen sineol minyak kayu putih yang dijadikan penentuan mutu

minyak kayu putih. Sineol merupakan senyawa kimia golongan ester

turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri, seperti pada

minyak kayu putih. Semakin besar kandungan bahan sineol maka akan

semakin baik mutu minyak kayu putih.

II.6.3 Cara Kerja

Menurut (Muchtaridi. 2015) cara kerja aromatherapy dengan molekul

minyak essensial yang masuk ke hidung dan berinteraksi dengan reseptor

pada membran mukosa penciuman dalam hidung. Reseptor ini yang

tugasnya mengidentifikasi bau dan menyampaikan pesan dari penciuman

melalui saraf ke sistem limbik otak. Hal ini menyebabkan reaksi emosional

dan fisik untuk aroma karena ada emosional, seksualitas, kreativitas, dan

memori pusat dalam sistem limbik dari otak. Pesan tersebut akan

diteruskan ke hipotalamus dan hipofisis (juga dalam otak) hasil ini dalam

pelepasan hormon yang akan mengatur fungsi tubuh dengan demikian

minyak essensial memberikan efek secara fisik, fisiologi dan psikologi.


50

Minyak essensial juga diserap melalui kulit dan dapat memberi efek lokal

dikulit seperti membantu penyembuhan luka, atau mereka dapat diserap

kedalam sirkulasi untuk efek lain seperti relaksasi.

II.7 Kerangka Teori


Faktor yang mempengaruhi
nyeri:
1. Usia 6. Ansieta
2. Kebudayaan 7. Dukungan
3. Keletihan 8. Jenis kelamin
4. Gaya toping 9. Perhatian

Indikasi Pasien SC 5. Pengalaman 10. Makna nyeri

1. Faktor Ibu
2. Factor janin
Pasien post
3. Faktor Nyeri
sc
kombinasi
ibu dan janin

Terapi Terapi Non farmakologi:


Farmakologi:
1. Metode panas dingin
1. Petidhine 2. Teknik nafas yang
2. Anastesi benar
Epidural 3. Pijat
3. Entonox 4. Akupuntur
5. Distraksi audio
6. Refleksiologi
7. Gerakan
Penurunan Nyeri
8. Hipnobirting
9. Aromateraphy

Aromateraphy
eucalypthus
51
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

III.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan seperti berikut dibawah


ini

Pasien post operasi SC

Efek jangka panjang Operasi SC


1. Meninggalkan Bekas
Luka
2. Pemulihan Yang Lama Nyeri
3. Sakit Punggung
4. Adanya masalah pada
placenta dikehamilan
berikutnya
5. Adanya komplikasi Penatalaksanaan
dengan Adhesi

Non Farmakologis
Farmakologis
Aromateraphy Eucalyptus
Pethidine
Anastesi Epidural

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
53

Variabel Bebas : Ibu post SC

Variabel terikat : Pemberian Aromateraphy Eucalyptus

Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengidentifikasi apakah

aromaterapi berpengaruh terhadap Efektivitas pemberian Aromateraphy

Eucalyptus terhadap intensitas nyeri pada ibu post section caesarea diruang

Maternitas Rs. Prima husada sukorejo. Akan dilakukan proses kontrol dengan

tujuan untuk meminimalisir pengaruh variabel tersebut terhadap hasil pengukuran

tingkat nyeri setelah dilakukan pemberian aromaterapi selama penelitian

berlangsung.

III.2 Definisi Operasional

Defisini operasional adalah suatu definisi yang dirumuskan oleh peneliti

tentang istilah-istilah yang ada pada masalah peneliti dengan maksud untuk

menyamakan persepsi antara peneliti dengan orang-orang yang terkait

dengan penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel


No Variabel Definisi Alat ukur Indicator Skala
Ukur
operasional Penilaian

1 Aromatherap Aromatherapy SOP 0=Diberikan Ordinal


y adalah pengobatan Aromaterphy
komplementer yang Eucalypthus
Eucalypthus
menggunakan bahan
berbentuk cairan
yang yang bisa 1= Tidak
mengurangi tingkat diberikan
kecemasan. Aroamteraphy
Eucalypthus
ekstrak eucalyptus
berperan sebagai
54

pereda nyeri dan


bersifat analgesik

2 Nyeri Post Nyeri adalah sensasi Mengguna 0 = tidak nyeri Ordinal


SC yang sangat tidak kan lembar
1-3 = nyeri
menyenangkan dan observasi
ringan
sangat individual perilaku
yang tidak dapat 4-6 = nyeri
dibagi dengan orang sedang
lain. Nyeri dapat
7-9 = nyeri
memenuhi seluruh
berat
pikiran seseorang
dan mengubah 10 = nyeri
kehidupan orang sangat berat
tersebut

III.3 Hipotesis Penelitian

Ada Pengaruh pemberian Aromateraphy Eucalyptus terhadap intensitas

nyeri pada ibu post section caesarea di Rs. Prima husada sukorejo.
BAB IV

METODE PENELITIAN

IV.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi experiment

(eksperimen semu) dengan menggunakan desain penelitian non equivalent

control group pretest and posttest, dimana penelitian ini akan menggunakan

dua kelompok. Kelompok pertama diberikan Aromatherapy Eucalyptus

(kelompok intervensi), sedangkan kelompok kedua tidak diberikan

aromatherapy Eucalyptus (kelompok kontrol).

Kelompok Aromateraphy
Pretest Posttest
intervensi Eucalyptus

Kelompok Asuhan
Pretest Posttest
Konvensional
kontrol

IV.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap ibu post SC di Rs. Prima Husada Sukorejo.
IV.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan rencana

publikasi naskah penelitian sejak Mei 2023 – Juli 2023.


56

IV.3 Populasi dan Sampel Penelitian

IV.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post SC di RS. Prima

Husada Sukorejo yaitu sebanyak 40 orang dari bulan Mei-Juli 2023

IV.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu post SC di RS.

Prima Husada Sukorejo sebanyak 40 orang. Teknik pengambilan sampel

adalah dengan Total Sampling yaitu pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi.

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien post SC di Rs. Prima Husada Sukorejo.

b. Bersedia menjadi subyek penelitian

c. Pasien 3 jam post SC

2. Kriteria Eksklusi

Tidak mempunyai alergi terhadap aroma atau minyak Esensial

Eucalypthus

IV.4 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika

yang harus diperhatikan menurut Hidayat (2008) antara lain adalah sebagai

berikut:
57

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka

peneliti harus menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus

ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi responden,

tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah di hubungi dan lain-lain.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitan dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan dan atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan di jamin


58

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilakukan pada hasil riset.

4. Autonomy

Setelah peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden maka

calon dapat menunjukkan bersedia atau tidak bersedia menjadi responden

dan sewaktu-waktu calon responden dapat mengundurkan diri dari proses

penelitian.

5. Non Maleficience

Dalam proses penelitian, peneliti berkewajiban untuk tidak menimbulkan

kerugian atau cedera bagi responden karena peneliti hanya ingin

mengetahui evektivitas pemberian Aromateraphy Eucalypthus pada Ibu

Post SC di RS. Prima Husada Sukorejo.

6. Beneficience

Peneliti melakukan hal yang terbaik dalam melaksanakan penelitian dan

jika terjadi sesuatu akibat intervensi maka peneliti mencari solusi yang

terbaik yaitu memperhatikan respon dari responden untuk mengembalikan

responden pada kondisi semula.

7. Veracity

Dalam proses penelitian, peneliti harus menjelaskan proses penelitian pada

calon responden dengan benar dan jujur tanpa menipu responden sehingga

responden percaya pada peneliti.

8. Justice
59

Peneliti harus berlaku adil kepada semua responden tanpa berpihak kepada

siapapun dan keputusan yang diambil tidak akan berdampak buruk pada

semua calon responden.

9. Fidelity

Dalam melakukan tindakan penelitian, peneliti berkewajiban untuk

bertanggung jawab atas segala yang terjadi kepada responden selama

proses penelitian berlangsung.

10. Confidentiality

Peneliti berkewajiban untuk merahasiakan identitas responden, data yang

diperoleh dan hasil penelitian serta semua berkas yang mencantumkan

identitas calon responden, identitas calon responden digunakan untuk

pengolahan dan apabila sudah tidak digunakan lagi akan dimusnahkan.

IV.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1) Penelitian dilakukan setelah proposal penelitian disetujui baik oleh pihak

akademik maupun oleh institusi tempat penelitian dilakukan di RS. Prima

Husada Sukorejo. Peneliti kemudian menemui Penanggung jawab ruang

kebidanan untuk menjelaskan tujuan penelitian.

2) Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung

dari pasien. Pasien yang telah melakukan operasi SC maka pasien pada

kedua kelompok di ukur dengan mengunakan Lembar Observasi Perilaku

dengan Skala Ukur Numeric pada tingkat nyeri, kemudian pada

kelompok perlakuan diberikan terapi aroma secara inhalasi sedangkan


60

pada kelompok kontrol tidak diberikan terapi aroma. Setelah satu jam

baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol dilakukan pengukuran

kembali tingkat nyeri responden dengan mengunakan Lembar Observasi

Perilaku dengan Skala Ukur Numerik.

3) Pengambilan data kontrol dilakukan oleh peneliti sendiri dan peneliti

pembantu yaitu bidan yang telah ditunjuk dan diberi penjelasan tentang

cara pengambilan data. Begitu pula dengan pengambilan data intervensi

sebagian dilakukan olah bidan yang sebelumnya telah diberi penjelasan.

Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu pengambilan data.

4) Penentuan sampel

Peneliti mengidentifikasi calon responden yang memenuhi kriteria

sampel kemudian menemui calon responden dan memperkenalkan diri.

Lalu calon responden diberikan penjelasan mengenai tujuan dan prosedur

penelitian. Setelah calon responden menyetujui dan bersedia

berpartisipasi dalam penelitian ini, kemudian calon responden diminta

untuk menandatangani surat persetujuan.

5) Prosedur pelaksanaan

a. Pertemuan pertama

Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai data demografik

dari catatan medis klien dengan menggunakan lembar demograsi.

Setelah itu melakukan pre-test pada klien mengenai nyeri dengan

cara wawancara dengan menggunakan Lembar Observasi Perilaku

dengan Skala Ukur Numerik. Wawancara dilakukan ketika

responden tidak sedang pengaruh obat bius atau saat relaksasi.


61

Setelah data terkumpul lengkap dan pre-test talah dilakukan,

kemudian pada kelompok intervensi diberikan terapi aroma secara

inhalasi melalui alat uap selama satu jam. Intervensi sesuai prosedur

ruangan tetap dilakukan. Sedangkan pada kelompok kontrol setelah

data demografi terkumpul dan pre-test telah dilakukan, responden

tidak mendapatkan intervensi dari peneliti tetapi mendapat intervensi

sesuai prosedur ruangan.

b. Pertemuan kedua dilakukan satu jam setelah kelompok intervensi

mendapatkan terapi aroma dan kelompok kontrol mendapatkan

intervensi sesuai prosedur ruangan, maka dilakukan post-test dengan

menggunakan Lembar Observasi Perilaku dengan Skala Ukur

Numerik.

IV.6 Alat Ukut/Instrumen dan Bahan Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Observasi

Perilaku dengan Skala Ukur Numerik untuk mengobservasi tingkat nyeri

sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi dengan menggunakan

Aromatherapy Eucalypthus.

IV.7 Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah:

a. Peneliti menentukan tempat penelitian, kemudian peneliti menemui calon

responden dan menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian.


62

b. Calon responden yang menyutujui untuk dijadikan responden diminta

untuk menandatangani lembar informed consent,

c. Peneliti melakukan pretest dengan menggunakan lembar observasi skala

ukur numerik untuk mengukur tingkat nyeri post operasi sc.

d. peneliti melakukan intervensi dengan memberikan aromatherapy

eucalypthus selama 60 menit.

e. Peneliti melakukan posttest dengan menggunakan lembar observasi

perilaku dengan skala ukur numerik untuk mengukur tingkat nyeri.

f. Pengumpulan data ini berlangsung hingga jumlah sampel diperlukan

dalam penelitian terpenuhi.

IV.8 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah;

1. Editing data, peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan, kejelasan,

dan kesesuaian data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan

setelah data terkumpul mulai dari karakteristik responden, penilaian

pretest dan postest.

2. Coding data yaitu peneliti membuat kode untuk hasil penelitian yang

didapat. Pada variabel independen yaitu tingkat nyeri peneliti

menggunakan kode jawaban berupa 0 = tidak nyeri; 1-3 = nyeri ringan;

4-6 = nyeri sedang; 7-9 = nyeri berat; 10 = nyeri sangat berat.

3. Entry data, data yang sudah diubah menjadi kode kedalam mesin

pengolah data.
63

4. Pemrosesan data dilakukan dengan memasukkan data ke paket program

komputer yang sesuai dengan variabel masing-masing. Selanjutnya,

5. Cleaning data, yaitu peneliti memastikan bahwa seluruh data yang telah

dimasukkan kedalam mesin pengolah data sesuai dengan sebenarnya.

6. Tabulating data dengan memasukkan hasil penelitian kedalam tabel

kemudian diolah dengan bantuan komputer.

IV.9 Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dalam penelitian menggunakan distribusi frekuensi

dengan hasil presentase yang didapatkan dari nilai pretest dan posttest

kemudian di tabulasi, dikelompokkan, dan diberikan skor. Variabel

independennya adalah Aromaterapi Eucalypthus dan variable

dependennya adalah penurunan tingkat nyeri pada Post SC merupakan

jenis kategorik.

2. Analisis Bivariat

Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji variable variabel

penelitian yaitu variable independen dengan variable dependen. Uji

statistic wilcoxon, digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh

intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan Aromaterapi Eucalypthus

dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol.


BAB V

HASIL PENELITIAN

V.1 Analisis Unvariat

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Prima Husada Sukorejo.

Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Mei sampai Juli 2023. Jumlah

responden dalam penelitian ini seluruhnya 40 Responden terdiri dari 20

responden dikelompokkan dalam kelompok kontrol dan 20 reponden

dikelompokkan kedalam kelompok intervensi. Bab ini menerankan hasil

penelitian sesuai tujuan penelitian dan diskusi tentang mengenai “Efektifitas

Pemberian Aromateraphy Eucalyptus Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu

Post Secsio Caesarea Di RS. Prima Husada Sukorejo ”, adalah sebagai

berikut:

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Kelompok Kontrol Nyeri pada Ibu Post
Secsio Caesarea Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan di RS. Prima Husada
Sukorejo
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Umur 15–25 Tahun 3 15
26–36 Tahun 15 75
37–47 Tahun 2 10
Jumlah 20 100
Pendidikan Dasar 0 0
Menengah 6 30
Atas 12 60
Tinggi 2 10
Jumlah 20 100
Pekerjaan Ibu rumah tangga 11 55
Wiraswasta 9 45
65

Jumlah 20 100

Tabel 5.1 merupakan karakteristik subjek penelitian di RS. Prima Husada


Sukorejo. Berdasarkan tabel diatas, umur responden sebagian besar berusia 26-36
tahun (75%). Jenjang pendidikan terakhir dari responden yang mendominasi yaitu
jenjang pendidikan atas sebanyak 12 orang (60%). Dan sebagain besar responden
bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 11 orang (55%).
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Kelompok Eksperimen Nyeri pada Ibu
Post Secsio Caesarea Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan di RS. Prima Husada
Sukorejo
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Umur 15–25 Tahun 6 30
26–36 Tahun 12 60
37–47 Tahun 2 10
Jumlah 20 100
Pendidikan Dasar 0 0
Menengah 2 10
Atas 15 75
Tinggi 3 15
Jumlah 20 100
Pekerjaan Ibu rumah tangga 15 75
Wiraswasta 5 25
Jumlah 20 100

Tabel 5.2 merupakan karakteristik subjek penelitian di RS. Prima Husada


Sukorejo. Berdasarkan tabel diatas, umur responden sebagian besar berusia 26-36
tahun (60%). Jenjang pendidikan terakhir dari responden yang mendominasi yaitu
jenjang pendidikan atas sebanyak 15 orang (75%). Dan sebagain besar responden
bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 15 orang (75%).
Langkah selanjutnya adalah menganalisis uji normalitas intensitas nyeri
pada ibu post sectio caesarea di RS. Prima Husada Sukorejo pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
66

Tabel 5.3 Pemetaan Analisis Uji Normalitas

No. Identitas Kelompok Kelas Uji


Normalitas
1 Ibu Post Sectio Eksperimen
Caesarea di RS. (Obat anti nyeri
Hasil pre-test
Prima Husada dan
dan post-test
Sukorejo Aromateraphy
Eucalypthus)
Kontrol (Obat Hasil pre-test
anti nyeri) dan post-test

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data


dengan menginterpretasikan nilai dari hasil output SPSS test of normality
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk.Pengujian normalitas dilakukan dengan
membandingkan nilai Sig. terhadap nilai α 0,05 dengan ketentuan
Jika nilai Sig. > α 0,05 maka termasuk data berdistribusi normal, sedangkan
Jika nilai Sig. < α 0,05 maka termasuk data berdistribusi tidak normal.
Tabel 5.4 Tests of Normality

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Intensitas Pre-Test Eksperimen (Aromateraphy


.438 20 .000 .580 20 .000
Nyeri Ibu Post Eucalypthus)
Sectio Post-Test Eksperimen (Aromateraphy
.463 20 .000 .544 20 .000
Caesarea di Eucalypthus)
RS. Prima Pre-Test Kontrol (Obat Nyeri) .413 20 .000 .608 20 .000
Husada
Post-Test Kontrol (Obat Nyeri)
.298 20 .000 .744 20 .000
Sukorejo

a. Lilliefors Significance Correction

Hasil output analisis SPSS tabel “Test of Normality” dari kelompok


eksperimen dan kontrol menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov diperoleh Sig.
pret-test 0,000 dan 0,000 sedangkan menggunakan perhitungan rumus Shapiro-
Wilk diperoleh nilai Sig. sebesar 0,000 dan 0,000. Berdasarkan kriteria pengujian
yang telah ditetapkan, nilai signifikansi seluruhnya kurang dari 0,05 atau (0,000 >
0,05) Hal ini memberikan interpretasi bahwa kedua data tersebut dinyatakan
berdistribusi tidak normal.
67

V.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata penurunan


tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi Aromateraphy
Eucalypthus pada Ibu Post Sectio Caesarea di RS. Prima Husada Sukorejo.

V. 2.1 Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Pemberian Obat Nyeri


kelompok Kontrol Pada Ibu Post Sectio Caesarea di RS. Prima
Husada
Sukorejo
Tabel 5.5
Hasil Deskriptif data Pre-test dan Post-Test kelompok Kontrol
Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

PreTest Kontrol 20 1 2 3 54 2.75 .470


PostTest Kontrol 20 1 2 3 45 2.55 .444
Valid N (listwise) 20

Berdasarkan penyajian data pada tabel 5.5, dapat diketahui bahwa intensitas
nyeri Ibu Post Sectio Caesarea di RS. Prima Husada Sukorejo. Skor terendah 2,
tertinggi 3 dan mean pada pretest 2,75 dan mean pada posttest 2,55. Hal ini
menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan pada kelas kontrol.

V. 2.2 Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Pemberian Aromateraphy


Eucalypthus kelompok Eksperimen Pada Ibu Post Sectio Caesarea di
RS. Prima Husada Sukorejo
Tabel 5.6
Hasil Deskriptif data Pre-test dan Post-Test kelompok Eksperimen
Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

PreTest Eksprerimen 20 1 2 3 53 2.65 .489


PostTest Eksperimen 20 2 1 3 32 1.60 .598
Valid N (listwise) 20
Berdasarkan penyajian data pada tabel 5.6, dapat diketahui bahwa intensitas
nyeri Ibu Post Sectio Caesarea di RS. Prima Husada Sukorejo. Skor terendah pada
pretest 2, pada posttest 1. Nilai tertinggi adalah 3 dan mean pada pretest 2,65 dan
68

mean pada posttest 1,60. Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan pada
kelas eksperimen.

V. 2.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum Intervensi pada Kelompok


Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan analisis data menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk
didapatkan nilai value<0,05 artinya data berdistribusi tidak normal. Analisis
bivariat ini menggunakan uji Wilcoxon.

Tabel 5.7
Hasil Uji Wilcoxon pada kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

PostTest Eksperimen - Negative Ranks 17a 9.00 153.00


PreTest Eksprerimen Positive Ranks 0b
.00 .00

Ties 3c

Total 20
PostTest Kontrol - PreTest Negative Ranks 9d 5.00 45.00
Kontrol Positive Ranks 0e .00 .00

Ties 11f

Total 20

a. PostTest Eksperimen < PreTest Eksprerimen


b. PostTest Eksperimen > PreTest Eksprerimen
c. PostTest Eksperimen = PreTest Eksprerimen
d. PostTest Kontrol < PreTest Kontrol
e. PostTest Kontrol > PreTest Kontrol
f. PostTest Kontrol = PreTest Kontrol

Berdasarkan analisis data Wilcoxon pada kelas eksperimen sebagai


berikut:

1. Negative Rank atau selisih (negatif) antara kelas eksperimen pre-test dan
post-test adalah 17, mean rank sebesar 9,00 adapun sum of rank 153,00.
Nilai N 17 menunjukkan adanya penurunan (pengurangan) dari nilai pretest
ke nilai posttest, hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan interpretasi
(Aromateraphy Eucalypthus) pada kelompok eksperimen 17 orang dari 20
responden mengalami penurunan skala nyeri. Adapun rata-rata nilai
69

penurunan skala nyeri ada pada nilai mean rank yaitu 9,00. Sedangkan
jumlah rangking postif atau sum of rankgs sebesar 153,00.
2. Positive rank atau selisih positif antara skala nyeri untuk pretest dan
posttest. Pada tabel output diatas terdapat 0 data positif (N), mean rank dan
sum of rankgs yang artinya tidak ada responden mengalami peningkatan
nyeri dari nilai pretest ke nilai posttest.
3. Ties adalah kesamaan nilai pretest dan posttest. Pada tabel eksperimen
diatas nilai ties adalah 3 sehingga dapat dikatakan bahwa ada 3 orang
responden yang sama antara nilai pre-test dan post-test.

Berdasarkan analisis data Wilcoxon pada kelas kontrol sebagai berikut:


1. Negative Rank atau selisih (negatif) antara kelas eksperimen pre-test dan
post-test adalah 9, mean rank sebesar 5,00 adapun sum of rank 45,00. Nilai
N 9 menunjukkan adanya penurunan (pengurangan) dari nilai pretest ke
nilai posttest, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan obat nyeri pada
kelompok kontrol 9 orang dari 20 responden mengalami penurunan skala
nyeri. Adapun rata-rata nilai penurunan skala nyeri ada pada nilai mean rank
yaitu 5,00. Sedangkan jumlah rangking postif atau sum of rankgs sebesar
45,00.
2. Positive rank atau selisih positif antara skala nyeri untuk pretest dan
posttest. Pada tabel output diatas terdapat 0 data positif (N), mean rank dan
sum of rankgs yang artinya tidak ada responden mengalami peningkatan
nyeri dari nilai pretest ke nilai posttest.
3. Ties adalah kesamaan nilai pretest dan posttest. Pada tabel kelompok
kontrol diatas nilai ties adalah 11, sehingga dapat dikatakan bahwa ada 11
orang responden yang sama antara nilai pre-test dan post-test.

Dasar pengambilan keputusan:


Jika nilai Asymp.Sig < 0,05 maka Hipotesis diterima
Jika nilai Asymp.Sig >0,05 maka Hipotesis ditolak
70

Pengambilan keputusan
Test Statisticsa

PostTest
Eksperimen - PostTest Kontrol
PreTest - PreTest
Eksprerimen Kontrol
b
Z -3.827 -3.000b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .003

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Berdasarkan output “Test Statistics” diketahui Asymp.Sig (2-tailed)


bernilai 0,003. Karena nilai 0,003 lebih kecil dari 0,05 (0,003<0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis diterima, artinya ada perbedaan antara skala nyeri
untuk pretes dan postets sehingga dapat disimpulkan pula bahwa ada Pengaruh
pemberian Aromateraphy Eucalyptus terhadap intensitas nyeri pada ibu post
section caesarea di Rs. Prima husada sukorejo.
BAB II

PEMBAHASAN

a. Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Pemberian Aromateraphy

Eucalypthus Pada Kelompok Intervensi

Perubhaan intensitas nyeri sebelum intervensi dan sesudah intervensi

pada kelompok intervensi terjadi penurunan intensitas nyeri sesudah

diberikan aromateraphy Eucalypthus dengan nilai P < 0,05.

Persalinan secara SC dapat terjadi komplikasi lebih tinggi dari pada

melahirkan secara pervagina atau secara normal. Komplikasi yang sering

ditemui pada ibu post SC antara lain terjadinya penurunan elastisitas otot

perut, pendarahan, trombosis, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada

ekstermitas bawah dan nyeri pada daerah insisi. Adapun faktor yang dapat

mempengaruhi nyeri pada pasien SC diantaranya paritas, usia, pendampingan.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari nyeri sectio itu sendiri mobilisasi

fisik menjadi terbatas sekitar 68% ibu mengalami kesulitan dalam perawatan

bayi, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak terpenuhi dengan baik,

berkurangnya nutrisi yang didapatkan bayi, ibu masih nyeri akibat SC, oleh

karena itu penanganan nyeri selama post SC terutama pada pada hari pertama

sangat diperlukan (Astutik & kurlinawati, 2019).

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada pasien

post sectio caesarea adalah dengan dua cara diantaranya farmakologis dan

non farmakaologis. Secara farmakologis dapat diatasi dengan obat-obatan

analgetik. Sementara non farmakologis dapat dengan teknik nafas dalam,


72

mobilisasi dini, aromaterapi, teknik nistraksi, terapi autogenik, terapi

akupuntur, yoga, kompres hangat, dan uap (Dwijayanti, dkk, 2020).

Eucalyptus dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa sakit dan

peradangan yang diakibatkan oleh penyakit pengapuran sendi dan radang

sendi, atau dengan keluhan sakit punggung ataupun cedera sendi dan otot. Hal

ini karena ekstrak eucalyptus berperan sebagai pereda nyeri dan bersifat

analgesik

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, mengaplikasikan salep yang

mengandung eucalyptus pada permukaan kulit dapat mengobati nyeri otot,

keseleo, radang sendi, memar, dan sakit punggung.

b. Perbedaan Efektivitas Penurunan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post SC Pada

Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi

Aromaterapi Eucalypthus berpengaruh terhadap efektivitas penurunan

tingkat nyeri pada Ibu post SC dengan dibuktikannya ada perbedaan rata-rata

intensitas nyeri ibu post SC yang diukur dengan lembar observasi perilaku

dan skala FLACC. Dapat diketahui bahwa intensitas nyeri sesudah intevensi

pada kelompok intervensi dengan nilai 24,5 lebih rendah dibandingkan pada

sesudah intervensi pada kelompok kontrol dengan nilai 27,6 Dari hasil uji

will coxon dapat disimpulkan terdapat perbedaan intensitas nyeri sesudah

intervensi yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

dengan nilai p = 0,000.

Tanaman eucalyptus atau kayu putih merupakan salah satu tanaman yang

sering dimanfaatkan untuk kesehatan. Eucalyptus tumbuh dengan cepat dan

sebagian dari jenis spesiesnya memiliki tinggi hingga mencapai puluhan


73

meter. Salah satu yang membuat eucalyptus menjadi salah satu tanaman yang

memiliki nilai ekonomis adalah khasiatnya dalam dunia medis. Tanaman ini

memiliki manfaat untuk berbagai penyakit sehingga banyak di budidayakan

dan tersebar di seluruh dunia. Kelenjar pada daun eucalyptus mengandung

minyak aromatik yang mudah menguap dan biasa dikenal sebagai minyak

kayu putih atau eucalyptol. Kandungan eucalyptol memiliki efek antivirus

dan anti-inflamasi, sehingga pengobatan dengan menggunakan eucalyptus

atau kayu putih dapat digunakan untuk mengatasi masalah pernapasan,

mendisinfeksi luka dan pereda nyeri.


BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Efektivitas Pemberian Aromaterapi

Eucalypthus Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Ibu Post Secsio

Caesarea di RS. Prima Husada Sukorejo tahun 2023 dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis diperoleh nilai intensitas nyeri ibu pada kelompok

intervensi sebagian besar nilai nyeri sebelum intervensi mengalami

intensitas berat terkontrol, sedangkan sesudah intervensi dengan

kategori nyeri sedang

2. Dari hasil analisis diperoleh nilai intensitas nyeri ibu pada kelompok

kontrol sebagian besar nilai nyeri sesudah intervensi mengalami

intensitas berat tidak terkontrol, sedangkan sebelum intervensi dengan

kategori sedang.

3. Ada pengaruh Aromaterapi Eucalypthus terhadap efektivitas pemberian

aromateraphy Eucalypthus terhadap penuruanan tingkat nyeri ibu post

SC di RS. Prima Husada Sukorejo Tahun 2023. Dengan p =0,012.


75

III.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Responden

Dapat menjadi menambah wawasan ibu bahwa aromateraphy eucalyptus /

minyak kayu putih dapat bermanfaat untuk menurukan tingkat nyeri pada

post oeprasi SC, supaya ibu dapat mobilisasi dengan cepat dan menyusui

bayi nya.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan tenaga kesehatan

tentang penanganan pada nyeri post SC dengan menggunakan obat non

farmakologi salah satunya yaitu Aromateraphy Eucalyptus.

3. Bagi Institusi STIKes Kendedes Malang

Diharapkan skripsi dapat membantu referensi bagi pihak pendidikan dan

dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan STIKes Kendedes Malang.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai salah satu acuan bagi peneliti selanjutnya dalam menyelesaikan

tugas akhir, serta sebagai bahan informasi tentang efektivitas pemberian

aromateraphy eucalyptus terhadap intensitas nyeri pada ibu post sc.


DAFTAR PUSTAKA

Aprina dan Anita. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan


Sectio Caesarea . Jurnal Kesehatan, 8 (1), 90-99

Cahyani, I, M. 2018 Efektivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Eucalytus

(Eucalyptus globulus) Dalam Sediaan Krim Sebagai Antibakteri Staphylococcus


aureusATCC 29213. Yayasan Pharmasi Semarang.

Dzulyadjaeni, S, (2010). Sectio caesarea dalam penatalaksanaaan medis. Surabaya


: Mahesa Jaya

Janiwarty, B dan Pieter, H. Z. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu


Teori dan Terapannya, Yogyakarta: Rapha Publishing

Gondo, H.K. (2011). Pendekatan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri saat


persalinan. Jurnal CDK 185 38 (4)

Riskesdas. 2018. Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.depkes.go.id

Rosanti, D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga


Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Kusmiyati, Yuni. (2008). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Mulyawati I, DKK.(2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan


Persalinan Melalui Operasi Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
http://journal,unnes

Maryuani, A. (2014). Perawatan Luka Seksio Caesarea (SC) dan Luka Kebidanan
Terkini. Bogor : IN Media

WHO (World Health Statistics).2018.Angka Kematian Ibu dan Anka Kematian


Bayi.World Bank.
77

Z, Alipour, et al. 2012. Anxiety and Fear of Childbirth as Predictors of Postnatal


Depression in Nulliparous Women

Syarfina, Haslin.2018.”Pengaruh Aromateraphy Lavender Terhadap penurunan


Intensitas Nyeri Primigravida pada Persalinan Kala 1 Fase Aktif di Klinik
Pratama Tanjung. Medan : Poltekes Medan.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan Penelitian

PENJELASAN PENELITIAN

Judul penelitian:

“Efektivitas Pemberian Aromateraphy Eucalyptus Terhadap Intensitas Nyeri

Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di Rs. Prima Husada Sukorejo”.

Saya Nurul Komariyah, Amd.Keb, mahasiswa Progrm S1 Kebidanan Stikes

Kendedes Malang kekhususan keperawatan maternitas. Saya bermaksud

melakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas Pemberian Aroma terapi

Eucalyptus terhadap intensitas nyeri pada ibu post SC di rumah sakit Prima

Husada Sukorejo.

Penelitian ini akan menjaring ibu post SC untuk kemudian diberi intervensi. Hasil

penelitian ini akan dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan

di masa yang akan datang. Peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak

responden dengan menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diberikan.

Responden dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu apabila menghendakinya.

Melalui penjelasan singkat ini peneliti sangat mengharapkan partisipasi ibu untuk

berperan serta dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan partisipasinya, peneliti

ucapkan terima kasih.

Pasuruan, Mei 2023

Peneliti

Nurul Komariyah
79

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah membaca penjelasan penelitian dan mendapat penjelasan terhadap

pertanyaan yang saya ajukan, saya memahami tujuan dan manfaat penelitian ini.

Saya mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan menjunjung hak- hak saya

sebagai responden.

Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar

manfaatnya bagi peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada Ibu post secsio

caesarea.

Persetujuan ini saya tanda tangani tanpa paksaan dari pihak manapun, dan saya

menyatakan akan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Peneliti, Pasuruan, 2023

Responden,

Nurul Komariyah Amd.Keb


(…………………………………
..)
80

Lampiran 3 SOP Pemberian Aromaterapi Minyak Kayu Putih

SOP PEMBERIAN AROMATERAPI MINYAK KAYU


PUTIH

Pengertian Aromaterapi minyak kayu putih / Eucalypthus adalah


salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak
atsiri, terutama pada bagian daunnya dan berkasiat
untuk mengatasi atau Pereda nyeri.
terapi non farmakologi.
Tujuan Mengurangi keluhan nyeri

Alat dan Bahan - Aromaterapi minyak kayu putih


- Tissue
- Timer
1. Perkenalkan diri kepada pasien dan menjelaskan
tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
2. Lakukan cuci tangan dan menggunakan handscoon
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
4. Teteskan 3 tetes aromaterapi minyak kayu putih
atau pada tissue
5. Anjurkan pasien untuk menghirup
aromaterapi atau menggosokkan pada punggung
pasien minyak kayu putih selama 10 menit
6. Observasi selama 30 menit setelah
pemberian aromaterapi
7. Rapikan alat-alat
8. Lakukan evaluasi 30 menit pasien setelah
diberikan aromaterapi minyak kayu putih
81

PENAPISAN PEMBERIAN AROMATERAPHY EUCALYPTHUS

1. Pasien yang tidak alergi pada bau wewangian khususnya aromaterapi

Eucalypthus

2. Pasien yang tidak sedang dalam pengaruh obat bius


82

Lampiran 4 Panduan Seleksi Sampel

Panduan Seleksi Sampel

Setiap pasien/ibu
Petujuk : isilah jawaban
post pada
Secsio
titikcaesarea
–titik yang
di Rs.
disediakan
Prima dan
Husada
beri tanda
Sukorejo
ceklist
maka
(v)
pada jawaban
lakukan anamnesa dan pemeriksaan untuk menetapkan masuk kedalam kriteria

Inklusi atau tidak.

N Anamnesa dan Pemeriksaan Jawaban /


o hasil
pemeriksa
an
ya tidak
1 Inisial ibu : …………………………….
2 Umur ibu th
3 Pendidikan:
4 Alamat :
5 Pekerjaan :
6 Pasien 3 Jam post SC
7 Tidak alergi minyak Eucalyptus atau bau-bauan
8 Menyukai bau wangi atau harum
9 Bersedia sebagai responden penelitian

Keterangan :

Bila semua jawaban dari hasil anamnesa dan pemerikaan tersebut diatas “ya”

artinya klien tersebut memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian, maka

lakukan :
83

Inform consent

Isi kuesioner karakteristik ibu.

Jika ternyata klien tidak bersedia sebagai responden , tetap perlakukan perawatan

seperti kebiasaan di ruangan.

Pengukuran Skala Nyeri Dengan Wong Numeric

Petunjuk :

1. Tujukkan skala nyeri wong baker pada klien, jelaskan dan ajari ibu

bagaimana menunjukan tingkat nyeri ibu sesuai yang klien rasakan.

2. Pengukuran dilakukan saat klien tidak sedang keasakitan atau saat relaksasi

dan ukur tanda-tanda vital klien

3. Lingkari angka yang ditunjuk klien tadi dan dokumentasikan

4. Nilai tingkat nyeri klien, menurut penilaian perawat atau bidan melalui

observasi menggunakan skala FLACC dan lingkarilah pada tingkat nyeri

menurut pendapat atau penilaian kolektor data

5. Lakukan evaluasi pada saat sebelum intervensi ( pre test ) , dua kali selama

intervensi dengan interval 30 menit dan setelah intervensi ( post test )

6. Dokumentasi

A. Lembar observasi skala nyeri

1. Skala Nyeri Numeric


84

Pre test 30 30 Post


mulai 3 menit meni test
jam perta t Jam
post SC ma kedu :
Jam : a
Tensi
Nadi
Suhu
Respirasi
Level anxiety
Tingkat nyeri

Keterangan :

Untuk mempermudah persamaan persepsi tersebut maka dilengkapi dengan


penjelasan pada tiap-tiap tingkat nyeri sebagai berikut:

Kategori Skor
0 1 2
Muka Tidak ada ekspresi Wajah cemberut, Sering dahi tidak
atau senyuman dahi mengkerut, konstan, rahang
tertentu, tidak menyendiri menegang,dagu
mencari perhatian gemetar
Kaki Tidak ada posisi Gelisah, resah dan Menendang
atau relaks menegang
Aktivitas Berbaring posisi Menggeliat, Menekuk, kaku atau
normal dan mudah menaikkan memhentak
bergerak punggung, maju
dan menegang
Menangis Tidak menangis Merintih atau Menangis keras ,
merengek, kadang- seduh, sedan sering
kadang mnegeluh mengeluh
Hiburan Rileks Kadang-kadang Kesulitan untuk
hati tentram dengan menghibur atau
sentuhan, memeluk kenyamanan
85

dan berbicara untuk


mnegalihakan
perhatian
Total Skor 1-10

Kode nyeri:

1. Nyeri Ringan : 1

2. Nyeri sedang : 2

3. Nyeri Berat :3

Protokol Intervensi Terapi aroma pada Ibu Post secsio caesarea

Persiapan:
1. Beri penjelasan pada klien sebagai responden tentang apa yang

akan dilakukan padanya, manfaat, tujuan, jenis intervensi dan

lamanya intervensi.

2. Persiapan alat :

Air, minyak Eucalyptus, alat untuk dokumentasi, dan timer.

3. Beritahukan pada responden,bahwa jawaban jujur amat diharapkan.

4. Persiapan ruangan. Setting ruangan nifas semaksimal mungkin

sama antara intervensi dan kontrol, walaupun dengan rumah

sakit berbeda.

5. cuci tangan.

Pelaksanaan
1. Dilaksanakan setelah klien menandatangani lembar persetujuan

sebagai responden penelitian.

2. Mengukur tingkat nyeri dan kecemasan responden segera setelah

ditetapkan responden 3 jam post SC ( pengukuran tingkat nyeri pre


86

test ) dengan skala nyeri numeric dan Ukur tanda-tanda vital

klien.

3. Observasi dengan skala nyeri FLACC. Dokumentasikan pada

lembar yang telah disediakan. Menilai rasa nyeri dan cemas pre-test

responden dengan tiga pertanyaan terbuka dan jawaban responden

didokumentasikan.

4. Setelah pengukuran pre-test, segera melakukan intervensi terapi

aroma:

a. Siapkan minyak Eucalyptus/ minyak kayu putih

b. Lama pemberian atau pemakaian dengan cara di hirup/ digosokkan

pada punggung pasien sekitar 1 jam.

c. Evaluasi tingkat nyeri setiap 30 menit. Selama intervensi lakukan

dua kali pengukuran dan dokumentasikan.

5. Setelah intervensi selesai, segera lakukan pengukuran tingkat nyeri

dan tanda-tanda vital, sebagai post-test. Dokumentasikan hasil

pengukuran.

6. Dengan demikian pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali dengan durasi 30

menit. Begitu pula dengan kelompok kontrol

7. Selama penelitian prosedur tetap tindakan di ruangan nifas ,

baik kelompok intervensi maupun kontrol tetap dilakukan

sesuai ketetapan ruangan.

Terminasi:

1. Alat-alat dibereskan

2. Evaluasi rasa nyeri setelah mendapatkan terapi dengan tiga


87

pertanyaan terbuka.

3. Berikan dukungan kepada klien. Dokumentasikan jawaban

responden
88

Lampiran 5 Master Tabel

Pemberian Obat Anti Nyeri Pada Pasien Post SC Di RS. Prima Husada Sukorejo
Setelah
Nyeri pemberian
Nyeri Nyeri Sedan
Nama Umur Alamat Pend Pekerjaan Sedan obat anti Berat
Ringan Berat g
g nyeri
/Ringan
Ny. l 19 Lemahbang SMP IRT 3 2
Ny. G 28 Lemahbang PT SWASTA 3 2
Ny. R 30 Pandaan SMA swasta 3 2
Ny. K 45 Pandaan SMA IRT 2 2
Ny. A 16 Beji SMP IRT 3 2
Ny. Y 26 Sukorejo SMA IRT 2 2
Ny. M 26 Sukorejo SMA swasta 2 2
Ny. M S 32 Sukorejo SMP IRT 3 2
Ny. V 30 Pandaan SMP IRT 3 2
Wiraswast
Ny. U 27 Nongkojajar SMA a 3 2
Ny. RI 29 Pandaan SMP IRT 3 3
Wiraswast
Ny. W 30 Lemahbang SMA a 2 2
Wiraswast
Ny. N 33 Palang SMP a 3 2
Ny. C 20 Palang SMA IRT 2 2
Wiraswast
Ny. L 27 Lemahbang SMA a 3 3
Ny. C I 26 Pandaan PT IRT 3 3
Ny. F 40 Pandaan SMA IRT 2 2
Ny. A 35 Pandaan SMA swasta 2 2
Wiraswast
Ny. E 28 Palang SMA a 3 3
Ny. O 33 Sukorejo SMA IRT 3 3

Pasien Pos SC Dengan Obat Anti Nyeri Dan Aromateraphy Eucalypthus


Setelah
pemberian
Nyeri Sedan Sedan
Nama Umur Alamat Pend Pekerjaan Berat obat & Berat
Ringan g g
terapi
/ringan
Ny. C A 19 Gerbo SMA IRT 2 1
Ny. S 27 Pandaan SMA IRT 2 1
Ny. M 27 Sengon SMA IRT 2 1
Ny. R 30 Sengon PT IRT 3 2
Ny. N U 28 Pandaan SMA IRT 2 1
Ny. Y A 35 Pandaan SMA Swasta 2 1
Ny. Y U 28 Pandaan SMA IRT 3 2
Ny. I N 20 Lemahbang SMA IRT 3 2
Ny. D 17 Lemahbang SMP IRT 3 2
Ny. A N 26 Lemahbang SMA Swasta 3 2
Ny. U 27 Lemahbang SMA Swasta 3 2
89

Ny. W 31 Lemahbang SMA IRT 2 2


Ny. Z 19 Pandaan SMA IRT 3 2
Ny. H 25 Pandaan PT wiraswasta 2 2
Ny. M I 30 Sengon PT Swasta 3 3
Ny. I 33 Gerbo SMA IRT 3 2
Ny. V 21 Nongkojajar SMA IRT 3 2
Ny. G I 28 pandaan SMA IRT 2 1
Ny. T 45 pandaan SMP IRT 3 1
Ny. C A 38 pandaan SMA IRT 3 1
Lampiran 6 Olah Data

Descriptive Statistics
Minim Maxim Std.
N um um Mean Deviation
PreEks 20 2 3 2.65 .489
PostEks 20 2 3 2.25 .444
PreKontr 20 2 3 2.60 .503
PostKontr 20 1 3 1.65 .587
Valid N 20
(listwise)

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Perce Percen Perce
Intervensi N nt N t N nt
Efektivitas Pre-Test Eksperimen 20 100.0 0 0.0% 2 100.0
Aromatera Aromaterapi % 0 %
pi Post-Test 20 100.0 0 0.0% 2 100.0
Terhadap Eksperimen % 0 %
Nyeri Aromaterapi
Pre-Test Kontrol 20 100.0 0 0.0% 2 100.0
Obat % 0 %
Post-Test Kontrol 20 100.0 0 0.0% 2 100.0
Obat % 0 %

Descriptives
Statist Std.
Intervensi ic Error
Efektivitas Pre-Test Mean 2.65 .109
Aromaterapi Eksperime 95% Confidence Lower 2.42
Terhadap n Interval for Mean Bound
Nyeri Aromatera Upper 2.88
pi Bound
90

5% Trimmed Mean 2.67


Median 3.00
Variance .239
Std. Deviation .489
Minimum 2
Maximum 3
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -.681 .512
Kurtosis -1.719 .992
Post-Test Mean 2.25 .099
Eksperime 95% Confidence Lower 2.04
n Interval for Mean Bound
Aromatera Upper 2.46
pi Bound
5% Trimmed Mean 2.22
Median 2.00
Variance .197
Std. Deviation .444
Minimum 2
Maximum 3
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness 1.251 .512
Kurtosis -.497 .992
Pre-Test Mean 2.60 .112
Kontrol 95% Confidence Lower 2.36
Obat Interval for Mean Bound
Upper 2.84
Bound
5% Trimmed Mean 2.61
Median 3.00
Variance .253
Std. Deviation .503
Minimum 2
Maximum 3
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -.442 .512
Kurtosis -2.018 .992
Post-Test Mean 1.65 .131
91

Kontrol 95% Confidence Lower 1.38


Obat Interval for Mean Bound
Upper 1.92
Bound
5% Trimmed Mean 1.61
Median 2.00
Variance .345
Std. Deviation .587
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness .212 .512
Kurtosis -.552 .992

Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statist Sig Statist Sig
Intervensi ic df . ic df .
Efektivitas Pre-Test Eksperimen .413 20 .00 .608 20 .00
Aromaterapi Aromaterapi 0 0
Terhadap Post-Test Eksperimen .463 20 .00 .544 20 .00
Nyeri Aromaterapi 0 0
Pre-Test Kontrol Obat .387 20 .00 .626 20 .00
0 0
Post-Test Kontrol .324 20 .00 .744 20 .00
Obat 0 0
a. Lilliefors Significance Correction
92
93
94
95
96

Uji Mann Whitney Kelompok Eksperimen

Ranks
Mean Sum of
Intervensi N Rank Ranks
Efektivitas Pre-Test Eksperimen 20 24.50 490.00
Aromaterapi Aromaterapi
Terhadap Nyeri Post-Test Eksperimen 20 16.50 330.00
Aromaterapi
Total 40

Test Statisticsa
97

Efektivitas
Aromatera
pi
Terhadap
Nyeri
Mann-Whitney U 120.000
Wilcoxon W 330.000
Z -2.511
Asymp. Sig. (2- .012
tailed)
Exact Sig. [2*(1- .030b
tailed Sig.)]
a. Grouping Variable: Intervensi
b. Not corrected for ties.

Uji Mann Whitney Kelompok Kontrol

Ranks
Mean Sum of
Intervensi N Rank Ranks
Efektivitas Pre-Test Kontrol 20 27.60 552.00
Aromaterapi Obat
Terhadap Nyeri Post-Test Kontrol 20 13.40 268.00
Obat
Total 40

Test Statisticsa
Efektivitas
Aromatera
pi
Terhadap
Nyeri
Mann-Whitney U 58.000
Wilcoxon W 268.000
Z -4.164
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
Exact Sig. [2*(1- .000b
tailed Sig.)]
a. Grouping Variable: Intervensi
b. Not corrected for ties.
98

Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai