Oleh :
ERYTRINA FEBRI SARIJAYA
NIM :
2021030378
PAGE \* MERGEFORMAT ii
SKRIPSI
Oleh :
ERYTRINA FEBRI SARIJAYA
NIM :
2021030378
PAGE \* MERGEFORMAT ii
SURAT PERNYATAAN
Saya Bersumpah Bahwa Skripsi Ini Adalah Hasil Karya Sendiri Dan Belum
Pernah Dikumpulkan Oleh Orang Lain Untuk Memperoleh Gelar Dari Berbagai
Jombang, 2023
Yang Menyatakan
Ttd
PAGE \* MERGEFORMAT v
LEMBAR PERSETUJUAN
Hari : Rabu
Oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
PAGE \* MERGEFORMAT v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI
PANITIA PENGUJI
Mengetahui
Ketua STIKES HUSADA Ka. Prodi Sarjana KeperawatanSTIKES
HUSADA Jombang
PAGE \* MERGEFORMAT v
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir
Di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan
Erytrina Febri Sarijaya
1. Mahasiswi STIKES HUSADA JOMBANG
2. Pembimbing 1 Program STIKES HUSADA JOMBANG
3. Pembimbing 2 Program STIKES HUSADA JOMBANG
Abstrak
PAGE \* MERGEFORMAT v
The Effect Of Photo Therapy On The Degree Of Jaundice In
Newborns In Hospital Rsud Grati Kabupaten Pasuruan
Erytrina Febri Sarijaya
1. Student of STIKES HUSADA JOMBANG
2. Supervisor 1 of the STIKES HUSADA JOMBANG Program
3. Supervisor 2 of the STIKES HUSADA JOMBANG Program
Abstract
PAGE \* MERGEFORMAT v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh
Fototerapi terhadap penuruan Derajat Ikterik pada bayi baru lahir di Ruang
Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan”.
Bersama ini perkenankan saya ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati tulus kepada yang terhormat:
1. Drg Dyah Retno, Selaku Direktur Rumah Sakit RSUD Grati Kabupaten
Pasuruan.
2. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes., MM, Selaku ketua STIKES Husada Jombang
yang telah memberikan dukungannya yang hingga terselesaikannya studi kasus
ini.
3. Sylvie Puspita., S.Kep.,Ns.,M.Kep, Selaku Kepala Prodi Sarjana Keperawatan
STIKES Husada Jombang.
4. Dr. Darsni, S. kep., Ns.,M.Kes Selaku ketua
5. Enny Puspita S.ST.,M.Kes Selaku Pembimbing I
6. Aditya N.A.S. Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Pembimbing II
7. Para bapak/ibu dosen di STIKES Husada Jombang, atas semua masukan yang
telah diberikan.
8. Suami saya yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materiil.
9. Teman – teman mahasiswa di STIKES Husada Jombang atas saran dan
kritiknya.
10. Serta pihak – pihak lain yang telah membantu hingga terselesaikannya studi
kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala bantuan yang
diberikan dan semoga karya tulis ini berguna bagi diri kami sendiri maupun pihak
lain yang memanfaatkannya.
Pasuruan, 2023
Peneliti
DAFTAR ISI
PAGE \* MERGEFORMAT v
Halaman
Halaman Sampul Depan...................................................................................... i
Halaman Sampul Dalam...................................................................................... ii
Halaman Pernyataan............................................................................................ iii
Halaman Persetujuan........................................................................................... iv
Halaman Penetapan Panitia Penguji.................................................................... v
Halaman Kata Pengantar...................................................................................... vi
Daftar Isi.............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 5
PAGE \* MERGEFORMAT v
4.8 Cara analisa Data............................................................................. 37
4.9 Masalah etik..................................................................................... 39
4.9.1 Informd consent..................................................................... 39
4.9.2 Anonimity.............................................................................. 39
4.9.3 Confidentiality....................................................................... 39
Daftar Pustaka........................................................................................
Lampiran................................................................................................
PAGE \* MERGEFORMAT v
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Singkatan :
MH : Magister Managemen
M.Kep : Keperawatan
PAGE \* MERGEFORMAT v
DAFTAR LAMBANG
% : Persen
< : Kurang
0
C : Derajat celcius
= : Sama dengan
PAGE \* MERGEFORMAT v
13
BAB I
PENDAHULUAN
Ikterus neonatorum merupakan keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh
pewarnaan kuning yang tampak di kulit, conjungtiva dan skelara mata. Dilaporkan ,bahwa
sekitar 15 juta bayi lahir premature di dunia setiap tahun, lebih dari satu dari 10 kelahiran.
Kelahiran premature meningkat setiap tahun dihampir semua Negara. 6 kelahiran premature
adalah kelahiran hidup dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu, yang menyebabkab
Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% menderita
ikterus dalam minggu pertama kehidupannya (Indriyani, 2019). Berdasarkan data riset
kesehatan dasar (Riskesdas,2015) menunjukan angka bilirubin tinggi pada bayi baru lahir
Indonesia sebesar 51,47% dengan faktor penyebabnya adalah Asfiksia 51%, BBLR 42,9%,
Sectio caesaria 18,9%, prematur 33,3%, kelainan konginetal 2,8% dan sepsis 12%. Daerah
Jawa Timur Angka Kematian Bayi (AKB) tertinggi terjadi di Kabupaten Probolinggo yaitu
sebesar 61,48 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan AKB terendah terjadi di Kota Blitar
yaitu 17,99 per 1.000 kelahiran hidup dan untuk AKB di Kota Malang sebesar 21,28 per
1.000 kelahiran hidup. Data di RSUD Grati selama setahun terdapat 35 bayi baru lahir yang
mengalami ikterus. Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah BBLR, asfiksia dan kasus
Ikterus neonatorum karena hiperbilirubin (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2020).
Ikterus disebabkan oleh akumulasi bilirubin bebas di dalam darah yang berlebihan.
Dampak dari ikterus neonatorum dapat berbahaya jika bilirubin bebas masuk ke dalam sel-
sel otak yang menyebabkan kerusakan selsel otak secara permanen. Ikterus neonatorum
sering ditemukan pada bayi cukup bulan, Lebih bulan dan terutama bayi kurang bulan.
Ikterus atau dikenal dengan penyakit kuning terkait erat dengan bayi premature dan bayi
cukup bulan. Ada beberapa cara mencegah ikterus, diantaranya Mencegah bayi lahir
PAGE \* MERGEFORMAT v
14
prematur, pemeriksaan kehamilan secara rutin. Dan pemberian ASI secara berkala serta
cukup pada bayi. Apbila ikterus terlanjur terjadi, salah satu penanganan yang bisa dilakukan
adalah fototerapi. Fototerapi adalah penggunaan cahaya tampak untuk mengobati ikterus
yang parah pada masa neonatal. Sekitar 60% bayi cukup bulan dan 85% bayi prematur akan
mengalami ikterus klinis yang tampak pada hari ke-3, mencapai puncak pada hari ke-5-7,
dan sembuh pada usia 14 hari pada bayi cukup bulan dan 21 hari pada bayi prematur.
Pengobatan dengan fototerapi dilakukan untuk mencegah efek neurotoksik dari kadar
bilirubin tak terkonjugasi yang tinggi di dalam serum. Fototerapi adalah metode yang aman
dan efektif untuk mengurangi atau mencegah peningkatan kadar bilirubin tak terkonjugasi
dalam serum dan mengurangi kebutuhan transfusi darah pada neonatus. (Sari, 2023 )
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“ Pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan derajat ikterik pada bayi baru lahir di Ruang
“Apakah ada Pengaruh Fototerapi Terhadap Penurunan derajat ikterik pada bayi baru
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Fototerapi
terhadap penurunan derajat ikterik pada bayi baru lahir di Ruang Perinatologi RSUD
1. Mengidentifikasi derajat ikterik pada bayi sebelum dilakukan fototerapi pada bayi
baru lahir yang menderita ikterik di ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten
Pasuruan
PAGE \* MERGEFORMAT v
15
pada bayi baru lahir yang menderita ikterik di ruang Perinatologi RSUD Grati
Kabupaten Pasuruan
3. Menganilisis pengaruh fototerapi terhadap penurunan derajat ikterik pada bayi baru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi
bayi ikterik pada masa yang akan datang dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan
b. Bagi kampus
c. Bagi pasien
Apabila dilakukan fototerapi dapat terbukti menurunkan derajat ikterik pada bayi
d. Bagi peneliti
PAGE \* MERGEFORMAT v
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Ikterus Neonatorum
bilirubin dalam darah tidak melebihi 1 mg/dL (17 µmol/L) dan bila
kadar bilirubin dalam darah melebihi 1.8 mg/dL (30 µmol/L) akan
menimbulkan ikterus.
PAGE \* MERGEFORMAT v
17
klinis mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah
5-7 mg/dL.
b. Klasifikasi Ikterus
sebagai berikut :
1) Ikterus Fisiologis
PAGE \* MERGEFORMAT v
18
air susu ibu (ASI) kadar bilirubin puncak akan mencapai kadar
yang lebih tinggi yaitu 7-14 mg/dL dan penurunan akan lebih
minggu.19
2) Ikterus Patologis
adalah:
PAGE \* MERGEFORMAT v
19
24 jam
e) Ikterus yang disebabkan oleh bayi baru lahir kurang dari 200
hiperosmolitas.
3) Kern Ikterus
PAGE \* MERGEFORMAT v
20
4) Ikterus Hemolitik
Ikterus hemolitik atau ikterus prahepatik adalah kelainan
(ensefalopati bilirubin).
a) Inkompatibilitas Rhesus
b) Inkompatibilitas ABO
serum sewaktu.
PAGE \* MERGEFORMAT v
22
testnya negatif.
5) Ikterus Hepatik
PAGE \* MERGEFORMAT v
23
mengakibatkan kernikterus.
6) Ikterus Obstruktif
PAGE \* MERGEFORMAT v
24
aspartat transferase.
7) Ikterus Retensi
8) Ikterus Regurgitasi
PAGE \* MERGEFORMAT v
25
c. Etiologi Ikterus
dan sepsis.
sel-sel heapar.
PAGE \* MERGEFORMAT v
26
enterahepatik.
PAGE \* MERGEFORMAT v
27
d. Patofisiologi Ikterus
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga ikterus
yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme
melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Langkah oksidasi yang
pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan
enzim heme oksigenase yaitu suatu enzim yang sebagian besar
terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Pada reaksi tersebut juga
terbentuk besi yang digunakan kembali untuk pembentukan
hemoglobin dan karbon monoksida (CO) yang dieksresikan
kedalam paru. Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi
bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase.
(sirkulasi enterohepatik).
e. Faktor Predisposisi
PAGE \* MERGEFORMAT v
30
terkonjugasi.
f. Diagnosis Ikterus
yaitu:
1) Visual
Daerah kulit yang berwarna kuning sesuai rumus Kramer dan dijelaskan pada
tabel berikut :
PAGE \* MERGEFORMAT v
32
4 Daerah 1,2,3 12
(+)
Lengan dan kaki di bawah
dengkul
5 Daerah 1,2,3,4 16
(+)
Tangan dan kaki
akhirnya epistotonus.
2) Bilirubin Serum
3) Bilirubinometer Transkutan
bilirubin.
PAGE \* MERGEFORMAT v
34
g. Penatalaksanaan Ikterus
dengan warna kuning pada kulit dan sklera mata tanpa adanya
1) Ikterus Fisiologis
bilirubin.
2) Ikterus Patologis
darah.
PAGE \* MERGEFORMAT v
36
h. Pencegahan Ikterus
dibuat sendiri.
PAGE \* MERGEFORMAT v
37
1) Faktor Maternal
b) Komplikasi kehamilan.
d) ASI
e) Jenis Persalinan
2) Faktor Perinatal
a) Trauma lahir
b) Infeksi
3) Faktor Neonatus
a) Prematuritas
b) Faktor genetik
c) Polisitemia
d) Obat-obatan
PAGE \* MERGEFORMAT v
38
f) Hipoglikemi
g) Hipoalbuminemia
h) Asfiksia
b) Komplikasi kehamilan
1) Diabetes Melitus
PAGE \* MERGEFORMAT v
39
lahir.
ikterus.
dipikirkan.
PAGE \* MERGEFORMAT v
40
dosisnya hingga
intravena.
hari. Hal ini untuk membedakan ikterus pada bayi yang disusui
e) Jenis Persalinan
f) Trauma Lahir
g) Faktor Genetik
h) Obat-obatan
albumin ini dapat dipengaruhi adanya obat atau zat kimia yang
ke sel otak.
i) Prematuritas
PAGE \* MERGEFORMAT v
43
j) Berat Lahir
PAGE \* MERGEFORMAT v
44
a. Pengertian
1) Indikasi Mutllak
a) Indikasi Ibu
membakat.
b) Indikasi Janin
PAGE \* MERGEFORMAT v
45
2) Indikasi Relatif
3) Indikasi Sosial
c. Kontra Indikasi
caesarea.
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
darah tidak melebihi 1 mg/dL dan bila kadar bilirubin dalam darah
oksigen pada organ tubuh bayi, salah satunya organ hati atau hepar
PAGE \* MERGEFORMAT v
47
bilirubin.
430-490 nm) dengan kekuatan paling kurang 30 uW/cm2 (diperiksa dengan radio
meter, atau diperkirakan dengan menempatkan bayi langsung di bawah sumber sinar
dan kulit bayi yang terpajan lebih luas. Bila konsentrasi bilirubin tidak menurun atau
cenderung naik pada bayi-bayi yang mendapat fototerapi intensif, kemungkinan besar
dan sumber cahaya. Dengan lampu neon, jarak harus tidak lebih
besar dari 50 cm (20 in). Jarak ini dapat dikurangi sampai 10-20
PAGE \* MERGEFORMAT v
48
b. Jarak
jarak antara
Untuk bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram, memulai
PAGE \* MERGEFORMAT v
49
fototerapi1.
1. Usia (jam)
Ikterus yang timbul pada usia 25- 48 jam pasca kelahiran, fototerapi
serum total < 20 mg/dl (340 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi
tukar. Bila kadar bilirubin serum total 20 mg/dl (> 340 mmol/L) dilakukan
serum total > 15 mg/dl (>260 mmol/L) pada 25-48 jam pasca
serum total < 25 mg/dlhemolisis. Selanjutnya pada usia > 72 jam pasca
kelahiran, fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total > 17
bilirubin serum total < 20 mg/dl (340 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan
tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total sudah mencapai > 20 mg/dl
tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 25 mg/dl (> 430 mmol/L)
pada usia > 72 jam pasca kelahiran, masih dianjurkan untuk pemeriksaan
PAGE \* MERGEFORMAT v
50
mempertimbangkan bahwa bayi harus telanjang kecuali popok dan mata harus
photoenergy tetes dari arah perimeter lingkaran. Amati bayi erat untuk
memastikan bahwa bayi tidak bergerak jauh dari daerah energi tinggi. Lampu
sorot mungkin lebih tepat untuk bayi prematur kecil daripada yang lebih besar
Secara umum penatalaksanaan hiperbilirubinemia pada bayi berat lahir rendah digambarkan
>35 Minggu
asfiksia, letargi, suhu tubuh yang tidak stabil, sepsis, asidosis, atau
PAGE \* MERGEFORMAT v
51
dengan kadar bilirubin total serum yang lebih tinggi untuk bayi
dirumah (Kosim,dkk,2012)
Efek samping ringan yang harus diwaspadai perawat meliputi feses encer
meminimalkan efek tersebut, suhu dipantau untuk mendeteksi tanda awal hipotermia
atau hipertermia, dan kulit diobservasi mengenai dehiDrasi dan kekeringan, yang dapat
PAGE \* MERGEFORMAT v
52
Pelumas minyak atau losion tidak boleh dioleskan ke kulit untuk menghindari
kulit menjadi cokelat atau efek ―gosong‖. Bayi cukup bulan yang mendapat fototerapi
mungkin perlu tambahan volume cairan untuk mengompensasi kehilangan caian isensibel
dan intestinal. Karena fototerapi meningkatkan ekskresi bilirubin yang tak terkonjugasi
melalui usus, feses cair menunjukkan peningkatan pengeluaran bilirubin. Sering defekasi
menyebabkan iritasi perianal, sehingga pentng dilakukan asuhan kulit yang teliti terutama
tahun
PAGE \* MERGEFORMAT v
53
Selatan 2019.
di Ruang Seruni
Bondowoso.
PAGE \* MERGEFORMAT v
54
PAGE \* MERGEFORMAT v
55
BAB III
Kerangka Konseptual dalam penelitian ini menjelaskan tentang variabel yang akan
diamati atau diukur dalam penelitian yaitu Pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan derajat
dipengaruhi oleh variabel independen, dimana bayi ikterik akan mengalami penurunan
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan Derajat Ikterik pada
PAGE \* MERGEFORMAT v
56
3.2 HIPOTESIS
H1 =
a) Ada pengaruh fototerapi 2 x 12 jam terhadap derajat ikterik pada bayi baru
PAGE \* MERGEFORMAT v
57
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian adalah pre eksperimental, dengan menggunakan pretest dan post test
masih terdapat variabel luar yang kuat berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen
(Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Fototerapi
terhadap Penurununan Derajat Ikterik pada Bayi Baru Lahir di Ruang Perinatologi RSUD
Grati.
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk
kerangaka (Hidayat,2018)
PAGE \* MERGEFORMAT v
58
Populasi
Semua Bayi yang mengalami ikterik diruangan Perinatologi RSUD
grati
Sampling
Kuota Sampling
Sample
15 bayi yang mengalami ikterik
Desain Penelitian
Pre Eksperimental
Pengumpulan Data
(lembar observasi)
Pengolahan Data
Editing, Coding, scoring, tabulating
Analisa Data
Wilcoxon Signed Ranks Test.
PAGE \* MERGEFORMAT v
59
4.2.1 Populasi
adalah sejumlah individu yang setidaknya mempunyai satu ciri atau sifat yang sama,
dari populasi tersebut akan diambil sampel yang diharapkan akan mewakili populasi.
penelitian ini karakteristik populasi yang ditentukan adalah seluruh pasien (bayi) yang
45 responden.
4.2.2 Sampel
2018). Menurut Purwanto (2019), sampel adalah suatu bagian yang dipilih dengan
sebanyak 15 responden.
penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Quota sampling.
Alasan mengambil Quota sampling karena jumlah populasi yang sedikit dan populasi
yang memenuhi kriteria dimasukkan dalam Kuota. (Masturoh & Anggita, 2018.
PAGE \* MERGEFORMAT v
60
Kriteria inklusi :
RSUD Grati
Kriteria eksklusi :
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
1. Variabel Independen
(Nursalam, 2019). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
2. Variabel Dependen
lain (Nursalam, 2019). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent dari
PAGE \* MERGEFORMAT v
61
diperkirakan
dengan
menempatkan
bayi langsung di
bawah sumber
konsentrasi
bilirubin tidak
menurun atau
cenderung naik
pada bayi-bayi
yang mendapat
fototerapi intensif,
PAGE \* MERGEFORMAT v
62
kemungkinan
besar terjadi
proses hemolisis
(Kosim, dkk,
2015).
Variabel Ikterus atau 1. Umur Bayi 1. Lembar 3. bayi ikterik derajat Rasio
karena peningkatan
kadar bilirubin
dalam darah.
Dalam keadaan
normal kadar
bilirubin dalam
darah tidak
melebihi 1 mg/dL
dalam darah
PAGE \* MERGEFORMAT v
63
menimbulkan
ikterus.
1. Bulpoin
2. Lembar Observasi
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih cermat atau lengkap dan sistematik
sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2018). Dalam penelitian ini instrumen yang
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
PAGE \* MERGEFORMAT v
64
yang memiliki karakteristik khusus untuk membedakannya dari berbagai bentuk alat
1. Proses pengumpulan data di mulai setelah mendapatkan surat izin dari Sekolah
informed consent
Analisa data adalah melakukan analisa data terlebih dahulu data harus diolah
dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik informasi yang
hipotesis.
oleh peneliti sendiri. Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan derajat ikterik
sebelum dan setelah dilakukan fototerapi dengan menggunakan analisis deskripsi dan
mengetahui perbedaan derajat ikterik pada bayi baru lahir yang dilakukan fototerapi,
PAGE \* MERGEFORMAT v
65
Nilai signifikan < 0.05 maka H0 ditolak, artinya adaPengaruh fototerapi terhadap
penuruanan derajat ikterik pada bayi. Dan apabila nilai signifikan > 0.05 maka H 0
diterima, artinya tidak ada pengaruh fototerapi terhadap penurunan derjat ikterik pada
bayi.
a. Editing
b. Coding
c. Scoring
Scoring yaitu menentukan nilai atau skor untuk beberapa item yang
digunakan dalam penelitian serta berisikan nilai atau skor tertinggi maupun
PAGE \* MERGEFORMAT v
66
terendah. Dalam penelitian ini, dapat diketahui berdasarkan data yang ditemukan
Kebiasaan menyusui
d. Tabulating
Tabulating adalah mentabulasi hasil data yang diperoleh sesuai dengan item
terhadap penurunan derajat ikterik pada bayi. Pengolahan data yang digunakan
dengan cara tabulasi hasil penilaian skala yang telah diperoleh dari observasi.
analisis deskripsi dan mengetahui perbedaan derajat ikterik pada bayi baru lahir
kelompok dengan data katagorik (ordinal) dengan uji hipotesis Wilcoxon Signed
Ranks Test.
karena hampir subjek yang diteliti dipergunakan adalah manusia. Maka penelitian harus
PAGE \* MERGEFORMAT v
67
menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus
menanda tangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti
pada lembar pengumpulan data diisi oleh subjek, lembar tersebut hanya diberi kode.
4.9.3 Confidentiality(Kerahasiaan)
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
PAGE \* MERGEFORMAT v
68
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh
fototerapi terhadap penurunan derajat ikterik pada bayi baru lahir di Ruang Perinatologi
RSUD Grati Kabupaten Pasuruan. Penelitian dilaksanakan mulai 1 Juni 2023 sampai
dengan 31 Juli 2023. Jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
15 orang.
merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah dengan kelas rumah sakit adalah
PAGE \* MERGEFORMAT v
69
Rumah Sakit Umun Daerah Kelas D. Alamat rumah sakit adalah di Jalan Raya Ranu
Klindungan No. 199 Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur.
RSUD Grati telah bersertifikat Akreditasi "Madya" pada tahun 2019 dan
menjadi RSUD kelas/tipe C pada 10 Februari 2021 serta berkomitmen untuk melayani
pasien dengan sepenuh hati berbasis pada keselamatan pasien sesuai dengan Standar
6. Instalasi Maternal
1. Instalasi Laboratorium
2. Instalasi Farmasi
3. Instalasi Radiologi
4. Instalasi Gizi
PAGE \* MERGEFORMAT v
70
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
Tabel 5.1Distribusi responden berdasarkan umur orang tua bayi pada pengaruh
fototerapi pada penurunan derajat ikterik pada bayi baru lahir di Ruang Perinatologi
RSUD Grati Kabupaten Pasuruan, bulan 1 Juni – 31 Juli Tahun 2023.
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya responden berumur
PAGE \* MERGEFORMAT v
71
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa setengahnya responden tidak bekerja yaitu
a. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi menyusui ibu pada bayi baru lahir pada kejadian
bayi ikterik di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan, bulan Juli-
Kontinyu 5 33.3
PAGE \* MERGEFORMAT v
72
Total 15 100%
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa dari 15 responden dengan kebiasaan menyusui di
Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan, dengan kebiasaan ibu menyusui
Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan, bulan 1 Juni – 31 Juli Tahun 2023.
Derajat 5 6 40,0
Derajat 4 9 60,0
Derajat 3 0 0
Derajat 2 0 0
Derajat 1 0 0
Total 15 100%
Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa dari 15 responden, didominasi oleh bayi dengan
Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan, bulan 1 Juni – 31 Juli Tahun 2023.
Derajat 5 0 0
Derajat 4 5 33.3
Derajat 3 9 60
Derajat 2 1 6.7
PAGE \* MERGEFORMAT v
73
Derajat 1 0 0
Total 15 100%
Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa dari 15 responden setelah dilakukan fototerapi
responden
2. AnalisisData
Tabel 5. 7 pengaruh fototerapi terhadap penurunan derajat ikterik pada bayi baru
Taraf signifikansi yang digunakan adalah batas kritis pada tabel adalah α sig 0,05,
dan didapatkan hasil uji chi-square yaitu 0,00 dengan sig.(2 tailed) 0,00< 0,05, yang
menggunakan spss, maka dapat disimpulkan dalam penelitian ini H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya adanya ada Pengaruh fototerapi terhadap penurunan derajat ikterik pada bayi
5.2 PEMBAHASAN
Hasil penelitian pengukuran derajat ikterik pada bayi ikterik sebelum dilakukan
fototerapi di Ruang Perinatulogi RSUD Grati menunjukkan sebagian besar berada pada
tingkat derajat 5 sebanyak 40% yaitu yang meliputi daerah ikterik sampai Sampai lengan,
tungkai bawah lutut. Pengukuran derajat ikterik sebelum fototerapi tidak ada responden yang
PAGE \* MERGEFORMAT v
74
merupakan kondisi umum diantara neonatus, disebabkan oleh kombinasi heme meningkat
dan ketidakdewasaan fisiologis hati dalam konjugasi dan ekskresi bilirubin. Sedang menurut
Kosim, dkk (2015) Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang
berlebih. Tingginya tingkat derajat ikterik pada bayi disebabkan oleh beberapa
permasalahan yang ditemui dalam penelitian ini diantaranya adalah pemberian nutrisi pada
bayi yang memberikan campuran antara ASI dan susu formula, kesibukan ibu yang sebagian
besar bekerja, serta masih banyaknya ibu yang baru mempunyai anak pertama yang
menyebabkan masih kurang pemahaman ibu tentang tata cara perawatan bayi pada saat
setelah kelahiran bayi dan kurangnya informasi mengenai mengurangi resiko terjadinya
ikterik pada bayi. Menurut Kosim (2018) pada bayi yang mendapat ASI terdapat dua bentuk
neonatal jaundice yaitu early (yang berhubungan dengan breastfeeding) dan late
(berhubungan dengan ASI). Bentuk early onset diyakini berhubungan dengan proses
pemberian minum. Bentuk late onset diyakini dipengaruhi oleh kandungan ASI ibu yang
mempengaruhi proses konjugasi dan ekskresi. Penyebab late onset tidak diketahui, telah
dihubungkan dengan adanya faktor spesifik dari ASI yaitu : 2α-20β- pregnidiol yang
pelepasan bilirubin konjugasi dari hepatosit; peningkatan aktifitas lipoprotein lipase yang
kemudian melepaskan asam lemak bebas ke dalam usus halus, penghambatan konjugasi
akibat peningkatan asam lemak unsaturated, atau B- glukorunidase atau faktor lain yang
hiperbilirubinemia pada Bayi Baru Lahir Cukup (BBLC) adalah keterlambatan pemberian
PAGE \* MERGEFORMAT v
75
Hasil penelitian pengukuran derajat ikterik pada bayi ikterik di Ruang perinatologi
sebagian besar berada pada tingkat derajat 3 sebesar 60 % yaitu yang meliputi daerah
ikterik dibawah umbilikus hingga tungkai atas. Pada pengukuran 2 x 12 jam dari 15
Menurut Bhutani (2018) Fototerapi rumah sakit merupakan tindakan yang efektif
untuk mencegah kadar Total Bilirubin Serum (TSB) meningkat. Uji klinis telah divalidasi
berlebihan, dan implementasinya telah secara Drastis membatasi penggunaan transfusi tukar.
Menurut Keren, et al (2018) gambaran untuk penilaian perkembangan ikterik atau jaundice
pada bayi baru lahir diantaranya dimulai dari grade 1 daerah muka atau wajah dan leher,
grade 2 daerah dada dan punggung, grade 3 daerah perut dibawah pusar sampai lutut, grade
4 daerah lengan dan betis dibawah lutut, grade 5 daerah sampai telapak tangan dan kaki.
ketentuan derajat 1 yaitu meliputi daerah ikterik mencapai kepala dan leher,derajat 2 yaitu
daerah ikterik mencapai badan atas, derajat 3 yaitu daerah ikterik mencapai badan bawah
hingga tungkai atas, derajat 4 daerah ikterik mencapai lengan, tungkai bawah, dan lutut
serta derajat 5 yang daerah ikterik mencapai telapak tangan dan kaki.
dilaksanakan untuk responden dengan derajat ikterik kurang dari atau sama dengan 3. Pada
PAGE \* MERGEFORMAT v
76
perlakuan dengan sebagian besar (60%) mempunyai derajat ikterik 4. Setelah dilakukan
foto terapi semua responden responden telah mengalami penurunan derajat ikterik (100 %)
Dalam pengujian statistik dengan menggunakan analisis wilcoxon signed ranks test
diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,05). Sehingga dapat terdapat pengaruh
pemberian fototerapi terhadap derajat ikterik pada bayi baru lahir di ruang Perinatologi
RSUD Grati. Pengukuran derajat ikterik 2 x12 jam masih terdapat 15 responden yang perlu
penurunan derajat ikterik menjadi 2 dan 3. Pada pengujian statistik dengan uji wilcoxon
signed ranks test pada 2x 12 jam diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,05).
Sehingga terdapat pengaruh pemberian fototerapi terhadap derajat ikterik pada bayi baru
derajat ikterik pada bayi baru lahir di ruang Perinatologi Menurut Maisels, et al (2018) pada
sebagian pasien, fototerapi yang intensif dapat menurunkan 30 % hingga 40% pada 24 jam
pertama, dengan penurunan terjadi pada 4 - 6 jam pertama, fototerapi dapat dihentikan jika
jumlah total bilirubin serum turun hingga dibawah 13 sampai 14 mg/dL. Menurut Kosim
(2012) fototerapi intensif adalah fototerapi dengan menggunakan sinar bluegreen spectrum
(panjang gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan paling kurang 30 uW/cm2 (diperiksa
dengan radio meter, atau diperkirakan dengan menempatkan bayi langsung di bawah sumber
Menurut Bhutani (2018) untumk mengurangi efek samping fototerapi maka dokter dan
rumah sakit harus memastikan bahwa perangkat fototerapi digunakan harus sepenuhnya
menerangi luas permukaan tubuh pasien, memiliki tingkat radiasi dari ≥ 30 μW cm-2 nm-1
PAGE \* MERGEFORMAT v
77
(dikonfirmasi dengan akurasi dengan radiometer spektral yang sesuai) selama waveband
Menurut Wong (2016) untuk mengefektifkan fototerapi, kulit bayi harus terpajan
penuh terhadap sumber cahaya dengan jumlah yang adekuat. Bila kadar bilirubin serum
meningkat sangat cepat atau mencapai kadar kritis, dianjurkan untuk menggunakan fototerapi
dosis ganda atau intensif, teknik ini dengan menggunakan lampu overhead konvensional
sementara itu bayi berbaring dalam selimut fiberoptik. Warna kulit bayi tidak mempengaruhi
pertama fototerapi.
Penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hendryawati (2018)
yang mengatakan bahwa secara klinis (kramer) pemberian fototerapi atau day light dapat
menurunkan derajat ikterik pada bayi ikterik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lasmani (2018) yang memberikan hasil penelitian faktor resiko terjadinya
hiperbilirubinemia pada berat badan lahir cukup (BBLC) yang secara statistik bermakna
adalah keterlambatan pemberian ASI, efektifitas menetek dan asfiksia neonatorum menit ke-
1.
Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Triana Indrayani, Amelia Riani (2019)
dengan hasil terdapat hubungan yang signifikan dari fototerapi dengan penurunan kadar
bilirubin total pada bayi baru lahir yang mengalami hiperbillirubin dengan nilai p= 0,039 di
Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh MT Wati (2023)yang
Berdasarkan uji wilcoxon diperoleh nilai signifikansi (Asymp. Sig) sebesar 0,000 < 0,05,
artinya ho ditolak dan ha diterima, sehingga ada Pengaruh Fototerapi dengan Derajat Ikterus
Pada Bayi Baru Lahir di Ruang Seruni RSUD dr.H. Koesnadi Bondowoso.
PAGE \* MERGEFORMAT v
78
BAB VI
6.1 Simpulan
derajat ikterik pada bayi baru lahir di Ruang Perinatologi RSUD Grati, dapat ditarik
PAGE \* MERGEFORMAT v
79
ikterik 4.
mengalami penurunan derajat ikterik dan sebagian besar memiliki derajat ikterik
3 (60%)
3. Berdasarkan analisa data menggunakan uji wilcoxon dengan hasil yaitu 0,00
dengan sig.(2 tailed) 0,00< 0,05, yang menggunakan spss, maka dapat
Terdapat pengaruh fototerapi terhadap penurunan derajat ikterik paa bayi baru
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan adanya keterbatasan dalam penelitian, maka
Diharapkan tetap mempertahankan fototerapi pada pasien ikterik pada bayi baru
tatacara yang tepat, serta memberikan bimbingan kepada ibu tentang cara
2. Bagi masyarakat
Dapat mencari informasi berkaitan dengan kejadian ikterik pada bayi baru lahir
baik melalui tenaga kesehatan, media maupun teman yang lain yang telah memiliki
anak, sehingga dapat melakukan langkah dan penatalaksanaan bayi baru lahir.
PAGE \* MERGEFORMAT v
80
Untuk lebih luas dalam cakupan faktor yang mempengaruhi derajat ikterik pada
bayi selain faktor fototetapi dan menggunakan jumlah sampel yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2017. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba
PAGE \* MERGEFORMAT v
81
Medika.
Kemenkes RI, 2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta: Kemenkes RI
PAGE \* MERGEFORMAT v
82
Kepada Yth.
Responden
Di RSUD GRATI
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Study S1
Keperawatan STIKES Husada Jombang:
Pasuruan, 2023
Hormat saya
PAGE \* MERGEFORMAT v
83
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk berperan sebagai
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Study S1 Keperawatan
STIKES Husada Jombang yang berjudul “Pengaruh Fototerapi Terhadap Penurunan Derajat
Tanda tangan saya di bawah menunjukkan bahwa saya diberi informasi dan
memutuskan untuk berperan serta dalam penelitian ini secara sadar dan sukarela serta tidak
Pasuruan, 2023
Peneliti Responden
PAGE \* MERGEFORMAT v
84
LEMBAR OBSERVASI
FT FT FT 3 3 x 12
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PAGE \* MERGEFORMAT v
85
PAGE \* MERGEFORMAT v