PROPOSAL
Oleh:
Like Yulianti
NIM: 14201.14.22277
PROPOSAL
Oleh :
Like Yulianti
NIM: 14201.14.22277
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL
HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG URGENCY PENILAIAN EWS
DENGAN PERILAKU PENDOKUMENTASIAN DETEKSI DINI KEGAWATAN di
RSUD GRATI PASURUAN
Oleh :
Like Yulianti
NIM: 14201.14.22277
Ketua Penguji : ( )
NIDN :
Mengetahui :
Ketua STIKes Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 14201.14.22277
Probolinggo
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
saya sendiri. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa hasil skripsi ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya
tersebut.
Like Yulianti
NIM. 14201.14.22277
iv
KATA PENGANTAR
pembimbing serta dengan membaca berbagai literatur. Oleh karena itu ucapan
3. Ns. Nafolion Nur Rahmat, S.Kep., M.Kes. selaku PJ Ketua Program Studi S-1
v
8. Semua rekan seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demi
Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu peneliti berharap kritik dan saran dapat lebih menyempurnakan
kepada pembaca.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xi
DAFTAR ISTILAH................................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................5
1.3.1. Tujuan Umum.......................................................................................5
1.3.2. Tujuan Khusus.....................................................................................6
1.4 Manfaat............................................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................49
LAMPIRAN...........................................................................................................51
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Alogaritme Pelaporan EWS..................................................................22
Tabel 4.1 Definisi Operasional.............................................................................40
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Chain of Survival............................................................................................
2.2 Early Warning Scoring System.......................................................................
3.4 Kerangka Konsep Hubungan Persepsi Perawat Tentang Urgency
Penilaian EWS Dengan Perilaku Pendokumentasian Deteksi Dini
Kegawatan.....................................................................................................
4.7 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Persepsi Perawat tentang Urgency
Penilaian EWS dengan perilaku pendokumentasian deteksi dini
kegawatan di RSUD Grati Pasuruan.............................................................
x
DAFTAR ISTILAH
xi
xii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
pasien yang masuk rumah sakit namun pasien dalam masa perawatan dapat
juga mengalami kegawatdaruratan (Atika, 2020). Deteksi dini yang cepat dan
tepat pada pasien trauma kepala menjadi evaluasi awal dan sangat diperlukan
(Daud dkk, 2021). Angka kematian merupakan indikator hasil kinerja dari sebuah
proses pelayanan kesehatan, di rumah sakit ada kematian dibawah 48 jam dan
ada kematian diatas 48 jam. Strategi yang dapat dilakuan untuk mencegah
seluruh IGD rumah sakit dunia (AFNCD, 2015). Kasus Cedera yang paling sering
ditemukan di instansi gawat darurat diantaranya cedera kepala yaitu lebih dari
80% total pasien cedera (Japardi, 2004). Data tercatat di Inggris dan Wales
setiap tahunnya 1,4 juta orang datang ke unit gawat darurat karena cedera
kepala (National Institute for Health and Care Excellent, 2014). Walaupun hingga
saat ini Indonesia belum dapat menyediakan data nasional yang spesifik
1
2
sebesar 14,9% yang dikaji berdasarkan data kecelakaan lalu lintas (Putra et al.,
menyatakan bahwa IGD RSUD Ulin Banjarmasin, cedera kepala selalu berada
dalam daftar 10 kasus terbanyak yang ditangani di IGD dengan total 1.621 kasus
dan menempati 27,78% pada tahun 2016 dan 26,38% selama rentang Januari-
Mei 2017, sedangkan data di Jawa Timur RSUD Soetomo Dari data medical
cedera kepala yang dilayani periode bulan Mei tahun 2016 sampai Mei 2017
sebanyak 446 kasus, dengan klasifikasi COR 421 kasus atau 94,39%, COS 17
didapatkan hasil bahwa jumlah pasien trauma kepala dari Januari 2023 sampai
April 2023 sejumlah 48 pasien. Peneliti juga menemukan bahwa dari 4 perawat
yang bertugas di ruang IGD RSUD Grati Pasuruan mereka belum menerapkan
EWSS karena belum pernah mengikuti pelatihan dan belum pernah mengetahui
bagaimana cara yang tepat dalam melakukan skoring kegawatan pada pasien
didapatkan.
3
kasus trauma kepala dapat dilakukan degan pengenalan deteksi dini tanda dan
gejala perburukan klinis pada pasien merupakan salah satu cara mencegah
terjadinya code blue dan memperbaiki prognosis penyakit serta mendeteksi lebih
penilaian untuk deteksi dini kondisi pasien sebelum situasi yang memburuk
terjadi. Sistem ini lebih fokus pada situasi sebelum kondisi darurat terjadi, maka
sistem ini berlaku disemua unit yang memberikan asuhan keperawatan. EWSS
peran perawat yang melakukan observasi harian tanda-tanda vital. Kejadian tidak
keperawatan yang cepat dan tepat terutama pada pasien kritis dengan trauma
kepala, baik dalam pemberian pengobatan efektif merupakan satu langkah awal,
kondisi kritis teridentifikasi dengan cepat dan tepat agar mampu memberikan
awal kondisi klinis pasien. EWSS sendiri merupakan sistem peringatan awal
yang menilai perburukan kondisi pasien dengan skor (Zega, 2019). Literatur lain
gawat darurat. Metode ini memiliki 7 parameter dan hasil skoring pengkajian oleh
4
Mullan, 2012).
perawat lebih mudah melakukan pengkajian awal informasi pasien kritis, serta
dapat diterapkan pada layanan ambulance. Studi lain juga memaparkan bahwa
tetapi seringkali perawat merasa ragu untuk mengambil keputusan tindak lanjut
apa yang seharusnya dilakukan ketika persepsi perawat tidak sama dengan
pengalaman dan persepsi sendiri tanpa bergantung pada protokol EWS. EWS
tidak menjadi sesuatu yang digunakan oleh perawat sebagai metode yang
lingkungan kerja, serta sarana dan prasana pendukung (Massey, 2017). Salah
satu faktor yang dianggap berperan dalam pelaksanaan EWSS adalah persepsi
perawat. Persepsi merupakan proses mental yang dialami oleh individu dalam
menerima stimulus berupa obyek, benda, kejadian, atau manusia yang berasal
sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu. Setiap individu akan
akan melihat obyek yang sama dengan cara yang berbeda-beda (Yuliani E,
2022)
rendah dapat meningkatkan risiko cedera atau efek negatif lain yang tidak
pada hasil akhir dari suatu pekerjaan yang dilakukan namun juga berpengaruh
untuk mengatasi suatu kondisi dan persepsi perawat dalam melihat suatu
Pasuruan.
Pasuruan ?
1.3 Tujuan
1.3.1.Tujuan Umum
6
Grati Pasuruan .
1.3.2.Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan atau literatur dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan cedera mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai
kepala yang mengakibatkan luka kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan
selaput tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu sendiri
disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
yang terjadi pada otak segera setelah trauma. Cedera kepala berat merupakan
8
9
(Advanced Trauma Life Support, 2008). Dari semua pengertian di atas dapat
disimpulkan cedera kepala berat adalah proses terjadi trauma langsung atau
fungsi otak yang disertai atau tanpa perdarahan interstitial dimana mengalami
> 24 jam.
Menurut Manurung (2021), tanda dan gejala dari cedera kepala antara lain:
a. Commotio Cerebri
b. Contosio cerebri
2) Amnesia anterograde
6) Perdarahan
c. Laserasio Serebri
Manifestasi klinis spesifik dari trauma kapitis ditentukan oleh derajat cedera
dan lokasinya. Derajat cedera otak kurang lebih sesuai dengan tingkat
gangguan kesadaran penderita. Tingkat yang paling ringan ialah pada penderita
menit saja, atas dasar ini trauma kepala dapat digolongkan menjadi:
b) Konfusi
d) Muntah
f) Kejang
a) Foto Polos
Foto polos indikasi meliputi jejas lebih dari 5 cm , luka tembus (peluru/tajam),
deformasi kepala (dari inspeksi dan palpasi), nyeri kepala yang menetap,
b) CT Scan
6) Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS
2014)
12
e) MRI
f). EEG
Peran yang paling berguna EEG pada cedera kepala mungkin untuk
pemantauan EEG terus menerus pada pasien rawat inap dengan cedera
otak traumatik. Kejang konfulsif dan non konfulsif tetap terlihat dalam 22%.
Pada tahun 2012 sebuah studi melaporkan bahwa perlambatan yang parah
delta atau pola penekanan melonjak dikaitkan dengan hasil yang buruk pada
bulan ketiga dan keenam pada pasien dengan cedera otak traumatik.
l). CSF, lumbalis punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostic untuk menentukan status
2.1.4 Penatalaksanaan
1. Keperawatan
1) Observasi 24 jam
cairan infus dextrose 5%, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari
2. Medis
1) Terapi obat-obatan
diplo)
a. Bedrest Total
b. Pemberian Obat-Obatan
trauma.
3) Antibiotika
bermakna
6) Sedatif/Tranquilizer
2020).
2.2.1 Definisi
EWSS sebagai prosedur tertentu untuk deteksi dini dari setiap yang
berpatokan pada frekuensi normal klinis atau reaktor penyakit tertentu memantau
jantung, tekanan darah, laju pernapasan, suhu dan tingkat kesadaran dengan
masing-masing skor atas dan bawah dari 0-3 poin dan dihitung nilai totalnya.
pengkajian pasien. EWSS melengkapi sistem Tim Medik Reaksi Cepat dalam
dikumpulkan, dengan penekanan penting bahwa parameter ini sudah rutin diukur
di rumah sakit dan dicatat pada grafik klinis. EWSS menggunakan skor numberik
dari 0 sampai 3, pada grafik pengamatan kode warna (skor 0 adalah skor yang
diinginkan dan skor 3 adalah skor yang tidak diinginkan). Skor ini dijumlahkan
dengan semua parameter dalam skor total dan dicatat sebagai EWSS dari
pasien.
suhu, dan tingkat kesadaran). Dalam EWSS pengamatan adalah langkah penting
Tujuan penerapan EWSS ini untuk menilai pasien dengan kondisi akut,
mendeteksi dini kondisi keadaan pasien selama perawatan di rumah sakit serta
dimulainya respon klinik yang tepat waktu secara kompenten (Q-Pluse, 2016).
EWSS juga memberikan kerangka yang jelas kepada perawat dalam identifikasi
yang tidak tepat waktu dan akan terjadi keterlambatan dalam pengobatan
(Hammond et al., 2011). Pengkajian EWS yang dilakukan perawat dengan benar
1. Sistem EWSS digunakan sebagai alat deteksi dini penyakit akut dengan
yang tepat
4. Adopsi sistem penilaian standar di seluruh rumah sakit, tidak hanya dalam
deteksi dini (Early Warning System) dan resusitasi yang optimal (aktivasi code
EWSS dapat digunakan untuk semua pasien pada asesmen awal dengan
kondisi penyakit akut dan pemantauan secara berkala pada semua pasien yang
mempunyai risiko tinggi berkembang menjasi sakit kritis selama berada di rumah
e. Pasien yang baru dipindahkan dari ruang rawat insentif ke bangsal rawat inap.
f. Pasien yang akan di pindahkan dari ruangan rawat le ruang rawat lainnya.
i. Pemantauan rutin pada semua pasien, minimal 1 kali dalam satu shift
dinas perawat.
j. Pada pasien di Unit Hemodialisa dan rawat jalan lainnya yang akan di rawat
dilakukan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan hasil klinis pasien yang
Score yaitu pernafasan, saturasi oksigen, penggunaan alat bantu oksigen, suhu,
denyut nadi, tekanan darah sitolik (Duncan & McMullan, 2012 dalam Ekawati
dkk, 2020).
1. Pernapasan
satu kali inspirasi dan ekspirasi dihitung satu kali nafas. Dalam melakukan
2. Saturasi oksigen
20
oximetri dianggap lebih lebih praktis dan efektif karena alat tersebut dapat
pernafasan.
3. Temperatur
menjadi penanda adanya kerusakan pada system organ tubuh. Suhu yang
4. Nadi
Pengkajian nadi dihitung selama satu menit tanpa melakukan aktivitas. Jika
frekuensi nadi dibawah 40 dan diatas 131 permenit maka perlu dilakukan
parah seperti pasien dengan tekanan 220 mmhg, akan menimbulkan keluhan
nyeri atau distress tetapi juga menjadi pertimbangan bahwa penyakit akut juga
memiliki tanda dan gejala yang sama dan menjadi semakin parah dan
tekanan darah systole diatas 220 mmHg dan dibawah 90 mmHg merupakan
6. Tingkat Kesadaran
21
pasien meliputi Alert atau sadar penuh, Pain atau berespon dengan
tidak berespon.
kondisi penyakit akut dan pemantauan secara berkala pada semua pasien yang
mempunyai risiko tinggi berkembang menjadi sakit kritis selama berada di rumah
sakit. Pasien-pasien tersebut adalah pasien yang keadaan umumnya dinilai tidak
nyaman (uneasy feeling), pasien yang datang ke unit gawat darurat, pasien
dengan keadaan hemodinamik tidak stabil, pasien yang baru dipindahkan dari
Physiological
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Pernafasan ≤8 9-11 12-20 21-24 >25
Saturasi ≤91 92-93 94-95 ≥96
Pemberian Yes No
Oksigen
Temperatur ≤35 35,1- 36,2- ≥39,1
36,0 38,0
Sistolik ≤90 90- 101- 111-219 ≥220
100 110
Denyut Nadi ≤40 41-50 51-90 91-110 111- ≥131
130
Kesadaran Sadar V.P
penuh Or U
Score EWSS
Keterangan :
22
1-4 : rendah
5-6 : sedang
7 : tinggi
parameter lebih rinci dengan rentang yang jelas, adanya saturasi oksigen
yang baik akan mendukung penerapan EWSS dengan benar (Anggraeni &
Pangestika, 2020).
hal tersebut harus diberikan pelatihan EWSS kepada semua perawat (Butar
Butar, 2019).
7) Kebaruan (novelty)
2.3.6 Indikator Persepsi
Adapun beberapa indikator dalam persepsi menurut Walgito (2004)
terdapat tiga macam yang menjadi indikator dalam persepsi yaitu:
a. Penyerapan
Objek yang diterima oleh panca indera akan menghasilkan
berupa tanggapan dan terbentuk suatu kesan yang diserap
dalam otak, kesan ini dapat berupa kesan positif maupun kesan
yang negatif.
b. Pemahaman atau pengertian
Setelah tanggapan dan kesan terserap dalam otak, selanjutnya
diklasifikasi, dibandingkan, dan diinterpretasikan sehingga
membentuk pemahaman atau pengertian. Proses ini terjadi
sangat unik dan cepat.
c. Penilaian atau evaluasi
Penilaian dan evaluasi terbentuk setelah terjadinya pemahaman
dan pengertian, sehingga individu dapat membandingkan
pemahaman atau pengertian yang diperoleh dengan kriteria
yang dimiliki individu secara subjektif. Namun setiap penilaian
individu memiliki perbedaan walaupun objeknya sama, sebab ini
terjadi karena persepsi sifatnya individual.
Selain indikator persepsi diatas, Jecklin dan Schaffer dalam
Sari, 2015 menyebutkan beberapa indikator persepsi dalam profesi
keperawatan, sebagai berikut:
a. Praktik
Praktik dalam persepsi meliputi pentingnya dalam pengajaran,
melakukan promosi kesehatan, melakukan pencegahan
penyakit, kompetensi, otonomi, kolaborasi dan akuntabilitas.
b. Nilai
Nilai dalam persepsi meliputi pentingnya dalam merawat,
karakteristik keperawatan, dan pendapat mahasiswa tentang
profesi perawat.
c. Citra publik
Citra publik dalam persepsi meliputi suatu penilaian masyarakat
dalam mempertimbangkan perawat apakah cerdas dan pekerja
28
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak bisa diamati oleh orang lain. Menurut Skener (2021)
stimulus.
menangani pasien. Perubahan kondisi pasien harus segera ditangani agar tidak
yang memperpanjang lama rawat pasien. Untuk menunjang hal tersebut harus
menjadi dua:
a. Perilaku tertutup
atau sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus dan belum dapat
b. Perilaku terbuka
terhadap stimulis tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek,
diketahui. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk
atau kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas, support dari orang lain.
a. Persepsi
akan diambil.
30
b Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh.
c. Mekanisme
d. Adopsi
Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, tindakan
Perilaku adalah bentuk respon dari stimulus atau rangsangan dari luar,
pendidikan, pengetahuan.
ekonomi, sosial.
pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama masa
kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan
lebih tinggi. Penelitian Eni Suhaeni (2020) menyatakan semakin lama masa
kerja bidan maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki dalam memberikan
2.5 Perawat
Perawat dapat diartikan sebagai suatu profesi dimana memiliki tugas dan
Pada saat ini, pengertian perawat merujuk pada posisinya sebagai bagian
sakit.
Fungsi independen ialah fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang
berlaku.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
: berhubungan
34
35
BAB 4
METODE PENELITIAN
sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013).
korelasional analitik yaitu suatu penelitian yang mencari tahu mengapa serta
akibat yang muncul atau terjadi pada objek penelitian yang diukur secara
bersama-sama, satu kali atau sesaat dalam satu waktu (Setiadi, 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan
akhir penelitian)
36
37
Judul
Hubungan Persepsi Perawat Tentang Urgency Penilaian Ews Dengan Perilaku
Pendokumentasian Deteksi Dini Kegawatan di RS Grati Pasuruan
Populasi :
Seluruh perawat IGD RS Grati Pasuruan yang berjumlah 30 orang
Sampel :
Seluruh perawat IGD RS Grati Pasuruan yang berjumlah 30 orang
Desain Penelitian
Korelasional Analitik
Pengumpulan Data
Dengan Menggunakan Kuisioner
Pengolahan Data
Editing,Coding,scoring, tabulating
Analisa Data
Uji Spearman Rank
4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2017). Menurut Nursalam (2011)
sampel adalah kriteria yang menentukan subjek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi kriteria sampel. Sampel yang digunakan adalah
penelitian ini adalah perawat yang mendokumentasikan deteksi dini kegawatan
pasien kegawatan di RSUD Grati Pasuruan. Sebelum menentukan sampel
terlebih dahulu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi:
4.3.1.1 Kriteria Inklusi
a. Perawat yang bertugas di IGD RSUD Grati Pasuruan
b. Perawat yang bersedia menjadi responden dengan bukti mengisi surat
kesediaan menjadi responden
4.3.1.2 Kriteria Eksklusi
a. Perawat yang dinas di ruang rawat inap, ICU, dan Poli.
b. Perawat yang menolak sebagai subyek penelitian
c. Perawat yang sedang menjalankan cuti
berikut :
peneliti untuk mencipatakan suatu dampak pada variabel terikat atau dependen
variabel bebas (Setiadi, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini dilakukan pada bulan September dan Oktober 2023 di IGD
dengan memberikan
42
sebelumnya.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari pihak lain, institusi atau
data (Setiadi, 2013). Data sekunder yang terdapat dalam penelitian ini
kuesioner dan dipojok kanan atas kuesionernya diberikan nomor urut 1 sampai
ruangan dan jam dinas masing-masing (pagi, sore atau malam) kemudian
kelompok perlakuan diberikan pre test melalui tautan website selama 45 menit
kuesioner (tulisan tidak jelas, kuesioner tidak lengkap, dll) maka kuesioner akan
dibagikan ulang.
menggunakan skor
dari skor:
EWS
indikator EWS
dikumpulkan.
b. Coding
c. Scoring
Scoring yaitu menentukan nilai atau skor untuk beberapa item yang
maupun terendah.
d. Tabulating
2008). Karakteristik dari penelitian ini yang berupa karakteristik yang terdiri
dari umur, jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan berupa data kategori yang
(Notoatmodjo, 2008).
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi Rank Spearman
n = Banyaknya Ukuran Sampel
d1 = Selisih setiap Rank (Sugiyono, 2014).
4.10 Etika Penelitian
Grati Pasuruan.
dampak negatif yang mungkin terjadi dan manfaat dari penelitian lebih
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/221731505_Early_warning_syst
ems
Liao, X., Wang, B., & Kang, Y. (2020). Novel coronavirus infection during the
2019–2020 epidemic: preparing intensive care units—the experience in
Sichuan Province, China. Intensive care medicine, 46(2), 357-360.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32025779/
Olang, J., Manik, M.J., & Simamora, O. 2019. Nurses’ Knowledge of Early
Warning Score At a Private Hospital in Eastern Indonesia. Nursing
Current Jurnal Keperawatan, 7(1), 9.
https://ojs.uph.edu/index.php/NCJK/article/download/2140/772
Saab, M. M., McCarthy, B., Andrews, T., Savage, E., Drummond, F. J., Walshe,
N., ... & Hegarty, “The effect of adult Early Warning Systems education on
nurses’ knowledge, confidence and clinical performance: A systematic
review,” J. Adv. Nurs., vol. 73, no. 11, pp. 2506–2521, 2017
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28440892/
Toshiya, M., Izumu, H., Masahiko, U., Kenji, O., Kei, O., Yuhei, O., Akihiro, S., &
Satoshi, T. (2019). Comparison of the national early warning score (news)
and the modified early warning score (mews) for predicting admission and
in-hospital mortality in elderly patients in the pre-hospital setting and in the
emergency department. PeerJ 7:e6947 DOI 10.7717/peerj.6947.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6526008/
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar penjelasan
2. Saya dengan ini menyatakan bahwa secara sukarela bersedia untuk ikut
serta menjadi salah satu subyek penelitian yang berjudul “Hubungan
Persepsi Perawat Tentang Urgency Penilaian EWS Dengan Perilaku
Pendokumentasian Deteksi Dini Kegawatan di RSUD Grati Pasuruan”.
Pasuruan, ……………………2023
(...............................) (..........................................)
NIM.
Saksi I Saksi II
(..........................................) (..........................................)
53
Lampiran 2
Inisial Nama :
Umur :
Alamat :
atas pertanyaan yang saya ajukan mengenai manfaat dan tujuan penelitian ini,
saya mngerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya
sebagai responden.
secara sukarela sebagai subjek penelitian. Dan saya juga berhak untuk
mengundurkan diri kapan saja tanpa pengaruh terhadap proses perawatan yang
saya jalani.
Pasuruan ,………………2023
Responden
( )
54
Lampiran 3
LEMBAR KUISIONER PERILAKU PENDOKUMENTASIAN DETEKSI DINI
KEGAWATAN DI RSUD GRATI PASURUAN
A. Karakteristik Responden
DATA DEMOGRAFI
Nama Inisial ….
Usia …………..Tahun
Jenis Kelamin ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
Pendidikan Terakhir ( ) Diploma III
( ) Ners ( S1 + Profesi )
( ) S2
Lama Bekerja ……….....Tahun
N Pernyataan Ya Tidak
o
1 Perawat mampu melakukan dokumentasi pemeriksaan pernapasan
(Respiration Rate) pada pasien dengan trauma kepala
2 Perawat mampu melakukan dokumentasi pemeriksaan dan
mengobservasi saturasi oksigen pada pasien dengan trauma kepala
3 Perawat mampu melakukan pendokumentasikan penggunakan alat
bantu pernapasan yang benar pada pasien dengan trauma kepala
4 Perawat mampu melakukan pengukuran dan pendokumentasian suhu
tubuh pada pasien dengan trauma kepala
5 Perawat mampu untuk melakukan pengukuran dan pendokumentasiaan
tekanan darah sistolik pada pasien dengan trauma kepala
6 Perawat mampu melakukan pengukuran dan pendokumentasian
pemeriksaan Nadi (heart rate) pada pasien dengan trauma kepala
7 Perawat mampu mendokumentasikan tingkat kesadaran pada pasien
dengan trauma kepala
Keterangan:
Kriteria penilaian perilaku:
- Baik jika mendokumentasikan 5-6 indikator EWSS
- Cukup, jika dapat mendokumentasikan 3-4 indikator EWSS
- Kurang baik, jika dapat mendokumentasikan 0-2 indikator EWSS
55
Lampiran 4.
KUISIONER PERSEPSI PERAWAT TERHADAP EWS
No. Persepsi perawat terhadap Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
EWS Setuju ragu setuj Tidak
u setuju
1 EWS memberi petunjuk/alur yang 4 3 2 1 0
jelas
2 EWS membantu saya dalam 4 3 2 1 0
mengambil keputusan
3 Menggunakan EWS hanya 4 3 2 1 0
menambah beban kerja saya
4 EWS membantu saya 4 3 2 1 0
dalam memprioritaskan
perawatan pasien
5 EWS menghilangkan 4 3 2 1 0
keterampilan penilaian klinis saya
6 Saya mendapat respons yang 4 3 2 1 0
lebih baik dari (dokter
jaga/DPJP/tim medis reaksi
cepat/tim code blue) saat
melaporkan kondisi pasien
dengan menggunakan
kriteria EWS
7 Ketika saya melaporkan kondisi 4 3 2 1 0
pasien berdasarkan EWS,
dokter/tim reaksi cepat/code
blue datang memeriksa pasien
(maksimal 5 menit untuk code
blue dan 10 menit untuk pasien
resiko tinggi)
8 Sejak menerapkan EWS, 4 3 2 1 0
frekuensi pemanggilan (dokter
jaga/tim medis reaksi cepat/
code blue) menjadi meningkat
9 EWS menguatkan penilaian 4 3 2 1 0
klinis saya terhadap kondisi
pasien yang tidak stabil
Skor :
Baik (≥ 33)
Cukup (21 ≤ x < 33)
Buruk (< 21)