Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

TERJADINYA ASAM URAT PADA LANSIA


DI DESA AWAR-AWAR KECAMATAN ASEMBAGUS
KABUPATEN SITUBONDO

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :
Yantik
Nim. 14201.12.20137

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG
PROBOLINGGO
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
ASAM URAT PADA LANSIA DI DESA AWAR-AWAR
KECAMATAN ASEMBAGUS
KABUPATEN SITUBONDO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:
Yantik
NIM.14201.12.20137

Menyetujui Untuk Diuji:

Pembimbing I Pembimbing II

Ro’isah, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes Alwin Widhiyanto, S.Kep.Ns., M.Kes


NIDN. 0703087501 NIDN. 0710068208
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA


ASAM URAT PADA LANSIA DI DESA AWAR-AWAR
KECAMATAN ASEMBAGUS
KABUPATEN SITUBONDO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :
Yantik
NIM. 14201.12.20137

Telah diuji pada :


Hari : …………….
Tanggal : …………….

Dan dinyatakan lulus oleh:

Ketua Penguji : Dr. H. Nur Hamin, SKM,S.Kep.,Ns.,M.Kes. (……………)


NIDN : 0706037103
Penguji II : Ro’isah, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes. (..................)
NIDN : 0703087501
Penguji III : Alwin Widhiyanto, S.Kep.Ns., M.Kes (..................)
NIDN : 0710068208

Mengetahui :
Ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Dr. H. Nur Hamin, SKM,S.Kep.,Ns.,M.Kes.


NIDN. 0706037103
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yantik

NIM : 14201.12.20137

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Prodi : Sarjana Keperawatan STIKES Hafshawaty

Zainul Hasan Genggong Probolinggo

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa hasil Skripsi ini
adalah jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Probolinggo, 25 Juli 2021

Yang membuat pernyataan

( Yantik )
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat taufik serta
hidayah-Nya atas terselesaikannya proposal yang berjudul “Analisis Faktor-faktor
Penyebab Terjadinya Asam Urat Pada Lansia di Desa Awar-Awar Kecamatan
Asembagus Kabupaten Situbondo”.
Proposal ini disusun guna untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan program S-1 Keperawatan di STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Probolinggo.
Pada penyusunan proposal ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan
namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga
proposal ini dapat terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat peneliti
sampaikan terima kasih kepada:
a. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alllah, S.H.,M.M. selaku Ketua Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong probolinggo.
b. Dr. H. Nur Hamin, SKM,S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku Ketua STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

c. Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep., Sp.Kep.Mat selaku Katua Program


Studi Sarjana Keperawatan.

d. Ro’isah, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Pembimbing 1 yang banyak


meluangkan waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan proposal ini.

e. Alwin Widhiyanto, S.Kep.Ns., M.Kes selaku Pembimbing 2 yang banyak


meluangkan waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan proposal ini.

f. Suami dan anak saya yang terkasih serta bapak dan ibu tercinta yang
telah banyak memberikan dorongan, semangat, kasih sayang dan
bantuan demi lancarnya penyusunan proposal ini.

g. Semua rekan seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demi
terselesaikannya proposal ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan dan semoga proposal ini berguna baik bagi penulis maupun pihak lain
yang memanfatakan
Probolinggo, 25 Juli 2021
Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..........................................................iv
KATA PENGANTAR.....................................................................................v
DAFTAR ISI..................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................viii
DAFTAR BAGAN..........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Keperawatan
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
1.4.3 Bagi Responden
1.4.4 Bagi Lahan Penelitian
1.4.5 Bagi Peneliti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asam Urat


2.1.1 Pengertian Asam Urat
2.1.2 Metabolisme Asam Urat
2.1.3 Tanda-tanda Asam Urat
2.1.4 Kadar Asam Urat
2.1.5 Faktor Penyebab Terjadinya Asam Urat
2.2 Konsep Lansia
2.2.1 Pengertian Lansia
2.2.2 Klasifikasi Lansia
2.2.3 Faktor Penyebab Terjadinya asam Urat Pada Lansia

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESISI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


3.2 Hipotesis Penelitian

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian
4.2 Kerangka Kerja Penelitian

4.3 Populasi, sampel, Teknik Sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

4.3.2 Sampel Penelitian

4.3.3 Teknik Sampling

4.4 Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel Independen

4.5.2 Variabel Dependen

4.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

4.5.2 Waktu Penelitian

4.6 Definisi Operasional

4.7 Prosedur Penelitian

4.8 Pengumpulan Data

4.8.1 Tehnik Pengumpulan Data

4.9 Analisa Data


4.10 Etika Penelitian

4.11 Keterbatasan Penelitian

Lampiran
DAFTAR TABEL

Tabel 4.7 Definisi Operasional Analisis faktor-faktor penyebab terjadinya asam

urat pada lansia di desa Awar-Awar kecamatan Asembagus kabupaten

Situbondo
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Asam

Urat Pada Lansia Di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus

Kabupaten Situbondo.

Bagan 4.2 Kerangka Kerja Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Asam

Urat Pada Lansia Di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus

Kabupaten Situbondo.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul

Hasan Genggong

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik

Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 Pernyataan Telah Melaksanakan Informed Concent

Lampiran 5 Pengantar Kuesioner

Lampiran 6 Kuesioner Tentang Analisis Faktor-faktor penyebab terjadinya Asam

Urat pada lansia di desa Awar-Awar kecamatan Asembagus

Kabupaten Situbondo

Lampiran 7 Maping Jurnal

Lampiran 8 Lembar konsultasi


PENGANTAR KUESIONER

Judul Penelitian : Analisis Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Asam

Urat Pada Lansia Di Desa Awar-Awar Kecamatan

Asembagus Kabupaten Situbondo

Peneliti : Yantik

Pembimbing : 1) Ro’isah, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes

2) Alwin Widhiyanto, S.Kep.Ns., M.Kes

Responden yang terhormat,

Saya adalah mahasiswa semester 4 pada jurusan ilmu keperawatan

STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Dalam rangka

menyelesaikan tugas skripsi saya bermaksud mengadakan penelitian dengan

judul “ Analisis Faktor-faktor Penyebab terjadinya asam urat pada lansia di Desa

Awar-Awar kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo”.

Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memberi manfaat yang luas,

baik bagi institusi, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.

Apabila saudara bersedia untuk menjadi responden saya, silahkan

menandatangani persetujuan untuk menjadi obyek penelitian.

Atas kesediaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Probolinggo, Juli 2021

Mengetahui,

PembimbingI/II Peneliti

(…………………) (Yantik)
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam urat atau dikenal dengan Gout Athritis merupakan suatu

penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di

dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu

salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh.

Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh

manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering disertai

timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya (Isma Fauzi,

2015).

Seiring bertambahnya usia seseorang maka terjadi kecenderungan

menurunnya berbagai kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun

pada tingkat organ yang dapat mengakibatkan terjadinya degenerasi sejalan

dengan proses menua. Proses menua dapat mempengaruhi pada

perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan

fisik, maupun juga terhadap fungsi dan tanggapannya pada kehidupan

sehari hari. Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel sel karena proses

penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik

timbulnya berbagai macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat

(Sutrani, 2015).

Berdasarkan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)

2017, mengemukakan penderita asam urat didunia diperkirakan mencapai

34.2%. Peningkatan juga terjadi di Negara berkembang, salah satunya di

Negara Indonesia (Kumar & Lenert, 2016). Dari hasil Riskesdas 2018
prevalensi penyakit sendi di Indonesia mencapai 23,6% atau 55.743.200

jiwa. Kemenkes 2020 prevalensi asam urat di Jawa Timur pada tahun 2019-

2020 sebesar 17%, atau 1.753.641 jiwa dan kejadian asam urat di

kabupaten Situbondo sebanyak 931 kasus. Sampai Januari 2021 prevalensi

kejadian asam urat sebesar 41,8% terjadi pada usia diatas 45 tahun, hal ini

25,9% terjadi pada pria dan 15,9 % terjadi pada wanita.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dr desa Awar-

Awar kecamatan Asembagus kabupaten Situbondo pada bulan Juli 2021

melalui wawancara tentang penyebab asam urat kepada 10 lansia,

didapatkan sebanyak 4 orang lansia mengatakan tahu penyebab asam

urat, dan sebanyak 6 orang lansia mengatakan tidak tahu penyebab asam

urat.

Menurut Sustrani et al dalam Nurhamidah (2015) faktor–faktor yang

mempengaruhi terjadinya asam urat dalam darah adalah faktor keturunan,

jenis kelamin, konsumsi pangan yang kaya akan purin, konsumsi alkohol

yang berlebihan, obesitas, gangguan ginjal yang mengakibatkan

terhambatnya pembuangan purin, penggunaan obat tertentu yang dapat

meningkatkan kadar asam urat. Asupan purin merupakan faktor utama yang

berhubungan dengan kadar asam urat darah. Dimana, semakin tinggi

pemasukan zat purin, maka asam urat juga semakin meningkat (Utami

dalam Nurhamidah, 2015).

Asam urat dalam darah dan serum tergantung usia dan jenis kelamin.

Asam urat tergolong normal apabila pada pria dibawah 7 mg/dl dan wanita

dibawah 6 mg/dl (Misnadiarly, 2017). Perbandingan pria dan wanita dalam

angka kejadian asam urat adalah sekitar 7:1 sampai 9:1. Pria lebih banyak
terkena asam urat terutama yang sedang memasuki usia dewasa muda

karena hormon androgen pada pria usia dewasa lebih aktif. Sedangkan pada

wanita memiliki hormon estrogen yang mampu menurunkan resiko

penumpukan asam urat. Namun ketika lanjut usia hormon astrogen pada

wanita sudah tidak aktif sehingga resiko asam urat semakin meningkat

(Sueroso J, dkk, 2017).

Umumnya yang sering terserang asam urat adalah seseorang yang

sudah lanjut usia. Sesungguhnya dikatakan usia lanjut jika usianya lebih dari

60 tahun. Penyebab penyakit pada lansia berasal dari dalam tubuh

(endogen) sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen).

Hal ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi penurunan proses

menua.

Berdasarkan hasil penelitian Nasir 2017, nilai rata-rata kadar asam

urat pada laki-laki lansia lebih tinggi yaitu 7,73 mg/dl dibandingkan nilai rata-

rata kadar asam urat pada wanita lansia.

Berdasarkan hasil penelitian Ida Ayu Made Sri Arjani, dkk 2018, di

desa Samsam kecamatan Kerambitan kabupaten Tabanan dari 37 orang

(64,9%) responden pada keluarga umur > 60 tahun mempunyai kadar asam

urat yang tinggi dibandingkan keluarga umur < 60 tahun, yaitu sebanyak 13

orang (22,8%). Hal ini menggambarkan kadar asam urat yang tinggi terjadi

pada usia yang lebih tinggi. Perubahan massa tubuh, termasuk tulang, otot

dan massa organ tubuh, sedangkan masa lemak meningkat.

Berdasarkan penelitian Ridhyalla Afnuhazi 2019, bahwa terdapat

hubungan antara obesitas dengan kejadian asam urat. Obesitas disebabkan


berbagai faktor, penyebab paling umum adalah genetik, kurangnya aktifitas

fisik atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Dari penelitian Sunarti, Bestari Bella H (2020), bahwa gaya hidup

lansia yang mengalami kadar asam urat lebih dari normal disebabkan

keseluruhan partisipan mempunyai kebiasaan tetap mengkonsumsi makan

yang mengandung santan dan kacang-kacangan. Hal ini dihapkan partisipan

lebih memantau terutama pola menu seimbang dan memperdalam informasi

tentang gaya hidup sehat lansia yang mempunyai kadar asam urat lebih

tinggi.

Hal ini didukung oleh penelitian Fitri ayuning Dewi , dkk (2014)

didapatkan bahwa sebagian besar pola makan lansia yang menderita asam

urat kurang baik sebesar 57%, cukup besar 29%, baik sebesar 14%. Pada

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pola makan

lansia yang menderita asam urat dikategorikan kurang baik. Oleh karena itu

lansia yang menderita asam urat perlu melakukan mengkonsumsi makanan

rendah purin dan pemeriksaan kadar asam urat secara rutin.

Penelitian lain oleh Jumiyati, dkk (2020), didapatkan kesimpulan

bahwa kejadian asam urat yang berhubungan adalah umur, merupakan

faktor risiko 7,85 kali terkena asam urat. Jenis kelamin merupakan faktor

risiko 0,06 terhadap kejadian asam urat begitu juga pola konsumsi 0,03

terkena asam urat. Dalam penelitian tersebut penderita asam urat untuk

memilih makanan dengan sumber purin yang rendah.

Berdasarkan dari penelitian faktor-faktor penyebab asam urat yang

paling dominan yang belum di lakukan oleh peneliti sebelumnya, maka


peneliti tertarik meneliti faktor pengetahuan penyebab asam urat pada lansia

di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

“Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya asam urat pada lansia di Desa

Awar-Awar Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor Penyebab terjadinya asam urat pada

lansia di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus Kabupaten

Situbondo

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi faktor usia terhadap penyebab terjadinya asam

urat pada lasia di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus

Kabupaten Situbondo

2. Mengidentifikasi faktor nutrisi dan pola makan dengan kejadian

asam urat pada lansia di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus

Kabupaten Situbondo.

3. Mengidentifikasi faktor tingkat pengetahuan dengan kejadian asam

urat pada lansia di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus

Kabupaten Situbondo
4. Menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya asam urat pada

lansia di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus Kabupaten

Situbondo

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Keperawatan

Sebagai bahan acuhan untuk mengembangkan profesi

keperawatan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM)

perawat tentang penyebab asam urat pada lansia.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk

penelitian yang akan dilakukan selanjutnya dan diharapkan dapat

bermanfaat sebagai bahan pengembangan pengetahuan guna

peningkatan mutu pendidikan selanjutnya.

1.4.3 Bagi Responden

Memberikan informasi tentang penyebab asam urat pada lansia

agar dapat mencegah dan menghindari kemungkinan komplikasi

akibat asam urat tinggi.

1.4.4 Bagi Lahan Penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan acuhan dalam meningkatkan ilmu

pengetahuan dan menerapkan ilmu keperawatan dalam melakukan

tindakan keperawatan.

1.4.5 Bagi Peneliti


Dapat digunakan sebagai data dasar, acuhan , informasi atau

referensi untuk peneliti selanjutnya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP ASAM URAT

2.1.1 Pengertian Asam Urat

Asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan

protein (terutama dari daging, hati, ginjal atau dari penguraian

senyawa purin yang seharusnya dibuang melalui ginjal, feses

atau keringat (Sustrani, dalam Nurhamidah 2015).

Timbunan asam urat dalam tubuh menyebabkan terjadinya

kelebihan kadar asam urat dalam darah. Hal ini disebabkan oleh

dua faktor yaitu kelebihan produksi asam urat dalam tubuh dan

penurunan ekskresi asam urat melalui urin. Kurang lebih 75%

penderita kelebihan asam urat terjadi akibat peningkatan asam

urat dengan pengeluaran yang tidak sempurna. proses

pengeluaran yang tidak sempurna disebabkan adanya gangguan

ginjal, pengaruh beberapa jenis penyakit dan obat seperti

hipertensi dan gangguan kardiovaskuler (Sustrani, dalam

Nurhamidah 2015).

2.1.2 Metabolisme Asam Urat


Sintesa Asam Urat dalam tubuh berasal dari metabolisme

protein pada manusia asam urat merupakan hasil produk akhir

dari metabolisme, dimana purin adalah bagian penting dari asam

urat nukleat. Pemecahan purin dalam tubuh berlangsung dengan

kontinyu (Frences. K Widman dalam Arjani 2018). Metabolisme

asam urat dan purin melalui jalur umum yang dengan

menggunakan oksidasi sontin menjadi asam urat. Kadar asam urat

dalam darah sedikit dipengaruhi oleh varian kandungan purin diet

dan menggambarkan stabilitas antara produksi endogen dan sekresi

tubulus ke urin (D.N, Baron. Dalam Arjani 2018).

Purin berasal dari metabolisme makanan dan asam nukleat

endogen, dan didegradasi menjadi asam urat melalui ensim

xantin oksidase. Sebelum menjadi asam urat, purin diubah

menjadi adenosin. Kemudian adenosin akan diubah menjadi adenin

dan isonine yang oleh ensimadenin deaminase dan phosphorylase

keduanya diubah menjadi hipoxantine. Oleh xantin oksidase

hipoxantin diubah menjadi xantin dan akhirnya xantin diubah

menjadi asam urat. Adenosin, selain dari metabolisme purin, juga

dapat berasal jaringan yang mengalami hipoksia. Tidak seperti

mamalia lain, manusia tidak mempunyai ensim urikase sehingga

asam urat tidak bisa diubah menjadi allantoin, dan asam urat

akan langsung diekskresi melalui fitrasi glomerulus (Emmerson,

1996; Waring, 2000; Johnson 2013)

Metabolisme purin itu sendiri mempunyai pengertian sendiri.

Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan


nucleoprotein. Selain didapat dari makanan, purin juga berasal dari

penghancuran sel – sel tubuh yang sudah tua. Pembuatan atau

sintesa purin juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan

– bahan seperti CO2, Glisin, Glutamin, asam asparat, dan asam

folat. Diduga metabolisme purin diangkut ke hati kemudian

mengalami oksidasi menjadi asam urat. Kelebihan asam urat

dibuang melalui ginjal dan usus. Asam urat merupakan asam lemah

yang pada pH normal akan terionisasi di dalam darah dan jaringan

menjadi ion urat. Dengan berbagai kation yang ada, ion urat akan

membentuk garam dan 98% asam urat ekstraseluler akan

membentuk garam monosodium urat (MSU). Pada pembentukan

kristal antara lain konsentrasi MSU di tempat terjadinya

kristal,temperatur lokal, ada tidaknya zat yang mempertahankan

kelarutan asam urat di dalam cairan sendi seperti proteoglikan,

serta berkurangnya jumlah air dalam cairan sendi. Kelarutan garam

urat dan asam urat sangat penting pada pembentukan kristal. Garam

urat lebih mudah larut di dalam plasma,cairan sendi, dan urin.

Kelarutan asam urat di urin akan meningkat bila p > 4.

Umumnya darah manusia dapat menampung asam urat sampai

tingkat tertentu. Bila kadar asam urat plasma melebihi daya

larutnya, misalnya >7 mg/dl,maka plasma darah menjadi sangat

jenuh. Keadaan ini disebut hiperurisemia. Pada keadaan

hiperurisemia, darah tidak mampu lagimenampung asam urat

sehingga terjadi pengendapan kristal urat di berbagai organ seperti

sendi dan ginjal. Guna mempertahankan konsentrasi asam urat


darah dalam batas-batas normal, asam urat harus dikeluarkan dari

tubuh (Dalimartha dalam Arjani 2018).

2.1.3 Kadar Asam Urat

Kadar asam urat adalah jumlah kadar asam urat dalam

darah setelah dihitung dengan menggunakan AU Suredigital asam

urat dl dinyatakan dalam satuan mg/dl. Kategori yaitu

hiperuricemia (pemeriksaan menunjukan hasil diatas 7,2) dan

kategori dalam batasa normal ( pemeriksaan menunjukan hasil 5.0 –

7,2). Kadar asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda.

Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 –7 mg/dl dan

pada perempuan 2,6 –6 mg/dl. Untuk mengetahui kadar asam urat

dalam darah dengan mengunakan tes asam urat dengan

menggunakan AU Sure digital asam urat (Wibowo dalam

Rotharnada 2015)

Kadar asam urat diatas normal disebut hiperurisemia. Asam

urat cenderung dialami pria karena perempuan mempunyai hormon

estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat

urine. Pria, asam uratnya cenderung lebih tinggi daripada

perempuan karena tidak memiliki hormon estrogen tersebut. Selain

itu usia juga berpengaruh terhadap kadar asam urat dimana pada

orang tua kadar asam urat cenderung sedikit lebih tinggi.

Gangguan asam urat terjadi bila kadar tersebut sudah mencapai lebih

dari 12 mg/dl (Sustrani, dalam Nurhamidah 2015).

2.1.4 Etiologi
Penyebab asam urat adalah metabolisme tubuh yang tidak

sempurna. Penyebab asam urat bisa juga dari kegagalan ginjal

mengeluarkan asam urat melalui air seni.

Adapun faktor dari luar adalah makanan yang tinggi purin

contohnya kacang-kacangan, emping, melinjo, daging (Jeroan),

ikan, coklat, minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh.

Faktor dari dalam dikarenakan terjadinya proses penyimpanan

metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia,

dimana usia lebih dari 40 tahun atau manula lebih beresiko

besar terkena asam urat (Nabyluro’y, 2011 et al ).

Menurut Sustrani et al dalam Nurhamidah (2015) faktor–

faktor yang mempengaruhi kadar asam urat dalam darah adalah :

1. Usia

Meskipun kejadian asam urat bisa terjadi pada semua tingkat usia

namun kejadian ini meningkat pada laki – laki dewasa berusia ≥

30 tahun dan wanita setelah menopause atau berusia ≥ 50 tahun,

karena pada usia ini wanita mengalami gangguan

2. Jenis kelamin

Asam urat banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki.

Perbedaan ini disebabkan oleh aktifitas hormon estrogen pada

wanita yang dapat mengurangi aktifitas transporter urat pada

ginjal sehingga mengakibatkan penurunan reabsorpsi asam urat

pada tubulus ginjal dan meningkatkan ekskresi asam urat melalui

urin pada wanita usia produktif.

3. Nutrisi (Konsumsi pangan yang kaya akan purin)


Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun

asam nukleat atau asam inti dari sel dan termasuk dalam

kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Makanan

dengan kadar purin tinggi (150 – 180 mg/100 gram) antara lain

jeroan, daging baik daging sapi, babi, kambing atau makanan dari

hasil laut (sea food), kacangkacangan, bayam, jamur, kembang

kol, sarden, kerang, minuman beralkohol. Pada pria yang

memakan daging baik daging sapi atau kambing bisa

meningkatkan risiko asam urat 21%.9 Namun makanan tinggi

purin dari sumber nabati seperti asparagus, polong– polongan,

kembang kol dan bayam tidak meningkatkan faktor risiko.

4. Konsumsi alkohol yang berlebihan

Konsumsi alkohol akan berpengaruh pada kejadian asam urat

melalui mekanisme overproduction dan underexcreation. Produk

sampingan dari alcohol berupa asam laktat bersifat kompetitif

terhadap transporter asam urat di tubulus proksimal ginjal

sehingga menyebabkan ekskresi asam urat terganggu.

5. Obesitas

Kelebihan berat badan (IMT ≥ 25kg/m²) dapat meningkatkan

kadar asam urat dan juga memberikan beban menahan yang

berat pada penopang sendi tubuh. Sebaiknya berpuasa dengan

memilih makanan rendah kalori tanpa mengurangi konsumsi

daging (tetap memakan daging berlemak) juga dapat menaikkan

kadar asam urat. Diet makanan rendah kalori dapat

menyebabkan kelaparan sehingga menyebabkan hiperurisemia.


6. Aktifitas fisik yang berlebihan

Semakin berat aktifitas yang dilakukan dan berlangsung jangka

panjang, maka semakin banyak asam laktat yang diproduksi.

Peningkatan asam laktat yang berlebihan akan menybabkan

penempelan terhadap pembuluh darah dan akan menyebabkan

asam urat ikut menempel pada asam urat ikut menempel pada

asam laktat tersebut.

7. Konsumsi obat-obatan tertentu

Obat-obatan diuretika (furosemid dan hidroklorotiazida), obat

kanker, vitamin B12 dapat meningkatkan absorbsi asam urat di

ginjal sebaliknya dapat menurunkan ekskresi asam urat urin.

h. Hipertensi

Makanisme hiperurimia menyebabkan peningkatan tekanan

darah diduga melalui efek pada peningkatan retensi pembuluh

darah renal, aktifasi system RAA, dan disfungsi enditel.

Hiperurisemia sering didapat pada pasien hipertensi. Dimana

hipertensi akan berakhir dalam penyakit mikrovaskuler dengan

hasil akhirnya berupa iskemi jaringan yang akan meningkatkan

sintesis asam urat melalui ATP menjadi adenin dan xantin.

i. Genetik

Penyakit asam urat dikategorikan sebagai penyakit multifaktorial,

sebagaimana juga penyakit diadetes atau jantung karena

penyakit ini melibatkan faktor keturunan (gen) dan faktor

lingkungan. Sekitar 18% penderita asam urat memiliki riwayat


penyakit yang sama pada salah satu anggota keluarga. Faktor

keturunan merupakan faktor risiko yang dapat memperbesar

j. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan

yang baik tentang asam urat besar pengaruhnya terhadap

tindakan penanganan penyakit asam urat yang dilakukan oleh

lansia begitu juga sebaliknya, pengetahuan yang kurang akan

mempengaruhi lansia untuk melakukan penanganan penyakit

asam urat, jadi walaupun pengetahuan lansia masih banyak yang

kurang tetapi masih dapat ditingkatkan dengan banyaknya

informasi atau penyuluhan yang diberikan tentang penanganan

penyalit asam urat.

2.1.5 Tanda –tanda Asam Urat

Asam urat yang terjadi dalam tubuh penderita memiliki

tanda-tanda sebagai berikut :

1. Nyeri pada satu atau beberapa sendi pada malam hari, makin

lama makin memburuk. Pada sendi yang bengkak, kulit

kemerahan hingga keunguan, kencang licin dan hangat,

2. Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa

penderita terjadi peningkatan denyut jantung, bila benjolan

kristal disendi pecah, akan keluar massa seperti kapur, kadar

asam urat dalam darah tinggi


3. Menurut Prince dan Wilson dalam Arjani 2018 tanda dan

gejala asam urat adalah terjadinya peningkatan asam urat

serum, nyeri hebat datang tiba-tiba, pergerakan kaku, mudah

letih dan lesu, ruam kulit, sakit tenggorokan, nafsu makan

berkurang, lidah berwarna merah (gusi berdarah).

2.1.6 Patofisiologi

Kadar asam urat di serum melewati ambang batasnya,

sehingga merangsang timbunan urat dalam bentuk garamnya

terutama monosodium urat di berbagai tempat/jaringan (Hidayat,

2010). Awalan serangan asam urat akut berhubungan dengan

perubahan asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada

kadar asam urat serum yang stabil, jarang mendapat serangan.

Pengobatan dini dengan alopurinol yang menurunkan kadar asam

urat serum dapat memperesipitasi serangan gout. Penurunan

urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium

urat dari depositnya dalam tofi (crystal shedding) (Hidayat, 2012).

Bertambah tinggi kadar asam urat dan bertambah lama menetap,

kemungkinan untuk menderita asam urat dan terbentuknya kristal

urat akan bertambah besar.

Kristal monosodium urat cenderung untuk mengendap pada

jaringan jika konsentrasinya dalam plasma lebih 8-9 mg/dl. Pada PH


7 atau lebih asam urat ada dalam bentuk monosodium urat.

Endapan terjadi pada permukaan atau pada rawan sendi atau

pada synovium dan juga struktur sendi termasuk bursa, tendon dan

selaputnya (Hamdani, 2012). Asam urat tidak menimbulkan sakit

pada sendi, yang menimbulkan rasa sakit adalah pengendapan

mikrokristal monosodium urat yang terdapat pada celah sendi

ataupun pembebasan deposit urat pada celah tersebut. Peradangan

atau inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis pirai

terutama gout akut. reaksi ini merupakan reaksi pertahanan

tubuh non spesifik untuk menghindari kerusakan jaringan agen

penyebab. Peradangan pada arthritis gout akut adalah akibat

penumpukkan agen penyebab yaitu kristal monosodium urat.

Pelepasan kristal MSU akan merangsang proses inflasi dengan

mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik maupun alternatif. Sel

makrofag, netrofil dan sel radang lain juga teraktivasi, yang akan

menghasilkan mediator-mediator kimiawi yang juga berperan pada

proses inflasi (Hidayat, 2012).

2.1.7 Diet penderita asam urat (Fitriani, 2015 )

a. Pembatasan makanan berkadar purin

b.Mengkonsumsi karbohidrat komplek tidak kurang dari 100

gram/hari

c. Cukup protein, yaitu 10%-15% dari kebutuhan energi

d. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan tubuh

e. Rendah lemak

f. Tinggi cairan
2.1.8 Pencegahan peningkatan kadar asam urat (Wulandari, 2016)

a. Mengurangi makanan dengan purin tinggi

b. Memeriksakan diri di laboratorium untuk mengetahui kadar asam

urat dalam darah

c. Mengubah pola hidup sehat

2.1.9 Penatalaksanaan medis/Farmakologi

Penatalaksanaan medis/farmakologi asam urat adalah :

 NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) NSAID merupakan

kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui inhibisi enzim

cyclooxygenase. Obat ini dapat mengurangi rasa sakit dan

memberikan rasa nyaman bagi orang yang memiliki masalah

persendian kronis. NSAID juga merupakan terapi lini pertama yang

sangant efektif untuk pasien yang mengalami serangan gout

akut. jenis NSAID lain yang umum digunakan adalah

naproxen, piroxicam dan diclofenac.

 Allopurinol Allopurinol berfungsi untuk menghentikan produksi

asam urat dalam tubuh sebelum terjadi proses metabolisme.

Obat ini digunakan untuk pengobatan dalam jangka panjang.

Bagi penderita gout kronik, allopurinol berguna untuk mengontrol

gejala asam urat dan melindungi fungsi ginjal. Sedangkan bagi

penderita reumatik akut, allopurinol berfungsi untuk

menghambat pembentukan tofus dan memperkecil tofusyang

sudah terbentuk. Tofus merupakan benjolan keras yang berisi

kristal asam urat yang mengeras seperti kapur, berbentuk serbuk.

Tofus ini mengakibatkan kerusakan permanen pada sendi dan


tulang disekitarnya, sehingga ada kemugkinan penderita menjadi

cacat.

 Corticosteroid / Kortikosteroid Corticosteroid merupakan obat

asam urat yang lain yang bisa dikonsumsi atau diinjeksikan ke

dalam tubuh penderita melalui jarum suntik. prednisone termasuk

sejenis obat Corticosteroid berfungsi untuk mengobati gout.

Namun, obat ini tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka

panjang. Prednison 20-40 mg/hari diberikan selama tiga

sampai empat hari/dosis kemudian diturunkan secara bertahap

selama 1-2 minggu (Azaria RA, 2014).

2.1.10 Penalataksanan non farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi pada asam urat adalah :

a. Pembatasan makanan berkadar purin tinggi, makanan

semacam ini banyak terdapat pada hidangan laut, seperti

kepiting, udang, ayam telur, daging unggas, dan jeroan

hewan. Penderita harus membatasi makanan yang digoreng

maupun bersantan.

b. Kalori sesuai dengan kebutuhan, jika penderita mempunyai

kelebihan berat badan, maka konsumsi kalori perlu dikurangi

menjadi 10-15% dari total konsumsi kalori setiap harinya.

c. Tinggi karbohidrat, penderita asam urat harus banyak

mengkonsumsi karbohidrat karena dapat mengeluarkan asam

urat melalui urin. Asupanya hanya kurang dari 100 g/hari.

d. Rendah protein, protein hewani seperti hati, ginjal,otak, paru dan

limfe dapat meningkatkan asam urat. Penderita asam urat dapat


dapat diberikan protein sebesar 50-70 mg/hari dari protein nabati

dan protein yang berasal dari susu, keju dan telur.

e. Terapi Air Putih, penderita asam urat harus memperbanyak

konsumsi air putih untuk membantu pengeluaran asam urat

melalui urin. Setiap hari minimal 2,5 liter atau 10 gelas. Selain

itu juga dapat memperbaiki fungsi ginjal dan mempermudah

ginjal untuk membuang dan mengeluarkan zat asam urat yang

diproduksi oleh purin.

f. Hindari alkohol, alkohol dapat meningkatkan kadar asam laktat

plasma yang menghambat pengeluaran asam urat melalui urin.

Hindari makanan yang mengandung alkohol seperti tape dan

brem.

2.1.11 Pemeriksaan Dioagnostik

Menurut Kemenkes, pemeriksaan diaognosa meliputi :

a. Tes darah

Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar asam urat dan

kreatinin dalam darah. Seseorang dengan kadar asaam urat

dalam darah hingga 7 mg/dL, dinilai sudah menderita penyakit

asam urat. Namun demikian tes ini tidak selalu dapat memastikan

penyakit asam urat. Beberapa orang diketahui memiliki kadar

asam urat tinggi, namun tidak menderita penyakit asam urat.

Sebaliknya ada orang yang memiliki gejala dan tanda penyakit

asam urat meski kadar asam urat dalam darah normal.

b. Tes urine 24 jam


Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kadar asam urat

dalam .9+6urine yang dikeluarkan pasien selama 24 jam.

c. Pencitraan

Pemeriksaan foto rontgen dapat dilakukan untuk mengetahui

penyebab radang pada sendi. Sedangkan USG dapat mendeteksi

kristal asam urat pada sndi dan tofi (benjolan).

d. Dual energy CT scan

Pemeriksan ini dapat mendeteksi kristal asam urat di sendi meski

tidak terjadi peradangan.

e. Biopsi Sinovial

Prosedur ini mengambil sebagian kecil jaringan (membran sinoval)

di sekitar sendi yang terasa sakit, untuk diperiksa di bawah

mikroskop.

2.2 KONSEP LANSIA

2.2.1 Pengertian Lansia

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan

yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang

ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi dalam

Dianati 2015).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan

tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari (Ratnawati dalam Dianati 2015).


Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah

seseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan

kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari seorang diri.

2.2.2 Klasifikasi Lansia menurut Badan Pusat Statistik (2020) :

1. Lansia muda (usia 60-69 tahun)

2. Lansia Madya (usia 70-79 tahun)

3. Lansia Tua (usia 80 + tahun)

4. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

Beberapa faktor yang menjadi menentu berat dan ringan gejala

penuaan adalah faktor gizi, faktor lingkungan, dan faktor gen. Faktor

gizi yaitu berdasarkan asupan yang di makan ketika masa

pertumbuhan hingga masa tua. Kebiasaan diet ketat dapat

mempengaruhi proses menua seseorang. Faktor lingkungan baik

dalam lingkungan fisik, keluarga, pekerjaan maupun pergaulan.

Kondisi lingkungan dapat menekan pikiran sehingga mengakibatkan

stress, apabila dalam jangka lama dapat mempengaruhi proses

menua. Faktor gen yang ada dalam tubuh seseorang, seperti

rambut putih, gigi tanggal, dan kelemahan tubuh sangat bervariasi

terjadi pada setiap orang. Gejala tersebut pada sebagian orang

sudah dialami pada usia muda, sementara pada sebagian orang

lain gejala tampak pada usia yang lebih lanjut yaitu 65 tahun keatas.

Perubahan yang dialami oleh lansia antara lain :

2. Perubahan fisik

a. Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya,berkurangnya

jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,

menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah, dan

hati jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme

perbaikan sel, otak menurun atrifi, berat berkurang 5-10%

(Bandiyah, 2009).

b. Sistem persyarafan

Berat otak menurun 10-20%, gangguan yang terjadi karena

Penurunan system persyarafan meliputi : hubungan

persyarafan menurun, lambat dalam bereaksi, terjadi stress,

pengecilan syaraf panca indra sehingga menjadi

berkurangnya penglihatan, berkurangnya pendengaran, saraf

penciuman dan perasa mengecil, kurang sensitive terhadap

sentuhan, kulit lebih sensitive terhadap perubahan suhu yang

terjadi (Bandiyah, 2009).

c. Sistem Pendengaran

Presbiakusis adalah hilangnya kemampuan pendengaran

pada telinga dalam. Terutama terhadap bunyi suara atau

nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti

kata-kata, terjadinya pengumpulan serumen karena

peningkatan keratin, pendengaran bertambah menurun pada

lanjut usia yang mengalami ketegangan jiea atau stress

(Bandiyah,2009).

d. Sistem Penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar kornea lebih terbentuk bola, katarak menyebabkan

gangguan penglihatan, peningkatan ambang pengamatan

sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan

susah dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi,

berkurangnya lapang pandang, menurunnya daya

membedakan warna biru atau hijau (Padila, 2013).

e. Sistem kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun

1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,

kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi

tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bias menyebabkan tekanan

darah menurun menjadi 65 mmHg (Bandiyah, 2009).

b. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Hipotalamus dianggapbekerja sebagai suatu thermostat, yaitu

menerapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai

faktor yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui

temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiogik ±

35ºC ini akibat metabolism yang menurun, keterbatasan reflex


menggigil dan tidak memproduksi panas yang banyak

sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot (Bandiyah, 2009).

c. Sistem respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

menurunnya aktifitas dari silia, paru-paru kehilangan

elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih

berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan

kedalaman bernafas menurun, alveoli ukurannya melebar dari

biasa dan jumlahnya berkurang, O² pada arteri menurun

menjadi 75 mmHg, CO² pada arteri tidak terganti, kemampuan

pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan

menurun seiring dengan pertambahan usia (Bandiyah, 2009)

d. Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal yang

diase yang biasa terjadi setelah 30 tahun, penyebab lain

meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk,imdera

pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput

lender, atrofi indra pengecap (± 80%) hilangnya sensitifitas

dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan

asin,hilangnya sesitifitas dari saraf pengecap tentang rasa

asin, asam dan pahit, eshopagus melebar, rasa lapar

menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan

menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi,

fungsi absorpsi melemah, liver makin mengecil dan tempat


penyimpanan menurun, berkurangnya aliran darah (Bandiyah,

2009)

k. System reproduksi

Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki-laki

testis masih dapat memproduksi spermatozoa,meskipun

adanya penurunan secara berangsur-angsur, dirongan

seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun yaitu kehidupan

seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan

seksual secara teratur membantu mempertahankan

kemampuan seksual, tidak perlu cemas karena merupakan

perubahan alami, selaput lender vagina menurun, permukaan

menjadi halus, sekreasi menjadi berkurang, terjadinya

perubahan-perubahan warna (Bandiyah,2009),

l. Sistem gastourinaria

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism

tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan

terkecil dari ginjal yang disebut nefron, kemudian mengecil

dan nefron menjadi atrofi, nilai ambang ginjal terhadap

glukosa meningkat, vesika urinaria (kandung kemih) ototnya

menjadi lemah, kapasitasnya menurun menyebabkan

frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria sudah

dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan

peningkatan retensi urin, atrovi vulva dan vagina, tetapi

kapasitas untuk melakukan dn menikmati berjalan terus

sampai tua (Bandiyah, 2009).


m. Sistem endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi

paratiroid dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon

ada tetapi tidak rendah dan hanya ada di dalam pembuluh

darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan KH,

menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal

metabolic rate), dan menurunnya daya pertukaran zat,

menurunnya produksi aldosterone, menurunnya sekresi

hormone kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan

testosterone (Bandiyah, 2009).

n. Sistem integument

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses

kratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis),

menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi

kulit menurun yaitu produksi serum menurun, gangguan

pigmentasi kulit, kulit kepala dan rambut menipis berwarna

kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal,

berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari

manjadi lebih leras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara

berlebihan dan sepertitanduk, kelenjar keringat berkurang

jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya

(Bandiyah, 2009).
o. Sistem musculoskeletal

Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak

kehilangan masa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia

yang tidak aktif. Penurunan kekuatan otot, penurunan

mobilitas sendi, makin rapuh, pergerakan lutut dan jari

pergelangan terbatas,tendon mengerut, otot-otot kram dan

menjadi tremor (Padila, 2013).

2. Perubahan mental

Faktor yang yang mampengaruhi perubahan mental yaitu

perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum,

tingkat Pendidikan, kerutunan (hereditas) dan lingkungan.

4. Kenangan

Kenangan atau memori sendiri dari kenangan jangka Panjang

dan kenangan jangkapendek atau seketika (0-10 menit).

5. IQ (intelengention quantion)

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan

verbal, berkurangnya penampilan persepsi dan ketrampilan

psikomotor terjadinya perubahan pada daya membayangkan

karena tekanan dari factor waktu (Bandiyah, 2009).

6. Perubahan psikologis

- Pensiun

- Merasakan atau sadar akan kematian

- Perubahan dalam cara hidup yang memasuki rumah

perawatan, dan bergerak lebih sempit

- Ekonomi, oemberhentian dari jabatan


- Penyakit kronis dan ketidakmampuan

- Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial

- Gangguan saraf panca indra

- Gangguan gizi

- Rangkaian dari kehilangan, yaitu hubungan tema, family

serta pasangan

- Hilangkan kekuatan dan pergerakan fisik

2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya asam urat pada lansia :

1. Usia

Orang yang sudah lanjut usia rentan terkena penyakit. Semakin

menurunnya kekuatan fisik dan daya tahan tubuh membuat

mekanisme kerja organ tubuh menjadi terganggu sehingga rentan

terhadap serangan penyakit. Perubahan terbesar yang terjadi pada

usia lanjut adalah kehilangan massa tubuhnya, termasuk tulang, otot,

dan massa organ tubuh, sedangkan massa lemak meningkat.

Peningkatan massa lemak dapat memicu resiko penyakit

kardiovaskular, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit

degeneratif lainnya termasuk asam urat (Fajarina dalam Dianati

2015). Pada usia tersebut, enzim urikinase yang mengoksidasi asam

urat mudah dibuang dan menurun seiring dengan bertambah tuanya


umur seseorang. Jika pembentukan enzim ini terganggu maka kadar

asam urat darah menjadi naik (Andry dkk dalam Dianati 2015).

2. Nutrisi dan pola makan

Sering mengkonsumsi makanan yang mengandung purin (jeroan,

kacang-kacangan) sehingga terjadi peningkatan kadar asam urat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arjani, dkk, 2018 menunjukkan

bahwa 55,6% lansia di kecamatan Tamalanrea mempunyai asupan

purin tinggi.

3. Tingkat pengetahuan Lansia

Pengetahuan seseorang diperoleh melalui penglihatan dan

pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Dari penelitian Ida Ayu Made Sri Anjani 2018,

didapat bahwa tingkat pengetahuan lansia sebesar 38,60% dalam

kategori baik dan 61,40% dalam kategori sedang, tidak mengetahui

penyebab dan patangan asam urat.


BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep konsep yang ingin di

amati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmojo, 2011).
Kerangka konsep Analisis Faktor-faktor Penyebab terjadinya asam
urat pada Lansia di desa Awar-Awar kecamatan Asembagus
Kabupaten Situbondo

Karakteristik lansia :
- Umur
- Faktor gizi
- Faktor
lingkungan
- Gen

Faktor risiko :
- Jenis kelamin
- Konsumsi obat-obatan
- Konsumsi alkohol
- Penyakit degenerative
- Gangguan fungsi ginjal
- Obesitas

Penyebab Asam Urat


Pada Lansia :
- Usia
- Nutrisi
- Tingkat Pengetahuan

Kadar Asam Urat


Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: Berhubungan

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independent) adalah

nutrisi dan pola makan, serta karakteristik lansia yang meliputi umur dan

tingkat pengetahuan. Variabel terikat (dependent) adalah kadar asam urat

pada lansia. Faktor yang mempengaruhi kadar asam urat antara lain umur,

jenis kelamin, faktor genetik, tingkat pengetahuan, aktifitas fisik, kelebihan

berat badan, asupan purin, tingkat cairan, konsumsi obat-obatan,

kebiasaan konsumsi alkohol, penyakit degenerative dan gangguan fungsi

ginjal. Individu dengan riwayat keluarga menderita asam urat memiliki risiko

lebih tinggi menderita asam urat juga.

Pada umumnya, pria memiliki risiko menderta asam urat lebih besar

dibandingkan wanita. Persentase wanita cenderung lebih kecil untuk

menderita asam urat karena memiliki hormon estrogen yang membantu

pembuangan asam urat. Kadar asam urat pada pria meningkat seiring

dengan peningkatan usia. Sedangkan, pada wanita hanya mengalami

peningkatan setelah menapouse karena terjadi penurunan hormon

estrogen. Asupan purin yang tinggi berpotensi meningkatkan kadar asam

urat. Kadar asam urat yang berlebihan dapat dilakukan dengan

meningkatkan cairan yaitu memperbanyak konsumsi air putih.


Pada penelitian ini peneliti tidak meneliti aktifitas fisik dikarenakan

respondennya para lansia dan aktifitasnya tergolong rendah. Peneliti hanya

memfokuskan pada lansia yang menderita asam urat dengan riwayat

keluarga yang menderita asam urat dan konsumsi purin yang memiliki

hubungan erat dalam peningkatan kadar asam urat. Semakin banyak purin

yang dikonsumsi maka semakin tinggi kadar asam urat.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pernyataan penelitian (Nursalam, 2016). Hipotes dalam penelitian ini

adalah :

H1 : Faktor umur, tingkat pengetahuan dan nutrisi merupakan faktor

penyebab asam urat pada lansia di desa Awar-Awar kecamatan

Asembagus Kabupaten Situbondo.


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik Kolerasional

dengan menggunakan pendekatan penelitian Crosssectional. Variabel

Independen faktor–faktor penyebab terjadinya asam urat (Usia, tingkat

pengetahuan, Nutrisi) dengan variabel dependen yaitu kejadian asam urat

pada lansia dilakukan secara bersamaan. Instrumen yang digunakan

berupa kuesioner. Dalam penelitian ini hasil ukur.


4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Judul
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Asam Urat Pada Lansia di desa
Awar-Awar kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo

Populasi
Seluruh lansia yang menderita asam urat dan telah menjalani tes kadar asam
urat di desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo pada Mei
s/d Juli 2021 sebanyak 35 orang

Tehnik Sampling
Accidental sampling

Sampel
Sebagian lansia yang menderita asam urat yang berkunjung ke Klinik Edi
Sukisman di desa Awar-Awar kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo
sebanyak 32 orang

Desain Penelitian
Analitik Kolerasional

Pengumpulan Data
Lembar kuesioner/wawancara

Pengolahan Data
Editing, coding, Scoring, Tabulating
Analisa Data
SPSS

Kesimpulan
H1 diterima jika α value < 0,05
H0 diterima jika α value > 0,05

4.3 Populasi Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh Penelitian untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2017). Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh pasien lansia di Desa Awar – Awar

Kecamatan Asembagus kabupaten Situbondo sebanyak 35 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian jumlah yang akan diteliti atau sebagian

jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam, 2011).

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk

mengurangi bias hasil penelitian khususnya terhadap variabel-

variabel (Perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh terhadap

variabel yang diteliti (Nursalam, 2016). Besar sampel adalah

banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang

menderita asam urat di Desa Awar – Awar Kecamatan Asembagus


kabupaten Situbondo sebanyak 32 orang. Besar sampel yang akan

diteliti menggunakan rumus berdasarkan Nursalam (2015) yaitu :

N
n = -----------
1 + N (d²)

Keterangan : n = jumlah sampel

N = besar polulasi

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)

Berdasarkan rumus diatas maka perhitungan sampelnya adalah :

35
n = ------------------
1 + 35(0,05²)
35
= ---------
1,0875

= 32 responden

Berdasarkan rumus diatas maka sampel yang digunakan sebanyak

32 responden.

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang

menderita asam urat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Adapun kriteria inklusi dan kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2016).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Lansia yang tinggal di Desa Awar-Awar


2) Dapat berkomunikasi dengan baik

3) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena adanya

penyakit yang mengganggu, hambatan etis dan subjek menolak

berpartisipasi (Nursalam, 2016).

Kriteria ekslusinya dalam penelitian ini adalah :

1) Lansia yang sedang sakit, seperti stroke dan lumpuh atau

keterbatasan dalam gerak

2) Lansia yang mengalami penurunan daya ingat

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampling

Sampling merupakan teknik atau cara tertentu dalam proses

pengambilan sampel peneitian sehingga sampel tersebut bisa

mewakili dari populasinya (Hidayat, 2017). Pengambilan sampel

menggunakan teknik “accidental sampling”.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2016). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah faktor penyebab asam

urat pada lansia di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus Situbondo.

4.4.1 Variabel Independen (Bebas)


Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini variabel

independen yang digunakan adalah faktor penyebab asam urat.

4.4.2 Variabel Dependen (Tergantung)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan variabel

lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Kejadian Asam Urat Pada Lansia.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Edi Sukisman desa Awar-Awar

Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo

4.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan antara bulan Juli – Agustus 2021.

4.6 Definisi Operasional

Tabel 4.5.1 Definisi Operasional Variabel Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya

Asam Urat pada Lansia di Desa Awar – Awar Kecamatan Asembagus Kabupaten

Situbondo

No Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala


Skor
Data

1. Usia Usia adalah : masa - Young old Lembar Nominal


antara lahir hingga (usia 60-69 Kuesioner
waktu kini sampai usia tahun)
lanjut, dari suatu - Middle age
proses kehidupan yang old (usia 70-
ditandai dengan 79 tahun)
penurunan kemampuan - Old-old (usia
tubuh untuk 80-89 tahun)
beradaptasi dengan - Very old-old
lingkungan sekitar. (usia 90 tahun
ke atas)

2 Tingkat Tingkat pengetahuan Pengetahuan Lembar Ordinal 1. benar=1


pengetahu adalah : Pengetahuan Lansia tentang : Kuesioner
an seseorang diperoleh 1.Pengertian 2. salah=0
melalui penglihatan dan asam urat
pendengaran. 2.Penyebab asam Kategori :
Pengetahuan urat
merupakan dasar untuk 3.Tanda dan 1.
terbentuknya tindakan gejala Tinggi=>75%
seseorang 4.Pencegahan
asam urat 2.Sedang=60-
5.Penatalaksanan 75%
asam urat
3.Rendah=<60
%

3 Nutrisi Sikap respon lansia Sikap lansia Lembar Nominal


dalam memenuhi mengenai : Kuesioner 1. ya = 1
kebutuhan nutrisi yang 1. Pandangan
disertai kecenderungan terhadap 2. tidak = 0
untuk bertindak makanan
bernutrisi
Kategori :
2. Kesadaran
dalam
mengkonsumsi 1. Baik =6-10
makanan
bernutrisi 2. Kurang=0-5
3. Cara memilih
dan mengatur
pola makan

4.7Prosedur Penelitian

4.7.1 Prosedur Administratif

Mendapatkan surat izin penelitian dari Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Hafshawaty Jurusan S1 Keperawatan Genggong


Probolinggo, Kemudian peneliti mengajukan permohonan izin

penelitian kepada Klinik Praktek Keperawatan Edi Sukisman di Desa

Awar-Awar kabupaten Situbondo.

4.7.2 Pelaksanaan penelitian

Peneliti mendata responden yang masuk dalam kriteria inklusi

kemudian memberikan informed consent pada yang setuju menjadi

responden untuk menandatangani.

Melakukan pengambilan data. Dalam hal ini peneliti

menyebarkan kuesioner pada responden untuk di isi oleh responden.

4.8 Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan

penelitian pada institusi pendidikan. Kemudian setelah permohonan izin

telah diperoleh, peneliti mengajukan surat permohonan penelitian ke Desa

Awar - Awar. Setelah mendapat izin penelitian maka peneliti melaksanakan

pengumpulan data.

Pada saat pengumpulan data, peneliti menentukan calon responden

sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah

menemukan calon responden yang telah memenuhi kriteria maka calon

responden diambil menjadi subyek penelitian. Selanjutnya, peneliti

menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner.

Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan (informed consent). Kemudian responden diminta untuk

menjawab pernyataan-pernyataan kuesioner yang diberikan oleh peneliti

dengan menggunakan metode wawancara. Metode wawancara dipilih


karena beberapa hal, antara lain waktu mengantre yang singkat, responden

yang sudah lanjut usia dan mengalami masalah penglihatan, responden

sedang kurang sehat, responden malas membaca dan mengisi kuesioner

secara langsung, dan keinginan responden untuk cepat pulang. Kuesioner

yang telah selesai dijawab diperiksa kelengkapannya sehingga data yang

diperoleh terpenuhi untuk dianalisa.

4.8.1 Tekhnik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu hal yang penting agar data

yang disajikan dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan

tujuan yang diinginkan. Menurut Sugiyono ( 2017), proses

pengolahan data ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Proses editing adalah kegiatan memeriksa data yang

dihasilkan dari proses penelitian. Termasuk dalam editing adalah

memeriksa validitas data yang telah diperoleh, dalam hal ini

adalah hasil dari lembar observasi. Peneliti melakukan

pengecekan kembali pada lembar data identitas responden dan

lembar evaluasi aspek pengetahuan dan nutrisi pada penyebab

asam urat apakah sudah terisi lengkap atau belum.

2. Coding

Memberikan kode pada tiap lembar data identitas responden

dengan berupa nomor dan memberikan kode pada identitas

responden. Setiap lembar data identitas responden diberikan kode


sesuai urutan responden. Nomor responden 01 di beri kode 1,

nomor responden 02 diberi kode 2 dan selanjutnya. Peneliti juga

melakukan coding pada lembar observasi aspek tingkat

pengetahuan dan nutrisi.

4 Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item

yang perlu diberikan penilaian atau skor.

a. Pemberian nilai untuk variabel tingkat pengetahuan :

Nilai 1 jika responden menjawab “BENAR” dan nilai 0 jika

responden menjawab “SALAH”

b. Pemberian nilai terhadap faktor nutrisi :

Nilai 1 jika responden menjawab “YA” dan nilai 0 jika responden

menjawab “TIDAK”.

5. Tabulating

Tabulating adalah tahapan olah data terakhir sebelum masuk

dalam bentuk angka yang disusun dalam kolom dan baris dengan

tujuan untuk menujukkan frekuensi kejadian dalam kategori yang

berbeda. Untuk variabel independen yaitu usia, nutrisi, tingkat

pengetahuan baik = 6-10 dan kurang baik = 0-5.

4.9 Analisis Data

Analisa data dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari


seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Hidayat, 2017). Pada penelitian

ini menggunakan sistem komputer yaitu SPSS dalam penghitungannya.

Adapun analisa data dalam penelitian ini yaitu :

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisis yang menggambarkan karakteristik

setiap variabel. Analisa univariat akan tersaji dalam bentuk distribusi

frekuensi (Hidayat, 2017). Peneliti melakukan Analisa univariat untuk

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, yaitu faktor

penyebab asam urat dan terjadinya asam urat pada lansia.

1. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui

keterkaitan dua variabel (Hidayat, 2017). Yaitu kejadian asam urat pada

lansia di Desa Awar – Awar

4.10 Etika Penelitian

Untuk menentukan standart atau kriteria pengambilan keputusan

persetujuan kelayakan etik atas usulan protokol penelitian yang melibatkan

manusia sebagai subyek penelitian maka Komisi Etik Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Nasional (KEPPKN) menerapkan 7 standart

universal yang harus dipenuhi dalam sebuah protokol penelitian, berikut

hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian (KEPPKN,

2017) :

1. Nilai sosial atau nilai klinis


Parameter nilai sosial adalah adanya keterbaruan fenomena (novelly)

dan upaya mendisenminasikan hasil (KEPPKN, 2017).

Peneliti memiliki nilai keterbaruan karena informasi yang didapatkan valid

dari jurnal dan buku terbaru, reveransi dengan masalah yag sedang

menjadi fenomena kesehatan.

2. Nilai ilmiah

Suatu penelitian dpat diterima secara etis apabila berdasarkan pada

metode ilmiah yang valid (KEPPKN, 2017).

Penelitian ini dilengkapi dengan desain penelitian yang jelas,

memberikan informasi yang valid dan dapat berkontribusi dalam

penciptaan atau evaluasi intervensi karena di dasarkan pada penelitian-

penelitian terbaru sebelumnya.

3. Pemerataan Beban dan Manfaat

Penelitian dapat diterima secara etik apabila telah maminimasir dampak

negative yang mungkin terjadi dan manfaat dari penelitian lebih besar

dibandingkan risiko yang ditimbulkan (KEPPKN,2017). Dalam penentuan

subyek penelitian harus didasarkan oleh pertimbangan ilmiah,

kekhususan subyek dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Prinsip keadilan menjamin bahwa semaua subyek penelitian

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa membedakan

gender, agama, etnis, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Penelitian

tidak membeda-bedakan antara responden satu dengan yang lainnya.

4. Potensi Risiko dan Manfaat

Hampir semua penelitian mengikutsertakan subyek manusia yang akan

memberikan beberapa konsekuensi misalnya risiko ketidaknyamanan,


pengorbanan waktu atau biaya maka diperlukan beberapa manfaat untuk

keseimbangan penelitian (KEPPKN, 2017). Sebuah penelitian harus

memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat terutama bagi

responden penelitian, maka peneliti hendaknya mengurangi risiko atau

dampak negative yang merugikan responden seperti kejadian stuting dan

lain sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

5. Kerahasiaan (confidentiality) atau Privasi

Kerahasiaan adalah hak responden untuk tetap menjaga privasi terkait

informasi dirinya yang didapat selama penelitian berlangsung

(Notostmodjo, 2012). Hanya kelompok data tertentu saja yang disajikan

dalam laporan penelitian. Peneliti tidak dibenarkan untuk menyampaikan

informasi kepada pihak lain diluar kepentingan pencapaian tujuan

penelitian. Peneliti juga menggunakan anonym (tanpa nama) untuk

merahasikan identitas responden dan diganti dengan memberikan tanda

atau kode pada lembar pengumpulan data.

6. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) atau Informed consent (IC)

Informed consent merupakan lembar keputudan responden untuk

mengikuti atau menolak rangkain prosedur atau tindakan yang akan

dilakukan pada dirinya. Keputusan responden terhadap tindakan yang

akan dilakukan didasari engan informasi yang telah diberikan terlebih

dahulu mengenai risiko potensial, keuntungan dan alternative yang lain

yang dapat terjadi selama tindakan berlangsung (Notoatmodjo, 2012).

Peneliti juga menjelaskan kontrak waktu dengan responden lalu pasien

dipersilahkan untuk menandatangani concent dan peneliti tidak


memaksakan pasien untuk bersedia menjadi responden dalam

penelitian.

7. Bujukkan (Incudements)

Penelitian harus dihindari dari kecurigaan atas klaim adanya “eksploitatif”

terhadap subyek yang terkait dengan aspek manfaat dn bahaya (benefit

and harm) kerentanan (vulnerability) dan persetujuan (concent). Secara

etis penelitian dapat diterima apabila peneliti mengganti biaya apapun

untuk individu yang berhubungan dengan keikutsertaan dalam penelitian,

termasuk biaya transport, pengasuhan anak (child care), kehilangan

penghasilan saat mengikuti peneitian dan mengganti waktu yang dipakai

saat mengikuti penelitian (KEPPKN, 2017).

4.11 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan penelitian memaparkan hal-hal atau variabel yang

sebenarnya tercakup di dalam lingkup penelitian tapi dikarenakan

kesulitan-kesulitan metodologis atau prossedural tertentu sehingga tidak

dapat dicakup di dalam penelitian dan diluar kendali peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Nasir, 2017. Gambaran asam urat pada lansia di Wilayah Kampung
Selangor Kota Makasar. Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 8,
November 2017. E-ISSN:2621-9557, p-ISSN:2057-1333.

Ida Ayu Made Sri Arjani dkk, 2018. Gambaran asam urat dan tingkat
pengetahuan lansia di Desa Samsam kecamatan Kerambitan
Kabupaten Tabanan. Meditery/ISSN Online:2549-1520, ISSN
cetak :2338-1159, vol.6, No.1, Juni 2018

Ridhyalla Afnuhazi, 2019. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gout


pada lansia. E-ISSN:2528-66510; volume 4; no.1 (Februari, 2019)
34-41

KEMENKES RI, 2020. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Timur. Dinas Kesehatan
Kabupaten Situbondo. Jl. PB. Sudirman no. 14 Situbondo

Jumiyati Tetes Wahyu Widtradharma, 2020. Faktor-faktor yang mempengaruhi


kejadian hiperuremia pada suku Rejang di Losa Bengkulu.
Sanitasi : Jurnal, tehnologi dan Seni Kesehatan. ISSN:1978-8843
(PRINT)/2615-8647 (online) vol.11(1), 2020 : 53-64

Tria Febrianti, dkk, 2020. Hubungan kemampuan pngetahuan diet rendah purin
dengan kadar asam urat. Ners LENTERA, vol. 8, no.1, Maret 2020

Eni Anggraini dkk, 2018. Faktor-faktor yang berhubungan degan kejadian gout
arthritis masyarakat Melayu. JOM FKP, VOL 5 NO. 2 (Juli-Des)
2018

Dianati, Nur Amalina. 2015. Gout And Hyperuricemia. Faculty of Medicine,


University of Lampung

Arjani, Ida Ayu Made Sri, Nyoman Mastra, I Wayan Merta. 2018. Gambaran
Kadar Asam Urat Dan Tingkat Pengetahuan Lansia Di Desa
Samsam Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Jurusan
Analis kesehatan Poltekkes Denpasar. Cetak : 2338 – 1159, Vol.
6, No. 1, Juni 2018 Hlm. 46 – 55, http://ejournal.poltekkes-
denpasar.ac.id /index.php/M
Rotharnada, putu gede. 2015. Kadar Asam Urat Serum Rendah Meningkatkan
Risiko Gangguan Fungsi Kognitif Pada Usia Lanjut. Universitas
Udayana Denpasar

Nursalam, 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Edisi 4., Jakarta : Salemba Medika

http://eprints.umm.ac.id,jiptummpp-gdl-ifirlanahe-47575-3-babi
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan

manfaat penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya

Asam Urat Pada Lansia di Desa Awar-Awar Kecamatan Asembagus Kabupaten

Situbondo”.

Saya mengerti bahwa saya akan diminta mengisi kuesioner dan

menjawab tentang perasaan dan harapan saya, yang membutuhkan waktu 15 –

20 menit. Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi pada penelitian ini tidak

ada. Apabila ada pertanyaan yang memberikan respon emosional maka

penelitian akan dihentikan dan peneiti akan memberikan dukungan.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data akan dirahasikan ini akan

dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan ditulis pada instrument

penelitian dan akan disimpan dengan sebaik-baiknya.

Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam

penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian ini setiap saat tanpa adanya

sanksi atau kehilangan hak-hak saya.

Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau

mengenai peran serta saya dalam penelitian dan telah mendapatkan keterangan

dari peneliti dengan memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia

menjadi responden penelitian dengan menandatangani Surat keterangan

menjadi responden penelitian.


Probolinggo,......Juli 2021

Peneliti Responden

(Yantik) (........................)
Saksi I Saksi II
(.........................) (.........................)
PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN IMFORMED

CONCENT

Yang bertanda tangan dibawah ini : Yantik

NIM : 14201.12,20137

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data

penetian sesuai denga yang disetujui pembimbing, dan telah memperoleh

pernyataan kesediaan dan persetujuan responden sebagai sumber data.

Probolinggo, Juli 2021

Mengetahui,

Tim Etikan Penelitian Yang membuat pernyataan,

(,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,) (Yantik)
PENGANTAR KUESIONER PENGANTAR KUESIONER

Judul Penelitian : Analisis Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Asam

Urat Pada Lansia di Desa Awar-Awar Kecamatan

Asembagus Kabupaten Situbondo

Peneliti : Yantik

Pembimbing : 1) Ro’isah, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes

2) Alwin Widhiyanto, S.Kep.Ns., M.Kes

Responden yang terhormat,

Saya adalah mahasiswa semester……pada jurusan ilmu keperawatan

STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Dalam rangka

menyelesaikan tugas skripsi saya bermaksud mengadakan penelitian dengan

judul “ Analisis Faktor-faktor Penyebab terjadinya asam urat pada lansia di Desa

Awar-Awar Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo”.

Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memberi manfaat yang luas,

baik bagi institusi, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.

Apabila saudara bersedia untuk menjadi responden saya, silahkan

menandatangani persetujuan untuk menjadi obyek penelitian.

Atas kesediaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.


Probolinggo, Juli 2021

Mengetahui,

Pembimbing I/II Peneliti

(…………………) (Yantik)

MAPING JURNAL

No. Nama/tahun Judul Publis Variabel Hasil


1. Mohammad Gambaran asam urat http:// Kadar asam Nilai rata-rata kadar asam
Nasir/2017 pada lansia di wilayah journal.polte urat, jenis urat pada pria lansia tinggi
Kampung Selayar kkes.mks.ac. kelamin yaitu 7,73 mg/dl
Kota Makasar id/ojs2/ dibandingkan dengan
indexphp/ perempuan yaitu 7,24 mg/dl
mediaanalis
2. Nurhamidah Faktor-faktor yang Asam urat, Asupan purin berhubungan
dan Selpi berhubungan dengan hiip:// Vitamin c, dengan kejadian asam urat,
Nafiari/2015 kejadian asam urat jurnal.stikesp tekanan darah, sedangkan asupan vitamin
pada pasien rawat erintis.ac.id aktifitas fisik, c, cairan & status gizi,
jalan di rumah sakit status gizi obesitas berhubungan
stroke nasional Bukit dengan kejadian asam
Tinggi 2015 urat .

3. Ridhyalla Faktor-faktor yang Gout, jenis Faktor-faktor yang


Alnuhazi/ berhubungan dengan https:// kelamin, berhubungan dengan
2019 kejadain Out pada www.researc obesitas, kejadian asam urat pada
lansia hgate.net hipertensi lansia adalah jenis kelamin
dan obesitas.

4. Ida Ayu Made GAmbaran kedar Kadar Asam Sebanyak 80% responden
Sari Anjani, asam urat dan tingkat http:// urat, tingkat memiliki asam urat tinggi,
Nyoman pengetahuan lansia di ejournal.polt pengetahuan 9% responden gula darah
Mastra, I Desa Samsam ekkes- tinggi, dan 61% responden
Wayan Kecamatan Kerawitan Denpasar.ac memiliki pengetahuan.
Merta/2017 Kabupaten Tabanan. .id/index-
php/M

5. Aniska M.G. Penatalaksanaan Atrtitis gout, Pengetahuan yang cukup


Songgigilan, artritis dan hipertensi kedokteran mengenai penyakit
Inneke pada lansia 70 tahun http:// keluarga penurunan tekanan darah
Rumengan, dengan pendekatan joke.kedokte dan kadar asam urat wanita
Rina kedokteran keluarga ran, usia lanjut menjadi faktor
Kundre/2019 unila.ac.id utama terjadinya gout dan
hipertensi diperberat
denagn pola makan tinggi
purin, riwayat keluarga
dengan hipertensi, dan
stroke.

6. Abdul Malik Hubungan peran Independen : Ada hubungan peran


Karim keluarga dengan peran keluarga keluarga dengan perilaku
Amrullah/2017 perilaku pencegahan pencegahan peningkatan
peningkatan asam http:// Dependen : kadar asanm urat pada
urat pada lansia repo.stikesic perilaku lansia di Dusun Canggon
me-jbg.ac.id pencegahan Desa Ngadirejo Kabupaten
peningkatan Jombang.
kadar asam
urat pada
lansia

7. Tria Febiyanti, Hubungan Asam urat, Sebagian besar memiliki


dkk/2020 kemampuan kemampuan diet purin buruk 89,6%, dan
pengaturan diet diet lansia memiliki diet rendah purin
rendah purin engan http:// baik 10,4%
kadar asam urat jurnal.Wina.a
c.id
8. Tiara Penatalaksanaan Artritis gout, Pengetahuan yang cukup
Anggraeni, artritis gaout dan kedokteran mengenai penyakit,
Diah Iis hipertensi pada lansia keluarga penurunan tekanan darah
Anggraeni/201 70 tahun dengan dan kadar asam urat wanita
6 pendekatan http:// usia lanjut terjadi factor
kedokteran keluarga joke.kedokte utama terjadinya gout dan
ran,unila.ac.i hipertensi diperberat
d dengan pola makan tinggi
purin dan keturunan
keluarga dengan hipertensi
dan stroke.

9. Ellin Puji Pengaruh pemberian Variabel bebas Ada pengaruh pemberian


Aprilia/2018 air rebusan daun : air rebusan saun salam
salam terhadap Pemberian air terhadap penurunan kedar
penurunan kadar rebusan daun asam urat di posyandu
asam urat pada salam lansia desa Sepanyul
lansia http:// kecamatan Gudo Jombang
repo.stikesic Variabel terikat
me-jbg.ac.id :
Penurunan
kadar asam
urat pada
lansia

10. Jilli Priskila Hubungan antara Umur, jenis Terdapat hubungan antara
Liosa, umur, jenis kelamin, kelamin, IMT, umur dengan kadar asam
dkk/2015 dan IMT dengan kadar asam urat darah pada masyarakat
kadar asam urat urat yang datang berkunjung di
darah pada Puskesmas Paniki Bawah
masyarakat yang https:// Kota Manado
datang berkunjung di fkm.unsrat.a
Puskesmas Paniki c.id Terdapat hubungan antara
Bawah Kota Manado jenis kelamin dengan kadar
asam urat pada masyarakat
yang datang berkunjung di
Puskemsam Paniki Bawah
Kota Manado

Terdapat hubungan antara


IMT dengan kadar asam
urat darah pada masyarakat
yang dating berkunjung di
Puskesmas Paniki Bawah
Kota Manado
KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASAM URAT

PADA LANSIA DI DESA AWAR-AWAR

KECAMATAN ASEMBAGUS

KABUPATEN SITUBONDO

A. Karakteristik Responden
Kode :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :

B. Aspek Tingkat Pengetahuan


Jawablah dengan memberikan tanda ceklist ( ) pada kotak pilihan anda

Pertanyaan

No PERTANYAAN BENAR SALAH

1. Asam urat adalah penyakit yang disebabkan karena


mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak

2. Gejala asam urat antara lain kesemutan, linu dan nyeri


persendian

3. Asam urat termasuk penyakit menular

4. Yang sering mengalami penyakit asam urat adalah laki-laki


dewasa
5. Tidak perlu memantang makanan yang dikonsumsi

6. Penyakit asam urat boleh dipijat pada waktu asam urat


kambuh

7. Seseorang dengan berat badan berlebih (gemuk)


cenderung beresiko terkena asam urat

8. Olah raga yang teratur dapat memperbaiki kondisi


kekuatan dan kelenturan sendi

9. Kadar asam urat normal adalah 3,5 – 7 mg/dl

10. Asam urat yang tinggi dapat merusak organ tubuh


terutama ginjal

C. Aspek Pola makan/Nutrisi

No. PERTANYAAN Ya Tidak

1. Apakah anda mengkonsumsi makanan pokok 3 kali sehari?

2. Apakah jadwal makan anda tepat waktu dalam sebulan?

3. Apakah anda sering mengkonsumsi sayur dan buah setiap


hari?

4. Apakah anda sering mengkonsumsi sarapan sebelum


beraktifitas sehari-hari?

5. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang


berlemak?

6. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan siap saji?

7. Apakah anda sering mengkonsumsi daging, hati, dan sea


food?

8. Apakah anda sering mengkonsumsi minuman yang


bersoda?

9. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan


ringan/snack?

10. Apakah anda sering mengkonsumsi gula?

Anda mungkin juga menyukai