Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA

PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN ARJASA


KABUPATEN SITUBONDO

SKRIPSI

oleh
Rizky Dewanda
NIM 172310101160

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA
PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN ARJASA
KABUPATEN SITUBONDO

SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Keperawatan (S1) dan mencapai gelar
Sarjana Keperawatan
oleh

Rizky Dewanda
NIM 172310101160

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia pada ibu hamil yang tidak ditangani dengan benar dapat
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi yang berbahaya, seperti persalinan
prematur. Selain itu, anemia juga dapat meningkatkan risiko berat badan lahir
rendah pada bayi. Pada sisi ibu, anemia dapat meningkatkan risiko depresi
pasca persalinan dan kematian ibu pasca persalinan . Ibu hamil memerlukan
lebih banyak sel darah untuk mendukung perkembangan janin. Anemia pada
ibu hamil dapat menyebabkan kebutuhan ini tidak mencukupi, sehingga
oksigen yang disalurkan pada jaringan tubuh dan janin menjadi terbatas. Yang
perlu dicermati adalah, kadang-kadang gejala anemia pada ibu hamil juga
tampak mirip dengan gejala kehamilan yang umumnya dialami. Apalagi
anemia ringan mungkin tidak menimbulkan gejala yang jelas.
Ibu hamil memerlukan 27 miligram zat besi per hari. Untuk mengatasi
anemia pada ibu hamil dapat dengan melakukan beberapa cara berikut:
Mengkonsumsi suplemen zat besi Suplemen zat besi yang umum diberikan
adalah ferrous sulphate, yang dikonsumsi 2-3 kali per hari. Namun, sebagian
orang mengalami efek samping dari konsumsi suplemen zat besi ini, seperti
sakit perut, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati, mual, atau tinja yang
berwarna gelap. Menambah asupan makanan mengandung zat besi merupakan
salah satu cara menangani dan mencegah anemia pada ibu hamil. Konsumsi
makanan dengan gizi seimbang, kemudian tambahkan minimal tiga porsi
makanan kaya zat besi, termasuk salah satunya adalah buah naga merah.
Contoh makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain: Ikan, daging
merah, ayam. Sayur berwarna hijau gelap. Kacang-kacangan dan biji-bijian.
Sereal yang sudah difortifikasi zat besi. Telur dan tahu. Memenuhi kebutuhan
vitamin C Agar tubuh dapat menyerap zat besi dengan maksimal, diperlukan
juga vitamin C, yang dapat ditemukan dalam jeruk, stroberi, kiwi, dan tomat.
Kombinasikan makanan yang mengandung tinggi zat besi dan tinggi vitamin
C, untuk asupan optimal.
Indonesia memiliki angka anemia ibu hamil sebesar 33,7% dan hampir
sama antara bumil di perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%) dan
setengahnya disebabkan karena kekurangan zat besi. Anemia ibu hamil
dapat menyebabkan kematian ibu secara tidak langsung sebesar 51,5%,
berdasarkandata Riskesdas 2013 perdarahan adalah penyebab utama kematian
ibu yaitu sebanyak 30.3% (RISKESDAS, 2018). Rata-rata prevalensi anemia
di Provinsi Jawa Timur sebesar 5,8%. Rata-rata prevalensi anemia di Provinsi
Jawa Timur tersebut masih dibawah target Nasional yaitu sebesar 28%
(RPJMN 2015-2019).
Dampak langsung anemia yang dialami oleh ibu hamil pada saat ibu
bersalin adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan merupakan penyebab
langsung kematian ibu dan anemia merupakan faktor risiko terjadinya
perdarahan.(Cristianti DF, 2019). Penyebab anemia terbanyak pada ibu hamil
yang mengalami status gizi rendah berdasarkan ukuran LILA dan ekonomi
menengah ke bawah. Faktor sosial ekonomi seperti pemilikan rumah berperan
dalam asupan zat besi. Hal ini sesuai dengan penelitian Suhaeti bahwa ibu
hamil dengan status gizi KEK berisiko 3 kali lipat lebih berisiko untuk terkena
anemia ibu hamil daripada ibu hamil yang tidak KEK. Perdarahan karena
anemia menjadi faktor penyebab utama dalam kematian ibuyaitu sebesar
31,25% (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017). Penyebab anemia pada ibu
hamil dapat banyak disebabkan oleh berbagai faktor, beberapa faktor yang
mempengaruhi anemia kehamilan yaitu umur ibu, paritas, jarak kehamilan,
pendidikan, frekuensi Antenatal Care, kepatuhan ibu mengonsumsi tablet besi,
infeksi dan penyakit, pengetahuan dan kurang energi kronis (KEK).
Survey anemia di kota Situbondo yang telah dilaksanakan pada bulan
oktober didapatkan hasil bahwa 89,7% ibu hamil yang termasuk dalam
responden survey anemia mengalami anemia dan 10,3% lainnya normal.
(DINKES, 2019). Pada ibu hamil di Kecamatan Arjasa sebanyak 598
sedangkan yang mengalami anemia sebanyak 445 (74,4%). (DINKES, 2019).
Anemia pada kehamilan yang ditemukan paling sering adalah karena
kekurangan zat besi, hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam
makanan yang disebabkan karena adanya gangguan penyerapan, gangguan
pencernaan atau perdarahan. Anemia merupakan kondisi penurunan jumlah
dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai
normal, dan berdampak dengan terjadinya gangguan kapasitas darah dalam
mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Anemia yang terjadi pada ibu yang
sedang hamil sangat terkait dengan angka kematian ibu dan bayi, termasuk
resiko keguguran, kematian saat lahir, dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
(Susaldi, 2019).
Faktor utama yang menyebabkan ibu hamil mengalami anemia pada
Kecamatan Arjasa antara lain kekurangan zat besi ketika hamil merupakan
salah satu penyebab anemia pada ibu hamil. Jika seorang wanita kekurangan
asupan zat besi, besar kemungkinan masa kehamilan akan berjalan tidak
normal. Untuk itu, makanan yang mengandung zat besi harus banyak
dikonsumsi wanita untuk terhindar dari penyakit ini. Pasalnya, zat besi sangat
diperlukan oleh tubuh untuk pembentukkan sel darah merah yang membawa
oksigen ke seluruh tubuh. Padahal, ibu hamil membutuhkan zat besi ekstra
sebanyak 14,8 mg per hari. Contoh makanan yang mengandung zat besi
adalah bayam, daging sapi, kacang merah, tomat, tiram, dan banyak lainnya
Ibu hamil yang mengalami anemia jika ditemukan kadar Hb <110 g/l
selama masa kehamilan. Dampak anemia kehamilan bagi ibu jika kadar
hemoglobin kurang dari 6 g/dl, dan tergolong anemia berat maka dapat
menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin. Anemia berat
menunjukkan gejala jantung berdebar, takikardia, sesak napas, dekompensasi
kordis dan gagal jantung yang mungkin berakibat fatal. (Pujiastutik Y E, dkk,
2019).
Dampak dan banyaknya kasus anemia pada ibu hamil di wilayah Jawa
timur khususnya di kecamatan Arjasa. Maka dari itu perlu peran perawat
sebagai konselor dan educator tentang asupan bahan makanan bergizi yang
seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Analisis Faktor yang Mempengaruhi dengan anemia ibu hamil di
Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah
penulis dalam penelitian ini adalah: Bagaimana menganalisa hubungan antara
faktor-faktor yang mempengaruhi dengan anemia ibu hamil di Kecamatan Arjasa
Kabupaten Situbondo?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi anemia pada ibu hamil di Kecamatan Arjasa Kabupaten
Situbondo?
1.3.2 Tujuan khusus
a. Menganalisa hubungan faktor umur ibu hamil dengan anemia
kehamilan.
b. Menganalisa hubungan faktor umur kehamilan dengan anemia
kehamilan.
c. Menganalisa hubungan faktor kepatuhan Ibu mengkonsumsi tablet Fe
dengan anemia kehamilan.
d. Menganalisa hubungan faktor keteraturan pemeriksaan kehamilan
dengan anemia kehamilan.
e. Menganalisa hubungan faktor paritas dengan anemia kehamilan.
f. Menganalisa hubungan faktor status KEK (Kekurangan Energi Kroni
dengan anemia kehamilan.
g. Menganalisa hubungan faktor pekerjaan dengan anemia kehamilan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah
pengalaman peneliti dalam mengatasi dan mengetahui anemia pada ibu
hamil.
1.4.2 Bagi Teoritis
Diharapkan meningkatkan menambah bukti penelitian mengenai
faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil dan dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi Praktis
a. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi tempat kesehatan untuk meningkatkan upaya dalam
pencegahan anemia pada ibu hamil di Kecamatan Arjasa.
b. Bagi tenaga Kesehatan
Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan dan bahan evaluasi bagi tenaga kesehatan khususnya
perawat mengenai faktor-faktor dan upaya mengatasi anemia pada
ibu hamil.

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Variabel Penelitian Sebelumnya Penelitian Sekarang
Nama Peneliti Natiqotul Fatkhiyah Rizky Dewanda
Judul Faktor Risiko Kejadian Analisis faktor yang
Anemia Pada Ibu Hamil mempengaruhi anemia
(Studi Di Wilayah Kerja
pada ibu hamil di
Puskesmas Slawi
Kecamatan Arjasa
Kabupaten Tegal)
Kabupaten Situbondo
Tempat Penelitian Puskesmas Slawi Kecamatan Arjasa
Kabupaten Tegal Kabupaten Situbondo
Tahun 2018 2020
Variabel Dependen - -
Variabel
Anemia Ibu hamil Anemia Ibu hamil
Independen
Desain Penelitian Observasional dengan Observasional analitik
desain case control dengan desain cross
sectional
Teknik Sampling Uji Statistik Chi-Square Uji Statistik Chi-Square
BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Anemia


2.1.1 Pengertian Anemia
Anemia merupakan penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) yang
dalam darah. (WHO,2017). WHO dalam Almatsier, 2019 menetapkan
anemia pada ibu hamil terjadi antara 20% sampai 89% dengan
menentukan Hb 11 g/dl sebagai dasarnya. Anemia pada masa kehamilan
adalah masalah nasional yang menunjukkan nilai kesejahteraaan sosial
ekonomi masyarakat, dampaknya sangat besar terhadap kualitas sumber
daya manusia.
National Institute of Health (NIH) Dalam Fikawati, Syafiq, &
Veretamala, 2017 menyebutkan bahwa anemia terjadi ketika tubuh
tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup, Anemia adalah
suatu keadaan dimana jumlah kadar Hb (Hemoglobin), hematokrit, dan
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau dapat isebut juga
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah
kadar hemoglobin (Hb) dibawah batas normal. Beberapa gejala anemia
ditandai dengan sering lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang dan
wajah pucat. Gejala tersebut berpengaruh terhadap penurunan daya
tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit dan mengakibatkan
menurunnya aktivitas dan kurang konsentrasi.
Tabel 2.1 Kadar Hemoglobin (Hb) Sebagai Indikator Anemia
Kelompok Umur/ Jenis Kelamin Kadar Hemoglobin (g/dl)
Anak 6 bulan - 2 tahun <11,0
Anak 5 - 11 tahun <11,5
Anak 12 - 14 tahun <12,0
Pria dewasa <13,0
Wanita tidak hamil <12,0
Ibu hamil <11,0
Sumber: WHO, 2017
2.1.2 Faktor resiko Anemia
Penyebab anemia pada suatu populasi dapat melibatkan interaksi
kompleks dari faktor sosial, politik, ekologi, dan biologi. PenelitianPala
K dan Dundar N di Turki menunjukkan bahwa faktor lama menstruasi
berhubungan dengan kejadian anemia. Kondisi sosial ekonomi rumah
tangga juga berkaitan dengan kejadian anemia, beberapa penelitian
menunjukkan kejadian anemia cenderung lebih tinggi pada rumah tangga
miskin. Anemia kekurangan zat besi disebabkan oleh kurangnya
mengkonsumsi sumber makanan hewani, yang merupakan salah satu
sumber zat besi yang mudah diserap oleh tubuh (heme iron), sedangkan
bahan makanan nabati (non-heme iron) adalah zat besi yang tinggi
tnamun sulit untuk diserap oleh tubuh sehingga diperlukan porsi yang
besar untuk mencuckupi kebutuhan zat besi harian.
Faktor penyebab lain yang dapat mempengaruhi anemia defisiensi
besi antara lain pola menstruasi pada wanita, pengetahuan tentang
anemia dan status gizi. Menurut hasil penelitian di Meksiko, kelebihan
berat badan juga merupakan faktor risiko anemia yang dapat
meningkatkan risiko lebih besar pada wanita dan anak-anak.

2.1.3 Etiologi
Penyebab anemia menurut Sudoyo dkk dalam penelitian Indartanti
dan Apoina (2016) antara lain karena gangguan pembentukan eritrosit
oleh sumsum tulang belakang, kehilangan darah (perdarahan), proses
penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis),
kurangnya konsumsi zat besi, vitamin C, vitamin B12, dan asam folat.
Agragawal S dalam Mahmudah 2016, menyebutkan bahwa, penyebab
utama anemia adalah masalah gizi dan infeksi. Masalah gizi yang
berkaitan dengan anemia adalah kekurangan zat besi. Hal tini disebabkan
karena mengkonsumsi makanan yang hanya satu jenis atau tidak
bervariasi serta mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat yang dapat
menghambat penyerapan zat besi (phytates) sehingga zat besi tidak
dapat diserap oleh tubuh. Kekurangan zat besi juga dapat diperburuk
oleh status gizi yang buruk, terutama yang berkaitan dengan kekurangan
asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola konsumsi sumber
penghambat penyerapan zat besi (inhibitor) dapat berpengaruh terhadap
status anemia. Makanan yang mengandung zat penghambat zat besi
(inhibitor) atau yang mengandung tanin dan oksalat adalah kacang-
kacangan, pisang, bayam, kopi, teh, dan coklat.

2.2 Anemia dalam Kehamilan

2.2.1 Pengertian Anemia dalam Kehamilan


Kehamilan didefinisikan sebagai peristiwa yang terjadi pada seorang
wanita, dimulai dari proses fertilisasi (konsepsi) sampai kelahiran bayi.
Masa kehamilan dimulai dari periode akhir menstruasi sampai kelahiran
bayi, sekitar 266-280 hari atau 37-40 minggu, yang terdiri dari tiga
trimester. Periode perkembangan kehamilan terdiri dari tiga tahap. Tahap
pertama, perkembangan zigot, yaitu pembentukan sel, pembelahan sel
menjadi blastosit, dan implantasi. Tahap kedua, perkembangan embrio,
yaitu dari diferensiasi sampai organogenesis. Tahap ketiga,
perkembangan fetus (janin) atau pertumbuhan bakal bayi (Hardinsyah
dan Supariasa, 2017). Kehamilan dapat menyebabkan berbagai
perubahan seperti perubahan tubuh ibu dibandingkan sebelum hamil,
pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. Pertambahan berat
badan normal ibu hamil di Indonesia berkisar antara 10-12 kg. Tahapan
pertambahan berat badan adalah trimester I yaitu 1,1 kg, trimester II
yaitu 2,2 kg, dan trimester III yaitu 5,0 kg. Perubahan pada mekanisme
pengaturan dan fungsi organ-organ tubuh juga terjadi pada ibu hamil,
yaitu peningkatan aktivitas fisiologis, metabolik dan anatomis.
Perubahan fisiologis seperti perubahan hormon. Perubahan anatomis
mencakup peningkatan volume darah ibu, peningkatan ukuranuterus ibu,
pertambahan plasenta dan janin (Hardinsyah dan Supariasa, 2017)
Anemia pada masa kehamilan merupakan masalah kesehatan
masyarakat dan ekonomi utama di seluruh dunia dan berkontribusi
terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Anemia kehamilan juga
memiliki skala jangka pendek dan jauh yang mendalam untuk bayi
baru lahir. (Hardinsyah dan Supariasa, 2017)
Anemia merupakan penurunan jumlah sel darah merah atau
penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Kadar
hemoglobin kurang dari 12 gram/dl untuk wanita tidak hamil dan kurang
dari 11 gram/dl untuk wanita hamil. Anemia dalam kehamilan yang
ditandai dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester1 dan
3 atau.kadar <10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut yang
memiliki perbedaa dengan kondisi wanita tidak hamil adalah terjadi
karena hemodilusi, terutama pada trimester 2. (Hardinsyah dan
Supariasa, 2017)
2.2.2 Etiologi Anemia dalam Kehamilan
Anemia pada masa kehamilan disebabkan karena, antara lain
kehilangan darah yang banyak seperti pada saat menstruasi dan infeksi
parasit, kondisi seperti malaria dan HIV yang menyebabkan penurunan
konsentrasi hemoglobin (Hb) darah, dan kekurangan nutrisi
mikronutrien. Asupan yang rendah dan peyerapan zat besi yang buruk
terutama selama pertumbuhan dan kehamilan saat kebutuhan zat besi
lebih tinggi juga merupakan penyebab terjadinya anemia. Hardinsyah
dan Supariasa, 2017 juga memaparkan penyebab terjadinya anemia
karena konsumsi tablet Fe yang kurang.
Dari hasil penelitian Putri, 2015 mengenai Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Anemia Pada Kehamilan Usia Remaja adalah tingkat
kepatuhan minum tablet Fe, Pola Makan, dan keteraturan pemeriksaan
kehamilan.
2.2.3 Diagnosis Anemia dalam Kehamilan
Penegakan diagnosis anemia pada masa kehamilan dilakukan dengan
pemeriksaan. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, dan gejala mual muntah lebih hebat
pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dilakukan dengan
menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan dengan Sahli dapat
digolongkan sebagai berikut
1. Hb 11 g% : tidak anemia
2. Hb 9-10g% : anemia ringan
3. Hb 7-8% : anemia sedang
4. Hb <7g% : anemia berat.
Metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling
sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode
cyanmethemoglobin. Hasil pembacaan metode Sahli dipengaruhi
subjektivitas karena yang membandingkan warna adalah mata telanjang.
Di samping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman,penyinaran, dan
sebagainya dapat memengaruhi hasil pembacaan. Pemeriksaan di daerah
yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di
lapangan, metode Sahli ini masih memadai dan bila pemeriksanya telah
terlatih maka hasilnya dapat diandalkan.
Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin,
Prinsip pembacaan hasil sama dengan metode Sahli namun
menggunakan alat elektronik (fotometer) sehingga lebih objektif. Harga
fotometer saat ini masih cukup mahal sehingga belum semua
laboratorium memilikinya. Percobaan dengan metode Sahli masih
digunakan di samping metode cyanmethemoglobin yang lebih canggih
dan mahal.
2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Anemia pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan yang terjadi pada trimester pertama sampai
ketiga disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Umur ibu hamil
Anemia pada kehamilan berhubungan signifikan dengan
umur ibu hamil. Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu
yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang
diperlukan. Kurangnya asupan zat-zat gizi selama hamil terutama
pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun akan membuat
risiko terjadinya anemia lebih besar.
2. Umur Kehamilan
Umur kehamilan dihitung menggunakan Rumus Naegele, yaitu
jangka waktu dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sampai hari
dilakukan perhitungan umur kehamilan. Umurkehamilan dinyatakan
dalam minggu, kemudian dapat dikategorikan menjadi:
a. Trimester I : 0-12 minggu
b. Trimester II : 13-27 minggu
c. Trimester III : 28-40 minggu
Ibu hamil pada trimester pertama dua kali lebih mungkin untuk
mengalami anemia dibandingkan pada trimester kedua. Demikian
pula ibu hamil di trimester ketiga hampir tigakali lipat cenderung
mengalami anemia dibandingkan pada trimester kedua. Anemia pada
trimester pertama disebabkan karena kehilangan nafsu makan,
morning sickness dan dimulainya hemodilusi pada kehamilan 8
minggu. Sementara di trimester ke-3 disebabkan karena kebutuhan
nutrisi tinggi untuk pertumbuhan janin dan berbagi zat besi dalam
darah ke janin yang akan mengurangi cadangan zat besi dalam tubuh.
3. Kepatuhan Ibu Mengkonsumsi Tablet Fe
Pada penelitian Putri, 2016 menunjukkan hasil yang signifikan
kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,011 bahwa semakin patuh ibu hamil
mengkonsumsi tablet Fe semakin berkurang risiko mengalami
anemia dalam kehamilannya.
4. Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan
Pada penelitian Putri, 2016 menunjukkan hasil yang signifikan
sebagian ibu yang tidak teratur periksa ANC di posyandu mengalami
anemia yakni sebesar 73,2% dan tidak anemia 26,8%.
Hal ini menunjukkan jika semakin teratur ibu periksa ke
posyandu akan semakin kecil pula kemungkinan risiko terjadinya
anemia.
5. Paritas
Penelitian oleh Abriha et al (2014) menunjukkan bahwa ibu
dengan paritas dua atau lebih, berisiko 2,3 kali lebih besar mengalami
anemia daripada ibu dengan paritas kurang dari dua. Hal ini
dikarenakan wanita yang memiliki paritas tinggi umumnya dapat
meningkatkan kerentanan untuk perdarahan dan deplesi gizi ibu.
Kehamilan yang sehat, perubahan hormonal menyebabkan
peningkatan volume plasma yang dapat menyebabkan penurunan
kadar hemoglobin, namun tidak turun di bawah tingkat tertentu
(misalnya 11,0 g / dl). Keadaan tidak hamil dibandingkan dengan
keadaan hamil, setiap kehamilan meningkatkan risiko perdarahan
sebelum, selama, dan setelah melahirkan. Paritas yang lebih tinggi
meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Seorang wanita dengan
paritas tinggi memiliki ukuran jumlah anak yang besar yang berarti
tingginya tingkat berbagi makanan yang tersedia dan sumber daya
keluarga lainnya dapat mengganggu asupan nutrisi wanita hamil.
6. Status KEK (Kekurangan Energi Kronis)
Anemia memiliki risiko tinggi apabila terjadi pada ibu hamil
dengan Kurang Energi Kronis (LLA< 23,5 cm) dibandingkan dengan
ibu hamil yang bergizi baik. Hal tersebut disebabkan karena efek
negatif kekurangan energi protein dan kekurangan nutrisi
mikronutrien lainnya dalam gangguan bioavailabilitas dan
penyimpanan zat besi dan nutrisi hematopoietik lainnya (asam folat
dan vitamin B12)
7. Pekerjaan
Penelitian Obai et al (2016) tentang faktor yang berhubungan
dengan kejadia anemia pada ibu hamil yang melakukan ANC di
Rumah Sakit Daerah Gulu dan Hoima, Uganda menunjukkan bahwa
terdapat hubungan signifikan antara faktor pekerjaan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil. Ibu hamil yang menjadi ibu rumah tangga
merupakan faktor risiko anemia. Ibu rumah tangga hanya bergantung
pada pendapatan suami mereka dalam kaitannya dengan kebutuhan
finansial. Penelitian lain yaitu oleh Idowu et al (2005) tentang anemia
dalam kehamilan di Afrika menunjukkan hasil bahwa ibu hamil
yang tidak bekerja berhubungan signifikan dengan anemia karena ibu
hamil yang tidak bekerja tidak dapat melakukan kunjungan ANC
lebih awal dan kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi.
8. Pengaruh Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam masa kehamilan dapat menyebabkan abortus,
partus prematurus, partus lama, retensio plasenta, perdarahan
postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum maupun
postpartum. Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl
dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Dampak aemia terhadap
janin dapat menyebabkan terjadinya kematian janin intrauterin,
kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah
mendapat infeksi sampai kematian perinatal. Ibu hamil dengan kadar
Hemoglobin (Hb) <8 g/dL dikaitkan dengan peningkatan risiko berat
lahir rendah dan bayi kecil untuk usia kehamilan. Anemia defisiensi
besi selama kehamilan diketahui menjadi faktor risiko kelahiran
prematur, meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum dan
kematian perinatal. Anemia pada wnaita hamil meningkatkan risiko
kematian ibu dan anak dan memiliki konsekuensi negatif pada
kognitif dan fisik perkembangan anak dan produktivitas kerja.
Anemia pada kehamilan dikaitkan dengan hasil kehamilan yang
merugikan. Manifestasi klinisnya seperi pembatasan pertumbuhan
janin, persalinan prematur, berat lahir rendah, gangguan laktasi,
interaksi yang buruk ibu atau bayi, depresi post partum, dan
meningkatkan kematian janin dan neonatal.
2.3 Kerangka Konsep

Variabel Bebas
Variabel Terikat
Faktor yang Mempengaruhi
Anemia Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil
Umur ibu hamil
Umur Kehamilan Anemia : <11gr% Untuk
Kepatuhan Ibu Mengkonsumsi TM I dan III, <10,5 gr%
Tablet Fe Untuk TM II
Keteraturan Pemeriksaan
Kehamilan
Paritas Tidak Anemia : >11gr%
Status KEK (Kekurangan Energi Untuk TM I dan III, >10,5
Kroni gr% Untuk TM II
Pekerjaan

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.4 Hipotesa penelitian


Ada pengaruh faktor Umur ibu hamil, Umur Kehamilan, Kepatuhan Ibu
Mengkonsumsi Tablet Fe, Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan, Paritas,
Status KEK (Kekurangan Energi Kroni), Pekerjaan terhadap kejadian anemia
pada ibu hamil di Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo.

Anda mungkin juga menyukai