DEMAM THYPOID
Oleh :
Yantik
NIM. 14901.08.21154
1. Minggu pertama muncul tanda infeksi akut sepaerti demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak nyaman perut. Demam yang terjadi berpola seperti anak tangga
dengan suhu semakin tinggi dari hari ke hari. Lebih rendah pada pagi hari
dan tinggi pada sore hari.
4. Patofisiologi
Salmonella thyposa
Dimusnahkan
oleh asam Lambung Usus Halus
lambung
Aliran darah
Tukak Intoleransi
Kuman Merangsang Aktifitas Inflamasi
Tidak Difagosit
Difagosit ujung saraf
Perdarahan Ulkus Endotoksin
Perubahan nutrisi
Mati Nyeri perabaan kurang dari
Hati Kelenjar
LimpaKekurangan kebutuhan tubuh
Menem bus
Lemah Pelan
Volumelimfoid Demam
lesu nafsu
cairan
intestinal makan
HepatomegalNyeri
i Akut
Splenomegali Perforasi
Hipertermi
-Penumpukan tinja
Konstipasi - Distensi abdomen
6. Komplikasi Demam Typoid
b. Syok Septik
2) Peritonitis
3) Hepatitis Tifosa
4) Pneunomia
5) Komplikasi lain :
a) Osteomilitis, arthtritis
c) Pielonefritis
7. Pemeriksaan penunjang
3. Uji TURBEX
4. Uji typhidot
Deteksi IgM dan IgG pda protein. Membrane luar salmonella typhi. Hasil
positif didapat dari hasil 2-3 hari setelah infeksi dan spesifik
mengidentifikasikan IgM dan IdG terhadap salmonella typhi.
Deteksi khusus IgM spesifik salmonella typhi spesimen serum atau darah
dengan menggunakan strip yang mengandung anti genlipopolisakarida
salmonella typhi dan anti IgM sebagai kontrol sensitivitas 65-77% dan
spesiivas 95%-100%. Akurasi disapatkan dari hasil pemeriksaan 1
minggu setelah timbul gejala.
6. Kultur darah
8. Pencegahan
9. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Antibiotik :
- Klorampenikol
- Amoxilin
- Kotrimoxasol
- Ceftriaxon
- Cefixim
2) Antipiretik :
- Paracetamol
b. Keperawatan
2) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam kurang
lebih 14 hari, hal ini untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi
usus.
6) Diet
- Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
lama 7 hari.
1. Pengertian Hipertermi
Hipertermi adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh diatas rentang
normal tubuh (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertemi dimana
keadaan individu mengalami atau beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh
>37,80C (1000F) per oral atau 38,80C (1010F) per rektal yang sifatnya
menetap karena faktor eksternal (Carpenito, 2012).
2. Penyebab.
a. Penyebab dari Hipertermi antara lain (SDKI PPNI, 2018 D.0130).
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses Penyakit ( mis. Infeksi, kanker )
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
b.Hiperemi dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien thypoid,
hiperemi disebabkan oleh adanya proses penyakit (infeksi bakteri
salmonella thypi) dalam tubuh yang disebabkan oleh kuman salmonella
thyposa (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
a) Tanda Mayor :
Suhu tubuh diatas nilai normal yaitu >37,8 0C (1000F) per oral atau
38,80C (1010F per rektal).
b) Tanda Minor :
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Keluhan utama demam typoid adalah panas atau demam yang tidak
turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare
serta penurunan kesadaran.
Klien biasanya datang dengan keluhan panas kurang dari 7 hari dengan
kualitas naik turun, terdapat nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia
mual muntah, konstipasi dan diare.
f) Suhu Tubuh
2) Berat badan
a) Alat serta skala ukur yang digunakan harus sama setiap kali
menimbang
5) Pemeriksaan fisik
B : Data biokimia
1. Riwayat diet
a) Gangguan pada fungsi mengunyah dan menelan
b) Asupan makanan tidak adekuat
c) Diet yang salah atau ketat
d) Kurangnya persediaan bahan makanan selama 10 hari/ lebih
e) Pemeriksaan nutrisi melalui intravena selama 10 hari atau
lebih
f) Tidak adekuatnya dana untuk penyediaan hbahan makanan
g) Tidak adekuatnya fasilitas penyiapan bahan makanan
h) Tidak adekuatnya penyimpanan bahan makanan
i) Ketidakmampuan fisik
2. Riwayat penyakit
a) Adanya riwayat berat badan berlebih atau kurang
b) Penurunan berat badan dan tinggi badan
c) Mengalami penyakit tertentu
d) Riwayat pembedahan pada system gastrointestinal
e) Anoreksia
f) Mual muntah
g) Diare
h) Alkoholisme
i) Gangguan yang mengenai organ tertentu
j) Disabilitas mental
k) Kehamilan remaja
l) Terapi radiasi
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemia Manajemen hipertermia : Observasi :
Penyebab : Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi penyebab hipertermia
1. Dehidrasi keperawatan, diharapkan suhu tubuh - Monitor suhu tubuh
2. Terpapar lingkungan panas membaik atau berada pada rentang - Monitor kadar elektrolit
3. Proses penyakit (infeksi, normal dengan kriteria hasil : - Monitir haluaran urin
kanker) - Pucat menurun - Monitor komplikasi akibat hipertermia
4. Ketidaksesuaian pakaian - Dasar kuku sianolik menurun Terapeutik :
dengan Suhu lingkungan - Suhu tubuh membaik - Sediakan lingkungan yang dingin
5.Peningkatan laju metabolisme - Longggarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubub
6. Respon trauma
- Berikan cairan oral
7. Aktifitas berlebihan - Ganti lenen setiap hari atau lebih sering jika
8. Penggunaan inkubator mengalami hiperhidrosis (kekeringan berlebihan)
Tanda & gejala Mayor : - Lakukan pendinginan eksternal (selimut hipotermia
Obyektif atau kompres dingin pada dahi, leher dan dada,
- Suhu tubuh diatas nilai normal abdomne, aksila)
Tanda & gejala Minor : - Hindari pemebrian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen jika perlu
Obyektif
Edukasi :
1. Kulit kemerahan - Anjurkan tirah baring
2. Kejang Kolaborasi :
3. Takikardi - kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
4. Takipnea intravena, jika perlu
5. Kulit terasa hangat
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Penyebab : keperawatan keadekuatan asupan - Identifikasi status nutrisi
- Ketidakmampuan menelan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan - Identifikasi alergi dan intoleransi makan
metabolisme membaik dengan kriteria - Identifikasi makanan yang disukai
makanan
hasil : - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Ketidakmampuan mencerna 1. Keinginan makan membaik - Identifikasi perlunya penggunaan selang
makanan 2. Asupan makanan membaik Nasogastrik
- Ketidakmampuan 3. Asupan cairan membaik - Monitor asupan makanan
mengabsorbsi nutrien 4. Energi untuk makan membaik - Monitor beret badan
- Peningkatan kebutuhan 5. Kemampuan untuk menikmati - Monitor hasil pemeriksaan leboratorium
metabolisme makanan membaik Terapeutik :
6. Kemampuan untuk merasakan - Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
- Faktor ekonomi (mis, financial
makanan membaik - Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramida
tdk tercukupi) 7. Asupan nutrisi membaik Makanan).
- Faktor Psikologi (mis, stress, 8. Stimulus untuk makan membaik - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
keengganan untuk makan) 9. Kelaparan menurun sesuai
Tanda & gejala Mayor - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
: Konstipasi
a. subyektif (tdk - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
tersedia) - Berikan suplemen makanan, jika perlu
b. Obyektif - Hentikan pemberian makanan melalui selang
- BB menurun minimal Nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi.
10% Edukasi :
Dibawah rentang - Anjurkan posisi duduk, jika mampu
ideal - Anjurkan diet yang diprogramkan
Tanda & gejala minor : Kolaborasi :
a. Subyektif - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
1. Cepat kenyang dsetelah (mis, pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
makan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
2. Kram/nyeri abdomen jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
3. Nafsu makan menurun jika perlu
b. Obyektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot mengunyah lemah
3. Otot menelan lemeh
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
Manajemen Energi : Observasi :
8. Diare Setelah dilakukan tindakan, - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
diharapkan energi meningkat dengan mengakibatkan kellahan
3. Tolerasi aktifitas kriteria hasil : - Monitor kelelahan fisik dan emosional
Penyebab : - Keluhan lelah menurun - Monitor pola dan jam tidur
- Ketidakseimbangan antara - Perasaan lemah menurun - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
suplai dan kebutuhan energi - Sianosis menurun melakukan aktifitas
- Aritmia saat aktifitas menurun Terapeutik :
- Tirah baring
- Warna kulit membaik - Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
- Kelemahan - Tekanan darah membaik stimulan ( mis, cahaya, suara, kunjungan).
- Imobilitas - Frekuensi nafas membaik - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Gaya hidup monoton - Berikan aktifitas distraksi yang menangkan
Gejala & tanda mayor : - Fasilitasi duduk istirahat tempat tidur, jika tidak
Subyektif dapat berpindah atau berjalan.
- Mengeluh lelah Edukasi :
Obyektif - Anjurkan tirah baring
- Frekuensi jantung meningkat - Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
>20% dari mondisi sehat - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
Gejala & tanda minor : - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Subyektif Kolaborsi :
- Dispnea saat/setelah aktifitas - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
- Merasa tdk nyaman setelah meningkatkan asupan makanan
aktivitas
- Merasa lelah
Obyektif
- TD berubah >20% dari kondisi
istirahat
- Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
- Sianosis
4. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan (Nikmatur Rohmah & Saifudin Walid, 2014).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan
obyektif
P : Perencanaan lanjutan setelah dilakukan tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC, Yogyakarta :
Mediaction
Rohmah, Nikmatul & Saiful Wahid, 2014. Proses Keperawatan: Teori &
Aplikasi, Jakarta. Ar-Ruzz Media.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Kperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria hasil Keperawatan, Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.