Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

NYERI AKUT PADA PASIEN SUSPECT TUMOR

DI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG

Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah I
Di Ruang Dahlia RSI Unisma

Oleh :
Alfinda Karisma Widanti
P17210193092

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. MASALAH KESEHATAN
Diagnosa Medis : Suspect adnexitis/Colic abdomen
Diagnosa Keperawatan : Nyeri pada perut bagian bawah
B. DEFINISI
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya.
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Sensori yang
tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial
kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan.
Nyeri akut adalah yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam
enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai
akibat dari luka, seperti luka operasi ataupun pada suatu penyakit arteriosderosis pada arteri
koroner.
Adnexitis adalah inflamasi yang mengenai adnexa yaitu salah satu atau kedua tuba
falopii dan ovarium. Radang tuba falopii dan radang ovarium (adnexa) biasanya terjadi
bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang
tersebut. Pada adnexitis di samping cukup banyaknya durasi nyeri juga menyebabkan
keterbatasan yang nyata pada aktifitas, peran dan fungsi biologis wanita. Adnexitis terutama
terjadi pada wanita usia 16-35 tahun dan berbahaya bagi wanita karena dapat menimbulkan
infertilitas karena adanya pembengkakan dan jaringan parut yang lengket pada tuba falopii
sehingga menyebabkan tuba non patten (tidak berlubang).
Colic abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
usus ke depan tetapi peristaltik normal kondisi ini menyebabkan nyeri hebat pada perut yang
sifatnya hilang-timbul.
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut SDKI 2017 tanda dan gejala nyeri akut ditandai dengan:
Gejala dan tanda mayor
Subyektif: Mengeluh nyeri
Obyektif:
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subyektif: -
Obyektif:
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis

Adnexitis merupakan kondisi peradangan yang terjadi pada jaringan adnexa.


Sedangkan adnexa sendiri merupakan jaringan pendukung yang berada disamping kiri
dan kanan yang melekat pada rahim, termasuk tuba fallopi (saluran telur) dan ovarium
(indung telur). Adnexitis lebih dikenal dalam dunia kedokteran dengan istilah pelvic
inflammatory disease (PID), yaitu penyakit radang panggul. Adnexitis dapat disebabkan
oleh beberapa faktor dibawah ini:
- Penyakit menular seksual (PMS) seperti gonore atau chlamydia, dimana
penyebaran infeksi terjadi saat berhubungan seksual dari jalan lahir menuju
adnexa
- Pemasangan alat kontrasepsi IUD (KB spiral) yang kurang steril
- Mempunyai riwayat keguguran atau tindakan aborsi
- Penyebaran infeksi dari tempat lain ke adnexa yang kemudian menyebar ke
seluruh panggul
- Tidak/kurang memperhatikan kebersihan organ intim
Beberapa keluhan yang sering ditemukan pada kondisi adnexitis diantaranya:
- Demam (menggigil)
- Nyeri tekan perut bagian bawah (uterus dan adnexa) serta nyeri panggul
- Peningkatan kadar lekosit (sel darah putih) dan laju endap darah (LED)
- Keputihan
- Sakit pinggang
- Haid tidak teratur
D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yangdimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki
sedikitatau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya
padavisera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat
memberikanrespons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat
berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang
dilepas apabila terdapatkerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi
yang lain dapat berupatermal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke serabut
C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps
padadorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling
bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia gelatinosa yang merupakan
saluran utamaimpuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada
interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur
spinothalamic tract (STT)atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi
tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya
nyeri, yaitu jalur opiate dan jalurnon-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalurspinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan
medulla ke tanduk dorsal darisumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor
impuls supresif. Serotonin merupakan neuro transmitter dalam impuls supresif. System
supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A. Jalur
non-opiate merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone
yang kurang banyak diketahui mekanismenya.
Etiologi

Panas/dingin iskemia jaringan trauma sel, kejang otot perubahan


yg berlebihan infeksi dlm jaringan

kerusakan blok pd arteri kerusakan sel pemekaan pd


jaringan coronary reseptor nyeri bradikinin
Pelepasan mediator
merangsang thermo nyeri
sensitive reseptor
Merangsang nosiseptor

Medula spinalis

Hipotalamus

Otak

Persepsi nyeri

Nyeri

Nyeri pada ekstremitas Intoleransi aktivitas Gangguan rasa nyaman

Gangguan mobilitas
fisik
Perjalanan infeksi pada adneksitis yaitu faktor penyebab tiba di ovarium dan tuba
falopii dengan cara yang berbeda, tergantung pada tempat daerahnya. Bisa dari asenden dan
desenden. Jika faktor penyebab tiba di peredaran darah ovarium dan tuba falopii maka
disebut infeksi haematogen. Pada infeksi asenden faktor pencetus adnexitis bergerak ke
lapisan atas dan uterus masuk ke tuba falopii. Faktor pencetus infeksi asenden antara lain:
air, pembalut wanita yang kurang steril, selama dan setelah menstruasi, setelah melahirkan,
setelah aborsi, gangguan-gangguan uterus misalnya adanya spiral, perubahan membran
mucus dalam servix oleh karena keluarnya nanah yang mengalir dari tuba falopii dan
ovarium, adanya myoma atau polips serta tumor.
Pada infeksi desenden ini terjadi jika ada inflamasi pada organ sekitar misalnya
appendicitis atau proctitis atau adanya radang usus besar yang menyebar ke tuba falopii.
Infeksi haematogen merupakan infeksi pada peredaran darah dan termasuk jenis adnexitis
micobacterium tuberculosa yang berhubungan dengan tuberculosa. Untuk mengetahui
adanya adnexitis diperlukan suatu pemeriksaan antara lain: anamnesa, pemeriksaan
gynekologi dan pemeriksaan darah lengkap. Pada anamnesa biasanya penderita mengeluh
nyeri hebat di daerah perut bagian bawah, nyeri saat menstruasi, nyeri saat berhubungan
sexual dan kadang penderita mengeluh nyeri pinggang. Pada saat dilakukan palpasi pada
abdomen ditemukan ketegangan pada dinding abdomen oleh karena adanya kontraksi otot
abdominalis sebagai reaksi proteksi terhadap radang, terdapat nyeri tekan pada abdomen
bagian bawah. Pada pemeriksaan gynekologi saat uterus di palpasi (dengan tussue) juga
dirasakan nyeri. Dan pada pemeriksaan darah lengkap LED meningkat. Nyeri meningkat
pada saat kegiatan naik turun tangga dan mengangkat barang-barang berat.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan timbulnya
rasa nyeri seperti :
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
2. Menggunakan skala nyeri
a) Ringan = Skala nyeri 1-3: Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi dengan
baik
b) Sedang = Skala nyeri 4-6: Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi nyeri,
masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
c) Berat = Skala nyeri 7-9: Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
d) Nyeri sangat berat = Skala 10: Secara objektif pasien tidak mampu berkomunikasi
dan klien merespon dengan cara memukul.
Pada pemeriksaan penunjang penderita adneksitis khususnya pemeriksaan darah
lengkap akan ditemukan leukositosis akibat adanya peradangan yang ditimbulkan. Perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Ultrasonografi (USG). Tindakan ini tidak
menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang
suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan
gambaran rahim dan ovarium di layar monitor.

Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keadaan
adneksa, ada atau tidaknya tumor di bagian tuba maupun ovarium ibu. Dengan laparoskopi
(alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar)
dokter dapat melihat ovarium, mengambil bahan percontoh untuk biopsi.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan Terapi
a) Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Contoh: Membaca buku, menonton tv, mendengarkan musik dan bermain.
b) Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain
- Kompres dingin
- Counteriritan, seperti plester hangat.
2. Penatalaksanaan Operatif
a) Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat
dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti
gula, larutan garam/ normal saline, atau air.
Terapi pada salpingo-ooforitis akut terdiri atas istirahat baring, perawatan umum,
pemberian antibiotik dan analgetik. Dengan terapi tersebut, penyakit dapat menjadi sembuh
atau menjadi menahun. Jarang sekali terapi salpingo-ooforitis akut memerlukan
pembedahan. Pembedahan perlu dilakukan :
1. Jika terjadi rupture piosalping atau abses ovarium
2. Jika terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan
3. Jika terdapat kesukaran untuk membedakan antara apendisitis akuta dan salpingo-
ooforitis akut
Pada salpingo-ooforitis kronik, jika penyakitnya msaih dalam keadaan sub akut,
penderita harus diberi terapi dengan antibiotik dengan spectrum luas. Jika keadaan sudah
tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita di nasehatkan supaya
penderita jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini, biarpun sisa-sisa
peradangan masih ada, keluhan – keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang.
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika. Indikasi untuk terapi ini
adalah:
1. Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada dan
mengganggu kehidupan sehari-hari.
2. Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3. Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa terapi
diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan hidrosalping,
piosalping, kista tuba ovarial dan sebagainya.
4. Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya
dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan
pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan. Data yang dikumpulkan
meliputi:
a. Identitas
Meliputi identitas pasien seperti nama, alamat, umur, pekerjaan, dll.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama yang dialami pasien yang menyebabkan
klien/keluarga mendatangi rumah sakit.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan atau penyakit yang sedang diderita saat ini.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang dahulu pernah dialami oleh klien dan bisa terjadi berulang
e. Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan
Perilaku/kebiasaan yang dilakukan oleh klien yang berpotensi
mempengaruhi kesehatannya
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh keluarga. Biasanya penyakit
menurun minimal 3 generasi.
g. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari kepala hingga kaki (head to toe)
h. Pengkajian Psikososial
Pengkajian yang meliputi persepsi pasien terhadap penyakit yang sedang
dideritanya, adanya gangguan konsep diri, dll
i. Personal Hygiene & Kebiasaan
Pemeriksaan pola kebersihan yang dilakukan oleh pasien mulai dari mandi,
berpakaian, makan, dan toileting
j. Pengkajian Spiritual
Pengkajian yang berisikan kebiasaan beribadah pasien selama sebelum dan
selama sakit.
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat di dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose keperawatan yang
tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam
mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang di berikan. Tindakan perawat yang
perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah:
- Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
- Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
- Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Kaji nyeri yang berhubungan dengan:
1) P = Problem : pencetus nyeri
Faktor – faktor yang merangsang nyeri
- Apa yang membuat nyeri bertambah buruk?
- Apa yang mengurangi nyeri ?
2) Q = Quality : kualitas nyeri
- Nyeri dirasakan seperti apa?
- Apakah nyeri dirasakan tajam, tumpul, ditekan dengan berat, berdenyut
sperti diiris, atau tercekik?
3) R = Region : lokasi nyeri
- Dimana nyeri tersebut?
- Apakah nyeri menyebar atau menetap pada satu tempat?
4) S = Squerity = intensitas nyeri
- Apakah nyeri ringan sedang atau berat?
- Seberapa berat nyeri yang dirasakan?
5) T = Time : waktu
- Berapa lama nyeri dirasakan?
- Apakah nyeri terus menerus atau kadang – kadang?
Perhitungan skala nyeri
 Skala numerik → digunakan untuk pasien dewasa
a. 0 : no pain / tidak nyeri.
b. 1 - 3 : mild = nyeri ringan → tidak mengganggu aktivitas.
c. 4 – 6 : moderate = nyeri sedang → mengganggu aktivitas.
d. 7 – 9 : severe = nyeri berat → tidak bisa melakukan aktivitas.
e. 10 : nyeri sangat berat
 Skala ekspresi wajah → digunakan untuk pasien anak – anak.

2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat dan jelas berdasarkan
pada hasil pengumpulan data dan evaluasi data yang dilakukan dengan sistematis,
praktis, etis, dan professional oleh tenaga keperawatan yang mampu untuk itu.
Diagnosa keperawatan menggambarkan respons klien terhadap masalah kesehatan atau
penyakit. Menurut SDKI 2017 diagnosa yang muncul yaitu:
Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan beritensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab:
- Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
- Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong)
Gejala dan tanda mayor
Subyektif: Mengeluh nyeri
Obyektif:
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subyektif: -
Obyektif:
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
3. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk tepi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas.
Menurut PPNI, 2017 intervensi keperawatan yang tepat sesuai dengan kasus ini yaitu:
Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Monitor efek samping penggunaan analgesik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah proses pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan pada tahapan rencana. Implementasi keperawatan dengan klien nyeri akut
menggunakan intervensi keperawatan SDKI dan SIKI agar dilakukan dengan intervensi
untuk mengatur defisit perawatan diri.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien
dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan atau
hasil keefektifan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan intelektual dalam
melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan untuk diagnosa
keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya.
Tahap evalausi memungkinkan perawat dalam memonitor apa yang terjadi selama
pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi intervensi (Nursalam, 2008).
a. Evaluasi Proses (Formatif)
- Aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas peayanan asuhan
keperawatan.
- Harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
- Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Hasil (Sumatif)
- Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara
paripurna.
- Berorientasi pada masalah keperawatan.
- Menjelaskan keberhasilan/tidak keberhasilan
- Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar, Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
2. Tarwoto, Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika
3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indikator Diagnosis. Jakarta Selatan: DPP PPNI
4. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI
5. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai