Oleh :
Yantik
NIM. 14901.08.21154
B. Etiologi
Menurut Brunner 2015, gastritis disebabkan oleh kuman helicobacter pylory dan
pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi akut dan jika
diabaikan akan menjadi kronik.
C. Klasifikasi Gastritis
1. Gastritis Akut
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benogna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobakteri pylory (H.pylory).
3. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks
dari deudenum.
D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala gastritis akut. Pada anamnese biasanya didapatkan keluhan
abdomen yang tidak jelas seperti mual, muntah dan anoreksia sehingga
menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi harian berkurang, intake nutrisi
tidak adekuat, kehilangan cairan dan elektrolit. Pada beberapa orang didapat
keluhan yang belih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan
hematemesis yang menimbulkan manifestasi kecemasan secara individu.
2. Tanda dan gejala gastritis kronis
a) Gastritis sel plasma
b) Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium
c) Nause sampai muntah ampedu
d) Dyspepsia
e) Anoreksia
f) Berat badan menurun
g) Keluhan yang berhubungan dengan anemia
E. Pemeriksaan Penunjang
Bila seseorang seseorang didiagnosa terkena gratritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya anti bakteri Helycobacter pylory
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan
bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi Helycobacter pylory atau
tidak.
3. Pemeriksaan feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat Helycobacter pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengidentifikasi terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunnjukkan adanya
perdarahan pada lambung.
4. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Tes ini memeriksa apakah terdapat ketidaknormalan pada saluran bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endiskop) melalui mulut dan
masuk ke dalam esofagus, lambung dana bagian atas usus kecil. Tenggorokan
akan terlebih dahulu dimati rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan apsien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sempel itu kemudian akan dibawa ke
laboratorium untuk diperksa.
Tes ini memakan waktu lebih kurang 20-30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung pulang ketika tes ini selesai, Tetapi harus menunggu sampai efek
anestesi menghilang, lebih kurang 1-2 jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes
ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan
akibat menelan endoskopi.
5. Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan lebih jelas
ketika dirontgen.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Cara perawatan gastritis
a. Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah dicerna dan
tidak merangsang lambung.
b. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti
makanan pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung.
c. Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti, tek,
kopi, alkohol.
d. Makan secara teratur
e. Minum obat secara teratur
f. Hindari stress fisik dan psikologi
2. Pemberian obat-obatan
Pengobatan yang dilakukan terhadap gastritis bergantung pada penyebabnya.
Pada banyak kasus gastritis, pengurangan asam lambung dengan bantuan obat
sangat bermanfaat. Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan obat-
obatan dapat mengiritasi lambung juga harus dihentikan. Pengobatan lain juga
diperlukan bila timbul komplikasi atau akibat lain dari gastritis.
Katagori obat gastritis adalah :
a. Antasid : menetralisir asam lambung dan menghilangkan nyeri
b. Acis blocker membantu mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi
c. Proton pump inhibitor : menghilangkan produksi asam lambung dan
menghambat H pylory.
H. Komplikasi
Menurut Ali (2011), komplikasi yang mungkin muncul pada penderita gastritis
adalah :
1. Gatritis Akut
Terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagian atas berupa hematomesis dan
melena dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan
saluran cerna bagian atas, perlu dibedakan dengan tukak peptic. Gambaran
klinis yang diperlukan hamper sama, namun pada tukak peptic penyebab
utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada tukak
deudenum dan 60-90% pada tukak lambung. Giagnosa dapat ditegakkan dengan
endoskopi.
2. Gastritis kronik
Komplikasi yang muncul pada gastritis kronik adalah perdarahan bagian atas,
ulkus, perforasi dan pemeriksaan fisik tidak djumpai kelainan. Pada penderita
gastritis kronik dapat terjadi atropi lambung menyebabkan gangguan
penyerapan teritama B12 selanjutnya dapat menyebabkan anemia perniosa.
Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa antibody terhadap faktor
intrinsic dalam serum arau cairan gasternya. Selain vitamin B12, penyerapan
besi juga dapat terganggu. Gastritis kronik antrum pylorus dapat menyebabkan
penyempitan daerah antrum pylorus.
PATOFISIOLOGI
Endoktosia, Bakteri, Alkohol, Aspirin, Luka, Stress, Nikotin, Makanan berbumbu
Sekresi asam lambung
Defisit Pengetahuan
Mengiritasi mukosa gaster
Inflamasi pada mukosa gaster Kurang Informasi
Perubahan Status Kesehatan
Gastritis
Peradangan mukosa
Sekresi asam lambung
Perubahan status kesehatan Iritasi lambung Intake yang kurang
Devisit Nutrisi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
1) Pola nutrisi
2) Pola eliminasi
4) Pola aktifitas
e. Pemeriksaan fisik
f. Keadaan umum
g. Kesadaran
h. Faktor Psikologis
j. Koping
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Defisit nutrisi
3. Nausea
INTERVENSI
Manajemen muntah :
Observasi
- Identifikasi karakteristik
muntah
- Identifikasi faktor penyebab
muntah
- Identifikasi kerusakan esofagus
dan faring posterior
Terapeutik
- Kontrol faktor lingkungan
penyebab muntah
- Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab muntah
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
istirahat
- Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (akupresor)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiemetik jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Bayer, 2011, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama Anonimous : Jakarta.
Breunner & Suddarth, 2015, Bukun Ajar Ilmu Penyakit Dalam, EGC : Jakarta
Suyono, Slamet. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbitan
FKUI : Jakarta