Anda di halaman 1dari 83

1

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)


TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA PASIEN
ISOLASI SOSIAL DI RSUD DR. R. SOEDJATI SOEMODIARJO
PURWODADI

OLEH :
SHINTA NUVITA
18021384

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
Purwodadi, 2022

1
i

PROPOSAL SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana Keperawatan

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)


TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA PASIEN
ISOLASI SOSIAL DI RSUD DR. R. SOEDJATI SOEMODIARJO
PURWODADI

OLEH :
SHINTA NUVITA
18021384

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
Purwodadi, 2022

i
ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal ini telah disetujui, diperiksa dan siap dipertahankan di hadapan


tim penguji proposal pada Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Sains dan
Kesehatan Universitas An Nuur.
Purwodadi, Juli 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Suryani, S.Kep.,M. Kep. Ns. Rahmawati, S.Kep.,M.Kes.


NIDN : 0629107901 NIDN : 0624048804

Mengetahui

Dekan Fakultas Sains dan Kesehatan Ka. Prodi S1 Keperawatan

Ns. Suryani, S.Kep., M.Kep. Ns. Sutrisno, S.Kep.,M.Kep.


NIDN : 0629107901 NIDN : 0621127501

ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal ini telah disetujui, diperiksa dan siap dipertahankan dihadapan


tim penguji skripsi program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Sains dan
Kesehatan Universitas An Nuur
Purwodadi, Juli 2022
Penguji I Tanda Tangan

Ns. Purhadi, S.Kep.,M.Kep.


NIDN : 0621127501 ...............................

Penguji II Tanda Tangan

Ns. Suryani, S.Kep., M.Kep.


NIDN : 0629107901 ...............................

Penguji III Tanda Tangan

Ns. Rahmawati, S.Kep.,M.Kes.


NIDN : 0624048804 ...............................
Mengetahui
Dekan Fakultas Sains dan Kesehatan Ka. Prodi S1 Keperawatan

Ns. Suryani, S.Kep., M.Kep. Ns. Sutrisno, S.Kep.,M.Kep.


NIDN : 0629107901 NIDN : 0621127501

iii
iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Isolasi Sosial Pada Pasien Isolasi
Sosial” sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar sehingga
dapat di ujikan. Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana keperawatan di Universitas An Nuur.
Dalam penyusunan proposal ini tentunya penulis menemukan berbagai
kendala sehingga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan, semangat, motivasi, dan petunjuk kepada penulis
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancer dan
tepat waktu. Pada kesempatan kali ini perkenankanlah penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Ns. Purhadi., M.Kep. selaku PLT Rektor Universitas An Nuur.
2. Ns. Suryani, M.Kep. selaku Dekan Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas
An Nuur, dan selaku dosen pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu
dalam memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk kepada penulis sejak awal
sampai akhir penyusunan proposal ini.

3. Ns. Sutrisno, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Sains dan Kesehatan Universitas An Nuur.

4. Ns. Rahmawati., M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan


bimbingan dan pengarahan kepada penulis dengan baik.
5. Seluruh Dosen Program Studi SI Keperawatan beserta staff yang telah
membantu selama proses pendidikan.
6. Kedua orang tua kandung saya Bapak Mohamad Arifin dan ibu Anik Sumiyati
yang selalu mendoakan setiap waktu, menguatkan dan memberikan motivasi
yang luarbiasa. Terimakasih untuk kesabaran, keikhlasan, kasih sayang dan

iv
v

segala sesuatu yang telah diberikan kepada saya hingga saat ini sehingga saya
bisa menyelesaikan proposal ini.
7. Kekasih tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat yang
tiada henti hingga saat ini Rhama Aditya Prima Yoga Pratama.
8. Seluruh keluarga besarku terimakasih atas bantuan, doa dan semangat yang
diberikan.
9. PSIK 2018 yang selalu mendukung penulis yang telah memberikan bantuan
serta kerja sama selama penyususnan proposal ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi, dukungan, doa, dan
bantuannya.
Penyusunan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Penulis juga berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
terutama dalam bidang keperawatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Purwodadi, Juli 2022

Shinta Nuvita
18021384

v
vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
(Surat Al Baqarah ayat 286)

“Rasulullah bersabda : Barang siapa menempuh jalan untuk mendapatkan


ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Musilm)

PERSEMBAHAN
Dengan segala rasa terimakasih dan kerendahan hati, proposal skripsi ini
penulis persembahkan kepada :
1. Kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah
memberikan kelancaran atas terselesaikannya proposal.
2. Ns. Suryani, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing I dan Ns. Rahmawati,
S.Kep., M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk
kepada penulis sejak awal sampai akhir penyusunan proposal ini.
3. Kedua orang tua kandung saya bapak Mohamad Arifin dan ibu Anik
Sumiyati yang selalu mendoakan setiap waktu, menguatkan sehingga saya
bisa menyelesaikan proposal.
4. Kekasih tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat
yang tiada henti hingga saat ini Rhama Aditya Prima Yoga.
5. Kepada sahabat yaitu Nia Fitriani, Khofifah Nur Aini dan teman-
temanku ,terimakasih atas segala bantuan, semangat dan dukungan yang telah
diberikan.
6. Rekan-rekan PSIK 2018 Universitas An Nuur terimakasih atas segala
dukungan, kerjasama, dan semangat yang di berikan.
7. Serta semua pihak yang tak mampu penulis sebutkan satu-persatu yang
membantu terwujudnya proposal ini penulis mengucapkan terimakasih.
vi
vii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................6
E. Penelitian Terkait.......................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10


A. Tinjuan Teori............................................................................................10
1. Isolasi Sosial........................................................................................10
2. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi...............................................20
3. Interaksi Sosial Dan Kemampuan Interaksi Sosial.............................27
B. Kerangka Teori.........................................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................30


A. Variabel Penelitian...................................................................................30
B. Hipotesis dan Kerangka Konsep.............................................................31
C. Jenis Dan Desain Penelitian.....................................................................32
vii
viii

D. Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................33


E. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................35
F. Definisi Operasional.................................................................................36
G. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen/Alat Pengumpulan Data 38
H. Prosedur Pengumpulan Data..................................................................41
I. Rencana Analisa Data..............................................................................43
J. Etika Penelitian.............................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46

viii
ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................................33

ix
x

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rentang Respons Soail............................................................................. 16
Gambar 2.2 Setting TAK Sosialisasi............................................................................ 20
Gambar 2.3 Kerangka Teori.........................................................................................26
Gambar 3.1 Kerangka Konsep..................................................................................... 28
Gambar 3.2 Pola Penelitian One Grup Pre Test Post Test........................................29

x
xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Pencarian Data Penelitian


Lampiran 2 Jawaban Permohonan Pencarian Data Penelitian
Lampiran 3 Surat Pernyataan Acc Judul Dari Perpustakaan
Lampiran 4 Form Kesediaan Menjadi Pembimbing
Lampiran 5 Form Kesediaan Menjadi Penguji
Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8 Lembar SOP TAK Sosialisasi
Lampiran 9 Lembar Observasi TAK Sosialisasi
Lampiran 10 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 11 Lembar Konsul
Lampiran 12 Lembar Plagiarisme

xi
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak

hanya sebatas terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang

dibutuhkan oleh semua orang. Sehat jiwa adalah suatu kesetabilan

emosional yang diperoleh dari kemampuan seseorang dalam mengendalikan

diri dengan selalu berpikir positif dalam menghadapi stressor lingkungan

tanpa adanya tekanan fisik psikologis baik secara internal maupun eksternal

(Pambudi et al., 2017). Orang yang sehat jiwanya berati mempunyai

kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat,

dan lingkungan. Manusia terdiri dari bio, psiko, sosial, dan spiritual yang

saling berinteraksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi (Myita,

2018).

Isolasi sosial adalah keadan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,

dan tidak mampu membina hubungan yang berat dengan orang lain (Purba,

dkk., 2018). Isolasi sosial merupakan suatu keadaan seseorang mengalami

penurunan untuk melakukan interaksi dengan orang lain, karena pasien

merasa ditolak, tidak terima, kesepian, serta tidak mampu membina

hubungan yang berarti dengan orang lain atau orang disekitarnya

(Kemenkes, 2019). Tanda dan gejala isolasi sosial subjektif: klien

1
2

menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain, klien merasa

tidak aman berada dengan orang lain, respone verbal kurang dari sangat

singkat, klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain,

klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, klien tidak mampu

berkonsentrasi dan membuat keputusan, klien merasa tidak berguna, klien

tidak yakin dapat melangsungkan hidup. Tanda dan gejala pada pasien

isolasi sosial secara obyektif: tidak memiliki teman dekat, menarik diri,

tidak komunikatif, tindakan berulang dan tidak bermakna, asyik dengan

pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata, tampak sedih, apatis, afek tumpul

(Sutejo, 2017). Gejala isolasi sosial tersebut dibutuhkan rehabilitative yang

bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik, membantu menyesuaikan diri,

meningkatkan toleransi, dan meningkatkan kemampuan pasien berisolasi

untuk meminimalkan dampak dari isolasi sosial dibutuhkan pendekatan dan

memberikan penatalakasanaan untuk mengatasi gejala pasien dengan isolasi

sosial. Peran perawat dalam menangani masalah pasien dengan isolasi

sosial anatara lain, menerapkan asuhan keperawatan (Apriliani &

Herliawati, 2020).

Berdasarkan data dari riset kesehatan dasar (Riskedas, 2018).

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 permil.

Gangguan jiwa berat terbanyak DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan,

Bali, dan Jawa Tengah. Berdasarkan dari Tim Pengarah Kesehatan Jiwa

Masyarakat (TPKJM) Provinsi Jawa Tengah menyebutkan, bahwa

penderita gangguan jiwa di daerah Jawa Tengah tergolong tinggi, dimana


3

totalnya adalah 107 ribu penderita atau 2,3 persen dari jumlah penduduk.

Menurut catatan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,

menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia rata-rata sebesar

1,7 permil dari 1.027.763 penduduk atau sebanyak 1.728 jiwa. Sedangkan

angka kejadian gangguan jiwa di daerah Jawa Tengah tergolong tinggi,

dimana totalnya adalah 2,3 permil dari jumlah penduduk. Apabila dilihat

menurut provinsi, prevalensi gangguan jiwa berat paling tinggi terjadi di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Aceh . Berdasarkan hasil

pencatatan jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di RSUD

Dr.R.Soedjati Soermodiarjo Purwodadi Kabupaten Grobogan pada tahun

2022 adalah sebanyak 22 orang yang di antaranya terdapat penderita isolasi

sosial sebanyak 15 orang.

Pasien dengan isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi

dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih

menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang lain. Dalam mengatasi

masalah gangguan interaksi pada pasien gangguan jiwa khususnya pasien

isolasi sosial dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan tujuan untuk

melatih pasien melakukan interakasi sosial sehingga pasien merasa nyaman

ketika berhubungan dengan orang lain (Berhimpong, Sefty & Michael,

2016). Jika isolasi sosial tidak teratasi maka akan memberikan dampak

seperti narcissisme atau mudah marah, melakukan hal yang tak terduga atau

impulsivity, memberlakukan orang lain seperti objek, halusinasi, defisit

perawatan diri dan yang paling fatal pasien melakukan bunuh diri. Rencana
4

tindakan keperawatan pada pasien yang riwayat menarik diri dapat

dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi terapi aktivitas

kelompok sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas

keperawatan jiwa dalam sebuah aktivitas secara kolektif dalam rangka

pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi

optimal pasien (Ruswadi, 2021).

Terapi aktivitas kelompok (TAKS) merupakan upaya dalam

meningkatkan kemampuan sosialisasi pada sejumlah klien dengan masalah

hubungan sosial utamanya pada klien isolasi (Ruswadi, 2021). Terapi

aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada

sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama yang

digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target capaian

asuhan (Widyawati, 2020). Aktivitas dapat digunakan sebagai target

pemberian tindakan. Di dalam sebuah kelompok akan menjalin sebuah

interaksi yang saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok dijadikan

sebagai wadah untuk berlatih perilaku baru yang sesuai dengan norma

dimasyrakat (Hastutiningtyas W.R, Setyobudi I, 2016). TAKS perlu

dilakukan agar pasien mampu berinteraksi dengan baik, mampu

meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan baru dengan orang

lain yaitu dapat dimulai dengan cara berkenalan dan menciptakan hubungan

baik dengan orang lain (Mahpudin, 2019).

Dari hasil studi pendahuluan bulan Febuari 2022 di ruang Rosella

RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiarjo Purwodadi menyatakan di rumah sakit


5

terdapat berbagai masalah yang berbeda yaitu halusinasi, perilaku

kekerasan, isolasi sosial, depresi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan

pada bulan jumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa terdapat 15 orang,

yang terdiri 6 pasien isolasi sosial, dan pada bulan Maret 2022 terdapat 22

mengalami gangguan jiwa, dan 15 orang dengan pasien isolasi sosial.

Dengan tanda dan gejala didapat melalui observasi pada pasien isolasi sosial

di ruang Rosella RSUD Dr, R. Soedjati Soemodiarjo Purwodadi yaitu

menyendiri, tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, tidak ada kontak

mata, melamun. Untuk terapi aktivitas kelompok sosialisasi di ruang Rosella

RSUD Dr. R.Soedjati Soemodiarjo Purwodadi pada pasien isolasi sosial

belum optimal dilakukan di karenakan pasien menolak merasa bosan untuk

mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisai.

Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh dari

terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) pada pasien isolasi sosial

terhadap kemampuan interaksi sosial.


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok sosisalisasi

(TAKS) terhadap kemampuan interaksi sosial pada pasien isolasi sosial.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS).

b. Mengidentifikasi kemampuan interaksi sosial sebelum di lakukan

terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS).

c. Mengidentifikasi kemampuan interaksi sosial sesudah di lakukan

terapi aktivitas kelompok sosiaslisasi (TAKS)

d. Menganalisis pengaruh pelaksanakan terapi aktvitas kelompok

sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan interaksi sosial.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teorik

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh

terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) pada pasien isolasi sosial

terhadap kemampuan interaksi sosial.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Institusi Rumah Sakit

Diharapkan agar rumah sakit dapat menerapkan terapi aktivitas

kelompok sosialisasi sebagai tolak ukur kefektifan dalam menangani

pasien dengan isoslasi sosial.


7

b. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

perawat, dapat memberikan pengalaman serta wacana untuk

mengaplikasikan pemberian terapi aktivitas kelompok (TAK) dalam

tindakan keperawatan khususnya untuk pada pasien isolasi sosial

untuk bisa berinteraksi sosial.

c. Bagi Pasien

Diharapkan agar pasien mampu bersosialisasi dengan orang sekitar

dan dapat mengurangi isolasi sosial yang diderita.

d. Bagi Peneliti

Peneliti mempunyai harapan dapat mengembangkan peran perawat

dan juga dapat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya yang

berkaitan dengan terapi aktivitas kelompok bagi pasien isolasi sosial

untuk berinteraksi sosial.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dengan menambah pengetahuan

bagi perawat, dapat memberikan pengalaman serta wacana untuk

mengaplikasikan terapi aktivitas kelompok dengan pasien isolasi

sosial untuk bereinteraksi sosial.

E. Penelitian Terkait

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian yaitu :

1. Adelia Putri Pangestu 1 , P. Sulistyowati 2 , Roni Purnomo 3 (2019)

dengan judul “Gambaran Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Pada


8

Pasien Isolasi Sosial : Menarik Diri Di PPSLU Dewanta Cilacap RPSDM

“Martani” Cilacap”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi

kasus dan berjenis eksploratif. Sampel 2 responden. Dari penelitian ini

didapatkan hasil kemampuan 2 responden dalam mengikuti terapi

aktivitas kelompok hasilnya berbeda. memberikan terapi aktivitas

kelompok 3x dalam 7 hari responden sudah sedikit mampu berinteraksi

dengan orang lain. Didapatkan pada responden 1 itu interaksinya sudah

sedikit baik setelah mengikuti terapi tersebut, dan responden 2 belum

baik dalam berinteraksi dengan orang lain setelah mengikuti terapi

tersebut. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu

desain penelitian studi kasus berjenis eksploratif, sedangkan peneliti

menggunakan desain quasy eksperimenn one group pretest posttest

design.

2. Mitha Nurul Falah 1, Emilia Puspitasari 2 (2021) dengan judul

“Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosial Pada Pasien Skizofernia

Dengan Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. Soerojo Magelang”.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus, metode

deskriptif . Sampel 3 responden. Dari penelitian ini di dapatkan bahwa

ada perubahan penurunan tanda gejala isolasi sosial sebelum dilakukan

terapi aktivitas kelompok sosial pada pasien I sebanyak 27 tanda gejala

dan pada pasien II sebanyak 24 tanda gejala setelah dilakukan terapi

aktivitas kelompok sosial pada pasien I adalah 5 tanda gejala dan pasien

II sebanyak 5 tanda gejala setelah pemberian terapi aktivitas kelompok


9

sosial selama 7 sesi sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan

sosialisasi dengan orang lain. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan

oleh peneliti yaitu desain penelitian studi kasus, metode deskriptif,

sedangkan peneliti menggunakan desain quasy eksperimenn one group

pretest posttest design.

3. Zakiyah1, Achir Yani S. Hamid 2, Herni Susanti 3 (2018) dengan judul

“Penerapan Terapi Generalis, Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, dan

Social Skill Training pada Pasien Isolasi Sosial”. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian studi kasus, metode deskriptif kuantitatif.

Sampel 35 responden. Dari penelitian ini di dapatkan bahwa pemberian

terapi Generalis, TAKS, dan SST pada pasien skizofrenia yang

mengalami isolasi social dapat menurunkan tanda dan gejala isolasi

sosial dan meningkatkan kemampuan pasien dalam bersosialisasi.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu desain

penelitian studi kasus, metode deskriptif kuantitatif. Sedangkan peneliti

menggunakan desain quasy eksperimenn one group pretest posttest

design.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Teori

1. Isolasi Sosial

a. Definisi

Isolasi sosial adalah keadan dimana seseorang individu

mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa

ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina

hubungan yang berat dengan orang lain (Purba, dkk., 2018).

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh

individu dan dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi

yang negatif dan mengancam (Sukaesti, 2018).

Isolasi sosial merupakan suatu keadan seseorang mengalami

penurunan untuk melakukan interaksi dengan orang lain, karena

pasien merasa ditolak, tidak terima, kesepian, serta tidak mampu

membina hubungan yang berarti dengan orang lain atau orang

disekitarnya (Kemenkes, 2019).

b. Etiologi Isolasi Sosial

1) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi penyebab isolasi sosial meliputi, faktor

perkembangan, faktor biologis, dan faktor sosiokultural. Berikut ini

merupakan penjelasan dari faktor predisposisi :

10
11

a) Faktor Perkembangan

Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi

individu dalam menajalin hubungan dengan orang lain adalah

keluarga. Kurangnya stimulasi mampu kasih sayang dari

ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang

dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri.

Ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku

curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudia hari. Jika

terdapat hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa

ini, maka anak akan mengalami kesulitan untuk berhubungan

dengan orang lain pada masa berikutnya.

Pada masa kanak-kanak, pembatasan aktivitas atau kontrol

yang berlebihan dapat membuat anak frustasi. Pada masa

pararemaja dan remaja, hubungan antara individu dengan

kelompok atau teman lebih berarti dari pada hubungannya dengan

orang tua. Remaja akan merasa tertekan atau menimbulkan sikap

bergantung ketika remaja tidak dapat mempertahankan

keseimbangan hubungan tersebut. Pada masa dewasa muda, idividu

meningkatkan kemandirinya serta mempertahankan hubungan

interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Individu

siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan

mempunyai pekerjaan.
12

Pada masa dewasa tengah, individu mulai terpisah dengan

anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya mulai

menurun. Ketika individu bisa mempertahankan hubungan yang

interdependen antara orang tua dengan anak, kebahagian akan

diperoleh dengan tetap. Pada masa dewasa akhir individu akan

mengalami berbagai kehilangan, baik kehilangan keadaan fisik,

kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan

atau peran.

Pada masa dewasa tengah, individu mulai terpisah dengan anak-

anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya mulai

menurun. Ketika individu bisa mempertahankan hubungan yang

interdependen antara orang tua dengan anak, kebahagian akan

diperoleh dengan tetap. Pada masa dewasa akhir individu akan

mengalami berbagai kehilangan, baik kehilangan keadaan fisik,

kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan

atau peran.

b) Faktor Biologis

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial

maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung

gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofernia, misalnya, ditemukan

pada keluarga dengan riwayat anggota keluarga yang menderita

skizornia. Selain, itu kelianan pada struktur otak, seperti atropi,


13

pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta

perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofernia.

c) Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan

merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan

atau isolasi sosial. Gangguan ini juga bisa disebabkan oleh adanya

norma-norma yang salah yang sianut oleh satu keluarga, seperti

anggota tidak produktif yang diasingkan diri lingkungan sosial.

Selain itu, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap

orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak

produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik juga

turut menjadi faktor predisposisi isolasi sosial.

2) Faktor Presipitasi

Terhadap beberapa faktor presipitasi yang dapat

menyebabkan isolasi sosial. Faktor-faktor tersebut, antara lain

berasal dari stressor-stressor berikut ini :

a) Stresor Sosiokultural

Stresor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit

keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya.

b) Stresor Psikologik

Intensitas anisetas (ansietas) yang ekstrim akibat berpisah

dengan orang lain, misalnya dan memanjang disertai dengan

terbatasanya kemampuan individu untuk mengatasi masalah


14

akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan

pada tipe pisikotik.

c) Stresor Intelektual

(1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk

berbagai pikiran dan perasaan yang menganggu

pengembangan hubungan dengan orang lain.

(2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan

kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan

cenderung sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain.

(3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan

dengan orang lain akan memicu persepsi yang menyimpang

dan berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lain

(isolasi sosial).

d) Stresor Fisik

Stresor fisik yang memicu isolasi sosial: menarik diri

dapat meliputi penyakit kronik dan keguguran (Sutejo, 2019).

3) Tanda Dan Gejala

Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang ditemukan pada

klien pada saat wawancara biasanya berupa beberapa hal di bawah

ini :

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang

lain.

2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain


15

3) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang

lain

4) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

5) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

6) Klien merasa tidak berguna

7) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

Tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalui observasi,

antara lain :

1) Tidak memiliki teman dekat

2) Menarik diri

3) Tidak komunikatif

4) Tindakan berulang dan tidak bermakna

5) Asyik dengan pikirannya sendiri

6) Tidak ada kontak mata

7) Tampak sedih, apatis, afek tumpul (Sutejo, 2019).

4) Komplikasi

Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam

perjalanan dan tingkah laku masa lalu primitive antara lain

pembicaraan yang aqutistic dan tingkah laku yang tidak sesuai

dengan kenyataan sehingga berakibat lanjut menjadi resiko

gangguan sensori persepsi;halusinasi, mencederai diri sendiri,

orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas sehingga dapat

menyebabkan defisit perawatan diri (Sutejo, 2017).


16

5) Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi

kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam

dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan adalah

proyeksi, splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi merupakan

keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan

emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting

merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya

dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi adalah perilaku

mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo,

2017)

6) Penatalaksanaan

Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan

isolasi sosial antara lain pendekatan farmakologi, psikososial,

terapi aktivitas, terapi okupasi, rehabilitasi, dan program intervensi

keluarga (Yusuf, 2019).

a. Terapi Farmakologi

Terapi farmakoterapi adalah terapi yang digunakan untuk

klien isolasi sosial dengan menggunakan obat-obatan.

b. Electric Consulsive Therapi

Menurut Dermawan & Rusdi (2013) dikenal dengan

electroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan

energy shockelektrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya


17

ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak

berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya CT

bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat

memberi efek terapi setidaknya 15 detik. Kejang yang dimaksud

adalah suatu kejang dimana seseorang kehilangan dan

mengalami rejatan (Dermawan & Rusdi, 2013; dalam Fitrianda,

2013).

c. Terapi Kelompok

Terapi kelompok merupakan suatu psikotherapi yang

dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan

berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh

seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Terapi ini

bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan

interpersonal.

d. Terapi Lingkungan

Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga

aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam

kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia.

Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang

yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkung`an

tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik

maupun kondisi psikologis seseorang. Dengan stimulus

psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan,


18

karena lingkung`an tersebut akan memberikan dampak baik

pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.

7) Rentang Respon Sosial

Respons Respon

Adaptif Maladaptif

1. Menyendiri 1. Kesepian 1. Manipulasi


2. Otonomi 2. Menarik diri 2. Implusif
3. Kebersamaan 3. Ketergantungan 3. Narsisme
4. Saling
Ketergantungan

Gambar. 2.1 Rentang Respon Sosial (Stuart, 2013)

Keterangan:

1) Respon Adaptif

Respons adalah respons individu menyelesaikan suatu hal

dengan cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat.

Respons ini meliputi :

a) Menyendiri (Solitude)

Menyendiri yang dilakukan individu dalam

merenungkan hal yang telah terjadi atau dilakukan dengan

tujuan mengevalusi diri untuk kemudian menentukan

rencana-rencana.
19

b) Otonomi

Otonomi individu dalam menyampaikan ide, pikiran,

perasaan, dalam hubungan sosial. Individu mampu

meneteapkan diri untuk interdependen dan pengaturan diri.

c) Kebersamaan (Mutualisme)

Kemampuan atau kondisi individu dalam hubungan

interpersonal di mana individu mampu untuk saling memberi

dan menerima dalam hubungan sosial.

d) Saling Ketergantungan (Interdependet)

Suatu hubungan saling bergantungan antara satu

individu dengan individu lain dalam hubungan sosial.

2) Respon Maladaptif

Respons maladaptif adalah respon individu dalam

menyelesaikan

masalah dengan cara yang bertentangan dengan norma agama da

n masyaRakat. Respons maladaptif tersebut antara lain :

a) Manipulasi

Gangguan sosial yang menyebabkan individu

memperlakukan sebagai objek di mana hubungan terpusat

pada pengendalian masalah orang lain dan individu

cenderung beriorentasi pada diri sendiri. Sikap mengontrol

digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau


20

frustasi yang dapat digunakan sebagai alat berkuasa atas

orang lain.

b) Implusif

Respons sosial yang ditandai dengan individu sebagai

subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak

mampu merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari

pengalaman, dan tidak dapat melakukan penilaian secara

objektif.

c) Narsisme

Respons sosial ditandai dengan individu memiliki

tingkah laku egosentris, harga diri rapuh, berusaha

mendapatkan penghargaan, dan mudah marah jika tidak

mendapat dukungan dari orang lain.

2. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

a. Definisi

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) merupakan upaya

dalam meningkatkan kemampuan sosialisasi pada sejumlah klien

dengan masalah hubungan sosial utamanya pada klien isolasi

(Ruswadi, 2021).

Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi adalah upaya untuk

memfasilitasi kemampuan pasien dalam meningkatkan sosialisasi

(Ruswadi, 2021).
21

Terapi Aktivitas Kelompok Sosial (TAKS) yaitu tahap persiapan,

orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan menggunakan

metode dinamika kelompok, diskusi atau tanya jawab serta bermain

peran atau stimulasi (Hastutiningtyas R. W, 2016).

b. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Terapi kelompok bertujuan untuk memfasilitasi individu agar

dapat beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional

melalui proses kelompok. Biasanya, anggota kelompok dari terapi

kelompok adalah mereka yang mengalami kesulitan emosional

kesulitan perilaku maupun interaksi dengan orang lain. Adapun tujuan

khusus dari terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu :

1) Klien mampu meningkatkan identitas diri

2) Klien mampu menyalurkan emosi secara konstruktif

3) Klien mampu meningkatkan keterampilan hubungan

interpersonal atau sosial.

c. SOP (Standar Oprasional Prosedur)

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi dilakukan 7 sesi dengan

indikasi klien menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu

berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik

1) Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri

2) Sesi 2: Kemampuan berkenalan

3) Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap

4) Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu


22

5) Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

6) Sesi 6: Kemampuan bekerjasama

7) Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi (Ma’rifatul, Imam, Amar,

2016).

d. Setting Tempat

C L
L
P P

P P

F F

P P
O

Gambar 2.2 Setting Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

(Ma’rifatul, Imam, Amar, 2016)

Keterangan gambar:

1) L ( Leader)

Tugas: Menyampaikan tujuan dan peraturan kegitan terapi

aktivitas kelompok sebelum dimulai, menjelaskan permainan,

mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam

memperkenalkan diri, mampu memimpin terapi aktivitas

kelompok dengan baik dan tertib.


23

2) CL (Co Leader)

Tugas: Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader

tentang aktivitas klien, mengingatkan leader jika kegiatan

menyimpang.

3) F (Fasilator)

Tugas: Membantu leader melakukan kegiatan dan bertanggung

jawab dalam antisipasi masalah.

4) O (Observer)

Tugas: Pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada

kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.

5) Pasien

Tugas: Mengikuti tahapan terapi aktivitas kelompok sosialisasi

dilakukan dari awal hingga akhir.

e. Metode

1) Dinamika kelompok

2) Diskusi dan tanya jawab

3) Bermain peran/stimulasi

f. Alat

1) Hp/tape recorder

2) Musik

3) Bola

4) Buku catatan

5) Jadwal kegiatan klien


24

g. Tahapan-Tahapan Dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart (2016) fase-fase dalam

terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut:

1) Pre Kelompok

Terapi memenulai dengan membuat tujuan, merencanakan,

siapa yang menjadi pemimpin, anggota, dimana, kapan kegiatan

kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dari

kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok

seperti proyektor dan jika memungkinkan biaya dan keuangan.

2) Fase Awal

Pada fase ini terdapat tiga kemungkinan tahapan yang terjadi

yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan

a) Orientasi

Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing,

dan leader mulai melanjutkan rencana terapi dan mengambil

kontrak dengan anggota

b) Konflik

Merupakan masa sulit pada klien dalam proses kelompok,

anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam

kelompok, bagaimana peran anggota, tugas anggota dan yang

akan terjadi para anggota akan saling ketergantungan


25

c) Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, dan

anggota mulai menemukan siapa dirinya

3) Fase Kerja

Pada tahapan ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan

positif dan negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang

telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah

disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan

realistis, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan

tugas kelompok serta penyelesaian masalah yang kreatif

4) Fase kerja

a) Jelaskan kegiatan yaitu lagu pada hp akan dihidupkan serta bola

diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah kiri)

dan pada saat lagu dimatikan maka anggota kelompok yang

memgang bola memperkenalkan dirinya

b) Hidupkan lagu pada hp dan edarkan bola berlawanan jarum jam

c) Pada saat lagu berhenti, anggota kelompok yang memegang bola

dapat giliran untuk menyebut: salam, nama lengkap, nama

panggilan, hobi, dan asal dimulai oleh terapis sebagai contoh

d) Ulangi b, c, dan dsampai semua anggota mendapat giliran

e) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan


26

5) Tahap Terminasi

a) Evaluasi

(1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi

aktivitas kelompok

(2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b) Rencana tindak lanjut

(1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih

memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan

sehari-hari

(2) Memasukan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal

kegiatan harian klien

c) Kontrak yang akan datang

(1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan

anggota

(2) Menyepakati waktu dan tempat

6) Evaluasi dan dokumentasi

1) Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses terapi aktivitas

kelompok berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk

menilai kemampuan klien melakukan terapi aktivitas kelompok.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan

tujuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 1. Evaluasinya

adalah kemampuan klien dalam memperkenalkan diri dari segi


27

aspek verbal maupun non-verbal dengan menggunakan formulir

evaluasi. Untuk sesi selanjutnya akan sama, hanya ada sedikit

perubahan dalam tahapannya.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika

terapi aktivitas kelompok pada catatan proses keperawatan tiap

klien. Misalnya, klien mengikuti sesi 1 terapi aktivitas kelompok

sosialisasi, klien mampu memeperkenalkan diri secara verbal

dan nonverbal, di anjurkan klien memperkenalkan diri pada

klien lain di ruang rawat (buat jadwal).

3. Interaksi Sosial Dan Kemampuan Interaksi Sosial

a. Definisi

Interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama

lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptkan

suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain (Ali,

Asrori, 2011).

Interaksi sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara

orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,

maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia

(Soekanto, 2012).

Interaksi sosial adalah hubungan antar sesama manusia dalam

suatu lingkungan masyarakat yang menciptkan satu keterikatan

kepentingan yang menciptkan status sosial. Juga diartikan sebagai


28

hubungan sosial dinamis yang menyangkutkan hubungan orang-

perorangan antar kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-

orang perorangan dengan manusia (Mubarak, 2013).

b. Manfaat Interaksi Sosial

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari berinterkasi,

antara lain yaitu :

1. Interkasi sosisal dapat membuat manusia menjaga relasinya

dengan orang lain

2. Dengan berinteraksi, manusia dapat menyampaikan pikiran-

pikiran, gagasan atau perasaanya kepada orang lain

3. Interaksi sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Banyak

bukti yang menunjukan, orang yang tidak begitu baik berhubungan

dengan orang lain, kesehatannya menjadi tidak begitu baik

4. Interaksi tidak hanya dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan

hidup manusia melainkan juga untuk menunjukan identitas diri

(Iriantara, Syaripudin, 2013).


29

B. Kerangka Teori

Tanda Gejala Isolasi Gejala Subyektif :


Etiologi Isolasi Sosial :
Sosial :
1. Faktor Predisposisi ) 1. Klien menceritakan perasaan
2. Faktor Presipitasi 1. Gejala Subyektif kesepian atau ditolak oleh
orang lain
2. Gejala Objektif
Penatalaksanaan : 2. Klien merasa tidak aman
berada dengan orang lain
1.Terapi farmakologi
Gejala Objektif :
3. Respon verbal kurang atau
2. Electric singkat
1. Klien tidak mau bicara
Consulsive therapi
2. Klien berdiam diri di 4. Klien mengatakan hubungan
3. Terapi lingkungan yang tidak berarti dengan
kamar
orang lain
4. Terapi Aktivitas
3. Tidak mau berinteraksi
Kelompok 5. Klien merasa bosan dan
dengan orang lain
Sosialisasi lambat menghabiskan waktu
4. Kontak mata kurang
6. Klien tidak mampu
5. Apatis (acuh tak acuh) berkonsentrasi dan membuat
Terapi farmakologi : keputusan
6. Mengisolasi diri
Terapi dengan 7. Klien merasa tidak berguna
menggunakan obat-obatan. 7. Aktivitas menurun
8. Klien tidak yakin dapat
melangsungkan hidup
Electric consulsive therapi : Terapi aktivitas kelompok
sosialisasi :
Terapi psikiatri yang Terapi Lingkungan :
menggunakan energi Terapi kelompok
shockelectric merupakan suatu Terapi yang menata
psikoterapi yang dilakukan lingkungan agar ada
sekelompok pasien perubahan perilaku klien
bersama-sama dengan jalan dari perilaku maladaptive
berdiskusi yang dipimpin menjadi perilaku adaptif
oleh seorang therapist

Keterangan :

- - - - - = Di teliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Teori

(Sutejo, 2017) (Sutejo, 2019)


30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah suatu karakteristik subjek penelitian yang

dapat berubah dari satu subjek ke subjek lainnya. Konsep ini dapat

dibedakan menjadi dua yaitu kuantitatif dan kualitatif (Hidayat, 2017).

Menurut (Nursalam, 2017) Variable adalah suatu karakteristik yang

memberikan nilai bebeda terhadap sesuatu hal misalnya benda, manusia dan

lain-lain. Variable dikarakteristikan sebagai jumlah, perbedaan dan derajat.

Variable juga dapat diartikan sebagai konsep pengukuran dari berbagai level

abstrak penelitian.

1. Variable independen (variabel bebas)

Variable ini disebut juga variable bebas karena nilainya

menentukan variable lain. Variable bebas biasanya dimanipulasi,

diamati, dan diukur yang bertujuan agar dapat mengetahui hubungan atau

pengaruh terhadap variable lain. Dalam ilmu keperawatan variable bebas

merupakan stimulus agar dapat mempengaruhi tingkah laku klien. Dalam

penelitian ini variabel independen (bebas) adalah pengaruh terapi

aktivitas kelompok sosialisasi.

2. Variable dependen (Variabel terkait)

Variable ini juga disebut variable terkait karena nilainya

dipengaruhi oleh variable lain. Dari kata lain variable terkait adalah

faktor yang diukur untuk mengetahui adanya pengaruh dari variable

30
31

independen (bebas). Dalam penelitian ini variabel dependen atau terikat

adalah kemampuan interaksi sosial.

B. Hipotesis dan Kerangka Konsep

1. Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernyataan),

yaitu pernyataan yang masih lemah yang membutuhkan pembuktian

untuk menegaskan apakah hipotesis yang masih lemah yang

membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis dapat

diterima atau ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah

dikumpulkan dalam penelitian, atau dengan kata lain hipotesis

meruapakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara

dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Hidayat, 2017).

a. H0 : Tidak ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada

terhadap kemampuan interaksi sosial pasien isolasi sosial di Rsud

Dr.R. Soedjati Soemodiarjo Purwodadi

b. Ha : Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap

kemampuan interaksi sosial pada pasien isolasi sosial di Rsud Dr.R.

Soedjati Soemodiarjo Purwodadi.

2. Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka dapat disusun kerangka

konsep sebagai berikut :


32

Variabel Independen Variabel Dependen


Terapi Aktivitas Kemampuan Interaksi

Kelompok Sosialisasi Sosial

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

C. Jenis Dan Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang

diawali dengan logika berfikir deduktif kemudian dilakukan dilakukan

telaah teori yang diakhiri dengan keranggka pikir (A. A. Hidayat, 2017).

Peniliti memilih salah satu desain penelitian yaitu pre-experimental

designs dengan rancangan one group pretest-posstest design. Pre-

experimental designs. Sugiyono (2016) menjelaskan “Dikatakan pre-

experimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen

sungguh-sungguh. Karena masih terdapat variabel luar yang ikut

berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil

eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata

dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak

adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random”.

Sedangkan rancangan one group pretest-posstest design adalah desain

pre eksperimental yang terdapat pre test (tes sebelum diberi treatment) dan

post test (tes sesudah diberi treatment) dalam satu kelompok (Sugiyono,

2016). Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut.


33

×
Gambar 3.2 Pola penelitian one group pre test post test

Keterangan :

X = treatment yang diberikan (variabel independen)

O1 = pretest kelompok eksperimen

O2 = postest kelompok eksperimen (setelah diberi treatment)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut (Nursalam, 2017) Populasi dapat diartikan sebagai suatu

subjek (manusia atau klien) yang memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15,  pasien isolasi

yang berada di ruang Rosella RSUD Dr. R Soedjati Purwodadi.

2. Sample

Sampel penelitian terdiri dari bagian populasi yang terjangkau yang

dapat digunakan sebagai suatu objek sampling. Sampling adalah proses

menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili. Teknik sampling

yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu

teknik pemilihan sample dengan cara memilih sample diantara populasi

yang dibutuhkan peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili dalam

penelitian (Nursalam, 2017). Peneliti ini akan menggunakan total


34

sampling yaitu pasien isolasi sosial yang berada di ruang Rosella RSUD

Dr.R Soedjati Purwodadi.

Berikut kriteria inklusi dan ekslusi yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum pada penelitian yang akan

diteliti dan di pertimbangkan sebagai pedoman saat menentukan

kriteria inklusi (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu pasien yang mengalami isolasi sosial atau

menarik diri yang berada di ruang rosella RSUD Dr. R Soedjati

Purwodadi Grobogan.

b. Kriteria Ekslusi adalah subjek yang tidak diikuts ertakan dalam

kriteria inklusi. Kriteria ekslusi yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1) Responden yang tidak bersedia diteliti

2) Responden yang tidak mengalami isolasi sosial.


35

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus Slovin :

= = 15

Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

d = Tingkat signifikan

Jadi banyak sampel dalam penelitian ini adalah 15 orang (Nursalam,

2015)

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Rosella RSUD Dr. R Soedjati

Purwodadi Kabupaten Grobogan.

2. Waktu Penelitian
36

Rencana penelitian ini dilakukan pada bulan September 2022 di ruang

Rosella RSUD Dr. R Soedjati Purwodadi Grobogan yang akan dilakukan

tiga kali dalam minggu sekali setiap sesi.

F. Definisi Operasional

Menurut (Hidayat, 2017) definisi operasional adalah cara untuk

menjelaskan variable berdasarkan pengamatan peneliti yang bertujuan agar

peneliti dapat meneliti secara cermat terhadap suatu objek atau peristiwa.
37

Variabel Penelitian Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi


Alat Ukur
Operasional Hasil
Variabel Independen Terapi dalam bentuk kegiatan yang dilakuka SOP ( Standar Sesuai deng
Terapi Aktivitas n bersama atau berkelompok sebagai upaya operating procedure) apabila
Kelompok Sosialisasi kemampuan bersosialisasi, sehingga dapat Terapi Aktivitas prosedur
meningkatkan kemampuan klien dalam Kelompok dalam SOP 
melakukan interaksi sosial. Sosialisasi (1)
Tidak sesu
SOP apabil
dalam SOP
Tidak Dilak

Variabel Dependen Suatu kemampuan untuk melakukan Lembar observasi 1. Mampu


Kemampuan komunikasi dan kontak sosial yang saling interaksi sosial yang 76
Interaksi Sosial timbal balik antar sesama maupun terdiri atas 76  2. Tidak
limngkungan sekitar. pertanyaan Skor 60
3. Sangat T
Mampu :
38

G. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen/Alat Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam

pengumpulan data dalam penelitian yang dapat menghasilkan data secara

langsung (A. A. alimul Hidayat, 2017). Dalam penelitian ini

pengumpulan data dilakukan dengan cara SOP dan observasi. Menurut

(Arief, 2020) SOP atau Standar Operational Prosedure merupakan

panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional dalam

kegiatan agar dapat terkendali dan terpantau dengan baik. Observasi

adalah cara yang dilakukan peneliti dengan pengumpulan data secara

langsung (A. A. Alimul Hidayat, 2017). Menurut (Hasanah, 2017)

kelebihan dan kelemahan dari teknik observasi yaitu :

a. Kelebihan

1) Metode observasi tidak mencolok dan tersamar

2) Tidak menuntut interaksi langsung dengan pasien

3) Dapat meminimalisasi potensi dan pengaruh yang ditimbulkan oleh

pengamat

4) Pengamat memiliki kebebasan untuk menggali informasi dan

pegetahuan dari subjek amatan

5) Metode ini lebih terstuktur memiliki fleksibilitas dalam

membingkai gagasan ke dalam realitas baru

6) Mampu memperoleh gambaran memahami tingkah laku yang

kompleks dan situasi rumit.


39

b. Kelemahan

1) Peneliti ketika melakukan onbservasi mendasaran pada persepsi

atau kesan sendiri

2) Masalah subjektifitas terlalu bersandar pada artikulasi perorangan

3) Apabila observasi bergantung pada bidang cukupan yang luas dapat

mengakibatkan generalisasi menjadi tidak tepat dan objektif

2. Instrumen / alat pengumpulan data

Instrumen yaitu alat ukur atau parameter dalam penelitian sesuai

variable dalam penelitiaan (A. A. Alimul Hidayat, 2017).

a. Karakteristik responden

Pada penelitian ini karakteristik responden yang akan ditinjau peneliti

berdasarkan aspek demografi meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan

dan pekerjaan (Ghozali & Pratiwi, 2021) .

b. SOP atau Standar Operational Prosedure TAKS pada pasien isolasi

sosial terhadap kemampuan interaksi sosial

c. Observasi

Menggunakan lembar observasi berupa check list (√) yang terdiri dari

76 pertanyaan yang akan dilakukan oleh peneliti. Sesuai dengan

indikator memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan

bercakap-
40

cakap, bercakap-cakap topik tertentu, bercakap-cakap masalah pribadi,

bertanya dan meminta, kemampuan sosialisiasi.

3. Uji Validitas

Uji validitas yaitu prinsip pengukuran dan pengamatan data dalam

mengumpulkan data (Nursalam, 2017). Adapun aspek yang dinilai dalam

menilai kemampuan pasien dalam interaksi sosial yaitu terdapat 76

indikator yang perlu diamati. Uji validitas tidak dilakukan dalam

penelitian ini karena dalam indikator yang digunakan peneliti mencari

dari literatur buku sehingga instrumen baku. (Keliat & Pawirowiyono,

2018).

4. Uji Reabilitas

Reabilitas adalah menyangkut tentang kepercayaan, keterandalan,

konsistensi atau kestabilan hasil dari hasil suatu pengukuran (Nursalam,

2017). Uji reabilitas tidak dilakukan dalam penelitian ini karena indikator

yang digunakan dalam lembar observasi mengambil dari literature buku

terapi aktifitas kelompok sehingga instrument sudah baku (Keliat &

Pawirowiyono, 2018). Dalam penelitian ini instrumen akan dihitung

menggunakan rumus spearman brown dengan bantuan program

Microsoft Excel 2010.

r¹¹ = ( )( )

Keterangan :

r¹¹= koefisien reabilitas


41

n = banyaknya butir pertanyaan

S² = varians skor total

p = proporsi soal yang menjawab soal dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab soal dengan salah ( q = 1-p)

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membuat surat persetujuan dengan tanda tangan Kepala Pembimbing I

dan Pembimbing II untuk meminta izin mengambil data awal penelitian

Kepala Ketua Program Studi S1 Keperawatan Universitas An Nur.

2. Surat diajukan ke RSUD Dr. R. Soedjati Purwodadi Grobogan untuk

permohonan pencarian data.

3. Setelah mendapatkan surat balasan, diarahkan menuju ke ruang Rosella

untuk melakukan mendapatkan data yang diperlukan

4. Melakukan study pendahuluan dengan mewawancarai responden dan

perawat di ruang Rosella RSUD Dr. R. Soedjati Purwodadi Grobogan.

5. Membuat surat persetujuan dengan tanda tangan kepada pembimbing I

dan Pembimbing II untuk meminta ijin melakukan penelitian kepada

Ketua Progam Studi S1 Keperawatan Universitas Annur Purwodadi.

6. Surat diajukan ke RSUD Dr. R. Soedjati Purwodadi Grobogan untuk

permohonan melakukan penelitian


42

7. Setelah mendapatkan surat balasan, diarahkan menuju ruang Rosella

RSUD Dr. R. Soedjati Purwodadi Grobogan untuk meminta ijin dan

persetujuan kepada kepala ruang guna melakukan penelitian di ruangan

tersebut.

8. Membutuhkan asisten penelitian yaitu satu mahasiswa keperawatan

dengan pelatihan terapi aktifitas kelompok sosialisasi.Untuk membantu

mengevaluasi secara bersama dan melaksanakan penelitian dengan

sungguh-sungguh.

9. Mengidentifikasi responden berdasarkan kriteria yang bersedia mengikuti

penelitian. Bagi responden yang memiliki diagnose isolasi sosial akan

dilakukan terapi aktifitas kelompok sosialisasi.

10. Menjelaskan tujuan, manfaat terapi, serta prosedur penelitian kepada

calon responden.

11. Memberikan lembar persetujuan menjadi responden (inform consent)

kepada responden

12. Peneliti memberikan kuesioner dan mengamati apakah pasien mampu

berinterkasi sosial dengan cara check list (√) untuk mengetahui

bagaimana kemampuan pasien.

13. Kepada responden (kelompok perlakuan) akan diberikan terapi aktifitas

kelompok sosialisasi dengan 7 sesi untuk berinteraksi sosial.


43

14. Setelah 1x24 jam peneliti mengobservasi apakah pasien mampu

berinteraksi sosial dengan mengisi kuesioner kembali dengan cara check

list (√) untuk mengetahui kemampuan pasien.

15. Menghitung isi kuesioner kemampuan interaksi sosial setelah diberikan

tindakan (posttest).

16. Data dikumpulkan untuk di analisa.

I. Rencana Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan pada penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai

berikut :

a. Editing

Editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti setiap

daftar lembar kusioner dan observarsi tentang kemampuan

berinterkasi sosial.

b. Coding

Pemberian kode varaibel pada hasil penelitian untuk kemudahan

analisis dengan komputer. Sebelum perlakuan diberikan kode 1

setelah perlakuan diberikan kode.

c. Data Entry

Kegiatan memasukan data yang dikumpulkan oleh peneliti dan

dimasukan tabel atau database computer dan dibuat distribusi

sederhana dengan dibuat tabel kontigensi.


44

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan, jika penelitian deskriptif akan

menggunakan statistik deskriptif sedangkan jika analisis analitik

akan menggunakan statistik inferensi (Hidayat, 2017).

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik

masing – masing variable yang akan diteliti oleh peneliti. Analisis

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variable bebas yaitu

terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi sedangkan variable terikat

yaitu kemampuan mengontrol perilaku kekerasan. Dalam penelitian

ini menggunakan presentase yaitu lembar observasi masing masing

jawaban dianalisis dengan rumus kemudian dikali bilangan tetap.

Menurut (Panjaitan & Sauda, 2016) Adapun rumus yang dapat

digunakan sebagai berikut :

P= x 100 %

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi Data

N = Jumlah responden
45

b. Analisa Bivariat

Tujuan analisa bivariat adalah untuk melihat ada tidaknya

hubungan antara dua variable, yaitu variable terikat dengan variable

bebas. Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan

diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan kemudian

dilanjutkan ke analisis bivariate. Analisa ini dilakukan untuk

mengetahui pengaruh terapi aktifitas kelompok sosialisasi pada pasien

isolasi sosial terhadap kemampuan interaksi sosial.Data berdistribusi

normal jika uji yang digunakan Uji Paired T Test, jika hasil uji Paired

T Test didapatkan a <0,05 makan Ha diterima Ho ditolak dan apabila

a > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Data berdistribusi tidak

normal maka uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Dari hasil uji

Wilcoxon didapatkan a < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak dan

apabila a > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima (Dahlan, 2011).

J. Etika Penelitian

Penelitian ini menerapkan prinsip etika penelitian sebagai upaya

untukmelindungi hak responden dan peneliti selama proses penelitian. Suatu

penelitian dikatakan etis ketika penelitian tersebut memenuhi dua syarat

yaitudapat dipertanggung jawabkan dan beretika. Prinsip etik dalam

penelitian ini sebagai upaya untuk melindungi hak dan privasi responden

(Notoatmodjo, 2018).
46

Peneliti menguraikan masalah etik pada penelitian ini berdasarkan

ketiga prinsip etik meliputi:

a. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan (informed consent) merupakan bentuk

persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan

memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum

peneliti dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan Informed concent adalah agar subyek mengerti

maksud dan tujuan penelitian dan mengerti dampaknya. Jika subjek

bersedia, maka mereka harus menandatangi lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak tersebut.

b. Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberi

jaminan dalam mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Informasi yang di berikan oleh responden akan di jamin

kerahasian, karena peneliti hanya menggunakan kelompok data sesuai

kebutuhan dalam peneliti.


47

DAFTAR PUSTAKA

Apriliani D, &Herliawati H. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien


Isolasi Sosial: Menarik Diri Dengan Menerapkan Terapi Social Skill
Training. Diss Sriwijaya University.

Arief, R. (2020). Pengaruh Penerapan Standar Operasional Prosedur (Sop), Gaya


Kepemimpinan, Dan Audit Internal Terhadap Kinerja Karyawan (Studi
Kasus Pada PT. Mega Pesanggrahan Indah). Jurnal Ekonomika Dan
Manajemen, 9(2), 125–143.

Berhimpong, Eyvin., Sefty Rompas & Michael Karundeng. 2016. Pengaruh


Latihan Keterampilan Sosialisasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien
Isolasi Sosial. Ratumbuysang Manado.E-Journal Keperawatan (EKP) Vol. 4
No. 1

Dermawan, R & Rusdi. (2013) Keperawatan Jiwa : Konsep Dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hasanah, H. (2017). Teknik - Teknik Observasi. At-Taqaddum, 8(1), 21.


https://doi.org/10.21580/at.v8i1.1163

Hastutiningtyas. W & Setyabudi I.(2016). Peran Aktivitas Kelompok Sosisialisasi


(TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Dan Masalah Isolasi Pasien
(Review Literatur). Malang.

Hidayat, A. A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.


Salemba Medika.
Hidayat, A. A. alimul. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan
Kesehatan. Salemba Medika.

Keliat, B. A., & Pawirowiyono, A. (2018). Keperawatan Jiwa Terapi Aktifitas


Kelompok. Jakarta: EGC

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan ( Peni Puji Lestari


(ed.); 4th ed.). Salemba Medika.

Pambudi, W, E., Dewi, E, I., & Sulistyorini, L.,. (2017). Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi
Sosial Pada Lansia Dengan Kesepian Di Pelayanan Sosial Lanjut
Usia(PSLU) Jember (The Effects Of Socialization Group Activity Therapy
(SGAT) Toward Ability Of Social Intera. E-Jurnal Pustaka Kesehatan,
5(2),253-259.

48
48

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian kesehatan RI, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia , Jakarta.

Ruswadi. (2021). Keperawatan Jiwa Panduan Praktis Untuk Mahasiswa


Keperawatan. Penerbit Adab ( CV Adanu Abimata ).

Stuart dan Sundeen. (2015). Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC.

Stuart, Gail W. (2013) Principles & Practice Of Psychiatric NurshingTenth


Edition. St. Louis: Elselver Mosby.

Sukaesti, Diah. (2019) . Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 6(1),19-24.

Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa (Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa Dan Psikososial). Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa ( Prinsip Dan Praktik Asuhan Keperawatan


Jiwa). Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Soekanto Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar Teori Paradigma. Jakarta:


PT. Bumi Aksara.

Panjaitan, F., & Sauda, S. (2016). Evaluasi Website SMK Negeri Kota Palembang
Menggunakan Usability Testing. Jurnal Ilmiah MATRIK, 18(3), 203–212.

Yosep Irianatara dan Usep Syarifpudin. (2013). Komunikasi Pendidikan.


Bandung: Simbosa Rekatama Media.

Yusuf, Ah. (2019). Kesehatan Jiwa. Jakarta: Mitra Wacana Media.


49

Lampiran 6
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Shinta Nuvita


NIM : 18021384

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Annur


Purwodadi yang sedang mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosisal
Pada Pasien Isolali Sosial di RSUD Dr.R. Soedjati Soemodiajo Purwodadi”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Siswa/siswi sebagai
responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas perhatiaan dan kesediaan untuk
menandatangani persetujuan untuk menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Purwodadi, Juli 2022

Penulis

Shinta Nuvita
50

Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


No. Responden :
Usia :
Alamat :

Dengan ini menyatakan sesungguhnya saya telah mendapatkan penjelasan


mengenai maksud pengumpulan data untuk penelitian “Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosisal
Pada Pasien Isolali Sosial di RSUD Dr.R. Soedjati Soemodiajo Purwodadi”.
Untuk itu secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi responden penelitian
tersebut.
Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh
kesadaran tanpa paksaan.

Purwodadi, Juli 2022

Responden

......................................
51

Lampiran 1

LEMBAR DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Isilah kotak ini dengan tepat, berikan tanda checklist (√) pada kotak

dibawah ini (diisi oleh peneliti)

Data Demografi Respondsen

1. Kode Responden :

2. Umur :

3. Pendidikan : SD SMA/sederajat

SMP Sarjana/sederajat

4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga PNS

Wiraswasta Karyawan

5. Alamat :

6. Ruang :
52

Lampiran 2

STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
A. Tujuan
Tujuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu klien mampu
memperkenalkan diri, berkenalan dengan anggota kelompok, bercakapcakap
dengan anggota kelompok, menyampaikan dan membicarakan topik
percakapan, menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi, bekerja
sama dalam permainan, dan mampu menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
B. Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Tape recorder atau sejenisnya untuk memutar lagu.
2. Bola plastik
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal keguiatan klien
D. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran
E. Cara Kerja
1. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a. Memberi salam terapeutik dan bina hubungan saling percaya
b. Kontrak :
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main :
a) Jika ada klien yang meninggalkan kelompok harus meminta izin
ke terapis.
53

b) Lama kegiatan 45 menit.


c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
2. Tahap Kerja :
a. Jelaskan kegiatan, yaitu tape recorder akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah kiri) dan
pada saat tape recorder di matikan maka anggota kelompok yang
memegang bola memperkenalkan diri.
b. Hidupkan tape recorder dan edarkan bola plastik berlawanan dengan
arah jarum jam.
c. Pada saat tape recorder dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk meyebutkan : salam, nama
lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal dimulai oleh terapis sebagai
contoh.
d. Tulis nama panggilan di kertas / papan nama dan tempel/ pakai.
e. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberikan tepuk tangan.
f.Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
b) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2) Rencana Tindak Lanjut
a) Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan sehari-
hari.
b) Memasukan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal
kegiatan harian klien.
c) Kontrak yang akan datang : menyepakati kegiatan, waktu, dan
tempat.
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya
pada tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS.
54

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan


TAKS. TAKS sesi 1 sampai sesi 7 dengan menggunakan formulir
evaluasi.
4. Dokumentasi
Dokumetasikan kemampuaqn yang dimiliki klien ketik TAKS
pada catatan proses keperawatan triap klien. Misalnya mengikuti ses 1
TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal,
dianjurkan klien memperkenlkan diri pada klien lain.
55

Lampiran 3

LEMBAR PELAKSANAAN SOP (STANDAR OPERASIONAL


PROCEDURE) TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

NO Nama Dilakukan SOP Tidak Dilakukan


SOP

Petunjuk :
1. Sesuai dengan SOP apabila semua prosedure dalam SOP dilakukan di beri
nilai 1
2. Jika tidak sesuai dengan SOP apabila prosedure dalam SOP ada yang tidak
dilakukan di beri nilai 0
56

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK : SOSIALISASI (TAKS)

Sesi : 1 Kemampuan Memperkenalkan Diri


A. Kemampuan Verbal

No Aspek yang dinilai Nama Klien

1. Menyebutkan
nama lengkap
2. Menyebutkan
nama panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
Jumlah

B. Kemampuan Non Verbal

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Kontak mata
2. Duduk tegap
3. Menggunakan
bahasa
tubuh sesuai
4. Mengikuti kegiatan
dari awal sampai
akhir
Jumlah
57

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan
jika nilai 0, 1 atau 2 klien tidak mampu.
58

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK : SOSIALISASI (TAKS)

Sessi : 2 Kemampuan Berkenalan


A. Kemampuan Berkenalan

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Menyebutkan nama
lengkap
2. Menyebutkan nama
panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
5. Menanyakan nama
panggilan
6. Menanyakan asal
7. Menanyakan hobi
Jumlah

B. Kemampuan Nonverbal

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan
bahasa tubuh yang
sesuai
4. Mengikuti kegiatan
59

dari awal sampai


alhir
Jumlah

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu,
dan jika nilai 0, 1 atau 2 klien tidak mampu.
60

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK : SOSIALISASI (TAKS)

Sesi : 3 Kemampuan Bercakap-cakap


A. Kemampuan Verbal : Bertanya Dan Menjawab

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Mengajukan
pertanyaan yang
jelas
2. Mengajukan pertany
aan yang ringkas
3. Mengajukan pertany
aan secara relevan
4. Mengajukan pertany
aan secara spontan
5. Menjawab secara
jelas
6. Menjawab secara
ringkas
7. Menjawab secara
relevan
8. Menjawab secara
spontan
Jumlah
61

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa
tubuh yang sesui
4. Mengikuti kegiatan
dari awal sampai
Jumlah
B. Kemampuan Nonverbal

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu,
dan jika nilai 0, 1 atau 2 klien tidak mampu

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK : SOSIALISASI (TAKS)
62

Sesi : 4 Kemampuan Bercakap-cakap Topik Tertentu


A. Kemampuan Verbal : Menyampaikan Topik Dan Memilih Topik

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Menyampaikan topik secara


jelas
2. Menyampaikan topik secara
ringkas
3. Menyampaikan topik secara
relevan
4. Menyampaikan topik secara
spontan
5. Memilih topik secara jelas
6. Memilih topik secara ringkas
7. Memilih topik secara relevan
8. Memilih topik secara pontan
Jumlah

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien


63

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
B. Kemampuan Nonverbal

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu,
dan jika nilai 0, 1 atau 2 klien tidak mampu

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK : SOSIALISASI (TAKS)

Sesi : 5 Kemampuan Bercakap-cakap Masalah Pribadi


64

A. Kemampuan Verbal : Menyampaikan Topik Dan Memilih Topik

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Menyampaikan topik
secara jelas
2. Menyampaikan topik
secara ringkas
3. Menyampaikan topik
secara relevan
4. Menyampaikan topik
secara spontan
5. Memilih topik secara
jelas
6. Memilih topik secara
ringkas
7. Memilih topik secara
relevan
8. Memilih topik secara
spontan
Jumlah

B. Kemampuan Verbal : Memberi Pendapat Tentang Masalah


65

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Memberi pendapat
dengan jelas
2. Memberi pendapat secara
ringkas
3. Memberi pendapat secara
relevan
4. Memberi pendapat secara
spontan
Jumlah

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa 
tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari 
awal sampai akhir
Jumlah
C. Kemampuan Nonverbal

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama, tulis nama panggilan klien yang ikut
TAKS
66

2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika mendapat nilai 3 atau 4 , klien
mampu : jika nilai 0,1,2 belum mampu.

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK : SOSIALISASI (TAKS)
67

Sesi : 6 Kemampuan Bekerja Sama


A. Kemampuan Verbal : Bertanyta Dan Meminta Jawaban, Menjawab Dan
Memberi

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Bertanya dan meminta secara
jelas
2. Bertanya dan meminta secara
ringkas
3. Bertanya dan meminta secara
relevan
4. Bertanya dan meminta secara
spontan
5. Menjawab dan memberi
secara jelas
6. Memnjawab dan memberi
secara ringkas
7. Menjawab dan memberi
secara relevan
8. Menjawab dan memberi
secara spontan
Jumlah

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien


68

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
Jumlah
B. Kemampuan Nonverbal

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama, tulis nama panggilan klien yang ikut
TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika mendapat nilai 3 atau klien
mampu : jika nilai 0,1,2 belum mampu.

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK : SOSIALISASI (TAKS)

Sesi : 7 Evaluasi Kemampuan Sosialisasi


69

A. Kemampuan Verbal : Menyebutkan manfaat enam kali TAKS

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Menyebutkan manfaat
secara jelas
2. Menyebutrkan manfaat
secara ringkas
3. Menyebutkan manfaat
secara relevan
4. Menyebutkan manfaat
secara spontan
Jumlah

B. Kemampuan Nonverbal

No Aspek Yang Dinilai Nama Klien

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama, tulis nama panggilan klien yang ikut
TAKS
70

2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika mendapat nilai 3 atau klien
mampu : jika nilai 0,1,2 belum mampu.
71

Anda mungkin juga menyukai