PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri
dimana seorang yang sudah berkeluarga sangat berharap
mempunyai anak, jika anak dalam keadaan sehat, orang tua pun
senang, bangga dan bahagia. Suatu perjalanan hidup yang harus
dilalui oleh seorang anak adalah tumbuh dan berkembang
(Retnosari, 2012).
Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
(koordinasi motorik halus dan kasar), saya pikir, daya cipta,
bahsa dan komunikasi, yang tercakup dalam kecerdasan
intelektual (IQ), kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual atau
kecerdasan agama atau religius, sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak (Ariyanti, 2016).
Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak
lahir sampai mencapai usia dewasa (Putri, 2016). Peroide penting
dalam tumbuh kembang adalah masa balita, dimana pada masa
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya (Setyowati, 2013).
Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam
interaksi dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak,
kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung
mengarah pada pola asuh yang diterapkan (Singgih, 2010).
Ibu yang memiliki anak harus menyediakan banyak waktu
dan tenaga untuk meluangkan waktu bersama anak-anaknya.
Banyak permasalahan yang timbul disebabkan karena orang tua
terutama ibu memberikan perhatian yang lebih pada salah satu
anaknya hingga menyebabkan anak yang lainnya atau kakaknya
merasa cemburu, serta dapat menimbulkan kejadian sibling
rivalry. Sibling rivalry adalah rasa persaingan saudara kandung
terhadap kelahiran adiknya. Anak mendemonstrasikan sibling
rivalry nya dengan berperilaku tempramental, misalnya menangis
keras tanpa sebab, berperilaku ekstrim untuk menarik perhatian
orang tuanya, atau dengan melakukan kekerasan terhadap
adiknya (Sulistyawati, 2014).
Rahmawati (2015); Hanum dan Hidayat (2015) menyebutkan
bahwa sibling rivalry dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya: Perbedaan jenis kelamin, lebih besar dijumpai pada
anak yang memiliki jenis kelamin sama (69,1%) dibandingkan
dengan anak yang tidak memiliki persamaan jenis kelamin
(30,9%). Anak yang mengalami sibling rivalry lebih besar dijumpai
pada anak dengan jarak usia < 3 tahun (80,0 %) dibandingkan
pada anak dengan jarak usia > 3 tahun (20,0 %). Jarak usia antar
saudara kandung dan perbedaan jenis kelamin mempengaruhi
cara bersikap antar saudara kandung, perbedaan usia yang jauh
dan jenis kelamin berbeda akan membuat hubungan terjalin lebih
ramah dan saling menghiasi, dibandingkan jarak usia tidak terlalu
jauh. Faktor yang selanjutnya yaitu urutan kelahiran, 100%
kejadian sibling rivalry terjadi pada anak pertama. Urutan
kelahiran bagi anak memainkan peranan yang penting didalam
keluarganya, sehingga menentukan pola interaksi dengan
saudara kandung, orang tua dan orang disekitarnya. Faktor
terakhir yang mempengaruhi sibling rivalry yaitu pola asuh orang
tua. Pola asuh demokratis mempengaruhi 22,2% kejadian sibling
rivalry dan pola asuh otoriter mempengaruhi 77,8% kejadian
sibling rivalry (Rahmawati, 2015; Hanum & Hidayat, 2015).
Menurut Boyle (dalam Putri, Deliana, & Hendriyani, 2013)
menjelaskan bahwa apabila sibling rivalry tidak ditangani di masa
awal kanak-kanak dapat menimbulkan delayed effect. Masalah
tersebut terjadi ketika pengalaman sibling rivalry pada anak
tersimpan di bagian alam bawah sadar pada usia 12 tahun
hingga 18 tahun. Sehingga dapat terjadi kembali bertahun-tahun
kemudian dalam bentuk perilaku psikologis yang
merusak.Berdasarkan hasil penelitian Putri, Deliana dan
Hendriyani (2013) menyebutkan bahwa dampak dari sibling
rivalry ada tiga yaitu dampak pada anak, orang tua dan
masyarakat. Dampak sibling rivalry pada anak salah satunya
adalah munculnya sikap temper tantrum yaitu anak
memperlihatkan emosi dengan menangis kencang, berteriak-
teriak, sampai melempar barang.Tantrum dapat dikenali dengan
terlihatnya sifat sensitif, cepat marah dan mudah tersinggung.
Kemudian dampak sibling rivalry yang terjadi pada orang tua
yaitu orang tua menjadi stress dengan perilaku yang ditunjukkan
anak-anak. Dampak sibling rivalry pada masyarakat, dapat terjadi
ketika hubungan antar saudara yang tidak baik dapat menjadi
awal pola hubungan yang tidak baik pula di luar rumah karena
anak membawa terus sikap tidak baik tersebut pada masyarakat.
Dengan adanya dampak sibling rivalry maka perlu dilakukan
penelitian ini sehingga anak mampu mengenali reaksi sibling
rivalry dan dapat mengantisipasi dampak sibling rivalry dengan
diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi sibling rivalry.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka saya merumuskan
masalah penelitian ini adalah “apakah ada hubungan pola asuh
orang tua dengan sibling rivalry pada anak usia prasekolah di
TPQ An-Nur desa sidawangi kecamatan sumber kabupaten
cirebon tahun 2020?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sibling
Rivalry Pada Anak Prasekolah di TPQ An-Nur Desa
Sidawangi Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon Tahun
2020.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Sibling Rivalry Pada Anak Prasekolah di TPQ An-
Nur Desa Sidawangi Kecamatan Sumber Kabupaten
Cirebon Tahun 2020.
b. Untuk TPQ An-Nur Desa Sidawangi Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon Tahun 2020.
c. Untuk menganalisa Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Sibling Rivalry Pada Anak Prasekolah di TPQ An-
Nur Desa Sidawangi Kecamatan Sumber Kabupaten
Cirebon Tahun 2020.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
referensi dan menambah wawasan serta pengetahuan
tentang hubungan pola asuh orang tua dengan sibling rivalry
pada anak prasekolah.
b. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan secara menyeluruh.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya terkait dengan hubungan pola asuh
orang tua dengan sibling rivalry pada anak prasekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pihak Sekolah
Penelittian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan masukan untuk mengurangi kejadian sibling rivalry
dan memberikan informasi sehingga dapat memberikan
pembelajaran tentang sibling rivalry pada anak prasekolah
b. Bagi Orang Tua
Mampu melakukan pengasuhan yang dapat dan
menghindari terjadinya sibling rivalry pada anak prasekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Usia Prasekolah
a. Definisi Usia Prasekolah
Rentang usia antara 4 sampai dengan 6 tahun merupakan
tahapan yang disebut sebagai usia prasekolah (Izzaty, 2017).
Anak usia prasekolah menurut Wong (2008), adalah anak usia 3
sampai 5 tahun dimana sebagian besar sistem tubuh telah motur
dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan
perubahan yang moderat. Pengertian yang sama juga
dikemukakan oleh Rusilanti (2015), anak usia prasekolah adalah
anak usia berusia 3 sampai 5 tahun yang merupakan sosok
individu, makhluk sosial kultural yang sedang mengalami suatu
proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik
tertentu.
Di usia anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan
mental, dengan karakteristik sebagai berikut, berkembangnya
konsep diri, munculnya egoisentris, rasa ingin tahu, imajinasi,
belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal (tubuh),
belajar dari lingkungannya, berkembangnya cara berpikir,
berkembangnya kemampuan berbahasa, dan munculnya
perilaku (Wong, 2008).
Tahap
Usia Karakteristik Penting Implikasi Keperawatan
Neonatus Lahir – Perilaku bersifat seluruhnya bersifat Bantu orang tua untuk
28 hari refleks berkembang menjadi mengidentifikasi dan
perilaku yang lebih terarah memenuhi kebutuhan
yang belum terpenuhi
2. SIBLING RIVALRY
a. Definisi Sibling Rivalry
Sibling rivalry adalah bentuk prilaku anak yang memiliki adik
baru. Anak cenderung bersikap lebih nakal karena merasa
cemburu dan tersaingi atas kehadiran adiknya, terlebuh lagi
ketika ia melihat ibunya sedang bersama adiknya. Perilaku ini
biasanya ditunjukan untuk menarik perhatian ibu dan biasanya
muncul pada anak-anak usia 12-18 bulan (Buku Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah).
Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung
untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu
kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau
suatu yang lebih (Lusa, 2010).
Sibling rivalry terjadi karena merasa kehilangan orang tua
dan menganggap saudaranya sebagai saingan dalam
mendapatkan kasih sayang dari orang tua serta sikap orang tua
yang suka membandingkan anak (Nurmaningtyas,F 2013).
Sibling rivalry juga terjadi ketika jarak terlalu dekat yaitu 2-4 tahun
karena pada jarak tersebut anak sama-sama mendapatkan
perhatian yang sama (Woolfson,R 2012).
3. POLA ASUH
a. Pengertian Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Pola
asuh berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur)
yang tetap. Sedangkan asuh dapat berarti menjaga (merawat dan
mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan
sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan
menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Lebih jelasnya,
kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan
pemeliharaan, perawatan, dukungan dan bantua sehingga orang
tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat (Fitrianingsih,
2013).
Menurut Tridhonanto (2014), pola asuh orang tua adalah
suatu keseluruhan interaksi orang tua dan anak, dimana orang
tua yang memberikan dorongan bagui anak dengan mengubah
tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling
tepat bagi orang tua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta
berkembang secara sehat dan optimal, memliki rasa percaya diri,
memiliki sifat asa ingin tahu, bersahabat, dan berorientasi untuk
sukses.
Kehidupan keluarga merupaka n lingkungan pertama dan
utama bagi anak. Oleh karena itu, pola pengasuhan orang tua
menjadi sangat penting bagi anak dan akan mempengaruhi
kehidupan anak hingga ia dewasa (Rachmawati, 2010).
4. Kerangka Teori
2.1 Bagan Kerangka Teori Penelitian
Faktor yang mempengaruhi
pola asuh : Faktor yang mempengaruhi
1. Usia orang tua sibling rivalry :
2. Keterlibatan orang tua 1.
3. Pendidikan sebelumnya
dalam mengasuh anak
4. Stress orang tua
5. Hubungan suami istri
5. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka pada penelitian ini variabel pola
asuh yang akan diteliti adalah otoriter, demokrasi dan permisif.
Kerangka konsep penelitian adaalh suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain
dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2014).
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
6. Hipotesis
Menurut Notoatmodjo (2014), hipotesis adalah suatu jawaban
sementara dari pertanyaan peneliti.
Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah
hipotesis alternative (Ha). Yaitu adanya hubungan pola asuh orang
tua dengan sibling rivalry pada anak usia prasekolah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan metode deskriptif analitik kolerasi.
Penelitian deskriptif menggambarkan keadaan sekarang dan
keadaan yang telah terjadi, serta mempunyai hubungan diantara
variabel-variabel, data-data yang dikumpulkan mu;a-mula disusun,
dijelasskan dan kemudian dianalisa. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, metode deskriptif analitik dipandnag cocok digunakan
dalam penelitian ini, karena menyelidiki masalah yang timbul pada
masa sekarang dan bertujuan untuk menggambarkan suatu fakta-
fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar komponen yang diteliti.
Digunakannya metode kolerasi pada penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mengukur variabel serta mencari hubungan
antar variabel yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional
yaitu dimana penelitian ini hanya membutuhkan waktu yang relatif
singkat, dan penelitian ini digunakn untuk mencari hubngan antar
varibael independen dengan variabel dependen.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan selama empat bulan yaitu dari
bulan April sampai dengan Juli 2020 dengan diawali kegiatan
penyusunan proposal penelitian hingga masa sidang proposal
kemudian dilanjutkan pelaksanaan penelitian.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
ajaran 2019/2020, di TPQ An-Nur yang bertempatan di Desa
Sidawangi Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Pada kelas
0 kecil dan 0 besar.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang
memiliki kualitas, dan karakteristik tertentu yang sudah
ditentukan oleh peneliti sebelumnya (Donsu, 2017). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua anak usia
prasekolah di TPQ An-Nur Desa Sidawangi Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon.
2. Sampel
Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2014). Teknik sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.
3. Cara Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian
ini adalah samping jenuh (total sampling). Total sampling hanya
berlaku apabila jumlah populasi dalam jumlah kecil. Pedoman
total sampling merujuk pada pendapat Donsu (2017), yaitu
mengambil semua anggota populasi untuk dijadikan sampel.
Maka dari itu, peneliti menggunakan total sampling karena
populasi di TPQ An-Nur Desa Sidawangi Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon kurang dari 40 anggota.
Sampel dalam penelitian ini ditentukan oleh sampel
kriteria inklusi dari kriteria ekslusi.
Kriteria yang harus diperhatikan dalam pengambilan
subjek penelitian yaitu :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi anggota yang dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2014). Adapun
kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi:
1) Orang tua dari anak usia prasekolah di TPQ An-Nur
Desa sidawangi Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon
2) Orang tua yang bisa membaca dan bersedia menjadi
responden.
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2014).
Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu:
1) Orang tua yang memiliki anak usia toddler.
2) Orang yang tidak bersedia menjadi responden
3) Anak-anak PAUD As-salam Desa Sidawangi Kecamatan
Sumber Kabupaten Crebon
4) Orang tua yang sedang mengalami pengobatan
gangguan kejiwaan
2. Uji Reabilitas
Reliabilitas menunjukan pada suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data
karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2013).
Instrumen pada penelitian ini dilakukan uji reliabilitas oleh
peneliti di sekolah TPQ An-Nur Kecamatan Sumber Kabupaten
Cirebon pada 7 responden.
Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan metode
internal consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen
sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dan diukur
dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, jika koefisisen
cronbach alpha lebih besar dari pada nilai r table (0,444) maka
dinyatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian
adalah reliabel.
(hasil uji)
H. Prosedur Pengumpulan Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
I. Pengolahan Data
1. Editing (Penyuntingan Data)
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2014).
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau dosunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo,
2014)
3. Processing atau Data Entry (Memasukan Data)
Setelah dilakukan pengkodean, dalam proses ini dituntut
ketelitian dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila
tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukan data
saja (Notoatmodjo, 2014)
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data
(data cleaning) (Notoatmodjo, 2014)
5. Analisa Data
6. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian ini terlebih dahulu peneliti
mengajukan permohonan kepada Prodi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon dan permintaan izin dari
Kepala Sekolah TPQ An-Nur Desa Sidawangi Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon. Setelah mendapatkan persetujuan tersebut,
kemudian peneliti melakukan penelitian dengan menekankan
masalah etik. Dalam melakukan penelitian ini menurut Nursalam
(2013), aspek etik yang digunakan adalah :
1. Lembar Persetujuan (Inforti m Concent)
Lembar persetujuan diedarkan kepada responden dengan
menjelaskan maksud dari tujuan penelitian yang dilakukan serta
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Jika orang tua di TPQ An-Nur bersedia
untuk diteliti, maka responden haarus menandatangani lembar
persetujuan trrsebut, dan apabila menolak maka peneliti tidak
akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Tanpa Nama
Untuk menjaga kerahasiaan responden tersebut, maka
peneliti tidak akan dicantumkan namanya pada lembar
pengumpulan data, melainkan cukup dengan memberi nomor
kode responden pada masing-masing lembar pengumpualn
data tersebut.
3. Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi yang t elah diisi dan dikumpulkan dan
responden dijamin oleh peneliti kerahasiaannya.
7. Jalannya Penelitian