Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN DENGAN

RESIKO JATUH PADA PASIEN STROKE DI


RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

OLEH :
ISNANI MAULY MASRURI
NIM. 14201.13.21083

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2022
HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN DENGAN
RESIKO JATUH PADA PASIEN STROKE DI
RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

OLEH :
ISNANI MAULY MASRURI
NIM. 14201.13.21083

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN


DENGAN RESIKO JATUH PADA PASIEN STROKE DI
RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN
PROBOLINGGO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:

Isnani Mauly Masruri

NIM. 14201.13.21083

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Achmad Kusyairi, S.Kep.Ns., M.Kep Alwin Widhiyanto S.Kep.Ns., M.Kes


NIDN. 0702088101 NIDN. 0710068208

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN


DENGAN RESIKO JATUH PADA PASIEN STROKE DI
RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN
PROBOLINGGO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:
Isnani Mauly Masruri
NIM. 14201.13.21083

Telah diuji pada:


Hari :
Tanggal :

Dan dinyatakan lulus oleh:

Ketua Penguji : Nafolion Nur Rahmat, S.Kep.Ns., M.Kes (……….................)


NIDN : 0711118902
Penguji I : Achmad Kusyairi, S.Kep.Ns., M.Kep (…….....................)
NIDN : 0702088101
Penguji II : Alwin Widhiyanto S.Kep.Ns., M.Kes (………..................)
NIDN : 0710068208

Mengetahui:
Ketua Stikes hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Dr. H. Nur Hamin, SKM,S.Kep.,Ns.,M.Kes.


NIDN. 0706037103

iii
HALAMAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Isnani Mauly Masruri

NIM : 14201.13.21083

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Prodi : Sarjana Keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul


Hasan Genggong Probolinggo

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa hasil skripsi ini adalah
jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Probolinggo, 17 Agustus 2022

Yang membuat pernyataan

( Isnani Mauly Masruri )


NIM. 14201.13.21083

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat taufik serta
hidayahnya atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat
Kemandirian Dengan Resiko Jatuh Pada Pasien Stroke Di RSUD Waluyo Jati
Kraksaan Probolinggo”.
Skripsi ini disusun guna untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
program Sarjana Keperawatan di STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo.
Pada penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan namun
berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat peneliti sampaikan terima
kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H.,M.M. selaku Ketua Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, SKM, S.Kep.Ns, M.Kes. selaku Ketua STIKES Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
3. Achmad Kusyairi, S.Kep.Ns, M.Kep. selaku Pembimbing 1 yang banyak
meluangkan waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan skripsi ini.
4. Alwin W, S.Kep,Ns. M.Kep. selaku Pembimbing 2 yang banyak meluangkan
waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu atas jasa-jasanya dan doa nya yang tidak pernah lelah dalam
mendidik dan memberikan cinta yang tulus dan ikhlas kepada saya.
6. Semua rekan seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demi
terselesaikannya skripsi ini.

Probolinggo, 1 November 2022


Peneliti

(Isnani Mauly Masruri)

v
ABSTRAK

Masruri Isnaini Mauly.2022. Hubungan Tingkat Kemandirian Dengan Resiko Jatuh


Pada Pasien Stroke Di RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo.
Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong Probolinggo. Pembimbing: (1) Achmad Kusyairi, S.Kep.Ns.,
M.Kep. (2) Alwin Widhiyanto S.Kep.Ns., M.Kes.

Stroke merupakan kejadian pecahnya pembuluh darah sehingga aliran


darah tidak normal yaitu stroke hemoragik, sedangkan terhentinya aliran darah ke
otak dikarenakan adanya sumbatan disebut iskemik. Pada pasien stroke akan
mengakibatkan menurunnya ADL (Activity Daily Living) yang disebabkan oleh
kelemahan pada anggota gerak. Dengan adanya kelemahan anggota gerak pada
pasien stroke dapat menyebabkan berbagai resiko antara lain resiko jatuh.
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kemandirian Dengan
Resiko Jatuh Pada Pasien Stroke Di RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo.

penelitian ini merupakan penelitian correlational dengan pendekatan


cross sectional. besar sampel 30 pasien stroke, dengan metode accidental
sampling. pengumpulan data meliputi scoring,coding,editing dan tabulating,
kemudian data dianalisis secara manual dan computer dengan uji rank spearman.

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Tingkat Kemandirian Dengan


Resiko Jatuh Pada Pasien Stroke Di RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo,
sebagian besar pasien memiliki Tingkat kemandirian ketergantungan penuh
sebanyak 13 responden (43.3%), dan sebanyak 17 (56.7%) pasien memiliki reiko
jatuh tinggi. Hasil uji rank spearman didapatkan nilai p= 0,000, < = 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat Hubungan Tingkat Kemandirian Dengan
Resiko Jatuh Pada Pasien Stroke.

Dapat disimpulkan pada pasien stroke dengan tingkat kemandirian penuh


faktor yang cukup berpengaruh terhadap resiko jatuh pasien. Maka kita sebagai
tenaga kesehatan diharapkan berperan penting untuk memberikan intervensi
tentang pentingnya resiko jatuh.

Kata Kunci : Tingkat Kemandirian, Resiko Jatuh, Stroke.

vi
ABSTRACT

Masruri Isnaini Mauly. 2022. Relationship between the level of independence and
the risk of falling in stroke patients in Waluyo Jati General Hospital
Kraksaan Probolinggo. Thesis, Hafshawaty Institute of Health
Science Probolinggo. Advisors: (1) Achmad Kusyairi, S.Kep.Ns.,
M.Kep. (2) Alwin Widhiyanto S.Kep.Ns., M.Kes.

Stroke is the event of a blood vessel bursting so that blood flow is not
normal, namely hemorrhagic stroke, while the cessation of blood flow to the brain
due to a blockage is called ischemic. In stroke patients it will result in decreased
ADL (Activity Daily Living) caused by weakness in the limbs. The presence of limb
weakness in stroke patients can cause various risks, including the risk of falling.
This study aims to determine the relationship between the level of independence
and the risk of falling in stroke patients at Waluyo Jati Kraksaan Hospital,
Probolinggo.

This study is a correlational study with a cross sectional approach. The


sample size is 30 stroke patients, using the accidental sampling method. data
collection includes scoring, coding, editing and tabulating, then the data is
analyzed manually and computer with Spearman rank test.

Based on the results of the study of the relationship between the level of
independence and the risk of falling in stroke patients in Waluyo Jati General
Hospital Kraksaan Probolinggo, most of the patients had a level of full dependence
independence as many as 13 respondents (43.3%), and as many as 17 (56.7%)
patients had a high risk of falling. Spearman rank test results obtained p value =
0.000, < = 0.05. So it can be concluded that there is a relationship between the
level of independence and the risk of falling in stroke patients.

It can be concluded that in stroke patients with a full level of


independence, the factors that are quite influential on the patient's risk of falling.
So we as health workers are expected to play an important role in providing
interventions about the importance of the risk of falling.

Keywords: Independence Level, Fall Risk, Stroke.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Kemandirian .................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Kemandirian ............................................................. 8
2.1.2 Aspek-aspek Kemandirian .......................................................... 9
2.1.3 Bentuk Kemandirian ................................................................... 9
2.1.4 Ciri-ciri Kemandirian ................................................................... 10
2.1.5 Faktor-faktor Kemandirian .......................................................... 10
2.1.6 Penilaian Kemandirian (Barthel index) ....................................... 12
2.2 Konsep Resiko Jatuh .................................................................... 15
2.2.1 Pengertian Resiko Jatuh............................................................. 15
2.2.2 Faktor Resiko Jatuh ................................................................... 16
2.2.3 Penyebab jatuh dari lingkungan rumah ..................................... 17
2.2.4 Akibat Jatuh ................................................................................ 18
2.2.5 Komplikasi Jatuh ........................................................................ 18
2.2.6 Pencegahan Jatuh ..................................................................... 19
2.2.7 Penilaian Resiko Jatuh .............................................................. 35
2.3 Konsep Stroke ............................................................................... 22
2.3.1 Definisi Stroke ............................................................................. 22
2.3.2 Gejala Stroke .............................................................................. 22
2.3.3 Jenis Jenis Stroke ....................................................................... 23
2.3.4 Faktor Resiko Stroke .................................................................. 24
2.3.5 Komplikasi Stroke ....................................................................... 24

viii
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 26
3.2 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1. Desain Penelitian .......................................................................... 28
4.2. Kerangka Kerja Penelitian ............................................................ 29
4.3. Populasi Sampel dan Sampling .................................................... 30
4.3.1 Populasi ...................................................................................... 30
4.3.2 Sampel ........................................................................................ 30
4.3.3 Tekhnik Sampling ....................................................................... 31
4.4. Variabel Penelitian ........................................................................ 32
4.4.1 Variabel Independen................................................................... 32
4.4.2 Variabel Dependen ..................................................................... 32
4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 32
4.5.1 Lokasi ...................................................................................... 32
4.5.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 32
4.6. Definisi Operasional ...................................................................... 32
4.7. Prosedur Penelitian ....................................................................... 33
4.7.1 Prosedur Administratif ................................................................ 33
4.7.2 Prodesur Tekhnis ........................................................................ 34
4.8. Pengumpulan Data ....................................................................... 35
4.8.1 Instrumen Penelitian ................................................................... 35
4.8.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 35
4.9. Tekhnik Analisa Data .................................................................... 37
4.9.1 Editing ........................................................................................ 37
4.9.2 Coding ........................................................................................ 37
4.9.3 Scoring ....................................................................................... 38
4.9.4 Tabulating .................................................................................. 38
4.9.5 Cara Analisa Data ...................................................................... 39
4.10. Etika Penelitian .............................................................................. 40
4.10.1 Nilai Sosial ................................................................................. 40
4.10.2 Nilai Ilmiah................................................................................... 41
4.10.3 Pemerataan Beban dan Manfaat ............................................... 41
4.10.4 Potensi Risiko dan Manfaat ........................................................ 42
4.10.5 Kerahasiaan dan Privasi ............................................................. 42
4.10.6 Informed consent (lembar persetujuan menjadi responden ) .... 43
4.10.7 Bujukan/Inducement ................................................................... 43

BAB 5 HASIL PENELITIAN


5.1 Data Umum ................................................................................... 45
5.1.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ............................... 45
5.1.2 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin ................. 46
5.1.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan .......... 46

ix
5.1.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ....................... 46
5.2 Data Khusus .................................................................................. 47
5.2.1 Karakteristik tingkat kemandirian pada pasien stroke. .............. 47
5.2.2 Karakteristik resikojatuh pada pasien stroke.............................. 47
5.3 Analisa Data .................................................................................. 47

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan ................................................................................. 49
6.1.1 Tingkat Kemandirian .................................................................. 49
6.1.2 Resiko jatuh ................................................................................ 50
6.1.3 Hubungan tingkat kemandirian dengan resiko jatuh .................. 51
6.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 52
6.3 Implikasi Dalam Pelayanan, Pendidikan Dan kesehatan ............. 52

BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan ................................................................................... 54
7.2 Saran ............................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56


LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Instrument Kemandirian............................................................ 14


Tabel 2.2 Instrument Resiko Jatuh ........................................................... 21
Tabel 4.1 Definisi operasional .................................................................. 33
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
umur perseptember 2022 ......................................................... 45
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin perseptember 2022 ............................................ 46
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan ..................................................................... 46
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan .................................................................................. 46
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kemandirian pada
pasien stroke ............................................................................ 47
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase resikojatuh pada pasien
stroke ........................................................................................ 47
Tabel 5.7 Hubungan tingkat kemandirian dengan resiko jatuh pada
pasien stroke ............................................................................ 48

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 : Kerangka Konseptual Penelitian hubungan tingkat


kemandirian dengan resiko jatuh pada pasien stroke di
RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo............................ 26
Bagan 4.1 : kerangka kerja penelitian hubungan tingkat kemandirian
dengan resiko jatuh pada pasien stroke di RSUD Waluyo
jati kraksaan Probolinggo.................................................... 29

xii
DAFTAR SINGKATAN
ADL : Activity Daily Living
BAKESBANGPOL : Badan Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik
CVA : Cerebro Vaskuler Accident
Dinkes : Dinas Kesehatan
H0 dierima : Tidak ada pengaruh / hubungan yang signifikan
H1 diterima : Ada Pengaruh / hubungan yang signifikan
Jatim : Jawa Timur
KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Lansia : Lanjut Usia
PTM : Penyakit Tidak Menular
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
WHO : World Health Organization

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Melakukan Studi Pendahuluan dan


Penelitian ke BAKESBAPOL
Lampiran 2 : Surat Balasan Penelitian BAKESBAPOL
Lampiran 3 : Surat lulus Etik
Lampiran 4 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 : Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Lembar Kuesioner
Lampiran 7 : Tabulasi Data
Lampiran 8 : Analisa Data SPSS
Lampiran 9 : Lembar konsultasi pembimbing

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Frekuensi terjadinya Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin

meningkat di kalangan masyarakat. Kematian akibat PTM banyak terjadi pada

negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sebagian besar

kematian diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular (WHO 2018). Stroke

merupakan penyakit kardiovaskular yaitu gangguan fungsional otak berupa

kelumpuhan saraf atau defisit neurologis akibat adanya gangguan aliran darah

menuju ke otak yang dapat muncul secara mendadak dan cepat dalam

beberapa jam atau dalam beberapa detik sehingga mengakibatkan terjadinya

sumbatan atau perdarahan pada salah satu bagian otak dan menyebabkan

hilangnya fungsi otak bahkan adanya dampak kecacatan.

Stroke dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu

stroke iskemik (non perdarahan) yang terjadi akibat suplai darah ke otak

terhambat atau terhenti sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan pada

pembuluh darah arteri yang mengalirkan ke otak, dan stroke hemoragik

(perdarahan) yang terjadi karena perdarahan atau rusaknya pembuluh darah

pada otak.( Halawa F dkk, 2019)

Studi epidemiologi stroke di Asia telah menunjukkan berbagai tingkat

kematian, insiden, prevalensi, dan beban penyakit. Angka kematian dan

beban stroke berkisar dari yang terendah di Jepang 43,3/100.000 orang/tahun

(beban 706,6/100.000 orang) dan hingga tertinggi di Mongolia 222,6/100.000

orang/tahun (beban 4409,8/100.000 orang), dan Indonesia 193,3/100.000

orang/tahun (beban 3382,2/100.000 orang), dengan hipertensi, diabetes

1
2

mellitus, dan merokok sebagai faktor risiko utama. Insiden stroke secara

keseluruhan di Asia bervariasi antara 116 dan 483/100.000 per tahun (Turana

et al, 2019).

Berdasarkan data riset kesehatan dasar Indonesia tahun 2018,

prevalensi stroke di Indonesia mencapai 10,9% dan mengalami kenaikan

sebanyak 3,9% dalam lima tahun terakhir dengan angka tertinggi di Provinsi

Kalimantan Timur (14,7%) disusul DI Yogyakarta (14,6%), sementara

Sulawesi Selatan 10,6%. Stroke meningkat seiring bertambahnya usia

dengan puncak usia 75 tahun atau lebih (50,2%), dan prevalensi stroke pada

jenis kelamin laki-laki (11%), perempuan (10,9%) (Riskesdas, 2018).

Jumlah penderita penyakit stroke semakin lama semakin meningkat,

tidak hanya usia lanjut saja yang terkena penyakit stroke tetapi bisa

menyerang usia muda. Menurut data Yayasan Stroke di Indonesia, masalah

stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di

Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah yang

disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun

dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (healthy, 2013). Meski banyak

menimpa usia tua, stroke di usia muda ini harus diwaspadai. Gaya hidup tidak

sehat membuat mereka yang berusia muda, yaitu sekitar 18-45 tahun semakin

beresiko terkena stroke. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi makanan

berlemak meningkatkan resiko stroke di kalangan ini.

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal

5 Juni 2022 berdasarkan rekam medis Jumlah penderita stroke di RSUD

Waluyojati Kraksaan Probolinggo Pada tahun 2021 mencapai 120 di Ruang

Rawat Inap Jumlah penderita stroke iskemik sebanyak 50 penderita dan


3

stroke hemoragik sebanyak 70 penderita. Sedangkan data pasien yang resiko

jatuh pada tahun 2021 sebanyak pasien. Dari Hasil wawancara dan pengujian

Kuesioner Barthel index kepada 10 pasien yang dirawat di ruang Rawaat Inap

RSUD Waluyojati Kraksaan Probolinggo diantaranya 8 pasien mengalami

gangguan kemandirian dikarena riwayat stroke yang dialaminya dan 2 pasien

mandiri. Serta hasil penilaian Kuesioner Perfomance Oriented Mobility

Assesment (POMA) kepada 10 pasien terdapat 9 pasien dengan resiko jatuh

sedang dan 1 pasien dengan resiko jatuh tinggi.

Aktivitas sehari-hari dan lingkungan merupakan faktor yang berperan

terhadap terjadinya jatuh. Kemampuan dalam beraktivitas sehari-hari sangat

penting dilakukan untuk mengetahui tingkat kemandirian pasien dan

hambatan dalam melaksanakan fungsi kesehariannya (Suryani, 2018). Pada

pasien stroke akan mengakibatkan menurunnya ADL (Activity Daily Living)

yang disebabkan oleh kelemahan pada anggota gerak. Dengan adanya

kelemahan anggota gerak pada pasien stroke dapat menyebabkan berbagai

resiko antara lain resiko jatuh. (Wahyu Anggara Putra, 2018). Pasien yang

berusaha untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-harinya secara mandiri,

maka akan beresiko untuk terjadinya jatuh jika dibandingkan dengan lansia

yang kemandiriannya rendah atau dibantu. Pasien yang melakukan aktivitas

secara mandiri beresiko untuk terjadinya jatuh. Hal ini karena banyak pasien

yang memaksakan melakukan aktivitasnya secara mandiri walaupun tidak

mampu untuk memenuhinya. Ketidakmampuan pasien stroke dapat dilihat

dari pasien memiliki penyakit yang dapat mengganggu aktivitasnya dan juga

banyak pasien yang memakai alat bantu dalam melakukan aktivitas. Pasien

terhambat oleh keadaannya yang lemah, perubahan pada sistem organ


4

sehingga dapat membuat pasien itu memiliki resiko jatuh dalam melakukan

aktivitasnya, artinya semakin pasien melakukan aktivitas mandiri maka

semakin beresiko terhadap jatuh (Suryani, 2018)..

Pasien stroke akan kesulitan atau bahkan tidak bisa beradaptasi

dengan baik terhadap kondisi dan dampak negatif dari serangan stroke,

banyaknya keterbatasan dalam melakukan aktivitas juga mendorong pasien

berpikir bahwa hidupnya selalu bergantung pada orang lain dan merasa tidak

berguna. Depresi yang dibiarkan akan menghambat pasien dalam melakukan

ADL. Dukungan Keluarga berperan penting dalam meningkatkan kemandirian

ADL, hal ini dikarenakan keluarga merupakan kerabat terdekat pasien.

Dukungan keluarga yang bersifat positif seperti memberikan motivasi, saran,

meluangkan waktu dan juga membantu pengobatan pasien akan

menumbuhkan rasa percaya diri dan keyakinan akan sembuh, dukungan yang

positif juga akan membantu menumbuhkan semangat pada pasien untuk terus

berlatih. Saat pertama mengalamai stroke, kemandirian ADL pada pasien

stroke hemoragik dan pasien stroke iskemik keduanya berada pada kategori

ketergantungan total, hal ini dikarenakan dampak berupa kelumpuhan motorik

dan penurunan kesadaran yang merupakan dampak terbesar yang

disebabkan oleh stroke. Perburukan kondisi pasien terparah terjadi pada jenis

stroke hemoragik, dengan perburukan kondisi tubuh yang parah maka akam

menghambat pasien dalam melakukan ADL.

Berdasarkan dengan hal tersebut, maka keadaan lingkungan rumah

yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan.

Penerangan rumah harus cukup tetapi, tidak menyilaukan. Lantai rumah

datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan
5

rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri)

sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan dengan rapih

sehingga tidak mengganggu jalan atau tempat aktifitas lansia (Idris & Kurnia,

2017). Dan juga perlu dilakukan upaya antisipatif, sehingga dapat

mewujudkan lansia yang Sehat, Mandiri, Aktif dan Produktif (SMART)

(Riskesdas, 2019). Untuk mencegah terkena penyakit tidak menular seperti

stroke maka dianjurkan untuk setiap individu meningkatkan gaya hidup sehat

dengan perilaku “CERDIK”, yaitu, Cek Kesehatan secara berkala, Enyahkan

asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan

Kelola stress. ANGELS Initiative bekerja sama dengan para ahli untuk

melakukan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) sesuai

dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017, yang tahun ini difokuskan

pada kegiatan deteksi dini, peningkatan aktivitas fisik serta konsumsi buah

dan sayur (Kemenkes, 2019).

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan tingkat kemandirian dengan resiko jatuh

pada pasien stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat di rumuskan

rumusan masalah sebagai berikut “Adakah hubungan tingkat kemandirian

dengan resiko jatuh pada pasien stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan

Probolinggo?”.

1.3 Tujuan Penelitian


6

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui lebih lanjut hubungan tingkat kemandirian dengan resiko

jatuh pada pasien stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat kemandirian pasien stroke di RSUD Waluyo jati

kraksaan Probolinggo.

2. Mengidentifikasi resiko jatuh pasien stroke di RSUD Waluyo jati

kraksaan Probolinggo.

3. Menganalisis hubungan tingkat kemandirian dengan resiko jatuh pada

pasien stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan bahan referensi dan sebagai upaya untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai hubungan tingkat kemandirian dengan

resiko jatuh pada pasien stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo.

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai data dasar untuk

melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan hubungan

tingkat kemandirian dengan resiko jatuh pada pasien stroke di RSUD

Waluyo jati kraksaan Probolinggo

1.4.3 Lahan Penelitian.

Hasil penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai pengetahuan baru

tentang hubungan tingkat kemandirian dengan resiko jatuh pada pasien


7

stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo.

1.4.4 Bagi Responden.

Diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan

responden agar memiliki semangat dan motivasi.

1.4.5 Bagi Peniliti.

Hasil peneliti ini dapat meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan peneliti tentang hubungan tingkat kemandirian dengan resiko

jatuh pada pasien stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kemandirian

2.1.1 Definisi Kemandirian

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia tentu akan mempengaruhi

tentang kemandirian lansia. Kemandirian menurut Ediawati (2012) adalah

kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak

terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas

seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau

penyakit. Lebih lanjut ditegaskan bahwa kemandirian pada lanjut usia

tergantung pada kemampuan status fungsionalnya dalam melakukan

aktivitas sehari-hari (Muhayati, 2018).

Kemandirian pada lansia sangat penting untuk merawat dirinya

sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Meskipun sulit bagi

anggota keluarga yang lebih muda untuk menerima orang tua melakukan

aktivitas sehari-hari secara lengkap dan lambat. Lansia yang dalam keadaan

sakit akan mengalami gangguan dari kemandirian lansia atau lansia tersebut

akan memiliki ketergantungan terhadap anggota keluarganya.

Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi lansia banyak mengalami

kemunduran baik fisik maupun psikis.

Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi

kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan

intervensi yang tepat. Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan

atau bantuan pribadi yang masih aktif.

8
9

2.1.2 Aspek-aspek Kemandirian

(Muhayati, 2018) Kemandirian lansia menjadi suatu hal yang sangat

diperlukan. Suwarti (2010) menyatakan bahwa kemandirian itu memiliki

beberapa aspek-aspek, yakni:

1. Bebas, ditujukan melalui Tindakan yang disesuaikan dengan keinginan

sendiri tanpa pengaruh dan paksaan serta tidak tergantung orang lain

2. Inisiatif, munculnya ide-ide untuk menghadapi dan memecahkan masalah

yang sedang dihadapi

3. Gigih, tidak mengenal putus asa serta berusaha dengan giat untuk meraih

prestasi dan merealisasikan harapan yang dimiliki

4. Percaya diri, meliputi perilaku dengan mantap dan penuh kepercayaan

terhadap kemampuan sendiri dan berusaha mencapai kepuasan diri, dan

5. Pengendalian diri, adanya kemampuan diri untuk menyesuaikan

keinginan sendiri dan mempengaruhi lingkungan atau memperhatikan

norma-norma yang berlaku dalam rangka menyelesaikan problem yang

dihadapi.

2.1.3 Bentuk Kemandirian

(Sabilla, 2019) Menurut Robert Havighurst sebagaimana di kutip

Desmita, membedakan kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu :

1. Kemandirian Emosi: Merupakan kemampuan mengontrol emosi sendiri

dan tidak tergantung kebutuhan emosi orang lain

2. Kemandirian Ekonomi: Kemandirian ekonomi yaitu kemampuan mengatur

ekonomi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang

lain.
10

3. Kemandirian Intelektual: Kemandirian intelektual yaitu kemampuan untuk

mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

4. Kemandirian Sosial: Kemandirian sosial merupakan kemampuan untuk

mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada aksi

orang lain.

2.1.4 Ciri-ciri Kemandirian

Kemandirian secara psikososial tersusun dari tiga aspek yaitu sebagai

berikut :

1. Mandiri emosi adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan

perubahan pendekatan atau keterkaitan hubungan emosional individu,

terutama sekali dengan orang tua atau orang dewasa lainya yang banyak

melakukan interaksi dengan dirinya.

2. Mandiri bertindak adalah kemampuan untuk membuat keputusan secara

bebas, menindaklanjuti, serta bertanggung jawab.

3. Mandiri berfikir adalah kebebasan memaknai seperangkat prinsip tentang

benar-salah, baik-buruk, dan apa yang berguna bagi dirinya

2.1.5 Faktor-faktor Kemandirian

Menurut Hardywinoto, kemauan dan kemampuan untuk melakukan

activity of daily living tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

1. Umur dan status perkembangan

Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan

tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi

terhadap ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living. Saat

perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan–


11

lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan

activity of daily living.

2. Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi

kemampuan partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem

nervous mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari

lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem

nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara

melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena

penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of

daily living. 12

3. Fungsi Kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan

proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor

stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental

memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam

berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan

activity of daily living.

4. Fungsi Psikososial

Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk

mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu

cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara

perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal

contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi


12

dapat mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan.

Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan

interaksi sosial atau disfungsi dalam 23 penampilan peran juga dapat

mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily living.

5. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen

lansia yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan

yang berbasis masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis

13 pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah

pemeliharan Activity of Daily Living. Lansia yang secara aktif melakukan

kunjungan ke posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada

lansia yang tidak aktif ke posyandu.

2.1.6 Penilaian Kemandirian (Barthel index)

Indeks Barthel merupakan suatu alat ukur pengkajian yang

berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan

mobilitas dengan sistem penilaian yang didasarkan pada kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri

(Dewi, 2015). Indeks ini menggunakan 10 indikator penilaian, yaitu ;

1. Makan

0 = Tidak mampu

5 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll

10= Mandiri

2. Mandi
13

0 = Tergantung orang lain

5 = Mandiri

3. Perwatan diri

0 = Membutuhkan bantuan orang lain

5 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur

4. Berpakaian

0 = Tergantung orang lain

5 = Sebagian dibantu (misal mengancing baju) 14

10 = Mandiri

5. Buang air kecil

0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol

5 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)

10 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)

6. Buang air besar

0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)

5 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)

10 = Kontinensia (teratur)

7. Penggunaan toilet

0 = Tergantung bantuan orang lain

5 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal

sendiri

10 = Mandiri

8. Berjalan
14

0 = Tidak mampu

5 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)

10 = Bantuan kecil (1 orang)

15 =Mandiri

9. Berpindah

0 = Immobile (tidak mampu)

5 = Menggunakan kursi roda

10 = Berjalan dengan bantuan satu orang

15 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti, tongkat)

10. Naik turun tangga

0 = Tidak mampu

5 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)

10 = Mandiri

Tabel 2.1 Instrumen Kemandirian

Nilai
NO Aktivitas Skore
Bantuan Bantuan
1. Makan
2. Mandi
3. Perawatan Diri
4 Berpakaian termasuk
mengenakan sepatu
5 Buang air kecil
6 Buang air besar
7 Penggunaan toilet
8 Berjalan
9 Berpindah
10 Naik turun tangga

Jumlah
15

Sumber: Jurnal Peningkatan Kemandirian Lansia Berdasarkan Barthel Index (Dewi,


2015)

Penilaian :
Nilai 0 - 20 : Ketergantungan penuh
Nilai 21 - 61 : Ketergantungan berat / sangat tergantung
Nilai 62 – 90 : Ketergantungan sedang
Nilai 91 - 99 : Ketergantungan ringan
Nilai 100 : Mandiri

2.2 Konsep Resiko Jatuh

2.2.1 Definisi

Jatuh merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada lansia

akibat berbagai perubahan fungsi organ, penyakit, dan faktor lingkungan.

Akibat yang ditimbulkan oleh jatuh tidak jarang tidak ringan, seperti cedera

kepala, cedera jaringan lunak, sampai dengan patah tulang. Jatuh juga

seringkali merupakan pertanda kerapuhan (frailty), dan merupakan faktor

prediktor kematian atau penyebab tidak langsung kematian melalui patah

tulang. Kematian dan kesakitan yang terjadi akibat patah tulang umumnya

disebabkan oleh komplikasi akibat patah tulang dan imobilisasi yang

ditimbulkannya (Sudoyo, 2010).

Penyebab tersering dari jatuh adalah masalah dalam diri lansia

sendiri dan didukung dengan keadaan lingkungan rumah yang berbahaya.


16

Jatuh adalah kondisi medis serius yang 14 mempengaruhi kesehatan lansia.

Jatuh merupakan salah satu sindrom geriatri yang paling umum yang

mengancam kemandirian lansia (Kamel, Abdulmajeed & Ismail, 2013).

2.2.2 Faktor Resiko Jatuh

(Cahayaningtyas, 2018) menyatakan ada 2 faktor yang menyebabkan

lansia jatuh yaitu :

1. Faktor Intrinsik

Faktor yang berasal dari dalam tubuh lansia, seperti faktor usia,

fungsi kognitif dan riwayat penyakit.

a. Usia

Bertambahnya usia dapat meningkatkan risiko jatuh, karena

dengan bertambahnya usia akan mengalami penurunan massa dan

kekuatan tulang yang menimbudlkan kerapuhan pada tulang, lansia

yang memiliki usia lebih dari 75 tahun lebih sering mengalami jatuh.

b. Perubahan Fungsi Kognitif

Perubahan psikososial berhubungan dengan perubahan

kognitif dan efektif. Kemampuan konitif pada lansia dipengaruhi oleh

lingkungan seperti tingkat pendidikan, faktor personal, status

kesehatan seperti depresi.

c. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit kronis pada lansia yang diderita selama

bertahun-tahun seperti penyakit stroke, hipertensi, hilangnya fungsi


17

penglihatan, dizziness, dan syncope biasanya menyebabkan lansia

lebih mudah jatuh.

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor yang didapat dari lingkungan sekitar lansia seperti

pencahayaan yang kurang, karpet yang licin, peganggan yang mulai

rapuh, lantai yang licin, dan alat bantu yang tidak kuat. (Cahayaningtyas,

2018).

a. Alat bantu jalan

Penggunaan alat bantu berjalan seperti walker, togkat, kursi

roda, kruk dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan jatuh karena

mempengaruhi fungsi keseimbangan tubuh.

b. Lingkungan

Lingkungan merupakan keadaan atau kondisi baik bersifat

mendukung atau bahaya yang dapat mempengaruhi jatuh pada lansia.

Lingkungan yang sering dihubungkan jatuh pada lansia, seperti alat-

alat atau perlengkapan rumah tangga yang berserakan atau tergeletak

di bawah, tempat tidur yang tinggi, kamar mandi yang licin, tangga

yang tidak ada pegangannya, lantai licin atau menurun, keset yang

tebal atau menekuk pinggirnya, dan penerangan yang tidak baik

(redup atau menyilaukan).

2.2.3 Penyebab jatuh dari lingkungan rumah

Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan jatuh adalah penerangan

yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), lantai yang licin dan basah,
18

tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang dan alat-alat

atau perlengkapan rumah tangga yang tidak stabil dan tereletak di bawah.

Menurut Friedman,1998 adalah kondisi interior rumah meliputi bagaimana

ruangan-ruangan tersebut dilengkapi oleh perabot, kelayakan perabot,

penerangan yang tidak memadai dan ekstrerior rumah meliputi lantai,

tangga, jeruji dalam keadaan buruk, tempat obat-obatan tidak terjangkau

dan pintu masuk serta pintu keluar ke rumah tidak terdapat penerangan dan

ruang gerak yang cukup untuk keluar dari rumah, kabel listrik telanjang

dilantai, kolam renang yang tidak di pagari secara memadai (Rahmawati,

2018).

2.2.4 Akibat jatuh

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan

psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah

patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh

adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan

jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi,

syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak

konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri, perbatasan

dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh (Rahmawati, 2018).

2.2.5 Komplikasi Jatuh

Menurut Kanne (1996) yang di kutip oleh (Rahmawati, 2018)

Komplikasi-komplikasi dari jatuh adalah:


19

1. Cedera: mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit

berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah

tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan

bawah, tungkai atas.

2. Disabilitas : mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan

dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu

kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.

3. Kematian.

2.2.6 Pencegahan Jatuh

Pencegahan jatuh menurut Nursing Interventions Clasification (NIC)

adalah melaksanakan pencegahan khusus dengan pasien yang memiliki

resiko cedera karena jatuh (Nurjannah & Tumanggor, 2013).

Aktivitas-aktivitas:

1. Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan pasien dan keluarga

2. Dukung pasien untuk menggunakan tongkat atau walker, dengan tepat

3. Sediakan alat bantu (misalnya., tongkat dan walker) untuk

menyeimbangkan gaya berjalan (terutama kecepatan)

4. Monitor gaya berjalan (terutama kecepatan), keseimbangan dan tingkat

kelelahan dengan ambulasi

5. Bantu ambulasi individu yang memiliki ketidakseimbangan

6. Bantu eliminasi dengan frekuensi dan interval terjadwal

7. Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari pasien

8. Orientasikan pasien pada lingkungan fisik


20

2.2.7 Penilaian Resiko Jatuh

Resiko Jatuh dapat dicegah dengan cara mengidentifikasi faktor

resiko, menilai dan mengawasi keseimbangan dan cara berjalan, mengatur

serta mengatasi faktor situasional. Pemeriksaan resiko jatuh dalam

penelilitian ini yaitu menggunakan penilaian Morse Fall Scale (MFS) yang

terdiri dari 6 pertanyaan yang sudah terbukti mempunyai validitas yang dapat

dipergunakan secra luas. Dalam penelitian terdahulu juga menyatakan

bahwa MFS lebih sensitif dalam penilaian resiko jatuh, serta lebih cepat dan

mudah dalam pengisian dibanding Hedrich Fall Scale (HFS). Penilaian

dalam melakukan Resiko jatuh sebagai berikut:

1. Riwayat Jatuh

Ya (25) : jika pasien pernah mengalami jatuh selama < 3 minggu terakhir

Tidak (0) : Apabila pasien belum pernah terjatuh

2. Diagnosa Sekunder

Ya (15) : apabila pasien memiliki Riwayat penyakit lebih dari satu (DM,

Hipertensi, Jantung, Gagal ginjal, dll)

Tidak (0) : jika pasien hanya memiliki satu riwayat penyakit

3. Alat bantu jalan

Nilai 0 : apabila pasien berniat berpegangan pada benda-benda disekitar

tanpa menggunakan alat bantu

Nilai 15 : Jika pasien menggunakan alat bantu

Nilai 30 : jika pasien tidak dapat bangun sama sekali

4. Terapi intravena

Ya (20) : jika pasien menggunakan terapi intravena atau semacamnya

Tidak (0) : jika pasien tidak menggunakannya


21

5. Gaya berjalan

0: apabila gaya berjalan normal, dan melangkah tanpa ragu-ragu

10: apabila gaya berjalan pasien lemah dan sedikit membungkuk

20: apabila gaya berjalan pasien mengalami kesulitan untuk melangkah

6. Status mental

Nilai 0: jika pasien mampu menyadari kondisi dirinya (tidak mengalami

keterbatasan daya ingat)

Nilai 15: jika pasien tidak mampu mengingat kondisi dirinya sebenarnya

(mengalami keterbatasan daya ingat)

Tabel 2.2 Instrumen Resiko Jatuh (Morse Fall Scale)


No Pengkajian Nilai
1 Riwayat jatuh: Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir?
2 Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki lebih dari 1 penyakit?
3 Alat bantu jalan:
- Tidak ada /bed rest / dibantu
- Kruk /tongkat /walker
- Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, meja, lemari)

4 Terapi intravena: apakah saat ini lansia terpasang infus?

5 Gaya berjalan/ cara berpindah


- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga)
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret)

6 Status mental
- Lansia menyadari kondisi dirinya
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat
Sumber : Digital Repository Universtas Jember (Nisa, 2019)

Keterangan:

Nilai 0 – 24 : Resiko Tinggi

Nilai 25 -50 : Resiko Sedang

Nilai > 51 : Tidak Beresiko / Resiko Rendah

Indikasi:

a. Klien dengan gangguan muskuluskeletal, penurunan pandangan,

menggunakan alat bantu jalan, gangguan status mental


22

b. Klien dalam masa perawatan jangka Panjang baik di RS maupun di

rumah

c. Klien yang mengalami perubahan kondisi Kesehatan

d. Klien yang mengalami perubahan pada aturan pengobatan yang

membuat klien memiliki resiko jatuh.

2.3 Konsep Stroke

2.3.1 Definisi

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak

terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga

terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak. Stroke adalah kondisi

kesehatan yang serius yang membutuhkan penanganan cepat (Kemenkes,

2020).

Definisi menurut WHO, Stroke adalah suatu keadaan dimana

ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit

neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama

selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa

adanya penyebab lain yang jelas selain vascular (Kemenkes, 2018)

2.3.2 Gejala

Gejala stroke dapat berbeda pada tiap penderitanya, tetapi gejala yang

paling sering dijumpai adalah:

1. Kehilangan keseimbangan

2. Mengalami kelumpuhan pada wajah

3. Penglihatan kabur
23

4. Kebingungan mendadak

5. Lumpuh pada sebelah tangan dan kaki serta mulut

6. Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

Selain itu, pasien stroke juga bisa mengalami gejala lain seperti

kesemutan, kesulitan mengenal wajah (prosopagnosia). Penyebab stroke

sangat bervariasi, mulai dari akibat adanya gumpalan darah pada pembuluh

darah di otak, pembuluh darah di otak pecah, tekanan darah tinggi, hingga

pengaruh obat-obatan pengencer darah. Stroke sangat berisiko dialami

penderita tekanan darah tinggi (khususnya hipertensi maligna), kolesterol

tinggi, berat badan berlebih, dan diabetes. Risiko yang sama juga dapat

terjadi pada orang yang kurang berolahraga serta memiliki kebiasaan

mengonsumsi alkohol atau merokok.

2.3.3 Jenis-jenis Stroke

Stroke terbagi menjadi dua menurut (Kemenkes, 2020), yaitu:

1. Stroke Iskemik (Stroke Sumbatan), Stroke yang paling sering terjadi

Stroke Emboli: Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam

jantung atau pembuluh arteri besar yang terangkut menuju otak. Stroke

Trombotik: Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam pembuluh

arteri yang mensuplai darah ke otak

2. Stroke Hemoragik (Stroke Berdarah)

Perdarahan Intraserebral: Pecahnya pembuluh darah dan darah

masuk ke dalam jaringan yang menyebabkan sel-sel otak mati sehingga

berdampak pada kerja otak berhenti. Penyebab tersering adalah

Hipertensi. Perdarahan Subarachnoid: Pecahnya pembuluh darah yang


24

berdekatan dengan permukaan otak dan darah bocor di antara otak dan

tulang tengkorak. Penyebabnya bisa berbeda-beda, tetapi biasanya

karena pecahnya aneurisma.

2.3.4 Faktor Risiko Stroke

Faktor-faktor yang merupakan penyebab stroke, secara statistik

berkaitan erat dengan kelompok ras tertentu,umur tertentu dan jenis kelamin

(Kemenkes, 2019).

1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi

a. Umur: >55 tahun

b. Jenis kelamin: berjenis kelamin pria

c. Ras tertentu

d. Berat badan

e. Genetik: Riwayat keluarga stroke (ayah, ibu, saudara sekandung,

anak)

2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

a. Aktivitas fisik

b. Diet dan nutrisi

c. Hipertensi

d. Obesitas

e. Diabetes melitus

f. Merokok dan alkohol

g. Penyalahgunaan obat

h. Inflamasi dan infeksi


25

2.3.5 Komplikasi

Ketika terjadi serangan stroke maka seseorang menjadi lebih rentan

terhadap beberapa penyakit dan berkomplikasi, yaitu:

1. Hipertensi

Hipertensi dianggap sebagai cikal bakalnya stroke. Jadi periksakan

tekanan darah Anda ke tenaga medis.

2. Penyakit Jantung

Karena berhubungan dengan aliran darah, maka jantung juga

berperan disini. Darah yang dipompa oleh jantung tidak terdistribusi

sempurna sehingga detak jantung yang memompa darah akan

terganggu.

3. Diabetes Melitus

Tersumbatnya aliran darah akan menyebabkan seseorang akan

terkena diabetes. Aliran darah yang tidak lancar akan mempengaruhi

hormon penghasil insulin yang digunakan untuk mengontrol gula darah.

4. Kelebihan Lemak Darah atau Hiperlipidemia

Ini juga merupakan salah satu bahaya dari stroke. Aliran darah tidak

dapat mengalir bisa menyebabkan timbunan lemak darah atau biasa

disebut hiperlipidema.
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Menurut Nursalam (2017) kerangka konsep penelitian merupakan

abstraksi dari suatu realitas sihingga dapat dikomunikasikan dan membentuk

teori yang menjelaskan keterkaitan atara variable yang diteliti. Adapun

kerangka konsep dari penelitian ini dapat dijabarkan seperti gambar di bawah

ini:

Tigkat Kemandirian Faktor risiko stroke Faktor risiko yang


Bartel index: yang tidak bisa dapat dimodifikasi
1. Makan diubah: a. Aktivitas fisik
2. Mandi a. Umur: >55 tahun b. Diet dan nutrisi
3. Perawatan diri b. Jenis kelamin: pria c. Hipertensi
4. Berpakaian c. Ras tertentu d. Obesitas
5. Buang air kecil d. Berat badan e. Diabetes melitus
6. Buang air besar e. Genetik: Riwayat f. Merokok dan
7. Penggunaan toilet keluarga stroke alkohol
8. Berjalan (ayah, ibu, saudara g. Penyalahgunaan
9. Berpindah sekandung, anak) obat
10. Naik turun tangga h. Inflamasi dan
infeksi

STROKE

Resiko Jatuh :
1. Riwayat Jatuh Gejala stroke:
2. Diagnosa Sekunder a. Kehilangan keseimbangan
3. Alat Bantu Jalan b. Mengalami kelumpuhan pada wajah
4. Terapi Intra Vena c. Penglihatan kabur
5. Gaya Berjalan d. Kebingungan mendadak
6. Status Mental e. Lumpuh pada tangan dan kaki serta
mulut
f. Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba.
Resiko Jatuh Tinggi
Resiko Jatuh Sedang
Resiko Jatuh Rendah /
Tidak Beresiko

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Garis penghubung
Bagan 3.1.Kerangka konseptual hubungan tingkat kemandirian pasien dengan resiko
jatuh pada pasien stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan probolinggo

26
27

Berdasarkan Bagan 3.1 Stroke adalah serangan otak yang timbul

secara mendadak dimana terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau

menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh karena sumbatan

atau pecahnya pembuluh darah tertentu di otak sehingga menyebabkan sel-

sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat

terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu relatif singkat. Tingkat

kemandirian pada penderita stroke berdasarkan bartel index yaitu makan,

mandi, perawatan diri, berpakaian, buang air kecil, buang air besar,

penggunaan toilet, berjalan, berpindah, naik turun tangga. Semakin rendah

tingkat kemandirian pasien stroke maka semakin tinggi resiko jatuh pada

pasien stroke.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau

dalil sementara, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmojo, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: ada hubungan tingkat kemandirian pasien dengan resiko jatuh pada

pasien stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun

sedemikian rupa untuk mencapai satu tujuan atau untuk memperoleh jawaban

dari suatu pertanyaan penelitian.

Berdasarkan jenis desain penelitian, yang digunakan dalam penelitian

ini adalah correlational dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross

sectional adalah jenis penelitian variabel sebab akibat atau resiko dan akibat

atau kasus yang terjadi pada objek penelitian di ukur atau di kumpulkan dalam

waktu bersamaan.

Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan

waktu pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen hanya

satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen

dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya

tidak semua objek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu

yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun dependen dinilai

hanya satu kali saja. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek

suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab

(Nursalam, 2016)

28
29

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah suatu yang abstrak, logikal secara arti harfiah

dan akan membantu penelitian dalam menghubungkan hasil penemuan

dengan body of knowledge (Nursalam,2016).

4.2.1 Bagan Kerangka Kerja

Hubungan tingkat kemandirian dengan resiko jatuh pada pasien stroke di


RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo

Populasi
Seluruh penderita Stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo
Sejumlah 30 Responden dari bulan April, Mei , Juni

.
Tehnik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah Accidental Sampling

Sampel
Seluruh penderita Stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo

Desain Penelitian
Analitik korelasional

Pengumpulan Data
Kuesioner

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Rank spearman

Kesimpulan

jika p value ≤ α (0,05) menunjukkan H1 di terima yang berarti ada hubungan


jika p value > α (0,05) menunjukkan H0 diterima yang berarti tidak ada
hubungan
Bagan 4.1: kerangka kerja penelitian Hubungan tingkat kemandirian dengan resiko jatuh
pada pasien Stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo.
30

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti dan kemudian di tarik kesimpulannya ( Nursalam, 2016)

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek (misal: manusia,

pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016).

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh penderita stroke di RSUD

Waluyo jati kraksaan Probolinggo periode bulan April, Mei, Juni 2022.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sample adalah bagian populasi yang akan di teliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh populasi. kriteria sample meliputi

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, di mana kriteria tersebut menentukan

dapat dan tidaknya sample yang tersebut di gunakan (Nursalam, 2016).

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan di jadikan

sampel, dalam menentukan besar sampel (eksperimen) yang dibutuhkan (A.

Aziz Alimul Hidayat, 2018).

Sampel pada penelitian ini adalah Seluruh penderita stroke di RSUD

Waluyo Jati kraksaan Probolinggo Periode bulan April, Mei, Juni 2022.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu

sebagian penderita stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo pada

periode tertentu.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau yang akan di teliti.


31

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Bersedia menjadi responden

2) Tidak menderita penyakit penyerta (ganggu jiwa/ psikosa)

3) Penderita kooperatif

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang

memenuhi kriteria dari studi karena berbagai sebab.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) responden yang tidak ada pada saat penelitian

2) penderita stroke dengan kegawatan

3) penderita stroke serangan kedua

4.3.3 Tehnik Pengambilan Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Tekhnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2016)

Tekhnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik

Accidental sampling yaitu suatu tekhnik Sampling Insidental / Accidental

Sampling. Menurut Sugiyono, (2016;124) Sampling Insidental / Accidental

Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

siapa saja pasien yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

cocok sebagai sumber data. Sampel pada penelitian ini yaitu responden

yang dirawat inap di RSUD Waluyojati pada tanggal 1 sampai dengan 30

september 2022
32

4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel penelitian yaitu ada variabel sebagai berikut :

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lainnya. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti

untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam,

2016). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat kemandirian.

4.4.2 Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi atau

respon jika di hubungkan dengan variebel bebas (Nursalam,2016). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah resiko jatuh.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi

Penelitian ini telah dilakukan di RSUD Waluyo jati kraksaan

Probolinggo

4.5.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2022

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan dari semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Aziz


33

Alimul,2018).

Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian tingkat kemandirian dengan resiko jatuh pada
pasien stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan Probolinggo
Definisi Alat
Variabel Indikator Skala Skor
operasional ukur
Independen
Tingkat Kemampuan 1. Makan Skor
kemandirian seseorang 2. Mandi 0 = Mandiri
3. Perawatan Kuesioner Ordinal 1 = Bantuan
yang sangat
diri
diperlukan 4. Berpakaian 1. 0–20:
untuk 5. Buang air Ketergantungan
memenuhi kecil penuh
kebutuhan 6. Buang air 2. 21–61:
aktivitas dan besar Ketergantungan
fungsi-fungsi 7. Penggunaa berat / sangat
n toilet tergantung
kehidupan
8. Berjalan 3. 62–90:
sehari-hari. 9. Berpindah Ketergantungan
10. Naik turun sedang
tangga 4. 91–99:
Ketergantungan
ringan
5. 100 : Mandiri
Dependen
Resiko Jatuh Kondisi 1. Riwayat Kuesioner Ordinal Skor
seseorang jatuh 0 = Ya
2. Diagnosa 1 = Tidak
yang
sekunder
ditimbulkan 2. Alat bantu 1. 0 – 24 : Tidak
oleh jalan Beresiko / Resiko
perubahan 3. Terapi Rendah
fungsi organ, intravena 2. 25 – 50 : Resiko
penyakit, 4. Gaya Sedang
dan faktor berjalan/ 3. > 51 : Resiko
gaya Tinggi
lingkungan
berpindah
yang dapat 5. Status
mengancam mental
kemandirian.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Prosedur Administratif

Mendapatkan surat izin penelitian dari Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hafshawaty Jurusan S1 Keperawatan Genggong Probolinggo,

Kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Direktur

RSUD Waluyojati Kraksaan Probolinggo untuk memperoleh izin melakukan

penelitian di RSUD Waluyojati Kraksaan Probolinggo.


34

4.7.2 Prosedur Tekhnis atau Alur Penelitian

1. Meminta surat ijin dari instansi.

2. Setelah mendapat ijin dari instansi, peneliti mengajukan permohonan ijin

kepada Kepala Direktur RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo untuk

mendapatkan persetujuan.

3. Meminta izin pada Kepala Ruangan RSUD Waluyo Jati Kraksaan

Probolinggo.

4. Melakukan skrining responden, dengan mendata penderita yang masuk

dalam kriteria inklusi kemudian peneliti mendatangi responden satu

persatu dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

5. Memberikan penjelasan terhadap responden tentang penelitian yang akan

dilaksanakan

6. Memberikan informed consent pada pasien yang setuju menjadi

responden untuk menandatangani.

7. Setelah disetujui, maka peneliti melakukan kotrak waktu dengan

Responden untuk melakukan penelitian berupa pengisian kuesioner.

8. Setelah responden telah menandatangani surat persetujuan menjadi

responden, maka responden akan diberikan kuesioner

9. Pengisian kuesioner

10. Sesudah pelaksanaan pengisian kuesioner, data dikumpulkan

11. Pelaksanaan penelitian dilakukan 1 minggu. Setelah data terkumpul,

peneliti melanjutkan melakukan tabulasi data


35

4.8 Pengumpulan Data

4.8.1 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat/fasilitas yang di gunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Nursalam,2016).

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner tingkat kemandirian pasien dan kuesioner resiko

jatuh.

4.8.2 Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh

mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur.

Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur

sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas kuesioner dilakukan

di Rumah Sakit swasta sekitar lokasi penelitian dan pengambilan sampel

sebanyak 30 responden

Dasar pengambilan keputusan :

r hitung > r tabel = valid

r hitung < r tabel = tidak valid

r tabel = N = 30 = 0,2960 sebagai pembanding dengan hasil

r tabel kolom uji validitas


36

y1 = .956 = 0.956

y2 = .756 = 0.756

y3 = .921 = 0.921

y4 = .844 = 0.844

y5 = .459 = 0.459

y6 = .932 = 0.932

y7 = .956 = 0.956

y8 = .454 = 0.454

artinya hasil y1 – y8 lebih besar dari 0,2960 berarti keputusan

uji validitas semua kuesioner dinyatakan valid

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji untuk memastikan apakah kuesioner

penelitian yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data variable

penelitian reliable atau tidak. Kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner

tersebut dilakukan pengukuran ulang, maka akan mendapatkan hasil yang

sama. (Nunnally d alam Ghozali ; 2009 ; 42). Item pertanyaan (indikator)

secara empiris dikatakan reliabilitas jika Cronbach Alpha lebih besar 60%,

sedangkan dalam uji reliabilitas kepatuhan perawat dalam pemasangan

railbed pasien sebesar .804 yang artinya 80,4% dan dianggap reliabilitas

atau konsisten

Dalam Penelitian ini yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner

tingkat kemandirian pasien dan kuesioner resiko jatuh, instrumen yang


37

digunakan menggunakan instrumen yang baku sehingga tidak dilakukan

uji validitas dan reabilitas.

4.9 Teknik Analisa Data

4.9.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebeneran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Nursalam,2016).

4.9.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer biasanya

dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku

(code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode

dari suatu variabel (Nursalam,2016). Coding Dalam penelitian ini, yaitu :

1. Data Umum

a. Usia : a) 20-40 tahun :1

b) 41-60 tahun :2

c) 61-80 tahun :3

b. Jenis Kelamin : a) Laki – laki :1

b) Perempuan :2

c. Tingkat Pendidikan : a) SD :1

b) SMP :2

c) SMA :3

d) Sarjana :4

e) Tidak sekolah :5
38

d. Pekerjaan : a) Petani :1

b) Guru :2

c) IRT :3

d) Pedagang :4

2. Data Khusus

a. Kemandirian

Kode 1 : Mandiri

Kode 2 : Ketergantungan ringan

Kode 3 : Ketergantungan sedang

Kode 4 : Ketergantungan berat / sangat tergantung

Kode 5 : Ketergantungan penuh

b. Resiko jatuh

Kode 1 : Resiko jatuh tinggi

Kode 2 : Resiko jatuh sedang

Kode 3 : Resiko jatuh rendah

4.9.3 Scoring

Scoring merupakan memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberikan penilaian atau skor (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan scoring berupa lembar kuesioner.

4.9.4 Tabulating

Tabulating adalah proses pengolahan data yang bertujuan untuk

membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran statistik. Proses ini


39

merupakan tahapan akhir pengolahan data yang sangat berguna untuk

kegiatan selanjutnya yaitu teknik penyajian data (Nursalam,2016).Hasil dari

pengukuran langsung pada responden di interpretasikan dengan:

a. Tingkat Kemandirian :

a) 0–20: Ketergantungan penuh

b) 21–61: Ketergantungan berat / sangat tergantung

c) 62–90: Ketergantungan sedang

d) 91–99: Ketergantungan ringan

e) 100 : Mandiri

b. Resiko Jatuh

a) 0 – 24 : Tidak Beresiko / Resiko Rendah

b) 25 – 50 : Resiko Sedang

c) 51 : Resiko Tinggi

4.9.5 Cara Analisa data

Analisa data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan

secara sistematis terhadap data yang dikumpulkan dengan tujuan supaya

trend dan relationship bisa dideteksi (Nursalam, 2016).

1. Analisa Univariat

Analisis univariat ini pada penelitian ini menjelaksan karakteristik

tiap variabel penelitian karakteristik responden seperti, variabel usia,

Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan Pekerjaan, tingkat kemandirian dan

variabel resiko jatuh.


40

2. Analisa Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk menguji variabel – variabel penelitian

yaitu independen dan dependen. Hal ini berguna untuk menguji hipotesis

yang telah dibuat. Analisis ini dibantu dengan menggunakan

komputerisasi dengan uji Wilcoxon dengan kesimpulan :

a. p < α = 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima

b. p > α = 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak

4.10 Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menjunjung tinggi nilai etika dan

hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang yang terlibat dalam penelitian ini.

Protokol etik dalam penelitian ini berdasarkan kriteria atau standart universal

dari Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional

(KEPPKN, 2017) sebagai berikut:

4.10.1 Nilai Sosial atau Nilai Klinis

Nilai sosial atau nilai klinis adalah nilai suatu penelitian dapat diterima

secara etis apabila penelitian tidak hanya berdampak pada responden

dalam penelitian, tetapi juga pada komunitas dimana penelitian dilakukan

dan kepada siapa hasil penelitian akan diterapkan. Parameter nilai sosial

adalah adanya fenomena kebaruan (novelty) dan upaya mendistribusikan

atau menyebarkan hasil penelitian untuk masyarakat. Nilai sosial

sebenarnya sulit dihitung secara kuantitatif, namun secara kualitatif

umumnya ada 4 faktor, yaitu:

1) Kualitas informasi atau bermaknanya (pengetahuan) hasil penelitian

yang didapatkan.
41

2) Relevan dengan masalah kesehatan yang terjadi di komunitas tempat

penelitian.

3) Kontribusi terhadap penciptaan atau evaluasi intervensi, kebijakan,

atau pelaksanaan yang mempromosikan kesehatan individu atau

masyarakat di tempat penelitian.

4) Informasi untuk memahami intervensi, kontribusi promosi kesehatan,

alternatif cara mengatasi masalah yang terjadi di tempat penelitian.

4.10.2 Nilai Ilmiah

Nilai ilmiah adalah nilai suatu penelitian dapat diterima secara etis

apabila penelitian dilakukan berdasarkan pada penggunaan metode ilmiah

yang valid. Dimana, justifikasi etis dalam melakukan penelitian yang

mengikutsertakan manusia adalah karena adanya nilai ilmiah, nilai sosial,

dan menghormati subjek serta bertujuan menghasilkan pengetahuan dan

sarana yang diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Parameter nilai ilmiah adalah mengacu pada kemampuan penelitian untuk

menyajikan hasil penelitian yang bersifat sebagai berikut:

1) Informasi yang valid dan handal

2) Sesuai dengan tujuan yang dinyatakan dalam protokol aturan yang

sudah ada.

3) Dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.

4) Data yang relevan untuk pengambilan keputusan klinis, kesehatan, dan

kebijakan sosial, atau alokasi sumber daya.


42

4.10.3 Pemerataan Beban dan Manfaat

Penelitian dapat diterima secara etik apabila risiko yang

kemungkinan terjadi telah diminimalisir (dengan mencegah potensi

terjadinya hal-hal yang merugikan dan mencegah dampak negatif yang

mungkin terjadi) dan manfaat yang dihasilkan dari suatu penelitian lebih

besar dibandingkan dengan risiko yang mungkin terjadi. Selain itu,

pemerataan beban dan manfaat juga dilakukan untuk memastikan bahwa

manfaat dan beban terbagi secara merata, tidak ada status atau kelompok

tertentu yang mendapatkan risiko atau beban lebih besar atupun manfaat

yang lebih besar. Subjek dalam penelitian dipilih atas dasar pertimbangan

ilmiah, bukan berdasarkan status sosial ekonomi, kewenangan, atau

kemudahan untuk dipilih atau dilakukan manipulasi.

4.10.4 Potensi Risiko dan Manfaat

Potensi risiko dan manfaat adalah standar atau kriteria etik dalam

mempertimbangkan tingkat risiko yang dapat diterima, dan keseimbangan

antara risiko dan manfaat yang didapatkan dari suatu penelitian, dengan

merujuk pada teori moral, etik dasar sebelumnya dan pernyataan kode etik

penelitian. Hampir semua penelitian yang menggunakan manusia sebagai

subjek penelitian, akan memberikan dampak yang dapat mengganggu

kehidupan responden seperti risiko ketidaknyamanan, pengobatan waktu

atau biaya, sehingga penelitian harus memberikan manfaat yang maksimal

dan menimbulkan risiko atau dampak negative yang minimal.


43

4.10.5 Kerahasiaan atau Privasi (Confidentiality)

Kerahasiaan adalah hak responden untuk tetap terjaga privasi terkait

informasi tentang dirinya yang didapatkan selama proses penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian, tidak dibenarkan untuk menyampaikan

semua informasi kepada pihak diluar kepentingan tujuan penelitian

(Nursalam, 2016). Peneliti menggunakan anonym (tanpa nama) untuk

merahasiakan identitas responden, hanya dengan menuliskan inisial atau

kode responden pada lembar pengumpulan data. Pelanggaran privasi dan

kerahasiaan pada subjek penelitian adalah tindakan yang tidak

menghormati subjek dan dapat menyebabkan hilang kendali atau

memalukan serta kerugian tidak kasat mata seperti stigma sosial,

penolakan oleh keluarga atau masyarakat, atau kehilangan kesempatan

seperti pekerjaan. Dalam hal ini, nama pasien akan diberikan inisial R1,

R2, R3, dst.

4.10.6 Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) atau Informed Consent (IC)

Informed consent adalah lembar persetujuan atau pengambilan

keputusan responden untuk menerima atau menolak terhadap prosedur

atau tindakan penelitian yang melibatkan dirinya. Keputusan responden

didasarkan pada informasi yang dijelaskan terlebih dahulu sebelum

dilakukan penelitian meliputi tujuan penelitian, manfaat penelitian, risiko

yang mungkin terjadi, dan alternatif lain yang dapat terjadi selama

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Sebelum melakukan penelitian, maka akan

diserahkan lembar persetujuan untuk menjadi responden dengan tujuan


44

agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya, jika subyek bersedia maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak pasien.

4.10.7 Bujukan (Inducements), Keuntungan Finansial, dan Biaya Pengganti

Bujukan, keuntungan finasial, dan biaya pengganti adalah kriteria

dalam penelitian untuk menghindari timbulnya kecurigaan atas tuntutan

atau desakan adanya “eksploitatif”, dan pentingnya aspek moral dalam

tuntutan tersebut. Tuntutan tersebut berkaitan dengan aspek manfaat dan

bahaya (benefit and harm), kerentanan (vulnerability), dan persetujuan

(consent). Secara etis, dalam suatu penelitian bisa diterima dan

diperkenankan untuk mengganti biaya apapun untuk responden yang

terlibat dalam penelitian, termasuk biaya transport, pengasuhan anak (child

care), kehilangan penghasilan saat mengikuti penelitian dan mengganti

waktu yang dipakai saat mengikuti penelitian. Penggantian sebaiknya tidak

terlalu besar, namun sangat ekstensif atau menyeluruh, sehingga dapat

mendorong persetujuan partisipasi dari responden untuk terlibat dalam

penelitian tanpa merasa mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Dalam

penelitian ini, biaya pengganti yang diberikan pada responden sebagai

responden penelitian berupa konsumsi dan souvenir.


BAB 5
HASIL PENELITIAN

Bab ini disajikan seluruh hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan

rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ada pada bab sebelumnya.

Penelitian ini disajikan berdasarkan pengumpulan data dari lembar kuesioner yang

dilaksanakan di Ruangan Mawar Kuning pada tanggal 1 September 2022 s/d 30

September 2022.

Adapun data yang disajikan dalam penelitian ini berupa data umum yang

mencakup karakteristik responden berdasarkan umur, jenia kelamin, tingkat

pendidikan, pekerjaan dan data khusus yang memuat komponen utama berupa

variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan dalam pembahasan akan dibahas

tentang kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian. Dari data penelitian yang

telah didapatkan kemudian diolah dan didapatkan hasil sebagai berikut :

5.1 Data Umum

Deskripsi karakteristik responden pada pasien stroke antara lain inisial

nama, umur, dan pendidikan terakhir.

5.1.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


umur perseptember 2022.
Umur Frekuensi Persentase (100%)
20-40 Tahun 2 6.7
41-60 Tahun 17 56.7
61-80 Tahun 11 36.7
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan data dari tabel 5.1 didapatkan responden dengan usia

terbanyak adalah 41-60 Tahun dengan jumlah 17 responden (56.7%).

45
46

5.1.2 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


jenis kelamin perseptember 2022.
Umur Frekuensi Persentase (100%)
Laki-laki 17 56.7
Perempuan 13 43.3
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan data dari tabel 5.2 didapatkan responden dengan usia

terbanyak adalah 41-60 Tahun dengan jumlah 17 responden (56.7%).

5.1.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


tingkat pendidikan.
Pendidikan Frekuensi Persentase (100%)
terakhir
SD 15 53.3
SMP 5 16.7
SMA 0 0
Sarjana 2 6.7
Tidak sekolah 2 6.7
Total 30 100
Sumber : Data primer 2022

Berdasarkan tabel 5.3 diatas didapatkan data responden dengan

kriteria pendidikan terakhir yang paling banyak adalah tamatan SD dengan

jumlah 15 responden (53.3%).

5.1.4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


pekerjaan.
Pekerjaan Frekuensi Persentase (100%)
Petani 9 30.0
Guru 7 23.3
IRT 13 43.3
Pedangan 1 3.3
Total 30 100
Sumber : Data primer 2022
47

Berdasarkan tabel 5.4 diatas didapatkan data responden dengan

pekerjaan yang paling banyak adalah pedagang dengan jumlah 13

responden (43.3%).

5.2 Data Khusus

5.2.1 Karakteristik tingkat kemandirian pada pasien stroke.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kemandirian pada


pasien stroke.
Tingkat Kemandirian Frekuensi Persentase
Mandiri 0 0
Ketergantungan ringan 4 13.3
ketergantungan sedang 7 23.3
Ketergantungan berat 6 20.0
Ketergantungan penuh 13 43.3
Total 30 100
Sumber : Data primer 2022

Berdasarkan tabel 5.5 diatas hasil tentang tingkat kemandirian pada

pasien stroke yang paling banyak ketergantungan penuh 13 (43.3%).

5.2.2 Karakteristik resikojatuh pada pasien stroke.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase resikojatuh pada pasien


stroke.
Resiko Jatuh Frekuensi Persentase
Tinggi 17 56.7
Sedang 10 33.3
Rendah 3 10
Total 30 100
Sumber : Data primer 2022

Berdasarkan tabel 5.6 diatas jumlah resiko jatuh pada pasien stroke

yang paling banyak resiko jatuh tinggi sebanyak 17 (56.7%).

5.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan uji chi square (x²) untuk mengetahui

hubungan dari masing-masing variabel independen yaitu tingkat kemandirian

dengan variabel dependen (kejadian PV). Dasar pengambilan hipotesis


48

penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan

(α, < 0,05) hubungan dikatakan bermakna apabila nilai p ≤ 0,05 (Sugiyono,

2011).

Tabel 5.7 Hubungan tingkat kemandirian dengan resiko jatuh pada


pasien stroke
Resiko Jatuh
Tingkat P
Tinggi Sedang Rendah Total
kemandirian Value
F % F % F % F %
Mandiri 0 0 0 0 0 0 0 0
Ringan 0 0 1 3.3 3 10 4 13.3
Sedang 0 0 7 23.3 0 0 7 23.3 0,00
Berat 4 13.3 2 6.7 0 0 6 20
Penuh 13 43.3 0 0 0 0 13 43.3
Total 17 56.7 10 33.3 3 10 3 100
Sumber : Data primer 2022

Berdasarkan tabel 5.7 mengenai hubungan Hubungan tingkat

kemandirian dengan resiko jatuh pada pasien stroke di RSUD Waluyojati

kraksaan probolinggo didapatkan hasil pasien stroke dengan tingkat

kemandirian penuh sebanyak 13 responden (43.3%) memiliki resiko jatuh

tinggi.

Dari hasil analisis statistic Uji rank spearman dengan bantuan

software program SPSS 16 for windows, dari hasil uji korelasi tersebut di

dapatkan bahwa nilai ᵱ = 0,00, dengan tingkat signifikan 0,05 (ᵱ ≤ 0,05 )

sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 diterima yang berarti ada hubungan

yang bermakna antara tingkat kemandirian dengan resiko jatuh pada pasien

stroke di RSUD Waluyojati Kraksaan Probolinggo.


BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan

6.1.1 Tingkat kemandirian.

Dari hasil penelitian ini berdasarkan dari tabel 5.5 didapatkan bahwa

43.3% atau sebanyak 13 responden memliki tingkat kemandirian penuh.

Menurut Hardiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan

Activity Daily Living bukan hanya masalah fisik, namun juga dapat karena

kapasitas mental, status mental seperti kesedihan dan depresi, penerimaan

terhadap fungsinya anggota tubuh dan dukungan keluarga.

Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada

orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri

atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai

kesehatan atau penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau

merawat diri dan dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

AKS ADL pekerjaan rutin sehari-hari seperti halnya ; makan, minum, mandi,

berjalan, tidur, duduk, BAB, BAK, dan bergerak (Setiawan, 2009).

Berdasarkan observasi peneliti banyak ditemukan pasien stroke tetap

memaksa untuk memenuhi aktivitasnya sendiri secara mandiri misalnya

tetap berusaha mandiri untuk pergi ke toilet walaupun sudah tidak mampu

untuk berjalan dengan normal. Maka dari itu kita sebagai tenaga kesehatan

perlu memberi edukasi pasien dan keluarga untuk tidak melakukan aktifitas

sendirian pada ada yang mendampingi.

49
50

6.1.2 Resiko jatuh

Pasien stroke yang dilakukan skoring resiko jatuh oleh peneliti

terhadap 30 responden dan berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan sebagian

besar responden mengalami resiko jatuh tinggi yaitu sebanyak 17 responden

(56.7%). Hal tersebut terjadi karena responden memiliki tingkat kemandirian

penuh sebanyak 13 responden (43.3%). Hanya sebagian kecil responden

mempuyai resiko jatuh berat yaitu sebanyak 4 responden (13.3%).

Menurut Miller (2014) risiko jatuh pada pasien stroke meningkat seiring

dengan bertambahnya faktor risiko jatuh yaitu usia, kondisi patologis dan

faktor lingkungan. otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot,

elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dalam hal apapun.

Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan

kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh manusia.

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan postural atau keseimbangan tubuh manusia, diantaranya

efek penuaan,kecelakaan, maupun karena faktor penyakit (Avers, 2015).

Menurut Probosuseno (2018) tingkat aktivitas menjadi salah satu penyebab

terjadinya jatuh pada pasien stroke, sehingga yang aktif akan memiliki risiko

jatuh lebih besar dari pada lansia yang tidak aktif.

Hasil observasi peneliti dengan responden sebagian besar responden

memiliki resiko jatuh tinggi, maka dari itu kita sebagai tenaga kesehatan

wajib melakukan skoring resiko jatuh dan melakukan intervensi resiko jatuh

agar pasien tidak mengalami jatuh yang mengakibatkan cedera atau

kematian pada pasien.


51

6.1.3 Hubungan tingkat kemandirian dengan resiko jatuh.

Hasil analisis uji Spearman Rank terdapat hubungan tingkat

kemandirian dengan resiko jatuh menunjukkan bahwa nilai p value 0,000 <

α (0,05), maka keputusannya H1 diterima dan H0 ditolak yang artinya ada

hubungan yang signifikan antara tingkat kemandirian dengan resiko jatuh

pada pasien stroke.

Menurut abgan sakura (2021) Sebagian besar responden yang telah

diteliti mengalami risiko jatuh rendah sebanyak 14 orang (45%). Kesimpulan:

Keluarga diharapkan mempertahankan pemberian bantuan dan

pengawasan terhadap penderita stroke, terutama pada penderita yang

sudah pernah jatuh.

Menurut Muhayati (2018) kemandirian adalah kebebasan untuk

bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang

lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu

maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit. Lebih lanjut

ditegaskan bahwa kemandirian pada lanjut usia tergantung pada

kemampuan status fungsionalnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Stroke merupakan gangguan asupan darah di otak yang sering

disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan.

Gangguan asupan darah tersebut mengganggu asupan oksigen dan nutrisi

sehingga dapat meyebabkan kerusakan pada jaringan otak (World Health

Organization, 2015). Stroke juga mempengaruhui terhadap kemandirian

pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari karna adanya kelamahan pada

kekuatan otot.
52

Sesuai dengan teori yang mengatakan kemandirian pasien stroke

mempengaruhi terhadap resiko jatuh kepada pasien. Mayoritas

kemandiriann pada pasien stroke adalah kemandirian penuh karena

sebagian besar penderita stroke berusia antara 40-60 tahun sebanyak 17

responden (56.7%), sebagian responden kurangnya pengetahuan tentang

bagaimana terhadap resiko jatuh, hal itu bisa terlihat dari tingkat pendidikan

responden yang mayoritas berpendidikan SD berjumlah 16 responden

(53.3%). Sehingga pasien tidak memikirkan resiko jatuh akan bisa

menyebabkan cidera, kecacatan atau kematian. Selain itu ditemukan bahwa

sebagian besar para responden tidak memasang real bed pengaman

pasien,

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang

dengan tingkat kemandian penuh faktor yang cukup berpengaruh terhadap

resiko jatuh pasien. Maka kita sebagai tenaga kesehatan diharapkan

berperan penting untuk memberikan intervensi tentang pentingnya resiko

jatuh.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini tidak ada keterbatasan maupun kesulitan di dalam

melakukan penelitian.

6.3 Implikasi Dalam Pelayanan, Pendidikan Dan kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa implikasi yang dapat

dilakukan untuk peningkatan dalam bidang keperawatan, khususnya :


53

1. Pelayanan Keperawatan

Diharapkan hasil dari penelitian ini akan berdampak pada upaya

peningkatan pelayanan keselamatan pasien oleh tenaga medis untuk lebih

meningkatkan mutu pelayan pentingnya tingakat kemandirian dan

melakukan scoring resiko jatuh untuk mengurangi resiko kecacatan atau

kematian terhadap pasien

2. Pendidikan

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

kajian dari pengetahuan tentang disiplin ilmu keperawatan khususnya

tentang pembelajaran keperawatan komunitas dan medikal bedah,

disamping itu dapat menambah pengetahuan dan wawasan perawat

terutama tentang tingkat kemandirian dan resiko jatuh.

3. Tentang Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini khususnya kepada perawat dalam

mengantisipasi dampak dan melakukan tindakan asuhan keperawatan

terkait tingkat kemandirian dan resiko jatuh, sehingga perawat mampu

memberikan pelayanan yang maksimal.


BAB 7

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

dan diberikan saran mengenai hubungan tingakt kemandirian dengan resiko jatuh

pada pasien stroke.

7.1 KESIMPULAN

1. Tingkat kemandirian pada stroke di RSUD Waluyo Jati Probolinggo adalah

sebagian besar memiliki tingkat kemandirian penuh.

2. Resiko jatuh pada pasien stroke di RSUD Waluyo Jati Probolingggo

sebagian besar memiliki resiko jatuh tinggi.

3. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat kemandirian dengan

resiko jatuh pada pasien stroke di RSUD Waluyo Jati Probolinggo dengan

nilai p-value sebesar 0,000.

7.2 SARAN

7.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat terus memberikan program-

program khususnya pada bidang kesehatan yang mendukung agar

permasalahan resiko jatuh pada stroke dapat di minimalisir.

7.2.2 Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dapat terus mengembangkan ilmu keperawatan

khususnya yang berhubungan dengan penyakit stroke dan resiko jatuh

dapat minimalisir di RSUD Waluyo Jati Probolinggo.

54
55

7.2.3 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan

penelitian intervensi terhadap responden dan tambahan informasi bagi

peneliti lain yang akan melakukan penelitian berikutnya mengenai tingkat

kemandirian dengan resiko jatuh pada pasien stroke.

7.2.4 Bagi Responden

Diharapkan untuk memperbaiki mutu pelayanan kesehatan yang baik

supaya tidak ada kejadian pasien jatuh.

7.2.5 Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan untuk kedepannya dapat memberikan penyuluhan /

melakukan intervensi resiko jatuh dengan baik kepada pasien supaya

mengurangi kejadian resiko jatuh dan memberikan keselamatan pada

pasien khususnya pasien stroke.

7.2.6 Bagi Peneliti

Diharapkan dapat memberikan masukan pada institusi tempat kerja

agar dalam melakukan promosi kesehatan, terutama mengenai penyakit

resiko jatuh.
DAFTAR PUSTAKA

Cahayaningtyas, R. (2018). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Risiko


Jatuh Pada Lansia di Posyandu Ngudi Rahayu Gedongkiwo Mantrijeron
Yogyakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Dinas Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013. Riset


Kesahatan Dasar. 2013.

Halawa F, Buulolo P budi, Gulo MA, Dachi PK, Nurhayati EL. Hubungan motivasi
keluarga dengan efikasi diri. J Keperawatan. 2019;9

Kemenkes, P. (2018b). Apa itu Stroke ? In Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. P2PTM Kemenkes RI. http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/stroke/apa-itu-stroke

Kemenkes, P. (2019b). Faktor Risiko Stroke. In Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. Kementrian Kesehatan RI.
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stoke/apa-saja-faktor-risiko-
stoke-yang-tidak-bisa-diubah

Kemenkes. (2019a). Germas Cegah Stroke. P2PTM Kemenkes RI.


http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/germas-cegah-stroke

Kemenkes. (2020). Stroke. In Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


Direktorat P2PTM. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/stroke

Marselina, Finni Alfisyah, Hasanah, Muh. Jusman Rau, 2021. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada
Pasien Pasca Stroke di UPT. RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 12 NOMOR 2 (2021), 304
– 322

Organization WH. WHO: Stroke, Cerebrovascular accident. Stroke. 2011. Health


Topics: Stroke.

Riskesdas. (2019). Indonesia Masuki Periode Aging Population. In Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19070500004/indonesia-masuki-
periode-aging-population.html

Rohaedi, S., Putri, S. T., & Karimah, A. D. (2016). TINGKAT KEMANDIRIAN


LANSIA DALAM ACTIVITIES DAILY. Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia, 2(1), 16–21. http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI

Sabilla, M. (2019). Perbedaan Tingkat Kemandirian Aktivitas Keseharian (Activity


Of Daily Living) Pada Lansia Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Posyandu
Di Desa Pesing Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. 17–25.
http://etheses.iainkediri.ac.id/1107

56
57

Syahdrajat, T. (2015). Panduan Menulis Tugas Akhir Kedokteran dan Kesehatan.


Premadamedia Grub.

Tatali, A. J., Kundre, R., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., Sam, U., &
Manado, R. (2018). HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING ( ADL ) PADA PASIEN
PASCA STROKE DI POLIKLINIK KASIH MANADO. E-Journal Keperawatan
(e-Kep), 6(1), 2–6.

Veronika E, D. (2017). HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEMANDIRIAN


AKTIVITAS FISIK DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA. PROFESI
(Profesional Islam) Media, 15(1).
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hubungan+a
ntara+tingkat+kemandirian+aktivitas+fisik+dengan+resiko+jatuh+pada+lans
ia&btnG=#d=gs_qabs&u=2p%3DXxQMFSU0VBQJ

WHO. Top 10 causes of death. 2018.

Yuda Turana MD, PhD, Jeslyn Tengkawan MD, Arieska Ann Soenarta MD, 2019.
Asian management of hypertension: Current status, home blood pressure,
and specific concerns in Indonesia. August 2019. DOI: 10.1111/jch.13681
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth
Di Tempat

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program studi S1


keperawatan, saya akan melakukan penelitian tentang “Hubungan tingkat
kemandirian dengan resiko jatuh pada pasien Stroke di RSUD Waluyo jati
kraksaan Probolinggo”
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis “Hubungan tingkat
kemandirian dengan resiko jatuh pada pasien Stroke di RSUD Waluyo jati
kraksaan Probolinggo”. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan
saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi lembar
persetujuan.
Demikian permohonan ini, atas bantuan dan partisipasi saudara saya sampaikan
terima kasih.

Probolinggo, Agustus 2022


Peneliti

Isnani Mauly Masruri


NIM.14201.13.21083
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk turut
berpartisipasi sebagai responden penelitian yang akan dilaksanakan oleh
mahasiswa STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo yang
bernama: ISNAINI, NIM: ( ) dengan judul “Hubungan tingkat kemandirian
dengan resiko jatuh pada pasien Stroke di RSUD Waluyo jati kraksaan
Probolinggo”

Probolinggo, 1 Agustus 2022


Responden

( )
Lampiran 6
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN DENGAN RESIKO JATUH PADA
PASIEN STROKE DI RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN
PROBOLINGGO
A. Petunjuk pengisian identitas
1. Pertanyaan berikut ini adalah mengenai data pribadi
2. Isilah jawaban yang tepat yang telah disediakan
3. Berikan tanda (√)

Isilah jawaban yang sesuai


Data responden:
1. Usia anda sekarang: ……………... Tahun
2. Jenis kelamin
-laki

3. Pendidikan terakhir

4. Pekerjaan
Petani
Guru
IRT
Pedagang
KUESIONER KEMANDIRIAN
Petunjuk:
1) Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan benar
2) Isilah lembar kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan keaadaan
3) Berilah tanda centang di kolom yang sesuai
Sumber: Jurnal Peningkatan Kemandirian Berdasarkan Barthel Index (Dewi, 2015)

Nilai
no Aktivitas Skore
Bantuan Mandiri

1. Makan : Apakah Kemampuan yang


Bapak/Ibu alami saat ini jika makan ?
2. Mandi :Apakah Kemampuan yang
Bapak/Ibu alami saat ini jika mandi?
3 Perwatan diri :Apakah kemampuan yang
Bapak /ibu alami saat melakukan
perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur ?
4. Berpakaian : Apakah kemampuan Bapak/ibu
saat mengancing baju)?

5. Apakah kemampuan Bapak/ibu saat buang air


kecil ?

6. Apakah kemampuan Bapak/ibu saat buang air


besar ?

7. Apakah kemampuan Bapak/ibu saat


Penggunaan toilet?

8. Apakah kemampuan Bapak/ibu saat


Berjalan

9. Apakah kemampuan Bapak/ibu saat


Berpindah ?

10. Apakah kemampuan Bapak/ibu saat


Naik turun tangga ?

Total

Sumber: Jurnal Peningkatan Kemandirian Berdasarkan Barthel Index (Dewi, 2015)


KUESIONER RESIKO JATUH

Petunjuk:
1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan benar
2. Isilah lembar kuesioner ini sesuai dengan arahan dari peneliti
No. Pengkajian Skala Nilai
ya tidak
Riwayat jatuh: Apakah bapak/ ibu pernah jatuh
1 dalam 3 bulan terakhir?

Diagnosa sekunder: Apakah bapak/ ibu memiliki


2 lebih dari 1 penyakit?

Apakah bapak/ ibu Menggunakan Alat bantu


jalan:
- Tidak ada /bed rest / dibantu ?
Apakah bapak/ ibu Menggunakan Alat bantu
3 jalan:
Kruk /tongkat /walker
Apakah bapak/ ibu Menggunakan Alat bantu
jalan:
Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi,
meja, lemari) ?
Terapi intravena: apakah saat ini Bapak/ Ibu
4 terpasang infus?

Apakah saat ini Bapak/ Ibu Gaya berjalan/ cara


berpindah Normal/ bed rest/ immobile (tidak
5 dapat bergerak sendiri)?
Apakah saat ini Bapak/ Ibu Lemah (tidak
bertenaga) ?
Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret)
Apakah saat ini Bapak/ Ibu Status mental
6 - menyadari kondisi dirinya
- mengalami keterbatasan daya ingat
TOTAL
Sumber : Digital Repository Universitas Jember (Nisa, 2019)
Lampiran 7

TABULASI DATA KUESIONER


DATA DEMOGRAFI DATA KHUSUS
No. Tingkat Kemandirian Coding Resiko Jatuh Coding
U Coding JK Coding PD Coding PK Coding
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Jumlah Kategori Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Jml Kategori
1 47 2 L 1 SD 1 Guru 2 5 0 0 0 0 5 0 0 5 0 15 PENUH 5 0 15 15 20 20 0 70 RESIKO TINGGI 1
2 36 1 P 2 SMA 3 Petani 1 0 0 0 0 5 0 0 0 5 0 10 PENUH 5 0 15 30 20 20 0 85 RESIKO TINGGI 1
3 66 3 L 1 SD 1 Guru 2 10 10 10 10 10 10 10 5 5 5 85 RINGAN 2 0 0 0 20 10 0 30 RESIKO RENDAH 3
4 60 2 P 2 SMP 2 Petani 1 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 10 PENUH 5 0 15 15 20 20 0 70 RESIKO TINGGI 1
5 57 2 L 1 SD 1 Guru 2 5 0 0 0 5 5 0 0 0 0 15 PENUH 5 0 15 30 20 20 0 85 RESIKO TINGGI 1
6 62 3 P 2 SD 1 Petani 1 10 10 10 5 5 5 5 5 5 5 65 SEDANG 3 0 15 0 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
7 73 3 P 2 TIDAK SEKOLAH 5 Petani 1 10 10 10 10 5 5 5 5 5 5 70 SEDANG 3 0 15 0 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
8 70 3 L 1 SD 1 Guru 2 5 0 0 5 0 5 0 0 0 0 15 PENUH 5 25 15 15 20 10 0 85 RESIKO TINGGI 1
9 62 3 L 1 SD 1 IRT 3 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 40 BERAT 4 25 15 30 20 20 15 125 RESIKO TINGGI 1
10 69 3 L 1 SD 1 Guru 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 BERAT 4 0 15 15 20 10 0 60 RESIKO TINGGI 1
11 56 2 L 1 SD 1 IRT 3 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 PENUH 5 0 15 30 20 20 0 85 RESIKO TINGGI 1
12 61 3 P 2 SMP 2 Petani 1 10 10 10 10 10 10 10 10 5 5 90 RINGAN 2 0 0 0 20 10 0 30 RESIKO RENDAH 3
13 52 2 L 1 SMA 3 IRT 3 10 10 10 10 5 10 10 5 5 5 80 RINGAN 2 0 0 0 20 10 0 30 RESIKO RENDAH 3
14 53 2 P 2 SMA 3 IRT 3 5 5 5 5 5 0 0 0 0 0 25 BERAT 4 25 15 15 20 10 0 85 RESIKO TINGGI 1
15 70 3 L 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 5 PENUH 5 0 15 15 20 10 0 60 RESIKO TINGGI 1
16 75 3 L 1 SD 1 Petani 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 PENUH 5 0 15 15 20 10 0 60 RESIKO TINGGI 1
17 51 2 L 1 SD 1 Guru 2 5 5 0 0 5 0 0 0 0 0 15 PENUH 5 0 15 30 20 20 0 85 RESIKO TINGGI 1
18 46 2 L 1 SMP 2 IRT 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 BERAT 4 0 15 15 20 20 0 70 RESIKO TINGGI 1
19 39 1 P 2 SMA 3 IRT 3 10 10 10 10 10 10 10 5 5 5 85 RINGAN 2 0 15 0 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
20 71 3 P 2 SD 1 Petani 1 5 5 10 10 0 0 0 0 0 0 30 SEDANG 3 0 0 15 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
21 42 2 P 2 D3 4 IRT 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 SEDANG 3 0 15 0 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
22 51 2 L 1 SD 1 IRT 3 5 5 10 10 10 10 0 0 0 0 50 SEDANG 3 0 0 15 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
23 73 3 P 2 TIDAK SEKOLAH 5 Petani 1 5 5 5 5 5 0 0 0 0 0 25 BERAT 4 0 15 0 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
24 45 2 P 2 SD 1 Guru 2 0 0 5 5 0 0 0 0 0 0 10 PENUH 5 0 15 15 20 20 0 70 RESIKO TINGGI 1
25 53 2 L 1 SMP 2 IRT 3 5 5 5 5 10 5 5 5 5 5 55 SEDANG 3 0 0 15 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
26 55 2 P 2 SD 1 IRT 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 PENUH 5 25 15 15 20 20 0 95 RESIKO TINGGI 1
27 58 2 L 1 S1 4 Pedagang 4 5 0 0 5 0 0 0 0 0 0 10 PENUH 5 0 15 15 20 10 0 60 RESIKO TINGGI 1
28 46 2 P 2 SMA 3 IRT 3 5 5 5 5 5 0 0 0 0 0 25 BERAT 4 0 15 0 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
29 53 2 L 1 SMP 2 IRT 3 5 10 10 5 5 5 5 5 0 0 50 SEDANG 3 0 0 15 20 10 0 45 RESIKO SEDANG 2
30 50 2 L 1 SD 1 IRT 3 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 PENUH 5 25 15 15 20 20 0 95 RESIKO TINGGI 1
Lampiran 8

ANALISA DATA SPSS

1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 20-40 TH 2 6.7 6.7 6.7

41-60 TH 17 56.7 56.7 63.3

61-80 TH 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 17 56.7 56.7 56.7

Perempuan 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

3. Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 16 53.3 53.3 53.3

SMP 5 16.7 16.7 70.0

SMA 5 16.7 16.7 86.7

SARJANA 2 6.7 6.7 93.3

Tidak Sekolah 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0


4. Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Petani 9 30.0 30.0 30.0

Guru 7 23.3 23.3 53.3

IRT 13 43.3 43.3 96.7

Pedagang 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

5. Tingkat Kemandirian Pasien stroke

Tingkat kemandirian pasien stroke

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ketergantungan Ringan 4 13.3 13.3 13.3

Ketergantungan Sedang 7 23.3 23.3 36.7

Ketergantungan
6 20.0 20.0 56.7
Berat/tergantung

Ketergantungan Penuh 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

6. Resiko Jatuh

Resiko Jatuh Pasien Stroke

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Resiko Tinggi 17 56.7 56.7 56.7

Resiko Sedang 10 33.3 33.3 90.0

Resiko Rendah 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


7. Hubungan Tingkat kemandirian pasien stroke dengan resiko jatuh

Tingkat kemandirian pasien stroke * Resiko Jatuh Pasien Stroke Crosstabulation

Resiko Jatuh Pasien Stroke

Total

Resiko
Count Resiko Tinggi Resiko Sedang Rendah

Tingkat Ketergantungan Ringan 0 1 3 4


kemandirian
Ketergantungan Sedang 0 7 0 7
pasien stroke
Ketergantungan
4 2 0 6
Berat/tergantung

Ketergantungan Penuh 13 0 0 13

Total 17 10 3 30

Correlations

Tingkat kemandirian Resiko Jatuh


pasien stroke Pasien Stroke

Kendall's Tingkat kemandirian Correlation Coefficient 1.000 -.854**


tau_b pasien stroke Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Resiko Jatuh Pasien Correlation Coefficient -.854** 1.000


Stroke Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

Spearman' Tingkat kemandirian Correlation Coefficient 1.000 -.899**


s rho pasien stroke Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Resiko Jatuh Pasien Correlation Coefficient -.899** 1.000


Stroke Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai