Anda di halaman 1dari 72

HUBUNGAN KUNJUNGAN KELUARGA DENGAN

KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN JIWA


DI RSUD LOEKMONO HADI
KABUPATEN KUDUS

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh :
MIFTAKHUL MANAN
NIM : 820163066

Pembimbing :
1. Anny RosianM.M,Kep,Ns,Sp,s Kep,j
S.,ss.
2. Supardi.se.m,kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul ” HUBUNGAN KUNJUNGAN KELUARGA


DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGUAN JIWA DI RSUD
LOEKMONOHADI KUDUS” ini telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing
skripsi untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Proposal Skripsi jurusan S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari : Selasa
Tanggal : 16 Juni 2020
Nama : Miftakhul Manan
NIM : 820163066

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Anny Rosiana M, M.Kep.Ns.,Sp.J Supardi, SE, M.Kes


NIDN : 0616087801 NIDN : 0615056902

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,

Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul ”HUBUNGAN KUNJUNGAN KELUARGA


DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGUAN JIWA DI RSUD
LOEKMONOHADI KUDUS” ini telah diuji dan disahkan oleh Tim Penguji
Proposal Skripsi Jurusan S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus,
pada :
Hari :
Tanggal :
Nama : Miftakhul Manan
NIM : 820163066

Menyetujui,

Penguji Utama Penguji Anggota

Anny Rosiana M, M.Kep.Ns.,Sp.J Muhammad Purnomo,S.Kep.M.H.Kes


NIDN : 0616087801 NIDN : 0624077002

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,

Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul ”HUBUNGAN KUNJUNGAN KELUARGA


DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGUAN JIWA DI RSUD
LOEKMONOHADI KUDUS” ini telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing
skripsi untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Proposal Skripsi jurusan S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari :
Tanggal :
Nama : Miftakhul Manan
NIM : 820163066

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Anny Rosiana M, M.Kep.Ns.,Sp.J Supardi, SE, M.Kes


NIDN : 0616087801 NIDN : 0615056902

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,

Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul ”HUBUNGAN KUNJUNGAN KELUARGA DENGAN


KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGUAN JIWA DI RSUD LOEKMONOHADI
KUDUS” ini telah diuji dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, pada :
Hari :
Tanggal :
Nama : Miftakhul Manan
NIM : 820163066

Menyetujui,

Penguji Utama Penguji Anggota

Sukarmin, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.MB Supardi, SE, M.Kes


NIDN : 0607057601 NIDN : 0615056902

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,

Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401
MOTTO

“Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara


mensyukuri arti sebuah keberhasilan”

“Sungguh bersama kesukaran dan keringanan. Karna itu bila kau telah
selesai (mengerjakan yang lain). Dan kepada Tuhan, berharaplah”.

(Q.S Al Insyirah : 6-8) !”


PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada mereka yang merasa memiliki diriku


yang menjadi bagian hidupku yang selama ini tak henti-hentinya dengan tulus
ikhlas memberikan doa, nasehat, bimbingan, dorongan serta kasih sayang yang
tulus sebagai wujud rasa syukur, rasa hormat, serta ucapan terima kasih yang
tiada terkira. Proposal skripsi ini kupersembahkan untuk :

 Keluarga yang telah memberikan nasehat-nasehat yang selalu memberikan


semangat dan selalu mendukung dan mendoakan aku.
 Sahabat-sahabatku yang selalu ada dan memberikan dukungan disaat aku
rapuh
Teman-teman semua seangkatan yang selalu semangat jangan pernah
menyerah dan sukses selalu

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan S1
Keperawatan dengan judul ” HUBUNGAN KUNJUNGAN KELUARGA DENGAN
KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGUAN JIWA DI RSUD LOEKMONOHADI
KUDUS”

Dalam penyusunan Proposal skripsi ini penulis banyak mendapatkan


bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga Proposal skripsi ini dapat
terwujud dalam bentuk sekarang ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :

1. Rusnoto, SKM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus


yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan
Proposal skripsi ini serta menjadi pembimbing utama dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
2. Anny Rosiana M. M.Kep,Ns,S.Kep.J, selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyusun serta penguji
Proposal skripsi ini.
3. Supardi. SE. M.Kes, selaku pembimbing anggota yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam menyusun proposal skripsi ini.
4. Keluarga yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.
5. Teman-teman sejawat yang telah memberikan bantuan dan spirit guna
terselesaikanya Proposal skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya Proposal skripsi ini.
Dalam penulisan ini penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Proposal skripsi ini.

Penulis berharap semoga Proposal skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Kudus, 2021

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii

MOTTO ......................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN........................................................................................... v

PERNYATAAN.............................................................................................. vi

KATA PENGANTAR...................................................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 5
F. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 9

A. Ganguan Jiwa........................................................................... 9
B. Keambuhan............................................................................... 15
C. Kunjungan Keluarga.................................................................. 16
D. Kerangka Teori.......................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 23

A. Variabel Penelitian.................................................................... 23
B. Hipotesis Penelitian................................................................... 23
C. Kerangka Konsep Penelitian..................................................... 24
D. Rancangan Penelitian............................................................... 24
E. Etika Penelitian.......................................................................... 34
F. Jadwal Penelitian...................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian....................................................................... 5

Tabel 3.1 Definisi Operasional..................................................................... 28


DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Teori........................................................................................ 22

3.1 Kerangka Konsep.................................................................................... 24


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Jadwal Penelitian
Lampiran 5 Lembar Konsul
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu ketidakberesan kesehatan dengan
manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan
yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis,
sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi. Gangguan jiwa mewakili suatu
keadaan tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan dari suatu konsep
normatif. Setiap jenis ketidakberesan Fatalina. 2012. Efektivitas Pemberian
Terapi Kerja Terhadap Peningkatan Motivasi HidupPada Pasien Skizofrenia
Di Rumah Sakit Grhasia Propinsi DIY. Jurnal: Muhamadiah Semarang.
kesehatan itu memiliki tanda-tanda dangejala-gejala yang khas (Fatalina.
2012). Gangguan jiwa umumnya mengalami gangguan psikologis sebagai
keluhan utama, sehingga berdampak terganggunya kebutuhan fisiologis
(Kusumawati & Hartono, 2010). ).
Penyebab gangguan jiwa merupakan proses interaksi yang kompleks
antara faktor organo-biologik, psikoedukatif, dan sosiokultural. Faktor
organobiologik merupakan keadaan biologis atau jasmani yang dapat
menghambat perkembangan individu, seperti kelainan gen, kurang gizi, dan
penyakit, sehingga dapat memengaruhi seluruh aspek tingkah laku mulai dari
kecerdasan sampai daya tahan terhadap stres. Faktor psikoedukatif meliputi
aspek psikologis dan pendidikan seperti adanya trauma psikis pada masa
kanak-kanak atau pola asuh yang salah. Faktor sosiokultural merupakan
keadaan obyektif dari masyarakat yang berupa tuntutan sehingga
menimbulkan tekanan pada individu (Bahar & Syaify, 2013).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sebanyak 450
juta orang di seluruh dunia menderita gangguan jiwa (Anna, 2012). Data
Riskesdas (2013), menyatakan bahwa peningkatan tertinggi ganguan jiwa di
Indonesia pada tahun 2013 dengan jumlah penderita gangguan jiwa berat
mencapai 2,5 juta orang lebih meningkat dari tahun 2012 sebanyak 2,37 juta
orang (DepkesRI,2013).
Kekambuhan merupakan suatu kondisi seseorang yang sudah
diperbolehkan pulang dari rumah sakit kemudian dia menujukkan tanda dan
gejala yang kembali memburuk bahkan kondisinya lebih parah dari
sebelumnya sehingga perlu dilakukan perawatan kembali di rumah sakit
(Amelia & Zainul, 2013). The Hongkong Medical Diary dalam (Amelia &
Zainul, 2013) menjelaskan bahwa frekuensi kekambuhan sebanyak 70% –
82% dalam jangka waktu lima tahun setelah pasien itu masuk untuk pertama
kali di rumah sakit jiwa. Hasil penelitian yang dilakukan Idris (2016)
menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan pasien skizofrenia mencapai 37, 1
% dengan kriteria kekambuhan rendah sedangkan 42,5 % dengan kriteria
kekambuhan tinggi. Dampak terburuk dari kekambuhan bagi individu yaitu
kejadian bunuh diri yang meningkat sekitar 4,9 kali lipat karena adanya
gangguan rasa mood dan perasaan kehilangan dan hal ini menjadikan bunuh
diri pada individu yang mengalami skizofrenia terletak pada urutan terbesar
ketiga setelah gangguan afektif dan penyalahgunaan narkoba (Gemilang,
2017).
Sampai sekarang lebih dari 40% Negara didunia tidak mempunyai
Undang undang mengenai kesehatan jiwa dimasyarakat dan 30% Negara
didunia tidak mempunyai program mengenai kesehatan jiwa itu sendiri
masih rendah. hanya sekitar 25% Negara didunia tidak mempunyai obat–
obatan dasar untuk mengenai schizophrenias, depresi,dan epilepsy.
Keluarga adalah sebagai pelaku sosial primer dan merupakan tempat
asuhan yang tidak dapat digantikan oleh siapapun, karena keluarga
dapat memberikan kehangatan, kasih sayang dan dapat mengerti tentang
keluhan anggota keluarganya. Paradigma baru diperlukan dalam
menangani penyandang gangguan jiwa, seperti diketahui semakin lama
rumah sakit besar sudah tidak lagi menjadi pilihan utama bagi tempat
untuk menangani penderita gangguan jiwa maupun keluarganya.
Alasannya antara lain karena mereka menganggap tempat tersebut
membuat mereka kehilangan kemampuan sosialnya.mengalami pembatasan
yang berlebihan mengalami pelanggaran hak asasi manusia kehilangan
kemerdekaan bahkan mengurangi kesempatan pemulihan. Kesehatan jiwa
pada keluarga adalah Memberikan bimbingan dan penyuluhan tentang
kesehatan jiwa dalam rangka meningkatkan kesehatan jiwa keluarga.
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013. ISSN : 2303 1721 123 Mencegah penyakit
dan mengenali gejala gangguan jiwa secara dini dan upaya pengobatannya
,kesehatan ini bertujuan untuk mencapai tujuan derajat kesehatan yang
optimal bagi seluruh keluarga untuk mencapai tujuan tersebut diharapkan
keluarga dapat memberikan stimulasi dalam perkembangan
anak,menumbuhkan hubungan interpersonal, mengerti tentang kesehatan
jiwa dan gangguan kesehatan jiwa, mengetahui penyebab gangguan jiwa,
ciri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas keluarga serta upaya pencegahan
gangguan jiwa oleh keluarga dan di rumah sakit.Sebagian besar keluarga
tidak menyadari betapa pentingnya pengaruh kunjungan keluarga terhadap
tingkat kesembuhan klien gangguan jiwa terkhusus pada orangtua yang
tidak mengetahui dengan tindakan jelas tentang tindakan apa yang harus
dilakukan untuk kesembuhan klien. Menurut Depkes (2010) salah satu
faktor yang menentukan kambuh atau tidaknya penderita gangguan jiwa
post opname adalah faktor keluarga dalam perawatan penderita
gangguan jiwa Menurut para ahli psikologi mengatakan bahwa dengan
adanya pengetahuan yang baik maka orang tua dan keluarga akan lebih
mengetahui dan menerima kondisi anggota keluarganya yang kena
gangguan jiwa serta merencanakan perawatan yang sesuai dengan kondisi
penderita gangguan jiwa tersebut.
Sebelumnya juga sudah pernah dilakukan penelitian tentang “sebanyak
42 orang, dan rendah sebanyak 25 orang. Sedangkan kalau berdasarkan
aspek kunjungan keluaraga, didapatkan hasil orang dengan skizofrenia yang
merasa tidak mendapat kunjungan sebanyak 3 orang, tidak mendapat
kunjungan sama sekali sebanyak 22 orang, agak dapat kunjungan sebanyak
71 orang.Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar oleh
semua tenaga medis untuk lebih Hubungan kunjungan keluaraga di rumah
sakit khusus provinsi sulawesi selatan” kiki fajarwati muh.ilyas’ (2014) yang
menunjukkan bahwa orang dengan skizofrenia yang memiliki tingkat
kunjungan keluarga tinggi sebanyak 63 orang, sedang meningkatkan
pelayanan kesehatan keperawatan jiwa kepada para orang dengan
skizofrenia, terutama untuk pemenuhan kebutuhan kunjungan keluarag
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada Hari rabu 15 januari 2018
di RSUD Lokmonohadi Kudus dengan bertanya pada petugas rumah sakit di
dapatkan data sebanyak 42 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 24
orang dan 18 orang perempuan yang ada di RSUD Loekmonohadi Kudus
mengidap penyakit gangguan jiwa. Dengan berbagai jenis gangguan jiwa
seperti skizofrenia, halusinasi, waham dan depresi. Dari 42 orang penderita
gangguan jiwa di RSUD Loekmonohadi Kudus. didapatkan data bahwa
sekitar 30 orang, kesadaran keluarga untuk melakukan kunjungan keluarga
kurang.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat kunjungan keluarga dengan
kekambuhan pada Gangguan Jiwa di RSUD Loekmonohadi Kudus pada
tahun 2020.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut, maka peneliti
dapat merumuskan masalah “ Hubungan kunjungan keluarga dengan
kekambuhan pada gangguan jiwa di RS Loekmono Hadi Kudus”
Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut;
1. Apakah terdapat hubungan antara kunjungan keluarga dengan
kekambuhan pada ganguan jiwa?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
kunjungan keluarga dengan kekambuhan pada pasien ganguan jiwa di RSUD
Loekmono hadi kudus
1. tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan kunjungan keluarga yang mengasuh
dengan kekambuhan pada pasien ganguan jiwa di RSUD
loekmonohadi kudus.
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi hubungan kunjungan keluarga dengan kekambuhan
pada pasien ganguan jiwa di RSUD loekmonohadi kudus.

D. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat bagi peneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam
mempelajari hubungan kunjungan keluarga dengan kekanmbuhan
pada pasien ganguan jiwa serta bermanfaat untuk peneliti
selanjutnya..
2. anfaaat bagi RUSD loekmonohadi kudus
Dari data dan hasil yang di peroleh dapat di jadikan sumber informasi
dari hasil penelitian dan masukan untuk mengetahui hubunngan
kunjungan keluarga dengan kekambuhan pada pasien ganguan jiwa
di RSUD Loekmonohadi kudus
3. Manfaat bagi keluaraga
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan
pegetahuan keluarga pasien tentang pentingnya kunjungan keluarga
terhadap kekambuhan pada pasien ganguan jiwa.
4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber informasi dan
pedoman untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan kunjungan keluarga dengan kekambuhan pada ganguan jiwa

E. Keaslian Penelitian
Peneliti/ Judul Metode Hasil Perbedaan
tahun penelitian penelitian
Masnona HUBUNGAN Jenis penelitian Hasil Peneliti
noviria,Triy DUKUNGAN kuantitatif, penelitian terdahulu
oso dan KELUARGA DENGAN desain analitik univariat variabel
lika yanti KUNJUNGAN dengan didapat bebas
/April 2014 KONTROLPASIEN pendekatan dukungan mengunakan
JIWA SKIZOFRENIA cross sectional keluarga pada dukungan
DI RAWAT JALAN DI pasien jiwa keluarga pada
RSJ PROVINSI skizofrenia penelitian
LAMPUNG lebih tinggi sekarang
TAHUNHUBUNGAN pada kategori mengunakan
DUKUNGAN tidak kunjungan
KELUARGA DENGAN mendukung keluarga
KUNJUNGAN sebesar 64
KONTROLPASIEN orang (59,3%),
JIWA SKIZOFRENIA kunjungan
DI RAWAT JALAN DI ulang kontrol
RSJ PROVINSI pasien jiwa
LAMPUNG skizofrenia
lebih tinggi
pada kategori
tidak patuh
sebesar 77
orang (71,3%)
dan hasil uji
bivariat
didapat ada
hubunga
Type equation here .
n dukungan
keluarga
dengan
kunjungan
ulang kontrol
pasien jiwa
skizofrenia (p
value = 0,003
< 0,05]
Yudi HUBUNGAN . Jenis Hasil uji Chi- Peneliti
Pratama, KELUARGA PASIEN penelitian ini Square terdahulu
Syahrial TERHADAP merupakan menunjukkan variabel
dan KEKAMBUHAN penelitian bahwa bebas
Saifuddin SKIZOFRENIA DI analitik dengan terdapat mengunakan
Ishak/juni BADAN LAYANAN menggunakan hubungan keluarga
2012 UMUM DAERAH desain potong yang signifikan pasien pada
(BLUD) RUMAH lintang. antara penelitian
SAKIT JIWA ACEH pengetahuan sekarang
keluarga mengunakan
(p=0,011), kunjungan
dukungan keluaraga
keluarga
(p=0,000),
kepatuhan
pasien minum
obat (p=0,000)
dan aktivitas
keagamaan
pasien
(p=0,022),
dengan
kekambuhan
pasien
skizofrenia.

F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
Variabel dependen adalah :Kekambuhan pada ganguan jiwa
Variabel independen adalah :Kunjungan keluarga
1. Lingkup masalah
Masalah yang di kaji hubungan kunjungan keluarga dengan
kekambuhan pada pasien ganguan jiwa di RSUD Loekmonohadi
kudus.
2. Lingkup keilmuan
Penelitian ini termasuk ilmu keperawatan jiwa

3. Ruang lingkup penelitan


Penelitian di lakukan di RSUD LOEKMONOHADI KUDUS
4. Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran penelitian ini adalah pada ganguan jiwa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Jiwa
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus
dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain,
kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap
dirinya sendiri-sendiri (Djamaludin, 2011). Gangguan jiwa adalah
gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi
(affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2015)
Gangguan jiwa adalah respon maladaptive terhadap stressor dari
lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan
mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik individu (Townsend, 2014).
Gangguan jiwa adalah gejala atau pola dari tingkah laku
psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang dari
berhubungan dengan keadaan distress (gejala yang menyakitkan) atau
ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi
penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri,
ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting dan tidak
jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu (American
Psychiatric Association, 2014).
2. Penyebab Gangguan Jiwa
Penyebab terjadinya gangguan jiwa menurut Maramis (2014),
antara lain :
a. Faktor somatik: yaitu adanya gangguan pada neurofisiologi,
neuroanatomi, dan neurokimia termasuk pada tingkat
perkembangan, kematangan, serta pre dan perinatal.
b. Faktor psikogenik: yaitu adanya interaksi ibu,anak, peranan ayah,
hubungan dalam keluarga serta pekerjaan. Selain itu adanya faktor
intelegensi,perkembangan emosi, konsep diri dan pola adaptasi
akan mempengaruhi kemampuan individu untuk menghadapi suatu
masalah.
c. Faktor sosial budaya: yaitu cara pola asuh, ekonomi dan kelompok
minoritas seperti diskriminasi fasilitas kesehatan, kesejahteraan, ras
dan keagamaan.
3. Tanda dan gejala gangguan jiwa
Tanda dan Gejala gangguan jiwa secara umum menurut Yosep
(2015) terdiri dari :
a. Gangguan kognisi: yaitu merasa mendengar atau melihat sesuatu
yang sebenarnya tidak hanya muncul dari dalam diri individu. Hal ini
sering disebut dengan Halusinasi.
b. Ketegangan: yaitu munculnya perasaan cemas yang berlebihan,
putus asa, murung, gelisah, takut, serta pikiran-pikiran yang buruk.
c. Gangguan emosi: yaitu individu biasanya merasa senang yang
berlebihan namun beberapa menit kemudian pasien bisa merasa
sangat sedih, menangis dan tak berdaya sampai ada keinginan
untuk bunuh diri.
d. Gangguan psikomotor hiperaktivitas: yaitu individu melakukan
pergerakan yang berlebihan. Misalnya melakukan gerakan-gerakan
yang aneh seperti meloncat-loncat, berjalan maju mundur serta
menentang apa yang disuruh.
e. Gangguan kemauan: yaitu individu tidak memiliki kemauan serta
sulit untuk membuat keputusan atau memulai tingkah laku.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Jiwa
Menurut Stuart (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi
gangguan jiwa, terbagi kedalam 2 faktor, yaitu faktor predisposisi dan
faktor presipitasi, sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang melatarbelakangi
seseorang mengalami gangguan jiwa, antara lain :
1) Genetik
Sebagian besar gangguan jiwa disebabkan karena
faktor keturunan. Dimana sifat-sifat gangguan jiwa yang akan
dialami oleh individu diturunkan oleh orang tua maupun nenek
moyang mereka melalui gen dan kromosom dalam sel
reproduksi
2) Faktor personaliti
Telah diketahui sejak lama bahwa kepribadian individu
juga berperan dalam menyumbang terjadinya gangguan jiwa
pada seseorang. Individu yang memiliki kepribadian yang kuat
akan cenderung dapat mengatasi masalah yang dihadapi,
namun individu yang mengalami ketergantungan terhadap
orang lain cenderung mudah mengalami gangguan jiwa karena
kepribadiannya rapuh.
3) Periode perkembangan kritis
Keadaan ini juga dapat menyumbang sebagai faktor
penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa. Selama
individu menjalani proses ini, seseorang akan belajar untuk
mengenali dan mencari solusi terbaik dalam menghadapi setiap
masalah yang datang untuk dapat diadaptasikan sesuai dengan
keadaan yang sehat. Sehingga apabila seseorang tidak mampu
mengatasi beberapa stresor yang ada pada periode
perkembangan kritis ini akan dapat menimbulkan berbagai
masalah kesehatan jiwa.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi adalah faktor yang mencetuskan terjadinya
gangguan jiwa pada seseorang untuk kali yang pertama, antara
lain:
1) Faktor fisik
Faktor yang berasal dari gangguan fisik yang dialami
oleh individu sehingga akhirnya mengalami gangguan jiwa.
2) Faktor psikis
Faktor yang berasal dari mental individu yang dialami
secara terus menerus sehingga akhirnya kemampuan individu
untuk mengatasi masalah tidak dapat lagi dipertahankan
sehingga individu mengalami gangguan jiwa.
5. Dampak Gangguan Jiwa
Dampak gangguan jiwa menurut Wahyu (2012) antara lain:
a. Penolakan: Timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan
jiwa, anggota keluarga lain menolak penderita tersebut. Sikap ini
mengarah pada ketegangan, isolasi dan kehilangan hubungan yang
bermakna dengan anggota keluarga yang lainnya.
b. Stigma: Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak
semua dalam anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga
menganggap penderita tidak dapat berkomunikasi layaknya orang
normal lainnya. Sehingga menyebabkan beberapa keluarga merasa
tidak nyaman dengan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
c. Kelelahan dan Burn out: Sering kali keluarga menjadi putus asa
berhadapan dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit
mental. Mereka mungkin mulai merasa tidak mampu untuk
mengatasi anggota keluarga dengan gangguan jiwa yang yang
terus-menerus harus dirawat.
d. Duka: Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai
memiliki penyakit mental. Penyakit ini mengganggu kemampuan
seseorang untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan
normal dari kehidupan sehari-hari.
6. Penanganan Gangguan jiwa
Beberapa penangan terapi pada pasien gangguan jiwa menurut
Maramis (2014), diantaranya :
a. Psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang
bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan
mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh
terhadap taraf kualitas hidup klien. Obat psikotropik dibagi menjadi
beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-
mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti obsesif-
kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain:
transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika
(Hawari, 2011).
b. Terapi somatic
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan
akibat gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu
system tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro
Convulsive Therapy. Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan
suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada
otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut
cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan
efek yang terapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya
tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan
perubahan-perubahan biokimia di dalam otak (Peningkatan kadar
norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan.
(Townsend, 2014).
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan
klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku
klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku
yang adaptif. Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
1) Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan
jiwa dengan pendekatan hubungan individual antara seorang
terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur
yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja
dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis
(terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan
tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.
2) Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata
lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari
perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti
terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk
tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai
terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
3) Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan
dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien.
Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan
stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi
pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola
keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu
memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir
dan keyakinan tersebut.
4) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada
seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment
unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu
melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis
ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa
melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan
diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota
keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan
demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga
mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa
kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk
kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan
keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi
keluarga seperti yang seharusnya.
5) Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar
bahwa anak-anak akan dapat berkomunikasi dengan baik
melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan
bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan
intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.
6) Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang
dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan
perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok
perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.
Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien,
meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku
maladaptive.

B. Kekambuhan
1. Pengertian kekambuhan
Kekambuhan adalah istilah medis yang mendiskripsikan tanda-
tanda dan gejala kembalinya suatu penyakit setelah suatu pemulihan
yang jelas (Yakita, 2013). Kekambuhan adalah peristiwa timbulnya
kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan
(Stuart & Laraia, 2011). Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan
mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, dan 70% pada tahun
kedua (Yosep, 2013). Kekambuhan biasanya terjadi karena adanya
kejadian-kejadian buruk seperti mereka kambuh. Jadi kekambuhan
adalah timbulnya kembali tanda dan gejala suatu penyakit yang
sebelumnya sudah pulih.
2. Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Pencegahan kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa
timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh
kemajuan Yulianti, (2010). Empat faktor penyebab klien kambuh dan
perlu dirawat dirumah sakit, menurut Sullinger, (2015) sebagai berikut :
a. Klien : sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan
obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien
yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur.
b. Dokter (pemberi resep): makan obat yang teratur dapat mengurangi
kambuh, namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat
menimbulkan efek samping Tardive Diskinesia yang dapat
mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.
Dokter yang memberi resep diharapkan tetap waspada
mengidentifikasi dosis terapeutik yang dapat mencegah kambuh
dan efek samping.
c. Penanggung jawab klien : setelah klien pulang ke rumah maka
perawat puskesmas tetap bertanggung jawab atas program
adaptasi klien di rumah.
d. Keluarga : keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi
(bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan
menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan
ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien juga mudah
dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat,
menikah) maupun yang menyedihkan (kematian/kecelakaan).
Dengan terapi keluarga klien dan keluarga dapat mengatasi dan
mengurangi stress. Cara terapi biasanya : mengumpulkan semua
anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan
perasaan-perasaannya. Memberi kesempatan untuk menambah
ilmu dan wawasan baru kepada klien gangguan jiwa, memfasilitasi
untuk hijrah menemukan situasi dan pengalaman baru.

C. Kunjungan Keluarga
1. Pengertian Kunjungan Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang di hubungkan oleh
keturunan atau perkawinan. Sementara itu, menurut WHO keluarga
adalah anggota rumah tangga yang saling berhbungan melalui pertalian
darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah sebuah unit terkecil
dalam kehidupan sosial dalam masyarakatyang terdiri atas orang tua
dan anak baik yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan,
maupun adopsi (Nasir & Muhith, 2011).
Menurut ahli keluarga yaitu Friedman (2010) menjelaskan bahwa
keluarga dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya memiliki
fungsifungsi dasar keluarga. Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi lima
fungsi yang salah satunya adalah fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga
untuk pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak,
pemantapan kepribadian orang dewasa, serta pemenuhan kebutuhan
psikologis para anggotanya. Apabila fungsi afektif ini tidak dapat bejalan
semestinya, maka akan terjadi gangguan psikologis yang berdampak
pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga tersebut. Banyak kejadian
dalam keluarga yang terkait fungsi afektif ini yang bisa memicu
terjadinya gangguan kejiwaan baik pada anggotanya maupun pada
keseluruhan unit keluarganya, contoh kejadian-kejadian tersebut seperti
perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kultural, dan lian-lain.
Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul, tetapi selalu ada
pemicunya, dalam konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu
adalah struktur nilai, struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan
iklim keluarga yang mendukung untuk mencetuskan kejadian-kejadian
yang memicu terjadinya gangguan kejiwaan pada keluarga tersebut.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa adalah
sekelompok individu yang dihubungkan dengan ikatan darah dan
emosional, merasa memiliki satu sama lain, memberikan dukungan,
melakukan berbagai fungsi dasar, memelihara pertumbuhan psikososial
melalui pola interaksi.
2. Fungsi keluarga
Fungsi-fungsi dasar keluarga adalah memenuhi kebutuhan-
kebutuhan anggota keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Lima
fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan suatu basis sentral bagi
pembentukan dan keberlangsungan unit keluarga dengan demikian
fungsi afektif merupakan fungsi paling vital keluarga. Tujuan dari
fungsi afektif untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memenuhi
kebutuhankebutuhan para anggota keluarga. Keluarga harus
memenuhi kebutuhan kasih sayang dari anggotanya karena respon
afektif dari seorang anggota keluarga merupakan penghargaan
terhadap kehidupan keluarga. Pada keluarga dengan gangguan
jiwa harus memberikan reinforcement positif terhadap segala
kemampuan yang sudah dilakukan klien dengan tujuan untuk
meningkatkan harga diri klien.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi ini bertujuan untuk mengajarkan bagaimana
berfungsi dan menerima peran-peran sosial dewasa. Keluarga
memiliki tanggung jawab untuk mentransformasikan seorang anak
menjadi seorang individu yang dapat bersosialisasi dan mampu
berpartisipasi dalam masyarakat. Keluarga diharapkan dapat
membantu klien gangguan jiwa agar mampu melakukan hubungan
sosial baik didalam lingkungan keluarga itu sendiri maupun diluar
lingkungan seperti berinteraksi dengan tetangga sekitarnya,
berbelanja, memanfaatkan transportasi umum ataupun melakukan
interaksi dalam kelompok yang ada di wilayah tempat tinggalnya.
c. Fungsi reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah menjamin
kontinuitas keluarga antar generasi dan masyarakat, fungsi
reproduksi ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan generasi dan
juga keberlangsungan hidup masyarakat. Keluarga dengan
gangguan jiwa harus mempertahankan kualitas hidup setiap
anggota keluarganya agar kelangsungan generasi tetap terjaga.
d. Fungsi ekonomis
Fungsi ekonomi meliputi ketersedianya sumber-sumber dari
keluarga secara finansial, dan pengalokasian sumber tersebut yang
sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Kemampuan
keluarga untuk mengalokasikan sumber-sumber untuk memenuhi
kebutuhan seperti sandang, pangan, papan, dan perawatan
kesehatan yang memadai merupakan suatu persfektif tentang
sistem nilai keluarga itu sendiri. Kemampuan keluarga juga harus
mendukung anggota keluarga dengan gangguan jiwa untuk
memanfaatkan sumber-sumber finansial yang tersedia baik dari
keluarga itu sendiri maupun pemerintah seperti askeskin agar
pengobatan klien tetap berkelanjutan. Keluarga juga mengajarkan
klien untuk mengelola keuangan sesuai kebutuhan klien.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat yang mempengaruhi
status kesehatan anggota keluarga secara individual. Perawatan
yang berkesinambungan mengurangi angka kekambuhan bagi klien
gangguan jiwa. Pentingnya keluarga memotivasi dan membantu
klien untuk melakukan kontrol secara teratur ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat seperti puskesmas.
Banyaknya klien gangguan jiwa yang tinggal bersama
keluarga, menjadikan keluarga sebagai kunci dalam memberikan
perawatan bagi klien gangguan jiwa. Kebutuhan terhadap
pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam merawat klien akan
mempengaruhi kualitas hidup klien itu sendiri.
3. Tugas perkembangan keluarga
Tugas-tugas keluarga agar dapat mewujudkan perannya secara
baik, menurut Friedman (2010) ada 5 (lima) tugas. Berikut akan
dijabarkan kelima tugas tersebut pada keluarga dengan gangguan jiwa:
a. Mengenal masalah setiap anggotanya, dalam hal ini keluarga
mempunyai tugas untuk mengenal tanda dan gejala terjadinya
gangguan jiwa. Pengetahuan yang harus dimiliki keluarga untuk
mengatasi gangguan jiwa adalah memberikan informasi tentang
gangguan jiwa: penyebab, tanda dan gejala, akibat, upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan jiwa; memberikan
pendidikan kesehatan tentang pengobatan, efek samping
pengobatan, strategi untuk mentaati pengobatan, dampak
pengobatan, pendidikan kesehatan tentang pecegahan
kekambuhan; mengidentifikasi gejala awal kekambuhan, ancaman
terhadap kekambuhan, rencana intervensi segera dan strategi
koping dan tehnik problem solving serta memanfaatkan sumber-
sumber yang tersedia.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat ditunjukkan
dengan membawa keluarga yag mengalami gangguan jiwa ke pusat
pelayanan kesehatan. Keluarga dengan gangguan jiwa segera
mengambil keputusan akan dilakukan tindakan apa terhadap
masalah yang terjadi pada klien.
c. Merawat anggota keluarga, pada keluarga dengan gangguan jiwa,
keluarga hendaknya mampu memerankan tugasnya untuk merawat
klien di rumah. Keterampilan yang harus dimiliki adalah latihan
mengatasi masalah, ketrampilan dan strategi koping, cara merawat
anggota keluarga dengan gangguan jiwa, pencegahan kekambuhan
dan manajemen krisis dan memanfaatkan sumber yang tersedia.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan klien. Keluarga dengan gangguan
jiwa harus mampu menciptakan suasana yang nyaman pada klien
misalnya memberikan perhatian, memberikan reinforcement positif
atau tidak menyinggung perasaan klien. Upaya yang dapat
dilakukan adalah mempertahankan kekohesifan di dalam keluarga
sehingga tercipta lingkungan yang terapik baik bagi klien maupun
keluarga.
e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan dan sarana kesehatan.
Keluarga mengajak klien untuk mengontrolkan diri secara rutin dan
memeriksakan klien jika terdapat gejala-gejala kekambuhan.
Keluarga juga harus melihat sumber-sumber yang tersedia di dalam
keluarga itu sendiri maupun dari pemerintah yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pengobatan klien gangguan jiwa.
4. Keterlibatan kunjungan keluarga dalam mencegah klien kambuh
Menurut Nasir & Muhith (2011) keluarga merupakan unit yang
paling dekat dengan klien dan merupakan “perawat utama” bagi klien.
Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang
diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat
sia-sia jika tidak diteruskan di rumah karena dapat mengakibatkan klien
harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal
asuhan di RS akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien
di rumah sehingga kemungkinan dapat dicegah.
Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa
dapat dipandang dari berbagai segi. Keluarga merupakan tempat
dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan
lingkungannya. Keluarga merupakan “institusi” pendidikan utama bagi
individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap, dan
perilaku. Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan
umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi
perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu untuk
berperan di masyarakat. Jika keluarga di pandang sebagai suatu sistem,
maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota merupakan salah
satu anggota keluarga dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya
disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada
anggota. Pelayanan kesehatan jiwa yang ada merupakan fasilitas yang
membantu klien dan keluarga dalam mengembangkan kemampuan
mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah, dan
mempertahankan keadaan adaptif. Salah satu faktor penyebab kambuh
gangguan jiwa adalah keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku
klien di rumah (Sullinger, 2015).
D. Hubungan Kunjungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien
Gangguan Jiwa
Menurut Porkony dkk (2013) melaporkan bahwa 49% penderita
gangguan jiwa mengalami rawat ulang (kambuh) setelah follow up
selama 1 tahun, sedangkan penderita-penderita non skizofrenia hanya
28%. Sekitar 10-60% pasien skizofrenia sering mengalami kekambuhan.
Kekambuhan tersebut merupakan tanda-tanda atau gejala-gejala
kembalinya suatu penyakit setelah adanya pemulihan atau
penyembuhan yang jelas atau seseorang dalam keadaan yang
dinyatakan sudah sembuh, kemudian mengalami kekambuhan dengan
menunjukkan penyimpangan perilaku (Yakita, 2013).
Proses penyembuhan pada pasien gangguan jiwa harus
dilakukan secara holistik dan melibatkan anggota keluarga. Tanpa itu,
sama halnya dengan penyakit umum, penyakit jiwa pun bisa kambuh
(Wirawan, 2016). Dalam asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
jiwa, keluarga sangat penting untuk ikut berpartisipasi dalam proses
penyembuhan karena keluarga merupakan pendukung utama dalam
merawat pasien. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang berfokus
pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan pasien tapi bertujuan
untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan jiwa dalam keluarga (Keliat, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Rizky Ramadhani Arisyandi
(2015), tentang pengaruh kunjungan keluarga terhadap Skor Positive
And Negative Symptom Scale (PANSS) pada pasien skizofrenia yang
dirawat inap Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong,
menunjukan hasil terdapat perbedaan bermakna rerata penurunan skor
PANSS pasien kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok
kontrol (p<0,001). Pasien yang mendapat intervensi kunjungan keluarga
memiliki nilai rerata penurunan skor PANSS yang lebih besar daripada
pasien yang tidak dikunjungi keluarga. Dapat disimpulkan kunjungan
keluarga berpengaruh terhadap penurunan skor PANSS pasien
skizofrenia.
E. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Jiwa : Kambuh


Faktor predisposisi
Genetik Komponen :
Faktor personaliti Timbulnya kembali tanda gejala :
Periode perkembangan kritis Gangguan kognisi
Faktor presipitasi Ketegangan
Faktor fisik Gangguan emosi
Faktor psikis Gangguan psikomotor
Gangguan Jiwa Gangguan kemauan

Sembuh

Kunjungan Keluarga

Komponen
Faktor-Faktor yang menyebabkan kekambuhan : :
Klien Mengenal masalah
Dokter (pemberi resep) Mengambil keputusan
Penanggung jawab klien Merawat anggota keluarga
Keluarga Mempertahankan suasana di rumah
Memanfaatka pelayanan kesehatan

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi teori menurut Stuart (2013); Yosep (2015); Sullinger


(2015); Friedman (2010)

Keterangan :

:Diteliti

:Tidak diteliti
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu sifat yang akan diukur
atau diamati yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan
terukur (Riyanto, 2011)

Definisi lain menurut (Nursalam, 2017) Variabel dikarakteristikan sebagai


derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel merupakan konsep dari berbagai
level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran
dan atau manipulasi suatu penelitian.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel Independen merupakan variabel yang menjadikan sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat. (Hidayat, 2017)
Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Tingkat spiritual
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas. (Hidayat, 2017)
Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Jenis gangguan jiwa
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesa alternatif (Ha) biasa dinyatakan dalam kalimat positif.
Hipotesa alternatif (Ha): adanya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
Ha: Terdapat hubungan tingkat kunjungan kluarga dengan kekambuhan
pada gangguan jiwa di RSUD Loekmonohadi kudus.
2. Hipotesa nol (H0) biasa dinyatakan dalam kalimat negatif.
Hipotesa nol (H0) yaitu tidak ada hubungan antara dua variabel.
Ho: Tidak terdapat hubungan tingkat kunjungan keluarga dengan
kekambuhan pada ganguan jiwa di RSUD Loekmonohadi kudus

23
C. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah merupakan abstrak yang terbentuk


oleh generasi dari hal-hal yang khusus oleh karena konsep merupakan
abstrak maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Kerangka
konsep adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori
atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. (Notoatmodjo, 2012).
Adapun kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)


Kekambuhan pada
Kunjungan keluarga
Gangguan Jiwa

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

D. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik

Korelasional. Penelitian Analitik adalah penelitian yang menekankan

adanya hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya.

(Swarjana, 2014). Sedangkan menurut (Notoatmodjo, 2010), Analitik

Korelasional yaitu suatu metode penelitian yang menganalisa hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat guna mengetahui ada

tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut. Dalam penelitian ini

peneliti ingin melihat hubungan tingkat spiritual dengan jenis gangguan

jiwa di RSUD Loekmono hadi kudus

2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional.

Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Artinya, setiap subjek penelitian hanya observasi sekali saja

dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek

pada saat pemeriksaan. Dalam penelitian ini hubungan tingkat spiritual

dengan jenis gangguan jiwa di RSUD Loekmonohadi kudus dalam waktu

bersamaan.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada


subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan
dalam suatu penelitian. (Nursalam, 2017).
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama,
atau dengan kata lain data pengumpulannya dilakukan sendiri oleh
peneliti secara langsung seperti hasil pengisian angket (kuesioner)
(Widyoko, 2012). Menurut (Riyanto, 2011), Data primer adalah data
yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri.
Data primer dari penelitian ini didapatkan secara langsung dengan

cara Wawancara dan mengisi angket (kuesioner) yang diberikan pada

pasien gangguan jiwa di rumah pelayanan sosial eks psikotik Muria

Jaya Kudus.

Data diperoleh dengan cara membagikan lembar observasi

kepada setiap responden, masing-masing responden dimohon mengisi

lembar observasi yang telah diberikan, setelah diisi langsung diambil

dari responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber

kedua. Data yang dikumpulan oleh orang atau lembaga lain, dengan

kata lain bukan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Widyoko,

2012). Menurut (Riyanto, 2011). Data sekunder adalah data yang


diambil dari suatu sumber dan biasanya data itu sudah dikomplikasi

lebih dahulu oleh instansi atau yang punya data.

Data sekunder dari penelitian ini didapatkan dari pendokumentasian

yang telah dilakukan oleh bagian administrasi RSUD Loekmonohadi

kudus.

4. Populasi Penelitian

Populasi secara spesifik menyebutkan tentang siapa atau

golongan mana yang menjadi sasaran penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Menurut (Swarjana, 2014), Populasi adalah kumpulan dari individu atau

objek yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gangguan jiwa di

rumah pelayanan sosial RSUD Loekmonohadi kudus jumlah klien yang

mengalami ganguan jiwa pada tahun 2019 dari bulan januari sampai

bulan desember sejumlah 746 orang. Sedangkan pada bulan januari

2020 klien yang di ruang rawat inap sejumlah 42 orang.dengan 24 laki-

laki dan 18 perempuan .[Rekam medik RSUD Loekmonohadi kudus].

a. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang akan diteliti. Untuk tujuan generalisasi, maka

sampel harus dapat mewakili populasi (representatif). Bila populasi

besar dan semua yang ada di populasi, tidak mungkin dipelajari

semua oleh peneliti, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi (Sugiyono, 2010).

Rumus untuk menentukan sampel adalah:

n= N

1 + N (d2)
Keterangan:

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

d : tingkat signifikasi/ 0,05

berdasarkan rumus tersebut maka perhitungannya adalah:

n= 42

1 + 42 (0,05)2

n= 42

1 + 0,11

n= 42

1,11

= 38

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 38 orang

pasien gangguan jiwa di rumah pelayanan sosial di RSUD

Loekmonohadi kudus.

Sampel diambil secara langsung pada saat penelitian dilakukan

dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

1) Kriteria inklusi adalah Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah:

Pasien gangguan jiwa di RSUD Loekmonohadi kudus.

2) Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini

kriteria eksklusinya adalah Pasien gangguan jiwa di RSUD

Loekmonohadi kudus yang tidak bersedia menjadi responden.


b. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam


pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. (Nursalam, 2017)
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive
sampling, yaitu suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan
dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria
pemilihan,sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Darma,
2011).
5. Definisi Operasioanal Variabel
Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Nursalam, 2017).

Table 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Independen Menggunakan Hasil di Skala
Tingkat lembar kuisioner kategorikan jika : ordinal
Kunjungan 10 pertanyaan 1. Baik,jika skor
Keluarga dengan 10 >75%
pertanyaan untuk 2. Cukup, jika
keluarga tentang skor >50%
pengetahuan 3. Kurang baik,
kekambuhan ( 7, jika skor ≤ 50%
8, 9, 10) dan 4
pernyataan untuk
pasien (1, 2, 3, 4,
5, 6 ).
Dependen Menggunakan a. Skizofrenia Nominal
Kekambuan diagnosa b. Halusinasi
pada medis c. Waham
gangguan d. Depresi
jiwa

6. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk


pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: kuesioner
(daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoadmodjo, 2012).
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Indentitas responden meliputi : nama responden, dalam hal ini ditulis


inisial, umur, jenis kelamin, dan agama

b. Kuesioner tingkat Kunjungan keluarga berisi 10 pertanyaan dengan 6


pertanyaan untuk pasien dan 4 pertanyaan keluarga pasien tentang
pengetahuan, dengan dikategorikan:

a) Baik,jika skor >75%

b) Cukup, jika skor >50% - 75%

c) Kurang baik, jika skor ≤ 50%

Tabel 3,2 kisi-kisi kuesioner

NO Pernyataan Pernyataan Pernyataan Kategori


positif negatif

1 Komponen Aspek Kuesioner


kepedulian berisi
keluargal pernyataan
untuk
1.Mengenali 1,2 2,3 mengetahui
keluarga aspek
kepedulian
2.Mengenali 4,6 1,2 keluarga
kepedulian terhadap
keluarga. pasien
ganguan
3.Mengetahui 3,5 1,5 jiwa.
keharmonisan
dalam
keluarga

4.Membina
hubungan 4,5 1,3
dengan
keluaraga

c. Penentuan Kekambuhan pada gangguan jiwa diperoleh dengan cara


hasil rekam medis yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
pemeriksaan sebelumnya berdasarkan tempat dimana responden di
rawat.
7. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Demikian pula kuesioner
sebagai alat ukur harus mengukur apa yang diukur. Untuk
mengetahui apakah kuesioner yang kita susun mampu mengukur
apa yang akan diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antar skor
(nilai) tiap-tiap item (pernyataan) dengan total kuesioner tersebut
(Notoadmodjo, 2010).
Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “pearson product
moment” yang rumusnya sebagai berikut:
rhitung= n ¿ ¿
Keterangan:

rhitung = koefisiensi korelasi


ƩX = jumlah skor item
ƩY = jumlah skor total (item)
N = jumlah responden
Jika r hitung ≥ koefisien nilai tabel yaitu taraf signifikan 5%, maka
instrumen yang diuji dinyatakan valid (Notoadmodjo, 2010).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk menghasilkan hasil
pengukuran yang sama ketika dilakukan pengukuran secara
berulang. Jika kuisioner kita menghasilkan hal yang sama, maka
kuisioner tersebut dikatakan reliable , sebaliknya jika kuisioner kita
menghasilkan hasil yang sangat bervariasi berarti instrument tersebut
tidak reliable. (Swarjana,I Ketut. 2015)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji reliabilitas “Alpha
Cronbach” yang rumusnya sebagai berikut:
2
k Si
ri = {1 2 }
(k −1) St

Keterangan :
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya item
Ʃ S 2i = jumlah varian item
2
St = varian total
8. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
a. Langkah pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010) yang
digunakan dalam penelitian adalah:
1) Editing
Editing memeriksa kembali isian lembar kuesioner yang
dikumpulkan oleh responden dengan cara memeriksa
kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap
jawaban sehingga apabila ada kekurangan bisa dilengkapi.
2) Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan.
Untuk lembar obervasi tingkat Kunjungan keluarga
a) Kode 1 : Tingkat kunjungan keluarga baik
b) Kode 2 : Tingkat kunjungan keluarga cukup
c) Kode 3 : Tingkat kunjungan keluarga baik
3) Entry Data
Entry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan dan diberi kode kedalam program menggunakan
komputer. Data yang telah diperiksa dan diberi kode dimasukkan
kedalam program komputer untuk dianalisa
4) Scoring
Scoring merupakan kegiatan pemberian skor terhadap jawaban
dari lembar observasi.
Untuk lembar kuesioner tingkat kunjungan keluarga, pertanyaan
positif diberikan nilai :
a) Ya = nilai 1
b) Tidak = nilai 0
Untuk lembar kuesioner tingkat spiritual, pertanyaan negatif
diberikan nilai :
a) Ya = nilai 1
c) Tidak = nilai 0
5) Tabulasi
Tabulating/ tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-
jawaban yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam
tabel. Langkah terakhir dari penelitian ini adalah melakukan
analisa data. Selanjutnya data dimasukkan ke komputer dan
dianalisa secara statistik.
b. Analisa Data
Analisa data penelitian merupakan media untuk menarik
kesimpulan dari seperangkat data hasil pengumpulan (Setiawan, A.,
& Saryono. 2010)Hasil penelitian diolah dengan menggunakan
program yang ada di computer yaitu komputerisasi dan selanjutnya
akan dilakukan analisa. Menurut (Notoatmodjo, 2010) Pengolahan
dan analisa data dilakukan dengan komputer menggunakan soffware
SPSS Versi Windows 22.0. Teknik analisis data suatu penelitian
melalui proses bertahap antara lain:
1. Analisa Univariat (Analisis Deskriptif)
Adalah analisa yang dilakukan terhadap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya mengahasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
Analisa univariat ini digunakan untuk menggambarkan tiap
variabel penelitian antara variabel bebas dan variabel terikat.
Selanjutnya dicari masing-masing prosentase dengan rumus:
f
χ = χ 100 %
n
Keterangan :
x = hasil presentase
f = frekuensi hasil penelitian
n = total seluruh observasi
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk
mengetahui hubungan dua variabel (Notoatmodjo, 2010).
Analisa bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan dan menguji hipotesis antara dua
variabel dengan jenis data kategorik dan skala ukur nominal dan
ordinal maka digunakan uji statistik “Chi Square”.
Aturan yang berlaku pada Chi Square yaitu:
a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang
dari 5, maka yang digunakan “Fisher’s Exact Test”
b. Bila tabel 2x2 tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaiknya “Continuity Correction (a)”
c. Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dsb, maka
digunakan uji “Pearson Chi Square”
d. Uji “Likelihood Ratio” dan “Linear-by-Linear Assciation”,
biasanya untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis
stratifikasi pada bidang epidemologi dan juga untuk
mengetahui hubungan linier dua variabel kategorik, sehingga
kedua jenis ini jarang digunakan.
e. Untuk mengetahui adanya nilai E kurang dari 5, dapat dilihat
pada footnote b dibawah kotak Chi Square test, dan tertulis
diatas nilainya 0 cell (0%) berarti pada tabel silang diatas
tidak ditemukan nilai E < 5
Alasan pemilihan analisis menggunakan uji Chi Square,
disebabkan variabel indepennya kategorik dan variabel
dependennya juga kategorik dan variabel kategorik
(Notoatmodjo, 2010).
( f 0−fe )
x2 = ∑
fe
Keterangan:
x 2 : Nilai Chi Square
fo : Frekuensi yang diobservasi atau diperoleh melalui
pengamatan maupun perlakuan (frekuensi empiris)
fe : Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)
Untuk mengetahui adanya pemahaman diri yang
berhubungan dengan tingkat kunjungan keluarga dengan
kekambuhan pada gangguan jiwa maka dapat dilihat uji
statistik chi quadrat tersebut. Apabila dari perhitungan didapat
x 2 hitung > x 2 tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0,05) dan ρ < 0,05, maka ada hubungan tingkat kunjungan
keluarga dengan kekambuhan pada gangguan jiwa (Riyanto,
2011)
Aturan pengambilan keputusan:
a. Ha diterima dan Ho ditolak jika x 2 hitung > x 2 tabel dengan
( ρ < 0,05), berarti terdapat hubungan tingkat kunjungan
keluarga dengan kekambuhan pada gangguan jiwa di
RSUD Loekmonohadi kudus
b. Ha ditolak dan Ho diterima jika x 2 hitung < x 2 tabel dengan
( ρ > 0,05), berarti tidak terdapat hubungan tingkat spiritual
dengan jenis gangguan jiwa di RSUD Loekmonohadi
kudus
9. Etika Penelitian
Penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian masyarakat
pada khususnya menggunakan manusia sebagai objek yang diteliti
disatu sisi, dan sisi lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan
penelitian. Hal ini berarti bahwa ada hubungan timbal balik antara orang
sebagai peneliti dan orang sebagai yang diteliti (Notoatmodjo, 2018).
1. Informed Consent (Persetujuan Penelitian)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberi lembar persetujuan
(Hidayat, 2014).
2. Tanpa Nama (Anonim)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya memutuskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian (Hidayat, 2014).
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2014)
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


RSUD dr. Loekmono Hadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Loekmono
Hadi adalah sebuah rumah sakit umum yang terletak di Kabupaten Kudus,
Jawa Tengah. RSUD dr. Loekmono Hadi adalah rumah sakit umum yang
berada dibawah otoritas Pemerintah Kabupaten Kudus.RSUD dr. Loekmono
Hadi beralamat di Jl. Dr. Lukmonohadi No.19, Jl. Dr. Lukmono Hadi No.19,
Cobowo, Ploso, Kec. Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59348,
Indonesia.Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan
yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar, rujukan dan
penunjang.

RSUD dr. Loekmono Hadi terletak di wilayah yang tingkat lalu lintasnya
tinggi dan berada di tengah kota yang padat penduduknya sehingga
mempunyai aksesbility dan sangat mudah dijangkau. RSUD dr. Loekmono
Hadi mempunyai 425 TT dan memiliki fasilitas-fasilitas yang mendukung
pelayanan antara lain : pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap
(termasuk perawatan jiwa), pelayanan rawat intensif (meliputi ICU, PICU-
NICU, HCU dan Unit Stroke), pelayanan penunjang, pelayanan gawat
darurat, pelayanan hemodialisa, pelayanan farmasi, pelayanan gizi dan
pelayanan ambulan.

RSUD dr. Loekmono Hadi adalah Rumah Sakit Pemerintah tipe B Non
Pendidikan yang berada di Kabupaten Kudus harus dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Sebagai organisasi dalam
bidang jasa pelayanan yang bersifat non profit dan sekaligus merupakan
lembaga sosio economic, artinya rumah sakit selain memperhatikan faktor
keuangan di sisi lain tetap dituntut untuk memperhatikan pelayanan yang
berfungsi sosial. Untuk melaksanakan hal tersebut maka rumah sakit
haruslah mempunyai kedudukan, tugas pokok dan fungsi organisasi yang
jelas sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 3 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Kudus.

Penelitin ini berjudul “ Hubungan tingkat kunjungan keluarga dengan


kekambuhan pada gangguan jiwa di RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus”

B. Karakteristik Umum Responden


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di di RSUD
dr.Loekmono Hadi Kudus tahun 2020, maka dapat digambarkan karakteristik
responden sebagai beriku:
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur RespondenTahun 2020
(N=39)

Umur Responden Frekuensi Presentase%


10-20 9 23.1
21-30 10 25.6
31-40 10 25.6
41-50 10 25.6
Total 39 100.0

Berdasarkan tebel 4.1 di atas bahwa usia 10-20 tahun terdapat 9


responden (23.1%), kemudian usia 21-30 tahun terdapat 10 responden
(25.6%), dan kemudian di ikuti usia 31-40 tahun terdapat 10 responden
(25.6%), Sedangkan untuk responden dengan rentang usia 41-50
tahun terdapat 10 responden (25.6%).
2. Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
Tahun 2020 (N=39)

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase%


Laki – laki 21 53.8
Perempuan 18 46.2
Total 39 100.0

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa jenis kelamin lki-laki 21 (53.8%),


kemudian jenis kelamin perempuan 18 (462%). Sebagian besar
responden berjenis kelamin Laki-laki 21 orang (53.8%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Agama Responden Tahun
2020 (N=39)

Agama Frekuensi Presentase%


Islam 39 100.0
Total 39 100.0
Sumber : Data Primer, 2020.

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa Agama responden paling banyak


adalah islam 39 responden(100.0%).
C. Analisa Univariat
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan tingkat kunjungan keluarga
dengan kekambuhan pada gangguan jiwa di RSUD dr.Loekmono Hadi
Kudus, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Tingkat Kunjungan Keluarga
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kunjungan Keluarga
(N=39)

Tingkat Kunjungan
Frekuensi Presentase%
Keluarga
Baik 8 20.5%
Cukup 16 41.0%
Kurang 15 38.5%
Total 39 100.0%
Sumber : Data Primer, 2020.
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa Tingkat kunjungan
kelarga baik sebanyak 8 responden (20.5%), tingkat kunjungan keluarga
cukup sebanyak 16 responden (41.0%), dan tingkat kunjungan kelurga
kurang sebanyak 15 responden (38.5%) .

2. Kekambuhan Pada Gangguan Jiwa


Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kekambuhan Pada Gaangguan
Jiwa (N=39)

Kekambuhan Pada
Frekuensi Presentase%
Gangguan Jiwa
Skizofrenia 14 35.9%
Halusinasi 18 46.2%
Waham 3 7.7%
depresi 4 10.3%
Total 39 100.0%
Sumber : Data Primer, 2020.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden kekambuhan pada gangguan jiwa
Halusinasi sebanyak 18 orang (46.2%).

D. Analisa Bivariat
1. Hubungan Tingkat Kunjungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pada
Gangguan Jiwa Di RSUD Dr.Loekmono Hadi Kudus
Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
tentang Hubungan tingkat kunjungan keluarga dengan kekambuhan
pada gangguan jiwa di RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus. Untuk
mengetahui hipotesis diatas, maka diperlukan uji hipotesis melalui
bantuan program komputerisasi.
Setelah dilakukan uji hipotesis terdapat data sebagai berikut :

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat kunjungan keluarga
dengan kekambuhan pada gangguan jiwa di RSUD dr.Loekmono Hadi

Tingkat Kekambuhan pada gangguan jiwa P


Kunjungan value
Keluarga skizofrenia Halusinasi waham depresi total

N % N % N % N % N %

Baik 8 2.9 0 3.7 0 0.6 0 0.8 8 80


Cukup 3 5.7 12 7.4 1 1.2 0 1.6 16 16.0
Kurang 3 5.4 6 6.9 2 1.2 4 1.5 15 15.0 0.000
Total 14 14.0 18 18.0 3 3.0 4 4.0 39 39.0

Kudus
Sumber: Data Primer,2020

Tabel 4.6 diatas menjelaskan tentang penyebaran data antara 2


variabel yaitu menunjukkan bahwa dari 39 responden dengan tingkat
kuncungan cukup dengan kekambuhan pada gangguan jiwa halusinasi
sebanyak 12 orang (7.4%)
Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p value
sebesar 0,000 (kurang dari 0,05) maka Ho ditolak yang berarti terdapat
Hubungan tingkat kunjungan keluarga dengan kekambuhan pada
gangguan jiwa di RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus

BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Kunjungan keluarga
Berdasarkan analisa univariat pada table 4.4 dapat disimpulkan
bahwa dari 39 responden 16 responden (41,0%) tingkat kunjungan
keluarga cukup, 15 responden (38.5%) dengan tingkat kunjungan
keluarga kurang, dan 8 responden (20.5%) dengan kunjungan
keluarga baik. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
kunjungan keluarga pada responden dalam kategori cukup sebanyak
16 responden (41.0%).
Keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan sosial dalam
masyarakat yang terdiri atas orang tua dan anak baik yang terhubung
melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi (Nasir& Muhith,
2011).
Menurut pendapat peneliti dengan adanya kunjungan keluarga ke
rumah sakit keluarga dapat mengenal gangguan jiwa yang di derita
oleh klien dan juga kedatangan keluarga merupakan salah satu faktor
pendukung kesembuhan bagi klien gangguan jiwa. Sedangkan kita
ketahui bahwa keluarga merupakan tempat asuhan yang tidak dapat
di gantikan oleh siapa pun karena hanya keluarga yang dapat
memberikan kehangatan, kasih sayang dan dapat mengerti tentang
keluhan klien.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Dion dan Betan, (2013), yang mengatakan bahwa salah satu
penatalaksanaan pada pasien gangguan jiwa adalah terapi keluarga
seperti kunjungan keluarga. dimana kunjungan keluarga ini akan
membangun rasa saling menyayangi, saling asuh, menerima anggota
keluarga, mendukung antar anggota keluarga, memberi perhatian
satu sama lain memberi cinta kasih dan memberi kehangatan.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yuliana putrid
dkk, 2019 tentang Hubungan kunjungan keluarga terhadap
kesembuhan pasien resiko perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa
Tampan Pekanbaru dari 30 responden diketahui bahwa, sebagian
besar responden memiliki kunjungan keluarga yang buruk yaitu 28
orang (93,3%) sedangkan yang memiliki kunjungan keluarga baik 2
orang (6,7%). Hasil tersebut dapat mempengaruhi kesembuhan
pasien risiko perilaku kekerasan karena kunjungan keluarga sangat
diharapkan pasien dan jika keluarga berkunjung pasien akan merasa
disayangi, diperhatikan.
2. Kekambuhan pada pasien gangguan jiwa
Berdasarkan analisa univariat pada tabel 4.5 dapat disimpulkan
bahwa dari 39 responden kekambuhan pada pasien skizofrenia
sebanyak 14 responden (35.9%), halusinasi sebanyak 18 responden
(46.2%), waham 3 responden (7.7%), depresi sebanyak 4 responden
(10.3%). Dan dapat disimpulkan bahwa paling panyak kekambuhan
pada pasien halusinasi sebanyak 18 responden (46.2%).
Penelitian ini sesuai dengan teori Friedman dkk (2013) yang
menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempercepat
proses pemulihan atau penyembuhan pasien gangguan jiwa adalah
keterlibatan keluarga seperti memberi dukungan, memotivasi pasien
untuk sembuh, tidak mengasingkan pasien dalam keluarga, serta
memberi perhatian dan kasih sayang kepada pasien. motivasi,
perhatian, kasih sayang dan juga bisa dari kunjungan rutin dimana
kunjungan rutin ini akan mempercepat proses pemulihan atau
penyembuhan pasien gangguan jiwa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rini Kasianus (2013)
menyatakan ada hubungan antara kunjungan keluarga terhadap
kekambuhan klien gangguan jiwa. Hal ini disebabkan karena
dukungan dari keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa di
Rumah Sakit dan di rumah belum dirasakan manfaatnya, sehingga
kekambuhan pasien akan menunjukkan angka yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien gangguan jiwa memiliki kecenderungan
kekambuhan sehingga harus mengalami perawatan kembali di
Rumah Sakit dan juga disebabkan karena kurangnya kunjungan dari
keluarga pasien dan peran serta keluarga untuk kekambuhan pasien
gaangguan jiwa.

B. ANALISA BIVARIAT
1. Hubungan kunjungan keluarga dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Berdasararkan analisa pada tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa
dari 39 responden dengan tingkat kunjungan keluarga baik dengan
kekambuhan pada pasien skizofrenia sebanyak 8 responden (2.9%),
tingkat kunjungan keluarga cukup dengan kekambuhan pada pasien
halusinasi sebanyak 12 responden (7.4%). tingkat kunjungan keluarga
kurang dengan kekambuhan pada pasien halusinasi sebanyak 6
responden (6.9%).
Hasil uji statistic menggunakan chi squer diperoleh nila p value
sebesar 0.000 (kurang dari 0.05) maka Ho ditolak yang berarti
terdapat hubungan tingkat kunjungan keluarga dengan kekambuhan
pasien gangguan jiwa di RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh sri Anggreani,
(2013) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kekambuhan adalah kurangnya kunjungan dalam keluarga.
perubahan perilaku yang berhubungan terhadap kekambuhan adalah
di rumah sakit sehingga klien merasa tidak sendiri dan merasa sangat
di perhatikan oleh keluarganya, karena semakin sering keluarga
berkunjung ke rumah sakit semakin cepat kemungkinan klien untuk
sembuh.
Hal ini sejalan dengan penelitian Nasir, (2011) tentang peran
keluarga terhadap klien gangguan jiwa yang menyatakan bahwa
keluarga merupakan suatu sistem pendukung utama yang
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan ( sehat-sakit)
klien dan keluarga juga sangat mempengaruhi nilai, kepercayaan,
sikap, dan perilaku klien sehari – hari.
Sesuai dengan yang dinyatakan responden di rumah sakit
dr..Loekmono Hadi Kudus bahwa kebanyakan klien yang sering di
kunjungi oleh keluarganya hanya pada saat klien baru masuk setelah
itu tidak lagi terkecuali klien yang benar – benar sangat di perhatikan
oleh keluarganya dari tingkat diagnosa klien apabila dalam 2 minggu
klien sudah sudah tenang atau sembuh maka klien telah memenuhi
kriteria untuk di pulangkan bersama keluarga. Di mana rumah sakit
dr.Loekmono Hadi Kudus secara jelas dan terperinci bahwa keluarga
harus menyadari dan mau mengerti akan penyakit gangguan jiwa
bahwa bukan penyakit kutukan jadi sangat di harapkan untuk
keluarga agar dapat bersikap positif terhadap klien gangguan jiwa.
Menurut asumsi peneliti menyimpulkan bahwa keluarga berperan
penting dalam peristiwa gangguan jiwa dan proses penyesuaian
kembali setiap klien, oleh karena itu dalam proses pemulihan dan
pencegahan kambuh kembali klien gangguan jiwa sangat di perlukan.
Di samping itu responden mampu mnenerima keluarganya yang
menderita gangguan jiwa, hal ini yang menyebabkan penyembuhan
pada pasien lebih banyak dan lebih baik.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kiki
Fajarwati, 2013 tentang Hubungan kunjungan keluarga terhadap
kekambuhan klien gangguan jiwa di ruang intermediate rumah sakit
khusus daerah provinsi sulawesi selatan Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 10 responden di ruang intermediate rumah
sakit khusus daerah provinsi sulawesi selatan dapat di ketahui bahwa
klien yang sering di kunjungi oleh keluarganya sebanyak 6 orang
(60%) kekambuhan klien gangguan jiwa 5 orang (50%) sedangkan
klien yang jarang di kunjungi oleh keluarganya sebanyak 4 orang
( 40%) tidak kambuh 5 orang (50,0%).

C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa peneliti ini memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan diantaranya adalah:
1. Keterbatasan dalam penelitian karena terjadi pada saat pandemic
covid-19.
2. Keterbatasan kunjungan keluarga pasien gangguan jiwa karena
hanya melihat dari kuisioner yang diberikan.
1. pantau secara langsung pada responden.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kunjungan
keluarga dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di RSUD
dr.Loekmono Hadi Kudus dengan nila p value sebesar 0.000
(kurang dari 0.05).

B. Saran
1. Manfaat bagi peneliti
Mengingat bahwa masih banyak kekurangan pada
penelitian ini maka peneliti menyarankan bagi peneliti
selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian
serupa dengan desain yang berbeda, variable yang bervariasi
sehingga dapat diketahui variable yang paling berpengaruh
2. Manfaat bagi RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Diharapkan bagi rumah sakit agar menetapkan ideal
kunjungan keluarga dan membuat buku kunjungan disetiap
ruangan rawat inap dan memaksimalkan fungsi dari buku
kunjungan serta memotifasi keluarga supaya keluarga
mengunjungi anggota keluarganya yang berada di RSUD
dr.Loekmono Hadi Kudus.
3. Manfaat bagi keluarga
Diharapkan kepada keluarga terutama pada orang tua
senantiasa memberikan dukungan dengan berkunjung ke
rumah sakit
4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan data dasar dan informasi
untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang hubungan
kunjungan keluarga terhadap intensitas kambuh pada pasien
gangguan jiwa di RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus

.
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders, Fifth Edition, Arlington. (2014).

Arisyandi, Rizky Ramadhani. Pengaruh Kunjungan Keluarga Terhadap Skor


Positive And Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong. Negative Symptom
Scale (PANSS) pada pasien skizofrenia yang dirawat inap Di Rumah
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak. (2015).

Djamaludin. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Media. (2011).

Friedman, Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek.Edisi kw-
5. Jakarta : EGC. (2010).

Hawari, Dadang. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. (2011).

Keliat, B. A. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.


Jakarta: EGC.(2010).

Maramis,W.F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Press Erlangga. (2014).

Nasir, A & Muhith, A. Dasar Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
(2011).

Porkony,et. al. Nursing Research Princpiles and Methods (6 th ed). Philadelphia:


Lippincott.(2013).

Stuart, G. W. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. (2013).

Stuart, G.W & Laraia, Mosby. (2011).

M.T. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (7 th ed). St Louis: Sullinger,


N. Relapse. Journal of Psycosocial Nursing. 38 (10). 1096-1099. (2015).

Townsend, M.C. Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of Carein


Evidence-Based Practice.8th penyunt. Philadelphia: F.A. Davis Company.
(2014).

Wahyu.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha.Media. (2012).


Wirawan.Masalah Keluarga Penyebab Terbesar. Dibuka pada website
http://www.pikiran-J/06/11lapsus05.htm/05 23 Januari 2020. (2016).
rakyat.com/cetak/2006/112000/vo/111Yakita. Sekilas tentang
Skizofrenia.Januari 2020. (2013).Dibuka pad website
http//www.yakita.or.id/relapse.htm/23
Yosep, I. Keperawatan Jiwa Edisi Refisi. Bandung: PT. Refika Aditama.
(2015),Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan
Rw Xx
Yulianti, Tunjung Sri Hubungan Jiwa Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Pasien
Gangguan Jiwa Di Retrieved from Desa Duwet Kidul, Baturetno,
Wonogiri,4(1),1-12.la.ac.id/index.php/jik/article/view/79.
(2010).https://ejurnal.akperpantikosala.ac/
Amir, S. (2010). Hubungan antara Kesehatan Spiritual dengan Kesehatan Jiwa
Lansia Muslim di Sasana Tresna Werdha KBRP Jakarta Timur. Universitas
Indonesia . Dalami. (2009). Diagnosis Gangguan Jiwa. Ilmu Kedokteran
FK-Unika Atmajaya.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info
Media.
Djamaludin. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Hartanto, D. (2014). Gambaran Sika dan Dukungan Keluarga terhadap Penderita


Gangguan Jiwa di Kecamatan Kartasura . Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta .
Hidayat, A. A. (2017). Metodologi Peneltian Keperawatan dan Kesehatan.
Jakarta.KEMENKES. (2012).
Kozier, B., Berman, A., & Shirley, J. S. alih bahasa Pamilih Eko Karyuni (2010).
Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VI
Volume 1. Jakarta: EGC.
Maramis, W. F. (2010). Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga Universitas Press.

Noorfaizah. (2012). Kebutuhan Spiritualitas. Universitas Muhammadiyah


Semarang .

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

NY, K., HJ, H., & JH, C. (2015). Effects of Religiosity and Spirituality on the
Treatment Response inpatients with Depressive Disorders. Comprehensive
Psychiatry , 26-34.
Purwanto, T. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Qur'ana, W. (2012). Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Pra Operasi di RS Daerah Dr.Soebadi Jember.
Universitas Jember,
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

S. Rohmatullah, A. T., & Sari, S. P. (2014). Gambaran Tingkat Spiritual pada


Orang dengan Skizofrenia (ODS) di Poliklinik Rawat Jalan RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Jurusan Keperawatan. S, A. Y., & Hamid.
(2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Saryono, & Setiawan. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta: Nuha
Medika.

Smith, S., & Suto, M. J. (2012). Religious and/or Spiritual Practices: Extending
Spiritual Freedom to People with Schizoprenia. Canadian Journal of
Occupational Therapy , 77-85.
Sudarma, M. (2008). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhaimi. (2015). Gangguan Jiwa dalam Komunikasi UIN Suska Riau , 23-24.
Perspektif Kesehatan Mental Islam. Fakultas Dakwah dan
Suhaimi. (2015). Perspektif Kesehatan Mental Islam. Dosen Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Suska Riau , 23-24.
Suharli, J. M. (2009). Delapan Kebiasaan yang Mengubah Nasib Anda. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: ANDI
OFFSET.
Swarjana, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Yogyakarta:
CV ANDI OFFSET.
Syamsukarni. (2014). Gambaran Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap di
RSUD Haji Makassar. WHO. (2013).
Widyoko. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

Wulan, K. (2011). Pengantar Etik Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pusat Karya.

Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.


LAMPIRAN
ANGKET PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KUNJUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN


PADA GANGUAN JIWA DI RSUD LOEKMONOHADI KUDUS 2020

No. responden :

I. PETUNJUK PENGISIAN

a. Tulis biodata nama Bapak/Ibu/Saudara pada tempat yang telah


disediakan
b. Bacalah pertanyaan pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah
satu dari dua jawaban yang ada dengan cara member tanda (√)
pada kolom jawaban Ya atau Tidak di bawah ini !

NO PERNYATAAN Ya Tidak

1. Saya mempunyai keluarga √

II. IDENTITAS

Nama :……………………………………………………..

Umur :…………………tahun

Jenis kelamin : laki laki perempuan

Agama :……………………………………………..............

III. LEMBAR KUESIONER TINGKAT KUNJUNGAN KELUARGA


1. Untuk pasien
No PERNYATAAN Ya Tidak

1. Saya tidak merasa mempunyai keluarga


2. Saya tidak tidak pernah mendapat kunjungan
dari keluarga

3. Saya tidak menemukan kenyamanan saat


bersama keluarga
4. Saya merasakan kedamaian saat di kunjungi
keluarga
5. Saya mempunyai keinginan untuk lebih dekat
dengan keluarga saya
6. Saya ingin setiap hari mendapatkan
kunjungan keluarga

2.UNTUK KELUARGA PASIEN TENTANG PENGETAHUAN

1. Apakah keluarga tahu tentang kejala


kekambuhan?
.2. Faktor –faktor apa saja yang menyebabkan
terjadinya kekambuhan
3. Apakah keluarga tahu cara mencegah
kekambuhan
4.. Apakah keluarga tahu kejadian apa saja yang
dapat memperburuk terjadinya kekkambuhan?
Jika ya, sebutkan

IV. LEMBAR JENIS GANGGUAN JIWA

N NAMA JENIS U AGA SKIZOFRE DEPR WAHA HALUSIN


O KELAM M MA NIA ESI M ASI
IN U
L P R
Statistics

Kekambuhan
tingkat.kunjunga pada
usia jenis.kelamin agama nkeluarga ganggun.jiwa

N Valid 39 39 39 39 39

Missing 0 0 0 0 0

usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10-20 9 23.1 23.1 23.1

21-30 10 25.6 25.6 48.7

31-40 10 25.6 25.6 74.4

41-50 10 25.6 25.6 100.0

Total 39 100.0 100.0

jenis.kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 21 53.8 53.8 53.8

perempuan 18 46.2 46.2 100.0

Total 39 100.0 100.0


agama

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid islam 39 100.0 100.0 100.0

tingkat.kunjungankeluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 8 20.5 20.5 20.5

cukup 16 41.0 41.0 61.5

kurang 15 38.5 38.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

Kekambuhan pada ganggun.jiwa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid skizofrenia 14 35.9 35.9 35.9

halusinasi 18 46.2 46.2 82.1

waham 3 7.7 7.7 89.7

depresi 4 10.3 10.3 100.0

Total 39 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat.kunjungankeluarga *
39 100.0% 0 .0% 39 100.0%
ganggun.jiwa
tingkat.kunjungankeluarga * ganggun.jiwa Crosstabulation

ganggun.jiwa

skizofreni
a halusinasi waham depresi Total

tingkat.kunjungankelu baik Count 8 0 0 0 8


arga Expected
2.9 3.7 .6 .8 8.0
Count

cukup Count 3 12 1 0 16

Expected
5.7 7.4 1.2 1.6 16.0
Count

kurang Count 3 6 2 4 15

Expected
5.4 6.9 1.2 1.5 15.0
Count

Total Count 14 18 3 4 39

Expected
14.0 18.0 3.0 4.0 39.0
Count

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 25.903a 6 .000

Likelihood Ratio 28.350 6 .000

Linear-by-Linear Association 12.877 1 .000

N of Valid Cases 39

a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is .62.
Kekambuhan Kunjungan
No Nama pasien usia jk agama
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10

Dita Putri 27 2 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1.
Wijayanti

Deva Bagus 18 2 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
2.
Santika

Muhammad 28 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
3.
Khoizin

4. Heri Mulyono 27 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1

5. Yuliana 34 2 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1

6. Kusnan 47 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1

7. Jumiyatun 25 2 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

8. Fitri Sulistiyani 37 2 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0

9. Abdul Ghofur 24 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0

10. Sudiyanto 32 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0

11. Muhammad 19 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0
Ahlisul Amal

12. Ali Arwani 41 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0

13. Susanah 24 2 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0

14. Yulianto 46 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

Mukhammad 33 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1
15.
Dhofir

Prabowo Nur 16 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0
16.
Ihsan

17. Amirul Mukminin 25 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1

18. Nur Jalal 39 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0

19. Tugiyanto 35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0

Mohamad 24 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1
20.
Waluyo

21. Mariyanti 42 2 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0

22. Rusda Khoirina 17 2 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

23. Muhammad 19 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
Nailul Chisan

Mohammad 19 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1
24.
Kamalludin

25. Suharti 48 2 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1

26. Muhamad Nur Ali 44 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1

Fadian Najmal 15 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
27.
Falakh

28. Novi Aini 30 2 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1

Bambang 28 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0
29.
Triwahyono

30. Yuliana 34 2 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1

31. Darwati 30 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0

32. Suyanto 42 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1

33. Siti Aliyah 42 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1

34. Yulistiani 36 2 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0

35. Zumrotun 37 2 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
36. Sutini 41 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1

Muhammad 19 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0
37.
Nailul Chisan

38. Lika Fitriana Sari 23 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0

39. adytia 26 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0

Total Score 56 39 3 16 3 31 32 16 26 29 22 20

Anda mungkin juga menyukai