Anda di halaman 1dari 89

EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TAPID SPONGE

TERHADAP NYERI PASIEN LOW BACK PAIN (LBP)

DI KLINIK SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S.1)

Oleh :
Lia Kristiana
NIM. 112019030287

PEMBIMBING:
1. Sukarmin, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
2. Yulisetyaningrum, S.Kep., Ns., M.Si. Med

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal skripsi dengan judul “ EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT


TAPID SPONGE TERHADAP NYERI PASIEN LOW BACK PAIN (LBP) DI
KLINIK SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA “ ini telah disetujui dan diperiksa
oleh Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Proposal
Skripsi Jurusan S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, pada:
Hari :
Tanggal :
Nama : Lia Kristiana
NIM : 112019030287

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Sukarmin, M.Kep.,Ns., Sp. Kep.MB


Yulisetyaningrum,S.Kep.,Ners.,M.Si.Med
NIDN : 0607057601 NIDN : 0618048103

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor

Rusnoto, S.KM., M.Kes (Epid)


NIDN : 0621087401

ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

Proposal skripsi dengan judul “ EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT


TAPID SPONGE TERHADAP NYERI PASIEN LOW BACK PAIN (LBP) DI
KLINIK SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA “ ini telah diujikan dan disahkan
oleh Tim Penguji Proposal Skripsi Jurusan S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Kudus, pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 7 Agustus 2020
Nama : Lia Kristiana
NIM : 112019030287

Penguji Utama, Penguji Anggota,

Sukarmin, M.Kep.,Ns., Sp. Kep.MB Rizka Himawan, S.Psi., M.Psi


NIDN : 0607057601 NIDN : 0601057201

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor

Rusnoto, S.KM., M.Kes (Epid)


NIDN : 0621087401

iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul “ EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TAPID


SPONGE TERHADAP NYERI PASIEN LOW BACK PAIN (LBP) DI KLINIK
SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA “ ini telah disetujui dan diperiksa oleh
Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Jurusan
S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, pada:
Hari :
Tanggal :
Nama : Lia Kristiana
NIM : 112019030287

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Sukarmin, M.Kep.,Ns., Sp. Kep.MB


Yulisetyaningrum,S.Kep.,Ners.,M.Si.Med
NIDN : 0607057601 NIDN : 0618048103

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor

Rusnoto, S.KM., M.Kes (Epid)


NIDN : 0621087401

iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul “ EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TAPID


SPONGE TERHADAP NYERI PASIEN LOW BACK PAIN (LBP) DI KLINIK
SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA “ ini telah diujikan dan disahkan oleh Tim
Penguji Skripsi Jurusan S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus,
pada:
Hari :
Tanggal :
Nama : Lia Kristiana
NIM : 112019030287

Penguji Utama, Penguji Anggota,

Anny Rosiana M.,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J


Yulisetyaningrum,S.Kep.,Ners.,M.Si.Med
NIDN : 0616087801 NIDN : 0618048103

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor

Rusnoto, S.KM., M.Kes (Epid)


NIDN : 0621087401

v
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Lia Kristiana
NIM : 112019030287
Menyatakan bahwa skripsi judul :”EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT
TAPID SPONGE TERHADAP NYERI PASIEN LOW BACK PAIN (LBP) DI
KLINIK SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA” Merupakan :
1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri.
2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar S-1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kudus.
Oleh karena itu pertanggung jawaban Skripsi ini sepenuhnya berada
pada diri saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kudus, 2020
Penyusun,

Lia Kristiana
NIM: 112019030287

vi
RIWAYAT HIDUP

Nama : Lia Kristiana


NIM : 112019030287
Tempat, Tanggal Lahir : Jepara, 27 Desember 1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ngabul 2/3 Tahunan Jepara Kec. Jepara Kab.
Jepara
Riwayat Pendidikan :
1. TK RA Zumrotul Wilda
2. MI Zumrotul Wilda
3. Mts Walisongo
4. SMU Sultan Agung
5. D3 Akademi Keperawatan Krida Husada Kudus

vii
MOTTO

Optimis dalam hidup dan pekerjaan


Buku adalah gudang ilmu
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan
Hidup bukan hanya teori tapi perjuangan
Jadilah orang yang berguna bagi orang lain
Semua yang ada di dunia ini tak ada yang abadi. Jadi manfaatkan
kesempatan yang ada sebelum kamu menyesalinya
Hidup ini hanya sebentar, jangan gunakan hanya memikirkan duniawi dan
melakukan hal yang tak berguna

viii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :


1. Allah SWT yang telah mencurahkan rahmatNya sehigga penulis dapat
membuat dan menyelesaikan Proposal Skripsi ini.
2. Rusnoto, SKM., M.Kes. (Epid) yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Kudus.
3. Bapak Sukarmin, M.Kep,Ns.,Sp.Kep.MB dan Ibu Yuli setyaningrum,
S.Kep,Ners,M.Si.Med yang telah sabar membimbing penulis dalam
menyusun skripsi Ini.
4. Ayahanda, Ibunda tercinta, atas segala bimbingan, dukungan dan
inspirasinya, cinta dan kasih sayangnya
5. Untuk suamiku yang selalu memberi motivasi
6. Untuk orang-orang terdekatku yang selalu memberi support
7. Keluargaku yang selalu menasehatiku dan menyayangiku
8. Bapak dan ibu Dosen yang telah mengajarkanku ilmu duniawi dan ukhrawi
demi jalan kesuksesanku

ix
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas rahmat
dan karunia-Nya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) Jurusan S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Kudus. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Rusnoto, SKM, M.Kes(Epid) selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Kudus.
2. Ibu dr. Dwi Setyowati, M.Kes selaku Direktur RSUD RA Kartini Jepara yang
telah memberikan ijin belajar dan ijin untuk melakukan penelitian di
lapangan.
3. Bapak Sukarmin, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku Pembimbing Utama, atas
kesediaan dan perhatiannya selama membimbing
4. Ibu Yulisetyaningrum, S.Kep., Ns., M.Si. Med selaku Ketua Jurusan S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus dan juga sebagai
Pembimbing Anggota, atas kesediaan dan perhatiannya selama
membimbing.
5. Teman-teman kuliah dan teman-teman perawat RSUD RA Kartini Jepara
yang selalu memberikan dukungan.
6. Keluarga tercinta, Suami dan Ananda bertiga atas dukungan, pengertian
dan kasih sayangnya.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan kepada penulis selama mengikuti dan
menyelesaikan proses pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan-kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang membutuhkan.
Jepara, Juli 2020
Penulis
Lia Kristiana

x
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................. i


Halaman Persetujuan Proposal .................................................................................... ii
Halaman Pengesahan Proposal ................................................................................... iii
Halaman Persetujuan Skripsi ........................................................................................ iv
Halaman Pengesahan Skripsi ....................................................................................... v
Pernyataan .................................................................................................................. vi
Riwayat Hidup .............................................................................................................. vii
Motto ........................................................................................................................... viii
Persembahan .............................................................................................................. ix
Kata Pengantar ............................................................................................................. x
Daftar Isi ....................................................................................................................... xi
Daftar Tabel .................................................................................................................. xiii
Daftar Bagan ................................................................................................................ xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................................ xv
Abstrak ......................................................................................................................... xvii
Abstrac ......................................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan penelitian ......................................................................................... 4
C. Manfaat penelitian ....................................................................................... 5
D. Keaslian penelitian ...................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Low Back Pain (LBP)................................................................................... 6
B. Nyeri ............................................................................................................ 12
C. Kompres Hangat ......................................................................................... 17
D. Kerangka Teori ............................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian ...................................................................................... 22
B. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 22
C. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 22
D. Rancangan Penelitian ................................................................................ 23
1. Jenis Penelitian ................................................................................. 23

xi
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data ........................................... 24
3. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 24
4. Populasi penelitian ............................................................................ 24
5. Sempel Penelitian.............................................................................. 25
6. Definisi Operasional .......................................................................... 25
7. Instrumen Penelitian ......................................................................... 26
8. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ....................................... 26
E. Etika Penelitian ........................................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 29
B. Hasil Penelitian ................................................................................................. 29
1. Karakteristik ............................................................................................... 29
2. Analisa Univariat ........................................................................................ 31
3. Analisis Bivariat .......................................................................................... 32
BAB V PEMBAHASAN
A. Nyeri Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah Kompres Hangat
Tepid Sponge Pada Kelompok Intervensi Di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini Jepara. .................................................................................................. 35
B. Nyeri Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Pada Kelompok Control Di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini Jepara .................................................................................................... 35
C. Perbandingan Efektitas Kompres Hangat Tepid Sponge dan Nafas
Dalam Terhadap Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Di Klinik Syaraf
RSUD RA Kartini Jepara ................................................................................... 36
D. Keterbatasan Peneliti ....................................................................................... 38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 39
B. Saran ................................................................................................................ 39
Dartar Pustaka ............................................................................................................. 41
Lampiran

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian................................................................................. 5

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 26

Tabel 3.2 Pedoman Interprestasi Koefesien Korelasi .......................................... 27

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ............................ 29

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelain .................. 30

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ................... 30

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ..................... 30

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Nyeri pre


test dan post test Kompres Hangat Tepid Sponge pada
kelompok intervensi ............................................................................. 31

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan nyeri pre


test dan post test teknik relaksasi nafas dalam pada
kelompok kontrol .................................................................................. 32

Tabel 4.7 Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) kelompok
Intervensi sebelum dan sesudah Kompres Hangat
Tepid Sponge....................................................................................... 32

Tabel 4.8 Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) kelompok
Intervensi sebelum dan sesudah teknik relaksasi nafas
dalam ................................................................................................... 33

Tabel 4.9 Efektifitas Kompres Hangat Tepid Sponge Dan Nafas


Dalam Terhadap Pasien Nyeri Pasien Low Back Pain
(LBP) Di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara. .................................. 34

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tes Laseque ........................................................................................ 10


Gambar 2.2 Intersitas Nyeri ..................................................................................... 17
Gambar 2.3 Kompres Hangat Tapid Sponge ........................................................... 20
Gambar 2.4 Kerangka Teori ................................................................................... 21
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 22
Gambar 3.2 Desain penelitian ................................................................................. 23

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian


Lampiran 2 : Permohonan Calon Responden
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Kuesioner
Lampiran 5 : Standar Operasional Prosedur
Lampiran 6 : Data Tabulasi Responden
Lampiran 7 : Lembar Konsul

xv
EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TAPID SPONGE TERHADAP NYERI
PASIEN LOW BACK PAIN (LBP) DI KLINIK SYARAF
RSUD RA KARTINI JEPARA

Lia Kristiana¹, Sukarmin², Yulisetyaningrum³

ABSTRAK
Latar Belakang: Low back pain (LBP) dialami hampir oleh setiap orang selama
hidupnya. Hasil penelitian yang dilakukan di 14 kota di Indonesia bahwa kelompok nyeri
Persatuan Dokter Saraf seluruh Indonesia ditemukan 18,13% penderita nyeri punggung
bawah dengan rata-rata nilai Visual Analog Scale (VAS) sebesar 5,46 ± 2,56 yang berarti
nyeri sedang sampai berat. Tujuan: penelitian ini untuk menganalisis efektifitas kompres
hangat tepid sponge terhadap nyeri pasien Low Back Pain di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini. Desain: Jenis penelitian yang dipakai menggunakan Quasi Experimental, dengan
rancangan penelitian pre-test post-test with control group design, Populasi dalam
penelitian seluruh pasien Low Back Pain (LBP) yang periksa dan dilakukan perawatan di
Klinik Syaraf RSUD RA Kartini dengan sampel sebanyak 30 orang. Instrumen penelitian
nyeri menggunakan pengukuran tingkat nyeri dengan Skala penilaian numerik Numerical
Rating Scales/ NRS. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat
dengan uji normalitas dengan Shapiro wilk. Hasil penelitian: Berdasarkan hasil uji
statistik kompres hangat tepid sponge kelompok intervensi diketahui Hasil uji Mann-
Whitney diperoleh Nilai signifikansi sebesar 0.003 nilai p-value <0,05. Hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa Ho ditolak yaitu terdapat pengaruh kompres hangat tepid sponge
terhadap nyeri pada pasien low back pain (LBP) di klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara.

Kata Kunci : Kompres Hangat Tapid Sponge, Nyeri, Low Back Pain
Daftar Pustaka : 20 Refrensi (2009 – 2019)

¹Mahasiswa Jurusan S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus


²Pembimbing I Universitas Muhammadiyah Kudus
³Pembimbing II Universitas Muhammadiyah Kudus

xvi
EFFECTIVENESS OF TAPID SPONGE WARM COMPRESSES ON PATIENTS' PAIN
OF LOW BACK PAIN (LBP) IN NEURAL CLINIC HOSPITAL RA KARTINI JEPARA

Lia Kristiana¹, Sukarmin², Yulisetyaningrum³

ABSTRACT
Background: Low back pain (LBP) is experienced by almost everyone during his life.
The results of research conducted in 14 cities in Indonesia that the pain group of the
Association of Neurologists throughout Indonesia found 18.13% of patients with low back
pain with an average value of Visual Analog Scale (VAS) of 5.46 ± 2.56 which means
moderate to moderate pain. weight. Objective: This study was to analyze the
effectiveness of the tepid sponge warm compress on the pain of Low Back Pain patients
at the Neuro Clinic of RSUD RA Kartini. Design: The type of research used is Quasi
Experimental, with a pre-test post-test research design with control group design. The
population in the study was all Low Back Pain (LBP) patients who were examined and
treated at the Neuro Clinic of RSUD RA Kartini with a sample of 30 person. The pain
research instrument uses pain level measurements with the Numerical Rating Scales
(NRS) numerical rating scale. Analysis of the data used is univariate and bivariate
analysis with normality test with Shapiro Wilk. Research results: Based on statistical test
results of tepid sponge warm compresses in the intervention group, it is known that the
Mann-Whitney test results obtained significance value of 0.003 p-value <0.05. It can be
concluded that Ho is rejected, that is, there is an effect of warm tepid sponge compresses
on pain in low back pain (LBP) patients at the neurological clinic of RSUD RA Kartini
Jepara.

Keywords: Tapid Sponge Warm Compress, Pain, Low Back Pain


Bibliography : 20 References (2009 – 2019)

¹ Students of S1 Nursing Department, University of Muhammadiyah Kudus


² Supervisor I of Muhammadiyah Kudus University
3
Supervisor II of Muhammadiyah Kudus University

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Low back pain (LBP) dialami hampir oleh setiap orang selama
hidupnya. Di Negara barat misalnya, kejadian LBP telah mencapai proporsi
epidemik. Prevalensi kejadian low back pain di dunia setiap tahunnya sangat
bervariasi dengan angka mencapai 15-45%. Menurut WHO (2013)
menunjukkan bahwa 33% penduduk di negara berkembang nyeri persisten. Di
Inggris sekitar 17,3 juta orang pernah mengalami nyeri punggung dan dari
jumlah tersebut sekitar 1,1 juta orang mengalami kelumpuhan yang
diakibatkan oleh nyeri punggung. (Harahap, 2018)
Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk pernah mengeluhkan
LBP sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi dan
90% kasus nyeri pinggang bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik,
melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Studi yang telah
dilakukan, kejadian tertinggi low back pain pada dekade ketiga dan prevalensi
meningkat pada usia 60-65 tahun dan kemudian secara bertahap menurun.
Faktor risiko umum lainnya yang dilaporkan adalah status pendidikan yang
rendah, stres, kecemasan, depresi, ketidakpuasan kerja, rendahnya tingkat
dukungan sosial di tempat kerja dan seluruh getaran tubuh. Low back pain
memiliki dampak yang sangat besar pada individu, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan bisnis di seluruh dunia. (Kusnanto,2017)
Hasil penelitian yang dilakukan di 14 kota di Indonesia bahwa
kelompok nyeri Persatuan Dokter Saraf seluruh Indonesia ditemukan 18,13%
penderita nyeri punggung bawah dengan rata-rata nilai Visual Analog Scale
(VAS) sebesar 5,46 ± 2,56 yang berarti nyeri sedang sampai berat.
(Rasyidah,2019). insiden berdasarkan kunjungan pasien beberapa rumah
sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%. Prevalensi pasien dengan nyeri
punggung bawah di Departemen Klinik Rawat Jalan Bedah di RSU Raden
Mattaher Provinsi Jambi Rumah Sakit Umum adalah 85 pasien dengan nyeri
punggung bawah spondilogenic 67 pasien (78,8%) dan nyeri punggung
bawah viscerogenic 18 pasien (21,2%) adalah merupakan kasus LBP
(Harahap, 2018)

1
2

Penyebab LBP yang paling sering ditemukan adalah kekakuan dan


spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang kurang baik serta
tegangnya postur tubuh. Selain itu berbagai penyakit juga dapat
menyebabkan LBP seperti osteoarthritis, osteoporosis, fibromyalgia, scoliosis,
dan rematik. Kesalahan postural atau gerakan tubuh yang tidak proporsional
dalam waktu lama dan terus menerus pada otot dan fascia akan menimbulkan
nyeri kemudian terjadi spasme otot pinggang dan otot akan mengalami
iskemik. (Utami, 2014)
Adanya nyeri membuat penderitanya seringkali takut untuk bergerak
sehingga mengganggu aktifitas sehari-harinya dan dapat menurunkan
produktifitasnya. Di samping itu, dengan mengalami nyeri, sudah cukup
membuat pasien frustasi dalam menjalani hidupnya sehari- hari sehingga
dapat mengganggu kualitas hidup pasien. Karenanya, terapi utama diarahkan
untuk menangani nyeri ini. (Septadina, 2014)
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan
terapi nonfarmakologi. Terapi farmakologi dengan menggunakan
siklooksigenase inhibitor (COX inhibitor) sering menimbulkan efek samping
yaitu gangguan gastrointestinal. Selain itu, penggunaan jangka panjangnya
dapat mengakibatkan perdarahan pada saluran cerna, tukak peptik, perforasi
dan gangguan ginjal. (Patrianingrum, 2015)
Upaya untuk menurunkan nyeri telah dilakukan, baik secara
medikamentosa maupun dengan cara mekanik sebagai pendukung.
Penanganan nyeri biasanya dengan pemberian obat antipiretik, di mana
pemberian kombinasi obat antipiretik yang tidak tepat, dapat menimbulkan
komplikasi kerusakan hati dan perdarahan saluran cerna. Salah satu cara
mekanik untuk menurunkan nyeri adalah pemberian tepid sponge. Pemberian
tepid sponge yang dikombinasikan dengan obat antipiretik mampu
menurunkan nyeri dengan cepat selama jam pertama serangan nyeri.
(Patrianingrum, 2015)
Prosedur tepid sponge meningkatkan kontrol kehilangan panas
dengan cara evaporasi dan konveksi . Pemberian tepid sponge ini
menggunakan air hangat di mana prosedurnya hampir sama dengan
pemberian kompres hangat. Menurut penelitian yang telah dilakukan
membuktikan bahwa kompres hangat efektif menurunkan nyeri. Air yang
3

digunakan dalam penelitian tersebut adalah air hangat dengan suhu 30-32oC.
(Kusnanto,2017)
Pemberian kompres hangat dilakukan di tempat-tempat tertentu di
bagian tubuh, sedangkan pemberian tepid sponge dilakukan dengan cara
menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat. Pemberian tepid sponge
yang diusapkan merata di seluruh tubuh diharapkan makin banyak pembuluh
darah perifer di kulit yang mengalami vasodilatasi. Suhu air dalam pemberian

tepid sponge adalah air hangat (34-37 oC) yang mendekati suhu inti tubuh

(37,1oC) diharapkan mampu menurunkan nyeri dengan optimal. Sampai saat


ini belum diketahui secara pasti ketepatan suhu air pada teknik pemberian
tepid sponge yang dapat menurunkan nyeri pasien. (Kusnanto,2017)
Pemberian tepid sponge selain dapat menurunkan tingkat nyeri juga
dapat memberikan kenyamanan pada pasien Tubuh dapat mengalami
pelepasan panas melalui empat cara yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan
evaporasi Pemberian tepid sponge bath dapat melepaskan panas tubuh
dengan cara evaporasi dan konveksi. (Kusnanto,2017)
Pemberian tepid sponge memungkinkan aliran udara lembab
membantu pelepasan panas tubuh dengan cara konveksi. Suhu tubuh lebih
hangat dari pada suhu udara atau suhu air memungkinkan panas akan pindah
ke molekul udara melalui kontak langsung dengan permukaan kulit . Terapi
yang diberikan dengan menggunakan air hangat diharapkan selain
memberikan kenyamanan yang lebih utama mampu merangsang reseptor
suhu yang terdapat di kulit untuk diteruskan ke otak, khususnya hipotalamus,
sebagai tempat pusat pengaturan suhu tubuh. Hipotalamus akan merangsang
saraf simpatis untuk memberikan respons vasodilatasi pembuluh darah
sehingga melepaskan nyeri dengan cara evaporasi. (Kusnanto,2017)

Suhu air yang digunakan 32oC dimaksudkan bahwa suhu tersebut

berada di bawah temperatur suhu normal (36-38oC) dan masih dalam


kategori hangat untuk mengalirkan darah ke kulit. Pengeluaran panas yang
lebih besar mampu diaktifkan oleh suatu tindakan kontrol (tepid sponge )
dengan suhu diatas suhu tubuh dalam rentang waktu tertentu. (Brunner,
2012)
Suhu air yang diberikan di atas suhu tubuh normal memungkinkan
menurunkan nyeri akan semakin efektif, tetapi pemberian suhu air yang
4

terlalu hangat berisiko melukai kulit.. Reseptor suhu tubuh di kulit akan
memperoleh rangsangan suhu dengan kapasitas lebih. Rangsangan tersebut
mempengaruhi hipotalamus dan memberikan efek vasodilatasi, sehingga
proses pelepasan tubuh dapat berlangsung dengan lebih cepat. (Brunner,
2012)
Selama ini telah dilakukan tepid sponge dengan menggunakan air
hangat dalam usaha untuk menurunkan suhu tubuh, Saat ini banyak
dikembangkan terapi non farmakologis untuk menurunkan nyeri. Salah satu
terapi non farmalologis untuk menurunkan nyeri LBP adalah dengan
kompress tepid sponge. (Brunner, 2012)
Berdasarkan survei awal data pada tanggal 16 Desember 2019 di
klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara diketahui bahwa dari 5 besar penyakit di
klinik syaraf, nomor 1 adalah LBP (29,68%) ; selanjutnya berturut-turut Post
Stroke (22,96%), Post SNH (18,85%), Epilepsi (17,85%) dan OA (10,63%).
Sebaran jumlah pasien LBP mulai tahun 2017 sampai 2019 antara lain: 215 di
tahun 2017, 265 di tahun 2018 dan 296 di tahun 2019. Adapun keluhan utama
pada pasien LBP di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini adalah Nyeri (95%),
sebagian besar pasien LBP membeli obat anti nyeri di apotek untuk
mengurangi rasa nyeri (75%).
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis ingin
mengaplikasikan riset tentang pemberian kompres hangat tepid sponge
pasien low back pain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis efektifitas kompres hangat tepid sponge terhadap nyeri
pasien Low Back Pain di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui nyeri pasien Low Back Pain (LBP) sebelum dan sesudah
dilakukan kompres tepid sponge pada kelompok intervensi.
b. Mengetahui nyeri pasien Low Back Pain (LBP) setelah dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok kelompok
kontrol.
c. Mengetahui perbedaan nyeri sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pasien Low Back Pain
(LBP)
5

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien LBP
dengan pemberian kompes tepid sponge diharapkan penulis dapat lebih
mengetahui cara mengontrol dalam penurunan intensitas nyeri.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang professional,
terampil, inovatif, dan bermutu
D. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Desain Hasil penelitian
(Tahun)
1. Kusnanto Efektifitas Tepid Quasi Hasil Penelitian: Tepid
tahun 2017 Sponge Bath Suhu Experime Sponge efektif menurunkan
32oc Dan 37oc Dalam nt. Pre suhu pada anak
Menurunkan Suhu Post Test
Tubuh Anak Demam
2 Kusuma Pengaruh Back Quasi Hasil: Back Massage efektif
Dewi Massage Terhadap Experime menurunkan tingkat nyeri
Tahun : Tingkat Nyeri Low nt. Pre pada petani semangka
2017 Back Pain pada Post Test
Kelompok Tani
Semangka Mertha
Abadi di Desa Yeh
Sumbul
3. Rasyidah Masa Kerja, Sikap Kuantitatif Hasil : Ada Hubungan Masa
Tahun 2019 Kerja Dan Jenis ; Cross Kerja, Sikap Kerja Dan Jenis
Kelamin Dengan Sectional Kelamin Dengan Keluhan
Keluhan Nyeri Low Nyeri Low Back Pain
Back Pain
E. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup waktu,
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan September 2020
2. Ruang lingkup tempat,
Sasaran penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Klinik Syaraf RSU RA
Kartini Jepara.
3. Ruang lingkup Materi,
Bidang Ilmu Keperawatan dengan topik Nyeri pada kasus Low Back Paint
di Rawat Jalan RSU RA Kartini Jepara.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Low Back Pain (LBP)
1. Definisi Low Back Pain
Nyeri punggung bawah merupakan penyebab kedua kunjungan ke
dokter setelah penyakit saluran napas atas. Sekitar 12% orang yang
mengalami nyeri puggung bawah menderita Herniasi Nukleus Pulposus
(HNP). Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu gangguan musculosceletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yan
kurang baik. Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama
menjadi fenomena yang sering terjadi di masyarakat (Brunner, 2012).
Nyeri punggung bawah atau Low back pain(LBP) adalah nyeri
yang terbatas pada regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak
hanay terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari
diskus intervertebralis lumbal (Brunner, 2012).
2. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat di anggap sebagai sebuah batang
elastik yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel
(diskus intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi
faset, berbagai ligamen dan otot para vertebralis.
Kontruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara di sisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan yang vertikel pada saat berlari atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan thoraks sangat penting pada aktifitas mengangkat beban.
Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini.
Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan peregangan berlebihan
pendukung tulang belakang dapat berakibatkan nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika
usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokatilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokatilago yang padat dan tak teratur. Degenarasi diskus merupakan
penyebab nyeri punggung yang biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-
S1, menderita stres mekanis paling berat dan perubahan degenarasi

6
7

terberat. Penonjolan diskus (herniasi nukleus pulposus) atau kerusakan


sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang
saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah
menderita herniasi nukleus pulposus .
3. Klasifikasi Low Back Pain
Menurut Idyan (2013) LBP diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
kategori berdasarkan durasi gejalanya yaitu:
a. Akut
Low back pain akut merupakan nyeri yang timbul selama enam minggu
atau kurang. Hal ini ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktu hanya sebentar, antara beberapa hari
sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh.
b. Sub akut
Low back pain subakut merupakan nyeri yang dirasakan selama 6
sampai dengan 12 minggu.
c. Kronik
Low back pain kronik merupakan nyeri yang timbul lebih dari 12 minggu.
Menurut Dermawan (2012) Klasifikasi LBP dibagi menjadi dua
berdasarkan kriteria utama yaitu :
a. Low Back Pain berdasarkan jenis nyeri
Low Back Pain berdasarkan jenis nyeri terdiri dari 6 macam jenis nyeri
yaitu :
1) Nyeri punggung lokal
Nyeri punggung lokal merupakan jenis nyeri yang biasanya terletak di
garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat
berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot
paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen. Nyeri biasanya
menetap atau hilang timbul, pada saat berubah posisi nyeri dapat
bekurang ataupun bertambah dan punggung nyeri apabila dipegang
(Maizura, 2015).
2) Iritasi pada radiks
Iritasi pada radiks ini disebabkan karena terjadi proses desak ruang,
maksudnya ialah ruang-ruang yang terdapat di foramen vertebra atau
ruang-ruang yang terletak di dalam kanalis vertebra ini mengalami
8

desakan antar ruang, sehingga akibat dari desakan tersebut


menyebabkan iritasi pada radiks dan timbulah sensasi nyeri.
3) Nyeri rujukan somatis
Nyeri rujukan somatis merupakan nyeri yang disebabkan karena
iritasi pada serabut-serabut sensoris di permukaan yang dapat
dirasakan lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan. Dan juga
sebaliknya, iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian
lebih superfisial.
4) Nyeri rujukan viserosomatis
Nyeri rujukan viserosomatis merupakan nyeri yang disebabkan
karena Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum,
intraabdomen atau dalam ruangan panggul yang dapat dirasakan di
daerah pinggang.
5) Nyeri karena Iskemia
Nyeri karena iskemia merupakan nyeri yang dapat disebabkan
karena adanya penyumbatan pada percabangan aorta ataupun
percabangan arteri iliaka komunis. Rasa nyeri ini dirasakan seperti
rasa nyeri pada klaudikasio intermittens yang dapat dirasakan di
pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha.
6) Nyeri Psikogen
Nyeri psikogen merupakan nyeri yang memiliki rasa nyeri yang
sakitnya sangat berlebihan dan tidak sesuai dengan distribusi saraf
dan dermatom sehingga menimbulkan reaksi wajah yang sering
berlebihan.
b. Low Back Pain berdasarkan faktor penyebab.
Menurut Idyan (2013) Berdasarkan faktor penyebabnya LBP terdiri dari
4 macam jenis nyeri antara lain :
1) Low Back Pain spondilogenik
Nyeri spondilogenik merupakan suatu sensasi nyeri yang disebabkan
karena adanya kelainan pada vertebra, sendi dan jaringan lunaknya.
Misalkan seperti spondilosis, osteoma, osteoporosis dan nyeri
punggung miofasial.
9

2) Low Back Pain viseronik


Nyeri viseronik merupakan suatu sensasi nyeri yang disebabkan
karena adanya kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal,
kelainan ginekologik dan tumor retropritoneal.
3) Low Back Pain vaskulogenik
Nyeri vaskulogenik merupakan suatu sensasi nyeri yang disebabkan
karena adanya kelainan pembuluh darah, misalnya pada aneurisma
dan gangguan peredaran darah.
4) Low Back Pain psikogonek
Nyeri psikogenik merupakan suatu sensasi nyeri yang timbul karena
adanya gangguan psikis seperti neurosis, ansietas dan depresi
4. Gambaran Penyakit
a. Tanda dan Gejala Low Back Pain
Adapun tanda dan gejala dari low back pain menurut Ratini (2015)
antara lain yakni:
1) Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai tulang
ekor.
2) Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau bawah
3) punggung bawah terutama setelah mengangkat benda berat atau
terlibat dalam aktivitas berat lainnya.
4) Sakit kronis di bagian punggung tengah atau punggung bawah
5) bawah, terutama setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama.
6) Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha,
ke betis dan kaki.
7) Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang
otot di punggung bawah.
b. Pemeriksaan Fisik Low Back Pain
1) Tes Laseque
Posisi pasien tidur terlentang dengan paha fleksi dan lutut ekstensi.
Pertama, telapak kaki pasien (dalam posisi 0°) didorong ke arah
muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan
sejauh 90°. Hasil positif apabila pasien merasakan nyeri yang
menjalar dari punggung bawah sampai tungkai bawah (terutama di
betis) dan pergelangan kaki (Fathoni et al., 2009).
10

Gambar 2.1 Tes Laseque, (sumber: Harsono, 2007)


2) Tes Bragard
Posisi pasien tidur terlentang menggerakkan fleksi paha secara pasif
dengan lutut lurus disertai dorsi fleksi pergelangan kaki dengan sudut
30 derajat. Hasil positif apabila pasien merasakan nyeri pada
posterior gluteal yang menjalar ke tungkai.
3) Tes Nyeri
Gerakan sama dengan tes laseque hanya ditambahkan dengan
gerakan fleksi kepala secara aktif dan biasanya dilakukan pada 40-60
derajat. Hasil dikatakan positif apabila dirasakan nyeri sepanjang
distribusi n.ischiadicus).
c. Pemeriksaan Dengan Kuesioner
Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang
akan diteliti dengan menggunakan kuesioner tentang keluhan Low Back
Pain (LBP) sebelum maupun sesudah bekerja.
5. Faktor Risiko
Menurut Utami (2014) faktor risiko terjadinya low back pain dapat
dibedakan menjadi tiga faktor, antara lain yakni:
a. Faktor individu
1) Usia
Dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan
hal tersebut mulai terjadi pada saat seseorang berusia 30 tahun
dengan berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi
jaringan parut dan pengurangan cairan. Sehingga akan
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang).
Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai puncaknya
antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia
seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat
11

karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua


.(Utami, 2014)
2) Indeks Massa Tubuh (IMT)
seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.
Semakin berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan
dalam menerima beban sehingga menyebabkan mudahnya terjadi
kerusakan pada struktur tulang belakang. Salah satu daerah pada
tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah
verterbrae lumbal .(Utami, 2014)
3) Jenis Kelamin
Secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
Pada wanita keluhan ini sering terjadi misalnya pada saat mengalami
siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang .(Utami,
2014)
b. Faktor Pekerjaan
1) Beban kerja
Beban kerja merupakan sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan
oleh individu atau kelompok, selama periode waktu tertentu dalam
keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga
besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot,
tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan
iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan
lainnya .(Utami, 2014)
2) Durasi (Lama Kerja)
Durasi terdiri dari durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang
yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari. Selama
berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang
dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai
jaringan maka akan terjadi kelelahan otot. .(Utami, 2014)
3) Posisi Kerja
Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi
yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal adalah posisi tubuh
12

yang tidak sesuai pada saat melakukan pekerjaan sehingga dapat


menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan
rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Yang
termasuk dalam posisi janggal yakni pengulangan atau waktu lama
dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut,
jongkok, memegang dalam posisi statis, dan menjepit dengan
tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu,
punggung, dan lutut karena daerah inilah yang paling sering
mengalami cedera. (Idyan, 2013).
B. Nyeri
1. Pengertian nyeri
Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingakatan tertentu.
Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan
kesehatan. Walaupun merupakan salah satu gejala yang paling sering
terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit
dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita
dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan
berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan
kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang klien
rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami
nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
menghasilkan respons atau perasaan yang identikpada seorang individu
(Muttain, 2010).
Nyeri merupakan suatu bentuk ketidaknyamanan, yang
didefinisikan dalam berbagai perspektif.
a. International Association For The Study of Pain mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori obyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian ketika terjadi
kerusakan. (Muttain, 2010)
b. Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri
tersebut dan terjadi kapan saja ketika seseorang mengatakan bahwa ia
merasa nyeri. (Potter, 2010)
c. Nyeri adalah dan perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif
dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan
13

mengevaluasi perasaan tersebut. (Fathoni, 2010)


2. Fisiologi Nyeri
a. Stimulasi
Seperti halnya berbagai stimulus yang disadari lainnya,
persepsi nyeri dihantarkan oleh neuron khusus yang bertindak sebagai
reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar menuju sistem
saraf pusat. Reseptor tersebut dinamakan nociceptor. Mereka tersebar
luas dalam lapisan superficial kulit dan juga dalam jaringan dalam
tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, serta falks
dan tentorium serebri. Nociceptor (ujung-ujung saraf bebas pada pada
kulit yang merespons terhadap stimulus) berhubungan dengan saraf
aferen primer dan berujung pada spinal cord (SSP). Bila ada suatu
stimulasi yang berasal dari bahan kimia, mekanik, listrik atau panas,
stimulasi itu diubah menjadi impuls saraf pada saraf aferen primer.
Selanjutnya akan ditransmisikan sepanjang saraf aferen ke spinal cord.
Stimulus itu dapat berupa protopatik (noxius) dan epikritik (nonnoxius).
Stimulasi epikritik (sentuhan ringan, tekanan, propriosepsi dan
perbedaan temperatur) ditandai dengan reseptor ambang rendah yang
secara umum dihantarkan oleh serabut saraf besar bermielin.
Sebaliknya,stimulus protopatik (nyeri) ditandai dengan reseptor ambang
tinggi yang dihantarkan oleh serabut saraf bermielin lebih kecil (A delta)
serta serabut saraf tak bermielin (serabut C) (Fathoni, 2010).
b. Transduksi
Transduksi merupakan proses, ketika suatu stimuli nyeri
(noxius stimuli) diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima
ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu
(panas) atau kimia (substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis
karena mediator-mediator kimia seperti prostaglandin dari sel rusak,
bradikinin dari plasma, histamine dari sel mast, serotonin dari trombosit
dan substansi P dari ujung saraf nyeri mempengaruhi juga nosiseptor
diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya
terjadi proses sensitisasi perifer, yaitu menurunnya nilai ambang
rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di
atas dan penurunan PH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena
rangsangan yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri, misalnya
14

rabaan.
Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi
sentral, yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya
neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri
dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi
membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf (Fathoni,
2010).
c. Transmisi
Transmisi merupakan proses penerusan impuls nyeri dari
nociceptor saraf perifer melewati cornu dorsalis dan corda spinalis
menuju korteks serebri. Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf
aferen (serabut nociceptor) yang terdiri dari 2 macam, yaitu serabut A (A
delta) yang peka terhadap nyeri tajam, panas disebut juga dengan first
pain/fast pain dan serabut C (C fiber) yang peka terhadap nyeri tumpul
dan lama yang disebut second pain/slow pain (Fathoni, 2010).
d. Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh system
saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.
Hambatan terjadi melalui system analgesia endogen yang melibatkan
bermacam- macam neurotransmitter antara lain endorphin yang
dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari
area periaaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre
maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di
nosiseptor perifer medulla spinalis atau supraspinalis.
Bahkan jika impuls nyeri dihantar ke otak, terdapat pusat
korteks yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi persepsi nyeri. Alur
saraf desenden melepaskan opiate endogen, seperti endorfin atau
dinorfin,suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh.
Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan
menghambat pelepasan substansi P. (Fathoni, 2010)
e. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang
impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi
system saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan
pengalaman emosional (hipokampus dan amiglada). Persepsi
15

menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan.


Setelah sampai ke otak, nyeri dirasakan secara sadar dan
menimbulkan respons berupa perilaku dan ucapan yang merespons
adanya nyeri. Perilaku yang ditunjukkan, seperti menghindari stimulus
nyeri atau ucapan akibat respons seperti “aduh”, “auw”, “ah”. (Fathoni,
2010)
3. Jenis dan Bentuk Nyeri
Ada 3 klasifikasi nyeri :
a. Nyeri perifer : Nyeri ini ada tiga macam : (1) nyeri superficial, yakni
rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit atau mukosa;
(2) nyeri visceral, yakni rasa nyeri muncul akibat stimulasi pada
reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks; (3) nyeri alih,
yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
b. Nyeri sentral : Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla
spinalis, batang otak dan thalamus.
c. Nyeri psikogenik : Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.
Dengan kata lain, nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri.
Seringkali, nyeri ini muncul karena faktor psikologis bukan fisiologis.
(Lukman, 2013)
Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
1) Nyeri akut. Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan.
Awitannya gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi
nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan dengan peningkatan
tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan persepsi
nyeri.
2) Nyeri kronis. Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri
bisa diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya
tidak dapat disembuhkan. Selain itu, penginderaan nyeri menjadi lebih
dalam sehingga penderita sukar untuk menunjukkan lokasinya. Dampak
dari nyeri ini antara lain penderita menjadi lebih mudah tersinggung dan
sering mengalami insomnia. Akibatnya mereka menjadi kurang
perhatian, sering merasa putus asa dan terisolir dari kerabat dan
keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam periode waktu
tertentu. Adakalanya penderita terbebas dari rasa nyeri (mis, sakit
16

kepala migraine).
4. Perubahan Fisiologi Sekunder
Nyeri menyebabkan ketakutan dan kecemasan sehingga
meningkatkan stress, penurunan toleransi terhadap nyeri dan perubahan
fisiologis sekunder. Nyeri berat dan akut berkaitan dengan kelelahan fisik
yang diperburuk oleh gangguan tidur, kelaparan, mual serta pengerahan
fisik dan mental yang akan mempengaruhi homeostatis. Pada wanita sakit
kritis, kewaspadaan terhadap hal yang membahayakan diri menimbulkan
kecemasan dan ketakutan akan hasil akhir. Begitu pula pada kehamilan,
risiko tambahan terhadap janin/bayi juga menimbulkan kecemasan dan
ketakutan akan hasil akhir. Stress pada situasi ini menstimulasi sitem saraf
simpatis untuk melepaskan neurotransmitter hormonal noradrenalin dan
adtrenalin. (Fathoni, 2010)
Katekolamin ini menengahi dan menimbulkan respons „takut,
melawan atau menghindari” (fright, fight, flight) yang menyebabkan
peningkatan frekuensi jantung dan meningkatkan curah jantung, diikuti
denmgan hiperventilasi, penurunan aliran darah di otak dan uterus dan
mengakibatkan vaso konstriksi. Darah dialihkan dari bantalan visceral,
yang meliputi uterus, ke otot rangka dan menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Terdapat peningkatan laju metabolism yang menyebabkan
peningkatan glukosa darah dan perubahan keseimbangan asam basa
darah, menyebakan alkalosis maternal yang pada kehamilan dapat
menyebabkan hipoksia janin. Janin menjadi terganggu dan dapat
memperburuk gawat janin. Vasokonstriksi menyebabkan dilatasi pupil dan
bronkhiolus serta berkeringat. (Fathoni, 2010)
Penurunan motilitas gastrointestinal dan perlambatan
pengosongan lambung menganggu fungsi saluran gastrointestinaldan
kemudian nke ilius yang bberimplikasi pada penatalaksanaan nyeri. Sistem
musculoskeletal berespon dengna kontraksi, spasme dan kekakuan otot.
Kondisi ini menyebabkan pasien menjadi malas bergerak dan menimbulkan
masalah lain akibat immobilitas yang berimplikasi pada pengkajian dan
penatalkasanaan nyeri. (Fathoni, 2010)
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual.
Selain itu, kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
17

berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan


pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respons
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan
teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
sendiri. (Rasyidah, 2019)
Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan
skala sebagai berikut :

Gambar 2.2 Intersitas Nyeri


Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) lebih
digunakan sebagia pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, akan
direkomendasikan patokan 10 cm. 9 Contohnya pasien post SC hari
pertama menunjukkan skala nyerinya 9, setelah dilakukan intervensi
kebidanan, hari ketiga perawatan pasien menunjukkan skala nyerinya 4.
Penilaian skala numerik :
1 : adalah tidak nyeri.
2–3 : Nyeri ringan.
4–6 : Moderat/ sedang.
7–9 : Severe/ berat.
10 : Sangat berat.
C. Kompres Hangat
kompres hangat adalah sepotong balutan kasa yang dilembabkan
dengan cairan hangat yang telah diprogramkan. Panas dapat meingkatkan
vasodilatasi dan evaporasi panas dari permukaan kulit. Menurut Smeltzer &
Bare kompres hangat mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke
suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan
mempercepat penyembuhan. Suhu air yang digunakan dalam kompres
hangat, yaitu 50-60oC (Lukman, 2013)
Tujuan dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa,
18

membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan memperlancar
pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada klien. Kompres
hangat yang digunakan berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah,
menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan (Lukman, 2013)
Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit
dengan empat cara, yaitu konduksi, konveksi, radiasi evaporasi :
a. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit
dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses
kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan
dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil
karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar
langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan
udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas
tidak dapat terjadi secara efektif terus-menerus.
Konveksi merupakan perpindahan panas berdasarkan gerakan
fluida dalam hal ini adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan
bergantung pada aliran udara yang melintasi tubuh manusia. Konveksi
adalah transfer dari energy panas oleh arus udara maupun air. Saat tubuh
kehilangan panas melalui konduksi dengan udara sekitar yang lebih
dingin, udara yang bersentuhan dengan kulit menjadi hangat. Karena udara
panas lebih ringan dibandingkan udara dingin, udara panas berpindah
ketika udara dingin bergerak ke kulit untuk menggantikan udara panas.
Pergerakan udara ini disebut arus. konveksi, membantu membawa panas
dari tubuh. Kombinasi dari proses konveksi dan konduksi guna membawa
pergi panas dari tubuh dibantu oleh pergerakan paksa udara melintasi
permukaan tubuh, seperti kipas angin, angin, pergerakan tubuh saat
menaiki sepeda dan lain- lain. (Lukman, 2013)
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk
gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan
dari tubuh memiliki panjang gelombang 5–20 mikrometer. Tubuh manusia
memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi
merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit 60 %
atau 15 % seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi
kinetik pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini
19

dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali
suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak
terjadi lagi pertukaran gas, yang terjadi hanya prosespergerakan udara
sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh. (Lukman,
2013)
b. Evaporasi
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi
perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi
akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada
kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung
sekitar 450-600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus
menerus dengan kecepatan 12-16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat
dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus-
menerus melalui kulit dan sistem pernafasan.
Pemberian kompres hangat dilakukan di tempat-tempat tertentu di
bagian tubuh, sedangkan pemberian tepid sponge bath dilakukan dengan
cara menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat. Pemberian tepid
sponge bath yang diusapkan merata di seluruh tubuh diharapkan makin
banyak pembuluh darah perifer di kulit yang mengalami vasodilatasi. Suhu

air dalam pemberian tepid sponge bath adalah air hangat (34-37 oC) yang

mendekati suhu inti tubuh (37,1 oC) diharapkan mampu menurunkan nyeri
dengan optimal. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti ketepatan
suhu air pada teknik pemberian tepid sponge bath yang dapat menurunkan
nyeri pasien.
Pemberian tepid sponge bath selain dapat menurunkan tingkat
nyeri juga dapat memberikan kenyamanan pada pasien Tubuh dapat
mengalami pelepasan panas melalui empat cara yaitu konduksi, konveksi,
radiasi dan evaporasi . Pemberian tepid sponge bath dapat melepaskan
panas tubuh dengan cara evaporasi dan konveksi.
Pemberian tepid sponge bath memungkinkan aliran udara lembab
membantu pelepasan panas tubuh dengan cara konveksi. Suhu tubuh lebih
hangat dari pada suhu udara atau suhu air memungkinkan panas akan
pindah ke molekul udara melalui kontak langsung dengan permukaan kulit .
Terapi yang diberikan dengan menggunakan air hangat diharapkan selain
memberikan kenyamanan yang lebih utama mampu merangsang reseptor
20

suhu yang terdapat di kulit untuk diteruskan ke otak, khususnya


hipotalamus, sebagai tempat pusat pengaturan suhu tubuh. Hipotalamus
akan merangsang saraf simpatis untuk memberikan respons vasodilatasi
pembuluh darah sehingga melepaskan panas tubuh dengan cara
evaporasi. (Armstrong , 2010)

Gambar 2.3 Kompres Hangat Tapid Sponge


21

D. Kerangka Teori

Nyeri Low Back Pain


Faktor Risiko Nyeri : Penyebab Nyeri :
(LBP)
1. Usia 1) Spondilogenik
2. IMT 2) Viseronik
3. Jenis Kelamin 3) Vaskulogenik
Kompres Hangat
4. Beban Kerja 4) Psikogenik
Tapid Sponge
5. Lama Kerja
6. Posisi Kerja

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Teori

Sumber : Kombinasi dari Idyan; 2013 dan Utami; 2014


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian efektifitas kompres hangat tapid
sponge terhadap nyeri pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf RSUD
RA Kartini Jepara antara lain:
1. Variabel Bebas (Independent Variabel).
Variabel independen atau variabel bebas ialah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya perubahan atau
timbulnya variabel terikat. (Sugiono, 2010). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kompres hangat Tepid Sponge
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel).
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel penelitian yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas biasanya disebut variabel
efek, variabel terpengaruh, variabel output dan lainnya. (Sugiono, 2010).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nyeri Low Back Paint (LBP).
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian efektifitas kompres hangat tapid sponge terhadap
nyeri pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara
antara lain:
Ha : Ada perbedaan tingkat nyeri pasien Low Back Pain (LBP) sebelum
dilakukan kompres tepid sponge dan relaksasi nafas dalam pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
Ho : Tidak ada perbedaan tingkat nyeri pasien Low Back Pain (LBP)
sebelum dilakukan kompres tepid sponge dan relaksasi nafas dalam pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Kompres Hangat Nyeri

Tepid Sponge Low Back Pain (LBP)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

22
23

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti unntuk dapat
memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. (Notoatmodjo, 2010)
Jenis penelitian ini merupakan quasi eksperimen untuk
mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas kompres hangat tapid
sponge terhadap nyeri pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf RSUD
RA Kartini Jepara. Quasi experimental design adalah jenis desain
penelitian yang memiliki kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak
dipilih secara random. (Sugiono, 2010) Dalam penelitian ini dilakukan
intervensi untuk menurunkan nyeri pada pasien LBP dengan perlakukan
pemberian kompres hangat tapid songe dan hanya relaksasi nafas dalam
untuk kelompok kontrol.
Desain pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Subjek Pra-Test Perlakuan Post –Test
K-A O1 X1 Y1 O3
Y3
K-B O2 X2 Y2 O4
Gambar 3.2 Desain penelitian

Keterangan:
K-A : Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan
K-B : Subjek Penelitian Kelompok Kontrol
O1 : Tingkat Nyeri pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan intervensi
(kompres hangat tapid sponge dan relaksasi pada pasien LBP)
O2 : Tingkat Nyeri pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi
(relaksasi nafas dalam)
O3 : Tingkat Nyeri pada kelompok perlakuan sesudah dilakukan intervensi
(kompres hangat tapid sponge dan relaksasi pada pasien LBP)
O4 : Tingkat Nyeri pada kelompok kontrol sesudah dilakukan intervensi
(relaksasi nafas dalam)
24

X1 : Intervensi kompres hangat tapid sponge dan relaksasi nafas dalam


pada pasien LBP
X2 : Intervensi relaksasi nafas dalam pada pasien LBP
Y1 : Perbedaan tingkat nyeri LBP sebelum dan sesudah diberi kompres
hangat tapid songe
Y2 : Perbedaan tingkat nyeri LBP sebelum dan sesudah diberi relaksasi
nafas dalam
Y3 : Perbedaan tingkat nyeri LBP sesudah diberi kompres hangat tapid
sponge dengan diberi relaksasi nafas dalam
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Pendekatan penelitian efektifitas kompres hangat tapid sponge
terhadap nyeri pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini Jepara yang dilaksanakan pada Bulan Juni-Juli 2020 adalah Pre
and Post With Controle Group. Sebelum diberi treatment, baik kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diberi test yaitu pretest, dengan maksud
untuk mengetahui keadaan kelompok sebelum treatment. Kemudian
setelah diberikan treatment, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
diberikan test yaitu posttest, untuk mengetahui keadaan kelompok setelah
treatment. (Sugiono, 2010) Adapun bentuk pretest dan post test dalam
penelitian ini adalah dengan mengukur tingkat nyeri pasien LBP dengan
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS).
3. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini jenisnya data
primer dan data sekunder pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf
RSUD RA Kartini (Notoatmodjo, 2010). Data Nyeri responden didapatkan
dengan pengukuran skala nyeri diukur dengan Skala penilaian numerik
(Numerical Rating Scales, NRS). Sedangkan kompres hangat dengan
metode tapid sponge pada responden pasien Low Back Pain (LBP) di
Klinik Syaraf RSUD RA Kartini.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang
diteliti. (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien Low Back Pain (LBP) yang periksa dan dilakukan perawatan di
Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Tahun 2019 sebanyak 296 orang, dengan
rata-rata pasien LBP setiap bulan sejumlah 30 orang.
25

5. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel menurut
Arikunto (2020) dapat mengambil 10-15% atau 20-25% dari total populasi.
Sampel dalam penelitian ini mengambil 10% dari populasi LBP Tahun 2019
yang periksa dan dilakukan perawatan di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
sejumlah 30 orang. Sehingga dengan adanya kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol maka sampel penelitian dapat ditentukan meliputi 15
orang kelompok perlakuan dan 15 orang kelompok kontrol pada pasien di
Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara. Untuk penentuan sampel penelitian
menggunakan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi:
1) Pasien LBP di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
2) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Ekskusi
1) Mengundurkan diri, tidak bersedia menjadi responden
6. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala
1 Kompres Salah satu penanganan nyeri 1. Diberi Nominal
Hangat nonfarmakologis untuk Kompres
Tapid mengurangi sensasi nyeri Hangat tapid
Sponge pada pasien LBP. Tepid songe
sponge dilakukan dengan cara 2. Tidak diberi
menyeka bagian yang nyeri Kompres
dengan air hangat selama 5 Hangat tapid
menit. Lama kompres 5 menit songe
2 Tingkat Tingkat nyeri pasien LBP yang 1. Tidak Nyeri Ordinal
Nyeri LBP dilakukan sebelum dan (Skala 0)
sesudah diberikan kompres 2. Nyeri
hangat tepid sponge pada Ringan
pasien LBP Klinik Syaraf (Skala 1-3)
RSUD RA Kartini. Tingkat 3. Nyeri
Nyeri diukur dengan Skala Sedang
penilaian numerik (Numerical (Skala 4-6)
Rating Scales, NRS) 4. Nyeri Berat
(Skala 7-9)
5. Nyeri
Sangat
Berat
(Skala 10)
26

7. Instrumen penelitian
a. Instrumen penelitian
Instrument penelitian adalah alat- alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2015). Dalam penelitian ini
menggunakan instrument sebagai berikut:
1) Lembar Inform Consent
2) Instrumen A digunakan untuk mengetahui karakteristik responden
(Jenis kelamin, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,).
3) Instrumen B pada variabel independent yaitu Kompres hangat tapid
sponge adapun pengukuran tingkat nyeri dengan Skala penilaian
numerik Numerical Rating Scales/ NRS di catat di lembar observasi.
4) Instrumen C pada variabel dependent yaitu nafas dalam adapun
pengukuran tingkat nyeri dengan Skala penilaian numerik Numerical
Rating Scales/ NRS di catat di lembar observasi.
8. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa
a. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari instrumen penelitian berupa tingkat nyeri
LBP sebelum dan sesudah diberikan tapid songe dan relaksasi nafas
dalam direkap untuk diolah dengan program SPSS.
b. Analisis Data
Data diolah dan dianalisa untuk mengetahui hubungan variabel bebas
terhadap variabel terikat dalam penyataan hipotesis. Dalam pengolahan
data mencakup tabulasi data dan perhitungan-perhitungan statistik.(16)
Analisis data meliputi :
1) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran
secara umum terhadap variabel karakteristik responden tingkat nyeri
sebelum dan sesudah diberikan kompres tapid sponge pada pasien
LBP. Analisis data menggunakan analisis presentase yang disajikan
dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi tentang karakteristik
responden, kompres hangat, relaksasi nafas dalam, nyeri LBP
sebelum dan sesudah perlakuan. (Sugiyono, 2010)
2) Analisis Bivariate
Analisis bivariate dilakukan untuk menganalisa efektifitas
kompres tapid sponge dengan melihat perbedaan tingkat nyeri
27

sebelum dan sesudah diberikan kompres tapid sponge pada pasien


LBP.
Analisis bivariat menggunakan uji beda mann whitney dan uji
Wilcoxon yang bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat nyeri atau
efektifitas kompres tapid sponge sebelum dan sesudah diberikan
kompres tapid sponge pada pasien LBP. Analisis dilakukan dengan
menggunakan mann whitney dan wilcoxon dengan menggunakan
software SPSS 16.0 karena data kategorik non parametrik
(Sopiyudin, 2017).
Tabel Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien
korelasi :
Tabel 3.2 Tabel pedoman interpretasi koefisien korelasi
Interval koefisien Koefisien Korelasi
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

E. Etika Penelitian
Penelitian yang berjudul efektifitas kompres hangat tapid sponge
terhadap nyeri pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
Jepara ini memperhatikan beberapa aspek kode etik, antara lain:
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
subjek. Dalam melakukan penelitian kepada pasien, peneliti sangat
memperhatikan subjek penelitian dan meyakinkan bahwa informasi yang
telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa
merugikan subjek.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Pasien diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian ini tidak akan disalahgunakan demi
kepentingan pribadi. Hal indi dapat dibuktikan dengan tidak
mencantumkan nama subjek.
28

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)


a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination).
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek
ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat
terhadap kesembuhannya.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to
full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci
serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama
dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan
dari penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama
(anonymity) dan rahasia (confidentiality).

F. Jadwal Penelitian
Terlampir
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


RSUD RA Kartini Jepara yang merupakan institusi kesehatan di
Kabupaten jepara berlokasi di Jl. Wahid Hasyim Jepara, Jawa Tengah. RSUD
RA Kartini Jepara memiliki 17 unit rawat jalan, 18 ruang rawat inap, 9 unit
instalasi pendukung, selain itu sumber daya manusia yang cukup lengkap
memberikan pelayanan bermutu dan terjangkau. Penelitian ini dilaksanakan di
ruang klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara. Waktu pelayanan Klinik Syaraf
Pagi jam : 07.00 - 14.00 WIB. Unit klinik syaraf merupakan salah satu unit
pelayanan RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara yang diperuntukkan bagi
penderita penyakit syaraf dalam melakukan perawatan yang didukung
kerjasama tim yang beranggotakan 2 dokter spesialis syaraf, serta 2 Perawat
mahir dan bersertifikat. Karakteristik bangsal klinik syaraf satu ruangan
terdapat 1 tempat tidur untuk pemeriksaan. Penelitian ini menggunakan
penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) untuk mengukur skala
nyeri. Untuk kompres hangat dengan metode tapid sponge pada responden
pasien Low Back Pain (LBP). Pasien Low Back Paint (LBP) rawad jalan yang
mengeluh nyeri dilakukan penilaian skala nyeri dan diberiksan inform konsen
selanjutnya diberikan Kompres Hangat Tapid Sponge yang menggunakan alat
Baskom, Wash Lap, Air hangat. Saat ini belum ada SOP untuk tindakan
kompres yang dilakukan di Klinik Saraf RSUD RA Kartini Jepara.

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik
a. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik Frekuensi (%)
Umur 45-60 13 43,1
61-70 17 56,7
Total 30 100
Tabel 4.1 berdasarkan distribusi frekuensi umur pasien Low
Back Pain (LBP)di Ruang Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara dari
bulan Juni-Juli 2020, didapatkan bahwa sebagian besar responden
berumur 61-70 dengan jumlah sebanyak 17 (56,7%).

29
30

b. Jenis kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelain
Karakteristik Frekuensi (%)
Jenis Laki-laki 22 73.3
Kelamin Perempuan 8 26.7
Total 30 100.0
Tabel 4.2 berdasarkan distribusi frekuensi jenis kelamin
pasien Low Back Pain (LBP )di Ruang Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
Jepara dari bulan Juni-Juli 2020, didapatkan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 22
(73,3%).
c. Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik Frekuensi (%)
Pendidikan Perguruan 11 36.6
tinggi
SMA 14 46.7
SMP 5 16.7
SD 0 0
Total 30 100.0
Tabel 4.3 berdasarkan distribusi frekuensi pendidikanpasien
Low Back Pain (LBP)di Ruang Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara
dari bulan Juni-Juli 2020, didapatkan bahwa sebagian besar
responden berpendidikan SMAdengan jumlah sebanyak 14 (46,7%).
d. Pekerjaan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik Frekuensi (%)
Pekerjaan Pegawai 5 16.7
Negeri
Wiraswasta 18 60.0
Pensiunan 7 23,3
Total 30 100.0
Tabel 4.4 berdasarkan distribusi frekuensi pekerjaan pasien
Low Back Pain (LBP) di Ruang Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara
dari bulan Juni-Juli 2020, didapatkan bahwa sebagian besar
responden bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah sebanyak 6
(33,3%).
31

2. Analisis Univariat
a. Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah
Kompres Hangat Tepid Sponge Di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
Jepara.
Berdasarkan Nyeri pasien low back pain (LBP) pada
responden pre test dan post test didapatkan data sebagaimana
diterangkan dalam tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Nyeri pre test dan post
test Kompres Hangat Tepid Sponge pada kelompok intervensi
Nyeri (pre test) Frekuensi Presenttase (%)
Tidak Nyeri 0 0%
Ringan 4 26.7%
Sedang 7 46.7%
Berat 4 26.7%
Sangat Berat 0 0%
Total 15 100,0 %
Nyeri (post test) Frekuensi Presenttase (%)
Tidak Nyeri 0 0%
Ringan 9 60.0%
Sedang 6 40.0%
Berat 0 0%
Sangat Berat 0 0%
Total 15 100,0 %
Berdasarkan data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden di ruang klinik syaraf RSUD RA Kartini
Nyeri sebelum diberikan kompres hangat tepid Sponge (pre test)
sebagian besar nyeri sedang sebanyak 7 responden (46,7%),
sedangkan Nyeri sesudah diberikan kompres hangat tepid Sponge
(post test) sebagian besar nyeri ringan sebanyak 9 responden
(60,0%).
b. Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
Berdasarkan Nyeri pasien low back pain (LBP) pada
responden pre test dan post test didapatkan data sebagaimana
diterangkan dalam tabel 4.6 berikut.
32

Tabel 4.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan nyeri pre test dan post
test teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok kontrol
Nyeri (pre test) Frekuensi Presenttase (%)
Tidak Nyeri 0 0%
Ringan 2 13.3%
Sedang 10 66.7%
Berat 3 20.0%
Sangat Berat 0 0%
Total 15 100,0 %
Nyeri (post test) Frekuensi Presenttase (%)
Tidak Nyeri 0 0%
Ringan 7 46.7%
Sedang 8 53.3%
Berat 0 0%
Sangat Berat 0 0%
Total 15 100,0 %
Berdasarkan data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden di Klinik Syarat RSUD RA Kartini Nyeri
sebelum teknk relaksasi nafas dalam (pre test) sebagian besar nyeri
sedang sebanyak 10 responden (66,7 %), sedangkan Nyeri sesudah
teknk relaksasi nafas dalam (post test) sebagian besar nyeri sedang
sebanyak 7 responden (46,7%).
3. Analiasa Bivariat
a. Perbedaan Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan
Sesudah pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Di Klinik Syaraf
RSUD RA Kartini Jepara.
1) Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) pre test dan post test
Kompres Hangat Tepid Sponge pada kelompok intervensi
Hasil Nyeri pada responden berdasarkan pre test dan post
test kompres hangat tepid sponge didapatkan data sebagaimana
diterangkan dalam tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7
Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) kelompok Intervensi
sebelum dan sesudah Kompres Hangat Tepid Sponge
kompres hangat tepid sponge
p-value
Nyeri Rata-rata (mean)
Pre-test % Post-test %
Tidak Nyeri 0 0% 0 0%
.003
Ringan 4 26.7% 9 60.0%
Sedang 7 46.7% 6 40.0%
Berat 4 26.7% 0 0%
Sangat Berat 0 0% 0 0%
Total 15 100 15 100
Tabel 4.7 Hasil kelompok intervensi didapatkan bahwa
Nyeri pre-test jumlah 15 responden (100%) dengan nyeri ringan
33

sebanyak 4 responden (46,7%), nyeri sedang sebanyak 7


respondent (27,8%) dan Nyeri berat 4 (26,7%),sedangkan nyeri
Post-test jumlah 15 responden (100%) Nyeri ringan sebanyak 9
responden (60,0%), dan nyeri sedang sebanyak 6 respondent
(40,0%).
Hasil uji mann-whitney U test, dengan menggunakan
derajat kemaknan α =0,05. Setelah dilakukan uji statistik dengan
bantuan program spss diperoleh nilai ρ value =0,003 dengan
jumlah responden 30 orang sehingga ρ value<α (0.003 <0.05)
artinya H0 ditolak dan H1 diterima, maka dapat diartikan bahwa
ada pengaruh kompres hangat tepid sponge terhadap nyeri pada
pasien low back pain (LBP) di klinik syaraf RSUD RA Kartini
Jepara.
2) Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) pre test dan post test
teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok kontrol.
Hasil nyeri pada responden berdasarkan pre test dan post
test teknik relaksasi nafas dalam didapatkan data sebagaimana
diterangkan dalam tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8
Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) kelompok Intervensi
sebelum dan sesudah teknik relaksasi nafas dalam
Nafas Dalam
p-value
Rata-rata (mean)
Nyeri
Pre- % Post- %
test test
Tidak Nyeri 0 0% 0 0%
.005
Ringan 2 13.3% 7 46.7%
Sedang 10 66.7% 8 53.3%
Berat 3 20.0% 0 0%
Sangat Berat 0 0% 0 0%
Total 15 100 15 100
Tabel 4.8 Hasil kelompok kontrol didapatkan bahwa nyeri
pre-test jumlah 15 responden (100%) dengan nyeri ringan
sebanyak 2 responden (13,3%), nyeri sedang sebanyak 10
respondent (66,7%), dan nyeri berat sebanyak 3 (20,0%)
sedangkan nyeri Post-test jumlah 15 responden (100%) nyeri
ringan sebanyak 7 responden (46,7%), dan nyeri sedang
sebanyak 8 respondent (53,3%)
34

Hasil uji mann-whitney U test, dengan menggunakan


derajat kemaknan α =0,05. Setelah dilakukan uji statistik dengan
bantuan program spss diperoleh nilai ρ value =0,005 dengan
jumlah responden 30 orang sehingga ρ value<α (0.005 <0.05)
artinya H0 ditolak dan H1 diterima, maka dapat diartikan bahwa
ada pengaruh kompres hangat tepid sponge terhadap nyeri pada
pasien low back pain (LBP) di klinik syaraf RSUD RA Kartini
Jepara.
3) Efektifitas Kompres Hangat Tepid Sponge Dan Nafas Dalam
Terhadap Pasien Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Di Klinik
Syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
Tabel 4.9
Hasil perbandingan keefektifitassan Kompres Hangat Tepid
Sponge Dan Nafas Dalam Terhadap Pasien Nyeri Pasien Low
Back Pain (LBP)
Kelompok N Mean Hasil Nilai P
Kompres Hangat
15 22.17 332.50
Selisih Tepid Sponge 0.000
Nafas Dalam 15 8.83 132.50

Tabel 4.9 diketahui hasil perbandingan antara Kompres Hangat


Tepid Sponge Dan Nafas Dalam Terhadap Pasien Nyeri Pasien
Low Back Pain (LBP). Didapatkan hasil nilai selisih rata-rata pada
Kompres Hangat Tepid Sponge adalah 22.17 dengan hasil
332.50 dan pada nafas dalam adalah 8.83 dengan hasil
132.50. Ini menjunjukkan bahwa hasil Kompres Hangat Tepid
Sponge lebih efektif dibandingkan dengan nafas dalam.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Nyeri Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah Kompres Hangat
Tepid Sponge Pada Kelompok Intervensi Di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini Jepara.
Berdasarkan data menunjukkan bahwa sebagian besar
responden di ruang klinik syaraf RSUD RA Kartini pemberian kompres
hangat tepid sponge membantu mengurangi nyeri, memperlancar aliran
darah dan memberikan rasa rileks pada otot agar dapat bekerja optimal
dengan hasil nyeri sebelum diberikan kompres hangat tepid Sponge (pre
test) sebagian besar nyeri sedang sebanyak 7 responden (46,7%),
sedangkan Nyeri sesudah diberikan kompres hangat tepid Sponge (post
test) sebagian besar nyeri ringan sebanyak 9 responden (60,0%).
Hasil uji mann-whitney U test, diperoleh nilai ρ value =0,003
dengan jumlah responden 30 orang sehingga ρ value<α (0.003 <0.05)
artinya H0 ditolak dan H1 diterima, maka dapat diartikan bahwa ada
pengaruh kompres hangat tepid sponge terhadap nyeri pada pasien low
back pain (LBP) di klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
Hasil Penelitian Chilyatiz Zahroh (2018), Pengaruh Kompres
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Penyakit Artritis Gout
dari Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, sebagian besar
(70%) setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri sedang dan hampir
setengahnya (30%) nyeri ringan. Hasil uji wilcoxon sign rank test dengan
nilai kemaknaan = 0,05. Didapatkan nilai = 0,000 yang berarti < maka H0
ditolak artinya ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri
pada penderita penyakit asam urat di Paguyuban Lansia Budi Luhur
Surabaya.
B. Nyeri Low Back Pain (LBP) Setelah Dan Sesudah Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Pada Kelompok Kontrol Di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini Jepara.
Berdasarkan data menunjukkan bahwa sebagian besar responden
di Klinik Syarat RSUD RA Kartini pemberian teknik relaksasi nafas dalam
dapat mengurangi nyeri dan memberikan relaksasi sebagian responden
dengan hasil Nyeri sebelum teknik relaksasi nafas dalam (pre test)

35
36

sebagian besar nyeri sedang sebanyak 10 responden (66,7 %), sedangkan


Nyeri sesudah teknk relaksasi nafas dalam (post test) sebagian besar nyeri
sedang sebanyak 7 responden (46,7%).
Hasil uji mann-whitney U test, diperoleh nilai ρ value =0,005
dengan jumlah responden 30 orang sehingga ρ value<α (0.005 <0.05)
artinya H0 ditolak dan H1 diterima, maka dapat diartikan bahwa ada
pengaruh kompres hangat tepid sponge terhadap nyeri pada pasien low
back pain (LBP) di klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
Hasil penelitian Ervan Kusuma Putra (2016), pengaruh latihan
nafas dalam terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi
di wilayah kecamatan karas kabupaten magetan penelitian ini menunjukan
bahwa tekanan darah siastolik dan diastolik pada kelompok eksperimen
menunjukan penurunan yang signifikan saat sebelum dan sesudah
mendapat latihan nafas dalam, dimana p-value sistolik=0,000 dan p-value
diastolik=0,000. sedangkan perbandingan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol saat post test terdapat perbandingan dimana pada
kelompok eksperimen tekanan darahnya mengalami penurunan sedangkan
tekanan darah pada kelompok kontrol dengan p-value sistolik=0,003 dan p-
value diastolik=0,000. kesimpulannya terdapt perbedaaan tekanan darah
pada penderita hipertensi sesudah melakukan latihan nafas dalam.
C. Perbandingan Efektitas Kompres Hangat Tepid Sponge dan Nafas
Dalam Terhadap Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Di Klinik Syaraf
RSUD RA Kartini Jepara.
Bedasarkan hasil penelitian yang tersebut menunjukan bahwa
kompres hangat Tepid Sponge dan Teknik relaksasi nafas dalam efektif
dalam menurunkan skala nyeri yang ditimbulkan low back pain. Hasil
kelompok intervensi didapatkan bahwa Hasil uji Mann-Whitney diperolehNilai
signifikansi sebesar 0.003 nilai p-value <0,05. Hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa Ho ditolak yaitu terdapat pengaruh kompres hangat tepid
sponge terhadap nyeri pada pasien low back pain (LBP) di klinik syaraf
RSUD RA Kartini Jepara.
Hasil kelompok kontrol didapatkan bahwa Hasil uji Mann-Whitney
diperoleh signifikansi sebesar 0.005 nilai p-value <0,05. Hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa Ho di tolak yaitu terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas
37

dalam terhadap nyeri pada pasien low back pain (LBP) di klinik syaraf
RSUD RA Kartini Jepara.
Pada kompres hangat Tepid Sponge 4 responden mengalami nyeri
berat, 7 orang nyeri sedang dan 4 orang nyeri ringan yang mengalami
skala nyeri berat menunjukan penurunan nyeri menjadi nyeri sedang,
sedangkan pada Teknik relaksasi 3 responden yang mengalami nyeri
berat, 10 orang nyeri sedang dan 2 orang nyeri ringan seluruhnya
mengalami penurunan skala nyeri yaitu menjadi nyeri sedang 8 orang dan
nyeri ringan 7 orang.
Diketahui hasil perbandingan antara kompres hangat Tepid Sponge
dan Nafas Dalam terhadap nyeri pada pasien low back pain (LBP).
Didapatkan hasil nilai selisih mean pada kompres hangat Tepid Sponge
adalah 22.17 dan pada nafas dalam adalah 8.83. Ini menunjukkan bahwa
hasil kompres hangat Tepid Sponge lebih efektif dibandingkan dengan
teknik nafas dalam. Perbedaan rerata perubahan nilai nyeri pada pasien
low back pain (LBP) adalah sebesar 13.34.
Hasil penelitian Muhammadfaqih Aminudin 2016, Pengaruh
Pemberian Kompres Panas Dan Kompres Dingin Terhadap Penurunan
Nyeri Pada Low Back Painmyogenic diketahuidari kelompok perlakuan I
dan II dengan nilai p = 0,003 dengan demikian nilai p < 0,05 sehingga Ho
ditolak yang berarti intervensi perlakuan I dan II memberi pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan nyeri pada Low Back Pain Myogenic.
Penelitian ini diperkuat oleh Rahmadaniar Aditya Putri 2020,
Perbedaan Terapi Bekam Dan Kompres Hangat Terhadap Tingkat Nyeri
Punggung Bawah Pada Lansia, Analisa data yang digunakan adalah Uji
Wilcoxon dan Mann Whitney dengan signifikansi p= < 0,05. Hasil penelitian
dengan Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat pengaruh terapi bekam (p=
0,002) dan kompres hangat (p=0,001) terhadap tingkat nyeri sebelum dan
sesudah diberi intervensi, sedangkan Uji Mann Whitney menunjukkan tidak
terdapat perbedaan tingkat nyeri antara kelompok terapi bekam dan
kelompok kompres hangat (p=0,369), sehingga kedua perlakuan memiliki
persamaan pengaruhnya pada tingkat nyeri punggung bawah.
38

D. Keterbatasan Peneliti
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang
mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya sebagai
berikut:
1. Peneliti menggunakan metode quasi experimental design dengan
menggunakan pendekatan pre dan post, dimana memerlukan waktu
penelitian yang cukup lama untuk hasil yang baik, tetapi karena
keterbatasan waktu penelitian yang singkat maka peneliti berusaha
untuk melakukan penelitian ini dengan maksimal dan hasil yang baik.
2. Penelitaian dilakukan saat pandemi covid-19, waktu pelaksanaan setiap
kelompok 10-20 menit pada 1 respondet jadi untuk mencegah
penumpukan pasien di klinik syaraf rawat jalan peneliti melakukan
penelitian 1-2 orang setiab harinya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Nyeri pasien low back pain (LBP) sebelum diberikan kompres hangat tepid
Sponge (pre test) sebagian besar nyeri sedang sebanyak 7 responden
(46,7%), sedangkan Nyeri pasien low back pain (LBP)sesudah diberikan
kompres hangat tepid Sponge (post test) sebagian besar nyeri ringan
sebanyak 9 responden (60,0%) di klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
2. Nyeri pasien low back pain (LBP) sebelum teknik relaksasi nafas dalam
(pre test) sebagian besar nyeri sedang sebanyak 10 responden (66,7 %),
sedangkan Nyeri pasien low back pain (LBP) sesudah teknk relaksasi
nafas dalam (post test) sebagian besar nyeri sedang sebanyak 7
responden (46,7%) di klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
3. Terdapat pengaruh kompres hangat tepid Sponge terhadap nyeri pasien
low back pain (LBP) sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi
dengan hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai signifikan sebesar 0,003 nilai
p-value <0,05. Terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
nyeri disminore sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol dengan hasil
uji Mann-Whitney diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,005 nilai p-value
<0,05. Tidak terdapat perbedaan tingkat nyeri kompres hangat tepid
Sponge dan teknik relaksasi nafas dalam, sehingga kedua perlakuan
memiliki persamaan pengaruhnya pada tingkat nyeri pasien low back pain
(LBP).
B. Saran
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
penanganan secara non medis untuk mengurangi dan mengatasi nyeri low
back pain (LBP).
2. Bagi Institusi Universitas Muhammadiyah Kudus
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan untuk
menambah ilmu pengetahuan, informasi bagi peserta didik dimasa
yang akan datang dan dapat digunakan untuk melengkapi referensi
kepustakaan Universitas Muhammadiyah Kudus.

39
40

3. Bagi institusi rumah sakit


Diharapkan terapi kompres hangat tepid Sponge dapat diterapkan
pada pasien untuk mengurangi dan mengatasi nyeri low back pain (LBP)
dan dapat menjadi masukan untuk pembuatan SOP.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadiakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian selanjutnya dengan terapi nonfarmakologis yang lain sebagai
terapi komplementer untuk mengurangi dan mengatasi nyeri low back pain
(LBP) misalnya dengan terapi dzikir.
41

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong and Chaffin. 2010. Elements of Ergonomics Programs A Primer Based


On Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. US Departement
of Health And Human Services NIOSH. Amerika.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta. Renika Cipta.
Brunner & Suddarth.2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume Jakarta: EGC
Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan. Penerapan Konsep & Kerangka
Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publising
Dewi PK. 2017, Hubungan Tingkat Risiko Postur Kerja Dan Karakteristik Individu
Dengan Tingkat Risiko Keluhan Low Back Pain Pada Perawat Bangsal
Kelas III Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Fathoni H, handoyo, swasti KG. (2010). Hubungan Sikap dan Posisi Kerja
dengan Low Back Pain Pada Perawat di RSUD Purbalingga. Jurnal
Keperawatan Soedirman,The Soedirman Journal of Nursing.

Harahap, P.S., Marisdayana, R. and Al Hudri, M., 2019.Faktor-faktor yang


berhubungan dengan keluhan Low Back Pain (LBP) pada pekerja pengrajin
batik tulis di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun 2018.Riset
Informasi Kesehatan, 7(2), pp.147-154.
Idyan. 2013. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguang system
musculoskeletal. Jakarta : EGC
Kusnanto K, Widyawati IY, Cahyanti IS. Efektifitas Tepid Sponge Bath Suhu 32oc
Dan 37oc Dalam Menurunkan Suhu Tubuh Anak Demam. Jurnal Ners.
2017 Jul 23;3(1):1-7.
Kozier B .,Glenora, E., Audrey B.,Shirlee, J S. 2014. Fundamental Nursing:
Concept and Procedures. 8th edition. USA: Pearson Prentice Hall.
Lukman & Nurma. 2013. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguang
system musculoskeletal. Jakarta : EGC
Muttain, Arif. 2010. Buku Ajar Asuhan keperawatan Klien Gangguan sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.

41
42

Patrianingrum M, Oktaliansah E, Surahman E. Prevalensi dan faktor risiko nyeri


punggung bawah di lingkungan kerja anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif. 2015 Mar 7;3(1):47-56.
Potter P.A & Perry A.G., 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Rasyidah AZ, Dayani H, Maulani M. Masa Kerja, Sikap Kerja Dan Jenis Kelamin
Dengan Keluhan Nyeri Low Back Pain. Real in Nursing Journal. 2019 Aug
24;2(2):66-71.
Septadina IS, Legiran L. Nyeri Pinggang dan Faktor-Faktor Risiko Yang
Mempengaruhinya. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. 2014;1(1):6-11.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sopiyudin Dahlan. 2017. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta.
Epidemiologi Indonesia.
Utami GT. Pengaruh latihan Peregangan Terhadap penurunan Intensitas Nyeri
pada Perawat yang menderita Low Back Pain (LBP) (Doctoral dissertation,
Riau University).
Wilkinson P, Wiles J. (2013). Guidelines for Pain Management Programmes for
adults. The British Pain Society
43

LAMPIRAN
Lampiran 1
PLANNING OF ACTION SKRIPSI MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
JURUSAN S-1 KEPERAWATAN
2020/2021
September Desember Januari Februari Maret April Mei
KEGIATAN 2020 2020 2021 2021 2021 2021 2021
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
PENGUSULAN JUDUL
SURVEY
PENDAHULUAN
BIMBINGAN BAB I
BIMBINGAN BAB II
BIMBINGANBAB III
UJIAN PROPOSAL
PENELITIAN
PENGAMBILAN DATA
PENYUSUNAN HASIL
DAN PEMBAHASAN
UJIAN SKRIPSI
REVISI &
PENGUMPULAN
SKRIPSI
Lampiran 2

PERMOHONAN CALON RESPONDEN

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdra/i Responden


di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Lia Kristiana
NIM : 112019030287
Adalah mahasiswa Jurusan S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Kudus yang sedang melakukan penelitian dengan judul “EFEKTIFITAS
KOMPRES HANGAT TAPID SPONGE TERHADAP NYERI PASIEN LOW
BACK PAIN (LBP) DI KLINIK SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA”.
Peneliti mengharap informasi yang ada berikan nanti sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya dan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Peneliti
menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara
berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu pendidikan dan tidak
akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
Partisipasi anda dalam penulisan ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut
atau tidak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden
penelitian ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.
.
Jepara, ……. ……..2020

Peneliti
(Lia Kristiana)

62
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Inform Consent)

Bersedia/ Tidak Bersedia

Dengan Hormat,
Saya sebagai mahasiswa Jurusan S-1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Kudus:
Nama : Lia Kristiana
NIM : 112019030287
Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “EFEKTIFITAS
KOMPRES HANGAT TAPID SPONGE TERHADAP NYERI PASIEN LOW
BACK PAIN (LBP) DI KLINIK SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA”.
Adapun informasi Bapak/Ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya dan
saya bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan Bapak/Ibu.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila Bapak/Ibu setuju ikut serta dalam
penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang disediakan.
Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
.

Jepara, ………. 2020

Responden
(............................)
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TAPID SPONGE
TERHADAP NYERI PASIEN LOW BACK PAIN (LBP)
DI KLINIK SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA

A. Karakteristik Responden
1) Nomor responden :.......................
2) Nama :.......................
3) Umur :.......................tahun
4) Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
5) Pendidikan : ......................
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. PT
6) Pekerjaan : ...................
1) PNS
2) Wiraswasta
3) Pensiunan
B. Tingkat Nyeri Sebelum diberi Kompres Hangat Tapid Sponge
Berilah lingkaran pada angka yang sesuai dengan nyeri yang anda rasakan
sebelum diberi kompres hangat Tapid Sponge:

Keterangan :
1) 0 = tidaknyeri
2) 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitassehari-hari)
3) 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitassehari-hari)
4) 7–10 = nyeriberat(tidakdapatmelakukanaktivitassehari-hari)

C. Tingkat Nyeri Sesudah diberi Kompres Hangat Tapid Sponge


Berilah lingkaran pada angka yang sesuai dengan nyeri yang anda rasakan
sesudahdiberi kompres hangat Tapid Sponge:

Keterangan :
5) 0 = tidaknyeri
6) 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitassehari-hari)
7) 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitassehari-hari)
8) 7–10=nyeriberat(tidakdapatmelakukanaktivitassehari-hari)
Lampiran 5

SOP MANAJEMEN NYERI


Tujuan Sebagai acuan untuk meringankan atau mengurangi nyeri
sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien Low
Back Paint (LBP)
Prosedur Skrining dilakukan dengan cara :
Tindakan ANAMNESIS
Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian dilakukan berdasarkan P, Q, R, S, T yaitu:
P (Provokes/ Point ) : Faktor yang mempengaruhi gawat
atau ringannya nyeri
Q(Quality) : Bagaimana rasanyerinya
R (Radiation/Relief) : Melacak daerah nyeri dari titik yang
paling nyeri
S(Severity) : Keparahan atau intensitas nyeri
T(Time/Onset) : Waktu atau lama serangan atau frekuensi
nyeri
Riwayat pembedahan/penyakit dahulu
Riwayat psiko-sosial
Riwayat pola hidup dan aktifitas pasiensehari-hari
Masalah psikiatri (misalnya depresi, cemas, ide ingin
bunuhdiri)
Obat-obatan dan alergi
Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi
nyeri
Riwayat keluarga
Evaluasi riwayat medis keluarga terutama penyakit genetik.
Asesmen sistem organ yang komprehensif, evaluasi gejala
kardiovaskular, pulmoner, gastrointestinal, neurologi,
reumatologi, genitourinaria, endokrin dan muskuloskeletal,
psikiatri dan penyakit penyerta yang lain.
ASESMEN NYERI
Numeric Rating Scale digunakan untuk pasien dewasa dan
anak yang usianya lebih 8 tahun.
Instruksi : pasien ditanya mengenai intensitas nyeri yang
dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.

Keterangan :
0 = tidaknyeri
1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitassehari-hari)
4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap
aktivitassehari-hari)
7–10=nyeriberat(tidakdapatmelakukanaktivitassehari-hari)
SOP KOMPRES HANGAT TEPID SPONGE

TUJUAN Intervensi perlakuan untuk menurunkan nyeri pada


pasien low back paint (LBP)
PERALATAN 3) Baskom Mandi
4) Bantal Tahan Air
5) Air Hangat
6) Handuk
7) Wash Lap
8) Pengalas
9) Sarung Tangan

PROSEDUR 4) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan


5) Jelaskan pada klien tentang tujua dan prosedur tindakan
6) Tutup tirai atau pintu ruangan
7) Kaji skala nyeri
8) Bebaskan area yang akan di kompres
9) Celupkan wash lap dalam air dan seka bagian tubuh
yang nyeri selama 5 menit
10) Keringkan bagian tubuh yang selesai diseka
11) Kaji ulang skala nyeri
12) Catat bahwa prosedur telah dilakukan
SOP RELAKSASI NAFAS DALAM

Tujuan Intervensi kontrol pasien Low Back Paint (LBP)

Prosedur 1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik


Tindakan relaksasi pernapasan
2. Persiapan sebelumpelaksanaan:
1) Persiapan ruangan: ruangan yang nyaman dan minimalkan
kebisingan dan gangguan.
2) Persiapan pasien: Minta pasien untuk berbaring dengan
rileks.
3. Langkah-langkah tindakan keperawatan Teknik Relaksasi
NapasDalam:
1. Mencari posisi yang palingnyaman
2. Pasien meletakkan lengan disampingpasien
3. Kaki jangan disilangkan
4. Tarik napas dalam, rasakan perut dan dada anda
terangkatperlahan
5. Rileks, keluarkan napas denganperlahan-lahan
6. Hitung sampai 4, tarik napas pada hitungan 1 dan 2,
keluarkan napas pada hitungan 3 dan 47.
7. Lanjutkan bernapas dengan perlahan, rilekskan tubuh,
perhatikan setiap ketegangan padaotot.
8. Lanjutkan untuk bernapas danrileks.
9. Konsentrasi pada wajah anda, rahang anda, leher anda,
perhatikan setiap kesulitan
10. Napas dalam kehangatan dan relaksasi kosentrasi setiap
ketegangan di tangan anda, perhatikan bagaimanarasanya
11. Sekarang buat kepalan-kepalan tangan yang kuat, saat
anda mulai mengeluarkan napas, relaksasikan kepala dan
tangan anda.
12. Perhatikan apa yang dirasakan tangan anda, pikir “rileks”
tangan anda terasa hangat, berat atauringan.
13. Upayakan untuk lebih rileks dan lebih rilekslagi.
14. Sekarang fokus pada lengan atas anda, perhatikan setiap
ketegangan, relaksasikan lengan anda, biarkan perasaan
relaksasi menyebar dari jari-jari dan tangan anda melalui
otot lengananda.
Lampiran 6

DATA TABULASI RESPONDEN SEBELUM DAN SESUDAH


KOMPRES HANGAT TEPID SPONGE KELOMPOK INTERVENSI

No Nama Umur Jenis Kelamin Kode Pendidikan Kode Pekerjaan Kode


1 Tn.N 48 Laki-laki 1 SMA 3 PNS 1
2 Tn.T 52 Laki-laki 1 SMA 3 PNS 1
3 Ny.M 45 Perempuan 2 SMP 2 PNS 1
4 Tn.M 62 Laki-laki 1 SMA 3 Wiraswasta 2
5 Tn. S 62 Laki-laki 1 SMA 3 Wiraswasta 2
6 Tn.B 53 Laki-laki 1 SMP 2 Wiraswasta 2
7 Tn.G 56 Laki-laki 1 SMP 2 Wiraswasta 2
8 Tn.L 57 Laki-laki 1 SMA 3 Wiraswasta 2
9 Ny.U 69 Perempuan 2 Perguruan tinggi 4 Pensiunan 3
10 Ny.B 54 Perempuan 2 SMA 3 Wiraswasta 2
11 Tn.S 58 Laki-laki 1 Perguruan tinggi 4 Wiraswasta 2
12 Tn.A 65 Laki-laki 1 Perguruan tinggi 4 Pensiunan 3
13 Tn.E 47 Laki-laki 1 Perguruan tinggi 4 Pensiunan 3
14 Tn.D 56 Laki-laki 1 SMP 2 Wiraswasta 2
15 Tn.M 65 Laki-laki 1 SMA 3 Pensiunan 3
DATA TABULASI RESPONDEN SEBELUM DAN SESUDAH TEKNIK RELAKSASI
NAFAS DALAMKELOMPOK KONTROL

No Nama Umur Jenis Kelamin Kode Pendidikan Kode Pekerjaan Kode


1 Tn.T 54 Laki-laki 1 Perguruan tinggi 4 PNS 1
2 Tn.I 57 Laki-laki 1 SMA 3 Wiraswasta 2
3 Tn.S 52 Laki-laki 1 Perguruan tinggi 4 PNS 1
4 Ny.S 65 Perempuan 2 SMA 3 Wiraswasta 2
5 Ny. S 62 Perempuan 2 SMA 3 Wiraswasta 2
6 Tn.T 69 Laki-laki 1 Perguruan tinggi 4 Pensiunan 3
7 Ny.T 61 Perempuan 2 Perguruan tinggi 4 Wiraswasta 2
8 Tn.S 64 Laki-laki 1 SMA 3 Wiraswasta 2
9 Ny.K 63 Perempuan 2 SMA 3 Wiraswasta 2
10 Tn.Y 67 Laki-laki 1 Perguruan tinggi 4 Pensiunan 2
11 Tn.P 66 Laki-laki 1 SMA 3 Wiraswasta 2
12 Tn.F 65 Laki-laki 1 Perguruan tinggi 4 Wiraswasta 2
13 Tn.I 61 Laki-laki 1 SMA 3 Wiraswasta 2
14 Ny.W 64 Perempuan 2 SMP 2 Wiraswasta 2
15 Tn.M 69 Laki-laki 1 Perguruan tinggi 4 Pensiunan 3
Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Kompres Hangat Tepid Sponge Pasien Low Back Pain (LBP)
Pada Kelompok Intervensi

Pre Test

Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat
No Nama Keterangan Kode
(Skala 0) (Skala 1-3) (Skala 4-6) (Skala 7-9) Berat (Skala 10)
1 Tn.N - - 5 - - Sedang 2
2 Tn.T - - 6 - - Sedang 2
3 Ny.M - - 6 - - Sedang 2
4 Tn.M - - 6 - - Sedang 2
5 Tn. S - - 4 - - Sedang 2
6 Tn.B - - - 8 - Berat 3
7 Tn.G - - - 8 - Berat 3
8 Tn.L - - - 8 - Berat 3
9 Ny.U - 3 - - - Ringan 1
10 Ny.B - 2 - - - Ringan 1
11 Tn.S - 3 - - - Ringan 1
12 Tn.A - 3 - - - Ringan 1
13 Tn.E - - - 7 - Berat 3
14 Tn.D - - 6 - - Sedang 2
15 Tn.M - - 5 - - Sedang 2
Post Test

Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat
No Nama Keterangan Kode
(Skala 0) (Skala 1-3) (Skala 4-6) (Skala 7-9) Berat (Skala 10)
1 Tn.N - 3 - - - Ringan 1
2 Tn.T - 3 - - - Ringan 1
3 Ny.M - - 4 - - Sedang 2
4 Tn.M - 3 - - - Ringan 1
5 Tn. S - 3 - - - Ringan 1
6 Tn.B - - 6 - - Sedang 2
7 Tn.G - - 6 - - Sedang 2
8 Tn.L - - 6 - - Sedang 2
9 Ny.U 2 - - - - Ringan 1
10 Ny.B 1 - - - - Ringan 1
11 Tn.S 2 - - - - Ringan 1
12 Tn.A 2 - - - - Ringan 1
13 Tn.E - - 4 - - Sedang 2
14 Tn.D - - 4 - - Sedang 2
15 Tn.M - 3 - - - Ringan 1
Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pasien Low Back Pain (LBP)
Pada Kelompok Kontrol

Pre Test

Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat
No Nama Keterangan Kode
(Skala 0) (Skala 1-3) (Skala 4-6) (Skala 7-9) Berat (Skala 10)
1 Tn.T - - - 7 - Berat 3
2 Tn.I - - - 7 - Berat 3
3 Tn.S - - - 7 - Berat 3
4 Ny.S - 2 - - - Ringan 1
5 Ny. S - - 5 - - Sedang 2
6 Tn.T - - 5 - - Sedang 2
7 Ny.T - 3 - - - Sedang 2
8 Tn.S - - 6 - - Sedang 2
9 Ny.K - - 6 - - Sedang 2
10 Tn.Y - - 6 - - Sedang 2
11 Tn.P - - 4 - - Sedang 2
12 Tn.F - - 4 - - Sedang 2
13 Tn.I - - 4 - - Sedang 2
14 Ny.W - - 4 - - Sedang 2
15 Tn.M - 2 - - - Ringan 1
Post Test

Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat
No Nama Keterangan Kode
(Skala 0) (Skala 1-3) (Skala 4-6) (Skala 7-9) Berat (Skala 10)
1 Tn.T - - 6 - - Sedang 2
2 Tn.I - - 6 - - Sedang 2
3 Tn.S - - 5 - - Sedang 2
4 Ny.S - 1 - - - Ringan 1
5 Ny. S - - 4 - - Sedang 2
6 Tn.T - - 5 - - Sedang 2
7 Ny.T - 3 - - - Ringan 1
8 Tn.S - - 5 - - Sedang 2
9 Ny.K - - 5 - - Sedang 2
10 Tn.Y - - 4 - - Sedang 2
11 Tn.P - 3 - - - Ringan 1
12 Tn.F - 3 - - - Ringan 1
13 Tn.I - 3 - - - Ringan 1
14 Ny.W - 3 - - - Ringan 1
15 Tn.M - 1 - - - Ringan 1
Analisa Data Univariat
1. Karakteristik Responden

Frequencies

Statistics
Umur Jenis_kelamin Pendidikan Pekerjaan
Valid 30 30 30 30
N
Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
45 1 3.3 3.3 3.3
47 1 3.3 3.3 6.7
48 1 3.3 3.3 10.0
52 2 6.7 6.7 16.7
53 1 3.3 3.3 20.0
54 2 6.7 6.7 26.7
56 2 6.7 6.7 33.3
57 2 6.7 6.7 40.0
58 1 3.3 3.3 43.3
Valid
61 2 6.7 6.7 50.0
62 3 10.0 10.0 60.0
63 1 3.3 3.3 63.3
64 2 6.7 6.7 70.0
65 4 13.3 13.3 83.3
66 1 3.3 3.3 86.7
67 1 3.3 3.3 90.0
69 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

75
Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 22 73.3 73.3 73.3
Valid Perempuan 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SMP 5 16.7 16.7 16.7
SMA 14 46.7 46.7 63.3
Valid
Perguruan tinggi 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Pegawai Negeri 5 16.7 16.7 16.7
Wiraswasta 19 63.3 63.3 80.0
Valid
Pedagang 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
1. Kelompok Intervensi Kompres Hangat Tepid Sponge

Frequencies
Statistics
Ket_Pre_Nyeri Ket_post_Nyeri
Valid 15 15
N
Missing 15 15
Mean 2.00 1.40
Median 2.00 1.00
Mode 2 1
Std. Deviation .756 .507
Sum 30 21

Frequency Table
Ket_Pre_Nyeri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ringan 4 13.3 26.7 26.7
Sedang 7 23.3 46.7 73.3
Valid
Berat 4 13.3 26.7 100.0
Total 15 50.0 100.0
Missing System 15 50.0
Total 30 100.0

Ket_post_Nyeri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ringan 9 30.0 60.0 60.0
Valid Sedang 6 20.0 40.0 100.0
Total 15 50.0 100.0
Missing System 15 50.0
Total 30 100.0
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks 9a 5.00 45.00
b
Ket_post_Nyeri - Positive Ranks 0 .00 .00
Ket_Pre_Nyeri Ties 6c
Total 15
a. Ket_post_Nyeri < Ket_Pre_Nyeri
b. Ket_post_Nyeri > Ket_Pre_Nyeri
c. Ket_post_Nyeri = Ket_Pre_Nyeri

Test Statisticsa
Ket_post_Nyeri -
Ket_Pre_Nyeri
Z -3.000b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
2. Kelompok Kontrol Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Frequencies

Statistics
Ket_Pre_Nyeri Ket_post_Nyeri
Valid 15 15
N
Missing 15 15
Mean 2.07 1.53
Median 2.00 2.00
Mode 2 2
Std. Deviation .594 .516
Sum 31 23

Frequency Table

Ket_Pre_Nyeri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ringan 2 6.7 13.3 13.3
Sedang 10 33.3 66.7 80.0
Valid
Berat 3 10.0 20.0 100.0
Total 15 50.0 100.0
Missing System 15 50.0
Total 30 100.0

Ket_post_Nyeri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ringan 7 23.3 46.7 46.7
Valid Sedang 8 26.7 53.3 100.0
Total 15 50.0 100.0
Missing System 15 50.0
Total 30 100.0
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks 8a 4.50 36.00
b
Ket_post_Nyeri - Positive Ranks 0 .00 .00
Ket_Pre_Nyeri Ties 7c
Total 15
a. Ket_post_Nyeri < Ket_Pre_Nyeri
b. Ket_post_Nyeri > Ket_Pre_Nyeri
c. Ket_post_Nyeri = Ket_Pre_Nyeri

Test Statisticsa
Ket_post_Nyeri
- Ket_Pre_Nyeri
Z -2.828b
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Anda mungkin juga menyukai