SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S.1)
Oleh :
Lia Kristiana
NIM. 112019030287
PEMBIMBING:
1. Sukarmin, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
2. Yulisetyaningrum, S.Kep., Ns., M.Si. Med
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL
Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor
iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor
iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor
v
PERNYATAAN
Kudus, 2020
Penyusun,
Lia Kristiana
NIM: 112019030287
vi
RIWAYAT HIDUP
vii
MOTTO
viii
PERSEMBAHAN
ix
KATA PENGANTAR
x
DAFTAR ISI
xi
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data ........................................... 24
3. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 24
4. Populasi penelitian ............................................................................ 24
5. Sempel Penelitian.............................................................................. 25
6. Definisi Operasional .......................................................................... 25
7. Instrumen Penelitian ......................................................................... 26
8. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ....................................... 26
E. Etika Penelitian ........................................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 29
B. Hasil Penelitian ................................................................................................. 29
1. Karakteristik ............................................................................................... 29
2. Analisa Univariat ........................................................................................ 31
3. Analisis Bivariat .......................................................................................... 32
BAB V PEMBAHASAN
A. Nyeri Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah Kompres Hangat
Tepid Sponge Pada Kelompok Intervensi Di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini Jepara. .................................................................................................. 35
B. Nyeri Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Pada Kelompok Control Di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini Jepara .................................................................................................... 35
C. Perbandingan Efektitas Kompres Hangat Tepid Sponge dan Nafas
Dalam Terhadap Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Di Klinik Syaraf
RSUD RA Kartini Jepara ................................................................................... 36
D. Keterbatasan Peneliti ....................................................................................... 38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 39
B. Saran ................................................................................................................ 39
Dartar Pustaka ............................................................................................................. 41
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.7 Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) kelompok
Intervensi sebelum dan sesudah Kompres Hangat
Tepid Sponge....................................................................................... 32
Tabel 4.8 Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) kelompok
Intervensi sebelum dan sesudah teknik relaksasi nafas
dalam ................................................................................................... 33
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TAPID SPONGE TERHADAP NYERI
PASIEN LOW BACK PAIN (LBP) DI KLINIK SYARAF
RSUD RA KARTINI JEPARA
ABSTRAK
Latar Belakang: Low back pain (LBP) dialami hampir oleh setiap orang selama
hidupnya. Hasil penelitian yang dilakukan di 14 kota di Indonesia bahwa kelompok nyeri
Persatuan Dokter Saraf seluruh Indonesia ditemukan 18,13% penderita nyeri punggung
bawah dengan rata-rata nilai Visual Analog Scale (VAS) sebesar 5,46 ± 2,56 yang berarti
nyeri sedang sampai berat. Tujuan: penelitian ini untuk menganalisis efektifitas kompres
hangat tepid sponge terhadap nyeri pasien Low Back Pain di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini. Desain: Jenis penelitian yang dipakai menggunakan Quasi Experimental, dengan
rancangan penelitian pre-test post-test with control group design, Populasi dalam
penelitian seluruh pasien Low Back Pain (LBP) yang periksa dan dilakukan perawatan di
Klinik Syaraf RSUD RA Kartini dengan sampel sebanyak 30 orang. Instrumen penelitian
nyeri menggunakan pengukuran tingkat nyeri dengan Skala penilaian numerik Numerical
Rating Scales/ NRS. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat
dengan uji normalitas dengan Shapiro wilk. Hasil penelitian: Berdasarkan hasil uji
statistik kompres hangat tepid sponge kelompok intervensi diketahui Hasil uji Mann-
Whitney diperoleh Nilai signifikansi sebesar 0.003 nilai p-value <0,05. Hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa Ho ditolak yaitu terdapat pengaruh kompres hangat tepid sponge
terhadap nyeri pada pasien low back pain (LBP) di klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
Kata Kunci : Kompres Hangat Tapid Sponge, Nyeri, Low Back Pain
Daftar Pustaka : 20 Refrensi (2009 – 2019)
xvi
EFFECTIVENESS OF TAPID SPONGE WARM COMPRESSES ON PATIENTS' PAIN
OF LOW BACK PAIN (LBP) IN NEURAL CLINIC HOSPITAL RA KARTINI JEPARA
ABSTRACT
Background: Low back pain (LBP) is experienced by almost everyone during his life.
The results of research conducted in 14 cities in Indonesia that the pain group of the
Association of Neurologists throughout Indonesia found 18.13% of patients with low back
pain with an average value of Visual Analog Scale (VAS) of 5.46 ± 2.56 which means
moderate to moderate pain. weight. Objective: This study was to analyze the
effectiveness of the tepid sponge warm compress on the pain of Low Back Pain patients
at the Neuro Clinic of RSUD RA Kartini. Design: The type of research used is Quasi
Experimental, with a pre-test post-test research design with control group design. The
population in the study was all Low Back Pain (LBP) patients who were examined and
treated at the Neuro Clinic of RSUD RA Kartini with a sample of 30 person. The pain
research instrument uses pain level measurements with the Numerical Rating Scales
(NRS) numerical rating scale. Analysis of the data used is univariate and bivariate
analysis with normality test with Shapiro Wilk. Research results: Based on statistical test
results of tepid sponge warm compresses in the intervention group, it is known that the
Mann-Whitney test results obtained significance value of 0.003 p-value <0.05. It can be
concluded that Ho is rejected, that is, there is an effect of warm tepid sponge compresses
on pain in low back pain (LBP) patients at the neurological clinic of RSUD RA Kartini
Jepara.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Low back pain (LBP) dialami hampir oleh setiap orang selama
hidupnya. Di Negara barat misalnya, kejadian LBP telah mencapai proporsi
epidemik. Prevalensi kejadian low back pain di dunia setiap tahunnya sangat
bervariasi dengan angka mencapai 15-45%. Menurut WHO (2013)
menunjukkan bahwa 33% penduduk di negara berkembang nyeri persisten. Di
Inggris sekitar 17,3 juta orang pernah mengalami nyeri punggung dan dari
jumlah tersebut sekitar 1,1 juta orang mengalami kelumpuhan yang
diakibatkan oleh nyeri punggung. (Harahap, 2018)
Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk pernah mengeluhkan
LBP sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi dan
90% kasus nyeri pinggang bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik,
melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Studi yang telah
dilakukan, kejadian tertinggi low back pain pada dekade ketiga dan prevalensi
meningkat pada usia 60-65 tahun dan kemudian secara bertahap menurun.
Faktor risiko umum lainnya yang dilaporkan adalah status pendidikan yang
rendah, stres, kecemasan, depresi, ketidakpuasan kerja, rendahnya tingkat
dukungan sosial di tempat kerja dan seluruh getaran tubuh. Low back pain
memiliki dampak yang sangat besar pada individu, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan bisnis di seluruh dunia. (Kusnanto,2017)
Hasil penelitian yang dilakukan di 14 kota di Indonesia bahwa
kelompok nyeri Persatuan Dokter Saraf seluruh Indonesia ditemukan 18,13%
penderita nyeri punggung bawah dengan rata-rata nilai Visual Analog Scale
(VAS) sebesar 5,46 ± 2,56 yang berarti nyeri sedang sampai berat.
(Rasyidah,2019). insiden berdasarkan kunjungan pasien beberapa rumah
sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%. Prevalensi pasien dengan nyeri
punggung bawah di Departemen Klinik Rawat Jalan Bedah di RSU Raden
Mattaher Provinsi Jambi Rumah Sakit Umum adalah 85 pasien dengan nyeri
punggung bawah spondilogenic 67 pasien (78,8%) dan nyeri punggung
bawah viscerogenic 18 pasien (21,2%) adalah merupakan kasus LBP
(Harahap, 2018)
1
2
digunakan dalam penelitian tersebut adalah air hangat dengan suhu 30-32oC.
(Kusnanto,2017)
Pemberian kompres hangat dilakukan di tempat-tempat tertentu di
bagian tubuh, sedangkan pemberian tepid sponge dilakukan dengan cara
menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat. Pemberian tepid sponge
yang diusapkan merata di seluruh tubuh diharapkan makin banyak pembuluh
darah perifer di kulit yang mengalami vasodilatasi. Suhu air dalam pemberian
tepid sponge adalah air hangat (34-37 oC) yang mendekati suhu inti tubuh
terlalu hangat berisiko melukai kulit.. Reseptor suhu tubuh di kulit akan
memperoleh rangsangan suhu dengan kapasitas lebih. Rangsangan tersebut
mempengaruhi hipotalamus dan memberikan efek vasodilatasi, sehingga
proses pelepasan tubuh dapat berlangsung dengan lebih cepat. (Brunner,
2012)
Selama ini telah dilakukan tepid sponge dengan menggunakan air
hangat dalam usaha untuk menurunkan suhu tubuh, Saat ini banyak
dikembangkan terapi non farmakologis untuk menurunkan nyeri. Salah satu
terapi non farmalologis untuk menurunkan nyeri LBP adalah dengan
kompress tepid sponge. (Brunner, 2012)
Berdasarkan survei awal data pada tanggal 16 Desember 2019 di
klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara diketahui bahwa dari 5 besar penyakit di
klinik syaraf, nomor 1 adalah LBP (29,68%) ; selanjutnya berturut-turut Post
Stroke (22,96%), Post SNH (18,85%), Epilepsi (17,85%) dan OA (10,63%).
Sebaran jumlah pasien LBP mulai tahun 2017 sampai 2019 antara lain: 215 di
tahun 2017, 265 di tahun 2018 dan 296 di tahun 2019. Adapun keluhan utama
pada pasien LBP di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini adalah Nyeri (95%),
sebagian besar pasien LBP membeli obat anti nyeri di apotek untuk
mengurangi rasa nyeri (75%).
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis ingin
mengaplikasikan riset tentang pemberian kompres hangat tepid sponge
pasien low back pain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis efektifitas kompres hangat tepid sponge terhadap nyeri
pasien Low Back Pain di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui nyeri pasien Low Back Pain (LBP) sebelum dan sesudah
dilakukan kompres tepid sponge pada kelompok intervensi.
b. Mengetahui nyeri pasien Low Back Pain (LBP) setelah dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok kelompok
kontrol.
c. Mengetahui perbedaan nyeri sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pasien Low Back Pain
(LBP)
5
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien LBP
dengan pemberian kompes tepid sponge diharapkan penulis dapat lebih
mengetahui cara mengontrol dalam penurunan intensitas nyeri.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang professional,
terampil, inovatif, dan bermutu
D. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Desain Hasil penelitian
(Tahun)
1. Kusnanto Efektifitas Tepid Quasi Hasil Penelitian: Tepid
tahun 2017 Sponge Bath Suhu Experime Sponge efektif menurunkan
32oc Dan 37oc Dalam nt. Pre suhu pada anak
Menurunkan Suhu Post Test
Tubuh Anak Demam
2 Kusuma Pengaruh Back Quasi Hasil: Back Massage efektif
Dewi Massage Terhadap Experime menurunkan tingkat nyeri
Tahun : Tingkat Nyeri Low nt. Pre pada petani semangka
2017 Back Pain pada Post Test
Kelompok Tani
Semangka Mertha
Abadi di Desa Yeh
Sumbul
3. Rasyidah Masa Kerja, Sikap Kuantitatif Hasil : Ada Hubungan Masa
Tahun 2019 Kerja Dan Jenis ; Cross Kerja, Sikap Kerja Dan Jenis
Kelamin Dengan Sectional Kelamin Dengan Keluhan
Keluhan Nyeri Low Nyeri Low Back Pain
Back Pain
E. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup waktu,
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan September 2020
2. Ruang lingkup tempat,
Sasaran penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Klinik Syaraf RSU RA
Kartini Jepara.
3. Ruang lingkup Materi,
Bidang Ilmu Keperawatan dengan topik Nyeri pada kasus Low Back Paint
di Rawat Jalan RSU RA Kartini Jepara.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Low Back Pain (LBP)
1. Definisi Low Back Pain
Nyeri punggung bawah merupakan penyebab kedua kunjungan ke
dokter setelah penyakit saluran napas atas. Sekitar 12% orang yang
mengalami nyeri puggung bawah menderita Herniasi Nukleus Pulposus
(HNP). Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu gangguan musculosceletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yan
kurang baik. Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama
menjadi fenomena yang sering terjadi di masyarakat (Brunner, 2012).
Nyeri punggung bawah atau Low back pain(LBP) adalah nyeri
yang terbatas pada regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak
hanay terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari
diskus intervertebralis lumbal (Brunner, 2012).
2. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat di anggap sebagai sebuah batang
elastik yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel
(diskus intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi
faset, berbagai ligamen dan otot para vertebralis.
Kontruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara di sisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan yang vertikel pada saat berlari atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan thoraks sangat penting pada aktifitas mengangkat beban.
Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini.
Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan peregangan berlebihan
pendukung tulang belakang dapat berakibatkan nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika
usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokatilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokatilago yang padat dan tak teratur. Degenarasi diskus merupakan
penyebab nyeri punggung yang biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-
S1, menderita stres mekanis paling berat dan perubahan degenarasi
6
7
rabaan.
Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi
sentral, yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya
neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri
dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi
membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf (Fathoni,
2010).
c. Transmisi
Transmisi merupakan proses penerusan impuls nyeri dari
nociceptor saraf perifer melewati cornu dorsalis dan corda spinalis
menuju korteks serebri. Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf
aferen (serabut nociceptor) yang terdiri dari 2 macam, yaitu serabut A (A
delta) yang peka terhadap nyeri tajam, panas disebut juga dengan first
pain/fast pain dan serabut C (C fiber) yang peka terhadap nyeri tumpul
dan lama yang disebut second pain/slow pain (Fathoni, 2010).
d. Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh system
saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.
Hambatan terjadi melalui system analgesia endogen yang melibatkan
bermacam- macam neurotransmitter antara lain endorphin yang
dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari
area periaaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre
maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di
nosiseptor perifer medulla spinalis atau supraspinalis.
Bahkan jika impuls nyeri dihantar ke otak, terdapat pusat
korteks yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi persepsi nyeri. Alur
saraf desenden melepaskan opiate endogen, seperti endorfin atau
dinorfin,suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh.
Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan
menghambat pelepasan substansi P. (Fathoni, 2010)
e. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang
impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi
system saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan
pengalaman emosional (hipokampus dan amiglada). Persepsi
15
kepala migraine).
4. Perubahan Fisiologi Sekunder
Nyeri menyebabkan ketakutan dan kecemasan sehingga
meningkatkan stress, penurunan toleransi terhadap nyeri dan perubahan
fisiologis sekunder. Nyeri berat dan akut berkaitan dengan kelelahan fisik
yang diperburuk oleh gangguan tidur, kelaparan, mual serta pengerahan
fisik dan mental yang akan mempengaruhi homeostatis. Pada wanita sakit
kritis, kewaspadaan terhadap hal yang membahayakan diri menimbulkan
kecemasan dan ketakutan akan hasil akhir. Begitu pula pada kehamilan,
risiko tambahan terhadap janin/bayi juga menimbulkan kecemasan dan
ketakutan akan hasil akhir. Stress pada situasi ini menstimulasi sitem saraf
simpatis untuk melepaskan neurotransmitter hormonal noradrenalin dan
adtrenalin. (Fathoni, 2010)
Katekolamin ini menengahi dan menimbulkan respons „takut,
melawan atau menghindari” (fright, fight, flight) yang menyebabkan
peningkatan frekuensi jantung dan meningkatkan curah jantung, diikuti
denmgan hiperventilasi, penurunan aliran darah di otak dan uterus dan
mengakibatkan vaso konstriksi. Darah dialihkan dari bantalan visceral,
yang meliputi uterus, ke otot rangka dan menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Terdapat peningkatan laju metabolism yang menyebabkan
peningkatan glukosa darah dan perubahan keseimbangan asam basa
darah, menyebakan alkalosis maternal yang pada kehamilan dapat
menyebabkan hipoksia janin. Janin menjadi terganggu dan dapat
memperburuk gawat janin. Vasokonstriksi menyebabkan dilatasi pupil dan
bronkhiolus serta berkeringat. (Fathoni, 2010)
Penurunan motilitas gastrointestinal dan perlambatan
pengosongan lambung menganggu fungsi saluran gastrointestinaldan
kemudian nke ilius yang bberimplikasi pada penatalaksanaan nyeri. Sistem
musculoskeletal berespon dengna kontraksi, spasme dan kekakuan otot.
Kondisi ini menyebabkan pasien menjadi malas bergerak dan menimbulkan
masalah lain akibat immobilitas yang berimplikasi pada pengkajian dan
penatalkasanaan nyeri. (Fathoni, 2010)
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual.
Selain itu, kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
17
membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan memperlancar
pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada klien. Kompres
hangat yang digunakan berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah,
menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan (Lukman, 2013)
Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit
dengan empat cara, yaitu konduksi, konveksi, radiasi evaporasi :
a. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit
dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses
kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan
dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil
karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar
langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan
udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas
tidak dapat terjadi secara efektif terus-menerus.
Konveksi merupakan perpindahan panas berdasarkan gerakan
fluida dalam hal ini adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan
bergantung pada aliran udara yang melintasi tubuh manusia. Konveksi
adalah transfer dari energy panas oleh arus udara maupun air. Saat tubuh
kehilangan panas melalui konduksi dengan udara sekitar yang lebih
dingin, udara yang bersentuhan dengan kulit menjadi hangat. Karena udara
panas lebih ringan dibandingkan udara dingin, udara panas berpindah
ketika udara dingin bergerak ke kulit untuk menggantikan udara panas.
Pergerakan udara ini disebut arus. konveksi, membantu membawa panas
dari tubuh. Kombinasi dari proses konveksi dan konduksi guna membawa
pergi panas dari tubuh dibantu oleh pergerakan paksa udara melintasi
permukaan tubuh, seperti kipas angin, angin, pergerakan tubuh saat
menaiki sepeda dan lain- lain. (Lukman, 2013)
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk
gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan
dari tubuh memiliki panjang gelombang 5–20 mikrometer. Tubuh manusia
memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi
merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit 60 %
atau 15 % seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi
kinetik pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini
19
dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali
suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak
terjadi lagi pertukaran gas, yang terjadi hanya prosespergerakan udara
sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh. (Lukman,
2013)
b. Evaporasi
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi
perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi
akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada
kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung
sekitar 450-600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus
menerus dengan kecepatan 12-16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat
dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus-
menerus melalui kulit dan sistem pernafasan.
Pemberian kompres hangat dilakukan di tempat-tempat tertentu di
bagian tubuh, sedangkan pemberian tepid sponge bath dilakukan dengan
cara menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat. Pemberian tepid
sponge bath yang diusapkan merata di seluruh tubuh diharapkan makin
banyak pembuluh darah perifer di kulit yang mengalami vasodilatasi. Suhu
air dalam pemberian tepid sponge bath adalah air hangat (34-37 oC) yang
mendekati suhu inti tubuh (37,1 oC) diharapkan mampu menurunkan nyeri
dengan optimal. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti ketepatan
suhu air pada teknik pemberian tepid sponge bath yang dapat menurunkan
nyeri pasien.
Pemberian tepid sponge bath selain dapat menurunkan tingkat
nyeri juga dapat memberikan kenyamanan pada pasien Tubuh dapat
mengalami pelepasan panas melalui empat cara yaitu konduksi, konveksi,
radiasi dan evaporasi . Pemberian tepid sponge bath dapat melepaskan
panas tubuh dengan cara evaporasi dan konveksi.
Pemberian tepid sponge bath memungkinkan aliran udara lembab
membantu pelepasan panas tubuh dengan cara konveksi. Suhu tubuh lebih
hangat dari pada suhu udara atau suhu air memungkinkan panas akan
pindah ke molekul udara melalui kontak langsung dengan permukaan kulit .
Terapi yang diberikan dengan menggunakan air hangat diharapkan selain
memberikan kenyamanan yang lebih utama mampu merangsang reseptor
20
D. Kerangka Teori
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian efektifitas kompres hangat tapid
sponge terhadap nyeri pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf RSUD
RA Kartini Jepara antara lain:
1. Variabel Bebas (Independent Variabel).
Variabel independen atau variabel bebas ialah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya perubahan atau
timbulnya variabel terikat. (Sugiono, 2010). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kompres hangat Tepid Sponge
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel).
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel penelitian yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas biasanya disebut variabel
efek, variabel terpengaruh, variabel output dan lainnya. (Sugiono, 2010).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nyeri Low Back Paint (LBP).
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian efektifitas kompres hangat tapid sponge terhadap
nyeri pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara
antara lain:
Ha : Ada perbedaan tingkat nyeri pasien Low Back Pain (LBP) sebelum
dilakukan kompres tepid sponge dan relaksasi nafas dalam pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
Ho : Tidak ada perbedaan tingkat nyeri pasien Low Back Pain (LBP)
sebelum dilakukan kompres tepid sponge dan relaksasi nafas dalam pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Kompres Hangat Nyeri
22
23
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti unntuk dapat
memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. (Notoatmodjo, 2010)
Jenis penelitian ini merupakan quasi eksperimen untuk
mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas kompres hangat tapid
sponge terhadap nyeri pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf RSUD
RA Kartini Jepara. Quasi experimental design adalah jenis desain
penelitian yang memiliki kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak
dipilih secara random. (Sugiono, 2010) Dalam penelitian ini dilakukan
intervensi untuk menurunkan nyeri pada pasien LBP dengan perlakukan
pemberian kompres hangat tapid songe dan hanya relaksasi nafas dalam
untuk kelompok kontrol.
Desain pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Subjek Pra-Test Perlakuan Post –Test
K-A O1 X1 Y1 O3
Y3
K-B O2 X2 Y2 O4
Gambar 3.2 Desain penelitian
Keterangan:
K-A : Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan
K-B : Subjek Penelitian Kelompok Kontrol
O1 : Tingkat Nyeri pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan intervensi
(kompres hangat tapid sponge dan relaksasi pada pasien LBP)
O2 : Tingkat Nyeri pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi
(relaksasi nafas dalam)
O3 : Tingkat Nyeri pada kelompok perlakuan sesudah dilakukan intervensi
(kompres hangat tapid sponge dan relaksasi pada pasien LBP)
O4 : Tingkat Nyeri pada kelompok kontrol sesudah dilakukan intervensi
(relaksasi nafas dalam)
24
5. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel menurut
Arikunto (2020) dapat mengambil 10-15% atau 20-25% dari total populasi.
Sampel dalam penelitian ini mengambil 10% dari populasi LBP Tahun 2019
yang periksa dan dilakukan perawatan di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
sejumlah 30 orang. Sehingga dengan adanya kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol maka sampel penelitian dapat ditentukan meliputi 15
orang kelompok perlakuan dan 15 orang kelompok kontrol pada pasien di
Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara. Untuk penentuan sampel penelitian
menggunakan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi:
1) Pasien LBP di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
2) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Ekskusi
1) Mengundurkan diri, tidak bersedia menjadi responden
6. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala
1 Kompres Salah satu penanganan nyeri 1. Diberi Nominal
Hangat nonfarmakologis untuk Kompres
Tapid mengurangi sensasi nyeri Hangat tapid
Sponge pada pasien LBP. Tepid songe
sponge dilakukan dengan cara 2. Tidak diberi
menyeka bagian yang nyeri Kompres
dengan air hangat selama 5 Hangat tapid
menit. Lama kompres 5 menit songe
2 Tingkat Tingkat nyeri pasien LBP yang 1. Tidak Nyeri Ordinal
Nyeri LBP dilakukan sebelum dan (Skala 0)
sesudah diberikan kompres 2. Nyeri
hangat tepid sponge pada Ringan
pasien LBP Klinik Syaraf (Skala 1-3)
RSUD RA Kartini. Tingkat 3. Nyeri
Nyeri diukur dengan Skala Sedang
penilaian numerik (Numerical (Skala 4-6)
Rating Scales, NRS) 4. Nyeri Berat
(Skala 7-9)
5. Nyeri
Sangat
Berat
(Skala 10)
26
7. Instrumen penelitian
a. Instrumen penelitian
Instrument penelitian adalah alat- alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2015). Dalam penelitian ini
menggunakan instrument sebagai berikut:
1) Lembar Inform Consent
2) Instrumen A digunakan untuk mengetahui karakteristik responden
(Jenis kelamin, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,).
3) Instrumen B pada variabel independent yaitu Kompres hangat tapid
sponge adapun pengukuran tingkat nyeri dengan Skala penilaian
numerik Numerical Rating Scales/ NRS di catat di lembar observasi.
4) Instrumen C pada variabel dependent yaitu nafas dalam adapun
pengukuran tingkat nyeri dengan Skala penilaian numerik Numerical
Rating Scales/ NRS di catat di lembar observasi.
8. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa
a. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari instrumen penelitian berupa tingkat nyeri
LBP sebelum dan sesudah diberikan tapid songe dan relaksasi nafas
dalam direkap untuk diolah dengan program SPSS.
b. Analisis Data
Data diolah dan dianalisa untuk mengetahui hubungan variabel bebas
terhadap variabel terikat dalam penyataan hipotesis. Dalam pengolahan
data mencakup tabulasi data dan perhitungan-perhitungan statistik.(16)
Analisis data meliputi :
1) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran
secara umum terhadap variabel karakteristik responden tingkat nyeri
sebelum dan sesudah diberikan kompres tapid sponge pada pasien
LBP. Analisis data menggunakan analisis presentase yang disajikan
dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi tentang karakteristik
responden, kompres hangat, relaksasi nafas dalam, nyeri LBP
sebelum dan sesudah perlakuan. (Sugiyono, 2010)
2) Analisis Bivariate
Analisis bivariate dilakukan untuk menganalisa efektifitas
kompres tapid sponge dengan melihat perbedaan tingkat nyeri
27
E. Etika Penelitian
Penelitian yang berjudul efektifitas kompres hangat tapid sponge
terhadap nyeri pasien Low Back Pain (LBP) di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
Jepara ini memperhatikan beberapa aspek kode etik, antara lain:
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
subjek. Dalam melakukan penelitian kepada pasien, peneliti sangat
memperhatikan subjek penelitian dan meyakinkan bahwa informasi yang
telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa
merugikan subjek.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Pasien diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian ini tidak akan disalahgunakan demi
kepentingan pribadi. Hal indi dapat dibuktikan dengan tidak
mencantumkan nama subjek.
28
F. Jadwal Penelitian
Terlampir
BAB IV
HASIL PENELITIAN
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik
a. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik Frekuensi (%)
Umur 45-60 13 43,1
61-70 17 56,7
Total 30 100
Tabel 4.1 berdasarkan distribusi frekuensi umur pasien Low
Back Pain (LBP)di Ruang Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara dari
bulan Juni-Juli 2020, didapatkan bahwa sebagian besar responden
berumur 61-70 dengan jumlah sebanyak 17 (56,7%).
29
30
b. Jenis kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelain
Karakteristik Frekuensi (%)
Jenis Laki-laki 22 73.3
Kelamin Perempuan 8 26.7
Total 30 100.0
Tabel 4.2 berdasarkan distribusi frekuensi jenis kelamin
pasien Low Back Pain (LBP )di Ruang Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
Jepara dari bulan Juni-Juli 2020, didapatkan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 22
(73,3%).
c. Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik Frekuensi (%)
Pendidikan Perguruan 11 36.6
tinggi
SMA 14 46.7
SMP 5 16.7
SD 0 0
Total 30 100.0
Tabel 4.3 berdasarkan distribusi frekuensi pendidikanpasien
Low Back Pain (LBP)di Ruang Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara
dari bulan Juni-Juli 2020, didapatkan bahwa sebagian besar
responden berpendidikan SMAdengan jumlah sebanyak 14 (46,7%).
d. Pekerjaan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik Frekuensi (%)
Pekerjaan Pegawai 5 16.7
Negeri
Wiraswasta 18 60.0
Pensiunan 7 23,3
Total 30 100.0
Tabel 4.4 berdasarkan distribusi frekuensi pekerjaan pasien
Low Back Pain (LBP) di Ruang Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara
dari bulan Juni-Juli 2020, didapatkan bahwa sebagian besar
responden bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah sebanyak 6
(33,3%).
31
2. Analisis Univariat
a. Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah
Kompres Hangat Tepid Sponge Di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini
Jepara.
Berdasarkan Nyeri pasien low back pain (LBP) pada
responden pre test dan post test didapatkan data sebagaimana
diterangkan dalam tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Nyeri pre test dan post
test Kompres Hangat Tepid Sponge pada kelompok intervensi
Nyeri (pre test) Frekuensi Presenttase (%)
Tidak Nyeri 0 0%
Ringan 4 26.7%
Sedang 7 46.7%
Berat 4 26.7%
Sangat Berat 0 0%
Total 15 100,0 %
Nyeri (post test) Frekuensi Presenttase (%)
Tidak Nyeri 0 0%
Ringan 9 60.0%
Sedang 6 40.0%
Berat 0 0%
Sangat Berat 0 0%
Total 15 100,0 %
Berdasarkan data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden di ruang klinik syaraf RSUD RA Kartini
Nyeri sebelum diberikan kompres hangat tepid Sponge (pre test)
sebagian besar nyeri sedang sebanyak 7 responden (46,7%),
sedangkan Nyeri sesudah diberikan kompres hangat tepid Sponge
(post test) sebagian besar nyeri ringan sebanyak 9 responden
(60,0%).
b. Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Di Klinik Syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
Berdasarkan Nyeri pasien low back pain (LBP) pada
responden pre test dan post test didapatkan data sebagaimana
diterangkan dalam tabel 4.6 berikut.
32
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan nyeri pre test dan post
test teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok kontrol
Nyeri (pre test) Frekuensi Presenttase (%)
Tidak Nyeri 0 0%
Ringan 2 13.3%
Sedang 10 66.7%
Berat 3 20.0%
Sangat Berat 0 0%
Total 15 100,0 %
Nyeri (post test) Frekuensi Presenttase (%)
Tidak Nyeri 0 0%
Ringan 7 46.7%
Sedang 8 53.3%
Berat 0 0%
Sangat Berat 0 0%
Total 15 100,0 %
Berdasarkan data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden di Klinik Syarat RSUD RA Kartini Nyeri
sebelum teknk relaksasi nafas dalam (pre test) sebagian besar nyeri
sedang sebanyak 10 responden (66,7 %), sedangkan Nyeri sesudah
teknk relaksasi nafas dalam (post test) sebagian besar nyeri sedang
sebanyak 7 responden (46,7%).
3. Analiasa Bivariat
a. Perbedaan Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan
Sesudah pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Di Klinik Syaraf
RSUD RA Kartini Jepara.
1) Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) pre test dan post test
Kompres Hangat Tepid Sponge pada kelompok intervensi
Hasil Nyeri pada responden berdasarkan pre test dan post
test kompres hangat tepid sponge didapatkan data sebagaimana
diterangkan dalam tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7
Hasil Nyeri pasien low back pain (LBP) kelompok Intervensi
sebelum dan sesudah Kompres Hangat Tepid Sponge
kompres hangat tepid sponge
p-value
Nyeri Rata-rata (mean)
Pre-test % Post-test %
Tidak Nyeri 0 0% 0 0%
.003
Ringan 4 26.7% 9 60.0%
Sedang 7 46.7% 6 40.0%
Berat 4 26.7% 0 0%
Sangat Berat 0 0% 0 0%
Total 15 100 15 100
Tabel 4.7 Hasil kelompok intervensi didapatkan bahwa
Nyeri pre-test jumlah 15 responden (100%) dengan nyeri ringan
33
A. Nyeri Low Back Pain (LBP) Sebelum Dan Sesudah Kompres Hangat
Tepid Sponge Pada Kelompok Intervensi Di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini Jepara.
Berdasarkan data menunjukkan bahwa sebagian besar
responden di ruang klinik syaraf RSUD RA Kartini pemberian kompres
hangat tepid sponge membantu mengurangi nyeri, memperlancar aliran
darah dan memberikan rasa rileks pada otot agar dapat bekerja optimal
dengan hasil nyeri sebelum diberikan kompres hangat tepid Sponge (pre
test) sebagian besar nyeri sedang sebanyak 7 responden (46,7%),
sedangkan Nyeri sesudah diberikan kompres hangat tepid Sponge (post
test) sebagian besar nyeri ringan sebanyak 9 responden (60,0%).
Hasil uji mann-whitney U test, diperoleh nilai ρ value =0,003
dengan jumlah responden 30 orang sehingga ρ value<α (0.003 <0.05)
artinya H0 ditolak dan H1 diterima, maka dapat diartikan bahwa ada
pengaruh kompres hangat tepid sponge terhadap nyeri pada pasien low
back pain (LBP) di klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
Hasil Penelitian Chilyatiz Zahroh (2018), Pengaruh Kompres
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Penyakit Artritis Gout
dari Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, sebagian besar
(70%) setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri sedang dan hampir
setengahnya (30%) nyeri ringan. Hasil uji wilcoxon sign rank test dengan
nilai kemaknaan = 0,05. Didapatkan nilai = 0,000 yang berarti < maka H0
ditolak artinya ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri
pada penderita penyakit asam urat di Paguyuban Lansia Budi Luhur
Surabaya.
B. Nyeri Low Back Pain (LBP) Setelah Dan Sesudah Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Pada Kelompok Kontrol Di Klinik Syaraf RSUD RA
Kartini Jepara.
Berdasarkan data menunjukkan bahwa sebagian besar responden
di Klinik Syarat RSUD RA Kartini pemberian teknik relaksasi nafas dalam
dapat mengurangi nyeri dan memberikan relaksasi sebagian responden
dengan hasil Nyeri sebelum teknik relaksasi nafas dalam (pre test)
35
36
dalam terhadap nyeri pada pasien low back pain (LBP) di klinik syaraf
RSUD RA Kartini Jepara.
Pada kompres hangat Tepid Sponge 4 responden mengalami nyeri
berat, 7 orang nyeri sedang dan 4 orang nyeri ringan yang mengalami
skala nyeri berat menunjukan penurunan nyeri menjadi nyeri sedang,
sedangkan pada Teknik relaksasi 3 responden yang mengalami nyeri
berat, 10 orang nyeri sedang dan 2 orang nyeri ringan seluruhnya
mengalami penurunan skala nyeri yaitu menjadi nyeri sedang 8 orang dan
nyeri ringan 7 orang.
Diketahui hasil perbandingan antara kompres hangat Tepid Sponge
dan Nafas Dalam terhadap nyeri pada pasien low back pain (LBP).
Didapatkan hasil nilai selisih mean pada kompres hangat Tepid Sponge
adalah 22.17 dan pada nafas dalam adalah 8.83. Ini menunjukkan bahwa
hasil kompres hangat Tepid Sponge lebih efektif dibandingkan dengan
teknik nafas dalam. Perbedaan rerata perubahan nilai nyeri pada pasien
low back pain (LBP) adalah sebesar 13.34.
Hasil penelitian Muhammadfaqih Aminudin 2016, Pengaruh
Pemberian Kompres Panas Dan Kompres Dingin Terhadap Penurunan
Nyeri Pada Low Back Painmyogenic diketahuidari kelompok perlakuan I
dan II dengan nilai p = 0,003 dengan demikian nilai p < 0,05 sehingga Ho
ditolak yang berarti intervensi perlakuan I dan II memberi pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan nyeri pada Low Back Pain Myogenic.
Penelitian ini diperkuat oleh Rahmadaniar Aditya Putri 2020,
Perbedaan Terapi Bekam Dan Kompres Hangat Terhadap Tingkat Nyeri
Punggung Bawah Pada Lansia, Analisa data yang digunakan adalah Uji
Wilcoxon dan Mann Whitney dengan signifikansi p= < 0,05. Hasil penelitian
dengan Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat pengaruh terapi bekam (p=
0,002) dan kompres hangat (p=0,001) terhadap tingkat nyeri sebelum dan
sesudah diberi intervensi, sedangkan Uji Mann Whitney menunjukkan tidak
terdapat perbedaan tingkat nyeri antara kelompok terapi bekam dan
kelompok kompres hangat (p=0,369), sehingga kedua perlakuan memiliki
persamaan pengaruhnya pada tingkat nyeri punggung bawah.
38
D. Keterbatasan Peneliti
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang
mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya sebagai
berikut:
1. Peneliti menggunakan metode quasi experimental design dengan
menggunakan pendekatan pre dan post, dimana memerlukan waktu
penelitian yang cukup lama untuk hasil yang baik, tetapi karena
keterbatasan waktu penelitian yang singkat maka peneliti berusaha
untuk melakukan penelitian ini dengan maksimal dan hasil yang baik.
2. Penelitaian dilakukan saat pandemi covid-19, waktu pelaksanaan setiap
kelompok 10-20 menit pada 1 respondet jadi untuk mencegah
penumpukan pasien di klinik syaraf rawat jalan peneliti melakukan
penelitian 1-2 orang setiab harinya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Nyeri pasien low back pain (LBP) sebelum diberikan kompres hangat tepid
Sponge (pre test) sebagian besar nyeri sedang sebanyak 7 responden
(46,7%), sedangkan Nyeri pasien low back pain (LBP)sesudah diberikan
kompres hangat tepid Sponge (post test) sebagian besar nyeri ringan
sebanyak 9 responden (60,0%) di klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
2. Nyeri pasien low back pain (LBP) sebelum teknik relaksasi nafas dalam
(pre test) sebagian besar nyeri sedang sebanyak 10 responden (66,7 %),
sedangkan Nyeri pasien low back pain (LBP) sesudah teknk relaksasi
nafas dalam (post test) sebagian besar nyeri sedang sebanyak 7
responden (46,7%) di klinik syaraf RSUD RA Kartini Jepara.
3. Terdapat pengaruh kompres hangat tepid Sponge terhadap nyeri pasien
low back pain (LBP) sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi
dengan hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai signifikan sebesar 0,003 nilai
p-value <0,05. Terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
nyeri disminore sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol dengan hasil
uji Mann-Whitney diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,005 nilai p-value
<0,05. Tidak terdapat perbedaan tingkat nyeri kompres hangat tepid
Sponge dan teknik relaksasi nafas dalam, sehingga kedua perlakuan
memiliki persamaan pengaruhnya pada tingkat nyeri pasien low back pain
(LBP).
B. Saran
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
penanganan secara non medis untuk mengurangi dan mengatasi nyeri low
back pain (LBP).
2. Bagi Institusi Universitas Muhammadiyah Kudus
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan untuk
menambah ilmu pengetahuan, informasi bagi peserta didik dimasa
yang akan datang dan dapat digunakan untuk melengkapi referensi
kepustakaan Universitas Muhammadiyah Kudus.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
41
42
LAMPIRAN
Lampiran 1
PLANNING OF ACTION SKRIPSI MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
JURUSAN S-1 KEPERAWATAN
2020/2021
September Desember Januari Februari Maret April Mei
KEGIATAN 2020 2020 2021 2021 2021 2021 2021
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
PENGUSULAN JUDUL
SURVEY
PENDAHULUAN
BIMBINGAN BAB I
BIMBINGAN BAB II
BIMBINGANBAB III
UJIAN PROPOSAL
PENELITIAN
PENGAMBILAN DATA
PENYUSUNAN HASIL
DAN PEMBAHASAN
UJIAN SKRIPSI
REVISI &
PENGUMPULAN
SKRIPSI
Lampiran 2
Peneliti
(Lia Kristiana)
62
Lampiran 3
Dengan Hormat,
Saya sebagai mahasiswa Jurusan S-1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Kudus:
Nama : Lia Kristiana
NIM : 112019030287
Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “EFEKTIFITAS
KOMPRES HANGAT TAPID SPONGE TERHADAP NYERI PASIEN LOW
BACK PAIN (LBP) DI KLINIK SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA”.
Adapun informasi Bapak/Ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya dan
saya bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan Bapak/Ibu.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila Bapak/Ibu setuju ikut serta dalam
penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang disediakan.
Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
.
Responden
(............................)
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TAPID SPONGE
TERHADAP NYERI PASIEN LOW BACK PAIN (LBP)
DI KLINIK SYARAF RSUD RA KARTINI JEPARA
A. Karakteristik Responden
1) Nomor responden :.......................
2) Nama :.......................
3) Umur :.......................tahun
4) Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
5) Pendidikan : ......................
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. PT
6) Pekerjaan : ...................
1) PNS
2) Wiraswasta
3) Pensiunan
B. Tingkat Nyeri Sebelum diberi Kompres Hangat Tapid Sponge
Berilah lingkaran pada angka yang sesuai dengan nyeri yang anda rasakan
sebelum diberi kompres hangat Tapid Sponge:
Keterangan :
1) 0 = tidaknyeri
2) 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitassehari-hari)
3) 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitassehari-hari)
4) 7–10 = nyeriberat(tidakdapatmelakukanaktivitassehari-hari)
Keterangan :
5) 0 = tidaknyeri
6) 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitassehari-hari)
7) 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitassehari-hari)
8) 7–10=nyeriberat(tidakdapatmelakukanaktivitassehari-hari)
Lampiran 5
Keterangan :
0 = tidaknyeri
1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitassehari-hari)
4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap
aktivitassehari-hari)
7–10=nyeriberat(tidakdapatmelakukanaktivitassehari-hari)
SOP KOMPRES HANGAT TEPID SPONGE
Pre Test
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat
No Nama Keterangan Kode
(Skala 0) (Skala 1-3) (Skala 4-6) (Skala 7-9) Berat (Skala 10)
1 Tn.N - - 5 - - Sedang 2
2 Tn.T - - 6 - - Sedang 2
3 Ny.M - - 6 - - Sedang 2
4 Tn.M - - 6 - - Sedang 2
5 Tn. S - - 4 - - Sedang 2
6 Tn.B - - - 8 - Berat 3
7 Tn.G - - - 8 - Berat 3
8 Tn.L - - - 8 - Berat 3
9 Ny.U - 3 - - - Ringan 1
10 Ny.B - 2 - - - Ringan 1
11 Tn.S - 3 - - - Ringan 1
12 Tn.A - 3 - - - Ringan 1
13 Tn.E - - - 7 - Berat 3
14 Tn.D - - 6 - - Sedang 2
15 Tn.M - - 5 - - Sedang 2
Post Test
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat
No Nama Keterangan Kode
(Skala 0) (Skala 1-3) (Skala 4-6) (Skala 7-9) Berat (Skala 10)
1 Tn.N - 3 - - - Ringan 1
2 Tn.T - 3 - - - Ringan 1
3 Ny.M - - 4 - - Sedang 2
4 Tn.M - 3 - - - Ringan 1
5 Tn. S - 3 - - - Ringan 1
6 Tn.B - - 6 - - Sedang 2
7 Tn.G - - 6 - - Sedang 2
8 Tn.L - - 6 - - Sedang 2
9 Ny.U 2 - - - - Ringan 1
10 Ny.B 1 - - - - Ringan 1
11 Tn.S 2 - - - - Ringan 1
12 Tn.A 2 - - - - Ringan 1
13 Tn.E - - 4 - - Sedang 2
14 Tn.D - - 4 - - Sedang 2
15 Tn.M - 3 - - - Ringan 1
Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pasien Low Back Pain (LBP)
Pada Kelompok Kontrol
Pre Test
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat
No Nama Keterangan Kode
(Skala 0) (Skala 1-3) (Skala 4-6) (Skala 7-9) Berat (Skala 10)
1 Tn.T - - - 7 - Berat 3
2 Tn.I - - - 7 - Berat 3
3 Tn.S - - - 7 - Berat 3
4 Ny.S - 2 - - - Ringan 1
5 Ny. S - - 5 - - Sedang 2
6 Tn.T - - 5 - - Sedang 2
7 Ny.T - 3 - - - Sedang 2
8 Tn.S - - 6 - - Sedang 2
9 Ny.K - - 6 - - Sedang 2
10 Tn.Y - - 6 - - Sedang 2
11 Tn.P - - 4 - - Sedang 2
12 Tn.F - - 4 - - Sedang 2
13 Tn.I - - 4 - - Sedang 2
14 Ny.W - - 4 - - Sedang 2
15 Tn.M - 2 - - - Ringan 1
Post Test
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat
No Nama Keterangan Kode
(Skala 0) (Skala 1-3) (Skala 4-6) (Skala 7-9) Berat (Skala 10)
1 Tn.T - - 6 - - Sedang 2
2 Tn.I - - 6 - - Sedang 2
3 Tn.S - - 5 - - Sedang 2
4 Ny.S - 1 - - - Ringan 1
5 Ny. S - - 4 - - Sedang 2
6 Tn.T - - 5 - - Sedang 2
7 Ny.T - 3 - - - Ringan 1
8 Tn.S - - 5 - - Sedang 2
9 Ny.K - - 5 - - Sedang 2
10 Tn.Y - - 4 - - Sedang 2
11 Tn.P - 3 - - - Ringan 1
12 Tn.F - 3 - - - Ringan 1
13 Tn.I - 3 - - - Ringan 1
14 Ny.W - 3 - - - Ringan 1
15 Tn.M - 1 - - - Ringan 1
Analisa Data Univariat
1. Karakteristik Responden
Frequencies
Statistics
Umur Jenis_kelamin Pendidikan Pekerjaan
Valid 30 30 30 30
N
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
45 1 3.3 3.3 3.3
47 1 3.3 3.3 6.7
48 1 3.3 3.3 10.0
52 2 6.7 6.7 16.7
53 1 3.3 3.3 20.0
54 2 6.7 6.7 26.7
56 2 6.7 6.7 33.3
57 2 6.7 6.7 40.0
58 1 3.3 3.3 43.3
Valid
61 2 6.7 6.7 50.0
62 3 10.0 10.0 60.0
63 1 3.3 3.3 63.3
64 2 6.7 6.7 70.0
65 4 13.3 13.3 83.3
66 1 3.3 3.3 86.7
67 1 3.3 3.3 90.0
69 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
75
Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 22 73.3 73.3 73.3
Valid Perempuan 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SMP 5 16.7 16.7 16.7
SMA 14 46.7 46.7 63.3
Valid
Perguruan tinggi 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Pegawai Negeri 5 16.7 16.7 16.7
Wiraswasta 19 63.3 63.3 80.0
Valid
Pedagang 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
1. Kelompok Intervensi Kompres Hangat Tepid Sponge
Frequencies
Statistics
Ket_Pre_Nyeri Ket_post_Nyeri
Valid 15 15
N
Missing 15 15
Mean 2.00 1.40
Median 2.00 1.00
Mode 2 1
Std. Deviation .756 .507
Sum 30 21
Frequency Table
Ket_Pre_Nyeri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ringan 4 13.3 26.7 26.7
Sedang 7 23.3 46.7 73.3
Valid
Berat 4 13.3 26.7 100.0
Total 15 50.0 100.0
Missing System 15 50.0
Total 30 100.0
Ket_post_Nyeri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ringan 9 30.0 60.0 60.0
Valid Sedang 6 20.0 40.0 100.0
Total 15 50.0 100.0
Missing System 15 50.0
Total 30 100.0
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks 9a 5.00 45.00
b
Ket_post_Nyeri - Positive Ranks 0 .00 .00
Ket_Pre_Nyeri Ties 6c
Total 15
a. Ket_post_Nyeri < Ket_Pre_Nyeri
b. Ket_post_Nyeri > Ket_Pre_Nyeri
c. Ket_post_Nyeri = Ket_Pre_Nyeri
Test Statisticsa
Ket_post_Nyeri -
Ket_Pre_Nyeri
Z -3.000b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
2. Kelompok Kontrol Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Frequencies
Statistics
Ket_Pre_Nyeri Ket_post_Nyeri
Valid 15 15
N
Missing 15 15
Mean 2.07 1.53
Median 2.00 2.00
Mode 2 2
Std. Deviation .594 .516
Sum 31 23
Frequency Table
Ket_Pre_Nyeri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ringan 2 6.7 13.3 13.3
Sedang 10 33.3 66.7 80.0
Valid
Berat 3 10.0 20.0 100.0
Total 15 50.0 100.0
Missing System 15 50.0
Total 30 100.0
Ket_post_Nyeri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ringan 7 23.3 46.7 46.7
Valid Sedang 8 26.7 53.3 100.0
Total 15 50.0 100.0
Missing System 15 50.0
Total 30 100.0
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks 8a 4.50 36.00
b
Ket_post_Nyeri - Positive Ranks 0 .00 .00
Ket_Pre_Nyeri Ties 7c
Total 15
a. Ket_post_Nyeri < Ket_Pre_Nyeri
b. Ket_post_Nyeri > Ket_Pre_Nyeri
c. Ket_post_Nyeri = Ket_Pre_Nyeri
Test Statisticsa
Ket_post_Nyeri
- Ket_Pre_Nyeri
Z -2.828b
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.