SKRIPSI
Diajukansebagian salah satusyaratuntuk
MencapaigelarSarjanaKeperawatan (S-1)
Oleh :
DestiKumalasari
720153057
Pembimbing :
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,
Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Penguji Utama PengujiAnggota
Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,
Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,
Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Penguji Utama Penguji Anggota
Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,
Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401
v
PERNYATAAN
Kudus,…..,…..…..,2019
Penyusun
Desti Kumalasari
720153057
vi
MOTTO
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas
Nama Lengkap : Desti Kumalasari
Tempat/Tanggal Lahir : Jepara, 15 Desember 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : destikumalasari26@gmail.com
Alamat : Ds. Buaran Rt 01 / Rw 03
Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara
2. Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 01 Buaran, Mayong, Jepara : Lulus tahun 2009
2. MTs Kedungombo, Mayong, Jepara : Lulus tahun 2012
3. Smk Islam Al-Hikmah Mayong, Jepara : Lulus tahun 2015
4. Tahun 2015 samapi sekarang tercatat sebagai mahasiswa angkatan ke-7
Prodi S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus.
viii
PERSEMBAHAN
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang membawa kita ke zaman Islamiyyah seperti sekarang
ini.
Laporan skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Lansia Di Panti Wredha
Sultan Fatah Demak Tahun 2019” ini dimaksud memenuhi persyaratan
mendapat gelar Strata-1 (S1) yang telah ditetapkan oleh Program Studi
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan
baik.
Dengan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada :
1. Rusnoto, SKM.,M.Kes(epid) selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kudus.
2. Anny Rosiana M,M.Kep.,sp.Kep.J selaku pembimbing I proposal skripsi ini
yang dengan kesabaran memberikan bimbingan serta arahan kepada
penulis.
3. Yulisetyaningrum,S.Kep.Ns.,M.Si.Med selaku pembimbing II yang
memberikan bimbingan, arahan dan dorongan dalam menyelesaikan
proposal skripsi ini.
4. Pengurus dan Lansia di Panti Wredha Sultan Fatah Demak
5. Kepada Bapak Ibu Dosen Universitas Muhammadiyah Kudus
6. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik yang selalu setia mendoakan, menguatkan,
memberi dukungan penuh kepada perjuangan penulis, dan sosok lelaki yang
setia menemani penulis untuk menyelesaikan penyusunan proposal skripsi
ini.
7. Serta rekan-rekan seperjuangan S1 Keperawatan
x
Dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya pada lingkungan Universitas Muhammadiyah Kudus.
Desti Kumalasari
xi
DAFTAR ISI
xii
A. Variabel Penelitian.................................................................... 41
B. Hipotesis Penelitian................................................................... 41
C. Kerangka Konsep Penelitian..................................................... 42
D. Rancangan Penelitian............................................................... 42
E. Etika Penelitian......................................................................... 51
F. Jadwal Penelitian...................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................. 48
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 55
B. Karakteristik Responden........................................................... 56
C. Analisa Univariat....................................................................... 58
D. Analisa Bivariat......................................................................... 59
BAB V PEMBAHASAN......................................................................... 61
A. Analisa Univariat....................................................................... 61
B. Kemampuan Sosialisasi Sebelum dan Sesudah pada
kelompok intervensi.................................................................. 61
C. Kemampuan Sosialisasi Sebelum dan Sesudah pada
Kelompok Kontrol ..................................................................... 62
D. Analisa Bivariat......................................................................... 64
E. Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
kemampuan sosialisasi pre test dan post test pada kelompok
intervensi .................................................................................. 64
F. Post test terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada kelompok
G. intervensi dan kontrol................................................................ 64
H. Keterbatasan Penelitian............................................................ 66
BAB VI PENUTUP................................................................................ 67
A. Kesimpulan............................................................................... 67
B. Saran........................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 69
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
Tabel 4.7 Uji Mann-Whitney PerbedaanPost-Test Pada Kelompok
Intervensi Dan Kelompok Kontrol..............................................
DAFTAR BAGAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Universitas Muhammadiyah Kudus
Program Studi S-1 Keperawatan
Skripsi Keperawatan, 2019
ABSTRAK
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA LANSIA DIPANTI
WREDHA SULTAN FATAH DEMAK TAHUN 2019
xvii
3
Dosen Pembimbing II Universitas Muhammadiyah Kudus
ABSTRACT
EFFECT OF THERAPY ACTIVITIES GROUP SOCIALIZATION ON THE
ABILITY OF SOCIALIZATION ON ELDERLY IN PANTI WREDHA
SULTA FATAH DEMAK IN THE 2019
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut ilmu gerontologi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan
suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia
dewasa dan merupakan tahapan perkembangan normal yang akan dialami
oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut tersebut. (Lubis, 2013)
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Menurut UU No. 13 / Tahun 1998 tentang Kesejahtraan
lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 tahun. (Dewi, 2014)
Penuaan penduduk terkait transisi demografi dan epidemiologi lansia.
Penuaan penduduk telah berangsur secara pesat, terutama dinegara
berkembang pada decade pertamaabad millennium. Data Komnaslansia
(2011) di Indonesia terjadi percepatan peningkatan penduduk lansia secaras
ignifikan. Tercatat 7,18% (14,4 juta orang) ditahun 2000, Angka ini meningkat
menjadi 69,43 tahun pada 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah
7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase
populasi lansia adalah 7,58%), dan diperkirakan akan menjadi 11,34% (28,8
juta orang) pada 2020 (Sunaryo. dkk, 2015). (kementrian Kesehatan, 2013).
Berdasarkan data BPS (2010) jumlah lanjut usia di Jawa Tengan saat ini
sebesar 3.389.300 jiwa (usia 60 tahun keatas) atau sebesar 10,5% dari total
penduduk Jawa Tengah 32.234.600 jiwa. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah
penduduk usia lanjut (usia di atas 50 tahun) di Jawa Tengah sebanyak
13,89%.
Menurut WHO tahun 1999 dalam menggolongkan lanjut usia berdasarkan
usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan
(middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia
antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 70-90 tahun, dan usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan nugroho 2000 menyimpulkan
xix
pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang di sebut
lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun keatas. (Azizah, 2011)
Pertumbuhan penduduk lanjut usia di Indonesia (lansia) di prediksi akan
meningkat cepat di masa yang akan datang terutama di Negara-negara
berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga akan
mengalami ledakan jumlah penduduk lansia, kelompok umur 0-14 tahun dan
14-49 berdasarkan proyeksi 2010-2035 menurun. Sedangkan kelompok umur
lansia (50-64 tahun dan 65+)berdasarkan proyeksi 2010-2035 terus
meningkat.(kementrian Kesehatan, 2013)
Dengan bertambahnya umur penduduk lanjut usia secara biologis akan
mengalami proses degeneratif (penuaan) secara terus menerus.(Kementerian
Kesehatan, 2017). Dengan bertambahnya usia, mereka akan mengalami
degeneratif baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara fisik orang lanjut
usia atau yang di sebut lansia, akan mengalami kemunduran fungsi alat
tubuh, atau disebut juga dengan proses degeneratif. Orang lansia akan
terlihat dari kulit yang mulai keriput, berkurangnya fungsi pendengaran dan
penglihatan, tidak dapat bergerak dengan cepat lagi, mudah merasa lelah,
rambut menipis dan memutih, mudah terserang penyakit karena daya tahan
tubuh berkurang. Secara psikologis lansia menjadi mudah lupa, serta
berkurangnya kegiatan dan interaksi, mengalami rasa kesepian, kebosanan
dan yang lainnya. Apalagi jika kehilangan pekerjaan, menderita post power
syndrome, berkurangnya peran dalam keluarga atau masyarakat (Darmojo
dan Martono, 2010)
Menurut undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahtraan
lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa lanjut usia adalah
mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Perubahan-perubahan
dalam kehidupan yang harus dirasakan oleh individu usia lanjut khususnya
berpotensi menjadi tekanan dalam hidupnya karena menjadi tua adalah suatu
hal yang berkaitan dengan kelemahan,ketidakberdayaan, kemunduran
terutama pada fungsi-fungsi fisik, sosial, ekonomi, psikologi, dan munculnya
penyakit-penyakit. Pada masa ini manusia berpotensi mempunyai masalah-
masalah kesehatan umum, kesehatan jiwa, maupun masalah sosialisasi
dalam masyarakat (Padila, 2013).
Pada seseorang yang memasuki masa lanjutusia, terjadi berbagai macam
perubahan system tubuh pada lansia dan mengakibatkan lansia mengalami
xx
penurunan kemampuan aktivitas fisik, baik yang bersifat fisik, mental, maupun
sosial. (Indriana, 2012). Perubahan penampilan fisik yang tidak diinginkan,
menyebabkan lansia tidak produktif lagi dalam peransosial dan ekonomi.
Keadaan ini merupakan suatu stressor yang dapat menimbulkan perasaan
yang negative bagi lansia yaitu perasaan tidak berdaya, tidak berguna,
terisolasi dan merasa terasingkan sehingga lansia akan meminimalkan
interaksi dengan orang lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan
jiwa pada lansia. (Sumaila, 2015)
Perubahan sosial yang terjadi pada lanjut usia antara lain yaitu adanya
penurunan aktivitas yang menurun pada lanjut usia, biasanya berkaitan
dengan menurunnya kemampuan fisik dibandingkan usia sebelumnya.
Keterikatan sosial yang mengalami penurunan misalnya, interaksi antar orang
lanjut usia dengan orang-orang yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-
hari(Indriana, 2012)
Perubahan sosial yang dapat di alami lansia adalah perubahan status dan
perannya dalam kelompok atau masyarakat. Kehilangan pasangan hidup,
keluarga dan teman. Lansia yang tidak siap dengan perubahan fisik, sosial
dan perannya akan berdampak pada psikologisnya. Salah satu penyebab
adanya penyakit fisik yang serius khususnya yang berkaitan dengan otak
serta tinggal di tempat khusus seperti panti sosial dapat mengakibatkan lansia
mengalami perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang berkaitan dengan
emosi berupa perasaan sedih, takut, marah, merasa tidak berdaya, merasa
tidak berguna, dan merasa terasingkan. Perubahan ini merupakan indikator
adanya masalah psikososial pada lansia.(Sumaila, 2015)
Menurut Departemen Sosial RI (2010), upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah untuk memberikan kesejahtraan pada lanjut usia khususnya pada
lanjut usia yang terlantar salah satunya adalah dengan memberikan program
pelayanan dalam panti sosial tresna wredha dengan harapan lanjut usia dapat
menikmati masa hidupnya dengan rasa aman, tentram lahir dan batin. Panti
Wredha merupakan unit pelaksanaan teknis dibidang pembinaan
kesejahtraan sosial bagi lanjut usia berupa pemberian penampungan, jaminan
hidup seperti makanan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian
waktu luang, bimbingan sosial, mental serta spiritual. Sehingga lansia dapat
menikmati hari tuanya dengan ketentraman lahir dan batin. Selain dampak
positif yang ditimbulkan oleh panti juga terdapat kondisi bahwa didalam panti
xxi
dimana individu sangat renggang membuat hidupnya terasa sepi. Semua
kegiatan telah di atur dan mobilitas setiap individu dibatasi, interaksi sosial
terbatas, terlebih lagi hubungan antara lansia dan keluarganya terputus sejak
ia masuk ke panti sosial, sehingga lansia merasa hidupnya di panti seperti di
isolasi sosial.
Menurut Stuart Dan Sundenn, Surtiningrum dalam Sumaila (2015) bahwa
pemutusan proses hubungan terkait dengan ketidakmampuan individu
terhadap hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peranserta, respon
lingkungan yang negatif. Ketidakmampuan individu dalam mempertahankan
hubungan interpersonal yang positif dapat mengakibatkan stres. Stres yang
meningkat dapat mengakibatkan reaksi yang negatif dan dapat
mengakibatkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat
mengakibatkan munculnya gejala gangguan kesadaran dan gangguan
perhatian. Kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai ganguan jiwa.
Fenomena sosialisasi yang terjadi pada lansia di panti tidak dapat di
pungkiri jika lanjut usia yang tinggal di panti kurang dapat melakuakan
sosialisasi dengan orang-oarang disekitarnya baik dengan teman sesame
lansia ataupun dengan pengurus. Sebagai contoh informasi yang didapatkan
dari pengurus panti wredha sultan fatah demak bahwa ada beberapa lanj
utusia yang tinggal di panti wredha mengalami kesulitan beradaptasi,
terhambatnya dalam berkomunikasi yang baik dengan penghuni lainnya, tidak
mau berbicara atau mengobrol sebelum di ajak berbicara terlebih dulu dan
tidak dapat mengikuti dengan baik kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh panti
wredha.
Pelayanan keperawatan yang dilaksanakan di panti wredha hanya meliputi
pemenuhan kebutuhan dasar saja seperti pemenuhan kebutuhan nutrisi,
eliminasi, dan aktivitas serta pemeriksaan kesehatan umum. Sedangkan
pelayanan keperawatan psikososial seperti melatih kemampuan sosialisasi
untuk meningkatkan hubungan interpersonal pada lansia masih kurang dan
belum ada bentuk terapi seperti aktivitas kelompok yang dapat membantu dan
memfasilitasi lansia untuk mampu bersosialisasi terhadap sesama lansia.
Mengingat dampak psikologis yang dapat terjadi pada lansia maka harus
dilakukan pencegahan agar dapat mencegah terjadi masalah psikologi lansia
yang dapat mengarah pada gangguan kesehatan jiwanya, maka dari itu akan
xxii
di lakuakan terapi aktivitas kelompok terhadap lansia yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan sosialisasinya.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat dalam sekelompok klien yang mengalami keperawatan
yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan
sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi saling
bergantung, saling berinteraksi sesama teman, berbagi cerita dengan teman,
saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku
baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. TAK
sosialisasi dilaksanakan dengan membantu klien melakuakan sosialisasi
dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan
secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa.
Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompokmembantu lansia
untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitarnya (Keliat,
2014). Pemberian TAKS pada lansia yang mengalami menarik diri di panti
wredha diharapkan dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya.
Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok orientasi realita, terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
(Purwaningsih, 2010)
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wahyu Elok Pambudi
(2017) yang berjudul Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
Terhadap Kemampuan Sosial pada Lansia dengan Kesepian di Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (PSLU) Jember. Hasi penelitian terdapat data dianalisi
menggunakan uji t dependen, dengan kenaikan nilai rata-rata kemampuan
interaksi sosial sebesar 14,11 (22,31 – 37,32). Kemampuan interaksi sosial
lansia dengan kesepian setelah TAKS adalah 94,7% memiliki ke mampuan
interaksi sosial baik. Hasil ini menunjukan nilai p = 0,0005 (CI 95%).
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah adanya pengaruh yang sangat amat
bermakna antara TAKS terhadap kemampuan interaksi sosial pada lansia
dengan kesepian di PSLU Jember. Rekomendasi penelitian ini adalah TAKS
direkomendasikan pada lansia dengan kesepian untuk meningkatkan
kemampuan interaksi sosialnya.
Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 November
2018 di Panti Wredha Sultan Fatah Demak di dapatkan data bahwa panti
xxiii
wredha ini memiliki 30 penghuni lansia, 12 lansia laki-laki dan 18 lansia
perempuan. Saat pengambilan data awal, latar belakang masalah yang
dialami lansia dipanti ini sehingga harus tinggal dipanti adalah karena faktor
ekonomi keluarganya yang miskin dan juga terlantar tidak ada sanak
keluarganya. Hasil wawancara dengan pengurus panti Wredha Sultan Fatah
Demak diketahui masalah sosialisasi yang dialami lansia disebabkkan karena
lansia masih kurang menunjukan rasa kebersamaan sesama lansia. Masalah
sosialisasi yang kurang dapat menyebabkan lansia merasa terasingkan,
danmerasa sendiri,perasaan sendiri itulah ditunjukkan lansia di panti wredha
sultan fatah demak dengan menyendiri, menjauh dari lansia lain, melamun di
tempat yang sepi seorang diri. Dan didapatkan9 dari 14 lansia ketika diajak
berbicara hanya diam dan tersenyum, dan ada juga ketika ditanya apakah
sering berbincang-bincang dengan teman sekamar atau teman yang ada di
panti lansia menjawab kadang-kadang dan bahkan ada yang tidak jika tidak di
ajak berbicara terlebih dulu oleh lansia lain.
Penggunaan terapi aktivitas kelompok dapat memberikan dampak positif dan
dapat meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif
terutama pada klien yang menarik diri dari hubungan sosial dilingkungan
sekitarnya, Jenis TAK yang paling tepat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan sosialisasi adalah TAK sosialisasi. TAK sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial. (Keliat B. A., 2014)
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakuakan
penelitian dengan judul ’’Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
(TAKS) terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Lansia di Panti Wredha Sultan
Fatah Demak”Tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka penulis membentuk suatu rumusan
masalah penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan sosialisasi pada lansia di Panti
Wredha Sultan Fatah DemakTahun 2019.
xxiv
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)
terhadap kemampuan sosialisasi pada lansia di Panti Wredha Sultan Fatah
DemakTahun 2019.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui kemampuan sosialisasi pada lansia sebelum dan sesudah
diberikan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada kelompok intervensi.
b. Mengetahui perbedaankemampuan sosialisasi pada lansia sebelum dan
sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada kelompok
intervensi dan kontrol.
c. Menganalisa perbedaan pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap
kemampuan sosialisasi pada kelompok intervensi dan kontrol di Panti
Wredha Sultan Fatah DemakTahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis.
a. Hasil penelitian diharapkan peneliti dapat meningkatkan pengetahuan
tentang terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada lansia
b. Penelitian ini sangat berguna dan bisa menjadi acuan referensi dalam
membuat riset dan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan menambah pengetahuan
tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) terhadap
kemampuan sosialisasi pada lansia di Panti Wredha Sultan Fatah Demak.
3. Bagi institusi pendidikan.
Hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan untuk pengetahuan tentang
pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) terhadap
kemampuan sosialisasi pada lansia di Panti Wredha Sultan Fatah Demak.
4. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
bagimahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus
xxv
b. Sebagai tambahan kepustakaan atau dokumentasi dalam
pengembangan ilmu kesehatan.
Table 1.1
Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul MetodePeneli Hasil Perbedaan
ti penelitian
1. Wahyu Pengaruh pra Hasil analisis Perbedaan
ElokPa Terapi Aktivitas experimental data penelitian dari
mbudi Kelompok menunjukkan penelitian
Sosialisasi Terdapat ini adalah
Tahun (TAKS) perbedaan dari metode
2015 terhadap nilai penelitian,
Kemampuan kemampuanin variabel,
Interaksi Sosial teraksi renponden
xxvi
pada Lansia Sosia llansia dan tempat
dengan sebelum dan penelitian
Kesepian di sesudah
Pelayanan diberikan
Sosial Lanjut TAKS.
Usia (PSLU) Perubahan
Jember nilai rata-rata
kemampuan
Interaksi
sebelum
TAKS
sebanyak
23,21
(kemampuan
interaksi
social cukup)
dan sesudah
TAKS
sebanyak
37,32
(kemampuan
interaksi
Sosial baik),
yang berarti
pemberian
TAKS
Berpengaruh
terhadap
kemampuan
interaksi
Sosial lansia
dengan
kesepian.
Hasil uji
statistik
dengandepen
dent
t-test
didapatkan
nilaip =0,0005
(CI 95%) yang
berarti
terdapat
pengaruhpem
berian TAKS
terhadap
kemampuan
interaksi
social lansia
dengan
kesepian. Nilai
p = 0,0005
(CI 95%)
menunjukkan
tingkat
kemaknaan
hasil amat
sangat
xxvii
bermakna.
Kesimpulan
dari
pernyataan
tersebut
adalah Ha
diterima dan
Membuktikan
terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara TAKS
terhadap
kemampuan
interaksi
social lansia
dengan
kesepian di
PSLU Jember.
2. GustiAy HUBUNGAN Penelitian Hasil analisis Perbedaan
u Trisna DUKUNGAN kuantitatif menunjukkanb dari
Parasari SOSIAL dengan ahwa ada penelitian
KELUARGA pendekatan hubungan ini adalah
Tahun DENGAN korelasional yang metode
2015 TINGKAT signifikan penelitian,
DEPRESI antara dari variabel
PADA LANSIA dukungan ,renponden,
DI social tempat
KELURAHAN keluarga penelitian
SADING dengan dan metode
tingkat depresi penelitian
(p = 0,000; p <
0,05).
Koefisienkorel
asi r = -0,847
sehingga
dapat
disimpulkan
dukungan
social
keluarga
memilik
ihubungan
yang
berlawanan
arah dengan
tingkat
depresi.
G. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian dilaksanakan bulan januari sampai Februari 2019
2. Ruang lingkup tempat
xxviii
Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Sultan Fatah Demak
xxix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia yaitu
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia risiko tinggi yaitu
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial yaitu lansia
yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang
menghasilkan barang atau jasa, lansia tidak potensial yaitu lansia yang
tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
3. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: Berusia lebih dari 60 tahun
(sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan), kebutuhan
dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat samapi sakit, dari
kebutuhan biopsikososial samapi spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi. (Maryam, 2008)
4. Batasan-batasan Lanjut Usia (Lansia)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia dalam Bandiyah tahun 2009
menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis atau biologis
menjadi 4 kelompok yaitu : Usia pertengahan (middle age) antara usia 45-
59 tahun, Lanjut usia (elderly) usia antara 60-74 tahun, Lanjut usia tua
(old) usia antara 76-90 tahun, Usia sangat tua (very old) usia diatas 90
tahun.
Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad dalam Bandiyah 2009
membagi Periodisasi biologis perkembangan manusia menjadi 6 yaitu : 0-1
tahun (masa bayi), 1-6 tahun (masa pra sekolah), 6-10 tahun (masa
sekolah), 10-20 tahun (masa pubertas), 40-65 tahun (masa setengah
umur/prasenium), 65 tahun ke atas (masa lanjut usia/senium).
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro dalam Azizah tahun 2011, lanjut
usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (edrly adulhood), 25-29
tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas 30-65 tahun, lanjut
usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi
dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), lebih dari 80 tahun
(very old).
b. Nutrisi – makanan
c. Status kesehatan
d. Lingkungan
e. Stress
6. Tipe-tipe Lanjut Usia (Lansia)
Menurut Azizah tahun 2011, ada 5 tipe lansia yaitu :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan
yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap
datang terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjanaan
apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, mental, sosial dan ekonominya.
Tipe ini antara lain :
1) Tipe optimis
2) Tipe konstruktif
3) Tipe ketergantungan
4) Tipe defensive
5) Tipe militant dan serius
6) Tipe marah atau frustasi
7) Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) self heating man
4
7) Susah berubah
8) Keras kepala
9) Cerewet
c. Mitos berpenyakitan
Lanjutusiadipandangsebagai masa degenerasibiologis, yang disertai
oleh berbagaipenderitaakibatbermacampenyakit yang menyertai proses
menua.
Kenyataan :
1) Memang proses penuaan disertai menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolisme, sehingga rawan terhadap penyakit.
2) Tetapi banyak penyakit yang masasekarang dapat dikontrol dan
diobati.
d. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh
kerusakan bagian otak. Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap
daya ingat.
e. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
Perasaan cemas dan emosi orang berubah sepanjang masa. Perasaan
cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
f. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.
Kenyataan :
Menunjukan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja.
Memang frekuensi hubunganseksual menuru, sejalan dengan
meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.
g. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataan :
Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan,
kemantapan dan produktifitas mental dan material.
9. Teori-teori Tentang Menua
7
Menurut (Dewi S. R., 2014) ada beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial.
a. Teori Biologis
Teori biologis dalam proses penuaan mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi tubuh selama masih hidup. Teori ini lebih menekankan pada
perubahan kondisi tingkat structural sel/organ tubuh, termasuk
didalamnya adalah pengaruh gen patologis.
b. Teori Psikologis
Dalam teori psikologis ini, lansia masih dibagi dalam bebrapa bagian
penting dalam menjalani beberapa proses perkembangan lebih lanjut,
antara lain adalah tugas perkembangan, delapan tingkat kehidupan, dan
teori jung.
c. Teori Sosiologi
Teori sosiologi sendiri terbagi atas 5 teori, yang pertama teori interaksi
sosial teori ini pada lansia terjadi penurunan kekuasaan sehingga
interaksi sosial menajdi berkuarang yang tersisa hanya harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Yang kedua teori
penarikan diri menyatakan menurunnya derajat kesehatan
menyebabkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari
pergaulan disekitarnya, kehilangan ganda yang meliputi kehilangan
peran,hambatan kontak sosial, berkurangnya komitmen, yang ketiga
teori aktivitas menyatakan bahwa seseorang individu harus eksis dan
aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesusksesan di hari tua,
yang ke empat teori berkesinambungan teori ini menyatakan bahwa
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambaran
kelak saat menjadi tua, yang ke lima subculture theory menyatakan
bahwa lansia memiliki norma dan standar budaya sendiri, standard dan
norma budaya ini meliputi perilaku, keyakinan, dan harapan yang
membedakan lansia dari kelompok lain.
d. Perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia menurut efendi (2009) :
a. Perubahan fisik
1. Sel
8
Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan
lebih besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang,
proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut
berkurang. Jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel
akan terganggu, dan otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-
10%
2. Sistem pernafasan
Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya), cepatnyamenurun hubungan
persyarafan, lambat dalam respondan waktu untuk bereaksi
khususnya dengan stress, mengecilnya saraf panca indra, serta
menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan.
3. Sistem pendengarah
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membran timpani
mengalami atrofi, terjadi penggumpalan dan pengerasan serumen
karena peningkatan keratin, pendengara menurun pada lanjut usia
yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.
4. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosisi dan hilangnya respon terhadap
sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, hilangnya daya
akomondasi, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya
membedakan warna biru dengan hijau pada skala pemeriksaan.
5. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung untuk memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkanmenurunnya kontraksidanvolumenya, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan
darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
B. Kemampuan Sosialisasi
1. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang dilakukan
oleh seseorang dalam menghayati (mendarahdagingkan) norma-norma
kelompok tempat ia hidup sehingga menjadi bagian dari kelompok.
(Wahyu, 2017).
Menurut World Health Organization ketidakmampuan bersosialisasi (social
disability) adalah ketidakmampuan individu dalam melakukan hubungan
sosial secara sehat dengan orang-orang disekitarnya. Karena
tidakmampuan mereka untuk bersosialisasi. Ketidakmampuan
bersosialisasi dapat terjadi pada orang yang berusia lanjut atau
bertambahnya usia, seseorang pelan tetapi pasti mulai melepaskan diridari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda. (Azizah, 2011)
2. Aspek-aspek kemampuan dalam bersosialisasi
Menurut Hurlock dalam Bahtiyar 2014 aspek sosialisasi diperoleh dari
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. Sosialisasi
ini memerlukan beberapa aspek, yaitu :
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi anggotanya untuk
dapat diterima, dan harus mampu menyesuaikan prilaku yang dapat
diterima pula.
b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima
Setiap kelompok mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan oleh
para anggotanya dan dituntut untuk dipenuhi.
12
inimenunjukkanbahwalansiatelahmemperlihatkanterjadinyapenur
unanperilakumenarikdiri yang
ditandaidenganmenurunnyagejalasubjektif dan
objektifperilakumenarikdiri pada lansia.
Gejalaobjektifberupameningkatkomunikasi verbal
pesertaterlihatdarimulaimauberbicaradengan orang lain dan
memulaipembicaraan. Gejalasubjektifberupaperasaan yang
awalnyaditolakataumerasatidakdiperhatikanmenjadilebihditerima
ataulebihdiperhatiakan, perasaantidakamansaatberadabersama
orang lain menjadimerasalebihamanberadabersama orang lain,
merasakesepianmenjaditidakkesepian,
karenasudahmerasaadateman yang
bisamendengarkankeluhanatamasalahpribadinya dan
menjadimemilikitemandekat (Yosep&Sutini, 2014)
f) Sesi 6 kemampuanbekerjasama
Pesertabertanya dan memintasesuaikebutuhan pada orang lain,
menjawab dan memberi pada orang lain
sesuaidenganpermintaan.Therapismembuatsebuahpermainan
yang
adakaitannyadengankemampuanbekerjasamaantarpeserta.Taha
pinibertujuanuntukmenghilangkankebosananpesertadalamaktivit
assehari-harinya,
membuatsubjekmerasalebihbanyaktemansehinggamengurangi
rasa kesepiannyakarenasudahberinteraksidengan orang lain,
berbagicerita, pendapat dan
salingmembantusaatadakesulitan.Hal
inimenunjukkanbahwalansiatelahmemperlihatkanterjadinyapenur
unanperilakumenarikdiri yang
ditandaidenganmenurunnyagejalasubjektif dan
objektifperilakumenarikdiri pada lansia.
Gejalaobjektifberupameningkatnyakomunikasi verbal
pesertadengancaraberbicaradengan orang lain dan
memulaipembicaraan. Peserta yang
awalnyatidakmauberinteraksidengan orang lain
menjadimulaiberinteraksidengan orang lain dan
24
D. Pengaruhterapiaktivitaskelompokterhadapkemampuansosialisasi pada
lansia
Sosialisasimeru
pakan proses yang membantuindividu-individubelajar dan menyesuaikandiri,
bagaimanacarahidup, dan berpikirkelompoknya agar
dirinyadapatberperandengankelompoknya.
Sosialisasidiartikansebagaihasildariadanyainteraksisosial, yakni proses
belajarindividudidalam dunia sosialataumasyarakat, proses
mempelajarinorma-norma, nilai, peran dan semuanilaipersyaratanlainnya
yang diperlukanuntukmemungkinkanpartisipasi yang
efektifdalamkehidupansosial. (Jannah, 2017)
1. Tujuan sosialisasi
a. Memberikan ketrampilan pada seseorang untuk dapat hidup
bermasyarakat.
26
1. PenelitianSumaila,
2015denganjudulPengaruhTerapiAktivitasKelompokTerhadapKemampuan
Sosialisasi Pada Lansia Di PantiSosialTresnaWerdhaIlomata Kota
Gorontalo. Penelitianinimerupakanpraeksperimendenganrancanganone
group prestest-posttest design. Jumlahsampel 10 responden, teknikQuota
sampling dengan criteria sampel. Pengumpulan data
dilakukanmelaluilembarobservasikemampuansosialisasi. Hasil
penelitianmenunjukkankemampuansosialisasirespondensebelumdilakukant
erapiaktivitaskelompokresponden yang berada pada
kategorisosialisasitidakmampusebanyak 3 responden (30%), dan
responden yang berada pada kategorisosialisasikurangmampusebanyak 7
responden (70%). Setelah
mendapatperlakuankemampuansosialisasirespondenmeningkat, 3
responden (30%) menjadiketegorisosialisasikurangmampu, dan 7
responden (70%) menjadikategorisosialisasimampu. Hasil uji ststistikUji T
Berpasangannilaip=0,000 (α <0.05),
disimpulkanadapengaruhterapiaktivitaskelompokterhadapkemampuansosia
lisasi pada lansia di PantiSosialTresnaWerdhaIlomata Kota Gorontalo.
Bagilansiadiharapkandapatmenerapkanterapiaktivitaskelompokdalamkehid
upansehari-hari.
2. PenelitianParasari, 2015
denganjudulHubungandukungansosialkeluargadengantingkatdepresi pada
lansiadikelurahanSading. Lansiaadalahkelompoklanjutusia yang
rentanmengalamidepresi. Sampelterdiridari 233 lansia di KelurahanSading
yang diambildenganmenggunakanteknik simple random sampling.
Penelitianinimenggunakanduaskalapengukuranyaituskaladukungansosialke
luarga dan skalatingkatdepresi (Geriatric Depression Scale) yang
diadaptasidariYesavagedkk.(dalamAzizah, 2011). Skala
dukungansosialkeluargaterdiridari 33 item dengannilaireliabilitas = 0,968
dan skalatingkatdepresiterdiridari 30 item dengannilaireliabilitas = 0,948.
Teknik analisis yang digunakan pada penelitianiniadalahkorelasi Rank
Spearman. Hasil analisismenunjukkanbahwaadahubungan yang
signifikanantaradukungansosialkeluargadengantingkatdepresi (p = 0,000; p
< 0,05). Koefisienkorelasi r = -0,847
sehinggadapatdisimpulkandukungansosialkeluargamemilikihubungan yang
29
berlawananarahdengantingkatdepresi. Hal
iniberartibahwasemakintinggidukungansosialkeluarga yang diterima,
makatingkatdepresi pada lansia di KelurahanSadingakanlebihrendah.
30
F. KerangkaTeori
2.1
KerangkaTeori
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ciri atau ukuran yang dimiliki oleh suatu
objek penelitian yang dapat diukur. Variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat, atau ukuran tentang sesuatu yang menjadi konsep
penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Variabel dikarakteristikan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel
merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai
suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian.
(Nursalam, 2017)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ;
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel Independen merupakan variabel yang menjadikan sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat. (Hidayat, 2017)
Pada penelitian ini, variabel independennya (bebas) adalah Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas. (Hidayat, 2017)
Pada penelitian ini Variabel dependenya (terikat) yaitu Kemampuan
Sosialisasi pada Lansia
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesa alternative (Ha)biasa dinyatakan dalam kalimat positif.
Hipotesa alternativ (Ha) : Adanya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
Ha: Adanya Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terhadap
Kemampuan Sosialisasi pada Lansia di Panti Wredha Sultan Fatah
Demak tahun 2019.
32
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis atau Desain Penelitian
Jenis penelitian Quasi Eksperimen dengan menggunakan bentuk
rancangan control group pre test-post testdigunakan dalam penelitian ini.
Desain ini bertujuan mengidentifikasi hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan dua kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi sebelum
dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Dalam
rancangan ini, kelompok eksperimental di berikan perlakuan terapi
TAK:Sosialisasi, sedangkan kelompok kontroltidak diberikan terapi
TAK:Ssosialisasi, pada kedua kelompok diawali dengan pre test
(pengukuran awal) kemampuan sosialisasi dan setelah pemberian
perlakuan diadakan pengukuran kembali post test.(Nursalam, 2017)
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian Pre test-Post Test Whit Control Group
Subjek Pra Perlakuan Post –test
K-A O I O1-A
K-B O - O1-B
33
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. (Nursalam,
2017).Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a) Lansia yang tinggal di Panti Wredha Sultan Fatah Demak
b) Mampu berkomunikasi dengan baik secara verbal
c) Bersedia menjadi responden
2)Kriteria Ekslusi
Menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dari studi karena berbagai sebab, antar lain:
a) Klien tidak bersedia menjadi responden
b) Klien yang mengalami gangguan jiwa
b. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian. (Nursalam, 2017)
Teknik sampling dalam penelitian ini diambil secara Non probability
sampling dengan metode Purposivesampling yaitu suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendakipeneliti,sehingga sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
(Sugiyono, 2017). Dan bila ada sampel yang tidak bersedia untuk
menjadi responden dalam penelitian ini akan dimasukka ke dalam
kelompok kontrol.
6. Definisi Operasioanal Variabel
Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,sehingga
memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena. (Nursalam, 2017). Adapun
definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
36
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian (Azwar, 2009). Pada penelitian ini
instrumen yang digunakan adalah :
a. Buku kerja terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang digunakan untuk
panduan peserta pada saat dilakukan terapi.
b. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
perbandingan atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010). Kuesioner
yang diberikan kepada responden adalah mengenai kemampuan
sosialisasi pada lansia yang menarik diri, belum sesuai standar
(baku).Skala pengukuran ini menggunakan pedoman skala Liker,dengan
tipe ini didapat jawaban yang tegas yaitu “tidak pernah (bernilai 1),
kadang-kadang (bernilai 2), selalu (bernilai 3) dan bersikap tertutup.
Kuesioner terdiri dari 25 pertanyaan tetang kemampuan sosialisasi pada
lansia yang menarik diri dengan pilihan, pertanyaan positif, tidak pernah
nilainya 1, kadang-kadang nilainya 2, dan selalu nilainya 3, pertanyaan
negatif, tidak pernah nilainya 3, kadang-kadang nilainya 2, dan selalu
nilainya: 1. Jenis pertanyaan terdiri dari 25 pertanyaan.
Tabel 3.2
Kisi-kisi kuesioner tentang Kemampuan Sosialisasi
pada lansia
Materi Pertanyaan Pertanyaan Kategori/skor
Positif Negatif
Komponen 1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 11 Kuesioner pertanyaan, mengetahui
Kemampuan 5, 6,9 kemampuan sosialisasi afektif
Sosialisasi dengan menjawab11 pertanyaan.
Afektif Skor dari item pertanyaan afektif 11
dari 25 pertanyaan
Jumlah nilai dari item pertanyaan
afektif dinyatakan dalam
- mampu bersosialisai dengan nilai ≥
40
- tidak mampu bersosialisasi dengan
nilai 40 - ≤ 40
Komponen 12, 13, 18 14, 15, 16, Kuesioner pertanyaan mengetahui
Kemampuan 17 kemampuan sosialisasi kognitif
Sosialisasi dengan menjawab 7 pertanyaan,
Kognitif Skor dari item pertanyaan afektif 7
38
dari 25 pertanyaan
Jumlah nilai dari item pertanyaan
kognitif dinyatakan
- mampu bersosialisai dengan nilai ≥
40
- tidak mampu bersosialisasi dengan
nilai 40 - ≤ 40
Komponen 20, 21, 22, 19 Kuesioner pertanyaan, mengetahui
Kemampuan 23, 24, 25 kemampuan sosialisasi psikomotor
Sosialisasi dengan menjawab 7 pertanyaan.
Perilaku Skor dalam pertanyaan psikomotor 7
(Psikomotor) dari 25 pertanyaan
Jumlah nilai dari item pertanyaan
psikomotor
- mampu bersosialisai dengan nilai ≥
40
- tidak mampu bersosialisasi dengan
nilai 40 - ≤ 40
ri =
Keterangan :
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya item
= varian total
b. Analisa Data
Data yang telah diolah tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis.Tujuan
dari analisadata adalah untukmemperoleh gambaran dari hasil
penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan
hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh
kesimpulan secara umum (Notoatmodjo, 2012). Analisa hasil penelitian
ini akan menganalisa pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap
kemampuan sosialisasi pada lansia.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menurut (Notoatmodjo,
2012) adalah :
1) Analisis univariat
Analisa Univariat yaitu mendiskripsikan distribusi frekuensi masing-
masing variabel penelitian dalam tabel untuk mengetahui jumlah dari
masing-masing kategori variabel. Analisa univariat pada penelitian ini
adalah Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
Rumus analisa univariat :
Keterangan :
Σ = Prosentase hasil
f = Frekuensi yang dihasilkan
N = Jumlah seluruh sampel
2) Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui
interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun
korelasi (Notoatmodjo, 2012).Analisa bivariat dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok
41
Dimana
Z = banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda
T = jumlah renking dari nilai selisih yang negatif (apabila banyaknya
selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negatif).
N = jumlah renking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya
selisih yang negatif > banyaknya selisih yang positif)
Daerah kritis
H0 ditolak jika nilai absolute dari Z hitung diatas > nilai Z 2/α
E. Etika Penelitian
42
F. Jadwal Penelitian
Terlampir
43
G. Alur Penelitian
TAK SOSIALISASI
RESPONDEN
KemampuanSosiali KemampuanSosia
sasi pada lisasi pada lansia
lansiadengan tanpa TAKS
TAKS
Observasi kemampuan
ObservasiKemampuansosial sosialisasi pada lansia
isasi pada lansia (kelompok (kelompok kontrol)
intervensi)
sebelumdilakukan TAKS
Observasikemampuanso
sialisasi pada Hasil Analisa
lansiasetelahdilakukan dan kesimpulan
TAKS
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Sultan Fatah Demak pada bulan
Mei 2019. Penelitian ini dilakukan dengan cara membagi dua kelompok yaitu
kelompok intervensi yang diberiTerapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasisedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak
45
B. Karakteristik Responden
1. Berdasarkan Usia
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
UsiaKelompokIntervensi dan Kontrol dengan Kemampuan Sosialisasi
padaLansiadi Panti WredhaSultan Fatah Demak tahun 2019 (N=30)
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Usia Frekuensi (%) Frekuensi (%)
60-70 8 53.3 10 66.7
71-80 6 40.0 3 20.0
81-90 1 6.7 2 13.3
Total 15 100.0 15 100.0
Sumber : data primer, 2019
Hasil analisa tabel 4.1 terlihat bahwa usia paling tinggi pada kelompok
intervensi yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi antara usia 60-70
sebanyak 8 (53,3%) responden danb terendah usia 81-90 sebanyak 1
responden, sedangkan pada kelompok kontrol yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi antara usia 60-70 sebanyak 10 (66,7%)
responden, sedangkan yang terendah usia 81-90 sebanyak 2 (13,3%)
responden.
46
SD 10 66,7 % 12 80,0 %
SMP 4 26,7 % 3 20,0 %
SMA 1 6,7 % 0 0
Total 15 100% 15 100%
Sumber : data primer, 2019
C. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Kemampuan sosialisasi sebelum dan sesudah dilakukan pemberian
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada kelompok intervensi pada
Lansia di Panti Wredha Sultan Fatah Demak.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemampuan Sosialisasi Sebelum
dan SesudahDilakukan Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi pada Kelompok Intervensi Lansia di Panti Wredha
Sultan Fatah Demak Tahun 2019
Kelompok Intervensi
Kemampuan Sebelum Sesudah
Sosialisasi Presentase Presentase
Frekuensi Frekuensi
% %
Kurang Mampu
11 73,3 % 0 0
Bersosialisasi
Mampu
4 26,7 % 15 100 %
Bersosialisasi
Total 15 100 15 100 %
Sumber : data primer, 2019
Pada tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa pada kelompok
intervensi sebelum dilakukanTerapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada
Lansia di panti Wredha Sultan Fatah Demak mayoritas mengalami kurang
mampu bersosialisasi sebanyak 11 responden (73,3%) dan minoritas
mampu bersosialisasi sebanyak 4 responden (26,7%). Sedangkan
sesudah dilakukanTerapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada Lansia di
Panti Wredha Sultan Fatah Demak seluruh lansia yaitu 15 responden
(100%) telah mampu bersosialisasi.
b. Kemampuan sosialisasi sebelum dan sesudah tanpa dilakukan
pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada kelompok kontrol
pada lansia di panti Wredha Sultan Fatah Demak.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemampuan Sosialisasi Sebelum
dan Sesudah Tanpa Dilakukan Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi pada Kelompok KontrolLansia di Panti
Wredha Sultan Fatah Demak Tahun 2019
Kelompok Kontrol
Kemampuan
Sebelum Sesudah
Sosialisasi
Frekuensi (%) Frekuensi (%)
Kurang Mampu
6 40,0 % 6 40,0 %
Bersosialisasi
48
Mampu
9 60,0 % 9 60,0 %
Bersosialisasi
Total 15 100% 15 100 %
Sumber : data primer, 2019
Pada tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa pada kelompok kontrol
sebelum dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada Lansia di
Panti Wredha Sultan Fatah Demak mayoritas mampu bersosialisasi
sebanyak 9responden (60,0%)dan minoritas kurang mampu bersosialisasi
sebanyak 6 responden (40,0%).Sedangkan sesudah perlakuan tanpa
dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada Lansia di Panti
Wredha Sultan Fatah Demak tidak ada perubahan dalam kemampuan
bersosialisasi.
2. Analisa Bivariat
a. Perbedaankemampuan bersosialisasi sebelum (pre-test) dengan
sesudah (post-test) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan sosialisasi
sebelum perlakuan (pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test)Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
Dalam kelompok intervensi dan observasi awal (pre-test) dengan
observasi akhir (post-test)pada kelompok kontrol menggunakan uji
statistik wilcoxon melalui bantuan komputerisasi terdapat data sebagai
berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Kemampuan Sosialisasi Responden
sebelum dan Sesudah Pre-Test dan Post-Testdi Berikan Perlakuan
Pada Lansia di Panti Wredha Sultan Fatah Demak tahun 2019
Variabel N Kemampuan sosialisasi
Frek. Pre Frek. Post P value
Kelompok intervensi 15
kurang mampubersosialisasi 11 0 0,001
Mampu bersosialisasi 4 15
Kelompok Kontrol 15
Kurang mampu bersosialisasi 6 6 1,000
Mampu bersosialisasi 9 9
Sumber : data primer, 2019
Berdasarkan tabel 4.6 diatas didapatkan hasil analisis uji Wilcoxon
perbedaan kemampuan bersosialisasi sebelum perlakuan(pre-test) dan
sesudah perlakuan (post-test) pada kelompok intervensi, didapatkan p
value sebesar 0,001 < α (0,05) dengan demikian H0 ditolak atau Ha
diterima yang berartiada“pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
49
Tidak Mampu
0 0 6 40,0 % 67.500 0,007
Bersosialisasi
Mampu
15 100% 9 60,0 %
Bersosialisasi
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Kemampuan Sosialisasi Sebelum dan Sesudah pada kelompok intervensi
Menurut data penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa kemampuan sosialisasi sebelum Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi pada Lansia di Panti Wredha Sultan Fatah Demak yang
mengalami kurang mampu bersosialisasi didapatkan mayoritas mengalami
kurang mampu bersosialisasi sebanyak 11 responden (73,3%) dan
minoritas mampu bersosialisasi sebanyak 4 responden (26,7 %).
Sedangkan sesudah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada
Lansia di Panti Wredha Sultan Fatah Demak seluruh lansia yaitu 15
responden (100%) telah mampu bersosialisasi.
Pada kelompok intervensi ini responden yang mengalami kurang
mampu bersosialisasi berjenis kelamin perempuan lebih tinggi (8 orang)
dibandingkan responden berjenis kelamin laki-laki (7 orang) dan yang
mengalami kurang mampu bersosialisasi tertinggi pada usia 60-70
sebanyak 8 (53,3%) responden dan terendah usia 81-90 sebanyak 1
responden dan yang kurang mampuan bersosialisasi tertinggi
berpendidikan SD dengan jumlah 10 responden (66,7 %), sedangkan yang
mengalami kurang mampu bersosialisasi berpendidikan terendah SMA
sebanyak 1 responden (6,7 %). Berdasarkan data diatas menunjukkan
bahwa pada kelompok intervensi sebelum diberikan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi menunjukkan bahwa kurang mampu bersosialisasi
yang dialami lansia dapat berkurang dari yang mengalami kurang mampu
bersosialisasi kebanyakan dirasakan oleh respponden berjenis kelamin
perempuan dengan umur berkisar 60-70 tahunan dan berpendidikan SD
yang biasanya mengalami kurang mampu bersosialisasi sehingga kita
harus memilih terapi yang tepat yaitu terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
Dari hasil penelitian di Panti Wredha Sultan Fatah Demak diketahui
bahwa lansia disana mengalami kemampuan sosialisasi yang berbeda di
Panti Wredha yang mampu bersosialisasi cenderung memiliki sikap
51
akan lebih mudah menerima dan menyerap informasi yang lebih kompleks,
tentang kemampuan sosialisai (Bahtiyar, 2014).
Lansia yang menjadi responden penelitian yiatulansia yang tinggal di
panti wredha sultan fatah demak mendapatkan kesempatan untuk
berinteraksi dengan lingkungan luar lebih terbatas daripada lansia yang
tinggal di komunitas. Semakin sedikitkesempatan lansia untuk bertemu
danberinteraksi dengan orang lain akanberdampak pada semakin besar
lansia untukmengalami perasaan kesepian (Carpenito, 2009).Semakinlama
seorang lansia tinggal di panti makakeadaan-keadaan tersebut akan
seringdialamidisebabkan karena proses penuaan yang terjadi pada lansia
yang mengakibatkanpenurunan fungsi tubuh lansia secara umum. Interaksi
sosial berperan sangat penting terhadap status kesehatan lansia. Salah
satu terapi yang dapat meningkatkan kemampuan interaksi lansia adalah
terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS). TAK sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial. (Keliat B. A., 2014)
Hal inidiperkuat dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pambudi
(2017) di Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU) Jember.Hasil uji t
dependen, dengan kenaikan nilai rata-rata kemampuan interaksi sosial
sebesar 14,11 (22,31 - 37,32). Kemampuan interaksi sosial lansia dengan
kesepian setelah TAKS adalah 94,7% memiliki kemampuan interaksi sosial
baik. Hasil ini menunjukkan nilai p = 0,0005 (CI 95%). Kesimpulan dari hasil
penelitian adalah adanya pengaruh yang sangat bermakna antara TAKS
terhadap kemampuan interaksi sosial pada lansia dengan kesepian di
PSLU Jember.
B. Analisa Bivariat
1. Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan
sosialisasi pre test dan post test pada kelompok intervensi.
Hasil penelitian yang menggunakan uji wilcoxon menunjukkan bahwa
diperoleh ρ value sebesar 0,001 hal ini menunjukkan bahwa nilai ρ value<α
(0,05) dengan demikian H0 ditolak atau Ha diterima yang
berartiada”pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terhadap
Kemampuan Sosialisasi pada Lansia di Panti Wredha Sultan Fatah
Demak” pada kelompok intervensi.
54
C.KeterbatasanPenelitian
Penatalaksanaanpenelitianinitidakluputdariketerbatasan-keterbatasan yang
penelitirasakan dan teridentifikasi :
1. Sampel
Jumlahsampeldalampenelitianinisudahsesuaidenganjumlah minimal
sampel yang dibutuhkan,
namunkemungkinanpenelitianiniakanmenghasilkan data yang
lebihbaikjikadilakukan pada populasi yang
lebihbesardenganjumlahsampel yang lebihbanyak.
2. Waktu
Waktu penelitian pada lansiaselama 2 minggudengan7 sesi dan 7 kali
pertemuanselama 45 menitdenganketentuanwaktu yang
samatentuakanmemperolehhasilpenelitian yang baik.
3. Tempat
Dalampenelitianinipenelitimelakukanterapisecarabersamaandiruangte
rbuka dan pasien duduk denganmembuatlingkaranbesar.
4. Alatpenelitian
Keterbatasan yang
penelitianalamidalammelakukanpenelitianiniantara lain
terapiaktivitaskelompoksosialisasi (TAKS)
merupakanhalbarubagirespondensehinggapenelitiharusmenjelaskandeng
ansebaikmungkinsehinggarespondenpahammanfaat TAKS dan
57
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkanhasilpenelitian dan pembahasan yang
telahdiuraikansebelumnya,
makadapatdiambilbeberapakesimpulansebagaiberikut:
1. Hasil penelitian yang dilakukan pada 14 responden sebelum dilakukan
terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada kelompok kontrol yang
mengalami kurang mampubersosialisasi didapatkan sebanyak 6 responden
(40,0%).
2. Hasil penelitian yang dilakukan pada 14 responden sebelum dilakukan
terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada kelompok intervensi yang
mengalami kurang mampu bersosialisasi didapatkan sebanyak 11
responden (73,3%).
3. Sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada kelompok
kontrol tidak ada perubahan dalam kemampuan
bersosialisasiyaitudidapatkansebanyak 6 responden (40,0%).
4. Sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada kelompok
intervensi yang mengalami kurang mampu bersosialisasi didapatkan
berkurang 11 responden (73,3%). Dari data ini terlihat bahwa kelompok
intervensi ada perubahan.
5. Hasil Uji Wilcoxon didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan
sosialisasi pada lansia dipanti wredha sulta fatah demak tahun 2019
58
B. Saran
1. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Hasil penelitianinidapatdigunakan oleh pihak Universitas Muhammadiyah
Kudus sebagai data-data
terbarudiperpustakaanmengenaipemberianterapiaktivitaskelompoksosialisa
siuntukkemampuansosialisasi dan
sebagaireferensiterbaruuntukbahanajaranperkuliahan.
2. Bagi pengurus di Panti Wredha Sultan Fatah Demak
Setelah diperoleh hasil yang signifikan maka dapat diterapkan untuk
menangani lansia yang kemampuan sosialisasinya berkurang agar dapat
bersosialisasi dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
3. Bagi lansia di Panti Wredha Sultan Fatah Demak
Sebagai acuan untuk meningkatkan sosialisasi dengan lingkungan sekitar,
walaupun tinggal ditempat yang baru dan bersama dengan lansia lain yang
belum pernah ditemui sebelumnya, sehingga akan mengalami
kebahagiaan dimasa tuanya.
4. Bagi petugas kesehatan (Perawat)
Hasil penelitian ini, sebagai bahan tambahan referensi dalam melakukan
asuhan keperawatan, khususnya kejiwaan lansia agar dapat bersosialisasi
dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
5. Bagipenelitiselanjutnya
Hasil
daripenelitianinidapatdigunakansebagaireferensiatausebagaiacuanbagipen
elitianselanjutnya agar
dapatdikembangkanlebihlanjutdenganpenelitianterkaityaitutetangpengaruht
59
erapiaktivitaskelompoksosialisasiterhadapkemampuanlain
sepertiStimulasiPersepsi, StimulasiSensoris, dan Stimulasi
OrientasiRealitas pada Lansia.
DAFTAR PUSTAKA