Oleh :
INTAN BERLIANI
NIM : 1601013
Oleh :
INTAN BERLIANI
NIM : 1601013
ii
SURAT PERNYATAAN
NIM 1601013
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Yang Menyatakan,
Intan Berliani
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Diagnosa Medis Infark Miokard Akut
(Stemi Anterior) Di Ruang Melati Rsud Bangil – Pasuruan
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal :
19 Juni 2019
Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Direktur
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di program D3 Keperawatan di
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
(
Anggota : 1. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes )
2. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep ( )
Mengetahui,
Direktur
v
MOTTO
Intan Berliani
vi
PERSEMBAHAN
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas akhir ini bisa selesai dengan
baik.
Ku persembahkan karya kecil ini. Untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada
saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat ku lemah tak berdaya
(kedua orang tua) yang selalu memanjatkan doa untuk putrimu tercinta dalam setiap
Untuk bapak dan ibu dosen terutama Ibu Dini Prastyo Wijayanti,
S.Kep.NS., M.Kep, Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes, dan Bapak Ns. Kusuma
Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS, terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang sudah
diberikan selama ini, tanpa bapak dan ibu semua itu tidak akan berarti.
Tak lupa juga untuk teman-temanku ( Debi Eka Novia Putri, Enggar Dwi
Anggraini, Firda Lailatus Solichah, Linda Puji Astutik, dan Novi Dwi Lestari )
yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk tujuan
yang harus dicapai, untuk impian yang akan dikejar, untuk sebuah penghargaan,
agar hidup jauh lebih baik dan bermakna, karna tragedi terbesar dalam hidup
bukanlah kematian tapi hidup tanpa tujuan. Teruslah bermimpi dan mewujudkan
tujuan hidupmu.
vii
KATA PENGANTAR
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila pembaca berkenan
memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan.
Sidoarjo, 15 Mei 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Sampul Depan..........................................................................................................i
Lembar Judul............................................................................................................ii
Surat Pernyataan......................................................................................................iii
Lembar Persetujuan..................................................................................................iv
Halaman Pengesahan..............................................................................................v
Motto........................................................................................................................vi
Persembahan...........................................................................................................vii
Kata Pengantar.........................................................................................................viii
Daftar Isi...................................................................................................................ix
Daftar Tabel.............................................................................................................xi
Daftar Gambar..........................................................................................................xii
Daftar Lampiran.......................................................................................................xiii
ix
2.2.3 Perencanaan Keperawatan .................................................32
2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan ..................................................43
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................44
2.3 Kerangka Masalah ........................................................................................... 45
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan
dalam alveoli sekunder kegagalan fungsi jantung ................................ 33
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d
penurunan curah jantung ...................................................................... 34
Tabel 2.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d hipoksia miokard ( oklusi arteri
koroner ) .............................................................................................. 36
Tabel 2.4 Intervensi keperawatan penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama,
dan konduksi elektrikal 37
Tabel 2.5 Intervensi keperawatan intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara
suplay oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan
miokard ................................................................................................. 39
Tabel 2.6 Intervensi keperawatan ansietas b.d perubahan kesehatan dan status sosio-
ekonomi ................................................................................................ 40
Tabel 2.7 Intervensi keperawatan defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi
tentang penyakit, kesalahpahaman terhadap kondisi medis atau terapi yang
dibutuhkan, ketidaktauan tentang sumber informasi, serta kurangnya
kemampuan mengingat ......................................................................... 42
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan Laboraturium.......................................................... 52
Tabel 3.2 Analisa data pada pasien Infark miokard akut...................................... 56
Tabel 3.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d iskemia jaringan miokard ........ 60
Tabel 3.4 Intervensi keperawatan ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot
pernafasan ............................................................................................. 61
Tabel 3.5 Intervensi keperawatan intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara
suplay oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia /nekrosis jaringan
miokard ................................................................................................. 63
Tabel 3.6 Intervensi keperawatan resiko penurunan curah jantung b.d perubahan laju,
irama, dan konduksi elektrikal.............................................................. 65
Tabel 3.7 Implementasi keperawatan pada pasien Infark miokard akut 68
..............
Tabel 3.8 Evaluasi keperawaatan pada pasien Infark miokard akut ..................... 74
xi
DAFTAR
Gambar 3.3 Hasil Foto thorax pada pasien Infark miokard akut...............................54
xii
DAFTAR
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung
adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti
sehingga sel otot jantung mengalami kematian (Robbins SL, Cotran RS, Kumar V,
2007 dalam Pratiwi, 2012). Masyarakat sering menganggap nyeri dada yang menjalar
hanyalah rasa capek biasa, kemungkinan besar itu tanda dari penyakit jantung. Nyeri
pada infark miokard akut tidak bisa hilang sendirinya, meskipun gejala berkurang saat
istirahat. Pada masyarakat masih salah persepsi ketika mereka istirahat, gejala mereka
hilang berarti mereka sembuh. Salah satu penyebab adalah anggapan bahwa penyakit
yang ia derita hanya gejala masuk angin atau angin duduk biasa. Cara yang paling
sering ditempuh untuk mengatasi gejala masuk angin adalah dengan menggosokkan
balsam atau minyak rempah pada tubuh penderita. Setelah itu sering kali dilanjutkan
dengan mengerik, yaitu menggoreskan uang logam pada punggung dan dada hingga
meninggalkan bekas berwarna kemerahan dan berpola seperti tulang sirip ikan. Bekas
goresan yang berwarna lebih merah sampai kehitaman adalah pertanda banyaknya
angin yang masuk ke dalam tubuh. Adapun jika penderita bersendawa saat digosok
atau dikerik, maka angin dianggap sudah berhasil dikeluarkan dari tubuh ( Yahya,
2010 ).
Dari data WHO tahun 2012 menunjukkan bahwa Infark Miokard Akut atau
dunia di akibatkan oleh penyakit kardiovaskuler salah satunya adalah Infark Miokard
Pada tahun 2009, IMA masuk dalam kategori 10 besar penyakit tidak menular
yang menjadi penyebab kematian di rumah sakit di seluruh Indonesia yaitu sekitar
6,25% (Kemenkes, 2012). Di Jawa Timur, IMA merupakan salah satu dari 20
penyakit terbanyak di rumah sakit di provinsi Jawa Timur yaitu sekitar 1,45%
(Dinkes Jawa Timur, 2010). Data yang didapatkan dari RSUD Bangil Pasuruan
pada tahun 2017 terdapat 6 penyakit Infark Miokard Akut ( IMA ) ( Rekam Medik
antara pasokan dan kebutuhan oksigen di jaringan otot jantung. Kebutuhan oksigen di
jaringan otot jantung yang tinggi, tetapi pasokan (supply) oksigen ke daerah tersebut
kurang. Jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu yang cukup lama, lama
kelamaan jaringan otot jantung dapat rusak dan bersifat menetap. Sehingga darah
yang membawa oksigen tidak mencapai otot jantung. Infark miokard yang sering
terjadi karena disebabkan sumbatan pembuluh darah jantung atau ischemia. Tanda
dan gejala dari IMA terjadi nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-
menerus tidak mereda, nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin,
diaphoresis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah. Keluhan
yang khas ialah nyeri dada seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau
tertindih barang berat, dan menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu leher, rahang
tersering pada infark, akibat perubahan keseimbangan elektrolit dan penurunan PH.
Dapat terjadi syok kardiojenik apabila curah jantung sangat berkurang dalam waktu
lama. Setelah infark miokard sembuh, terbentuk jaringan parut yang menggantikan
3
sel-sel miokardium yang mati. Apabila jaringan parut cukup luas, kontraktilitas
Mengingat begitu berbahaya nya Infark Miokard Akut bagi kesehatan maka
perlu diberikan asuhan keperawatan pada pasien Infark Miokard Akut (IMA). Asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat yakni asuhan keperawatan yang efektif dan
mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden Infark Miokard Akut melalui
upaya promotif yang dilakukan dengan cara menganjurkan pada pasien sebisa
cara untuk menanggulanginya. Kuratif yaitu memberikan terapi yang tepat sesuai
dengan perintah dokter. Rehabilitatif yaitu memantau agar tidak terjadi komplikasi
1.3.2.1 Mengkaji pasien dengan diagnosa Infark Mikard Akut di ruang Melati
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat :
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
Miokard Akut.
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
1.5.1 Metode
peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
1.5.2.1 Wawancara
1.5.2.2 Observasi
1.5.2.3 Pemeriksaan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
kesehatan lain.
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena
disebabkan oleh rupture flak ateroma pada arteri koroner yang kemudian
( Muttaqin, 2009 ).
perfusi darah yang tidak adekuat pada jaringan otot jantung. Keadaan ini
2.1.2 Klasifikasi
yang relatif menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan
2.1.3 Etiologi
Intinya IMA terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan
darah mencapai sel – sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu
arteritis.
1
Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak
ibatan tertentu, stress emosional atau nyeri, terpapar suhu dingin yang
ekstrim, merokok.
2) Faktor sirkulasi
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak
akan lepas dari faktor pemompaan dan volume darah yang dipompakan.
3) Faktor darah
COP. Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung,
bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus
2.1.4 Patofisiologi
daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark lahir tergantung
dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami
darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul edema pada sel
jantung akan terlepas dari sel – sel ini menjelang hari kedua atau ketiga
Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis. Kira – kira pada minggu ke-
sistolic dan akhir diastolic ventrikel, dan (7) peningkatan tekanan akhir
sirkulasi dapat ditingkatkan lebih lanjut lewat retensi natrium dan air oleh
kiri sementara akibat dilatasi kompensasi jantung. Bila perlu, dapat terjadi
frekuensi jantung dan daya kontraksi, (2) vasokontriksi umum, (3) retensi
2.1.4.1 Ukuran infark : infark yang melebihi 40% miokardium berkaitan dengan
inferior.
1
2.1.4.3 Fungsi miokardium yang terlibat : infark tua akan membahayakan fungsi
miokardium sisanya.
2.1.4.4 Sirkulasi kolateral : baik melalui anastomosis arteri yang sudah ada atau
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris dan tak
diabetes dan orangtua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat
debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal.
Takikardia, kulit yang pucat, dingin, dan hipotensi ditemukan pada kasus
1
tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior ( Kasron, 2016 ).
2.1.5.1 Klinis
tertahankan lagi.
2.1.5.2 Laboraturium
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam
36-48 jam.
2.1.5.3 EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang
nekrosis.
2.1.6 Penatalaksanaan
2) Morfin
3) NSAID
PA), serta aspirin dan heparin dalam waktu 90 menit sejak onset gejala
4) Mengurangi stress.
Setelah tata laksana awal dan stabilisasi pasien, tujuan berikutnya yaitu
2.1.6.6 Beta blocker untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga kerja
2.1.6.8 Pembedahan
Infark miokardium klasik oleh trias diagnostic yang khas ( Price, 2006
2.1.7.1 Pertama :
Gambaran klinis yang khas terdiri dari nyeri dada yang berlangsung lama
dan hebat, biasanya disertai mual, keringat dingin, muntah, dan perasaan
1) Tetapi, 20% - 60% kasus infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi
atau asimtomatik.
2) Sekitar setengah dari kasus ini benar – benar tersembunyi dan tidak
Meningkatkan kadar enzim – enzim jantung yang dilepaskan oleh sel – sel
2.1.7.3 Ketiga :
3) Tetapi hanya 50% atau 75% pasien infark miokardium akut yang
gelombang Q.
2.1.8.1 Disritmia
Komplikasi paling sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama
Keseimbangan Elektrolit.
2.1.8.3 Tromboemboli
2.1.8.4 Perikarditis
Nyeri dada dari perikarditis akut terjadi tiba-tiba dan berat serta konstan
pada dada anterior. Nyeri ini memburuk dengan inspirasi dan biasanya
2
Ventrikel.
Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang untuk
terkena AMI, yaitu faktor resiko yang bisa di modifikasi dan faktor resiko
1) Merokok
merokok.
2) Konsumsi alkohol
3) Infeksi
4) Hipertensi Sistemik
5) Obesitas
6) Kurang Olahraga
7) Penyakit Diabetes
sebesar 2-4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan
Merupakan faktor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu
diantaranya :
2
1) Usia
2) Jenis kelamin
Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya
3) Riwayat Keluarga
4) RAS
5) Geografi
6) Tipe kepribadian
sinis, gila hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk
metabolisme lipid.
7) Kelas Sosial
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar
2.1.10.2 Dampak pada keluarga : perubahan peran keluarga dapat terjadi setelah
terjadi serangan IMA. Misalnya pada saat dirawat di rumah sakit peran
seorang ibu yang merawat anaknya harus digantikan oleh suami atau
anggota keluarga lainnya yang lain, atau bahkan anak dituntut untuk
2.2.1 Pengkajian
( Nikmatur, 2012 ).
Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama, nomor
dengan stress atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jenis
kelamin lebih sering terjadi pada laki – laki umur 35 tahun dan wanita
punggung, atau lambung yang tidak khas, mual atau pusing, sesak napas
2) Keluhan Utama
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang
rasanya tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal.
Nyeri dapat menyebar ke belakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri,
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang
dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi lengan kiri,
rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan lemah dan
Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin pernah mempunyai
( Underwood, 2012 ).
6) Riwayat Psikososial
Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering muncul
pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang dirasakan
miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang kooperatif dengan
7) Pemeriksaan Fisik
(1) B1 ( Breathing )
pasien.
((2)) Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang
(3)) Perkusi
terakhir dan sebagian falang kedua jari tengah pada tempat yang
(4)) Auskultasi
seperti meniup pipa besi, suara napas lebih keras dan pendek saat
inspirasi.
(2) B2 ( Blood )
(1)) Inspeksi : inspeksi adanya jaringan parut pada dada pasien. Keluhan
(2)) Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada infark miokard
(3) B3 ( Brain )
(4) B4 ( Bladder )
(5) B5 ( Bowel )
masuk rumah sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola makan
kanan. Hepar menjadi besar, keras, tidak nyeri tekan dan halus. Ini
(6) B6 ( Bone )
(1)) Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut, dan
berdebar.
(3)) Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam
pasien tidur dalam 24 jam dan apakah pasien mengalami sulit tidur
sering terbangun dan susah tidur karena nyeri dada dan sesak napas.
saat beraktivitas.
Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu
prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan
2.2.2.1 Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli sekunder
2.2.2.4 Penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan konduksi
elektrikal.
mengingat.
kebutuhan pasien.
Tabel 2.1 Intervensi keperawatan gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan
dalam alveoli sekunder kegagalan fungsi jantung
Tabel 2.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d hipoksia miokard ( oklusi arteri
koroner )
Tabel 2.4 Intervensi keperawatan penurunan curah jantung b.d perubahan laju,
irama, dan konduksi elektrikal
Tabel 2.6 Intervensi keperawatan ansietas b.d perubahan kesehatan dan status
sosio-ekonomi
membantu pasien
dalam mengontrol
kembali perilakunya.
Orientasikan pasien Prefiktabilitas dan
dan keluarganya informasi dapat
tentang prosedur mengurangi ansietas
rutin, serta aktivitas pasien.
yang diperkirakan.
Dorong pasien untuk
berpartisipasi jika
memungkinkan.
Jawab semua Informasi yang
pertanyaan secara akurat mengenai
faktual. Berikan kondisi yang dialami
informasi yang dapat mengurangi
konsisten, ulangi jika rasa takut,
dibutuhkan. memperkuat
hubungan perawat
dan pasien, serta
membantu pasien
dan keluarga dalam
menghadapi kondisi
yang dialami.
Berikan privasi pada Privasi memberikan
pasien dan keluarga. waktu yang
diperlukan untuk
mengekspresikan
perasaan pribadi
pasien, serta dapat
meningkatkan
perasaan saling
mendukung dan
mempromosikan
perilaku yang lebih
adaptif.
Berikan waktu Menyimpan energi
istirahat dan tidur dan meningkatkan
tanpa terganggu, koping adaptif.
serta lingkungan
yang tenang dengan
mengontrol
pengunjung dan
jumlah rangsangan
eksternal.
Kolaborasi dengan Mendorong relaksasi
tenaga kesehatan lain dan istirahat, serta
dalam memberikan mengurangi ansietas.
obat anti-ansietas
43
2.2.4 Implementasi
pasie harus cepat karena manfaat terapi reperfusi paling besar jika terapi
pascaoperasi
Faktor resiko : obesitas, perokok, ras, Endapan lipoprotein Cedera endotel : interaksi antara
umur> 40th, jenis kelamin laki-laki ditunika intima fibrin dan platelet
Ketidakefektifan perfusi
suplai oksigen
Oedema paru
Penurunan curah jantung
Tidak tahu kondisi dan
Gangguan pertukaran gas
Suplai darah kejaringan tak pengobatan ( klien dan
adekuat Kelemahan fisik
keluarga bertanya )
Intoleransi aktivitas
Gambar 2.1 Pohon masalah pada pasien dengan IMA Defisiensi pengetahuan Ansietas
( Sumber : Huda Nurarif, Kusuma, 2013
48
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang
mulai dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi dari
Data diambil tanggal : 27 Desember 2018 Jam : 21.00 Tgl MRS : 27 Desember
2018
Klien adalah seorang laki - laki bernama Tn. H usia 50 tahun beragama islam,
pendidikan terakhir SD, klien menikah dengan Ny. T dan dikaruniai dua orang
anak. Klien MRS pada tanggal 27 Desember 2019 di Ruang Melati RSUD Bangil.
punggung.
dada sebelah kiri kemudian hilang saat dipakai istirahat. Pada tanggal 27
Desember 2018 saat bekerja pasien merasakan nyeri kembali dibagian dada
sebelah kiri dan sesak, pukul 20.00 WIB pasien dibawa ke IGD RSUD Bangil
pengajian.
Pasien selalu mengkonsumsi air putih dengan jumlah 1,5 Liter/hari. Pasien
3.1.2.5 Genogram
Ket :
= Perempuan = Pasien
= Laki – Laki X = Meninggal dunia
= Tinggal serumah
2) Tanda Vital :
3) Respirasi (B1)
Bentuk dada normal chest, tidak ada skoliosis pada susunan ruas tulang
belakang, irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, terdapat retraksi
otot bantu pernafasan, perkusi thorax sonor, getaran sama kanan kiri pada
51
terdapat suara nafas wheezing, pasien mengatakan sesak dan letih setelah
beraktivitas.
Terdapat nyeri dada, irama jantung reguler, ictus cordis teraba kuat
detik, tidak terdapat sianosis, tida terdapat clubbing finger, dan tidak ada
pembesaran JVP.
S = Skala nyeri 6
5) Persyarafan (B3)
terdapat kaku kejang dan kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala, dan tidak ada
6) Genetourinaria (B4)
7) Pencernaan (B5)
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, terdapat caries, dan saat di
listerine. Pasien tidak mengalami kesulitan menelan dan tidak ada pembesaran
tonsil. Tidak ada nyeri abdomen, tidak kembung dan peristaltik usus 10
Tidak terdapat fraktur, tidak ada dislokasi, akral pucat, turgor kulit baik,
5 5
9) Pengindraan (B7)
Pada mata tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pasien bisa
penciuman normal, tidak ada sekret dan mukosa hidung lembab. Pada
telinga tidak ada keluhan. Perasa normal ( bisa merasakan manis, pahit,
asam, asin )
Pada pasien tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada
merasa sempurna dengan apa yang diberikan Allah SWT. Pasien sebagai
kepala keluarga dan sebagai kakek merasa sangat puas terhadap status dan
posisinya didalam keluarga. Pasien sudah mampu menjadi ayah dari anak-
anaknya, tetapi saat sakit tidak bisa mencari uang. Harapan pasien ingin
cepat sembuh dan bisa cepat pulang untuk berkumpul dengan anggota
merupakan ujian dari Allah dan memasrahkan semua kepada tim medis
islam yang taat beribadah selama di rumah dan dirumah sakit, dan pasien
Nama : Tn. H
Darah Lengkap
Neutrofil 9,0
Limfosit 2,5
Monosit 1,0
Eosinofil 0,1
Basofil 0,1
KIMIA KLINIK
LEMAK
FAAL GINJAL
PEMERIKSAAN
PATOLOGI KLINIK
JANTUNG
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
GULA DARAH
Gambar 3.3 Hasil Foto thorax pada pasien Infark Miokard Akut
57
Kesimpulan :
Terapi
lambung, mencegah dan mengobati gangguan pencernaan atau nyeri ulu hati.
jantung.
Intan Berliani
56
ANALISA DATA
Tanggal : 27 – 12 - 2018
Umur : 50 Th
NO RM : 0038xxxx
Do : Pola Nafas
b. GCS 456
c. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º
C
d. Nafas tidak teratur
tambahan : Wheezing
pernafasan
g. Menggunakan NRBM 10
Lpm
5
Do :
dadanya
d. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
Do : adanya iskemia/nekrosis
b. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
5
S = 36º C
perawat
sebelah kiri dan sesak nafas dan konduksi elektrikal penurunan curah
Do : jantung
a. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
b. Terpasang O2 masker 10
Lpm
V1 sampai V4
5
BERDASARKAN PRIORITAS
Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu harus
3.2.2.4 Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan konduksi
elektrikal.
6
Tabel 3.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d iskemia jaringan miokard
nadi,
pernafasan )
TD : Sistolik
(130–139
mmHg),
diastolik (85–
89 mmHg)
N : 60–70
x/menit
RR : 16-24
x/menit
Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot
pernafasan
2. Setelah dilakukan 1. Observasi frekuensi, 1. Mengumpulkan dan
tindakan keperawatan kedalaman pernafasan, menganalisis data pasien
selama 2 x 24 Jam dan ekspansi dada untuk memastikan
diharapkan pasien kepatenan jalan nafas
menunjukkan pola dan pertukaran gas yang
nafas efektif yang adekuat
dibuktikan dengan 2. Auskultasi suara nafas, 2. Adanya suara nafas
status respirasi tidak catat adanya suara tambahan yang abnormal
terganggu. tambahan menentukan intervensi
Kriteria Hasil : yang akan dilakukan
peningkatan tekanan
darah.
4. Jelaskan pola 4. Kegiatan progresif
peningkatan tingkat memberikan beban
aktivitas, misalnya yang terkontrol pada
bangun untuk pergi jantung. Serta
ke toilet atau duduk meningkatkan
dikursi, ambulasi kekuatan dan
progresif, dan mencegah kelelahan.
beristirahat setelah
makan.
5. Evaluasi tanda dan 5. Palpitasi, denyut
gejala yang tidak teratur,
mencerminkan peningkatan nyeri
intoleransi terhada dada, atau dispnea
p
tingkat aktivitas yang mungkin
ada atau menunjukkan
memberitahukan kebutuhan untuk
pada perawat atau perubahan latihan
dokter. atau obat.
6. Kolaborasi dengan 6.Program
tenaga kesehatan lain rehabilitasi jantung
dalam merujuk ke memberikan
program rehabilitas dukungan dan
i
jantung. pengawasan
tambahan, serta
mendorong
partisipasi dalam
proses pemulihan.
6
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan
menjalar ke punggung
S = Skala nyeri
6
T = Nyeri hilang timbul
pencahayaan
x/menit
karakteristik, frekuensi
menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 4
N = 98 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 36,1º C
RR = 26 x/menit
air besar
28 – 12 Memberikan penj elasan untuk makanan
4. – 05.50
cola.
frekuensi
menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 3
22 x/menit
tambahan
duduk dikursi
TD = 120/80 mmHg
N = 80 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36,2º C
7
O :
456
3. TTV :
RR = 22 x/menit
S = 36º C
2018 pola nafas merasa sesak lagi dan merasa lebih baik
O :
3. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
aktivitas
O :
secara mandiri
4. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
O :
5. Kulit lembap
6. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
BAB IV
PEMBAHASAN
pada pasien Tn. H dengan diagnosa medis stemi anterior di ruang melati RSUD
4.1 Pengkajian
pada pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan data
4.1.1 Identitas
Infark Miokard Akut pada laki-laki umur diatas 45 tahun dan pada perempuan
sering terkena dari pada perempuan karena faktor seperti merokok, pendidikan
( Kasron, 2016 ).
8
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, pasien datang dengan keluhan nyeri
dada sebelah kiri dan menjalar ke punggung. Menurut Yuniarta (2011), pada
pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang dirasakan
lebih dari 30 menit. Nyeri dapat menyebar sampai lengan kiri, rahang, bahu
pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus pasien mengatakan tidak
pernah memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, dan diabetes mellitus. Pada
tinjauan pustaka pasien infark miokard akut mungkin pernah memiliki riwayat
dengan tinjauan kasus. Karena perbedaan dalam kebiasaan keluarga, seperti pasien
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri ( edema paru ) (Bararah dan Jauhar,
2013).
Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk dada normal chest, susunan ruas
tulang belaang tidak terjadi skoliosis, Irama nafas tidak teratur dengan jenis
dispnea, adanya retraksi otot bantu nafas intercosta, perkusi thorax sonor, alat
bantu nafas O2 masker 10 lpm, vokal fremitus kanan dan kiri sama, suara nafas
wheezing, tidak terdapat batuk dan tidak terdapat sputum, dan pernafasan 28
x/menit.
Pada tinjauan pustaka didapatkan adanya jaringan parut pada dada pasien.
Keluhan lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium.
Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan infark miokard akut, terdapat bunyi jantung tambahan
8
akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan, batas jantung tidak mengalami
Pada tinjauan kasus didapatkan nyeri dada, irama jantung reguler, ictus
cordis teraba kuat pada ICS V Midclavicula, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal,
tidak terdapat sianosis, tidak terdapat clubbing finger dan tidak ada pembesaran
JVP, tekanan darah 130/80 mmHg dan denyut nadi 100 x/menit dan denyutan kuat
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan tekanan darah 130/80
mmHg ( dalam batas normal ), hal ini terjadi karena tidak terdapat penurunan
merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium
orientasi baik, pasien kooperatif, tidak ada kejang, tisak ada kaku kuduk, tidak ada
brudzinky, tidak ada nyeri kepala, tidak ada pusing, istirahat/tidur : siang ±1
jam/hr, malam ±5 jam/hr, tidak ada kelainan nervus cranialis, pupil isokor, reflek
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan pasien tidak mengalami
hipovolemi, dan haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat
Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk alat kelamin normal, alat kelamin
bersih, menggunakan kateter, dengan jumlah urine 1300cc/24 jam dengan warna
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan pasien tidak mengalami
oliguria dikarenakan intake cairan adekuat 1300cc/24 jam, pasien tidak mengalami
nyeri tekan pada kandung kemih karena tidak terjadi distensi kandung kemih.
anoreksia, mual muntah, perubahan berat badan, terdapat nyeri tekan pada ke
empat kuadran, penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama infark
terdapat caries, gigi bersih, saat di rumah sakit belum gosok gigi tetapi melakukan
oral hygiene menggunakan listerine, tidak ada nyeri abdomen, peristaltik usus 10
x/menit, nafsu makan baik ( 3 x sehari), saat sakit ( 3 x sehari ), jenis minuman
sebelum sakit air putih sebanyak 1500 cc/hari dan saat sakit juga air putih
sebanyak 1500 cc/hari, berat badan sebelum sakit 65 kg, saat sakit 65 kg.
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan saat di rumah sakit pasien
8
lelah dan kelemahan, dispnea saat istirahat maupun saat aktivitas, kulit pucat,
Pada tinjauan kasus didapatkan pasien terpasang infus ditangan kiri dan
pucat, kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (rom) bebas, kekuatan otot : 5/5
5/5, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, turgor baik, CRT <3 detik, tidak ada
oedema, kulit bersih, kemampuan melakukan ADL dibantu oleh keluarga, suhu :
pertukaran gas.
keperawatan, yaitu :
4.2.1 Gangguan pertukaran gas dengan akumulasi cairan dalam alveoli sekunder
curah jantung.
4.2.3 Nyeri akut berhubungan dengan hipoksia miokard ( oklusi arteri koroner ).
4.2.4 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan laju, irama, dan
konduksi elektrikal.
8
kemampuan mengingat.
penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan laju, irama dan konduksi
batasan karakteristik.
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak muncul ketidakefektifan perfusi
pasien tidak mengalami edema dan penurunan nadi perifer, tidak muncul diagnosa
ekonomi dikarenakan pasien tidak mengalami putus asa dan kesedihan yang
biasanya terjadi kesenjangan yang cukup berarti karena perencanaan pada tinjauan
miokard terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu
dengan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan kasus ditambahkan rencana tindakan
observasi frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada yang berguna untuk
pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan kasus ditambahkan kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain dalam merujuk ke program rehabilitasi jantung yang
pemulihan.
perubahan laju, irama dan konduksi elektrikal terjadi kesenjangan antara tinjauan
8
pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan kasus ditambahkan lakukan
pengukuran tekanan darah. Bandingkan hasil pada setiap lengan, saat duduk,
berbaring, dan berdiri yang berguna untuk mengetahui akibat nyeri, ansietas, dan
telah disusun dan diwujudkan pada pasien dan ada pendokumentasian serta
intervensi keperawatan.
kiri dan menjalar ke punggung, nyeri seperti diremas-remas dengan skala 6, nyeri
hilang timbul )
ekspansi dada ( irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, terdapat retraksi
kepada pasien setelah pulang dari rumah sakit diharapkan untuk rutin kontrol
peningkatan dari posisi berbaring dan duduk yang dipengaruhi oleh tonus otot
( ketika berbaring lebih kecil dibandingkan dengan tonus pada saat duduk tonus
otot meningkat sehingga oksigen yang dibutuhkan menjadi lebih besar. Keadaan
ini menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan tekanan diastolik serta denyut
jantung )
kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilaksanakan karena
karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu nyeri berkurang.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan
8
karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu pola nafas
kembali efektif yang dibuktikan dengan status respirasi tidak terganggu. Hal ini
sesuai dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan keperawatan
pernafasan yaitu pola nafas kembali efektif yang dibuktikan dengan status
keperawatan pasien teratasi karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh
perawat yaitu mampu bertoleransi dengan aktivitas. Hal ini sesuai dengan teori
menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan keperawatan dari diagnosa
keperawatan pasien tidak terjadi karena masih berupa resiko dan tujuan yang
ditetapkan oleh perawat yaitu tidak terjadi penurunan curah jantung. Hal ini sesuai
dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan keperawatan dari
irama, dan konduksi elektrikal yaitu tidak terjadi penurunan curah jantung.
9
Hasil evaluasi pada Tn. H sudah sesuai dengan harapan karena semua
masalah teratasi dan kondisi Tn. H sudah membaik dari sebelumnya sehingga Tn.
BAB V
PENUTUP
secara langsung pada pasien dengan kasus Stemi Anterior di Ruang Melati RSUD
Sidoarjo, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat
Anterior.
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa medis Stemi Anterior, maka penulis dapat mengambil
5.1.1 Pada pengkajian pasien didapatkan nyeri dada sebelah kiri dan menjalar ke
punggung seperti di remas – remas dengan skala nyeri 6, nyeri hilang timbul
dan letih setelah beraktivitas. Terdapat irama nafas tidak teratur dengan jenis
dispnea, terdapat retraksi otot bantu pernafasan, menggunakan alat bantu nafas
5.1.2 Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut, ketidakefektifan pola
5.1.3 Pada masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
kriteria hasil pasien tampak rileks, tidak memegangi daerah yang nyeri, skala
nyeri 1-3 (ringan), TTV dalam batas normal 130-139 (sistole) 85-89 (diastole),
Nadi 60-100 x/menit, Pernafasan 16-24 x/menit. Pada evaluasi akhir didapatkan
9
hasil nyeri dada dengan skala 3 dan tekanan darah pasien 130/80 mmHg, nadi
mandiri, dan menunjukkan jalan nafas yang paten. Pada evaluasi akhir
didapatkan pasien tidak merasa sesak lagi dengan respirasi 22 x/menit, tidak
keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil paien mampu melakukan
alat, dan tidak ada peningkatan dalam tekanan darah, nadi dan respirasi. Pada
evaluasi akhir didapatkan pasien merasa sudah tidak lemah saat aktivitas,
dari satu tempat ke tempat lain tanpa bantuan alat dan orang lain.
5.1.6 Pada masalah keperawatan resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil TTV dalam batas normal
Pernafasan 16-24 x/menit, tidak terdapat edema paru, dan tidak ada penurunan
kesadaran. Pada evaluasi akhir didapatkan pasien dengan tekanan darah pasien
tidak terdapat S3 dan S4, tidak terjadi oliguria dan kesadaran composmentis
5.2 Saran
sama yang baik antara tim kesehatan dan pasien serta keluarga yang ditujukan
DAFTAR PUSTAKA
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. (2007). Buku Ajar Patologi Volume 2 edisi 7.
Jakarta : EGC
Rekam Medik RSUD Bangil Pasuruan. 2017 Infark Miokard Akut di Ruang
CVCU RSUD Bangil Pasuruan: Rekam Medik RSUD Bangil Pasuruan
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walia. (2012). Proses Keperawatan Teori &
Aplikasi. Yogyakarta : AR RUZZ MEDIA