Oleh :
INTAN BERLIANI
NIM : 1601013
Oleh :
INTAN BERLIANI
NIM : 1601013
ii
SURAT PERNYATAAN
NIM : 1601013
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Yang Menyatakan,
Intan Berliani
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Diagnosa Medis Infark Miokard Akut
(Stemi Anterior) Di Ruang Melati Rsud Bangil ± Pasuruan
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal :
19 Juni 2019
Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Direktur
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di program D3 Keperawatan di
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Mengetahui,
Direktur
v
MOTTO
Intan Berliani
vi
PERSEMBAHAN
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas akhir ini bisa selesai dengan
baik.
Ku persembahkan karya kecil ini. Untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada
saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat ku lemah tak berdaya (kedua
orang tua) yang selalu memanjatkan doa untuk putrimu tercinta dalam setiap sujud-
Untuk bapak dan ibu dosen terutama Ibu Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.NS.,
M.Kep, Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes, dan Bapak Ns. Kusuma Wijaya Ridi
Putra, S.Kep.,MNS, terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang sudah diberikan
selama ini, tanpa bapak dan ibu semua itu tidak akan berarti.
Tak lupa juga untuk teman-temanku ( Debi Eka Novia Putri, Enggar Dwi
Anggraini, Firda Lailatus Solichah, Linda Puji Astutik, dan Novi Dwi Lestari ) yang
selalu memberi semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk tujuan yang
harus dicapai, untuk impian yang akan dikejar, untuk sebuah penghargaan, agar
hidup jauh lebih baik dan bermakna, karna tragedi terbesar dalam hidup bukanlah
kematian tapi hidup tanpa tujuan. Teruslah bermimpi dan mewujudkan tujuan
hidupmu.
vii
KATA PENGANTAR
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila pembaca berkenan
memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan.
Sidoarjo, 15 Mei 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Sampul Depan ........................................................................................................ i
Lembar Judul .......................................................................................................... ii
Surat Pernyataan ..................................................................................................... iii
Lembar Persetujuan ................................................................................................ iv
Halaman Pengesahan ............................................................................................. v
Motto ...................................................................................................................... vi
Persembahan .......................................................................................................... vii
Kata Pengantar ....................................................................................................... viii
Daftar Isi ................................................................................................................. ix
Daftar Tabel ........................................................................................................... xi
Daftar Gambar ........................................................................................................ xii
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xiii
ix
2.2.3 Perencanaan Keperawatan ................................................. 32
2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan .................................................. 43
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................ 44
2.3 Kerangka Masalah ........................................................................................... 45
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan
dalam alveoli sekunder kegagalan fungsi jantung ................................ 33
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d
penurunan curah jantung ...................................................................... 34
Tabel 2.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d hipoksia miokard ( oklusi arteri
koroner ) ............................................................................................... 36
Tabel 2.4 Intervensi keperawatan penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama,
dan konduksi elektrikal ......................................................................... 37
Tabel 2.5 Intervensi keperawatan intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara
suplay oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan
miokard ................................................................................................. 39
Tabel 2.6 Intervensi keperawatan ansietas b.d perubahan kesehatan dan status sosio-
ekonomi ................................................................................................ 40
Tabel 2.7 Intervensi keperawatan defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi
tentang penyakit, kesalahpahaman terhadap kondisi medis atau terapi yang
dibutuhkan, ketidaktauan tentang sumber informasi, serta kurangnya
kemampuan mengingat ......................................................................... 42
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan Laboraturium.......................................................... 52
Tabel 3.2 Analisa data pada pasien Infark miokard akut...................................... 56
Tabel 3.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d iskemia jaringan miokard ........ 60
Tabel 3.4 Intervensi keperawatan ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot
pernafasan ............................................................................................. 61
Tabel 3.5 Intervensi keperawatan intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara
suplay oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia /nekrosis jaringan
miokard ................................................................................................. 63
Tabel 3.6 Intervensi keperawatan resiko penurunan curah jantung b.d perubahan laju,
irama, dan konduksi elektrikal.............................................................. 65
Tabel 3.7 Implementasi keperawatan pada pasien Infark miokard akut .............. 68
Tabel 3.8 Evaluasi keperawaatan pada pasien Infark miokard akut ..................... 74
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 Hasil EKG pada pasien Infark miokard akut ........................................54
Gambar 3.3 Hasil Foto thorax pada pasien Infark miokard akut ..............................54
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung
adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti
sehingga sel otot jantung mengalami kematian ( Robbins SL, Cotran RS, Kumar V,
2007 dalam Pratiwi, 2012 ). Masyarakat sering menganggap nyeri dada yang
menjalar hanyalah rasa capek biasa, kemungkinan besar itu tanda dari penyakit
jantung. Nyeri pada infark miokard akut tidak bisa hilang sendirinya, meskipun
gejala berkurang saat istirahat. Pada masyarakat masih salah persepsi ketika mereka
istirahat, gejala mereka hilang berarti mereka sembuh. Salah satu penyebab adalah
anggapan bahwa penyakit yang ia derita hanya gejala masuk angin atau angin
duduk biasa. Cara yang paling sering ditempuh untuk mengatasi gejala masuk angin
adalah dengan menggosokkan balsam atau minyak rempah pada tubuh penderita.
Setelah itu sering kali dilanjutkan dengan mengerik, yaitu menggoreskan uang
logam pada punggung dan dada hingga meninggalkan bekas berwarna kemerahan
dan berpola seperti tulang sirip ikan. Bekas goresan yang berwarna lebih merah
sampai kehitaman adalah pertanda banyaknya angin yang masuk ke dalam tubuh.
Adapun jika penderita bersendawa saat digosok atau dikerik, maka angin dianggap
Dari data WHO tahun 2012 menunjukkan bahwa Infark Miokard Akut atau
kematian pertama, dengan angka mortalitas 2.200.000 ( 14% ) ( WHO, 2008 ). Pada
tahun 2009, IMA masuk dalam kategori 10 besar penyakit tidak menular yang
menjadi penyebab kematian di rumah sakit di seluruh Indonesia yaitu sekitar 6,25%
(Kemenkes, 2012). Di Jawa Timur, IMA merupakan salah satu dari 20 penyakit
terbanyak di rumah sakit di provinsi Jawa Timur yaitu sekitar 1,45% (Dinkes Jawa
Timur, 2010). Data yang didapatkan dari RSUD Bangil Pasuruan pada tahun 2017
terdapat 6 penyakit Infark Miokard Akut ( IMA ) ( Rekam Medik RSUD Bangil,
2017 ).
antara pasokan dan kebutuhan oksigen di jaringan otot jantung. Kebutuhan oksigen
di jaringan otot jantung yang tinggi, tetapi pasokan (supply) oksigen ke daerah
tersebut kurang. Jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu yang cukup lama,
lama kelamaan jaringan otot jantung dapat rusak dan bersifat menetap. Sehingga
darah yang membawa oksigen tidak mencapai otot jantung. Infark miokard yang
sering terjadi karena disebabkan sumbatan pembuluh darah jantung atau ischemia.
Tanda dan gejala dari IMA terjadi nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus-menerus tidak mereda, nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin,
diaphoresis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah. Keluhan
yang khas ialah nyeri dada seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau
tertindih barang berat, dan menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu leher, rahang
tersering pada infark, akibat perubahan keseimbangan elektrolit dan penurunan PH.
Dapat terjadi syok kardiojenik apabila curah jantung sangat berkurang dalam waktu
lama. Setelah infark miokard sembuh, terbentuk jaringan parut yang menggantikan
3
sel-sel miokardium yang mati. Apabila jaringan parut cukup luas, kontraktilitas
Mengingat begitu berbahaya nya Infark Miokard Akut bagi kesehatan maka
perlu diberikan asuhan keperawatan pada pasien Infark Miokard Akut (IMA).
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat yakni asuhan keperawatan yang
efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden Infark Miokard
Akut melalui upaya promotif yang dilakukan dengan cara menganjurkan pada
terapi yang tepat sesuai dengan perintah dokter. Rehabilitatif yaitu memantau agar
tidak terjadi komplikasi yang lebih berat pada organ tubuh lainnya.
1.3.2.1 Mengkaji pasien dengan diagnosa Infark Mikard Akut di ruang Melati
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat :
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
Miokard Akut.
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
1.5.1 Metode
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
1.5.2.1 Wawancara
1.5.2.2 Observasi
1.5.2.3 Pemeriksaan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat
lain.
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena
disebabkan oleh rupture flak ateroma pada arteri koroner yang kemudian
2009 ).
darah yang tidak adekuat pada jaringan otot jantung. Keadaan ini
2.1.2 Klasifikasi
yang relatif menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan
2.1.3 Etiologi
Intinya IMA terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
arteritis.
10
Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak
ibatan tertentu, stress emosional atau nyeri, terpapar suhu dingin yang
ekstrim, merokok.
2) Faktor sirkulasi
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak
akan lepas dari faktor pemompaan dan volume darah yang dipompakan.
3) Faktor darah
COP. Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung,
bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus
2.1.4 Patofisiologi
dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran
infark lahir tergantung dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir
daerah ini mengalami nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah
kiri. Daerah yang biasanya terserang infark adalah bagian inferior, lateral,
aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul edema pada sel
akan terlepas dari sel ± sel ini menjelang hari kedua atau ketiga mulai
Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis. Kira ± kira pada minggu ke-
otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia
pada iskemia : (1) daya kontraksi menurun, (2) gerakan dinding abnormal,
sistolic dan akhir diastolic ventrikel, dan (7) peningkatan tekanan akhir
frekuensi jantung dan daya kontraksi, (2) vasokontriksi umum, (3) retensi
natrium dan air, (4) dilatasi ventrikel, (5)hypertrofi ventrikel. Tetapi semua
2.1.4.1 Ukuran infark : infark yang melebihi 40% miokardium berkaitan dengan
inferior.
14
2.1.4.3 Fungsi miokardium yang terlibat : infark tua akan membahayakan fungsi
miokardium sisanya.
2.1.4.4 Sirkulasi kolateral : baik melalui anastomosis arteri yang sudah ada atau
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris dan tak
diabetes dan orangtua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat
debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal.
Takikardia, kulit yang pucat, dingin, dan hipotensi ditemukan pada kasus
15
yang relatif lebih berat, kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak
2.1.5.1 Klinis
mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas,
tertahankan lagi.
6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
7) Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
2.1.5.2 Laboraturium
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-
48 jam.
2.1.5.3 EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
nekrosis.
2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan awal tata laksana infark miokard akut yaitu mengembalikan perfusi
2) Morfin
3) NSAID
PA), serta aspirin dan heparin dalam waktu 90 menit sejak onset gejala
4) Mengurangi stress.
Setelah tata laksana awal dan stabilisasi pasien, tujuan berikutnya yaitu
2.1.6.6 Beta blocker untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga kerja
aterosklerosis.
18
2.1.6.8 Pembedahan
Infark miokardium klasik oleh trias diagnostic yang khas ( Price, 2006
2.1.7.1 Pertama :
Gambaran klinis yang khas terdiri dari nyeri dada yang berlangsung lama
dan hebat, biasanya disertai mual, keringat dingin, muntah, dan perasaan
1) Tetapi, 20% - 60% kasus infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi
atau asimtomatik.
2) Sekitar setengah dari kasus ini benar ± benar tersembunyi dan tidak
2.1.7.2 Kedua
Meningkatkan kadar enzim ± enzim jantung yang dilepaskan oleh sel ± sel
2.1.7.3 Ketiga :
3) Tetapi hanya 50% atau 75% pasien infark miokardium akut yang
gelombang Q.
2.1.8.1 Disritmia
Komplikasi paling sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama
Elektrolit.
2.1.8.3 Tromboemboli
Studi pada 924 kasus kematian akibat IM akut menunjukkan adanya trombi
mural pada 44% kasus pada endokardium. Studi autopsy menunjukkan 10%
atau mesenterium.
2.1.8.4 Perikarditis
Dressler dan sering disebut Sindrom Dissler. Biasanya terjadi setelah infark
Nyeri dada dari perikarditis akut terjadi tiba-tiba dan berat serta konstan
pada dada anterior. Nyeri ini memburuk dengan inspirasi dan biasanya
21
Ventrikel.
Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang untuk
terkena AMI, yaitu faktor resiko yang bisa di modifikasi dan faktor resiko
ini diantaranya :
22
1) Merokok
merokok.
2) Konsumsi alkohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alkohol dosis rendah
3) Infeksi
4) Hipertensi Sistemik
5) Obesitas
6) Kurang Olahraga
7) Penyakit Diabetes
sebesar 2-4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan
Merupakan faktor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu
diantaranya :
24
1) Usia
Resiko meningkat pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun
2) Jenis kelamin
Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya
3) Riwayat Keluarga
4) RAS
Insidensi kematian akibat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris
5) Geografi
6) Tipe kepribadian
sinis, gila hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk
metabolisme lipid.
7) Kelas Sosial
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar
2.1.10.2 Dampak pada keluarga : perubahan peran keluarga dapat terjadi setelah
terjadi serangan IMA. Misalnya pada saat dirawat di rumah sakit peran
seorang ibu yang merawat anaknya harus digantikan oleh suami atau
anggota keluarga lainnya yang lain, atau bahkan anak dituntut untuk
2.2.1 Pengkajian
Nikmatur, 2012 ).
Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama, nomor
dengan stress atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jenis
kelamin lebih sering terjadi pada laki ± laki umur 35 tahun dan wanita lebih
punggung, atau lambung yang tidak khas, mual atau pusing, sesak napas
2) Keluhan Utama
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang
rasanya tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal.
Nyeri dapat menyebar ke belakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri,
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang
dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi lengan kiri,
rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing.
( Yuniarta, 2011 ).
Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin pernah mempunyai
2012 ).
6) Riwayat Psikososial
Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering muncul
pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang dirasakan
miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang kooperatif dengan
7) Pemeriksaan Fisik
(1) B1 ( Breathing )
pasien.
((2)) Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang
(3)) Perkusi
terakhir dan sebagian falang kedua jari tengah pada tempat yang
(4)) Auskultasi
seperti meniup pipa besi, suara napas lebih keras dan pendek saat
inspirasi.
((4)) Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas saat inspirasi
(2) B2 ( Blood )
(2)) Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada infark miokard
(3) B3 ( Brain )
bangun, duduk atau istirahat dan nyeri dada yang timbulnya mendadak.
(4) B4 ( Bladder )
(5) B5 ( Bowel )
masuk rumah sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola makan
setelah sakit. Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat,
kanan. Hepar menjadi besar, keras, tidak nyeri tekan dan halus. Ini
(6) B6 ( Bone )
(1)) Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut, dan
berdebar.
(3)) Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam
pasien tidur dalam 24 jam dan apakah pasien mengalami sulit tidur dan
terbangun dan susah tidur karena nyeri dada dan sesak napas.
saat beraktivitas.
Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu harus
2.2.2.1 Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli sekunder
2.2.2.4 Penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan konduksi
elektrikal.
mengingat.
kebutuhan pasien.
Tabel 2.1 Intervensi keperawatan gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan
dalam alveoli sekunder kegagalan fungsi jantung
Tabel 2.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d hipoksia miokard ( oklusi arteri
koroner )
Tabel 2.4 Intervensi keperawatan penurunan curah jantung b.d perubahan laju,
irama, dan konduksi elektrikal
Tabel 2.6 Intervensi keperawatan ansietas b.d perubahan kesehatan dan status
sosio-ekonomi
membantu pasien
dalam mengontrol
kembali perilakunya.
Orientasikan pasien Prefiktabilitas dan
dan keluarganya informasi dapat
tentang prosedur mengurangi ansietas
rutin, serta aktivitas pasien.
yang diperkirakan.
Dorong pasien untuk
berpartisipasi jika
memungkinkan.
Jawab semua Informasi yang
pertanyaan secara akurat mengenai
faktual. Berikan kondisi yang dialami
informasi yang dapat mengurangi
konsisten, ulangi jika rasa takut,
dibutuhkan. memperkuat
hubungan perawat
dan pasien, serta
membantu pasien
dan keluarga dalam
menghadapi kondisi
yang dialami.
Berikan privasi pada Privasi memberikan
pasien dan keluarga. waktu yang
diperlukan untuk
mengekspresikan
perasaan pribadi
pasien, serta dapat
meningkatkan
perasaan saling
mendukung dan
mempromosikan
perilaku yang lebih
adaptif.
Berikan waktu Menyimpan energi
istirahat dan tidur dan meningkatkan
tanpa terganggu, koping adaptif.
serta lingkungan
yang tenang dengan
mengontrol
pengunjung dan
jumlah rangsangan
eksternal.
Kolaborasi dengan Mendorong relaksasi
tenaga kesehatan lain dan istirahat, serta
dalam memberikan mengurangi ansietas.
obat anti-ansietas
42
2.2.4 Implementasi
pasie harus cepat karena manfaat terapi reperfusi paling besar jika terapi
pascaoperasi
Faktor resiko : obesitas, perokok, ras, Endapan lipoprotein Cedera endotel : interaksi antara
umur> 40th, jenis kelamin laki-laki ditunika intima fibrin dan platelet
Ketidakefektifan perfusi
Iskemia Tidak seimbang kebutuhan dengan
jaringan perifer
suplai oksigen
Oedema paru
Penurunan curah jantung Tidak tahu kondisi dan
Gangguan pertukaran gas
Suplai darah kejaringan tak pengobatan ( klien dan
adekuat Kelemahan fisik
keluarga bertanya )
Intoleransi aktivitas
Gambar 2.1 Pohon masalah pada pasien dengan IMA Defisiensi pengetahuan Ansietas
( Sumber : Huda Nurarif, Kusuma, 2013
46
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang
mulai dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi dari
Data diambil tanggal : 27 Desember 2018 Jam : 21.00 Tgl MRS : 27 Desember
2018
Klien adalah seorang laki - laki bernama Tn. H usia 50 tahun beragama islam, klien
terakhir SD, klien menikah dengan Ny. T dan dikaruniai dua orang anak. Klien
punggung.
nyeri dada sebelah kiri kemudian hilang saat dipakai istirahat. Pada tanggal
dada sebelah kiri dan sesak, pukul 20.00 WIB pasien dibawa ke IGD RSUD
21.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang melati. Pada saat pengkajian pasien
47
riwayat penyakit seperti HT dan DM, tidak pernah melakukan operasi, dan
pengajian.
Pasien selalu mengkonsumsi air putih dengan jumlah 1,5 Liter/hari. Pasien
3.1.2.5 Genogram
Ket :
= Perempuan = Pasien
= Tinggal serumah
2) Tanda Vital :
3) Respirasi (B1)
Bentuk dada normal chest, tidak ada skoliosis pada susunan ruas tulang
belakang, irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, terdapat retraksi
otot bantu pernafasan, perkusi thorax sonor, getaran sama kanan kiri pada
49
vokal premitus, menggunakan alat bantu nafas NRBM 10 Lpm, dan terdapat
beraktivitas.
4) Kardiovaskuler (B2)
Terdapat nyeri dada, irama jantung reguler, ictus cordis teraba kuat pada
ICS V Midclavicula, dunyi jantung S1 dan S2 Tunggal, CRT <3 detik, tidak
terdapat sianosis, tida terdapat clubbing finger, dan tidak ada pembesaran
JVP.
S = Skala nyeri 6
5) Persyarafan (B3)
kaku kejang dan kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala, dan tidak ada kelainan
terbangun.
6) Genetourinaria (B4)
7) Pencernaan (B5)
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, terdapat caries, dan saat di
pembesaran tonsil. Tidak ada nyeri abdomen, tidak kembung dan peristaltik
Tidak terdapat fraktur, tidak ada dislokasi, akral pucat, turgor kulit baik,
5 5
9) Pengindraan (B7)
Pada mata tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pasien bisa
penciuman normal, tidak ada sekret dan mukosa hidung lembab. Pada
telinga tidak ada keluhan. Perasa normal ( bisa merasakan manis, pahit,
asam, asin )
Pada pasien tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada
merasa sempurna dengan apa yang diberikan Allah SWT. Pasien sebagai
kepala keluarga dan sebagai kakek merasa sangat puas terhadap status dan
posisinya didalam keluarga. Pasien sudah mampu menjadi ayah dari anak-
anaknya, tetapi saat sakit tidak bisa mencari uang. Harapan pasien ingin
cepat sembuh dan bisa cepat pulang untuk berkumpul dengan anggota
ujian dari Allah dan memasrahkan semua kepada tim medis untuk
sering dijenguk oleh keluarga dan hubungan pasien dengan keluarga sangat
baik.
islam yang taat beribadah selama di rumah dan dirumah sakit, dan pasien
Nama : Tn. H
Darah Lengkap
Neutrofil 9,0
Limfosit 2,5
Monosit 1,0
Eosinofil 0,1
Basofil 0,1
KIMIA KLINIK
LEMAK
FAAL GINJAL
PEMERIKSAAN
PATOLOGI KLINIK
JANTUNG
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
GULA DARAH
Gambar 3.3 Hasil Foto thorax pada pasien Infark Miokard Akut
55
Kesimpulan :
Terapi
lambung, mencegah dan mengobati gangguan pencernaan atau nyeri ulu hati.
jantung.
Intan Berliani
56
ANALISA DATA
Tanggal : 27 ± 12 - 2018
Umur : 50 Th
NO RM : 0038xxxx
Do : Pola Nafas
b. GCS 456
c. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
tambahan : Wheezing
pernafasan
g. Menggunakan NRBM 10
Lpm
57
Do :
dadanya
d. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
Do : adanya iskemia/nekrosis
b. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
58
S = 36º C
perawat
sebelah kiri dan sesak nafas dan konduksi elektrikal penurunan curah
Do : jantung
a. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
b. Terpasang O2 masker 10
Lpm
V1 sampai V4
59
BERDASARKAN PRIORITAS
Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu harus
3.2.2.4 Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan konduksi
elektrikal.
60
Tabel 3.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d iskemia jaringan miokard
nadi,
pernafasan )
TD : Sistolik
(130±139
mmHg),
diastolik (85±
89 mmHg)
N : 60±70
x/menit
RR : 16-24
x/menit
Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot
pernafasan
2. Setelah dilakukan 1. Observasi frekuensi, 1. Mengumpulkan dan
tindakan keperawatan kedalaman pernafasan, menganalisis data pasien
selama 2 x 24 Jam dan ekspansi dada untuk memastikan
diharapkan pasien kepatenan jalan nafas dan
menunjukkan pola pertukaran gas yang
nafas efektif yang adekuat
dibuktikan dengan 2. Auskultasi suara nafas, 2. Adanya suara nafas
status respirasi tidak catat adanya suara tambahan yang abnormal
terganggu. tambahan menentukan intervensi
Kriteria Hasil : yang akan dilakukan
1) Mendemonstrasi selanjutnya oleh perawat
kan latihan nafas 3. Posisikan pasien untuk 3. Membantu ekspansi
dalam secara memaksimalkan ventilasi paru dan pernafasan
mandiri ( posisi semi fowler ) normal
2) Menunjukkan 4. Ajarkan untuk 4.Meningkatkan
jalan nafas yang melakukan deep kekuatan otot pernafasan
paten (pasien breathing exercis ( dan fungsi ventilasi paru
tidak merasa latihan nafas dalam ) serta memperbaiki
tercekik, irama secara mandiri oksigenasi jaringan
nafas, frekuensi 5. Pantau TTV tiap jam 5. Mengumpulkan dan
pernafasan dalam menganalisis data
62
peningkatan tekanan
darah.
4. Jelaskan pola 4. Kegiatan progresif
peningkatan tingkat memberikan beban
aktivitas, misalnya yang terkontrol pada
bangun untuk pergi jantung. Serta
ke toilet atau duduk meningkatkan
dikursi, ambulasi kekuatan dan
progresif, dan mencegah kelelahan.
beristirahat setelah
makan.
5. Evaluasi tanda dan 5. Palpitasi, denyut
gejala yang tidak teratur,
mencerminkan peningkatan nyeri
intoleransi terhadap dada, atau dispnea
tingkat aktivitas yang mungkin
ada atau menunjukkan
memberitahukan kebutuhan untuk
pada perawat atau perubahan latihan
dokter. atau obat.
6. Kolaborasi dengan 6.Program
tenaga kesehatan lain rehabilitasi jantung
dalam merujuk ke memberikan
program rehabilitasi dukungan dan
jantung. pengawasan
tambahan, serta
mendorong
partisipasi dalam
proses pemulihan.
65
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan
frekuensi.
menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 6
pencahayaan
x/menit
frekuensi
ke punggung
S = Skala nyeri 4
N = 98 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 36,1º C
= 26 x/menit
air besar
cola.
frekuensi
ke punggung
S = Skala nyeri 3
mg
x/menit
tambahan
duduk dikursi
TD = 120/80 mmHg
N = 80 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36,2º C
74
O :
456
3. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
2018 pola nafas merasa sesak lagi dan merasa lebih baik
O :
3. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
aktivitas
O :
secara mandiri
4. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
O :
5. Kulit lembap
6. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
BAB IV
PEMBAHASAN
pada pasien Tn. H dengan diagnosa medis stemi anterior di ruang melati RSUD
4.1 Pengkajian
pada pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan data
4.1.1 Identitas
Infark Miokard Akut pada laki-laki umur diatas 45 tahun dan pada perempuan
sering terkena dari pada perempuan karena faktor seperti merokok, pendidikan
( Kasron, 2016 ).
79
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, pasien datang dengan keluhan nyeri
dada sebelah kiri dan menjalar ke punggung. Menurut Yuniarta (2011), pada
pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang dirasakan
lebih dari 30 menit. Nyeri dapat menyebar sampai lengan kiri, rahang, bahu yang
pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus pasien mengatakan tidak
pernah memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, dan diabetes mellitus. Pada
tinjauan pustaka pasien infark miokard akut mungkin pernah memiliki riwayat
Pada tinjauan pustaka pasien infark miokard akut mengalami penyakit paru
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri ( edema paru ) (Bararah dan Jauhar,
2013).
Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk dada normal chest, susunan ruas
tulang belaang tidak terjadi skoliosis, Irama nafas tidak teratur dengan jenis
dispnea, adanya retraksi otot bantu nafas intercosta, perkusi thorax sonor, alat
bantu nafas O2 masker 10 lpm, vokal fremitus kanan dan kiri sama, suara nafas
wheezing, tidak terdapat batuk dan tidak terdapat sputum, dan pernafasan 28
x/menit.
Pada tinjauan pustaka didapatkan adanya jaringan parut pada dada pasien.
Keluhan lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium.
Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan infark miokard akut, terdapat bunyi jantung tambahan
81
akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan, batas jantung tidak mengalami
Pada tinjauan kasus didapatkan nyeri dada, irama jantung reguler, ictus
cordis teraba kuat pada ICS V Midclavicula, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, tidak
terdapat sianosis, tidak terdapat clubbing finger dan tidak ada pembesaran JVP,
tekanan darah 130/80 mmHg dan denyut nadi 100 x/menit dan denyutan kuat
tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan tekanan darah 130/80 mmHg ( dalam
batas normal ), hal ini terjadi karena tidak terdapat penurunan volume sekuncup
merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium .(Bararah
orientasi baik, pasien kooperatif, tidak ada kejang, tisak ada kaku kuduk, tidak ada
brudzinky, tidak ada nyeri kepala, tidak ada pusing, istirahat/tidur : siang ±1 jam/hr,
malam ±5 jam/hr, tidak ada kelainan nervus cranialis, pupil isokor, reflek cahaya :
+/+ (normal).
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan pasien tidak mengalami
hipovolemi, dan haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat (Bararah
Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk alat kelamin normal, alat kelamin
bersih, menggunakan kateter, dengan jumlah urine 1300cc/24 jam dengan warna
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan pasien tidak mengalami
oliguria dikarenakan intake cairan adekuat 1300cc/24 jam, pasien tidak mengalami
nyeri tekan pada kandung kemih karena tidak terjadi distensi kandung kemih.
anoreksia, mual muntah, perubahan berat badan, terdapat nyeri tekan pada ke empat
kuadran, penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama infark miokard
Pada tinjauan kasus didapatkan mulut bersih, mukosa bibir kering, terdapat
caries, gigi bersih, saat di rumah sakit belum gosok gigi tetapi melakukan oral
x/menit, nafsu makan baik ( 3 x sehari), saat sakit ( 3 x sehari ), jenis minuman
sebelum sakit air putih sebanyak 1500 cc/hari dan saat sakit juga air putih sebanyak
1500 cc/hari, berat badan sebelum sakit 65 kg, saat sakit 65 kg.
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan saat di rumah sakit pasien
83
lelah dan kelemahan, dispnea saat istirahat maupun saat aktivitas, kulit pucat,
Pada tinjauan kasus didapatkan pasien terpasang infus ditangan kiri dan
pucat, kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (rom) bebas, kekuatan otot : 5/5
5/5, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, turgor baik, CRT <3 detik, tidak ada
oedema, kulit bersih, kemampuan melakukan ADL dibantu oleh keluarga, suhu :
pertukaran gas.
keperawatan, yaitu :
4.2.1 Gangguan pertukaran gas dengan akumulasi cairan dalam alveoli sekunder
curah jantung.
4.2.3 Nyeri akut berhubungan dengan hipoksia miokard ( oklusi arteri koroner ).
4.2.4 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan laju, irama, dan
konduksi elektrikal.
84
ekonomi.
kemampuan mengingat.
penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan laju, irama dan konduksi
batasan karakteristik.
dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak muncul ketidakefektifan perfusi
tidak mengalami edema dan penurunan nadi perifer, tidak muncul diagnosa
ekonomi dikarenakan pasien tidak mengalami putus asa dan kesedihan yang
biasanya terjadi kesenjangan yang cukup berarti karena perencanaan pada tinjauan
terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu pada
tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan kasus ditambahkan rencana tindakan observasi
pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan kasus ditambahkan kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain dalam merujuk ke program rehabilitasi jantung yang
pemulihan.
perubahan laju, irama dan konduksi elektrikal terjadi kesenjangan antara tinjauan
86
pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan kasus ditambahkan lakukan
pengukuran tekanan darah. Bandingkan hasil pada setiap lengan, saat duduk,
berbaring, dan berdiri yang berguna untuk mengetahui akibat nyeri, ansietas, dan
telah disusun dan diwujudkan pada pasien dan ada pendokumentasian serta
intervensi keperawatan.
( melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif seperti nyeri dada kiri dan
timbul )
ekspansi dada ( irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, terdapat retraksi otot
bantu pernafasan )
kepada pasien setelah pulang dari rumah sakit diharapkan untuk rutin kontrol untuk
peningkatan dari posisi berbaring dan duduk yang dipengaruhi oleh tonus otot (
ketika berbaring lebih kecil dibandingkan dengan tonus pada saat duduk tonus otot
meningkat sehingga oksigen yang dibutuhkan menjadi lebih besar. Keadaan ini
jantung )
kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilaksanakan karena
karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu nyeri berkurang.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan
88
karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu pola nafas kembali
efektif yang dibuktikan dengan status respirasi tidak terganggu. Hal ini sesuai
dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan keperawatan dari
yaitu pola nafas kembali efektif yang dibuktikan dengan status respirasi tidak
terganggu.
keperawatan pasien teratasi karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh
perawat yaitu mampu bertoleransi dengan aktivitas. Hal ini sesuai dengan teori
menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan keperawatan dari diagnosa
keperawatan pasien tidak terjadi karena masih berupa resiko dan tujuan yang
ditetapkan oleh perawat yaitu tidak terjadi penurunan curah jantung. Hal ini sesuai
dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan keperawatan dari
irama, dan konduksi elektrikal yaitu tidak terjadi penurunan curah jantung.
89
Hasil evaluasi pada Tn. H sudah sesuai dengan harapan karena semua
masalah teratasi dan kondisi Tn. H sudah membaik dari sebelumnya sehingga Tn.
BAB V
PENUTUP
secara langsung pada pasien dengan kasus Stemi Anterior di Ruang Melati RSUD
Sidoarjo, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat
Anterior.
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa medis Stemi Anterior, maka penulis dapat mengambil
5.1.1 Pada pengkajian pasien didapatkan nyeri dada sebelah kiri dan menjalar ke
punggung seperti di remas ± remas dengan skala nyeri 6, nyeri hilang timbul
dan letih setelah beraktivitas. Terdapat irama nafas tidak teratur dengan jenis
dispnea, terdapat retraksi otot bantu pernafasan, menggunakan alat bantu nafas
5.1.2 Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut, ketidakefektifan pola
5.1.3 Pada masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
kriteria hasil pasien tampak rileks, tidak memegangi daerah yang nyeri, skala
nyeri 1-3 (ringan), TTV dalam batas normal 130-139 (sistole) 85-89 (diastole),
Nadi 60-100 x/menit, Pernafasan 16-24 x/menit. Pada evaluasi akhir didapatkan
91
hasil nyeri dada dengan skala 3 dan tekanan darah pasien 130/80 mmHg, nadi
mandiri, dan menunjukkan jalan nafas yang paten. Pada evaluasi akhir
didapatkan pasien tidak merasa sesak lagi dengan respirasi 22 x/menit, tidak
keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil paien mampu melakukan
alat, dan tidak ada peningkatan dalam tekanan darah, nadi dan respirasi. Pada
evaluasi akhir didapatkan pasien merasa sudah tidak lemah saat aktivitas,
dari satu tempat ke tempat lain tanpa bantuan alat dan orang lain.
asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil TTV dalam batas
normal Tekanan Darah 130-139 (sistole) 85-89 (diastole), Nadi 60-100 x/menit,
Pernafasan 16-24 x/menit, tidak terdapat edema paru, dan tidak ada penurunan
kesadaran. Pada evaluasi akhir didapatkan pasien dengan tekanan darah pasien
tidak terdapat S3 dan S4, tidak terjadi oliguria dan kesadaran composmentis
5.2 Saran
yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
5.2.2 Penulis
sama yang baik antara tim kesehatan dan pasien serta keluarga yang ditujukan
DAFTAR PUSTAKA
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. (2007). Buku Ajar Patologi Volume 2 edisi 7.
Jakarta : EGC
Rekam Medik RSUD Bangil Pasuruan. 2017 Infark Miokard Akut di Ruang CVCU
RSUD Bangil Pasuruan: Rekam Medik RSUD Bangil Pasuruan
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walia. (2012). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi.
Yogyakarta : AR RUZZ MEDIA
LAMPIRAN 1
95
LAMPIRAN 2
96
LAMPIRAN 3