Anda di halaman 1dari 101

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN PEMBERIAN MAKANAN

DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG


BOUGENVILE III DAN CEMPAKA II RSUD
DR.LOEKMONOHADI KUDUS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh :
Ayu Dewa Putri
NIM : 5133054

Pembimbing :
1. Anny Rosiana Mashitoh.M.Kep,Ns.,Sp.Kep.J
2. Supardi. S.E., M.,Kes

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KUDUS
2017

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN PEMBERIAN


MAKANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG
BOUGENVILE III DAN CEMPAKA II RSUD DR.LOEKMONOHADI KUDUS” ini
telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing skripsi untuk dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Skripsi Jurusan S-I Keperawatan Stikes Muhammadiyah
Kudus, pada :
Hari : selasa
Tanggal : 8 Agustus 2017
Nama : Ayu Dewa Putri
NIM : 5133054

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Anny Rosiana Mashitoh,M.Kep,Ns.,Sp.Kep.J Supardi, SE.,M.Kes


NIDN: 0616087801 NIDN: 0615056902

Mengetahui
Sekolah Tinggi Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto,SKM.,M.Kes.(Epid)
NIDN: 0621087401

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul ”HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN PEMBERIAN


MAKANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG
BOUGENVILE III DAN CEMPAKA II RSUD DR.LOEKMONOHADI KUDUS ”
ini disetujui dan diseminarkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Kudus, pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 8 Agustus 2017
Nama : Ayu Dewa Putri
NIM : 5133054

Penguji I Penguji II

Noor Hidayah, A.Kep,M.Kes Supardi, SE,M.Kes


NIDN : 0612077501 NIDN : 0615056902

Mengetahui,
SekolahTinggiIlmuKesehatanMuhammadiyah Kudus
Ketua
Rusnoto, SKM.,M.Kes. (Epid)
NIDN : 621087401

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN PEMBERIAN


MAKANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG
BOUGENVILE III DAN CEMPAKA II RSUD DR.LOEKMONOHADI KUDUS” ini
telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing skripsi untuk dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Skripsi Jurusan S-I Keperawatan Stikes Muhammadiyah
Kudus, pada :
Hari : selasa
Tanggal : 8 Agustus 2017
Nama : Ayu Dewa Putri
NIM : 5133054

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Anny Rosiana Mashitoh,M.Kep,Ns.,Sp.Kep.J Supardi, SE.,M.Kes


NIDN: 0616087801 NIDN: 0615056902

Mengetahui
Sekolah Tinggi Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto,SKM.,M.Kes.(Epid)
NIDN: 0621087401

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul ”HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN PEMBERIAN


MAKANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG
BOUGENVILE III DAN CEMPAKA II RSUD DR.LOEKMONOHADI KUDUS ”
ini disetujui dan diseminarkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Kudus, pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 8 Agustus 2017
Nama : Ayu Dewa Putri
NIM : 5133054

Penguji I Penguji II

Noor Hidayah, A.Kep,M.Kes Supardi, SE,M.Kes


NIDN : 0612077501 NIDN : 0615056902

Mengetahui,
SekolahTinggiIlmuKesehatanMuhammadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto, SKM.,M.Kes. (Epid)


NIDN : 621087401

v
MOTTO

”Ilmu pengetahuan itu tidak akan memberikan sebagian dirinya kepadamu


sampai engkau memberikan seluruh dirimu kepadanya.” ( pepatah )
"Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah
dilaksanakan/diperbuatnya" (Ali Bin Abi Thalib)
"Apabila Anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka Anda telah berbuat
baik terhadap diri sendiri." (Benyamin Franklin)
"Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka
terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka
bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi." (Ernest
Newman)

iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ayu Dewa Putri
NIM : 5133054
Menyatakan bahwa Skripsi judul: ”HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN
PEMBERIAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG
BOUGENVILE III DAN CEMPAKA II RSUD DR.LOEKMONOHADI KUDUS”
Merupakan:
1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri
2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar S-1 Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Kudus
Oleh karena itu pertanggungjawaban riset ini sepenuhnya berada pada diri saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya

Kudus, 8 Agustus 2017

Ayu Dewa Putri

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ayu Dewa Putri


NIM : 5133054
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 29 Mei 1995
Agama : Islam
Alamat : Ds. Hadipolo rt 4 rw 2 Kec. Jekulo Kab. Kudus
Institusi : Stikes Muhammadiyah Kudus
Angkatan :
1. TK PG RENDENG Tahun 2001
2. SD 2 NGEMBALREJO Tahun 2007
3. SMP 2 BAE KUDUS Tahun 2010
4. SMA 1 JEKULO KUDUS Tahun 2013
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Kudus Tahun 2017

vi
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, skripsi ini kupersembahkan untuk :


1. Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat
membuat dan menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayah (Alm. Kunto) dan Ibu Endang Setyowati yang selalu memberikan
semangat, dan selalu mendo’akanku. Terima kasih atas kasih sayang
yang engkau berikan selama ini. semua yang ku lakukan tak akan pernah
cukup untuk membalas cinta, kasih sayang, dan pengorbanan ayah ibu
padaku.
3. Kakak-kakakku tersayang Setya Adhi Wijaya dan Ary Setya Wijaya yang
selalu memberikan semangat.
4. Rusnoto, SKM.,M.Kes. (Epid) yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi di STIKES MUHAMMADIYAH
KUDUS.
5. Anny Rosiana Mashitoh M.Kep,Ns.,Sp.Kep.J selaku pembimbing utama
skripsi dan Supardi. S.E., M.,Kes selaku Pembimbing Anggota Skripsi.
6. Teman-teman seperjuangan S1 Ilmu Keperawatan yang sama-sama
berjuang dan bersama selama 4 tahun.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul “HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN PEMBERIAN MAKANAN DENGAN
TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG BOUGENVILE III DAN CEMPAKA II
RSUD DR.LOEKMONOHADI KUDUS”.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dan syarat memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan di sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kudus.Dalam
pembuatan skripsi ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik
Dengan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. Rusnoto, SKM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus
2. Anny Rosiana Mashitoh M.Kep,Ns.,Sp.Kep.J selaku pembimbing utama
skripsi
3. Yulisetyaningrum S.Kep. Ners., M.Si. Med., selaku Ketua Jurusan / Prodi
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
4. Supardi. S.E., M.,Kes selaku Pembimbing Anggota Skripsi
5. Bapak dan Ibu Dosen pengajar STIKES Muhammadiyah Kudus
6. Seluruh Jajaran Civitas Akademika STIKES Muhammadiyah Kudus
7. Orang Tua dan Kakak-kakak tercinta sebagai support sistem terbaik, nafas
perjuangan penulis, dan sosok inspirator sejati.
8. RSUD Kudus yang telah memberikan kesempatan melakukan pengambilan
data awal.
9. Serta rekan – rekan seperjuangan S-I Keperawatan yang telah banyak
membantu terselesainya penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Penulis juga berharap proposal skripsi ini dapat

viii
bermanfaat bagi pembaca, khususnya pada lingkungan STIKES
MUHAMMADIYAH KUDUS
Kudus, Agustus 2017
Penulis

Ayu Dewa Putri


NIM : 5133054

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii
MOTTO ........................................................................................... iv
PERNYATAAN .................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. vi
PERSEMBAHAN.................................................................................. vii
KATA PENGANTAR............................................................................. viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN.................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiv
ABSTRAK ........................................................................................... xv
ABSTRACT.......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Perumusan Masalah......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 6
E. Keaslian Penelitian............................................................. 7
F. Ruang Lingkup Penelitian................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 9
A. Kepuasan Pasien............................................................... 9
B. Penyelenggaraan dan Pemberian Makanan....................... 15
C. Hal Mendasar Yang Harus Di Miliki Pramusaji................... 21
D. Pelayanan.......................................................................... 23
E. Kerangka Teori................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 30
A. Variable Penelitian............................................................. 30

x
B. Hipotesis Penelitian............................................................ 30
C. Kerangka Konsep Penelitian.............................................. 31
D. Rancangan Penelitian........................................................ 31
E. Etika Penelitian................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................. 41
B. Karakteristik Responden .................................................... 43
C. Analisa Univariat ............................................................... 44
D. Analisa Bivariat .................................................................. 45
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat................................................................. 47
B. Analisa Bivariat .................................................................. 50
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................... 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 53
B. Saran ................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.......................................................... 7


Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran....................35
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian Pelayanan Pemberian
Makanan..........................................................................36
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian tingkat kepuasan pasien.....36
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian.............................................................40
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin responden di RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus......................................................43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan responden di RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus......................................................43
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan responden di RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus......................................................44
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Pelayanan Pemberian
Makanan pada Pasien di Ruang Bougenvile III dan
Cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus...................44
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Kepuasan Pasien di
Ruang Bougenvile III dan Cempaka II RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus .....................................................45
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Hubungan
antara Pelayanan Pemberian Makanan dengan Tingkat
Kepuasan pada Pasien di Ruang Bougenvile III dan
Cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus...................45

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori................................................................ 29


Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................... 31

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Dari Kampus


Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian Dari RSUD Kudus
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian Dari RSU Kumala Siwi Mijen
Lampiran 5 Lembar Disposisi
Lampiran 6 Lembar Daftar Ruangan RSUD Kudus
Lampiran 7 Kuesioner Pelayanan Pemberian Makanan
Lampiran 8 kuesioner Tingkat Kepuasan Pasien
Lampiran 9 Jadwal Penelitian
Lampiran 10 Lembar Konsul
Lampiran 11 Lembar Data Penelitian Excel
Lampiran 12 Lembar SPSS dan Tabulasi

xiv
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Study Program S-1 Keperawatan
Skripsi Keperawatan, September 2017

ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN PEMBERIAN MAKANAN DENGAN TINGKAT
KEPUASAN PASIEN DIRUANG BOUGENVILE III DAN CEMPAKA II RSUD dr.
LOEKMONOHADI KUDUS

Latar Belakang : Penyelenggaraan makanan dirumah sakit, seringkali menjadi sorotan


banyak pihak, khususnya yang berkaitan dengan kepuasan pasien. Hal ini selain efek
psikologis orang sakit,juga karena makanan sebagai output penyelenggaraan makanan
seringkali tidak memberikan kepuasan pada pasien. Pasien yang dirawat dirumah sakit
berarti memisahkan diri dari kebiasaan hidup sehari-hari terutama dalam hal makan,
bukan saja macam makanan yang disajikan tetapi cara menghidangkan, tempat, waktu
makan,rasa makan, besar porsi dan jenis makanan yang disajikan yang semua ini
berdampak pada asupan makanan pasien. Asupan makan yang tidak adekuat yang
berlangsung lama maka akan berakibat penurunan status gizi pasien.Pelayanan
makanan di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien,
yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya
pengobatan.
Tujuan : Mengetahui Hubungan Antara Pelayanan Pemberian Makanan Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien di Ruang Bougenvile III dan Cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi
Kudus.
Metode : Jenis penelitian Analitik Korelasi.Menggunakan pendekatan Cross Sectional.
Sampel 77 responden pada pasien rawat inap di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus dengan
teknik random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisoner. Analisa data
univariat dab bivariat. Uji hubungan penelitian ini menggunakan spearman rho.
Hasil Penelitan : Penelitian tentang hubungan antara pelayanan pemberian makanan
dengan tingkat kepuasan pasien di ruang bougenvile III dan cempaka II RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus dengan uji statistik Spearman rho diperoleh nilai ρ value sebesar
0.001.
Kesimpulan : Ada hubungan antara pelayanan pemberian makanan dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang bougenvile III dan cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus.
(Ha Diterima, Ho Ditolak)
KataKunci : Pelayan Pemberian Makanan, Tingkat Kepuasan Pasien
Ayu Dewa Putri1, Anny Rosiana Mashitoh2, Supardi3

Institute of Health SciencesMuhammadiyah Kudus

xv
Study Program S-1 Nursing
Nursing Thesis, September 2017

ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN FOOD SERVICE WITH SATISFACTION LEVEL OF
PATIENTS DIRUANG BOUGENVILE III AND CEMPAKA II RSUD dr.
LOEKMONOHADI KUDUS

Background: The organization of food in the hospital, often in the spotlight of many
parties, especially related to patient satisfaction. This is in addition to the psychological
effects of sick people, as well as food as the output of food operations often do not
provide satisfaction in patients. Patients admitted to hospital mean separating themselves
from daily living habits, especially in terms of eating, not only the kind of food served but
the way of serving, the place, the time to eat, the appetite, the large portions and the type
of food served that all this has an impact on intake patient food. Inadequate intake of food
that lasts a long time will result in decreased nutritional status patients. Food service in
the hospital will help speed up the healing process of patients, which means also shorten
the length of the day care so that it can save medical expenses.
Objective: To Know The Relationship Between Food Delivery Service With Patient
Satisfaction Level in Room Bougenvile III and Cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi
Kudus.
Method: Correlation Analytical Research Type. Using Cross Sectional Approach. Sample
77 respondents in inpatients in dr. Loekmonohadi Kudus with random sampling
technique. The measuring tool used is kuisoner. Univariate data analysis and bivariate
data. Test of this research relation using spearman rho.
Result of Research: Research on relation between feeding service with patient
satisfaction level in room bougenvile III and cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
with Spearman rho statistical test obtained ρ value of 0.001.
Conclusion: There is relation between feeding service with patient satisfaction level in
bougenvile III room and cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus.
(Ha Accepted, Ho Denied)
Keyword: Food Delivery Service, Patient Satisfaction Level
Ayu Dewa Putri1, Anny Rosiana Mashitoh2, Supardi3

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstitusi kondisi kesehatan Organisasi Kesehatan Sedunia
(WHO,1948), Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang
nomor 36/2009 tentang kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan adalah
hak fundamental setiap penduduk.karena itu setiap individu,keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya,dan
negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk masyarakat miskin dan tidak mampu (Kemenkes RI,
2015).
Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat
hidup masyarakat, maka semua negara berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan ini berarti
setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok
ataupun masyarakat (Adisasmito, 2012).
Dalam era globalisasi dan modernisasi dunia saat ini, kemajuan di
segala bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah
sakit juga berubah dalam menjalankan pelayanan kesehatan kepada pasien,
di mana saat ini tidak lagi memfokuskan karya amal saja, tetapi juga
meningkatkan pelayanan kesehatan yang baik. Perkembangan zaman dan
teknologi menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan pada manusia.
Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya
yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia
(Kemenkes RI, 2015).

1
2

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan


perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat
diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada
hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab
yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2007).
Dibeberapa rumah sakit di Indonesia kepuasan pasien terhadap layanan
keperawatan menjadi topik yang menarik untuk dibahas dan menjadi riset
secara terus menerus, salah satu penelitian terkait kepuasan pasien di
Rumah Sakit Provinsi Jawa Tegah pada pelayanan rawat inap ditemukan
68.6% - 76,24% pasien menyatakan kepuasan pada aspek lingkungan rumah
sakit dan fasilitas ruang perawatan (Chriswardani, 2007).
Kepuasan pasien berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM)
RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak tahun 2008 adalah
90%,selanjutnya berdasarkan hasil penelitian survai kepuasan pasien secara
umum yang dilakukan mahasiswa Fakultas Kedokteran Undip Semarang
tahun 2009 sekitar 75,23% dan juga penelitian Jauharoh Nafisah tahun 2010
untuk puas terhadap makanan sekitar 83,3%. Instalasi gizi secara periodik
setiap semester mulai tahun 2009 melakukan pelayanan gizi hasilnya
mengalami peningkatan dan berdasarkan survai kepuasan pasien terhadap
pelayanan gizi yang dilakukan instalasi gizi RSUD Sunan Kalijaga Demak
pada bulan mei tahun 2011 sekitar 97,7%.
Pelayanan di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus dapat ditentukan
dengan beberapa indikator diantaranya variasi menu, cara penyajian,
ketepatan waktu menghidangkan makanan, keadaan tepat waktu makan,
kebersihan makanan yang dihidangkan, sikap dan perilaku petugas yang
menghidangkan makanan. Berdasarkan peraturan Direktur RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus No. 440/901/23.02.01/2015 tentang kebijakan
pelayanan kesehatan RSUD dr. Loekmonohadi Kudus yang dilakukan oleh
unit perencanaan dan produksi makanan, unit pelayanan gizi rawat inap
instalasi gizi RSUD dr. Loekmonohadi Kudus ada beberapa prosedur dalam
pemberian makanan yaitu penggunaan pakaian kerja (sepatu karet, celemek,
topi, masker dan sarung tangan) oleh Petugas Produksi dan Penyaji
3

Makanan, menyiapkan makanan sesuai daftar permintaan diet dan standart


porsi masing-masing pasien dari ruang rawat inap dilakukan oleh petugas
produksi, menutup makanan dengan plastik wrap dilakukan oleh petugas
produksi, menempel etiket makanan diet khusus/biasa dilakukan petugas
penyaji makanan, pengawasan terhadap pemorsian dan penyajian makanan,
apakah sudah sesuai atau belum dengan daftar permintaan diet, standart
porsi dan standart diet dilakukan oleh Nutrisionis/Dietisien Unit Produksi,
menyiapkan kereta makan dalam kondisi baik dan bersih dilakukan oleh
petugas penyaji makanan, meletakkan dan menata makanan atau minuman
pasien di rak atau kereta makanan dilakukan oleh petugas penyaji makanan,
menutup rapat pintu kereta makan dilakukan oleh petugas penyaji makanan,
pendistribusian makanan ke masing-masing ruang rawat inap dilakukan oleh
petugas penyaji makanan : a. pendistribusian makan pagi dilakukan pada jam
06.45 - 07.30 sedangkan pengambilan alat makan kotor dilakukan pada jam
08.30-09.00, b. pendistribusian snack pagi pasien dilakukan pada 09.30 -
10.00, c. pendistribusian makan siang dilakukan pada jam 11.30 – 12.30
sedangkan pengambilan alat makan kotor dilakukan pada jam 13.30 – 14.30,
d. pendistribusian snack sore pasien dilakukan pada jam 15.00 – 15.30, e.
pendistribusian makan malam dilakukan pada jam 17.00 – 18.00 sedangkan
pengambilan alat makan dilakukan pada jam 19.00 – 19.30.
Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan makanan dirumah sakit
dapat ditentukan dengan beberapa indikator diantaranya: variasi menu
makanan, cara penyajian makanan, ketepatan waktu menghidangkan
makanan keadaan tempat makanan, kebersihan makanan yang dihidangkan,
sikap dan perilaku petugas yang menghidangkan makanan ( Suryawati C,
dkk 2007).
RSUD RAA Soewondo Pati memiliki 18 ruang rawat inap yang
dilayani oleh istalasi gizi dengan tenaga penjamah makanan yang memiliki
tingkat pendidikan ,pengetahuan diet dan masa kerja yang berbeda-beda.
Berdasarkan data standart pelayanan Minimal (SPM) di instalasi gizi RSUD
RAA Soewondo Pati, indicator pelayanan gizi belum mencapai SPM yang
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
129/MENKES/SK//II/2008. Surat keputusan tersebut berisi tentang SPM gizi
yaitu ketepatan waktu pemberian makan pasien harus >90%, sisa makanan
4

yang tidak termakan oleh pasien <20%, dan tidak adanya kesalahan
pemberian diet harus 100%. Hasil penelitian ketepatan diet pasien yang
dilakukan instalasi gizi RSUD RAA Soewondo tahun 2011 sebesar 98%. Data
tersebut menunjukkan bahwa masih terjadi kesalahan dalam pemberian diet
pada pasien. Ketepatan dalam pemberian diet pasien dii RSUD RAA
Soewondo Pati belum mencapai 100% seperti target SPM.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Sundari (2008) dengan
judul hubungan penampilan makanan, rasa makanan dan kinerja pegawai
hasil analisis hubungan penampilan makan dengan daya terima hasilnya
bermakna, begitu pula dengan hubungan rasa makanan dengan daya terima
makanan. Juandini pada tahun 2010 dalam penelitiannya di RS Tk. II Dustira
Cimahi menyatakan ada hubungan penilaian penampilan dan rasa terhadap
daya terima. Menurut Sundari pada tahun 2008 dalam penelitian yang
dilaksanakan di RSUD R. Syamsudin S. H. Sukabumi ada hubungan rasa
dan penampilan makanan dengan daya terima. Dalam penelitian dini
sattarina (2007) dengan judul Faktor faktor yang berhubungan dengan daya
terima makanan lunak pasien kelas II dan III di RSUD Soreang Kabupaten
Bandung, Daya terima makanan lunak kurang baik sebesar 56,7%
disebabkan warna tidak menarik, besar porsi tidak sesuai, bumbu kurang
terasa, serta tingkat kematangan kurang.
Penyelenggaraan makanan dirumah sakit, seringkali menjadi sorotan
banyak pihak, khususnya yang berkaitan dengan kepuasan pasien. Hal ini
selain efek psikologis orang sakit,juga karena makanan sebagai output
penyelenggaraan makanan seringkali tidak memberikan kepuasan pada
pasien. Pasien yang dirawat dirumah sakit berarti memisahkan diri dari
kebiasaan hidup sehari-hari terutama dalam hal makan, bukan saja macam
makanan yang disajikan tetapi cara menghidangkan, tempat, waktu
makan,rasa makan, besar porsi dan jenis makanan yang disajikan yang
semua ini berdampak pada asupan makanan pasien. Asupan makan yang
tidak adekuat yang berlangsung lama maka akan berakibat penurunan status
gizi pasien.Pelayanan makanan di rumah sakit akan membantu
mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula
memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya
pengobatan (Kemenkes RI, 2015).
5

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20


November 2016 kepada 15 orang responden dengan menggunakan
kuesioner yang terdiri atas 4 point penilaian yaitu rasa, tekstur penampilan,
dan penyajian makanan, didapatkan hasil, berdasarkan penilaian rasa
didapatkan hasil 3 orang merasa puas dan 12 orang merasa tidak puas,
berdasarkan penilaian tekstur didapatkan hasil 5 orang merasa puas dan 10
orang tidak merasa puas, berdasarkan penilaian penampilan menu
didapatkan hasil 15 orang merasa puas dan 0 orang tidak merasa puas, dab
berdasarkan penyaji makanan didapatkan hasil 13 orang merasa puas dan 2
orang merasa tidak puas.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dan fenomena yang terjadi maka
rumusan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pelayanan pemberian
makan dengan tingkat kepuasan pasien di Ruang Bougenvile III dan
Cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pelayanan
pemberian makan dengan tingkat kepuasan pasien di Ruang Bougenvile
III dan Cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan pelayanan pemberian makanan di Ruang
Bougenvile III dan Cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus.
b. Untuk mendeskripsikan Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang
Bougenvile III dan Cemapaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus.
c. Untuk menganalisa hubungan antara pelayanan pemberian makanan
dengan tingkat kepuasan pasien di Ruang Bougenvile III dan
Cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus.
6

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
a. Memberikan masukan kepada manajemen RSUD dr. Loekmonohadi
Kudus tentang kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan oleh
pemberian makan yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien rawat
inap dalam rangka meningkatkan optimalisasi pelayanan Rumah Sakit
kepada pasien sebagai pelanggan.
b. Sebagai dasar dan tahap awal melakukan evaluasi secara berkala
mengenai penilaian kualitas pelayanan yang dilakukan oleh perawat.
2. Bagi Pramusaji dan Ahli Gizi
Memberikan masukan kepada pramusaji dan ahli gizi supaya ada
perbaikan untukdapat lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
3. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan tentang kepuasan pasien tentang pelayanan
pramusaji dan ahli gizi di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
b. Menambah wawasan mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan
pramusaji dan ahli gizi di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
4. Bagi Stikes Muhammadiyah Kudus
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan pengetahuan referensi dan pustaka bagi instansi, memberi
acuan dan informasi bagi peneliti selanjutnya.
5. Bagi Responden
Sebagai sarana informasi yang bertujuan untuk informasi kepada
masyarakat khususnya bagi pasien yang sedang dirawat inap.
7

E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang berjudul Hubungan Antara Pemberian Makanan dengan
Tingkat Kepuasan Paisen Rawat Inap di Ruang Bougenvile III dan Cempaka
II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus belum pernah diteliti sebelumnya. Adapun
penelitian serupa yang pernah diteliti adalah sebagai berikut:
Judul Metode Subyek Hasil
Penelitian
Evaluasi Observational 66 responden Pelayanan makanan
Pelayanan yaitu mengamati pasien rawat
Makanan Pasien secara langsung inap di Puskesmas
Rawat Inap kegiatan Gondangrejo
Di Pukesmas pelayanan menggunakan sistem
Gondangrejo makanan pasien out-sourcing.
Karanganyar rawat inap di
(2009) Puskesmas
Gondangrejo.
Hubungan antara observasional 60 responden Hasil uji Chi-square
Penampilan dengan ketepatan waktu
Makanan dan pendekatan penyajian
Ketepatan Waktu cross sectional makanan pagi dengan
Penyajian sisa makanan : 0,259,
Makanan dengan ketepatan waktu
Sisa Makanan penyajian makanan
Pada Pasien siang dengan sisa
Rawat Inap di makanan :
Rumah Sakit 0,648, ketepatan
Umum Daerah waktu penyajian
Kota Bitung (2014) makanan malam
dengan sisa
makanan : 0,0037.
Hubungan pendekatan 89 responden Hasil penelitian ini
Layanan cross menunjukan ada
Keperawatan sectional hubungan antara
dengan Tingkat layanan keperawatan
Kepuasan Pasien aspek perhatian
Rawat (0,011<0,05), aspek
Inap di Rumah penerimaan
Sakit Umum (0,001<0,05), aspek
Daerah(RSUD) komuikasi
Ungaran (0,004<0,05), aspek
Kabupaten kerjasama
Semarang (2015) (0,002<0,05), aspek
tanggung jawab
(0,001<0,05) dengan
kepuasan pasien.

F. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2017.
8

2. Ruang Lingkup Tempat


Penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap Bougenvile III dan Cempaka II
RSUD dr. Loekmonohadi Kudus.
3. Ruang Lingkup Materi
Keilmuan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah
Manajemen Pelayanan Gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan Pasien
Kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan
pengalaman tehadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan.
Sedangkan menurut Kotler (2007) Kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap
kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapan.Menurut
Oliver (dalam Purnomo, 2011), mengungkapkan kepuasan sebagai respon
pemenuhan harapan dan kebutuhan konsumen.Respon ini sebagai hasil dari
penilaian konsumen bahwa produk atau pelayanan sudah memberikan
tingkat pemenuhan kenikmatan Tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan
ini dapat lebih atau kurang.
Menurut (Irine, 2008) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
pelanggan/pasien setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang
dirasakan (pelayanan yang diterima dan dirasakan) dengan yang diharapkan.
Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah
hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien, pasien yang puas
merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas, maka
mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi
jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih
hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan
kepuasan pasien suatu rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu
system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan pasiennya (Purnomo, 2012).
Pada dasarnya harapan klien adalah perkiraan atau keyakinan klien
tentang pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya.
Sedangkan hasil kinerja akan dipersepsikan oleh klien. Kotler
(Rangkuti,2007), kepuasaan pelanggan adalah “a person’s feeling of
pleasure or disappointmen resulting from comparing a product’s received
performance (or out come) in relations to the person expectation”, yaitu

9
10

perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan


antara prestasi atau produk yang dirasakan atau yang diharapkan.
Menurut Oliver (Purnomo, 2011), mengungkapkan kepuasan sebagai
respon pemenuhan harapan dan kebutuhan konsumen. Respon ini sebagai
hasil dari penilaian konsumen bahwa pelayanan sudah memberikan tingkat
pemenuhan kenikmatan. Tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini
dapat lebih atau kurang.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut Budiastuti (dalam
Nooria: 2008) yaitu:
a. Kualitas produk atau jasa, pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi
mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan
berkualitas. Meliputi pelayanan tenaga medis, ketersediaan peralatan
medis yang memadai.
b. Kualitas pelayanan, pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh
pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Meliputi
sumberdaya, komunikasi, softskills tenaga medis, fasilitas, pelayanan
makanan.
c. Faktor emosional, pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap
rumah sakit yang dipandang “rumah sakit mahal”.
d. Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai
harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama
tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
Menurut Lusa (2007), pengelola rumah sakit harus memperhatikan hal-hal
yang berhubungan dengan aspek-aspek kepuasan pasien yang terdiri dari:
a. Kenyamanan
Kenyamanan adalah interaksi dan reaksi manusia terhadap lingkungan
yang bebas dari rasa negative dan bersifat subyektif. Aspek ini dijabarkan
dalam pertanyaan tentang lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan
ruangan, makanan dan ruangan, makanan dan minuman, peralatan
ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan AC, pembuangan sampah,
kesegaran ruangan, dan sebagainya.
b. Hubungan pasien dengan petugas Rumah Sakit
Hubungan pasien dengan petugas rumah sakit merupakan interaksi
antara petugas dengan pasien. Hubungan antara manusia yang baik
11

menanamkan kepercayaan dengan cara menghargai, menjaga rahasia,


responsive dan memberikan perhatian, mendengarkan keluhan dan
berkomunikasi secara efektif juga penting. Hubungan antara manusia
yang kurang baik akan mengurangi efektivitas dan kompetensi teknis
pelayanan kesehatan. Pasien yang diperlukan kurang baik cenderung
mengabaikan saran dan nasehat petugas kesehatan, atau tidak mau
berobat ditempat tersebut. Dapat dijabarkan dengan pertanyaan yang
menyangkut keramahan informasi yang diberikan, sejauh mana tingkat
komunikasi, response, support, seberapa tanggap dokter, kemudahan
dokter dihubungi, keteraturan pemberian makan, obat, pengukuran suhu,
dan sebagainya.
c. Kompetensi teknis petugas
Kompetensi teknis petugas terkait dengan keterampilan dan penampilan
petugas. Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana cara
petugas mengikuti standart pelayanan yang telah ditetapkan. Aspek ini
dijabarkan dalam pertanyaan tentang kecepatan dalam pelayanan rawat
inap, keramahan petugas rumah sakit, petugas dapat dipercaya
keberanian mengambil tindakan, dan sebagainya.
d. Biaya
Biaya merupakan pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh seseorang
yang telah menerima suatu pelayanan jasa. Meskipun demikian, elemen
ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya
semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang
lebih besar. Rumah Sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah,
memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien. Aspek kepuasan ini
dijabarkan dalam pertanyaan tentang kewajaran biaya, kejelasan
komponen biaya, kemudahan pembayaran, perbandingan dengan rumah
sakit yang sejenis lainnya, tingkat masyarakat yang berobat, ada tidaknya
keringanan bagi masyarakat miskin, dan sebagainya. Berbagai definisi
tersebut memiliki kesamaan, yaitu menyangkut komponen kepuasan
pelanggan (harapan atau kinerja hasil yang dirasakan). Persepsi
pelanggan terhadap kepuasan merupakan penilaian subyektif atas hasil
yang diperolehnya. Harapan pelanggan merupakan referensi standar
diperolehnya. harapan pelanggan merupakan referensi standar kinerja
12

pelayanan, yang sering di formulasikan berdasarkan keyakinan


pelanggan tentang apa yang terjadi.
Menurut UU No 44 tahun 2009 Pasal 19, rumah sakit dapat dibagi
berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis
pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum yaitu rumah sakit
yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua jenis bidang dan
jenis penyakit. Rumah sakit khusus yaitu rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada suatu bidang atau suatu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.
1. Fungsi dan Tugas Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan
kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugas sebagaimana
yang dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
13

2. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit


A. Jenis Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis
pelayanan dan pengelolaannya.
1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit
dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
a. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya.
2. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi
rumah sakit publik dan rumah sakit privat.
a. Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat
nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan
pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi
Rumah Sakit privat.
b. Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badann
hokum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas
atau persero.
B. Klasifikasi Rumah Sakit Di Indonesia
Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang
dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus
diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
rumah sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan
sebagai berikut:
14

a. Rumah Sakit umum kelas A


Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis
lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
b. Rumah Sakit umum kelas B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis
lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit umum kelas C
Adalah Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang
medik.
d. Rumah Sakit umum kelas D.
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis
dasar.Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud terdiri
atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
b. Rumah Sakit khusus kelas B
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.
15

3. Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit


Dengan memahami struktur organisasi, tugas-tugas pokok dan
fungsi RS, serta berbagai sumber daya yang tersedia, dan dana yang
diinvestasikan pada institusi RS untuk meningkatkan mutu pelayanannya,
penerapan manajemen RS tidak jauh berbeda dengan penerapan prinsip-
prinsip manajemen sebuah hotel. Yang membedakan keduanya adalah
tujuan masyarakat (para pengguna pelayanan) mendatangi masing-
masing institusi dan jenis pelayanan yang disediakan. Tujuan masyarakat
memanfaatkan RS adalah mencari pelayanan medis sesuai dengan
gangguan kesehatannya. Mereka yang berkunjung ke hotel ingin
bersenang-senang. Penerapan aspek manajemen di bidang pemasaran,
SDM, logistic, keuangan, komunikasi, pencacatan dan pelaporan, sampai
ke tata kelola organisasi yang baik (good governance) berlaku pada
kedua institusi ini. Demikian pula dengan penerapan fungsi manajemen
(perencanaan, pengorganisasian, penggerakan-pelaksanaan,
pengawasan-pengendalian) (Muninjaya, 2015).

B. Penyelenggaraan dan Pemberian Makanan


1. Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu hingga pendistribusian makanan kepada konsumen,
termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, evaluasi yang bertujuan untuk
mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang
tepat. (Siregar, 2015)
2. Tujuan Penyelenggaraan Makanan
Tujuan penyelenggaraan makanan adalah menyediakan makanan yang
berkualitas baik, bervariasi, memenuhi kecukupan gizi, dapat diterima dan
menyenangkan konsumen dengan memperhatikan standar hygine dan
sanitasi yang tinggi termasuk macam peralatan dan sarana yang
digunakan. (Siregar, 2015)
3. Jenis Penyelenggaraan Makanan
Jenis penyelenggaraan makanan menurut (Siregar, 2015), terdiri dari:
1. Penyelenggaraan makanan yang berorientasi pada keuntungan
(bersifat komersial): penyelenggaraan makanan ini dilaksanakan
16

untuk mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya, Bentuk usaha


ini seperti restaurant, snack bars, cafeteria dan catering, usaha
penyelenggaraan makan ini bergantung pad acara menarik konsumen
sebanyak-banyaknya dan manajemennya harus dapat bersaing
dengan penyelenggaraan makanan yang lain.
2. Penyelenggaraan makanan yang berorientasi pelayanan (besifat non-
komersial): penyelenggaraan makanan ini dilakukan oleh suatu
instansi, baik dikelola pemerintah, badan swasta maupun yayasan
social yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Bentuk
penyelenggaraan ini biasanya berada didalam satu tempat, yaitu
asrama, panti asuhan, rumah sakit, perusahaan, lembaga
kemasyarakatan, sekolah dan lain-lain. Frekuensi makan dalam
penyelenggaraan makanan yang bersifat non-komersial ini 2-3 kali
dengan atau tanpa selingan.
3. Penyelenggaraan makanan yang bersifat semi komersial
Semi komersial adalah organisasi yang dibangun dan dijalankan
bukan hanya untuk tujuan komersial, tetapi juga untuk tujuan social
(masyarakat yang kurang mampu).
Makanan yang diberikan kepada pasien harus disesuaikan dengan
penyakit yang diderita. Menurut konsistensinya, jenis makanan yang paling
umum diberikan kepada pasien adalah jenis makanan biasa. Makanan biasa
sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan
bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada
pola menu seimbang dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi
orang dewasa sehat. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang
berdasarkan penyakitnya dan tidak memerlukan makanan khusus atau diet.
Walaupun tidak ada pantangan secara khusus, namun makanan sebaiknya
diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan juga tidak merangsang
saluran cerna. Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet makanan biasa
adalah makanan yang merangsang, seperti makanan yang berlemak tinggi,
terlalu manis, terlalu berbumbu, dan minuman yang mengandung alkohol
(Almatsier, 2008).
Menurut Almatsier (2008) makanan untuk pasien dibedakan menjadi
makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, dan makanan cair. Berikut
17

ini dijelaskan standart makanan dirumah sakit yang disesuaikan dengan


kedaan pasien:
a. Makanan Biasa
Makanan biasa diberikan pada pasien yang tidak memerlukan makanan
khusus terkait penyakit yang diderita. Susunan makanan sama dengan
makanan orang sehat, hanya tidak diperbolehkan makanan yang
merangsang atau yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan.
Syarat makanan ini cukup kalori, protein, dan zat-zat gizi lain. Susunan
makanan mengacu pada Pola Menu Seimbang dan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat.
b. Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah
dikunyah, ditelan dan dicerna dibandingkan dengan makanan biasa.
Makanan ini mengandung cukup zat-zat gizi, asalkan pasien mampu
mengkonsumsi dalam jumlah yang cukup, sesuai yang dibutuhkan.
Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu, pasien
dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi,
pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan serta sebagai
perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa. Adapun tujuan
pemberian diet dengan makanan lunak adalah untuk memberikan
makanan yang mudah ditelan dan dicerna sesuai dengan kebutuhan gizi
dan penyakitnya. Syarat-syarat makanan lunak adalah mudah dicerna,
rendah serat, tidak mengandung bumbu yang merangsang, tidak
menimbulkan gas dan tidak diolah dengan cara digoreng serta diberikan
dalam porsi sedang, yaitu dengan 3 kali makan lengkap dengan 2 kali
makan selingan (Almatsier, 2008)
c. Makanan Saring
Makanan saring adalah makanan semipadat yang mempunyai tekstur
lebih halus dari pada makanan lunak sehingga lebih mudah ditelan dan
dicerna. Menurut keadaan penyakit, makanan saring dapat diberikan
langsung kepada pasien atau merupakan perpindahan daric air kental ke
makanan lunak. Tujuan pemberian makanan saring yaitu memberikan
makanan semipadat sesuai jumlah yang mendekati kebutuhan gizi pasien
untuk jangka waktu singkat sebagai proses adaptasi terhadap makanan
18

yang lebih padat. Makanan saring hanya diberikan dalam waktu singkat
sekitar 1-3 hari karena kurang memenuhi kebutuhan gizi, terutama energi
dan thiamin (Almatsier, 2008).
d. Makanan cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga
kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
mengunyah, menelan, dan mencernakan makanan yang disebabkan oleh
menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah. Makanan cair
diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu, keadaan
mual dan muntah, dan sebagai makanan tahap awal pasca perdarahan
saluran cerna. Pascaperdarahan saluran cerna, serta pra- dan
pascabedah makanan ini dapat diberikan secara oral atau parenteral
(Almatsier, 2008).
Dalam penyelenggaraan makanan di rumah sakit ada perbedaan
pengertian istilah kebutuhan gizi dan kecukupan gizi. Kebutuhan gizi
(nutrient requirements) adalah banyaknya zat gizi minimal yang
diperlukan oleh seseorang agar hidup sehat. Kecukupan gizi
(recommended dietary allowences) adalah jumlah masing-masing zat gizi
yang sebaiknya dipenuhi seseorang atau rata-rata kelompok agar hampir
semua orang (97,5% populasi) hidup sehat (Kemenkes RI, 2014).
Menurut Kemenkes no.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, indikator sisa makanan yang tidak
termakan oleh pasien sebesar ≤20%. Sisa makanan yang kurang atau
sama dengan 20% menjadi indikator keberhasilan pelayanan gizi di setiap
rumah sakit di Indonesia (Kemenkes RI, 2012).
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan
penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan
penderita dalam waktu sesingkat mungkin. Makanan yang memenuhi
kebutuhan gizi dan termakan habis akan mempercepat penyembuhan dan
memperpendek hari rawat. Penyelenggaraan makanan yang higienis dan
sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan di rumah sakit
karena pelayanan makanan rumah sakit diperuntukkan untuk orang sakit
dengan ancaman penyebaran kuman pathogen yang tinggi. Makanan yang
tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah makanan dapat 
19

menimbulkan  dampak  negatif  seperti  penyakit  dan  keracunan akibat 


bahan  kimia,  mikroorganisme,  serta  dapat  pula menimbulkan alergi
(Adam, 2011).
Pasien membutuhkan asupan zat gizi yang sesuai dengan kondisi
atau kebutuhan tubuh pasien. Tubuh manusia melakukan pemeliharaan
kesehatan dengan mengganti jaringan yang rusak untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jika asupan gizi pasien tidak
seimbang atau kurang dari yang seharusnya, maka akan mempengaruhi
status gizi pasien hingga menyebabkan terjadinya malnutrisi. Malnutrisi
merupakan suatu keadaan nutrisi yang tidak seimbang yang terkadang
sulit untuk dikenali dalam keadaan klinis (Sauer, 2009). Timbulnya
malnutrisi disebabkan oleh asupan zat gizi makanan dan keadaan
penyakit. Malnutrisi dirumah sakit pada pasien biasanya merupakan
kombinasi dari cachexia (yang berhubungan dengan penyakit) dan
malnutrisi (konsumsi zat gizi yang tidak seimbang). Hal ini sesuai dengan
pendapat Barker (2011) bahwa malnutrisi di rumah sakit merupakan
gabungan dari berbagai faktor yang saling mempengaruhi secara
kompleks, antara penyakit yang mendasar, penyakit yang berhubungan
dengan perubahan metabolisme, dan berkurangnya persediaan zat gizi
dalam pasien tersebut. Berkurangnya persediaan zat gizi dalam pasien
merupakan salah satu penyebab terjadinya hospital malnutrition. Ini
terjadi karena kurangnya jumlah makanan yang dimakan, melemahnya
proses penyerapan, dan proses kehilangan yang semakin meningkat,
atau kombinasi ketiganya (Barker, 2011). Penilaian mutu makanan dapat
dilakukan dengan mencatat jumlah sisa makanan yang tidak dikonsumsi
(Depkes RI, 2007).
Sumber Makanan yang Mengandung Vitamin menurut (Edelstein, 2013)
yaitu:
`Vitamin B-6
1. Pisang
2. Ikan (sebagian besar)
3. Hati
4. Daging
5. Kacang-kacangan
20

6. Kentang dan ubi jalar


7. Gandum murni dan sereal yang diperkaya nutrient
Vitamin E
1. Margarin
2. Kacang-kacangan dan biji-bijian
3. Kacang tanah dan selai kacang
4. Minyak sayur
5. Benih gandum
6. Gandum murni dan sereal yang diperkaya nutrient
Vitamin B-12
1. Ikan dan kerrang
2. Telur
3. Sereal yang diperkaya nutrien
4. Daging
5. Susu
6. Jeroan
Vitamin D
1. Kuning telur
2. Sereal yang diperkaya nutrien
3. Susu yang diperkaya nutrien
4. Hati
5. Ikan tinggi lemak
Vitamin K
1. Brokoli
2. Brussel sprout
3. Kol (cabbage)
4. Sayuran berdaun hijau
5. Mayones
6. Kacang kedelai, canola, dan minyak zaitun
Asam Folat
1. Sayuran hijau tua
2. Dry bean (kacang kering), kacang polong dan muju-muju
3. Sereal gandum yang diperkaya nutrien
4. Sereal yang diperkaya nutrien
21

5. Hati
6. Jus jeruk
7. Benih gandum

C. Hal mendasar yang harus dimiliki oleh seorang pramusaji


Pramusaji adalah orang yang bertugas atau bekerja dalam
bidang penyajian makanan dan minuman. Namun dalam pelaksanaan tugas-
tugasnya, pramusaji tidak hanya bertugas menyajikan makanan dan
minuman kepada konsumen atau pasien di rumah sakit. Seorang pramusaji
harus memiliki ketrampilan untuk menawarkan makanan dan minuman dan
menjual produk tersebut sehingga menciptakan suatu produk bagi
perusahaan. Barometer pengukur berhasil atau tidaknya pramusaji dalam
melaksanakan tugasnya adalah kepuasan dari tamu yang dilanyan terhadap
produk makanan dan minuman (Fera, 2009).
Pramusaji memiliki peranan sebagai penyaji hidangan memang tugas
pokok seorang pramusaji, namun  menyajikan secara benar dengan
standar pelayanan yang telah ditentukan belum tentu dapat memberikan
kepuasan pada tamu atau pasien  yang dilayani. Untuk itu, pramusaji
harus benar-benar memahami dari hakikat pelayanan yang diberikan
kepada tamu atau  pasien  serta aspek pendukung lainnya sehingga
dapat memberikan kepuasan yang mengesankan kepada atau pasien
dirumah sakit (Fera, 2009).
Menurut (Fera, 2009) Dalam pelayanan, pramusaji memiliki 4 fungsi yaitu :
1. Sebagai pemandu selera
Pramusaji menuntun tamu untuk mendapat kembali selera makannya,
karena kadang kala ada tamu yang bingung akan makanan dan minuman
yang akan dipesannya. Maka dalam hal ini, tugas pramusaji lah yang
menawarkannya.
2. Sebagai penyaji hidangan
Pramusaji dituntut untuk melayani pnyajian makanan dan minuman
kepada para tamu, sesuai dengan standarisasi yang dimiliki oleh hotel itu
sendiri yang dapat membuat tamu merasa puas dan nyaman terhadap
pelayanan itu.
22

3. Sebagai data perusahaan


Pramusaji dalam hal ini perusahaan untuk menerima, melayani dan
memberikan perhatian kepada para tamu yang dating, reputasi
perusahaan sangat didukung oleh pramusaji yang telah memiliki sikap
dan kepribadian yang baik sehingga secara keseluruhan pramusaji
merupakan duta dari perusahaan itu.
4. Sebagai seseorang waraniaga
Pramusaji selalu menjaga kekayaan perusahaan, efisien pramusaji juga
harus bisa memperhatikan pelanggannya dan mendatangkan langanan
baru bagi perusahaan itu.

Fera (2009), mengemukakan bahwa Seorang pramusaji yang


berharap untuk maju harus memiliki beberapa standard lain, Pramusaji harus
bisa menciptakan pelayanan yang baik dan menimbulkan kesan terhadap
pelanggan. Standar tersebut adalah hal mendasar yang dimiliki oleh seorang
pramusaji dan hal- hal dibawah ini bisa membantu seorang pramusaji
mencapai standar sebagai seorang pramusaji yang profesional.
1. Personal Hygiene
Hal ini sangat penting mengingat seorang pramusaji berhubungan
langsung dengan tamu dan menangani pelayanan makanan dan
minuman penanganan pelayanan tersebut membuat pramusaji harus
dekat dengan tamu atau konsumen. Kesegaran  individu adalah hal yang
paling penting. pramusaji dilarang bersandawa, batuk ataupun
menghembuskan napas berdekatan dengan makanan atau  peralatan
makanan selama dalam proses pelayanan dan penghidangan makanan.
2. Disiplin Waktu
Hal ini sangat penting mengingat disiplin bisa mendorong pramusaji
menjadi lebih profesional. Karena jika seorang pramusaji tidak disiplin
dengan waktu, dan selalu terlambat dalam melakukan tugas secara
berkala ataupun terus menerus ini menunjukkan kalau pramusaji tersebut
menunjukkan kurang memiliki kinerja yang baik.
3. Kepribadian
Seorang pramusaji harus cekatan, ramah, dan memiliki selera humor
yang baik dan mampu menahan amarah. Pramusaji harus mampu
23

berbaur dengan pelanggan/ tamu  dalam berbicara dan memiliki


kemampuan untuk tersenyum di waktu dan tempat yang tepat. Dengan
kemampuan  personality dan menjadikan hal ini sebagai atribut.
Pramusaji bisa membantu menejemen karena kemampuan personality
bisa menjadikan seorang pramusaji menjadi wiraniaga yang baik.
4. Sikap Terhadap Tamu Pendekatan yang tepat kepada pelanggan adalah 
hal yang paling penting, pramusaji tidak harus berlebihan tetapi lebih
kepada mengantisipasi keinginan tamu dan keperluannya. Pramusaji
harus benar- benar memperhatikan tamu. Pelayanan terhadap tamu
diharuskan dilakukan dengan seksama dan penuh perhatian terlebih
terhadap tamu yang sulit untuk di ajak berinteraksi saat proses
pelayanan. Pramusaji diharapkan tidak berargument dengan tamu
kecuali  untuk menenangkan keadaan Pada saat penanganan complant
untuk menghindari ketegangan dalam kejadian complant, pramusaji harus
berkoordinasi dengan kepala pelayanan/ head waiter ataupun langsung
kepada manejemen.

D. PELAYANAN
1. Pengertian Pelayanan
Pelayanan adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau
suatu kelompok menawarkan kepada kelompok/orang lain sesuatu
yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau
tidak berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk. Pelayanan
atau service merupakan nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa
pelayanan kepada konsumen, pelayanan kepada konsumen perlu
ditingkatkan terus menerus.
Pelayanan makanan di rumah sakit sebagai salah satu komponen
penunjang diselenggarakan oleh instalasi gizi yang bertujuan untuk
menyelenggarakan makanan bagi pasien. Penyelenggaraan makanan
dirumah sakit adalah suatu rangkaian mulai dari perencanaan sampai
dengan pendistribusian makanan kepada pasien. Penyelenggaraan
makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai
24

kebutuhan serta pelayanan yang baik, dan layak sehingga memadai


bagi klien atau konsumen yang membutuhkan (Depkes RI, 2010).
Dalam sebuah Rumah Sakit pelayanan makanan yang dimaksud
adalah: layanan yang mengutamakan kualitas produk, ketepatan,
kebersihan dan keramahan.

Pelayanan bisa diartikan bermacam-macam oleh setiap orang.


Menurut Marsum WA (2010: 273- 274) pelayanan dalam usaha jasa
layanan dapat diartikan sebagai berikut:
1) Senyum kepada setiap pasien
2) Kita harus menyadari bahwa kita bergerak dalam bidang hospitality
industry yang menjual jasa keramahtamahan. Jadi harus murah
senyum, ramah, sopan serta supel.
3) Apapun yang kita kerjakan harus berakhir memuaskan. Dalam hal ini,
kalau kita berprinsip “ Do The Best” (kerjakan yang paling baik, apa
yang bisa dikerjakan).
4) Jangkau dan dekati tamu dalam segala keramahtamahan.
5) Memandang setiap pasien dengan rasa yang spesial.
6) Mengundang para pasien untuk datang kembali. Disini dimaksudkan
bahwa setiap pasien yang datang harus kembali dengan perasaan
puas: puas atas pelayanan yang bagus, lancar, makanan enak,
petugasnya yang ramah, bersahabat, peralatannya yang serba
bersih, rapi dan sebagainya. Bila setiap tamu merasa puas, pastilah
disuatu saat akan datang kembali.
7) Selalu meningkatkan suasana yang hangat dan akrab kepada pasien.
8) Mata, sebentar-sebentar kontak dengan pandangan tamu, sebagai
tanda bahwa kita senantiasa memperhatikan mereka.

Menurut Kottler (dalam Tjiptono dkk 2007), menjelaskan karakteristik dari


pelayanan sebagai berikut:
a. Intangible (tidak berwujud)
Yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud, tidak
dapat dirasakan atau di nikmati, tidak dapat dilihat, didengar, dan
dicuim sebelum dibeli oleh konsumen, misalnya: pasien dalam suatu
25

rumah sakit akan merasakan bagaimana pelayanan keperawatan yang


setelah menjadi pasien rumah sakit tersebut.
b. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)
Yaitu pelayanan yang dihasilkan dan dirasakan pada waktu
bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan
kepada pihak lainnya, akan tetapi merupakan bagian dari pelayanan
tersebut, dengan kata lain, pelayanan dapat diproduksi dan
dikonsumsi/dirasakan secara bersamaan, misalnya: pelayanan
keperawatan yang diberikan pada pasien dapat langsung dirasakan
kualitas pelayanannya.
c. Variability (bervariasi)
Yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi karena merupakan
nonstandardized dan senantiasa mengalami perubahan bergantung
dari pembeli pelayanan, penerima pelayanan dan kondisi dimana serta
kapan pelayanan tersebut diberikan, misalnya: pelayanan yan
diberikan kepada pasien hemodialisa di rumah sakit swasta mungkin
akan berbeda dengan rumah sakit pemerintah.
d. Perishability (tidak tahan lama)
Dimana pelayanan itu merupakan komoditas yang tidak tahan
lama dan tidak dapat disimpan, misalnya: jam tertentu tanpa ada
pasien di ruang perawatan, maka pelayanan yang biasanya terjadi
akan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan untuk
dipergunakan lain waktu.
2. Lima prinsip dimensi pelayanan yang digunakan sebagai tolak ukur yaitu:
a. Tangibles (Wujud Nyata), yaitu sesuatu yang nampak atau yang nyata
yaitu: penampilan para pegawai, fasilitas fisik lainnya seperti peralatan
dan perlengkapan yang menunjang pelaksanaan pelayanan.
b. Reliability (Reablitas), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang dijanjikan secara tepat dan benar sesuai dengan jenis pelayanan
yang telah dijanjikan kepada tamu.
c. Responsiveness (Responsif), yaitu keinginan, kemauan atau kesigapan
para karyawan untuk membantu para pelanggan dalam memberikan
pelayanan jasa yang cepat.
26

d. Assurance (Jaminan), yaitu terdiri dari rasa hormat, kepercayaan kepada


para pegawai. Dimensi ini memiliki ciri-ciri kompetensi untuk memberikan
pelayanan yang sopan dan memiliki sifat tanggap terhadap tamu.
e. Empathy (Empati), yaitu memberikan perhatian individu kepada tamu
secara khusus. Dimensi empati ini memiliki ciri-ciri: kemauan untuk
melakukan keinginan, kebutuhan dan perasaan tamu.
Dari kelima prinsip tersebut dapat diterapkan dalam penentuan indikator
pengukuran kepuasan konsumen (pasien) yaitu:
1) Ketepatan hasil sesuai dengan yang dijanjikan.
2) Pelayanan yang ramah dan penampilan staff yang menarik.
3) Kemampuan perusahaan untuk cepat tanggap dalam menghadapi
masalah yang timbul.
4) Kemampuan perusahaan yang cepat tanggap terhadap keluhan yang
disampaikan pasien.
5) Pengetahuan dan kecakapan staff
6) Melakukan komunikasi yang efektif dengan pasien.
7) Bertanggung jawab terhadap kenyamanan dan keamanan pasien.
8) Kebersihan dan kerapaian fasilitas.
9) Penataan eksterior dan interior ruangan yang baik.
10) Tampilan fasilitas.

Mutu hidangan (Supranto, 2008:244)

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien:


Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam
Kepmenpan Nomor : 63 Tahun 2010, yang kemudian dikembangkan menjadi
14 unsur yang relevan, valid, dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus
ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan pasien adalah sebagia
berikut:
a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya.
27

c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas


yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan
tanggung jawabnya).
d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku.
e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyesuaian
pelayanan.
f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan
kepada pasien.
g. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan pleh unit penyelenggara pelayanan.
h. Keadilan mendapat pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan atau status pasien yang dilayani.
i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan
ramah serta saling menghargai dan menghormati.
j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu sesuai kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.
l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
m.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan.
n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan
unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap
resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
28

4. Hubungan antara pelayanan pemberian makanan dengan tingkat


kepuasan pasien.
Semakin tinggi tingkat keramahan petugas pemberian makan
terhadap pasien maka akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan pasien.
Begitu sebaliknya semakin tidak ramah petugas kepada pasien maka pasien
akan merasa tidak puas. Untuk mencapai tingkat kepuasan pasien
seharusnya petugas menerapkan hal-hal sebagai berikut. Menurut Marsum
WA (2010: 273- 274) pelayanan dalam usaha jasa layanan dapat diartikan
sebagai berikut:
1. Senyum kepada setiap pasien
2. Kita harus menyadari bahwa kita bergerak dalam bidang hospitality
industry yang menjual jasa keramahtamahan. Jadi harus murah senyum,
ramah, sopan serta supel.
3. Apapun yang kita kerjakan harus berakhir memuaskan. Dalam hal ini,
kalau kita berprinsip “ Do The Best” (kerjakan yang paling baik, apa yang
bisa dikerjakan).
4. Jangkau dan dekati tamu dalam segala keramahtamahan.
5. Memandang setiap pasien dengan rasa yang spesial.
6. Mengundang para pasien untuk datang kembali. Disini dimaksudkan
bahwa setiap pasien yang datang harus kembali dengan perasaan puas:
puas atas pelayanan yang bagus, lancar, makanan enak, petugasnya
yang ramah, bersahabat, peralatannya yang serba bersih, rapi dan
sebagainya. Bila setiap tamu merasa puas, pastilah disuatu saat akan
datang kembali.
7. Selalu meningkatkan suasana yang hangat dan akrab kepada pasien.
8. Mata, sebentar-sebentar kontak dengan pandangan tamu, sebagai tanda
bahwa kita senantiasa memperhatikan mereka.
29

E. Kerangka Teori

Factor yang
mempengaruhi
kepuasan Komponen kepuasan
1. Produk dan jasa pasien
1. Respon
- Pelayanan
emosional
tenaga medis
2. Kualitas
- Ketersediaan
pelayanan
peralatan
medis yang 3. Kualitas produk
memadai

2. Pelayanan
Kriteria
- Sumber
daya 1. Puas
- Komunikasi 2. Tidak
Pelayanan petugas puas
- Softskills
tenaga pemberian makanan
medis 1. Senyum
- Fasilitas 2. Ramah
- Pelayanan 3. Akrab pada
makanan pasien
3. Factor emosional 4. Pandangan
4. Harga pada pasien

Sumber : Ali, M & Asrori, M. (2008), Fjiptono, F. & Chandra, G. (2011),


Budiastuti (dalam Nooria, 2008)

Keterangan :
: Tidak di teliti
: Di teliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
1. Variable bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang apabila di rubah akan
mengakibatkan perubahan pada variabel lain. Variabel yang berubah
akibat perubahan variabel bebas ini di sebut sebagaivariabel tergantung.
Variabel bebas sering di sebut sebagai variabel independen, predictor,
risiko, determinan, atau kausa. (Sudigdo sastroasmoro, 2011). Variabel
independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu pelayanan pemberian
makanan.
2. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variable dependen atau terikat sering juga di sebut variable criteria,
respon, dan output (hasil). Variable dependen merupakan variable yang
di pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable
independen (bebas). Biasanya antara variable independen dengan
variable dependen tidak bias di pisahkan, karena masing-masing tidak
bisa berdiri sendiri tetapi selalu berpasangan. Variabel dependen (terikat)
dalam penelitian ini yaitu tingkat kepuasan pasien.

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis, hupo artinya sementara
kebenarannya dan thesis artinya pernyataan atau teori.Jadi hip
otesis merupakan pernyataan sementara penelitian yang kebenarannya perlu
di uji dan dibuktikan daam penelitian tersebut (Riyanto, 2011).
Hipotesa dalam penelitian ini adalah
1. Hipotesa alternative (Ha)
Hipotesa alternatif biasa dinyatakan dalam kalimat positif.
Ha : Terdapat hubungan antara pelayanan pemberian makanan
dengan tingkat kepuasan pasien diruang rawat inap.

30
31

2. Hipotesa nol (Hₒ)


Hipotesa nol dinyatakan dalam kalimat negatif
Ho : Tidak terdapat hubungan antara pelayanan pemberian makanan
dengan tingkat kepuasan pasien diruang rawat inap.

C. Kerangka Konsep Penelitian


Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen
(Terikat)

Pelayanan Pemberian Tingkat Kepuasan Pasien


Makanan

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian atau Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitian analisis
kolerasional adalah analisis statistik yang berusaha untuk mencari
hubungan atau pengaruh antara dua buah variabel atau lebih (Ali
Muhson, 2011).
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional
merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor
resiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana
melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus
pada waktu yang sama (Riyanto, 2011).
3. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama,
atau dengan kata lain data yang pengumpulannya dilakukan
sendiri oleh peneliti secara langsung seperti hasil wawancara dan
hasil pengisian angket (kuesioner) (Widoyoko, 2012).
32

Data primer dari penelitian ini didapatkan secara langsung dengan


cara mengisi angket (kuesioner) yang diberikan pada pasien
diruang rawat inap RSUD Loekmonohadi Kudus.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber
kedua. Data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain,
dengan kata lain bukan data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti (Widoyoko, 2012).
Data sekunder dari penelitian ini didapatkan dari
pendokumentasian yang telah dilakukan oleh bagian rekam medis
RSUD Loekmonohadi Kudus.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh subjek (manusia, binatang percobaan, data
laboratorium, dll) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang
ditentukan (Riyanto, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien
ruang rawat inap RSUD Loekmonohadi Kudus sebanyak 329 orang
pada bulan januari – februari 2017..
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
a. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili atau representatif populasi. Sampel sebaiknya memenuhi
kriteria yang dikehendaki dari populasi yang akan diteliti secara
langsung (Riyanto, 2011).
Menurut (Arikunto, 2011) jika subyek penelitian < 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, apabila populasi > 100 maka dapat mengambil sampel 10-
30% atau lebih tergantung dari:
1) Kemampuan penelitian dan dilihat dari waktu, tenaga, dan
dana.
2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap obyek.
3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi pasien
rawat inap RSUD Loekmonohadi Kudus. Besar sampel dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
33

Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat penyimpangan yang diinginkan

Jadi, dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 77 responden.


b. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya dengan memperhatiakn sifat-sifat penyebaran
populasi yang diperoleh sampel yang representative (Setiawan &
Saryono, 2010).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel
random sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari semua
34

anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan


strata yang ada dalam anggota populasi (Saryono S. , 2010).
Dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target terjangkau yang akan diselidiki atau
karakteristik sampel yang layak untuk diteliti. Kriteria inklusi
dari penelitian ini adalah:
a) Pasien rawat inap ruang bougenvile 3 dan cempaka 2
b) Pasien yang bersedia menjadi responden dan mau
menandatangani inform consent
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat
dimasukkan atau tidak layak diteliti. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah:
a) Bukan pasien atau tidak tercatat sebagai pasien ruang
rawat inap ruang bougenvile 3 dan cempaka 2
b) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
6. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel adalah batasan yang digunakan untuk
membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, definisi operasional ini juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen
(alat ukur) (Notoatmodjo S. , 2010).
35

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Parameter Skala

Variabel bebas Pelayanan pemberian Kuesioner  Baik : apabila Ordinal


Pelayanan makan yang diberikan Dengan jumlah nilai
pemberian oleh rumah sakit pilihan pada jawaban
makan kepada pasien diruang jawaban baik adalah >
rawat inap baik dan 4
tidak baik  Tidak baik :
Baik diberi apabila jumlah
score 2 nilai jawaban
Tidak baik tidak baik
diberi adalah < 4
score 1
Variabel terikat Tingkatan kepuasan Kuesioner  Puas : apabila Ordinal
Tingkat pasien terhadap hasil Dengan jawaban puas
kepuasan dari pelayanan pilihan 6 - 10
pasien pemberian makan jawaban  Tidak Puas :
yang diberikan rumah ya dan apabila
sakit selama berada tidak jawaban tidak
diruang rawat inap Ya diberi puas 0 - 5
score 1
Tidak
diberi
score 0

7. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan sebagai alat ukur dalam
penelitian dalam bentuk kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang
sesuai isi variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Instrumen
dalam penelitian ini adalah:
a. Identitas responden terdiri dari nama responden, dalam hal ini
ditulis inisial, jenis kelamin, alamat ditulis daerahnya, pendidikan
terakhir, jenis pekerjaan.
b. Kuesioner tentang pelayanan pemberian makan terdiri dari 30
point pertanyaan dengan pilihan jawaban “baik”, dan “tidak baik”.
Skor pada jawaban “baik” di berikan nilai 2 dan pada jawaban
“tidak baik” di beri nilai 1.
c. Kuesioner tentang kepuasan pasien terdiri dari 10 point
pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”.ya diberi
score 1 dan tidak diberi score 0.
36

Tabel 3.2
Tabel kisi-kisi instrumen penelitian pelayanan pemberian makanan
No Indicator Pertanyaan Pertanyaan kategori
positif negative
1 Tersenyum 1 5 a. Pertanyaan positif
2 Ramah 2 6 jika menjawab baik
3 Keakraban 3 7 skornya 2 dan
4 Pandangan 4 8 tidak baik skornya
1
b. Pertanyaan
negative jika
menjawab baik
skornya 2 dan tidak
baik skornya 1

Tabel 3.3
Table kisi-kisi instrumen penelitian tingkat kepuasan pasien
No Indicator Pertanyaan Pertanyaan Kategori
positif negative

1 Respon 8 10 a. Pertanyaan
emosional positif jika
2 1,2 3,5 menjawab ya
Kualitas skornya 1 dan
pelayanan tidak skornya 0
3 4,9 6,7
Kualitas b. Pertanyaan
produk negative jika
menjawab ya
skornya 1 dan
tidak skornya 0
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur. Demikian pula kuesioner sebagai
alat ukur harus mengukur apa yang di ukur. Untuk mengetahui
apakah kuesioner yang kita susun mampu mengukur apa yang akan
diukur, maka perlu di uji dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-
diukur, maka perlu di uji dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-
37

tiap item (pernyataan) dengan total kuesioner tersebut


(Notoatmodjo, 2010). Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik
korelasi “pearson product moment” yang rumusnya sebagai berikut:

rhitung=

Keterangan:
rhitung = koefisiensi korelasi
ƩXi = jumlah skor item
ƩYi = jumlah skor total (item)
n = jumlah responden
jika r hitung ≥ koefisien nilai tabel yaitu taraf signifikan 5 %, maka
instrumen yang diuji dinyatakan valid (Sugiyono, 2009).
b. Uji Reliabilitas
Menurut (Sugiyono, 2009) reliabilitas adalah kesamaan hasil
pengukuran bila fakta di ukur dalam waktu yang
berlainan.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji
relibialitas “Alpha Cronbach” yang rumusnya sebagai berikut:

ri =

Keterangan :
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya item

= jumlah varian item

= varian total

Instrumen dinyatakan reliabel jika reliabilitas internal seluruh


instrumen sama dengan atau lebih dari 0.60 sampai mendekati
angka satu dan nilainya positif (Sugiyono, 2009).
8. Pengolahan dan Analisa Data
a. Pengolahan Data
38

Menurut (Saryono S. , 2010) teknik pengolahan data ada 4


tahapan meliputi :

1) Editing
Editing adalah memeriksakan daftar pertanyaan yang telah
diserahkan oleh para pengumpul data.
2) Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari para
responden kedalam kategori penelitian yang dilakukan
menurut tiap – tiap variable penelitian untuk memudahkan
dalam tabulasi data. Pemberian kode dalam penelitian ini
adalah:
a) Variabel pelayanan pemberian makanan
(1) Baik : kode 1
(2) Tidak baik : kode 0
b) Variabel tingkat kepuasan pasien
(1) Puas : kode 2
(2) Tidak Puas : kode 1
3) Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item - item
yang perlu diberi penilaian atau skor. Pemberian skor
dalam penelitian ini adalah:
a) Variabel pelayanan pemberian makanan
(1) Baik : skor 1
(2) Tidak baik : skor 0
b) Variabel tingkat kepuasan pasien
(1) Puas : skor 1
(2) Tidak Puas : skor 0
4) Tabulating
Tabulating adalah kegiatan membuat table. Jawaban -
jawaban yang telah diberi kode kemudian dimasukkan
kedalam table.
b. Analisa Data
39

Analisis data penelitian merupakan media untuk menarik


kesimpulan dari seperangkat data hasil pengumpulan
(Saryono S. , 2010).
Hasil penelitian diolah dengan menggunakan program yang
ada di komputer dan selanjutnya akan dilakukan analisa.
Menurut (Notoatmodjo, 2010) teknik analisis data suatu
penelitian melalui prosedur bertahap antara lain:
1) Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)
Adalah analisa yang dilakukan terhadap variable dari hasil
penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variable (Notoatmodjo,
2010). Analisa univariat ini digunakan untuk
menggambarkan tiap variabel penelitian antara variabel
bebas dan variabel terikat. Selanjutnya dicari masing -
masing prosentase dengan rumus:

Keterangan:
x : hasil prosentase
f : frekuensihasilpencapaian
N : total seluruhobservasi

E. Etika Penelitian
Penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian kesehatan
masyarakat pada khusunya menggunakan manusia sebagai obyek yang
diteliti disatu sisi, dan sisi lain manusia sebagai peneliti atau yang
melakukan penelitian. Hal ini berarti bahwa ada hubungan timbal balik
antara orang sebagai peneliti dan orang sebagai yang diteliti
(Notoatmodjo S. , 2010).
1. Informed Consent (persetujuan penelitian)
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan persetujuan untuk menjadi responden (Saryono S. ,
2010).
40

2. Anomity (tanpa nama)


Pada lembar persetujuan maupun lembar kuesioner tidak akan
menuliskan nama responden tetapi hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disampaikan (Saryono S. , 2010).
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti (Saryono S. , 2010).

F. Jadwal Penelitian
HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN PEMBERIAN MAKANAN
DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG
BOUGENVILE III DAN CEMPAKA II RSUD
DR.LOEKMONOHADI KUDUS
Tabel 3.4
No. Kegiatan November Desesmber Januari Februari Maret
11 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 12 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan judul
2. Acc judul
3. Survey
pendahuluan
4. Konsul Bab I
5. Konsul Bab II
6. Konsul Bab III
7 Acc Bab I, II, IIII
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Sakit Umum Kudus didirikan tahun 1928 oleh Pemerintah Hindia
Belanda, dan Direktur pertama adalah dr. C. Van Proosdy. Pada tahun 1942,
Jepang masuk dan menguasai Hindia Belanda, sehingga Rumah Sakit
Umum Kudus juga dikuasai Jepang. Pada tahun 1945 Jepang kalah perang
dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, dengan demikian
Rumah Sakit Umum berada di bawah kekuasaan pemerintahan Indonesia.
Selama pemerintahan Jepang, Rumah Sakit Umum Kudus dipimpin oleh d
Lie Gik Djing, dr.R.SW dan dr. Tjia, kemudian setelah Jepang pergi, pada
tahun 1946 Rumah Sakit Umum Kudus dipimpin oleh dr. Loekmonohadi.
Rumah Sakit Umum Kudus juga digunakan untuk tempat kuliah dan
praktek oleh Perguruan Tinggi Kedokteran (PTK), sehingga Rumah Sakit
Umum Kudus selain melaksanakan pelayanan kesehatan juga sebagai
tempat pendidikan Dokter, bidan dan perawat.
Pada tahun 1983, berdasarkan Surat Keputusan Bupati Daerah Tingkat II
Kudus tanggal 9 September 1983 Nomor 061/433/1983 tentang susunan
organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum menetapkan bahwa Rumah
Sakit Umum Kudus merupakan Rumah Sakit kelas C yaitu Rumah Sakit
Umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan paling sedikit 4 (empat)
cabang spesialisasi yaitu : Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan dan Penyakit
Kandungan serta Kesehatan Anak.
Pada tahun 1991, berdasarkan Keppres Nomor 38/Keppres.SK/VIII/1991
tanggal 26 Agustus 1991 tentang Unit Swadana dan tata cara pengelolaan
keuangan Rumah Sakit Umum Kudus. Hal ini dimaksudkan agar Rumah
Sakit Umum Kudus dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah
Kabupaten Kudus melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kudus nomor 17
Tahun 1992 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah
Kudus menjadi Rumah Sakit Unit Swadana Daerah dimana Rumah Sakit
berwenang untuk mengelola dan menggunakan penerimaan fungsionalnya
secara langsung.

42
43

Pada tahun 1993, berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah


Tingkat II Kudus Nomor 1884/306/1993 tentang uji coba Rumah Sakit Umum
Kabupaten Dati II Kudus sebagai Unit Swadana dan tata cara pengelolaan
keuangannya.
Pada tahun 1994, keluar Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
22/Mendagri/SK/III/1994 tanggal 22 Maret 1994 tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah.
Pada tahun 1995, dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1997/Menkes/SK/I/1995 tanggal 30 Januari 1995 tentang peningkatan kelas
Rumah Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
Kudus dari Rumah Sakit Umum kelas C menjadi Rumah Sakit Umum kelas B
Non Pendidikan.
Pada tahun 1996, keluar Keputusan Bupati KDH Tingkat II Kudus
No.445/526/1996 tanggal 6 Pebruari 1996 tentang Penetapan Kelas Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Dati II Kudus dari Kelas C menjadi Kelas B
Non Pendidikan.
Pada tahun 1997, keluar Perda Kabupaten Dati II Kudus No.3 Tahun 1997
tanggal 5 Pebruari 1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Uumum Daerah  Kabupaten Dati II Kudus.
Perda tahun 2001, keluar Keppres No.20 tahun 2001 tentang Pedoman
Kelembagaan dan Pengelola Rumah Sakit Daerah dan pada tahun 2002
keluar Keputusan Mendagri No. 1 tahun 2002 tanggal 24 Januari 2002
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah.
Pada tahun 2002, keluar Perda Kabupaten Kudus No. 4 tahun 2002 tanggal 8
Juli 2002 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Rumah Sakit Daerah
Kabupaten Kudus.Pada tahun 2003, keluar Keputusan Bupati Kudus No. 5
tahun 2003 tanggal 25 Januari 2003 tentang Uraian Tugas Badan Rumah
Sakit Daerah Kabupaten Kudus.
Pada tahun 2008 keluar Perda Kabupaten Kudus No. 15 tahun 2008
tanggal 30 Desember 2008 tentang Organisasi Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi
PamPraja dan Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Kudus.
44

B. Karakteristik responden
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin responden di RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

LK 34 44.2

PR 43 55.8

Total 77 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden berjenis kelamin perempuan sebesar 43 (55.8%).

2. Pekerjaan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pekerjaan responden di RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

TDK BEKERJA 12 15.6


PETANI 17 22.1
PNS 28 36.4
WIRASWATA 15 19.5
IRT 5 6.5
Total 77 100.0
Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki pekerjaan sebagai PNS sebesar 28 (36.4%),
sedangkan sebagian kecil memiliki pekerjaan sebagai IRT sebesar 5
(6.5%).
45

3. Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan responden di RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

TDK SKLH 7 9.1


SD 14 18.2
SMP 10 13.0
SMA 10 13.0
D3 12 15.6
PT 24 31.2
Total 77 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden berpendidikan PT sebanyak 24 (31.2%) responden,
sedangkan sebagian kecil responden berpendidikan Tidak Sekolah
sebesar 7 (9.1%) responden.

C. Analisa Univariat
1. Katagori Pelayanan Pemberian Makanan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Katagori Pelayanan Pemberian Makanan
Pada Pasien Di Ruang Bougenvile III dan Cempaka II
RSUD dr. Loekmonohadi Kudus

Pelayanan Pemberian Frekuensi Presentase (%)


Makanan

TDK BAIK 50 64.9

BAIK 27 35.1

Total 77 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar


tenaga pelayanan pemberian makanan tidak baik sebesar 50 (64.9%).
46

2. Katagori Tingkat Kepuasan Pasien


Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Katagori Tingkat Kepuasan Pasien Makanan
Pada Pasien Di Ruang Bougenvile III dan Cempaka II
RSUD dr. Loekmonohadi Kudus

Tingkat Kepuasan Pasien Frekuensi Presentase (%)

TDK PUAS 50 64.9

PUAS 27 35.1

Total 77 100.0

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden mengalami tidak puas terhadap pelayanan pemberian
makanan sebesar 50 (64.9%) responden.

D. Analisa Bivariat
1. Hubungan antara pelayanan pemberian makanan dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang bougenvile III dan cempaka II RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus.
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Hubungan Pelayanan
Pemberian Makanan dengan Tingkat Kepuasan pada Pasien di
Ruang Bougenvile III dan Cempaka II RSUD dr. LoekmonohadI
Kudus
Pelayanan Tingkat Kepuasan Total P
Pemberian
Makanan Puas Tidak Puas Value

F % F % F %

Baik 27 100 0 0 27 100 0.0001

Tidak Baik 0 0 50 100 50 100

Total 27 100 50 100 77 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dijabarkan bahwa dari 77 responden dengan


pelayanan pemberian makanan katagori tidak baik, diperoleh sebanyak
50 (100%) responden mengalami merasa tidak puas. Lalu dari responden
sebanyak 27 (100%) responden dengan pelayanan pemberian makanan
katagori baik, responden merasa puas.
47

Uji statistic Spearman Row yang dipilih dengan alasan bahwa pada
penelitian ini sesuai judul yaitu menggunakan uji korelasi, lalu di Devinisi
Oprasional Variabel terdapat skala ordinal dan nominal, dan pada
penelitian ini data yang di gunakan adalah data non parametric. Hasil uji
diperoleh nilai ρ value sebesar 0.001 < α = 0.005 yang menyatakan Ho
ditolak artinya ada hubungan bermakna antara pelayanan pemberian
makanan dengan tingkat kepuasan pasien di ruang bougenvile III dan
cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus 2017 .
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat
1. Pelayanan Pemberian Makanan
Hasil penelitian di RSUD Loekmonohadi Kudus di dapatkan
pelayanan pemberian makanan yang dilakukan oleh pramusaji sebagian
besar berkatagori tidak baik sebanyak 50 (64.9%). Pelayanan adalah
suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok menawarkan
kepada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud
dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan atau tidak berkaitan
dengan fisik produk. Pelayanan atau service merupakan nilai yang
berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen,
pelayanan kepada konsumen perlu ditingkatkan terus menerus.
Pelayanan makanan di rumah sakit sebagai salah satu
komponen penunjang diselenggarakan oleh instalasi gizi yang bertujuan
untuk menyelenggarakan makanan bagi pasien. Penyelenggaraan
makanan dirumah sakit adalah suatu rangkaian mulai dari perencanaan
sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien.
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan
untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai
kebutuhan serta pelayanan yang baik, dan layak sehingga memadai bagi
klien atau konsumen yang membutuhkan (Depkes RI, 2010).
Dalam sebuah Rumah Sakit pelayanan makanan yang
dimaksud adalah: layanan yang mengutamakan kualitas produk,
ketepatan, kebersihan dan keramahan. Faktor – faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien Berdasarkan prinsip pelayanan
sebagaimana telah ditetapkan dalam Kepmenpan Nomor: 63 Tahun
2010, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan,
valid, dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar
pengukuran indeks kepuasan pasien adalah sebagia berikut: Prosedur
pelayanan, Persyaratan pelayanan, Kejelasan petugas pelayanan,
Tanggung jawab petugas pelayanan, Kemampuan petugas pelayanan,
dan Kecepatan pelayanan.

48
49

Temuan peneliti selama melakukan penelitian, terjadi beberapa


perubahan dalam pelayanan pemberian makanan. Hal itu terbukti dari
wawancara kuesioner yang dilakukan peneliti kepada responden. Bahwa
responden atau pasien sering mengeluh atau mengatakan bahwa
petugas pemberian makan sering kali tidak ramah, tidak murah senyum,
dan kurang humble kepada pasien. Responden juga mengatakan jika
pada faktor penyajian dan rasa makananan yang disajikan tidak menarik,
rasa kurang, dan juga bau kurang sedap. Sesuai dengan teori Triatmojo
(2011), Pada dasarnya harapan klien adalah perkiraan atau keyakinan
klien tentang pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Menurut Gerson (2010), seorang
pelanggan merasa puas jika kebutuhannya, secara nyata atau hanya
anggapan, terpenuhi atau melebihi harapannya. Hasil penelitian
menyatakan pelanggan tidak puas dilihat dari indikator kepuasaan
pelanggan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa aspek yang berpengaruh
besar pada kepuasaan pelanggan yaitu Assurance (jaminan). Dimensi ini
memiliki ciri-ciri kompetensi untuk memberikan pelayanan yang sopan
dan memiliki sifat tanggap terhadap pasien. Sehingga didapat pelayanan
makanan tidak memiliki kompetensi yang tanggap terhadap pasien. Dari
teori ditatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pemberian makanan
pada petugas pramusaji mengalami penurunan yaitu tidak baik. Sehingga
banyak pasien merasa tidak puas. Pada dasarnya makanan adalah
sumber kekuatan untuk menunjang kesehatan alangkah baiknya jika
petugas pelayanan lebih menjaga sikap, lebih rama, mudah senyum
terhadap, maka pasien akan merasa senang dan nyaman dalam proses
perawatan tersebut.

2. Tingkat Kepuasan Pasien


Hasil penelitian di RSUD Loekmonohadi Kudus di dapatkan
tingkat kepuasan pasien paling banyak yaitu berkatagori tidak puas
sebanyak 50 (64.9%). Menurut (Irine, 2008) kepuasan adalah tingkat
perasaan seseorang pelanggan/pasien setelah membandingkan antara
kinerja atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima dan
50

dirasakan) dengan yang diharapkan. Memahami kebutuhan dan


keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal penting yang
mempengaruhi kepuasan pasien, pasien yang puas merupakan aset yang
sangat berharga karena apabila pasien puas, maka mereka akan terus
melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa
tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada
orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan
pasien suatu rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu
system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan
untuk mempertahankan pasiennya (Purnomo, 2012).
Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut
Budiastuti (dalam Nooria: 2008) yaitu: a. Kualitas produk atau jasa,
pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa
produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Meliputi pelayanan tenaga
medis, ketersediaan peralatan medis yang memadai, b. Kualitas
pelayanan, pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan
yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Meliputi sumberdaya,
komunikasi, softskills tenaga medis, fasilitas, pelayanan makanan, c.
Faktor emosional, pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap
rumah sakit yang dipandang “rumah sakit mahal”. Harga, semakin mahal
harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah,
memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien. Temuan peneliti selama
melakukan penelitian, di temukan banyak pasien mengalami kepuasan
terhadap pelayananan yang di berikan oleh petugas, hal itu sesuai
dengan jawaban kuesioner yang telah diisi responden. Responden
mengatakan jika pelayanan petugas pemberian makanan lebih cenderung
tidak ramah, pemberian makanan kurang tepat waktu, makanan yang
disajikan tidak enak, peralatan kurang lengkap.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Illyun Kurniah (2009) yang meneliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan daya terima makan siang karyawan di RS.
Brawijaya Women and Children Kebayoran Baru dan menyatakan bahwa
adanya hubungan bermakna secara statitstik antara variasi menu
51

makanan dengan daya terima makan karyawan dengan nilai p value


0.024.
Dari teori dan penelitian terdahulu yang dijabarkan diatas peneliti menarik
benang merah bahwa tingkat kepuasan pasien berkurang karena di
sebabkan oleh soft skill petugas yang melayani pasien. Alangkah baiknya
jika ingin menjaga kepuasan pasien pihak rumah sakit melakukan
pelatihan soft skill dalam berinteraksi dengan pasien.

B. Analisa Bivariat
1. Hubungan Pelayanan Pemberian Makanan dengan Tingkat Kepuasan
Pada pasien di Ruang Bougenvile III dan Cempaka II RUD dr.
Loekmonohadi Kudus
Dari hasil temuan data responden sebanyak 77 responden
terdapat 50 responden mendapat pelayan tidak baik dan merasa tidak
puas dengan pelayanan yang di berikan oleh petugas pelayanan
pemberian makanan.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan uji statistic
Nonparametric Corelations spearman rows diperoleh nilai ρ value
sebesar 0.001 < α = 0.005 yang menyatakan Ho ditolak artinya ada
hubungan bermakna antara pelayanan pemberian makanan dengan
tingkat kepuasan pada pasien di ruang bougenvile III dan cempaka II di
RSUD dr. Loekmonohadi kudus.
Terdapat kesesuaian antara teori dengan kejadian pada
penelitian dilapangan bahwa pelayanan pemberian makanan dapat
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. Illyun Kurniah (2009) yang
meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan daya terima
makan siang karyawan di RS. Brawijaya Women and Children Kebayoran
Baru dan menyatakan bahwa adanya hubungan bermakna secara
statitstik antara variasi menu makanan dengan daya terima makan
karyawan dengan nilai p value 0.024 .
Semakin tinggi tingkat keramahan petugas pemberian makan
terhadap pasien maka akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan pasien.
Begitu sebaliknya semakin tidak ramah petugas kepada pasien maka
pasien akan merasa tidak puas. Untuk mencapai tingkat kepuasan pasien
52

seharusnya petugas menerapkan hal-hal sebagai berikut. Menurut


Marsum WA (2010: 273- 274).
Selanjutnya diperkuat dengan penelitian oleh Alfa Laode
Hubungan antara variasi menu makanan dengan tingkat kepuasan pasien
menunjukan bahwa terdapat 38 pasien dari total 100 yang menyatakan
variasi makanan tidak baik. Dari 42 pasien terdapat 19 pasien (50.0%)
menyatakan tidak puas dengan variasi menu yang disajikan dan 19
pasien (50.0%) menyatakan puas. Jika variasi menu makanan baik, maka
akan lebih banyak pasien yang merasa puas. Berdasarkan uji chi-squere
terdapat hubungan antara variasi menu makanan dengan tingkat
kepuasan pasien, nilai (p< 0,05 yaitu p=0,001)
Dari ketiga penelitian diatas yang dijelaskan diatas, salah satu
faktor yang sesuai dengan temuan peneliti di RUD dr. Loekmono Hadi
Kudus adalah pelayanan pemberian makanan. Semakin tinggi tingkat
keramahan petugas pemberian makan terhadap pasien maka akan
semakin tinggi pula tingkat kepuasan pasien. Begitu sebaliknya semakin
tidak ramah petugas kepada pasien maka pasien akan merasa tidak
puas. Untuk mencapai tingkat kepuasan pasien seharusnya petugas
menerapkan hal-hal sebagai berikut

C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini banyak memiliki kekurangan
dan keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument penelitian yang
berupa kuesioner, Kuesioner juga memiliki kelemahan pada pengisianya
yang tergantung demgam kejujuran responden untuk mengurangi bias,
peneliti menjelaskan tujuan, manfaat penelitian kepada responden, serta
menjelaskan etika terutama kerahasiaan(anonymity).
2. Beberapa responden ibu hamil saat dilakukan wawancara oleh peneliti
masih ada yang bingung dengan pertanyaan kuesioner peneliti, sehingga
peneliti mengatasi hal tersebut dengan melakukan penjelasan ulang
pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden.
3. Responden ketika selesai menjawab semua pertanyaan dari peneliti,
responden tidak mau diajak foto bersama untuk dokumentasi, sehingga
53

peneliti mengatasi hal tersebut dengan menjelaskan kalau foto tersebut


untuk tanda bukti dan dilihatkan dosen.
4. Penelitian ini hanya terbatas pada pelayanan pemberian makanan
responden, sehingga setiap jawaban dari responden tersebut berbeda.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul Hubungan
Antara Pelayanan Pemberian Makanan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di
Ruang Bougenvile III dan Cempaka II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus, maka
diambil kesimpulan:
1. Pelayanan pemberian makanan di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
dengan kategori 50 responden kategori tidak baik 50 dan baik 27
responden.
2. Tingkat kepuasan pasien di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus dengan
jumlah responden 50 tidak puas dan 27 responden puas.
3. Ada hubungan antara pelayanan pemberian makanan dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang bougenvile III dan cempaka II RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus diperoleh hasil nilai ƿ value 0.0001 kurang dari
nilai α 0.005 yang menyatakan Ho ditolak artinya ada hubungan
bermakna antara pelayanan pemberian makanan dengan tingkat
kepuasan pasien.

B. Saran
1. Bagi Penelitian
Dapat menambah pengalaman dan keterampilan dalam
mengaplikasikan teori tentang pelayanan pemberian makanan dengan
tingkat kepuasan pasien.
2. Bagi Stikes Muhammadiyah Kudus
Dapat digunakan sebagai studi pustaka dan sebagai salah satu tolak
ukur keefektifan dan keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan mengenai
pentingnya melakukan penilitian pelayanan pemberian makanan dengan
tingkat kepuasan pasien.

54
55

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar bisa mengembangkan
penelitian ini dengan menggunakan sampel yang lebih luas agar
diperoleh hasil yang lebih baik mengenai pelayanan pemerian makanan
dengan tingkat kepuasan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Y. (2011). Pengetahuan dan Perilaku Higiene Tenaga Pengelolahan


Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah. Jakarata: Rineka
Cipta.
Adisasmito, W. (2012). Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia.
Agus, R. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Akmal, M. (2011). Ensiklopedi Kesehatan Untuk Umum. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.
Barker, L. A. (2011). Public Heath. Pengaruh Persepsi Kualitas Jasa Pelayanan
Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan di RSU Saras Husada
Purworejo, 514-527.
DEPKES RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
DEPKES RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Irine, D. (2008). Manajemen. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
KEMENKES RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia.
Kotler, K. P. (2007). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Indeks.
Lusa, J. (2007). Mengukur Kepuasan Pasien Rumah Sakit. 11 Desember 2012.
Jakarta.
Nooria, W. (2008). Skripsi. Pengaruh Persepsi Kualitas Jasa Pelayanan
Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan di RSU Saras Husada
Purworejo, 1-10.
Notoatmojo, S. (2010 ). Metode Penelitian Kesehatan . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba
Medika.
Purnomo, B. (2012). Dsar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagang Seto.
Riska, F. (2009). Pelayanan Pramusaji Dalam Meningkatkan Kenyamanan Para
Tamu Yang Datang ke Restoran Padan Sari Hotel. Yogyakarta.
Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai