PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
NIM : 152023030280
Pembimbing :
1
2
Hari :
Tanggal :
Nama : DYAH AYU KURNIAWATI
NIM : 152023030280
Anny Rosiana M., M.Kep., Ns., Sp.Kep.J Sri Karyati, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat
NIDN : 0616087801 NIDN : 0602087401
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kudus
HALAMAN PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Nama : DYAH AYU KURNIAWATI
NIM : 152023030280
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kudus
MOTTO
Akan selalu ada jalan menuju sebuah kesuksesan bagi siapapun, selama orang
tersebut mau berusaha dan bekerja keras untuk memaksimalkan kemampuan
yang ia miliki
5
PERSEMBAHAN
PERNYATAAN
NIM : 152023030280
diri saya.
Penyusun
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
10
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa masih sebagai salah satu kasus kesehatan di dunia
termasuk di Indonesia. Kesehatan jiwa dalam Undang- Undang
Kesehatan Jiwa Nomor 18 tahun 2014, merupakan keadaan di mana
seorang bisa tumbuh secara fisik, mental, spritual serta sosial, sehingga
orang tersebut menyadari keterampilan dirinya sendiri, bisa rnengatasi
tekanan, bisa bekerja secara produktif, serta marnpu membagikan donasi
buat komunitasnya. Masalah gangguan jiwa saat ini terus mengalami
peningkatan. Peningkatan angka kejadian gangguan jiwa terjadi pada
beberapa Negara di dunia dan termasuk Indonesia. Gangguan jiwa dapat
terjadi karena adanya faktor pemicu atau pencetus dimana salah satunya
adalah dari fungsi afektif dalam keluarga yang tidak dapat berjalan dengan
baik dan dukungan sosial dimasyarakat rendah (Kemenkes, 2018).
.Masalah kesehatan jiwa semakin meningkat, berdasarkan
penelitian WHO (World Health Organization) pada tahun 2019
menyatakan terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang
menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia dan 20
juta orang jiwa mengalami skizofrenia.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, pengidap
gangguan jiwa di Indonesia tercatat bertambah. Kenaikan ini terungkap
dari peningkatan prevalensi rumah tangga yang mempunyai orang dengan
gangguan jiwa (ODJG) di Indonesia. Jumlah penderita diperkirakan
mencapai 450 ribu ODGJ berat. Akibat dari gangguan jiwa dapat
memunculkan disabilitas serta dapat merendahkan produktivitas warga
serta beban biaya lumayan besar.
Di Kabupaten Rembang Tahun 2023 jumlah kunjungan gangguan
jiwa dengan diagnosa skizofrenia sebanyak 8.114 jiwa. Kunjungan
gangguan jiwa dengan skizofrenia di rumah sakit sebesar 6.244 jiwa,
sedangkan kunjungan gangguan jiwa di Puskesmas sebesar 1.867 jiwa.
Data yang diperoleh dari Puskesmas
1 Kragan 2 terdapat 45 pasien yang
2
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian adalah “Apakah ada
hubungan stigma masyarakat dan dukungan sosial dengan
8
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan stigma masyarakat dan dukungan sosial dengan
kekambuhan pasien gangguan jiwa di wilayah Puskesmas Kragan
2 Kabupaten Rembang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui stigma masyarakat pada pasien gangguan
jiwa di wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.
b. Untuk mengetahui dukungan sosial terhadap pasien gangguan
jiwa di wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.
c. Untuk mengetahui kekambuhan pasien gangguan jiwa di
wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.
d. Untuk menganalisis hubungan stigma masyarakat pada pasien
gangguan jiwa dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di
wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.
e. Untuk menganalisis hubungan dukungan sosial pada pasien
gangguan jiwa dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di
wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Kragan 2
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
masukan dan pertimbangan untuk bagaimana cara menyikapi
permasalahan serta diharapkan mampu menjadi salah satu bahan
untuk peninjauan kebijakan Puskesmas terkait bagaimana
pentingnya pencegahan kekambuhan bagi pasien ODGJ di
Puskesmas.
2. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus Indonesia
9
E. Keaslian Penelitian
Penelitan lain yang berkaitan dengan judul penelitian ini,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Metode
No Peneliti Tahun Judul Hasil
Penelitian
Metode
No Peneliti Tahun Judul Hasil
Penelitian
Instrumen yang
digunakan adalah
skizofrenia di
data demografi
wilayah kerja
untuk mengukur,
Puskesmas
kuesioner
Gamping 2
internalized
Sleman dan ada
stigma of mental
hubungan
illness invetory
resiliensi dengan
(ISMI-9) dan CD-
kekambuhan
RISC10 dengan
pada pasien
uji Kendall Tau
skizofrenia di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Gamping 2
Sleman
Metode
No Peneliti Tahun Judul Hasil
Penelitian
F. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan standart
pengumpulan data dan izin pelaksanaan penelitian dari institusi
yaitu satu bulan. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September
2023-Februari 2023.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Kragan 2 Kabupaten Rembang.
3. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah Ilmu
Keperawatan Jiwa. Materi yang dibahas dalam penelitian ini
adalah hubungan stigma masyarakat dan dukungan sosial dengan
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa
1. Pengertian
Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan menyimpangnya
proses pikir, alam perasaan serta perilaku seseorang. Gangguan
jiwa juga merupakan suatu masalah kesehatan yang
menyebabkan ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang
ditimbulkan akibat gangguan pada fungsi sosial, psikologis,
genetik, fisik/kimiawi, serta biologis (Thong, 2019).
Gangguan jiwa menurut Aula (2019) merupakan suatu
keadaan dimana individu mengalami kesulitan dengan
persepsinya terhadap kehidupan, kesulitan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain, serta kesulitan dalam menentukan
sikap bagi dirinya sendiri.
Menurut UU Nomor 18 (2014) orang dengan gangguan jiwa
atau sering disingkat dengan ODGJ adalah individu yang
mengalami gangguan dengan pikiran, perasaan dan perilakunya
yang dimanifestasikan dengan bentuk gejala dan atau perubahan
perilaku yang bermakna, serta dapat menyebabkan penderitaan
serta hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia.
Berdasarkan pengertian yang diuraikan diatas, dapat
disimpulkan orang dengan gangguan jiwa adalah seseorang yang
mengalami gangguan psikis dengan adanya pemisahan antara
pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang mengalaminya
ditandai dengan penyimpangan realitas, penarikan diridari
interaksi sosial, serta disorganisasi persepsi, pikiran, dan kognitif.
13
14
2. Tanda Gejala
Videbeck (2018) mengatakan bahwa secara general gejala
orang dengan gangguan jiwa dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Gejala Positif atau Gejala Nyata
1) Halusinasi: Persepsi sensori yang salah atau pengalaman
yang tidak terjadi dalam realitas.
2) Waham: Keyakinan yang salah dan dipertahankan yang
tidak memiliki dasar dalam realitas.
3) Ekopraksia: Peniruan gerakan dan gestur orang lain yang
diamati klien.
4) Flight of ideas: Aliran verbalitasi yang terus-menerus saat
individu melompat dari suatu topik ke topik laindengan
cepat.
5) Perseverasi: Terus menerus membicarakan satu topik atau
gagasan; pengulangan kalimat, kata, atau frasa secara
verbal,dan menolak untuk mengubah topik tersebut.
6) Asosiasi longgar: Pikiran atau gagasan yang terpecah-
pecah atau buruk.
7) Gagasan rujukan: Kesan yang salah bahwa peristiwa
eksternal memiliki makna khusus bagi individu.
8) Ambivalensi: Mempertahankan keyakinan atau perasaan
yang tampak kontradiktif tentang individu, peristiwa, situasi
yang sama.
b. Gejala Negatif atau Gejala Samar
1) Apati: Perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas,
peristiwa.
2) Alogia: Kecendrungan berbicara sedikit atau
menyampaikan sedikit substansi makna (miskin isi).
3) Afek datar: Tidak adanya ekspresi wajah yang akan
menunjukkan emosi atau mood.
4) Afek tumpul: Rentang keadaan perasaan emosional atau
mood yang terbatas.
15
c. Metabolisme
Ada yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan
oleh suatu gangguan metabolisme, karena penderita dengan
skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat.
d. Susunan saraf pusat
Ada yang berpendapat bahwa penyebab skizofrenia ke
arah kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensefalon
atau kortex otak.
e. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit
badaniah tetapi merupakan suatu reaksi yang salah, suatu
maladaptasi. Oleh karena itu timbul suatu disorganisasi
kepribadian dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri dari
kenyataan (otisme).
f. Teori Sigmund Freud
Terjadi kelemahan ego, yang dapat timbul karena
penyebab psikogenik ataupun somatik. Superego
dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang
berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
g. Eugen Bleuler
Skizofrenia, yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan
dan perbuatan.
4. Tipe Gangguan Jiwa
Menurut Videbeck (2018) berikut ini adalah tipe gangguan
jiwa dari DSM-IV-TR 2000. Diagnosa ditegakkan berdasarkan
gejala yang dominan:
a. Skizofrenia, tipe paranoid: ditandai dengan waham kejar (rasa
menjadi korban atau dimata-matai) atau waham kebesaran,
halusinasi, dan kadang-kadang keagamaan yang berlebihan
(fokus waham agama), atau perilaku agresif dan bermusuhan.
17
1) Antipsikotik Tipikal
Antipsikotik tipikal merupakan antipsikotik generasi lama
yang mempunyai aksi mengeblok reseptor dopamin.
Antipsikotik inilebih efektif untuk mengatasi gejala positif
yang muncul pada klien gangguan jiwa.
2) Antipsikotik Atipikal
Antipsikotik atipikal merupakan antipsikotik generasi baru
yang muncul pada tahun 1990-an. Aksi obat ini adalah
mengeblok reseptor dopamin yang rendah. Antipsikotik
atipikal merupakan pilihan pertama dalam terapi
skizofrenia. Antipsikotik atipikal efektif dalam mengatasi
gejala positif maupun negatif yang muncul pada orang
dengan gangguan jiwa.
Menurut Ikawati (2017) pengobatan dan pemulihan
skizofrenia terdiri dari beberapa tahap pengobatan dan
pemulihan, yaitu :
1) Terapi fase akut
Pada fase akut ini, klien menunjukkan gejala psikotik yang
jelas dengan ditandai gejala positif dan negatif.
Pengobatan pada fase ini bertujuan mengendalikan gejala
psikotik yang muncul pada orang dengan skizofrenia.
Pemberian obat pada fase akut diberikan dalam waktu
enam minggu.
2) Terapi fase stabilisasi
Pada fase stabilisasi klien mengalami gejala psikotik
dengan intensitas ringan. Pada fase ini klien mempunyai
kemungkinan besar untuk kambuh sehingga dibutuhkan
pengobatan rutin menuju tahap pemulihan.
3) Terapi fase pemeliharaan
Terapi pada fase pemeliharaan diberikan dalam jangka
waktu panjang dengan tujuan dapat mempertahankan
kesembuhan klien, mengontrol gejala, mengurangi resiko
19
d) Psikoterapi kognitif
Psikoterapi kognitif merupakan terapi pemulihan
fungsi kognitif sehingga penderita skizofrenia mampu
membedakan nilai-nilai sosial etika.
B. Kekambuhan
1. Pengertian
Kekambuhan penderita gangguan jiwa merupakan istilah
yang secara relative merefleksikan perburukan gejala atau
perilaku yang membahayakan penderita dan atau lingkunganya.
Tingkat kekambuhan sering diukur dengan menilai waktu antara
lepas rawat dari perawatan terakhir sampai perawatan berikutnya
dan jumlah rawat inap pada periode tertentu (Pratt dkk, 2018).
Kekambuhan gangguan jiwa psikotik adalah munculnya
kembali gejala gejala psikotik yang nyata.Angka kekambuhan
secara positif berhubungan dengan beberapa kali masuk Rumah
Sakit, lamanya dan perjalanan penyakit. Kekambuhan adalah
keadaan penderita dimana jatuh sakit lagi (biasanya lebih parah
dari pada yang terdahulu) dan mengakibatkan penderita harus
dirawat kembali (Wirnata, 2019).
2. Dimensi Kekambuhan
Kekambuhan dapat dicirikan dengan munculnya kembali
karakteristik gngguan jiwa menurut PPDGJ-III maupun DSM-V.
Menurut Keliat (2017) memaparkan beberapa tanda kekambuhan
pada pasien gangguan jiwa,3 yakni :
a. Secara fisik meliputi, munculnya kembali gangguan makan
(makan berlebihan atau makan kurang), munculnya kembali
gangguan tidur, penampilan kembali tidak teratur atau tidak
rapi, kemampuan merawat diri kembali menurun (bau badan,
kuku kotor, rambut kusut, dan kulit kotor)
b. Secara emosi meliputi, pasien kembali meracau tidak jelas
dan bertingkah seperti anak kecil, munculnya kembali
21
c. Faktor Lingkungan
Dukungan dan bantuan merupakan bagian penting
dalam kepatuhan pengobatan. Penderita yang tinggal
sendirian secara umum mempunyai angka kepatuhan yang
rendah dibandingkan dengan mereka yang tinggal dalam
lingkungan yang mendukung. Kemungkinan lain, sikap
negative dalam lingkungan sosial penderita terhadap
pengobatan psikiatri atau terhadap penderita sendiri dapat
mempengaruhi kepatuhan yang biasanya bila penderita
tinggal dengan orang lain.
Penyebab kekambuhan penderita gangguan jiwa
adalah faktor psikososial yaitu pengaruh lingkungan keluarga
maupun sosial. Faktor yang mempengaruhi perilaku penderita
terhadap kepatuhan adalah pengaruh obat terhadap
penyakitnya. Penting untuk memberikan dukungan untuk
menambah sikap positif terhadap pengobatan pada penderita.
Lingkungan terapetik juga harus diperhitungkan. Penderita
rawat inap dimana teman sekamar pernah mengalami
pengalaman buruk terhadap satu jenis obat dan
menceritakannya maka akan merubah sikap penderita
terhadap obat yang sama.
C. Stigma Masyarakat
1. Pengertian
Stigma adalah ekstremnya ketidaksetujuan seseorang
maupun sekelompok orang berdasarkan karakteristik tertentu
yang membedakan atau keberadaan mereka menjadi tidak
diinginkan di lingkungan masyarakat. Stigma juga merupakan
seperangkat keyakinan negatif yang dimiliki seseorang untuk
mendasari ketidakadilan yang dimiliki sekelompok orang tentang
sesuatu (Merriam-Webster, 2019).
24
c. Ekonomi
Status ekonomi berhubungan dengan sebab dan akibat
terhadap ODGJ. Stigma berat pada ODGJ dipengaruhi oleh
status ekonomi keluarga yang rendah
5. Pengaruh Stigma
Stigma dapat mempengaruhi berbagai domain seperti
masyarakat, komunitas, keluarga sehingga perilaku menstigma
menjadikan seseorang lebih rentan mengalami gangguan mental
(Balaji et al., 2017). Stigma terkait ODGJ juga dapat menjadi
faktor penghalang utama peningkatan partisipasi terhadap
pengobatan (Subedi et al., 2019).
D. Dukungan Sosial
1. Pengertian
Menurut Taylor (2018) dukungan sosial adalah informasi
dan umpan balik dari orang yang lain yang menunjukkan bahwa
seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai, dan dihormati dan
dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal
balik. Dukungan sosial adalah umpan balik dari orang yang lain
seseorang yang dicintai dan dihargai. Sejalan dengan teorinya
wills Menurut teori wills yang mengatakan dukungan social adalah
mengarah kepada kenyamanan, kepedulian, terhadap seseorang
atau membantu seseorang menerima dari orang lain atau
sekelompok. Teori ini sejalan dengan teori.
Menurut Sarafino (2018) dukungan sosial adalah mengarah
kepada kenyamanan, kepedulian, penghargaan terhadap
seseorang atau membantu seseorang menerima dari orang lain
atau sekelompok. Dukungan ini dapat dari sumber atau banyak
sumber yang berbeda, pasangan seseorang yang dicintai,
keluarga, teman, teman kerja, dokter, komunitas organisasi.
Seseorang dengan dukungan sosialpercaya meraka dicintai dan
dipedulikan, dihargai, bagian dari jaringan sosial seperti keluarga,
28
E. Kerangka Teori
ODGJ
Tahap Munculnya Kekambuhan
Penatalaksanaan 1) Overextention
2) Restricted Conciousnes
a. Terapi Farmakologi 3) Disinhibition
b. Terapi Non 4) Psychotic Disorganization
Farmakologi
Kekambuhan
Stigma
Lingkungan
Komponen-
Faktor Penyebab
komponen Stigma : 1. Ketidakpatuhan
1. Stereotype Meminum Obat
2. Diskriminasi 2. Faktor
3. Separasi Sehubungan
4. Labeling dengan
Pengobatan
3. Faktor
Lingkungan
Dukungan Sosial
1. Dukungan
Emosional atau
Penghargaan
2. Dukungan
Nyata atau
Instrumental Dimensi Kekambuhan
3. Dukungan a. Fisik
Informasi b. Emosi
4. Dukungan c. Sosial
Persahabatan
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Ardani & Handayani, 2017), Sarafino (2018), Taylor (2018),
Maramis (2017)
Keterangan :
Diteliti =
Tidak diteliti =
33
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis Penelitian (Ha)
merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
menunjukkan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat (Sugiyono, 2015). Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka
hipotesis dari penelitian adalah :
1. Ha :
a. Ada hubungan stigma masyarakat dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa di wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten
Rembang.
b. Ada hubungan dukungan sosial dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa di wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten
Rembang.
2. Ho :
a. Tidak ada hubungan stigma masyarakat dengan kekambuhan
pasien gangguan jiwa di wilayah Puskesmas Kragan 2
Kabupaten Rembang.
b. Tidak ada hubungan dukungan sosial dengan kekambuhan
pasien gangguan jiwa di wilayah Puskesmas Kragan 2
Kabupaten Rembang.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk
mengetahui hubungan stigma masyarakat dan dukungan sosial
dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di wilayah Puskesmas
Kragan 2 Kabupaten Rembang, maka peneliti menggunakan metode
penelitian analitik korelasi. Metode analitik korelasi merupakan
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2018).
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan cross sectional. Peneliti
menggunakan pendekatan cross sectional dikarenakan penelitian ini
dilakukan dengan pengukuran variabel independent dan variabel
dependent hanya satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2016).
B. Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang memiliki
oleh kelompok lain. Definisi lain variabel adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018). Variabel penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas (independent) : stigma masyarakat dan
dukungan sosial
b. Variabel terikat (dependent) : kekambuhan pasien gangguan
jiwa
34
35
Stigma Masyarakat
Kekambuhan Pasien
Gangguan Jiwa
Dukungan Sosial
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Definisi
Variabel Alat Ukur Kategori Skala
Operasional
Stigma Pemberian Dengan Kategori skor stigma Ordinal
Masyarakat cap negatif menggunakan lingkungan adalah
yang diperoleh kuesioner yang sebagai berikut
keluarga dari bejumlah 16 a. Stigma mayarakat
lingkungan pernyataan baik bila skor
sekitar seperti dengan skala antara 80- 100%
tetangga atau likert yang (51-64)
rekan kerja nilainya yaitu: b. Stigma mayarakat
selama a. Selalu diberi cukup bila skor
merawat nilai 4 antara 60-79%
anggota b. Sering nilai 3 (38-50)
keluarga c. Jarang nilai 2 c. Stigma mayarakat
dengan d. Tidak pernah kurang bila skor <
skizofrenia nilai 1 60% (16-37)
36
Definisi
Variabel Alat Ukur Kategori Skala
Operasional
Dukungan Bentuk Dengan Kategori skor motivasi Ordinal
Sosial penerimaan, menggunakan keluarga adalah
kepedulian, kuesioner yang sebagai berikut
penghargaan bejumlah 12 a. Dukungan sosial
ataupun pernyataan baik bila skor
bantuan lainya dengan skala antara 80- 100%
yang membuat likert yang (38-48)
responden nilainya yaitu: b. Dukungan sosial
merasa a. Selalu diberi cukup bila skor
disayangi, nilai 4 antara 60-79%
diperhatikan, b. Sering nilai 3 (29-37)
dan ditolong c. Jarang nilai 2 c. Dukungan sosial
saat merawat a. Tidak pernah kurang bila skor <
keluarganya nilai 1 60% (12-27)
dengan
gangguan jiwa
Kekambuhan Kejadian Menggunakan Hasil ukur dari Nominal
Pasien perburukan catatan rekam kekambuhan adalah
Dengan gejala atau medis pasien dimasukkan ke dalam
Gangguan perilaku yang kategori:
Jiwa membahayaka a. Kambuh
n penderita b. Tidak Kambuh
dan atau
lingkunganya
yang
membutuhkan
penatalaksana
an lebih lanjut
di RS yang
dihitung dalam
setahun
terakhir
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah berupa tes yang bersifat
mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif
jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah maupun
skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban skala berupa
pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala
deskriptif ataupun skala garis (Sukmadinata, 2016). Instrumen dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Yang terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Kuesioner karakteristik responden
Kuesioner ini merupakan lembaran yang berisi data demografi
yang nantinya akan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
responden yang meliputi nama inisial, jenis kelamin responden.
2. Kuesioner stigma masyarakat
Kuesioner ini merupakan lembaran yang berisi data stigma
masyarakat yang diterima oleh keluarga dalam merawat ODGJ.
Kuesioner ini berisi 16 pernyataan dengan skala likert yang
nilainya yaitu: Selalu diberi nilai 4, Sering nilai 3, Jarang nilai 2,
Tidak pernah nilai 1.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Kuesioner Stigma Lingkungan
No Stigma Lingkungan Favourable Unfavourable Jumlah
Pertanyaan
1. Stereotype 1, 3 4, 9 4
2. Diskriminasi 6, 11 8, 12 4
3. Separasi 5, 13 10, 14 4
4 Labeling 2, 15 7, 16 4
Jumlah Pertanyaan 8 8 16
6 . Σd 2
r =1−
n( n2 −1)
Keterangan :
rx = Rank dari X
n = Banyaknya Data
ry = Rank dari Y
d = Ry – Rx
Tabel 3.4
Interpretasi Nilai "r"
G. Etika Penelitian
Setelah penyusunan penelitian disetujui oleh kedua pembimbing
dan diujikan Universitas Muhammadiyah Kudus membuat permohonan
kepada Kepala Puskesmas Kragan 2 untuk mengadakan penelitian
dan mengeluarkan ijin melakukan penelitian. Menurut Hidayat (2019)
etika penelitian kepada calon responden meliputi :
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Setelah responden mengerti dan jelas tentang tujuan
penelitian dan hak-haknya, maka lembar persetujuan disampaikan
kepada calon responden untuk ditanda tangani.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga identitas responden peneliti tidak
mencantumkan nama, namun menulis kode nama dengan nomor.
3. Confidentialitiy (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang
diberikan oleh responden dan akan dijaga, hanya digunakan untuk
kepentingan peneliti.
H. Jadwal Penelitian
(Terlampir)
45
DAFTAR PUSTAKA
Asti, A. D., Sarifudin, S., & Agustin, I. M. (2016). Public Stigma Terhadap
Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Kabupaten Kebumen. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 12(3), 176–188.
https://doi.org/10.26753/jikk.v12i3.166
Balaji, A. B., Bowles, K. E., Hess, K. L., Smith, J. C., Paz-Bailey, G.,
Taussig, J., … Kuo, I. (2017). Association Between Enacted Stigma
and HIV-Related Risk Behavior Among MSM, National HIV
Behavioral Surveillance System, 2011. AIDS and Behavior, 21(1),
227–237. https://doi.org/10.1007/s10461-016- 1599-z
Hartini, N., Fardana, N. A., Ariana, A. D., & Wardana, N. D. (2018). Stigma
toward people with mental health problems in Indonesia.
Psychology Research and Behavior Management, 11, 535–541.
Lestari, P., Choiriyyah, Z., & Mathafi. (2015). Kecenderungan atau Sikap
Keluarga Penderita Gangguan Jiwa terhadap Tindakan Pasung.
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 2, No. 1. Ppnijateng.org/wp-
concent/uploads/2
https://media.neliti.com/media/publications-test/20892-stigma-and-
management-on-people-with-sev-2b616813.pdf
Maharani, I. (2017). Cap Sosial Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA).
Retrieved from http://lib.unair.ac.id
Tsai, A. C., Hatcher, A. M., Bukusi, E. A., Weke, E., Lemus Hufstedler, L.,
Dworkin, S. L., Weiser, S. D. (2017). A Livelihood Intervention to
Reduce the Stigma of HIV in Rural Kenya: Longitudinal Qualitative
Study. AIDS and Behavior, 21(1), 248–260.
https://doi.org/10.1007/s10461-015-1285-6
Varamitha, S., Akbar, S. N., & Erlyani, N. (2018). Stigma Sosial Pada
Keluarga Miskin dari Pasien Gangguan Jiwa. Jurnal Ecopsy, 1,
106-114
Lampiran 1
I. Tahun 2022/2023
N KEGIATAN Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov
1. Pengusulan Judul √
2. Bimbingan √ √ √ √
Proposal
3. Ujian Proposal √ √
4. Pengambilan √ √
Data
5. Pengolahan Data √
6. Penyusunan Hasil √ √
dan Pembahasan
7. Ujian Skripsi √ √
8. Revisi dan √ √
Pengumpulan
Skripsi
Lampiran 2
Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama : DYAH AYU KURNIAWATI
NIM : 152023030280
Pendidikan : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus
Penulis
Lampiran 3
Nama :
Umur :
( )
3
Lampiran 4
No Responden :
Jenis Kelamin Responden : Laki-laki
Perempuan
Umur : …………………….Tahun
A. Stigma Masyarakat
NO PERNYATAAN SS S J TP
1 Tetangga menganggap gangguan jiwa adalah penyakit
yang ada obatnya.
2 Tetangga menganggap bahwa gangguan jiwa itu terjadi
bukan karena dirasuki oleh makluk halus (stan atau jin)
3 Tetangga meyakini penderita gangguan jiwa itu tidak
menyusahkan
4 Tetangga menganggap penderita gangguan jiwa
karena keturunan
5 Tetangga berpendapat penderita gangguan jiwa itu
jangan di kurung meskipun akan menganggu orang lain
6 Tetangga berpendapat orang dengan gangguan jiwa
adalah hal yang tidak menakutkan meskipun dapat
melakukan kekerasan kepada orang lain
7 Tetangga menganggap penderita gangguan jiwa itu
pasti membahayakan
8 Tetangga meyakini penderita gangguan jiwa sebaiknya
jangan didekati karena membahayakan
9 Tetangga menganggap gangguan jiwa itu bukan
sebagai kutukan
10 Tetangga menganggap meskipun penderita gangguan
jiwa itu sudah dapat berkomunikasi lagi jadi sebaiknya
jangan didekati keberadaannya dan diajak
berkomunikasi
11 Tetangga menganggap ODGJ perlu diberi perhatian
agar tidak sering mengamuk
12 Tetangga bersikap ODGJ tidak perlu diberi pekerjaan
karena akan mengganggu
13 Tetangga mengganggap ODGJ seperti orang biasa
tidak perlu dijauhi
14 Tetangga mengganggap ODGJ yang ngamuk harusnya
dipasung saja
15 Tetangga mengganggap ODGJ bisa sembuh asal
berobat secara teratur
16 Tetangga mengganggap ODGJ pasti akan kumat lagi
kalau ada masalah
5
B. Dukungan Sosial
NO PERNYATAAN SS S KS TS
1 Lingkungan ikut mengendalikan dalam menangani
gangguan jiwa pada klien yang marah
2 Lingkungan percaya dengan usaha yang
dilakukan keluarga dalam menangani gangguan
jiwa pada klien akan sembuh
3 Keluarga tidak perlu mengelola dan memodifikasi
lingkungan agar klien tidak menderita gangguan
jiwa lagi
4 Keluarga mempunyai keinginan untuk mencegah
kekambuhan penyakit gangguan jiwa yang
didukung oleh tetangga
5 Dukungan lingkungan sangat diperlukan dalam
menangani gangguan jiwa pada klien
6 Lingkungan tetangga perlu ikut mencari tahu
tentang penanganan gangguan jiwa pada klien
7 Keluarga tidak perlu dukungan tetangga dalam
menangani klien yang mengalami gangguan jiwa
8 Petugas kesehatan tidak harus melakukan
penyuluhan tentang penanganan gangguan jiwa
pada lingkungan desa
9 Pengaruh dan dukungan lingkungan tidak
membantu dalam menangani gangguan jiwa pada
klien
10 Masalah hubungan antar tetangga menghambat
keluarga dalam menanggani ganguan jiwa pada
klien
11 Tetangga ikut menasehati untuk tetap
memeriksakan anggota keluarga yang ODGJ
karena biar bagaimanpun keadaannya itu sudah
menjadi kewajiban
12 Tetangga mengingatkan untuk tidak bosan
dengan keadaan yang terjadi dengan anggota
keluarga yang ODGJ karena penyakitnya tidak
kunjung sembuh meskipun diobatkan kemana-
mana
6
C. Kekambuhan
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah pasien pernah kambuh dalam 1 bulan
terakhir