Anda di halaman 1dari 191

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS GANTRUNG KABUPATEN MADIUN

OLEH:

SYAMSUDDIN WIDODO

NIM. 201403041

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

TAHUN 2018
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

OLEH:

SYAMSUDDIN WIDODO

NIM. 201403041

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

TAHUN 2018

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang.

SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN

Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM Cholik Harun R., M.Kes


NIS. 20160136 NIP. 197202222005011001

Mengetahui,
Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat

Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes


NIS. 20150114

iii
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi dan dinyatakan telah memenuhi
sebagian syarat memperoleh gelar S.KM

Madiun, 5 September 2018

Dewan Penguji
1. Ketua Dewan Penguji : Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes (....................)

2. Penguji 1 : Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM (....................)

3. Penguji 2 : Cholik Harun R., M.Kes (....................)

Mengesahkan,
Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes


NIS. 20160130

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan skripsi ini

kepada:

1. Allah SWT, karena hanya atas ridho dan karunia-Nya maka skrispi ini dapat

dibuat dan selesai tepat waktu.

2. Kedua orang tua (Almarhum Bapak Gatot Santoso dan Ibu Yuniati) yang sangat

saya hormati dan cintai, selama ini telah memberikan semangat, dukungan, dan

doa tiada henti untuk kesuksesan dan kelancaran untuk mengerjakan skripsi ini.

3. Kakak – kakak ku Erna Suciati dan Cun Cun Cunara dengan doa dan dukungan

sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

4. Partner spesial selama ini Lutfiana Oktadila Nurjanah yang selalu memberikan

dukungan dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan dengan baik dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Sahabat – sahabatku (Windy, Nikma, Nurul, Eka, Hery S, Guruh, Gatot, Guntur)

dengan memberikan dukungan sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman terbaik MASBREW (Yudhistira Risaldy), MANGKUMIS (Arief Setyo

Syahputro), MBAH KUNG (Tri Mohamad Farhan Hadi) yang telah memberikan

semangat sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini

v
7. Bapak dan Ibu Dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang senantiasa

memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing saya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Seluruh kawan S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2014 yang memberikan

bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

vi
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Syamsuddin Widodo

NIM : 201403041

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar (ahli

madya/sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan, sumbernya dijelaskan dalam

tulisan dan daftar pustaka.

Madiun, 5 September 2018

Syamsuddin Widodo
NIM. 201403041

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Syamsuddin Widodo


Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Madiun, 26 Januari 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tanjung Manis Nomor 7
Kel. Manisrejo, Kec. Taman, Kota Madiun
Email : syamsuddinlutfiana1808@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. RA Al – Irsyad Kota Madiun (2001 – 2002)
2. MI ISLAMIYAH 03 Kota Madiun (2002 – 2008)
3. SMP Negeri 13 Kota Madiun (2008 – 2011)
4. MAN 2 Kota Madiun (2011 – 2014)
5. STIKES Bhakti Husada (2014 – 2018)

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun”. Penelitian ini disusun sebagai

salah satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang Sarjana di Prodi Kesehatan

Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu proses penulisan ini:

1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku Ketua

Dewan Penguji.

3. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan proposal skripsi ini.

4. Bapak Cholik Harun R., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan proposal skripsi ini.

5. Bapak Subandi, Amd. Kep selaku Pemegang Program Jiwa di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun yang telah memberikan petunjuk

selama proses penelitian berlangsung di masyarakat.

ix
6. Seluruh pihak UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun yang telah

mendukung dan memfasilitasi penyelesaian penelitian skripsi ini.

7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti ucapkan

banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan dan kritik yang bersifat

membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.

Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan bagi penulis serta orang-orang yang peduli dengan dunia kesehatan

masyarakat khususnya.

Madiun, 9 Juli 2018

Penyusun

x
Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

ABSTRAK
SYAMSUDDIN WIDODO

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


SKIZOFRENIA DI WILYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN

132 halaman + 20 tabel + 8 gambar + 13 lampiran

Latar belakang: Skizofrenia merupakan salah satu jenis penyakit atau gangguan
kejiwaan yang serius atau gagguan mental kronis yang dapat menurunkan kualitas
hidup manusia. Kejadian skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun pada tahun 2015 sejumlah 50 kasus, pada tahun 2016 sejumlah 56
kasus, dan pada tahun 2017 sejumlah 60 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menjelaskan faktor yang paling berpengaruh dengan kejadian
skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan case
control dengan jumlah sampel sebanyak 52 kasus dan 52 kontrol. Teknik sampling
kasus dan kontrol menggunakan simple random sampling. Analisa data yang
digunakan adalah analisa univariat, bivariat menggunakan uji Chi Square, dan
multivariat menggunakan regresi logistik. Penelitian dilaksanakan pada 30 Juli
sampai 23 Agustus 2018.
Hasil: Faktor risiko yang hubungan dengan kejadian skizofrenia di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun yaitu pendapatan keluarga (p=0,012;
aOR=3,481; 95%CI=1,321-9,171), pola asuh keluarga (p=0,039; aOR=2,717;
95%CI=1,049-7,035), riwayat keluarga (p=0,000; aOR=6,265; 95%CI=2,423-
16,199). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian skizofrenia dan
tidak termasuk dalam analisis regresi logistik yaitu riwayat pekerjaan (p=0,432;
OR=0,679; 95%CI=0,313-1,472).
Kesimpulan dan saran: Kesimpulan variabel yang berhubungan dengan kejadian
Skizofrenia adalah pendapatan keluarga, riwayat keluarga, pola asuh keluarga. Saran
yang dapat diberikan yaitu lebih meningkatkan edukasi tentang kesehatan jiwa
kepada masyarakat serta bekerja sama dengan masyarakat dan lintas sektor lainnya
untuk membentuk Posyandu Jiwa serta melatih kader jiwa.

Kata kunci : Skizofrenia, faktor risiko skizofrenia


Kepustakaan : 35 (2008 – 2016)

xi
Public Health Program
Health Science College of Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

ABSTRACT

SYAMSUDDIN WIDODO

THE ASSOCIATED FACTORS ON INSIDENCE OF SCHIZOPHRENIA IN


GANTRUNG MEDICAL CENTER OF MADIUN COMMUNITY AREA

132 pages + 20 tables + 8 pictures and 13 appendixes

Background: Schizophrenia is one of types of serious psychiatric disorders or


chronic mental disorder which can degrade the quality of human life. The incidence
of schizophrenia in Gantrung medical center of Madiun community area in 2015
were 50 cases, in 2016 were 56 cases, in 2017 were 60 cases. The purpose of this
research was to determine and explain the most influential factors on incidence of
schizophrenia in Gantrung medical center of Madiun community area.
The method: The kind of this research was analytic observational used case control
study. The total samples of this research were 52 cases and 52 controls, and the
technique sampling used simple random sampling. The data analysis of this research
used univariate, bivariate used Chi Square test, multivariate used logistic regression
test. The study was conducted on 30 July to 23 August 2018.
The results: The variables that associated on incidence of schizophrenia in Gantrung
medical center of Madiun community area were family income (p= 0,012;
aOR=3,481; 95%CI=1,321 – 9,171), family parenting (p=0,039; aOR=3,576;
95%CI=1,049 – 7,035), family history (p=0,000; aOR=6,265; 95%CI=2,423 –
16,199). The variable that not associated on incidence of schizophrenia in Gantrung
medical center of Madiun community area and not included in the logistic regression
analysis was employment history (p = 0.432 and OR = 0.679).
Discus and Conclusion: The variables that associated on incidence of schizis were
family income, family history, and family upbringing. Based on this research it was
suggested to improve education about mental health then teamed up to community
and other sectors to form a Mental Posyandu and teach all members of Mental
Posyandu.

Keywords : Schizophrenia, risk factors of schizophrenia


Litterature : 35 (2008-2016)

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


SAMPUL DALAM ................................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ........................................................... xx

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
1.2.1 Rumusan Umum ..................................................................................... 6
1.2.2 Rumusan Khusus .................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8
1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas ........................................................................ 8
1.4.2 Manfaat Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ........................... 9
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat ....................................................................... 9
1.4.4 Manafaat Bagi Peneliti ........................................................................... 9
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................................ 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Skizofrenia ......................................................................................................... 17
2.1.1 Definisi Skizofrenia ............................................................................... 17
2.1.2 Patofisiologi Skizofrenia ....................................................................... 18
2.1.3 Riwayat Klinis Skizofrenia.................................................................... 24
2.1.4 Gejala Skizofrenia ................................................................................. 25
2.1.5 Perilaku dan rentang respons Skizofrenia ............................................. 30
2.1.6 Tipe Skizofrenia .................................................................................... 31
2.1.7 Kriteria Diagnostik Skizofrenia ............................................................. 35
2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Skizofrenia ...................................... 36
2.2.1 Faktor Internal ....................................................................................... 36

xiii
2.2.1.1 Jenis Kelamin ............................................................................ 36
2.2.1.2 Pekerjaan ................................................................................... 38
2.2.1.3 Tipe Kepribadian ....................................................................... 40
2.2.1.4 Usia ........................................................................................... 41
2.2.2 Sosio-Kultur .......................................................................................... 41
2.2.2.1 Pendapatan Keluarga ................................................................. 41
2.2.2.2 Pola Asuh Keluarga................................................................... 43
2.2.3 Faktor Eksternal .................................................................................... 47
2.2.3.1 Penyakit Peneyerta .................................................................... 47
2.2.3.2 Pengetahuan Keluarga ............................................................... 47
2.2.4 Faktor Somatik ...................................................................................... 49
2.2.4.1 Biologis ..................................................................................... 49
2.2.4.2 Riwayat Keluarga ...................................................................... 50
2.2.5 Faktor Psikososial ................................................................................. 52
2.2.5.1 Status Perkawinan ..................................................................... 54
2.2.5.2 Kegagalan Mencapai Cita-cita .................................................. 54
2.3 Kerangka Teori.................................................................................................. 56

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................................... 59
3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 61

BAB 4. METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 62
4.2 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 63
4.2.1 Populasi ................................................................................................ 63
4.2.2 Sampel ................................................................................................. 64
4.3 Teknik Sampling............................................................................................ 67
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................................. 69
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................................ 71
4.5.1 Identifikasi Variabel ............................................................................. 71
4.5.2 Variabel Penelitian ............................................................................... 71
4.5.3 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 71
4.6 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 77
4.7 Uji Validitas dan Reabilitas ........................................................................... 77
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 79
4.8.1 Lokasi Penelitian .................................................................................. 79
4.8.2 Realisasi Kegiatan Penelitian ............................................................... 79
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 80
4.9.1 Sumber Data ......................................................................................... 80
4.10 Teknik Pengolahan dan Teknik Analisis Data............................................... 81
4.10.1 Teknik Pengolahan Data .................................................................... 81
4.10.2 Teknik Analisis Data ......................................................................... 82

xiv
4.11 Etika Penelitian .............................................................................................. 87
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Gantrung ........................................................... 88
5.1.1 Kondisi Umum Geografis .................................................................... 88
5.1.2 Kondisi Demografi Puskesmas Gantrung ............................................ 89
5.2 Karakteristik Responden ................................................................................... 90
5.2.1 Data Umum .......................................................................................... 90
5.2.2 Data Khusus ......................................................................................... 92
5.3 Hasil Penelitian ................................................................................................. 94
5.3.1 Analisis Bivariat Variabel Penelitian ................................................... 94
5.3.2 Analisis Multivariat .............................................................................. 98
5.4 Pembahasan ....................................................................................................... 99
5.4.1 Faktor-Faktor yang Terbukti Berhubungan dengan Kejadian
Skizofrenia ............................................................................................ 100
5.4.2 Faktor-Faktor yang Tidak Terbukti Berhubungan dengan Kejadian
Skizofrenia ............................................................................................ 112
5.5 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 116

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 118
6.2 Saran .................................................................................................................. 119

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 121


LAMPIRAN ........................................................................................................... 126

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.5 Keaslian Penelitian ....................................................... 10


Tabel 2.1 Gejala Skizofrenia ......................................................... 28
Tabel 2.2 Perilaku yang Berhubungan dengan Masalah Kognitif 30
Tabel 4.1 Nilai Odds Ratio Beberapa Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Skizofrenia ........................................ 66
Tabel 4.2 Definisi Operasional Faktor-Faktro yang Berhubungan
dengan Kejadian Skizofrenia ........................................ 73
Tabel 4.3 Realisasi Kegiatan Penelitian ....................................... 79
Tabel 4.4 Coding Data Variabel Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia .................. 81
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 90
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 91
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Status Pernikahan di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 91
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Pekerjaan di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ............ 92
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ............ 92
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pola Asuh Keluarga di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ............ 93
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Keluarga di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 93
Tabel 5.8 Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan
Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 94
Tabel 5.9 Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan
Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 95

xvi
Tabel 5.10 Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga dengan
Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 96
Tabel 5.11 Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian
Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Gantrung Kabupaten Madiun ....................................... 97
Tabel 5.12 Rangkuman Hasil Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia .................. 98
Tabel 5.13 Hasil Uji Regresi Logistik ............................................ 99

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Terjadinya Gejala Positif dan Negatif pada


Gangguan Psikotik ........................................................ 20
Gambar 2.2 Jalur Dopaminergik Syaraf ........................................... 21
Gambar 2.3 Perbedaan Otak Normal dengan Otak Skizofrenia ....... 21
Gambar 2.4 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skizofrenia ..................................................... 57
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Skizofrenia ........................................ 60
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Case Control (Kasus Kontrol) .. 62
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skizofrenia ..................................................... 70
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten
Madiun .......................................................................... 88

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian dan Inform Consent ...... 126


Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ..................................................... 128
Lampiran 3 Lembar Observasi Kontrol ........................................... 132
Lampiran 4 Lembar Observasi Kasus .............................................. 133
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi .............................................. 134
Lampiran 6 Surat Pencarian Data Awal ........................................... 136
Lampiran 7 Surat Uji Validitas dan Reliabilitas .............................. 139
Lampiran 8 Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas .............................. 140
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ...................................................... 148
Lampiran 10 Dokumentasi ................................................................. 151
Lampiran 11 Skor T Pola Asuh Keluarga .......................................... 152
Lampiran 12 Input Data Kuesioner .................................................... 157
Lampiran 13 Output Data Kuesioner ................................................. 162

xix
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa


Skizofrenia : Gangguan Jiwa Berat
Introvet : Tipe Kepribadian Tertutup
Ekstrovet : Tipe Kepribadian Terbuka
ODGJ : Orang Dengan Gangguan Jiwa
Support : Dukungan
Blocking : Pikiran yang kadang seakan-akan berhenti, tidak timbul ide lagi
ODS : Orang Dengan Skizofrenia

xx
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan salah satu jenis penyakit atau gangguan kejiwaan

yang serius atau gagguan mental kronis yang dapat menurunkan kualitas hidup

manusia. Penderita Skizofrenia mengalami halusinasi, pikiran tidak logis, waham

yang menyebabkan mereka berperilaku agresif, dan sering berteriak-teriak

histeris. Walaupun gejala pada setiap penderita bisa berbeda, tetapi secara kasat

mata perilaku penderita Skizofrenia berlainan dengan orang normal (Reza, 2015).

Terdapat 21 juta orang terkena Skizofrenia (WHO, 2016), studi

epidemiologi pada tahun 2010 menyebutkan bahwa angka prevalensi Skizofrenia

di Indonesia 0,3% sampai 1% dan biasanya timbul pada usia 18–45 tahun, namun

ada pula yang masih berusia 11–12 tahun sudah menderita Skizofrenia. Insiden

gangguan jiwa berat atau Skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar

400.000 orang (Riskesdas, 2013). Berdasarkan jumlah tersebut 14,3% atau sekitar

57.000 orang pernah atau sedang dipasung (Depkes RI, 2013). Jumlah kunjungan

gangguan jiwa yang didalamnya termasuk Skizofrenia di Puskesmas sebanyak

4.296.263 jiwa (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2016) dan penderita Skizofrenia

pada tahun 2016 mencapai 2.238 jiwa (Dinas Sosial Jawa Timur, 2016).

Prevalensi Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun menempati urutan kedua setelah Puskesmas Geger dengan

jumlah Skizofrenia 175 orang pada tahun 2017 namun dari 175 pasien sebagian

telah meninggal dunia. Pada Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten

1
Madiun jumlah kasus Skizofrenia mengalami kenaikan tren dari mulai tahun 2015

sejumlah 50 kasus, pada tahun 2016 berjumlah 56 kasus, dan pada tahun 2017

berjumlah 60 kasus dengan rincian pasien laki-laki berjumlah 28 orang dan

perempuan 32 orang.

Dari survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada 10 pasien

Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun

menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa pasien dengan riwayat keluarga

Skizofrenia dan pendapatan keluarga di bawah UMK Kabupaten tahun 2018

dilihat dari pekerjaan mayoritas buruh tani, IRT, swasta, dan lain-lain, serta masih

buruknya pola asuh keluarga yang diantaranya otoriter. Selain itu ada masalah

perkawinan yang menjadi pencetus Skizofrenia.

Kronologi terjadinya Skizofrenia yaitu dipengaruhi oleh faktor genetik,

lingkungan (seperti trauma di masalalu, masalah interpersonal, masalah keluarga,

kegagalan mencapai cita-cita, himpitan ekonomi), pola asuh keluarga yang tidak

baik seperti pola asuh otoriter dan penelantaran. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan skizofrenia antara lain faktor internal (riwayat pekerjaan, pendapatan

keluarga); faktor eksternal (penyakit penyerta); faktor somatik (riwayat keluarga);

faktor psikososial (masalah perkawinan, pola asuh keluarga, gagal mencapai cita-

cita); faktor tipe kepribadian (introvet dan ekstrovet).

Riwayat pekerjaan merupakan faktor yang berhubungan dengan Skizofrenia

bahwa tidak bekerja dapat menimbulkan stress, depresi dan melemahnya kondisi

kejiwaan karena orang yang tidak memiliki pekerjaan menimbulkan rasa

ketidakberdayaan dan rasa tidak optimis (tidak percaya diri) terhadap masa depan

2
(Semiun, 2006 dalam Agung 2016). Menurut penelitian Agung Wahyudi dan

Arulita Ika Fibriana (2016) menunjukkan ada hubungan antara status pekerjaan

dengan kejadian Skizofrenia yang memiliki nilai OR 3,385 (95% CI 1,180-9,708).

Pendapatan keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan

Skizofrenia bahwa pendapatan keluarga yang rendah sangat mempengaruhi

kehidupan seseorang dan mempengaruhi kondisi kejiwaannya sebab tekanan

ekonomi dan kebutuhan hidup lainnya menyebabkan stres yang tinggi (Graham,

1989 dalam Erlina 2010). Menurut Erlina (2010) menunjukkan ada hubungan

antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia yang memiliki nilai OR

7,482 (95% CI; 2,852-19,657).

Pola asuh keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya

Skizofrenia karena pada pola asuh keluarga pada masa awal kehidupan anak

sangat berperan dalam munculnya gangguan jiwa pada masa berikutnya. Apabila

seorang anak dibesarkan dengan pola asuh yang baik maka anak tersebut akan

tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Hal ini didukung oleh Anita (2010)

dalam Astrid Gheafani Lazuardi (2015) orangtua yang menerapkan pola asuh

otoriter dapat menjadikan anak mengalami gangguan jiwa, hal ini dapat terjadi

karena orangtua tidak memberikan kesempatan kepada anak berpendapat,

menjaga jarak dengan anak, mengejar anak dengan tuntutan orang tua. Sesuai

dengan Tridhonanto (2014) dalam Astrid Gheafani Lazuardi (2015) anak dengan

pola asuh otoriter cenderung sifat mudah tersinggung, mudah stres, mudah

terpengaruh, penakut, pemurung, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas

dan anak dengan pola asuh permisif cenderung agresif, tidak punya rasa percaya

3
diri, suka memberontak, tidak jelas arah hidupnya. Menurut Astrid Gheafani

Lazuardi (2015) ada hubungan pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia

dengan nilai p 0,000 < 0,05 OR 8,64.

Riwayat keluarga atau faktor keturunan merupakan faktor yang

berhubungan dengan kejadian Skizofrenia karena adanya gen resesif pada diri

seseorang, perkawinan antara pasangan yang memilki gen resesif Skizofrenia akan

menghasilkan 36% diturunkan kepada anak sehingga peran gen dalam kejadian

Skizofrenia sangat kompleks dan masih dipengaruhi oleh faktor lain seperti

kondisi ketika masih dalam kandungan (Hawari, 2012). Menurut penelitian

Agung Wahyudi dan Arulita Ika Fibriana (2016) menunjukkan ada hubungan

antara riwayat keluarga atau keturunan dengan kejadian Skizofrenia yang memilki

nilai OR 6,234 (95% CI 2,038-19,069).

Secara umum dampak yang ditimbulkan penderita Skizofrenia bagi keluarga

antara lain efek emosional (psikologis) yaitu rasa bersalah, dendam, marah, malu,

kebingungan dan keputusasaan adalah beberapa emosi yang dirasakan oleh

mereka yang terkait dan merawat seseorang dengan Skizofrenia. Orang tua merasa

bersalah dan marah jika mereka memilki anak dengan Skizofrenia, karena orang

tua merasa khawatir bagaimana penyakit tersebut bisa berkembang.

Dampak selanjutnya ada efek sosial yaitu memiliki Skizofrenia dapat

membuat pekerjaan, menjaga hubungan dan perawatan/pemenuhan kebutuhan

pribadi sangat sulit, karena orang-orang dengan Skizofrenia sering berdelusi dan

berhalusinasi, mereka merasa sulit untuk mempertahankan pekerjaan, yang

menyebabkan tekanan keungan atau himpitan ekonomi pada keluarga yang

4
merawat mereka dan untuk keluarga dengan anggota keluarga Skizofrenia,

pengobatan menyebabkan bertambahnya pengeluaran serta bertamhanya biaya

hidup. Orang dengan Skizofrenia memerlukan obat, terapi dan kebutuhan hidup

lainnya untuk berkembang. Bagi mereka yang sudah menikah atau dalam

hubungan dengan seorang Skizofrenia, kegiatan sederhana dan menyenangkan

seperti menghadiri suatu acara resmi ataupun acara liburan menjadi salah satu

kekhawatiran ketika penderita Skizofrenia tidak dapat dikendalikan dan

bertingkah tidak wajar didepan umum.

Efek sosial ini akan yang akan mempengaruhi orang tua atau keluarga

meliputi; gangguan terhadap rutinitas orang tua atau keluarga dari penderita

Skizofrenia, orang tua atau keluaraga akan mengabaikan kebutuhan pribadi,

hubungan dengan putra putrinya yang lain akan merasakan perbedaan perlakuan,

waktu dengan anak-anaknya yang lain akan berkurang, hubungan dengan

pasangan akan kurang harmonis dan adanya konflik yang sering terjadi, adanya

pengasingan yaitu banyak stigma negatif dari masyarakat kepada penderita

Skizofrenia sehingga orang tua atau keluaraga dari penderita enggan untuk

terbuka, hubungan dengan saudara yang lain akan mengalami kurangnya

komunikasi.

Dengan mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Skizofrenia

maka dari itu mendorong penulis untuk memberikan saran solusi kepada keluarga

penderita Skizofrenia karena peran keluarga untuk penderita Skizofrenia sangat

besar dibandingan dengan peran petugas kesehatan salah satunya dengan cara

petugas kesehatan memberikan support kepada keluarga Skizofrenia agar tidak

5
berputus asa dan selalu memberikan dukungannya untuk merawat anggota

keluarganya yang menderita Skizofrenia serta tidak lupa memberikan pengertian

agar keluarga mau terbuka dengan petugas kesehatan tentang apa yang dialami

penderita Skizofrenia guna petugas dapat memantau perkembangan penderita

Skizofrenia, serta bekerja sama dengan sektor lain untuk mengantisipasi bila

penderita Skizofrenia melakukan hal-hal yang membahayakan orang lain. Saran

solusi lain yaitu untuk mencegah Skizofrenia agar petugas kesehatan membentuk

tim untuk melakukan kegiatan penyuluha tentang pentingnya manajemen stres.

Namun pada kenyataannya masih terdapat pasien Skizofrenia yang bertambah

serta belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti Skizofrenia di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Gantrung.

Berdasarkan gambaran permasalahan diatas menarik peneliti untuk meneliti

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terdapat rumusan

masalah yaitu faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kejadian

Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

6
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1. Bagaimana gambaran kejadian penyakit Skizofrenia, jenis kelamin, status

perkawinan, riwayat pekerjaan, riwayat keluarga, pola asuh keluarga,

pendapatan keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten

Madiun?

2. Apakah ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia

di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?

3. Apakah ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia

di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?

4. Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga (genetik) dengan kejadian

Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?

5. Apakah ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?

6. Apakah variabel yang paling berhubungan dengan kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

7
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran penyakit Skizofrenia, karakteristik responden

berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, riwayat pekerjaan, riwayat

keluarga, pola asuh keluarga, pendapatan keluarga di Wilayah Kerja

Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

2. Mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia

di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

3. Mengetahui hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia

di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

4. Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga (genetik) dengan kejadian

Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

5. Mengetahui hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

6. Mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas

1. Sebagai bahan masukan dan evaluasi agar mampu meningkatkan dan

mengoptimalkan pelayanan kesehatan terutama pada Orang Dengan Gangguan

Jiwa (Skizofrenia).

2. Menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara

institusi tempat praktik peminatan.

8
1.4.2 Manfaat bagi STIKES Bakti Husada Mulia Madiun

1. Memperkenalkan program kepada institusi yang bergerak dibidang kesehatan

yaitu Puskesmas Gantrung.

2. Terbinanya kerja sama dengan institusi tempat praktik peminatan dalam upaya

meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara akademik dengan

pengetahuan dan keterampilyuan.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan keterampilan serta mengaplikasikan ilmu yang

didapatkan selama perkuliahan dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian sebelumnya telah dilakukan upaya penelusuran

pustaka dan tidak dijumpa adanya penelitian atau publikasi sebelumnya yang telah

menjawah permasaslahan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabuaten Madiun.

9
Tabel 1.5 Keaslian Penelitian
Nama
Peneliti,
Judul Rancangan
Tempat Variabel Hasil
No Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
1. Faktor Lina Penelitian 1. Faktor 1. Riwayat
Risiko Handayani, ini Riwayat Keluarga
Kejadian Febriani, merupakan Keluarga dengan
Skizofrenia Aprilia penelitian 2. Faktor P value (0,0
Rahmadani, epidemiolog Stresor 48); CI
Azidanti i analitik Psikososial 95%
Saufi; observasion Masalah (1,004-
Rumah al dengan Hubungan 1,423); RP
Sakit Jiwa menggunak Interpersonal (1,195)
Grhasia an 3. Faktor 2. Stresor
Daerah rancangan Stresor Psikososial
Istimewa penelitian psikososial Masalah
Yogyakarta studi cross faktor Hubungan
(DIY) tahun sectional. keluarga Interperson
2015 4. Faktor al
stresor P value (0,0
psikososial 14); CI
masalah 95%
perkawinan (1,056-
(ketidak 1,497); RP
harmonisan (1,257)
rumah 3. Stresor
tangga) psikososial
5. Faktor faktor
psikososial keluarga
lain P value (0,0
(kekerasan 02); CI
fisik, 95%
penganiayaa (1,063-
n, sakit berat, 1,756); RP
korban (1,366)
bencana 4. Stresor
alam) psikososial
6. Faktor masalah
tingkat perkawinan
pendidikan P value (1,0
7. Faktor status 00); CI
pekerjaan 95%
(0,874-
1,225); RP

10
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian

Nama
Peneliti,
Judul Rancangan
Tempat Variabel Hasil
No Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
(1,035)
5. Faktor
psikososial
lain
P value (0,7
17); CI
95%
(0,870-
1,2865); RP
(1,058)
6. Faktor
tingkat
pendidikan
P value (1,0
00); CI
95%
(0,845-
1,194); RP
(1,005)
7. Faktor
status
pekerjaan
P value (0,5
02); CI
95%
(0,890-
1,281); RP
(1,068)
2. Faktor AgungWah Penelitian 1. Faktor jenis 1. Faktor jenis
Resiko yudi, ini kelamin kelamin
Terjadinya Arulita Ika merupakan 2. Faktor tempat P value (0,0
Skizofrenia Fibriana; penelitian tinggal 02); CI 95%
di Wilayah kuantitatif 3. Faktor tipe (2,006-
Kerja dengan kepribadian 18,173); R
Puskesmas rancangan 4. Faktor status (6,038)
Pati II tahun case perkawinan 2. Faktor
2014 control. 5. Faktor tempat
tingkat tinggal
pendidikan P value (0,0
6. Faktor status 42); CI 95%
pekerjaan (1,196-

11
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian

Nama
Peneliti,
Judul Rancangan
Tempat Variabel Hasil
No Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
7. Faktor sosio- 15,252); R
ekonomi (4,263)
8. Faktor 3. Faktor tipe
riwayat kepribadian
keluarga P value (0,0
9. Faktor 00); CI 95%
pencetus (4,193-
(kematian 48,673); R
keluarga (14,286)
yang dicintai) 4. Faktor
status
perkawinan
P value (0,0
10); CI 95%
(1,575-
1,312); R
(4,747)
5. Faktor
tingkat
pendidikan
P value (0,7
05); CI 95%
(0,616-
5,768); R
(1,886)
6. Faktor
status
pekerjaan
P value (0,0
40); CI 95%
(1,180-
9,708); R
(3,385)
7. Faktor
sosio-
ekonomi
P value (0,0
35); CI 95%
(1,220-
10,962); R
(3,657)

12
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian

Nama
Peneliti,
Judul Rancangan
Tempat Variabel Hasil
No Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
8. Faktor
keturunan
P value (0,0
02); CI 95%
(2,038-
19,069); R
(6,234)
9. Faktor
pencetus
P value (0,0
00); CI 95%
(6,024-
88,908); R
(23,143)
3. Determinan Erlina, Penelitian 1. Faktor umur 1. Faktor
Terhadap Soewadi, ini 2. Faktor jenis umur
Timbulnya Dibyo merupakan kelamin P value (0,6
Skizofrenia Pramono; penelitian 3. Faktor status 83); CI
Pada Pasien Rumah case control pekerjaan 95%
Rawat Jalan Sakit Jiwa berbasis 4. Faktor status (0,530-
Prof. Hb rumah sakit pendidikan 2,634); OR
Saanin dan 5. Faktor status (1,182)
Padang pengambila perkawinan 2. Faktor jenis
Sumatera n sampel 6. Faktor kelamin
Barat dilakukan konflik P value (0,0
(2010) dengan cara keluarga 11); CI
non 7. Faktor 95% (1,14-
probability perpisahan 4,96); OR
sampling dengan orang (2,37)
dengan tua 3. Faktor
metodefixed 8. Faktor gagal pekerjaan
disease mencapai P value (0,0
sampling. cita-cita 00); CI
9. Faktor pola 95% (1,85-
asuh 10,29); OR
keluarga (4,33)
10. Faktor status 4. Faktor
ekonomi status
pendidikan
P value (0,3
26); CI

13
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian

Nama
Peneliti,
Judul Rancangan
Tempat Variabel Hasil
No Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
95% (0,28-
46,37); OR
(0,278)
5. Faktor
status
perkawinan
P value (0,5
40); CI
95%
(0,202-
1,44); OR
(0,540)
6. Faktor
konflik
keluarga
P value (0,7
32); CI
95% (0,54-
2,33); OR
(1,13)
7. Faktor
perpisahan
dengan
orang tua
P value (0,4
36); CI
95% (0,34-
1,589); OR
(0,737)
8. Faktor
gagal
mencapai
cita-cita
P value (0,0
01); CI
95% (1,38-
5,78); OR
(2,82)
9. Faktor pola
asuh
keluarga

14
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian

Nama
Peneliti,
Judul Rancangan
Tempat Variabel Hasil
No Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
P value (0,0
35); CI
95% (0,29 -
0,955); OR
(0,496)
10. Faktor
status
ekonomi
P value (0,0
00); CI
95% (2,52-
14,60); OR
(6,00)
4. Hubungan Cepi Penelitian 1. Faktor 1. Faktor
Masalah Hidayat, ini Psikososial psikososial
Psikososia Reini merupakan P value (0,0
Dengan Astuti, dan penelitian 05); CI
Kejadian Wulan dengan 95%
Skizofrenia Novika pendekatan (2,320-
Ambarsari; Case 81,487);
Wilayah control. OR
Kerja (13,750)
Puskesmas
Cibeber
(2015)
5. Hubungan Tunjung Jenis 1. Faktor 1. Faktor
Antara Laksono penelitian somatik somatik
Faktor Utomo; ini adalah 2. Faktor P value (0,
Somatik, Instalasi penelitian psikososial 004); OR
Psikososial, Rawat Jalan deskriptif 3. Faktor sosio- (6,118)
Dan Sosio- Rsjd korelatif. kultur 2. Faktor
Kultur Surakarta Sedangkan psikososial
Dengan (2012) teknik P value (0,
kejadian pengambila 000); OR
Skizofrenia n data (50,556)
menggunak 3. Faktor
an sosio kultur
pendekatan P value (0,
cross 040); OR
sectional. (3,454)

15
Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah:

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian berada di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten

Madiun.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian Skizofrenia.

3. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor pendapatan keluarga.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang dengan Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT

Gantrung Kabupaten Madiun.

5. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan obsevasi analitik. Desain

penelitian ini menggunakan case control

16
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

2.1.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, scizein yang memiliki arti “terpisah

/ batu pecah” dan phren berarti “jiwa”. Secara umum Skizofrenia diartikan sebagai

pecahnya / ketidakserasian antara emosi, kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah

suatu psikosis fungsional dengan gangguan mental kronis atau menahun utama

pada proses pikir serta ketidak serasian antara proses pikir dan emosi. Kemauan

dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan

halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga inkoherensi. Pada Skizofrenia,

kesadaran dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun

kemunduran kognitif dapat berkembang di kemudian hari (Sutejo, 2013). Penyakit

Skizofrenia atau Schizophrenia artinya kepribadian yang terpecah; antara pikiran,

perasaan, dan perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan

pikiran dan perasaannya. Secara spesifik Skizofrenia adalah orang yang

mengalami gangguan emosi, pikiran, dan perilaku (Eko Prabowo, 2014).

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya

penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai

dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar. Skizofrenia sering ditemukan

pada lapisan masyarakat dan dapat dialami oleh setiap manusia. Skizofrenia

adalah sindrom etiologi yang tidak diketahui dan ditandai dengan gangguan

kognisi, emosi, persepsi, pemikiran, dan perilaku. Meskipun Skizofrenia dibahas

17
sebagai penyakit tunggal, namun sebenarnya terdiri atas sekelompok gangguan

etilogi heterogen. (Sutejo, 2013) Skizofrenia merupakan gangguan yang

berlangsung selama minimal 1 bulan gejala fase aktif.

Gangguan Skizofrenia juga dikarakteristikkan dengan gejala positif (delusi

dan halusinasi), gejala negatif (menarik diri, penurunan daya pikir, dan penurunan

emosi), gangguan kognitif (memori, perhatian, pemecahan masalah, dan sosial).

Selain itu, Skizofrenia juga memiliki beberapa tipe seperti paranoid, heberfrenik,

katatonik, residual, dan undifferetiated. Dibanding dengan gangguan mental yang

lain, Skizofrenia bersifat kronis dan melemahkan. Bagi individu yang pernah

mengidap Skizofrenia dan pernah dirawat, maka kemungkinan kambuh sekitar 50-

80%, selain itu harapan hidup pasien Skizofrenia 10 tahun lebih pendek daripada

pasien dengan gangguan mental yang lain (Sutejo, 2013). Skizofrenia dapat timbul

mulai usia 17 tahun (Siti Zahnia, 2016).

2.1.2 Patofisiologi Skizofrenia

Secara terminologi, Skizofrenia berarti skizo adalah pecah dan frenia adalah

kepribadian. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan

dasar pada kepribadian, distorsi perasaan pikir, waham yang tidak wajar,

gangguan persepsi, afek (perasaan) yang upnormal. Meskipun demikian kesadaran

yang jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu, mengalami

ketidakmampuan berat dalam menilai kenyataan (pekerjaan, sosial, dan waktu

senggang) (Fitri Fausiah, 2008).

18
Secara biologis, penyebab skizofrenia adalah gangguan neurofisiologis yang

bersifat bawaan. Selain faktor biologis, skizofrenia disebabkan oleh faktor

psikososial dan sosiokultural (Supratiknya, 2003). Faktor lingkungan yang

menyebabkan skizofrenia meliputi penyalahgunaan obat, pendidikan yang

rendah, dan status ekonomi (Carpenter, 2010 dalam Siti Zahnia, 2016). Onset

(gejala awal suatu penyakit) skizofrenia biasanya terjadi pada masa akhir remaja

atau awal dewasa usia 20 tahun, pada masa dimana otak sudah mencapai

kematangan yang penuh (Nevid et al., 2005 dalam Siti Zahnia, 2016). Angka

kejadian pria lebih banyak dari pada wanita dengan perbandingan 1,4 : 1

(McGrath et al., 2008 dalam Siti Zahnia, 2016).

Patofisiologi Skizofrenia dihubungankan dengan genetik dan lingkungan.

Faktor genetik dan lingkungan saling berhubungan dalam patofisiologi terjadinya

Skizofrenia. Neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologinya adalah DA,

5HT, glutamat, peptide, norepinefin. Pada pasien Skizofrenia terjadi

hiperreaktivitas sistem dopaminergik (hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik

kemudian berkaitan dengan gejala positif dan hipodopaminergia pada sistem

mesocortis dan nigrostriatal lalu yang bertanggungjawab terhadap gejala negatif

dan gejala ekstrapiramidal). Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor

dopamine-2 (D2) yang akan dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada

jaringan otak pasien Skizofrenia. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada

sistem mesolimbik yang bertanggungjawab terhadap gejala positif. Sedangkan

peningkatan aktivitas serotonergik akan menurunkan aktivitas dopaminergik pada

19
sistem mesocortis yang bertanggungjawab terhadap gejala negatif (Fitri Fausiah,

2008).

Sumber: Fitri Fausiah, 2008


Gambar 2.1 Mekanisme Terjadinya Gejala Positif dan Gejala Negatif pada
Gangguan Psikotik
Adapun jalur dopaminergik syaraf yang terdiri dari beberapa jalur, yaitu:

1. Jalur nigrostriatal: dari substantia migra ke bassal ganglia (fungsi gerakan,

EPS).

2. Jalur mesolimbik: dari tekmental area menuju ke limbik (memori, sikap,

kesadaran, proses stimulus).

3. Jalur mesocortical: dari tekmental area menuju frontal cortex (kognisi, fungsi

sosial, komunikasi, respon terhdapa stres).

4. Jalur tuberoinfendibular: dari hipotamalus ke kelenjar tituitary (pelepasan

prolaktin).

20
Sumber: Fitri Fausiah, 2008
Gambar 2.2 Jalur Dopaminergik Syaraf
Pemeraiksaan CT scan dan MRI pada penderita Skizofrenia

menunjukan atropi lobus frontalis yang menimbulkan gejala negatif

dan kelainan pada hippocampus yang menyebabkan gangguan memori

(Fitri Fusiah, 2008).

Sumber: Fitri Fausiah, 2008


Gambar 2.3 Perbedaan Keadaan Otak Normal dengan Otak Skizofrenia
Skizofrenia merupakan penyakit yang memperngaruhi otak. Pada otak

terjadi proses penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmiter) yang akan

menerukan pesan sekitar otak. Pada pasien Skizofrenia atau ODS (Orang Dengan

Skizofrenia), produksi neurotransmiter-dopamin berlebihan, sedangkan kadar

dopamin tersebut berperan penting pada perasaan (afek) senang dan pengalaman

mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang, berlebihan atau kurang

21
penderita dapat mengalami gejala postif dan negatif. Penyebab

ketidakseimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti

sepenuhnya. Pada kenyataannya, awal terjadinya Skizorfrenia kemungkinan

disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut (Fitri Fausiah, 2008). Faktor-

faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya Skizorfrenia, antara lain:

a. Sejarah keluarga (genetik/keturunan)

b. Tumbuh kembang ditengah-tengah kota (lingkungan)

c. Penyalahgunaan obat seperti amphetamine

d. Stres yang berlebihan

e. Komplikasi kehamilan

Sering kali pasien yang jelas mengalami Skizofrenia tidak dapat dimasukkan

dengan mudah kedalam salah satu tipe. PPDGJ-III mengklasifikasikan pasien

tersebut kedalam tipe tak terinci. Kriteria diagnostik menurut PPDGJ-III yaitu

(Fitri Fausiah, 2008):

a. Memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia.

b. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia paranoid, hebefrenik,

atau katatonik.

c. Tidak memenuhi kriteria Skizofrenia residual atau depresi pasca Skizofrenia.

Dopamin adalah suatu neurotransmiter yang terbentuk di otak dan organ tubuh

lain. Neurotransmiter adalah senyawa yang menghantarkan sinyal atau pesan atau

rangsangan antar sel saraf dengan sel yang lainnya. Fungsi dopamine dikenal

sebagai neurotransmiter yang menghantarkan sinyal hanya di dalam otak namun,

dopamine juga diketahui memilki fungsi bagi organ – organ lain. Di dalam otak

22
(susunan saraf pusat), dopamine memiliki peran dalam mengatur pergerakan,

pembelajaran, daya ingat, emosi, rasa senang, tidur, dan kognisi (Siti Zahnia,

2016).

1. Kelainan Dopamine

1) Kekurangan dopamine didalam tubuh dapat menyebabkan stres, gangguan

pola tidur, nafsu makan menurun, serta gangguan seksual, mood, susunan

saraf pusat.

a. Depresi

Gejala – gejala depresi pada seseorang meliputi kehilangan rasa

senang, merasa tidak memiliki tenaga, dan menjadi apati (lebih pasif).

b. Restless legs syndrome

Timbul rasa tidak nyaman pada kaki saat tidak beraktifitas kemudian

menghikang dengan pergerakan, gejala dirasakan lebih berat saat sore

hari. Pada sindrom ini timbul gerakan kaki yang tidak disadari saat tidur.

c. Gangguan fokus dan ADHD

Kadar dopamine yang rendah menyebabkan gangguan berpikir,

konsentrasi dan fokus. ADHD merupakan suatu kelainan yang umumnya

terjadi pada anak kecil dimana terdapat gangguan berkonstrasi dan sangat

hiperaktif.

d. Penyakit parkinson dan kehilangan kontrol motorik

Gejala yang muncul seperti kekakuan otot, kehilangan keseimbangan,

pergerakan menjadi lambat, gemetar (tremor), dan gangguan bicara.

23
2. Kadar dopamine yang berlebihan juga tidak baik bagi tubuh dan menyebabkan

beberapa gangguan. Gangguan yang timbul antara lain:

a. Perilaku berbahaya

Perilaku yang timbul akibat dopamine berlebih adalah gelisah, psikosis,

kecanduan, agresif, suka mengambil resiko.

b. Skizofrenia

Skizofrenia merupakan penyakit kejiwaan yang ditandai dengan adanya

gangguan perilaku, waham (keyakinan yang salah), halusinasi dan gangguan

pikiran serta berbica adalah salah satu akibat dari kelebihan kadar dopamine

c. Kelebihan dopamine akibat pemakaian obat terlarang

Pemakian obat terlarang jenis tertentu dapat menyebabkan peningkatan

dopamine. Bila obat dihentikan dan kadar dopamine menurun, akan timbul

gangguan mood (panik dan depresi). Gejala putus obat ini yang

menyebabkan seseorang sulit lepas dari kecanduan.

2.1.3 Riwayat Klinis Skizofrenia

Linda Carman (2007) dalam Eko Prabowo (2014) menyebutkan bahwa

riwayat klinis Skizofrenia sering kali rumit dan cenderung terjadi dalam tiga fase,

yaitu:

1. Fase Prodromal

a. Kemunduran dalam waktu lama (6 sampai 12 bulan) dalam tingkat fungsi

perawatan diri, sosial, waktu luang, pekerjaan, atau akademik.

b. Timbul gejala positif dan negatif.

24
c. Periode kebingungan pada klien dan keluarga.

2. Fase Aktif

a. Permulaan intervensi asuhan kesehatan, khususnya hospitalisasi.

b. Pengenalan pemberian obat dan modalitas terapeutik lainnya.

c. Perawatan difokuskan pada rehabilitasi psikiatrik saat klien belajar untuk

hidup dengan penyakit yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku.

3. Fase Residual

a. Pengalaman sehari-hari dengan penanganan gejala.

b. Pengurangan dan penguatan gejala.

c. Adaptasi.

2.1.4 Gejala Skizofrenia

Sementara itu menurut Blueler yang dikutip dari Maramis (2005) dalam Eko

Prabowo (2014), gejala-gejala Skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok

yaitu:

A. Gejala Primer

1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan isi pikiran)

Pada Skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran yang

terganggu terutama adalah asosiasi, kadang-kadang satu ide lain. Seseorang

dengan Skizofrenia juga mempunyai pikiran yang kadang seakan-akan berhenti,

tidak timbul ide lagi. Keadaan ini dinamakan “Blocking” biasanya berlangsung

beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa hari.

25
2. Gangguan efek dan emosi

Gangguan ini pada Skizofrenia mungkin berupa:

a. Kedangkalan efek dan emosi (emotional blunting)

b. Parathimi: apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada

penderita timbul rasa sedih atau marah

c. Paramimi: penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi menangis.

Kadang-kadang emosi dan efek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,

misalnya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari tetapi

mulutnya tertawa.

d. Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat seolah-olah

sedang bermain sandiwara.

e. Yang terpenting juga pada Skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk

mengadakan hubungan emosi yang baik (emotional rapoort). Karena terpecah

belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin terdapat

bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu ornag yang sama

atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama ini dinamakan

ambivalensi pada efek.

3. Gangguan Kemauan

Banyak penderita dengan Skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka

tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan.

Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat atau

mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu dijelaskan.

26
4. Gejala Psikomotor

Gejala ini juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan

kelompok gejala ini oleh Bleuker dimasukkan kedalam kelompok gejala

skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.

B. Gejala Sekunder

1. Waham

Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali. Mayor Gross membagi

waham dalam 2 kelompok:

a. Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa

dari luar.

b. Waham sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan

cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala Skizofrenia lain.

2. Halusinasi

Pada Skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini

merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling

sering pada Skizofrenia adalah halusinasi pendengaran (aditif atau akustik).

Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktoris), halusinasi cita rasa

(gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktik). Halusinasi penglihatan agak

jarang pada Skizofrenia, lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan

sindroma otak organik. Terdapat beberapa gejala yang menunjukkan individu

terkena Skizofrenia. Berikut tabel yang menunjukkan gejala Skizofrenia. (Sutejo,

2013)

27
Tabel 2.1 Gejala Skizofrenia

Positif Negatif Kognitif


Hallucination Apathy Memory Impairment
Delusion Avolition Decrease in Attention
Disorganized Alogia Impaired Executive Functioning
Suspiciousness Anhedonia

Berdasarkan ICD dan PPDGJ III, Skizofrenia dapat didiagnosis jika

menunjukkan satu gejala berikut yang jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih

jika gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas). Adapun gejala yang muncul

antara lain sebagai berikut.

1) Thought echo

Isi pikiran diri sendiri yang bergema dan berulang dalam kepalanya

(tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun memiliki

kualitas berbeda.

2) Thought insertion or withdrawal

Isi pikiran asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi

pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).

3) Thought broadcasting

Isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

4) Delution of control

Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari

luar.

28
5) Delution of influence

Waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu

dari luar.

6) Delution of passivity

Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap kekuatan dari

luar.

7) Delution of perception

Pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna khas bagi dirinya,

biasanya bersifat mistik atau mukjizat. Selain gejala di atas, terdapat gejala lain

yang menunjukkan bahwaindividu mengidap Skizofrenia. Gejala tersebut adalah

halusinasi auditorik. Gejala ini menunjukkan hal yang terjadi pada individu

seperti suara, meskipun suara tersebut adalah suara halusinasi yang berkomentar

secara terus menerus tentang perilaku pasien. Jenis suara halusinasi juga muncul

dari salah satu bagian tubuh.

Selain suara-suara halusinasi, terdapat halusinasi yang secara jelas muncul

pada individu yang mengalami gejala Skizofrenia. Gejala lain tersebut berupa

halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai oleh waham

yang mengambang maupun setengah terbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas

ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau

apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan

berkelanjutan. Sehingga, arus pikiran terputus (break) atau mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan

atau neologisme.

29
Gejala lain yang muncul yaitu perilaku katatonik. Perilaku katatonik meliputi

gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu, atau fleksibilitas area, negativisme, metisme,

dan stupor. Gejala negatif juga muncul dari sikap sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial, tetapi gejala tersebut harus jelas, bukan disebabkan oleh depresi atau

medikasi neuroleptika. Gejala tersebut harus berlangsung minimal 1 bulan. Harus

ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari

beberapa aspek.

2.1.5 Perilaku dan rentang respons Skizofrenia

Perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah proses informasi yang

berkaitan dengan Skizofrenia sering disebut sebagai defisit kognisi. Perilaku ini

meliput masalah-masalah semua aspek ingatan, perhatian, bentuk, dan jumlah

ucapan (kelainan pikiran formal), pengambilan keputusan, dan delusi (bentuk dan

isi pikiran). Di bawah ini adalah tabel perilaku yang berhubungan dengan masalah

kognitif pada Skizofrenia. (Sutejo, 2013)

Tabel 2.2 Perilaku yang Berhubungan dengan Masalah Kognitif

Masalah kognitif Perilaku


Ingatan Pelupa
Tidak berminat
Kurang patuh
Perhatian Kesulitan menyelesaikan tugas
Kesulitan berkonsentrasi pada tugas
Bentuk dan isi Kesulitan mengomunikasikan pikiran dan
pembicaraan perasaan
Pengambilan Kesulitan melakukan dan menjalankan aktivitas
keputusan

30
Lanjutan Tabel 2.2 Perilaku yang Berhubungan dengan Masalah Kognitif

Masalah kognitif Perilaku


Pikiran konkret: ketidak mampuan untuk
menjalankan perintah multipel
Masalah dalam pengelolaan waktu
Kesulitan mengelola keuangan
Penafsiran kata-kata dan simbol secara harfiah
Isi pikir Delusi

2.1.6 Tipe Skizofrenia

Ada beberapa tipe Skizofrenia Sutejo masing-masing memilki ciri khas

tersendiri dalam gejala-gejala yang diperlihatkan dan memilki perjalanan berbeda-

beda.

1. Paranoid

Merupakan subtipe yang paling umum di maan waham dan halusinasi

auditorik jelas terlihat. Gejala utamanya adalah waham kejar atau waham

kebesarannya di mana individu merasa dikejar-kejar oleh pihak tertentu yang

ingin mencelakainya.

1) Halusinasi dan waham harus menonjol:

a. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau

halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung,

atau bunyi tawa.

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-

lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

c. Waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-

kejar yang beraneka ragam.

31
2) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik

secara relatif tidak menonjol.

2. Disorganisasi (hebefrenik)

Ciri-cirinya adalah:

1. Memenuhi kriteria umur Skizofrenia.

2. Biasanya terjadi pada 15-25 tahun.

3. Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak diramalkan, kecenderungan untuk

selalu menyendiri, serta perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa

perasaan.

4. Afek tidak wajar, sering disertai cekikikan dan perasaan puas diri, senyum-

senyum sendiri, tertawa, dan lain-lain.

5. Proses berpikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan inkoheren.

3. Katatonik

Gangguan psikomotor terlihat menonjol, sering kali muncul bergantian antara

mobilitasi motorik dan aktivitas berlebihan. Satu atau lebih dari perilaku berikut

ini harus mendominasi gambaran klinisnya:

1) Stupor

Kehilangan semangat hidup dan senang diam dalam posisi kaku tertentu

sambil membisu dan menatap dengan pandangan kosong.

2) Gaduh gelisah

Tampak jelas aktivitas yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh

stimuli eksternal.

32
3) Menampilkan posisi tubuh tertentu

Secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang

tidak wajar atau aneh.

4) Negativisme

Tampak jelas perlwanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah

seperti menolak untuk membetulkan posisi badannya, menolak untuk makan,

mandi, dan lain-lain.

5) Rigiditas

Mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

menggerakkan dirinya.

6) Fleksibilitas area / waxy felxibility

Mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat

dibentuk dari luar. Posisi pasien dapat dibentuk, namun setelah itu ia akan

senantiasa mempertahankan posisi tersebut.

7) Command automatism

Lawan dari negativisme, yaitu mematuhi semua perintah secara otomatis

dan kadang disertai dengan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Jenis-jenis Skizofrenia menurut DSM IV (APA,1994), terdapat beberapa jenis

gangguan skizofrenia meliputi:

1. Tipe paranoid

Untuk dapat digolongkan tipe ini, pada pasien harus tampak adanya preokupasi

dengan satu atau lebih waham, atau halusinasi auditoris yang sering. Syarat lain

33
adalah hal-hal berikut tidak menonjol: disorganisasi pembicaraan, disorganisasi

perilaku atau katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.

2. Tipe tidak terorganisir (disorganized)

Pada masa lampau dikenal sebagai gangguan skizofrenia hebefrenik.

Kriterianya adalah munculnya semua simtim tidak terorganisir (disorganisasi

pembicaraan, disorganisasi perilaku, dan afek datar atau tidak sesuai. Syarat lain

adalah kriteria yang muncul tidak tergolong tipe katatonik.

3. Tipe katatonik

Gambaran klinis muncul secara dominan adalah setidaknya 2 perilaku berikut:

imobilitas motorik karena katalepsi, aktivitas motor yang berlebihan, negativisme,

berlebihan, keanehan gerakan, atau ekolalia (latah).

4. Tipe tidak tergolongkan (unspecified)

Tipe dimana karakteristik gejala A muncul, namun kriteria tidak masuk untuk

gangguan paranoid, disorganisasi, atau katatonik.

5. Tipe Residual

Memiliki karakteristik berikut: hilangnya delusi, halusinasi, atau disorganisasi

pembicaraan, dan disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik yang nyata.

Selain itu terdapat bukti yang berkelanjutan dari gangguan, sebagaimana

diindikasikan oleh munculnya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang

termasuk kategori A, yang muncul dalam bentuk yang lemah misalnya keyakinan

yang aneh.

34
2.1.7 Kriteria Diagnostik Skizofrenia

Menurut Dadang Hawari (2001) dalam Eko Prabowo (2014) mengatakan

bahwa secara klinis untuk mengatakan apakah orang itu menderita Skizofrenia

atau tidak maka diperlukan kriteria diagnostik sebagai berikut:

1. Delusi atau waham yang aneh (isinya jelas tidak masuk akal) dan tidak

berdasarkan kenyataan, sebagai contoh misalnya:

a. Waham dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar (delusions of being

controlled).

b. Waham penyiaran pikiran (Thought broadcasting).

c. Waham penyisipan pikiran (Thought Insertion).

d. Waham penyedotan pikitan (Thought withdrawal).

2. Delusi atau waham Somatik (fisik) kebesaran, keagamaan, waham yang

lainnya yang bukan waham kerja atau cemburu.

3. Delusi atau waham kerja (cemburu) dan waham tuduhan yang disertai

halusinasi dalam bentuk apapun (halusinasi pendengaran, penglihatan,

penciuman, pengecapan, dan peradaban).

4. Halusinasi pendengaran yang dapat berupa suara yang selalu memberi

komentar tentang tingkah laku atau pikirannya, dua atau lebih suara yang

saling bercakap-cakap (dialog).

5. Halusinasi pendengaran yang terjadi beberapa kali yang berisi lebih dari satu

atau dua kata dan tidak ada hubungan dengan kesedihan (depresi) atau

kegembiraan (euforia).

35
6. Inkoherensi, yaitu kelonggaran asosiasi (hubungan) pikiran yang jelas, jalan

pikiran yang tidak masuk akal, isi pikiran atau pembicaraan yang kaku, atau

kemiskinan pembicaraan yang disertai oleh paling sedikit satu dari yang

disebut:

a. Afek (alam perasaan) yang tumpul, mendatar atau tidak serasi

(inappropriate).

b. Berbagai waham atau halusinasi.

c. Katatonia (kekakuan) atau tingkah laku lain yang sangat kacau.

d. Deferiorasi (kemunduran atau kemerosotan) dari taraf fungsi penyesuaian

(adaptasi) dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial sdan perawatan dirinya.

e. Jangka waktu gejala penyakit itu berlangsung secara terus menerus selama

paling sedikit 6 bulan dalam suatu periode didalam kehidupan seseorang,

disertai dengan terdpaatnya beberapa gejala penyakit pada saat diperiksa

sekarang.

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia

2.2.1 Faktor Internal

2.2.1.1 Jenis Kelamin

Anak laki-laki memiliki kecenderungan menunjukkan resiko tinggi

mengalami Skizofrenia sebab laki-laki cenderung memiliki produksi hormon stres

yang berlebihan (Adamo, 2007 dalam Agung 2016). Skizofrenia terbanyak

dialami oleh laki-laki dengan proporsi 72% dimana laki-laki memiliki resiko 2,37

kali lebih besar mengalami Skizofrenia (nilai p = 0,011) (Erlina, 2010 dalam

Agung 2016).

36
Pria lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum pria yang menjadi

penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami tekanan hidup

(Erlina, 2010), perempuan lebih sedikit berisiko menderita gangguan jiwa

dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan

dibandingkan dengan laki-laki (Cordosa dalam Erlina, 2010). Wanita lebih

menpunyai risiko untuk menderita stres psikologik dan juga wanita relatif lebih

rentan bila dikenai trauma (Alexander dan Fakhari dalam Erlina, 2010).

Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Agung Wahyudi (2016)

bahwa dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,002 (< α 0,05) sehingga Ho

ditolak. Hal ini dapat diketahui bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan

kejadian Skizofrenia. Perhitungan risk estimate didapatkan OR = 6,038 (OR > 1)

dengan CI 2,006-18,17 (tidak mencakup angka 1), hal ini berarti bahwa sampel

dengan jenis kelamin laki-laki memiliki faktor resiko 6,038 kali untuk terkena

Skizofrenia dibandingkan sampel berjenis kelamin perempuan.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Erlina (2010) bahwa pada

kelompok skiofrenia proporsi terbanyak adalah laki-laki (72%), demikian pada

kelompok non Skizofrenia terbanyak juga laki-laki dengan presentase sebesar

52%. Nilai OR = 2,37 (95% CI; 1,14-4,96) dengan nilai p = 0,011, secara statistik

terdapat perbedaan yang bermakna antara timbulnya Skizofrenia dan non

Skizofrenia berdasar jenis kelamin (p < 0,05) dan kemungkinan laki-laki berisiko

2,37 kali lebih besar mengalami kejadian Skizofrenia dibandingkan perempuan.

37
2.2.1.2 Pekerjaan

Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan seseorang.

Beberapa ahli tidak mempertimbangkan kemiskinan (status ekonomi rendah)

sebagai faktor risiko, tetapi faktor yang menyertai bertanggungjawab atas

timbulnya gangguan kesehatan. Menurut Graham (1989) dalam Lina Handayani

(2015), keluarga adalah faktor perantara yang paling penting. Ketika kehidupan

keluarga dipengaruhi oleh penyebab lingkungan (rumah yang kecil, tidak adanya

waktu dan rasa aman) maka hal ini merupakan beban bagi orangtua yang

akibatnya akan mempengaruhi kesehatan anak. Kemiskinan ditandai dengan

sedikitnya dukungan, keselamatan, tidak adanya ruang sehingga terlalu sesak,

tidak adanya kebebasan pribadi, ketidakpastian dalam masalah ekonomi yang

akhirnya mungkin menimbulkan risiko kesehatan bagi keluarga. (Lina Handayani,

2015)

Semiun (2006) dalam Agung (2016) menyebutkan tidak bekerja dapat

menimbulkan stress, depresi, dan melemahnya kondisi kejiwaan sebab orang

yang tidak bekerja mengakibatkan rasa ketidakberdayaan dan tidak optimis

terhadap masa depan. Sejalan dengan penelitian Erlina (2010) dalam Agung

(2016) status bekerja dan tidak bekerja berkaitan dengan terjadinya Skizofrenia (p

= 0,000) dimana orang yang tidak bekerja mempunyai risiko 6,2 kali lebih besar

menderita Skizofrenia dibandingkan dengan orang yang memiliki pekerjaan.

Menurut Van Den dalam Erlina (2010) orang yang tidak bekerja akan

lebih mudah menjadi stres yang berhubungan dengan tingginya kadar hormon

stres (kadar cathecholamine) dan mengakibatkan ketidakberdayaan, karena orang

38
yang bekerja memiliki rasa optimis terhadap masa depan dan lebih memiliki

semangat hidup yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak bekerja.

Menurut Smet dalam Erlina (2010) setiap kerja mempunyai stress agents yang

potensial, tetapi masing-masing bervariasi dalam tingkatan pengalaman stresnya.

Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari faktor stres yang kemudian menjadi

tidak sehat.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Agung Wahyudi (2016)

bahwa dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,040 (< α 0,05) sehingga Ho

ditolak. Hal ini dapat diketahui bahwa ada hubungan status pekerjaan dengan

kejadian Skizofrenia. Perhitungan risk estimate didapatkan OR = 3,385 (OR > 1)

dengan CI 1,180-9,708 (tidak mencakup angka 1), hal ini berarti bahwa sampel

dengan status tidak bekerja memiliki faktor resiko 3,385 kali untuk terkena

Skizofrenia dibandingkan sampel berstatus bekerja.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Lina Handayani (2015)

bahwa status pekerjaan didapatkan nilai p value 0,502, artinya tidak ada hubungan

antara status pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia pasien rawat inap di Rumah

Sakit Jiwa Grhasia DIY. Nilai RP 1,068 dengan CI 95% 0,890-1,281 (mencakup

angka 1), artinya orang yang tidak bekerja bukan merupakan faktor risiko

terjadinya Skizofrenia. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Erlina

(2010) bahwa pada analisis bivariabel diperoleh nilai OR = 4,33 (95% CI; 1,85-

10,28), nilai p = 0,000. Artinya secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna

antara pekerjaan terhadap timbulnya Skizofrenia dibandingkan non Skizofrenia.

39
2.2.1.3 Tipe Kepribadian

Orang tipe kepribadian introvert lebih tertuju kepada tenaga bersifat

intuitif dan suka menghayal, merenung, dan ragu-ragu dalam mencapai keputusan

akhir, dan orang memiliki tipe kepribadian introvert tidak menyenangi keramaian

dan saat ada acara, dia tidak hanya datang untuk berkumpul bersama dengan

orang lain tetapi lebih punya tujuan tertentu, dalam menghadiri kegiatan mereka

juga terlihat kurang percaya diri sehingga tidak berani dalam bertidak, dan

biasanya pemalu. (Yanuar, 2012 dalam Muhammad Fadli, 2016).

Teori Semiun (2006) dalam Agung (2016), kepribadian introvert adalah

jenis kepribadian yang mengarah kedalam pikiran dan pengalaman sendiri. Orang

yang memiliki kepribadian ini cenderung menutup diri dari kehidupan luar,

banyak berfikir, sedikit beraktifitas, lebih senang pada kesunyian, dan sungkan

untuk menjalin hubungan yang dalam dengan orang lain. Lebih jauh Semiun

menjelaskan orang dengan kepribadian ini jika terkena penyakit jiwa cenderung

kepada penyakit Skizofrenia sehingga introvert merupakan kepribadian skizoid.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Agung Wahyudi (2016)

bahwa dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (< α 0,05). Hal ini dapat

diketahui bahwa ada hubungan tipe kepribadian dengan kejadian Skizofrenia.

Perhitungan risk estimate didapatkan OR 14,268 (OR > 1) dengan CI 4,193-48,

hal ini berarti bahwa sampel dengan tipe kepribadian introvert memiliki resiko

14,286 kali untuk terkena Skizofrenia dibandingkan sampel bertipe kepribadian

ekstrovert. Menurut Putra (2015) dalam Muhammad Fadli (2016). Orang yang

memiliki tipe kepribadian ekstrovert interaksinya dengan dunia luar sangat baik.

40
Mereka adalah orang-orang yang ramah, mudah bergaul, suka mengunjungi

tempat baru, berperilaku aktif, mudah bosan, dan tidak menyukai aktivitas yang

rutin dan monoton. Tindakannya banyak dipengaruhi oleh dunia luar, bersifat

terbuka, emosinya spontan dan sering berubah-ubah, tidak begitu peka tehadap

kegagalan, dan tidak banyak melakukan introspeksi dan kritik pada diri sendiri.

2.2.1.4 Usia

Menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja atau bertindak.

Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah

umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperoleh semakin banyak. (Notoatmodjo, 2003). Pada faktor

jenis kelamin dalam penelitian yang dilakukan Fakhari et al dalam Erlina (2010)

menyatakan umur 17-24 tahun lebih berisiko menderita gangguan jiwa

dibandingkan usia yang lebih tua (p = 0,001). Perbedaan hasil yang didapatkan

karena adanya perbedaan metode, subyek penelitian, dan lokasi penelitian.

2.2.2 Faktor Sosio-Kultur

2.2.2.1 Pendapatan Keluarga

Krisis kehidupan yang dialami keluarga dari pasien Skizofrenia berawal dari

keterpurukan ekonomi keluarga. Upaya yang dilakukan keluarga dalam mencari

pengobatan telah menghabiskan banyak biaya. Biaya pengobatan yang termasuk

didalamnya adalah biaya pemeriksaan, biaya pembelian obat atau biaya yang

harus ditanggung untuk persyaratan yang diminta oleh pemberi pengobatan,

41
termasuk biaya transportasi. Selain itu kondisi penderita yang mengalami

gangguan membutuhkan konsentrasi keluarga untuk merawat penderita, yang

menyita waktu keluarga, hal ini berakibat pada produktivitas keluarga untuk

menghasilkan uang yang digunakan untuk memenuhi biaya yang diperlukan.

Pendapatan keluarga adalah penjulahan seluruh pemasukkan keluarga yaitu

pendapatan suami, pendapatan istri atau pendapatan dari anggota keluarga lain

dalam keluarga dengan rumus Pt = Pn+Pw+Pill. (Qurniati, 2010)

Keterangan:

Pt = Pendapatan Keluarga

Pn = Pendapatan Suami

Pw = Pendapatan Wanita

Pill = Pendapatan dari anggota keluarga lain dalam keluarga. (Qurniati, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Wahyu Widiastutik (2016) didapatkan bahwa

keluarga mengalami keterpurukan ekonomi, dimana keluarga telah kehilangan

sumber penghasilan dan tidak mempunyai harta lagi karena sudah habis-habisan

untuk melakukan pengobatan. Dorongan yang kuat mencari upaya untuk

menyembuhkan penderita, membuat keluarga rela menjual segala harta bendanya

yang dilukiskan dengan menjual sawah dan ladang, menjual hewan ternak

mereka demi kesembuhan penderita. Padahal rentang penyembuhan

membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa keluarga tidak dapat lagi

bekerja karena tidak ada lagi anggota keluarga yang lain yang bisa membantu dan

42
harus merawat penderita Skizofrenia sendirian sehingga keluarga tidak

mempunyai penghasilan lagi untuk melangsungkan kehidupan.

Hal ini didukung oleh pendapat Unite for Insight (2013), yang menyatakan

bahwa keluarga dan pengasuh individu dengan Skizofrenia sering tidak dapat

bekerja pada kapasitas penuh karena harus merawat individu yang menderita

gangguan Skizofrenia, sehingga menyebabkan pendapatan keluarga menurun.

Senada dengan yang disampaikan oleh Videbeck (2010) menyatakan bahwa

penyembuhan yang membutuhkan waktu lama berakibat pada ekonomi yang

harus ditanggung keluarga sehingga keluarga mengalami kemiskinan dan

menimbulkan rasa putus asa.

Pendapatan keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan

Skizofrenia bahwa pendapatan keluarga yang rendah sangat mempengaruhi

kehidupan seseorang dan mempengaruhi kondisi kejiwaannya sebab tekanan

ekonomi dan kebutuhan hidup lainnya menyebabkan stres yang tinggi (Graham,

1989 dalam Erlina 2010). Menurut Erlina (2010) menunjukkan ada hubungan

antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia yang memiliki nilai OR

7,482 (95% CI; 2,852-19,657).

2.2.2.2 Pola Asuh Keluarga

Keluarga memiliki fungsi dasar seperti memenuhi kebutuhan fisik,

memberi kasih sayang, rasa nyaman, rasa memiliki dan menyiapkan peran dewasa

individu kedalam masyarakat. Fungsi dasar keluarga diwujudkan dalam bentuk

interaksi orangtua dengan anak (Gunarsa, 2008 dalam Astrid Gheafani Lazuardi,

2015). Menurut Schafer (dalam Astrid Gheafani Lazuardi, 2015) mengungkapkan

43
bahwa anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya baik secara fisik maupun

mental dapat meningkatkan risiko munculnya gangguan jiwa.

Menurut Notosoedirjo dan Latipun, (2005) dalam Astrid Gheafani

Lazuardi (2015) pengalaman seorang anak sangat menentukan kondisi mental

individu di kemudian hari, pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kepribadian

seseorang. Anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter dan permisif memiliki

harga diri lebih rendah dibanding anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis.

Pada penelitian Astrid Gheafani Lazuardi (2015) didapatkan hasil bahwa

orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif berisiko untuk

gangguan jiwa sedangkan pada kelompok tidak gangguan jiwa kebanyakan

orangtua menerapkan pola asuh yang demokratis. Sesuai dengan penjelasan

Dariyo (2004) dalam Astrid Gheafani Lazuardi (2015) mengatakan bahwa pada

pola asuh demokratis sangat sedikit responden yang mengalami gangguan jiwa hal

ini disebabkan pola asuh demokratis akan membuat anak menjadi pribadi yang

bisa bertanggung jawab sehingga lebih mampu menghadapi stress dalam

kehidupan yang dialami (Dariyo, 2004 dalam Astrid Gheafani Lazuardi, 2015).

Macam-macam pola asuh menurut Baumrind dalam Santrock, 2008 sebagai

berikut:

1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk pola asuh yang menuntut agar anak

patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua

tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri. Anak

dijadikan sebagai miniatur hidup dalam pencapaian misi hidupnya. Hal ini sejalan

44
dengan pendapat Shapiro (1992) bahwa “Orang tua otoriter berusaha menjalankan

rumah tangga yang didasarkan pada struktur dan tradisi, walaupun dalam banyak

hal tekanan mereka akan keteraturan dan pengawasan membebani anak”.

2) Pola Asuh Otoritatif atau Demokrasi

Pada pola asuh ini orang tua yang mendorong anak-anaknya agar mandiri

namun masih memberikan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan

mereka. Musyawarah verbal dimungkinkan dengan kehangatan-kehangatan dan

kasih sayang yang diperlihatkan. Anak-anak yang hidup dalam keluarga

demokratis ini memiliki kepercayaan diri, harga diri yang tinggi dan menunjuk

perilaku yang terpuji. Shapiro (1999) mengemukakan “Dalam hal belajar orang

tua otoritatif menghargai kemandirian, memberikan dorongan dan pujian.“

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan

pola asuh autoritatif indentik dengan penanaman nilai-nilai demokrasi yang

menghargai dan menghormati hak-hak anak, mengutamakan diskusi ketimbang

interuksi, kebebasan berpendapat dan selalu memotivasi anak untuk menjadi yang

lebih baik.

3) Pola Asuh Penelantaran

Pola asuh penelantaran adalah pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat

dalam kehidupan anak, orang tua pada pola asuh ini mengembangkan perasaan

bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada anak-anak.

Dimana orang tua lebih cenderung membiarkan anak-anaknya dibesarkan tanpa

kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup. Sedangkan yang

dimaksud dengan pola asuh orang tua permisif dimana pada pola asuh ini orang

45
tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, namun menetapkan sedikit

batas atau kendali terhadap anak mereka. Orang tua cenderung membiarkan anak-

anak mereka melakukan apa saja, sehingga anak tidak dapat mengendalikan

perilakun ya serta tidak mampu untuk menaruh hormat pada orang lain.

4) Pola Asuh Permisif

Selanjutnya Shapiro (1999) mengemukakan bahwa “orang tua permisif

berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat

pasif ketika sampai pada masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidak

patuhan”. Orang tua permisif tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan

sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-anak seharusnya

berkembang sesusai dengan kecenderungan alamiahnya. Sedangkan Covey (1997)

menyatakan bahwa “orang tua yang menerapkan pola asuh permisif cenderung

ingin selalu disukai dan anak tumbuh dewasa tanpa pengertian mendalam

mengenai standar dan harapan, tanpa komitmen peribadi untuk disiplin dan

bertanggung jawab.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola

asuh orang tua yang permisif, tidak dapat menanamkan perilaku moral yang

sesuai dengan standar sosial pada anak. Karena orang tua bersifat longgar dan

menuruti semua keinginan anak. Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat

diketahui bahwa masing-masing dari pola asuh yang diterapkan oleh orang tua

juga akan menghasilkan macam-macam bentuk perilaku moral pada anak. Oleh

karena itu orang tua harus memahami dan mengetahui pola asuh mana yang

paling baik dia terapkan dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya.

46
2.2.3 Faktor Eksternal

2.2.3.1 Penyakit Penyerta

Penyakit penyerta merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya

Skizofrenia bahwa penyakit penyerta akan menyebabkan rasa putus asa dan dapat

menimbulkan perasaan ingin bunuh diri pada pasien Skizofrenia (Devita, 2012

dalam Tunjung Laksono Utomo, 2013). Menurut penelitian Cepi Hidayat (2013)

menunjukkan ada hubungan antara penyakit penyerta dengan kejadian Skizofrenia

yang memilki nilai OR 13,750 (95% CI 2,320-81,487). Penyakit penyerta yang

berhubungan dengan Skizofrenia yaitu kolesterol, penyakit lambung, penyakit

jantung koroner (PJK), diabetes militus, asam urat, penyakit pernafasan (asma),

epilepsi dan hipertensi sesuai dengan penelitian (Fadila, 2016).

2.2.3.2 Pengetahuan Keluarga

Pengetahuan yang baik sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, karena

semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin tinggi pula kemampuan dan

kesadaran mereka dalam menerima informasi serta menerapkannya dengan mudah

dalam kehidupan sehari- hari. Pengetahuan merupakan salah satu domain

terpenting dalm perilaku individu.

Menurut Pearson (2005) dengan adanya pengetahuan, manusia dapat

menjawab permasalahan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu

nilai-nilai kepercayaan, pengetahuan yang baik akan mempengaruhi persepsi serta

sikap seseorang yang pada akhirnya akan mempengaruhi cara berperilaku

seseorang.

47
Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya

dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1) Tahu (know)

Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa

orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

4) Analisa (analisys)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

48
6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

2.2.4 Faktor Somatik

Faktor Somatik adalah suatu gangguan pada neurotransmitter dan pengaruh

genetik serta bisa disebabkan karena perbedaan struktur anatomi dari setiap

individu dalam menerima reseptor ke hipotalamus sebagai respon dan reaksinya

berbeda-beda sehingga menyebabkan gangguan jiwa. Faktor–faktor somatik

(somatogenik) atau organobiologis: neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, tingkat

kematangan dan perkembangan organik, faktor–faktor pre dan peri-natal.

2.2.4.1 Biologis

Stresor yang berhubungan dengan respons neurobiologik yang maladiptif

antara lain gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses

informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk ke dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

Faktor biologis dapat dilihat dari perubahan pada sistem transimisi siyal

penghantar syaraf (neurotransmiter) dan reseptor di sel-sel syaraf otak (neuron)

dan interaksi zat neurokimia seperti dopamine dan serotonin; yang ternyata

mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (perasaan), dan psikomotor

(perilaku) yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif maupun negatif

Skizofrenia. Abnormalitas otak yang terjadi dapat menyebabkan respons

49
neurobiologik yang maladaptif dan baru mulai dipahami, yang mencakup hal-hal

berikut.

a. Dalam perkembangan Skizofrenia, penelitian pencitraan otak mulai

menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas. Fenomena ini meliputi lesi

pada area frontal, temporal, dan limbik paling berhubungan dengan perilaku

psikotik.

b. Kimia dalam otak yang dikaitkan dengan Skizofrenia. Hasil penelitian

menunjukkan hal berikut:

1) Dopamin neurotransmiter yang berlebihan.

2) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmiter lain.

3) Masalah pada sistem reseptor dopamin.

2.2.4.2 Riwayat Keluarga/Genetik

Faktor genetik dihubungkan dengan anggota keluarga lain yang juga

menderita Skizofrenia. Kemungkinan ini semakin semakin besar jika keluarga lain

yang mengidap Skizofrenia memilki hubungan persaudaraan yang dekat.

Fenomena ini berdasarkan penelitian klasik awal tentang genetika dari Skizofrenia

yang dilakukan pada tahun 1930-an. Kembar monozigotik memiliki angka

kesesuaian tertinggi. Penelitian pada kembar monozigotik yang diadopsi

menunjukkan bahwa kembar yang diasuh orang tua angkat mempunyai

Skizofrenia dengan kemungkinan yang sama besarnya seperti saudara

kandungnya. (Sutejo, 2013)

Penting untuk dipelajari seberapa banyak dan macam stres yang membuat

seseorang memiliki predisposisi Skizofrenia mengembangkan stres. Skizofrenia

50
melibatkan lebih dari satu gen, yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia

paling sering dijumpai disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-

tempat yang berbeda diseluruh kromosom. Fenomena tersebut menyebabkan

terjadinya gradasi tingkat keparahan pada gangguan Skizofrenia dan dapat

menyebabkan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang mengidap

gangguan ini. (Sutejo, 2013)

Tingkat keparahan keluarga yang memiliki hubungan darah terdekat dapat

mempengaruhi kemungkinan saudara lain mengidap Skizofrenia. Misalnya jika

orang tua menderita Skizofrenia, maka kemungkinan besar anaknya dapat

mengidap Skizofrenia. Semakin parah Skizofrenia yang diidap orang tua, maka

semakin besar kemungkinan anaknya mengalami Skizofrenia. Menurut Arif

(2006) dalam Lina Handayani (2015), berbagai penelitian menunjukkan bahwa

gen yang diwarisi seseorang, sangat kuat mempengaruhi resiko seseorang

mengalami Skizofrenia. Studi pada keluarga telah menunjukkan bahwa semakin

dekat relasi seseorang dengan pasien Skizofrenia, makin besar risikonya untuk

mengalami penyakit tersebut. Berdasarkan teori Blum (1974) dalam Notoatmojo

(2007) bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu

genetik, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan yang saling mempengaruhi

satu sama lain. Selain menyebabkan produktifitas seseorang yang Skizofrenia

menjadi menurun tetapi juga berdampak pada derajat kesehatannya yang ikut

menurun. Adapun pentingnya melakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan jiwa

apabila salah satu keluarga memiliki riwayat Skizofrenia.

51
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Lina Handayani (2015)

bahwa faktor keturunan menunjukkan nilai p = 0,048 ( < α 0,05). Hal ini dapat

diketahui bahwa ada hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian

Skizofrenia pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. Nilai RP

1,195 dengan CI 95% 1,004-1,423, artinya orang yang memiliki faktor keturunan

berisiko 1,195 kali lebih besar terkena Skizofrenia dibandingkan dengan orang

yang tidak memiliki faktor keturunan.

2.2.5 Faktor Psikososial

Faktor psikososial disebabkan oleh perubahan dalam kehidupan seseorang

(anak, remaja, hingga dewasa) sehingga setiap individu dipaksa harus beradaptasi

dan mampu menanggulanginya, sehingga timbulah keluhan-keluhan di bidang

kejiwaan berupa gangguan jiwa dari segi ringan hingga berat. Pada sebagian

orang, perubahan sosial yang serba cepat dapat menjadi stresor psikologis, antara

lain.

a. Pola kehidupan masyarakat yang semula sosial-religius cenderung berubah ke

arah pola masyarakat yang individual, materialistik, dan sekuler.

b. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup mewah dan

konsumtif.

c. Struktur keluarga yang semula keluarga besar, cenderung ke arah keluarga inti

bahkan sampai pada pola orang tua tunggal.

d. Hubungan kekeluargaan (silaturahmi) yang semula erat dan kuat cenderung

menjadi longgar dan rapuh. Masing-masing anggota keluarga seolah hidup

52
sendiri-sendiri, sehingga antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain

menjadi asing.

e. Nilai ekonomi etika agama dan tradisional masyarakat, cenderung berubah

menjadi masyarakat sekuler dan modern.

f. Lembaga perkawinan mulai diragukan dan pasangan cenderung untuk memilih

hidup bersama tanpa menikah.

g. Ambisi karier dan materi yang tak terkendali menunggu hubungan

interpersonal baik dalam keluarga maupun masyarakat.

Selain hal yang telah dikemukakan di atas, faktor psikososial yang memicu

terjadinya Skizofrenia yaitu stres. Stres yang menumpuk terhadap banyak hal

dapat menunjang terjadinya Skizofrenia dan gangguan psikotik lain, tetapi tidak

diyakini sebagai penyebab utama.

Faktor psikososial dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya atau

relapsnya gangguan Skizofrenia. Kejadian pada kehidupan penderita seperti

masalah perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal, masalah

pekerjaan, lingkungan hidup, masalah keuangan, keterlibatan hukum,

perkembangan fisik, penyakit fisik, faktor keluarga, dan lain-lain. Semuanya

merupakan faktor psikososial yang dilaporkan berperan pada gangguan

Skizofrenia (Yosep, 2009) dalam Cepi (2013).

Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Cepi (2013) bahwa hasil uji

statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh (p value = 0,005 < α =

0,05) maka artinya ada hubungan yang signifikan antara masalah psikososial

dengan kejadian Skizofrenia. Dengan nilai peluang (OR) = 13,750, artinya

53
responden yang memiliki masalah psikososial berpeluang 13,7 kali beresiko

mengalami gangguan Skizofrenia dibandingkan dengan responden yang tidak

memiliki masalah psikososial.

2.2.5.1 Status Perkawinan

Soewadi (2004) dalam Lina Handayani (2015) menerangkan bahwa status

perkawinan perlu untuk pertukaran ego atau pertukaran pikiran kepada pasangan

dan identifikasi perilaku antara suami dan istri menuju tercapainya

kedamaian/keharmonisan. Status perkawinan merupakan faktor yang

berhubungan dengan terjadinya Skizofrenia karena salah satu penyebab stresor

psikososial yang dialami oleh sebagian orang diantaranya ditimbulkan dari status

perkawinan, mereka yang tidak kawin beresiko lebih tinggi mengalami skizofrenia

daripada yang sudah kawin (Simanjuntak, 2008 dalam Agung Wahyudi, 2016)

dengan nilai OR 4,747 (95% CI 1,575-14,312).

2.2.5.2 Kegagalan Mencapai Cita-Cita

Menurut Maramis dalam Erlina (2010), kita sering membandingkan diri

kita dengan orang lain, kita mengukur harga diri kita dan harga diri orang lain

sebagian besar dengan kedudukan, prestasi dan kekayaan. Nilai-nilai sosial seperti

ini membawa kita kepada pertimbangan motivasi yang kuat agar sekurang-

kurangnya berprestasi sama dan bila mungkin, lebih dari ini. Untuk menghadapi

keadaan seperti itu, maka cara kompensasi sangat berguna, akan tetapi bila

akibatnya menimbulkan kecemasan yang hebat atau menjadi keterlaluan atau

mengambil bentuk antisosial, maka kompensasi itu akan lebih banyak

menghalang-halangi kita daripada membantu. Pernyataan tersebut diperkuat

54
dengan penelitian Erlina (2010) bahwa pada analisis bivariabel diperoleh nilai OR

= 2,82 (95% CI; 1,38-5,78) dengan (p = 0,001). Artinya secara statistik terdapat

perbedaan yang bermakna antara timbulnya Skizofrenia dan non Skizofrenia

berdasar gagal mencapai cita-cita (p<0,05).

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa Skizofrenia

adalah pengalaman traumatik. Pengalaman traumatik tersebut sangat sulit

dilupakan dan berpotensi memunculkan gejala awal gangguan jiwa. Cita-cita atau

keinginan tak tercapai bagi sebagian orang dapat merupakan pengalaman

traumatik, karena permasalahan yang dihadapi tidak dapat diatasi oleh yang

bersangkutan, dan dapat merupakan sumber stres. Apabila yang bersangkutan

tidak mampu beradaptasi dengan kondisi seperti ini, lama kelamaan orang

tersebut akan mengalami frustrasi, dan akhirnya apabila kondisi tersebut tidak

segera ditangani maka akan mengalami gangguan jiwa. Tidak semua orang

mampu untuk menyelesaikan konflik yang dialaminya sehingga membuat orang

tersebut jatuh dalam frustrasi yang mendalam dan lama kelamaan akan jatuh sakit

(mengalami Skizofrenia).

Kegagalan informan dalam mewujudkan cita-cita atau keinginanya adalah

merupakan pengalaman traumatik bagi klien, maka pengalaman tersebut menjadi

stresor yang sampai saat ini masih membekas, dan sulit untuk dilupakan, serta

merupakan faktor penyebab informan mengalami gangguan jiwa skizofrenia.

Seperti diungkapkan oleh Soewadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

gangguan jiwa yaitu masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, sering

55
mengalami kegagalan, kehidupan yang penuh agresif, dan lingkungan yang tidak

kondusif (bising, padat).

2.3 Kerangka Teori

Ada banyak teori yang menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Skizofrenia. Adapun kerangka teori yang digunakan peneliti

adalah sebagai berikut:

56
Faktor Somatik/
Biologis
Genetik

Jenis Kelamin Dari muncul gejala dan gangguan neurotransmiter


sampai menjadi skizofrenia, membutuhkan waktu
Pekerjaan minimal 6 bulan dan mencakup setidaknya 1 bulan
Faktor
gejala fase aktif (gejala positif)
Internal Tipe Kepribadian

Usia
Tekanan
pikiran
Pendapatan Keluarga Muncul
Faktor Sisio- Gangguan Kejadian
gejala positif
Kultur Stres Neurotransmiter Skizofrrenia
Pola Asuh Keluarga dan negatif

Emosi yang
Penyakit Penyerta tidak wajar
Faktor
Keterangan:
Eksternal
Pengetahuan
: Terdiri dari
Keluarga
: Berhubungan
Faktor Status Pernikahan
: Variabel
Psikososial
Kegagalan Mencapai Cita-cita

Gambar 2.4 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skozofrenia
Sumber: Hendrik L. Blum 2011, L. Green (1980), Notoatmodjo (2007)

57
Berdasarkan kerangka teori diatas dapat diketahui variabel yang diteliti

yaitu riwayat keluarga, pola asuh keluarga, dan pendapatan keluarga, riwayat

pekerjaan. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah tipe kepribadian,

penyakit penyerta, kegagalan mencapai cita-cita, faktor biologis, dan pengetahuan

keluarga.

58
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui

penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2012). Berdasar kerangka teori yang

telah diuraikan, untuk penelitian ini dibuat kerangka konseptual penelitian yaitu:

1. Variabel bebas: riwayat keluarga, polas asuh keluarga, pendapatan keluarga,

riwayat pekerjaan.

2. Variabel terikat: kejadian Skizofrenia.

Dibawah ini dijelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun sehingga kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

59
Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)

Riwayat Keluarga

Pendapatan Keluarga
Kejadian Skizofrenia
Pola Asuh Keluarga

Riwayat Pekerjaan

Keterangan:
: Diteliti

: Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia

60
3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah

dirumuskan dalam perencanaan penelitian, untuk mengarahkan pada hasil

penelitian maka dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban

sementara dari penelitian (Notoatmodjo, 2012). Adapun hipotesis dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1:

1. Ada hubungan antara riwayat keluarga (genetik) dengan kejadian Skizofrenia.

2. Ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia.

3. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia.

4. Ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia.

61
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologik analitik dan menggunakan

desain case control (kasus kontrol). Penelitian case control (kasus kontrol) adalah

suatu penelitian survei analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko

dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective, dengan kata lain, efek

(penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor

risiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu. Pada penelitian ini

dilakukan pendekatan retrospective yang diawali dengan mengamati pada

kelompok kasus (Skizofrenia), kemudian dilanjutkan dengan kelompok

pembanding kontrol (orang yang tidak menderita Skizofrenia). Kemudian jumlah

angka terpajan dan tidak terpajan dari masing-masing kelompok kasus dan kontrol

dianalisis dengan membandingkan frekuensi pajanan antara kedua kelompok

tersebut. Rancangan penelitian case control (kasus kontrol) dapat digambarkan

sebagai berikut:

Paparan +
Retrospective kasus Kasus
Paparan -
Populasi
(sampel)
Paparan +

Retrospective kontrol Kontrol


Paparan -

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Case Control (Kasus Kontrol)

62
4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, populasi bukan hanya

orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain (Sugiyono, 2017).

Populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :

a. Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan hasil

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh

warga yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten

Madiun.

b. Populasi Studi

Populasi studi atau populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang

dapat dijangkau oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi studi dalam

penelitian ini yaitu semua penderita Skizofrenia yang berada di wilayah kerja UPT

Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Kasus

Semua pasien yang telah didiagnosis Skizofrenia berdasarkan rekam medik

pasien Skizofrenia yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun, dalam penelitian ini kasus berjumlah 60 penderita

(Puskesmas Gantrung, 2017).

63
2) Kontrol

Seluruh masyararakat yang tidak menderita Skizofrenia di wilayah kerja UPT

Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dalam penelitian ini berjumlah 27.196

jiwa (Puskesmas Gantrung, 2017).

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif atau mewakili (Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini terdiri

dari dua kelompok, yaitu: sampel kelompok kasus dan sampel kelompok kontrol.

A. Sampel Kasus dan Sampel Kontrol

1) Sampel Kasus

Sampel kasus dalam penelitian ini adalah semua penderita Skizofrenia

yang tercatat pada rekam medik Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

1. Kriteria Inklusi Kasus:

a. Pasien yang telah menderita penyakit Skizofrenia > 1 tahun dibuktikan

dengan rekam medik pasien Skizofrenia.

b. Responden yang di wawancarai adalah orang atau keluarga terdekat yang

bersedia dan dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Kriteria Eksklusi Kasus:

a. Tidak berada di tempat ketika penelitian berlangsung.

64
2) Sampel Kontrol

Sampel kontol dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki faktor

risiko sama seperti kelompok kasus namun bukan penderita Skizofrenia (kriteria

diagnosis menurut PPDGJ-III dan rekam medik tidak menyatakan bahwa sampel

kontrol adalah pasien Skizofrenia serta penelitian didampingi petugas kesehatan

jiwa yang membantu mengenali gejala bila kelompok kontrol dicurigai sebagai

pasien skizofrenia namun kelompok kontrol tidak periksa yang bertujuan

menghindari bias pengambilan sampel kontrol) yang tinggal menetap di wilayah

kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.

1. Kriteria Inklusi Kontrol:

a. Kontrol adalah seorang yang tidak sakit skziofrenia, tidak kebal (tidak ada

imunisasi skizofrenia/ tidak ada imunisasi untuk PTM karena skizofrenia

masuk kedalam PTM jiwa), seseorang yang hidup dan mempunyai organ

target otak (karena skizofrenia menyerang organ otak).

b. Responden bersedia diwawancarai dan dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Kriteria Eksklusi Kontrol:

a. Tidak berada di tempat ketika penelitian berlangsung.

B. Besar Sampel

Penentuan besarnya sampel penelitian dengan memperhatikan Odds Ratio

hasil beberapa penelitian terdahulu atau penelitian sebelumnya tentang beberapa

faktor yang berhubungan dengan Skizofrenia. Untuk memenuhi jumlah sampel

minimal, penentuan ukuran sampel memggunakan rumus sebagai berikut:

65
Keterangan:

N= Besar sampel

P1= Proporsi paparan pada kelompok kasus

P2= proporsi paparan pada kelompok kontrol

Zα= Tingkat kepercayaan 5% (1,96)

Z = Presisi 80% (0,842)

OR= Odds Ratio

Dalam perhitungan sampel penelitian ini diambil dari OR (Odds Ratio)

terkecil yaitu 2,82 (diperoleh dari penelitian Erlina, 2010). Dalam perhitungan

sampel peneliotian ini diambil dari OR terkecil yaitu 2,82 (diperoleh dari

penelitian Erlina, 2010).

Tabel 4.1 Nilai Odds Ratio Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skizofrenia

No. Variabel OR
1. Riwayat Pekerjaan 3,385
2. Pendapatan Keluarga 7,482
3. Pola Asuh Keluarga 8,64
4. Riwayat Keluarga 6,234

66
Dimasukkan Rumus

(Lemeshow dan David 1997 dalam Sri Andayani 2012)

Jadi, besar sampel dalam penilitian ini yang diperlukan untuk kasus dan

kontrol adalah 1:1 yang masing-masing sebanyak 52 kasus dan 52 kontrol.

4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan probability sampling

dengan jenis simple random sampling. Probability sampling adalah adalah teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

67
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014). Jenis

probability sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah simple random sampling. Simple random sampling adalah pengambilan

sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota

populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen, sebagai

contoh bila populasinya homogen kemudian sampel diambil secara acak, maka

akan didapatkan sampel yang representatif (Sugiyono, 2014).

Simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu

(Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini dilakukan teknik pengambilan sampel

dengan menggunakan simple random sampling. Langkah-langkah simple random

sampling yang dilakukan dengan cara undian, adalah sebagai berikut :

1. Mendaftar semua anggota populasi.

2. Kemudian masing-masing anggota populasi diberi nomor, masing-masing

dalam satu kertas kecil-kecil.

3. Kertas-kertas kecil yang masing-masing telah diberi nomor tersebut kemudian

digulung atau dilinting.

4. Kemudian lintingan kertas tersebut dimasukkan ke dalam suatu tempat (kotak

atau kaleng) yang dapat digunakan untuk mengaduk sehingga tersusun secara

acak.

5. Kemudian peneliti mengambil lintingan kertas satu per satu sampai diperoleh

sejumlah sampel yang diperlukan.

68
4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian merupakan kerangka pelaksanaan penelitian mulai

dari pengambilan data sampai menganalisa hasil penelitian. Kerangka kerja dalam

penelitian ini adalah:

69
Populasi
Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun yang berjumlah 60 orang Tahun 2017

Teknik Sampling
Simple Random Sampling

Sampel
Pasien Skizofrenia (kasus) sebanyak 52 orang dan orang tidak menderita
skizofrenia (kontrol) sebanyak 52 orang.

Variabel Bebas Variabel Terikat


Riwayat Keluarga, Pola Asuh Kejadian Skizofrenia
Keluarga, Pendapatan Keluarga,
Riwayat Pekerjaan.

Pengumpulan Data Primer Pengumpulan Data Sekunder

Data primer berdasarkan Data Sekunder berdasarkan

kuesioner dan wawancara Rekam Medik Pasien


Skizofrenia

Pengolahan Data
Editing, Coding, Entry Data, Tabulating

Analisis Data
Univariat, Bivariat (Chi Square), Multivariat (Regresi Logistik)

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kejadian


Skizofrenia

70
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Identifikasi Variabel

Menurut (Sugiyono, 2017) variabel penelitian adalah sesuatu hal yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Secara teoritis variabel sendiri dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau

objek yang mempunyai variasi satu orang dengan yang lain atau satu objek

dengan objek yang lain. Variabel adalah sifat yang akan diukur dan diamati yang

nilainya berbeda antara satu objek dengan objek lainnya (Wiratna, 2012).

4.5.2 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Wiratna, 2012). Variabel

independen dalam penelitian ini yaitu riwayat keluarga, pola asuh keluarga,

pendapatan keluarga, riwayat pekerjaan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipenagruhi atau akibat, karena

adanya variabel bebas (Wiratna, 2012). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kejadian Skizofrenia.

4.5.3 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

71
fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasrkan parameter yang dijadikan

ukuran dalam penelitian. Sedangkan secara pengukuran merupakan cara dimana

variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya.

72
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Data
Variabel Bebas
1. Riwayat Pekerjaan adalah aktivitas Pekerjaan yang memberikan Kuesioner Nominal 1= Tidak bekerja
Pekerjaan utama yang dilakukan oleh penghasilan dilakukan 2= Bekerja
seseorang dengan tujuan dengan wawancara. (Kemenkes,
memperoleh uang atau 2010)
penghasilan atau gaji untuk
kesejahteraan keluarga.
2. Pendapatan Pendapatan keluarga adalah UMK (Upah Minimum Kuesioner Nominal 1= < UMK
Keluarga jumah penghasilan riil dari Kota/Kabupaten) Kabupaten (<1.576.892,91)
seluruh anggota rumah tangga 2018 untuk kelompok 2= ≥ UMK
yang bekerja dan digunakan kontrol: (≥1.576.892,91)
untuk memenuhi kebutuhan 1= Rendah, jika kurang (Pergub Jawa
sehari-hari bersama maupun <1.576.892,91 Timur No. 75
perseorangan dalam rumah 2= Tinggi, jika ≥ Tahun 2017)
tangga berdasarkan UMK 1.576.892,91
Kabupaten Madiun 2018
(Upah Minimum UMK untuk kelompok kasus
Kota/Kabupaten) sebesar Rp. menyesuaikan pada saat
1.576.892,91 (Pergub Jawa pasien pertama kali
Timur No. 75 Tahun 2017). terdiagnosa skizofrenia
3. Pola Asuh Pola asuh adalah cara atau Pola asuh adalah cara atau Kuesioner Nominal 1= Pola asuh
Keluarga tindakan yang bertujuan tindakan yang bertujuan tidak baik
untuk mendidik atau untuk mendidik atau 2= Pola asuh baik
mengasuh anak/keluarga mengasuh anak/keluarga. (Baumrind dalam

73
Lanjutan Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Data
yang ditujukan kepada orang 1= Pola asuh tidak baik, jika Santrock, 2008)
tua. skor T < mean T.
- Pola asuh otoriter adalah 2= Pola asuh baik, jika skor T
pola asuh yang menuntut ≥ mean T.
agar anak patuh dan
tunduk kepada semua
perimtah dan aturan
yang dibuat orang
tua/keluarga.
- Pola asuh penelantaran
adalah pola asuh orang
tua tidak terlibat dalam
kehidupan anak dan
cenderung membesarkan
anak tanpa kasih sayang
dan pemenuhan
kebutuhan yang cukup.
- Pola asuh permisif
adalah pola asuh yang
cenderung menuruti
semua keinginan anak.
- Pola asuh demokrasi
adalah pola asuh orang
tua yang mendorong
anak agar mandiri
namun tetap memberi

74
Lanjutan Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Data
batas dan pengendalian.
4. Riwayat Riwayat keluarga adalah 1= Ada riwayat keluarga, jika Kuesioner Nominal 1= Ada riwayat
Keluarga penilaian adanya riwayat keluarga (ayah, ibu, kakek, keluarga
keluarga (ayah, ibu, kakek, nenek, saudara, dan lain-lain) 2= Tidak ada
nenek, saudara, dan lain-lain) memiliki penyakit Skizofrenia riwayat keluarga
yang menderita Skizofrenia yang sama dengan penderita. (Agung W, 2016)
dan memiliki garis keturunan 2= Tidak ada riwayat
langsung. keluarga, jika keluarga (ayah,
ibu, kakek, nenek, saudara,
dan lain-lain) tidak memiliki
penyakit Skizofrenia yang
sama dengan penderita.
Variabel Terikat
1. Kejadian Skizofrenia adalah orang yang Pada kelompok Kasus Data Nominal 1= Kasus
Skizofrenia mengalami gangguan jiwa dibuktikkan dengan melihat sekunder 2= Kontrol
atau mental kronis, pikiran, rekam medik pasien (Puskesmas
dan perilaku berdasarkan Skizofrenia serta pasien telah Gantrung,
pemeriksaan psikologis menderita Skizofrenia > 1 2017)
dengan kriteria diagnosis tahun dan dibuktikan dengan
diatur dalam buku Pedoman lembar observasi sesuai
Penggolongan dan Diagnosis dengan PPDGJ-III dan
Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) manifestasi klinis
KEMENKES RI No.
HK.02.02/MENKES/73/2015

75
Lanjutan Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Data
Pada kelompok kontrol
dibuktikan dengan lembar
observasi sesuai dengan
PPDGJ-III dan manifestasi
klinis KEMENKES RI No.
HK.02.02/MENKES/73/2015

76
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen peneltian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegaiatannya mengumpulkan data agar kegiatam tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah peneliti. Pembuatan instrumen harus mengacu pada

variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukurannya (Wiratna,

2012). Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner Tertutup

Kuesioner tertutup merupakan daftar pertanyaan yang memiliki alternatif

jawabannya sudah disiapkan oleh peneliti. Kuesioner tertutup pada penelitian ini

adalah pola asuh keluarga, riwayat keluarga, dan riwayat pekerjaan.

2. Kuesioner Terbuka

Kuesioner terbuka merupakan daftar pertanyaan yang memberi kesempatan

kepada responden untuk menuliskan pendapat dari pertanyaan yang diberikan oleh

peneliti. Kuesiner terbuka dalam penelitian ini adalah variabel pendapatan

keluarga.

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang sudah

dibuat peneliti tersebut mampu mengukur apa yang hendak peneliti ukur, maka

perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)

dengan skors total kuesioner tersebut. (Notoatmodjo, 2012)

77
Uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan angka r hitung dan r

tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item dikatakan valid dan

sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka item dikatakan tidak valid. r

hitung dicari dengan menggunakan program SPSS, sedangkan r tabel dicari

dengan cara melihat tabel r dengan ketentuan r minimal adalah 0,3.

Hasil uji validitas pernyataan kuesioner yang dilakukan pada 30 responden

terdapat 12 item pernyataan pola asuh keluarga dan 2 pertanyaan riwayat keluarga

dimana diperoleh hasil r tabel = 0,312 dalam setiap pernyataan pola asuh keluarga

dan pertanyaan riwayat keluarga. Hasil r hitung dalam setiap item pernyataan

diperoleh nilai r hitung r tabel, maka nilai r hitung r tabel 0,312 dinyatakan

valid.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana

hasil pengukuran alat ukur tersebut tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang

sama. (Notoatmodjo, 2012)

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan angka cronbach

alpha dengan ketentuan nilai cronbach alpha minimal adalah 0,6. Artinya jika

nilai cronbach alpha yang didapatkan dari hasil perhitungan SPSS lebih besar dari

0,6 maka disimpulkan kuesioner reliabel, sebaliknya jika cronbach alpha lebih

kecil dari 0,6 maka disimpulkan tidak reliabel.

78
Hasil uji reliabilitas pernyataan kuesioner pola asuh keluarga didapatkan

nilai α-Cronbach sebesar 0,730 yang artinya reliabel, sedangkan pada pernyataan

kuesioner riwayat keluarga didapatkan nilai nilai α-Cronbach sebesar 0,871 yang

artinya reliabel. Sehingga kuesioner penelitian ini dapat digunakan sebagai alat

pengumpulan data pada sampel penelitian.

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.8.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun, meliputi 7 desa terdiri dari Desa Kebonsari, Desa Rejosari,

Desa Mojorejo, Desa Palur, Desa Sidorejo, Desa Tanjungrejo, Desa Tambakmas.

4.8.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Juli sampai dengan 23

Agustus 2018.

Tabel 4.3 Realisasi Kegiatan Penelitian


No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1. Pengajuan judul 25 Februari – 2 Maret 2018
2. ACC judul 3 Maret 2018
3. Penyusunan dan konsultasi proposal skripsi 15 April – 9 Juli 2018
4. Seminar Proposal 20 Juli 2018
5. Revisi ujian proposal skripsi 21 – 29 Juli 2018
6. Penelitian dan pengolahan data 30 Juli – 22 Agustus 2018
7. Penyusunan dan konsultasi skripsi 23 Agustus – 4 September 2018
8. Seminar hasil 5 September 2018

79
4.9 Prosedur Pengumpulan Data

4.9.1 Sumber Data

Pada dasarnya, penelitian merupakan proses penarikan kesimpulan dari data

yang telah dikumpulkan. Tanpa adanya kata, maka hasil penelitian tidak akan

terwujud dan penelitian tidak akan berjalan. Menurut sumbernya, data dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu:

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden yang berkaitan dengan

sampel penelitian dengan menggunakan instrumen/alat ukur kuesioner. Data

primer dalam penelitian ini yaitu riwayat keluarga, polas asuh keluarga,

pendapatan keluarga, riwayat pekerjaan.

2. Data Sekunder

Data ini merupakan data penunjang kelengkapan data primer. Data sekunder

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun, KTP, dan berbagai sumber lainnya. Data sekunder dalam

penelitian ini yaitu identitas penderita Skizofrenia, karakteristik responden

berdasarkan usia, jenis kelamin, status pernikahan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara secara langsung

kepda responden menggunakan alat ukur kuesioner. Pengumpulan data sekunder

diperoleh dari laporan rekapitulasi Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun

bagian Kesehatan Jiwa.

80
4.10 Teknik pengolahan dan Teknik Analisis Data

4.10.1 Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data secara manual pada umumnya melalui

langkah-langkah sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2012)

1. Editing

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui

kuesioner perlu disunting terlebih dahulu. Apabila masih ada data atau informasi

yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka

kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).

2. Coding

Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk

merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden

dan nomor-nomor pertanyaan.

Tabel 4.4 Coding Data Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Skizofrenia
No Variabel Coding Data
1. Riwayat Pekerjaan 1= Tidak bekerja
2= Bekerja
(Kemenkes, 2010)
2. Pendapatan Keluarga 1= < UMK
2= ≥ UMK
(Pergub Jawa Timur No. 75 Tahun 2017
untuk kelompok kontrol dan untuk
kelompok kasus menyesuaikan pada
saat pasien pertama kali terdiagnosa
skizofrenia)
3. Pola Asuh Keluarga 1= Pola Asuh Tidak Baik
2= Pola Asuh Baik
(Baumrind dalam Santrock, 2008)
4. Riwayat Keluarga 1= Ada riwayat keluarga
2= Tidak ada riwayat keluarga
(Agung W, 2016)

81
Lanjutan Tabel 4.4 Coding Data Variabel Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia

No Variabel Coding Data


5. Kejadian Skizofrenia 1= Kasus
2= Kontrol
3. Entry Data

Entry Data adalah mengisi kolom-kolom lembar kode atau kartu kode sesuai

dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4. Tabulating

Tabulating adalah tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

digunakan oleh peneliti.

4.10.2 Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau

grafik. Jika data mempunyai distribusi normal, maka mean dapat digunakan

sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran.

Jika distribusi data tidak normal maka menggunakan median sebagai ukuran

pemusatan dan maksimum-minimum sebagai ukuran penyebaran. (Saryono,

2010).

Analisis univariat pada penelitian ini adalah jenis kelamin, pekerjaan, pola asuh

keluarga, riawayat keluarga, pendapatan keluarga, status pernikahan. Skor T

adalah untuk mengkategorikan rating scale, yang sering digunakan untuk

mengkategorikan kategori sikap, minat, bakat, motivasi dalam kategori dikotomi

yaitu positif dan negatif. Adapun rumus mencari skor T adalah sebagai berikut:

82
Keterangan:
X = Skor per pernyataan atau indikator
= Rata-rata keseluruhan dari jumlah skor per
pernyataan atau indikator
SD = Standart deviasi

a. Cara mencari SD atau standart deviasi yaitu dengan menggunakan rumus

∑√(( − )^2 )/( −1)

b. Cara mencari mean T yaitu dengan menggunakan rumus (∑ )/

c. Cara mencari X atau mean yaitu dengan menggunakanm rumus (∑ )

Variabel pola asuh keluarga dibagi menjadi 2 tipe pernyataan yaitu tipe

pernyataan (+) dengan skor: SL (4); SR (3); KD (2); TP (1), sedangkan pernyatan

(-) dengan skor: SL (1); SR (2); KD (3); TP (4). Kemudian dimasukkan kedalam

rumus skor T yaitu:

Keterangan:
X = Skor per pernyataan atau indikator
= Rata-rata keseluruhan dari jumlah skor per
pernyataan atau indikator
SD = Standart deviasi
Kategori:
1 = pola asuh tidak baik, jika skor T < mean T

2 = pola asuh baik, jika skor T ≥ mean T

83
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan dari setiap anggota keluarga

yang bekerja. Kemudian untuk menentukan pendapatan keluarga tersebut cukup

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari menggunakan tolak ukur UMK (Upah

Minimum Kota/Kabupaten) tahun 2018 yang ada dalam Pergub Jawa Timur No.

75 Tahun 2017. UMK yang digunakan pada penelitian ini adalah pada kelompok

kasus yaitu UMK Kabupaten Madiun menyesuaikan dengan tahun berapa pasien

pertama kali terdiagnosa Skizofrenia dan pada kelompok kontrol yaitu UMK

Kabupaten Madiun Tahun 2018. Pendapatan keluarga dapat diketahui melalui

rumus:

Pt=Pn+Pw+Pll

Pt = Pendapatan Keluarga
= Pendapatan Suami
Pw = Pendapatan Wanita
Pll = Pendapatan dari anggota keluarga lain dalam
keluarga

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan dengan menggunakan uji untuk mengetahui

hubungan yang signifikan antar masing-masing variabel bebas dengan variabel

terikat baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif dengan

mempertimbangkan nilai signifikansi (p-value), Odds Ratio (OR) dan nilai

Confidence Interval (CI) sebesar 95% (α=0,05).

Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada analisis bivariat (Saryono,

2013). Syarat uji chi square adalah :

84
a) Sampel dipilih secara acak

b) Semua pengamatan dilakukan dengan independen

c) Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1. Sel-sel dengan

frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel.

d) Besar sampel sebaiknya > 40.

Uji altrernatif dari uji chi-square adalah uji fisher exact untuk tabel 2x2

dengan ketentuan sampel kurang atau sama dengan 40 dan terdapat sel yang nilai

harapan (E) kurang dari 5.

Penentuan pemeriksaan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat signifikansi

(p-value) yang diperoleh dari uji chi-square, yaitu :

a) Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian (Ho) diterima dan (Ha) ditolak

berarti tidak ada hubungan.

b) Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) diterima dan (Ho) ditolak

berarti ada hubungan.

Penentuan faktor yang berhubungan dari variabel independen terhadap

kejadian Skizofrenia (variabel dependen) berdasarkan interpretasi nilai Odds Ratio

dan Confidence Interval yang diperoleh, yaitu :

a) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor yang berhubungan jika

nilai OR > 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.

b) Variabel independen yang diteliti bukan merupakan faktor yang berhubungan

jika nilai CI mencakup nilai 1.

c) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor protektif yang

berhubungan jika nilai OR < 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.

85
3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan secara

bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dan variabel

bebas mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel terikat dengan

menggunakan uji regresi logistik. Dengan menggunakan teknik analisis ini

maka dapat menganalisis pengaruh beberapa variabel terhadap variabel-

variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan (Wiratna, 2012). Analisis

multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik.

Langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik adalah sebagai

berikut (Sopiyudin Dahlan, 2012):

a. Melakukan seleksi variabel yang layak dilakukan dalam model multivariat

dengan cara terlebih dahulu melakukan seleksi bivariat antara masing-masing

variabel independen dengan variabel dependen dengan uji regresi logistik

sederhana.

b. Variabel yang memenuhi syarat lalu dimasukkan ke dalam analisis multivariate

yaitu nilai p < 0,25.

c. Dari hasil analisis dengan multivariat dengan regresi logistik menghasilkan

nilai p masing-masing variabel.

d. Variabel nilai p > 0,05 ditandai dan dikeluarkan satu persatu dari model,

hingga seluruh variabel dengan nilai p > 0,05 hilang.

e. Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp(B), yang menunjukkan bahwa

semakin besar nilai exp(B)/OR maka semakin besar pengaruh variabel tersebut

terhadap variabel dependen.

86
4.11 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007) etika penelitian sangat penting karena penelitian

berhubungan langsung dengan manusia, sehingga perlu memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada

responden yang akan diteliti agar subyek mengerti maksut dan tujuan dari

penelitian. Bila responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati

hak-hak responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

responden dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada pihak

yang terkait dengan peneliti.

87
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Puskesmas Gantrung

5.1.1 Kondisi Umum Geografis

UPT Puskesmas Gantrung merupakan Puskesmas Perawatan di Kabupaten

Madiun dan satu diantara dua puskesmas yang ada di Kecamatan Kebonsari

Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur, terletak dipinggir jalan Raya Kebonsari-

Ponorogo, dari Kantor Kecamatan Kebonsari kurang lebih berjarak 8 km. Jumlah

wilayah kerjanya meliputi 7 desa, 28 dusun dan secara umum semua desa dapat

diakses ke UPT Puskesmas Gantrung. Dari ke 7 desa terbagi dalam 1 UPT

Puskesmas Gantrung (Ds. Mojorejo), 2 Polindes (Ds. Sidorejo, dan Ds. Palur), 2

Puskesmas Pembantu (Pustu Rejosari, Pustu Tambakmas) dan 2 Ponkesdes (Ds.

Tanjungrejo dan Ds. Kebonsari) dengan batasannya :

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung

Sumber : Data Dasar UPT Puskesmas Gantrung 2016

88
Puskesmas Gantrung merupakan wilayah yang secara geografis merupakan

dataran rendah. Puskesmas Gantrung terletak di jalan raya Dolopo, Desa Sidorejo,

Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun. Luas wilayah kerja Puskesmas

Gantrung adalah 265,3 km².

5.1.2 Kondisi Demografi Puskesmas Gantrung

Wilayah UPT Puskesmas Gantrung untuk jumlah keseluruhan penduduk ada

sebanyak 27.196 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13.101 jiwa

dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 14.095 jiwa. Keseluruhan KK ada

sebanyak 8.067 KK, dengan kepadatan penduduk rata-rata 1.025 jiwa/km2, rata-

rata 3 jiwa /KK.

Penggolongan usia pada wilayah kerja puskesmas gantrung ini terdiri dari

dua penggolongan, yaitu usia produktif sebanyak 17.146 jiwa dan usia

nonproduktif sebanyak 10.050 jiwa. Tingkat ekonomi pada masyarakat gantrung

sebanyak 43% merupakan petani dan buruh tani, 32% merupakan pedagang, 29%

merupakan buruh tani, 4% PNS-TNI-Polri dan 1% lain-lain.

Penduduk yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Gantrung sebagian

besar adalah suku jawa yang hampir sebagian besar penganut agama Islam.

Sedangkan bahasa pengantar dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa jawa.

Sebagiamana masyarakat jawa pada umumnya, tradisi budaya jawa masih dianut

oleh sebagian masyarakat di wilayah UPT Puskesmas Gantrung.

89
5.2 Karakteristik Responden

Hasil analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik

responden masing-masing variabel, baik variabel independen dan variabel

dependen. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

5.2.1 Data Umum

Data umum akan menyajikan karakteristik responden penelitian berdasarkan

jenis kelamin responden, status pernikahan responden, kelompok umur responden,

kelompok riwayat pekerjaan responden, kategori riwayat pekerjaan responden

pendidikan, pendapatan keluarga responden, pola asuh keluarga responden,

riwayat keluarga responden, dan gambaran kejadian skizofrenia.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin Responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten
Madiun Tahun 2018

No. Jenis Kasus Kontrol Total


Kelamin
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%) (%) (%)
1. Laki-laki 26 50,0 24 46,1 50 48,1
2. Perempuan 26 50,0 28 53,9 54 51,9
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden

dengan jenis kelamin laki-laki pada kasus sebanyak 26 orang (50,0%) lebih besar

daripada kelompok kontrol sebanyak 24 orang (46,1%).

90
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok


Umur di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun Tahun
2018
No. Kelompok Kasus Kontrol Total
Umur Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%) (%) (%)
1. 17–25 thn 8 15,4 0 0,0 8 7,7
2. 26–35 thn 10 19,2 4 7,7 14 13,5
3. 36–45 thn 16 30,8 28 53,8 44 42,3
4. 46–55 thn 11 21,2 19 36,5 30 28,8
5. 56–65 thn 7 13,5 1 1,9 8 7,7
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018 dan (Depkes RI 2009 dalam Gusti, 2015)

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden

dengan kelompok umur 26 – 35 tahun pada kasus sebanyak 10 orang (19,2%)

lebih besar daripada kelompok kontrol sebanyak 4 orang (7,7%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status


Pernikahan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Tahun 2018
No. Status Kasus Kontrol Total
Pernikahan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%) (%) (%)
1. Tidak
18 34,6 16 30,8 34 32,6
Menikah
2. Cerai
16 30,8 5 9,6 21 20,2
Hidup/Mati
3. Menikah 18 34,6 31 59,6 49 47,2
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden

dengan status pernikahan tidak menikah pada kasus sebanyak 18 orang (34,6%)

lebih besar daripada kelompok kontrol sebanyak 16 orang (30,8%).

91
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Riwayat Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok


Riwayat Pekerjaan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten
Madiun Tahun 2018
No. Riwayat Kasus Kontrol Total
Pekerjaan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%) (%) (%)
1. Tidak
22 42,3 27 51,9 49 47,2
Bekerja
2. Buruh Tani 18 34,6 22 42,4 40 38,4
3. Petani 9 17,4 1 1,9 10 9,6
4. Wiraswasta 3 5,7 2 3,8 5 4,8
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden

dengan status pekerjaan tidak bekerja pada kasus sebanyak 22 orang (42,3%)

lebih kecil daripada kelompok kontrol sebanyak 27 orang (51,9%).

5.2.2 Data Khusus

Data khusus akan menyajikan data karakteristik responden yang terkait

dengan variabel bebas (riwayat pekerjaan, pendapatan keluarga, pola asuh

keluarga, dan riwayat keluarga) serta variabel terikat kejadian Skizofrenia.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan


Keluarga di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun Tahun
2018
No. Pendapatan Kasus Kontrol Total
Keluarga Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%) (%) (%)
1. < UMK 37 71,2 20 38,5 57 54,8
2. ≥ UMK 15 28,8 32 61,5 47 45,2
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018

Berdasarkan tabel 5.5 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden

dengan pendapatan keluarga < UMK pada kelompok kasus (menyesuaikan pada

92
tahun saat pasien pertama kali terdiagnosa skizofrenia) sebanyak 37 orang

(71,2%) lebih besar daripada kelompok kontrol (UMK tahun sekarang yaitu Rp

1.576.892,91) sebanyak 20 orang (38,5%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh Keluarga

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh


Keluarga di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun Tahun
2018
No. Pola Kasus Kontrol Total
Asuh Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Keluarga (%) (%) (%)
1. Pola Asuh
Keluarga
35 67,3 19 36,5 54 51,9
Tidak
Baik
2. Pola Asuh
Keluarga 17 32,7 33 63,5 50 48,1
Baik
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian tahun 2018
Berdasarkan tabel 5.6 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden

dengan pola asuh keluarga tidak baik pada kasus sebanyak 35 orang (67,3%) lebih

besar daripada kelompok kontrol sebanyak 19 orang (36,5%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat


Keluarga di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun Tahun
2018
No. Riwayat Kasus Kontrol Total
Keluarga Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%) (%) (%)
1. Ada
Riwayat 39 75,0 19 36,5 58 55,7
Keluarga
2. Tidak Ada
Riwayat 13 25,0 33 63,5 46 44,3
Keluarga
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018

93
Berdasarkan tabel 5.7 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden

dengan riwayat keluarga skizofrenia pada kasus sebanyak 39 orang (75,0%) lebih

besar daripada kelompok kontrol sebanyak 19 orang (36,5%).

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Analisis Bivariat Variabel Penelitian

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan dan besarnya nilai

Odd Ratio faktor risiko, dan digunakan untuk mencari hubungan antara variabel

bebas dan variabel teikat dengan uji satatistik yang disesuaikan dengan skala data

yang ada. Uji statistik yang digunakan Chi-Square dan penentuan Odds Ratio

(OR) dengan taraf kepercayaan (CI) 95 % dan tingkat kemaknaan 0,05. Berikut

adalah hasil analisis bivariat dibawah ini:

1. Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan Kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun

Tabel 5.8 Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan Kejadian Skizofrenia di


Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Kategori Skizofrenia
OR P
Riwayat Kasus Kontrol OR
95% CI value
Pekerjaan N % N %
Tidak 22 42,3 27 51,9
Bekerja
0,67 0,31 – 1,47 0,432
Bekerja 30 57,7 25 48,1
Total 52 100,0 52 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018

Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh persentase responden yang tidak bekerja

pada kelompok kasus sebanyak 22 orang (42,3%), lebih kecil pada kelompok

kontrol sebanyak 27 orang (51,9%). Jadi proporsi tidak bekerja lebih banyak pada

kontrol dibanding pada kasus.

94
Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,326) > α (0,05)

maka H1 ditolak, yang menunjukan bahwa kategori riwayat pekerjaan tidak

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian Skizofrenia. Nilai risiko

dapat dilihat dari nilai OR yaitu 0,67 yang berarti riwayat pekerjaan merupakan

faktor protektif kejadian Skizofrenia. Sedangkan 95% CI yaitu 0,31 – 1,47 yang

berarti melewati angka 1 yang menyatakan tidak ada hubungan.

2. Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun

Tabel 5.9 Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di


Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Pendapatan Skizofrenia OR 95% CI P
Keluarga Kasus Kontrol value
N % N %
< UMK 37 71,2 20 38,5
≥ UMK 15 28,8 32 61, 5 3,94 1,73 – 8,95 0,002
Total 52 100,0 52 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018

Berdasarkan tabel 5.9 diperoleh persentase responden yang memiliki

pendapatan keluarga < UMK lebih banyak pada kelompok kasus (menyesuaikan

pada tahun saat pasien pertama kali terdiagnosa skizofrenia) sebanyak 37 orang

(71,2%), lebih besar dari kelompok kontrol (UMK tahun sekarang yaitu Rp

1.576.892,91) hanya 20 orang (38,5%). Jadi proporsi pendapatan keluarga <

UMK lebih banyak pada kasus dibanding pada kontrol.

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,002) < α (0,05)

maka H1 diterima, yang menunjukan bahwa pendapatan keluarga memiliki

hubungan yang bermakna dengan kejadian Skizofrenia. Nilai risiko dapat dilihat

dari nilai OR yaitu 3,94 yang berarti faktor risiko kejadian Skizofrenia.

95
Sendangkan 95%CI yaitu 1,73 – 8,95 yang berarti tidak melewati angka 1 yang

menyatakan ada hubungan.

3. Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun

Tabel 5.10 Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Pola Asuh Skizofrenia
Keluarga Kasus Kontrol OR 95% CI P
N % N %
Pola Asuh Tidak 35 67,3 19 36,5
Baik
3,57 1,59 – 8,02 0,003
Pola Asuh Baik 17 32,7 33 63,5
Total 52 100,0 52 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018

Berdasarkan tabel 5.10 diperoleh persentase responden yang memiliki pola

asuh keluarga yang tidak baik lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 35

orang (67,3%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 19 orang (36,5%). Jadi

proporsi pola asuh keluarga yang tidak baik lebih banyak pada kasus dibanding

pada kontrol.

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,003) < α (0,05)

maka H1 diterima, yang menunjukan bahwa pola asuh keluarga yang tidak

baikmemiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian Skizofrenia. Nilai risiko

dapat dilihat dari nilai OR yaitu 3,57 yang berarti faktor risiko kejadian

Skizofrenia. Sendangkan 95%CI yaitu 1,59 – 8,02 yang berarti tidak melewati

angka 1 yang menyatakan ada hubungan.

96
4. Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun

Tabel 5.11 Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di


Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Riwayat Keluarga Status OR 95% CI P
Kasus Kontrol
N % N %
Ada Riwayat 39 75,0 19 36,5
Keluarga
Tidak Ada Riwayat 13 25,0 33 63,5 5,21 2,24 – 12,12 0,000
Keluarga
Total 52 100,0 52 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018

Berdasarkan tabel 5.11 diperoleh persentase responden yang memiliki

riwayat keluarga Skizofrenia lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 39

orang (75,0%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 19 orang (36,5%). Jadi

proporsi riwayat keluarga Skizofrenia lebih banyak pada kasus dibanding pada

kontrol.

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,000) < α (0,05)

maka H1 diterima, yang menunjukan bahwa riwayat keluarga Skizofrenia

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian Skizofrenia. Nilai risiko

dapat dilihat dari nilai OR yaitu 5,21 yang berarti faktor risiko kejadian

Skizofrenia. Sendangkan 95%CI yaitu 2,24 – 12,12 yang berarti tidak melewati

angka 1 yang menyatakan ada hubungan.

Syarat variabel independen yang menjadi kandidat dalam uji bivariat adalah

p- value < 0,05 dan untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel

independen dengan satu variabel dependen, harus dilanjutkan dengan melakukan

97
analisis multivariat. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel

independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 5.12 Rangkuman Hasil Analisis Bivariat Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun
No. Variabel OR 95% CI P value
1. Riwayat Pekerjaan 0,679 0,313 – 1,472 0,432
2. Pendapatan Keluarga 3,947 1,739 – 8,959 0,002 **
3. Pola Asuh Keluarga 3,576 1,593 – 8,029 0,003 **
4. Riwayat Keluarga 5,211 2,240 – 12,120 0,000 **
Sumber: Data Pimer, 2018
Keterangan: * = Variabel yang menjadi kandidat dalam uji regresi logistik (p<0,25)
** = Variabel yang berhubungan dengan variabel dependen (p <0,05) sekaligus
menjadi kandidat dalam uji regresi logistik

Dari tabel 5.12 dapat diketahui bahwa variabel yang menjadi kandidat untuk

dianalisis menggunakan uji regresi logistik yaitu yang memenuhi syarat p < 0,25.

Selanjutnya data dianalisis dan ditampilkan pada tabel.

5.3.2 Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan beberapa

variabel independen terhadap satu variabel dependen secara bersama-sama.

Analisis multivariat yang digunakan adalah analisis regresi logistik untuk melihat

variabel independen yang paling berpengaruh dalam variabel dependen.

Dilakukan menggunakan analisis regresi logistik ganda dengan metode Backward

LR (Likehood Ratio) yaitu memasukkan semua variabel independen yang menjadi

kandidat ke dalam model regresi logistik kemudian satu per satu variabel

independen dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik

tertentu. Dari hasil tabel analisis bivariat maka variabel dengan nilai p < 0,25

yang masuk ke dalam kandidat multivariat yaitu pendapatan keluarga, pola asuh

keluarga, dan riwayat keluarga. Variabel yang dapat masuk dalam model regresi

98
logistik adalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,05. Hasil analisis regresi

logistik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.13 Hasil Uji Regresi Logistik


No Variabel Β aOR 95% CI P value
1 Pendapatan Keluarga 1,247 3,481 1,321 – 9,171 0,012
2 Pola Asuh Keluarga 1,000 2,717 1,049 – 7,035 0,039
3 Riwayat Keluarga 1,835 6,265 2,423 – 16,199 0,000
Konstanta -2,237
Sumber: Data Pimer, 2018

Dari tabel 5.13 diperoleh bahwa dari variabel independen yang berhubungan

dengan variabel dependen yaitu variabel pendapatan keluarga, pola asuh keluarga,

dan riwayat keluarga. Tetapi variabel riwayat keluarga yang paling berpengaruh

terhadap kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun.

Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel riwayat keluarga dengan p-

value (0,000) < (0,25) merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap

kejadian Skizofrenia. Dengan nilai risiko dapat dilihat dari nilai aOR yaitu 6,265

yang berarti bahwa riwayat keluarga memiliki risiko 6,265 kali lebih besar untuk

mengalami kejadian Skizofrenia.

5.4 Pembahasan

Berdasarkan analisis bivariat, variabel yang terbukti merupakan faktor risiko

yang berhubungan dengans kejadian Skizofrenia adalah pendapatan keluarga, pola

asuh keluarga, dan riwayat keluarga.

99
5.4.1 Faktor – Faktor yang Terbukti Berhubungan dengan Kejadian

Skizofrenia

Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang terbukti merupakan faktor

risiko terjadinya Skizofrenia adalah pendapatan keluarga, pola asuh keluarga, dan

riwayat keluarga.

1. Pendapatan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dari 104 responden di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun didapatkan bahwa responden dengan

pendapatan keluarga <UMK sebanyak 57 orang (54,8%). Hasil ini menunjukkan

bahwa masih banyak responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun yang memiliki pendapatan keluarga yang rendah <UMK.

Pada penelitian ini proporsi kejadian Skizofrenia dengan pendapatan

keluarga <UMK (menyesuaikan pada tahun saat pasien pertama kali terdiagnosa

skizofrenia) sebesar 37 orang (71,2%) dengan nilai p value 0,012 < 0,05 yang

berarti ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia

dengan nilai aOR sebesar 3,481 yang sehingga responden dengan pendapatan

keluarga <UMK memiliki risiko sebesar 3,481 kali lebih besar untuk mengalami

Skizofrenia dengan 95%CI 1,321 – 9,171. Responden pada kelompok kontrol

dengan pendapatan keluarga <UMK (UMK tahun sekarang yaitu Rp

1.576.892,91) sebesar 20 orang (38,5) sedangkan kelompok kontrol dengan

pendaptan keluarga ≥UMK (UMK tahun sekarang yaitu Rp 1.576.892,91) sebesar

32 orang (61,5%).

100
Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh dengan jalan

memberikan jasa atau menjual suatu barang bertujuan untuk memperoleh imbalan

dalam bentuk gaji, sewa tanah, modal kerja dan sebagainya. Besarnya pendapatan

akan menggambarkan ekonomi keluarga dalam masyarakat yang dapat

dikategorikan dalam dua kelompok yaitu pendapatan rendah dan tinggi. Suatu

keluarga pada umumnya terdiri dari suami, isteri dan anak-anak, besarnya jumlah

anggota akan lebih banyak tersedia tenaga kerja untuk mencari pekerjaan agar

memperoleh pendapatan. Umunya kepala keluarga penentu utama pendapatan

keluarga, namun sebenarnya dalam anggota keluarga lainnya juga ikut berperan.

Munculnya gejala skizofrenia diakibatkan dari adanya perubahan pola lingkungan,

perilaku dan akibat kondisi biologik individu tersebut.

Pendapatan keluarga adalah penjulahan seluruh pemasukkan keluarga yaitu

pendapatan suami, pendapatan istri atau pendapatan dari anggota keluarga lain

dalam keluarga dengan rumus Pt = Pn+Pw+Pill. (Qurniati, 2010)

Keterangan:

Pt = Pendapatan Keluarga

Pn = Pendapatan Suami

Pw = Pendapatan Wanita

Pill = Pendapatan dari anggota keluarga lain dalam keluarga. (Qurniati, 2010).

Pada perkembangan psikologi yang salah terjadi ketidakmatangan atau

fiksasi bahwa individu gagal berkembang lebih lanjut pada fase berikutnya dan

ada tempat-tempat yang lemah (rentan). Individu yang rentan tersebut apabila

dikenai stres psikososial seperti status ekonomi dan lain sebagainya dapat

101
berkembang menjadi skizofrenia (Deti, 2015). Sesuai dengan teori Hawari

(2012), kondisi sosio-ekonomi yang tidak tercukupi dapat membuat seseorang

tertekan sehingga apabila ketahanan mental seseorang tidak dapat menahannya

akan menjadi risiko bagi seseorang untuk timbul skizofrenia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Erlina (2010) pendapatan

keluarga yang rendah merupakan salah satu faktor risiko pencetus terjadinya

Skizofrenia dengan hasil statistik ( p < α 0,05) dan hasil OR = 7,482 menunjukkan

bahwa orang dengan pendapatan keluarga rendah memiliki risiko 7 kali untuk

menderita Skizofrenia, menyatakan bahwa pendapatan keluarga rendah

merupakan pemicu terjadinya seseorang mengalami Skizofrenia dan tidak adanya

kontrol stres pada seseroang tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Agung (2016) yang menyatakan bahwa Kota Pati memiliki permasalahan dalam

hal ketersediaan lapangan kerja sehingga masyarakatnya memiliki budaya

merantau ke luar daerah untuk mencari nafkah kemudian akan kembali ke Pati

ketika pensiun nanti, rata – rata penderita skizofrenia mengalami kesulitan

ekonomi dan masalah pekerjan yang akhirmya bekerja sebagai serabutan dengan

pendapatan dibawah UMK yang tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari

– hari mengakibatkan banyak terjadinya skizofrenia akibat tidak dapat mengontrol

stres pada diri sendiri.

Berdasarkan teori, pendapatan merupakan salah satu faktor yang

mempunyai peran dalam mewujudkan kondisi kesehatan seseorang. Pendapatan

yang diterima seseorang akan mempengaruhi daya beli terhadap barang-barang

102
kebutuhan pokok dan barang-barang kebutuhan lainnya seperti sandang,papan dan

pelayanan kesehatan.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, proporsi sebagian besar responden

yang tidak bekerja sebesar 47,1% dan responden dengan pekerjaan buruh tani

sebesar 38,5% dengan pendapatan keluarga rendah <UMK sebesar 54,8%,

sehingga responden mengalami kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan sehari –

hari baik dari segi pangan maupun kebutuhan hidup lainnya, terlebih lagi ada

anggota keluarga yang jumlahnya lebih dari 4 orang didalam rumah tersebut dan

dari hasil wawancara sebagian responden tidak memiliki BPJS sehingga tidak

mampu untuk berobat dengan biaya yang tidak murah yang mengakibatkan

seseorang memiliki tekanan pikiran dan stres yang berkelanjutan selama bertahun

– tahun yang menjadi gangguan Skizofrenia dibandingkan dengan seorang yang

memiliki pendapatan ≥UMK, selain itu mampu mengontrol stres yang ada dalam

diri sendiri sehingga mampu mengurangi risiko terjadinya Skizofrenia. Sedangkan

pada responden pada kelompok kontrol dengan pendapatan <UMK sebesar 38,5%

tidak me nederita skizofrenia karena dapat mengontrol stres dengan baik. Namun

responden dengan skizofrenia yang memiliki pendapatan keluarga ≥UMK sebesar

28,8% terjadi karena adanya masalah dengan rekan kerja, masalah persaingan

kerja ataupun masalah yang ada dalam keluarga dan responden tidak dapat

mengontrol stres dengan baik sehingga responden mengalami gangguan jiwa berat

atau Skizofrenia.

Menurut opini peneliti masalah yang lain yang ditemukan di lapangan

karena belum terbentuknya posyandu jiwa di Wilayah Kerja UPT Puskesmas

103
Gantrung sehingga edukasi kepada masyarakat tentang pengendalian stres atau

menejemen stres kurang berjalan dengan maksimal. Sebaiknya perlu adanya

edukasi tentang pengendalian stres atau menejemen stres kepada masyarakat yang

berkunjung ke Puskesmas dan melatih kader jiwa untuk membantu

menyebarluaskan informasi tentang menejemen stres kepada masyarakat.

2. Pola Asuh Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dari 104 responden di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun didapatkan bahwa responden dengan

pola asuh keluarga tidak baik sebanyak 54 orang (51,9%). Hasil ini menunjukkan

bahwa masih banyak responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun yang menerapkan pola asuh keluarga yang tidak baik.

Pada penelitian ini proporsi kejadian Skizofrenia dengan pola asuh keluarga

yang tidak baik sebesar 35 orang (67,3%) dengan nilai p value 0,039 < 0,05 yang

berarti ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia

dengan nilai OR sebesar 2,717 yang sehingga responden dengan pola asuh

keluarga yang tidak baik memiliki risiko sebesar 2,717 kali lebih besar untuk

mengalami Skizofrenia dengan 95%CI 1,049 – 7,035. Sedangkan responden

dengan skizofrenia yang memiliki pola asuh baik sebesar 17 orang (32,7%).

Pola asuh keluarga adalah sikap orang tua dalam berhubungan dengan

anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua

memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara

orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian,

tanggapan terhadap keinginan anak (Isni, 2014). Orang tua yang menerapkan pola

104
asuh keluarga yang tidak baik dapat menjadikan anak mengalami gangguan jiwa,

hal ini dapat terjadi karena orang tua tidak memberikan kesempatan kepada anak

berpendapat, menjaga jarak dengan anak, mengejar anak dengan tuntutan orang

tua. Anak dengan pola asuh keluarga yang tidak baik cenderung mempunyai sifat

mudah tersinggung, mudah stres, mudah terpengaruh, penakut, pemurung, tidak

mempunyai arah masa depan yang jelas, agresif, tidak punya rasa percaya diri,

dan suka memberontak (Isni, 2014).

Pola asuh tidak baik meliputi pola asuh otoriter adalah pola asuh yang

menuntut agar anak patuh dan tunduk kepada semua perimtah dan aturan yang

dibuat orang tua/keluarga. Pola asuh penelantaran adalah pola asuh orang tua

tidak terlibat dalam kehidupan anak dan cenderung membesarkan anak tanpa

kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan yang cukup. Pola asuh permisif adalah

pola asuh yang cenderung menuruti semua keinginan anak. Pola asuh yang baik

meliputi pola asuh demokrasi adalah pola asuh orang tua yang mendorong anak

agar mandiri namun tetap memberi batas dan pengendalian.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Astrid (2015) dengan

nilai p value < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh dengan

kejadian Skizofrenia dan nilai OR sebesar sebesar 8,64 menunjukkan bahwa pola

asuh keluarga yang tidak baik memiliki risiko 8 kali untuk menderita Skizofrenia

yang menyatakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan

permisif beresiko untuk gangguan jiwa sedangkan pada kelompok tidak gangguan

jiwa kebanyakan orangtua menerapkan pola asuh yang demokratis, pada pola

asuh demokratis sangat sedikit responden yang mengalami gangguan jiwa

105
hal ini disebabkan pola asuh demokratis akan membuat anak menjadi

pribadi yang bisa bertanggung jawab sehingga lebih mampu menghadapi stress

dalam kehidupan yang dialami.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian lain yaitu Erlina (2010) dengan

dengan nilai p value 0,035 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola

asuh dengan kejadian Skizofrenia dengan nilai OR sebesar 4,53 menunjukkan

bahwa pola asuh keluarga tidak baik memiliki risiko 4 kali untuk menderita

Skizofrenia, menyatakan bahwa dalam keadaan krisis timbul bermacam - macam

perasaan yang tidak enak, seperti cemas, takut, rasa salah atau malu, tergantung

pada keadaan. Pengaruh keluarga sangat menolong individu dalam mengatasi

krisis sesuai dengan adat istiadat, kebudayaan atau pengalaman keluarga itu.

Keluarga harus menolong individu agar ia secara aktif menemukan cara

penyelesaian masalahnya dan bukan agar ia menghindar tantangan atau memakai

mekanisme pembelaan yang sekedar untuk menghilangkan ketegangan. Jelas

bahwa pada waktu krisis individu itu lebih membutuhkan dan lebih tergantung

pada hubungan antar manusia.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, proporsi sebagian besar responden

dengan pola asuh keluarga yang tidak baik sebesar 51,9% sehingga responden

dengan pola asuh yang tidak baik merasa tertekan dengan tuntutan yang diberikan

orang tua ataupun keluarga, dari hasil wawancara banyak keluarga yang

menerapkan pola asuh otoriter yaitu pola asuh yang menuntut anak harus selalu

patuh dengan aturan orang tua bila tidak menaati orang tua tidak segan

menghukum, dan pola asuh permisif yaitu pola asuh yang selalu menuruti

106
keinginan anak. Alasan mengapa orang tua dan keluarga menerapkan pola asuh

otoriter dalam hal pendidikan, pekerjaan bahkan dalam mengatur pasangan hidup

yang tidak sesuai dengan keinginan anak sehingga anak menjadi takut untuk

menolak yang berdampak tekanan pikiran atau stres dan mengubah kepribadian

anak menajdi seorang yang tertutup atau pendiam bahkan menjadi pribadi yang

agresif atau mudah marah dan mengamuk yang berlangsung selama lebih dari 1

tahun dan menjadi Skizofrenia dibandingkan seseorang yang memiliki pola asuh

keluarga yang baik dan mampu mengontrol stres yang ada dalam dirinya sehingga

mengurangi risiko terjadinya Skizofrenia.

Menurut peneliti pola asuh keluarga yang tidak baik dapat terjadi karena

orang tua atau keluarga menerapkan sikap disiplin yang terlalu tinggi, tidak boleh

ada kesalahan sedikitpun dalam melakukan suatu hal. Pola asuh keluarga yang

tidak baik membuat anak merasa tidak adanya kasih sayang dari orang tuanya,

membuat anak tidak bisa menyampaikan perasaan yang sedang dialami kepada

orang tuanya, membuat anak melakukan sesuatu dengan terpaksa, dan jika pola

asuh tersebut masih diterapkan dan berlangsung hingga remaja yang membuat

anak akan mengalami tekanan yang berlangsung. Tekanan pikiran yang

berlangsung lama tersebut dapat membuat anak depresi dan stres yang merupakan

gejala awal Skizofrenia. Tekanan tidak langsung mengakibatkan depresi dapat

dicegah dengan manajemen stres atau pengelolaan stres. Manajemen stres dapat

dilakukan individu ataupun dapat dibantu oleh tenaga kesehatan maupun saudara

terdekat. Sedangkan pasien skizofrenia dengan pola asuh yang baik sebesar 32,7%

terjadi karena pasien mendapat tekanan masalah baik masalah pekerjaan ataupun

107
dengan rekan kerja diamana pasien dahulu tidak dapat mengontrol stess dengan

baik selama 1 bulan lebih dan berlangsung berkelanjutan yang menjadi

skizoferenia.

Sebaiknya petugas kesehatan lebih meningkatkan edukasi kepada

masyarakat saat berkunjung ke Puskemas dan melatih kader jiwa agar dapat

menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya Skizofrenia melalui pertemuan di lingkungan

sehubungan belum terbentuknya posyandu jiwa di Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Gantrung Kabupaten Madiun.

3. Riwayat Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dari 104 responden di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun didapatkan bahwa responden dengan

riwayat keluarga Skizofrenia sebanyak 58 orang (55,8%). Hasil ini menunjukkan

bahwa masih banyak responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun yang memiliki riwayat keluarga Skizofrenia.

Pada penelitian ini proporsi kejadian Skizofrenia dengan riwayat keluarga

Skizofrenia sebagian besar sebanyak 39 orang (75,0%) dengan nilai p value 0,000

< 0,05 yang berarti ada hubungan antarsa riwayat keluarga dengan kejadian

Skizofrenia dengan nilai OR sebesar 6,265 yang sehingga responden dengan

riwayat keluarga Skizofrenia memiliki risiko sebesar 6,265 kali lebih besar untuk

mengalami Skizofrenia dengan 95%CI 2,423 – 16,199.

Riwayat keluarga yang memiliki salah satu persamaan gen dengan orang

tua, kakek, nenek, saudara kandung, atau saudara sepupu bisa saja memiliki jenis

108
yang sama. Kromosom yang ada dalam diri ayah dan ibu dapat diwariskan ke

anaknya. Gen yang diwarisi seseorang sangat kuat mempengaruhi risiko

mengalami kejadian Skizofrenia (Lina, 2015). Faktor genetik dihubungkan dengan

anggota keluarga lain yang juga menderita Skizofrenia kemungkinan ini semakin

semakin besar jika keluarga lain yang mengidap Skizofrenia memilki hubungan

persaudaraan yang dekat. Kembar monozigotik memiliki angka kesesuaian

tertinggi. Penelitian pada kembar monozigotik yang diadopsi menunjukkan bahwa

kembar yang diasuh orang tua angkat mempunyai Skizofrenia dengan

kemungkinan yang sama besarnya seperti saudara kandungnya. (Sutejo, 2013)

Penting untuk dipelajari seberapa banyak dan macam stres yang membuat

seseorang memiliki predisposisi Skizofrenia mengembangkan stres. Skizofrenia

melibatkan lebih dari satu gen, yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia

paling sering dijumpai disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-

tempat yang berbeda diseluruh kromosom. Fenomena tersebut menyebabkan

terjadinya gradasi tingkat keparahan pada gangguan Skizofrenia dan dapat

menyebabkan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang mengidap

gangguan ini (Sutejo, 2013). Tingkat keparahan keluarga yang memiliki

hubungan darah terdekat dapat mempengaruhi kemungkinan saudara lain

mengidap Skizofrenia. Misalnya jika orang tua menderita Skizofrenia, maka

kemungkinan besar anaknya dapat mengidap Skizofrenia. Semakin parah

Skizofrenia yang diidap orang tua, maka semakin besar kemungkinan anaknya

mengalami Skizofrenia (Sutejo, 2013).

109
Berdasarkan teori H.L. Blum dalam Notoatmodjo (2008) derajad kesehatan

masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu genetik, pelayanan kesehatan,

perilaku, dan lingkungan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor

keturunan memiliki risiko lebih besar terkena Skizofrenia apabila dipengaruhi

oleh stres psikososial baik berasal dari diri sendiri maupun dari lingkungan. Hal

ini mengakibatkan seseorang yang mempunyai kerentanan genetik Skizofrenia

akan sulit menangani stres psikososial di dalam kehidupannya dibandingkan

dengan orang yang tidak memiliki kerentanan genetik. Selain menyebabkan

produktivitas seseorang yang Skizofrenia menjadi menurun tetapi juga berdampak

pada derajat kesehatannya yang ikut menurun.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lina (2015) dengan nilai p

value < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan

kejadian Skizofrenia dan nilai OR sebesar sebesar 1,195 berarti riwayat kelaurga

memiliki risiko 1,195 kali untuk menderita Skizofrenia, menunjukkan bahwa gen

yang diwarisi seseorang akan sangat kuat mempengarhi risiko mengalami

Skizofrenia. Semakin dekat relasi seseorang dengan pasien Skizofrenia, semakin

besar risikonya untuk mengalami penyakit tersebut dan ditambah oleh faktor –

faktor pemicu terjadinya Skizofrenia.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian lain yaitu Sri Wahyuningsih

(2015) dengan dengan nilai p value 0,007 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan

antara riwayat keluarga dengan kejadian Skizofrenia dengan nilai OR sebesar 3,54

menunjukkan bahwa riwayat keluarga memiliki risiko 3 kali untuk menderita

Skizofrenia. Pasangan orang tua yang salah satunya Skizofrenia memiliki peluang

110
10% untuk menurunkan Skziofrenia tersebut pada keturunan selanjutnya dan

risikonya meningkat menjadi 40% jika kedua orang tua Skizofrenia. Peluang cucu

untuk Skizofrenia dadi kakeknya hanyalah 5% atau separuh dari peluang yang

diturunkan salah satu orang tua yang mengidap Skizofrenia. Hal ini menjelaskan

kenapa penduduk yang mengalami Skizofrenia pada penelitian ini sebagian besar

berasal dari keturunan langsung.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagaian besar responden memiliki

riwayat keluarga Skizofrenia sebesar 55,8% yang berasal dari orang tua,

kakek/nenek, kakek nenek buyut yang terdahulu selain itu ada faktor pencetus

diantaranya masalah ekonomi yaitu dengan pendapatan keluarga <UMK sebesar

54,8% dan faktor pencetus lain berupa pola asuh yang tidak baik sebesar 51,9%,

sehingga seseorang yang memiliki faktor pencetus seperti pendapatan keluarga

yang rendah, pola asuh keluarga yang tidak baik, dan memiliki riwayat keturunan

Skizofrenia ditambah lagi tidak dapat mengontrol stres yang ada pada diri sendiri

akan memiliki risiko untuk mengalami Skizofrenia dibandingkan dengan seorang

yang mampu mengontrol stres yang ada pada ada dirinya sehingga mengurangi

risiko untuk mengalami Skizofrenia.

Menurut peneliti, seseorang dengan riwayat keluarga Skizofrenia dari orang

tua, kakek nenek, ataupun saudaranya memiliki risiko terjadinya Skizofrenia jika

ada faktor pencetus yang dialaminya ditambah lagi ada riwayat keluarga yang

menderita Skizofrenia. Faktor pencetus yang dapat memicu terjadinya Skizofrenia

secara umum bisa terjadi pada setiap orang termasuk yang memiliki riwayat

Skizofrenia dari keluarganya adalah stres terlalu berlebihan, tuntutan dari orang

111
tua, dan sebagainya. Pentingnya pengelolaan stres atau manajemen stres bertujuan

untuk menghindari gejala yang mengarah Skizofrenia. Belum terbentuknya

posyandu jiwa di pelayanan kesehatan (puskesmas) mengakibatkan banyak dari

keluarga yang mempunyai riwayat Skizofrenia belum mengetahui tentang apa itu

manajemen stres dan bagaimana cara melaksanakannya. Manajemen stres dapat

dilaksanakan dengan cara berbagi cerita dengan saudara terdekat yang dipercaya

tentang masalah yang dihadapi dan meminta solusi terbaik, dengan demikian

beban yang dihadapi dapat berkurang.

5.4.2 Faktor – Faktor yang Terbukti Tidak Berhubungan dengan Kejadian

Skizofrenia

Berdasarkan analisis bivariat dan tidak termasuk kandidat analisis

multivariat, variabel yang terbukti bukan merupakan faktor risiko terjadinya

Skizofrenia adalah pekerjaan.

1. Riwayat Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian dari 104 responden di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun didapatkan bahwa responden yang tidak

bekerja sebesar 49 orang (47,1%) dan responden yang bekerja sebesar 55 orang

(52,9%). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun sebagian besar memiliki

pekerjaan. Responden yang bekerja sebagai buruh tani 40 orang (38,5%),

wiraswasta 5%. Pada penelitian ini proporsi kejadian Skizofrenia sebagian besar

terjadi pada responden yang bekerja yaitu 30 orang (57,7%) dengan nilai p value

112
0,432 > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian

Skizofrenia dengan nilai OR sebesar 0,679 (95%CI 0,313 – 1,472).

Pekerjaan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas

pangan serta pola asuh, karena pekerjaan berhubungan dengan pendapatan

dengan demikian terdapat asosiasi antara pendapatan dengan kesehatan

masyarakat, apabila pendapatan meningkat maka bukan tidak mungkin kesehatan

dan masalah keluarga yang berkaitan dengan gizi dan kebutuhan sehari – hari

juga akan mengalami perbaikan (Dian, 2008). Terjadinya skizofrenia pada orang

yang tidak bekerja bukan hanya dipengaruhi oleh faktor itu saja. Akan tetapi

dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain seperti adanya faktor keturunan, adanya

stresor psikososial masalah hubungan interpersonal maupun faktor keluarga yang

mendukung terjadinya stres seseorang yang berstatus tidak bekerja.

Teori Blum dalam Notoatmodjo (2008) menyebutkan bahwa keempat faktor

yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah faktor lingkungan,

perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Adanya pasien yang memiliki

hubungan interpersonal yang buruk sangat mempengaruhi lingkungan sosialnya

dengan sesama teman, rekan kerja, tetangga maupun masyarakat. Hal ini tentunya

dapat menjadi tekanan berat bagi orang tersebut yang bila tidak diperbaiki maka

akan mempengaruhi kesehatan mental orang tersebut, sehingga menjadi rentan

untuk terkena skizofrenia.

113
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Lina Handayani (2015),

variabel status pekerjaan didapatkan nilai p value 0,502 < 0,05 artinya tidak ada

hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian skizofrenia dengan nilai RP

1,068 dengan CI 95% 0,890 – 1,281 (melewati angka 1), artinya orang yang tidak

bekerja bukan merupakan faktor risiko terjadinya skizofrenia menyatakan bahwa

terjadinya skizofrenia pada orang yang tidak bekerja bukan hanya dipengaruhi

oleh faktor itu saja akan tetapi dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain seperti

adanya faktor keturunan, adanya stresor psikososial masalah hubungan

interpersonal maupun faktor keluarga yang mendukung terjadinya stres seseorang

yang berstatus tidak bekerja. Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi

kehidupan seseorang. Ketika kehidupan keluarga dipengaruhi oleh penyebab

lingkungan (rumah yang kecil, tidak adanya waktu dan rasa aman) maka hal ini

merupakan beban bagi orang tua yang akibatnya akan mempengaruhi kesehatan

anak. Kemiskinan ditandai dengan sedikitnya dukungan, keselamatan, tidak

adanya ruang sehingga terlalu sesak, tidak adanya kebebasan pribadi,

ketidakpastian dalam masalah ekonomi yang akhirnya mungkin menimbulkan

risiko kesehatan bagi keluarga (Lina, 2015).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Agung (2016) dari

hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,040 < 0,05 yang berarti ada

hubsungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia dengan nilai OR

sebesar 3,38 yang berarti responden yang tidak bekerja memiliki risiko 3,38 lebih

besar untuk mengalami Skizofrenia, yang menyatakan bahwa sebagaian besar

yang diwawancarai mayoritas 70% pekerjaan penderita sebelum sakit adalah

114
wiraswasta seperti berdagang, pertukangan, sopir, montir, dan buruh panggul

serta sissanya beekrja di perkapalan, pabrik maupun menjadi pengasuh. Dari hasil

pengamatan, keadaan di Kecamatan Pati sendiri sulit untuk mendapatkan

pekerjaan dikarenakan minimnya industri di wilayah tersebut. Sedangkan untuk

sektor pertanian, hanya 8-10% saja dari penduduk yang memiliki areal

persawahan/perkebunan sendiri dan selebihnya areal persawahan/perkebunan

dimiliki PT Perkebunan Nusantara. Dari sektor pertanian hanya mampu

menyerap 17% dari jumlah penduduk untuk menjadi buruh tani. Kondisi

demikian mendorong masyarakat Kecamatan Pati untuk bermigrasi ke tempat

yang dianggap lebih memiliki lapangan pekerjaan. Sehingga banyak masyarakat

yang memiliki penghasilan yang rendah dan tidak dapat mencukupi kebutuhan

keluarga sehari dan adanya tekanan stres yang berkelanjutan sehingga terjadi

penyakit Skizofrenia.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagaian besar responden yang

bekerja sebesar 52,9%, dengan bermata pencaharian sebagai buruh tani sebesar

38,5%, tidak bekerja sebesar 47,1%. Dari hasil wawancara dengan responden

didapatkan meskipun sebagian besar responden bekerja namun sebelum sakit

penderita banyak mengalami masalah pribadi dengan teman kerja dan rendahnya

pendapatan keluarga dikarenakan sebagaian besar responden yang tidak bekerja

sebesar 47,1%, buruh tani sebesar 38,5% sehingga dari masalah pribadi dengan

teman kerja dan pendapatan keluarga <UMK akan menimbulkan tekanan stres

yang dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang dan dapat mengakibatkan

risiko terjadinya Skizofrenia dibandingkan seseorang yang memiliki masalah

115
pekerjaan dan pendapatan keluarga rendah namun dapat mengontrol tekanan stres

sehingga tidak akan terjadi penyakit Skizofrenia.

Menurut peneliti yang ditinjau dari keadaan demografi Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Gantrung tingkat ekonomi pada masyarakat gantrung sebanyak 43%

merupakan petani dan buruh tani, 32% merupakan pedagang, 29% merupakan

buruh tani, 4% PNS-TNI-Polri dan 1% lain-lain. Sehingga menyebabkan

pendapatan keluarga yang rendah <UMK dan masalah interpersonal antara teman

kerja dapat menyebabkan seseorang mengalami tekanan stres yang berlangsung

lama selama lebih dari 1 tahun yang dapat mengakibatkan seseorang menderita

Skizofrenia. Disamping itu masih belum maksimalnya edukasi tentang kesehatan

jiwa karena belum terbentuknya posyandu jiwa dan kader jiwa belum maksimal

mendapat pelatihan tentang jiwa, sehingga informasi tentang kesehatan jiwa juga

belum maksiamal.

Sebaiknya petugas kesehatan serta masyarakat dan bersama lintas sektor

bekerja sama untuk membentuk posyandu jiwa agar dapat mengontrol pasien

gangguan jiwa dan menginformasikan kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat

mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya kesulitan responden pada kelompok kasus untuk mengingat secara

pasti besar pendapatan yang diperoleh setiap anggota keluarga yang bekerja

didalam rumah selama satu bulan pada saat pasien pertama kali terdiagnosa

116
skizofrenia, sehingga kemungkinan yang dapat terjadi adalah recall bias

(mengingat kembali) karena desain penelitian yang digunakan adalah kasus

kontrol. Sehingga peneliti meminimalisir recall bias dengan cara menanyakan

pertanyaan yang memudahkan responden untuk mengingat kembali berapa

pendapatan masing – masing anggota keluarga dalam satu bulan pada saat

pasien pertama kali terdiagnosa skizofrenia. Pertanyaan yang ditanyakan

kepada responden yaitu pada tahun berapa pertama kali pasien terdiagnosis

skizofrenia yang dilanjutkan dengan pertanyaan siapa sajakah yang bekerja

didalam rumah pada saat pasien terdiagnosis skizofrenia dan berapa

penghasilan yang diperoleh setiap anggota keluarga yang bekerja pada setiap

bulannya saat pasien pertama kali terdiagnosa skizofrenia, sehingga

responden mampu untuk mengingatnya kembali.

117
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Karakteristik responden yang mengalami Skizofrenia (kasus) sama besarnya

dengan kelompok kontrol di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun sebanyak 52 kelompok kasus dan kelompok kontrol

(50%). Sebagian besar responden dengan riwayat pekerjaan tidak bekerja

sebanyak 49 orang (47,1%), memiliki riwayat keluarga Skizofrenia sebanyak

58 orang (55,8%), memiliki pola asuh keluarga yang tidak baik sebanyak 54

orang (51,9%), memiliki pendapatan keluarga <UMK sebanyak 57 orang

(54,8%).

2. Tidak ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dengan p

value=0,432 nilai OR=0,679 (95% CI = 0,313 – 1,472).

3. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dengan nilai p

value=0,012 nilai aOR =3,481 (95% CI = 1,321 – 9,171).

4. Ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dengan nilai p

value=0,039 nilai aOR=2,717 (95% CI= 1,049 – 7,035).

5. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian Skizofrenia di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dengan nilai p

value=0,000 nilai aOR=6,265 (95% CI = 2,423 – 16,199).

118
6. Variabel yang paling berhubungan dengan kejadian Skizofrenia di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun adalah riwayat keluarga

dengan nilai aOR=6,264 sedangkan variabel yang memiliki risiko paling kecil

adalah pola asuh keluarga dengan nilai aOR=2,171.

6.2 Saran

1. Bagi Instansi Kesehatan

Petugas kesehatan lebih meningkatan edukasi tentang kesehatan jiwa kepada

masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Gantrung serta bekerja sama dengan

masyarakat dan lintas sektor lainnya untuk membentuk Posyandu Jiwa yang saat

ini belum terbentuk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung, dan melatih

kader jiwa agar lebih maksimal untuk menginformasikan tentang kesehatan jiwa

terutama penyakit Skizofrenia.

2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Informasi dari peneliti ini diharapkan mendorong pihak institusi untuk dapat

berperan dalam masyarakat yang mengalami gangguan jiwa berat/kronis

(menahun) atau Skizofrenia dengan melakukan edukasi tentang kesehatan jiwa.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat mampu mengontrol stres yang ada pada diri sendiri

saat menghadapi suatu masalah baik masalah interpersonal, pekerjaan, dan

masalah ekonomi keluarga atau masalah yang lainnya dengan cara berbagi cerita

tentang masalah yang dihadapi dengan orang yang dipercaya atau dengan

keluarga terdekat karena dengan sharing dapat membantu meringankan beban

119
pikiran dan apabila mendapati anggota keluarga atau orang terdekat dengan gejala

menyerupai gangguan jiwa agar berkonsultasi kepada dokter atau Puskesmas

sehingga dapat ditangani dengan maksimal dan dapat mencegah skizofrenia.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dan dapat dijadikan

sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan

penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor lainnya, variabel yang berbeda, jumlah

sampel yang lebih banyak, dan tempat yang berbeda.

120
DAFTAR PUSTAKA

Agustiawati, Isni. 2014. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran akuntansi. Diakses melalui
http://repository.upi.edu pada tanggal 19 Agustus 2018 pukul 12.16 WIB

Cepi Hidayat, Reini Astuti, dan Wulan Novika Ambarsari. 2013. Hubungan
Masalah Psikososial Dengan Kejadian Skizofrenia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cibeber Kota Cimahi: Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi.
Vol. 8, No. 3, Hal. 28. Diakses melalui http://stikesbudiluhurcimahi.ac.id
pada tanggal 21 Maret 2018 pukul 9.37 WIB

Dahlan, Sopiyudin. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:


Epidemiologi Indonesia.

Devita, AM. 2012. Peran Atypycal Antipsychotic dalam Menurunkan Perilaku


Agresif pada Pasien Skizofrrenia. Jurnal Kesehatan. Denpasar: Bagian
SMF Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diakses melalui
http://eprints.ums.ac.id pada tanggal 11 Maret 2018 pada pukul 15.12
WIB

Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun


2016. Diakses melalui http://www.depkes.go.id pada tanggal 13 Februari
2018 pukul 21.06 WIB

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2016.
Diakses melalui http://www.depkes.go.id pada tanggal 13 Februari 2018
pukul 21.07 WIB

Erlina. 2010. Determinan Terhadap Timbulnya Skizofrenia pada Pasien Rawat


Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Sumatera Barat,
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 2, Hlm. 71. Dipetik melalui

121
https://journal.unnes.ac.iddiakses pada tanggal 2 Maret 2018 pukul 6.08
WIB

Fadli, Muhammad. 2016. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Kejadian


Gangguan Jiwa Pada Keluarga Di Desa Banaran Galur Kulon Progo
Yogyakarta. Diakses melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal
26 April 2018 pukul 19.29 WIB

Fausiah, Fitri.2008. Psikologi Abnormal klinis Dewasa. Jakarta: Fakultas


Psikologi Universitas Indonesia (UI-Press)

Gheafani, Astrid. 2015. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Kejadian


Gangguan Jiwa Pada Keluarga Di Desa Banaran Galur Kulon Progo
Yogyakarta. Diakses melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal
26 April 2018 pukul 11.29 WIB

Gunarsa, S.D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cetakan ke 13.
EGC : Jakarta. Diakses melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada
tanggal 26 April 2018 pukul 11.29 WIB

Handayani, Lina. 2015. Faktor risiko kejadian Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dipetik melalui
http://journal.uad.ac.id pada tanggal 20 Maret 2018 pukul 00:21 WIB

Hawari, D. 2012, Pendekatan Holistik Bio-Psiko-Sosial- Spiritual (Skizofrenia),


edisi 3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Dipetik
melalui https://journal.unnes.ac.id pada tanggal 11 Maret 2018 pukul
15.12 WIB

Hawari, D. 2014. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia

Kementrian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Diakses melalui


www.depkes.go.id pada tanggal 9 Maret 2018 pukul 21.48 WIB

122
Laksono, Tanjung. 2013. Hubungan antara faktor somatik, psikososial, dan sosio-
kultur dengan kejadian skizofrenia di instalasi rawat jalan RSJD
Surakarta. Diakses melalui http://eprints.ums.ac.id pada tanggal 11 Maret
2018 pukul 15.12 WIB

Lazuardi Gheafani Astrid. 2015. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Kejadian Gangguan Jiwa pada Keluarga di Desa Banaran Galur Kulon
Progo. Yogyakarta. Dipetik melalui http://digilib.unisayogya.ac.id. pada
tanggal 26 April 2018 pada pukul 11.29 WIB.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:


Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Media

Putra, I.G.S.S, 2015. Journal Hubungan Antara Tipe Kepribadian Introvert dan
Ekstrovert dengan Kejadian Stres Pada Koasisten Angkatan Tahun 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diakses melalui
http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal 26 April 2018 pukul 19.29
WIB

Putu, Gusti. Jurnal Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Umur Terhadap
Data Tahan Umum (Kardivaskuler) Mahasiswa Putra Semester II Kelas
A Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI BALI Tahun
2014. Volume 1: Hal. 42 – 47. Diakses melalui
http://fpok.ikippgribali.ac.id/ pada tanggal 9 September 2018 pukul 10.48
WIB

Qurniati, R. 2010. Struktur dan distribusi pendapatan petani pelaku agroforestry di


Provinsi Lampung. Prosiding Penelitian Agroforesrtri di Indonesia.
Bandar Lampung.

123
Reza. 2015. Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Skizofrenia. Diakses melalui
http://lib.unnes.ac.id pada tanggal 17 Maret 2018 pukul 14.17 WIB

Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi


Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis bagi Pemula.


Yogyakarta: Nuha Offset

Simanjuntak, Julianto. 2008. Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme, Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta. Diakses melalui https://journal.unnes.ac.id pada
tanggal 2 Maret 2018 pukul 6.08 WIB

Sutejo. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Tridhonanto, A. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Gramedia :


Jakarta. Dipetik melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal 26
April 2018 pada pukul 11.29 WIB

Videbeck, S. L. 2010. Psychiatric Mental Health Nursing. Philadelphia: Lippincot


Williams & Wilkins. Dipetik melalui http://jurnal.unmuhjember.ac.id
diakses pada tanggal 26 April 2018 pukul 20.10 WIB

Wahyudi, Agung. 2016. Faktor risiko terjadinya Skizofrenia (Studi Kasus di


Wilayah Kerja Puskesmas Pati II). Dipetik melalui
https://journal.unnes.ac.id diakses pada tanggal 2 Maret 2018 pukul 6.08
WIB

Widiastutik, Wahyu. 2016. Dinamika Resilience Keluarga Penderita Skizofrenia


Dengan Kekambuhan. Diakses melalui http://jurnal.unmuhjember.ac.id
pada tanggal 2 Mei 2018 pukul 08.13 WIB

World Health Organizations (WHO). 2013. Skizofrenia. Dipetik melalui


http://elib.stikesmuhgombong.ac.id diakses pada tanggal 9 Maret 2018
pukul 21.20 WIB

124
Wulandari, Deti. 2015. Sumbangan Pendapatan Ibu. Dipetik melalui
repository.ump.ac.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2018 pukul 10.25
WIB

Yanuar, R. 2012. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gangguan


Jiwa di Desa Paringan Kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo.
Diakses melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal 26 April
2018 pukul 19.29 WIB

Yosep. 2013. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT. Refika Aditama 346.
Dipetik melalui http://elib.stikesmuhgombong.ac.id diakses pada tanggal
9 Maret 2018 pukul 21.20 WIB

125
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian dan Inform Consent

No. Responden [ ] [ ][ ]
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN DAN LEMBAR PERSETUJUAN
MENJADI RESPONDEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


SKZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN

Assalamualaikum wr.wb

Yang terhormat Ibu/Bapak, perkenalkan saya Syamsuddin Widodo. Pada

kesempatan kali ini saya mohon kesediaan Saudara untuk berkenan menjadi

responden pada penelitian dengan judul diatas, guna untuk memenuhi penyusunan

skripsi studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Maka saya akan mewawancarai Saudara untuk beberapa hal yang berkaitan

dengan Skizofrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung

Kabupaten Madiun. Hasil penelitian ini akan direkomendasikan sebagai

masukkan untuk peningkatan program pelayanan jiwa di UPT Puskesmas

Gantrung. Penelitian ini terjamin kerahasiaannya yang dan peneliti menjamin

sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi

siapapun serta peniliti menjunjung tinggi hak-hak responden. Apakah Saudara

bersedia menjadi responden pada penelitian ini?

1. Ya [ ] 2. Tidak [ ]

Setelah mengetahui penjelasan tentang tujuan penelitian, prosedur

penelitian, manfaat dan inti dari kuesioner ini. Saya mengerti bahwa “Pada diri

saya akan dilakukan wawancara dengan pertanyaan pada kuesioner serta

menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi siapapun dan

126
mengetahui tujuan dan manfaat penelitian ini adalah bagi peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan jiwa di UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun”.

Maka dengan ini saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Responden :

Umur : Tahun

Alamat Lengkap :

Nama Pasien :

No. Telpon :

Menyatakan setuju untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian ini

secara sukarela tanpa ada paksaan.

Madiun, 2018

Pembuat Peryataan

( )

127
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
No. Responden [ ][ ][ ]
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


SKZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN

A. IDENTITAS KELUARGA PASIEN YANG DIWAWANCARAI

1. Umur Responden : Tahun

2. Jenis Kelamin Responden : Laki-Laki Perempuan

B. IDENTITAS PASIEN

1. Jenis Kelamin Pasien : Laki-Laki Perempuan

2. Umur Pasien Kasus : Tahun


Pada saat pertama kali
terdiagnosis Skizofrenia
dan untuk kontrol umur
saat ini
3. Riwayat Pekerjaan Pasien : Tidak Bekerja/IRT
Pada saat pertama kali
terdiagnosis Skizofrenia Buruh Tani Petani
dan untuk kontrol
Wiraswasta Swasta
pekerjaan saat ini
PNS

4. Status Pernikahan Pasien : Menikah


Pada saat pertama kali Cerai Hidup/Mati
terdiagnosis Skizofrenia
dan untuk kontrol status Belum Menikah
pernikahan saat ini

128
C. PENDAPATAN KELUARGA
1. Berapa jumlah anggota keluarga dalam rumah Saudara?
2. Pada usia berapakah pasien terdiagnosis Skizofrenia?
3. Berapakah pendapatan tiap bulan pada saat pertama kali pasien
terdiagnosis Skizofrenia?
Anggota Keluarga yang Bekerja Jumlah Pendapatan Tiap Bulan
1. Kepala Keluarga Rp
2. Ibu Rp
3. Anak Rp
4. Saudara Serumah (jika ada) Rp
Total Rp
Keterangan Kontrol: Keterangan Kasus:
1= < UMK (Rp 1.576.892,91) 1 = < UMK
2 = ≥ UMK
2= ≥ UMK (Rp 1.576.892,91) UMK untuk kasus menyesuaikan pada
saat pasien pertama kali menderita
Skizofrenia

D. POLA ASUH KELUARGA


SL : Selalu, jika keluarga melakukannya setiap hari
SR : Sering, jika keluarga melakukannya 5 kali dalam seminggu
KD : Kadang – kadang, jika keluarga melakukannya 3 kali dalam seminggu
TP : Tidak Pernah, jika keluarga tidak pernah melakukannya sama sekali
No Pernyataan SL SR KD TP
POLA ASUH OTORITER, PERMISIF DAN PENELANTARAN
1 Orang tua dan keluarga anak/pasien harus
memenuhi peraturan-peraturan dan tidak boleh
membantah.
2 Orang tua dan keluarga akan menghukum
anak/pasien bila melanggar peraturan dan
menolak perintah orang tua.
3 Orang tua dan keluarga akan memarahi
anak/pasien bila melakukan kesalahan agar
tidak mengulangi.

129
No Pernyataan SL SR KD TP
4 Orang tua dan keluarga dan keluarga akan
memberikan serta menuruti apapun semua yang
anak/pasien minta.
5 Orang tua dan keluarga membiarkan anak/
pasien berkehendak dengan sesuka hati.
6 Orang tua dan keluarga akan membiarkan
anak/pasien bila sedang mengalami masalah
serta keadaan emosi tidak stabil.
7 Orang tua dan keluarga acuh dengan suatu hal
yang disampaikan.
8 Orang tua dan keluarga melarang keras
anak/pasien untuk bergaul dengan teman.
POLA DEMOKRATIS
9 Orang tua dan keluarga memberi kesempatan
pada anak/pasien untuk bercerita serta tentang
masalah yang sedang dihadapi.
10 Orang tua dan keluarga membantu memberikan
solusi kepada anak/pasien saat sedang
mengalami masalah.
11 Orang tua dan keluarga memberikan pujian
kepada anak/pasien untuk sebuah hasil kerja
kerasnya.
12 Orang tua dan keluarga memberikan
anak/pasien kesempatan berpendapat ketika
menentukan sesuatu dan menerima pendapat
walaupun ada perbedaan pendapat.
SL : Selalu, jika keluarga melakukannya setiap hari
SR : Sering, jika keluarga melakukannya 5 kali dalam seminggu
KD : Kadang – kadang, jika keluarga melakukannya 3 kali dalam seminggu
TP : Tidak Pernah, jika keluarga tidak pernah melakukannya sama sekali

Keterangan:
1 = pola asuh tidak baik, jika skor T < mean
2 = pola asuh baik, jika skor T ≥ mean

130
E. RIWAYAT KELUARGA
1. Apakah dari anggota keluarga bapak/ibu selain pasien ada yang
mengalami Skizofrenia sama seperti pasien?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah dari pihak orang tua, kakek/nenek, kakek/nenek buyut terdahulu
mengalami Skizofrenia sama seperti pasien?
a. Ya
b. Tidak
Keterangan:
1 = ada riwayat keluarga
2 = tidak ada riwayat keluarga

131
Lampiran 3 Lembar Obervasi Kelompok Kontrol

LEMBAR OBSERVASI (kelompok kontrol)

No Pertanyaan Pernah Tidak


Pernah
1 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami ada pikiran yang mengganggu dan
pikiran tersebut terus menerus berulang serta
merasa bicara sendiri akan hal yang dipikikan?
2 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami bahwa ada kekuatan lain dari luar yang
mengendalikan, mempengaruhi pikiran Saudara?
3 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
memiliki keyakinan bahwa Saudara merasa
mempunyai kemampuan diatas orang lain?
Misalnya dapat mengendalikan cuaca dan Saudara
merasa bahwa negara ini sangat membutuhkan
Saudara?
4 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami halusinasi seperti mendengar, melihat,
merasakan suatu hal yang tidak dapat dirasakan
oleh orang lain dan ada yang mengajak bicara saat
tidak ada orang lain di sekitar Saudara secara
terus?
5 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara sering
mengalami pada saat berbicara tiba – tiba berhenti
dan kembali bicara beberapa saat kemudian tetapi
dengan topik pembicaraan yang lain sehingga
orang lain sulit memahami?
6 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami keadaan gaduh, gelisah dan merasa
tidak mau berbicara/berkomunikasi dengan orang
lain?
7 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami tidak ingin bersosialisasi dengan orang
lain, cuek dan tidak peduli dengan orang lain yang
ada disekitar Saudara, serta merasa malas
berbicara?
Sumber: diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III dan KEMENKES RI No.
HK.02.02/MENKES/73/2015

132
Lampiran 4 Lembar Observasi Kelompok Kasus
LEMBAR OBSERVASI PERILAKU KELOMPOK KASUS
(SKIZOFRENIA)
No Karakteristik Sifat Pasien Ya Tidak
1 Cara berpikir tidak rasional
2 Berbicara tidak masuk akal dan tidak sinkron ketika
diajak berbicara
3 Waham kebesaran (misalnya merasa dirinya sangat
penting untuk negara atau merasa dirinya nabi ataupun
titisan Tuhan, dll)
4 Emosi tidak stabil (seperti tiba – tiba sedih, tertawa,
marah)
5 Perilaku tidak wajar
6 Sering berbicara sendiri tanpa ada orang lain disekitarnya
7 Kurangnya menjaga penampilan dan kebersihan diri
sendiri seperti jarang mandi, tidak berganti pakaian
Sumber: Manifestasi Klinik KEPMEKS RI No. HK.02.02/MENKES/73/2015

133
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi
p

134
135
Lampiran 6 Surat Pencarian Data Awal

136
137
138
Lampiran 7 Surat Uji Validitas dan Reliabilitas

139
Lampiran 8 Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil Output Validitas Dan Reliabilitas

1. POLA ASUH KELUARGA (D)


UJI VALIDITAS

NO POLA ASUH KELUARGA (D)


TOTAL
RESPONDEN D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12
1 1 2 1 1 1 3 1 1 4 4 3 4 26
2 1 1 1 2 1 1 1 4 4 4 2 4 26
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 15
4 2 4 1 2 3 2 1 1 4 4 4 4 32
5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 4 1 23
6 1 2 2 1 2 2 2 1 4 4 4 4 29
7 1 4 1 4 4 1 1 1 4 2 4 4 31
8 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 2 4 21
9 2 1 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 31
10 4 2 4 3 4 2 4 3 2 3 4 2 37
11 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 3 2 24
12 1 3 1 3 2 1 1 4 4 3 3 4 30
13 1 1 1 2 1 2 1 2 1 3 2 1 18
14 2 1 2 2 2 1 2 1 3 2 1 3 22
15 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 24
16 3 4 3 3 2 2 3 2 1 3 4 1 31
17 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 4 4 22
18 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 4 21
19 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 32
20 4 1 1 2 2 2 1 1 4 4 1 4 27
21 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 32
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 16
23 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 3 4 21
24 3 2 2 2 2 2 2 1 4 4 4 4 32
25 3 1 2 2 1 2 2 2 4 4 3 4 30
26 4 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 4 25
27 1 2 2 1 2 2 2 1 4 3 3 4 27
28 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 3 1 18
29 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 16
30 2 1 1 1 1 2 1 1 4 4 4 4 26

140
Hasil Uji Validitas Kuesioner dengan 12 butir pertanyaan yang diberikan kepada 30 responden:

Correlations
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 TOTAL
** **
D1 Pearson Correlation 1 .068 .504 .268 .324 .360 .504 .099 .051 .223 .090 .051 .499**
Sig. (2-tailed) .720 .005 .153 .081 .051 .005 .601 .790 .236 .637 .790 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** *
D2 Pearson Correlation .068 1 .238 .627 .705 .261 .238 .147 -.022 -.039 .419 -.022 .552**
Sig. (2-tailed) .720 .205 .000 .000 .163 .205 .438 .907 .839 .021 .907 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** * **
D3 Pearson Correlation .504 .238 1 .377 .497 .410 1.000 .274 -.258 .018 .340 -.258 .456*
Sig. (2-tailed) .005 .205 .040 .005 .024 .000 .143 .169 .923 .066 .169 .011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** * **
D4 Pearson Correlation .268 .627 .377 1 .714 .041 .377 .510 -.132 -.137 .162 -.132 .521**
Sig. (2-tailed) .153 .000 .040 .000 .829 .040 .004 .486 .472 .392 .486 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D5 Pearson Correlation .324 .705** .497** .714** 1 .225 .497** .168 .006 -.084 .316 .006 .613**
Sig. (2-tailed) .081 .000 .005 .000 .232 .005 .376 .974 .659 .088 .974 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * *
D6 Pearson Correlation .360 .261 .410 .041 .225 1 .410 .035 .081 .430 .313 .081 .516**
Sig. (2-tailed) .051 .163 .024 .829 .232 .024 .853 .672 .018 .093 .672 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * ** *
D7 Pearson Correlation .504 .238 1.000 .377 .497 .410 1 .274 -.258 .018 .340 -.258 .456*
Sig. (2-tailed) .005 .205 .000 .040 .005 .024 .143 .169 .923 .066 .169 .011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

141
Correlations
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 TOTAL
**
D8 Pearson Correlation .099 .147 .274 .510 .168 .035 .274 1 .000 .136 .058 .000 .404*

Sig. (2-tailed) .601 .438 .143 .004 .376 .853 .143 1.000 .473 .759 1.000 .027

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** **
D9 Pearson Correlation .051 -.022 -.258 -.132 .006 .081 -.258 .000 1 .554 .067 1.000 .541**
Sig. (2-tailed) .790 .907 .169 .486 .974 .672 .169 1.000 .001 .726 .000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D10 Pearson Correlation .223 -.039 .018 -.137 -.084 .430* .018 .136 .554** 1 -.010 .554** .511**
Sig. (2-tailed) .236 .839 .923 .472 .659 .018 .923 .473 .001 .959 .001 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
D11 Pearson Correlation .090 .419 .340 .162 .316 .313 .340 .058 .067 -.010 1 .067 .468**
Sig. (2-tailed) .637 .021 .066 .392 .088 .093 .066 .759 .726 .959 .726 .009
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** **
D12 Pearson Correlation .051 -.022 -.258 -.132 .006 .081 -.258 .000 1.000 .554 .067 1 .541**
Sig. (2-tailed) .790 .907 .169 .486 .974 .672 .169 1.000 .000 .001 .726 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * ** ** ** * * ** ** ** **
TOTAL Pearson Correlation .499 .552 .456 .521 .613 .516 .456 .404 .541 .511 .468 .541 1
Sig. (2-tailed) .005 .002 .011 .003 .000 .004 .011 .027 .002 .004 .009 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

142
Keterangan:

A. Hasil Uji Validitas


1. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30 maka r tabel
dapat diperoleh melalui tabel r product moment person dengan df
(degree of freedom) = n-2, jadi df= 30-2= 28, maka r tabel=0,312
2. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
D1 49.07 113.720 .445 .711
D2 49.13 113.637 .480 .710
D3 49.30 116.700 .447 .717
D4 49.10 115.817 .465 .715
D5 49.13 113.292 .578 .707
D6 49.27 117.995 .483 .719
D7 49.30 116.700 .447 .717
D8 49.33 117.333 .333 .721
D9 47.70 110.838 .427 .708
D10 47.73 113.720 .433 .712
D11 47.73 114.340 .404 .714
D12 47.70 110.838 .427 .708
TOTAL 25.50 32.741 .992 .728

Tabel rangkuman hasil uji validitas Pola Asuh Keluarga


No Butir R hitung Keterangan Interpretasi
1 0,445 0,312 Valid
2 0,480 0,312 Valid
3 0,447 0,312 Valid
4 0,465 0,312 Valid
5 0,578 0,312 Valid
6 0,483 0,312 Valid
7 0,447 0,312 Valid
8 0,333 0,312 Valid
9 0,427 0,312 Valid
10 0,433 0,312 Valid
11 0,404 0,312 Valid
12 0,427 0,312 Valid

143
B. Hasil Uji Reliabilitas
1. Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach Alpha
2. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka dikatakan reliabel.
Dari hasil analisis didapatkan nilai Alpha sebesar 0,730
Tabel rangkuman hasil uji reliabilitas Pola Asuh Keluarga
No Butir R hitung Keterangan Interpretasi
1 0,711 0,60 Reliabel
2 0,710 0,60 Reliabel
3 0,717 0,60 Reliabel
4 0,715 0,60 Reliabel
5 0,707 0,60 Reliabel
6 0,719 0,60 Reliabel
7 0,717 0,60 Reliabel
8 0,721 0,60 Reliabel
9 0,708 0,60 Reliabel
10 0,712 0,60 Reliabel
11 0,714 0,60 Reliabel
12 0,708 0,60 Reliabel

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.730 13

144
2. RIWAYAT KELUARGA (E)
UJI VALIDITAS

Riwayat Keluarga
No Responden Total
E1 E2
1 1 1 2
2 1 1 2
3 1 1 2
4 2 1 3
5 2 2 4
6 1 2 3
7 1 1 2
8 1 1 2
9 2 1 3
10 1 1 2
11 2 2 4
12 1 1 2
13 1 1 2
14 2 1 3
15 1 1 2
16 2 2 4
17 1 1 2
18 1 1 2
19 2 2 4
20 1 1 2
21 2 2 4
22 1 1 2
23 1 1 2
24 2 2 4
25 2 1 3
26 1 1 2
27 1 1 2
28 1 1 2
29 1 2 3
30 2 1 3

145
Correlations

E1 E2 TOTAL
** **
E1 Pearson Correlation 1 .480 .873
Sig. (2-tailed) .007 .000

N 30 30 30
** **
E2 Pearson Correlation .480 1 .847
Sig. (2-tailed) .007 .000
N 30 30 30
** **
TOTAL Pearson Correlation .873 .847 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Keterangan:

A. Hasil Uji Validitas


1. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30 maka r tabel
dapat diperoleh melalui tabel r product moment person dengan df
(degree of freedom) = n-2, jadi df= 30-2= 28, maka r tabel=0,312
2. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
E1 3.90 1.472 .760 .837
E2 4.00 1.586 .730 .872
TOTAL 2.63 .654 1.000 .647

Tabel rangkuman hasil uji validitas Riwayat Keluarga


No Butir R hitung Keterangan Interpretasi
1 0,760 0,312 Valid
2 0,730 0,312 Valid

B. Hasil Uji Reliabilitas


1. Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach Alpha
2. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka dikatakan reliabel.
Dari hasil analisis didapatkan nilai Alpha sebesar 0,871

146
Tabel rangkuman hasil uji reliabilitas Pola Asuh Keluarga
No Butir R hitung Keterangan Interpretasi
1 0,837 0,60 Reliabel
2 0,872 0,60 Reliabel

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.871 3

147
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian

148
149
150
Lampiran 10 Dokumentasi

Gambar 1. Wawancara dengan pasien Gambar 2. Perkenalan dengan pasien


Skizofrenia yang sudah normal dan Skizofrenia yang keadaannya sudah
kembali beraktivitas karena meminum membaik tetapi belum dapat
obat dengan rutin dari Puskesmas. beraktivitas.

Gambar 4. Wawancara dengan keluarga


yang mempunyai saudara Skizofrenia
Gambar 3. Wawancara dengan keluarga
dan pasien Skizofrenia.
pasien Skizofrenia.

151
Lampiran 11 Skor T Pola Asuh Keluarga
POLA ASUH KELUARGA
∑X X -X SD Skor T Mean T Kode
(x − 〖 )〗^2
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X
1 4 1 2 4 3 3 3 3 1 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
2 3 4 4 3 2 2 2 2 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
3 4 3 2 3 3 3 3 2 1 1 2 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
4 3 1 3 1 3 3 3 3 1 2 2 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
5 3 1 4 3 1 1 4 3 1 1 1 2 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
6 3 3 4 1 1 3 1 4 1 3 1 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
7 4 1 3 3 3 1 3 3 1 2 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
8 1 3 1 3 4 3 1 4 2 1 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
9 4 4 3 1 3 1 2 3 2 2 2 2 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
10 3 3 3 3 1 2 2 4 1 1 1 2 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
11 1 4 2 3 3 3 3 4 1 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
12 2 1 4 4 3 2 3 2 2 1 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
13 1 2 3 1 4 3 3 3 1 2 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
14 3 3 4 2 3 2 1 3 1 1 2 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
15 4 2 3 3 2 3 2 3 1 3 1 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
16 4 2 4 3 2 3 2 2 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
17 2 3 4 3 2 3 3 2 1 1 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
18 3 2 3 1 3 3 3 2 2 1 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
19 4 2 1 3 4 2 3 3 1 1 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
20 3 3 4 2 3 1 3 3 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1

152
POLA ASUH KELUARGA
∑X X -X SD Skor T Mean T Kode
(x − 〖 )〗^2
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X
21 4 3 3 3 1 4 2 2 1 1 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
22 4 1 4 3 2 2 3 2 1 2 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
23 4 3 4 1 3 1 4 2 2 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
24 1 3 2 3 2 2 3 3 3 2 1 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
25 3 1 3 2 3 3 4 3 1 2 2 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
26 3 1 3 3 2 3 3 2 3 1 1 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
27 2 3 2 2 4 2 4 2 3 1 2 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
28 4 1 3 1 3 1 3 3 2 1 1 3 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
29 3 1 1 3 3 3 4 1 1 2 2 1 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
30 1 3 3 2 4 2 3 3 1 2 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
31 3 2 1 1 3 2 4 2 3 3 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
32 4 3 1 2 2 1 1 2 3 2 2 1 24 27,375 -3,375 11,390625 1,302272 24,08376 50 1
33 4 2 2 1 3 1 3 3 1 3 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
34 4 4 3 1 4 1 3 2 1 1 1 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
35 3 4 4 2 4 2 2 2 2 1 1 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
36 4 2 3 2 3 3 2 3 1 1 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
37 2 3 1 3 3 2 2 4 2 1 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
38 4 2 4 3 2 4 4 2 1 1 1 1 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
39 3 3 3 1 3 3 3 1 2 1 1 1 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
40 4 3 4 2 4 2 1 2 2 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
41 3 4 3 4 3 1 3 1 2 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
42 3 3 2 2 4 1 4 2 1 1 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1

153
POLA ASUH KELUARGA
∑X X -X SD Skor T Mean T Kode
(x − 〖 )〗^2
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X
43 4 4 1 1 3 4 3 2 1 2 2 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
44 4 3 1 3 4 3 1 3 1 1 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
45 1 1 4 4 2 4 3 3 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
46 4 3 1 3 2 3 2 4 1 2 1 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
47 2 4 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
48 4 3 4 2 3 3 1 2 1 2 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
49 3 4 3 2 1 3 3 3 1 1 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
50 4 4 3 3 2 3 2 1 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
51 3 2 2 4 2 4 2 2 1 1 1 1 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
52 4 3 3 2 3 3 1 2 1 1 1 1 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
53 1 2 2 1 1 2 1 2 3 4 4 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
54 1 2 1 2 2 2 2 2 4 3 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
55 2 2 2 1 2 1 2 1 2 3 4 4 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
56 3 3 1 2 1 3 2 2 2 3 4 4 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
57 1 2 1 2 1 2 2 4 4 1 4 3 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
58 2 3 1 2 4 2 1 1 1 2 3 3 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
59 1 1 2 1 2 2 2 4 4 3 2 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
60 1 1 3 1 1 2 1 2 4 3 4 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
61 2 1 2 2 2 1 2 1 3 4 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
62 1 2 3 1 2 2 3 1 3 3 3 3 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
63 2 1 1 2 1 2 2 4 3 3 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
64 2 2 2 1 2 1 1 2 4 4 2 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1

154
POLA ASUH KELUARGA
∑X X -X SD Skor T Mean T Kode
(x − 〖 )〗^2
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X
65 1 2 2 2 3 2 2 1 3 3 3 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
66 2 3 3 1 2 2 2 2 4 2 2 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
67 1 2 1 2 3 1 2 2 3 4 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
68 2 1 1 1 1 2 2 2 4 2 4 4 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
69 1 1 2 1 3 2 4 2 3 3 3 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
70 3 1 3 2 1 1 2 1 2 4 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
71 2 3 1 1 4 2 1 2 3 3 4 3 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
72 1 2 2 2 1 2 2 1 3 4 3 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
73 2 1 2 3 3 1 1 1 3 4 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
74 3 2 2 1 2 2 2 1 4 4 3 4 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
75 2 2 1 2 1 3 3 2 3 4 4 2 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
76 2 1 2 1 1 2 3 2 4 3 3 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
77 1 1 1 1 3 3 2 3 3 3 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
78 2 2 1 1 1 2 2 2 4 3 3 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
79 3 3 1 3 1 1 1 2 3 4 4 3 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
80 2 2 2 1 2 2 2 1 3 3 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
81 1 1 1 4 3 1 2 2 3 2 3 3 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
82 1 1 2 1 2 3 2 2 3 3 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
83 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
84 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
85 1 3 1 1 2 2 2 2 4 4 4 3 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
86 3 3 1 1 2 1 3 2 3 3 3 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2

155
POLA ASUH KELUARGA
∑X X -X SD Skor T Mean T Kode
(x − 〖 )〗^2
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X
87 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
88 2 1 2 3 1 1 2 2 3 4 3 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
89 1 2 1 2 4 1 1 2 2 4 4 3 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
90 3 1 2 1 1 1 2 3 4 3 4 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
91 2 1 2 1 2 3 1 2 2 3 4 3 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
92 1 1 1 1 1 2 1 4 4 4 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
93 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 4 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
94 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 4 2 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
95 3 1 1 1 3 3 2 1 3 2 2 4 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
96 2 2 1 1 1 2 2 2 4 4 4 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
97 1 1 2 2 1 2 1 3 4 4 3 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
98 2 3 1 1 2 1 2 2 3 3 3 3 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
99 1 2 1 1 3 2 2 3 3 3 4 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
100 1 3 2 2 1 2 2 3 4 4 3 3 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
101 1 3 1 2 2 2 1 2 4 3 4 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
102 2 2 2 2 1 1 2 3 4 4 4 4 31 27,375 3,625 13,140625 1,302272 77,83596 50 2
103 1 3 1 1 3 2 1 2 2 3 4 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
104 2 1 2 1 3 2 2 1 4 4 3 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2

156
Lampiran 12 Input Data Kuesioner

jenis kelompok kategori kategori pola


umur riwayat kategori pendapatan dimensi riwayat
No kategori kelamin status status UMK pendapatan asuh
responden pekerjaan pekerjaan keluarga waktu keluarga
umur responden pernikahan pernikahan keluarga keluarga status
1 45 3 1 3 2 2 1 1200000 2014 1045000 2 1 1 1
2 59 5 2 1 1 3 2 400000 2010 685000 1 1 2 1
3 49 4 1 2 2 1 1 300000 2005 340000 1 2 1 1
4 54 4 2 1 1 3 2 300000 2008 500000 1 2 1 1
5 49 4 2 1 1 3 2 800000 2014 1045000 1 1 1 1
6 52 4 2 3 2 3 2 500000 2007 450000 2 1 2 1
7 36 3 1 1 1 1 1 300000 2008 500000 1 2 1 1
8 54 4 1 2 2 1 1 300000 2005 340000 1 1 1 1
9 35 2 1 4 2 1 1 1100000 2014 1045000 2 2 2 1
10 38 3 2 3 2 1 1 1000000 2013 960750 2 1 1 1
11 41 3 1 1 1 3 2 900000 2014 1045000 1 1 1 1
12 38 3 2 4 2 2 1 600000 2008 500000 2 2 1 1
13 62 5 1 1 1 3 2 400000 2007 450000 1 1 1 1
14 34 2 1 2 2 1 1 800000 2014 1045000 1 1 2 1
15 43 3 2 2 2 1 1 400000 2007 450000 1 2 1 1
16 31 2 1 1 1 2 1 450000 2008 500000 1 1 1 1
17 27 2 1 3 2 2 1 1200000 2014 1045000 2 2 1 1
18 39 3 1 1 1 3 2 600000 2010 685000 1 1 2 1
19 41 3 2 3 2 1 1 500000 2007 450000 2 2 1 1
20 36 3 1 1 1 3 2 400000 2008 500000 1 1 1 1
21 39 3 2 3 2 2 1 1100000 2014 1045000 2 2 1 1
22 19 1 1 1 1 2 1 800000 2018 1576892 1 1 2 1

157
jenis kelompok kategori kategori pola
umur riwayat kategori pendapatan dimensi riwayat
No kategori kelamin status status UMK pendapatan asuh
responden pekerjaan pekerjaan keluarga waktu keluarga
umur responden pernikahan pernikahan keluarga keluarga status
23 19 1 2 2 2 1 1 1000000 2017 1450550 1 1 1 1
24 33 2 2 2 2 3 2 750000 2011 720000 2 2 1 1
25 60 5 2 1 1 1 1 400000 2007 450000 1 2 1 1
26 22 1 1 2 2 3 2 450000 2008 500000 1 1 1 1
27 32 2 2 2 2 2 1 800000 2014 1045000 1 2 2 1
28 29 2 1 1 1 2 1 300000 2005 340000 1 1 1 1
29 60 5 2 3 2 1 1 700000 2010 685000 2 1 2 1
30 60 5 1 1 1 3 2 400000 2008 500000 1 1 1 1
31 54 4 2 1 1 2 1 400000 2007 450000 1 2 2 1
32 45 3 1 2 2 3 2 700000 2010 685000 2 1 1 1
33 23 1 2 3 2 2 1 900000 2014 1045000 1 1 2 1
34 28 2 2 1 1 1 1 450000 2008 500000 1 1 1 1
35 41 3 1 2 2 1 1 900000 2012 775000 2 2 2 1
36 49 4 2 2 2 3 2 450000 2008 500000 1 1 1 1
37 25 1 1 1 1 2 1 650000 2010 685000 1 1 1 1
38 47 4 2 2 2 3 2 600000 2011 720000 1 2 1 1
39 52 4 2 2 2 2 1 500000 2010 685000 1 1 1 1
40 56 5 1 2 2 1 1 700000 2008 500000 2 1 2 1
41 22 1 2 1 1 1 1 300000 2005 340000 1 1 1 1
42 41 3 1 1 1 3 2 800000 2014 1045000 1 1 1 1
43 19 1 2 2 2 2 1 1000000 2016 1340000 1 2 1 1
44 31 2 1 2 2 3 2 500000 2011 720000 1 1 2 1

158
jenis kelompok kategori kategori pola
umur riwayat kategori pendapatan dimensi riwayat
No kategori kelamin status status UMK pendapatan asuh
responden pekerjaan pekerjaan keluarga waktu keluarga
umur responden pernikahan pernikahan keluarga keluarga status
45 41 3 1 3 2 2 1 1000000 2013 960750 2 1 1 1
46 52 4 2 1 1 2 1 450000 2008 500000 1 2 1 1
47 45 3 2 2 2 1 1 400000 2007 450000 1 1 1 1
48 59 5 1 1 1 1 1 600000 2011 720000 1 1 1 1
49 30 2 2 4 2 3 2 450000 2008 500000 1 1 1 1
50 24 1 1 2 2 1 1 800000 2010 685000 2 1 1 1
51 42 3 2 1 1 3 2 350000 2007 450000 1 1 1 1
52 50 4 1 1 1 2 1 450000 2010 685000 1 1 1 1
53 44 3 1 1 1 3 2 1300000 2018 1576892 1 1 1 2
54 41 3 2 2 2 1 1 1600000 2018 1576892 2 2 2 2
55 42 3 1 2 2 3 2 900000 2018 1576892 1 1 2 2
56 43 3 1 1 1 3 2 1000000 2018 1576892 1 2 2 2
57 44 3 1 2 2 3 2 1700000 2018 1576892 2 1 1 2
58 30 2 2 2 2 2 1 1600000 2018 1576892 2 1 2 2
59 38 3 1 1 1 3 2 1100000 2018 1576892 1 2 1 2
60 39 3 2 2 2 2 1 300000 2018 1576892 1 1 2 2
61 37 3 1 2 2 3 2 1900000 2018 1576892 2 2 2 2
62 36 3 2 4 2 3 2 2500000 2018 1576892 2 1 2 2
63 31 2 2 1 1 3 2 1000000 2018 1576892 1 2 2 2
64 32 2 2 2 2 1 1 1600000 2018 1576892 2 1 1 2
65 40 3 1 1 1 3 2 500000 2018 1576892 1 2 2 2
66 41 3 2 2 2 1 1 400000 2018 1576892 1 1 1 2

159
jenis kelompok kategori kategori pola
umur riwayat kategori pendapatan dimensi riwayat
No kategori kelamin status status UMK pendapatan asuh
responden pekerjaan pekerjaan keluarga waktu keluarga
umur responden pernikahan pernikahan keluarga keluarga Status
67 43 3 1 3 2 3 2 1600000 2018 1576892 2 2 1 2
68 47 4 2 1 1 2 1 900000 2018 1576892 1 1 2 2
69 45 3 2 1 1 3 2 1900000 2018 1576892 2 2 2 2
70 46 4 2 2 2 3 2 1650000 2018 1576892 2 2 2 2
71 42 3 2 1 1 3 2 1800000 2018 1576892 2 2 1 2
72 43 3 1 1 1 1 1 800000 2018 1576892 1 1 2 2
73 46 4 1 2 2 3 2 1750000 2018 1576892 2 2 1 2
74 39 3 2 1 1 1 1 450000 2018 1576892 1 2 2 2
75 45 3 1 1 1 3 2 1600000 2018 1576892 2 2 2 2
76 44 3 2 2 2 3 2 1900000 2018 1576892 2 2 2 2
77 41 3 1 1 1 3 2 1400000 2018 1576892 1 2 2 2
78 49 4 2 1 1 1 1 1650000 2018 1576892 2 1 1 2
79 54 4 2 2 2 3 2 1600000 2018 1576892 2 2 2 2
80 51 4 1 1 1 1 1 1700000 2018 1576892 2 2 1 2
81 55 4 2 2 2 3 2 450000 2018 1576892 1 1 2 2
82 56 5 1 1 1 1 1 1900000 2018 1576892 2 2 2 2
83 53 4 1 2 2 3 2 1000000 2018 1576892 1 2 2 2
84 50 4 1 1 1 3 2 1800000 2018 1576892 2 2 1 2
85 30 2 2 2 2 3 2 900000 2018 1576892 1 2 2 2
86 37 3 2 1 1 1 1 1650000 2018 1576892 2 2 1 2
87 39 3 2 1 1 3 2 1850000 2018 1576892 2 1 2 2
88 55 4 2 2 2 1 1 1600000 2018 1576892 2 2 1 2

160
jenis kelompok kategori kategori pola
umur riwayat kategori pendapatan dimensi riwayat
No kategori kelamin status status UMK pendapatan asuh
responden pekerjaan pekerjaan keluarga waktu keluarga
umur responden pernikahan pernikahan keluarga keluarga status
89 54 4 1 2 2 3 2 1200000 2018 1576892 1 1 1 2
90 51 4 2 1 1 3 2 1650000 2018 1576892 2 2 2 2
91 45 3 1 2 2 1 1 350000 2018 1576892 1 1 2 2
92 49 4 2 4 2 3 2 2500000 2018 1576892 2 2 2 2
93 50 4 2 1 1 1 1 2000000 2018 1576892 2 1 2 2
94 51 4 1 2 2 3 2 2500000 2018 1576892 2 2 1 2
95 38 3 1 2 2 1 1 600000 2018 1576892 1 1 2 2
96 39 3 1 2 2 3 2 2100000 2018 1576892 2 2 1 2
97 50 4 2 1 1 1 1 2500000 2018 1576892 2 2 2 2
98 51 4 2 1 1 3 2 1100000 2018 1576892 1 1 2 2
99 48 4 2 1 1 1 1 2200000 2018 1576892 2 2 2 2
100 42 3 1 1 1 3 2 2000000 2018 1576892 2 2 1 2
101 39 3 2 1 1 2 1 2300000 2018 1576892 2 2 2 2
102 36 3 1 1 1 3 2 3000000 2018 1576892 2 2 1 2
103 40 3 2 1 1 2 1 400000 2018 1576892 1 1 2 2
104 50 4 1 2 2 1 1 2500000 2018 1576892 2 2 1 2

161
Lampiran 13 Output Data Kuesioner
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
KELOMPOK_STATUS_PERNIKAHAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BELUM MENIKAH 34 32.7 32.7 32.7
CERAI HIDUP / MATI 21 20.2 20.2 52.9
MENIKAH 49 47.1 47.1 100.0
Total 104 100.0 100.0

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Riwayat Pekerjaan


KELOMPOK_RIWAYAT_PEKERJAAN_RESPONDEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BEKERJA 49 47.1 47.1 47.1
BURUH TANI 40 38.5 38.5 85.6
PETANI 10 9.6 9.6 95.2
WIRASWASTA 5 4.8 4.8 100.0
Total 104 100.0 100.0

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur


KELOMPOK_UMUR_RESPONDEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17 - 25 TAHUN 8 7.7 7.7 7.7
26 - 35 TAHUN 14 13.5 13.5 21.2
36 - 45 TAHUN 44 42.3 42.3 63.5
46 - 55 TAHUN 30 28.8 28.8 92.3
56 - 65 TAHUN 8 7.7 7.7 100.0
Total 104 100.0 100.0

162
A. ANALISIS UNIVARIAT
1. Distribusi Frekuensi Kategori Jenis Kelamin
JENIS_KELAMIN_RESPONDEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 50 48.1 48.1 48.1
PEREMPUAN 54 51.9 51.9 100.0
Total 104 100.0 100.0

2. Distribusi Frekuensi Kategori Riwayat Pekerjaan


KATEGORI_RIWAYAT_PEKERJAAN_RESPONDEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BEKERJA 49 47.1 47.1 47.1
BEKERJA 55 52.9 52.9 100.0
Total 104 100.0 100.0

3. Distribusi Frekuensi Kategori Pendapatan Keluarga


KATEGORI_PENDAPATAN_KELUARGA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < UMK 57 54.8 54.8 54.8
> = UMK 47 45.2 45.2 100.0
Total 104 100.0 100.0

4. Distribusi Frekuensi Kategori Pola Asuh Keluarga


POLA_ASUH_KELUARGA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid POLA ASUH KELUARGA 54 51.9 51.9 51.9
TIDAK BAIK
POLA ASUH KELUARGA 50 48.1 48.1 100.0
BAIK
Total 104 100.0 100.0

163
5. Distribusi Frekuensi Kategori Riwayat Keluarga
RIWAYAT_KELUARGA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ADA RIWAYAT KELUARGA 58 55.8 55.8 55.8
TIDAK ADA RIWAYAT 46 44.2 44.2 100.0
KELUARGA
Total 104 100.0 100.0

6. Distribusi Frekuensi Kategori Skizofrenia


KEJADIAN_SKIZOFRENIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KASUS 52 50.0 50.0 50.0
KONTROL 52 50.0 50.0 100.0
Total 104 100.0 100.0

164
B. ANALISIS BIVARIAT
1. Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan Kejadian Skizofrenia
a. Tabulasi Silang Antara Riwayat Pekerjaan dengan Kejadian
Skizofrenia
KATEGORI_RIWAYAT_PEKERJAAN_RESPONDEN * KEJADIAN_SKIZOFRENIA Crosstabulation

KEJADIAN_SKIZOFRENIA

KASUS KONTROL Total


KATEGORI_RIWAYAT TIDAK BEKERJA Count 22 27 49
_PEKERJAAN_RESPO
Expected Count 24.5 24.5 49.0
NDEN
% within 42.3% 51.9% 47.1%
KEJADIAN_SKIZOFRENIA
BEKERJA Count 30 25 55
Expected Count 27.5 27.5 55.0
% within 57.7% 48.1% 52.9%
KEJADIAN_SKIZOFRENIA
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within 100.0% 100.0% 100.0%
KEJADIAN_SKIZOFRENIA

b. Nilai Signifikansi Riwayat Pekerjaan


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .965 1 .326
b
Continuity Correction .617 1 .432
Likelihood Ratio .966 1 .326
Fisher's Exact Test .432 .216
Linear-by-Linear Association .955 1 .328
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,50.
b. Computed only for a 2x2 table

c. Nilai OR Riwayat Pekerjaan


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for KATEGORI_RIWAYAT_PEKERJAAN_RESPONDEN .679 .313 1.472
(TIDAK BEKERJA / BEKERJA)
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KASUS .823 .556 1.219
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KONTROL 1.212 .825 1.780
N of Valid Cases 104

165
2. Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia
a. Tabulasi Silang Antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian
Skizofrenia
KATEGORI_PENDAPATAN_KELUARGA * KEJADIAN_SKIZOFRENIA Crosstabulation

KEJADIAN_SKIZOFRENIA

KASUS KONTROL Total


KATEGORI_PENDAPATAN_ < UMK Count 37 20 57
KELUARGA
Expected Count 28.5 28.5 57.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 71.2% 38.5% 54.8%
> = UMK Count 15 32 47
Expected Count 23.5 23.5 47.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 28.8% 61.5% 45.2%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 100.0% 100.0% 100.0%

b. Nilai Signifikansi Pendapatan Keluarga


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11.219 1 .001
b
Continuity Correction 9.938 1 .002
Likelihood Ratio 11.439 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.111 1 .001
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,50.
b. Computed only for a 2x2 table

c. Nilai OR Pendapatan Keluarga


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for PENDAPATAN_KELUARGA (< UMK / >=UMK) 3.947 1.739 8.959
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KASUS 2.034 1.285 3.219
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KONTROL .515 .344 .772
N of Valid Cases 104

166
3. Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia
a. Tabulasi Silang Antara Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian
Skizofrenia
POLA_ASUH_KELUARGA * KEJADIAN_SKIZOFRENIA Crosstabulation

KEJADIAN_SKIZOFRENIA

KASUS KONTROL Total


POLA_ASUH_ POLA ASUH Count 35 19 54
KELUARGA KELUARGA TIDAK
Expected Count 27.0 27.0 54.0
BAIK
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 67.3% 36.5% 51.9%
POLA ASUH Count 17 33 50
KELUARGA BAIK
Expected Count 25.0 25.0 50.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 32.7% 63.5% 48.1%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 100.0% 100.0% 100.0%

b. Nilai Signifikansi Pola Asuh Keluarga


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 9.861 1 .002
b
Continuity Correction 8.667 1 .003
Likelihood Ratio 10.024 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.766 1 .002
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,00.
b. Computed only for a 2x2 table

c. Nilai OR Pola Asuh Keluarga


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for POLA_ASUH_KELUARGA (POLA ASUH 3.576 1.593 8.029
KELUARGA TIDAK BAIK / POLA ASUH KELUARGA
BAIK)
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KASUS 1.906 1.236 2.940
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KONTROL .533 .353 .806
N of Valid Cases 104

167
4. Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia
a. Tabulasi Silang Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia
RIWAYAT_KELUARGA * KEJADIAN_SKIZOFRENIA Crosstabulation

KEJADIAN_SKIZOFRENIA

KASUS KONTROL Total


RIWAYAT_KELUARGA ADA RIWAYAT Count 39 19 58
KELUARGA
Expected Count 29.0 29.0 58.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 75.0% 36.5% 55.8%
TIDAK ADA Count 13 33 46
RIWAYAT
Expected Count 23.0 23.0 46.0
KELUARGA
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 25.0% 63.5% 44.2%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 100.0% 100.0% 100.0%

b. Nilai Signifikansi Riwayat Keluarga


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 15.592 1 .000
b
Continuity Correction 14.072 1 .000
Likelihood Ratio 16.033 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.442 1 .000
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,00.
b. Computed only for a 2x2 table

c. Nilai OR Riwayat Keluarga


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for RIWAYAT_KELUARGA (ADA RIWAYAT 5.211 2.240 12.120
KELUARGA / TIDAK ADA RIWAYAT KELUARGA)
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KASUS 2.379 1.451 3.900
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KONTROL .457 .303 .689
N of Valid Cases 104

168
C. ANALISIS MULTIVARIAT

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 KATEGORI_POLA_ASUH_K 1.000 .485 4.240 1 .039 2.717 1.049 7.035
ELUARGA(1)
KATEGORI_RIWAYAT_KEL 1.835 .485 14.335 1 .000 6.265 2.423 16.199
UARGA(1)
KATEGORI_PENDAPATAN_ 1.247 .494 6.366 1 .012 3.481 1.321 9.171
KELUARGA(1)
Constant -2.237 .528 17.959 1 .000 .107
a. Variable(s) entered on step 1: KATEGORI_POLA_ASUH_KELUARGA, KATEGORI_RIWAYAT_KELUARGA,
KATEGORI_PENDAPATAN_KELUARGA.

169
170
171

Anda mungkin juga menyukai