Oleh:
HENDRY SEPTRIKA
NIM : 201604005
Oleh:
HENDRY SEPTRIKA
NIM : 201604005
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan
layak mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing II Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
2. Kuswanto,S.Kep.,Ners.,M.Kes (.......................................................)
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
iv
MOTTO
Karena tanpa proses dan kerja keras keberhasilan itu tidak ada artinya “
v
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 201604005
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun
pustaka.
Hendry Septrika
NIM. 201604005
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
ABSTRAK
Hendry Septrika
Kata Kunci : RSI Siti Aisyah madiun, Farmasi, Kualitatif, Apoteker, SOP.
viii
ABSTRACT
Hendry Septrika
ix
DAFTAR ISI
x
4.5. Instrume Penelitian ...................................................................................... 40
4.6. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................ 40
4.7. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 42
4.8. Validasi Data ............................................................................................... 44
4.9. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................... 45
4.10 Etika Penelitian .......................................................................................... 47
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Prosentase hasil capaian indicator mutu waktu tunggu hasil 7
pelayanan Obat racikan dan obat jadi tahun 2017 ...............................
Tabel 4.1 Prosedur pengumpulan data analisis manajemen pelayanan farmasi 41
di RSI Siti Aisyah Madiun. .................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
DAFTAR ISTILAH
xvi
Preventif : Upaya pencegahan penyakit
Promotif : Upaya mempromosikan program kegiatan (Upaya
promosi/peningkatan kesehatan)
Rehabilitatif : Upaya pengembalian perbaikan dari kondisi kesehatan
Rekkonsiliasi : Kegiatan membandingkan instruksi penggunaan obat
Obat dengan obat yang diperoleh pasien.
Sediaan Farmasi : Adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
Standar Profesi : Pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam
menjalan kan profesi secara baik.
xvii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Alloh SWT karena atas berkat dan
Skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
Penulis menyadari bahwa lapran ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
5. Bapak Kholik Harun, M.Kes selaku dosen penguji yang telah menyempatkan
7. Segenap Direksi dan pejabat struktural dan fungsional RSI Siti Aisyah
xviii
8. Istri saya tercinta Haniatun Mumtahana, S.Kom., M.Kom serta anak
tersayang Bilqis dan Rayhana yang selama ini telah menjadi semangat dan
ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun
Penulis
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
Organization), Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit
merupakan salah satu dari sarana atau kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar rumah sakit, setiap
sakit akan memiliki lebih banyak konsumen (pasien). Namun rumah sakit selaku
1
produsen haruslah memahami bahwa semakin banyak konsumen maka
rumah sakit akan semakin sulit memahami konsumennya secara teliti, terutama
tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa yang ditawarkan
dalam pasar adalah rumah sakit yang mampu menyediakan produk atau jasa yang
berkualitas. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk terus melakukan
perbaikan terutama pada kualitas pelayanan. Hal ini dimaksudkan agar seluruh
barang atau jasa yang ditawarkan akan mendapat tempat yang baik di mata
kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit. IFRS dikepalai seorang
sakit dapat menyerap 40% dari biaya keseluruhan rumah sakit. Saat ini pada
atau lebih dikenal dengan tata kelola obat yang baik di sektor farmasi.Pemikiran
2
tentang perlunya tata kelola obat yang baik di sektor farmasi berkembang
bidang farmasi antara lain : pemalsuan data keamanan dan efikasi, penyuapan,
pencurian, penetapan harga yang lebih mahal, konflik kepentingan, kolusi, donasi,
promosi yang tidak etis maupun tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan
dengan obat.
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang
dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang bermutu dan terjangkau bagi semua
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu
yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
(pharmaceutical care).
3
Dalam Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap
dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan adanya tenaga yang profesional
di bidang tersebut.
Berdasarkan Profil Rumah Sakit RSI Siti Aisyah Madiun tahun 2017,
menerangkan bahwa RSI Siti Aisyah Madiun merupakan Rumah Sakit Swasta
4
Paripurna. RSI Siti Aisyah Madiuntelah bekerjasama dengan Badan
yang semakin penuh dengan persaingan pemasaran rumah sakit, RSI Siti Aisyah
pasien rumah sakit. Salah satu program tersebut adalah monitoring dan evaluasi
terhadap indikator mutu unit kerja di seluruh unit kerja dilingkungan RSI Siti
Aisyah Madiun.
dengan efektif dan efisien, hal ini diperlukan mengingat dana kebutuhan obat di
rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan kondisi diatas tentunya harus
bahwa biaya peyerapan farmasi dari biaya keseluruhan rumah sSakit cenderung
tinggi. Pada tiga tahun terakhir biaya penyerapan farmasi (beban farmasi) dari
biaya keseluruhan RSI Siti Aisyah Madiun sebesar 44,27% tahun 2015, 48,65%
tahun 2016 dan 20,77% tahun 2017. Biaya penyerapan tertinggi didominasi oleh
Harga Pokok Penjualan Obat(HPP). Oleh karena itu Rumah Sakit harus berupaya
manajemen logistik di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun belum efektif,
terutama pada proses perencanaan, pengadaan dan pengendalian. Hal ini terlihat
5
dari beberapa komponen input seperti ketersediaan SDM yang kurang, masih
ditemukannya pelaksanaan SOP yang belum sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan dan sarana terutama kondisi gudang yang kurang luas. Sedangkan
belum efektif serta penyimpanan yang kurang memadai. Pada output dihasilkan
menyatakan puas, namun dari segi yang lain ada beberapa pengukuran/penilaian
terhadap kinerja pelayanan farmasi,antara lain waktu tunggu hasil pelayanan obat.
terhadap waktu tunggu obat racikan dan obat jadi, yang target waktunya sudah
tentang pemberlakuan kamus indikator mutu RSI Siti Aisyah Madiun. Dalam
kamus indikator mutu RSI Siti Aisyah Madiun mendefinisikan waktu tunggu hasil
pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai petugas selesai mengiputkan
harga obat sesuai dengan resep yang oleh DPJP (Dokter Penangung Jawab
tunggu hasil pelayanan obat jadi (non racikan) yang distandarkanoleh RSI Siti
Aisyah Madiun adalah kurang dari 15 menit dan untuk obat racikan ditargetkan
6
farmasi RSI Siti Aisyah Madiun pada tahun 2017 dapat disampaikan bahwa hasil
pencapaian indikator mutu pelayanan obat jadi dan obat racikan cukup baik,
namun belum sesuai dengan standaryang ditetapkan RSI Siti Aisyah Madiun,
Tabel 1.1 Prosentase hasil capaian indikator mutu waktu tunggu hasil pelayanan
obat jadi dan obat racikan tahun 2017.
Indikator Mutu Prosentase Tahun 2017 Standar RSI Siti Aisyah Madiun
pelayanan farmasi menerapkan sistem satu pintu. Sistem satu pintu adalah satu
pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
demikian semua sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang beredar di
rumah sakit merupakan tanggung jawab IFRS, sehingga tidak ada pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di rumah sakit yang dilaksanakan
selain oleh IFRS. Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, instalasi
rumah sakit akan mendapatkan manfaat dari sistem tersebut. Dengan kebijakan
pengelolaan satu pintu, instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun merupakan satu-
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pasien,
7
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Di RSI Siti Aisyah Madiun pelayanan
Aisyah Madiun dilaksanakan dalam beberapa tahap mulai dari pemilihan sediaan
habis pkai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
sakit.Peresepan obat rawat inap menggunakan sistem yang seragan yaitu Unit
Dose Dispensing (UDD). Sistem distribusi obat dosis unit adalah metode
sakit (IFRS) dalam rumah sakit dimana obat dikandung dalam kemasan unit
tunggal, di-dispensing dalam bentuk siap konsumsi dan untuk kebanyakan obat
tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, dihantakan ke atau tersedia pada ruang
8
Dalam penyediaan obat dengan kriteria unit dose dispensing, Apoteker
tekait kondisi pasien dan memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau sumber
lain. Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat,
meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada
dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Apoteker di RSI Siti Aisyah
Aisyah Madiun saat ini baru terfokus pada unit tetentu saja,sehingga perlu adanya
pemikiran yang ekstra dari pemangku jabatan jajaran RSI Siti Aisyah Madiun
Dokter-Apoteker-Pasien.
professional sesuai disiplin ilmu yang terkini. Selain dari system perbekalan
farmasi yang kokoh juga diperlukan system monitoring dan evaluasi terhadap
9
Dengan sistem pelayanan yang terpusat di instalasi farmasi, maka RSI Siti
Aisyah Madiun perlu mempersiapkan strategi dan sistem manajemen yang baik,
RSI SitiAisyahMadiun”.
apa saja yang relevan dengan permasalahan penelitian. Fokus penelitian ini harus
1. Analisis input (SDM, anggaran, sarana dan prasarana, serta prosedur) dalam
(pengawasan).
farmasi.
10
1.3 Rumusan Masalah
sebagai berikut :
pelayanan farmasi.
controlling (pengawasan).
farmasi.
11
1.5 Manfaat Penelitian
pelayanan farmasi.
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit
bersama-sama semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan
1. Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan medik
13
2. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24
(dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
14
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
15
1. Pelayanan medis
2.2 Manajemen
2.2.1 DefinisiManajemen
Manajemen menurut Hasibuan dalam buku Torang (2013) adalah ilmu dan
seni untuk mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuantertentu. Sejalan
dengan pendapat diatas, menurut Miller dalam buku Torang (2013) menyatakan
16
obejectives through the efforts of other people atau manajemen adalah pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui atau bersama-sama usaha orang lain
(Sukarna, 2011).
efektif atau dapat menghasilkan tindakan dalam mencapai kesuksesan. Oleh sebab
itu, tidak akan ada organisasi yang akan sukses apabila tidak menggunakan
2.2.2 FungsiManajemen
(Sukarna, 2011) membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu POAC meliputi:
1. Planning (perencanaan)
relating of facts and the making and using of assumptions regarding the future in
atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan
17
dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
2. Organizing (pengorganisasian)
yang lain dan tanpa menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-masing unit.
fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan wewenang,
organizingsebagai berikut :
18
(Sukarna, 2011)
3. Actuating(pelaksanaan/penggerakan)
achieve and to strike to achieve the objective willingly and keeping with the
keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan
harus terarah kepada sasarannya, mengingat kegiatan yang tidak terarah kepada
merupakan mis-management.
yang kuat untuk adanya penggerakan yang terarah kepada sasaran yang dituju.
Penggerakan tanpa planning tidak akan berjalan efektif karena dalam perencanaan
19
itulah ditentukan tujuan, budget, standard, metode kerja, prosedur dan program.
(Sukarna, 2011)
a. Leadership (Kepemimpinan)
c. Communication (Tatahubungan)
d. Incentive (Perangsang)
e. Supervision (Supervisi)
f. Discipline (Disiplin).
4. Controlling (Pengawasan)
kerja teratur tertib, terarah atau tidak. Walaupun planning, organizing, actuating
baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak teratur, tertib dan terarah, maka tujuan
yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian control mempunyai
20
dirumuskan sebagai proses penentuan apayang harus dicapai yaitu standard, apa
proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi. Didalam suatu
membentuk suatu proses dalam suatu kesatuan, maka disebut sub sistem (bagian
dari sistem). Selanjutnya subsistem tersebut juga terjadi suatu proses berfungsi
sebagai sebagai suatu kesatuan sendiri sebagai suatu kesatuan sendiri sebagai
21
Sistemterbentukdarielemenataubagianyangsalingberhubungandansaling
mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau subsistem tidak berjalan dengan
berfungsinya sistem.
5. Umpan balik (feed back) adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai
sistem tersebut.
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya
fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban
22
kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan IFRS.
sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan rumah sakit yang
a. Apoteker
b. Tenaga Administrasi
2.5 Anggaran
tahunan instalasi/unit kerja yang dikonversi dalam satuan biaya. Unit Perencanaan
tahunan tentang jumlah kebutuhan dan perkiraan anggaran dalam Rencana Bisnis
Anggaran (RBA) yang diajukan ke Tim Program Kerja dan Anggaran Pendapatan
23
2.6 Sarana Prasarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi rumah sakit.
1. Ruang kantor/administrasi
habis pakai
3. Ruang distribusi sedian farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dari distribusi sediaan farmasi , alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai rawat jalan (apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit
farmasi).
6. Ruang produksi;.
8. Laboratorium farmasi.
24
b. Fasilitas penunjang dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri
dari :
2.7 Prosedur
pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja
tertentu.Olehkarena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap, rutin, dan tidak
(Aslam dan Tan, 2003). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor :
masyarakat. Instalasi farmasi rumah sakit bertugas sebagai pabrik obat kecil
karena harus mampu membuat berbagai macam campuran obat sederhana, yang
25
berfungsi sebagai gudang obat dan harus menyimpan semua obat yang dibutuhkan
oleh rumah sakit. Selain itu instalasi farmasi rumah sakit harus mampu berperan
dalam bidang obat dan mengawasi supaya pengobatan yang dilakukan tetap
rasional dan efek samping yang muncul karena pengobatan harus dimonitoring
(Siregar, 2004).
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kesehatan pasien
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Falsafah dan tujuan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.
26
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
evaluasi pelayanan.
evaluasi pelayanan.
a. Pemilihan
b. Perencanaan kebutuhan
c. Pengadaan
d. Penerimaan
e. Penyimpanan
f. Pendistribusian
27
g. Pemusnahan dan penarikan
h. Pengendalian
i. Administrasi
c. Rekonsiliasi Obat
e. Konseling
f. Visite;
pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu.
penyaluran.
28
2. Pelayanan meliputi pelayanan resep (skrining resep, kesesuaian farmasetik,
professional/malpraktek.
yang bertanggung jawab terhadap terapi obat untuk tujuan mencapai pengobatan
yang tepat yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (Aslam dan Tan,
29
2003). Jangkauan pelayanan farmasi klinis yang dapat dilakukan sesuai
1. Melakukan konseling.
sesuai syarat legal minimum yang berlaku, serta mematuhi standar profesi dan
1995) :
fasilitas yang tersedia dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
30
3. Bantuan penyelenggaraan sistem distribusi yang efisien baik bagi penderita
Kualitas adalah keseluruhan ciri dan sifat dari suatu produk atau pelayanan
dalam melayani pasien, dan kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh
pasien.
31
kesehatan, dan kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi beban anggaran
bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan setiap pemakai jasa sesuai
kode etik dan standar yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).Kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit merupakan suatu fenomena unik, sebab dimensi dan
teknik kualitas sudah bagus tetapi jika orang yang melaksanakan dan alat-alat
yang digunakan tidak dengan cara yang benar kualitas pelayanan yang diharapkan
dirumah sakit harus bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan
dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Untuk itu perlu digunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi tepat guna dengan biaya yang
dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas, tanpa mengabaikan mutu
32
Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka
tertentu. Bila jasa rumah sakit yang diterimanya dapat memenuhi bahkan melebihi
dari apa yang diharapkan dalam waktu ke waktu, timbul pemikiran pada diri
pasien bahwa inilah suatu jasa pelayanan rumah sakit yang memiliki mutu. Mutu
penilaian dari dimensi yang berbeda tergantung latar belakang dan kepentingan
masing-masing.
sempurna pemenuhan kebutuhan dan tuntunan tersebut, makin baik pula mutu
pelayanan kesehatan dengan ditandai rasa puas para pemakai jasa pelayanan
adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi
33
BAB 3
KERANGKA KONSEP
pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka.
variabel penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka dapat
menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari tiga bagian yaitu : input,
proses, output. Dalam pendekatan sistem, setiap bagian menjadi suatu rangkaian
yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Input dari pelayananfarmasi yaitu
tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Proses terdiri dari planning
34
segi output pelayananfarmasi adalah tercapainya standarisasi pelayananfarmasi di
RSI SitiAisyahMadiun.
35
BAB 4
METODE PENELITIAN
kualitas atau keistemawaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,
tujuan untuk menjelasakan tentang realitas yang yang tampak dalam lingkup
penelitian.
Lokasi penelitian di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun yang berada
sampai dengan bulan Juli 2018, yang diawali dengan penunjukan pembimbing,
36
Kesesuaian berarti sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang
kerja dan pengalaman. Sehingga kesesuaian data yang akan diperoleh harus
Dari uraian tersebut, informan yang akan dilibatkan sebagai sumber data
Madiun sejumlah 8 informan yaitu Direktur RSI Siti Aisyah Madiun (1 orang),
Wakil Direktur RSI Siti Aisyah Madiun (1 orang), Kepala Bagian Keuangan (1
1. Input
37
observasi, telaah dokumen terkait standarisasi SDM. Alat bantu yang
Aisyah Madiun yaitu dana yang disediakan oleh rumah sakit untuk
wawancara, dokumen.
Aisyah Madiun yaitu pedoman pelayanan farmasi RSI Siti Aisyah Madiun.
2. Proses
instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun. Teknik dan sumber data
38
diperoleh dari wawancara mendalam, observasi, telaah dokumen. Alat
dokumen.
instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun. Teknik dan sumber data
sesuai dengan tujuan dan waktu yang telah ditentukan. Teknik dan sumber
farmasi RSI Siti Aisyah Madiun yaitu proses penentuan apa yang harus
(ukuran) terkait indikator mutu instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun.
39
3. Output
Output dalam analisis manajemen pelayanan farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
telaah dokumen. Alat bantu yang digunakan meliputi Pedoman wawancara dan
dokumen
suatu kejadian (variabel penelitian) alam maupun sosial yang diamati. Dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri
(human instrument), oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus di
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek
ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Untuk jenis data, sumber data dan
alat bantu yang digunakan dalam megumpulkan data penelitian ini adalah sebagai
berikut:
40
Tabel 4.1 Prosedur pengumpulan data analisis manajemen pelayanan farmasi di
Jenis
No Sumber Informan Teknik Alat Bantu
Data
1. Program a. Direksi a. Direksi Wawancara ▪ Buku catatan
kerja (Direktur, (Direktur, mendalam berfungsi
instalasi Wakil Wakil (Indepth untuk
farmasi Direktur), Direktur) interiview), mencatat
RSI Siti Jajaran RSI Siti telaah semua
Aisyah struktural Aisyah dokumen percakapan
Madiun. terkait Madiun. dengan
(Kabid b. Jajaran sumber
Penunjang struktural data.
Medik, terkait ▪ Tape
Kabag (Kabid Recorder /
Keuangan, Penunjang recorder
Kepala Medik, pada
Instalasi Kabag handphone
Farmasi)RSI Keuangan, dan kamera
Siti Aisyah Kepala digital
Madiun Instalasi berfungsi
(data Farmasi) untuk
primer) RSI Siti merekam
b. Dokumen Aisyah dan
program Madiun memotret
kerja semua
instalasi percakapan
farmasi RSI atau
Siti Aisyah pembicara-
Madiun an.
(data
sekunder)
2. Struktur a. Direksi a. Direksi Wawancara ▪ Buku
organi- (Direktur, (Direktur, mendalam catatan
sasi Wakil Wakil (Indepth berfungsi
instalasi Direktur), Direktur), interiview), untuk
farmasi Jajaran Jajaran telaah mencatat
RSI Siti struktural struktural dokumen semua
Aisyah terkait terkait percakapan
Madiun (Kabid (Kabid dengan
Penunjang Penunjang sumber
Medik, Medik, data.
Kabag Kabag ▪ Tape
Keuangan, Keuangan Recorder /
41
Kepala , Kepala ▪ recorder
Instalasi Instalasi pada
Farmasi) Farmasi) handphone
RSI Siti RSI Siti dan kamera
Aisyah Aisyah digital
Madiun Madiun berfungsi
(data (data untuk
primer) primer) merekam
b. Staf b. Staf dan
farmasi farmasi memotret
(asisten (asisten semua
apoteker, apoteker, percakapan
tenaga tenaga atau
gudang gudang pembicara-
farmasi farmasi an
(data (data
primer). primer).
c. Dokumen
struktur
organisasi
instalasi
farmasi RSI
Siti Aisyah
Madiun
(data
sekunder)
sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian data yang digunakan
42
informasi secara baku/tertulis. Hasil dokumentasi akan dicocokkan dengan hasil
wawancara sehingga didapatkan data yang akurat dan sesuai dengan kondisi
lapangan.
sebagai berikut.
1. Observasi
tingkah laku apa yang akan di observasi, kemudian dibuat sebagai acuan
2. Wawancara
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
43
sebagai teknik pengumpulan data dengan dukungan alat bantu untuk seperti
buku untuk mencatat informasi yang dibutuhkan serta kamera untuk bukti
3. Dokumentasi
peristiwa yang sudah lalu dokumentasi dapat berupa tulisan ataupun berita
serupa seperti buku, jurnal ilmiah, data internet berkaitan yang membantu
wawancara mendalam, observasi dan telaah data sekunder berupa SOP dan
44
4.9 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
dengan cara meneliti setiap jawaban yang sudah dijawab oleh responden.
responden.
2. Analisis Data
Analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara
45
selama penelitian berlangsung, setelah peneliti di lapangan, sampai
Penyajian data merupakan alur kedua dalam kegiatan analisis data. Data
46
4.10 Etika Penelitian
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
peneliti dan tidak disampaikan pada pihak lain yang tidak terkait
dengan peliti.
3. Kerahasiaan (Anonimity)
47
BAB 5
5.1 Hasil
Daerah Muhammadiyah Kota Madiun. RSI Siti Aisyah Madiun terletak di Jl.
11.814 m2, luas bangunan 9.240 m2, secara geografis berbatasan dengan :
d. SebelahUtara : KecamatanMangunharjo
dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berfokus pada pasien, islami serta
48
5.1.3 Misi RSI Siti Aisyah Madiun
dan persyarikatan.
persyarikatan muhammadiyah.
tersebut diterapkan dalam Tujuh Langkah Pelayanan Islami RSI Siti Aisyah
49
3. Awali semua tindakan dengan mengucapkan basmalah dan akhiri
denganmengucapkan hamdalah.
1. Pedoman pelayanan .
2. Budaya kerja.
3. Etika profesi.
improvement).
50
1. Komitmen bersama di RSI Siti Aisyah madiun.
a. Klinik umum
- Pelayanan TB DOTs
b. Klinik spesialis
51
3. Pelayanan penunjang medik
a. Instalasi Gizi
- Patologi Klinik
d. Instalasi Radiologi
- X-Ray
d. Masjid
h. ATM
52
2. Misi Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun.
asuhan kefarmasian.
“Layananku Ibadahku”
Aisyah Madiun
5.1.9.1 Input
kutipan berikut :
53
termasuk Rumah Sakit tipe C juga menyiapkan tenaga Apoteker sesuai
Apoteker di RSI Siti Aisyah Madiun masih bekerja dobel, baik di structural
oleh seorang Apoteker karena shift jaga Apoteker hanya ada di shift pagi.
Apoteker harus ada disetiap shift, sehingga proses kegiatan dan monitoring
berikut :
“selama ini tidak ada masalah yang fatal, namun idealnya seorang
Apoteker memang harus ada di setiap shift, sehingga pelaksanaan
dan monitoring pelayanan kefarmasian dapat berlangsung sesuai
standarnya” (Inf-5).
54
namun saat ini RSI Siti Aisyah Madiun baru mempunyai 4 Apoteker. Hal
berikut :
“ Harusnya kalo rumah sakit seperti RSI Siti Aisyah Madiun harus
punya 8 Apoteker sesuai permenkes” (Inf-3).
RSI Siti Aisyah Madiun mencari atau merekrut Apoteker yang mempunyai
55
Saat ini RSI Siti Aisyah Madiun berupaya memenuhi standar Apoteker
kutipan berikut :
56
Gambar 5.1 Permenkes nomor 56 tahun 2014 tentan klasifikasi dan
perizinan rumah sakit.
2. Anggaran
Resep yang dilayani di RSI Siti Aisyah Madiun tidak hanya golongan obat
57
tidak sesuai formularium tetap diadakan oleh rumah sakit karena
“Iya, kita fleksibel, dalam artian kalau ada resep obat yang
diberikan dokter untuk pasien, sementaran diperbekalan farmasi RSI
Siti Aisyah Madiun tidak menyediaakan, langsung kita adakan
sesuai dengan permintaan resep yang ditulis dokter, jadi kita ndak
saklek harus sesuai dengan anggaran belanjanya oooooo ini tidak
sesuai dengan formularium karena situasi sekarang mengikuti
sakitnya pasien, jadi sesuai dengan resep yang dituliskan oleh
dokter” (Inf-4).
Untuk obat yang tidak sesuai dengan stok farmasi dan diluar anggaran
farmasi, maka dari pihak rumah sakit mengambilkan dana operasional yang
berikut :
obatan yang digunakan adalah obat yang sesuai formularium rumah sakit.
Namun pada kondisi tertentu apabila obat yang dibutuhkan pasien adalah
obat diluar formularium dan tidak bisa digantikan dengan obat yang
58
kesehatan masyarakat harus memenuhinya atas advist dokter penanggung
“iya juga, namanya juga pasien membutuhkan obat, jadi seperti ini
pak, rumah sakit memang menentukan golongan formularium yang
digunakan rumah sakit, namun apabila kita berbicara tentang
kepatuhan formularium beda lagi permasalahannya, kalau sifatnya
mengharuskan memakai obat tersebut dan tidak bisa digantikan
dengan obat yang lain maka kita sebagai instansi pelayanan
masyarakat harus berupaya mememuhi kebutuhan pasien atas advist
DPJP” (Inf-3)
3. Sarana Prasana
Sarana prasarana farmasi RSI Siti Aisyah belum memenuhi 100%, seperti
Kondisi gudang farmasi RSI Siti Aisyah Madiun sempit, luasnya kurang
memadai dan lorong menjadi pilihan untuk penyimpanan obat yang sifatnya
59
“Untuk gudang memang terlalu sempit, luasnya kurang memadai,
lorong juga menjadi tempat penyimpanan obat, infus yang sifatnya
fast moving (Inf-8).
Pemikiran yang ektra bagi para pejabat RSI Siti Aisyah Madiun untuk
memenuhi standar bangunan utamanya gudang farmasi. Berikut kutipannya
:
“ karena lahan rumah sakit juga terbatas, perlu pemikiran yang ekstra
untuk para pejabat tentang pengaturan standar bangunan utamnya gudang
farmasi (Inf-8)
60
Gambar 5.2 Kondisi gudang farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
4. Prosedur
kutipannya wawancaranya :
61
pelayanan yang diberikan Apoteker hanya bisa dilaksanakan pada
shift pagi saja “(Inf-3).
5.1.9.2 Proses
1. Planning
62
Gambar 5.3 program kerja instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
2. Organizing
63
Pedoman pengorganisasian Instalasi farmasi tentunya juga membahas hal
terkait pola hubungan tata kerja, pola ketenagaan, program orientasi dan
kutipan berikut :
3. Actuating
pelayanan obat.
64
tersebut melakanakan fungsinya pelayanan obat di instalasi farmasi
yangsesuai permenkes tentang standar pelayanan kefarmasian” (Inf-
5).
ini ada apoteker yang cuti hamil , sebagaimana kutipan berikut ini :
“Memang untuk segi tenaga kita belum sesuai, kita hanya mempunya
4 Apoteker yang juga merangkap di structural dan fungsional
pelayanan, disini semua Apoteker bertugas ganda, apalagi saat ini
ada yang cuti hamil” (Inf-3).
Gambar 5.5 pelayanan unit dose dispensing di RSI Siti Aisyah Madiun
65
4. Controlling
Proses pengawasan idealnya diawasi oleh atasan langsung dan juga bisa
dilakukan oleh unit lain. Peran unit lain dalam kepatuhan crosscheck
terhadap obat floor stock dan obat emergency juga diperlukan. Terkait
kutipannya :
5.1.9.3 Output
pengelolaan yang baik, dengan cara standarisasi mutu mulai dari SDM, bisnis
66
“Kalau saya kembali lagi secara umum kita harus memberikan standar
yang bermutu sesuai visi misi kita termasuk di farmasi, indikator yang
bermutu itu kan bisa dari SDM, sama di keuangan karena farmasi itu
merupakan pendapatan terbesar, jadi kalau tidak bisa kelola dengan baik
akan signifikan dengan rumah sakit” (Inf-1)
Pedoman yang harus dipenuhi dan sifatnya wajib adalah Permenkes 56 dan
72, yang disesuaikan dengan kondisi RSI Siti Aisyah Madiun. Berikut kutipannya
:
“Iya prinsipnya permenkes itu merupakan pedoman kita, artinya setiap
rumah sakit berusaha untuk bisa memenuhi standar yang ada didalamnya.
Tentunya disesuaikan juga dengan kondisi rumah sakitnya, iya itu tadai
permenkes 56 dan 72 wajib dijalankan (inf-1).
Madiun
5.2.1. Input
daya insani yang tepat bagi organisasi.Atas dasar tersebut perlu adanya
daya insani (sumber daya manusia) tersebut bisa seefektif mungkin dalam bekerja
pengembangan kontribusi.
67
Berdasarkan Permenkes nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan
perizinan rumah sakit menjelaskan bahwa Rumah Sakit tipe wajib menyediakan 8
Apoteker bertugas di Rawat Inap dengan dibantu paling sedikit 8 tenaga teknis
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinis rawat jalan
atau rawat inap dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian di Rumah sakit. RSI Siti Aisyah Madiun merupakan
rumah sakit swasta dengan klasifikasi kelas tipe C, hendaknya juga berpedoman
Apotekernya. Faktanya di RSI Siti Aisyah Madiun saat ini baru memiliki 4 tenaga
segi jumlah tentunya belum sesuai dengan standar yang berlaku. Apalagi kondisi
saat ini salah seorang Apoteker harus cuti hamil, sehingga jumlah tenaga yang ada
hanya 3 Apoteker. Dengan tenaga yang terbatas tentunya pelayanan farmasi tidak
68
memadai, artinya ketersediaan tenaga Apoteker yang sesuai standar akan
2. Anggaran
tahunan instalasi/unit kerja yang dikonversi dalam satuan biaya. Unit Perencanaan
tahunan tentang jumlah kebutuhan dan perkiraan anggaran dalam Rencana Bisnis
Anggaran (RBA) yang diajukan ke Tim Program Kerja dan Anggaran Pendapatan
pengeluran untuk kegiatan satu tahun kedepan, namun apabila ditemukan biaya
yang belum masuk dalam anggaran yang sudah direncanakan, maka kegiatan
3. Sarana Prasana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi rumah sakit.
69
Fasilitas yang dimaksud meliputi fasilitas utama dan fasilitas penunjangdalam
Fasilitas sarana dan prasana di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
masih belum sesuai dengan standar permenkes nomor 72 tahun 2016. Persyaratan
masih menjadi satu dengan ruang pelayanan obat rawat inap dan akses alur keluar
masuknya masih menjadi satu dengan akses pintu kamar mandi IGD. Selain itu
untuk kondisi ruang gudang sempit dan untuk penyimpanan masih dilakukan
dilorong antara gudang farmasi dan ruang farmasi rawat inap (dengan
pertimbangan barang yang disimpan dilorong adalah obat golongan fast moving).
4. Prosedur
pengatur,yangmengaturtahapansuatuproseskerjaatauprosedurkerjatertentu.Olehkar
ena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah,
prosedur kerja tersebut dibakukan menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai
SOP (Budiharjo,2014).
standar prosedur operasinal yang berlaku dan disahkan oleh Diretur Rumah Sakit.
dengan tujuan mengatur tahapan atas prosedur kerja, sehingga penjamin mutu
pelayanan dan diwujudkan dan mengurangi akan kejadian terkait pasient safety.
70
5.2.2. Proses
1. Planning
atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan
Perencanaan di RSI Siti Aisyah Madiun dirinci dalam program kerja dan
RAB tahunan, jadi dalam RAPB tersebut dapat digunakan untuk menentukan
kebutuhan selama 1 tahun kedepan. Dan untuk kegiatan yang sifatnya rutin dapat
2. Organizing
lain dan tanpa menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-masing unit. George
faktor-faktor fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan
71
wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan
(Sukarna, 2011)
Setiap unit / instalasi / ruangan di lingkungan RSI Siti Aisyah Madiun mempunyai
struktur organisasi sesuai unitnya masing –masing. Instalasi farmasi RSI Siti
dan uraian tugas masing masih sesuai perannya di instalasi farmasi. Selain itu juga
3. Actuating
keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan
72
mulai dari tingkat atas, menengah sampai ke bawah. Segala kegiatan
harus terarah kepada sasarannya, mengingat kegiatan yang tidak terarah kepada
merupakan mis-management.
yang kuat untuk adanya penggerakan yang terarah kepada sasaran yang dituju.
Penggerakan tanpa planning tidak akan berjalan efektif karena dalam perencanaan
itulah ditentukan tujuan, budget, standard, metode kerja, prosedur dan program
Discipline (Disiplin).
permenkes, maka pelayanan farmasi di RSI Siti Aisyah Madiun harus dilakukan
Apoteker di RSI Siti Aisyah Madiun masih mempunyaai tugas yanga ganda yaitu
73
ketersediaan tenaga Apoteker diharapkan pelaksanaan kegiatan farmasi dapat
4. Controlling
kerja teratur tertib, terarah atau tidak. Walaupun planning, organizing, actuating
baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak teratur, tertib dan terarah, maka tujuan
yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian control mempunyai
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Keberhasilan dari suatu
bersinggungan dengan unit lai dan profesi lain, karena indikator pelayanan
bermutu adalah nilai kepuasan dan wujud nyata atas kerja yang optimal melalui
proses sampai hasil. Sistem kontrol instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
selain dari pelaporan – pelaporan rutin juga bertolak ukur terhadap tanggung
unit lain.
Aisyah Madiun)
pendapatan terbesar rumah sakit dan merupakan satu –satunya unit penyelenggara
74
kegiatan perbekalan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, maka perlu
dilakukan pengelolaan yang baik, dengan cara standarisasi mutu mulai dari SDM,
bisnis internal, kepuasan dan keuangan. Manajemen yang baik akan menghasilkan
hasil yang optimal, tentunya hasil tersebut harus di dukung oleh standarisasi yang
sesuai dengan peraturan yang ada. Output dari manajemen pelayanan farmasi RSI
2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit dan Permenkes nomor 72
tahun 2016 tentang standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit dapat terwujud
nya dan perluasan pelayanan farmasi klinis, seperti unit dose dispensing dapat
75
BAB 6
6.1 Kesimpulan
bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua
mempunyai pedoman atau regulasi yang dapat digunakan sebagai alat ukur
baik dari segi pemenuhan stadarisasi tenaga Apoteker berdasar Permenkes tentang
klasifikasi dan perizinan rumah sakit dan perbaikan dari segi standar fasilitas
pemberian obat melalui unit dose dispensing, sehingga dapat mencapai tujuan dari
76
pelaksanaan UDD, yaitu penurunan angka retuur obat pasien dan menekan atau
serta pengawasan yang idealnya dilakukan oleh atasan langsung atau unit
dengan standar yang ditetapkan. Harapanya dengan sitem manajemen yang baik
RSI Siti Aisyah mampu melaksanakan dan memenuhi standar, baik standar dalam
Permenkes nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit
dan Permenkes nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan farmasi di Rumah
Sakit.
6.2 Saran
Apoteker.
77
- Penyediaan gudang dan ruang depo farmasi yang memadai.
78
1. Input
unsur sarana prasarana yang memadai, anggaran biaya yang terencana dan
79
tertuang dalam bentuk Standart Operational Procedur (SOP). RSI Siti
sediaan farmasi tentunya rumah sakit harus mendesain ruang farmasi dan
permenkes, gudang farmasi RSI Siti Aisyah Madiun tergolong sempit dan
gudang farmasi dan depo farmasi rawat inap. Terkait standar pelayanan di
farmasi sesuai dengan SOP yang telah disahkan oleh Direktur RSI Siti
Aisyah Madiun.
2. Proses
mulai dari planning, organizing, actuating dan contolling. RSI Siti Aisyah
80
proses pengorganisasian yang matang dengan pembagian uraian tugas yang
berpedoman pada SOP yang telah disahkan Direktur RSI Siti Aisyah
Madiun. Proses kegiatan pelayanan obat di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah
pelayanan obat pasien rawat jalan dan unit dose dispensing untuk pelayanan
obat pasien rawat inap. Pelayanan obat melalui metode unit dose dispensing
di RSI Siti Aisyah Madiun belum bisa menyentuh seluruh ruang rawat inap
sementara untuk saat ini masih merangkap sebagai pejabat structural dan
3. Output
Langkah awal yang dapat dilaksanakan RSI Siti Aisyah Madiun adalah
81
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, S.P Malayu. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia : Bumi Aksara
Kementerian Kesehatan RI Nomor 44. 2009. Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI Nomor 56. 2014. Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI Nomor 72. 2016. Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI Nomor 129. 2008. Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Kurniawati. 2017. Analisis Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi RSI Siti
Aisyah Madiun Tahun 2017. Skripsi. Madiun: STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun
Notoatmojo, soekidjo. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Prof. Dr.Sugioyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :Alfabeta
Saryono. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta :
Nuha Medika
82