Anda di halaman 1dari 132

SKRIPSI seharusnya tidak ada kata skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN


SAMPAH PASAR TRADISIONAL DESA BANJARSARI WETAN,
KECAMATAN DAGANGAN, KABUPATEN MADIUN

seharusnya menggunakan huruf kecil dan


Oleh : tanpa spasi
WAHYU DWI HANDAYANI
NIM : 201403092

seharusnya tidak ada kata nim dan tanda titik dua

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

i
seharusnya letaknya di bawah judul sebelum
SKRIPSI kata diajukan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN
SAMPAH PASAR TRADISIONAL DESA BANJARSARI WETAN,
KECAMATAN DAGANGAN, KABUPATEN MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

seharusnya menggunakan huruf kecil dan


Oleh : tanpa spasi seblum tanda titik dua

WAHYU DWI HANDAYANI


NIM : 201403092
seharusnya tidak ada kata nim dan tanda titik dua

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

ii
ii
iii
PERSEMBAHAN

Puji Syukur Alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi


Muhammad SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh Khauf dan Roja’ kepada Allah
SWT, sebagai penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala Ridho-Nya yang
telah memberiku kekuatan dan senantiasa mengiringi dalam setiap langkahku.
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Ayahanda tercinta (Bpk. Suharno) dan Ibunda tersayang (Ibu Suharyati)
yang telah menorehkan segala kasih sayangnya dengan penuh rasa
ketulusan yang tidak kenal lelah dan batas waktu, yang selalu
mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan
kasih sayang yang teramat besar, juga selalu mengerti semua keluh
kesahku.
2. Kakakku tercinta (Wahyu Ratna Purnamawati dan keluarga kecilnya)
terima kasih telah turut mendo’akan saya dalam menyusun skripsi ini.
3. Mas Ahmad Bashofi (Opek) yang selalu memberikan motifasi, semangat,
dan selalu memberiku fasilitas demi kelancaran untuk mengerjakan skripsi
ini serta selalu mendengarkan keluh kesahku.
4. Saudaraku, Dyah Ayu S. dan Hidayah Zuliana P. serta keluarga besarku
yang selalu mendo’akan dan selalu memberi semangat untuk segera
menuntaskan skripsi.
5. Ibu Avicena Sakufa M., S.KM., M.Kes, yang saya sayangi selaku dewan
penguji yang selama delapan semester memberikan ilmu di bidang
kesehatan lingkungan.
6. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes, yang saya sayangi selaku dosen
pembimbing yang senantiasa membimbing saya untuk menyusun skripsi
ini.
7. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM, yang saya cintai, selaku dosen
pembimbing yang senantiasa dengan sabar membimbing saya
mengerjakan skripsi ini sampai selesai.
8. Segenap dosen yang telah mengajarkan saya selama delapan semester di
Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas ilmu yang telah diberikan.
9. Teman-temanku yang sama-sama berjuang, memberi semangat, dan
membantu dalam penelitian saya : Ulis, Wiwik, Yuda, Nyimas, Devi,
Rani, Fara, Nuke, Daniar, Ninis, Elsa, Anisa dan teman-teman saya yang
lain.
10. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
11. Almamaterku tercinta STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyu Dwi Handayani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Madiun, 14 Februari 1996

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Krajan RT/RW 01/01, Desa Banjarsari Wetan,

Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun

Email : wah2yuyun@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDN Banjarsari Wetan 01 Tahun 2008

2. SMP Negeri 1 Dagangan Tahun 2011

3. MAN 2 Madiun Tahun 2014

4. Tahun 2014 diterima di STIKES BHAKTI

HUSADA MULIA MADIUN jurusan S1 Kesehatan

Masyarakat dengan Peminatan Kesehatan

Lingkungan.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah Pasar

Tradisional Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun”.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang

Sarjana di Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan ini :

1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku

Dewan Penguji.

3. Ibu Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM.,M.KM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti ucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan, dan kritik yang

vii
bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan laporan

skripsi ini.

Penulis juga berharap semoga kesempurnaan laporan skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis serta orang-orang yang peduli

dengan dunia kesehatan masyarakat pada khususnya.

Madiun, 2 Agustus 2018

Penyusun

viii
ABSTRAK

Wahyu Dwi Handayani


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN
SAMPAH PASAR TRADISIONAL DESA BANJARSARI WETAN,
DAGANGAN, MADIUN
82 halaman + 16 tabel + 3 gambar + 12 lampiran
Pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar dan efektif dan
memenuhi persyaratan sanitasi salah satunya pada pedagang pasar. Pedagang
pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun, yang berjumlah 76
orang, sebagian besar membuang sampah di depan stand atau kios pedagang.
Selain itu, di pasar tersebut juga tidak tersedia tempat pembuangan sementara, hal
ini dapat mengganggu para pengunjung pasar. Dari permasalahan yang
ditemukan, pedagang perlu memperhatikan pengelolaan sampah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengelolaan sampah di pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan.
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi studi adalah seluruh pedagang pasar tradisional Desa
Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun. Jumlah sampel adalah 76 pedagang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan baik (51,3%), sikap
baik (67,1%), fasilitas pembuangan sampah kurang baik (56,6%), tindakan
petugas baik (60%) dan pengelolaan sampah (73,3%).
Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square adalah
pengetahuan, p = 0,027, RP = 1,4 (95% CI = 1,063-1,857), sikap p = 0,005, RP
=1,5 (95% CI = 1,220-1,918) dan fasilitas pembuangan sampah p = 0,000, RP =
2,3 (95% CI = 1,543-3,435).
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara
pengetahuan, sikap, dan fasilitas pembuangan sampah terhadap pengelolaan
sampah pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.
Memberikan informasi tentang pengelolaan sampah, melakukan pengawasan
kepada pedagang pasar dan pemenuhan fasilitas pembuangan sampah sangat
diperlukan. Diharapkan pemberdayaan pedagang pasar yang dilakukan oleh
pengelola pasar tentang pengelolaan sampah pasar.

Kata kunci : Pengelolaan sampah, pasar tradisional


Kepustakaan : 31 (2007-2017)

ix
ABSTRACT

Wahyu Dwi Handayani

FACTORS THAT INFLUENCE WASTE MANAGEMENT IN TRADISIONAL


MARKET BANJARSARI WETAN, DAGANGAN, MADIUN

82 pages + 16 table + 3 pictures + 12 attachments


Management of garbage have to done properly and effectively then
qualifying for sanitation and one of them was to traditional marker trader. The
traditional market of Banjarsari Wetan Village, Dagangan, Madiun, number were
76 peoples, the most they took out thr trash in front of stands or kiosks.
Furthermore, in that market did not have a temporary dumping places, it could be
annoying the market visitors. Therefore, we found that traders need to watched
out for management of garbage. The purpose of this study was to know factors
that influence management garbage for Banjarsari Wetan Village’s traditional
markets.
The kind of research was survey analytic with the approach cross
sectional. The population of this study were all the traditional market traders of
Banjarsari Wetan Village, Dagangan, Madiun. The number of samples was 76
traders.
The results of research show that good knowlwdge (51,3%), good attitude
(67,1%), poorly garbage disposal facilities (56,6%), good market officer action
(60%) and waste management (73,3%).
The results of analysis bivarate used chi square test was knowledge, p =
0,027 , RP = 1,4 (95% CI = 1,063-1,857) , attitude p = 0.005 RP = 1,5 (95% CI
= 1,220-1,918) and garbage disposal facilities p = 0,000, RP = 2,3 (95% CI =
1,543-3,435).
The results of research can be concluding that there are influence between
knowledge, attitude, and garbage disposal facilities for the management of market
waste traditional Banjarsari Wetan Village, Dagangan, Madiun. Providing
information about management of garbage, doing supervise for traders and
compliance garbage disposal facilities indispensable. The expected that market
tranders will be emprowered by market managers about waste management in
tradisional market.

Keywords : Management of garbage, traditional market.


Literature : 31 (2007-2017)

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Umum ........................................................................ 4
1.2.2 Rumusan Khusus ....................................................................... 4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 5
1.4 Manfaat ............................................................................................... 6
1.5 Keaslian Penelitian .............................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Sampah
2.1.1. Pengertian Sampah .................................................................... 9
2.1.2. Jenis Sampah .............................................................................. 10
2.1.3. Sumber-Sumber Sampah ........................................................... 11
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah ................. 13
2.1.5. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan Masyarakat ................. 15
2.2 Pengelolaan Sampah Padat ................................................................. 16
2.2.1 Tahap Pewadahan Sampah ........................................................ 16
2.2.2 Pengumpulan Sampah ................................................................ 17
2.2.3 Tahap Pemindahan Sampah ....................................................... 18
2.2.4 Tahap Pengangkutan Sampah .................................................... 18
2.2.5 Tempat Pemrosesan Akhir Sampah ........................................... 18
2.3 Konsep Tempat Sampah
4.3.1 Definisi ....................................................................................... 21
4.3.2 Syarat Tempat Sampah .............................................................. 21
4.3.3 Tempat Pembuangan Sementara ................................................ 22
2.4 Pasar
2.4.1 Definisi Pasar ............................................................................. 22
2.4.2 Fungsi Pasar ............................................................................... 24
2.4.3 Karakteristik Pasar ..................................................................... 24

xi
2.4.4 Sanitasi Pasar ............................................................................. 25
2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembuangan Sementara Sampah
2.5.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) ................................ 27
2.5.2 Faktor Pendukung (Enabling Factor) ........................................ 37
2.5.3 Faktor Pendorong (Reinforcing Factor) .................................... 38
2.6 Kerangka Teori .................................................................................... 40
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual .......................................................................... 41
3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 42
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ................................................................................. 43
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi ...................................................................................... 43
4.2.2 Sampel ....................................................................................... 44
4.3 Tehnik Sampling ................................................................................. 45
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................................. 45
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian ..................................................................... 47
4.5.2 Definisi Operasional .................................................................. 47
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................ 51
4.6.1 Uji Validitas ............................................................................... 51
4.6.2 Uji Reabilitas ............................................................................. 52
4.6.3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas .............................................. 52
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian ........................................................................ 52
4.7.2 Waktu Penelitian ........................................................................ 53
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Cara Pengumpulan Data ............................................................ 53
4.8.2 Jenis Data ................................................................................... 53
4.9 Teknik Analisis Data ........................................................................... 54
4.9.1 Analisis Data .............................................................................. 55
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Desa
5.1.1 Kondisi Umum Geografis .......................................................... 57
5.1.2 Kondisi Fisik Desa ..................................................................... 57
5.2 Profil Pasar ......................................................................................... 58
5.3 Hasil Penelitian
5.3.1 Karakteristik Data Umum .......................................................... 60
5.3.2 Analisis Univariat Variabel Penelitian ...................................... 62
5.3.3 Analisis Bivariat Variabel Penelitian ......................................... 64
5.4 Pembahasan ......................................................................................... 67
5.5 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 75

xii
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 77
6.2 Saran .................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ....................................................................... 7


Tabel 4.1 Definisi Operasional ..................................................................... 48
Tabel 4.2 Waktu Penelitian .......................................................................... 53
Tabel 4.3 Coding .......................................................................................... 55
Tabel 5.1 Fasilitas Pasar Desa ...................................................................... 59
Tabel 5.2 Karakteristik Jenis Kelamin Pedagang ......................................... 60
Tabel 5.3 Karakteristik Pendidikan Pedagang ............................................. 61
Tabel 5.4 Karakteristik Umur Pedagang ....................................................... 61
Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengelolaan
Sampah ......................................................................................... 62
Tabel 5.6 Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Pengelolaan Sampah .. 62
Tabel 5.7 Distribusi Fasilitas Pembuangan Sampah Responden
Berdasarkan Pengelolaan Sampah ............................................... 63
Tabel 5.8 Distribusi Tindakan Petugas Pasar Terhadap Pengelolaan
Sampah .......................................................................................... 63
Tabel 5.9 Distribusi Pengelolaan Sampah .................................................... 64
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Pengetahuan Terhadap Pengelolaan Sampah ...... 65
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Sikap Terhadap Pengelolaan Sampah ................. 66
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Fasilitas Pembuangan Sampah Terhadap
Pengelolaan Sampah .................................................................... 67

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................ 40


Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 41
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 46

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pencarian Data Awal


Lampiran 2 : Surat Ijin Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 : Informed Consent
Lampiran 5 : Lembar Observasi
Lampiran 6 : Lembar Kuesioner
Lampiran 7 : Lembar Bimbingan
Lampiran 8 : Hasil Validitas
Lampiran 9 : Hasil Reliabilitas
Lampiran 10 : Input Data
Lampiran 11 : Hasil Output SPSS
Lampiran 12 : Dokumentasi
Lampiran 13 : Lembar Perbaikan

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah

tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri

patogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit

(vektor) (Notoatmodjo, 2011). Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah

yang rumit karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap akibat-akibat

yang dapat ditimbulkan oleh sampah dan kurangnya anggaran dana pemerintah

untuk mengusahakan pembuangan sampah yang baik dan memenuhi syarat.

Faktor lain yang menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit

adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat yang tidak disertai dengan

keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat

yang kurang untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada

tempatnya (Soemirat, 2009).

Sampah banyak ditemukan pada tempat-tempat umum yang menjadi problem

kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan

tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang

dipunyai oleh masyarakat tersebut. Dengan demikian, maka tempat-tempat umum

harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2008).

Salah satu tempat umum yang menghasilkan sampah adalah pasar. Pasar

adalah tempat dimana ketika adanya orang yang menawarkan sejumlah barang

1
dan jasa untuk dapat dijual kepada orang lain melalui cara yang sistematis dan

terorganisir. Pasar merupakan salah satu yang menggerakkan dinamika kehidupan

ekonomi, dimana fungsinya lembaga pasar ini sebagai institusi ekonomi tidak

dapat terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang (Damsar,

2010).

Berdasarkan data di TPA Kaliabu, timbulan sampah rata-rata di area

pemukiman dan tempat-tempat umum di Kabupaten Madiun adalah sebesar 2,39

liter/orang/hari. Dengan demikian potensi timbulan sampah Kabupaten Madiun

Tahun 2016 dengan jumlah penduduk sebanyak 731.184 jiwa adalah sebesar

1.757 m3/hari. Komponen terbanyak dalam sampah Kabupaten Madiun adalah

sisa makanan/sayuran (52%), plastik (17%), dan kertas/karton (13%) (Dinas

Kebersihan dan Pertamanan, 2016). Jumlah di atas salah satunya bersumber dari

pasar, hal tersebut menjadi masalah yang besar, karena sebagian besar sampah

merupakan sarang lalat, tikus, dan serangga, menjadi sumber pengotoran tanah

dan air, maupun udara dan dari segi estetika akan menimbulkan bau serta

pemandangan yang kurang menyenangkan.

Menurut Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Madiun pada tahun

2016 tentang sistem pengelolaan sampah Kabupaten Madiun yang dilakukan

terhadap berbagai aspek yaitu meliputi aspek teknis operasional, aspek organisasi,

aspek peraturan, aspek pembiayaan serta aspek peran serta masyarakat. Untuk

aspek operasional, pemerintah daerah menyediakan TPS untuk menampung

sampah dari masyarakat, yang ditempatkan di beberapa lokasi di wilayah

Kabupaten Madiun. Namun, tidak semua kecamatan dan desa memiliki TPS dan

2
hanya beberapa yang dilayani dalam pengelolaan sampah. Khusus untuk aspek

peran serta masyarakat secara umum sebenarnya sudah cukup baik, akan tetapi

tempat-tempat umum seperti pasar, jalan dan lain-lain masih kurang sekali,

kadang-kadang masih terlihat para pedagang tidak meletakkan sampahnya ke

kontainer yang tersedia sehingga akan memperlambat kerja petugas pengumpulan

(Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2016).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, dari 76 kios yang disurvei,

masih banyak sekali sampah yang berserakan di depan stand atau di depan kios-

kios pedagang. Selain itu, di pasar tersebut juga tidak tersedia tempat pembuangan

sementara atau TPS, hal ini dapat mengganggu para pengunjung pasar. Para

pedagang sebagaian membuang sampah mereka di sungai belakang pasar dan

ada tipo sebagian pedagang lain membawa sampah mereka dan membuangnya ke TPS

yang berada di pasar lain yang bertempat di kecamatan yang berbeda. Hal ini

dikarenakan minimnya fasilitas persampahan di pasar tersebut. Permasalahan

tersebut dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari pedagang pasar,

sikap pedagang, minimnya fasilitas persampahan yang tersedia di pasar serta

kurangnya peran tindakan dari petugas pasar dalam menangani kebersihan

lingkungan sampah. Beberapa faktor tersebut sangat penting dalam menentukan

perilaku membuang sampah oleh pedagang di pasar tersebut. seharusnya tidak dispasi
Dari permasalahan yang di temukan di pasar tradisional Desa Banjarsari

Wetan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun di atas, terlihat bahwa para

pedagang perlu memperhatikan pengelolaan sampah karena pengelolaan sampah

harus dilakukan dengan benar dan efektif dan memenuhi persyaratan sanitasi

3
(Enjang, 2009). Maka dari itu, perlu adanya perilaku pedagang pasar yang baik

dalam bentuk pengetahuan dan sikap dalam pengelolan sampah, pemenuhan

fasilitas pembuangan sampah dan tindakan petugas pasar dalam pengelolaan

sampah di pasar, hal ini untuk meminimalisir sampah berserakan di sekitar kios

dan stands para pedagang sehingga dapat tercipta kebersihan lingkungan pasar.

Penelitian tentang pengelolaan sampah di pasar tradisional belum dilakukan

sebelumnya, oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah pasar tradisional Desa Banjarsari

Wetan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Rumusan Umum
Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu “faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi

pengelolaan sampah pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan

Dagangan, Kabupaten Madiun ?” ada spasi sebelum tanda tanya

1.2.2 Rumusan Khusus


1. Bagaimana pengetahuan pedagang, sikap pedagang, fasilitas

pembuangan sampah pedagang, tindakan petugas pasar terhadap

pengelolaan sampah dan pengelolaan sampah di pasar tradisioanal?

2. Apakah ada pengaruh pengetahuan pedagang pasar terhadap

pengelolaan sampah ?

3. Apakah ada pengaruh sikap pedagang pasar terhadap pengelolaan

sampah ?

4
4. Apakah ada pengaruh fasilitas pembuangan sampah terhadap

pengelolaan sampah ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pengelolaan sampah pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan,

Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan pedagang, sikap pedagang,

fasilitas pembuangan sampah pedagang, tindakan petugas pasar

terhadap pengelolaan sampah dan pengelolaan sampah di pasar

tradisioanal. Ada tipo pada kata tersebut

2. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan pedagang terhadap

pengelolaan sampah.

3. Untuk menganalisis pengaruh sikap pedagang terhadap pengelolaan

sampah.

4. Untuk menganalisis pengaruh fasilitas pembuangan sampah terhadap

pengelolaan sampah.

5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penanggung Jawab Pasar Tradisional
Memberikan informasi kepada penanggung jawab pasar tradisional tentang

upaya pengelolaan sampah di lingkungan pasar sehingga bisa menghasilkan

kebijakan untuk merancang pengelolaan sampah.

1.4.2 Bagi Pedagang Pasar


Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

kajian bagi pengelola pasar khususnya dalam hal pengelolaan sampah serta

diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi pedagang untuk lebih

peduli terhadap lingkungan sekitar kios maupun lingkungan pasar.

1.4.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun


Menambah bahan perpustakaan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah pasar tradisional di

Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

1.4.4 Bagi Peneliti kurang tanda koma setelah kata dagangan


Menambah pengetahuan dan wawasan dalam pengembangan diri serta

mengabdikan diri pada dunia pendidikan kesehatan, khususnya dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun.

tidak ada ruang lingkup

6
1.5 Keaslian Penelitian
Berikut ini merupakan tabel dari penelitian-penelitian tentang pembuangan
sampah, antara lain :
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Judul Tempat Desain
No Peneliti Variabel Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian Penelitian
1. Nurul Hubungan Pasar Induk Kuantitatif Variabel Terdapat hubungan
Asyiyah Sikap Caringin Observasional bebas : antara sikap
(2015) Pedagang Kota analitik Sikap pedagang sayur
Sayur Bandung Cross Pedagang dengan pengelolaan
Dengan Sectional Sayur sampah.
Upaya Variabel
Pengelolaan terikat :
Sampah Di Pengelolaan
Pasar Induk sampah
Caringin
Kota
Bandung
2. Fitriana Pengelolaan Pasar Kuantitatif Variabel 1. Tidak ada
Ayu Sampah tradisional di Observasional, bebas : hubungan yang
Candra Pasar Kecamatan analitik Pengelolaan signifikan antara
(2013) Tradisional Sumbersari, Cross sampah dan pengelolaan
dan Tindakan Kecamatan Sectional partisipasi sampah pasar
Pedagang Kaliwates, pedagang. dengan
Pasar dengan dan Variabel kebersihan
Kebersihan Kecamatan terikat : lingkungan pasar.
Lingkungan Patrang Kebersihan 2. Terdapat
Pasar Kabupaten lingkungan hubungan yang
Jember. pasar. signifikan antara
tindakan
pedagang pasar
dengan
kebersihan
lingkungan pasar
3. Sinta Perilaku Bandar Jaya Deskriptif Variabel 1. Perilaku pedagang
Lestari Pedagang Plaza bebas : dalam membuang
(2016) Dalam Kelurahan perilaku sampah secara
Membuang Bandarjaya pedagang. umum masih
Sampah Timur Variabel belum mengacu
Kecamatan terikat : pada indikator
Terbanggi Membuang perilaku pedagang
Besar sampah. dalam membuang
Kabupaten sampah.

7
Lanjutan tabel 1.1

No Peneliti Judul Tempat Desain Variabel Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian Penelitian
Lampung 2. Dari pengetahuan
Tengah. pedagang, hanya
tentang cara
membuang
sampah dagangan
yang dihasilkan
dengan baik dan
tepat yang tidak
semua pedagang
ketahui. Karena
masih saja ada
pedagang yang
membuang
sampah dagangan
tidak pada
tempatnya.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan
adalah :

1. Variabel Bebas : tindakan, fasilitas pembuangan sampah dan


tindakan petugas pasar.
2. Variabel Terikat : pengelolaan sampah pasar tradisional.
3. Subyek Penelitian : pedagang pasar Desa Banjarsari Wetan,
Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.
4. Metode penelitian : menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan uji Chi-Square.
5. Desain studi : menggunakan desain Cross Sectional.

8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sampah


2.1.1. Pengertian Sampah
Menurut Adnani (2011), yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian

sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang

umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan

industry) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak

termasuk kedalamnya dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak

termasuk didalamnya).

Menurut Notoatmodjo (2011), sampah adalah suatu bahan atau benda padat

yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak

digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan

masyarakat Amerika membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau suatu yang dibuang yang berasal

dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia

yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat

yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah , misalnya : benda-benda alam,

benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon di

hutan yang tumbang akibat angin ribut dan sebagainya. Dengan demikian sampah

mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.

b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.

9
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi. (Notoatmodjo, 2011).

2.1.2. Jenis Sampah


Menurut Notoatmodjo (2011), sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai

jenis, yakni :

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi :

1) Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat

membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan lain

sebagainya.

2) Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.

b. Berdasarkan dapat dan tidak dapatnya dibakar

1) Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain

bekas, dan sebagainya.

2) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng-kaleng bekas,

besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.

c. Berdasarkan karakteristik sampah

1) Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan,

yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga,

restoran, hotel, dan sebagainya.

2) Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik

yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik, dan sebagainya,

maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan

kaca, gelas dan sebagainya.

10
3) Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah

terbakar, termasuk abu rokok.

4) Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari

pembersihan jalan, yaitu terdiri dari campuran bermacam-macam sampah,

daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan sebagainya.

5) Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industry atau pabrik-

pabrik.

6) Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena

alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.

7) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), yaitu bangkai mobil, sepeda,

sepeda motor, dan sebagainya.

8) Sampah pembangunan (construction wastes), yaitu sampah dari proses

pembangunan gedung, rumah, dan sebaginya, yang berupa puing-puing,

potongan-potongan kayu, besi beton, bambu dan sebagainya.

2.1.3. Sumber-Sumber Sampah


Menurut Notoatmodjo (2011), sampah yang ada dipermukaan bumi ini

dapat berasal dari beberapa sumber diantaranya :

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga

yang sudah dipakai dan dibuang seperti : sisa-sisa makanan baik yang sudah

dimasak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun, dan

sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah

tangga, daun-daun dari kebun atau taman.

11
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa :

kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas,

plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering,

dan mudah terbakar (rubbish).

d. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari

pembangunan industri dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,

misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan

tekstil, kaleng, dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas-

kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil

kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian, misalnya : jerami,

sisa sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan

sebagainya.

12
g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan sejenisnya tergantung dari

jenis usaha pertambangan misalnya : batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa

pembakaran (arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan.

i. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-

kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah


Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang

menghasilkan timbulan sampah (UU RI Nomor 18 Tahun 2008). Berikut beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi jumlah sampah (Chandra, 2007):

a. Jumlah penduduk.

Jumlah penduduk tergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk.

Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau

ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas

penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas

pembangunan, perdagangan, industri, dan sebagainya.

b. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai.

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika

dibandingkan dengan truk.

13
c. Pengambilan bahan-bahan yang ada padsa sampah untuk dipakai kembali.

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi

bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan,

jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

d. Faktor geografis.

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai,

atau di daratan rendah.

e. Faktor waktu.

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Jumlah

sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada

siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di

daerah pedesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.

f. Faktor sosial, ekonomi dan budaya.

Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.

g. Pada musim hujan, sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air,

atau penyaringan air limbah.

h. Kebiasaan masyarakat.

Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan atau tanaman,

sampah makanan itu meningkat.

i. Kemajuan teknologi.

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh, plastik,

kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan sebagainya.

14
j. Jenis sampah.

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula

macam dan jenis sampahnya.

2.1.5. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan Manusia


Menurut Soemirat (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan

dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu :

a. Efek langsung

Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung

dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap

tubuh, yang karsinogenik, dan teratogenik. Selain itu ada pula sampah yang

mengandung kuman pathogen sehingga dapat menimbulkan penyakit, sampah ini

berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri.

b. Efek tidak langsung

Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses

pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Dekomposisi dampah

biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara anaerobic

menghasilkan cairan yang disebut “leachate” beserta gas. Efek tidak langsung

lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak dalam sampah.

Sampah bila ditimbun sembarangan akan menjadi sarang lalat dan tikus.

15
2.2 Pengelolaan Sampah Padat
Meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau

pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu

kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2011).

Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi

5 aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang

lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.

Kelima aspek tersebut meliputi : aspek teknis operasional, aspek organisasi

dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek pembiayaan, dan aspek peran

serta masyarakat. Kelima aspek dalam sistem pengelolan sampah antara lain

aspek teknis operasional, organisasi, hukum, pembiayaan, dan peran serta

masyarakat saling terkait, tidak dapat berdiri sendiri (SNI 19-2454-2002).

Didalam aspek teknis operasional dijelaskan bahwa sistem pengelolaan sampah

terdiri dari :

2.2.1. Tahap Pewadahan Sampah


Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam

suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Pewadahan

sampah terdiri dari pewadahan individual dan pewadahan komunal. Pewadahan

individual adalah aktivitas penanganan penampungan sampah sementara dalam

suatu wadah khusus untuk dan dari sampah individu, sedangkan pewadahan

komunal adalah aktivitas penanganan penampungan sampah sementara dalam

suatu wadah bersama baik dari berbagai sumber maupun sumber umum (SNI 19-

2454-2002).

16
2.2.2. Pengumpulan Sampah
Menurut Chandra (2007), sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah

tangga, hotel, dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara

dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya

dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya.

Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan

harus memenuhi persyaratan berikut ini

a. Konsturksi harus kuat dan tidak mudah bocor.

b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.

c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan

ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan

untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaannya dapat diserahkan pada

pihak pemerintah.

Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode :

a. Sistem duet : disediakan dua tempat sampah yang satu untuk sampah

basah dan lainnya untuk sampah kering.

b. Sistem trio : yakni disediakan tiga bak sampah, yang pertama untuk

sampah basah, kedua untuk sampah kering yang mudah dibakar serta

yang ketiga untuk sampah kering yang tidak mudah terbakar seperti

kaca dan kaleng.

17
2.2.3. Tahap Pemindahan Sampah
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil

pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan

akhir. Tempat yang digunakan untuk memindahkan sampah adalah depo

pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut dan atau ram

dan atau kantor, bengkel. Dalam pemindahan sampah terdapat pemilahan sampah

yang dilakukan dengan cara menaual oleh petugas kebersihan dan atau

masyarakat yang berminat, sebelum dipindahkan kea lat pengangkut sampah (SNI

19-2454-2002).

2.2.4. Tahap Pengangkutan Sampah


Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi

pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan

akhir. Persyaratan alat pengangkut sampah yaitu : (1) alat pengangkut sampah

harus dilengkapi dengan penutup sampah minimal dengan jarring, (2) tinggi bak

maksimum 1,6m, (3) sebaiknya ada alat ungkit, (4) kapasitas disesuaikan dengan

kelas jalan yang akan dilalui, dan (5) bak truk/dasar container sebaiknya

dilengkapi pengaman air sampah (SNI 19-2454-2002).

2.2.5. Tempat Pemrosesan Akhir Sampah


Menurut Azwar (2008), sampah yang telah dikumpulkan selanjutnya perlu

dibuang untuk dimusnahkan. Ditinjua dari perjalanan sampah, maka pembuangan

atau pemusnahan ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan terhadap sampah.

Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah yang tertentu sedemikian rupa

sehingga tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Lazimnya syarat yang harus

18
dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah ialah : (a) tempat

tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya

yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandim dan sebagianya), (b) tidak

pada tempat yang sering terkena banjir, dan (c) di tempat-tempat yang jauh dari

tempat tinggal manusia.

Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 km dari

perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut serta sekitar 200 meter dari sumber

air. Adapaun cara pengelolaan sampah menurut Chandra (2007), antara lain :

a. Pakan Ternak (Hog Feeding)

Yaitu penggunaan sampah garbage untuk makanan ternak.

b. Pembakaran (Inceneration)

Yaitu dengan pembuangan sampah di TPA, kemudian dibakar. Pembakaran

sampah dilakukan ditempat tertutup dengan mesin dan peralatan khusus yang

dirancang untuk pembakaran sampah. Sistem ini memerlukan biaya besar untuk

pembangunan operasional dan pemeliharaan mesin dan peralatan lainnya.

c. Sanitary Landfill

Yaitu sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan

sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan

selapis demi lapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan

tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Lokasi

sanitary landfill yang lama dan sudah tidak terpakai lagi dapat dimanfaatkan

sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan sebagainya.

19
d. Pengomposan (Composting)

Merupakan pemanfaatan sampah organic menjadi bahan kompos. Untuk tujuan

pengomposan sam[ah harus dipilah-pilah sehingga sampah organic dan anorganik

terpisah.

e. Discharge To Seweres

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air

limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang

baik.

f. Penumpukan (Dumping)

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau

tempat sampah.

g. Individual Inceneration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk

terutama di daerah pedesaan.

h. Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau

daur ulang.

i. Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis

garbage) sampai bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan

lemak.

20
2.3 Konsep Tempat Sampah
2.3.1. Definisi
Tempat sampah adalah tempat untuk membuang berbagai jenis sampah,

mulai dari sampah yang bisa di daur ulang karena masih ada gunanya, sampah

beracun yang harus dikubur dalam-dalam karena keberadaannya dapat merusak

lingkungan, dan berbagai jenis sampah lainnya (Entjang, 2009).

2.3.2. Syarat Tempat Sampah Sehat


Menurut Entjang (2009), menyebutkan bahwa agar sampah tidak

membahayakan kesehatan perlu peraturan pembuangannya, seperti penyimpanan

sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut

dikumpulkan untuk diangkut serta dibuang (dimusnahkan). Adapun syarat tempat

sampah yang sehat yaitu : (a) tersedianya tempat sampah yang dilengkapi dengan

penutup, (b) konstruksi tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat , tahan karat,

permukaan bagian rata/licin, (c) tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau

apabila 2/3 bagaian telah terisi penuh, (d) jumlah dan volume tempat sampah

disesuaikan dengan perkiraan volume sampah yang dihasilkan oleh setiap

kegiatan, (e) penyediaan tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk

setiap radius 10 meter dan setiap jarak 20 meter pada ruang tunggu atau terbuka,

dan (f) tersedia tempat sampah sementara/komunal yang mudah dikosongkan,

tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang mudah dijangkau

kendaraan pengangkut sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24

jam.

21
2.3.3. Tempat Pembuangan Sementara
Tempat pembuangan sementara (TPS) adalah tempat pemindahan dari alat

pengumpul kealat angkut sampah yang dapat dipindahkan secara langsung atau

tidak langsung (SNI 3242:2008). Didalam KEPMENKES RI No. 519 Tahun

2008, dijelaskan bahwa Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang memenuhi

syarat kriteria TPS yang baik yaitu : (1) bentuk dan jenisnya berupa kotak,

silinder, container, bin (tang), (2) disediakan penutup, (3) mudah dikosongkan, (4)

lokasi TPS tidak berada di jalur uama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari

bangunan pasar, (5) mudah dijangkau petugas pengangkut sampah, dan (6)

sampah diangkut minimal 1 x 24 jam.

2.4 Pasar
2.4.1 Definisi Pasar
a. Pasar Modern

Menurut Sinaga (2008), pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan

manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai

penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada

konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar

modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping centre,

toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada, dan sebagainya. Barang

yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan

barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang

yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui

penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang di rijek/tidak

22
memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar

modern umumnya mempunyai persediaan barang digudang yang terukur.

Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum

harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar modern juga memberikan

pelayanan yang baik dengan adanya pendinginan udara yang sejuk (AC),

suasana yang nyaman dan bersih, display barang per kategori mudah dicapai

dan relatif lengkap, informasi lengkap, informasi produk tersedia melalui

mesin pembaca, serta adanya keranjang belanja atau keranjang dorong serta

ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang bekerja secara profesional.

b. Pasar Tradisional

Pasar yang dikenal dalam institusi perekomonian adalah ketika adanya

orang yang menawarkan sejumlah barang atau jasa untuk dapat dijual kepada

orang lain melalui cara yang sistematis dan terorganisir. Pasar merupakan

salah satu yang menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi, dimana

fungsinya lembaga pasar ini sebagai institusi ekonomi tidak dapat terlepas

dari aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang (Damsar, 2010).

Dalam pengertian lain menurut Sutarjo dalam Sulistyowati (1999) yang

dikutip oleh Damsar (2010), pasar fisik adalah tempat pemusatan beberapa

pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau

ruangan tertutup atau sebagian di badan jalan. Selanjutnya pengelompokan

para pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan

kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen.

23
2.4.2 Fungsi Pasar
Menurut Damsar (2010), pasar yang merupakan salah satu tempat umum,

tempat berkumpulnya banyak orang yang melakukan aktivitas yang berakibat dari

aktivitas yang ada dapat menyebabkan gangguan bagi perkembangan fisik,

kesehatan dan kelangsungan hidup manusia sehingga perlu diadakan upaya-upaya

sanitasi adar masyarakat terhindar dari dampak-dampak yang dapat ditimbulkan

dari pasar. Fasilitas-fasilitas sanitasi yang ada di pasar, antara lain persediaan air

bersih, kakus, dan urinoir, pembangunan air kotor, sarana pembuangan sampah,

penghawaan dan pencahayaan, sarana peribadatan, dan transportasi. Dalam

pembangunan suatu pasar perlu pertimbangan mengenai adanya sarana

transportasi yang lancar dari segala arah dan memudahkan para pembeli.

2.4.3 Karakteristik Pasar


Menurut Sulistyowati (1999), pasar tradisional memiliki karakteristik yang

sangat khas. Beberapa diantaranya sebagai beriku : (1) memiliki posisi strategis,

dan berada di lingkungan padat penduduk, (2) buka 24 jam, setengah hari, setiap

hari, dua minggu sekali, seminggu sekali atau pada hari-hari tertentu (hari-hari

pasaran), (3) menjual kebutuhan pokok sehari-hari khususnya keperluan dapur,

komoditi basahan, keringan maupun kebutuhan primer dan sekunder lainnya, (4)

tidak teratur, terkesan kotor, banyak pedagang kaki lima, dan lokasi pasar yang

sangat terbatas, (5) rawan kebakaran, rawan copet, dan rawan kejahatan lainnya,

(6) permodalan pedagang lemah dan bisnis rentenir dapat tumbuh subur, (7)

transaksi perdagangan secara informal dan bersifat tawar menawar, dan (8)

pengelolaan pasar kurang professional.

24
2.4.4 Sanitasi Pasar
Menurut Mukono (2008), sanitasi tempat-tempat umum merupakan

problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak karena tempat umum

merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit

yang dipunyai oleh masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, maka tempat umum

merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit-penyakit yang

medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan demikian maka sanitasi

tempat-tempat umum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dalam arti

melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat.

Sanitasi tempat-tempat umum ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1962 tentang Hygiene Untuk Usaha-Usaha bagi Umum. Salah satu tempat

umum yang menjadi permasalahan dalam masyarakat adalah pasar. Menurut

Mukono (2008), hal yang perlu diperhatikan dalam sanitasi pasar antara lain :

a. Pembagian Tata Ruang

Untuk menjamin sanitasi pasar, faktor yang penting adalah pembagian tata

ruang yang sesuai peruntukannya. Hal ini sangat perlu, sebab tempat berjualan

ikan atau daging tidak berdekatan dengan rumah makan atau warung ataupun kios

pakaian. Yang paling menonjol dalam hal pembagian tata ruang pasar adalah

estetika.

b. Klasifikasi Barang Dagangan

Agar mempermudah pengumpulan sampah pasar, maka klasifikasi barang

dagangan sangat penting. Dagangan yang banyak mengeluarkan sampah

sebaiknya diklasifikasikan dagangan yang mengeluarkan sampah, seperti halnya

dengan kelapa dan sayuran. Meletakkan warung yang memakai kompor atau api

25
berjauhan dengan dagangan-dagangan yang mudah terbakar (flameable

substances), misalnya kain dan barang kelontong. Dengan alasan-alasan seperti

tersebut diatas maka pembagian tata ruang dan klasifikasi barang dagangan sangat

perlu.

c. Tempat Sampah sementara

Hal ini diperlukan agar pedagang bisa membuang sampah dengan cukup

mudah tanpa perlu meninggalkan terlalu jauh dagangannya. Jadi tidak ada alasan

para pedagang membuang sampah disembarang tempat karena tidak ada tempat

sampah sementara. Tempat sampah sementara tersebut sangat vital, karena

berfungsi untuk menampung sampah sebelum dibuang atau di proses di Tempat

Pembuangan Akhir (TPA).

d. Saluran untuk Limbah Cair

Saluran di pasar sangat penting untuk estetika, kebersihan, dan kenyamanan.

Saluran berfungsi untuk pembuangan benda cair yang terutama berasal dari kios

daging, ikan, dan warung. Saluran didalam pasar harus dikontrol agar para

pedagang tidak membuang sampah seenaknnya saja di got atau saluran air.

Dengan demikian para pedagang akan menggunakan semua fasilitas seperti

sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan pendidikan

kesehatan antara lain pedagang menggunakan fasilitas kesehatan di pasar seperti

sebagaimana seharusnya, pedagang mengerti akibat dari tidak dilakukannya

aturan-aturan tentang kebersihan atau kesehatan, pedagang mengerti bahwa

beberapa penyakit dapat disebabkan oleh vektor (tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk),

para pedagang agar menyadari bahwa membuang sampah (khususnya putung

26
rokok) yang apinya masih hidup sangat berbahaya, fasilitas umum mandi, cuci,

kakus (MCK). Lingkungan pasar seharusnya memiliki fasilitas umum seperti

diatas serta menjaga kebersihan. Kebersihan fasilitas umum sangat penting, sebab

berkaitan dengan sumber vektor.

e. Tempat Parkir Kendaraan Bermotor

Hal ini kelihatannya tidak ada hubungannya dengan sanitasi dan kesehatan.

Tetapi tempat parkir tersebut, selain berhubungan dengan kesehatan juga

berhubungan dengan keselamatan. Tempat parkir berhubungan dengan kesehatan

karena asap mobil atau motor yang keluar dari knalpot. Apabila tempat parkir

terlalu dekat dengan para pedagang, maka akan terpapar terus dengan asap yang

mengandung bahan-bahan kimia yang keluar dari knalpor, misalnya CO, HC, dan

Pb. Bahan kimia tersebut akan bisa terakumulasi atau terkumpul di tubuh manusia

dan akan bisa menyebabkan gangguan fungsi dari tubuh manusia.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah


Dalam perkembangan, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

pengelolaan sampah menurut teori Lawrence Green dikutip oleh Notoatmodjo

(2011) yakni :

2.5.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)


2.5.1.1 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

27
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan yang dicakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini juga

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

28
5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani (2017) yang meneliti

pengetahuan, sikap dan partisipasi dalam pengelolaan sampah, menyatakan bahwa

P value 0,0001 atau P value < 0.05, dengan demikian ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan pengelolaan sampah yang bertempat di

Pasar Raya Solok. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang rendah pada

pedagang karena memang masih kurang maksimalnya proses sosialisasi dan

edukasi yang dilakukan oleh pemerintah tentang program pengelolaan sampah

(Rahmadani, E., 2017).

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Damyanti (2016), menyatakan

bahwa hasil uji statistik diperoleh p = 0,035 (p<0,05), artinya ada hubungan yang

29
bermakna antara pengetahuan dengan perilaku responden dalam membuang

sampah di Pasar Sentral Sekura. Responden yang memiliki pengetahuan kurang

baik cenderung lebih besar berperilaku kurang baik pula dalam membuang

sampah disbanding responden yang berpengetahuan baik. Nilai Odds Rasio (OR)

menunjukkan bahwa pengetahuan yang kurang baik berpeluang 2,431 kali untuk

berperilaku kurang baik dalam membuang sampah (Damayanti, 2016:16).

.
2.5.1.2 Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-

hari merupakan reaksi yang bersifat dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2011).

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai

tiga komponen pokok, yakni :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan

dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Notoatmodjo (2011), seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini

terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

30
1. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya,

saudaranya, dan sebagainya), untuk pergi menimbang anaknya ke Posyandu,

atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut

telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat dilakukan dengan menanyakan bagaimana pendapat atau

pertanyaan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat

31
dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan

pendapat responden.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani (2017) yang meneliti

pengetahuan, sikap dan partisipasi dalam pengelolaan sampah, menyatakan bahwa

p value 0,0001 atau p value < 0.05, dengan demikian ada hubungan yang

bermakna antara sikap pedagang dengan pengelolaan sampah yang bertempat di

Pasar Raya Solok. Hasil penelitian tersebut melihat bahwa pengetahuan pedagang

tentang sampah dan bagaimana mengelola sampah yang baik masih rendah, hal ini

akan sejalan dengan sikap pedagang dalam mengelola sampah dagangannya, dan

sikap pedagang terhadap pengelolaan sampah di Pasar Solok tersebut adalah

pedagang menganggap permasalahan sampah adalah tanggung jawab Pemerintah

Daerah dan telah membayar retribusi sampah untuk kegiatan tersebut

(Rahmadani, E., 2017).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sufriannor (2017) yang meneliti

tentang pengetahuan, sikap dengan tingkat partisipasi pedagang dalam

pengelolaan sampah pasar, menyatakan bahwa p value dari sikap sebesar 0,001

atau p value < 0,05, dapat dinyatakan terdapat hubungan antara sikap responden

dengan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar. Hal ini

dikarenakan banyak yang bersikap positif dari pada yang bersikap negatif,

semakin banyak pedagang yang bersikap positif maka semakin banyak pula

mereka melakukan suatu tindakan, sebaliknya semakin besar pedagang yang

bersikap negatif maka semakin besar pula mereka tidak melakukan suatu tindakan

(Sufriannor, 2017:523).

32
Pada penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

pedagang dalam membuang sampah di pasar Sentral Sekura, hasil uji statistik

didapat p = 0,000 (p<0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap

dengan perilaku responden dalam membuang sampah di Pasar Sentral Sekura.

Responden yang memiliki sikap tidak mendukung cenderung lebih besar

berperilaku kurang baik dalam membuang sampah dibanding responden yang

bersikap mendukung. Nilai OR menunjukkan bahwa sikap yang tidak mendukung

berpeluang 5,293 kali berperilaku kurang baik dalam membuang sampah.

2.5.1.3 Praktik atau Tindakan (practice) atau Praksis


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam sutu tindakan (overt behavior).

Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak

lain.

Menurut Notoatmodjo (2011), tingkat-tingkat praktik atau praksis, antara lain

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil merupakan praksis tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh adalah indikator praksis tingkat dua.

33
3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia mudah mencapai praksis

tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tindakannya tersebut.

Dari penelitian tentang pengelolaan sampah pasar tradisional dan tindakan

pedagang pasar dengan kebersihan lingkungan pasar, hasil uji statistik

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan pedagang

pasar dengan kebersihan lingkungan pasar tradisional di tiga pasar kecamatan

daerah Kabupaten Jember dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil

penelitian dapat dikatakan bahwa jika tindakan pedagang terkait dengan

kebersihan lingkungan pasar semakin baik, maka dalam menciptakan kebersihan

lingkungan pasar juga akan lebih mudah dilakukan. Demikian sebaliknya, jika

tindakan pedagang mengenai kebersihan lingkungan pasar rendah/kurang maka

ada kencenderungan untuk menciptakan kebersihan lingkungan pasar juga akan

semakin sulit (Candra, 2013).

2.5.1.4 Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai

dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan

tahun. Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan

34
epidemiologi angka kesakitan maupun kematian hampir semua menunjukkan

hubungan dengan umur. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola

pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik (Notoatmodjo, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Beni (2014),

menyatakan bahwa p value sebesar 0,032 < 0,05 artinya umur berpengaruh nyata

terhadap pengelolaan sampah. Hasil temuan ini sesuai dengan hipotesis

penelitian bahwa semakin tinggi umur cenderung memiliki perilaku pengelolaan

sampah lebih baik disbanding dengan umur yang lebih muda (Beni, 2014:110).

2.5.1.5 Pendidikan
Pendidikan dalam kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan

dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan

adalah suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan. Oleh sebab itu, konsep

pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang

kesehatan. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan

itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kea rah yang lebih

dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok maupun

masyarakat (Notoatmodjo, 2011).

Di samping konsep pendidikan kesehatan tersebut, para ahli pendidikan

kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang pendidikan kesehatan

yang berbeda-beda, sesuai dengan konsep mereka masing-masing tentang

pendidikan. Batasan-batasan yang sering dijadikan acuan antara lain dari :

35
Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO, dan lain sebagainya (Notoatmodjo,

2011).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Beni (2014) menyatakan bahwa

hasil nilai p value sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya pendidikan berpengaruh

nyata terhadap pengelolaan sampah. Hasil temuan ini sesuai dengan hipotesis

penelitian bahwa dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki perilaku

pengelolaan sampah lebih baik disbanding dengan yang memiliki tingkat

pendidikan yang rendah (Beni, 2014 : 110).

Menurut penelitian mengenai faktor-faktor penentu tingkat partisipasi

pedagang dalam mengelola sampah di pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru,

menyatakan bahwa hasil dari salah satu faktor internal yaitu pendidikan memiliki

hasil p value sebesar 0,0062 < 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara faktor

internal atau pendidikan terhadap tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan

sampah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

pedagang akan semakin tinggi tingkat partisipasi (Zulkarnaini, 2009: 3).

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Amalia (2009), dalam

penelitiannya tentang hubungan antara pendidikan, pendapatan, dan perilaku

hidup bersih dan sehat pada pedagang hidangan istimewa kampung di pasar

Kliwpn dan Jebres Kota Surakarta, menyatakan bahwa terdapat hubungan sangat

signifikan antara tingkat pendidikanm dan perilaku hidup bersih dan sehat

dengan nilai p sebesar 0,003 (p < 0,05). Tingkat pendidikan pedagang sangat

berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat

(Amalia, 2009).

36
2.5.2 Faktor Pendukung (Enabling Factor)
2.5.2.1 Pendapatan
Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh seseorang (atau lebih)

keluarga dari jerih payahnya untuk memenuhi kebtuhan hidupnya (A.G

Pringgpdigdo, 1982 yang dikutip oleh Wawan A. dan Dewi M., 2011)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnaini (2009) mengenai

faktor-faktor penentu tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di

pasar Pagi Kota Pekanbaru, hasil dari salah satu faktor internal yaitu pendapatan

menyatakan bahwa nilai p value 0,0344 < 0,05 yang artinya faktor internal atau

pendapatan memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi pedagang. Hal ini

dikarenakan jika semakin besar pendapatan maka semakin tinggi tingkat

partisipasi (Zulkarnaini, 2009: 3).

2.5.2.2 Sarana dan Prasarana


Sarana fisik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap seseorang yang

tercermin pada praktik atau tindakannya. Ketersediaan fasilitas-fasilitas

berpengaruh terhadap perilaku seseorang kelompok masyarakat. Pengaruh

ketersediaan fasilitas akan sesuatu hal terhadap perilaku dapat bersifat positif atau

negatif (Notoatmodjo, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani (2017) yang meneliti

pengetahuan, sikap dan partisipasi dalam pengelolaan sampah, menyatakan bahwa

P value 0,0001 atau P value < 0.05, dengan demikian ada hubungan yang

bermakna antara ketersediaan sarana dengan pengelolaan sampah yang bertempat

di Pasar Raya Solok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pedagang

37
menyediakan pewadahan sendiri yang berupa karung atau kantong plastik.

(Rahmadani, E., 2017).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnaini (2009) mengenai

faktor-faktor penentu tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di

pasar Pagi Kota Pekanbaru, hasil dari salah satu faktor eksternal yaitu fasilitas

menyatakan bahwa nilai p value 0,043 < 0,05 yang artinya faktor eksternal atau

fasilitas memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi pedagang. Hal ini

dikarenakan jika tempat sampah di tempatkan di setiap tempat makan akan

mengurangi area pasar dan akan mengganggu pembeli yang datang (Zulkarnaini,

2009: 3).

2.5.3 Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)


2.5.3.1 Tindakan Petugas
Petugas pasar adalah suatu sektor yang memperhatian lingkungan temoat

umum maupun lingkungan setiap kota yang dilakukan (Depkes RI, 2009). Jika

tugas dan tanggung jawabnya dilakukan dengan baik, maka akan tercapai tingkat

keberhasilnnya, dengan mngukur tingkat derajat kesehatan masyarakat.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2011 tentang

pengelolaan Pasar Daerah, kewajiban dari petugas pasar adalah sebagai berikut :

a. Menjaga kenyamanan pengunjung pasar;

b. Merawat dan menyediakan saran dan prasarana pasar yang tersedia;

c. Memelihara kebersihan pasar dan menyelenggarakan pengelolaan sampah;

d. Menyediakan alat pemadam kebakaran.

38
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bahri (2014), menyatakan bahwa

hasil nilai p value 0,031<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara dukungan petugas kebersihan dengan sanitasi pasar Bina Usaha

di Gampong Kalak Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Sedangakan keeratan dari nilai odds rasio (OR) yaitu 1,343 artinya bahwa

kurangnya dukungan petugas kebersihan dalam kebersihan pasar lebih beresiko

mempengaruhi sanitasi pasar 1,343 kali lebih besar dibandingkan dengan adanya

dukungan petugas kebersihan dalam kebersihan pasar. Hal ini dikarenakan

kebersihan pasar harus di ikut sertakan pihak-pihak sektor yang berhubungan

dengan lingkungan maupun masyarakat, karena akan mendapatkan hasil yang

baik.

2.5.3.2 Peraturan
Peraturan adalah suatu yang dirumuskan secara lebih utuh, memuat norma

hukum yang mengikat, dan terintegrasi dengan sistwm perencanaan maupun

prosedur pembentukan peraturan perundang-undangan.

Menurut penelitian mengenai faktor-faktor penentu tingkat partisipasi

pedagang dalam mengelola sampah di pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru,

menyatakan bahwa hasil dari salah satu faktor eksternal yaitu peraturan memiliki

hasil p value sebesar 0,006 < 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara faktor

eksternal yaitu peraturan terhadap tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan

sampah. Hal ini dikarenakan adanya usaha dari pengelola untuk selalu

memperhatikan kebersihan dengan melakukan pembersihan setiap beberapa jam

dan adanya seorang yang khusus memperhatikan kondisi dari lingkungan,

39
sehingga jika ada sampah bertumpuk atau berserakan akan memberikan

peringatan ke pedagang dan petugas kebersihan (Zulkarnaini, 2009: 9).

2.6 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi Faktor Pendukung (Enabling


(Predisposing Factor) Factor)

Pengetahuan Pendapatan

Fasilitas/Sarana Prasarana
Sikap

Tindakan
Faktor Pendorong
(Reinforcing Factor)

Umur Pengelolaan Sampah


Peraturan
Pasar Tradisional

Pendidikan Tindakan
petugas

Sumber : Teori Lawrence Green (Notoatmodjo,2011)


Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

40
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel, baik yang diteliti maupun tidak diteliti (Nursalam, 2013).

Variabel Independen

Pengetahuan Pedagang Variabel Dependen

Sikap Pedagang Pengelolaan Sampah Pasar


Tradisional

Fasilitas Pembuangan Sampah

Ket : : Diteliti
: Mempengaruhi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

41
Dari bagan kerangka konseptual diatas diambil dari teori Lawrence Green,

yang mana hanya beberapa saja yang diteliti mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pengelolaan sampah di pasar tradisional, diantaranya pengetahuan

pedagang, sikap pedagang dan fasilitas pembuangan sampah yang mempengaruhi

pengelolaan sampah pasar tradisional. Faktor-faktor yang lain seperti tindakan,

pendidikan umur, jenis kelamin, pendapatan, tindakan petugas pasar dan peraturan

yang berlaku, tidak diteliti, karena faktor-faktor tersebut dari penelitian

sebelumnya tidak terlalu berpengaruh terhadap pengelolaan sampah pasar

tradisional.

3.2 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut :

1. Ada pengaruh antara pengetahuan pedagang dengan pengelolaan sampah

pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten

Madiun.

2. Ada pengaruh antara sikap pedagang dengan pengelolaan sampah pasar

tradisional Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten

Madiun.

3. Ada pengaruh antara fasilitas pembuangan sampah dengan pengelolaan

sampah pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan,

Kabupaten Madiun.

42
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Rancangan penelitian merupakan suatu strategi dalam mengidentifikassi

permasalahan perencanaan akhir pengumpulan data, digunakan untuk

mengidentifikasi struktur dimana penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2013).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode survei analitik dengan

pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang dilakukan yang

menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Menurut Notoatmodjo (2012), populasi adalah keseluruhan objek penelitian

yang diteliti. Populasi terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan

hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012). Populasi target dari penelitian ini adalah

seluruh pedagang pasar tradisional dan seluruh petugas pasar tradisional.

2. Populasi Studi atau Terjangkau

Populasi studi atau terjangkau adalah bagian dari populasi target dapat

dijangkau oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi studi atau terjangkau

dari penelitian ini adalah seluruh pedagang pasar tradisional sejumlah 76

43
pedagang dan seluruh petugas pasar tradisional sebanyak 5 orang di Desa

Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.

4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang dapat diambil

dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Sujarweni, 2015). Sampel merupakan

bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian. Sampel

padapenelitian ini adalah semua pedagang pasar yang berjumlah 76 pedagang dan

semua petugas pasar sejumlah 5 orang di pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan,

Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang

dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini kriteria

inklusinya adalah :

a. Semua pedagang yang berada di dalam atau di area pasar tradisional Desa

Banjarsari Wetan.

b. Pedagang dan petugas pasar yang bersedia untuk diteliti.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria eksklusinya adalah :

a. Pedagang yang tidak berjualan lagi di pasar tradisional Desa Banjarsari

Wetan.

44
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah salah satu bagian dari proses penelitian yang mengumpulkan

data dari target penelitian yang terbatas (Nursalam, 2013). Menurut Notoatmodjo

(2012), teknik sampling adalah cara atau teknik-teknik tertentu dalam mengambil

sampel penelitian sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili

populasinya. Teknik sampling sampel diambil dengan menggunakan teknik total

sampling. Total sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Karena jumlah populasi yang kurang dari 100,

maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampel yang

diambil dari penelitian ini adalah 76 pedagang dan 5 petugas pasar.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian


Kerangka kerja adalah suatu struktur konsepsual dasar yang digunakan untuk

memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks (Nursalam, 2013). Adapun

kerangka kerja pada penelitian ini sebagai berikut :

45
Populasi
Semua pedagang dan petugas pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan,
Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun yaitu sejumlah 76 pedagang
dan 5 petugas pasar.

Sampel
Semua pedagang dan petugas pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan,
Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun yaitu sejumlah 76 pedagang dan
5 petugas pasar..

Tehnik Sampling
Total Sampling

Instrument Penelitian
- Uji Validitas
- Uji Reliabilitas

Pengumpulan Data
Kuesioner dan Observasi

Pengolahan data editing, entry, coding, tabulating

Analisa Data :
- Chi square

Hasil Penelitian

Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

46
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang

dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki

oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel ini dibedakan menjadi dua

yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel

terikat).

1. Variabel Independen / Variabel Bebas

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain

(Nursalam, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor

yang mempengaruhi pengelolaan sampah (pengetahuan pedagang, sikap

pedagang, fasilitas pembuangan sampah, dan tindakan petugas pasar).

2. Variabel Dependen / Variabel Terikat

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen atau variabel bebas (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini

variabel dependen adalah pengelolaan sampah pasar tradisional.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga mempermudah

pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian (Nursalam, 2013).

Adapun definisi operasional penelitian ini akan diuraikan dalam tabel berikut :

47
Tabel 4.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor Hasil Ukur
Data
Variabel Independen
1 Pengetahuan Pengetahuan Meliputi pengertian, Kuesioner Nominal Hasil skor Distribusi data
pedagang tentang dan kegiatan Favorabel/positif tidak normal
pengelolaan sampah pengelolaan sampah. 1 = Benar maka Hasil
pasar tradisional. 0 = Salah Pengetahuan
Positif T ≥ 6,00
Hasil skor Hasil
Unfaforabel/Negatif Pengetahuan
1 = Salah Negatif T <
0 = Benar 6,00.

2 Sikap Sikap merupakan Meliputi sikap Kuesioner Nominal Dengan hasil Distribusi data
reaksi atau respon membuang sampah, penilaian tidak normal
yang masih tertutup penyediaan tempat Favorabel/positif maka Hasil
dari pedagang sampah, dan sikap SS = 4 Sikap Positif T
terhadap pengelolaan pemilahan sampah. S=3 ≥ 20,00
sampah pasar TS = 2 Hasil Sikap
tradisional. STS = 1 Negatif T <
20,00.
Pertanyaan
Unfaforabel/Negatif
SS = 1
S=2
TS = 3
STS = 4

48
Lanjutan tabel 4.1

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor Hasil Ukur
Data

3 Fasilitas Tempat sampah Kepmenkes RI Nomor Observasi Nominal Penilaian dengan Dengan hasil
Pembuangan adalah tempat untuk 519/MENKES/SK/VI/ memberi skor penilaian
Sampah membuang berbagai 2008 tentang kuesioner Baik = ≥ 50%
jenis sampah dan Pedoman Ya= 1 Kurang = <
suatu sarana yang Penyelenggaraan Tidak = 0 50% (Sunyoto,
dapat menunjang Pasar Sehat. Danang, 2013)
pengelolaan sampah
pasar.
4 Tindakan Tindakan merupakan Melakukan Observasi Nominal Penilaian Dengan hasil
Petugas Pasar reaksi atau respon pengangkutan sampah dengan penilaian
yang dari petugas di setiap los pedagang, memberi skor Baik = ≥ 50%
pasar terhadap pewadahan pada kuesioner Kurang = <
pengelolaan sampah tempat pembuangan Dilakukan = 1 50% (Sunyoto,
pasar tradisional. sementara sampah dan Tidak dilakukan Danang, 2013)
melakukan =0
pembersihan pada
lokasi pasar.

49
Lanjutan tabel 4.1

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor Hasil Ukur
Data
Variabel Dependen
1 Pengelolaan Meliputi Tindakan pedagang observasi Nominal Penilaian Dengan hasil
sampah pasar pengumpulan, terhadap pembuangan dengan penilaian
tradisional. pengangkutan, sampai sementara sampah memberi skor Baik = ≥ 50 %
dengan pemusnahan meliputi tindakan kuesioner Kurang = < 50
atau pengolahan membuang sampah, Ada = 1 % (Sunyoto,
sampah sedemikian melakukan pemilahan Tidak = 0 Danang, 2013)
rupa sehingga sampah sampah, tindakan
tidak mengganggu membuang sampah
kesehatan masyarakat disungai, dan tindakan
dan lingkungan hidup. pedagang membuang
sampah di depan los
atau kios.

50
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan sumber

data sekunder, lembar kuesioner dan lembar observasi. Lembar observasi yang

digunakan dalam penelitian ini berupa tabel. Lembar observasi ini untuk

mendapatkan data mengenai fasilitas pembuangan sampah pasar tradisional secara

langsung, tindakan petugas pasar dan pengelolaan sampah pasar tradisional

sedangkan lembar kuesioner untuk mendapatkan data tentang pengetahuan

pedagang dan sikap pedagang,.

4.6.1 Uji Validitas


Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan beberapa

hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas, reliabilitas dan ketepatan

fakta dan kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara

pengumpulan data maupun kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada

pengamatan atau pengukuran oleh pengumpul data (Nursalam, 2013).

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012).Untuk mengukur validitas soal

menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Hasil r hitung

dibandingkan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka

valid (Sujarweni, 2015). Untuk menguji pada penelitian ini dapat dilakukan di

51
pasar tradisional yang memiliki klasifikasi sama dengan pasar tradisional yang

digunakan oleh peneliti.

4.6.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Uji

reabilitas dapat dilihat pada nilai cronbach alpha, jika nilai Alpha > 0,60 maka

kontruk pernyataan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel.

4.6.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Dari kuesioner yang disebarkan pada 20 responden terdapat 15 pertanyaan

dimana diperoleh hasil r tabel = 0,378, dalam setiap pertanyaan tingkat

pengetahuan dan sikap hasilnya valid, maka nilai r hitung > r tabel 0,378, dapat

dilihat dari tabel Correlation.

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha, dimana nilai

Cronbach’s Alpha > 0,60 maka kontruk pertanyaan adalah reliabel. Hasil uji

reliabilitas kuesioner pengetahuan sebesar 0,872 > 0,60, sedangkan hasil

reliabilitas kuesioner sikap sebesar 0,887 > 0,60. Dapat dilihat dari nilai

Cronbach’s Alpha.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan,
Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.

52
4.7.2 Waktu Penelitian
Tabel 4.2 Waktu Penelitian
No. TANGGAL
Kegiatan
PELAKSANAAN
1. Pembuatan dan konsul judul 7 - 20 Februari 2018
Penyusunan dan bimbingan 24 Februari 2018 - 4 April 2018
2.
proposal
3. Ujian proposal 17 April 2018
4. Revisi proposal 23 April 2018 – 4 Mei 2018
5. Pengambilan data 12 Mei 2018
6. Penyusunan dan bimbingan skripsi 30 Mei 2018 - 25 Juli 2018
7. Ujian skripsi 2 Agustus 2018
8. Revisi skripsi 4 Agustus – 8 Agustus 2018

4.8 Prosedur Pengumpulan Data


4.8.1 Cara Pengumpulan Data
1. Observasi

Adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan sistematika

fenomena yang diteliti. Observasi di lapangan secara langsung mengenai,

fasilitas pembuangan sampah ,tindakan petugas pasar dan pengelolaan sampah.

2. Wawancara (Kuesioner)

Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana

peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari responden,

berhadapan atau tatap muka dengan orang tersebut (face to face). Wawancara

untuk memperoleh data tentang pengetahuan pedagang dan sikap pedagang.

4.8.2 Jenis Data


1. Data Primer

Data primer diperoleh dari survei ke lokasi di pasar tradisional Desa

Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun dan wawancara

53
langsung dengan responden dengan menggunakan lembar kuesioner dan

lembar observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan

Dagangan, Kabupaten Madiun seperti data profil pasar tradisional, jumlah

pedagang di pasar dan fasilitas tempat sampah di pasar.

4.9 Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis

menggunakan computer SPSS for windows, analisa penelitian menghasilkan

informasi yang benar paling tidak ada empat tahapan yaitu :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan kembali data

maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan

pada tahap pengumpulan data, pengisian kuesioner, dan setelah data terkumpul

(Notoatmodjo, 2012).

2. Coding

Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau mengkode data bertujuan untuk

membedakan berdasarkan karakter (Notoatmodjo,2012). Coding pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

54
Tabel 4.3 Coding
No. Variabel Coding
0 = Negatif
1 Pengetahuan Pedagang
1 = Positif
0 = Negatif
2 Sikap Pedagang
1 = Positif
0 = Kurang
3 Fasilitas Pembuangan Sampah
1 = Baik
0 = Kurang
4 Tindakan Petugas Pasar
1 = Baik
0 = Kurang
5 Pengelolaan Sampah Pasar
1 = Baik

3. Entry

Mengisi masing-masing jawaban dari responden dalam bentuk “kode”

(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer

(Notoatmodjo, 2012).

4. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui editing dan coding

ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai

dengan tujuan penelitian.

4.9.1 Analisa Data


1. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

masing-masing variabel, baik variabel bebas (pengetahuan pedagang, sikap

pedagang, fasilitas pembuangan sampah, dan tindakan petugas pasar), variabel

terikat (pengelolaan sampah pasar tradisional) dan karakteristik responden

(umur, jenis kelamin, pendidikan).

55
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square (x2) untuk mengetahui

hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan

variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada

tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan (α, < 0,05), hubungan dikatakan

bermakna apabila nilai p < 0,05 (Sugiyono, 2011).

Variabel independen dan variabel dependen menggunakan uji statistik Chi

Square dengan derajat kepercayaan 95% (α, < 0,05). Penelitian antara dua

variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p < 0,05. Pada studi cross

sectional estimasi resiko relatif dinyatakan dengan rasio prevalen (RP). Syarat

pembacaan hasil output chi-square dalam SPSS yaitu :

- RP > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut menjadi faktor resiko.

- RP < 1, artinya ada hubungan namun variabel tersebut tidak menjadi faktor

resiko.

- RP = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi faktor resiko.

Berdasarkan hasil penelitian untuk tabel 2x2 menyatakan bahwa nilai

expected count < 5 dengan jumlah sel 0 (.0%), maka nilai p-value dilihat dari

continuity correction. Data diambil berdasarkan kunjungan langsung peneliti

dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung.

56
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Desa

5.1.1 Kondisi Umum Geografis

Secara geografis Desa Banjarsari Wetan termasuk wilayah yang tidak

memiliki pegunungan dan sebagai daerah dataran rendah. Letak Desa Banjarsari

Wetan berada diantara 4 desa lain dan berada di ketinggian 500 meter di atas

permukaan laut. Adapun batas desa tersebut adalah :

 Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Banjarsari Kulon

 Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Prambon

 Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Sewulan/Jetis

 Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Sukosari

5.1.2 Kondisi Fisik Desa

Desa Banjarsari Wetan merupakan wilayah yang secara geografis

merupakan dataran rendah, dan lahan persawahan yang juga tidak luas. Desa

Banjarsari Wetan berada cukup jauh dari pusat perkotaan Kecamatan Dagangan,

sehingga sebagian besar penduduknya kurang berakses pada fasilitas-fasilitas

yang dimiliki kecamatan luas wilayah Desa Banjarsari Wetan keseluruhan adalah

348.885 Ha. Dimana seluas 40.477 Ha adalah pemukiman penduduk dan sisanya

adalah lahan kering dan areal persawahan. Iklim Desa Banjarsari Wetan

sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan

penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang

ada di Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.

57
5.2 Profil Pasar Slereng Baru

5.2.1 Tanah/ Lahan Pasar Desa

1. Status Kepemilikan : milik pemerintah desa (tanah / lahan kas desa)

2. Luas lahan Pasar Desa : 252 m2

Luas bangunan Pasar Desa : 252 m2

a. Jarak dari jalan raya Kecamatan : 1,5 km

b. Jarak dari jalan raya Kabupaten : 1,5 km

c. Jarak dari jalan raya Provinsi : 1,5 km

d. Jarak dari jalan raya Ibu Kota Kabupaten :6 km

3. Posisi/letak strategis Pasar Desa Banjarsari Wetan berada di pinggir

jalan Kabupaten, tepatnya di pertigaan jalan penghubung ke kecamatan

dengan jarak dari ibukota kecamatan + 1,5 km.

4. Luas lahan parkir : 28 m2

5.2.2 Infrastruktur Pasar Desa

1. Jumlah Ruko Lantai I yang dimiliki : - Unit

Jumlah Ruko lantai II yang dimiliki : - Unit

2. Jumlah Kios yang dimiliki : 34 Unit

Jumlah Kios yang dihuni/dipakai : 21 Unit

3. Jumlah Lapak yang dimiliki : 35 Unit

Jumlah Lapak yang dihuni/dipakai : 24 Unit

4. Jumlah Pedagang Lesehan : 31 Orang

58
5. Fasilitas Pasar Desa

Tabel 5.1 Fasilitas Pasar Desa


Jml Petugas
Fasilitas Ada/Tidak Pengelolaan yang Keterangan
menangani
a. Kantor Pasar Ada - 2
b. Sumur Ada Baik 1
c. Kamar Mandi Ada Baik 1
d. Toilet Ada Baik 1
e. Musholla/
Tidak Ada - -
Tempat Ibadah
f. Pos Satpam Tidak Ada - -
g. Lahan Parkir Ada Baik 2
h. Tempat Tidak
Pembuangan Tidak Ada - - memenuhi
Sampah standart
i. Saluran
Ada Baik 1
Pembuangan
Sumber : Profil Pasar Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.

5.2.3 Pedagang dan Komoditas Dagangan

1. Jumlah pedagang

a. Jumlah Pedagang asal desa ybs : 56 orang

b. Jumlah Pedagang dari luar desa ybs : 20 Orang

2. Jumlah Barang Dagangan / Komoditi :

a. Sayur mayur : 10 Orang

b. Daging / Ikan / Ayam : 15 Orang

c. Makanan : 12 Orang

d. Kebutuhan Pokok : 25 Orang

e. Produk Agribis : 6 Orang

f. Produk Rumah Tangga : 3 Orang

g. Garmen : 4 Orang

h. Perhiasan : 0 Orang

59
i. Produk Kosmetik : 0 Orang

j. Lainnya : 1 Orang (jasa selep

tepung)

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Karakteristik Data Umum

Karakteristik responden menurut jenis kelamin dan pendidikan disajikan

pada tabel berikut :

1. Karakteristik Jenis Kelamin Pedagang di Pasar Tradisional Desa Banjarsari

Wetan, Dagangan, Madiun.

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik jenis kelamin pada pedagang

pasar dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.2 Karakteristik Jenis Kelamin Pedagang di Pasar Tradisional Desa


Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
1. Laki-Laki 3 3,9
2. Perempuan 73 96,1
Jumlah 76 100,0
Sumber : data primer

Dari tabel 5.2 terlihat sebagian besar pedagang pasar tradisional di Desa

Banjarsari Wetan adalah perempuan yaitu sebanyak 73 responden (96,1%).

2. Karakteristik Pendidikan Pedagang di Pasar Tradisional Desa Banjarsari

Wetan, Dagangan, Madiun.

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik pendidikan pada pedagang pasar

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

60
Tabel 5.3 Karakteristik Pendidikan Pedagang di Pasar Tradisional Desa
Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.
No. Pendidikan Frekuensi Persen (%)
Tidak sekolah/tidak tamat
1. 6 7,9
pendidikan dasar
2. Dasar (SD.SMP) 52 68,4
3. Menengah (SMA/Sederajat) 16 21,1
4. Tinggi (Sarjana/Sederajat) 2 2,6
Jumlah 76 100,0
Sumber : data primer

Dari tabel 5.3 terlihat sebagian besar pedagang pasar tradisional di Desa

Banjarsari Wetan berpendidikan dasar yaitu sebanyak 52 responden (68,4%).

3. Karakteristik Umur Pedagang di Pasar Tradisional Desa Banjarsari Wetan,

Dagangan, Madiun.

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik umur pada pedagang pasar dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.4 Karakteristik Umur Pedagang di Pasar Tradisional Desa Banjarsari


Wetan, Dagangan, Madiun.
No. Umur Frekuensi Persen (%)
1. Dewasa Awal (26-35 tahun) 2 2,6
2. Dewasa Akhir (36-45 tahun) 5 6,6
3. Lansia Awal (46-55 tahun) 34 44,7
4. Lansia Akhir (56-65 tahun) 31 40,8
5. Manula (> 65 tahun) 4 5,3
Jumlah 76 100,0
Sumber : data primer

Dari tabel 5.4 terlihat sebagian besar pedagang pasar tradisional di Desa

Banjarsari Wetan termasuk golongan lansua awal (46-55 tahun) yaitu sebanyak

34 responden (44,7%).

61
5.3.2 Analisis Univariat Variabel Penelitian

1. Hasil Penilaian Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah

Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan

pengetahuan pedagang pasar didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengelolaan Sampah di


Pasar Tradisional Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.
No. Pengetahuan Pedagang Pasar Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Positif 39 51,3
2. Negatif 37 48,7
Total 76 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui dari 76 pedagang pasar di pasar

tradisional Desa Banjarsari Wetan sebagian besar memiliki pengetahuan dengan

kategori positif (51,3%).

2. Hasil Penilaian Sikap Tentang Pengelolaan Sampah

Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan

pengetahuan pedagang pasar didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Pengelolaan Sampah di Pasar


Tradisional Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.
No. Sikap Pedagang Pasar Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Positif 51 67,1
2. Negatif 25 32,9
Total 76 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui dari 76 pedagang pasar di pasar

tradisional Desa Banjarsari Wetan, sebagian besar memiliki sikap dengan kategori

positif (67,1%).

62
3. Hasil Penilaian Fasilitas Pembuangan Sampah Terhadap Pengelolaan

Sampah

Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan fasilitas

pembuangan sampah pedagang pasar didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 5.7 Distribusi Fasilitas Pembuangan Sampah Responden Berdasarkan


Pengelolaan Sampah di Pasar Tradisional Desa Banjarsari Wetan,
Dagangan, Madiun.
No. Fasilitas Pembuangan Sampah Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Baik 33 43,4
2. Kurang Baik 43 56,6
Total 76 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui dari 76 pedagang pasar di pasar

tradisional Desa Banjarsari Wetan, sebagian besar memiliki fasilitas pembuangan

sampah dengan kategori kurang baik (56,6%).

4. Hasil Penilaian Tindakan Petugas Pasar Terhadap Pengelolaan Sampah

Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan tindakan

petugas pasar didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 5.8 Distribusi Tindakan Petugas Pasar Terhadap Pengelolaan Sampah di


Pasar Tradisional Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.
No. Tindakan Petugas Pasar Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Baik 3 60
2. Kurang Baik 2 40
Total 5 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui dari 5 petugas pasar di pasar tradisional

Desa Banjarsari Wetan, sebagian besar memiliki kategori baik (60%).

5. Hasil Penilaian Pengelolaan Sampah

Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan

pengelolaan sampah didapat hasil sebagai berikut :

63
Tabel 5.9 Distribusi Pengelolaan Sampah di Pasar Tradisional Desa Banjarsari
Wetan, Dagangan, Madiun.
No. Pengelolaan Sampah Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Baik 20 26,3
2. Kurang Baik 56 73,7
Total 76 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui dari 76 pedagang pasar di pasar

tradisional Desa Banjarsari Wetan, sebagian besar memiliki pengelolaan sampah

dengan kategori kurang baik (73,7%).

5.3.3 Analisis Bivariat Variabel Penelitian

Pada analisis bivariat, variabel independen (faktor pengetahuan, sikap dan

fasilitas pembuangan sampah) dihubungakan dengan variabel dependen

(pengelolaan sampah) yang diuji dengan Uji Chi Square. Dari hasil uji silang

antara variabel independen dengan variabel dependen akan ditunjukkan sebagai

berikut :

1. Pengaruh Antara Pengetahuan Terhadap Pengelolaan Sampah Pasar

Tradisional

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi silang tentang

pengaruh antara pengetahuan terhadap pengelolaan sampah pasar tradisional,

sebagai berikut :

64
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Pengetahuan Terhadap Pengelolaan Sampah Pasar
Tradisional Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.
Pengelolaan Sampah
Total RP
Pengetahuan Kurang P-Value
Baik (95%CI)
Baik
N % N % N %
Negatif 32 86,5 5 13,5 37 100 1,405
Positif 24 61,5 15 38,5 39 100 0,027 (1,063-
Total 56 73,7 20 26,3 76 100 1,857)

Berdasarkan tabel 5.10 di atas, responden dengan pengelolaan sampah

kurang baik lebih banyak pada kelompok pengetahuan negatif (86,5%)

dibandingkan kelompok pengetahuan positif (61,5%). Hasil analisis bivariat diatas

didapat variabel pengetahuan memiliki p-value 0,027 (p < 0,05) yang artinya ada

pengaruh antara pengetahuan dengan pengelolaan sampah pasar tradisional Desa

Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun dengan nilai RP 1,4, yang artinya

responden dengan pengetahuan negatif mempunyai resiko 1,4 kali lebih besar

memiliki pengelolaan sampah yang kurang baik dibandingkan responden yang

mempunyai pengetahuan yang positif.

2. Pengaruh Antara Sikap Terhadap Pengelolaan Sampah Pasar

Tradisional

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi silang tentang

pengaruh antara sikap terhadap pengelolaan sampah pasar tradisional, sebagai

berikut :

65
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Sikap Terhadap Pengelolaan Sampah Pasar
Tradisional Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.
Pengelolaan Sampah
Total RP
Sikap P-Value
Kurang Baik Baik (95%CI)
N % N % N %
Negatif 24 96,0 1 4,0 25 100 1,530
Positif 32 62,7 19 37,3 51 100 0,005 (1,220-
Total 56 73,7 20 26,3 76 100 1,918)

Berdasarkan tabel 5.11 di atas, responden dengan pengelolaan sampah

kurang baik lebih banyak pada kelompok sikap negatif (96,0%) dibandingkan

kelompok pengetahuan positif (62,7%). Hasil analisis bivariat diatas didapat

variabel pengetahuan memiliki p-value 0,005 (p < 0,05) yang artinya ada

pengaruh antara sikap dengan pengelolaan sampah pasar tradisional Desa

Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun dengan nilai RP 1,5 yang artinya responden

dengan sikap negatif mempunyai resiko 1,5 kali lebih besar memiliki pengelolaan

sampah yang kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai sikap yang

positif.

3. Pengaruh Antara Fasilitas Pembuangan Sampah Terhadap Pengelolaan

Sampah Pasar Tradisional

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi silang tentang

pengaruh antara fasilitas pembuangan sampah terhadap pengelolaan sampah pasar

tradisional, sebagai berikut :

66
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Fasilitas Pembuangan Sampah Terhadap Pengelolaan
Sampah Pasar Tradisional Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun.
Pengelolaan Sampah
Fasilitas
Total RP
Pembuangan Kurang P-Value
Baik (95%CI)
Sampah Baik
N % N % N %
Kurang Baik 42 97,7 1 2,3 43 100 2,302
Baik 14 42,4 19 57,6 33 100 0,000 (1,543-
Total 56 73,7 20 26,3 76 100 3,435)

Berdasarkan tabel 5.12 di atas, responden dengan pengelolaan sampah kurang

baik lebih banyak pada kelompok fasilitas pembuangan sampah yang kurang baik

(97,7%) dibandingkan kelompok fasilitas pembuangan sampah yang baik

(42,4%). Hasil analisis bivariat diatas didapat variabel pengetahuan memiliki p-

value 0,000 (p < 0,05) yang artinya ada pengaruh antara fasilitas pembuangan

sampah dengan pengelolaan sampah pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan,

Dagangan, Madiun dengan nilai RP 2,3 yang artinya responden dengan fasilitas

pembuangan sampah yang kurang baik mempunyai resiko 2,3 kali lebih besar

memiliki pengelolaan sampah yang kurang baik dibandingkan responden yang

mempunyai fasilitas pembuangan sampah yang baik.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Pengaruh Antara Pengetahuan Terhadap Pengelolaan Sampah Pasar

Tradisional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang dengan

pengetahuan negatif akan memiliki pengelolaan sampah kurang baik (86,5%).

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa didapatkan nilai p value

67
0,027, berarti ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap

pengelolaan sampah pasar tradisional. Dan diketahui nilai RP 1,4 yang artinya

responden dengan pengetahuan negatif mempunyai resiko 1,4 kali lebih besar

memiliki pengelolaan sampah yang kurang baik dibandingkan responden yang

mempunyai pengetahuan yang positif.

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan akan menimbulkan

kesadaran dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki, dan penambahan pengetahuan tidak bisa hanya dalam

waktu singkat, tetapi harus terus menerus dan berkelanjutan. Juga memberikan

informasi-informasi baru sehingga pengetahuan terus bertambah dan mendalam,

karena dengan mengkristalkan pengetahuan akan tetap menjadi kontrol terhadap

seseorang untuk berperilaku baik (Notoatmodjo, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmadeni (2017) yang

diperoleh hasil ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

pengelolaan sampah yang bertempat di Pasar Raya Solok dengan hasil p value

sebesar 0,001 (p < 0.05). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Damyati

(2016), menyatakan bahwa hasil penelitian diperoleh p = 0,035 (p < 0,05), artinya

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan membuang sampah di

Pasar Sentral Sekura, dengan nilai Odd Rasio (OR) menunjukkan bahwa

pengetahuan kurang baik berpeluang 2,431 kali untuk berperilaku kurang baik

dalam membuang sampah.

68
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pedagang pasar sudah baik,

namun dilihat dari perilaku pedagang pasar masih kurang dalam memperhatikan

pengelolaan sampah pasar tradisional, seperti dalam hal penyediaan tempat

sampah dan pemisahan sampah. Sebanyak 61,5% pedagang memiliki pengelolaan

sampah yang kurang baik namun pengetahuannya sudah positif, pedagang sudah

mengetahui mengenai bagaimana pengelolaan sampah mulai dari pewadahan

hingga pemrosesan akhir, namun karena minimnya pengelolaan sampah yang ada

di pasar dan rendahnya kesadaran pedagang akan penyediaan tempat sampah

maka pedagang tetap membuang sampah di sembarang tempat.

Dalam penelitian ini, pengetahuan pedagang mengenai pengelolaan sampah,

sebanyak 86,5% pedagang menyatakan bahwa mereka kurang memahami atau

mengerti mengenai pengelolaan sampah khususnya pada tahap pemisahan. Semua

sampah yang di hasilkan pedagang dijadikan satu di pojok ruangan tanpa ada

pemisahan sampah antara organik maupun anorganik. Karena menurut mereka

bahwa antara sampah organik maupun anorganik itu sama saja. Hal tersebut akan

mengakibatkan perindukan vektor pembawa penyakit dan akan mengurangi nilai

ekonomis dari barang bekas yang dapat di olah kembali seperti kardus, botol

bekas dan plastik. Pengetahuan pedagang yang minim juga didasari latar

pendidikan yang kurang mengenai pengelolaan sampah, karena sebanyak 39,5%

dari pedagang pasar berpendidikan dasar.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang

pengelolaan sampah pasar tradisional yang negatif sangat diikuti dengan

pengelolaan sampah yang kurang baik pula. Hal ini dikarenakan para pedagang

69
belum mengerti mengenai macam-macam pengelolaan sampah, pengertian

pemisahan sampah dan belum mengetahui tentang pentingnya penyediaan fasilitas

pembuangan sampah. Hal tersebut diharapkan pengetahuan dari pedagang pasar

tradisional lebih ditingkatkan dalam hal pengelolaan sampah dengan melakukan

pengadaan fasilitas pembuangan sampah dan memberikan penyuluhan mengenai

pengelolaan sampah pasar tradisional dengan bekerjasama bersama pihak

puskesmas sekitar.

5.4.2 Pengaruh Antara Sikap Terhadap Pengelolaan Sampah Pasar

Tradisional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang dengan sikap

negatif akan memiliki pengelolaan sampah kurang baik (96,0%). Berdasarkan

hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa didapatkan nilai p value sebesar 0,005,

yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara sikap dengan pengelolaan

sampah pasar tradisional. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui nilai RP 1,5,

yang artinya responden dengan sikap negatif mempunyai resiko 1,5 kali lebih

besar memiliki pengelolaan sampah yang kurang baik dibandingkan responden

yang mempunyai sikap yang positif.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan hal yang penting dalam

kehidupan sehari-hari, karena jika sikap sudah terbentuk dalam diri seseorang

maka sikap akan menentukan tingkah laku terhadap sesuatu. Sikap agar menjadi

70
suatu perubahan nyata perlu adanya kondisi tertentu yang memungkinkan antara

lain adanya fasilitas dan dukungan (Notoatmodjo, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmadeni (2017) yang

meneliti tentang pengetahuan dan sikap dengan tingkat partisipasi pedagang

dalam pengelolaan sampah, menyatakan bahwa p value dari sikap sebesar 0,001

atau p < 0,05, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap responden

dengan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah pasar. Penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sufriannor (2017) menyatakan

bahwa p-value dari sikap sebesar 0,001, yang artinya ada hubungan antara sikap

responden dengan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damyanti

(2016), menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku responden

dalam membuang sampah di Pasar Sentral Sekura dengan nilai p-value sebesar

0,000.

Berdasarkan hasil penelitian, sikap pedagang pasar tradisional cukup baik,

namun dilihat dari perilaku pedagang pasar tradisional masih kurang

memperhatikan pengelolaan sampah. Sikap membuang sampah, pemisahan

sampah dan sikap menyediakan tempat sampah di kios atau los masing-masing

kurang baik. Dalam penelitian yang didapatkan bahwa 96,0% pedagang memiliki

sikap membuang sampah di depan kios atau los mereka tanpa adanya tempat

sampah sementara dan kemudian dibuang di pinggir sungai yang berada di

belakang pasar tersebut. Para pedagang juga sama sekali tidak memisahkan

sampah organik maupun anorganik misalnya bungkus makanan, sisa makanan,

71
dan sampah sayuran dijadikan satu di depan kios pedagang, sedangkan penjual

ikan mereka membuang air kotor dan juga kotoran bekas penyembelihan ikan

dibuang langsung di pinggir sungai belakang pasar, karena sebanyak 96,0%

mereka memiliki sikap yang kurang baik dan beranggapan bahwa semua sampah

memiliki jenis yang sama. Para pedagang membuang sampah disungai

beranggapan bahwa sampah tersebut akan hanyut bersamaan dengan air sungai

jika banjir.

Sikap responden yang positif akan berhubungan dengan pengelolaan

sampah pada pedagang pasar tradisional. Sikap juga dapat didasari oleh

kebiasaan, lingkungan dan fasilitas yang tersedia. Seperti sikap responden yang

ditunjukkan pada hasil kuesioner yang menunjukkan jawaban sangat setuju

berkaitan dengan membuang sampah pada tempatnya, mengangkut sampah

sendiri di TPS, menyediakan tempat sampah dan terganggu bila sampah

berserakan di depan kios. Namun demikian dikarenakan minimnya fasilitas

pembuangan sampah sehingga mereka tidak menerapkannya dan menimbulkan

sikap yang negatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sikap tentang

pengelolaan sampah pasar tradisional yang negatif sangat diikuti dengan

pengelolaan sampah yang kurang baik pula. Hal ini menunjukkan bahwa sikap

berpengaruh terhadap pengelolaan sampah pasar tradisional seperti pengetahuan

yang rendah terhadap pengelolaan sampah, kebiasaan pedagang membuang

sampah di pinggir sungai dan minimnya fasilitas pembuangan sampah. Hal

tersebut diharapkan sikap dari pedagang pasar tradisional terhadap pengelolaan

72
sampah pasar lebih diperbaiki dan melakukan pembersihan pasar oleh petugas

pasar dan melakukan pengawasan oleh pihak petugas pasar untuk meminimalisir

pedagang yang memiliki kebiasaan pedagang yang sering membuang sampah di

pinggir sungai belakang pasar.

5.4.3 Pengaruh Antara Fasilitas Pembuangan Sampah Terhadap

Pengelolaan Sampah Pasar Tradisional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang dengan

fasilitas pembuangan sampah yang kurang baik akan memiliki pengelolaan

sampah kurang baik (97,7%). Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa

nilai p-value sebesar 0,000 yang artinya ada pengaruh antara fasilitas pembuangan

sampah dengan pengelolaan sampah pedagang pasar tradisional di Desa

Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun, dan diketahui nilai RP 2,3 yang artinya

responden dengan fasilitas pembuangan sampah kurang baik mempunyai resiko

2,3 kali lebih besar memiliki pengelolaan sampah yang kurang baik dibandingkan

responden yang memiliki fasilitas pembuangan sampah yang baik.

Menurut Mukono (2008) menyatakan bahwa setiap pasar tradisional harus

memperhatikan sanitasi pasar, salah satunya adalah tempat sampah sementara.

Hal ini diperlukan agar pedagang bisa membuang sampah dengan cukup mudah

tanpa perlu meninggalkan terlalu jauh dagangannya. Jadi tidak ada alasan para

pedagang membuang sampah disembarang tempat karena tidak ada tempat

sampah sementara. Hal tersebut juga di jelaskan pada Keputusan Mentri

Kesehatan RI N0. 519 Tahun 2008, yang mana menjelaskan tentang Pedoman

73
Penyelenggaraan Pasar Sehat, yang terdapat inspeksi pasar yang salah satu

poinnya harus adanya tempat sampah basah maupun kering di setiap los atau kios

atau lorong pasar.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Rahmadeni (2017), menyatakan bahwa p value 0,001 atau p < 0,05, dengan

demikian ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan sarana dengan

pengelolaan sampah yang bertempat di Pasar Raya Solok. Penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnaini (2009) mengenai

faktor- faktor penentu tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di

Pasar Pagi Kota Pekanbaru, hasil dari salah satu faktor eksternal yaitu fasilitas

menyatakan bahwa nilai p value 0,043 < 0,05 yang artinya faktor eksternal atau

fasilitas memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi pedagang.

Terdapat cukup tingginya angka fasilitas pembuangan sampah pedagang

pasar tradisional yang kurang baik, ini terlihat dari hasil wawancara dan juga dari

pengamatan (observasi) bahwa 97,7% pedagang tidak menyediakan sarana

fasilitas pembuangan sampah di setiap kios maupun los mereka. Namun sebanyak

42,4% pedagang sudah menyediakan fasilitas pembuangan sampah sendiri dari

kantong plastik atau ember, tidak ada pemisah antara sanpah organik dan

anorganik dan masih dalam keadaan terbuka. Kemudian mereka membuang

sampah yang terkumpul tersebut dibuang di pinggir sungai belakang pasar, karena

keterbatasan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang ada di pasar tersebut.

Selain itu, 97,7% pedagang pasar di Desa Banjarsari Wetan sama sekali tidak

memiliki tempat sampah dan sampah hasil dagangannya seperti kulit jagung,

74
kardus, sisa-sisa sayur dan juga sisa makanan pedagang di buang di depan kios

maupun los mereka masing-masing. Hal ini akan mempersulit petugas pasar dan

juga akan mengganggu kenyamanan pembeli yang datang karena jika sampah

yang berserakan di jalan maka akan di injak-injak oleh pembeli yang melewati

jalan. Hal ini juga akan mengakibatkan perindukan binatang vektor pembawa

penyakit.

Bedasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas

pembuangan sampah yang kurang baik akan diikuti dengan pengelolaan yang

kurang baik pula. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas pembuangan sampah di

pasar tradisional sangat penting bagi padang pasar guna memberikan kenyamanan

bagi pengunjung atau pembeli yang datang dan tidak akan ada lagi pedagang yang

membuang sampahnya di pinggir sungai belakang pasar. Hal tersebut diharapkan

adanya pegadaan tempat sampah disetiap los maupun kios dan memberikan

tempat penampungan sementara sampah di pasar oleh penanggung jawab pasar

dengan bekerjasama dengan pihak desa, yang nantinya setiap hari dapat di angkut

dan kemudian di tempatkan di dipo (rumah sampah) dan dipo ini nantinya yang

akan diambil oleh pihak Dinas Kebersihan untuk diangkut ke Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA).

5.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat

mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional yaitu penelitian satu kali

waktu yang mana penelitian ini kurang memiliki hasil yang akurat terhadap

75
kondisi riil responden pada saat dilakukan penelitian. Namun untuk

meminimalisir hal tersebut peneliti melakukan pengamatan dengan

menggunakan lembar observasi, untuk memperkuat hasil dari penelitian.

2. Dalam penelitian ini menggunakan uji non parametrik untuk mengetahui

hubungan antar variabel dependen dan independen, uji ini memiliki tingkat

kepekaan yang kurang meskipun hasilnya berhubungan. Namun untuk

memperkuat hasil penelitian, peneliti melengkapinya dengan teori dan

penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.

76
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah pasar

tradisional Desa Banjarsari Wetan, Dagangan, Madiun, sebagai berikut :

1. Pengelolaan sampah pasar tradisional Desa Banjarsari Wetan dengan

faktor pengetahuan dikategorikan positif (51,3%), sikap dikategorikan

positif (67,1%), fasilitas pembuangan sampah dikategorikan kurang baik

(56,6%), tindakan petugas pasar dikategorikan baik (60%), dan

pengelolaan sampah pasar dikategorikan kurang baik (73,7%).

2. Ada pengaruh antara pengetahuan dengan pengelolaan sampah pasar

tradisional dengan hasil p = 0,027, RP (95% CI) = 1,4 (1,063-1,857).

3. Ada pengaruh antara sikap dengan pengelolaan sampah pasar tradisional

dengan hasil p = 0,005, RP (95% CI) = 1,5 (1,220-1,918).

4. Ada pengaruh antara tempat pembuangan sampah dengan pengelolaan

sampah pasar tradisional dengan hasil p = 0,000, RP (95% CI) = 2,3

(1,543-3,435).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Pedagang Pasar Tradisional

Dilakukan suatu upaya pemberdayaan pedagang pasar yang berperan

serta dalam upaya menangani permasalahan sampah, seperti membuang

sampah pada tempatnya, melakukan pemilahan sampah basah dan kering,

77
dan juga melakukan penyediaan fasilitas pembuangan sampah oleh

pimpinan pasar dan meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan sampah di

pasar. Selain itu, pedagang pasar apabila tidak bisa melakukan upaya

pengelolaan di sampah sendiri maka mereka harus membayar pihak kedua

untuk melakukan upaya pengelolaan sampahh pasar.

6.2.2 Bagi Pihak Penanggung Jawab Pasar

Bagi pihak penanggung jawab pasar lebih meningkatkan tentang

pengelolaan sampah dengan :

1. Penyediaan fasilitas pembuangan sampah seperti tong sampah sebagai

tempat pembuangan sementara (TPS) untuk pasar dan juga penyediaan

tempat sampah di setiap los atau kios pedagang dengan bekerja sama

dengan desa.

2. Perlu adanya pengawasan terhadap perilaku pedagang agar tidak

membuang sampah di pinggir sungai belakang pasar.

3. Diperlukan adanya kerjasama dengan puskesmas dalam melakukan

upaya pengelolaan sampah melalui kegiatan penyuluhan kepada

pedagang pasar tentang sanitasi tempat-tempat umum.

6.2.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Informasi dari penelitian ini diharapkan mendorong pihak institusi

untuk dapat berperan dalam masyarakat atau pedagang pasar dengan

melakukan penyuluhan kepada pedagang tentang pengelolaan sampah.

78
6.2.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, peneliti sarankan untuk melakukan penelitian

lanjutan tentang dampak kegiatan penyuluhan, pengawasan dan penyediaan

tempat sampah terhadap pengetahuan, sikap dan fasilitas pembuangan

sampah. Selain itu perlu diteliti lebih lanjut tentang penyakit yang

ditimbulkan akibat timbunan sampah yang tidak dikelola.

79
DAFTAR PUSTAKA

Adnani, Hariza. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Nuha Medika.

Amalia, Imanda. 2009. Hubungan Antara Pendidikan, Pendapatan, dan Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pedagang Hidangan Istimewa Pasar
Kliwon dan Jebres Kota Surakarta. Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.

Bahri, Samsul. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sanitasi Pasar Bina


Usaha di Gampong Ujong Kalak Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Barat. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku
Umar, Meulaboh-Aceh Barat.

Beni, Martinus Tulit. 2014. Pengaruh Faktor-Faktor Sosial-Ekonomi Terhadap


Perilaku Pengelolaan Sampah Domestik di Nusa Tenggara Timur. Program
Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Nusa Cendana, Semarang. Vol. 12.

Candra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Candra, Fitriana Ayu. 2013. Pengelolaan Sampah Pasar Tradisional dan


Tindakan Pedagang Pasar dengan Kebersihan Lingkungan Pasar. Program
Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, Jember.

Dahlan, Sopiyudin, M. 2017. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :


Epidemiologi Indonesia.

Damayanti, Ria. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Pedagang dalam Membuang Sampah di Pasar Sentral Sekura. Program
Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya
Sintang. Volume 2, Nomor 2.

Damsar. 2010. Sosiologi Pasar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Depkes RI. 2009. Tugas Petugas Kebersihan Tiap Kota. Jakarta : Dutjen PMM
dan PL.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan. 2016. Pekerjaan Penyusunan Masterplan TPA


Kaliabu. Sidoarjo : CV. Centrum Konsulindo.

Entjang, I. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

80
Kepmenkes RI. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat. Jakarta.

Mukono. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga


University Press.

Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo. S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Peraturan Daerah Kabupaten Madiun. 2011. Pengelolaan Pasar Daerah. Madiun.

Rahmadani, Elsye. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan


Sarana Pengelolaan Sampah dengan Partisipasi Pedagang dalam
Pengelolaan Sampah di Pasar Raya Solok Tahun 2017. Program Studi
Diploma 4 Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan, Padang.

Sinaga, Pariaman. 2008. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional. Jakarta :


Kementrian Koperasi dan UKM.

SNI 3242:2008. Pengelolaan Sampah Pemukiman. [serial online].


http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/SNI-3242-
2008_Tata_Cara_Pengelolaan_Sampah_di_Permukiman.pdf [27 Februari
2018]

SNI 19-2454-2002. 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah


Perkotaan. [serial online].
http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/SNI_19-2454-
2002_Tata_Cara_Teknik_Operasional_Pengelolaan_Sampah_Perkotaan.pdf
. [15 Januari 2018]

Soemirat, Juli. 2009. Kesehatan Lingkungan. Bandung : Gajah Mada University


Press.

Sufriannor, Muhammad, dkk. 2017. Pengetahuan, Sikap dengan Tingkat


Partisipasi Pedagang dalam Pengelolaan Sampah Pasar. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin, Banjarbaru. Vol. 14, No 2.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian, Cetakan ke 25. Bandung : Alfabeta.

Sujarweni, Wiratna. 2015. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru


Press.

81
Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner, dan Analisis Data Sumber Daya
Manusia (Praktik Penelitian). Yogyakarta : Center of Academic Publishing
Service.

Wawan, A, dan Dewi. M. 2011. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.


Yogyakarta : Nuha Medika.
Zulkarnaini, Saam Z. 2009. Faktor-Faktor Penentu Tingkat Partisipasi Pedagang
dalam Pengelolaan Sampah di Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru.
Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Riau, Pekanbaru. Vol. 3.

82
83
84
81
82
Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Setelah mendapat kejelasan serta mengetahui manfaat penelitian dengan


judul “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah Pasar Tradisional
Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun”. Saya
menyatakan setuju/tidak setuju diikutsertakan dalam penelitian ini dengan catatan
bila sewaktu-waktu dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan
persetujuan. Saya percaya apa yang saya buat dijamin kerahasiaannya.

Madiun, Mei 2018


Responden

(……………………..)

83
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI

1. Nama Pasar :
2. Alamat Pasar :
3. Nama Pemilik Kios/Los :
4. Nomor Kios :
5. Nomor Los :

A. Pengelolaan Sampah
Jawaban
No. Pernyataan
Ada Tidak
1. Tahap Penampungan
a. Sampah dibuang ke tempat sampah
b. Sampah tidak berceceran
c. Tempat sampah mempunyai tutup dan
mudah dibuka
d. Tempat sampah mudah dikosongkan dan
dipindahkan
2. Tahap Pengumpulan
a. Sebelum sampah di buang ke TPS
dilakukan pemilahan terlebih dahulu.
3. Tahap Tempat Pembuangan Sampah
a. Terdapatnya TPS di pasar
4. Tahap Pengangkutan
a. Tersedianya truk atau gerobak
pengangkut sampah yang memiliki tutup
dan kedap air.

84
B. Fasilitas Pembuangan Sampah
NO. Fasilitas Pembuangan Sampah Ya Tidak
1. Setiap kios/los/lorong tersedia tempat sampah
basah dan kering
2. Tempat sampah terbuat dari :
a. Bahan kedap air
b. Tidak mudah berkarat
c. Kuat
d. Tertutup
e. Mudah dibersihkan
3. Tersedia alat pengangkut sampah :
a. Kuat
b. Mudah dibersihkan
4. Tersedia tempat pembuangan sampah
sementara (TPS) :
a. Kuat
b. Kedap air
c. Mudah dibersihkan
d. Mudah dijangkau
5. TPS tidak menjadi tempat perindukan
binatang penular penyakit.
6. TPS tidak di jalur utama pasar dan berjarak
minimal 10 meter dari bangunan pasar.
7. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam.

85
A. Tindakan Petugas
Jawaban
No. Pernyataan Tidak
Dilakukan
Dilakukan
Melakukan pewadahan sampah di setiap kios
1.
atau los.
Melakukan pengangkutan sampah di setiap
2.
kios atau los.
Melakukan pemisahan sampah basah dan
3.
kering pada pembuangan sementara sampah.
Melakukan pembersihan sampah di TPS
4.
setiap 1x24 jam.
Melakukan pembuangan sementara sampah di
5.
sungai.
Melakukan pembuangan sementara sampah di
6.
tempatnya atau di TPS
7. Melakukan pembersihan sampah di pasar.

86
Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN
SAMPAH PASAR TRADISIONAL DESA BANJARSARI WETAN,
DAGANGAN, MADIUN

IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan Terakhir Responden
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. SD/sederajat
c. SLTP/sederajat
d. Akademik/perguruan tinggi

87
PERNYATAAN KUESIONER

A. Pengetahuan Responden
Jawaban
No. Pernyataan
Benar Salah
Pembuangan sementara sampah yaitu mulai
1. dari pewadahan, pengumpulan dan
pengangkutan.
Pemisahan sampah organik dan anorganik
2.
sangat diperlukan.
3. Membuang sampah harus pada tempatnya.
Membuang sampah di sungai merupakan hal
4.
yang benar.
Salah satu persyaratan pasar tradisional
5.
memiliki tong sampah.
Sampah organik dan anorganik dapat di
6.
jadikan satu dalam tempat sampah.
Pembuangan sementara sampah tidak
7.
diperlukan.
Sampah harus di pisahkan antara sampah
8.
basah dan kering.

88
B. Sikap Responden
Jawaban
Tidak Sangat
No. Pernyataan Sangat
Setuju Setuju Tidak
Setuju
Setuju
Membuang sampah pada
1.
tempatnya.
Membuang sampah bisa di buang
2.
dimana saja.
Kita bisa membuang sampah di
3.
sungai
Pedagang mengangkut sendiri
4.
sampah dari kios ke TPS.
Setiap kios harus menyediakan
5.
tempat sampah sendiri.
Merasa terganggu apabila sampah
6.
berserakan di area kios atau los.
Membuang sampah tidak perlu di
7. pilah-pilah antara sampah basah
dan sampah kering.

89
81
82
LAMPIRAN 8

Lampiran Hasil Uji Validitas

Validitas Kuesioner Pengetahuan di Pasar Pintu, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun

Correlations

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 total_p
* ** ** ** **
p1 Pearson Correlation 1 .356 .524 .663 .206 .206 1.000 .882 .793
Sig. (2-tailed) .123 .018 .001 .384 .384 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
* * **
p2 Pearson Correlation .356 1 .356 .471 .257 .257 .356 .471 .625
Sig. (2-tailed) .123 .123 .036 .274 .274 .123 .036 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
* ** * **
p3 Pearson Correlation .524 .356 1 .892 .206 .206 .524 .378 .712
Sig. (2-tailed) .018 .123 .000 .384 .384 .018 .100 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** * ** ** * **
p4 Pearson Correlation .663 .471 .892 1 .341 .341 .663 .545 .857
Sig. (2-tailed) .001 .036 .000 .142 .142 .001 .013 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** **
p5 Pearson Correlation .206 .257 .206 .341 1 1.000 .206 .303 .625
Sig. (2-tailed) .384 .274 .384 .142 .000 .384 .195 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** **
p6 Pearson Correlation .206 .257 .206 .341 1.000 1 .206 .303 .625
Sig. (2-tailed) .384 .274 .384 .142 .000 .384 .195 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

83
** * ** ** **
p7 Pearson Correlation 1.000 .356 .524 .663 .206 .206 1 .882 .793
Sig. (2-tailed) .000 .123 .018 .001 .384 .384 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** * * ** **
p8 Pearson Correlation .882 .471 .378 .545 .303 .303 .882 1 .777
Sig. (2-tailed) .000 .036 .100 .013 .195 .195 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** ** ** ** ** ** ** **
total_p Pearson Correlation .793 .625 .712 .857 .625 .625 .793 .777 1
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .000 .003 .003 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

84
Validitas Kuesioner Sikap di Pasar Pintu, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun

Correlations

Correlations

s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 total_s
** ** * * ** **
s1 Pearson Correlation 1 .712 .712 .535 .504 .394 .975 .881
Sig. (2-tailed) .000 .000 .015 .023 .086 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20
** ** ** ** **
s2 Pearson Correlation .712 1 1.000 .343 .191 .611 .750 .874
Sig. (2-tailed) .000 .000 .139 .421 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20
** ** ** ** **
s3 Pearson Correlation .712 1.000 1 .343 .191 .611 .750 .874
Sig. (2-tailed) .000 .000 .139 .421 .004 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20
* * ** **
s4 Pearson Correlation .535 .343 .343 1 .541 .195 .591 .649
Sig. (2-tailed) .015 .139 .139 .014 .411 .006 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20
* * * **
s5 Pearson Correlation .504 .191 .191 .541 1 .301 .547 .569
Sig. (2-tailed) .023 .421 .421 .014 .197 .012 .009
N 20 20 20 20 20 20 20 20
** ** **
s6 Pearson Correlation .394 .611 .611 .195 .301 1 .417 .617
Sig. (2-tailed) .086 .004 .004 .411 .197 .067 .004
N 20 20 20 20 20 20 20 20
** ** ** ** * **
s7 Pearson Correlation .975 .750 .750 .591 .547 .417 1 .919
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .006 .012 .067 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20
** ** ** ** ** ** **
total_s Pearson Correlation .881 .874 .874 .649 .569 .617 .919 1

85
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002 .009 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji validitas dapat dilihat pada tabel Corellation. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 20 maka nilai r tabel diperoleh

melalui tabel r product moment pearson dengan df (degree of freedom) = n-2, jadi df = 20-2 = 18, maka r tabel = 0,444. Butir pertanyaan

dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel.

86
LAMPIRAN 9

Lampiran Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan di Pasar Pintu, Kecamatan Dagangan,


Kabupaten Madiun

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.872 8

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

p1 4.70 5.800 .753 .843

p2 4.80 6.274 .477 .873

p3 4.70 6.116 .598 .859

p4 4.75 5.671 .779 .839

p5 4.75 6.303 .482 .872

p6 4.75 6.303 .482 .872

p7 4.70 5.800 .753 .843

p8 4.65 5.924 .742 .845

59
Reliabilitas Kuesioner Sikap di Pasar Pintu, Kecamatan Dagangan, Kabupaten
Madiun

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.887 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

s1 16.55 24.261 .838 .853

s2 16.40 22.989 .790 .855

s3 16.40 22.989 .790 .855

s4 16.15 25.397 .516 .893

s5 15.75 27.355 .461 .894

s6 16.15 26.239 .528 .888

s7 16.60 23.411 .888 .846

60
Uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai

Cronbach’s Alpha > 0,60, maka konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi

variabel adalah reliabel. Hasil dari reliabilitas pada penelitian ini adalah untuk

kuesioner pengetahuan adalah 0,872 > 0,60, sedangkan hasil reliabilitas untuk

kuesioner sikap adalah 0,887 > 0,60.

61
Lampiran 10
Input Data
HASIL INPUT DATA
No.
PENGETAHUAN SIKAP FASILITAS PEMBUANGAN SAMPAH TINDAKAN PETUGAS PENGELOLAAN SAMPAH PENDIDIKAN JENIS KELAMIN Umur
1 0 0 0 0 0 1 1 3
2 0 1 0 1 0 3 1 2
3 0 1 0 1 0 2 1 2
4 0 0 1 1 0 2 1 2
5 1 1 0 0 0 2 1 3
6 0 0 0 0 1 1 2
7 1 0 0 0 1 1 3
8 1 1 0 0 3 1 3
9 0 0 0 0 1 1 3
10 1 1 1 0 2 1 2
11 0 0 0 0 0 1 2
12 1 1 0 0 0 1 2
13 0 0 0 0 1 1 3
14 0 0 0 0 1 1 1
15 0 1 0 0 1 1 3
16 0 0 1 0 1 1 3
17 1 1 1 0 3 1 3
18 0 0 1 0 1 1 3
19 0 1 1 1 1 1 3
20 1 0 0 0 2 1 2
21 1 1 1 1 3 1 2
22 1 1 0 1 3 1 1

59
23 0 1 0 0 0 1 2
24 1 1 0 0 0 1 3
25 1 1 0 0 1 1 3
26 0 1 0 0 0 1 3
27 0 0 0 0 1 1 3
28 0 1 0 0 2 1 2
29 1 1 1 1 2 1 2
30 1 1 1 1 2 1 2
31 0 0 0 0 1 1 2
32 0 0 0 0 1 1 4
33 1 1 1 1 3 1 3
34 1 0 0 0 2 1 2
35 0 0 0 0 1 1 3
36 1 1 1 1 4 1 2
37 1 1 1 0 4 1 3
38 0 0 0 0 1 1 2
39 1 1 1 1 3 1 3
40 0 1 1 1 3 1 1
41 1 1 1 1 3 1 1
42 1 1 1 1 3 1 3
43 1 0 0 0 1 1 2
44 1 1 0 0 1 1 3
45 0 1 0 0 1 1 3
46 1 1 0 0 1 1 3
47 1 1 0 0 2 1 3
48 1 1 0 0 2 1 2

60
49 1 1 0 0 3 1 2
50 1 1 1 1 1 1 3
51 0 0 0 0 1 1 2
52 0 0 0 0 1 1 2
53 0 0 0 0 1 1 2
54 0 0 1 0 3 1 4
55 0 0 1 0 1 1 2
56 1 1 1 1 2 1 2
57 1 0 0 0 1 1 3
58 0 1 0 0 2 1 2
59 1 1 1 0 3 1 2
60 1 1 1 0 2 1 0
61 0 1 0 0 1 1 4
62 1 1 0 0 3 0 2
63 0 1 0 0 0 1 3
64 0 1 0 0 1 1 3
65 1 1 1 1 2 1 0
66 1 1 1 1 2 1 4
67 0 1 1 1 2 1 3
68 0 1 1 1 2 1 2
69 1 1 1 1 3 0 2
70 1 1 1 0 2 1 1
71 1 1 0 0 2 1 3
72 1 1 1 1 1 1 2
73 0 1 1 0 1 1 3
74 1 1 1 0 2 0 2

61
75 0 1 1 0 2 1 2
76 0 0 1 1 3 1 2

62
Lampiran 11

LAMPIRAN OUTPUT SPSS

1) Univariat
a. Pendidikan
Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak sekolah/tidak tamat SD 6 7.9 7.9 7.9
SD/sederajat 30 39.5 39.5 47.4
SMP/sederajat 22 28.9 28.9 76.3
SMA/sederajat 16 21.1 21.1 97.4
akademik/sederajat 2 2.6 2.6 100.0
Total 76 100.0 100.0

b. Jenis Kelamin
jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 3 3.9 3.9 3.9
perempuan 73 96.1 96.1 100.0
Total 76 100.0 100.0

c. Umur
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-35 2 2.6 2.6 2.6
36-45 5 6.6 6.6 9.2
46-55 34 44.7 44.7 53.9
56-65 31 40.8 40.8 94.7
>65 4 5.3 5.3 100.0
Total 76 100.0 100.0

d. Pengetahuan
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negative 37 48.7 48.7 48.7
Positif 39 51.3 51.3 100.0
Total 76 100.0 100.0

59
e. Sikap
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negative 25 32.9 32.9 32.9
Positif 51 67.1 67.1 100.0
Total 76 100.0 100.0

f. Fasilitas Pembuangan Sampah


fasiltas_pembuangan_sampah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 43 56.6 56.6 56.6
baik 33 43.4 43.4 100.0
Total 76 100.0 100.0

g. Tindakan Petugas
tindakan_petugas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 2 2.6 40.0 40.0
baik 3 3.9 60.0 100.0
Total 5 6.6 100.0
Missing System 71 93.4
Total 76 100.0

h. Pengelolaan Sampah
pengelolaan_sampah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 56 73.7 73.7 73.7
baik 20 26.3 26.3 100.0
Total 76 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan *
76 100.0% 0 .0% 76 100.0%
pengelolaan_sampah
sikap * pengelolaan_sampah 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%
fasiltas_pembuangan_samp
76 100.0% 0 .0% 76 100.0%
ah * pengelolaan_sampah

60
2) Bivariat
a. Pengetahuan dengan pengelolaan sampah
pengetahuan * pengelolaan_sampah
Crosstab

pengelolaan_sampah

kurang baik baik Total


Pengetahuan negatif Count 32 5 37
Expected Count 27.3 9.7 37.0
% within pengetahuan 86.5% 13.5% 100.0%
positif Count 24 15 39
Expected Count 28.7 10.3 39.0
% within pengetahuan 61.5% 38.5% 100.0%
Total Count 56 20 76
Expected Count 56.0 20.0 76.0
% within pengetahuan 73.7% 26.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
6.094 1 .014
b
Continuity Correction 4.876 1 .027
Likelihood Ratio 6.327 1 .012
Fisher's Exact Test .019 .013
Linear-by-Linear Association 6.014 1 .014
b
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.74.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for pengetahuan
4.000 1.277 12.534
(negatif / positif)
For cohort
pengelolaan_sampah = 1.405 1.063 1.857
kurang baik
For cohort
.351 .142 .870
pengelolaan_sampah = baik
N of Valid Cases 76

61
b. Sikap dengan pengelolaan sampah
sikap * pengelolaan_sampah

Crosstab

pengelolaan_sampah

kurang baik baik Total


sikap Negative Count 24 1 25
Expected Count 18.4 6.6 25.0
% within sikap 96.0% 4.0% 100.0%
Positif Count 32 19 51
Expected Count 37.6 13.4 51.0
% within sikap 62.7% 37.3% 100.0%
Total Count 56 20 76
Expected Count 56.0 20.0 76.0
% within sikap 73.7% 26.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
9.568 1 .002
b
Continuity Correction 7.930 1 .005
Likelihood Ratio 11.855 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 9.442 1 .002
b
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.58.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for sikap (negatif
14.250 1.781 113.991
/ positif)
For cohort
pengelolaan_sampah = 1.530 1.220 1.918
kurang baik
For cohort
.107 .015 .757
pengelolaan_sampah = baik
N of Valid Cases 76

62
c. Fasilitas pembuangan sampah dengan pengelolaan sampah
fasiltas_pembuangan_sampah * pengelolaan_sampah

Crosstab

pengelolaan_sampah

kurang baik Baik Total


fasiltas_pembuan kurang baik Count 42 1 43
gan_sampah
Expected Count 31.7 11.3 43.0
% within
97.7% 2.3% 100.0%
fasiltas_pembuangan_sampah
baik Count 14 19 33
Expected Count 24.3 8.7 33.0
% within
42.4% 57.6% 100.0%
fasiltas_pembuangan_sampah
Total Count 56 20 76
Expected Count 56.0 20.0 76.0
% within
73.7% 26.3% 100.0%
fasiltas_pembuangan_sampah

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
29.393 1 .000
b
Continuity Correction 26.613 1 .000
Likelihood Ratio 33.117 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 29.006 1 .000
b
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.68.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for
fasiltas_pembuangan_sampa 57.000 6.981 465.416
h (kurang baik / baik)
For cohort
pengelolaan_sampah = 2.302 1.543 3.435
kurang baik
For cohort
.040 .006 .286
pengelolaan_sampah = baik
N of Valid Cases 76

63
Lampiran 12
Dokumentasi

Gambar 1 wawancara dan observasi dengan pedagang

Gambar 2 wawancara dan observasi dengan pedagang

Gambar 3 wawancara dan observasi dengan pedagang

64
Gambar 4 wawancara dan observasi dengan pedagang

Gambar 5 wawancara dan observasi dengan petugas pasar

Gambar 6 sampah di depan kios dan los pedagang

Gambar 7 sampah di depan kios dan los pedagang

65
Gambar 8 sampah di pinggir sungai belakang pasar

66
67

Anda mungkin juga menyukai