Anda di halaman 1dari 133

ANALISIS PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG RIBA

(STUDI KASUS DI DESA TONASA, KECAMATAN


SANROBONE, KABUPATEN TAKALAR)

SKRIPSI

MUH. RIDWAN
RAHMAN NIM:
105741101617

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR MAKASSAR
2021
HALAMAN JUDUL

ANALISIS PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG RIBA (STUDI


KASUS DI DESA TONASA KECAMATAN SANROBONE
KABUPATEN TAKALAR)

Oleh
Muh. Ridwan Rahman
105741101617

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi pada
Program Studi Strata 1 Ekonomi Islam

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR MAKASSAR
2022

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
“JANGAN BIARKAN HARI KEMARIN MERENGGUT BANYAK HAL HARI
INI”

PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga skripsi ini
terselesaikan dengan baik.
Alhamdulillahhi Rabbil’Alamin
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku tercinta yang telah
mendukung dan mendoakan saya serta orang-orang terdekat yang tersayang dan
juga almamaterku.

PESAN DAN KESAN


“SELALU IKUTI KATA HATIMU, JANGAN LUPA BAWA SERTA OTAKMU”

iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Muh. Ridwan Rahman, 2022. Analisis Pemahaman Masyarakat Tentang Riba (Studi
Kasus Di Desa Tonasa Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar). Skripsi Program Studi
Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dibimbing oleh Agusdiwana Suarni, S.E,. M.Acc dan Sri Wahyuni, S.E,. M.E.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang riba
dan untuk mengetahui faktor penyebab kurangnya pemahaman masyarakat tentang riba.
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Data yang di olah merupakan
hasil wawancara dengan 10 masyarakat di Desa Tonasa Kecamatan Sanrobone
Kabupaten Takalar. Hasil penelitian di lapangan menyatakan bahwa (1) pemahaman
masyarakat tentang riba di Desa Tonasa yaitu masyarakat hanya sekedar tahu bahwa riba
itu tambahan dan hukumnya haram tetapi tidak paham tentang riba secara detail juga
tidak tahu jenis-jenis riba. Masyarakat memang paham bahwa riba itu haram tetapi
masyarakat hanya tau riba itu bunga, masyarakat belum tahu bahwa riba itu banyak
jenisnya dan macamnya. Hanya sebagian besar masyarakat yang paham bahwa riba itu
haram dan dilarang agama, ada juga sebagian masyarakat yang tidak tahu apa itu riba.
(2) faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pemahaman masyarakat di Desa Tonasa
Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar tentang riba adalah pengetahuan, pengalaman-
pengalaman terdahulu, faktor ekonomi, faktor sosial atau lingkungan, faktor informasi,
dan faktor pendidikan.

Kata Kunci : Pemahaman, Masyarakat, Riba

viii
ABSTRAC
T

Moh. Ridwan Rahman, 2022. Analysis of Community Understanding of Riba (Case


Study in Tonasa Village, Sanrobone District, Takalar Regency). Thesis of Islamic
Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, University of
Muhammadiyah Makassar. Supervised by Agusdiwana Suarni, S.E,. M.Acc and Sri
Wahyuni, S.E,. M.E.
This study aims to determine the public's understanding of usury and to
determine the factors causing the lack of public understanding of usury. The type of
research used is a qualitative method. The processed data is the result of interviews with
10 people in Tonasa Village, Sanrobone District, Takalar Regency. The results of the
research in the field state that (1) the public's understanding of usury in Tonasa Village
is that people only know that usury is additional and the law is unlawful but do not
understand usury in detail nor do they know the types of usury. People do understand
that usury is haram but people only know that usury is interest, people do not know that
there are many types and kinds of usury. Only the majority of people understand that
usury is forbidden and religion is prohibited, there are also some people who do not
know what usury is. (2) the factors that influence the lack of understanding of the
community in Tonasa Village, Sanrobone District, Takalar Regency about usury are
knowledge, previous experiences, economic factors, social or environmental factors,
information factors, and educational factors.

Keywords: Understanding, Society, usury

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan

hidayah_Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam atas

junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah memberikan seberkas cahaya terang dan

menghantarkan kita pada kerangka pembelajaran hidup yang memiliki makna sosial yang

tinggi.

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dalam persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1) Jurusan Ekonomi Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar guna memperoleh gelar S.E.

Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag selaku Ketua Rektor Unismuh Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

3. Bapak Dr. H. Muhammad Najib Kasim, SE, M. Si, selaku Ketua Jurusan S1 Ekonomi

Islam

4. Ibu Agusdiwana Suarni, SE, M. Acc, dan Ibu Sri Wahyuni, SE, M.E, selaku

pembimbing yang telah memberi bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan

dan memberi motivasi yang bersifat membangun bagi kesempurnaan dalam menyusun

skripsi.

5. Teman-teman seperjuangan angkatan 2017 Jurusan S1 Ekonomi Islam khususnya

yang telah ikut membantu proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Syahabuddin selaku kepala Desa Tonasa Kecamatan Sanrobone Kabupaten

Takalar dan masyarakat Desa Tonasa yang telah membantu dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

x
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, maka

peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran positif yang dapat membantu memperbaiki

hasil penelitian ini.

Akhir kata peneliti selalu berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat

dalam pengembangan ilmu pendidikan ekonomi islam.

Makassar, Januari 2022

Penelit

Muh. Ridwan Rahman

xi
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................i

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO........................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................v

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR........vii

ABSTRAK..........................................................................................................viii

ABSTRACK......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR............................................................................................x

DAFTAR ISI........................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi

DAFTAR TABEL...............................................................................................xvii

I. PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................8

C. Tujuan Penelitian..................................................................................................8

D. Manfaat Penelitian.................................................................................................8

II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................9

A. Tinjauan Teori......................................................................................................9

1. Pengertian Pemahaman.................................................................................9

2. Indikator Pemahaman...................................................................................12

3. Pemahaman Masyarakat...............................................................................14

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman.........................................16

xii
5. Pengertian Riba............................................................................................19

6. Sejarah Pelarangan Riba Sebelum Islam.......................................................26

7. Pelarangan Riba............................................................................................31

8. Pandangan Ulama Tentang Riba...................................................................36

9. Jenis-Jenis Riba.............................................................................................40

10. Ancaman Bagi Perilaku Riba........................................................................44

11. Dampak Dari Pada Praktek Riba...................................................................46

12. Hikmah Pelarangan Riba..............................................................................49

B. Tinjauan Empiris.................................................................................................50

C. Kerangka Konsep................................................................................................56

III. METODE PENELITIAN..................................................................................59

A. Jenis Penelitian.................................................................................................59

B. Fokus Penelitian................................................................................................59

C. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................59

D. Sumber Data.....................................................................................................60

E. Pengumpulan Data............................................................................................60

F. Instrumen Penelitian.........................................................................................62

G. Teknik Analisis Data.........................................................................................62

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................................63

A. Tinjauan Umum Desa Tonasa.............................................................................65

1. Sejarah Desa Tonasa...............................................................................65

2. Kondisi Demokrafi Desa Tonasa............................................................66

3. Visi Dan Misi Desa Tonasa....................................................................69

B. Hasil Penelitian...................................................................................................69

C. Pembahasan........................................................................................................77

xiii
V. PENUTUP.......................................................................................................82

A. Kesimpulan.........................................................................................................82

B. Saran...................................................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83

LAMPIRAN.........................................................................................................85

xiv
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Kerangka Konsep....................................................................................56

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Peneliti Terdahulu............................................................................................86

2. Pedoman Wawancara...................................................................................................94

3. Transkip......................................................................................................................95

4. Reduksi......................................................................................................................100

5. Surat Penelitian..........................................................................................................101

6. Dokumentasi.............................................................................................................102

xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil................................................................44
2. Tabel 3.1 Informan......................................................................................................61
3. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Tonasa....................................................................67
4. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun.........................................................67

xvii
BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diskusi mengenai riba sudah sangat tua dalam peradaban Islam, sama tuanya

dengan usia agama Islam itu sendiri. Diskursus riba telah mulai dilontarkan Nabi

Muhammad saw, pada periode Mekah akhir dari dakwahnya. Pada masa dimana

rasulullah masi ada kegiatan umat islam tergolong masih berjalan dengan baik. Tidak

pernah muncul perbedaan paham yang dapat memecah belah kesatuan umat islam. Sebab,

adanya Rasulullah Saw di tengah-tengah umat islam pada saat itu selalu menjadi sosok

yang dapat menyelesakan segala bentuk sengketa atau permasalahan.

Pada saat Rasulullah Saw meninggal dunia kegelisahan mencapai puncak sebab

umat islam di tuntut untuk lebih mandiri dalam menghadapi segala persoalan yang datang

berikutnya. Sejak saat itu pula, benih-benih persoalan yang dapat berakibat pada

perpecahan pun muncul. Untuk menghindari terjadinya perpecahan di antara kaum

muslimin dalam menyikapi suatu persoalan, Rasulullah Saw secara tegas menyatakan

bahwa kaum muslimin diharuskan selalu memgang teguh keputusan yang di tetapkan di

dalam Al-Qur’an dan al- Hadits. Tampaknya, dalam beberapa dekade terakhir, di

kalangan kaum muslimin semakin mengalami perdebatan sengit terkait isu-isu

kontemporer belakangan ini. Isu kontemporer yang hangat-hangat menjadi bahan

pembicaraan seputaran riba dan bunga.

Perdebatan ulama mengenai riba bukanlah hal yang baru lagi, sebab diskusi

panjangan mengenai riba sudah muncul sejak munculnya islam itu sendiri. Di zaman

modern, setelah penetrasi institusi keuangan Barat ke dalam masyarakat

1
2

Muslim, diskusi mengenai ini mendapat banyak perhatian para ahli dalam kajian Islam

khususnya para ahli hukum syariah terkait dengan masalah bunga (interest). Mayoritas

ulama dan fatwa lembaga-lembaga keagamaan Islam menolak sistem bunga dan

memandangnya sebagai termasuk kategori riba. Namun beberapa sarjana Islam secara

individual menerima sistem bunga sebagai keniscayaan dalam sistem ekonomi modern

dan tidak menganggapnya sebagai riba dengan berbagai alasan. Sejak bergulirnya wacana

ekonomi Islam dan berkembangnya institusi keuangan dan lembaga bisnis syariah selama

beberapa dasawarsa terakhir, diskusi mengenai bunga dan riba kembali mengemuka

karena ekonomi Islam menjadikan bebas bunga sebagai paradigmanya. Diskusi mengenai

ini di tengah masyarakat masih berlangsung.

Pergerakan finansial merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari perilaku

manusia dalam menyikapi persoalan kehidupan. Bagi umat Islam, Al- Qur'an adalah

pembantu sekaligus pembantu dalam memenuhi kebutuhan mereka dan dalam semua

aktualitas langsung. Sunnah Nabi SAW memperjelas substansi Al-Qur'an, banyak reff

dari Al-Qur'an dan hadits Nabi yang menyemangati individu untuk bekerja tanpa lelah

dan melemahkan individu yang lesu. Namun, tidak semua latihan moneter dibela oleh Al-

Qur'an.

Sehubungan dengan sistem pelajaran Islam, latihan keuangan yang dilakukan oleh

orang-orang yang akan diciptakan memiliki beberapa pedoman dan kualitas moral atau

etika dalam peraturan Islam. Allah telah menurunkan makanan ke dunia ini untuk

dimanfaatkan oleh manusia sedemikian rupa yang telah dihalalkan oleh Allah dan

dibebaskan dari segala kegiatan yang mengandung riba. Sebagaimana dirujuk dalam Q.S.

Al-Baqarah/ 2 : 278

‫م ؤْ ِم ِنين‬ ‫ من ال ِ’رَبا ْم‬V‫ِ إن‬ ‫ِ قي ام‬ ‫وا ن آ َمُنوا َ ُروا وَذ‬Vُ‫اتَّق‬ ‫ا َأُّي‬V‫ّ ذِ ي َي‬Vَ‫َها ال‬
ُ‫ك ْنت‬ َّ ‫ل‬
‫ل‬
‫ا‬
3

Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman
(Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 278).

Dalam ayat ini diperintahkan bagi orang-orang yang beriman untuk meninggalkan

sisa-sisa riba. Masalah riba dapat dikatakan sudah “klasik” baik dalam perkembangan

pemikiran Islam maupun dalam peradaban Islam karena riba merupakan masalah yang

pelik dan sering terjadi di masyarakat, hal ini dikarenakan perbuatan riba sangat erat

kaitannya dengan transaksi dalam ekonomi (dalam Islam disebut kegiatan muamalah). )

yang sering dilakukan oleh manusia dalam aktivitasnya sehari-hari. Pada dasarnya

transaksi riba dapat terjadi dari transaksi utang, namun dari sumber tersebut dapat berupa

pinjaman, jual beli dan sebagainya.

Para ulama menetapkan dengan tegas dan jelas tentang larangan riba, karena riba

mengandung unsur eksploitasi yang dampaknya merugikan orang lain, hal ini mengacu

pada Kitab Allah dan Sunnah Nabi serta ijma’ para ulama. Bahkan bisa dikatakan

larangan tersebut telah menjadi penegasan dalam ajaran Islam. Beberapa pemikir Islam

berpendapat bahwa riba tidak hanya dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermoral tetapi

juga sesuatu yang menghambat kegiatan ekonomi masyarakat, sehingga yang kaya akan

semakin kaya sedangkan yang miskin akan semakin miskin dan tertindas.

Secara garis besar riba dikelompokan menjadi dua, yaitu riba hutang dan riba jual

beli. Riba atas hutang dibagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Sedangkan riba

jual beli terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasi'ah. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW,

riba sudah dikenal pada saat turunnya ayat-ayat yang menyatakan larangan transaksi yang

mengandung riba menurut waktu dan periode turunnya ayat tersebut hingga ada ayat

yang melarang keras riba. .


4

Bahkan istilah dan persepsi tentang riba begitu kental dan melekat di dunia Islam. Islam

mengharamkan riba selain sebagaimana dinyatakan secara tegas dalam

Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 278-279:

‫ ُم‬V‫ ِإ‬V‫ َف‬.‫ ْفَعلُوا ؤْ مِ ِني‬Vَ‫ ْم ت‬Vَ‫وا ْن ل‬Vُ‫َذن‬Vْ‫أ‬V‫َف‬ ‫ْم ك‬ ‫ا من‬Vَ‫رب‬V’ِ ‫ال‬ ‫ِ قي ام‬ ‫ َمُنوا َ ُروا وَذ‬Vَ‫وا ن آ‬Vُ‫ّق‬Vَ‫ات‬ ُّ‫ا أَي‬Vَ‫ّ ذِ ي ي‬Vَ‫َها لا‬
‫ْنتُ ن‬ َّ ‫ل‬
‫ل‬
‫ا‬

.َ ‫ ُمون‬Vَ‫ و ظل‬Vُ‫ت‬ ‫رءو ِل َوا ْم ك ْم َل ت ُمون ظ‬ ‫ ن تك ْم‬Vُ‫ ْم ْبت‬Vَ‫ل‬V‫ح ْر من ب ِو َر ِه ِإ َف‬


ِ‫ل‬ ‫سأ‬ ‫سو ِل و‬ َّ ‫ل‬
‫ل‬ ‫ل‬
‫ا‬
Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Q.S. Al-Baqarah/ 2 :
278-279).

Al-Baqarah 278-279 adalah bagian terakhir sehubungan dengan penolakan riba,

juga mengandung komponen transaksi ganda. Dalam Surah al-Baqarah dinyatakan bahwa

Anda tidak diperbolehkan untuk menyalahgunakan dan juga disakiti, maksudnya bukan

untuk menambah uang yang Anda berutang, juga karena latihan Anda akan lebih sering

merugikan orang lain. Jelas Islam melarang riba dan mengingatnya untuk dosa besar.

Namun, Allah SWT dalam mengharamkan riba mengambil teknik yang

berkesinambungan. Teknik ini dianut agar tidak mengejutkan orang-orang yang terbiasa

melakukan riba dengan niat penuh mengarahkan orang secara efektif dan hati-hati untuk

mengarahkan kembali kecenderungan mereka yang telah mapan, yang dijiwai oleh

adanya ketidaktahuan moneter.

Dari gambaran di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa riba merupakan masalah

yang tidak berkesudahan, selalu menarik dan masih menjadi perbincangan dalam masalah

keuangan Islam. Masalah riba telah dengan jelas dinyatakan sebagai haram dalam Al-

Qur'an. Bagaimanapun, pada kenyataannya apa yang terjadi di lapangan sangat berbeda

dan sangat memprihatinkan


5

meskipun dalam budaya Islam kita dapat mengantisipasi suatu perilaku Islami juga,

meskipun pada kenyataannya sering terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mengatur

dari perilaku seorang Muslim. dalam latihan moneter. Banyak orang yang tidak

mengetahui apa itu riba, padahal ada orang-orang tertentu yang mengetahui namun

sebenarnya mereka melakukan aktivitas moneter yang mengandung unsur riba di

dalamnya. (Rike Risda Mulia Asmawati, 2015)

Dari sisi penawaran, riba adalah komponen yang menyebabkan naiknya harga

barang dan jasa akibat naiknya biaya produksi. Sehingga hal tersebut berpotensi

menimbulkan inflasi. Dari sisi permintaan, riba yang telah menjadi komponen harga

menyebabkan bertambahnya beban yang harus dibayar oleh konsumen, dan berpotensi

menciptakan pengisapan kekayaan konsumen oleh produsen dan pemilik modal.

Kenaikan tingkat suku bunga (riba) akan berdampak pada turunnya investasi. Demikian

pula sebaliknya, turunnya suku bunga akan mendorong pertumbuhan investasi.

Terganggunya investasi akan menyebabkan terganggunya produksi dan sisi supply dalam

perekonomian. (Ahmad Naufal, 2019)

Diskursus mengenai riba dapat dikatakan telah "klasik" baik dalam perkembangan

pemikiran Islam maupun dalam peradaban Islam karena riba merupakan permasalahan

yang pelik dan sering terjadi pada masyarakat, hal ini disebabkan perbuatan riba sangat

erat kaitannya dengan transaksi-transaksi di bidang perekonomian (dalam Islam disebut

kegiatan muamalah) yang sering dilakukan oleh manusia dalam aktivitasnya sehari-hari.

Pada dasarnya, transaksi riba dapat terjadi dari transaksi hutang piutang, namun bentuk

dari sumber tersebut bisa berupa qardh, buyu' dan lain sebagainya. Para ulama

menetapkan dengan tegas dan jelas tentang pelarangan riba, disebabkan riba

mengandung
6

unsur eksploitasi yang dampaknya merugikan orang lain, hal ini mengacu pada

Kitabullah dan Sunnah Rasul serta ijma' para ulama. Bahkan dapat dikatakan tentang

pelarangannya sudah menjadi aksioma dalam ajaran Islam. Beberapa pemikir Islam

berpendapat bahwa riba tidak hanya dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermoral

melainkan sesuatu yang menghambat aktifitas perekonomian masyarakat. Sehingga orang

kaya akan semakin kaya sedangkan orang miskin akan semakin miskin dan tertindas.

Manusia merupakan makhluk yang "rakus", mempunyai hawa nafsu yang

bergejolak dan selalu merasa kekurangan sesuai dengan watak dan karakteristiknya, tidak

pernah merasa puas, sehingga transaksi-transaksi yang halal susah didapatkan karena

disebabkan keuntungannya yang sangat minim, maka haram pun jadi (riba). Ironis

memang, justru yang banyak melakukan transaksi yang berbau riba adalah kalangan umat

Muslim yang notabene mengetahui aturan-aturan (the rules of syariah) syari'at Islam.

Sarjana barat pernah berkomentar bahwa sarjana Barat tersebut menemukan banyak

orang Islam di Indonesia, tetapi perbuatan orang Islam di Indonesia sedikit yang Islami,

sebaliknya sarjana Barat sedikit menemukan orang Islam di negara barat tetapi perbuatan

atau pekerjaannya mencerminkan kebudayaan Muslim (Islamic values). Kalau demikian

kondisi umat Islam, maka celakalah "mereka". Karena seorang muslim sejati hanya akan

"melongok" dunia perekonomian melalui kaca mata Islam yang selalu

mengumandangkan "ini halal dan ini haram, ini yang diridhoi Allah dan yang ini

dimurkai oleh-Nya"

Riba merupakan suatu tambahan lebih dari modal asal, biasanya transaksi riba

sering dijumpai dalam transaksi hutang piutang dimana kreditor meminta tambahan dari

modal asal kepada debitur. tidak dapat dinafikkan bahwa dalam jual
7

beli juga sering terjadi praktek riba, seperti menukar barang yang tidak sejenis,

melebihkan atau mengurangkan timbangan atau dalam takaran. (Wasilul Chair, 2014)

Banyak orang yang melakukan praktik keuangan yang mengandung unsur riba di

dalamnya, sedangkan persoalan yang muncul dan diteliti secara luas adalah status premi

yang terdapat di bank-bank biasa, lebih tepatnya dengan mengambil catatan tambahan

hutang. Meskipun demikian, dalam kehidupan individu, banyak individu mengumpulkan

uang muka tambahan, misalnya, tindakan kewajiban dan kredit yang ada pada individu

Desa Tonasa, khususnya mengambil bunga dari uang muka, baik melalui kegiatan lokal

maupun individu. Apalagi tidak hanya itu, dalam berdagang, ada orang-orang tertentu

yang mengerjakan jual beli yang mengandung unsur riba di dalamnya, khususnya curang

hingga mengurangi timbangan.

Sehubungan dengan pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi. Untuk menanggapi

pertanyaan ini, penting untuk memimpin tinjauan. Pada acara ini pencipta mencoba

melakukan eksplorasi yang berpusat pada kelompok masyarakat muslim di Desa Tonasa.

Dimana di Desa Tonasa sendiri merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya

beragama Islam. Dilihat dari persepsi yang mendasari para ahli, tujuan dilakukannya

tindakan riba dalam pelaksanaan moneter adalah rendahnya pemahaman masyarakat

terhadap riba. Ini adalah tempat yang mendasari minat para analis untuk memimpin

penelitian, dengan individu-individu yang mayoritas Muslim namun membutuhkan

pemahaman tentang riba.


8

Oleh karena itu, para peneliti ini ingin melakukan eksplorasi tambahan dengan

memilih judul “Analisis Pemahaman Masyarakat tentang Riba (Studi Kasus Desa Tonasa,

Kec. Sanrobone, Kab. Takalar).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah.

1. Bagaimana pemahaman masyarakat tentang riba?

2. Apa penyebab kurangnya pemahaman masyarakat tentang riba?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini

adalah

1. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang riba.

2. Untuk mengetahui apa penyebab kurangnya pemahaman masyarakat tentang riba.

D. Manfaat Penilitian

Bagi akademisi dapat menjadi rujukan dan informasi ilmiah untuk melakukan

pendalaman, dan pengkajian lebih lanjut untuk mendalami tentang pemahaman

masyarakat desa Tonasa mengenai Riba. Secara praktis, sebagai referensi bagi

mahasiswa, masyarakat dan umat Islam pada umumnya.


BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Pemahaman

Muhsin, Rahmah Johar, Elah Nurlaelah, dalam jurnalnya yang berjudul

Peningkatan Kemampuan Pemahan Dan Pemecahan Masalah Matematis Melalui

Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual mengatakan Pemahaman adalah

interpretasi pemahaman, ditandai sebagai menelan pentingnya materi yang

direnungkan. Untuk mendapatkan suatu item secara mendalam seseorang harus

mengetahui:

(1) artikel yang sebenarnya; (2) hubungannya dengan item lain yang sebanding;

(3) keterkaitan dengan pasal-pasal berbeda yang tidak/berbanding; (4) asosiasi

ganda dengan item lain yang sebanding dan

(5) hubungannya dengan objek dalam spekulasi yang berbeda.

Pemahaman adalah salah satu bagian dari kategorisasi ilmiah Sprout

dalam ruang mental. Sprout (Ruseffendi, (1991) membagi pengertian menjadi

tiga macam, yaitu mendapatkan interpretasi, mendapatkan terjemahan dan

mendapatkan ekstrapolasi.Kesepakatan terjemahan, adalah kemampuan untuk

memahami suatu pemikiran yang ditanyakan dengan satu cara lagi yang

dikontraskan dengan pernyataan pertama yang sudah diketahui, misalnya

memiliki opsi untuk mengubah subjek kata dan ekspresi). kata-kata menjadi

gambar serta sebaliknya. Kesepakatan interpretatif adalah kapasitas untuk

memahami materi atau pemikiran yang dicatat, diubah atau diatur dalam struktur

yang berbeda (seperti bagan, tabel, grafik). Pengertian ekstrapolasi adalah

kemampuan

9
1

untuk meramalkan koherensi (kelanjutan) pola-pola yang ada sesuai informasi,

dengan keadaan yang digambarkan dalam korespondensi pertama. Dengan

demikian menunjukkan bahwa pemahaman tidak hanya sekedar mendapatkan

suatu data tetapi juga objektivitas, disposisi dan kepentingan yang terkandung

dalam suatu data atau pada akhirnya, seorang siswa dapat mengubah suatu data

yang ada padanya menjadi suatu struktur yang lebih penting.(Muhsin, Rahmah

Johar, Elah Nurlaelah, 2013)

Dalam skripsi endri susilo yang berjudul Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Pemahaman Masyarakat Desa Terhadap Produk

Perbankan Syariah, mengatakan menurut W. S. Winkel, yang tersirat dari

pemahaman adalah kemampuan menangkap arti penting dan makna dari bahan

yang diteliti. Kehadiran kapasitas ini dikomunikasikan dalam menggambarkan

substansi utama dari membaca, mengubah informasi yang diperkenalkan dalam

struktur tertentu ke struktur lain, misalnya, persamaan numerik menjadi kata-

kata, menyebabkan pengukur tentang pola yang muncul dalam informasi tertentu,

misalnya , dalam diagram. Sementara itu, sebagaimana dikemukakan oleh

Ahmad Susanto, pengertian adalah kemampuan untuk memperjelas dan

menguraikan sesuatu, ini mengandung arti bahwa seseorang yang telah

memperoleh sesuatu atau telah memperoleh suatu perjanjian akan benar-benar

ingin memperjelas atau memperjelas kembali apa yang telah diperolehnya.

Selanjutnya bagi orang yang telah merasakannya, maka pada saat itu ia dapat

memberikan terjemahan atau menguraikan secara umum sesuai dengan kondisi

di sekitarnya, ia dapat menghubungkannya dengan


1

keadaan yang ada saat ini dan di kemudian hari. Alat yang digunakan dalam

menalar adalah akal, dan hasil nalar dibawa ke dunia dengan bahasa dan juga

dapat berupa wawasan. Wawasan adalah kapasitas untuk menyesuaikan diri

dengan kebutuhan baru dengan memanfaatkan instrumen berpikir yang masuk

akal untuk motivasi mereka.

Pemahaman ini diharapkan dapat membantu memberikan bantuan untuk

peningkatan kemungkinan yang ada dalam dirinya dan tujuan dari masalah yang

dihadapinya. Orang sebagai aturan umum kontras dalam kapasitas penalaran,

atribut karakter, dan perilaku mereka. Semua itu dapat dinilai atau diperkirakan

dengan cara yang berbeda. Pengertian itu sendiri dapat dipisahkan menjadi dua,

lebih spesifiknya:

a. Menurut Seperti yang ditunjukkan oleh suatu peristiwa, pemahaman

dapat dibagi menjadi dua macam:

 Sengaja adalah dengan sengaja dan benar-benar pengertian, maka

hasilnya akan lebih signifikan.

 Secara tidak sengaja, dia tanpa sadar mengamankan beberapa

informasi, hasilnya tidak mendalam dan sporadis.

b. Menurut pendekatan untuk memahaminya, pemahaman dapat dipisahkan

menjadi dua macam:

 Tepatnya adalah dengan tetap memperhatikan dengan sedikit

apa artinya, akibat dari penglihatan ini biasanya tidak akan

berlangsung lama dan akan segera hilang.

 Secara sah, mempertahankan dan mengetahui pentingnya, efek

samping dari pemahaman ini akan bertahan lebih lama dan tidak

akan cepat terlupakan.


1

Selanjutnya, jelas pemahaman adalah komponen mental yang vital dalam

belajar. Dari pengertian di atas, dapat diduga bahwa pengertian adalah suatu

pengaturan dan informasi yang masuk akal dan masuk akal tentang tanggapan

informasi atau perhatian untuk memiliki pilihan untuk mengatasi masalah

masalah tertentu yang ditentukan untuk mendapatkan kejelasan.

2. Indikator Pemahaman

Sesuai Benjamin Blossom di Muthya menyatakan bahwa ada tujuh penanda yang

dapat dibuat pada tingkat mendapatkan siklus mental, khususnya:

a. Interpretasi (Interpreting)

Penguraian adalah kapasitas yang ada pada individu untuk memiliki opsi

untuk mendapatkan informasi/data dari item tertentu dan memiliki opsi

untuk mengklarifikasinya dalam struktur yang berbeda. Misalnya,

pengungkapan dari satu kata ke kata lain (rangkuman/penggambaran

dengan kata-kata), gambar ke kata, kata ke gambar, angka ke kata, kata

ke angka, dokumentasi ke nada. Satu lagi istilah untuk memahami adalah

mengartikan, menjelaskan, dan menggambarkan.

b. Mencontohkan (Exemplifying)

Exemplifying adalah kemampuan yang ada dalam diri individu untuk

memberikan gambaran tentang suatu gagasan yang telah

dipertimbangkan dalam sistem pembelajaran. Memberi model terjadi

ketika seseorang memberikan ilustrasi tertentu dari keseluruhan artikel

atau standar. Memberikan model


1

menggabungkan bukti yang membedakan definisi, atribut artikel umum

atau standar.

c. Menklarifikasikan (Clasification)

Clasification adalah kemampuan yang ada dalam diri individu untuk

mengelompokkan sesuatu yang dimulai dari latihan-latihan yang

dilakukan individu yang dikenal ke item tertentu, kemudian, pada saat

itu, individu tersebut dapat memperjelas kualitas ide, dan mengumpulkan

sesuatu berdasarkan atributnya. yang telah ditemukan oleh seseorang. itu.

Pengelompokan menggabungkan bagian dari tindakan mencari kualitas

penting atau mencari contoh. Karakterisasi adalah suplemen untuk sistem

ujian. Jenis karakterisasi elektif adalah pengelompokan dan penyortiran.

d. Meringkas (Summarizing)

Summarizing adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk

menumbuhkan proklamasi yang dapat menggambarkan substansi

data/topik secara keseluruhan sebagai garis besar/resume atau dinamis.

Menyimpulkan menggabungkan latihan mengatur penggambaran data,

seperti pentingnya pentingnya adegan dan berasal dari struktur seperti

melacak topik. Pilihan struktur ini adalah spekulasi atau konseptual.

e. Menyimpulkan (Inferring)

Inferring adalah kapasitas yang ada pada individu untuk melacak contoh

dari gambaran material yang diberikan. Tindakan ini merupakan gerakan

lanjutan dari tindakan membuat resume atau pembahasan materi tertentu

dengan atribut yang bersangkutan dan


1

hubungan yang wajar antara keduanya. Arah terjadi ketika seorang

individu dapat meringkas suatu item.

f. Membandingkan (Comparing)

Melihat (kontras) adalah kapasitas yang ada pada individu untuk

mengidentifikasi kesamaan dan kontras antara setidaknya dua item,

kesempatan, pikiran, masalah, atau keadaan, misalnya, memutuskan

bagaimana kesempatan dapat terjadi dengan tepat. Mencari secara

individual hubungan antara satu komponen dan contoh dalam satu artikel,

kesempatan, atau pemikiran dalam item, kesempatan atau pemikiran lain

juga diingat untuk melihat panggung. Satu lagi nama untuk kontras

adalah dengan mengenali, mengubah.

g. Klarifikasi (Menjelaskan)

Adalah kapasitas yang ada dalam diri seseorang sehingga seseorang

dapat menciptakan dan memanfaatkan alasan atau dampak dari suatu

barang. Satu lagi nama untuk mengklarifikasi adalah mengklarifikasi

artikel tentang model pembelajaran. Klarifikasi terjadi ketika seseorang

dapat mengarang dan melibatkan model kausal dalam suatu kerangka

kerja. Model tersebut mungkin didapat dari hipotesis yang tepat atau bisa

juga dalam eksplorasi atau percobaan. (Endri Susilo, 2020)

3. Pemahaman Masyarakat

Pengertian pemahaman masyarakat Dalam bahasa Indonesia, kata

referensi pemahaman yang sangat besar berasal dari kata dasar 'memahami' yang

berarti banyak informasi, penilaian, melihat, licik dan


1

melihat secara akurat tentang suatu hal. Sedangkan pemahaman adalah siklus,

strategi, demonstrasi pemahaman atau pemahaman.

Pemahaman adalah kemampuan untuk memperjelas dan menguraikan

sesuatu, ini mengandung arti bahwa seseorang yang telah memperoleh sesuatu

atau telah memperoleh suatu kesepakatan akan benar-benar ingin memperjelas

atau mengklarifikasi kembali apa yang telah diperolehnya. Demikian pula bagi

individu yang telah mempersepsikannya, maka pada saat itu ia dapat memberikan

pengertian atau menguraikan secara luas yang ditunjukkan dengan kondisi di

sekelilingnya, ia dapat menghubungkan dengan keadaan yang ada saat ini dan di

kemudian hari.

Siklus kesepakatan adalah suatu tahapan atau cara untuk mencapai suatu

tujuan sebagai pemanfaatan informasi yang dimiliki, sehingga informasi dapat

membuat sudut pandang yang benar atau merenungkan sesuatu. Sedangkan cara

pandang atau percaya adalah cara pandang, yang merupakan manifestasi dari

semangat yang dapat memutuskan keterkaitan antara wawasan kita terhadap

suatu persoalan. Alat yang digunakan dalam meyakini adalah akal, dan akibat

dari akal tersebut dibawa ke dunia dengan bahasa dan juga dapat berupa

pengetahuan. Wawasan adalah kapasitas untuk menyesuaikan diri dengan

kebutuhan baru dengan memanfaatkan instrumen berpikir yang sesuai untuk

motivasi mereka.

Pemahaman ini direncanakan untuk membantu memberikan bantuan

untuk peningkatan kemungkinan yang ada dalam dirinya dan tujuan dari masalah

yang dihadapinya. Orang sebagai aturan umum


1

bervariasi dalam kapasitas penalaran, atribut karakter, dan perilaku mereka.

Semua itu dapat dinilai atau diperkirakan dengan cara yang berbeda.

Masyarakat adalah perkumpulan yang terdiri dari perkumpulan-

perkumpulan yang berbeda dan tinggal di satu wilayah, lingkaran dapat terdiri

dari individu-individu yang tahan terhadap individu-individu yang tidak sanggup

menanggung biayanya. Masyarakat sejati adalah perkumpulan yang sudah

memiliki peraturan baku, standar, dan pedoman lain yang layak untuk dipatuhi.

Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Syani, masyarakat berasal dari

kata musyarak yang berarti bersama. Kemudian, pada saat itu berubah menjadi

wilayah lokal yang berarti berkumpul, hidup masing-masing dengan

berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain dan kemudian mendapatkan

persetujuan untuk berubah menjadi wilayah lokal.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipersepsikan bahwa

pengertian daerah merupakan suatu tahapan atau interaksi dalam mencapai suatu

tujuan dimana terdapat suatu perkumpulan yang saat ini telah memiliki peraturan

baku, standar, dan pedoman yang berbeda yang layak untuk dipatuhi. . Dalam

mencapai suatu tujuan, penting untuk memiliki informasi yang dapat membuat

sudut pandang yang benar atau merenungkan sesuatu. (Maria Ulva, 2018)

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman

Untuk mengetahui pemahaman daerah setempat, penting untuk memiliki

faktor-faktor yang dapat diperkirakan sebagai penanda bahwa


1

seseorang dapat dinyatakan mendapatkan sesuatu. Unsur-unsur yang dapat

mempengaruhi kesepakatan publik meliputi:

Sebuah.

a. Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan sebagai "konsekuensi manusia yang

terbiasa dengan sesuatu atau semua aktivitas manusia untuk memahami

suatu artikel yang dihadapinya, atau akibat dari upaya manusia untuk

mendapatkan item tertentu." Informasi dapat diperoleh melalui wawasan

sendiri maupun melalui orang lain baik secara langsung maupun melalui

media, dan apa yang diceritakan dapat diakui sebagai sesuatu yang

dipikirkan dengan jelas. Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan

seseorang untuk memperoleh informasi, termasuk bertanya kepada

individu yang dianggap mencari tahu tentang sesuatu (memiliki ahli

logika di bidang tertentu). Informasi pada dasarnya menggabungkan

semua yang diketahui oleh individu sehubungan dengan item tertentu

baik melalui wawasannya sendiri atau melalui orang lain. Untuk situasi

ini, informasi tentang riba dimana individu yang memiliki banyak

informasi tentang riba dapat dikatakan mendapatkan riba.

b. Pengalaman-pengalaman Terdahulu

Pengalaman-pengalaman Terdahulu sangat memengaruhi cara

individu melihat dunia. Cermin bagi kita tentu bukan hal baru, namun

berbeda bagi orang Mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di

pedalaman Iran. Mengingat pengalaman yang dimiliki, seseorang dapat

mempertimbangkan secara menyeluruh


1

apa yang telah dilakukan, dengan tujuan agar ini digunakan untuk

melacak kenyataan. Pengalaman yang digerakkan oleh daerah dalam

melihat realitas yang didapat melalui wawasan langsung tentang riba

dapat mempengaruhi pemahaman dimana semakin banyak pengalaman

yang mereka miliki baik dari penyelidikan logis maupun praktik, hal ini

menunjukkan bahwa mereka mendapatkan riba.

c. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat dasar pemahaman masyarakat mengingat keadaan keuangan

daerah setempat dapat menyelesaikan pendidikan lanjutan untuk

mendapatkan informasi dan data yang ada secara lokal. Status keuangan

seseorang juga akan menentukan aksesibilitas kantor penting untuk

latihan tertentu. Pekerjaan juga mempengaruhi desain penggunaan.

Bekerja dengan implikasi menambah tingkat pemahaman individu, hal ini

karena pekerjaan erat kaitannya dengan faktor sosial dan kerjasama

sosial.

d. Faktor Sosial/Lingkungan

Hampir setiap masyarakat umum memiliki jenis struktur kelas

sosial. Kelas sosial adalah bagian masyarakat yang cukup tahan lama dan

terorganisir yang individu-individunya memiliki kualitas, minat, dan

praktik yang sebanding. Kumpulan referensi atau referensi individu

terdiri dari semua kelompok yang mempengaruhi sikap atau perilaku

individu tersebut. Iklim merupakan salah satu unsur yang

mempengaruhi tatanan seseorang. Dalam keadaan


1

seseorang saat ini, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan

mempengaruhi perspektif seseorang.

e. Faktor Informasi

Menurut Wied Hary, informasi akan memengaruhi kesepakatan

seseorang. Terlepas dari kenyataan bahwa seseorang memiliki instruksi

yang rendah, dengan asumsi dia mendapatkan data yang bagus dari

berbagai media seperti televisi, radio, atau surat kabar, itu dapat

memperluas kesepakatan individu.

f. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan karakter dan

kapasitas di dalam dan di luar sekolah dan bertahan selamanya. Dengan

pendidikan lanjutan, seseorang pada umumnya akan mendapatkan data.

baik dari orang lain maupun dari komunikasi yang luas. Semakin banyak

data yang masuk, semakin banyak informasi yang Anda dapatkan. (Maria

Ulva, 2018)

5. Pengertian Riba

Marwini dalam jurnalnya yang berjudul Kontroversi Riba Dalam

Perbankan Konvensional Dan Dampak Terhadap Perekonomian mengatakan,

Pengertian riba secara etimologis adalah kelebihan, penambahan, peningkatan

atau surplus. Kata riba dalam bahasa Inggris disebut usury, yang diartikan bunga

yang terlalu tinggi atau berlebihan. Zuhaili menyebutkan bahwa arti riba secara

etimologi adalah tambahan. Imam Sarkhasi (bermazhab Hanafi) mendefinisikan

riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi jual beli tanpa adanya

iwadh (padanan). Al-Askalani menyatakan bahwa riba pada esensinya adalah

kelebihan,
2

apakah itu berupa barang ataupun uang. Kemudian menurut Afzalurrahman, pada

dasarnya, riba adalah pembayaran yang dikenakan terhadap pinjaman pokok

sebagai imbalan terhadap pinjaman pokok sebagai imbalan terhadap masa

pinjaman itu berlaku. Al- Maududi dan para Sarjana Muslim Arab menyatakan,

riba adalah tambahan yang melebihi dari pokok pinjaman walaupun tambahan

tersebut sedikit.

Secara redaksional, ulama mendefinisikan riba berbeda-beda, namun

secara substansinya sama, yaitu suatu kelebihan dengan tanpa suatu imbalan

(pengganti) yang disyaratkan oleh salah satu dari dua orang yang melakukan

transaksi (utang-piutang), atau dengan kata lain, riba dikenal sebagai kelebihan

keuntungan (harta) dari salah satu pihak terhadap pihak lain dalam transaksi jual

beli dan atau pertukaran barang yang sejenis dengan tanpa memberikan imbalan

terhadap kelebihan tersebut. Ekonom muslim menyatakan riba adalah

pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaski jual beli

maupun dalam pinjam meminjam.1 Dalam ilmu ekonomi riba berarti kelebihan

pendapatan yang diterima oleh pemberi pinjaman yang diberikan oleh peminjam

sebagai upah atas dicairkannya sebagian harta dalam waktu yang telah

ditentukan. (Marwini, 2017)

Andi Askar dalam jurnalnya yang berjudul Konsep Riba Dalam Fiqih

Dan Al-Qur’an mengatakan, secara khusus, pemikiran riba sebagaimana

ditunjukkan oleh ungkapan fiqh adalah ekspansi luar biasa yang diklaim oleh

salah satu pihak yang melakukan pertukaran tanpa hadiah tertentu. Riba adalah

kelimpahan yang tidak dibarengi dengan pembayaran yang diperlukan dalam

pertukaran transaksi dan pembelian. Menurut


2

Abdurahman Al-Jaiziri, riba adalah suatu akad yang terjadi dengan suatu

perdagangan tertentu, tidak diketahui apakah serupa menurut aturan syar'i atau

salah satunya terlambat. Muhammad Abduh menambahkan bahwa riba adalah

suatu pilihan yang diajukan oleh seseorang yang memiliki harta kepada seseorang

yang mendapat, karena keterlambatan jaminan pengembalian angsuran dari waktu

yang telah ditentukan.

Seperti yang ditunjukkan oleh Badrudin al Ayni, aturan mendasar dalam

riba adalah perluasan sumber daya utama dengan hampir tidak ada pertukaran

asli. Secara garis besar tidak sama dengan al ayni, Imam Sarakhi menjelaskan

bahwa riba merupakan tambahan yang diharapkan dalam bisnis atau bisnis.

Sedangkan puing-puing sura; I otot perut dul Hadi, yang dimaksud dengan riba

adalah perluasan yang diberikan oleh pemegang utang kepada pemberi pinjaman

atas kredit utama, sebagai trade-off untuk angsuran yang tidak diketahui jatuh

temponya. Secara khusus, dalam pengertian gaya lama bahwa riba adalah

keuntungan tambahan yang didapat karena pertukaran dan tidak ada pengaturan

yang cermat dalam pertukaran yang dilakukan.

Seperti yang ditunjukkan oleh akar kata, Riba menyiratkan ziyadah

(tambahan). Secara fonetis, riba memiliki arti penting untuk tumbuh dan

berkembang. Seperti yang ditunjukkan oleh istilah-istilah khusus, riba

menyiratkan mengambil ekstra dari properti pusat atau modal dengan cara

yang sia-sia. Tentang itu, Allah SWT berfirman,

ۚ ‫ك ْم‬
‫َ را ض‬ ‫ ْن ِإ ِ ت ن جا َرة‬Vَ‫ ُكو أ‬Vَ‫ت‬ ‫ا ك ْم ِبا‬Vَ‫ ك ْمْلب‬Vَ‫ ُكلُوا أَ َب ْين‬Vَ‫ْم َوال‬ ‫وا ن‬Vُ‫ا أَيُّ آ َمن‬Vَ‫ّ ذِ ي ي‬Vَ‫َها ال‬
‫عن تَ م ْن‬
‫ل طل‬ ‫أ‬Vَ‫ل ت‬

‫ر ِحي ًما‬ ۚ ‫ و‬Vُ‫ ْنف‬Vَ‫أ‬


‫ِ ب كان ك ْم‬
ََّ ‫سك ْم لل‬
‫ا ن‬ ‫ ْقتلُوا‬Vَ‫ل ت‬
2

Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-Nisaa’/
3 :29).

Ibn al-Arabi al-Maliki dalam bukunya, Ahkam Al-Qur'an, menjelaskan

bahwa "Pentingnya riba secara etimologis adalah ekstra, namun apa yang tersirat

oleh riba dalam Al-Qur'an adalah setiap ekspansi yang diambil tanpa pengganti

atau menyesuaikan pertukaran yang didukung oleh hukum syariah."

Alasan pertukaran pengganti atau penggantian kerugian adalah

pertukaran bisnis atau bisnis yang melegitimasi ekspansi secara nyata, misalnya,

pertukaran kesepakatan dan pembelian, janji, sewa atau pembagian manfaat

tugas. Dalam perdagangan, pembeli mengikuti harga barang dagangan yang

didapatnya. Dalam pertukaran gadai, toko barang bekas mendapat hadiah karena

mengikuti dan mengikuti barang dagangan yang digadaikan. Dalam sewa,

penduduk membayar sewa karena ada keuntungan sewa yang diperoleh penyewa,

mengingat pengurangan nilai finansial barang dagangan yang disewa. Dalam

tugas pembagian keuntungan, anggota usaha bersama memenuhi syarat untuk

mendapatkan keuntungan karena selain modal, mereka juga ikut serta dalam

kemungkinan pertaruhan kemalangan yang mungkin muncul kapan saja.

Arti serupa dari riba juga telah disampaikan oleh banyak peneliti

sepanjang sejarah Islam dari berbagai cara berpikir. Pertama, iklan Badr Raket al-

Ayni, pencipta Umdatul Qari Syarah Shaih al-Bukhari. Aturan dasar dalam riba

adalah ekspansi. Seperti yang ditunjukkan oleh syariah,


2

riba menyiratkan perluasan sumber daya kepala dengan hampir tidak ada

kesepakatan yang nyata. Kedua, Imam Sarakhsi dari mazhab Hanafi. Riba adalah

tambahan yang diharapkan dalam transaksi tanpa adanya iwadh (sama) yang

dilegitimasi oleh syariah untuk ekspansi. Ketiga, Raghib al- Asfahani yang

menjelaskan bahwa riba merupakan perluasan dari sumber daya utama. Keempat,

Imam an-Nawawi dari mazhab Syafi'i. Salah satu jenis riba yang diingkari Al-

Qur'an dan As-Sunnah adalah pemekaran sumber daya karena komponen waktu.

Di dunia keuangan, ini dikenal sebagai bunga kredit sesuai dengan jangka waktu

di muka.

Kelima, Qatadah, yang menyatakan bahwa riba jahiliah adalah seseorang

yang menjual produknya untuk jangka waktu tertentu. Jika jam angsuran telah

muncul dan pembeli tidak dapat membayar, ia akan membayar biaya tambahan

untuk penundaan tersebut. Keenam, Zaid kaleng Aslam, yang menjelaskan bahwa

yang dimaksud dengan riba pelupa yang mengisyaratkan penggandaan setelah

beberapa waktu adalah seseorang yang memiliki piutang dari rekannya. Saat

pengembangan, dia berkata, "Bayar sekarang atau tambahkan." Ketujuh, Mujahid

yang memberikan persetujuan bahwa riba adalah titik dimana mereka menjual

produknya pada suatu waktu. Jika sudah lewat jatuh tempo dan tidak bisa

membayar, pembeli memberikan kesempatan ekstra yang ideal untuk waktu

ekstra yang diberikan.

Kedelapan, Ja'far meruntuhkan Sadiq dari kalangan Syi'ah. Puing Ja'far

Sadiq berkata ketika ditanya mengapa Allah SWT mengingkari riba, agar orang

tidak berhenti mengerjakan sesuatu yang bermanfaat. Hal ini karena ketika

diperbolehkan mengambil bunga kredit, seseorang tidak


2

melakukan ma'ruf lagi dalam memperoleh dan mendapatkan pertukaran dan

semacamnya, meskipun qardh mengharapkan untuk menjalin hubungan yang

nyaman dan kebaikan antara orang-orang. . 10. Imam Ahmad penampung

Hambal, pengelola mazhab Hambali yang memberikan pengaturan bahwa

memang riba adalah seseorang yang memiliki kewajiban, kemudian, pada saat

itu, ia disarankan untuk mengurusnya atau membayar lebih. Dengan asumsi dia

tidak bisa mengurusnya, dia harus menambahkan aset (sebagai bunga kredit)

untuk waktu tambahan yang diberikan". (Andi Askar 2020)

Dudi Badruzaman dalam jurnalnya yang berjudul Riba Dalam Perspektif

Keuangan Islam mengatakan, Dengan mengabaikan perbedaan pendapat yang

ada, umumnya para fuqaha' menyepakati akan adanya dua macam riba, yaitu riba

fadl (sebagaimana definisi pertama) dan riba nasi'ah (sebagaimana definisi

kedua). Namun, Abu Zahrah dan Rafiq Yunus al- Misri membuat pembagian riba

yang agak berbeda dengan ulama lainnya. Menurut keduanya, riba dibedakan atas

riba yang terjadi pada hutang- pihutang yang disebut dengan riba nasi'ah dan riba

yang terjadi pada jual beli, yaitu riba nasa' dan riba fadl. Al-Mishri menekankan

pentingnya pembedaan antara riba nasi'ah dengan riba nasa' agar terhindar dari

kekeliruan dalam mengidentifikasi berbagai bentuk riba. (Dudi Badruzaman

2019)

Abdul Ghofur dalam jurnalnya yang berjudul Konsep Riba Dalam Al-

Qur’an mengatakan, Menurut Quraish Shihab, kata riba dari segi bahasa berarti

“kelebihan”. Kalau kita hanya berhenti pada makna kebahasaan ini, maka logika

yang dikemukakan para penentang riba pada masa Nabi dapat


2

dibenarkan. Ketika itu mereka berkata (sebagaimana diungkapkan al- Qur‟an –

bahwa “jual beli sama saja dengan riba” (QS. al-Baqarah [2]:275), Allah

menjawab mereka dengan tegas bahwa “Allah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba”. Penegasan ini dikemukakan-Nya tanpa menyebut alasan

secara eksplisit, namun dapat dipastikan bahwa tentu ada alasan atau hikmah

sehingga riba diharamkan dan jual beli dihalalkan. Pengertian yang hampir

sama juga disampaikan oleh beberapa ulama antara lain, Badruddin al-Ayni

yang berpendapat bahwa prinsip utama dalam riba adalah penambahan.

Menurut syari‟ah, riba berarti penambahan atas harga pokok tanpa adanya

transaksi bisnis riil. Sementara Imam Sarakhsi dari madzhab Hanafi

mengatakan bahwa riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi

bisnis tanpa adanya iwadh (padanan) yang dibenarkan syariah atas

penambahan tersebut. Menurut Zaid bin Aslam, yang dimaksud riba Jahiliyyah

yang berimplikasi pelipatgandaan sejalan dengan waktu adalah seseorang yang

memiliki piutang atas mitranya pada saat jatuh tempo, ia berkata, “bayar

sekarang atau tambah”. Dan Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya tentang riba,

ia menjawab, “sesungguhnya riba itu adalah seseorang memiliki utang maka

dikatakan kepadanya apakah akan melunasi atau membayar lebih. Jikalau tidak

mampu melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga pinjaman)

atas penambahan waktu yang diberikan”. Dengan demikian dapat diketahui

bahwa secara umum terdapat benang merah antara pengertian secara

bahasa (lughah) maupun secara istilah yang

menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan dalam suatu akad

transaksi tertentu di mana pengambilan tambahan tersebut tanpa disertai


2

imbangan tertentu. Dengan bahasa lain, riba adalah pengambilan tambahan dari

harta pokok tanpa transaksi pengganti yang meligitimasi adanya penambahan

tersebut. (Abdul Ghofur 2016)

Terdapat beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum

terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan

tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam- meminjam secara batil

atau bertentangan dengan prinsip mu'amalah dalam Islam.

Dalam ilmu ekonomi pada umumnya riba adalah sinonim dengan bunga

uang (rente) yang muncul dari sejumlah uang pokok, yang lazim disebut dengan

istilah kapital atau modal berupa uang. Dalam hal ini bunga uang disebutjuga

dengan rente atau interest yaitu penggantian kemgian yang diterima oleh yang

empunya modal uang untuk menyerahkan penggunaan modal itu. (Rahtnani

Timorita YuliantV 2002)

6. Sejarah Pelarangan Riba Sebelum Islam

Sar’an dalam jurnalnya yang berjudul Riba Dalam Perspektif Islam

mengatakan, Istilah riba telah dikenal dan dimanfaatkan dalam pertukaran

keuangan oleh kelompok masyarakat Badui sebelum munculnya Islam. Padahal,

pada saat itu riba pada dasarnya adalah ekspansi sebagai uang tunai karena

penundaan dalam memenuhi kewajiban. Oleh karena itu, riba dapat diartikan

sebagai pengambilan ekstra di bursa perdagangan atau wesel bayar dalam batil

atau bertentangan dengan pedoman peraturan Islam.

Riba tidak hanya dikenal dalam Islam, namun dalam agama yang berbeda

(non-Islam) riba telah dikenal dan lebih jauh lagi larangan


2

demonstrasi pemungut riba, bahkan pengingkaran terhadap riba sudah ada sejak

sebelum Islam menjadi agama.

a. masa Yunani kuno

Orang Yunani kuno memiliki perkembangan yang tinggi, memperoleh

uang dengan mengumpulkan pendapatan sama sekali tidak diperbolehkan.

Hal ini tercermin dalam sebagian penjelasan Aristoteles yang benar-benar

meremehkan premi uang tunai: "Premi tunai hanya sedikit tidak masuk akal"

"Uang menyerupai ayam yang tidak bertelur" "Meminjam uang tunai dengan

pendapatan adalah sesuatu yang rendah peringkatnya"

b. zaman Romawi

Domain Romawi melarang segala jenis premi tunai dengan

memberikan sanksi pedoman yang ketat untuk membatasi berapa banyak

biaya pinjaman melalui peraturan. Kerajaan Romawi dengan cepat

mengesahkan pedoman untuk melindungi peminjam.

c. Menurut Yudaisme

Yudaisme juga melarangnya seperti yang dinyatakan dalam bukunya

yang diberkati, sesuai dengan kitab suci Yudaisme yang dirujuk dalam Kitab

Suci Ibrani buku hasil menahan 25 bagian 22: "Jika Anda berutang kepada

seseorang di antara uang tunai kerabat Anda, jangan berperilaku seperti

seorang peminjam, jangan meminta keuntungan darinya untuk pemilik

uang". Juga pada bagian 36 dinyatakan: “Agar dia hidup di antara kamu,

jangan mengambil bunga atau riba darinya, tetapi kamu harus bertakwa

kepada Tuhanmu, dengan tujuan agar saudaramu hidup di antara kamu”.

Meskipun
2

demikian, orang-orang Yahudi berpendapat bahwa riba mungkin dilarang

dengan asumsi itu dilakukan di antara orang-orang Yahudi secara individu,

dan tidak ilegal untuk melakukannya terhadap non- Yahudi. Mereka

melarang riba di antara mereka sendiri namun melegitimasinya dengan

asumsi bahwa itu adalah di sisi yang berlawanan. Juga inilah yang di masa

depan terkenal karena memakan riba dari pihak selain kerabat mereka

sendiri. Mengenai penindasan terhadap kaum Yahudi ini, Allah dalam Al-

Qur'an Surah an-Nisa' bagian 160-161 dengan tegas menyatakan bahwa

aktivitas kaum Yahudi ini adalah riba, khususnya memakan harta orang lain

dengan batil, dan Allah akan menyiksa mereka dengan hukuman yang berat.

. menyiksa.

d. Menurut Agama Nasrani

Berbeda dengan orang Yahudi, orang Kristen memandang riba sebagai

tabu untuk semua orang, terlepas dari siapa individu itu dan dari agama apa

pun, apakah Kristen atau non-Kristen. Sesuai dengan mereka (Christian

menambahkan) dalam Kitab-Kitab Ibrani buku Ulangan bagian 23, bagian

19 dinyatakan: "Kamu tidak akan memberi penghasilan kepada saudaramu

secara tunai, baik uang tunai atau makanan atau apa pun yang dapat

dituduhkan sebagai pendapatan". Kemudian, pada saat itu, dalam perjanjian

baru dalam Kabar Baik Lukas bagian 34 dinyatakan: "Jika Anda berutang

kepada seseorang yang Anda harapkan akibatnya, di mana kehormatan

Anda. Namun, lakukan sesuatu yang bermanfaat dan berikan uang muka

tanpa
2

mengharapkan apa-apa. itu kembali, dengan alasan bahwa penghargaan

Anda pasti".

Mengambil pendapatan tunai dilarang oleh jemaat sampai Promosi abad

ketiga belas. Menjelang akhir abad ketiga belas, muncul beberapa variabel yang

menghilangkan pengaruh tarekat yang dianggap masih sangat moderat dan

pengaruh cara berpikir baru berkembang, sehingga kredit dengan bunga yang

dikumpulkan mulai diakui oleh daerah setempat. Para pedagang berusaha

menghilangkan dampak jemaah untuk melegitimasi sebagian dari keuntungan

yang dimiliki jemaah secara ilegal. Ada beberapa ketua jemaah yang merasa

bahwa keuntungan yang diberikan sebagai penghargaan untuk organisasi dan

kemajuan hierarkis dianjurkan karena bukan keuntungan dari kewajiban.

Meskipun demikian, larangan langsung terhadap riba dalam agama Kristen

ditegaskan secara tegas oleh Martin Luther, seorang pemimpin perkembangan

Protestan. Ia mengatakan manfaat tersebut baik sedikit atau banyak, dengan

asumsi biaya lebih mahal daripada nilai uang, itu masih riba.

Pada saat lupa istilah riba juga dikenal, pada saat itu (jahiliyah) riba

memiliki beberapa struktur material. Beberapa penggambaran menceritakan riba

jahiliyah.

Struktur utama: pinjaman Riba, yang tercermin dalam satu aturan di masa

jahiliah: "tangguhkan kewajiban saya, saya akan menambahkannya". Yang

penting adalah mengasumsikan seseorang memiliki kewajiban (pemilik hutang),

tetapi dia tidak dapat membayarnya pada saat berkembang, maka, pada saat itu,

dia (peminjam) berkata: terima


3

kewajiban saya, saya akan memberi tambahan. Pilihannya bisa dengan

mengalikan uang atau menambahkan umur sapi jika kreditnya bintang. Dll.

Sebagaimana ditunjukkan oleh Qatadah, yang dimaksud dengan riba adalah orang

yang lalai adalah orang yang menjual barang dagangan sampai waktu tertentu.

Ketika jangka waktu kemudahan berakhir dan hal tersebut tidak berada di

pihak pemilik, maka, pada saat itu, ia harus

membayar lebih dan dapat membangun batas waktu.

Abu Bakar al-Jashshash berkata: seperti yang dirasakan, riba di masa-masa

lalai hanyalah kredit dengan jangka waktu, ditambah dengan tambahan tertentu.

Ekspansi adalah perubahan dari rentang waktu. Allah SWT menghapusnya.

Sebagaimana ditunjukkan oleh Mujahid (diwariskan pada 104 Hijriah),

menjelaskan tentang riba yang dilarang oleh Allah SWT, “Pada masa Jahiliyah,

seseorang memiliki kewajiban dari orang lain. Orang itu memberi tahu Anda

seperti itu Anda menjaganya dari saya, maka, pada saat itu, dimaafkan untuk

menundanya."

Struktur selanjutnya: Uang muka dengan angsuran yang ditangguhkan,

namun tergantung pada prasyarat bahwa mereka harus diganti dengan bunga. Al-

Jassash mengungkapkan, “Riba yang dikenal dan umumnya dilafalkan oleh

kelompok orang Badui adalah sebagai kredit dirham atau dinar yang dibayarkan

secara tertunda dengan bunga sebesar jumlah yang terutang dan menurut

kesepakatan bersama.

Struktur ketiga: Kredit berjangka dan berbunga dengan jangka waktu yang

dibayarkan dari bulan ke bulan. Ibnu Hajar al-Haitami mengungkapkan, “Riba

nasi'ah adalah riba yang terkenal di masa


3

Jahiliyah. Karena biasanya seseorang meminjamkan uang tunai kepada orang lain

dengan angsuran yang ditunda, tergantung pada prasyarat bahwa ia mengeluarkan

sebagian dari uang tunai secara konsisten sementara berapa banyak. Uang yang

terutang tetap sampai kesempatan itu tiba.Jika dia tidak bisa melunasinya, itu

ditangguhkan dan dia harus mengumpulkan jumlah yang harus dibayar. (Sar’an

2018)

7. Pelarangan Riba

Lalu Fahmi Zainul Arifin dalam jurnalnya yang berjudu Konseptualisasi

Pelarangan Riba Sebagai Transaksi Terlarang mengatakan Pelarangan riba

Terlarang (Haram) dalam ranah hukum Islam secara sederhana diartikan sesuatu

yang jika dikerjakan dapat mendatangkan dosa (keburukan) dan bila ditinggalkan

akan mendatangkan pahala (kebaikan). Haram yang dimaksudkan dalam hal ini

adalah ‚makruh tanzih dalam terminologi Imam Abu Hanifah.Prinsip dasar yang

dianggap baik tentang mu’amalah di dalam Islam adalah memperbolehkan untuk

melakukan segala sesuatu selama tidak ada dalil yang melarangnya. Prinsip ini

sesuai dengan kaidah usul Oleh karena itu, segala bentuk transaksi terlarang di

dalam hukum Islam senantiasa dijustifikasi oleh dalil-dalil yang sarih, terlepas

apakah setelah itu terjadi proses ijtihad atau tidak.

Risanda Alirastra Budiantoro, Riesanda Najmi Sasmita, Tika Widiastuti,

dalam jurnalnya yang berjudul Sistem Ekonomi (Islam) dan Pelarangan Riba

dalam Perspektif Historis mengatakan ada beberapa dasar hukum pelarangan riba

yaitu:

1. Larangan Riba dalam Alquran


3

Riba dalam Islam adalah haram. Sesuai Antonio (2001), pembatasan riba

yang terkandung dalam Al-Qur'an melewati beberapa fase, lebih spesifiknya:

Tahap utama, melalui Q.S. Ar-Rum/ 30 : 39,

‫ زكا ٍة ُت‬V‫ ْيُت و َما ِري دُ ون‬Vَ‫ْر ُبو ف َد ۖ َِّلا ْم من آت‬ ‫ّا‬Vَ‫ ْرب ل الن‬Vَ‫أَ ْم َوا َو ِفي يل‬ ‫ر ًبا من‬ ‫ ْم و َما‬Vُ‫آَت ْيت‬
‫ع ْن‬
‫ل َي س‬

‫و‬Vُ‫ْ ض ِعف‬
‫ ُم ا ل‬V‫ِئك‬ ‫وجه‬
‫ه ُم‬
‫و‬Vُ‫أ‬V‫ََل َف‬
َِّ ‫لل‬
‫ا‬

Terjemahnya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang- orang yang melipat gandakan
(pahalanya).(Q.S. Ar-Rum/ 30
: 39)

yang berisi menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada dasarnya adalah

membantu mereka yang kekurangan sebagai demonstrasi yang dekat atau

taqarrub kepada Allah SWT.

Tahap kedua, melalui Q.S. An-Nisa’/ 3 : 160-161,

َِّ‫لل‬
‫ا‬ ‫ا أُ ِحلَّ ت ْم ُه ِب ص عن ه ْم س ِبيل‬Vَ‫ا ح ْم ِه ط ِي’ب‬VَV‫ها دُ وا َّر ْمن‬ َّ‫ن من ال‬V ‫ ِبْل ٍم ِذي‬Vَ‫ف‬
‫د‬V’ِ ‫ ت و‬Vَ‫ل‬ ‫يْ عل‬ ‫ظ‬

‫ا‬VَV‫ ْدن‬Vَ‫عت‬
‫اطل وأ‬Vَ‫ا ْلب‬ ‫ّاس‬Vَ‫ل الن‬ ‫ا ْد ُن ْن ْم َوا ِه ْم أَ ْك ِل‬V‫ا ه ُم ُهو‬Vَ‫رب‬V’ِ ‫ وأخ ذِ ال‬.‫ك ِثي ًرا‬
‫وأ‬ ‫وق ع‬

V‫ ِلي ًما‬Vَ‫ا أ‬Vً‫ن كا ِف ْم ُه عَذاب‬V ‫ل ْل ِري‬


‫ْن م‬
Terjemahnya: Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan
atas mereka (memakan makanan) yang baik- baik (yang
dahulunya) dihalalkan bagi mereka, karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, disebabkan mereka
memakan riba. padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan
3
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
di antara mereka itu siksa yang pedih.(Q.S. An-Nisa’/ 3 : 160-
161)

yang berisi tentang larangan riba melalui penghakiman Allah atas perbuatan riba

oleh orang Yahudi.

Tahap ketiga, melalui Q.S. Ali-Imran/ 3 : 130,


3

‫ك ْم‬ ۖ
َ ‫وا‬Vُ‫واتَّق‬ ‫م ضَعاًفا‬ ‫ ُكلُوا‬Vَ‫رَبا أ‬V’ِ ‫ال‬ ‫وا ن‬Vُ‫آ َمن‬ ‫ا َأُّي‬Vَ‫ّ ذِ ي ي‬Vَ‫َها لا‬
Vَ‫ل‬V‫ َع‬Vَ‫ا ل‬ ً‫ضاعَفة‬
‫أ‬Vَ‫ل ت‬

V‫تُ ْف ل حون‬
ِ

Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba


dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.(Q.S. Ali- Imran/ 3 : 130)

yang mengandung bahwa riba yang haram itu digandakan, dengan tindakan

mengambil (tambahan) premi pada tingkat yang benar-benar tinggi. Penggandaan

aturan dalam ayat ini bukanlah syarat untuk terjadinya riba, ini karena ide merek

dagang dari tindakan pendapatan yang menghasilkan uang sekitar saat itu.

Tahap terakhir, melalui Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 278-279,

‫إ‬V‫ َف‬. ‫ ْم تَ ن‬Vَ‫لُوا ْن ل‬V‫ْف َع‬ ‫ْم ك ِني ِم‬ ‫ا من‬V‫ر َب‬V’ِ ‫ال‬ ‫ا وَذ ِقي ما‬V‫ َمُنوا َ ُرو‬Vَ‫وا ن آ‬Vُ‫اتَّق‬ ‫ا َأُّي‬V‫ّ ذِ ي َي‬Vَ‫َها لا‬
‫ْنتُ ن ؤْ م‬ ‫َب‬ َّ ‫ل‬
‫ل‬
‫ا‬

V‫ ُمون‬Vَ‫ظل‬
‫ و‬Vُ‫ت‬ ‫رءو ِل َوا ْم ك ْم َل ت ُمون ظ‬ ‫ ن تك ْم‬Vُ‫ ْم ْب ت‬Vَ‫ل‬Vَ‫ِ ب ف َأَْذُنوا ح ْر من ب ِو َر ِه و ِإ ف‬
ِ‫ل‬ ‫سأ‬ ‫ ِل‬V‫سو‬ َّ ‫ل‬
‫ل‬ ‫ل‬
‫ا‬

Terjemahnya: “Hai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan tinggalkan


sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak melaksanakan (apa yang diperintahkan ini) maka
ketahuilah, bahwa akan terjadi perang dahsyat dari Allah dan
RosulNya dan jika kamu bertaubat maka bagi kamu pokok harta
kamu, kamu tidak dianiaya dan tidak (pula) dianiaya”.(Q.S. Al-
Baqarah/ 2 : 278-279)
yang mengandung bahwa Allah SWT jelas melarang setiap struktur tambahan yang

diambil dari kredit.

2. Larangan Riba dalam Al-Hadith

Sebagaimana kita pahami, pemanfaatan hadis adalah untuk

memperjelas secara lebih rinci dan mendalam susunan-susunan yang telah

digambarkan oleh Al-Qur'an. Dalam pesan terakhirnya, ketika pelajaran haji


3
wada', Nabi menggarisbawahi bahwa Islam sangat
3

melarang perbuatan riba. Rasulullah berkata: “Ingatlah bahwa semua riba

yang dipoles pada periode Jahiliyyah dihilangkan dari pelatihan Anda. Anda

memiliki pilihan untuk mengambil modal (uang tunai) yang Anda berikan,

jelas Anda tidak akan dianiaya dan dilanggar. " (H.R Muslim) Selain itu, ada

banyak hadits Nabi Muhammad yang terkait dengan larangan riba di

antaranya.

.a ‫نَا‬Vَ‫وا ش ْيَبَة ح َّدث‬Vُ‫ال‬Vَ‫ق‬ ‫َمان ب ِبي بن‬ ‫ِ ح و ُز بن ه يْ ُر ح ْر‬ ‫بن لا‬ ‫نا ُد‬Vَ‫ح َّدث‬
َ‫أ‬ ْ‫وعث‬ ‫صَّبا‬
‫ّم مح‬

‫ّ َم آ ِكل‬Vَ‫ْي ِه وسل‬ Vَ‫َِّ صل‬ ‫ْي ِر ال‬


َُّ‫لل‬ ‫رسول‬ ‫ن‬V‫ َع‬VَV‫ا عن جا ِب ل ل‬V‫ٍر َق‬ ‫هش يْ ٌم أ‬
‫ا عل‬ ‫ى‬ ‫لل‬
‫ا‬ ‫ا‬Vَ‫ َرن‬Vَ‫و خب‬Vُ‫ب‬Vَ‫ّزَب أ‬

‫ُه‬Vَ‫ا و ُم ؤْ كِ ل‬Vَ‫رب‬V’ِ ‫ال‬

Artinya : “Jubir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang


merima riba,orang yang membayarnya, orang yang mencatatnya
dan dua orang saksinya, kemudia beliau bersabda “Mereka itu
semuanya sama” (H.R Muslim)

‫ ي بي‬.b ‫َّما‬
َ‫ل‬ ‫ ْي لََة ت لس ِر‬Vُ‫للَُِّه يْ َم ْي أ‬ ‫ِ صل‬
َّ ‫رسول‬ ْ‫ال ه َر ي‬Vَ‫الق‬V‫ ِبي َرةَ َق‬Vَ‫عن أ‬
َ‫ا عل وسَّل رأ‬ ‫ى‬ ‫لل‬
‫ا‬

‫ب ْرق‬Vَ‫و‬
ٍ‫أََنا ِب َر ْو ِقي َفِإَذا ن ف ع د‬ ‫ّا‬Vَ‫ال عف‬Vَ‫ق ق‬ ‫ سا ظ ْر ْو‬Vَ‫ن ِة ِبع‬Vَ‫ا ا ْنتَ ال إل َى ِء ال ف‬Vَ‫َه ْي ن‬
َ‫ت ف‬ ‫س َ ما‬

‫ ِر ِج‬V‫رى من ت خا‬ ‫ ْو ْم ُه ُي و كا‬Vَ‫ ق‬Vُ‫ٍم ب‬


َ ‫ّا‬VَV ‫ا ْل ت ي حي‬ ‫ا ْي ت ل‬V‫وص َواع ق َق‬
‫ُت‬ ‫َ ها‬ ‫ْلُب‬ ‫ى طون‬Vَ‫عل‬ َ‫فأَت‬

‫س َما ِء‬
‫إل َى ال ت‬ ُ‫ ه ؤ‬Vُ‫ َكلَة‬Vَ‫ا فلَ ءِ أ‬Vَ‫رب‬V’ِ ‫ن َز ْل لا‬Vَ ‫َّما‬ ‫ال‬Vَ‫ا ِري ج ل ق‬Vَ‫ي‬ ‫طو ِن من ت‬Vُ‫ ْل ب‬Vُ‫ِه ْم ق‬
ْ‫ب‬
‫ل‬ ُ‫ل ءِ ه ؤ‬

‫َ ج بْ ِريل‬
‫ا هذا‬Vَ‫ي‬ ‫ و دُ خان وأ صَوا ْل ما ت‬V‫ي َفِإَذا م ب َره‬V’‫ا ِن‬Vَ‫ن‬Vَ‫أ‬ ‫ل‬Vَ‫ ال ظ ْر ت أ س ف‬Vَ‫ا ن‬VَV ‫ْني‬
‫ت‬
ُ‫ف َق‬ ‫ّد‬
3
‫كوت‬
‫ف ُروا ي مل‬Vَ‫َل يت‬ ‫ ِني‬Vَ‫ ْن آ َد َم ن ب‬Vَ‫ علَى ع أ‬Vَ‫حو ُمون أ‬ ‫َ ي‬ V ‫ال ال ِه ِذ شي‬V‫َق‬
‫ك‬ ‫ي‬ ‫طين‬ ‫ه ا‬

‫جا ِئب‬
‫ ْوا ِلك ل‬Vَ‫ َرأ‬V‫ا ْل َع‬ ‫ْو‬ ‫ْ ر وا‬ ‫ س َ م َو ا‬V ‫ا ل‬

َ‫َل ت ل ض ول‬

Artinya: Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam Bersabda: “Pada malam aku diisra`kan, ketika aku
sampai di langit yang ke tujuh aku melihat ke atas, -‘Affan
menyebutkan; “ke atasku, dan ternyata aku sedang berada di antara
guruh dan kilatan petir, ” beliau bersabda: “Lalu aku mendatangi
suatu kaum yang perut mereka seperti sarang ular sehingga bisa
dilihat dari luar perutnya, aku berkata; ‘Siapa mereka wahai
Jibril? ‘ Jibril berkata; ‘Mereka adalah
3

orang-orang yang memakan riba.’ Dan ketika aku turun ke langit


dunia, aku melihat di bawahku dan ternyata aku berada di antara
debu, asap dan suara, maka aku berkata; ‘Apa ini wahai Jibril? ‘
Jibril berkata; ‘Ini adalah setan-setan yang menghalangi pandangan
mata anak cucu Adam sehingga mereka tidak bisa memikirkan
tentang kerajaan langit dan bumi, sekiranya bukan karena itu
sungguh mereka akan menyaksikan keajaiban-keajaiban.’”
(Ahmad, Musnad Abu Hurairah, no 8286)

3. Larangan Riba dalam Ijma’

Ulama Para ulama juga bersepakat (ijma’) bahwa riba adalah haram, baik

sedikit maupun banyak. Riba merupakan salah satu dari tujuh dosa besar yang

harus dihindari. Dalam realitas kehidupan wujud riba sering dikaburkan atau

disamarkan sehingga pemahaman ulama yang berbeda- beda dalam memahami

maksud nash dalam memberikan hukum khususnya yang terjadi dalam

perbankan, asuransi dan lembaga konvensional lainnya. Sehingga kaitannya

dengan hal tersebut, fatwa ulama yang digunakan:

a. Fatwa MUI Pada tanggal 16 Desember 2013, Ulama komisi Fatwa MUI se-

Indonesia menetapkan bahwa bank, asuransi, pegadaian, koperasi, dan

lembaga keuangan lainnya maupun individu yang melakukan praktek bunga

adalah haram. Ini berarti umat Islam tidak boleh melakukan transaksi pada

lembaga keuangan tersebut. Pada awalnya fatwa pelarangan riba ini tidak

berlaku untuk seluruh wilayah di Indonesia. Untuk wilayah tertentu yang

belum terdapat kantor atau jaringan lembaga keuangan syariah

diperbolehkan untuk melakukan kegiatan transaksi berdasarkan prinsip atau

hajat (keperluan). Namun ketika sudah terdapat akses didalam lembaga

keuangan syariah maka


3

secara mutlak transaksi pada lembaga keuangan konvesional diharamkan.

b. Sidang Organisasi Konferensi Islam (OKI) Semua sidang OKI yang kedua

yang dilaksanakan di Karachi, Pakistan pada Desember 1970, telah

menyetujui dua agenda yaitu: a. Praktek bank dengan sistem bunga tidak

sesuai dengan syariat islam; b. Perlu segera didirikan bank alternatif yang

menjalankan operasinya berdasarkan prinsip syariah. Hasil inilah yang

melandasi didirikannya Islamic Development Bank (IDB). (Risanda

Alirastra Budiantoro, Riesanda Najmi Sasmita, Tika Widiastuti 2018)

8. Pandangan Ulama tentang Riba

Andi Askar dalam jurnalnya yang berjudul Konsep riba dalam fiqih dan al-

qur’an mengatakan, Peneliti sepakat untuk menetapkan fadl riba pada tujuh hal,

seperti pesan, khususnya emas, perak, gandum, ayat, kurma, garam dan anggur

kering. Dalam hal-hal ini, perluasan perdagangan komparatif dihalangi.

Mengenai hal-hal selain itu, para peneliti kontras. Zahiriyah hanya membatasi

tujuh pasal. Menurut penilaian terkemuka dari Imam Ahmad dan Abu Hanifah,

fadhl riba terjadi dalam setiap transaksi dan perolehan produk yang sebanding

dan ditimbang. Imam Syafi'i dan sebagian dari pandangan Imam Ahmad menilai

bahwa fadl riba terikat pada emas, perak, dan makanan meskipun faktanya tidak

diukur. Said ibn Musayyah dan sebagian dari penggambaran Ahmad memiliki

pengalaman praktis dalam makanan ketika diukur. Imam Malik memiliki

beberapa keahlian dalam variasi makanan pokok.


4

Untuk kehalusan tambahan, perbedaan penilaian ini akan dijelaskan di

bawah ini:

a. Madzab Hanafi

Illat riba fadzl sebagaimana ditunjukkan oleh ulama Hanafi adalah

transaksi dan perolehan produk yang diperkirakan atau ditaksir dan

diperbandingkan barang dagangan, seperti emas, perak, gandum, ayat,

kurma, garam dan anggur kering. Pada akhir hari, jika barang dagangan

seperti barang-barang tersebut di atas, misalnya gandum dan gandum

ditimbang untuk ditukarkan dan ada perluasan salah satunya, maka

terjadi riba fadhl.

perdagangan selain hal-hal yang diukur. Seperti makhluk, kayu,

dan sebagainya, itu tidak disebut riba, meskipun ada perluasan dari

salah satunya, misalnya menjual satu kambing dengan dua kambing

karena dikecualikan dari hal-hal dapat diukur. Ukuran fadl riba pada

makanan adalah sebagian besar sha', dengan alasan bahwa sebagaimana

ditunjukkan oleh pertemuan ini, itulah yang akan terjadi di masa

depan'. Selanjutnya boleh

ditambah lagi jika porsi sha'nya tidak terlalu besar.

Illat riba nasi'ah adalah adanya salah satu dari dua sifat fadhl riba

dan berakhirnya angsuran. Riba semacam ini telah dimanfaatkan oleh

orang-orang yang lalai, misalnya seseorang yang membeli dua kilogram

beras pada bulan Januari dan akan dibayar lebih dari dua kilogram beras

pada bulan Februari. Satu lagi ilustrasi riba nasi'ah yang paling banyak

dikenal saat ini adalah pendapatan bank.


4

b. Madzab maliki

Illat larangan riba menurut para ulama Malikiyah tentang emas dan

perak adalah biayanya, sedangkan tentang illat riba dalam makanan,

mereka memiliki berbagai anggapan yang sesuai dengan riba nasi'ah dan

riba fadhl.

Illat larangan nasi'ah riba dalam makanan sederhana (makanan

selain untuk mengobati), baik karena makanan tersebut mengandung

bahan pembangun (makanan pokok) dan bersifat padat untuk waktu yang

cukup lama atau tidak ada keduanya dari komponen-komponen ini.

Illat larangan riba fadhl pada makanan adalah makanan tersebut

dipandang sebagai makanan pokok dan dapat disimpan untuk waktu yang

cukup lama.

Maksud para peneliti Maliki menetapkan illat di atas adalah, selain

untuk hal lain, menganggap riba itu terlihat sehingga tidak ada pemerasan

di antara orang-orang dan dapat saling berhadapan, makanannya harus

dari makanan yang menjadi pokok keberadaan manusia, khususnya jenis

makanan pokok, seperti gandum, beras, jagung dan lain-lain. .

c. Madzab Syafi'i

Illat riba pada emas dan perak adalah nilai, atau setidaknya kedua

produk itu dihargai atau diubah menjadi harga sesuatu. Selain uang tunai,

meskipun tidak terbuat dari emas, uang tunai juga bisa menjadi harga

sesuatu. Makanannya Illat pada semua yang bisa dimakan dan

memuaskan tiga. Untuk memulainya,


4

sesuatu yang biasanya disertai dengan makanan diharapkan sebagai

makanan atau makanan pokok. Kedua, sumber makanan yang nikmat

atau yang diharapkan membuat makanan surgawi, sebagaimana

ditentukan dalam nash adalah kurma, diqiyaskan padanya, seperti buah

ara dan anggur kering. Ketiga, makanan yang direncanakan untuk

menopang tubuh dan lebih mengembangkan makanan, khususnya obat-

obatan. Peneliti Syafi'iyah antara lain berpendapat bahwa makanan

dimaksudkan untuk memberi makan tubuh.

Sejalan dengan itu, riba dapat terjadi dalam transaksi dan

perolehan makanan yang memenuhi aturan di atas. Untuk menghindari

unsur riba, sebagaimana dikemukakan oleh para peneliti Syafi'iyah, jual

beli memenuhi model-model antara lain diselesaikan pada saat akad,

tidak berkaitan dengan cicilan mulai sekarang, ukuran yang sama, dan

penutup. Menurut peneliti 'Syafi'iyah, jika makanannya berlainan jenis,

misalnya jual gandum dengan jagung, boleh ditambah. Pertemuan ini

menyatukan perspektif mereka terhadap hadits.

d. Madzhab Hanbali

Di mazhab ini ada tiga penggambaran tentang riba illat, yang

paling terkenal adalah penilaian para peneliti Hanafiyah. Meskipun

demikian, peneliti Hanafiyah menyangkal setiap pertukaran sejenis yang

ditimbang dengan satu kurma.

Penggambaran selanjutnya sama dengan illat yang dikemukakan

oleh para peneliti Syafi'iyah. Riwayat ketiga, selain


4

emas dan perak, setiap makanan ditimbang, sedangkan makanan yang

tidak ditimbang tidak dipilah sebagai riba meskipun ada pemuaian.

Dengan cara yang sama untuk sesuatu yang orang tidak makan. Hal ini

sesuai dengan penilaian Said Ibn Musayyab yang mengemukakan

pandangannya terhadap hadits Nabi Muhammad.(Andi Askar 2020)

9. Jenis-Jenis Riba

Andi Askar dalam jurnalnya yang berjudul Konsep riba dalam fiqih dan al-

qur’an mengatakan, Menurut setting pemahaman dan pelaksanaannya, ada

beberapa ciri riba yang ditunjukkan oleh jenisnya, yaitu riba fadhli, riba nasi'ah,

riba yad dan riba qardhli. Riba fadhli adalah struktur tambahan yang diharapkan

dalam perdagangan barang pembanding atau tawar-menawar tanpa bayaran

tambahan. Kisah dalam riba fadhli adalah menukar 10 kg beras dengan 11 kg

beras. ini termasuk fadhli riba. Namun, jika Anda berdagang dengan sesuatu yang

tidak setara, maka pada saat itu hukumnya dapat diterima. Misalnya, menukar 10

kg beras ketan dengan 12 kg beras.

Ada enam macam barang yang termasuk dalam klasifikasi riba, yaitu emas,

perak, gandum, jagung, kurma, dan garam. Macam-macam barang dagangan

yang diingat untuk golongan riba di atas adalah karena penjelasannya bahwa

barang-barang tersebut dapat ditaksir (makilat) dan diukur (mauzunat).

Sementara itu, dari bagian jenis barang yang termasuk pengumpulan barang

dagangan riba, yang pertama adalah uang tunai/tandan nuqud seperti emas dan

perak. Kedua, sumber makanan seperti gandum, jagung dan kurma serta garam.

Larangan ilaat kedua akad


4

tersebut, mengingat emas dan perak merupakan cara angsuran dan jenis- jenis

makanan yang diharamkan karena merupakan sumber makanan pokok yang

dibutuhkan manusia.

Riba Nasi'ah sebagaimana dimaksud oleh Sayid Sabiq merupakan ekspansi

yang diharapkan dapat direklamasi oleh bank sebagai trade-off untuk

penangguhan angsuran. Menurut peneliti Hanafiah, riba Nasi'ah adalah jenis jual

beli yang tidak ada kelebihannya kecuali penyerahan imbalan atau biaya yang

diberikan menjelang akhir. Riba nasi'ah adalah haram seperti yang ditunjukkan

oleh Al-Qur'an dan fiqh. Riba nasi'ah disebut juga dengan riba jahiliyyah. Hal ini

didorong oleh kecenderungan orang-orang yang lalai yang mengejar rutinitas

orang-orang yang tidak tahu apa-apa memberikan uang muka kepada seseorang

dan ketika diharapkan, mereka menawarkannya untuk diperluas atau tidak dengan

tujuan agar riba berlipat ganda. Riba nasi'ah sekarang ini di lembaga keuangan

atau perbankan adalah dengan model cash advance yang penggantiannya dalam

porsi dengan premi bulanan atau tahunan, misalnya 5%, 10%, dll. Pelatihan ini

secara gamblang menunjukkan riba nasi'ah yang adalah kesalahan.

Riba Yad adalah suatu pergerakan perdagangan atau perdagangan dengan

menyelesaikan penerimaan dari dua produk yang diperjualbelikan atau salah

satunya tanpa mengacu pada waktu. Dengan demikian jual beli dilakukan oleh

seseorang sebelum mendapatkan barang yang dibelinya dan setelah itu tidak

diperkenankan menjualnya kembali kepada siapapun dengan alasan barang yang

dibelinya belum diperoleh dan masih dalam kewajiban pokok kesepakatan. dan

membeli. Dengan demikian,


4

kesepakatan tersebut bersifat konklusif, namun belum ada serah terima produk.

Riba Qardli adalah segala jenis amalan kewajiban dan piutang yang di

dalamnya terdapat landasan kemaslahatan (syarth naf'an) yang kembali kepada

kewajiban rentenir (muqaridl) saja atau sekaligus kepada peminjam (muqtaridl).

Riba qardl ini cukup diingat untuk klasifikasi riba faddli mengingat manfaat yang

diharapkan dalam riba qardl adalah jenis perluasan atau bunga pada salah satu

barang riba.

Sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Qoyyim, riba dibagi menjadi dua

jenis, yaitu riba jelas dan riba kabur. Pertama, riba itu jelas, yang dilarang karena

syaratnya sendiri, khususnya riba nasiah (riba yang terjadi) karena penundaan

pembayaran kewajiban. Riba nasi'ah diperbolehkan dalam keadaan krisis

(terkendala). Kedua, riba yang tidak jelas, yang disamarkan karena berbagai

alasan, khususnya fadhl riba. Riba yang terjadi karena perluasan transaksi dan

perolehan barang-barang sejenis. Riba fadl adalah tabu karena mencegah

munculnya riba nasi'ah. Jadi dalam pengaturan ini bersifat preventif.

Muhammad Rasyid Ridha membagi dua macam hal yang tabu dalam

agama, khususnya pertama, dilarang karena substansinya adalah sesuatu karena

ada ketetapannya. Itu tidak dilarang mengingat krisis. Misalnya riba nasi'ah.

Kedua, haram karena beberapa syarat, misalnya riba fadhl yang tabu sehingga

tidak menjadi jalan atau penyebab terjadinya riba nasi'ah. Informasi riba nasi'ah

diperbolehkan dalam keadaan darurat atau atas dasar kebutuhan.


4

Sementara itu, Muhammad Syafi'i Antonio mengatur riba menjadi dua

golongan, yaitu riba khusus atas kewajiban dan riba jual beli. Adapun

perkumpulan yang dikenang untuk riba wajib adalah riba qardh dan riba

jahiliyah. Riba qardh, keuntungan tertentu atau tingkat kelebihan yang

diharapkan dari orang yang berhutang (munqaridh). Riba jahiliyah, kewajiban

dibayar dari kepala, dengan alasan peminjam tidak dapat membayar kewajiban

pada waktu yang ditentukan. Sedangkan arisan yang memasukkan perdagangan

riba adalah fadhl riba sebagai perdagangan antara produk pembanding dengan

berbagai tingkatan atau porsi. Untuk sementara, produk yang diperjualbelikan

dikenang sebagai jenis riba. Riba muncul dari perdagangan produk sejenis yang

tidak memenuhi standar kualitas, jumlah dan musim pengangkutan yang sama.

(Andi Askar 2020)

Adapun perbedaan bunga(riba) dengan bagi hasil yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1
Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil
No. Bunga Bagi hasil
1 Penentuan tingakat suku bunga dibuat Penentuan besarnya bagi hasil
pada waktu akad dengan pedoman harus dibuat pada waktu akad dengan
selalu untung berpedoman pada kemungkinan
untung rugi
2 Besarnya presentase berdasarkan Besarnya rasio bagi hasil
pada jumlah uang (modal) yang berdasarkan pada jumlah
dipinjamkan keuntungan yang diperoleh
3 Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil tergantung pada
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah keuntungan proyek yang dijalankan
proyek yang dijalankan oleh pihak sekiranya itu tidak mendapatkan
nasabah untung atau rugi keuntungan maka kerugian akan
ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak
4 Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba
meningkat sekalipun jumlah meningkat sesuai dengan
keuntungan berlipat peningkatan jumlah pendapatan
4

10. Ancaman Bagi Perilaku Riba

Muhammad Tho’in dalam jurnalnya yang berjudul Larangan Riba Dalan

Teks Dan Konteks mengatakan, ancaman bagi perilaku riba begitu mengerikan

baik dari al-Qur’an maupun hadits nabi, ancaman-ancaman tersebut antara lain:

a. Mereka yang melakukan tindakan riba tidak bisa berdiri seperti berdirinya

orang yang kemasukan syaitan lantaran yang diibaratkan seperti orang

sedang mabuk. Kemudian akan Allah masukkan mereka ke dalam neraka

yang kekal. Sebagaimana firman Allah Q.S. Al-

Baqarah/ 2 : 275:

‫ِّۗ ’س‬
‫ت خ ال طُه ش ْيطن َم ا ْل‬Vَ‫ ك َما ي ي‬Vُ‫ق‬Vَ‫الَّ ذِ ْو ُم ي‬ َ ‫ ْو‬V‫ُم ْون‬ ‫ا ن ال ِ’ر‬V‫أَٰبو‬V‫ِذ يْ الَّ ْو ُكُل َي‬
‫من‬ Vَ‫ب‬ ‫ن‬
‫ق ل‬Vَ‫ل ي‬

‫ج ء ٗه‬
‫ َمن َٰبو‬Vَ‫ف‬ ‫حل ْيع ا ْلَب‬Vَ‫وا‬ ‫ مث بَٰو ۘا ل ال‬V‫ َن‬Vَ‫ ا‬Vُ‫ال‬V‫وا ِاَّن ُه ْم َق‬Vْْٓ ‫ ْيع‬V‫َما ا ْل َب‬ ‫ذ ِلك‬
‫˜ا‬ ِۗ َُّ ‫لل‬ ‫ِ’ر‬
‫ا‬
‫ر وح َّر‬V’ِ ‫ّا َم ال‬

‫ص‬ ‫ِٕى‬
ٰ ‫كا‬ ‫ِ و َمن‬ ٗ ‫ى ُر‬Vَ‫ِال‬ ‫ َ ف‬Vَ‫َل هٗ ما ْنت‬VV ‫ف‬ ‫م ْو ع ظ ’ م‬
‫َحب‬ ‫ا‬ َ‫سل‬ ‫ة ن‬
˜ ‫ا‬Vَ‫َهى ر ِب’ ٖه ف‬
‫و عا َد‬Vُ‫ا‬V‫َ ل َف‬ ‫ ْم‬Vَ‫ْه وا‬

‫ر ۚ ال َّنا ه م ها يْ خ ِل دُ ْون‬
َْ ِ
Terjemahnya: “Orang-orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Hal itu karena
mereka mengatakan, bahwasanya jual beli itu adalah
seperti riba. Dan Allah menghalalkan jual beli serta
mengharamkan riba. Maka barangsiapa yang telah datang
padanya peringatan dari Allah SWT kemudian ia berhenti
dari memakan riba, maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu dan urusannya terserah kepada Allah.
Namun barang siapa yang kembali memakan riba, maka
bagi mereka adalah azab neraka dan mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya”.(Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 275)

b. Mereka yang tidak meninggalkan riba atau sisa-sisa riba maka ketahuilah

bahwa Allah Swt dan Rasulullah Saw akan memerangi mereka, serta mereka
4
dianggap kafir. (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 278 – 279)
4

﴾٨٧٢﴿ ‫ ني م ن‬Vُ
ِ ِ ‫كنت م‬ ‫ من لا ِ’رَبا‬V‫ِ إن‬ ‫وا اتَّقُوا ن ُروا وَذ ِقي ما‬Vُ‫ آ َمن‬Vَ‫ال َّلـه‬ ُّ‫ا أَي‬Vَ‫ّل ذِ ي ي‬Vَ‫َها ا‬
‫ؤْ م‬ ‫َب‬

َ‫ك ْم ل‬
‫رءو ِل ْم َوا‬ ‫ و ِإن ك ْم‬Vُ‫ ْم ت‬Vُ‫ ْبت‬Vَ‫ل‬Vَ‫ِه ’من و َر ۖ ِه ِل ف‬ ‫ن ح ْر‬V‫ ِإ‬Vَ‫ ْفَعلُوا ف‬Vَ‫ّل ْم ت‬Vَ ‫وا‬Vُ‫َذن‬Vْ‫أ‬V‫َف‬
‫سأ‬ V‫سو‬ ‫ال‬
‫ّـ ب‬

﴾٩٧٢﴿ ‫ و مو ظَل ن‬Vُ‫ت َظ ِل مون ت‬


ُ ُ

‫ل‬
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya.” (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 278 – 279)

c. Mereka yang memakan riba, memberikan riba, mencatatnya serta saksi saksi

yang terliba didalamnya maka ketahuilah bahwa mereka akan dilaknat oleh

Rasulullah Saw. Sebagaimana sabda Rasulullah

Saw

‫ء‬ ‫ ُه َو َو ُه ُه ْم ِه َوَقاَل شاه َد س َوا‬Vَ‫ا َو ُمو ِكل‬Vَ‫ِ’ رب‬ ُ ‫َلَعَن َر‬


ْ‫ي‬ ‫ كا‬V‫ِت َب‬ َِّ ‫ل سو ل‬
‫ آ ِك‬-‫لهعليهوسلم‬V‫ل –صلىا‬

‫ل‬
Artinya: Dari Jabir RA beliau berkata, „Bahwa Rasulullah SAW melaknat
pemakan riba, yang memberikannya, pencatatnya dan saksi-
saksinya. Rasulullah SAW mengatakan, „mereka itu sama.‟ (HR.
Muslim)

d. Mereka yang melakukan riba dan zina serta menampakkannya ketahuila

bahwa mereka justru menghalalkan dirinya sendiri terhadap adzab Allah

Saw. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw

‫للَِّع َّز وجل‬ ‫اب‬Vَ‫عق‬ ‫ ِب أَ ْم‬Vُ‫ْنف‬ Vَ‫أ‬ ‫ل‬ ‫ا‬Vَ‫زن‬V’ِ ‫وال‬


‫ا‬ ‫حلُّوا س ِه‬
5
‫ا ما ظ َه َر ِفي‬V‫ر َب‬V’ِ ‫ ْو ٍم لا‬Vَ‫ق‬
Artinya: Dari Abdullah bin Mas‟ud RA dari Rasulullah SAW beliau
berkata, „Tidaklah suatu kaum menampakkan riba dan zina,
melainkan mereka menghalalkan terhadap diri mereka sendiri azab
dari Allah SWT. (HR. Ibnu Majah)

e. Mereka yang memakan riba walaupun satu dirham dan ia

mengetahuinya maka ketahuilah bahwa dosanya jauh lebih berat


5

dibandingkan orang yang berzina berkali-kali. Sebagaimana sabda Rasulullah

Saw

‫ّ َم‬Vَ‫ل‬V‫للَُِّه يْ وس‬ Vَ‫ِ صل‬


َّ ‫رسول‬ V‫ال‬Vَ‫ل ق‬ ‫ا ك ِة‬V‫َ َق‬ ‫ة‬Vَ‫بن ح ْن ظل‬ ِ‫عن ع بْ د‬
‫ا عل‬ ‫ى‬ ‫لل‬ ‫ل‬V‫ل ِئ ا ْل َم غسي‬ َِّ ‫لل‬
‫ا‬ ‫ا‬
‫ًة‬VَV ‫ِثين ز ْن ي‬ ‫ ُم عل من ش ٍة‬Vَ‫ وه َو أ‬V‫ا َي‬V‫ ُكُلُه ر ًب‬Vْ‫أ‬V‫لا َّرجل َي‬ ‫د ْر ه ٌ م‬
‫سَّت‬
‫ل وث‬ ‫ّد‬

Artinya : Dari Abdullah bin Handzalah (ghasilul malaikah) berkata, bahwa


Rasulullah SAW bersabda, „Satu dirham riba yang dimakan oleh
seseorang dan ia mengetahuinya, maka hal itu lebih berat dari
pada tiga puluh enam perzinaan. (HR. Ahmad, Daruquthni dan
Thabrani). (Muhammad Tho’in 2016)

11. Dampak Dari Pada Praktek Riba

Syamsul Efendi dalam jurnalnya yang berjudul Riba Dan Dampaknya

Dalam Masyarakat Dan Ekonomi Mengatakan, Pengaruh riba di tengah-tengah

masyarakat tidak hanya kuat dalam kehidupan finansial, namun di semua bagian

kehidupan manusia:

a. Sebuah Riba dapat menimbulkan permusuhan antar sesama dan

menurunkan jiwa partisipasi/saling tolong menolong dengan individu

individu. Dengan membebankan peminjam kecenderungan bahwa

peminjam tidak memiliki gagasan yang paling kabur tentang kesulitan

dan tidak memiliki keinginan untuk mengetahui tantangan orang lain.

b. Anjuran perkembangan mental tinggi-rol dan lamban. Dengan

membayar bunga, pemberi pinjaman bisa mendapatkan bayaran ekstra

sekarang dan lagi. Keadaan saat ini memunculkan anggapan bahwa

dalam jangka waktu yang tidak terbatas ia mendapat upah ekstra normal,

akibatnya menurunkan dinamisme, kemajuan dan kreativitas dalam

bekerja.
5

c. Riba adalah jenis ekspansionisme. Bos pinjaman yang meminjamkan

modal dengan meminta lebih banyak angsuran kepada peminjam dengan

harga yang disepakati bersama.

d. Menyebabkan penyewa memiliki otentisitas untuk melakukan gerakan

yang tidak baik untuk meminta pengertian. Karena dalam pengaturannya,

pihak bank sudah menentukan keuntungan dari kelebihan premi yang

akan didapat, dan itu baru sebatas harapan dan belum dipahami.

Imam al-Razi, seorang pengamat, telah memberikan peringatan yang

benar-benar mengesankan tentang konsekuensi merugikan dari tindakan riba.

Ada sekitar empat bencana riba.

a. Mengambil kelimpahan orang lain. Pertukaran yang mencakup

bunga sama dengan memegang milik orang lain. Di bursa, satu

rupiah dipertukarkan dengan dua rupiah, baik menggunakan

pinjaman maupun dengan uang sungguhan. Salah satu pertemuan

mendapatkan kelimpahan tanpa mengeluarkan apa-apa. Pertukaran

semacam ini tidak beralasan dan tidak konsisten dan peminjam

dimanfaatkan.

b. Membahayakan kualitas Mendalam. Suara batin adalah kesan ruh

yang paling sempurna dan paling lengkap. Kesungguhan individu

akan jatuh ketika pendapatan kas yang berpusat pada diri sendiri

telah menyusup ke dalam hatinya. Dia ternyata sangat siap untuk

memegang apa pun yang peminjam harus mengembalikan cicilan

bunga yang mungkin biasanya kepala uang muka.


5

c. Ini melahirkan benih-benih cemoohan dan niat buruk. Dengan

asumsi keegoisan dan perampasan properti peminjam telah

dipertahankan, tidak dapat dibayangkan bahwa benih-benih

penghinaan dan kebencian akan muncul di antara orang kaya dan

miskin, pemilik modal dan peminjam.

d. Yang kaya semakin boros, dan yang miskin semakin malang.

Selama krisis keuangan dan strategi uang tunai yang tinggi, sikaya

akan memperoleh biaya pinjaman yang sangat tinggi. Sementara

pengeluaran modal ternyata sangat tinggi, orang miskin menjadi

tidak layak untuk memperoleh dan tidak dapat bekerja, selanjutnya

ia akan semakin jauh dan terdorong ke belakang.

Al-Allamah Ibn Hajar Al-Haitsami Rahimahullah dalam kitab Az-

Zawajir merujuk pada pemahaman bahwa riba diharamkan sebagai berikut:

a. Mengambil pembedaan harta seorang muslim dengan mengambil

lebih banyak tanpa membayar.

b. Hal ini merugikan orang miskin karena sebagian besar yang terjadi

adalah si penyewa adalah orang kaya, sedangkan pemegang

rekening adalah orang miskin. Jika sikaya ditawari kesempatan

untuk mengambil lebih banyak daripada yang terutang, itu pasti

akan merugikan orang miskin.

c. Pelepasan cita-cita dan perbuatan besar dalam memberikan uang

muka. Karena, seandainya satu dirham dibayar dengan


5

dua dirham, maka tidak terbayangkan orang lain hanya memberikan

satu dirham.

d. Pemisahan pekerjaan, bisnis, industri dan organisasi yang

menentukan keuntungan dunia. Karena orang-orang yang terbiasa

mengocok satu dirham menjadi dua dirham, bagaimana mungkin

mereka bisa menanggung kesulitan berdagang dan berkeringat.

(Syamsul Efendi 2018)

12. Hikmah Pelarangan Riba

Muhammad Tho’in dalam jurnalnya yang berjudul Larangan Riba Dalan

Teks Dan Konteks mengatakan, banyak hikmah yang dapat dipetik dari adanya

pelarangan perilaku riba, yang tentunya akan menjadikan manusia jauh lebih

baik. Beberapa hikmah pelaranggan riba tersebut antara lain :

a. Menjadikan pribadi-pribadi manusia yang suka saling menolong satu sama

lain;

b. Dengan sikap saling tolong menolong menciptakan persaudaraan yang

semakin kuat. Sehingga menutup pintu pada tindakan memutus hubungan

silaturrahmi baik antar sesama manusia;

c. Menjadikan kerja sebagai sebuah kemuliaan, karena pekerjaan tersebut

sebagai sarana untuk memperoleh penghasilan. Karena dengan bekerja

seseorang dapat meningkatkan keterampilan dan semangat besar dalam

hidupnya;

d. Tidak merugikan orang-orang yang sedang kesusahan, karena dengan

adanya riba seseorang yang mengalami kesulitan justru semakin susah; dan

lain sebagainya. (Muhammad Tho’in 2016).


5

B. Tinjauan Empiris

Penelitian Irawati (2018). Dengan judul Pengaruh Pengetahuan Masyarakat

Tentang Riba Terhadap Perilaku Utang Piutang Di Kecamatan Anreapi

Kabupaten Polewali Mandar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat

pengetahuan masyarakat tentang riba terhadap perilaku utang piutang di Kecamatan

Anreapi Kabupaten Polewali Mandar. Penelitian ini mendukung teori notoatmodjo dalam

teori over behavior yang menyatakan bahwa pengetahuan atau konitif yang sangat

penting dalam menentukan tindakan atau perilaku seseorang. Hal ini berarti tingkat

pengetahuan masyarakat tentang riba di Kecamatan Anreapi tercermin dalam perilaku

utang piutang yang sesuai dengan syariat islam. Jika pengetahuan masyarakat tentang riba

tinggi maka perilaku utang piutang yang sesuai dengan syariat islam tinggi begitupun

sebaliknya. Sedangkan, dalam hasil penelitian ini menunjukkan sebaliknya bahwa tingkat

pengetahuan masyarakat masih rendah dan perilaku utang piutangnya yang sesuai dengan

syariat islam juga rendah. Metode pengupulan data yang digunakan adalah angket yang

berisi sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis yang digunakan peneliti untuk

memperoleh informasi dari responden penelitian tentang kegiatan hutang piutang di

masyarakat anreapi.

Penelitian Maria Ulva (2018). Dengan judul Pemahaman Masyarakat Tentang

Perbankan Syariah. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pemahaman masyarakat tentang perbankan syariah di Kota Adi Jaya, kecamatan

terbanggi Besar, kab. Lampung tengah. Konsekuensi dari penelitian ini harus terlihat

bahwa pemahaman individu Kampung Adi Jaya tentang bank syariah masih sangat

rendah. Keterbatasan informasi serta minimnya sosialisasi dan sosialisasi yang

dilakukan oleh bank syariah membuat sebagian orang tidak


5

mengetahui apa itu bank syariah dan barang-barang apa saja yang tersedia di bank

syariah. Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah wawancara dan dokumentasi.

Penelitian Faqihuddin (2018). Dengan judul Pemahaman Masyarakat Tangga

Buntung Terhadap Riba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeetahui pemahaman

atau pengetahuan riba yang sering terjadi namun tidak disadari dan untuk menganalisis

faktor-faktor penyebab terjadinya riba agar jelas status hukumnya, serta sebagai

sumbangan informasi ilmiah dan juga pengembangan bagi kajian sosial keagamaan dan

diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam kajian-kajian ilmiah khususnya

sosial keagamaan. Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

observasi partisipatif, wawancara dan dokumentasi.

Ritena Yurita (2019). Dengan judul Pemahaman Masyarakat Tentang Riba

Dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Berhutang. Hasil dalam penelitian ini

mengatakan Dalam penelitian ini dikatakan bahwa masyarakat Kota Fajar sudah

mengetahui keharaman riba. Masyarakat Kota Fajar berpandangan bahwa riba adalah

mengambil tambahan dalam hutang piutang seperti yang dilakukan oleh para rentenir.

Walaupun sebagian dari masyarakatnya masih belum mengetahui lebih dalam pengertian

dari riba tersebut namun mereka sudah mengetahui apa- apa saja yang termasuk kedalam

riba. Masyarakat Kota Fajar menganggap berhutang merupakan praktik yang sudah

menjadi kebiasaan untuk dilakukan. Tujuan utama mereka melakukan praktik ini adalah

untuk mendanai usahanya dan juga untuk biaya pendidikan dan keperluan lainnya. Riba

yang terjadi di Kota Fajar Kabupaten Aceh Selatan adalah riba utang-piutang, yaitu riba

qard dimana suatu tambahan atau kelebihan yang telah disyaratkan dalam perjanjian

antara pihak
5

pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Dalam perjanjian disebut bahwa pihak

pemberi pinjaman meminta adanya tambahan sejumlah tertentu kepada pihak pada saat

peminjam mengembalikan pinjaman.

Rina Yanti (2019). Dengan judul Analisis Pemahaman Masyarakat Tentang

Riba Dalam Koperasi Simpan Pinjam (Studi Kasus Masyarakat Link.II Batunadua

Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua). Hasil dalam penelitian ini

mengatakan bahwa Pemahaman masyarakat Link.II Batunadua Julu Kecamatan

Padangsidimpuan Batunadua tentang riba dalam koperasi simpan pinjam dapat

dikategorikan baik karena masyarakat tahu apa itu riba secara garis besar dan mengetahui

riba itu terdapat dalam koperasi simpan pinjam. Faktor pendorong masyarakan di Link.II

Batunadua Julu meminjam ke koperasi karena masyarakat sudah lama mengenal koperasi

dan sudah menjadi kebiasaan untuk mendapatkan modal usaha atau untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, dan juga tergolong mudah tidak ribet seperti meminjam ke bank.

Oleh sebab itu masyarakat banyak yang menjadi nasabah koperasi meskipun mengandung

unsur bunga di dalamnya dan itu termasuk riba. Inilah salah satu alasan utama masyarakat

meminjam ke koperasi simpan pinjam.

Mada Wijaya (2007). Dengan judul Pemahaman Masyarakat Tentang Riba

Dalam Kegiatan Perekonomian. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa masyarakat

banyak yang tidak mengetahui tentang apa itu riba. Mereka berpandangan bahwa riba

adalah mengambil tambahan yang terlalu tinggi dalam hutang piutang misalnya yang

dilakukan para rentenir, sedangkan apabila tambahan yang diambil dari pinjaman kecil

maka bukanlah riba. Dalam jual beli masyarakat tidak memahami riba, yang mereka

ketahui bahwa riba hanya terdapat dalam hutang piutang yaitu mengambil tambahan

dalam pinjaman dan mereka


5

mencontohkan seperti yang dilakukan bank-bank konvensional. Hutang piuang dengan

tambahan dilakukan masyarakat karena memang praktek seperti itulah yang mereka

ketahui, dan mereka beranggapan bahwa tidak ada hutang piutang yang tidak dengan

bunga karena selama ini tidak ada yang melakukan hutang piutang tanpa tambahan baik

dari individu maupun kegiatan-kegiatan warga. Dengan alasan diatas, bahwa diperlukan

pemahaman tentang praktek perekonomian yang diusung oleh islam, kewajiban para

ulama’ dan juga para cendekiawan untuk mememberikan pemehaman agar masyarakat

mengetahui praktek perekonomian apa saja yang dilarang oleh islam dan yang

dibolehkan, sehingga islam yang disebut sebagai pedoman hidup baik di dunia maupun di

akhirat dapat terwujud.

Nur Haida, Gama pratama, Toto Sukarnoto, Widiawati (2021). Dengan judul

Pengaruh Pemahaman Masyarakat Tentang Riba Terhadap Minat Bertransaksi

Di Bank Syariah. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variable pemahaman

masyarakat tentang riba berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat bertransaksi

masyarakat di bank syariah. Terbukti dari nilai koefisien regresi variable pemahaman

masyarakat tentang riba (X) sebesar 0,686 yang berarti bahwa apabila pemahaman

masyarakat tentang riba mengalami peningkatan 1% maka minat bertransaksi di bank

syariah akan meningkat 68,6%. Disamping itu, terbukti juga dari variabel pemahaman

masyarakat tentang riba yang memiliki nilai thitung (6,700) > ttable (1,985) dan nilai

signifikansi yang diperoleh yaiyu 0,000 yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari nilai

alpha 0,05, sehingga keputusannya adalah Ho ditolak, artinya bahwa variabel pemahaman

masyarakat tentang riba berpengaruh secara signifikan terhadap minat bertransaksi di

bank syariah.
5

Gustiawan (2019). Dengan judul Analisis Persepsi Tokoh Masyarakat Dan

Tokoh Agama Mengenai Isu Riba Terhadap Minat Masyarakat Menabung

Syariah Di Kota Bumi. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa persepsi tokoh

masyarakan dan tokoh agama terhadap minat masyarakat menabung bank syariah masuk

kedalam kategori baik dengan skor 1781 atau 84,80% dari skor ideal yang diharapkan

2100. Kategori baik nasabah sudah mengerti mengenai bank syariah itu seperti apa,

nasabah sudah mengetahui bank syariah dan tidak sedikit juga nasabah yang sudah

memahami perbankan syariah, dan masyarakat membenarkan adanya isu yang beredar di

masyarakat yang mana tokoh masyarakat dan tokoh agama masih memiliki anggapan

bahwa bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional, sementara untuk isu

riba terhadap minat masyarakat menabung bank syariah masuk kedalam kategori sedang

dengan skor 1777 dengan persentase skor sebesar 70,67% dari skor ideal yang diharapkan

yaitu 2520. Kategori sedang maksudnnya isu riba yang beredar dikalangan masyarakat

cukup berdampak pada persepsi masyarakat tetapi tidak cukup berdampak banyak

terhadap minat masyarakat menabung.

Rino (2019). Dengan judul Pemahaman Masyarakat Tentang Perbankan

Syariah Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Kelurahan

Balandai Kota Palopo). Pemahaman masyarakat tentang bank da syariah di Kelurahan

Balandai Kota Palopo masih kurang diketahui oleh masyarakat. Karena pihak bank

syariah kurang melakukan sosialisasi sehingga masyarakat kurang Tahu dan paham

tentang eksistensi bank syariah yang ada di Kota Palopo. Bank syariah di kalangan pelaku

usaha maupun wirausaha yang ada di Kelurahan Balandai Kota Palopo. Pelaku usaha

cenderung menggunakan jasa bank


6

konvensional dalam melakukan pengambilan kredit atau pinjaman di bank konvensional.

Nirwana (2019). Dengan judul Pemahaman Masyarakat Desa Pandak

Terhaddap Bank Syariah. Pemahaman masyarakat tentang bank syariah masih kurang.

Ketiadaan pengaturan publik ini karena tidak adanya sosialisasi yang diperoleh dari bank

syariah. Mengenai upaya yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam mengatasi

masalah ini, bidang keuangan telah membuat beberapa proyek, khususnya mengadakan

acara, memimpin sosialisasi di setiap kota dan kota di Masamba, dan menyebarkan

selebaran dan menetapkan standar di berbagai tempat. Dengan demikian persoalan yang

ada secara lokal adalah belum adanya pemahaman kelompok masyarakat Kota Pandak

tentang bank syariah. Dengan demikian, cenderung disimpulkan bahwa pemahaman

masyarakat Kota Pandak tentang perbankan syariah masih kurang karena belum adanya

sosialisasi yang dilakukan perbankan syariah dan dari program yang dibuat oleh BNI

Syariah Masamba dipercaya dapat membendung minimnya pandangan masyarakat

sehingga individu yang belum paham menjadi lebih awas dan dapat tertarik untuk

memanfaatkan administrasi keuangan syariah.

Adapun perbedaan penelitian saya dengan penelitian sebelumnya dengan judul

Analisis Pemahaman Masyarakat Tentang Riba (Studi Kasus Desa Tonasa,

Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pemahaman masyarakat Desa Tonasa Kecamatan Sanrobone Kabupaten

Takalar Tentang Riba.


6

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan

antara konsep-konsep atau variable yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmadjo.,2012)

Faktor Pengalaman Faktor Faktor Faktor Faktor


Pengetahuan Terdahulu Ekonomi Sosial/Lingkungan Informasi Pendidikan

Faktor Penyebab Kurangnya Pemahaman Tentang Riba

Pemahaman Tentang Riba

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Untuk mengetahui suatu pemahaman masyarakat diperlukan adanya

faktor-faktor yang dapat diukur sebagai indikator bahwa seseorang dapat

dinyatakan paham akan suatu hal. Adapun faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pemahaman masyarakat meliputi:

a. Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan sebagai “hasil tahu manusia terhadap

sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami sesuatu objek yang

dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek

tertentu.” Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri dan

juga melalui orang lain baik secara langsung maupun melalui media, dan apa

yang diberitahukan dapat diterima sebagai sesuatu yang dianggap benar.

b. Pengalaman-pengalaman terdahulu

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

mempersepsikan dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan


6

barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang mentawai di pedalaman

Siberut atau saudara kita di pedalaman Iran. Berdasarkan pengalaman yang

dimiliki, seseorang dapat berpikir melalui apa yang pernah dilakukan,

sehingga hal ini yang dipakai untuk menemukan kebenaran.

c. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor yang bisa mempengaruhi minimnya

tingkat kepahaman masyarakat karena dari keadaan ekonomi masyarakat

bisa melakukan pendidikan yang lebih tinggi agar bisa menerima suatu

pengetahuan dan informasi yang ada dalam masyarakat. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu.

d. Faktor Sosial/Lingkungan

Hampir setiap masyarakat mempunyai bentuk struktur kelas sosial.

Kelas sosial adalah bagian-bagian yang relatif permanen dan teratur dalam

masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat, dan perilaku serupa.

Kelompok referensi atau acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang

memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau

perilaku orang tersebut. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pemahaman seseorang. Dalam lingkungan seseorang akan

memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir

seseorang.

e. Faktor Informasi
6

Menurut Wied Hary, informasi akan memberikan pengaruh pada

pemahaman seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang

rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media

misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal itu dapat meningkatkan

pemahaman seseorang.

f. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi. baik dari orang lain maupun dari media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat. (Maria Ulva, 2018)


BAB. III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

deskriptif. Menurut Creswell (2008) mendefenisikan bahwa metode penelitian kualitatif

sebagai suatu gejala sentral. (Dr. J. R. Raco, ME., M.Sc., 2010: 09)

Dalam penelitin ini peneliti berusaha menganalisa dan menginterpretasikan kondisi

yang ada dengan melakukan pengamatan, wawancara, dan megumpulkan dokumen-

dokumen yang terkait dengan sasaranpenelitian.

B. Fokus Penelitian

Untuk mempermudah peneliti dalam menyelesaikan serta menganalisa penelitian

ini, maka peneliti memusatkan penelitiannya pada satu titik yang akan menjadi sumber

acuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Berfokus pada Pemahaman Masyarakat

Tentang Riba Di Desa Tonasa.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian untuk

memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

memilih Desa Tonasa sebagai tempat penelitian karena lokasi tersebut dekat dan mudah

dijangkau oleh peneliti.

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan, mulai bulan

September sampai dengan Oktober 2021.

59
6

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakam factor yang sangat penting, karna

sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian. Oleh karenanya, peneliti ini

sumber data terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dalam hal

ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunakan instrument-

instrumen yang telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti. Pengumpulan data primer merupakan bagian internal dari

proses penelitian dan yang seringkali diperlukan untuk tujuan mengambil keputusan. Data

primer dianggap lebih akurat, karena data ini disajikan secara terperinci (Sugiyono,

2012).

Pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil wawancara dari tokoh-tokoh dan

beberapa masyarakat Di Desa Tonasa serta para aparat Desa Tonasa.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh literatut-literatur atau bacaan yang

relevan dengan penelitian berupa buku, jurnal penelitian terdahulu serta dokumen yang

ada (Sugiyono, 2012).

E. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara (interview) dilakukan untuk mendapatkan informasi, yang tidak dapat

diperoleh melalui observasi atau kuesioner. Ini disebabkan oleh karena peneliti

tidak dapat mengobservasi seluruhnya. Tidak semua data dapat diperoleh dengan

observasi. Oleh karena itu peneliti harus


6

mengajukan pertanyaan kepada partisipan. Pertanyaan sangat penting untuk

menangkap persepsi, pikiran, pendapat, perasaan orang tentang suatu gejala,

peristiwa, fakta atau realita. Dengan mengajukan pertanyaan p eneliti masuk dalam

alam berpikir orang lain, mendapatkan apa yang ada dalam pikiran mereka dan

mengerti apa yang mereka pikirkan. Karena persepsi, perasaan, pikiran orang

sangat berarti, dapat dipahami dan dapat dieksplisitkan dan dianalisis secara ilmiah.

(Dr. J. R. Raco, ME., M.Sc., 2010: 116)

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri dari 10 tokoh

masyarakat

Tabel 3.1
Informan
No. Nama Usia Jenis Pekerjaan Keterangan
kelamin
1 Mansuara 48 Laki-laki Petani Tokoh
Masyarakat
2 Syarifuddin 55 Laki-laki Petani Tokoh
Masyarakat
3 Hasan 57 Laki-laki Petani Tokoh
Masyarakat
4 Samaila 47 Laki-laki Petani Tokoh
Masyarakat
5 Muh. Syafir 47 Laki-laki Petani Tokoh
Masyarakat
6 Mamang 50 Laki-laki Petani Tokoh
Masyarakat
7 Jamaluddin 45 Laki-laki Pedagang Tokoh
Masyarakat
8 Makmur 50 Laki-laki Petani Tokoh
Masyarakat
9 Saparuddin 45 Laki-laki Petani Tokoh
Masyarakat
10 Rusli 43 Laki-laki Petani Tokoh
Masyarakat
6

2. Observasi

Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti

mengumpulkan data langsung dari lapangan. Dalam tradisi kualitatif, data tidak

akan diperoleh dibelakang meja, tetapi harus terjun ke lapangan, ke tetangga, ke

organisasi, ke komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang

sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia. Data

observasi juga dapat berupa interaksi dalam suatu orgnisasi atau pengalaman para

anggota dalam berorganisasi. (Dr. J. R. Raco, ME., M.Sc., 2010: 112)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang

bersifat kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumendokumen yang

dikumpulkan dari objek yang diteliti. Setelah itu metode ini merupakan salah satu

cara untuk mendapatkan gambar dari sudut pandang subjek melalui salah satu

media tertulis dan dokumen lainnya. (Sugiyono, 2016).

F. Instrumen Penelitian

Dokumentasi merupakan metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang

bersifat kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dikumpulkan dari objek yang diteliti. Setelah itu metode ini merupakan salah satu cara

untuk mendapatkan gambar dari sudut pandang subjek melalui salah satu media tertulis

dan dokumen lainnya. (Sugiyono, 2016).

G. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber. Analisis data

penelitian ini dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah

selesai di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan pada


6

pengumpulan data dan setelah pengumpulan data menggunakan model interaktif Miles

dan Huberman berupa pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan metode observasi,

wawancara, serta dokumentasi. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa buku

dan jurnal yang berkaitan dengan Pemahaman Masyarakat Tentang Riba

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Ruduksi data merupakan suatu proses penyeleksian data yang kemudian dilakukan

pemfokusan dan penyederhanaan oleh peneliti terhadap data yang telah didapat di

lapangan. Mereduksi data menurut (Sugiyono, 2016) merupakan rangkuman, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi atau

diseleksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas kepada peneliti sehingga dapat

memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan data.

3. Penyajian Data (Data Display)

Menurut Sugiyono, 2016 dalam penelitian kualiatif, untuk memudahkan dan

mengetahui apa yang terjadi maka data dapat disajikan baik dalam bentuk bagan, uraian

singkat, dan hubungan antar kategori. Dalam penyajian data yang sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif berbentuk teks naratif.

4. Penarikan Kesimpulan (Verification)

Langkah terakhir yang dilakukan dalam analisis kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang ditarik harus memiliki bukti yang valid
6

dan konsisten. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran dari suatu

objek sebelumnya masih remangremang, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

(Sugiyono, 2016)
BAB. IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Desa Tonasa

1. Sejarah Desa Tonasa

Desa Tonasa merupakan salah satu Desa dari enam Desa yang ada di Kecamatan

Sanrobone Kabupaten Takalar. Desa Tonasa itu sendiri terdiri enam dusun dan juga Desa

Tonasa merupakan desa dataran rendah yang penduduknya bermata pencaharian petani,

peternakan, dan perdagangan. Berikut gambaran tentang sejarah Desa ini.

Pada Tahun 2007-2011 Desa Paddinging yang di Kepalai oleh Muh Darwis

dimana di Desa Paddinging itu sendiri terdiri dari enam Dusun yakni Dusun Paddinging,

Dusun Bonto Beru, Dusun Bonto Panno, Dusun Tonasa II, Dusun Tonasa I, Dusun

Pa‟rasangan Beru. Karna Desa Paddinging kawasannya terlalu luas dan penduduknya

juga terlalu banyak serta pelayanan masyarakat sudah tidak efektif lagi maka pada akhir

tahun 2008 masyarakat serta BPD yang ada di Dusun Tonasa serta Dusun Pa‟rasangan

Beru mengusulkan agar desa paddinging di mekarkan. Akhirnya pada akhir desember

2010 Resmi Desa Paddinging di mekarkan menjadi dua desa Yaitu Desa Paddinging dan

Desa Tonasa. Dan pada awal januari 2011 Desa Tonasa berdiri sendiri dan di jabat

sebagai Kepala Desa oleh Camat Sanrobone Andi Herny Ah, SE., M.A.P. Kemudian pada

bulan Mei diadakan pemilihan Desa pertama dan dimenangkan oleh Bahasang Nombong

sebagai kepala Desa pertama hasil pemilihan masyarakat. Kemudian digantikan dengan

Muhammad Hakim. SE.MM. setelah itu pemilihan kepala desa di lakukan lagi pada bulan

November 2021. Pada pemilihan desa yang diadakan pada bulan

65
6

November tersebut di menangkan oleh Syahabuddin Dg Jarre. Sementara struktur pemerintahan

desa tonasa terdiri atas 6 (enam) dusun yaitu :

a. Tonasa I

b. Tonasa II

c. Lebbae

d. Bontoa

e. Pa‟rasangan Beru I

f. Pa‟rasangan Beru II

2. Kondisi Demokrafi Desa Tonasa

a. Luas Wilayah

Luas Wilayah Desa Tonasa sekitar 384.28 kilo meter bujur sangkar, dimana luas

tersebut tergabung dalam luas pemukiman, pertanian/sawah, lading, rawa-rawa,

perkantoran, sekolah, dan jalan.

b. Batas-batas administratif pemerintahan desa tonasa kecamatan sanrobone sebagai

berikut:

 Sebelah Timur : Desa Paddinging

 Sebelah Utara : Kelurahan Bonto Ramba (Gowa)

 Sebelah Barat : Desa Bonto Sunggu

 Sebelah Selatan :Desa Sanrobone dan Desa Laguruda

Dilihat dari topografi dan kontur tanah, desa tonasa kecamatan sanrobone

secara umum berupa pertanian yang berada pada ketinggian ±2 meter

dari permukaan laut.

c. Jumlah penduduk Desa Tonasa berdasarkan jenis kelaminnya


6

Jumlah penduduk daerah sejak tahun 2020 di Desa Tonasa sebanyak 2.986 jiwa.

Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Desa Tonasa

Rumah Jumlah penduduk berdasarkan

Tahun Penduduk tangga jenis kelamin

(KK) Laki-laki Perempuan

2020 2.986 844 1.472 1.514

Berdasarkan hasil informasi diatas penduduk Desa Tonasa berjumlah 2986 jiwa.

Dari hasil penduduk berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu penduduk dengan

berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1472 sedangkan penduduk berjenis kelamin

perempuan berjumlah 1514.

Tabel 4.2

Jumlah penduduk berdasarkan dusun

Jumlah Jiwa
No. Nama Dusun Jumlah
LK PR

1 Tonasa I 375 355 730

2 Tonasa II 347 336 683

3 Lebbae 152 182 334

4 Bontoa 175 167 342

5 Pa’rasangan Beru I 189 225 414

6 Pa’rasangan Beru II 234 249 483


6

d. Struktur Organisasi Desa Tonasa

Adapun struktur organisasi yang ada di Desa Tonasa Meliputi sebagai berikut:

 Kepala Desa : Syahabuddin

 Sekretaris : Haerul

 Kasit Pemerintahan : Muh. Arif

 Kasit Kesejahteraan : Ahmad C.

 Kasit Pemberdayaan : Rahmansyah R.

 Kaur Umum : Ernawati

 Kaur Keuangan : Syamsinar

 Kaur Perencanaan : Rahmatia

Staf-staf Desa Tonasa

 Staf Pemerintahan : Safri

 Staf Kesehjahteraan : -

 Staf Pemberdayaan : Musdaruddin

 Staf K. Keuangan : Anil

 Staf K. Umum : Muh.. Nuriksan Dini

 Staf K. Perencanaan : Fatrika

Adapun Kepala Dusun Desa Tonasa sebagai berikut:

 Dusun Tonasa I : Faharuddin

 Dusun Tonasa II :-

 Dusun Lebbae : Syarifuddin

 Dusun Bontowa : Mannarima

 Dusun Pa’rasangan Beru I : H. Siga S.Ag

 Dusun Pa’rasangan Beru II : Abd. Rasyid


6

3. Visi dan Misi

a. Visi

Terbangunnya tata kelola pemerintahan Desa Tonasa yang baik dan bersih. Guna

mewujudkan kehidupan masyarakat Desa Tonasa yang adil, makmur, dan

sejahtera serta berbudaya.

b. Misi

 Mewujudkan Desa Tonasa yang adil, merata dan

berkesinambungan.

 Menumbuhkembangkan kepedulian sosial masyarakat demi

menunjang keberhasilan dan kebersamaan pembangunan.

 Meningkatkan tata kelola pemerintahan dan pelayanan public yang baik.

 Beasiswa bagi warga Desa Tonasa yang khatam Al-Qur’an 30 juz.

 Menyelenggarakan pemerintaha yang bersih. Bebas dari korupsi serta

bentuk-bentuk penyelewengan lainnya.

 Pengadaan kendaraan siaga desa sebagai sarana gratis untuk warga Desa

Tonasa yang membutuhkan pertolongan mendesak dan darurat (mobil

operasional desa/ambulance).

 Pengadaan lapangan olahraga seperti lapangan sepak takraw untuk

kegiatan masyarakat Desa Tonasa.

B. Hasil Penelitian

Menurut sejarah riba dalam islam, praktek riba sudah dimulai bahkan jauh

sebelum turunnya Islam. Catatan yang ada, menjelaskan bahwa riba sudah mulai dikenal

sejak zaman peradaban mesir kuno (Firaun). Adapula prakteknya juga dilakukan di

zaman peradaban Sumeria, Babilonia dan Asyuriya (Irak). Dan dari


7

semua itu, yang memperkenalkan riba kepada bangsa Arab adalah kaum-kaum Yahudi.

Riba merupakan suatu hal atau kegiatan yang sangat dilarang dalam islam karena dapat

berdampak negative terhadap orang yang melakukan riba.

Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai beberapa tokoh masyarakat

yang ada di Desa Tonasa Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar. Penelitian ini di

lakukan kepada tokoh masyarakat karena tokoh masyarakat mempunyai peranan penting

dalam pengendalian sosial serta dapat memberikan masukan yang positif kepada

masyarakat. Hasil wawancara yang dilakukan ke tokoh masyarakat memperoleh beberapa

pemahaman yaitu, menurut bapak “M” yang bekerja sebagai petani, mengatakan "bahwa

bapak mansuara tahu apa itu riba dan mengetahui bahwa riba itu haram”. Bapak “M” juga

mengatakan “bahwa riba itu sama dengan bunga karena kata beliau bahwa itulah bunga

yang dikatakan riba, tetapi beliau hanya mengetahui beberapa barang yang dapat

termasuk riba serta Bapak “M” hanya mengetahui 2 jenis riba yaitu riba dalam jual beli

dimana timbangannya curang dan riba dalam utang- piutang dimana sistemnya

menggunakan bunga”. Bapak “M” juga mengatakan “bahwa orang yang melakukan

praktek riba sebenarnya menjebak dirinya sendiri kedalam suatu keterpurukan apa lagi

kalau meminjam uang dengan bunga yang diberikan itu tinggi maka apabila seseorang

tidak dapat membayarnya satu kali saja maka seterusnya akan membuat dia lebih

terpuruk karena bunganya yang semakin banyak”. Bapak “M” tidak pernah melakukan

utang piutang dimana sistemnya menggunakan bunga(riba) karena beliau mengatakan

“dapat merusak diri sendiri bahkan berdampak kepada keluarga”. Bapak “M” juga

mengatakan “bahwa sewaktu sekolah dulu sering belajar tentang riba cuman hanya

pokok-pokoknya saja dan juga biasa mendapat informasi tentang riba di tv-tv tetapi

beliau
7

mengatakan bahwa sosialisai tentang riba tidak pernah dilakukan di dalam lingkungan

sosial dan sekolahnya”. Bapak “M” juga mengatakan “bahwa beliau tidak pernah

mendapatkan dari internet dan media sosial karena beliau tidak ada akses dan juga tidak

tau menggunakan alat-alat elektronik”.

Hasil wawancara dengan Bapak “S”, beliau mengetahui apa itu riba serta beliau

mengetahui bahwa riba itu haram. Tetapi Bapak Syarifuddin tidak mengetahui jenis-jenis

riba serta beliau tidak mengetahui yang mana saja termasuk barang ribawi. Bapak “S”

mengatakan “bahwa riba sebenarnya dapat berdampak dalam lingkungan keluarga serta

kehidupan sehari-hari, serta beliau beranggapan bahwa orang yang melakukan riba itu

dapat membuat dirinya sengsara dan dapat membuat kehidupannya lebih hamburadur”.

Bapak “S” tidak pernah melakukan utang piutang yang mengandung riba karena kata

“beliau bunga adalah suatu yang tidak berkah dan dapat membuat orang lebih terpuruk

karena bunga yang semakin banyak sehinggah hal ini yang membuat sesorang biasa

melarikan diri apabila orang tersebut tidak dapat melunasinya”. Bapak “S” juga

mengatakan “bahwa tidak pernah diadakan sosialisasi tentang riba di lingkungan sosial

dan sekolahnya”. Beliau juga tidak pernah mendapatkan informasi dari internet karena

beliau tidak tau cara mengaksesnya serta tidak punya hanphone yang bisa mengakses

internet tersebut. Bapak “S” biasa mendapat informasi dari tv-tv dan juga mengatakan

“bahwa beliau pernah belajar tentang riba sewaktu sekolahnya tetapi beliau hanya ingat

saja bahwa riba itu haram”.

Hasil wawancara dengan Bapak “H”, beliau mengetahui apa itu riba dan beliau

juga mengetahui bahwa riba itu haram, tetapi beliau tidak mengetahui jenis- jenis riba

beliau hanya tau riba dalam utang-piutang saja dan beliau tidak
7

mengetahui yang mana saja termasuk barang ribawi. Bapak “H” beranggapan “bahwa

riba dapat berdampak dalam kehidupan sehari-hari dan mengatakan bahwa orang yang

melakukan riba itu tidak berpikiran kedepan bahwa apa dampak yang akan saya

dapatkan”. Bapak “H” tidak pernah melakukan utang-piutang yang menggunakan system

bunga, beliau mengatakan “bahwa bunga dalam utang- piutang sebenarnya gak perlu ada

yang penting saling percaya satu sama lain aja, lagi pula bunga kan termasuk dalam riba”.

Bapak “H” mengatakan bahwa “tidak pernah dilakukan sosialisasi dilingkungannya dan

di lingkungan sekolahnya waktu beliau sekolah”. Bapak “H” mengatakah bahwa “beliau

tidak pernah belajar tentang riba karena hanya tamatan SD dan juga beliau tidak bisa

mendapatkan informasi di internet karena beliau tidak punya alat yang canggih untuk

mengaksesnya”. tetapi beliau pernah mendaptkan informasi dari televisi hanya saja

kurang paham beliau hanya mengetahui bahwa riba itu haram serta juga pernah

mendengar dari orang lain.

Hasil wawancara dengan Bapak “SM”, beliau mengetahui apa itu riba dan juga

mengetahui bahwa riba itu haram. Bapak “SM” tidak mengetahui jenis-jenis riba dan juga

tidak mengetahui yang mana saja termasuk barang ribawi. Bapak “SM” juga tidak

mengetahui bahwa riba itu dapat berdampak dalam kehidupan sehari-hari, beliau juga

mengatakan bahwa “orang yang melakukan riba itu mungkin karena terpaksa seperti

saya”. Bapak “SM” mengatakan bahwa “beliau melakukan utang-piutang dimana di

dalamnya terkandung bunga serta belliau mengatakah bahwa beliau lakukan itu untuk

modal dalam membeli pupuk dan bibit untuk keperluannya dalam bertani”. Beliau juga

merasa terbebani Karena apabila belum bisa membayar hutangnya pada saat jatuh tempo

maka bunga akan semakin banyak. Bapak “SM” juga beranggapan bahwa “bunga

dalam utang-
7

piutang itu sebenarnya tanda terima kasih kepada peminjam”. Bapak “SM” mengatakan

bahwa “tidak pernah di adakan sosialisasi tentang riba di lingkungan sosialnya serta

semasa sekolahnya dulu, cuman beliau penah belajar tentang riba hanya saja

pengertiannya saja”. Bapak “SM” juga mengatakan bahwa “beliau memang punya alat

elektronik hanya saja tidak bisa mengakses internet”. Beliau juga mengatakan bahwa

beliau jarang menonton penceramah di televisi dan juga kata beliau bahwa jarang di

bicarakan hal tentang riba sewaktu-waktu kumpul sesama masyaraakat.

Hasil wawancara dengan Bapak “MS”, beliau mengatakan bahwa “beliau tahu

bahwa riba itu haram tetapi beliau tidak mengetahui jenis-jenis riba serta beliau juga tidak

mengetahui yang mana saja termasuk barang ribawi dan juga beliau mengetahui bahwa

riba itu dapat berdampak dalam kehidupan sehari-hari”. Bapak “MS” mengatakan bahwa

“beliau pernah mendengar tentang riba dari orang lain tetapi tidak terlalu dalam hanya

saja bahwa riba itu haram”. Bapak “MS” mengatakan bahwa “orang yang melakukan riba

itu tidak berpikir panjang bahwa akan ada dampak yang akan diterimanya”. Bapak “MS”

tidak pernah melakukan utang piutang yang mengandung system riba serta mengatakan

bahwa “bunga itu kan termasuk riba maka hal tersebut tidak berkah”. Bapak “MS”

mengatakan bahwa “tidak pernah di adakan sosialisasi dalam lingkungan sosialnya dan

juga sewaktu sekolahnya dulu tetapi beliau belajar tentang riba hanya saja tidaak terlalu

detail”. Bapak “MS” mengatakan bahwa “beliau tidak pernah mendapatkan informasi

dari internet dan juga media sosial karena beliau tidak bisa menggunakan handphone

yang bisa mengaksesnya, di televisi juga jarang memnonton penceramah karena TV

beliau rusak”. Beliau hanya pernah mendapat informasi dari orang lain cuman tidak

terlalu dalam.
7

Hasil wawancara dengan Bapak “MM”, beliau mengetahui apa itu riba dan juga

beliau mengetahui bahwa riba itu haram, tetapi beliau tidak mengetahui jenis- jenis riba

serta beliau tidak mengetahui barang yang mana saja termasuk barang ribawi. Bapak

“MM” mengatakan bahwa “beliau pernah mendengar tentang riba dari orang lain tetapi

hanya hukumnya saja bahwa riba itu haram”. Beliau juga mengetahui bahwa riba itu

dapat berdampak dalam kehidupan sehari-hari serta berpendapat bahwa “orang yang

melakukan riba semisal bunga, itu adalah orang yang ingin cepat kaya tetapi tidak

mengetahui bahwa ada dampaknya dari hal tersebut”. Bapak “MM” mengatakan bahwa

“beliau tidak pernah melakukan utang- piutang yang menggunakan bunga, beliau

beranggapan bahwa bunga dalam utang piutang adalah suatu hal yang dapat merugikan

diri sendiri”. Bapak “MM” juga mengatakan bahwa “sosialisasi tentang riba tidak pernah

di lakukan sekalipun dalam lingkungannya dan juga sewaktu sekolahnya dulu, beliau

sewaktu sekolahnya memang belajar tentang riba tetapi tidak detail”. Bapak “MM” juga

mengatakan bahwa “beliau tidak pernah mendapat informasi dari internet dan juga media

sosial karena beliau tidak ada alat untuk mengaksesnya dan juga kata beliau kalau pun

ada alatnya beliau juga tidak tahu cara pakainya atau menggunakannya”. Di televisi pun

kata “beliau jarang menonton siaran tentang agama. Beliau hanya mendapatkan informasi

dari oraang lain”.

Hasil wawancara dengan Bapak “J”, beliau mengetahui riba dan juga

mengetahui bahwa riba itu haram. Tetapi Bapak “J” tidak mengetahui jenis-jenis riba dan

yang mana saja termasuk barang ribawi. Bapak “J” juga mengatakan bahwa “beliau biasa

mendengar tentang riba dari orang lain”. Bapak “J’ juga beranggapan bahwa “riba dapat

berdampak dalam kehidupan sehari-hari serta kata beliau orang yang melakukan riba itu

adalah orang yang berpikiran pendek”.


7

Beliau juga mengatakan bahwa “orang yang melakukan riba sebenarnya tidak

mengetahui bahwa dirinya sedang menghadapi masalah besar”. Bapak “J” tidak pernah

melakukan utang-piutang yang menggunakan system bunga. Beliau mengatakan bahwa

“bunga dalam utang-piutang sebenarnya tidak ada gunanya malah dapat berdampak bagi

orang yang memberikan lebih-lebih orang yang menerimanya”. Bapak “J” juga “tidak

pernah mendapatkan sosialisasi tentang riba di lingkungannya dan semasa sekolahnya.

Sewaktu sekolahnya beliau belajar cuman tidak terlalu jauh. beliau hanya dapat

informasi dari media masa serta media sosial cuman beliau tidak terlalu dalam

membacanya, serta dari orang lain”.

Hasil wawancara dengan Bapak “MK”, beliau hanya tahu bahwa riba itu haram,

beliau tidak mengetahui jenis-jenis riba serta yang mana termasuk barang ribawi. Bapak

“MK” juga mengetahui bahwa bisa berdampak dalam kehidupan sehari-hari dan juga

berpendapat bahwa “orang yang melakukan riba adalah orang yang hanya mementingkan

duniawi saja tanpa berfikir bahwa kita tidak hidup kekal di dunia ini”. Bapak “MK” juga

mengatakan bahwa “beliau tidak pernah melakukan utang-piutang yang mengandung

bunga”. Beliau juga mengatakan bahwa “bunga itu sebenarnya bisa membuat kita cepat

kaya cuman tidak ada berkahnya dan juga ada ganjarannya nanti di akhirat”. Bapak

“MK” mengatakan bahwa “sosialisasi tidak pernah di lakukan di lingkungannya dan

sewaktu sekolahnya dulu”. Bapak “MK” juga mengatakan bahwa “beliau belajar tentang

riba sewaktu sekolahnya cuman tidak terlalu jauh”. Beliau juga mengatakan bahwa “tidak

pernah mendapatkan informasi dari internet dan sosial media karena beliau hanya

menggunakan handphon yang gak bisa mengakses hal tersebut”. Beliau juga mengatakan

“jarang menonton TV tentang agama, beliau hanya mendapatkan informasi dari orang

lain”.
7

Hasil wawancara dengan Bapak “SP”, beliau mengetahui apa itu riba dan juga

mengetahui bahwa riba itu haram, tetapi beliau tidak mengetahui jenis-jenis riba dan

barang-barang yang termasuk dalam barang ribawi. Bapak “SP” mengatakan bahwa

“beliau tahu bahwa apabila melakukan riba dapat berdampak dalam kehidupan sehari-

hari”. beliau juga mengatakan bahwa “orang yang melakukan riba adalah orang yang

menjebak dirinya sendiri dalam masalah, hal ini beliau katakan karena menurut beliau

apabila seseorang meminjam uang dimana orang tersebut menggunakan system bunga

maka apabila orang tersebut tidak bisa membayar uang pinjamannya, orang tersebut harus

tetap membayar bunganya”. Bapak “SP” juga tidak pernah melakukan utang-piutang

yang menggunakan system bunga, beliau juga mengatakan bahwa “bunga dalam utang-

piutang itu sebenarnya hanya menguntungkan orang yang memberi pinjaman serta

merugikan bagi penerima pinjaman”. Bapak “SP” juga mengatakan bahwa “di lingkungan

sosialnya tidak pernah di lakukan sosialisasi”. Bapak “SP” mengatakan “bahwa tidak

pernah mendapatkan informasi dari media masa seperti internet dan media sosial karena

beliau tidak mempunyai barang elektronok yang canggih dan juga di televise jarang

menonton siaran tentang agama”. Bapak “SP” juga mengatakan “bahwa sewaktu

sekolahnya tidak pernah di adakan sosialisasi tentang riba. Tetapi beliau belajar tentang

riba cuman tidak terlalu dalam serta beliau hanya mendapatkan informasi dari orang

lain”.

Hasil wawancara dengan Bapak “R”, beliau mengetahui apa itu riba dan juga

mengetahui bahwa riba itu haram, tetapi beliau juga tidak mengetahui jenis- jenis riba

serta barang-barang yang termasuk kedalam barang ribawi. Bapak “R” juga mengetahui

bahwa riba dapat berdampak kedalam kehidupan sehari-hari serta dalam lingkungan

keluarga. Bapak “R” juga mengatakan bahwa “orang yang


7

melakukan riba itu sebenarnya orang yang tidak mengetahui bahwa dia sendiri yang

membawa dirinya kedalam jalan yang salah, dimana secara perlahan membuat dirinya

jatuh kedalam adzab Allah SWT”. Bapak “R” juga tidak pernah melakukan utang-piutang

yang mengggunakan system riba, beliau juga beranggapan bahwa “bunga dalam utang

piutang itu termasuk riba dan tidak boleh digunakan”. Bapak “R” juga mengatakan bahwa

“sosialisasi tentang riba tidak pernah dilakukan, dalam media masa beliau juga tidak

pernah mendapatkan informasi karena beliau tidak bisa menggunakan barang elektronik,

beliau hanya bendapatkan informasi dari orang lain dan di televisi”. Bapak “R”

mengatakan bahwa “tidak ada sosialisai semasa sekolahnya, beliau juga mengatakan

bahwa beliau belajar tentang riba tetapi tidak terlalu dalam”.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang diatas dapat di katakan bahwa pemahaman

masyarakat di Desa Tonasa tentang riba masih sangat rendah. Keterbatasan pemahaman

tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh aparat desa sehingga

menyebabkan sebagian masyarakat tidak mengetahui apa itu riba sehingnga masih banyak

masyarakat yang melakukan riba. Menurut hasil wawancara kepada informan diatas,

hampir semua paham tentang riba dan juga mengetahui bahwa riba itu haram tetapi

semua informan hanya tahu riba itu haram tanpa mengetahui bahwa riba banyak jenisnya.

Pada dasarnya riba terbagi dalam beberapa jenis yaitu, riba nasi’ah, riba fadhl, riba al yad,

riba qard dan riba jahiliyah. Umumnya masyarakat hanya tahu bahwa riba itu haram dan

dapat berdampak dalam kehidupan sehari-hari tetapi tidak mengetahui yang mana saja

yang dapat di katakan riba. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi yang

dilakukan oleh aparat setempat sehingga sebagian masyarakat


7

hanya mengetahui apa itu riba tanpa mengetahui jenis-jenis apa saja yang dapat dikatakan

riba. Kurangnya pemahaman serta minimnya informasi yang masyarakat dapatkan

memberikan pemahaman yang berbeda mengenai riba. Hal ini tidak sesuai dengan realita

sesungguhnya bahwa riba memiliki beberapa jenis dan barang yang dapat dikatakan

barang ribawi. Adapun faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman masyarakat di

Desa Tonasa antara lain :

1. Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri dan juga

melalui orang lain baik secara langsung maupun melalui media, dan apa yang

diberitahukan dapat diterima sebagai sesuatu yang dianggap benar. Berdasarkan

informasi dari semua informan yang telah diwawancarai, semuanya menjawab

mereka mengetahui bahwa riba itu haram dan dapat berdampak dalam kehidupan

sehari. Sebagian masyarakat memang sudah mengetahui riba akan tetapi mereka

tidak tahu jenis-jenis riba serta barang ribawi sehingga hal ini bisa menyebabkan

masyarakat melakukan riba karena kurangnya pemahaman tentang jenis- jenis

riba. Pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang riba akan mempengaruhi

pandangan masyarakat mengenai riba itu sendiri sehingga masyarakat dapat

menghindarinya. Ketidaktahuan masyarakat terhadap riba juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya masyarakat tidak bisa mencari informasi tentang riba

lebih dalam karena rata-rata masyarakat hanya tahu bahwa riba itu adanya di

dalam utang piutang tanpa mengetahui bahwa riba memiliki beberapa jenis dan

juga kurangnya akses serta kurangnya pengetahuan masyarakat dalam

menggunakan alat eletronik. Sosialisasi sebaiknya dilakukan oleh pihak

kelurahan dengan
7

memberikan informasi kepada daerah dengan cara memajukan atau memajukan

secara langsung melalui media, baik media elektronik maupun media cetak.

Kemajuan secara langsung seharusnya dapat dilakukan dengan mengadakan

workshop tentang riba yang menyajikan ide-ide tentang riba seperti jenis-jenis

riba, namun materinya dikemas dengan sebaik-baiknya sehingga mudah dipahami

oleh masyarakat luas.

2. Pengalaman-Pengalaman Terdahulu

Mengingat pengalaman yang dimiliki, seseorang dapat mempertimbangkan

secara menyeluruh apa yang telah dilakukan, dengan tujuan agar ini digunakan

untuk melacak kenyataan. Berdasarkan hasil pertemuan dengan 10 informan

hanya 1 informan yang sudah pernah melakukan riba yaitu Bapak samaila dengan

cara meminjam uang yang menggunakan system bunga. Bapak Samaila

menganggap bunga dalam utang-piutang sebenarnya tanda terima kasih yang di

berikan peminjam.

3. Faktor Ekonomi

Ekonomi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat dasar

pemahaman masyarakat mengingat keadaan keuangan daerah dapat melakukan

pendidikan lanjutan untuk mendapatkan informasi dan data yang ada secara lokal.

Status keuangan seseorang juga akan menentukan aksesibilitas kantor penting

untuk latihan tertentu. Pekerjaan juga mempengaruhi desain penggunaan. Bekerja

dengan implikasi menambah mempengaruhi tingkat pemahaman individu, ini

karena pekerjaan erat kaitannya dengan faktor sosial dan kolaborasi sosial.

Mengingat konsekuensi pertemuan dengan 10 informan, hanya 1 yang melakukan

utang-piutang yang menggunakan system bunga yaitu Bapak Samalia.


8

Beliau lakukan itu karena untuk modal dalam bercocok tanam sehinggah dapat

menyekolahkan anak-anaknya.

4. Faktor Sosial atau Lingkungan

Lingkungan akan mempengaruhi individu untuk memperoleh pengalaman

yang akan mempengaruhi cara berpikir individu. Mengingat konsekuensi dari

pertemuan dengan 10 informan, semua informan mengatakan bahwa mereka

semua pernah mendapatkan informasi tentang riba dari orang lain yaitu bahwa

riba itu haram.

5. Faktor Informasi

Data sangat penting dalam mempengaruhi kesepakatan seseorang.

Mengingat efek samping dari pertemuan dengan 10 informan, mereka

kekurangan informasi dalam memahami tentang riba. Hal ini karena memang

keterbatasan akan pengetahuan dalam menggunakan barang elektronik serta

kurangnya minat masyarakat untuk mencari informasi lebih dalam.

6. Pendidikan

Pendidikan adalah pekerjaan untuk menumbuhkan karakter dan kapasitas

di dalam dan di luar sekolah dan bertahan selamanya. Dengan pendidikan

lanjutan, seseorang akan lebih sering mendapatkan data. baik dari orang lain

maupun dari komunikasi yang luas. Semakin banyak data yang masuk, semakin

banyak informasi yang Anda dapatkan. Berdasarkan hasil penelitian dengan 10

informan, hampir semua mengatakan bahwa mereka belajar tentang riba hanya

saja tidak terlalu detail. Cuman 1 informan yang mengatakan bahwa beliau tidak

pernah belajar tentang riba karena kata beliau dia cuman tamatan SD.
8

Adapun peneliti terdahulu yang di jadikan rujukan dalam penelitian ini yaitu:

Irawati, dengan judul penelitian Pengaruh Pengetahuan Masyarakat Tentang Riba

Terhadap Perilaku Utang Piutang Di Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali

Mandar. Faqihuddin, dengan judul penelitian Pemahaman Masyarakat Tangga

Buntung Terhadap Riba. Ritena Yurita, dengan judul penelitian Pemahaman

Masyarakat Tentang Riba Dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Berhutang.

Rina Yanti, dengan judul penelitian Analisis Pemahaman Masyarakat Tentang Riba

Dalam Koperasi Simpan Pinjam (Studi Kasus Masyarakat Link.II Batunadua Julu

Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua). Mada Wijaya, dengan judul penelitian

Pemahaman Masyarakat Tentang Riba Dalam Kegiatan Perekonomian. Nur

Haida, Gama Pratama, Toto Sukamoto, Widiawati, dengan judul penelitian Pengaruh

Pemahaman Masyarakat Tentang Riba Terhadap Minat Bertransaksi Di Bank

Syariah.
BAB.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan penenliti, di peroleh hasil penilitian bahwa

pemahaman masyarakat tentang riba di Desa Tonasa Kecamatan Sanrobone Kabupaten

takalar.

1. Pemahaman masyarakat tentang riba masih kurang karena masyarakat hanya tahu

bahwa riba itu haram, tidak tahu secara detail juga tidak tahu jenis-jenis riba.

Masyarakat memang paham bahwa riba itu haram tetapi masyarakat hanya tau

riba itu bunga, masyarakat belum tahu bahwa riba itu banyak jenisnya dan

macamnya. Hanya sebagian besar masyarakat yang paham bahwa riba itu haram

dan dilarang agama, ada juga sebagian masyarakat yang tidak tahu apa itu riba.

2. Faktor -faktor yang mempengaruhi kurangnya pemahaman masyarakat di Desa

Tonasa Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar tentang riba adalah

pengetahuan, pengalaman-pengalaman terdahulu, faktor ekonomi, faktor sosial

atau lingkungan, faktor informasi, dan faktor pendidikan.

B. Saran

Adapun saran yang di tujukan kepada pemerintah setempat demi kemajuan dan

perkembangan masyarakat yaitu harus mengadakan sosialisasi tentang riba baik itu jenis-

jenisnya serta dampak apa saja yang akan di tanggung apabila menggunakan riba.

8
DAFTAR
Al-Qur’an dan Terjemahnya Cetakan Kementrian Agama Republik Indonesia, 2019

Arifin, L. F. Z. 2013. Konseptualisasi Pelarangan Riba Sebagai Transaksi


Terlarang. Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam, Vo.l 3, No. 1. Diakses 07
Agustus 2021.

Askar, A. 2020. Konsep Riba Dalam Fiqih Al-qur’an : Studi Konparasi. Jurnal
Penelitian Hukum Dan Pendidikan, Vol. 19, No. 2. Diakses 14 Agustus
2021.

Asmawati, R. R. M. 2015. Faktor Faktor yang mempengaruhi pemahaman


masyarakat tentang riba di kecamatan grogot. Skripsi: Jurusan Ekonomi
Islam, Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam. Diakses 05 Agustus 2021.

Badruzaman, B. 2019. Riba Dalam Presfekif Keuangan Islam. Al Amwal: Vol. 1,


No. 2. Diakses 11 Juli 2021.

Budiantoro, R. A. DKK. 2018. Sistem Ekonomi (Islam) dan Pelarangan Riba dalam
Perspektif Historis. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01). Diakses 07
Oktober 2021.

Chair, W. 2014. Riba Dalam Perspektif Islam Dan Sejara. Iqtishadia, Vol. 1, No. 1.
Diakses 09 Oktober 2021.

Effendi, S. 2018. Riba Dan Dampaknya Dalam Masyarakat Dan Ekonomi. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 2, No. 18. Diakses 10 Oktober 2021.

Ghofur, A. 2016. Konsep Riba Dalam Al-Qur’an. Volume VII, Edisi 1. Diakses 11
Juli 2021.

Marwini, 2017. Kontroversi Riba Dalam Perbankan Konvensional Dan Dampaknya


Terhadap Perekonomian. Az Zarqa’,Vol. 9, No. 1. Diakses 10 Agustus
2021.

Muhsin, DKK. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Pemecah


Masalah Matematis Mellalui Pembelajaran Dengan Pendekatan
Kontekstual. Jurnal Peluang, Volume 2, Nomor 1. Diakses 17 Agustus
2021.

Naufal, A. 2019. Riba Dalam Al-Quran Dan Strategi Menghadapinya. Al Maal, Vol.
1, No.1. Diakses 07 Oktober 2021.

Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakteristik Dan


Keunggulannya). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sar’an, 2018. Riba Dalam Perspektif Islam Dan Sejarah. At-Tasyri’iy Vol. 1, No.2.
Diakses 11 Oktober 2021.

8
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R dan D. Bandung:
Alfabeta.

2012. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif R dan D. Bandung:


Alfabeta.

Susilo, E. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman


Masyarakat Desa Terhadap Perbankan Syariah Studi Kasus Di Desa
Sumber Jaya Jati Agung Lampung Selatan. Skripsi: Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Diakses 25
Oktober 2021.

Tho’in, M. 2016. Larangan Riba Dalam Teks Dan Konteks. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, Vol. 2, No. 2. Diakses 10 Oktober 2021.

Ulva, M. 2018. Pemahaman Masyarakat Tentang Bank Syariah Studi Kasus Di


Kampung Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung
Tengah. Skripsi: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Metro. Diakses 10
Oktober 2021.

Yulianti, R. T. 2002. Riba Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Millah Vol. 2, No. 2.
Diakses 07 Oktober 2021.

8
LAMPIRAN

8
86

Daftar Peneliti Terdahulu

NO PENELITI JUDUL PENELITI HASIL PENELITI


1. Irawati Pengaruh Pengetahuan Penelitian ini mendukung
Masyarakat Tentang Riba teori notoatmodjo dalam
Terhadap Perilaku Utang teori over behavior yang
Piutang Di Kecamatan Anreapi menyatakan bahwa
Kabupaten Polewali Mandar pengetahuan atau konitif
yang sangat penting dalam
menentukan
tindakan atau perilaku
seseorang. Hal ini berarti
tingkat pengetahuan
masyarakat tentang riba di
Kecamatan Anreapi
tercermin dalam perilaku
utang piutang yang sesuai
dengan syariat islam. Jika
pengetahuan masyarakat
tentang riba tinggi maka
perilaku utang piutang yang
sesuai dengan syariat islam
tinggi begitupun sebaliknya.
Sedangkan, dalam hasil
penelitian ini menunjukkan
sebaliknya bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat
masih rendah dan perilaku
utang piutangnya yang
sesuai dengan syariat islam
juga rendah

2. Maria Ulva Pemahaman Masyarakat Hasil penelitian tersebut


Tentang Perbankan Syariah dapat diketahui bahwa
pemahaman masyarakat
Kampung Adi Jaya
tentang bank syariah
masih sangat rendah.
Keterbatasan pengetahuan
serta tidak adanya
promosi dan
sosialisasi yang dilakukan
pihak bank syariah
menyebabkan seabagian
masyarakat tidak
mengetahui apa itu bank
syariah serta produk apa
saja yang ada di bank
syariah.
8

3. Faqihuddin Pemahaman Masyarakat pemahaman riba terhadap


Tangga Buntung Terhadap masyarakat di Tangga
Riba Buntung cukup
mengetahui tentang
haramnya riba, tetapi hal itu
tetap dilaksanakan oleh
masyarakat Tangga
Buntung dikarenakan
beberapa faktor-faktor dalam
kehidupan
masyarakat tersebut.
4 Ritena Yurita Pemahaman Masyarakat Dalam penelitian ini
Tentang Riba Dan dikatakan bahwa
Pengaruhnya Terhadap masyarakat Kota Fajar sudah
Keputusan Berhutang mengetahui
keharaman riba.
Masyarakat Kota Fajar
berpandangan bahwa riba
adalah mengambil
tambahan dalam hutang
piutang seperti yang
dilakukan oleh para rentenir.
Walaupun
sebagian dari
masyarakatnya masih belum
mengetahui lebuh dalam
pengertian dari riba tersebut
namun mereka sudah
mengetahui apa- apa saja
yang termasuk kedalam riba.
Masyarakat Kota Fajar
menganggap berhutang
merupakan praktik yang
sudah menjadi kebiasaan
untuk dilakukan. Tujuan
utama mereka melakukan
praktik ini adalah untuk
mendanai usahanya dan juga
untuk biaya pendidikan dan
keperluan lainnya. Riba
yang terjadi di Kota Fajar
Kabupaten Aceh Selatan
adalah riba utang-piutang,
yaitu riba qard dimana suatu
tambahan atau kelebihan
yang telah disyaratkan
dalam
perjanjian antara pihak
pemberi pinjaman dan
8

penerima pinjaman.
Dalam perjanjian disebut
bahwa pihak pemberi
pinjaman meminta adanya
tambahan sejumlah
tertentu kepada pihak
pada saat peminjam
mengembalikan pinjaman.
5 Rina Yanti Analisis Pemahaman Pemahaman masyarakat
Masyarakat Tentang Riba Link.II Batunadua Julu
Dalam Koperasi Simpan Kecamatan
Pinjam (Studi Kasus Padangsidimpuan Batunadua
Masyarakat Link.II tentang riba
Batunadua Julu Kecamatan dalam koperasi simpan
Padangsidimpuan Batunadua) pinjam dapat
dikategorikan baik karena
masyarakat tahu apa itu riba
secara garis besar dan
mengetahui riba itu terdapat
dalam koperasi simpan
pinjam. Faktor pendorong
masyarakan di Link.II
Batunadua Julu meminjam
ke koperasi karena
masyarakat sudah lama
mengenal koperasi dan
sudah menjadi kebiasaan
untuk
mendapatkan modal usaha
atau untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, dan
juga tergolong mudah tidak
ribet seperti meminjam ke
bank. Oleh sebab itu
masyarakat banyak yang
menjadi nasabah koperasi
meskipun mengandung
unsur bunga di dalamnya
dan itu termasuk riba. Inilah
salah satu alas an utama
masyarakat
meminjam ke koperasi
simpan pinjam.

6 Mada Wijaya Pemahaman Masyarakat Masyarakat banyak yang


Tentang Riba Dalam Kegiatan tidak mengetahui tentang
Perekonomian. apa itu riba. Mereka
berpandangan bahwa riba
adalah mengambil
tambahan yang terlalu
8

tinggi dalam hutang piutang


misalnya yang dilakukan
para rentenir, sedangkan
apabila
tambahan yang diambil dari
pinjaman kecil maka
bukanlah riba. Dalam jual
beli masyarakat tidak
memahami riba, yang
mereka ketahui bahwa riba
hanya terdapat dalam hutang
piutang yaitu mengambil
tambahan dalam pinjaman
dan mereka mencontohkan
seperti yang dilakukan bank-
bank konvensional. Hutang
piuang dengan tambahan
dilakukan
masyarakat karena
memang praktek seperti
itulah yang mereka ketahui,
dan mereka beranggapan
bahwa tidak ada hutang
piutang yang tidak dengan
bunga karena selama ini
tidak ada yang melakukan
hutang piutang tanpa
tambahan baik dari individu
maupun kegiatan- kegiatan
warga. Dengan alas an
diatas, bahwa diperlukan
pemahaman tentang praktek
perekonomian yang
diusung oleh islam,
kewajiban para ulama’ dan
juga para
cendekiawan untuk
mememberikan pemehaman
agar
masyarakat mengetahui
praktek perekonomian apa
saja yang dilarang oleh
islam dan yang
dibolehkan, sehingga
islam yang disebut
sebagai pedoman hidup
9

baik di dunia maupun di


akhirat dapat terwujud.
7 Nur Haida, Pengaruh Pemahaman Hasil dalam penelitian ini
Gama Masyarakat Tentang Riba menunjukkan bahwa
pratama, Terhadap Minat variable pemahaman
Toto Bertransaksi Di Bank Syariah. masyarakat tentang riba
Sukarnoto, berpengaruh positif dan
Widiawati signifikan terhadap minat
bertransaksi masyarakat di
bank syariah. Terbukti dari
nilai koefisien regresi
variable pemahaman
masyarakat tentang riba
(X) sebesar 0,686 yang
berarti bahwa apabila
pemahaman masyarakat
tentang riba mengalami
peningkatan 1% maka minat
bertransaksi di bank syariah
akan meningkat 68,6%.
Disamping itu, terbukti juga
dari variabel pemahaman
masyarakat tentang riba
yang memiliki nilai thitung
(6,700) > ttable (1,985) dan
nilai signifikansi yang
diperoleh yaiyu 0,000 yang
berarti nilai tersebut lebih
kecil dari nilai alpha 0,05,
sehingga keputusannya
adalah Ho ditolak, artinya
bahwa variabel
pemahaman masyarakat
tentang riba berpengaruh
secara signifikan terhadap
minat bertransaksi di bank
syariah.

8 Gustiawan Analisis Persepsi Tokoh Persepsi tokoh


Masyarakat Dan Tokoh masyarakan dan tokoh
Agama Mengenai Isu Riba agama terhadap minat
Terhadap Minat Masyarakat masyarakat menabung bank
Menabung Syariah Di Kota syariah masuk kedalam
Bumi kategori baik dengan skor
1781 atau 84,80% dari skor
ideal yang diharapkan 2100.
Kategori baik nasabah
sudah mengerti mengenai
bank syariah itu seperti
9

apa, nasabah sudah


mengetahui bank syariah
dan tidak sedikit juga
nasabah yang sudah
memahami perbankan
syariah, dan masyarakat
membenarkan adanya isu
yang beredar di masyarakat
yang mana tokoh
masyarakat dan tokoh agama
masih memiliki anggapan
bahwa bank syariah tidak
ada bedanya dengan bank
konvensional, sementara
untuk isu riba terhadap
minat masyarakat
menabung bank syariah
masuk kedalam kategori
sedang dengan skor 1777
dengan persentase skor
sebesar 70,67% dari skor
ideal yang diharapkan yaitu
2520. Kategori sedang
maksudnnya isu riba yang
beredar dikalangan
masyarakat cukup
berdampak pada persepsi
masyarakat tetapi tidak
cukup berdampak
banyak
terhadap minat
masyarakat menabung.

9 Rino Pemahaman Masyarakat Pemahaman masyarakat


Tentang Perbankan Syariah tentang bank da syariah di
Dalam Meningkatkan Kelurahan Balandai Kota
Perekonomian Masyarakat Palopo masih kurang
(Studi Kasus Kelurahan diketahui oleh
Balandai Kota Palopo) masyarakat. Karena pihak
bank syariah kurang
melakukan sosialisasi
sehingga masyarakat kurang
Tahu dan paham tentang
eksistensi bank syariah yang
ada di Kota Palopo. Bank
syariah di kalangan pelaku
usaha maupun wirausaha
yang
ada di Kelurahan Balandai
Kota Palopo. Pelaku
9

usaha cenderung
menggunakan jasa bank
konvensional dalam
melakukan pengambilan
kredit atau pinjaman di
bank konvensional.
10 Nirwana Pemahaman Masyarakat Desa Pemahaman masyarakat
Pandak Terhaddap Bank tentang bank syariah masih
Syariah kurang. Kurangnya
pemahaman masyarakat
dikarenakan kurangnya
sosialisasi yang
didapatkan dari pihak bank
syariah. Adapun upaya yang
dilakukan pihak perbankan
syariah dalam mengasatasi
masalah tersebut adalah
pihak perbankan telah
membuat beberapa
program yaitu
mengadakan iven,
melakukan sosialisasi
disetiap desa dan
perkampungan d
Masamba, dan
membagikan brosur dan
memasang spanduk di
berbagai tempat. Dengan
demikian masalah yang ada
di masyarakat yaitu
kurangnya pemahaman
masyarakat Desa Pandak
tentang bank syariah.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa
pemahaman masyarakat
Desa Pandak tentang bank
syariah masih kurang
dikarenakan
kurangnya sosialisasi yang
didapatkan oleh pihak
perbankan syariah dan dari
program yang dibuat oleh
pihak BNI Syariah Masamba
ini diharapkan bisa
menekan kurangnya
pemahaman masyarakat
sehingga masyarakat
9

yang tidak memahami


menjadi lebih paham dan
bisa berminat untuk
menggunakan jasa
perbankan syariah.
9

PEDOMAN WAWANCARA

No. Pertanyaan Coding


1 Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu riba M, S, H, SM, MS,
MM, J, MK, SP, R
2 Apakah bapak/ibu tahu bahwa riba itu haram M, S, H, SM, MS,
MM, J, MK, SP, R
3 Apakah bapak/ibu tahu jenis-jenis riba M, S, H, SM, MS,
MM, J, MK, SP, R
4 Apakah bapak/ibu tahu yang mana saja termasuk M, S, H, SM, MS,
barang ribawi MM, J, MK, SP, R
5 Apakah bapak/ibu pernah mendengar kata riba dari M, S, H, SM, MS,
orang lain MM, J, MK, SP, R
6 Menurut bapak/ibu apakah dampak riba dapat M, S, H, SM, MS,
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari MM, J, MK, SP, R
7 Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai orang yang M, S, H, SM, MS,
melakukan praktek bunga(riba) MM, J, MK, SP, R
8 Apakah bapak/ibu pernah melakukan utang- M, S, H, SM, MS,
piutang dimana sistemnya menggunakan sistem MM, J, MK, SP, R
bunga(riba)
9 Apa yang melatar belakangi bapak/ibu sehingga harus M, S, H, SM, MS,
melakukan utang-piutang MM, J, MK, SP, R
10 Apakah bapak/ibu terbebani atas bunga yang di berikan M, S, H, SM, MS,
dan bagaimana tanggapan bapak/ibu MM, J, MK, SP, R
11 Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai bunga M, S, H, SM, MS,
dalam utang-piutang MM, J, MK, SP, R
12 Apakah di lingkungan sosial bapak/ibu pernah atau M, S, H, SM, MS,
sering dilakukan sosialisasi tentang riba dan dampak MM, J, MK, SP, R
negatif dari riba
13 Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan informasi M, S, H, SM, MS,
tentang riba dari media masa (internet), pameran, MM, J, MK, SP, R
iklan buku, dan televise
14 Semasa sekolah dulu, apakah bapak/ibu pernah M, S, H, SM, MS,
mepelajari tentang riba MM, J, MK, SP, R
15 Dalam ruang lingkup sekolah dulu, apakah bapak/ibu M, S, H, SM, MS,
pernah mendapatkan informasi tentang riba baik itu MM, J, MK, SP, R
melalui sosialisai dari lembaga- lembaga di sekolah
anda atau dari teman
bapak/ibu sendiri
9

TRANSKIP

No. Coding Transkip


1 M Tahu
S Tahu
H Tahu
S,M Tahu
M,S Tahu
M,M Tahu
J Tahu
M,K Tahu
S,P Tahu
R Tahu
2 M Iya saya tahu
S Tahu bahwa riba itu haram
H Iya tahu
S,M Tahu
M,S Iya riba itu haram
M,M Iya tahu
J Iya haram
M,K Iya saya tahu
S,P Iya memang haram
R Iya riba memang haram
3 M 2 yaitu riba dalam jual belin dan utang piutang
S Tidak tahu
H Saya tidak tahu
S,M Tidak
M,S Tidak, saya tidak tahu
M,M Tidak tahu
J Tidak tahu
M,K Tidak
S,P Saya tidak tahu
R Saya tidak tahu
4 M Saya tidak tahu
S Tidak tahu
H Tidak
S,M Tidak tahu
M,S Saya tidak tahu
M,M Tidak
J Tidak
M,K Tidak tahu
S,P Tidak tahu
R Tidak
5 M Iya saya pernah
S Iya pernah
H Iya
S,M Iya pernah dengar
M,S Iya pernah
9

M,M Iya
J Pernah
M,K Iya saya pernah
S,P Iya pernah dengar
R Iya
6 M Iya dapat berpengaruh
S Iya berpengaruh
H Iya
S,M Iya bisa berpengaruh
M,S Iya saya tahu
M,M Iya memang bisa berpengaruh
J Iya berpengaruh
M,K Iya memang
S,P Iya dapat berpengaruh
R Iya saya tahu bahwa bisa berpengaruh
7 M Orang yang melakukan praktek riba sebenarnya
menjebak dirinya sendiri kedalam suatu keterpurukan apa
lagi kalau meminjam uang dengan bunga yang diberikan
itu tinggi maka apabila seseorang tidak dapat
membayarnya satu kali saja
maka seterusnya akan membuat dia lebih terpuruk karena
bunganya yang semakin banyak.
S Orang yang melakukan riba itu dapat membuat dirinya
sengsara dan dapat membuat kehidupannya lebih
hamburadur.
H Orang yang melakukan riba itu tidak berpikiran kedepan
bahwa apa dampak yang akan saya
dapatkan
S,M Orang yang melakukan riba itu mungkin karena
terpaksa seperti saya.
M,S Orang yang melakukan riba itu tidak berpikir panjang
bahwa aka ada dampak yang akan diterimanya
M,M Orang yang melakukan riba semisal bunga, itu
adalah orang yang ingin cepat kaya tetapi tidak
mengetahui bahwa ada dampaknya dari hal tersebut.
J Orang yang melakukan riba itu adalah orang yang
berpikiran pendek.
M,K Orang yang melakukan riba adalah orang yang hanya
mementingkan duniawi saja tanpa berfikir bahwa kita
tidak hidup kekal di dunia ini.
S,P Orang yang melakukan riba adalah orang yang menjebak
dirinya sendiri dalam masalah, karena apabila seseorang
meminjam uang dimana orang tersebut menggunakan
system bunga maka apabila orang tersebut tidak bisa
membayar uang
pinjamannya, orang tersebut harus tetap membayar
bunganya.
R Orang yang melakukan riba itu sebenarnya orang yang
tidak mengetahui bahwa dia sendiri yang
9

membawa dirinya kedalam jalan yang salah, dimana


secara perlahan membuat dirinya jatuh kedalam adzab
Allah SWT
8 M Tidak pernah
S Tidak
H Tidak pernah
S,M Melakukan
M,S Tidak pernah
M,M Tidak pernah
J Tidak
M,K Tidak
S,P Tidak pernah
R Tidak
9 M Tidak pernah
S Tidak pernah
H Tidak pernah
S,M Saya lakukan itu untuk modal dalam membeli pupuk
dan bibit untuk keperluannya dalam bertani
M,S Tidak pernah
M,M Tidak pernah
J Tidak pernah
M,K Tidak pernah
S,P Tidak pernah
R Tidak pernah
10 M Tidak pernah
S Tidak pernah
H Tidak pernah
S,M merasa terbebani Karena apabila belum bisa
membayar hutangnya pada saat jatuh tempo maka
bunga akan semakin banyak
M,S Tidak pernah
M,M Tidak pernah
J Tidak pernah
M,K Tidak pernah
S,P Tidak pernah
R Tidak pernah
11 M Dapat merusak diri sendiri bahkan berdampak kepada
keluarga
S Bunga adalah suatu yang tidak berkah dan dapat
membuat orang lebih terpuruk karena bunga yang
semakin banyak sehinggah hal ini yang membuat
sesorang biasa melarikan diri apabila orang tersebut
tidak dapat melunasinya
H Bunga dalam utang-piutang sebenarnya gak perlu ada
yang penting saling percaya satu sama lain aja, lagi pula
bunga kan termasuk dalam riba.
S,M Bunga dalam utang-piutang itu sebenarnya tanda terima
kasih kepada peminjam
9

M,S Bunga itu kan termasuk riba maka hal tersebut tidak
berkah
M,M Bunga dalam utang piutang adalah suatu hal yang
dapat merugikan diri sendiri
J Bunga dalam utang-piutang sebenarnya tidak ada
gunanya malah dapat berdampak bagi orang yang
memberikan lebih-lebih orang yang menerimanya
M,K Bunga itu sebenarnya bisa membuat kita cepat kaya
cuman tidak ada berkahnya dan juga ada ganjarannya
nanti di akhirat
S,P Bunga dalam utang-piutang itu sebenarnya hanya
menguntungkan orang yang memberi pinjaman serta
merugikan bagi penerima pinjaman
R Bunga dalam utang piutang itu termasuk riba dan tidak
boleh digunakan
12 M Tidak pernah diadakan
S Tidak pernah
H Tidak pernah
S,M Tidak pernah
M,S Tidak pernah
M,M Tidak pernah diadakan
J Tidak pernah
M,K Tidak pernah
S,P Tidak pernah
R Tidak pernah
13 M Biasa mendapat informasi tentang riba di TV-TV dan
tidak pernah mendapatkan informasi dari internet
serta media sosial karena beliau tidak ada akses dan juga
tidak tau menggunakan alat-alat elektronik
S Saya tidak pernah mendapatkan informasi dari internet
karena saya tidak tau cara mengaksesnya serta tidak
punya hanphone yang bisa mengakses internet tersebut
tetapi saya biasa mendapat
informasi dari TV-TV
H Saya tidak bisa mendapatkan informasi di internet karena
saya tidak punya alat yang canggih untuk mengaksesnya.
tetapi saya pernah mendaptkan
informasi dari televisi hanya saja kurang paham saya
hanya mengetahui bahwa riba itu haram
S,M Saya memang punya alat elektronik hanya saja tidak bisa
mengakses internet. Saya juga jarang menonton
penceramah di televise
M,S Saya tidak pernah mendapatkan informasi dari internet
dan juga media sosial karena saya tidak bisa
menggunakan handphone yang bisa
mengaksesnya, di televisi juga jarang menonton
penceramah karena tv saya rusak
M,M Saya tidak pernah mendapat informasi dari internet
dan juga media sosial karena saya tidak ada alat
9

untuk mengaksesnya dan juga kalau pun ada alatnya saya


juga tidak tahu cara pakainya atau
menggunakannya. Di televisi pun saya jarang menonton
siaran tentang agama
J Saya hanya dapat informasi dari media masa serta media
sosial cuman saya tidak terlalu dalam membacanya

M,K Saya tidak pernah mendapatkan informasi dari internet


dan sosial media karena saya hanya menggunakan
handphone yang gak bisa mengakses hal tersebut. Saya
juga jarang menonton tv tentang
agama
S,P Saya tidak pernah mendapatkan informasi dari media
masa seperti internet dan media sosial karena saya tidak
mempunyai barang elektronok yang canggih dan juga di
televise jarang menonton siaran
tentang agama
R Dalam media masa saya tidak pernah mendapatkan
informasi karena saya tidak bisa menggunakan barang
elektronik, saya hanya bendapatkan
informasi dari orang lain dan di televise
14 M Iya saya belajar cuman pokok-pokoknya saja
S Saya tidak pernah belajar tentang riba
H Saya tidak pernah belajar karena saya hanya lulusan SD

S,M Iya saya belajar cuman pengertiannya saja


M,S Belajar cuman tidak detail
M,M Iya saya memang belajar cuman tidak detail
J Belajar cuman tidak terlalu jauh
M,K Iya belajar cuman tidak banyak
S,P Iya memang belajar hanya saja tidak terlalu dalam
R Iya cuman tidak terlalu dalam
15 M Tidak pernah
S Tidak pernah mendapatkan
H Tidak pernah
S,M Tidak
M,S Tidak pernah
M,M Tidak pernah
J Tidak
M,K Tidak pernah dapat
S,P Tidak pernah
R Tidak pernah
10

REDUKSI
No. Coding Transkip
1 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat mengetahui apa itu riba
J, MK, SP, R
2 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat mengetahui bahwa riba itu haram
J, MK, SP, R
3 M, S, H, SM, MS, MM, Rata-rata masyarakat tidak mengetahui jenis-
J, MK, SP, R jenis riba, hanya beberapa yang mengetahui
jenis-jenis riba.
4 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat tidak mengetahui yang mana saja
J, MK, SP, R termasuk barang ribawi
5 M, S, H, SM, MS, MM, Semua masyarakat pernah mendengar kata riba dari
J, MK, SP, R orang lain
6 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat mengetahui bahwa riba dapat
J, MK, SP, R berpengaruh dalam kehidupan sehari-hai
7 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat beranggapan bahwa orang yang
J, MK, SP, R melakukan riba adalah orang yang berpikiran
pendek karena mereka tidak memikirkan bahwa ada
dampak yang lebih bahaya di balik semua
ini
8 M, S, H, SM, MS, MM, Hanya beberapa masyarakat yang pelakukan
J, MK, SP, R utang-piutang yang mengandung system riba.
9 M, S, H, SM, MS, MM, Beberapa melakukannya karena untuk
J, MK, SP, R keperluan modal dalam bertani serta untuk
kebutuhan sehari-harinya.
10 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat merasa terbebani karena bunga bisa
J, MK, SP, R semakin bertambah apabila gak mampu membayar
hutangnya saat jatuh tempo
11 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat mengatakan bahwa bunga(riba) dapat
J, MK, SP, R merusak diri sendiri beserta keluarkanya juga
mengatakan banwa bunga sebenarnya tidak ada
berkahnya, tetapi ada juga
masyarakat yang beranggapan bahwa bunga itu
adalah tanda terima kasih kepada peminjam.
12 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat mengatakan bahwa sosialisasi tidak
J, MK, SP, R pernah diadakan di lingkungan sosialnya
13 M, S, H, SM, MS, MM, Bebrapa masyarakat mendapatkan informasi
J, MK, SP, R tentang riba dari televise bahkan ada juga
masyarakat yang tidak pernah mendapatkan
informasi dari media masa dikarenakan
kurangnya fasilitas yang dimilikinya.
14 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat mengatakan bahwa mereka memang
J, MK, SP, R belajar di sekolah tentang riba hanya saja
pembahasannya tidak terlalu jauh serta terdampak
pada pendidikan masyarakat yang
kurang memadai
15 M, S, H, SM, MS, MM, Masyarakat mengatakan bahwa mereka tidak
J, MK, SP, R pernah mendapatkan informasi dari bidang lain
selain dari pembelajaran di sekolah.
10

Surat Penelitian
10

Dokumentasi

Dokumentasi diambil pada saat melakukan wawancara dengan informan 1

Dokumentasi diambil pada saat melakukan wawancara dengan informan 2


10

Dokumentasi diambil pada saat melakukan wawancara dengan informan 3

Dokumentasi diambil pada saat melakukan wawancara dengan informan 5


10

Dokumentasi diambil pada saat melakukan wawancara dengan informan 6

Dokumentasi diambil pada saat melakukan wawancara dengan informan 10


10
10
10
10
10
11
11

BIOGRAFI PENULIS

Muh. Ridwan Rahman panggilan Ridwan, lahir di Sanrobone

Kabupaten Takalar pada tanggal 01 Oktober 1999 dari pasangan

suami istri Bapak Abd. Rahman dan Ibu Sugiratu. Peneliti adalah

anak kedua dari 3 bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal

di Lebbae, Desa Tonasa,

Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Selawesi Selatan.

Pendidikan yang ditempuh peneliti yaitu SDN No. 25 sanrobone lulus tahun 2011, SMP

Negeri 1 Mappakasunggu lulus tahun 2014, SMA Negeri 1 Takalar lulus tahun 2017, dan

mulai tahun 2017 mengikuti program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Ekonomi Islam Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang.

Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa Program

S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Studi Ekonomi Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Anda mungkin juga menyukai