PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT SERI KE 1:
MEMBANGUN MASYARAKAT SEHAT SEJAHTERA
MENUJU PENCAPAIAN SDGs
ISBN : 978-602-51139-0-1
Penerbit:
STIKes Majapahit Mojokerto
Jalan Raya Jabon Km 02 Kecamatan Mojoanyar Mojokerto 61364
Telp. 0321 329915
Fax. 0321 329915
Email: mojokertostikesmajapahit@gmail.com
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia Nya kepada kita
semua sehingga acara Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Seri Ke 1 dengan tema membangun masyarakat sehat
sejahtera menuju pencapaian SDGs yang diselenggarakan oleh Stikes
Majapahit pada tanggal 19 Agustus 2017 dapat terselenggara dengan baik dan
lancar dan prosiding artikel ini dapat diterbitkan. Acara ini didukung oleh
Stikes Pemkab Jombang, Poltekkes RS dr Soepraoen Malang, Stikes Hang
Tuah Surabaya, Stikes Kendedes Malang, Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Akademi
Keperawatan Dian Husada, IIK Bhakti Wiyata, Stikes Banyuwangi, Akademi
Kebidanan Ar Rahma, Universitas Kadiri, Akademi Gizi Karya Husada
Kediri, dan Stikes ICME Jombang.
Pemilihan tema tersebut didasari oleh pemikiran bahwa pencapaian
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan tanggung jawab semua
pihak. Perguruan tinggi sebagai inovator yang mempercepat pencapaian
SDGs. Namun berbagai hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang
dilaksanakan seringkali tidak dipublikasikan dengan baik sehingga hanya
menjadi tumpukan laporan yang tidak berguna walaupun informasi yang
dihasilkan sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia untuk menyusun
kebijakan dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera
Seminar ini diikuti oleh seluruh peneliti dan pengabdi yang telah lolos
seleksi untuk mempresentasikan, dan berdiskusi memperdalam keilmuan,
saling bertukar informasi serta membangun kerjasama antara berbagai bidang,
diantaranya bidang kesehatan ibu dan anak, gerontik, kesehatan reproduksi,
gizi serta manajemen pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, LPPM Stikes
Majapahit menyusun 62 artikel hasil penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat tersebut dalam bentuk prosiding
Akhir kata, kami mengucapkanterimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Yayasan Kesejahteraan Warga Kesehatan, Pimpinan Stikes Majapahit,
DPRM Universitas Muhammadiyah Malang, Pemakalah, Peserta, Panitia dan
pihak sponsor yang telah mendukung pelaksanaan Seminar Nasional ini,
smoga Alloh SWT meridhoi semua langkah upaya kita. Amin.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii - ix
Judul Artikel Halaman
1Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
2Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
3Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
Abstract
Teenage period is a developmental transition period between children period and adult period
involving biological, cognitive and social as well as emotional changes. In Indonesia, the percentage
of male teenagers who have had pre-marital sex is 4.5% and the percentage of female teenagers who
have had pre-marital sex is 0,5%. Reproduction health education is one way to reduce or to prevent
pre-marital sexual behaviors. Improving the knowledge of the students can be done through video
media. Objective to find out the effect of video media on the knowledge level about the prevention of
pre-marital sexual behaviors by the students of SMP. The type of this research was quasi experiment
with a non equivalent control group design. The sample of this research was the eighth grade
students of SMP with the total of 40 respondents. The sample is Total Sampling technique with
validity test of product moment, using a questionnaire as the research instrument. There was an
effect of video media on the knowledge (p-value 0.025;𝑅 2 = 0,249). The data analyzed by using
bivariate analysis with simple linear regresion.There was an effect of video media on the knowledge
about the prevention of pre-marital sexual behaviors by the eighth grade students of SMP.
Keywords: Video, Knowledge, the Prevention of Pre-marital Sex
Berdasarkan tabel 3 didapatkan data mencapai 4.05 sehingga terlihat bahwa ada
bahwa nilai rata-rata dari 20 siswa sebelum perbedaan pengetahuan siswa mengenai
diberikan perlakuan berupa penayangan media kesehatan reproduksi dan bahaya seks pranikah
video mengenai kesehatan reproduksi dan sebelum dan sesudah diberikan video.
bahaya seks pranikah adalah 15.7. Setelah Nilai rata-rata dari 20 siswa pada saat
diberi perlakuan berupa penayangan video posttest adalah 14.2. Nilai minimum yang
mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya dicapai siswa adalah 9 dan nilai maksimum
seks pranikah nilai rata-rata dari 20 siswa yang Mencapai 1.3 sehingga terlihat bahwa ada
adalah 19.75, dengan selisih mean pretest dan perbedaan pengetahuan siswa mengenai
posttest siswa mencapai 4.05 sehingga terlihat kesehatan reproduksi dan bahaya seks pranikah
bahwa ada perbedaan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan video namun
mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya tidak signifikan dapat dicapai siswa adalah 18
seks pranikah sebelum dan sesudah diberikan dengan median 15.Selisih mean pretest dan
video. sedangkan R Square sebesar 0.249 yang posttest siswa.
berarti bahwa media video memberikan Analisis univariate dilakukan untuk
konstribusi sebesar 0.249 atau 24.9% terhadap menjelaskan atau mendeskripsikan
peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan karakteristik setiap variabel yang diteliti,
reproduksi dan bahaya seks pranikah yang dalam penelitian ini yaitu variabel pengetahuan
menandakan hubungan lemah, artinya 75.1% kesehatan reproduksi dan bahaya seks
hasil peningkatan pengetahuan mengenai pranikah. Berdasarkan hasil penelitian yang
kesehatan reproduksi dan bahaya seks pranikah dilakukan pada siswa kelas VIII di SMP
dipengaruhi oleh faktor lain, dan didapatkan Samarinda didapatkan hasil dari 20 responden
nilai konstan sebesar 9.674 yang mempunyai pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan
arti bahwa jika tidak ada pemberian media perlakuan maka responden diberi pretest
video maka nilai pengetahuan sebesar 9.674, terlebih dahulu dengan menjawab angket yang
dan nilai koefisien regresi sebesar 0.551 karena telah diberikan oleh peneliti setelah responden
nilai koefisien regresi bernilai (+) maka dengan mengisi angket tersebut barulah responden
demikian dapat dikatakan bahwa media video diberi perlakuan yaitu penayangan video
berpengaruh terhadap pengetahuan, sehingga mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya
persamaan regresi yaitu Y=9.674+0.551x, seks pranikah setelah itu maka kembali
dengan P Value 0.025<0.05 yang artinya dilakukan postest untuk melihat apakah
terdapat pengaruh media video terhadap pengetahuan responden bertambah atau tidak,
peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan sedangkan hasil dari 20 responden pada
reproduksi dan bahaya seks pranikahSetelah kelompok kontrol tidak diberi perlakuan
diberi perlakuan berupa penyangan video apapun, hanya diberi pretest yaitu berupa
mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya angket dan posttest. Berdasarkan hasil
seks pranikah nilai rata-rata dari 20 siswa penelitian pada kelompok eksperimen
adalah 19.75. Nilai minimum yang dicapai diperoleh 20 responden sebelum perlakuan
siswa adalah 13 dan nilai maksimum yang hasil pretest pengetahuan mengenai kesehatan
dapat dicapai siswa adalah 21 dengan median reproduksi dan bahaya seks pranikah
21.Selisih mean pretest dan posttest siswa didapatkan nilai rata-rata pada saat pretest
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |4
yaitu 15.7 meningkat pada saat posttest mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya
menjadi 19.75, sedangkan pada kelompok seks pranikah dengan 2 kali pemutaran
kontrol diperoleh 20 responden pada saat video.Berdasarkan penelitian Arif (2013) yang
pretest didapatkan nilai rata-rata yaitu 12.9 menunjukaan bahwa pengetahuan dapat
meningkat pada saat posttest menjadi 14.2. dipengaruhi oleh pemberian media video
terjadi peningkatan pengetahuan pada karena video dapat mencerminkan adanya
kelompok kontrol namun tidak signifikan. penyerapan informasi yang lebih efektif
Berdasarkan hasil sebelum dan sesudah dengan menggunakan indera penglihatan dan
pada kelompok eksperimen dan kelompok pendengaran serta dapat meningkatkan
kontrol menunjukkan hasil yaitu pada pengetahuan dibandingkan hanya
kelompok ekperimen mengalami kenaikan menggunakan indera penglihatan. Hal ini
yang signifikan pada saat posttest dan pada sejalan dengan penelitian Pertiwi (2015)
kelompok kontrol saat posttest mengalami bahwa hasil penelitian yang dilakukan juga
kenaikan namun tidak signifikan . Hal itu menerangkan pengaruh penyuluhan
disebabkan pada kelompok kontrol tidak diberi menggunakan Audio Visual terhadap
perlakuan yang sama dimana pada kelompok pengetahuan seks pranikah, dari penelitian
eksperimen diberikan penayangan video tersebut didapatkan hasil bahwa adanya
mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya pengaruh audio visual terhadap peningkatan
seks pranikah, sedangkan kelompok kontrol pengetahuan siswa mengenai seks pranikah.
hanya diberi pretest dan posttest tanpa Memberikan video dapat membantu siswa
perlakuan apapun, selain karena berpedaan agar terbentuk pengetahuannya dan
perlakuan, kelompok kontrol dibiarkan memberikan reaksi positif dan pada akhirnya
mengikuti pelajaran seperti biasanya, sehingga terjadi pula perubahan perilaku terutama
responden pada kelompok kontrol lebih fokus tentang pencegahan perilaku seks pranikah
pada kegiatan pembelajaran sehingga pada saat pada siswa, hal ini sejalan dengan teori Health
dilakukan posttest siswa tidak fokus dalam Belief Model yang dimana teori tersebut
mengisi pertanyaan yang diberikan oleh didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang
peneliti.Penelitian dilakukan pada hari yang akan mengambil tindakan yang akan
sama dan jam yang sama, dimana kelompok berhubungan dengan kesehatan yang dimana
kontrol tetap melakukan kegiatan belajar dalam merubah perilaku selain dari keyakinan
seperti biasa, pertama peneliti sama sama individu itu sendiri terdapat faktor lain yang
memberikan pretest terlebih dahulu kepada mempengaruhi yaitu pengetahuan dan untuk
kelompok ekperimen dan kontrol dengan mencapai semua itu diperlukan isyarat
dibantu oleh enumerator, setelah kelompok tindakan yaitu salah satunya berupa pemberian
kontrol dan ekperimen selesai mengisi angket media video dengan menekankan pada
pretest, kelas pada kelompok kontrol belajar peningkatan pengetahuan dalam upaya
seperti biasanya sedangkan peneliti melakukan pencegahan perilaku seks pranikah pada siswa.
penelitian di kelompok eksperimen dengan Pengetahuan adalah hasil “tahu”
memberikan perlakuan berupa penayangan seseorang setelah melakukan penginderaan
video mengenai kesehatan reproduksi dan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan
bahaya seks pranikah, setelah itu peneliti manusia melalui panca indera penglihatan,
melakukan posttest pada kelompok penciuman, pendengaran, raba dan rasa.Mata
eksperimen dan juga kelompok kontrol, yang dan telinga merupakan bagian terpenting dari
dimana kelompok kontrol sudah selesai manusia dalam memperoeh
mengikuti kegiatan belajar. Peningkatan pengetahuan.Pengetahuan merupakan domain
pengetahuan responden pada kelompok yang sangat penting dalam terciptanya suatu
eksperimen mencerminkan adanya pengaruh tindakan individu (Notoatmodjo, 2011).
oleh media yang memudahkan dalam Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan
mengingat materi yang diberikan.Informasi menayangkan video mengenai kesehatan
yang ada di dalam video.Peningkatan reproduksi dan bahaya seks pranikah sebagai
pengetahuan yang terjadi pada kelompok alat untuk meningkatkan pengetahuan. Oleh
ekperimen dikarenakan perlakuan yang telah sebab itu, diperlukan adanya pemikiran dan
diberikan yaitu berupa penayangan video penglihatan maupun pendengaran untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |5
memahami isi video ini, media video menuntut 4. Fitriana, N. Hubungan Pengetahuan dan
responden untuk tidak bekerjsama melainkan Sikap tentang Seks Pranikah dengan
individualisme. Belajar secara individual Perilaku Seksual pada siswa SMA XX
berarti dapat menyelesaikan tanggung jawab Semarang: 2012.
atau permasalahan sendiri. 5. Grant (2013). The Effect f School Status
Berdasarkan hasil penelitian dengan And Academic Skills on the Reporting of
menggunakan uji regresi yang dilakukan pada Premarital Sexual Behavior. Evidence
siswa kelas VIII di SMP Nuri Samarinda, from a Longitudinal Study in Rural
didapatkan P value sebesar 0.025 nilai ini lebih Malawi. Journal Adolesc Health May 17.
kecil dari taraf signifikansi yaitu 0.05, jadi 6. Kholid, Ahmad ( 2012), Promosi
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Kesehatan dengan Pendekatan Teori
antara sebelum perlakuan penayangan video Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Kota
mengenai kesehatan reproduksi dengan Depok : PT RAJAGRAFINDO
sesudah perlakuan penayangan video PERSADA
kesehatan reproduksi dan bahaya seks 7. Marmi, (2014). Kesehatan Reproduksi.
pranikah. Adanya pengaruh antara pretest dan Yogyakarta : Pustaka Belajar.
posttest dapat diartikan bahwa media video 8. Maryatun, 2013. Peran Teman Sebaya
berpengaruh pada peningkatan pengetahuan terhadap Perilaku Seksua Pra Nikah pada
pada kelompok eksperimen. Media promosi Remaja di SMA Muhammadiyah 3
kesehatan merupakan sarana atau upaya untuk Surakarta. Gaster 10(1)
menampilkan pesan informasi yang ingin 9. Mursudarinah dkk (2016). Pendidikan
disampaikan oleh komikator, baik itu melalui Kesehatan dan Tingkat Pengetahuan
media cetak, elektronik (televisi, radio). Remaja Tentang Seks Pra Nikah Yang
Beresiko Kehamilan Tak Diinginkan Di
5. KESIMPULAN SMK Di Surakarta. Jurnal Gaster Vol. 14
Berdasarkan hasil penelitian mengenai No. 2 Agustus 2016.
pengaruh media video terhadap pengetahuan 10. Notoatmodjo (2010), metodologi
dalam upaya pencegahan perilaku seks Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
pranikah pada siswa kelas VIII SMP Nuri Cipta
Samarinda diperoleh kesimpulan sebagai 11. Notoatmodjo (2011), Kesehatan
berikut Terdapat pengaruh yang signifikan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
secara statistik setelah diberi perlakuan berupa Rineka Cipta.
penayangan media video mengenai kesehatan 12. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Kode
reproduksi dan bahaya seks pranikah terhadap Etika dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
pengetahuan (P-Value<0.05). Rineka Cipta.
13. Nurhidayati (2013). Pengaruh media
REFERENSI video terhadap pengetahuan dan sikap
1. Agustiani, Hendriati. (2009), psikologi remaja mengenai upaya pencegahan
Perkembangan Pendekatan Ekologi penyakit menular seksual. JOM Vol. 1
Kaitannya dengan Konsep Diri dan No. 2, Oktober 2013
Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: 14. Pratiwi (2015), Pengaruh Penyuluhan
PT Refika Aditama Audio Visual Sex-Education Terhadap
2. Azhar, Arsyad. (2011). Media Pengetahuan Seks Pranikah Siswa Kelas
Pembelajaran. Jakarta : Trimedia VII SMPN I Kretek Kabupaten Bantul
Pustaka. Yogyakarta Tahun 2015
3. Arif. 2013. Efektivitas penggunaan Media 15. Rediekan, Gianreca dkk (2013). Sikap
Video dan Media Leaflet Terhadap Orang Tua Terhadap Perilaku Seksual
Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Pranikah Di Komplek XXX Tangerang.
Bahaya NAPZA di SMP 3 Mojosongo Jurnal Psikologi Volume 11 Nomor 1,
Boyolali. Skripsi, Naskah Publikasi, Juni 2013
Boyolali, Universitas Muhammadiyah 16. Santrock, J.(2001). Remaja, Jilid 1. Ed.
Surakarta, Indonesia. 11. Jakarta:Erlangga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |6
Abstract
Indonesia's health development is directed towards achieving healthy health problem solving for the
population in order to realize optimal health status, from the data, concluded that health problems
will be affected by lifestyle, diet, work environment, exercise, and stress. Lifestyle changes, especially
in big cities, lead to increased prevalence of degenerative diseases, one of them hypertension. The
purpose of this research is to know the description of the implementation of Risk Based Hypertension
Risk Factors Information System in Sidoarjo District Health Office. The design of this activity using
descriptive design. The location of this research took place at the Health Office of Sidoarjo Regency.
The data was collected by direct interviews by distributing questionnaires to several employees of
Sidoarjo District Health Office. Direct interviews were conducted to find out the problems of what
happened in the implementation of Information Systems of Posbindu-Based Hypertension Risk
Factors. Non-Communicable Disease Surveillance and its risk factors are one of the strategies for
prevention and control of the disease that is done precisely and integrated by a government, private
and public. Constraints currently faced is the absence of accurate data related to the epidemiology
of Non Communicable Diseases, data that has been collected from surveillance activities manually
still have to be processed first to be presented, where in the process of management is not
standardized so that there is disparity reporting format that impact to the difficulty to do aggregate
data. Non-communicable diseases occur due to various risk factors, such as smoking, unhealthy diet,
lack of physical activity, and consumption of alcoholic beverages. Risk factors will cause
physiological changes in the human body, thus becoming risk factors such as increased blood
pressure, blood sugar increased, blood cholesterol increased, and obesity..
Keywords: Survaillance, system, hypertension, risk factors, obese
Tangga/SKRT 1995) menjadi 49,9% tahun Informasi Faktor Resiko Hipertensi Berbasis
2001 (SKRT 2001), dan 59,5% tahun 2007 Posbindu di Dinas Kesehatan Kabupaten
(Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2007). Sidoarjo.
Proporsi kematian karenakibat cedera juga
meningkat dari 5,9% tahun 1995 menjadi 7,3% 2. KAJIAN LITERATUR
tahun 2001 dan 6,5% tahun 2007. Proporsi Hipertensi menurut WHO (2013) adalah
kematian berdasarkan penyebab kematian peningkatan tekanan darah sistolik sama atau
tertinggi PTM pada semua umur, Riskesdas lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
2007 antara yaitu Stroke 15,4%, hipertensi diastolik sama atau lebih besar 90 mmHg.
6,8%, Cedera 6,5%, Diabetes Melitus 5,7%, Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan
Tumor Ganas 5,5% dan Penyakit Jantung konstan memompa darah melalui pembuluh
4,6%. Prevalensi PTM di Indonesia, Riskesdas darah. Hipertensi sering kali dijumpai tanpa
2007: hipertensi usia > 18 tahun (31,7 %), gejala, relatif mudah diobati dan sering
penyakit jantung (7,2%), stroke (8,3‰), menimbulkan komplikasi seperti stroke,
diabetes melitus (1,1%), asma (3,5%), kelemahan jantung, penyakit jantung
kanker/tumor (4,3‰), dan cedera akibat koroner,dan gangguan ginjal.
kecelakaan lalu lintas darat (25,9%), dan data Menurut WHO (2013) batas normal
faktor risiko penyakit tidak menular karena tekanan darah adalah kurang dari atau 120
obesitas umum 10,3%, obesitas sentral 18,8%, mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 10,2%, mmHg tekanan diastolik. Seseorang
kurang makan buah dan sayur 93,6%, minum dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan
beralkohol 4,6%, kurang aktifitas fisik 48,2%, darahnya lebih dari 140/90 mmHg.
dan merokok 23,7%. Menurut petunjuk World Health
Berdasarkan Riskesdas 2013 : hipertensi Organization-International Society of
usia ˃ 18 tahun (25,8%), PJK umur ≥ 15 tahun Hypertension (WHO-ISH) klasifikasi
(1,5%), gagal jantung (0,3%), gagal ginjal hipertensi menyerupai The Eight Report of the
kronik (0,2%), batu ginjal (0,6%), rematik Joint National Commite on Detection,
(24,7%), stroke (12,1‰), cedera semua umur Evaluation, and Treatment of High Blood
(8,2%), asma (4,5%), PPOK umur ≥ 30 Pressure (JNC VIII), yaitu:
tahun(3,8%), Kanker (1,4‰), diabetes melitus
(2,1%), hyperthyroid umur ≥ 15 tahun Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi untuk usia >
berdasarkan diagnosis (0,4%), proporsi cedera 18 Tahun
akibat transportasi darat (47,7%), laki-laki
obese umur ˃ 18 tahun (19,7%), perempuan
obese (32,9%), obesitas sentral (26,6%),
konsumsi tembakau usia ≥ 15 tahun (36,3%),
kurang konsumsi sayur-buah (93,5%).
Tingginya permasalahan PTM, termasuk
didalamnya hipertensi memerlukan upaya Hipertensi primer atau hipertensi esensial
pengendalian yang memadai dan komprehensif adalah suatu peningkatan persisten tekanan
melalui promosi, deteksi dini, pengobatan, dan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan
rehabilitasi. Upaya tersebut perlu didukung mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa
oleh penyediaan data dan informasi yang tepat penyebab sekunder yang jelas. Hipertensi
dan akurat secara sistematis dan terus-menerus esensial meliputi lebih kurang 95% dari
melalui sistem surveilans yang baik. Oleh seluruh penderita hipertensi dan 5% sisanya
karena itu, dengan program surveilans PTM disebabkan oleh hipertensi sekunder.
yang baik maka program pencegahan dan Hipertensi esensial dipengaruhi oleh beberapa
pengendalian PTM berlangsung lebih efektif faktor seperti umur, jenis kelamin, ras, faktor
baik dalam hal perencanaan, pengendalian, genetik atau keturunan serta faktor lingkungan
monitoring dan evaluasi program serta sebagai yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam
ide awal penelitian berlebih dan sebagainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Hipertensi sekunder atau hipertensi non
Mengetahui gambaran pelaksanaan Sistem esensial adalah hipertensi yang dapat di ketahui
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |9
dan informasi yang dihasilkan dapat menjadi Seiring penambahan usia pada wanita sehingga
dasar perencanaan,pengendalian, monitoring mengalami masa menopause keberadaan
dan evaluasi program pengendalian PTM hormone estrogen yang semula melindungi
dilaksanakan berbasisbukti di masyarakat. wanita dari hipertensi kini mulai menghilang.
Penggunaan minyak jelantah juga tidak
4.2. Deskripsi Sistem Informasi Faktor disebutkan dalam pengukuran faktor resiko,
Resiko Hipertensi berbasis Posbindu di padahal fenomena penggunaan minyak
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo jelantah ini masih sangat sering ditemukan di
Komponen Input masyarakat.
Input merupakan elemen dari sistem yang Kesulitan yang ditemui dalam
bertugas untuk menerima seluruh masukan pelaksanaan posbindu selanjutnya adalah
data, dimana masukan tersebut berupa jenis masalah data kependudukan, kebutuhan sistem
data, frekuensi pemasukan data dll. Pada akan data diri masyatakat secara lengkap
sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit membuat setiap peserta yang ikut posbindu
Tidak Menular di Dinas Kesehatan Kabupaten harus menyertakan data diri mereka dengan
Sidoarjo, komponen masukannya berupa : lengkap.
1). Data Kesehatan yang diperoleh dari Sumber data
Posbindu PTM , sebagai berikut: Sumber data yang digunakan dalam
a). Riwayat PTM keluarga dan diri pengamatan faktor risiko Hipertensi yang
sendiri berbasis posbindu adalah sumber data rutin
(1). Hipertensi yang berasal dari laporan puskesmas yang telah
(2). Kolesterol tinggi melaksanakan posbindu PTM. Dari 26
b). Faktor risiko PTM dari wawancara: puskesmas yang ada di wilayah Dinas
(1). merokok, Kesehatan Sidoarjo, hingga Juni 2015 telah
(2). kurang aktivitas fisik, terdapat 26 puskesmas yang melaksanakan
(3). konsumsi minuman beralkohol program posbindu. Jumlah total posbindu yang
(4). Konsumsi makanan Asin / ada di seluruh puskesmas di wilayah Dinas
tinggi natrium Kesehatan Sidoarjo hingga Juni 2015 telah
(5). Konsumsi makanan berlemak terbentuk sebanyak 40 posbindu Umum dan 19
c). Faktor risiko PTM dari Pengukuran Posbindu Khusus yang ada di instansi
a. Obesitas pemerintahan dan juga sekolah.
b. Tekanan darah Data dalam surveilans ini berasal dari
2). Data Non Kesehatan yang diperoleh : hasil wawancara dan pemgukuran yang
a). Data jumlah penduduk dilakukan oleh peseerta Posbindu.Dilaporkan
b). Nama lengkap oleh kader secara langsung atau dibantu oleh
c). No KTP petugas puskesmas setempat
d). Tanggal lahir Tenaga
e). Jenis Kelamin Berdasarkan kuantitasnya, jumlah SDM
f). Nomer telepon yang dibutuhkan untuk melaksanakan
g). Alamat pengamatan faktor risiko PTM pada kegiatan
h). Tanggal Pemeriksaan posbindu belum ada standar yang ditetapkan.
Dari jenis data yang didapatkan dari Harapannya setiap puskesmas memiliki
pengukuran dan wawancara, secara garis besar petugas kesehatan seperti dokter, perawat atau
didapatkan dua macam jenis dara. Data petugas gizi yang dapat menjadi pengelola
kesehatan dan data non kesehatan, data posbindu sekaligus berperan sebagai petugas
kesehatan tentang faktor – faktor resiko terkait pemeriksa faktor risiko, petugas konseling atau
dengan hipertensi sedangkan data non penyuluhan dan petugas entry data. Selain itu
kesehatan berkaitan dengan data demografi di setiap posbindu diharapkan terdapat 4-6
peserta posbindu. kader posbindu yang berperan sebagai petugas
Data faktor resiko yang didapatkan masih pelaksana posbindu dan sebagai petugas
belum memasukkan status penggunaan pencatat. Para kader tersebut berasal dari
estrogen pada wanita, padahal status esterogen anggota perkumpulan masyarakat itu sendiri,
juga perlu dimasukkan dalam faktor resiko. karena program ini merupakan program yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 14
berbasis masyarakat, maka harus ada pemeriksaan pada buku monitoring dan form
keterlibatan dari pihak masyarakat. Dinas rujukan jika ada peserta yang butuh untuk
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo memiliki 2 dirujuk ke pelayanan kesehatan. From tersebut
orang pengelola program posbindu PTM yang juga telah tersedia pada aplikasi surveilans
membawahi seluruh puskesmas di wilayah posbindu PTM dengan sistem online untuk
Kabupaten Sidoarjo dan berperan dalam diisi oleh petugas puskesmas dan langsung
memfasilitasi program posbindu PTM dan terhubung ke Dinas Kesehatan Kabupaten
seorang yang bertugas sebagai administrator Sidoarjo.
pangkalan data di tingkat kabupaten Sidoarjo Pelaksanaan kegiatan pengamatan faktor
Berdasarkan kualitasnya, petugas risiko PTM berbasis posbindu perlu didukung
kesehatan yang terlibat dalam kegiatan oleh ketersediaan alat dan bahan yang
posbindu PTM harus terlatih sesuai dengan mencukupi. Adapun jenis bahan dan alat yang
perannya masing-masing. Selain itu, diperlukan dalam kegiatan posbindu adalah :
diharapkan mampu memahami dan a. Peralatan deteksi dini faktor risiko: alat
menggunakan teknologi komputerisasi, karena ukur lingkar perut, alat ukur tinggi badan,
proses pelaporan sudah mulai menggunakan timbangan berat badan, tensimeter digital,
sistem online. Para kader yang dilibatkan alat ukur gula darah, kolesterol total dan
memiliki kualifikasi minimal tamat trigliserida, peakflowmeter, tes
SMA/sederajat, mampu berkomunikasi dengan amfetamin urin, alat ukur kadar alkohol,
baik dan memiliki kepedulian terhadap meja gynokekologi dan IVA kit.
masalah PTM. Bagi koordinator/pengelola b. Peralatan penunjang : komputer dan akses
program posbindu PTM di Dinas Kesehatan internet yang memadai di setiap
Kabupaten/Kota wajib mengikuti pelatihan puskesmas, software aplikasi sistem
dari pusat, yakni Direktorat Jendral PP&PL, informasi manajemen PTM.
Direktorat PPTM. Setiap lokasi yang melaksanakan program
Tenaga dalam sistem surveilans ini, dititik posbindu di wilayah kerja Dinas Kesehatan
beratkan pada kader yang ada di masing – Sidoarjo telah diberikan 1 set peralatan deteksi
masing Posbindu, yang kemudian diberikan dini faktor risiko atau yang disebut dengan
kepada mereka masing – masing ID dan posbindu kit. Selain itu, belum semua Posbindu
Password yang dibuatkan oleh petugas memiliki akses internet yang baik.
Puskesmas di wilayah masing – masing Sistem surveilans ini sedang dalam proses
Posbindu. untuk melakukan pergantian dari sistem
Kondisi saat ini, kegiatan surveilans pelaporan secara manual ke sistem pelaporan
berbasis posbindu di masyarakat dilakukan berbasis web. Kader yang telah diberikan ID
oleh kader yang sudah dilakukan pelatihan oleh dan Password dapat langsung memasukkan
petugas baik itu puskesmas atau dari dinas hasil wawanacara dan juga pengkuran yang
kesehatan. Sementara itu petugas kesehatan sudah dilakukan ke dalam format pelaporan
dalam hal ini petugas dari puskesmas setempat yang ada di portal PPTM di
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol http://pptm.depkes.go.id baik melalui
kegiatan posbindu. Untuk pencatatan dan komputer ataupun melalui Smartphone
pelaporan, pencatatan dilakukan oleh kader Android. Akan tetapi, karena sekali lagi bahwa
pada buku peserta posbindu, dan kemudian sistem ini masih dalam upaya pengembangan
direkap ulang oleh petugas puskesmas yang ke arah web based system, masih digunakan
datang. Pelaporan dalam bentuk form format pelaporan ‘secara tertulis’ yang
dilakukan oleh petugas puskesmas yang dilaporkan secara berkala oleh petugas
dilaporkan kepada petugas surveilans yang ada puskesmas kepada petugas surveilans yang ada
di dinas kesehatan. di bidang PP&PL di Dinas Kesehatan
Sarana Kabupaten Sidoarjo.
Form pencatatan dan pelaporan telah Masalah yang muncul pada sarana, lebih
tersedia dalam bentuk buku monitoring faktor pada hardware yang harus disediakan oleh
risiko PTM untuk masing-masing peserta, masing – masing kader sebagai penyedia data
buku pencatatan yang digunakan petugas awal dalam sistem suvrveilans ini. Selain
kesehatan untuk pencatatan ulang hasil ketersediaan Hardware juga membutuhkan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 15
koneksi internet yang stabil, padahal kader masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu
secara khusus tidak mendapatkan bantuan diharapkan sumber dana juga dapat berasal
dalam bentuk Smartphone atau pun komputer dari masyarakat itu sendiri yang berupa iuran
untuk masing – masing posbindu. Oleh bersama dan dapat digunakan untuk
karenanya sistem pelaporan ini masih juga pengeluaran operasional posbindu seperti
dilakukan secara manual dengan mengirimkan bahan habis pakai (lipid panel pemeriksaan
form surveilans faktor resiko oleh petugas kolesterol total dan trigliserida, reagen strip
Puskemas yang merekap data dari kader dan pemeriksaan gula darah, baterai, dan lain-lain)
dikirimkan ke petugas surveilans yang ada di untuk posbindu utama.
dinas kesehatan. Saat ini posbindu wilayah Sidoarjo sedang
Pedoman menggerakkan peserta agar lebih mandiri
Pelaksanaan sistem surveilans ini dalam hal pendanaan yang menunjang
berpedoman pada Keputusan Menteri keberlangsungan posbindu PTM, dengan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor adanya tarikan sebesar Rp. 1000 setiap peserta
1479/Menkes/SK/X/2003TentangPedoman yang hadir karena anggaran dana yang
Penyelenggaraan Sistem Surveilans disediakan terbatas dan perkembangan
EpidemiologiPenyakit Menular Dan Penyakit posbindu semakin lama makin meningkat
Tidak Menular Terpadu dan juga Peraturan jumlahnya. Selain itu, Dinas Kesehatan
Bupati Sidoarjo No 24 tahun 2015 tentang Kabupaten Sidoarjo juga sedang
Pengendalian Penyakit Tidak Menular di mengupayakan jejaring dengan pihak swasta
Kabupaten Sidoarjo. seperti LSM kesehatan yang bergerak dalam
Dalam pelaksanaan teknisnya, sistem ini bidang PTM(YKI, Yayasan Jantung Sehat dan
berpedoman pada pentujuk teknis surveilan lain-lain).
faktor resiko PTM berbasis posbindu yang Komponen Proses
dikeluarkan oleh kementerian kesehatan Proses merupakan elemen dari sistem yang
nasional. bertugas untuk mengolah atau memproses
Biaya seluruh data menjadi informasi yang lebih
Pembiaayaan sistem surveilans faktor berguna. Adapun komponen proses di dinas
resiko Hipertensi tidak dialokasikan secara Kesehatan Kabupaten Sidoarjo adalah :
khusus, namun menjadi satu dengan anggaran Pengumpulan Data
yang di Bidang PP & PL dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo. Sedangkan untuk pengdaaan alat sudah melakukan pengumpulan data rutin
pengkuran faktor resiko yang diberikan kepada setiap bulan. Pengumpulan data dilakukan
masing – masing posbindu yang ada di Dinas secara pasif dengan menerima laporan dari
Kesehatan Sidoarjo, bersumber dari dana puskesmas-puskesmas yang melaksanakan
APBD dan APBN. program posbindu PTM.
Selain itu puskesmas dapat memanfaatkan Kendala yang masih ada adalah belum
sumber pembiayaan yang potensial untuk semua petugas kesehatan mengerti tentang IT
mendukung dan memfasilitasi dan petugas lebih terbiasa dengan sistem
terselenggaranya posbindu melalui pelaporan manual, sehingga petugas masih
pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan sering mengalami kesulitan dalam
(BOK). Dana tersebut digunakan untuk biaya mengaplikasikan softwaresistem informasi
transportasi petugas kesehatan, akomodasi manajemen PTM secara online, terlebih jika
petugas kesehatan, konsumsi, bahan habis yang harus melakukan adalah kader posbindu
pakai dan lain-lain. Semakin berkembangnya di masyarakat. Kendala tersebut dirasa wajar
pembentukan posbindu PTM di puskesmas, mengingat surveilans faktor risiko PTM
maka diperlukan dana yang cukup memadai berbasis posbindu ini baru dalam masa
agar kegiatan dapat berlangsung secara peralihan dari sistem manual ke sistem online.
berkelanjutan. Pengolahan Data
Program posbindu PTM merupakan Data yang telah dikumpulkan selanjutnya
program berbasis masyarakat, dimana kegiatan dikelompokkan/ direkap sesuai variabel yang
ini diharapkan dapat menjadi program milik dibutuhkan untuk analisis data lebih lanjut.
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk Tujuan dari pengelompokan data ini adalah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 16
untuk mempermudah analisis data sesuai profesi, perguruan tinggi dan masyarakat pada
variabel epidemiologi yaitu menurut tempat, umumnya. Untuk jajaran kesehatan, khususnya
orang, waktu dan juga faktor resiko yang dinas kesehatan informasi akan menjadi dasar
menyertai perserta. dalam pengambilan keputusan dan
Pengolahan dan analisis data dilakukan perencanaan pengendalian PTM serta evaluasi
secara manual dan/atau dengan bantuan program.
software Sistem Informasi Manajemen Pelaporan kepada Dinas Kesehatan Jawa
PTM.Data yang diolah adalah faktor risiko timur secara rutin dikirimkan tiap bulan oleh
PTM dengan memperhitungkan jumlah petugas surveilans dinas kesehatan kabupaten.
penduduk di suatu wilayah.Produk pengolahan Sistem yang berbasis web memberikan
dan analisis berupa proporsi hasil pemeriksaan kemudahan pada petuugas di dinas kesehatan
faktor risiko dan cakupan penduduk yang karena tidak harus melalukan pengiriman
melakukan pemeriksaan secara manual namun sudah otomatis
Pengolahan data pada sistem suerveilans dikirimkan oleh kader dan dapat dicek pada
yang berbasis web, secara otomatis dengan pada masing – masing level.
mengisi form – form yang sudah disediakan Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
oleh pada portal web PPTM, dan juga memberikan hasil analisis surveilans
pengisian ini dapat dilakukan secara offline. epidemiologi setiap 3 bulan sekali dengan
Pengolahan data berbasis pelaporan manual, mengundang seluruh petugas Puskemas yang
pengolahan data dilakukan oleh petugas menangani surveilans ini. Namun diseminasi
puskemas dan juga petugas yang ada di dinas ini belum diikuti oleh pihak lain yang juga
kesehatan. berkaitan dengan program ini, sehingga sering
Analisis Data menemui hambatan dalam koordinasi dalam
Analisis data dilakukan secara diskriptif program penanggulangan PTM di masyarakat.
menurut variabel orang (umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan lainnya), tempat (antar 5. KESIMPULAN
wilayah) dan waktu (antar waktu).Produk Hasil penelitian, terkait analisis sistem
pengolahan dan analisis berupa proporsi hasil informasi faktor resiko hipertensi berbasis
pemeriksaan faktor risiko dan cakupan posbindu di Dinas Kesehatan Kabupaten
penduduk yang melakukan pemeriksaan Sidoarjo, dapat disimpulkan beberapa hal
Interpretasi Data berikut :
Petugas Posbindu PTM, petugas PTM di a. Sistem informasi faktor resiko Hipertensi
Puskesmas, petugas PTM di Dinkes kabupaten berbasis posbindu sudah terlaksana /
memberikan diinterpretasi hasil analisis berjalan dan menjadi satu dalam sistem
berdasarkan situasi di suatu wilayah, apakah informasi faktor resiko penyakit tidak
prevalensi menunjukkan besaran masalah menular berbasis posbindu.
faktor risiko PTM di wilayah setempat, dan b. .Komponen input dalam sistem informasi
menghubungkannya dengan data lain, seperti faktor resiko hipertensi berbasis posbindu
demografi, geografi, gaya hidup/perilaku, dan adalah, jenis data, sumber data, tenaga,
pendidikan sarana, pedoman dan juga anggaran dana,
sedang pada komponen proses adalah
Komponen Output pengumpulan data, pengolahan data,
Diseminasi Informasi analisa data dan juga interpretasi data.
Hasil-hasil analisis dan interpretasi dibuat Komponen input adalah diseminasi dan
dalam bentuk laporan dan atau presentasi. juga umpan balik.
Laporan tersebut dikirimkan oleh unit c. Masalah yang ditemukan terkait sistem
penanggungjawab kepada jenjang struktural informasi faktor resiko hipertensi berbasis
yang lebih tinggi, dari Puskesmas ke dinas posbindu di Dinas Kesehatan Kabupaten
kesehatan kabupaten/kota, dari dinas kesehatan Sidoarjo anatara lain : Data faktor resiko
kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi hipertensi tidak semuanya dijangkau oleh
dan Kementerian Kesehatan. Informasi dapat sistem survilans, data demografi pada
didiseminasikan kepada seluruh stakeholder posbindu sulit dikumpulkan oleh petugas,
yang terkait, seperti jajaran kesehatan, LSM, kemampuan kader posbindu dalam
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 17
Abstrak
Minyak jelantah mempunyai ikatan asam lemak jenuh. Ikatan asam lemak ini sulit diurai oleh tubuh
dan terbawa dalam aliran darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol total, low
density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta penurunan kadar high density lipoprotein (HDL)
dalam darah. (Kimia ITB, 2011). Antioksidan effervescent rosella ungu terbukti efektif menangkal
radikal bebas yang bersumber dari minyak jelantah dengan biomarkernya MDA serum (Ulilalbab,
dkk., 2012), sehingga perlu pengkajian lebih lanjut apakah seduhan serbuk kelopak rosella merah
dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serum tikus Sprague Dawley yang diberi minyak
jelantah. Rancangan perlakuan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari
empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Kelompok I : kontrol (pakan standar dan
aquades). Kelompok II : kontrol positif (kelompok paparan), diberi pakan standar, aquadest.
Kelompok III : perlakuan yang diberi pakan standar, seduhan serbuk rosella merah 540 mg/kg bb p.o
pada pagi hari dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 ml/ kg bb pada siang hari. Kelompok IV :
perlakuan yang diberi pakan standar, seduhan serbuk rosella merah 810 mg/kg bb p.o pada pagi hari
dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 ml/ kg bb pada siang hari. Perlakuan selama tiga minggu.
Berdasarkan uji One Way Anova didapatkan nilai sig 0,00 baik pengaruh kolesterol maupun
trigliserida serum tikus pada (α=0.01). Berdasarkan uji lanjut Tukey HSD didapatkan hasil
perbedaan yang signifikan dari masing-masing perlakuan. Perlu dilakukan dilakukan penelitian
lanjutan tentang pengaruh metode pengolahan untuk mengurangi efek rosela terhadap iritasi lambung
dan hipotensi.
Kata Kunci: minyak jelantah, kelopak rosela, kolesterol, trigliserida, serum tikus
dengan nilai signifikan 0,00 (α=0.01) terhadap C,D,B1,dan B2. Kaliks juga mengandung 13%
kadar kolesterol serum tikus. campuran asam malat dan asam sitratserta
Kolesterol merupakan kelompok sterol , antosinin dan 0,004-0,0055 mg asam askorbat.
salah satu bentuk lemak . Kolesterol disintesis Som (2003) menyatakan bunga kering
dalam tubuh , terutama oleh sel-sel hati, usus, rosella mengandung 13% campuran dari asam
dan kelenjar adrenal. Dengan melalui suatu sitrat dan asam malat serta asam – asam buah
rangkaian reaksi rumit, dua karbon fragmen yang lain. Hasil analisa mendapati kandungan
sederhana, yaitu asetil Co A, diubah menjadi 1 pewarna antosianin sebanyak 1,48 g/100 gram
atau 2 gram kolesterol per hari (Djojosoebagio, bunga kering. Kandungan antioksidan yang
1996) dimiliki oleh kelopak Rosella terdiri atas
Pada kelompok tikus yang diberikan senyawa gossipetin, anthosianin, dan
ransum minyak jelantah memiliki kadar glukosida hibiscin. Anthosianin merupakan
kolesterol lebih tinggi secara signifikan pigmen alami yang memberi warna merah pada
dibandingkan yang diberikan ransum pakan seduhan bunga Rosella dan bersifat
standar selama 3 minggu, hal ini disebabkan antioksidan. Kadar antioksidan yang tinggi
jelantah telah mengalami kerusakan, pada kelopak bunga Rosella dapat
diantaranya perubahan bentuk menjadi asam menghambat radikal bebas dan menurunkan
lemak jenuh dan terbentuknya peroksida dan kadar kolesterol. Efek hipokolesterolemik
malonaldehide yang bersifat karsinogenik. pada Hibiscus sabdariffa disebabkan karena
Minyak jelantah adalah minyak goreng kandungan pektin, β-sitosterol, dan
yang sudah digunakan berkali-kali dengan anthosianin yang dimilikinya tetapi efek
suhu tinggi pada proses penggorengannya penurunan kolesterol total terutama
(Wahab, et. al., 2011). Analisis kadar asam dipengaruhi oleh pektin dan anthosianin.
lemak minyak goreng yang digunakan penjual Pektin merupakan suatu serat larut yang
makanan jajanan gorengan di Padang mengikat asam empedu serta mempercepat
menyebutkan bahwa terdapat rata-rata katabolisme kolesterol. Kemudian asam
perbedaan jumlah asam lemak jenuh dan tidak empedu yang berada di saluran cerna dicegah
jenuh pada minyak goreng yang belum untuk diabsorpsi usus dan tidak kembali ke
digunakan hingga 3 kali pemakaian. Semakin dalam hepar melalui siklus enterohepatik.
sering minyak goreng digunakan, maka Sehingga hepar akan memproduksi kembali
semakin tinggi kandungan asam lemak asam empedu, produksi asam empedu
jenuhnya yaitu pada minyak yang belum memerlukan kolesterol sebagai bahan bakunya
dipakai (45,96%), 1 kali pakai (46,09%), 2 kali sehingga kadar kolesterol total dalam darah
pakai (46,18%), dan 3 kali pakai (46,32%) akan menurun (Okasha MAM , dalam Kartika
(Jonarson, 2004). Yuana Fitri, 2015)
Minyak jelantah mempunyai ikatan asam
lemak jenuh. Ikatan asam lemak ini sulit diurai Kadar Trigliserida Serum Tikus
oleh tubuh dan terbawa dalam aliran darah. Tabel 3.2 Nilai Rata-Rata Kadar
Perlahan lemak ini akan mengendap pada Trigliserida Serum Tikus
pembuluh darah di jantung dan menyumbat Replik Kadar Trigliserida SerumTiap
aliran darah. Hal ini mengakibatkan asi Perlakuan mg/dl
peningkatan kadar kolesterol total, low density K1 K2 K3 K4
lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta I 74.11 139.29 125.89 99.11
penurunan kadar high density lipoprotein II 82.14 147.32 135.71 100.89
(HDL) dalam darah (Kimia ITB, 2011). III 80.36 140.18 122.32 93.75
Pada kelompok perlakuan tikus yang IV 77.68 158.04 128.57 90.18
V 83.93 130.36 121.43 91.96
diberikan ransum makanan dengan jelantah
VI 76.79 141.07 123.21 105.36
menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol Jumlah 475.00 856.25 757.14 581.25
secara signifikan dengan meningkatnya dosis Rata- 79.16 142.70 126.19 96.87
pemberian seduhan serbuk rosella. Bagian rata
rosella yang dapat diproses untuk makanan Notasi a B C d
adalah kelopak bunga yang disebut kaliks Keterangan: huruf pada kolom notasi yang berbeda
(Som, 2003). Kaliks mengandung vitamin (a,b,c) menunjukkan beda nyata (p<0,01)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 21
Berdasarkan tabel 3.2 bahwa kelompok asam dan warna merah. Ekstrak air Hibiscus
tikus dengan ransum jelantah memiliki sabdariffa telah dilaporkan memiliki berbagai
kecenderungan memiliki kadar trigliserida aktivitas antihipertensif, inflamasi, kanker,
lebih tinggi dibanding yang kontrol. Pada hiperkolestrolemia dan memiliki efek diuretik.
kelompok perlakuan tikus yang diberi ransum Kandungan kimia dalam Hibiscus sabdariffa
makanan standart yang ditambahkan jelantah termasuk anthosianin, flavonoid, polifenol
ada kecenderungan terjadi penurunan kadar asam askorbat, beta karoten dan quercetin
trigliserida serum dengan semakin memiliki efek kardioprotektif, mengurangi
meningkatnya dosis pemberian serbuk rosela. oksidasi LDL secara in vitro dan mengurangi
Berdasarkan nilai hasil uji beda One Way kadar kolesterol serum darah (Gosain et
Anova, perlakuan dengan pemberian seduhan al,dalam Kartika Yuana Fitri,2015)
kelopak rosella pada tikus yang telah diberi
ransum jelantah memberikan pengaruh nyata 4. KESIMPULAN DAN SARAN
dengan nilai signifikan 0,00 (α=0.01) terhadap Dari hasil penelitian tentang efek
kadar trigliserida serum tikus. pemberian seduhan serbuk kelopak rosella
Trigliserida merupakan bentuk lemak merah terhadap kolesterol dan trigliserida
yang paling utama, yang disimpan dalam tubuh serum tikus sprague dawley yang diberi
untuk energi. Sintesa trigliserida dalam minyak jelantah, dapat disimpulkan bahwa:
jaringan lemak tergantung pada pembentukan a. Ada pengaruh pemberian ransum
α-gliserol fosfat dari glukosa dan dalam makanan jelantah terhadap kadar
kondisi dimana lemak dibutuhkan untuk energi kolesterol serum tikus sprague dawley
dalam glukosa tidak tersedia untuk proses b. Ada pengaruh dosis seduhan serbuk
fosforilasi (Linder, 2010) rosella terhadap penurunan kadar
kolesterol serum tikus sprague dawley
Pada kelompok tikus yang diberikan c. Ada pengaruh pemberian ransum
ransum minyak jelantah memiliki kadar makanan jelantah terhadap kadar
trigliserida lebih tinggi secara signifikan trigliserida serum tikus sprague dawley
dibandingkan yang diberikan ransum pakan d. Ada pengaruh dosis seduhan serbuk
standar selama 3 minggu. Minyak jelantah rosella terhadap penurunan kadar
mempunyai ikatan asam lemak jenuh. Ikatan trigliserida serum tikus sprague dawley
asam lemak ini sulit diurai oleh tubuh dan Perlu dilakukan penelitian lanjutan
terbawa dalam aliran darah. Perlahan lemak ini tentang pengaruh metode pengolahan untuk
akan mengendap pada pembuluh darah di mengurangi efek rosela terhadap iritasi
jantung dan menyumbat aliran darah. Hal ini lambung dan hipotensi.
mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol
total, low density lipoprotein (LDL) dan REFERENSI
trigliserida, serta penurunan kadar high density 1. Adepenikun, I.T., (1998) Extraction and
lipoprotein (HDL) dalam darah (Kimia ITB, Colours of Roselle (Hibiscus sabdariffa)
2010). Juice. M.Sc Thesis, University of Ibadan.
Pada kelompok perlakuan tikus yang Nigeria
diberikan ransum makanan dengan jelantah 2. Best, Ben. 2004. General Antioxidants
menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol Actions. Journal Chemistry and
secara signifikan dengan meningkatnya dosis Biochemistry Free Radical
pemberian seduhan serbuk rosella. Rosella 3. Birowo, A., (2000) Minyak Jelantah
(Hibiscus Sabdariffa) merupakan salah satu Berbahaya, dalam Suirta, I.W., (2009)
bahan alami yang memiliki potensi sebagai Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah
pangan fungsional dalam mencegah Kelapa Sawit. Jurnal Kimia 3 (1) Januari
dislipidemia dan hipertensi. Hal ini karena 2009: 1-6.
kandungan asamnya dan warna merah yang 4. Burcham, P.C., (1998) Genotoxic Lipid
merupakan flavonoid. Peroxidation Products : Their DNA
Penggunaan bunga Rosella umumnya Damaging Properties and Role in
dengan menyeduh kelopak bunga yang telah Formation of Endogenous DNA Adducts.
kering sebagai teh yang menghasilkan teh rasa Mutagenesis, 13 : 287 – 305
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 22
Abstract
Impaired contraction of the uterus is one of the four factors causing postpartum hemorrhage
(Krisnadi, 2012). Meanwhile, post-partum hemorrhage is the cause of the highest maternal mortality
rate is 33.3%, 29% pre-eclampsia, postpartum sepsis 9.4% and others 28.3% (Laily, 2011). Research
Ramadhani et al (2013) indicates that there are 91.9% of mothers experience postpartum uterine
involution slow in Sub Kalanganyar Kebumen. One of the factors that affect uterine involution that
early initiation of breastfeeding. The aim of research to determine the effect of early initiation of
breastfeeding on high-speed decrease uterine fundus.The study design using a survey method
analytic prospective study (cohort). A sample of 40 respondents with quota sampling technique. The
data used are primary data through observation and presented in tabular form and tested using
independent sample T-test through a computer test to determine the influence with α = 0.05. The
results showed that the average decline in women who do TFU IMD was 1,208±0,263 and that is not
done IMD was 0,532±0,340. Results of Independent Sample T-Test p=0,05 with a significance level
of 0,000<0,05 so H₀ rejected and there is a influence IMD with TFU decline.Conclusions: Decreased
research TFU postpartum mothers who do IMD faster than postpartum mothers who did not do the
IMD. Suggestions for health workers in order to optimize the IMD does on every delivery that is
rapid uterine involution.
Keywords: Early initiation of breastfeeding, high uterine fundus
memicu terjadinya kontaksi uterus setelah Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara
melahirkan (Rahayu, 2012). bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir
Banyaknya lochea dan kecepatan involusi dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu
tidak dipengaruhi oleh pemberian rangkaian bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi
preparat ergot (Ergotrate, Metergine), yang menyusu dini ini dinamakan The Breast Crawl
hanya mempunyai efek jangka pendek. Tetapi, atau merangkak mencari payudara (Roesli,
menyusui akan mempercepat proses involusi 2008).
(Heryani, 2010). Sehingga ibu yang tidak Inisiasi menyusu dini yaitu bayi yang baru
dilakukan IMD kemungkinan kontraksi lahir, setelah tali pusat dipotong, di bersihkan
uterusnya lambat atau tidak secepat ibu yang agar tidak terlalu basah dengan cairan dan
dilakukan IMD. Sehingga dapat berdampak segera diletakkan diatas perut atau dada ibu,
pula pada penurunan TFU. Pernyataan tersebut biarkan minimal 30 menit sampai 1 jam, bayi
menunjukkan IMD dapat mempengaruhi akan merangkak sendiri mencari puting ibu
penurunan TFU karena menyebabkan untuk menyusu (Rulina, 2007).
kontraksi uterus. Hal ini merupakan topik Menurut Heryani (2010), rangsangan
menarik untuk diteliti. putting susu oleh hisapan bayi tidak hanya
diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis
2. KAJIAN LITERATUR DAN anterior, tetapi juga kelenjar hipofisis posterior
PEGEMBANGAN HIPOTESIS yang mengeluarkan hormon oksitosin yang
Masa nifas (puerperium) berasal dari berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
bahasa Latin, yaitu puer yang berarti bayi dan ada di dinding alveolus dan dinding saluran
parous yang artinya melahirkan atau berarti sehingga ASI dipompa keluar.
masa sesudah melahirkan. Periode masa nifas Rangsangan yang berasal dari isapan bayi
(puerperium) merupakan periode waktu dilanjutkan ke hipofise posterior
selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses (neurohipofise) yang kemudian
ini dimulai setelah selesainya persalinan dan dikeluarkannya oksitosin. Melalui aliran darah,
berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali hormon ini menuju ke uterus sehingga
seperti keadaan sebelum hamil/ tidak hamil menimbulkan kontraksi. Dengan demikian
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi involusi uterus lebih cepat, pengeluaran lochea
dan psikologi karena proses persalinan. Masa lebih lancar sehingga tidak terjadi perdarahan.
nifas dimulai setelah persalinan selesai, dan Jadi apabila tidak terdapat hisapan putting susu
berakhir setelah kira-kira 6 mingu. Tetapi, maka tidak terjadi rangsangan kontraksi uterus.
seluruh alat genital baru akan pulih kembali Dengan begitu involusi uterus dan pengeluaran
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 lochea menjadi terhambat.
bulan (Winkjosastro, 2008). Apabila bayi tidak disusui segera setelah
Proses kembalinya uterus pada kondisi lahir, maka kontak ibu dan bayi tidak sekuat
seperti sebelum hamil disebut involusi uterus. bayi yang disusui karena psikologis ibu bisa
Perubahan ini dapat diketahui dengan disalurkan pada bayinya (Sujiatini, dkk, 2010).
melakukan pemeriksaan palpasi meraba di
mana letak TFU berada (Sulistyawati, 2009). 3. METODE PENELITIAN
Proses involusi uteri disertai dengan TFU. Desain penelitian yang digunakan pada
Pada hari pertama, TFU diatas simpisis pubis penelitian ini adalah kohort prospektif. Pada
atau sekitar 12 cm. Proses tersebut terus penelitian ini, peneliti mengobservasi variabel
berlangsung dengan penurunan TFU setiap independen terlebih dahulu (IMD), kemudian
harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU sekitar 5 subjek diikuti sampai waktu tertentu untuk
cm dan pada hari ke-10 TFU tidak teraba di melihat terjadinya pengaruh pada variabel
simpisis pubis (Bahiyatun, 2009). dependen (penurunan tinggi fundus uteri).
IMD (Early initiation) ataupun permulaan Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan pada
kegiatan menyusu dini adalah bayi mulai 2 jam pasca persalinan dan 2 hari pasca
menyusu sendiri segera setelah lahir. Bayi persalinan.
memiliki kemampuan untuk menyusu sendiri Populasi yang digunakan adalah ibu nifas
asalkan dibiarkan kontak kulit dengan kulit hari pertama sampai hari kedua di BPM Nuril
ibunya setidaknya satu jam segera setelah lahir. Masrukah Candi Sidoarjo pada bulan Agustus
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 26
dan September 2016 yang memenuhi kriteria Tabel 2. Paritas ibu nifas di BPM Nuril
inklusi. Adapun kriteria inklusi dalam Masrukah Candi Sidoarjo
penelitian ini adalah bersedia menjadi Paritas Jumlah Persentase
responden, bersalin normal, usia 20-35 tahun, 1 (Primipara) 23 57,5
paritas ≤ 4, LILA ≥ 23,5 cm, dan menyusui. > 2 (Multipara) 17 42,5
Jumlah sampel yang digunakan adalah Total 40 100
40 ibu nifas. Tehnik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara tidak Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
acak (non random) atau disebut non probability sebagian besar ibu nifas di BPM Nuril
sampling dengan tehnik quota sampling yaitu Masrukah Candi Sidoarjo adalah primipara
tanpa perhitungan besar sampel. Pemilihan (57,5 %)
sampel dilakukan dengan menetapkan subyek
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan Tabel 3. Inisiasi Menyusu Dini di BPM
sebagai responden sampai kurun waktu Nuril Masrukah Candi Sidoarjo
tertentu, sehingga jumlah responden dapat IMD Jumlah Persentase
terpenuhi. IMD 24 60
Data dikumpulkan menggunakan Tidak IMD 16 40
lembar observasi. Ibu bersalin diamati apakah Total 40 100
melakukan IMD atau tidak, kemudian tinggi
fundus uteri diukur menggunakan metline dari Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
tepi atas symphisis sampai ke fundus uteri. sebagian besar ibu nifas di BPM Nuril
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan Masrukah Candi Sidoarjo melakukan inisiasi
sebanyak dua kali yakni pada 2 jam pasca menyusu dini (60%).
persalinan dan 2 hari pasca persalinan.
Analisis data menggunakan Tabel 4. Gambaran Penurunan Tinggi
independent sample T-test dengan tingkat Fundus Uteri di BPM Nuril
kemaknaan P = 0,05. Jika nilai P < 0,05 maka Masrukah Candi Sidoarjo
H0 ditolak yang berarti ada pengaruh inisiasi Penurunan mean ± SD Δmean ± SD
menyusu dini terhadap kecepatan penurunan TFU
tinggi fundus uteri, dan jika nilai P > 0,05 maka IMD
H0 diterima yang berarti tidak ada pengaruh 2 jam PP 12,208 ± 0,641 1,208±0,263
inisiasi menyusu dini terhadap kecepatan Hari ke-2 11,000±0,608
penurunan tinggi fundus uteri. Tidak IMD
2 jam PP 12,438± 0,913 0,532±0,340
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hari ke-2 11,906 ± 0,834
4.1. Hasil
Tabel 1. Usia ibu nifas di BPM Nuril Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
Masrukah Candi Sidoarjo penurunan TFU pada ibu nifas BPM Nuril
Usia Jumlah Persentase Masrukah Candi Sidoarjo yang IMD pada 2
20-25 Tahun 19 47,5 jam PP memiliki rata-rata 12,208 ± 0,641, pada
26-30 Tahun 15 37,5 hari ke 2 mengalami penurunan rata-rata
31-35 Tahun 6 15,0 11,000±0,608. Sedangkan penurunan TFU
Total 40 100 pada ibu nifas yang tidak IMD pada 2 jam PP
memiliki rata-rata 12,438± 0,913, pada hari ke
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan hampir 2 mengalami penurunan rata-rata 11,906 ±
setengahnya ibu nifas di BPM Nuril Masrukah 0,834. Jadi rata-rata penurunan TFU pada ibu
Candi Sidoarjo adalah usia 20-25 (47,5%). yang dilakukan IMD adalah 11,208 ± 0,263
dan yang tidak dilakukan IMD adalah 0,532 ±
0,340.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 27
Tabel 5. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini awal karena bayi akan diadopsi. Hal tersebut
terhadap Kecepatan Penurunan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, bisa dari
Tinggi Fundus Uteri di BPM Nuril pendamping yang kurang pengetahuan tentang
Masrukah Candi Sidoarjo IMD atau dengan pengalaman sebelumnya
Penurunan mean ± SD Δmean P yang juga tidak melakukan IMD, dari ibu
TFU value sendiri yang memang tidak bersedia dilakukan
IMD 1,208±0,263 IMD, dan bisa juga disebabkan oleh faktor
0,676 0,000 pendidikan karena semakin tinggi pendidikan
Tidak IMD 0,532±0,340
akan semakin mudah memperoleh dan dapat
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa memahami informasi dengan mudah, sehingga
selisih penurunan TFU pada ibu yang ibu bersedia dan lebih kooperatif dalam
dilakukan IMD adalah 0,676 kali lebih cepat praktek IMD.
dibandingkan dengan ibu yang tidak dilakukan Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
IMD. Dari uji Independent Sample T-Test penurunan TFU pada ibu nifas BPM Nuril
didapatkan nilai p=0,000 yang berarti terdapat Masrukah Candi Sidoarjo yang IMD pada 2
pengaruh IMD terhadap kecepatan penurunan jam PP memiliki rata-rata 12,208 ± 0,641, pada
TFU. hari ke 2 mengalami penurunan rata-rata
11,000±0,608. Sedangkan penurunan TFU
4.2. Pembahasan pada ibu nifas yang tidak IMD pada 2 jam PP
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan memiliki rata-rata 12,438± 0,913, pada hari ke
sebagian besar ibu bersalin di BPM Nuril 2 mengalami penurunan rata-rata 11,906 ±
Masrukah Candi Sidoarjo dilakukan IMD. 0,834. Hal ini menunjukkan terdapat
IMD merupakan salah satu faktor yang perbedaan penurunan TFU 2 jam PP dan hari
mempengaruhi involusi uteri dan juga kedua pada ibu yang IMD dan tidak IMD.
merupakan cara bayi menyusu satu jam Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor
pertama setelah lahir dengan usaha sendiri, yang juga mempengaruhi penurunan TFU,
dengan kata lain menyusu bukan disusui. seperti faktor usia pada tabel 1 yang
Menurut Roesli (2008) IMD memiliki banyak menunjukkan sebagian besar ibu nifas di BPM
keuntungan yaitu Menurunkan resiko Nuril Masrukah adalah usia 20-25 tahun. Pada
kedinginan (hypothermia), membuat usia ini merupakan usia prima dalam proses
pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil, reproduksi sehingga ibu yang pada usia
bayi akan memiliki kemampuan melawan tersebut mengalami penurunan TFU relatif
bakteri, bayi mendapat kolostrum dengan cepat.
konsentrasi protein dan immunoglobulin Menurut Apriliasari (2015), ibu yang
paling tinggi, membantu pengeluaran plasenta berusia lebih tua banyak dipengaruhi proses
dan mencegah perdarahan, membantu bayi penuaan dimana mengalami perubahan
agar memiliki keahlian makan diwaktu metabolisme yaitu terjadi peningkatan jumlah
selanjutnya dan mendukung keberhasilan ASI lemak, penurunan otot, penurunan penyerapan
Eksklusif. lemak, protein dan karbohidrat dan hal ini
Di BPM Nuril Masrukah sudah ditetapkan dapat menghambat involusi uterus. Dan faktor
bahwa setiap ibu bersalin akan dilakukan IMD paritas pada tabel 2 menunjukkan sebagian
dengan syarat ibu dan bayi dalam keadaan besar ibu nifas di BPM Nuril Masrukah adalah
normal. Akan tetapi pada tabel 3 menunjukkan multipara. Ibu dengan paritas tinggi dapat
terdapat 40% ibu yang tidak dilakukan IMD, menghambat pada proses involusi uterus
ada beberapa alasan ibu tidak melakukan IMD, karena otot-otot uterus sudah sering
diantaranya : 5 ibu pada awalnya sudah mengalami regangan, sehingga proses involusi
dilakukan IMD akan tetapi IMD berlangsung berlangsung lebih lama. Apriliasari (2015) juga
kurang dari 1 jam sehingga IMD tersebut mengatakan semakin sering hamil, uterus akan
dikatakan belum berhasil, sedangkan 2 ibu semakin sering mengalami regangan. Maka ibu
mengalami kelelahan setelah bersalin sehingga yang paritasnya tinggi proses involusi akan
segera setelah bayi baru lahir ibu menunda menjadi lebih lambat.
IMD memilih untuk beristirahat terlebih Dari tabel 5 menunjukkan bahwa selisih
dahulu dan 1 ibu tidak dilakukan IMD sejak penurunan TFU di hari ke-2 pada ibu yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 28
dilakukan IMD adalah 0,676 kali lebih cepat 3. Heryani, R. 2010. Buku Ajar Asuhan
dibandingkan dengan ibu yang tidak dilakukan Kebidanan Nifas. Jakarta : CV. Trans Info
IMD. Hal ini dibuktikan dari uji Independent Media
Sample T-Test didapatkan nilai p=0,000 yang 4. Laily. 2011. Gambaran Usia dan Paritas
berarti terdapat pengaruh IMD terhadap Ibu Bersalin pada Kejadian Perdarahan
kecepatan penurunan TFU. IMD merupakan Post Partum di RSUD Sidoarjo. Sidoarjo.
salah satu faktor yang mempengaruhi involusi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
karena dalam proses laktasi terdapat refleks 5. Prasetyono, 2009. Buku Pintar ASI
prolaktin dan refleks oksitosin (Let Down Eksklusif. Yogyakarta : Diva Pers
Refleks). 6. Rahayu Y P, Asiyah N, dan Akhiriyanti
Rangsangan puting susu diteruskan EN. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan
sampai ke hipofisis anterior yang kemudian Menyusui. Jakarta. Mitra Wacana Medika
mengeluarkan hormon prolaktin, kemudian 7. Roesli, U. 2008. Manfaat ASI dan
diteruskan lagi sampai hipofisis posterior yang Menyusui. Jakarta : FK UI
mengeluarkan hormon oksitosin. Melalui 8. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini
darah hormon ini menuju uterus sehingga Plus ASI Eksklusif . Cetakan I.
memacu kontraksi. Jakarta.Pustaka Bunda.
Menurut Heryani (2010) menyusui akan 9. Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada
mempercepat proses involusi. Peningkatan Masa Nifas. Jakata : Salemba Medika
pemberian ASI perlu dilakukan dalam upaya 10. Sulistyawati A. 2009. Buku Ajar Asuhan
peningkatan kesehatan bayi dan ibu. Begitu Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
juga hasil penelitian oleh Pratiwi (2014) ANDI
tentang faktor-faktor yang berhubungan 11. Suradi, R. 2007. Inisiasi Menyusu Dini.
dengan percepatan involusi uteri pada ibu Jakarta. Pustaka Bunda
postpartum pervaginam di RSUD Toto Kabila 12. Varney, H. 2007. Buku Asuhan Kebidanan
Gorontalo didapatkan hasil ibu yang dilakukan Edisi 4. Jakarta : EGC
IMD mengalami involusi uteri yang cepat dan 13. Wiknjosastro, H, dkk. 2007. Ilmu
ibu yang tidak melakukan IMD mengalami Kebidanan. Jakarta : YBPS
involusi lambat. Dengan demikian IMD sangat 14. Wulandari SR dan Handayani S. 2011.
dianjurkan pada setiap ibu bersalin karena Asuhan Kebidanan Ibu Masa
dapat nerangsang kontraksi sehingga Nifas.Yogyakarta. Gosyen Publishing
mempercepat penurunan tinggi fundus uteri.
5. KESIMPULAN
Terdapat pengaruh inisiasi menyusu dini
terhadap kecepatan penurunan tinggi fundus
uteri, dimana ibu yang melakukan inisiasi
menyusu dini penurunan tinggi fundus uterinya
lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang
tidak melakukan inisiasi menyusu dini.
REFERENSI
1. Apriliasari, D. 2015. Hubungan Usia dan
Paritas dengan Kejadian Involusi Ibu
Nifas di BPS Noferia Raraswari dan Vetty
Praihastuti. Mojokerto. Diakses pada
tanggal 27-12-2016 dari
https://scholar.google.co.id/scholar?q=pen
elitian+apriliasari%2C+2015&btnG=&hl
=id&as_sdt=0%2C5
2. Dewi, Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan
untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 29
Abstract
Depression is a profound sadness that occurs after experiencing a dramatic or sad event.
Depression can cause a person to commit suicide and drain the emotional and financial
patient, family and support systems that exist. This study aims to get a picture of the level of
depression in female prisoners in Rutan Medaeng Surabaya. Descriptive design was used on
119 samples of respondents. The variable of this research is single variable that is depresi
level. The research instrument used Beck Depression Inventory (BDI) Questionnaire. The
results showed that 24 respondents had mild depression level, 59 respondents had moderate
depression, while 36 respondents had severe depression. Factors associated with the cause
of depression are biological, genetic and psychosocial factors. Based on these factors can be
concluded that depressed people generally experience emotional disturbances, dysfunctional
motivation, and sertakognisi. Depressed inmates may be given psychotherapy approaches such
as interpersonal therapy, cognitive therapy, behavioral therapy.
Keywords: depression, prisoners, women
menjadi 3 yaitu tingkat depresi ringan, sedang Menurut Rhapsody Karnovinanda (2014)
dan berat. Dengan rincian tingkat depresi depresi merupakan suatu gangguan afektif,
ringan sebanyak 24 (20,3%) orang, tingkat yang pada umumnya ditandai dengan
depresi sedang sebanyak 59 (50,0%) orang, hilangnya minat atau kegembiraan dan
dan tingkat depresi berat 36 (29,7%) orang. berkurangnya energi sehingga mudah lelah
Berdasarkan karateristik yang didapatkan dan berkurangnya aktivitas.
dari tingkat depresi dengan jumlah 20 soal di Hasil dari penelitian yang didapatkan
dapatkan resonden dengan jumlah soal paling dilapangan tingkat depresi yang peneliti
banyak menunjukkan depresi berat pada dapatkan yaitu depresi ringan sebanyak 24
nomer 1 sebanyak 42 responden, pada nomor orang didapatkan ciri-ciri sepertikehilangan
6 sebanyak 60 responden, pada nomor 10 minat dan kegembiraan, mudah lelah. Depresi
sebanyak 55 responden, dan pada nomer 11 sedang sebanyak 59 orang didapatkan ciri-ciri
sebanyak 41 responden. Dalam soal nomer 1 seperti nafsu makan menurun, mudah marah,
menjelaskan tentang kesedihan responden, soal kelambanan, gangguan pola tidur, perasaan
nomor 6 menjelaskan tentang merasa bersalah. Depresi berat sebanyak 36 orang
bersalahnya responden, soal nomor 10 didapatkan ciri-ciri seperti cemas, sedih terus
menjelaskan tentang penyesalan responden, menerus, rasa ingin bunuh diri. Menurut
soal nomor 11 menjelaskan tentang emosi Irawan (2013) Depresi dapat dipengaruhi oleh
responden. berbagai faktor antara lain penurunan fungsi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh dari organ tubuh, kehilangan sumber nafkah,
Wibowo (2013) bahwa, depresi adalah suatu perubahan gaya hidup dan sebagainya.
gangguan mood dengan karakteristik Depresi merupakan suatu gangguan mental
utamanya adalah adanya perasaan tertekan, umum yang ditandai dengan mood tertekan,
rasa sedih atau kosong, hilangnya minat atau kehilangan kesenangan atau minat, perasaan
aktivitas yang menyenangkan, perubahan bersalah atau harga diri rendah, gangguan
yang besar dalam selera makan, baik selera makan atau tidur, kurang energi, dan
makan yang bertambah atau berkurang , konsentrasi yang rendah.
insomnia atau hipersomnia, berkurangnya Peneliti berasumsi bahwa responden
aktivitas motorik atau terjadinya agitas mengalami mood tertekan, kehilangan
motorik, kelelahan dan kehilangan energi, kesenangan atau minat dibuktikan dengan
perasaan tidak berharga atau perasaan cara menerima informasi timbal balik yang
bersalah yang berlebihan, berkurangnya tidak baik sehingga hal tersebut menyebabkan
kemampuan untuk berfikir rasional, rasa pesimis dan sikap tidak percaya diri,
berkurangnya kemampuan konsentrasi dalam kehilangan rasa senang, gelisah yang
mengambil keputusan, serta munculnya berlebihan dan berfikir hidup ini tidak ada
pemikiran untuk mati atau bunuh diri. gunanya. Tingkat depresi ringan dan sedang,
Menurut WHO (World Health responden masih dapat melaksanakan
Organization) dalam penelitian Irawan (2013) kegiatan sosial dan pekerjaannya, meskipun
depresi merupakan suatu gangguan mental untuk dilaksanakan, sedangkan untuk depresi
umum yang ditandai dengan mood tertekan, berat responden tidak dapat menjalankan
kehilangan kesenangan atau minat, perasaan kegiatan sosial dan pekerjaannya. Depresi
bersalah atau harga diri rendah, gangguan disebabkan karena merasa terasing dari
makan atau tidur, kurang energi, dan keluarganya dan merasa kesepian, hasil yang
konsentrasi yang rendah. Masalah ini dapat didapatkan dalam penelitian saya bahwa
akut atau kronik dan menyebabkan gangguan penghuni rutan memiliki keterbatasan untuk
kemampuan individu untuk beraktivitas sehari- melihat dunia luar.
hari. Menurut Kartono dan Gulo (Setiawan Dari data demografi setelah di crosstabs
dan Sukamto, 2000) mendefinisikan depresi yang didapatkan 4 hubungan yang
sebagai keadaan patah hati atau putus asa yang mempengaruhi tingkat depresi yaitu umur,
disertai dengan melemahnya kepekaan pendidikan, penyebab, status pernikahan.
terhadap stimulus tertentu, pengurangan Hasil crosstabs data demografi umur 20-25
aktivitas fisik ataupun mental dan kesukaran dengan tingkat depresi menunjukkan hasil 44
dalam berpikir. orang dengan rincian 7 depresi ringan, 23
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 32
beradaptasi dengan lingkungan dan mulai Narkoba Puskesmas Tebet Jakarta. Jurnal
menerima keadaannya sekarang dan masih Keperawatan , 12. Diunduh pada tanggal
ada keluarga yang mensuport sehingga 15 Februari 2017 Jam 22.01
responden tidak merasa sendiri ketika 4. Hardiyanty, T. A. (2015). Hubungan
menjalani hukuman, 33 depresi berat karena Depresi Dengan Lama Masa Tahanan
kurangnya dukungan dari keluarga dan dan Narapidana Di Rumah Tahanan Negara
jarang sekali di jenguk oleh keluarga dan Kelas Iia Malendeng Manado.Jurnal
orang-orang terdekat sehingga responden Keperawatan , 14. Diunduh pada
merasa sendiridan merasa terasingkan saat tanggal 15 Februari 2017 Jam 22.02
menjalani hukuman. Hasil status belum 5. Ibrahim, A. S. (2007).DEPRESI Aku
menikah dengan tingkat depresi menunjukkan Ingin MATI. Jakarta: Dua AS-AS.
hasil 31 orang dengan rincian 21 depresi 6. Junaidi, I. (2012). Anomali Jiwa.
ringan karena tidak memiliki tanggungan Yogyakarta : Andi.
seperti anak dan suami saat di tinggal 7. MR, D. P. (2013). Pemenuhan Hak-Hak
menjalani hukuman, 7 depresi sedang karena Narapidana Selama Menjalani Masa
responden masih memikirkan tanggungan Pidana Di Lembaga Pemasyarakatan
yang ditinggal seperti orang tua dan Klas Iia Pidana Di Lembaga
kurangnya dukungan dari keluarga, 3 depresi Pemasyarakatan Klas Iia Pidana Di
berat karena mereka kurangnya dukungan dari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA.
orang terdekat. Jurnal Keperawatan , 4. Diunduh Pada
Tanggal 14 Januari 2017 10.00
5. SIMPULAN 8. PING, E. S. (2016). Hubungan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada
Rutan Medaeng Surabaya, dapat diambil Narapidana Wanita Di Lembaga
simpulan sebagai berikut : Tingkat depresi Permasyarakatan Kelas Ii B Kota
narapidana wanita penghuni rutan Medaeng Tenggarong. Jurnal Keperawatan , 2.
Surabaya mayoritas mengalami depresi Diunduh pada tanggal 14 Januari
tingkat sedang. Faktor penyebab depresi yang 2017.10.01
didapatkan ditempat penelitian yaitu banyak 9. Rhapsody Karnovinanda, T. S.
responden yang merasa menyesal, (2014). Prevalensi Depresi pada
merindukan anak, suami dan keluarga. Perlu Narapidana di Lembaga Permasyarakatan
adanya penanganan lebih lanjut terkait depresi Anak. Jurnal Keperawatan, 244. Diunduh
yang terjadi pada narapidana wanita tersebut, pada tanggal 15 Maret 2017 Jam 08.32
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut 10. SARI, A. (2013). Penyesuaian Diri Dan
tentang pemberian psikoterapi yang dapat Depresi Pada Narapidana Dilembaga
diberikan pada narapidana yang mengalami Permasyarakatan Pekanbaru Riau. Jurnal
depresi. Keperawatan, 7. Diunduh oada tanggal
15 Februari 2017 Jam 22.02
11. Wibowo, A. (2013). Identifikasi Gejala-
REFERENSI
gejala Dominanan Depresi. Jurnal
1. Endang Sulistyadini, A.H. (2011).
Keperawatan, 1. Diunduh pada
Kematangan Emosi dan Kecenderungan
tanggal Jam 22.10
Depresi Tersangka Pengguna Narkoba.
Jurnal Keperawatan , 5. Diunduh pada
tanggal 16 Juni 2017 Jam 20.00
2. Fauziya Ardilla, I. H. (2013).
Penerimaan Diri pada Narapidana
Wanita. Jurnal Keperawatan, 4.
Diunduh pada tanggal 15 Februari 2017
Jam 22.00
3. FIRDAUS, A. (2010). Terapi Metadon
Dan Hubungannya Dengan Intensitas
Kecemasan Dan Tingkat Depresi Pasien
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 34
Abstract
Indonesia does not have a national standard of triage system, so implementations of the system in
each hospital might vary. Australasian Triage Scale (ATS) method is one of the triage systems in the
world widely used in some countries including Indonesia, but it is unlikely to be applied due to highly
overcrowded emergency installation, non-ideal nurse ratio, and non-standard triage room, so target
achievement time set by the ATS system is difficult to achieve. This study aims to analyze various
factors affecting Australasian Triage Scale (ATS) at Emergency Room of Ngudi Waluyo General
Hospital Wlingi Blitar. The method used was quantitative with cross sectional approach, and the
respondent were 28 Emergency Room nurses of Ngudi Waluyo General Hospital Wlingi Blitar.
Univariate analysis was used to identify the description of each variable. Fisher test was used to
determine the relationship between variables, and logistic regression analysis was used to determine
the factors mostly affectingATS application. Fisher test results showed p-value as follows that
waiting time factor p = 0.011 <α = 0.05. The results of this study show a significant influence among
waiting time factors on ATS application.
Keywords: ATS application, waiting time factor
Abstract
Quality of health services is determined by the quality of nursing service. Need attention on nursing
services in the Hospital. When the nurse experiences excessive physical and psychological problems,
there is fatigue that can interfere with the performance of the nurse. Objective of this study was to
analyze the level compassion fatique nurse with quality nursing service at emergency departement
(ED) Sidoarjo Regional Hospital.This research used descriptive observational design with Cross
Sectional approach. Compassion Fatique ED nurses as independent variables were studied with
ProQoL questionnaire and nursing service quality as dependent variable were studied with nursing
care quality questionnaire (RATER). This research used simple random sampling technique with total
sample of 41 respondents nurses ED and 41 respondents patients. The data obtained were analyzed
using spearman certification test.The results obtained almost all respondents had a low compassion
fatigue that is 34 respondents (82.9%). While 23 (56,1%) respondents judge a good level quality of
nursing service. The test result used spearman test obtained p value 0,028 (p> 0,05) and with result
(r) = 0,861. This means that there was a significant and positive influence between compassion
fatigue with the quality of nursing service in the ED Sidoarjo Regional Hospital.Stressors and job
stress was some barriers to achieving a professional quality of life that will ultimately affected each
other's performance.
Keywords : Compassion fatigue, quality of nursing service
kesehatan yang diberikan oleh perawat IGD. adalah hasil mekanisme koping negatif
Mereka menyatakan puas karena perawat IGD individu terhadap stres yang dialami di dunia
mampu menampilkan empati, sehingga mereka kerja (Stamm, 2010).
tidak enggan untuk berkunjung ulang ke rumah Dari studi pendahuluan didapatkan angka
sakit jika memerlukan bantuan kesehatan kunjungan IGD RSUD Sidoarjo dalam
(Buchanan, Dawkins, & Lindo, 2015). Empati trimester pertama tahun 2017 didapatkan
sangat penting untuk ditampilkan, namun sebanyak 4857 pasien pada bulan Januari, 4284
berakibat fatal jika melibatkan terlalu banyak pasien dalam bulan februari dan 4792 pasien
emosi dan empati. Melibatkan emosi dan selama bulan maret. Sedangkan dalam
empati secara berlebihan akan menimbulkan penelusuran kepada tim penjamin mutu
stresor berlebih bagi perawat, terutama perawat diketahui bahwa ada beberapa keluhan yang
IGD (Hoskins, 2011; Wentzel & Brysiewicz, disampaikan oleh pasien dan keluarga terhadap
2014; Wolf et al.) mutu pelayanan di IGD RSUD Sidoarjo.
Stresor yang dialami oleh perawat akan Keluhan yang disampaikan oleh pelanggan
memunculkan mekanisme koping yang terutama tentang response time. Pelanggan
berbeda pada setiap individu. Sistem koping menjadi takut penyakitnya bertambah parah
yang baik akan memunculkan respon adaptasi dengan response time yang lambat. Data
yang positif, demikian pula sebaliknya (Lu et keluhan yang lain seperti lamanya stagnasi
al., 2015). Beberapa penelitian menunjukkan pasien di IGD juga disampaikan oleh
bahwa perawat IGD mengalami tingkat stres pelanggan. Situasi IGD secara psikologis akan
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien
perawat di unit perawatan lain. Penelitian yang maupun keluarga untuk berlama-lama ada
dilakukan di RSUD Semarang menunjukkan didalamnya. Sehingga semakin cepat pasien
bahwa dari 29 orang responden perawat IGD, dipindahkan ke ruang perawatan akan
24 orang diantaranya (82,8%) mengalami stres mendukung proses penyembuhan maupun
sedang (Aini & Purwaningsih, 2013). dukungan keluarga yang lebih baik. Keluhan
Saat perawat mengalami kelelahan fisik pelanggan merupakan bentuk ketidakpuasan
dan psikologis yang berlebih, muncullah yang harus segera dicari penyebab serta
compassion fatigue. Compassion fatigue akan solusinya. Jika tidak, maka kredibilitas dari
mempengaruhi kinerja dan kualitas pelayanan penyedia layanan akan menurun dimata
perawat emergensi. Compassion fatigue tidak pelanggan.
hanya terjadi pada perawat yang baru saja Penelitian ini bertujuan untuk
bekerja di IGD, tetapi potensinya juga akan menganalisis hubungan tingkat Compassion
meningkat pada perawat yang sudah dinas Fatique Perawat IGD dengan mutu pelayanan
menetap di IGD dalam waktu yang relatif lama keperawatan di IGD RSUD Sidoarjo.
(Hooper et al., 2010). Perasaan depresi, rasa
takut saat akan melakukan tindakan 2. METODE PENELITIAN
keperawatan merupakan tanda dari Desain penelitian yang digunakan dalam
compassion fatigue yang dapat mengganggu penelitian ini adalah deskriptif observasional
kinerja perawat (Duffy, Avalos, & Dowling, dengan pendekatan Cross Sectional karena
2015). penelitian ini bertujuan mendeteksi korelasi
Salah satu alat ukur yang digunakan untuk yang muncul antara faktor yang berhubungan
mengukur profesionalisme kerja individu dengan efek yang ditimbulkan. Compassion
adalah Professional Quality of Life (ProQOL). Fatique Perawat IGD sebagai variabel
Pengukuran dengan penggunakan ProQOL independen dikaji dengan kuisioner ProQoL
tidak hanya mengukur hasil mekanisme koping dan mutu asuhan Keperawatan sebagai
individu yang negatif, tetapi juga hasil variabel dependen dikaji dengan kuisioner
mekanisme koping positif. Ada dua komponen mutu asuhan keperawatan (RATER). Populasi
besar yang diukur dengan menggunakan dalam penelitian adalah semua perawat dan
ProQOL yaitu compassion satisfaction, dan pasien IGD RSUD Sidoarjo. Sampel penelitian
compassion fatigue. Compassion satisfaction ini diambil dengan menggunakan teknik
merupakan hasil mekanisme koping individu simple random sampling karena subjek dalam
yang positif, sedangkan compassion fatigue populasi mempunyai kesempatan yang sama
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 40
Berdasarkan tabel 5, hasil uji korelasi disebelahnya bisa mendengar pembicaran yang
menggunakan uji spearman antara compassion dilakukan oleh dokter dan pasien.
fatigue dengan mutu pelayanan keperawatan Distribusi mutu pelayanan keperawatan
didapatkan p value 0,028 (p>0,05) dan dari dimensi reliability sebagian besar menilai
koefisien korelasi (r) = 0,861. Hal ini mutu pelayanan keperawatan dinilai cukup oleh
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang responden yaitu 21 responden (51,2%),
signifikan dan korelasi positif antara Reliability (keandalan) dalam pelayanan
compassion fatigue dengan mutu pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk
keperawatan di IGD RSUD Sidoarjo. memberikan pelayanan keperawatan yang
Dalam siklus hidupnya, perempuan lebih tepat, memuaskan dan dapat dipercaya, dalam
cenderung untuk mengalami stres dari pada hal ini dapat didefinisikan sebagai pelayanan
laki-laki. Stresor lebih banyak berasal dari keperawatan yang konsisten. Oleh karena itu
lingkungan individu selain lingkungan kerja. penjabaran keandalan dalam pelayanan
Stresor dapat berasal dari peran ganda sebagai keperawatan adalah : prosedur penerimaan
ibu, istri, anak, dan perawat yang bekerja di pasien yang cepat dan tepat, pemberian
IGD. Siklus hormonal yang dimiliki perawatan yang cepat dan tepat, jadwal
perempuan juga turut berpengaruh dalam pelayanan perawatan dijalakan dengan tepat
pengalaman stres yang dimiliki. Karena dan konsisten serta prosedur perawatan yang
memiliki pemicu hormonal yang sama setiap tidak berbelit-belit (Nursalam, 2015).
bulan, seorang perempuan akan lebih mudah Responden menyatakan pelayanan yang
beradaptasi dengan peran ganda dan stresor diberikan sudah cepat dan tepat, walau
yang menumpuk. Dalam melakukan pekerjaan, kadangkala tidak sesuai harapan. Banyak
perempuan lebih mengandalkan insting pasien yang menginginkan proses yang instan,
keibuan, sehingga emosi juga banyak terlibat begitu diberikan tindakan keperawatan
pada saat melakukan pekerjaan. Oleh karena langsung sembuh tanpa melihat keadaan dan
itu, stres yang dialami oleh perawat jenis penyakit pasien. Hal ini perlu
perempuan lebih bepotensi menyebabkan dikomunikasikan dengan baik kepada pasien
compassion fatigue. tentang penyakitnya dan prosedur pengobatan
Distribusi mutu pelayanan keperawatan sehingga tidak menimbulkan persepsi yang
ditinjau dari 5 Dimensi mutu yaitu dimensi negatif terhadap pelayanan keperawatan.
tangible mutu pelayanan keperawatan hampir Distribusi mutu pelayanan keperawatan
setengah responden menilai cukup yaitu dari dimensi responsivenes sebanyak 20
sebanyak 18 responden (43,9%). (48,8%) responden menilai bahwa mutu
Tangible (bukti langsung) merupakan hal- pelayanan keperawatan dalam kondisi yang
hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung cukup.
oleh pasien yang meliputi fasilitas fisik, Responsiveness (ketanggapan) perawat
peralatan, dan penampilan staf keperawatan. yang tanggap, selalu bersedia membantu
Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti pelanggan dan memberikan pelayanan yang
langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, cepat dan tepat. Ketanggapan juga didasarkan
kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan, pada persepsi pasien sehingga faktor
penataan ruang perawatan kelengkapan, komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien
kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan merupakan hal yang penting untuk
yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan diperhatikan. Ketanggapan dalam memberikan
penampilan perawat (Nursalam, 2015). pelayanan keperawatan dapat dijabarkan
Hal yang mendukung dari hasil diatas sebagai berikut, perawat memberikan informasi
responden menyatakan bahwa mutu pelayanan yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien,
keperawatan di IGD RSUD Sidoarjo cukup kesediaan perawat membantu pasien dalam hal
baik ini dibuktikan dengan lengkapnya fasilitas beribadah, kemampuan perawat untuk cepat
yang tersedia, hampir seluruhnya perawat dan tanggap menyelesaikan keluhan pasien,
berpenampilan rapi. Ada responden dan tindakan perawat cepat pada saat pasien
menyatakan bahwa sedikit kurang nyaman membutuhkan (Nursalam, 2015).
dengan jarak tempat tidur yang terlalu dekat Responden menilai hampir seluruh
antar pasien, sehingga pasien yang perawat di IGD RSUD Sidoarjo tanggap saat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 43
dibutuhkan oleh pasien. Ada beberapa yang individual sehingga dalam pelayanan
tidak langsung datang saat dipanggil oleh keperawatan, dimensi empati dapat
pasien salah satu penyebabnya adalah perawat diaplikasikan melalui cara memberikan
masih memberikan pelayanan kepada pasien perhatian khusus kepada setiap pasien,
yang lain. Hal ini bisa dimengerti oleh pasien perhatian terhadap keluhan pasien dan
dan keluarganya. Selain itu ada beberapa pasien keluarganya, perawatan diberikan kepada
tidak tahu prosedur pengobatan yang akan semua pasien tanpa memandang status sosial
dijalani, hal ini bisa dijadikan masukan bagi (Nursalam, 2015).
perawat bahwa Inform Concent dan Memberikan pelayanan tanpa
komunikasi terapeutik sangat dibutuhkan oleh membedakan-bedakan status sosial sangat
pasien mengingat saat ini masyarakat kita diharapakan oleh semua pasien dan
semakin kritis dan pintar terhadap kesehatan. keluarganya. Hal ini dapat membantu
Distribusi mutu pelayanan keperawatan mengatasi masalah psikologis yang dialami
dari dimensi assurance hampir setengah oleh pasien. Pasien maupun keluarganya yang
responden menilai mutu pelayanan dalam dirawat di IGD pasti akan khawatir dengan
kondisi baik yaitu sebanyak 20 responden keadaannya. Dengan sikap empati perawat
(48,8%). permasalahan tersebut dapat diminimalisir,
Assurance (jaminan kepastian) perawat karena perawat menunjukkan rasa peduli
dapat menjamin pelayanan keperawatan yang terhadap keadaan pasien.
diberikan kepada pasien berkualitas sehingga Distribusi mutu pelayanan keperawatan di
pasien menjadi yakin akan pelayanan IGD RSUD Sidoarjo menurut responden
keperawatan yang diterimanya. Untuk sebagian besar baik 23 responden (56,1%),
mencapai jaminan kepastian dalam pelayanan Cukup 16 (39,0 %) dan kurang sebanyak 2
keperawatan ditentukan oleh komponen responden (2%).
kompetensi yang berkaitan dengan Mutu pelayanan keperawatan adalah hasil
pengetahuan dan keterampilan perawat dalam kinerja yang ditampilkan perawat. Beberapa
memberikan pelayanan keperawatan. faktor yang mempengaruhi kinerja perawat
Keramahan yang juga diartikan kesopanan dalam pelayanan keperawatan berupa faktor
perawat sebagai aspek dari sikap perawat. internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
Keamanan yaitu jaminan pelayanan yang usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin. Faktor
menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak eksternal meliputi lingkungan kerja, dan gaya
menimbulkan dampak yang negatif pada pasien kepemimpinan (Suryabrata, 2008). Jika
dan menjamin pelayanan yang diberikan pelayanan yang diterima pasien memenuhi
kepada pasien aman. harapan pasien, maka mutu pelayanan yang
Sikap perawat menjadi salah satu faktor diberikan perawat baik. Sebaliknya jika
pendukung keberhasilan dari proses pelayanan yang diterima pasien lebih rendah
pengobatan yang dijalani. Perawat merupakan dari harapan pasien, maka mutu pelayanan
tenaga kesehatan yang paling disoroti dan yang diberikan perawat buruk. Mutu pelayanan
menjadi garda depan pelayanan kesehatan. Hal buruk dapat menyebabkan pasien merasa tidak
ini disebabkan waktu interaksi perawat dan puas dengan apa yang diterimanya. Hal ini
pasien yang lebih lama dibandingkan dengan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang lain. Dengan Suryawati dkk(2006) yang menyatakan bahwa
komunikasi yang baik, sikap yang ramah dan mutu pelayanan merupakan salah satu
sopan dapat mencapai tingkat kepuasan pasien indikator dari kepuasan pasien. Mutu
yang secara otomatis dapat meningkatkan mutu pelayanan sangat penting artinya bagi rumah
pelayanan keperawatan yang diberikan. sakit.
Distribusi mutu pelayanan keperawatan Berdasarkan hasil penelitian Agonwardi
dari dimensi emphaty hampir setengah (2013) menyatakan bahwa secara keseluruhan
reponden juga menilai mutu pelayanan variabel dimensi reability, responsiveness,
keperawatan dalam kondisi baik yaitu sebanyak assurance, emphaty, dan tangible dapat
20 responden (48,8%). menjelaskan korelasi yang positif terhadap
Emphaty (empati) merupakan perhatian tingkat kepuasan pasien. Hasil ini
perawat yang diberikan kepada pasien secara menunjukkan bahwa sebagian besar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 44
masyarakat pengguna jasa IGD RSUD stres yang dialami di dunia kerja (Stamm,
Sidoarjo menyatakan bahwa mutu pelayanan 2010).
yang diterimanya baik. Beberapa hal yang
menunjukkan mutu pelayanan di IGD dimulai 4. KESIMPULAN
dari perawat memberikan pelayanan dengan Stresor dan stres kerja merupakan
segera saat pasien datang, perawat dengan beberapa penghalang untuk mencapai
terampil dan cekatan dalam memberikan professional quality of life yang baik yang pada
pelayanan, perawat selalu siap dan akhirnya akan mempengaruhi kinerja dan mutu
bertanggung jawab terhadap keadaan pasien, kinerja. Ada korelasi positif dan pengaruh yang
komunikasi antara perawat, pasien dan signifikan antara compassion satisfaction
keluarga terjalin dengan baik, perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di IGD
memberikan pelayanan tanpa membedakan RSUD Sidoarjo.
status sosial pasien, dan perawat selalu tampak Melakukan kegiatan yang bersifat membangun
rapi dan bersih. team work perlu diadakan secara rutin yang
Berdasarkan tabel 5, hasil uji korelasi melibatkan seluruh komponen IGD. Kegiatan
menggunakan uji spearman antara compassion tersebut tidak hanya bertujuan menyegarkan
fatigue dengan mutu pelayanan keperawatan psikologis, tetapi juga mempererat hubungan
didapatkan p value 0,028 (p>0,05) dan antar-tim kerja.
koefisien korelasi (r) = 0,861. Hal ini Pelatihan kegawatdaruratan yang rutin dan
menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif berkesinambungan juga dapat membantu
dan pengaruh yang signifikan antara meningkatkan rasa percaya diri perawat.
compassion fatigue dengan mutu pelayanan Memberikan pelatihan yang berhubungan
keperawatan di IGD RSUD Sidoarjo. Stres dengan pelayanan prima terhadap pelanggan.
dapat disebabkan oleh suatu peristiwa yang Hal ini terutama bertujuan untuk tetap
menyebabkan trauma psikologis pada perawat memberikan pelayanan yang profesional
IGD. Pengalaman traumatis tersebut dapat meskipun harus menghadapi pasien dan
menyebabkan secondary traumatic stress. keluarga yang menguras emosi perawat.
Sebuah penelitian di Yunani menunjukkan
bahwa perawat IGD beresiko dua kali lipat REFERENSI
mengalami secondary traumatic stress jika 1. Buchanan, Jullet, Dawkins, Pauline, &
dibandingkan dengan perawat ruangan lain Lindo, Jascinth L. M. (2015). Satisfaction
(Duffy et al., 2015). Pada penelitian ini, with nursing care in the emergency
peneliti tidak memiliki data tentang department of an urban hospital in the
pengalaman traumatis yang dialami oleh developing world: A pilot study.
perawat IGD. Meskipun demikian, hal ini perlu International Emergency Nursing, 23(3),
diwaspadai mengingat perawat IGD berpotensi 218-224. doi:
mengalami secondary traumatic stress. Untuk http://dx.doi.org/10.1016/j.ienj.2015.01.0
mengatasi stres yang dirasakan, perawat perlu 01
meningkatkan mekanisme koping yang positif. 2. Cañadas-De la Fuente, Guillermo A.,
Mekanisme koping yang positif ini akan Vargas, Cristina, San Luis, Concepción,
membantu menurunkan tingkat stres perawat García, Inmaculada, Cañadas, Gustavo R.,
dan compassion fatigue yang dirasakan. & De la Fuente, Emilia I. (2015). Risk
Pengukuran dengan menggunakan factors and prevalence of burnout
ProQOL tidak hanya mengukur hasil syndrome in the nursing profession.
mekanisme koping individu yang negatif, International Journal of Nursing Studies,
tetapi juga hasil mekanisme koping positif. 52(1), 240-249. doi:
Ada dua komponen besar yang diukur dengan 3. Duffy, Emer, Avalos, Gloria, & Dowling,
menggunakan ProQOL yaitu compassion Maura. (2015). Secondary traumatic stress
satisfaction, dan compassion fatigue. among emergency nurses: a cross-
Compassion satisfaction merupakan hasil sectional study. International Emergency
mekanisme koping individu yang positif, Nursing, 23(2), 53-58. doi:
sedangkan compassion fatigue adalah hasil http://dx.doi.org/10.1016/j.ienj.2014.05.0
mekanisme koping negatif individu terhadap 01
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 45
Abstract
Alchohol consumption among teenager are triggered by some factors such as parenting factor,
sociality among teenager, envoirmental factor and also their personility factor. The purpose of this
research is to know the corelation between parenting factor, sociality among teenager, social
envoirment and aporsonality factor with the abuse of alchohol among teenager. The desain of this
research are using the cross sectional method, the number of the taken samples are 40 teenager who
live at RW 002 district wiyung subdistrict wiyung, surabaya which are taken on 20th february 2017.
Dependent and and independent variables are the factor that encourage teenagers to consume
alchohol. The sampling method for this research are using questionaire , and analize by using Chi
Square analisys. The results of this research are showing that the highest factor that encouraging
teenagers to consume alchohol is sociality among teenagers that shown up to 70%, and also the
result show that among 40 respondent 10 of them are light alchohol drinker and 30 of them are heavy
alchohol drinker. I hope that in the future teenagers willing to be more cautious choosing who they
hangout with, for their parents to be more observant to their childern development, and also for the
headchief that are to control society activities and to keep security patrol more active to avoid any
unwanted activity that lead to bad things such as alchohol consumption.
Keywords: Supporting factors, alcohol consumption in adolescents
Tabel 4. Faktor Kepribadian Pada Remaja dengan katagori peminum berat dikarenakan
Dalam Konsumsi Miras remaja yang pola asuh kurang baik sudah
Konsumsi miras terbiasa mengkonsumsi miras oleh karena itu
No. Peminum Peminum Peminum remaja dengan pola asuh kurang baik
ringan sedang berat mengkonsumsi miras sudah menjadi kebiasaan
1. 0 remaja 3 remaja 4 remaja sehari-hari. Seperti yang di ungkapkan oleh
2. 0 remaja 4 remaja 22 remaja (Soetijiningsih, 2008).
3. 0 remaja 3 remaja 4 remaja Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah
Hasil memperlihatkan bahwa lingkungan suatu proses interaksi antara orang tua dan
baik ada 3 peminum sedang 4 peminum berat, anak, yang meliputi kegiatan seperti
lingkungan cukup baik 4 peminum sedang 22 memelihara, mendidik, membimbing serta
peminum berat dan lingkungan kurang baik 3 mendisiplinkan dalam mencapai proses
peminum sedang 4 peminum berat. kedewasaan baik secara langsung maupun
tidak langsung, contohnya pola asuh baik
Uji statistik yang digunakan untuk dengan cara mengasuh anak dengan
mengatahui variabel independent mana yang memberikan peraturan yang ketat sehingga
lebih erat hubunganya dengan variabel kebebasan anak bertindak atas nama diri
dependent adalah uji regresi linier. Adapun sendiri untuk melakukan hal negatif seperti
dari hasil uji statistik diperoleh nilai konsumsi miras tidak terjadi, pola asuh cukup
kecenderungan sebagai berikut : baik ditandai dengan dengan adanya
pengakuan dari orang tua agar anak diberi
Tabel 5. Faktor Dominan Pada Remaja kesempatan untuk tidak selalu bergantung
Dalam Konsumsi Miras kepada orang tua, pola asuh kurang baik orang
Varibel Koefisien tua yang mendidik anaknya dengan bebas dan
Beta anak dianggap sebagai orang dewasa, anak
Pola Asuh Orang Tua 0.001 diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk
Pergaulan Remaja 0.011 melakukan hal apa saja yang dikehendakinya.
Lingkungan Sosial 0.001 3.2. Analisis Faktor Pergaulan Pada
Kepribadian 0.001 Remaja Dalam Konsumsi Miras.
Dari hasil penelitian di lapangan fakor
pergaulan remaja yang menunjukan hasil
Berdasarkan niali koefisien beta pada
dominasi tertinggi terdapat di pergaulan
tabel diatas terlihat nilai koefisien variabel
kurang baik yaitu 28 responden (70%) pernah
faktor pendukung adalah yang paling besar,
mengkonsumsi miras, 4 remaja peminum
yang artinya variabel pola pergaulan remaja
sedang dan 24 peminum berat dibandingkan
memiliki pengaruh yang paling dominan
dengan pergaulan cukup baik yang hanya 12
terhadap konsumsi miras pada remaja di RW
remaja (30%) yang pernah mengkonsumsi
002 Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung
miras. “kelompok pemakai”, pada remaja yang
Kota Surabaya dibandingkan variabel bebas
“kecewa” dengan kondisi di dalam
lainnya.
keluarganya. Remaja sering menjadi lebih suka
untuk mengorbankan apa saja demi hubungan
3.1. Analisis Faktor Pola Asuh Orang Tua
baik dengan teman-teman sebayanya, adanya
Pada Remaja Dalam Konsumsi Miras.
ajakan atau tawaran dari teman serta
Remaja mengkonsumsi miras terjadi
banyaknya film dan sarana hiburan yang
karena adanya tekanan dari orang tua seperti
memberikan contoh “model pergaulan masa
peraturan yang mengharuskan remaja untuk
kini” biasanya mendorong remaja minum-
tetap berada di rumah setelah pulang sekolah
minuman keras secara berkelompok.
hal ini menyebabkan remaja menjadi depresi
Peneliti berpendapat bahwa kalangan
dengan adanya peraturan tersebut sehingga
remaja terjerumus minum-minuman keras
remaja menggunakan miras sebagai
pada dasarnya remaja awalnya hanya mecoba-
pelampiasan amarah, pola asuh kurang baik
coba karena keluarga atau teman-teman
terdapat 3 remaja yang mengkonsumsi miras
mengunakanya yang kemudian menjadi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 49
kebiasaan. Selain itu kurangnya pengendalian hidup sendiri tetapi dalam kelompok
diri pada remaja itu sendiri seperti kurangnya masyarakat. Individu harus mengontrol
pendalaman dan minimnya keimanan di perilakunya agar tidak mengganggu
kalangan remaja yang menjadikan muda ketentraman sosial. Kedua adalah alasan
terbawa arus yang sebetulnya banyak sekali personal, yaitu bahwa kontrol diri
segi negatifnya dalam pergaulan yang kurang membutuhkan individu untuk belajar
baik di dalam pertemanan tersebut. mengenai kemampuan, kebaikan dan hal-hal
3.3. Analisis Faktor Lingkungan Sosial lain yang diinginkan dari kebudayaan. Peneliti
Pada Remaja Dalam Konsumsi Miras. menganalisis bahwa kepribadian cukup baik
Menurut (Razak, 2009:24) faktor bisa menjadikan remaja menjadi peminum
lingkungan remaja menjadi bagian yang tidak berat, salah satu faktornya adalah sifat rendah
bisa diabaikan dalam konteks mempengaruhi diri. Rendah diri dalam pergaulan masyarakat
remaja untuk mengkonsumsi atau karena tidak dapat mengatasi perasaan tersebut
menyalahgunaan NAPZA/alkohol. maka untuk menutupi kekurangan dan agar
Peneliti menganalisis bahwa selain dapat menunjukan eksistensi dirinya, maka
lingkungan masih terdapat beberapa faktor lain remaja menyalahgunakan minuman keras
yang dapat menyebabkan remaja menjadi sehingga dapat merasa apa yang diangan-
peminum berat meski di dalam lingkungan angankan atara lain lebih aktif, lebih berani dan
sosial yang cukup baik. Stresor dalam sebagainya.
kehidupan di lingkungan merupakan kondisi 3.5. Faktor Dominan Yang Mempengaruhi
pencetus terjadinya gangguan penggunaan Pada Remaja Konsumsi Miras.
miras bagi seorang remaja, menggunakan Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
miras merupakan cara untuk mengatasi stres besar remaja yang pernah mengkonsumsi
yang di alami dalam lingkungan, contohnya miras di RW 002 Kelurahan Wiyung
kehilangan orang tua atau sesuatu yang berarti Kecamatan Wiyung Kota Surabaya. Dari
seperti : pacar, saudara, drop out dari sekolah seluruh responden yang berjumlah 40
atau pekerjaan. Penyambutan saat kerabat jauh responden semua pernah mengkonsumsi miras
yang hendak bertamu salah satu contoh untuk diantarnya 10 responden peminum sedang dan
menyambut kedatanganya adalah memberikan 30 responden peminum berat. Hasil analisis
sebuah minuman berakohol (miras) sebagai faktor yang paling dominan mempengaruhi
bentuk penghormatan untuk menyambut remaja dalam mengkonsumsi miras adalah
kedatanganya. faktor pergaulan remaja. Maka dapat
3.4. Analisis Faktor Kepribadian Pada disimpulkan bahwa 70% faktor pergaulan
Remaja Dalam Konsumsi Miras. remaja yang kurang baik adalah prosentase
Dapat diketahui dengan spesifik data hasil tertinggi dari faktor-faktor pendukung remaja
penelitian pada kepribadian seorang remaja dalam mengkonsumsi miras di RW 002
dengan kepribadian baik ada 7 remaja 3 Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung Kota
peminum sedang dan 4 peminum berat pada Surabaya. Penyebabnya adalah remaja karena
kepribadian ini remaja memiliki remaja takut ditolak dari pergaulan kelompok
kepribadian/sifat yang baik hanya saat di adanya tekanan dari teman sebaya seperti
bertemu dengan orang tua dirumah tetapi pada diajak, dibujuk ataupun diancam yang
saat di luar rumah mereka mengkonsumsi mewajibkan mereka mengkonsumsi miras
miras karena saat berada diluar rumah remaja pada saat berkumpul di akhir pekan atau pada
merasa bebas dan beranggapan bahwa tidak hari libur. Kelompok teman sebaya bagi remaja
ada yang dapat mengatur kesenangan mereka, mempunyai peranan yang cukup penting bagi
dari 40 responden 50% peminum berat dari perkembangan kepribadianya. Perananya itu
kepribadian cukup baik sedangkan 10% semakin penting terutama pada saat terjadinya
peminum berat dari kepribadian baik dan perubahan dalam struktur masyarakat pada
kurang baik. Hal ini terlihat perbedaan/selisih beberapa dekade terakhir ini yaitu, perubahan
yang jauh dari dua kepribadian tersebut. struktur keluarga, dari keluarga besar ke
Menurut Calhoun & Acocela (1976) kontrol keluarga kecil, kesenjangan antara generasi tua
diri diperlukan dengan dua alasan. Peratama dan generasi muda, ekspansi jaringan
adalah alasan sosial yaitu bahwa individu tidak komunikasi diantara kawula muda, dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 50
panjangnya masa atau penundaan memasuki 10. Hidayat, A.A. (2011). Pengantar
masyarakat orang dewasa (Yusuf, 2010:59). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Remaja yang berteman dan bergaul Salemba Medika.
setiap hari dengan teman sebaya yang 11. Kartono, Kartini. (2014). Patologi
merupakan pemakai dan penyalahgunaan Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta:
alkohol disertai kerentanan terhadap tekanan PT Raja Grafindo Persada.
dari teman sebaya adalah salah satu faktor 12. Monks. (2006). Psikologi
penyalahgunaan konsumsi miras pada remaja Perkembangan pengantar dalam
di RW 002 Kelurahan Wiyung Kecamatan berbagai bagiannya. Yogyakarta: UGM
Wiyung Kota Surabaya. press.
13. Nasir, A dan Abdul, M. (2011). Dsar
4. KESIMPULAN - Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Faktor pendukung yaitu pola asuh orang Salemba Medika.
tua, pergaulan remaja, lingkungan sosial dan 14. Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan
kepribadian pada remaja di RW 002 Kelurahan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Wiyung Kecamatan Wiyung Kota Surabaya Cipta
pada 20 Febuari 2017 berhubungan dengan 15. Puspita, Herein. (2008). Narkoba dan
konsumsi miras. Minuma Keras.
Faktor dominan yaitu faktor pergaulan (http://www.hayati.Ipb.Com/user/rudyct/
remaja yang mempengaruhi remaja di RW 002 Pps702/Herien.htm) di unduh 18 Maret
Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung Kota 2017 jam 09.00 wib
Surabaya pada 20 Febuari 2017 terdapat 16. Razak, Abdul . (2009). Remaja Dan
hubungan dengan konsumsi miras Bahaya Narkoba, Jakarta: Rineka
Cipta.
REFERENSI 17. Rumiyati, dkk. 2006. Tuntas Tuntutan
1. Ahmad, N.S. (2007). Mengenal Pati Ke Universitas. Jakarta : Graha Pustaka
Indikator Tingkah Laku Mangsa Jakarta.
Penderaan. 18. Santrock, John W. 2007. Remaja. Jilid
2. Aminudin, 2010. Bahaya Alkohol Bagi 2. Edisi ke-11. Jakarta : Erlangga
Kesehatan. Jakarta : Quadra. 19. Santrock, John W. (2009).
3. Amriel, Reza I, (2008). Psikologi Kaum Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
Muda Pengguna Narkoba. Jakarta: Erlangga.
Salemba Humanika.
4. Asmani, Jamal Ma’mur. (2012). Kiat
Mengatasi Kenakalan Remaja Di
Sekolah. Yogyakarta:Buku Biru.
5. Azwar, S. (2010). Sikap manusia teori
dan pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
6. Dapartemen Pendidikan Nadional.
(2008). Kamus Besar Indonesia (Pustaka
Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
7. Djajoesman, Noegroho. (2009). Mari
Bersatu Memberantas Bahaya
Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta:
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
8. Elly M. Setiadi dan Usman Kholip.
(2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
9. Hibbert, A.,et al . (2008). Rujukan Cepat
Psikiatri . Jakarta: EGC.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 51
Abstract
Emotional intelligence is the ability to recognize, understand, and manage the emotion itself so that
one can use emotions effectively, the goal is for parents to be aware of the need to hone EQ. The
purpose of research to analyze the relationship of EQ parents with Temper tantrum behavior
children aged 3-6 years. The design of this research ussed correlational analysis with Cross
Sectional approach. The parents' population in kindergarten Romly Tamim A and B, registered as a
group of 60 people. Sampling technique used Probability Sampling counted 48 respondents parents
of children aged 3-6 years. The instrument uses a questionnaire of emotional intelligence and temper
tantrums, data is normalized using Regresion Ordinal. The results showed that = 0.001 <H = 0.05
there is a relationship between the old emotional intelligence with the behavior of eye mediation in
children aged 3-6 years, with the conclusion that the higher the emotional intelligence score of the
parents hence affect the behavior of skore. Child berserk, low and the lower the emotional
intelligence score of parents then the higher the behavior of the child's behavior. The implication of
this study is the need parents awareness to hone emotional intelligence in order to achieve positive
parenting role function, so as to handle or prevent temper tantrum in children.
Keywords: Emotional intelligence parents, Temper tantrums, Education of parents, children pre
school
dan sangat umum terjadi. Hal ini biasanya apapun tindakan yang dilakukan oleh
terjadi pada pada anak sekitar usia 18 bulan- orangtua akan berdampak pada perilaku dan
4 tahun, namun kadang masih dapat ditemui respon anak pada masa-masa yang akan
pada anak 5-6 tahun. Pada usia ini, anak datang selanjutnya. Sehingga perlu
sedang mempelajari batasan-batasan yang pemahaman dan peran orang tua mengenai
ada disekelilingnya. Anak juga berusaha apa yang harus dilakukan dan apa yang
untuk menentang serta memperlihatkan semestinya dihindari, dari sisi pengasuhan
otonomi dan kemandiriannya (Marissa, yang salah juga bisa terjadi jika adanya
Leman & Susilowati, 2013). Saat ini peneliti kekangan, dan bujukan dari orangtua dan
masih menjumpai temper tantrum pada biasanya ini dipicu oleh keterbatasan
beberapa anak di TK Romly Tamim, orangtua untuk menangani sikap emosional
Kelurahan Bulak, Kecamatan Kenjeran, anak ketika mengalami temper tantrum itu
Kota Surabaya. Seperti kurangnya sendiri. Proses terjadinya temper tantrum
pemahaman orang tua dalam menangani dapat terjadi akibat rasa menyerah orang tua
kasus temper tantrum pada anak, orang tua dalam merawat anaknya. Frustasi dan stres
terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah bisa saja muncul dari berbagai sumber, rasa
sehingga ketika anak ingin mendapatkan marah yang tertahan pada orang tua karena
perhatian, orang tua tidak bisa memenuhi kurang kasih sayang atau karena proses
kebutuhan tersebut. kematangan yang terhambat membuat anak
Berdasarkan data dari penelitian di merasa tidak berdaya, rasa keterlambatan
Northwestern Feinberg survei dari hampir yang terus menerus pada akhirnya akan
1.500 orangtua, studi ini menemukan bahwa menekan, sehingga mereka menganggap
84% dari anak-anak usia 2-5 tahun tidak mampu berteman, berprestasi, akrab
meluapkan frustasinya dengan mengamuk dengan saudara kandung atau orang dewasa.
dalam satu bulan terakhir, dan 8,6% Stres menyebabkan aktivitas tubuh
diantaranya memiliki tantrum sehari-hari dikendalikan oleh sistem saraf simpatis,
yang justru jika itu terjadi setiap hari untuk bereaksi melawan dan menghindar
merupakan tidak normal, Wakschlag (2012). sehingga aktivitas di sistem limbic di mana
Sedangkan di Indonesia, balita yang proses mengingat terjadi dan di neokorteks
biasanya mengalami ini dalam waktu satu cerebrum tempat untuk berfikir abstrak dan
tahun, 23 sampai 83 persen dari anak usia 2 analisis terhambat (Yunianto, 2014).
hingga 4 tahun pernah mengalami temper Sehingga hal ini dapat memicu sikap anak
tantrum, (Psikologizone, 2012 dalam menjadi emosional. Meskipun Perilaku
Zakiyah, 2015). Berdasarkan hasil studi temper tantrum merupakan hal yang wajar
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terjadi namun apabila tidak di atasi akan
dengan tekhnik wawancara langsung pada mempengaruhi anak pada perkembangan
ibu-ibu kelompok usia bermain dari TK yang selanjutnya. Dan menciptakan
Romly Tamim RW 01 Kelurahan Kenjeran, kepribadian yang emosional, sehingga orang
Daerah Pesisir, Kota Surabaya, dari 5 ibu dan tua menjadi tertekan dengan kondisi anak
didapatkan laporan bahwa 3 ibu mengalami yang semakin menjadi-jadi, sejalan dengan
kasus dimana anak mereka mencerminkan iniWulansari (2015) juga
tanda-tanda spesifik dari temper tantrum mengatakan,namun perilaku temper tantrum
seperti berteriak-teriak saat mengalami tidak boleh dibiarkan apabila intensitas dan
kelelahan, menghentakkan tangan dan frekuensinya tinggi pada anak, karena akan
kakinya ke lantai dengan keras sambil mengakibatkan anak tidak mampu
disertai menangis histeris jika keinginannya mengendalikan dan meluapkan emosi secara
tidak terpenuhi, dan ibu lainnya mengatakan wajar.
anak mereka mengalami kasus serupa namun Orang tua merupakan orang pertama
masih dapat diatasi. yang menjadi pendidik, bagi anak-anaknya
Penyebab temper tantrum erat kaitannya meskipun setelah beranjak usia ± 5 tahun,
dengan kondisi lingkungan keluarga sebab nantinya mereka menyekolahkan anaknya di
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 53
lembaga pendidikan. Bukan berarti orang tua anaknya, pendidikan yang terbaik tetap saja
lepas tangan begitu saja, anak-anak sampai terletak pada orang tua, terutama orang tua
kapanpun memerlukan arahan dan yang memiliki pendidikan dan pengetahuan
bimbingan dari orang tua. Karena apabila yang baik dalam memberikan pola asuh ke
dilihat dari pentingnya orang tua bagi anaknya.
Dapat diambil kesimpulan, bahwa mengetahui ada tidaknya hubungan
elemen dari lingkungan keluarga berupa kecerdasan emosional yang dimiliki oleh
peran orang tua pada anak sangat orang tua dalam memanagement temper
mempengaruhi tahap perkembangan psikis tantrum pada anak.
bagi anak-anaknya, jika orang tua Tujuan penelitian : Untuk mengetahui
mengalami frustasi atau menyerah pada pengaruh pendidikan antara kecerdasan
masalah ini di khawatirkan temper tantrum emosional orang tua dengan temper tantrum
menjadi semakin buruk bersama masa pada anak usia 3-6 tahun di TK Romly
pertumbuhan anak. Dibutuhkan adanya Tamim, RW 01, Daerah Pesisir, Kelurahan
kesabaran dan kesadaran emosi yang baik, Kenjeran, Kota Surabaya
salah satu jenis kesadaran emosi yang baik
adalah adanya rasa empati, rasa empati 2. METODE PENELITIAN
merupakan salah satu dari indikator Desain dalam penelitian ini
kecerdasan emosional. Empati merupakan menggunakan deskriftif analitik yakni
suatu kesediaan untuk memahami perasaan mencari pengaruh pendidikan orang tuah dan
orang lain dan menyelaraskan rasa, dalam hal kecerdasan emosional orang tua dengan
ini dengan mengimplikasikan kerdasan perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6
emosional diharapkan orang tua dapat tahun, maka menggunakan rancang bangun
mengetahui penanganan dan cara menekan penelitian cross sectional, faktor income
perilaku tempertantrum anaknya sehingga yaitu pendidikan orang tua dan kecerdasan
tidak menjadi perilaku emosi yang lebih emosional pada orang tua dan faktor
buruk lagi atau masuk dalam klasifikasi outcome yaitu perilaku temper tantrum pada
berat. Seperti yang dikemukakan oleh anak, dan diidentifikasi pada satu waktu
Putriamanah (2015) juga mengenai (point time approach). Jumlah sampel
kesadaran orang tua akan emosi anaknya, sejumlah 60 orang. Pengambilan sampel
orang tua yang sadar terhadap emosinya dalam penelitian ini adalah Probability
sendiri dapat menggunakan kepekaannya Sampling dengan tekhnik Simple Random
untuk menyelaraskan diri dengan perasaan Sampling. Variabel terikat pada penelitian ini
anak-anak. Kecerdasan emosional adalah pendidikan orang tua dan kecerdasan
dibutuhkan dalam menyalurkan bakat emosional orangtua dan variabel bebas pada
kemampuan positif ibu dalam membangun penelitian ini adalah perilaku temper
kesehatan mental dan karakter yang positif tantrum.
juga pada anak-anaknya, sehingga
diharapkan orang tua dapat membantu anak 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam mengatasi ledakan amarahnya dan Proses pengambilan data dilakukan
seorang manusia tidak dapat memahami tanggal 24 April 2017 di TK Romly Tamim,
emosional orang lain jika tidak memiliki rasa RW 01, Daerah Pesisir, Kelurahan Kenjeran,
empati yang dapat mengalahkan Kota Surabaya dengan jumlah sampel 48
emosionalnya sendiri terlebih dahulu. Pada orang.
penelitian ini, peneliti bertujuan untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 54
Tabel 1. Pengaruh pendidikan orang tua ( Ayah) perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6
tahun di TK Romly Tamim
Tingkat Temper tantrum anak
Total
Pendidikan Ayah Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % N %
SMA 5 62.5% 2 25% 1 12.5% 8 100%
SMP 0 0% 6 66.7% 3 33.3% 9 100%
SD 20 64,5% 7 22.6% 4 12.9% 31 100%
Total 25 52.1% 15 31.3% 8 16.7% 48 100%
Nilai uji Regresi Ordinal : (0. 246)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 55
Tabel 1. Menunjukkan bahwa terdapat pendidikan terakhir ayah SD dan tingkat temper tantrum
yang tinggi pada anak hanya 20 orang (64.5%) dibandingkan dengan pendidikan ayah yang tingkat
pendidikan SD dan tingkat temper tantrum rendah 4 (12,9%), terdapat mayoritas pada pendidikan
terakhir ayah SMA dan temper tantrum tinggi sebanyak 5 orang (62.5%) dibandingkan dengan
pendidkan terakhir ayah SMA dan tingkat temper tantrum sedang dan rendah tidak bebeda jauh
selisih kurang lebih sebesar 1 (12.5%)
Menurut hasil ujistatistik regresi ordinal didapatkan hasil ƿ = 0.246 dimana ƿ > 0,05, tidak
terdapat pengaruh antara pendidikan terakhir ayah terhadap temper tantrun pada anak usia 3-6 Tahun
di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan ayah terhadap
temper tantrum pada anak usia 3-6 Tahun di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, Kelurahan
Kenjeran, Kota Surabaya. dikarenakan seorang ayah kurang dapat berkomunikasi dengan anak, hal
ini ditandai dengan rata-rata pekerjaan ayah adalah nelayan dan pegawai swasta dan wiraswasta
sehingga waktu yang dimiliki orang tua tidak memberikan edukasi kepada anaknnya dalam
mengendalikan temper tantrum pada anak. Temper tantrum pada anak juga dapat disebabkan karena
kurangnya komunikasi antara anak dan ayahnya.
Tabel 2. Pengaruh pendidikan orang tua (ibu) perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6
tahun di TK Romly Tamim
Tingkat Temper tantrum anak
Total
Pendidikan Ayah Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % N %
PT 0 0% 1 100% 0 0% 1 100%
SMA 9 40.9% 7 31.8% 6 27.3% 22 100%
SMP 16 100% 0 0% 0 0% 16 100%
SD 0 0% 7 77.8% 2 22.2% 9 100%
Total 25 52.1% 15 31.3% 8 16.7% 48 100%
Nilai uji Regresi Ordinal : (0. 006)
3.3. Pengaruh kecerdasan emosional orang tua dengan perilaku temper tantrum pada anak
usia 3-6 tahun di TK Romly Tamim
Tingkat Temper tantrum anak
Total
Kecerdasan Emosional Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % N %
Sangat Baik 0 0% 1 50% 1 50% 2 100%
Baik 5 29.4% 7 41.2% 5 29.4% 12 100%
Cukup Baik 20 69% 7 24.1% 2 6.9% 29 100%
Total 25 52.1% 15 31.2% 8 16.7% 48 100%
Nilai uji Regresi Ordinal : (0. 006)
7. Mediansari, RH. (2014). Hubungan 18. Saam, Z dan Sri, Wahyuni. (2012).
Kecerdasan Emosional Orang Tua Psikologi Keperawatan, Jakarta: Rajawali
dengan Perilaku Temper Tantrum Anak Pers.
Usia Todler. Fakultas Kedokteran 19. Sadiyah, M. (2014). Hubungan
Universitas Sebelas Maret Surakarta: Kecerdasan Emosional Dengan Hasil
Skripsi Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan
8. Murti, Aprilica, Bhisma M, Nunuk S. Biologi. Universitas Negeri Semarang:
(2015).Hubungan Kecerdasan Emosi Skripsi
Dan Pola Asuh Orang Tua dengan 20. Satria, A. (2015). Politik Kelautan dan
Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Perikanan:Catatan Perjalanan dan
Akademi Kebidanan Yappi Sragen Kebijakan Era SBY hingga Jokowi.
(Relationships Parenting Emotional Jakarta: Obor
Intelligence And Parents Student 21. Siburian, R, & Haba, J. (2016).
Learning By Discipline Academy Of Konservarsi Mangrove dan
Midwifery Yappi Sragen).Indonesian Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta:
Jurnal On Medical Sciene Yayayasan Pustaka Obor Indonesia
9. Novita, Windya.(2007). Serba-Serbi Anak 22. Soetjaningsing dan Gde, R.(2012).
Yang Perlu Diketahui Seputar Anak Tumbuh Kembang Anak Edisi 2,Jakarta:
DariDalam Kandungan Hingga Masa EGC.Buku Kedokteran.
Sekolah, Jakarta : PT. Elex Media 23. Sunaryo. (2014). Psikologi Untuk
Komputindo Keperawatan. Jakarta: EGC.
10. Nurdiana, ita. (2015). Hubungan Peran 24. Suwarni, Rosa Maria. (2017). Hubungan
Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada pola komunikasi dengan kejadian temper
Anak Usia Toddler Di Wilayah RT 06 tantrm pada anak usia pra sekolah di TK
RW 12 Kelurahan Bendul Merisi Islamic Center Manado. E-Journal
Surabaya. Stikes Hang Tuah Surabaya: keperawatan (e-Kp) Vol. 5 No. 1 fakultas
Skripsi kedokteran universitas sam ratulangi
11. Nurrohmaningtyas, S. (2008).Program manado. Manado.
Studi Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya 25. Syam Subhan, (2013). Hubungan Pola
Keluarga Fakultas Pertanian Institut Asuh Orang Tua Terhadap Kejadian
Pertanian Bogor: Skripsi Temper Tantrum Anak Usia Toddler di
12. Nurtantiono, Andri. (2012). Kecerdasan PAUD Dewi Kunit Surabaya. Jurnal
Emosional Kompetensi Kepemimpinan Promkes, Vol. 1 No.2 Desember
Transformasional. Sekolah Tinggi 2013:164-169. Fakultas Kesehatan
Surakarta: Skripsi Masyarakat Uniar. Surabaya
13. Pieter, Z dan Namora, L. (2010). 26. Syamsudin.(2013). Mengenal Perilaku
Pengantar Psikologi Dalam Tantrum Dan Bagaimana Mengatasinya.
Keperawatan, Jakarta: Prenada Media. Fakultas Sosio Informasi:
14. Pudjiadi, Marissa. (2013).250 Tanya http://sinta1.ristekdikti.go.id/index.php?
Jawab Kesehatan Anak. Jakarta: page=4&ipp=10&ref=journal&mod=vie
PT.Gramedia. wjournal&journal=7218. Diunduh pada
15. Purba, Joni. (2008). Pengelolaan 14 Januari 2017 jam 14.30
Lingkungan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers 27. Ulfa, Maria.(2015). Beragam Gangguan
16. Puspitasari. (2012). Identifikasi Perilaku Paling Sering Menyerang
Manipulasi Tantrum(Studi Deskriptif) Anak,Yogyakarta : FlashBooks.
Pada Anak di KB-TK Islam Hidayatullah 28. Wahib,Abdul. (2015). Konsep Orangtua
Semarang: Jurnal Dalam Membangun
17. Putriamanah, NY. (2015). Hubungan KepribadianAnak.Sekolah Tinggi Agama
Pola Asuh Ibu Dengan Temper Tantrum Islam Ma’arif Magelang
Pada Anak Usia 2-4 Tahun di Pos 29. Wahyuningrum, Enjang.(2013). Perilaku
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Temper Tantrums pada Anak Usia Dini
Tunas Bhakti Kota Surakarta.Universitas Ditinjau Dari Teori Ekologi
Sebelas Maret Surakarta: Skripsi Brofenbrenner (Sebuah Studi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 59
Abstract
Mortality maternal is unacceptably high in worldwide. Women die caused pregnancy complications
or childbirth about 303.000. The major complications that account for nearly 75% of all maternal
death are severe bleeding, infections, pre eclampsia and eclampsia, complications from delivery,
unsafe abortion. The purpose of this study to analyze risk factor of pregnancy complications in third
trimester. Design of study was cross sectional and population was pregnant women of third trimester
eho have pregnancy complication and no pregnancy complication. Data was collected by using
questionnaire. Data analyzed by using chi square and binary logistic test. Result of bivariate test
that occupation of mother (P value=0,014; RP=3,273; 95%CI 1,291-8,295), family income (P
value=0,007; RP=3,747; 95%CI 1,476-9,515), family support (P value=0,042; RP=2,787; 95%CI
1,119-6,944), quality of attend antenatal care (P value=0,024; RP=3,067; 95%CI 1,225-7,681),
quality of antenatal care (P value=0,006; RP=4,219; 95%CI 1,577-11,285) are significant
increased risk of pregnancy complications. Multivariate shows that dominant risk factor are
significant with pregnancy complications are occupation of mother, family income and husband
support. Preventable to reducing prevalence of pregnancy complications with equalities in acces
antenatal care services, improving quality of antenatal care and health education about sign of
pregnancy complications
Keywords: risk factor, complication of pregnancy, antenatal care, cross sectional
45
40
35
30
25
20 2010
15
10 2011
5
0 2012
Perdarahan Hipertensi Infeksi Partus lama Abortus Lain-lain
2010 35,1 21,5 5,8 1 4,2 32,2 2013
2011 31,9 24,7 5,5 1,1 4,7 32,3
2012 30,1 26,9 5,6 1,8 1,6 34,5
2013 30,3 27,1 7,3 0 0 40,8
Sumber:InfoDatin,2014
Gambar 1 Penyebab Kematian Ibu Di indonesia
Angka kematian ibu di Indonesia telah masa nifas, perawatan bayi, perawatan khusus
mengalami penurunan dari tahun 1991 sampai dan rujukan untuk ibu dengan komplikasi
dengan 2007 adalah 390 per 100.000 kelahiran kehamilan dan persalinan serta pelayanan
hidup menjadi 229 per 100.000 kelahiran keluarga berencana. Penelitian ini bertujuan
hidup. angka ini kembali mengalami untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi
peningkatan pada tahun 2012 sebesar 359 per kejadian komplikasi kehamilan pada trimester
100.000 kelahiran hidup dan diturunkan lagi III di Kabupaten Mojokerto.
pada tahun 2015 menjadi 305 per 100.000
kelahiran hidup. Meskipun capaian kematian 2. KAJIAN LITERATUR
ibu menurun namun angka tersebut jauh dari 2.1. Konsep kehamilan
target Millennium Development Goals Menurut Manuaba, 2010 Kehamilan
(MDGs) 2015 sebesar 102 per 100.000 adalah proses yang dimulai dari sel telur yang
kelahiran hidup dan 70 per 100.000 kelahiran matang atau berovulasi lalu bertemu dengan
hidup target Suistanable Development Goals spermatozoa sehingga terjadi pembuahan dan
pada tahun 2030 (Pusdatin, 2016). Penyebab pertumbuhan. Zigot kemudian
utama kematian ibu pada tahun 2010 sampai bernidasi/menempel di dinding uterus dan
dengan 2013 adalah perdarahan dan penyebab pembentukan plasenta. Tahap akhirnya adalah
lain (penyakit penyerta seperti kanker, ginjal, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
jantung, Tuberculosis dan penyakit lain yang Kehamilan adalah kehamilan normal yang
diderita ibu) sedangkan penyumbang kematian berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari
paling rendah disebabkan oleh partus lama. (Lowdermilk D. L., 2013). Proses kehamilan
Menurut Kartiningrum, 2014 bahwa dimulai dari konsepsi. Konsepsi adalah
komplikasi kehamilan merupakan faktor yang bersatunya sel telur (ovum) dan sperma.
berpengaruh terhadap kejadian kematian ibu Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama
selain faktor pertolongan persalinan dan 40 minggu atau 280 hari dihitung dari pertama
pelayanan nifas. Pada tahun 1990 di Indonesia terakhir haid. Karena dihitung mulai tanggal
dilakukan upaya penurunan kematian ibu konsepsi usia kehamilan 38 minggu
Melalui program Safe Motherhood Initiative (Lowdermilk D. L., 2013). Fertilisasi diawali
dilanjutkan program gerakan sayang ibu, dengan terjadinya pembuahan.Ribuan
Expanding Maternal and Neonatal Survival spermatozoa yang menemukan jalan menuju
(EMAS). Upaya penurunan angka kematian uterus, hanya satu yang dapat mencapai tuba
ibu dilakukan untuk mempermudah ibu untuk fallopi. Spermatozoa akan mempertahankan
memperoleh akses pelayanan kesehatan mortalitasnya dalam organ reproduksi wanita
berkualitas, seperti pelayanan kesehatan selama 24 jam. Fertilisasi oleh spermatozoa
kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan terjadi di tuba fallopi tidak lebih dari 2 menit.
terlatih dengan fasilitas lengkap, perawatan Saluran reproduksi akan di buang melalui
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 62
reproduksi saat spermatozoa bergenerasi, sel 2). Infeksi bakteri ; meliputi Streptokokus
darah putih akan difagositosis spermatozoa. grup A, Streptokokus grup B, Listeriosis,
Spermatozoa disiapkan untuk di membuahi Salmonella, Shigella, Mourbus Hansen.
oleh ovum setelah spermatozoa memasuki 3). Infeksi protozoa; meliputi
salauran reproduksi wanita akan mengalami Toksoplasmosis, Amubiasis, amubiasis,
perubahan. Mekanisme ini melibatkan infeksi jamur.
pelepasan membrane plasma bagian atas dan Penyebab infeksi tesebut menyebabkan
membrane akrosom bagian luar, yang toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus,
melepaskan enzim. herpes, HIV/AIDS, hepatitis, varicella, infeksi
Enzim ini dibutuhkan untuk lapisan saluran pernafasan yang dapat menyebakan
pelindung dari ovum sebelum kelainan kongenital pada bayi
fertilisasi.Fertilisasi terjadi pada ampula tuba. 1. Anemia
Pada saat sperma dapat masuk menembus Anemia adalah keadaan dengan kadar
membrane dan membrane tidak akan bias haemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah
menembus sperma lain. Pembelahan miosos yang lebih rendah dari normal, sebagai akibat
kedua oleh oosit sekunder kemnudian selesai dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
dan inti ovum akan menjadi pronukleus wanita. makanan esensial yang dapat mempengaruhi
Kepala sperma akan membesar membentuk timbulnya defisiensi tersebut. Anemia adalah
pronunkleus pria dan ekornya akan kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)
bergenerasi. Kedua inti akan menyatu dan dalam darahnya kurang dari 12 gr%.
kromosomnya bergabung sehingga jumlah Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kromosom kembali diploid. Bersatunya inti kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
spermatozoa dan inti sel telur akan tumbuh dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
menjadi zigot, zigot mengalami pertumbuhan kadar <10,5 gr% pada trimester II.
dan perkembangan melalui 3 tahap selam 2. Ketuban Pecah Dini
kurang lebuh 280 hari tahap meliputi tahap Ketuban pecah dini adalah keadaan
implantasi, periode embrionik dan periode pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
fetus(Manuaba, 2010). Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
2.2. Komplikasi kehamilan kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban
Beberapa komplikasi kehamilan yaitu : pecah dini pada kehamilan prematur. Ketuban
1. Perdarahan antepartum pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan terdapat atau dimulainya tanda inpartu dan
pervaginam yang terjadi sebelum bayi setelah ditunggu satu jam belum ada tanda
lahir. Perdarahan yang terjadi sebelum inpartu (Manuaba, 2010)
kehamilan 28 minggu seringkali Faktor yang mempengaruhi komplikasi
berhubungan dengan aborsi atau kelainan. kehamilan :
Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu 1. Usia
dapat disebabkan karena Perdarahan Usia merupakan komponen dari status
antepartum meliputi solusio placenta, reproduksi wanita. Usia reproduksi dibagi
placenta previa, abruption placenta, menjadi < 20 tahun, 20-35 tahun dan > 35
rupture uteri tahun. Kelompok ibu berumur 20-30 tahun
2. Hipertensi Dalam Kehamilan angka kematian ibu lebih rendah dibanding
Hipertensi dalam kehamilan dengan kelompok ibu berumur kurang dari 20
meningkatkan morbiditas dan mortalitas tahun, dan dibanding dengan Resiko kematian
ibu pada kelompok umur dibawah 20 tahun dan
3. Infeksi dalam kehamilan pada kelompok umur diatas 35 tahun dimana
Secara umum infeksi dalam kehamilan tiga kali lebih tinggi dari kelompok umur
berdasarkan penyebabnya dikelompokan reproduksi sehat
menjadi tiga penyebab, yaitu : 2. Jarak kehamilan
1). Infeksi Virus ; meliputi varisella zooster, Jarak kehamilan di bagi menjadi 2 yaitu <
influenza, parotitis, rubeola, virus 2 tahun dan ≥ 2 tahun. Jarak kehamilan terlalu
pernafasan, enterovirus, parfovirus, dekat dengan kehamilan sebelumnya (> 2
rubella, cytomegalovirus. tahun), meningkatkan risiko bagi baik ibu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 63
maupun janin. Organ reproduksi yang belum serta rujukan bila diperlukan, persiapan
berfungsi dengan sempurna seperti rahim persalinan yang bersih dan aman serta
akibat persalinan sebelumnya belum bisa perencanaan antisipatif dan persiapan dini
memaksimalkan pembentukan cadangan untuk melakukan rujukan jika terjadi
makanan bagi janin dan untuk ibu sendiri komplikasi.
3. Pekerjaan Berdasarkan latar belakang masalah,
Pekerjaan ini untuk menggambarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual,
status ekonomi wanita. Hal ini mempengaruhi hipotesis penelitian ini adalah:
kemampuan mereka untuk membeli makanan Ada pengaruh paritas, jarak kehamilan, umur,
yang bergizi, rumah yang layak dan pelayanan pendapatan keluarga, pekerjaan, dukungan
kesehatan. Kemiskinan meningkatkan resiko suami, dukungan keluarga, kualitas antenatal
untuk sakit dan disabilitas. Ibu hamil yang care, kualitas kunjungan antenatal care,
sangat rentan adalah yang tidak mempunyai kualitas pelayanan antenatal care yang didapat
asset, sedikit atau tidak ada tabungan dan terhadap Komplikasi kehamilan pada trimester
merupakan bagian dari keluarga yang sedikit III di kabupaten Mojokerto.
atau pendapatan rendah.
4. Antenatal care 3. METODE PENELITIAN
Antenatal care (pengawasan masa Penelitian ini merupakan penelitian
kehamilan) merupakan pengawasan kesehatan analitik observasional dengan pendekatan
selama masa kehamilan sehingga apabila ada Cross sectional. Penelitian dilakukan pada
tanda-tanda kelainan fisik atau psikologis pada bulan Maret-Juni 2015 di Kabupaten
dapat segera ditanggulangi, untuk menghindari Mojokerto. Populasi adalah semua ibu
resiko semaksimal mungkin baik ibu maupun trimester III yang mengalami Komplikasi
bayi. Kunjungan antenatal sebaiknya paling kehamilan (preeklampsi, pendarahan
sedikit 4 kali selama kehamilan : antepartum, anemia, ketuban pecah dini) dan
a. Satu kali pada triwulan pertama tidak mengalami Komplikasi kehamilan
Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk (preeklampsi, pendarahan antepartum, anemia,
penapisan dan pengobatan anemia, ketuban pecah dini) di Kabupaten Mojokerto.
perencanaan persalinan, pengenalan Data populasi kasus dan control diperoleh dari
komplikasi akibat kehamilan dan Rumah Sakit.. Besar sampel sebesar 80
pengobatannya responden denganTehnik pengambilan sampel
b. Satu kali pada triwulan kedua adalah Simple Random Sampling, dengan cara
Kunjungan II (24-28 minggu) dilakukan pengambilan sampel dari anggota populasi
untuk pengenalan komplikasi akibat kehamilan dengan menggunakan acak (lotre) tanpa
dan pengobatannya, penapisan pre eklampsia, memperhatikan strata pada anggota populasi.
gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran Pengumpulan data primer diperoleh melalui
perkemihan, MAP, mengulang perencanaan wawancara dengan menggunakan kuesioner
persalinan. dan dokumentasi. Data sekunder yang
c. Dua kali pada triwulan ketiga diperoleh dari Rumah sakit dan buku KIA.
Kunjungan III (32 minggu) dilakukan Analisis data menggunakan analisis univariat,
untuk pengenalan komplikasi akibat kehamilan bivariat, dan multivariat dengan uji Chi square
dan pengobatannya, penapisan pre eklampsia, dan regresi logistik dengan tingkat kemaknaan
gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran sebesar 5% (α=0,05). Penentuan variabel yang
perkemihan, MAP, mengulang perencanaan paling dominan dilakukan melalui nilai Risk
persalinan. Prevalence (RP), variabel yang mempunyai
Kebijakan teknis pelayanan antenatal nilai RP tertinggi, maka disebut sebagai
setiap kehamilan dapat berkembang menjadi variabel yang paling dominan pengaruhnya
masalah atau komplikasi setiap saat. Itu dengan Komplikasi kehamilan di Kabupaten
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan Mojokerto.
pemantauan selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
bertujuan untuk mengupayakan kehamilan Karakteristik responden yang diteliti pada
yang sehat, melakukan penatalaksanaan awal penelitian ini meliputi umur, pekerjaan ibu,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 64
paritas, jarak kehamilan, pendapatan keluarga kualitas pelayanan antenatal care yang didapat
sedangkan data khusus meliputi dukungan ibu hamil. Komplikasi kehamilan responden
suami, dukungan keluarga, kualitas antenatal meliputi pre eklamsia, anemia, ketuban pecah
care, kualitas kunjungan antenatal care, dini.
Tabel 2. Uji Multivariat Pengaruh Umur, Pekerjaan, Pendapatan Keluarga, Paritas, Jarak
Kehamilan, Dukungan Keluarga, Dukungan Suami, Kualitas Antenatal Care,
Kualitas Kunjungan Antenatal Care, Kualitas Pelayanan Antenatal Care Yang Di
Dapat Terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan Trimester III Di Kabupaten
Mojokerto Tahun 2015
Variabel perancu RP 95%CI p value
Umur
Berisiko
1,428 0,307-6,647 0,650
(<20 tahun atau >35 tahun)
Tidak berisiko
(20 - 35 tahun)
Pekerjaan
Bekerja 12,706* 2,366-68,234 0,003
Tidak Bekerja
Pendapatan keluarga
< UMR 28,885* 4,753-175,553 0,000
≥UMR
Paritas
Berisiko (primigravida dan grandemulti) 3,156 0,614-16,212 0,619
Tidak berisiko (multigravida)
Jarak Kelahiran
Berisiko (Anak pertama dan < 2 tahun) 4,661 0,924-23,529 0,062
Tidak berisiko (≥ 2 tahun)
Dukungan suami
Kurang mendukung 5,456* 1,009-29,502 0,049
Mendukung
Dukungan keluarga
Kurang mendukung 3,731 0,743-18,746 0,110
Mendukung
Kualitas kunjungan antenatal care
Kurang baik 6,169 0,973-39,101 0,053
Baik
Kualitas Pelayanan antenatal care
Kurang baik 18,343 0,867-387-852 0,062
Baik
Kualitas antenatal care
Kurang baik 4,231 0,172-103,785 0,377
Baik
Pseudo R²= 0,600
Berdasarkan usia, 75% responden berusia berisiko sebesar 80% dan 68,6%. Uji bivariat
20-35 tahun dan 25% berusia kurang dari 25 antara umur terhadap kejadian komplikasi
tahun serta lebih dari 35 tahun. Kejadian kehamilan trimester III menunjukkan umur
komplikasi kehamilan pada ibu dengan usia tidak berisiko terhadap kejadian komplikasi
berisiko memiliki proporsi yang sama yaitu kehamilan trimester III (P value=0,301;
20% dan 31,4 %. Begitu pula pada usia tidak RP=1,834; 95%CI 0,196-1,514). Usia 20-35
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 65
tahun merupakan usia reproduksi sehat karena pemenuhan kebutuhan pokok, tanpa
baik untuk kehamilan dan persalinan. Ibu memikirkan kebutuhan untuk dapat
dengan kehamilan pada usia <20 tahun dan >35 m0enjangkau pelayanan kesehatan bagi
tahun akan berisiko tinggi pada ibu maupun dirinya dan bayi. Hal ini berbeda dengan ibu
bayi. Kehamilan <20 tahun menyebabkan hamil dengan pendapatan keluarga lebih dari
komplikasi karena kondisi fisik ibu belum yang sama dengan UMR karena kebutuhan pokok
belum matur untuk menghadapi kehamilan. bisa terpenuhi akan akan lebih banyak
Kehamilan akan berlangsung aman pada usia mempertimbangkan untuk menjangkau
20-35 tahun, setelah itu risiko meningkat pelayanan kesehatan dengan fasilitas lengkap.
kembali sesudah usia 35 tahun. Hasil ini sesuai Penelitian Puti sari dkk, 2014 juga
dengan penelitian ariyani dkk, 2016 bahwa menunjukkan bahwa sosial ekonomi keluarga
tidak ada hubungan antara umur dengan mempengaruhi risiko kehamilan.
kejadian anemia pada trimester III. Paritas responden memiliki proporsi
47,5% responden memiliki pekerjaan sama antara paritas berisiko dan tidak berisiko
selain menjadi ibu rumah tangga dan 52,5% sebesar 50%. Responden dengan paritas
hanya sebagai ibu rumah tangga. 60% ibu yang berisiko 55,3% dengan komplikasi kehamilan
memiliki beban ganda (bekerja mendapatkan dan 45,7% tidak mengalami komplikasi
upah dan ibu rumah tangga) mengalami kehamilan. Proporsi yang sama kejadian
kejadian komplikasi kehamilan dan 40% ibu kompliksai kehamilan antara paritas berisiko
rumah tangga dengan komplikasi kehamilan. dan tidak berisiko dan dibuktikan juga dengan
Uji bivariat antara pekerjaan terhadap kejadian Uji bivariat sehingga paritas bukan merupakan
komplikasi kehamilan trimester III faktor risiko kejadian komplikasi kehamilan
menunjukkan pekerjaan berisiko terhadap trimester III (P value=0,652; RP=1,357;
kejadian komplikasi kehamilan trimester III (P 95%CI 0,559-3,292). Kehamilan berisiko
value=0,014; RP=3,273; 95%CI 1,291-8,295). adalah anak pertama dan persalinan anak
Pekerjaan yang ganda pada ibu hamil keempat atau lebih karena pada anak pertama
mempengaruhi sirkulasi darah dalam tubuh belum adanya pengalaman dalam adaptasi
dan disertai perubahan seiring bertambahnya terhadap perubahan fisik dan psikis
usia kehamilan akibat adanya kehamilan akan meningkatkan kecemasan dalam menghadapi
berdampak kerja jantung tekanan dari kehamilannya sedangkan pada anak keempat
pembesaran rahim. Semakin bertambahnya atau lebih adanya kemunduran daya lentur
usia yang semakin bertambah dalam rangka (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali
memenuhi kebutuhan selama proses diregangkan kehamilan, sehingga menurunnya
kehamilan. Beban kerja jantung yang terlalu kekuatan ibu dalam menjalani kehamilannya.
berat berdampak komplikasi pada kehamilan Hal tersebut meningkatkan komplikasi dalam
ibu seperti pre eklamsia. Hasil penelitian tidak kehamilan ibu. Hasil ini tidak sejalan dengan
sejalan dengan penelitia Li Xi Zhang et el, dengan penelitian Bilano et al, 2014 bahwa
2017 yaitu pekerjaan ibu berpengaruh secara paritas berisiko terhadapa kejadian pre
signifikan terhadap kejadian ketuban pecah eklamsia. Ibudengan kehamilan pertama 2,04
prematur pada umur kehamilan lebih dari sama kali berisiko mengalami pre eklamsia.
dengan 28 minggu. 40% responden memiliki jarak
55% responden dengan pendapatan kehamilan kategori berisiko dan 60% dengan
keluarga <UMR dan 45% ≥UMR. Responden kategori tidak berisiko. Responden dengan
dengan pendapatan keluarga <UMR 68,9% jarak kehamilan berisiko 46,7% dengan
dengan komplikasi kehamilan dan 37,1% tidak komplikasi kehamilan dan 31,4% tidak
mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat
antara pendapatan keluarga terhadap kejadian antara jarak kehamilan terhadap kejadian
komplikasi kehamilan trimester III komplikasi kehamilan trimester III
menunjukkan pendapatan keluarga berisiko menunjukkan tidak berisiko terhadap kejadian
terhadap kejadian komplikasi kehamilan komplikasi kehamilan trimester III (P
trimester III (P value=0,007; RP=3,747; value=0,250; RP=1,909; 95%CI 0,758-4,806).
95%CI 1,476-9,515). Ibu hamil berpendapatan Jarak kehamilan supaya kehamilan
keluarga kurang dari UMR mengutamakan berlangsung aman minimal 2 tahun, karena
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 66
dalam waktu 2 tahun diharapkan sudah stress dalam menghadapi setiap perubahan
mampu memulihkan tubuh ibu dari kebutuhan kehamilannya. Hal tersebut menyebabkan
ekstra pada kehamilan dan laktasi. Jarak komplikasi kehamilan dan persalinan pada
kehamilan yang terlalu dekat (< 2 tahun) didukung dengan tidak terjangkaunya
menyebabkan risiko tinggi pada kehamilan ibu pelayanan kesehatan sehingga terlambatnya
karena berisiko terjadi anemia pada kehamilan deteksi dini komplikasi. Menurut Fahira dan
dan perdarahan. Jarak kehamilan yang terlalu Arifuddin kunjungan antenatal care 7,933 kali
panjang (≥5 tahun) meningkatkan risiko berisiko terhadap kejadian pre eklampsia, perlu
kejadian preeklampsi atau eklampsi, diabetes dukungan baik dari keluarga dan suami untuk
gestasional trimester ketiga dan juga kematian dapat ibu hamil meningkatkan kualitas
maternal, sehingga ibu dengan jarak kehamilan kunjungan antenatal care. Penelitian Kartia
berisiko perlu mendapatkan pemantauan yuni dkk, 2017 menunjukkan dukungan sosial
khusus selama pemeriksaan antenatal care. untuk ibu hamil berpengaruh terhadap
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian keaktifan ibu mengikuti kelas ibu hamil. Kelas
Meseret et al, 2013 bahwa jarak kehamilan ibu hamil bertujuan untuk mengurangi faktor
merupakan faktorrisiko terjadinya anemia pada risiko penyebab kematian ibu.
trimester III. 3,835 kali anemia berisiko pada Berdasarkan kualitas antenatal care
kehamilan dengan jarak 3 tahun dan 4,290 kali dilihat dari kualitas kunjungan antenatal care
anemia terjadi pada trimester III. Semakin dan kualitas pelayanan antenatal care. 52,5%
bertambah usia kehamilan risiko anemia responden kurang baik kualitas kunjungan
semakin besar. antenatal care dan 47,5% kualitas antenatal
Berdasarkan dukungan dibagi menjadi 2 care kategori baik. Kualitas kunjungan
yaitu dukungan suami dan dukungan keluarga. antenatal care kategori kurang baik 64,4%
41,2% responden suami kurang mendukung dengan komplikasi kehamilan dan 37,1% tidak
ibu dalam menghadapi kehamilan dan 58,8% mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat
suami mendukung ibu. Dukungan suami dalam antara kualitas kunjungan antenatal care
kategori kurang terhadap ibu hamil 48% berisiko terhadap komplikasi kehamilan
dengan komplikasi kehamilan dan 42,9% tidak trimester III (P value=0,024; RP=3,067;
mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat 95%CI 1,225-7,681). Berdasarkan kualitas
antara dukungan suami terhadap kejadian pelayanan antenatal care 41,2% responden
komplikasi kehamilan trimester III mendapatkan pelayanan pemeriksaan
menunjukkan tidak berisiko terhadap kehamilan dalam kategori kurang dan 58,8%
komplikasi kehamilan trimester III (P mendapatakan kualitas pelayanan antenatal
value=0,822; RP=1,124; 95%CI 0,363-2,179). care dalam kategori baik. Responden dengan
51,3% responden keluarga ibu hamil kurang Kualitas pelayanan antenatal care dalam
mendukung dalam menghadapi kehamilan dan kategori kurang 55,6% dengan komplikasi
48,7% keluarga mendukung. Dukungan kehamilan dan 22,9% tidak mengalami
keluarga dalam kategori kurang terhadap ibu komplikasi kehamilan. Uji bivariat
hamil dalam menghadapi kehamilan 62,2% menunjukkan kualitas pelayanan antenatal
dengan komplikasi kehamilan dan 37,1% tidak care berisiko terhadap komplikasi kehamilan
mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat trimester III (P value=0,006; RP=4,219;
menunjukkan dukungan keluarga berisiko 95%CI 1,577-11,285). Kualitas kunjungan
terhadap komplikasi kehamilan trimester III (P antenatal care dilihat dari aspek
value=0,042; RP=2,787; 95%CI 1,119-6,944). keteraturannya dengan standar minimal 1 kali
Dukungan suami dan keluarga penting pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2, 2 kali
dibutuhkan ibu hamil dalam menghadapi pada trimester 3. Kunjungan antenatal care
kehamilannya sehubungan dengan pemenuhan responden sebagian besar lebih dari 4 kali
kebutuhan fisik, psikis dan pemanfaatan tetapi tidak dilakukan sesuai standar pada tiap
pelayanan antenatal care. Dukungan keluarga trimester. Kualitas pelayanan antenatal care
yang kurang berdampak tidak terpenuhinya dilihat dari Pemeriksaan fisik, pemeriksaan
kebutuhan fisik untuk pertumbuhan janin dan laboratorium, pendidikan atau penyuluhan
kesehatan ibu serta dari segi psikis kesehatan, pemberian tablet fe dan konseling.
menyebabkan kecemasan atau meningkatkan Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran berat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 67
12. Puti Sari H, Dwi Hapsari, Ika Souza. 2014. Risk Factors of Pre-
Dharmayanti, Nunik Eclampsia/Eclampsia and Its Adverse
Kusumawardani.2014. Faktor-Faktor Outcomes in Low- and Middle-Income
Yang Berpengaruh Terhadap Risiko Countries: A WHO Secondary Analysis.
Kehamilan “4 Terlalu (4-T)” Pada Wanita http://journals.plos.org/plosone/article?id
Usia 10-59 Tahun (Analisis Riskesdas =10.1371/journal.pone.0091198
2010). Media Litbangkes, Vol. 24 No. 3 15. WHO. 2016. “Maternal mortality”.
13. http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/inde http://www.who.int/mediacentre/factshee
x.php/MPK/article/view/3649/3595 ts/fs348/en/
14. VL Bilano, Erika Ota ,Togoobaatar
Ganchimeg, Rintaro Mori,João Paulo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 69
Abstract
Infants are more susceptible to diseases and unhealthy living conditions.Diarrheal diseases is one
of the major infectious diseases in infants and children in Indonesia.It is the best food given by a
mother to child because it can protect infants from diarrhea.this study aims to determine the effect
of exclusive breastfeeding can reduce the incidence of diarrhea in infants aged 0 – 6 months in RS
AL – ISLAM H.M.MAWARDI Sidoarjo.Desain this research is a case control study by using sampling
technique purposive sampling and the number of samples is 25 respondents.This researce is done in
April 2017. Analysis using chi-square tests.the result of this research that infants get exclusive
breastfeeding mostly do not have diarrhea of 12 respondents ( 90 % ).Based on statistic test used is
independent t- test with A = 0,05.The result of statistical show that p < a ( 0.000 < 0.05 ). This
shows there is significant effect of exclusive breastfeeding on the incidence of diarrhea in infants
aged 0-6 months.Advice for mothers to give exclusive breastfeeding to their babies aged 0-6 months
because exclusive breastfeeding is able produce babies 0.08 times against the occurrence of
diarrhea than infants who do not get exclusive breastfeeding.
Keywords : exclusive breastfeeding,diarrhea
hal ini dikarenakan personal hygien nya baik 4. Muhith Abdul dkk, (2017). “Hubungan
dengan cara mencuci dan menyeteril botol susu Karakteristik Pasien Pengguna Kartu Bpjs
dengan benar. Dengan Persepsi Tentang Kualitas
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Deket
4. SIMPULAN DAN SARAN Kabupaten Lamongan “ Strada Jurnal
Berdasarkan analisis dan pembahasan Ilmiah Kesehatan, Vol 9 No. 1 2017, 1-8.
diatas dapat disimpulkan beberapa hal 5. Nasir dan Muhith, (2011), Buku Ajar
diantaranya : Metodologi Penelitian Kesehatan .
Kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan Yogyakarta : Nuha Medika
yang mendapat ASI eksklusif di RSU Al-Islam 6. Nurul, Rizqi. (2013). Pengaruh
H.M Mawardi Sidoarjo. Pemberian ASI Eksklusif Terhadap
Kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan Penurunan Angka Kejadian Diare.
yang tidak mendapat ASI eksklusif di RSU Al- Malang: Universitas Brawijaya.
Islam H.M Mawardi Sidoarjo.
Terdapat pengaruh pemberian ASI
eksklusif terhadap kejadian diare pada bayi
usia 0-6 bulan di RSU Al-Islam H.M Mawardi
Sidoarjo.
Ibu – ibu diharapkan memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya, untuk mencegah
terjadinya diare, mengingat banyak manfaat
yang tidak hanya diperoleh ibu saja tapi juga
bayi. Petugas pelayanan kesehatan diwilayah
setempat membantu mensosialisasikan
pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada
bayi. Petugas kesehatan diharapkan ikut
mensosialisasikan program pemerintah tentang
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI)
dan tidak seharusnya melakukan kerja sama
dengan pihak susu formula. Selain itu, petugas
kesehatan diharapkan mampu menjadi sumber
informasi mengenai keuntungan pemberian
ASI sehingga pemberian ASI dapat berjalan
lancar, mengingat beberapa ibu mengalami
masing- masing permasalahan dalam
pemberian ASI.
REFERENSI
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia
2010. Tersedia dari
http//www.depkes.go.id/downloads/Profil
Kesehatan Indonesia 2010.pdf.
2. Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia.
2011. Tersedia dari URL: HYPERLINK
http://www.depkes.go.id/downloads/Bule
tin%20Diare Final(1).pdf.
3. Muhith Abdul ( 2016 ). “Hubungan
Motivasi Dan Gaya Kepemimpinan
Kepala Ruangan Dengan Prestasi Kerja
Perawat di RS Semen Gresik “ Strada
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 5 No. 1
2016, 72-83.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 72
Abstrak
Perawatan tali pusat merupakan asuhan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi
baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Fenomena perawatan tali pusat pada
bayi masih beragam dalam penggunaan bahan. Tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan
efektifitas penggunaan kassa kering steril dibandingkan dengan kassa alkohol terhadap lama lepas
tali pusat. Desain penelitian ini adalah rancangan penelitian komparatif (Kohort). Sampel diambil
menggunakan Non Probability Consecutive sampling didapatkan 32 bayi yang lahir didua BPS di
Desa Cerme Kidul. Instrumen menggunakan kuesioner yang berisi data demografi dan lembar
observasi. Analisa data menggunakan uji statistik Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan ρ < 0,05.
Hasil penelitian didapatkan responden yang melakukan perawatan tali pusat dengan kassa kering
steril berjumlah 19 responden, dan responden yang melakukan perawatan tali pusat dengan kassa
alkohol berjumlah 12 responden. Rata-rata pelepasan tali pusat dengan kassa steril 5-7 hari
sedangkan perawatan tali pusat dengan kassa alkohol rata-rata pelepasan tali pusat > 7 hari. Uji
statistik menunjukkan ada perbedaan efektifitas penggunaan kassa kering steril dibandingkan dengan
kassa alkohol terhadap lama lepas tali pusat ρ = 0,000 (ρ<α=0,05).
Kata kunci : Perawatan tali pusat, kassa kering steril, kassa alkohol, lama lepas tali pusat
terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat (Consecutive Sampling) yaitu pemilihan
yaitu antara hari ke 5-7 tanpa ada komplikasi sampel dengan menetapkan subjek yang
(Hidayat, 2005). Menurut Fanaroff, A.A memenuhi kriteria penelitian yang
(2008) dijelaskan bahwa perawatan tali pusat dimaksudkan dalam penelitian dalam kurun
dibersihkan dengan air dan hindari penggunaan waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang
alkohol karena dapat memperlambat lepasnya diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2013). Dalam
tali pusat. Berdasarkan hasil observasi yang penelitian ini melibatkan variabel independen :
dilakukan oleh peneliti diatas bahwa perawatan kassa kerinf steril dan kassa alkohol serta
tali pusat menggunakan kassa kering steril variabel dependen lama lepas tali pusat. Pada
lebih efektif dan mempercepat pelepasan tali penelitian ini instrumen yang digunakan adalah
pusat. Manfaat perawatan tali pusat dengan lembar observasi dan kuesioner.
menggunakan kassa kering steril akan
mengurangi bahan dan biaya yang diperlukan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan gambaran fenomena diatas Tabel 1. Karakteristik responden
peneliti merasa tertarik untuk melakukan berdasarkan usia pada ibu jumlah
penelitian perbedaan efektifitas penggunaan 19 responden yang melahirkan di
kasa kering steril dibandingkan dengan kasa BPS Ny.Mu Desa Cerme Kidul
alkohol terhadap lama lepas tali pusat di desa pada tanggal 11 April – 5 Juni
Cerme Kidul Kecamatan Cerme Kabupaten 2015.
Gresik. Karakteristik Frekuensi Prosentase
Usia Ibu (f) (%)
2. METODE PENELITIAN 20 – 25 7 36,8
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang 26 – 30 8 42,1
digunakan adalah rancangan penelitian 31 – 35 4 21,1
komparatif (Kohort). Jenis penelitian ini Total 19 100.0
merupakan penelitian epidemiologik
noneksperimental yang mengaji antara Tabel 2. Karakteristik responden
variabel independen (faktor resiko) dan berdasarkan usia pada ibu jumlah
variabel dependen (efek/kejadian penyakit). 12 responden yang melahirkan di
Peneliti mengobservasi variabel independen BPS Ny.Me Desa Cerme Kidul
terlebih dahulu (faktor resiko), kemudian pada tanggal 11 April – 5 Juni
subjek diikuti sampai waktu tertentu untuk 2015.
melihat terjadinya pengaruh pada variabel Karakteristik Frekuensi Prosentase
dependen (efek yang diteliti). Penelitian ini Usia Ibu (f) (%)
dilaksanakan pada 11 April – 5 Juni 2015 di 20 – 25 5 41,7
BPS Ny.Mu dan BPS Ny.Me Desa Cerme 26 – 30 5 41,7
Kidul. 31 – 35 2 16,6
Populasi yang digunakan sebagai objek Total 12 100.0
dalam penelitian ini adalah semua bayi baru
lahir di BPS Ny.Mu dan BPS Ny.Me desa Tabel 3. Karakteristik responden
Cerme Kidul Kecamatan Cerme, Kabupaten berdasarkan pendidikan pada ibu
Gresik. Dalam pemilihan sampel peneliti jumlah 19 responden yang
menetapkan kriteria sampel sebagai berikut : melahirkan di BPS Ny.Mu Desa
1. Kriteria inklusi Cerme Kidul pada tanggal 11
a. Orang tua bayi yang bersedia bayinya April – 5 Juni 2015.
sebagai responden. Karakteristik Frekuensi Prosentase
b. Bayi baru lahir. Pendidikan Ibu (f) (%)
2. Kriteria eksklusi SD 0 0
a. Bayi yang mengalami infeksi tali pusat. SMP 2 10,53
b. Ibu yang melakukan perawatan tali pusat SMA 10 52,63
lebih dari satu macam cara. Perguruan Tinggi 7 36,84
Teknik sampling yang digunakan dalam Total 19 100,0
penelitian ini adalah Non Probability Sampling
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 74
Hasil tabulasi silang pekerjaan responden kering steril sebanyak 2 bayi (10,52 %), serta
menunjukkan 6 responden (31,58 %) sebagai ada juga pelepasan tali pusat yang > 7 hari
IRT. Sebagai ibu rumah tangga tentunya waktu sebanyak 2 bayi (10,52 %). Menurut Paisal
yang dimiliki oleh responden untuk memberi (2008) perawatan tali pusat bertujuan untuk
perhatian kepada perawatan bayinya menjadi menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih,
lebih baik. Hasil tabulasi silang antara mencegah infeksi pada bayi baru lahir,
perawatan tali pusat dengan lama lepas tali membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat
pusat menunjukkan bahwa sebanyak 15 kering dan lepas. Pelepasan menggunakan
responden (78,94 %) melakukan perawatan tali teknik kassa kering lebih cepat karena keadaan
pusat dengan kassa steril. Teknik ini tali pusat selalu lembab. Pelepasan tali pusat >
menunjukkan bahwa rata-rata pelepasan tali 7 hari sebanyak 9 bayi (75 %) dan pelepasan
pusat pda hari ke 5- 7 tali pusat antara hari ke 5-7 dengan teknik
kassa alkohol sebanyak 3 bayi (25 %). Menurut
3.2. Lama Lepas Tali Pusat Menggunakan Depkes RI 2007 dijelaskan bahwa tali pusat
Teknik Perawatan Kassa Kering Steril. hendaknya dibersihkan setiap hari dengan
Lama lepas tali pusat pada bayi hari ke- > 7 hari alkohol 70%, kemudian tali pusat ditutup
sebanyak 9 responden (75 %), lama lepas tali dengan kain kasa yang bersih dan telah
pusat pada bayi yang menggunakan teknik dibasahi alkohol 70%. Pelepasan tali pusat
kassa alkohol hari ke- 5-7 hari sebanyak 3 menggunakan teknik kassa alkohol lebih lama
responden (25 %). Defi Gita (2010) karena daya kerja alkohol lebih cepat, tetapi
mengungkapkan faktor – faktor yang singkat karena bersifat menguap. Pemakaian
mempengaruhi perawatan tali pusat dan antimikrobial topikal pada perawatan tali pusat
pelepasan tali pusat yaitu faktor usia, faktor dapat mempengaruhi waktu pelepasan tali
pendidikan, dan faktor pekerjaan. pusat, yaitu merusak flora normal sekitar tali
Hasil tabulasi silang antara usia ibu pusat sehingga memperlambat pelepasan tali
dengan perawatan tali pusat usia ibu rentan 20- pusat (Retniati, 2010). Pemberian antiseptik
25 sebanyak 5 responden (41,7 %) dan rentan pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko
26- 30 tahun sebanyak 5 responden (41,7 %) terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang
melakukan perawatan tali pusat menggunakan penting terjaga kebersihannya. Hasil analisa
teknik kassa alkohol. Pelepasan tali pusat data koefisien dengan uji Mann Whitney
menggunakan teknik kassa alkohol rentan > 7 diperoleh hasil p value=0,000. Dimana
hari. Hasil tabulasi pekerjaan responden kemaknaan artinya H0 ditolak dan H1
terlihat bahwa responden terbanyak adalah diterima. Hal tersebut menunjukkan ada
bekerja sebagai ibu rumah tangga berjumlah 5 perbedaan efektifitas penggunaan kassa kering
responden (41,67 %). steril dibandingkan dengan kasa alkohol
Hasil tabulasi silang pendidikan terhadap lama lepas tali pusat di desa Cerme
responden terlihat bahwa responden terbanyak Kidul Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
berpendidikan SMA berjumlah 10 responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
(83,3 %). Hasil tabulasi antara perawatan tali waktu lepas tali pusat dengan menggunakan
pusat menggunakan teknik kassa alkohol teknik kassa kering lebih cepat dibandingkan
terhadap lama lepas menunjukkan bahwa dengan teknik kassa alkohol. Wihono, P.A dan
sebanyak 9 responden (75 %) pelepasan tali Purwanti, O.S., (2009) mengungkapkan bahwa
pusat dengan teknik kassa alkohol cukup lama lama pelepasan tali pusat dikatakan cepat jika
yaitu > 7 hari. kurang dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai
dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari.
3.3. Perbedaan Efektifitas Penggunaan
Kassa Kering Steril Dibandingkan 4. KESIMPULAN
Dengan Kassa Alkohol Terhadap Lama Pelepasan tali pusat menggunakan teknik
Lepas Tali Pusat perawatan kassa kering rata-rata 5-7 hari.
Pelepasan tali pusat antara 5-7 hari yang Pelepasan tali pusat menggunakan teknik
mengguanakan teknik kassa kering steril perawatan kassa alkohol rata-rata > 7 hari. Ada
sebanyak 15 bayi (78,94 %). Pelepasan tali perbedaan efektifitas penggunaan kassa kering
pusat < 5 hari yang menggunakan teknik kassa steril dibandingkan dengan kasa alkohol
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 76
terhadap lama lepas tali pusat di Desa Cerme 14. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu
Kidul Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Kebidanan. Ed.4, Cet.3. Jakarta: PT Bina
Diharapkan ibu mengetahui tentang Pustaka.
perawatan bayi baru lahir terutama perawatan 15. Priyono, Y. (2010). Merawat Bayi Tanpa
tali pusat dengan mengikuti penyuluhan serta Baby Sister. Yogyakarta: Media
berkonsultasi pada bidan, dokter atau orang Pressindo.
yang lebih berpengalaman dalam merawat 16. Sinsin, I. (2008). Seri kesehatan Ibu dan
bayi. Diharapkan pada bidan memberikan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.
penyuluhan kepada ibu bersalin sebelum Jakarta: Elex Medika Kompatida.
pasien dipulangkan tentang perawatan tali
pusat yang benar, dengan tujuan agar ibu tidak
bingung untuk melakukan perawatan tali pusat.
REFERENSI
1. Baety, A.N. (2010). Biologi Reproduksi
Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
2. Cuningham, et al. .(2012). Obstetri
William. Ed.23. Jakarta: EGC.
3. Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial.
Jakarta: Salemba Medika
4. Ellen. (2008). Bayi Neonatus Paling
Rawan Tetanus. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
5. Hasselquist, M. B. (2006). Tata Laksana
Ibu dan Bayi Pasca Kelahiran. Jakarta:
Prestasi Pustakarya.
6. Hellen. (2005). Perawatan Maternitas.
Jakarta: EGC.
7. Jitowijoyo, S., Kristiyanasari, W. (2010).
Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.
Cetakan I. Yogyakarta: Muha Medika.
8. Judian, D. (2014). Keajaiban Darah Tali
Pusar dan Plasenta. Cetakan I.
Yogyakarta: Genius Publiser.
9. Leveno, K.J. et al. (2009). Obstetri
William. Ed.21. Jakarta: EGC.
10. Maryuni, A dan Nurhayati. (2008). Buku
Saku Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
(Asuhan Neonatal). Jakarta: Trans Info
Media.
11. Murray, M.L & Huelsmann,
G.M.2013.Persalinan &Melahirkan
Praktik Berbasis Bukti. Jakarta: EGC.
12. Nurjanah, S.N et al. (2013). Asuhan
Kebidanan Postpartum Dilengkapi
dengan Asuhan Kebidanan Post Sectio
Caesarea. Bandung: Refika Aditama.
13. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Ed.3. Jakarta:
Salemba Medika.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 77
Abstract
Background : Implementation of leprosy program is very dependent on health facilities that provide
leprosy services, including leprosy hospital as one of the spearhead in leprosy service. The
effectiveness of services that can be provided by leprosy hospitals in running leprosy programs is
greatly influenced by the management of hospitals in regulating the service system. this requiring
evaluation as an indicator of service success. Objectives :This research purpose to analyze the
correlation of patient satisfaction based on variables Tangibles, Reliability, Responsiveness,
Assurance, Empathy with qulity service at Kediri Leprosis Hospital Methods :This research was
cross sectional, used analytic survey method, and used questionnaires as data collecting. Data were
analyzed with Spearman rank-correlation test to determine the correlation between patient
satisfaction with the qulity service at Kediri Leprosis Hospital .Results : The results of tangible
variables showed level of service with very adequate facilities and human resources (78.4%), very
satisfied with the level of satisfaction reached (83.3%), with medium correlation (r=0.470), for
variable reliability, service very reliable reached (89.0%), with a satisfaction level of (85.5%), very
satisfied , with medium correlation (r=0.463). For variable responsiveness (92.1%), service very
responsive, very satisfied with the level of satisfaction of (88.1%), with medium correlation
(r=0.547). For variable assurance, service is guaranteed (89.0%), very satisfied with the level of
satisfaction of (86.8%), with medium correlation (r=0.442) , empathy variable of service is
considered (94.3%) are very satisfied with the level of satisfaction of (89,4%), with medium
correlation (r=0.529). Based on the result all variables obtained very good service (72.2%), with
satisfaction level is very satisfied (71.8%), with medium correlation (r=0.438). Conclusion and
Suggestion : it can be concluded that there is a correlation between patient’s satisfaction with qulity
service at Kediri Leprosis Hospital
Keywords: Quality of service, Patient Satisfaction, Leprosy Hospital.
pasien menunjukkan paling banyak responden Data kepuasan pasien menunjukkan paling
menyatakan sangat puas dengan 200 responden banyak responden menyatakan sangat puas
(88,1%), bisa dikatakan responden sudah dengan 203 responden (89,4%), bisa dikatakan
merasa sangat puas dengan pelayanan yang responden sudah merasa sangat puas dengan
diberikan. pelayanan yang diberikan.
Hasil uji rank spearman diperoleh sig Hasil uji rank spearman diperoleh sig
0,01, α = 0,005, r = 0,547. Hal ini berarti H0 0,01, α = 0,005, r = 0,529. Hal ini berarti H0
ditolak dan H1 diterima karena nilai r = 0,547 ditolak dan H1 diterima karena nilai r = 0,529
dengan arah korelasi positif dan menunjukkan dengan arah korelasi positif dan menunjukkan
terdapat hubungan antara pelayanan Rumah terdapat hubungan antara pelayanan Rumah
Sakit Kusta dengan tingkat kepuasan pasien Sakit Kusta dengan tingkat kepuasan pasien
kusta dari variabel Responsiveness.Sesuai kusta dari variabel empathy. Sesuai dengan
dengan penelitian yang dilakukan Endah penelitian Arista (2013) yang menyimpulkan
(2013) yang juga menyimpulkan ada hubungan ada hubungan antara empathy dengan
antara pelayanan dariResponsiveness dengan kepuasan pasien dan diperkuat juga dengan
kepuasan pasien. penelitian Endah (2013) yang mendapatkan
4.2.4. Hubungan Antara Pelayanan dan hasil yang sama.
Kepuasan ditinjau dari variabel 4.2.6. Hubungan Antara Pelyanan Rumah
Assurance Sakit Kusta dengan Kepuasan pasien
Dari penelitian didapatkan data yaitu Analisis ini adalah analisis keseluruhan
paling banyak responden menyatakan setuju antara pelayanan dan kepuasan Rumah Sakit
dengan pelayanan sangat dijamin dengan 202 Kusta dengan menggunakan semua variabel
responden (89,0%). Data tersebut yang ada yaitu tangible, reliablity
menunjukkan kualitas dari ketanggapan di responsiveness, assurance, empathy. Dari
Rumah Sakit Kusta sangat dijamin. penelitian didapatkan data, paling banyak
Datakepuasan pasien menunjukkan paling responden menyatakan setuju dengan
banyak responden menyatakan sangat puas pelayanan sangat baik dengan 164 responden
dengan 197 responden (86,8%), bisa dikatakan (72,2%), data tersebut menunjukkan kualitas
responden sudah merasa sangat puas dengan dari pelayanan di Rumah Sakit Kusta secara
pelayanan yang diberikan. keseluruhan sudah sangat baik.
Hasil uji rank spearman diperoleh sig Data kepuasan pasien menunjukkan
0,01, α = 0,005, r = 0,442. Hal ini berarti H0 paling banyak responden menyatakan sangat
ditolak dan H1 diterima karena nilai r = 0,442 puas dengan 163 responden (71,8%), bisa
dengan arah korelasi positif dan menunjukkan disimpulkan responden sudah merasa sangat
terdapat hubungan antara pelayanan Rumah puas dengan pelayanan yang diberikan. Hasil
Sakit Kusta dengan tingkat kepuasan pasien uji rank spearmandiperoleh sig 0,01, α =
kusta dari variabel assurance. Hal ini sesuai 0,005, r = 0,438. Hal ini berarti H0 ditolak dan
dengan penelitian yang dilakukan Endah H1 diterima karena nilai r = 0,438 dengan arah
(2013) yang juga menyimpulkan ada hubungan korelasi positif dan menunjukkan terdapat
antara assurance dengan kepuasan pasien yang hubungan antara pelayanan Rumah Sakit Kusta
menunjukkan arah korelasi yang positif. dengan kepuasan pasien Rumah Sakit
4.2.5. Hubungan Antara Pelayanan dan Kusta.Hasil tersebut bisa diambil kesimpulan
Kepuasan ditinjau dari variabel sesuai dengan penelitian Endah (2013) yang
Empathy memperlihatkan ada hubungan antara variabel
Dari penelitian didapatkan data yaitu tangible, reliablity responsiveness, assurance,
paling banyak responden menyatakan setuju empathy, dengan kepuasan pasien.
dengan pelayanan sangat diperhatikan dengan
214 responden (94,3%) dan paling sedikit 1 5. SIMPULAN DAN SARAN
responden (0,4%) yang merasakan pelayanan 5.1. Simpulan
kurang di perhatikan disebabkan oleh waktu Berdasarkan hasil penelitian hubungan
pelayanan dan konsultasi yang kurang, data kepuasan pasien kusta kesehatan dengan
tersebut menunjukkan kualitas dari pelayanan kualitas pelayanan Rumah Sakit Kusta dapat
di Rumah Sakit Kusta sangat diperhatikan. disimpulkan sebagai berikut :
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 82
Abstract
Poor quality of life in elderly people such as decreasing body function, not getting health access, no
old-age insurance, no social support from family or friends can trigger depression. The objective of
this study was to identify the correlation between depression level and sleep quality among elderly.
This study used correlational analytic. Samples were taken using simple random sampling, with 31
elderly people in Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Data collection was undertaken using
Geriatric Depression Scale (GDS) and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire sheet .
Data were analyzed with Spearman Rank test with significance level of 0,05. Results showed that 16
elderly people who did not have depression, 10 elderly had good sleep quality (62.5%) and 6 elderly
had poor quality, while 15 elderly with mild depression all had poor sleep quality (100%). This study
found that there was a significant correlation between depression level and sleep quality among
elderly (ρ = 0.000). A holistic nursing care plan that minimizes the underlying causes of depression
in the elderly, developing adaptive coping and social support can help the elderly adjust to the
underlying causes of depression.
Keywords : elderly, depression, sleep, CHPA axis
pada terminal saraf post sinaps simpatik tidur pada lansia. Sampel penelitian diambil
pada system saraf otomon yang menimbulkan menggunakan metode Simple Random
respons “fight or flight” pada organ efektor Sampling sebanyak 31 lansia yang berusia 50-
(Suliswati, 2005), sehingga apabila terjadi 80 tahun, tidak mengalami demensia dan tidak
depresi maka akan menyebabkan terganggunya mendapatkan total care di UPT Panti Werdha
neurotransmitter diatas yang akan Mojopahit Mojokerto. Data penelitian
menyebabkan gangguan tidur dan didapatkan dengan menggunakan metode
memperburuk kualitas tidur pada lansia. wawancara terstruktur. Instrumen penelitian
berupa kuesioner data demografi, kuesioner
3. METODE PENELITIAN Geriatric Depression Scale (GDS), kuesioner
Desain penelitian yang digunakan adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
non experimental (penelitian analitik korelatif) Analisis data dalam penelitian ini
yang bertujuan mengungkapkan hubungan menggunakan uji statistik Spearman Rho
korelatif antara tingkat depresi dan kualitas dengan tingkat kemaknaan ρ < 0,05.
sehingga proses penyesuaian diri pada lansia Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
akan lebih mudah. besar lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit
Berdasarkan hasil penelitian dari 31 Mojokerto memiliki kualitas tidur yang buruk.
lansia, 15 lansia (48,4) mengalami depresi Hal ini terbukti dari 31 orang lansia yang
ringan. Menurut karakteristik berdasarkan usia menjadi responden, terdapat 21 lansia (67,7%)
didapat data bahwa usia antara 50-60 tahun, yang memiliki kualitas tidur yang buruk, dan
lansia yang tidak depresi sebanyak 5 orang hanya 10 orang (32,3%) yang memiliki
(83,3%) dan yang mengalami depresi ringan kualitas tidur baik. Hal ini sesuai dengan
sebanyak 1 orang (16,7 %), sedangkan pada pernyataan dari Prasadja (2009), pola tidur
lansia yang berusia antara 61-70 tahun seseorang pasti mengalami perubahan seiring
merupakan kelompok usia yang paling banyak dengan pertambahan usia dan semakin
yakni 13 orang (41,9%), dengan lansia yang beragamnya aktivitas. Berdasarkan hasil
tidak mengalami depresi sebanyak 6 orang karakteristik usia, kelompok usia 71-80 tahun
(46,2%) dan yang mengalami depresi ringan sebanyak 12 orang, 9 (75%) diantaranya
sebanyak 7 orang (53,8%). Begitu pula pada memiliki kualitas tidur yang buruk. Perubahan
kelompok usia 71-80 tahun, jumlah lansia yang pola tidur pada lansia disebabkan karena
mengalami depresi ringan lebih banyak dari adanya penurunan fungsi tubuh, dan perubahan
pada yang tidak mengalami depresi. Hal ini yang terjadi pada lansia. Gangguan tidur pada
sesuai dengan yang dikemukakan Ibrahim usia lanjut biasanya muncul dalam bentuk
(2011), bahwa dengan meningkatnya usia kesulitan tidur dan sering terbangun atau
harapan hidup, ternyata insiden depresi pada bangun lebih awal. Hal ini tentunya
usia lanjut juga meningkat. Peneliti berasumsi mempengaruhi kualitas tidur dari lansia,
bahwa bahwa banyak faktor yang kualitas tidur tersebut dapat menunjukkan
mempengaruhi seorang lansia mengalami adanya kemampuan individu untuk tidur dan
depresi. Tidak hanya pada teori yang memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan
disebutkan oleh Ibrahim (2011) diatas, namun kebutuhannya (Hidayat, 2006) . Menurut data
perubahan akibat proses menua yang terjadi penelitian yang didapat, jumlah lansia
pada lansia turut berpengaruh pada terjadinya perempuan yang memiliki kualitas tidur buruk
depresi. lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
Berdasarkan karakteristik status lansia laki-laki, hal ini sesuai dengan
perkawinan didapatkan hasil bahwa dari 5 pernyataan dari Prasadja (2009) bahwa pada
lansia yang menikah dan memiliki pasangan di usia lanjut, wanita lebih banyak mengalami
panti hanya 2 (40%) yang mengalami depresi insomnia, dibandingkan pria yang lebih banyak
ringan, sedangkan yang tidak mengalami menderita sleep apnea atau kondisi lain yang
depresi 3 orang (60%), sedangkan dari 26 dapat mengganggu tidur. Hal ini berbeda
lansia yang janda atau duda yang mengalami dengan penelitian dari Hastuti (2011), yang
depresi adalah 13 orang (50%), dan yang tidak menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
mengalami depresi berjumlah 13 orang (50%). antara kualitas tidur dengan jenis kelamin,
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Potter & karena hasil uji beda penelitiannya menyatakan
Perry (2009), bahwa pengalaman kehilangan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas tidur
melalui kematian kerabat dan teman antara lansia yang berjenis kelamin laki-laki
merupakan bagian sejarah kehidupan yang atau perempuan. Peneliti berasumsi bahwa
dialami lansia. Termasuk pengalaman hasil penelitian sejalan dengan yang
kehilangan keluarga yang lebih tua dan diungkapkan Prasadja karena data pada
terkadang kehilangan anak. Namun, kematian penelitian ini tidak homogen, sehingga jumlah
pasangan merupakan kehilangan yang paling lansia perempuan yang memiliki kualitas tidur
berpengaruh pada lansia. Peneliti berasumsi buruk lebih banyak dari pada jumlah lansia
bahwa kematian atau kehilangan pasangan laki-laki. Berdasarkan karakteristik lama
bagi lansia dapat menimbulkan rasa kesepian. tinggal di panti, awal masuk panti, dan
Apabila koping dari lansia tidak baik, memiliki pasangan di panti atau tidak, lansia
kehilangan pasangan bagi lansia bisa memicu yang memiliki kualitas tidur yang buruk adalah
timbulnya stres dan apabila dibiarkan lama lansia yang tinggal di panti lebih dari 1 tahun,
kelamaan akan menjadi depresi. lansia yang masuk panti bukan dengan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 89
keinginannya sendiri atau diantar oleh dengan kualitas tidur yang buruk merupakan
keluarganya dan lansia yang tidak memiliki proporsi yang lebih besar dari pada faktor lain.
pasangan di panti. Berdasarkan asumsi peneliti Penelitian lain dari Jie, et al (2013) juga
hal ini mendasari timbulnya stres pada lansia menyebutkan bahwa kesehatan fisik dan
sehingga dapat mempengaruhi pola tidur dan mental merupakan faktor yang mempengaruhi
kualitas tidur lansia tersebut. Menurut Hidayat buruknya kualitas tidur pada lansia. Depresi
(2006), kondisi psikologis dapat terjadi pada merupakan salah satu yang dapat mengganggu
seorang akibat ketegangan jiwa. Hal tersebut kesehatan mental, sehingga dapat disimpulkan
terlihat ketika seseorang yang memiliki bahwa depresi bisa sebagai pemicu buruknya
masalah psikologis mengalami kegelisahan kualitas tidur pada lansia.
sehingga sulit untuk tidur. Menurut asumsi peneliti, banyak faktor yang
Hasil penelitian menunjukkan terdapat dapat menimbulkan depresi pada lansia, ini
hubungan yang bermakna antara tingkat berhubungan dengan penurunan fungsi dan
depresi dengan kualitas tidur pada lansia (ρ = perubahan yang terjadi pada lansia sehingga
0,000). Berdasarkan hasil penelitian, apabila lansia tersebut tidak dapat beradaptasi
responden yang memiliki tingkat depresi dengan perubahan yang ada maka sangat
dengan kualitas tidur buruk adalah sebanyak 15 mudah untuk lansia mengalami depresi. Gejala
orang (100%). Keluhan tidur umumnya depresi mencakup gejala fisik, gejala psikis,
muncul pada lansia, sayangnya meskipun dan gejala sosial. Ketiganya akan sangat
banyak pemberi asuhan kesehatan yakin bahwa berkaitan, secara umum gejala tersebut adalah
tidur yang kurang adalah bagian yang tidak kehilangan rasa percaya diri, merasa diri tidak
terelakkan pada orang yang menua, namun berguna, sensitif, perasaan bersalah, dan
berdasarkan fakta, stres adalah penyebab perasaan terbebani. Gejala tersebut akan
paling sering pada insomnia akut dan depresi mengakibatkan lansia menjadi susah untuk
adalah penyebab paling sering pada insomnia tidur, dan mengganggu pola tidur mereka.
kronik (Billiard, Partinen, Roth, & Saphiro, Lansia di lokasi penelitian rata-rata
1994 dalam Maas, et al, 2011). Menurut asumsi mengeluhkan, bahwa mereka sering terbangun
peneliti hal ini dikarenakan adanya pada malam hari, susah untuk memulai tidur
ketidakseimbangan hormon norepinefrin dan dan tidak nyenyak. Kualitas tidur lansia dapat
serotonin, dimana keduanya berperan besar ditingkatkan menjadi lebih baik dengan
dalam proses tidur. Selain itu, adanya meminimalisir hal-hal yang dapat menjadi
penurunan fungsi pada lansia sehingga stresor bagi lansia sehingga menimbulkan
memperburuk kondisi depresi pada lansia dan depresi. Apabila depresi pada lansia dapat
kualitas tidur pada lansia tersebut. ditangani, maka kualitas tidur lansia dapat
Menurut Lumbantobing (2011), ditingkatkan.
perubahan neurofisiologi yang banyak diteliti
pada depresi ialah gangguan tidur. Penderita 5. KESIMPULAN
depresi umumnya mengeluhkan bangunnya Berbagai permasalahan yang dihadapi
terlalu pagi dan sulit tidur lagi, bersamaan pula oleh lansia, baik masalah fisik, psikologi
dengan sering terbangun di malam hari. Lansia maupun sosial dapat memicu terjadinya
yang tidak memiliki depresi sebanyak 16 depresi. Depresi akan mengganggu
orang, dimana 10 orang (62,5%) diantaranya keseimbangan fisiologi dan psikologi lansia,
memiliki kualitas tidur yang baik, dan hanya 6 ditunjukkan dari penurunan aktivitas sosial,
(37,5%) yang kualitas tidur buruk. Penelitian perawatan diri, serta penurunan kualitas tidur
dari Hayashino, et al (2010) menyatakan yang akan berdampak pada menurunnya
bahwa proporsi responden yang mengalami kualitas kesehatan lansia. Asuhan keperawatan
depresi dengan kualitas tidur yang buruk pada lansia diarahkan untuk meminimalisir
meningkat secara linier dengan statistik penyebab depresi dengan menfasilitasi coping
signifikansi ρ < 0,0001. Hal ini dikarenakan yang adaptif, dukungan sosial dari keluarga
pada penelitian ini depresi memainkan peran akan membentu lansia beradaptasi terhadap
yang lebih besar karena disertai dengan situasi penyebab depresi.
beberapa kondisi kormobiditas, sehingga
proporsi responden dengan depresi pada orang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 90
Abstract
Nutrition Recovery Park activities require an active partisifation of all relevant elements. To achieve
a good nutrition staus in toddlers, it is necessary activity of Nutrition Recovery Park which is an
innovation activity proclaimed by Jombang Regent. Ongoing activities during the specified time
period can overcome the nutritional problems in Tembelang District, Jombang regency. The purpose
of this activity is to analyze TPG activities on the development of underfives with undernourishment
and uncomplicated malnutrition. Research design of quasy experiment, place of research in
Tembelang sub-district of Jombang regency. The study was conducted for 3 months. Samples are
underweight and malnutrition without complications as many as 76 children under five. Sampling is
purposive sampling. Data analysis using chi-square test. The research was conducted in Tembelang
sub-district of Jombang district. Monitoring of progress is done at the beginning of TPG activity that
is first round and third round with primary data. The independent variable in this research is TPG
activity, while the dependent variable is the development of children under five. Instrument for
nutritional status of children using Z-score Statistical analysis using chi-square test.The result of the
research shows that there is an effect of TPG activity, to further optimize the activity should equip
APE facilities in order to improve the development of children under five.
Keywords: TPG, development, toddler.
buruk sebanyak 0,07% dari seluruh balita. Pada dan tinggi badan), pemeriksaan medis oleh
tahun 2010 didapatkan 2,69% balita dengan dokter pada hari pertama, mengolah bahan
BGM dan 0,05% balita dengan gizi buruk. makanan sesuai jadwal menu oleh ibu balita
Jumlah balita BGM di Kabupaten Jombang didampingi kader, permainan dengan APE, dan
pada tahun 2011 sebanyak 0,95%, angka penyuluhan kesehatan oleh petugas Puskesmas
tersebut masih di bawah batas toleransi Standar dan kader. Sedanglan urutan kegiatan TPG
Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2011. setiap harinya adalah sebagai berikut: a)
Sementara itu, menurut data dari Dinas Sambil menunggu menu diolah dan disajikan,
Kesehatan Kabupaten Jombang 2011 balita bermain dengan APE, b) Cuci tangan
berdasarkan prosentase status gizi balita dengan sabun dan air mengalir, c) Pembagian
kurang dan buruk dapat diketahui jumlah makan, d) Berdoa sebelum makan, f) Makan
kecamatan rawan gizi sebanyak 13 kecamatan bersama, g) Membersihkan alat makan, h)
pada tahun 2011. Adapun rincian dari 16 Pembagian tugas untuk hari berikutnya, i)
kecamatan tersebut dicantumkan pada tabel di Pesan kesehatan, dan j) Ibu dan balita pulang.
bawah ini. 2.2. Perkembangan Anak
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah Perkembangan adalah bertambah
untuk mengevaluasi kegiatan TPG terhadapa sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
perkembangan balita di Kecamatan Tembelang dicapai melalui tumbuh kematangan dan
di Kabupaten Jombang. belajar. Perkembangan juga dapat diartikan
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
2. KAJIAN LITERATUR DAN fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
PEGEMBANGAN HIPOTESIS yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
2.1. Taman Pemulihan Gizi (TPG) hasil dari proses pematangan. Perkembangan
TPG adalah kegiatan dari masyarakat, juga merupakan bertambahnya struktur dan
oleh masyarakat, dan bersama masyarakat fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
menanggulangi masalah gizi yang ditemukan kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dengan partisipasi aktif ibu balita di dampingi dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
ibu kader serta sebagai wahana untuk (Hidayat, 2007; Soetjiningsih, 2007; Ahmad,
penerapan perilaku positif, edukatif dan 2008). Menurut peneliti perkembangan
bermain bagi balita. merupakan bertambahnya kemampuan dalam
Tujuan dari TPG adalah untuk struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
memperbaiki status gizi kurang atau gizi buruk dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
menjadi baik, mempertahankan status gizi bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
balita yang sudah baik dan mencegah agar kemandirian yang dapat di tes dengan
tidak terjadi gizi kurang atau gizi buruk. Balita menggunakan suatu instrumen, hal ini sesuai
gizi buruk dan gizi kurang tanpa komplikasi dengan beberapa pengertian perkembangan
dari keluarga miskin maupun non-miskin. yang telah dikemukakan oleh beberapa sumber
Tempat pelaksanaan TPG biasanya di atas.
dilaksanakan di Balai Desa, rumah perangkat Alat ukur yang digunakan dalam
desa dan rumah kader. Sumber dana TPG perkembangan balita adalah KPSP (Kuesioner
berasal dari jimpitan peduli balita gizi buruk, Pra Skrining Perkembangan).
donatur, pemanfaatan lahan pekarangan 2.3. Hipotesis
(penanaman pohon pisang), serta bantuan dari ”Ada pengaruh kegiatan TPG terhadap
Kepala Desa dan perangkat desa. Perkembangan Balita.
Terdiri dari satu periode kegiatan selama
tiga bulan dimana tiap-tiap bulan terdapat 12 3. METODE PENELITIAN
hari pelaksanaan Hari Makan Anak, yang Jenis penelitian yang digunakan adalah
dilaksanakan satu minggu setelah hari buka penelitian observasional analitik dengan
Posyandu. rancangan penelitian quasi experimental. Pada
Kegiatan dari TPG diantaranya adalah desain ini mempelajari hubungan kegiatan
mengumpulkan balita sasaran, penyusunan TPG serta perkembangan dengan
menu sesuai dengan kesukaan balita di tempat menggunakan data primer.
sasaran, pengukuran antropometri (berat badan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 93
Sampel dari penelitian ini adalah balita Analisa ini digunakan untuk mencari
dengan gizi buruk dan gizi kurang tanpa pengaruh antara dua variabel berbentuk ordinal
komplikasi di Kecamatan Tembelang dan nominal, yaitu :.
Kabupaten Jombang. Dengan penghitungan Mengetahui pengaruh kegiatan TPG
sampel yang memiliki jumlah balita gizi buruk dengan perkembangan balita uji statistik chi-
dan gizi kurang 76 balita. (Azwar, 2010). square.
Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah perkembangan balita. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah kegiatan TPG.
Sebagian besar balita mengalami karean lain halnya dengan pertumbuhan yang
perkembangan meragukan pada triwulan bias dilihat dengan kasat mata, tetapi
pertama pada kegiatan TPG, sedangkan pada perkembangan hanya bisa dilihat dengan tes
monitoring triwulan kedua perkembangan tertentu. Dengan kegiatan TPG ini
balita sesuai, pada monitoring triwulan ketiga memudahkan deteksi dini penyimpangan
sebagian besar perkembangan balita sesuai. perkembangan balita.
(tabel 4.1) Disebutkan bahwa kegiatan TPG lebih
Pengaruh kegiatan TPG terhadap efektif dalam hal pertumbuhan sehingga hal
perkembangan balita hasil uji Chi - square tersebut mendukung perkembangan yang lebih
menunjukkan bahwa p = 0,000 yang berarti baik, lain halnya dengan desa yang tidak ada
ada pengaruh perkembangan balita terhadap kegiatan TPG pertumbuhan berlangsung
kegiatan TPG. lambat sehingga perkembangan juga akan
mengikuti. Faktor lain yang mempengaruhi
4.2. Pembahasan adalah pola asuh orang tua dan status gizi
Hasil penelitian perkembangan balita terhadap perkembangan anaknya. Hal ini
pada monitoring pertama, kedua dan ketiga sesuai dengan penelitian Kofiyah yang
pada TPG menunjukkan bahwa ada pengaruh meneliti tentang pola asuh dan status gizi
terhadap perkembangan balita. Sesuai dengan terhadap perkembangan balita. Dalam
pendapat Hidayat (2008) perkembangan setiap penelitiannya menyebutkan bahwa pola asuh
tahap usia berbeda – beda peningkatannya. sangat menentukan perkembangan balita.
Berbeda dengan pertumbuhan, untuk Selain itu gizi yang kurang juga akan
perkembangan banyak keterampilan yang menurunkan perkembangan balita (Hidayat,
harus dilalui oleh balita di setiap tahap fase 2008).
yaitu motorik kasar, motorik halus, sosialisasi
dan kemandirian serta bahasa. Kegiatan TPG 5. KESIMPULAN
salah satunya adalah dengan memberikan Berdasarkan pembahasan yang telah
stimulasi perkembangan yaitu dengan dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
penyuluhan dan APE. Dengan penyuluhan ini Pada monitoring dari triwulan pertama, kedua
maka ibu balita akan lebih banyak tahu tentang dan ketiga ada pengaruh perkembangan balita
stimulasi perkembangan terutama sesuai dengan kegiatan TPG di Kecamatan
dengan tahap perkembangan balita. Tembelang Kabupaten Jombang.
Perkembangan balita butuh monitoring khusus
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 94
REFERENSI
1. Anggidin, Syaflini.2012.Kegiatan
Inovatif dalam Mendukung
Pemberdayaan Masyarakat dalam
Meningkatkan Status Gizi Masyarakat
Desa NICE.komunitas fasilitator
gizi.com. Diakses tanggal 11 Mei 2012.
2. De Caballero E, Sinisterra O, Lagrutta F,
Atalah E. 2004.Assessment of the
nutritional impact of the complementary
feeding program of Panama in children
under five years old. 54(1):66-71.
(Abstr.).
3. Dinas Kesehatan Kab. Jombang.
2009.Profil Dinas Kesehatan kab.
Jombang, Jombang.
4. Purwaningsih, E.2009.Pengaruh
Suplementasi Seng dan Besi terhadap
Pertumbuhan, Perkembangan Psikomorik
dan Kognitif Bayi Uji Lapangan di
Indramayu Jawa
Barat.eprint.undip.ac.id.Diakses pada
tanggal 3 September 2009
5. Soetjiningsih.2008.Tumbuh Kembang
Anak, Jakarta : EGC.
6. Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 95
Abstract
2. Persamaan pada GCS adalah y = -3,405 + Keselamatan Lalu Lintas di Bank Dunia, Jose
(0,495) (GCS). Luis Irigoyen, negara-negara berkembang
3. Variabel GCS, memiliki korelasi positif seperti Indonesia menyumbang 90% jumlah
terhadap survival pasien cedera kepala kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Setiap
dalam 7 hari perawatan. hari rata-rata 120 orang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas di Indonesia dengan 60%
Tabel 6. Nilai AUC dan p Value Uji Hosmer kematian berasal dari pengendara roda dua atau
and Lamesho pada GCS tiga dan 80%nya korbannya adalah laki-laki.
Nilai p Value Uji Hosmer Dengan uji Mann-Whitney didapatkan
AUC and Lamesho bahwa GCS memiliki hubungan yang
GCS 0,818 0,231 bermakna dengan mortality pasien dalam 7 hari
Sumber : Data primer diolah, 2017 perawatan. Menurut kesimpulan hasil
penelitian ini, GCS memiliki hubungan yang
Nilai p value dari GCS memiliki nilai p bermakna sekaligus berpengaruh terhadap
value > 0.05. Sehingga disimpulkan bahwa mortality pasien cedera kepala. Hasil tersebut
GCS memiliki kalibrasi yang baik. Nilai AUC menunjukkan bahwa hasil pengukuran GCS
dari GCS adalah 0.818, dengan interpretasi secara tidak langsung menunjukkan tingkat
sangat kuat. Sehingga GCS memiliki keberfungsian otak sebagai pusat kontrol
diskriminasi dan kalibrasi yang baik. fungsi organ dari seluruh tubuh manusia,
kegagalan fungsi organ dapat berdampak
Tabel 7. Akurasi GCS langsung pada kelangsungan hidup seseorang.
Kemampuan Prediksi % Menurut hasil penelitian Grace & Borley
Hidup Mati (2008), pasien cedera kepala dengan GCS 15
GCS 22 25 46,8 memiliki prediksi mortality sebesar 1%,
7 96 93,2 sedangkan GCS 8 - 12 memiliki prediksi
Sumber : Data primer diolah, 2017 mortality yang meningkat menjadi 5% dan
pasien cedera kepala dengan GCS 8 prediksi
Berdasarkan hasil analisis uji multivariat mortalitynya naik menjadi 40%. Menurut
regresi logistik, GCS memiliki sensitivity Signorini (1999), GCS dapat digunakan untuk
(a/(a+c))= 22/29= 0.7586 (75.86%), specificity memprediksi risiko kematian di awal trauma.
(d/(b+d))= 96/121= 0,7934 (79,34%), Positive Bahkan menurut hasil penelitian dari Mahdian
Predictive Value (PPV) (a/(a+b))= 22/47= et al. (2014), GCS lebih sensitif daripada
0.468 (46.8%), dan Negative Predictive Value prediksi dengan cerebral state index.
(NPV) (d/(c+d))= 96/103= 0.932 (93.2%). Pengukuran GCS secara tidak langsung
menunjukkan tingkat keberfungsian otak
4. PEMBAHASAN sebagai pusat fungsi kontrol seluruh organ
Data yang didapat menunjukkkan bahwa pada tubuh manusia dan alat ukur kuantitatif
pada periode pengambilan sampel, rerata usia berat ringannya cedera yang terjadi pada pasien
penderita cedera kepala adalah 40,17 (19-68) dengan truma kepala (Ting et al., 2010).
tahun, dengan prevalensi laki-laki yang Menurut hasil penelitian Grace & Borley
terbanyak (69,8%), dan mekanisme cedera (2008), bahwa pasien cedera kepala dengan
terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas GCS 15 maka tingkat kematiannya 1%, GCS 8
(88,7%). Hasil tersebut bersesuaian dengan - 12 tingkat kematiannya 5% dan GCS 8
hasil penelitian Tjahjadi et al. (2013) yang tingkat kematiannya naik menjadi 40%.
menyatakan bahwa jumlah pasien laki-laki Sehingga semakin rendah hasil penilaian GCS,
yang mengalami cedera kepala (61 orang atau maka semakin berat tingkat kerusakan
81.96%) lebih banyak dibandingkan jumlah neurologis maka semakin buruk pula prognosis
pasien perempuan (11 orang atau 18.04%). pasien cedera kepala (Ting et al., 2010).
Menurut Amanda & Marbun (2014), laki- Hasil penilaian GCS bergantung pada
laki adalah korban kecelakaan yang paling respon serebrum terhadap rangsangan aferen.
banyak di Indonesia, bahkan jumlahnya Variasi dari nilai GCS disebabkan oleh
termasuk dalam lima besar penyebab utama gangguan fungsi serebrum atau gangguan di
kematian di Indonesia. Menurut Spesialis batang otak yang mempengaruhi jalannya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 98
Abstract
In Indonesia nurse turnover often occurs in private hospitals, because private hospitals are a form
of company that has internally regulated rules and guidelines or commitments. The nurse's turnover
is influenced by work dissatisfaction factors due to inadequate compensation, unclear hospital
regulation, no appreciation and self-improvement so that employee commitment is low. This study
aims to determine the motivation and performance of nurses with many levels of nurse turnover. This
type of descriptive research using Cross Sectional approach. Sample of 16 respondents,
Proportionate Random Sampling Sampling Technique. The measuring tool used is the questionnaire.
The results showed that most nurses with moderate motivation were 8 respondents (50%), and most
of the nurses with moderate performance were 9 respondents (56.25%). Based on the results of
research conducted got results that high turnover rate influential with the motivation and
performance of nurses in the room. So the research is expected to be a reference for hospitals and
nurses to reduce the number of turnover and improve the motivation and performance of nurses.
Keywords: Turnover, Motivation, Performance
dapat menyebabkan rendahnya kualitas kerja menurut WCO Turnover dikatakan tinggi jika
dan meningkatkan terjadinya morbiditas dan ≥ 7% dan rendah < 7%. Sehingga dapat
mortalitas pasien.Di pihak lain tuntutan akan disimpulkan bahwa tingkat turnover perawat di
pelayanan kesehatan yang optimal bagi Rumah Sakit Islam Hasanah Mojokerto dalam
masyarakat mengharuskan perawat bekerja kategori tinggi (37,1%) karena lebih dari
secara profesional dengan beban kerja yang (≥7%). Kemudian berdasarkan perhitungan
tinggi ( Jones, 2002 dalam Langitan, 2010). deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin,
Petronila et al mengungkapkan bahwa dapat diketahui bahwa intensi turnover dengan
pengelolaan karyawan secara efektif dan jenis kelamin perempuan cenderung lebih
efisien akan mampu mengurangi tingginya tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
tingkat turnover karyawan ke perusahaan lain, berdasarkan dengan yang dikemukakan oleh
turnover menjadi salah satu opsi terakhir bagi Robbins & Judge (2008), wanita memiliki
seseorang karyawan ketika merasakan kondisi tingkat turnover yang lebih tinggi daripada
kerja yang sudah tidak sesuai dengan harapan. pria. Karena wanita yang dimaksud Robbins
Upaya untuk mengendalikan dan adalah wanita yang sudah menikah dimana
menurunkan turnover, dapat dimulai dengan wanita memiliki dua peran dan tanggung jawab
menghilangkan Turnover karyawan (Pareke, yang besar, baik sebagai ibu rumah tangga
2007). Banyak penyebab terjadinya maupun wanita karir.
Turnoverantara lain stres kerja, lingkungan Berdasarkan karakteristik usia dapat
kerja, kepuasan kerja, komitmen diketahui bahwa intensi turnover pada usia 23-
organisasional, dan lain sebagainya. Selain 31 tahunlebih tinggi dibandingkan dengan usia
masalah ketidakpuasan dalam pekerjaan, lainnya, berdasarkan fakta yang di dapatkan di
adanya penurunan Komitmen Organisasional lapangan hal ini disebabkan harapan-harapan
akan memicu terjadinya perpindahan kerja. yang mereka inginkan di tempat kerjanya saat
Pemberdayaan sumber daya perawat mulai dari ini tidak dapat terpenuhi, sehingga mereka
proses rekruitmen, seleksi, dan penempatan, memiliki intensi turnover yang lebih tinggi.
pembinaan serta pengembangan karir harus Alasan mengapa banyak perawat yang
dikelola dengan baik, agar dapat keluar tentunya beragam, ada yang
memaksimalkan pendayagunaan tenaga dikarenakan masa kontrak habis,
perawat dan memberikan kepuasan kerja bagi mengundurkan diri dan berpindah tugas.
perawat sehingga akan mencegah perawat Kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
berkeinginan pindah kerja (turnover). misalkan saja gaji, kondisi lingkungan
pekerjaan, kurangnya penghargaan, dan
2. METODE PENELITIAN harapan pekerja akan membawa dampak buruk
Desain penelitian ini adalah Deskriptif, pada sikap kerja pekerjanya, salah satu
dengan pendekatan cross sectional. Populasi masalah dalam organisasi yang sering
dalam penelitian ini adalah 62 orang perawat didapatkan menyangkut sumber daya manusia
di RumahSakit Islam HasanahMojokerto. adalah masalah turnover.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 3.2. Motivasi perawat di Rumah Sakit
responden. Teknik pengambilan sampel dalam Islam Hasanah Mojokerto.
penelitian ini adalah Proportionate Random Berdasarkan hasil penelitian
Sampling. Instrumen yang digunakan dalam menunjukkan bahwa dari 16 responden
penelitian ini adalah Kuesioner. terdapat 3 responden (18,75%) dengan
motivasi lemah, sebanyak 8 responden (50,0%)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan motivasi sedang, dan sebanyak 5
3.1. Tingkat Turnover pada Perawat di responden (31,25%) dengan motivasi kuat. Hal
Rumah Sakit Islam Hasanah ini menunjukkan bahwa dengan tingginya
Mojokerto. tingkat turnover perawat sangat berpengaruh
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah pada motivasi perawat ruangan.
Sakit Islam Hasanah Mojokerto pada tahun Motivasi merupakan bagian penting
2016, dapat diketahui bahwa tingkat Turnover dalam meningkatkan kinerja. Motivasi
perawat sebanyak 23 (37,1%) Perawat. menurut teori kebutuhan Maslow dalam
Berdasarkan standar Turnover Pegawai Marquis dan Huston (2010) terdiri kebutuhan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 102
fisiologis, rasa aman, kepemilikan, harga diri memiliki peranan penting dalam
dan aktualisasi diri. Berdasarkan penelitian penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
yang dilakukan oleh Aniek S (2015), faktor Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja
yang berhubungan dengan turnover perawat di secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
rumah sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar seseorang pegawai dalam melaksanakan
yaitu prestasi/kemajuan di tempat kerja, tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
tanggung jawab kerja, faktor ekstrinsik, diberikan kepadanya (Muhith, 2017). Oleh
kondisi kerja, gaji, kebijakan organisasi dan karena itu organisasi tempat para perawat
administarsi serta supervisi, dan tentunya bekerja senantiasa mengusahakan
semua faktor tersebut sangat mempengaruhi peningkatkan kualitas profesionalisme mereka.
tingkat motivasi perawat. Pada motivasi Berdasarkan informasi yang didapatkan
perawat masih banyak yang kurang hal ini oleh peneliti saat penelitian, banyaknya tingkat
disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor yang turnover sangat mempengaruhi kinerja
pertarna kondisi kerja yang tidak kondusif perawat. Karena naluri setiap perawat tentunya
dengan beban kerja yang tinggi sedangkan tidak jauh berbeda mereka ingin
jumlah perawat yang terbatas. Dimana mengembangkan bakat dan kemampuan nya
pelaksanaan tugas yang rutinitas tanpa ada dalam bidang pekerjaannya, dan tentunya
pengembangan yang kreatif mereka bosan dan setiap perawat juga menginginkan
jenuh (Muhith, 2017). penghargaan dan mengembangkan dirinya
Seorang perawat tentunya sangat lebih baik lagi. Namun ada pula yang
menginginkan adanya kemajuan dan berpendapat jika banyak atau tidaknya tingkat
mengembangkan pekerjaannya. Mendukung turnover tidak berpengaruh pada kinerja yang
pendidikan berkelanjutan dapat membuat dilakukan karena jika perawat yang sudah
mereka merasa lebih berharga dan terpenuhi keluar tentu sudah tidak adda sangkut pautnya
secara profesional. Hal ini dapat meningkatkan lagi dengan pekerjaan yang mereka jalani saat
kepuasan, motivasi dan niat untuk tinggal ini.
dengan institusi saat ini. Berdasarkan
informasi yang didapatkan oleh peneliti saat 4. KESIMPULAN
penelitian, dari beberapa perawat yang ditanya Dari hasil penelitian yang didapatkan,
pendapatnya mengenai tingginya tingkat maka dapat diambil kesimpulan penelitian
turnover apakah mempengaruhi motivasi yaitu : tingkat Turnover pada perawat di
mereka dalam bekerja, mereka berpendapat Rumah Sakit Islam Hasanah Mojokerto dalam
bahwa tentu saja sangat mempengaruhi kategori Tinggi, motivasi perawat di Rumah
motivasi kerja mereka, karena pada awalnya Sakit Islam Hasanah Mojokerto sebagian besar
mereka yang bekerja solid dalam satu tim dan memiliki motivasi sedang, kinerja perawat di
saling membantu satu sama lain akan tetapi Rumah Sakit Islam Hasanah sebagian besar
karena beberapa alasan mereka tidak lagi memiliki kinerja sedang.
bekerja dalam satu tim.
3.3. Kinerja Perawat di Rumah Sakit Islam REFERENSI
Hasanah Mojokerto 1. Widiana ME, 2004. “Dampak Faktor-
Berdasarkan hasil penelitian Faktor Pemasaran Relasional dalam
menunjukkan bahwa dari 16 responden Membentuk Loyalitas Nasabah pada
terdapat 4 responden (25,0%) dengan kinerja Bisnis Asuransi”. Majalah Ekonomi.
kurang, sebanyak 9 responden (56,25%) Tahun XIV. (3) : 193-209.
dengan kinerja sedang, dan sebanyak 3 2. Aniek,S. (2015). “Faktor Yang
responden (18,75%) dengan kinerja baik. Hal Brhubungan Dengan Turnover Intentions
ini juga menunjukkan bahwa turnover juga Perawat di Rumah Sakit Ibnu Sina YW-
mempengaruhi kinerja perawat di dalam suatu UMI Makassar”.
ruangan. 3. Langitan R.E. (2010). “Faktor-faktor yang
Baik buruknya kinerja organisasi dapat mempengaruhi kejadian turnover perawat
diukur dari kinerja medis dan non medis dalam pelaksana tahun 2009 di rumah sakit
memberikan pelayanan pada pasien. Perawat Bhakti Yudha Depok” (Tesis). Depok:
adalah salah satu profesi di rumah sakit yang Universitas Indonesia.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 103
Abstract
Diaper rash is a problem the skin in the area of genital baby , characterized by the blotches red on
the diaper rash occurring result from contact continuous with the state of the environment that
happen in genitals , rectal, and the stomach bottom .The purpose of this research is to find the
influence of the provision olive oil of diaper rash in young babies in the work area of Puskesmas
Grogol Kediri 2016. Design of the study uses a pre-experimental (one group pre-post test design).
The population of the research is all infants experienced rash diapers in Grogol Kediri at May-June
about 11 children.The result showed that the majority of children were 8 ( 72,7 % ) changed after
the olive oil from being moderate to minor. However statistical tests using the wilcoxson that p-value
0,003 smaller than the α = 0,05 (.000 < 0,05) so H0 rejected dan H1 accepted, That means any impact
on the giving olive oil to diapers rash on infants in the work area of Grogol Kediri. According to the
research is expected that this research for knowledge of alternative medicine about diaper rash for
the mther and to pay more attention to the health of primarily the cleaning perianal skin.
Keywords: Perianal Skin, Diaper Rash, Olive Oil.
frekuensi dan prosentase dari tiap variabel dan popok kain dengan pembilasan yang kurang
Analisis Bivariat dilakukan dengan Uji dapat menyebabkan ruam popok (Vicki, 2007).
statistik. Kandungan vitamin E pada minyak zaitun
akan membantu melawan radikal bebas,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN penuaan kulit, dan kerusakan yang diakibatkan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan oleh paparan polusi dan sinar matahari sehingga
menggunakan uji wilcoxson diketahui bahwa mampu meredakan ruam popok yang diderita
besarnya nilai p-value 0,003 lebih kecil dari anak. Selain itu, sifat minyak zaitun sebagai
nilai α = 0,05 (.000 < 0,05) sehingga H0 ditolak antiseptic oil juga mampu menciptakan
dan H1 diterima, artinya ada pengaruh sensitivitas pada tipe kulit tertentu oleh
pemberian minyak zaitun terhadap ruam popok karenanya dapat mengurangi luas daerah ruam
pada batita di Wilayah Kerja Puskesmas popok hingga mempengaruhi kenyamanan anak
Grogol Kabupaten Kediri Tahun 2016. dan daerah perianal pun terjaga kebersihannya
Menurut hasil penghitungan dalam uji (Utami, 2013)
wilcoxon signed rank test terdapat kolom Menurut pandangan peneliti, pemberian
tingkatan yaitu mean rank dan sum of ranks minyak zaitun dapat menurunkan derajat ruam
serta kategori negative ranks , positive ranks, popok sehingga pemberian rutin dapat efektif
dan ties. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil untuk penyembuhan daripada ruam popok itu
jumlah dari negative ranks adalah 9a yang sendiri dan minyak zaitun dapat dijadikan
berarti terdapat 9 responden yang mengalami sebagai obat alternatif dari penyakit ruam pada
penurunan derajat ruam popok antara sebelum batita.
dan sesudah diberikan minyak zaitun. Pada
kategori positive ranks menunjukkan nilai 0b 4. KESIMPULAN
yang artinya tidak ada responden dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
derajat lebih berat daripada sebelum diberi dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
minyak zaitun. Sedangkan kategori ties Grogol Kabupaten Kediri pada Tahun 2016,
menunjukkan nilai 2c yang menandakan bahwa dapat disimpulkan Sebelum pemberian
derajat ruam popok antara sebelum dan minyak zaitun terdapat responden yang
sesudah diberi minyak zaitun adalah sama. mengalami ruam popok dengan derajat
Hasil uji statistik dengan menggunakan sedang sebanyak (72,7%) dan derajat berat
uji wilcoxson diketahui bahwa besarnya nilai sebanyak (27,3%), Setelah pemberian
p-value 0,003 lebih kecil dari nilai α = 0,05 minyak zaitun terdapat responden yang
(.000 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 mengalami ruam popok dengan derajat
diterima, artinya ada pengaruh pemberian ringan sebanyak (63,6%), derajat sedang
minyak zaitun terhadap ruam popok pada batita (27,3%), dan derajat berat (9,1%). Ada
di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol pengaruh terhadap ruam popok pada batita
Kabupaten Kediri Tahun 2016. sebelum dan sesudah pemberian minyak
Menurut Maryunani (2010) gejala diaper zaitun dilihat dari penurunan derajat dari
rash bervariasi mulai dari yang ringan sampai ruam popok secara bertahap.
dengan yang berat. Secara klinis dapat terlihat
gejala yang biasa ditemukan pada diaper rash REFERENSI
oleh kontak dengan iritan yaitu kemerahan 1. Magdalena, M. 2013. “Apakah Minyak
yang meluas, berkilat, kadang mirip luka Zaitun Itu “http://www.deherba.com/.
bakar, timbul bintil- bintil merah, lecet atau 2. Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Y. 2010. Asuhan
luka bersisik, kadang basah dan bengkak pada Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta
daerah yang paling lama kontak dengan popok, : CV. Trans Info.
seperti pada paha bagian dalam dan lipatan 3. Sudarti & Khoirunnisa. 2010. Asuhan
paha. Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak
Bahan kimia yang terkandung dalam Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
popok atau pada pelindung popok sekali pakai 4. Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan
dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : CV.
bayi dan anak. Selain itu, detergen, bahan Trans Info Media.
pewangi, dan pemutih yang digunakan pada
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 106
Abstract
The success of this program is also depends on the good or the lack of community’s participation
and the success of the posyandu’s program. Posyandu cadres should provide support to the
community to dutifully bring their children to Posyandu every month. It most generally that it is
dominated by women but different things happened in father’s Posyandu in caring the children under
five become the first childhood posyandu in Jombang that accommodate the participation of father.
This study aims to see how to cadre’s support for the participations of the under fives in todler health
effort. This research is descriptive with qualitative approach. Unit of analysis in this research is
posyandu cadre and father who participated in Posyandu dad caring toddler. The data collection
technique used is literature study, observation and direct interview. The results showed that cadre
support that encouraged the participation of fathers to deliver toddlers to posyandu included
emotional support, information support, real support and awards support. The participation of father
to bring their children to Posyandu increased in order to realize the gold generation expected
posyandu cadres continue to innovate, looking for new breakthrough in order to increase the success
of Posyandu to Posyandu Mandiri.
Keywords: Support, Posyandu cadres, Participation, Father Care for Toddlers
ada di dalam masyarakat, pemilihan dan partisipasi para laki –laki juga karena mereka
pengambilan keputusan tentang alternative memahami pentingnya anak balita memiliki
solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan kesehatan yang baik. Keadaan ini mendorong
upaya mengatasi masalah dan keterlibatan mereka untuk berpartisipasi dan untuk dating
masyarakat dalam proses mengevaluasi memanfaatkan pelayanan posyandu. Begitu
perubahan yang terjadi. Dalam penelitian ini, pula faktor lama tinggal, usia, kebiasaan serta
yang dimaksud dengan partisipasi ayah peduli pekerjaan yang mayoritas tani, wirausaha dan
balita adalah keikutsertaan para suami/ ayah pedagang memundahkan mereka untuk
yang terlibat aktif dalam pelayanan kesehatan berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
balita di Posyandu ayah peduli balita. Adapun balita di posyandu. Adapun hal –hal yang
bentuk partisipasi adalah sebagai berikut diperoleh dari faktor eksternal adalah adanya
:Menurut Hamidoyo (dalam Sastropoetro, dukungan dari keluarga (istri), serta adanya
2004) membedakan bentuk partisipasi dalam kemudahan mencapai lokasi posyandu, dimana
lima bentuk yaitu partisipasi buah pikiran, letak posyandu relative dekat dengan rumah,
tenaga, ketrampilan, materi dan harta benda, yang bisa dicapai dengan berjalan kaki. Dalam
partisipasi social. Partisipasi buah pikiran hal berorganisasi para partisipan mayoritas
partisipasi ini diwujudkan dengan memberikan tidak mempunyai pengalaman organisasi tetapi
pengalaman dan pengetahuan guna tetap berpartisipasi dalam pelayanan posyandu
mengembangkan kegiatan yang diikutinya. balita. Tidak adanya penghargaan juga tidak
Sumbangan pemikiran diarahkan kepada menyurutkan partisipan untuk berpartisipasi
penataan cara pelayanan dari lembaga atau dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu,
badan yang ada, sehingga dapat berfungsi baik sebagai kader maupun yang rutin
social secara aktif dalam pemenuhan memanfaatkan pelayanan posyandu. Hal
kebutuhan anggota masyarakat Partisipasi tersebut terutama di dorong oleh keinginan
tenaga Partisipasi jenis ini diberikan dalam yang kuat dari kader untuk bisa membantu
bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha – usaha pelayanan di posyandu, begitu juga dengan
yang dapat menunjang keberhasilan dari suatu para ayah yang mempunyai balita yang
kegiatan . Partisipasi ketrampilan Jenis merasakan manfaatnya. Dengan keikutsertaan
ketrampilan ini memberikan dorongan melalui mereka di posyandu manfaat yang ada itu
ketrampilan yang dimilikinya kepada anggota dirasakan oleh mereka. Adanya dukungan
masyarakat lain yang membutuhkannya. masyarakat lainnya membuat para partisipan
Kegiatan ini biasanya diadakan dalam benu tetap percaya diri ketika mereka berpartisipasi
latihan bagi anggota masyarakat. Partisipasi ini dalam pelayanan kesehtan balita, baik menjadi
pada umumnya bersifat membina masyarakat kader maupun ayah yang membawa anaknya
agar dapat memiliki kemmpuan memenuhi ke posyandu.
kebutuhannya. Partisipasi uang (materi) dan
harta benda Partisipasi ini adalah untuk 3. METODE PENELITIAN
memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian Penelitian ini menggunakan metode
kebutuhan masyarakat yang memerlukan kualitatif peneliti berusaha mencari fakta data
bantuan. Selain uang, partisipasi juga kemudihan mendeskripsikan mengenai
memberikan alat alat kerja yang berguna bagi Dukungan kader terhadap partisipasi ayah
kelangsungan program/kegiatan. Partisipasi peduli balita di Posyandu ayah peduli balita.
social Partisipasi ini biasanya dilakukan Subjek penelitian (informan) dalam penelitian
sebagai tanda perkumpulan atau paguyuban ini adalah ayah yang mengantar balita ke
warga desa, seperti kegiatan arisan, menghadiri posyandu ayah peduli di Dusun Rejoagung
upacara kematian, dan lain – lain. Desa Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten
Sedangkan bentuk bentuk partisipasi Jombang. Pengumpulan data dengan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu wawancara mendalam , observasi dan
faktor internal dan eksternal. Faktor internal dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data
dapat dilihat dari adanya pengetahuan yang dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
baik tentang pentingnya kesehatan serta teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu
perlunya kesehatan tersebut dimiliki oleh triangulasi. Analisis data dilakukan secara
setiap anggota keluarga. Kemudiahan interaktif melalui proses reduksi data,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 110
penyajian data, dan verifikasi atau penarikan pemantauan balita yang datang ke posyandu.
kesimpulan. Daftar ini berisikan informasi seperti nama
anak, nomor pendaftaran, tanggal pertama kali
4. HASIL DAN PEMBAHASAN datang, berat badan dan tinggi badan pertama
4.1. Gambaran umum posyandu balita kali datang, dan hasil penimbangan setiap kali
Dusun Rejoagung Desa Rejoagung datang ke posyandu. Kemudihan di form ini
Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang juga tercatat siapa saja yang aktif dan tidak
Posyandu balita Rukun warga (RW) 5 aktif datang setiap bulannya. Sejak pertama
Dusun Rejoagung Desa Rejoagung Kecamatan kali terbentuk, pelayanan yang diberikan
Ploso Kabupaten Jombang merupakan lokasi adalah pelayanan lima meja bagi bayi dan
penelitian Dukungan Kader Terhadap balita. Pelayanan bagi bayi dan balita di mulai
Partisipasi Ayah peduli Balita dalam Upaya dari pendaftaran, penimbangan, pencatatan
Pelayanan Kesehatan. Pada awal berdirinya, Kartu. Usia balita yang datang ke Posyandu ini
posyandu ini di motori oleh ketua posyandu mulai dari 0 bulan sampai 60 bulan. Semua
yaitu ketua kader posyandu RW 5 dan ibu – ibu balita mendapatkan pelayanan penimbangan,
lainnya yang mempunyai motivasi tinggi untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pemberian vitamin, imunisasi oleh bidan, dan
sekitarnya khususnya kesehatan balita. Sejak pemberian makanan tambahan.
awal berdirinya posyandu balita ini memiliki 4.2. Dukungan Kader terhadap Partisipasi
kader sejumlah 6 yang semuanya terdiri dari Ayah Peduli Balita dalam Upaya
ibu –ibu dan baru mulai tahun 2016 memiliki 3 Pelayanan Kesehatan
kader laki – laki seiring dengan di resmikannya Dari hasil temuan lapangan di Posyandu
posyandu ayah peduli balita oleh ibu ketua tim Ayah peduli Balita Dusun Rejoagung Desa
penggerak PKK Kabupaten Jombang pada Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten
awal bulan Mei 2016 yang merupakan Jombang menunjukkan bahwa Partisipasi ayah
posyandu pertama di Kabupaten Jombang yang peduli Balita yang membawa balitanya
menampung partisipasi para ayah . Kader yang maupun suami yang mendampingi istri nya ke
mengabdi di posyandu balita ini termasuk Posyandu setiap bulan merupakan upaya
kader yang aktif, dilihat dari kehadiran mereka meningkatkan pelayanan kesehatan karena
di setiap kegiatan posyandu balita. Adapun kepedulian dan keterlibatan ayah ini di
dalam menjalankan kegiatan pelayanan posyandu diharapkan menjadi sebuah bentuk
posyandu RW 5 ini mengelola dana yang kerjasama yang baik antara ayah juga ibu
berasal dari pemerintah, iuran dari masyarakat sebagai orang tua didalam memantau tumbuh
yang tidak mengikat jumlahnya. Pelaksanaan kembang anak mewujudkkan generasi emas
kegiatan hari buka posyandu balita ini sudah yang sehat, berakhlakl karimah, berbudi
menetap di pos/rumah khusus yang disediakan pekerti yang luhur. Ada 8 (delapan) ayah yang
bagi pelaksanaan hari buka posyandu di rumah hampir setiap bulan aktif menyempatkan diri
salah satu kader posyandu balita ini. Inventaris ikut membawa balita nya ke Posyandu baik
yang dimiliki posyandu balita ini meliputi datang sendiri atau bersama dengan istrinya
timbangan bayi, timbangan dacin dan seperti yang di ungkapkan salah satu ayah yang
timbangan berdiri, alat pengukur tinggi badan, mengatakan “ Setiap bulan laki –laki yang rutin
adanya KMS yang merupakan salah satu alat membawa ke Posyandu anak ya hanya kami
ukur yang penting untuk memantau berdelapan”, dan ayah lainya mengiyakan
perkembangan kesehatan balita. Informasi pernyataan salah satu ayah yang berpartisipasi
yang tertera dalam KMS Balita antara lain membawa balitanya ke Posyandu. Partisipasi
biodata diri anak, catatan pemberian imunisasi, ayah balita yang aktif membawa anaknya
pemberian kapsul vitamin A, pemantauan berat setiap bulan ke posyandu akan mendukung
dan tinggi badan anakk serta beberapa pelayanan kesehatan balita di posyandu untuk
informasi penting tentang pentingnya imuniasi mencapai tingkat derajat yang maksimal bagi
dan ASI, pengobatan diare dan penyuluhan kesehatan balita. Selain upaya yang dilakukan
gizi, di posyandu ini juga memiliki form kader, derajat kesehatan balita ini sendiri tidak
pemantauan R/1 yang merupakan daftar terlepas dari peran orang tua baik ibu maupun
catatan bulanan yang berisikan hasil ayah, yang memiliki kewajiban untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 111
ayah yang mengantar anaknya atau ikut pernyataan salah satu Partisipan “ selama ini
istrinya mengantar anak nya ke Posyandu saya tidak pernah mendapatkan perhargaan
merasa lebih nyaman. Selain itu juga dukungan langsung seperti piagam atau hadiah, menurut
Informasi yaitu Kader selalu memberikan saya dengan mendapat pengetahuan tentang
pengumuman tentang jadwal Posyandu, kesehatan sudah senang “, disahut dengan
Seperti pernyataan salah satu partisipan yang di pernyataan partisipan lainnya yang
ikuti partisipan lainnya bahwa “Kader selalu mengatakan “iya betul “. Penghargaan
memberikan informasi tentang jadwal merupakan salah satu factor yang berperan
Posyandu, biasanya sehari sebelumnya selalu dalam partisipasi (Ife,2008) . Secara
di siarkan oleh ketua kader yang kebetulan keseluruhan para informan mengatakan tidak
suaminya juga menjadi kader di Posyandu ini”. pernah mendapatkan apresiasi atau
Partisipan lainnya mengatakan “ Selain penghargaan selama mereka berpartisipasi
disiarkan biasanya informasi juga diberikan dalam posyandu balita dalam upaya pelayanan
saat arisan maupun acara pengajian”. Serta kesehatan. Mereka sudah ikhlas dan niat
kader lain menyatakan yang penting lagi berpartisipasi dalam posyandu ayah peduli
biasanya kalau mendekati jadwal Posyandu balita, sebagian besar mengatakan dengan ikut
setiap kami ketemu kader pasti mereka tidak posyandu sering mendapatkan ilmu tentang
bosan – bosan mengingatkan secara lisan”, kesehatan sudah membuat mereka cukup
Pernyataan ini di benarkan oleh ketua kader “ senang. Hal ini di dukung pernyataan salah satu
iya kami para kader terutama saya selalu kader laki –laki “ Memang kami belum pernah
mengingatkan biasanya sehari sebelumnya memberikan penghargaan berupa hadiah atau
jadwal buka Posyandu kalau saya pas jalan – piagam tapi kami memberikan penghargaan
jalan dan ketemu masyarakat yang punya balita berupa pujian bahwa hebat kalau laki –laki
selalu saya beritahu” dan pernyataan salah satu mau peduli dengan kesehatan anaknya, begitu
kader laki-laki “ selain itu jadwal buka pula saya tertarik menjadi kader laki –laki
Posyandu juga kita informasikan melalui karena hati nurani tergerak untuk ikut
arisan, pengajian maupun secara langsung bila menyehatkan balita terutama di Dusun saya ini
ketemu masyarakat. Dukungan lainnya yang walaupun belum pernah mendapat
diberikan kader adalah dukungan nyata berupa penghargaan piagam atau hadiah tapi dengan
pemberian makanan baik berupa snack ilmu kesehatan yang saya peroleh sudah
maupun makanan ringan yang bergizi buat membuat saya senang”. Dengan demikian
balita. Pernyataan partisipan “ Setiap ke dapat disimpulkan bahwa para informan mau
Posyandu anak –anak diberikan makanan yang ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
bergizi dan menarik sehingga anak –anak balita salah satunya karena telah mendapatkan
senang kalau ke di ajak ke Posyandu”. manfaat dari pelayanan kesehatan balita di
Pernyataan ini didukung oleh ketua kader “ posyandu sesuai teori bahwa kebermanfaatan
Kami selalu berupaya memberikan makanan program posyandu merupakan faktor yang
atau snack saat anak dibawa Posyandu. Kami mempengaruhi partisipasi (Ndraha,1990).
dapat dana dari pemerintah namun kalau
kurang kadang kami iuran para kader atau 5. KESIMPULAN DAN SARAN
masyarakat yang mau memberikan sumbangan Dapat disimpulkan bahwa partisipasi yang
secara sukarela”. Dukungan nyata lainnya dilakukan para ayah untuk berpartisipasi dalam
adalah disediakannya rumah salah satu kader posyandu ayah peduli balita dalam upaya
untuk tempat Posyandu setiap bulannya, pelayanan kesehatan balita dipengaruhi oleh
seperti pernyataan kader” Saya senang bisa beberapa faktor yaitu faktor internal dan
menyediakan tempat untuk buka Posyandu di eksternal. Faktor internal dapat dilihat dari
sini, kebetulan rumah ini kosong jadi bisa adanya pengetahuan yang baik tentang
dimanfaatkan untuk tempat Posyandu”.Selain pentingnya kesehatan serta perlunya kesehatan
itu dukungan kader kepada ayah yang peduli tersebut dimiliki oleh setiap anggota keluarga.
balita dengan pemberian penghargaan atau untuk datang memanfaatkan pelayanan
reward walaupun hanya berupa pemberian posyandu. Begitu pula faktor lama tinggal,
semangat sudah membuat para ayah usia, kebiasaan serta pekerjaan mereka untuk
termotivasi menghadiri Posyandu, Seperti berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 113
balita di posyandu. Adapun faktor eksternal 5. Ife,Jim & Frank Tesoriero. 2008.
adalah adanya dukungan dari kader, dukungan Community Development : alternative
keluarga (istri), serta adanya kemudahan Pengembangan Masyarakat di Era
mencapai lokasi posyandu. Tidak adanya Globalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
penghargaan juga tidak menyurutkan 6. Kementerian Kesehatan Republik
partisipan untuk berpartisipasi dalam Indonesia. 2012. Buku pegangan kader
pelayanan kesehatan balita di posyandu. Hal posyandu setiap bulan. Jakarta : Pusat
tersebut terutama di dorong oleh keinginan Promosi Kesehatan .
yang kuat dari kader untuk bisa membantu 7. Mikkelsen. 2003. Pengantar Ilmu Politik.
pelayanan di posyandu, begitu juga dengan Jakarta : Pusat Penerbit Universitas
para ayah yang mempunyai balita yang Terbuka
merasakan manfaatnya. Dengan keikutsertaan 8. Ndraha, Talizihutu 1990, Pembangunan
mereka di posyandu manfaat yang ada itu Masyarakat: Mempersiapkan Masyarakat
dirasakan oleh mereka. Adanya dukungan Tinggal Landas. Jakarta : Rineka Cipta
masyarakat lainnya membuat para partisipan 9. Sastropoetro.2004. Partisipasi Sebagai
tetap percaya diri ketika mereka berpartisipasi Keterlibatan Mental. Jakarta : Cusio Graff
dalam pelayanan kesehatan balita yaitu adanya 10. Zulkifli, 2004. Posyandu dan Kader
Dukungan dari kader untuk memotivasi Kesehatan : USU Digital Library
masyarakat terutama para ayah untuk
berpartisipasi dengan rutin datang ke Posyandu
sangatlah penting. Dukungan tersebut
diantaranya dukungan secara emosional,
dukungan informasi, dukungan nyata, dan
dukungan penghargaan. Di sarankan agar
meningkatkan mutu menjadi posyandu mandiri
yang dapat meningkatkan mutu kualitas
pelayanannya, Posyandu ayah peduli balita
yang ada di RW 5 Dusun Rejoagung bisa lebih
mengaktifkan peran laki –laki dalam upaya
pelayanan kesehatan balita sehingga bisa
menjadi percontohan posyandu lainnya. Dan
diusahakan agar para kader semakin giat
mendorong masyarakat untuk memiliki
kesadaran akan pentingnya kesehatan.
REFERENSI
1. Adi,Isbandi Rukminto. 2007.
Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset
Komunitas Dari Pemikiran Menuju
Penerapan (Seri Pemberdayaan
Masyarakat 04). Jakarta : FISIP UI Press.
2. Departemen Kesehatan RI, 2009.
Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
3. Dinkes Kab Jombang, 2015. Posyandu
Ayah Peduli Balita. Jombang: Dinkes
Kab. Jombang.
4. Firdausiyah. J, dkk. 2016. Hubungan
Dukungan Kader Posyandu dengan
Kepatuhan Ibu Membawa anaknya ke
Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumber Wringin Kabupeten Bondowoso
(Skripsi). Jember : Fikes Unmuh Jember
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 114
Abstract
Introduction : Diabetes type 2 is chronic disease that needed long term treatment, so the patient
need self management education to prevent the complications. Self management will be effective if
patient have knowledge, skills and self efficacy. One of the nursing model theory is Myra E. Levine
conservation model’s. This model is oriented towards energy conservation, structural integrity,
personal integrity and social integrity. The objectives of the research there are the effect of
empowering healt cadres through health education based on levine’s conservation to self efficacy in
diabetes type 2. Method : This research is quasi experiment research with non randomized control
group pretest posttest design. The treatment group given treatment, and the control group don’t give
treatment. Result :The result of the research indicate that there are significant difference of self
efficacy between treatment group and control group that effect of applying health education based
on levine’s conservation. Result of t test independent test at the self efficacy variable got t value
25,055 (p = 0.000). Discussion :The conclusion is the application of health education based on
levine’s conservation has significant impact in improving the self efficacy of patients with type 2
diabetes, because Levine Conservation affect the way people think (cognitive), feeling (affective),
motivational, and selection of the behavior of the selected treatment by individuals.
Keyword : Levine’s Conservation, Self Efficacy, DM type 2
pengolahan data meliputi: memeriksa data pada kelompok kontrol pada saat pre test
(editing), memberi kode (coding), dan sebagian besar berada dalam kategori sedang
menyusun data (tabulating). yaitu 9 orang responden (56,3 %). Sedangkan
pada saat post test, sebagian besar tingkat self
3. HASIL efficacy responden berada dalam kategori
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui tinggi sebanyak 15 orang responden (93,8 %).
bahwa tingkat self efficacy responden pada Sedangkan pada tabel 2 dapat diketahui
kelompok perlakuan sebelum intervensi, bahwa peningkatan self efficacy yang terjadi
sebagian besar berada dalam kategori sedang, pada kelompok perlakuan lebih tinggi
yaitu 9 orang responden (56,3). Setelah dibanding pada kelompok kontrol, yaitu
dilaksanakan intervensi, tingkat self efficacy peningkatan rata-rata nilai self efficacy pada
responden meningkat, yaitu sebagian besar kelompok perlakuan sebesar 19 dibandingkan
responden yaitu 8 orang (50%) mempunyai pada kelompok kontrol yang hanya sebesar
tingkat self efficacy dalam kategori tinggi. 0,15.
Sedangkan untuk tingkat self efficacy respoden
Tabel 2. Perbedaan Self Efficacy pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
No. Variabel Mean Mean Difference
Awal Akhir
1. Self efficacy kelompok perlakuan 106 125 19
2. Self efficacy kelompok kontrol 106,75 106,9 0,15
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Nilai negatif pada t menunjukkan bahwa nilai
menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov pada pre test lebih rendah dari pada nilai post test.
variabel self efficacy pada kelompok perlakuan Berdasarkan tabel 5 juga diketahui hasil uji
dan kelompok kontrol dapat diketahui bahwa paired t test pada kelompok kontrol didapatkan
nilai p > α (0,05) jadi dapat dinyatakan bahwa nilai t hitung -0,051 dan p 0,960 > 0,05 (α),
semua data terdistribusi dengan normal. artinya tidak ada perbedaan self efficacy pada
Sedangkan berdasarkan hasil uji homogenitas saat pre test dan post test. Dimana nilai negatif
sebagaimana tercantum pada tabel 5.16 dengan pada t hitung menunjukkan bahwa nilai pre test
menggunakan Uji Levene’s Test pada variabel lebih rendah dari pada nilai post test.
self efficacy dan Self Care Activity pada Sedangkan erdasarkan tabel 6 dapat diketahui
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hasil uji t test independent terhadap varibel self
dapat diketahui bahwa nilai p > α (0,05) efficacy antara kelompok perlakuan dan
sehingga dapat dinyatakan bahwa semua data kontrol, yaitu nilai t 25,055 dengan p 0,000 <
homogen. 0,05 artinya terdapat perbedaan self efficacy
Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil uji yang signifikan antara kelompok perlakuan
paired t test pada kelompok perlakuan dengan dan kelompok kontrol. Nilai positif pada t
nilai t hitung -8,061 dan p 0,000 < 0,05 (α), menunjukkan bahwa nilai self efficacy
artinya terdapat perbedaan self efficacy kelompok perlakuan lebih tinggi dari pada
sebelum intervensi dengan setelah intervensi. kelompok kontrol.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 117
Tabel 3. Hasil Uji Paired t Test Self Efficacy menyebabkan seorang pasien merasa dibatasi
pada Kelompok Perlakuan dan dalam kehidupannya.
Kelompok Kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
No. Kelompok Self T P perbedaan tingkat self efficacy pada kedua
efficacy kelompok pada saat pre test yaitu pada
1. Perlakuan Pre test -8,061 0,00 kelompok perlakuan lebih rendah dari pada
Post test 0 kelompok kontrol (kelompok perlakuan
2. Kontrol Pre test -0,051 0,96 sebagian besar dalam kategori sedang,
Post test 0 kelompok kontrol sebagian besar dalam
kategori tinggi). Hal ini berhubungan dengan
Tabel 4. Hasil Uji t Test Independent Self perbedaan faktor predisposisi yang dimiliki
Efficacy pada Kelompok oleh kedua kelompok, yaitu adanya perbedaan
Perlakuan dan Kelompok Kontrol dari lamanya waktu sakit dan tingkat
No Variabel t P df penghasilan pada kedua kelompok, yaitu rata-
1 Self efficacy rata lama sakit pada kelompok kontrol lebih
kelompok 25,055 0,00 3 lama dan rata-rata penghasilannya lebih besar
perlakuan 0 0 dari pada kelompok perlakuan. Perbedaan ini
2 Self efficacy membuat terjadinya perbedaan self efficacy
kelompok antara kedua kelompok pada saat pre test.
kontrol Karena sesuai dengan penelitian Walker
(2007), semakin lama waktu penerimaan
Hasil uji paired t test pada kelompok terhadap penyakitnya akan mempengaruhi self
perlakuan seperti tercantum pada tabel 7 efficacy pasien. Selain itu tingkat penghasilan
didapatkan nilai t hitung - 9,223 dan p 0,000 < yang lebih tinggi juga berkonstribusi dalam
0,05 (α), artinya terdapat perbedaan Self Care self efficacy karena mereka akan memiliki
Activity sebelum intervensi dengan setelah sumber daya ekonomi untuk mendapatkan
intervensi. Berdasarkan tabel 5.25 juga dapat akses pelayanan kesehatan. Selain itu pada
diketahui hasil uji paired t test pada kelompok kelompok perlakuan jumlah responden laki-
kontrol dan didapatkan nilai t hitung -1,400 dan laki lebih sedikit dari pada kelompok kontrol,
p 0,182 > 0,05 (α), artinya tidak terdapat sehingga hal ini berpengaruh terhadap
perbedaan Self Care Activity pada saat pre test perbedaan self efficacy pada kedua kelompok.
dan post test. Dimana nilai negatif pada t hitung Hal ini sesuai dengan penelitian dari
menunjukkan bahwa nilai pre test lebih rendah Mystakidou (2010) laki-laki memiliki self
dari pada nilai post test. efficacy lebih tinggi dari pada perempuan.
Peningkatan self efficacy yang terjadi pada
4. PEMBAHASAN kelompok kontrol, walaupun lebih rendah dari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self pada kelompok perlakuan disebabkan karena
efficacy pada kelompok perlakuan mengalami kelompok kontrol juga mendapatkan
peningkatan setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan di puskesmas. Walaupun
(Konservasi Levine). Model Konservasi pendidikan kesehatan yang dilakukan
Levine berfokus pada individu sebagai diberikan hanya sedikit selama 1 bulan sekali,
makhluk holistik yang berinteraksi dengan namun tetap saja di dalamnya terdapat
lingkungan. Pada pasien dengan DM terjadi informasi mengenai penyakit dan pengelolaan
penurunan kualitas hidup, hal tersebut penyakitnya. Sehingga hal tersebut akan
disebabkan oleh karena akibat penyakitnya berkonstribusi dalam peningkatan self efficacy
secara fisik, proses pengobatan, dan pasien pada kelompok kontrol. Karena sesuai
komplikasi yang ditimbulkannya. DM dapat dengan hasil penelitian Falvo di dalam Atak
menurunkan fungsi fisik oleh karena adanya (2010) yang menyatakan bahwa pemberian
komplikasi jangka panjang yang timbul, karena pendidikan kesehatan dapat meningkatkan self
penyakitnya sendiri, dan kondisi kesehatan efficacy seseorang.
yang berkaitan dengan DM. Hal lain Selama mengikuti kegiatan pasien pada
disebabkan karena tuntutan terapi yang sering kelompok perlakuan mendapatkan pendidikan
kesehatan secara lebih terstruktur, yaitu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 118
melalui penerapan Konservasi Levine. Dengan perawatan yang dipilih oleh individu. Self
penerapan Konservasi Levine maka pasien efficacy yang baik akan membuat individu
akan menjalani proses pembelajaran secara merasa mampu untuk melakukan perawatan
bertahap yang dibagi dalam empat tahapan. secara mandiri ketika berada di rumah dan
Sehingga perbedaan peningkatan self efficacy melakukan perilaku perawatan mandiri yang
pada kedua kelompok disebabkan adanya berdampak pada penurunan komplikasi dan
perbedaan cara dalam pelaksanaan pendidikan peningkatan kualitas hidupnya.
kesehatan. Dimana pada kelompok perlakuan
mendapatkan pendidikan kesehatan dengan 5.2. Saran
menggunakan konsep Konservasi Levine Perawat dapat mengaplikasikan
sedangkan pada kelompok kontrol hanya konservasi levine dalam melakukan
mendapatkan pendidikan kesehatan seperti pendidikan kesehatan pada pasien DM tipe 2
yang biasa dilakukan di puskesmas. sehingga akan lebih meningkatkan
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pengelolaan diabetes secara mandiri oleh
terdapat hubungan positif dan signifikan antara pasien dan keluarga. Penelitian lanjutan dalam
self efficacy dan Self Care Activity baik jangka waktu yang lebih lama, seperti
sebelum maupun setelah intervensi pada penelitian longitudinal atau randomized
kelompok perlakuan (p < 0,05). Selain itu control trial dengan sampel yang lebih besar
kedua kelompok juga menunjukkan dapat dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh
peningkatan nilai korelasi pada saat post test. konservasi levine terhadap self efficacy pasien
Namun nilai korelasi dan peningkatan angka DM tipe 2. Penelitian lanjutan yang lebih
korelasi pada kelompok perlakuan lebih tinggi mendalam dapat dilakukan untuk
dibandingkan pada kelompok kontrol. mengevaluasi faktor-faktor lain yang
Peningkatan angka korelasi antara berpengaruh terhadap self efficacy dan kualitas
variabel self efficacy dan Self Care Activity hidup, seperti : faktor-faktor internal dan
yang terjadi pada kelompok perlakuan yang eksternal dari penderita, misal: faktor
lebih tinggi dari pada kelompok kontrol demografi dan etnisitas penderita, tipe
disebabkan karena peningkatan self efficacy kepribadian, kualitas dukungan sosial dan lain-
pada kelompok perlakuan sebagaimana lain.
tercantum pada tabel 5.18 memang lebih tinggi
dibandingkan pada kelompok kontrol. Yang REFERENSI
kemudian hal ini menyebabkan peningkatan 1. ADA. (2010). Standards of Medical Care
Self Care Activity pada kelompok perlakuan in Diabetes 2010. Journal of Diabetes
menjadi lebih tinggi dibandingkan pada Care, Vol. 33, Supplement 1, January
kelompok kontrol. Hasil penelitian juga 2010, 11-61. Diperoleh dari
menunjukkan hubungan yang positif antara self http://care.diabetesjournals.org/ pada
efficacy dan kualitas hidup. sehingga tanggal 10 Februari 2011.
peningkatan self efficacy juga akan diikuti 2. Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala
peningkatan kualitas hidup. Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
3. Bandura, A., (1994). Self Efficacy:
5. SIMPULAN DAN SARAN Toward Unifying Theory. Psychological
5.1. Simpulan Review 1977, Vol. 84. Number. 2. 195,
Penerapan pendidikan kesehatan berbasis Diperoleh dari
Konservasi Levine memberikan pengaruh http://psycnet.apa.org/journals/. pada
yang signifikan terhadap peningkatan self tanggal 3 Februari 2011
efficacy pasien DM tipe 2 karena Konservasi 4. Bandura, A. (1997). Self Efficacy.
Levine meningkatkan kemampuan beradaptasi Diperoleh dari
dengan konservasi integritas energi, struktural, http://www.des.emory.edu/mfp/BanEncy.
personal dan sosial dalam mencapai keutuhan html pada tanggal 3 Februari 2011.
(wholeness) melalui proses berubah. 5. Boedisantoso, R. (2009). Komplikasi
Konservasi Levine mempengaruhi cara Akut Diabetes Melitus. Dalam Soegondo
individu berpikir (kognitif), perasaan (afektif), et al (Ed.). Penatalaksanaan Diabetes
motivasional, dan seleksi terhadap perilaku
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 119
Abstract
Gestational diabetes mellitus (GDM) is a glucose intolerance that begins or is first identified during
pregnancy. One of the indication of GDM is the condition of hyperglycemia. Hyperglycaemia in
pregnancy is one of the metabolic disorders during pregnancy and this can develop into insulin
resistance during pregnancy (Diabetes Voice, IDF, June 2014). According to the International
Diabetes Federation (IDF) in diabetes voice, 2014, said that the estimated number of hyperglycemia
in pregnancy during 2013 was about 21.4 billion (16.9%). According to the results of rikesdas 2013
states that the prevalences of DM in Indonesia are 5.7% and 26.3% have been diagnosed while
73.7% are not diagnosed. GDM in Indonesia is 1.9% -3.6% in most pregnancies, but it is often
difficult to find due to low case detection ability. Pregnancy is a diabetogenic condition because the
placenta secretes hormones such as progesterone, cortisol, lactogen, placenta, prolactin and growth
hormone, which is a major contributor to the insulin resistance seen in pregnancy. The purpose of
this study was to analyze the correlation of neonatal hypoglycemia in pregnant women with
gestational risk. The research method used observational analytic research design with multiple
prospective cohort approach. The population of all pregnant women who did antenatal care in BPS
A and B Malang Regency, the sample size of 50 participants divided into 2 groups of case / risk
group (+) 15 people and control group / risk (-) 15 people. The sample in this research are some
pregnant women who do antenatal care at BPS A and B Malang which meet the criteria of inclusion.
The instruments used were interviews, ANC documentation and laboratory tests for maternal and
newborn blood sugar levels. The results of statistical calculation results obtained value 2 count
(Chi-square count) obtained from the analysis of 8.259 with a significance value of 0,004. Because
2 arithmetic>2 table (8,259> 3,841) or the significance value is smaller than the real level of 0,05
then concluded there is a significant relationship between the risk of GDM with the incidence of
neonatal hypoglycemia. Odd Ratio value obtained for 15,889 means that people who have GDM risk
will tend to give birth to infants who have neonatal hypoglycemia 15,889 times greater than people
who are not at risk of GDM. In conclusion, there is a significant relationship between GDM risk and
the incidence of neonatal hypoglycaemia.
Keywords: Neonatal Hypoglycemia, Gestational Diabetes Mellitus
pada ibu dan janin perlu dilakukan upaya pada trimester II dan terus maju sesuai sisa usia
penilaian resiko pada ibu hamil saat ibu kehamilan.
melakukan antenatal care pertama kali, Hipoglikemia lebih sering terjadi pada
sehingga penemuan kasus secara dini dapat bayi baru lahir dibandingkan anak yang lebih
dikelola sebaik-baiknya sehingga besar. Kadar glukosa darah yang normal terjadi
kesejahteraan ibu dan janin meningkat. karena adanya keseimbangan antara
Wanita hamil dengan Gestasional penyediaan glukosa dalam darah dengan
Diabetes Mellitus (GDM) hampir tidak pernah pemakaiannya oleh tubuh. Bila terjadi
merasakan keluhan, deteksi dini sangat gangguan pada keseimbangan ini, maka dapat
diperlukan agar ibu hamil dengan resiko dapat terjadi hipoglikemia atau sebaliknya
dikelola sebaik-baiknya, sehingga dapat hiperglikemia. Hipoglikemia merupakan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi, keadaan yang berbahaya karena glukosa
disamping itu angka kejadian Diabetes Melitus merupakan kebutuhan pokok otak.
(DM) dapat ditekan (Metris, 2013). Penilaian Hipoglikemia neonatorum adalah masalah
resiko pada wanita hamil seharusnya dilakukan pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang
pada saat antenatal care yang pertama kali dan dari 40 -45mg/dl (Sudarti dkk: 2010). Keadaan
untuk wanita hamil dengan karakteristik dimana bila kadar gula darah bayi di bawah
konsisten beresiko terjadinya GDM maka kadar rata-rata bayi seusia dan berat badan
harus dilakukan pengujian secepat mungkin. aterm (2500 gr atau lebih) < 30mg/dl dalam 72
jam pertama, dan < 40mg/dl pada hari
2. KAJIAN LITERATUR berikutnya.
Gestasional diabetes mellitus (GDM) 2.2. Patofisiologi Hipoglikemia
merupakan suatu gangguan toleransi Hipoglikemia sering terjadi pada BBLR,
karbohidrat (TGT, GDPT, DM) yang terjadi karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM
atau diketahui pertama kali pada saat terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
kehamilan sedang berlangsung (Konsensus janin sehingga respon insulin juga meningkat
Perkeni, 2011). Keadaan ini biasanya terjadi pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta
pada saat 24 minggu usia kehamilan dan terputus maka transfer glukosa berhenti
sebagian penderita akan kembali normal pada sedangkan respon insulin masih tinggi
setelah kehamilan (Depkes RS, 2008). (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi
Diabetes dalam kehamilan diklasifikasikan hipoglikemi.
dalam dua bentuk, yaitu DM yang mendahului Hipotesis “Ada hubungan kejadian
kehamilan (DM pregestasional) dan DM yang neonatal hipoglikemia pada ibu hamil dengan
terjadi pada saat kehamilan (GDM). Dampak resiko gestasional diabetes mellitus
terbesar dari kondisi ini, meningkatnya
morbiditas dan mortalitas baik ibu dan janin 3. METODE PENELITIAN
(Ariefandi, dkk, 2008). Menggunakan desain penelitian
2.1. Patogeneses GDM observational analitik dengan pendekatan
Selama kehamilan peningkatan kadar kohort prospektif berganda. Populasi pada
hormone tertentu yang disekresi oleh placenta penelitian semua ibu hamil yang melakukan
antara lain progesterone, kortisol, laktogen, antenatal care di BPS A dan B Kabupaten
prolaktin dan hormone pertumbuhan Malang, besar sampel sejumlah 50 partisipan
merupakan penyumbang utama terjadinya yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
resistensi insulin saat kehamilan. Kehamilan kelompok kasus/ resiko (+)15 orang dan
merupakan suatu kondisi diabetogenic ditandai kelompok control/resiko (-) 15 orang. Dalam
dengan resistensi insulin dengan peningkatan penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel
kompensasi sebagai respon β sel dan dependen (kejadian neonatal hipoglikemia dan
hiperinsulinemia. Selama kehamilan, variabel independen (resiko gestasional
peningkatan hormone tertentu yang disekresi diabetes mellitus).
oleh placenta dapat menjadi penyebab Sampel dalam penelitian adalah sebagian
terganggunya intoleransi glukosa terganggu ibu hamil yang melakukan antenatal care
progresif (kadar glukosa darah yang lebih diklinik BPS A dan B Kabupaten Malang yang
tinggi). Resistensi insulin biasanya dimulai memenuhi kriteria inklusi. Lokasi penelitian
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 122
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa 34-38 minggu, sedangkan pada kelompok
pada kelompok resiko menunjukan control menunjukan sebagian besar
keseluruhan responden adalah multigravida primigravida dengan usia kehamilan 34-38
dan teratur melakukan ANC sejumlah minggu (66,67%) dan frekuensi ANC teratur
(68.18%) dan sebagian besar usia kehamilan (91,67%).
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa rata diatas 227,18 mg/dl , rata-rata glukosa
pada kelompok resiko dengan riwayat obstetric puasa diatas 136,73 mg/dl dan rata-rata nilai
sebagian besar pernah mengalami melahirkan TTGO adalah 164,77 mg/dl.
bayi macrosomia (45,45%), riwayat abortus Data khusus yang diperoleh adalah data
berulang (22,73%). Pada riwayat medis tentang resiko GDM dan hasil analisis seperti
didapatkan data hampir keseluruhan memiliki berikut:
riwayat keluarga menderita DM (95,45%) dan
dari hasilpemeriksaan kadar glukosa acak rata-
Tabel 3. Tabulasi Silang Faktor Resiko GDM Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Neonatal
Hipoglikemia
No. GDM Kejadian Neonatal Hipoglikemia Total
Ada Tidak ada
1. Ada resiko 13 9 22
2. Tidak ada resiko 1 11 12
Total 14 20 34
Berdasarkan tabel di atas, dan hasil hitung 45.45%, hal ini Untuk wanita hamil dengan
statistic didapatkan nilai 2 hitung (Chi-square diabetes, sangat penting untuk kontrol tepat
hitung) yang diperoleh dari hasil analisis gula darah selama kehamilan untuk mencegah
sebesar 8,259 dengan nilai signifikansi sebesar makrosomia. Riwayat abortus berulang
0,004. Karena 2 hitung >2 tabel(8,259 > 22.73% serta pernah ada riwayat pre-eklamsia
3,841) atau nilai signifikansinya lebih kecil 13.64%, riwayat IUFD dan polihramnion.
dari taraf nyata 0,05 maka disimpulkan Masing-masing 9.09%, terdapat hal ini sesuai
terdapat hubungan yang signifikan antara dengan teori bahwa jumlah cairan yang
resiko GDM dengan kejadian hipoglikemia berlebihan pada ibu diabetes, ibu harus
neonatal. Nilai Odd Ratio yang diperoleh mengontrol kadar gula selama kehamilan.
sebesar 15,889 artinya, orang yang memiliki Responden yang sudah menderita.DM sebelum
resiko GDM akan cenderung melahirkan bayi kehamilan, diantara proses yang diduga
yang mengalami hipoglikemia neonatal menyebabkan lonjakan kenaikan gula
sebesar 15,889 kali lebih besar daripada orang darah pada saat hamil adalah pengaruh plasenta
yang tidak beresiko GDM. janin terhadap kerja hormon insulin ibu.
Berdasarkan hasil penelitian responden Sebagaimana lazim diketahui, plasenta
dengan factor resiko GDM mempunyai riwayat menghasilkan hormon-hormon
pernah melahirkan bayi macrosomia sebanyak yang menunjang tumbuh kembang janin.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 124
Namun disisi lain, plasenta juga 5.3. Terdapat dhubungan resiko gestasional
memproduksi hormon untuk mencegah diabetes mellitus dengan kejadian
penurunan drastis kadar gula darah ibu, dengan neonatalHipoglikemia, 13 responden
cara menghambat kerja hormon insulin ibu. memiliki resiko GDM mengalami
Akibatnya, jumlah insulin yang neonatal hipoglikemia, 1 responden tidak
dibutuhkan untuk memasukkan zat gula ke memiliki resiko GDM, bayi yang
dalam sel-sel tubuh ibu meningkat hingga dilahirkan mengalami neonatal
mencapai tiga kali lipat kebutuhan normalnya. hipoglikemia di Klinik BPS A dan B
Apabila tubuh ibu tidak mampu Kabupaten Malang.
memproduksi hormon insulin sesuai 5.4. Terdapat hubungan yang signifikan antara
kebutuhan, maka zat gula akan lebih banyak resiko GDM dengan kejadian
menetap dalam darah, dan terjadilah yang hipoglikemia neonatal. Nilai Odd Ratio
disebut dengan diabetes gestasional. yang diperoleh sebesar 15,889 artinya,
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium orang yang memiliki resiko GDM akan
dari kelompok resiko didapatkan hasil yang cenderung melahirkan bayi yang
tertinggi dengan kadar glukosa darah acak mengalami hipoglikemia neonatal
adalah 227.18 mg%, kadar TTGO 164.77mg% sebesar 15,889 kali lebih besar daripada
serta kadar glukosa puasa 136.77mg%. orang yang tidak beresiko GDM.
Mengendalikan kadar gula darah adalah cara Masalah diabetes sejak saat hamil ini lebih
terbaik untuk mencegah komplikasi diabetes. disarankan untuk memgkonsumsi jenis
Ketika Anda mempersiapkan untuk hamil, makanan yang mengandung asam folat, kacang
kontrol gula darah harus dilakukan jauh hari kacangan, susu tanpa lemak, daging, biji bijian,
atau bahkan berbulan-bulan sebelum Anda buah buahan dan bahkan jenis sayuran yang
hamil.Berdasarkan hasil pemeriksaan bayi memang sangat baik bagi kesehatan tubuh.
dengan hipoglikemia didapatkan 26 bayi Dianjurkan pemantauan gula darah teratur
(76.47%) dengan BB antara 3000-4000 gram, minimal 2 kali seminggu (jika mungkin dengan
selebihnya 8 bayi (23.52%) dengan BB tidak alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan
kurang 2850 gram. Seperti dalam teori di kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal
sebutkan bahwa Jika selama kehamilan kadar secara teratur.
gala darah pada ibu tinggi, maka glukosa akan
melintasi plasenta ke dalam sirkulasi bayi REFERENSI
sehingga mengakibatkan bayi tumbuh cepat 1. Black, J., & Hawks, J. (2014).
dan gemuk.Hal terjadi karena pankreas bayi Keperawatan Medikal Bedah. In
memproduksi insulin meskipun pankreas ibu Keperawatan Medikal Bedah. Singapore:
tidak dan insulin tersebut akan mengubah Elsivier.
glukosa menjadi lemak. 2. Dharma, K. K. (2011). Metodologi
Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans
5. KESIMPULAN Info Media.
5.1. Faktor resiko yang memperbesar 3. Diejomah, M. F., Gupta, M., Farhat, R., &
terjadinya gestasional diabetes mellitus di all, e. (2009). Intrapartum performance of
Wilayah BPS A dan B Kabupaten Patients Presenting With Diabetes
Malang, sebagian besar riwayat Mellitus in Pregnancy. Medical Principles
melahirkan bayi macrosomia, pre and Practice , 18:233-238.
eclampsia/eklampsia pada kehamilan 4. Gomella, T. (2004). Neonatology
yang lalu,abortus dan lahir mati, keluarga Management, Procedur, On Call Problem
menderita DM, ada penyakit DM sebelum Disease and Drug.
kehamilan dan obesitas 5. Hadden, D., & McCance, D. (2014,
5.2. Angka kejadian neonatal hipoglikemia di March). Hyperglicemia and Adverse
Klinik BPS A dan B Kabupaten Malang, Pregnancy Outcome (HAPO) 2014: Fact,
berdasarkan kelompok resiko terdapat 14 Frustation and Need Future. Diabetes
bayi (41,17%) sedangkan pada kelompok Voice Global Perspective On Doabetes ,
kontrol 20 bayi (58,82%) p. 56.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 125
Abstract
Perennial rupture needs pay attention because of dysfunctional organ of reproduction mother. It can
cause the sources of bleeding and the way out entering infection makes death because of bleeding.
The aim of this study is to analyze relationship between the age and the mothers parities with
perennial rupture to the mothers birthing in RSUD Sidoarjo. This study uses analytical method with
cross sectional. The sampling technique uses probability with sampling random. The writer uses
secondary data in the medical room at RSUD Sidoarjo, on January – Juli 2017 and the total of
respondents are 95. The criteria of inclusive sampling are the normal birthing mothers and having
perennial rupture spontaneously or episiotomy.Thedata analyzed have run two steps; bivariate and
univariate. The first, distributes frequency and the second, it uses Chi-Square. The result of this study
is almost the age of respondents who are birthing contain 95 % aging 20-35 years old and most of
mother parities amount 52, 6% multipara and the last, most of perennial rupture are 61% the second
degree. The result of chi-square test shows that the value of age P is 0, 025% and the parities P is
0,000. It means that H0 is refused (H1 acceptable) and shows that the relationship between the age
and the parities with perennial rupture to the mothers birthing. The advices to mothers birthing and
their family are counseling about how important loving care from straining steps in the birthing,
accompaniment of birth and the worst straining and the last the pregnant gym for perennial elastic
in the birthing.
Keywords : the age, paritas, rupture perineum
normal. Sedangkan yang tidak mengalami terjadinya robekan perineum bahkan robekan
ruptura perineum berjumlah 22 orang. Jumlah serviks yang dapat mengakibatkan perdarahan
berat badan bayi > 3100 gr yaitu 32 bayi pascapersalinan .
sedangkan yang < 3.100 gr sebanyak 31 bayi. b) Mengejan terlalu kuat
Berdasarkan prasurvey dengan tehnik Jika ibu mengejan terlalu kuat saat
wawancara dengan petugas Kamar bersalin di melahirkan kepala yang merupakan diameter
RSUD Sidoarjo pada bulan Mei Tahun 2017 terbesar janin maka akan menyebabkan
jumlah persalinan secara spontan di kamar laserasi perineum. Bila kepala telah mulai
bersalin kurang lebih 100 ibu bersalin yang lahir, ibu diminta bernapas panjang, untuk
semuanya rata – rata mengalami rupture menghindarkan tenaga mengejan karena
perineum dikarenakan RSUD Sidoarjo adalah sinciput, muka dan dagu yang mempunyai
Rumah Sakit Rujukan. ukuran panjang akan melalui perineum.
Kepala lahir hendaknya pada akhir kontraksi
2. KAJIAN LITERATUR agar kekuatan mengejan tidak terlalu kuat
2.1 Konsep Umur c) Perineum yang rapuh dan oedem
Umur atau usia adalah perhitungan usia Pada proses persalinan jika terjadi oedem
yang dimulai dari saat kelahiran pada perineum maka perlu dihindarkan
seseorangsampai dengan waktu penghitungan persalinan pervaginam karena dapat
usia (Depkes, 2013) dipastikan akan terjadi laserasi perineum
2.2 Konsep Paritas (Mochtar, 2006).
Paritas adalah wanita yang pernah d) Primipara
melahirkan bayi aterm.Paritas dapat Primigravida adalah ibu yang baru
dibedakan menjadi primipara, multipara dan pertama kali mengalami kehamilan. Pada
grandemultipara (Prawiroharjo,2010). primigravida, pemeriksaan ditemukan tanda-
Primipara adalah wanita yang telah tanda perineum utuh, vulva tertutup, himen
melahirkan seorang anak, yang cukup besar pervoratus, vagina sempit dengan rugae. Pada
untuk hidup di dunia luar. Multipara adalah persalinan akan terjadi penekanan pada jalan
wanita yang telah melahirkan seorang anak lahir lunak oleh kepala janin. Dengan
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2010). perineum yang masih utuh pada primi akan
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, mudah terjadi robekan perineum (Mochtar,
dua kali atau lebih.Grandemultipara adalah 2006).
wanita yang telah melahirkan 5 orang anak e) Kesempitan panggul dan CPD (chepalo
atau lebih dan biasanya mengalami penyulit pelvic disproportional)
dalam kehamilan dan persalinan Proses persalinan merupakan suatu
(Bobak,2005) proses mekanik, dimana suatu benda didorong
2.3 Konsep Dasar Ruptura Perineum melalui ruangan oleh suatu tenaga.
Perineum merupakan ruang berbentuk Benda yang didorong adalah janin,
jajaran genjang yang terletak di bawah dasar ruangannya adalah pelvis dan tenaga yang
panggul (Oxorn, 2010). mendorong adalah kontraksi rahim. Jika tidak
Perineum adalah daerah antara kedua ada disproporsi (ketidaksesuaian) antara
belah paha, antara vulva dan anus. Perineum pelvis dan janin normal serta letak anak tidak
berperan dalam persalinan karena merupakan patologis, maka persalinan dapat ditunggu
bagian luar dasar panggul. spontan. Apabila dipaksakan mungkin janin
a. Penyebab dapat lahir namun akan terjadi trauma
1) Faktor Maternal Ruptur Perineum persalinan salah satunya adalah laserasi
a) Partus presipitatus perineum (Mochtar, 2006).
Partus Presipitatus merupakan persalinan f) Varises pada pelvis maupun jaringan
yang lebih pendek dari 3 jam. Kadang-kadang parut pada perineum dan vagina.
pada multipara dan jarang sekali pada Kejadian varises ini makin meningkat
primipara terjadi persalinan yang yang terlalu pada kehamilan makin tinggi dan segera
cepat sebagai akibat his yang kuat dan akan menghilang atau berkurang setelah
kurangnya tahanan dari jalan lahir (Oxorn, persalinan. Penyebab varises adalah
2010). Partus presipitatus dapat menyebabkan karena faktor herediter dan dirangsang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 128
inpartu yang beresiko Tinggi dan rujukan dari 2.3. Hubungan paritas dengan kejadian
BPM,Puskesmas, dokter dan lain sebagainya ruptura perineum pada ibu bersalin
dengan berbagai macam Diagnosa patologis Sebagian kecil 52,6 % (50 orang) paritas
seperti inpartu dengan PEB + KEK , 2 – 4, 38,9% (37 Orang) paritas Primipara dan
PEB+Oligohidramnion+Hipoglikemi, KPP, 8,4 % (8 Orang Grandemultipara.
PEB, KEK dan lain sebagainya. Diagnosa Keterkaitan hasil penelitian dapat
Patologis adalah indikasi yang dibenarkan dijelaskan Paritas adalah jumlah anak yang
untuk melakukan episiotomi apabila ada pernah dilahirkan oleh ibu, baik yang lahir
indikasi medis misalnya gawat janin, penyulit hidup maupun yang lahir mati dari pasangan
kelahiran ataupun jaringan parut (JNPKR& suami istri. Pada kehamilan yang terlalu
JHPIEGO, 2013). Beberapa komplikasi ibu sering maka akan menyebabkan alat- alat
bersalin antara lain sebagian kecil Inpartu reproduksi belum pulih dan belum siap untuk
Prolong Kala I Fase Laten dan Aktif sejumlah menjalani proses persalinan kembali sehingga
36 responden (37,9%), 16 responden ( 16,8%) menyebabkan daerah perineum mudah sekali
KPP dan 12 responden (12,6%) mengalami ruptur. Paritas 2-3 merupakan paritas paling
inpartu dengan Premature, HBSAG positif, aman ditinjau dari sudut kematian. Primipara
Bekas SC, Taksiran Bayi besar dan lain mempunyai resiko ruptur lebih tinggi, karena
sebagainya. belum pernah mempunyai pengalamandalam
Hasil uji statistik diperoleh nilai korelasi persalinan dibandingkan pada multipara
Chi Square dengan ρ value 0,025 < α 0,05 ataupun grande
yang artinya Ho ditolak, hal ini menunjukan multipara(Wiknjosastro,2008).
ada hubungan bermakna antara umur ibu Teori lain mengungkapkan robekan
bersalin dengan kejadian ruptur perineum. perineum terjadi pada hampir semua
Pada umur < 20 tahun, organ-organ persalinan pertama (Primipara) dan tidak
reproduksi belum berfungsi dengan sempurna, jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada
sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan ibu dengan paritas satu atau ibu primipara
akan lebih mudah mengalami komplikasi. memiliki resiko lebih besar untuk mengalami
Selain itu, kekuatan otot-otot perineum dan robekan perineum daripada ibu dengan paritas
otot-otot perut belum bekerja secara optimal, lebih dari satu. Hal ini dikarenakan jalan lahir
sehingga sering terjadi persalinan lama atau yang pernah dilalui oleh kepala bayi sehingga
macet yang memerlukan tindakan. Faktor otot – otat perineum belum meregang
resiko untuk persalinan sulit pada ibu yang (Walyani & Purwoastuti (2016). Adapun
belum pernah melahirkan pada kelompok penyebab rupture perineum pada primipara
umur ibu dibawah 20 tahun dan pada karena kelenturan jalan lahir / elastisitas
kelompok umur di atas 35 tahun adalah 3 kali perineum, mengejan yang tergesa- gesa tidak
lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi teratur. Sedangkan yang multipara bisa terjadi
sehat (20-35 tahun) (Siswo Sudarno.,2008). karena berat badan bayi yang besar,
Robekan perineum umumnya terjadi digaris kerapuhan perineum, asuhan sayang sayang
tengah dan biasa menjadi luas apabila kepala ibu yang kurang baik sehingga persalinan
janin lahir terlalu cepat sudut arcuspubis lebih kurang terkendali seperti ibu kelelahan, partus
kecil daripada biasa, sehingga kepala janin lambat ( Sulistyawati, 2010).
terpaksa lahir lebih kebelakang seperti biasa. Hasil uji analisis antara paritas ibu
Kemudian kepala janin melewati pintu bawah dengan kejadian ruptur perineum di RSUD
panggul dengan ukuran yang lebih besar Sidoarjo (p value = 0,000) artinya terdapat
daripada sircum ferensia suboksifito hubungan yang bermakna antara paritas
bregmatika( Rixky Meijeny,2009). Robekan dengan rupture perineum. Hal ini disebabkan
ini dapat dihindari atau dikurangi dengan tidak selalu ibu dengan paritas sedikit
menjaga jangan sampai dilalui oleh kepala (primipara) mengalami ruptur perineum dan
janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin paritas banyak (multipara dan grande
yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat multipara) tidak mengalami ruptur perineum,
atau lama karena akan dapat menyebabkan karena setiap ibu mempunyai tingkat
otot-otot dasar panggul melemah karena keelastisan perineum yang berbeda-beda.
diregangkan terlalu lama. Semakin elastis perineum maka kemungkinan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 131
Abstract
Music can be used in an effort to create a healing environment. One strategy that focuses on creating
a healing environment can be done by providing options that can be selected and controlled by the
patient and provide a positive alternative distraction in patients. The purpose of this literature review
is to discuss the effectiveness of Javanese Gending as music therapy and its implications for nursing.
Research articles collected are about music therapy. Articles are collected through CINAHL's
electronic database and ScienceDirect by using the keywords of gending, music therapy, nursing,
psychological, and anxiety. Criteria of the article used is published in the period between the years
2003-2013, and obtained a number of 15 articles. Discussions on this literature review include:
music therapy, the effects of music therapy, gamelan music, and the implications of para. The music
created in the gamelan comes from a combination of musical instruments contained therein. The
rhythm of music is generally gentle and reflects the harmony of life, as is the principle of life adopted
by the Javanese society in general. The nurse may facilitate the patient to select the appropriate type
of music and the volume within safe limits to be heard as therapy.
Keywords : gending, music, nursing, psychology, therapy
CINAHL dan ScienceDirect dengan accumbens) dengan efek yang sesuai terhadap
menggunakan kata kunci terapi musik, stress dan rasa nyeri. Mekanisme yang kedua
keperawatan, psikologis, dan kecemasan. yaitu penurunan aktivitas regulasi dalam pusat
Kriteria artikel yang digunakan adalah yang amigdala oleh musik dengan efek penurunan
diterbitkan dalam kurun waktu antara tahun regulasi pada ketakutan dan kekhawatiran.
2003-2013. Artikel yang didapatkan sejumlah Mekanisme ketiga yaitu penurunan aktivasi
15 artikel. Pembahasan pada kajian literatur ini hipotalamus dan nukelus sistem otak yang akan
meliputi : terapi musik, efek terapi musik, mempengaruhi sistem endocrine dan respon
musik gamelan, dan implikasi keparawatan. stress vegetative. Hal tersebut akan
memodulasi tingkat beta endorphin (Koelsch et
3. PEMBAHASAN al., 2011).
Musik telah digunakan sejak jaman Penelitian terkait efek terapi musik pada
dahulu kala dan dapat mempengaruhi tingkat perawatan pasien di rumah sakit telah banyak
kesehatan seseorang (Nilsson, 2008). Selain dilakukan. Salah satunya adalah penelitian
itu, telah banyak penelitian yang menunjukkan yang berjudul Soothing musik can increase
bahwa musik merupakan terapi non-invasif oxytocin levels during bed rest after open-heart
yang efektif untuk mengurangi kecemasan surgery: a randomised control trial. Penelitian
seseorang (Lee et al., 2012). tersebut dilakukan atas dasar telah banyaknya
Konsep tentang penggunaan terapi musik penelitian terkait efek musik pada kondisi
telah dipergunakan oleh Florence Nightingale psikologis seseorang, akan tetapi
pada pertengahan tahun 1800an. Nightingale keefektifannya pada peningkatan kondisi
mengungkapkan bahwa musik memiliki relaksasi seseorang dari level subjektif dan
kekuatan untuk membantu proses objektif belum banyak ada datanya. Pada
penyembuhan di rumah sakit, yang saat itu penelitian ini kondisi relaks seseorang diukur
pasiennya banyak berasal dari tentara yang dari kondisi plasma oksitosin, nadi, MAP,
terluka dalam Perang Crimean. Efek berbagai PaO2, SaO2, dan subjektif dari pasien. Hasil
jenis musik-pun ternyata ikut mempengaruhi dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
proses penyembuhan. Terdapat perbedaan pada pasien yang diberikan terapi musik
antara instrument musik yang memiliki suara lembut (soothing musik) saat bed rest post
yang kontinyu dan tidak terhadap proses pembedahan jantung, level plasma oksitosin,
penyembuhan (Nilsson, 2008). PaO2, dan subjektif dari pasien mengalami
Pada tahun 1990, Thaut mengemukakan peningkatan. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa rangsangan musik memiliki efek hubungan dari kondisi psikologis (musik
biologis terhadap perilaku manusia yang menyebabkan kondisi rileks) pada pasien pada
melibatkan fungsi dari bagian otak tertentu, kondisi fisik, yaitu pelepasan oksitosin
yang terlibat dalam memori, proses belajar, dan (Nilsson, 2009).
beberapa motivasi serta kondisi emosional. Pada hasil pengukuran kuantitatif,
Efek dari musik dapat terlihat pada hemisfer pemberian intervensi musik dapat menurunkan
otak kanan, walaupun hemisfer otak kiri penggunaan obat-obatan sedative dan
memiliki peran utama dalam aspek analisis analgesic. Beberapa diantaranya menunjukkan
interpretasi musik di otak. Persepsi auditory hasil yang signifikan dari penurunan nadi,
terhadap musik terjadi di pusat auditory lobus tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan kadar
temporal otak, kemudian sinyal akan kortisol darah (Nilsson, 2008). Seperti yang
diteruskan ke talamus, otak tengah, pons, diketahui bahwa kortisol adalah salah satu
amigdala, medulla, dan hipotalamus (Nilsson, hormone yang dapat mempengaruhi kondisi
2008). psikologis seseorang. Penelitian yang
Mekanisme tepat yang mendasari efek membahas kaitan antara terapi musik dan level
pemberian terapi musik pada tingkatan stress kortisol, salah satunya adalah yang berjudul
atau emosi seseorang, antara lain sebagai Effects of musik listening on cortisol levels and
berikut : peningkatan aktivitas regulasi dalam propofol consumption during spinal
sistem dopaminergik mesolimbic oleh musik anesthesia. Penelitian menggunakan
(terutama berdasarkan peningkatan aktivitas eksperimental group dan control group. Hasil
dalam area ventral tegmental dan nucleus menunjukkan bahwa selama proses
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 135
pembedahan, pada eksperimental group yang digunakan adalah yang sesuai dan spesifik,
diberikan terapi musik menunjukkan sesuai dengan kondisi pasien dan lingkungan
penurunan konsumsi propofol dan penurunan klinik, durasi minimum adalah 30 menit, dan
kadar kortisol dibandingkan dengan control efek yang ditimbulkan sebaiknya diukur, di-
group (Koelsch et al., 2011). follow up, dan didokumentasikan (Nilsson,
Penelitian lain terkait efek terapeutik yang 2008).
ditimbulkan dari musik, yaitu penelitian yang Gamelan Jawa adalah ensambel musik
berjudul Effect of musik on anxiety, stress, and yang biasanya menonjolkan metalofon,
depression levels in patients undergoing gambang, gendang, dan gong. Musik yang
coronary angiography. Penelitian ini bertujuan tercipta pada gamelan berasal dari perpaduan
untuk mengetahui efek terapi musik pada alat musik yang terdapat didalamnya. Irama
tingkat stress, cemas, dan depresi pada pasien musik umumnya lembut dan mencerminkan
yang akan menjalani prosedur angiografi keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup
koroner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan yang dianut oleh masyarakat Jawa pada
terdapat penurunan level skor kecemasan, umumnya. Instrument yang ada pada gamelan
stress, dan depresi pada pasien yang jawa antara lain kendang, bonang, bonang
mendengarkan musik relaksasi selama 20 penerus, demung, saron, kenong, slenthem,
menit (Moradipanah, Mohammadi, & gender, gong, gambang, rebab, siter, suling,
Mohammadil, 2009). Musik dapat menyerap dan kempul.
sebagian dari perhatian seseorang, bertindak Bonang terdiri dari dua jenis, yakni
sebagai distraktor, dan pada saat yang bonang barung dan bonang penerus. Bonang
bersamaan dapat membantu untuk barung ukurannya lebih besar daripada bonang
mengeksplorasi emosi, sehingga dapat penerus dan beroktaf tengah sampai ke oktaf
membantu untuk mencegah ke pemikiran yang yang tinggi, serta merupakan instrumen
tidak fokus. pembuka dalam ensambel. Bonang panerus
Musik dengan tempo lambat lebih ukurannya lebih kecil namun mempunyai oktaf
mungkin menjadi salah satu pengalih yang tinggi, irama yang dihasilkan oleh bonang
(distracter) pada kondisi psikologis dan panerus dua kali lebih cepat dibandingkan
pengalaman fisiologis seseorang seperti nyeri bonang barong. Demung, saron, dan peking
dan kecemasan. Salah satu faktor penting yang terbuat dari bilahan-bilahan yang disusun di
perlu diperhatikan yaitu tempo dari musik yang atas bingkai kayu, dan berfungsi sebagai
dipergunakan dalam terapi. Hasil penelitian resonantor. Demung berukuran paling besar,
menunjukkan bahwa musik lambat yang saron berukuran sedang, dan peking berukuran
mengalun pada tempo 60-80 beat per menit paling kecil (Ricklefs, 2008).
memiliki hasil positif pada relaksasi dan pereda Slenthem dapat dikategorikan dalam jenis
nyeri (Nilsson, 2008). gender, namun instrumen ini terbuat dari bilah-
Menurut Staum, terdapat beberapa hal bilah yang jumlahnya sama seperti bilah saron,
yang perlu diperhatikan pada pemberian serta memiliki oktaf paling rendah. Bentuk
intervensi berupa terapi musik pada pasien, kenong mirip dengan gong, tetapi disusun
diantaranya : musik instrumental atau tidak secara horisontal dan diletakkan di atas tali
berlirik, diutamakan yang memiliki nada yang dibentangkan pada bingkai kayu. Gong
rendah, diutamakan yang terdiri dari string berfungsi sebagai penanda awal dan akhir
dengan kuningan atau perkusi, dan memiliki gending. Gong terdiri dari dua, gong ageng
volume pada level 60 dB (Staum, 2000). yang berukuran lebih besar dan gong suwukan
Nilsson (2008) memberikan rekomendasi pada yang berukuran lebih kecil. Kempul berbentuk
pemberian intervensi terpai musik di seperti gong, namun ukurannya lebih kecil.
lingkungan praktek klinik, diantaranya : musik Kempul berfungsi sebagai penanda aksen-
yang digunakan yaitu musik lambat yang aksen yang penting dalam kalimat lagu
mengalun pada 60-80 beat per menit., musik gending. Kendhang terbuat dari bahan kulit
instrumental atau tidak berlirik, volume hewan, seperti sapi, kerbau, atau yang lainnya.
maksimum berada pada level 60 dB, pilihan Kendhang berfungsi untuk mengatur irama.
musik boleh berasal dari pasien, akan tetapi Kendhang dimainkan dengan cara dipukul
tetap dengan panduan perawat, peralatan yang menggunakan tangan. Terdapat tiga jenis
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 136
Abstract
Environment is one of the factors that play a role in the onset of disease history. Therefore,
knowledge about aspects of sanitation (sanitation) environment plays an important role in each
health efforts, both individually and in groups in society. The purpose of this research is to analyze
factors associated with the use of latrines in the area of the River Plate in the village Laladan Deket
District of Lamongan. This study design is analytic cross sectional correlational approach.
Variables consist of Knowledge, attitudes, latrine conditions, the role of community leaders while
Variable Depending is the use of latrines. Used as a sample of 180 respondents. Data collection
using questionnaires. Data Analysis using Logistic Regeresi Analysis.Based on the analysis
concluded that there was a relationship between knowledge and use of latrines (p = 0.014) in the
community in the area of the River Plate in the village Laladan Deket District of Lamongan. There
was a relationship between attitudes to the use of latrines (p = 0.002). There was a relationship
between the use of latrines Latrine condition (p = 0.000). There was a relationship between the use
of latrines Prominent Role (p = 0.045). So the proposed hypothesis is accepted. More health workers
should enable health promotion activities related to the issue of clean and healthy behavior,
especially in the procurement and use of latrines healthy
Keywords: Knowledge, attitudes, latrines, public figures
akses terhadap fasilitas sanitasi tidak layak semakin tinggi intensitasnya. Keadaan ini sama
sebesar 44,47%. Provinsi paling tinggi akses halnya dengan fenomena bom waktu, yang bisa
terhadap fasilitas tidak layak adalah Provinsi terjadi ledakan penyakit pada suatu waktu
Nusa tenggara Timur (74,65%) dan terendah di cepat atau lambat. Sebaiknya semua orang
DKI Jakarta (17,17%). Sementara itu, menurut Buang Air Besar (BAB) di jamban yang
kualifikasi daerah, akses terhadap fasilitas memenuhi syarat, dengan demikian
sanitasi layak di perkotaan hampir dua kali wilayahnya terbebas dari ancaman penyakit
lipat (7 1,45%) dibandingkan dengan di penyakit tersebut. Dengan Buang Air Besar
perdesaan (3 8,55%). Sedangkan akses (BAB) di jamban banyak penyakit berbasis
terhadap fasilitas sanitasi di perkotaan yang lingkungan yang dapat dicegah, tentunya
tidak layak (28,55%) dan di pedesaan jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
(61,45%). Berdasarkan hasil survei Tujuan Penelitian Mengetahui berhubungan
pendahuluan kepada 10 rumah di Daerah dengan penggunaan Jamban di daerah
Bantaran Sungai di Desa Laladan Kecamatan Bantaran Sungai di desa Laladan Kecamatan
Deket Kabupaten Lamongan, sebagian besar Deket Kabupaten Lamongan.
(60%) tidak memiliki jamban yang sehat.
Keluarga yang tidak memiliki jamban ini 2. METODE PENELITIAN
biasanya memanfaatkan sungai, parit, dan Desain penelitian ini adalah analitik
jamban umum untuk membuang kotoran/tinja. korelasional dengan menggunakan pendekatan
Kebiasaan ini berlangsung sejak dulu dan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini
sudah menjadi turun-temurun. Air yang adalah Populasi : seluruh masyarakat di Daerah
bercampur dengan kotoran ini mengalir ke Bantaran Sungai Di Desa Laladan Kecamatan
sawah penduduk sekitar dan akan digunakan Deket Kabupaten LamonganTahun 2015
untuk persawahan. Dengan kebiasaan sejumlah 326 KK. Teknik sampling yang
masyarakat tersebut, maka bukan tidak digunakan adalah Simple Random Sampling
mungkin suatu saat masyarakat di wilayah ini (Muhith A., Nasir., 2011). Besarnya sampel
akan terancam penyakit menular yang berbasis adalah 180 orang. Penelitian dilaksanakan pada
lingkungan. Menurut data dari Deket bulan Desember 2015. Analisa Data
Kabupaten Lamongan Tahun 2014, sepuluh menggunakan: Pengolahan dan Analisis Data
penyakit terbesar pada Puskesmas tersebut Univariat Bivariat dengan Analisis Regresi
adalah ISPA, gastritis, diare, hipertensi, Logistik (Muhith A., Nasir., 2011).
penyakit kulit/dermatitis, rheumatik, penyakit
rongga mulut, TB paru, mata, dan asma. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jamban keluarga adalah suatu bangunan Analisis bivariat digunakan untuk
yang dipergunakan untuk membuang tinja atau menganalisis hubungan antara variabel
kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga independen dan variabel dependen. Sebagai
yang lazim disebut kakus atau WC (Madjid, variabel independen adalah Pengetahuan,
2009). Bagi rumah yang belum memiliki Sikap,kondisi jamban, dan peran tokoh
jamban, sudah dipastikan mereka itu masyarakat sedangkan variabel dependen
memanfaatkan sungai, kebun, kolam, atau adalah penggunaan jamban. Analisis bivariat
tempat lainnya untuk Buang Air Besar (BAB). menggunakan Analisis Regresi Logistik.
Dengan masih adanya masyarakat di suatu
wilayah yang Buang Air Besar (BAB) Tabel 2. Analisis Regresi Logistik Analisis
sembarangan, maka wilayah tersebut terancam Faktor Yang Berhubungan
beberapa penyakit menular yang berbasis Dengan Penggunaan Jamban
lingkungan diantaranya : penyakit cacingan, Daerah Bantaran Sungai Desa
kolera (muntaber), diare, tifus, disentri, Laladan Kecamatan Deket
schistosomiasis dan masih banyak penyakit Kabupaten Lamongan
lainnya. Selain itu dapat menimbulkan No. Variabel Β p value P
pencemaran lingkungan pada sumber air dan 1. Pengetahuan 1,256 0,014 p<0,05
bau busuk serta estetika. Semakin besar 2. Sikap 1,435 0,002 p<0,05
presentase yang Buang Air Besar (BAB) 3. Kondisi Jamban 1,803 0,000 p<0,05
sembarangan maka ancaman penyakit itu 4. Peran Tokoh 0,926 0,045 p<0,05
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 140
Abstract
Bleeding is the biggest factor causing high AKI, one pregnant mother with anemia of 53%. This study
aims to determine the relationship of third trimester pregnant women in taking ferrous tablets with
anemia occurrence in Puskesmas Ngoro Mojokerto district in 2016. This research uses observational
research type with analytic design. Population in this research is pregnant mother of trimester III
that check in Puskesmas Ngoro Mojokerto Regency which amounted to 32 pregnant women in June
- November 2016 with amount of sample 32 pregnant women taken by using nonprobability sampling
technique that is Total Samplig. Measuring tool used is a questionnaire to determine the behavior of
the mother in taking feros tablets and the results of hemoglobin examination data using haemometer
tool sahli for the incidence of anemia. Analytical technique using Chi-square test calculation. The
conclusions of this study indicate that there is a relationship between the mother's behavior in taking
feros tablets with the incidence of anemia. Therefore health workers should try to follow up the
problem of anemia in pregnancy by continuing to hold the provision of feros tablets (iron) in
pregnant women is 90 tablets during pregnancy and provide explanations and support to pregnant
women in taking feros tablets.
Keywords: behavior, Fe tablets, anemia
Tetapi dari data kuesioner didapatkan ibu Hasil crosstabulation didapatkan yang tidak
yang lulusan SMA dengan jumlah 11 teratur dalam mengonsumsi tablet feros
responden (34,4%) yang tidak teratur dalam sebanyak 14 responden (43,8%).
mengonsumsi tablet feros (besi) karena mereka Hurlock (1998) yang dikutip dalam
lupa atau malas mengonsumsi tablet feros Nursalam dan Pariani (2003) bahwa semakin
sesuai aturan yaitu 1 kali per hari dan terdapat cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
ibu yang berpendidikan SD yaitu 1 responden seseorang akan lebih matang dalam berpikir
(3,1%) teratur dalam mengonsumsi tablet dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari
feros. Seseorang yang tamat SD belum tentu pengalaman dan kematangan jiwa seseorang.
kurang mampu untuk mendapatkan Berdasarkan pernyataan di atas dapat
pengetahuan dari pada ibu yang berpendidikan disimpulkan bahwa semakin bertambahnya
lebih tinggi. Meskipun berpendidikan kurang, umur responden maka semakin banyak
kalau orang tersebut rajin mendengarkan pengalaman yang di miliki sehingga dapat
informasikan selalu turut serta dalam memotivasi seseorang untuk berperilaku.
penyuluhan tentang pentingnya tablet feros Tetapi dalam kenyataannya mereka tidak
maka pengetahuan orang tersebut akan teratur mengonsumsi tablet feros (besi) yang
bertambah. Berarti dari pendidikan yang tinggi diberikan tenaga kesehatan karena kurangnya
bukan berarti memiliki pengetahuan yang baik pengalaman ibu sehingga mereka
tentang cara mengonsumsi tablet feros (besi). mengabaikan tentang pentingnya tablet feros.
Selain itu, dapat diketahui dari persepsi Selain itu mereka beranggapan kalau
masyarakat yang beranggapan bahwa semua kondisinya saat ini sehat sehingga tidak perlu
macam obat diminum pada pagi hari. Dari lagi mengonsumsi tablet feros (besi) yang
temuan penyebaran kuesioner di dapat 18 sudah diberikan. Hal ini dapat dilihat dari
responden (56,3%) yang tidak terarur dalam kuesioner yang sudah disebarkan kepada 32
mengonsumsi tablet feros sebanyak 17 responden didapatkan sebagian responden
responden (53,1%) beranggapan semua macam alasan mereka tidak teratur dalam
obat di minum pada pagi hari. Pada hal orang mengonsumsi tablet feros (besi) disebabkan
hamil biasanya terjadi Hiperemesis lupa atau malas.
gravidarum lebih-lebih pada trimester I sampai Berdasarkan tingkat pekerjaan responden
awal trimester II kehamilan. Selain itu terdapat didapatkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 24
9 responden (28,1%) mengonsumsi tablet feros responden (75%). Dari crosstabulation
bersamaan dengan kopi atau teh. didapatkan 14 responden (43,8%) yang tidak
Menurut Manuaba (2001) efek samping teratur dalam mengonsumsi tablet feros (besi).
dari tablet feros (besi) salah satunya dapat Hal ini disebabkan karena sebagai ibu
menyebabkan mual muntah. Jika itu terjadi rumah tangga waktu akan lebih banyak
terus menerus dan berlebih dapat dihabiskan di rumah. Ibu jarang berkomunikasi
menyebabkan cadangan besi dari sumber dengan ibu-ibu yang lain sehingga untuk
makanan yang di konsumsi ibu tidak dapat mendapatkan informasi juga terbatas serta ibu
diserap tubuh sehingga proses eitropoisis juga tidak berperan aktif dalam kegiatan
terganggu dan dapat menurunkan ukuran Hgs penyuluhan.
darah dengan berbagai akibat. Apalagi 4.2. Kejadian Anemia
diminum bersamaan dengan kopi atau teh Berdasarkan hasil penelitian
dapat menghambat resorpsi tablet feros. menunjukkan dari 32 responden didapatkan 17
Sehingga menggagu aktivitas sehari-hari dan responden (53,1%) menderita anemia. Dari
bahkan dapat membahayakan kehidupan ibu. pernyataan Winkjosastro (2006) darah akan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bertambah banyak dalam kehamilan yang
ibu trauma atau merasa dengan mengonsumsi lazim disebut Hidremia atau Hiperfolemia.
tablet feros mengakibatkan kondisi ibu tidak Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
sehat akibat waktu dan cara mengonsumsinya dibandingkan dengan bertambahnya plasma
tidak sesuai aturan. sehingga terjadi pengenceran darah.
Sebagian besar responden berada pada Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut:
umur 20-35 tahun memungkinkan responden plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin
baik dalam menerima informasi yang didapat. 19%. Dari hasil penyebaran kuesioner yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 146
sudah dilakukan didapatkan alasan mereka 4.3. Hubungan Perilaku Ibu Hamil
masih menderita anemia meskipun sudah Trimester III dalam Mengkonsumsi
diberikan tablet feros (besi) oleh tenaga Tablet Fe (Besi) dengan Kejadian
kesehatan ialah karena mereka tidak teratur Anemia.
dalam mengonsumsinya. Dalam hal ini mereka Berdasarkan hasil tabulasi silang bahwa
mengonsumsi tablet feros (besi) tidak sesuai yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet
dengan aturan minum yang diinformasikan feros (besi) terdapat 18 responden (56,2%)
oleh tenaga kesehatan. didapat sebagian besar yaitu 13 responden
Hasil penelitian menunjukkan dari (40,6%) yang menderita anemia. Menuru
14 responden yang teratur mengonsumsi tablet Manuaba (2001: 51) perilaku ibu yang masih
feros (besi) terdapat 4 responden (43,8%) yang rendah tentang hidup sehat dan status gizi serta
menderita anemia disebabkan karena cara perekonomian ibu hamil yang tergolong masih
mengonsumsi tablet feros (besi) yang salah rendah bisa juga menyebabkan ibu hamil tetap
seperti kebiasaan mengonsumsi semua macam menderita anemia. Selain itu juga disebabkan
obat di pagi hari. Selain itu, asupan gizi yang karena keyakinan dan persepsi masyarakat
kurang sehingga ibu tetap menderita anemia. yang kurang terhadap pentingnya
Apalagi diminum bersamaan dengan kopi atau mengkonsumsi tablet feros (besi) yang bisa
teh dapat menghambat resorpsi tablet feros. menyebabkan mereka menderita anemia,
Manuaba (2001: 51) menyatakan meskipun pemerintah telah mengambil satu
kebutuhan zat besi ibu hamil rata-rata kebijakan yaitu dengan memberikan
mendekati 800 mg kebutuhan terdiri dari 300 wewenang kepada tenaga kesehatan untuk
mg diperlukan untuk janin dan plasenta, 500 memberikan tablet feros (besi) sebanyak 90
mg digunakan untuk peningkatan masa tablet selama kehamilan, karena dengan
haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat
akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. meningkatkan kadar haemoglobin sebanyak 1
Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan gram/bulan.
menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Perhitungan makan tiga kali dengan kalori pula yang tidak teratur dalam mengonsumsi
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 tablet feros terdapat 5 responden (15,6%) yang
mg zat besi per hari. Selama kehamilan dengan tidak menderita anemia. Menurut Mardjono
perhitungan 288 hari, ibu hamil akan (2003) bahwa makanan yang mengandung
menghasilkan zat besi sebanyak 1 gr% feros dalam kadar tinggi terdapat pada hati,
sehingga masih kurang. Perilaku ibu yang kuning telur, daging dan kacang-kacangan
masih rendah tentang hidup sehat dan status serta sayuran hijau yang memiliki sumber besi
gizi serta perekonomian ibu hamil yang yang baik.
tergolong masih rendah bisa juga Hal ini menunjukkan bahwa walaupun
menyebabkan ibu hamil tetap menderita ibu tidak teratur dalam mengonsumsi tablet
anemia.Dengan memperhatikan hasil feros, kandungan besi dapat diperoleh dari
penelitian tersebut maka peran tenaga makanan yang dikonsumsi. Dengan menambah
kesehatan sangat perlu untuk meningkatkan porsi makan dan ibu lebih jeli dalam
cakupan K1 ibu hamil agar dapat diberikan menyiapkan menu makanan yang bergizi serta
tablet feros (besi) sebagai upaya pencegahan bergaya hidup sehat dapat mengurangi
anemia atau sebagai terapi apabila sudah terjadinya anemia.
terjadi anemia pada kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan dari 14
Saifuddin (2006) menyatakan untuk responden yang teratur mengonsumsi tablet
mengatasi hal tersebut di atas pemerintah telah feros (besi) terdapat 4 responden (43,8%) yang
mengambil satu kebijakan yaitu dengan menderita anemia disebabkan karena cara
memberikan wewenang kepada tenaga mengonsumsi tablet feros (besi) yang salah
kesehatan untuk memberikan tablet feros (besi) seperti kebiasaan mengonsumsi semua macam
sebanyak 90 tablet selama kehamilan, karena obat di pagi hari. Selain itu, asupan gizi yang
dengan pemberian preparat besi 60 mg/hari kurang sehingga ibu tetap menderita anemia.
dapat meningkatkan kadar haemoglobin Apalagi diminum bersamaan dengan kopi atau
sebanyak 1 gram/bulan. teh dapat menghambat resorpsi tablet feros.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 147
22. Sustiwa, F. 2009. Menuju Persaingan 24. Tanto Chris. 2014. Kapita Slekta
Global. (http://www.kr.co.id) diakses 23 kedokteran I. Jakarta :Media
Juli 2009 Aesculapius
23. Sugiono. 2005. Memahami Penelitihan 25. Winkjosastro,H. 2006. Ilmu Kebidanan.
Kualitatif. Bandung : Alfa Beta. Jakarta : YBPSP.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 149
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi kombinasi
dengan kejadian flour albus fisiologi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
dengan rancang bangun secara cross sectional. Variabel penelitian ini adalah pemakai kontrasepsi
hormonl dan kejadian fluor albus fisiologi. Populasi adalah semua akseptor kontrasepsi hormonal
sejumlah 80 orang. Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling. Data dianalisis
dan di uji dengan menggunakan uji Statistik Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemakai kontrasepsi kombinasi sebanyak 35 responden dan 23 responden (31,9 %) mengalami
kejadian flour albus fisiologi. Hasil dari uji statistik denganuji chi kuadrat (X²) dengan α = 0,05
didapatkan hasil X2 hitung (5,595) ≥ X2 tabel (2,349) sehingga H1 diterima artinya ada hubungan
yang signifikan antara pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi dengan kejadian flour albus
fisiologi. Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih bermakna peneliti membuat tabulasi silang
antara data umum dan data khusus.Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa sebagian besar
dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun mengalami flour albus fisiologi. Disarankan kepada para
responden pemakai kontrasepsi hormonal harusnya juga melakukan perilaku sehat seperti personal
hygiene agar kondisi kesehatan reproduksi tidak mudah terserang penyakit.
Kata Kunci : Pemakaian Kontrasepsi Hormonal, Fluor Albus.
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara keempat persentasenya adalah sebagai berikut 706.102
terbesar penduduknya di dunia dengan lebih peserta IUD (7,52%), 131.053 peserta MOW
dari 237 juta jiwa.Fertilitas atau kelahiran (1,40%), 27.680 peserta MOP (0,29%),
adalah salah satu faktor penambah bagi jumlah 766.461 peserta Kondom (8,16%), 806.532
penduduk.Untuk mengatasi hal tersebut, peserta Implant (8,59%), 4.406.898 peserta
pemerintah Indonesia menerapkan program Suntikan (46,94%), dan 2.543.648 peserta Pil
Keluarga Berencana (KB) yang telah dimulai (27,09%). (BKKBN, 2013). Cakupan peserta
sejak tahun 1968. Tujuan utama program KB KB aktif pada tahun 2013 75,88%. Jawa Timur
Nasional adalah untuk memenuhi keinginan pada bulan Juni 2013, sebanyak 666.327
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan peserta atau 61,73 persen (BKKBN Provinsi
reproduksi yang berkualitas, menurunkan Jatim, 2013). Menurut Hanafiah TM (2000) di
tingkat atau angka kematian ibu, bayi dan anak PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan
serta penanggulangan masalah kesehatan keputihan akibat infeksi kandida 13,75% pada
reproduksi dalam rangka membangun keluarga pengguna alat kontrasepsi dalam rahim
kecil berkualitas (Arum, 2009). (AKDR), 18,5% pada pengguna pil dan14,0%
Keberhasilan tujuan tersebut sangat pada pengguna KB suntik. Setelah melakukan
ditentukan oleh peningkatan pemakaian studi pendahuluan pada tanggal 22-23 Februari
kontrasepsi KB, yang salah satunya adalah 2017 di BPS Wiji Utami Sidoarjo di dapat data
metode kontrasepsi hormonal Selain sebanyak 10 orang pemakai metode
memberikan dampak positif, KB Hormonal kontrasepsi hormonal, yang mengalami
juga memiliki efek samping salah satunya kejadian flour albus sebanyak 6 orang dan
adalah Flour Albus (Artikel dr. Michelle keenam orang tersebut semuanya mengalami
Angelina, 2012) kejadian flour albus fisiologi.
Peserta KB Baru secara nasional sampai Penggunaan kontrasepsi hormonal akan
pada tahun 2013 sebanyak 9.388.374 peserta. mengubah kondisi hormon yang dapat berefek
Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka pada perubahan PH vagina. Perubahan ini
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 150
Data dari 72 responden sebagian besar sebanyak 37 responden (51,4%) dan yang tidak
berusia 20-35 tahun sebanyak 49 orang (68 %). mengalami kejadian flour albus fisiologi
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia sebanyak 35 responden (48,6%).
dengan pemakai Kontrasepsi Hormonal dapat Flour albus fisiologis terdiri atas cairan
diketahui bahwa responden berusia 20-35 yang kadang – kadang berupa mukus yang
tahun lebih banyak menggunakan kontrasepsi mengandung banyak epitel dengan leukosit
hormonal jenis kombinasi sebanyak responden yang jarang (Wiknjosastro, 2005). Penyebab
32 (91,4%) dan 3 responden (8,6%) dari flour albus antara lain infeksi vagina oleh
menggunakan kontrasepsi hormonal jenis non jamur atau parasit, faktor hygiene yang jelek,
kombinasi. pemakaian obat – obatan ( antibiotik,
Umur merupakan salah satu faktor yang kortiksteroid, KB ) dan stress. (Artikel dr.
berhubungan dengan perilaku seseorang Suparyanto, 2011).
termasuk dalam penggunaan alat Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kontrasepsi.Mereka yang berumur tua data dari 72 responden hampir seluruhnya
mempunyai peluang kecil untuk menggunakan berusia 20-35 tahun sebanyak 49 orang (68 %).
alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang Berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia
muda (Simbolon, 2010). dengan kejadian flour albus fisiologi dapat
Lebih banyaknya penguna kontrasepsi diketahui bahwa responden berusia 20-35
hormonal kombinasi pada usia reproduksi tahun lebih banyak yang mengalami kejadian
sehat dikarenakan akseptor masih memiliki flour albus fisiologi sebanyak 35 responden
jumlah anak 1 dan menginginkan anak lagi (94,5%).
sehingga menghendaki kembali kesuburannya Keputihan pada wanita ternyata tidak
lebih cepat. hanya diderita wanita dewasa, melainkan bisa
Diketahui sebagian besar responden menyerang wanita berbagai umur atau dalam
dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun sebanyak 44 kata lain keputihan pada wanita tidak
responden (61,1%). Berdasarkan hasil tabulasi memandang usia. Jenis keputihan pada wanita
silang antara lama pemakaian dengan pemakai biasanya bisa dilihat dari penyebabnya itu
kontrasepsi Hormonal dapat diketahui bahwa sendiri. Ada yang memang normal terjadi pada
responden dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun wanita atau fisiologis, namun ada juga
27 responden (61,3%) menggunakan penyebab yang memang tidak normal atau
kontrasepsi hormonal jenis kombinasi. patologis (Artikel Anne Ahira, 2012).
Jumlah akseptor kontrasepsi yang lama Sebagian besar responden pada kejadian
pemakaian lebih dari 1 tahun menunjukkan flour albus fisiologi, diakibatkan karena
akseptor banyak yang merasa cocok dan dengan usia yang reproduktif, hormon dalam
mendapatkan keuntungan dari pemakaian tubuh masih berlangsung sangat baik tetapi
kontrasepsi ini disamping motivasi yang dengan ditambahnya pemakaian kontrasepsi
mendorong akseptor untuk menunda, hormonal, akan mengubah kondisi hormonal
menjarangkan dan mengakhiri kehamilan, yang dapat berefek pada perubahan PH vagina.
sehingga akseptor dapat mengatur dan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
merencanakan jumlah anak sesuai yang data bahwa sebagian besar responden dengan
dikehendaki (Simbolon, 2010). lama pemakaian ≥ 1 tahun sebanyak 44
Sesuai dengan teori yang dikemukakan responden (61,1%). Berdasarkan hasil tabulasi
bahwa akseptor dengan lama pemakaian lebih silang antara lama pemakaian dengan kejadian
dari 1 tahun menunjukkan kecocokan mereka flour albus fisiologi dapat diketahui bahwa
terhadap kontrasepsi hormonal jenis responden dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun
Kombinasi, serta dikarenakan karena adanya lebih banyak mengalami flour albus fisiologi
keuntungan dari kontrasepsi hormonal sebanyak 33 responden (71,7%).
kombinasi tersebut yang menurut mereka Flour Albus meningkat kira-kira 50 %
bermanfaat bagi dirinya maupun keluarganya. dibandingkan bukan pemakai kontrasepsi
4.2. Kejadian Flour albus fisiologi hormonal dan flour albus makin sering timbul
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dengan semakin lamanya pemakaian KB
data bahwa sebagian besar responden yang hormonal dan juga dengan kadar estrogen
mengalami kejadian flour albus fisiologi yang lebih tinggi (Hanafi, 2004).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 152
Hal ini diakibatkan karena responden tekanan atau iritasi yang berlangsung lama
dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun maka (Artikel dr. Suparyanto, 2011).
penggunaan kontrsepsi hormonal yang Efek Samping kontrasepsihormonal jenis
mengandung hormon estrogen dan progesteron kombinasi : Mual, Kenaikan berat badan, Sakit
dalam tubuh akseptor menimbulkan perubahan kepala, Keputihan (Artikel dr. Michelle
kondisi hormonal vagina dan kurangnya Angelina, 2012) .Terjadinya flour albus salah
pengetahuan dari responden tentang adanya satunya adalah pemakaian kontrasepsi
efek samping dari penggunaan kontrsepsi hormonal kombinasi . Didalam kontrasepsi
hormonal yaitu keputihan. hormonal kombinasi mengandung hormon
4.3. HubunganPemakaian Kontrsepsi sintetik (estrogen dan progesteron) yang dapat
Hormonal dengan Kejadian Flour mengubah kondisi hormonal yang dapat
Albus Fisiologi berefek pada perubahan PH vagina. Perubahan
Berdasarkan tabulasi silang diatas ini dapat menyebabkan bergesernya
menunjukkan bahwa pemakaian kontrsepsi keseimbangan populasi flora normal vagina
hormonal kombinasi sebagian besar sebanyak dan menimbulkan gangguan keputihan
35 orang (48,6%) dan yang mengalami (Hanafi, 2004).
kejadian flour albus fisiologi sebanyak 23 Flour Albus meningkat kira-kira 50 %
orang (31,9%). dibandingkan bukan pemakai hormonal
Untuk mengetahui adanya hubungan kombinas, flour albus makin sering timbul
pemakaian kontrasepsi hormonal dengan dengan semakin lamanya pemakaian hormon
kejadian flour albus fisiologi, maka diuji kombinasi dan karena kadar estrogen yang
dengan menggunakan uji chi kuadrat (X²) lebih tinggi.Sebabnya : Lactobacillus
dengan α = 0,05 didapatkan hasil X2 hitung memecah glikogen menjadi asam laktat,
(5.595) ≥ X2 tabel (2,349) sehingga H0 ditolak sehingga menyebabkan lingkungan yang asam
dan H1 diterima artinya ada hubungan dimana Candida albicans tumbuh dengan
pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi subur.Penelitian di Inggris menunjukkan
dengan kejadian flour albus fisiologi di BPS akseptor metode kontrasepsi kombinasi
Wiji Utami Desa Pagerngumbuk Kecamatan mempunyai risiko 1,2 x lebih besar untuk
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. mendapatkan infeksi jamur Candidiasis
Flour albus merupakan cairan putih yang dibandingkan tanpa KB, tetapi lebih terlindung
keluar dari liang senggama secara berlebihan terhadap infeksi parasit Trichomoniasis
(Manuaba, 2009). Ciri – ciri flour albus risikonya 0,7 x (Hanifa, 2004).
fisiologi yaitu berwarna jernih atau Terjadinya flour albus fisiologi pada
kekuningan, tidak berbau, tidak disertai gatal, akseptor hormonal kombinasi dikarenakan
tidak disertai perubahan warna (Bahari, bergesernya flora normal vagina akibat dari
2012).Faktor Penyebab Flour Albus : Infeksi perubahan hormon di dalam tubuh serta
vagina oleh jamur atau parasit, Faktor Hygiene sebagian akseptor tidak diiringi dengan
yang jelek, Pemakaian obat-obatan perilaku sehat seperti personal hygiene dengan
(Antibiotik, Kortikosteroid, dan KB) karena tidak memakai sabun pembersih vagina dan
pemakaian obat- obatan khususnya antibiotik mengganti celana dalam lebih dari 2x setiap
yang terlalu lama dapat menimbulkan sistem hari, hal ini bertujuan agar kondisi kesehatan
imunitas dalam tubuh. Biasanya pada wanita reproduksi ibu tidak mudah terserang penyakit.
yang mengkonsumsi antibiotik timbul
keputihan.Sedangkan penggunaan KB 5. KESIMPULAN
mempengaruhi keseimbangan hormonal Berdasrkan hasil penelitian dapat
wanita, Stress dan Penyebab lain keputihan disimpulkan bahwa ada hubungan yang
adalah alergi akibat benda-benda yang signifikan antara pemakaian KB hormonal
dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja dengan kejadian flour albus fisiologi di BPS
ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat Wiji Utami Desa Paagerngumbuk Kecamatan
kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa
juga karena luka seperti tusukan, benturan,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 153
Sulisdiana
Program Studi D3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email : diana.sulis6@gmail.com
Abstract
Pregnancy in the third trimester can trigger a variety of unpleasant complaints. Massage in pregnant
women can be done as one way to relieve discomfort and make pregnant women to relax and sleep
with satisfaction (Headman, 20012). Purpose: This study is to determine the effect of massage in
pregnant women on Sleep Quality in Pregnant Women of the third trimester. The design uses pre-
experimental pre-post test with one group design. place of research in BP Muslimat Selorejo Village
Kec. Mojowarno Kab. Jombang. . This research uses pre-experimental approach with post-test with
one group design. Sleep quality with The Sleep Quality Index (PSQI). Data collection was conducted
in August-September 2017. The sample was 10th trimester pregnant women as many as 10
respondents. The data obtained based on the age distribution of respondents is predominantly at the
age of <20 years as many as 7 people (70%.) According to WHO <20 years age is included in the
criteria of young age. statistical test using wilxocon test get p value <0,005, because p value <0,05
mean there is influence of massage in pregnant women to sleep quality in pregnant mother.
Keywords: Massage in pregnant women, sleep quality
kurang lancar. Pijat bumil dapat memproduksi Tabel. 2. Distribusi frekuensi responden
endomorfin dengan mengurangi ketegangan berdasarkan paritas di BP
otot adalah kebalikan dari respon stres.Studi Muslimat desa Selorejo kec.
menunjukkan bahwa massage dapat membantu Mojowarno Kab. Jombang pada
menyelesaikan permasalahan seperti bulan agustus – September 2017.
kecemasan, depresi, stres, nyeri dan insomnia No. Paritas f %
dengan mengurangi ketegangan otot (Richards, 1. Primipara 7 70
2009)Tujuan Penelitian. Penelitian ini 2. Multipara 3 30
mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh 3. Grandemultipara 0 0
pijat bumil terhadap kualitas tidur pada Total 10 100
ibu hamil trimester tiga di BP Muslimat Desa Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang. sebagian besar responden adalah usia 20 tahun
sebanyak 6 orang (60%).
2. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
pre exsperimental dengan pre- post test with berdasarkan PSQI Sebelum dan
one group desain. Desain penelitian yang sesudah Pijat bumil di BP
dilakukan dalam penelitian ini ialah Muslimat desa Selorejo Kec.
pengukuran Kualitas tidur dengan The Mojowarno Kab. Jombang pada
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) bulan Agustus – September 2017.
(Harvey, et.al, 2008) dan pijat bumil 3/
minggu selama 2 minggu . sampel ibu hamil No. Sebelum Sesudah Range
fisiologis umur kehamilan 28 – 32 mg 1 12 9 3
sebanyak 10 bumil. Penelitian ini 2 11 9 2
dilaksanakan di BP muslimat desa Selorejo 3 12 8 4
Kec. Mojowarno Kab. Jombang pada bulan 4 11 7 4
Agustus-September 2017 5 10 7 3
6 12 7 5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 12 7 5
Tabel. 1. Distribusi frekuensi responden 8 10 7 3
berdasarkan umur di BP 9 10 8 3
Muslimat desa Selorejo kec. 10 12 9 3
Mojowarno Kab. Jombang pada Means 11.2 7.7 3.5
bulan agustus – September 2017. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
No. Umur f % bahwa penelitian dengan Sebelum Pijat bumil
1. < 20 tahun 6 60 denganilai mean 11,2 sedangkan sesudah pijat
2. 20 – 35 tahun 4 40 bumil adalah 7,7, dari penilaian tersebut dapat
3. >35 tahun 0 0 disimpulkan bahwa pijat bumil memiliki
Total 10 100 pengaruh lebih besar terhadap peningkatan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan kualitas tidur, hal ini dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden adalah usia 20 tahun terdapat perbedaan jarak selisih sebesar 3.5
sebanyak 6 orang (60%). Uji Pengaruh responden pijat bumil
terhadap kualitas tidur pada ibu hamil trimester
III dengan menggunakan uji wilcoxon dengan
nilai signifikan p< 0,05 dengan hasil sebagai
berikut:
Paired Differences
95% CI
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
2.500 1.716 .543 1.272 3.728 4.607 9 .001
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 156
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur, hal ini dapat dilihat bahwa
pengaruh pijat bumil terhadap kualitas tidur terdapat perbedaan jarak selisih sebesar 3.5.
pada ibu hamil trimester tiga. Penelitian ini Ibu hamil hendaknya memperhatikan
dilakukan di BP Muslimat Desa Selorejo Kec. kualitas tidur untuk menjaga kesehatan bayi
Mojowarno Kabupaten Jombang pada Agustus dan dirinya. Apabila terjadi kesulitan dalam
– September 2017. Dari penelitian ini tidur, maka perlu melakukan gerakan seperti
mendapatkan responden sebanyak 10 orang. miring kekiri atau miring kekanan pada saat
Data yag diperoleh bedasarkan distribusi umur tidur serta suami memberikan pijat ringan
responden sebagian besar adalah pada usia < untuk bumil.
20 tahun sebanyak 7 orang (70%.) Menurut
WHO umur < 20 tahun termasuk dalam kriteria REFERENSI
usia muda (Hamilton, 2002). Pada usia muda 1. Deborah. Louise, M.2009. Sleep
ini banyak individu mengalami gangguan tidur Problems nd Depressed Mood Negatively
karena aktifitas fisiknya sehingga pijat bumil Impact Health-Related Quality of Life
sangat berpengaruh untuk kualitas tidurnya . During Pregnancy. Avaliable at Pro Quest
uji wilcoxon dengan nilai signifikan 0.001 Research Library (diakses pada tanggal 19
(p<0,05) pijat bumil memiliki pengaruh lebih juni 2012).
besar terhadap peningkatan kualitas tidur, hal 2. Grace W. Pien, MD; Richard J. Schwab,
ini dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan MD.2010 Sleep Disorders
jarak selisih sebesar 3.5. Pemberian pijat DurinPregnancy.Journal of Sleep.
bumil dalam waktu lama dapat memberikan 3. Hamilton P.M.2002.Dasar-dasar
efek relaksasi yang lebih mendalam, Keperawatan Maternitas.EGC:Jakarta.
memaksimalkan proses peregangan otot, dan 4. Harvey, A. G., Stinson, K., Whitaker, K.
meningkatkan elastisitas jaringan. Pemberian L., Moskovitz, D., Virk,H.
interverensi pijat bumil dapat peningkatan 2008.Thesubjective meaning of sleep
kualitas tidur pada ibu hamil trimester tiga di quality: acomparison of individuals with
BP Muslimat Desa Selorejo Kec. Mojowarno and without insomnia. Sleep,31 (3).
Kab. Jombang di dapatkan hasil bahwa 5. Hedman C, Pohjasvaara T, Tolonen U, et
terdapat pengaruh Pijat Bumil terhadap al.2012. Effects of pregnancyon mothers'
kualitas tidur pada ibu hamil trimester tiga sleep. Sleep Med
dimana dalam pelaksanaannya menggunakan 6. Kathryn A. Lee, Caryl L. Gay. 2014. Sleep
pengukuran dengan kuisioner the Pittsburgh in late pregnancy predicts length of labor
sleep Quality index (PSQI), (Harvey, 2008). and typeof delivery.American Journal of
.pijat bumil dapat d lakukan pada kehamilan Obstetrics and Gynecology (2014).
normal, sedang bumil dengan resiko tinggi 7. Kozier et al. 2004. Fundamentals of
tidak di perbolehkan. Nursing Consepts, Process, and Practice,
Hasil Penelitian Risty, 2016 menunjukkan 8. New Jersey: Pearson Prentise Hall.
bahwa nilai signifikansi uji wilxocon sebesar 9. Maya. 2008. Perubahan Fisik Ibu Hamil.
0,002 < 0,05 sehingga H1 di terima bahwa ada http://groups.zorpia.com/kebidanan/foru
pengaruh Pijat punggung terhadap intensitas m/297882. Diakses tanggal 19 Maret
nyeri persalinan pada inpartu kala 1 fase aktif. 2010.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian 10. Richards K. C., Gibson, R., & Overtoon-
besar responden mengalami nyeri berat McCoy, A. L. (2009).Effects of massage
sebelum diberikan pijat teknik efflurage yaitu in acute and critical care.
sebanyak 9responden (56,7%) . AmericanAssociation of Critical Care
Nurses.
4. KESIMPULAN DAN SARAN 11. Sedov, Cameron.EE, Madigan, S,
Berdasarkan uji statistik, dalam penelitian Tomfohr-Madsen.L.M, 2017. Sleep
ini dapat disimpulkan bahwa : Terdapat Quality during Pregnancy analysis. 2017
pengaruh pijat bati terhadap kualitas tidur pada Jun 15. pii: S1087-0792.
ibu hamil trimester tiga. pijat bumil memiliki
pengaruh lebih besar terhadap peningkatan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 157
Abstrak
Rendahnya keikutsertaan suami dalam praktek penggunaan kontrasepsi pria pada dasarnya tidak
terlepas dari persepsi atau anggapan yang masih cenderung menyerahkan tanggung jawab ber-KB
kepada istri atau perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi
suami tentang keluarga berencana dengan motivasi ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi keluarga
berencana. Desain penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang tidak mengikuti program KB dengan
jumlah sampel sebanyak 36 responden. Teknik pengambilan sampel dengan simple random
sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kueisoner persepsi dan motivasi. Pengolahan
data dengan editing, koding, skoring dan tabulating. Analisis data dengan menggunakan uji statistik
Korelasi Pearson dengan alpha 0,05. Hasil penelitian menunjukkan persepsi suami dalam
penggunaan alat kontrasepsi KB adalah positif (58,3%) dan negatif (41,7%). Motivasi ibu dalam
penggunaan alat kontrasepsi KB adalah kuat (41,6%), sedang (50%) dan lemah (8,4%). Hasil uji
statistik Korelasi Pearson didapatkan nilai p = p 0,011 artinya H1 diterima. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara persepsi suami dengan motivasi ibu dalam
penggunaan alat kontrasepsi Keluarga Berencana.
Kata kunci : persepsi, motivasi, wanita usia subur, alat kontrasepsi
c. Hubungan persepsi suami dengan motivasi ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi keluarga
berencana
Tabel 12. Tabulasi Silang hubungan persepsi suami dengan motivasi ibu dalam penggunaan
alat kontrasepsi keluarga berencana di RW 01 Dusun Dempok Desa Grogol Diwek
Jombang tahun 2016
Motivasi Kuat Sedang Lemah Total
Persepsi f % f % f % f %
Positif 12 33,3 8 22,2 1 2,8 21 58,3
Negatif 3 8,3 10 27,8 2 5,6 15 41,7
Total 15 41,6 18 50 3 8,4 36 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui (Hidayat, 2009). Ukuran dan penempatan dari
bahwa sebagian besar persepsi suami tentang obyek atau stimulus. Hal menyatakan bahwa
alat kontrasepsi adalah positif, dan setengah semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka
motivasi ibu dalam penggunaan alat semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini
kontrasepsi adalah sedang. akan mempengaruhi persepsi suami dan
Berdasarkan hasil uji statistic korelasi dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
Pearson didapatkan nilai koefisien korelasinya individu akan mudah untuk perhatian pada
adalah 0,393 dan nilai p 0,011 artinya ada gilirannya membentuk persepsi.
hubungan yang positif antara persepsi suami Persepsi suami bersifat individual, karena
dengan motivasi ibu dalam penggunaan alat persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi
kontrasepsi di RW 01 Dusun Dempok Desa dalam individu, maka apa yang ada dalam diri
Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten individu akan ikut aktif dalam persepsi.
Jombang tahun 2016. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat
dikemukakan karena perasaan dan kemampuan
3. PEMBAHASAN berfikir. Pengalaman individu tidak sama,
a. Persepsi suami tentang alat kontrasepsi maka dalam mempersepsi suatu struktur, hasil
KB persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan yang lain karena sifatnya sangat subjektif
bahwa persepsi suami tentang alat kontrasepsi (Walgito, 2004).
adalah sebagian besar positif (58,3%). Menurut peneliti, faktor yang
Keberhasilan program Keluarga mempengaruhi persepsi adalah umur, dimana
Berencana (KB) membutuhkan dukungan dalam penelitian ini diketahui bahwa hampir
semua pihak, termasuk suami bukan saja setengah responden (36%) berumur 32 – 37
perempuan yang memiliki kaitan langsung. tahun dan umur suaminya antara 40 – 46 tahun
Hanya saja dalam kenyataannya KB lebih . Umur 32 – 37 tahun adalah termasuk dalam
banyak diikuti kaum perempuan. Bukan hanya kategori dewasa, dalam hal ini sumi sudah
dukungan, tetapi partisipasi secara langsung memiliki dasar yang kuat dalam mengambil
oleh suami dalam program KB juga dapat keputusan dalam tumah tangga mereka. Selain
diwujudkan karena alat kontrasepsi yang itu beberapa hal mempengaruhi persepsi
tersedia juga bukan hanya untuk wanita, tetapi seseorang yaitu dari dalam inidividu tersebut.
juga untuk pria, seperti metode barier Individu melihat sesuatu dan berusaha
(kondom), vasektomi, spermiside,dan memberikan interpretasi tentang apa yang
senggama terputus. Hal ini menunjukkan dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik
bahwa memang suami dapat berpartisipasi individual yang turut berpengaruh seperti
dalam mewujudkan keluarga berencana sikap, motif, minat, pengalaman, dan
(BKKBN, 2011). harapannya. Yang kedua, sasaran persepsi
Persepsi dapat terjadi saat rangsangan tersebut yang berupa orang, benda atau
mengaktifkan indera atau pada situasi dimana peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya
terjadi ketidakseimbangan pengetahuan berpengaruh terhadap persepsi orang yang
dengan objek atau symbol sehingga membuat melihatnya (Siagian. 1995).
kesalahan persepsi. Persepsi akan Faktor ketiga adalah faktor situasi.
mempengerahui sikap dan perilaku manusia Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 161
berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul proses belajar, makin tinggi pendidikan
perlu pula mendapat perhatian. Situasi seseorang maka semakin mudah untuk
merupakan faktor yang turut berperan dalam menerima informasi sehingga semakin banyak
penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya, pula pengetahuan yang dimiliki .
seorang anak akan menunjukkan suatu pola b. Motivasi ibu dalam penggunaan alat
perilaku tertentu bila berhadapan dengan kontrasepsi
orangtua seperti sopan, tertib, dan sejenisnya, Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
berbeda dengan perilakunya apabila berada di bahwa motivasi ibu dalam menggunakan alat
tengah-tengah rekannya yang sebaya (Siagian, kontrasepsi keluarga berencana adalah kuat
1995). yaitu sebesar 41,6 %
Notoadmodjo (2010) pengalaman Motivasi merupakan dorongan mental
sesorang yang didapat dari usia akan yang menggerakkan dan mengarahkan
berpengaruh terhadap persepsi demikian juga perilaku manusia termasuk perilaku belajar
Robins (2007) menyatakan bahwa pengalaman karena dalam motivasi terkandung adanya
dapat mempengaruhi persepsi seseorang. keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan
Pengalaman akan lebih banyak seiring menyalurkan dan mengarahkan sikap dan
bertambahnya usia. Berdasarkan penelitian perilaku individu (koeswara,1989) yang
yang dilakukan Traeen, Stignum dan Eskild dikutip di Dimyati dan Mudjiono (2002).
(2002) penggunaan metode kontrasepsi Motivasi adalah proses proses psikologikal
dimulai pada retang usia kurang dari 25, 25-29, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya
30-34, 35-39, 40-44, dan lebih dari 45. dan terjadinya persistensi kegiatan - kegiatan
Golongan usia pada penelitian tersebut sukarela (volunteer) yang diarahkan pada
diketahui diantara usia yang memiliki tujuan tertentu (Michell,1982,dalam Winardi
penggunaan metode kontrasepsi yang paling J,2001).
banyak ialah 25-29 yaitu 18,1 % dari 426 Motivasi sangat berhubungan erat dengan
responden. bagaimana perilaku itu dimulai, disokong,
Usia 25-29 dapat dikategorikan sebagai dikuatkan, diarahkan, dihentikan dan reaksi
dewasa awal yang dimana pada usia tersebut subjektifitas macam apakah yang timbul dalam
suami cenderung memiliki rasa ingin tahu atau organisasi ketika semua berlangsung. Motivasi
mencoba lebih (Santrock, 2003). Tingkat merupakan keinginan untuk melakukan
pendidikan sebagian besar responden pada sesuatu dan menentukan kemampuan
penelitian ini memiliki pendidikan tinggi atau bertindak untuk memuaskan kebutuhan
suami yang telah menempuh pendidikan di individu (Robins, 2010).
perguruan tinggi, yaitu sebanyak 30 responden Motivasi sangat berperan penting
(60%). Hasil penelitian ini berbeda dengan pengambilan keputusan kerena motivasi juga
yang dilakukan oleh Budisantoso (2008), merupakan proses pembelajaran yang perlu
Amelia, Lestari, dan Karim (2012), dipahami oleh suami agar dapat melakukan
Istiqomah, Novianti dan Nurlina (2012) berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada
serta Prabowo dan Sari (2011) dimana istri. Motivasi juga dirumuskan sebagai
sebagian responden berpendidikan tingkat dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam
SMA/SLTA Pendidikan dapat mempengaruhi maupun luar untuk mencapai tujuan tertentu
pengetahuan dan sikap tentang metode guna memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan.
kontrasepsi, dan suami yang memiliki Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan
pendidikan tinggi cenderung memberikan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk
respon yang lebih rasional daripada mereka mengambil keputusan (Clelland,1955).
yang berpendidikan rendah, lebih kreatif, dan Individu yang memiliki motivasi kuat akan
lebih terbuka tentang metode kontrasepsi pria banyak menentukan terhadap kualitas perilaku
(Ekarini, 2008). yang ditampilkannya, baik dalam konteks
Seseorang dengan tingkat pendidikan belajar, bekerja maupun dalam pengambilan
tinggi cenderung lebih mudah menerima keputusan dalam mendukung istri dalam
informasi tentang alat kontrasepsi yang menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang
diberikan oleh petugas kesehatan. Menurut dipakai (Clelland,1955).
Ahmadi (2001) pendidikan mempengaruhi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 162
10. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan 24. Santrock, W. J. (2003). Adolecent,
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta dan Perkembangan Remaja. Jakarta:
Depdikbud. Erlangga.
11. Ekarini, Sri Madya Bhakti. 2008. Analisis 25. Siagian P, Sondang. (2005). Fungsi-
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi
Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Aksara.
Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten 26. Suarli & Bahtiar. (2010). Manajemen
Boyolali. Tesis Program Studi Magister Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Erlangga.
Administrasi & Kebijakan Kesehatan 27. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Anak. Universitas Diponegoro Semarang. Kualitatif, dan R&D) Bandung: Alfabeta
12. Ahmadi, A. 2001.Ilmu Pendidikan. 28. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk
Rineka Cipta Jakarta Keperawatan. Jakarta : EGC.
13. Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. 29. Usman Efendi dan Juhaya S Praja. (1993).
Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.
Jakarta: EGC 30. Walgito, Bimo. 2002. Pengantar
14. Hamzah B. Uno, (2008), Teori Motivasi Psikologi Umum. Yogyakarta: Adi
dan Pengukurannya Analisis di Bidang 31. Winardi, J. 2001. Motivasi dan
Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta
15. Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian : Raja Grafindo Persada.
Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
16. ______.2009. Pengukuran Motivasi.
Diakses dari http://dr-
suparyanto.blogspot.com./2010/2009/kon
sep-motivasi.html. Tanggal akses 15 Juli
2016.
17. Irwanto. 2008. Klasifikasi Motivasi.
http://www.media.com. diakses tanggal
26 Juli 2016
18. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
19. Notoadmodjo. 2007. PromosiKesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
20. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, pedoman skripsi, tesis dan
instrument penelitian keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
21. Novianti, Siti (2014) Faktor Persepsi Dan
Dukungan Isteri Yang Berhubungan
Dengan Partisipasi Kb Pria. Jurnal
Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10.
No. 2 September 2014
22. Pieter, H.Z. & Lubis,N.L. 2010.
Pengantar Psikologi Dalam
Keperawatan. Jakarta: Kencana
23. Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary.
(2010). Manajemen(edisi kesepuluh).
Jakarta: Erlangga.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 164
Tutut Pujianto
Akademi Gizi Karya Husada Kediri
noanpujianto@gmail.com
Abstrak
Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh rutinitas konsumsi makanan sehari-hari, utamanya konsumsi
pangan hewani serta konsumsi buah dan sayur. Asosiasi konsumsi pangan hewani serta konsumsi
buah dan sayur ibu dengan status gizi balita, dapat terganggu oleh keberadaan variabel confounding
yaitu jumlah balita serumah dan pendidikan ibu. Penelitian ini menggunakan desain observasional
dengan pendekatan cross sectional, dengan besar sampel 116 dipilih secara random (simple random
sampling). Data konsumsi lauk hewani, buah dan sayur didapatkan melalui proses recall 3 hari
kepada ibu balita, sedangkan status gizi balita dihitung dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut
umur. Asosiasi konsumsi pangan hewani serta buah dan sayur terhadap status gizi balita di analisis
dengan uji coefisien contingensi. Sedangkan penentuan peran variabel confounding dianalisis dengan
Mantel Haenszel (α : 0,05). Hasil menunjukan tadanya asosiasi antara konsumsi pangan hewani,
buah dan sayur dengan status gizi balita. Jumlah balita serumah dan pendidikan ibu mempengaruhi
asosiasi antara konsumsi pangan hewani ibu dengan status gizi balita. Tapi Jumlah balita serumah
dan pendidikan ibu tidak mempengaruhi asosiasi antara konsumsi sayur dan buah ibu dengan status
gizi balita.
Kata kunci : pangan hewani, sayur dan buah, konsumsi, status gizi
bagi anggota keluarga dan terutama balita. balita mau mengkonsumsi buah dan sayur,
Kebiasaan konsumsi pangan hewani akan demi tumbuh kembang balitanya. Penelitian
dapat memberikan pengaruh pada tumbuh Yunita Dhian S. (2009) menyatakan bahwa
kembang balita, jika ibu juga dapat faktor yang berhubungan dengan konsumsi
memberikannya kepada balita. Besarnya sayur anak sekolah dasar adalah kebiasaan ibu
kebiasaan konsumsi pangan hewani setiap hari, balita dalam mengkonsumsi sayur itu sendiri.
karena setiap hari keluarga yang ada di desa Sehingga jika knsumsi buah dan sayur ibunya
Tawang Kecamatan Wates ini mengonsumsi rendah, maka konsumsi buah dan sayur balita
telur atau ikan yang lainya. Data ini sesuai juga rendah.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yana
Ayu A. (2014) yang menyatakan bahwa 85,7% Tabel 7. Distribusi Status Gizi Balita
masyarakat Sukoharjo-Surakarta telah No. Status Gizi f %
mengkonsumsi telur, ikan dan olahan lainnya 1. Kurang 30 25,9
setiap hari. 2. Baik 86 74,1
Total 116 100
Tabel 6. Distribusi Kebiasaan Konsumsi
Buah dan Sayur Ibu Balita Dari tabel 7 diketahui bahwa 74,1% balita
No. Kebiasaan f % berada pada status gizi baik dan sisanya
1. Tidak Setiap Hari 59 50,9 berstatus gizi kurang. Pengukuran status gizi
2. Setiap Hari 57 49,1 yang dinilai dari Indeks Masa Tubuh (IMT)
Total 116 100 berdasarkan pada berat badan dan tinggi badan
ini menjadi cerminan tumbuh kembang yang
Dari tabel 6 diketahui bahwa kebiasaan baik. Tumbuh kembang balita yang baik dapat
ibu balita dalam mengkonsumsi sayur antara dipengaruhi oleh konsumsi makanannya
yang setiap hari dan tidak setiap hari cenderung terutama peran pangan hewani dan konsumsi
berimbang. Kebiasaan ibu balita ini masih buah dan sayur.
dapat dibanggakan, karena dewasa ini banyak
ibu balita yang lebih menyukai makanan kering Analisis Variabel Confounding Dalam
tanpa sayur dan cenderung tidak menyukai Mempengaruhi Hubungan Antara Konsumsi
buah. Sebuah angka yang patut diwaspadai Lauk Hewani , Buah dan Sayur Dengan Status
untuk segera dicarikan solusinya, agar ibu Gizi Balita dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Pengujian Coefisien Contingensi dan Mantel Haenszel Hubungan Konsumsi
Pangan Hewani dengan Status Gizi Balita
No. Parameter p value confounding Kesimpulan
Jumlah Pendidikan
balita ibu
1. Coefisien Contingensi 0,020 0,020 Ada hubungan antara
konsumsi lauk hewani
dengan status gizi
2. Mantel Haenszel 0,035 0,027 Jumlah balita serumah dan
Conditional pendidikan ibu menjadi
Independence confounder
3. Mantel Haenszel 2,634 2,863
Common OR Estimate
Dari nilai tabel hasil pengujian dengan besar dilakukan setiap hari membawa akibat
coefisien contingensi (α = 0,05) disimpulkan terhadap perbaikan status gizi balita terutama
bahwa ada asosiasi antara konsumsi pangan dalam mencegah balita gizi kurang ataupun
hewani ibu terhadap status gizi balita gizi buruk, termasuk terjadinya stunting. Hal
(p=0,020). Kebiasaan ibu dalam ini sesuai dengan penelitian Diah Anggraeni
mengkonsumsi pangan hewani yang sebaian et.all (2016) yang menyatakan bahwa terdapat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 167
hubungan antara konsumsi protein dengan akan semakin tinggi pula dalam mendapatkan
status gizi balita (p=0,01). Sedangkan informasi gizi seimbang, serta informasi
penelitian Fitrah E. (2016) menyatakan bahwa kesehatan lainnya.
konsumsi protein nabati dan hewani antara Hasil perhitungan Odds Ratio (OR) untuk
stunting dan gizi kurang, lebih rendah jumlah balita serumah = 2,634 artinya bahwa
dibandingkan yang bertatus gizi baik. jumlah balita yang serumah sama dengan 1
Hasil analisis peran variabel confounding memiliki resiko staus gizi baik sebesar 2,634
(jumlah balita serumah dan pendidikan ibu) kali dibadingkan dengan yang jumlah balita
terhadap asosiasi konsumsi pangan hewani serumahnya sama dengan 2. Sedangkan nilai
dengan status gizi balita, menunjukkan Odds Ratio (OR) pendidikan ibu = 2,863
signifikansi < α (0,035 dan 0,027). Nilai artinya bahwa pendidikan ibu yang lebih tinggi
signifikansi < α, diartikan bahwa jumlah balita memiliki resiko staus gizi baik sebesar 2,863
serumah akan mempengaruhi asosiasi kali dibadingkan dengan yang pendidikan
konsumsi pangan hewani dengan status gizi ibunya lebih rendah. Ini berati dengan
balita. Jumlah balita serumah yang rata-rata menurunkan jumlah balita serumah akan
hanya satu, memungkinkan ibu balita dapat menaikan status gizi balita. Demikian juga
lebih mudah memberikan asupan yang lebih dengan pendidikan ibu, semakin tinggi
baik serta dapat selalu memantau tumbuh pendidikan ibu akan semakin besar pula status
kembang balita. Demikian juga dengan tingkat gizi balita baiknya.
pendidikan ibu, semakin tinggi pendidikan ibu
Tabel 9. Hasil Pengujian Coefisien Contingensi dan Mantel Haenszel Hubungan Konsumsi
Buah dan Sayur dengan Status Gizi Balita
No. Parameter p value confounding Kesimpulan
Jumlah Pendidikan
balita ibu
1. Coefisien Contingensi 0,044 0,044 Ada hubungan antara
konsumsi Buah dan sayur
dengan status gizi
2. Mantel Haenszel 0,074 0,060 Jumlah balita serumah dan
Conditional pendidikan ibu tidak
Independence menjadi confounder
3. Mantel Haenszel 2,395 2,471
Common OR Estimate
Dari nilai tabel hasil pengujian dengan terhadap asosiasi konsumsi buah dan sayur
coefisien contingensi (α = 0,05) disimpulkan dengan status gizi balita, menunjukkan
bahwa ada asosiasi antara konsumsi buah dan signifikansi < α (0,074 dan 0,060). Nilai
sayur ibu terhadap status gizi balita (p=0,044). signifikansi > α, diartikan bahwa jumlah balita
Walaupun kebiasaan ibu dalam mengkonsumsi serumah tidak akan mempengaruhi asosiasi
buah dan sayur sebagian belum setiap hari konsumsi buah dan sayur ibu dengan status gizi
tetapi juga membawa akibat terhadap balita. Demikian juga dengan tingkat
perbaikan status gizi balita terutama dalam pendidikan ibu, pendidikan ibu tidak
mencegah terjadinya infeksi saluran mempengaruhi asosiasi konsumsi buah dan
pencernaan makanan. Peran yang cukup besar sayur ibu dengan status gizi balita. Tidak
dari ibu dalam konsumsi buah dan sayur untuk berpengaruhnya variabel confounding (jumlah
meningkatkan status gizi balita sesuai denga balita serumah dan pendidikan ibu) dalam
penelitian Pearson (2009), yang menyatakan mempengaruhi hubungan antara konsumsi
bahwa orang tua/ibu menjadi faktor yang buah dan sayur ibu terhadap status gizi balita,
berpengaruh terhadap konsumsi sayur anak pra dapat disebabkan karena asosiasi antara
sekolah. konsumsi buah dan sayur ibu terhadap status
Hasil analisis peran variabel confounding gizi balita kurang besar, ataupun ada vaiabel
(jumlah balita serumah dan pendidikan ibu) confounding lain yang lebih berpengaruhi.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 168
REFERENSI
1. Anggraeni, Diah at all (2016) Hubungan
Konsumsi Protein Hewani Terhadap
Status Gizi Balita Usia 6 – 24 Bulan,
Prodi Kesmas Pascasarjana Universitas
Syah Kuala Banda Aceh
2. Ardhyati, Yana Ayu (2014), Hubungan
Konsumsi Pangan Hewani Dengan Status
Gizi Anak SD Negeri Kudu 02 Sukoharjo,
FIK UNMUH Surakarta
3. Astawan M., (2008), Sehat Dengan
Hidangan Hewani, Penebar Swadaya,
Depok
4. Dep. Kes RI (2013), Pedoman Gizi
Seimbang, Jakarta
5. Ermawati, Fitri at all (2016) Gambaran
Konsumsi Protein Nabati dan Hewani
Pada Anak Balita Stunting dan Gizi
Kurang di Indonesia, P3Biomedis dan
Teknologi Dasar Kesehatan dan BPPK,
Jakarta
6. Fitriastuti, Yunita Dian (2009) Faktor
Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Konsumsi Sayuran Pada Anak SD
Kebayarum 01/02 Semarang
7. Gibney, Michael J. (2015) Gizi Kesehatan
Masyarakat, EGC, Jakarta
8. Natalie, Perason at all (2009) Parenty
Style Family Structure and Andolencent
Dietari Behavior, Publich Helath
Nutrition
9. Nurjanah, at all (2015) Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan Pada
Wanita Dewasa di Indonesia, Departeme
Gizi Fakultas Gizi Ekonomi Manusia, IPB
10. Putra, Windi Kharisma (2016), Faktor
Yang Berhubungan Dengan Konsumsi
Buah dan Sayur Pada Anak Sekolah
Dasar, IKM UNNES Semarang
11. Rosidi, A. (2012), Peran Pendidikan dan
Pekerjaan Ibu Dalam Konsumsi Sayur
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 169
Abstract
Mechanical pushed was a way to push from the normal natural response to the result of the
contraction reflex mechanis which was got stronger. Given the high incidence of rupture perineum
impacted on postpartum hemorrhage that will threaten the safety of the mother then the problem was
interested to do research that is limited to the factors pushing mothers. The studied design used
analytical survey. sample of 30 respondents nonprobability sampling by consecutive sampling
technique. Data is presented in a frequency distribution table and cross tabulation. Then Fisher 's
Exact test. The results show women giving birth in BPM Churnia Amin Suryani mostly experience
rupture perineum on maternal wrong with pushing technique. Fisher 's Exact test result value of P
< 0.05. So Ho reject. Which means that there is a relationship between a mother pushing technique
with events Spontaneous rupture perineum. Conclusions research There is a relationship between a
mother pushing technique with spontaneous rupture perineum. Suggestions midwives research
remains to motivate women giving birth that the mother is able to push it right.
Keywords: Mechanical Straining Capital, Genesis Rupture Perinium
Tabel 5. Pengaruh Teknik Meneran Terhadap Laserasi Jalan lahir Pada Ibu Bersalin
Primigravida Di BPM Sidoarjo
Teknik Meneran Ruptur Perinium Total P value
Ya Tidak
f % f % f %
Benar 9 64,3 5 35,7 14 100
0,014
Salah 16 100 0 0 16 100
Total 25 83,3 5 16,7 30 100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 171
Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa dari dapat dikendalikan sehingga hasil kedua
responden sebagian besar ibu bersalin normal kekuatan mempercepat proses persalinan
yang mengalami ruptur perineum terjadi pada (Bandiyah, 2009).
ibu dengan teknik meneran yang salah, Dikarenakan ambang nyeri yang dialami
sedangkan ibu bersalin normal yang tidak ibu dalam proses persalinan sehingga membuat
mengalami ruptur perineum hampir ibu tidak konsentrasi terhadap bagaimana
setengahnya (35,7%) terjadi pada ibu dengan cara meneran serta anjuran atau arahan yang
teknik meneran yang benar. Hasil uji exact di berikan oleh bidan untuk cara meneran
fishers menunjukkan p = 0.014 yang berarti yang benar. Sedangan nyeri persalinan
nilai signifikansi maka Ho ditolak. Hal ini merupakan pengalaman subyektif tentang
menunjukkan ada hubungan teknik meneran sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi
ibu terhadap ruptur perineum. uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta
Pada tabel 1. Menunjukkan gambaran penurunan janin selama persalinan. Respon
umur responden hampir seluruhnya (96.7%) fisiologis terhadap nyeri meliputi hilangnya
20-35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa umur konsentrasi, peningkatan tekanan darah,
responden sebagian dalam kategori reproduktif denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter
dimana umur ibu antara 20 – 35 tahun dimana pupil, dan ketegangan otot ( Arifin,2008).
organ reproduksi sudah matang (Wiknjosastro, Berdasarkan teori menurut (Varney,
2002). 2007) Meneran adalah respon alami yang
Menurut Erfandi(2009) umur 20 – 35 normal terhadap mekanisme refleks akibat dari
tahun termasuk golongan usia produktif, yakni kontraksi yang semakin kuat. Dengan meneran
individu akan dapat berperan aktif dalam yang baik akan mempercepat proses persalinan
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih dan mengurangi kejadian asfiksia pada bayi
banyak melakukan persiapan demi suksesnya baru lahir serta resiko terjadinya ruptur
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, perineum. Tidak terkontrolnya saat meneran
selain itu orang usia madya akan lebih banyak dapat meningkatkan resiko terjadinya ruptur
menggunakan banyak waktu untuk membaca. perineum.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, Tabel 4. Gambaran ruptur perinium
dan kemampuan verbal. Artinya responden menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
termasuk dalam katagori usia reproduksi sehat. responden mengalami Ruptur perineum
Pada tabel 2. Menunjukan gambaran spontan sebesar (83,3%). Tingginya persalinan
teknik meneran responden menunjunkan dengan trauma ruptur perinium banyak
sebagian besar (60%) multigravida. Namun dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kejadian ruptur perinium masih banyak dialami dikarenakan kurangnya kooperatif dari pasien
pada persalinan multigravida. Robekan kepada petugas kesehatan akibat dari dorangan
perineum terjadi pada hampir semua persalinan meneran yang sangat kuat dan ambang nyeri
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan kontraksi yang di alami oleh pasien sangat
berikutnya. Dan robekan ini dapat dihindari tinggi, sehingga pasien tidak dapat fokus
atau dikurangi dengan meminimalkan terhadap teknik meneran yang benar sesuai
penyebabnya, diantaranya memberikan asuhan dengan arahan petugas kesehatan. Sesuai
pada ibu bersalin tentang cara meneran yang dengan teori arifin (2008) nyeri persalinan
benar (Prawirohardjo, 2008). merupakan pengalaman subyektif tentang
Tabel 3. Diketahui ditribusi frekuensi sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi
responden berdasarkan teknik meneran uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta
menunjukkan bahwa sebagian besar (53,3%) penurunan janin selama persalinan. Respon
responden melakukan teknik meneran yang fisiologis terhadap nyeri meliputi hilangnya
salah. Pada kala kedua (pengeluaran bayi) konsentrasi, peningkatan tekanan darah, denyut
terjadi rangsangan terhadap fleksus (kumpulan nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan
saraf) frankenhauser disekitar mulut rahim ketegangan otot.
sehingga terjadi reflek mengejan, yang Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa
merupakan tambahan kekuatan untuk dari responden sebagian besar ibu bersalin
melahirkan janin (bayi). Bila his tidak dapat normal yang mengalami ruptur perineum
dikendalikan oleh ibu maka kekuatan mengejan terjadi pada ibu dengan teknik meneran yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 172
salah, sedangkan ibu bersalin normal yang tidak perineum pada persalinan normal di RB
mengalami ruptur perineum hampir Harapan Bunda di Surakarta. Surakarta :
setengahnya (35,7%) terjadi pada ibu dengan Jurnal Kebidanan dan Kesehatan. EGC,
teknik meneran yang benar. Hasil uji exact Jakarta
fishers menunjukkan p = 0.014 yang berarti 5. Enterprise BPPKB. 2013. Target
nilai signifikansi maka Ho ditolak. Hal ini Millennium Development goals (MDGS).
menunjukkan ada hubungan teknik meneran Bandung : BPPKB.
ibu terhadap ruptur perineum. Hasil penelitian 6. Erfandi, (2009). Metode Penelitian.
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yogyakarta: Graha Ilmu
Manuaba (2010), mengemukakan bahwa 7. Heimburger,. 2009. The Essentials of
mengedan yang benar dengan mengedan sesuai Postpartum Care. Inggris: The New
dengan dorongan alamiah selama kontaksi. England Journal of Medicine.
Selain itu juga ibu tidak di anjurkan untuk 8. Hendarson, C., & Jones, K., 2006. Konsep
menahan nafas pada saat mengedan atau nafas Kebidanan. Jakarta : EGC
jangan terengahengah. Teknik mengedan yang 9. JNPK-KR,. 2008. Pelatihan Klinik
benar yakni dimana saat ibu mengedan tidak Asuhan Persalinan Normal, Jaringan
mengangkat bokongnya. Menurut asumsi Nasional Pelatihan Klinik- Kesehatan
peneliti bahwa ada hubungan teknik mengedan Reproduksi. Jakarta: JNPK-KR.
dengan ruptur perineum, karena jika teknik 10. Khumaira, M. 2012. Ilmu Kebidanan.
mengedan salah maka ruptur perineum juga Yogyakarta: Citra Pustaka
bisa lebih berat dibandingkan dengan teknik 11. Yogyakarta. Manuaba, I B G., 2010.
mengedan secara benar. Hal ini disebabkan Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
oleh cara seseorang dalam mengatur nafas saat 12. Marmi. 2012. Intranatal care Asuhan
mengedan dan juga cara melakukan dorongan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta
saat mengedan. Sehingga diperlukan : Pustaka Pelajar.
pengetahuan ibu dan bantuan dari penolong 13. Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri
agar ibu dapat mengedan dengan benar untuk Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC
mengurangi ruptur perineum. Sehingga 14. Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian.
diperlukan pimpinan maksimal penolong agar Jakarta: PT Rineka Cipta.
ibu dapat mengedan dengaan benar untuk 15. Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan
mengurangi kejadian rupture perineum. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
4. KESIMPULAN 16. Oxorn, H., & Forte.W,. 2010. Ilmu
Berdasarkan hasil analisis data dan Kebidanan: Patologi dan Fisisologi
pembahasan maka dapat disimpulkan, Persalinan. Yogyakarta: Yayasan
sebagian besar responden melakukan teknik Essentia Medica (YEM)
meneran yang salah, dan sebagian besar ibu 17. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan.
bersalin mengalami ruptur perinium, dan Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
terdapat hubungan antara teknik meneran 18. Saifudin A.B. 2010. Buku Panduan
dengan kejadian ruptur perinium pada ibu Praktis Pelayanan Maternal dan
bersalin di BPM Sidoarjo. Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
19. Sondakh, J.J.S. 2013. Asuhan Kebidanan
REFERENSI Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta :
1. Arifin,. 2008. Nyeri Pada Persalinan Dan Erlangga.
Penatalaksanaannya Secara Non 20. Sulistyawati,A., & Nugraheni.E. 2013.
Farmakologik. Jakarta : Tosca Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
2. Barret et all, 2000. Asuhan Jakarta : Salemba Medika
kebidanan,persalinan dan kelahiran, Buku Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kedokteran Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC.
3. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
4. Enggar, P.Y. 2010. Hubungan berat
badan lahir dengan kejadian ruptur
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 173
Abstract
Weaned is alleviate mom’s milk little by little, as for the food comlplement is still give to baby into
mom’s milk. Stoppen and baby have a food like adult at 2 years old. A child don’t have enaugh
nutrition. According to their age is the risk from weaned. Researcher want to know a connection
early wean with baby’s nutrition status age 0-23 month in Posyandu Graha. The design is cross
sectional. Populations is all of baby’s mom age 0-23 month. The technic sample is sampling jenuh
for 47 person. Variable comprise early mean and dependent variable that comprise baby’s nutrition,
age 0-23 month. The analised with wilcoxon match pair test. This research is do by the researcher
at March – April12017. The result is 74% has early weaned and 40% has a deficient nutrition status,
and there is mont a connection with baby’s nutrition status used wilcoxon match pair test. The result
is Z = 0,037 < 0,05. From the data above, the condision is early weaned can affect a baby’s nutrition
status. Information about weaned is a must. Mom’s would know the right time to weaned a baby and
know the best food us a complement of mom’s milk.
Keywords: Early Weaned, Nutrition Stats, Baby 0-23 Month
fungsional bayi telah berkembang lengkap memasukkan benda ke dalam mulut. Pada saat
untuk mengatasinya. Usia antara 4 sampai 6 tersebut bayi siap mengonsumsi makanan
bulan terlihat sebagai masa yang tepat bagi (setengah) padat.
bayi untuk mulai beradaptasi dengan makanan Menurut Depkes RI dan WHO (2001)
dan berbagai jenis tekstur dan cara makan. penyapihan adalah dimulainya pemberian
Pada bulan ke-6, hampir semua bayi siap untuk makanan ASI pada kelompok umur 4 sampai 6
makanan padat. Pada umur 6 bulan, sistem bulan, dimana bayi mulai dikenalkan sedikit
pencernaan sudah cukup matang untuk demi sedikit dengan berbagai jenis makanan
menangani kebanyakan makanan. Meskipun padat yang mulai dilumatkan.
susu ibu atau susu formula akan tetap menjadi Menurut WHO, masa pemberian ASI
makanan diet bayi sampai berbulan-bulan diberikan secara eksklusif 6 bulan pertama,
kemudian. Penyapihan terlalu dini berakibat kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6
pada rendahnya asupan nutrisi yang diperoleh bulan berdampingan dengan makanan
bayi. Hal ini menyebabkan status gizi bayi tambahan hingga umur 2 tahun atau lebih
menjadi berkurang. Bidan sebagai tenaga Menurut Arisman (2007) di samping
kesehatan hendaknya selalu memberikan tujuan fisik (guna mencukupi kebutuhan zat
konseling dan penyuluhan berhubungan gizi dan energi), menyusui dapat sekaligus
dengan kebiasaan menyapih dini yang mengakrabkan hubungan ibu dan bayi, Hal
dilakukan oleh ibu bayi. Upaya penyadaran ini yang sangat berrnanfaat bagi perkembangan
bisa dilakukan dengan melalui kunjungan jiwa bayi. Semakin akrab mereka berdua (ibu
rumah, atau ketika acara posyandu diadakan. dan bayi), semakin mudah ibu mengenali
Disamping itu pemberian konseling tentang kebutuhan bayinya. Oleh karena penyapihan
resiko penyapihan dini terhadap status gizi juga yang mendadak sebaiknya dihindari, termasuk
bisa dilakukan dengan menggunakan leaflet (dalam hal ini) meninggalkan atau menitipkan
yang disebarkan atau pemasangan spanduk dan bayi pada orang lain dalam waktu lama. Jika
banner yang berisikan himbauan tentang risiko seandainya ibu terpaksa (tidak dapat tidak)
penyapihan dini terhadap status gizi baduta. mengalihkan tanggung jawahnya ke orang lain,
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti hal ini selayaknya dilaksanakan secara cermat
mengambil judul penyapihan dini dengan dan perlahan-lahan. Penyapihan selayaknya
status gizi anak bawah dua tahun di Posyandu tuntas pada usia 12 bulan. Sejak saat itu bayi
Graha. sudah harus terbiasa, dan secara teratur
mengonsumsi makanan orang dewasa.
2. KAJIAN LITERATUR Ada beberapa faktor yang perilu
2.1. Konsep Penyapihan dipertimbangkan dalam menyapih bayi :
Menurut Arisman (2007) menyapih secara 1. Bayi berhenti menyusu pada ibu berarti
harfiah berarti membiasakan bayi secara terputus hubungan talikasih sayang antara
berangsur-angsur dibiasakan menyantap bayi an ibunya, keadaan ini sering
makanan orang dewasa. Selama masa membawa akibat buruk terhadap bayi
penyapihan makanan bayi berubah dari ASI apalagi bila penyapihan dilakukan secara
saja ke makanan yang lazim dihidangkan oleh mendadak.
keluarga, sementara air susu diberikan hanya 2. Selama bayi minum ASI sedikit
sebagai makanan tambahan. kemungkinan mendapat infeksi salura
Menurut Carnain (2007) menyapih adalah pencernaan dengan penyapihan
proses bertahap yaitu mula mula dengan kemungkinan penyakit infeksi terutama
mengurangi frekuensi pemberian ASI, sampai pada saluran pencernaan, hal ini bisa
dengan berhentinya proses pemberian ASI. disebabkan karena kemungkinan
Menurut Arisman (2007) memasuki usia kontaminasi pada makanan bayi besar
4-6 bulan, bayi telah siap menerima makanan baik waktu membuatnya, menyimpan atau
bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah memberinya.
tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di 3. Dan beberapa penelitian banyak sekali
samping itu, lambung juga telah lebih baik para ibu yang menyapih anaknya terlalu
mencema zat tepung. Menjelang usia 9 bulan cepat yaitu pada usia kurang dan I tahun
bayi telah pandai menggunakan tangan untuk terutama hagi ibu-ibu yang bekerja,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 175
sedangkan penyapihan yang terlalu awal yang timbul mudah dikenali, dan makanan
dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi. itu tidak diberikan lagi.
Bahan yang dipilih untuk membuat 4. Bayi harus diajari cara memegang
makanan sapihan sebaiknya mudah didapat makanan. Seiring pertambahan usia, bayi
(banyak tersedia di kebun keluarga atau di diajari pula cara mengambil makanan
pasar terdekat), harganya murah, paling sering padat dan sendok makan.
dimakan (merupakan bagian dan apa yang 5. Makanan sebaiknya tidak dicampur,
dimakan oleh anggota keluarga yang lebih karena bayi harus mempelajari perbedaan
besar dan dewasa), dan sebaiknya diramu tekstur dan rasa makanan.
dengan resep lokal. 6. Makanan padat jangan dimasukkan ke
Makanah sapihan yang ideal harus dalam botol susu, atau membuat lubang
mengandung (1) makanan pokok (pangan yang dot lebih besar yang mengesankan seolah
paling banyak dikonsumsi oleh keluarga, bayi “meminum” makanan padat.
biasanya makanan yang mengandung tepung, 7. Volume pemberian susu jangan segera
seperti beras, gandum, kentang, tepung dikurangi sebelum bayi mampu bersantap
maizena), ditambah dengan bahari lain semisal dengan sendok.
(2) kacang, sayuran berdaun hijau atau kuning, 8. Makanan padat sebaiknya disuapkan
(3) buah, (4) daging hewan, dan (5) minyak, sebelum susu dihentikan.
atau lemak. Bahan ml dibuat menjadi bubur 9. Selama menyuapi bayi, tersenyum dan
untuk kemudian, sebagai penernan ASI, berbicaralah padanya.
disuapkan pada bayi. Makanan pokok direbus 2.2. Konsep Status Gizi
di dalam air, atau susu, sampai menjadi bubur Status gizi merupakan ekspresi dari
yang kental dan tidak terlalu cair. Bubur keadaan keseimbangan gizi dalam bentuk
tersebut kemudian diperkaya dengan sedikit variabel tertentu, atau perwujudan dari
minyak atau lemak. nutriture dalam bentuk variabel tertentu
Ada tiga macam campuran, yaitu (Supariasa, 2002).
campuran yang menggunakan dua jenis bahan Penilaian status dapat diukur baik secara
(disebut campuran sederhana), dan tiga atau langsung maupun tidak langsung. Penilaian
empat jenis bahan (campuran majemuk) status gizi secara langsung meliputi ;
Yang harus selalu diingat ialah antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
penambahan minyak atau lemak ke dalam Sedangkan penilain status gizi secara tidak
setiap campuran. Jika kedua bahan tersebut langsung dapat dilakukan dengan survei
tidak tersedia, dapat digantikan dengan madu. komsumsi makanan, statistik vital dan faktor
Bagaimanapun, minyak dan lemak jauh lebih ekologi (Supariasa, 2002).
baik, karena di samping memasok energi, Banyak faktor yang mempengaruhi status
kedua bahan mi dapat melunakkan dan gizi seseorang. Faktor- faktor yang
melezatkan akanan. Yang juga tidak boleh mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua
dilupakan ialah buah-buahan atau air buah yaitu secara langsung dan tidak langsung.
pada setiap waktu makan, atau sebagai Faktor yang mempengaruhi secara langsung :
makanan selingan di antara dua waktu makan. Menurut Soekirman (2000:84) penyebab
Pedoman Pemberian Makanan Sapihan : tlangsung timbulnya gizi kurang pada balita
1. Makanan padat pertama harus bertekstur adalah konsumsi pangan dan penyalit infeksi.
sangat halus dan licin. Bayi perlahan- Kedua penyebab tersebut saling berpengaruh.
lahan akan siap menerima tekstur yang Dengan demikian timbulnya gizi kurang tidak
lebih kasar. hanya karena kurang makanan tetapi juga
2. Bubur saring baru boleh diberikan jika karena adanya penyakit infeksi, terutama diare
bayi telah tumbuh gigi, dan makanan dan ispa. Balita yang mendapatkan makanan
cincang setelah bayi pandai mengunyah. cukup baik tetapi sering diserang diare atau
3. Pada satu waktu makan, cukup demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang.
diperkenalkan satu jenis makanan saja, Sebaliknya balita yang tidak memperoleh
dalam jumlah kecil. Jika seandainya bayi makanan cukup dan seimbang daya tahan
tidak dapat menoleransi makanan ini, atau tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan
bahkan menimbulkan reaksi alergi, gejala demikian balita mudah diserang infeksi dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 176
Enggar Anggraeni
Akademi Gizi Karya Husada Kediri
Abstrak
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh asupan zat gizi sesuai dengan kecukupan
dalam bentuk makanan gizi seimbang untuk mewujudkan status gizi yang baik. Tujuan penelitian
untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi pada anak kelas
V Sekolah Dasar Islam terpadu Al – Azhar Kediri. Jenis penelitian survey deskriptif analitik desain
studi cross sectional. Sampel penelitian ini anak kelas V di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al - Azhar
Kediri sebanyak 50 anak yang bersedia menjadi responden dalam penelitian dan berada di lokasi
penelitian pada saat pengumpulan data. Asupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan wawancara
dan recall 24 jam, status gizi diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri yaitu Berat
Badan dan Tinggi badan kemudian dilakukan uji hipotesis Chi Square Test. Uji statistik
menunjukkan hasil Significancy2-tailed = 0,000 menunjukkan hubungan antara tingkat kecukupan
energi dan protein dengan status gizi. Kesimpulan bahwa asupan Energi dan protein siswa
memberikan kontribusi terhadap terjadinya status gizi pada anak kelas V SDI Terpadu Al – Azhar
Kediri. Perlu adanya pengaturan asupan makanan yang mengacu pada menu seimbang untuk
mencapai status gizi yang optimal baik oleh orang tua maupun ahli gizi dan guru disekolah,
diharapkan pihak sekolah menggiatkan monitoring dan evaluasi status gizi siswa disekolah untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Kata Kunci: kecukupan energi, protein dan status gizi
Tabel 3. diatas menunjukkan bahwa untuk tingkat kecukupan protein siswa kelas V SDIT
tingkat kecukupan energi 6 % berada dalam Al-Azhar Kediri berada dalam kategori
kategori defisit tingkat sedang dengan jumlah normal.
frekuensi 3 siswa, 22% berada dalam kategori c. Distribusi Frekuensi Status Gizi
defisit tingkat ringan dengan jumlah frekuensi Pengukuran status gizi pada responden
11 siswa, 52% dalam kategori normal dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh
jumlah frekuensi 26 siswa, dan 20% berada Menurut Umur (IMT/U).
dalam kategori diatas kecukupan dengan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status Gizi
jumlah frekuensi 10 siswa. Jadi dapat Status Gizi Total
disimpulkan bahwa sebagian besar (52%) No.
Indeks Massa Tubuh (IMT) n %
tingkat kecukupan energi siswa kelas V SDIT 1. Kurus 6 12
Al-Azhar Kediri berada dalam kategori 2. Normal 24 48
normal. Sedangkan untuk tingkat kecukupan 3. Gemuk 14 28
Protein 2 % berada dalam kategori defisit 4. Obesitas 6 12
tingkat sedang dengan jumlah frekuensi 1 Jumlah 50 100
siswa, 32% berada dalam kategori defisit Sumber : Data Terolah 2017
tingkat ringan sedang dengan jumlah frekuensi
16 siswa, 58% dalam kategori normal dengan Berdasarkan Tabel 4. Diketahui bahwa
jumlah frekuensi 29 siswa, dan 8% berada ada 6 siswa (12%) dengan status gizi kurus,
dalam kategori diatas kecukupan dengan 14 siswa (28%) dengan status gizi normal, 24
jumlah frekuensi 4 siswa. Jadi dapat siswa (48%) dengan status gizi gemuk dan 6
disimpulkan bahwa sebagian besar (58%) siswa (12%) dengan status gizi obesitas.
d. Analisis Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi pada Anak Kelas V
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al – Azhar Kediri.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi
pada Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Al – Azhar Kediri
Status Gizi (IMT) Tingkat Kecukupan Energi Total
Defisit tingkat Defisit tingkat Normal Diatas
sedang ringan kecukupan
Kurus 3 3 0 0 6
normal 0 6 18 0 24
Gemuk 0 2 8 4 14
Obesitas 0 0 0 6 6
Total 3 11 26 10 50
Sumber : Data Terolah 2017
Hasil uji statistik terhadap data tersebut diatas menunjukkan hasil Significancy2-tailed =
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat kecukupan energi terhadap status
gizi anak.
e. Analisis Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi pada Anak Kelas V
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al – Azhar Kediri
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi
pada Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Al – Azhar Kediri
Status Gizi (IMT) Tingkat Kecukupan Protein Total
Defisit tingkat Defisit tingkat Normal Diatas
sedang ringan kecukupan
Kurus 1 4 1 0 6
normal 0 5 17 2 24
Gemuk 0 7 5 2 14
Obesitas 0 0 6 0 6
Total 1 16 29 4 50
Sumber : Data Terolah 2017
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 183
Hasil uji statistik terhadap data tersebut memberikan dampak yang kurang baik karena
diatas menunjukkan hasil Significancy2-tailed protein merupakan zat gizi yang paling erat
= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungannya dengan proses-proses
hubungan tingkat kecukupan protein terhadap kehidupan. Konsumsi protein yang cukup akan
status gizi anak. mampu melakukan fungsinya untuk proses
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pertumbuhan.
Pahlevi (2012) yang dilakukan di SD 02 SDIT Al – Azhar menerapkan sistem
Ngesrep Banyumanik, Semarang dan dan paguyupan kelas yaitu terdapat kelompok
Rendy Manuhutu pada siswa Sekolah Dasar antara orang tua/ wali murid dengan guru
Negeri 01 Limpakuwus menunjukkan adanya kelasnya. Paguyuban ini merupakan media
hubungan antara status gizi dan tingkat yang sangat membantu untuk berkomunikasi
konsumsi energi dan adanya hubungan antara untuk membahas semua hal yang terjadi di
status gizi dan tingkat konsumsi protein. sekolahan yang berhubungan dengan siswa,
Begitupula dengan hasil penelitian Yulni salah satunya adalah masalah makan anak
(2013) pada anak sekolah dasar di wilayah baik di sekolah maupun saat di rumah. Guru
pesisir kota makassar diketahui bahwa ada juga sangat berperan untuk menyampaikan
hubungan antara asupan energi (P=0,034), pesan gizi seimbang (PGS) yang telah
dengan status gizi menurut indikator IMT/U, mengganti slogan 4 sehat 5 sempurna.
tetapi tidak ada hubungan antara asupan Konsumsi makanan seimbang harus
protein (P=0,349). memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu aneka
Beberapa siswa memiliki tingkat ragam pangan, perilaku hidup bersih,
kecukupan energi dan protein diatas melakukan aktivitas fisik sesuai umur dan
kecukupan dengan status gizi gemuk, hal ini memantau berat badan shingga dapat tercapai
menunjukkan asupan makan siswa meleihi status gizi yang optimal. Hasil Penelitian
kebutuhan yang dianjurkan. Sebaliknya masih anggraeni (2015) dan niken (2017) bahwa
terdapat beberapa siswa yang memiliki tingkat media film animasi dan komik sangat efektif
kecukupan energi dan protein yang defisit dan digunakan untuk membantu penyampaian
status gizi dengan kategori kurus disebabkan edukasi gizi seimbang.
asupan konsumsi energi dan protein kurang
dari kebutuhan. Selain itu kurangnya jumlah, 4. KESIMPULAN
variasi makanan dan frekuensi makan siswa Ada hubungan antara tingkat kecukupan
memberikan kontribusi negatif terhadap stattus energi dan protein dengan status gizi hal ini
gizi. Sebagian besar siswa memiliki pola akan menunjukkan bahwa asupan Energi dan
yang hampir sama dalam satu hari. Pola makan protein siswa memberikan kontribusi terhadap
merupakan perilaku seseorang dalam memilih terjadinya status gizi pada anak kelas V SDI
makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi Terpadu Al – Azhar kediri.
bagi tubuhnya. Pola makan pada anak Penelitian ini menunjukkan bahwa
cenderung ditentukan oleh ibunya sejak lahir kecukupan energi dan protein anak
sebagai guru pertama. berhubungan dengan status gizi sehingga
Pol makan yang seimbang dengan diharapkan adanya pengaturan asupan
memilih jenis makanan yang tepat dapat makanan yang mengacu pada menu seimbang
membantu mewujudkan status gizi yang untuk mencapai status gizi yang optimal baik
optimal. Penyajian menu makan siang di SDI oleh orang tua maupun ahli gizi disekolah.
Al –Azhar meskipun sudah disesuaikan dengan Disamping itu diharapkan pihak sekolah
porsi menurut umur tetapi berdasarkan menggiatkan monitoring dan evaluasi status
pengamatan siklus menu yang disajikan kurang gizi siswa disekolah untuk memantau
sesuai. Penyajian menu makan siang tidak pertumbuhan dan perkembangan siswa.
mencerminkan gizi seimbang. Hal ini terlihat
dari penyajian lauk hewani dan nabati secara DAFTAR PUSTAKA
bergantian dan penyajian buah hanya diberikan 1. Arisman, MB. 2009. Gizi dalam Daur
pada hari jumat dan sabtu saja. Hal ini Kehidupan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
menyebabkan asupan terutama Protein yang 2. Anggraeni, E. 2015. Perbedaan Pengaruh
kurang. Kekurangan asupan protein Pelajaran Gizi Menggunakan Media
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 184
Abstract
Pregnancy is an important life period. With the occurrence of pregnancy, all body systems including
pregnant women's weight gain undergo fundamental changes that can support the development and
growth of the fetus in the womb. The purpose of this study was to examine the relationship of weight
gain of pregnant women with birth weight. This type of research is an analytical research with cross
sectional design. Independent variable of research is weight gain of pregnant mother, dependent
variable of this research is baby birth weight. The population of this study is all mothers with
newborns in BPM Ni'mah Mazhumi, in July-August 2017 that is as many as 40 people. Sampling
technique using simple random sampling. The number of samples taken is 35 people. Data analysis
was done by Fisher Exact. Fisher Exact test results obtained p value (0.007) and coefficient
contingency of 0.453. It was concluded that there was a relationship between maternal weight gain
and infant birth weight, and the relationship between the two strong variables. Early weight / before
pregnancy and weight gain of pregnant women need to get attention especially by mother and health
worker because mother's weight will affect fetus growth in uterus.
Keywords: Maternal weight gain, baby's birth weight
didapatkan hasil adanya korelasi antara berat Berat badan bayi lahir adalah berat badan
badan ibu hamil dengan berat lahir bayi. bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam
Dengan uji statistik, didapatkan hasil berupa pertama setelah lahir.
arah korelasi positif dan kekuatan korelasi Menurut Prawirohardjo (2002) klasifikasi
sedang (r=0,463) dengan p<0,01 (Budiman C, berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan
2011) atas
Berdasarkan latar belakang tersebut 1). Bayi dengan berat badan normal, yaitu >
tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti 2500.
hubungan kenaikan berat badan ibu hamil 2). Bayi dengan berat badan lahir rendah
dengan berat lahir bayi (BBLR) yaitu antara 1500 gram – 2500
gram.
1. KAJIAN LITERATUR 3). Bayi dengan berat badan lahir sangat
a. Konsep dasar kehamilan rendah (BBLSR), dimana berat lahirnya
Kehamilan adalah peristiwa yang dimulai adalah < 1500 gram.
dan konsepsi (pembuahan) dan berakhir 4). Bayi dengan berat badan lahir ekstrem
dengan permulaan persalinan. Kehamilan rendah (BBLER), dimana berat lahirnya
merupakan suatu perubahan dalam rangka adalah < 1000 gram.
melanjutkan keturunan yang terjadi secara d. Pengaruh kenaikan berat badan badan
alami, menghasilkan janin yang tumbuh di ibu terhadap janin
dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat Menurut Manuaba (2007 : 664) Berat
dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya badan semula / sebelum hamil dan
janin sesuai usia kehamilan, pada setiap pertambahan berat badan ibu hamil perlu
dilakukan pemeriksaan kehamilan (Muhimah, mendapatkan perhatian. Makin tinggi
2010:13). bertambahnya berat badan ibu hamil, ada
b. Konsep dasar kenaikan berat badan kemungkinan janin akan mengalami
ibu hamil makrosomia. Berat badan ibu yang rendah
Kenaikan berat badan ibu hamil dengan akan menyebabkan tumbuh-kembang janin
berat badan normal sebaiknya berkisar antara mengalami hambatan seperti Intrauterine
12-14 kg. Jika sebelum hamil berat badan ibu growth retardation, persalinan prematuritas,
termasuk rendah atau kurang, maka berat berat badan lahir rendah untuk masa
badan ketika hamil harus naik lebih banyak, gestasinya.
yaitu antara 12,5-18 kg. Sementara itu, untuk
ibu yang memiliki berat badan berlebih, ketika 2. METODE PENELITIAN
hamil sebaiknya lebih berhati-hati. Jangan Jenis penelitian ini menggunakan metode
sampai kelebihan berat. Pertambahan berat analitik dengan rancang bangun menggunakan
badan ideal untuk ibu yang memiliki berat pendekatan “Cross Sectional”. Variabel
lebih sebelum hamil sebaiknya antara 7- independen pada penelitian adalah kenaikan
11,5kg saja (Aneu, 2010 : 12). berat badan ibu hamil dan variabel dependent
pada penelitian ini adalah berat lahir bayi.
Tabel 1. Komponen pertambahan berat Populasi dalam penelitian ini adalah
badan seluruh ibu dengan bayi baru lahir di BPM
Komponen Pertambahan Berat Badan Ni’mah Mazhumi, pada bulan Juli-Agustus
Ibu Selama Hamil 2017 yaitu sebanyak 40 orang. Teknik
Jaringan ekstrauterin 1 kg pengambilan sampel dengan menggunakan
Janin 3 – 3.8 kg simple random sampling. Berdasarkan rumus
Cairan Amnion 1 kg yang ada, jumlah sampel yang diambil adalah
Plasenta 1 – 1,1 kg sebesar 35 orang.
Payudara 0,5 – 2 Data dikumpulkan menggunakan lembar
kg observasi dengan mencatat kenaikan berat
(Salmah, 2006) badan ibu selama hamil dan berat lahir bayi.
Setelah data terkumpul dilakukan analisa data
c. Konsep dasar berat lahir bayi dilakukan dengan uji dengan Fisher Exact
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 187
untuk mengetahui hubungan kenaikan berat Hasil uji Fisher Exact didapatkan nilai p
badan ibu hamil dengan berat lahir bayi. (0,007) dan coefficient contingency sebesar
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 0,453. Disimpulkan bahwa ada hubungan
Tabel 1. Distribusi frekuensi usia ibu hamil antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan
di BPM Ni’mah Mazhumi berat lahir bayi, dan hubungan kedua variabel
Usia Jumlah Persentase kuat.
20-25 Tahun 5 14,2
26-30 Tahun 27 76,9 Hasil penelitian menunjukkan lebih dari
31-35 Tahun 3 8,5 setengah kenaikan berat badan ibu selama
Total 35 100 hamil adalah normal. Ibu hamil harus memiliki
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan yang normal karena akan
mayoritas ibu hamil yang datang berusia 26-30 berpengaruh terhadap anak yang akan
tahun (76,9%) dilahirkannya. Selama kehamilan,
pertambahan berat badan secara langsung
berhubungan dengan bayi, plasenta, cairan
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
ekstra, dan lain-lain. Sisanya terdiri dan jumlah
berdasarkan kenaikan berat
lemak yang bertambah dalam tubuh ibu
badan ibu hamil di BPM Ni’mah
(Sinclair, 2010).
Mazhumi
Banyak faktor yang mempengaruhi
Penambahan berat badan
f % peningkatan berat badan yaitu adanya oedema,
ibu saat hamil
proses metabolisme, pola makan, muntah atau
Kurang 11 31,4 diare dan merokok (Salmah, 2006).
Normal 24 68,6 Pengawasan berat badan merupakan hal
Lebih 0 0 penting untuk ibu hamil, kekurangan atau
Jumlah 35 100 kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari yang tidak diinginkan. Jadi ibu harus
setengah kenaikan berat badan ibu selama mengkonsumsi bahan makanan yang cukup
hamil adalah normal (68,6%) dan banyak mengandung protein baik hewani
dan nabati (Dewi AP, 2009)
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
berdasarkan berat lahir bayi di sebagian besar berat lahir bayi adalah normal.
BPM Ni’mah Mazhumi Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
Berat Lahir Bayi f % berat lahir bayi. Beberapa diantaranya adalah
Kurang 6 17,1 faktor lingkungan internal ini meliputi umur
Normal 29 82,9 ibu, jarak kehamilan/kelahiran, paritas, kadar
jumlah 35 100 hemoglobin, status gizi ibu, pemeriksaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.
mayoritas bayi tidak mengalami berat badan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kurang yaitu sebanyak 29 orang (82,9%). ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu
hamil dengan berat lahir bayi. Hal ini sama
Tabel 4. Tabulasi silang kenaikan berat dengan penelitian ini dilaporkan oleh Kalnensa
badan ibu hamil dengan berat Ayundasari (2017) sebagian besar ibu yang
lahir bayi di BPM Ni’mah memiliki pertambahan berat badan normal
Mazhumi sesuai dengan IMT sebelum hamil memiliki
Kenaikan Berat Badan Bayi Total
bayi dengan kondisi berat lahir normal dan ibu
Berat Kurang Normal yang memiliki pertambahan berat badan
Badan ibu f % f % f % kurang sesuai dengan IMT sebelum hamil
memilki bayi dengan kondisi berat lahir
Kurang 5 45,5 6 54,5 11 100 rendah.
Normal 1 4,2 23 95,8 24 100 Pertambahan berat badan selama
Total 6 17,1 29 82,9 35 100 kehamilan di Indonesia pada umumnya rendah
exact p = 0,007 coefficient contingency = (<10 kg), padahal pertambahan berat badan
0,453 tersebut merupakan indikator pertumbuhan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 188
janin yang penting. Berat badan ibu sebelum 2. Aneu Garwati dan Ika Wijayati. 2010.
hamil dan penambahan berat badan selama Langkah Mudah Membentuk Tubuh Ideal.
hamil merupakan penentu utama berat bayi Yogyakarta. Jogja Great Publisher
saat lahir. Wanita dengan berat badan rendah 3. Budiman, C. 2011. Korelasi Antara Berat
(misalnya <55 kg) sebelum hamil yang Badan Ibu Hamil dengan Berat Bayi.
mencapai sedikit kenaikan berat badan (<4500 Artikel Karya Tulis Ilmiah. Undip. 2011
gram) selama hamil mempunyai insiden lebih 4. CDC, 2009, Joyce, dkk, 2012, Kemenkes
tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat 2014
badan lahir rendah dibandingkan ibu-ibu 5. Dewi AP, 2009. Hubungan Antara
dengan berat badan lebih besar yang mencapai Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Dengan
lebih banyak kenaikan berat badan selama Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
hamil (Benson, 2009 : 135). (BBLR) di RSUD DR. Moewardi
Kalau pertambahan berat badan ketika Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
hamil tidak signifikan dengan pertumbuhan Universitas Sebelas Maret. Surakarta
dan perkembangan janin, seorang ibu dapat 6. Dinkes Kabupatern Mojokerto. 2016.
berisiko melahirkan bayi yang memiliki berat Profil Kesehatan Dinas Kesehatan
badan rendah atau BBLR (berat bayi lahir Kabupaten Mojokerto. Dinkes Kab.
rendah) (Aneu, 2010 : 12-13). Mojokerto. Dinkes
Menurut Budiman (2011), semakin berat 7. Dinkes Jawa Timur. 2015. Profil
badan ibu hamil, semakin bertambah juga berat Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
bayi lahir. Berat badan ibu hamil merupakan Jawa Timur Dinkes Prov. Jawa Timur.
komponen hasil penjumlahan berat badan ibu Dinkes
sebelum hamil dan kenaikan berat badan 8. Eisenberg, Arlene 1996. Kehamilan Apa
selama kehamilan. Kenaikan berat badan Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan.
selama kehamilan merupakan gambaran laju Arcan. Jakarta : 89 – 165.
pertumbuhan janin dalam kandungan yang 9. Manuaba, IBG. 2007. Pengantar Kuliah
perlu diperhatikan, karena kenaikan berat Obstetri. Jakarta. EGC
badan yang kurang maupun berlebih dapat 10. Manuaba, Ida Bagus Gde 1998. Ilmu
menimbulkan permasalahan yang serius bagi Kebidanan, penyakit Kandungan dan
ibu dan bayinya. Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Berat badan semula/sebelum hamil dan Bidan. EGC. Jakarta : 106. Aa
pertambahan berat badan ibu hamil perlu 11. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu
mendapatkan perhatian karena terdapat Kebidanan. YBP-SP. Jakarta : 522 – 775
hubungan yang jelas dengan berat dan tubuh 12. Salmah. 2006. Asuhan Kebidana
kembang janin dalam uterus. Makin tinggi Antenatal. EGC. Jakarta : 61.
bertambahnya berta badan ibu hamil ada 13. Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku
kemungkinan janin akan mengalami Kebidanan. jakarta. EGC
makrosomia. Selain itu berat ibu yang rendah 14. Sri Wahyuni1, Yeti Kadariyah, 2011.
akan menyebabkan gangguan tubuh kembang Hubungan Peningkatan Berat Badan Ibu
janin. Hamil Dengan Berat Badan Bayi Baru
Lahir di BPS Bekti Sayekti Tarubasan
4. KESIMPULAN Karanganom Klaten, Jurnal Involusi
Terdapat hubungan antara kenaikan berat Kebidanan, Vol. 1, No. 1, 20-31.
badan ibu hamil dengan berat lahir bayi.
REFERENSI
1. Adiba Fajrina Skripsi. 2012. Hubungan
Pertambahan Berat Badan Selama Hamil
Dan Faktor Lain Dengan Berat Badan
Lahir Di Rumah Bersalin Ciampea Bogor
Tahun2011-2012, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 189
Abstract
Safety incidents in hospitals are increasing in several hospitals across Indonesia even though KTD
and KNC incidents are not reported. The aim of this research is to know the factors related to Patient
Safety Incident in Emergency Ambulance Service Unit of RSU Haji Surabaya. The research design
was used cross sectional approach. The independent variables in this research are individual nurse
characteristic factor (level of education, work experience, and age), environmental and
organizational factors (communication, Standard Operational Procedure) with dependent variable
ie Safety Incident. Sampling using simple random sampling method from the population of 25
respondents and taken sample 24 respondents. Instrument using questionnaire sheet. The test used
is Chi-Square test. The results showed that there was a correlation between age, education
level, length of service in the hospital, nurse communication with patient safety incidents and no
relationship between the working period in the AGD, nurse cooperation, Standart Procedure
Operasional, and comfort with patient safety incidents. Efforts that can be done is the Hospital
should renew Standart Procedure Operasional in order to facilitate all procedures of Ambulance
service RSU Haji Surabaya and can improve the quality of service with attention to patient safety.
Keywords : Patient Safety Incident, KNC, KTD
terjadi, yang disebabkan karena dan tujuan tersebut dapat dicapai dengan
keberuntungan, pencegahan, atau peringanan meningkatkan sarana, prasarana, dan sumber
(KPP-RS, 2008). Lebih jauh dikatakan KNC daya manusia.
merupakan suatu kejadian yang berhubungan KTD dan KNC di Indonesia masih sulit
dengan keamanan pasien yang berpotensi atau dilaporkan datanya (KKPRS, 2008). Laporan
mengakibatkan efek di akhir pelayanan yang insiden keselamatan pasien pada tahun 2007
dapat dicegah sebelum konsistensi aktual ditemukan bahwa Daerah Khusus Ibukota
terjadi atau berkembang (Aspden, 2004) Jakarta menempati urutan pertama yaitu 37,9
Kejadian tidak diharapkan (KTD) % diantara 8 propinsi lainnya ( jawa tengah
merupakan kejadian yang mengakibatkan 15,9%, DI Yogyakarta 13,8 %, Jawa Timur
cidera yang tidak diharapkan pada pasien 11,7 %, Sumatera selatan 6,9 %, Jawa barat 2,8
karena suatu tindakan (commission) atau %, Bali 1,4 %, Aceh 10,7 %, dan Sulawesi
karena tidak bertindak (ommission) dan bukan Selatan 0,7 %. Pelaporan KTD dan KNC juga
karena underlying desease atau kondisi pasien didapatkan.
(KKP-RS, 2008). KKP-RS (2008) Berdasarkan latar belakang tersebut maka
mendefinisikan KTD sebagai kejadian yang penulis tertarik untuk menganalisis faktor yang
tidak diduga atau tidak diharapkan tetapi berhubungan dngan insiden keselamatan
menimbulkan cidera, kerugian atau pasien yang menggunakan layanan ambulans
kecelakaan. gawat darurat Rumah Sakit Haji Surabaya.
Salah satu bidang garap keperawatan yang Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
saat ini menjadi trens adalah layanan pre antara faktor faktor yang berhubungan dengan
hospital care. Menghadapi tuntutan kebutuhan insiden keselamatan pasien di RSU Haji
dan perkembangan ilmu kegawatdaruratan di Surabaya.
masa depan , pengembangan kompetensi
keperawatan sangat di perlukan, termasuk 2. METODE PENELITIAN
didalamnya kemampuan kognitif, Penelitian ini menggunakan desain
interpersonal maupun skill perawat, terutama analitik korelasi dengan pendekatan cross
perawat pelaksana di RS. Situasi tersebut sectional. Populasi pada penelitian ini adalah
menggambarkan bahwa keberadaan ambulans semua perawat Ambulans yang memberikan
gawat darurat merupakan sarana yang sangat di layanan Ambulans Gawat Darurat Sakit Umum
butuhkan masyarakat sebagai perpanjangan Haji Surabaya. Tehnik sampling menggunakan
tangan pelayanan gawat darurat di RS yang probability sampling dengan pendekatan
tentunya dengan sarana dan prasarana serta Simple Random Sampling. Instrument
sumber daya yang terampil, dapat melakukan penelitian ini menggunakan kuisioner .
tindakan gawat darurat cepat, dan tepat Variabel independen dalam penelitian ini
dilokasi kejadian ataupun dalam ambulans adalah faktor karakteristik individu perawat
dengan respons time kurang dari 30 menit. (tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan
Kondisi tersebut membutuhkan standar dalam umur), faktor lingkungan dan organisasi
memberikan pelayanan gawat darurat dalam (komunikasi, Standar Prosedur Operasional)
ambulans sesuai dengan kompetensi dan dengan variabel dependen yaitu Insiden
kemampuannya sehingga dapat menjamin Keselamatan Pasien Penelitian ini
suatu penanganan gawat darurat dengan respon menggunakan uji Chi Square.
time yang cepat dan penanganan yang tepat,
Tabel 2. Hubungan Antara Masa Kerja Di RSU Haji Surabaya Dan Insiden Keselamatan
Pasien
No. Masa Kerja di RS Haji IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. <5 tahun 5 62,5 3 37,5 8 100
2. 6-10 tahun 3 37,5 5 62,5 8 100
3. >11 tahun 2 25,0 6 75,0 8 100
Jumlah 10 41,7 14 58,3 24 100
Hubungan Antara Masa Kerja Di Ambulans Gawat Darurat Dengan Insiden Keselamatan
Pasien
No. Masa Kerja di AGD IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. <5 tahun 7 63,3 4 36,4 11 100
2. 6-10 tahun 3 23,1 10 76,9 13 100
Jumlah 10 41,7 14 58,3 24 100
pekerjaan yang tidak didapatkan selama masa kerja di AGD dengan insiden
menjalankan pendidikan. Selain itu, terdapat keselamatan pasien yang telah dilakukan,
system yang menjadi sarana terjadinya transfer didapatkan nilai alfa (α ) < nilai sig yaitu
wawasan dan skill antara satu perawat dengan 0,045, maka Ho ditolak, yang artinya ada
yang lain, dalam hal ini adalah operan dari shift hubungan antara masa kerja di AGD dengan
ke shift, dimana terjadi diskusi mengenai insiden keselamatan pasien.. Hal ini pun sesuai
masalah dalam layanan ambulan gawat darurat atau sejalan dengan hasil penelitian dimana
yang perlu datasi pada saat itu. pengalaman kerja menunjukkan hubungan
3.3. Analisis antara Masa Kerja di RS dan yang bermakna dengan kejadian insiden
Insiden Keselamatan Pasien keselamatan pasien. Pengalaman kerja menjadi
Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara faktor yang berhubungan secara signifikan
masa kerja di RS dengan insiden keselamatan pada kejadian insiden keselamatan pasien
pasien yang telah dilakukan, didapatkan nilai karena ada kecenderungan dimana perawat
alfa (α ) > nilai sig yaitu 0,301, maka Ho yang telah bekerja lama di layanan ambulan
diterima, yang artinya tidak ada hubungan gawat darurat memiliki kemampuan lebih baik
antara masa kerja di RS dengan insiden dlam melakukan asuhan dan layanan yang
keselamatan pasien. Menurut Anugrahini aman bagi pasien. Pengalaman kerja berkaitan
(2010) pengalaman kerja menjadi salah satu dengan pengalaman seseorang, dan
faktor kunci dalam keselamatan pasien di pengalaman sengat dibutuhkan dalam
rumah sakit. Hal ini tidak sesuai dengan memberikan layanan ambulan kepada pasien.
penelitian yang dilakukan Anugrahini (2010), Pengalaman kerja yang dimiliki oleh perawat
pengalaman kerja menunjukkan hubungan akan memberikan kemampuan berupa
yang signifikan terhadap asuhan keperawatan pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku
yang aman bagi pasien. Hal ini pun tidak sesuai pada perawat tersebut yang menunjangnya
atau sejalan dengan hasil penelitian dimana dalam bekerja. Dengan pengalaman kerja lebih
pengalaman kerja menunjukkan hubungan lama tentunya perawat akan memiliki
yang bermakna dengan kejadian insiden pengalaman yang lebih lama pula dalam
keselamatan pasien. Harusnya pengalaman menangani pasien dengan berbagai
kerja menjadi faktor yang berhubungan secara permasalahan yang dihadapinya. Selain itu
signifikan pada kejadian insiden keselamatan karena pengalaman yang telah banyak dimiliki
pasien karena ada kecenderungan dimana membuat perawat lebih terampil dan berhati-
perawat yang telah bekerja lama di layanan hati agar asuhan keperawatan dan layanan
ambulan gawat darurat memiliki kemampuan ambulan yang dilakukan tidak menimbulkan
lebih baik dlam melakukan asuhan dan layanan cidera pada pasien.
yang aman bagi pasien. Pengalaman kerja di 3.5. Analisis antara Kerjasama dan Insiden
rumah sakit tidak menjadi patokan perawat Keselamatan Pasien
memiliki pengetahuan, keterampialn dan Kerja sama tim merupakan suatu
tingkah laku dalam bekerja dilayanan ambulan kelompok kecil orang dengan keterampilan
gawat darurat, hal ini disebabkan karena yang saling melengkapi yang berkomitmen
perawat yang lebih senior malas untuk merujuk pada tujuan bersama, sasaran kinerja dan
atau melakuakan layanan ambulan gawat pendekatan yang mereka jadikan tanggung
darurat dikarenakan proses rujukan ribet dan jawab bersama (Cahyono, 2008). Kerjasama
membutuhkan waktu lama. merupakan bentuk attitude dari perawat dalam
3.4. Analisis antara Masa Kerja di AGD bekerja di dalam tim karena membuat individu
dan Insiden Keselamatan Pasien saling mingingatkan, mengoreksi,
Siagian (2006) menggambarkan berkomunikasi sehingga peluang terjadinya
pengalaman kerja menjadi slah satu faktor kesalahan dapat dihindari. Berdasarkan hasil
kunci dalam keselamatan pasien di rumah uji Chi-Square antara kerjasama dengan
sakit. Demikian pula pada penelitian yang insiden keselamatan pasien yang telah
dilakukan Anugrahini (2010), pengalaman dilakukan, didapatkan nilai alfa (α ) < nilai sig
kerja menunjukkan hubungan yang signifikan yaitu 0,005, maka Ho ditolak, yang artinya ada
terhadap asuhan keperawatan yang aman bagi hubungan antara kerjasama dengan insiden
pasien. Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara keselamatan pasien.. Dalam penelitian ini
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 194
kerjasama juga menjadi faktor yang bermakna faktor komunikasi pada penelitian ini tidak
pada terjadinya insiden keselamatan pasien. menunjukkan hubungan yang bermakna
Faktor kerjasama menjadi indikator bahwa dengan terjadinya insiden keselamatan pasien
perawat yang memiliki persepsi kurang baik di layana ambulan. Dari sekian IKP yang
terhadap kerjasama memiliki kecenderungan dilaporkan, pernah terjadi maslah komunikasi
menyebabkan insiden keselamatan pasien tiga yang menyebabkan terjadinya IKP yang
kali lebih besar dari perawat yang memiliki disebabkan kurang lengkapnya pengisian
persepsi sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan rekam medis sehingga menimbulkan persepsi
dengan kenyataan dilapangan bahwa dalam yang salah dari perawat terhadap kondisi
melakukan layanan ambulan kepada pasien, pasien yang sebenarnya. Dengan demikian,
perawat melakukannya hanya kepada pasien, meski secara statistic komunikasi tidak
perawat melakukannya hanya kepada pasien memiliki hubungan yang bermakna pada
yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap kejadian IKP akan tetapi variable ini tetap
perawat memiliki tanggung jawab dan perlu diperhatiakan untuk menjaga keamanan
tugasnya tersendiri dalam melakuakan layanan pada layanan ambulan gawat darurat.
ambulan gawat darurat, kerjasama anatar 3.7. Analisis antara SPO dan Insiden
perawat dan dengan profesi lain dalam Keselamatan Pasien
melakukan layanan ambulan gawat darurat Peran perawat dalam keselamatan pasien
dapat meningkatkan keselamatan pasien, yaitu memelihara keselamatan pasien melalui
sehinngga insiden keselamatan pasien transformasi lingkungan keperawatan yang
berkurang atau kecil. lebih mendukung keselamatan pasien dan
3.6. Analisis antara Komunikasi dan peran perawat dalam keselamatan pasien
Insiden Keselamatan Pasien melalui penerapan standar keperawatan (IOM,
Anugrahini (2010) mengungkapkan 2000). Rumah sakit ini telah lama memiliki
masalah komunikasi seperti kegagalan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
komunikasi verbal dan non verbal, mengatur pelaksanaan layanan ambulan gawat
miskomunikasi anatar staf, antar shift, darurat secara tertulis dan detail.Berdasarkan
komunikasi yang tidak terdokumentasi dengan hasil uji Chi-Square antara SPO dengan insiden
baik, merupakan hal yang dapat menimbulkan keselamatan pasien yang telah dilakukan,
kesalahan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai alfa (α ) < nilai sig yaitu
antara komunikasi dengan insiden keselamatan 0,003, maka Ho ditolak, yang artinya ada
pasien yang telah dilakukan, didapatkan nilai hubungan antara SPO dengan insiden
alfa (α ) > nilai sig yaitu 0,058, maka Ho keselamatan pasien. Hal ini dapat nenunjukkan
diterima, yang artinya tidak ada hubungan bahwa SPO cukup terinternalisasi pada
antara komunikasi dengan insiden keselamatan perawat sehingga mendukung terhadap
pasien.. Penelitian yang dilakukan oleh pelaksanaan pekerjaan. Namun demikian
Anugrahini (2010) menyatakan bahwa terlihat bahwa penyediaan SPO untuk layanan
buruknya komunikasi antara dokter dan ambulan tidak bisa didapatkan dengan mudah
perawat merupakan salah satu penyebab atau tersedia di meja pelayanan, tetapi perawat
insiden atau kejadian yang tidak diharapkan ambulan sudah banyak mengerti isi dan
yang dialami oleh pasien yang dapat prosedur tentang semua layanan yang ada di
berdampak pada kematian pasien. Anugrahini ambulan gawat darurat. Hasil penelitian
(2010) menyatakan bahwa kualitas komunikasi zamzara dkk (2015) menggambarkan
ditentukan oleh karakter empat elemen kepatuhan perawat terhadap SPO yang di buat
komunikasi yaitu sumber, pesan, saluran dan oleh RS dalam kategori cukup akan tetapi yang
penerima karakter sumber atau yang menjadi kendala adalah bahwa SPO
berinisiatif yang mempengaruhi keefektifan kadangkala tidak di revisi sesuai kebutuhan
adalah keahlian berkomunikasi, pengetahuan, pasien.
sikap, dan latar belakang budaya. Dalam hal ini 3.8. Analisis antara Kenyamanan Tempat
sumber komunikasi yang dilakukan dalam Kerja dan Insiden Keselamatan Pasien
layanan ambulan cukup, dimana ada buku Faktor kenyamanan meliputi
laporan permintaan layanan ambulan gawat pencahayaan, tingkat kebisingan, temperature
darurat, operan tiap shift kerja, akan tetapi atau suhu ruangan, susunan tata ruang, dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 195
ventilasi. Pengelolaan tersebut harus benar- Tidak ada hubungan antara komunikasi
benar memikirkan standar keselamatan baik terhadap insiden keselamatan pasien yang
bagi pasien maupun keselamatan staf dengan menggunakan layanan Ambulans Gawat
memperhatikan syarat-syarat kesehatan Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
lingkungan seperti yang sudah diatur di adalam Ada hubungan antara SPO terhadap
Permenkes Nomor 1204/SK/X/2004 tentang insiden keselamatan pasien yang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah menggunakan layanan Ambulans Gawat
Sakit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
kenyamanan tempat kerja dengan insiden Ada hubungan antara kenyamanan
keselamatan pasien yang telah dilakukan,
terhadap insiden keselamatan pasien yang
didapatkan nilai alfa (α ) < nilai sig yaitu
menggunakan layanan Ambulans Gawat
0,045, maka Ho ditolak, yang artinya ada
Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
hubungan antara kenyamanan tempat
kerjadengan insiden keselamatan pasien. Dari Rumah Sakit hendaknya
hasil data yang didapat kenyamanan kurang memperbaharui SPO RS agar dapat
sebesar 50% dengan ditunjukkannnya nilai memfasilitasi seluruh prosedur layanan
IKP yang Kurang juga menunjukkan angka Ambulans Gawat Darurat RSU Haji
41,67% menunjukkan bahwa kondisi yang Surabaya dan dapat meningkatkan kualitas
kurang nyaman dapat menyebabkan terjadinya layanan dengan memperhatikan keselamatan
insiden keselamatan pasien. Hal ini pasien.
ditunjukkan dari tempat layanan atau sarana
prasarana di layanan ambulan kurang, REFERENSI
misalnya brangkat atau trolley ambulan yang 1. Anugrahini, C. (2010). Hubungan
sudah mulai rusak, strapping atau sabuk Faktor Individu dan Organisasi dengan
keselamtan tidak semua ada di ambualan, dan Kepatuhan Perawat dalam menerapkan
ada beberapa ambulan yang sudah tidak Pedoman Patient safety di RSAB
memenuhi syarat untuk melakukan layanan Harapan Kita . Jakarta. Tesis FIK UI
ambulan gawat darurat. 2. Aspden (2004). Patient Safety. Jakarta.
Salemba Medika.
5. KESIMPULAN 3. Cahyono, J.B, (2008). Membangun
Tidak ada hubungan antara umur Budaya Keselamatan pasien Dalam
terhadap insiden keselamatan pasien yang Praktik Kedokteran. Yogyakarta :
menggunakan layanan Ambulans Gawat Kanisius
Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya 4. Depkes RI, (2008). Penanggulangan
Tidak ada hubungan antara pendidikan tindakan keselamatan pasien. Jakarta.
terhadap insiden keselamatan pasien yang Kemenkes RI
menggunakan layanan Ambulans Gawat 5. KKPRS, (2008). Keselamatan Pasien Di
Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya RS. Jakarta. Kemenkes
Tidak ada hubungan antara masa kerja 6. Robbins (2003). Keselamatan Pasien.
di rumah sakit terhadap insiden keselamatan Jakarta. Salemba Medika.
pasien yang menggunakan layanan 7. Siagian, (2006). Pengelolaan tindakan
Ambulans Gawat Darurat Rumah Sakit untuk keselamatan pasien, Jakarta. EGC
Umum Haji Surabaya 8. Zamzara, Rezza F., Dwi Ernawati, Ari
Ada hubungan antara masa kerja di Susanti. 2015. Pengaruh Pijat Oksitosin
AGD terhadap insiden keselamatan pasien Terhadap Waktu Pengeluaran
yang menggunakan layanan Ambulans Kolostrum Ibu Post Partum Sectio
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Haji Caesar, Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 8
Surabaya No.2, Agustus 2015, diterbitkan
Ada hubungan antara kerjasama UNUSA, ISSN : 1978 - 6743, hal 229-
terhadap insiden keselamatan pasien yang 241, 13 halaman.
menggunakan layanan Ambulans Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 196
9. http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/
article/download/75/67 di unduh 1
Maret 2017 jam 03.30.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 197
Abstract
Anak prasekolah pada usia 4-6 tahun akan mulai aktif dalam belajar mencari pengalaman baru dan
mau mengambil keputusan sendiri khususnya dalam memilih jajan makanan ringan. Tanpa
sepengetahuan orang tua, makanan tersebut mengandung bahan kimia berbahaya yaitu Monosodium
Glutamate. Penelitian ini menggunakan metode “ descriptive” yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi tentang suatu keadaan
secara objektif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak pra sekolah (usia 4-
6 tahun) di TK Nuansa Pertiwi 2 yang berjumlah 91 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara
consecutive sampling diperoleh sampel berjumlah 66 orang. Variabel penelitian adalah gambaran
pengetahuan Ibu tentang Monosodium Glutamate. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner tertutup kemudian pengolahan data dengan menggunakan tabel distribusi dalam bentuk
prosentase dan narasi. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 13-25 Maret 2017
diperoleh bahwa 3 orang (4,5%) memiliki pengetahuan baik, 52 orang (78,8%) memiliki
pengetahuan cukup, dan 11 orang (16,7%) memiliki pengetahuan kurang baik.Pengetahuan diperoleh
dari hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 52 orang (78,8%). Saran yang diberikan adalah mengadakan
program makanan tambahan dan penyuluhan bagi para ibu wali murid untuk meningkatkan
pengetahuan tentang Monosodium Glutamate.
Kata kunci: Pengetahuan, Monosodium Glutamate, Anak Prasekolah
orang tua pada perilaku anak yang suka jajan atau kondisi riil (sebenarnya).
dan memberi saran pada pihak sekolah yang Aplikasi disini dapat diartikan
bersangkutan untuk mengadakan Program aplikasi atau penggunaan hukum-
Makanan Tambahan (PMT). Orang tua hukum, rumus, metode, prinsip dan
diharapkan meningkatkan pengetahuan Ibu sebaginya dalam konteks atau situasi
tentang Monosodium Glutamate Makanan yang lain.
pada Anak Prasekolah.
d). Analisis (Analysis)
2. KAJIA LITERATUR Analsis adalah suatu kemampuan
a. Pengetahuan untuk menyebabkan materi atau
1). Pengertian suatu objek ke dalam komponen-
Pengetahuan merupakan proses belajar komponen, tetapi masih di dalam
dengan menggunakan panca indera yang suatu struktur organisasi tersebut,
dilakukan seseorang terhadap proses objek dan masih ada kaitannya satu sama
tertentu untuk dapat menghasilkan lain. Kemampuan analisis ini dapat
pengetahuan dan ketrampilan (Hidayat, 2005). dilihat dari penggunaan kata-kata
Pengetahuan merupakan hasil “ tahu “ dan ini kerja : dapat menggambarkan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan (membuat bagan, membedakan,
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan memisahkan, mengelompokkan, dan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni : sebagainya).
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, e). Sintesis (Synthesis)
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan Sintesis menunjukkan kepada suatu
manusia melalui mata dan telinga kemampuan untuk meletakkan atau
(Notoadmodjo, 2003). menghubungkan bagian-bagian di
2). Tingkat Pengetahuan dalam suatu bentuk keseluruhan yang
a). Tahu (know) baru. Dengan kata lain sintesis itu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menyusun
suatu materi yang telah dipelajari formulasi baru dari formulasi yang
sebelumnya. Termasuk pengetahuan ada.
tingkat ini adalah mengingat kembali f). Evaluasi (Evaluation)
(recall) terhadap suatu yang spesifik Evaluasi ini berkaitan dengan
dari seluruh bahan yang dipelajari kemampuan untuk melakukan
atau rangsangan yang telah diterima. justifikasi atau penilaian terhadap
Kata kerja yang digunakan untuk suatu materi atau objek. Penilaian-
mengukur bahwa orang tahu tentang penilaian ini berdasarkan suatu
apa yang dipelajari antara lain: kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menyebutkan, mendefinisikan, menggunakan kriteria-kriteria yang
menyatakan, dan sebagainya. telah ada (Notoadmodjo, 2003).
b). Memahami (Comprehension) 3). Faktor-faktor yang mempengaruhi
Memahami diartikan sebagai suatu Pengetahuan
kemampuan menjelaskan secara a). Tingkat pendidikan
benar. Pendidikan menuntun manusia untuk
Orang yang telah paham terhadap berbuat dan mengisi. Kehidupannya
objek atau materi harus dapat untuk mencapai keselamatan dan
menjelaskan, menyebutkan contoh, kebahagiaan. Kebahagiaan
menyimpulkan, meramalkan dan diperlukan untuk mendapatkan
sebagainya terhadap objek yang informasi. Makin tinggi tingkat
dipelajari. pendidikan seseorang, mekin mudah
c). Aplikasi (Application) menerima informasi sehingga makin
Aplikasi diartikan sebagai banyak yang dimiliki (Nursalam dan
kemampuan untuk menggunakan Pariani, 2001).
materi yang dipelajari pada situasi b). Usia
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 199
tidak selalu berjenis kelamin sama). mengajukan permohonan ijin kepada kepala
Idealnya, anak mempunyai teman di sekolah TK. Nuansa Pertiwi 2 desa Sidorejo
lingkungan rumah atau sekolah untuk melakukan studi pendahuluan maupun
taman kanak-kanak. Anak akan penelitian di TK. Nuansa Pertiwi 2 desa
senang menyanyi, berdansa, beraksi, Sidorejo atas rekomendasi dan institusi
ingin seperti temannya, lebih mudah Pendidikan Politeknik Kesehatan Majapahit.
setuju pada peraturan dan lebih Pengumpulan data pada penelitian ini
menunjukkan kemandirian dengan menggunakan angket atau kuesioner
(misalnya dapat pergi sendiri tertutup yaitu sejumlah pertanyaan tertulis
ketetangga disebelah rumah). yang digunakan untuk memperoleh informasi
e). Emosional dari responden yang sudah disediakan
Anak sudah mulai dapat jawaban, sehingga resonden hanya memilih
membedakan fantasi dan kenyataan, dan memberi tanda (X) pada pilihan yang
anak juga mulai menunjukkan tersedia (Arikunto, 2002). Kuesioner tersebut
minatnya dalam seksualitas dasar, dibagikan setelah peneliti memberikan
baik pada dirinya sendiri maupun penjelasan dan ada informed consent dengan
seksualitas dari jenis kelamin yang responden.
berbeda, dan pada usia ini anak Penilaian pada jawaban responden yang
terkadang menuntut tetapi terkadang terkumpul dilakukan dengan cara memberi
sangat kooperatif (Shelov, 2005) skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika
3) Perkembangan Psikososial jawaban salah. Kemudian data di proses dalam
Menurut Erikson, anak prasekolah (usia 4- bentuk prosentase.
6 tahun) merupakan tahap inisiatif dan rasa Adapun rumus yang digunakan untuk
bersalah. Anak akan mulai inisiatif dalam mengukur variabel pengetahuan :
belajar mencari pengalaman baru secara aktif Sp
dalam melakukan aktifitasnya. Dan apabila N x 100 %
Sm
pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka Keterangan :
akan tumbuh perasaan bersalah pada dirinya N = nilai yang didapat
(Hidayat, 2005). Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor maksimal hasil
3. METODE PENELITIAN prosentase diinterpretasikan dengan
Desain penelitian merupakan rancangan menggunakan standar kualitatif :
penelitian yang disusun sedemikian rupa Baik = Bila didapat 76 – 100 %
sehingga dapat menuntut peneliti untuk dapat Cukup = Bila didapat 56 - 75 %
memperoleh jawaban terhadap pertanyaan Kurang baik = Bila didapat < 56 %
peneliti. Rancang bangu penelitian ini (Nursalam, 2003).
menggunakan metode “ descriptive” yaitu
suatu metode penelitian yang dilakukan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan tujuan utama untuk membuat Hasil penelitian tentang pengetahuan ibu
gambaran atau diskripsi tentang suatu keadaan tentang Monosodium Glutamat makanan pada
secara objektif. Populasi dalam penelitian ini anak prasekolah di TK. Nuansa Pertiwi 2
adalah ibu yang mempunyai anak pra sekolah Sidorejo Krian pada tanggal 13-25 Maret 2017.
(usia 4-6 tahun) di TK Nuansa Pertiwi 2 desa a. Gambaran Lokasi Penelitian
Sidorejo Krian yang berjumlah 91 orang. TK Nuansa Pertiwi 2 didirikan oleh Ibu
Penelitian ini menggunakan teknik consecutive Sri Astuti pada tahun 2011, bertempat di
sampling yaitu cara pengambilan sampel Perum. Graha Permata Sidorejo Indah Blok Y
dengan memilih sampel yang memenuhi No. 19-20 Kecamatan Krian Kabupaten
kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu Sidoarjo. Didirikan pada tanah seluas 450 m²
sehingga jumlah sampel terpenuhi (Hidayat, terdiri dari 4 ruang kelas dengan luas 5 x 6 m,
2003). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 2 toilet untuk murid, 1 toilet untuk guru dan 1
66 orang. Peneliti sebelum melaksanakan ruang guru. Kapasitas murid 1 kelas 20 anak.
proses pengumpulan data, memulai dengan Jumlah guru ada 4 orang sebagai guru tetap
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 203
informasi cukup baik mengenai efek yang tidak 6. Hidayat, Aziz Alimul. (2005). Pengantar
baik dari mengkonsumsi makanan yang Ilmu Keperawatan Anak1. Jakarta:
mengandung MSG terutama untuk Salemba Medika
pertumbuhan dan perkembangan anak pra 7. Himpunan Alumni IPB. (2005). MSG,
sekolah. Tindak lanjut dari hasil penelitian ini Racun yang Sedap! Merdekakan Diri dan
adalah berkoordinasi dengan pihak sekolah Anak Cucu dari Racun MSG. (Online)
untuk membuat kantin sekolah dengan menu (http : // www.alumni-ipb.or.id., diakses
makanan sehat yg bebas MSG, mengadakan 08 Oktober 2016).
program Pemberian Makanan Tambahan 8. Latipun. (2001). Psikologi Konseling
(PMT) setiap hari jumat yang dikelola oleh Edisi Ketiga. Malang : Universitas
wali murid dan memberikan pendidikan Muhammadiyah
kesehatan kepada ibu tentang MSG. 9. Notoadmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
5. KESIMPULAN 10. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Berdasarkan analisis data dalam Metodologi Penelitian Ilmu
penelitian yang telah dilakukan maka dapat Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan ibu 11. Nursalam dan Pariani, Siti. (2001).
tentang Monosodiun Glutamate makanan pada Pendekatan Praktis Metodologi Riset
anak prasekolah (usia 4-6 tahun) di TK. Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Nuansa Pertiwi 2 desa Sidorejo Kecamatan 12. Retrieved. (2016). FDA and Monosodium
Krian adalah sebagian besar responden Glutamate (MSG). (Online) (http : //
memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak www.fda.gov.opacom , diakses 08
52 orang (78,8%) Oktober 2016).
13. Shelov Steven. (2005). Perawatan untuk
REFERENSI Bayi dan Balita. Jakarta : Arcan.
1. Andreas. (2007). Tentang Glutamate dan 14. Syarifah. (2007). MSG dan “Chinese
Monosodium Glutamate. (Online) (http:// Restaurant Syndrome. (Online) (http : //
www. Hanyawanita.com,diakses 20 pikiran-rakyat.com , diakses 08 Oktober
November 2016 2016).
2. Ant. (2003). Waspadai Snack Ber-MSG, 15. Retrieved. (2016). Upaya Meminimasi
Ancam Kesehatan Anak.(Online)(http : // Dampak Negatif. (Online) (http : //
www. Depkes.go.id.diakses 10 Oktober www.tumoutou_net , diakses 08 Oktober
2016). 2016
3. Arikunto, Suharsimi. (2002). Penelitian 16. Syarifah. (2007). MSG dan “Chinese
Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta : Restaurant Syndrome. (Online) (http : //
PT.Rineka Cipta. pikiran-rakyat.com , diakses 08 Oktober
4. Ham. (2007). Memilih Jajan. (Online) 2007).
(http : // www.alfurqon.or.id. diakses 20 17. PDT. (2005). Awas MSG (Monosodium
November 2016). Glutamate) / Micin. (Online) (http : //
5. Hidayat, Aziz Alimul. (2003). Riset www.blog.360.yahoo.comHYPERLINK
Keperawatan dan teknik Penulisan "http://www.blog.360.yahoo.com/" ,
Ilmiah.Jakarta: Salemba Medika. diakses 08 Oktober 2016).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 205
Abstract
Hyperglycemic ulceration are one of the most common complications of diabetes mellitus, and are
hard to cure and require comprehensive treatment. The people with hyperglycemia will experience
an increase in free radicals that damage blood vessel endothelial cells. The damage can interfere
with the distribution of blood throughout the body, especially in the distal part of the body, the part
that lacks the distribution of blood will experience tissue hypoxia and if left can lead to injury and
then the wound becomes necrosis or gangrene, even amputation can occur. The antioxidant alkaline
electrolyzed water serves to help lower free radicals of people with hyperglycemia, which can
improve blood cell endothelial damage, and can improve neovascularization. This study aims to
determine the effect of alkaline electrolyzed water on neovascularization in strain wistar rats (Rattus
norvegicus) of hyperglycaemia wound conditions. This type of research uses Quasy Experimental
research with simple random sampling method. Researchers used strain wistar rats (rattus
norvegicus) as experimental animals. The number of samples of 30 rats. The data were analyzed
using Independent T Test statistic test obtained on 4th day of Sig. (2.tailed) 0.014 (p value = <0.05),
and the 8th day of Sig. (2.tailed) 0.000 (p value = <0.05). The result of this research is the influence
of alkaline electrolyzed water on neovascularization in strain wistar rats (Rattus norvegicus).
Keywords: Hyperglycemic Ulceration, Alkaline Electrolyzed Water, Neovascularization.
hiperglikemia grade II. Tikus galur wistar cm dengan kedalaman 1,5 mm pada
(Rattus norvegicus) 2-3 bulan dengan berat kulit dengan menggunakan scalpel
badan ≥200 gr dan jenis kelamin jantan pada epidermis hingga hypodermis
sebanyak adalah 30 ekor Rattus norvegicus. atau lapisan subkutan (luka grade II)
Teknik sampling yang digunakan dalam (Li dan Kun, 2011)
penelitian ini yaitu teknik random sampling. e. Cara Mencuci luka dengan alkaline
Variabel independen alkaline electrolyzed electrolyzed water dengan pH 11,5 (±2cc)
water BIO ALKALI Premium SNI : 01-3553- sehari 1 kali, pencucian luka dengan cara
2006. Variabel dependen : Neovaskularisasi. menyemprotkan alkaline electrolyzed
Indikator yang digunakan dengan cara water sebanyak 7-8 kali.
menghitung neovaskularisasi yang dapat f. Cara melakukan sonde pada Rattus
berbentuk tunas-tunas dan berkembang norvegicus dengan memasang selang
menjadi cabang-cabang. Neovaskulariasasi NGT dan diberikan alkaline electrolyzed
dilihat perkembangannyapada hari ke-1, 4 dan water dengan pH 9,5 sehari 1 kali (1,8 cc),
8. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop diamasukkan menggunakan spuit.
elektrik dengan pembesaran objektif 40x10. g. Melakukan pengamatan histopatologi
Cara kerja pada penelitian ini diawali dari: dengan menghitung jumlah
a. Seluruh Rattus (30 ekor) yang sudah neovaskulariasi, serta membandingkan
diadaptasi pada 1 minggu pertama. rata-rata keduanya pada kelompok
b. Cara Membuat Tikus Hiperglikemi kontrol dan perlakuan pada hari ke 1,4,8.
menggunakan STZ. STZ 1000 mg di Pengukuran dilakukan di bawah
larutkan dalam 3 ml buffer sitrat pH 4,5 mikroskop elektrik dengan pembesaran
dan dihomogenkan dengan vortex. objektif 40.
Larutan STZ dipersiapkan dalam tabung-
tabung mikro dengan volume yang 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
disesuaikan dengan konsentrasi injeksi Tikus yang digunakan sebagai sampel
STZ/kg BB hewan coba. Sebelum penelitian adalah tikus galur wistar (Rattus
penyuntikan STZ tikus dipuaskan 4 jam, novergicus). Tikus dibagi menjadi 2 kelompok,
penyuntikan STZ dengan dosis yang masing-masing kelompok perlakuan terdiri
sudah disesuaikan dengan BB tikus dari 15 ekor tikus yang diberikan perawatan
dengan dosis 45mg/kgBB. Setelah 72 jam luka 1 kali sehari pada jam 08.00 setiap harinya
dilakukan pengamatan gula darah pada hingga hari ke-8. Untuk kelompok kontrol
tikus, darah diambil dari pembuluh darah diberikan normal salin dan untuk kelompok
retina tikus (DiaComp Protocols, 2015; perlakuan diberikan alkaline electrolyzed
Ghasemi et al, 2014). water pH 11,5 untuk cuci luka dan pH 9,5
c. 30 ekor Rattus dibagi menjadi 2 untuk sonde.
kelompok, masing-masing kelompok Penghitungan kelompok kontrol hari ke-4,
terdiri 15 ekor Rattus. Masing-masing dan 8 menunjukkan peningkatan pada hari ke-
Rattus diberi tanda atau label pada 4 yang cukup signifikan, namun pada hari ke-8
ekornya dengan menggunakan spidol tidak menurun secara signifikan, yaitu dengan
tahan air sesuai kelompoknya. rata-rata hari ke-4 adalah 16.4, dan hari ke-8
d. Pembuatan Luka Hiperglikemia (Luka adalah 14.6. Berbeda dengan kelompok
grade II) kontrol, kelompok perlakuan mempunyai
1). Bulu Rattus sekitar sayatan (daerah jumlah rata-rata neovaskularisasi yang
punggung) dicukur sampai bersih meningkat signifikan pada hari ke-4 dan
dan licin, kemudian dibersihkan menurun pada hari ke-8, yaitu dengan rata-rata
dengan kapas beralkohol 70%. hari ke-4 adalah 20.4, dan hari ke-8 adalah 7.8,
2). Melakukan anestesi pada terlihat pada diagram perbandingan rata-rata
intraperitonial dengan menggunakan jumlah perhari neovaskularisasi antara hari ke-
ketamin dengan dosis 0,1 mg/kg BB. 4 dan hari ke-8 pada kelompok kontrol dan
3). Pembuatan luka hiperglikemia kelompok perlakuan.
melalui luka eksisi. Berukuran 1,5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 208
Abstract
Learning media is one of the instrumental factors that can affect student learning outcomes. The use
of instructional media in Pregnancy Midwifery care subject can encourage the achievement of the
maximum learning result. The purpose of this study is to mengethaui Effect of Interactive Media
Learning Use of Learning Results Pregnancy Mathematics. Design in this study using the initial test
and the final test with one group ( One Group pretest-posttest design). Population and sample in this
research is student of second semester of 40 respondent, with sampling technique Total sampling.
Result of research indicate that there is Influence of Interactive Learning Media Usage To is 0.000,
soResult Of Learning Pregnancy Lecture, with value hypothesis acceptable because <0.05. The
use of inetraktif learning media in Pregnancy Care subject proved to have a very big influence on
the improvement of student learning outcomes, because this interactive learning media has and
displays the material lectures are real and applicative, making it more easily understood by students.
Keywords: Interactive Learning Media, Learning Outcomes, Pregnancy Care
mau dan mampu memanfaatkan dan singkat dapat mencakup isi yang luas dan
menggunakan media pembelajaran sehingga tempat yang diperlukan tidak terlalu luas.
dapat membantu mahasiswa dalam memahami Penempatan media perlu diperhatikan
mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan. ketepatannya agar dapat diamati dengan baik
Salah satu media pembelajaran yang dapat oleh seluruh siswa.
digunakan adalah media pembelajaran 2.5. Hasil Belajar
interaktif.Menurut (Anita, 2009) Media Hasil belajar adalah hasil yang dicapai
pembelajaran interaktif adalah media yang oleh seorang siswa setelah melakukan suatu
meminta pebelajar mempraktikkan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha
ketrampilan dan menerima balikan.Media tersebut dipengaruhi oleh kondisi dan situasi
interaktif berbasis computer menciptakan tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam
lingkungan belajar multimedia dengan ciri – suatu jenjang pendidikan.Pengukuran hasil
ciri baik video maupun pembelajaran berbasis belajar ini dapat menggunakan tes atau
computer. evaluasi.
Hasil belajar merupakan bentuk akhir Menurut Bloom, hasil belajar mencakup
yang dicapai oleh mahasiswa setelah kemampuan kognitif, afektif, dan
melakukan proses pembelajaran, hasil belajar psikomotorik. Domain kognitif adalah
ini merupakan kemampuan intelektual knowledge (pengetahuan, ingatan),
mahasiswa yang terdiri dari beberapa ranah, comprehension (pemahaman, menjelaskan,
antara lain kognitif, afektif dan psikomotor. meringkas, contoh), application (menerapkan),
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah analysis (menguraikan, menentukan
untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
Media Pembelajaran Interaktif Terhadap Hasil merencanakan, membentuk bangunan baru,
Bealajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan dan evaluation (menilai). Domain afektif
Kehamilan. adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing (nilai),
2. KAJIAN LITERATUR DAN organization (organisasi), characterization
PEGEMBANGAN HIPOTESIS (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi
2.1. Kajian Literatur initiatory, pre-routine, dan routinized.
2.4. Media Pembelajaran Psikomotor juga mencakup keterampilan
Media pendidikan adalah media dimana produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan intelektual.
maupun isi pengajaran yang biasa dituangkan 2.2. Hipotesis
dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program “Ada Pengaruh Penggunaan Media
Pengajaran) dengan tujuan untuk Pembelajaran Interaktif Terhadap Hasil Belajar
mempertinggi kegiatan belajar mengajar.Arti Mata Kuliah Asuhan Kehamilan”.
lain menyatakan bahwa media pendidikan
adalah peralatan fisik untuk menyampaikan 3. METODE PENELITIAN
pengajaran termasuk didalamnya buku, film, Desain penelitian menggunakan test awal
video, tape, dan sebagainya termasuk suara dan test akhir dengan satu kelompok (One
guru dan perilaku nonverbal (Soemarsono, Group pretest-posttest design). Dimana
2007). rancangan penelitian ini harus melakukan test
Fungsi utama dari media pembelajaran awal kemudian dilakukan perlakuan dalam
adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni jangka waktu tertentu, langkah selanjutnya
menunjang penggunaan model mengajar yang harus dilakukan test akhir yang dilakukan pada
dipergunakan oleh guru. satu kelompok (Sugiyono, 2009).
Syarat Media Pembelajaran yang Baik Penelitian ini dilaksanakan di Program
Menurut Sardiman (2007), suatu media Studi D III Kebidanan STIKES PEMKAB
pembelajaran dapat dikatakan baik, apabila Jombang, pada bulan Juni 2017.Populasi dan
bersifat efisien dan efektif serta komunikatif. sampel pada penelitian ini adalah semua
Suatu media dikatakan efisienapabila mahasiswa Prodi D III Kebidanan semester 2
penggunaanya mudah, dalam waktu yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 213
dengan jumlah 40 mahasiswa.Teknik sampling test sebagian besar responden mempunyai nilai
yang diguanakan adalah Total Sampling. kurang sebesar 28 Responden (70%), dan pada
Variabel independen dalam penelitian ini sesi post testsebagian besar responden
adalah penggunaan media pembelajaran mempunyai nilai Cukup sebesar 22 responden
interaktif, Variabel dependen dalam penelitian (55%).
ini adalah hasil belajar mata kuliah Asuhan
Kehamilan. Tabel 3. Hasil Uji Normalitas data
Uji statistik yang digunakan adalah Uji t Pre Test Post Test
(t- test)”, dengan Paired t test , yang artinya Asymp. Sig. .000 .002
membandingkan rata – rata nilai pretest dan (2-tailed)
posttest dari satu sampel (Riwidikdo, 2008). Berdasarkan data tabel 3, dapat dilihat
Sebelum dilakukan pengujian statistic, bahwa hasil uji normalitas data menggunakan
dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu Kolmogorov Smirnov dapat dilihat bahwa data
menggunakan uji One Sample Kolmogorov pre test dan post test berdistribusi normal.
Smirnovdengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Untuk dapat dikatakan data Tabel 4. Hasil Uji Statistik Paired T- Test
berdistribusi normal. Pre Test dan Post Test
Mean -.475
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Std. Deviation .599
4.1. Hasil Std. Error Mean .095
Data yang diperoleh pada penelitian ini Df 39
berupa data pre test dan data post test. Data pre Sig. (2-tailed) .000
test memberikan gambaran kemampuan awal Berdasarkan data tabel 4, dapat dilihat
mahasiswa sebelum memperoleh materi bahwa nilai adalah 0.000, jadi hipotesis dapat
pembelajaran, sedangkan data post test diterima karena < 0.05, sehingga ada
memberikan gambaran kemampuan akhir Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran
mahasiswa setelah melakukan pembelajaran. Interaktif Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah
Data post test ini diperoleh dari test tertulis Asuhan Kehamilan.
dengan jenis test dan jumlah soal yang sama
seperti pada soal pre test. 4.2. Pembahasan
Hasil belajar mahasiswa dapat diketahui
Tabel 1. Data Hasil Pre Test dan Post Test dengan melakukan beberapa tahapan yaitu Pre
Pre Test Post Test test, treatment dan post test. Hasil belajar
Nilai Tertinggi 83 96 mahasiswa diperoleh setelah melakukan proses
Nilai Terendah 35 41 pembelajaran yang diukur melalui tes, tes ini
Rata – rata 53,5 63,4 dilakukan dua kali yang pertama adalah pre test
Interpretasi Kurang Cukup (tes sebelum emlakukan pembelajaran) dan
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat post test (tes setelah diberikan kuliah dengan
bahwa kemampuan mahasiswa terdapat media pembelajaran interaktif).
peningkatan antara pre test dan post test, Dari hasil pre test dan post test dapat
terdapat peningkatan nilai dari pre testkepost diketahui perbedaan hasil belajar yang
test. signifikan, Berdasarkan data tabel 2, dapat
dilihat bahwa kemampuan mahasiswa pada
Tabel 2. Data Distribusi Nilai Pre Test Dan sesi pre test sebagian besar responden
Post Test mempunyai nilai kurang sebesar 28 Responden
Pre Test Post Test (70%), dan pada sesi post testsebagian besar
Nilai Baik 3 (7,5%) 6 (15%) responden mempunyai nilai Cukup sebesar 22
Nilai Cukup 9 (22,5%) 22 (55%) responden (55%).
Nilai Kurang 28 (70%) 12 (30%) Berdasarkan data tabel 4, dapat dilihat
Jumlah 40 (100%) 40 (100%) bahwa nilai adalah 0.000, jadi hipotesis dapat
Berdasarkan data tabel 2, dapat dilihat diterima karena < 0.05, sehingga ada
bahwa kemampuan mahasiswa pada sesi pre Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 214
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data di atas,
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan media pembelajaran interaktif
terhadap hasil belajar pada mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan.Dibuktikan dengan
nilai adalah 0.000, jadi hipotesis dapat
diterima karena < 0.05.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 215
Abstract
The women workers, especially in the formal sector, often have difficulty giving exclusive breast milk
to their babies because of limited time and the availability of facilities for breastfeeding in the
workplace. Impact, many mothers who work are forced to switch to formula milk and stop giving
exclusive breast milk. The purpose of this study is to know the socio-cultural factors, family, and
information effect giving exclusive breast milk to women workers.
Design of this study is observation with survey. The variables are the factors of giving exclusive
breast milk to women workers. The population in this study is mothers working who breastfeed their
infants age 0-6 months amount 26 woman and the sample with consists of 26 respondents. The
technique uses non probability sampling total sampling. It had been conducted in the Ponkesdes
Awang Awang Mojosari Mojokerto on September to December, 2017. Collecting data uses a
questionnaire. The data are processed with editing, coding, scoring, tabulating.
The results show the majority of respondents believe social culture amount 17 respondents (65.4%).
Most respondents whose families the women workers in giving breast milk amount 14 respondents
(53.8%). Most respondents have never received information about women workers in giving breast
milk amount 15 respondents (57.7%).
Based on this study shows the factors of social culture have relationship with giving exclusive breast
milk and most respondent whose do families never support the women giving workers don’t give
breast milk to their infants and this is coused by almost all of their husband are workers. Mothers
who do not breastfeed exclusively are affected with the lack of information obtained about exclusive
breastfeeding.
The results of this study show that socio-cultural factors, family, and the information determine the
women workers giving exclusive breast milk. The health workers or midwife must improve their
knowledge with counseling to the community about exclusive breast milk for healthy infant.
Keywords: Mother, Working, Giving, exclusive breastfeeding
2011). Berdasarkan data SDKI bayi usia 4 menjadi penyebabnya, walaupun juga banyak
bulan pada tahun 2008-2009 hanya 55% yang para ibu yang bisa meneruskan pemberian ASI
memberikan ASI eksklusif, bahkan lebih pada bayinya sambil terus berkarir di luar
parahnya bayi usia 6 bulan hanya 39,5% dari rumah. Semua dukungan bagi ibu menyusui,
keseluruhan bayi. Secara otomatis pemakaian dukungan sang ayah adalah dukungan yang
susu formula meningkat 3 kali lipat antara paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan
tahun 2004–2008 (Suririnah, 2008). Data dari aktif dalam pemberian ASI Esklusif. Ayah
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 cukup memberikan dukungan secara
menunjukkan Persentase pemberian ASI emosional dan bantuan bantuan yang praktis.
eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada Pengertian dan dukungan ayah dalam upaya
tahun 2013 sebesar 61,5%. (Depkes RI, 2013). pemberian ASI Eksklusif adalah suatu
Menurut data dari Dinas Kesehatan Propinsi investasi yang berharga (Roesli, 2004).
Jawa Timur tahun 2015 diketahui cakupan ASI Upaya yang dapat dilakukan adalah
Eksklusif sebesar 73,8%. Sedangkan di dengan membangkitkan kemauan dan
Kabupaten Mojokerto tahun 2015 cakupan ASI kesediaan untuk memberikan ASI Eksklusif,
Eksklusif masih sebesr 51,7%. (Profil Dinkes memberikan ASI saja tanpa memberikan
Kab.Mojokerto,2015). minuman/makanan lain. Bayi harus sering
Berdasarkan hasil studi pendahuluan disusui, perhatikan juga posisi menyusui, dan
tanggal 11 September 2017 didapatkan dari 12 jangan di beri dot atau empeng. Tindakan lain
responden, 5 responden memberikan ASI yaitu memotivasi ibu untuk tetap menyusui itu
eksklusif, dan 7 responden tidak memberikan juga penting, dengan cara menghimbau agar
ASI eksklusif (ibu memberikan makanan kembali pada praktek menyusui anak sendiri.
pendamping seperti pisang dan susu formula Karena hal itu mendatangkan keuntungan bagi
pada saat bayi berusia kurang dari 6 bulan). hubungan ibu dan anak (Roesli, 2004).
Pertumbuhan dan perkembangan bayi Berdasarkan permasalah tersebut diatas,
sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI maka peneliti tertarik untuk mengadakan
yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi penelitian dengan judul faktor-faktor
lainnya yang terkandung di dalam ASI pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di
tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat Ponkesdes Awang-Awang Kecamatan
mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai Mojosari Kabupaten Mojokerto.
usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya
berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan 2. KAJIAN LITERATUR
mineral utama untuk bayi yang mendapat Setiap Ibu dapat menyusui anaknya
makanan tambahan yang tertumpu pada beras. sampai 2 tahun. Bekerja di luar rumah bukan
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu alasan untuk menghentikan menyusui bayi atau
mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI secara memberi susu formula untuk bayi. ASI
Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah mengandung zat antiinfeksi, maka ASI dapat
produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam diperah dan disimpan (biasa disebut ASIP =
menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak ASI Perahan). ASIP dapat diberikan kepada
menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk Ibu selama bekerja. Tapi, tentu diperlukan
disebut modern dan pengaruh iklan/promosi manajemen laktasi yang baik agar proses
pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya menyusui dapat dilakukan secara eksklusif
adalah anggapan bahwa semua orang sudah selama 6 bulan pertama dan dilanjutkan hingga
memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI 2 tahun.
(Arifin, 2004). Penyebab gagalnya program Bekerja dan tetap memberikan ASI untuk
pemberian ASI Eksklusif ini antara lain adalah bayi memiliki tantangan karena menyusui
akibat diperkenalkan botol dan susu formula memerlukan proses adaptasi antara Ibu dan
pada awal kelahiran bayi. Selain itu juga bayi. Setelah bekerja, Ibu harus berjuang keras
kondisi psikologi ibu, dimana ibu merasa tidak untuk menyusui di rumah, memerah dan tetap
yakin akan persediaan ASI-nya bagi bayi bekerja dengan baik di kantor. Akan lebih
karena tidak adanya dukungan suami ataupun mudah menyusui bayi jika terus berada di
keluarga. Alasan ibu bekerja juga sering dekat bayi karena tingkat keberhasilan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 217
menyusui juga ditentukan oleh durasi cuti Penelitian ini menggunakan jenis
setelah melahirkan. Penelitian di Amerika penelitian observasional. Rancang
Serikat dan Skotlandia menunjukkan ibu yang bangun penelitian adalah survei.
mengambil cuti melahirkan lebih lama akan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
menyusui bayinya lebih lama pula. Di utama membuat gambaran atau deskriptif
Indonesia, umumnya cuti melahirkan selama 3 tentang faktor-faktor pemberian ASI
bulan, bahkan sebagai PNS menurut UU eksklusif pada ibu bekerja di Ponkesdes
Kepegawaian hanya diberikan 2 bulan setelah Awang-Awang Kecamatan Mojosari
melahirkan. Jadi, selama cuti melahirkan Kabupaten Mojokerto. Secara subyektif
tersebut, Ibu harus mempersiapkan diri untuk penelitian ini dilakukan dengan
tetap menyusui setelah kembali bekerja. menempuh langkah-langkah
Ibu bekerja yang memiliki tekad untuk pengumpulan data, klasifikasi,
tetap memberikan ASI kepada bayinya harus pengolahan atau analisis data, membuat
memerah ASI di tempat kerja. Terkadang, kesimpulan dan laporan. Populasi dalam
kesibukan selama bekerja ataupun kebijakan penelitian ini menggunakan ibu bekerja
perusahaan yang tidak kooperatif tidak yang menyusui bayi 0-6 bulan di Desa
memberikan waktu yang cukup untuk Ibu Awang-Awang Kecamatan Mojosari
memerah ASI. Selain itu belum banyak tempat Kabupaten Mojokerto pada bulan
bekerja yang menyediakan tempat khusus September-Desember 2017 sebanyak 26
untuk memerah ASI. Pun, fasilitas seperti responden. Penelitian ini menggunakan
kulkas jarang tersedia untuk Ibu bekerja yang non probability sampling tipe sampling
hendak menyimpan ASIP. jenuh (total sampling), dengan cara
Berita baik untuk Ibu Menyusui yang mengambil semua anggota populasi
bekerja seiring dengan ditetapkannya PP menjadi sampel. Teknik pengolahan data
Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air menggunakan editing, coding, scoring,
Susu Ibu Eksklusif pada tanggal 1 Maret tabulating, untuk teknik analisa data
2012. Peraturan ini dibuat dalam rangka menggunakan skala likert. Untuk
melindungi, mendukung dan mempromosikan mengukur dukungan keluarga digunakan
pemberian ASI Eksklusif sehingga perlu skala likert. Pada skala likert disediakan 4
dilakukan upaya untuk meningkatkan alternative jawaban dan setiap jawaban
dukungan dari Pemerintah, Pemerintah sudah tersedia nilainya. Dalam skala
Daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan likert item ada yang bersifat positif
Tenaga Kesehatan, masyarakat serta Keluarga (favorable) terhadap masalah yang
agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif diteliti, sebaliknya ada yang bersifat
kepada bayi. negatif (unfavorable) terhadap masalah
Melalui PP ini pemerintah mengharuskan yang diteliti. Dukungan dikategorikan
pengurus tempat kerja (perusahaan, menjadi dukungan positif dan dukungan
perkantoran milik Pemerintah, Pemda dan negatif dengan menghitung terlebih
swasta) serta penyelenggaraan tempat sarana dahulu skor-T. Untuk mencari T-skor
umum untuk mendukung program ASI menggunakan rumus (Setiadi, 2013).
eksklusif, menyediakan fasilitas khusus untuk
menyusui dan/atau memerah ASI sesuai 4. PEMBAHASAN
dengan kondisi kemampuan perusahaan, 4.1. Sosial budaya
membuat peraturan internal yang mendukung Sebagian besar responden percaya
keberhasilan program pemberian ASI dengan sosial budaya sebanyak 17 responden
eksklusif. Pengurus tempat kerja wajib (65.4%). Pengaruh sosial budaya sangat erat
memberikan kesempatan kepada ibu yang kaitannya dengan pemberian ASI eksklusif.
bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di
kepada bayi atau memerah ASI selama waktu masyarakat seperti Kebiasaan membuang
kerja di tempat kerja (BKKBN, 2012) kolostrum (cairan yang keluar pertama dari
susu ibu setelah melahirkan) karena kolostrum
3. METODE PENELITIAN dianggap kotor disebabkan karena warnanya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 218
ibu yang berpendidikan dasar (SD atau SMP) Pemberian ASI Ekslusif dipengaruhi oleh
sehingga mempengaruhi dukungan sosial beberapa hal. Salah satunya adalah umur.
terhadap ibu nifas dalam pemberian ASI pada Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa
bayi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi sebagian besar responden berusia 20-35 tahun
wawasan dan pengetahuan suami sebagai sebanyak 14 responden (53.8%).
kepala rumah tangga semakin rendah Umur dapat mempengaruhi seseorang,
pengetahuan suami maka akses terhadap semakin cukup tingkat pengetahuan dan
informasi kesehatan istrinya akan berkurang kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
sehingga suami akan kesulitan akan berpikir dan menerima informasi dari segi
mengambil keputusan secara efektif. kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
Status bekerja atau tidak bekerja sangat dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang
berpengaruh dalamwaktu pemberian ASI belum cukup tinggi kedewasaanya. Hal ini
sehingga dapat mempengaruhi dorongan atau sebagai akibat dari pengalaman dan
motivasi ibu untuk memberikan ASI, ibu kematangan jiwanya. (Wawan A, 2010)
bekerja cenderung tidak memberikan ASI Didapatkan kebanyakan responden yang
eksklusif karena kesibukanya (Handoko, tidak memberikan ASI Eksklusif adalah
2011). responden yang berusia 20-35 tahun. Hal ini
Seorang ibu yang bekerja berfikir untuk dikarenakan pada umur ini merupakan umur
tidak memberikan ASI eksklusif karena cenderung bertahan dengan
cenderung terlalu sibuk dengan pekerjaannya pemikiran/pendapatnya sendiri, sehingga ibu
sehingga memilih cara yang praktis yaitu sulit menerima informasi dari luar tentang
memberikan susu formula sebagai pengganti pemberian ASI Ekslusif sehingga ibu kurang
ASI. Maka dari itu pekerjaan ibu dapat mempersiapkan diri untuk memberikan ASI
dijadikan salah satu faktor yang mempengaruhi secara Ekslusif. Sedangkan usia >35 tahun
pemberian ASI Eksklusif. mereka banyak yang memberikan ASI
eksklusif dikarenakan mereka kaya akan
4.3. Informasi pengalaman yang menjadikan mereka dapat
Sebagian besar responden tidak pernah memilah informasi yang berguna untuk dirinya
mendapat informasi tentang pemberian ASI atau yang merugikan dirinya.
pada ibu bekerja sebanyak 15 responden Faktor petugas kesehatan mempunyai
(57.7%). peranan penting dalam pemberian informasi
Kurangnya informasi kepada ibu yang sehingga masyarakat mendapat penerangan
menyusui juga mempengaruhi dalam atau dorongan (motivasi) tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Banyak pemberian ASI eksklusif (Handoko, 2011).
ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama Kebanyakan responden yang yang tidak
baiknya atau malah lebih baik dari ASI memberikan ASI eksklusif dikarenakan
sehingga cepat menambah susu formula bila mereka tidak paham pentingnya ASI bagi bayi
merasa bahwa ASI kurang. Petugas dan manfaat ASI yang sudah dijelaskan oleh
kesehatanpun masih banyak yang tidak tenaga kesehatan waktu pemeriksaan ANC di
memberikan informasi pada saat pemeriksaan Posyandu maupun di BPM dikarenakan
kehamilan atau saat memulangkan bayi penyampaiannya kurang menarik dan
(Wahyuningsih, 2012). penjelasan dari tenaga kesehatan berbelit-belit
Ibu yang tidak memberikan ASI secara sehigga para ibu hamil sulit mencerna
eksklusif dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, juga waktu saat
informasi yang diperoleh tentang ASI penyampaian materi banyak ibu yang
eksklusif. Rendahnya tingkat pemahaman ibu mengobrol dan banyak bayi yang menangis
tentang pentingnya ASI setelah kelahiran bayi yang menjadikan konsentrasi ibu berkurang.
dikarenakan kurangnya informasi dan
pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu 5. KESIMPULAN
mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat Kesimpulan hasil dari penelitian yang
yang terkandung dalam ASI. dilakukan tentang faktor-faktor pemberian ASI
eksklusif pada ibu bekerja di Ponkesdes
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 220
Abstract
Family Planning is an action that helps the individual or spouse to get a certain objective, avoid
unwanted births, set the interval pregnancies, control the time of birth in a marital relationship and
determine the number of children in the family. The purpose of this study is to analyze the corelation
the level of education and the amount of children with the choice of contraceptive use in the family
planning acceptors in RW 03 Kedung Cowek Surabaya.The method of this research is analytical
observational with cross sectional approach. The population of this research is that all KB acceptor
in RW 03 of Kedung Cowek Surabaya is 50 people. Determination of the sample in this study using
Simple Random Sampling. To know the correlation the level of education and the amount of children
with the choice of contraceptive use in the family planning acceptors using spearman rho statistic
test with α = 0,05.The results showed that education level p = 0,011 (p <α = 0,05) and amount of
children p = 0,047 (p <α = 0,05) had relationship with choosing contraception usage. The
conclusion of this study is the level of education and the amount of children has corelate with the
selection of contraceptive use. The higher the level of education will affect the family planning
acceptors to choose efektivity of contraception. The more amount of children will affect the family
planning acceptors is chosen the type of long-term contraception.
Keywords : Education Level, Amount Of Children, Family Planning Acceptors, Selection Of
Contraceptive Usage
Usia Subur tahun 2013 mencapai angka 61,9% (Indira, 2009). Faktor-faktor ini nantinya dapat
dengan metode KB yang didominasi oleh mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal
peserta KB suntikan (48,56%), pil KB ini dikarenakan setiap metode atau alat
(26,60%), Implan (9,23%), IUD (7,75%), kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas
kondom (6,09%), MOP (0,25%) dan MOW yang berbeda-beda. Seperti metode kontrasepsi
(1,52%) (Kementerian Kesehatan RI, 2014). jangka panjang (MKJP) yang memiliki tingkat
Menurut BKKBN provinsi Jawa Timur, saat efektivitas dan keberhasilan cukup tinggi
ini banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang dibanding dengan Non MKJP.
menggunakan alat kontrasepsi berupa KB Sebenarnya angka pemakaian KB di
suntik. Data yang dihimpun oleh BKKBN wilayah RW 03 Kelurahan Kedung Cowek
Jawa Timur menunjukkan penggunaan KB Surabaya sudah relatif tinggi, tetapi dalam
suntik mencapai 3.131.548, KB PIL sebanyak masalah pemilihan alat kontrasepsi para
968.075, implant sebanyak 294.359, kondom akseptor KB lebih memilih untuk
sebanyak 52.224, IUD sebanyak 368.909, menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek.
MOW sebanyak 46.197, MOP sebanyak Maka dari itu, peneliti tertarik untuk
46.197 (BKKBN, 2015). Berdasarkan melakukan penelitian dengan judul Hubungan
wawancara dengan salah satu kader di wilayah Tingkat Pendidikan dan Jumlah Anak dengan
RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya Pemilihan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada
saat ini penggunaan KB di wilayah tersebut di Akseptor KB di RW 03 kelurahan Kedung
dominasi oleh KB suntik sebesar 70%, KB Pil Cowek Surabaya.
20%, dan IUD 10%.
Pemilihan jenis kontrasepsi yang 2. METODE PENELITIAN
digunakan dipengaruhi oleh berbagai faktor, Penelitian ini menggunakan desain
seperti 1) faktor pasangan meliputi umur, gaya observasional analitik. Populasi pada
hidup, frekuensi senggama, jumlah anak yang penelitian ini adalah akseptor KB di wilayah
diinginkan, pengalaman dengan metode RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya.
kontrasepsi sebelumnya, 2) faktor kesehatan Tehnik sampling menggunakan probability
yang meliputi status kesehatan, riwayat haid, sampling dengan pendekatan Simple Random
riwayat keluarga, pemeriksaan fisik dan Sampling. Instrument penelitian ini
panggul 3) faktor metode kontrasepsi meliputi menggunakan kuisioner dan wawancara.
efektifitas efek samping, biaya 4) faktor Variabel independen dalam penelitian ini
budaya meliputi kesalahan persepsi mengenai adalah tingkat pendidikan dan jumlah anak
suatu metode, kepercayaan religius dan pada akseptor KB. Variabel dependen dalam
budaya, tingkat pendidikan, persepsi resiko penelitian ini adalah pemilihan penggunaan
kehamilan, status wanita (Pendit, 2012; alat kontrasepsi. Penelitian ini menggunakan
Proverawati, Islaely, & Aspuah, 2010). uji Spearman Rho.
Faktor pendidikan seseorang sangat
menentukan dalam pola pengambilan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
keputusan dan menerima informasi. Pada Tabel 1. Jenis KB yang digunakan
akseptor KB dengan tingkat pendidikan No. Jenis KB Frekuensi Prosentase
rendah, keikutsertaannya dalam program KB (f) (%)
hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran, 1. Kondom 1 2.3
sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat 2. PIL 4 9.1
pendidikan tinggi, keikutsertaannya dalam 3. Suntik 33 75.0
program KB selain untuk mengatur kelahiran 4. IUD 4 9.1
juga untuk meningkatkan kesejahteraan 5. Implant 2 4.5
keluarga (Indira, 2009). Total 44 100
Begitu pula dengan faktor jumlah anak,
jumlah anak berkaitan erat dengan program KB
karena salah satu misi dari program KB adalah
terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang
ideal yakni dua anak dalam satu keluarga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 223
Tabel 3. Hubungan Antara Jumlah Anak Dengan Pemilihan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Jumlah Anak
Total
Jenis KB 1 Orang 2 Orang > 2 Orang > 5 Orang
F % F % F % F % F %
Kondom 0 0% 1 100% 0 0% 0 0% 1 100%
PIL 1 25% 1 25% 2 50% 0 0% 4 100%
1 1 3
Suntik 2 6% 52% 30% 4 12% 100%
7 0 3
IUD 0 0% 1 25% 2 50% 1 25% 4 100%
Implant 0 0% 0 0% 1 50% 1 50% 2 100%
2 1 4
Total 3 7% 45% 34% 6 14% 100%
0 5 4
Uji Spearman Rho p = 0,047
Data yang diperoleh pada tabel 1 Menurut hasil yang didapatkan peneliti
didapatkan responden dengan menggunakan berasumsi bahwa akseptor KB lebih memilih
KB suntik sebanyak 33 orang (75.0 %), KB untuk menggunakan KB suntik dikarenakan
PIL sebanyak 4 orang (9.1 %), KB IUD lebih praktis karena hanya perlu control setiap
sebanyak 4 orang (9.1 %), KB implant 1 atau 3 bulan sesuai dengan yang digunakan
sebanyak 2 orang (4.5 %), KB kondom oleh akseptor KB. Peneliti berpendapat bahwa
sebanyak 1 orang (2.3 %). responden lebih memilih alat kontrasepsi jenis
Sibagariang menyebutkan bahwa alat suntik dikarenakan tingkat keefektifannya
kontrasepsi hormonal seperti KB suntik yang tinggi serta dapat bertahan secara
termasuk jenis kontrasepsi yang aman serta bertahun-tahun dalam penggunaanya. Selain
efektif dipakai oleh semua wanita dalam itu akseptor KB di RW 03 lebih memilih
rentang usia produktif (Sibagariang & Dkk, jangka pendek dikarenakan masih banyak yang
2010). Di Indonesia sendiri peserta KB takut untuk menggunakan jenis KB IUD dan
suntikan (48,56%), pil KB (26,60%), Implan Implant. Sejalan dengan penelitian yang
(9,23%), IUD (7,75%), kondom (6,09%), MOP dilakukan oleh Surinati (2013) bahwa
(0,25%) dan MOW (1,52%) (Kementerian rendahnya akseptor yang takut untuk
Kesehatan RI, 2014). Tidak hanya di Indonesia menggunakan KB IUD dikarenakan kurangnya
di Jawa Timur penggunaan KB suntik informasi yang didapat.
mencapai 63,8%, KB PIL 19,7%, implant Dari hasil penelitian didapatkan pula
sebanyak 5,9%, kondom sebanyak 1,0%, IUD bahwa rata-rata responden telah menggunakan
sebanyak 7,5%, MOW sebanyak 0,9%, MOP KB selama 3-5 tahun. Dalam jangka waktu
sebanyak 0,9% dan KB tradisional sebanyak tersebut terdapat 16 responden pernah
0,3% (BKKBN, 2015). mengganti jenis KB yang digunakan.
Responden banyak yang beralih dari KB PIL
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 224
berasumsi kegagalan tersebut bisa dikarenakan Jumlah anak berkaitan erat dengan
kesalahan akseptor dalam memilih jenis program KB karena salah satu misi dari
kontrasepsi. Handayani (2010) menyebutkan program KB adalah terciptanya keluarga
tingkat pendidikan terakhir PUS tidak saja dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak
mempengaruhi keikutsertaan KB tetapi juga dalam satu keluarga, laki-laki maupun
pemilihan suatu metode. perempuan sama saja. Para wanita umumnya
lebih menyadari bahwa jenis kelamin anak
3.2. Hubungan jumlah anak dengan tidak penting sehingga bila jumlah anak sudah
pemilihan penggunaan alat kontrasepsi dianggap ideal maka para wanita cenderung
pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan untuk mengikuti program KB. Jumlah anak
Kedung Cowek Surabaya juga berkaitan erat dengan tingkat
Data yang diperoleh dari tabel 3 kesejahteraan keluarga. Pada keluarga dengan
dijelaskan bahwa dari 44 responden yang tingkat kesejahteraan tinggi umumnya lebih
menggunakan jenis KB suntik dengan mementingkan kualitas anak daripada
memiliki 1 orang anak sebanyak 2 responden kuantitas anak (Indira, 2009).
(6%), memiliki 2 orang anak sebanyak 17 Dari hasil penelitian tersebut
responden (52%), memiliki >2 orang anak didapatkan bahwa responden rata-rata
sebanyak 10 responden (30%), dan memiliki memiliki jumlah anak yang cukup yaitu 2
>5 orang anak sebanyak 4 responden (12%). orang. Hal ini disebabkan karena
Responden yang menggunakan KB PIL
responden telah menerapkan program KB
dengan memiliki 1 orang anak sebanayak 1
dengan baik yaitu 2 anak cukup. Tetapi
responden (25%), memiliki 2 orang anak
sebanyak 1 responden (25%), memiliki >2 untuk saat ini masih banyak juga responden
orang anak sebanyak 2 responden (50%). yang menginginkan untuk menambah
Responden yang menggunakan KB IUD jumlah anak lagi. Pemakaian KB saat ini
dengan memiliki 2 orang anak sebanyak 1 hanya untuk mengatur jarak kelahiran.
responden (25%), memiliki >2 orang anak Dalam penggunaan KB responden yang
sebanyak 2 responden (50%), memiliki >5 memiliki 1-2 anak sudah menggunakan
orang anak sebanyak 1 responden (25%). jenis kontrasepsi jangka pendek, tetapi
Responden yang menggunakan KB implant pada responden yang memiliki >2 anak ada
dengan memiliki >2 orang anak sebanyak 1 yang menggunakan jangka pendek dan
responden (50%), memiliki >5 orang anak jangka panjang, pada responden dengan >5
sebanyak 1 responden (50%). Dan responden
anak masih menggunakan jangka pendek,
yang menggunakan jenis KB kondom dengan
memiliki 2 orang anak sebanyak 1 responden tetapi sudah ada juga yang menggunakan
(100%). Nilai uji Spearman Rho secara kontrasepsi jangka panjang. Semakin
statistik didapatkan p = 0,047 < α = 0,05 yang banyak anak yang dimiliki maka akan semakin
berarti terdapat hubungan antara jumlah anak besar kecenderungan untuk menghentikan
dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi kesuburan sehingga lebih cenderung untuk
pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan memilih metode kontrasepsi jangka panjang.
Kedung Cowek Surabaya. Menurut Fienalia bahwa jumlah anak hidup
Saiffudin (2006) dalam (Nawirah & yang dimiliki seorang wanita, akan
Rahmah, 2014) Jumlah anak ini selalu memberikan pengalaman dan pengetahuan,
sehingga wanita dapat mengambil keputusan
diasumsikan dengan penggunaan alat
yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi
kontrasepsi. Banyaknya anak merupakan yang akan dipakai (Fienalia, 2012).
salah satu faktor pasangan suami istri
tersebut memilih menggunakan alat 4. KESIMPULAN
kontrasepsi. Secara teoritis, akseptor yang Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
mempunyai jumlah anak >2 orang pengujian pada pembahasan yang
(multipara) dianjurkan menggunakan alat dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai
kontrasepsi jangka panjang. berikut:
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 226
Jenis KB yang paling banyak digunakan (MKJP) Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
oleh akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Ilmiah Untag Semarang.
Cowek Surabaya adalah jenis KB suntik 5. Fienalia, R. (2012). Faktor yang
(75,0%). Berhubungan dengan Penggunaan
Tingkat pendidikan dan jumlah anak Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
memiliki hubungan yang signifikan dengan Jurnal FKM UI, 7(1).
pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada 6. Indira, L. (2009). Faktor-Faktor Yang
akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Cowek Surabaya. Kontrasepsi Yang Digunakan Pada
Diharapkan untuk para akseptor KB dapat Keluarga Miskin. Universitas
meningkatkan pengetahuan tentang pemilihan Diponegoro.
jenis kontrasepsi. Agar kontrasepsi yang 7. Kementerian Kesehatan RI. (2014).
digunakan sesuai. Buletin Kemenkes RI. Artikel. Retrieved
Diharapakan bagi petugas kesehatan di from
wilayah tempat penelitian untuk memberikan http://www.depkes.go.id/folder/view/01/s
informasi kesehatan guna meningkatkan tructure-publikasi-pusdatin-buletin.html
pengetahuan terhadap calon akseptor KB 8. Kusumaningrum, R. (2009). Faktor-
melalui sosialisasi program KB dan Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan
memberikan edukasi tentang pemilihan jenis Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi calon Pasangan Usia Subur. Universitas
akseptor KB tersebut. Diponegoro.
9. Nawirah, M. I., & Rahmah. (2014). Faktor
REFERENSI Yang Mempengaruhi Pemilihan
1. Affandi, B. (2010). Panduan Praktis Kontrasepsi IUD Di Wilayah Kerja
Pelayanan Kontrasepsi (2nd ed.). Jakarta: Puskesmas Wonomulyo Kecamatan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wonomulyo Kabupaten Polman. Jurnal
2. BKKBN. (2016). Peserta KB Aktif Kesmas Unhas.
Menurut Metode Kontrasepsi. Retrieved 10. Pendit, A. U. (2012). Ragam Metode
from Kontrasepsi. Jakarta: EGC.
http://aplikasi.bkkbn.go.id/sr/DALLAP/L 11. Proverawati, A., Islaely, A. D., & Aspuah,
aporan2013/ViewLaporanDALLAP.aspx S. (2010). Panduan Memilih Kontrasepsi.
3. BKKBN, J. T. (2015). Jumlah PUS Yogyakarta: Nuha Medika.
Berdasarkan Kesertaan Ber-KB. 12. Sibagariang, E. E., & Dkk. (2010).
Retrieved from Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
http://manajemenpk.bkkbn.go.id/felisa/P TIM.
USMenurutKesertaanBerKB.aspx?Provin 13. Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan
siID=15&map=350000&Periode=12/31/ Keluarga Berencana. Pelayanan
2015 12:00:00 AM Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
4. Christiani, Charis, D. (2014). Faktor- Medika.
Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 227
Abstract
A perineal tear is when the skin and/or muscles in the perineum are injured during birth. 2.9 million
maternity mothers around the world had perineal tears during 2009. Anggraeni (2016) showed that
60% of mothers in RB Lilik Sidoarjo had perineal tears. Complications of perineal tears are
postpatum haemorrhage, infection, fistula, hematoma and intercourse disorders. This study aimed
to determine the relationship of parity, distance pregnancy, and infant weight with the incidence of
perineum tears at Puri Health Center in 2017.Type of research is analytic observational with cross
sectional design. The sample in this study was parturient in Puri Health Center, 29 respondents taken
by accidental sampling. Instrument of study was checklist and data were analyzed by chi square test.
Chi square results showed that the relationship between parity and perineal tears has p value of
0.36, pregnancy distance with perineal tears has p value of 0.03, whereas the infant weight to the
occurrence of rupture uteri has p value of 0.002. Conclusion in this research is there was no relation
between parity with perineal tears incidence and there was correlation between pregnancy distance
and infant weight with incidence of perineal tears at Puri Puskesmas Mojokerto.
Keywords: factors, perineal tears
rupture uteri selama tahun 2009. Penelitian
1. PENDAHULUAN yang dilakukan Anggraeni (2016)
Angka kematian ibu (AKI) merupakan menunjukkan bahwa 60% ibu bersalin di BPM
salah satu indicator pencapaian derajat Ny Lilik Surabaya mengalami rupture
kesehatan ibu. Semakin rendah AKI maka perineum.
semakin tinggi derajat kesehatan ibu suatu Penyebab terjadinya rupture perineum
negara. Menurut definisi WHO “kematian ibu antara lain dari faktor ibu yang terdiri dari
adalah kematian parempuan saat hamil atau paritas, jarak kelahiran, cara meneran yang
dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya tidak tepat, dan umur ibu. Faktor janin yang
kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari terdiri dari berat badan bayi baru lahir dan
tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan presentasi. Faktor persalinan pervaginam
untuk mengakhiri kehamilan”(Prawirohardjo, terdiri dari ekstraksi forceps, ekstraksi vakum,
2013). trauma alat dan episiotomi, kemudian faktor
AKI di Indonesia pada tahun 2012 masih penolong persalinan yaitu pimpinan persalinan
jauh dari target MDG’s yaitu sebesar 359 per yang tidak tepat (Nasution, 2011)
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target Ruptur perineum merupakan terjadinya
SDG’s dalam kesehatan ibu adalah perlukaan (robek) pada otot perineum selama
mengupayakan AKI menjadi 70 per 100.000 proses persalinan kala II dan dapat berulang
kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2014) pada persalinan berikutnya. Perlukaan pada
Penyebab tingginya AKI di Indonesia perineum umumnya terjadi di garis tengah dan
adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan bisa meluas bila persalinan teralu cepat dan
penyebab lain. (Kemenkes, 2014). Sedangkan ukuran bayi yang semakin besar (Prawitasari
penyebab terjadinya perdarahan adalah atonia dkk, 2015).
uteri, rupture perineum, dan sisa plasenta Akibat langsung dari ruptur perineum
(Sumarah, 2009). adalah dapat terjadi perdarahan. Kesalahan
Rupture perineum merupakan kejadian dalam menjahit akan menimbulkan
robeknya otot perineum yang sering terjadi inkontinensia alvi (proses defekasi yang tidak
selama kala II persalinan. Sebanyak 2.9 juta dapat ditahan) karena sfingterani tidak terjahit
ibu bersalin di seluruh dunia mengalami dengan sempurna, fistula rektovagina, introitus
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 228
vagina menjadi longgar sehingga akan 2) Derajat II: robekan yang terjadi lebih
menimbulkan keluhan dalam hubungan dalam yaitu mengenai mukosa vagina,
seksual (Manuaba, 2010). komisura posterior, kulit perineum dan
Upaya yang dapat dilakukan dalam otot perineum. Ruptur perineum derajat II
menurunkan kejadian rupture perineum antara memerlukan penjahitan dengan
lain dengan senam hamil dan pertolongan menggunakan teknik penjahitan perineum.
persalinan yang aman. Senam hamil dapat 3) Derajat III: robekan yang terjadi
dilakukan mulai kehamilan 28 minggu dapat mengenai mukosa vagina, komisura
membantu untuk melenturkan otot perineum posterior, kulit perineum, otot perineum
dan membantu proses pernafasan sehingga hingga otot sfingter ani.
diharapkan dapat mengurangi kejadian rupture a) IIIa : mengenai sfingter ani eksternum
pada perineum. dibawah 50 %
Berdasarkan latar belakang tesebut, b) IIIb: mengenai sfingter ani eksternum
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dari 50%
tentang faktor-faktor yang berhubungan c) III c: mengenai sfingter ani internum.
dengan kejadian rupture perineum di Ruptur perineum derajat III memerlukan
Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto. penjahitan khusus yang dilakukan oleh
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin dokter spesialis. Jika terjadi robekan
mengetahui adanya hubungan antara paritas perineum derajat III di Puskesmas,
dengan kedian rupture perineum, hubungan Polindes, atau BPM maka klien harus di
antara jarak kehamilan dengan kejadian rujuk ke rumah sakit dengan peralatan
rupture perineum, dan hunbungan antara berat yang lebih lengkap.
badan bayi dengan kejadian rupture perineum. 4) Derajat IV : robekan yang terjadi lebih
dalam yaitu mengenai mukosa vagina,
2. KAJIAN LITERATUR DAN komisura posterior, kulit perineum, otot
PEGEMBANGANHIPOTESIS sfingter ani sampai ke dinding depan
2.1. Pengertian rektum. Penjahitan rupture perineum
Perineum merupakan bagian dari otot derajat IV harus dilakukan oleh dokter
bawah panggul yang berada antara vulva dan spesialis, seperti halnya rupture perineum
anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia derajat III. (POGI & JPKNR-KR, 2017 dan
urogenitalis serta diafragma pelvis. Wiknjosastro, 2007)
(Wiknjosastro, 2007) Rupture perineum
adalah robekan yang terjadi pada saat bayi 2.3. Penanganan Ruptur Perineum
lahir baik secara spontan maupun dengan Penanganan ruptur jalan lahir adalah
menggunakan alat atau tindakan episiotomy 1) Melakukan episiotomy untuk mencegah
(Prawiroharjo, 2007). Robekan atau laserasi luka yang robek dan pinggir luka yang
pada perineum terjadi pada hampir semua tidak rata dan kurang bersih pada beberapa
persalinan anak pertama dan dapat berulang keadaan tertentu misalnya tafsiran berat
pada persalinan berikutnya. badan janin lebih dari 4000 gr, perineum
Rupture perineum secara spontan dapat kaku, dan mempercepat kala II.
terjadi di serviks, vagina, genitalia bagian luar, 2) Melakukan penjahitan perineum dengan
otot perineum hingga anus. Robekan biasanya baik lapis demi lapis, dengan
diawali di bagian tengah dan melebar apabila memperhatikan jangan ada robekan yang
kepala bayi lahir terlalu cepat. (POGI dan terbuka ke arah vagina yang biasanya
JPKNR-KR, 2017) dapat dimasuki oleh bekuan darah yang
akan menyebabkan luka lama sembuh.
2.2. Klasifikasi Ruptur Perineum Tujuan penjahitan robekan perineum
1) Derajat I: luasnya robekan hanya sampai adalah untuk menyatukan kembali
mukosa vagina, komisura posterior tanpa jaringan tubuh dan mencegah kehilangan
mengenai kulit perineum. Rupture darah yang tidak perlu. Penjahitan
perineum derajat I biasanya tidak dilakukan dengan cara jelujur
memerlukan penjahitan. menggunakan benang catgut kromik.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 229
Bekerja 2) Paritas
93%
Tidak Bekerja 41%
Primigravida
59%
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Multigravida
Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Puskesmas
Puri, Februari – Mei 2017.
Gambar 5. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Gambar 3 dapat Responden Berdasarkan
diketahui bahwa mayoritas responden Paritas di Puskesmas Puri,
tidak bekerja. Februari – Mei 2017.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 231
untuk membantu meregangkan otot dasar juga kurang bagus bagi kesehatan ibu. Hal
panggul. Sehingga otot dasar panggul ini dapat terlihat dari hasil penelitian bahwa
maupun perineum akan mudah meregang ibu dengan jarak anak ≥ 5 tahun lebih banyak
selama proses persalinan. mengalami rupture perineum.
Abstract
Independence of the elderly depend on the individual's ability to perform daily activities (Activities
of Daily Livingstone- ADL). The decline include bathing, dressing, toiletting, move, and eat
continent. On the one side the elderly also decreased Cognitive Function as the impact of changes
in cerebral tissue. These changes are contained in visuospatial ability, memory, orientation,
language, attention, and executive function. The purpose of this study to analyze the relationship
between cognitive function in older adults with ADL in Panti Werdha Mojopahit Mojokerto Regency.
This research method is Non- Experimental (correlation studies) with Cross Sectional approach. The
population of this research is all elderly in the Panti Werdha Mojopahit Mojokerto Regency were 23
elderly people using Total Sampling. The variables of this study was measured using the Cognitive
Function MMSE and ADL were measured using the Katz Index. Analysis using descriptif analysis.
The results of the study showed most of the 23 respondents experiencing moderate cognitive
disorders with a mean value of 21.95. As for the ADL mostly belonging to the independent portion
with a mean value of 3.65. There is correlation between Cognitive Function with Activities Of Daily
Living (ADL) in the Elderly in Panti Werdha Mojopahit Mojokerto interpreted into Scater Chart with
value shown r² = 0,55 into strong relationship.Recommendation results of this study are to nurses
nursing care to the elderly to take better cognitive function and ADL, so it can help the elderly meet
their everyday activities.
Keywords: Activities Of Daily Living (ADL), Cognitive Function, the Elderly.
3) Fungsi Eksekutif yang Lebih Tinggi terjadi pada lansia disfagia pada tingkat
Fungsi eksekutif sulit untuk didefinisikan keparahan yang berbeda.
dengan tepat, tetapi meliputi kemampuan 2) Fungsi Hemisfer Nondominan
untuk membuat rencana, beradaptasi, Jika sebagian besar fungsi bahasa
menangani konsep abstrak dan menyelesaikan terletak pada hemisfer dominan, maka hemisfer
masalah digabung dengan aspek perilaku sosial nondominan sebagian besar, walaupun tidak
dan kepribadian, misalnya inisiatif, motivasi semuanya, bertanggung jawab untuk
dan inhibisi. keterampilan visuospasial.
2. Fungsi yang terlokalisasi, yang
tergangtung dari struktur dan fungsi 2.1.3 Penyebab Penurunan Kognitif Pada
normal dari satu area atau tertentu pada Lansia
satu hemisfer. Penurunan kemampuan kognitif pada
Dominasi hemisfer, pada kebanyakan lansia memperlihatkan perubahan seiring
individu, hemisfer serebri kiri merupakan dengan perubahan kondisi kesehatan. Otak
hemisfer yang dominan untuk fungsi bahasa. lansia sebagaimana organ lain memperlihatkan
Bahkan mayoritas orang kidal juga memiliki kehilangan yang gradual. Secara umum
hemisfer kiri yang dominan. diasumsikan bahwa penurunan fungsi kognitif
1) Fungsi Hemisfer Dominan pada lansia disebabkan oleh perubahan
Afasia atau disfasia adalah kerusakan morfologis jaringan cerebral, penurunan
fungsi berbahasa akibat kerusakan otak. Hal ini kapasitas sirkulasi dan neurotransmiter. Selain
meliputi bahasa lisan dan tulisan (membaca penurunan fisik, beberapa faktor yang
dan menulis), yang mungkin saja mengalami mempengaruhi fungsi kognitif adalah
kerusakan selektif (aleksia/ disleksia dan motivasi, harapan, kepribadian, kebutuhan
agrafia/ disgrafia). tugas, pola belajar, kemampuan intelektual,
Fungsi bahasa meliputi : tingkat pendidikan, latar belakang,
(1) Kelancaran berbahasa, apakah lansia sosiokultural dan pola proses informasi [2].
dapat mengeluarkan frase atau kalimat
dengan panjang yang normal (lima atau 2.1.4 Perubahan Kognitif pada Lansia
lebih kata) secara spontan. Jika Perubahan kognitif terdapat pada
berbicaranya tidak lancar, maka tata performance terutama pada tugas yang
bahasa (sintaks) umumnya juga abnormal. membutuhkan kecepatan, yang memerlukan
(2) Pengertian atau komprehensi, sejumlah memori jangka pendek, ini terlihat adanya
benda dijajarkan di depan lansia dan keterlambatan dalam kecepatan melakukan
lansia diperintahkan menunjuk benda tugas. Namun perubahan ini bergantung pula
yang disebutkan oleh pemeriksa, misalnya kepada macam tes yang diberikan.
pulpen, jam tangan, kunci, apakah lansia Kemampuan untuk mengingat dengan baik
mampu melakukannya? Apakah lansia dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan
dapat mengerjakan perintah yang lebih bertambahnya waktu, mereka merasa sukar
kompleks? (“coba anda ambil kunci dan mengingat hal yang penting sehingga merasa
berikan pulpen pada saya”). Apakah cemas, meskipun kemampuan fisik dan mental
lansia dapat mengerti konsep dibalik yang lain tidak terganggu, kemampuan
pertanyaan? (“Apakah nama adebu yang berjalan masih baik, fasih berkomunikasi dan
tertinggal setelah rokok habis?”). masih dapat menikmati hobi.
(3) Repetisi, apakah lansia dapat mengulangi Kemunduran proses mengingat pada
kata tunggal atau seluruh kalimat seperti lansia terjadi secara bertahap. Dengan
“jika tidak, dan, atau, tetapi?” berubahnya kondisi kesehatan dari sehat
(4) Menyebutkan nama, misalnya nama menjadi sakit, lansia menyadari bahwa dirinya
benda, seperti jam tangan, pulpen dan perlu mewaspadai adanya gangguan otak yang
benda yang kurang familiar seperti pena, menyebabkan gangguan proses memori dan
gesper, kumparan (kegagalan bila terjadi penurunan kemampuan ingatan
menyebutkan nama suatu benda (anomia) tertunda yang merupakan ciri khas terjadinya
proses patologis seperti demensia. Yunus
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 238
Memori baru (recent memory), rentang waktu (perencanaan), purposive action (bertujuan),
lebih lama yaitu beberapa menit, jam, bulan effective performance (pelaksanaan yang
bahkan tahun; (3) Memori lama (remote efektif).
memory), rentang waktunya tahunan bahkan 7. Atensi
seusia hidup. Atensi adalah kemampuan untuk
3. Gangguan Emosi bereaksi atau memperhatikan satu stimulus
Gangguan ini sering timbul pada dengan mampu mengabaikan stimulus lain
lansia. Sekitar 15% lansia mengalami kesulitan yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakan hasil
kontrol terhadap ekspresi dan emosi. Tanda hubungan antara batang otak, aktivitas limbik
lain adalah menangis dengan tiba- tiba atau dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk
tidak dapat mengendalikan tawa. Efek fokus pada stimulus spesifik dan mengabaikan
langsung yang paling umum dari penyakit pada stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi
personality adalah emosi yang tumpul, merupakan kemampuan untuk
disinhibition, kecemasan yang berkurang atau mempertahankan atensi dalam periode yang
euforia ringan, dan menurunnya sensitifitas lebih lama. Gangguan atensi dan konsentrasi
sosial. Dapat juga terjadi kecemasan yang akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti
berlebihan, depresi dan hipersensitif. memori, bahasa dan fungsi eksekutif [3].
4. Gangguan Visuospasial
Sering timbul dini pada demensia. 2.1.7 Manajemen Keperawatan
Lansia banyak lupa waktu, tidak tahu kapan Terhadap Kemunduran Kognitif
siang dan malam, lupa wajah teman dan sering Lansia
tidak tahu tempat sehingga sering tersesat Manajemen keperawatan yang dapat
(disorientasi waktu, tempat, dan orang). Secara dilakukan terhadap kemunduran kognitif
obyektif gangguan visuospasial ini dapat adalah dengan mengkaji orientasi lansia. Hal
ditentukan dengan meminta lansia mengkopi ini diakukan untuk meningkatkan kognisi
gambar atau menyusun balok sesuai bentuk lansia. Beberapa program yang dapat
tertentu. Semua lobus berperan dalam mendorong kemampuan stabilitas, konsistensi,
kemampuan konstruksi dan lobus parietal identifikasi dan partisipasi aktif adalah:
terutama hemisfer kanan berperan paling 1. Latihan memori (daya ingat) dengan
dominan. orentasi realitas atau keadaan sekitar dan
5. Gangguan Kognisi (cognition) waktu (tanggal dan tahun). Orientasi
Fungsi ini yang paling sering realitas adalah upaya mempertahankan
terganggu pada lansia dan penurunan kognitif, realita yang ada, antara lain terhadap
terutama daya abstraksinya. Selalu berfikir waktu, tempat, dan orang. Pada lansia
konkret, sehingga sukar sekali memberi makna yang mengalami kemunduran kognitif
peribahasa. Juga daya persamaan (similarities) langkah orientasi realitas seperti jam
mengalami penurunan. dinding menunjukkan waktu yang benar
6. Fungsi Eksekutif dan dapat dilihat, papan orientasi
Fungsi eksekutif dari otak dapat menunjukkan tanggal, menu dan kejadian
didefenisikan sebagai suatu proses kompleks tiap hari, memberi label pada pintu
seseorang dalam memecahkan masalah/ ruangan seperti toilet, ruang makan, dan
persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran lainnya. Orientasi terapi kelompok
akan keberadaan suatu masalah, dengan orientasi konstan terhadap
mengevaluasinya, menganalisa serta lingkungan.
memecahkan atau mencari jalan keluar suatu 2. Terapi kemampuan sosial adalah
persoalan. Fungsi ini dimediasi oleh korteks memberikan dorongan dan semangat
prefrontal dorsolateral dan struktur kepada lansia ketika berinteraksi dengan
subkortikal yang berhubungan dengan daerah yang lainnya.
tersebut. Fungsi eksekutif dapat terganggu bila 3. Terapi komunikasi adalah dengan
sirkuit frontal- subkortikal terputus. Lezack meningkatkan pola bicara atau kata
membagi fungsi eksekutif menjadi 4 terpilih untuk memfasilitasi proses
komponen yaitu volition (kemauan), planning
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 240
berfikir dengan meminimalisir kelainan 2. Skala Mini Mental Status Exam (MMSE)
sensori. Pemeriksaan Mini Mental State
4. Terapi manajemen stres adalah dengan Examination (MMSE) ini awalnya
mengidentifikasi faktor yang dikembangkan untuk skrining demensia,
meminimalisasi stres dengan namun sekarang digunakan secara luas untuk
menggunakan metode dan manajemen pengukuran fungsi kogntif secara umum.
stres. Pemeriksaan MMSE kini adalah instrumen
5. Terapi nostalgia dengan bercerita skrining yang paling luas digunakan untuk
pengalaman masa lalu, hal ini berguna menilai status kognitif dan status mental pada
untuk menstimulasi individu supaya usia lanjut [10].
memikirkan masa lalu sehingga mereka Sebagai satu penilaian awal,
dapat menyatakan lebih banyak tentang pemeriksaan MMSE adalah tes yang paling
kehidupan mereka kepada staf atau ahli banyak dipakai. Pemeriksaan status mental
terapi. MMSE Folstein adalah tes yang paling sering
6. Terapi perilaku adalah dengan dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai
mempertahankan konsistensi dan maksimal 30, cukup baik dalam mendeteksi
stabilitas untuk mengidentifikasi harapan gangguan kognitif, menetapkan data dasar dan
dan perilaku dengan mengenali stresor memantau penurunan kognitif dalam kurun
dan kontroling dengan menggunakan waktu tertentu. Skor MMSE normal 24- 30.
jadwal tertulis dengan arahan membantu Bila skor kurang dari 24 mengindikasikan
aktivitas. gangguan fungsi kognitif [7].
7. Pharmacotherapy dengan terapi obat Instrumen ini disebut “mini” karena
untuk mengatur perubahan perilaku yang hanya fokus pada aspek kognitif dari fungsi
mempengaruhi lansia. mental dan tidak mencakup pertanyaan tentang
8. Program latihan yang cukup dengan mood, fenomena mental abnormal dan pola
olahraga secara teratur, senam, berjalan pikiran. Mini Mental State Examination
disekitar rumah sakit dan taman dapat (MMSE) menilai sejumlah domain kognitif,
mendukung proses mempertahankan orientasi ruang dan waktu, working and
kemampuan kognitif [13]. immediate memory, atensi dan kalkulasi,
penamaan benda, pengulangan kalimat,
2.1.8 Alat Ukur Fungsi Kognitif pelaksanaan perintah, pemahaman dan
Alat ukur yang digunakan untuk pelaksanaan perintah menulis, pemahaman dan
mengukur gangguan kognitif adalah[8] pelaksanaan perintah verbal, perencanaan dan
1. Short Portable Mental Status praksis. Instrumen ini direkomendasikan
Questionnaire (SPMSQ) sebagai screening untuk penilaian kognitif
Digunakanuntukmendeteksiadanyadantin global oleh American Academy of Neurology
gkatkerusakanintelektual, terdiridari 10 (AAN)[10].
hal yang mengetesorientasi, Nilai MMSE secara umum menurun
memoridalamhubungannyadengan kemampua seiring dengan pertambahan usia. Meskipun
nperawatandiri, memorijauh, skor rerata yang rendah pada orang usia lanjut
dankemampuanmatematis[8] dapat mengakibatkan prevalensi demensia
Short Portable Mental Status yang semakin meningkat pada kelompok usia
Questionnaire(SPMSQ) adalah suatu lanjut. Skor 30 tidak selalu berarti fungsi
instrumen yang saling menunjang, mudah kognitifnya normal dan skor 0 tidak berarti
dipegunakan dan tidak memerlukan bahan secara mutlak bahwa fungsi kognitifnya tidak
yang bersifat khusus. Pengujian ini muncul dan ada[29].
memenuhi kriteria minimal untuk Menguji aspek kognitif dari fungsi
mengemukakan keabsahan, menjadi suatu mental: orientasi, registrasi, perhatian dan
sarana pemeriksaan status mental yang kalkulasi, mengingat kembali serta bahasa [12]
meliputi orientasi, ingatan jangka panjang dan
penghitungan. Tidak terdapat tugas yang
bersifat menguji ingatan jangka pendek [18].
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 241
menderita kebutaan, mengalami kelumpuhan sendirian. Angka kematian untuk pria lansia
karena sudah lama menderita stroke. Lansia secara substansial jauh lebih tinggi dibanding
yang tidak mandiri juga disebabkan karena wanita lansia. Hidup menjanda atau menduda
kondisi tubuh penderita yang sudah melemah mempunyai pengaruh meningkatkan angka
karena berubahnya status kesehatan dari sehat kematian pria yang ditinggalkan. Kematian
menjadi sakit. Sehingga sangat bergantung dari salah seorang pasangan hidup sering kali
pada bantuan orang lain terutama anak. diikuti dengan meningkatnya angka
5. Kehidupan Beragama ketergantungan dan kebutuhan akan dukungan
Agama memainkan peran mendukung keluarga dari pasangan yang masih hidup.
bagi banyak lansia, hal ini antara lain dukungan 9. Olahraga
sosial, keinginan akan gaya hidup yang sehat, Olah raga dapat meningkatkan
persepsi tentang kontrol terhadap hidup kemandirian lansia karena melalui olahraga
mereka melalui do’ a, mendorong kondisi dapat mengurangi dan bahkan mencegah
emosi positif, penurun stres dan keimanan penurunan fungsional penderita. Terapi fisik
terhadap Tuhan sebagai cara hidup yang baik. dirancang untuk meningkatkan keseimbangan,
Agama memiliki pengaruh positif pada kekuatan, dan pergerakan. Latihan kekuatan
kesehatan mental secara fisik dan usia. dan keseimbangan. Latihan kekuatan
6. Kondisi Ekonomi membantu mencegah menurunnya densitas
Kondisi lansia akan menyebabkan tulang dan massa otot yang menyebabkan
kemunduran di bidang ekonomi. Masa pensiun kelemahan dan cacat fisik. Ketika latihan
akan berakibat turunnya pendapatan, hilangnya kekuatan otot dikombinasikan dengan latihan
fasilitas, kekuasaan, wewenang dan keseimbangan, secara signifikan dapat
penghasilan. Masalah ekonomi yang dialami mengurangi risiko tinggi jatuh pada Lansia.[1].
lansia adalah tentang pemenuhan kebutuhan Hasil penelitian The centre for
hidup sehari– hari seperti kebutuhan sandang, Diseases Control and Prevention di Amerika
pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi dan Serikat dan The American College of Sports
sosial. Dengan kondisi fisik dan psikis yang Medicine yang memberikan rekomendasi
menurun menyebabkan mereka kurang mampu berolah raga selama 15- 30 menit sehari selain
menghasilkan pekerjaan yang produktif. Jika aktivitas sehari- hari, dan tidak harus berturut-
tidak bekerja berarti bantuan yang diperoleh turut. The Journal of the American Medical
mereka dari bantuan keluarga, kerabat dan Association yang mempublikasikan beberapa
orang lain. aktivitas yang dianggap mempunyai intensitas
7. Aktivitas Sosial sedang yang dianjurkan untuk lansia yaitu jalan
Berdasarkan hasil riset tim dokter dari santai, bersepeda, berenang, senam, olah raga
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas menggunakan raket [1].
Harvard. Aktivitas sosial dan kegiatan
produktif dapat meningkatkan kualitas, 2.2.3 Activities of Daily Living (ADL) pada
kemampuan dan usia hidup seseorang. Mereka Lansia
yang lebih aktif secara sosial ternyata lebih Untuk melihat kemampuan fungsional
sedikit yang meninggal dan lebih mandiri sesorang, khususnya lansia dapat diamati dari
dibanding mereka yang kurang aktif. Lebih kemampuan melakukan aktivitas
lanjut dijelaskan bahwa kondisi penting yang keseharianya. Activities Daily Living (ADL)
menunjang kebahagiaan bagi lansia adalah adalah fungsi- fungsi yang bersifat
menikmati kegiatan sosial yang dilakukan fundamental terhadap kehidupan mandiri klien
dengan kerabat keluarga dan teman. yang meliputi mandi, berpakaian, pergi ke
8. Dukungan Keluarga kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan.
Bagi lansia, keluarga merupakan Kemandirian lansia dalam Activities Daily
sumber kepuasaan, umumnya mereka ingin Living (ADL) didefinisikan sebagai
tinggal di tengah keluarga. Penderita yang kamandirian seseorang dalam melakukan
tinggal bersama lebih mungkin untuk bertahan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari– hari
hidup dan mempertahankan kemandirian yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan
mereka dibanding mereka yang hidup universal. Untuk menilai ADL digunakan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 243
berbagai skala sperti Katz Index, Bartel yang 2.3 Hubungan Fungsi Kognitif dengan
dimodifikasi dan Functional Activities Activities of Daily Living (ADL) pada
Questioner (FAQ) [12] Lansia
Hubungan antara aktivitas sehari- hari
2.2.4 Pengkajian Indeks Katz dari AKS (ADL) dan fungsi kognitif adalah sesuatu yang
Indeks katz meliputi kemampuan positif dan kontroversial terutama pada
mandiri klien untuk mandi, berpakaian, golongan usia lanjut, karena perubahan
toileting, berpindah tempat, mempertahankan disemua sistem di dalam tubuh manusia.
inkontinensia dan makan. Kemandirian berarti Perubahan disemua sistem di dalam tubuh
tanpa pengawasan, pengawasan atau asisten manusia tersebut salah satu misalnya terdapat
pribadi. Ini didasarkan pada status aktual dan pada sistem saraf. Perubahan tersebut dapat
bukan pada kemampuan. Dalam tiga puluh mengakibatkan terjadinya penurunan dari
tahun sejak instrument dikembangkan, fungsi kerja otak. Berat otak pada lansia
instrument telah dimodifikasi dan umumnya menurun 10- 20%. Penurunan ini
disederhanakan serta pendekatan yang berbeda terjadi pada usia 30- 70 tahun [30]. Penelitian
untuk penilaian telah digunakan secara terkini menyebutkan bahwa walaupun tanpa
konsisten yang ditujukan untuk mengevaluasi adanya penyakit neurodegeneratif, jelas
status fungsional lansia di populasi. Alat ini terdapat perubahan struktur otak manusia
digunakan secara luas untuk mengukur seiring bertambahnya usia. Perubahan
kemampuan fungsional lansia di lingkungan patologis pada lansia juga berhubungan
klinis dan rumah[25]. dengan kemunduran fungsi kognitif[11].
Katz Indeks dari AKS adalah alat yang Hal tersebut tentunya juga akan
secara luas digunakan untuk menentukan hasil berpengaruh pada aktivitas sehari- hari
tindakan dan prognosis pada lansia dan (Activities of Daily Living- ADL) sehingga
penyakit kronis. Indeks merentang dapat menurunkan kualitas hidup lansia yang
keadekuatan pelaksanaan dalam enam fungsi berimplikasi pada kemandirian dalam
seperti mandi, berpakaian, toileting, berpindah, melakukan aktivitas hidup sehari- hari [1].
kontinen, dan makan. Ini adalah alat yang Kemandirian lansia berdasarkan indeks Katz
berguna bagi perawat karena menggambarkan meliputi makan, minum, mandi, berpakaian,
tingkat fungsional klien pada pokok waktu toiletting, continen, dan berpindah [18].
spesifik dan secara objektif mengukur efek Penurunan fungsi kognitif akan
tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki menyebabkan gangguan pada sistem saraf
fungsi. Skala ini lebih cenderung pusat, yaitu pengurangan massa otak dan
menggunakan “mandiri, semi mandiri, dan pengurangan aliran darah otak. Selanjutnya
tergantung” dari menggunakan daftar cek yang akan menyebabkan atrosit berploriferasi
berisi empat atau lima gradasi yang sehingga neurotransmitter (dopamin dan
mendefinisikan sejauh mana lansia tersebut serotonin) akan berubah. Perubahan pada
memerlukan bantuan[12]. neurotransmitter ini akan meningkatkan
Indeks kemandirian pada aktivitas aktivitas enzim monoaminoksidase (MAO)
sehari- hari berdasarkan pada evaluasi fungsi (Pranarka, 2006). Hal inilah yang akan
mandiri atau tergantung dari klien dalam mengakibatkan Activities of Daily Living
mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, (ADL) mengalami gangguan.
berpindah, kontinen dan makan. Kemandirian Lansia menjadi memerlukan beberapa
berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan untuk melakukan beberapa aktivitas
bantuan pribadi aktif, kecuali seperti spesifik yang semula mereka mampu untuk
diperlihatkan di bawah ini. Ini didasarkan pada melakukannya sendiri. Diperkirakan bahwa
status aktual dan bukan pada kemampuan. sepertiga orang dewasa akan mengalami
Seorang klien yang menolak untuk melakukan penurunan fungsi kognitif secara bertahap
suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, yang dikenal sebagai gangguan kognitif ringan
meskipun dia dianggap mampu [2]. seiring dengan bertambahnya usia mereka.
Jadi, variabel dalam penelitian ini adalah
hubungan antara fungsi kognitif dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 244
kemandirian dalam melakukan Activities of lansia mudah lupa dimana mereka berada dan
Daily Living (ADL). didaerah mana mereka tinggal.
Lansia tidak dapat menyebutkan nama
3. METODOLOGI PENELITIAN benda atau gambar yang ditunjukkan padanya
Desain penelitian yang digunakan adalah (confrontation naming), tetapi lebih sulit lagi
observasional dengan pendekatan Cross menyebutkan nama benda dalam satu kategori
Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah (category naming), misalnya disuruh
seluruh lansia yang sedang berada di Panti menyebutkan nama buah atau hewan dalam
Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto satu kategori. Sering adanya diskrepansi antara
berjumlah 23 orang lansia yang memenuhi penamaan konfrontasi dan penamaan kategori
kriteria penelitian. Teknik pengambilan sampel dipakai untuk mencurigai penurunan kognitif
menggunakan Non probability sampling dan demensia dini[3]. Lansia akan mudah
dengan teknik Total Sampling. menyebutkan nama benda yang ditunjukkan
secara langsung tetapi tidak dalam satu
4. HASIL DAN PEMBAHASAN kategori, hal ini dikarenakan lansia disorientasi
3.1. Pengukuran Fungsi Kognitif Lansia registrasi dimana lansia sulit menyebutkan
nama benda dalam satu ketegori. Mereka
Fungsi Kognitif Nilai cenderung bingung dan kurang dapat
Nilai Mean 21,95 membedakannya.
Nilai Std. Deviasi 2,91 Manifestasi gangguan fungsi kognitif
Nilai Minimum 18,00 lansia dapat meliputi gangguan pada aspek
Nilai Maksimum 26,00 bahasa, memori, emosi, visuospasial, kognisi,
N 23 eksekutif dan atensi. Tahap awal terganggu
Nilai rerata fungsi kognitif di Panti adalah memori baru, yakni cepat lupa apa yang
Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto baru saja dikerjakan, lambat laun memori lama
didapatkan 21,95 diinterpretasikan kedalam juga dapat terganggu. Fungsi memori segera
Gangguan Kognitif Sedang. Otak lansia (immediate memory), rentang waktu antara
sebagaimana organ lain memperlihatkan stimulus dan recall hanya beberapa detik.
kehilangan yang gradual. Dapat diasumsikan Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian
penurunan fungsi otak merupakan faktor yang untuk mengingat (attention)[3]. Semakin
mempengaruhi fungsi kognitif, sehingga bertambahnya usia seseorang akan mengalami
memunculkan manifestasi gangguan fungsi penurunan daya ingat tanpa terkecuali lansia
kognitif [2]. Perubahan kognitif terdapat pada dimana mereka akan mengalami kesulitan
performance terutama pada tugas yang mengulang apabila ada perintah mengulang
membutuhkan kecepatan, yang memerlukan kembali kata atau kalimat atau disuruh
memori jangka pendek, ini terlihat adanya menyebutkan hal lain.
keterlambatan dalam kecepatan melakukan Secara obyektif gangguan visuospasial ini
tugas. Lansia pada dasarnya akan mengalami dapat ditentukan dengan meminta lansia
penurunan fungsi otak yang dapat mengkopi gambar atau menyusun balok- balok
mempengaruhi fungsi kognitif lansia, sesuai bentuk tertentu. Semua lobus berperan
sebagaiamana kita tahu fungsi kognitif lansia dalam kemampuan konstruksi dan lobus
cenderung menurun seiring bertambahnya parietal terutama hemisfer kanan berperan
usia. Fungsi kognitif dapat mengalami paling dominan8. Lansia mengalami kesulitan
gangguan dalam hal berbahasa, membaca, menulis kalimat dan menyalin gambar
menulis dan berhitung[26]. dikarenakan lansia mengalami penurunan
Ketika memasuki usia lansia akan penglihatan. Lansia cenderung mudah
mengalami gangguan salah satunya pada menyalin gambar yang sederhana
orientasi yaitu lansia mudah lupa akan waktu dibandingkan gambar yang rumit, sedangkan
dan tempat. Lansia kurang dapat mengingat untuk menulis kalimat kebanyakan tulisan
waktu terutama yang lebih spesifik yaitu dalam lansia kurang bisa dibaca
mengingat tanggal, sedangkan untuk tempat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 245
Dari gambar diatas menunjukan pada sistem saraf pusat, yaitu pengurangan
deretan titik mendekati garis lurus yang berarti massa otak dan pengurangan aliran darah otak
kedua variabel Fungsi Kognitif dan Activities dan menyebabkan atrosit berploriferasi
of Daily Living (ADL) mempunyai hubungan sehingga neurotransmitter (dopamin dan
linier sempurna positif dan mempunyai makna serotonin) akan berubah. Perubahan pada
nilai x (Fungsi Kognitif) naik maka nilai y neurotransmitter ini akan meningkatkan
(Activities Of Daily Living- ADL) juga naik, aktivitas enzim monoaminoksidase (MAO)
dapat disimpulkan terdapat Hubungan Fungsi [12]. Hal inilah yang akan mengakibatkan
Kognitif Dengan Activities Of Daily Activities of Daily Living (ADL) mengalami
Living(ADL) dengan nilai r²= 0,55 gangguan. Lansia menjadi memerlukan
diinterpretasikan kedalam hubungan kuat. beberapa bantuan untuk melakukan beberapa
Terdapat Hubungan Fungsi Kognitif aktivitas yang semula mereka mampu untuk
Dengan Activities Of Daily Living(ADL) pada melakukannya sendiri. Lansia akan mengalami
Lansia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto penurunan fungsi kognitif secara bertahap
yang diinterpretasikan ke dalam Diagram yang dikenal sebagai gangguan kognitif ringan
Scater Chart dengan hasil deretan titik seiring dengan bertambahnya usia mereka.
mendekati garis lurus yang berarti kedua
variabel Fungsi Kognitif dan Activities of 5. SIMPULAN
Daily Living (ADL) mempunyai hubungan Fungsi Kognitif pada Lansia di Panti
linier sempurna positif dan mempunyai makna Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto
nilai x (Fungsi Kognitif) naik maka nilai y didapatkan sebagian besar mengalami
(Activities Of Daily Living- ADL) juga naik, gangguan kognitif sedang.
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat Activities of Daily Living (ADL) pada
Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Activities sebagian besar Lansiadi Panti Werdha
Of Daily Living(ADL) dengan nilai r²= 0,55 Mojopahit Kabupaten Mojokerto tergolong
diinterpretasikan kedalam hubungan kuat. mandiri sebagian.
Hubungan antara fungsi kognitif dan aktivitas Terdapat hubungan antara Fungsi
harian (Activities of Daily Living- ADL) adalah Kognitif dengan Activities of Daily Living
sesuatu yang positif dan kontroversial terutama (ADL) Lansiadi Panti Werdha Mojopahit
pada golongan usia lanjut, karena perubahan Kabupaten Mojokerto didapatkan hubungan
disemua sistem di dalam tubuh manusia. yang kuat.
Perubahan disemua sistem di dalam tubuh
manusia tersebut salah satu misalnya terdapat REFERENSI
pada sistem saraf. Perubahan tersebut dapat 1. Briton. 2008. Gerontologi Nursing
mengakibatkan terjadinya penurunan dari Care. Sauders Company. Philadelphia
fungsi kerja otak. Penurunan ini terjadi pada 2. Bostrom. 2009. Cognitive
usia 30-70 tahun [30]. Penelitian terkini Enhancements: Methods, Ethics,
menyebutkan bahwa walaupun tanpa adanya Regulatory Challenges, Sci Eng Ethics.
penyakit neurodegeneratif, jelas terdapat 3. Cengel, Yunus A., 2003, Heat Transfer
perubahan struktur otak manusia seiring A Practical Approach, Second Edition,
bertambahnya usia. Perubahan patologis pada
Singapura:Mc.Graw-Hill Book.
lansia juga berhubungan dengan kemunduran
4. Ediawati, E. 2012. Gambaran Tingkat
fungsi kognitif. Hal tersebut akan berpengaruh
Kemandirian dalam Activity of Daily
pada aktivitas sehari- hari (Activities of Daily
Living- ADL) sehingga dapat menurunkan Living (ADL) dan Resiko Jatuh pada
kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha
kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup Budi Mulia o1 dan 03. Sitasi 3
sehari- hari [1]. Kemandirian lansia November 2015.
berdasarkan indeks Katz meliputi makan, http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20
minum, mandi, berpakaian, toiletting, 314351S43833Gambaran%20tingkat.p
continen, dan berpindah [18]. Penurunan df
fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 247
5. Fadhia, N, Ulfiana, E dan Ismono. 2012. 17. Nur Asyikah, 2014, Hubungan Antara
Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Status Kognitif dan Tingkat
Kemandirian Dalam Melakukan Kemandirian Activity Daily Living
Activities of Daily Living (ADL) Pada Lanjut Usia Dipanti Sosial Tresna
Lansia Di Rumah Sakit Cipto Werdha Gau Mabaji, sitasi 1 Desember
Mangunkusumo. Fakultas Ilmu 2015,
Keperawatan Universitas Indonesia. 18. Nurmah, 2011, Hubungan Fungsi
Jakarta Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian
6. Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lansia Dalam Melakukan Activity Daily
Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Living Di Panti Tresna Werdha Budhi
Keperawatan Gerontik. Penerbit Dharma Di Bekasi Timur Tahun 2011,
Erlangga. Jakarta. sitasi 1 Desember 2015,
7. Folstein M.F., Folstein S.E., McHugh 19. Nugroho, 2008, Keperawatan gerontik
P.R. 1975. Mini-Mental State : A dan Geriatrik, EGC, Jakarta
Practical method for grading the 20. Pranaka. 2006. Penerapan Geriatrik
cognitive state of patients for the Kedokteran Menuju Usia Lanjut Yang
clinician. J Psychiatr Res;12:189–198. Sehat. Sanitasi 1 Desember 2015.
8. Gallo, J 1998. Buku Saku Gerontologi http://krispranaka.pdf
Edisi 2. EGC. Jakarta 21. Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar
9. Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes: Fundamental Keperawatan : Konsep,
Neurology. Jakarta: Erlangga Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume
10. Kochhann R, Otilia M., Godinho C., 2.Alih Bahasa : Renata
Camazzato A., Chaves M. 2009. Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
Evaluation of Mini-Mental State 22. Raz, Rodrigue, & Acker dalam Myers.
Examination scores according to 2008. Factors Associated with
diffrent age and education strata, and Changing Cognitive Function in
sex, in a large Brazilian healthy sample. Older Adults: Implications for
Dementia and Nursing Rehabilitation.
Neuropsycologia;3(2):88–93 23. Rinajumita. 2011. Faktor- faktor yang
11. Kuczynski, B, Jagust, W, Chui, HC., Berhubungan dengan Kemandirian
Reed, B 2009. “An Inverse Association Lansia. Sitasi 1 Desember 2015.
of Cardiovascular Risk and Frontal http://repisatory.unand.ac.id/16884/1/
Lobe Glucose Metabolism”, Neurology. faktorfaktoryang
vol. 72, hal. 738–743 berhubungandengankemandirianlansia.
12. Leuckenotte, AG 1997. Pengkajian com
Gerontologi. EGC. Jakarta 24. Slamet , S., Markam (2003), Pengantar
13. Lumbantobing, SM 2005. Kecerdasan Psikologi, Universitas Indonesia Press,
pada Usia Lanjut dan Demensia. Balai Jakarta
Penerbit FKUI. Jakarta 25. Shelkey, M dan Wallace. 2012. Katz
14. Maryam. 2008. Mengenal Usia Lanjut Index of Independence in Activities of
dan Perawatannya. Salemba Medika. Daily Living (ADL). Sitasi 3 Desember
Jakarta 2015. http://consultgerrin.org/uploads
15. Miller, A. 1995. Nursing Care of Older /File/trythis/try_this_2.pdf
Adult, Theoryand Practice, J.B 26. Sidiarto, LD. 2003. Memori Anda
Lippincott Co. Philadelphia Setelah Usia 50 Tahun. Penerbit
16. Nasrun. 2009. Memperbaiki Kualitas Universitas Indonesia. Jakarta.
Hidup Lansia, sitasi 1 Desember 2015, 27. Watson, R. 2003. Perawatan Pada
http://www.pdpersi.co.id/?show=detail Lansia. EGC. Jakarta
news&kode=331%tbl=figu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 248
Abstract
Maternal Mortality Rate (MMR) is an unresolved issue. Three major causes of it are the lateness
to decide, to service place, and to get help. The National Healthcare Period implements a tiered
referral system that requires midwives to refer to primary health care. Before the validity of the JKN
era, midwives can make direct referrals to tertiary health care. The midwife assumes that claims can
be made if the referral is tiered as a primary health care network. The purpose of this study was to
analyze the effectiveness of midwife referral in the era of JKN on emergency cases (et causa Pre-
eclampsia & Eclampsia). The design of this research was qualitative with case study approach. The
data were collected by using deep interview method, document study, and observation. Secondary
data taken from medical record of dr. Saiful Anwar Malang, primary data was taken from the
interview with independent midwives practice. This research gave results regarding midwife referral
model in JKN era. Result of this study are 5 pregnant women with PreEclamsia and Eclamsia came
with a referral from midwives to Public Hospital dr. Saiful Anwar Malang. Midwives have conducted
referrals in accordance with tiered referral guidelines.
Keyword : Referral, Midwife, Tiered, Pre-eclampsia, JKN
BBL/ neonatus yang berfungsi secara efektif, dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan
efisien dan berkeadilan (USAID, 2010). atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh
Jejaring sistem rujukan pada program EMAS fasilitas kesehatan (BPJS, 2014).
sangat berkaitan dengan Sistem Kesehatan a. Tata cara pelaksanaan sistem rujukan
Nasional di Indonesia yang memberlakukan berjenjang menurut BPJS, 2014
sistem rujukan berjenjang. 1). Sistem rujukan pelayanan kesehatan
Rujukan berjenjang dimulai dari tingkat dilaksanakan secara berjenjang sesuai
pelayanan kesehatan terendah yaitu bidan desa kebutuhan medis, yaitu:
dan bidan praktek mandiri sebagai jejaring a). Awal dari pelayanan kesehatan adalah
dari pelayanan kesehatan primer atau fasilitas fasilitas kesehatan (faskes) tingkat
kesehatan (faskes) tingkat pertama. Pelayanan pertama.
kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk b). Pasien dapat dirujuk ke faskes tingkat
langsung ke faskes tersier hanya untuk kasus kedua, apabila memerlukan pelayanan
yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana lanjutan oleh spesialis.
terapinya, merupakan pelayanan berulang c). Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dan hanya tersedia di faskes tersier. Salah satu di faskes kedua, maka pasien harus
kondisi yang dapat dikecualikan dari ketentuan mendapatkan rujukan dari faskes tingkat
pelayanan rujukan berjenjang adalah apabila pertama.
terjadi keadaan gawat darurat. Pre Eklamsia d). Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di
dan Eklamsia termasuk dalam kondisi gawat faskes tersier hanya dapat diberikan atas
darurat (BPJS, 2014). Agar terwujud sistem rujukan dari faskes sekunder dan faskes
rujukan berjenjang yang efektif dan efisien primer.
perlu memperhatikan prinsip kolaborasi dan 2). Khusus untuk kasus yang telah
pertukaran informasi yang tepat dan sama. didiagnosis dan telah mendapatkan
Bidan sebagai pemberi layanan kebidanan rencana terapi dapat dirujuk secara
merupakan ujung tombak dalam menurunkan langsung dan mendapatkan pelayanan ke
AKI. Pelayanan kebidanan yang berkualitas faskes tingkat tiga (tersier).
merupakan salah satu kontribusi bidan dalam Secara umum alur sistem rujukan
menurunkan AKI (Mufdillah dkk, 2012). Pada berjenjang digambarkan sebagai berikut:
era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bidan
harus mempunyai jejaring dalam Gambar 1 Sistem Rujukan Berjenjang
melaksanakan proses rujukan. Namun demikan
berdasarkan studi pendahuluan, ada keraguan
bidan untuk melakukan rujukan langsung
terkait dengan klaim biaya pada BPJS.
Fenomena tersebut berdampak pada efektifitas
layanan rujukan. Kaitannya dengan penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah
keterlambatan dalam proses rujukan.
Dari uraian tersebut diatas, perlu adanya
kajian lebih lanjut tentang sistem rujukan
berjenjang era JKN terhadap efektifitas
rujukan bidan pada kasus kegawatdaruratan (et
causa Pre Eklamsia dan Eklamsia) di RSUD dr.
Saiful Anwar Malang.
b). Ada penetapan bencana dari pemerintah pada pelayanan kesehatan tingkat
pusat dan pemerintah daerah. pertama.
c). Kekhususan permasalahan kesehatan 2). Ka Dinkes provinsi dan organisasi
pasien; untuk kasus yang sudah profesi bertanggung jawab atas
ditegakkan rencana terapinya dan terapi pembinaan dan pengawasan rujukan
tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas pada pelayanan kesehatan tingkat
kesehatan lanjutan. kedua.
d). Pertimbangan geografis; dan 3). Menteri bertanggung jawab atas
e). Pertimbangan ketersediaan fasilitas pembinaan dan pengawasan rujukan
4). Pelayanan oleh bidan dan perawat pada pelayanan kesehatan tingkat
a). Dalam keadaan tertentu, bidan ketiga.
atau perawat dapat memberikan c. Sistem Rujukan Pelayanan Ibu dan
pelayanan kesehatan tingkat Anak
pertama sesuai ketentuan Sistem rujukan adalah suatu sistem
peraturan perundang-undangan. penyelenggaraan pelayanan kesehatan
b). Bidan dan perawat hanya dapat yang melaksanakan pelimpahan tanggung
melakukan rujukan ke dokter jawab timbale balik terhadap satu kasus
dan/atau dokter gigi pemberi penyakit atau masalah kesehatan secara
pelayanan kesehatan tingkat vertikal atau secara horizontal
pertama kecuali dalam kondisi (Prasetyawati, 2012). Secara operasional
gawat darurat dan kekhususan definisi sistem rujukan adalah suatu
permasalahan kesehatan pasien, aturan timbal balik yang melibatkan
yaitu kondisi di luar kompetensi berbagai unsur terkait dalam pelayanan
dokter dan/atau dokter gigi kesehatan reproduksi antara bidan desa,
pemberi pelayanan kesehatan bidan dan dokter puskesmas, dengan para
tingkat pertama dokter spesialis di RS Kabupaten, untuk
5). Rujukan Parsial memperoleh cara penggunaan sumber
a). Rujukan parsial adalah daya kesehatan, sebagai upaya
pengiriman pasien atau menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir,
spesimen ke pemberi pelayanan melalui penanganan ibu risiko tinggi dan
kesehatan lain dalam rangka gawat darurat obstetri secara professional,
menegakkan diagnosis atau efisien, efektif, rasional dan relevan.
pemberian terapi, yang Sarana dan prasarana yang berteknologi
merupakan satu rangkaian canggih dipusatkan pada satu tempat,
perawatan pasien di Faskes yaitu RS Kabupaten atau RS Provinsi
tersebut. (Rochjati, 2011).
b). Rujukan parsial dapat berupa: d. Tujuan Sistem Rujukan
(1). Pengiriman pasien untuk Secara umum tujuan rujukan adalah
dilakukan pemeriksaan untuk menghindari terjadinya keadaan
penunjang atau tindakan bahaya yang tidak diinginkan terhadap
(2). Pengiriman spesimen keselamatan ibu dan bayi melalui program
untuk pemeriksaan rujukan terencana dalam satu area
penunjang kabupaten, kotamadya atau propinsi
c). Apabila pasien tersebut adalah (Rochjati, 2011).
pasien rujukan parsial, maka e. Sistem Rujukan Paripurna Terpadu
penjaminan pasien dilakukan Sistem rujukan paripurna terpadu
oleh fasilitas kesehatan perujuk. dirumuskan sebagai semua bentuk
b. Pembinaan dan Pengawasan Sistem layanan kesehatan reproduksi yang
Rujukan Berjenjang diberikan secara utuh, diawali dari
1). Ka Dinkes Kab/Kota dan organisasi keluarga berencana, kehamilan,
profesi bertanggung jawab atas persalinan dan nifas baik dalam bentuk
pembinaan dan pengawasan rujukan Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 252
kondisi ibu adalah untuk mencegah dari BPJS. Misalkan dengan pemasangan
terjadinya komplikasi yang lebih infus dan pemberian SM, tidak
kompleks, sehingga secara tidak langsung mendapatkan penggantian obat maupun
dapat menurunkan risiko kematian ibu. biaya dari BPJS, sehingga bidan
Merujuk pasien dengan Preeklamsia dan membebankan biaya tersebut kepada
Eklamsia harus dilaksanakan pada saat pasien. Demikian juga dengan
yang tepat dan bidan harus dapat transportasi, apabila bidan mengantar
memutuskan waktu yang tepat untuk klien menggunakan mobil pribadi, maka
merujuk. bidan membebankan biaya transportasi
4.3. Pengalaman bidan ketika merujuk kepada pasien.
kasus kegawatdaruratan obstetri (et
causa Pre Eklamsi dan Eklamsi) 5. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini mendeskripsikan Kesimpulan pada penelitian ini adalah
bahwa seluruh responden memiliki sebagai berikut :
pengalaman dalam melakukan rujukan Semua responden telah menjalankan
kasus preeklamsi dan eklamsia. Dalam sistem rujukan berjenjang dan telah bermitra
melaksanakan rujukan tersebut terdapat dengan BPJS.
faktor yang menghambat dan Beberapa responden merujuk kasus pre
mempermudah proses rujukan. Faktor eklamsi yang belum mengalami
yang menghambat adalah ibu hamil, kegawatdaruratan ke fasilitas kesehatan I
keluarga dan transportasi. Salah satu misalnya Puskesmas. Dan jika sudah ada tanda
responden menceritakan pengalamannya kegawatdaruratan langsung merujuk ke RSSA.
dalam merujuk ibu hamil dengan Beberapa responden mendiskripsikan
preeklamsia berat. Rujukan telah pengalaman merujuk yang berbeda – beda
dilakukan ke fasilitas kesehatan lanjutan, karena ada faktor yang mempermudah dan
sesampainya di RS, ibu hamil pulang menghambat proses rujukan.
karena antrian panjang. Hal ini terjadi
karena pengetahuan ibu tentang risiko 6. REFERENSI
kehamilan kurang. 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Salah satu faktor yang 2014. Panduan Praktis Sistem Rujukan
menguntungkan bidan dalam melakukan Berjenjang. Jakarta : BPJS
rujukan pada era JKN ini adalah adanya 2. Creswell, John. 2012. Research Design
jaminan dari BPJS. Semua responden Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
mengatakan dengan adanya jaminan dari Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
BPJS, keluarga lebih mudah dimotivasi 3. Cunningham et all. 2013. Obsterti
untuk segera dirujuk. Keluarga tidak lagi Williams, ed 23- Vol. 2. Jakarta : EGC
memikirkan tentang biaya perawatan. 4. Dinas Kesehatan, 2013. Profil Kesehatan
Namun, dengan adanya BPJS ini, bidan Propinsi Jawa Timur Tahun 2012.
juga mengeluhkan tentang sistem klaim Surabaya : Dinas Kesehatan Propinsi
dan pencairan dana. Bidan tidak Jawa Timur
mendapatkan penjelasan yang rinci 5. Kemenkes RI, 2012. Pedoman Sistem
tentang klaim yang sudah dan belum Rujukan Nasional. Jakarta : Direktorat
dicairkan. Bidan berharap ada sistem atau Jenderal Bina Upaya Kesehatan
aplikasi yang dapat diakses oleh bidan, Kementrian Kesehatan RI
untuk mengetahui administrasi 6. Kemenkes RI, 2013. Rencana Aksi
kelengkapan dokumen yang telah Percepatan Penurunan Angka Kematian
diserahkan. Ibu di Indonesia. Jakarta : Direktorat
Hal lain yang menjadi keluhan bidan Jenderal Bina Gizi dan KIA
dalam melakukan rujukan 7. Kemenkes RI, 2014. Buku Pegangan
kegawatdaruratan adalah apabila bidan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional
melakukan tindakan stabilisasi kondisi (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial
klien tidak mendapat penggantian biaya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 256
Abstract
One of the most common nutritional problems in pregnant women is anemia.. In this study, aims
to determine the relationship of upper arm circumference with the incidence of anemia in pregnant
women trimester III. This research is correlational analytic research with cross sectional research
design. The variables studied were upper arm circumference as independent variable and the
incidence of anemia as dependent variable. The population is third trimester pregnant women at
UPT Puskesmas Kutorejo Mojokerto Regency as many as 42 people. Sampling conducted non
Probability Sampling by using sampling saturation / total sampling as much as 42 people. Taking
data by taking secondary data. The data have been analyzed using Chi-square test with α: 0.05. The
results of this study showed that there is no relationship of upper arm circumference with the
incidence of anemia in pregnant women trimester III. Pregnant women should pay attention to the
adequacy of nutritional needs that must be met to prevent the occurrence of anemia, including: food
intake, nutritional knowledge in food, habits, women's views on food, age, weight, parity, ambient
temperature, activity, health status, economy.
Keywords: Upper Arm Circumference, Anemia
tablet pada ibu-ibu hamil. (Manuaba, 2010. total sampling untuk pengambilan sampel,
hlm.239) Pemberian tablet zat besi selama dimana mengambil populasi sebagai sampel.
kehamilan pemberian suplemen besi Menggunakan data sekunder yaitu buku
merupakan salah satu cara bagi ibu hamil untuk register pemeriksaan ibu hamil. Lokasi
meningkatkan kadar Hb Pemberian zat besi penelitian di UPT Puskesmas Kutorejo. Waktu
untuk dosis pencegahan 1x1 tablet untuk dosis penelitian dilaksanakan pada 08 Februari – 05
pengobatan (bila Hb kurang dari 11gr/dl) Mei 2017. Analisis Univariat digunakan untuk
adalah 3x1 tablet(Depkes, dikutip dari menjelaskan atau mendeskripsikan angka/nilai
Tarwoto, 2007. hlm.70). Disamping itu jumlah masing-masing variabel dengan ukuran
diperlukan peran serta petugas kesehatan proporsi. Analisa Bivariat dengan Chi Square
dalam memberikan penyuluhan akan (X2) untuk membuktikan apakah variabel
pentingnya pemenuhan nutrisi ibu hamil untuk bebas benar-benar mempengaruhi variabel
mencegah terjadinya penurunan kadar Hb. tergantung atau tidak.
Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara lingkar lengan atas dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di 1. Karakteristik Responden
UPT Puskesmas Kutorejo Kabupaten a. Usia Responden
Mojokerto. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur
Responden
2. KAJIAN LITERATUR No. Umur f %
Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia 1. Berisiko 6 14,3
pada ibu hamil adalah umur ibu, jarak (<20 Tahun dan >35
kehamilan/ usia anak terkecil, paritas, lingkar Tahun)
lengan atas (LILA), pekerjaan ibu dan suami, 2. Tidak Berisiko 36 85,7
pola konsumsi, dan riwayat selama kehamilan. (0-35 tahun)
(Sandrayayuk, dkk, 2013). Ibu dengan status Jumlah 42 100
gizi kurang tersebut dapat terjadi 2 komplikasi Berdasarkan tabel 1 bahwa sebagian
yang cukup berat selama kehamilan yaitu besar ibu hamil trimester III berusia 20-35
anemia (kekurangan sel darah merah) dan pre tahun (85,7%).
eklamsia/eklamsia. Evie & Masdianti, 2013. b. Paritas
Untuk mengetahui hubungan Lingkar Lengan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Paritas
Atas (LILA) ibu dengan kejadian anemia pada Responden
ibu hamil trimester III, dilakukan pengukuran No. Paritas f %
lingkar lengan atas kiri yang diklasifikasikan 1. Berisiko 1 2,4
ukuran lingkar lengan atas ≥23,5 cm tidak (Grandemultipara)
resiko KEK dan <23,5 cm resiko KEK serta 2. Tidak Berisiko 41 97,6
dilakukan pengukuran kadar hemoglobin (Multipara dan Primi)
dalam darah dengan metode sahli untuk Jumlah 42 100
mengetahui kadar anemia yang Berdasarkan tabel 2 bahwa sebagian
diklasifikasikan kadar hemoglobin ≥ 11 gr% besar responden paritas tidak berisiko ibu
tidak anemia, kadar hemoglobin, <11 gr% hamil trimester III (97,6%).
anemia. c. Usia Anak Terkecil
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Usia
3. METODE PENELITIAN Anak Terkecil Responden
Penelitian ini menggunakan rancangan No. Usia Anak Terkecil f %
penelitian observasional analitik dalam bentuk 1. Berisiko 4 9,5
crossectional. Seluruh ibu hamil tahun 2016 (<2 Tahun dan >10
(Januari – Desember) di UPT Puskesmas Tahun)
Kutorejo, yaitu sebanyak 42 kasus. 2. Tidak Berisiko 38 90,5
Perhitungan besar sampel dengan rumus pada (2 – 10 Tahun)
α = 0.05 diperoleh sampel sebesar 42 orang.
Jumlah 42 100
Penelitian ini menggunakan teknik sampling
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 260
Ambang batas LILA WUS dengan asupan zat besi dan protein dari makanan,
risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. adanya gangguan absorbsi usus,
Apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm perdarahan akut dan kronis, dan
atau dibagian merah pita LLA, artinya meningkatnya kebutuhan zat besi seperti
wanita tersebut mempunyai risiko KEK, pada ibu hamil. Menurut laporan WHO
dan diperkirakan akan melahirkan berat (2005) secara umum penyebab anemia
bayi lahir rendah (BBLR). BBLR pada ibu hamil dipengaruhi banyak faktor,
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, terdiri dari umur ibu, umur kehamilan,
gangguan pertumbuhan dan gangguan paritas, lingkar lengan bagian atas
perkembangan anak. (Nyoman S, 2002. (LILA), sosial ekonomi (tingkat ekonomi,
hlm. 49 ) pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan suami),
Pengukuran lingkar lengan atas pola konsumsi, dan riwayat selama
merupakan salah satu penilaian status gizi kehamilan. (Anon, 2011)
dan deteksi dini yang mudah dan dapat Serta pada tabel 5 di atas dapat
dilaksananakan oleh masyarakat untuk diketahui sebagian besar dari responden
mengetahui kekurangan energi kronis dengan ukuran lingkar lengan atas yang <
terutama pada ibu hamil. Biasanya lingkar 23,5 cm yaitu 15 ibu hamil trimester III
lengan atas <23,5 cm dikarenakan (35,7%).
rendahnya konsumsi protein dalam Menurut WHO, kejadian anemia
makanan sehari-hari sehingga tidak kehamilan berkisar antara 20 dan 89%
mencukupi angka kecukupan gizi, dengan menetapkan Hb 11g% (g/dl)
umumnya terjadi pada keluarga yang sebagai dasarnya. Angka anemia
tingkat ekonomi rendah. kehamilan menunjukkan nilai yang cukup
2. Kejadian Anemia Ibu Hamil Trimester tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan
III angka anemia kehamilan 3,8% pada
Anemia adalah kondisi dimana trimester I, 13,6% trimester II, dan 24,8%
berkurangnya sel darah merah (eritrosit) pada trimester III. (Manuaba, 2010. hlm.
dalam sirkulasi darah atau massa 237-238).
hemoglobin sehingga tidak mampu Kejadian anemia pada ibu hamil
memenuhi fungsinya sebagai pembawa sering terjadi di tiap trimester terutama
oksigen keseluruh jaringan. (Tarwoto dan pada trimester III karena terjadinya
Wasnidar, 2007. hlm 30) hemodilusi dan disebabkan zat gizi yang
Peningkatan volume plasma kurang terutama anemia zat besi, ini
menyebabkan terjadinya hidremia karena pola makan yang salah, dimana ibu
kehamilan atau hemodilusi, yang hamil masih dominan mengkonsumsi
menyebabkan menurunnya hematokrit protein nabati (sulit diserap), protein
(20-30%), sehingga hemogloblin dari hewani jarang dikonsumsi, akibatnya
hematokrit lebih rendah secara nyata dari terjadi anemia.
pada keadaan tidak hamil. (Misaroh, 3. Hubungan Lingkar Lengan Atas
2010. hlm. 132) Pengawasan terhadap dengan Kejadian Anemia pada Ibu
kadar hemoglobin darah dilakukan pada Hamil Trimester III
trimester I dan trimester III, karena pada Berdasarkan data hasil tabulasi
saat ini pengenceran darah ibu hamil silang pada tabel 6 antara lingkar lengan
sudah mencapai puncaknya. (Erna dkk, atas dengan kejadian anemia pada ibu
2005. hlm. 83) hamil trimester III dapat diketahui
Berdasarkan hasil penelitian yang responden yang beresiko KEK mengalami
dilakukan oleh peneliti menunjukan dari anemia sebanyak 6 responden (14,3%).
42 ibu hamil trimester III terdapat Setelah dilakukan uji Fisher’s
sebanyak 6 responden (14,3%) dengan Exact Test dengan program SPSS
anemia (Hb <11gr%). diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,128 maka
Faktor yang dapat menyebabkan nilai Pvalue >0.05 sehingga tidak terdapat
terjadinya anemia, antara lain kurangnya hubungan yang signifikan antara lingkar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 262
Dwi Helynarti Syurandhari 1), Mukhammad Himawan Saputra2), Asih Media Yuniarti 3),
Ainur Pujianti 4)
1,2,3,4
Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Majapahit Mojokerto
email: dwihelynarti@gmail.com1, mhimawansaputra@gmail.com2, art.media1979@gmail.com3,
ainur.pujianti@gmail.com4
Abstract
Traffic accidents was one of the non-communicable diseases (because of the high number of deaths
in traffic accidents affected all sectors of life so that it becomes a health problem. The purpose of
this study was to determine the determinant of death in the incidence of traffic accidents in the area
of Mojokerto Police Law. The design of this research was case control. The sample size in research
was 76 victims of traffic accidents divided into case groups and control groups. The sampling
technique used is total sampling for case groups. The study was conducted from March to April 2017.
The results showed of deaths in the incidents of traffic accidents were predominantly 16-30 years old
(34.2%), male (73.7%), private sector (78.9%), road users who used vehicle (89.2%), located in
Ngoro, Trawas, Pungging, Trowulan sub-districts (13.2%), with provincial road status (52.6%), on
workdays (92.1%) and At 06.00-12.00 AM (52.6%). Analysis of Risk Estimate calculation used chi
square statistic test showed that event day (p value = 0,005 and OR = 6,067; 95% CI = 1,563 -
23,548) was risk factor of death in the incidence of traffic accidents. While hour of the event was not
a risk factor of death in the incident of traffic accidents. Risk Factor of deaths in traffic accidents
include road users used vehicles and workday events. Therefore, it is hope that the public prioritize
road safety by making risk prevention efforts by increasing alertness and healthy behavior in driving
such as obeying the wise driving regulation, the use of personal protective equipment, and
conducting health checks for the drivers.
Keywords: Risk Factor, deaths, traffic accidents
korban selamat, 13 diantaranya yaitu tercatat oleh Unit Laka Lantas Polres
mengalami luka berat dan 784 diantaranya Mojokerto bulan Oktober-Desember 2016
mengalami luka ringan. Pada tahun 2014 sebanyak 40 jiwa (populasi kasus) dan 246
diketahui bahwa terdapat 550 kejadian yang korban (populasi kontrol). Besar sampel dalam
menyebabkan 797 orang menjadi korban, 134 penelitian ini adalah 76 korban kecelakaan lalu
jiwa diantaranya meninggal dunia dan 660 lintas, 38 korban meninggal dunia (kelompok
korban selamat, 4 orang diantaranya kasus) dan 38 korban hidup (kelompok
mengalami luka berat dan 656 diantaranya kontrol), sampel sesuai denga kriteria inklusi
mengalami luka ringan. Sedangkan pada tahun yaitu data kecelakaan lalu lintas yang tercatat
2015 diketahui bahwa jumlah kejadian oleh Unit Laka Lantas Polres Mojokerto, dan
kecelakaan sebesar 739 kejadian kecelakaan data kecelakaan lalu lintas periode bulan
lalu lintas yang menyebabkan 1069 orang Oktober-Desember 2016.
menjadi korban, 137 jiwa diantaranya
meninggal dunia dan 932 korban selamat, 26 3. PEMBAHASAN
diantaranya nengalami luka berat dan 906 3.1. Distribusi Frekuensi kematian pada
diantaranya mengalami luka ringan, (Polres kejadian kecelakaan lalu lintas di
Mojokerto, 2016). wilayah hukum Polres Mojokerto
Dengan meningkatnya angka kesakitan Oktober-Desember 2016 berdasarkan
dan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan faktor orang, tempat dan waktu.
lalu lintas di Kabupaten Mojokerto. Maka 3.1.1. Faktor Orang
perlu dilakukan penanganan dan pencegahan Distribusi frekuensi kematian pada
segera dengan mendata korban lebih cepat. kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah
Dalam upaya pengendalian dan pencegahan hukum Polres Mojokerto pada Bulan Oktober-
kematian pada kejadian kecelakaan lalu lintas Desember 2016 pada tabel 1, 2, 3, dan 4
yang terjadi di Kabupaten Mojokerto menunjukkan bahwa jumlah kematian tertinggi
khususnya wilayah hukum Kepolisian Resort terjadi pada kelompok usia 16-30 tahun dengan
Mojokerto, maka harus dilakukan riset jumlah sebanyak 13 jiwa, jenis kelamin laki-
epidemiologi untuk mendapatkann informasi laki 28 jiwa, jenis perkerjaan dibidang swasta
terkait dengan distribusi dan determinan 30 jiwa, dan sebagai pengguna jalan yang
kematian pada kejadian kecelakaan lalu lintas. menggunakan kendaran sebanyak 34 jiwa.
Dengan didapatnya informasi ini maka dapat Menurut konsep segitiga epidemiologi yang
digunakan sebagai dasar ilmiah pembuatan dikutip dari Noor (2008), karakteristik usia,
kebijakan dan pengambilan keputusan terkait jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan pengguna
dengan cara pencegahan kejadian kecelakaan jalan merupakan bagian dari unsur pejamu
lalu lintas, agar angka kematian pada kejadian (host), pejamu merupakan keadaan manusia
kecelakaan lalu lintas tidak semakin yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor
meningkat, sehingga dapat memperbaiki dan risiko untuk terjadinya penyakit yang biasanya
meningkatkan status kesehatan masyarakat di disebut sebagai faktor intrinsik. Keempat
Kabupaten Mojokerto khususnya di wilayah karakteristik tersebut dapat mempengaruhi
hukum Kepolisian Resort Mojokerto. keseimbangan keadaan pejamu, jika keadaan
Mengingat pentingnya masalah ini, maka pejamu mengalami gangguan maka
peneliti ini melakukan penelitian terkait keseimbangan interaksi antara host, agent dan
dengan determinan kematian pada kejadian environment juga akan mengalami gangguan.
kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya
Kepolisian Resort Mojokerto. kecelakaan lalu lintas yang dapat
menyebabkan korban meninggal dunia.
2. METODE PENELITIAN Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda
Desain penelitian yang dilakukan adalah dengan data WHO (2015) yang diketahui
survei analitik dengan rancang bangun case bahwa kematian pada kejadian kecelakaan lalu
control. Penelitian dilaksanakan di Polres lintas terbesar terjadi pada kelompok usia 15-
Mojokerto pada bulan Maret sampai April 29 tahun. Sebagaimana dengan adanya konsep
2017. Populasi dalam penelitian ini adalah Haddon matrix yang dikutip dari WHO (2006)
korban kecelakaan lalu lintas yang telah yang menyatakan bahwa remaja secara
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 266
diketahui jumlahnya. Selain itu berdasarkan menyebabkan volume lalu lintas di Kecamatan
data yang diperoleh dari Polres Mojokerto ini cukup padat dan ramai serta banyak orang
bahwa jumlah kendaraan yang terlibat dalam yang berlomba mengadu kecepatan agar segera
kecelakaan selama bulan Oktober-Desember sampai di tempat tujuan. Menurut Zainuddin
2016 yaitu sebanyak 386 untuk kendaraan (2016) didapatkan bahwa risiko untuk
bermotor, sedangkan untuk kendaraan tidak terjadinya kematian dan cedera meningkat
bermotor saat ini belum diketahui. Sehingga seiring dengan kenaikan kecepatan
hal tersebut yang menjadi salah satu faktor mengemudi. Kecamatan Trawas, yang
penyebab tingginya angka kematian pada merupakan daerah pegunungan sehingga
kejdadian kecelakaan lalu lintas yang menimpa keadaan jalan di Kecamatan tersebut banyak
pengguna jalan yang menggunakan kendaraan. terdapat tanjakan dan turunan serta sudut
3.1.2. Faktor Tempat belokan. Bustan (2015) menjelaskan bahwa
Distribusi frekuensi kematian pada struktur jalan datar, mendaki, menurun, lurus
kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah dan berkelok-kelok dapat menjadi pemicu
hukum Polres Mojokerto pada Bulan Oktober- kejadian kecelakaan lalu lintas yang berakibat
Desember 2016 pada tabel 5 dan 6 jika ditinjau fatal. Rompis (2016) menyebabkan bahwa
dari karaktiristik faktor tempat berdasarkan terdapat pengaruh cuaca terhadap peningkatan
wilayah administratif (kecamatan) pada tabel 8 angka kecelakaan lalu lintas dengan korban
menunjukkan bahwa jumlah kematian mati. Kecamatan Pungging terdapat jalan
tertinggi terjadi di 4 kecamatan yaitu seabagai jalur alternatif yang dapat
kecamatan Ngoro, Trawas, Pungging, dan menghubungkan antara Mojokerto-Pasuruan,
Trowulan dengan jumlah korban sebesar 5 jiwa Mojokerto-Sidoarjo dan Mojokerto-Malang
pada masing-masing kecamatan tersebut, dan sehingga lalu lintasnya cukup ramai dan selalu
terjadi pada ruas jalan yang berstatus jalan dilewati dengan kendaran besar. Bustan (2015)
provinsi dengan jumlah korban sebesar 20 yang menyatakan bahwa keadaan fisik jalanan
jiwa. seperti pengerjaan jalanan atau jalan yang
Menurut konsep segitiga epidemiologi fisiknya kurang memadai, misalnya berlobang-
yang dikutip dari Noor (2008), yang lobang dapat menjadi pemacu terjadinya
menjelaskan bahwa karakteristik wilayah kecelakaan. Kecamatan Trowulan yang
administratif dan status jalan merupakan merupakan merupakan salah satu kecamatan
bagian dari unsur lingkungan (environment). yang menghubungkan antara Kabupaten
Berdasarkan konsep Haddon Matrix yang Mojokerto dengan Kabupaten Jombang, selain
dikutip dari WHO (2006) maka kecelakaan lalu itu juga terdapat jalan utama yang
lintas berdasarkan karakteristik wilayah menghubungkan beberapa Kabutaten jalan ini
administratif dan status jalan berada pada tahap disebut sebagai by pass, selain itu Trowulan
fase pra kecelakaan dan saat kecelakaan. Dan banyak terdapat wisata bersejarah. Sehingga
termasuk dalam faktor lingkungan hal tersebut lalu lintasnya cukup ramai karena tingginya
dapat dilihat dari desain jalan dan permukaan volume lalu lintas.
jalan pada wilyah tersebut. WHO (2015) Penyebab tingginya angka kematian
menjelaskan bahwa faktor-faktor terkait pada kejadian kecelakaan lalu lintas yang
kecelakaan lalu lintas yang berhubungan terjadi di ruas jalan yang berstatus sebagai
dengan lingkungan jalan yaitu meliputi jalan provinsi dikarenakan berbagai faktor.
kepadatan dan komposisi lalu lintas, kecepatan Seperti faktor kelayakan dan sarana jalan
berkendara. dimana kondisi ruas jalan provinsi masih
Penyebab tingginya angka kematian banyak yang rusak dan berlubang, jika
pada keempat Kecamatan tersebut yaitu pengguna jalan tidak berhati-hati maka dapat
dikarenakan banyak faktor, salah satunya yaitu menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
faktor lingkungan seperti keadaan topografi, Menurut Bustan (2015) yang menjelaskan
kondisi jalan, cuaca, kepadatan lalu lintas, bahwa pemicu kejadian kecelakaan lalu lintas
kecepatan berkendara dan lain-lain. WHO dapat dilihat dari kondisi fisik jalan kondisi
(2015). Kecamatan Ngoro yang merupakan jalan yang fisiknya kurang memadai misalnya
salah satu Kecamatan di Mojokerto yang jalan yang berlobang-lobang, jalan licin.
terdapat banyak tempat industri sehingga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 268
Abstract
Introduction: Women who get a period will cause the pains that called dysmenorrhea. According to
the preliminary study in the ABIM dormitory, from 10 teenagers who have menstrual, there are 8
people who have dysmenorrhea. It shows the high incidence of dysmenorrhea in adolescent girls.
The purpose of this research is to know the influence of the provision of infused water strawberries
to intensity of primary dysmenorrhea in adolescent girls in the ABIM dormitory Kediri in 2015.
Methode: This research was included in the pre experiment with the approach of one group pre post
test design. The population of this research is adolescent girls that experienced dysmenorrhea on the
first day menstruation with purposive sampling technique. The intensity of dysmenorrhea
respondents was measured by the questionnaire Scale Descriptive Pain. The data analysis used
Wilcoxon Sign Rank Test. Result: The data analysis used Wilcoxon Sign Rank Test and got the result
of ρ value (0,000) ≤ α (0,05) value. So, it can be concluded that H0 was refused dan H1 was accepted.
It means that there was influence of the provision of infused water strawberries to intensity of primary
dysmenorrheal in adolescent girls in the ABIM dormitory Kediri in 2015. Discussion: that there is a
difference before and after giving infused water strawberries that is before it was given infused water
strawberries the majority of respondents experienced ordinary pain, while after given infused water
strawberries the majority of respondents experienced mild pain.
Keywords: Infused Water Strawberries, Dysmenorrhea Intensity, Adolescent Girls
Hormon prostaglandin merupakan salah satu ini merupakan masalah yang urgen, sehingga
pemicu utama penyebabnya disminorea. peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Dengan meningkatnya hormon prostaglandin tentang adakah pengaruh pemberian infused
menyebabkan otot rahim berkontraksi dan water stroberi terhadap intensitas dismenore
menimbulkan nyeri saat menstruasi. primer pada remaja putri di Asrama ABIM
Dampak dismenore dapat menganggu Kota Kediri.
aktivitas sehari-hari sehingga banyak remaja
putri yang mengatasi penyelesaian ini kepada 2. METODE PENELITIAN
obat-obatan baik tradisional maupun modern. Rancangan penelitian yang digunakan
Namun lebih baik jika penggunaan obat-obatan dalam penelitian ini dijelaskan berdasarkan
dikurangi karena dapat menimbulkan dampak berbagai perspektif sebagai berikut:
jangka panjang. Obat analgesik dapat berdasarkan ruang lingkupnya penelitian ini
menyebabkan perdarahan internal, selain itu, termasuk penelitian inferensial kuantatif.
semakin sering nyeri yang dialami remaja putri Berdasarkan tempatnya penelitian ini termasuk
saat haid maka semakin sering pula meminum penelitian lapangan. Berdasarkan ada tidaknya
obat analgesik, secara otomatis tubuh akan perlakuan termasuk pre eksperimen dengan
membentuk toleransi terhadap obat yang rancangan one group pre test – post test design.
digunakan untuk menghilangkan nyeri, Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk
sehingga tubuh akan membutuhkan semakin dalam penelitian observasional. Berdasarkan
banyak obat untuk menghilangkan nyeri. tujuan penelitian termasuk analitik komparatif.
Tingginya angka kejadian dismenore Berdasarkan sumber datanya penelitian ini
membuat banyak remaja putri terpaksa harus termasuk jenis data primer. Populasi pada
berbaring karena terlalu menderita sehingga penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang
tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Ada tinggal di Asrama ABIM Universitas Kadiri
yang pingsan, ada yang merasa mual, ada juga Kota Kediri tahun 2015 yang sedang
yang benar-benar muntah, kadangkadang mengalami dismenore pada hari pertama dan
remaja putri sampai membungkukkan tubuh memiliki siklus haid yang teratur yaitu
atau merangkak lantaran tidak mampu sebanyak 22 orang. Sampel dalam penelitian
menahan rasa nyeri bahkan ada yang sampai ini yaitu sebagian mahasiswa yang tinggal di
berguling-guling di tempat tidur. Hal ini sangat Asrama ABIM Universitas Kadiri Kota Kediri
mengganggu aktivitas belajar mereka dan tahun 2015 yang sedang mengalami dismenore
dapat berdampak pada turunnya prestasi pada hari pertama dan memiliki siklus haid
sekolah. Sehingga para remaja putri harus tahu yang teratur yaitu sebanyak 16 orang. Teknik
apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka sampling yang digunakan dalam penelitian ini
mampu menghadapi keadaan tersebut. adalah “Purposive Sampling” yaitu teknik
Dismenore ini bisa diatasi dengan cara penentuan sampel dengan cara pertimbangan
farmakologi maupun non farmakologi. Contoh tertentu dan kriteria tertentu (Sugiyono, 2010).
pengobatan nonfarmakologi, yaitu bisa berpa Variabel dalam penelitian ini dibedakan
istirahat ataupun mengompresnya dengan air menjadi variabel bebas (independen) dan
hangat. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan variabel tergantung (dependen). Variabel
pemberian infused water stroberi. Stroberi independent dalam penelitian ini adalah (X)
kaya akan kandungan vitamin C, juga pemberian infused water stroberi. Sedangkan
merupakan sumber vitamin B, asam folat, variabel dependent dalam penelitian ini adalah
kalium dan magnesium. (Ramayulis, 2013). dismenore.
Selain itu, stroberi juga mengandung omega 3 Data yang dikumpulkan berupa data
yang tinggi. Hasil studi menunjukkan bahwa primer yaitu aktivitas, lama menstruasi, serta
para wanita yang mengkonsumsi suplemen tingkat nyeri haid baik sebelum diberi
omega 3 mengalami berkurangnya rasa nyeri perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Data
pada saat haid tanpa komplikasi. tersebut diperoleh dengan menggunakan
Berdasarkan tingginya kejadian kuisioner. Dalam penelitian ini peneliti
dismenore pada wanita yang dapat menggunakan alat dan bahan penelitian berupa
mengakibatkan ketidakseimbangan hormonal botol khusus infused water, sendok kayu,
yang dapat menganggu aktifitas seseorang, hal pisau, air mineral 400 ml, buah stroberi 400
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 273
ABSTRAK
Mutu pelayanan kesehatan dapat memicu sikap untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan
masyarakat nelayan, salah satunya dengan deteksi dini katarak. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara presepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas terhadap sikap
deteksi dini katarak. Desain penelitian menggunakan analitik observasional, pendekatan cross
sectional. Sampel diambil menggunakan probability simple random sampling dengan perhitungan
proportionate stratified sampling. Jumlah sampel 64 masyarakat nelayan. Variabel independen yaitu
persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas, dan variabel dependen yaitu sikap
untuk deteksi dini katarak. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan
uji statistik Chi-square dengan tingkat kemaknaan ρ<0,05. Hasil penelitian didapatkan sikap positif
untuk deteksi dini katarak berjumlah 39 responden, dan sikap negatif untuk deteksi dini katarak
sebanyak 25 responden. Uji statistik persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas
dengan sikap untuk deteksi dini katarak didapatkan ρ=0,002, artinya terdapat hubungan persepsi
masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas dengan sikap untuk deteksi dini katarak.
Implikasi penelitian ini adalah persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas
berhubungan dengan sikap untuk deteksi dini katarak, Puskesmas harus lebih meningkatkan
pendekatan dengan masyarakat untuk meningkatkan persepsi positif masyarakat terhadap pelayanan
Puskesmas dan menumbuhkan sikap positif.
Kata kunci : persepsi, mutu pelayanan Puskesmas, sikap, katarak
Ferilia Adiesti
Prodi Kebidanan , STIKES Majapahit Mojokerto
Email : f.adiesti_april86@yahoo.co.id
Abstract
Percentage KB Indonesia which shot 40.1%, 14.6% IUD, PIL 23.7%. Participants KB eastern Java
in 2010 which shot 35.6%, 17.7% IUD, PIL 30.9%. Data obtained at most of contraceptive use in
the form of injections. The research was done to determine the relationship between age with a
selection of injectable contraceptives.This type of research is analytical, with a cross-sectional
design, the population is all family planning acceptors syringes in Connecticutamounted to 569
acceptors. Total sampling type of sampling, collecting data with secondary data by using a checklist.
Data processing technique that is editing, coding, tabulating, data entry and analysis performed by
chi square test.The results obtained by the age of < 20 years 200 (35.1%), aged 20-35 years as many
as 213 (37.4%), age> 35 years 156 (27.4%). Kb injecting as many as 264 a month (46.4%), family
planning as many as 305 syringes of 3 months (53.5%). Chi square test df = 2 and obtained standard
errors are fixed at 5%, then X2 = 5.991 and X2 table count = count 11.272 so the price X2> X2 table
(11.272> 5.991) mean H0 rejected H1 accepted means there relationship between the age of the
injectable contraceptive election in Connecticut. Age can affect the selection of injectable
contraceptives. As per the results of research it is expected that the midwife as a health worker must
provide the appropriate IEC against the selection of contraceptives according to age stage.
Moreover, it can also provide leaflets and put up posters in the waiting room so that family planning
clients get more information.
Keywords: Age, Selection, Injectable Contraception
Dapat kita lihat bahwa penggunaaan dapat dikurangi atau dicegah dengan
kontrasepsi terbanyak adalah pemakaian keluarga berencana (Brahm U., 2006: 45).
kontrasepsi Suntik dan merupakan kontrasepsi c. Usia anak terkecil
yang diminati.Yang mana pada alat kontrasepsi Usia anak terkecil suatu pasangan
yang mudah. dapat mempengaruhi pemilihan metode
dalam dua cara. Di daerah-daerah tempat
2. KAJIAN LITERATUR angka kematian bayi tinggi, sebagian
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pasangan dengan anak yang masih kecil
pemilihan metode kontrasepsi, menurut dan tidak lagi menginginkan anak,
(Brahm U.,2006:43-56): menunda pemakaian metode kontrasepsi
1. faktor Pribadi permanen sampai mereka cukup yakin
a. Usia bahwa anak mereka akan bertahap hidup
Usia seorang wanita dapat (Brahm U.,2006:46). Dan jarak antara
mempengaruhi kecocokan dan kelahiran adalah 2 – 4 tahun (Hartanto,
akseptabilitas metode-metode kontrasepsi 2010:31).
tertentu. Dua kelompok pemakai remaja d. Tujuan Reproduksi
dan wanita perimenopause perlu Tujuan reproduksi dari suatu
mendapat perhatian khusus. Secara pasangan apakah mereka akan
umum, remaja kecil kemungkinannya menjarangkan anak mereka atau
memiliki kontra indikasi medis terhadap membatasi jumlah keluarga jelas memiliki
pemakaian metode pengaruh pada pemilihan metode.
Berbeda dengan remaja, wanita Pasangan yang tidak lagi menginginkan
perimenopause lebih besar anak mungkin memilih metode yang
kemungkinannya memiliki kontra sangat efektif, bekerja lebih lama, atau
indikasi medis daripada kontraindikasi permanen karena lebih cocok dengan
perilaku untuk menggunakan metode kebutuhan mereka. Pasangan yang ingin
tertentu (Brahm U., 2006:44-45). Namun, memiliki anak di masa depan mungkin
perilaku dapat menjadi penting dalam puas dengan metode yang kurang efektif
menentukan metode yang akan karena mengetahui bahwa kegagalan
memberikan perlindungan kontrasepsi metode mempengaruhi penentuan waktu
terbaik. Hal ini disebabkan semakin cukup rencana reproduktif mereka dan tidak
umur, tingkat kematangan dan kekeatan mempengaruhi jumlah anak yang
seseorang akan lebih matang berpikir dan diinginkan secara keseluruhan. Secara
bekerja ( Nursalam, 2001:134 ). Tiga fase umum, seorang wanita akan memilih
untuk mencapai tujuan pelayanan suatu metode yang sesuai dengan
kontrasepsi yaitu: perkiraan waktu persalinan berikutnya
1). fase menunda/mencegah kehamilan (Brahm U.,2006:46).
bagi PUS dengan usia istri kurang e. Frekuensi hubungan kelamin
dari 20 tahun Frekuensi seorang wanita
2). fase menjarangkan kehamilan yaitu berhubungan kelamin dapat
periode usia istri 20-35 tahun mempengaruhi bukan saja resiko
3). fase menghentikan/mengakhiri kehamilan yang tidak direncanakan,
kehamilan yaitu usia istri diatas 35 melainkan juga kerelaan dirinya atau
tahun (Hartanto,2010:30-32). pasangannya untuk menggunakan metode
b. Paritas kontrasepsi tertentu. Pasangan dengan
Paritas seorang wanita dapat frekuensi hubungan kelamin yang tinggi
mempengaruhi cocok tidaknya suatu mungkin berpendapat bahwa metode yang
metode secara medis. Paritas 2-3 sangat efektif akan paling sesuai.
merupakan paritas paling aman, ditinjau Sebaliknya, pasangan yang jarang
dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas berhubungan kelamin mungkin
tinggi (lebih dari 3) mempunyai maternal mendasarkan keputusan pemilihan
lebih tinggi. Resiko pada paritas tinggi kontrasepsi mereka pada faktor-faktor
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 284
juga tidak mempengaruhi produksi ASI, lebih bahwa suntik KB 3 bulan merupakan metode
hemat, yang paling efektif.
4.3. Hubungan Antara Usia Dengan
Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik. 5. KESIMPULAN
Akseptor KB suntik 1 bulan sebagian Hasil penelitian menunjukan bahwa dari
kecil berusia 20 – 35 tahun sebanyak 118 hasil uji analisis dengan menggunakan
(20,7%) sedangkan akseptor KB suntik 3 bulan program SPSS for Windows versi 17.0 dengan
sebagian kecil berusia < 20 tahun sebanyak 116 menggunakan Uji Chi-Square didapatkan df=2
(20,3%). dan taraf kesalahan yang ditetapkan 5% maka
Dengan menganalisa menggunakan SPSS χ2 tabel = 5,991 dan χ2 hitung = 11,272
for Windows versi 17.0 dengan menggunakan sehingga harga χ2 hitung > χ2 tabel (11,272 >
Uji Chi-Square didapatkan df=2 dan taraf 5,991) berarti Ho ditolak H1 diterima berarti
kesalahan yang ditetapkan 5% maka χ2 tabel = ada hubungan antara usia dengan pemilihan
5,991 dan χ2 hitung = 11,272 sehingga harga χ2 kontrasepsi suntik.
hitung > χ2 tabel (11,272 > 5,991) berarti Ho
ditolak H1 diterima berarti ada hubungan antara REFERENSI
usia dengan penilihan kontrasepsi suntik. 1. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
Bardasarkan hasil penelitian didapatkan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
bahwa banyak akseptor KB usia 20-35 tahun Rinika Cipta
memilih menggunakan jenis KB suntik 1 2. Anonim, (2010). Miom ancaman bagi
bulan. Hal tersebut dikarenakan pada tingkat perempuan yang perlu penanganan
usia ini dinamakan fase mengatur/ segera. (http: // www.
menjarangkan kehamilan, jadi responden cerlangcemerlang.com, diakses 07 April
masih menginginkan untuk mempunyai 2010 jam 09.45)
keturunan lagi. Dengan menggunakan suntik 3. Anonim, (2010). Umur (http: //
KB 1 bulan, para akseptor dapat menstruasi. id.wikipedia.org, diakses 22 Juni 2010).
Dan mereka beranggapan bahwa dengan 4. Anonim, (2009). Pusat Statistik
adanya menstruasi, mereka akan cepat kembali Pendidikan
subur. (http://www.psp.kemdiknas.go.id)
Sedangkan akseptor KB usia < 20 tahun 5. Badan Pusat Statistik Dan BAPPEKAB
paling banyak memilih menggunakan KB Sidoarjo. (2009). Data statistik KB
suntik 3 bulan yaitu sebanyak 116 (20,3%). kab.sidoarjo. Brahm, U. (2006). Ragam
Terdapat tiga fase untuk mencapai tujuan Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC.
pelayanan kontrasepsi yaitu 1) fase 6. Data Statistik Indonesia. (2010). Data
menunda/mencegah kehamilan bagi PUS pelayanan KB. Glasier, A & Gebbie, A.
dengan usia istri kurang dari 20 tahun, (2005), keluarga berencana dan
kontrasepsi yang sesuai yaitu pil, IUD mini, kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC.
sederhana. 2) fase menjarangkan kehamilan 7. Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana
yaitu periode usia istri 20-35 tahun, kontrasepsi dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka sinar
yang sesuai yaitu IUD, suntik, pil, implant, harapan.
sederhana. 3) fase menghentikan/mengakhiri 8. Hidayat, A.Aziz Alimul. (2009). Metode
kehamilan yaitu usia istri diatas 30 tahun, Penelitian Keperawatan & Teknik
kontrasepsi yang sesuai yaitu kontrasepsi Analisis Data. Jakarta: Salemba medika.
mantap, IUD, implant, suntikan, sederhana, pil 9. Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi
(Hartanto, 2010: 30-32). Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Cipta.
bahwa banyak akseptor berusia < 20 tahun 10. Nursalam & Pariani. (2001). Kumpulan
yang memilih KB suntik 3 bulan karena KTI dan askeb Bejo net, (http://
menurut akseptor suntik KB 3 bulan dapat www.google.com, diakses tanggal 11 mei
mencegah kehamilan jangka panjang,tidak 2010).
mengganggu produksi ASI, lebih hemat, tidak 11. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
terlalu sering datang ke pelayanan kesehatan Metodologi Penelitian ilmu keperawatan.
untuk ber KB, sehingga akseptor beranggapan Jakarta: Salemba Medika.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 287
Abstract
Exclusive breastfeeding according to WHO, 2005 is breastfeeding alone without any other fluids of
formula, water, orange juice or other supplementary foods given at birth until 6 months. Exclusive
breastfeeding coverage data in Puskesmas kedundung in 2013 as much as 12.5%, in 2014 as much
as 37.3%, in 2015 as much as 54.6%. The purpose of this study is to analyze the effect of job
characteristics on the exclusive ASI success in Puskesmas kedundung Mojokerto. Analytic
observational research with case control design with case and control sample of 70 baby mothers.
Data were analyzed by using univariate, bivariate and multivariate analysis with logistic regression.
The results of this study indicate that the characteristics of work hours ≤ 8 hours is significant with
the success of exclusive breastfeeding (OR = 4,374; 95% CI: 1,409-13,576). Conclusion: work hour
characteristic ≤ 8 hours has an effect on exclusive breastfeeding success. Suggestions can be drawn
based on the results of this study is health education should be given to working mothers about the
importance of exclusive breastfeeding.
Keywords: exclusive breastfeeding, job characteristics
bayi dan anak turun sedikit, kecuali kematian rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
neonatum yang tetap konstan. anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
Penyebab menurunnya angka pemberian satu kelompok dari peranan sosialnya serta
ASI dan peningkatan pemberian susu formula sebagai anggota masyarakat dari
antara lain minimnya pengetahuan para ibu lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
tentang manfaat ASI dan cara menyusui yang berperan sebagai pencari nafkah tambahan
benar, sedikitnya pelayanan konseling laktasi dalam keluarganya. (Effendy, 2004).
dan dukungan dari petugas kesehatan, persepsi Menurut Arifin (2004) ada beberapa
sosial budaya yang menentang pemberian ASI, faktor yang mempengaruhi pemberian susu
keadaan yang tidak mendukung bagi para ibu formula pada bayi usia 0-6 bulan, yaitu :
yang bekerja, serta para produsen susu 1. Pendidikan adalah suatu proses
melancarkan pemasaran secara agresif untuk pertumbuhan dan perkembangan
mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan manusia, usaha mengatur pengetahuan
susu formula (Nuryati S, 2007). semula yang ada pada seorang individu
Faktor-faktor yang mempengaruhi itu. Pendidikan menjadi tolak ukur yang
pemberian ASI eksklusif antara lain faktor penting dan manfaat menentukan status
psikologis yang meliputi dukungan keluarga ekonomi, status sosial dan perubahan-
khususnya suami, faktor demografi yang perubahan positif (Notoatmodjo, 2003).
meliputi usia, faktor fisik yang disebabkan Menurut Arifin 2004 seseorang
karena ibu sakit atau kelainan puting susu, dan berpendidikan tinggi dan berpengetahuan
faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat luas akan lebih bisa menerima alasan
pendidikan, pekerjaan (Khasanah, 2011). untuk memberikan ASI Eksklusif karena
Berdasarkan fenomena kurangnya pola pikirnya yang lebih realistis
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, dibandingkan yang tingkat pendidikan
pekerjaan, pendidikan yang berpengaruh rendah. Kriteria pendidikan yaitu sebagai
terhadap sikap ibu yang akan mempengaruhi berikut (Soekanto, 2002) :SD/ sederajat,
perilaku ibu dalam pemberian ASI. Hal ini SMP/ sederajat, SMA/ sederajat,
menyebabkan hambatan dalam pencapaian Perguruan Tinggi.
target keberhasilan pemberian ASI eksklusif 2. Pengetahuan adalah hasil penginderaan
secara maksimal. manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek malalui indera yang
2. KAJIAN LITERATUR dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
Orang tua adalah komponen keluarga sebagainya) (Notoatmodjo, 2003). Ibu
yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan yang memiliki pengetahuan kurang
hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah tentang pentingnya pemberian ASI
yang dapat membentuk sebuah keluarga. Eksklusif cenderung memiliki prilaku
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk yang kurang baik dalam pemberian ASI
mendidik, mengasuh dan membimbing para eksklusif dan beranggapan makanan
anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang pengganti ASI (susu formula) dapat
menghantarkan anak untuk siap dalam membantu ibu dan bayinya, sehingga ibu
kehidupan bermasyarakat, sedangkan tidak memberikan ASI secara ekslusif
pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari kepada bayinya (Purwanti, 2004).
pengertian keluarga, karena orang tua 3. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya
merupakan bagian keluarga besar yang ASI, cara menyusui dengan benar, dan
sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga pemasaran yang dilancarkan secara
inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. agresif oleh para produsen susu formula
Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai merupakan faktor penghambat
dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan terbentuknya kesadaran orang tua dalam
pertalian darah, perkawinan atau adopsi memberikan ASI Eksklusif (Nuryati,
(hukum) yang memiliki tempat tinggal 2007).
bersama (Suparyanto, 2011). 4. Pekerjaan adalah sesuatu kegiatan yang
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, dilakukan untuk menafkahi diri dan
ibu mempunyai peranan untuk mengurus keluarga. Ibu yang bekerja mempunyai
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 290
lingkungan yang lebih luas dan informasi 10. Masalah kesehatan seperti adanya
yang didapatpun lebih banyak sehingga penyakit yang diderita sehingga dilarang
dapat merubah perilaku-perilaku positif oleh dokter untuk menyusui, yang
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Arifin, dianggap baik untuk kepentingan ibu dan
2004 kesibukan sosial lain serta kenaikan bayi (seperti: gagal jantung, Hb rendah
tingkat partisipasi wanita dalam angkatan dan HIV-AIDS) (Arifin, 2004).
kerja dan adanya emansipasi dalam segala 11. Kondisi umum payudara yang kadang
bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan ibu kesulitan menyusui
menyebabkan turunnya kesediaan (Khasanah, 2011).
menyusui dan lamanya menyusui. Kriteria
pekerjaan yaitu sebagai berikut (Devi, Undang-undang ketenagakerjaan No. 13
2003): Tahun 2003 Pasal 83 UU No. 13 Tahun 2003
5. Usia mempengaruhi terhadap daya tentang Ketenagakerjaan mewajibkan para
tangkap dan pola pikir seseorang. pengusaha untuk memberikan peluang yang
Semakin bertambah usia akan semakin layak pada karyawan wanita yang memiliki
berkembang pula daya tangkap dan pola bayi yang masih menyusui. Peluang-peluang
pikirnya, sehingga pengetahuan yang yang sedemikian termasuk di antaranya
diperoleh semakin baik (Erfandi, 2009). membangun fasilitas yang sesuai di tempat
Klasifikasi usia ibu menurut Erfandi kerja yang memungkinkan para karyawan
(2009) : wanita untuk menyusui di tempat kerja, selain
6. Sosial ekonomi adalah tingkat juga memberikan karyawan wanita waktu
kemampuan seseorang untuk memenuhi untuk menyusui selama jam kerja, sesuai
kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat dengan peraturan perusahaan atau kesepakatan
pendapatan seseorang semakin tinggi juga kerja bersama.
pendidikan, dan semakin tinggi juga Government Regulation No. 33 on
pengetahuan (Soekanto, 2002). Granting Exclusive Breastfeeding (2012)
Bertambahnya pendapatan keluarga atau Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012
status ekonomi yang tinggi serta lapangan berkenaan dengan Jaminan Pelaksanaan
pekerjaan bagi perempuan berhubungan Pemberian ASI Eksklusif mewajibkan setiap
dengan cepatnya pemberian susu botol. manajer di tempat kerja dan administrator
Artinya mengurangi kemungkinan untuk fasilitas publik untuk memberlakukan
menyusui bayi dalam waktu yang lama peraturan internal yang mendukung dan
(Amirudin, 2006). membantu keberhasilan program pemberian
7. Budaya setempat, meniru teman, tetangga ASI. Peraturan internal yang sedemikian
atau orang terkemuka yang memberikan menunjukkan dukungan perusahaan terhadap
susu botol, hal ini dipengaruhi oleh gaya pemberian ASI dan memungkinkan
hidup yang selalu mau meniru orang lain perusahaan untuk mengimplementasikan
(Arifin, 2004). kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi.
8. Takut kehilangan daya tarik sebagai
seorang wanita. Adanya anggapan para 3. METODE
ibu bahwa menyusui akan merusak Jenis dan rancang bangun penelitian ini
penampilan kurang menarik. Padahal adalah penelitian epidemiologi observasional
setiap ibu yang mempunyai bayi selalu yang bersifat analitik karena data diperoleh
mengalami perubahan payudara, melalui pengamatan dan pengukuran terhadap
walaupun menyusui atau tidak menyusui gejala dan fenomena dari subyek penelitian.
(Arifin, 2004). Penelitian ini menggunakan pendekatan case
9. Peningkatan sarana komunikasi dan control atau kasus kontrol yaitu suatu
transportasi yang memudahkan penelitian analitik yang menyangkut
periklanan distribusi susu buatan bagaimana faktor risiko dipelajari dengan
menimbulkan tumbuhnya kesediaan menggunakan pendekatan retrospektif.
menyusui dan lamanya baik di Desa dan Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
perkotaan. (Arifin, 2004). kedundung kota Mojokerto. Populasi
penelitian terdiri dari populasi kasus dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 291
populasi kontrol. Populasi kasus adalah ibu dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan
bekerja yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan
puskesmas Kedundung kota Mojokerto bulan menyusui dan lamanya menyusui.
Januari sampai dengan Maret tahun 2016 Menurut penelitian Rany juliastuti di
sejumlah 84 orang. Jumlah sampel sebanyak dapatkan bahwa meskipun ibu bekerja, masih
70 ibu. Sampel kasus adalah ibu bekerja yang tetap dapat memberikan ASI eksklusif, hal ini
memiliki bayi usia 6-12 bulan selama periode dapat di sebabkan karena tingginya kesadaran
bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2016 ibu terhadap pentingnya ASI eksklusif
di Puskesmas Kedundung kota Mojokerto. khususnya pada ibu bekerja. Hal ini
Sampel kontrol ibu bekerja yang memiliki bayi menyebabkan, meskipun ibu bekerja
usia 6-12 bulan selama periode bulan Januari mempunyai kesibukan masih tetap
sampai dengan Maret tahun 2016 di Puskesmas menyempatkan dirinya untuk memberikan ASI
Kedundung kota Mojokerto. Sampel eksklusif pada bayinya dengan cara
diambil dengan menggunakan teknik Sampling memberikan ASI perasan yang dilakukan pada
probability dengan teknik sampling simple waktu sebelum bekerja, dan sebagian ibu juga
random sampling. Yang bertindak sebagai sudah mempunyai anggapan bahwa
variabel dependen adalah ASI eksklusif, memberikan ASI tidak harus menyusui secara
sedangkan variabel independen adalah langsung. Fenomena yang terjadi di perkotaan
karakeristik pekerjaan. Data yang didapat dari saat ini antara lain banyak sekali para ibu yang
lapangan adalah masih berupa data mentah bekerja, apalagi pada saat krisis moneter lebih
yang kemudian diolah dan dihitung dengan banyak lagi para ibu yang membantu suaminya
tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang. mencari nafkah, sehingga ASI eksklusif akan
Sedangkan untuk analisa data dilakukan menurun.
Analisis Regresi Logistik dengan tingkat Menurut penelitian Sri rejeki hanya satu
kepercayaan 5% (α=0,05). Analisis dilakukan dari 6 ibu yang dapat menyusui secara
untuk mengetahui pengaruh karakteristik eksklusif karena faktor bekerja praktis proses
pekerjaan terhadap keberhasilan ASI eksklusif. tersebut tidak dapat berjalan dengan baik, yang
disebabkan oleh karena ibu meinggalkan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN rumah dalam jangka waktu yang cukup lama
4.1. Jam Kerja sehingga tidak dapat menyusui bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian kelompok
ASI eksklusif sebagian besar memiliki jam 4.2. Tempat Laktasi
kerja ≤ 8 jam. Hal ini menunjukkan sebagian Berdasarkan hasil penelitian baik
besar responden berada pada jam kerja yang kelompok ASI tidak eksklusif maupun
tidak berisiko. kelompok ASI eksklusif sebagian besar
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada memiliki tempat laktasi di tempat kerja.
pengaruh jam kerja ≤ 8 jam terhadap ASI Penelitian ini menunjukkan bahwa tempat
eksklusif. Jam kerja adalah waktu untuk laktasi tidak berpengaruh terhadap ASI
melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan eksklusif.
siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan
para pekerja di sektor swasta di atur dalam bahwa hampir seluruhnya pekerjaan
Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang responden karyawan swasta yaitu 57
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai responden (81,43%). Pekerjaan adalah sesuatu
dengan pasal 85 (AIMI, 2012). kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri
Pekerjaan adalah sesuatu kegiatan yang dan keluarga. Ibu yang bekerja mempunyai
dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarga. lingkungan yang lebih luas dan informasi yang
Ibu yang bekerja mempunyai lingkungan yang di dapatpun lebih banyak sehingga dapat
lebih luas dan informasi yang didapatpun lebih merubah perilaku-perilaku positif
banyak sehingga dapat merubah perilaku- (Notoatmodjo, 2003).
perilaku positif (Notoatmodjo, 2003). Tempat Kerja Ramah laktasi adalah
Menurut Arifin, 2004 kesibukan sosial kelayakan, keselamatan, kemudahan dalam
lain serta kenaikan tingkat partisipasi wanita mengakses, dan proses implementasi yang
dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi mudah. Tujuannya adalah untuk memastikan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 292
bahwa semua orang diperusahaan tersebut 4. Ircham, M. 2005. Alat ukur penelitian.
sadar akan dan memahami tentang kebijakan pertama ed. Yogyakarta:
Tempat Kerja Ramah Laktasi. (AIMI, 2012). Fitramaya.
Ibu dapat memerah ASI di tempat bekerja 5. Hidayat. 2007. Metode Penelitian
setiap 3 -4 jam, atau sesuai dengan waktu Kebidanan & Teknik Analisis Data.
menyusui bayi atau bila payudara terasa sangat Jakarta: Salemba Medika.
kencang (Suririnah, 2009). 6. Hidayat A. 2012. Menghitung Besar
Sampel Penelitian.
4. KESIMPULAN http://www.statistikian.com
Dari penelitian ini dapat disimpulkan 7. Muslich, S. 2009. Buku Ajar Metodologi
bahwa faktor karakteristik pekerjaan ibu yang Penelitian Kuantitatif. Pertama ed.
berpengaruh secara bermakna terhadap Surabaya: Pusat Penerbitan dan
keberhasilan ASI eksklusif adalah jam kerja ≤ Percetakan Unair.
8 jam. 8. Mardya A. 2011. Hubungan Status
Melihat tingginya angka kejadian ASI Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI
tidak eksklusif maka perlu dipertimbangkan Eksklusif. http://googleweblight.com
pentingnya penanganan yang bersifat 9. Notoatmodjo. 2012. Metodologi
menyeluruh. Pelatihan kader pendamping ASI Penelitian Kesehatan. Revisi Kedua
sebaiknya menjadi bagian rutin dari pengkajian ed.Jakarta: PT Rineka Cipta.
pada ibu menyusui. Perlunya peranan penyedia 10. Roesli. 2005. Mengenal ASI Eksklusif.
layanan kesehatan yang terkait langsung Jakarta : Trubus Agriwidya
seperti bidan, perawat, dokter umum, dokter 11. Riduwan, 2014. Dasar-Dasar Statistika.
ahli gizi dan tumbuh kembang anak, maupun 12 ed. Bandung: CV Alfa Beta.
psikiater baik di poliklinik atau di bangsal 12. Suryabrata, S. 2002. Metodologi
untuk lebih menanggapi adanya gejala-gejala Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo
depresi pada ibu-ibu pasca persalinan dengan Persada.
melakukan deteksi dini menggunakan 13. Sugiyono, 2002. Metode Penelitian
instrumen yang tepat yaitu EPDS yang telah Bisnis. keempat ed. Bandung: CV.
divalidasi ke dalam bahasa Indonesia dan Alfa Beta.
untuk peningkatan kualitas hidup ibu-ibu pasca 14. Sutrisno Hadi, M. 2004. Metodologi
persalinan tersebut, selanjutnya perlu Research. 1 ed. Yogyakarta: Andi.
dipertimbangkan adanya kerjasama yang lebih 15. Setia R, 2011. Makalah ASI Eksklusif.
antara Departemen Obstetri Ginekologi http://googleweblight.com
dengan Departemen Psiatri. 16. Sugiyono, P. 2014. Metode Penelitian
Pelayanan antenatal merupakan waktu Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. 20 ed.
tepat untuk antisipati terjadinya ASI tidak Bandung: Alfabeta, Bandung.
eksklusif, yaitu ibu hamil diberikan pendidikan
kesehatan tentang perubahan - perubahan
fisiologis maupun psikologis selama
kehamilan, persalinan dan nifas, perawatan
payudara selama kehamilan.
REFERENSI
1. Arjatmo, T. 2004. Metodologi penelitian
Bidang Kedokteran. Kelima ed. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
2. Alimul, Aziz A. 2010. Metode
penelitian kebidanan dan
teknik analisis data. Jakarta :
Salemba Medika.
3. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 293
Abstract
In general, approximately 27% of contraception users stopped taking the contraception after one
year of use. Type of research was analytical, the design used "cross-sectional". Population of the
study was allcontraceptive injections acceptor as many as 1178 respondents. Sampling technique
used was probability sampling with cluster sampling. Number of sample was 134 acceptors. Data
collection technique used secondary data. Data was analyzed using chi-square. The results of the
statistical test showed P values of 0.033 meant that there was a correlation of post-service guidence
pattern, the P value of 0.016 meant that there was a relationship between fertility reasons, the P
value of 0.002 which meant that there was a relationship between other factors that associated with
contraception with Drop Out case on contraceptive injections acceptor.Respondents who did drop
out for fertility reason was as many as half of the respondents (50.0%), the majority of respondents
did drop out (67.9%). Factors behind the drop out on contraceptive injections acceptornearly half
of the respondents (38.8%) did not obtain post-service guidence, the majority of respondents (51.5%)
due to fertility reason and almost half of the respondents (47.8%) due to other factors associated
with contraceptionone of them was because of side effects of contraception.
Keywords : Drop Out, contraceptiveinjections
4.3. Faktor Lain Yang Berhubungan punya anak lagi).Responden KB suntik yang
Dengan Alat Kontrasepsi Dengan mengalami drop out hampir setengah dari
Kejadian Drop OutPada Akseptor KB responden dikarenakan faktor lain yang
Suntik. berhubungan dengan alat kontrasepsi (efek
Responden KB suntik yang mengalami samping).
drop out hampir setengah dari responden
yaitu sebanyak 64 responden (47,8%) REFERENSI
dikarenakanfaktor lain yang berhubungan 1. Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan
dengan alat kontrasepsi. Hasil uji statistik Kebidanan Nifas Normal. Jakarta. EGC
memperlihatkan P value sebesar 0.002 yang 2. BKKBN, 2014: Tingkat "Drop out" KB
berarti ada hubungan antara Faktor lain yang di Indonesia Masih
berhubungan dengan alat kontrasepsi Tinggi.www.beritasatu.com
dengan Kejadian Drop Out pada akseptor 3. Depkes RI. 2006. Buku Panduan Praktis
KB Suntik. Menurut BKKBN terdapat Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta.
beberapa alasan drop out dan alasan-alasan YBPSP
tersebut antara lain efek samping dari 4. Eli, 2012. Dukungan Suami dengan
program KB yang digunakan. Faktor efek Drop out Kontrasepsi. diakses di
samping penggunaan kontrasepsi adalah digilib.ump.ac.id/files/disk1/8/jhptump-
suatu gejala / akibat sampingan pemakaian a-elinurdiya-368-2-babii.pdf
alat kontrasepsi yang dipakai (BKKBN, 5. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga
2012). Efek samping yang sering terjadi Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta.
dalam penggunaan kontrasepsi yaitu sakit Pustaka Sinar harapan
kepala, gangguan menstruasi dan berat badan 6. Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga
bertambah. (Ikhsan, 2004) Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta.
Responden yang mengeluh karena efek Pustaka Sinar harapan
samping sebagian kecil berumur < 20 tahun 7. Hidayat A. Alimul. 2007. Riset
(35,8%), sebagian kecil berpendidikan Keperawatan Dan Teknik Penulisan
menengah (44,8%), sebagian kecil Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
responden bekerja (50,0%), dan sebagian 8. Hidayati, 2006. Promosi Kesehatan
kecil responden mempunyai anak satu tentang KB. Diakses di
(32,8%) . Responden yang merasa tidak http://ilhamananda.blogspot.com/2013/
cocok dalam menggunakan alat kontrasepsi 08/v-behaviorurldefaultvmlo.html
tertentu memutuskan untuk berhenti 9. Jusmiati, 2012. Tubektomi. Diakses di
menggunakan alat kontrasepsi tersebut http://icoel.wordpress.com /kebidanan/
sedangkan responden yang merasa tidak tubektomi/
terganggu yaitu tidak merasakan adanya 10. leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri
perubahan fisik pada diri responden maka Williams. Panduan Ringkas. Edisi 21.
tidak akan drop out. Pada kohort tercatat Jakarta. EGC
akseptor drop out dikarenakan efek samping 11. Mar'atulUliyah. 2010. Awas KB!
dari alat kontrasepsi yaitu siklus haid, Panduan Aman Dan Sehat Memilih Alat
perdarahan, spotting dan berat badan naik KB. Yogyakarta. Insania
merupakan efek samping tersering. 12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
5. KESIMPULAN Jakarta : Rineka Cipta
Responden KB suntik yang mengalami 13. Saifuddin, 2006. Kontrasepsi Metode
drop out hampir setengah dari responden Barier. auliyasari.wordpress.com
adalah akseptor KB yang tidak memperoleh 14. Sudibyo, 2013. Remaja dan
pembinaan pasca pelayanan. Responden KB kontrasepsi.budisansblog.blogspot.com
suntik yang mengalami drop out sebagian .
besar dari responden adalah akseptor KB
dengan alasan ferlititas (menginginkan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 297
Farida Yuliani
Stikes Majapahit Mojokerto
Email : farida_yuliani80@yahoo.co.id
Abstract
Spacing Of birth lessen risk of malnutrisi because mother have enough time for the mothering of his
child giving take care of, asih, and sharpen). Possibility of the child will live in rich environment of
stimulasi to cause optimal growth and growth either through physical, bouncing, and also is
psychological. This research aim to to know relation apart birth of child with status of gizi balita in
countryside of Gayaman district of Mojoanyar Mojokerto. This Research use method of crossectional
population in this research is mother having balita in Gayaman Mojokerto. Amount of sampel 119
balita which in taking technicsly sampling random cluster. Research use technicsly of data collecting
observationly, gathered and processed with test of product moment with storey;level of signifikasi
0,05. Result of research indicate that almost entire/all responder have birth distance which is near
by that is 79,8% and status of gizi less that is 70,6 %. Evaluated from responder age can know that
almost entire/all responder have age to between 20 until 35 year. If in evaluation of education
storey;level most responder 75,6% education of SMP. Evaluated from work storey;level more than
50% responder do not work. Result of Test of product moment obtained by r calculate (0,147) < r of
is tables of (0,195). Becoming H0 accepted by its meaning there no relation between distance birth
of child with status of gizi balita. Though Apart meaningless near by birth of status of gizi balita
less. Many factor influencing status of gizi balita among others pattern eat, pattern take care of, and
disease of infection. As energy health of us have to give information about is important of him of KB
and also Mother have to take care of pattern eat child so that nutrisi fufilled so that do not happened
status of gizi ugly
Keywords : apart birth, status of gizi, balita.
Pada saat ini untuk menilai status gizi anak, kurang, kematian di usia bayi, Anak bertubuh
berat badan berdasarkan umur adalah kerdil dan berintelegensi kurang (Neil, 2004).
parameter yang paling banyak digunakan Menurut Prawiroharjo 2006 Jarak
karena dapat menggambarkan asupan protein, kelahiran sangat dipengaruhi oleh variasi
lemak, air dan mineral (Supariasa, 2009). karakteristik demografi dan sosial budaya
Upaya-upaya yang telah dilakukan Dinas seperti dukungan suami, pengaruh petugas
Kabupaten Mojokerto dalam rangka kesehatan, pengetahuan, umur ibu, pekerjaan,
penanggulangan gizi kurang atau gizi buruk riwayat kelahiran. Perencanaan keluarga dalam
antara lain pemberian makanan tambahan mengatur jarak kelahiran di antaranya yaitu
(PMT) seperti pemberian biskuit gratis, Seorang perempuan telah dapat melahirkan
pelatihan pojok gizi bagi petugas kesehatan, segera setelah ia mendapat haid yang pertama,
penyuluhan gizi pada ibu-ibu terutama yang Kesuburan seorang perempuan akan terus
mempunyai anak balita. Sebagai bidan kita berlangsung sampai mati haid (menopause),
memberi penyuluhan tentang makan-makanan Kehamilan dan kelahiran terbaik artinya resiko
bergizi, memberi contoh makan-makanan yang paling rendah untuk ibu dan anak,adalah antara
sehat. Upaya untuk menanggulangi jarak 20-35 tahun, Persalinan pertama dan kedua
kelahiran yaitu dengan mengikuti KB. paling rendah resikonya.
Jarak kelahiran terlalu dekat bukan berarti
2. METODE akan mempengaruhi status gizi balita.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
penelitian analitik. Dengan menggunakan pengetahuan ibu tentang KB kurang dan sosial
desain croos sectional. Pada penelitian ini budaya masyarakat masih kurang, mereka
jarak kelahiran anak dengan status gizi balita masih menganut banyak anak banyak rejeki.
diteliti dengan satu kali dalam satu waktu 3.2. Status gizi balita
dengan lembar observasi. Populasi adalah Berdasarkan data distribusi responden
keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti kriteria status gizi balita didapatkan yang lebih
(Notoatmodjo, 2002:79). Populasi dalam 5 responden (4,2%), baik 27 responden
penelitian ini adalah semua ibu yang (22,7%), sedangkan kurang 84 responden
mempunyai balita dan balita yang berada di (70,6%) sedangkan buruk 3 responden (2,5%).
Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Banyaknya responden yang mempunyai status
sebanyak 169 balita bulan Agustus tahun gizi kurang disebabkan oleh pola asuh, pola
2017. Data yang diperleh kemudian diolah makan dan penyakit infeksi. Status gizi kurang
menggunakan uji korelasi Pearson Product dan buruk terjadi karena pola asuhan anak, pola
Moment ditampilkan dalam bentuk distribusi makan dan penyakit infeksi yaitu ibu tidak
frekuensi. sempat lagi untuk menyiapkan makanan
khusus untuk anaknya dan perhatian serta kasih
3. HASIL DAN PEMBAHASAN sayang ibu juga berkurang. Dengan kurangnya
3.1. Jarak Kelahiran Anak gizi menyebabkan anak mudah terserang
Berdasarkan data distribusi responden penyakit.
kriteria jarak kelahiran didapatkan yang < 2 Menurut Supariasa 2002 Status gizi
tahun 95 responden (79,8%), 2 – 4 tahun 19 adalah keadaan keseimbangan antara
responden (16%), sedangkan ≥ 5 tahun 5 pemasukan dan pengeluaran. Status gizi dibagi
responden (4,2%). Banyaknya responden yang 4 yaitu lebih, baik, kurang, buruk. Menurut
mempunyai jarak kelahiran dekat disebabkan moehji 2002 Faktor – faktor yang
oleh penyuluhan pada ibu tentang KB masih mempengaruhi status gizi adalah
kurang dan faktor sosial budaya. Jarak Ketidaktahuan akan hubungan makanan
kelahiran adalah selisih atau jarak antara usia dengan kesehatan, Prasangkaburuk terhadap
anak atau bayi dengan kakak kandungnya. jenis makanan tertentu, Keterbatasan
Jarak kelahiran ada 3 kriteria yaitu dekat penghasilan keluarga, Kesukaan yang
kurang dari 2 tahun, normal 2 – 4 tahun dan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu,
jauh yaitu ≥ 5 tahun. Jarak kelahiran dekat Adanya kebiasaan atau pantangan yang
yaitu kurang dari 2 tahun dapat beresiko merugikan, Jarak kelahiran yang terlalu rapat.
kematian janin saat di lahirkan, timbangan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 300
Abstract
Dengue is a serious infectious disease in Indonesia that is transmitted by Aedes Aegypti as a vector.
The dengue vector can be eradicated by insecticide such as bio-insectiside. Bio-insectiside is natural
insecticide that developed from plant extract, for example bio-insecticide from Betel leaf (Piper betle
L). The aim of this research is to know the effectiveness of Betel leaf extract in 100% concentration
to kill larvae of Aedes Aegypti, which compared with water. From this research, the morphology of
Aedes Aegypti larvae which stucked in mosquito traps observed with microscope. There are 47
larvae that stucked in water and 27 larvae which stucked in extract. The mortality percentage of
62.9%. It means that extract of Betel leaf can make mortality of larvae more than 50% of sampel.
The conclusion of this research are, the extract of Betel leaf (100%) effective to kill Aedes Aegypti
larvae. This extract is recommended to developed as bio-insectiside aedes aegypti larvae.
Keywords: Betel Leaf; dengue; bio-insecticide
Corak ini merupakan sisi yang menempel di yaitu kurang lebih 40 meter (Depkes RI, 2006;
luar tubuh nyamuk. Corak putih pada dorsal Natadisastra dan Agoes, 2009).
dada (punggung) nyamuk berbentuk seperti Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya
siku yang berhadapan (Daniel, 2008). memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu
Nyamuk termasuk serangga yang sederhana yang tersusun bilateral simetris.
mengalami metamorfosis sempurna Larva ini dalam pertumbuhan dan
(holometabola) karena mengalami empat tahap perkembangannya mengalami 4 kali
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. pergantian kulit (ecdysis), larva yang terbentuk
Tahapan yang dialami oleh nyamuk yaitu telur, berturut- turut disebut larva instar I, II, II dan
larva, pupa dan nyamuk dewasa. Telur nyamuk IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna
akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae)
hari pada suhu 20-40°C. Kecepatan pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan
pertumbuhan dan perkembangan larva corong pernafasan (siphon) belum menghitam.
dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9
kandungan zat makanan yang ada di tempat mm, duri dada belum jelas, corong pernafasan
perindukan. Pada kondisi optimum, larva sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah
berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh
hari dan pada kondisi ini nyamuk tidak makan dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal),
tapi tetap membutuhkan oksigen melalui dada (thorax), perut (abdomen). Pada bagian
tabung pernafasan (breathing trumpet), kepala terdapat sepasang mata majemuk,
kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam sepasang antena tanpa duri-duri dan alat-alat
waktu 2-3 hari sehingga waktu yang mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada
dibutuhkan dari telur hingga dewasa yaitu 7-14 tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu
hari (Lestari, 2010). simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut
Setelah kawin nyamuk dewasa betina ke-8, ada alat untuk bernafas yang disebut
memerlukan darah untuk bertelur. Nyamuk corong pernafasaan. Corong pernafasan tanpa
dewasa betina menghisap darah manusia pada duri-duri, berwarna hitam dan ada seberkas
siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah bulu-bulu (tuif). Ruas ke-8 juga dilengkapi
maupun di luar rumah. Nyamuk betina dengan seberkas bulu-bulu sikat (brush) di
memerlukan 2-3 kali hinggap dan menghisap bagian ventral dan gigi-gigi sisir (comb) yang
darah manusia (multiple biters). Penghisapan berjumlah 15-19 gigi yang tersusun dalam satu
darah dilakukan dari pagi sampai petang baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas
dengan dua puncak waktu yaitu setelah membentuk gerigi. Larva ini tubuhnya
matahari terbit (pukul 08.00-12.00) dan langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat
sebelum matahari terbenam (pukul 15.00- fototaksis negatif, dan waktu istirahat
17.00). Untuk mendapatkan darah yang cukup, membentuk sudut hampir tegak lurus dengan
nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu permukaan air (Wibowo, 2007).
orang (Depkes RI, 2006; Natadisastra dan Nyamuk betina menghisap darah manusia
Agoes, 2009). pada siang hari yang dilakukan baik di dalam
Nyamuk menyukai tempat yang lembab rumah ataupun di luar rumah. Penghisapan
dan kurang terang, tempat istirahat Aedes darah dilakukan dari pagi sampai petang
aegypti. Dapat di dalam maupun di luar rumah dengan dua puncak waktu yaitu setelah
berupa semak-semak atau tanaman rendah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum
termasuk rerumputan yang terdapat di matahari terbenam (15.00-17.00). Umur
halaman, kebun dan pekarangan rumah, benda- nyamuk dewasa betina di alam bebas kira-kira
benda di dalam rumah seperti baju yang 10 hari, sedangkan di laboratorium mencapai 2
digantung, kelambu, tirai dan sebagainya. bulan. Aedes aegypti mampu terbang sejauh 2
Umur nyamuk dewasa betina di alam bebas kilometer, walaupun umumnya jarak
kira-kira 10 hari, sedangkan di laboratorium terbangnya pendek yaitu kurang lebih 40 meter
mencapai 2 bulan. Nyamuk Aedes aegypti (Ridad, 2008, hal . 266).
mampu terbang sejauh 2 kilometer, walaupun Hal ini disebabkan pada siang hari orang
umumnya jarak terbangnya adalah pendek sedang aktif, sehingga nyamuk yang menggigit
seseorang belum tentu kenyang. Orang tersebut
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 305
sudah bergerak, nyamuk terbang menggigit permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut.
orang lagi sampai cukup darah untuk Daun sirih hijau merupakan salah satu jenis
pertumbuhan dan perkembangan telurnya. tumbuhan terna memanjat yang termasuk
Pada nyamuk perkotaan lebih suka menggigit famili piperaceae. Asal usul tumbuhan ini
pada waktu siang hari (90%) dan waktu malam tidak diketahui pasti. Tanaman sirih tumbuh
(10%). Nyamuk desa hanya menggigit siang subur di sepanjang Asia tropis hingga Afrika
saja. Kejadian tersebut kemungkinan juga sinar Timur. Menyebar hampir di seluruh wilayah
lampu di perkotaan ikut mempengaruhi Indonesia, Malaysia, Thailand, Srilanka, India,
kebiasaan menggigit (Hasan, 2006). hingga Madagaskar (Rini, 2003).
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat Daun sirih mempunyai aroma yang khas
yang gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam karena mengandung minyak atsiri 1−4,2%, air,
rumah atau bangunan, termasuk di kamar tidur, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor,
kamar kecil, maupun di dapur. Tempat istirahat vitamin A, B, C, yodium, gula dan pati. Dari
Aedes aegypti berupa semak-semak atau berbagai kandungan tersebut, dalam minyak
tanaman rendah termasuk rerumputan yang atsiri terdapat fenol alam yang mempunyai
terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah. daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan
Juga berupa benda-benda yang tergantung di fenol biasa (Bakterisid dan Fungisid) tetapi
dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah tidak sporasid. Minyak atsiri merupakan
dan lain sebagainya (Natadisastra & Ridad minyak yang mudah menguap dan
Agoes, 2008, hal. 266). mengandung aroma atau wangi yang khas.
Kebiasaan hinggap istirahat, lebih banyak Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30%
di dalam rumah, yaitu benda-benda yang fenol dan beberapa derivatnya. Minyak atsiri
bergantungan, berwarna gelap, dan tempat- terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol,
tempat lain yang terlindung, juga di dalam estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol,
sepatu. Keadaan inilah yang menyebabkan terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tannin.
penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi Kavikol merupakan komponen paling banyak
(Ditjen PPM & PL. 2001). dalam minyak atsiri yang memberi bau khas
Secara bioekologis spesies nyamuk Aedes pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi
aegypti mempunyai dua habitat yaitu aquatic dan dapat menyebabkan perubahan warna.
(perairan) untuk fase pradewasanya (telur, Minyak atsiri berperan sebagai anti
larva dan pupa), dan daratan atau udara untuk bakteri dengan cara mengganggu proses
nyamuk dewasa. Walaupun habitat imago di terbentuknya membran atau dinding sel
daratan atau udara, namun juga mencari tempat sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak
di dekat permukaan air untuk meletakkan sempurna. Dalam kadar yang rendah maka
telurnya. Bila telur yang diletakkan itu tidak akan terbentuk kompleks protein fenol dengan
mendapat sentuhan air atau kering masih ikatan yang lemah dan segera mengalami
mampu bertahan hidup antara 3 bulan sampai peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel
satu tahun. Masa hibernasi telur-telur itu akan dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi
berakhir atau menetas bila sudah mendapatkan protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan
lingkungan yang cocok pada musim hujan koagulasi protein dan sel membran mengalami
untuk menetas. Telur itu akan menetas antara lisis.
3–4 jam setelah mendapat genangan air Beberapa penelitian ilmiah menyatakan
menjadi larva. Habitat larva yang keluar dari bahwa daun sirih juga mengandung gula dan
telur tersebut hidup mengapung di bawah tanin. Biasanya daun sirih muda
permukaan air (Supartha, 2008). mengandung gula dan minyak atsiri lebih
Daun sirih (Piper betle L.) termasuk jenis banyak dibandingkan dengan daun sirih tua.
tumbuhan merambat dan bersandar pada Sementara itu, kandungan taninnya relatif
batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya sama. Selain itu sirih juga mengandung
bisa mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya terpena, flavonoid dan saponin (Mulyono,
pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak 2003).
panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan Pemakaian daun sirih (Piper betle L.)
licin, sedangkan batang pohonnya berwarna untuk obat disebabkan adanya minyak atsiri
hijau tembelek (hijau agak kecoklatan) dan yang dikandungnya. Dalam hal ini Prof. J. F
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 306
Eykman seorang ahli kimia pada masa Gelas ukur. Bahan yang digunakan: Air, Daun
penjajahan Belanda, melakukan upaya sirih
pemisahan minyak atsiri dari daun sirih (Piper Perangkap larva nyamuk diletakkan di
betle L.). Usaha tersebut dilakukan di Kebun rumah-rumah warga dusun jogoroto desa
Raya Bogor pada tahun 1889. Setelah jogoroto kecamatan jogoroto dengan
dipisahkan, ternyata sepertiga dari minyak perangkap nyamuk yang berisi perasan daun
atsiri tersebut terdiri dari phenol dan sebagian sirih. Pemeriksaan ini dilakukan di
besar yaitu kavikol. Kavikol inilah yang laboratorium mikrobiologi dan parasitologi
memberi bau khas daun sirih dan memiliki Prodi D-III Analis Kesehatan STIKes ICMe.
daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari Cara kerja:
phenol biasa. (Rini, 2003, hal. 12). Sedangkan 1. Pembuatan perangkap nyamuk
phenol berfungsi untuk menanggulangi bau a. Memotong botol plastic bekas
tidak sedap alias antiseptik. Senyawa pada b. Menutup bagian samping botol
alkaloid dapat digunakan untuk membasmi plastik bekas dengan perekat hitam.
jentik nyamuk yang cara kerjanya mirip bubuk c. Meletakkan botol akua di tempat
abate. Senyawa alkaloid ini bertindak sebagai yang gelap, agar nyamuk bertelur di
stomach poison atau racun perut. Oleh karena botol plastik, telur menetas menjadi
itu, bila senyawa alkaloid dan flavonoid larva membutuhkan waktu antara 1-
tersebut masuk ke dalam tubuh larva maka alat 2 hari.
pencernaannya akan terganggu. Selain itu, 2. Perasan daun sirih
senyawa tersebut menghambat reseptor perasa a. Daun sirih hijau diambil secara acak
pada daerah mulut larva. Hal ini kemudian disortasi dan dicuci
mengakibatkan larva tidak mendapatkan dengan air mengalir untuk
stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali membersihkan kotoran dan daun
makanannya sehingga larva mati kelaparan. yang rusak, selanjutnya ditiriskan
Racun ini akan mempengaruhi metabolisme dan ditimbang 100 gram.
larva yang ada di dalam tubuh. Racun yang b. Menumbuk daun sirih menggunakan
menyebar di aliran darah akan mempengaruhi mortal dan ditambahkan 100 ml air.
sistem saraf larva dan menimbulkan kematian. c. Menyaring perasan daun sirih tadi.
Namun menurut penelitian Fahmi keefektifan d. Menyiapkan perangkap botol plastik
daun sirih masih terdapat banyak kekurangan sebanyak 10 botol
dibandikan temephos (abate), yaitu air masih e. Pada botol plastik ke 1-5 diisi dengan
berwarna, berbau dan berasa pahit. 100 ml air yang ditambahkan dengan
100 ml dari hasil perasan 100 gram
3. METODE PENELITIAN daun sirih hijau atau sebanding
Penelitian dilakukan di desa Jogoroto dengan 100%. Sedangkan botol 6-10
kecamatan Jogoroto kabupaten Jombang dan hanya berisi air.
Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi f. Identifikasi Angka kematian larva
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan dihitung setelah 3x24 jam.
Cendekia Medika Jombang. Pengumpulan data dilakukan dengan jalan
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. identifikasi larva nyamuk dan perhitungan
Populasi dalam penelitian ini adalah larva jumlah kematian nyamuk yang berada didalam
Aedes aegypti. Sampel dalam penelitian ini alat perangkap nyamuk. Pengolahan data
adalah larva Aedes aegypti yang terperangkap dilakukan setelah memasukkan data pada tebel
dalam alat perangkap nyamuk. Teknik yang sudah dipersiapkan, kemudian dilakukan
sampling dengan incidental sampling. analisa data. Analisa data menggunakan angka
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang prosentase kematian larva nyamuk.
akan digunakan untuk pengumpulan data. Pada
penelitian ini instrumen yang digunakan antara 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
lain: Alat yang akan digunakan : Botol plastic Berdasarkan hasil penelitian efektifitas
bekas, Beaker gelas 250 ml, Saringan, Pinset, perasan daun sirih (Piper betle L.) terhadapan
Mikroskop, Kresek berwarna hitam, Jam, kematian larva Aedes aegypti selama 5 X 24
jam pada perangkap nyamuk dengan melihat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 307
Tabel 1. Distribusi frekuensi Kematian Larva Aedes aegypti pada perangkap nyamuk dalam 3
x 24 jam
Frekuensi kematian larva (Aedes aegypti)
No./ Air Konsentrasi 100 %
rumah Jumlah Hidup Mati Jumlah Hidup Mati
larva larva
1. 21 20 1 14 5 9
2. - - - - - -
3. - - - - - -
4. 14 14 - 13 5 8
5. 12 12 - - - -
Jumlah 47 46 1 27 10 17
Sirih (Piper betle L) terhadap Mortalitas Larva lain. Berdasarkan standar efikasi insektisida
Aedes aegypti yang dilakukan didapatkan hasil terhadap nyamuk dan serangga lainnya di
rata-rata persentase mortalitas larva terendah dalam ruangan kelembaban harus berkisar
terjadi pada konsentrasi 0,05% yaitu 58%, antara 60%-80%.
sedangkan yang tertinggi terjadi pada
konsentrasi 0,2% dan 0,4% yaitu 100%. 4. KESIMPULAN
Mortalitas larva 100% pada konsentrasi 0,2% Berdasarkan hasil penelitian dan analisa
terjadi pada jam ke-16 waktu pengamatan, data yang telah dikemukakan, maka dapat
sedangkan pada konsentrasi 0,4% terjadi pada diambil kesimpulan bahwa perasan daun sirih
jam ke-4 waktu pengamatan. Ada perbedaan hijau (Piper betle L.) efektif terhadap kematian
konsentrasi yang besar antara konsentrasi 0,2% larva Aedes aegypti.
dengan 0,4%, sehingga ekstrak daun sirih pada
konsentrasi 0,4% dapat membunuh larva lebih REFERENSI
cepat dibandingkan pada konsentrasi 0,2%. 1. Agoes, Azwar, 2010, Tanaman Obat
Menurut teori nyamuk Aedes aegypti Indonesia, Buku 2. Jakarta Selatan:
dikatakan dapat bertahan hidup apabila dapat Salemba Medika.
mengalami perkembangan hingga tahap 2. Agus Aulung, dkk. 2010. ‘Daya
tertentu, beberapa faktor turut mempengaruhi Larvasida Ekstrak Daun Sirih (Piper betle
ketahanan hidup nyamuk ini di antaranya suhu, L) Terhadap Mortalitas Larva Aedes
pH air, perindukan, ketersediaan makanan, aegypti L. Majalah Kedokteran FK UKI,
cahaya, kepadatan larva, lingkungan hidup, vol. XXVII, no. 1, h. 7-14.
serta adanya predator. Menurut (Sayono. dkk, 3. Aminah, Sudrajat, 2010, Novizan, 2002,
2010) pH optimum dimana telur Aedes aegypti Kardinan, 2002, Nugroho, 2003 dalam
dapat menetas yakni 6,5-7, kalau terlalu asam Handayani, dkk, h.1-9. ‘Efektivitas Daun
atau basa pertumbuhan terhambat atau mati. Sirih (Piper betle L) Sebagai Bioinsektida
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Terhadap Kematian Nyamuk Aedes
Aedes aegypti dimana nyamuk dapat bertahan aegypti ‘
hidup pada suhu rendah (10ºC) tetapi proses 4. Damayanti Rini & Mulyono. 2003.
metabolismenya menurun atau bahkan Khasiat & Manfaat Daun Sirih Obat
berhenti bila suhu sampai di bawah suhu Mujarab Dari Masa Ke Masa. Depok: PT
(4,5ºC) pada suhu yang lebih tinggi dari 35ºC Agro Media Pustaka.
mengalami keterbatasan proses fisiologis. 5. Daniel, 2008,”Ketika Larva dan Nyamuk
Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk Menjadi Dewasa Sudah Kebal Terhadap
berkisar antara 25– 27ºC. Menurut (Cahyati & Insektida”, FARMACIA vol. 7, no. 7.
Suharyo, 2006) nyamuk dapat hidup dengan 6. Derektorat Jendral Pengendalian
baik pada suhu 29ºC, serta akan mati pada suhu Penyakit dan Penyehat Lingkungan
6ºC selama 24 jam. Departemen Kesehatan Republik
Menurut teori kelembaban udara adalah Indonesia. Pencegahan dan
banyaknya uap air yang terkandung dalam Pemberantasan Demam Berdarah
udara yang dinyatakan dalam (%). Jika udara Dengue di Indonesia . Jakarta:
kekurangan uap air yang besar maka daya Departemen Kesehatan Republik; 2006.
penguapannya juga besar. Sistem pernafasan Hal 2-15.
nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) 7. Gunandini, 2006 dan Cheng,1973;
dengan lubang-lubang pada dinding tubuh Christopher,1960 dalam Kardinan Agus,
nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang 2007, Potensi Selasih Sebagai Repellent
terbuka lebar tanpa ada mekanisme Terhadap Nyamuk Aedes aegypti’. Jurnal
pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah littri, vol. 13, no. 2, h. 39.
menyebabkan penguapan air dalam tubuh 8. Hadidjaja Pinardi & Gandahusada
sehingga menyebabkan keringnya cairan Srisasi. 2008. Atlas Parasitologi
tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah Kedokteran. Jakarta: PT Gramedia
penguapan, kelembaban mempengaruhi umur Pustaka Utama.
nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang 9. Hamidah, dkk, ‘ Pembuatan Ekstrak
biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain- Oleoresin Daun Sirih Hijau (Piper betle
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 309
L.) Sebagai Pengawet Alami (Kaian Suhu 12. Lestari, 2010 dalam Emantis R. 2007.
Dan Lama Waktu Ekstraksi). ‘Studi Tempat Perindukan Nyamuk Vector
10. Jacob Aprianto, dkk; Ketahanan Hidup Demam Berdarah Dengue Di Dalam Dan
Dan Pertumbuhan Nyamuk Aedes aegypti Di Luar Rumah Di Rajabasa Bandar
Pada Berbagai Jenis Air Perindukan; Lampung’. J. Sains MIPA, vol. 13, no. 1,
Jurnal e-Biomedik (eBM), vol 2, no 3. h. 57-60.
11. Lela, dkk, 2010, ‘Efektifitas Biolarvasida 13. Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik
Ekstrak Etanol Limbah Penyulingan Nyamuk Aedes aegypti Di Daerah
Minyak Akar Wangi Terhadap Larva Endemis Demam Berdarah Dengue
Nyamuk Aedes aegypti, Culex sp, Dan Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
Anopheles’. Jurnal Sains Dan Teknologi 2005, vol. 1, no. 2, h. 170-182.
Kimia, vol. 1, no. 1, h. 59-69.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 310
Abstract
The Employee at BPJS Mojokerto branch office who used the computer in a long time often
experience complaints on upper limbs, complaints are felt in the form of pain and tingling. The
purpose of this study is to analyze the relationship between the duration of computer uses with
complaints of upper limbs on the Employee at BPJS Mojokerto branch office. The design of this study
was cross sectional. The number of samples is 31 from the total Employee at BPJS Mojokerto branch
office, sampling technique used total sampling. The instrument used was the Questionnaire and the
Nordic Body Map observation sheet. Data were analyzed by Spearman Rank correlation test. The
result of this research was more than half of respondents who used high duration computer that was
20 respondent (64,5%) and that has high frequency as many as 18 respondents (58,1%), most of
respondent have high body posture with high risk that was 23 respondent 74.2%) experienced high-
risk limb complaints. Based on calculation of spearman rank correlation test, correlation duration
with complaint of upper limbs obtained significance value 0,023 result p <α so H1 accepted, whereas
correlation of frequency with complaint of upper limbs obtained significance value 0,003 result p
<α so H1 accepted. Correlation of posture with complaint of upper limb obtained significancy value
0,756 result p> α so H1 rejected. Long duration and frequency of computer usage may cause
complaints of upper limbs in BPJS Mojokerto branch office, to reduce complaints that are expected
to rest employees and stretch the muscles when already experiencing fatigue after used the computer
for 2 hours.
Keywords: MSD’s, Employee, Computer, Fatigue
bagian dan kursi yang digunakan ada yang lama dengan penggunaan komputer maka
belum sesuai standar ergonomi. harus melakukan pengaturan jam kerja,
Keluhan pada sistem muskuloskeletal istirahat untuk melakukan peregangan
adalah keluhan pada bagian otot rangka yang (stretching) setelah melakukan kegiatan atau
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan bekerja di depan komputer, istirahat pendek
sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot dan sering lebih baik daripada sekali dan lama
menerima beban statis secara berulang dan (Kurniawidjaja, 2010).
dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada 3. METODE PENELITIAN
sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga Desain penelitian yang dilakukan adalah
kerusakan inilah yang biasanya di istilahkan desain penelitian cross sectional. Penelitian
dengan muskuloskeletal disorders atau cidera dilaksanakan di Kantor BPJS Kesehatan kantor
pada system muskuloskeletal (Grandjean, cabang Mojokerto pada bulan Mei sampai Juni
1993; Lamasters, 1996 dalam Tarwaka 2015). 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah
Macam–macam gejala kesehatan dirasakan seluruh pegawai kantor BPJS Kesehatan
oleh pekerja disebabkan faktor resiko MSDs kantor cabang Mojokerto. Dimana jumlah
yang memajan tubuhnya. Tiap bagian tubuh pegawainya sebanyak 31 orang. Besar sampel
memiliki resiko ergonomi dan gangguan dalam penelitian ini adalah 31 pegawai.
kesehatan yang dapat melemahkan fungsi Teknik sampling yang digunakan adalah total
tubuh dan penurunan kinerja pegawai. Bagian– sampling karena jumlah sampelna relatif kecil
bagian tubuh seperti tangan, leher, bahu, atau kurang dari 31, teknik ini juga digunakan
punggung, dan kaki merupakan bagian tubuh apabila penelitian ingin membuat generalisasi
yang sering digunakan dalam melakukan dengan kesalahan yang kecil (Muhith, 2011).
aktivitas atau pekerjaan (NIOSH, 2007). Teknik dan instrumen pengumpulan data
Penyelesaian untuk mengatasi keluhan menggunakan lembar observasi, untuk
muskuloskeletal pada anggota gerak atas yang mengetahui keluhan anggota gerak atas
terjadi akibat penggunaan komputer dalam menggunakan Nordic Body Map dan untuk
waktu yang lama bisa dilakukan dengan mengetahui postur tubuh menggunakan Rapid
beberapa cara yaitu, pada postur janggal Upper Limb Assesment (RULA). Pengolahan
hindari sikap membungkuk, hindari perputaran data yang dilakukan yaitu editing, coding,
tulang belakang, modifikasi tinggi tempat kerja scoring, memasukkan data, tabulating, Analisis
dengan tinggi monitor komputer. Untuk data meliputi analisis univariat dan bivariat
frekuensi penggunaan komputer pada pegawai menggunakan uji Korelasi Spearman dengan
yaitu pengaturan pekerjaan untuk menghindari α=5% (0,05). Variabel bebas (independen)
gerakan yang tidak perlu, dan pengaturan pola dalam penelitian ini adalah lama penggunaan
kerja. Apabila durasi kerja atau durasi paparan komputer.
Tabel 2. Hubungan Durasi, Frekuensi, Postur Tubuh Dengan Keluhan Anggota Gerak Atas
Pada Pegawai BPJS Kesehatan KC Mojokerto.
No. Lama Penggunaan Komputer Keluhan Anggota Gerak Atas p – value
Rendah Tinggi (r)
f % f %
1. Durasi
a. Rendah 4 36,4 7 63,6 0,023 (0,408)
b. Tinggi 1 5,0 19 95,0
2. Frekuensi
a. Rendah 5 38,5 8 61,5 0,003 (0,516)
b. Tinggi 0 0 18 100
3. Postur Tubuh
a. Rendah 1 12,5 7 87,5 0,756 (-0,056)
b. Tinggi 4 17,4 19 82.6
Hasil penelitian antara durasi penggunaan dapat dilakukan selama 15 – 20 menit setelah 2
komputer dengan keluhan anggota gerak atas jam bekerja menggunakan laptop, sekedar
di dapatkan hasil bahwa ada hubungan antara untuk melemaskan otot-otot tubuh dan
durasi penggunaan komputer dengan keluhan mengalihkan pandangan sejauh kurang lebih 6
anggota gerak atas. Seseorang yang bekerja di meter selama beberapa detik setiap 30 menit
depan komputer selama lebih dari atau sama bekerja menggunkan laptop untuk mengurangi
dengan 5 jam secara terus-menerus akan efek keluhan kesehatan akibat penggunaan
mengalami keluhan pada anggota gerak atas. laptop pada bagia mata. Pengguna juga harus
Selain itu, beban kerja otot yang tidak merata berhenti menggunakan laptop dan mematikan
pada sejumlah bagian tubuh akan laptop apabila merasa lelah meskipun
memperparah keluhan pada angota gerak atas pekerjaannya belum selesai (Puspitasari,
yang diraskan pengguna komputer, pada 2012). Salah satu cara terbaik untuk
akhirnya mempengaruhi kinerja seseorang mengurangi kelelahan akibat duduk adalah
dalam beraktivitas. peregangan atau istirahat dengan berdiri dan berjalan sejenak di sekitar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 313
area stasiun kerja setelah mengalami digunakan,durasi dan frekuensi pengguna yang
ketegangan otot selama duduk. tinggi, jarak pandang dengan komputer dan
Hasil penelitian antara frekuensi dan keluhan lingkungan yang tidak nyaman.
anggota gerak atas didapatkan data bahwa ada
hubungan antara frekuensi penggunan 4. KESIMPULAN
komputer dengan keluhan anggota gerak atas. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
Ada kecenderungan semakin tinggi frekuensi hubungan antara durasi penggunaan komputer
penggunaan computer maka semakin parah dengan keluhan anggota gerak atas pada
keluhan yang dirasakan. Bekerja menggunakan pegawai di kantor BPJS Kesehatan kantor
laptop dalam durasi yang lama dapat cabang Mojokerto, ada hubungan antara
menyebabkan terjadinya akumulasi keluhan frekuensi dengan keluhan anggota gerak atas
kesehatan, terlebih jika saat menggunakan pada pegawai di kantor BPJS Kesehatan kantor
laptop tidak memperhatikan aspek posisi tubuh cabang Mojokerto, dan tidak ada hubungan
yang baik sehingga posisi tubuh dalam keadaan antara postur tubuh dengan keluhan anggota
statis. Otot yang statis dapat menyebabkan gerak atas pada pegawai di kantor BPJS
aliran darah menurun, sehingga asam laktat Kesehatan kantor cabang Mojokerto.
terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan
pada otot local (Sulistioningsih, 2013). Pada REFERENSI
saat bekerja responden juga tidak banyak
1. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan
meluangkan waktunya untuk istirahat, istirahat
Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI-
pun kadang dilakukan hanya bersandar pada
Press.
kursi, memejamkan mata sebentar atau
2. NIOSH. 2007. Ergonomics Guidelines for
terkadang melakukan peregangan otot ringan.
Manual Material Handling. 4676
Hasil penelitian antara postur tubuh dengan
Columbia Parkway Cincinnati. Diakses
keluhan angggota gerak atas didapatkan data
15 Desember 2016. Dalam
bahwa tidak ada hubungan antara postur tubuh
http://www.cdc.gov
penggunan komputer dengan keluhan anggota
3. Muhith, Abdul dkk. 2011. Buku Ajar
gerak atas. Kondisi desain tempat kerja yang
Metodologi Penelitian Kesehatan.
tidak ergonomis dapat menyebabkan postur
Yogyakarta: Mulia Medika
tubuh menjadi tidak nyaman saat
4. Puspitasari, Ananda. 2012. Hubungan
menggunakan komputer. Desain laptop yang
Antara Perilaku Penggunan Laptop dan
kurang ergonomis ini akan membuat
Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan
penggunna laptop memiliki 2 pilihan untuk
Laptop pada Mahasiswa Sarjana Reguler
meminimalisir cideranya, yaitu dengan
Fakultas Ilmu Komputer Universitas
membungkukkan sedikit leher mereka untuk
Indonesia. Skripsi. Fakultas Ilmu
dapat melihat monitor tu memposisikan
Keperawatan, Universitas Indonesia,
monitor setara dengan pandangan mereka.
Depok.
Apabila laptop berada pada posisi yang tinggi
5. Rohmat, K. (2007). Analisis Faktor-
untuk menyesuikan dengan level mata, maka
Faktor yang Berhubungan dengan
keluhan yang terjadi adalah ketegangan pada
Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan
bahu dan leher. Namun, jika penyesuaian
Laptop pada Dosen FKM UI tahun 2007.
posisi komputer disesuaikan dengan
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
kenyamanan saat mengetik maka masalah yang
Universitas Indonesia
timbul adalah postur yang bungkuk dan akan
6. Suma’mur, P.K. (2014).Hiegiene
menyebabkan keluhan pada leher
Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta
(Rohmat,2007). meskipun seseorang memiliki
: PT. Sagung Seto.
perilaku penggunaan komputer yang baik,
7. Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri:
tetapi mempunyai kemungkinan terkena
Dasar – Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
keluhan kesehatan terutama keluhan anggota
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta:
gerak atas akibat penggunaan komputer. Hal
Harapan Press
ini dapat disebabkan karena banyak faktor
8. Sulistioningsih, L. (2013). Faktor–Faktor
seperti kondisi desain tempat kerja yang tidak
Yang Berhubungan Dengan Kelelahan
ergonomis, ukuran komputer yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 314
Abstract
Psychosocial development is one aspect of individual development that is essential to form a whole
personality. Early detection of deviations of psychosocial development in early childhood is an
attempt to find early mental health problems that exist in the community. The activity is done as an
effort to recognize mental health problems in children from an early age. This activity through the
provision of training conducted for 3 days, with the target audience in this activity is a cadre
posyandu in Petak Village, Petak Subdistrict, Mojokerto regency, that is 10 participants. The method
used is lecture, discussion, demonstration, simulation and role play during posyandu
implementation. In the implementation, participants were given a questionnaire of coqnitive skills
before and after the training materials to measure their understanding of the given material and the
results of all participants (100%) experienced an increase in coqnitive ability score with an average
6 point increase score. In addition, participants also observed psychomotor ability before and after
training and the result of all participants (100%) experienced an increase in psychomotor ability
score with an average increase in 5 points score. The success of this program is expected to help
prevent and overcome mental health problems in children that can affect the development of children
as adults.
Keywords: Posyandu Cadres, Psychosocial Development, Early Childhood, Early Detection
perawat yang berusia > 32 tahun memiliki Komunikasi Terapeutik Perawat. Jurnal
kinerja yang lebih baik dibandingkan yang Ners. 6(1), 31-41.
berusia < 32 tahun. 3. Maulana, HDJ. (2009). Promosi
Faktor lain yang dapat mempengaruhi Kesehatan. Jakarta : EGC.
adalah tingkat pendidikan. Sebagian besar 4. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku
tingkat pengetahuan peserta adalah SMA. Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo (2010) tingginya pendidikan 5. Rudianti, Yulistiana. (2011). Hubungan
yang ditempuh maka diharapkan tingkat Komunikasi Organisasi dengan Kinerja
ketrampilan seseorang bertambah banyak Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap
sehingga mudah menerima mengadopsi Salah satu Rumah Sakit Swasta Surabaya.
perilaku baru. Tesis Magister Ilmu Keperawatan
Selain usia dan tingkat pendiidkan , faktor Universitas Indonesia. Jakarta.
lain yang kemungkinan dapat disebabkan www.lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak
karena faktor masa kerja menjadi kader -20282765.pdf
posyandu yang sebagian besar lama, yaitu 6. Velderman, M., Crone, M., Wiefferink, C
masa kerja rata-rata diatas 5 tahun. menurut & Reijneveld, S. (2010). Identification
teori Robbin (dalam Farida, 2011) lama kerja and management of psychosocial
juga menentukan kinerja seseorang dalam problems among toddlers by preventive
menjalankan tugas. Semakin lama seseorang child health care professionals. European
bekerja semakin terampil dan semakin cepat Journal of Public Health, 20(3):332-338.
menyelesaikan tugas tersebut. 7. Widiani, Esti. (2016). Hubungan Antara
Kemampuan Ibu dalam Menstimulasi
4. SIMPULAN, SARAN, DAN Perkembangan Psikososial Otonomi yang
REKOMENDASI diberikan Kelompok Terapeutik dengan
Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian ini Separation Anxiety pada Toodler. Jurnal
dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan care. 4(3) : 111-123.
pengetahuan dan kemampuan kader posyandu
setelah diberikan pelatihan selama 3 hari.
Diharapkan peserta sebagai kader kesehatan
dapat terus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya dalam memberikan pelayanan
di posyandu melalui berbagai kegiatan
pertemuan ilmiah serta melanjutkan kegiatan
kunjungan rumah untuk memberikan stimulasi
perkembangan psikososial pada anak, baik
anak usia infant, toddler maupun anak pra
sekolah. Dengan adanya pelatihan deteksi dini
penyimpangan perkembangan psikososial anak
diharapkan dapat membantu mengurangi
masalah kesehatan jiwa pada anak yang dapat
berdampak pada perkembangan anak saat
dewasa.
REFERENSI
1. Brauner, C.B. & Stephens, B.C. (2006).
Estimating the Prevalence of Early
Childhood Serious Emotional/Behavioral
Disorder: Challenges and
Recommendations. Public Health Reports
121: 303-310.
2. Farida. (2011). Kepemimpinan Efektif
dan Motivasi Kerja dalam Penerapan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 319
Abstract
Elderly will experience decreased metabolic activity in the brain causing dementia. The purpose of
this community service activity was to improve cognitive function of elderly by doing therapy
modalities Life Review using Snakes Ladders Game. This therapy is given because it is able to help
the elderly remember the past events and cognitive abilities can be improved. Method of activity in
the form of community education, conducted in September-October 2017 to 44 elderly in Posyandu
Lansia Cendrawasih Puskesmas Balongsari Surabaya. There are four program activities that are
implemented, such as education about dementia in elderly community devotion and its prevention,
MMSE measurement (Mini Mental State Exam), measurement result of change of cognitive function
of elderly and mentoring. Outputs measured by program implementation achievement are the
changes of cognitive function in the elderly before and after the implementation of life review therapy
and how the elderly ability in doing life review therapy. Assistance and guidance of life review
therapy continuously for this therapy to be a scheduled activity in Posyandu elderly.
Keywords : elderly, modalities therapy, cognitive function
lansia dengan demensia, baik di rumah, di panti 2009). Selain itu, demensia juga menyebabkan
wreda maupun di posyandu lansia. penurunan metabolik di otak (Videbeck,
Menurut data dari WHO, terdapat 35,6 Sheila, 2008).
juta orang di dunia yang menderita demensia Terapi Life Review mampu menurunkan
pada tahun 2010. 9 negara dengan angka depresi, meningkatkan kepercayaan diri,
kejadian demensia terbanyak di dunia pada meningkatkan kemampuan individu untuk
tahun 2010 adalah Cina (5,4 juta orang), beraktivitas sehari-hari dan meningkatkan
Jerman (1,5 juta orang), Rusia (1,2 juta orang), kepuasan hidup (Setyoadi dan Kushariyadi,
Perancis (1,1 juta orang), Italia (1,1 juta orang) 2011). Terapi Life Review yang sudah
dan Brasil (1 juta orang) (WHO, 2012). dimodifikasi dengan Snakes Ladders Game
Indonesia juga termasuk Negara yang sebagai alat terapinya membantu lansia
memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia demensia mengingat kejadian masa lalu
(aging structuted population) karena sehingga kemampuan kognitif dapat kembali
mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 distimulasi dan menjadi lebih baik dari
tahun keatas sekitar 7,18%. Pulau yang keadaan sebelumnya. Selain itu terapi
mempunyai jumlah penduduk lansia terbanyak modifikasi ini mampu membuat lansia
(7%) adalah pulau Jawa dan Bali. bersosialisasi dengan lingkungan karena terapi
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini modifikasi ini sengaja di setting agar lansia
antara lain disebabkan karena tingkat sosial tidak hanya dapat mengingat kembali masa
ekonomi masyarakat yang meningkat, lalunya, namun diharapkan lansia juga mampu
kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan kembali berinteraksi dan bersosialisasi dengan
tingkat pengetahuan masyarakat yang lingkungan sekitarnya. Terapi modifikasi ini
meningkat. Pada tahun 2006 hingga tahun juga membuat lansia bisa bergerak aktif karena
2020 Indonesia memiliki jumlah lansia yang terapi ini menjadikan lansia sebagai subyek
semakin meningkat. Peningkatan jumlah lansia utama dalam pelaksanaan terapi modifikasi
dari tahun 2006 hingga tahun 2020 sebanyak Life Review menggunakan Snakes Ladders
9,8 juta jiwa atau sebesar 2,34% (Efendi, Ferry Game sebagai alat terapinya.
dan Makhfudli, 2009). Prevalensi demensia
meningkat dua kali setiap pertambahan usia 5 2. KAJIAN LITERATUR
tahun setelah melewati usia 60 tahun. Terdapat Demensia memiliki beberapa penyebab
7,2% populasi lansia yang berusia 60 tahun diantaranya adalah dari faktor genetik, infeksi
keatas pada tahun 2010 di Indonesia. Belum dan degeneratif yang ditandai dengan
ada data yang pasti tentang prevalensi perubahan perilaku, seperti tersinggung,
demensia di Indonesia (Kemenkes RI, 2010). curiga, menarik diri dari aktivitas sosial, tidak
Tim pengabdian masyarakat mendapatkan peduli, dan berulang kali menanyakan hal yang
data melalui studi pendahuluan pada tanggal 20 sama (Nadesul, 2011).
Agustus 2017 pada pukul 13.00 WIB di Life review therapy adalah terapi yang
posyandu lansia Cendrawasih wilayah dapat membantu seseorang untuk
Puskesmas Balongsari Surabaya. Di posyandu mengaktifkan ingatan jangkapanjang dimana
lansia Cendrawasih wilayah Puskesmas akan terjadi mekanisme recall tentang kejadian
Balongsari Surabaya terdapat 59 lansia. Lansia pada kehidupan masa lalu hingga sekarang
laki-laki sebanyak 35 orang dan 24 sisanya (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011). Modifikasi
adalah lansia wanita. Aktifitas sehari-hari para Snakes Ladders Games sebagai alat terapi
lansia di posyandu lansia wilayah Puskesmas modalitas Life Review diharapkan dapat
Balongsari Surabaya adalah senam pagi setiap membantu meningkatkan kembali kemampuan
jam 07.00 WIB hingga jam 07.30 WIB pada kognitif dalam mengingat sesuatu serta
hari Jum’at. Lansia dengan hipertensi tercatat meningkatkan interaksi sosial dan sebagai
sebanyak 3 orang laki-laki dan 5 orang wanita. terapi yang juga dapat mempertahankan gerak
Lansia dengan demensia tercatat 21 orang laki- aktif pada lansia dengan demensia.
laki dan 30 sisanya adalah lansia wanita. Terapi ini dapat diberlakukan dan
Demensia dapat menyebabkan gangguan dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja.
pada memori yang memberikan dampak pada Menurut Sholihah (2011) Life Review Therapy
penerimaan dan pengiriman pesan (Nugroho, efektif dilakukan tiga kali pertemuan selama 60
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 321
menit. Tempat perawatan kesehatan seperti leaflet. Khusus untuk kegiatan pengukuran
posyandu lansia serta panti wreda dapat tingkatan demensia yang dimiliki lansia, maka
dijadikan tempat yang baik untuk pelaksanaan dibutuhkan kuesioner MMSE (Mini Mental
Life Review Therapy dengan Snakes Ladders State Exam). Selanjutnya pada tahap
Game sebagai alat terapinya karena tempat berikutnya dibutuhkan modul dan form
tersebut merupakan pelayanan kesehatan yang evaluasi pelaksanaan terapi life review.
akan banyak dibutuhkan oleh lansia dengan
Kemudian untuk pelaksanan Terapi Life
demensia agar lansia dapat memperoleh
Review menggunakan Papan Snake Ladders
kemampuan kognitifnya kembali dan dapat
menjadi salah satu terapi modifikasi yang lebih dengan 30 kotak dengan ukuran 1m x 1m yang
efektif. Bagi keluarga dengan anggota keluarga berisi beberapa alat kebersihan diri dan amplop
lansia yang mengalami demensia juga bisa yang berisi foto pahlawan
melakukan Life Review Therapy karena terapi
Metode Pelaksanaan Kegiatan
ini sangat mudah dilakukan dan mudah
Metode pelaksanaan yang digunakan
dipelajari sehingga mempermudah anggota
pada kegiatan pengabdian masyarakat ini
keluarga dalam penggunaan terapi tersebut.
terdiri dari : penyuluhan, pengukuran tingkatan
Sehingga manfaat dari terapi ini tetap dapat
demensia sebelum pelaksanaan terapi life
dirasakan oleh lansia maupun dari anggota
review, pelaksanaan terapi life review
keluarga.
kemudian pengukuran tingkatan demensia
Gibson, 2004 dalam Mitchell (2006)
sesudah pelaksanaan life review. Metode yang
menyampaikan bahwa Terapi Life review
digunakan menggunakan metode wawancara,
merupakan terapi dengan proses yang komplek
survei dan Focus Group Discussion (FGD).
tetapi konsisten dengan 4 komponen bagian
yang saling berkaitan yaitu : 1) Remembering,
Metode Pengumpulan Data
menyadari adanya suatu kenangan, 2) Recall,
Kegiatan pengabdian masyarakat ini
membagikan kenangan dengan orang lain baik
menggunakan data primer dan sekunder.
secara verbal atau nonverbal, 3) Review,
Pengumpulan data primer melalui dua cara,
melakukan evaluasi terhadap kenangan, 4)
yaitu wawancara dan observasi dengan data
Reconstruction, membuat / melakukan sesuatu
demografi maupun kuesioner MMSE dan
berupa tanda yang mewakili kenangan tersebut
SPMSQ. Data primer diperoleh dari data
responden sebelum dan sesudah mendapatkan
3. METODE KEGIATAN
terapi life review menggunakan MMSE dan
SPMSQ sebelum dan sesudah mendapatkan
Waktu, Lokasi dan Partisipan
terapi. Data tersebut berupa data kuantitatif.
Kegiatan pengabdian masyarakat
Data sekunder yang digunakan adalah
STIKES Hang Tuah Surabaya ini dilakukan di
data yang berasal dari publikasi, literatur,
Posyandu Lansia Cendrawasih wilayah
maupun buku-buku teks yang mendukung
Puskesmas Balongsari Surabaya. Kegiatan ini
kegiatan ini.
melibatkan 44 lansia sebagai responden. Terapi
Life Review dengan modifikasi Snakes Ladders
Metode Pengolahan dan Analisa Data
ini dilakukan 2 minggu sekali dalam waktu 2
Metode yang digunakan untuk menilai
bulan berturut turut dimulai pada bulan
perubahan tingkat demensia lansia adalah
September dan Oktober 2017. Kelompok yang
pretest – posttest control group design
dibentuk dibedakan berdasarkan tingkatan
(Sugiyono, 2013) dengan pengambilan sampel
demensianya.
yaitu lansia demensia usia > 60 tahun dan
lansia dengan penurunan fungsi kognitif
ringan, sedang dan berat. Dari 59 lansia yang
terdaftar di Posyandu Lansia Cendrawasih
Alat dan Bahan
hanya didapatkan 44 responden yang sesuai
Peralatan dan bahan yang digunakan
dengan kriteria sampel. Tes yang dilakukan
dalam kegiatan penyuluhan berupa infokus, adalah tes awal (pre test) dan tes akhir (post
kamera, buku tulis, pena, materi penyuluhan
yang disiapkan dalam bentuk power point dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 322
Berdasarkan hasil dan pembahasan 9. Maryam, R., et al,. 2008. Mengenal Usia
kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat Lanjut dan Perawatannya, Jakarta:
disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang Salemba Medika.
signifikan dari fungsi kognitif lansia sebelum 10. Nadesul, Hendrawan. 2011. Menyayangi
dan sesudah pemberian Terapi Life Review Otak, Jakarta: Kompas Media Utama
dengan menggunakan Modifikasi Snakes 11. Nasir, Abdul. 2011. Dasar-Dasar
Ladders dengan rincian sebagai berikut Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori,
Tingkat demensia sebelum pemberian Jakarta: Salemba Medika.
terapi modifikasi Snakes Ladders Game 12. Nugroho, Wahyudi. 2009. Komunikasi
sebagai alat terapi Life Review hampir separuh Dalam Keperawatan Gerontik, Jakarta:
berada pada tingkat demensia sedang. EGC.
Tingkat demensia sesudah pemberian 13. Paula dan Janet. 2008. Proses
terapi modifikasi Snakes Ladders Game Keperawatan Aplikasi Model Konseptual,
sebagai alat terapi Life Review hampir separuh Jakarta: EGC.
berada pada tingkat demensia ringan. 14. Petrillo, Valerie. 2007. A Kid’s Guide To
Modifikasi Snakes Ladders Game sebagai Asian American History, Chicago:
alat terapi Life Review berpengaruh signifikan Chicago Review Press.
terhadap perubahan tingkat demensia pada 15. Potter, Perry. 2007. Fundamental
lansia demensia di Posyandu Lansia Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Cendrawasih wilayah Puskesmas Balongsari 16. Prastiwi et al. 2009. Buku Tematik
Surabaya. Pengalaman, Jakarta: Grasindo.
17. Ratnaningsih. 2014. Penggunaan
REFERENSI Permainan Ular Tangga Untuk
1. Arumsari, NA. 2014. Pengaruh Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Kelas
Reminiscience Therapy Terhadap Tingkat III A SDN Nogopuro Sleman. Program
Stres Pada Lansia Di PSWT Unit Budi Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta:
Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Program Sarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta: Skripsi 18. Rifai, D. 2015. Pengaruh Terapi
Dipublikasikan Modalitas Life Review (Telaah
2. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Pengalaman Hidup) Terhadap Tingkat
Keperawatan, Jakarta: EGC. Stres Pada Lansia Di Panti Tresna
3. Aspiani, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Wredha Ilomata Kota Gorontalo. Program
Keperawatan Gerontik Jilid 2, Jakarta: Sarjana Unversitas Negeri Gorontalo:
Trans Info Medika. Skripsi Tidak Dipublikasikan
4. Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. 19. Robertson, Mary., et al., 2012. At a Glance
Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Psikiatri Edisi Keempat,. Jakarta:
dan Praktik dalam Keperawatan, Jakarta: Erlangga.
Salemba Medika.
5. Fatimah, 2010. Merawat Lansia Lanjut 20. Sholihah, Halimatus. 2011. Pengaruh Life
Usia, Jakarta: Trans Info Media. Review Therapy Terhadap Tingkat Harga
6. Husna. 2009. 100+ Permainan Diri Pada Lansia Di Tejokusuman
Tradisional Indonesia Untuk Kreatifitas, Notoprajan Ngampilan Yogyakarta.
Ketangkasan, dan Keakraban. Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu
Yogyakarta: Andi. Kesehatan Aisiyah Yogyakarta: Skripsi
7. Ismayani, Ani. 2009. Fun Math With Tidak Dipublikasikan.
Children,. Jakarta: Elex Media
21. Sugiwati. 2013. Metode bermain ular
Komputindo.
tangga untuk meningkatkan
8. Keliat, B.A. dan Pawirowiyono, Akemat,
perkembangan kognitif kelompok A di TK.
2013. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Ria Baruk Utara VIII/35 Rungkut –
Kelompok, Jakarta: EGC.
Surabaya diunduh pada Rabu, 14 Januari
2016 pukul 09.02 WIB.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 325
Abstract
The occurrence of cardiac arrest was an emergency condition of heart disease that often occurs. It
happened not only in old age but also in young age. The high incidence of cardiac arrest was the
underlying importance of knowledge about early management of cardiac arrest patients with the
application of Basic Life Support (BLS). This devotion was done as an effort to create a layman who
is able to recognize the condition of cardiac arrest that occurred in the surrounding community and
make efforts CPR as early as possible and efforts quickly and precise referrals. This activity was
held within 250 minutes per day for 5 days, with target audience in this activity was health cadre in
Petak Village, Kecamatan Pacet, Mojokerto regency as many as 57 people. The method used tutorial
method, role play and simulation and evaluation in the form of understanding and skill. In the
implementation of the basic life support training program (BLS), the level of knowledge of
participants about the definition of BLS was good at 74.8%, knowledge of danger theory was good
at 72.4%, the level of knowledge about the theory of call for help (call for help) was good at 75.2%,
the level of knowledge of the participants about the compression technique (CPR only) was good at
42.3% and the level of knowledge about the theory of "the right time to stop CPR" was either 37.4%.
The success of this activity was expected to be a guide for puskesmas in an effort to increase the
understanding and skill of health cadres in giving BLS to heart stop victims and the availability of
educational media for public about BHD effort.
Keywords: Cardiac arrest, basic life support (BLS), health cadres
tantangan tersendiri dalam upaya mekanik jantung yang dikonfirmasi oleh tidak
pengembangan sistem layanan prehospital (Pitt adanya tanda-tanda sirkulasi yang terjadi di
& Pusponegoro 2005). Kelangsungan hidup luar rumah sakit(Proclemer et al. 2012).Henti
korban henti jantung jauh lebih besar ketika jantung terjadi ketika jantung tidak berfungsi
menerima Cardiopulmonary Resucitation (malfunctions) dan berhenti berdenyut tiba-tiba
(CPR) segera oleh orang yang menemukan (unexpectedly). Kerja (action)
korban pertama kali atau disebut bystander. pompayangterganggu, menyebabkan jantung
Keterampilan bantuan hidup dasar (BHD) tidakdapatmemompadarah keotak, paru-
dapat diajarkan kepada siapa saja. Setiap orang parudan organlainnya. Beberapa detik
dewasa seharusnya memiliki keterampilan kemudian, seseorang dengan henti jantung
BHD. Idealnya di dunia, semua orang akrab menjadi tidak responsif, tidak
dengan teknik dasar pertolongan pertama dan bernapasatauhanyaterengah-engah. Kematian
mengambil pelatihan teratur untuk memastikan terjadi dalam beberapa menit jika korban tidak
pengetahuan tetap berjalan. Jika CPR menerima intervensi(Berg et al. 2010).
dilakukan segera dan berkualitas tinggi (high Faktor pertama yang menjadi penentu
quality CPR), fungsi jantung dapat kembali keberhasilan resusitasi pada pasien henti
dan sirkulasi dapat dipertahankan sampai tiba jantung adalah adanya pengenalan yang cepat
di RS atau petugas medis mengambil alih dan segera menghubungi ambulan gawat
(Kleinman et al. 2015). darurat 119 (EMS). Pengenalan terjadinya
Pacet merupakan kecamatan pada bagian henti jantung yang cepat dan aktivasi segera
ujung dari wilayah kabupaten Mojokerto. Jarak EMS ini dapat diajarkan kepada masyarakat
tempuh rata-rata wilayah kecamatan Pacet ke melalui program pendidikan kesehatan atau
rumah sakit yang menyediakan alat defibrilasi sejenisnya (Suharsono dan Kartikawati, 2009).
dan obat-obatan untuk kondisi korban henti
jantung sekitar 40 menit. Kondisi tersebut
apabila korban henti jantung dilarikan menuju
rumah sakit tanpa bantuan intervensi dari
masyarakat awam akan dapat menurunkan
kemampuan bertahan. upaya pelatihan tentang
tatacara melakukan BHD sendiri belum pernah
dilakukan kepada masyarakat awam. Sejauh ini
kader hanya dibekali tentang upaya promosi
kesehatan non emergensi terutama terkait
dengan kesehatan ibu, bayi dan balita.
Pelatihan terkait penanganan kondisi gawat
darurat bisa dikatakan tidak ada. Gambar 1. Chain of Survival pasien henti
Tujuan yang akan dicapai dalam pelatihan jantung di luar rumah sakit
bantuan hidup dasar (BHD) kepada kader (AHA 2015)
kesehatan ini adalah terciptanya tenaga awam
yang mampu mengenali kondisi henti jantung Menurut Sasson et al., (2013) ada empat
yang terjadi di masyarakat sekitar dan langkah penting yang dilakukan bystander
melakukan upaya CPR sedini mungkin serta CPR sebagai bagian dari respon tanggap
upaya rujukan yang cepat dan tepat. Target darurat masyarakat (Gambar 1). Pertama,
dalam kegiatan ini adalah peningkatan penolong harus menyadari bahwa korban
pemahaman dan ketrampilan kader kesehatan membutuhkan bantuan. Early recognition yang
dalam upaya pemberian BHD kepada korban dilakukan oleh penolong atau bystander adalah
henti jantung. menyadari bahwa korban telah mengalami
serangan henti jantung, atau secara
sederhananya mengenali bahwa korban
2. KAJIAN LITERATUR DAN membutuhkan bantuan dari Emergency
PEGEMBANGAN HIPOTESIS Medical Services (EMS). Kedua, penolong
Out of Hospital Cardiac arrest (OHCA) dengan segera harus memanggil 119 (atau
didefinisikan sebagai terhentinya aktivitas nomor akses EMS setempat). ketiga, panggilan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 328
3. METODE PENGABDIAN
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Petak
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto dalam
Gambar 2. Empat langkah utama waktu 250 menit per hari selama 5 hari pada
pelaksanaan CPR oleh
tanggal 10 – 14 Oktober 2017 dengan jumlah
bystander (Sasson et al. 2013)
peserta kader kesehatan sebanyak 57 orang.
Dalam pelaksanaan program pelatihan
Kompresi/penekanan pada dada akan
bantuan hidup dasar ini, tim telah
menekan jantung yang ada di antara tulang
melakukan penyusunan rencana metode yang
dada (sternum) dengan tulang belakang
akan dilakukan selama proses awal sosialisasi
(vertebrae) sehingga membantu mengalirkan
dan rencana selama kegiatan berlangsung.
darah dan mengirimkan oksigen menuju organ
Adapun dalam sosialisasi awal, tim terlebih
- organ vital, terutama otak, jantung, dan ginjal.
dahulu mengundang perangkat Desa Petak
Metode CPR dapat mengirimkan 1/3 dari
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto guna
jumlah darah normal ke otak, oleh karena itu
mensosialisasikan kegiatan yang akan
CPR harus segera dimulai untuk menolong
dilangsungkan. Dalam sosialisasi awal, tim
korban henti jantung. Jika CPR dilakukan
memiliki tujuan agar didapatkan kesepahaman
segera dan berkualitas tinggi (high quality
dengan perangkat desa tentang tujuan dan
CPR), fungsi jantung dapat kembali dan
manfaat dari diadakannya kegiatan pelatihan ini.
sirkulasi dapat dipertahankan sampai tiba di RS
Setelah itu baru diadakan sosialisasi terhadap
atau petugas medis mengambil alih (Kleinman
kader kesehatan yang akan terlibat langsung
et al. 2015). Secara garis besar AHA (2015),
sebagai peserta dalam kegiatan pelatihan ini.
dalam panduan terbarunya menyebutkan
Kegiatan pelatihan menggunakan Metode
beberapa point dalam pelaksanaan CPR
Training of Trainner (TOT) dengan cara
kualitas tinggi, diantaranya adalah:
pemberian materi melalui ceramah, kemudian
a. Melakukan kompresi dada dengan
dilanjutkan dengan praktik langsung oleh para
kecepatan 100 sampai dengan 120 kali per
kader kesehatan. Cara ini dianggap efektif
menit.
karena transfer pengetahuan yang diperoleh
b. Melakukan kompresi dada dengan
selama pelatihan akan lebih tersampaikan
kedalaman minimum 2 inci (5cm).
dengan baik jika peserta pelatihan itu sendiri
c. Memberikan kesempatan dada untuk
yang menyampaikannya dan merasa bahwa
rekoil sempurna setiap kali kompresi.
kegiatan pelatihan tersebut bermanfaat bagi
d. Meminimalkan jeda dalam kompresi.
mereka.
e. Memberikan ventilasi yang cukup (2 napas
buatan setelah 30 kompresi, setiap napas
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
buatan dilaksanakan dalam waktu 1 detik
Tingkat pengetahunan kader tentang
sampai membuat dada terangkat.
bantuan hidup dasar umumnya baik setelah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 329
dilakukan pelatihan (52,8%). Penelitian lain tingkatan kurang dan tidak ada responden yang
yang dilakukan Pergola (2009) menunjukkan mewakili tingkatan pengetahuan baik dalam
sebagian kecil masyarakat memiliki variabel ini. Perbedaan yang terjadi pada hasil
pengetahuan yang cukup tentang bantuan penelitian dikarenakan penelitian yang
hidup dasar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hutapea. Elda Lunera (2012)
dilakukan oleh Rajapakse, Noc, & Kersnik belum menggunakan rekomendasi ANA 2010,
(2010) pengetahuan tentang keterampilan sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
resusitasi pada umumnya rendah. Perbedaan telah menggunakannya. Pedoman AHA (2010)
hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan mengatur ulang langkah RJP dari “A-B-C”
dua penelitian sebelumnya terjadi karena menjadi “C-A-B”, sehingga memungkinkan
perbedaan kuesioner yang digunakan, pada dua setiap penolong memulai kompresi dada
penelitian terdahulu belum didasarkan sesegera mungkin. Dengan perubahan urutan
rekomendasi American Heart Assocation ke CAB, kompresi dada akan dimulai lebih
2010. cepat dan penundaan karena ventilasi menjadi
Selama beberapa tahun, CPR berkembang minimal. Kecepatan kompresi dada 100
dari teknik yang hanya dilakukan oleh dokter x/menit dengan kedalaman kompresi dada
dan tenaga kesehatan. Sekarang teknik menjadi 2 inchi (5 cm) (American Heart
penyelamatan nyawa ini cukup mudah untuk Associaton, 2010).
dipelajari oleh siapapun. Bagaimanapun Hasil menunjukkan tingkat pengetahuan
penelitian menunjukkan beberapa faktor yang kader tentang saat yang tepat untuk
membatasi bystander untuk melakukannya, menghentikan RJP. Didapatkan hasil bahwa
meliputi ketakutan bahwa mereka akan memiliki pengetahuan baik sebanyak 37,4%,
melakukan CPR yang salah, ketakutan tentang cukup sebanyak 27,2%, dan kurang sebanyak
kewajiban hukum, dan ketakutan akan infeksi 35,4%, artinya kader mengetahui saat kapan
ketika melakukan mouth-to-mouth (American saja bantuan hidup dasar dapat dihentikan.
Heart Assocation, 2010). Menurut American Red Cross (2011) lakukan
Rekomendasi sesuai 2010 AHA CPR secara terus menerus, jangan berhenti
Guidelines for CPR & ECC (Emergency melakukan CPR kecuali terdapat salah satu
Cardiovascuar Care) berlanjut menjadi lebih dari beberapa situasi diantaranya menemukan
mudah bagi penyelamat misalnya urutan A-B- tanda-tanda kehidupan misalnya bernapas,
C dirubah menjadi C-A-B, hal ini terdapat AED yang siap digunakan, ada
memungkinkan kompresi dada dapat penyelamat terlatih atau tim EMS telah tiba,
dilakukan lebih dini, selain itu “look, listen, penolong kelelahan, dan situasi yang tidak
and feel” dihilangkan dari algoritme, dan aman untuk dilakukan CPR.
masyarakat awam tidak diwajibkan Ada beberapa alasan kuat bagi penolong
memberikan ventilasi bagi korban, sehingga untuk menghentikan RJP antara lain penolong
lebih banyak masyarakat dapat beraksi ketika sudah melakukan bantuan secara optimal
terjadi kegawatdaruratan. Berdasarkan uraian mengalami kelelahan atau jika petugas medis
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah tiba di tempat kejadian, penderita yang
rekomendasi American Heart Assocation 2010 tidak berespon setelah dilakukan bantuan
tentang hands-only CPR for bystander dirasa hidup jantung lanjutan minimal 20 menit serta
lebih mudah dipelajari bagi masyarakat. adanya tanda-tanda kematian pasti.
Mayoritas kader memiliki pengetahuan
baik tentang teknik kompresi yakni sebanyak 5. KESIMPULAN
24 orang (42,3%). Sejalan dengan hasil Tingkat pengetahuan masyarakat tentang
penelitian ini, sebanyak 66% siswa mengetahui tahapan-tahapan BHD dijabarkan melalui
dengan benar rasio kompresi-ventilasi selama beberapa bahasan antara lain, masyarakat
CPR yakni sebanyak 30:2 (Aaberg. Anne memiliki pengetahuan yang baik tentang
Marie Roust et al, 2014). Berbeda dengan definisi BHD yakni sebesar 74,8%, masyarakat
penelitian yang dilakukan oleh Hutapea. Elda memiliki pengetahuan yang baik tentang teori
Lunera (2012) hasil penelitian danger sebesar 72,4%, masyarakat memiliki
menggambarkan bahwa 69,6% atau 32 pengetahuan yang baik tentang teori meminta
responden memiliki pengetahuan dalam bantuan (call for help) sebesar 75,2%,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 330
Abstract
Background : Hypertension is blood pressure where systolic pressure ≥ 140 mmHg and diastolic
pressure ≥ 90 mmHg. The purpose of this study is to analyze the influence of yoga exercises on
increasing SpO2 levels in elderly with first degree hypertension in Griya Werdha Jambangan
Surabaya Method : The instrument uses an observation sheet and pulse oximetry. Result : The results
showed that there was a significant influence between yoga exercises on the increase of SpO2 level
in elderly with first degree hypertension Conclusion : The implication of this research is yoga
gymnastics influence on the increase SpO2 level in elderly, so hopefully hypertension patients do
yoga gymnastics to avoid complication from hypertension.
Keywords : Hypertension, Gymnastics Yoga, Oxygen Saturation.
berolahraga seperti senam yoga dan belum Ketika seseorang melakukan senam maka b-
pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh endorphin akan keluar dan ditangkap oleh
senam yoga terhadap peningkatan kadar SpO2 reseptor di dalam hypothalamus dan sistem
pada lansia dengan hipertensi derajat I di Griya limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi.
Werdha Jambangan Surabaya. Peningkatan b-endorphin terbukti
berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri,
2. KAJIAN LITERATUR peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu
Hipertensi merupakan penyebab dari makan, kemampuan seksual, tekanan darah
penyakit jantung dan stroke di seluruh dunia. dan pernafasan”. Berdasarkan latar belakang
Menurut Triyanto (2014 : 12) Tekanan darah diatas peneliti ingin melakukan penelitian
yang meningkat di dalam arteri bisa terjadi mengenai pengaruh senam yoga terhadap
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa peningkatan kadar SpO2 pada lansia dengan
lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak hipertensi derajat I di Griya Werdha
cairan pada setiap detiknya arteri besar Jambangan Surabaya. Penelitian ini penting
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku untuk dilakukan karena banyak lansia yang
sehingga mereka tidak dapat melalui arteri tidak mengetahui terapi lain selain minum obat
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung anti hipertensi.
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
dari biasanya dan menyebabkan naiknya 3. METODE PELAKSANAAN
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, KEGIATAN
dimana dinding arterinya telah menebal dan Metode penelitian yang digunakan adalah
kaku karena arteriosklerosis. Jika dibiarkan eksperimental semu atau quasi eksperiment
tidak terkontrol, hipertensi dapat menyebabkan dengan Pretest-Posttest Control Group Design
serangan jantung, pembesaran jantung dan dan Time Series Design yang dilakukan pada 2
gagal jantung. Pembuluh darah dapat kelompok subjek yaitu kontrol dan
mengembangkan tonjolan (aneurisma) dan eksperimental. Teknik sampling dalam
titik-titik lemah yang membuat mereka lebih penelitian ini menggunakan probability
mungkin untuk menyumbat dan meledak. sampling dengan pendekatan simple random
Tekanan di dalam pembuluh darah dapat sampling dengan sampel sebanyak 30 orang.
menyebabkan darah bocor keluar ke otak dan Pengumpulan data dilakukan pada
menyebabkan stroke. Hipertensi juga dapat menggunakan lembar observasi dan mengukur
menyebabkan gagal ginjal. Hipertensi bisa kadar SpO2 setiap sebelum senam yoga pada
diperparah oleh faktor lain yang meningkatkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
kemungkinan serangan jantung, stroke dan kemudian kelompok eksperimen sebanyak 15
gagal ginjal. Faktor-faktor ini termasuk orang diberikan senam yoga sedangkan
penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, kelompok kontrol sebanyak 15 orang tidak
penggunaan alkohol berbahaya, kurangnya diberikan senam yoga. Kemudian setelah
aktivitas fisik, dan paparan stres yang terus- senam yoga, kelompok eksperimen dan
menerus serta obesitas, kolesterol tinggi dan kelompok kontrol diukur kadar SpO2nya.
diabetes mellitus (WHO). Instrumen pada variabel dependen penelitian
Cara menghindari stres yang dapat ini adalah untuk pengukuran kadar SpO2 yang
diberikan untuk menciptakan suasana yang dilakukan dengan menggunakan pulse
menyenangkan bagi penderita hipertensi oximetry dan lembar observasi.
dengan metode seperti yoga atau meditasi
dimana yoga dapat mengontrol sistem saraf 3.1. Tempat dan Waktu
yang akhirnya dapat menurunkan tekanan Kegiatan senam yoga dilaksanakan di
darah (pfizerpeduli.com dalam Saferi, A dan Griya Werdha Jambangan Surabaya pada
Yessie M, 2013 : 57). Sindhu (2006, dalam tanggal 18 – 22 Oktober 2017
Triyanto, 2014 : 29) mengemukakan “senam 3.2. Tahapan dan Metode Pelaksanaan
yoga terbukti dapat meningkatkan kadar b- Kegiatan
endorphine sampai lima kali di dalam darah. Kegiatan pelaksanaan senam yoga terdiri
Semakin banyak melakukan senam maka akan atas beberapa tahapan, yaitu 1) Sosialisasi dan
semakin tinggi pula kadar b-endorphin-nya. perijinan, 2) Persiapan alat dan sarana, 3)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 333
Berdasarkan hasil pengukuran SpO2 peningkatan kadar SpO2 pada responden yang
menunjukkan bahwa dari 15 responden pada rajin berolahraga minimal 1x/minggu.
kelompok eksperimen didapatkan hasil empat Berdasarkan hasil pengukuran SpO2
dari 15 responden mengalami peningkatan menunjukkan bahwa dari 15 responden pada
kadar SpO2 sebanyak 1%. Faktor yang kelompok eksperimen didapatkan hasil tiga
mempengaruhi peningkatan kadar SpO2 adalah dari 15 responden mengalami peningkatan
berat badan berlebih dan kebiasaan tidak kadar SpO2 sebanyak 3%. Faktor yang
berolahraga. Berat badan yang berlebih mempengaruhi peningkatan kadar SpO2 adalah
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, rajin berolahraga, tidak makan asin, tidak
salah satunya adalah pembuluh darah. Menurut obesitas, dan jenis pekerjaannya ringan. Jenis
Suhadak (2010, dalam Kiki, 2013 : 112) pekerjaan menentukan terjadinya stres pada
mengatakan bahwa faktor risiko yang dapat seseorang. Menurut Yenni (2013 : 25) stres
dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang merupakan masalah yang memicu terjadinya
olahraga atau aktivitas, merokok, minum kopi, hipertensi dimana hubungan antara stres
sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
alkoholisme, stres, pekerjaan, pendidikan, dan saraf simpatis peningkatan saraf dapat
pola makan. Peneliti berasumsi bahwa berat menaikkan tekanan darah secara intermitten
badan berlebih menyebabkan oksigen yang (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan
masuk ke dalam tubuh berkurang karena dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
pembuluh darah yang menyerap oksigen tinggi. Peneliti berasumsi bahwa keadaan
terhambat oleh plak yang menempel di dinding psikologi bisa menyebabkan hipertensi karena
pembuluh darah. Kemudian tubuh menegangkan saraf di otak. Pada penelitian ini
berkompensasi untuk tetap memenuhi responden mengalami peningkatan kadar SpO2
kebutuhan oksigenasi dengan peningkatan pada lansia dengan hipertensi derajat I
beban kerja jantung. Sehingga terjadi sebanyak 3%. Responden tidak mengalami
peningkatan kadar SpO2 sebanyak 1% pada stres karena jenis pekerjaannya ringan.
lansia yang benar - benar serius mengikuti Kemudian responden juga aktif dalam kegiatan
senam yoga dengan baik. di bidang olahraga setiap minggunya, dan
Berdasarkan hasil pengukuran SpO2 pantang makan asin. Saat melakukan senam
menunjukkan bahwa dari 15 responden pada yoga, responden sangat aktif dan antusias
kelompok eksperimen didapatkan hasil dua dalam mengikuti senam selama 3 kali dalam
dari 15 responden mengalami peningkatan satu minggu.
kadar SpO2 sebanyak 2%. Faktor yang Secara umum hasil penelitian didapatkan
mempengaruhi peningkatan kadar SpO2 adalah bahwa kelompok eksperimen sebelum
olahraga. Menurut Annisa (2017 : 7) diberikan senam yoga memiliki rata-rata kadar
komponen kebugaran fisik salah satunya SpO2 sebesar 97,33% (normoksemia) dan rata-
adalah untuk daya tahan jantung – paru rata kadar SpO2 sesudah diberikan senam yoga
(cardiorespiratory endurance) yaitu sebesar 98,46% (normoksemia). Dari data
kemampuan paru-paru untuk proses pertukaran tersebut, maka didapatkan 15 orang responden
gas serta kemampuan jantung dan pembuluh pada kelompok eksperimen mengalami
darah untuk mengedarkan darah ke seluruh peningkatan kadar SpO2 rata-rata sebesar
tubuh. Peneliti berasumsi bahwa olahraga 1,13%.
dilakukan untuk kesehatan tubuh, salah 4.2. Kadar SpO2 Lansia Hipertensi Derajat
satunya adalah untuk jantung dan paru – paru. I pada Kelompok Kontrol yang Tidak
Kedua organ ini fungsinya saling berkaitan, Diberikan Senam Yoga
paru-paru sebagai tempat bertukar masuknya Berdasarkan hasil pengukuran SpO2
oksigen dengan karbon dioksida sedangkan menunjukkan bahwa dari 15 responden pada
jantung sebagai penyalur oksigen untuk kelompok kontrol didapatkan hasil tiga dari 15
disebarkan ke seluruh tubuh lewat darah. responden tidak mengalami peningkatan
Sehingga responden yang banyak melakukan maupun penurunan dari SpO2. Faktor yang
olahraga maka kadar oksigen di dalam tubuh mempengaruhi kadar SpO2 tidak ada
akan meningkat. Pada penelitian ini terjadi perubahan adalah pekerjaan fisik yang berat.
Pada kerja fisik berat, pemakaian oksigen dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 335
sebanyak 3%. Faktor yang mempengaruhi 4.3. Analisis Pengaruh Senam Yoga
penurunan kadar SpO2 adalah berat badan. terhadap Peningkatan Kadar SPO2
Menurut Barnard (2002, dalam Kiki, 2013 : pada Lansia Hipertensi Derajat I
117) mengatakan bahwa kebanyakan lansia Hasil ini sesuai dengan penelitian
mengonsumsi gula untuk membuat teh atau sebelumnya yang dilakukan oleh Simanjutak
makan lain. Gula tersebut jika dikonsumsi dkk, (2016 : 22) dengan judul “Pengaruh
berlebih dapat meningkatkan berat badan. Latihan Fisik Akut Terhadap Saturasi Oksigen
Kelebihan berat badan memberikan pengaruh Pada Pemain Basket Mahasiswa Fakultas
buruk pada tekanan darah. Peneliti berasumsi Kedokteran Unsrat” mengatakan bahwa nilai
bahwa gula berpengaruh pada sistem peredaran saturasi oksigen meningkat sesudah diberikan
darah. Apabila terlalu banyak gula di dalam latihan fisik. Hal ini dimungkinkan karena 4
tubuh, maka oksigen tidak akan bisa masuk ke menit setelah latihan fisik dimulai akan terjadi
pembuluh darah dan berikatan dengan darah peningkatan ambilan oksigen oleh paru – paru
secara maksimal karena pada darah terjadi sebesar 15 kali dari normalnya dan menurun
pengentalan (viskositas). Pada saat penelitian, sedikit demi sedikit sampai 40 menit setelah
responden mengatakan mengontrol latihan fisik. Selain itu akan terjadi
penggunaan gula setiap harinya untuk menjaga peningkatan aliran darah sampai 25 kali lipat
berat badan tubuh yang ideal. selama latihan. Dengan meningkatnya ventilasi
Berdasarkan hasil pengukuran SpO2 dan aliran darah, akan semakin banyak oksigen
menunjukkan bahwa dari 15 responden pada yang berdifusi ke kapiler paru dan berikatan
kelompok kontrol didapatkan hasil satu dari 15 dengan hemoglobin. Berdasarkan hal tersebut
responden mengalami penurunan kadar SpO2 di atas, maka tubuh dapat mempertahankan
sebanyak 4%. Faktor yang mempengaruhi kadar oksigen dalam darah agar tidak menurun
penurunan kadar SpO2 adalah berat badan. selama latihan fisik, dan nilai saturasi oksigen
Status gizi menjadi salah satu faktor yang dapat setelah latihan fisik akan tetap atau mengalami
mempengaruhi tekanan darah karena seseorang peningkatan. Hasil penelitian yang dilakukan,
yang memiliki berat badan berlebih cenderung didapatkan bahwa terdapat peningkatan niai
mempunyai tekanan darah tinggi daripada saturasi oksigen yang signifikan dengan nilai ρ
mereka yang kurus. Hal ini disebabkan karena = 0,041 setelah melakukan latihan fisik akut.
semakin besar massa tubuh seseorang maka Pada penelitian sebelumnya yang
semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk dilakukan oleh Mahardika dkk, (2016 : 77)
menyampaikan oksigen dan zat gizi ke dalam dengan judul “Pengaruh Minuman Berkadar
jaringan tubuh sehingga volume darah di Oksigen Tinggi Terhadap Saturasi Oksigen
pembuluh darah bertambah yang memberikan Pada Olahraga Lari” mengatakan bahwa
tekanan yang lebih besar pada dinding aktivitas fisik adalah segala gerakan tubuh
pembuluh darah arteri yang memgakibatkan yang berasal dari otot rangka yang
tekanan darah tinggi (Palmer dan William membutuhkan pengeluaran energi. Pentingnya
(2007 dalam Nina, 2016 : 3)). Peneliti fungsi hemoglobin pada tubuh manusia dan
berasumsi bahwa berat badan yang ideal pentingnya seseorang melakukan aktivitas
membantu jantung untuk tidak bekerja lebih fisik secara tertatur merupakan dua hal yang
berat, sehingga kebutuhan oksigen yang saling berhubungan. Hubungan antara aktivitas
diperlukan tubuh tidak bertambah. Pada saat fisik yang dilakukan seseorang terhadap kadar
penelitian, responden mengatakan rajin hemoglobin dalam suatu penelitian bahwa saat
menjaga tubuhnya terutama berat badan. seseorang melakukan aktivitas fisik, seperti
Secara umum hasil penelitian didapatkan berolahraga, terjadi peningkatan aktivitas
bahwa kelompok kontrol sebelum diberikan metabolik yang tinggi, asam yang diproduksi
senam yoga memiliki rata-rata kadar SpO2 (ion hidrogen, asam laktat) pun semakin
sebesar 96,86% (normoksemia) dan rata-rata banyak sehingga mengakibatkan terjadinya
kadar SpO2 sesudah diberikan senam yoga penurunan pH. pH yang rendah akan
sebesar 95,86% (normoksemia). Dari data mengurangi daya tarik antara oksigen dan
tersebut, maka didapatkan 15 orang responden hemoglobin. Hal ini menyebabkan hemoglobin
pada kelompok kontrol mengalami penurunan melepaskan lebih banyak oksigen sehingga
kadar SpO2 rata-rata sebesar 1%. meningkatkan pengiriman oksigen ke otot.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 337
Menurut penelitian Putu (2009, dalam minggu mengalami penurunan kadar saturasi
Triyanto, 2014 : 28) senam yoga dengan teratur oksigen perifer rata-rata 1% dengan saturasi
selama 30 - 45 menit dan dilakukan 3 - 4 kali oksigen sebelum senam yoga rata-rata 96,86%
seminggu terbukti lebih efektif menurunkan dan sesudah senam yoga rata-rata 95,86%
tekanan darah (tekanan darah sistolik turun 4 - (normoksemia).
8 mmHg). Viklund (2010, dalam Eva, 2013 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara
11) Selain itu, senam yoga dapat melancarkan kelompok eksperimen yang diberikan senam
aliran oksigen di dalam tubuh sehingga tubuh yoga dan kelompok kontrol yang tidak
pun sehat. Senam yoga merupakan intervensi diberikan senam yoga di Griya Werdha
holistik yang menggabungkan postur tubuh Jambangan Surabaya.
(asanas), teknik pernapasan (pranayamas) dan
meditasi. Olahraga mempunyai multi manfaat REFERENSI
antara lain manfaat fisik (meningkatkan 1. Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan
komponen kebugaran), manfaat psikis (lebih Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep,
tahan terhadap stres, lebih mampu Proses dan Praktik Keperawatan,
berkonsentrasi), dan manfaat sosial Yogyakarta : Graha Ilmu
(menambah percaya diri dan sarana 2. Arum, Nina. (2016). Hubungan Asupan
berinteraksi). Senam ini memberikan manfaat Lemak, Asupan Natrium Dan Status Gizi
bagi kesehatan tubuh, kekuatan maupun Dengan Tekanan Darah Sistolik Pada
vitalitas. Senam yoga juga bisa Wanita Pralansia Di Pos Kesehatan
menyeimbangkan tubuh dan fikiran. Yoga Pralansia Kelurahan Bojongbata
mengurangi kecemasan, membuat merasa Kecamatan Pemalang Kabupaten
sehat, dan dapat meningkatkan kualitas hidup Pemalang, Fakultas Ilmu Kesehatan
secara umum (Garnadi, 2012 : 116). Peneliti Universitas Muhammadiyah Surabaya :
berasumsi bahwa senam yoga menggunakan Skripsi dipublikasikan
teknik pernapasan, meditasi dan postur tubuh 3. Ary, Saputri. (2017). Faktor-Faktor Yang
sehingga oksigen yang masuk lebih banyak ke Mendukung Pemilihan Puskesmas Baki
dalam tubuh karena senam ini sifatnya tenang. Sukoharjo Sebagai Layanan Kesehatan
Apabila oksigen banyak yang masuk ke dalam Bagi Penderita Hipertensi, Fakultas Ilmu
tubuh, maka darah bisa mengambil oksigen Kesehatan Universitas Muhammadiyah
untuk terikat dengan hemoglobin kemudian Surakarta : Skripsi dipublikasikan
melakukan proses pertukaran darah dengan 4. Bahkruddinsyah, Rama. (2016). Makna
gas. Hidup dan Arti Kebahagiaan pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian ini maka di Panti Werdha Nirwana Puri Samarinda,
dapat disimpulkan bahwa kelompok eJournal Psikologi, Volume 4, Nomor 4.
eksperimen mengalami peningkatan kadar Samarinda : Universitas Mulawarman
SpO2 yang didapatkan dari hasil pengukuran 5. Dalimartha, S, Basuri T. Purnama, Nora
pre post menggunakan pulse oximetry. Sutarina, B. Mahendra dan Rahmat
Kelompok kontrol mengalami penurunan Darmawan. (2008). Care Your Self,
kadar SpO2 yang didapatkan dari hasil Hipertensi, Jakarta : Penebar Plus
pengukuran pre post menggunakan pulse 6. Departemen Kesehatan. (2015). Kategori
oximetry. Umur. Jakarta : Departemen Kesehatan
7. Dinas Kesehatan. (2015). 10 Penyakit
5. KESIMPULAN Terbanyak,
Pada kelompok eksperimen lansia yang http://dinkes.surabaya.go.id/portal/profi
diberikan senam yoga selama 3 kali dalam 1 l/dkk-dalam-angka/statistik-10-penyakit-
minggu mengalami peningkatan kadar saturasi terbanyak/ diakses tanggal 8 Desember
oksigen perifer rata-rata 1,13% dengan saturasi 2016 jam 19.00 WIB
oksigen sebelum senam yoga rata-rata 97,33% 8. Djojodibroto, Darmanto. (2007).
dan sesudah senam yoga rata-rata 98,46% Respirologi (Respiratory Medicine),
(normoksemia). Jakarta : EGC
Pada kelompok kontrol lansia yang tidak 9. Eva, Wahyu. (2013). Perbedaan Tingkat
diberikan senam yoga selama 3 kali dalam 1 Stres pada Lansia Sebelum dan Setelah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 338
36. Shindu, Pujiastuti. (2009). Hidup Sehat diakses pada tanggal 26 Desember 2016
dan Seimbang Dengan Yoga : Daily pukul 10.15 WIB
Practice, Bandung : Qanita 49. Wulan, Mahardika, Jimmy F. Rumampuk,
37. Simanjutak, R, Joice dan Sylvia. (2016). Fransisca Lintong. (2016). Pengaruh
Pengaruh Latihan Fisik Akut terhadap Minuman Berkadar Oksigen Tinggi
Saturasi Oksigen pada Pemain Basket Terhadap Saturasi Oksigen Pada Olahraga
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat, Lari, Jurnal Kedokteran Klinik (JKK),
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Volume 1 No 1, Desember 2016. Fakultas
Nomor 1, Januari-Juni Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
38. Siokal, Brajakson, Patmawati dan
Sudarman. (2017). Falsafah Dan Teori
Dalam Keperawatan, Jakarta Timur : CV.
Trans Info Media
39. Sumardjo, Damin. (2006). Pengantar
Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I
Fakultas Bioeksakta, Jakarta : EGC
40. Sunaryo.,et al. (2016). Asuhan
Keperawatan Gerontik, Yogyakarta : CV.
ANDI OFFSET
41. Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. (2011).
Cara Jitu Mengatasi Hipertensi,
Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET
42. Tarwoto dan Wartonah. (2015).
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 5, Jakarta Selatan :
Salemba Medika
43. Triana, W, Yasin Wahyu Rianto, Hadi
Purwanto. (2008). Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Tingkat Depresi pada
Lansia di Posyandu Lansia Mekarsari
Kelurahan Kutorejo Tuban, Jurnal
Keperawatan Vol 1 No. 1, Surabaya :
Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya
dan PPNI Provinsi Jawa Timur
44. Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan
Keperawatan bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu, Yogyakarta : Graha Ilmu
45. Universitas Sumatera Utara. (2016).
Anatomi Saluran Pernafasan. Sumatera
Utara : Universitas Sumatera Utara
46. Wahyu, Angga. (2016). Pengaruh
Pemberian Senam Yoga Untuk
Mengurangi Insomnia Pada Lanjut Usia,
Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta
47. WHO. (2016). Hipertensi,
http://www.who.int/bulletin/volumes/9
2/1/13-121954/en/diakses tanggal 26
Desember 2016 jam 09.00 WIB
48. WHO. (2016). Hipertensi,
http://www.who.int/features/qa/82/en/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 340
Dya Sustrami1), Setiadi2), Puji Hastuti3), Lela Nurlela4), MeianaHarfika5), Baidhowi6), Giska Wulan
Kusuma7), Nur Muji8), DitaApriani8)
1,2,3,4,5,6,7,8
Prodi d3 KeperawatanStikes Hang Tuah Surabaya
email : 1dyastaufan@gmail.com, 2setiadiadi15@yahoo.co.id
Abstract
Aging is prosess loose of tissue capability to repairmen his self to defend the structure and
function normally. As a result of the aging process the elderly who have maladaptive coping will be
vulnerable experience problems low self-esteem. One of the interventions that can be done to
overcome the issues of low self-esteem is reminiscence therapy. Using method pre-post test with
sharing experience they have in the past. The result was obtained increase self esteem level before
and after the reminiscence therapy was given in UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya.
Keywords : Self-concept, Reminiscence Therapy, Elderly
dilakukan dengan baik, perlahan menjadi paling berkesan, atau keberhasilan dan
berkurang kemampuannya dalam melakukan kesuksesan yang pernah dicapai.
aktivitas-aktivitas tersebut, hal ini yang sering 3.3. Sosialisasi dan Perijianan
kali berpengaruh terhadap konsep diri, Tahap awal yang harus dilakukan
khususnya harga diri pada lansia (Syam’ani adalah sosialisasi dan perijinan kepada
2013). pihak UPTD Griya Werdha Jambangan
Metode terapi nonfarmakologis yang bisa Surabaya, setelah mendapat ijin tahap
dilakukan untuk meningkatkan harga diri pada selanjutnya yaitu mengajak para lansia
lansia adalah dengan pendekatan perilaku dan untuk ikut serta dalam kegiatan terapi
kognitif yaitu dengan terapi kenangan reminiscence.
(reminiscence therapy) (Rahayuni et al, 2015). 3.4. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang dipersiapkan
2. KAJIAN LITERATUR pada kegiatan ini adalah barang-barang
Terapi Reminiscence atau terapi kenangan yang menstimulus ingatan masa lalu
merupakan tindakan atau proses mengingat lansia diantaranya yaitu permainan/benda
masa lalu yang indah atau menyenangkan. jaman dulu seperti congklak, lampu
Terapi Reminiscence bertujuan untuk tempel, papan catur, coek, kaset, bola
meningkatkan harga diri, membantu individu bekel, permainan ular tangga dan kartu
mencapai kesadaran diri memahami diri, TAK.
beradaptasi terhadap stres, meningkatkan 3.5. Terapi reminiscence
kepuasan hidup dan melihat dirinya dalam Proses kerja terapi reminiscence
konteks sejarah dan budaya. Dalam kegiatan yang pertama adalah menyelesksi para
terapi ini, memfasilitasi lansia untuk lansia yang memehuhi kriteria inklusi
mengumpulkan kembali memori-memori masa yaitu lansia yang tidak memiliki
lalu yang menyenangkan sejak masa anak, keterbatasan fisik, tidak memiliki
remaja dan dewasa serta hubungan klien gangguan pengelihatan, lansia yang tidak
dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing memiliki penyakit kronis, dan lansia yang
dengan orang lain (Syarniah, 2010). mau menjadi responden. Kemudian lansia
dikumpulkan di aula UPTD Griya Werdha
3. METODE PELAKSANAAN Jambangan Surabaya, dilakukan kontrak
KEGIATAN waktu dan topik yang didiskusikan
3.1. Tempat dan waktu meliputi: 1) pengalaman masa anak, 2)
Terapi reminiscence dilakukan di pengalaman remaja, 3) pengalaman masa
aula UPTD Griya Werdha Jambangan dewasa, 4) pengalaman keluarga dan di
Surabaya dan dilakukan mulai tanggal 23 rumah, 5) eveluasi integritas diri. Tiap
Oktober – 27 Oktober 2017. Terapi pertemuan dilakukan 1 sesi secara
reminiscence terdiri dari 5 sesi, setiap berurutan, pertama lansia akan disuruh
pertemuan dilakukan 1 sesi yang memegang bola saat musik dimainkan
dilakukan selama 30-60 menit dengan bola diputar secara bergantian ke lansia
jumlah anggota kelompok 10-15 orang. disebelahnya dan apabila musik berhenti
3.2. Tahapan dan metode pelaksanaan lansia yang terakhir memegang bola harus
kegiatan memperkenalkan diri dan diberi
Pada kegiatan terapi reminiscence kesempatan untuk menyampaikan
terdiri atas 5 sesi yaitu: 1) berbagi pengalaman yang dimilikinya sesuai topik
pengalaman masa anak, 2) berbagi pada tiap sesi. Lansia juga diminta untuk
pengalaman masa remaja, 3) berbagi memainkan alat/permainan yang telah
pengalaman masa dewasa, 4) berbagi disediakan untuk menstimulus ingatan di
pengalaman keluarga dan di rumah, 5) masa lalunya.
evaluasi integritas diri. Metode yang
digunakan adalah sharing pengalaman di
masa lalu lansia baik yang bersifat 3.6. Evaluasi
pengalaman menyenangkan, pengalaman Tahap evaluasi dilakukan di akhir
sesi yaitu sesi ke 5 yang merupakan sesi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 342
evaluasi integritas diri meliputi orang (94%) dan yang tetap berada pada
bagaimana perasaan lansia setelah kategori harga diri rendah sebanyak 1
mengikuti kegiatan terapi reminiscence orang (6%). Hal tersebut menunjukkan
dari sesi 1 sampai 4, harapan setelah adanya berbedaan tingkat harga diri
dilakukan terapi reminiscence dan yang sesudah dan sebelum dilakukan terapi
terakhir ditutup dengan terminasi reminiscence. Lansia akan terhindar dari
kelompok. stres karena memiliki perasaan masih
tetap berguna, bijaksana, bahagia, mampu
4. HASIL DAN PEMBAHASAN memanfaatkan waktu secara efektif dan
4.1. Tingkat Harga Diri Sebelum efisien, melibatkan diri dalam aktivitas
Dilakukan Terapi Reminiscence sosial, perasaan optimis, mengembangkan
Sebelum dilakukan kegiatan terapi hobi, dan menjadi lebih religious. Terapi
reminiscence di UPTD Griya Werdha reminiscence diberikan pada lansia
Jambangan Surabaya dilakukan pre test melalui proses motivasi dan diskusi
menggunakan kuesioner RSES yaitu tentang pengalaman masa lalu yang
untuk mengukur tingkat harga diri lansia dialaminya.
sebelum dilakukan terapi. Hasilnya Terapi reminiscence yang diberikan
menunjukkan lansia dengan harga diri pada lansia dalam penelitian ini dibagi
normal sebanyak 12 orang (80%) dan menjadi lima sesi dengan topik diskusi
sebanyak 3 orang (20%) mengalami harga yang berbeda-beda pada tiap sesinya.
diri rendah. Permasalahan yang paling Topik tersebut meliputi berbagai
banyak terjadi adalah masalah psikososial pengalaman pada saat anak-anak, saat
yang dirasakan lansia diantaranya adalah remaja, saat dewasa, saat berada di
lansia menggungkapkan perasaan tidak keluarga dan di masyarakat, serta evaluasi
berdaya karena terjadinya kemunduran integritas diri. Proses terapi yang
fungsi fisiknya, kurang sosialisasi dengan diberikan secara bertahap dan
lansia lain, dan lebih senang menyendiri. berkesinambungan dapat meningkatkan
Selama proses terapi, lansia ikatan lansia dengan masa lalunya
dimotivasi untuk menceritakan kenangan sehingga menghasilkan rasa kontinuitas.
yang menyenangkan di masa lalunya Melalui terapi reminiscence lansia
dengan menggunakan media berupa dapat menemukan kelebihan dalam
benda/permainan jaman dahulu. Saat dirinya, membangun rasa kepercayaan
mengingat pengalaman positif di masa diri lansia, dan mengembangkan
lalu, lansia memperoleh pengetahuan pemikiran positif dari lansia itu sendiri.
umum, keterampilan dan strategi untuk Hal tersebut dapat meningkatkan harga
beradaptasi dengan stresor penuaan. diri lansia. Pemberian terapi reminiscence
Lansia yang berhasil dalam penyesuaian untuk mengatasi stres pada lansia
diri terhadap perubahan dan kemunduran memang cukup penting mengingat efek
yang dialaminya akan memunculkan negatif stres yang dapat menimbulkan
perasaan dan sikap-sikap yang positif bagi tuntutan yang besar pada seseorang, dan
dirinya maupun lingkungannya. jika orang tersebut tidak dapat beradaptasi
4.2. Tingkat Harga Diri Sesudah Dilakukan maka akan meninbulkan penyakit.
Terapi Reminiscence
Setelah dilakukan terapi 5. KESIMPULAN
reminiscence selama 5 sesi berturut-turut Berdasarkan hasil kegiatan terapi
dilakukan post test dengan menggunakan reminiscence dapat disimpulkan bahwa
kuesioner RSES. Hasil didapatkan yang terapi reminiscence merupakan kegiatan
semula lansia berada pada kategori harga yang menarik bagi lansia, sangat mudah
diri normal sebanyak 12 orang (80%) untuk dilakukan dan memiliki manfaat
sesudah dilakukan terapi naik menjadi 14 positif terhadap psikologis lansia.
Sehingga perlu menjadi kegiatan rutin
yang dilakukan lansia sehari-hari.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 343
REFERENSI
Atik Pramesti Wilujeng1),Muhammad Al Amin 2), Titis Sriyanti 3), Elita Indah4)
1,2,3,4
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
email: atikpramesti@stikesbanyuwangi.ac.id
Abstract
Iron deficiency is the most common cause of nutritional anemia. The negative impacts caused by iron
deficiency anemia in toddlers are very serious. In Indonesia and other developing countries, the
prevalence of iron deficiency anemia in children is still quite high. The highest prevalence is found
at the end of infancy and early childhood. One of the basic steps for early detection of iron deficiency
anemia in infants is to perform health screening, ie hemoglobin level and nutritional status
assessment of children, and education. This activity is done as a form of concern for devotees to
support the government in order to prevent iron deficiency anemia of children under five, especially
in Banyuwangi. This activity is done by direct inspection method to the participants of activity and
education about the result of examination. Examination of hemoglobin level of children by taking
blood on the index finger as much as 0.5 cc with one time using the quik check. The activities were
carried out at several public health centres and villages in Banyuwangi. The number of participants
as many as 132 children. The results of hemoglobin examination, obtained a number of 95 children
had normal hemoglobin level, 34 children had mild anemia, 2 children had moderate anemia and 1
children had severe anemia. While on the assessment of nutritional status, found a number of 53
children underweight malnutrition, 53 children have less nutrition and 26 children a good nutrition.
Keywords: anemia, nutritional status
penurunan daya tahan tubuh (Wahyuni, 2004). asupan besi dari makanan, atau karena
Bahkan, lambatnya perkembangan kognitif penggunaan susu formula dengan kadar besi
maupun perilaku anak akibat kekurangan zat kurang (IDAI, 2013).
besi dapat menetap sehingga mengganggu Sebagai bagian dari warga negara
tumbuh kembang dengan akibat dalam jangkah Indonesia, sekaligus sebagai tenaga kesehatan,
waktu yang panjang (Sjarif dkk, 2011). Pada tim pengusul peduli dan termotivasi untuk
bayi atau anak yang menderita anemia gizi membantu pemerintah dalam upaya deteksi
dapat mengakibatkan gangguan motorik dan dini anemia defisiensi besi balita. Salah satu
koordinasi, gangguan perkembangan bahasa langkah dasar pengendalian ialah dengan
dan kemampuan belajar dan pengaruh pada melakukan skrining kesehatan, yakni
psikologik dan perilaku serta aktifitas fisik pemeriksaan kadar hemoglobin dan penilaian
menurun (Setyaningsih, 2008). status gizi, serta edukasi. Melalui kegiatan ini,
Jumlah kasus gizi buruk tahun 2013 tim pengusul berharap dapat menjadi masukan
sebanyak 909 kasus (0.96 %), 4,51% karena dalam merancang program penanganan
BBLR, 15,74 % sering sakit, 8,04 % anemia, kegiatan ini sebagai rangkaian
disebabkan kemiskinan dan hampir 66,66 % pelaksanaan peran kerja dari perawat
kemungkinan disebabkan karena pengetahuan komunitas yang memberikan intervensi
ibu atau keluarga masih kurang (Profil prevensi primer, sekunder dan tersier pada
Kesehatan Banyuwangi, 2013). Penelitian di masyarakat.
Indonesia mendapatkan prevalensi anemia
defisiensi besi pada anak balita sekitar 30% - 2. KAJIAN LITERATUR
40%, , hal ini disebabkan oleh kemiskinan, 2.1 Konsep Anemia Defisiensi Besi
malnutrisi, defisiensi vitamin A dan asam folat 2.1.1 Definisi
(WHO, 2008). Berdasarkan laporan Riskesdas Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
(2013) menunjukkkan bahwa anemia gizi besi timbul karena kekurangan zat besi sehingga
masih merupakan masalah kesehatan pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi
masyarakat dengan prevalensi pada anak balita lain dalam tubuh terganggu (Adriani &
sebesar 28,1%, Studi masalah gizi mikro di 10 Wirjatmadi, 2012)
provinsi tahun 2006 masih dijumpai 26,3% 2.1.2 Etiologi
balita yang menderita anemia gizi besi dengan 1). Kebutuhan yang meningkat secara
kadar haemoglobin (Hb) kurang dari 11,0 gr/dl fisiologis
(Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, 2013). Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada
Dari 38 kabupaten/kota se Jawa Timur, hanya umur 1 tahun pertama dan masa remaja
6 (enam) kabupaten/kota yang mencapai target kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada
pelayanan anak balita 83%. Begitu juga dengan periode ini insiden ADB meningkat. Pada bayi
angka capaian cakupan Provinsi Jawa Timur umur 1 tahun, berat badannya meningkat 3 kali
(70,34%) yang masih di bawah target yang dan massa hemoglobin dalam sirkulasi
telah ditentukan (Profil Dinas Kesehatan Jawa mencapai 2 kali lipat dibanding saat lahir. Bayi
Timur, 2012). Selama ini di Kabupaten prematur dengan pertumbuhan sangat cepat,
Banyuwangi belum pernah dilakukan skrining pada umur 1 tahun berat badannya dapat
kejadian anemia pada anak. Pada penelitian mencapai 6 kali dan massa hemoglobin dalam
yang dilakukan oleh Thakur M.D (2014), sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat lahir.
menunjukkan presentase anemia yang sangat 2). Kurangnya besi yang diserap
tinggi pada anak-anak yang kurang gizi. Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat
Dikatakan anak-anak dengan malnutrisi akut Seorang bayi pada 1 tahun pertama
berat, 70% mengalami anemia dimana 26% kehidupannya membutuhkan makanan yang
mengalami anemia ringan, 40% mengalami banyak mengandung besi. Bayi cukup bulan
anemia sedang dan 3% anemia berat. Secara akan menyerap lebih kurang 200 mg besi
epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan selama 1 tahun pertama (0,5 mg/hari) yang
pada akhir masa bayi dan awal masa kanak- terutama digunakan untuk pertumbuhannya
kanak diantaranya karena terdapat defisiensi (Manampiring, 2008).
besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh 3). Perdarahan
masa kanak-kanak yang disertai rendahnya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 346
Kehilangan darah akibat perdarahan 2007). ADB, merupakan hasil penipisan total
merupakan penyebab penting terjadinya ADB. besi tubuh dan gangguan produksi hemoglobin
Kehilangan darah akan mempengaruhi (Hb), pada anak menyebabkan berkurangnya
keseimbangan status besi. Kehilangan darah 1 fungsi kognitif, perubahan perilaku.
ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 Pertumbuhan dan perkembangan bayi
mg, sehingga kehilangan darah 3-4 ml/hari terlambat, penurunan toleransi latihan, dan
(1,5-2 mg besi) dapat mengakibatkan fungsi kekebalan tubuh terganggu pada anak.1-
keseimbangan negatif besi. 5 ADB sangat penting bagi anak-anak miskin
4). Transfusi feto-maternal dengan peningkatan risiko untuk
Kebocoran darah yang kronis kedalam keterlambatan perkembangan (Debra L.
sirkulasi ibu akan menyebaban ADB pada Bogen, 2014). Berdasarkan beberapa
akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus, penelitian yang dilakukan pada hewan coba
5). Peningkatan Kesehatan tampak bahwa zat besi memiliki peran
Kebutuhan akan zat besi meningkat selama bervariasi pada sistem saraf seperti mielinisasi
kehamilan, masa balita, anak usia sekolah dan normal, sintesis neurotransmitter dan
masa remaja. Pada masa balita, usia sekolah neurometabolism. Penyerapan Zat Besi di otak
dan remaja, zat besi dibutuhkan untuk proses tertinggi pada periode pasca-natal dimana
tumbuh kembang yang cepat sehingga perkembangan otak berlangsung cepat dan
membutuhan zat besi yang banyak. peningkatan ini bertepatan dengan timbulnya
2.1.3 Manifestasi Klinis mielinisasi (Madhulika Monga A, 2009)
Gejala klinis ABD sering terjadi perlahan dan 2.1.5 Pencegahan
tidak begitu diperhatikan oleh penderita dan Ada lima pendekatan dasar pencegahan anemia
keluarganya. Pada yang ringan diagnosis defisiensi besi (Arisman, 2010):
ditegakkan hanya dari temuan laboratorium 1). Pemberian tablet suntikan zat besi
saja. Gejala yang umum terjadi adalah pucat. Pada anak sekolah 96-12 tahun) yaitu ½ tablet,
Menurut Supariasa dkk (2002), gejala atau 2 kali seminggu selama 3 bulan.
tanda-tanda klinis yang dapat dilihat yaitu 2). Pendidikan
lelah, lemah, lesu, bibir tampak pucat, nafsu Pendidikan gizi pada keluarga dan masyarakat
makan berkurang, kadang pusing dan mudah merupakan hal yang penting dalam
mengantuk. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10 pencegahan anemia. Perlu dijelaskan pada
g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang keluarga atau masyarakat tersebut bahwa kadar
efektif sehingga gejala anemia hanya ringan besi yang berasal dari ikan, hati dan daging
saja. lebih tinggi dibandingkan kadar besi yang
2.1.4 Dampak Anemia Defisiensi Besi berasal dari beras, gandum, kacang kedelai dan
Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan bayam.
gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai 3). Modifikasi makanan
berat. Komplikasi ringan antara lain kelainan Asupan zat besi dari zat makanan dapat
kuku, atrofi papil lidah, stomatitis dan ditingkatkan melalui dua cara. Pertama,
komplikasi yang berat sepeti penurunan daya pemastian konsumsi makanan yang cukup
tahan tubuh terhadap penyakit, gangguan pada mengandung kalori sebesar yang seharusnya
pertumbuhan sel tubuh dan sel otak, dikonsumsi. Kedua, meningkatkan makanan
penurunan kognitif, rendahnya kemampuan yang dapat membantu penyerapan zat besi dan
fisik gangguan motorik dan koordinasi, menghindarkan makanan yang dapat
pengaruh psikologi dan perilaku penurunan menghambat penyerapan zat besi
prestasi belajar, rendahnya kemampuan 4). Pengawasan penyakit infeksi
intelektualitas yang dapat menyebabkan Anak-anak biasanya merupakan kelompok
dampak secara luas yaitu menurunnya kualitas yang rawan terkena penyakit infeksi dan
sumber daya manusia (DeMaeyer parasit. Parasit seperti cacing tambang
1995;Depkes 2001; Almatsier,2002; (ancylostoma dan necator) serta schistosoma
Abdulsalam M, 2005). Pada anak-anak > 2 dapat menyebabkan anemia.
tahun dan remaja yang mengalami defisiensi 5). Fortifikasi makanan
besi, hasil penelitian menunjukkan penurunan Fortifikasi makanan merupakan inti dari
funsi kognitif atau defisit perilaku (Ames , pengawsan anemia diberbagai negara.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 347
Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U
terampuh dalam pencegahan defisiensi besi disesuaikan dengan Standar Baku
karena dapat diterapkan pada populasi yang Antropometri WHO-NHCS dilanjutkan
besar dengan biaya yang relative murah. dengan konsultasi hasil secara bergilir.
2.2 Konsep Balita Masyarakat yang datang dicatat identitasnya
Balita atau anak bawah 5 tahun adalah anak (nama, umur, jenis kelamin) lalu dipersilahkan
usia kurang dari 5 tahun. Sehingga bayi usia menuju meja pemeriksaan. Balita bersama
dibawah 1 tahun juga termasuk dalam ibunya yang telah diperiksa kadar hemoglobin
golongan ini (Wiyono, 2006). dan status gizinya ditunjukkan hasil
2.3 Penilaian Status Gizi Anak pemeriksaan untuk konsultasi bersama pakar
Ada beberapa cara melakukan penilaian status secara dua arah. Kegiatan ini diselenggarakan
gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya pada bulan Desember 2015.
adalah dengan pengukuran tubuh manusia
yang dikenal dengan Antropometri. Dalam 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pemakaian untuk penilaian status gizi, Kegiatan pengabdian pemeriksaan kadar
arthopometri disajikan dlama bentuk indeks hemoglobin, penilaian status gizi dan
yang dikaitkan dengan variabel lain. konsultasi hasil telah dilakukan kepada 132
2.3.1 Umur peserta. Peserta yang mengikuti kegiatan ini
Umur sangat memegang peranan dalam dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis
penentuan status gizi, kesalahan penentuan kelamin balita, status gizi balita dan anemia
akan menyebabkan interprestasi status gizi
yang slaha. Hasil penimbangan berat badan Tabel 4.1 Jenis Kelamin Balita Di
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi Puskesmas Banyuwangi Tahun
tidak berarti bila tidak disertai dengan 2015
penentuan umur yang tepat. Ketentuannya Frequency Percent Cumulative
adalah 1 tahun, adalah 12 bulan, 1 bulan adalah Percent
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam L 61 46,2 46,2
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak P 71 53,8 100,0
diperhitungkan (Depkes, 2004). Total 132 100,0
2.3.2 Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang 4.1 Identifikasi Status Gizi dan Anemia di
memberikan gambaran massa jaringan, masing-masing Puskesmas.
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat 4.1.1 Puskesmas Tembokrejo
peka terhadap perubahan yang mendadak baik Tabel 4.2 Status Gizi Balita di Puskesmas
karena penyakit infeksi maupun konsumsi Tembokrejo tahun 2015
makanan yang menurun. Berat badan ini Frequency Percent Cumulative
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (berat Percent
badan menurut umur) atau melakukan Gizi 25 54,3 54,3
penilaian dengan melihat perubahan berat Buruk
badan pada saat pengukuran dilakukan, yang Gizi 16 34,8 89,1
dalam penggunaannya memberikan gambaran Kurang
keadaan kini. Gizi 5 10,9 100,0
Baik
3. METODE Total 46 100,0
Pengabdian ini dilakukan dengan cara
memeriksa kadar hemoglobin melalui Berdasarkan Tabel 4.2 diatas diketahui
pemeriksaan kadar hemoglobin dengan
lebih dari setengahnya Status Gizi balita
melakukan pengambilan darah jari telunjuk dengan kategori Gizi Buruk sebanyak 25
sebanyak 0,5 cc dengan sekali pengambilan
responden (54,3 %)
menggunakan alat quik check. dan penilaian
status gizi dengan melakukan penimbangan
Tabel 4.3 Anemia Balita di Puskesmas
berat badan balita kemudian hasil pengukuran
Tembokrejo tahun 2015
berat badan dibandingkan dengan umur.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 348
memberikan suplementasi zat gizi besi secara menyusun menu seimbang sesuai kebutuhan
oral maupun suntikan dengan dosis 60-180 dan selera keluarga sehingga pemenuhan
mg/hari sampai keadaan normal. Pencegahan kebutuhan gizi anak prasekolah tergantung
anemia kekurangan gizi dapat dilakukan pada perilaku ibu (Popularita, 2010).
dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber Berdasarkan hal di atas maka perlu upaya
utama zat besi seperti daging dan sayuran dari pemerintah setempat untuk memberi
sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan bantuan kepada keluarga yang berpenghasilan
(Setyaningsih, 2008). rendah terutama keluarga berpenghasilan
Mengingat pentingnya zat besi bagi anak rendah yang memiliki anak dengan gizi kurang
yang sedang tumbuh maka tindakan maupun gizi buruk yang terdeteksi mengalami
pencegahan primer adalah sangat penting. anemia berupa suplementasi zat besi baik
Pencegahan primer defisiensi zat besi pada berupa sirup Fe maupun makanan yang
bayi dan anak adalah healthy feeding practice, terfortifikasi zat besi.
yang tidak lain berupa pemberian makanan Faktor-faktor yang menyebabkan
sehat bagi anak. Strategi utama untuk kejadian anemia ini juga bisa diakibatkan
pencegahan primer dapat dilakukan karena status gizi anak dimana pada hasil
melalui peningkatan pengetahuan melalui pemeriksaan status gizi anak menunjukkan
kegiatan edukasi masyarakat tentang bahwa beberapa anak yang menderita anemia
asuhan gizi khususnya makanan bayi dan memiliki status gizi kurang. Anemia defisiensi
anak (Lestari, 2011). Menurut Gibney (2009) besi merupakan salah satu masalah kesehatan
prinsip dasar dalam pencegahan anemia karena pada anakIndonesia yang perlu mendapat
defisiensi zat besi adalah memastikan perhatian khusus karena tidak saja berdampak
konsumsi zat besi secara teratur untuk untuk saat ini tetapi juga masa mendatang.
memenuhi kebutuhan tubuh dan untuk Kekurangan besi pada masa anakterutama pada
meningkatkan kandungan serta bioavailabilitas 5 tahun pertama kehidupan dapat berdampak
zat besi dalam makanan. The American negatif terhadap kualitas hidup anak. Salah
Academy of Pediatrics (AAP) satu elemen mikronutrien yang penting ialah
merekomendasikan skrining Anemia besi (Fe). Setiap kelompok usia anak rentan
Defisiensi Besi (ADB) melalui pemeriksaan terhadap defisiensi besi (DB). Kelompok usia
hemoglobin (Hb) dan penilaian klinis pada yang paling tinggi mengalami DB adalah usia
anak usia 1 tahun yang beresiko tinggi balita (1-5 tahun) sehingga kelompok usia ini
mengalami anemia defisiensi besi. The Centers menjadi prioritas pencegahan DB. Kekurangan
for Disease Control and Prevention (CDC) besi dengan atau tanpa anemia, terutama yang
merekomendasikan bahwa semua anak usia 2 berlangsung lama dan terjadi pada usia 0-2
sampai 5 tahun dinilai setiap tahun untuk tahun dapat mengganggu tumbuh kembang
mengidentifikasi faktor risiko ADB. Anak- anak, antara lain menimbulkan defek pada
anak yang berisiko tinggi ADB (misalnya, diet mekanisme pertahanan tubuh dan gangguan
rendah zat besi, akses terbatas ke makanan pada perkembangan otak yang berdampak
karena kemiskinan atau kelalaian, lebih banyak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia
mengkonsumsi susu sapi) harus diskrining pada masa mendatang.
antara usia 9 dan 12 bulan, kemudian 6 bulan Kekurangan besi, apalagi bila telah
kemudian, dan setiap tahun dari usia 2 sampai menyebabkan anemia terbukti memberikan
5 tahun. Rekomendasi ini untuk menyaring pengaruh buruk bagi tumbuh kembang anak
balita yang berisiko tinggi ADB (Gabrielle dan bayi sampai remaja, khususnya dan segi
Paoletti, 2014). Kecukupan zat gizi menjadi hal prestasi dan kualitas hidup serta kinerja sebagai
utama yang wajib dipenuhi oleh keluarga sumber daya manusia di masa mendatang.
(K.Melisa L.Dewi, 2012). Pada mayoritas Berdasarkan hal tersebut maka tenaga
keluarga, ibu berperan penting dalam kesehatan perlu secara berkesinambungan
pengaturan makan anggota keluarga memberikan penyuluhan kepada masyarakat
(Masithah, Soekirman & Martianto, 2005: mengenai pentingnya peranan besi untuk
Mishbahatul, 2012). Perilaku ibu yang meliputi kehidupan termasuk mengenali tanda dan
pengetahuan, sikap dan tindakan menentukan gejala defisiensi terutama bila telah terjadi
dalam penilaian bahan makanan bergizi, serta anemia.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 351
Pada faktor lain yang kemungkinan diantaranya adalah faktor langsung: konsumsi
berhubungan dengan kejadian anemia anak makanan dan penyakit infeksi. Serta faktor
adalah adanya infeksi cacing yang tidak langsung antara lain tingkat pendapatan,
kemungkinan dialami anak. Sehingga pengetahuan tentang gizi dan pendidikan.
berdasarkan hal ini maka perlu dilakukan Penanganan gizi buruk menjadi salah satu
upaya dari pemerintah maupun tenaga fokus utama Dinas Kesehatan Kabupaten
kesehatan setempat untuk melakukan tindakan Banyuwangi. Selama ini langkah yang sudah
promotif, preventif dan kuratif terkait ditempuh adalah dengan memaksimalkan
permasalahan anemia pada anak dengan status fungsi Posyandu. Posyandu menjadi instrumen
gizi kurang. Sehingga perlunya rekomendasi penting dalam penanggulangan gizi buruk.
dari pemerintah kabupaten Banyuwangi untuk Karena Posyandu menjadi pusat pelayanan
menganjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan yang paling dekat dengan
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) masyarakat. Masalah gizi buruk yang terjadi
setidaknya satu kali pada usia 9-12 bulan. pada anak balita ini bukanlah peristiwa yang
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada populasi terjadi seketika. Umumnya anak gizi buruk
dengan risiko tinggi seperti bayi dengan sudah bermasalah dari dalam kandungan
kondisi prematur, berat lahir rendah, riwayat ibunya. Mereka lahir sebagai anak yang
mendapat perawatan lama di unit neonatologi, kesekian dari seorang ibu yang mengalami
dan anak dengan riwayat perdarahan, infeksi kekurangan gizi. Bayi yang lahir dari ibu yang
kronis, etnik tertentu dengan prevalens anemia kekurangan gizi akan mengalami hambatan
yang tinggi, mendapat asi ekslusif tanpa pertumbuhan sejak dalam kandungan dan
suplementasi, mendapat susu sapi segar pada berdampak pada berat badan lahir yang rendah.
usia dini, dan faktor risiko sosial lain. Pada Bayi yang lahir dari ibu yang kurang gizi juga
bayi prematur atau dengan berat lahir rendah akan memperoleh ASI dengan kuantitas dan
yang tidak mendapat formula yang difortifikasi kualitas yang rendah. ASI padahal merupakan
besi perlu dipertimbangkan untuk melakukan satu-satunya makanan bayi yang terbaik.
pemeriksaan Hb sebelum usia 6 bulan. Kedua, Rendahnya kesadaran kalangan ibu
2. Status Gizi Balita muda untuk memberikan ASI (air susu ibu)
Berdasarkan tabel 4.12 diatas kepada anaknya. Hal itu akibat kurangnya
menunjukkan bahwa status gizi pada balita sosialisasi akan pentingnya ASI untuk
penderita gizi buruk dan gizi kurang sama meningkatkan daya tahan tubuh bayi melalui
besarnya yakni 53 responden, sedangkan yang program yang ada di posyandu atau puskesmas
gizi baik 26 responden. terdekat. Ketiga, Kurang maksimalnya tugas
Status gizi adalah keadaan tubuh puskesmas dan posyandu dalam mengawal gizi
sebagai akibat konsumsi makanan dan anak. Apalagi, para orang tua biasanya hanya
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). membawa anaknya ke Posyandu hingga usia 1
Status gizi memiliki pengaruh yang sangat tahun. Padahal di usia lebih dari 1 tahun anak
besar dalam mewujudkan sumber daya rawan terkena gizi buruk, karena asupan ASI
manusia yang berkualitas di masa yang akan dari orang tuanya sudah berkurang. Keempat,
datang. Pembentukan pertumbuhan dan Biasanya keluarga miskin tidak memiliki
perkembangan pada masa usia dini tergantung kemampuan untuk memberikan asupan gizi
pada asupan zat gizi yang diterima. Faktor yang cukup. Padahal produksi ASI ibunya
sosial ekonomi keluarga akan turut tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi usia
menentukan hidangan yang disajikan untuk lebih 1 tahun.
keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun
jumlah makanan (Marimbi, 2010). Rendahnya 3. KESIMPULAN
status gizi jelas berdampak pada kualitas Skrining awal pemeriksaan hemoglobin
sumber daya manusia. Oleh karena, status gizi dan penilaian status gizi diperlukan untuk
memengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh menentukan faktor risiko seorang anak
terhadap penyakit, kematian bayi, kematian mengalami anemia gizi. Kegiatan ini diikuti
ibu, dan produktivitas kerja. Menurut Suhardjo 132 peserta, dengan kasus tertinggi gizi buruk
(2003 dalam Aeda, 2006) terdapat beberapa terdapat 53 (40,2%) anak menderita gizi buruk,
faktor yang dapat mempengaruhi status gizi 53 (40,2%) anak menderita gizi kurang, dan 26
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 352
(19,7%) anak menderita gizi baik. Dari hasil in America Samoa and Children Living
pemeriksaan kadar Hb didapatkan 1 (0,8 %) Within The US. Europan Journal of
balita menderita anemia berat, anemia sedang Clinical Nutrition. 754-760
2 (1,5%) orang dan menderita anemia ringan 14. Kisworini P, Mulatsih S, Triasih S (Ed).
34 (25,8%) orang anak. Sedangkan yang tidak 2005. Anemia Defisiensi Besi: Clinical
menderita anemia sebanayak 95 (72%) orang Practice Guidelling Anemia Defisiensi
anak . Besi. Yogyakarta: Medika-Fakultas
Kedokteran UGM. Hlm 81-93
REFERENSI 15. Latief. 2000. Konsumsi Pangan Tingkat
1. Abdulsalam M, T. S. 2005. Anemia Rumah tangga Sebelum dan Selama
Defisiensi Besi: Diagnosis Pengobatan Krisis Ekonomi. Dalam : Seta AK,
dan Pencegahan Anemia Defisiensi Pada Atmowidjojo, M. Atmojo SM, Jahari Ab,
Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Fakultas Irawan PB, Sudaryanto T (Eds), Widya
Kedokteran UGM. Karya nasional Pangan Dan Gizi VII (hlm
2. Adriani, W. 2012. Pengantar Gizi 159-179). Jakarta: LPI
Masyarakat (1nd ed.). Jakarta: Kencana 16. Lestari, H. D. 2011. Defisiensi Zat Besi.
Prenada Media Group. Dalam R. S. dkk, Buku Ajar Nutrisi
3. Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Pediatrik dan penyakit Metabolik Jilid I
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum (hal. 190). Jakarta: IDAI.
4. Ames, J. C. 2007. An overview of 17. Manampiring. 2008. Prevalensi Anemia
evidence for a causal relation between dan Tingkat Kecukupan Zat Besi Pada
iron deficiency. Am J Clin Nutr, 931-945. Anak sekolah dasar Di desa Minaesa
5. Ames, J. C. 2007. An overview of kecamatan Wori Kabupaten Minahasa
evidence for a causal relation between Utara. Manado: Fakultas kedokteran
iron deficiency. The American Journal Of Universitas Sam Ratulangi Manado.
Clinical Nutrition, 931-945. 18. Mishbahatul, E. (2012). Perilaku ibu
6. Debra L. Bogen, A. K. 2014. Screening dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak
for Iron Deficiency Anemia by Dietary prasekolah dengan pendekatan integrasi
History in a High-Risk. Pediatrics, 1254. Health Promotion Model dan Self
7. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA . Regulation theory, tesis Magister,
2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Universitas Airlangga, Surabaya
Masyarakat TAhun 2013. Jakarta: 19. Madhulika Monga A. (2009). Effect of
Direktorat Bina Gizi Kementerian Iron Deficiency Anemia On Visual
Kesehatan RI. Evoked Potential of Growing Children.
8. Gabrielle Paoletti, D. L. 2014. Severe Official Journal of The Japanese Society
Iron-Deficiency Anemia Still an Issue in of Chil Neurology. 213-216.
Toddlers. Clinical Pediatrics, 1352-1357. 20. Neha Thakur M.D. , J. C. 2014. Anemia in
9. Gibney, M. J. 2009. Gizi Kesehatan severe acute malnutrition. Nutrition, 440-
Masyarakat. Jakarta: EGC. 442.
10. IDAI. 2011. Rekomendasi Ikatan Dokter 21. Popularita, L. D. (2010). Hubungan
Anak Indonesia Suplemntasi Besi Untuk pengetahuan, sikap, tindakan dan pola
Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. asuh ibu dengan status gizi balita usia 1-
11. IDAI. 2013, September 05). Anemia 5 tahun. Skripsi. Surabaya. Universitas
Defisiensi Besi pada bayi Dan Anak. Airlangga (tidak dipublikasikan)
Diambil kembali dari Indonesian Pediatric 22. Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi.
Society: idai.or.id 2013. Dinas Kesehatan Pemerintah
12. K.Melisa L.Dewi, N. K. 2012. Status Kabupaten Banyuwangi 2013
Anemia Gizi Besi dan Konsumsi Zat Besi 23. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Pada Anak Sekolah Di Lima Panti Asuhan 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah
Di Kota Denpasar. Indonesian Journal of Provinsi Jawa Timur 2012
Public Health, 35-42. 24. Riskesdas. 2013. Penyajian Pokok-Pokok
13. Kemmer. 2008. Iron Deficiency And Hasil Riset Kesehatan dasar 2013.
Anemia Disparity Exist Betwen Children Jakarta: Badan Penelitian Dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 353
Abstract
Posbindu PTM is an effort made as an early detection of degenerative diseases that have developed
into the first disease of human killers, especially in developing countries. The purpose of this
dedication is to foster the implementation of integrated coaching posts on degenerative diseases that
have been pioneered in Dusun Glonggongan Sumber Tebu Bangsal Mojokerto Regency. The results
of coaching efforts during July-October 2017 is the decrease in the incidence of degenerative
diseases, improve the diet and the daily activities of the elderly
Keywords:Posbindu, PT
4) Kimiawi seperti logam berat, pewarna Diagram diatas menjelaskan bahwa di Dusun
makanan Glonggongan kebanyakan masyarakatnya
Penyakit tidak menular (PTM) tidak bekerja sejumlah 29% (73 orang).
mempunyai beberapa karakteristik tersendiri
seperti (Perkeni, 2011): Posbindu PTM dilaksanakan setiap hari
a. Penularan penyakit tidak melalui suatu kami smulai pukul 09.00 – 11.00 di bidan desa,
rantai penularan tertentu antusias warga sangat baik kebanyakan yang
b. Masa inkubasi yang panjang dating adalah para lansia. Rata-rata peserta
c. Bersifat kronik (berlarut-larut) posbindu sebanyak 59 orang. Kegiatan ini
d. Mempunyai variasi yang luas meliputi tensi darah, pengukuran kadar lemak,
e. Faktor penyebab bermacam-macam lingkarperut, TB, BB, GDA sehingga data
(multicausal) atau bahkan tidak jelas yang didapatkan dari hasil pemeriksaan
(Sudirman, 2003). kesehatan beberapa warga dapat dijadikan data
Faktor yang dapat disebut sebagai faktor penunjang atau data pendukung penyakit apa
resiko adalah (Kemenkes RI, 2011): yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Dusun
a. Merokok Glonggongan. Masyarakat antusias datang
b. Alkohol pada kegiatan tersebut karena merasa dapat
c. Diet/makanan periksa gratis kondisi kesehatannya akibat
d. Gaya hidup penyakit degeneratif yang dideritanya.
e. Obesitas/kegemukan Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 (lima)
kegiatan, namun dalam situasi-kondisi
3. METODE PELAKSANAAN tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Upaya pembinaan Posbindu yang dan kesepakatan bersama (Kemenkes RI,
dilakukan oleh tim dosen D3 Keperawatan 2007). Kegiatan tersebut berupa pelayanan
berupa pelatihan dan penyuluhan pada deteksi dini dan tindak lanjut sederhana
beberapa kelompok masyarakat, senam sehat terhadap faktor risiko penyakit tidak
dan pendampingan Posbindu PTM. menular, termasuk rujukan ke Puskesmas.
Adapun kegiatan tersebut secara berurutan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN adalah sebagai berikut:
Kegiatan dilaksanakan pada mulai tanggal 1. Meja 1 :Registrasi, yaitu kegiatan
1 Juli sampai 30 Oktober 2017. Seluruh mencatat data individu pasien sesuai KMS
kegiatan ditujukan pada penduduk Dusun yang ada.Pada pelaksanaan monitoring,
Glonggongan Desa Sumber Tebu Kecamatan kondisi faktor risiko PTM harus diketahui
Bangsal Kabupaten Mojokerto. oleh yang diperiksa maupun yang
memeriksa. Masing-masing peserta harus
Diagram 1 Pekerjaan penduduk di Dusun mempunyai alat pantau individu berupa
Glonggongan Desa Kartu Monitoring faktor Risiko PTM
Sumbertebu-Bangsal yang disingkat dengan sebutan KMR-
PTM, untuk mencatat kondisi faktor risiko
IRT Swasta
PTM (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Wiraswasta Petani
Kartu ini disimpan oleh masing-masing
Buruh tani PNS
peserta, dan harus selalu dibawa ketika
berkunjung ke Posbindu dan ketika
20%
melakukan perjalanan. Tujuannya agar
29%
setiap individu dapat melakukan mawas
12% diri dan petugas dapat
melakukan/memberi saran tindak lanjut
27% yang diperlukan sesuai dengan kondisi
3%
yang dialami/ditemukan. Format KMS-
5% PTM mencakup identitasi, waktu
4%
kunjungan, jenis faktor risiko PTM dan
tindak lanjut. Pada KMS-PTM
ditambahkan keterangan golongan darah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 356
kader kesehatan sebagai bagian dari kelompok 6. Kementerian Kesehatan RI. 2007. Pedom
masyarakat peduli PTM diharapkan mampu an Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi(Kad
melaksanakan deteksi dini faktor risiko PTM arzi). Jakarta.
dan tindak lanjutnya secara mandiri.Kader 7. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedom
kesehatan diharapkan mampu berperan aktif an Umum Pengembangan Desadan Kelur
dalam masyarakat dan bertindak sebagai ahan Siaga Aktif. Jakarta.
motor penggerak (agent of change) dalam 8. Kementerian Kesehatan RI. 2011.Pedoma
pengendalian PTM (Kementrian Dalam n Umum Pengelolaan Posyandu.Jakarta.
Negeri RI, 2007). Dengan meningkatnya 9. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Revital
kesadaran masyarakat dalam identifikasi itasi Kebijakan Dasar PusatKesehatan Ma
faktor risiko PTM merupakan daya ungkit bagi syarakat. Jakarta.
pengendalian PTM sehingga menjadikan 10. Kementrian Kesehatan RI, Pusat Promosi
program pengendalian PTM merupakan Kesehatan. 2011. RencanaOperasional Pr
program yang mandiri dan berkesinambungan. omosi Kesehatan Dalam Pengendalian Pe
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut nyakit TidakMenular Tahun 2010-
diperlukan buku panduan untuk pelatihan 2014. Jakarta.
kader kesehatan dalam pengendalian faktor 11. Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan da
risiko (FR) PTM. Sehingga keberlanjutan n Pencegahan Diabetes Mellitus
program diteruskan dengan pelatihan Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
posbindu secara terstruktur pada kader 12. Rahajeng, Ekowati. 2007. Posbindu PTM
kesehatan. . Jakarta.
13. Sudirman, Sulistro. 2003. P3K. Jakarta.
5. KESIMPULAN
Kegiatan Posbindu PTM merupakan
kegiatan yang terintegrasi sehingga
memerlukan peran serta semua pihak.
Pelaksanaan pendampingan selama 3 bulan
mampu menurunkan jumlah penderita yang
rutin datang ke Posbindu.
REFERENSI
1. Harjana, Arief. 2011. 812 Resep untuk Me
ngobati 236 penyakit. Jakarta.RSCM Pusa
t Diabetes dan Lipid Jakarta. 2010. Daftar
Bahan MakananPenukar. Jakarta.
2. Kartiningrum, Eka Diah. 2017. Kualitas
Hidup Lansia Di Dusun Glonggongan
Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal
Mojokerto. Jurnal Hospital Majapahit Vol
9 No 2 Hal 42-47.
3. Kementerian Dalam negeri RI. 2007. Ped
oman Penataan KelembagaanMasyarakat.
Jakarta.
4. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi
Kesehatan. 2011. Buku Paket
Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Ma
syarakat dalamPengembangan Desa Siaga
(Untuk Kader. Jakarta.
5. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi
Kesehatan. 2011. Panduan
peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga
.Jakarta.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 359
Abstract
Ischialgia is one of the musculoskeletal pain in the lumbosacral region that runs the butt even up to
the lateral toe. Management of Ischialgia is conventionally carried out, among others, by
pharmacological treatment, medical rehabilitation and surgery. Despite the accompanying side
effects, the curative action is still being performed. While acupuncture therapy is also useful for
various cases of pain, especially in ischialgia needs to be proven its use through various studies.
Until now acupuncture treatment that is officially recognized by conventional medicine is its
usefulness for various cases of pain. Given the treatment of acupuncture begins with the traditional
philosophical approach then there are still many that have not been revealed scientifically. Therefore
this research is a novice research conducted to prove the influence of acupuncture therapy Jins 3
Needles method to the intensity of pain of ischialgia sufferers. It is hoped that the Jins 3 Needles
method that uses these little needles becomes the preferred alternative for various pain cases,
including ischialgia so that respondents are more comfortable and safer to choose a relatively
natural treatment without these side effects. The population in this study were all patients with
Ischialgia who utilize acupuncture treatment at the Acupuncture Clinic Laboratory of Polytechnic
of RS Health dr. Soepraoen Kesdam V. Sampling using Purposiv Sampling technique with criteria
that have been determined by the researchers. Acupuncture treatment measures are performed on
the basis of standard operational procedures and treatment procedures. In this study the therapy
was performed 3x / week with a two-day interval for 12 times therapy. To know the difference of pain
level before and after therapy hence the collected research data need to be processed and analyzed.
The hypothesis test was established to prove the significance of the effect of acupuncture therapy on
the Jins 3 Needles method to the intensity of iscialgia pain using the Wilcoxon's Signed Ranks Test.
The result states that t count is smaller than t table. Because H0 is rejected there is the effect of the
treatment of acupuncture method of Jin's 3 Needles on ischialgia pain.
Keywords: acupuncture therapy; Jins 3 Needles method; pain intensity; ischialgia
orang yang kesehariannya dipenuhi dengan pengalaman sensorik lain. Nyeri itu sendiri
kesibukan mengangkat benda-benda berat dapat diartikan sebagai suatu pengalaman
terutama pada kelompok umur sekitar 45 sensorik yang tidak mengenakkan yang
tahun, orang yang obesitas, dan orang–orang berhubungan dengan suatu kerusakan jaringan
yang kurang melakukan olah raga atau atau hanya berupa potensi kerusakan jaringan,
aktivitas fisik teratur. Ischialgia menyebabkan (Mubarak, 2008).
penderita mengalami suatu ketidakmampuan Karena rasa nyeri itu bersifat subyektif
fisik yaitu keterbatasan fungsional dalam maka ada kemungkinan nyeri yang sama
aktifitas sehari-hari sehingga banyak intensitasnya dapat dirasakan sangat berbeda
kehilangan jam kerja (Sidharta, 2009). Jika oleh orang yang berbeda, (Tamsuri, 2007).
dibiarkan maka lama kelamaan akan Dalam hal ini untuk menentukan intensitas
mengakibatkan kelemahan anggota badan tingkat nyeri dapat dilakukan dengan cara
bawah/tungkai bawah yang disertai dengan menanyakan langsung kepada penderitanya,
mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut atau dapat pula menggunakan daftar
(Kuntono, 2005). pertanyaan yang dilengkapi dengan gambaran
Terapi Ischialgia bertujuan untuk kata-kata atau simbol-simbol tentang tingkat
mengatasi rasa nyeri, mengembalikan fungsi nyeri. Alat bantu untuk menentukan tingkat
pergerakan dan mobilitas, mencegah nyeri dapat berupa skala yang memuat
kekambuhan serta mencegah timbulnya nyeri gambaran tingkat nyeri. Skala yang dapat
kronik. Terapi farmakologi/obat-obatan digunakan adalah skala menurut Bourbanis,
merupakan salah satu pilihan yang bisa (Smeltzer, S.C bare B.G, 2002).
digunakan dalam terapi Ischialgia. Namun Skala Bourbanis membagi tingkat nyeri
mengkonsumsi obat terus menerus dalam menjadi lima tingkat. Nyeri tingkat Satu (tidak
jangka waktu lama dapat menyebabkan efek nyeri). Nyeri tingkat dua (Nyeri Ringan). Nyeri
samping, di antaranya gangguan ischialgia, tingkat tiga (Nyeri Sedang). Nyeri tingkat
konstipasi dan lain-lain. Terapi non empat (Nyeri Berat Terkontrol). Nyeri tingkat
farmakologik seperti akupunktur merupakan lima (Nyeri tak Tertahankan).
pilihan tepat baik oleh penderita maupun Klasifikasi nyeri dapat dibagi berdasarkan
klinisi untuk menyelesaikan masalah durasi, lokasi nyeri, ataupun penyebabnya.
Ischialgia (Sudirman, 2009). Memang Nyeri akut dan nyeri kronik termasuk
akupunktur kurang diminati oleh sebagian kalisifikasi nyeri berdasarkan durasi. Nyeri
penderita yang takut jarum. Namun demikian somatik permukaan, nyeri somatik dalam dan
ada metode akupunktur yang hanya nyeri viscera merupakan pembagian nyeri
menggunakan sedikit jarum yaitu metode Jin’s berdasarkan lokasi nyeri. Sedangkan nyeri
3 needles (Jin, 2004). nosiseptik, nyeri neuropatik dan nyeri
Penelitian ini dirmaksudkan untuk psikologik termasuk penggolongan nyeri
Membuktikan pengaruh terapi akupunktur berdasarkan penyebabnya, (Sidharta, 2008).
metode Jin’s 3 Needles (Zuogudian, 2.2. Ischialgia
Weizhong, Kunlun) terhadap intensitas nyeri Ischialgia diartikan sebagai nyeri bokong,
penderita Ischialgia di Laboratorium Klinik yaitu nyeri yang menjalar dari bawah pinggang
Akupunktur Politeknik Kesehatan RS dr. menuju ke bawah sepanjang perjalanan
Soepraoen Malang. Untuk mengetahui n.ischiadiskus. Nyeri yang berpangkal pada
pengaruh terapi akupunktur maka dilakukan daerah lumbosakralis atau sakrum yang
pengukuran intensitas nyeri sebelum dan menjalar ke pantat dan selanjutnya ke bagian
sesudah terapi kemudian membandingkan posterolateral tungkai atas, bagian lateral
antara data pretest dan posttest. tungkai bawah, serta bagian lateral kaki.
Nyeri ischialgia dapat timbul akibat
2. KAJIAN LITERATUR DAN Neuritis Nervus Ischiadikus Primer tanpa
PEGEMBANGAN HIPOTESIS didahului oleh low back pain yang kronik.
2.1. Nyeri. Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer
Nyeri adalah satu tanda alami dari suatu adalah adanya peradangan pada n.ischiadicus.
penyakit yang paling pertama muncul dan Ischialgia ini sering berhubungan dengan
menjadi gejala yang paling dominan di antara diabetes melitus (DM), masuk angin, flu, sakit
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 361
kerongkongan dan nyeri pada persendian. yang mengalami inflamasi akan melepaskan
Ischialgia ini dapat disembuhkan dengan substansi-substansi kalium, histamin,
menggunakan NSAID (Non-Steroid Anti asetilkolin, serotonin, prostalglandin,
Inflammatory Drugs). Gejala utama Neuritis bradikinin dan substansi P dari ujung saraf
Ischiadicus primer adalah adanya nyeri yang setempat. Zat-zat tersebut akan mengaktifkan
dirasakan berasal dari daerah antara sacrum nosiseptor dan nosiseptor akan berhubungan
dan sendi panggul, tepatnya pada Foramen dengan serabut saraf A-δ bermielin yang
Infrapiriforme atau Incisura Ischiatica dan menghantarkan nyeri yang tajam, menusuk dan
menjalar sepanjang perjalanan n.Ischiadicus jelas terlokalisir. Serabut saraf tipe C tidak
dan lanjutannya pada n.Peroneus Communis bermielin sehingga menghantarkan rasa
dan n.Tibialis. Neuritis Ischiadicus primer terbakar, tidak mengenakkan, dan tidak
timbul akut, sub akut dan tidak berhubungan terlokalisir. Nyeri bisa terjadi bila ada stimulus
dengan nyeri punggung bawah kronik. Neuritis yang memenuhi syarat yang dimediasi atau
Ischiadicus dapat diketahui dengan adanya difasilitasi oleh bahan kimia tertentu seperti
nyeri tekan positif pada n. Ischiadicus, m. leukotrin, prostalglandin, interleukin dan
Tibialis anterior dan m. Peroneus Longus. tromboksan sehingga menimbulkan impuls
Nyeri ischialgia akibat entrapment nyeri atau impuls nosiseptif di nosiseptor yang
neuritis juga dapat dirasakan tanpa anamnesa dikenal dengan proses tranduksi yang
low back pain, yang mendahuluinya melainkan kemudian medulla spinalis, batang otak,
timbul sebagai manifestasi rematismus. Ini mesensefalon, korteks serebri dan korteks
berarti bahwa Ischialgianya bergandengan asosiasinya untuk kemudian disadari baik
dengan sendi panggul yang terkena bursitis mengenai sifat, lokasi, maupun berat
m.piriformis, tuberitis dan artritis sakroiliaka ringannya.
sehingga n. ischiadikus terjebak dalam proses Dengan adanya nyeri yang menyerang,
rematismus di bagunan-bangunan yang seseorang kesulitan menggerakkan badannya
dilewati dalam perjalanannya ke perifer. sehingga lama-kelamaan akan menimbulkan
Konfirmasi data anamnestik ini dapat keterbatasan gerak dan kelemahan otot.
diperoleh dengan hasil pemeriksaan fisik- Ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu
diagnostik. Ischialgia ini terjadi karena sisi, yang bisa menyebabkan rasa seperti
n.Ischiadicus terperangkap oleh proses ditusuk jarum. Kekakuan kemungkinan
patologis yang terjadi di berbagai jaringan dirasakan pada kaki. Kegiatan berjalan, berlari,
yang dilewatinya. dan menaiki tangga, memperburuk nyeri
Begitu juga nyeri ischialgia bisa muncul tersebut. Nyeri dapat diringankan dengan
karena perwujudan radikulopatia, yaitu karena menekuk unggung atau duduk.
Nucleus Pulposus yang jebol ke dalam Kanalis Beberapa gejala nyeri yang timbul akibat
Vertebralis akibat Hernia Nucleus Pulposus ischialgia di antaranya adalah :
(HNP, osteofit atau peradangan (rematoid 1. Nyeri punggung bawah
spondilitis angkilopoetika, herpes zoster, 2. Nyeri daerah bokong
tuberkulosa) atau karena adanya tumor pada 3. Rasa kaku pada punggung bawah
kanalis vertebralis. Pada kasus ini pasien akan 4. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa
merasakan nyeri hebat, dimulai dari daerah kesetrum, yang di rasakan daerah bokong
lumbosacral menjalar menurut perjalanan menjalar ke daerah paha, betis bahkan
n.Ischiadicus dan lanjutannya pada n. Peroneus sampai kaki, tergantung bagian saraf
Communis dan n. Tibialis. Makin ke distal mana yang terjepit.
nyeri akan berkurang, ini disebabkan karena Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan
radiks saraf yang terangsang sehingga nyeri mengakibatkan kelemahan anggota badan
yang dirasakan akan berkurang. bawah/tungkai bawah yang disertai dengan
Secara umum ischialgia bisa muncul mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.
karena adanya stimulus yang mengaktifkan Penatalaksanaan ischialgia dapat
nosiseptor yang ada di kulit, jaringan di bawah dilakukan melalui pendekatan farmakologis,
kulit dan organ viscera. Stimulus yang dapat operasi maupun rehabilitasi medis. Namun
mengaktifkan nosiseptor adalah stimulus mengandung konsekuensi adanya efek
mekanik, kimiawi maupun termal. Jaringan samping yang biasanya menyertai. Apalagi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 362
menggunakan 3 titik yang dirumuskan oleh Jin Tindakan perlakuan terapi akupunktur
Rui meliputi titik Zuogudian, Weizhong dan merujuk pada SOP. Sebelum dilakukan
Kunlun. Ketiga titik tersebut dilakukan tindakan intervensi terlebih dahulu responden
penusukan. Jarum yang tertanam tanpa bantuan mendapat penjelasan singkat, di antaranya
alat intervensi lain dibiarkan selama 15 menit tentang persiapan diri, lokasi yang akan
lalu dicabut. Sedangkan intensitas nyeri ditusuk sekaligus tentang reaksi maupun
responden sebagai variabel dependen. Yaitu sensasi penusukan.
sensasi nyeri yang dirasakan responden di Petugas terapi akupunktur melakukan
daerah lumbosakralis yang menjalar ke bawah disinfeksi diri dan tempat-tempat terpilih pada
bahkan sampai kaki bawah. Tabel skala nyeri responden yang akan dipasang jarum.
Bourbanis dipakai sebagai alat untuk Disinfeksi dilakukan dengan bola kapas steril
mengukur tingkat skala nyeri responden yang sudah dibasahi alkohol 70%. Responden
tersebut. diposisikan sedemikian rupa agar tetap
Sampel yang dipilih untuk penelitian ini merasakan nyaman selama proses penjaruman
adalah responden Ischialgia yang melakukan maupun panca terapi, sekaligus memudahkan
terapi Akupunktur di Laboratorium Klinik terapis melakukan tugasnya. Setelah itu
Akupunktur Politeknik Kesehatan RS dr. dilakukan penusukan secara berturut-turut
Soepraoen Malang dengan menggunakan pada tiga titik utama dengan menggunakan
teknik Purposive Sampling, yaitu pengambilan jarum filiform steril sekali pakai ukuran 1 cun
sampel yang dilakukan sesuai ketentuan atau ukuran lain sesuai kondisi anatomis tubuh
peneliti yaitu penderita ischialgia yang 1) responden. Jarum dibiarkan tertancap sesuai
bersedia menjadi responden; 2) mematuhi perencaan waktu yang dibutuhkan. Setelah itu
jadwal dan frekuensi terapi; 3) tidak dilakukan pencabutan jarum. Setiap
mengkonsumsi obat; 4) tidak menjalani pencabutan jarum, bekas tusukan dilakukan
tindakan medis lain; 5) tidak dalam pantangan disinfeksi kembali menggunakan bola kapas
terapi akupunktur; 6) usia 31 – 55 tahun; 6) steril yang telah dibasahi alkohol 70%. Terapi
bekerja sebagai sopir umum/administrasi/ akupunktur selesai, responden dapat
pendidik/ kurir/ pekerja bangunan;. meninggalkan tempat.
Responden yang datang di Laboratorium
Klinik Akupunktur Politeknik Kesehatan RS 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dr. Soepraoen dan bersedia menjadi responden, 4.1. Hasil
diminta untuk menandatangani informed Penelitian ini menghasilkan data
consent terlebih dahulu. Sebelum responden sebagaimana dalam tabel berikut :
diterapi akupunktur, responden diminta untuk Tabel 2. Data Skor Nyeri Berdasarkan
menentukan tingkat nyeri ischialgia yang Demografi Responden
dirasakan dengan cara memilih salah satu Skor Nyeri
angka yang tertera pada lembar skala nyeri No. Demografi Responden
Pre Post
Bourbanis. Bagi responden yang mengalami 1 Jenis Kelamin
kesulitan dalam mengisi kuesioner (skala Laki-laki 19 4,3 1,6
nyeri) tersebut dapat dibantu seperlunya oleh Perempuan 11 3,9 2,0
petugas pengumpul data. Selanjutnya 2 Umur
responden menjalani terapi sesuai jadwal yang 31 – 35 6 4,1 0,8
disepakati. Setiap kali terapi (ketika jarum 36 – 40 7 3,9 2
terpasang) memerlukan waktu selamanya 15 41 – 45 9 4,1 2
menit. 45 – 50 2 5 2,5
Setelah responden menjalani terapi untuk 51 – 55 6 4,3 1,3
yang terakhir kalinya maka dilakukan 3 Pekerjaan
pengukuran akhir (posttest) tingkat nyerinya. Sopir Umum 7 4,1 2,3
Data yang diperoleh selama pengumpulan data Administrasi 7 4,7 1,8
dimasukkan ke dalam lembar rekap data untuk Pendidik 5 4,4 1,5
dianalisis lebih lanjut menggunakan Kurir 2 3,5 1
Wilcoxon's Signed Ranks Test. Pekerja 3,8 1,3
9
bangunan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 364
Oleh karena itu, bila efektivitas akupunktur al. dari Rumah Sakit Rizhao TCM dan
kondisinya masih tetap tidak jelas, sulit bagi Universitas TCM dari Shanghai
dokter untuk membuat rekomendasi yang mengkonfirmasikan temuan kemampuan
sesuai. Namun demikian, melalui berbagai akupunktur untuk mengatur β-EP, IL-1, IL-6,
penelitian, mekanisme analgesia akupunktur dan TNF-α. Li et al. perhatikan bahwa
secara bertahap semakin jelas. akupunktur dan akupunktur plus herbal
Melalui penelitiannya di China sejak mengatur ekspresi biokimia terkait linu
tahun 1970-an, Jin (2004) telah menerapkan panggul namun terapi kombinasi akupunktur
suatu metode pengobatan yang disebut Jin’s 3 plus herbal melebihi terapi akupunktur
needles technique sebagai upaya untuk mandiri.
mengurangi keluhan nyeri dan spasme otot Secara klinis, Chen (2009) akupunktur
pada penderita ischialgia. Metode ini hanya sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit.
menggunakan tiga titik akupunktur sebagai Telah ditunjukkan bahwa akupunktur dapat
titik utama, yaitu titik Zuogudian (Jin), membuat otak dan pelepasan sumsum tulang
Weizhong (BL 40), dan Kunlun (BL 60). belakang K +, Ca ++, 5-hydroxytryptamine,
Dalam praktiknya dapat ditambahkan sejumlah dan peptida opioid, yang dapat mengubah
titik lain sesuai dengan sindroma penyakit pada komposisi neurotransmiter untuk menghambat
masing-masing penderita ischialgia. transmisi rasa sakit, sehingga menunjukkan
Berdasarkan pada tabel 1 di atas dapat efek analgesik.
dinyatakan bahwa metode Jin’s 3 needles Penggunaan metode Jin’s 3 needles
technique terbukti efektif pada kasus nyeri technique dapat dikombinasikan dengan titik
ischialgia. Akupunktur metode Jin’s 3 needles lainnya seperti Huantiao (GB 30), titik
technique sebagai terapi mandiri memiliki persimpangan UB dan GB, bisa mengaktifkan
tingkat efektif 81,6% untuk menghilangkan qi (energi vital) dan darah dari 2 saluran.
nyeri akibat ischialgia dan pemulihan fungsi Weizhong (BL 40), titik konvergensi UB,
normal. Akupunktur dikombinasikan dengan bagus untuk mengobati sakit pinggang.
obat herbal mencapai tingkat efektif total 95%. Shenshu (BL 23) dan Dachangshu (BL 25)
Han et al (2014) peneliti dari Rizhao karena titik-titik setempat bisa langsung
Hospital of TCM (Traditional Chinese mengatur qi dari saluran di pinggang, dan
Medicine) and the Shanghai University, memperkuat tulang dan ginjal. Weizhong (BL
menemukan bahwa akupunktur dapat 40) dan Kunlun (BL 60) sebagai titik distal
mempromosikan pelepasan neurotransmitter dapat mengatur qi anggota badan yang terkena
seperti 5-hydroxytryptamine dan sebagai dan daerah lumbar, Chen (2009).
tambahan ia menghasilkan neuropeptida Penurunan intensitas nyeri ischialgia ini
melalui stimulasi listrik dengan frekuensi yang dapat dijelaskan menurut pendekatan medis
berbeda yang memiliki efek signifikan konvensional dari sisi sistem persyarafan
terhadap pengurangan rasa sakit. Ini menjadi seperti yang dituturkan Syarif Sudirman (2009)
panduan menuju tinjauan sistematis yang bahwa hal ini dikarenakan proses neural yang
bertujuan untuk menilai keamanan dan dimulai dengan stimulasi saraf diameter kecil
efektivitas akupunktur untuk nyeri iscialgia. yang mengirim implus ke medulla spinalis,
Dengan panduan awal ini diharapkan bisa mesensefalon, kompleks pituitary-hipotalamus
membantu dokter membuat keputusan dalam untuk melepas neurotransmitter yang
praktiknya dan mendorong kemajuan menghambat pesan nyeri yang datang
penelitian akupunktur selanjutnya. berikutnya melalui jalur nyeri lain. Proses
Selanjutnya Han et al. (2014) melalui matrik jaringan ikat dengan
menyebutkan bahwa akupunktur pengiriman signal inflamasi sebagai upaya
meningkatkan serum β-EP, yang mengurangi homeostasis. Setiap stimulasi energi dengan
transmisi sinyal nyeri saraf. Sciatica juga dasar molekuler terjadi “elektro mechanical
ditandai dengan meningkatnya kadar IL-1, IL- model” transduksi energi dan menimbulkan
6, dan TNF-α. Hand et al. perhatikan bahwa katalisis ensimatik, oksidasi fosforlisasi,
akupunktur berhasil merendahkan biokimia ini transport aktif dan kontraksi otot yang
sehingga berkontribusi terhadap pengurangan merupakan performans dari sistem transduksi
rasa sakit dan pembengkakan. Penelitian Li et otot yang merupakan performans dari sistem
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 366
5. KESIMPULAN
Tingkat intensitas nyeri responden
sebelum diberi perlakuan terapi akupunktur
metode Jin’s 3 needles technique terdapat
sebanyak 80% berada pada skala sedang,
sisanya berskala ringan.
Tingkat intensitas nyeri responden setelah
diberi perlakuan terapi akupunktur metode
Jin’s 3 needles terdapat sebanyak 53%
sembuh, sisanya masih berskala ringan.
Terapi akupunktur metode Jin’s 3 needles
technique terbukti bermanfaat untuk
menurunkan intensitas nyeri ischialgia.
REFERENSI
1. Jin Rui (2004). Jin’s 3 Needles Technique.
Shanghai: shanghai scientif
2. Kuntono H.P. 2005. Management Nyeri
Muskuloskeletal. Makalah disajikan
dalam Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi
XV. Semarang.
3. Mubarak, Husnul: Nyeri Nosiseptif. [on
line]. 2008 dari URL :
http://cetrione.blogspot.com/2008/05/nye
ri-nosiseptif.html
4. Omi, Shigeru. 2008. WHO Standard
Acupunctur Point Locations In The
Western Pacific Region. Jakarta.
5. Sidharta,P. 2008. Tata pemeriksaan klinis
dalam neurologi, Jakarta : Dian Rakyat.
6. Sidharta, P. 2009. Neurologi Klinis Dalam
Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat.
7. Sudirman, S. (2009). Akupunktur Untuk
Nyeri dengan pendekatan neurosain.
Jakarta : CV.Sagung Seto
8. Smeltzer, Suzane C and Bare, dkk.
(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol
I. Alih Bahasa, Agung Waluyo. Editor.
Monika Ester. Jakarta : EGC
9. Tamsuri, A. 2007. Konsep dan
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.
10. Wirawan. (2004). Physio Nyeri
Pinggang. Jakarta dari URL :
http://www.depkes.go.id
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 367
Siti Fatimatur R1), Dhian Satya R2), Ayu Citra Mayasari3), Sapto Dwi A4), Nisha Dharmayanti R5)
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
Jl. Gadung No. 1 Surabaya
Abstract
Background : The aging process in eldery cause a variety of mental health problems, one that often
appear is depressed. Depression continues to be a serious mental health problem because it’s often
ignored. Objective : The research purposes to analyzing the effectiveness of art painting therapy to
decrease depression of elderly in Griya Lansia Santo Yoseph Surabaya. Method : The research
design using pre experimental with the draft one group pre test-post test design. The population are
152 elderly. Sampling technique uses purposive sampling obtainable 23 elderly depression. The
independent variable is art painting therapy and dependent variable is decreased levels of
depression. The instrument uses Beck’s Depression Inventory (BDI) questionnaire with intervention
art painting therapy as much as 8 session since 2 months. Result : Data were analysed using
Wilcoxon test to find the difference of depression level before and aftergiven art painting therapy.
The level of significant obtainable ρ value = 0,001 (ρ < 0,05).The implications of this research there
are influenced that significant between giving art painting therapy can decrease depression of elderly
in Griya Lansia Surabaya.
Keywords : depression, elderly, art painting therapy
1. PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah bagian dari proses lansia masih kurang diperhatikan dan
tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba- seringkali terlewatkan sehingga membuat
tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, depresi pada lansia tidak terkaji. Depresi pada
anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua lansia harus dilakukan penanganan secara
(Azizah, 2011). Di Indonesia, istilah untuk efektif, salah satunya dengan pemberian art
kelompok usia ini belum memiliki istilah yang painting therapy. Berdasarkan studi
baku, orang memiliki sebutan yang berbeda- pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
beda yakni ada yang menggunakan istilah usia Griya Lansia Santo Yoseph Surabaya, selama
lanjut atau jompo dengan padanan kata dalam ini belum pernah dilakukan terapi tersebut
bahasa Inggris biasa disebut the aged, the sehingga pengaruh art painting therapy
elders, older adult, serta senior citizen (Tamher sebagai terapi modalitas terhadap tingkat
& Noorkasiani, 2012). Usia yang bertambah depresi pada lanjut usia di Griya Lansia Santo
mengakibatkan kemampuan jaringan untuk Yoseph Surabaya belum dapat dijelaskan.
mempertahankan struktur dan fungsi normal (WHO, 2015) menyatakan Studi di Eropa
akan hilang secara perlahan-lahan secara dan Amerika Serikat mendapatkan prevalensi
alamiah. Pada masa tua ini manusia akan depresi pada populasi usia lanjut di masyarakat
mengalami perubahan baik fisik, mental dan berkisar antara 8-15% dan hasil meta analisis
sosial (Astuti, 2010). Masing-masing lansia dari laporan negara-negara didunia
memiliki mekanisme koping yang berbeda- mendapatkan prevalensi rerata depresi pada
beda dalam menghadapi perubahan-perubahan usia lanjut di masyarakat adalah 13,5% dengan
tersebut. Kemampuan lansia yang tinggal di perbandingan wanita : pria 14,1 : 8,6. Menurut
institusi Griya Lansia Santo Yoseph Surabaya data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 di
dalam beradaptasi secara psikologis terhadap Indonesia, gangguan mental emosional
perubahan yang terjadi pada dirinya masih (depresi dan ansietas yang usianya diatas 15
kurang. Lansia di Griya Lansia Santo Yoseph tahun mencakup lansia) sekitar 11,6% populasi
Surabaya memiliki masalah kesehatan jiwa Indonesia. Depresi adalah diagnosis pasien
yang sering timbul yakni salah satunya adalah rawat jalan tertinggi ketujuh. Prevalensi
depresi. Selama ini depresi yang terjadi pada depresi pada usia lanjut yang menjalani
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 368
perawatan di rumah sakit dan panti perawatan mengurangi stres, mengurangi kecemasan,
yaitu 30-45% (Prasetya, Hamid, & Susanti, meningkatkan perasaan para karyawan yang
2008). Menurut hasil penelitian, depresi pada ditunjukkan oleh perubahan indikator seperti
lansia terjadi pada sekitar 10-15% dari populasi irama jantung, sakit kepala, rasa tekanan dan
lansia yang berusia lebih dari 65 tahun. nyeri di dada, dan menjadi lebih mudah untuk
Sedangkan untuk lansia yang tinggal di tertidur. Selain itu keuntungan utama sesi art
institusi, angkanya meningkat hingga ke 50- therapy antara lain memperkuat konsepsi diri,
75% (Tamher & Noorkasiani, 2012). memfasilitasi pertumbuhan kepribadian,
Berdasarkan studi pendahuluan yang keyakinan terhadap diri sendiri, kepuasan,
dilakukan peneliti pada hari Rabu 17 Februari menjadi lebih tenang, melalui proses belajar
2016 di Griya Lansia Santo Yoseph Surabaya dan perbaikan diri.
terdapat 152 orang lanjut usia, didapatkan 11 Beberapa upaya penanggulangan depresi
orang lanjut usia mengalami gangguan mood dengan electic holistic approach antara lain
ringan (47,82%), 7 orang lanjut usia berada pendekatan psikodinamik, pendekatan perilaku
pada garis batas depresi klinis (30,43%), 4 belajar, pendekatan kognitif, pendekatan
orang lanjut usia mengalami depresi sedang humanistik eksistensial, dan pendekatan
(17,39%), 1 orang lanjut usia mengalami farmakologis (Azizah, 2011). Pendekatan
depresi berat (4,34%). keluarga juga sangat diperlukan dalam
Depresi pada lansia dapat terjadi penatalaksanaan depresi pada lansia.
disebabkan karena seseorang yang kehilangan Dukungan dari keluarga sangat membantu
kebutuhan afeksional (loss of love object), dalam mencegah dan mengatasi depresi pada
kurang menerima penghargaan (reward), lansia. Keluarga yang memberikan dukungan
memiliki kemapanan kognitif yang negatif akan membuat lansia merasa merasa aman, ada
(negative cognitive sets) untuk yang menemani, dan ada yang memperdulikan
menginterpretasikan diri sendiri dan masa keberadaan lansia. Dukungan keluarga dapat
depan, adanya ketidakcocokan antara reality diwujudkan dengan memberikan perhatian,
life dan ideal self, serta aktifitas neurologis bersikap empati, memberikan dorongan,
yang rendah. Menurut Wash (2007), dalam memberikan saran, memberikan pengetahuan
(Azizah, 2011), depresi pada usia lanjut dan sebagainya (Astuti, 2010). Strategi
dimanifestasikan dengan adanya keluhan intervensi dalam asuhan keperawatan yang
merasa tidak berharga, sedih yang berlebihan, diberikan pada lansia didalam panti yakni
murung, tidak bersemangat, merasa kosong, meliputi penerapan komunikasi untuk
tidak ada harapan, menuduh diri, ide-ide meningkatkan rasa percaya diri (self esteem),
pikiran bunuh diri dan pemeliharaan diri yang memberikan bantuan ke arah kemandirian
kurang bahkan penelantaran diri. Lansia yang optimal, mengupayakan untuk dapat
mengalami kondisi depresi mengakibatkan meningkatkan rasa percaya diri, serta
perasaannya menjadi tidak berharga, tidak dukungan sosial atau pengasuhan (Tamher &
berdaya, malu dengan kondisi fisik saat ini dan Noorkasiani, 2012).
perasaan bersalah, maka diagnosa keperawatan
yang paling sesuai dengan karakteristik gejala 2. METODE PELAKSANAAN
tersebut adalah harga diri kronik. Intervensi KEGIATAN
spesialis yang dapat digunakan untuk a. Waktu, Lokasi Dan Partisipan
melakukan perawatan lansia depresi dengan Kegiatan pengabdian masyarakat STIKES
diagnosa harga diri rendah adalah terapi Hang Tuah Surabaya ini dilakukan di Griya
kognitif (Prasetya et al., 2008). Terapi lain Lansia Santo Yoseph Surabaya. Kegiatan ini
yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan 23 lansia yang diketahui
memberikan terapi modalitas. Terapi modalitas mengalami depresi sebagai responden.
yang dapat dilakukan dengan menggunakan b. Alat Dan Bahan
kemampuan fisik adalah art painting therapy. Peralatan dan bahan yang digunakan
Menurut Visnola, dkk (2010), dalam (Yunita et dalam kegiatan penyuluhan berupa kamera,
al., 2014) menyatakan bahwa berdasarkan hasil buku tulis, pena, materi penyuluhan yang
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, disiapkan dalam bentuk power point dan
art therapy memiliki efek antara lain leaflet. Khusus untuk kegiatan pengukuran
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 369
Sari Priyanti
STIKes Majapahit Mojokerto
email: sari_priyanti@yahoo.co.id
Abstract
Every woman wants her labor to progress normally, but sometimes the delivery can not proceed with
the normal operation of the through sectio Caesarea. For the mother who will do the labor sectio
Caesarea need support from husbands to reduce or eliminate anxiety. Purpose of the study to
determine the correlation between husband support with maternal anxiety with surgery sectio
Caesarea (SC) in RA Basoeni Mojokerto Hospital. This study uses the analytic correlation design –
with cross sectional approach with maternal sample pre sectio Caesarea operations in hospitals RA
Basoeni Mojokerto as many as 27 respondents, with a technique that made consecutive sampling.
Independent variable is the husband support, the dependent variable was maternal sectio surgery
Caesarea (SC) anxiety. Data collection by using questionnaire data and anxiety by using a checklist.
The study was conducted on August 2017 to Oktober, 2017 . The study found that most husbands
support mothers do SC operations as much as 15 respondents (55.6%). Most women do experience
mild anxiety sectio Caesarea operations as much as 12 respondents (44.5%). The results of statistical
analysis using the spearman rank test using SPSS to get the p = 0.016 <0.05, which means there is
a correlation between husband support with maternal anxiety with surgery sectio Caesarea (SC) in
RA Basoeni Mojokerto Hospital. Conclusions in this study that the husband's support influenced the
maternal anxiety when experience sectio caesarea operations. Researchers suggest the husband to
support his wife when conducting the sectio Caesarea operation so that the level of anxiety
experienced by the wife can be controlled.
Keywords : Support, Anxiety, Sectio Caesarea
saat akan dilakukannya proses persalinan kecemasan yaitu : Patofisiologis, yaitu setiap
Suami tidak menyakiti istrinya Suami faktor yang berhubungan dengan kebutuhan
menghibur/menenangkan ketika ada masalah dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan
yang dihadapi istri. Suami menasehati agar istri dan keamanan. Berhubungan dengan
tidak terlalu lelah bekerja di rumah/di tempat kehilangan orang terdekat karena kematian,
kerja. Suami membantu tugas istri. Suami perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan
berdo’a untuk kesehatan/keselamatan istri dan adanya perpisahan sementara atau permanen.
anaknya. Suami menunggu ketika istri Berhubungan dengan ancaman intergritas
melahirkan. Suami menunggu ketika istri di biologis : yaitu penyakit, terkena penyakit
operasi. Diperoleh atau tidak diperolehnya mendadak, sekarat, dan penanganan-
dukungan sosial suami tergantung pada penanganan medis terhadap sakit.
keintiman hubungan,ada komunikasi yang Berhubungan dengan perubahan dalam
bermakna dan ada masalah atau kekhawatiran lingkungannya misalnya: pencemaran
dalam biaya lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap
Kecemasan adalah respon emosional keamanan. Berhubungan dengan perubahan
terhadap penilaian yang berkaitan dengan status sosial ekonomi, misalnya:
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang jabatan. Berhubungan dengan kecemasan
spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa orang lain terhadap individu. Situasional
takut, yang merupakan penilaian intelektual (orang dan lingkungan) berhubungan dengan
terhadap sesuatu yang berbahaya (Stuart & ancaman konsep diri terhadap perubahan
Sundeen, 1998) Kecemasan dapat status, adanya kegagalan, kehilangan benda
menimbulkan secara fisik maupun psikologis yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari
yang akhirnya sering mengaktifkan saraf orang lain seperti kurangnya dukungan suami.
otonom dimana detak jantung menjadi Menurut Hawari (2001) beberapa teori
bertambah, tekanan darah naik, frekuensi nafas yang mengemukakan faktor predisposisi
bertambah dan secara umun mengurangi terjadinya cemas adalah: Potensi stressor.
tingkat energi pada klien, sehingga dapat Stressor psikososial merupakan setiap
merugikan individu itu sendiri (Rothrock, keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
1999) perubahan dalam kehidupan seseorang
Menurut Hurlock (1990) dalam Kartono sehingga orang itu terpaksa mengadakan
(2006), kecemasan adalah bentuk perasaan adaptasi. Pada ibu hamil ia berupaya untuk
khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain beradaptasi pada kehamilan dan perubahan
yang kurang menyenangkan. Biasanya fisik yang terjadi pada dirinya sampai pada
perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang saat menghadapi kelahiran atau persalinan.
percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, Maturitas
dan tidak mampu menghadapi suatu masalah. Ibu hamil yang memiliki kematangan
Menurut Hartoyo (2009), bahwa stressor kepribadian lebih sukar mengalami
pencetus kecemasan dapat dikelompokkan gangguan akibat stres karena ibu hamil
menjadi dua yaitu: Ancaman terhadap yang matur mempunyai daya adaptasi yang
integritas fisik, meliputi ketidakmampuan lebih besar terhadap stres. Tingkat
fisiologis yang akan datang atau menurunnya pendidikan dan status ekonomi. Pendidikan
kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup dan pengetahuan ibu dapat mempengaruhi
sehari-hari. Ancaman terhadap system diri, kecemasan karena kurangnya informasi
dapat membahayakan identitas, harga diri, dan tentang persalinan baik dari orang terdekat,
fungsi integritas sosial. Faktor internal dan keluarga ataupun dari berbagai media
eksternal dapat mengancam harga diri. Faktor seperti majalah dan lain sebagainya.
eksternal meliputi kehilangan nilai diri akibat Keadaan fisik Ibu hamil yang mengalami
kematian, cerai, atau perubahan jabatan. Faktor gangguan fisik seperti cedera akan mudah
internal meliputi kesulitan interpersonal di mengalami kelelahan fisik sehingga lebih
rumah atau tempat kerja. mudah mengalami stres. Sosial budaya
Menurut Carpenito (2006), ada beberapa Seorang ibu yang mendapatkan dukungan
faktor yang berhubungan dengan munculnya positif dari keluarga, suami dan teman
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 373
dekat akan merasa lebih tenang dalam pemeriksaan tertentu mengalami peningkatan
menghadapi proses persalinan. Di beberapa suhu.Tanda-tanda :
daerah tertentu ada kebudayaan yang tidak Ketegangan ringan, kewaspadaan tinggi,
mengijinkan suami berada dekat istri pada penginderaan lebih tajam, persepsi meluas dan
saat melahirkan dengan alasan tidak etis, mampu menyelesaikan masalah.
kondisi ini dapat menyebabkan istri tidak Kecemasan sedang adalah suatu keadaan
mendapat dukungan dan akan merasa lebih dimana seseorang merasa lebih tegang,
cemas saat persalinan. Umur Ibu hamil mengalami penurunan konsentrasi dan
yang umurnya lebih muda atau belum matur persepsi, merasa sadar tetapi fokus pikirannya
ternyata lebih mudah mengalami gangguan sempit dan mengalami gangguan peningkatan
stres daripada ibu hamil yang usianya lebih tanda-tanda vital, sakit kepala, mual, sering
tua atau lebih matur. buang air besar, palpitasi dan
Setiap individu pasti pernah merasakan letih.Kewaspadaan berlebihan, lebih tegang,
perasaan tidak nyaman, takut waswas akan pikiran lebih luas, lebih sadar padahal detail
suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah yang berkaitan dengan stresor.
perasaan cemas. Ada beberapa gejala tentang Kecemasan berat adalah suatu keadaan
kecemasan menurut Morgan (2009) yaitu : dimana seseorang atau individu mengalami
Gejala fisiologis : gemetar, tegang, nyeri otot, gangguan persepsi dan perasaan selalu
letih, tidak dapat santai, kelopak mata bergetar, terancam, ketakutan yang meningkat dan
kening berkerut, muka tegang, tak dapat diam, adanya diskomunikasi serta mengalami
mudah kaget, berkeringat, jantung berdebar peningkatan suhu tubuh yang lebih dramatis,
cepat, rasa dingin, telapak tangan lembab, serta timbul gangguan seperti diare, diaforesis,
mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, palpitasi, nyeri dada dan muntah. Lapang
kesemutan, rasa mual, rasa aliran panas dingin, persepsi sangat sempit, sulit untuk ditembus,
sering kencing, diare, rasa tidak enak di ulu berkurang pada detail tidak mampu membuat
hati, kerongkongan tersumbat, muka merah kaitan dengan kesulitan menyelesaikan
dan pucat, denyut nadi dan nafas yang cepat masalah (Carpenito, 2006).
waktu istirahat. Gejala psikologis : rasa Respon atau Gejala Terhadap Cemas Menurut
khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang HARS dalam Nursalam (2015)
akan datang, seperti cemas, khawatir, takut, a. Perasaan cemas
berpikir berulang-ulang, membayangkan akan Firasat buruk, takut akan fikiran sendiri,
datangnya kemalangan terhadap dirinya mudah tersinggung.
maupun orang lain, kewaspadaan yang b. Ketegangan
berlebih, diantaranya adalah mengamati Merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat
lingkungan secara berlebihan sehingga tenang, mudah terkejut, mudah menangis,
mengakibatkan perhatian mudah teralih, sulit gemetar, gelisah.
konsentrasi, merasa nyeri, dan sukar tidur. c. Ketakutan
Selain hal diatas Arfikoh (2008), Pada gelap, di tinggal sendiri, takut pada
menambahkan tentang gejala-gejala orang lain/orang asing.
kecemasan yang lain diantaranya adalah d. Gangguan tidur
gelisah, adanya perasaan tidak berdaya, tidak Sukar tidur, terbangun di malam hari,
nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan tidur tidak pulas, mimpi buruk dan
pola makan, komunikasi verbal menurun, menakutkan.
perasaan terancam atau ketakutan yang luar e. Gangguan kecerdasan
biasa, pikiran terpusat pada gangguan fisiknya Sulit berkonsentrasi, daya ingat buruk,
dan kesadaran diri menurun, merasa mual, bingung.
banyak berkeringat, gemetar dan seringkali f. Perasaan depresi
diare. Hilang minat, berkurangnya kesenangan
Kecemasan ringan Adalah suatu keadaan pada hobi, sedih, bangun dini hari,
dimana seorang mengalami peningkatan perasaan berubah-ubah setiap hari.
kesadaran yang terangsang untuk melakukan g. Gejala somatik (sensorik)
tindakan secara positif, sedangkan dalam
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 374
25,90% 55,60%
Petani 60,00%
50,00% 44,40%
Swasta
PNS 40,00%
63% 11,10%
30,00%
Tdk bekerja
20,00%
10,00%
Berdasarkan diagram 4.5 didapatkan 0,00%
sebagian besar responden tidak bekerja mendukung tdk
mendukung
sebanyak 17 responden (63%)
77,80%
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 377
Diagram 4.10 Hubungan Dukungan Suami yang terlibat dalam sistem sosial yang pada
Dengan Kecemasan Ibu Pre akhirnya akan dapat memberikan cinta,
SC Melakukan Operasi SC di perhatian maupun sense of attachment baik
RSUD RA BASOENI pada keluarga sosial maupun
Mojokerto Agustus - Oktober pasangan(Ingela,2009). Dukungan suami
2017 sangat penting dan tidak bisa diremehkan dan
yang tak kalah penting membangun suasana
40,00% 37,10% positif, dimana istri merasakan hari-hari
35,00% pertama yang melelahkan. Oleh sebab itu
30,00% 25,90% dukungan atau sikap positif dari pasangan dan
25,00% keluarga akan memberi kekuatan tersendiri
20,00% bagi ibu pre operasi SC.
15,00% Dukungan sosial suami yang sangat
7,40%7,40% 7,40%7,40% diharapkan oleh sang istri antara lain suami
10,00% 3,70% 3,70%
5,00% mendambakan bayi dalam kandungan istri,
0,00% suami menunjukkan kebahagiaan pada
mendukung tdk kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri,
mendukung mengantar dan memahami istrinya, tidak
menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri
dan suami menunggu ketika istri di operasi
tdk cemas ringan sedang berat
(Harymawan, 2008). Oleh karena itu, penting
sekali memberikan informasi dan pengetahuan
kepada suami tentang operasi dalam persalinan
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada sehingga suami mendukung dalam
diagram 4.10 didapatkan dari 27 orang suami penatalaksanaan operasi sectio caesarea
yang tidak mendukung ibu melakukan operasi (Wanda,2008).
SC tetapi ibu tidak mengalami kecemasan Dukungan suami terhadap ibu pre sectio
adalah sebanyak 1 responden(3,7 %), caesarea bisa ditunjukkan dengan berbagai
sedangkan suami yang mendukung tetapi ibu cara, seperti memberi ketenangan kepada istri,
mengalami cemas berat adalah 1 responden ( membantu sebagian pekerjaan istri atau bahkan
3,7%). Setelah dilakukan uji statistik spearman sekadar memberi pijatan ringan bila istri
rank mendapatkan hasil bahwa nilao rs 0,461 merasa pegal. Diharapkan, dengan dukungan
dengan p value 0,016 maka p value < 0,05 total dari suami, istri dapat melewati
yang artinya bahwa Ho ditolak sehingga ada kecemasan dengan perasaan senang dan jauh
hubungan dukungan suami dengan kecemasan dari depresi (Arfikoh,2009).
ibu melakukan operasi SC (Sectio Caesarea). Walaupun dukungan suami lebih banyak
dari yang tidak mendukung, responden yang
a. Dukungan Suami tidak mendukung istri diharapkan diberikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat suatu kesadaran bahwa dukungan itu sangat
diketahui bahwa lebih dari 50% suami diperlukan bagi istri dalam menghadapi
mendukung ibu dalam melakukan SC yaitu operasi, karena dampak dari dukungan ini
sebanyak 15 responden ( 55,6%) sementara 12 sangat luas. Suami memegang peranan penting
responden (44.4 %) tidak didukung suami. Hal dalam hal ini dan diharapkan suami menyadari
ini berarti bahwa di RSUD RA Basoeni bahwa istri sangat membutuhkannya pada saat
Mojokerto terdapat dukungan suami dengan saat tertentu dan suami diharapkan ada saat
kategori baik yaitu ibu pre SC selama istri membutuhkannya. Dukungan itu tidak
menjalani perawatan di rumah sakit sebagian hanya berupa dukungan psikologis tapi
besar mendapatkan dukungan dari suaminya. dukungan fisiologis, penilaian, informasi dan
Dukungan sosial (suami) merupakan salah finansial sangat dibutuhkan oleh istri, jadi
satu bentuk interaksi sosial yang di dalamnya dukungan yang diberikan itu dikemas secara
terdapat hubungan yang saling memberi dan utuh sehingga istri merasa nyaman dan dapat
menerima bantuan yang bersifat nyata, bantuan menjalani operasi dengan baik. Suami
tersebut akan menempatkan individu-individu diharapkan tidak membuat stres pada saat istri
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 378
melakukan operasi karena dampak dari stress bertambah mendekati operasi SC tingkat
ini sangat membahayakan istri. pendidikan yaitu jika ibu dengan pendidikan
b. Kecemasan Ibu Menghadapi Operasi lebih tinggi akan lebih mampu mengatasi
Sectio Caesarea kecemasan dengan menggunakan kopimg
Berdasarkan hasil penelitian dapat efektif dan konstruktif dari pada yang
diketahui bahwa paling banyak responden berpendidikan rendah, dan social ekonomi
mengalami kecemasan ringan saat akan yaitu dikarenakan orang yang bekerja memiliki
melakukan operasi SC sebanyak 12 responden banyak informasi dari orang lain dimana
(44,5%). Hal ini disebabkan karena operasi SC informasi yang diperoleh mengandung
adalah suatu tindakan medis yang harus persepsi yang berbeda-beda diantaranya cerita
dilakukan dan tidak ada alternatif tindakan lain tentang operasi SC yang tidak menyenangkan.
dalam proses persalinan sehingga merasa Ibu yang akan melahirkan dengan operasi
pasrah dalam menjalani SC tersebut. Pada SC berharap operasinya akan berjalan lancar,
mayoritas responden mengalami perasaan namun demikian tidak sedikit dari lingkungan
cemas, nyeri otot, sering menarik nafas memberi wacana bahwa operasi SC dapat
panjang, dan sering kencing.. Perasaan cemas terjadi keadaan tidak normal, sehingga ibu
yang di alami setiap ibu berbeda-beda, disini khawatir terjadi hal-hal yang tidak normal saat
kecenderungan yang lebih sering mengalami proses operasi berlangsung
kecemasan yaitu pada ibu primigravida. Solusi yang diberikan yaitu dengan yaitu
Kecemasan adalah gejala emosi seseorang dengan memberikan pengertian pada ibu
yang berhubungan dengan sesuatu diluar tentang peristiwa operasi SC, menunjukkan
dirinya dan mekanisme diri yang digunakan kesediaan menolong, dan memberikan
dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, gambaran yang jelas tentang proses operasi
2008:165). Kecemasan ibu dalam melakukan SC, serta mengalihkan perhatian ibu dengan
operasi Sectio caesarea ditentukan oleh mengajak berbicara agar tidak terfokus pada
beberapa faktor antara lain: patofisiologis, rasa khawatir yang dirasakan.
kehilangan orang terdekat, perubahan c. Hubungan Dukungan Suami Dengan
lingkungan, perubahan status ekonomi, Kecemasan Ibu Melakukan Operasi
kecemasan orang lain terhadap individu, Sectio Caesarea
situasional seperti dukungan suami Berdasarkan hasil tabulasi silang pada
(Capernito,2006). tabel 4.10 didapatkan hasil bahwa dari suami
Respon atau gejala cemas menurut HARS yang mendukung tetapi ibu masih mengalami
seperti: adanya perasaan cemas, ketegangan, kecemasan berat yaitu 1 responden (3,7%)
ketakutan, gangguan tidur, gangguan serta dari suami yang tidak mendukung ibu
kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik yang tidak mengalami kecemasan juga ada 1
(sensorik), gangguan somatik (otot), gejala responden (3,7%) Setelah dilakukan uji
kardiovaskuler (jantung), kondisi pernafasan, statistik Spearman Rank dengan menggunakan
gannguan pencernaan (GIT), gejala orogenital SPSS mendapatkan hasil p = 0,016 < 0,05
(perkemihan), gejala autonom, dan gejala yang artinya ada hubungan dukungan suami
tingkah laku (Nursalam,2003) dengan kecemasan ibu melakukan operasi SC
Faktor yang menyebabkan kecemasan (Sectio Caesarea).
pada ibu pre operasi SC yaitu cerita Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa
mengerikan yaitu ketakutan karena sering 3 responden (11.1%) mengalami kecemasan
mendengar cerita mengerikan dari kerabat atau berat, dimana 3 responden adalah ibu
teman tentang pengalaman saat melahirkan primigravida, 2 responden tidak mendapat
dengan operasi SC, pengalaman tidak dukungan suami dan 2 responden berumur ˂ 20
menyenangkan yaitu terdapat teman atau tahun. Hal ini menunjukkan bahwa maturitas,
kerabat yang pada saat operasi mengalami usia dan dukungan suami berkaitan dengan
kenyataan yang tidak diinginkan seperti ibu tingkat kecemasan ibu pre operasi SC. Menurut
atau bayi didalam kandungan meninggal, usia Hawari (2001) faktor predisposisi terjadinya
ibu saat hamil yaitu bagi calon ibu yang cemas adalah potensi stressor, maturitas,
mengandung anak mengalami rasa cemas dan tingkat pendidikan, keadaan fisik, sosial
takut yang meningkat saat kehamilan makin budaya dan umur.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 379
7. Hawari. (2001). Stess Depresi 15. Suddarth, B. &. (1996). Buku ajar
Kecemasan. Jakarta: EGC. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
8. Jatim, D. (2008). Standart Pelayanan EGC.
Minimal. www.dinkes jatim.com . 16. Sugiono. (2007). Statistik Untuk
9. Kartono. (2006). Pelilaku Manusia. Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Jakarta: ISBN. 17. Suhita. (2005). Psikologi Wanita. Jakarta:
10. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Pustaka Hidayah.
Ghalia Indonesia. 18. Suririnah. (2008). Buku Pintar Kehamilan
11. Nursalam. (2014). Konsep Penerapan Dan Persalinan. Jakarta: gramedia
Metodologi Penelitian Ilmu Pustaka Utama.
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 19. Suryaningsih. (2007, May 22). Tips
12. Perry, P. (2013). Fundamental Mengatasi Stres Saat Kehamilan.
Keperawatan. Jakarta: EGC. http//www.suryaningsih.wordpres.com .
13. Pratisto. (2009). Statistik Menjadi Mudah 20. Wanda. (2008). persepsi ibu bersalin pada
Dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex media persalinan SC. http/www.info-
Computindo. jawapost.co.id .
14. Prawirohardjo. (2015). Ilmu Kebidanan. 21. Winkjosastro. (2015). Ilmu Kandungan.
Jakarta: YBPSP. Jakarta: YBPSP.