Anda di halaman 1dari 392

ISBN : 978-602-51139-0-1

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT SERI KE 1:
MEMBANGUN MASYARAKAT SEHAT SEJAHTERA
MENUJU PENCAPAIAN SDGs

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit, Mojokerto


16 Desember 2017

STIKes MAJAPAHIT MOJOKERTO


PROSIDING

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA


MASYARAKAT SERI KE 1: MEMBANGUN MASYARAKAT SEHAT
SEJAHTERA MENUJU PENCAPAIAN SDGs
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit, Mojokerto, Propinsi Jawa Timur

Pelindung : Dr Nurwidji, MSi


Penanggung Jawab : Dr. Abdul Muhith, S.Kep.,Ns
Penasehat : 1. Dr. Henry Sudiyanto, M.Kes
2. Rifa’atul Laila Mahmudah, M.Farm-Klin., Apt
3. Arief Fardiansyah, ST.,M.Kes
Panitia Pelaksana : Eka Diah Kartiningrum, SKM., MKes
Dwi Harini Puspitaningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Widya Puspitasari, A.Md
Kamelia, SE
Ernys Tyas Q, A.Md
Vonny Nurmalya Megawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Dwi Helynarti S, S.Si.,SKM., M.Kes
Widy Setyowati, M.Kep
Fitria Wahyu W, M.Kep
Yudha Laga HK, S.Psi.,S.Kep.,M.Kes
M.Nur Firdaus,S.Kep.Ns.,M.Kep

Reviewer : Prof. Dr. Sujono, M.Kes


Dr. Abdul Muhith, S.Kep.Ns

Editor dan Penyunting: Rifaatul Laila Mahmudah, M.Farm Klin, Apt


Eka Diah Kartiningrum, SKM., MKes
Dwi Helynarti Syurandari, S.Si., SKM., MKes
Widya Puspitasari, AMd

ISBN : 978-602-51139-0-1

Cetakan pertama, Desember 2017

Penerbit:
STIKes Majapahit Mojokerto
Jalan Raya Jabon Km 02 Kecamatan Mojoanyar Mojokerto 61364
Telp. 0321 329915
Fax. 0321 329915
Email: mojokertostikesmajapahit@gmail.com
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia Nya kepada kita
semua sehingga acara Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Seri Ke 1 dengan tema membangun masyarakat sehat
sejahtera menuju pencapaian SDGs yang diselenggarakan oleh Stikes
Majapahit pada tanggal 19 Agustus 2017 dapat terselenggara dengan baik dan
lancar dan prosiding artikel ini dapat diterbitkan. Acara ini didukung oleh
Stikes Pemkab Jombang, Poltekkes RS dr Soepraoen Malang, Stikes Hang
Tuah Surabaya, Stikes Kendedes Malang, Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Akademi
Keperawatan Dian Husada, IIK Bhakti Wiyata, Stikes Banyuwangi, Akademi
Kebidanan Ar Rahma, Universitas Kadiri, Akademi Gizi Karya Husada
Kediri, dan Stikes ICME Jombang.
Pemilihan tema tersebut didasari oleh pemikiran bahwa pencapaian
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan tanggung jawab semua
pihak. Perguruan tinggi sebagai inovator yang mempercepat pencapaian
SDGs. Namun berbagai hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang
dilaksanakan seringkali tidak dipublikasikan dengan baik sehingga hanya
menjadi tumpukan laporan yang tidak berguna walaupun informasi yang
dihasilkan sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia untuk menyusun
kebijakan dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera
Seminar ini diikuti oleh seluruh peneliti dan pengabdi yang telah lolos
seleksi untuk mempresentasikan, dan berdiskusi memperdalam keilmuan,
saling bertukar informasi serta membangun kerjasama antara berbagai bidang,
diantaranya bidang kesehatan ibu dan anak, gerontik, kesehatan reproduksi,
gizi serta manajemen pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, LPPM Stikes
Majapahit menyusun 62 artikel hasil penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat tersebut dalam bentuk prosiding
Akhir kata, kami mengucapkanterimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Yayasan Kesejahteraan Warga Kesehatan, Pimpinan Stikes Majapahit,
DPRM Universitas Muhammadiyah Malang, Pemakalah, Peserta, Panitia dan
pihak sponsor yang telah mendukung pelaksanaan Seminar Nasional ini,
smoga Alloh SWT meridhoi semua langkah upaya kita. Amin.

Mojokerto, 19 Desember 2017


Ketua Panitia

Eka Diah Kartiningrum, MKes


PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | iv

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii - ix
Judul Artikel Halaman

PENGARUH MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN DALAM


PENCEGAHAN PERILAKU SEKS PRANIKAH SISWA SMP .................... 1-6
Lia Kurniasari1), Ayu Ida Wardani2)
1,2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

ANALISIS SISTEM INFROMASI FAKTOR RESIKO HIPERTENSI


BERBASIS POSBINDU DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN
SIDOARJO............................................................................................................. 7-17
Mukhammad Himawan Saputra1), Abdul Muhith2), Arief Fardiansyah3)
1Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
2Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
3Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

EFEK PEMBERIAN SEDUHAN SERBUK KELOPAK ROSELLA


MERAH TERHADAP KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA SERUM
TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG DIBERI MINYAK JELANTAH ......... 18-23
Cucuk Suprihartini1), Arya Ulilalbab2)
1,2Akademi Gizi Karya Husada Kediri

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN


PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI ......................................................... 24-28
Rafhani Rosyidah1), Sulistyorimi2)
1Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

TINGKAT DEPRESI NARAPIDANA WANITA PENGHUNI RUTAN


MEDAENG SURABAYA............................................................................... 29-33
Sukma Ayu Candra Kirana1), Lela Nurlela2) , Farida Septiani3)
1,2,3,4 STIKES Hang Tuah Surabaya

PENERAPAN ATS TERHADAP WAITING TIME KLIEN DI IGD RSUD


NGUDI WALUYO WLINGI BLITAR ............................................................... 34-37
Mohammad Nur Firdaus
Prodi D3 Keperawatan STIKes Majapahit Mojokkerto

COMPASSION FATIGUE BERKORELASI DENGAN MUTU


PELAYANAN KEPERAWATAN DITINJAU DARI SEGI KEPUASAN
PELANGGAN ........................................................................................................ 38-45
Anndy Prastya1), Ike Prafitasari 2), Hani Riska3), Suherman4)
1,2 Dosen Stikes Majapahit Mojokerto
3,4Perawat RSUD Sidoarjo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |v

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA DALAM


MENGKONSUMSI MIRAS DI WILAYAH WIYUNG - SURABAYA .......... 46-50
Budi Dwi Prasetyo Utomo, Qori’Ila Saidah, Nur Chabibah
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

PENGARUH PENDIDIKAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL


ORANG TUA TERHADAP PERILAKU TEMPER TANTRUM PADA
ANAK USIA 3-6 TAHUN DI TK ROMLY TAMIM DAERAH PESISIR
KENJERAN SURABAYA .................................................................................... 51-58
Diyan Mutyah 1), Lilik Erviani 2), M. Baidlowi Mahbub³)
¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
² Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
³Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

ANALISIS FAKTOR RISIKO KOMPLIKASI KEHAMILAN


TRIMESTER III.................................................................................................... 59-68
Agustin Dwi Syalfina
Prodi D3 Kebidanan, STIKes Majapahit

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN


DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI RSU AL-ISLAM H.M
MAWARDI SIDOARJO ....................................................................................... 69-71
Henry Sudiyanto1), Fitria Wahyu Ariyanti 2), Mujiadi3), Rikha Nalinda4)
1,2,3,4Stikes Majapahit Mojokerto

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN KASSA KERING STERIL


DIBANDINGKAN DENGAN KASSA ALKOHOL TERHADAP LAMA
LEPAS TALI PUSAT DI DESA CERME KIDUL-GRESIK ........................... 72-76
Astrida Budiarti, Dya Sustrami, Julienavita Adinda
Stikes Hang Tuah Surabaya

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN


RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KUSTA KEDIRI TAHUN 2017 ......... 77-83
Reny Nugraheni
Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

DEPRESI DAN KUALITAS TIDUR LANSIA .................................................. 84-90


Bunga Anggraita1), Christina Yuliastuti2), Imroatul Farida3)
1,2,3 STIKes Hang Tuah Surabaya

ANALISIS KEGIATAN TAMAN PEMULIHAN GIZI TERHADAP


PERKEMBANGAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN
TEMBELANG DI KABUPATEN JOMBANG .................................................. 91-94
Septi Fitrah Ningtyas1), Mamik Ratnawati2), Rini Hayu L3)
1,2,3 Prodi D III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang

ANALISIS AKURASI GLASGOW COMA SCALE (GCS) DALAM


MEMPREDIKSI MORTALITY PASIEN CEDERA KEPALA ........................ 95-99
Riki Ristanto1), Amin Zakaria2)
1 ,2 Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes RS. dr. Soepraoen Malang

GAMBARAN TINGKAT TURNOVER PERAWAT, MOTIVASI, DAN


KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM HASANAH
MOJOKERTO ....................................................................................................... 100-103
Arief Fardiansyah1), Abdul Muhith2) Mukhammad Himawan Saputra3) Fenty4)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | vi

1Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
2Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
3Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN (OLIVE OIL)


TERHADAP RUAM POPOK (DIAPER RASH) PADA BATITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL KABUPATEN KEDIRI
TAHUN 2016 ......................................................................................................... 104-106
Rahma Kusuma Dewi1), Pamogsa Ratri Adha Daniyar 2)
1,2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri

DUKUNGAN KADER POSYANDU TERHADAP PARTISIPASI AYAH


PEDULI BALITA DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
POSYANDU CADERS SUPPORT FOR PARTICIPATION FATHER CARES
CHILDREN UNDER FIVE IN HEALTH CARE SERVICE .............................. 107-113
Heni Maryati 1), Monika Sawitri Prihatini2)
Program Studi Diploma III Keperawatan STIKES Pemkab Jombang

UPAYA PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM


PENINGKATAN SELF EFFICACY PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS BERBASIS KONSERVASI LEVINE............................................ 114-119
Alik Septian Mubarrok1), Ahmad NurKhoiri2)
Program Studi Sarjana Keperawatan, Stikes Pemkab Jombang

NEONATAL INCIDENT OF HYPOGLIKEMIA IN PREGNANT WOMAN


WITH GESTASIONAL RISK DIABETES MELLITUS ...................................... 120-125
Sulistiyah1, Ismiatun2 Nunung Ernawati3 Shella4
1,2,3,4Polytechnic dr. Soepraoen Jl. Sudanco Supriyadi no 22 Malang

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN


RUPTURA PERINEUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD SIDOARJO
PERIODE JANUARI SAMPAI JULI TAHUN 2017 ......................................... 126-132
Nur Saidah1), Eka Yusmanisari2)
1,2
Akademi Kebidanan Ar-Rahma Bangil Pasuruan

GENDING JAWA SEBAGAI TERAPI MUSIK – EFEKTIFKAH? :


KAJIAN LITERATUR ......................................................................................... 133-137
Atikah Fatmawati
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Majapahit

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENGGUNAAN JAMBAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DESA
LALADAN KABUPATEN LAMONGAN .......................................................... 138-142
Abdul Muhith 1), Mukhammad Himawan Saputra 2) Arief Fardiansyah3)
1Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
2,3 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM


MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI
PUSKESMAS NGORO MOJOKERTO ............................................................ 143-148
Wiwit sulistyawati1), Nurun Ayati Khasanah2
Program Studi D3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | vii

PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN


FLOUR ALBUS FISIOLOGI di BPS WIJI UTAMI SIDOARJO ..................... 149-153
Sri Wardini Puji Lestari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

PENGARUH PIJAT BUMIL TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA IBU


HAMIL TRIMESTER III DI BPM BIDAN A DESA KARANG NONGKO
KEC.SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO .................................................. 154-156
Sulisdiana
Program Studi D3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

HUBUNGAN PERSEPSI SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU DALAM


PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA ........ 157-163
(Studi di RW 01 Dusun Dempok Desa Grogol Kecamatan Diwek Jombang)
Endang Yuswatiningsih1), Hariyono2)
Stikes Insan Cendekia Medika Jombang

PERAN VARIABEL CONFOUNDING DALAM MEMPENGARUHI


ASOSIASI ANTARA KONSUMSI PANGAN HEWANI, BUAH DAN
SAYUR IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA
(ANALISIS MANTEL HAENSZEL DENGAN CONFOUNDING : JUMLAH
BALITA SERUMAH DAN PENDIDIKAN IBU DI DESA TAWANG
KECAMATAN WATES KABUPATEN KEDIRI) .................................................. 164-168
Tutut Pujianto
Akademi Gizi Karya Husada Kediri

EFEKTIVITAS TEKNIK MENERAN TERHADAP PENCEGAHAN


RUPTUR PERINEUM SPONTAN PADA IBU BERSALIN
PRIMIGRAVIDA DI BPM SIDOARJO ............................................................ 169-172
Nurul Azizah1), Sylvi Anissya Devi2)
1,2 Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Kebidana Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

PENYAPIHAN DINI DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA


TAHUN [BADUTA] DI POSYANDU GRAHA ................................................. 173-179
Ika Yuni Susanti
Program Studi D3 Kebidanan STIKes Majapahit

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR
ISLAM TERPADU AL – AZHAR KEDIRI ....................................................... 180-184
Enggar Anggraeni
Akademi Gizi Karya Husada Kediri

KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT LAHIR


BAYI ....................................................................................................................... 185-188
Dhonna Anggreni
Prodi D3 Kebidanan, StiKes Majapahit

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN INSIDEN


KESELAMATAN PASIEN .................................................................................. 189-196
(di Unit Ambulans Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya )
Dwi Ernawati1 , Diyah Arini2 , M. Hendrik Haryono3
1,2 Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | viii

3 Perawat IGD RSU Haji Surabaya

PENGETAHUAN IBU TENTANG MONOSODIUM GLUTAMATE


MAKANAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK. NUANSA PERTIWI
2 SIDOREJO ......................................................................................................... 197-204
Widy Setyowati, M.Kep
Program Studi D3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto

PENGARUH AIR ALKALI TERHADAP NEOVASKULARISASI TIKUS


GALUR WISTAR (RATTUS NORVEGICUS) DENGAN LUKA
HIPERGLIKEMIA ............................................................................................... 205-210
Yanuar Eka Pujiastutik1), Yohanes Andy Rias2), Vina Ifada Luthfi3)
1,2,3 Fakultas Ilmu Kesehatan, IIK Bhakti Wiyata

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN


INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH
ASUHAN KEHAMILAN ...................................................................................... 211-214
1Mudhawaroh, SST, M.Kes., 2Nikeh Grah Prihartanti, SST, M.Kes., 3Kolifah, SST, M.Kes.
1,2,3Prodi D III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang

FAKTOR-FAKTOR PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU


BEKERJA DI PONKESDES AWANG AWANG KECAMATAN
MOJOSARI MOJOKERTO ............................................................................... 215-220
Dyah Siwi Hety
Dosen STIKes Majapahit Mojokerto

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK


DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA
AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya) .............. 221-226
Ayu Citra Mayasari1), Astrida Budiarti2), Adibah Enggar3)
1,2,3 Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI


PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO ....................................... 227-234
Dian Irawati
Prodi Kebidanan, STIKES Majapahit

FUNGSI KOGNITIF DENGAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL)


PADA LANSIA ...................................................................................................... 235-248
(Kognitif Function With Activities Of Daily Living (ADL) In The Elderly)
Ninik Murtiyani1),Aris Hartono2),Hartin Suidah3), Nindya Putri Pangertika4)
1Akademi Keperawatan Dian Husada
2Prodi Ilmu Keperawatan, Stikes Bahkti Husada Mulia
3Akademi Keperawatan Dian Husada
4Prodi Ilmu Keperawatan, Stikes Dian Husada

EFEKTIFITAS RUJUKAN BIDAN ERA JKN PADA PRE EKLAMSIA


DAN EKLAMSIA DI RS dr. SAIFUL ANWAR MALANG ............................. 249-256
Dian Hanifah1), Annisa Fithri2)
1,2Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | ix

LINGKAR LENGAN ATAS DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL


TRIMESTER III DI UPT PUSKESMAS KUTOREJO KABUPATEN
MOJOKERTO ...................................................................................................... 257-263
Zulfa Rufaida
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

FAKTOR RISIKO WAKTU KEMATIAN PADA KEJADIAN


KECELAKAAN LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN
RESORT MOJOKERTO .................................................................................... 264-270
Dwi Helynarti Syurandhari 1), Mukhammad Himawan Saputra2), Asih Media Yuniarti 3),
Ainur Pujianti 4)
1,2,3,4Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Majapahit Mojokerto

PENGARUH PEMBERIAN INFUSED WATER STROBERI TERHADAP


INTENSITAS DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI
DI ASRAMA ABIM KOTA KEDIRI ................................................................. 271-276
Weni Tri Purnani
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT NELAYAN TENTANG MUTU


PELAYANAN PUSKESMAS TERHADAP SIKAP UNTUK DETEKSI
DINI KATARAK DI KELURAHAN PEJAGAN KECAMATAN
BANGKALAN PULAU MADURA 277-281
Hanifatur R., Dwi Ernawati, Merina Widyastuti, , Nur Chabibah, Erwinda Trisatya.
STIKES Hang Tuah Surabaya

HUBUNGAN USIA DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK


TAHUN 2016 DI BPS “ FARIDA YULIANI ,S.ST.M.Kes.” DESA GAYAMAN
MOYOANYAR – MOJOKERTO ......................................................................... 282-287
Ferilia Adiesti
Prodi Kebidanan , STIKES Majapahit Mojokerto

KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEBERHASILAN ASI


EKSKLUSIF ......................................................................................................... 288-292
Erfiani Mail Prodi 1), Dhonna Anggraeni 2)
1,2Prodi D3 Kebidanan Stikes Majapahit Mojokerto

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI DROP


OUT PADA AKSEPTOR KB SUNTIK .............................................................. 293-297
Dyah Permata Sari1), Sulis Diana2)
1,2Prodi D3 Kebidanan, STIKES Majapahit Mojokerto

JARAK KELAHIRAN ANAK DENGAN STATUS GIZI BALITA ................ 298-301


Farida Yuliani
Stikes Majapahit Mojokerto

EFEKTIFITAS KOMBINASI PERASAN DAUN SIRIH (Piper betle L.)


DENGAN PERANGKAP NYAMUK TERHADAP KEMATIAN
LARVA Aedes aegypti, UPAYA PENURUNAN PENDERITA DBD DI
DESA JOGOROTO KABUPATEN JOMBANG ............................................... 302-309
Awaluddin Susanto1), Erni Setiyorini2).
1,2 Prodi Analis Kesehatan, STIKES ICME Jombang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |x

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN


KELUHAN ANGGOTA GERAK ATAS PADA PEGAWAI BADAN
PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN KANTOR
CABANG MOJOKERTO .................................................................................... 310-314
Asih Media Yuniarti1), Mukhammad Himawan Saputra2) Dwi Helynarti Syurandhari3)
Fibriana4)
1,2,3,4Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Majapahit Mojokerto

PELATIHAN DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN


PSIKOSOSIAL ANAK BAGI KADER POSYANDU DI DESA PETAK
MOJOKERTO ..................................................................................................... 314-317
Nurul Mawaddah1), Uswatun Kasanah2)
1,2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Majapahit Mojokerto

PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA MELALUI TERAPI


MODALITAS LIFE REVIEW MENGGUNAKAN SNAKES LADDERS
GAME .................................................................................................................... 319-325
Christina Yuliastuti1), Sukma Ayu Candra K2), Iis Fatimawati3), Mas’ud Hakim4)
1,2,3,4STIKes Hang Tuah Surabaya

UPAYA PENINGKATAN PENGUATAN CHAIN OF SURVIVAL


KORBAN HENTI JANTUNG DI LUAR RUMAH SAKIT MELALUI
PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR KEPADA KADER
KESEHATAN ........................................................................................................ 326-330
Ika Suhartanti1, Fitria Wahyu Ariyanti.2, Anndy Prastya.3
STIKes Majapahit Mojokerto

IMPLEMENTASI SENAM YOGA TERHADAP PENINGKATAN


KADAR SPO2 PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DERAJAT I DI
GRIYA WERDHA JAMBANGAN SURABAYA .............................................. 331-339
Hidayatus Sya’diyah1), Diyah Arini2), Astrida Budiarti3), Ninik Ambar Sari4), Agung
Pranoto5), Ratna Wulan6), Dedi Irawadi7), Diyan Mutyah8), Christina Hardiana Putri9),
Qori’lla Saidah10)
Prodi d3 KeperawatanStikes Hang Tuah Surabaya

IMPLEMENTASI TERAPI REMINISCENCE TERHADAP


PENINGKATAN HARGA DIRI LANSIA DI UPTD GRIYA
WERDHA JAMBANGAN SURABAYA............................................................. 340-343
Dya Sustrami1), Setiadi2), Puji Hastuti3), Lela Nurlela4), MeianaHarfika5), Baidhowi6), Giska
Wulan Kusuma7), Nur Muji8), DitaApriani8), Lilik Erviani9)
1,2,3,4,5,6,7,8 Prodi d3 KeperawatanStikes Hang Tuah Surabaya

PEMERIKSAAN KADAR Hb DAN PENILAIAN STATUS GIZI BALITA


SEBAGAI SKRINING AWAL ADB .................................................................. 345-353
Atik Pramesti Wilujeng1),Muhammad Al Amin 2), Titis Sriyanti 3), Elita Indah4)
1,2,3,4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

UPAYA PEMBINAAN POSBINDU PENYAKIT TIDAK MENULAR


(PTM) DUSUN GLONGGONGAN DESA SUMBER TEBU BANGSAL
KABUPATEN MOJOKERTO ............................................................................. 354-358
Eka Diah Kartiningrum1, Dwiharini Puspitaningsih2, Yudha Laga Hadi Kusuma3, Vonny
Nurmalya Megawati4
1, 2, 3, 4
Prodi D3 KeperawatanStikes Majapahit
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | xi

AKUPUNKTUR METODE JIN’S 3 NEEDLE MEREDAKAN NYERI


ISCHIALGIA ......................................................................................................... 359-366
Puspo Wardoyo1, Lenny Tandya2, Ismiatun3
1Prodi Akupunktur, Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang
2Prodi Akupunktur, Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang
3Prodi Kebidanan, Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang

PENGABDIAN MASYARAKAT DENGAN ART PAINTING THERAPY


TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA .............. 367-369
Siti Fatimatur R1), Dhian Satya R2), Ayu Citra Mayasari3), Sapto Dwi A4), Nisha
Dharmayanti R5)
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA


PRE OPERASI SECTIO CAESARIA ................................................................... 370-380
Sari Priyanti
STIKes Majapahit Mojokerto
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |1

PENGARUH MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN DALAM


PENCEGAHAN PERILAKU SEKS PRANIKAH SISWA SMP
Lia Kurniasari1), Ayu Ida Wardani2)
1,2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
email :liakesmas@umkt.ac.id
email :lk959@umkt.ac.id

Abstract

Teenage period is a developmental transition period between children period and adult period
involving biological, cognitive and social as well as emotional changes. In Indonesia, the percentage
of male teenagers who have had pre-marital sex is 4.5% and the percentage of female teenagers who
have had pre-marital sex is 0,5%. Reproduction health education is one way to reduce or to prevent
pre-marital sexual behaviors. Improving the knowledge of the students can be done through video
media. Objective to find out the effect of video media on the knowledge level about the prevention of
pre-marital sexual behaviors by the students of SMP. The type of this research was quasi experiment
with a non equivalent control group design. The sample of this research was the eighth grade
students of SMP with the total of 40 respondents. The sample is Total Sampling technique with
validity test of product moment, using a questionnaire as the research instrument. There was an
effect of video media on the knowledge (p-value 0.025;𝑅 2 = 0,249). The data analyzed by using
bivariate analysis with simple linear regresion.There was an effect of video media on the knowledge
about the prevention of pre-marital sexual behaviors by the eighth grade students of SMP.
Keywords: Video, Knowledge, the Prevention of Pre-marital Sex

1. PENDAHULUAN Timur pada awal Juni Tahun 2010, dan telah


Besarnya jumlah penduduk kelompok menyebarkan kuesioner di kalangan pelajar
remaja ini akan sangat mempengaruhi SMP, didapatkan sebanyak 25% pelajar SMP
pertumbuhan penduduk dimasa yang akan pernah melakukan hubungan seksual (HUS).
datang, remaja perlu mendapatkan perhatian Sementara usia remaja yang melakukan
serius mengingat mereka masih termasuk hubungan seksual pada usia 15-16 tahun
dalam usia sekolah dan memasuki umur sebesar 23%, dan 35% pada usia 17-18 tahun
reproduksi, apabila tidak dipersiapkan dengan serta usia diatas 18 tahun sebesar 25%. Mereka
baik mereka akan sangat beresiko terhadap melakukan hubungan seksual bersama pacar
masalah kesehatan reproduksi seperti perilaku sebesar 77% dan hubungan seksual dilakukan
seksual pranikah dan HIV/AIDS. dirumah sebesar 52%.Pada masa remaja terjadi
Menurut survei yang dilakukan Badan pembentukan norma baru yang bisa
Pusat Statistik (BPS), remaja yang pernah menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dan
melakukan hubungan seks pranikah pada tahun upaya mencari kebebasan. Perkembangan
2012 di Indonesia pada remaja laki-laki zaman, arus globalisasi serta pesatnya
sebanyak 4,5% dan pada remaja perempuan kemajuan teknologi memberikan pengaruh
sebanyak 0,5%, dari survei yang sama terhadap kehidupan remaja, sehingga ini
didapatkan alasan hubungan seksual pranikah berdampak pada terbentuknya sikap baru
tersebut sebagian besar karena penasaran/ingin terhadap perilaku seksual pada remaja
tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38% (Setyaningsih 2016). Menurut Sarwono (2007)
perempuan) dan dipaksa oleh pasangan (12,6% perilaku seksual merupakan segala bentuk
perempuan). Hal ini mencerminkan kurangnya perilaku yang didorong oleh hasrat seksual,
pemahaman remaja tentang keterampilan baik dengan lawan jenis maupun dengan
hidup sehat, resiko hubungan seksual dan sesama jenis.Jika perilaku seksual tersebut
kemampuan untuk menolak hubungan yang dilakukan sebelum waktunya, atau dilakukan
tidak mereka inginkan (Kemenkes RI, 2012). bukan oleh sepasang suami istri, maka perilaku
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia seksual tersebut merupakan perilaku seksual
(PKBI) melakukan penelitian di Kalimantan tidak sehat.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |2

2. KAJIAN LITERATUR ini menggunakan dua kelompok yaitu


Menurut (Sarwono 2012) pendidikan kelompok yang diberikan media video terkait
kesehatan reproduksi merupakan salah satu kesehatan reproduksi dan bahaya seks pranikah
cara untuk mengurangi atau mencegah perilaku sebagai kelompok eksperimen dan kelompok
seks sebelum menikah, khususnya untuk yang tidak diberikan perlakuan media video
mencegah dampak-dampak negatif yang tidak mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya
diharapkan misalnya seperti kehamilan yang seks pranikah yaitu sebagai kelompok
tidak direncanakan, penyakit menular seksual, pembanding (kontrol). Dalam penelitian ini
depresi dan perasaan berdosa. Remaja yang variabel independennya yaitu Pengaruh Media
telah mendapatkan pendidikan kesehatan Video dan variabel dependennya adalah
reproduksi cenderung jarang melakukan pengetahuan siswa kelas VIII SMP Nuri
hubungan seks, tetapi remaja yang belum Samarinda.
pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
reproduksi cenderung lebih banyak mengalami 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
kehamilan yang tidak dikehendaki. Tabel 1. Nilai Pengetahuan Mengenai
Peningkatan pengetahuan diperoleh Kesehatan Reproduksi dan
melalui suatu proses yang mempengaruhi dan Bahaya Seks Pranikah Pretest dan
perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih Posttest Pada Kelompok
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari Eksperimen Siswa Kelas VIII Di
pengetahuan (Notoatmodjo 2010). Upaya SMP Nuri Samarinda.
untuk meningkatkan pengetahuan dapat pretest Posttest D
dilakukan melalui melalui media video. Mean 15.7 19.75 4.05
Pendidikan kesehatan melalui media video Median 15.5 21
merupakan salah satu teknik pengajaran yang
Standar Deviation 2.993 2.425
mempunyai banyak keunggulan, sebab media
tersebut merupakan sumber informasi yang Minimum 10 13
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan Maximum 21 21
seseorang (Notoatmodjo, 2011). Sumber : Data Primer 2017
Media video merupakan gambar-gambar Berdasarkan tabel didapatkan data bahwa
dalam frame, di mana frame demi frame nilai rata-rata dari 20 siswa sebelum diberikan
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara perlakuan berupa penayangan media video
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya
hidup (Azhar, 2011). Penggunaan media video seks pranikah adalah 15.7. Nilai minimum
merupakan salah satu teknik pengajaran yang yang dicapai siswa adalah 10 dan nilai
mempunyai banyak keunggulan dilihat dari maksimum yang dapat dicapai siswa adalah 21
sasaran program maupun situasi dan kondisi dengan median 15.5.
siswa, dilihat dari sasaran penelitian yaitu
merupakan Siswa SMP (Sekolah Menengah Tabel 2. Nilai Pengetahuan Mengenai
Pertama) yang belum mampu memahami Kesehatan Reproduksi dan
informasi secara baik karena pola pikir yang Bahaya Seks Pranikah Pretest dan
belum matang, sehingga pendidikan kesehatan Posttest Pada Kelompok Kontrol
dengan media video dapat memudahkan siswa Siswa Kelas VIII B di SMP Nuri
memahami pengetahuan mengenai kesehatan Samarinda.
reproduksi dan bahaya seks pranikah yang pretest Posttest D
diberikan, karena kemudahan penerimaan Mean 12.9 14.2 1.3
informasi dapat mempermudah peningkatan
Median 14 15
pengetahuan siswa (Pratiwi, 2015).
Standar Deviation 3.824 2.419
3. METODE PENELITIAN Minimum 6 9
Jenis penelitian yang digunakan adalah Maximum 17 18
eksperimen semu (quasi-experiment study) Sumber : Data Primer 2017
dengan rancangan non equivalent control Berdasarkan tabel 2 didapatkan data
group desain (Notoatmodjo, 2010). Penelitian bahwa nilai rata-rata dari 20 pada saat pretest
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |3

adalah 12.6.Nilai minimum yang dicapai siswa


adalah 6 dan nilai maksimum yang dapat
dicapai siswa adalah 17 dengan median 14.

Tabel 3. Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan Mengenai Kesehatan Reproduksi


Dan Bahaya Seks Pranikah Pretest Dan Posttest Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Nuri
Samarinda.
Pengetahuan Mean D R Square B P Value
Pretest 15.7 9.674
4.05 0.249 0.25
Postest 19.75 0.551
Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 3 didapatkan data mencapai 4.05 sehingga terlihat bahwa ada
bahwa nilai rata-rata dari 20 siswa sebelum perbedaan pengetahuan siswa mengenai
diberikan perlakuan berupa penayangan media kesehatan reproduksi dan bahaya seks pranikah
video mengenai kesehatan reproduksi dan sebelum dan sesudah diberikan video.
bahaya seks pranikah adalah 15.7. Setelah Nilai rata-rata dari 20 siswa pada saat
diberi perlakuan berupa penayangan video posttest adalah 14.2. Nilai minimum yang
mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya dicapai siswa adalah 9 dan nilai maksimum
seks pranikah nilai rata-rata dari 20 siswa yang Mencapai 1.3 sehingga terlihat bahwa ada
adalah 19.75, dengan selisih mean pretest dan perbedaan pengetahuan siswa mengenai
posttest siswa mencapai 4.05 sehingga terlihat kesehatan reproduksi dan bahaya seks pranikah
bahwa ada perbedaan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan video namun
mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya tidak signifikan dapat dicapai siswa adalah 18
seks pranikah sebelum dan sesudah diberikan dengan median 15.Selisih mean pretest dan
video. sedangkan R Square sebesar 0.249 yang posttest siswa.
berarti bahwa media video memberikan Analisis univariate dilakukan untuk
konstribusi sebesar 0.249 atau 24.9% terhadap menjelaskan atau mendeskripsikan
peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan karakteristik setiap variabel yang diteliti,
reproduksi dan bahaya seks pranikah yang dalam penelitian ini yaitu variabel pengetahuan
menandakan hubungan lemah, artinya 75.1% kesehatan reproduksi dan bahaya seks
hasil peningkatan pengetahuan mengenai pranikah. Berdasarkan hasil penelitian yang
kesehatan reproduksi dan bahaya seks pranikah dilakukan pada siswa kelas VIII di SMP
dipengaruhi oleh faktor lain, dan didapatkan Samarinda didapatkan hasil dari 20 responden
nilai konstan sebesar 9.674 yang mempunyai pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan
arti bahwa jika tidak ada pemberian media perlakuan maka responden diberi pretest
video maka nilai pengetahuan sebesar 9.674, terlebih dahulu dengan menjawab angket yang
dan nilai koefisien regresi sebesar 0.551 karena telah diberikan oleh peneliti setelah responden
nilai koefisien regresi bernilai (+) maka dengan mengisi angket tersebut barulah responden
demikian dapat dikatakan bahwa media video diberi perlakuan yaitu penayangan video
berpengaruh terhadap pengetahuan, sehingga mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya
persamaan regresi yaitu Y=9.674+0.551x, seks pranikah setelah itu maka kembali
dengan P Value 0.025<0.05 yang artinya dilakukan postest untuk melihat apakah
terdapat pengaruh media video terhadap pengetahuan responden bertambah atau tidak,
peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan sedangkan hasil dari 20 responden pada
reproduksi dan bahaya seks pranikahSetelah kelompok kontrol tidak diberi perlakuan
diberi perlakuan berupa penyangan video apapun, hanya diberi pretest yaitu berupa
mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya angket dan posttest. Berdasarkan hasil
seks pranikah nilai rata-rata dari 20 siswa penelitian pada kelompok eksperimen
adalah 19.75. Nilai minimum yang dicapai diperoleh 20 responden sebelum perlakuan
siswa adalah 13 dan nilai maksimum yang hasil pretest pengetahuan mengenai kesehatan
dapat dicapai siswa adalah 21 dengan median reproduksi dan bahaya seks pranikah
21.Selisih mean pretest dan posttest siswa didapatkan nilai rata-rata pada saat pretest
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |4

yaitu 15.7 meningkat pada saat posttest mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya
menjadi 19.75, sedangkan pada kelompok seks pranikah dengan 2 kali pemutaran
kontrol diperoleh 20 responden pada saat video.Berdasarkan penelitian Arif (2013) yang
pretest didapatkan nilai rata-rata yaitu 12.9 menunjukaan bahwa pengetahuan dapat
meningkat pada saat posttest menjadi 14.2. dipengaruhi oleh pemberian media video
terjadi peningkatan pengetahuan pada karena video dapat mencerminkan adanya
kelompok kontrol namun tidak signifikan. penyerapan informasi yang lebih efektif
Berdasarkan hasil sebelum dan sesudah dengan menggunakan indera penglihatan dan
pada kelompok eksperimen dan kelompok pendengaran serta dapat meningkatkan
kontrol menunjukkan hasil yaitu pada pengetahuan dibandingkan hanya
kelompok ekperimen mengalami kenaikan menggunakan indera penglihatan. Hal ini
yang signifikan pada saat posttest dan pada sejalan dengan penelitian Pertiwi (2015)
kelompok kontrol saat posttest mengalami bahwa hasil penelitian yang dilakukan juga
kenaikan namun tidak signifikan . Hal itu menerangkan pengaruh penyuluhan
disebabkan pada kelompok kontrol tidak diberi menggunakan Audio Visual terhadap
perlakuan yang sama dimana pada kelompok pengetahuan seks pranikah, dari penelitian
eksperimen diberikan penayangan video tersebut didapatkan hasil bahwa adanya
mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya pengaruh audio visual terhadap peningkatan
seks pranikah, sedangkan kelompok kontrol pengetahuan siswa mengenai seks pranikah.
hanya diberi pretest dan posttest tanpa Memberikan video dapat membantu siswa
perlakuan apapun, selain karena berpedaan agar terbentuk pengetahuannya dan
perlakuan, kelompok kontrol dibiarkan memberikan reaksi positif dan pada akhirnya
mengikuti pelajaran seperti biasanya, sehingga terjadi pula perubahan perilaku terutama
responden pada kelompok kontrol lebih fokus tentang pencegahan perilaku seks pranikah
pada kegiatan pembelajaran sehingga pada saat pada siswa, hal ini sejalan dengan teori Health
dilakukan posttest siswa tidak fokus dalam Belief Model yang dimana teori tersebut
mengisi pertanyaan yang diberikan oleh didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang
peneliti.Penelitian dilakukan pada hari yang akan mengambil tindakan yang akan
sama dan jam yang sama, dimana kelompok berhubungan dengan kesehatan yang dimana
kontrol tetap melakukan kegiatan belajar dalam merubah perilaku selain dari keyakinan
seperti biasa, pertama peneliti sama sama individu itu sendiri terdapat faktor lain yang
memberikan pretest terlebih dahulu kepada mempengaruhi yaitu pengetahuan dan untuk
kelompok ekperimen dan kontrol dengan mencapai semua itu diperlukan isyarat
dibantu oleh enumerator, setelah kelompok tindakan yaitu salah satunya berupa pemberian
kontrol dan ekperimen selesai mengisi angket media video dengan menekankan pada
pretest, kelas pada kelompok kontrol belajar peningkatan pengetahuan dalam upaya
seperti biasanya sedangkan peneliti melakukan pencegahan perilaku seks pranikah pada siswa.
penelitian di kelompok eksperimen dengan Pengetahuan adalah hasil “tahu”
memberikan perlakuan berupa penayangan seseorang setelah melakukan penginderaan
video mengenai kesehatan reproduksi dan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan
bahaya seks pranikah, setelah itu peneliti manusia melalui panca indera penglihatan,
melakukan posttest pada kelompok penciuman, pendengaran, raba dan rasa.Mata
eksperimen dan juga kelompok kontrol, yang dan telinga merupakan bagian terpenting dari
dimana kelompok kontrol sudah selesai manusia dalam memperoeh
mengikuti kegiatan belajar. Peningkatan pengetahuan.Pengetahuan merupakan domain
pengetahuan responden pada kelompok yang sangat penting dalam terciptanya suatu
eksperimen mencerminkan adanya pengaruh tindakan individu (Notoatmodjo, 2011).
oleh media yang memudahkan dalam Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan
mengingat materi yang diberikan.Informasi menayangkan video mengenai kesehatan
yang ada di dalam video.Peningkatan reproduksi dan bahaya seks pranikah sebagai
pengetahuan yang terjadi pada kelompok alat untuk meningkatkan pengetahuan. Oleh
ekperimen dikarenakan perlakuan yang telah sebab itu, diperlukan adanya pemikiran dan
diberikan yaitu berupa penayangan video penglihatan maupun pendengaran untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |5

memahami isi video ini, media video menuntut 4. Fitriana, N. Hubungan Pengetahuan dan
responden untuk tidak bekerjsama melainkan Sikap tentang Seks Pranikah dengan
individualisme. Belajar secara individual Perilaku Seksual pada siswa SMA XX
berarti dapat menyelesaikan tanggung jawab Semarang: 2012.
atau permasalahan sendiri. 5. Grant (2013). The Effect f School Status
Berdasarkan hasil penelitian dengan And Academic Skills on the Reporting of
menggunakan uji regresi yang dilakukan pada Premarital Sexual Behavior. Evidence
siswa kelas VIII di SMP Nuri Samarinda, from a Longitudinal Study in Rural
didapatkan P value sebesar 0.025 nilai ini lebih Malawi. Journal Adolesc Health May 17.
kecil dari taraf signifikansi yaitu 0.05, jadi 6. Kholid, Ahmad ( 2012), Promosi
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Kesehatan dengan Pendekatan Teori
antara sebelum perlakuan penayangan video Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Kota
mengenai kesehatan reproduksi dengan Depok : PT RAJAGRAFINDO
sesudah perlakuan penayangan video PERSADA
kesehatan reproduksi dan bahaya seks 7. Marmi, (2014). Kesehatan Reproduksi.
pranikah. Adanya pengaruh antara pretest dan Yogyakarta : Pustaka Belajar.
posttest dapat diartikan bahwa media video 8. Maryatun, 2013. Peran Teman Sebaya
berpengaruh pada peningkatan pengetahuan terhadap Perilaku Seksua Pra Nikah pada
pada kelompok eksperimen. Media promosi Remaja di SMA Muhammadiyah 3
kesehatan merupakan sarana atau upaya untuk Surakarta. Gaster 10(1)
menampilkan pesan informasi yang ingin 9. Mursudarinah dkk (2016). Pendidikan
disampaikan oleh komikator, baik itu melalui Kesehatan dan Tingkat Pengetahuan
media cetak, elektronik (televisi, radio). Remaja Tentang Seks Pra Nikah Yang
Beresiko Kehamilan Tak Diinginkan Di
5. KESIMPULAN SMK Di Surakarta. Jurnal Gaster Vol. 14
Berdasarkan hasil penelitian mengenai No. 2 Agustus 2016.
pengaruh media video terhadap pengetahuan 10. Notoatmodjo (2010), metodologi
dalam upaya pencegahan perilaku seks Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
pranikah pada siswa kelas VIII SMP Nuri Cipta
Samarinda diperoleh kesimpulan sebagai 11. Notoatmodjo (2011), Kesehatan
berikut Terdapat pengaruh yang signifikan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
secara statistik setelah diberi perlakuan berupa Rineka Cipta.
penayangan media video mengenai kesehatan 12. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Kode
reproduksi dan bahaya seks pranikah terhadap Etika dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
pengetahuan (P-Value<0.05). Rineka Cipta.
13. Nurhidayati (2013). Pengaruh media
REFERENSI video terhadap pengetahuan dan sikap
1. Agustiani, Hendriati. (2009), psikologi remaja mengenai upaya pencegahan
Perkembangan Pendekatan Ekologi penyakit menular seksual. JOM Vol. 1
Kaitannya dengan Konsep Diri dan No. 2, Oktober 2013
Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: 14. Pratiwi (2015), Pengaruh Penyuluhan
PT Refika Aditama Audio Visual Sex-Education Terhadap
2. Azhar, Arsyad. (2011). Media Pengetahuan Seks Pranikah Siswa Kelas
Pembelajaran. Jakarta : Trimedia VII SMPN I Kretek Kabupaten Bantul
Pustaka. Yogyakarta Tahun 2015
3. Arif. 2013. Efektivitas penggunaan Media 15. Rediekan, Gianreca dkk (2013). Sikap
Video dan Media Leaflet Terhadap Orang Tua Terhadap Perilaku Seksual
Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Pranikah Di Komplek XXX Tangerang.
Bahaya NAPZA di SMP 3 Mojosongo Jurnal Psikologi Volume 11 Nomor 1,
Boyolali. Skripsi, Naskah Publikasi, Juni 2013
Boyolali, Universitas Muhammadiyah 16. Santrock, J.(2001). Remaja, Jilid 1. Ed.
Surakarta, Indonesia. 11. Jakarta:Erlangga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |6

17. Rohan, dkk. (2013), Kesehatan


Reproduksi. Yogyakata: Nuha Medika
18. Risnawati (2016). Perilaku Seksual
Pranikah Pada Remaja. Jurnal ISSN 2407-
9189 2016
19. Sanjaya, W. 2012. Media Komunikasi
Pembelajaran. Jakarta: Kharisma putra
20. Sarwono, S. W. (2010). Psikologi Remaja.
Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo
21. Setyaningsih, Dewi (2012). Determinan
Faktor Inisiasi Seks Pranikah Pada
Remaja (Analisis Data Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia). Jurnal
Medika Respati Vol. 11 Nomor 1 Januari
2016
22. Septiani (2014). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Di SMP Islam Ruhana Ciputat
23. Sugiyono (2014), Metode Penelitian
Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, cv.
24. Yanti (2015). Pengaruh pendidikan
kesehatan dengan menggunakan media
video terhadap pengetahuan dan sikap
remaja mengenai upaya pencegahan
penyakit menular seksual. JOM Vol. 2
No. 2, Oktober 2015.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |7

ANALISIS SISTEM INFROMASI FAKTOR RESIKO HIPERTENSI BERBASIS


POSBINDU DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO
Mukhammad Himawan Saputra1), Abdul Muhith2), Arief Fardiansyah3)
1
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: mhimawansaputra@gmail.com
2
Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: abdulmuhith@gmail.com
3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: arieffardiansyah123@gmail.com

Abstract

Indonesia's health development is directed towards achieving healthy health problem solving for the
population in order to realize optimal health status, from the data, concluded that health problems
will be affected by lifestyle, diet, work environment, exercise, and stress. Lifestyle changes, especially
in big cities, lead to increased prevalence of degenerative diseases, one of them hypertension. The
purpose of this research is to know the description of the implementation of Risk Based Hypertension
Risk Factors Information System in Sidoarjo District Health Office. The design of this activity using
descriptive design. The location of this research took place at the Health Office of Sidoarjo Regency.
The data was collected by direct interviews by distributing questionnaires to several employees of
Sidoarjo District Health Office. Direct interviews were conducted to find out the problems of what
happened in the implementation of Information Systems of Posbindu-Based Hypertension Risk
Factors. Non-Communicable Disease Surveillance and its risk factors are one of the strategies for
prevention and control of the disease that is done precisely and integrated by a government, private
and public. Constraints currently faced is the absence of accurate data related to the epidemiology
of Non Communicable Diseases, data that has been collected from surveillance activities manually
still have to be processed first to be presented, where in the process of management is not
standardized so that there is disparity reporting format that impact to the difficulty to do aggregate
data. Non-communicable diseases occur due to various risk factors, such as smoking, unhealthy diet,
lack of physical activity, and consumption of alcoholic beverages. Risk factors will cause
physiological changes in the human body, thus becoming risk factors such as increased blood
pressure, blood sugar increased, blood cholesterol increased, and obesity..
Keywords: Survaillance, system, hypertension, risk factors, obese

1. PENDAHULUAN kematian dibandingkan kanker. Meski terapi


Pembangunan kesehatan Indonesia ringan akan banyak mengurangi risiko
diarahkan guna mencapai pemecahan masalah komplikasi kardiovaskuler, termasuk kematian
kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dini. ( WHO, 2013)
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu
optimal, dari data yang disimpulkan bahwa kota besar yang ada di Jawa timur, berada di
masalah kesehatan akan dipengaruhi pola dekat Kota Surabaya menjadikan Sidoarjo
hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, merupakan tujuan untuk hunian / perumahan
olahraga dan stress. Perubahan gaya hidup pekerja yang ada di Surabaya. Selain ini
terutama di kota-kota besar menyebabkan Sidoarjo berada dalam jalur yang
meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, menghubungkan Surabaya dengan kota – kota
salah satunya hipertensi. (Sihombing, 2017) lainnya yang ada di wilayah timur dan selatan
Hipertensi dikenal sebagai silent killer, Jawa timur, sehingga perekonomian
terbukti sering muncul tanpa gejala, berarti Kabupaten Sidoarjo juga turut meningkat.
gejala bukan merupakan tanda untuk Perkembangan dalam hal ekonomi turut juga
diagnostik dini. Hipertensi ringan justru berdampak pada masalah – masalah yang
sebagian besar jumlahnya dibandingkan mengikutinya, masalah kesehatan misalnya.
stadium berat, dan harus diwaspadai karena Proporsi kematian akibat PTM meningkat dari
ternyata sebagian besar menyebabkan 41,7% tahun 1995 (Survei Kesehatan Rumah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |8

Tangga/SKRT 1995) menjadi 49,9% tahun Informasi Faktor Resiko Hipertensi Berbasis
2001 (SKRT 2001), dan 59,5% tahun 2007 Posbindu di Dinas Kesehatan Kabupaten
(Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2007). Sidoarjo.
Proporsi kematian karenakibat cedera juga
meningkat dari 5,9% tahun 1995 menjadi 7,3% 2. KAJIAN LITERATUR
tahun 2001 dan 6,5% tahun 2007. Proporsi Hipertensi menurut WHO (2013) adalah
kematian berdasarkan penyebab kematian peningkatan tekanan darah sistolik sama atau
tertinggi PTM pada semua umur, Riskesdas lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
2007 antara yaitu Stroke 15,4%, hipertensi diastolik sama atau lebih besar 90 mmHg.
6,8%, Cedera 6,5%, Diabetes Melitus 5,7%, Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan
Tumor Ganas 5,5% dan Penyakit Jantung konstan memompa darah melalui pembuluh
4,6%. Prevalensi PTM di Indonesia, Riskesdas darah. Hipertensi sering kali dijumpai tanpa
2007: hipertensi usia > 18 tahun (31,7 %), gejala, relatif mudah diobati dan sering
penyakit jantung (7,2%), stroke (8,3‰), menimbulkan komplikasi seperti stroke,
diabetes melitus (1,1%), asma (3,5%), kelemahan jantung, penyakit jantung
kanker/tumor (4,3‰), dan cedera akibat koroner,dan gangguan ginjal.
kecelakaan lalu lintas darat (25,9%), dan data Menurut WHO (2013) batas normal
faktor risiko penyakit tidak menular karena tekanan darah adalah kurang dari atau 120
obesitas umum 10,3%, obesitas sentral 18,8%, mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 10,2%, mmHg tekanan diastolik. Seseorang
kurang makan buah dan sayur 93,6%, minum dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan
beralkohol 4,6%, kurang aktifitas fisik 48,2%, darahnya lebih dari 140/90 mmHg.
dan merokok 23,7%. Menurut petunjuk World Health
Berdasarkan Riskesdas 2013 : hipertensi Organization-International Society of
usia ˃ 18 tahun (25,8%), PJK umur ≥ 15 tahun Hypertension (WHO-ISH) klasifikasi
(1,5%), gagal jantung (0,3%), gagal ginjal hipertensi menyerupai The Eight Report of the
kronik (0,2%), batu ginjal (0,6%), rematik Joint National Commite on Detection,
(24,7%), stroke (12,1‰), cedera semua umur Evaluation, and Treatment of High Blood
(8,2%), asma (4,5%), PPOK umur ≥ 30 Pressure (JNC VIII), yaitu:
tahun(3,8%), Kanker (1,4‰), diabetes melitus
(2,1%), hyperthyroid umur ≥ 15 tahun Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi untuk usia >
berdasarkan diagnosis (0,4%), proporsi cedera 18 Tahun
akibat transportasi darat (47,7%), laki-laki
obese umur ˃ 18 tahun (19,7%), perempuan
obese (32,9%), obesitas sentral (26,6%),
konsumsi tembakau usia ≥ 15 tahun (36,3%),
kurang konsumsi sayur-buah (93,5%).
Tingginya permasalahan PTM, termasuk
didalamnya hipertensi memerlukan upaya Hipertensi primer atau hipertensi esensial
pengendalian yang memadai dan komprehensif adalah suatu peningkatan persisten tekanan
melalui promosi, deteksi dini, pengobatan, dan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan
rehabilitasi. Upaya tersebut perlu didukung mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa
oleh penyediaan data dan informasi yang tepat penyebab sekunder yang jelas. Hipertensi
dan akurat secara sistematis dan terus-menerus esensial meliputi lebih kurang 95% dari
melalui sistem surveilans yang baik. Oleh seluruh penderita hipertensi dan 5% sisanya
karena itu, dengan program surveilans PTM disebabkan oleh hipertensi sekunder.
yang baik maka program pencegahan dan Hipertensi esensial dipengaruhi oleh beberapa
pengendalian PTM berlangsung lebih efektif faktor seperti umur, jenis kelamin, ras, faktor
baik dalam hal perencanaan, pengendalian, genetik atau keturunan serta faktor lingkungan
monitoring dan evaluasi program serta sebagai yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam
ide awal penelitian berlebih dan sebagainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Hipertensi sekunder atau hipertensi non
Mengetahui gambaran pelaksanaan Sistem esensial adalah hipertensi yang dapat di ketahui
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 |9

penyebabnya. Hipertensi sekunder meliputi menderita hipertensi dibanding


kurang lebih 5% dari total penderita hipertensi. wanita, hal ini disebabkan karena
Timbulnya penyakit hipertensi sekunder terdapatnya hormon estrogen pada
sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi atau wanita (Asmarani et al, 2017).
kebiasaan seseorang. Contoh kelainan yang 3). Riwayat Keluarga
menyebabkan hipertensi sekunder adalah Orang-orang dengan sejarah
sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi keluarga yang mempunyai hipertensi
dari hal-hal berikut : lebih sering menderita hipertensi.
a. Akibat stres yang parah, Riwayat keluarga dekat yang
b. Penyakit atau gangguan ginjal, menderita hipertensi (faktor
c. Kehamilan atau pemakaian hormon keturunan) juga mempertinggi risiko
pencegah kehamilan, terkena hipertensi terutama pada
d. Pemakaian obat-obatan seperti heroin, hipertensi primer. Keluarga yang
kokain, dan sebagainya, memiliki hipertensi dan penyakit
e. Cidera di kepala atau pendarahan di otak jantung meningkatkan risiko
yang berat, hipertensi 2-5 kali lipat.
f. Tumor atau sebagai reaksi dari Jika seorang dari orang tua kita
pembedahan (Astawan, 2009) mempunyai hipertensi maka
sepanjang hidup kita mempunyai
Terdapat beberapa faktor Risiko Hipertensi 25% kemungkinan mendapatkannya
a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol pula. Jika kedua orang tua kita
1). Umur mempunyai hipertensi,
Hipertensi erat kaitannya dengan kemungkunan kita mendapatkan
umur, semakin tua seseorang penyakit tersebut 60% (Suprihatin,
semakin besar risiko terserang 2016).
hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
(Muhith, 2013). Dengan 1). Konsumsi Garam
bertambahnya umur, risiko terkena Garam merupakan hal yang sangat
hipertensi lebih besar sehingga penting pada mekanisme timbulnya
prevalensi hipertensi dikalangan usia hipertensi. Pengaruh asupan garam
lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% terhadap hipertensi melalui
dengan kematian sekitar 50% diatas peningkatan volume plasma (cairan
umur 60 tahun. Dengan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan
bertambahnya umur, risiko ini akan diikuti oleh peningkatan
terjadinya hipertensi meningkat. ekskresi kelebihan garam sehingga
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada kembali pada keadaan hemodinamik
segala usia, namun paling sering (sistem pendarahan) yang normal
dijumpai pada orang berusia 35 tahun (Sheps, 2005). Garam merupakan
atau lebih (Purnyami et al, 2017). faktor yang sangat penting dalam
2). Jenis Kelamin pathogenesis hipertensi. Hipertensi
Bila ditinjau perbandingan antara hampir tidak pernah ditemukan pada
wanita dan pria, ternyata terdapat suku bangsa dengan asupan garam
angka yang cukup bervariasi. Dari yang minimal. Asupan garam kurang
penelitian yang dilakukan Sugiri di dari 3 gram tiap hari menyebabkan
Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi hipertensi yang rendah,
prevalensi 6,0% untuk pria dan sedangkan jika asupan garam antara
11,6% untuk wanita. Prevalensi di 5-15 gram perhari prevalensi
Sumatera Barat 18,6% pria dan hipertensi meningkat menjadi 15-
17,4% perempuan, sedangkan daerah 20%. Konsumsi garam yang
perkotaan di Jakarta (Petukangan) dianjurkan tidak lebih dari 6
didapatkan 14,6% pria dan 13,7% gram/hari setara dengan 110 mmol
wanita. Pria lebih banyak yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 10

natrium atau 2400 mg/hari asam lemak bebas karena proses


(Aryatiningrum, 2016) oksidasi, hidrolisis enzim selama
2). Konsumsi Lemak Jenuh pengolahan dan penyimpanan.
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh Kemudian asam lemak bebas ini
erat kaitannya dengan peningkatan membentuk lagi asam lemak trans
berat badan yang berisiko terjadinya dan radikal bebas. Jika kita
hipertensi. Konsumsi lemak jenuh mengkonsumsi makanan yang
juga meningkatkan risiko mengandung kadar asam lemak
aterosklerosis yang berkaitan dengan bebas yang cukup tinggi maka akan
kenaikan tekanan darah. Penurunan berakibat kepada naiknya kadar LDL
konsumsi lemak jenuh, terutama (Low Density Lipoproteins), dan
lemak dalam makanan yang menurunkan kadar HDL (High
bersumber dari hewan dan Density Lipoproteins) darah,
peningkatan konsumsi lemak tidak mengurangi kemampuan tubuh
jenuh secukupnya yang berasal dari mengendalikan gula darah karena
minyak sayuran, biji-bijian dan dapat mengurangi respons terhadap
makanan lain yang bersumber dari hormon insulin (Hildayani, 2013).
tanaman dapat menurunkan tekanan Minyak goreng sangat mudah untuk
darah (Salman et al, 2016). mengalami oksidasi (Agustina,
3). Penggunaan Jelantah 20156). Maka, minyak goreng
Jelantah adalah minyak goreng yang berulang kali atau yang disebut
sudah lebih dari satu kali dipakai minyak jelantah telah mengalami
untuk menggoreng, dan minyak penguraian molekul-molekul,
goreng ini merupakan minyak yang sehingga titik asapnya turun drastis,
telah rusak. Bahan dasar minyak dan bila disimpan dapat
goreng bisa bermacam-macam menyebabkan minyak menjadi
seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung berbau tengik. Bau tengik dapat
dan lain-lain. Meskipun beragam, terjadi karena penyimpanan yang
secara kimia isi kandungannya salah dalam jangka waktu tertentu
sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni menyebabkan pecahnya ikatan
terdiri dari beraneka asam lemak trigliserida menjadi gliserol dan FFA
jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak (free fatty acid) atau asam lemak
jenuh (ALTJ). Kandungan lemak jenuh
jenuh pada minyak yang belum 4). Obesitas
dipakai sebesar (45,96%), satu kali Obesitas merupakan ciri dari
pakai (46,09%), dua kali pakai populasi penderita hipertensi. Curah
(46,18%), tiga kali pemakaian jantung dan sirkulasi volume darah
sebesar (46,32%). Selain itu semakin penderita hipertensi yang obesitas
sering minyak goreng tersebut lebih tinggi dari penderita hipertensi
digunakan maka kandungan asam yang tidak obesitas. Pada obesitas
lemak tidak jenuhnya semakin tahanan perifer berkurang atau
berkurang. Kandungan asam lemak normal, sedangkan aktivitas saraf
tidak jenuh pada minyak yang belum simpatis meninggi dengan aktivitas
dipakai (53,95%), satu kali pakai renin plasma yang rendah. Melalui
(53,78%), dua kali pakai (53,69%), olah raga yang isotonik dan teratur
tiga kali pemakaian sebesar (aktivitas fisik aerobik selama 30-60
(53,58%), dan seterusnya Kerusakan menit/hari) dapat menurunkan
yang terjadi pada minyak goreng tahanan perifer yang akan
yang digunakan berulang kali dalam menurunkan tekanan darah. Obesitas
proses penggorengan disebabkan erat kaitannya dengan kegemaran
adanya reaksi kompleks yang terjadi mengkonsumsi makanan yang
pada saat bahan pangan digoreng mengandung tinggi lemak
(Agustina, 2015). Terbentuknya (Asmarani, 2017)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 11

5). Olahraga 7). Penggunaan Estrogen


Olahraga banyak dihubungkan Penggunaan kontrasepsi oral pil
dengan pengelolaan hipertensi, dapat meningkatkan tekanan darah
karena olahraga isotonik dan teratur sehingga dapat meningkatkan pula
dapat menurunkan tahanan perifer risiko stroke. Kontrasepsi oral yang
yang akan menurunkan tekanan mengandung hormon estrogen dan
darah. Olahraga juga dikaitkan progesteron akan menyebabkan
dengan peran obesitas pada terjadinya peningkatan tekanan darah
hipertensi. Kurang melakukan yang dihubungkan dengan hipertropi
olahraga akan meningkatkan jantung dan peningkatan respon
kemungkinan timbulnya obesitas dan presor angiotensin II dengan
jika asupan garam juga bertambah melibatkan jalur Renin Angiotensin
akan memudahkan timbulnya System. Peran hormon estrogen
hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik adalah meningkatkan kadar HDL
meningkatkan risiko menderita yang merupakan faktor pelindung
hipertensi karena meningkatkan dalam pencegahan terjadinya proses
risiko kelebihan berat badan. Orang aterosklerosis. Efek perlindungan
yang tidak aktif juga cenderung hormone estrogen dianggap sebagai
mempunyai frekuensi denyut jantung adanya imunitas wanita pada usia
yang lebih tinggi sehingga otot premenopause. Pada premenopause,
jantungnya harus bekerja lebih keras wanita mulai kehilangan sedikit demi
pada setiap kontraksi. Makin keras sedikit hormone estrogen yang
dan sering otot jantung harus selama ini melindungi pembuluh
memompa, makin besar tekanan darah dari kerusakan. Umumnya,
yang dibebankan pada arteri (Wijaya, proses ini mulai terjadi pada wanita
2017). umur 45-55 tahun (Pangaribuan &
6). Stres Lolong, 2015).
Hubungan antara stres dengan 8). Kebiasaan Merokok
hipertensi diduga melalui aktivitas Rokok juga dihubungkan dengan
saraf simpatis, yang dapat hipertensi. Hubungan antara rokok
meningkatkan tekanan darah secara dengan peningkatan risiko
bertahap. Apabila stres menjadi kardiovaskuler telah banyak
berkepanjangan dapat berakibat dibuktikan. Selain dari lamanya,
tekanan darah menjadi tetap tinggi. risiko merokok terbesar tergantung
Stres adalah yang kita rasakan saat pada jumlah rokok yang dihisap
tuntutan emosi, fisik atau lingkungan perhari. Seseorang lebih dari satu pak
tidak mudah diatasi atau melebihi rokok sehari menjadi 2 kali lebih
daya dan kemampuan kita untuk rentan hipertensi dari pada mereka
mengatasinya dengan efektif. Namun yang tidak merokok. Zat-zat kimia
harus dipahami bahwa stres bukanlah beracun, seperti nikotindan karbon
pengaruh-pengaruh yang datang dari monoksida yang diisap melalui
luar. Apabila stres berlangsung lama rokok, yang masuk kedalam aliran
dapat mengakibatkan peninggian darah dapat merusak lapisan endotel
tekanan darah yang menetap. Stres pembuluh darah arteri dan
dapat meningkatkan tekanan darah mengakibatkan proses aterosklerosis
untuk sementara waktu dan bila stres dan hipertensi ( Suprihatin, 2015).
sudah hilang tekanan darah bisa Rokok sangat berisiko karena dapat
normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan peningkatan tekanan
menyebabkan stres dapat darah. Dua batang rokok terbukti
meningkatkan tekanan darah. dapat meningkatkan tekanan darah
(Hidayah, 2015) sebesar 10 mmHg. Berbagai
penelitian membuktikan, sesudah
merokok selama kurang lebih 30
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 12

menit, tekanan darah akan meningkat Lokasi penelitian ini bertempat di


secara signifikan. Rokok Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten
meningkatkan tekanan darah lewat Sidoarjo.
zat nikotin yang terdapat dalam Pengumpulan data diakukan dengan
tembakau. Zat nikotin yang terisap cara wawancara langsung dengan
beredar dalam pembuluh darah
membagikan kuesioner ke beberapa
sampai ke otak. Otak kemudian
bereaksi dengan memberikan sinyal pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten
pada kelenjar adrenalin untuk Sidoarjo. Wawancara langsung dilakukan
melepaskan hormon epinefrin/ untuk mengetahui permasalahan-
adrenalin. Hormon adrenalin ini akan permasalahan apa saja yang terjadi dalam
membuat pembuluh darah pelaksanaan Sistem Informasi faktor resiko
menyempit dan memaksa jantung Hipertensi Berbasis Posbindu.
untuk bekerja lebih kuat untuk Informan adalah pegawai di Bidang
memompa darah. Hal inilah yang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
menyebabkan peningkatan tekanan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan
darah. Kabupaten Sidoarjo yang mana bertugas
Disamping itu zat-zat yang terdapat
dalam pelaksanaan sistem informasi faktor
dalam rokok dapat mempengaruhi
dinding arteri sehingga lebih peka resikoHipertensi Berbasis Posbindu
terhadap penumpukan lemak (plak)
dan dapat memicu dilepaskannya 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
natrium yang bersifat menahan air. 4.1. Gambaran Sistem Informasi Faktor
Volume plasma pun meningkat Resiko Hipertesni berbasis Posbindu di
sehingga tekanan darah naik. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
itulah berhenti merokok sangat Surveilans PTM dan faktor resikonya
penting untuk menurunkan dan merupakan salah satu strategi upaya
mengendalikan tekanan darah. pencegahandan pengendalian penyakit yang
Menghindari rokok dapat dilakukan tepat dan terpadu oleh pemerintah,
menjauhkan dari risiko penyakit swasta dan masyarakat. Kendala yang saat ini
jantung dan pembuluh darah lain dihadapi adalah tidak adanya data akurat
(Marliani, 2007). terkait epidemologi PTM,data yang telah
dihimpun dari kegiatan surveilans secara
3. METODE PENELITIAN manual masih harus diolah terlebih dahulu
Rancangan kegiatan ini menggunakan untuk dapat disajikan, dimana dalam proses
rancangan deskriptif yang bertujuan untuk pengelolaan tidak adastandarisasi sehingga
terjadi disparitas format pelaporan yang
menggambarkan kegiatan sistem informasi
berdampak kepadasulitnya untuk melakukan
faktor resikoHipertensi Berbasis Posbindu agregat data.Penyakit tidak menular (PTM)
di Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, terjadi akibat berbagai faktor risiko, seperti
bagaimana pelaksanaan surveilans merokok, diettidak sehat, kurang aktivits fisik,
epidemiologi Penyakit Hipertensi Berbasis dan konsumsi minuman beralkohol. Faktor
Posbindu berdasarkan pendekatan sistem, risikotersebut akan menyebabkan terjadinya
apa saja permasalahan yang ada khususnya perubahan fisiologis di dalam tubuh
menyangkut sistem informasi faktor resiko manusia,sehingga menjadi faktor risiko antara
Hipertensi Berbasis Posbindu melalui lain tekanan darah meningkat, gula
identifikasi masalah, dan menggambarkan darahmeningkat, kolesterol darah meningkat,
prioritas masalah yang ditentukan dan obesitas. Selanjutnya dalam waktu
yangrelatif lama terjadi PTM.
berdsarkan metode yang digunakan serta
Untuk memetakan permasalahan faktor
alternatif pemecahan masalah. risiko PTM secara lebih valid dan lebih luas,
dan kondisi terkini, diperlukan suatu sistem
informasi yang baik. Harapannya adalah data
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 13

dan informasi yang dihasilkan dapat menjadi Seiring penambahan usia pada wanita sehingga
dasar perencanaan,pengendalian, monitoring mengalami masa menopause keberadaan
dan evaluasi program pengendalian PTM hormone estrogen yang semula melindungi
dilaksanakan berbasisbukti di masyarakat. wanita dari hipertensi kini mulai menghilang.
Penggunaan minyak jelantah juga tidak
4.2. Deskripsi Sistem Informasi Faktor disebutkan dalam pengukuran faktor resiko,
Resiko Hipertensi berbasis Posbindu di padahal fenomena penggunaan minyak
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo jelantah ini masih sangat sering ditemukan di
Komponen Input masyarakat.
Input merupakan elemen dari sistem yang Kesulitan yang ditemui dalam
bertugas untuk menerima seluruh masukan pelaksanaan posbindu selanjutnya adalah
data, dimana masukan tersebut berupa jenis masalah data kependudukan, kebutuhan sistem
data, frekuensi pemasukan data dll. Pada akan data diri masyatakat secara lengkap
sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit membuat setiap peserta yang ikut posbindu
Tidak Menular di Dinas Kesehatan Kabupaten harus menyertakan data diri mereka dengan
Sidoarjo, komponen masukannya berupa : lengkap.
1). Data Kesehatan yang diperoleh dari Sumber data
Posbindu PTM , sebagai berikut: Sumber data yang digunakan dalam
a). Riwayat PTM keluarga dan diri pengamatan faktor risiko Hipertensi yang
sendiri berbasis posbindu adalah sumber data rutin
(1). Hipertensi yang berasal dari laporan puskesmas yang telah
(2). Kolesterol tinggi melaksanakan posbindu PTM. Dari 26
b). Faktor risiko PTM dari wawancara: puskesmas yang ada di wilayah Dinas
(1). merokok, Kesehatan Sidoarjo, hingga Juni 2015 telah
(2). kurang aktivitas fisik, terdapat 26 puskesmas yang melaksanakan
(3). konsumsi minuman beralkohol program posbindu. Jumlah total posbindu yang
(4). Konsumsi makanan Asin / ada di seluruh puskesmas di wilayah Dinas
tinggi natrium Kesehatan Sidoarjo hingga Juni 2015 telah
(5). Konsumsi makanan berlemak terbentuk sebanyak 40 posbindu Umum dan 19
c). Faktor risiko PTM dari Pengukuran Posbindu Khusus yang ada di instansi
a. Obesitas pemerintahan dan juga sekolah.
b. Tekanan darah Data dalam surveilans ini berasal dari
2). Data Non Kesehatan yang diperoleh : hasil wawancara dan pemgukuran yang
a). Data jumlah penduduk dilakukan oleh peseerta Posbindu.Dilaporkan
b). Nama lengkap oleh kader secara langsung atau dibantu oleh
c). No KTP petugas puskesmas setempat
d). Tanggal lahir Tenaga
e). Jenis Kelamin Berdasarkan kuantitasnya, jumlah SDM
f). Nomer telepon yang dibutuhkan untuk melaksanakan
g). Alamat pengamatan faktor risiko PTM pada kegiatan
h). Tanggal Pemeriksaan posbindu belum ada standar yang ditetapkan.
Dari jenis data yang didapatkan dari Harapannya setiap puskesmas memiliki
pengukuran dan wawancara, secara garis besar petugas kesehatan seperti dokter, perawat atau
didapatkan dua macam jenis dara. Data petugas gizi yang dapat menjadi pengelola
kesehatan dan data non kesehatan, data posbindu sekaligus berperan sebagai petugas
kesehatan tentang faktor – faktor resiko terkait pemeriksa faktor risiko, petugas konseling atau
dengan hipertensi sedangkan data non penyuluhan dan petugas entry data. Selain itu
kesehatan berkaitan dengan data demografi di setiap posbindu diharapkan terdapat 4-6
peserta posbindu. kader posbindu yang berperan sebagai petugas
Data faktor resiko yang didapatkan masih pelaksana posbindu dan sebagai petugas
belum memasukkan status penggunaan pencatat. Para kader tersebut berasal dari
estrogen pada wanita, padahal status esterogen anggota perkumpulan masyarakat itu sendiri,
juga perlu dimasukkan dalam faktor resiko. karena program ini merupakan program yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 14

berbasis masyarakat, maka harus ada pemeriksaan pada buku monitoring dan form
keterlibatan dari pihak masyarakat. Dinas rujukan jika ada peserta yang butuh untuk
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo memiliki 2 dirujuk ke pelayanan kesehatan. From tersebut
orang pengelola program posbindu PTM yang juga telah tersedia pada aplikasi surveilans
membawahi seluruh puskesmas di wilayah posbindu PTM dengan sistem online untuk
Kabupaten Sidoarjo dan berperan dalam diisi oleh petugas puskesmas dan langsung
memfasilitasi program posbindu PTM dan terhubung ke Dinas Kesehatan Kabupaten
seorang yang bertugas sebagai administrator Sidoarjo.
pangkalan data di tingkat kabupaten Sidoarjo Pelaksanaan kegiatan pengamatan faktor
Berdasarkan kualitasnya, petugas risiko PTM berbasis posbindu perlu didukung
kesehatan yang terlibat dalam kegiatan oleh ketersediaan alat dan bahan yang
posbindu PTM harus terlatih sesuai dengan mencukupi. Adapun jenis bahan dan alat yang
perannya masing-masing. Selain itu, diperlukan dalam kegiatan posbindu adalah :
diharapkan mampu memahami dan a. Peralatan deteksi dini faktor risiko: alat
menggunakan teknologi komputerisasi, karena ukur lingkar perut, alat ukur tinggi badan,
proses pelaporan sudah mulai menggunakan timbangan berat badan, tensimeter digital,
sistem online. Para kader yang dilibatkan alat ukur gula darah, kolesterol total dan
memiliki kualifikasi minimal tamat trigliserida, peakflowmeter, tes
SMA/sederajat, mampu berkomunikasi dengan amfetamin urin, alat ukur kadar alkohol,
baik dan memiliki kepedulian terhadap meja gynokekologi dan IVA kit.
masalah PTM. Bagi koordinator/pengelola b. Peralatan penunjang : komputer dan akses
program posbindu PTM di Dinas Kesehatan internet yang memadai di setiap
Kabupaten/Kota wajib mengikuti pelatihan puskesmas, software aplikasi sistem
dari pusat, yakni Direktorat Jendral PP&PL, informasi manajemen PTM.
Direktorat PPTM. Setiap lokasi yang melaksanakan program
Tenaga dalam sistem surveilans ini, dititik posbindu di wilayah kerja Dinas Kesehatan
beratkan pada kader yang ada di masing – Sidoarjo telah diberikan 1 set peralatan deteksi
masing Posbindu, yang kemudian diberikan dini faktor risiko atau yang disebut dengan
kepada mereka masing – masing ID dan posbindu kit. Selain itu, belum semua Posbindu
Password yang dibuatkan oleh petugas memiliki akses internet yang baik.
Puskesmas di wilayah masing – masing Sistem surveilans ini sedang dalam proses
Posbindu. untuk melakukan pergantian dari sistem
Kondisi saat ini, kegiatan surveilans pelaporan secara manual ke sistem pelaporan
berbasis posbindu di masyarakat dilakukan berbasis web. Kader yang telah diberikan ID
oleh kader yang sudah dilakukan pelatihan oleh dan Password dapat langsung memasukkan
petugas baik itu puskesmas atau dari dinas hasil wawanacara dan juga pengkuran yang
kesehatan. Sementara itu petugas kesehatan sudah dilakukan ke dalam format pelaporan
dalam hal ini petugas dari puskesmas setempat yang ada di portal PPTM di
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol http://pptm.depkes.go.id baik melalui
kegiatan posbindu. Untuk pencatatan dan komputer ataupun melalui Smartphone
pelaporan, pencatatan dilakukan oleh kader Android. Akan tetapi, karena sekali lagi bahwa
pada buku peserta posbindu, dan kemudian sistem ini masih dalam upaya pengembangan
direkap ulang oleh petugas puskesmas yang ke arah web based system, masih digunakan
datang. Pelaporan dalam bentuk form format pelaporan ‘secara tertulis’ yang
dilakukan oleh petugas puskesmas yang dilaporkan secara berkala oleh petugas
dilaporkan kepada petugas surveilans yang ada puskesmas kepada petugas surveilans yang ada
di dinas kesehatan. di bidang PP&PL di Dinas Kesehatan
Sarana Kabupaten Sidoarjo.
Form pencatatan dan pelaporan telah Masalah yang muncul pada sarana, lebih
tersedia dalam bentuk buku monitoring faktor pada hardware yang harus disediakan oleh
risiko PTM untuk masing-masing peserta, masing – masing kader sebagai penyedia data
buku pencatatan yang digunakan petugas awal dalam sistem suvrveilans ini. Selain
kesehatan untuk pencatatan ulang hasil ketersediaan Hardware juga membutuhkan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 15

koneksi internet yang stabil, padahal kader masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu
secara khusus tidak mendapatkan bantuan diharapkan sumber dana juga dapat berasal
dalam bentuk Smartphone atau pun komputer dari masyarakat itu sendiri yang berupa iuran
untuk masing – masing posbindu. Oleh bersama dan dapat digunakan untuk
karenanya sistem pelaporan ini masih juga pengeluaran operasional posbindu seperti
dilakukan secara manual dengan mengirimkan bahan habis pakai (lipid panel pemeriksaan
form surveilans faktor resiko oleh petugas kolesterol total dan trigliserida, reagen strip
Puskemas yang merekap data dari kader dan pemeriksaan gula darah, baterai, dan lain-lain)
dikirimkan ke petugas surveilans yang ada di untuk posbindu utama.
dinas kesehatan. Saat ini posbindu wilayah Sidoarjo sedang
Pedoman menggerakkan peserta agar lebih mandiri
Pelaksanaan sistem surveilans ini dalam hal pendanaan yang menunjang
berpedoman pada Keputusan Menteri keberlangsungan posbindu PTM, dengan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor adanya tarikan sebesar Rp. 1000 setiap peserta
1479/Menkes/SK/X/2003TentangPedoman yang hadir karena anggaran dana yang
Penyelenggaraan Sistem Surveilans disediakan terbatas dan perkembangan
EpidemiologiPenyakit Menular Dan Penyakit posbindu semakin lama makin meningkat
Tidak Menular Terpadu dan juga Peraturan jumlahnya. Selain itu, Dinas Kesehatan
Bupati Sidoarjo No 24 tahun 2015 tentang Kabupaten Sidoarjo juga sedang
Pengendalian Penyakit Tidak Menular di mengupayakan jejaring dengan pihak swasta
Kabupaten Sidoarjo. seperti LSM kesehatan yang bergerak dalam
Dalam pelaksanaan teknisnya, sistem ini bidang PTM(YKI, Yayasan Jantung Sehat dan
berpedoman pada pentujuk teknis surveilan lain-lain).
faktor resiko PTM berbasis posbindu yang Komponen Proses
dikeluarkan oleh kementerian kesehatan Proses merupakan elemen dari sistem yang
nasional. bertugas untuk mengolah atau memproses
Biaya seluruh data menjadi informasi yang lebih
Pembiaayaan sistem surveilans faktor berguna. Adapun komponen proses di dinas
resiko Hipertensi tidak dialokasikan secara Kesehatan Kabupaten Sidoarjo adalah :
khusus, namun menjadi satu dengan anggaran Pengumpulan Data
yang di Bidang PP & PL dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo. Sedangkan untuk pengdaaan alat sudah melakukan pengumpulan data rutin
pengkuran faktor resiko yang diberikan kepada setiap bulan. Pengumpulan data dilakukan
masing – masing posbindu yang ada di Dinas secara pasif dengan menerima laporan dari
Kesehatan Sidoarjo, bersumber dari dana puskesmas-puskesmas yang melaksanakan
APBD dan APBN. program posbindu PTM.
Selain itu puskesmas dapat memanfaatkan Kendala yang masih ada adalah belum
sumber pembiayaan yang potensial untuk semua petugas kesehatan mengerti tentang IT
mendukung dan memfasilitasi dan petugas lebih terbiasa dengan sistem
terselenggaranya posbindu melalui pelaporan manual, sehingga petugas masih
pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan sering mengalami kesulitan dalam
(BOK). Dana tersebut digunakan untuk biaya mengaplikasikan softwaresistem informasi
transportasi petugas kesehatan, akomodasi manajemen PTM secara online, terlebih jika
petugas kesehatan, konsumsi, bahan habis yang harus melakukan adalah kader posbindu
pakai dan lain-lain. Semakin berkembangnya di masyarakat. Kendala tersebut dirasa wajar
pembentukan posbindu PTM di puskesmas, mengingat surveilans faktor risiko PTM
maka diperlukan dana yang cukup memadai berbasis posbindu ini baru dalam masa
agar kegiatan dapat berlangsung secara peralihan dari sistem manual ke sistem online.
berkelanjutan. Pengolahan Data
Program posbindu PTM merupakan Data yang telah dikumpulkan selanjutnya
program berbasis masyarakat, dimana kegiatan dikelompokkan/ direkap sesuai variabel yang
ini diharapkan dapat menjadi program milik dibutuhkan untuk analisis data lebih lanjut.
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk Tujuan dari pengelompokan data ini adalah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 16

untuk mempermudah analisis data sesuai profesi, perguruan tinggi dan masyarakat pada
variabel epidemiologi yaitu menurut tempat, umumnya. Untuk jajaran kesehatan, khususnya
orang, waktu dan juga faktor resiko yang dinas kesehatan informasi akan menjadi dasar
menyertai perserta. dalam pengambilan keputusan dan
Pengolahan dan analisis data dilakukan perencanaan pengendalian PTM serta evaluasi
secara manual dan/atau dengan bantuan program.
software Sistem Informasi Manajemen Pelaporan kepada Dinas Kesehatan Jawa
PTM.Data yang diolah adalah faktor risiko timur secara rutin dikirimkan tiap bulan oleh
PTM dengan memperhitungkan jumlah petugas surveilans dinas kesehatan kabupaten.
penduduk di suatu wilayah.Produk pengolahan Sistem yang berbasis web memberikan
dan analisis berupa proporsi hasil pemeriksaan kemudahan pada petuugas di dinas kesehatan
faktor risiko dan cakupan penduduk yang karena tidak harus melalukan pengiriman
melakukan pemeriksaan secara manual namun sudah otomatis
Pengolahan data pada sistem suerveilans dikirimkan oleh kader dan dapat dicek pada
yang berbasis web, secara otomatis dengan pada masing – masing level.
mengisi form – form yang sudah disediakan Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
oleh pada portal web PPTM, dan juga memberikan hasil analisis surveilans
pengisian ini dapat dilakukan secara offline. epidemiologi setiap 3 bulan sekali dengan
Pengolahan data berbasis pelaporan manual, mengundang seluruh petugas Puskemas yang
pengolahan data dilakukan oleh petugas menangani surveilans ini. Namun diseminasi
puskemas dan juga petugas yang ada di dinas ini belum diikuti oleh pihak lain yang juga
kesehatan. berkaitan dengan program ini, sehingga sering
Analisis Data menemui hambatan dalam koordinasi dalam
Analisis data dilakukan secara diskriptif program penanggulangan PTM di masyarakat.
menurut variabel orang (umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan lainnya), tempat (antar 5. KESIMPULAN
wilayah) dan waktu (antar waktu).Produk Hasil penelitian, terkait analisis sistem
pengolahan dan analisis berupa proporsi hasil informasi faktor resiko hipertensi berbasis
pemeriksaan faktor risiko dan cakupan posbindu di Dinas Kesehatan Kabupaten
penduduk yang melakukan pemeriksaan Sidoarjo, dapat disimpulkan beberapa hal
Interpretasi Data berikut :
Petugas Posbindu PTM, petugas PTM di a. Sistem informasi faktor resiko Hipertensi
Puskesmas, petugas PTM di Dinkes kabupaten berbasis posbindu sudah terlaksana /
memberikan diinterpretasi hasil analisis berjalan dan menjadi satu dalam sistem
berdasarkan situasi di suatu wilayah, apakah informasi faktor resiko penyakit tidak
prevalensi menunjukkan besaran masalah menular berbasis posbindu.
faktor risiko PTM di wilayah setempat, dan b. .Komponen input dalam sistem informasi
menghubungkannya dengan data lain, seperti faktor resiko hipertensi berbasis posbindu
demografi, geografi, gaya hidup/perilaku, dan adalah, jenis data, sumber data, tenaga,
pendidikan sarana, pedoman dan juga anggaran dana,
sedang pada komponen proses adalah
Komponen Output pengumpulan data, pengolahan data,
Diseminasi Informasi analisa data dan juga interpretasi data.
Hasil-hasil analisis dan interpretasi dibuat Komponen input adalah diseminasi dan
dalam bentuk laporan dan atau presentasi. juga umpan balik.
Laporan tersebut dikirimkan oleh unit c. Masalah yang ditemukan terkait sistem
penanggungjawab kepada jenjang struktural informasi faktor resiko hipertensi berbasis
yang lebih tinggi, dari Puskesmas ke dinas posbindu di Dinas Kesehatan Kabupaten
kesehatan kabupaten/kota, dari dinas kesehatan Sidoarjo anatara lain : Data faktor resiko
kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi hipertensi tidak semuanya dijangkau oleh
dan Kementerian Kesehatan. Informasi dapat sistem survilans, data demografi pada
didiseminasikan kepada seluruh stakeholder posbindu sulit dikumpulkan oleh petugas,
yang terkait, seperti jajaran kesehatan, LSM, kemampuan kader posbindu dalam
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 17

melakukan pelaporan berbasis web masih Melakukan Pemeriksaan Rutin”. Public


kurang, sehingga masih banyak yang Health Perspective Journal, 1(1).
belum melaporkan, ketersediaan alat 6. Pangaribuan, L., & Lolong, D. B. 2015.
untuk pelaporan pada tingkat Posbindu “Hubungan penggunaan kontrasepsi pil
masih kurang.(komputer, smartphone dan dengan kejadian hipertensi pada wanita
sambungan internet), petugas puskemas usia 15-49 tahun di Indonesia tahun 2013
masih harus merekap ulang data pada (analisis data riskesdas 2013)”. Media
tingkat posbindu untuk membuat laporan Penelitian dan Pengembangan
ke dinas Kesehatan (form rekap FR PTM), Kesehatan, 25(2), 89-96.
ketepatan pelaporan belum optimal, 7. Salman, Y., Anwar, R., Muhaimin, A.,
kelengkapan laporan belum optimal, Borneo, S. H., Banjarbaru, P., & Borneo,
sistem pencatatan dan pellaporan yang A. S. H. 2016. “Pola Konsumsi Natrium
berbasis web belum berjalan sempurna, dan Lemak sebagai Faktor Risiko
interpretasi yang dihasilkan masih sangat Terjadinya Penyakit Hipertensi di
minim untuk digunakan sebagai bahan Wilayah Kerja Puskesmas Kandangan
perencanaan, diseminasi yang dilakukan Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu
masih sebatas pada petugas puskesmas Sungai Selatan”. Jurnal Kesehatan
terutama yang menangani surveilans Indonesia, 5(2).
PTM. 8. Agustina, R., & Raharjo, B. B. 2015.
“Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Usia
REFERENSI
Produktif (25-54 Tahun)”. Unnes Journal
1. Sihombing, M. 2017. “Faktor yang
of Public Health, 4(4).
Berhubungan dengan Hipertensi pada
9. Hidayah, N., Bari, S., & Bachtiar, A.
Penduduk Indonesia yang Menderita
2015. “Konsep Diri Remaja Yang
Diabetes Melitus (Data Riskesdas 2013)”.
Mengalami Obesitas Di Rumah Sehat
Buletin Penelitian Kesehatan, 45(1), 53-
Herbalife”. MEDICA MAJAPAHIT, 7(1).
64.
10. Wijaya, A., & Eni, N. M. S. 2017.
2. Purnyami, P., Utomo, M., & Astuti, R.
“Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
2017. “Hubungan Antara Faktor
Peningkatan Tekanan Darah Terhadap
Karakteristik, Profil Lipid Dan Hipertensi
Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di
Dengan Penyakit Jantung Koroner Pada
Desa Adat Bualu”. Jurnal Publikasi
Penderita Diabetes Mellitus Di Rumah
Penelitian Kebidanan dan Keperawatan,
Sakit Tentara Semarang”. Jurnal
1(1).
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 9(1),
11. Muhith, A. 2013. Stabilitas Tekanan
58-69.
Darah Pada Lansia Di Panti Werdha
3. Asmarani, A., Tahir, A. C., & Adryani, A.
Mojopahit Kabupaten Mojokerto.
2017. “Analisis Faktor Risiko Obesitas
MEDICA MAJAPAHIT, 5(2).
dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari”. Medula, 4(2).
4. Suprihatin, A., Bejo Raharjo, S. K. M.,
Kes, M., Wijayanti, A. C., & SKM, M.
2016. “Hubungan Antara Kebiasaan
Merokok, Aktivitas Fisik, Riwayat
Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Nguter”
(Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
5. Artiyaningrum, B., & Azam, M. 2016.
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Tidak
Terkendali Pada Penderita Yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 18

EFEK PEMBERIAN SEDUHAN SERBUK KELOPAK ROSELLA MERAH


TERHADAP KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA SERUM TIKUS SPRAGUE
DAWLEY YANG DIBERI MINYAK JELANTAH
Cucuk Suprihartini1), Arya Ulilalbab2)
1,2
Akademi Gizi Karya Husada Kediri
cucuksuprihartini@gmail.com

Abstrak

Minyak jelantah mempunyai ikatan asam lemak jenuh. Ikatan asam lemak ini sulit diurai oleh tubuh
dan terbawa dalam aliran darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol total, low
density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta penurunan kadar high density lipoprotein (HDL)
dalam darah. (Kimia ITB, 2011). Antioksidan effervescent rosella ungu terbukti efektif menangkal
radikal bebas yang bersumber dari minyak jelantah dengan biomarkernya MDA serum (Ulilalbab,
dkk., 2012), sehingga perlu pengkajian lebih lanjut apakah seduhan serbuk kelopak rosella merah
dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serum tikus Sprague Dawley yang diberi minyak
jelantah. Rancangan perlakuan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari
empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Kelompok I : kontrol (pakan standar dan
aquades). Kelompok II : kontrol positif (kelompok paparan), diberi pakan standar, aquadest.
Kelompok III : perlakuan yang diberi pakan standar, seduhan serbuk rosella merah 540 mg/kg bb p.o
pada pagi hari dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 ml/ kg bb pada siang hari. Kelompok IV :
perlakuan yang diberi pakan standar, seduhan serbuk rosella merah 810 mg/kg bb p.o pada pagi hari
dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 ml/ kg bb pada siang hari. Perlakuan selama tiga minggu.
Berdasarkan uji One Way Anova didapatkan nilai sig 0,00 baik pengaruh kolesterol maupun
trigliserida serum tikus pada (α=0.01). Berdasarkan uji lanjut Tukey HSD didapatkan hasil
perbedaan yang signifikan dari masing-masing perlakuan. Perlu dilakukan dilakukan penelitian
lanjutan tentang pengaruh metode pengolahan untuk mengurangi efek rosela terhadap iritasi lambung
dan hipotensi.
Kata Kunci: minyak jelantah, kelopak rosela, kolesterol, trigliserida, serum tikus

1. PENDAHULUAN Dari beberapa penelitian sebelumnya


Minyak goreng merupakan salah satu bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa)
kebutuhan pokok masyarakat. Perekonomian merupakan salah satu bahan alami yang
masyarakat Indonesia yang belum merata, memiliki potensi sebagai pangan fungsional
terutama masyarakat ekonomi menengah dalam mencegah dislipidemia dan hipertensi.
kebawah memiliki kecenderungan Hal ini karena kandungan asamnya dan warna
menggunakan minyak goreng curah dan jarang merah yang merupakan flavonoid.
membuang minyak habis pakai atau yang Penggunaan bunga Rosella umumnya
disebut jelantah. Penggunaan minyak yang dengan menyeduh kelopak bunga yang telah
berulang kali melebihi 3-4 kali akan kering sebagai teh yang menghasilkan teh rasa
membahayakan kesehatan (Chalid, 2010) asam dan warna merah. Ekstrak air Hibiscus
Minyak yang telah rusak mempunyai sabdariffa telah dilaporkan memiliki berbagai
angka peroksida serta asam lemak bebas yang aktivitas antihipertensif, inflamasi, kanker,
tinggi. Apabila dicampurkan dengan minyak hiperkolestrolemia dan memiliki efek diuretik.
baru maka dapat meningkatkan angka Kandungan kimia dalam Hibiscus sabdariffa
peroksida dan asam lemak dari minyak termasuk anthosianin, flavonoid, polifenol
tersebut. Angka peroksida yang meningkat asam askorbat, beta karoten dan quercetin
dapat menurunkan mutu minyak goreng, memiliki efek kardioprotektif, mengurangi
sehingga kualitas makanan jajanan yang oksidasi LDL secara in vitro dan mengurangi
digoreng menggunakan minyak tersebut juga kadar kolesterol serum darah (Gosain et
rendah bahkan dapat membahayakan al,dalam Kartika Yuana Fitri,2015)
kesehatan (Tarigan dkk, 2007).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 19

Penelitian tahun 2008 menunjukkan Variabel bebas : seduhan serbuk


mekanisme β-sitosterol dalam menurunkan kelopak rosella merah
kadar kolesterol LDL yang diduga melalui Variabel tergantung : Kadar Kolesterol
perubahan proses influx dan efluks kolesterol dan Trigliserida serum
pada sel dengan mengubah aktivitas hormon Variabel intervening : Minyak jelantah
nukleus. Suatu penelitian pada tahun 2009 Variabel terkendali :Tikus strain Sprague
menjabarkan bahwa anthosianin dapat Dawley jantan usia -+ 3 bulan dengan berat
menurunkan kadar kolesterol LDL melalui antara -+200 gr.
efek inhibisinya pada enzim CETP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 2.2 Metode Analisis Data
efek seduhan serbuk kelopak rosella merah Pada tahap awal akan dilakukan analisis
terhadap kolesterol dan trigliserida serum tikus normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dan uji
sprague dawley yang diberi minyak jelantah. homogenitas dengan Levene’s Test. Apabila
didapaatkan data normal dan homogen, maka
2. METODE PENELITIAN selanjutnya dilakukan analisis perbandingan
Metode penelitian ini yaitu eksperimen. antar kelompok dengan uji One Way Anova.
2.1 Rancangan Penelitian Apabila ada perbedaan yang signifikan, maka
Rancangan perlakuan pada penelitian ini pengujian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD
yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). untuk melihat lebih jelas seberapa besar
Sampel terdiri atas 24 ekor tikus berkelamin perbedaan tiap kelompok perlakuan .
jantan dipilih dengan cara random sampling
untuk dibagi dalam satu kelompok kontrol 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
negatif (normal), satu kelompok kontrol Kadar Kolesterol Serum Tikus
positif, dan dua kelompok perlakuan. Setiap Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Kadar
kelompok terdiri dari 6 ekor tikus dengan Kolesterol Serum Tikus
tahapan minggu pertama tahap adaptasi dan Repli Kadar Kolesterol Serum Tiap
tiga minggu selanjutnya perlakuan. Dengan kasi Perlakuan mg/dl
penjelasan sebagai berikut : K1 K2 K3 K4
1. Kelompok I : kontrol negatif (kelompok I 109.2 217.06 172.7 128.3
normal), diberi pakan standar, diberi II 105.8 221.16 179.5 135.8
aquadest pada pagi hari (sebagai plasebo), III 118.0 215.70 170 133.8
tidak diberi minyak jelantah dan tidak IV 105.1 230.03 177 122.18
V 113.3 210.92 168.6 124.91
diberi seduhan serbuk kelopak rosella. VI 110.5 216.38 169.3 126.96
2. Kelompok II : kontrol positif (kelompok Jumlah 662.1 1311.26 1036.8 772.01
paparan), diberi pakan standar, aquadest Rata- 110.3 218.54 172.8 128.66
pada pagi hari (sebagai plasebo) dan rata
selanjutnya diberi minyak jelantah Notasi A B C d
sebanyak 2,1 ml/ kg bb tikus Sprague Keterangan: huruf pada kolom notasi yang berbeda
Dawley pada siang hari. (a,b,c) menunjukkan beda nyata (p<0,01)
3. Kelompok III : perlakuan yang diberi
pakan standar, seduhan serbuk rosella Berdasarkan tabel 3.1 bahwa kelompok
merah 540 mg/kg bb p.o pada pagi hari tikus dengan ransum jelantah memiliki
dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 kecenderungan memiliki kadar kolesterol lebih
ml/ kg bb pada siang hari tinggi dibanding yang kontrol. Pada kelompok
4. Kelompok IV : perlakuan yang diberi perlakuan tikus yang diberi ransum makanan
pakan standar, seduhan serbuk rosella standart yang ditambahkan jelantah ada
merah 810 mg/kg bb p.o pada pagi hari kecenderungan terjadi penurunan kadar
dan selanjutnya diberi minyak jelantah 2,1 kolesterol serum dengan semakin
ml/ kg bb pada siang hari meningkatnya dosis pemberian serbuk rosela.
Berdasarkan nilai hasil uji beda One Way
Anova, perlakuan dengan pemberian seduhan
kelopak rosella pada tikus yang telah diberi
ransum jelantah memberikan pengaruh nyata
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 20

dengan nilai signifikan 0,00 (α=0.01) terhadap C,D,B1,dan B2. Kaliks juga mengandung 13%
kadar kolesterol serum tikus. campuran asam malat dan asam sitratserta
Kolesterol merupakan kelompok sterol , antosinin dan 0,004-0,0055 mg asam askorbat.
salah satu bentuk lemak . Kolesterol disintesis Som (2003) menyatakan bunga kering
dalam tubuh , terutama oleh sel-sel hati, usus, rosella mengandung 13% campuran dari asam
dan kelenjar adrenal. Dengan melalui suatu sitrat dan asam malat serta asam – asam buah
rangkaian reaksi rumit, dua karbon fragmen yang lain. Hasil analisa mendapati kandungan
sederhana, yaitu asetil Co A, diubah menjadi 1 pewarna antosianin sebanyak 1,48 g/100 gram
atau 2 gram kolesterol per hari (Djojosoebagio, bunga kering. Kandungan antioksidan yang
1996) dimiliki oleh kelopak Rosella terdiri atas
Pada kelompok tikus yang diberikan senyawa gossipetin, anthosianin, dan
ransum minyak jelantah memiliki kadar glukosida hibiscin. Anthosianin merupakan
kolesterol lebih tinggi secara signifikan pigmen alami yang memberi warna merah pada
dibandingkan yang diberikan ransum pakan seduhan bunga Rosella dan bersifat
standar selama 3 minggu, hal ini disebabkan antioksidan. Kadar antioksidan yang tinggi
jelantah telah mengalami kerusakan, pada kelopak bunga Rosella dapat
diantaranya perubahan bentuk menjadi asam menghambat radikal bebas dan menurunkan
lemak jenuh dan terbentuknya peroksida dan kadar kolesterol. Efek hipokolesterolemik
malonaldehide yang bersifat karsinogenik. pada Hibiscus sabdariffa disebabkan karena
Minyak jelantah adalah minyak goreng kandungan pektin, β-sitosterol, dan
yang sudah digunakan berkali-kali dengan anthosianin yang dimilikinya tetapi efek
suhu tinggi pada proses penggorengannya penurunan kolesterol total terutama
(Wahab, et. al., 2011). Analisis kadar asam dipengaruhi oleh pektin dan anthosianin.
lemak minyak goreng yang digunakan penjual Pektin merupakan suatu serat larut yang
makanan jajanan gorengan di Padang mengikat asam empedu serta mempercepat
menyebutkan bahwa terdapat rata-rata katabolisme kolesterol. Kemudian asam
perbedaan jumlah asam lemak jenuh dan tidak empedu yang berada di saluran cerna dicegah
jenuh pada minyak goreng yang belum untuk diabsorpsi usus dan tidak kembali ke
digunakan hingga 3 kali pemakaian. Semakin dalam hepar melalui siklus enterohepatik.
sering minyak goreng digunakan, maka Sehingga hepar akan memproduksi kembali
semakin tinggi kandungan asam lemak asam empedu, produksi asam empedu
jenuhnya yaitu pada minyak yang belum memerlukan kolesterol sebagai bahan bakunya
dipakai (45,96%), 1 kali pakai (46,09%), 2 kali sehingga kadar kolesterol total dalam darah
pakai (46,18%), dan 3 kali pakai (46,32%) akan menurun (Okasha MAM , dalam Kartika
(Jonarson, 2004). Yuana Fitri, 2015)
Minyak jelantah mempunyai ikatan asam
lemak jenuh. Ikatan asam lemak ini sulit diurai Kadar Trigliserida Serum Tikus
oleh tubuh dan terbawa dalam aliran darah. Tabel 3.2 Nilai Rata-Rata Kadar
Perlahan lemak ini akan mengendap pada Trigliserida Serum Tikus
pembuluh darah di jantung dan menyumbat Replik Kadar Trigliserida SerumTiap
aliran darah. Hal ini mengakibatkan asi Perlakuan mg/dl
peningkatan kadar kolesterol total, low density K1 K2 K3 K4
lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta I 74.11 139.29 125.89 99.11
penurunan kadar high density lipoprotein II 82.14 147.32 135.71 100.89
(HDL) dalam darah (Kimia ITB, 2011). III 80.36 140.18 122.32 93.75
Pada kelompok perlakuan tikus yang IV 77.68 158.04 128.57 90.18
V 83.93 130.36 121.43 91.96
diberikan ransum makanan dengan jelantah
VI 76.79 141.07 123.21 105.36
menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol Jumlah 475.00 856.25 757.14 581.25
secara signifikan dengan meningkatnya dosis Rata- 79.16 142.70 126.19 96.87
pemberian seduhan serbuk rosella. Bagian rata
rosella yang dapat diproses untuk makanan Notasi a B C d
adalah kelopak bunga yang disebut kaliks Keterangan: huruf pada kolom notasi yang berbeda
(Som, 2003). Kaliks mengandung vitamin (a,b,c) menunjukkan beda nyata (p<0,01)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 21

Berdasarkan tabel 3.2 bahwa kelompok asam dan warna merah. Ekstrak air Hibiscus
tikus dengan ransum jelantah memiliki sabdariffa telah dilaporkan memiliki berbagai
kecenderungan memiliki kadar trigliserida aktivitas antihipertensif, inflamasi, kanker,
lebih tinggi dibanding yang kontrol. Pada hiperkolestrolemia dan memiliki efek diuretik.
kelompok perlakuan tikus yang diberi ransum Kandungan kimia dalam Hibiscus sabdariffa
makanan standart yang ditambahkan jelantah termasuk anthosianin, flavonoid, polifenol
ada kecenderungan terjadi penurunan kadar asam askorbat, beta karoten dan quercetin
trigliserida serum dengan semakin memiliki efek kardioprotektif, mengurangi
meningkatnya dosis pemberian serbuk rosela. oksidasi LDL secara in vitro dan mengurangi
Berdasarkan nilai hasil uji beda One Way kadar kolesterol serum darah (Gosain et
Anova, perlakuan dengan pemberian seduhan al,dalam Kartika Yuana Fitri,2015)
kelopak rosella pada tikus yang telah diberi
ransum jelantah memberikan pengaruh nyata 4. KESIMPULAN DAN SARAN
dengan nilai signifikan 0,00 (α=0.01) terhadap Dari hasil penelitian tentang efek
kadar trigliserida serum tikus. pemberian seduhan serbuk kelopak rosella
Trigliserida merupakan bentuk lemak merah terhadap kolesterol dan trigliserida
yang paling utama, yang disimpan dalam tubuh serum tikus sprague dawley yang diberi
untuk energi. Sintesa trigliserida dalam minyak jelantah, dapat disimpulkan bahwa:
jaringan lemak tergantung pada pembentukan a. Ada pengaruh pemberian ransum
α-gliserol fosfat dari glukosa dan dalam makanan jelantah terhadap kadar
kondisi dimana lemak dibutuhkan untuk energi kolesterol serum tikus sprague dawley
dalam glukosa tidak tersedia untuk proses b. Ada pengaruh dosis seduhan serbuk
fosforilasi (Linder, 2010) rosella terhadap penurunan kadar
kolesterol serum tikus sprague dawley
Pada kelompok tikus yang diberikan c. Ada pengaruh pemberian ransum
ransum minyak jelantah memiliki kadar makanan jelantah terhadap kadar
trigliserida lebih tinggi secara signifikan trigliserida serum tikus sprague dawley
dibandingkan yang diberikan ransum pakan d. Ada pengaruh dosis seduhan serbuk
standar selama 3 minggu. Minyak jelantah rosella terhadap penurunan kadar
mempunyai ikatan asam lemak jenuh. Ikatan trigliserida serum tikus sprague dawley
asam lemak ini sulit diurai oleh tubuh dan Perlu dilakukan penelitian lanjutan
terbawa dalam aliran darah. Perlahan lemak ini tentang pengaruh metode pengolahan untuk
akan mengendap pada pembuluh darah di mengurangi efek rosela terhadap iritasi
jantung dan menyumbat aliran darah. Hal ini lambung dan hipotensi.
mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol
total, low density lipoprotein (LDL) dan REFERENSI
trigliserida, serta penurunan kadar high density 1. Adepenikun, I.T., (1998) Extraction and
lipoprotein (HDL) dalam darah (Kimia ITB, Colours of Roselle (Hibiscus sabdariffa)
2010). Juice. M.Sc Thesis, University of Ibadan.
Pada kelompok perlakuan tikus yang Nigeria
diberikan ransum makanan dengan jelantah 2. Best, Ben. 2004. General Antioxidants
menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol Actions. Journal Chemistry and
secara signifikan dengan meningkatnya dosis Biochemistry Free Radical
pemberian seduhan serbuk rosella. Rosella 3. Birowo, A., (2000) Minyak Jelantah
(Hibiscus Sabdariffa) merupakan salah satu Berbahaya, dalam Suirta, I.W., (2009)
bahan alami yang memiliki potensi sebagai Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah
pangan fungsional dalam mencegah Kelapa Sawit. Jurnal Kimia 3 (1) Januari
dislipidemia dan hipertensi. Hal ini karena 2009: 1-6.
kandungan asamnya dan warna merah yang 4. Burcham, P.C., (1998) Genotoxic Lipid
merupakan flavonoid. Peroxidation Products : Their DNA
Penggunaan bunga Rosella umumnya Damaging Properties and Role in
dengan menyeduh kelopak bunga yang telah Formation of Endogenous DNA Adducts.
kering sebagai teh yang menghasilkan teh rasa Mutagenesis, 13 : 287 – 305
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 22

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/96 Hudson, editor. Food Antioxidants.


43589 Elvisier Applied Science. London
5. Djojosoebagio, S. dan Piliang, Wiranda 16. Levina Berlince Sesa., (2009) Pengaruh
G., 1996. Fisiologi Nitrisi. UI-Press. Cuka Apel Terhadap Kadar
Jakarta. Malondialdehyde (MDA) Hepar Tikus
6. Esa, N.M., Hern, F.S., Ismail, A., and (Rattus norvegicus) Strain Wistar yang
Yee, C.L. (2010) Antioxidant Activity in Diberi Diet Aterogenik. Skripsi. Fakultas
Different Parts of Roselle (Hibiscus Kedokteran Universitas Brawijaya.
sabdariffa L.) Extracts and Potential Malang
Exploitation of the Seeds. Food Chemistry 17. Linder, Maria C. 2010. Biokimia Nutrisi
122 (2010) 1055-1060 dan Metabolisme.UI-Press. Jakarta.
7. Gordon, M.H. 1990. The Mechanism of 18. Mahdavi, D.L. Deshpande, S.S. and
Antioxidants Action In Vitro. In B.J.F. Salunke, D.K. 1995. Food Antioxidants.
Hudson, editor. Food Antioxidants. Marcel Dekker. New York
Elvesier Applied Science. London 19. Maulana, H.I., Ulilalbab, A., Priyanto,
8. Halliwel. 1991. Reactive Oxygen Species A.D., dan Estiasih, T., (2014) Effervescent
in Living Systems: Source, Biochemistry, Rosella Ungu Mencegah Penurunan Nilai
and Role in Human Disease. Cahners SOD dan Mencegah Nekrosis Hepar
Publishing Company. The American Tikus Wistar yang Diberi Minyak
Jornal Medicine Jelantah. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
9. Hamilton, R.J. 1983. The Chemistry of Vol. 28, No. 2.
Rancidity in Foods. In J.C. Allen and R.J. 20. Mansyur, Fauzan., (1999) KDI lakukan
Hamilton, editor. Rancidity in Foods. Operasi Pasar Minyak Goreng. Harian
Applied Science Publisher. London Kompas 1 Mei
10. Jadhav, S.J., S.S. Nimbalkar, A.B. 21. Marks, D., B., Mark, A., D, and Smith, C.,
Kulkarni, and D.L. Madhavi., (1996) M., (2000) Biokimia Kedokteran Dasar.
Lipid Oxidation in Biological and Food Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
System. In D.L. Madhavi, S.S. Deshpande, 22. Morton, J. F. 1999. Roselle Hibiscus
and D.K. Salunkhe (eds). Food sabdariffa L.
Antioxidants : Technological http://www.transgenica.com/
11. Jonarson, S., (2004) Analisa Kadar Asam database/h/hibiscus.htm.
Lemak Minyak Goreng Yang Digunakan 23. Rifqi, Khaerur, Kadarwati, S., Wahyuni,
Penjual Makanan Jajanan Gorengan Di S., (2012) Preparasi, Karakteristik, dan
Padang Bulan Medan Tahun 2004. Uji Aktivitas Ni-Mo/Zeolit Alam dalam
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Proses Catalytc Cracking Jelantah
12. Kementerian Pertanian., (2012) Statistik Menjadi Biogasoline. Indonesian Journal
Konsumsi Pangan 2012. Pusat Data dan of Chemical Science No. ISSN No 2252-
Sistem Informasi Pertanian. Sekretariat 6951. Kimia FMIPA Universitas Negeri
Jenderal Kementerian Pertanian Semarang.
13. Kartika Yuana Ftri, (2015).Dried roselle 24. Santi Sri Wulandari., (2002) Pengaruh
(hibiscus sabdariffa) petals influenceon Pemberian Dekok dan Instant Jahe
serum cholesterol level.Fakultas (Zingiber officinate Rocs.) Terhadap
Kedokteran. UNILA Kadar MDA Serum, Hepar, dan Paru
14. Kimia ITB., (2011) Di Balik Jajanan Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapar
Anda. Jurusan Kimia : Institut Teknologi Asap Rokok Kretek Sub Akut. Skripsi.
Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas
http://www.chem.itb.ac.id/index.php?opti Brawijaya. Malang.
on=com_content&view=article&catid=1 25. Som. Fandah Mohd. 2003. Roselle Bunga
%3Anews&id=47%3Agorengan&lang=i yang Enak Dimakan. Pusat Teknologi
n Makanan. Mardi Serdang
15. Kochar, S.P. dan B. Rossell. 1990. 26. Suryohudoyo, P., (1997) Oksidan dan
Detection Estimation and Evaluation of Antioksidan pada Diabetes Melitus. Di
Antioxidants in Food System. In B.J.F. dalam Tjokroprawiro, A. et al.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 23

Proceedings of The 3rd Surabaya Diabetes


Update. Surabaya.
27. Suryohudoyo, P., (2000) Kapita Selekta
Ilmu Kedokteran Molekuler.
Perpustakaan Nasional RI. Jakarta.
Penerbit CV Sagung Seto. hal: 31-47.
28. Ulilalbab, A., Priyanto, A. D., Maulana,
H. I., Fitriani, E., Resti, F., dan Estiasih,
T., (2012) Pemberian Tablet Effervescent
Rosella Ungu Menurunkan Nilai MDA
(Malondialdehid) Tikus Wistar yang
Dipapar Minyak Jelantah. The Indonesian
Journal of Public Health, Volume 9.
29. Widodo, M.A. 1997. Xenobiotik dan
Radikal Bebas pada Patogenesa Penyakit
Paru. Di dalam Soeatmaji J.W. et. al.
Proceedings Simposium Radikal Bebas
dan Patogenesa Penyakit. FK Unibraw.
Malang
30. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan
Gizi. PT. Gramedia. Jakarta. Hal. 24 – 26.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 24

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN


PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI

Rafhani Rosyidah1), Sulistyorimi2)


1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
email: rafhani.rosyidah@gmail.com
2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
email: sulistyorimi@gmail.com

Abstract

Impaired contraction of the uterus is one of the four factors causing postpartum hemorrhage
(Krisnadi, 2012). Meanwhile, post-partum hemorrhage is the cause of the highest maternal mortality
rate is 33.3%, 29% pre-eclampsia, postpartum sepsis 9.4% and others 28.3% (Laily, 2011). Research
Ramadhani et al (2013) indicates that there are 91.9% of mothers experience postpartum uterine
involution slow in Sub Kalanganyar Kebumen. One of the factors that affect uterine involution that
early initiation of breastfeeding. The aim of research to determine the effect of early initiation of
breastfeeding on high-speed decrease uterine fundus.The study design using a survey method
analytic prospective study (cohort). A sample of 40 respondents with quota sampling technique. The
data used are primary data through observation and presented in tabular form and tested using
independent sample T-test through a computer test to determine the influence with α = 0.05. The
results showed that the average decline in women who do TFU IMD was 1,208±0,263 and that is not
done IMD was 0,532±0,340. Results of Independent Sample T-Test p=0,05 with a significance level
of 0,000<0,05 so H₀ rejected and there is a influence IMD with TFU decline.Conclusions: Decreased
research TFU postpartum mothers who do IMD faster than postpartum mothers who did not do the
IMD. Suggestions for health workers in order to optimize the IMD does on every delivery that is
rapid uterine involution.
Keywords: Early initiation of breastfeeding, high uterine fundus

1. PENDAHULUAN Suhartini Kecamatan Kalanganyar Kabupaten


Masa nifas merupakan masa sesudah Kebumen. Data tersebut menunjukkan
persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, dan tingginya ibu nifas yang mengalami
selaput yang diperlukan untuk memulihkan subinvolusi di Kec. Kalanganyar Kab.
kembali organ kandungan seperti sebelum Kebumen. Terjadinya gangguan kontraksi
hamil dengan waktu enam minggu (Saleha, uterus (tone) tersebut merupakan salah satu
2009). Proses kembalinya uterus ke dalam dari empat faktor penyebab perdarahan
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan pascapartum (Krisnadi, 2012) yang merupakan
disebut proses involusi. Proses ini dimulai penyebab paling tinggi angka kematian ibu
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi yaitu 33.3%, pre-eklamsi 29%, sepsis pasca
otot-otot polos uterus. Proses involusi uterus. persalinan 9,4% dan lain-lain sebesar 28,3%
Keseluruhan proses involusi uterus disertai (Laily, 2011)
dengan penurunan ukuran Tinggi Fundus Uteri Adapun faktor yang dapat mempengaruhi
(Dewi dan Sunarsih, 2012). proses involusi menurut Prawiroharjo (2008),
Menurut Wulandari dan Handayani yaitu: senam nifas, mobilisasi dini, inisiasi
(2011), apabila uterus tidak mengalami atau menyusu dini, gizi, usia dan paritas. Inisiasi
terjadi kegagalan untuk kembali pada keadaan menyusui dini (selanjutnya disingkat dengan
tidak hamil disebut subinvolusi. Hal ini dapat IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri
disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa segera setelah lahir. Bayi memiliki
plasenta/perdarahan lanjut (post partum kemampuan untuk menyusu sendiri asalkan
haemorrharge). Hasil penelitian oleh dibiarkan terjadi kontak kulit ke kulit ibunya
Ramadhani dkk (2013) menunjukkan bahwa setidaknya selama satu jam segera setelah lahir
terdapat 34 dari 37 ibu nifas (91,9%) yang (Roesli, 2008). Hal ini menyebabkan oksitosin
mengalami involusi uterus lambat di BPS alami yang dikeluarkan oleh tubuh dapat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 25

memicu terjadinya kontaksi uterus setelah Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara
melahirkan (Rahayu, 2012). bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir
Banyaknya lochea dan kecepatan involusi dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu
tidak dipengaruhi oleh pemberian rangkaian bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi
preparat ergot (Ergotrate, Metergine), yang menyusu dini ini dinamakan The Breast Crawl
hanya mempunyai efek jangka pendek. Tetapi, atau merangkak mencari payudara (Roesli,
menyusui akan mempercepat proses involusi 2008).
(Heryani, 2010). Sehingga ibu yang tidak Inisiasi menyusu dini yaitu bayi yang baru
dilakukan IMD kemungkinan kontraksi lahir, setelah tali pusat dipotong, di bersihkan
uterusnya lambat atau tidak secepat ibu yang agar tidak terlalu basah dengan cairan dan
dilakukan IMD. Sehingga dapat berdampak segera diletakkan diatas perut atau dada ibu,
pula pada penurunan TFU. Pernyataan tersebut biarkan minimal 30 menit sampai 1 jam, bayi
menunjukkan IMD dapat mempengaruhi akan merangkak sendiri mencari puting ibu
penurunan TFU karena menyebabkan untuk menyusu (Rulina, 2007).
kontraksi uterus. Hal ini merupakan topik Menurut Heryani (2010), rangsangan
menarik untuk diteliti. putting susu oleh hisapan bayi tidak hanya
diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis
2. KAJIAN LITERATUR DAN anterior, tetapi juga kelenjar hipofisis posterior
PEGEMBANGAN HIPOTESIS yang mengeluarkan hormon oksitosin yang
Masa nifas (puerperium) berasal dari berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
bahasa Latin, yaitu puer yang berarti bayi dan ada di dinding alveolus dan dinding saluran
parous yang artinya melahirkan atau berarti sehingga ASI dipompa keluar.
masa sesudah melahirkan. Periode masa nifas Rangsangan yang berasal dari isapan bayi
(puerperium) merupakan periode waktu dilanjutkan ke hipofise posterior
selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses (neurohipofise) yang kemudian
ini dimulai setelah selesainya persalinan dan dikeluarkannya oksitosin. Melalui aliran darah,
berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali hormon ini menuju ke uterus sehingga
seperti keadaan sebelum hamil/ tidak hamil menimbulkan kontraksi. Dengan demikian
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi involusi uterus lebih cepat, pengeluaran lochea
dan psikologi karena proses persalinan. Masa lebih lancar sehingga tidak terjadi perdarahan.
nifas dimulai setelah persalinan selesai, dan Jadi apabila tidak terdapat hisapan putting susu
berakhir setelah kira-kira 6 mingu. Tetapi, maka tidak terjadi rangsangan kontraksi uterus.
seluruh alat genital baru akan pulih kembali Dengan begitu involusi uterus dan pengeluaran
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 lochea menjadi terhambat.
bulan (Winkjosastro, 2008). Apabila bayi tidak disusui segera setelah
Proses kembalinya uterus pada kondisi lahir, maka kontak ibu dan bayi tidak sekuat
seperti sebelum hamil disebut involusi uterus. bayi yang disusui karena psikologis ibu bisa
Perubahan ini dapat diketahui dengan disalurkan pada bayinya (Sujiatini, dkk, 2010).
melakukan pemeriksaan palpasi meraba di
mana letak TFU berada (Sulistyawati, 2009). 3. METODE PENELITIAN
Proses involusi uteri disertai dengan TFU. Desain penelitian yang digunakan pada
Pada hari pertama, TFU diatas simpisis pubis penelitian ini adalah kohort prospektif. Pada
atau sekitar 12 cm. Proses tersebut terus penelitian ini, peneliti mengobservasi variabel
berlangsung dengan penurunan TFU setiap independen terlebih dahulu (IMD), kemudian
harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU sekitar 5 subjek diikuti sampai waktu tertentu untuk
cm dan pada hari ke-10 TFU tidak teraba di melihat terjadinya pengaruh pada variabel
simpisis pubis (Bahiyatun, 2009). dependen (penurunan tinggi fundus uteri).
IMD (Early initiation) ataupun permulaan Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan pada
kegiatan menyusu dini adalah bayi mulai 2 jam pasca persalinan dan 2 hari pasca
menyusu sendiri segera setelah lahir. Bayi persalinan.
memiliki kemampuan untuk menyusu sendiri Populasi yang digunakan adalah ibu nifas
asalkan dibiarkan kontak kulit dengan kulit hari pertama sampai hari kedua di BPM Nuril
ibunya setidaknya satu jam segera setelah lahir. Masrukah Candi Sidoarjo pada bulan Agustus
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 26

dan September 2016 yang memenuhi kriteria Tabel 2. Paritas ibu nifas di BPM Nuril
inklusi. Adapun kriteria inklusi dalam Masrukah Candi Sidoarjo
penelitian ini adalah bersedia menjadi Paritas Jumlah Persentase
responden, bersalin normal, usia 20-35 tahun, 1 (Primipara) 23 57,5
paritas ≤ 4, LILA ≥ 23,5 cm, dan menyusui. > 2 (Multipara) 17 42,5
Jumlah sampel yang digunakan adalah Total 40 100
40 ibu nifas. Tehnik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara tidak Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
acak (non random) atau disebut non probability sebagian besar ibu nifas di BPM Nuril
sampling dengan tehnik quota sampling yaitu Masrukah Candi Sidoarjo adalah primipara
tanpa perhitungan besar sampel. Pemilihan (57,5 %)
sampel dilakukan dengan menetapkan subyek
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan Tabel 3. Inisiasi Menyusu Dini di BPM
sebagai responden sampai kurun waktu Nuril Masrukah Candi Sidoarjo
tertentu, sehingga jumlah responden dapat IMD Jumlah Persentase
terpenuhi. IMD 24 60
Data dikumpulkan menggunakan Tidak IMD 16 40
lembar observasi. Ibu bersalin diamati apakah Total 40 100
melakukan IMD atau tidak, kemudian tinggi
fundus uteri diukur menggunakan metline dari Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
tepi atas symphisis sampai ke fundus uteri. sebagian besar ibu nifas di BPM Nuril
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan Masrukah Candi Sidoarjo melakukan inisiasi
sebanyak dua kali yakni pada 2 jam pasca menyusu dini (60%).
persalinan dan 2 hari pasca persalinan.
Analisis data menggunakan Tabel 4. Gambaran Penurunan Tinggi
independent sample T-test dengan tingkat Fundus Uteri di BPM Nuril
kemaknaan P = 0,05. Jika nilai P < 0,05 maka Masrukah Candi Sidoarjo
H0 ditolak yang berarti ada pengaruh inisiasi Penurunan mean ± SD Δmean ± SD
menyusu dini terhadap kecepatan penurunan TFU
tinggi fundus uteri, dan jika nilai P > 0,05 maka IMD
H0 diterima yang berarti tidak ada pengaruh 2 jam PP 12,208 ± 0,641 1,208±0,263
inisiasi menyusu dini terhadap kecepatan Hari ke-2 11,000±0,608
penurunan tinggi fundus uteri. Tidak IMD
2 jam PP 12,438± 0,913 0,532±0,340
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hari ke-2 11,906 ± 0,834
4.1. Hasil
Tabel 1. Usia ibu nifas di BPM Nuril Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
Masrukah Candi Sidoarjo penurunan TFU pada ibu nifas BPM Nuril
Usia Jumlah Persentase Masrukah Candi Sidoarjo yang IMD pada 2
20-25 Tahun 19 47,5 jam PP memiliki rata-rata 12,208 ± 0,641, pada
26-30 Tahun 15 37,5 hari ke 2 mengalami penurunan rata-rata
31-35 Tahun 6 15,0 11,000±0,608. Sedangkan penurunan TFU
Total 40 100 pada ibu nifas yang tidak IMD pada 2 jam PP
memiliki rata-rata 12,438± 0,913, pada hari ke
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan hampir 2 mengalami penurunan rata-rata 11,906 ±
setengahnya ibu nifas di BPM Nuril Masrukah 0,834. Jadi rata-rata penurunan TFU pada ibu
Candi Sidoarjo adalah usia 20-25 (47,5%). yang dilakukan IMD adalah 11,208 ± 0,263
dan yang tidak dilakukan IMD adalah 0,532 ±
0,340.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 27

Tabel 5. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini awal karena bayi akan diadopsi. Hal tersebut
terhadap Kecepatan Penurunan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, bisa dari
Tinggi Fundus Uteri di BPM Nuril pendamping yang kurang pengetahuan tentang
Masrukah Candi Sidoarjo IMD atau dengan pengalaman sebelumnya
Penurunan mean ± SD Δmean P yang juga tidak melakukan IMD, dari ibu
TFU value sendiri yang memang tidak bersedia dilakukan
IMD 1,208±0,263 IMD, dan bisa juga disebabkan oleh faktor
0,676 0,000 pendidikan karena semakin tinggi pendidikan
Tidak IMD 0,532±0,340
akan semakin mudah memperoleh dan dapat
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa memahami informasi dengan mudah, sehingga
selisih penurunan TFU pada ibu yang ibu bersedia dan lebih kooperatif dalam
dilakukan IMD adalah 0,676 kali lebih cepat praktek IMD.
dibandingkan dengan ibu yang tidak dilakukan Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
IMD. Dari uji Independent Sample T-Test penurunan TFU pada ibu nifas BPM Nuril
didapatkan nilai p=0,000 yang berarti terdapat Masrukah Candi Sidoarjo yang IMD pada 2
pengaruh IMD terhadap kecepatan penurunan jam PP memiliki rata-rata 12,208 ± 0,641, pada
TFU. hari ke 2 mengalami penurunan rata-rata
11,000±0,608. Sedangkan penurunan TFU
4.2. Pembahasan pada ibu nifas yang tidak IMD pada 2 jam PP
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan memiliki rata-rata 12,438± 0,913, pada hari ke
sebagian besar ibu bersalin di BPM Nuril 2 mengalami penurunan rata-rata 11,906 ±
Masrukah Candi Sidoarjo dilakukan IMD. 0,834. Hal ini menunjukkan terdapat
IMD merupakan salah satu faktor yang perbedaan penurunan TFU 2 jam PP dan hari
mempengaruhi involusi uteri dan juga kedua pada ibu yang IMD dan tidak IMD.
merupakan cara bayi menyusu satu jam Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor
pertama setelah lahir dengan usaha sendiri, yang juga mempengaruhi penurunan TFU,
dengan kata lain menyusu bukan disusui. seperti faktor usia pada tabel 1 yang
Menurut Roesli (2008) IMD memiliki banyak menunjukkan sebagian besar ibu nifas di BPM
keuntungan yaitu Menurunkan resiko Nuril Masrukah adalah usia 20-25 tahun. Pada
kedinginan (hypothermia), membuat usia ini merupakan usia prima dalam proses
pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil, reproduksi sehingga ibu yang pada usia
bayi akan memiliki kemampuan melawan tersebut mengalami penurunan TFU relatif
bakteri, bayi mendapat kolostrum dengan cepat.
konsentrasi protein dan immunoglobulin Menurut Apriliasari (2015), ibu yang
paling tinggi, membantu pengeluaran plasenta berusia lebih tua banyak dipengaruhi proses
dan mencegah perdarahan, membantu bayi penuaan dimana mengalami perubahan
agar memiliki keahlian makan diwaktu metabolisme yaitu terjadi peningkatan jumlah
selanjutnya dan mendukung keberhasilan ASI lemak, penurunan otot, penurunan penyerapan
Eksklusif. lemak, protein dan karbohidrat dan hal ini
Di BPM Nuril Masrukah sudah ditetapkan dapat menghambat involusi uterus. Dan faktor
bahwa setiap ibu bersalin akan dilakukan IMD paritas pada tabel 2 menunjukkan sebagian
dengan syarat ibu dan bayi dalam keadaan besar ibu nifas di BPM Nuril Masrukah adalah
normal. Akan tetapi pada tabel 3 menunjukkan multipara. Ibu dengan paritas tinggi dapat
terdapat 40% ibu yang tidak dilakukan IMD, menghambat pada proses involusi uterus
ada beberapa alasan ibu tidak melakukan IMD, karena otot-otot uterus sudah sering
diantaranya : 5 ibu pada awalnya sudah mengalami regangan, sehingga proses involusi
dilakukan IMD akan tetapi IMD berlangsung berlangsung lebih lama. Apriliasari (2015) juga
kurang dari 1 jam sehingga IMD tersebut mengatakan semakin sering hamil, uterus akan
dikatakan belum berhasil, sedangkan 2 ibu semakin sering mengalami regangan. Maka ibu
mengalami kelelahan setelah bersalin sehingga yang paritasnya tinggi proses involusi akan
segera setelah bayi baru lahir ibu menunda menjadi lebih lambat.
IMD memilih untuk beristirahat terlebih Dari tabel 5 menunjukkan bahwa selisih
dahulu dan 1 ibu tidak dilakukan IMD sejak penurunan TFU di hari ke-2 pada ibu yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 28

dilakukan IMD adalah 0,676 kali lebih cepat 3. Heryani, R. 2010. Buku Ajar Asuhan
dibandingkan dengan ibu yang tidak dilakukan Kebidanan Nifas. Jakarta : CV. Trans Info
IMD. Hal ini dibuktikan dari uji Independent Media
Sample T-Test didapatkan nilai p=0,000 yang 4. Laily. 2011. Gambaran Usia dan Paritas
berarti terdapat pengaruh IMD terhadap Ibu Bersalin pada Kejadian Perdarahan
kecepatan penurunan TFU. IMD merupakan Post Partum di RSUD Sidoarjo. Sidoarjo.
salah satu faktor yang mempengaruhi involusi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
karena dalam proses laktasi terdapat refleks 5. Prasetyono, 2009. Buku Pintar ASI
prolaktin dan refleks oksitosin (Let Down Eksklusif. Yogyakarta : Diva Pers
Refleks). 6. Rahayu Y P, Asiyah N, dan Akhiriyanti
Rangsangan puting susu diteruskan EN. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan
sampai ke hipofisis anterior yang kemudian Menyusui. Jakarta. Mitra Wacana Medika
mengeluarkan hormon prolaktin, kemudian 7. Roesli, U. 2008. Manfaat ASI dan
diteruskan lagi sampai hipofisis posterior yang Menyusui. Jakarta : FK UI
mengeluarkan hormon oksitosin. Melalui 8. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini
darah hormon ini menuju uterus sehingga Plus ASI Eksklusif . Cetakan I.
memacu kontraksi. Jakarta.Pustaka Bunda.
Menurut Heryani (2010) menyusui akan 9. Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada
mempercepat proses involusi. Peningkatan Masa Nifas. Jakata : Salemba Medika
pemberian ASI perlu dilakukan dalam upaya 10. Sulistyawati A. 2009. Buku Ajar Asuhan
peningkatan kesehatan bayi dan ibu. Begitu Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
juga hasil penelitian oleh Pratiwi (2014) ANDI
tentang faktor-faktor yang berhubungan 11. Suradi, R. 2007. Inisiasi Menyusu Dini.
dengan percepatan involusi uteri pada ibu Jakarta. Pustaka Bunda
postpartum pervaginam di RSUD Toto Kabila 12. Varney, H. 2007. Buku Asuhan Kebidanan
Gorontalo didapatkan hasil ibu yang dilakukan Edisi 4. Jakarta : EGC
IMD mengalami involusi uteri yang cepat dan 13. Wiknjosastro, H, dkk. 2007. Ilmu
ibu yang tidak melakukan IMD mengalami Kebidanan. Jakarta : YBPS
involusi lambat. Dengan demikian IMD sangat 14. Wulandari SR dan Handayani S. 2011.
dianjurkan pada setiap ibu bersalin karena Asuhan Kebidanan Ibu Masa
dapat nerangsang kontraksi sehingga Nifas.Yogyakarta. Gosyen Publishing
mempercepat penurunan tinggi fundus uteri.

5. KESIMPULAN
Terdapat pengaruh inisiasi menyusu dini
terhadap kecepatan penurunan tinggi fundus
uteri, dimana ibu yang melakukan inisiasi
menyusu dini penurunan tinggi fundus uterinya
lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang
tidak melakukan inisiasi menyusu dini.

REFERENSI
1. Apriliasari, D. 2015. Hubungan Usia dan
Paritas dengan Kejadian Involusi Ibu
Nifas di BPS Noferia Raraswari dan Vetty
Praihastuti. Mojokerto. Diakses pada
tanggal 27-12-2016 dari
https://scholar.google.co.id/scholar?q=pen
elitian+apriliasari%2C+2015&btnG=&hl
=id&as_sdt=0%2C5
2. Dewi, Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan
untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 29

TINGKAT DEPRESI NARAPIDANA WANITA PENGHUNI RUTAN


MEDAENG SURABAYA
Sukma Ayu Candra Kirana1), Lela Nurlela2) , Farida Septiani3)
1,2,3,4
STIKES Hang Tuah Surabaya
email : sukmaayucandrakirana-sht.ac.id1, lelans79@gmail.com2

Abstract
Depression is a profound sadness that occurs after experiencing a dramatic or sad event.
Depression can cause a person to commit suicide and drain the emotional and financial
patient, family and support systems that exist. This study aims to get a picture of the level of
depression in female prisoners in Rutan Medaeng Surabaya. Descriptive design was used on
119 samples of respondents. The variable of this research is single variable that is depresi
level. The research instrument used Beck Depression Inventory (BDI) Questionnaire. The
results showed that 24 respondents had mild depression level, 59 respondents had moderate
depression, while 36 respondents had severe depression. Factors associated with the cause
of depression are biological, genetic and psychosocial factors. Based on these factors can be
concluded that depressed people generally experience emotional disturbances, dysfunctional
motivation, and sertakognisi. Depressed inmates may be given psychotherapy approaches such
as interpersonal therapy, cognitive therapy, behavioral therapy.
Keywords: depression, prisoners, women

1. PENDAHULUAN Indonesia, jumlah tindak pidana sejak tahun


Depresi adalah salah satu bentuk 2006 sampai dengan 2009 mengalami
gangguan kejiwaan pada alam perasaan peningkatan sehingga 2006 tindak pidana di
(affective/mood disorder), yang ditandai seluruh Indonesia berjumlah 220.886 kasus.
dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan Pada tahun 2007 berjumlah 294.806 kasus,
gairah hidup, perasaan tidak berguna dan bertambah 73.923 tindak pidana. Tahun 2008,
putus asa (Meta, dkk, 2011). Menurut berjumlah 291,207 kasus dan jumlah tindak
McDowell & Newell, (1996) dalam Meta, pidana kembali meningkat tahun 2009
dkk, (2011) mendefinisikan depresi adalah berjumlah 298,842 (Sholahuddin, 2010).
keadaan abnormal organisme yang Menurut UU No. 12/1995 tentang
dimanifestasikan dengan tanda dan simtom Pemasyarakatan, bahwa narapidana adalah
seperti menurunnya mood subjektif, rasa terpidana yang hilang kemerdekaan di
pesimis dan sikap tidak percaya, kehilangan lembaga pemasyarakatan,sedangkan terpidana
kespontanan dan gejala vegetatif (misalnya adalah seseorang yang dipidana berdasarkan
penurunan berat badan dan gangguan tidur). putusan pengadilan yang telah memperoleh
Depresi adalah perasaan sedih dan pesimis, kekuatan hukum tetap (Anwar, 2011).
berhubungan dengan penderitaan, berupa Depresi yang dikemukakan Freud dan
serangan pada diri sendiri atau perasaan para pengikutnya meyakini kemarahan orang
marah yang dalam (Reny, dkk, 2013). yang ditinggalkan kepada orang yang
Depresi dapat terjadi pada siapapun, meninggalkannya terus-menerus dipendam,
golongan manapun, keadaan sosial ekonomi berkembang menjadi proses menyalahkan diri
apapun, serta pada usia berapapun. Tetapi sendiri, menyiksa diri sendiri, dan depresi
umumnya depresi mulai timbul pada usia 20 yang berkelanjutan. Orang-orang yang sangat
sampai 40 tahunan. Depresi biasanya tidak mandiri diyakini sangat rentan terhadap
berlangsung selama 6-9 bulan, dan sekitar 15- proses tersebut. Teori psikodinamika klasik
20% penderita bisa berlangsung sampai 2 merupakan dasar pandangan psikodinamika
tahun atau lebih. Episode depresi cenderung yang diterima secara luas yang menganggap
berulang sebanyak beberapa kali dalam depresi sebagai kemarahan terpendam yang
kehidupan seseorang (Junaidi, 2012). berbalik menyerang diri sendiri (Davison,
Menurut data Badan Pusat Statistik dari 2010). Depresi dapat menguras habis emosi
Markas Besar Kepolisian Negara Republik dan finansial seseorang yang terkena juga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 30

pada keluarga dan sistem pendukung sosial Tabel 3. Karateristik Responden


informal dan formal yang dimilikinya. Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Akhirnya angka bunuh diri yang tinggi di Rutan Medaeng Surabaya pada
menjadi konsekuensi yang serius dari depresi 22 April – 20 Juni 2017.
yang tidak ditangani (Stanley & Beare, 2006). No. Pekerjaan f %
Depresi dapat diatasi dengan melakukan 1. Bekerja 59 49,6
kegiatan yang dapat menurunkan tingkat 2. Tidak Bekerja 60 50,4
depresi. Kegiatan tersebut antara lain, Jumlah 119 100,0
memberikan bimbingan rohani, bimbingan
konseling, membuat kerajinan tangan dan Tabel 4. Karateristik Responden
di adakannya hiburan seperti bernyanyi Berdasarkan Agama di Rutan
bersama. Adanya wanita penghuni rutan yang Medaeng Surabaya pada 22 April
mengalami depresi membuat peneliti tertarik – 20 Juni 2017.
untuk meneliti tingkat depresi pada wanita No. Pekerjaan f %
penghuni rutan di Rutan Medaeng Surabaya. 1. Islam 42 35,3
2. Protestan 38 31,9
3. METODE PENELITIAN 3. Katolik 39 32,8
Desain penelitian pada penelitian ini Jumlah 119 100,0
menggunakan desain penelitian deskriptif Tabel 5. Karateristik Responden
karena penelitian bertujuan untuk Berdasarkan Penyebab Masuk
mendeskripsikan atau menggambarkan dari Lapas di Rutan Medaeng
suatu fenomena depresi di Rutan Medeng Surabaya pada 22 April – 20 Juni
Surabaya. Gambaran depresi dikategorikan 2017.
menjadi 3 yaitu depresi ringan, sedang dan No. Penyebab f %
berat. Desain yang digunakan adalah desain 1. Narkoba 42 35,3
deskriptif sehingga peneliti tidak melakukan 2. Pencurian 38 31,9
analisis baik untuk mencari hubungan 3. Penggelapan 39 32,8
maupun pengaruh pada variabel yang ada,
Jumlah 119 100,0
namun peneliti hanya menunjukkan paparan
berupa data tentang gambaran tingkat depresi Tabel 6. Karateristik Responden
di Rutan Medaeng Surabaya. Berdasarkan Status Pernikahan
Masuk Lapas di Rutan Medaeng
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Surabaya pada 22 April – 20 Juni
4.1. Hasil
2017.
Tabel 1. Karateristik Responden
No. Status Pernikahan f %
Berdasarkan Usia di Rutan
1. Menikah 59 49,6
Medaeng Surabaya pada 22 April
2. Belum menikah 60 50,4
– 20 Juni 2017.
Jumlah 119 100,0
No. Usia Responden f %
1. 20 – 25 tahun 46 38,7 Tabel 7. Karateristik Responden
2. 26 – 30 tahun 39 32,8 Berdasarkan Penyebab Masuk
3. > 30 tahun 34 28,6 Lapas di Rutan Medaeng
Jumlah 119 100,0 Surabaya pada 22 April – 20 Juni
2017.
Tabel 2. Karateristik Responden
No. Tingkat Depresi f %
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
1. Ringan 24 20,3
di Rutan Medaeng Surabaya pada
2. Sedang 59 50,0
22 April – 20 Juni 2017.
3. Berat 36 29,7
No. Pendidikan f %
Terakhir Jumlah 119 100,0
1. SMP 38 31,9
2. SMA 41 34,5 4.2. Pembahasan
3. Perguruan Tinggi 40 33,6 Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
Jumlah 119 100,0 hasil frekuensi tingkat depresi yang dibedakan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 31

menjadi 3 yaitu tingkat depresi ringan, sedang Menurut Rhapsody Karnovinanda (2014)
dan berat. Dengan rincian tingkat depresi depresi merupakan suatu gangguan afektif,
ringan sebanyak 24 (20,3%) orang, tingkat yang pada umumnya ditandai dengan
depresi sedang sebanyak 59 (50,0%) orang, hilangnya minat atau kegembiraan dan
dan tingkat depresi berat 36 (29,7%) orang. berkurangnya energi sehingga mudah lelah
Berdasarkan karateristik yang didapatkan dan berkurangnya aktivitas.
dari tingkat depresi dengan jumlah 20 soal di Hasil dari penelitian yang didapatkan
dapatkan resonden dengan jumlah soal paling dilapangan tingkat depresi yang peneliti
banyak menunjukkan depresi berat pada dapatkan yaitu depresi ringan sebanyak 24
nomer 1 sebanyak 42 responden, pada nomor orang didapatkan ciri-ciri sepertikehilangan
6 sebanyak 60 responden, pada nomor 10 minat dan kegembiraan, mudah lelah. Depresi
sebanyak 55 responden, dan pada nomer 11 sedang sebanyak 59 orang didapatkan ciri-ciri
sebanyak 41 responden. Dalam soal nomer 1 seperti nafsu makan menurun, mudah marah,
menjelaskan tentang kesedihan responden, soal kelambanan, gangguan pola tidur, perasaan
nomor 6 menjelaskan tentang merasa bersalah. Depresi berat sebanyak 36 orang
bersalahnya responden, soal nomor 10 didapatkan ciri-ciri seperti cemas, sedih terus
menjelaskan tentang penyesalan responden, menerus, rasa ingin bunuh diri. Menurut
soal nomor 11 menjelaskan tentang emosi Irawan (2013) Depresi dapat dipengaruhi oleh
responden. berbagai faktor antara lain penurunan fungsi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh dari organ tubuh, kehilangan sumber nafkah,
Wibowo (2013) bahwa, depresi adalah suatu perubahan gaya hidup dan sebagainya.
gangguan mood dengan karakteristik Depresi merupakan suatu gangguan mental
utamanya adalah adanya perasaan tertekan, umum yang ditandai dengan mood tertekan,
rasa sedih atau kosong, hilangnya minat atau kehilangan kesenangan atau minat, perasaan
aktivitas yang menyenangkan, perubahan bersalah atau harga diri rendah, gangguan
yang besar dalam selera makan, baik selera makan atau tidur, kurang energi, dan
makan yang bertambah atau berkurang , konsentrasi yang rendah.
insomnia atau hipersomnia, berkurangnya Peneliti berasumsi bahwa responden
aktivitas motorik atau terjadinya agitas mengalami mood tertekan, kehilangan
motorik, kelelahan dan kehilangan energi, kesenangan atau minat dibuktikan dengan
perasaan tidak berharga atau perasaan cara menerima informasi timbal balik yang
bersalah yang berlebihan, berkurangnya tidak baik sehingga hal tersebut menyebabkan
kemampuan untuk berfikir rasional, rasa pesimis dan sikap tidak percaya diri,
berkurangnya kemampuan konsentrasi dalam kehilangan rasa senang, gelisah yang
mengambil keputusan, serta munculnya berlebihan dan berfikir hidup ini tidak ada
pemikiran untuk mati atau bunuh diri. gunanya. Tingkat depresi ringan dan sedang,
Menurut WHO (World Health responden masih dapat melaksanakan
Organization) dalam penelitian Irawan (2013) kegiatan sosial dan pekerjaannya, meskipun
depresi merupakan suatu gangguan mental untuk dilaksanakan, sedangkan untuk depresi
umum yang ditandai dengan mood tertekan, berat responden tidak dapat menjalankan
kehilangan kesenangan atau minat, perasaan kegiatan sosial dan pekerjaannya. Depresi
bersalah atau harga diri rendah, gangguan disebabkan karena merasa terasing dari
makan atau tidur, kurang energi, dan keluarganya dan merasa kesepian, hasil yang
konsentrasi yang rendah. Masalah ini dapat didapatkan dalam penelitian saya bahwa
akut atau kronik dan menyebabkan gangguan penghuni rutan memiliki keterbatasan untuk
kemampuan individu untuk beraktivitas sehari- melihat dunia luar.
hari. Menurut Kartono dan Gulo (Setiawan Dari data demografi setelah di crosstabs
dan Sukamto, 2000) mendefinisikan depresi yang didapatkan 4 hubungan yang
sebagai keadaan patah hati atau putus asa yang mempengaruhi tingkat depresi yaitu umur,
disertai dengan melemahnya kepekaan pendidikan, penyebab, status pernikahan.
terhadap stimulus tertentu, pengurangan Hasil crosstabs data demografi umur 20-25
aktivitas fisik ataupun mental dan kesukaran dengan tingkat depresi menunjukkan hasil 44
dalam berpikir. orang dengan rincian 7 depresi ringan, 23
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 32

depresi sedang, 14 depresi berat, demografi dilakukannya dan mereka melakukan


umur 25-30 dengan tingkat depresi kesalahan tersebut dengan sadar dan mereka
menunjukkan hasil 41 orang dengan rincian 7 mengerti bahwa yang dilakukannya
depresi ringan, 15 depresi sedang, 19 depresi melanggar hukum, 13 depresi sedang pada
berat, demografi umur >30 dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi mereka merasa
depresi menunjukkan hasil 34 orang dengan malu terhadap lingkungan sekitar karena
rincian 10 depresi ringan, 21 depresi sedang, perbuatannya dan mereka merasa telah
3 depresi berat. mencoreng nama baik keluarganya, 16
Pada usia 20-25 kebanyakan mengalami depresi berat karena mereka merasa malu
depresi sedang dari hasil wawancara dengan keluarga, teman-temannya, mereka
responden mengatakan bahwa merasa juga takut jika teman-temannya dateng
bersalahdengan keluarganya, 25-30 menengoknya.
kebanyakan dari responden sudah menikah Hasil crosstabs data penyebab masuk
sehingga mereka tidak bisa bertemu dengan lapas narkoba dengan tingkat depresi
keluarga, suami, dan anak, >30 kebanyakan menunjukkan hasil 76 orang dengan rincian 6
dari mereka mengalami depresi sedang karena depresi ringan karena mereka tidak
mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan memkirkan apa yang menyebabkan masuk
tetapi kebanyakan dari mereka merindukan lapas dan tidak memikirkan hukuman apa
anak dan suaminya. yang telah dijalaninnya, 43 depresi sedang
Hasil crosstabs data tingkat pendidikan karena merasa dirinya bersalah dengan hal
SMP dengan tingkat depresi menunjukkan yang dilakukannya sehingga mereka malu
hasil 38 orang dengan rincian 11 depresi terhadap hal yang telah dilakukannya, 27
ringan karena narapidana yang berpendidikan depresi berat karena mereka belum bisa
SMP rata-rata tidak memikirkan apa yang menerima hukuman yang telah dialaminya
terjadi pada dirinya dan hukuman yang mulai membiasakan tidak memakai lagi
dialaminya sehingga narapidana tersebut, 27 sehingga tingkat depresi responden tidak
depresi sedang karena narapidana yang stabil. Penyebab masuk lapas pencurian
berpendidikan SMP rata-rata mereka merasa dengan tingkat depresi menunjukkan hasil 25
malu dengan keluarga, teman- teman dan orang dengan rincian 12 depresi ringan karena
lingkungan sekitarnya dan mereka merasa mereka tidak memikirkan hukuman apa yang
dirinya rendah karena apa yang dilakukannya telah dijalaninnya, 8 depresi sedang karena
melanggar hukum. mereka merasa malu terhadap lingkungan
Tingkat pendidikan SMA dengan sekitar karena perbuatannya, 5 depresi berat
tingkat depresi menunjukkan hasil 41 orang karena mereka merasa bersalah dan menyesal.
dengan rincian 2 depresi ringan pada depresi Penyebab masuk lapaspenggelapan dengan
ringan pendidikan SMA mereka masih tingkat depresi menunjukkan hasil 18 orang
mempunyai malu dan mereka merasa bersalah dengan rincian 6 depresi ringan karena
karena kelakuaan yang dilakukannya mereka tidak memikirkan apa yang
sehingga merasa minder terhadap lingkungan dilakukannya, 8 depresi sedang karena
sekitar, 19 depresi sedang pada pendidikan mereka merasa menyesal atas perbuatannya, 4
SMA mempunyai depresi sedang dikarenakan depresi berat karena mereka merasa bersalah,
mereka merasa malu dengan apa yang telah menyesal dan ada beberapa orang tidak
dilakukannya, 20 depresi beratkarena mereka melakukan kesalahan tetapi dituduh
para narapidana tersebut merasa salah melakukan kesalahan tersebut sehingga
pergaulan di masa lalu sehingga responden memiliki tingkat depresi sedang.
memakai narkoba, pencurian, Hasil crosstabs data status menikah
penggelapan,mereka juga merasa malu dengan tingkat depresi menunjukkan hasil 88
dengan keluarga, teman-teman dan orang dengan rincian 3 depresi ringan karena
lingkungannya. reponden tersebut sudah beradaptasi dengan
Tingkat pendidikan Perguruan Tinggi lingkungan dan banyak keluarga dan orang-
dengan tingkat depresi menunjukkan hasil 40 orang terdekat yang sering mengunjungi
orang dengan rincian 11 depresi ringan responden dan memberikan suport terhadap
mereka tidak memikirkan apa yang responden, 52 depresi sedang karena mulai
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 33

beradaptasi dengan lingkungan dan mulai Narkoba Puskesmas Tebet Jakarta. Jurnal
menerima keadaannya sekarang dan masih Keperawatan , 12. Diunduh pada tanggal
ada keluarga yang mensuport sehingga 15 Februari 2017 Jam 22.01
responden tidak merasa sendiri ketika 4. Hardiyanty, T. A. (2015). Hubungan
menjalani hukuman, 33 depresi berat karena Depresi Dengan Lama Masa Tahanan
kurangnya dukungan dari keluarga dan dan Narapidana Di Rumah Tahanan Negara
jarang sekali di jenguk oleh keluarga dan Kelas Iia Malendeng Manado.Jurnal
orang-orang terdekat sehingga responden Keperawatan , 14. Diunduh pada
merasa sendiridan merasa terasingkan saat tanggal 15 Februari 2017 Jam 22.02
menjalani hukuman. Hasil status belum 5. Ibrahim, A. S. (2007).DEPRESI Aku
menikah dengan tingkat depresi menunjukkan Ingin MATI. Jakarta: Dua AS-AS.
hasil 31 orang dengan rincian 21 depresi 6. Junaidi, I. (2012). Anomali Jiwa.
ringan karena tidak memiliki tanggungan Yogyakarta : Andi.
seperti anak dan suami saat di tinggal 7. MR, D. P. (2013). Pemenuhan Hak-Hak
menjalani hukuman, 7 depresi sedang karena Narapidana Selama Menjalani Masa
responden masih memikirkan tanggungan Pidana Di Lembaga Pemasyarakatan
yang ditinggal seperti orang tua dan Klas Iia Pidana Di Lembaga
kurangnya dukungan dari keluarga, 3 depresi Pemasyarakatan Klas Iia Pidana Di
berat karena mereka kurangnya dukungan dari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA.
orang terdekat. Jurnal Keperawatan , 4. Diunduh Pada
Tanggal 14 Januari 2017 10.00
5. SIMPULAN 8. PING, E. S. (2016). Hubungan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada
Rutan Medaeng Surabaya, dapat diambil Narapidana Wanita Di Lembaga
simpulan sebagai berikut : Tingkat depresi Permasyarakatan Kelas Ii B Kota
narapidana wanita penghuni rutan Medaeng Tenggarong. Jurnal Keperawatan , 2.
Surabaya mayoritas mengalami depresi Diunduh pada tanggal 14 Januari
tingkat sedang. Faktor penyebab depresi yang 2017.10.01
didapatkan ditempat penelitian yaitu banyak 9. Rhapsody Karnovinanda, T. S.
responden yang merasa menyesal, (2014). Prevalensi Depresi pada
merindukan anak, suami dan keluarga. Perlu Narapidana di Lembaga Permasyarakatan
adanya penanganan lebih lanjut terkait depresi Anak. Jurnal Keperawatan, 244. Diunduh
yang terjadi pada narapidana wanita tersebut, pada tanggal 15 Maret 2017 Jam 08.32
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut 10. SARI, A. (2013). Penyesuaian Diri Dan
tentang pemberian psikoterapi yang dapat Depresi Pada Narapidana Dilembaga
diberikan pada narapidana yang mengalami Permasyarakatan Pekanbaru Riau. Jurnal
depresi. Keperawatan, 7. Diunduh oada tanggal
15 Februari 2017 Jam 22.02
11. Wibowo, A. (2013). Identifikasi Gejala-
REFERENSI
gejala Dominanan Depresi. Jurnal
1. Endang Sulistyadini, A.H. (2011).
Keperawatan, 1. Diunduh pada
Kematangan Emosi dan Kecenderungan
tanggal Jam 22.10
Depresi Tersangka Pengguna Narkoba.
Jurnal Keperawatan , 5. Diunduh pada
tanggal 16 Juni 2017 Jam 20.00
2. Fauziya Ardilla, I. H. (2013).
Penerimaan Diri pada Narapidana
Wanita. Jurnal Keperawatan, 4.
Diunduh pada tanggal 15 Februari 2017
Jam 22.00
3. FIRDAUS, A. (2010). Terapi Metadon
Dan Hubungannya Dengan Intensitas
Kecemasan Dan Tingkat Depresi Pasien
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 34

PENERAPAN ATS TERHADAP WAITING TIME KLIEN


DI IGD RSUD NGUDI WALUYO WLINGI BLITAR
Mohammad Nur Firdaus
Prodi D3 Keperawatan STIKes Majapahit Mojokkerto

Abstract

Indonesia does not have a national standard of triage system, so implementations of the system in
each hospital might vary. Australasian Triage Scale (ATS) method is one of the triage systems in the
world widely used in some countries including Indonesia, but it is unlikely to be applied due to highly
overcrowded emergency installation, non-ideal nurse ratio, and non-standard triage room, so target
achievement time set by the ATS system is difficult to achieve. This study aims to analyze various
factors affecting Australasian Triage Scale (ATS) at Emergency Room of Ngudi Waluyo General
Hospital Wlingi Blitar. The method used was quantitative with cross sectional approach, and the
respondent were 28 Emergency Room nurses of Ngudi Waluyo General Hospital Wlingi Blitar.
Univariate analysis was used to identify the description of each variable. Fisher test was used to
determine the relationship between variables, and logistic regression analysis was used to determine
the factors mostly affectingATS application. Fisher test results showed p-value as follows that
waiting time factor p = 0.011 <α = 0.05. The results of this study show a significant influence among
waiting time factors on ATS application.
Keywords: ATS application, waiting time factor

1. PENDAHULUAN mematikan .( Baker 2009, Nolan et al 2011,


Pada saat jumlah klien melebihi jumlah Aloyce et al 2014).
petugas, maka diperlukan sistem triase. Triase Indonesia belum mempunyai standart
merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk nasional tentang system triage sehingga dalam
menyeleksi klien berdasarkan tingkat pelaksanaan penerapan triage setiap rumah
kegawatdaruratan untuk memberikan prioritas sakit bisa berbeda beda. Metode Australasian
pelayanan kepada klien. Tujuan triase adalah Triage Scale (ATS) merupakan salah satu dari
agar klien mendapatkan pelayanan yang beberapa sistim triage di dunia yang banyak di
optimal serta menurunkan angka morbiditas gunakan di beberapa Negara termasuk
dan mortalitas. (Undang-Undang Republik Indonesia. Metode Australian Triage Scale
Indonesia nomor 44 tentang rumah sakit, (ATS) dalam menentukan prioritas hanya
2009). Triase dapat ditentukan dengan memberikan gambaran secara singkat
kebutuhan terbesar klien/korban untuk segera mengenai lamanya waktu klien menerima
menerima perawatan secepat mungkin. Triage tindakan dan diterapkan di negara negara maju
bertujuan mengidentifikasi klien yang dengan fasilitas yang baik (Gerdtz, 2009). Hal
membutuhkan tindakan resusitasi segera, ini sangat sulit diterapkan di Indonesia karena
menetapkan klien ke area perawatan untuk overcrowded instalasi gawat darurat yang
memprioritaskan dalam perawatan dan untuk relatif tinggi, rasio perawat yang tidak ideal
memulai tindakan diagnostik atau serta ruang triage yang tidak tidak berstandar
terapi.(Fitzgerald, 2009) akan membuat waiting time semakin lama
Penerapan triage yang kurang dan belum sehingga target pencapaian waktu yang
memadai akan membahayakan kehidupan ditetapkan sistem ATS akan sulit dicapai (Lee,
klien yang tiba di IGD. Tindakan pengobatan et al, 2011).
kepada klien dalam urutan kedatangan tanpa Penelitian yang dilakukan oleh
penilaian sebelum menentukan tingkat Saktiwirotomo dan Emaliyawati 2016 di IGD
kegawatan dari penyakitnya atau tanpa RSI PKU Muhamadiyah Pekajangan
melakukan triage terlebih dahulu dapat Pekalongan membuktikan bahwa penggunaan
mengakibatkan penundaan intervensi klien metode Australasian Triage Scale lebih efektif
dengan kondisi kritis sehingga berpotensi dibandingkan triase tiga tingkat dalam
penerapan di IGD. Penelitian di RS Puri Indah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 35

Jakarta menemukan bahwa pengetahuan, untuk pasien-pasien pediatri, trauma,triase di


keterampilan dan sikap perawat mempunyai daerah terpencil, pasien obstetri, dan gangguan
pengaruh terhadap penerapan triage bila perilaku untuk memudahkan trier (orang yang
faktor-faktor tersebut tidak dilaksanakan melakukan triase) mengenali kondisi pasien,
secara optimal dapat menyebabkan kesalahan maka ATS terdapat kondisi-kondisi tertentu
dalam pengambilan keputusan dan yang menjadi deskriptor klinis. Deskriptor ini
menyebabkan kecacatan pada klien (Australian bertujuan memaparkan kasus-kasus medis
Triage Process Review 2011 , Anderson et al yang lazim dijumpai sesuai dengan kategori
2007, Lusiana 2011, Jansen et al 2011 dan triase sehingga memudahkan trier menetapkan
Safari 2012). Emergency Nursing Association kategori (Australian Government Department
(2013) mengembangkan pedoman kebutuhan of Health and Aging, 2009). Nash (2011),
tenaga keperawatan di ruang IGD menyatakan Forero & Nugus (2012) mengkategorikan ATS
bahwa keterampilan dan latar belakang didasarkan pada lamanya waktu klien
pendidikan yang dimiliki perawat akan menerima tindakan. Skala prioritas pada ATS
mempengaruhi penerapan ATS. dibagi menjadi 5 skala ATS 1 harus segera
IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi ditangani (prosentase prioritas 100%), ATS 2
menerapkan sistem triage Australian Triage maksimal waiting time 10 menit (prosentase
Scale (ATS) pada awal 2016. Hasil observasi prioritas 80%), ATS 3 maksimal waiting time
di IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi 30 menit (prosentase prioritas 75%), ATS 4
didapatkan bahwa penerapan ATS maksimal waiting time 60 menit (prosentase
(Australasian Triage Scale) masih belum prioritas 70%), ATS 5 maksimal waiting time
terlihat. Berdasarkan latarbelakang tersebut 120 menit (prosentase prioritas 70%). Waiting
peneliti ingin mengetahui faktor faktor yang time yang melebihi 2 jam menunjukkan
mempengaruhi penerapan Australasian Triage terjadinya kegagalan akses dan kualitas
Scale (ATS) Di IGD RSUD Ngudi Waluyo pelayanan
Wlingi Kabupaten Blitar
3. METODE
2. KAJIAN LITERATUR Penelitian ini merupakan jenis penelitian
Konsep triase lima kategori berkembang kuantitatif dengan pendekatan cross sectional,
sekitar tahun 1980 di Rumah Sakit Ipswich, yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh
Queensland, Australia. Konsep yang sama juga antara variabel independen (faktor kinerja,
dikembangkan di rumah sakit Box Hill, faktor klien, faktor ketenagaan, faktor
Victoria, Australia. Pembagian kategorian ini perlengkapan) dan variabel dependen
berdasarkan kategori kesegeraan (urgency) (penerapan ATS): Pengambilan data dilakukan
dari kondisi pasien. Validasi sistim triase ini sebanyak satu kali, pada bulan Juni sampai
menunjukkan hasil yang lebih baik dan dengan Juli 2017. Untuk mengetahui gambaran
konsisten dibandingkan triase konvensional dari setiap variabel yang diteliti digunakan
dan mulai di adopsi unit gawat darurat di analisis univariat. Untuk mengetahui hubungan
seluruh Australia. Sistim nasional ini disebut antar variabel digunakan uji Fisher dan untuk
dengan National Triage Scale (NTS) dan mengetahui faktor yang paling dominan dalam
kemudian berubah nama menjadi Australia mempengaruhi penerapan ATS digunakan uji
Triage Scale (ATS) (Fitzgerald et al, 2010). regresi logistik.
ATS memberikan batasan waktu berapa lama
pasien dapat menunggu sampai mendapatkan 4. HASIL PENELITIAN
pertolongan pertama selain menetapkan 4.1. Data Umum Dan Distribusi Frekuensi
prioritas pasien yang berbeda dari fungsi awal Responden
pembentukan kategorian triase. Sistim ATS Berdasarkan penelitian yang telah
juga membuat pelatihan khusus triase untuk dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
pasien-pasien dengan kondisi tertentu seperti
pasien anak-anak, pasien geriatri, pasien
gangguan mental. (Christ et al, 2010)
Sistim triase ATS dikembangkan
mekanisme penilaian khusus kondisi urgen
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 36

Tabel 1. Data Umum Responden


No. Karakteristik Jumlah %
1. JENIS KELAMIN laki-laki 15 53, 6
perempuan 13 46,4
2. UMUR 20-40 20 71,4
>40 8 28,6
3. PENDIDIKAN Tingkat pendidikan D3 22 78,6
Tingkat pendidikan diatas D3 6 21,4
(S1,S2)
4. LAMA BEKERJA 0-2 19 67,8
3-5 6 21,5
>5 3 10,7
5. STATUS PNS 16 57,1
KEPEGAWAIAN Honorer 12 42,8
Magang - -
6. PELATIHAN Belum tersertifikasi 7 25
Tersertifikasi 21 75
(BTLS/ACLS/ATLS/GELS/GELS/P
PGD)

2. Pengaruh penerapan ATS terhadap waiting time


Tabel 2. Hasil Analisis bivariat
Variabel Independent Variabel Dependent OR p
CI 95% Value
Faktor klien (waiting time) Penerapan ATS 12 (1.725-83.458) 0,011

5. HASIL DAN PEMBAHASAN klien tersebut berada di IGD selama lebih


Hasil analisis bivariat menunjukkan dari standar waktu tunggu empat jam
pengaruh faktor klien (waiting time) terdapat terhitung mulai triase. Faktor yang diduga
6 dari 8 klien yang waiting timenya tidak menjadi risiko penyebab waktu tunggu
sesuai standar sedangkan 16 dari 20 klien panjang antara lain ketersediaan tempat atau
waiting timenya sesuai standar. Hasil uji bangsal, tidak sesuainya bangsal yang
fisher diperoleh nilai p = 0.011 < α = 0,05 tersedia dengan permintaan klien, adanya
maka hipotesis penelitian diterima yaitu ada pengelompokan penyakit yang
pengaruh yang bermakna antara faktor klien membutuhkan bangsal khusus, menunggu
(waiting time) terhadap penerapan ATS. sterilisasi ruang bangsal, kesibukan perawat
Lama waktu tunggu pada penelitian ini di bangsal, keterbatasan tenaga pengantar
merupakan ketepatan waktu dalam IGD dan keluarga klien. Klien rujukan juga
memberikan intervensi kepada klien sesuai salah satu yang menjadi penyebab kondisi di
dengan status kegawatan klien. IGD menjadi semakin penuh. RSUD Ngudi
Pelayanan yang cepat dan tepat sangat Waluyo Wlingi sebagai rumah sakit rujukan
dibutuhkan di dalam pelayanan IGD, tingkat ketiga, merupakan rumah sakit yang
pelayanan di IGD dapat terhambat jika menjadi tujuan utama klien rujukan.
kondisi di dalam IGD penuh dengan klien. Penelitian oleh Singer et al. tahun 2011
Kondisi klien yang memenuhi IGD mengemukakan bahwa waktu tunggu klien
disebabkan oleh tidak sesuainya jumlah klien adalah rentang antara keputusan rawat inap
yang berkunjung ke IGD dengan tenaga dan sampai klien berpindah ke bangsal.
tempat tidur yang ada di IGD. Standar Penelitian ini juga menyatakan bahwa
Prosedur Operasional RSUD Ngudi Waluyo ketidaksesuaian kebutuhan dan penyedia
Wlingi, klien dikatakan menunggu apabila pelayanan kesehatan dan kondisi IGD yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 37

penuh atau kunjungan klien yang tinggi departements a survey of dutch


merupakan faktor waktu tunggu panjang. emergency departements. J clin Nurs.
Thompson 2006 dalam penelitiannya pada 20(17-18). 2458-2468
1631 responden menyebutkan bahwa waktu 6. Janssen et al (2011). Factor
tunggu, penyampaian informasi oleh staf Influencingthe implementation of
IGD dan perilaku staf IGD yang ekspresif guidline triage in emergency
sangat berpengaruh terhadap tingkat departements: a qualitative study.
kepuasan klien yaitu positif (p <.001). Hal ini Journal of clinical nursing, 21.437-447
sesuai dengan hasil penelitian terhadap 7. Jenkins, J. L., McCarthy, M. L., Sauer,
faktor klien yaitu waktu tunggu (< 4-6 jam) L. M.,Green, G. B., Stuart, S., Thomas,
klien di IGD. Hal ini sejalan dengan hasil T. L., & Hsu, E. B. (2008). Mass-
obervasi setiap shift menunjukkan bahwa casualty triage: time for an evidence-
waktu tunggu klien di IGD RSUD Ngudi based approach. Prehospital and
Waluyo Wlingi yang tidak sesuai dengan disaster medicine, 23(01), 3-8.
standar SOP IGD yaitu 4-6 jam sebesar 8. Jones, K. M., Marsden, J., Windle, J.
28.6% dari total waktu tunggu klien yang (2006). Emergency Triage Manchester
diobservasi dikarenakan beberapa faktor Triage Group. 2nd ed. Blackwell
yaitu faktor keluarga, administrasi yang tidak Publishing Ltd.
lengkap dan ruang rawat inap yang penuh. 9. Join commission on asscociation of
health organization.2002. facts about
5. KESIMPULAN the national patient safety goals. 2002
Terdapat pengaruh penerapan ATS 10. Republik Indonesia. (2008). Nomor
terhadap waiting time di IGD RSUD Wlingi 129/Menkes/SK/II/2008. Tentang
Blitar. Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. Kemenkes R.I. Jakarta.
REFERENSI 11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
1. Forero, R. (2012). Australasian College Indonesia. (2009). Nomor
for Emergency Medicine (ACEM) 856/Menkes/SK/IX/2009. Tentang
literature review on the Australasian Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)
triage scale (ATS) (Doctoral Rumah Sakit. Kemenkes R.I. Jakarta.
dissertation, Institute of Health 12. Lee, J. Y., Oh, S. H., Peck, E. H., Lee, J.
Innovation, University of New South M., Park, K. N., Kim, S. H., & Youn, C.
Wales) S. (2011). The validity of the Canadian
2. Gerdtz et al. 2009. Factors influencing Triage and Acuity Scale in predicting
consistency of triage using the resource utilization and the need for
Australasian Triage Scale: Implications immediate life-saving interventions in
for guideline development (original elderly emergency department patients.
research). EMA Scand J Trauma Resusc Emerg Med, 19,
3. Gilboy, N. (2010). Sheehy’s 68.
EmergencyNursing Principles and 13. Lusiana 2011. Pengaruh Tingkat
Practice. SixthEdition. Edited by Pengetahuan dan sikap perawat dengan
Howard, P.K., &Steinmann, R.A. pelaksanaan Triage di IGD RS Puri
St.Louis, Missouri : Mosby Elsevier. Indah Jakarta
4. Gilboy, N., Tanabe, T., Travers, D., &
Rosenau, A. M. (2011). Emergency
Severity Index (ESI): A triage tool for
emergency department. Rockville, MD:
Agency for Healthcare Research and
Quality. Retrieved
5. Jansen, M. A et all. 2011. Adherence to
the guidline triage in emergency
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 38

COMPASSION FATIGUE BERKORELASI DENGAN MUTU PELAYANAN


KEPERAWATAN DITINJAU DARI SEGI KEPUASAN PELANGGAN

Anndy Prastya1), Ike Prafitasari 2), Hani Riska3), Suherman4)


1,2
Dosen Stikes Majapahit Mojokerto
3,4
Perawat RSUD Sidoarjo
email : 1anndyprastya@gmail.com

Abstract

Quality of health services is determined by the quality of nursing service. Need attention on nursing
services in the Hospital. When the nurse experiences excessive physical and psychological problems,
there is fatigue that can interfere with the performance of the nurse. Objective of this study was to
analyze the level compassion fatique nurse with quality nursing service at emergency departement
(ED) Sidoarjo Regional Hospital.This research used descriptive observational design with Cross
Sectional approach. Compassion Fatique ED nurses as independent variables were studied with
ProQoL questionnaire and nursing service quality as dependent variable were studied with nursing
care quality questionnaire (RATER). This research used simple random sampling technique with total
sample of 41 respondents nurses ED and 41 respondents patients. The data obtained were analyzed
using spearman certification test.The results obtained almost all respondents had a low compassion
fatigue that is 34 respondents (82.9%). While 23 (56,1%) respondents judge a good level quality of
nursing service. The test result used spearman test obtained p value 0,028 (p> 0,05) and with result
(r) = 0,861. This means that there was a significant and positive influence between compassion
fatigue with the quality of nursing service in the ED Sidoarjo Regional Hospital.Stressors and job
stress was some barriers to achieving a professional quality of life that will ultimately affected each
other's performance.
Keywords : Compassion fatigue, quality of nursing service

1. PENDAHULUAN Mutu pelayanan keperawatan dapat merupakan


Salah satu indikator keberhasilan dalam suatu pelayanan keperawatan yang
pelayanan Rumah Sakit yakni dengan komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-
rendahnya angka keterlambatan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat
pertama gawat darurat dan angka kematian di profesional kepada pasien (individu, keluarga
IGD masih dalam batas normal yaitu kurang maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat,
dari 5%. Perawat merupakan komponen dimana perawatan yang diberikan sesuai
terbesar dalam unit pelayanan kesehatan, dengan kebutuhan pasien dan standar
sehingga perubahan kualitas pelayanan dan pelayanan. Namun pada dasarnya, definisi
proses keperawatan akan sangat dirasakan oleh mutu pelayanan keperawatan itu dapat
konsumen. Ketidakpuasan yang dialami pasien berbeda-beda tergantung dari sudut pandang
akan menjadi pengalaman negatif, membekas, mana mutu tersebut dilihat. (Rakhmawati,
dan bukan tidak mungkin akan disebarluaskan 2009). Salah satu indikator mutu pelayanan
dari mulut ke mulut. Citra Rumah Sakit keperawatan adalah tercapainya tingkat
menjadi buruk, pelayanan yang diberikan akan kepuasan pasien sebagai pelanggan (Nursalam,
dianggap sebelah mata dan dipandang tidak 2014).
profesional. Kepercayaan masyarakat akan Bagi konsumen yang datang pertama kali
menurun dan Rumah Sakit berpotensi melalui IGD, pelayanan yang diberikan oleh
kehilangan pelanggan (Nursalam, 2014). perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) akan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian menjadi prediktor pertama kepuasan pengguna
integral dari pelayanan kesehatan di Rumah jasa terhadap keseluruhan proses perawatan di
Sakit, kualitas pelayanan kesehatan sangat rumah sakit tersebut. Penelitian yang
ditentukan oleh kualitas pelayanan dilakukan di Jamaica menyebutkan bahwa dari
keperawatan sehingga perlu adanya perhatian 142 responden, 59,9% diantaranya
mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit. menyatakan puas terhadap pelayanan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 39

kesehatan yang diberikan oleh perawat IGD. adalah hasil mekanisme koping negatif
Mereka menyatakan puas karena perawat IGD individu terhadap stres yang dialami di dunia
mampu menampilkan empati, sehingga mereka kerja (Stamm, 2010).
tidak enggan untuk berkunjung ulang ke rumah Dari studi pendahuluan didapatkan angka
sakit jika memerlukan bantuan kesehatan kunjungan IGD RSUD Sidoarjo dalam
(Buchanan, Dawkins, & Lindo, 2015). Empati trimester pertama tahun 2017 didapatkan
sangat penting untuk ditampilkan, namun sebanyak 4857 pasien pada bulan Januari, 4284
berakibat fatal jika melibatkan terlalu banyak pasien dalam bulan februari dan 4792 pasien
emosi dan empati. Melibatkan emosi dan selama bulan maret. Sedangkan dalam
empati secara berlebihan akan menimbulkan penelusuran kepada tim penjamin mutu
stresor berlebih bagi perawat, terutama perawat diketahui bahwa ada beberapa keluhan yang
IGD (Hoskins, 2011; Wentzel & Brysiewicz, disampaikan oleh pasien dan keluarga terhadap
2014; Wolf et al.) mutu pelayanan di IGD RSUD Sidoarjo.
Stresor yang dialami oleh perawat akan Keluhan yang disampaikan oleh pelanggan
memunculkan mekanisme koping yang terutama tentang response time. Pelanggan
berbeda pada setiap individu. Sistem koping menjadi takut penyakitnya bertambah parah
yang baik akan memunculkan respon adaptasi dengan response time yang lambat. Data
yang positif, demikian pula sebaliknya (Lu et keluhan yang lain seperti lamanya stagnasi
al., 2015). Beberapa penelitian menunjukkan pasien di IGD juga disampaikan oleh
bahwa perawat IGD mengalami tingkat stres pelanggan. Situasi IGD secara psikologis akan
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien
perawat di unit perawatan lain. Penelitian yang maupun keluarga untuk berlama-lama ada
dilakukan di RSUD Semarang menunjukkan didalamnya. Sehingga semakin cepat pasien
bahwa dari 29 orang responden perawat IGD, dipindahkan ke ruang perawatan akan
24 orang diantaranya (82,8%) mengalami stres mendukung proses penyembuhan maupun
sedang (Aini & Purwaningsih, 2013). dukungan keluarga yang lebih baik. Keluhan
Saat perawat mengalami kelelahan fisik pelanggan merupakan bentuk ketidakpuasan
dan psikologis yang berlebih, muncullah yang harus segera dicari penyebab serta
compassion fatigue. Compassion fatigue akan solusinya. Jika tidak, maka kredibilitas dari
mempengaruhi kinerja dan kualitas pelayanan penyedia layanan akan menurun dimata
perawat emergensi. Compassion fatigue tidak pelanggan.
hanya terjadi pada perawat yang baru saja Penelitian ini bertujuan untuk
bekerja di IGD, tetapi potensinya juga akan menganalisis hubungan tingkat Compassion
meningkat pada perawat yang sudah dinas Fatique Perawat IGD dengan mutu pelayanan
menetap di IGD dalam waktu yang relatif lama keperawatan di IGD RSUD Sidoarjo.
(Hooper et al., 2010). Perasaan depresi, rasa
takut saat akan melakukan tindakan 2. METODE PENELITIAN
keperawatan merupakan tanda dari Desain penelitian yang digunakan dalam
compassion fatigue yang dapat mengganggu penelitian ini adalah deskriptif observasional
kinerja perawat (Duffy, Avalos, & Dowling, dengan pendekatan Cross Sectional karena
2015). penelitian ini bertujuan mendeteksi korelasi
Salah satu alat ukur yang digunakan untuk yang muncul antara faktor yang berhubungan
mengukur profesionalisme kerja individu dengan efek yang ditimbulkan. Compassion
adalah Professional Quality of Life (ProQOL). Fatique Perawat IGD sebagai variabel
Pengukuran dengan penggunakan ProQOL independen dikaji dengan kuisioner ProQoL
tidak hanya mengukur hasil mekanisme koping dan mutu asuhan Keperawatan sebagai
individu yang negatif, tetapi juga hasil variabel dependen dikaji dengan kuisioner
mekanisme koping positif. Ada dua komponen mutu asuhan keperawatan (RATER). Populasi
besar yang diukur dengan menggunakan dalam penelitian adalah semua perawat dan
ProQOL yaitu compassion satisfaction, dan pasien IGD RSUD Sidoarjo. Sampel penelitian
compassion fatigue. Compassion satisfaction ini diambil dengan menggunakan teknik
merupakan hasil mekanisme koping individu simple random sampling karena subjek dalam
yang positif, sedangkan compassion fatigue populasi mempunyai kesempatan yang sama
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 40

sebagai sampel. Jumlah sample yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


digunakan dalam penelitian ini sebesar 41 Tabel 1. Karakterisitik Responden
responden perawat IGD RSUD Sidoarjo dan 41 Berdasarkan Usia
responden pengguna jasa layanan keperawatan No. Karakt n Mean Medi Min- Std
di IGD (Pasien). Compassion Fatique eristik an Maks Deviasi
dikatakan rendah apabila skor ProQoL ≤ 43,
skor 44-57 dikatakan compassion Fatique rata- 1 Usia 41 34,85 35 23-57 7,282
rata dan ≥ 58 dikatakan compassion Fatique Sumber: Data primer penelitian, 2017
tinggi. Sedangkan mutu pelayanan
keperawatan dikatakan kurang apabila nilainya Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa
<56%, cukup jika nilainya 56-75% dan puas rata-rata usia responden adalah 34,85 tahun.
apabila nilainya 76-100%. Selanjutnya data Usia ini termasuk dalam kategori usia dewasa
yang didapat akan dianalisis dengan pertengahan. Usia termuda responden adalah
menggunakan uji korelasi spearman. 23 tahun, sedangkan usia tertua adalah 57
tahun.

Tabel 2. Karakterisitik Responden


No. Karakteristik Frek. Persentase
1 Jenis Kelamin
Perempuan 15 36,6%
Laki-laki 26 63,4%
2 Lama Kerja di IGD
< 5 tahun 18 43,9%
≥ 5 tahun 23 56,1%
3 Status Kepegawaian
PNS 19 46,3%
BLUD 22 53,7%
4 Pendidikan Terakhir
SPK 1 2,4%
DIII 30 73,2%
S1 10 24,4%
5 Status Pernikahan
Menikah 34 82,9%
Belum Menikah 7 17,1%
6 Jumlah anak
Belum punya 10 24,4%
Satu anak 7 17,1%
Dua anak 14 34,1%
Lebih dari dua anak 10 24,4%
7 Kepemilikan sertifikat pelatihan
BLS
Memiliki 41 100%
Tidak memiliki 0 0%
ALS
Memiliki 3 7,3%
Tidak memiliki 38 92,7%
BTLS
Memiliki 15 36,6%
Tidak memiliki 26 63,4%
ATLS
Memiliki 2 4,9%
Tidak memiliki 39 95,1%
PPGD
Memiliki 29 70,7%
Tidak memiliki 12 29,3%
Sumber: Data primer penelitian, 2017
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 41

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan data Tabel 3. Karakterisitik Responden


bahwa mayoritas responden berjenis kelamin Berdasarkan Compassion Fatigue
laki-laki. Dari total 41 responden, sebanyak 26 Karakteristik Frek. Presentase
(63,4%) responden berjenis kelamin laki-laki.
Sebanyak 23 responden (56,1%) telah Compassion
memiliki pengalaman bekerja sebagai perawat Fatigue
di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Compassion
Sidoarjo selama lebih dari atau sama dengan Fatigue rendah 34 82,9%
lima tahun. 19 responden (46,3%) sudah Compassion
berstatus sebagai PNS sedangkan 22 responden Fatigue rata-rata 7 17,1%
(53,7%) berstatus sebagai pegawai BLUD. Sumber: Data primer penelitian, 2017
Sebanyak 30 responden (73,2%) yang bekerja
di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Tabel 3 menggambarkan kondisi
Sidoarjo berpendidikan terakhir DIII Professional Quality of Life perawat di IGD
Keperawatan. Dari 41 perawat, 34 orang RSUD Sidorjo. Dari gambaran tersebut dapat
(82,9%) diantaranya memiliki status sudah dijelaskan bahwa hanya 7 responden (17,1 %)
menikah. Dari 34 responden yang sudah mengalami compassion fatigue rata- rata,
menikah, 14 responden (45,1 %) memiliki dua sedangkan hampir seluruh responden memiliki
anak, 10 responden (32,2%) memiliki lebih compassion fatigue rendah yaitu 34 responden
dari 2 anak dan 7 responden (22,5%) memiliki (82,9 %).
satu anak. Sedangkan dari 10 responden yang
belum memiliki anak, ada 3 responden yang Tabel 4. Mutu pelayanan keperawatan di
statusnya sudah menikah. IGD RSUD Sidoarjo
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Karakteristik Frekuensi Presentase
Kesehatan Republik Indonesia No. Mutu pelayanan
856/Menkes/SK/IX/2009, menyatakan bahwa keperawatan 2 4,9%
seorang perawat IGD harus memiliki sertifikat Kurang 16 39,0%
dasar kegawatdaruratan, yaitu sertifikat BCLS, Cukup 23 56,1%
BTLS, dan sertifikat kegawatdaruratan Baik
lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti Sumber: Data primer penelitian, 2017
menggunakan standar yang ditetapkan oleh
Kementrian Kesehatan RI. Tabel di atas Tabel 4 diatas menggambarkan penilaian
menunjukkan bahwa dari 41 responden, mutu pelayanan keperawatan di IGD RSUD
seluruhnya sudah memiliki sertifikat Basic Life Sidoarjo oleh pengguna jasa layanan. Dari
Support (BLS). Sertifikat lain yang harus tabel tersebut disimpulkan bahwa dari 41
dimiliki oleh perawat IGD adalah sertifikat responden 23 (56,1%) menilai mutu pelayanan
BTLS. Dari 41 responden, 15 responden keperawatan baik, sedangkan yang menilai
(36,6 %) diantaranya sudah memiliki kurang hanya ada 2 responden (4,9%) dan
sertifikat BTLS. Tabel di atas juga sisanya memberikan penilaian cukup.
menunjukkan bahwa dari 41 responden, 29
responden (70,7 %) memiliki sertifikat Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Variabel
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD). compassion fatigue dengan mutu
Sertifikat penunjang lain diantaranya adalah pelayanan keperawatan
ALS sudah dimiliki oleh 3 responden (7,3 %) Variabel Mutu pelayanan
dan ATLS sudah dimiliki oleh 2 responden Independen keperawatan
(4,9 %).
Koefisien ᵖ value
korelasi (r)
Compassion 0,861 0,028
fatigue
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 42

Berdasarkan tabel 5, hasil uji korelasi disebelahnya bisa mendengar pembicaran yang
menggunakan uji spearman antara compassion dilakukan oleh dokter dan pasien.
fatigue dengan mutu pelayanan keperawatan Distribusi mutu pelayanan keperawatan
didapatkan p value 0,028 (p>0,05) dan dari dimensi reliability sebagian besar menilai
koefisien korelasi (r) = 0,861. Hal ini mutu pelayanan keperawatan dinilai cukup oleh
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang responden yaitu 21 responden (51,2%),
signifikan dan korelasi positif antara Reliability (keandalan) dalam pelayanan
compassion fatigue dengan mutu pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk
keperawatan di IGD RSUD Sidoarjo. memberikan pelayanan keperawatan yang
Dalam siklus hidupnya, perempuan lebih tepat, memuaskan dan dapat dipercaya, dalam
cenderung untuk mengalami stres dari pada hal ini dapat didefinisikan sebagai pelayanan
laki-laki. Stresor lebih banyak berasal dari keperawatan yang konsisten. Oleh karena itu
lingkungan individu selain lingkungan kerja. penjabaran keandalan dalam pelayanan
Stresor dapat berasal dari peran ganda sebagai keperawatan adalah : prosedur penerimaan
ibu, istri, anak, dan perawat yang bekerja di pasien yang cepat dan tepat, pemberian
IGD. Siklus hormonal yang dimiliki perawatan yang cepat dan tepat, jadwal
perempuan juga turut berpengaruh dalam pelayanan perawatan dijalakan dengan tepat
pengalaman stres yang dimiliki. Karena dan konsisten serta prosedur perawatan yang
memiliki pemicu hormonal yang sama setiap tidak berbelit-belit (Nursalam, 2015).
bulan, seorang perempuan akan lebih mudah Responden menyatakan pelayanan yang
beradaptasi dengan peran ganda dan stresor diberikan sudah cepat dan tepat, walau
yang menumpuk. Dalam melakukan pekerjaan, kadangkala tidak sesuai harapan. Banyak
perempuan lebih mengandalkan insting pasien yang menginginkan proses yang instan,
keibuan, sehingga emosi juga banyak terlibat begitu diberikan tindakan keperawatan
pada saat melakukan pekerjaan. Oleh karena langsung sembuh tanpa melihat keadaan dan
itu, stres yang dialami oleh perawat jenis penyakit pasien. Hal ini perlu
perempuan lebih bepotensi menyebabkan dikomunikasikan dengan baik kepada pasien
compassion fatigue. tentang penyakitnya dan prosedur pengobatan
Distribusi mutu pelayanan keperawatan sehingga tidak menimbulkan persepsi yang
ditinjau dari 5 Dimensi mutu yaitu dimensi negatif terhadap pelayanan keperawatan.
tangible mutu pelayanan keperawatan hampir Distribusi mutu pelayanan keperawatan
setengah responden menilai cukup yaitu dari dimensi responsivenes sebanyak 20
sebanyak 18 responden (43,9%). (48,8%) responden menilai bahwa mutu
Tangible (bukti langsung) merupakan hal- pelayanan keperawatan dalam kondisi yang
hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung cukup.
oleh pasien yang meliputi fasilitas fisik, Responsiveness (ketanggapan) perawat
peralatan, dan penampilan staf keperawatan. yang tanggap, selalu bersedia membantu
Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti pelanggan dan memberikan pelayanan yang
langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, cepat dan tepat. Ketanggapan juga didasarkan
kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan, pada persepsi pasien sehingga faktor
penataan ruang perawatan kelengkapan, komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien
kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan merupakan hal yang penting untuk
yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan diperhatikan. Ketanggapan dalam memberikan
penampilan perawat (Nursalam, 2015). pelayanan keperawatan dapat dijabarkan
Hal yang mendukung dari hasil diatas sebagai berikut, perawat memberikan informasi
responden menyatakan bahwa mutu pelayanan yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien,
keperawatan di IGD RSUD Sidoarjo cukup kesediaan perawat membantu pasien dalam hal
baik ini dibuktikan dengan lengkapnya fasilitas beribadah, kemampuan perawat untuk cepat
yang tersedia, hampir seluruhnya perawat dan tanggap menyelesaikan keluhan pasien,
berpenampilan rapi. Ada responden dan tindakan perawat cepat pada saat pasien
menyatakan bahwa sedikit kurang nyaman membutuhkan (Nursalam, 2015).
dengan jarak tempat tidur yang terlalu dekat Responden menilai hampir seluruh
antar pasien, sehingga pasien yang perawat di IGD RSUD Sidoarjo tanggap saat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 43

dibutuhkan oleh pasien. Ada beberapa yang individual sehingga dalam pelayanan
tidak langsung datang saat dipanggil oleh keperawatan, dimensi empati dapat
pasien salah satu penyebabnya adalah perawat diaplikasikan melalui cara memberikan
masih memberikan pelayanan kepada pasien perhatian khusus kepada setiap pasien,
yang lain. Hal ini bisa dimengerti oleh pasien perhatian terhadap keluhan pasien dan
dan keluarganya. Selain itu ada beberapa pasien keluarganya, perawatan diberikan kepada
tidak tahu prosedur pengobatan yang akan semua pasien tanpa memandang status sosial
dijalani, hal ini bisa dijadikan masukan bagi (Nursalam, 2015).
perawat bahwa Inform Concent dan Memberikan pelayanan tanpa
komunikasi terapeutik sangat dibutuhkan oleh membedakan-bedakan status sosial sangat
pasien mengingat saat ini masyarakat kita diharapakan oleh semua pasien dan
semakin kritis dan pintar terhadap kesehatan. keluarganya. Hal ini dapat membantu
Distribusi mutu pelayanan keperawatan mengatasi masalah psikologis yang dialami
dari dimensi assurance hampir setengah oleh pasien. Pasien maupun keluarganya yang
responden menilai mutu pelayanan dalam dirawat di IGD pasti akan khawatir dengan
kondisi baik yaitu sebanyak 20 responden keadaannya. Dengan sikap empati perawat
(48,8%). permasalahan tersebut dapat diminimalisir,
Assurance (jaminan kepastian) perawat karena perawat menunjukkan rasa peduli
dapat menjamin pelayanan keperawatan yang terhadap keadaan pasien.
diberikan kepada pasien berkualitas sehingga Distribusi mutu pelayanan keperawatan di
pasien menjadi yakin akan pelayanan IGD RSUD Sidoarjo menurut responden
keperawatan yang diterimanya. Untuk sebagian besar baik 23 responden (56,1%),
mencapai jaminan kepastian dalam pelayanan Cukup 16 (39,0 %) dan kurang sebanyak 2
keperawatan ditentukan oleh komponen responden (2%).
kompetensi yang berkaitan dengan Mutu pelayanan keperawatan adalah hasil
pengetahuan dan keterampilan perawat dalam kinerja yang ditampilkan perawat. Beberapa
memberikan pelayanan keperawatan. faktor yang mempengaruhi kinerja perawat
Keramahan yang juga diartikan kesopanan dalam pelayanan keperawatan berupa faktor
perawat sebagai aspek dari sikap perawat. internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
Keamanan yaitu jaminan pelayanan yang usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin. Faktor
menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak eksternal meliputi lingkungan kerja, dan gaya
menimbulkan dampak yang negatif pada pasien kepemimpinan (Suryabrata, 2008). Jika
dan menjamin pelayanan yang diberikan pelayanan yang diterima pasien memenuhi
kepada pasien aman. harapan pasien, maka mutu pelayanan yang
Sikap perawat menjadi salah satu faktor diberikan perawat baik. Sebaliknya jika
pendukung keberhasilan dari proses pelayanan yang diterima pasien lebih rendah
pengobatan yang dijalani. Perawat merupakan dari harapan pasien, maka mutu pelayanan
tenaga kesehatan yang paling disoroti dan yang diberikan perawat buruk. Mutu pelayanan
menjadi garda depan pelayanan kesehatan. Hal buruk dapat menyebabkan pasien merasa tidak
ini disebabkan waktu interaksi perawat dan puas dengan apa yang diterimanya. Hal ini
pasien yang lebih lama dibandingkan dengan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang lain. Dengan Suryawati dkk(2006) yang menyatakan bahwa
komunikasi yang baik, sikap yang ramah dan mutu pelayanan merupakan salah satu
sopan dapat mencapai tingkat kepuasan pasien indikator dari kepuasan pasien. Mutu
yang secara otomatis dapat meningkatkan mutu pelayanan sangat penting artinya bagi rumah
pelayanan keperawatan yang diberikan. sakit.
Distribusi mutu pelayanan keperawatan Berdasarkan hasil penelitian Agonwardi
dari dimensi emphaty hampir setengah (2013) menyatakan bahwa secara keseluruhan
reponden juga menilai mutu pelayanan variabel dimensi reability, responsiveness,
keperawatan dalam kondisi baik yaitu sebanyak assurance, emphaty, dan tangible dapat
20 responden (48,8%). menjelaskan korelasi yang positif terhadap
Emphaty (empati) merupakan perhatian tingkat kepuasan pasien. Hasil ini
perawat yang diberikan kepada pasien secara menunjukkan bahwa sebagian besar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 44

masyarakat pengguna jasa IGD RSUD stres yang dialami di dunia kerja (Stamm,
Sidoarjo menyatakan bahwa mutu pelayanan 2010).
yang diterimanya baik. Beberapa hal yang
menunjukkan mutu pelayanan di IGD dimulai 4. KESIMPULAN
dari perawat memberikan pelayanan dengan Stresor dan stres kerja merupakan
segera saat pasien datang, perawat dengan beberapa penghalang untuk mencapai
terampil dan cekatan dalam memberikan professional quality of life yang baik yang pada
pelayanan, perawat selalu siap dan akhirnya akan mempengaruhi kinerja dan mutu
bertanggung jawab terhadap keadaan pasien, kinerja. Ada korelasi positif dan pengaruh yang
komunikasi antara perawat, pasien dan signifikan antara compassion satisfaction
keluarga terjalin dengan baik, perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di IGD
memberikan pelayanan tanpa membedakan RSUD Sidoarjo.
status sosial pasien, dan perawat selalu tampak Melakukan kegiatan yang bersifat membangun
rapi dan bersih. team work perlu diadakan secara rutin yang
Berdasarkan tabel 5, hasil uji korelasi melibatkan seluruh komponen IGD. Kegiatan
menggunakan uji spearman antara compassion tersebut tidak hanya bertujuan menyegarkan
fatigue dengan mutu pelayanan keperawatan psikologis, tetapi juga mempererat hubungan
didapatkan p value 0,028 (p>0,05) dan antar-tim kerja.
koefisien korelasi (r) = 0,861. Hal ini Pelatihan kegawatdaruratan yang rutin dan
menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif berkesinambungan juga dapat membantu
dan pengaruh yang signifikan antara meningkatkan rasa percaya diri perawat.
compassion fatigue dengan mutu pelayanan Memberikan pelatihan yang berhubungan
keperawatan di IGD RSUD Sidoarjo. Stres dengan pelayanan prima terhadap pelanggan.
dapat disebabkan oleh suatu peristiwa yang Hal ini terutama bertujuan untuk tetap
menyebabkan trauma psikologis pada perawat memberikan pelayanan yang profesional
IGD. Pengalaman traumatis tersebut dapat meskipun harus menghadapi pasien dan
menyebabkan secondary traumatic stress. keluarga yang menguras emosi perawat.
Sebuah penelitian di Yunani menunjukkan
bahwa perawat IGD beresiko dua kali lipat REFERENSI
mengalami secondary traumatic stress jika 1. Buchanan, Jullet, Dawkins, Pauline, &
dibandingkan dengan perawat ruangan lain Lindo, Jascinth L. M. (2015). Satisfaction
(Duffy et al., 2015). Pada penelitian ini, with nursing care in the emergency
peneliti tidak memiliki data tentang department of an urban hospital in the
pengalaman traumatis yang dialami oleh developing world: A pilot study.
perawat IGD. Meskipun demikian, hal ini perlu International Emergency Nursing, 23(3),
diwaspadai mengingat perawat IGD berpotensi 218-224. doi:
mengalami secondary traumatic stress. Untuk http://dx.doi.org/10.1016/j.ienj.2015.01.0
mengatasi stres yang dirasakan, perawat perlu 01
meningkatkan mekanisme koping yang positif. 2. Cañadas-De la Fuente, Guillermo A.,
Mekanisme koping yang positif ini akan Vargas, Cristina, San Luis, Concepción,
membantu menurunkan tingkat stres perawat García, Inmaculada, Cañadas, Gustavo R.,
dan compassion fatigue yang dirasakan. & De la Fuente, Emilia I. (2015). Risk
Pengukuran dengan menggunakan factors and prevalence of burnout
ProQOL tidak hanya mengukur hasil syndrome in the nursing profession.
mekanisme koping individu yang negatif, International Journal of Nursing Studies,
tetapi juga hasil mekanisme koping positif. 52(1), 240-249. doi:
Ada dua komponen besar yang diukur dengan 3. Duffy, Emer, Avalos, Gloria, & Dowling,
menggunakan ProQOL yaitu compassion Maura. (2015). Secondary traumatic stress
satisfaction, dan compassion fatigue. among emergency nurses: a cross-
Compassion satisfaction merupakan hasil sectional study. International Emergency
mekanisme koping individu yang positif, Nursing, 23(2), 53-58. doi:
sedangkan compassion fatigue adalah hasil http://dx.doi.org/10.1016/j.ienj.2014.05.0
mekanisme koping negatif individu terhadap 01
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 45

4. Hooper, Crystal, Craig, Janet, Janvrin,


David R., Wetsel, Margaret A., &
Reimels, Elaine. (2010). Compassion
Satisfaction, Burnout, and Compassion
Fatigue Among Emergency Nurses
Compared With Nurses in Other Selected
Inpatient Specialties. Journal of
Emergency Nursing, 36(5), 420-427. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jen.2009.11.02
7
5. Hoskins, Rebecca. (2011). Evaluating
new roles within emergency care: A
literature review. International
Emergency Nursing, 19(3), 125-140. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ienj.2010.09.0
03
6. Leiter, Michael P., Day, Arla, & Price,
Lisa. (2015). Attachment styles at work:
Measurement, collegial relationships, and
burnout. Burnout Research, 2(1), 25-35.
doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.burn.2015.02.
003
7. Maslach, Christina. (2015). Burnout,
Psychology of. In J. D. Wright (Ed.),
International Encyclopedia of the Social
& Behavioral Sciences (Second Edition)
(pp. 929-932). Oxford: Elsevier.
8. Nursalam. (2014). Manajemen
keperawatan: aplikasi dalam praktik
keperawatan profesional. Jakarta:
Salemba Medika.
9. Stamm, B Hudnall. (2010). The ProQOL
manual. Retrieved July, 16, 2007.
10. Utomo, Danang Prasetyo. (2009).
Hubungan Stres Kerja dengan Adaptasi
pada Perawat di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Pandan Arang Boyolali.
11. Wolf, Lisa A., Delao, Altair M., & Perhats,
Cydne. (2014). Nothing Changes, Nobody
Cares: Understanding the Experience of
Emergency Nurses Physically or Verbally
Assaulted While Providing Care. Journal
of Emergency Nursing, 40(4), 305-310.
doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jen.2013.11.00
6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 46

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA DALAM MENGKONSUMSI


MIRAS DI WILAYAH WIYUNG - SURABAYA
Budi Dwi Prasetyo Utomo1), Qori’Ila Saidah2), Nur Chabibah3)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

Abstract

Alchohol consumption among teenager are triggered by some factors such as parenting factor,
sociality among teenager, envoirmental factor and also their personility factor. The purpose of this
research is to know the corelation between parenting factor, sociality among teenager, social
envoirment and aporsonality factor with the abuse of alchohol among teenager. The desain of this
research are using the cross sectional method, the number of the taken samples are 40 teenager who
live at RW 002 district wiyung subdistrict wiyung, surabaya which are taken on 20th february 2017.
Dependent and and independent variables are the factor that encourage teenagers to consume
alchohol. The sampling method for this research are using questionaire , and analize by using Chi
Square analisys. The results of this research are showing that the highest factor that encouraging
teenagers to consume alchohol is sociality among teenagers that shown up to 70%, and also the
result show that among 40 respondent 10 of them are light alchohol drinker and 30 of them are heavy
alchohol drinker. I hope that in the future teenagers willing to be more cautious choosing who they
hangout with, for their parents to be more observant to their childern development, and also for the
headchief that are to control society activities and to keep security patrol more active to avoid any
unwanted activity that lead to bad things such as alchohol consumption.
Keywords: Supporting factors, alcohol consumption in adolescents

1. PENDAHULUAN Pada tahun 2010, total konsumsi di


Masa remaja secara psikologi merupakan seluruh dunia adalah sama dengan 6,2 liter
masa peralihan dari masa anak-anak ke masa alkohol murni per orang 15 tahun dan lebih tua
dewasa, pada masa remaja terjadi kematangan (WHO 2010). Sementara itu Sebanyak 115
secara kognitif yaitu interaksi dari pemikiran kasus diungkap Polrestabes Surabaya dalam
yang telah sempurna dan lingkungan sosial Operasi Camer Semeru 2016. Kasus minuman
semakin luas yang memugkinkan remaja untuk keras (miras) mendominasi perolehan kasus.
berfikir secara logis. Pada usia remaja Ada 115 kasus yang di ungkap selama
berkembang, sikap dan perilaku yang selalu pelaksanaan 12 hari Operasi Camer Semeru.
ingin tahu, ingin merasakan dan ingin Sasarannya adalah premanisme, perjudian,
mencoba-coba. Apabila tidak segera miras, dan bahan peledak. Dari hasil
difasilitasi atau diarahkan bukan tidak pengkajian di Wilayah Wiyung RW 002
mungkin akan salah arah dan berdampak Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung Kota
negatif (Prihyugiarto, 2008). Pergaulan negatif Surabaya terdapat 20 remaja, diperoleh sample
memberikan pengaruh dalam penggunaan 9 orang remaja, 5 remaja diantaranya
minuman keras, karena dengan minum- mengkonsumsi miras, 2 remaja pernah namun
minuman keras mereka berharap mendapatkan tidak sering mengkonsumsi miras, dan 2
kegembiraan, menghilangakan rasa rendah remaja lagi tidak pernah mengkonsumsi miras.
diri, dan mempertahankan gengsi. Kesibukan Faktor pergaulan remaja setiap hari
orang tua, konflik pernikahan, perpisahan dan mempunyai pengaruh besar terhadap angka
kekerasan dalam rumah tangga, kurangnya kejadian mengkonsumsi minuman keras pada
pengawasan orang tua. Remaja berupaya remaja selama ini di wilayah Wiyung RW 002
mencari pelarian dengan cara minum minuman Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung Kota
keras. Sarana dan prasarana, sebagai ungkapan Surabaya terdapat banyak remaja yang
rasa kasih sayang terhadap putra-putrinya mengkonsumsi miras.
terkadang orang tua memberikan fasilitas dan Besarnya masalah pada perilaku
uang yang berlebihan. mengkonsumsi minuman keras di Wiyung
terdapat banyak faktor-faktor yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 47

memperngaruhi perilaku remaja yaitu keluarga 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


seperti kesibukan orang tua, konflik Pengambilan data dilakukan pada tanggal
pernikahan, perpisahan dari keluarga, 20 februari 2017 dengan total responden 40
kekerasan dalam rumah tangga, penerapan remaja.
disiplin yang lemah, kurangnya pengawasan Tabel 1. Faktor Pola Asuh Orang Tua Pada
orang tua. Sarana dan prasarana, sebagai Remaja Dalam Konsumsi Miras
ungkapan rasa kasih sayang terhadap putra- Konsumsi miras
putrinya terkadang orang tua memberikan No. Peminum Peminum Peminum
fasilitas dan uang yang berlebihan. Namun hal ringan sedang berat
tersebut disalahgunakan untuk memuaskan 1. 0 remaja 7 remaja 8 remaja
segala keinginan dirinya antara lain berawal 2. 0 remaja 3 remaja 19 remaja
dari minuman keras (Hinshaw dkk, 2009). 3. 0 remaja 0 remaja 3 remaja
Besarnya permasalahan pengaruh
minuman keras yang dikonsumsi oleh remaja Pengambilan data menunjukkan bahwa
yang berdampak pada perilaku sehari-hari dari 40 responden pola asuh baik 7 peminum
remaja tersebut. Maka dari itu, agar tidak sedang 8 peminum berat, pola asuh cukup baik
terjadi dampak terhadap perilaku remaja akibat 3 peminum sedang 8 peminum berat sedagkan
mengkonsumsi minuman beralkohol maka pola asuh kurang baik 3 peminum berat .
disarankan agar keluarga lebih memperhatikan
anak remaja dengan menciptakan suasana di Tabel 2. Faktor Pergaulan Bebas Pada
rumah yang aman dan nyaman, bagi remaja Remaja Dalam Konsumsi Miras
diharapkan agar memiliki kepribadian yang Konsumsi miras
baik dan tidak mudah terpengaruh terhadap No. Peminum Peminum Peminum
hal-hal yang negatif, serta dapat selektif dalam ringan sedang berat
memilih teman, bagi perawat agar memberikan 1. 0 remaja 0 remaja 0 remaja
penyuluhan tentang faktor remaja 2. 0 remaja 6 remaja 6 remaja
mengkonsumsi minuman beralkohol di 3. 0 remaja 4 remaja 24 remaja
masyarakat.
Dari tabel diatas dapat diketahui dari 40
2. METODE PENELITIAN
responden terdapat pergaulan baik 0 peminum,
Penelitian ini merupakan penelitian
pergaulan cukup baik 6 peminum sedang 6
menggunakan desain Observasional Analitik,
peminum berat dan pergaulan kurang baik 4
yang bertujuan mencari hubugan antar
peminum sedang 24 peminum berat.
variabel. Desain Cross Sectional untuk
menekankan waktu pengukuran atau observasi
Tabel 3. Faktor Lingkungan Sosial Pada
dari data variabel independent faktor pola asuh
Remaja Dalam Konsumsi Miras
orang tua, pergaulan remaja, lingkungan sosial,
Konsumsi miras
kepribadian dan variabel dependent yaitu
No. Peminum Peminum Peminum
konsumsi miras pada remaja di RW 002
Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung Kota ringan sedang berat
Surabaya. Teknik pengambilan sampel ini 1. 0 remaja 2 remaja 1 remaja
menggunakan teknik Probability Sampling 2. 0 remaja 4 remaja 20 remaja
dengan menggunakan jenis Simple Random 3. 0 remaja 4 remaja 9 remaja
Sampling, dengan jumlah sampel 40
responden. Instrumen yang digunakan dalam Hasil analisis memperlihatkan bahwa
penilaian faktor pendukung adalah kuisioner lingkungan sosial pada remaja terdapat
pola asuh orang tua, pergaulan remaja, lingkungan baik 2 peminum sedang 1 peminum
lingkungan sosial dan kepribadian. Hipotesis berat, lingkungan cukup baik 4 peminum
dari penelitian ini adalah ada hubungan faktor sedang 20 peminum berat dan lingkungan
predisposisi, faktor pemungkin dengan kurang baik 4 peminum sedang 9 peminum
konsumsi miras dan faktor dominan dalam berat.
konsumsi miras.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 48

Tabel 4. Faktor Kepribadian Pada Remaja dengan katagori peminum berat dikarenakan
Dalam Konsumsi Miras remaja yang pola asuh kurang baik sudah
Konsumsi miras terbiasa mengkonsumsi miras oleh karena itu
No. Peminum Peminum Peminum remaja dengan pola asuh kurang baik
ringan sedang berat mengkonsumsi miras sudah menjadi kebiasaan
1. 0 remaja 3 remaja 4 remaja sehari-hari. Seperti yang di ungkapkan oleh
2. 0 remaja 4 remaja 22 remaja (Soetijiningsih, 2008).
3. 0 remaja 3 remaja 4 remaja Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah
Hasil memperlihatkan bahwa lingkungan suatu proses interaksi antara orang tua dan
baik ada 3 peminum sedang 4 peminum berat, anak, yang meliputi kegiatan seperti
lingkungan cukup baik 4 peminum sedang 22 memelihara, mendidik, membimbing serta
peminum berat dan lingkungan kurang baik 3 mendisiplinkan dalam mencapai proses
peminum sedang 4 peminum berat. kedewasaan baik secara langsung maupun
tidak langsung, contohnya pola asuh baik
Uji statistik yang digunakan untuk dengan cara mengasuh anak dengan
mengatahui variabel independent mana yang memberikan peraturan yang ketat sehingga
lebih erat hubunganya dengan variabel kebebasan anak bertindak atas nama diri
dependent adalah uji regresi linier. Adapun sendiri untuk melakukan hal negatif seperti
dari hasil uji statistik diperoleh nilai konsumsi miras tidak terjadi, pola asuh cukup
kecenderungan sebagai berikut : baik ditandai dengan dengan adanya
pengakuan dari orang tua agar anak diberi
Tabel 5. Faktor Dominan Pada Remaja kesempatan untuk tidak selalu bergantung
Dalam Konsumsi Miras kepada orang tua, pola asuh kurang baik orang
Varibel Koefisien tua yang mendidik anaknya dengan bebas dan
Beta anak dianggap sebagai orang dewasa, anak
Pola Asuh Orang Tua 0.001 diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk
Pergaulan Remaja 0.011 melakukan hal apa saja yang dikehendakinya.
Lingkungan Sosial 0.001 3.2. Analisis Faktor Pergaulan Pada
Kepribadian 0.001 Remaja Dalam Konsumsi Miras.
Dari hasil penelitian di lapangan fakor
pergaulan remaja yang menunjukan hasil
Berdasarkan niali koefisien beta pada
dominasi tertinggi terdapat di pergaulan
tabel diatas terlihat nilai koefisien variabel
kurang baik yaitu 28 responden (70%) pernah
faktor pendukung adalah yang paling besar,
mengkonsumsi miras, 4 remaja peminum
yang artinya variabel pola pergaulan remaja
sedang dan 24 peminum berat dibandingkan
memiliki pengaruh yang paling dominan
dengan pergaulan cukup baik yang hanya 12
terhadap konsumsi miras pada remaja di RW
remaja (30%) yang pernah mengkonsumsi
002 Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung
miras. “kelompok pemakai”, pada remaja yang
Kota Surabaya dibandingkan variabel bebas
“kecewa” dengan kondisi di dalam
lainnya.
keluarganya. Remaja sering menjadi lebih suka
untuk mengorbankan apa saja demi hubungan
3.1. Analisis Faktor Pola Asuh Orang Tua
baik dengan teman-teman sebayanya, adanya
Pada Remaja Dalam Konsumsi Miras.
ajakan atau tawaran dari teman serta
Remaja mengkonsumsi miras terjadi
banyaknya film dan sarana hiburan yang
karena adanya tekanan dari orang tua seperti
memberikan contoh “model pergaulan masa
peraturan yang mengharuskan remaja untuk
kini” biasanya mendorong remaja minum-
tetap berada di rumah setelah pulang sekolah
minuman keras secara berkelompok.
hal ini menyebabkan remaja menjadi depresi
Peneliti berpendapat bahwa kalangan
dengan adanya peraturan tersebut sehingga
remaja terjerumus minum-minuman keras
remaja menggunakan miras sebagai
pada dasarnya remaja awalnya hanya mecoba-
pelampiasan amarah, pola asuh kurang baik
coba karena keluarga atau teman-teman
terdapat 3 remaja yang mengkonsumsi miras
mengunakanya yang kemudian menjadi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 49

kebiasaan. Selain itu kurangnya pengendalian hidup sendiri tetapi dalam kelompok
diri pada remaja itu sendiri seperti kurangnya masyarakat. Individu harus mengontrol
pendalaman dan minimnya keimanan di perilakunya agar tidak mengganggu
kalangan remaja yang menjadikan muda ketentraman sosial. Kedua adalah alasan
terbawa arus yang sebetulnya banyak sekali personal, yaitu bahwa kontrol diri
segi negatifnya dalam pergaulan yang kurang membutuhkan individu untuk belajar
baik di dalam pertemanan tersebut. mengenai kemampuan, kebaikan dan hal-hal
3.3. Analisis Faktor Lingkungan Sosial lain yang diinginkan dari kebudayaan. Peneliti
Pada Remaja Dalam Konsumsi Miras. menganalisis bahwa kepribadian cukup baik
Menurut (Razak, 2009:24) faktor bisa menjadikan remaja menjadi peminum
lingkungan remaja menjadi bagian yang tidak berat, salah satu faktornya adalah sifat rendah
bisa diabaikan dalam konteks mempengaruhi diri. Rendah diri dalam pergaulan masyarakat
remaja untuk mengkonsumsi atau karena tidak dapat mengatasi perasaan tersebut
menyalahgunaan NAPZA/alkohol. maka untuk menutupi kekurangan dan agar
Peneliti menganalisis bahwa selain dapat menunjukan eksistensi dirinya, maka
lingkungan masih terdapat beberapa faktor lain remaja menyalahgunakan minuman keras
yang dapat menyebabkan remaja menjadi sehingga dapat merasa apa yang diangan-
peminum berat meski di dalam lingkungan angankan atara lain lebih aktif, lebih berani dan
sosial yang cukup baik. Stresor dalam sebagainya.
kehidupan di lingkungan merupakan kondisi 3.5. Faktor Dominan Yang Mempengaruhi
pencetus terjadinya gangguan penggunaan Pada Remaja Konsumsi Miras.
miras bagi seorang remaja, menggunakan Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
miras merupakan cara untuk mengatasi stres besar remaja yang pernah mengkonsumsi
yang di alami dalam lingkungan, contohnya miras di RW 002 Kelurahan Wiyung
kehilangan orang tua atau sesuatu yang berarti Kecamatan Wiyung Kota Surabaya. Dari
seperti : pacar, saudara, drop out dari sekolah seluruh responden yang berjumlah 40
atau pekerjaan. Penyambutan saat kerabat jauh responden semua pernah mengkonsumsi miras
yang hendak bertamu salah satu contoh untuk diantarnya 10 responden peminum sedang dan
menyambut kedatanganya adalah memberikan 30 responden peminum berat. Hasil analisis
sebuah minuman berakohol (miras) sebagai faktor yang paling dominan mempengaruhi
bentuk penghormatan untuk menyambut remaja dalam mengkonsumsi miras adalah
kedatanganya. faktor pergaulan remaja. Maka dapat
3.4. Analisis Faktor Kepribadian Pada disimpulkan bahwa 70% faktor pergaulan
Remaja Dalam Konsumsi Miras. remaja yang kurang baik adalah prosentase
Dapat diketahui dengan spesifik data hasil tertinggi dari faktor-faktor pendukung remaja
penelitian pada kepribadian seorang remaja dalam mengkonsumsi miras di RW 002
dengan kepribadian baik ada 7 remaja 3 Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung Kota
peminum sedang dan 4 peminum berat pada Surabaya. Penyebabnya adalah remaja karena
kepribadian ini remaja memiliki remaja takut ditolak dari pergaulan kelompok
kepribadian/sifat yang baik hanya saat di adanya tekanan dari teman sebaya seperti
bertemu dengan orang tua dirumah tetapi pada diajak, dibujuk ataupun diancam yang
saat di luar rumah mereka mengkonsumsi mewajibkan mereka mengkonsumsi miras
miras karena saat berada diluar rumah remaja pada saat berkumpul di akhir pekan atau pada
merasa bebas dan beranggapan bahwa tidak hari libur. Kelompok teman sebaya bagi remaja
ada yang dapat mengatur kesenangan mereka, mempunyai peranan yang cukup penting bagi
dari 40 responden 50% peminum berat dari perkembangan kepribadianya. Perananya itu
kepribadian cukup baik sedangkan 10% semakin penting terutama pada saat terjadinya
peminum berat dari kepribadian baik dan perubahan dalam struktur masyarakat pada
kurang baik. Hal ini terlihat perbedaan/selisih beberapa dekade terakhir ini yaitu, perubahan
yang jauh dari dua kepribadian tersebut. struktur keluarga, dari keluarga besar ke
Menurut Calhoun & Acocela (1976) kontrol keluarga kecil, kesenjangan antara generasi tua
diri diperlukan dengan dua alasan. Peratama dan generasi muda, ekspansi jaringan
adalah alasan sosial yaitu bahwa individu tidak komunikasi diantara kawula muda, dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 50

panjangnya masa atau penundaan memasuki 10. Hidayat, A.A. (2011). Pengantar
masyarakat orang dewasa (Yusuf, 2010:59). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Remaja yang berteman dan bergaul Salemba Medika.
setiap hari dengan teman sebaya yang 11. Kartono, Kartini. (2014). Patologi
merupakan pemakai dan penyalahgunaan Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta:
alkohol disertai kerentanan terhadap tekanan PT Raja Grafindo Persada.
dari teman sebaya adalah salah satu faktor 12. Monks. (2006). Psikologi
penyalahgunaan konsumsi miras pada remaja Perkembangan pengantar dalam
di RW 002 Kelurahan Wiyung Kecamatan berbagai bagiannya. Yogyakarta: UGM
Wiyung Kota Surabaya. press.
13. Nasir, A dan Abdul, M. (2011). Dsar
4. KESIMPULAN - Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Faktor pendukung yaitu pola asuh orang Salemba Medika.
tua, pergaulan remaja, lingkungan sosial dan 14. Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan
kepribadian pada remaja di RW 002 Kelurahan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Wiyung Kecamatan Wiyung Kota Surabaya Cipta
pada 20 Febuari 2017 berhubungan dengan 15. Puspita, Herein. (2008). Narkoba dan
konsumsi miras. Minuma Keras.
Faktor dominan yaitu faktor pergaulan (http://www.hayati.Ipb.Com/user/rudyct/
remaja yang mempengaruhi remaja di RW 002 Pps702/Herien.htm) di unduh 18 Maret
Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung Kota 2017 jam 09.00 wib
Surabaya pada 20 Febuari 2017 terdapat 16. Razak, Abdul . (2009). Remaja Dan
hubungan dengan konsumsi miras Bahaya Narkoba, Jakarta: Rineka
Cipta.
REFERENSI 17. Rumiyati, dkk. 2006. Tuntas Tuntutan
1. Ahmad, N.S. (2007). Mengenal Pati Ke Universitas. Jakarta : Graha Pustaka
Indikator Tingkah Laku Mangsa Jakarta.
Penderaan. 18. Santrock, John W. 2007. Remaja. Jilid
2. Aminudin, 2010. Bahaya Alkohol Bagi 2. Edisi ke-11. Jakarta : Erlangga
Kesehatan. Jakarta : Quadra. 19. Santrock, John W. (2009).
3. Amriel, Reza I, (2008). Psikologi Kaum Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
Muda Pengguna Narkoba. Jakarta: Erlangga.
Salemba Humanika.
4. Asmani, Jamal Ma’mur. (2012). Kiat
Mengatasi Kenakalan Remaja Di
Sekolah. Yogyakarta:Buku Biru.
5. Azwar, S. (2010). Sikap manusia teori
dan pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
6. Dapartemen Pendidikan Nadional.
(2008). Kamus Besar Indonesia (Pustaka
Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
7. Djajoesman, Noegroho. (2009). Mari
Bersatu Memberantas Bahaya
Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta:
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
8. Elly M. Setiadi dan Usman Kholip.
(2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
9. Hibbert, A.,et al . (2008). Rujukan Cepat
Psikiatri . Jakarta: EGC.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 51

PENGARUH PENDIDIKAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL ORANG TUA


TERHADAP PERILAKU TEMPER TANTRUM PADA ANAK
USIA 3-6 TAHUN DI TK ROMLY TAMIM DAERAH
PESISIR KENJERAN SURABAYA

Diyan Mutyah1), Lilik Erviani2), M. Baidlowi Mahbub³)


¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
Email : diyanmutyah@gmail.com
² Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
Email : lilikerviani@gmail.com
³Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
Email : baidlowi@gmail.com

Abstract

Emotional intelligence is the ability to recognize, understand, and manage the emotion itself so that
one can use emotions effectively, the goal is for parents to be aware of the need to hone EQ. The
purpose of research to analyze the relationship of EQ parents with Temper tantrum behavior
children aged 3-6 years. The design of this research ussed correlational analysis with Cross
Sectional approach. The parents' population in kindergarten Romly Tamim A and B, registered as a
group of 60 people. Sampling technique used Probability Sampling counted 48 respondents parents
of children aged 3-6 years. The instrument uses a questionnaire of emotional intelligence and temper
tantrums, data is normalized using Regresion Ordinal. The results showed that = 0.001 <H = 0.05
there is a relationship between the old emotional intelligence with the behavior of eye mediation in
children aged 3-6 years, with the conclusion that the higher the emotional intelligence score of the
parents hence affect the behavior of skore. Child berserk, low and the lower the emotional
intelligence score of parents then the higher the behavior of the child's behavior. The implication of
this study is the need parents awareness to hone emotional intelligence in order to achieve positive
parenting role function, so as to handle or prevent temper tantrum in children.
Keywords: Emotional intelligence parents, Temper tantrums, Education of parents, children pre
school

1. PENDAHULUAN melawan, tidak patuh, tidak mau ditolong,


Masa awal anak-anak merupakan masa dan menolak ungkapan kasih sayang. Selama
keemasan atau (The Golden ages) bagi orang awal masa ini emosi anak juga terbentuk
tua, Erik erikson menyatakan bahwa pada dengan sangat kuat,anak mulai mengenal
usia 3-6 tahun, anak sedang dalam tahapan rasa sedih, jengkel, senang dan kecewa.
perkembangan yang ketiga dari delapan Namun pada beberapa kasus, anak
tahapan perkembangan. Tahap mengalami gangguan dalam mengatur dan
perkembangan tersebut disebut inisiatif menangani emosinya seperti yang
versus rasa bersalah (initiative versus guilt) diungkapkan oleh ahli anak, bahwa kurang
(Yuniartiningsih, 2015). Pada tahap ini anak lebih 5% dari gejala-gejala yang tampak
mulai belajar dalam pemahaman dan serius yang dialami anak-anak tidak ada
pengaturan emosi. Menurut Pieter & Lubis hubungannya dengan masalah organik,
(2010) mengatakan, bahwa pandangan orang artinya, gejala-gejala itu terjadi bukan akibat
tua tentang masa awal kanak-kanak organ tubuh yang terserang penyakit tetapi
merupakan masa sulit karena hampir terkait dengan masalah emosi atau kejiwaan
sebagian anak banyak mengalami kesulitan (Ulfa, 2015).
perkembangan kepribadian dan anak sering Salah satu tugas perkembangan terkait
kali menuntut kebebasan meskipun dengan emosi yang sulit dilalui bagi orang
kebebasannya masih gagal diperoleh. Anak tua dan anak adalah Temper tantrum. Temper
berperilaku lebih bandel, keras kepala, tantrum sendiri merupakan hal yang wajar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 52

dan sangat umum terjadi. Hal ini biasanya apapun tindakan yang dilakukan oleh
terjadi pada pada anak sekitar usia 18 bulan- orangtua akan berdampak pada perilaku dan
4 tahun, namun kadang masih dapat ditemui respon anak pada masa-masa yang akan
pada anak 5-6 tahun. Pada usia ini, anak datang selanjutnya. Sehingga perlu
sedang mempelajari batasan-batasan yang pemahaman dan peran orang tua mengenai
ada disekelilingnya. Anak juga berusaha apa yang harus dilakukan dan apa yang
untuk menentang serta memperlihatkan semestinya dihindari, dari sisi pengasuhan
otonomi dan kemandiriannya (Marissa, yang salah juga bisa terjadi jika adanya
Leman & Susilowati, 2013). Saat ini peneliti kekangan, dan bujukan dari orangtua dan
masih menjumpai temper tantrum pada biasanya ini dipicu oleh keterbatasan
beberapa anak di TK Romly Tamim, orangtua untuk menangani sikap emosional
Kelurahan Bulak, Kecamatan Kenjeran, anak ketika mengalami temper tantrum itu
Kota Surabaya. Seperti kurangnya sendiri. Proses terjadinya temper tantrum
pemahaman orang tua dalam menangani dapat terjadi akibat rasa menyerah orang tua
kasus temper tantrum pada anak, orang tua dalam merawat anaknya. Frustasi dan stres
terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah bisa saja muncul dari berbagai sumber, rasa
sehingga ketika anak ingin mendapatkan marah yang tertahan pada orang tua karena
perhatian, orang tua tidak bisa memenuhi kurang kasih sayang atau karena proses
kebutuhan tersebut. kematangan yang terhambat membuat anak
Berdasarkan data dari penelitian di merasa tidak berdaya, rasa keterlambatan
Northwestern Feinberg survei dari hampir yang terus menerus pada akhirnya akan
1.500 orangtua, studi ini menemukan bahwa menekan, sehingga mereka menganggap
84% dari anak-anak usia 2-5 tahun tidak mampu berteman, berprestasi, akrab
meluapkan frustasinya dengan mengamuk dengan saudara kandung atau orang dewasa.
dalam satu bulan terakhir, dan 8,6% Stres menyebabkan aktivitas tubuh
diantaranya memiliki tantrum sehari-hari dikendalikan oleh sistem saraf simpatis,
yang justru jika itu terjadi setiap hari untuk bereaksi melawan dan menghindar
merupakan tidak normal, Wakschlag (2012). sehingga aktivitas di sistem limbic di mana
Sedangkan di Indonesia, balita yang proses mengingat terjadi dan di neokorteks
biasanya mengalami ini dalam waktu satu cerebrum tempat untuk berfikir abstrak dan
tahun, 23 sampai 83 persen dari anak usia 2 analisis terhambat (Yunianto, 2014).
hingga 4 tahun pernah mengalami temper Sehingga hal ini dapat memicu sikap anak
tantrum, (Psikologizone, 2012 dalam menjadi emosional. Meskipun Perilaku
Zakiyah, 2015). Berdasarkan hasil studi temper tantrum merupakan hal yang wajar
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terjadi namun apabila tidak di atasi akan
dengan tekhnik wawancara langsung pada mempengaruhi anak pada perkembangan
ibu-ibu kelompok usia bermain dari TK yang selanjutnya. Dan menciptakan
Romly Tamim RW 01 Kelurahan Kenjeran, kepribadian yang emosional, sehingga orang
Daerah Pesisir, Kota Surabaya, dari 5 ibu dan tua menjadi tertekan dengan kondisi anak
didapatkan laporan bahwa 3 ibu mengalami yang semakin menjadi-jadi, sejalan dengan
kasus dimana anak mereka mencerminkan iniWulansari (2015) juga
tanda-tanda spesifik dari temper tantrum mengatakan,namun perilaku temper tantrum
seperti berteriak-teriak saat mengalami tidak boleh dibiarkan apabila intensitas dan
kelelahan, menghentakkan tangan dan frekuensinya tinggi pada anak, karena akan
kakinya ke lantai dengan keras sambil mengakibatkan anak tidak mampu
disertai menangis histeris jika keinginannya mengendalikan dan meluapkan emosi secara
tidak terpenuhi, dan ibu lainnya mengatakan wajar.
anak mereka mengalami kasus serupa namun Orang tua merupakan orang pertama
masih dapat diatasi. yang menjadi pendidik, bagi anak-anaknya
Penyebab temper tantrum erat kaitannya meskipun setelah beranjak usia ± 5 tahun,
dengan kondisi lingkungan keluarga sebab nantinya mereka menyekolahkan anaknya di
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 53

lembaga pendidikan. Bukan berarti orang tua anaknya, pendidikan yang terbaik tetap saja
lepas tangan begitu saja, anak-anak sampai terletak pada orang tua, terutama orang tua
kapanpun memerlukan arahan dan yang memiliki pendidikan dan pengetahuan
bimbingan dari orang tua. Karena apabila yang baik dalam memberikan pola asuh ke
dilihat dari pentingnya orang tua bagi anaknya.
Dapat diambil kesimpulan, bahwa mengetahui ada tidaknya hubungan
elemen dari lingkungan keluarga berupa kecerdasan emosional yang dimiliki oleh
peran orang tua pada anak sangat orang tua dalam memanagement temper
mempengaruhi tahap perkembangan psikis tantrum pada anak.
bagi anak-anaknya, jika orang tua Tujuan penelitian : Untuk mengetahui
mengalami frustasi atau menyerah pada pengaruh pendidikan antara kecerdasan
masalah ini di khawatirkan temper tantrum emosional orang tua dengan temper tantrum
menjadi semakin buruk bersama masa pada anak usia 3-6 tahun di TK Romly
pertumbuhan anak. Dibutuhkan adanya Tamim, RW 01, Daerah Pesisir, Kelurahan
kesabaran dan kesadaran emosi yang baik, Kenjeran, Kota Surabaya
salah satu jenis kesadaran emosi yang baik
adalah adanya rasa empati, rasa empati 2. METODE PENELITIAN
merupakan salah satu dari indikator Desain dalam penelitian ini
kecerdasan emosional. Empati merupakan menggunakan deskriftif analitik yakni
suatu kesediaan untuk memahami perasaan mencari pengaruh pendidikan orang tuah dan
orang lain dan menyelaraskan rasa, dalam hal kecerdasan emosional orang tua dengan
ini dengan mengimplikasikan kerdasan perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6
emosional diharapkan orang tua dapat tahun, maka menggunakan rancang bangun
mengetahui penanganan dan cara menekan penelitian cross sectional, faktor income
perilaku tempertantrum anaknya sehingga yaitu pendidikan orang tua dan kecerdasan
tidak menjadi perilaku emosi yang lebih emosional pada orang tua dan faktor
buruk lagi atau masuk dalam klasifikasi outcome yaitu perilaku temper tantrum pada
berat. Seperti yang dikemukakan oleh anak, dan diidentifikasi pada satu waktu
Putriamanah (2015) juga mengenai (point time approach). Jumlah sampel
kesadaran orang tua akan emosi anaknya, sejumlah 60 orang. Pengambilan sampel
orang tua yang sadar terhadap emosinya dalam penelitian ini adalah Probability
sendiri dapat menggunakan kepekaannya Sampling dengan tekhnik Simple Random
untuk menyelaraskan diri dengan perasaan Sampling. Variabel terikat pada penelitian ini
anak-anak. Kecerdasan emosional adalah pendidikan orang tua dan kecerdasan
dibutuhkan dalam menyalurkan bakat emosional orangtua dan variabel bebas pada
kemampuan positif ibu dalam membangun penelitian ini adalah perilaku temper
kesehatan mental dan karakter yang positif tantrum.
juga pada anak-anaknya, sehingga
diharapkan orang tua dapat membantu anak 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam mengatasi ledakan amarahnya dan Proses pengambilan data dilakukan
seorang manusia tidak dapat memahami tanggal 24 April 2017 di TK Romly Tamim,
emosional orang lain jika tidak memiliki rasa RW 01, Daerah Pesisir, Kelurahan Kenjeran,
empati yang dapat mengalahkan Kota Surabaya dengan jumlah sampel 48
emosionalnya sendiri terlebih dahulu. Pada orang.
penelitian ini, peneliti bertujuan untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 54

Tabel 1. Pengaruh pendidikan orang tua ( Ayah) perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6
tahun di TK Romly Tamim
Tingkat Temper tantrum anak
Total
Pendidikan Ayah Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % N %
SMA 5 62.5% 2 25% 1 12.5% 8 100%
SMP 0 0% 6 66.7% 3 33.3% 9 100%
SD 20 64,5% 7 22.6% 4 12.9% 31 100%
Total 25 52.1% 15 31.3% 8 16.7% 48 100%
Nilai uji Regresi Ordinal : (0. 246)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 55

Tabel 1. Menunjukkan bahwa terdapat pendidikan terakhir ayah SD dan tingkat temper tantrum
yang tinggi pada anak hanya 20 orang (64.5%) dibandingkan dengan pendidikan ayah yang tingkat
pendidikan SD dan tingkat temper tantrum rendah 4 (12,9%), terdapat mayoritas pada pendidikan
terakhir ayah SMA dan temper tantrum tinggi sebanyak 5 orang (62.5%) dibandingkan dengan
pendidkan terakhir ayah SMA dan tingkat temper tantrum sedang dan rendah tidak bebeda jauh
selisih kurang lebih sebesar 1 (12.5%)
Menurut hasil ujistatistik regresi ordinal didapatkan hasil ƿ = 0.246 dimana ƿ > 0,05, tidak
terdapat pengaruh antara pendidikan terakhir ayah terhadap temper tantrun pada anak usia 3-6 Tahun
di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan ayah terhadap
temper tantrum pada anak usia 3-6 Tahun di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, Kelurahan
Kenjeran, Kota Surabaya. dikarenakan seorang ayah kurang dapat berkomunikasi dengan anak, hal
ini ditandai dengan rata-rata pekerjaan ayah adalah nelayan dan pegawai swasta dan wiraswasta
sehingga waktu yang dimiliki orang tua tidak memberikan edukasi kepada anaknnya dalam
mengendalikan temper tantrum pada anak. Temper tantrum pada anak juga dapat disebabkan karena
kurangnya komunikasi antara anak dan ayahnya.

Tabel 2. Pengaruh pendidikan orang tua (ibu) perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6
tahun di TK Romly Tamim
Tingkat Temper tantrum anak
Total
Pendidikan Ayah Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % N %
PT 0 0% 1 100% 0 0% 1 100%
SMA 9 40.9% 7 31.8% 6 27.3% 22 100%
SMP 16 100% 0 0% 0 0% 16 100%
SD 0 0% 7 77.8% 2 22.2% 9 100%
Total 25 52.1% 15 31.3% 8 16.7% 48 100%
Nilai uji Regresi Ordinal : (0. 006)

Tabel 2. Menunjukkan bahwa terdapat dengan anaknnya dan mengajarkan anaknnya


mayoritas pendidikan terakhir Ibu SMP dan bagaimana bereaksi terhadap emosi-emosi
tingkat temper tantrum yang tinggi pada anak yang normal (marah, frustasi, takut, dan
sebesar 16 orang (100 %) dibandingkan dengan jengkel) secara wajar dan bagaimana bertindak
pendidikan ibu yang tingkat pendidikan SMA tepat sehingga tidak menyakiti anak tersebut
dan tingkat temper tantrum tinggi hanya 9 diri sendiri dan orang lain ketika sedang
orang (40.9%) dan terdapat mayoritas pada merasakan emosi tersebut (Novita, 2017).
pendidkan terakhir ibu SD dan temper tantrum Pedidikan pada seorang ibu juga
sedang sebanyak 7 orang (77.8%) merupakan salah satu faktor yang dapat
dibandingkan dengan pendidkan terakhir ibu menyebabkan terjadinya temper tantrum pada
PT dan tinggi temper tantrum sedang sebesar anak di karenakan antara lain adalah faktor
1 orang (100%). komunikasi kepada anak dan faktor pola asuh
Menurut hasil ujistatistik regresi ordinal yang diterapkan oleh orang tua kepada
didapatkan hasil ƿ = 0.006 dimana ƿ ≤ 0,05 anaknya, dimana secara tidak langsung
terdapat pengaruh antara pendidikan terakhir pendidikan orang tua dapat mempengaruhi
ibu terhadap temper tantrun pada anak usia 3- temper tantrum pada anak. Temper tantrum
6 Tahun di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah pada anak, salah satunya perkembangan emosi
pesisir, Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya. anak di pengaruhi oleh pola interaksi dan pola
Hal ini dikarenakan sebagian besar komunikasi dalam keluarga. Komunikasi
pendidikan ibu masih ditergolong tinggi SMA, antara orang tua dengan anak merupakan suatu
sehingga orang tua dalam hal ini ibu hal yang sangat penting , dimana komunikasi
mempunyai waktu dapat berkomunikasi sebagai alat atau sebagai media penjembatan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 56

dalam hubungan antar sesama anggota


keluarga. Tingakt pendidikan seseorang
tersebut secara tidak langsung mampu dapat
berkomunikasi dengan baik kepada anaknnya
sehingga temper tantrum pada anak dapat
dikendalikan (Suwarni Rosa Maria, 2017).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 57

3.3. Pengaruh kecerdasan emosional orang tua dengan perilaku temper tantrum pada anak
usia 3-6 tahun di TK Romly Tamim
Tingkat Temper tantrum anak
Total
Kecerdasan Emosional Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % N %
Sangat Baik 0 0% 1 50% 1 50% 2 100%
Baik 5 29.4% 7 41.2% 5 29.4% 12 100%
Cukup Baik 20 69% 7 24.1% 2 6.9% 29 100%
Total 25 52.1% 15 31.2% 8 16.7% 48 100%
Nilai uji Regresi Ordinal : (0. 006)

Tabel 3. Menunjukkan bahwa terdapat 4. KESIMPULAN


mayoritas kecerdasan emosional yang baik dan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tingkat temper tantrum yang sedang sebesar 7 dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
orang (41.5%) dibandingkan dengan sebagai berikut :
kecerdasan emosional yang baik dan tingkat Terdapat pengaruh antara pendidikan
temper tantrum yang tinggi serta rendah hanya seorang ibu dan tidak terdapat pengaruh
5 orang (29.4%) dan terdapat mayoritas pada pendidikan seorang ayah terhadap prilaku
kecerdasan emosional yang cukup baik dan temper tantrum pada anak di TK Romly
tinggi temper tantrum tinggi sebanyak 20 orang Tamim, Kenjeran Surabaya.
(69%) dibandingkan dengan kecerdasan Terdapat pengaruh antara kecerdasan
emosional yang cukup baik dengan temper emosinal orang tua terhadap terhadap prilaku
tantrum yang rendah sebesar 2 orang (6.9%). temper tantrum pada anak di TK Romly
Menurut hasil ujistatistik regresi ordinal Tamim, Kenjeran Surabaya.
didapatkan hasil ƿ = 0.006 dimana ƿ ≤ 0,05,
terdapat pengaruh antara kecerdasan emosinal REFERENSI
terhadap temper tantrun pada anak usia 3-6 1. Aji, AP.(2012).Hubungan Kecerdasan
Tahun di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah Emosi Dan Keerdasan Spiritual Dengan
pesisir, Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya. Perilaku Prososial Guru Bimbingan Dan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada Konseling Di Kabupaten Pacitan.
pengaruh kecerdasan emosinal terhadap Fakultas Ilmu Pendidikan Psikologi
temper tantrun pada anak usia 3-6 Tahun di Yogyakarta: Skripsi
Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, 2. Chairini, N. (2013). Faktor-Faktro yang
Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya ini Berpengaruh Pada Stres Pengasuhan
dikarenakan Penyebab temper tantrum erat Pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah
kaitannya dengan kondisi lingkungan keluarga di Posyandu Kemiri Muka. Universitas
sebab apapun tindakan yang dilakukan oleh Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta:
orangtua akan berdampak pada perilaku dan Skrispsi
respon anak pada masa-masa yang akan datang 3. Dalyono, M. (2009).Psikologi
selanjutnya. Dapat di simpulkan bahwa Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
semakin tinggi kecerdasan emosional orang tua 4. Hamid, Achir Yani S, Kusman Ibrahim
maka semakin rendah temper tantrum anak. (editor). (2014). Pakar Teori Keperawatan
Menurut Mediansari (2014), hasil dan Karya Mereka edisi Indonesia
penelitiannya menunjukkan bahwa, terdapat kedelapan. Jakarta: Elsevier
hubungan antara kecerdasan emosional dengan 5. Hariyanto. (2012). Emotional Smart:
perilaku temper tantrum,di karenakan bahwa ”Mendiagnosis Anak Berperilaku
elemen dari lingkungan keluarga berupa peran Agresif”.Jurnal Pengembangan Pikiran
orang tua pada anak sangat mempengaruhi dan Kebudayaan
tahap perkembangan psikis bagi anak-anaknya, 6. Kirana, RS.(2013).Hubungan Pola Asuh
jika orang tua mengalami frustasi atau Orang Tua Dengan Temper Tantrum
menyerah pada masalah ini di khawatirkan Pada Anak Pra Sekolah.FakultaS Ilmu
temper tantrum menjadi semakin buruk Pendidikan Psikologi Universitas
bersama masa pertumbuhan anak. Semarang: Skripsi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 58

7. Mediansari, RH. (2014). Hubungan 18. Saam, Z dan Sri, Wahyuni. (2012).
Kecerdasan Emosional Orang Tua Psikologi Keperawatan, Jakarta: Rajawali
dengan Perilaku Temper Tantrum Anak Pers.
Usia Todler. Fakultas Kedokteran 19. Sadiyah, M. (2014). Hubungan
Universitas Sebelas Maret Surakarta: Kecerdasan Emosional Dengan Hasil
Skripsi Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan
8. Murti, Aprilica, Bhisma M, Nunuk S. Biologi. Universitas Negeri Semarang:
(2015).Hubungan Kecerdasan Emosi Skripsi
Dan Pola Asuh Orang Tua dengan 20. Satria, A. (2015). Politik Kelautan dan
Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Perikanan:Catatan Perjalanan dan
Akademi Kebidanan Yappi Sragen Kebijakan Era SBY hingga Jokowi.
(Relationships Parenting Emotional Jakarta: Obor
Intelligence And Parents Student 21. Siburian, R, & Haba, J. (2016).
Learning By Discipline Academy Of Konservarsi Mangrove dan
Midwifery Yappi Sragen).Indonesian Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta:
Jurnal On Medical Sciene Yayayasan Pustaka Obor Indonesia
9. Novita, Windya.(2007). Serba-Serbi Anak 22. Soetjaningsing dan Gde, R.(2012).
Yang Perlu Diketahui Seputar Anak Tumbuh Kembang Anak Edisi 2,Jakarta:
DariDalam Kandungan Hingga Masa EGC.Buku Kedokteran.
Sekolah, Jakarta : PT. Elex Media 23. Sunaryo. (2014). Psikologi Untuk
Komputindo Keperawatan. Jakarta: EGC.
10. Nurdiana, ita. (2015). Hubungan Peran 24. Suwarni, Rosa Maria. (2017). Hubungan
Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada pola komunikasi dengan kejadian temper
Anak Usia Toddler Di Wilayah RT 06 tantrm pada anak usia pra sekolah di TK
RW 12 Kelurahan Bendul Merisi Islamic Center Manado. E-Journal
Surabaya. Stikes Hang Tuah Surabaya: keperawatan (e-Kp) Vol. 5 No. 1 fakultas
Skripsi kedokteran universitas sam ratulangi
11. Nurrohmaningtyas, S. (2008).Program manado. Manado.
Studi Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya 25. Syam Subhan, (2013). Hubungan Pola
Keluarga Fakultas Pertanian Institut Asuh Orang Tua Terhadap Kejadian
Pertanian Bogor: Skripsi Temper Tantrum Anak Usia Toddler di
12. Nurtantiono, Andri. (2012). Kecerdasan PAUD Dewi Kunit Surabaya. Jurnal
Emosional Kompetensi Kepemimpinan Promkes, Vol. 1 No.2 Desember
Transformasional. Sekolah Tinggi 2013:164-169. Fakultas Kesehatan
Surakarta: Skripsi Masyarakat Uniar. Surabaya
13. Pieter, Z dan Namora, L. (2010). 26. Syamsudin.(2013). Mengenal Perilaku
Pengantar Psikologi Dalam Tantrum Dan Bagaimana Mengatasinya.
Keperawatan, Jakarta: Prenada Media. Fakultas Sosio Informasi:
14. Pudjiadi, Marissa. (2013).250 Tanya http://sinta1.ristekdikti.go.id/index.php?
Jawab Kesehatan Anak. Jakarta: page=4&ipp=10&ref=journal&mod=vie
PT.Gramedia. wjournal&journal=7218. Diunduh pada
15. Purba, Joni. (2008). Pengelolaan 14 Januari 2017 jam 14.30
Lingkungan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers 27. Ulfa, Maria.(2015). Beragam Gangguan
16. Puspitasari. (2012). Identifikasi Perilaku Paling Sering Menyerang
Manipulasi Tantrum(Studi Deskriptif) Anak,Yogyakarta : FlashBooks.
Pada Anak di KB-TK Islam Hidayatullah 28. Wahib,Abdul. (2015). Konsep Orangtua
Semarang: Jurnal Dalam Membangun
17. Putriamanah, NY. (2015). Hubungan KepribadianAnak.Sekolah Tinggi Agama
Pola Asuh Ibu Dengan Temper Tantrum Islam Ma’arif Magelang
Pada Anak Usia 2-4 Tahun di Pos 29. Wahyuningrum, Enjang.(2013). Perilaku
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Temper Tantrums pada Anak Usia Dini
Tunas Bhakti Kota Surakarta.Universitas Ditinjau Dari Teori Ekologi
Sebelas Maret Surakarta: Skripsi Brofenbrenner (Sebuah Studi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 59

Kasus).Fakultas Psikologi Universitas


Kristen Satya Wacana: Skripsi
30. Wulansari. (2014). Identifikasi Perilaku
Tantrum Anak Usia 5-6 Tahun Di TK
Marditama. Fakultas Pendidikan Paud:
Skripsi
31. Wylldan, (2015).Gambaran Status
Kesehatan Jiwa Pada Anak Usia Pra
Sekolah di Semarang.Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang: Skripsi
32. Yunianto.(2015).Pengaruh Senam Otak
terhadap Perilaku Temper Tantrum pada
Anak Usia Prasekolah di TK Al Ikhlas
Nglempongsari Ngaglik Sleman. Fakultas
Ilmu Keperawatan Yogyakarta: Skripsi
33. Yuniartiningsih. (2015). Gambaran
Perkembangan Psikososial Anak Usia 3-6
Tahun Di Panti Sosial Asuhan Anak
Balita Tunas Bangsa Cipayung.
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta:
Skripsi
34. Zainuren, YRU.(2013). Peranan Orang
Tua Terhadap Penanaman Nilai
Kejujuran Anak Dalam Lingkungan
Masyarakat Di Dsusun 1 Dan 2 DesA
Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun
2013.Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Lampung: Skripsi
35. Zakiyah, Nisaus. (2015). Hubungan Pola
Asuh Orang Tua Dengan Kejadian
Temper Tantrum Pada Anak Usia Toddler
Di Dukuh Pelem Kelurahan Batu Retno
Banguntapan Bantul. Fakultas Bidan
Pendidikan Jenjang D IV: Skripsi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 60

ANALISIS FAKTOR RISIKO KOMPLIKASI KEHAMILAN TRIMESTER III


Agustin Dwi Syalfina
Prodi D3 Kebidanan, STIKes Majapahit
email: agustinpipin2@gmail.com

Abstract

Mortality maternal is unacceptably high in worldwide. Women die caused pregnancy complications
or childbirth about 303.000. The major complications that account for nearly 75% of all maternal
death are severe bleeding, infections, pre eclampsia and eclampsia, complications from delivery,
unsafe abortion. The purpose of this study to analyze risk factor of pregnancy complications in third
trimester. Design of study was cross sectional and population was pregnant women of third trimester
eho have pregnancy complication and no pregnancy complication. Data was collected by using
questionnaire. Data analyzed by using chi square and binary logistic test. Result of bivariate test
that occupation of mother (P value=0,014; RP=3,273; 95%CI 1,291-8,295), family income (P
value=0,007; RP=3,747; 95%CI 1,476-9,515), family support (P value=0,042; RP=2,787; 95%CI
1,119-6,944), quality of attend antenatal care (P value=0,024; RP=3,067; 95%CI 1,225-7,681),
quality of antenatal care (P value=0,006; RP=4,219; 95%CI 1,577-11,285) are significant
increased risk of pregnancy complications. Multivariate shows that dominant risk factor are
significant with pregnancy complications are occupation of mother, family income and husband
support. Preventable to reducing prevalence of pregnancy complications with equalities in acces
antenatal care services, improving quality of antenatal care and health education about sign of
pregnancy complications
Keywords: risk factor, complication of pregnancy, antenatal care, cross sectional

1. PENDAHULUAN ibu di beberapa wilayah di dunia menunjukkan


Angka kematian ibu di dunia sangat tinggi ketidakmerataan dalam menjangkau akses
khususnya di Negara berkembang. Kematian pelayanan kesehatan karena kesenjangan
ibu karena komplikasi kehamilan atau dalam segi status ekonomi, letak geografis
persalinan sebesar kurang lebih 830 wanita di tempat tinggal. Risiko kematian ibu hamil
seluruh dunia setiap hari. Diperkirakan pada paling tinggi adalah kehamilan pada remaja
tahun 2015, sekitar 303.000 wanita meninggal usia di bawah 15 tahun dkarena komplikasi
selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada kehamilan dan persalinannya (WHO,
Beberapa Negara sejak tahun 1990 telah 2016).
melakukan upaya penurunan angka kematian Wanita meninggal akibat komplikasi
ibu. Antara tahun 1990 dan 2015, angka selama dan setelah kehamilan dan persalinan.
kematian ibu di seluruh dunia turun sekitar Sebagian besar komplikasi ini berkembang
44% atau kurang lebih hanya 2,3% per tahun. selama kehamilan dan sebagian besar dapat
Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di dicegah atau diobati. Komplikasi lain mungkin
negara berkembang. Lebih dari setengah ada sebelum kehamilan namun memburuk
kematian di dunia terjadi di sub Sahara Afrika selama kehamilan, terutama apabila tidak
dan hampir sepertiga di Asia Selatan (WHO, dilakukan penanganan dan perawatan pada
2016). wanita tersebut. Komplikasi utama yang
Perbandingan angka kematian ibu di menyebabkan hampir 75% kematian maternal
negara berkembang dan Negara maju jauh adalah perdarahan, pre eklamsia/eklamsia,
sangat berbeda pada tahun 2015 adalah 239 per infeksi, komplikasi persalinan dan unsafe
100.000 kelahiran hidup dibandingkan 12 per abortion.
100.000 kelahiran hidup. Tingginya angka
kematian ibu di Negara berkembang seiring
dengan tingginya kehamilan dibandingkan
dengan Negara maju kehamilan pada wanita
lebih rendah. Perbedaan rasio angka kematian
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 61

45
40
35
30
25
20 2010
15
10 2011
5
0 2012
Perdarahan Hipertensi Infeksi Partus lama Abortus Lain-lain
2010 35,1 21,5 5,8 1 4,2 32,2 2013
2011 31,9 24,7 5,5 1,1 4,7 32,3
2012 30,1 26,9 5,6 1,8 1,6 34,5
2013 30,3 27,1 7,3 0 0 40,8

Sumber:InfoDatin,2014
Gambar 1 Penyebab Kematian Ibu Di indonesia

Angka kematian ibu di Indonesia telah masa nifas, perawatan bayi, perawatan khusus
mengalami penurunan dari tahun 1991 sampai dan rujukan untuk ibu dengan komplikasi
dengan 2007 adalah 390 per 100.000 kelahiran kehamilan dan persalinan serta pelayanan
hidup menjadi 229 per 100.000 kelahiran keluarga berencana. Penelitian ini bertujuan
hidup. angka ini kembali mengalami untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi
peningkatan pada tahun 2012 sebesar 359 per kejadian komplikasi kehamilan pada trimester
100.000 kelahiran hidup dan diturunkan lagi III di Kabupaten Mojokerto.
pada tahun 2015 menjadi 305 per 100.000
kelahiran hidup. Meskipun capaian kematian 2. KAJIAN LITERATUR
ibu menurun namun angka tersebut jauh dari 2.1. Konsep kehamilan
target Millennium Development Goals Menurut Manuaba, 2010 Kehamilan
(MDGs) 2015 sebesar 102 per 100.000 adalah proses yang dimulai dari sel telur yang
kelahiran hidup dan 70 per 100.000 kelahiran matang atau berovulasi lalu bertemu dengan
hidup target Suistanable Development Goals spermatozoa sehingga terjadi pembuahan dan
pada tahun 2030 (Pusdatin, 2016). Penyebab pertumbuhan. Zigot kemudian
utama kematian ibu pada tahun 2010 sampai bernidasi/menempel di dinding uterus dan
dengan 2013 adalah perdarahan dan penyebab pembentukan plasenta. Tahap akhirnya adalah
lain (penyakit penyerta seperti kanker, ginjal, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
jantung, Tuberculosis dan penyakit lain yang Kehamilan adalah kehamilan normal yang
diderita ibu) sedangkan penyumbang kematian berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari
paling rendah disebabkan oleh partus lama. (Lowdermilk D. L., 2013). Proses kehamilan
Menurut Kartiningrum, 2014 bahwa dimulai dari konsepsi. Konsepsi adalah
komplikasi kehamilan merupakan faktor yang bersatunya sel telur (ovum) dan sperma.
berpengaruh terhadap kejadian kematian ibu Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama
selain faktor pertolongan persalinan dan 40 minggu atau 280 hari dihitung dari pertama
pelayanan nifas. Pada tahun 1990 di Indonesia terakhir haid. Karena dihitung mulai tanggal
dilakukan upaya penurunan kematian ibu konsepsi usia kehamilan 38 minggu
Melalui program Safe Motherhood Initiative (Lowdermilk D. L., 2013). Fertilisasi diawali
dilanjutkan program gerakan sayang ibu, dengan terjadinya pembuahan.Ribuan
Expanding Maternal and Neonatal Survival spermatozoa yang menemukan jalan menuju
(EMAS). Upaya penurunan angka kematian uterus, hanya satu yang dapat mencapai tuba
ibu dilakukan untuk mempermudah ibu untuk fallopi. Spermatozoa akan mempertahankan
memperoleh akses pelayanan kesehatan mortalitasnya dalam organ reproduksi wanita
berkualitas, seperti pelayanan kesehatan selama 24 jam. Fertilisasi oleh spermatozoa
kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan terjadi di tuba fallopi tidak lebih dari 2 menit.
terlatih dengan fasilitas lengkap, perawatan Saluran reproduksi akan di buang melalui
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 62

reproduksi saat spermatozoa bergenerasi, sel 2). Infeksi bakteri ; meliputi Streptokokus
darah putih akan difagositosis spermatozoa. grup A, Streptokokus grup B, Listeriosis,
Spermatozoa disiapkan untuk di membuahi Salmonella, Shigella, Mourbus Hansen.
oleh ovum setelah spermatozoa memasuki 3). Infeksi protozoa; meliputi
salauran reproduksi wanita akan mengalami Toksoplasmosis, Amubiasis, amubiasis,
perubahan. Mekanisme ini melibatkan infeksi jamur.
pelepasan membrane plasma bagian atas dan Penyebab infeksi tesebut menyebabkan
membrane akrosom bagian luar, yang toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus,
melepaskan enzim. herpes, HIV/AIDS, hepatitis, varicella, infeksi
Enzim ini dibutuhkan untuk lapisan saluran pernafasan yang dapat menyebakan
pelindung dari ovum sebelum kelainan kongenital pada bayi
fertilisasi.Fertilisasi terjadi pada ampula tuba. 1. Anemia
Pada saat sperma dapat masuk menembus Anemia adalah keadaan dengan kadar
membrane dan membrane tidak akan bias haemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah
menembus sperma lain. Pembelahan miosos yang lebih rendah dari normal, sebagai akibat
kedua oleh oosit sekunder kemnudian selesai dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
dan inti ovum akan menjadi pronukleus wanita. makanan esensial yang dapat mempengaruhi
Kepala sperma akan membesar membentuk timbulnya defisiensi tersebut. Anemia adalah
pronunkleus pria dan ekornya akan kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)
bergenerasi. Kedua inti akan menyatu dan dalam darahnya kurang dari 12 gr%.
kromosomnya bergabung sehingga jumlah Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kromosom kembali diploid. Bersatunya inti kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
spermatozoa dan inti sel telur akan tumbuh dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
menjadi zigot, zigot mengalami pertumbuhan kadar <10,5 gr% pada trimester II.
dan perkembangan melalui 3 tahap selam 2. Ketuban Pecah Dini
kurang lebuh 280 hari tahap meliputi tahap Ketuban pecah dini adalah keadaan
implantasi, periode embrionik dan periode pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
fetus(Manuaba, 2010). Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
2.2. Komplikasi kehamilan kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban
Beberapa komplikasi kehamilan yaitu : pecah dini pada kehamilan prematur. Ketuban
1. Perdarahan antepartum pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan terdapat atau dimulainya tanda inpartu dan
pervaginam yang terjadi sebelum bayi setelah ditunggu satu jam belum ada tanda
lahir. Perdarahan yang terjadi sebelum inpartu (Manuaba, 2010)
kehamilan 28 minggu seringkali Faktor yang mempengaruhi komplikasi
berhubungan dengan aborsi atau kelainan. kehamilan :
Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu 1. Usia
dapat disebabkan karena Perdarahan Usia merupakan komponen dari status
antepartum meliputi solusio placenta, reproduksi wanita. Usia reproduksi dibagi
placenta previa, abruption placenta, menjadi < 20 tahun, 20-35 tahun dan > 35
rupture uteri tahun. Kelompok ibu berumur 20-30 tahun
2. Hipertensi Dalam Kehamilan angka kematian ibu lebih rendah dibanding
Hipertensi dalam kehamilan dengan kelompok ibu berumur kurang dari 20
meningkatkan morbiditas dan mortalitas tahun, dan dibanding dengan Resiko kematian
ibu pada kelompok umur dibawah 20 tahun dan
3. Infeksi dalam kehamilan pada kelompok umur diatas 35 tahun dimana
Secara umum infeksi dalam kehamilan tiga kali lebih tinggi dari kelompok umur
berdasarkan penyebabnya dikelompokan reproduksi sehat
menjadi tiga penyebab, yaitu : 2. Jarak kehamilan
1). Infeksi Virus ; meliputi varisella zooster, Jarak kehamilan di bagi menjadi 2 yaitu <
influenza, parotitis, rubeola, virus 2 tahun dan ≥ 2 tahun. Jarak kehamilan terlalu
pernafasan, enterovirus, parfovirus, dekat dengan kehamilan sebelumnya (> 2
rubella, cytomegalovirus. tahun), meningkatkan risiko bagi baik ibu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 63

maupun janin. Organ reproduksi yang belum serta rujukan bila diperlukan, persiapan
berfungsi dengan sempurna seperti rahim persalinan yang bersih dan aman serta
akibat persalinan sebelumnya belum bisa perencanaan antisipatif dan persiapan dini
memaksimalkan pembentukan cadangan untuk melakukan rujukan jika terjadi
makanan bagi janin dan untuk ibu sendiri komplikasi.
3. Pekerjaan Berdasarkan latar belakang masalah,
Pekerjaan ini untuk menggambarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual,
status ekonomi wanita. Hal ini mempengaruhi hipotesis penelitian ini adalah:
kemampuan mereka untuk membeli makanan Ada pengaruh paritas, jarak kehamilan, umur,
yang bergizi, rumah yang layak dan pelayanan pendapatan keluarga, pekerjaan, dukungan
kesehatan. Kemiskinan meningkatkan resiko suami, dukungan keluarga, kualitas antenatal
untuk sakit dan disabilitas. Ibu hamil yang care, kualitas kunjungan antenatal care,
sangat rentan adalah yang tidak mempunyai kualitas pelayanan antenatal care yang didapat
asset, sedikit atau tidak ada tabungan dan terhadap Komplikasi kehamilan pada trimester
merupakan bagian dari keluarga yang sedikit III di kabupaten Mojokerto.
atau pendapatan rendah.
4. Antenatal care 3. METODE PENELITIAN
Antenatal care (pengawasan masa Penelitian ini merupakan penelitian
kehamilan) merupakan pengawasan kesehatan analitik observasional dengan pendekatan
selama masa kehamilan sehingga apabila ada Cross sectional. Penelitian dilakukan pada
tanda-tanda kelainan fisik atau psikologis pada bulan Maret-Juni 2015 di Kabupaten
dapat segera ditanggulangi, untuk menghindari Mojokerto. Populasi adalah semua ibu
resiko semaksimal mungkin baik ibu maupun trimester III yang mengalami Komplikasi
bayi. Kunjungan antenatal sebaiknya paling kehamilan (preeklampsi, pendarahan
sedikit 4 kali selama kehamilan : antepartum, anemia, ketuban pecah dini) dan
a. Satu kali pada triwulan pertama tidak mengalami Komplikasi kehamilan
Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk (preeklampsi, pendarahan antepartum, anemia,
penapisan dan pengobatan anemia, ketuban pecah dini) di Kabupaten Mojokerto.
perencanaan persalinan, pengenalan Data populasi kasus dan control diperoleh dari
komplikasi akibat kehamilan dan Rumah Sakit.. Besar sampel sebesar 80
pengobatannya responden denganTehnik pengambilan sampel
b. Satu kali pada triwulan kedua adalah Simple Random Sampling, dengan cara
Kunjungan II (24-28 minggu) dilakukan pengambilan sampel dari anggota populasi
untuk pengenalan komplikasi akibat kehamilan dengan menggunakan acak (lotre) tanpa
dan pengobatannya, penapisan pre eklampsia, memperhatikan strata pada anggota populasi.
gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran Pengumpulan data primer diperoleh melalui
perkemihan, MAP, mengulang perencanaan wawancara dengan menggunakan kuesioner
persalinan. dan dokumentasi. Data sekunder yang
c. Dua kali pada triwulan ketiga diperoleh dari Rumah sakit dan buku KIA.
Kunjungan III (32 minggu) dilakukan Analisis data menggunakan analisis univariat,
untuk pengenalan komplikasi akibat kehamilan bivariat, dan multivariat dengan uji Chi square
dan pengobatannya, penapisan pre eklampsia, dan regresi logistik dengan tingkat kemaknaan
gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran sebesar 5% (α=0,05). Penentuan variabel yang
perkemihan, MAP, mengulang perencanaan paling dominan dilakukan melalui nilai Risk
persalinan. Prevalence (RP), variabel yang mempunyai
Kebijakan teknis pelayanan antenatal nilai RP tertinggi, maka disebut sebagai
setiap kehamilan dapat berkembang menjadi variabel yang paling dominan pengaruhnya
masalah atau komplikasi setiap saat. Itu dengan Komplikasi kehamilan di Kabupaten
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan Mojokerto.
pemantauan selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
bertujuan untuk mengupayakan kehamilan Karakteristik responden yang diteliti pada
yang sehat, melakukan penatalaksanaan awal penelitian ini meliputi umur, pekerjaan ibu,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 64

paritas, jarak kehamilan, pendapatan keluarga kualitas pelayanan antenatal care yang didapat
sedangkan data khusus meliputi dukungan ibu hamil. Komplikasi kehamilan responden
suami, dukungan keluarga, kualitas antenatal meliputi pre eklamsia, anemia, ketuban pecah
care, kualitas kunjungan antenatal care, dini.

Tabel 2. Uji Multivariat Pengaruh Umur, Pekerjaan, Pendapatan Keluarga, Paritas, Jarak
Kehamilan, Dukungan Keluarga, Dukungan Suami, Kualitas Antenatal Care,
Kualitas Kunjungan Antenatal Care, Kualitas Pelayanan Antenatal Care Yang Di
Dapat Terhadap Kejadian Komplikasi Kehamilan Trimester III Di Kabupaten
Mojokerto Tahun 2015
Variabel perancu RP 95%CI p value
Umur
Berisiko
1,428 0,307-6,647 0,650
(<20 tahun atau >35 tahun)
Tidak berisiko
(20 - 35 tahun)
Pekerjaan
Bekerja 12,706* 2,366-68,234 0,003
Tidak Bekerja
Pendapatan keluarga
< UMR 28,885* 4,753-175,553 0,000
≥UMR
Paritas
Berisiko (primigravida dan grandemulti) 3,156 0,614-16,212 0,619
Tidak berisiko (multigravida)
Jarak Kelahiran
Berisiko (Anak pertama dan < 2 tahun) 4,661 0,924-23,529 0,062
Tidak berisiko (≥ 2 tahun)
Dukungan suami
Kurang mendukung 5,456* 1,009-29,502 0,049
Mendukung
Dukungan keluarga
Kurang mendukung 3,731 0,743-18,746 0,110
Mendukung
Kualitas kunjungan antenatal care
Kurang baik 6,169 0,973-39,101 0,053
Baik
Kualitas Pelayanan antenatal care
Kurang baik 18,343 0,867-387-852 0,062
Baik
Kualitas antenatal care
Kurang baik 4,231 0,172-103,785 0,377
Baik
Pseudo R²= 0,600

Berdasarkan usia, 75% responden berusia berisiko sebesar 80% dan 68,6%. Uji bivariat
20-35 tahun dan 25% berusia kurang dari 25 antara umur terhadap kejadian komplikasi
tahun serta lebih dari 35 tahun. Kejadian kehamilan trimester III menunjukkan umur
komplikasi kehamilan pada ibu dengan usia tidak berisiko terhadap kejadian komplikasi
berisiko memiliki proporsi yang sama yaitu kehamilan trimester III (P value=0,301;
20% dan 31,4 %. Begitu pula pada usia tidak RP=1,834; 95%CI 0,196-1,514). Usia 20-35
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 65

tahun merupakan usia reproduksi sehat karena pemenuhan kebutuhan pokok, tanpa
baik untuk kehamilan dan persalinan. Ibu memikirkan kebutuhan untuk dapat
dengan kehamilan pada usia <20 tahun dan >35 m0enjangkau pelayanan kesehatan bagi
tahun akan berisiko tinggi pada ibu maupun dirinya dan bayi. Hal ini berbeda dengan ibu
bayi. Kehamilan <20 tahun menyebabkan hamil dengan pendapatan keluarga lebih dari
komplikasi karena kondisi fisik ibu belum yang sama dengan UMR karena kebutuhan pokok
belum matur untuk menghadapi kehamilan. bisa terpenuhi akan akan lebih banyak
Kehamilan akan berlangsung aman pada usia mempertimbangkan untuk menjangkau
20-35 tahun, setelah itu risiko meningkat pelayanan kesehatan dengan fasilitas lengkap.
kembali sesudah usia 35 tahun. Hasil ini sesuai Penelitian Puti sari dkk, 2014 juga
dengan penelitian ariyani dkk, 2016 bahwa menunjukkan bahwa sosial ekonomi keluarga
tidak ada hubungan antara umur dengan mempengaruhi risiko kehamilan.
kejadian anemia pada trimester III. Paritas responden memiliki proporsi
47,5% responden memiliki pekerjaan sama antara paritas berisiko dan tidak berisiko
selain menjadi ibu rumah tangga dan 52,5% sebesar 50%. Responden dengan paritas
hanya sebagai ibu rumah tangga. 60% ibu yang berisiko 55,3% dengan komplikasi kehamilan
memiliki beban ganda (bekerja mendapatkan dan 45,7% tidak mengalami komplikasi
upah dan ibu rumah tangga) mengalami kehamilan. Proporsi yang sama kejadian
kejadian komplikasi kehamilan dan 40% ibu kompliksai kehamilan antara paritas berisiko
rumah tangga dengan komplikasi kehamilan. dan tidak berisiko dan dibuktikan juga dengan
Uji bivariat antara pekerjaan terhadap kejadian Uji bivariat sehingga paritas bukan merupakan
komplikasi kehamilan trimester III faktor risiko kejadian komplikasi kehamilan
menunjukkan pekerjaan berisiko terhadap trimester III (P value=0,652; RP=1,357;
kejadian komplikasi kehamilan trimester III (P 95%CI 0,559-3,292). Kehamilan berisiko
value=0,014; RP=3,273; 95%CI 1,291-8,295). adalah anak pertama dan persalinan anak
Pekerjaan yang ganda pada ibu hamil keempat atau lebih karena pada anak pertama
mempengaruhi sirkulasi darah dalam tubuh belum adanya pengalaman dalam adaptasi
dan disertai perubahan seiring bertambahnya terhadap perubahan fisik dan psikis
usia kehamilan akibat adanya kehamilan akan meningkatkan kecemasan dalam menghadapi
berdampak kerja jantung tekanan dari kehamilannya sedangkan pada anak keempat
pembesaran rahim. Semakin bertambahnya atau lebih adanya kemunduran daya lentur
usia yang semakin bertambah dalam rangka (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali
memenuhi kebutuhan selama proses diregangkan kehamilan, sehingga menurunnya
kehamilan. Beban kerja jantung yang terlalu kekuatan ibu dalam menjalani kehamilannya.
berat berdampak komplikasi pada kehamilan Hal tersebut meningkatkan komplikasi dalam
ibu seperti pre eklamsia. Hasil penelitian tidak kehamilan ibu. Hasil ini tidak sejalan dengan
sejalan dengan penelitia Li Xi Zhang et el, dengan penelitian Bilano et al, 2014 bahwa
2017 yaitu pekerjaan ibu berpengaruh secara paritas berisiko terhadapa kejadian pre
signifikan terhadap kejadian ketuban pecah eklamsia. Ibudengan kehamilan pertama 2,04
prematur pada umur kehamilan lebih dari sama kali berisiko mengalami pre eklamsia.
dengan 28 minggu. 40% responden memiliki jarak
55% responden dengan pendapatan kehamilan kategori berisiko dan 60% dengan
keluarga <UMR dan 45% ≥UMR. Responden kategori tidak berisiko. Responden dengan
dengan pendapatan keluarga <UMR 68,9% jarak kehamilan berisiko 46,7% dengan
dengan komplikasi kehamilan dan 37,1% tidak komplikasi kehamilan dan 31,4% tidak
mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat
antara pendapatan keluarga terhadap kejadian antara jarak kehamilan terhadap kejadian
komplikasi kehamilan trimester III komplikasi kehamilan trimester III
menunjukkan pendapatan keluarga berisiko menunjukkan tidak berisiko terhadap kejadian
terhadap kejadian komplikasi kehamilan komplikasi kehamilan trimester III (P
trimester III (P value=0,007; RP=3,747; value=0,250; RP=1,909; 95%CI 0,758-4,806).
95%CI 1,476-9,515). Ibu hamil berpendapatan Jarak kehamilan supaya kehamilan
keluarga kurang dari UMR mengutamakan berlangsung aman minimal 2 tahun, karena
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 66

dalam waktu 2 tahun diharapkan sudah stress dalam menghadapi setiap perubahan
mampu memulihkan tubuh ibu dari kebutuhan kehamilannya. Hal tersebut menyebabkan
ekstra pada kehamilan dan laktasi. Jarak komplikasi kehamilan dan persalinan pada
kehamilan yang terlalu dekat (< 2 tahun) didukung dengan tidak terjangkaunya
menyebabkan risiko tinggi pada kehamilan ibu pelayanan kesehatan sehingga terlambatnya
karena berisiko terjadi anemia pada kehamilan deteksi dini komplikasi. Menurut Fahira dan
dan perdarahan. Jarak kehamilan yang terlalu Arifuddin kunjungan antenatal care 7,933 kali
panjang (≥5 tahun) meningkatkan risiko berisiko terhadap kejadian pre eklampsia, perlu
kejadian preeklampsi atau eklampsi, diabetes dukungan baik dari keluarga dan suami untuk
gestasional trimester ketiga dan juga kematian dapat ibu hamil meningkatkan kualitas
maternal, sehingga ibu dengan jarak kehamilan kunjungan antenatal care. Penelitian Kartia
berisiko perlu mendapatkan pemantauan yuni dkk, 2017 menunjukkan dukungan sosial
khusus selama pemeriksaan antenatal care. untuk ibu hamil berpengaruh terhadap
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian keaktifan ibu mengikuti kelas ibu hamil. Kelas
Meseret et al, 2013 bahwa jarak kehamilan ibu hamil bertujuan untuk mengurangi faktor
merupakan faktorrisiko terjadinya anemia pada risiko penyebab kematian ibu.
trimester III. 3,835 kali anemia berisiko pada Berdasarkan kualitas antenatal care
kehamilan dengan jarak 3 tahun dan 4,290 kali dilihat dari kualitas kunjungan antenatal care
anemia terjadi pada trimester III. Semakin dan kualitas pelayanan antenatal care. 52,5%
bertambah usia kehamilan risiko anemia responden kurang baik kualitas kunjungan
semakin besar. antenatal care dan 47,5% kualitas antenatal
Berdasarkan dukungan dibagi menjadi 2 care kategori baik. Kualitas kunjungan
yaitu dukungan suami dan dukungan keluarga. antenatal care kategori kurang baik 64,4%
41,2% responden suami kurang mendukung dengan komplikasi kehamilan dan 37,1% tidak
ibu dalam menghadapi kehamilan dan 58,8% mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat
suami mendukung ibu. Dukungan suami dalam antara kualitas kunjungan antenatal care
kategori kurang terhadap ibu hamil 48% berisiko terhadap komplikasi kehamilan
dengan komplikasi kehamilan dan 42,9% tidak trimester III (P value=0,024; RP=3,067;
mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat 95%CI 1,225-7,681). Berdasarkan kualitas
antara dukungan suami terhadap kejadian pelayanan antenatal care 41,2% responden
komplikasi kehamilan trimester III mendapatkan pelayanan pemeriksaan
menunjukkan tidak berisiko terhadap kehamilan dalam kategori kurang dan 58,8%
komplikasi kehamilan trimester III (P mendapatakan kualitas pelayanan antenatal
value=0,822; RP=1,124; 95%CI 0,363-2,179). care dalam kategori baik. Responden dengan
51,3% responden keluarga ibu hamil kurang Kualitas pelayanan antenatal care dalam
mendukung dalam menghadapi kehamilan dan kategori kurang 55,6% dengan komplikasi
48,7% keluarga mendukung. Dukungan kehamilan dan 22,9% tidak mengalami
keluarga dalam kategori kurang terhadap ibu komplikasi kehamilan. Uji bivariat
hamil dalam menghadapi kehamilan 62,2% menunjukkan kualitas pelayanan antenatal
dengan komplikasi kehamilan dan 37,1% tidak care berisiko terhadap komplikasi kehamilan
mengalami komplikasi kehamilan. Uji bivariat trimester III (P value=0,006; RP=4,219;
menunjukkan dukungan keluarga berisiko 95%CI 1,577-11,285). Kualitas kunjungan
terhadap komplikasi kehamilan trimester III (P antenatal care dilihat dari aspek
value=0,042; RP=2,787; 95%CI 1,119-6,944). keteraturannya dengan standar minimal 1 kali
Dukungan suami dan keluarga penting pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2, 2 kali
dibutuhkan ibu hamil dalam menghadapi pada trimester 3. Kunjungan antenatal care
kehamilannya sehubungan dengan pemenuhan responden sebagian besar lebih dari 4 kali
kebutuhan fisik, psikis dan pemanfaatan tetapi tidak dilakukan sesuai standar pada tiap
pelayanan antenatal care. Dukungan keluarga trimester. Kualitas pelayanan antenatal care
yang kurang berdampak tidak terpenuhinya dilihat dari Pemeriksaan fisik, pemeriksaan
kebutuhan fisik untuk pertumbuhan janin dan laboratorium, pendidikan atau penyuluhan
kesehatan ibu serta dari segi psikis kesehatan, pemberian tablet fe dan konseling.
menyebabkan kecemasan atau meningkatkan Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran berat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 67

badan, tekanan darah, anemia, besar uterus, REFERENSI


inspeksi vagina dan denyut jantung janin. 1. A Fahira, A Arifuddin. 2017. “Faktor
Pemeriksaan laboratotium meliputi Risiko Kejadian PreEklampsia Pada Ibu
pemeriksaan hemoglobin, albumin urine, Hamil Di RSU Anutapura Kota Palu.
glukosa urine, syphilis, HIV dan darah Jurnal Kesehatan Tadulako. Volume 3,
lengkap. Aspek pendidikan kesehatan yang No.2
harus didapat ibu hami tentang tanda bahaya 2. Ariyani, Rizqi , Dwi Sarbini .
kehamilan, imunisasi, nutrisi kehamilan, 2016. “Faktor-Faktor Yang
penyakit infeksi menular seksual, kebiasaan Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada
dan zat merugikan, PMTCT. Terapi obat yang Ibu Hamil Trimester Iii Di Wilayah Kerja
didaptkan ibu adalah tablet Fe dan harus Puskesmas Mojolaban, Kabupaten
mendapatkan konseling kunjungan ulang. Sukoharjo”. Skripsi, Universitas
Antenatal care ibu hamil bertujuan untuk Muhammadiyah Surakarta.
mengidentifikasi wanita yang berisiko http://eprints.ums.ac.id/42421/
sehingga pola asuhan yang tepat dapat 3. ED Kartiningrum, Nur saidah. 2014.
direncanakan untuk kehamilan oleh “Faktor Yang Mempengaruhi Kematian
professional yang tepat. Pengkajian risiko Ibu Di Propinsi Jawa Timur Tahun 2010”.
harus berkelanjutan sehingga penyimpangan Jurnal Hospital Majapahit, Vol.6 No.1
dari normal atau terjadinya komplikasi dapat 4. Infodatin. 2014. “ Situasi Kesehatan Ibu”.
diidentifikasi pada setiap tahap kehamilan dan Jakarta: Kemenkes RI
dibuat rujukan untuk mendapatkan asuhan 5. Kartiayuni, Ayu, Kusuma Estu Werdani.
yang tepat. Namun berbeda dengan penelitian 2017. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Ariyani dkk, 2016 antenatal care tidak Dengan Keaktifan Ibu Hamil Dalam
berhubungan dengan anemia kehamilan tetapi Kelas Ibu Hamil Di Puskesmas Sangkrah
penelitian ini sejalan dengan hasil Meseret et al Kota Surakarta”. Skripsi. Universitas
kunjungan antenatal care berpengaruh muhammadiyah surakarta
signifikan terhadap kejadian anemia ibu hamil 6. http://eprints.ums.ac.id/57524/
pada trimester III. 7. Li Xi ZHANG, YANG SUN, Hai Zhao,
Berdasarakan uji multivariate Na Zhu, Xing De Sun, Xing Jin, Ai Min
menunjukkan bahwa pekerjaan ibu, Zou, Yang Mi, Ji Ru Xu. 2017. “A
pendapatan keluarga dan dukungan suami Bayesian Stepwise Discriminant Model
merupakan faktor risiko paling dominan For Predicting Risk Factors Of Preterm
terhadap kejadian komplikasi kehamilan pada Premature Rupture Of Membranes: A
trimester III dengan nilai R2 square 0,600 Case Control Study”. Chinese medical
artinya 60% komplikasi kehamilan journal. Volume 130, no.2
dipengaruhi oleh umur ibu, pekerjaan ibu, 8. Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., Cashion,
pendapatan keluarga, paritas, jarak kehamilan, K. 2013. “Keperawatan Maternitas (8 ed.,
dukungan suami, dukungan keluarga, kualitas Vol. 1)”. Singapura: ELSEVIER
kunjungan antenatal care, kualitas pelayanan MOSBY.
antenatal care dan 40% dijelaskan oleh faktor 9. Manuaba. 2010. “Ilmu kebidanan,
lainnya. penyakit kandungan dan KB untuk
pendidikan bidan”. Jakarta: monica ester.
5. KESIMPULAN 10. Meseret Alem, Bamlaku Enawgaw ,
Berdasarkan uji bivariat pekerjaan ibu, Aschalew Gelaw , Tigist Kena ,
pendapatan keluarga, dukungan keluaraga, Mohammed Seid , Yadessa Olk. 2013.
kualitas kunjungan antenatal care, kualitas “Prevalence of anemia and associated risk
pelayanan antenatal care berisiko terhadap factors among pregnant women attending
komplikasi kehamilan trimester III. antenatal care in Azezo Health Center
Berdasarkan uji multivariate pekerjaan ibu, Gondar town, Northwest Ethiopia”.
pendapatan keluarga, dukungan suami Journal Interdiscipl Histopathol. Volume
merupakan faktor risiko dominan terhadap 3, No. 3
komplikasi kehamilan trimester III 11. Pusdatin. 2016. “Profil kesehatan
Indonesia”. Jakarta: Kemenkes RI
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 68

12. Puti Sari H, Dwi Hapsari, Ika Souza. 2014. Risk Factors of Pre-
Dharmayanti, Nunik Eclampsia/Eclampsia and Its Adverse
Kusumawardani.2014. Faktor-Faktor Outcomes in Low- and Middle-Income
Yang Berpengaruh Terhadap Risiko Countries: A WHO Secondary Analysis.
Kehamilan “4 Terlalu (4-T)” Pada Wanita http://journals.plos.org/plosone/article?id
Usia 10-59 Tahun (Analisis Riskesdas =10.1371/journal.pone.0091198
2010). Media Litbangkes, Vol. 24 No. 3 15. WHO. 2016. “Maternal mortality”.
13. http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/inde http://www.who.int/mediacentre/factshee
x.php/MPK/article/view/3649/3595 ts/fs348/en/
14. VL Bilano, Erika Ota ,Togoobaatar
Ganchimeg, Rintaro Mori,João Paulo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 69

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE


PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI RSU AL-ISLAM H.M MAWARDI SIDOARJO

Henry Sudiyanto1), Fitria Wahyu Ariyanti 2), Mujiadi3), Rikha Nalinda4)


1,2,3,4
Stikes Majapahit Mojokerto
1
email : henry.sudiyanto@yahoo.com, 2fitria.hariyadi@gmail.com, 3mujiadi.k3@gmail.com,
4
Adzraa.rimanda@yahoo.com.

Abstract

Infants are more susceptible to diseases and unhealthy living conditions.Diarrheal diseases is one
of the major infectious diseases in infants and children in Indonesia.It is the best food given by a
mother to child because it can protect infants from diarrhea.this study aims to determine the effect
of exclusive breastfeeding can reduce the incidence of diarrhea in infants aged 0 – 6 months in RS
AL – ISLAM H.M.MAWARDI Sidoarjo.Desain this research is a case control study by using sampling
technique purposive sampling and the number of samples is 25 respondents.This researce is done in
April 2017. Analysis using chi-square tests.the result of this research that infants get exclusive
breastfeeding mostly do not have diarrhea of 12 respondents ( 90 % ).Based on statistic test used is
independent t- test with A = 0,05.The result of statistical show that p < a ( 0.000 < 0.05 ). This
shows there is significant effect of exclusive breastfeeding on the incidence of diarrhea in infants
aged 0-6 months.Advice for mothers to give exclusive breastfeeding to their babies aged 0-6 months
because exclusive breastfeeding is able produce babies 0.08 times against the occurrence of
diarrhea than infants who do not get exclusive breastfeeding.
Keywords : exclusive breastfeeding,diarrhea

1. PENDAHULUAN Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar


Diare merupakan salah satu penyebab (Riskesdas) tahun 2007, didapatkan bahwa
utama morbiditas dan mortalitas pada anak di penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11
Negara berkembang. Di Bagian Ilmu bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%)
Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan dan pneumonia (23,8%). Hasil Survei
sebagai buang air besar yang tidak normal atau Morbiditas Diare dari tahun 2000 s.d 2010
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih didapatkan angka kesakitan diare balita Tahun
banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan 2000-2010 tidak menunjukkan pola kenaikan
diare bila frekuensi lebih besar sudah lebih dari maupun pola penurunan (berfluktuasi). Pada
empat kali, sedangkan untuk bayi berumur tahun 2000 angka kasakitan balita 1.278 per
lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya 1000, sedikit menurun di tahun 2003 (1.100 per
lebih dari 3 kali. Diare akut yaitu buang air 1000), agak meningkat pada tahun 2006 (1.330
besar dengan frekuensi yang meningakat dan per 1000), dan di tahun 2010 angka morbiditas
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan kembali menurun (1.310 per 1000).
bersifat mendadak datangnya dan berlangsung Pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara
dalam waktu kurang dari dua minggu. Diare pemberian ASI eksklusif pada bayi. Hal ini
persisten yaitu diare yang berlangsung 15-30 dilakukan untuk memberikan informasi lebih
hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau lanjut mengenai pengaruh pemberian ASI
peralihan antara diare akut dan kronik. Diare ekseklusif terhadap kejadian diare pada bayi
kronik yaitu diare hilang timbul, atau usia 0-6 bulan.
berlangsung lama dengan penyebab non
infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap 2. METODE PEELITTIAN
gluten atau gangguan metabolisme yang Jenis penelitian yang digunakan adalah
menurun. penelitian case control study yaitu suatu
Lama diare kronik > 30 hari (Suharyono, penelitian (survei) analitik yang menyangkut
2008). Secara klinis penyebab diare terbagi bagaimana faktor risiko dipelajari dengan
menjadi 3 kelompok yaitu mikroorganisme, menggunakan pendekatan retrospective. Jenis
intoleransi laktosa, malnutrisi berat. penelitian adalah sesuatu yang sangat penting
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 70

dalam penelitian, memungkinkan Responden yang tidak mendapat ASI


pengontrolan maksimal beberapa faktor yang eksklusif sebagian besar terjadi diare dengan
dapat mempengaruhi akurasi atau hasil frekuensi 1 kali selama usia 0-6 bulan yaitu
(Muhith, A, 2014). Sampel penelitian ini sejumlah 6 responden (50 %).
diambil dari populasi ibu yang mempunyai Hal ini disebabkan sistem imun bayi
bayi usia 0-6 bulan yang berkunjung ke poli kurang dari 6 bulan belum sempurna.
anak RSU Al-Islam H.M mawardi dengan Pemberian makanan atau minuman lain kecuali
metode purposive sampling. Adapun jumlah ASI sama saja dengan membuka pintu gerbang
sampel ditetapkan dengan rumus sebagai masuknya berbagai jenis kuman.
berikut: Hal ini tidak sesuai dengan teori yang di
𝑁 kemukakan Dewi dan Wawan (2010) di dalam
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑2 ) Abdul Muhith ( 2017) makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang makin mudah menerima
Didapatkanlah jumlah sampel pada informasi sehingga makin banyak pula
penelitian ini sebanyak 25 ibu yang pengetahuan yang dimiliki, sepanjang bahwa
mempunyai bayi usia 0-6 bulan. Kriteria pendidikan tersebut merupakan pendidikan
inklusi sampel peneltian adalah bayi usia 0-6 yang aktif.
bulan yang mendapat ASI eksklusif yang 3.3. Pengaruh pemberian ASI eksklusif
berkunjung ke poli anak RSU Al-Islam H.M terhadap kejadian diare pada bayi usia
mawardi serta ibu yang dari bayi yang bersedia 0-6 bulan di RSU Al-Islam H.M
menjadi responden.Kriteria eksklusi antara lain Mawardi Sidoarjo.
bayi usia 0-6 bulan yang tidak mendapat ASI Berdasarkan Hasil analisis dapat diketahui
eksklusif bahwa dengan menggunakan uji statistik t-test
dengan nilai kemaknaan p = 0,001 α = 0,05,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN maka Hɪ diterima yang artinya ada pengaruh
3.1. Kejadian Diare Pada Bayi usia 0-6 pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian
Bulan yang mendapat ASI eksklusif di diare pada bayi usia 0-6 bulan di RSU Al-Islam
RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo. H.M Mawardi Sidoarjo.
Responden yang mendapat ASI eksklusif Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebagian besar tidak terjadi diare sejumlah 12 penelitian yang pernah dilakukan oleh Rizky
responden (90 %). Kemungkinan dipengaruhi Nurul Riwayati yang menunjukkan bahwa
oleh beberapa faktor sehingga bayi terdapat pengaruh antara pemberian ASI
mendapatkan ASI eksklusif yang berkaitan eksklusif dengan kejadian diare di RSU Al-
dengan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Islam H.H Mawardi Sidoarjo. Pada penelitian
Kepatuhan juga dipengaruhi oleh mutivasi Laura Lamberti, et al menunjukkan bahwa
dimana mutivasi menunjuk pada proses risiko kematian bayi yang tidak mendapat ASI
gerakan termasuk situasi yang mendorong dan lebih tinggi dibandingkan yang mendapatkan
timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Pada
ditimbulkan untuk melakukan perbuatan penelitian Venera Zahariev, et al menunjukkan
(Abdul Muhith, 2016 ). bahwa terdapat efek yang signifikan ASI
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa terhapat gejala diare akibat rotavirus, terutama
sebagian besar responden tidak terjadi diare. pada bayi kurang dari 6 bulan.
Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh Namun demikian dalam penelitian ini
beberapa faktor sehingga bayi mendapatkan masih ada 1 bayi yang diare pada bayi usia 0-6
ASI eksklusif yang berkaitan dengan bulan meskipun mendapatkan ASI eksklusif di
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. RSU Al-Islam H.M Mawardi. Hal ini
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kemungkinan disebabkan karena personal
tanpa tambahan cairan atau makanan padat hygien ibu kurang baik dan penyakit penyerta
apapun kecuali vitamin, mineral atau obat yaitu infeksi pencernaan.
selama usia 0-6 bulan. Dalam penelitian ini terdapat juga bahwa
3.2. Kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif tetapi
yang tidak mendapat ASI eksklusif di tidak diare sejumlah 1 responden ( 8 % ) di
RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo. RSU Al-Islam H.M Mawardi. Kemungkinan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 71

hal ini dikarenakan personal hygien nya baik 4. Muhith Abdul dkk, (2017). “Hubungan
dengan cara mencuci dan menyeteril botol susu Karakteristik Pasien Pengguna Kartu Bpjs
dengan benar. Dengan Persepsi Tentang Kualitas
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Deket
4. SIMPULAN DAN SARAN Kabupaten Lamongan “ Strada Jurnal
Berdasarkan analisis dan pembahasan Ilmiah Kesehatan, Vol 9 No. 1 2017, 1-8.
diatas dapat disimpulkan beberapa hal 5. Nasir dan Muhith, (2011), Buku Ajar
diantaranya : Metodologi Penelitian Kesehatan .
Kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan Yogyakarta : Nuha Medika
yang mendapat ASI eksklusif di RSU Al-Islam 6. Nurul, Rizqi. (2013). Pengaruh
H.M Mawardi Sidoarjo. Pemberian ASI Eksklusif Terhadap
Kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan Penurunan Angka Kejadian Diare.
yang tidak mendapat ASI eksklusif di RSU Al- Malang: Universitas Brawijaya.
Islam H.M Mawardi Sidoarjo.
Terdapat pengaruh pemberian ASI
eksklusif terhadap kejadian diare pada bayi
usia 0-6 bulan di RSU Al-Islam H.M Mawardi
Sidoarjo.
Ibu – ibu diharapkan memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya, untuk mencegah
terjadinya diare, mengingat banyak manfaat
yang tidak hanya diperoleh ibu saja tapi juga
bayi. Petugas pelayanan kesehatan diwilayah
setempat membantu mensosialisasikan
pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada
bayi. Petugas kesehatan diharapkan ikut
mensosialisasikan program pemerintah tentang
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI)
dan tidak seharusnya melakukan kerja sama
dengan pihak susu formula. Selain itu, petugas
kesehatan diharapkan mampu menjadi sumber
informasi mengenai keuntungan pemberian
ASI sehingga pemberian ASI dapat berjalan
lancar, mengingat beberapa ibu mengalami
masing- masing permasalahan dalam
pemberian ASI.

REFERENSI
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia
2010. Tersedia dari
http//www.depkes.go.id/downloads/Profil
Kesehatan Indonesia 2010.pdf.
2. Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia.
2011. Tersedia dari URL: HYPERLINK
http://www.depkes.go.id/downloads/Bule
tin%20Diare Final(1).pdf.
3. Muhith Abdul ( 2016 ). “Hubungan
Motivasi Dan Gaya Kepemimpinan
Kepala Ruangan Dengan Prestasi Kerja
Perawat di RS Semen Gresik “ Strada
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 5 No. 1
2016, 72-83.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 72

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN KASSA KERING STERIL


DIBANDINGKAN DENGAN KASSA ALKOHOL TERHADAP LAMA
LEPAS TALI PUSAT DI DESA CERME KIDUL-GRESIK
Astrida Budiarti, Dya Sustrami, Julienavita Adinda
Stikes Hang Tuah Surabaya
As3da_ns@yahoo.com

Abstrak

Perawatan tali pusat merupakan asuhan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi
baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Fenomena perawatan tali pusat pada
bayi masih beragam dalam penggunaan bahan. Tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan
efektifitas penggunaan kassa kering steril dibandingkan dengan kassa alkohol terhadap lama lepas
tali pusat. Desain penelitian ini adalah rancangan penelitian komparatif (Kohort). Sampel diambil
menggunakan Non Probability Consecutive sampling didapatkan 32 bayi yang lahir didua BPS di
Desa Cerme Kidul. Instrumen menggunakan kuesioner yang berisi data demografi dan lembar
observasi. Analisa data menggunakan uji statistik Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan ρ < 0,05.
Hasil penelitian didapatkan responden yang melakukan perawatan tali pusat dengan kassa kering
steril berjumlah 19 responden, dan responden yang melakukan perawatan tali pusat dengan kassa
alkohol berjumlah 12 responden. Rata-rata pelepasan tali pusat dengan kassa steril 5-7 hari
sedangkan perawatan tali pusat dengan kassa alkohol rata-rata pelepasan tali pusat > 7 hari. Uji
statistik menunjukkan ada perbedaan efektifitas penggunaan kassa kering steril dibandingkan dengan
kassa alkohol terhadap lama lepas tali pusat ρ = 0,000 (ρ<α=0,05).
Kata kunci : Perawatan tali pusat, kassa kering steril, kassa alkohol, lama lepas tali pusat

1. PENDAHULUAN Tenggara kematian disebabkan karena


Tali pusat merupakan suatu tali yang perawatan tali pusat yang kurang bersih
menghubungkan janin dengan uri/plasenta. (Widya Astuti, 2003). Sedangkan jumlah
Panjang tali pusat ± 50-55 cm dengan diameter angka kematian bayi di Provinsi Jawa Timur
± 1-2,5 cm (kira-kira setebal jari). Tali pusat pada Tahun 2005-2008 adalah 1.162 (18,5%)
bewarna putih kuning, tempak berpilin dan bayi. Dari hasil studi pendahuluan di BPS
tidak semua tempat sama tebalnya (Baety, Ny.M desa Cerme Kidul pada tanggal 30-31
A.N, 2010). Perawatan tali pusat merupakan Januari 2015 yang menggunakan SPO (Standar
asuhan keperawatan yang bertujuan merawat Prosedur Operasional) perawatan tali pusat
tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dengan kassa kering steril, diperoleh data 5
dan mencegah terjadinya infeksi (Alimul, bayi menggunakan perawatan tali pusat dengan
2009). kassa kering steril. Sedangkan studi
Fenomena perawatan tali pusat pada bayi pendahuluan yang peneliti lakukan pada
masih beragam dalam penggunaan bahan. tanggal 31 Januari – 1 Februari 2015 di BPS
Perawatan tali pusat ada yang menggunakan Ny.M yang menggunakan SPO (Standar
kassa alkohol dan ada yang menggunakan Prosedur Operasional) perawatan tali pusat
kassa steril. Perawatan tanpa menggunakan dengan cara mebasahi kassa alkohol, diperoleh
obat-obatan antiseptik maupun alkohol, justru data 4 bayi menggunakan perawatan tali pusat
akan mempercepat tanggalnya tali pusar dengan kasa alkohol pada tali pusat, Pada saat
(Sodikin, 2009). Pada tahun 2000 WHO (Word tali pusat terpotong maka suplai darah dari ibu
Hearth Organisation) menemukan angka terhenti. Tali pusat yang masih menempel pada
kematian bayi sebesar 560.000, yang pusat bayi lama kelamaan akan kering dan
disebabkan oleh infeksi tali pusat, Negara terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat
Afrika angka kematian bayi yang disebabkan sangat dipengaruhi oleh jelly Wharton atau
infeksi tali pusat 126.000 (21%), Negara Asia aliran udara yang mengenainya. Dampak dari
Tenggara diperkirkan ada 220.000 kematian perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat
bayi, di Negara Afrika maupun di Asia dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 73

terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat (Consecutive Sampling) yaitu pemilihan
yaitu antara hari ke 5-7 tanpa ada komplikasi sampel dengan menetapkan subjek yang
(Hidayat, 2005). Menurut Fanaroff, A.A memenuhi kriteria penelitian yang
(2008) dijelaskan bahwa perawatan tali pusat dimaksudkan dalam penelitian dalam kurun
dibersihkan dengan air dan hindari penggunaan waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang
alkohol karena dapat memperlambat lepasnya diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2013). Dalam
tali pusat. Berdasarkan hasil observasi yang penelitian ini melibatkan variabel independen :
dilakukan oleh peneliti diatas bahwa perawatan kassa kerinf steril dan kassa alkohol serta
tali pusat menggunakan kassa kering steril variabel dependen lama lepas tali pusat. Pada
lebih efektif dan mempercepat pelepasan tali penelitian ini instrumen yang digunakan adalah
pusat. Manfaat perawatan tali pusat dengan lembar observasi dan kuesioner.
menggunakan kassa kering steril akan
mengurangi bahan dan biaya yang diperlukan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan gambaran fenomena diatas Tabel 1. Karakteristik responden
peneliti merasa tertarik untuk melakukan berdasarkan usia pada ibu jumlah
penelitian perbedaan efektifitas penggunaan 19 responden yang melahirkan di
kasa kering steril dibandingkan dengan kasa BPS Ny.Mu Desa Cerme Kidul
alkohol terhadap lama lepas tali pusat di desa pada tanggal 11 April – 5 Juni
Cerme Kidul Kecamatan Cerme Kabupaten 2015.
Gresik. Karakteristik Frekuensi Prosentase
Usia Ibu (f) (%)
2. METODE PENELITIAN 20 – 25 7 36,8
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang 26 – 30 8 42,1
digunakan adalah rancangan penelitian 31 – 35 4 21,1
komparatif (Kohort). Jenis penelitian ini Total 19 100.0
merupakan penelitian epidemiologik
noneksperimental yang mengaji antara Tabel 2. Karakteristik responden
variabel independen (faktor resiko) dan berdasarkan usia pada ibu jumlah
variabel dependen (efek/kejadian penyakit). 12 responden yang melahirkan di
Peneliti mengobservasi variabel independen BPS Ny.Me Desa Cerme Kidul
terlebih dahulu (faktor resiko), kemudian pada tanggal 11 April – 5 Juni
subjek diikuti sampai waktu tertentu untuk 2015.
melihat terjadinya pengaruh pada variabel Karakteristik Frekuensi Prosentase
dependen (efek yang diteliti). Penelitian ini Usia Ibu (f) (%)
dilaksanakan pada 11 April – 5 Juni 2015 di 20 – 25 5 41,7
BPS Ny.Mu dan BPS Ny.Me Desa Cerme 26 – 30 5 41,7
Kidul. 31 – 35 2 16,6
Populasi yang digunakan sebagai objek Total 12 100.0
dalam penelitian ini adalah semua bayi baru
lahir di BPS Ny.Mu dan BPS Ny.Me desa Tabel 3. Karakteristik responden
Cerme Kidul Kecamatan Cerme, Kabupaten berdasarkan pendidikan pada ibu
Gresik. Dalam pemilihan sampel peneliti jumlah 19 responden yang
menetapkan kriteria sampel sebagai berikut : melahirkan di BPS Ny.Mu Desa
1. Kriteria inklusi Cerme Kidul pada tanggal 11
a. Orang tua bayi yang bersedia bayinya April – 5 Juni 2015.
sebagai responden. Karakteristik Frekuensi Prosentase
b. Bayi baru lahir. Pendidikan Ibu (f) (%)
2. Kriteria eksklusi SD 0 0
a. Bayi yang mengalami infeksi tali pusat. SMP 2 10,53
b. Ibu yang melakukan perawatan tali pusat SMA 10 52,63
lebih dari satu macam cara. Perguruan Tinggi 7 36,84
Teknik sampling yang digunakan dalam Total 19 100,0
penelitian ini adalah Non Probability Sampling
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 74

Tabel 4. Karakteristik responden Tabel 7. Distribusi frekuensi lama lepas tali


berdasarkan pendidikan pada ibu pusat jumlah 19 respoden dengan
jumlah 12 responden yang perawatan teknik kassa kering
melahirkan di BPS Ny.Me Desa pada bayi di BPS Ny.Mu Desa
Cerme Kidul pada tanggal 11 Cerme Kidul pada tanggal 11
April – 5 Juni 2015. April – 5 Juni 2015.
Karakteristik Frekuensi Prosentase Karakteristik Frekuensi Prosentase
Pendidikan Ibu (f) (%) Lama Lepas (f) (%)
SD 0 0 Tali Pusat
SMP 0 0 < 5 hari 2 10,53
SMA 10 83,33 5 – 7 hari 15 78,94
Perguruan 2 16,67 > 7 hari 2 10,53
Tinggi Total 19 100
Total 12 100,0
Tabel 8. Frekuensi lama lepas tali pusat
Tabel 5. Karakteristik responden jumlah 12 responden dengan
berdasarkan pekerjaan pada ibu perawatan teknik kassa alkohol
jumlah 19 responden yang pada bayi di BPS Ny.Me Desa
melahirkan di BPS Ny.Mu Desa Cerme Kidul pada tanggal 11
Cerme Kidul pada tanggal 11 April – 5 Juni 2015.
April – 5 Juni 2015. Karakteristik Frekuensi Prosentase
Karakte ristik Frekuensi Prosentase Lama Lepas (f) (%)
Pekerjaan Ibu (f) (%) Tali Pusat
PNS 2 10,53 < 5 hari 0 0
IRT 6 31,58 5 – 7 hari 3 25
Pegawai Swasta 6 31,58 > 7 hari 9 75
Wiraswa sta 5 26,31 Total 12 100
Total 19 100,0
3.1. Lama Lepas Tali Pusat Menggunakan
Tabel 6. Karakteristik responden Teknik Perawatan Kassa Kering Steril.
berdasarkan pekerjaan pada ibu Lama lepas tali pusat pada bayi hari ke- 5-
jumlah 12 responden yang 7 hari sebanyak 15 responden (78,94 %), lama
melahirkan di BPS Ny.Me Desa lepas tali pusat pada bayi yang menggunakan
Cerme Kidul pada tanggal 11 teknik kassa kering steril < 5 hari sebanyak 2
April – 5 Juni 2015. responden (10,53 %), lama lepas tali pusat
Karakteristik Frekuensi Prosentase pada bayi hari ke- > 7 hari sebanyak 2
Pekerjaan Ibu (f) (%) responden (10,53 %). Jadi rata-rata pelepasan
PNS 1 8,33 tali pusat menggunakan perawatan tali pusat
IRT 5 41,67 pada 5-7 hari. Defi Gita (2010)
Pegawai Swasta 5 41,67 mengungkapkan faktor – faktor yang
Wiraswasta 1 8,33 mempengaruhi perawatan tali pusat dan
Total 12 100,0 pelepasan tali pusat yaitu faktor usia, faktor
pendidikan, dan faktor pekerjaan. Hasil
tabulasi silang antara usia ibu dengan
perawatan tali pusat usia ibu rentang 26-30
tahun sebanyak 8 responden (42,1 %)
melakukan perawatan tali pusat menggunakan
teknik kassa kering steril. Hasil tabulasi silang
pendidikan responden terlihat bahwa
responden terbanyak berpendidikan SMA
berjumlah 10 responden (52,63 %) yang
melakukan perawatan tali pusat menggunakan
teknik kassa kering.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 75

Hasil tabulasi silang pekerjaan responden kering steril sebanyak 2 bayi (10,52 %), serta
menunjukkan 6 responden (31,58 %) sebagai ada juga pelepasan tali pusat yang > 7 hari
IRT. Sebagai ibu rumah tangga tentunya waktu sebanyak 2 bayi (10,52 %). Menurut Paisal
yang dimiliki oleh responden untuk memberi (2008) perawatan tali pusat bertujuan untuk
perhatian kepada perawatan bayinya menjadi menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih,
lebih baik. Hasil tabulasi silang antara mencegah infeksi pada bayi baru lahir,
perawatan tali pusat dengan lama lepas tali membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat
pusat menunjukkan bahwa sebanyak 15 kering dan lepas. Pelepasan menggunakan
responden (78,94 %) melakukan perawatan tali teknik kassa kering lebih cepat karena keadaan
pusat dengan kassa steril. Teknik ini tali pusat selalu lembab. Pelepasan tali pusat >
menunjukkan bahwa rata-rata pelepasan tali 7 hari sebanyak 9 bayi (75 %) dan pelepasan
pusat pda hari ke 5- 7 tali pusat antara hari ke 5-7 dengan teknik
kassa alkohol sebanyak 3 bayi (25 %). Menurut
3.2. Lama Lepas Tali Pusat Menggunakan Depkes RI 2007 dijelaskan bahwa tali pusat
Teknik Perawatan Kassa Kering Steril. hendaknya dibersihkan setiap hari dengan
Lama lepas tali pusat pada bayi hari ke- > 7 hari alkohol 70%, kemudian tali pusat ditutup
sebanyak 9 responden (75 %), lama lepas tali dengan kain kasa yang bersih dan telah
pusat pada bayi yang menggunakan teknik dibasahi alkohol 70%. Pelepasan tali pusat
kassa alkohol hari ke- 5-7 hari sebanyak 3 menggunakan teknik kassa alkohol lebih lama
responden (25 %). Defi Gita (2010) karena daya kerja alkohol lebih cepat, tetapi
mengungkapkan faktor – faktor yang singkat karena bersifat menguap. Pemakaian
mempengaruhi perawatan tali pusat dan antimikrobial topikal pada perawatan tali pusat
pelepasan tali pusat yaitu faktor usia, faktor dapat mempengaruhi waktu pelepasan tali
pendidikan, dan faktor pekerjaan. pusat, yaitu merusak flora normal sekitar tali
Hasil tabulasi silang antara usia ibu pusat sehingga memperlambat pelepasan tali
dengan perawatan tali pusat usia ibu rentan 20- pusat (Retniati, 2010). Pemberian antiseptik
25 sebanyak 5 responden (41,7 %) dan rentan pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko
26- 30 tahun sebanyak 5 responden (41,7 %) terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang
melakukan perawatan tali pusat menggunakan penting terjaga kebersihannya. Hasil analisa
teknik kassa alkohol. Pelepasan tali pusat data koefisien dengan uji Mann Whitney
menggunakan teknik kassa alkohol rentan > 7 diperoleh hasil p value=0,000. Dimana
hari. Hasil tabulasi pekerjaan responden kemaknaan artinya H0 ditolak dan H1
terlihat bahwa responden terbanyak adalah diterima. Hal tersebut menunjukkan ada
bekerja sebagai ibu rumah tangga berjumlah 5 perbedaan efektifitas penggunaan kassa kering
responden (41,67 %). steril dibandingkan dengan kasa alkohol
Hasil tabulasi silang pendidikan terhadap lama lepas tali pusat di desa Cerme
responden terlihat bahwa responden terbanyak Kidul Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
berpendidikan SMA berjumlah 10 responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
(83,3 %). Hasil tabulasi antara perawatan tali waktu lepas tali pusat dengan menggunakan
pusat menggunakan teknik kassa alkohol teknik kassa kering lebih cepat dibandingkan
terhadap lama lepas menunjukkan bahwa dengan teknik kassa alkohol. Wihono, P.A dan
sebanyak 9 responden (75 %) pelepasan tali Purwanti, O.S., (2009) mengungkapkan bahwa
pusat dengan teknik kassa alkohol cukup lama lama pelepasan tali pusat dikatakan cepat jika
yaitu > 7 hari. kurang dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai
dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari.
3.3. Perbedaan Efektifitas Penggunaan
Kassa Kering Steril Dibandingkan 4. KESIMPULAN
Dengan Kassa Alkohol Terhadap Lama Pelepasan tali pusat menggunakan teknik
Lepas Tali Pusat perawatan kassa kering rata-rata 5-7 hari.
Pelepasan tali pusat antara 5-7 hari yang Pelepasan tali pusat menggunakan teknik
mengguanakan teknik kassa kering steril perawatan kassa alkohol rata-rata > 7 hari. Ada
sebanyak 15 bayi (78,94 %). Pelepasan tali perbedaan efektifitas penggunaan kassa kering
pusat < 5 hari yang menggunakan teknik kassa steril dibandingkan dengan kasa alkohol
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 76

terhadap lama lepas tali pusat di Desa Cerme 14. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu
Kidul Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Kebidanan. Ed.4, Cet.3. Jakarta: PT Bina
Diharapkan ibu mengetahui tentang Pustaka.
perawatan bayi baru lahir terutama perawatan 15. Priyono, Y. (2010). Merawat Bayi Tanpa
tali pusat dengan mengikuti penyuluhan serta Baby Sister. Yogyakarta: Media
berkonsultasi pada bidan, dokter atau orang Pressindo.
yang lebih berpengalaman dalam merawat 16. Sinsin, I. (2008). Seri kesehatan Ibu dan
bayi. Diharapkan pada bidan memberikan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.
penyuluhan kepada ibu bersalin sebelum Jakarta: Elex Medika Kompatida.
pasien dipulangkan tentang perawatan tali
pusat yang benar, dengan tujuan agar ibu tidak
bingung untuk melakukan perawatan tali pusat.

REFERENSI
1. Baety, A.N. (2010). Biologi Reproduksi
Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
2. Cuningham, et al. .(2012). Obstetri
William. Ed.23. Jakarta: EGC.
3. Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial.
Jakarta: Salemba Medika
4. Ellen. (2008). Bayi Neonatus Paling
Rawan Tetanus. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
5. Hasselquist, M. B. (2006). Tata Laksana
Ibu dan Bayi Pasca Kelahiran. Jakarta:
Prestasi Pustakarya.
6. Hellen. (2005). Perawatan Maternitas.
Jakarta: EGC.
7. Jitowijoyo, S., Kristiyanasari, W. (2010).
Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.
Cetakan I. Yogyakarta: Muha Medika.
8. Judian, D. (2014). Keajaiban Darah Tali
Pusar dan Plasenta. Cetakan I.
Yogyakarta: Genius Publiser.
9. Leveno, K.J. et al. (2009). Obstetri
William. Ed.21. Jakarta: EGC.
10. Maryuni, A dan Nurhayati. (2008). Buku
Saku Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
(Asuhan Neonatal). Jakarta: Trans Info
Media.
11. Murray, M.L & Huelsmann,
G.M.2013.Persalinan &Melahirkan
Praktik Berbasis Bukti. Jakarta: EGC.
12. Nurjanah, S.N et al. (2013). Asuhan
Kebidanan Postpartum Dilengkapi
dengan Asuhan Kebidanan Post Sectio
Caesarea. Bandung: Refika Aditama.
13. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Ed.3. Jakarta:
Salemba Medika.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 77

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN


PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KUSTA KEDIRI
TAHUN 2017
Reny Nugraheni
Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Reny.nugraheni@IIK.ac.id

Abstract

Background : Implementation of leprosy program is very dependent on health facilities that provide
leprosy services, including leprosy hospital as one of the spearhead in leprosy service. The
effectiveness of services that can be provided by leprosy hospitals in running leprosy programs is
greatly influenced by the management of hospitals in regulating the service system. this requiring
evaluation as an indicator of service success. Objectives :This research purpose to analyze the
correlation of patient satisfaction based on variables Tangibles, Reliability, Responsiveness,
Assurance, Empathy with qulity service at Kediri Leprosis Hospital Methods :This research was
cross sectional, used analytic survey method, and used questionnaires as data collecting. Data were
analyzed with Spearman rank-correlation test to determine the correlation between patient
satisfaction with the qulity service at Kediri Leprosis Hospital .Results : The results of tangible
variables showed level of service with very adequate facilities and human resources (78.4%), very
satisfied with the level of satisfaction reached (83.3%), with medium correlation (r=0.470), for
variable reliability, service very reliable reached (89.0%), with a satisfaction level of (85.5%), very
satisfied , with medium correlation (r=0.463). For variable responsiveness (92.1%), service very
responsive, very satisfied with the level of satisfaction of (88.1%), with medium correlation
(r=0.547). For variable assurance, service is guaranteed (89.0%), very satisfied with the level of
satisfaction of (86.8%), with medium correlation (r=0.442) , empathy variable of service is
considered (94.3%) are very satisfied with the level of satisfaction of (89,4%), with medium
correlation (r=0.529). Based on the result all variables obtained very good service (72.2%), with
satisfaction level is very satisfied (71.8%), with medium correlation (r=0.438). Conclusion and
Suggestion : it can be concluded that there is a correlation between patient’s satisfaction with qulity
service at Kediri Leprosis Hospital
Keywords: Quality of service, Patient Satisfaction, Leprosy Hospital.

1. PENDAHULUAN yang dapat diberikan oleh rumah sakit kusta


Penyakit kusta merupakan salah satu dalam menjalankan program kusta sangat
penyakit menular yang menimbulkan masalah dipengaruhi oleh manajemen rumah sakit
yang sangat komplek. Masalah yang dimaksud dalam melakukan pengaturan sistem
bukan hanya dari segi medis tetapi sampai pelayanan.Pelayanan Medik yang diberikan
meluas masalah sosial, ekonomi, budaya, oleh Rumah Sakit Kusta Kediri sebagai
keamanan dan ketahanan nasional (Deples RI, pelayanan kesehatan yang mengupayakan
2006). Pada saat ini Indonesia menempati peningkatan kemampuan fungsional pasien
posisi ketiga dalam hal jumlah penderita kusta sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk
di seluruh dunia, sedangkan untuk Propinsi mempertahankan dan meningkatkan kualitas
Jawa Timur menempati urutan pertama dalam hidup, masih berjalan tidak maksimal.
hal jumlah penderita kusta di seluruh Berkurangnya jumlah faskes pasti
Indonesia. mempengaruhi kualitas pelayanan yang
Pelaksanaan program kusta sangat diberikan kepada pasien Kusta dan
tergantung dengan fasiilitas kesehatan yang berhubungan dengan keberhasilan program
memberikan pelayanan kusta, termasuk rumah penanggulangan Kusta itu sendiri, oleh karena
sakit kusta sebagai salah satu ujung tombak itu perlu suatu indikator untuk mengetahui
dalam pelayanan kusta.Efektifitas pelayanan keberhasilan program kusta tersebut. salah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 78

satu indikatornya adalah kepuasan 2. METODE PENELITIAN


pasien , Sehingga dari beberapa fakta diatas Desain penelitian yang digunakan dalam
maka peneliti ingin mengetahui tingkat penelitian ini adalah metode observasi dengan
kepuasan pasien sebagai indikator dari survei analitik menggunakan pendekatan cross
pelayanan rawat jalan pasien Kusta dengan sectional yaitu peneliti mempelajari hubungan
mengangkat judul : “Hubungan Kualitas antara variabel bebas (faktor resiko) dengan
Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Rawat variabel terikat (efek) dengan melakukan
Jalan Di Rumah Sakit Kusta Kediri Tahun pengukuran sesaat atau pada saat yang
2017” bersamaan dan dilakukan satu kali saja
(Notoatmodjo, 2010). Serta memakai kriteria
inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu
Pasien rawat jalan yang sudah berobat jalan di
Rumah Sakit Kusta. Jumlah sample dalam
penelitian ini adalah 227 responden.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1. Distribusi dari variabel Tangible
Tabel 1. Distribusi pelayanan di Rumah Sakit Kusta menurut variabel tangible
No. Pelayanan DPP Frekuensi Persentase (%)
1. Kondisi sarana dan SDM sangat tidak memadai - -
2. Kondisi sarana dan SDM tidak memadai 6 2,6
3. Kondisi sarana dan SDM memadai 43 18,9
4. Kondisi sarana dan SDM sangat memadai 178 78,4
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)

Tabel 2. Distribusi kepuasan variabel tangible di Rumah Sakit Kusta


No. Kepuasan Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat tidak puas - -
2. Tidak puas 1 0,4
3. Puas 37 16,3
4. Sangat puas 189 83,3
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)

3.1.2. Distribusi dari variabel Reliability


Tabel 3. Distribusi pelayanan di Rumah Sakit Kusta menurut variabel Reliability
No. Pelayanan DPP Frekuensi Persentase (%)
1. Pelayanan sangat tidak bisa diandalkan - -
2. Pelayanan tidak bisa diandalkan 1 0,4
3. Pelayanan bisa diandalkan 24 10,6
4. Pelayanan sangat bisa diandalkan 202 89,0
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)

Tabel 4. Distribusi kepuasan variabel Reliability di Rumah Sakit Kusta


No. Kepuasan Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat tidak puas - -
2. Tidak puas 1 0,4
3. Puas 31 13,7
4. Sangat puas 195 85,9
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 79

3.1.3. Distribusi dari variabel Responsivenes


Tabel 5. Distribusi pelayanan di Rumah Sakit Kusta menurut variabel Responsivenes
No. Pelayanan DPP Frekuensi Persentase (%)
1. Pelayanan sangat tidak tanggap - -
2. Pelayanan tidak tanggap - -
3. Pelayanan tanggap 18 7,9
4. Pelayanan sangat tanggap 209 92,1
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)
Tabel 6. Distribusi kepuasan variabel Responsivenes di Rumah Sakit Kusta
No. Kepuasan Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat tidak puas - -
2. Tidak puas - -
3. Puas 27 11,9
4. Sangat puas 200 88,1
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)
3.1.4. Distribusi dari variabel Assurance
Tabel 7. Distribusi pelayanan di Rumah Sakit Kusta menurut variabel Assurance
No. Pelayanan DPP Frekuensi Persentase (%)
1. Pelayanan sangat tidak dijamin - -
2. Pelayanan tidak dijamin - -
3. Pelayanan dijamin 25 11,0
4. Pelayanan sangat dijamin 202 89,0
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)
Tabel 8. Distribusi kepuasan variabel Assurance di Rumah Sakit Kusta
No. Kepuasan Frekuensi Persentase (%)
1. Pelayan sangat tidak puas - -
2. Pelayanan tidak puas 1 0,4
3. Pelayanan puas 29 12,8
4. Pelayanan sangat puas 197 86,8
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)
3.1.5. Distribusi dari variabel Empathy
Tabel 9. Distribusi pelayanan di Rumah Sakit Kusta menurut variabel Empathy
No. Pelayanan DPP Frekuensi Persentase (%)
1. Pelayanan sangat tidak diperhatikan - -
2. Pelayanan tidak diperhatikan 1 0,4
3. Pelayanan diperhatikan 12 5,3
4. Pelayanan sangat diperhatikan 214 94,3
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)
Tabel 10. Distribusi kepuasan variabel Empathy di Rumah Sakit Kusta
No. Kepuasan Frekuensi Persentase (%)
1. Pelayanan sangat tidak puas - -
2. Pelayanan tidak puas - -
3. Pelayanan puas 24 10,6
4. Pelayanan sangat puas 203 89,4
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 80

3.1.6. Distribusi secara keseluruhan


Tabel 11. Distribusi pelayanan di Rumah Sakit Kusta secara keseluruhan
No. Pelayanan Frekuensi Persentase (%)
1. Pelayanan sangat kurang - -
2. Pelayanan kurang - -
3. Pelayanan baik 63 27,8
4. Pelayanan sangat baik 164 72,2
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)

Tabel 12. Distribusi kepuasan secara keseluruhan di Rumah Sakit Kusta


No. Kepuasan Frekuensi Persentase (%)
1. Pelayanan sangat tidak puas - -
2. Pelayanan tidak puas 1 0,4
3. Pelayanan puas 63 27,8
4. Pelayanan sangat puas 163 71,8
Total 227 100,0
(Sumber : Data primer diolah juni 2017)

3.2. Pembahasan 4.2.2. Hubungan Antara Pelayanan dan


Dari hasil penelitian yang telah Kepuasan ditinjau dari variabel
diperoleh, dapat dilakukan pembahasan Reliability
sebagai berikut : Dari penelitian didapatkan data yaitu
4.2.1. Hubungan Antara Pelayanan dan paling banyak responden setuju dengan
Kepuasan dari variabel Tangible pelayanan sangat bisa diandalkan dengan 202
Dari penelitian didapatkan data yaitu responden (89,0%). Data tersebut
paling banyak responden setuju dengan menunjukkan kualitas kehandalan di Rumah
Kondisi sarana dan SDM sangat memadai Sakit Kusta sangat baik.satu orang responden
dengan 178 responden (78,4%), Data tersebut merasa kehandalannya masih kurang
menunjukkan kualitasi sarana dan SDM di dikarenakan dokter terlambat atau kurang tepat
Rumah Sakit Kusta sangat memadai dan baik waktu.
tetapi ada 6 orang responden yang kurang Data kepuasan pasien menunjukkan
setuju, Karena masalah sarana ruang tunggu paling banyak responden menyatakan sangat
dan parkir yang disebabkan oleh kurangnya puas dengan 195 responden (85,5%), bisa
pengetahuan tentang adanya fasilitas tersebut. dikatakanresponden merasa sangat puas
Beberapa responden yang lain juga menilai dengan pelayanan yang diberikan.Hasil uji
bahwa alat kesehatan yang kurang. rank spearman diperoleh sig 0,01, α = 0,005, r
Data kepuasan pasien menunjukkan = 0,463. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1
paling banyak responden menyatakan sangat diterima karena nilai r = 0,463 dengan arah
puas dengan 189 responden (83,3%), bisa korelasi positif dan menunjukkan terdapat
dikatakan responden sudah merasa sangat puas hubungan antara pelayanan Rumah Sakit Kusta
dengan pelayanan yang diberikan. Hasil uji dengan tingkat kepuasan pasien kusta dari
rank spearman diperoleh sig 0,01, α = 0,005, r variabel raliability. Penelitian Endah (2013)
= 0,470. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 juga menyimpulkan hal yang sama.
diterima karena nilai r = 0,470 dengan arah 4.2.3. Hubungan Antara Pelayanan dan
korelasi positif dan menunjukkan terdapat Kepuasan ditinjau dari variabel
hubungan antara pelayanan Rumah Sakit Kusta Responsiveness
dengan tingkat kepuasan pasien kusta dari Dari penelitian didapatkan data yaitu
variabel tangible. Fakta ini sesuai dengan paling banyak responden setuju dengan
penelitian yang di lakukan oleh Endah (2013) pelayanan sangat tanggap dengan 209
yang juga menyimpulkan ada hubungan antara responden (92,1%). Data tersebut
tangible dengan kepuasan pasien. menunjukkan kualitas dari ketanggapan di
Rumah Sakit Kusta sangat baik. Data kepuasan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 81

pasien menunjukkan paling banyak responden Data kepuasan pasien menunjukkan paling
menyatakan sangat puas dengan 200 responden banyak responden menyatakan sangat puas
(88,1%), bisa dikatakan responden sudah dengan 203 responden (89,4%), bisa dikatakan
merasa sangat puas dengan pelayanan yang responden sudah merasa sangat puas dengan
diberikan. pelayanan yang diberikan.
Hasil uji rank spearman diperoleh sig Hasil uji rank spearman diperoleh sig
0,01, α = 0,005, r = 0,547. Hal ini berarti H0 0,01, α = 0,005, r = 0,529. Hal ini berarti H0
ditolak dan H1 diterima karena nilai r = 0,547 ditolak dan H1 diterima karena nilai r = 0,529
dengan arah korelasi positif dan menunjukkan dengan arah korelasi positif dan menunjukkan
terdapat hubungan antara pelayanan Rumah terdapat hubungan antara pelayanan Rumah
Sakit Kusta dengan tingkat kepuasan pasien Sakit Kusta dengan tingkat kepuasan pasien
kusta dari variabel Responsiveness.Sesuai kusta dari variabel empathy. Sesuai dengan
dengan penelitian yang dilakukan Endah penelitian Arista (2013) yang menyimpulkan
(2013) yang juga menyimpulkan ada hubungan ada hubungan antara empathy dengan
antara pelayanan dariResponsiveness dengan kepuasan pasien dan diperkuat juga dengan
kepuasan pasien. penelitian Endah (2013) yang mendapatkan
4.2.4. Hubungan Antara Pelayanan dan hasil yang sama.
Kepuasan ditinjau dari variabel 4.2.6. Hubungan Antara Pelyanan Rumah
Assurance Sakit Kusta dengan Kepuasan pasien
Dari penelitian didapatkan data yaitu Analisis ini adalah analisis keseluruhan
paling banyak responden menyatakan setuju antara pelayanan dan kepuasan Rumah Sakit
dengan pelayanan sangat dijamin dengan 202 Kusta dengan menggunakan semua variabel
responden (89,0%). Data tersebut yang ada yaitu tangible, reliablity
menunjukkan kualitas dari ketanggapan di responsiveness, assurance, empathy. Dari
Rumah Sakit Kusta sangat dijamin. penelitian didapatkan data, paling banyak
Datakepuasan pasien menunjukkan paling responden menyatakan setuju dengan
banyak responden menyatakan sangat puas pelayanan sangat baik dengan 164 responden
dengan 197 responden (86,8%), bisa dikatakan (72,2%), data tersebut menunjukkan kualitas
responden sudah merasa sangat puas dengan dari pelayanan di Rumah Sakit Kusta secara
pelayanan yang diberikan. keseluruhan sudah sangat baik.
Hasil uji rank spearman diperoleh sig Data kepuasan pasien menunjukkan
0,01, α = 0,005, r = 0,442. Hal ini berarti H0 paling banyak responden menyatakan sangat
ditolak dan H1 diterima karena nilai r = 0,442 puas dengan 163 responden (71,8%), bisa
dengan arah korelasi positif dan menunjukkan disimpulkan responden sudah merasa sangat
terdapat hubungan antara pelayanan Rumah puas dengan pelayanan yang diberikan. Hasil
Sakit Kusta dengan tingkat kepuasan pasien uji rank spearmandiperoleh sig 0,01, α =
kusta dari variabel assurance. Hal ini sesuai 0,005, r = 0,438. Hal ini berarti H0 ditolak dan
dengan penelitian yang dilakukan Endah H1 diterima karena nilai r = 0,438 dengan arah
(2013) yang juga menyimpulkan ada hubungan korelasi positif dan menunjukkan terdapat
antara assurance dengan kepuasan pasien yang hubungan antara pelayanan Rumah Sakit Kusta
menunjukkan arah korelasi yang positif. dengan kepuasan pasien Rumah Sakit
4.2.5. Hubungan Antara Pelayanan dan Kusta.Hasil tersebut bisa diambil kesimpulan
Kepuasan ditinjau dari variabel sesuai dengan penelitian Endah (2013) yang
Empathy memperlihatkan ada hubungan antara variabel
Dari penelitian didapatkan data yaitu tangible, reliablity responsiveness, assurance,
paling banyak responden menyatakan setuju empathy, dengan kepuasan pasien.
dengan pelayanan sangat diperhatikan dengan
214 responden (94,3%) dan paling sedikit 1 5. SIMPULAN DAN SARAN
responden (0,4%) yang merasakan pelayanan 5.1. Simpulan
kurang di perhatikan disebabkan oleh waktu Berdasarkan hasil penelitian hubungan
pelayanan dan konsultasi yang kurang, data kepuasan pasien kusta kesehatan dengan
tersebut menunjukkan kualitas dari pelayanan kualitas pelayanan Rumah Sakit Kusta dapat
di Rumah Sakit Kusta sangat diperhatikan. disimpulkan sebagai berikut :
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 82

Pelayanan Rumah Sakit Kusta dikategorikan sangat baik. Kepuasan Pasien


berdasarkan pelayanan tangible dapat bisa dikategorikan sangat puas. Berdasarkan
dikategorikan sangat baik. Kepuasan Pasien uji korelasi rank spearman diketahui hubungan
Rumah Sakit Kusta berdasarkan tangible kepuasan pasien dengan pelayanan Rumah
dikategorikan sangat puas. Berdasarkan uji Sakit Kusta memiliki hubungan dengan
korelasi rank spearman diketahui hubungan kategori sedang dan arah korelasi positif.
kepuasan pasien kusta dengan pelayanan 5.2. Saran
Rumah Sakit Kusta dari variabel tangible Hendaknya Rumah Sakit memberikan
memiliki hubungan dengan kategori sedang informasi atau penyuluhan kepada pasien
dan arah korelasi positif. tentang fasilitas yang dimiliki dengan leaflet
Rumah Sakit Kusta berdasarkan atau papan panduan., membudayakan disiplin
indikator pelayanan reliability dapat waktu dalam melakukan pelayanan sesuai
dikategorikan sangat baik. Kepuasan Pasien dengan jadwal yang sudah ditentukan,
Rumah Sakit Kusta berdasarkan reliability perluasan sarana baik tempat parkir maupun
menunjukkan bahwa kepuasan pasien sangat ruang tunggu.
puas. Berdasarkan uji korelasi rank spearman
diketahui hubungan kepuasan pasien dengan REFERENSI
pelayanan Rumah Sakit Kusta dari variabel 1. Depkes RI. Buku Pedoman Nasional
reliability memiliki hubungan dengan kategori Pemberantasan Penyakit Kusta,
sedang dan arah korelasi positif. cetakan XVIII, Direktorat Jenderal
Pelayanan Rumah Sakit Kusta Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
berdasarkan indikator pelayanan Lingkungan. Jakarta: 2006
responsiveness dapat dikategorikan sangat 2. Direktorat Bina Upaya Kesehatan
baik. Kepuasan Pasien Rumah Sakit Kusta Dasar. 2012. Buku Saku Gate Keeper
berdasarkan responsiveness bisa dikategorikan Dalam Pelaksanaan SJSN : Kemenkes
sangat puas. Berdasarkan uji korelasi rank RI
spearman diketahui hubungan kepuasan pasien
3. Kemenkes RI. 2011. Penanggulangan
dengan pelayanan Rumah Sakit Kusta dari
Daerah Bermasalah Kesehatan . Jakarta
variabel responsiveness memiliki hubungan
dengan kategori sedang dan arah korelasi
: Kementerian Kesehatan RI
positif. 4. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Pelayanan Rumah Sakit Kusta Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
berdasarkan indikator pelayanan assurance Rineka Cipta.
dapat dikategorikan sangat baik. Kepuasan 5. Noviyanti, Arista. 2012. Hubungan
Pasien Rumah Sakit Kusta berdasarkan Antara Beberapa Faktor Dengan
assurance bisa dikategorikan sangat puas. Kepuasan Pasien Dengan Mutu
Berdasarkan uji korelasi rank spearman Pelayanan Kesehatan Balai
diketahui hubungan kepuasan pasien dengan Pengobatan Umum di Puskesmas
pelayanan Rumah Sakit Kusta dari variabel Pecangaan Kabupaten Jepara. Skripsi
assurance memiliki hubungan dengan kategori di publikasikan oleh Fakultas Kesehatan
sedang dan arah korelasi positif. Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Pelayanan Rumah Sakit Kusta 6. Sensus Penduduk. 2010.
berdasarkan indikator pelayanan empathy http://www.bps.go.id/indeks.php/site?id
dapat dikategorikan sangat baik. Kepuasan =35&= jawa-timur, [Diakses Pada
Pasien Rumah Sakit Kusta berdasarkan Tanggal 5 Januari 2015 Pukul 19.10
empathy bisa dikategorikan sangat puas. WIB]
Berdasarkan uji korelasi rank spearman 7. Sugesti, Endah. 2013. Hubungan
diketahui hubungan kepuasan pasien dengan Persepsi Pasien Rawat Jalan Tentang
pelayanan Rumah Sakit Kusta dari variabel Mutu Pelayanan Dokter Dengan
empathy memiliki hubungan dengan kategori
Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di RSUD
sedang dan arah korelasi positif.
Kota Salatiga Tahun 2013. Skripsi di
Pelayanan Rumah Sakit Kusta
berdasarkan indikator pelayanan dapat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 83

publikasikan oleh Fakultas Kesehatan


Universitas Dian Nuswantoro Semarang
8. Supranto, J. 2011. Pengukuran Tingkat
Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Jakarta : Rineka Cipta.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 84

DEPRESI DAN KUALITAS TIDUR LANSIA


Bunga Anggraita1), Christina Yuliastuti2), Imroatul Farida3)
1,2,3
STIKes Hang Tuah Surabaya
email : christinayuliastuti@stikeshangtuah-sby.ac.id
3
STIKes Hang Tuah Surabaya
email : faridabiantoro13@gmail.com

Abstract

Poor quality of life in elderly people such as decreasing body function, not getting health access, no
old-age insurance, no social support from family or friends can trigger depression. The objective of
this study was to identify the correlation between depression level and sleep quality among elderly.
This study used correlational analytic. Samples were taken using simple random sampling, with 31
elderly people in Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Data collection was undertaken using
Geriatric Depression Scale (GDS) and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire sheet .
Data were analyzed with Spearman Rank test with significance level of 0,05. Results showed that 16
elderly people who did not have depression, 10 elderly had good sleep quality (62.5%) and 6 elderly
had poor quality, while 15 elderly with mild depression all had poor sleep quality (100%). This study
found that there was a significant correlation between depression level and sleep quality among
elderly (ρ = 0.000). A holistic nursing care plan that minimizes the underlying causes of depression
in the elderly, developing adaptive coping and social support can help the elderly adjust to the
underlying causes of depression.
Keywords : elderly, depression, sleep, CHPA axis

1. PENDAHULUAN orang yang tinggal di fasilitas perawatan


Terdapat banyak permasalahan yang (Mickey & Patricia, 2006). Gangguan tidur
dialami lanjut usia diantaranya banyak lanjut pada lanjut usia bisa disebabkan oleh beberapa
usia yang masih memiliki kualitas hidup yang faktor, salah satunya adalah depresi. Prevalensi
buruk seperti tidak berpendidikan, tidak depresi pada lanjut usia di dunia berkisar antara
memperoleh akses kesehatan, tidak memiliki 8-15% (Medicastore, 2008). Berdasarkan hasil
jaminan hari tua, tidak memiliki dukungan wawancara awal peneliti terhadap 8 orang
sosial dari keluarga atau teman untuk merawat lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit
mereka. Kondisi psikologis tersebut dapat Mojokerto yang mengalami didapatkan (6
memicu munculnya salah satu gangguan orang) 75% mengalami gangguan tidur dan
mental pada lanjut usia yaitu depresi. Pada yang tidak mengalami gangguan tidur yang
pasien lanjut usia tampilan yang paling umum berarti (2 orang) 25%.
adalah keluhan somatis, hilang selera makan, Etiologi depresi yang mendukung
dan gangguan pola tidur yang berdampak pada hubungannya dengan gangguan tidur adalah
kualitas tidur dari lanjut usia itu sendiri. teori terganggunya neurotransmitter serotonin
Berdasarkan pengalaman klinik dari peneliti, dan regulasi hormon Cortical Hypothalamic-
peneliti menemukan lansia yang terlihat Pituitary-Adrenal Axis (CHPA). Serotonin
menyendiri, tidak mau makan, tidak mau mempunyai efek menenangkan. Hormon ini
berjemur, dan malas untuk beraktivitas serta menyiapkan otak dan tubuh untuk masuk ke
lansia yang sering mengeluhkan terbangun tahap tidur dalam dengan cara mengurangi
pada saat tidur dan sulit tidur, sehingga tingkat sistem aktivitas tubuh (Prasadja, 2009).
depresi yang mempengaruhi kualitas tidur pada Apabila terdapat gangguan neurotransmitter
lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit pada serotonin, maka akan terjadi keadaan
Mojokerto belum dapat dijelaskan. tidak bisa tidur atau keadaan terjaga sehingga
Prevalensi gangguan tidur pada lanjut usia hal tersebut dapat berpengaruh pada kualitas
di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 67% tidur. Tidur demikian penting pada orang yang
dari 6 juta lanjut usia (Amir, 2007). Gangguan menderita kondisi seperti itu, sebagai
tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 penurunan tidur dapat memperburuk gejala
tahun atau lebih yang tinggal dirumah dan 66% pada gangguan tersebut dan bahkan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 85

memperburuk prognosis. Apabila lanjut usia hormone (ACTH). ACTH, selanjutnya,


dapat memenuhi kebutuhan tidurnya secara menstimulasi kelenjar adrenal yang berlokasi
adekuat, lanjut usia tersebut akan dapat di atas ginjal. Di bawah pengaruh ACTH,
menjaga keseimbangan fungsi fisiologis dan lapisan terluar kelenjar adrenal yang disebut
psikologisnya. korteks adrenal, melepas sekelompok steroid
Depresi merupakan salah satu penyebab (misalnya, cortisol dan cortisone). Kortisol
dari terganggunya kualitas tidur pada lanjut steroid ini (disebut juga kortikosteroid)
usia, tugas perawat adalah memberikan merupakan hormon yang mempunyai sejumlah
dukungan serta perhatian kepada lanjut usia fungsi yang berbeda-beda dalam tubuh.
agar lanjut usia tidak merasa sendiri dan Hormon ini mendorong perlawanan terhadap
merasa dirinya tidak berharga salah satunya stres, membantu perkembangan otot dan
dengan mengadakan kegiatan berupa terapi menyebabkan hati melepaskan gula, yang
modalitas bagi lanjut usia. Maryam (2008) merupakan tenaga dalam menghadapi stresor
menjelaskan bahwa tujuan dari terapi yang mengancam (misalnya pencari mangsa/
modalitas adalah untuk mengisi waktu luang predator atau penyerang yang tersembunyi).
bagi lansia, meningkatkan kesehatan lansia, Cabang simpatis dari susunan saraf
meningkatkan produktivitas lansia, dan otonom, menstimulasi lapisan dalam dari
meningkatkan interaksi sosial antar lansia, kelenjar adrenal, disebut medula adrenalis,
sehingga meminimalkan terjadinya depresi untuk melepaskan zat kimia yang disebut
pada lanjut usia. Selain itu, sebagai perawat catecholamine– epinefrina (adrenal) dan
sudah seharusnya memberikan asuhan norepinefrina (noradrenalin). Zat ini berungsi
keperawatan sehingga kebutuhan tidur pada sebagai hormon setelah terlepas di dalam aliran
lanjut usia dapat terpenuhi, dengan tingkat darah. Norepinefrina juga diproduksi di sistem
depresi yang berkurang diharapkan dapat saraf dan berfungsi sebagai suatu
memberi kenyamanan bagi lanjut usia neurotransmitter.
sehingga dapat meningkatkan kebutuhan tidur Penelitian awal mengenai dasar penyebab
secara adekuat. biologis dari depresi berfokus pada
berkurangnya tingkat neurotransmitter dalam
2. KAJIAN LITERATUR otak. Neurotransmitter pertama kali dicurigai
Stres (stress) menunjukkan suatu tekanan memainkan peran dalam depresi pada tahun
atau tuntutan yang dialami individu/organisme tahun 1950-an. Penemuan yang dilaporkan
agar ia beradaptasi atau menyesuaikan diri. pada masa itu adalah pasien hipertensi (tekanan
Sumber stres disebut sebagai stressor. Dalam darah tinggi) yang meminum obat reserpine
batas tertentu stres sehat untuk diri kita, stres sering menjadi depresi. Reserpine menurunkan
membantu kita untuk tetap aktif dan waspada. suplai dari berbagai neurotransmitter di dalam
Akan tetapi, stres yang sangat kuat atau otak, termasuk norepinephrine dan serotonin
berlangsung lama dapat melebihi kemampuan (USDHHS, 1999a). Kemudian muncul
kita untuk mengatasi (coping ability) dan penemuan bahwa obat-obatan yang menaikkan
menyebabkan distres emosional seperti depresi tingkat neurotransmitter seperti
atau kecemasan, atau keluhan fisik seperti norepinephrine dan serotonin di otak dapat
kelelahan dan sakit kepala. (Nevid, et al, 2005). mengurangi depresi (Nevid, et al, 2005).
Beberapa kelenjar endokrin terlibat dalam Depresi berhubungan dengan
menampilkan respons tubuh terhadap stres. meningkatnya saraf simpatis menimbulkan
Pertama, hipotalamus, suatu struktur kecil penurunan gaba yang mengakibatkan kesulitan
diotak , melepas suatu hormon yang tidur dan meningkatnya keadaan jaga,
menstimulasi kelenjar pituitari didekatnya peningkatan norepinefrin mengakibatkan
untuk menghasilkan adrenocorticotropic penurunan tidur NREM tahap IV dan REM,
dan menurunnya serotonin tubuh tidak Menurut Prasadja (2009), hormon
mampu menghasilkan lebih banyak serotonin serotonin menyiapkan otak dan tubuh untuk
untuk menggantikan serotonin yang terpakai masuk ke tahap tidur dalam dengan cara
mengakibatkan penurunan siklus tidur REM, mengurangi sistem aktivitas tubuh, sedangkan
sehingga dapat menyebabkan terjadinya hormon norepinefrin merupakan
insomnia (Widya, 2010). neurotransmitter yang menghasilkan aktivitas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 86

pada terminal saraf post sinaps simpatik tidur pada lansia. Sampel penelitian diambil
pada system saraf otomon yang menimbulkan menggunakan metode Simple Random
respons “fight or flight” pada organ efektor Sampling sebanyak 31 lansia yang berusia 50-
(Suliswati, 2005), sehingga apabila terjadi 80 tahun, tidak mengalami demensia dan tidak
depresi maka akan menyebabkan terganggunya mendapatkan total care di UPT Panti Werdha
neurotransmitter diatas yang akan Mojopahit Mojokerto. Data penelitian
menyebabkan gangguan tidur dan didapatkan dengan menggunakan metode
memperburuk kualitas tidur pada lansia. wawancara terstruktur. Instrumen penelitian
berupa kuesioner data demografi, kuesioner
3. METODE PENELITIAN Geriatric Depression Scale (GDS), kuesioner
Desain penelitian yang digunakan adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
non experimental (penelitian analitik korelatif) Analisis data dalam penelitian ini
yang bertujuan mengungkapkan hubungan menggunakan uji statistik Spearman Rho
korelatif antara tingkat depresi dan kualitas dengan tingkat kemaknaan ρ < 0,05.

Tabel 1. Karakteristik Responden lansia


Frekuensi
No. Karakteristik lansia
n %
1 Jenis kelamin Laki-laki 6 19,4%
Perempuan 25 80,6%
2 Usia 50-60 tahun 6 19,4%
61-70 tahun 13 41,9%
71-80 tahun 12 38,7%
3 Pendidikan terakhir Tidak sekolah 27 87,1%
SD 3 9,7%
SMP 0 0,0%
SMA 1 3,2%
perguruan Tinggi 0 0,0%
4 Status perkawinan Kawin 5 16,1%
Tidak kawin 0 0,0%
Janda/duda 26 83,9%
5 Lama tinggal di panti < 1 tahun 5 16,1%
> 1 tahun 26 83,9%
6 Awal masuk panti werdha Diantar keluarga 17 54,8%
Terlantar di jalan/terbuang 8 25,8%
Keinginan sendiri 6 19,4%
7 Memiliki pasangan di panti Memiliki pasangan di panti 5 16,1%
Tidak memiliki pasangan di panti 26 83,9%
Sumber : Data primer

Tabel 2 : Tingkat depresi dan kualitas tidur lansia


Kualitas tidur
Tingkat depresi Baik Buruk Total
n % n % n %
Tidak depresi 10 62,5% 6 37,5% 16 100%
Depresi ringan 0 0 15 100% 15 100%
Depresi sedang/berat 0 0 0 0 0 0
Total 10 21 31
ρ = 0,000
Sumber : Data primer
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 87

4. HASIL DAN PEMBAHASAN mengalami depresi. Faktor sosial juga


Secara umum, dari 31 responden lansia di merupakan salah satu faktor penyebab depresi
UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto, pada lansia, yakni kehilangan pasangan dan
sebagian besar adalah perempuan (80,6%), kurangnya interaksi dengan orang lain.
rata-rata berusia 61-70 tahun, sebagian besar Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
tidak pernah bersekolah (87,1%), berstatus data bahwa jumlah lansia yang tidak
janda/duda (83,9%) dan hanya 15,1% yang mengalami depresi lebih banyak yakni 16
masih memiliki pasangan di panti, rata-rata orang (51,6%), peneliti berasumsi hal ini
lansia tinggal dipanti dengan diantar oleh dikarenakan terdapat kegiatan seperti senam
keluarga (54,8%). Karakteristik responden yang dilakukan setiap hari Jum’at, kegiatan
lansia dapat dilihat pada tabel 1. keagamaan yang juga dilakukan 2 kali setiap
Hasil penelitian menunjukkan 16 lansia minggunya, sehingga interaksi antar lansia dan
yang tidak mengalami depresi, 10 lansia pegawai panti terjalin dengan baik. Hal ini
memiliki kualitas tidur yang baik (62,5%) dan dapat meminimalisir lansia memiliki perasaan
6 lansia memiliki kualitas tidur yang buruk, tidak berguna, kehilangan kepercayaan diri
sedangkan 15 lansia yang mengalami depresi yang merupakan penyebab terjadinya depresi
ringan, seluruhnya memiliki kuliatas tidur yang pada lansia. Menurut karakteristik jenis
buruk. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kelamin didapatkan hasil dari 6 (100%) lansia
hubungan yang signifikan antara tingkat laki-laki semuanya tidak mengalami depresi,
depresi dengan kualitas tidur lansia (ρ = 0.000). hal ini tidak bisa dibandingkan karena jumlah
Hubungan antara tingkat depresi dan kualitas responden laki-laki dan perempuan dalam
tidur lansia dapat dilihat pada tabel 2. penelitian ini tidak homogen, tetapi menurut
penelitian dari Palupi (2010) menyatakan
Hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa tidak terdapat perbedaan dalam hal
diketahui bahwa lansia yang tidak mengalami gejala depresi pada responden laki-laki dan
depresi lebih dari separuh, yakni 16 orang perempuan. Hal ini dikarenakan pada
(51,6%), yang mengalami depresi ringan penelitian yang dilakukannya tidak dapat
sebanyak 15 orang (48,4%) dan yang tidak ada menjelaskan pengaruh jenis kelamin terhadap
yang mengalami depresi sedang/berat. Secara resiko terkena depresi. Berdasarkan hasil
teoritis dijelaskan bahwa, terjadinya depresi penelitian yang didapat, lansia yang tinggal di
pada lanjut usia selalu merupakan interaksi panti yang lebih dari 1 tahun jumlahnya lebih
antara faktor biologik, fisik, psikologik, dan banyak yakni 26 orang (83,9%) dari pada
sosial (Ibrahim, 2011). Faktor biologi yang lansia yang tinggal di panti yang kurang dari 1
merupakan predisposisi mendasari terjadinya tahun yakni 5 orang (16,1%). Peneliti
depresi pada usia lanjut ini antara lain akibat berasumsi bahwa lansia telah mampu
berkurangnya produksi neurotransmitter pada beradaptasi terhadap lingkungan panti.
lansia yang dikarenakan terjadinya penurunan Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
fungsi pada lansia. Faktor fisik terjadinya dilakukan oleh Agustin & Ulliya (2008) yang
depresi pada lansia bisa diakibatkan karena menyatakan individu yang telah lama tinggal di
penyakit fisik tertentu yang dialami oleh lansia panti telah menyatu dengan kegiatan-kegiatan
sehingga menyebabkan kehilangan fungsi di panti dan dapat menikmati kegiatan tersebut
tertentu untuk melakukan sesuatu, dan hal ini sehingga kemungkinan terjadinya depresi akan
bisa mengakibatkan terjadinya depresi ada lebih sedikit.
lansia (Ibrahim, 2011). Faktor psikologik juga Hal ini juga didukung oleh karakteristik
mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia, awal masuk panti, dimana hasil penelitian juga
antara lain ditandai dengan adanya konflik menunjukkan bahwa dari 6 lansia yang masuk
yang tidak terselesaikan (cemas, rasa bersalah), panti berdasarkan keinginannya sendiri
kemunduran daya ingat atau demensia/pikun, terdapat 4 lansia (66,7%) tidak depresi.
serta adanya gangguan kepribadian. Konflik Menurut peneliti, ini dikarenakan tidak ada
yang berkepanjangan dan tidak terselesaikan paksaan dari siapapun sehingga lansia tidak
merupakan stresor tersendiri bagi lansia, merasa terbebani dan menganggap bahwa
apabila hal tersebut terjadi secara terus- kehidupan di panti merupakan keluarga baru,
menerus maka akan mengakibatkan lansia
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 88

sehingga proses penyesuaian diri pada lansia Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
akan lebih mudah. besar lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit
Berdasarkan hasil penelitian dari 31 Mojokerto memiliki kualitas tidur yang buruk.
lansia, 15 lansia (48,4) mengalami depresi Hal ini terbukti dari 31 orang lansia yang
ringan. Menurut karakteristik berdasarkan usia menjadi responden, terdapat 21 lansia (67,7%)
didapat data bahwa usia antara 50-60 tahun, yang memiliki kualitas tidur yang buruk, dan
lansia yang tidak depresi sebanyak 5 orang hanya 10 orang (32,3%) yang memiliki
(83,3%) dan yang mengalami depresi ringan kualitas tidur baik. Hal ini sesuai dengan
sebanyak 1 orang (16,7 %), sedangkan pada pernyataan dari Prasadja (2009), pola tidur
lansia yang berusia antara 61-70 tahun seseorang pasti mengalami perubahan seiring
merupakan kelompok usia yang paling banyak dengan pertambahan usia dan semakin
yakni 13 orang (41,9%), dengan lansia yang beragamnya aktivitas. Berdasarkan hasil
tidak mengalami depresi sebanyak 6 orang karakteristik usia, kelompok usia 71-80 tahun
(46,2%) dan yang mengalami depresi ringan sebanyak 12 orang, 9 (75%) diantaranya
sebanyak 7 orang (53,8%). Begitu pula pada memiliki kualitas tidur yang buruk. Perubahan
kelompok usia 71-80 tahun, jumlah lansia yang pola tidur pada lansia disebabkan karena
mengalami depresi ringan lebih banyak dari adanya penurunan fungsi tubuh, dan perubahan
pada yang tidak mengalami depresi. Hal ini yang terjadi pada lansia. Gangguan tidur pada
sesuai dengan yang dikemukakan Ibrahim usia lanjut biasanya muncul dalam bentuk
(2011), bahwa dengan meningkatnya usia kesulitan tidur dan sering terbangun atau
harapan hidup, ternyata insiden depresi pada bangun lebih awal. Hal ini tentunya
usia lanjut juga meningkat. Peneliti berasumsi mempengaruhi kualitas tidur dari lansia,
bahwa bahwa banyak faktor yang kualitas tidur tersebut dapat menunjukkan
mempengaruhi seorang lansia mengalami adanya kemampuan individu untuk tidur dan
depresi. Tidak hanya pada teori yang memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan
disebutkan oleh Ibrahim (2011) diatas, namun kebutuhannya (Hidayat, 2006) . Menurut data
perubahan akibat proses menua yang terjadi penelitian yang didapat, jumlah lansia
pada lansia turut berpengaruh pada terjadinya perempuan yang memiliki kualitas tidur buruk
depresi. lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
Berdasarkan karakteristik status lansia laki-laki, hal ini sesuai dengan
perkawinan didapatkan hasil bahwa dari 5 pernyataan dari Prasadja (2009) bahwa pada
lansia yang menikah dan memiliki pasangan di usia lanjut, wanita lebih banyak mengalami
panti hanya 2 (40%) yang mengalami depresi insomnia, dibandingkan pria yang lebih banyak
ringan, sedangkan yang tidak mengalami menderita sleep apnea atau kondisi lain yang
depresi 3 orang (60%), sedangkan dari 26 dapat mengganggu tidur. Hal ini berbeda
lansia yang janda atau duda yang mengalami dengan penelitian dari Hastuti (2011), yang
depresi adalah 13 orang (50%), dan yang tidak menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
mengalami depresi berjumlah 13 orang (50%). antara kualitas tidur dengan jenis kelamin,
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Potter & karena hasil uji beda penelitiannya menyatakan
Perry (2009), bahwa pengalaman kehilangan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas tidur
melalui kematian kerabat dan teman antara lansia yang berjenis kelamin laki-laki
merupakan bagian sejarah kehidupan yang atau perempuan. Peneliti berasumsi bahwa
dialami lansia. Termasuk pengalaman hasil penelitian sejalan dengan yang
kehilangan keluarga yang lebih tua dan diungkapkan Prasadja karena data pada
terkadang kehilangan anak. Namun, kematian penelitian ini tidak homogen, sehingga jumlah
pasangan merupakan kehilangan yang paling lansia perempuan yang memiliki kualitas tidur
berpengaruh pada lansia. Peneliti berasumsi buruk lebih banyak dari pada jumlah lansia
bahwa kematian atau kehilangan pasangan laki-laki. Berdasarkan karakteristik lama
bagi lansia dapat menimbulkan rasa kesepian. tinggal di panti, awal masuk panti, dan
Apabila koping dari lansia tidak baik, memiliki pasangan di panti atau tidak, lansia
kehilangan pasangan bagi lansia bisa memicu yang memiliki kualitas tidur yang buruk adalah
timbulnya stres dan apabila dibiarkan lama lansia yang tinggal di panti lebih dari 1 tahun,
kelamaan akan menjadi depresi. lansia yang masuk panti bukan dengan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 89

keinginannya sendiri atau diantar oleh dengan kualitas tidur yang buruk merupakan
keluarganya dan lansia yang tidak memiliki proporsi yang lebih besar dari pada faktor lain.
pasangan di panti. Berdasarkan asumsi peneliti Penelitian lain dari Jie, et al (2013) juga
hal ini mendasari timbulnya stres pada lansia menyebutkan bahwa kesehatan fisik dan
sehingga dapat mempengaruhi pola tidur dan mental merupakan faktor yang mempengaruhi
kualitas tidur lansia tersebut. Menurut Hidayat buruknya kualitas tidur pada lansia. Depresi
(2006), kondisi psikologis dapat terjadi pada merupakan salah satu yang dapat mengganggu
seorang akibat ketegangan jiwa. Hal tersebut kesehatan mental, sehingga dapat disimpulkan
terlihat ketika seseorang yang memiliki bahwa depresi bisa sebagai pemicu buruknya
masalah psikologis mengalami kegelisahan kualitas tidur pada lansia.
sehingga sulit untuk tidur. Menurut asumsi peneliti, banyak faktor yang
Hasil penelitian menunjukkan terdapat dapat menimbulkan depresi pada lansia, ini
hubungan yang bermakna antara tingkat berhubungan dengan penurunan fungsi dan
depresi dengan kualitas tidur pada lansia (ρ = perubahan yang terjadi pada lansia sehingga
0,000). Berdasarkan hasil penelitian, apabila lansia tersebut tidak dapat beradaptasi
responden yang memiliki tingkat depresi dengan perubahan yang ada maka sangat
dengan kualitas tidur buruk adalah sebanyak 15 mudah untuk lansia mengalami depresi. Gejala
orang (100%). Keluhan tidur umumnya depresi mencakup gejala fisik, gejala psikis,
muncul pada lansia, sayangnya meskipun dan gejala sosial. Ketiganya akan sangat
banyak pemberi asuhan kesehatan yakin bahwa berkaitan, secara umum gejala tersebut adalah
tidur yang kurang adalah bagian yang tidak kehilangan rasa percaya diri, merasa diri tidak
terelakkan pada orang yang menua, namun berguna, sensitif, perasaan bersalah, dan
berdasarkan fakta, stres adalah penyebab perasaan terbebani. Gejala tersebut akan
paling sering pada insomnia akut dan depresi mengakibatkan lansia menjadi susah untuk
adalah penyebab paling sering pada insomnia tidur, dan mengganggu pola tidur mereka.
kronik (Billiard, Partinen, Roth, & Saphiro, Lansia di lokasi penelitian rata-rata
1994 dalam Maas, et al, 2011). Menurut asumsi mengeluhkan, bahwa mereka sering terbangun
peneliti hal ini dikarenakan adanya pada malam hari, susah untuk memulai tidur
ketidakseimbangan hormon norepinefrin dan dan tidak nyenyak. Kualitas tidur lansia dapat
serotonin, dimana keduanya berperan besar ditingkatkan menjadi lebih baik dengan
dalam proses tidur. Selain itu, adanya meminimalisir hal-hal yang dapat menjadi
penurunan fungsi pada lansia sehingga stresor bagi lansia sehingga menimbulkan
memperburuk kondisi depresi pada lansia dan depresi. Apabila depresi pada lansia dapat
kualitas tidur pada lansia tersebut. ditangani, maka kualitas tidur lansia dapat
Menurut Lumbantobing (2011), ditingkatkan.
perubahan neurofisiologi yang banyak diteliti
pada depresi ialah gangguan tidur. Penderita 5. KESIMPULAN
depresi umumnya mengeluhkan bangunnya Berbagai permasalahan yang dihadapi
terlalu pagi dan sulit tidur lagi, bersamaan pula oleh lansia, baik masalah fisik, psikologi
dengan sering terbangun di malam hari. Lansia maupun sosial dapat memicu terjadinya
yang tidak memiliki depresi sebanyak 16 depresi. Depresi akan mengganggu
orang, dimana 10 orang (62,5%) diantaranya keseimbangan fisiologi dan psikologi lansia,
memiliki kualitas tidur yang baik, dan hanya 6 ditunjukkan dari penurunan aktivitas sosial,
(37,5%) yang kualitas tidur buruk. Penelitian perawatan diri, serta penurunan kualitas tidur
dari Hayashino, et al (2010) menyatakan yang akan berdampak pada menurunnya
bahwa proporsi responden yang mengalami kualitas kesehatan lansia. Asuhan keperawatan
depresi dengan kualitas tidur yang buruk pada lansia diarahkan untuk meminimalisir
meningkat secara linier dengan statistik penyebab depresi dengan menfasilitasi coping
signifikansi ρ < 0,0001. Hal ini dikarenakan yang adaptif, dukungan sosial dari keluarga
pada penelitian ini depresi memainkan peran akan membentu lansia beradaptasi terhadap
yang lebih besar karena disertai dengan situasi penyebab depresi.
beberapa kondisi kormobiditas, sehingga
proporsi responden dengan depresi pada orang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 90

REFERENSI 14. Lumbantobing. 2004. Gangguan Tidur.


1. Agustin, D. dan Sarah Ulliya. 2008. Fakultas Kedokteran Universitas
Perbedaan Tingkat Depresi pada Lansia Indonesia
dan Sesudah Dilakukan Senam Bugar 15. Maas, M.L., et al. 2011. Asuhan
Lansia di Panti Wredha Wening Wardoya Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC
Ungaran. Media Ners, 2(1) 16. Maryam, S.R., et al. 2008. Mengenal Usia
https://doi.org/10.14710/nmjn.v2i1.738 Lanjut dan Perawatannya.
2. Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Jakarta:Salemba Medika
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : 17. Nevid, J., Spencer, A. Dan Beverly G.
Salemba Medika 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta :
3. Azizah, M. L. 2011. Keperawatan Lanjut Erlangga
Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu 18. Nugroho, W. 2008. Keperawatan
4. Dahlan, M. 2012. Statistik untuk Gerontik dan Geriatrik. Jakarta :EGC
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : 19. Palupi, R. 2008. Faktor-faktor yang
Salemba Medika Mempengaruhi Depresi pada Lansia yang
5. Darmojo, B. 2007. Buku Ajar Geriatri. Ed Ikut Posyandu di Keluarahan Terban
4. Jakarta : Lembaga Penerbit FKUI Gondokusuman Yogyakarta. Program
6. Friedman, M 2006. Buku Ajar Sarjana Universitas Gadjah Mada :
Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Skripsi tidak dipublikasikan
Praktik. Jakarta : EGC 20. Perry & Potter. 2009. Fundamental
7. Hanun, M. 2011. Mengenal Sebab-sebab, Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Akibat-akibat, dan Cara Terapi Insomnia. 21. Prasadja, A. 2009. Ayo Bangun dengan
Yogyakarta : Flashbooks Bugar karena Tidur yang Benar. Jakarta :
8. Hastuti, E. 2011. Hubungan Kualitas Hikmah
Tidur dengan Fungsi Kognitif dan 22. Radityo, W. 2012. Depresi dan Gangguan
Kualitas Hidup pada Anggota Posyandu Tidur. E – Jurnal Medika Udayana, 1(1).
Lansia Sekar Melati Pogung Kidul https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/artic
Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta. le/view/4267
Program Sarjana Universitas Gadjah 23. Sahelian, R. 2009. Obat Tidur Alami :
Mada : Skripsi tidak dipublikasikan MELATONIN. Jakarta : Prestasi Pustaka
9. Hayashino, Yasuaki., et al. 2010. 24. Stanley, Neil. 2005. Physiology of Sleep
Association between number of comorbid and The Impact of Ageing. European
conditions, depression, and sleep quality Urology Supplements
using the Pittsburgh Sleep Quality Index.
Sleep Medicine, 11(4) : 366-371
https://doi.org/10.1016/j.sleep.2009.05.0
21
10. Hidayat, A. A. A. 2006. Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Salemba Medika
11. Ibrahim, A. 2011. Gangguan Alam
Perasaan. Tangerang : Jelajah Nusa
12. Jie, Li., et al. 2013. Characterization and
Factors Associated With Sleep Quality
Among Rural Elderly in China. Archives
of Gerontology and Geriatrics, 56(1) :
237-243
https://doi.org/10.1016/j.archger.2012.08.
002
13. Lubis, N. 2009. Depresi Tinjauan
Psikologis. Jakarta : Prenada Media
Group
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 91

ANALISIS KEGIATAN TAMAN PEMULIHAN GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN


BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TEMBELANG DI KABUPATEN JOMBANG

Septi Fitrah Ningtyas1), Mamik Ratnawati2), Rini Hayu L3)


1
Prodi D III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang, cepti_ncep@yahoo.com
2
Prodi D III Keperawatan Stikes Pemkab Jombang mamik.perawat@gmail.com
3
Prodi D III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang, hanifsyaifi1998@gmail.com

Abstract

Nutrition Recovery Park activities require an active partisifation of all relevant elements. To achieve
a good nutrition staus in toddlers, it is necessary activity of Nutrition Recovery Park which is an
innovation activity proclaimed by Jombang Regent. Ongoing activities during the specified time
period can overcome the nutritional problems in Tembelang District, Jombang regency. The purpose
of this activity is to analyze TPG activities on the development of underfives with undernourishment
and uncomplicated malnutrition. Research design of quasy experiment, place of research in
Tembelang sub-district of Jombang regency. The study was conducted for 3 months. Samples are
underweight and malnutrition without complications as many as 76 children under five. Sampling is
purposive sampling. Data analysis using chi-square test. The research was conducted in Tembelang
sub-district of Jombang district. Monitoring of progress is done at the beginning of TPG activity that
is first round and third round with primary data. The independent variable in this research is TPG
activity, while the dependent variable is the development of children under five. Instrument for
nutritional status of children using Z-score Statistical analysis using chi-square test.The result of the
research shows that there is an effect of TPG activity, to further optimize the activity should equip
APE facilities in order to improve the development of children under five.
Keywords: TPG, development, toddler.

1. PENDAHULUAN dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur


Gizi memiliki peranan yang tidak pada tahun 2008 diketahui jumlah balita
diragukan lagi pada tumbuh kembang anak Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 3,39%
terutama dalam kaitannya dengan lingkungan dan balita gizi buruk 0,61%. Prevalensi gizi
anak sejak dalam kandungan hingga remaja. buruk dan kurang tahun 2009 Jatim sesuai
Pola makan dan kualitas makanan anak di dengan hasil pemantauan status gizi sebesar
negara-negara tropik merupakan tantangan 12,2 % angka ini lebih rendah dibandingkan
yang sangat perlu dikaji lebih mendalam untuk dengan target Millenium Development Goals
menjawab masalah gizi pada tumbuh kembang (MDG’s) 2015 sebesar 20%. Prevalensi lebih
anak di Indonesia. Gizi merupakan salah satu dari 43% terjadi di lima Kabupaten/Kota.
penentu kualitas sumber daya manusia, karena Keadaan gizi buruk banyak terjadi di Jawa
kurang gizi akan menyebabkan kegagalan Timur bagian utara. Pada tahun 2010 di Jawa
pertumbuhan fisik dan perkembangan Timur terdapat 136 kecamatan rawan gizi
kecerdasan, menurunkan produktifitas, daya terbanyak ada di Kabupaten Situbondo (12
tahan tubuh sehingga akan meningkatkan kecamatan), Probolinggo (11 kecamatan), dan
angka kesakitan dan kematian (Departemen Jember (10 kecamatan), sedangkan Jombang
Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Pada termasuk peringkat ke tiga belas yaitu ada 3
bayi dan anak balita kekurangan gizi dapat kecamatan rawan gizi diantaranya kecamatan
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan Kesamben, Kabuh dan Sumobito. Karena
dan perkembangan fisik, mental dan spiritual Jombang termasuk cakupan yang telah
(Ali, 2008). mendekati target yang diharapkan sebesar 80%
Dari sepuluh propinsi di Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya (Dinas
menunjukkan bahwa gizi buruk tertinggi di Kesehatan Jawa Timur, 2010).
Indonesia yang menunjukkan bahwa gizi buruk Jumlah balita gizi kurang di Kabupaten
tertinggi di Propinsi Jawa Timur menempati Jombang pada tahun 2008 4,4% dan gizi buruk
posisi ke tiga dengan jumlah bayi dan balita 0,06%. Pada tahun 2009 jumlah balita Bawah
mencapai 434 ribu orang. Berdasarkan laporan Garis Merah (BGM) sebanyak 3,37% dan gizi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 92

buruk sebanyak 0,07% dari seluruh balita. Pada dan tinggi badan), pemeriksaan medis oleh
tahun 2010 didapatkan 2,69% balita dengan dokter pada hari pertama, mengolah bahan
BGM dan 0,05% balita dengan gizi buruk. makanan sesuai jadwal menu oleh ibu balita
Jumlah balita BGM di Kabupaten Jombang didampingi kader, permainan dengan APE, dan
pada tahun 2011 sebanyak 0,95%, angka penyuluhan kesehatan oleh petugas Puskesmas
tersebut masih di bawah batas toleransi Standar dan kader. Sedanglan urutan kegiatan TPG
Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2011. setiap harinya adalah sebagai berikut: a)
Sementara itu, menurut data dari Dinas Sambil menunggu menu diolah dan disajikan,
Kesehatan Kabupaten Jombang 2011 balita bermain dengan APE, b) Cuci tangan
berdasarkan prosentase status gizi balita dengan sabun dan air mengalir, c) Pembagian
kurang dan buruk dapat diketahui jumlah makan, d) Berdoa sebelum makan, f) Makan
kecamatan rawan gizi sebanyak 13 kecamatan bersama, g) Membersihkan alat makan, h)
pada tahun 2011. Adapun rincian dari 16 Pembagian tugas untuk hari berikutnya, i)
kecamatan tersebut dicantumkan pada tabel di Pesan kesehatan, dan j) Ibu dan balita pulang.
bawah ini. 2.2. Perkembangan Anak
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah Perkembangan adalah bertambah
untuk mengevaluasi kegiatan TPG terhadapa sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
perkembangan balita di Kecamatan Tembelang dicapai melalui tumbuh kematangan dan
di Kabupaten Jombang. belajar. Perkembangan juga dapat diartikan
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
2. KAJIAN LITERATUR DAN fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
PEGEMBANGAN HIPOTESIS yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
2.1. Taman Pemulihan Gizi (TPG) hasil dari proses pematangan. Perkembangan
TPG adalah kegiatan dari masyarakat, juga merupakan bertambahnya struktur dan
oleh masyarakat, dan bersama masyarakat fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
menanggulangi masalah gizi yang ditemukan kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dengan partisipasi aktif ibu balita di dampingi dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
ibu kader serta sebagai wahana untuk (Hidayat, 2007; Soetjiningsih, 2007; Ahmad,
penerapan perilaku positif, edukatif dan 2008). Menurut peneliti perkembangan
bermain bagi balita. merupakan bertambahnya kemampuan dalam
Tujuan dari TPG adalah untuk struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
memperbaiki status gizi kurang atau gizi buruk dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
menjadi baik, mempertahankan status gizi bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
balita yang sudah baik dan mencegah agar kemandirian yang dapat di tes dengan
tidak terjadi gizi kurang atau gizi buruk. Balita menggunakan suatu instrumen, hal ini sesuai
gizi buruk dan gizi kurang tanpa komplikasi dengan beberapa pengertian perkembangan
dari keluarga miskin maupun non-miskin. yang telah dikemukakan oleh beberapa sumber
Tempat pelaksanaan TPG biasanya di atas.
dilaksanakan di Balai Desa, rumah perangkat Alat ukur yang digunakan dalam
desa dan rumah kader. Sumber dana TPG perkembangan balita adalah KPSP (Kuesioner
berasal dari jimpitan peduli balita gizi buruk, Pra Skrining Perkembangan).
donatur, pemanfaatan lahan pekarangan 2.3. Hipotesis
(penanaman pohon pisang), serta bantuan dari ”Ada pengaruh kegiatan TPG terhadap
Kepala Desa dan perangkat desa. Perkembangan Balita.
Terdiri dari satu periode kegiatan selama
tiga bulan dimana tiap-tiap bulan terdapat 12 3. METODE PENELITIAN
hari pelaksanaan Hari Makan Anak, yang Jenis penelitian yang digunakan adalah
dilaksanakan satu minggu setelah hari buka penelitian observasional analitik dengan
Posyandu. rancangan penelitian quasi experimental. Pada
Kegiatan dari TPG diantaranya adalah desain ini mempelajari hubungan kegiatan
mengumpulkan balita sasaran, penyusunan TPG serta perkembangan dengan
menu sesuai dengan kesukaan balita di tempat menggunakan data primer.
sasaran, pengukuran antropometri (berat badan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 93

Sampel dari penelitian ini adalah balita Analisa ini digunakan untuk mencari
dengan gizi buruk dan gizi kurang tanpa pengaruh antara dua variabel berbentuk ordinal
komplikasi di Kecamatan Tembelang dan nominal, yaitu :.
Kabupaten Jombang. Dengan penghitungan Mengetahui pengaruh kegiatan TPG
sampel yang memiliki jumlah balita gizi buruk dengan perkembangan balita uji statistik chi-
dan gizi kurang 76 balita. (Azwar, 2010). square.
Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah perkembangan balita. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah kegiatan TPG.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Interpretasi Perkembangan Balita Dengan TPG Di Kecamatan
Tembelang Pada Masing – Masing Bulan Pengamatan
TPG Lengkap
Waktu monitoring Sesuai Meragukan Penyimpangan
n(%) n(%) n(%)
Monitoring triwulan pertama 14 (18,4) 44(57,9) 18 (23,7)
Monitoring triwulan kedua 37 (49,1) 25 (33,3) 14(17,5)
Monitoring triwulan ketiga 72(63,2) 23 (20,2) 19 (16,7)

Sebagian besar balita mengalami karean lain halnya dengan pertumbuhan yang
perkembangan meragukan pada triwulan bias dilihat dengan kasat mata, tetapi
pertama pada kegiatan TPG, sedangkan pada perkembangan hanya bisa dilihat dengan tes
monitoring triwulan kedua perkembangan tertentu. Dengan kegiatan TPG ini
balita sesuai, pada monitoring triwulan ketiga memudahkan deteksi dini penyimpangan
sebagian besar perkembangan balita sesuai. perkembangan balita.
(tabel 4.1) Disebutkan bahwa kegiatan TPG lebih
Pengaruh kegiatan TPG terhadap efektif dalam hal pertumbuhan sehingga hal
perkembangan balita hasil uji Chi - square tersebut mendukung perkembangan yang lebih
menunjukkan bahwa p = 0,000 yang berarti baik, lain halnya dengan desa yang tidak ada
ada pengaruh perkembangan balita terhadap kegiatan TPG pertumbuhan berlangsung
kegiatan TPG. lambat sehingga perkembangan juga akan
mengikuti. Faktor lain yang mempengaruhi
4.2. Pembahasan adalah pola asuh orang tua dan status gizi
Hasil penelitian perkembangan balita terhadap perkembangan anaknya. Hal ini
pada monitoring pertama, kedua dan ketiga sesuai dengan penelitian Kofiyah yang
pada TPG menunjukkan bahwa ada pengaruh meneliti tentang pola asuh dan status gizi
terhadap perkembangan balita. Sesuai dengan terhadap perkembangan balita. Dalam
pendapat Hidayat (2008) perkembangan setiap penelitiannya menyebutkan bahwa pola asuh
tahap usia berbeda – beda peningkatannya. sangat menentukan perkembangan balita.
Berbeda dengan pertumbuhan, untuk Selain itu gizi yang kurang juga akan
perkembangan banyak keterampilan yang menurunkan perkembangan balita (Hidayat,
harus dilalui oleh balita di setiap tahap fase 2008).
yaitu motorik kasar, motorik halus, sosialisasi
dan kemandirian serta bahasa. Kegiatan TPG 5. KESIMPULAN
salah satunya adalah dengan memberikan Berdasarkan pembahasan yang telah
stimulasi perkembangan yaitu dengan dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
penyuluhan dan APE. Dengan penyuluhan ini Pada monitoring dari triwulan pertama, kedua
maka ibu balita akan lebih banyak tahu tentang dan ketiga ada pengaruh perkembangan balita
stimulasi perkembangan terutama sesuai dengan kegiatan TPG di Kecamatan
dengan tahap perkembangan balita. Tembelang Kabupaten Jombang.
Perkembangan balita butuh monitoring khusus
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 94

REFERENSI
1. Anggidin, Syaflini.2012.Kegiatan
Inovatif dalam Mendukung
Pemberdayaan Masyarakat dalam
Meningkatkan Status Gizi Masyarakat
Desa NICE.komunitas fasilitator
gizi.com. Diakses tanggal 11 Mei 2012.
2. De Caballero E, Sinisterra O, Lagrutta F,
Atalah E. 2004.Assessment of the
nutritional impact of the complementary
feeding program of Panama in children
under five years old. 54(1):66-71.
(Abstr.).
3. Dinas Kesehatan Kab. Jombang.
2009.Profil Dinas Kesehatan kab.
Jombang, Jombang.
4. Purwaningsih, E.2009.Pengaruh
Suplementasi Seng dan Besi terhadap
Pertumbuhan, Perkembangan Psikomorik
dan Kognitif Bayi Uji Lapangan di
Indramayu Jawa
Barat.eprint.undip.ac.id.Diakses pada
tanggal 3 September 2009
5. Soetjiningsih.2008.Tumbuh Kembang
Anak, Jakarta : EGC.
6. Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 95

ANALISIS AKURASI GLASGOW COMA SCALE (GCS) DALAM MEMPREDIKSI


MORTALITY PASIEN CEDERA KEPALA

Riki Ristanto1), Amin Zakaria2)


1
Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes RS. dr. Soepraoen Malang
rikiristanto1983@gmail.com
2
Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes RS. dr. Soepraoen Malang
dhilahanin88@gmail.com

Abstract

Background. Measurement of severity and mortality predictions in cases of head injury is an


important step to support appropriate, effective and efficient clinical decision-making. Glasgow
Coma Score (GCS) is physiologycal scoring systems that can be used as predictors of mortality of
head injury patients. The objective of the study was to know accuracy GCS as a predictor of mortality
of head injured patients. Method. The observational analytic study with this retrospective cohort
design approach was carried out at dr. Iskak Tulungagung on Medical Record. Data taken from all
patient medical records from January 2016 to July 2017 amounted to 150 medical records. Variables
used were GCS scores when patients were admitted to hospital IGD as well as patient mortality data
within 7 days of treatment. The data obtained is then processed with SPSS 20 using Mann Whitney
Test, logistic regression. Results. Based on Mann-Whitney test results, p value GCS = 0,000, based
on multivariate logistic regression test, GCS has sensitivity 0.7586, specificity 0.7934, Positive
Predictive Value (PPV) 0.468, and Negative Predictive Value (NPV) 0.932. Conclusion. GCS is a
good predictor of mortality in cases of head trauma with sensitivity 0.7586, specificity 0.7934, PPV
0.468, and NPV 0.932.
Keywords: Accuracy, GCS, Head Injury Patient, Mortality.

1. PENDAHULUAN Adanya sistem skoring dari Glasgow


Cedera kepala merupakan kondisi trauma Coma Scale akan dapat membantu menentukan
yang menjadi salah satu penyebab utama pasien mana yang memiliki survival rate yang
kematian dan kecacatan akibat trauma. Kasus masih bagus dan dapat dioptimalkan dengan
cedera kepala selalu membutuhkan strategi pengobatan yang efektif dan efisien
penanganan yang serius, komprehensif, dan (Tjahjadi et al., 2013). Oleh karena itu, tujuan
cepat yang bertujuan untuk menurunkan angka penelitian ini adalah ingin menegtahui
morbiditas dan mortalitasnya. Pengukuran kemampuan GCS dalam memprediksi
keparahan trauma pada kasus cedera kepala mortality pada pasien trauma kepala.
(model prognosis) adalah langkah yang sangat
penting untuk mendukung pengambilan 2. METODE
keputusan klinis yang tepat, merencanakan Penelitian observasional analitik dengan
strategi pengobatan yang efektif dan efisien, pendekatan desain cohort retrospektif ini
hemat waktu dan biaya serta dapat mencegah dilaksanakan di Rumah Sakit dr. Iskak
kecacatan dan mortality pasien cedera kepala Tulungagung pada bagaian Rekam Medis.
(Kung et al, 2011; Ting et al, 2010; Tjahjadi et Data diambil dari semua rekam medis pasien
al, 2013). bulan Januari 2016 hingga Juli 2017 berjumlah
Terdapat berbagai cara penilaian 150 rekam medis dengan kriteria inklusi adalah
prognosis pada kasus trauma kepala, salah satu data rekam medis dengan nilai ISS ≥ 15,
diantaranya adalah dengan menggunakan memiliki data GCS pada lembar triage, dan
Glasgow Coma Score (GCS). Penilaian data dengan rentang usia pasien 20-65 Tahun.
menggunakan GCS menggunakan komponen Kriteria ekslusinya adalah data rekam medis
respon mata, verbal, dan motorik. Namun, dengan luka bakar serius, intoksikasi dan
menurut Rapsang & Shyam (2015) saat ini PPOK, dan data pasien rujukan dan pasien
masih belum ada sistem penilaian trauma yang yang pindah rumah sakit sebelum 7 hari
ideal untuk diterapkan. perawatan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 96

Dilakukan pengumpulan data dasar Tabel 3. Diskriptif data Responden


berupa: jenis kelamin, mekanisme cedera, dan Penelitian
mortality pasien dalam 7 hari perawatan. Data Variabel Rerata Median Mini Maksi
GCS yang digunakan data GCS saat pasien mum mum
masuk IGD rumah sakit. Penilaian GCS (Tabel Usia 40,17 40 19 68
1) terdiri dari tiga komponen yaitu: respon Score ISS 25,19 26 17 38
membuka mata, respon motorik dan respon Score 9,06 9 3 14
verbal. Data yang didapatkan kemudian diolah GCS
dengan SPSS 20.0 menggunakan Uji Mann Sumber : Data primer diolah, 2017
Whitney dan regresi logistik
Pada tabel 2 yang merupakan karakteristik
Tabel 1. Penilaian GCS (Rapsang & Shyam, responden penelitian, didapatkan bahwa
2015) trauma kepala lebih banyak terjadi pada laki-
No Respon Nilai laki (71,3%), dengan mekanisme cedera
1 Eye: terbanyak kecelakaan lalu lintas (88,7%).
Membuka spontan 4 Penderita trauma kepala lebih banyak yang
Membuka terhadap rangsangan 3 hidup hingga hari ke 7 perawatan (75%).
suara 2 Berdasarkan hasil pada tabel 3, kejadian cedera
Membuka terhadap nyeri 1 kepala rata-rata terjadi pada usia 40,17 (19-68)
Tidak ada tahun. Berdasarkan penilaian Score ISS,
2 Verbal: diperoleh nilai mediannya 26 dengan rerata
Orientasi baik 5 25,19 (17-38), dan terbanyak mengalami
Orientasi terganggu 4 cedera kepala sedang dengan rerata 9,06 (3-
Kata-kata tidak jelas 3 14).
Suara tidak jelas 2
Tidak ada respon 1 Tabel 4. Hasil analisis uji Mann-Whitney
3 Motorik: n Mortality Median p
Mampu bergerak 6 pasien (Min-Max)
Melokalisasi nyeri 5 Mati Hidup
Fleksi menarik 4 GCS 150 47 103 9 (3-14) 0,000
Fleksi abnormal 3
Sumber : Data primer diolah, 2017
Ekstensi 2
Tidak ada respon 1
Berdasarkan hasil analisis uji Mann-
Whitney, semua p value dari variabel GCS
3. HASIL <0.05, sehingga disimpulkan bahwa terdapat
Tabel 2. Karakteristik Responden hubungan yang bermakna antara mortality
Penelitian pasien dalam 7 hari perawatan dengan score
n % GCS di awal masuk IGD.
Jenis Kelamin
Laki-laki 107 71,3 Tabel 5. Hasil analisis multivariat regresi
Perempuan 43 28,7 logistik GCS.
Mekanisme Cedera Variabel Koefisien P
Kecelakaan lalu lintas 133 88,7
Langkah GCS 0,495 0,000
Jatuh 10 6,7
1 Constanta -3,405 0,000
Trauma benda tumpul 7 4,7
Mortality dalam 7 hari Sumber : Data primer diolah, 2017
Hidup 103 68,7
Meninggal 47 31,3 Berdasarkan hasil analisis uji multivariat
Total 150 100 regresi logistik, maka dapat diinterpretasikan:
Sumber : Data primer diolah, 2017 1. Variabel GCS berpengaruh terhadap
mortality pasien cedera kepala dalam 7
hari perawatan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 97

2. Persamaan pada GCS adalah y = -3,405 + Keselamatan Lalu Lintas di Bank Dunia, Jose
(0,495) (GCS). Luis Irigoyen, negara-negara berkembang
3. Variabel GCS, memiliki korelasi positif seperti Indonesia menyumbang 90% jumlah
terhadap survival pasien cedera kepala kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Setiap
dalam 7 hari perawatan. hari rata-rata 120 orang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas di Indonesia dengan 60%
Tabel 6. Nilai AUC dan p Value Uji Hosmer kematian berasal dari pengendara roda dua atau
and Lamesho pada GCS tiga dan 80%nya korbannya adalah laki-laki.
Nilai p Value Uji Hosmer Dengan uji Mann-Whitney didapatkan
AUC and Lamesho bahwa GCS memiliki hubungan yang
GCS 0,818 0,231 bermakna dengan mortality pasien dalam 7 hari
Sumber : Data primer diolah, 2017 perawatan. Menurut kesimpulan hasil
penelitian ini, GCS memiliki hubungan yang
Nilai p value dari GCS memiliki nilai p bermakna sekaligus berpengaruh terhadap
value > 0.05. Sehingga disimpulkan bahwa mortality pasien cedera kepala. Hasil tersebut
GCS memiliki kalibrasi yang baik. Nilai AUC menunjukkan bahwa hasil pengukuran GCS
dari GCS adalah 0.818, dengan interpretasi secara tidak langsung menunjukkan tingkat
sangat kuat. Sehingga GCS memiliki keberfungsian otak sebagai pusat kontrol
diskriminasi dan kalibrasi yang baik. fungsi organ dari seluruh tubuh manusia,
kegagalan fungsi organ dapat berdampak
Tabel 7. Akurasi GCS langsung pada kelangsungan hidup seseorang.
Kemampuan Prediksi % Menurut hasil penelitian Grace & Borley
Hidup Mati (2008), pasien cedera kepala dengan GCS 15
GCS 22 25 46,8 memiliki prediksi mortality sebesar 1%,
7 96 93,2 sedangkan GCS 8 - 12 memiliki prediksi
Sumber : Data primer diolah, 2017 mortality yang meningkat menjadi 5% dan
pasien cedera kepala dengan GCS 8 prediksi
Berdasarkan hasil analisis uji multivariat mortalitynya naik menjadi 40%. Menurut
regresi logistik, GCS memiliki sensitivity Signorini (1999), GCS dapat digunakan untuk
(a/(a+c))= 22/29= 0.7586 (75.86%), specificity memprediksi risiko kematian di awal trauma.
(d/(b+d))= 96/121= 0,7934 (79,34%), Positive Bahkan menurut hasil penelitian dari Mahdian
Predictive Value (PPV) (a/(a+b))= 22/47= et al. (2014), GCS lebih sensitif daripada
0.468 (46.8%), dan Negative Predictive Value prediksi dengan cerebral state index.
(NPV) (d/(c+d))= 96/103= 0.932 (93.2%). Pengukuran GCS secara tidak langsung
menunjukkan tingkat keberfungsian otak
4. PEMBAHASAN sebagai pusat fungsi kontrol seluruh organ
Data yang didapat menunjukkkan bahwa pada tubuh manusia dan alat ukur kuantitatif
pada periode pengambilan sampel, rerata usia berat ringannya cedera yang terjadi pada pasien
penderita cedera kepala adalah 40,17 (19-68) dengan truma kepala (Ting et al., 2010).
tahun, dengan prevalensi laki-laki yang Menurut hasil penelitian Grace & Borley
terbanyak (69,8%), dan mekanisme cedera (2008), bahwa pasien cedera kepala dengan
terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas GCS 15 maka tingkat kematiannya 1%, GCS 8
(88,7%). Hasil tersebut bersesuaian dengan - 12 tingkat kematiannya 5% dan GCS 8
hasil penelitian Tjahjadi et al. (2013) yang tingkat kematiannya naik menjadi 40%.
menyatakan bahwa jumlah pasien laki-laki Sehingga semakin rendah hasil penilaian GCS,
yang mengalami cedera kepala (61 orang atau maka semakin berat tingkat kerusakan
81.96%) lebih banyak dibandingkan jumlah neurologis maka semakin buruk pula prognosis
pasien perempuan (11 orang atau 18.04%). pasien cedera kepala (Ting et al., 2010).
Menurut Amanda & Marbun (2014), laki- Hasil penilaian GCS bergantung pada
laki adalah korban kecelakaan yang paling respon serebrum terhadap rangsangan aferen.
banyak di Indonesia, bahkan jumlahnya Variasi dari nilai GCS disebabkan oleh
termasuk dalam lima besar penyebab utama gangguan fungsi serebrum atau gangguan di
kematian di Indonesia. Menurut Spesialis batang otak yang mempengaruhi jalannya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 98

rangsangan ke hemisfer serebrum (Irawan et menurunkan kemungkinan mortality klien


al., 2010; Wilkinson & Lennox, 2005). cedera kepala.
Sehingga semakin rendah hasil penilaian GCS,
maka semakin berat tingkat kerusakan 5. SIMPULAN
neurologis yang dialami oleh serebrum atau GCS merupakan prediktor mortality yang
batang otak (Ting et al., 2010). Oleh karena itu, baik pada kasus trauma kepala dengan
GCS menjadi faktor penting yang harus diukur sensitivity 0.7586, specificity 0.7934, PPV
pada pasien dengan cedera kepala (Jennet, 0.468, and NPV 0.932.
2005). Karena selain berfungsi sebagai alat
untuk mengevalusi tingkat kesadaran pasien REFERENSI
dan menilai status klinis pasien, GCS juga 1. Amanda, Gita & Marbun, Julkifli. 2014.
menjadi alat prognosis untuk pasien yang Indonesia Urutan Pertama Peningkatan
mengalami cedera kepala (Kung et al., 2011). Kecelakaan Lalu Lintas.
Menurut Brazinova et al. (2010) http//republika.co.id. Diakses tanggal 24
prognosis pasien cedera kepala dipengaruhi Juli 2016 Pukul 09.11 WIB.
oleh GCS pasien tersebut, GCS merupakan 2. Brazinova, A., Mauritz, W., Leitgeb, J.,
parameter dalam menentukan prognosis pasien Wilbacher, I., Janciak, I. 2010. Outcome
cedera kepala, semakin kecil nilai GCS, maka of Patients With Severe Traumatic Brain
semakin buruk pula prognosis pasien cedera Injury Who Have Glasglow Coma Score
kepala. Fungsi lain dari pengukuran GCS saat Scores of 3 or 4 and Are Over 65 years
pertama kali pasien cedera kepala masuk Old. Neurotrauma. 27(9): 1549-55.
rumah sakit adalah untuk memprediksi tingkat 3. Grace, P.A. Borley, N.R. 2008. At Glance
Disability Rating Scale (DRS) saat pasien Ilmu Bedah. Jakarta, Erlangga.
keluar dari rumah sakit, dengan kemampuan 4. Irawan, H., Setiawan, F., Dewi, Dewanto
prediksi sebesar 71%-77% unuk disabilitas G. 2010. Perbandingan glasgow coma
keseluruhan dan prediksi disabilitas sedang- Score dan revised trauma score dalam
berat sebesar 69 - 83% (Irawan et al., 2010; memprediksi disabilitas pasien trauma
Poon et al., 2005; Zafonte et al., 1996). kepala di RS. Atma Jaya. Majalah
Hasil uji akurasi, GCS memiliki Kedokteran Indonesia. Vol. 60. No. 10.
sensitifitas sebesar 75.86% dan spesifisitas 5. Jennet, B. 2005. Development of Glasgow
sebesar 0.7934 atau 79.34%. Hasil tersebut Coma and Outcome Score. Nepal Journal
dipengaruhi oleh tingkat rata-rata GCS pasien of Neuroscience. 2 (1) : 24-28.
yaitu 9, hasil itu menunjukkan bahwa tingkat 6. Kung, Woon-Man, Tsai, Shin-Han, Chiu,
cedera terbanyak adalah cedera otak sedang. Wen-Ta, Hung, Kuo-Sheng, Wang, Shin-
Pada kondisi cedera otak sedang, tubuh masih Ping, Lin, Jia-Wei, & Lin, Muh-Shi. 2011.
memiliki kemampuan untuk melakukan Correlation between Glasgow coma score
mekanisme kompensasi, yang bertujuan untuk components and survival in patients with
menstabilkan atau menciptakan kondisi traumatic brain injury. Injury, 42(9), 940-
homeostasis pada tubuh. Proses penstabilan 944. doi:
kondisi akan nampak dari beberapa upaya http://dx.doi.org/10.1016/j.injury.2010.09
tubuh yang bersifat otomatis, yang pada .019
akhirnya akan berdampak pada status 7. Mahdian, M., Fazel, M.R., Fakharian, E.,
hemodinamik dalam tubuh. Tubuh akan Akbari, H., Mahdian, S. 2014. “Cerebral
meningkatkan kerja fungsi jantung dan paru State Index Versus Glaslow coma Score
demi mempertahankan oksigenasi dan As A predictor for In Hospital Mortality
kecukupan kebutuhan nutrisi otak yang sedang in Brain Injured Patients.” Chinese
mengalami cedera. Maka pada seorang klien Journal of Traumatologi. 17(4): 220-224.
dengan kondisi cedera kepala sedang akan 8. Poon, W.S., Zhu, X.L., Ng, SCP., Wong,
dijumpai adanya peningkatan nadi, tekanan GKC. 2005. Predicting one year clinical
darah dan RR. Apabila mekanisme outcome in traumatic brain injury (TBI) at
homeostasis tersebut berhasil, maka akan the beginning of rehabilitation. Acta
berdampak pada pulihnya kembali fungsi Neurochir. 93:207-8.
neurologis otak yang pada akhirnya dapat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 99

9. Rapsang, A. G., & Shyam, D. C. 2015.


Scoring Systems of Severity in Patients
with Multiple Trauma. Cirugía Española
(English Edition), 93(4), 213-221. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cireng.2013.1
2.031
10. Signorini, D. F., Andrews, P. J., Jones, P.
A. 1999. Predicting survival using simple
clinical case study in traumatic brain
injury. Journal Neuoral Neurosurg
Psychitry. 60: 20-25.
11. Ting, Hsien-Wei, Chen, Ming-Shung,
Hsieh, Yueh-Chun, & Chan, Chien-Lung.
2010. Good Mortality Prediction by
Glasgow Coma Score for Neurosurgical
Patients. Journal of the Chinese Medical
Association, 73(3), 139-143. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/S1726-
4901(10)70028-9.
12. Tjahjadi, M., Arifin, M. Z., Gill, A. S., &
Faried, A. 2013. Early mortality predictor
of severe traumatic brain injury: A single
center study of prognostic variables based
on admission characteristics. The Indian
Journal of Neurotrauma, 10(1), 3-8. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnt.2013.04.0
07.
13. Wilkinson, I., Lennox, G. 2005. Essential
neurology. 4th ed. Oxford: Blackwell
Publishing.
14. Zafonte, R.D., Hammond, F.M., Mann,
N.R., Wood, D.L., Millis, S.R., Black,
K.L. 1996. Revised trauma score: an
additive predictor of disability following
traumatic brain injury?. Am J Phys Med
Rehabil. 75:456-61.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 100

GAMBARAN TINGKAT TURNOVER PERAWAT, MOTIVASI, DAN KINERJA


PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM HASANAH MOJOKERTO
Arief Fardiansyah1), Abdul Muhith2) Mukhammad Himawan Saputra3) Fenty4)
1
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: arieffardiansyah123@gmail.com
2
Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: abdulmuhith@gmail.com
3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: mhimawansaputra@gmail.com

Abstract
In Indonesia nurse turnover often occurs in private hospitals, because private hospitals are a form
of company that has internally regulated rules and guidelines or commitments. The nurse's turnover
is influenced by work dissatisfaction factors due to inadequate compensation, unclear hospital
regulation, no appreciation and self-improvement so that employee commitment is low. This study
aims to determine the motivation and performance of nurses with many levels of nurse turnover. This
type of descriptive research using Cross Sectional approach. Sample of 16 respondents,
Proportionate Random Sampling Sampling Technique. The measuring tool used is the questionnaire.
The results showed that most nurses with moderate motivation were 8 respondents (50%), and most
of the nurses with moderate performance were 9 respondents (56.25%). Based on the results of
research conducted got results that high turnover rate influential with the motivation and
performance of nurses in the room. So the research is expected to be a reference for hospitals and
nurses to reduce the number of turnover and improve the motivation and performance of nurses.
Keywords: Turnover, Motivation, Performance

1. PENDAHULUAN dengan pengumpulan data melalui kuesioner


Perawat merupakan salah satu profesi dengan jumlah responden sebanyak 129
yang memiliki peranan paling penting dalam perawat, didapatkan hasil bahwa perawat yang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. berada pada kategori puas berjumlah 89,9%
Kondisi lingkungan kerja yang buruk, upah dan perawat yang berada pada kategori tidak
kerja yang minim, jam kerja yang melewati puas berjumlah 10,1%.Hasil studi pendahuluan
batas, tidak adanya jaminan sosial merupakan yang dilakukan pada 24 Januari 2017 di Rumah
penyebab utama terjadinya Turnoverpada Sakit Islam Hasanah Mojokerto dari 164 orang
karyawan.Dampak negatif yang dirasakan karyawan diantara nya ada 62 orang perawat.
akibat terjadinya turnover pada perusahaan Terdapat 23 (37,1 %) perawat keluar dalam
yaitu pada kualitas dan kemampuan untuk periode waktu tahun 2016, 5 orang (21,7%)
menggantikan karyawan yang keluar dari dikarenakan masa kontrak habis, 17 orang
perusahaan, yang membutuhkan waktu serta (73,9%) dikarenakan mengundurkan diri, dan 1
biaya baru dalam merekrut karyawan baru orang (4,3%) berpindah tugas.
(Waspodo dkk, 2013). Tingginya tingkat turnover melemahkan
Pada tahun 2020, diperkirakan akan ada struktur sistem keperawatan dan menghambat
kekurangan hampir 1 juta perawat di Amerika implementasi yang tepat dari proses dan
Serikat. Hal ini di dukung oleh laporan hasil prosedur keperawatan.Turnover dapat berupa
survei di fasilitas keperawatan yang dilakukan pengunduran diri, perpindahan keluar unit
oleh American Healt Care Association organisasi, pemberhentian, atau kematian
(AHCA) tahun 2011, ada sekitar 2 juta pekerja anggota organisasi.Peningkatan turnover dapat
yang bekerja di fasilitas keperawatan di seluruh menyebabkan peningkatan beban kerja
Amerika Serikat pada tahun 2010, dimana staf perawat sehingga tingkat stres perawat menjadi
perawat berjumlah 1,3 juta staf (66 lebih tinggi.
persen).Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hal ini berdampak timbulnya kelelahan
oleh (Rosbi, 2013), disatu rumah sakit swasta kerja dan dapat mengurangi motivasi perawat
di Jakarta tentang kepuasan kerja perawat untuk melakukan tugas dengan baik, sehingga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 101

dapat menyebabkan rendahnya kualitas kerja menurut WCO Turnover dikatakan tinggi jika
dan meningkatkan terjadinya morbiditas dan ≥ 7% dan rendah < 7%. Sehingga dapat
mortalitas pasien.Di pihak lain tuntutan akan disimpulkan bahwa tingkat turnover perawat di
pelayanan kesehatan yang optimal bagi Rumah Sakit Islam Hasanah Mojokerto dalam
masyarakat mengharuskan perawat bekerja kategori tinggi (37,1%) karena lebih dari
secara profesional dengan beban kerja yang (≥7%). Kemudian berdasarkan perhitungan
tinggi ( Jones, 2002 dalam Langitan, 2010). deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin,
Petronila et al mengungkapkan bahwa dapat diketahui bahwa intensi turnover dengan
pengelolaan karyawan secara efektif dan jenis kelamin perempuan cenderung lebih
efisien akan mampu mengurangi tingginya tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
tingkat turnover karyawan ke perusahaan lain, berdasarkan dengan yang dikemukakan oleh
turnover menjadi salah satu opsi terakhir bagi Robbins & Judge (2008), wanita memiliki
seseorang karyawan ketika merasakan kondisi tingkat turnover yang lebih tinggi daripada
kerja yang sudah tidak sesuai dengan harapan. pria. Karena wanita yang dimaksud Robbins
Upaya untuk mengendalikan dan adalah wanita yang sudah menikah dimana
menurunkan turnover, dapat dimulai dengan wanita memiliki dua peran dan tanggung jawab
menghilangkan Turnover karyawan (Pareke, yang besar, baik sebagai ibu rumah tangga
2007). Banyak penyebab terjadinya maupun wanita karir.
Turnoverantara lain stres kerja, lingkungan Berdasarkan karakteristik usia dapat
kerja, kepuasan kerja, komitmen diketahui bahwa intensi turnover pada usia 23-
organisasional, dan lain sebagainya. Selain 31 tahunlebih tinggi dibandingkan dengan usia
masalah ketidakpuasan dalam pekerjaan, lainnya, berdasarkan fakta yang di dapatkan di
adanya penurunan Komitmen Organisasional lapangan hal ini disebabkan harapan-harapan
akan memicu terjadinya perpindahan kerja. yang mereka inginkan di tempat kerjanya saat
Pemberdayaan sumber daya perawat mulai dari ini tidak dapat terpenuhi, sehingga mereka
proses rekruitmen, seleksi, dan penempatan, memiliki intensi turnover yang lebih tinggi.
pembinaan serta pengembangan karir harus Alasan mengapa banyak perawat yang
dikelola dengan baik, agar dapat keluar tentunya beragam, ada yang
memaksimalkan pendayagunaan tenaga dikarenakan masa kontrak habis,
perawat dan memberikan kepuasan kerja bagi mengundurkan diri dan berpindah tugas.
perawat sehingga akan mencegah perawat Kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
berkeinginan pindah kerja (turnover). misalkan saja gaji, kondisi lingkungan
pekerjaan, kurangnya penghargaan, dan
2. METODE PENELITIAN harapan pekerja akan membawa dampak buruk
Desain penelitian ini adalah Deskriptif, pada sikap kerja pekerjanya, salah satu
dengan pendekatan cross sectional. Populasi masalah dalam organisasi yang sering
dalam penelitian ini adalah 62 orang perawat didapatkan menyangkut sumber daya manusia
di RumahSakit Islam HasanahMojokerto. adalah masalah turnover.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 3.2. Motivasi perawat di Rumah Sakit
responden. Teknik pengambilan sampel dalam Islam Hasanah Mojokerto.
penelitian ini adalah Proportionate Random Berdasarkan hasil penelitian
Sampling. Instrumen yang digunakan dalam menunjukkan bahwa dari 16 responden
penelitian ini adalah Kuesioner. terdapat 3 responden (18,75%) dengan
motivasi lemah, sebanyak 8 responden (50,0%)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan motivasi sedang, dan sebanyak 5
3.1. Tingkat Turnover pada Perawat di responden (31,25%) dengan motivasi kuat. Hal
Rumah Sakit Islam Hasanah ini menunjukkan bahwa dengan tingginya
Mojokerto. tingkat turnover perawat sangat berpengaruh
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah pada motivasi perawat ruangan.
Sakit Islam Hasanah Mojokerto pada tahun Motivasi merupakan bagian penting
2016, dapat diketahui bahwa tingkat Turnover dalam meningkatkan kinerja. Motivasi
perawat sebanyak 23 (37,1%) Perawat. menurut teori kebutuhan Maslow dalam
Berdasarkan standar Turnover Pegawai Marquis dan Huston (2010) terdiri kebutuhan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 102

fisiologis, rasa aman, kepemilikan, harga diri memiliki peranan penting dalam
dan aktualisasi diri. Berdasarkan penelitian penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
yang dilakukan oleh Aniek S (2015), faktor Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja
yang berhubungan dengan turnover perawat di secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
rumah sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar seseorang pegawai dalam melaksanakan
yaitu prestasi/kemajuan di tempat kerja, tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
tanggung jawab kerja, faktor ekstrinsik, diberikan kepadanya (Muhith, 2017). Oleh
kondisi kerja, gaji, kebijakan organisasi dan karena itu organisasi tempat para perawat
administarsi serta supervisi, dan tentunya bekerja senantiasa mengusahakan
semua faktor tersebut sangat mempengaruhi peningkatkan kualitas profesionalisme mereka.
tingkat motivasi perawat. Pada motivasi Berdasarkan informasi yang didapatkan
perawat masih banyak yang kurang hal ini oleh peneliti saat penelitian, banyaknya tingkat
disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor yang turnover sangat mempengaruhi kinerja
pertarna kondisi kerja yang tidak kondusif perawat. Karena naluri setiap perawat tentunya
dengan beban kerja yang tinggi sedangkan tidak jauh berbeda mereka ingin
jumlah perawat yang terbatas. Dimana mengembangkan bakat dan kemampuan nya
pelaksanaan tugas yang rutinitas tanpa ada dalam bidang pekerjaannya, dan tentunya
pengembangan yang kreatif mereka bosan dan setiap perawat juga menginginkan
jenuh (Muhith, 2017). penghargaan dan mengembangkan dirinya
Seorang perawat tentunya sangat lebih baik lagi. Namun ada pula yang
menginginkan adanya kemajuan dan berpendapat jika banyak atau tidaknya tingkat
mengembangkan pekerjaannya. Mendukung turnover tidak berpengaruh pada kinerja yang
pendidikan berkelanjutan dapat membuat dilakukan karena jika perawat yang sudah
mereka merasa lebih berharga dan terpenuhi keluar tentu sudah tidak adda sangkut pautnya
secara profesional. Hal ini dapat meningkatkan lagi dengan pekerjaan yang mereka jalani saat
kepuasan, motivasi dan niat untuk tinggal ini.
dengan institusi saat ini. Berdasarkan
informasi yang didapatkan oleh peneliti saat 4. KESIMPULAN
penelitian, dari beberapa perawat yang ditanya Dari hasil penelitian yang didapatkan,
pendapatnya mengenai tingginya tingkat maka dapat diambil kesimpulan penelitian
turnover apakah mempengaruhi motivasi yaitu : tingkat Turnover pada perawat di
mereka dalam bekerja, mereka berpendapat Rumah Sakit Islam Hasanah Mojokerto dalam
bahwa tentu saja sangat mempengaruhi kategori Tinggi, motivasi perawat di Rumah
motivasi kerja mereka, karena pada awalnya Sakit Islam Hasanah Mojokerto sebagian besar
mereka yang bekerja solid dalam satu tim dan memiliki motivasi sedang, kinerja perawat di
saling membantu satu sama lain akan tetapi Rumah Sakit Islam Hasanah sebagian besar
karena beberapa alasan mereka tidak lagi memiliki kinerja sedang.
bekerja dalam satu tim.
3.3. Kinerja Perawat di Rumah Sakit Islam REFERENSI
Hasanah Mojokerto 1. Widiana ME, 2004. “Dampak Faktor-
Berdasarkan hasil penelitian Faktor Pemasaran Relasional dalam
menunjukkan bahwa dari 16 responden Membentuk Loyalitas Nasabah pada
terdapat 4 responden (25,0%) dengan kinerja Bisnis Asuransi”. Majalah Ekonomi.
kurang, sebanyak 9 responden (56,25%) Tahun XIV. (3) : 193-209.
dengan kinerja sedang, dan sebanyak 3 2. Aniek,S. (2015). “Faktor Yang
responden (18,75%) dengan kinerja baik. Hal Brhubungan Dengan Turnover Intentions
ini juga menunjukkan bahwa turnover juga Perawat di Rumah Sakit Ibnu Sina YW-
mempengaruhi kinerja perawat di dalam suatu UMI Makassar”.
ruangan. 3. Langitan R.E. (2010). “Faktor-faktor yang
Baik buruknya kinerja organisasi dapat mempengaruhi kejadian turnover perawat
diukur dari kinerja medis dan non medis dalam pelaksana tahun 2009 di rumah sakit
memberikan pelayanan pada pasien. Perawat Bhakti Yudha Depok” (Tesis). Depok:
adalah salah satu profesi di rumah sakit yang Universitas Indonesia.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 103

4. Marquis, L.B, & Huston J,C. (2010).


Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Teori & Aplikasi. Jakarta:
EGC.
5. Mobley, W.H. 1986. “Pergantian
Karyawan: SebabAkibat dan
Pengendaliannya”. Terjemahan. Jakarta
(ID). IPPM dan PT Pustaka Binaman
Pressindo. Terjemahan dari: Employee
Turnover: Cause, Consequences, and
Control.
6. Muhith, A & dkk. 2011. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Yogyakarta: Nuha Medika.
7. Muhith, A. 2017. “The Development Of
Nursing Care Quality Model Based On
The Analysis Of Nurse’s Performance
And Nurse’s And Patient’s Satisfaction”.
PUBLIKASI HASIL PENELITIAN, 7-14.
8. Muhith, A. 2014. Pengembangan Model
Mutu Asuhan Keperawatan, Yogyakarta:
Yuka Print.
9. Muhith, A., Saputra, M. H., & Nursalam,
N. 2017. Marketing Mix By Bed
Occupancy Ratio (BOR). Jurnal NERS,
8(1), 135-141.
10. Pareke, F. J. 2007. Hubungan Keadilan
dan Kepuasan Dengan Keinginan
Berpindah: Peran Komitmen
Organisasional Sebagai Variabel
Pemediasi. Jurnal Ilmu Sosial Dan
Politik, 9(2).
11. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008).
“Perilaku organisasi”, Edisi 12. Jakarta :
Salemba Empat.
12. Waspodo Agung AWS, Nurul Chotimah
Handayani, dan Widya Paramita . 2013.
Pengaruh Kepuasan Kerja dan Stres Kerja
terhadap Turnover Intention pada
Karyawan PT. Unitex di Bogor . Jurnal
Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI) Vol. 4, No. 1, 2013.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 104

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN (OLIVE OIL) TERHADAP RUAM POPOK


(DIAPER RASH) PADA BATITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL
KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2016

Rahma Kusuma Dewi1), Pamogsa Ratri Adha Daniyar 2)


1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri
email: rkusde@gmail.com
2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri
email: pamogsadaniyar@gmail.com

Abstract

Diaper rash is a problem the skin in the area of genital baby , characterized by the blotches red on
the diaper rash occurring result from contact continuous with the state of the environment that
happen in genitals , rectal, and the stomach bottom .The purpose of this research is to find the
influence of the provision olive oil of diaper rash in young babies in the work area of Puskesmas
Grogol Kediri 2016. Design of the study uses a pre-experimental (one group pre-post test design).
The population of the research is all infants experienced rash diapers in Grogol Kediri at May-June
about 11 children.The result showed that the majority of children were 8 ( 72,7 % ) changed after
the olive oil from being moderate to minor. However statistical tests using the wilcoxson that p-value
0,003 smaller than the α = 0,05 (.000 < 0,05) so H0 rejected dan H1 accepted, That means any impact
on the giving olive oil to diapers rash on infants in the work area of Grogol Kediri. According to the
research is expected that this research for knowledge of alternative medicine about diaper rash for
the mther and to pay more attention to the health of primarily the cleaning perianal skin.
Keywords: Perianal Skin, Diaper Rash, Olive Oil.

1. PENDAHULUAN Tujuan Penelitian ini adalah untuk


Bayi memiliki permasalahan yang luas dan mengetahui pengaruh pemberian minyak
kompleks, terutama masalah kulit. Semua bayi zaitun (olive oil) terhadap ruam popok
memiliki kulit yang sangat peka. Kondisi kulit (diaper rash) pada batita.
pada bayi yang relatif lebih tipis ini
menyebabkan bayi lebih rentan terhadap 2. METODE PENELITIAN
infeksi, iritasi, dan alergi. Gangguan kulit yang Jenis penelitian ini adalah pre-
sering timbul pada bayi antara lain dermatitis eksperimentaln. Variabel bebas pada penelitian
atopic, seborrhea, bisul, miliariasis (keringat ini adalah pemberian minyak zaitun (olive oil).
buntat), alergi, dan peradangan berupa ruam Dan Variabel dependen pada penelitian ini
kulit yang dikenal dengan diaper rash atau ruam adalah ruam popok (diaper rash).
popok. Diaper rash atau ruam popok adalah Lokasi pada penelitian ini di Kelurahan
gangguan kulit yang timbul akibat radang di Grogol Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri
daerah yang tertutup popok, yaitu di alat Tahun 2016 sedangkan waktu penelitian pada
kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha, bulan April-Mei 2016. Sampel dalam
dan perut bagian bawah (Rukiah, 2010). penelitian ini adalah sebagian batita yang
Minyak zaitun mengandung lemak baik mengalami ruam popok di Kelurahan Grogol
seperti yang terdapat pada alpukat, yang Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri pada
melembabkan dan mengenyalkan kulit dengan tahun 2016 yang berjumlah 11 batita.
kombinasi vitamin A dan E-nya, demikian Pengolahan data dengan menggunakan
menurut situs The Daily Green. Minyak zaitun program komputer SPSS versi 20. Analisa
mampu meredakan iritasi, kemerahan, rasa univariat pada penelitian ini adalah variabel
kering, atau gangguan lain pada kulit akibat dependen yang berisi tentang ruam popok
faktor lingkungan. Kita bisa mengaplikasikan (diaper rash) dan variabel independen berisi
minyak zaitun ke kulit dengan kapas, atau tentang pemberian minyak zaitun (olive oil).
tuangkan saja 2-3 tetes ke dalam moisturizer Hasil analisa dalam bentuk distribusi frekuensi
untuk meningkatkan efektivitasnya (Utami, dari tiap variabel. Pada umumnya dalam
2013). analisis ini hanya menghasilkan distribusi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 105

frekuensi dan prosentase dari tiap variabel dan popok kain dengan pembilasan yang kurang
Analisis Bivariat dilakukan dengan Uji dapat menyebabkan ruam popok (Vicki, 2007).
statistik. Kandungan vitamin E pada minyak zaitun
akan membantu melawan radikal bebas,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN penuaan kulit, dan kerusakan yang diakibatkan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan oleh paparan polusi dan sinar matahari sehingga
menggunakan uji wilcoxson diketahui bahwa mampu meredakan ruam popok yang diderita
besarnya nilai p-value 0,003 lebih kecil dari anak. Selain itu, sifat minyak zaitun sebagai
nilai α = 0,05 (.000 < 0,05) sehingga H0 ditolak antiseptic oil juga mampu menciptakan
dan H1 diterima, artinya ada pengaruh sensitivitas pada tipe kulit tertentu oleh
pemberian minyak zaitun terhadap ruam popok karenanya dapat mengurangi luas daerah ruam
pada batita di Wilayah Kerja Puskesmas popok hingga mempengaruhi kenyamanan anak
Grogol Kabupaten Kediri Tahun 2016. dan daerah perianal pun terjaga kebersihannya
Menurut hasil penghitungan dalam uji (Utami, 2013)
wilcoxon signed rank test terdapat kolom Menurut pandangan peneliti, pemberian
tingkatan yaitu mean rank dan sum of ranks minyak zaitun dapat menurunkan derajat ruam
serta kategori negative ranks , positive ranks, popok sehingga pemberian rutin dapat efektif
dan ties. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil untuk penyembuhan daripada ruam popok itu
jumlah dari negative ranks adalah 9a yang sendiri dan minyak zaitun dapat dijadikan
berarti terdapat 9 responden yang mengalami sebagai obat alternatif dari penyakit ruam pada
penurunan derajat ruam popok antara sebelum batita.
dan sesudah diberikan minyak zaitun. Pada
kategori positive ranks menunjukkan nilai 0b 4. KESIMPULAN
yang artinya tidak ada responden dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
derajat lebih berat daripada sebelum diberi dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
minyak zaitun. Sedangkan kategori ties Grogol Kabupaten Kediri pada Tahun 2016,
menunjukkan nilai 2c yang menandakan bahwa dapat disimpulkan Sebelum pemberian
derajat ruam popok antara sebelum dan minyak zaitun terdapat responden yang
sesudah diberi minyak zaitun adalah sama. mengalami ruam popok dengan derajat
Hasil uji statistik dengan menggunakan sedang sebanyak (72,7%) dan derajat berat
uji wilcoxson diketahui bahwa besarnya nilai sebanyak (27,3%), Setelah pemberian
p-value 0,003 lebih kecil dari nilai α = 0,05 minyak zaitun terdapat responden yang
(.000 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 mengalami ruam popok dengan derajat
diterima, artinya ada pengaruh pemberian ringan sebanyak (63,6%), derajat sedang
minyak zaitun terhadap ruam popok pada batita (27,3%), dan derajat berat (9,1%). Ada
di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol pengaruh terhadap ruam popok pada batita
Kabupaten Kediri Tahun 2016. sebelum dan sesudah pemberian minyak
Menurut Maryunani (2010) gejala diaper zaitun dilihat dari penurunan derajat dari
rash bervariasi mulai dari yang ringan sampai ruam popok secara bertahap.
dengan yang berat. Secara klinis dapat terlihat
gejala yang biasa ditemukan pada diaper rash REFERENSI
oleh kontak dengan iritan yaitu kemerahan 1. Magdalena, M. 2013. “Apakah Minyak
yang meluas, berkilat, kadang mirip luka Zaitun Itu “http://www.deherba.com/.
bakar, timbul bintil- bintil merah, lecet atau 2. Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Y. 2010. Asuhan
luka bersisik, kadang basah dan bengkak pada Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta
daerah yang paling lama kontak dengan popok, : CV. Trans Info.
seperti pada paha bagian dalam dan lipatan 3. Sudarti & Khoirunnisa. 2010. Asuhan
paha. Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak
Bahan kimia yang terkandung dalam Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
popok atau pada pelindung popok sekali pakai 4. Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan
dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : CV.
bayi dan anak. Selain itu, detergen, bahan Trans Info Media.
pewangi, dan pemutih yang digunakan pada
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 106

5. Apriyanti, Maya. (2012). 10 Tanaman


Obat Paling Berkhasiat&Paling Dicari.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
6. Corwin, Elizabeth, J. 2013. Buku Saku
Patofisiologi, Brahm U Pendit, Endah P.
Jakarta : EGC.
7. Haws, Paulette S. 2008 . Asuhan Neonatus
Rujukan Cepat. Jakarta : EGC.
8. K.M. Rahmah, dkk. 2012 .Asuhan
Neonatus, Bayi & Balita.Jakarta : EGC.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 107

DUKUNGAN KADER POSYANDU TERHADAP PARTISIPASI AYAH PEDULI


BALITA DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
POSYANDU CADERS SUPPORT FOR PARTICIPATION FATHER CARES
CHILDREN UNDER FIVE IN HEALTH CARE SERVICE
Heni Maryati 1), Monika Sawitri Prihatini2)
Program Studi Diploma III Keperawatan STIKES Pemkab Jombang
email : nie.maryati@gmail.com, monika.sawitri@yahoo.co.id

Abstract

The success of this program is also depends on the good or the lack of community’s participation
and the success of the posyandu’s program. Posyandu cadres should provide support to the
community to dutifully bring their children to Posyandu every month. It most generally that it is
dominated by women but different things happened in father’s Posyandu in caring the children under
five become the first childhood posyandu in Jombang that accommodate the participation of father.
This study aims to see how to cadre’s support for the participations of the under fives in todler health
effort. This research is descriptive with qualitative approach. Unit of analysis in this research is
posyandu cadre and father who participated in Posyandu dad caring toddler. The data collection
technique used is literature study, observation and direct interview. The results showed that cadre
support that encouraged the participation of fathers to deliver toddlers to posyandu included
emotional support, information support, real support and awards support. The participation of father
to bring their children to Posyandu increased in order to realize the gold generation expected
posyandu cadres continue to innovate, looking for new breakthrough in order to increase the success
of Posyandu to Posyandu Mandiri.
Keywords: Support, Posyandu cadres, Participation, Father Care for Toddlers

1. PENDAHULUAN menjadi posyandu mandiri untuk turut


Salah satu pembangunan kesehatan yang mewujudkkan generasi emas yang sehat,
akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah berakhlakl karimah, berbudi pekerti yang luhur
Semua Rukun warga/ lingkungan telah serta diharapakan para kader posyandu
memiliki minimal satu posyandu aktif yang diharapakan untuk terus berinovasi, mencari
melaksanakan kegiatan minimum sebulan terobosan baru guna menghadapi
sekali (Depkes RI, 2009). Keberhasilan permasalahan yang ada didalam (Dinkes
posyandu tergantung dari baik atau kurangnya Jombang, 2015). Partisipasi ayah peduli balita
peran serta masyarakat serta berhasil tidaknya ini dipengaruhi oleh beberapa faktor internal
program posyandu. Sudah menjadi hal yang dan eksternal, seperti pengetahuan, lama
umum kalau suasana posyandu balita tinggal, usia, pekerjaan, kebiasaan, kebutuhan,
didominasi kaum perempuan. Hal ini berbeda keluarga, lokasi posyandu, dukungan struktur
dengan kondisi posyandu ayah peduli di Dusun masyarakat, serta manfaat dari ikut
Rejoagung Desa Rejoagung yang dibentuk berpartisipasi dalam kegiatan posyandu balita
awal bulan Mei 2016. Kepedulian juga (Ife,2008). Kader Posyandu merupakan orang
keterlibatan ayah dan kader laki laki ini di yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki
posyandu diharapkan menjadi sebuah bentuk waktu serta kepedulian terhadap kesehatan
kerjasama yang baik antara ayah juga ibu masyarakat secara sukarela. Peran kader dalam
sebagai orang tua didalam memantau tumbuh penyelenggaraan Posyandu sangat besar
kembang anak. Posyandu ayah peduli di karena selain pemberi informasi kesehatan
Kabupaten Jombang ini merupakan pelopor juga sebagai penggerak masyarakat untuk
dan akan menjadi pioneer. Tidak hanya di datang ke Posyandu (Kemenkes RI,2012).
Jombang, bahkan posyandu ayah ini adalah Dukungan dari kader untuk memotivasi
salah satunya dan untuk pertama kalinya di masyarakat terutama para ayah untuk
Indonesia. Semoga keberadaan posyandu ayah berpartisipasi dengan rutin daang ke Posyandu
peduli ini semakin terus ditingkatkan hingga sangatlah penting. Dukungan tersebut
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 108

diantaranya secara emosional, dukungan memberikan penyuluhan, memberikan layanan


informasi, nyata, dan dukungan penghargaan. konsultasi maupun konseling, memotivasi,
menyampaikan informasi, dan penghargaan
2. KAJIAN LITERATUR dan melakukan pencatatan setiap kegiatan
2.1. Konsep Dukungan Kader Posyandu yang telah dilakuakan. Sesudah hari buka
Pelayanan dan Pemeliharaan kesehatan posyandu kader posyandu melakukan
tidak dapat ditangani seluruhnya oleh para kunjungan, memotivasi masyarakat untuk
dokter saja, apalagi kegiatan yang melibatkan memanfaatkan pekaranagan, penyuluhan
kelompok masyarakat luas. Dokter perilaku hidup bersih dan sehat, mengadakan
membutuhkan bantuan para tenaga paramedis, diskusi dengan masyarakat terkait kegiatan
sanitasi, gizi, ahli ilmu social dan juga anggota posyandu, serta mempelajari informasi
masyarakat yaitu tokoh masyarakat dan kader Posyandu (Kementerian Kesehatan RI,2012).
untuk melaksanakan program kesehatan Kader posyandu perlu meningkatkan
(Departemen Kesehatan RI,2005). Kader dukungan agar masyarakat terutama ayah
kesehatan atau promotor kesehatan desa peduli balita untuk berkunjung ke Posyandu.
(prokes) adalah tenaga sukarelawan yang Dukungan kader posyandu yang
dipilih oleh dan dari masyarakat dan memiliki mempengaruhi partisipasi ayah ikut mengantar
tugas untuk mengembangkan masyarakat. istri atau mengantar sendiri anak balitanya ke
Depkes RI menyebutkan kader kesehatan Posyandu antara lain Dukungan emosional
adalah tenaga sukarela yang terdidik dan yaitu kader harus lebih proaktif mendampingi
terlatih dalam bidang tertentu di tengah – ibu atau ayah yang mengantar balita ke
tengah masyarakat dan merasa berkewajiban Posyandu ; Dukungan Informasi yatitu kader
untuk meningkatkan serta membina Posyandu perlu memberikan pengumuman
kesejahteraan masyarakat dengan ikhlas dan tentang jadwal Posyandu, seperti memberikan
didasarkan panggilan jiwa untuk pengumuman di masjid, arisan warga,
melaksanakan tugas kemanusiaan. Kader pengajian, juga perlu membuat undangan
kesehatan dipilih dari masyarakat dengan untuk masyarakat agar mengetahui jadwal dan
prosedur yang disesuaikan kondisi setempat. tempat dilaksanakannya Posyandu.; Dukungan
Kader diharapkan memiliki latar belakang nyata dimana kader Posyandu perlu
pendidikan yang cukup sehingga mengkreasikan hidangan makanan dengan
memungkinkan untuk membaca, menulis serta menghias aneka macam makanan dengan
menghitung secara sederhana, mau dan mapu berbagai macam bentuk kreasi seperti bentuk
bekerja dengan sukarela, sabar dan memahami hewan, agar anak –anak lebih tertarik untuk
masyarakat. Selain itu kader yang di pilih juga berkunjung ke Posyandu. Dukungan
harus melaksanakan tugas –tugas kader secara selanjutnya adalah dukungan Penghargaan
fisik, memiliki penghasilan sendiri dan tinggal yaitu kader Posyandu perlu memberikan
tetap di desa yang bersangkutan, aktif dalam reward kepada ayah yang rutin setiap bulan
kegiatan social dan pembangunan di desa, ikut mengantar istri atau mengantar sendiri
dikenal masyarakat, dapat bekerja sama anaknya berkunjung ke Posyandu seperti
dengan calon kader lain, dan sanggup membina memberikan piagam atau hadiah (Firdausiyah
paling sedikit 10 kepala keluarga Jinani,dkk, 2016).
(Zulkifli,2004). Kader Posyandu sendiri 2.2. Konsep Partisipasi
memiliki tugas sebagai berikut : Sebelum hari Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat
buka posyandu melakukan persiapan, secara sukarela dalam perubahan yang
menyebarluaskan informasi mengenai hari ditentukan sendiri oleh masyarakat. Selain itu
buka posyandu melalui pertemuan warga partisipasi juga diartikan sebagai keterlibatan
setempat, melakukan pembagian tugas antar masyarakat dalam upaya pembangunan
kader, melakukan koordinasi dengan petugas lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri
kesehatan dan menyiapkan bahan penyuluhan (Mikkelsen 2003). Adi (2007) menjelaskan
dan pemberian makanan tambahan. Saat hari lebih jauh mengenai partisipasi bahwa
buka posyandu melakukan pendaftaran,, masyarakat terlibat dalam program
memberikan pelayana kesehatan, membimbing pemberdayaan mulai dari proses
dan membantu melakukan pencatatan, pengidentifikasian masalah dan potensi yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 109

ada di dalam masyarakat, pemilihan dan partisipasi para laki –laki juga karena mereka
pengambilan keputusan tentang alternative memahami pentingnya anak balita memiliki
solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan kesehatan yang baik. Keadaan ini mendorong
upaya mengatasi masalah dan keterlibatan mereka untuk berpartisipasi dan untuk dating
masyarakat dalam proses mengevaluasi memanfaatkan pelayanan posyandu. Begitu
perubahan yang terjadi. Dalam penelitian ini, pula faktor lama tinggal, usia, kebiasaan serta
yang dimaksud dengan partisipasi ayah peduli pekerjaan yang mayoritas tani, wirausaha dan
balita adalah keikutsertaan para suami/ ayah pedagang memundahkan mereka untuk
yang terlibat aktif dalam pelayanan kesehatan berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
balita di Posyandu ayah peduli balita. Adapun balita di posyandu. Adapun hal –hal yang
bentuk partisipasi adalah sebagai berikut diperoleh dari faktor eksternal adalah adanya
:Menurut Hamidoyo (dalam Sastropoetro, dukungan dari keluarga (istri), serta adanya
2004) membedakan bentuk partisipasi dalam kemudahan mencapai lokasi posyandu, dimana
lima bentuk yaitu partisipasi buah pikiran, letak posyandu relative dekat dengan rumah,
tenaga, ketrampilan, materi dan harta benda, yang bisa dicapai dengan berjalan kaki. Dalam
partisipasi social. Partisipasi buah pikiran hal berorganisasi para partisipan mayoritas
partisipasi ini diwujudkan dengan memberikan tidak mempunyai pengalaman organisasi tetapi
pengalaman dan pengetahuan guna tetap berpartisipasi dalam pelayanan posyandu
mengembangkan kegiatan yang diikutinya. balita. Tidak adanya penghargaan juga tidak
Sumbangan pemikiran diarahkan kepada menyurutkan partisipan untuk berpartisipasi
penataan cara pelayanan dari lembaga atau dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu,
badan yang ada, sehingga dapat berfungsi baik sebagai kader maupun yang rutin
social secara aktif dalam pemenuhan memanfaatkan pelayanan posyandu. Hal
kebutuhan anggota masyarakat Partisipasi tersebut terutama di dorong oleh keinginan
tenaga Partisipasi jenis ini diberikan dalam yang kuat dari kader untuk bisa membantu
bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha – usaha pelayanan di posyandu, begitu juga dengan
yang dapat menunjang keberhasilan dari suatu para ayah yang mempunyai balita yang
kegiatan . Partisipasi ketrampilan Jenis merasakan manfaatnya. Dengan keikutsertaan
ketrampilan ini memberikan dorongan melalui mereka di posyandu manfaat yang ada itu
ketrampilan yang dimilikinya kepada anggota dirasakan oleh mereka. Adanya dukungan
masyarakat lain yang membutuhkannya. masyarakat lainnya membuat para partisipan
Kegiatan ini biasanya diadakan dalam benu tetap percaya diri ketika mereka berpartisipasi
latihan bagi anggota masyarakat. Partisipasi ini dalam pelayanan kesehtan balita, baik menjadi
pada umumnya bersifat membina masyarakat kader maupun ayah yang membawa anaknya
agar dapat memiliki kemmpuan memenuhi ke posyandu.
kebutuhannya. Partisipasi uang (materi) dan
harta benda Partisipasi ini adalah untuk 3. METODE PENELITIAN
memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian Penelitian ini menggunakan metode
kebutuhan masyarakat yang memerlukan kualitatif peneliti berusaha mencari fakta data
bantuan. Selain uang, partisipasi juga kemudihan mendeskripsikan mengenai
memberikan alat alat kerja yang berguna bagi Dukungan kader terhadap partisipasi ayah
kelangsungan program/kegiatan. Partisipasi peduli balita di Posyandu ayah peduli balita.
social Partisipasi ini biasanya dilakukan Subjek penelitian (informan) dalam penelitian
sebagai tanda perkumpulan atau paguyuban ini adalah ayah yang mengantar balita ke
warga desa, seperti kegiatan arisan, menghadiri posyandu ayah peduli di Dusun Rejoagung
upacara kematian, dan lain – lain. Desa Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten
Sedangkan bentuk bentuk partisipasi Jombang. Pengumpulan data dengan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu wawancara mendalam , observasi dan
faktor internal dan eksternal. Faktor internal dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data
dapat dilihat dari adanya pengetahuan yang dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
baik tentang pentingnya kesehatan serta teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu
perlunya kesehatan tersebut dimiliki oleh triangulasi. Analisis data dilakukan secara
setiap anggota keluarga. Kemudiahan interaktif melalui proses reduksi data,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 110

penyajian data, dan verifikasi atau penarikan pemantauan balita yang datang ke posyandu.
kesimpulan. Daftar ini berisikan informasi seperti nama
anak, nomor pendaftaran, tanggal pertama kali
4. HASIL DAN PEMBAHASAN datang, berat badan dan tinggi badan pertama
4.1. Gambaran umum posyandu balita kali datang, dan hasil penimbangan setiap kali
Dusun Rejoagung Desa Rejoagung datang ke posyandu. Kemudihan di form ini
Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang juga tercatat siapa saja yang aktif dan tidak
Posyandu balita Rukun warga (RW) 5 aktif datang setiap bulannya. Sejak pertama
Dusun Rejoagung Desa Rejoagung Kecamatan kali terbentuk, pelayanan yang diberikan
Ploso Kabupaten Jombang merupakan lokasi adalah pelayanan lima meja bagi bayi dan
penelitian Dukungan Kader Terhadap balita. Pelayanan bagi bayi dan balita di mulai
Partisipasi Ayah peduli Balita dalam Upaya dari pendaftaran, penimbangan, pencatatan
Pelayanan Kesehatan. Pada awal berdirinya, Kartu. Usia balita yang datang ke Posyandu ini
posyandu ini di motori oleh ketua posyandu mulai dari 0 bulan sampai 60 bulan. Semua
yaitu ketua kader posyandu RW 5 dan ibu – ibu balita mendapatkan pelayanan penimbangan,
lainnya yang mempunyai motivasi tinggi untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pemberian vitamin, imunisasi oleh bidan, dan
sekitarnya khususnya kesehatan balita. Sejak pemberian makanan tambahan.
awal berdirinya posyandu balita ini memiliki 4.2. Dukungan Kader terhadap Partisipasi
kader sejumlah 6 yang semuanya terdiri dari Ayah Peduli Balita dalam Upaya
ibu –ibu dan baru mulai tahun 2016 memiliki 3 Pelayanan Kesehatan
kader laki – laki seiring dengan di resmikannya Dari hasil temuan lapangan di Posyandu
posyandu ayah peduli balita oleh ibu ketua tim Ayah peduli Balita Dusun Rejoagung Desa
penggerak PKK Kabupaten Jombang pada Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten
awal bulan Mei 2016 yang merupakan Jombang menunjukkan bahwa Partisipasi ayah
posyandu pertama di Kabupaten Jombang yang peduli Balita yang membawa balitanya
menampung partisipasi para ayah . Kader yang maupun suami yang mendampingi istri nya ke
mengabdi di posyandu balita ini termasuk Posyandu setiap bulan merupakan upaya
kader yang aktif, dilihat dari kehadiran mereka meningkatkan pelayanan kesehatan karena
di setiap kegiatan posyandu balita. Adapun kepedulian dan keterlibatan ayah ini di
dalam menjalankan kegiatan pelayanan posyandu diharapkan menjadi sebuah bentuk
posyandu RW 5 ini mengelola dana yang kerjasama yang baik antara ayah juga ibu
berasal dari pemerintah, iuran dari masyarakat sebagai orang tua didalam memantau tumbuh
yang tidak mengikat jumlahnya. Pelaksanaan kembang anak mewujudkkan generasi emas
kegiatan hari buka posyandu balita ini sudah yang sehat, berakhlakl karimah, berbudi
menetap di pos/rumah khusus yang disediakan pekerti yang luhur. Ada 8 (delapan) ayah yang
bagi pelaksanaan hari buka posyandu di rumah hampir setiap bulan aktif menyempatkan diri
salah satu kader posyandu balita ini. Inventaris ikut membawa balita nya ke Posyandu baik
yang dimiliki posyandu balita ini meliputi datang sendiri atau bersama dengan istrinya
timbangan bayi, timbangan dacin dan seperti yang di ungkapkan salah satu ayah yang
timbangan berdiri, alat pengukur tinggi badan, mengatakan “ Setiap bulan laki –laki yang rutin
adanya KMS yang merupakan salah satu alat membawa ke Posyandu anak ya hanya kami
ukur yang penting untuk memantau berdelapan”, dan ayah lainya mengiyakan
perkembangan kesehatan balita. Informasi pernyataan salah satu ayah yang berpartisipasi
yang tertera dalam KMS Balita antara lain membawa balitanya ke Posyandu. Partisipasi
biodata diri anak, catatan pemberian imunisasi, ayah balita yang aktif membawa anaknya
pemberian kapsul vitamin A, pemantauan berat setiap bulan ke posyandu akan mendukung
dan tinggi badan anakk serta beberapa pelayanan kesehatan balita di posyandu untuk
informasi penting tentang pentingnya imuniasi mencapai tingkat derajat yang maksimal bagi
dan ASI, pengobatan diare dan penyuluhan kesehatan balita. Selain upaya yang dilakukan
gizi, di posyandu ini juga memiliki form kader, derajat kesehatan balita ini sendiri tidak
pemantauan R/1 yang merupakan daftar terlepas dari peran orang tua baik ibu maupun
catatan bulanan yang berisikan hasil ayah, yang memiliki kewajiban untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 111

senantiasa memberikan perhatian bagi masyarakat lainnya membuat para partisipan


kesehatan balita mereka. Untuk menjaga tetap percaya diri ketika mereka berpartisipasi
kesehatan balita mereka sebagai orang tua baik dalam pelayanan kesehatan balita membawa
ibu maupun ayah melakukan berbagai upaya anaknya ke posyandu. Pernyataan partisipan
seperti menjaga kualitas makanan yang yang diwakili salah satu ayah yang membawa
dikonsumsi balita serta membawa balita anaknya ke Posyandu “ adanya posyandu ini
mereka ke posyandu di RW 5 sehingga menambah pengetahuan saya tentang
kesehatan balita mereka dapat dipantau secara kesehatan anak, imunisasi, pemberian vitamin,
maksimal, baik berat badan, tinggi badan, dan didukung pernyataan partisipan lainnya
status gizi serta imunisasi yang diberikan Dari mengatakan “ iya “.Mayoritas dari para
berbagai macam bentuk partsipasi ayah dalam informan mengatakan pernah merasakan
posyandu ayah peduli balita dalam upaya langsung manfaat dari keberadaan posyandu,
pelayanan kesehatan khusunya balita, terdapat seperti mendapatkan tambahan ilmu
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang masalah kesehatan, bisa
partisipasi para orang tua terutama ayah balita memantau tumbuh kembang anak, mengetahui
dan kader laki –laki dalam upaya pelayanan cara pemberian vitamin dan imunisasi. Dengan
kesehatan balita di posyandu balita RW 5. demikian dapat disimpulkan bahwa para
Faktor –faktor tersebut dibagi menjadi dua informan mau ikut berpartisipasi dalam
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. pelayanan kesehatan balita salah satunya
Faktor internal dapat dilihat dari adanya karena telah mendapatkan manfaat dari
pengetahuan yang baik tentang pentingnya pelayanan kesehatan balita di posyandu sesuai
kesehatan serta perlunya kesehatan tersebut teori bahwa kebermanfaatan program
dimiliki oleh setiap anggota keluarga. posyandu merupakan faktor yang
Kemudihan partisipasi para laki – laki juga mempengaruhi partisipasi (Ndraha,1990).
karena mereka memahami pentingnya anak Menurut partisipan dari faktor –faktor yang
balita memiliki kesehatan yang baik. Keadaan mempengaruhi mereka membawa anaknya ke
ini mendorong mereka untuk berpartisipasi dan Posyandu tidak terlepas dari dukungan kader.
untuk datang memanfaatkan pelayanan Menurut pernyataan dari para partisipan
posyandu. Begitu pula faktor lama tinggal, mengatakan bahwa Kader sangat mendukung
usia, kebiasaan serta pekerjaan yang mayoritas keikutsertaan partispan dalam Posyandu, salah
tani, wirausaha dan pedagang memundahkan satu partisipan mengatakan “ Dukungan kader
mereka untuk berpartisipasi dalam pelayanan sangat berarti dan memotivasi saya mengikuti
kesehatan balita di posyandu. Adapun hal –hal kegiatan Posyandu ini, apalagi juga ada kader
yang diperoleh dari faktor eksternal adalah laki –laki yang membuat kita lebih nyaman
adanya dukungan dari keluarga (istri), dalam berkonsultasi dan bisa leluasa ngobrol.
dukungan kader posyandu serta adanya Pernyataan ini di ikuti partisipan lainnya yang
kemudahan mencapai lokasi posyandu, dimana mengatakan “ iya dukungan kader sangat
letak posyandu relative dekat dengan rumah, memotivasi kami. Menurut partisipan dapat
yang bisa dicapai dengan berjalan kaki. Dalam disimpulkan bahwa dukungan kader yang
hal berorganisasi para partisipan mayoritas membuat para ayah peduli balita membawa
tidak mempunyai pengalaman organisasi tetapi anaknya ke Posyandu adalah dukungan
tetap berpartisipasi dalam pelayanan posyandu emosional, Dimana para kader baik kader
balita. Tidak adanya penghargaan juga tidak perempuan maupun kader laki –laki selalu
menyurutkan partisipan untuk berpartisipasi proaktif mendampingi mereka saat di
dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu, Posyandu seperti yang diungkapkan salah satu
yang rutin memanfaatkan pelayanan posyandu. partisipan “ Kader di Posyandu ini selalu dekat,
Hal tersebut terutama di dorong oleh keinginan ramah dan mendapingi saya dan anak yang
yang kuat dari kader untuk bisa membantu hadir di Posyandu,”.Hal ini juga dibenarkan
pelayanan di posyandu, begitu juga dengan oleh pernyataan ketua kader balita “ Kami di
para ayah yang mempunyai balita yang sini selalu akrab, Posyandu ini juga kita
merasakan manfaatnya. Dengan keikutsertaan gunakan sebagai ajang bertukar pendapat
mereka di posyandu manfaat yang ada itu tentang masalah kesehatan masyarakat, dengan
dirasakan oleh mereka. Adanya dukungan adanya kader posyandu laki –laki membuat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 112

ayah yang mengantar anaknya atau ikut pernyataan salah satu Partisipan “ selama ini
istrinya mengantar anak nya ke Posyandu saya tidak pernah mendapatkan perhargaan
merasa lebih nyaman. Selain itu juga dukungan langsung seperti piagam atau hadiah, menurut
Informasi yaitu Kader selalu memberikan saya dengan mendapat pengetahuan tentang
pengumuman tentang jadwal Posyandu, kesehatan sudah senang “, disahut dengan
Seperti pernyataan salah satu partisipan yang di pernyataan partisipan lainnya yang
ikuti partisipan lainnya bahwa “Kader selalu mengatakan “iya betul “. Penghargaan
memberikan informasi tentang jadwal merupakan salah satu factor yang berperan
Posyandu, biasanya sehari sebelumnya selalu dalam partisipasi (Ife,2008) . Secara
di siarkan oleh ketua kader yang kebetulan keseluruhan para informan mengatakan tidak
suaminya juga menjadi kader di Posyandu ini”. pernah mendapatkan apresiasi atau
Partisipan lainnya mengatakan “ Selain penghargaan selama mereka berpartisipasi
disiarkan biasanya informasi juga diberikan dalam posyandu balita dalam upaya pelayanan
saat arisan maupun acara pengajian”. Serta kesehatan. Mereka sudah ikhlas dan niat
kader lain menyatakan yang penting lagi berpartisipasi dalam posyandu ayah peduli
biasanya kalau mendekati jadwal Posyandu balita, sebagian besar mengatakan dengan ikut
setiap kami ketemu kader pasti mereka tidak posyandu sering mendapatkan ilmu tentang
bosan – bosan mengingatkan secara lisan”, kesehatan sudah membuat mereka cukup
Pernyataan ini di benarkan oleh ketua kader “ senang. Hal ini di dukung pernyataan salah satu
iya kami para kader terutama saya selalu kader laki –laki “ Memang kami belum pernah
mengingatkan biasanya sehari sebelumnya memberikan penghargaan berupa hadiah atau
jadwal buka Posyandu kalau saya pas jalan – piagam tapi kami memberikan penghargaan
jalan dan ketemu masyarakat yang punya balita berupa pujian bahwa hebat kalau laki –laki
selalu saya beritahu” dan pernyataan salah satu mau peduli dengan kesehatan anaknya, begitu
kader laki-laki “ selain itu jadwal buka pula saya tertarik menjadi kader laki –laki
Posyandu juga kita informasikan melalui karena hati nurani tergerak untuk ikut
arisan, pengajian maupun secara langsung bila menyehatkan balita terutama di Dusun saya ini
ketemu masyarakat. Dukungan lainnya yang walaupun belum pernah mendapat
diberikan kader adalah dukungan nyata berupa penghargaan piagam atau hadiah tapi dengan
pemberian makanan baik berupa snack ilmu kesehatan yang saya peroleh sudah
maupun makanan ringan yang bergizi buat membuat saya senang”. Dengan demikian
balita. Pernyataan partisipan “ Setiap ke dapat disimpulkan bahwa para informan mau
Posyandu anak –anak diberikan makanan yang ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
bergizi dan menarik sehingga anak –anak balita salah satunya karena telah mendapatkan
senang kalau ke di ajak ke Posyandu”. manfaat dari pelayanan kesehatan balita di
Pernyataan ini didukung oleh ketua kader “ posyandu sesuai teori bahwa kebermanfaatan
Kami selalu berupaya memberikan makanan program posyandu merupakan faktor yang
atau snack saat anak dibawa Posyandu. Kami mempengaruhi partisipasi (Ndraha,1990).
dapat dana dari pemerintah namun kalau
kurang kadang kami iuran para kader atau 5. KESIMPULAN DAN SARAN
masyarakat yang mau memberikan sumbangan Dapat disimpulkan bahwa partisipasi yang
secara sukarela”. Dukungan nyata lainnya dilakukan para ayah untuk berpartisipasi dalam
adalah disediakannya rumah salah satu kader posyandu ayah peduli balita dalam upaya
untuk tempat Posyandu setiap bulannya, pelayanan kesehatan balita dipengaruhi oleh
seperti pernyataan kader” Saya senang bisa beberapa faktor yaitu faktor internal dan
menyediakan tempat untuk buka Posyandu di eksternal. Faktor internal dapat dilihat dari
sini, kebetulan rumah ini kosong jadi bisa adanya pengetahuan yang baik tentang
dimanfaatkan untuk tempat Posyandu”.Selain pentingnya kesehatan serta perlunya kesehatan
itu dukungan kader kepada ayah yang peduli tersebut dimiliki oleh setiap anggota keluarga.
balita dengan pemberian penghargaan atau untuk datang memanfaatkan pelayanan
reward walaupun hanya berupa pemberian posyandu. Begitu pula faktor lama tinggal,
semangat sudah membuat para ayah usia, kebiasaan serta pekerjaan mereka untuk
termotivasi menghadiri Posyandu, Seperti berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 113

balita di posyandu. Adapun faktor eksternal 5. Ife,Jim & Frank Tesoriero. 2008.
adalah adanya dukungan dari kader, dukungan Community Development : alternative
keluarga (istri), serta adanya kemudahan Pengembangan Masyarakat di Era
mencapai lokasi posyandu. Tidak adanya Globalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
penghargaan juga tidak menyurutkan 6. Kementerian Kesehatan Republik
partisipan untuk berpartisipasi dalam Indonesia. 2012. Buku pegangan kader
pelayanan kesehatan balita di posyandu. Hal posyandu setiap bulan. Jakarta : Pusat
tersebut terutama di dorong oleh keinginan Promosi Kesehatan .
yang kuat dari kader untuk bisa membantu 7. Mikkelsen. 2003. Pengantar Ilmu Politik.
pelayanan di posyandu, begitu juga dengan Jakarta : Pusat Penerbit Universitas
para ayah yang mempunyai balita yang Terbuka
merasakan manfaatnya. Dengan keikutsertaan 8. Ndraha, Talizihutu 1990, Pembangunan
mereka di posyandu manfaat yang ada itu Masyarakat: Mempersiapkan Masyarakat
dirasakan oleh mereka. Adanya dukungan Tinggal Landas. Jakarta : Rineka Cipta
masyarakat lainnya membuat para partisipan 9. Sastropoetro.2004. Partisipasi Sebagai
tetap percaya diri ketika mereka berpartisipasi Keterlibatan Mental. Jakarta : Cusio Graff
dalam pelayanan kesehatan balita yaitu adanya 10. Zulkifli, 2004. Posyandu dan Kader
Dukungan dari kader untuk memotivasi Kesehatan : USU Digital Library
masyarakat terutama para ayah untuk
berpartisipasi dengan rutin datang ke Posyandu
sangatlah penting. Dukungan tersebut
diantaranya dukungan secara emosional,
dukungan informasi, dukungan nyata, dan
dukungan penghargaan. Di sarankan agar
meningkatkan mutu menjadi posyandu mandiri
yang dapat meningkatkan mutu kualitas
pelayanannya, Posyandu ayah peduli balita
yang ada di RW 5 Dusun Rejoagung bisa lebih
mengaktifkan peran laki –laki dalam upaya
pelayanan kesehatan balita sehingga bisa
menjadi percontohan posyandu lainnya. Dan
diusahakan agar para kader semakin giat
mendorong masyarakat untuk memiliki
kesadaran akan pentingnya kesehatan.

REFERENSI
1. Adi,Isbandi Rukminto. 2007.
Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset
Komunitas Dari Pemikiran Menuju
Penerapan (Seri Pemberdayaan
Masyarakat 04). Jakarta : FISIP UI Press.
2. Departemen Kesehatan RI, 2009.
Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
3. Dinkes Kab Jombang, 2015. Posyandu
Ayah Peduli Balita. Jombang: Dinkes
Kab. Jombang.
4. Firdausiyah. J, dkk. 2016. Hubungan
Dukungan Kader Posyandu dengan
Kepatuhan Ibu Membawa anaknya ke
Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumber Wringin Kabupeten Bondowoso
(Skripsi). Jember : Fikes Unmuh Jember
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 114

UPAYA PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM PENINGKATAN


SELF EFFICACY PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
BERBASIS KONSERVASI LEVINE
Alik Septian Mubarrok1), Ahmad NurKhoiri2)
Program Studi Sarjana Keperawatan, Stikes Pemkab Jombang
Email : alikseptian@gmail.com

Abstract

Introduction : Diabetes type 2 is chronic disease that needed long term treatment, so the patient
need self management education to prevent the complications. Self management will be effective if
patient have knowledge, skills and self efficacy. One of the nursing model theory is Myra E. Levine
conservation model’s. This model is oriented towards energy conservation, structural integrity,
personal integrity and social integrity. The objectives of the research there are the effect of
empowering healt cadres through health education based on levine’s conservation to self efficacy in
diabetes type 2. Method : This research is quasi experiment research with non randomized control
group pretest posttest design. The treatment group given treatment, and the control group don’t give
treatment. Result :The result of the research indicate that there are significant difference of self
efficacy between treatment group and control group that effect of applying health education based
on levine’s conservation. Result of t test independent test at the self efficacy variable got t value
25,055 (p = 0.000). Discussion :The conclusion is the application of health education based on
levine’s conservation has significant impact in improving the self efficacy of patients with type 2
diabetes, because Levine Conservation affect the way people think (cognitive), feeling (affective),
motivational, and selection of the behavior of the selected treatment by individuals.
Keyword : Levine’s Conservation, Self Efficacy, DM type 2

1. PENDAHULUAN kecenderungan untuk selalu berada dalam


Diabetes Mellitus (DM) yang lebih sepuluh besar penyakit dengan jumlah
dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah kunjungan terbanyak di Puskesmas Sentinel
kelompok penyakit metabolik yang yang ada di Provinsi Jawa Timur pada periode
dikarakteristikkan oleh tingginya kadar 2010–2012. Kabupaten Jombang merupakan
glukosa dalam darah (hiperglikemia) karena salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin, penyakit Diabetes Melitusnya masuk dalam
atau kombinasi keduanya (ADA, 2010). daftar 15 besar penyakit dengan jumlah kasus
Keadaan hiperglikemia ini jika berlangsung terbanyak khususnya pada tahun 2015 dan
terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan 2016 sebanyak 16.380 kasus (Dinkes
dan kegagalan berbagai organ terutama mata, Kabupaten Jombang, 2016). Puskesmas
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah Kesamben merupakan Puskesmas di
(ADA, 2012). Hasil dari berbagai penelitian Kabupaten Jombang yang memiliki
epidemiologi menunjukkan adanya perkumpulan penyandang Diabetes yang diberi
kecenderungan peningkatan angka insidensi nama Paguyuban Sehat Kencing Manis
dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru (PSKM). Jumlah kasus DM di Puskesmas
dunia. World Health Organization (WHO) Kesamben pada tahun 2016 adalah sebanyak
memprediksi adanya peningkatan jumlah 559 kasus (Dinkes Kabupaten Jombang, 2016).
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada Edukasi kepada pasien dan keluarganya
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada bertujuan dengan memberikan pemahaman
tahun 2030 (PERKENI, 2011). mengenai perjalanan penyakit, pencegahan,
Prevalensi nasional penyakit Diabetes penyulit, dan penatalaksanaan DM, akan
Melitus adalah 1,1%. Provinsi Jawa Timur sangat membantu meningkatkan keikutsertaan
termasuk dalam provinsi di Indonesia yang keluarga dalam usaha memperbaiki hasil
mempunyai prevalensi penyakit DM di atas pengelolaan. Keberadaan organisasi
prevalensi Nasional. DM juga menunjukkan perkumpulan penyandang diabetes seperti
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 115

PERKENI, PERSADIA, PEDI, dan lain-lain 2. BAHAN DAN METODE


menjadi sangat dibutuhkan, karena Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi
perkumpulan tersebut dapat membantu experiment dengan design penelitian
meningkatkan pengetahuan penyandang Nonequivalent Control Group Design atau
diabetes tentang penyakitnya dan Non-Randomized Control Group Pretest-
meningkatkan peran aktif mereka dalam Postest Design, yaitu eksperiment semu
memodifikasi pengobatan DM (PERKENI, dengan membagi group yang ada tanpa
2011). Melakukan kontrol glukosa darah membedakan kontrol dan group secara nyata
merupakan hal yang terpenting di dalam dengan tetap mengacu pada bentuk alami yang
pengendalian dan pengelolaan DM selain sudah ada (Notoatmodjo, 2012).
edukasi. Kontrol DM yang buruk dapat Populasi dalam penelitian ini adalah
mengakibatkan hiperglikemia dalam jangka semua penderita DM tipe 2 di desa Jatiduwur
panjang, yang menjadi pemicu beberapa Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.
komplikasi yang serius baik makrovaskular Berdasarkan rumus besar sampel untuk analitis
maupun mikrovaskular seperti penyakit numerik berpasangan didapatkan sampel 16
jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, responden untuk masing-masing kelompok.
kerusakan saraf dan kebutaan (PERKENI, Penelitian ini menggunakan metode purposive
2011). sampling, yaitu pengambilan sampel yang
Salah satu model keperawatan yang telah bertujuan untuk mendapatkan subyek
dikembangkan dalam tata layanan keperawatan penelitian yang memiliki sejumlah
adalah model konservasi yang dikembangkan karakteristik tertentu atau mendapatkan
oleh Mira E. Levine. Model ini berorientasi kelompok penelitian yang sebanding dalam
pada konservasi energi, integritas struktural, karakteristik tertentu (Sugiyono, 2006).
integritas personal, dan integritas sosial, yang Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
berfokus pada peningkatan kemampuan klien dua variabel, yaitu varibel independent (bebas)
untuk dapat beradaptasi semaksimal mungkin dan variabel dependent (tergantung). Variabel
untuk mencapai Self Care Activity yang bebas dalam penelitian ini adalah aplikasi
optimal. Pendekatan model konservasi yang model Konservasi Levine. Sedangkan variabel
dipelopori oleh Myra Estrin Levine sesuai tergantungnya adalah self efficacy dan kualitas
untuk meningkatkan self efficacy dan Self Care hidup. Instumen penelitian ini ada 2, yaitu
Activity penderita sehingga pengelolaan kuesioner DSEQ (Diabetes Self Efficacy
diabetes dapat optimal. Questionnaire). Kuesioner DSEQ
Konsep utama model Levine terdiri dari dikembangkan oleh Hurley (2004) untuk
wholism (menyeluruh/ integritas), adaptasi dan mengukur self efficacy pasien DM tipe 2.
konservasi. Sehat yang wholism (menyeluruh) Peneliti menggunakan alat ukur ini karena alat
adalah sesuatu yang bersifat organik, ukur ini sudah terstandarisasi dan spesifik
mengalami perubahan/kemajuan, saling untuk penderita DM tipe 2 dan banyak
menguntungkan antara perbedaan fungsi dan digunakan didalam penelitian self efficacy
bagian yang ada di dalam tubuh, bersifat penderita DM tipe 2.
terbuka dan saling mempengaruhi dengan Penelitian dilakukan dalam dua tahap,
lingkungan sekitar. yaitu dengan cara mengalokasikan sampel
Model konservasi memungkinkan menjadi dua kelompok (kelompok perlakuan
perawat dapat membantu individu mencapai dan kelompok kontrol). Selanjutnya Peneliti
integritas dirinya. Model ini memberikan melaksanakan pre test self efficacy dan pada
panduan tentang bagaimana hubungan perawat kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
– klien dengan berfokus pada pengaruh dan Penelitian dilakukan selama 2 bulan. Menurut
respon klien untuk mempromosikan integritas penelitian yang dilakukan oleh Shi (2010)
klien melalui prinsip konservasi. Intervensi perubahan self efficacy dapat dilihat segera
untuk mempertahankan integritas jaringan, setelah pelaksanaan suatu intervensi.
konservasi energi, integritas personal dan Kemudian Peneliti melakukan post test
psikososial. pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Data yang terkumpul kemudian
dilakukan analisis dan diolah. Kegiatan dalam
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 116

pengolahan data meliputi: memeriksa data pada kelompok kontrol pada saat pre test
(editing), memberi kode (coding), dan sebagian besar berada dalam kategori sedang
menyusun data (tabulating). yaitu 9 orang responden (56,3 %). Sedangkan
pada saat post test, sebagian besar tingkat self
3. HASIL efficacy responden berada dalam kategori
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui tinggi sebanyak 15 orang responden (93,8 %).
bahwa tingkat self efficacy responden pada Sedangkan pada tabel 2 dapat diketahui
kelompok perlakuan sebelum intervensi, bahwa peningkatan self efficacy yang terjadi
sebagian besar berada dalam kategori sedang, pada kelompok perlakuan lebih tinggi
yaitu 9 orang responden (56,3). Setelah dibanding pada kelompok kontrol, yaitu
dilaksanakan intervensi, tingkat self efficacy peningkatan rata-rata nilai self efficacy pada
responden meningkat, yaitu sebagian besar kelompok perlakuan sebesar 19 dibandingkan
responden yaitu 8 orang (50%) mempunyai pada kelompok kontrol yang hanya sebesar
tingkat self efficacy dalam kategori tinggi. 0,15.
Sedangkan untuk tingkat self efficacy respoden

Tabel 1. Tingkat Self Eefficacy Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol


No. Tingkat Self Efficacy Perlakuan Kontrol
Pre test Post test Pre Test Post test
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Sangat Rendah - - - - - - - -
2. Rendah 5 31,2 - - 4 25 - -
3. Sedang 9 56,3 6 37,5 9 56,3 15 93,8
4. Tinggi 2 12,5 8 50 3 18,8 1 6,2
5. Sangat Tinggi - - 2 12,5 - - - -
Total 16 100 16 100 16 100 16 100

Tabel 2. Perbedaan Self Efficacy pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
No. Variabel Mean Mean Difference
Awal Akhir
1. Self efficacy kelompok perlakuan 106 125 19
2. Self efficacy kelompok kontrol 106,75 106,9 0,15

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Nilai negatif pada t menunjukkan bahwa nilai
menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov pada pre test lebih rendah dari pada nilai post test.
variabel self efficacy pada kelompok perlakuan Berdasarkan tabel 5 juga diketahui hasil uji
dan kelompok kontrol dapat diketahui bahwa paired t test pada kelompok kontrol didapatkan
nilai p > α (0,05) jadi dapat dinyatakan bahwa nilai t hitung -0,051 dan p 0,960 > 0,05 (α),
semua data terdistribusi dengan normal. artinya tidak ada perbedaan self efficacy pada
Sedangkan berdasarkan hasil uji homogenitas saat pre test dan post test. Dimana nilai negatif
sebagaimana tercantum pada tabel 5.16 dengan pada t hitung menunjukkan bahwa nilai pre test
menggunakan Uji Levene’s Test pada variabel lebih rendah dari pada nilai post test.
self efficacy dan Self Care Activity pada Sedangkan erdasarkan tabel 6 dapat diketahui
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hasil uji t test independent terhadap varibel self
dapat diketahui bahwa nilai p > α (0,05) efficacy antara kelompok perlakuan dan
sehingga dapat dinyatakan bahwa semua data kontrol, yaitu nilai t 25,055 dengan p 0,000 <
homogen. 0,05 artinya terdapat perbedaan self efficacy
Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil uji yang signifikan antara kelompok perlakuan
paired t test pada kelompok perlakuan dengan dan kelompok kontrol. Nilai positif pada t
nilai t hitung -8,061 dan p 0,000 < 0,05 (α), menunjukkan bahwa nilai self efficacy
artinya terdapat perbedaan self efficacy kelompok perlakuan lebih tinggi dari pada
sebelum intervensi dengan setelah intervensi. kelompok kontrol.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 117

Tabel 3. Hasil Uji Paired t Test Self Efficacy menyebabkan seorang pasien merasa dibatasi
pada Kelompok Perlakuan dan dalam kehidupannya.
Kelompok Kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
No. Kelompok Self T P perbedaan tingkat self efficacy pada kedua
efficacy kelompok pada saat pre test yaitu pada
1. Perlakuan Pre test -8,061 0,00 kelompok perlakuan lebih rendah dari pada
Post test 0 kelompok kontrol (kelompok perlakuan
2. Kontrol Pre test -0,051 0,96 sebagian besar dalam kategori sedang,
Post test 0 kelompok kontrol sebagian besar dalam
kategori tinggi). Hal ini berhubungan dengan
Tabel 4. Hasil Uji t Test Independent Self perbedaan faktor predisposisi yang dimiliki
Efficacy pada Kelompok oleh kedua kelompok, yaitu adanya perbedaan
Perlakuan dan Kelompok Kontrol dari lamanya waktu sakit dan tingkat
No Variabel t P df penghasilan pada kedua kelompok, yaitu rata-
1 Self efficacy rata lama sakit pada kelompok kontrol lebih
kelompok 25,055 0,00 3 lama dan rata-rata penghasilannya lebih besar
perlakuan 0 0 dari pada kelompok perlakuan. Perbedaan ini
2 Self efficacy membuat terjadinya perbedaan self efficacy
kelompok antara kedua kelompok pada saat pre test.
kontrol Karena sesuai dengan penelitian Walker
(2007), semakin lama waktu penerimaan
Hasil uji paired t test pada kelompok terhadap penyakitnya akan mempengaruhi self
perlakuan seperti tercantum pada tabel 7 efficacy pasien. Selain itu tingkat penghasilan
didapatkan nilai t hitung - 9,223 dan p 0,000 < yang lebih tinggi juga berkonstribusi dalam
0,05 (α), artinya terdapat perbedaan Self Care self efficacy karena mereka akan memiliki
Activity sebelum intervensi dengan setelah sumber daya ekonomi untuk mendapatkan
intervensi. Berdasarkan tabel 5.25 juga dapat akses pelayanan kesehatan. Selain itu pada
diketahui hasil uji paired t test pada kelompok kelompok perlakuan jumlah responden laki-
kontrol dan didapatkan nilai t hitung -1,400 dan laki lebih sedikit dari pada kelompok kontrol,
p 0,182 > 0,05 (α), artinya tidak terdapat sehingga hal ini berpengaruh terhadap
perbedaan Self Care Activity pada saat pre test perbedaan self efficacy pada kedua kelompok.
dan post test. Dimana nilai negatif pada t hitung Hal ini sesuai dengan penelitian dari
menunjukkan bahwa nilai pre test lebih rendah Mystakidou (2010) laki-laki memiliki self
dari pada nilai post test. efficacy lebih tinggi dari pada perempuan.
Peningkatan self efficacy yang terjadi pada
4. PEMBAHASAN kelompok kontrol, walaupun lebih rendah dari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self pada kelompok perlakuan disebabkan karena
efficacy pada kelompok perlakuan mengalami kelompok kontrol juga mendapatkan
peningkatan setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan di puskesmas. Walaupun
(Konservasi Levine). Model Konservasi pendidikan kesehatan yang dilakukan
Levine berfokus pada individu sebagai diberikan hanya sedikit selama 1 bulan sekali,
makhluk holistik yang berinteraksi dengan namun tetap saja di dalamnya terdapat
lingkungan. Pada pasien dengan DM terjadi informasi mengenai penyakit dan pengelolaan
penurunan kualitas hidup, hal tersebut penyakitnya. Sehingga hal tersebut akan
disebabkan oleh karena akibat penyakitnya berkonstribusi dalam peningkatan self efficacy
secara fisik, proses pengobatan, dan pasien pada kelompok kontrol. Karena sesuai
komplikasi yang ditimbulkannya. DM dapat dengan hasil penelitian Falvo di dalam Atak
menurunkan fungsi fisik oleh karena adanya (2010) yang menyatakan bahwa pemberian
komplikasi jangka panjang yang timbul, karena pendidikan kesehatan dapat meningkatkan self
penyakitnya sendiri, dan kondisi kesehatan efficacy seseorang.
yang berkaitan dengan DM. Hal lain Selama mengikuti kegiatan pasien pada
disebabkan karena tuntutan terapi yang sering kelompok perlakuan mendapatkan pendidikan
kesehatan secara lebih terstruktur, yaitu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 118

melalui penerapan Konservasi Levine. Dengan perawatan yang dipilih oleh individu. Self
penerapan Konservasi Levine maka pasien efficacy yang baik akan membuat individu
akan menjalani proses pembelajaran secara merasa mampu untuk melakukan perawatan
bertahap yang dibagi dalam empat tahapan. secara mandiri ketika berada di rumah dan
Sehingga perbedaan peningkatan self efficacy melakukan perilaku perawatan mandiri yang
pada kedua kelompok disebabkan adanya berdampak pada penurunan komplikasi dan
perbedaan cara dalam pelaksanaan pendidikan peningkatan kualitas hidupnya.
kesehatan. Dimana pada kelompok perlakuan
mendapatkan pendidikan kesehatan dengan 5.2. Saran
menggunakan konsep Konservasi Levine Perawat dapat mengaplikasikan
sedangkan pada kelompok kontrol hanya konservasi levine dalam melakukan
mendapatkan pendidikan kesehatan seperti pendidikan kesehatan pada pasien DM tipe 2
yang biasa dilakukan di puskesmas. sehingga akan lebih meningkatkan
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pengelolaan diabetes secara mandiri oleh
terdapat hubungan positif dan signifikan antara pasien dan keluarga. Penelitian lanjutan dalam
self efficacy dan Self Care Activity baik jangka waktu yang lebih lama, seperti
sebelum maupun setelah intervensi pada penelitian longitudinal atau randomized
kelompok perlakuan (p < 0,05). Selain itu control trial dengan sampel yang lebih besar
kedua kelompok juga menunjukkan dapat dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh
peningkatan nilai korelasi pada saat post test. konservasi levine terhadap self efficacy pasien
Namun nilai korelasi dan peningkatan angka DM tipe 2. Penelitian lanjutan yang lebih
korelasi pada kelompok perlakuan lebih tinggi mendalam dapat dilakukan untuk
dibandingkan pada kelompok kontrol. mengevaluasi faktor-faktor lain yang
Peningkatan angka korelasi antara berpengaruh terhadap self efficacy dan kualitas
variabel self efficacy dan Self Care Activity hidup, seperti : faktor-faktor internal dan
yang terjadi pada kelompok perlakuan yang eksternal dari penderita, misal: faktor
lebih tinggi dari pada kelompok kontrol demografi dan etnisitas penderita, tipe
disebabkan karena peningkatan self efficacy kepribadian, kualitas dukungan sosial dan lain-
pada kelompok perlakuan sebagaimana lain.
tercantum pada tabel 5.18 memang lebih tinggi
dibandingkan pada kelompok kontrol. Yang REFERENSI
kemudian hal ini menyebabkan peningkatan 1. ADA. (2010). Standards of Medical Care
Self Care Activity pada kelompok perlakuan in Diabetes 2010. Journal of Diabetes
menjadi lebih tinggi dibandingkan pada Care, Vol. 33, Supplement 1, January
kelompok kontrol. Hasil penelitian juga 2010, 11-61. Diperoleh dari
menunjukkan hubungan yang positif antara self http://care.diabetesjournals.org/ pada
efficacy dan kualitas hidup. sehingga tanggal 10 Februari 2011.
peningkatan self efficacy juga akan diikuti 2. Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala
peningkatan kualitas hidup. Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
3. Bandura, A., (1994). Self Efficacy:
5. SIMPULAN DAN SARAN Toward Unifying Theory. Psychological
5.1. Simpulan Review 1977, Vol. 84. Number. 2. 195,
Penerapan pendidikan kesehatan berbasis Diperoleh dari
Konservasi Levine memberikan pengaruh http://psycnet.apa.org/journals/. pada
yang signifikan terhadap peningkatan self tanggal 3 Februari 2011
efficacy pasien DM tipe 2 karena Konservasi 4. Bandura, A. (1997). Self Efficacy.
Levine meningkatkan kemampuan beradaptasi Diperoleh dari
dengan konservasi integritas energi, struktural, http://www.des.emory.edu/mfp/BanEncy.
personal dan sosial dalam mencapai keutuhan html pada tanggal 3 Februari 2011.
(wholeness) melalui proses berubah. 5. Boedisantoso, R. (2009). Komplikasi
Konservasi Levine mempengaruhi cara Akut Diabetes Melitus. Dalam Soegondo
individu berpikir (kognitif), perasaan (afektif), et al (Ed.). Penatalaksanaan Diabetes
motivasional, dan seleksi terhadap perilaku
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 119

Melitus Terpadu. Edisi ke-2. Jakarta : 17. Suyono, S. (2009). Kecenderungan


Balai Penerbit FKUI Peningkatan Jumlah Penyandang
6. Carey, Barbara J. Maschak. (2002). Diabetes. Dalam Soegondo et al (Ed.).
Pengkajian dan Penatalaksanaan Pasien Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Diabetes Melitus. Dalam Smeltzer dan Terpadu. Edisi ke-2. Jakarta : Balai
Bare (Ed.) Buku Ajar Keperawatan Penerbit FKUI.
Medikal Bedah : Brunner & Sudarth. 18. Tomey A.M. dan Alligood M. R. (2006).
Edisi 8. Vol 2. Alih Bahasa : Kuncara, Nursing Theorists and Their Work. 6th ed.
dkk. Jakarta : EGC. USA: Mosby Elsevier.
7. Funnel, M.M., et al., (2010).National
Standards for Diabetes Self Management
Education. Journal of Diabetes Care, Vol
33, Supp. 1, 89-96, diperoleh dari
http://care.diabetesjournals.org/. pada
tanggal 10 Februari 2011.
8. Glasgow, R.E., Tobbert D.J., Gillet C.D.
(2001). Psychososial Barrier to Diabetes
Self Management and Quality of Life.
Journal of Diabetes Spectrum. Volume
14. Number 1. 33-47. diperoleh dari
http://spectrum.diabetesjournals.org/.
pada tanggal 10 Februari 2011.
9. Kuntoro. (2008). Metode Sampling dan
Penentuan Besar Sampel. Surabaya :
Pustaka Melati
10. Kuntoro. (2008). Metode Statistik.
Surabaya : Pustaka Melati
11. Levine, M.E (1966). Adaptation and
Assesment, a rationale for nursing
information. Los Angeles: Davis.
12. Levine, M.E ( 1973). Introduction to
Clinical Nursing Los Angeles. Davis.(2nd
edition). Los Angeles: Davis
13. Perry, A.G and Potter P.A. (2005). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Volume 1. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
14. PERKENI. (2011). Konsensus
Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia 2011. Diperoleh dari
http://perkeni.net/old/ pada tanggal 2
Januari 2015.
15. Shi, Q., S. K Ostwald, and S. Wang
(2010). Improving glycaemic control self-
efficacy and glycaemic control behaviour
in Chinese patients with Type 2 diabetes
mellitus: randomised controlled trial.
Journal of Clinical Nursing. 398–404.
Diperoleh dari
http://www.clinicalnursingjournal.org/.
pada tanggal 12 Februari 2011.
16. Sugiyono (2000). Metodologi Penelitian
Administrasi.Bandung : Alfa Beta
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 120

NEONATAL INCIDENT OF HYPOGLIKEMIA IN PREGNANT WOMAN WITH


GESTASIONAL RISK DIABETES MELLITUS
Sulistiyah1, Ismiatun2 Nunung Ernawati3 Shella4
1,2,3,4
Polytechnic dr. Soepraoen Jl. Sudanco Supriyadi no 22 Malang
1
lies.anggra@yahoo.co.id, 3nunungerna@gmail.com

Abstract

Gestational diabetes mellitus (GDM) is a glucose intolerance that begins or is first identified during
pregnancy. One of the indication of GDM is the condition of hyperglycemia. Hyperglycaemia in
pregnancy is one of the metabolic disorders during pregnancy and this can develop into insulin
resistance during pregnancy (Diabetes Voice, IDF, June 2014). According to the International
Diabetes Federation (IDF) in diabetes voice, 2014, said that the estimated number of hyperglycemia
in pregnancy during 2013 was about 21.4 billion (16.9%). According to the results of rikesdas 2013
states that the prevalences of DM in Indonesia are 5.7% and 26.3% have been diagnosed while
73.7% are not diagnosed. GDM in Indonesia is 1.9% -3.6% in most pregnancies, but it is often
difficult to find due to low case detection ability. Pregnancy is a diabetogenic condition because the
placenta secretes hormones such as progesterone, cortisol, lactogen, placenta, prolactin and growth
hormone, which is a major contributor to the insulin resistance seen in pregnancy. The purpose of
this study was to analyze the correlation of neonatal hypoglycemia in pregnant women with
gestational risk. The research method used observational analytic research design with multiple
prospective cohort approach. The population of all pregnant women who did antenatal care in BPS
A and B Malang Regency, the sample size of 50 participants divided into 2 groups of case / risk
group (+) 15 people and control group / risk (-) 15 people. The sample in this research are some
pregnant women who do antenatal care at BPS A and B Malang which meet the criteria of inclusion.
The instruments used were interviews, ANC documentation and laboratory tests for maternal and
newborn blood sugar levels. The results of statistical calculation results obtained value 2 count
(Chi-square count) obtained from the analysis of 8.259 with a significance value of 0,004. Because
2 arithmetic>2 table (8,259> 3,841) or the significance value is smaller than the real level of 0,05
then concluded there is a significant relationship between the risk of GDM with the incidence of
neonatal hypoglycemia. Odd Ratio value obtained for 15,889 means that people who have GDM risk
will tend to give birth to infants who have neonatal hypoglycemia 15,889 times greater than people
who are not at risk of GDM. In conclusion, there is a significant relationship between GDM risk and
the incidence of neonatal hypoglycaemia.
Keywords: Neonatal Hypoglycemia, Gestational Diabetes Mellitus

1. PENDAHULUAN laktogen, plasenta, prolaktin dan hormone


GDM merupakan intoleransi glukosa pertumbuhan, yang menjadi penyumbang
yang dimulai atau diidentifikasikan pertama utama terjadinya resistensi insulin yang terlihat
kali saat kehamilan berlangsung. GDM di dalam kehamilan. Resistensi insulin biasanya
Indonesia sebesar 1,9%-3,6% pada kehamilan dimulai pada trimester kedua dan memaju ke
umumnya (Soewardono dan Pramono, 2011), seluruh sisa kehamilan. Wanita hamil yang
tetapi seringkali sukar ditemukan karena mengalami GDM dapat meningkatkan
rendahnya kemampuan deteksi kasus morbiditas janin yang akan dilahirkan. Ibu
(Nurrahmani, 2012). Berdasarkan wawancara hamil dengan kondisi hiperglikemia dapat
dengan beberapa bidan menyatakan bahwa menjadikan janin yang ada didalam
skrining GDM jarang dilakukan jika tidak ada kandungannya mengalami hiperinsulinemia
indikasi atau keluhan dari pasien, walaupun sehingga bayi dapat mengalami hipoglikemia
ada riwayat DM pada keluarga. neonatal beberapa jam setelah kelahiran dan
Kehamilan merupakan suatu kondisi hal ini akan berdampak dalam jangka panjang
diabetogenic karena plasenta mensekresi bayi mengalami peningkatan resiko intoleransi
hormone seperti progesterone, kortisol, glukosa. Untuk menekan angka morbiditas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 121

pada ibu dan janin perlu dilakukan upaya pada trimester II dan terus maju sesuai sisa usia
penilaian resiko pada ibu hamil saat ibu kehamilan.
melakukan antenatal care pertama kali, Hipoglikemia lebih sering terjadi pada
sehingga penemuan kasus secara dini dapat bayi baru lahir dibandingkan anak yang lebih
dikelola sebaik-baiknya sehingga besar. Kadar glukosa darah yang normal terjadi
kesejahteraan ibu dan janin meningkat. karena adanya keseimbangan antara
Wanita hamil dengan Gestasional penyediaan glukosa dalam darah dengan
Diabetes Mellitus (GDM) hampir tidak pernah pemakaiannya oleh tubuh. Bila terjadi
merasakan keluhan, deteksi dini sangat gangguan pada keseimbangan ini, maka dapat
diperlukan agar ibu hamil dengan resiko dapat terjadi hipoglikemia atau sebaliknya
dikelola sebaik-baiknya, sehingga dapat hiperglikemia. Hipoglikemia merupakan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi, keadaan yang berbahaya karena glukosa
disamping itu angka kejadian Diabetes Melitus merupakan kebutuhan pokok otak.
(DM) dapat ditekan (Metris, 2013). Penilaian Hipoglikemia neonatorum adalah masalah
resiko pada wanita hamil seharusnya dilakukan pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang
pada saat antenatal care yang pertama kali dan dari 40 -45mg/dl (Sudarti dkk: 2010). Keadaan
untuk wanita hamil dengan karakteristik dimana bila kadar gula darah bayi di bawah
konsisten beresiko terjadinya GDM maka kadar rata-rata bayi seusia dan berat badan
harus dilakukan pengujian secepat mungkin. aterm (2500 gr atau lebih) < 30mg/dl dalam 72
jam pertama, dan < 40mg/dl pada hari
2. KAJIAN LITERATUR berikutnya.
Gestasional diabetes mellitus (GDM) 2.2. Patofisiologi Hipoglikemia
merupakan suatu gangguan toleransi Hipoglikemia sering terjadi pada BBLR,
karbohidrat (TGT, GDPT, DM) yang terjadi karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM
atau diketahui pertama kali pada saat terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
kehamilan sedang berlangsung (Konsensus janin sehingga respon insulin juga meningkat
Perkeni, 2011). Keadaan ini biasanya terjadi pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta
pada saat 24 minggu usia kehamilan dan terputus maka transfer glukosa berhenti
sebagian penderita akan kembali normal pada sedangkan respon insulin masih tinggi
setelah kehamilan (Depkes RS, 2008). (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi
Diabetes dalam kehamilan diklasifikasikan hipoglikemi.
dalam dua bentuk, yaitu DM yang mendahului Hipotesis “Ada hubungan kejadian
kehamilan (DM pregestasional) dan DM yang neonatal hipoglikemia pada ibu hamil dengan
terjadi pada saat kehamilan (GDM). Dampak resiko gestasional diabetes mellitus
terbesar dari kondisi ini, meningkatnya
morbiditas dan mortalitas baik ibu dan janin 3. METODE PENELITIAN
(Ariefandi, dkk, 2008). Menggunakan desain penelitian
2.1. Patogeneses GDM observational analitik dengan pendekatan
Selama kehamilan peningkatan kadar kohort prospektif berganda. Populasi pada
hormone tertentu yang disekresi oleh placenta penelitian semua ibu hamil yang melakukan
antara lain progesterone, kortisol, laktogen, antenatal care di BPS A dan B Kabupaten
prolaktin dan hormone pertumbuhan Malang, besar sampel sejumlah 50 partisipan
merupakan penyumbang utama terjadinya yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
resistensi insulin saat kehamilan. Kehamilan kelompok kasus/ resiko (+)15 orang dan
merupakan suatu kondisi diabetogenic ditandai kelompok control/resiko (-) 15 orang. Dalam
dengan resistensi insulin dengan peningkatan penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel
kompensasi sebagai respon β sel dan dependen (kejadian neonatal hipoglikemia dan
hiperinsulinemia. Selama kehamilan, variabel independen (resiko gestasional
peningkatan hormone tertentu yang disekresi diabetes mellitus).
oleh placenta dapat menjadi penyebab Sampel dalam penelitian adalah sebagian
terganggunya intoleransi glukosa terganggu ibu hamil yang melakukan antenatal care
progresif (kadar glukosa darah yang lebih diklinik BPS A dan B Kabupaten Malang yang
tinggi). Resistensi insulin biasanya dimulai memenuhi kriteria inklusi. Lokasi penelitian
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 122

dilakukan di Klinik A dan B Kabupaten 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Malang. Instrumen yang digunakan adalah Data umum yang diperoleh adalah data
wawancara, dokumentasi ANC dan tentang, status obstetrik responden dan faktor
pemeriksaan laboratorium untuk kadar gula resiko GDM seperti dibawah ini:
darah ibu dan bayi baru lahir.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Obstetri


No. Status Obstetri Kelompok Resiko (+) Kelompok Resiko/Kontrol (-)
 %  %
1. Usia Kehamilan (minggu)
24-28 0 0 1 8,33
29-33 8 36,36 3 25
34-38 12 54,54 8 66,67
>38 2 9,09 0 0
Total 22 100 12 100
2. Kehamilan Ke-
Primigravida 7 31,82 8 66,66
Multigravida 15 68,18 4 33,34
Total 22 100 12 100
3. Frekuensi ANC
Teratur 15 68,18 11 91,67
Tidak teratur 7 31,82 1 8,33
Total 22 100 12 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa 34-38 minggu, sedangkan pada kelompok
pada kelompok resiko menunjukan control menunjukan sebagian besar
keseluruhan responden adalah multigravida primigravida dengan usia kehamilan 34-38
dan teratur melakukan ANC sejumlah minggu (66,67%) dan frekuensi ANC teratur
(68.18%) dan sebagian besar usia kehamilan (91,67%).

Tabel 2. Distribusi Faktor Resiko GDM


No. Faktor Resiko GDM Kelompok Resiko (+) Kelompok Resiko/Kontrol (-)
 %  %
1. Faktor Obstetri
Riwayat melahirkan bayimacrosomia 10 45,45 3 25
Riwayat pre/eclampsia pada 3 13,64 1 8,33
kehamilan sebelumnya
Riwayat Abortus berulang 5 22,73 2 16,67
Riwayat IUFD 2 9,09 0 0
Riwayat Polihidramnion 2 9,09 1 8,33
2. Faktor Medis
Riwayat keluarga menderita DM 21 95,45 4 33,33
Menderita DM sebelum kehamilan ini 3 13,64 0 0
Usia > 35 tahun 2 9,09 0 0
Riwayat menderita ISK berulang 0 0 0 0
Peningkatan BB selama berlebih 10 45,45 6 50
3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Rerata kadar glukosa darah acak 227,18 - 128,06 -
Rerata kadar glukosa puasa 136,73 - 95,27 -
Rerata kadar TTGO 164,77 - -
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 123

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa rata diatas 227,18 mg/dl , rata-rata glukosa
pada kelompok resiko dengan riwayat obstetric puasa diatas 136,73 mg/dl dan rata-rata nilai
sebagian besar pernah mengalami melahirkan TTGO adalah 164,77 mg/dl.
bayi macrosomia (45,45%), riwayat abortus Data khusus yang diperoleh adalah data
berulang (22,73%). Pada riwayat medis tentang resiko GDM dan hasil analisis seperti
didapatkan data hampir keseluruhan memiliki berikut:
riwayat keluarga menderita DM (95,45%) dan
dari hasilpemeriksaan kadar glukosa acak rata-

Tabel 3. Tabulasi Silang Faktor Resiko GDM Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Neonatal
Hipoglikemia
No. GDM Kejadian Neonatal Hipoglikemia Total
Ada Tidak ada
1. Ada resiko 13 9 22
2. Tidak ada resiko 1 11 12
Total 14 20 34

Berdasarkan tabel di atas, dari 34 berjumlah 9 orang (26,5%). adapun responden


responden yang menjadi sampel pada yang tidak memiliki resiko GDM dan bayi
penelitian ini, responden yang memiliki resiko yang dilahirkan mengalami neonatal
GDM dan bayi yang dilahirkan mengalami hipoglikemia sejumlah 1 orang (3%) dan
neonatal hipoglikemia berjumlah 13 orang sisanya adalah responden yang tidak memiliki
(38,2%), sedangkan responden yang memiliki resiko GDM dan melahirkan bayi sehat (tidak
resiko GDM tetapi bayi yang dilahirkannya ada neonatal hipoglikemia) ada 11 orang
tidak mengalami neonatal hipoglikemia (32,35%)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Analisis Bivariat Hubungan Antara Resiko GDM Dengan
Kejadian Hipoglikemia
Resiko GDM Kejadian Hipoglikemia Chi- Odd ratio Sig.
Tidak Ada Ada Total Square (CI 95%)
hitung
Tidak beresiko 11 (32,41%) 1 (2,9%) 12 (35,3%) 8,259 15,889 0,004
Beresiko 9 (26,5%) 13 (38,2%) 22 (64,7%) (1,732-145,788)
Total 20 (58,9%) 14 (41,1%) 34 (100%)

Berdasarkan tabel di atas, dan hasil hitung 45.45%, hal ini Untuk wanita hamil dengan
statistic didapatkan nilai 2 hitung (Chi-square diabetes, sangat penting untuk kontrol tepat
hitung) yang diperoleh dari hasil analisis gula darah selama kehamilan untuk mencegah
sebesar 8,259 dengan nilai signifikansi sebesar makrosomia. Riwayat abortus berulang
0,004. Karena 2 hitung >2 tabel(8,259 > 22.73% serta pernah ada riwayat pre-eklamsia
3,841) atau nilai signifikansinya lebih kecil 13.64%, riwayat IUFD dan polihramnion.
dari taraf nyata 0,05 maka disimpulkan Masing-masing 9.09%, terdapat hal ini sesuai
terdapat hubungan yang signifikan antara dengan teori bahwa jumlah cairan yang
resiko GDM dengan kejadian hipoglikemia berlebihan pada ibu diabetes, ibu harus
neonatal. Nilai Odd Ratio yang diperoleh mengontrol kadar gula selama kehamilan.
sebesar 15,889 artinya, orang yang memiliki Responden yang sudah menderita.DM sebelum
resiko GDM akan cenderung melahirkan bayi kehamilan, diantara proses yang diduga
yang mengalami hipoglikemia neonatal menyebabkan lonjakan kenaikan gula
sebesar 15,889 kali lebih besar daripada orang darah pada saat hamil adalah pengaruh plasenta
yang tidak beresiko GDM. janin terhadap kerja hormon insulin ibu.
Berdasarkan hasil penelitian responden Sebagaimana lazim diketahui, plasenta
dengan factor resiko GDM mempunyai riwayat menghasilkan hormon-hormon
pernah melahirkan bayi macrosomia sebanyak yang menunjang tumbuh kembang janin.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 124

Namun disisi lain, plasenta juga 5.3. Terdapat dhubungan resiko gestasional
memproduksi hormon untuk mencegah diabetes mellitus dengan kejadian
penurunan drastis kadar gula darah ibu, dengan neonatalHipoglikemia, 13 responden
cara menghambat kerja hormon insulin ibu. memiliki resiko GDM mengalami
Akibatnya, jumlah insulin yang neonatal hipoglikemia, 1 responden tidak
dibutuhkan untuk memasukkan zat gula ke memiliki resiko GDM, bayi yang
dalam sel-sel tubuh ibu meningkat hingga dilahirkan mengalami neonatal
mencapai tiga kali lipat kebutuhan normalnya. hipoglikemia di Klinik BPS A dan B
Apabila tubuh ibu tidak mampu Kabupaten Malang.
memproduksi hormon insulin sesuai 5.4. Terdapat hubungan yang signifikan antara
kebutuhan, maka zat gula akan lebih banyak resiko GDM dengan kejadian
menetap dalam darah, dan terjadilah yang hipoglikemia neonatal. Nilai Odd Ratio
disebut dengan diabetes gestasional. yang diperoleh sebesar 15,889 artinya,
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium orang yang memiliki resiko GDM akan
dari kelompok resiko didapatkan hasil yang cenderung melahirkan bayi yang
tertinggi dengan kadar glukosa darah acak mengalami hipoglikemia neonatal
adalah 227.18 mg%, kadar TTGO 164.77mg% sebesar 15,889 kali lebih besar daripada
serta kadar glukosa puasa 136.77mg%. orang yang tidak beresiko GDM.
Mengendalikan kadar gula darah adalah cara Masalah diabetes sejak saat hamil ini lebih
terbaik untuk mencegah komplikasi diabetes. disarankan untuk memgkonsumsi jenis
Ketika Anda mempersiapkan untuk hamil, makanan yang mengandung asam folat, kacang
kontrol gula darah harus dilakukan jauh hari kacangan, susu tanpa lemak, daging, biji bijian,
atau bahkan berbulan-bulan sebelum Anda buah buahan dan bahkan jenis sayuran yang
hamil.Berdasarkan hasil pemeriksaan bayi memang sangat baik bagi kesehatan tubuh.
dengan hipoglikemia didapatkan 26 bayi Dianjurkan pemantauan gula darah teratur
(76.47%) dengan BB antara 3000-4000 gram, minimal 2 kali seminggu (jika mungkin dengan
selebihnya 8 bayi (23.52%) dengan BB tidak alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan
kurang 2850 gram. Seperti dalam teori di kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal
sebutkan bahwa Jika selama kehamilan kadar secara teratur.
gala darah pada ibu tinggi, maka glukosa akan
melintasi plasenta ke dalam sirkulasi bayi REFERENSI
sehingga mengakibatkan bayi tumbuh cepat 1. Black, J., & Hawks, J. (2014).
dan gemuk.Hal terjadi karena pankreas bayi Keperawatan Medikal Bedah. In
memproduksi insulin meskipun pankreas ibu Keperawatan Medikal Bedah. Singapore:
tidak dan insulin tersebut akan mengubah Elsivier.
glukosa menjadi lemak. 2. Dharma, K. K. (2011). Metodologi
Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans
5. KESIMPULAN Info Media.
5.1. Faktor resiko yang memperbesar 3. Diejomah, M. F., Gupta, M., Farhat, R., &
terjadinya gestasional diabetes mellitus di all, e. (2009). Intrapartum performance of
Wilayah BPS A dan B Kabupaten Patients Presenting With Diabetes
Malang, sebagian besar riwayat Mellitus in Pregnancy. Medical Principles
melahirkan bayi macrosomia, pre and Practice , 18:233-238.
eclampsia/eklampsia pada kehamilan 4. Gomella, T. (2004). Neonatology
yang lalu,abortus dan lahir mati, keluarga Management, Procedur, On Call Problem
menderita DM, ada penyakit DM sebelum Disease and Drug.
kehamilan dan obesitas 5. Hadden, D., & McCance, D. (2014,
5.2. Angka kejadian neonatal hipoglikemia di March). Hyperglicemia and Adverse
Klinik BPS A dan B Kabupaten Malang, Pregnancy Outcome (HAPO) 2014: Fact,
berdasarkan kelompok resiko terdapat 14 Frustation and Need Future. Diabetes
bayi (41,17%) sedangkan pada kelompok Voice Global Perspective On Doabetes ,
kontrol 20 bayi (58,82%) p. 56.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 125

6. Khalifeh, A., Breathnach, F., Smith, S. C.,


& all, e. ( 2014). Changing Trends in
Diabetes Mellitus in Pregnancy. journal of
Obstetrics and Gynaecology , 34;135-137.
7. Khosim, S., Indarso, F., Irawan, &
Hendarto. (2006). Buku Acuan Pelatihan
dan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI.
8. Laili, N., Dewi, Y., & Widyawati, I.
(2012). Edukasi Dengan Pendekatan
Prinsip Diabetes Self Management.
Jurnal Ners Unair, 8 .
9. Lestari, D., Citrakesusari, & Alharini.
(2013). Upaya Penanganan dan Perilaku
Pasien DM di Puskesmas Maredekaya
Kota Makasar. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanudin.
10. Linnenkamp, U. (2014, March). IDF
Diabetes Atlas Reveal High Burden Of
Hyperglicemia in Pregnancy. Diabetes
Voice Global perspective On Diabetes , p.
55.
11. Liu, S., Rouleau, Leon, J. A., & all, e.
(2015). Impact of pregnancy Diabetes
mellitus on Congenital Anomalies.
Medical Science -internal medicine .
12. PERKENI. (2008). Pedoman Teknis dan
Tata Laksana penyakit Diabetes Mellitus.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
13. Osgood, e. a. (2011). The Inter and Intra
Generation Impact of Gestasional
Diabetes On the Epidemic Of Type 2
Diabetes. American Journal Of Public
Health .
14. RI, P. D. (2013). InfoDatin. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
15. Safitri, I. (2012). Kepatuhan Penderita
DM Tipe 2 Ditinjau dari Locus Of
Control. Jurnal Psikologi Universitas
Muhamadiyah Malang I .
16. Saldah, I. P., Wahiduddin, & Sidik, D.
(2013). Faktor Resiko Kejadian
Prediabetes/Diabetes Mellitus
Gestasional Di RSIA Sitti Khadijah Kota
Makasar.
17. Tjokroprawiro. A. 2014.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Hal 2336
- 2346. Jakarta: Interna Publishing
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 126

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN RUPTURA PERINEUM


PADA IBU BERSALIN DI RSUD SIDOARJO PERIODE JANUARI SAMPAI JULI
TAHUN 2017

Nur Saidah1), Eka Yusmanisari2)


1,2
Akademi Kebidanan Ar-Rahma Bangil Pasuruan
1
elatio3@gmail.com, 2wadirakademikakbidarrahma@gmail.com

Abstract

Perennial rupture needs pay attention because of dysfunctional organ of reproduction mother. It can
cause the sources of bleeding and the way out entering infection makes death because of bleeding.
The aim of this study is to analyze relationship between the age and the mothers parities with
perennial rupture to the mothers birthing in RSUD Sidoarjo. This study uses analytical method with
cross sectional. The sampling technique uses probability with sampling random. The writer uses
secondary data in the medical room at RSUD Sidoarjo, on January – Juli 2017 and the total of
respondents are 95. The criteria of inclusive sampling are the normal birthing mothers and having
perennial rupture spontaneously or episiotomy.Thedata analyzed have run two steps; bivariate and
univariate. The first, distributes frequency and the second, it uses Chi-Square. The result of this study
is almost the age of respondents who are birthing contain 95 % aging 20-35 years old and most of
mother parities amount 52, 6% multipara and the last, most of perennial rupture are 61% the second
degree. The result of chi-square test shows that the value of age P is 0, 025% and the parities P is
0,000. It means that H0 is refused (H1 acceptable) and shows that the relationship between the age
and the parities with perennial rupture to the mothers birthing. The advices to mothers birthing and
their family are counseling about how important loving care from straining steps in the birthing,
accompaniment of birth and the worst straining and the last the pregnant gym for perennial elastic
in the birthing.
Keywords : the age, paritas, rupture perineum

1. PENDAHULUAN yang melahirkan lebih dari 1 kali, elastitistas


Ruptur perineum perlu mendapatkan perineum yang keras dan kaku, berat badan
perhatian karena dapat menyebabkan bayi lebih dari 4000 gram, lebar perineum
disfungsi organ reproduksi wanita, sumber dengan ukuran normal 4 cm pada perineum,
perdarahan, sumber atau jalan keluar cepatnya kepala janin melewati dasar
masuknya infeksi, serta dapat menyebabkan panggul, karena defleksi kepala bayi yang
kematian karena perdarahan atau sepsis. terlalu cepat, posisi persalinan yang salah atau
(Mochtar, 2006).Robekan jalan lahir kesalahan dari cara mengedan, serta
merupakan penyebab kedua perdarahan persalinan dengan fakum atau porceps.
setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir Menurut Weber dari Universitas Pittsburgh
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada School of Medicine (2003), belum ada
persalinan berikutnya. Seorang primipara atau konsensus untuk angka ideal terjadinya ruptur
orang yang baru pertama kali melahirkan perineum tapi menurut fakta sekarang bahwa
ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu" ruptur perineum yang terjadi lebih dari 20%
biasanya perineumnya mengalami ketegangan tidak dapat dibenarkan. Dan menurut
sehingga terjadi robekan pada pinggir beberapa penelitian ditemukan bahwa angka
depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kejadian ruptur perineum lebih rendah dari
kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan 10% dapat menghasilkan output yang lebih
berbahaya.(Prawirohardjo, 2007). baik untuk ibu dan bayi. Berdasarkan hasil
Beberapa penyebab ruptur perineum menurut data prasurvey, angka kejadian ruptura
Mochtar (2006) pada ibu dalam persalinan perineum spontan yang dialami ibu
antara lain adalah usia ibu, dijumpai pada ibu primigravida di salah satu wilayah jawa timur
yang berumur lebih dari 30 tahun yang tahun 2007 masih sangat tinggi yaitu
lazimnya disebut dengan primitua. Paritas ibu sebanyak 41 orang (65%) dari 63 persalinan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 127

normal. Sedangkan yang tidak mengalami terjadinya robekan perineum bahkan robekan
ruptura perineum berjumlah 22 orang. Jumlah serviks yang dapat mengakibatkan perdarahan
berat badan bayi > 3100 gr yaitu 32 bayi pascapersalinan .
sedangkan yang < 3.100 gr sebanyak 31 bayi. b) Mengejan terlalu kuat
Berdasarkan prasurvey dengan tehnik Jika ibu mengejan terlalu kuat saat
wawancara dengan petugas Kamar bersalin di melahirkan kepala yang merupakan diameter
RSUD Sidoarjo pada bulan Mei Tahun 2017 terbesar janin maka akan menyebabkan
jumlah persalinan secara spontan di kamar laserasi perineum. Bila kepala telah mulai
bersalin kurang lebih 100 ibu bersalin yang lahir, ibu diminta bernapas panjang, untuk
semuanya rata – rata mengalami rupture menghindarkan tenaga mengejan karena
perineum dikarenakan RSUD Sidoarjo adalah sinciput, muka dan dagu yang mempunyai
Rumah Sakit Rujukan. ukuran panjang akan melalui perineum.
Kepala lahir hendaknya pada akhir kontraksi
2. KAJIAN LITERATUR agar kekuatan mengejan tidak terlalu kuat
2.1 Konsep Umur c) Perineum yang rapuh dan oedem
Umur atau usia adalah perhitungan usia Pada proses persalinan jika terjadi oedem
yang dimulai dari saat kelahiran pada perineum maka perlu dihindarkan
seseorangsampai dengan waktu penghitungan persalinan pervaginam karena dapat
usia (Depkes, 2013) dipastikan akan terjadi laserasi perineum
2.2 Konsep Paritas (Mochtar, 2006).
Paritas adalah wanita yang pernah d) Primipara
melahirkan bayi aterm.Paritas dapat Primigravida adalah ibu yang baru
dibedakan menjadi primipara, multipara dan pertama kali mengalami kehamilan. Pada
grandemultipara (Prawiroharjo,2010). primigravida, pemeriksaan ditemukan tanda-
Primipara adalah wanita yang telah tanda perineum utuh, vulva tertutup, himen
melahirkan seorang anak, yang cukup besar pervoratus, vagina sempit dengan rugae. Pada
untuk hidup di dunia luar. Multipara adalah persalinan akan terjadi penekanan pada jalan
wanita yang telah melahirkan seorang anak lahir lunak oleh kepala janin. Dengan
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2010). perineum yang masih utuh pada primi akan
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, mudah terjadi robekan perineum (Mochtar,
dua kali atau lebih.Grandemultipara adalah 2006).
wanita yang telah melahirkan 5 orang anak e) Kesempitan panggul dan CPD (chepalo
atau lebih dan biasanya mengalami penyulit pelvic disproportional)
dalam kehamilan dan persalinan Proses persalinan merupakan suatu
(Bobak,2005) proses mekanik, dimana suatu benda didorong
2.3 Konsep Dasar Ruptura Perineum melalui ruangan oleh suatu tenaga.
Perineum merupakan ruang berbentuk Benda yang didorong adalah janin,
jajaran genjang yang terletak di bawah dasar ruangannya adalah pelvis dan tenaga yang
panggul (Oxorn, 2010). mendorong adalah kontraksi rahim. Jika tidak
Perineum adalah daerah antara kedua ada disproporsi (ketidaksesuaian) antara
belah paha, antara vulva dan anus. Perineum pelvis dan janin normal serta letak anak tidak
berperan dalam persalinan karena merupakan patologis, maka persalinan dapat ditunggu
bagian luar dasar panggul. spontan. Apabila dipaksakan mungkin janin
a. Penyebab dapat lahir namun akan terjadi trauma
1) Faktor Maternal Ruptur Perineum persalinan salah satunya adalah laserasi
a) Partus presipitatus perineum (Mochtar, 2006).
Partus Presipitatus merupakan persalinan f) Varises pada pelvis maupun jaringan
yang lebih pendek dari 3 jam. Kadang-kadang parut pada perineum dan vagina.
pada multipara dan jarang sekali pada Kejadian varises ini makin meningkat
primipara terjadi persalinan yang yang terlalu pada kehamilan makin tinggi dan segera
cepat sebagai akibat his yang kuat dan akan menghilang atau berkurang setelah
kurangnya tahanan dari jalan lahir (Oxorn, persalinan. Penyebab varises adalah
2010). Partus presipitatus dapat menyebabkan karena faktor herediter dan dirangsang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 128

oleh meningkatnya hormone estrogen


dan progesteron atau faktor lainnya.
Kesulitan yang mungkin dijumpai adalah
saat persalinan dengan varises vulva
yang besar sehingga saat episiotomi
dapat terjadi perdarahan (Mochtar,2010).
g) Kelenturan Jalan Lahir
Alat genital perempuan mempunyai sifat
yang lentur. Jalan lahir akan lentur pada
perempuan yang rajin berolahraga atau
rajin bersenggama. Olahraga renang
dianjurkan karena dapat melenturkan
jalan lahir dan otot-otot di sekitarnya. Gambar 2.1 Ruptura perineum derajat I
Jalan lahir yang lentur dapat melahirkan
kepala bayi dengan lingkar kepala > 35 2) Derajat II : robekan mengenai selaput
cm, padahal diameter awal vagina adalah lendir vagina, komisura posterior, kulit
4 cm. Kelenturan jalan lahir berkurang perineum, dan otot perineum. Jahit
bila calon ibu yang kurang olahraga, atau menggunakan teknik sesuai prosedur
genitalnya sering terkena infeksi. Infeksi penjahitan luka perineum.
akan mempengaruhi jaringan ikat dan
otot di bagian bawah dan membuat
kelenturanya hilang (karena infeksi dapat
membuat jalan lahir menjadi kaku).
Bayi yang mempunyai lingkar kepala
maksimal tidak akan dapat melewatinya,
jika dipaksakan maka akan
mengakibatkan laserasi perineum yang
tidak beraturan dan lebar. Kondisi seperti
ini mendorong tenaga kesehatan untuk
melakukan episiotomi guna melebarkan
jalan lahir dengan menggerakkan alur
robekan. Menurut penelitian, jika pada
trimester 3, ibu hamil sering melakukan Gambar 2.2 Ruptura perineum derajat II
pijatan di daerah perineum maka akan
melenturkan daerah pijatan tersebut. 3) Derajat III : robekan mengenai selaput
lendir vagina, komisura posterior,kulit
b. Derajat Laserasi Perineum
Menurut derajat robekan dibagi menjadi perineum, otot perineum, otot sfingter ani
4 derajat :
1) Derajat I : robekan hanya pada selaput
lendir (mukosa) vagina, komisura
posterior dengan atau tanpa mengenai
kulit perineum, sekitar 1-1,5 cm. Tidak
perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan posisi luka baik.

Gambar 2.3 Ruptura perineum derajat III


PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 129

4) Derajat IV : robekan robekan mengenai kriteria eksklusinya persalinan dengan


selaput lendir vagina, komisura posterior, tindakan seperti vacum ekstraksi. Variabel
kulit perineum, otot perineum, otot independent : umur ibu, paritas. Variabel
sfingter ani, dan dinding depan rektum. dependent : ruptur perineum ibu bersalin.
Penolong persalinan tidak dibekali Dalam penelitian ini instrument yang
ketrampilan untuk reparasi laserasi digunakan lembar ceklist, kemudian
perineum derajat tiga atau empat. Segera dilakukan editing, coding dan skoring serta
rujuk ke fasilitas rujukan. cleaning data dan terakhir dianalisis
menggunakan uji chisquare.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


2.2. Hubungan umur ibu dengan kejadian
ruptura perineum pada ibu bersalin
Kelompok umur 20 – 35 tahun sebagian
besar responden 90,5% sebanyak 86 orang.
Sebagian kecil 4 responden (4,2%) adalah
umur < 20 tahun dan 5 responden (5,3%)
adalah umur >35 tahun.
Keterkaitan umur dijelaskan dalam
Jurnal medis dokter kandungan dan
ginekologi yang berisi sebuah penelitian dari
Gambar 2.4 Ruptura perineum derajat IV Royal College of Obstetricians dan
Gynecologists, menyatakan bahwa "usia
2.5Konsep Persalinan aman untuk hamil adalah di usia 20 sampai 35
Persalinan adalah serangkaian proses tahun".Beberapa fakta yang dinyatakan oleh
dimana hasil konsepsi genap bulan atau para ahli medis tersebut adalah sebagai
hampir genap bulan dikeluarkan dari tubuh berikut: perempuan cenderung mengalami
ibu. Persalinan normal adalah persalinan yang lebih banyak komplikasi seperti pre-
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, bayi eklampsia, keguguran, bayi lahir mati,
tunggal, umur kehamilan genap bulan, letak kehamilan ektopik dll jika mereka hamil di
belakang kepala, tidak ada komplikasi ibu dan atas usia 35 tahun. Kesuburan telur juga mulai
anak, berlangsung kurang dari 18 jam( menurun diatas usia 30 tahun, sehingga
Mochtar, 2006). membuat wanita lebih sulit hamil. Program
Menurut Saifuddin (2008) persalinan yang ideal adalah memiliki anak pertama di
normal adalah proses pengeluaran janin yang awal atau pertengahan 20-an dan anak
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 berikutnya di akhir usia dua puluhan atau awal
minggu), lahir spontan dengan presentasi tiga puluhan.( Ramli,2015). Wanita yang
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 berusia dibawah 20 tahun terutama pada
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun primipara beresiko tinggi melahirkan bayi
pada janin. dengan berat badan lahir rendah (BBLR) serta
mengalami malformasi janin yang merupakan
3. METODE PENELITIAN penyebab kematian perinatal .
Penelitian ini adalah penelitian yang Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
bersifat analitik dengan pendekatan Cross kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan
Sectional. Tehnik pengambilan sampel teori yang dikemukakan pada teori bahwa usia
probability sampling dengan cara simple aman untuk hamil adalah di usia 20 sampai 35
random sampling. Peneliti menggunakan data tahun. Dalam penelitian ini ibu yang
Sekunder di Ruang Bersalin RSUD Sidoarjo melahirkan adalah usia 20 sampai 35 tahun
bulan Januari sampai bulan Juli tahun 2017 namun mengalami rupture perineum.
yang berjumlah 95 responden. Kriteria inklusi Meskipun aman untuk hamil bisa terjadi
sampel adalah ibu yang bersalin normal dan rupture perineum dikarenakan berdasarkan
mengalami ruptura perineum baik yang tabel 2 bahwa Mayoritas ibu bersalin yang
spontan maupun episiotomy, sedangkan melahirkan di RSUD Sidoarjo adalah ibu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 130

inpartu yang beresiko Tinggi dan rujukan dari 2.3. Hubungan paritas dengan kejadian
BPM,Puskesmas, dokter dan lain sebagainya ruptura perineum pada ibu bersalin
dengan berbagai macam Diagnosa patologis Sebagian kecil 52,6 % (50 orang) paritas
seperti inpartu dengan PEB + KEK , 2 – 4, 38,9% (37 Orang) paritas Primipara dan
PEB+Oligohidramnion+Hipoglikemi, KPP, 8,4 % (8 Orang Grandemultipara.
PEB, KEK dan lain sebagainya. Diagnosa Keterkaitan hasil penelitian dapat
Patologis adalah indikasi yang dibenarkan dijelaskan Paritas adalah jumlah anak yang
untuk melakukan episiotomi apabila ada pernah dilahirkan oleh ibu, baik yang lahir
indikasi medis misalnya gawat janin, penyulit hidup maupun yang lahir mati dari pasangan
kelahiran ataupun jaringan parut (JNPKR& suami istri. Pada kehamilan yang terlalu
JHPIEGO, 2013). Beberapa komplikasi ibu sering maka akan menyebabkan alat- alat
bersalin antara lain sebagian kecil Inpartu reproduksi belum pulih dan belum siap untuk
Prolong Kala I Fase Laten dan Aktif sejumlah menjalani proses persalinan kembali sehingga
36 responden (37,9%), 16 responden ( 16,8%) menyebabkan daerah perineum mudah sekali
KPP dan 12 responden (12,6%) mengalami ruptur. Paritas 2-3 merupakan paritas paling
inpartu dengan Premature, HBSAG positif, aman ditinjau dari sudut kematian. Primipara
Bekas SC, Taksiran Bayi besar dan lain mempunyai resiko ruptur lebih tinggi, karena
sebagainya. belum pernah mempunyai pengalamandalam
Hasil uji statistik diperoleh nilai korelasi persalinan dibandingkan pada multipara
Chi Square dengan ρ value 0,025 < α 0,05 ataupun grande
yang artinya Ho ditolak, hal ini menunjukan multipara(Wiknjosastro,2008).
ada hubungan bermakna antara umur ibu Teori lain mengungkapkan robekan
bersalin dengan kejadian ruptur perineum. perineum terjadi pada hampir semua
Pada umur < 20 tahun, organ-organ persalinan pertama (Primipara) dan tidak
reproduksi belum berfungsi dengan sempurna, jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada
sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan ibu dengan paritas satu atau ibu primipara
akan lebih mudah mengalami komplikasi. memiliki resiko lebih besar untuk mengalami
Selain itu, kekuatan otot-otot perineum dan robekan perineum daripada ibu dengan paritas
otot-otot perut belum bekerja secara optimal, lebih dari satu. Hal ini dikarenakan jalan lahir
sehingga sering terjadi persalinan lama atau yang pernah dilalui oleh kepala bayi sehingga
macet yang memerlukan tindakan. Faktor otot – otat perineum belum meregang
resiko untuk persalinan sulit pada ibu yang (Walyani & Purwoastuti (2016). Adapun
belum pernah melahirkan pada kelompok penyebab rupture perineum pada primipara
umur ibu dibawah 20 tahun dan pada karena kelenturan jalan lahir / elastisitas
kelompok umur di atas 35 tahun adalah 3 kali perineum, mengejan yang tergesa- gesa tidak
lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi teratur. Sedangkan yang multipara bisa terjadi
sehat (20-35 tahun) (Siswo Sudarno.,2008). karena berat badan bayi yang besar,
Robekan perineum umumnya terjadi digaris kerapuhan perineum, asuhan sayang sayang
tengah dan biasa menjadi luas apabila kepala ibu yang kurang baik sehingga persalinan
janin lahir terlalu cepat sudut arcuspubis lebih kurang terkendali seperti ibu kelelahan, partus
kecil daripada biasa, sehingga kepala janin lambat ( Sulistyawati, 2010).
terpaksa lahir lebih kebelakang seperti biasa. Hasil uji analisis antara paritas ibu
Kemudian kepala janin melewati pintu bawah dengan kejadian ruptur perineum di RSUD
panggul dengan ukuran yang lebih besar Sidoarjo (p value = 0,000) artinya terdapat
daripada sircum ferensia suboksifito hubungan yang bermakna antara paritas
bregmatika( Rixky Meijeny,2009). Robekan dengan rupture perineum. Hal ini disebabkan
ini dapat dihindari atau dikurangi dengan tidak selalu ibu dengan paritas sedikit
menjaga jangan sampai dilalui oleh kepala (primipara) mengalami ruptur perineum dan
janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin paritas banyak (multipara dan grande
yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat multipara) tidak mengalami ruptur perineum,
atau lama karena akan dapat menyebabkan karena setiap ibu mempunyai tingkat
otot-otot dasar panggul melemah karena keelastisan perineum yang berbeda-beda.
diregangkan terlalu lama. Semakin elastis perineum maka kemungkinan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 131

tidak akan terjadi ruptur perineum. Pada 5. KESIMPULAN


bulan-bulan terakhir kehamilan akan terjadi Hubungan umur dengan kejadian ruptura
peningkatan hormon yang dapat melembutkan perineum pada ibu bersalin
jaringan ikat apabila dilakukan pemijatan di Hasil uji analisis hubungaan umur ibu
area perineum secara rutin. Peningkatan dengan kejadian ruptur perineum di RSUD
elastisitas perineum akan mencegah Sidoarjo (p value = 0,025) hal ini
terjadinya ruptur perineum maupun menjelaskan bahwa ada hubungan umur ibu
episiotomy. Menurut Sarwono (2005) bahwa dengan rupture perineum pada ibu bersalin.
pada primipara yang melahirkan bayi cukup Hubungan paritas dengan kejadian
bulan, perlukaan jalan lahir tidak dapat ruptura perineum pada ibu bersalin
dihindarkan. Menurut Wikjosastro (2007) Hasil uji analisis antara paritas ibu
bahwa lapisan mukosa dan kulit perineum dengan kejadian ruptur perineum di RSUD
pada seorang ibu primipara mudah terjadi Sidoarjo (p value = 0,000) artinya terdapat
ruptur. Hal ini terjadi karena kepala janin hubungan yang bermakna antara paritas
terlalu cepat lahir, sebelumnya pada perineum dengan rupture perineum.
terdapat banyak jaringan parut, pada
persalinan terdapat distosia bahu, ibu yang REFERENSI
mengejan terlalu cepat 1. Bobak, 2005. Buku Ajar Keperawatan
(Walyani&Purwoastuti,2016). Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa 2. Depkes,2013.https://www.scribd.com/do
paritas dengan rupture perineum c/162685921/usia-menurut-depkes,
menunjukkan adanya kesesuainan antara teori 3. JNPK-KR/POGI . 2014. Asuhan
dan hasil penelitian yaitu Paritas 2-3 Persalinan Normal dan Inisiasi
merupakan paritas paling aman untuk hamil Menyusui Dini. Jakarta: USAID
dan melahirkan ditinjau dari sudut kematian, Indonesia
meskipun dari 95 ibu bersalin sejumlah 46 4. Mochtar, Rustam. 2006. Sinopsis
orang dilakukan episiotomy dan mengalami Obstetri. Jakarta: EGC
rupture perineum derajat 2. Beberapa 5. Oxorn William.2010.Ilmu Kebidanan
pertimbangan keputusan untuk melakukan Patologi dan Fisiologi Kebidanan.C.V
episiotomi antara lain keyakinan Bidan karena andi offset.Yogyakarta
jika dibiarkan perineum menjadi robek, 6. Prawirohardjo.2010. Ilmu Kebidanan.
pertimbangan malpresentasi dan malposisi Yayasan Bina Pustaka Sarwono
janin, bayi premature, TBJ kecil, TBJ > 4000 Prawirohardjo.Jakarta
gram serta jika pasien yang menunjukkan 7. Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu
ketidakmampuan untuk mengendalikan diri Kebidanan. Jakarta: Yayasan Trijatmo
sejak dari awal persalinan maka sebaiknya Rachimhadhi
petugas kesehatan sudah merencanakan untuk 8. Purwoastuti.Walyani.2015.Asuhan
melakukan episiotomy (Sulistyawati & Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Nugraheny ( 2013). & Neonatal.Pustaka Baru.Yogyakarta
Terjadinya ruptur perineum dapat 9. Purwoastuti.Walyani.2016.Asuhan
dicegah atau dikurangi dengan melakukan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
latihan senam hamil atau senam dasar panggul Lahir.Pustaka Baru.Yogyakarta
selama kehamilan dan sebelum persalinan, 10. Rizkimarizayeni,
karena dapat meningkatkan kekuatan dan 2015.http://www.kompasiana.com/ditaa
kelenturan otot-otot dasar panggul, ligamen, nugrah/angka-kematian-ibu-di-
dan jaringan serta fasia yang berperan dalam indonesia-masih-jauh-dari-target-mdgs-
mekanisme persalinan (Schott, 2008). 2015_54f940b8a33311ba078b4928.dita
Pimpinan persalinan untuk mengejan secara anugerah pratiwi,
benar sangat menentukan sampai seberapa 11. Rosdiana ramli,2015.
jauh terjadi perlukaan pada perineum http://www.program-
(Prawirohardjo, 2007). hamil.com/2015/04/usia-yang-paling-
baik-untuk-hamil.html
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 132

12. Saifudin,Bari Abdul.2013.Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirorahardjo
13. Siswosudarmo, R. 2008.
ObstetriFisiologi. Pustaka Cendekia.
Yogyakarta.
14. Sulistyawati Ari, Nugraheny Esti. 2013.
Asuhan Kebidanan Pada Pada Ibu
Bersalin. Jakarta: Salemba Medika
15. Winkjasastro, H (2005). Ilmu
kandungan. Jakarta :Yayasan Bina
Pustaka- Sarwono Prawiroharjo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 133

GENDING JAWA SEBAGAI TERAPI MUSIK – EFEKTIFKAH? : KAJIAN


LITERATUR
Atikah Fatmawati
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Majapahit
tikaners87@gmail.com

Abstract

Music can be used in an effort to create a healing environment. One strategy that focuses on creating
a healing environment can be done by providing options that can be selected and controlled by the
patient and provide a positive alternative distraction in patients. The purpose of this literature review
is to discuss the effectiveness of Javanese Gending as music therapy and its implications for nursing.
Research articles collected are about music therapy. Articles are collected through CINAHL's
electronic database and ScienceDirect by using the keywords of gending, music therapy, nursing,
psychological, and anxiety. Criteria of the article used is published in the period between the years
2003-2013, and obtained a number of 15 articles. Discussions on this literature review include:
music therapy, the effects of music therapy, gamelan music, and the implications of para. The music
created in the gamelan comes from a combination of musical instruments contained therein. The
rhythm of music is generally gentle and reflects the harmony of life, as is the principle of life adopted
by the Javanese society in general. The nurse may facilitate the patient to select the appropriate type
of music and the volume within safe limits to be heard as therapy.
Keywords : gending, music, nursing, psychology, therapy

1. PENDAHULUAN pasien serta memberikan alternative distraksi


Transisi sehat – sakit adalah gerakan dari positive pada pasien. Salah satu metoda yang
keadaan sehat atau sejahtera ke arah sakit atau dapat diaplikasikan yaitu pemberian terapi
sebaliknya (Potter & Perry, 2005). Saat musik (Snyder & Lindquist, 2010).
seseorang mengalami perubahan keadaan Terapi musik digunakan untuk mengobati,
tersebut maka perawatan kesehatan yang salah rehabilitasi, dan tujuan preventif dalam terapi
satunya adalah hospitalisasi menjadi sangat alternative yang biasa disebut perawatan
penting. Terlebih pada pasien dengan kasus kognitif dengan efek yang dapat dikonfirmasi
penyakit kronis yang terkadang harus secara psikologis (Doğan, 2012). Terapi ini
menjalani hospitalisasi dalam jangka waktu adalah salah satu terapi keperawatan yang
lama. Bagi sebagian orang, menjalani sifatnya non-invasif. Terapi musik melibatkan
perawatan inap di rumah sakit atau pelayanan pikiran seseorang dengan sesuatu yang akrab
kesehatan lain dapat memicu timbulnya dan menyenangkan sehingga memungkinkan
berbagai efek psikologis yang negatif, untuk orang tersebut berada pada tingkat
diantaranya stress, cemas, depresi, bahkan kenyamanannya sendiri (Nilsson, 2008). Saat
harga diri rendah (Gammon, 1998). ini musik telah berkembang pesat dari segi
Salah satu upaya yang dapat dilakukan genre-nya. Jenis genre dan durasi waktu
untuk menurunkan efek psikologis terkait pemberian terapi musik sampai saat ini masih
hospitalisasi adalah menciptakan lingkungan menjadi bahan kajian oleh para pakar.
yang bersifat healing. Dengan adanya Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
lingkungan yang bersifat healing tersebut penulis tertarik untuk membuat pembahasan
diharapkan dapat mempromosikan harmoni terkait pilihan genre musik tradisional
atau keseimbangan pikiran, tubuh, dan jiwa, “Gending Jawa” sebagai salah satu alternative
serta untuk mengurangi kecemasan dan stress terapi keperawatan.
(Snyder & Lindquist, 2010). Menurut Melkin
(2008), salah satu strategi yang berfokus untuk 2. METODE
menciptakan lingkungan yang bersifat healing Artikel penelitian yang dikumpulkan
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan adalah mengenai terapi musik. Artikel
opsi-opsi yang dapat dipilih dan dikontrol oleh dikumpulkan melalui database elektronik
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 134

CINAHL dan ScienceDirect dengan accumbens) dengan efek yang sesuai terhadap
menggunakan kata kunci terapi musik, stress dan rasa nyeri. Mekanisme yang kedua
keperawatan, psikologis, dan kecemasan. yaitu penurunan aktivitas regulasi dalam pusat
Kriteria artikel yang digunakan adalah yang amigdala oleh musik dengan efek penurunan
diterbitkan dalam kurun waktu antara tahun regulasi pada ketakutan dan kekhawatiran.
2003-2013. Artikel yang didapatkan sejumlah Mekanisme ketiga yaitu penurunan aktivasi
15 artikel. Pembahasan pada kajian literatur ini hipotalamus dan nukelus sistem otak yang akan
meliputi : terapi musik, efek terapi musik, mempengaruhi sistem endocrine dan respon
musik gamelan, dan implikasi keparawatan. stress vegetative. Hal tersebut akan
memodulasi tingkat beta endorphin (Koelsch et
3. PEMBAHASAN al., 2011).
Musik telah digunakan sejak jaman Penelitian terkait efek terapi musik pada
dahulu kala dan dapat mempengaruhi tingkat perawatan pasien di rumah sakit telah banyak
kesehatan seseorang (Nilsson, 2008). Selain dilakukan. Salah satunya adalah penelitian
itu, telah banyak penelitian yang menunjukkan yang berjudul Soothing musik can increase
bahwa musik merupakan terapi non-invasif oxytocin levels during bed rest after open-heart
yang efektif untuk mengurangi kecemasan surgery: a randomised control trial. Penelitian
seseorang (Lee et al., 2012). tersebut dilakukan atas dasar telah banyaknya
Konsep tentang penggunaan terapi musik penelitian terkait efek musik pada kondisi
telah dipergunakan oleh Florence Nightingale psikologis seseorang, akan tetapi
pada pertengahan tahun 1800an. Nightingale keefektifannya pada peningkatan kondisi
mengungkapkan bahwa musik memiliki relaksasi seseorang dari level subjektif dan
kekuatan untuk membantu proses objektif belum banyak ada datanya. Pada
penyembuhan di rumah sakit, yang saat itu penelitian ini kondisi relaks seseorang diukur
pasiennya banyak berasal dari tentara yang dari kondisi plasma oksitosin, nadi, MAP,
terluka dalam Perang Crimean. Efek berbagai PaO2, SaO2, dan subjektif dari pasien. Hasil
jenis musik-pun ternyata ikut mempengaruhi dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
proses penyembuhan. Terdapat perbedaan pada pasien yang diberikan terapi musik
antara instrument musik yang memiliki suara lembut (soothing musik) saat bed rest post
yang kontinyu dan tidak terhadap proses pembedahan jantung, level plasma oksitosin,
penyembuhan (Nilsson, 2008). PaO2, dan subjektif dari pasien mengalami
Pada tahun 1990, Thaut mengemukakan peningkatan. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa rangsangan musik memiliki efek hubungan dari kondisi psikologis (musik
biologis terhadap perilaku manusia yang menyebabkan kondisi rileks) pada pasien pada
melibatkan fungsi dari bagian otak tertentu, kondisi fisik, yaitu pelepasan oksitosin
yang terlibat dalam memori, proses belajar, dan (Nilsson, 2009).
beberapa motivasi serta kondisi emosional. Pada hasil pengukuran kuantitatif,
Efek dari musik dapat terlihat pada hemisfer pemberian intervensi musik dapat menurunkan
otak kanan, walaupun hemisfer otak kiri penggunaan obat-obatan sedative dan
memiliki peran utama dalam aspek analisis analgesic. Beberapa diantaranya menunjukkan
interpretasi musik di otak. Persepsi auditory hasil yang signifikan dari penurunan nadi,
terhadap musik terjadi di pusat auditory lobus tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan kadar
temporal otak, kemudian sinyal akan kortisol darah (Nilsson, 2008). Seperti yang
diteruskan ke talamus, otak tengah, pons, diketahui bahwa kortisol adalah salah satu
amigdala, medulla, dan hipotalamus (Nilsson, hormone yang dapat mempengaruhi kondisi
2008). psikologis seseorang. Penelitian yang
Mekanisme tepat yang mendasari efek membahas kaitan antara terapi musik dan level
pemberian terapi musik pada tingkatan stress kortisol, salah satunya adalah yang berjudul
atau emosi seseorang, antara lain sebagai Effects of musik listening on cortisol levels and
berikut : peningkatan aktivitas regulasi dalam propofol consumption during spinal
sistem dopaminergik mesolimbic oleh musik anesthesia. Penelitian menggunakan
(terutama berdasarkan peningkatan aktivitas eksperimental group dan control group. Hasil
dalam area ventral tegmental dan nucleus menunjukkan bahwa selama proses
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 135

pembedahan, pada eksperimental group yang digunakan adalah yang sesuai dan spesifik,
diberikan terapi musik menunjukkan sesuai dengan kondisi pasien dan lingkungan
penurunan konsumsi propofol dan penurunan klinik, durasi minimum adalah 30 menit, dan
kadar kortisol dibandingkan dengan control efek yang ditimbulkan sebaiknya diukur, di-
group (Koelsch et al., 2011). follow up, dan didokumentasikan (Nilsson,
Penelitian lain terkait efek terapeutik yang 2008).
ditimbulkan dari musik, yaitu penelitian yang Gamelan Jawa adalah ensambel musik
berjudul Effect of musik on anxiety, stress, and yang biasanya menonjolkan metalofon,
depression levels in patients undergoing gambang, gendang, dan gong. Musik yang
coronary angiography. Penelitian ini bertujuan tercipta pada gamelan berasal dari perpaduan
untuk mengetahui efek terapi musik pada alat musik yang terdapat didalamnya. Irama
tingkat stress, cemas, dan depresi pada pasien musik umumnya lembut dan mencerminkan
yang akan menjalani prosedur angiografi keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup
koroner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan yang dianut oleh masyarakat Jawa pada
terdapat penurunan level skor kecemasan, umumnya. Instrument yang ada pada gamelan
stress, dan depresi pada pasien yang jawa antara lain kendang, bonang, bonang
mendengarkan musik relaksasi selama 20 penerus, demung, saron, kenong, slenthem,
menit (Moradipanah, Mohammadi, & gender, gong, gambang, rebab, siter, suling,
Mohammadil, 2009). Musik dapat menyerap dan kempul.
sebagian dari perhatian seseorang, bertindak Bonang terdiri dari dua jenis, yakni
sebagai distraktor, dan pada saat yang bonang barung dan bonang penerus. Bonang
bersamaan dapat membantu untuk barung ukurannya lebih besar daripada bonang
mengeksplorasi emosi, sehingga dapat penerus dan beroktaf tengah sampai ke oktaf
membantu untuk mencegah ke pemikiran yang yang tinggi, serta merupakan instrumen
tidak fokus. pembuka dalam ensambel. Bonang panerus
Musik dengan tempo lambat lebih ukurannya lebih kecil namun mempunyai oktaf
mungkin menjadi salah satu pengalih yang tinggi, irama yang dihasilkan oleh bonang
(distracter) pada kondisi psikologis dan panerus dua kali lebih cepat dibandingkan
pengalaman fisiologis seseorang seperti nyeri bonang barong. Demung, saron, dan peking
dan kecemasan. Salah satu faktor penting yang terbuat dari bilahan-bilahan yang disusun di
perlu diperhatikan yaitu tempo dari musik yang atas bingkai kayu, dan berfungsi sebagai
dipergunakan dalam terapi. Hasil penelitian resonantor. Demung berukuran paling besar,
menunjukkan bahwa musik lambat yang saron berukuran sedang, dan peking berukuran
mengalun pada tempo 60-80 beat per menit paling kecil (Ricklefs, 2008).
memiliki hasil positif pada relaksasi dan pereda Slenthem dapat dikategorikan dalam jenis
nyeri (Nilsson, 2008). gender, namun instrumen ini terbuat dari bilah-
Menurut Staum, terdapat beberapa hal bilah yang jumlahnya sama seperti bilah saron,
yang perlu diperhatikan pada pemberian serta memiliki oktaf paling rendah. Bentuk
intervensi berupa terapi musik pada pasien, kenong mirip dengan gong, tetapi disusun
diantaranya : musik instrumental atau tidak secara horisontal dan diletakkan di atas tali
berlirik, diutamakan yang memiliki nada yang dibentangkan pada bingkai kayu. Gong
rendah, diutamakan yang terdiri dari string berfungsi sebagai penanda awal dan akhir
dengan kuningan atau perkusi, dan memiliki gending. Gong terdiri dari dua, gong ageng
volume pada level 60 dB (Staum, 2000). yang berukuran lebih besar dan gong suwukan
Nilsson (2008) memberikan rekomendasi pada yang berukuran lebih kecil. Kempul berbentuk
pemberian intervensi terpai musik di seperti gong, namun ukurannya lebih kecil.
lingkungan praktek klinik, diantaranya : musik Kempul berfungsi sebagai penanda aksen-
yang digunakan yaitu musik lambat yang aksen yang penting dalam kalimat lagu
mengalun pada 60-80 beat per menit., musik gending. Kendhang terbuat dari bahan kulit
instrumental atau tidak berlirik, volume hewan, seperti sapi, kerbau, atau yang lainnya.
maksimum berada pada level 60 dB, pilihan Kendhang berfungsi untuk mengatur irama.
musik boleh berasal dari pasien, akan tetapi Kendhang dimainkan dengan cara dipukul
tetap dengan panduan perawat, peralatan yang menggunakan tangan. Terdapat tiga jenis
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 136

kendhang, yaitu kendang ketipung, kendang menimbulkan efek menenangkan pada


ciblon, dan kendang gedhe (Ricklefs, 2008). seseorang. Hal inilah yang harus dipahami oleh
Salah satu lagu yang biasa dimainkan perawat untuk memberikan terapi musik pada
adalah Gending Jawa. Gending dalam bahasa pasiennya. Perawat dapat memfasilitasi pasien
Jawa artinya adalah lagu yang dihasilkan dari untuk memilih jenis musik yang sesuai dan
suara gamelan. Gending Jawa merupakan salah volume yang dalam batas aman untuk
satu jenis musik yang dapat dideskripsikan didengarkan sebagai terapi. Terapi yang
sebagai musik “soothing” atau musik lembut. sifatnya non-invasif ini jika dikolaborasikan
Pandangan hidup masyarakat Jawa terlihat dari dengan terapi keperawatan lain maka akan
alunan gamelan yang mencerminkan dapat membawa hasil yang efektif dan efisien
keselarasan dalam berbicara dan bertindak, dan bagi perawat dan pasien itu sendiri.
mencerminkan toleransi antara individu
sehingga tidak ada yang tampak paling REFERENSI
menonjol. Suara yang dihasilkan dari petikan 1. Doğan, M. V. (2012). The effect of music
rebab, pukulan pada therapy on the level of anxiety in the
kenong/saron/kondang/gambang, dan suara patients undergoing coronary
gong yang mengakhiri tiap iramanya. angiography. Open Journal of Nursing,
Instrument yang ada dalam satu setting 02(03), 165–169.
gamelan jika dimainkan secara bersamaan dan doi:10.4236/ojn.2012.23025
serentak maka akan menghasilkan suara yang 2. Gammon, J. (1998). Analysis of the
sering dijumpai pada sebuah orchestra. stressful effects of hospitalisation and
Menurut penelitian salah satu mahasiswa ITS source isolation on coping and
Surabaya, frekuensi nada yang dihasilkan dari psychological constructs. International
satu set gamelan berkisar antara 300-930 Hz. journal of nursing practice, 4(2), 84–96.
Sedangkan frekuensi suara yang dapat Retrieved from
didengar manusia adalah berkisar antara 20- http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/97
20.000 Hz, atau yang biasa disebut dengan 48937
audiosonik. Hal ini menunjukkan bahwa 3. Koelsch, S., Fuermetz, J., Sack, U., Bauer,
frekuensi suara gamelan masih dalam batas K., Hohenadel, M., Wiegel, M., …
rentang aman suara yang dapat didengar Heinke, W. (2011). Effects of Music
manusia. Listening on Cortisol Levels and Propofol
Consumption during Spinal Anesthesia.
4. KESIMPULAN Frontiers in psychology, 2(April), 58.
Terapi musik merupakan salah satu terapi doi:10.3389/fpsyg.2011.00058
modalitas yang dapat diaplikasikan di 4. Lee, K.-C., Chao, Y.-H., Yiin, J.-J., Hsieh,
lingkungan perawatan di rumah sakit. H.-Y., Dai, W.-J., & Chao, Y.-F. (2012).
Pemilihan jenis musik dan durasi sampai saat Evidence that music listening reduces
ini masih menjadi bahan diskusi oleh para preoperative patients’ anxiety. Biological
pakar. Akan tetapi dengan melihat efek dan research for nursing, 14(1), 78–84.
penelitian terkait musik yang telah ada, dapat doi:10.1177/1099800410396704
disimpulkan bahwa musik dapat 5. Merle Calvin Ricklefs, Sejarah Indonesia
mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Modern 1200-2008, PT Serambi Ilmu
Dalam hal ini adalah Gending Jawa yang Semesta, Jakarta, 2008.
sifatnya soothing musik, sehingga adakan 6. Moradipanah, F., Mohammadi, E., &
membawa sensasi nyaman dan rileks bagi Mohammadil, A. Z. (2009). Effect of
pendengarnya. Hal ini dapat diaplikasikan music on anxiety, stress, and depression
sebagai salah satu terapi di ruang perawatan levels in patients undergoing coronary
yang seringkali menimbulkan perubahan angiography. Eastern Mediterranean
psikologis pada pasien. Health Journal, 15(3), 639–647.
Lagu Gending Jawa yang memiliki 7. Nilsson, U. (2008). The Anxiety and Pain
frekuensi antara 300-930 Hz dan jika Reducing Effects of Music Interventions :
diperdengarkan dalam rentang normal suara A Systematic Review. AORN Journal,
yaitu antara 50-70 dB, maka akan dapat 87(4), 780–807.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 137

8. Nilsson, U. (2009). Soothing music can


increase oxytocin levels during bed rest
after open-heart surgery: a randomised
control trial. Journal of clinical nursing,
18(15), 2153–61. doi:10.1111/j.1365-
2702.2008.02718.x
9. Snyder, M., & Lindquist, R. (2010).
Complementary and Alternative
Therapies in Nursing (Sixth.). New York:
Springer Publishing Company.
10. Staum, M. J. (2000). The Effect of Music
Amplitude on the Relaxation Response.
Journal of Musik Therapy, XXXVII(1),
22–39.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 138

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENGGUNAAN JAMBAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI
DESA LALADAN KABUPATEN LAMONGAN

Abdul Muhith 1), Mukhammad Himawan Saputra 2) Arief Fardiansyah3)


1
Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: abdulmuhith@gmail.com
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: mhimawansaputra@gmail.com
3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: arieffardiansyah123@gmail.com

Abstract

Environment is one of the factors that play a role in the onset of disease history. Therefore,
knowledge about aspects of sanitation (sanitation) environment plays an important role in each
health efforts, both individually and in groups in society. The purpose of this research is to analyze
factors associated with the use of latrines in the area of the River Plate in the village Laladan Deket
District of Lamongan. This study design is analytic cross sectional correlational approach.
Variables consist of Knowledge, attitudes, latrine conditions, the role of community leaders while
Variable Depending is the use of latrines. Used as a sample of 180 respondents. Data collection
using questionnaires. Data Analysis using Logistic Regeresi Analysis.Based on the analysis
concluded that there was a relationship between knowledge and use of latrines (p = 0.014) in the
community in the area of the River Plate in the village Laladan Deket District of Lamongan. There
was a relationship between attitudes to the use of latrines (p = 0.002). There was a relationship
between the use of latrines Latrine condition (p = 0.000). There was a relationship between the use
of latrines Prominent Role (p = 0.045). So the proposed hypothesis is accepted. More health workers
should enable health promotion activities related to the issue of clean and healthy behavior,
especially in the procurement and use of latrines healthy
Keywords: Knowledge, attitudes, latrines, public figures

1. PENDAHULUAN pengetahuan mengenai segi-segi penyehatan


Masalah kesehatan adalah suatu masalah (sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam
yang sangat kompleks, yang saling berkaitan tiap upaya kesehatan, baik secara individual
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan maupun secara berkelompok dalam
itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah masyarakat. Masalah sanitasi dasar (air bersih,
kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari akses fasilitas sanitasi, persampahan, drainase
segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dan sebagainya) di Indonesia sudah seharusnya
dari seluruh segi yang ada pengaruhnya menjadi perhatian utama bagi pemerintah kita.
terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan Hal ini dikarenakan sanitasi merupakan hak
tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom ada 4 dasar masyarakat yang sama halnya dan sejajar
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik dengan hak berpendapat, hak mendapatkan
kesehatan individu maupun kesehatan pengobatan gratis, vaksinisasi, dan hak – hak
masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, lainnnya. Sanitasi menjadi penting karena
perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status masyarakat membutuhkannya setiap
kesehatan akan tercapai secara optimal, melakukan aktifitasnya sehari – hari (Idan,
bilamana keempat faktor tersebut secara 2010).
bersama-sama mempunyai kondisi yang Berdasarkan Riskesdas (2013), proporsi
optimal pula. Salah satu faktor saja berada penduduk atau rumah tangga yang akses
dalam keadaan yang terganggu, maka status terhadap fasilitas sanitasi layak (dikatakan
kesehatan bergeser di bawah optimal layak apabila sarana tersebut milik sendiri atau
(Notoatmodjo, 2007). Lingkungan merupakan bersama, kloset jenis leher angsa dan
salah satu faktor yang sangat berperan dalam pembuangan akhir tinjanya ke tangki septik
riwayat timbulnya penyakit. Oleh karena itu atau SPAL) provinsi sebesar 55,53%, dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 139

akses terhadap fasilitas sanitasi tidak layak semakin tinggi intensitasnya. Keadaan ini sama
sebesar 44,47%. Provinsi paling tinggi akses halnya dengan fenomena bom waktu, yang bisa
terhadap fasilitas tidak layak adalah Provinsi terjadi ledakan penyakit pada suatu waktu
Nusa tenggara Timur (74,65%) dan terendah di cepat atau lambat. Sebaiknya semua orang
DKI Jakarta (17,17%). Sementara itu, menurut Buang Air Besar (BAB) di jamban yang
kualifikasi daerah, akses terhadap fasilitas memenuhi syarat, dengan demikian
sanitasi layak di perkotaan hampir dua kali wilayahnya terbebas dari ancaman penyakit
lipat (7 1,45%) dibandingkan dengan di penyakit tersebut. Dengan Buang Air Besar
perdesaan (3 8,55%). Sedangkan akses (BAB) di jamban banyak penyakit berbasis
terhadap fasilitas sanitasi di perkotaan yang lingkungan yang dapat dicegah, tentunya
tidak layak (28,55%) dan di pedesaan jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
(61,45%). Berdasarkan hasil survei Tujuan Penelitian Mengetahui berhubungan
pendahuluan kepada 10 rumah di Daerah dengan penggunaan Jamban di daerah
Bantaran Sungai di Desa Laladan Kecamatan Bantaran Sungai di desa Laladan Kecamatan
Deket Kabupaten Lamongan, sebagian besar Deket Kabupaten Lamongan.
(60%) tidak memiliki jamban yang sehat.
Keluarga yang tidak memiliki jamban ini 2. METODE PENELITIAN
biasanya memanfaatkan sungai, parit, dan Desain penelitian ini adalah analitik
jamban umum untuk membuang kotoran/tinja. korelasional dengan menggunakan pendekatan
Kebiasaan ini berlangsung sejak dulu dan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini
sudah menjadi turun-temurun. Air yang adalah Populasi : seluruh masyarakat di Daerah
bercampur dengan kotoran ini mengalir ke Bantaran Sungai Di Desa Laladan Kecamatan
sawah penduduk sekitar dan akan digunakan Deket Kabupaten LamonganTahun 2015
untuk persawahan. Dengan kebiasaan sejumlah 326 KK. Teknik sampling yang
masyarakat tersebut, maka bukan tidak digunakan adalah Simple Random Sampling
mungkin suatu saat masyarakat di wilayah ini (Muhith A., Nasir., 2011). Besarnya sampel
akan terancam penyakit menular yang berbasis adalah 180 orang. Penelitian dilaksanakan pada
lingkungan. Menurut data dari Deket bulan Desember 2015. Analisa Data
Kabupaten Lamongan Tahun 2014, sepuluh menggunakan: Pengolahan dan Analisis Data
penyakit terbesar pada Puskesmas tersebut Univariat Bivariat dengan Analisis Regresi
adalah ISPA, gastritis, diare, hipertensi, Logistik (Muhith A., Nasir., 2011).
penyakit kulit/dermatitis, rheumatik, penyakit
rongga mulut, TB paru, mata, dan asma. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jamban keluarga adalah suatu bangunan Analisis bivariat digunakan untuk
yang dipergunakan untuk membuang tinja atau menganalisis hubungan antara variabel
kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga independen dan variabel dependen. Sebagai
yang lazim disebut kakus atau WC (Madjid, variabel independen adalah Pengetahuan,
2009). Bagi rumah yang belum memiliki Sikap,kondisi jamban, dan peran tokoh
jamban, sudah dipastikan mereka itu masyarakat sedangkan variabel dependen
memanfaatkan sungai, kebun, kolam, atau adalah penggunaan jamban. Analisis bivariat
tempat lainnya untuk Buang Air Besar (BAB). menggunakan Analisis Regresi Logistik.
Dengan masih adanya masyarakat di suatu
wilayah yang Buang Air Besar (BAB) Tabel 2. Analisis Regresi Logistik Analisis
sembarangan, maka wilayah tersebut terancam Faktor Yang Berhubungan
beberapa penyakit menular yang berbasis Dengan Penggunaan Jamban
lingkungan diantaranya : penyakit cacingan, Daerah Bantaran Sungai Desa
kolera (muntaber), diare, tifus, disentri, Laladan Kecamatan Deket
schistosomiasis dan masih banyak penyakit Kabupaten Lamongan
lainnya. Selain itu dapat menimbulkan No. Variabel Β p value P
pencemaran lingkungan pada sumber air dan 1. Pengetahuan 1,256 0,014 p<0,05
bau busuk serta estetika. Semakin besar 2. Sikap 1,435 0,002 p<0,05
presentase yang Buang Air Besar (BAB) 3. Kondisi Jamban 1,803 0,000 p<0,05
sembarangan maka ancaman penyakit itu 4. Peran Tokoh 0,926 0,045 p<0,05
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 140

Berdasarkan hasil perhitungan analisis merupakan respon atau reaksi seseorang


Regresi logistik diketahui bahwa : terhadap rangsangan atau stimulus dari luar.
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan Dengan demikian perilaku manusia terjadi
penggunaan Jamban di daerah Bantaran melalui proses: Stimulus-Organisme-Respon.
Sungai di desa Laladan Kecamatan Deket Sehingga teori perilaku ini disebut juga teori
Kabupaten Lamongan dengan nilai beta Stimulus Organisasi Respon (SOR).
(β) = 1,256 dan p = 0,014 (p<0,05).Jadi Berdasarkan teori SOR tersebut, maka perilaku
hipotesis pertama diterima manusia dapat dikelompokkan menjadi dua,
2. Ada hubungan antara sikap dengan yaitu perilaku tertutup (covert behavior) adalah
penggunaan Jamban di daerah Bantaran perilaku yang hanya dirasakan oleh individu
Sungai di desa Laladan Kecamatan Deket yang bersangkutan tanpa bisa diamati oleh
Kabupaten Lamongan dengan nilai beta orang lain dan perilaku terbuka (overt
(β) = 1,435 dan p = 0,002 (p<0,05).Jadi behavior) yang berarti perilaku yang dilakukan
hipotesis kedua diterima sudah dapat diamati oleh orang lain. Oleh
3. Ada hubungan antara kondisi jamban karenanya dengan adanya pengetahuan yang
dengan penggunaan Jamban di daerah baik tentang masalah sanitasi dan penggunaan
Bantaran Sungai di desa Laladan jamban, akan mendorong seseorang untuk
Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan menerapkan informasi yang sudah diterima
dengan nilai beta (β) = 1,803 dan p = dalam perilakunya. Sedangkan masyarakan
0,000 (p<0,05).Jadi hipotesis ketiga yang memiliki pengetahuan buruk cenderung
diterima akan mengabaikan informasi yang ada
4. Ada hubungan antara peran tokoh dengan sehingga periolakunya dalam penggunaan
penggunaan Jamban di daerah Bantaran jamban juga ikut menjadi buruk.
Sungai di desa Laladan Kecamatan Deket 3.2. Hubungan Sikap dengan Penggunaan
Kabupaten Lamongan dengan nilai beta Jamban
(β) = 0,926 dan p = 0,045 (p<0,05).Jadi Berdasarkan hasil analisis regresi logistik
hipotesis keempat diterima diperoleh hasil bahwa dengan nilai beta (β) =
1,435 dan p = 0,002 (p<0,05), maka dapat
3.1. Hubungan Pengetahuan dengan disimpulkanbahwa ada hubungan yang
Penggunaan Jamban bermakna antara Sikap dengan Penggunaan
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik Jamban pada masyarakat di Daerah Bantaran
diperoleh hasil bahwa dengan nilai beta (β) = Sungai Di Desa Laladan Kecamatan Deket
1,256 dan p = 0,014(p<0,05), maka dapat Kabupaten Lamongan.Hasil penelitian ini
disimpulkanbahwa terdapat hubungan yang sesuai dengan teori pembentukan perilaku
bermakna antara Pengetahuan dengan yang dikemukakan oleh Green (dalam
Penggunaan Jamban pada masyarakat di Notoadmojo, 2005), bahwa perilaku
Daerah Bantaran Sungai Di Desa Laladan ditentukan oleh tiga faktor utama dan salah
Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan. Hasil satunya adalah faktor predisposisi. Sikap
penelitian ini mendukung pendapat merupakan faktor predisposisi bahwa
Notoatmodjo (2007), yang menyatakan bahwa mendukung terbentuknya perilaku. Sikap
pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi merupakan reaksi atau respon yang masih
setelah orang melakukan pengindraan terhadap tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi atau objek. Batasan-batasan tersebut dapat
melalui panca indra manusia yaitu indra disimpulkan bahwa manifestasi sikap tidak
penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
diperoleh melalui mata dan telinga. tertutup. Sikap secara nyata menunjukan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
penting dalam membentuk tindakan seseorang stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari
(overt behaviour). Perilaku merupakan hasil yang bersifat emosional terhadap stimulus
belajar dari pengalaman yang pernah dialami sosial (Notoatmodjo, 2007). Artinya jika sikap
(Suliswati, dkk, 2005). Skinner dalam masyarakat terhadap penggunaan jamban
Notoadmodjo (2005) menyebutkan perilaku sudah positif, maka reaksi tersebut akan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 141

dimanifestasikan dalam bentuk perilakunya Laladan Kecamatan Deket Kabupaten


dalam penggunaan jamban. Oleh karenanya Lamongan. Hal ini sesuai dengan pendapat
semakin positif sikap seseorang terhadap Green (dalam Notoatmodjo, 2007) yang
sebuah obyek, maka reksinya juga akan mengatakan bahwa salah satu faktor yang
semakin positif, namun jika sikap seseorang mempengaruhi pembentukan perilaku adalah
terhadap penggunaan jamban sudah negatif faktor penguat. Faktor penguatan ini dapat
maka akan sulit membentukperilaku yang baik diberikan oleh tokoh masyarakat yang disegani
terhadap penggunaan jamban. oleh masyarakat, sebab pengetahuan, sikap dan
3.3. Hubungan Kondisi Jamban dengan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum
Penggunaan Jamban menjamin terjadinya perilaku seseorang atau
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik masyarakat. Sering terjadi bahwa seseorang
diperoleh hasil bahwa dengan nilai beta (β) = sudah tahu akan manfaat suatu rangsangan,
1,803 dan p = 0,000 (p<0,05), sehingga dapat tetapi justru mereka tidak berespon positif
disimpulkanbahwa terdapat hubungan yang karena lingkungan disekitar mereka juga tidak
bermakna antara Kondisi Jamban dengan bereaksi. Oleh karenanya peranan tokoh
Penggunaan Jamban pada responden di Desa masyarakat untuk membudayakan penggunaan
Laladan Kecamatan Deket Kabupaten jamban yang baik perlu dilakukan, hanya saja
Lamongan. Hasil penelitian sesuai dengan dalam penilaian ini masyarakat masih
pendapat Green (dalam Notoatmodjo, 2007), menganggap kalau tokoh masyarakat masih
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kurang aktif dalam mensosialisasikan perilaku
pembentukan perilaku manusia adalah faktor hidup bersih dan sehat dengan penggunaan
enabling atau pemungkin yang terdiri dari jamban yang baik. Tidak adanya Jamban
fasilitas, sarana dan prasarana yang Sharing di desa Laladan Kecamatan Deket
mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya Kabupaten Lamongan, mengindikasikan
perilaku seseorang atau masyarakat. Hasil bahwa tidak ada upaya nyata dari tokoh
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin masyarakat untuk membiasakan BAB di
baik kondisi jamban seseorang akan jamban, sebab dengan tidak adanya Jamban
mendorong seseorang menggunakan jamban Sharing ini artinya masyarakat boleh
dengan baik. Tingginya frekuensi yang melakukan BAB di sungai.
memiliki kondisi jamban yang buruk didukung
oleh data yang ada di Desa Laladan Kecamatan 4. KESIMPULAN
Deket Kabupaten Lamongan bahwa dari 326 Hasil Penelitian dapat disimpulkan
KK terdapat 181 KK (55,52%) yang memiliki bahwa:
Jamban Sehat Permanen, 26 KK Pengetahuan tentang penggunaan jamban
(7,98%)memiliki Jamban Sehat Semi mempunyai hubungan yang bermakna dengan
Permanen, dan terdapat 119 KK (36,50%)yang Penggunaan Jamban pada masyarakat di
melakukan Open Defication. Banyaknya Daerah Bantaran Sungai Di Desa Laladan
keluarga yang masih melakukan Open Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan. Jadi
Deficationdapat disebabkan karena rendahnya hipotesis diterima.
tingkat pendapatan yang mana sebagian besar Sikap terhadap penggunaan jamban
responden memiliki penghasilan dibawah mempunyai hubungan yang bermakna dengan
UMR sehingga pengadaan jamban yang baik Penggunaan Jamban pada masyarakat di
dan sehat bukanlah kebutuhan primer yang Daerah Bantaran Sungai Di Desa Laladan
harus segera dipenuhi, sebab kebutuhan untuk Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan. Jadi
BAB masih bisa dilakukan di sungai. hipotesis diterima.
3.4. Hubungan Peran Tokoh dengan Kondisi Jamban mempunyai hubungan
Penggunaan Jamban yang bermakna dengan Penggunaan Jamban
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada responden di Desa Laladan Kecamatan
diperoleh hasil bahwa dengan nilai beta (β) = Deket Kabupaten Lamongan.Jadi hipotesis
0,926 dan p = 0,045 (p<0,05), maka dapat diterima.
disimpulkanbahwa terdapat hubungan yang Peran tokon masyarakat mempunyai
bermakna antara Peran Tokoh dengan hubungan yang bermakna dengan Penggunaan
Penggunaan Jamban pada responden di Desa Jamban pada responden di Desa Laladan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 142

Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.Jadi 13. Kusnoputranto, Haryoto., 2008.


hipotesis diterima. Kesehatan Lingkungan. FKM UI. Jakarta.
14. Muhith A., Nasir 2011. Metodologi
REFERENSI Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
1. Achmadi,. U, 2010. Manajemen Penyakit Medika.
Berbasis Wilayah. Universitas Indonesia 15. Muhith, A., Saputra, H., & Siyoto, S.,
press: Jakarta 2017. The Correlation Between Healthy
2. Adnani, Hariza 2011. Ilmu Kesehatan House Condition and Dyspnea Frequency
Masyarakat. Yogyakarta : Nuha Medika. of Pulmonary Tuberculosis Patients.
3. Amin,. M, 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Publikasi Hasil Penelitian, pp 84-88.
Paru. Airlangga University Press: Jakarta. 16. Muhith, A., Saputra, H., & Siyoto, S., E.
4. Azwar,. A, 2009. Pengantar Kesehatan Dwi 2017. Factor Affecting Self- efficacy
Lingkungan, PT. Rineka Cipta. Jakarta. on Tuberculosis Patients. Publikasi Hasil
5. Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Penelitian, pp 344-348.
Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC,. 17. Muhith, A.,2016. Hubungan Kondisi
6. Chandra,. B, 2007. Pengantar Kesehatan Rumah Sehat Dengan Frekuuensi sesak
Lingkungan. Buku Kedokteran EGC: pada TB Paru Di Wilayah Kerja
Jakarta. Puskesmas Ujung Pangkah, MEDICA
7. Depkes RI , 2005. KepMenKes RI No. MAJAPAHIT, 8 (2)), 59-73.
1216/MenKes/SK/XI/2001 Tentang 18. Notoatmodjo, S., 2010. Kesehatan
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
Ditjen PPM & PL, Jakarta. Rineka Cipta.
8. Depkes RI , 2005. KepMenKes RI No. 19. Notoatmodjo. S. 2012. Metodologi
1216/MenKes/SK/XI/2001 Tentang Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Cipta.
Ditjen PPM & PL, Jakarta. 20. Soeparman, 2012. Pembuangan Tinja dan
9. Depkes RI , 2007. Buku Panduan Hygiene Limbah Cair. Jakarta : EGC.
Sanitasi. Jakarta. 21. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
10. Depkes RI , 2008. KepMenKes RI No. Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
852/MenKes/SK/IX/2008 Tentang Alfabeta.
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis 22. Wawan, A., dan M, Dewi. 2010. Teori &
Masyarakat, Jakarta. 2008 Pengukuran Pengetahuan, Sikap
11. Effendi, H, 2011. Telaah Kualitas Air. danPerilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha
Yogyakarta : Kanisius. Medika
12. Kusnaedi, 2009. Mengolah Air Gambut 23. Widyati, R.dan Yuliahsih, 2008. Higiene
dan Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: dan Sanitasi Umum dan Perhotelan.
Puspa Swara. Jakarta : PT Gramedia Widiarsana
Indonesia.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 143

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM


MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA
DI PUSKESMAS NGORO MOJOKERTO
Wiwit sulistyawati1), Nurun Ayati Khasanah2)
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
Email: wiwitsulistyawati@yahoo.co.id
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
Email: nurun.ayati@gmail.com

Abstract

Bleeding is the biggest factor causing high AKI, one pregnant mother with anemia of 53%. This study
aims to determine the relationship of third trimester pregnant women in taking ferrous tablets with
anemia occurrence in Puskesmas Ngoro Mojokerto district in 2016. This research uses observational
research type with analytic design. Population in this research is pregnant mother of trimester III
that check in Puskesmas Ngoro Mojokerto Regency which amounted to 32 pregnant women in June
- November 2016 with amount of sample 32 pregnant women taken by using nonprobability sampling
technique that is Total Samplig. Measuring tool used is a questionnaire to determine the behavior of
the mother in taking feros tablets and the results of hemoglobin examination data using haemometer
tool sahli for the incidence of anemia. Analytical technique using Chi-square test calculation. The
conclusions of this study indicate that there is a relationship between the mother's behavior in taking
feros tablets with the incidence of anemia. Therefore health workers should try to follow up the
problem of anemia in pregnancy by continuing to hold the provision of feros tablets (iron) in
pregnant women is 90 tablets during pregnancy and provide explanations and support to pregnant
women in taking feros tablets.
Keywords: behavior, Fe tablets, anemia

1. PENDAHULUAN sebelum kehamilan. Berdasarkan profil


Anemia dalam kehamilan ialah kondisi kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa
ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% cakupan pelayanan K4 meningkat dari dari
pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun
pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan 2008) (Depkes, 2008). Data dari Dinas
perbedaannya dengan kondisi wanita tidak Kesehatan Kabupaten Mojokerto
hamil terjadi hemodilusi, terutama pada menunjukkan jumlah anemia pada ibu hamil di
trimester 2 (Prawiroharjo, 2010). Kabupaten Mojokerto pada tahun 2010
Beberapa penyebab terjadinya anemia sebanyak 203 orang, pada tahun 2011
adalah defisiensi zat besi, gangguan absorbsi, sebanyak 205 orang dan pada tahun 2012
defisiensi vitamin dan mineral, sel darah merah sebanyak 304 orang.
yang cepat hancur, gangguan produksi sel Faktor lain yang menyebabkan ibu hamil
darah merah dan perdarahan (Bothamley, et al., masih tetap menderita anemia meskipun sudah
2011) . Menurut WHO (2015),prevalensi diberikan tablet feros dan sudah di jelaskan
anemia di Indonesia sebesar 23%.Berdasarkan tentang aturan minumnya antara lain masih
Riskesdas (2013), terdapat 37,1% ibu hamil kurangnya pengetahuan ibu hamil tersebut
anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb tentang pentingnya tablet feros. Dimana
kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi perilaku disini mengarah pada keteraturan ibu
yang hampir sama antara di kawasan perkotaan di dalam mengonsumsi tablet feros .
(36,4%) dan perdesaan (37,8%). Infodatin Gizi Tingkat pendidikan ibu yang masih
(2015) menyebutkan diperkirakan 41,8% ibu rendah cenderung kesulitan untuk memperoleh
hamil di seluruh dunia mengalami anemia. informasi. Selai itu juga persepsi dan perilaku
Angka kejadian anemia di Indonesia semakin ibu sendiri. Perilaku di sini juga sangat
tinggi dikarenakan penanganan anemia berpengaruh terhadap kesehatan
dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai (Notoatmodjo, 2007). Di mana perilaku di sini
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 144

mengarah pada keteraturan ibu di dalam 3. METODE PENELITIAN


mengonsumsi tablet feros. Banyak ibu hamil Penelitian ini menggunakan rancangan
yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet penelitian analitik dalam bentuk crossectional..
feros sesuai aturan minum yang sudah Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil
diinformasikan oleh tenaga kesehatan, bahkan trimester III yang periksa di Puskesmas Ngoro
ada juga ibu hamil yang tidak mau Kabupaten Mojokerto dengan jumlah populasi
mengonsumsi tablet feros yang sudah 32 orang sampai bulan Juni-November 2016
diberikan tenaga kesehatan. Dengan kejadian sebanyak 32 orang. Sampel penelitian ini
seperti yang sudah dijelaskan di atas, oleh mengambil semua anggota populasi menjadi
karena itu anemia harus mendapatkan sampel dengan jumlah sampel 32 orang.
perhatian dan penanganan yang lebih baik Tekhnik sampling Penelitian ini menggunakan
sehingga dapat menurunkan angka kejadian non probability sampling dengan jenis total
anemia yang nantinya diharapkan dapat sampling. Menggunakan data primer yaitu
menurunkan angka kematian ibu di Indonesia. buku kuisioner dan alat pengukur HB,
Untuk mengatasi hal tersebut di atas haemometer sahli.Penelitian ini dilaksanakan
emerintah telah mengambil satu kebijakan di Puskesmas Ngoro, Mojokerto Waktu
yaitu dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI penelitian dilaksanakan 10 Juni- 20 November
nomor 88 tahun 2014 menjelaskan program 2016. Analisis Univariat digunakan untuk
suplementasi tablet Fe untuk mengatasi menjelaskan atau mendeskripsikan angka/nilai
kekurangan konsumsi zat besi, yaitu jumlah masing-masing variabel dengan ukuran
pemerintah membuat program suplemen proporsi. Analisa Bivariat dengan Chi Square
tambah darah kepada setiap ibu hamil (X2) untuk membuktikan apakah variabel
sebanyak 90 tablet selama kehamilan. bebas benar-benar mempengaruhi variabel
tergantung atau tidak.
2. KAJIAN LITERATUR
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang disebabkan oleh kurangnya zat besi 4.1. Perilaku Ibu Hamil Trimester III
dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe (Besi)
untuk eritropoisis tidak cukup yang ditandai Berdasarkan hasil penelitian
dengan gambaran sel darah merah hipokrom- menunjukkan bahwa dari 32 ibu hamil yang
mikrositer. Kadar besi serum (serum iron) dan tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros
jenuh transperin menurun. Kapasitas besi atau (besi) lebih dari 50% yaitu sebanyak 18
meninggi dan cadangan besi dalam sum-sum responden (56,3%). Menurut Skinner (1938)
tulang serta ditempat yang lain sangat kurang dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa
atau tidak ada sama sekali. Karena kekurangan perilaku merupakan respons reaksi seseorang
asupan zat besi sehingga produksi hemoglobin terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
akan melambat dan tidak cukup untuk Respons atau reaksi terhadap stimulus ini
menompong ibu dan janin. Padahal masih terbatas pada pengetahuan, persepsi dan
hemoglobin ini sangat berperan penting dalam sikap yang terjadi pada orang yang menerima
mengantar oksigen untuk ibu dan janin. Oleh stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
karena itu pastikan ibu selalu mendapatkan secara jelas oleh orang lain.
asupan zat besi yang cukup. Banyak faktor Dari crosstabulation menunjukkan bahwa
yang dapat menyebabkan timbulnya anemia jumlah responden berpendidikan SMA yaitu
defisiensi besi, antara lain kurangnya asupan 21 responden (65,6%), yang tidak teratur
zat besi dan protein dari makanan, adanya dalam mengonsumsi tablet feros sebanyak 11
gangguan absorpsi diusus, perdarahan akut responden (34,4%). Nursalam (2002: 43)
maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan menyatakan semakin tinggi pendidikan
zat besi seperti pada wanita hamil, masa seseorang semakin mudah dalam menerima
pertumbuhan dan masa penyembuhan pada informasi sehingga semakin banyak pula
penyakit. (Asrina, dkk. 2014). pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan dan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 145

Tetapi dari data kuesioner didapatkan ibu Hasil crosstabulation didapatkan yang tidak
yang lulusan SMA dengan jumlah 11 teratur dalam mengonsumsi tablet feros
responden (34,4%) yang tidak teratur dalam sebanyak 14 responden (43,8%).
mengonsumsi tablet feros (besi) karena mereka Hurlock (1998) yang dikutip dalam
lupa atau malas mengonsumsi tablet feros Nursalam dan Pariani (2003) bahwa semakin
sesuai aturan yaitu 1 kali per hari dan terdapat cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
ibu yang berpendidikan SD yaitu 1 responden seseorang akan lebih matang dalam berpikir
(3,1%) teratur dalam mengonsumsi tablet dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari
feros. Seseorang yang tamat SD belum tentu pengalaman dan kematangan jiwa seseorang.
kurang mampu untuk mendapatkan Berdasarkan pernyataan di atas dapat
pengetahuan dari pada ibu yang berpendidikan disimpulkan bahwa semakin bertambahnya
lebih tinggi. Meskipun berpendidikan kurang, umur responden maka semakin banyak
kalau orang tersebut rajin mendengarkan pengalaman yang di miliki sehingga dapat
informasikan selalu turut serta dalam memotivasi seseorang untuk berperilaku.
penyuluhan tentang pentingnya tablet feros Tetapi dalam kenyataannya mereka tidak
maka pengetahuan orang tersebut akan teratur mengonsumsi tablet feros (besi) yang
bertambah. Berarti dari pendidikan yang tinggi diberikan tenaga kesehatan karena kurangnya
bukan berarti memiliki pengetahuan yang baik pengalaman ibu sehingga mereka
tentang cara mengonsumsi tablet feros (besi). mengabaikan tentang pentingnya tablet feros.
Selain itu, dapat diketahui dari persepsi Selain itu mereka beranggapan kalau
masyarakat yang beranggapan bahwa semua kondisinya saat ini sehat sehingga tidak perlu
macam obat diminum pada pagi hari. Dari lagi mengonsumsi tablet feros (besi) yang
temuan penyebaran kuesioner di dapat 18 sudah diberikan. Hal ini dapat dilihat dari
responden (56,3%) yang tidak terarur dalam kuesioner yang sudah disebarkan kepada 32
mengonsumsi tablet feros sebanyak 17 responden didapatkan sebagian responden
responden (53,1%) beranggapan semua macam alasan mereka tidak teratur dalam
obat di minum pada pagi hari. Pada hal orang mengonsumsi tablet feros (besi) disebabkan
hamil biasanya terjadi Hiperemesis lupa atau malas.
gravidarum lebih-lebih pada trimester I sampai Berdasarkan tingkat pekerjaan responden
awal trimester II kehamilan. Selain itu terdapat didapatkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 24
9 responden (28,1%) mengonsumsi tablet feros responden (75%). Dari crosstabulation
bersamaan dengan kopi atau teh. didapatkan 14 responden (43,8%) yang tidak
Menurut Manuaba (2001) efek samping teratur dalam mengonsumsi tablet feros (besi).
dari tablet feros (besi) salah satunya dapat Hal ini disebabkan karena sebagai ibu
menyebabkan mual muntah. Jika itu terjadi rumah tangga waktu akan lebih banyak
terus menerus dan berlebih dapat dihabiskan di rumah. Ibu jarang berkomunikasi
menyebabkan cadangan besi dari sumber dengan ibu-ibu yang lain sehingga untuk
makanan yang di konsumsi ibu tidak dapat mendapatkan informasi juga terbatas serta ibu
diserap tubuh sehingga proses eitropoisis juga tidak berperan aktif dalam kegiatan
terganggu dan dapat menurunkan ukuran Hgs penyuluhan.
darah dengan berbagai akibat. Apalagi 4.2. Kejadian Anemia
diminum bersamaan dengan kopi atau teh Berdasarkan hasil penelitian
dapat menghambat resorpsi tablet feros. menunjukkan dari 32 responden didapatkan 17
Sehingga menggagu aktivitas sehari-hari dan responden (53,1%) menderita anemia. Dari
bahkan dapat membahayakan kehidupan ibu. pernyataan Winkjosastro (2006) darah akan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bertambah banyak dalam kehamilan yang
ibu trauma atau merasa dengan mengonsumsi lazim disebut Hidremia atau Hiperfolemia.
tablet feros mengakibatkan kondisi ibu tidak Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
sehat akibat waktu dan cara mengonsumsinya dibandingkan dengan bertambahnya plasma
tidak sesuai aturan. sehingga terjadi pengenceran darah.
Sebagian besar responden berada pada Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut:
umur 20-35 tahun memungkinkan responden plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin
baik dalam menerima informasi yang didapat. 19%. Dari hasil penyebaran kuesioner yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 146

sudah dilakukan didapatkan alasan mereka 4.3. Hubungan Perilaku Ibu Hamil
masih menderita anemia meskipun sudah Trimester III dalam Mengkonsumsi
diberikan tablet feros (besi) oleh tenaga Tablet Fe (Besi) dengan Kejadian
kesehatan ialah karena mereka tidak teratur Anemia.
dalam mengonsumsinya. Dalam hal ini mereka Berdasarkan hasil tabulasi silang bahwa
mengonsumsi tablet feros (besi) tidak sesuai yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet
dengan aturan minum yang diinformasikan feros (besi) terdapat 18 responden (56,2%)
oleh tenaga kesehatan. didapat sebagian besar yaitu 13 responden
Hasil penelitian menunjukkan dari (40,6%) yang menderita anemia. Menuru
14 responden yang teratur mengonsumsi tablet Manuaba (2001: 51) perilaku ibu yang masih
feros (besi) terdapat 4 responden (43,8%) yang rendah tentang hidup sehat dan status gizi serta
menderita anemia disebabkan karena cara perekonomian ibu hamil yang tergolong masih
mengonsumsi tablet feros (besi) yang salah rendah bisa juga menyebabkan ibu hamil tetap
seperti kebiasaan mengonsumsi semua macam menderita anemia. Selain itu juga disebabkan
obat di pagi hari. Selain itu, asupan gizi yang karena keyakinan dan persepsi masyarakat
kurang sehingga ibu tetap menderita anemia. yang kurang terhadap pentingnya
Apalagi diminum bersamaan dengan kopi atau mengkonsumsi tablet feros (besi) yang bisa
teh dapat menghambat resorpsi tablet feros. menyebabkan mereka menderita anemia,
Manuaba (2001: 51) menyatakan meskipun pemerintah telah mengambil satu
kebutuhan zat besi ibu hamil rata-rata kebijakan yaitu dengan memberikan
mendekati 800 mg kebutuhan terdiri dari 300 wewenang kepada tenaga kesehatan untuk
mg diperlukan untuk janin dan plasenta, 500 memberikan tablet feros (besi) sebanyak 90
mg digunakan untuk peningkatan masa tablet selama kehamilan, karena dengan
haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat
akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. meningkatkan kadar haemoglobin sebanyak 1
Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan gram/bulan.
menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Perhitungan makan tiga kali dengan kalori pula yang tidak teratur dalam mengonsumsi
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 tablet feros terdapat 5 responden (15,6%) yang
mg zat besi per hari. Selama kehamilan dengan tidak menderita anemia. Menurut Mardjono
perhitungan 288 hari, ibu hamil akan (2003) bahwa makanan yang mengandung
menghasilkan zat besi sebanyak 1 gr% feros dalam kadar tinggi terdapat pada hati,
sehingga masih kurang. Perilaku ibu yang kuning telur, daging dan kacang-kacangan
masih rendah tentang hidup sehat dan status serta sayuran hijau yang memiliki sumber besi
gizi serta perekonomian ibu hamil yang yang baik.
tergolong masih rendah bisa juga Hal ini menunjukkan bahwa walaupun
menyebabkan ibu hamil tetap menderita ibu tidak teratur dalam mengonsumsi tablet
anemia.Dengan memperhatikan hasil feros, kandungan besi dapat diperoleh dari
penelitian tersebut maka peran tenaga makanan yang dikonsumsi. Dengan menambah
kesehatan sangat perlu untuk meningkatkan porsi makan dan ibu lebih jeli dalam
cakupan K1 ibu hamil agar dapat diberikan menyiapkan menu makanan yang bergizi serta
tablet feros (besi) sebagai upaya pencegahan bergaya hidup sehat dapat mengurangi
anemia atau sebagai terapi apabila sudah terjadinya anemia.
terjadi anemia pada kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan dari 14
Saifuddin (2006) menyatakan untuk responden yang teratur mengonsumsi tablet
mengatasi hal tersebut di atas pemerintah telah feros (besi) terdapat 4 responden (43,8%) yang
mengambil satu kebijakan yaitu dengan menderita anemia disebabkan karena cara
memberikan wewenang kepada tenaga mengonsumsi tablet feros (besi) yang salah
kesehatan untuk memberikan tablet feros (besi) seperti kebiasaan mengonsumsi semua macam
sebanyak 90 tablet selama kehamilan, karena obat di pagi hari. Selain itu, asupan gizi yang
dengan pemberian preparat besi 60 mg/hari kurang sehingga ibu tetap menderita anemia.
dapat meningkatkan kadar haemoglobin Apalagi diminum bersamaan dengan kopi atau
sebanyak 1 gram/bulan. teh dapat menghambat resorpsi tablet feros.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 147

WHO mendefinisikan anemia gizi besi 5. Azwar, S. 2008. Sikap Manusia.


(feros) adalah anemia yang terjadi karena Yogyakarta : Pustaka Pelajar
kekurangan satu atau lebih dari nutrisi esensial 6. Budiarto, Eko. 2004. Metodologi
untuk eritropoisis tanpa memandang sebabnya Penelitian Ke Dokteran. Jakarta : EGC
(Manuaba, 2001).Untuk itu hendaknya ibu 7. Hidayat, A. A. A. 2007. Metode
hamil mengonsumsi tablet feros (besi) juga Penelitian Kebidanan Dan Teknik
harus mengonsumsi vitamin dan mineral lain Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
yang cukup terutama vitamin C, karena fungsi 8. Irianto Koes. 2015. Kesehatan
vitamin C selain meningkatkan daya tahan Reproduksi. Bandung :Alfabeta
tubuh juga berfungsi untuk membantu
9. Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta
penyerapan zat besi dalam tubuh. Hal ini sesuai
Kedokteran Jilid I. FKUI : Media
pendapat Sunita Almatsier (2003 ) bahwa zat
Aesculapius.
gizi yang telah dikenal dan sangat berperan
meningkatkan absorpsi besi adalah vitamin C. 10. Manuaba. 2001. Kapita Selekta Penata
Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi Laksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
sampai 4 kali lipat. Vitamin C dengan zat besi dan KB. Jakarta : EGC
membentuk senyawa askorbat besi kompleks 11. Manuaba gde. 2010. Ilmu Kebidanan
yang larut dan mudah diabsorpsi, karena itu Penyakit kandungan dan Kb.
sayuran dan buah-buahan segar yang banyak JakartaEGC
mengandung vitamin C baik digunakan untuk 12. Manuaba gde. 2012. Ilmu Kebidanan
mencegah anemia. Penyakit kandungan dan Kb.
JakartaEGC
5. KESIMPULAN 13. Mardjono M. 2003. Farmakologi dan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Terapi Edisi 4. Jakarta : FKUI.
bahwa Ada hubungan perilaku ibu hamil 14. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan
trimester III dalam mengonsumsi tablet feros Perilaku Kesehatan. Jakarta : Renika
(besi) dengan anemia di Puskesmas Ngoro Cipta
Kabupaten Mojokerto. Hal ini dibuktikan 15. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
dengan nilai 𝑥 2 hitung lebih besar dari 𝑥 2 tabel Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
dengan taraf signifikasi 0,05 maka 𝐻𝑜 ditolak. Renika Cipta
Jadi dapat disimpulkan ada hubungan perilaku 16. Nursalam. 2003. Konsep Dan
ibu hamil trimester III dalam mengonsumsi Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
tablet feros (besi) dengan kejadian anemia. Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
17. Permata sari,2013. Hubungan Status
REFERENSI
Gizi dengan kejadian Anemia pada ibu
1. Almaster, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu
hamil Trimester III DI BPS HJ,sri
Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Sulasmiati SST.http/ejurnal/ Hospital
2. Arisman. 2010. Gizi dalam Daur
Majapahit.ac.id./index.php/Hsm/article/
Kehidupan.Jakarta EGD
view/ di unduh tanggal 23 Desember
3. Asrina, Suhartatik, Eddyma W. Ferial.
2015.
2014. Faktor-Faktor Yang
18. Prawirohardjo, Sarwono. 2014.
Berhubungan Dengan Kejadian
IlmuKebidanan. Jakarta : EGC
Anemia Pada Ibu Hamil Di Rumah
19. Rukiyah, Ai. Yeyeh. 2010. Asuhan
Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah
Kebidanan 4 ( Patologi). Jakarta: TIM
Makasar. Stikes Nani Hasanudin
20. Saifuddin, AB. 2006. Buku Acuan
Makasar. Diakses 23 Desember 2015.
Nasional Pelayanan Kesehatan
4. Azrur. 2009. Hubungan Karakteristik
Maternal Dan Neonatal. Jakarta :
Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di
YBPSB
Puskesmas Banjaran.
21. Saifuddin, AB. 2006. Buku Panduan
(http://one.indoskrip.com) diakses 9
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Januari 2009
Dan Neonatal. Jakarta : YBPSB
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 148

22. Sustiwa, F. 2009. Menuju Persaingan 24. Tanto Chris. 2014. Kapita Slekta
Global. (http://www.kr.co.id) diakses 23 kedokteran I. Jakarta :Media
Juli 2009 Aesculapius
23. Sugiono. 2005. Memahami Penelitihan 25. Winkjosastro,H. 2006. Ilmu Kebidanan.
Kualitatif. Bandung : Alfa Beta. Jakarta : YBPSP.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 149

PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN FLOUR


ALBUS FISIOLOGI di BPS WIJI UTAMI SIDOARJO
Sri Wardini Puji Lestari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
Email: sriwardinipujilestari@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi kombinasi
dengan kejadian flour albus fisiologi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
dengan rancang bangun secara cross sectional. Variabel penelitian ini adalah pemakai kontrasepsi
hormonl dan kejadian fluor albus fisiologi. Populasi adalah semua akseptor kontrasepsi hormonal
sejumlah 80 orang. Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling. Data dianalisis
dan di uji dengan menggunakan uji Statistik Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemakai kontrasepsi kombinasi sebanyak 35 responden dan 23 responden (31,9 %) mengalami
kejadian flour albus fisiologi. Hasil dari uji statistik denganuji chi kuadrat (X²) dengan α = 0,05
didapatkan hasil X2 hitung (5,595) ≥ X2 tabel (2,349) sehingga H1 diterima artinya ada hubungan
yang signifikan antara pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi dengan kejadian flour albus
fisiologi. Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih bermakna peneliti membuat tabulasi silang
antara data umum dan data khusus.Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa sebagian besar
dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun mengalami flour albus fisiologi. Disarankan kepada para
responden pemakai kontrasepsi hormonal harusnya juga melakukan perilaku sehat seperti personal
hygiene agar kondisi kesehatan reproduksi tidak mudah terserang penyakit.
Kata Kunci : Pemakaian Kontrasepsi Hormonal, Fluor Albus.

1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara keempat persentasenya adalah sebagai berikut 706.102
terbesar penduduknya di dunia dengan lebih peserta IUD (7,52%), 131.053 peserta MOW
dari 237 juta jiwa.Fertilitas atau kelahiran (1,40%), 27.680 peserta MOP (0,29%),
adalah salah satu faktor penambah bagi jumlah 766.461 peserta Kondom (8,16%), 806.532
penduduk.Untuk mengatasi hal tersebut, peserta Implant (8,59%), 4.406.898 peserta
pemerintah Indonesia menerapkan program Suntikan (46,94%), dan 2.543.648 peserta Pil
Keluarga Berencana (KB) yang telah dimulai (27,09%). (BKKBN, 2013). Cakupan peserta
sejak tahun 1968. Tujuan utama program KB KB aktif pada tahun 2013 75,88%. Jawa Timur
Nasional adalah untuk memenuhi keinginan pada bulan Juni 2013, sebanyak 666.327
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan peserta atau 61,73 persen (BKKBN Provinsi
reproduksi yang berkualitas, menurunkan Jatim, 2013). Menurut Hanafiah TM (2000) di
tingkat atau angka kematian ibu, bayi dan anak PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan
serta penanggulangan masalah kesehatan keputihan akibat infeksi kandida 13,75% pada
reproduksi dalam rangka membangun keluarga pengguna alat kontrasepsi dalam rahim
kecil berkualitas (Arum, 2009). (AKDR), 18,5% pada pengguna pil dan14,0%
Keberhasilan tujuan tersebut sangat pada pengguna KB suntik. Setelah melakukan
ditentukan oleh peningkatan pemakaian studi pendahuluan pada tanggal 22-23 Februari
kontrasepsi KB, yang salah satunya adalah 2017 di BPS Wiji Utami Sidoarjo di dapat data
metode kontrasepsi hormonal Selain sebanyak 10 orang pemakai metode
memberikan dampak positif, KB Hormonal kontrasepsi hormonal, yang mengalami
juga memiliki efek samping salah satunya kejadian flour albus sebanyak 6 orang dan
adalah Flour Albus (Artikel dr. Michelle keenam orang tersebut semuanya mengalami
Angelina, 2012) kejadian flour albus fisiologi.
Peserta KB Baru secara nasional sampai Penggunaan kontrasepsi hormonal akan
pada tahun 2013 sebanyak 9.388.374 peserta. mengubah kondisi hormon yang dapat berefek
Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka pada perubahan PH vagina. Perubahan ini
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 150

dapat menyebabkan bergesernya subur.Penelitian di Inggris menunjukkan


keseimbangan populasi flora normal vagina akseptor metode kontrasepsi kombinasi
dan menimbulkan gangguan keputihan, mempunyai risiko 1,2 x lebih besar untuk
keputihan biasanya disebabkan oleh jamur mendapatkan infeksi jamur Candidiasis
CandidaAlbicans atau bakteri Hemophilius dibandingkan tanpa KB, tetapi lebih terlindung
Vaginalis. Flour Albus terjadi karena terhadap infeksi parasit Trichomoniasis
peningkatan sekresi normal vagina, penebalan risikonya 0,7 x (Hanifa, 2004).
mukus dalam saluran leher rahim
memberatkan kekambuhan keputihan dan 3. METODE PENELITIAN
mempermudah perkembangan jamur. Setelah Penelitian ini menggunakan rancangan
itu dikarenakan dengan glikogen dalam mukus penelitian analitik dalam bentuk crossectional.
vagina bertambah dan lactobacillus memecah Seluruh ibu yang menggunakan KB Hormonal
glikogen menjadi asam laktat sehingga di BPS Wiji Utami Kecamatan Wonoayu
menyebabkan lingkungan asam dimana Kabupaten Sidoarjo pada bulan Januari – April
candida albicans dapat tumbuh dengan subur 2017 dengan jumlah 80 orang. Perhitungan
(Hanafi, 2004). besar sampel dengan rumus pada α = 0.05
Setelah mempelajari penyebab dan diperoleh sampel sebesar 72 orang. Teknik
dampak negatif yang dapat terjadi pada sampling yang dipakai pada penelitian ini
akseptor kontrasepsi hormonal dengan secara probability sampling dengan teknik
timbulnya keputihan atau Flour Albus. Maka simple random sampling. Instrumen
tenaga kesehatan harus memberikan menggunakan data sekunder yaitu buku
pendidikan kepada para akseptor tentang register KB dan kuisioner. Lokasi penelitian di
perlunya personalhygiene atau menjaga BPS Wiji Utami Desa Pagerngumbuk
kebersihan diri seperti sering membersihkan Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo,
alat kelamin dan mengganti celana dalam tanggal 13 Mei – 27 Mei 2017. Analisa
setiap hari agar terhindar dari perkembangan Univariat digunakan untuk menjelaskan atau
jamur dan terhindar dari keputihan yang lebih mendeskripsikan angka/nilai jumlah masing-
berat, bila perlu diadakan penyuluhan yang masing variabel dengan ukuran proporsi.
menyeluruh kepada seluruh akseptor KB baik Analisa Bivariat dengan Chi Square (X2)untuk
yang terkait dengan kesehatan alat reproduksi, membuktikan apakah variabel bebas benar-
kesehatan ibu dan anak dan pola hidup sehat. benar mempengaruhi variabel tergantung atau
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tidak.
hubungan pemakaian KB hormonal dengan
kejadian flour albus fisiologi di BPS Wiji 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Utami Sidoarjo 4.1. Pemakai Kontasepsi Hormonal
Diketahui bahwa dari 72 responden
2. KAJIAN LITERATUR sebagian besar adalah pemakai Kontrasepsi
Efek Samping kontrasepsi hormonal Non kombinasi sebanyak 37 responden
diantaranya: mual, kenaikan berat badan, sakit (51,4%) dan yang menggunakan Kontrasepsi
kepala, keputihan (Artikel dr. Michelle Kombinasi sebanyak 35 responden (48,6%).
Angelina, 2012).Keputihan adalah nama gejala Penggunaan Kontrasepsi hormonal
yang diberikan kepada cairan yang di dipengaruhi beberapa faktor diantaranya
keluarkan dari alat – alat genital yang tidak adalah umur, pendidikan, pengetahuan,
berupa darah (Wiknjosastro, 2005). Flour pekerjaan, jumlah anak, ketersediaannya
Albus meningkat kira-kira 50 % dibandingkan pelayanan kontrasepsi, dukungan keluarga
bukan pemakai hormonal kombinasi dan flour (Simbolon, 2010).
albus makin sering timbul dengan semakin Berdasarkan hasil penelitian sebagian
lamanya pemakaian hormon kombinasi dan besar mengunakan kontrasepsi hormonal jenis
juga dengan kadar estrogen yang lebih non kombinasi yaitu jenis suntik 3 bulan dan
tinggi.Sebabnya : Lactobacillus memecah implan, karena jenis metode ini lebih banyak
glikogen menjadi asam laktat, sehingga tersedia ditempat pelayanan, efektifitas tinggi
menyebabkan lingkungan yang asam dimana dan jangka waktu pemakaian yang cukup lama
Candida albicans tumbuh dengan serta harganya lebih terjangkau.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 151

Data dari 72 responden sebagian besar sebanyak 37 responden (51,4%) dan yang tidak
berusia 20-35 tahun sebanyak 49 orang (68 %). mengalami kejadian flour albus fisiologi
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia sebanyak 35 responden (48,6%).
dengan pemakai Kontrasepsi Hormonal dapat Flour albus fisiologis terdiri atas cairan
diketahui bahwa responden berusia 20-35 yang kadang – kadang berupa mukus yang
tahun lebih banyak menggunakan kontrasepsi mengandung banyak epitel dengan leukosit
hormonal jenis kombinasi sebanyak responden yang jarang (Wiknjosastro, 2005). Penyebab
32 (91,4%) dan 3 responden (8,6%) dari flour albus antara lain infeksi vagina oleh
menggunakan kontrasepsi hormonal jenis non jamur atau parasit, faktor hygiene yang jelek,
kombinasi. pemakaian obat – obatan ( antibiotik,
Umur merupakan salah satu faktor yang kortiksteroid, KB ) dan stress. (Artikel dr.
berhubungan dengan perilaku seseorang Suparyanto, 2011).
termasuk dalam penggunaan alat Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kontrasepsi.Mereka yang berumur tua data dari 72 responden hampir seluruhnya
mempunyai peluang kecil untuk menggunakan berusia 20-35 tahun sebanyak 49 orang (68 %).
alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang Berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia
muda (Simbolon, 2010). dengan kejadian flour albus fisiologi dapat
Lebih banyaknya penguna kontrasepsi diketahui bahwa responden berusia 20-35
hormonal kombinasi pada usia reproduksi tahun lebih banyak yang mengalami kejadian
sehat dikarenakan akseptor masih memiliki flour albus fisiologi sebanyak 35 responden
jumlah anak 1 dan menginginkan anak lagi (94,5%).
sehingga menghendaki kembali kesuburannya Keputihan pada wanita ternyata tidak
lebih cepat. hanya diderita wanita dewasa, melainkan bisa
Diketahui sebagian besar responden menyerang wanita berbagai umur atau dalam
dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun sebanyak 44 kata lain keputihan pada wanita tidak
responden (61,1%). Berdasarkan hasil tabulasi memandang usia. Jenis keputihan pada wanita
silang antara lama pemakaian dengan pemakai biasanya bisa dilihat dari penyebabnya itu
kontrasepsi Hormonal dapat diketahui bahwa sendiri. Ada yang memang normal terjadi pada
responden dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun wanita atau fisiologis, namun ada juga
27 responden (61,3%) menggunakan penyebab yang memang tidak normal atau
kontrasepsi hormonal jenis kombinasi. patologis (Artikel Anne Ahira, 2012).
Jumlah akseptor kontrasepsi yang lama Sebagian besar responden pada kejadian
pemakaian lebih dari 1 tahun menunjukkan flour albus fisiologi, diakibatkan karena
akseptor banyak yang merasa cocok dan dengan usia yang reproduktif, hormon dalam
mendapatkan keuntungan dari pemakaian tubuh masih berlangsung sangat baik tetapi
kontrasepsi ini disamping motivasi yang dengan ditambahnya pemakaian kontrasepsi
mendorong akseptor untuk menunda, hormonal, akan mengubah kondisi hormonal
menjarangkan dan mengakhiri kehamilan, yang dapat berefek pada perubahan PH vagina.
sehingga akseptor dapat mengatur dan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
merencanakan jumlah anak sesuai yang data bahwa sebagian besar responden dengan
dikehendaki (Simbolon, 2010). lama pemakaian ≥ 1 tahun sebanyak 44
Sesuai dengan teori yang dikemukakan responden (61,1%). Berdasarkan hasil tabulasi
bahwa akseptor dengan lama pemakaian lebih silang antara lama pemakaian dengan kejadian
dari 1 tahun menunjukkan kecocokan mereka flour albus fisiologi dapat diketahui bahwa
terhadap kontrasepsi hormonal jenis responden dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun
Kombinasi, serta dikarenakan karena adanya lebih banyak mengalami flour albus fisiologi
keuntungan dari kontrasepsi hormonal sebanyak 33 responden (71,7%).
kombinasi tersebut yang menurut mereka Flour Albus meningkat kira-kira 50 %
bermanfaat bagi dirinya maupun keluarganya. dibandingkan bukan pemakai kontrasepsi
4.2. Kejadian Flour albus fisiologi hormonal dan flour albus makin sering timbul
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dengan semakin lamanya pemakaian KB
data bahwa sebagian besar responden yang hormonal dan juga dengan kadar estrogen
mengalami kejadian flour albus fisiologi yang lebih tinggi (Hanafi, 2004).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 152

Hal ini diakibatkan karena responden tekanan atau iritasi yang berlangsung lama
dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun maka (Artikel dr. Suparyanto, 2011).
penggunaan kontrsepsi hormonal yang Efek Samping kontrasepsihormonal jenis
mengandung hormon estrogen dan progesteron kombinasi : Mual, Kenaikan berat badan, Sakit
dalam tubuh akseptor menimbulkan perubahan kepala, Keputihan (Artikel dr. Michelle
kondisi hormonal vagina dan kurangnya Angelina, 2012) .Terjadinya flour albus salah
pengetahuan dari responden tentang adanya satunya adalah pemakaian kontrasepsi
efek samping dari penggunaan kontrsepsi hormonal kombinasi . Didalam kontrasepsi
hormonal yaitu keputihan. hormonal kombinasi mengandung hormon
4.3. HubunganPemakaian Kontrsepsi sintetik (estrogen dan progesteron) yang dapat
Hormonal dengan Kejadian Flour mengubah kondisi hormonal yang dapat
Albus Fisiologi berefek pada perubahan PH vagina. Perubahan
Berdasarkan tabulasi silang diatas ini dapat menyebabkan bergesernya
menunjukkan bahwa pemakaian kontrsepsi keseimbangan populasi flora normal vagina
hormonal kombinasi sebagian besar sebanyak dan menimbulkan gangguan keputihan
35 orang (48,6%) dan yang mengalami (Hanafi, 2004).
kejadian flour albus fisiologi sebanyak 23 Flour Albus meningkat kira-kira 50 %
orang (31,9%). dibandingkan bukan pemakai hormonal
Untuk mengetahui adanya hubungan kombinas, flour albus makin sering timbul
pemakaian kontrasepsi hormonal dengan dengan semakin lamanya pemakaian hormon
kejadian flour albus fisiologi, maka diuji kombinasi dan karena kadar estrogen yang
dengan menggunakan uji chi kuadrat (X²) lebih tinggi.Sebabnya : Lactobacillus
dengan α = 0,05 didapatkan hasil X2 hitung memecah glikogen menjadi asam laktat,
(5.595) ≥ X2 tabel (2,349) sehingga H0 ditolak sehingga menyebabkan lingkungan yang asam
dan H1 diterima artinya ada hubungan dimana Candida albicans tumbuh dengan
pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi subur.Penelitian di Inggris menunjukkan
dengan kejadian flour albus fisiologi di BPS akseptor metode kontrasepsi kombinasi
Wiji Utami Desa Pagerngumbuk Kecamatan mempunyai risiko 1,2 x lebih besar untuk
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. mendapatkan infeksi jamur Candidiasis
Flour albus merupakan cairan putih yang dibandingkan tanpa KB, tetapi lebih terlindung
keluar dari liang senggama secara berlebihan terhadap infeksi parasit Trichomoniasis
(Manuaba, 2009). Ciri – ciri flour albus risikonya 0,7 x (Hanifa, 2004).
fisiologi yaitu berwarna jernih atau Terjadinya flour albus fisiologi pada
kekuningan, tidak berbau, tidak disertai gatal, akseptor hormonal kombinasi dikarenakan
tidak disertai perubahan warna (Bahari, bergesernya flora normal vagina akibat dari
2012).Faktor Penyebab Flour Albus : Infeksi perubahan hormon di dalam tubuh serta
vagina oleh jamur atau parasit, Faktor Hygiene sebagian akseptor tidak diiringi dengan
yang jelek, Pemakaian obat-obatan perilaku sehat seperti personal hygiene dengan
(Antibiotik, Kortikosteroid, dan KB) karena tidak memakai sabun pembersih vagina dan
pemakaian obat- obatan khususnya antibiotik mengganti celana dalam lebih dari 2x setiap
yang terlalu lama dapat menimbulkan sistem hari, hal ini bertujuan agar kondisi kesehatan
imunitas dalam tubuh. Biasanya pada wanita reproduksi ibu tidak mudah terserang penyakit.
yang mengkonsumsi antibiotik timbul
keputihan.Sedangkan penggunaan KB 5. KESIMPULAN
mempengaruhi keseimbangan hormonal Berdasrkan hasil penelitian dapat
wanita, Stress dan Penyebab lain keputihan disimpulkan bahwa ada hubungan yang
adalah alergi akibat benda-benda yang signifikan antara pemakaian KB hormonal
dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja dengan kejadian flour albus fisiologi di BPS
ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat Wiji Utami Desa Paagerngumbuk Kecamatan
kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa
juga karena luka seperti tusukan, benturan,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 153

REFERENSI 11. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode


1. Anggraeni, Y & Martini.(2012). Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis
Pelayanan Keluarga Data.Jakarta : Salemba Medika.
Berencana.Yogyakarta : Rohima Press. 12. Manuaba, Ida Ayu C, dkk. (2009).
2. Angelina, Michelle. (2012). Mari Pilih Memahami Kesehatan Reproduksi
Alat Kontrasepsi yang Tepat Wanita.Jakarta : EGC.
(Online).(http://www.tanyadok.comdiaks 13. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).
es 25 Februari 2013). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta
3. Anwar, M, Ali Baziad & R. Prajitno : Rineka Cipta.
Prabowo.(2011). Ilmu Kandungan.Jakarta 14. Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku
: PT Bina Pustaka Sarwono Panduan Praktis Pelayanan
Prawirohardjo. Kontrasepsi.Jakarta : PT Bina Pustaka
4. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Sarwono Prawirohardjo.
Penelitian Suatu Pendekatan 15. Setiadi.(2007). Konsep dan Penulisan
Praktik.Jakarta : Rineka Cipta. Riset Keperawatan.Yogyakarta : Graha
5. Arum, S., dkk., 2008. Panduan Lengkap Ilmu.
Pelayanan KB Terkini. Penerbit Buku 16. Simbolon, Desnal.(2010). Analisis Faktor
Mitra Cendikia Press. Yogyakarta. – Faktor Yang Berhubungan Dengan
6. Bahari, Hamid. (2012). Cara Mudah Atasi Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB
Keputihan.Jogjakarta : Buku Biru. Pada Akseptor KB Di Desa Pandiangan
7. BKKBN.(2013). Laporan Umpan Balik Kecamatan Lae Parira Kabupaten
Hasil Pelayanan Kontrasepsi Bulan Dairi.Universitas Sumatra Utara,
Desember 2012 (Online). (http://repository.usu.ac.id/handle/12345
(http://www.bkkbn.go, diakses 19 Januari 6789/20492,diakses 4 Juli 2013).
2013). 17. Sulistyaningsih.(2011). Metodologi
8. Glasier, Anna. (2006). Keluarga Penelitian Kebidanan Kuantitatif –
Berencana &Kesehatan Kualitatif.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Reproduksi.Jakarta : EGC. 18. Suparyanto.(2011). Keputihan (Flour
9. Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Albus) (Online).(http: //
Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : www.blogspot.com, diakses 2 Februari
Pustaka Sinar Harapan. 2013).
10. Hediyani, Novie. (2012). Waspada 19. Wiknjosastro, Hanifa, dkk. (2005). Ilmu
Keputihan (Fluor Albus) Kandungan.Jakarta :Yayasan Bina
(Online).(http://www.dokterku- Pustaka Sarwono Prawihardjo.
online.com, diakses 01 February 2013).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 154

PENGARUH PIJAT BUMIL TERHADAP KUALITAS TIDUR


PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPM BIDAN A
DESA KARANG NONGKO KEC.SOOKO
KABUPATEN MOJOKERTO

Sulisdiana
Program Studi D3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email : diana.sulis6@gmail.com

Abstract

Pregnancy in the third trimester can trigger a variety of unpleasant complaints. Massage in pregnant
women can be done as one way to relieve discomfort and make pregnant women to relax and sleep
with satisfaction (Headman, 20012). Purpose: This study is to determine the effect of massage in
pregnant women on Sleep Quality in Pregnant Women of the third trimester. The design uses pre-
experimental pre-post test with one group design. place of research in BP Muslimat Selorejo Village
Kec. Mojowarno Kab. Jombang. . This research uses pre-experimental approach with post-test with
one group design. Sleep quality with The Sleep Quality Index (PSQI). Data collection was conducted
in August-September 2017. The sample was 10th trimester pregnant women as many as 10
respondents. The data obtained based on the age distribution of respondents is predominantly at the
age of <20 years as many as 7 people (70%.) According to WHO <20 years age is included in the
criteria of young age. statistical test using wilxocon test get p value <0,005, because p value <0,05
mean there is influence of massage in pregnant women to sleep quality in pregnant mother.
Keywords: Massage in pregnant women, sleep quality

1. PENDAHULUAN hamil yang tidur kurang dari 6 jam di malam


Kualitas tidur adalah kemampuan setiap hari memiliki resiko lama melakukan
orang untuk mempertahankan keadaan tidur persalinan, dengan 4,5 kali lebih mungkin
dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan untuk kelahiran cesar dan berat badan bayi
NREM yang pantas (Kozier, et al, 2004). lahir kurang . penelitian (sedov, et.al, 2017)
Kurang tidur yang berkepanjangan dapat juga menyatakan bahwa prevalensi kualitas
mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dari tidur yang sangat buruk di ukur dengan PSQI >
segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan 5. Usia kehamilan menunjukkan makna
muka pucat, mata sembab, badan lemas, dan semakin tua kehamilan prevalensi kualitas
daya tahan tubuh menurun sehingga mudah tidur makin rendah (M=5,31, SE= 0.4) CI 95%
terserang penyakit (Grace, 2010). Sedangkan (0.42 – 2.94).
dari segi psikis, kurang tidur akan Kehamilan pada trimester III dapat
menyebabkan timbulnya perubahan suasana memicu berbagai keluhan yang tidak
kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi menyenangkan. Pijat bumil dapat dilakukan
lesu, lamban menghadapi rangsangan, dan sulit sebagai salah satu cara meringankan rasa tidak
berkonsentrasi (Deborah et al. 2009). nyaman dan membuat ibu hamil rilek dan tidur
Pada trimester ketiga permasalahan yang nyenyak. pijat kehamilan umumnya akan
timbul antara lain nyeri punggung bawah (ini menyesuaikan tekhnik pijatan mereka dalam
terjadi karena meningkatnya beban berat yang rangka meredakan beberapa keluhan yang
dibawa dalam rahim), penurunan jumlah tidur sering dialami ibu hamil termasuk diantaranya
(terjadi karena ibu susah untuk tidur adalah munculnya rasa pegal atau sakit
(insomnia). Ini dirasakan sebagai akibat dari dibagian kepala, kaki, punggung, dan
meningkatnya kecemasan atau kekhawatiran pinggang. Pijat juga dapat dilakukan dalam
dan ketidaknyamanan fisik. (Maya, 2008) rangka merespon perubahan fisik selama masa
Penelitian yang dilakukan di panti bersalin kehamilan seperti peningkatan volume darah
(Kathryn et al.,2014). Dalam Studi yang bisa mencapai 50 persen, dan
prospective observational dari 131 wanita peningkatan kadar anti koagulan, serta
hamil trimester tiga menyatakan bahwa wanita peredaran darah ke kaki yang biasanya menjadi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 155

kurang lancar. Pijat bumil dapat memproduksi Tabel. 2. Distribusi frekuensi responden
endomorfin dengan mengurangi ketegangan berdasarkan paritas di BP
otot adalah kebalikan dari respon stres.Studi Muslimat desa Selorejo kec.
menunjukkan bahwa massage dapat membantu Mojowarno Kab. Jombang pada
menyelesaikan permasalahan seperti bulan agustus – September 2017.
kecemasan, depresi, stres, nyeri dan insomnia No. Paritas f %
dengan mengurangi ketegangan otot (Richards, 1. Primipara 7 70
2009)Tujuan Penelitian. Penelitian ini 2. Multipara 3 30
mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh 3. Grandemultipara 0 0
pijat bumil terhadap kualitas tidur pada Total 10 100
ibu hamil trimester tiga di BP Muslimat Desa Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang. sebagian besar responden adalah usia 20 tahun
sebanyak 6 orang (60%).
2. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
pre exsperimental dengan pre- post test with berdasarkan PSQI Sebelum dan
one group desain. Desain penelitian yang sesudah Pijat bumil di BP
dilakukan dalam penelitian ini ialah Muslimat desa Selorejo Kec.
pengukuran Kualitas tidur dengan The Mojowarno Kab. Jombang pada
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) bulan Agustus – September 2017.
(Harvey, et.al, 2008) dan pijat bumil 3/
minggu selama 2 minggu . sampel ibu hamil No. Sebelum Sesudah Range
fisiologis umur kehamilan 28 – 32 mg 1 12 9 3
sebanyak 10 bumil. Penelitian ini 2 11 9 2
dilaksanakan di BP muslimat desa Selorejo 3 12 8 4
Kec. Mojowarno Kab. Jombang pada bulan 4 11 7 4
Agustus-September 2017 5 10 7 3
6 12 7 5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 12 7 5
Tabel. 1. Distribusi frekuensi responden 8 10 7 3
berdasarkan umur di BP 9 10 8 3
Muslimat desa Selorejo kec. 10 12 9 3
Mojowarno Kab. Jombang pada Means 11.2 7.7 3.5
bulan agustus – September 2017. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
No. Umur f % bahwa penelitian dengan Sebelum Pijat bumil
1. < 20 tahun 6 60 denganilai mean 11,2 sedangkan sesudah pijat
2. 20 – 35 tahun 4 40 bumil adalah 7,7, dari penilaian tersebut dapat
3. >35 tahun 0 0 disimpulkan bahwa pijat bumil memiliki
Total 10 100 pengaruh lebih besar terhadap peningkatan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan kualitas tidur, hal ini dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden adalah usia 20 tahun terdapat perbedaan jarak selisih sebesar 3.5
sebanyak 6 orang (60%). Uji Pengaruh responden pijat bumil
terhadap kualitas tidur pada ibu hamil trimester
III dengan menggunakan uji wilcoxon dengan
nilai signifikan p< 0,05 dengan hasil sebagai
berikut:
Paired Differences
95% CI
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
2.500 1.716 .543 1.272 3.728 4.607 9 .001
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 156

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur, hal ini dapat dilihat bahwa
pengaruh pijat bumil terhadap kualitas tidur terdapat perbedaan jarak selisih sebesar 3.5.
pada ibu hamil trimester tiga. Penelitian ini Ibu hamil hendaknya memperhatikan
dilakukan di BP Muslimat Desa Selorejo Kec. kualitas tidur untuk menjaga kesehatan bayi
Mojowarno Kabupaten Jombang pada Agustus dan dirinya. Apabila terjadi kesulitan dalam
– September 2017. Dari penelitian ini tidur, maka perlu melakukan gerakan seperti
mendapatkan responden sebanyak 10 orang. miring kekiri atau miring kekanan pada saat
Data yag diperoleh bedasarkan distribusi umur tidur serta suami memberikan pijat ringan
responden sebagian besar adalah pada usia < untuk bumil.
20 tahun sebanyak 7 orang (70%.) Menurut
WHO umur < 20 tahun termasuk dalam kriteria REFERENSI
usia muda (Hamilton, 2002). Pada usia muda 1. Deborah. Louise, M.2009. Sleep
ini banyak individu mengalami gangguan tidur Problems nd Depressed Mood Negatively
karena aktifitas fisiknya sehingga pijat bumil Impact Health-Related Quality of Life
sangat berpengaruh untuk kualitas tidurnya . During Pregnancy. Avaliable at Pro Quest
uji wilcoxon dengan nilai signifikan 0.001 Research Library (diakses pada tanggal 19
(p<0,05) pijat bumil memiliki pengaruh lebih juni 2012).
besar terhadap peningkatan kualitas tidur, hal 2. Grace W. Pien, MD; Richard J. Schwab,
ini dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan MD.2010 Sleep Disorders
jarak selisih sebesar 3.5. Pemberian pijat DurinPregnancy.Journal of Sleep.
bumil dalam waktu lama dapat memberikan 3. Hamilton P.M.2002.Dasar-dasar
efek relaksasi yang lebih mendalam, Keperawatan Maternitas.EGC:Jakarta.
memaksimalkan proses peregangan otot, dan 4. Harvey, A. G., Stinson, K., Whitaker, K.
meningkatkan elastisitas jaringan. Pemberian L., Moskovitz, D., Virk,H.
interverensi pijat bumil dapat peningkatan 2008.Thesubjective meaning of sleep
kualitas tidur pada ibu hamil trimester tiga di quality: acomparison of individuals with
BP Muslimat Desa Selorejo Kec. Mojowarno and without insomnia. Sleep,31 (3).
Kab. Jombang di dapatkan hasil bahwa 5. Hedman C, Pohjasvaara T, Tolonen U, et
terdapat pengaruh Pijat Bumil terhadap al.2012. Effects of pregnancyon mothers'
kualitas tidur pada ibu hamil trimester tiga sleep. Sleep Med
dimana dalam pelaksanaannya menggunakan 6. Kathryn A. Lee, Caryl L. Gay. 2014. Sleep
pengukuran dengan kuisioner the Pittsburgh in late pregnancy predicts length of labor
sleep Quality index (PSQI), (Harvey, 2008). and typeof delivery.American Journal of
.pijat bumil dapat d lakukan pada kehamilan Obstetrics and Gynecology (2014).
normal, sedang bumil dengan resiko tinggi 7. Kozier et al. 2004. Fundamentals of
tidak di perbolehkan. Nursing Consepts, Process, and Practice,
Hasil Penelitian Risty, 2016 menunjukkan 8. New Jersey: Pearson Prentise Hall.
bahwa nilai signifikansi uji wilxocon sebesar 9. Maya. 2008. Perubahan Fisik Ibu Hamil.
0,002 < 0,05 sehingga H1 di terima bahwa ada http://groups.zorpia.com/kebidanan/foru
pengaruh Pijat punggung terhadap intensitas m/297882. Diakses tanggal 19 Maret
nyeri persalinan pada inpartu kala 1 fase aktif. 2010.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian 10. Richards K. C., Gibson, R., & Overtoon-
besar responden mengalami nyeri berat McCoy, A. L. (2009).Effects of massage
sebelum diberikan pijat teknik efflurage yaitu in acute and critical care.
sebanyak 9responden (56,7%) . AmericanAssociation of Critical Care
Nurses.
4. KESIMPULAN DAN SARAN 11. Sedov, Cameron.EE, Madigan, S,
Berdasarkan uji statistik, dalam penelitian Tomfohr-Madsen.L.M, 2017. Sleep
ini dapat disimpulkan bahwa : Terdapat Quality during Pregnancy analysis. 2017
pengaruh pijat bati terhadap kualitas tidur pada Jun 15. pii: S1087-0792.
ibu hamil trimester tiga. pijat bumil memiliki
pengaruh lebih besar terhadap peningkatan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 157

HUBUNGAN PERSEPSI SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU DALAM


PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA
(Studi di RW 01 Dusun Dempok Desa Grogol Kecamatan Diwek Jombang)

Endang Yuswatiningsih1), Hariyono2)


Stikes Insan Cendekia Medika Jombang

Abstrak

Rendahnya keikutsertaan suami dalam praktek penggunaan kontrasepsi pria pada dasarnya tidak
terlepas dari persepsi atau anggapan yang masih cenderung menyerahkan tanggung jawab ber-KB
kepada istri atau perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi
suami tentang keluarga berencana dengan motivasi ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi keluarga
berencana. Desain penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang tidak mengikuti program KB dengan
jumlah sampel sebanyak 36 responden. Teknik pengambilan sampel dengan simple random
sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kueisoner persepsi dan motivasi. Pengolahan
data dengan editing, koding, skoring dan tabulating. Analisis data dengan menggunakan uji statistik
Korelasi Pearson dengan alpha 0,05. Hasil penelitian menunjukkan persepsi suami dalam
penggunaan alat kontrasepsi KB adalah positif (58,3%) dan negatif (41,7%). Motivasi ibu dalam
penggunaan alat kontrasepsi KB adalah kuat (41,6%), sedang (50%) dan lemah (8,4%). Hasil uji
statistik Korelasi Pearson didapatkan nilai p = p 0,011 artinya H1 diterima. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara persepsi suami dengan motivasi ibu dalam
penggunaan alat kontrasepsi Keluarga Berencana.
Kata kunci : persepsi, motivasi, wanita usia subur, alat kontrasepsi

1. PENDAHULUAN pengambilan data peserta KB aktif pada bulan


Indonesia adalah negara yang memiliki Januari tahun 2010 menunjukkan bahwa
banyak masalah kependudukan yang hingga prevalensi KB di Indonesia adalah 75,8% yang
saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk diantaranya adalah akseptor wanita sebanyak
Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah 75,4% dan akseptor pria sebanyak 1,6%
sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari (BKKBN, 2011).
119.509.580 laki-laki dan 118.048.783 Pengetahuan yang cukup dan adanya
perempuan. Laju pertumbuhan penduduk dorongan untuk memilih metode KB
Indonesia sebesar 1,49 persen pertahun merupakan dasar dalam menentukan pilihan
(Sensus Penduduk, 2010). Berdasarkan jumlah untuk menggunakan suatu metode kontrasepsi.
tersebut, maka setiap harinya penduduk Dorongan yang menggerakkan seseorang
Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa dan untuk berperilaku tertentu merupakan suatu
setiap jam terjadi pertambahan penduduk bentuk motivasi. Motivasi sebagai interaksi
sebanyak 377 jiwa, bahkan setiap detik jumlah antara perilaku dan lingkungan sehingga dapat
pertambahan penduduk tergolong tinggi yaitu meningkatkan, menurunkan atau
sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan mempertahankan perilaku. Motivasi seorang
penduduk di Indonesia umumnya bisa ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi tidak
dikatakan 90% disebabkan oleh kelahiran serta terlepas dari dorongan dari suami. Berdasarkan
sisanya berupa migrasi masuk dan lain-lain hasil studi pendahuluan didapatkan 50%
(Badan Pusat Statistik, 2010). pasangan usia subur tidak mengikuti program
Rendahnya keikutsertaan suami dalam KB dan 25,37% takut dengan efek samping
praktek penggunaan kontrasepsi pria pada KB serta 24,63 % karena dilarang suami dan
dasarnya tidak terlepas dari persepsi atau ingin mempunyai anak lagi.
anggapan yang masih cenderung menyerahkan
tanggung jawab ber-KB kepada istri atau
perempuan hal ini terbukti dengan prevalensi
KB menurut alat atau cara ber-KB berdasarkan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 158

1. METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui


Rancangan penelitian yang digunakan bahwa hampir setengah umur suami yaitu 12
observasi cross sectional. Populasi dalam orang (33%) antara 40 – 46 tahun.
penelitian ini adalah semua wanita usia subur
yang tidak mengikuti program KB di RW 01 c. Karakteristik responden berdasarkan
Dusun Dempok Desa Grogol Kecamatan jumlah anak
Diwek Kabupaten Jombang dengan jumlah Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
sampel sebanyak 36 responden. Teknik berdasarkan jumlah anak yang
sampling adalah propability sampling dengan dimiliki di RW 01 Dusun Dempok
metode simple random sampling. Alat ukur Desa Grogol Diwek Jombang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2016
kuesioner persepsi suami tentang alat No. Jumlah Frekuensi Persentase
kontrasepsi KB dan motivasi ibu dalam Anak
penggunaan alat kontrasepsi KB. Untuk 1. 1–2 19 53
mengetahui ada hubungan atau tidak dengan 2. 3–4 15 42
kemaknaan 0,05 menggunakan uji korelasi 3. 5–6 2 5
Pearson. Total 36 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
2. HASIL PENELITIAN bahwa sebagian besar jumlah anak yang
3.1. Data umum dimiliki adalah 1 – 2 orang yaitu 19 responden
a. Karakteristik responden berdasarkan (53%).
umur ibu
Tabe1 1. Distribusi frekuensi responden d. Karakteristik responden berdasarkan
berdasarkan umur ibu di RW 01 pendidikan ibu
Dusun Dempok Desa Grogol Tabel 4. Distribusi frekuensi responden
Diwek Jombang tahun 2016 berdasarkan pendidikan ibu di
No. Umur ibu Frekuensi Persentase RW 01 Dusun Dempok Desa
1. 20 – 25 5 14 Grogol Diwek Jombang tahun
2. 26 – 31 6 16 2016
3. 32 – 37 13 36 No Pendidikan Frekuensi Persentase
4. 38 – 43 10 28 Ibu
5. 44 – 49 2 6 1. SD 17 47
Total 36 100 2. SMP 16 44
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui 3. SMA 3 9
bahwa hampir setengah umur ibu yaitu 13 Total 36 100
orang (36%) antara 32 – 37 tahun. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
bahwa hampir setengah pendidikan ibu yaitu
b. Karakteristik responden berdasarkan 17 orang (47%) adalah SD
umur suami e. Karakteristik responden berdasarkan
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden pendidikan suami
berdasarkan umur suami di RW Tabel 5. Distribusi frekuensi responden
01 Dusun Dempok Desa Grogol berdasarkan pendidikan suami di
Diwek Jombang tahun 2016 RW 01 Dusun Dempok Desa
No. Umur Suami Frekuensi Persentase Grogol Diwek Jombang tahun
1. 26 – 32 8 22 2016
2. 33 – 39 9 25 No. Pendidikan Frekuensi Persentase
3. 40 – 46 12 33 Suami
4. 47 – 53 6 17 1. SD 2 5
5. 54 – 60 1 3 2. SMP 22 62
Total 36 100 3. SMA 12 33
Total 36 100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 159

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui i. Karakteristik responden berdasarkan


bahwa sebagian besar pendidikan suami yaitu sumber informasi
22 orang (33%) adalah SMP. Tabel 9. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan sumber informasi di
f. Karakteristik responden berdasarkan RW 01 Dusun Dempok Desa
pekerjaan ibu Grogol Diwek Jombang tahun
Tabel 6. Distribusi frekuensi responden 2016
berdasarkan pekerjaan ibu di RW No. Sumber Frekuensi Persentase
01 Dusun Dempok Desa Grogol informasi
Diwek Jombang tahun 2016 1. Petugas 31 100
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase Total 31 100
Ibu Berdasarkan tabel di atas, diketahui
1. IRT 28 78 bahwa seluruh responden yaitu 31 orang
2. Swasta 6 17 (100%) mendapatkan informasi tentang KB
3. Wiraswasta 2 5 dari petugas kesehatan.
Total 36 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui 2.2. Data Khusus
bahwa hampir seluruhnya pekerjaan ibu yaitu a. Persepsi suami tentang alat kontrasepsi
28 orang (78%) adalah IRT. Tabel 10. Distribusi frekuensi persepsi
suami tentang alat kontrasepsi di
g. Karakteristik responden berdasarkan RW 01 Dusun Dempok Desa
pekerjaan suami Grogol Diwek Jombang tahun
Tabel 7. Distribusi frekuensi responden 2016
berdasarkan pekerjaan suami di No. Persepsi Frekuensi Persentase
RW 01 Dusun Dempok Desa suami
Grogol Diwek Jombang tahun 1. Positif 21 58,3
2016 2. Negatif 15 41,7
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase Total 36 100
Suami Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
1. Swasta 12 33 bahwa sebagian besar persepsi suami tentang
2. Wiraswasta 24 67 alat kontrasepsi yaitu 21 orang (58%) adalah
Total 36 100 positif.
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
bahwa sebagian besar pekerjaan suami yaitu 24 b. Motivasi ibu dalam penggunaan alat
orang (67%) adalah wiraswasta. kontrasepsi
Tabel 11. Distribusi frekuensi motivasi ibu
h. Karakteristik responden berdasarkan dalam penggunaan alat
informasi tentang KB kontrasepsi di RW 01 Dusun
Tabel 8. Distribusi frekuensi responden Dempok Desa Grogol Diwek
berdasarkan informasi tentang KB Jombang tahun 2016
di RW 01 Dusun Dempok Desa No. Motivasi Frekuensi Persentase
Grogol Diwek Jombang tahun ibu
2016 1. Kuat 15 41,6
No. Informasi Frekuensi Persentase 2. Sedang 18 50
1. Ya 31 86 3. Lemah 3 8,4
2. Tidak 5 14 Total 36 100
Total 36 100 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa motivasi ibu dalam penggunaan alat
bahwa hampir seluruh responden mendapat kontrasepsi setengahnya yaitu 18 orang (50%)
informasi yaitu 31 orang (86%). adalah sedang.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 160

c. Hubungan persepsi suami dengan motivasi ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi keluarga
berencana
Tabel 12. Tabulasi Silang hubungan persepsi suami dengan motivasi ibu dalam penggunaan
alat kontrasepsi keluarga berencana di RW 01 Dusun Dempok Desa Grogol Diwek
Jombang tahun 2016
Motivasi Kuat Sedang Lemah Total
Persepsi f % f % f % f %
Positif 12 33,3 8 22,2 1 2,8 21 58,3
Negatif 3 8,3 10 27,8 2 5,6 15 41,7
Total 15 41,6 18 50 3 8,4 36 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui (Hidayat, 2009). Ukuran dan penempatan dari
bahwa sebagian besar persepsi suami tentang obyek atau stimulus. Hal menyatakan bahwa
alat kontrasepsi adalah positif, dan setengah semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka
motivasi ibu dalam penggunaan alat semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini
kontrasepsi adalah sedang. akan mempengaruhi persepsi suami dan
Berdasarkan hasil uji statistic korelasi dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
Pearson didapatkan nilai koefisien korelasinya individu akan mudah untuk perhatian pada
adalah 0,393 dan nilai p 0,011 artinya ada gilirannya membentuk persepsi.
hubungan yang positif antara persepsi suami Persepsi suami bersifat individual, karena
dengan motivasi ibu dalam penggunaan alat persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi
kontrasepsi di RW 01 Dusun Dempok Desa dalam individu, maka apa yang ada dalam diri
Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten individu akan ikut aktif dalam persepsi.
Jombang tahun 2016. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat
dikemukakan karena perasaan dan kemampuan
3. PEMBAHASAN berfikir. Pengalaman individu tidak sama,
a. Persepsi suami tentang alat kontrasepsi maka dalam mempersepsi suatu struktur, hasil
KB persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan yang lain karena sifatnya sangat subjektif
bahwa persepsi suami tentang alat kontrasepsi (Walgito, 2004).
adalah sebagian besar positif (58,3%). Menurut peneliti, faktor yang
Keberhasilan program Keluarga mempengaruhi persepsi adalah umur, dimana
Berencana (KB) membutuhkan dukungan dalam penelitian ini diketahui bahwa hampir
semua pihak, termasuk suami bukan saja setengah responden (36%) berumur 32 – 37
perempuan yang memiliki kaitan langsung. tahun dan umur suaminya antara 40 – 46 tahun
Hanya saja dalam kenyataannya KB lebih . Umur 32 – 37 tahun adalah termasuk dalam
banyak diikuti kaum perempuan. Bukan hanya kategori dewasa, dalam hal ini sumi sudah
dukungan, tetapi partisipasi secara langsung memiliki dasar yang kuat dalam mengambil
oleh suami dalam program KB juga dapat keputusan dalam tumah tangga mereka. Selain
diwujudkan karena alat kontrasepsi yang itu beberapa hal mempengaruhi persepsi
tersedia juga bukan hanya untuk wanita, tetapi seseorang yaitu dari dalam inidividu tersebut.
juga untuk pria, seperti metode barier Individu melihat sesuatu dan berusaha
(kondom), vasektomi, spermiside,dan memberikan interpretasi tentang apa yang
senggama terputus. Hal ini menunjukkan dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik
bahwa memang suami dapat berpartisipasi individual yang turut berpengaruh seperti
dalam mewujudkan keluarga berencana sikap, motif, minat, pengalaman, dan
(BKKBN, 2011). harapannya. Yang kedua, sasaran persepsi
Persepsi dapat terjadi saat rangsangan tersebut yang berupa orang, benda atau
mengaktifkan indera atau pada situasi dimana peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya
terjadi ketidakseimbangan pengetahuan berpengaruh terhadap persepsi orang yang
dengan objek atau symbol sehingga membuat melihatnya (Siagian. 1995).
kesalahan persepsi. Persepsi akan Faktor ketiga adalah faktor situasi.
mempengerahui sikap dan perilaku manusia Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 161

berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul proses belajar, makin tinggi pendidikan
perlu pula mendapat perhatian. Situasi seseorang maka semakin mudah untuk
merupakan faktor yang turut berperan dalam menerima informasi sehingga semakin banyak
penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya, pula pengetahuan yang dimiliki .
seorang anak akan menunjukkan suatu pola b. Motivasi ibu dalam penggunaan alat
perilaku tertentu bila berhadapan dengan kontrasepsi
orangtua seperti sopan, tertib, dan sejenisnya, Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
berbeda dengan perilakunya apabila berada di bahwa motivasi ibu dalam menggunakan alat
tengah-tengah rekannya yang sebaya (Siagian, kontrasepsi keluarga berencana adalah kuat
1995). yaitu sebesar 41,6 %
Notoadmodjo (2010) pengalaman Motivasi merupakan dorongan mental
sesorang yang didapat dari usia akan yang menggerakkan dan mengarahkan
berpengaruh terhadap persepsi demikian juga perilaku manusia termasuk perilaku belajar
Robins (2007) menyatakan bahwa pengalaman karena dalam motivasi terkandung adanya
dapat mempengaruhi persepsi seseorang. keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan
Pengalaman akan lebih banyak seiring menyalurkan dan mengarahkan sikap dan
bertambahnya usia. Berdasarkan penelitian perilaku individu (koeswara,1989) yang
yang dilakukan Traeen, Stignum dan Eskild dikutip di Dimyati dan Mudjiono (2002).
(2002) penggunaan metode kontrasepsi Motivasi adalah proses proses psikologikal
dimulai pada retang usia kurang dari 25, 25-29, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya
30-34, 35-39, 40-44, dan lebih dari 45. dan terjadinya persistensi kegiatan - kegiatan
Golongan usia pada penelitian tersebut sukarela (volunteer) yang diarahkan pada
diketahui diantara usia yang memiliki tujuan tertentu (Michell,1982,dalam Winardi
penggunaan metode kontrasepsi yang paling J,2001).
banyak ialah 25-29 yaitu 18,1 % dari 426 Motivasi sangat berhubungan erat dengan
responden. bagaimana perilaku itu dimulai, disokong,
Usia 25-29 dapat dikategorikan sebagai dikuatkan, diarahkan, dihentikan dan reaksi
dewasa awal yang dimana pada usia tersebut subjektifitas macam apakah yang timbul dalam
suami cenderung memiliki rasa ingin tahu atau organisasi ketika semua berlangsung. Motivasi
mencoba lebih (Santrock, 2003). Tingkat merupakan keinginan untuk melakukan
pendidikan sebagian besar responden pada sesuatu dan menentukan kemampuan
penelitian ini memiliki pendidikan tinggi atau bertindak untuk memuaskan kebutuhan
suami yang telah menempuh pendidikan di individu (Robins, 2010).
perguruan tinggi, yaitu sebanyak 30 responden Motivasi sangat berperan penting
(60%). Hasil penelitian ini berbeda dengan pengambilan keputusan kerena motivasi juga
yang dilakukan oleh Budisantoso (2008), merupakan proses pembelajaran yang perlu
Amelia, Lestari, dan Karim (2012), dipahami oleh suami agar dapat melakukan
Istiqomah, Novianti dan Nurlina (2012) berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada
serta Prabowo dan Sari (2011) dimana istri. Motivasi juga dirumuskan sebagai
sebagian responden berpendidikan tingkat dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam
SMA/SLTA Pendidikan dapat mempengaruhi maupun luar untuk mencapai tujuan tertentu
pengetahuan dan sikap tentang metode guna memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan.
kontrasepsi, dan suami yang memiliki Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan
pendidikan tinggi cenderung memberikan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk
respon yang lebih rasional daripada mereka mengambil keputusan (Clelland,1955).
yang berpendidikan rendah, lebih kreatif, dan Individu yang memiliki motivasi kuat akan
lebih terbuka tentang metode kontrasepsi pria banyak menentukan terhadap kualitas perilaku
(Ekarini, 2008). yang ditampilkannya, baik dalam konteks
Seseorang dengan tingkat pendidikan belajar, bekerja maupun dalam pengambilan
tinggi cenderung lebih mudah menerima keputusan dalam mendukung istri dalam
informasi tentang alat kontrasepsi yang menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang
diberikan oleh petugas kesehatan. Menurut dipakai (Clelland,1955).
Ahmadi (2001) pendidikan mempengaruhi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 162

Motivasi dan tindakan yang telah budaya masyarakat dan sebagainya


dilakukan ibu tersebut sesuai dengan (Notoatmojo, 2007).
(Damayanti, dkk, 2006) ibu sebagai seorang Tingkat hubungan anatar persepsi suami
istri selain memiliki otonomi dalam dengan motivasi ibu dalam penggunaan alat
mengambil keputusan tetap harus kontrasepsi keluarga berencana adalah 0,39
berkonsultasi dengan suami dalam mengambil termasuk hubungannya sedang dan arah
tindakan. hubungan positif artinya semakin baik
Timbulnya motivasi dan perilaku ibu persepsi dan motivasi maka semakin baik
tersebut terkait dengan berbagai faktor yang pula motivasi ibu dalam penggunaan alat
ada pada kader, yaitu berupa faktor kebutuhan, kontrasepsi. Hal ini terjadi karena melalui
seperti (1) keinginan yang hendak persepsi yang positif maka akan timbul
dipenuhinya, (2) tingkah laku, (3) tujuan, (4) sikap yang mendukung dan akhirnya timbul
umpan balik (Hamzah, 2008). motivasi yang kuat untuk menggunakan alat
c. Hubungan persepsi suami dengan kontrasepsi.
motivasi ibu dalam penggunaan alat Faktor lain yang berpengaruh seperti
kontrasepsi Keluarga Berencana pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
Berdasarkan hasil uji statistic korelasi sikap, pengalaman, keyakinan, sarana fisik,
Pearson didapatkan nilai koefisien korelasinya sosio-budaya masyarakat dan sebagainya
adalah 0,393 dan nilai p 0,011 artinya ada memang ada akan tetapi masih di dominasi
hubungan yang positif antara persepsi suami oleh persepsi dan motivasi pada ibu sebagai
dengan motivasi ibu dalam penggunaan alat akseptor keluarga berencana.
kontrasepsi di RW 01 Dusun Dempok Desa
Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten REFERENSI
Jombang tahun 2016 1. Adiyati Arifa, Nor (2015), Hubungan
Adanya hubungan persepsi suami dengan Persepsi Suami Tentang Keluarga
motivasi ibu dalam penggunaan alat Berencana Dengan Sikap Keikutsertaan
kontrasepsi Keluarga Berencana dapat Suami Dalam Kontrasepsi Pria Di
dijelaskan bahwa persepsi mempengaruhi Wilayah Kerja Puskesmas Mantrijeron
perilaku seseorang. Hal ini mengandung Yogyakarta. Naskah Publikasi : STIKES
makna bahwa melalui persepsi terhadap suatu Aisyiah Yogyakarta
obyek (entah persepsi yang benar atau salah, 2. Alex Sobur. (2009) . Psikologi Umum,
baik atau buruk, positif atau negatif) maka Bandung : Pustaka Setia Bandung
timbul respon pada seseorang sehingga 3. Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian :
menjadi dasar dalam menentukan sikap (sikap Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
positif atau negatif) dalam hal ini adalah Jakarta : Rineka Cipta
pemilihan alat kontrasepsi keluarga berencana. 4. Azwar, S. 2010. Sikap Manusia teori dan
Hal ini akan berpengaruh pada motivasi ibu Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
sesuai persepsi yang telah dimiliki. Artinya Pelajar.
ketika obyek yang dipersepsi sesuai dengan 5. Azzahy, GH. (2008). Tentang Persepsi.
kebutuhan atau keinginannya maka akan From http://Syakira-blog.Blogspot.com
menimbulkan motivasi untuk bertindak 6. Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat ,
(Notoatmojo, 2007). 2010. Statistik Indonesia Tahun 2010.
Hal ini sesuai dengan John Elder bahwa Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik
motivasi merupakan interaksi antara perilaku 7. Baihaqi dkk, 2005. Psikiatri (Konsep
dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan, Dasar dan Gangguan-gangguan).
menurunkan atau mempertahankan perilaku Bandung: Refika Aditama
(Notoatmodjo, 2007). Perilaku manusia juga 8. BKKBN, 2011. Kajian
merupakan refleksi dari berbagai gejala Implementasi Kebijakan
kejiwaan seperti motivasi dan persepsi Penggunaan Kontrasepsi
disamping faktor lain seperti pengetahuan, IUD.www.bkkbn.go.id (Diakses pada
keinginan, kehendak, minat maupun sikap, tanggal 03 Juli 2016)
pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio- 9. Clelland, David C (1955). Studies in
Motivation. New York : Appleton Crafts
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 163

10. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan 24. Santrock, W. J. (2003). Adolecent,
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta dan Perkembangan Remaja. Jakarta:
Depdikbud. Erlangga.
11. Ekarini, Sri Madya Bhakti. 2008. Analisis 25. Siagian P, Sondang. (2005). Fungsi-
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi
Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Aksara.
Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten 26. Suarli & Bahtiar. (2010). Manajemen
Boyolali. Tesis Program Studi Magister Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Erlangga.
Administrasi & Kebijakan Kesehatan 27. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Anak. Universitas Diponegoro Semarang. Kualitatif, dan R&D) Bandung: Alfabeta
12. Ahmadi, A. 2001.Ilmu Pendidikan. 28. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk
Rineka Cipta Jakarta Keperawatan. Jakarta : EGC.
13. Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. 29. Usman Efendi dan Juhaya S Praja. (1993).
Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.
Jakarta: EGC 30. Walgito, Bimo. 2002. Pengantar
14. Hamzah B. Uno, (2008), Teori Motivasi Psikologi Umum. Yogyakarta: Adi
dan Pengukurannya Analisis di Bidang 31. Winardi, J. 2001. Motivasi dan
Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta
15. Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian : Raja Grafindo Persada.
Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
16. ______.2009. Pengukuran Motivasi.
Diakses dari http://dr-
suparyanto.blogspot.com./2010/2009/kon
sep-motivasi.html. Tanggal akses 15 Juli
2016.
17. Irwanto. 2008. Klasifikasi Motivasi.
http://www.media.com. diakses tanggal
26 Juli 2016
18. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
19. Notoadmodjo. 2007. PromosiKesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
20. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, pedoman skripsi, tesis dan
instrument penelitian keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
21. Novianti, Siti (2014) Faktor Persepsi Dan
Dukungan Isteri Yang Berhubungan
Dengan Partisipasi Kb Pria. Jurnal
Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10.
No. 2 September 2014
22. Pieter, H.Z. & Lubis,N.L. 2010.
Pengantar Psikologi Dalam
Keperawatan. Jakarta: Kencana
23. Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary.
(2010). Manajemen(edisi kesepuluh).
Jakarta: Erlangga.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 164

PERAN VARIABEL CONFOUNDING DALAM MEMPENGARUHI ASOSIASI


ANTARA KONSUMSI PANGAN HEWANI, BUAH DAN SAYUR IBU
DENGAN STATUS GIZI BALITA
(ANALISIS MANTEL HAENSZEL DENGAN CONFOUNDING : JUMLAH
BALITA SERUMAH DAN PENDIDIKAN IBU DI DESA TAWANG
KECAMATAN WATES KABUPATEN KEDIRI)

Tutut Pujianto
Akademi Gizi Karya Husada Kediri
noanpujianto@gmail.com

Abstrak

Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh rutinitas konsumsi makanan sehari-hari, utamanya konsumsi
pangan hewani serta konsumsi buah dan sayur. Asosiasi konsumsi pangan hewani serta konsumsi
buah dan sayur ibu dengan status gizi balita, dapat terganggu oleh keberadaan variabel confounding
yaitu jumlah balita serumah dan pendidikan ibu. Penelitian ini menggunakan desain observasional
dengan pendekatan cross sectional, dengan besar sampel 116 dipilih secara random (simple random
sampling). Data konsumsi lauk hewani, buah dan sayur didapatkan melalui proses recall 3 hari
kepada ibu balita, sedangkan status gizi balita dihitung dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut
umur. Asosiasi konsumsi pangan hewani serta buah dan sayur terhadap status gizi balita di analisis
dengan uji coefisien contingensi. Sedangkan penentuan peran variabel confounding dianalisis dengan
Mantel Haenszel (α : 0,05). Hasil menunjukan tadanya asosiasi antara konsumsi pangan hewani,
buah dan sayur dengan status gizi balita. Jumlah balita serumah dan pendidikan ibu mempengaruhi
asosiasi antara konsumsi pangan hewani ibu dengan status gizi balita. Tapi Jumlah balita serumah
dan pendidikan ibu tidak mempengaruhi asosiasi antara konsumsi sayur dan buah ibu dengan status
gizi balita.
Kata kunci : pangan hewani, sayur dan buah, konsumsi, status gizi

1. PENDAHULUAN sosial ekonomi, produksi pangan, kesehatan


Kurang Energi Protein (KEP), Anemia dan pendidikan.
Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Konsumsi makanan pada saat balita
(GAKI), Kurang Vitamin A (KVA), stunting merupakan momentum yang sangat potensial
dan obesitas merupakan permasalahan gizi yang dapat menentukan status gizi balita. Masa
yang ada di Indonesia. Permasalahan- balita merupakan merupakan masa rentan
permasalahan tersebut hingga sekarang masih terhadap gangguan kesehatan. Oleh karena itu
menjadi bahasan yang belum dapat tercapai kedudukan orang tua sangat menentukan
ujungnya. Sulitnya menetapkan solusi yang pertumbuhan dan perkembangan balita/usia
tepat untuk mengatasi masalah gizi di pra sekolah. Hal tersebut sesuai dengan
Indonesia, karena kompleksnya permasalahan penelitian Rosidi (2012), yang menetapkan
di dalam masyarakat. Kompleksitas bahwa pola makan anak usia prasekolah masih
permasalahan gizi masyarakat terjadi karena mengikuti pola makan orang tuanya.
banyak sektor yang terlibat. Sektor tersebut Kemampuan ibu/pengasuh dalam menata pola
tidak hanya sektor kesehatan khususnya gizi, makan dalam keluarganya dapat menjadi
tetapi juga di luar sektor gizi. barometer status gizi balita.
Supariasa (2014) menyatakan bahwa Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh
untuk mengurai permasalahan gizi utamanya rutinitas konsumsi makanan sehari-hari,
malnutrisi yang ada di masyarakat, dapat utamanya konsumsi pangan hewani serta
ditempuh dengan upaya pencegahan pada konsumsi buah dan sayur. Astawan (2008)
semua faktor yang terlibat dalam gizi menyatakan bahwa status gizi dipengaruhi oleh
masyarakat. Faktor tersebut meliputi keadaan asupan makan serta konsumsi protein hewani.
infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, Sedangkan Nurjanah at all (2015), menetapan
adanya hubungan positif antara konsumsi ikan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 165

dengan status gizi. Santoso at all., (2009)


menyatakan bahwa konsumsi buah dan sayur Tabel 3. Distribusi Jumlah Balita Serumah
secara rutin sangat bagus untuk pertumbuhan No. Jumlah Balita f %
dan perkembangan anak. Begitu pentingnya 1. 1 98 84,5
konsumsi buah dan sayur bagi tumbuh 2. 2 18 15,5
kembang balita, maka pada Pedoman Gizi Total 116 100
Seimbang (PGS) (2013), ditetapkan bahwa Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat
anak sekolah dianjurka untuk mengkonsumsi 84,5% balita berada di rumah tanpa ada balita
sayur dan buah minimal 300-400 gr setiap hari. lain, dan sisanya 15,5% balita yang memiliki
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan saudara/teman balita lain serumah. Ini menjadi
pengaruh jumlah balita serumah dan indikator keberhasilan pelaksanaan program
pendidikan ibu sebagai variabel confounding keluarga berencana terutama pengaturan jarak
dalam mempengaruhi asosiasi konsumsi kelahiran. Dengan mayoritas balita serumah
pangan hewani serta buah dan sayur ibu hanya ada satu, seharusnya dapat menjadi
terhadap status gizi balita. jaminan bahwa balita akan lebih terurus dan
terperhatikan terutama kebutuhan konsumsi
2. METODE PENELITIAN makan, dan akan berdapak terhadap status
Penelitian ini menggunakan desain gizinya.
observasional dengan pendekatan cross
sectional, dilaksanakan di Desa Tawang Tabel 4. Distribusi Pendidikan Ibu Balita
Kecamatan Wates Kabupaten Kediri, pada No. Pendidikan f %
bulan September-November 2017. Populasi
1. Tidak Pernah 3 2,6
sebanyak 164 balita dengan besar sampel 116
Sekolah
dipilih secara random (simple random
2. Tamat SD 12 10,3
sampling). Data konsumsi lauk hewani, buah
3. Tamat SMP 42 36,2
dan sayur didapatkan melalui proses recall 3
4. Tamat SMA 50 43,1
hari kepada ibu balita, sedangkan status gizi
5. Tamat Perguruan 9 7,8
balita dihitung dengan Indeks Masa Tubuh
Tinggi
(IMT) menurut umur. Asosiasi konsumsi
pangan hewani serta buah dan sayur terhadap Total 116 100
status gizi balita di analisis dengan uji coefisien Dari tabel 4 diketahui bahwa 43,1% ibu
contingensi dan penentuan peran variabel balita berpendidikan Sekolah Menengah Atas
confounding dianalisis dengan Mantel (SMA) dan hanya 2,6% yang tidak pernah
Haenszel. sekolah. Tingkat pendidikan yang sebagian
besar SMA merupakan sebuah potensi untuk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN bisa dimaksimalkan terutama kelancaran
a. Data Demografi proses edukasi/penyuluhan. Lulusan SMP,
Tabel 1. Distribusi Balita Berdasarkan SMA dan Perguruan tinggi rata-rata telah
Jenis Kelamin melek teknologi. Dengan fasilitas dan
kebebasan mengakses informasi yang tanpa
No. Jenis Kelamin f %
batas, dapat digunakan untuk meningkatkan
1. Laki-laki 64 55,2
pengetahuan tentang gizi seimbang.
2. Perempuan 52 44,8
Total 116 100 b. Data Khusus
Dari tabel 1 diketahui bahwa dari 116 Tabel 5. Distribusi Kebiasaan Konsumsi
balita yang diteliti, sebagian besar (55,2%) Pangan Hewani Ibu Balita
berjenis kelamin laki-laki. No. Kebiasaan f %
1. Tidak Setiap Hari 45 38,8
Tabel 2. Deskripsi Usia dan Berat Badan
2. Setiap Hari 71 61,2
Balita
Total 116 100
No. Variabel Mean Stdev
Tabel 5 memberikan data bahwa 61,2%
1. Usia (bulan) 26,15 15,32
ibu balita telah mengkonsumsi pangan hewani
2. Berat Badan(kg) 30,65 5,77
setiap hari. Sebuah keadaan yang menjanjikan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 166

bagi anggota keluarga dan terutama balita. balita mau mengkonsumsi buah dan sayur,
Kebiasaan konsumsi pangan hewani akan demi tumbuh kembang balitanya. Penelitian
dapat memberikan pengaruh pada tumbuh Yunita Dhian S. (2009) menyatakan bahwa
kembang balita, jika ibu juga dapat faktor yang berhubungan dengan konsumsi
memberikannya kepada balita. Besarnya sayur anak sekolah dasar adalah kebiasaan ibu
kebiasaan konsumsi pangan hewani setiap hari, balita dalam mengkonsumsi sayur itu sendiri.
karena setiap hari keluarga yang ada di desa Sehingga jika knsumsi buah dan sayur ibunya
Tawang Kecamatan Wates ini mengonsumsi rendah, maka konsumsi buah dan sayur balita
telur atau ikan yang lainya. Data ini sesuai juga rendah.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yana
Ayu A. (2014) yang menyatakan bahwa 85,7% Tabel 7. Distribusi Status Gizi Balita
masyarakat Sukoharjo-Surakarta telah No. Status Gizi f %
mengkonsumsi telur, ikan dan olahan lainnya 1. Kurang 30 25,9
setiap hari. 2. Baik 86 74,1
Total 116 100
Tabel 6. Distribusi Kebiasaan Konsumsi
Buah dan Sayur Ibu Balita Dari tabel 7 diketahui bahwa 74,1% balita
No. Kebiasaan f % berada pada status gizi baik dan sisanya
1. Tidak Setiap Hari 59 50,9 berstatus gizi kurang. Pengukuran status gizi
2. Setiap Hari 57 49,1 yang dinilai dari Indeks Masa Tubuh (IMT)
Total 116 100 berdasarkan pada berat badan dan tinggi badan
ini menjadi cerminan tumbuh kembang yang
Dari tabel 6 diketahui bahwa kebiasaan baik. Tumbuh kembang balita yang baik dapat
ibu balita dalam mengkonsumsi sayur antara dipengaruhi oleh konsumsi makanannya
yang setiap hari dan tidak setiap hari cenderung terutama peran pangan hewani dan konsumsi
berimbang. Kebiasaan ibu balita ini masih buah dan sayur.
dapat dibanggakan, karena dewasa ini banyak
ibu balita yang lebih menyukai makanan kering Analisis Variabel Confounding Dalam
tanpa sayur dan cenderung tidak menyukai Mempengaruhi Hubungan Antara Konsumsi
buah. Sebuah angka yang patut diwaspadai Lauk Hewani , Buah dan Sayur Dengan Status
untuk segera dicarikan solusinya, agar ibu Gizi Balita dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 8. Hasil Pengujian Coefisien Contingensi dan Mantel Haenszel Hubungan Konsumsi
Pangan Hewani dengan Status Gizi Balita
No. Parameter p value confounding Kesimpulan
Jumlah Pendidikan
balita ibu
1. Coefisien Contingensi 0,020 0,020 Ada hubungan antara
konsumsi lauk hewani
dengan status gizi
2. Mantel Haenszel 0,035 0,027 Jumlah balita serumah dan
Conditional pendidikan ibu menjadi
Independence confounder
3. Mantel Haenszel 2,634 2,863
Common OR Estimate

Dari nilai tabel hasil pengujian dengan besar dilakukan setiap hari membawa akibat
coefisien contingensi (α = 0,05) disimpulkan terhadap perbaikan status gizi balita terutama
bahwa ada asosiasi antara konsumsi pangan dalam mencegah balita gizi kurang ataupun
hewani ibu terhadap status gizi balita gizi buruk, termasuk terjadinya stunting. Hal
(p=0,020). Kebiasaan ibu dalam ini sesuai dengan penelitian Diah Anggraeni
mengkonsumsi pangan hewani yang sebaian et.all (2016) yang menyatakan bahwa terdapat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 167

hubungan antara konsumsi protein dengan akan semakin tinggi pula dalam mendapatkan
status gizi balita (p=0,01). Sedangkan informasi gizi seimbang, serta informasi
penelitian Fitrah E. (2016) menyatakan bahwa kesehatan lainnya.
konsumsi protein nabati dan hewani antara Hasil perhitungan Odds Ratio (OR) untuk
stunting dan gizi kurang, lebih rendah jumlah balita serumah = 2,634 artinya bahwa
dibandingkan yang bertatus gizi baik. jumlah balita yang serumah sama dengan 1
Hasil analisis peran variabel confounding memiliki resiko staus gizi baik sebesar 2,634
(jumlah balita serumah dan pendidikan ibu) kali dibadingkan dengan yang jumlah balita
terhadap asosiasi konsumsi pangan hewani serumahnya sama dengan 2. Sedangkan nilai
dengan status gizi balita, menunjukkan Odds Ratio (OR) pendidikan ibu = 2,863
signifikansi < α (0,035 dan 0,027). Nilai artinya bahwa pendidikan ibu yang lebih tinggi
signifikansi < α, diartikan bahwa jumlah balita memiliki resiko staus gizi baik sebesar 2,863
serumah akan mempengaruhi asosiasi kali dibadingkan dengan yang pendidikan
konsumsi pangan hewani dengan status gizi ibunya lebih rendah. Ini berati dengan
balita. Jumlah balita serumah yang rata-rata menurunkan jumlah balita serumah akan
hanya satu, memungkinkan ibu balita dapat menaikan status gizi balita. Demikian juga
lebih mudah memberikan asupan yang lebih dengan pendidikan ibu, semakin tinggi
baik serta dapat selalu memantau tumbuh pendidikan ibu akan semakin besar pula status
kembang balita. Demikian juga dengan tingkat gizi balita baiknya.
pendidikan ibu, semakin tinggi pendidikan ibu

Tabel 9. Hasil Pengujian Coefisien Contingensi dan Mantel Haenszel Hubungan Konsumsi
Buah dan Sayur dengan Status Gizi Balita
No. Parameter p value confounding Kesimpulan
Jumlah Pendidikan
balita ibu
1. Coefisien Contingensi 0,044 0,044 Ada hubungan antara
konsumsi Buah dan sayur
dengan status gizi
2. Mantel Haenszel 0,074 0,060 Jumlah balita serumah dan
Conditional pendidikan ibu tidak
Independence menjadi confounder
3. Mantel Haenszel 2,395 2,471
Common OR Estimate

Dari nilai tabel hasil pengujian dengan terhadap asosiasi konsumsi buah dan sayur
coefisien contingensi (α = 0,05) disimpulkan dengan status gizi balita, menunjukkan
bahwa ada asosiasi antara konsumsi buah dan signifikansi < α (0,074 dan 0,060). Nilai
sayur ibu terhadap status gizi balita (p=0,044). signifikansi > α, diartikan bahwa jumlah balita
Walaupun kebiasaan ibu dalam mengkonsumsi serumah tidak akan mempengaruhi asosiasi
buah dan sayur sebagian belum setiap hari konsumsi buah dan sayur ibu dengan status gizi
tetapi juga membawa akibat terhadap balita. Demikian juga dengan tingkat
perbaikan status gizi balita terutama dalam pendidikan ibu, pendidikan ibu tidak
mencegah terjadinya infeksi saluran mempengaruhi asosiasi konsumsi buah dan
pencernaan makanan. Peran yang cukup besar sayur ibu dengan status gizi balita. Tidak
dari ibu dalam konsumsi buah dan sayur untuk berpengaruhnya variabel confounding (jumlah
meningkatkan status gizi balita sesuai denga balita serumah dan pendidikan ibu) dalam
penelitian Pearson (2009), yang menyatakan mempengaruhi hubungan antara konsumsi
bahwa orang tua/ibu menjadi faktor yang buah dan sayur ibu terhadap status gizi balita,
berpengaruh terhadap konsumsi sayur anak pra dapat disebabkan karena asosiasi antara
sekolah. konsumsi buah dan sayur ibu terhadap status
Hasil analisis peran variabel confounding gizi balita kurang besar, ataupun ada vaiabel
(jumlah balita serumah dan pendidikan ibu) confounding lain yang lebih berpengaruhi.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 168

4. KESIMPULAN Anak Pra Sekolah , Jurnal Gizi UNMUH


Terdapat asosiasi antara konsumsi pangan Semarang
hewani ibu dengan status gizi balita. Terdapat 12. Santoso, S., at all (2009), Kesehatan dan
asosiasi antara konsumsi buah dan sayur ibu Gizi, Rineka Cipta, Jakarta
dengan status gizi balita. Jumlah balita 13. Supariasa (2014), Penilaian Status Gizi,
serumah dan pendidikan ibu mempengaruhi EGC Jakarta
asosiasi antara konsumsi pangan hewani ibu
dengan status gizi balita. Jumlah balita
serumah dan pendidikan ibu tidak
mempengaruhi asosiasi antara konsumsi sayur
dan buah ibu dengan status gizi balita.

REFERENSI
1. Anggraeni, Diah at all (2016) Hubungan
Konsumsi Protein Hewani Terhadap
Status Gizi Balita Usia 6 – 24 Bulan,
Prodi Kesmas Pascasarjana Universitas
Syah Kuala Banda Aceh
2. Ardhyati, Yana Ayu (2014), Hubungan
Konsumsi Pangan Hewani Dengan Status
Gizi Anak SD Negeri Kudu 02 Sukoharjo,
FIK UNMUH Surakarta
3. Astawan M., (2008), Sehat Dengan
Hidangan Hewani, Penebar Swadaya,
Depok
4. Dep. Kes RI (2013), Pedoman Gizi
Seimbang, Jakarta
5. Ermawati, Fitri at all (2016) Gambaran
Konsumsi Protein Nabati dan Hewani
Pada Anak Balita Stunting dan Gizi
Kurang di Indonesia, P3Biomedis dan
Teknologi Dasar Kesehatan dan BPPK,
Jakarta
6. Fitriastuti, Yunita Dian (2009) Faktor
Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Konsumsi Sayuran Pada Anak SD
Kebayarum 01/02 Semarang
7. Gibney, Michael J. (2015) Gizi Kesehatan
Masyarakat, EGC, Jakarta
8. Natalie, Perason at all (2009) Parenty
Style Family Structure and Andolencent
Dietari Behavior, Publich Helath
Nutrition
9. Nurjanah, at all (2015) Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan Pada
Wanita Dewasa di Indonesia, Departeme
Gizi Fakultas Gizi Ekonomi Manusia, IPB
10. Putra, Windi Kharisma (2016), Faktor
Yang Berhubungan Dengan Konsumsi
Buah dan Sayur Pada Anak Sekolah
Dasar, IKM UNNES Semarang
11. Rosidi, A. (2012), Peran Pendidikan dan
Pekerjaan Ibu Dalam Konsumsi Sayur
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 169

EFEKTIVITAS TEKNIK MENERAN TERHADAP PENCEGAHAN


RUPTUR PERINEUM SPONTAN PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA
DI BPM SIDOARJO

Nurul Azizah1), Sylvi Anissya Devi2)


1
Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Kebidana Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
email : nurul_az3zah@yahoo.com
2
Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Kebidana Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Abstract
Mechanical pushed was a way to push from the normal natural response to the result of the
contraction reflex mechanis which was got stronger. Given the high incidence of rupture perineum
impacted on postpartum hemorrhage that will threaten the safety of the mother then the problem was
interested to do research that is limited to the factors pushing mothers. The studied design used
analytical survey. sample of 30 respondents nonprobability sampling by consecutive sampling
technique. Data is presented in a frequency distribution table and cross tabulation. Then Fisher 's
Exact test. The results show women giving birth in BPM Churnia Amin Suryani mostly experience
rupture perineum on maternal wrong with pushing technique. Fisher 's Exact test result value of P
< 0.05. So Ho reject. Which means that there is a relationship between a mother pushing technique
with events Spontaneous rupture perineum. Conclusions research There is a relationship between a
mother pushing technique with spontaneous rupture perineum. Suggestions midwives research
remains to motivate women giving birth that the mother is able to push it right.
Keywords: Mechanical Straining Capital, Genesis Rupture Perinium

1. PENDAHULUAN disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan


Angka kematian ibu di Indonesia jalan lahir dan sisa plasenta.
sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut Robekan jalan lahir selalu memberikan
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia perdarahan dalam jumlah yang bervariasi
(SDKI) tahun 2012 sebesar 359/100.000 banyakanya. Robekan perineum spontan mulai
kelahiran hidup. Sedangkan target Millennium dari derajat ringan hingga rupture perinea
Development goals (MDGS) pada tahun 2015 totalis (sfingter ani terputus), robekan pada
adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup dindidng vagina, forniks uteri, serviks, daerah
(BPPKB, 2013). Angka Kematian Ibu (AKI) di klitoris danuretra dan bahkan yang terberat
Provinsi Jawa Timur berdasarkan laporan dari rupture uteri (Prawirohardjo (2009).
kabupaten/kota tahun 2012 sebesar 228 Perineum adalah daerah antara vagina
(100%)/100.000 kelahiran hidup. dan anus. Daerah ini merupakan jaringan yang
Penyebab utama kematian ada tiga kaya akan ujung sel-sel saraf sehingga sangat
yakni perdarahan, eklampsia, dan infeksi. peka terhadap 2 sentuhan, dan cenderung
Perdarahan postpartum menjadi penyebab mengalami perobekan saat berlangsungnya
utama 40% kematian ibu di Indonesia. proses persalinan alami (Barret et al, 2000).
Penyebab perdarahan utama adalah atonia uteri Teknik meneran dapat mempengaruhi
50-60%, sisa plasenta 23-24%, retensio terjadinya rupture perineum pada ibu yang
plasenta 17-16%, sedangkan ruptur perineum bersalin spontan. Bidan dapat memberikan
15-10% hampir terjadi pada setiap persalinan asuhan pada saat proses persalinan untuk
pervaginam terutama pada primigravida melakukan teknik mneran yang benar dengan
(Prawirohardjo, 2008). mengikuti dorongan alamiahnya selama
Perdarahan pasca persalinan dapat kontraksi dan tidak menahan nafas saat
menyebabkan kematian ibu 45 % terjadi pada meneran. Pada saat puncak kontraksi ibu
24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-73% bersalin tidak diperbolehkan untuk mengangkat
dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan 82- bokong saat meneran (Depkes RI, 2012). Pada
88% dalam 2 minggu setelah bayi baru lahir. kala II yaitu kala pengeluaran terjadi karena
Pada 24 jam pertama setelah bayi lahir adanya kontraksi yang kuat dan sering,
sehingga pada saat his atau kontraksi dirasakan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 170

tekanan pada otot-otot dasar panggul, yaitu 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Kemudian perineum menonjol dan menjadi Berdasarkan Umur
lebar dengan membukanya anus. Labia Umur f %
membuka dan tidak lama kemudian kepala 20-35 29 96.7
janin tampak pada vulva pada saat his atau ≥36 1 3.3
kontraksi. Di saat inilah ruptur perineum dapat Total 30 100
terjadi terutama pada persalinan primigravida Berdasarkan tabel diketahui bahwa
serta melakukan teknik meneran yang salah hampir seluruhnya (96,7%) ibu bersalin di
(Rustam, 1998). BPM Churnia Amin Suryani Kec. Tangulangin
Robekan ini dibagi menjadi beberapa berada pada usia 20-35 tahun.
derajat yaitu: (1) Derajat satu laserasi
superficial, otot-otot yang mendasari tidak Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
mengalami kerusakan, (2) Derajat dua laserasi Berdasarkan Paritas
termasuk robeknya otot-otot perineal, (3) Paritas f %
Derajat tiga kerusakan termasuk sfingter Primipara 12 40
anieksternal parsialatau seluruhnya(4) Derajat Multipara 18 60
empat terdapat kerusakan sfingter eksternal Total 30 100
dan internal serta mukosa rektal seluruhnya Berdasarkan tabel diketahui bahwa
(Liu, 2007). sebagian besar (60%) responden multipara.
2. METODE PENELITIAN Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
Desain Penelitian ini menggunakan Berdasarkan Teknik Meneran
metode observasional analitik, dengan metode Teknik Meneran f %
pengambilan data cross sectional. Populasi Benar 14 46,7
pada penelitian ini adalah semua ibu bersalin Salah 16 53,3
berjumlah 30 ibu bersalin di BPM Churnia Total 30 100
Amin Suryan Sidoarjo. Teknik pengambilan
Berdasarkan tabel diketahui bahwa
sampel penelitian ini dengan menggunakan
sebagian besar (53,3%) responden melakukan
total sampling. Kemudian dilakukan analisis
teknik meneran yang salah.
data menggunakan uji exact fisher untuk
mengetahui hubungan Teknik meneran ibu
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
dengan Ruptur perineum, dengan tingkat
Berdasarkan Ruptur Perinium
kesalahan yang dapat ditolerir dengan α = 0,05.
Ruptur Perinium f %
Jika hasil perhitungan di dapatkan p≤ 0,05,
Ruptur 25 83,3
maka H0 di tolak yang artinya, ada hubungan
Tidak Ruptur 5 16,7
antara teknik meneran ibu dengan kejadian
Ruptur perineum. Total 30 100
Berdasarkan tabel diketahui hampir
seluruhnya (83.3%) responden mengalami
ruptur perinium.

Tabel 5. Pengaruh Teknik Meneran Terhadap Laserasi Jalan lahir Pada Ibu Bersalin
Primigravida Di BPM Sidoarjo
Teknik Meneran Ruptur Perinium Total P value
Ya Tidak
f % f % f %
Benar 9 64,3 5 35,7 14 100
0,014
Salah 16 100 0 0 16 100
Total 25 83,3 5 16,7 30 100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 171

Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa dari dapat dikendalikan sehingga hasil kedua
responden sebagian besar ibu bersalin normal kekuatan mempercepat proses persalinan
yang mengalami ruptur perineum terjadi pada (Bandiyah, 2009).
ibu dengan teknik meneran yang salah, Dikarenakan ambang nyeri yang dialami
sedangkan ibu bersalin normal yang tidak ibu dalam proses persalinan sehingga membuat
mengalami ruptur perineum hampir ibu tidak konsentrasi terhadap bagaimana
setengahnya (35,7%) terjadi pada ibu dengan cara meneran serta anjuran atau arahan yang
teknik meneran yang benar. Hasil uji exact di berikan oleh bidan untuk cara meneran
fishers menunjukkan p = 0.014 yang berarti yang benar. Sedangan nyeri persalinan
nilai signifikansi maka Ho ditolak. Hal ini merupakan pengalaman subyektif tentang
menunjukkan ada hubungan teknik meneran sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi
ibu terhadap ruptur perineum. uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta
Pada tabel 1. Menunjukkan gambaran penurunan janin selama persalinan. Respon
umur responden hampir seluruhnya (96.7%) fisiologis terhadap nyeri meliputi hilangnya
20-35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa umur konsentrasi, peningkatan tekanan darah,
responden sebagian dalam kategori reproduktif denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter
dimana umur ibu antara 20 – 35 tahun dimana pupil, dan ketegangan otot ( Arifin,2008).
organ reproduksi sudah matang (Wiknjosastro, Berdasarkan teori menurut (Varney,
2002). 2007) Meneran adalah respon alami yang
Menurut Erfandi(2009) umur 20 – 35 normal terhadap mekanisme refleks akibat dari
tahun termasuk golongan usia produktif, yakni kontraksi yang semakin kuat. Dengan meneran
individu akan dapat berperan aktif dalam yang baik akan mempercepat proses persalinan
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih dan mengurangi kejadian asfiksia pada bayi
banyak melakukan persiapan demi suksesnya baru lahir serta resiko terjadinya ruptur
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, perineum. Tidak terkontrolnya saat meneran
selain itu orang usia madya akan lebih banyak dapat meningkatkan resiko terjadinya ruptur
menggunakan banyak waktu untuk membaca. perineum.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, Tabel 4. Gambaran ruptur perinium
dan kemampuan verbal. Artinya responden menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
termasuk dalam katagori usia reproduksi sehat. responden mengalami Ruptur perineum
Pada tabel 2. Menunjukan gambaran spontan sebesar (83,3%). Tingginya persalinan
teknik meneran responden menunjunkan dengan trauma ruptur perinium banyak
sebagian besar (60%) multigravida. Namun dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kejadian ruptur perinium masih banyak dialami dikarenakan kurangnya kooperatif dari pasien
pada persalinan multigravida. Robekan kepada petugas kesehatan akibat dari dorangan
perineum terjadi pada hampir semua persalinan meneran yang sangat kuat dan ambang nyeri
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan kontraksi yang di alami oleh pasien sangat
berikutnya. Dan robekan ini dapat dihindari tinggi, sehingga pasien tidak dapat fokus
atau dikurangi dengan meminimalkan terhadap teknik meneran yang benar sesuai
penyebabnya, diantaranya memberikan asuhan dengan arahan petugas kesehatan. Sesuai
pada ibu bersalin tentang cara meneran yang dengan teori arifin (2008) nyeri persalinan
benar (Prawirohardjo, 2008). merupakan pengalaman subyektif tentang
Tabel 3. Diketahui ditribusi frekuensi sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi
responden berdasarkan teknik meneran uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta
menunjukkan bahwa sebagian besar (53,3%) penurunan janin selama persalinan. Respon
responden melakukan teknik meneran yang fisiologis terhadap nyeri meliputi hilangnya
salah. Pada kala kedua (pengeluaran bayi) konsentrasi, peningkatan tekanan darah, denyut
terjadi rangsangan terhadap fleksus (kumpulan nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan
saraf) frankenhauser disekitar mulut rahim ketegangan otot.
sehingga terjadi reflek mengejan, yang Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa
merupakan tambahan kekuatan untuk dari responden sebagian besar ibu bersalin
melahirkan janin (bayi). Bila his tidak dapat normal yang mengalami ruptur perineum
dikendalikan oleh ibu maka kekuatan mengejan terjadi pada ibu dengan teknik meneran yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 172

salah, sedangkan ibu bersalin normal yang tidak perineum pada persalinan normal di RB
mengalami ruptur perineum hampir Harapan Bunda di Surakarta. Surakarta :
setengahnya (35,7%) terjadi pada ibu dengan Jurnal Kebidanan dan Kesehatan. EGC,
teknik meneran yang benar. Hasil uji exact Jakarta
fishers menunjukkan p = 0.014 yang berarti 5. Enterprise BPPKB. 2013. Target
nilai signifikansi maka Ho ditolak. Hal ini Millennium Development goals (MDGS).
menunjukkan ada hubungan teknik meneran Bandung : BPPKB.
ibu terhadap ruptur perineum. Hasil penelitian 6. Erfandi, (2009). Metode Penelitian.
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yogyakarta: Graha Ilmu
Manuaba (2010), mengemukakan bahwa 7. Heimburger,. 2009. The Essentials of
mengedan yang benar dengan mengedan sesuai Postpartum Care. Inggris: The New
dengan dorongan alamiah selama kontaksi. England Journal of Medicine.
Selain itu juga ibu tidak di anjurkan untuk 8. Hendarson, C., & Jones, K., 2006. Konsep
menahan nafas pada saat mengedan atau nafas Kebidanan. Jakarta : EGC
jangan terengahengah. Teknik mengedan yang 9. JNPK-KR,. 2008. Pelatihan Klinik
benar yakni dimana saat ibu mengedan tidak Asuhan Persalinan Normal, Jaringan
mengangkat bokongnya. Menurut asumsi Nasional Pelatihan Klinik- Kesehatan
peneliti bahwa ada hubungan teknik mengedan Reproduksi. Jakarta: JNPK-KR.
dengan ruptur perineum, karena jika teknik 10. Khumaira, M. 2012. Ilmu Kebidanan.
mengedan salah maka ruptur perineum juga Yogyakarta: Citra Pustaka
bisa lebih berat dibandingkan dengan teknik 11. Yogyakarta. Manuaba, I B G., 2010.
mengedan secara benar. Hal ini disebabkan Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
oleh cara seseorang dalam mengatur nafas saat 12. Marmi. 2012. Intranatal care Asuhan
mengedan dan juga cara melakukan dorongan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta
saat mengedan. Sehingga diperlukan : Pustaka Pelajar.
pengetahuan ibu dan bantuan dari penolong 13. Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri
agar ibu dapat mengedan dengan benar untuk Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC
mengurangi ruptur perineum. Sehingga 14. Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian.
diperlukan pimpinan maksimal penolong agar Jakarta: PT Rineka Cipta.
ibu dapat mengedan dengaan benar untuk 15. Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan
mengurangi kejadian rupture perineum. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
4. KESIMPULAN 16. Oxorn, H., & Forte.W,. 2010. Ilmu
Berdasarkan hasil analisis data dan Kebidanan: Patologi dan Fisisologi
pembahasan maka dapat disimpulkan, Persalinan. Yogyakarta: Yayasan
sebagian besar responden melakukan teknik Essentia Medica (YEM)
meneran yang salah, dan sebagian besar ibu 17. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan.
bersalin mengalami ruptur perinium, dan Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
terdapat hubungan antara teknik meneran 18. Saifudin A.B. 2010. Buku Panduan
dengan kejadian ruptur perinium pada ibu Praktis Pelayanan Maternal dan
bersalin di BPM Sidoarjo. Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
19. Sondakh, J.J.S. 2013. Asuhan Kebidanan
REFERENSI Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta :
1. Arifin,. 2008. Nyeri Pada Persalinan Dan Erlangga.
Penatalaksanaannya Secara Non 20. Sulistyawati,A., & Nugraheni.E. 2013.
Farmakologik. Jakarta : Tosca Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
2. Barret et all, 2000. Asuhan Jakarta : Salemba Medika
kebidanan,persalinan dan kelahiran, Buku Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kedokteran Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC.
3. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
4. Enggar, P.Y. 2010. Hubungan berat
badan lahir dengan kejadian ruptur
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 173

PENYAPIHAN DINI DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN


[BADUTA] DI POSYANDU GRAHA
Ika Yuni Susanti
Program Studi D3 Kebidanan STIKes Majapahit
ikayunisusanti@gmail.com

Abstract

Weaned is alleviate mom’s milk little by little, as for the food comlplement is still give to baby into
mom’s milk. Stoppen and baby have a food like adult at 2 years old. A child don’t have enaugh
nutrition. According to their age is the risk from weaned. Researcher want to know a connection
early wean with baby’s nutrition status age 0-23 month in Posyandu Graha. The design is cross
sectional. Populations is all of baby’s mom age 0-23 month. The technic sample is sampling jenuh
for 47 person. Variable comprise early mean and dependent variable that comprise baby’s nutrition,
age 0-23 month. The analised with wilcoxon match pair test. This research is do by the researcher
at March – April12017. The result is 74% has early weaned and 40% has a deficient nutrition status,
and there is mont a connection with baby’s nutrition status used wilcoxon match pair test. The result
is Z = 0,037 < 0,05. From the data above, the condision is early weaned can affect a baby’s nutrition
status. Information about weaned is a must. Mom’s would know the right time to weaned a baby and
know the best food us a complement of mom’s milk.
Keywords: Early Weaned, Nutrition Stats, Baby 0-23 Month

1. PENDAHULUAN pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman.


Penyapihan dini merupakan suatu Hasil penelitian menunjukkan gangguan
keadaan bayi sudah tidak mendapat ASI pertumbuhan pada awal masa kehidupan anak
sebagai sumber makanan pada umur kurang usia dibawah 5 tahun (balita) antara lain
dari 4 bulan yang diganti dengan pemberian kekurangan gizi sejak dalam kandungan
makanan tambahan selain ASI (Herman, (pertumbuhan janin yang terhambat),
2010). Penyapihan dilakukan dengan cara pemberian makanan pendamping ASI terlalu
melakukan pengurangan secara berangsur- dini atau terlambat serta tidak cukup
angsur pemberian ASI, sedangkan makanan mengandung energi dan zat gizi (terutama
tambahan secara bertingkat ditambah sehingga mineral) dan tidak berhasil memberikan ASI
akhirnya ASI dihentikan dan bayi mendapat eksklusif (Herti, 2010).
makanan dewasa pada umur 2 tahun. Penelitian yang dilakukan di Jawa Timur
(Sediaoetama, 2010). Hal ini beresiko anak menunjukkan penyapihan rata-rata dilakukan
tidak mendapat asupan nutrisi tepat sesuai pada bulan ketiga pasca persalinan. Bayi
dengan perkembangannya. ASI (Air Susu ibu) dengan ibu yang harus bekerja kembali setelah
masih merupakan gizi terbaik bagi bayi karena melahirkan cenderung mengalami penyapihan
komposisi zat-zat gizi di dalamnya secara dini. Ibu yang terpaksa meninggalkan bayinya
optimal mampu menjamin pertumbuhan tubuh di rumah juga mengalami kenaikan resiko
bayi. Selain itu, kualitas zat gizinya juga penyapihan dini 3 kali lebih cepat (Ratna,
terbaik karena mudah diserap dan dicerna oleh 2010).
usus bayi. Kualitas protein ASI sangat tinggi Menurut Nita (2010) penyapihan
dan mengandung asam-asam amino esensial seharusnya tidak berarti negatif sebab manusia
yang dibutuhkan oleh pencernaan bayi (Akre, akan selalu mengalami penyapihan dalam
2010). hidupnya. Disapih dari ASI, disapih dari susu
Menurut laporan tahun 2009, Organisasi botol, disapih dari tempat tidur orang tuanya,
Kesehatan Dunia (WHO) lebih kurang 1,5 juta disapih dari rumah untuk sekolah dan
anak meninggal karena pemberian makanan seterusnya. Sangat tidak disarankan untuk
yang tidak benar, kurang dari 15% bayi di menyapih anak terlalu dini. Di lain pihak, pada
seluruh dunia diberikan ASI Eksklusif selama usia anak sekitar 6 bulan, bayi membutuhkan
4 bulan dan sering kali pemberian makanan beberapa makanan yang lengkap dan secara
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 174

fungsional bayi telah berkembang lengkap memasukkan benda ke dalam mulut. Pada saat
untuk mengatasinya. Usia antara 4 sampai 6 tersebut bayi siap mengonsumsi makanan
bulan terlihat sebagai masa yang tepat bagi (setengah) padat.
bayi untuk mulai beradaptasi dengan makanan Menurut Depkes RI dan WHO (2001)
dan berbagai jenis tekstur dan cara makan. penyapihan adalah dimulainya pemberian
Pada bulan ke-6, hampir semua bayi siap untuk makanan ASI pada kelompok umur 4 sampai 6
makanan padat. Pada umur 6 bulan, sistem bulan, dimana bayi mulai dikenalkan sedikit
pencernaan sudah cukup matang untuk demi sedikit dengan berbagai jenis makanan
menangani kebanyakan makanan. Meskipun padat yang mulai dilumatkan.
susu ibu atau susu formula akan tetap menjadi Menurut WHO, masa pemberian ASI
makanan diet bayi sampai berbulan-bulan diberikan secara eksklusif 6 bulan pertama,
kemudian. Penyapihan terlalu dini berakibat kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6
pada rendahnya asupan nutrisi yang diperoleh bulan berdampingan dengan makanan
bayi. Hal ini menyebabkan status gizi bayi tambahan hingga umur 2 tahun atau lebih
menjadi berkurang. Bidan sebagai tenaga Menurut Arisman (2007) di samping
kesehatan hendaknya selalu memberikan tujuan fisik (guna mencukupi kebutuhan zat
konseling dan penyuluhan berhubungan gizi dan energi), menyusui dapat sekaligus
dengan kebiasaan menyapih dini yang mengakrabkan hubungan ibu dan bayi, Hal
dilakukan oleh ibu bayi. Upaya penyadaran ini yang sangat berrnanfaat bagi perkembangan
bisa dilakukan dengan melalui kunjungan jiwa bayi. Semakin akrab mereka berdua (ibu
rumah, atau ketika acara posyandu diadakan. dan bayi), semakin mudah ibu mengenali
Disamping itu pemberian konseling tentang kebutuhan bayinya. Oleh karena penyapihan
resiko penyapihan dini terhadap status gizi juga yang mendadak sebaiknya dihindari, termasuk
bisa dilakukan dengan menggunakan leaflet (dalam hal ini) meninggalkan atau menitipkan
yang disebarkan atau pemasangan spanduk dan bayi pada orang lain dalam waktu lama. Jika
banner yang berisikan himbauan tentang risiko seandainya ibu terpaksa (tidak dapat tidak)
penyapihan dini terhadap status gizi baduta. mengalihkan tanggung jawahnya ke orang lain,
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti hal ini selayaknya dilaksanakan secara cermat
mengambil judul penyapihan dini dengan dan perlahan-lahan. Penyapihan selayaknya
status gizi anak bawah dua tahun di Posyandu tuntas pada usia 12 bulan. Sejak saat itu bayi
Graha. sudah harus terbiasa, dan secara teratur
mengonsumsi makanan orang dewasa.
2. KAJIAN LITERATUR Ada beberapa faktor yang perilu
2.1. Konsep Penyapihan dipertimbangkan dalam menyapih bayi :
Menurut Arisman (2007) menyapih secara 1. Bayi berhenti menyusu pada ibu berarti
harfiah berarti membiasakan bayi secara terputus hubungan talikasih sayang antara
berangsur-angsur dibiasakan menyantap bayi an ibunya, keadaan ini sering
makanan orang dewasa. Selama masa membawa akibat buruk terhadap bayi
penyapihan makanan bayi berubah dari ASI apalagi bila penyapihan dilakukan secara
saja ke makanan yang lazim dihidangkan oleh mendadak.
keluarga, sementara air susu diberikan hanya 2. Selama bayi minum ASI sedikit
sebagai makanan tambahan. kemungkinan mendapat infeksi salura
Menurut Carnain (2007) menyapih adalah pencernaan dengan penyapihan
proses bertahap yaitu mula mula dengan kemungkinan penyakit infeksi terutama
mengurangi frekuensi pemberian ASI, sampai pada saluran pencernaan, hal ini bisa
dengan berhentinya proses pemberian ASI. disebabkan karena kemungkinan
Menurut Arisman (2007) memasuki usia kontaminasi pada makanan bayi besar
4-6 bulan, bayi telah siap menerima makanan baik waktu membuatnya, menyimpan atau
bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah memberinya.
tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di 3. Dan beberapa penelitian banyak sekali
samping itu, lambung juga telah lebih baik para ibu yang menyapih anaknya terlalu
mencema zat tepung. Menjelang usia 9 bulan cepat yaitu pada usia kurang dan I tahun
bayi telah pandai menggunakan tangan untuk terutama hagi ibu-ibu yang bekerja,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 175

sedangkan penyapihan yang terlalu awal yang timbul mudah dikenali, dan makanan
dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi. itu tidak diberikan lagi.
Bahan yang dipilih untuk membuat 4. Bayi harus diajari cara memegang
makanan sapihan sebaiknya mudah didapat makanan. Seiring pertambahan usia, bayi
(banyak tersedia di kebun keluarga atau di diajari pula cara mengambil makanan
pasar terdekat), harganya murah, paling sering padat dan sendok makan.
dimakan (merupakan bagian dan apa yang 5. Makanan sebaiknya tidak dicampur,
dimakan oleh anggota keluarga yang lebih karena bayi harus mempelajari perbedaan
besar dan dewasa), dan sebaiknya diramu tekstur dan rasa makanan.
dengan resep lokal. 6. Makanan padat jangan dimasukkan ke
Makanah sapihan yang ideal harus dalam botol susu, atau membuat lubang
mengandung (1) makanan pokok (pangan yang dot lebih besar yang mengesankan seolah
paling banyak dikonsumsi oleh keluarga, bayi “meminum” makanan padat.
biasanya makanan yang mengandung tepung, 7. Volume pemberian susu jangan segera
seperti beras, gandum, kentang, tepung dikurangi sebelum bayi mampu bersantap
maizena), ditambah dengan bahari lain semisal dengan sendok.
(2) kacang, sayuran berdaun hijau atau kuning, 8. Makanan padat sebaiknya disuapkan
(3) buah, (4) daging hewan, dan (5) minyak, sebelum susu dihentikan.
atau lemak. Bahan ml dibuat menjadi bubur 9. Selama menyuapi bayi, tersenyum dan
untuk kemudian, sebagai penernan ASI, berbicaralah padanya.
disuapkan pada bayi. Makanan pokok direbus 2.2. Konsep Status Gizi
di dalam air, atau susu, sampai menjadi bubur Status gizi merupakan ekspresi dari
yang kental dan tidak terlalu cair. Bubur keadaan keseimbangan gizi dalam bentuk
tersebut kemudian diperkaya dengan sedikit variabel tertentu, atau perwujudan dari
minyak atau lemak. nutriture dalam bentuk variabel tertentu
Ada tiga macam campuran, yaitu (Supariasa, 2002).
campuran yang menggunakan dua jenis bahan Penilaian status dapat diukur baik secara
(disebut campuran sederhana), dan tiga atau langsung maupun tidak langsung. Penilaian
empat jenis bahan (campuran majemuk) status gizi secara langsung meliputi ;
Yang harus selalu diingat ialah antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
penambahan minyak atau lemak ke dalam Sedangkan penilain status gizi secara tidak
setiap campuran. Jika kedua bahan tersebut langsung dapat dilakukan dengan survei
tidak tersedia, dapat digantikan dengan madu. komsumsi makanan, statistik vital dan faktor
Bagaimanapun, minyak dan lemak jauh lebih ekologi (Supariasa, 2002).
baik, karena di samping memasok energi, Banyak faktor yang mempengaruhi status
kedua bahan mi dapat melunakkan dan gizi seseorang. Faktor- faktor yang
melezatkan akanan. Yang juga tidak boleh mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua
dilupakan ialah buah-buahan atau air buah yaitu secara langsung dan tidak langsung.
pada setiap waktu makan, atau sebagai Faktor yang mempengaruhi secara langsung :
makanan selingan di antara dua waktu makan. Menurut Soekirman (2000:84) penyebab
Pedoman Pemberian Makanan Sapihan : tlangsung timbulnya gizi kurang pada balita
1. Makanan padat pertama harus bertekstur adalah konsumsi pangan dan penyalit infeksi.
sangat halus dan licin. Bayi perlahan- Kedua penyebab tersebut saling berpengaruh.
lahan akan siap menerima tekstur yang Dengan demikian timbulnya gizi kurang tidak
lebih kasar. hanya karena kurang makanan tetapi juga
2. Bubur saring baru boleh diberikan jika karena adanya penyakit infeksi, terutama diare
bayi telah tumbuh gigi, dan makanan dan ispa. Balita yang mendapatkan makanan
cincang setelah bayi pandai mengunyah. cukup baik tetapi sering diserang diare atau
3. Pada satu waktu makan, cukup demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang.
diperkenalkan satu jenis makanan saja, Sebaliknya balita yang tidak memperoleh
dalam jumlah kecil. Jika seandainya bayi makanan cukup dan seimbang daya tahan
tidak dapat menoleransi makanan ini, atau tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan
bahkan menimbulkan reaksi alergi, gejala demikian balita mudah diserang infeksi dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 176

kurang nafsu makan sehingga balita akan mempengaruhi kepercayaan, adat


kekurangan makanan. Akhirnya berat badan kebiasaan dan tingkah laku datam bagaimana
balita menurun. orarig tua mendidik balitanya. Status sosial
Apabila keadaan ini terus berlangsung ekonomi keiuarga juga berpengaruh, orang tua
balita dapat menjadi kurus dan timbulah yang ekonomi menengah ke atas dapat dengan
kejadian kurang gizi. mudah menyekolahkan balitanya di sekolah-
Cara yang sekarang digunakan oleh untuk sekolah yang berkualitas, sehingga mereka
menentukan status gizi secara antropometri dapat menerima atau mengadopsi cara-cara
pada bayi dan anak. Z-score ini biasanya baru bagaimana cara merawat balita dengan
digunakan untuk penentuan status gizi yang baik. Status nutrisi pengaruhnya juga sangat
diaplikasikan pada populasi di masyarakat. Z- besar, orang tua dengan ekonomi lemah
score dihitung dengan cara sebagai berikut: bahkan tidak mampu memberikan makanan
Bila nilai riel hasil pengukuran >= nilai tambahan buat balitanya, sehingga balita akan
median BB/U, TB/U atau BB/TB maka kekurangan asupan nutrisi yang akibat
rumusnya : selanjutnya daya tahan tubuh akan menurun
dan akhirnya balita akan jatuh sakit.
Z – score = Nilai riil – Nilai Median Olahraga yang teratur dapat
SD UPPER meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh,
aktifitas fisiologis dan stimulasi terhadap
Bila nilai riil hasil penggukuran <= nilai perkembangan otot-otot, posisi balita dalarn
median BB/U, TB/U atau BB/TB maka keluarga ditengarai juga berpengaruh, balita
rumusnya : pertama akaan menjadi pusat perhatan orang
Z – score = Nilai reial – Nilai Median tua, sehingga semua kebutuhan dipenuhi baik
SD LOWER itu kebutuhan fisk, emosi maupun sosial.

Penelitian status gizi antropometri (Z- 3. METODE PENELITIAN


Score) menurut Dep.kes RI 2000 Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian cross sectional, yaitu jenis penelitian
Z-Score menunjukkan nilai antropometri yang menekankan waktu pengukuran /
itu berupa SD atau Z-Score dibawah atau observasi data variabel independen dan
diatas median (mean) standart yang dipakai. dependen hanya pada satu kali saja pada satu
Keuntungan menggunakan Z-Score dalam saat. Sedangkan rancangan penelitian yang
populasi adalah dapat dihitung mean dan SD dipakai adalah penelitian korelasional.
dari kelompok populasi tertentu. Titik acuan penelitian analitik cross sectional. Hipotesis
yang dipakai adalah standart WHO-NCHS. penelitian ini adalah H1: Terdapat Hubungan
2.3. Konsep Anak Bawah Dua Tahun Penyapihan Dini Terhadap Status Gizi Anak
[Baduta] Bawah Dua Tahun [Baduta]. Variabel
Faktor–faktor yang Mempengaruhi penelitian meliputi variabel independen adalah
tumbuh kembang balita adalah penyapihan dini dan variabel dependen adalah
1. Faktor Herediter status gizi anak bawah dua tahun [baduta].
Herediter/keturunan merupakan faktor Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
yang tidak dapat untuk dirubah, ini merupakan yang mempunyai anak umur 0-23 bulan.
modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir Jumlah sampel dalam penelitian ini yang
dan proses tumbang balita. Melalui instruksi digunakan sebanyak 47 responden. Jenis
genetik yang terkandung di dalam sel telur sampling dalam penelitian ini adalah non
yang telah dibuahi dapatlah ditentukan kualitas probability sampling dengan teknik sampel
dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam jenuh. Tempat penelitian di Posyandu Graha
faktor genitik ini adalah jenis kelarnin dan suku Mojoanyar Mojokerto pada Maret sampai
bangsa/ras. April 2017. Instrumen penelitian yang
2. Faktor Lingkungan digunakan yaitu lembar checklist. Teknik
Dalam lingkungan eksternal mi banyak analisis data menggunakan uji wilcoxon sign
sekali yang mempengaruhinya, diantaranya rank test.
adalah kebudayaan; Kebudayaan suatu daerah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 177

4. HASIL DAN PEMBAHASAN penyapihan dini sebanyak 8 anak (36%)


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakeristik memiliki status gizi baik, dan sebagian besar
Responden Penelitian baduta yang dilakukan penyapihan dini
Karakterisik f % sebanyak 21 anak (84%) memiliki status gizi
Responden kurang.
Ibu yang mempunyai Dari hasil penghitungan data dengan
anak umur : menggunakan uji statistik Wilcoxon match pair
- 0-11 bulan 12 26 test didapatkan hasil Z < (α=0,05), yaitu 0,037
- 12-23 bulan 35 74 < 0.05, sehingga Hipotesis diterima, yang
Pendidikan ibu: berarti terdapat hubungan penyapihan dini
- SD-SMP 31 66 terhadap status gizi anak bawah dua tahun
- SMA-PT 16 34 [baduta] umur 0-23 bulan.
Pekerjaan ibu:
- Tidak bekerja 25 53 4.1. Penyapihan dini anak bawah dua tahun
- Bekerja 22 47 [baduta]
Paritas ibu : Hasil penelitian yang dilakukan
- 1 10 21 didapatkan hasil bahwa sebagian besar anak
- ≥2 37 79 bawah dua tahun [baduta] umur 0-23 bulan
diberi penyapihan dini yaitu 35 orang (74%).
Tabel 2. Penyapihan Dini Anak Bawah Dua Memasuki usia 4-6 bulan, bayi telah siap
Tahun menerima makanan bukan cair, karena gigi
Penyapihan Dini f % telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak
- Disapih 35 74 makanan setengah padat. Di samping itu,
- Tidak disapih 12 26 lambung juga telah lebih baik mencerna zat
tepung. Menjelang usia 9 bulan bayi telah
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pandai menggunakan tangan untuk
sebagian besar anak baduta diberi penyapihan memasukkan benda ke dalam mulut. Pada saat
dini yaitu 35 anak (74%). tersebut bayi siap mengonsumsi makanan
(setengah) padat. Penyapihan adalah
Tabel 3. Status Gizi Anak Bawah Dua dimulainya pemberian makanan ASI pada
Tahun kelompok umur 4 sampai 6 bulan, dimana bayi
Status Gizi Anak f % mulai dikenalkan sedikit demi sedikit dengan
- Baik 22 47 berbagai jenis makanan padat yang mulai
dilumatkan.
- Kurang 25 53
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa
4.2. Status gizi anak bawah dua tahun
setengah anak baduta memiliki status gizi
[baduta]
dengan kriteria gizi kurang sebanyak 25 anak
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa
(453%).
setengah anak bawah dua tahun [baduta] umur
0-23 bulan memiliki status gizi dengan kriteria
Tabel 4. Hubungan Penyapihan Dini
gizi kurang sebanyak 25 orang (53%).
Dengan Status Gizi Anak Bawah
Status gizi didefinisikan sebagai suatu
Dua Tahun
keadaan kesehatan yang ditentukan oleh
Penyapih Status Gizi Jumlah
derajat kebutuhan fisik dan dapat diukur secara
an Baik Kurang antropometri. Status gizi berarti keadaan
Dini f % f % kesehatan fisik seseorang atau sekelompok
Disapih 14 64 21 84 35 orang yang ditentukan dengan salah satu atau
Tidak 8 36 4 16 12 dua kombinasi dari ukuran–ukuran gizi
Disapih tertentu.
Jumlah 22 100 25 100 47

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui


sebagian besar baduta yang tidak dilakukan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 178

4.3. Hubungan Penyapihan Dini Dengan 4. KESIMPULAN


Status Gizi Balita usia 0-24 bulan Sebagian besar anak bawah dua tahun
Berdasarkan hasil penghitungan data [baduta] umur 0-23 bulan di Posyandu Graha
dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Mojoanyar Mojokerto sebanyak 74% diberi
match pair test didapatkan hasil Z < (α=0,05), penyapihan dini dan setengahnya anak bawah
yaitu 0,037 < 0.05, sehingga Hipotesa dua tahun [baduta] umur 0-23 bulan sebanyak
diterima, yang berarti ada hubungan 53% memiliki status gizi dengan kriteria gizi
penyapihan dini terhadap status gizi anak kurang. Terdapat hubungan penyapihan dini
bawah dua tahun [baduta] umur 0-23 bulan. terhadap status gizi anak bawah dua tahun
Tanda kesiapan adalah kemampuan bayi [baduta] umur 0-23 bulan dengan hasil uji
untuk menolehkan kepalanya atau mendorong statistik Wilcoxon match pair test didapatkan Z
tangan ibu menjauh ketika bayi tidak mau < (α = 0,05), yaitu 0,037 < 0.05.
makan lagi. Pada umur 6 bulan, sistem
pencernaan sudah cukup matang untuk REFERENSI
menangani kebanyakan makanan. Meskipun 1. Deslidel. Zuchrah Hasan. Rully
susu ibu atau susu formula akan tetap menjadi Hevrialni. Yan Sartika. (2011). Buku
makanan diet bayi sampai berbulan-bulan Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita.
kemudian. Penyapihan terlalu dini berakibat Jakarta:EGC.
pada rendahnya asupan nutrisi yang diperoleh 2. Djitowiyono, Sugeng. & Weni
bayi. Hal ini menyebabkan status gizi bayi Kristiyanasari. (2010). Asuhan
menjadi berkurang. Keperawatan Neonatus dan Anak.
Masih kuatnya tradisi di masyarakat yang Yogyakarta : Numed.
memberikan makanan pendamping selain ASI 3. Hidayat, A. (2008). Metode Penelitian
sebelum balita usia 6 bulan, menjadi alasan ibu
Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
memberikan penyapihan dini. Selain itu ibu
Jakarta: Salemba Medika.
tidak sabar melihat anaknya menangis yang
4. Isgiyanto, Awal. (2009). Teknik
dikira lapar, sehingga diberi makanan sebelum
usia 6 bulan. Adanya anggapan bahwa gizi Pengambilan Sampel pada Penelitian
kurang tidak akan berakibat buruk bagi Non-Eksperimental. Jogjakarta: Mitra
kesehatan anaknya dan merupakan hal yang Cendikia Press.
biasa sehingga tidak perlu pertolongan pada 5. Notoadmodjo, Soekidjo (2012) Promosi
pelayanan kesehatan terdekat. Penyebab Kesehatan dan Perilaku Kesehatan,
terjadinya gizi kurang pada balita diantaranya Jakarta: Rineka Cipta.
adalah asupan nutrisi yang kurang. bagi balita. 6. Notoatmodjo.(2010). Metodologi
Selain itu ibu kurang sabar saat memberi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
makan anaknya, bila anak menolak untuk Cipta.
makan. Hal tersebut dibiarkan saja tanpa ada 7. Nursalam. (2008). Konsep dan
usaha untuk membujuk atau merayu anak Pebnerapan Metodologi Penelitian Ilmu
supaya mau makan. Penyapihan dini Keperawatan. Jakarta: Salemba
berhubungan terhadap status gizi anak bawah Medika.
dua tahun [baduta] umur 0-23 bulan. Hal ini 8. Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Buku
disebabkan karena anak bawah dua tahun Acuan Nasionak Pelayanan Kesehatan
[baduta] umur 0-23 bulan yang diberi Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT
penyapihan terlalu dini akan mengurangi Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
penerimaan ASI. Selain itu jenis makanan yang 9. Reeder . Martin & Koniak Giffin.
diberikan oleh ibu balita bila tidak memenuhi (2011). Keperawatan Maternal
kebutuhan gizi balita mengakibatkan tubuh
Kesehatan Wanita Bayi dan Keluarga
balita kekurangan gizi, akibatnya bisa
Edisi 18 Volume 2. Jakarta:EGC.
menyebabkan anak mengalami gizi kurang.
10. Supariasa, Dewa Nyoman. (2014).
Maka peyapihan yang terlalu dini berakibat
pada rendahnya asupan nutrisi yang diterima Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC.
anak bawah dua tahun [baduta] umur 0-23
bulan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 179

11. Soetjiningsih, Ranuh, IG.N.Gde (2014)


Tumbuh Kembang Anak Edisi 2, Jakarta:
EGC.
12. Wahyuni, Sari. (2011). Asuhan
Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta:EGC.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 180

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN


STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU
AL – AZHAR KEDIRI

Enggar Anggraeni
Akademi Gizi Karya Husada Kediri

Abstrak

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh asupan zat gizi sesuai dengan kecukupan
dalam bentuk makanan gizi seimbang untuk mewujudkan status gizi yang baik. Tujuan penelitian
untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi pada anak kelas
V Sekolah Dasar Islam terpadu Al – Azhar Kediri. Jenis penelitian survey deskriptif analitik desain
studi cross sectional. Sampel penelitian ini anak kelas V di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al - Azhar
Kediri sebanyak 50 anak yang bersedia menjadi responden dalam penelitian dan berada di lokasi
penelitian pada saat pengumpulan data. Asupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan wawancara
dan recall 24 jam, status gizi diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri yaitu Berat
Badan dan Tinggi badan kemudian dilakukan uji hipotesis Chi Square Test. Uji statistik
menunjukkan hasil Significancy2-tailed = 0,000 menunjukkan hubungan antara tingkat kecukupan
energi dan protein dengan status gizi. Kesimpulan bahwa asupan Energi dan protein siswa
memberikan kontribusi terhadap terjadinya status gizi pada anak kelas V SDI Terpadu Al – Azhar
Kediri. Perlu adanya pengaturan asupan makanan yang mengacu pada menu seimbang untuk
mencapai status gizi yang optimal baik oleh orang tua maupun ahli gizi dan guru disekolah,
diharapkan pihak sekolah menggiatkan monitoring dan evaluasi status gizi siswa disekolah untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Kata Kunci: kecukupan energi, protein dan status gizi

1. PENDAHULUAN sekolah memerlukan kondisi tubuh yang


Gizi merupakan salah satu faktor optimal dan bugar, sehingga memerlukan
penentu kualitas sumber daya manusia. status gizi yang baik (Depkes RI, 2005).
Masalah gizi rentan terjadi pada semua Status gizi merupakan ekspresi
kelompok umur, terutama bayi dan anak yang keseimbangan asupan dalam variabel tertentu.
sedang mengalami masa tumbuh kembang Secara nasional prevalensi kurus (menurut
(Arisman, 2009). Pertumbuhan dan IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah
perkembangan anak dipengaruhi oleh asupan 11.2 persen, terdiri dari 4,0 persen sangat
zat gizi sesuai dengan kecukupan dalam bentuk kurus dan 7,2 persen kurus. Sedangkan
makanan gizi seimbang untuk mewujudkan masalah gemukan pada anak umur 5-12
status gizi yang baik. tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri
Upaya peningkatan status gizi untuk dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk
pembangunan sumber daya manusia yang (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk
berkualitas pada hakekatnya harus dimulai terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan
sedini mungkin, salah satunya anak usia tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Jawa Timur
sekolah. Anak sekolah dasar merupakan merupakan salah satu dari 15 provinsi dengan
sasaran strategis dalam perbaikan gizi prevalensi sangat gemuk diatas nasional
masyarakat (Cal- derón, 2002; Choi et al., (Riskedas 2013).
2008). Hal ini menjadi penting karena anak Pertumbuhan fisik sering dijadikan
sekolah merupakan generasi penerus tumpuan indikator untuk mengukur status gizi baik
bangsa sehingga perlu dipersiapkan dengan individu maupun populasi. Seorang anak yang
baik kualitasnya, anak sekolah sedang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan
mengalami pertumbuhan secara fisik dan potensi genetik yang dimilikinya (Bryan et al.,
mental yang sangat diperlukan guna 2004). Menurut Supariasa 2014, faktor yang
menunjang kehidupannya di masa mendatang, mempengaruhi status gizi secara langsung
guna mendukung keadaan tersebut di atas anak adalah asupan makanan dan infeksi.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 181

Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan Tabel 1. Karakteristik Responden


dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan Berdasarkan Jenis Kelamin
yang menyimpang dari pola standar . No. Jenis Kelamin Total
Proporsi defisit asupan protein pada n %
kelompok umur 9,0 – 12,9 tahun merupakan 1. Laki-laki 26 52
tertinggi yaitu sebesar 39,8 % untuk lelaki dan 2. Perempuan 24 48
49,9 % untuk perempuan. Sedangkan proporsi Jumlah 50 100
defisit asupan energi sebesar 67,8 % untuk Sumber: Data Terolah, 2017
lelaki dan 70,5 % untuk perempuan (SEANUT
2011). Hasil pengamatan menu yang disajikan Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah anak
di Sekolah Dasar Islam terpadu Al – Azhar laki – laki 26 responden (52%) lebih banyak
kediri dengan metode comstok diketahui dibandingkan anak perempuan berjumlah 24
bahwa waste tertinggi pada penyajian siswa (48%).
kelompok sayuran (25 %) setelah kelompok
lauk nabati (16%). Persen pencapaian energi Tabel 2. Karakteristik Responden
untuk jenjang SD 58 % dari kebutuhan dan Berdasakan Umur
pencapaian protein sebesar 54 % dari No. Umur Total
kebutuhan. Berdasarkan latar belakang diatas n %
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan 1. 10 Tahun 30 60
tingkat kecukupan energi dan protein dengan 2. 11 Tahun 19 38
status gizi pada anak kelas v Sekolah Dasar 3. 12 Tahun 1 14
Islam terpadu Al – Azhar kediri. Jumlah 50 100
Sumber : Data terolah, 2017
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah survey yang Tabel 2. menunjukkan bahwa distribusi
bersifat deskriptif analitik dengan kelompok umur 10 tahun terdapat 30 siswa
menggunakan desain studi cross sectional. (60%), umur 11 tahun 19 siswa (38%), dan
Sampel dalam penelitian ini adalah anak kelas umur 12 tahun 1 siswa (14%).
V di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al - Azhar b. Tingkat Kecukupan Energi dan
Kediri sebanyak 50 anak yang bersedia Protein pada Siswa Kelas V SDIT Al-
menjadi responden dalam penelitian dan Azhar Kediri
berada di lokasi penelitian pada saat Berdasarkan hasil penelitian dengan
pengumpulan data. Asupan zat gizi diperoleh wawancara dan metode recall konsumsi
dengan menggunakan wawancara dan recall 24 makanan 24 jam dapat dilakukan analisis
jam, status gizi diperoleh dengan melakukan tingkat kecukupan energi dan protein.
pengukuran antropometri yaitu Berat badan Distribusi frekuensi masing-masing variabel
danTinggi badan kemudian dilakukan uji penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
hipotesis Chi Square Test. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat
Kecukupan Energi dan Protein
3. HASIL DAN PEMBAHASAN No. Tingkat Tingkat Kecukupan
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al- Kecukupan Gizi Energi Protein
Azhar Kota Kediri adalah sekolah yang Total Total
pembelajarannya berada di sekolah sepanjang n % n %
hari/full day school sepanjang hari, yang 1. Defisit tingkat sedang 3 6 1 2
terletak di Jl. Taman Sari Gg. Masjid Nurul 2. Defisit tingkat ringan 1 22 1 32
Huda, Kelurahan Tamanan, Kecamatan 3. Normal 1 52 6 58
Mojoroto, Kota Kediri. 4. Diatas kecukupan 2 20 2 8
6 9
a. Karakteristik Subjek Penelitian 1 4
Karakteristik responden dalam penelitian 0
ini dilihat berdasarkan jenis kelamin dan Jumlah 5 10 5 10
umur yang dapat dilihat pada Tabel dibawah 0 0 0 0
ini : Sumber : Data terolah, 2017
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 182

Tabel 3. diatas menunjukkan bahwa untuk tingkat kecukupan protein siswa kelas V SDIT
tingkat kecukupan energi 6 % berada dalam Al-Azhar Kediri berada dalam kategori
kategori defisit tingkat sedang dengan jumlah normal.
frekuensi 3 siswa, 22% berada dalam kategori c. Distribusi Frekuensi Status Gizi
defisit tingkat ringan dengan jumlah frekuensi Pengukuran status gizi pada responden
11 siswa, 52% dalam kategori normal dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh
jumlah frekuensi 26 siswa, dan 20% berada Menurut Umur (IMT/U).
dalam kategori diatas kecukupan dengan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status Gizi
jumlah frekuensi 10 siswa. Jadi dapat Status Gizi Total
disimpulkan bahwa sebagian besar (52%) No.
Indeks Massa Tubuh (IMT) n %
tingkat kecukupan energi siswa kelas V SDIT 1. Kurus 6 12
Al-Azhar Kediri berada dalam kategori 2. Normal 24 48
normal. Sedangkan untuk tingkat kecukupan 3. Gemuk 14 28
Protein 2 % berada dalam kategori defisit 4. Obesitas 6 12
tingkat sedang dengan jumlah frekuensi 1 Jumlah 50 100
siswa, 32% berada dalam kategori defisit Sumber : Data Terolah 2017
tingkat ringan sedang dengan jumlah frekuensi
16 siswa, 58% dalam kategori normal dengan Berdasarkan Tabel 4. Diketahui bahwa
jumlah frekuensi 29 siswa, dan 8% berada ada 6 siswa (12%) dengan status gizi kurus,
dalam kategori diatas kecukupan dengan 14 siswa (28%) dengan status gizi normal, 24
jumlah frekuensi 4 siswa. Jadi dapat siswa (48%) dengan status gizi gemuk dan 6
disimpulkan bahwa sebagian besar (58%) siswa (12%) dengan status gizi obesitas.
d. Analisis Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi pada Anak Kelas V
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al – Azhar Kediri.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi
pada Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Al – Azhar Kediri
Status Gizi (IMT) Tingkat Kecukupan Energi Total
Defisit tingkat Defisit tingkat Normal Diatas
sedang ringan kecukupan
Kurus 3 3 0 0 6
normal 0 6 18 0 24
Gemuk 0 2 8 4 14
Obesitas 0 0 0 6 6
Total 3 11 26 10 50
Sumber : Data Terolah 2017
Hasil uji statistik terhadap data tersebut diatas menunjukkan hasil Significancy2-tailed =
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat kecukupan energi terhadap status
gizi anak.
e. Analisis Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi pada Anak Kelas V
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al – Azhar Kediri
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi
pada Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Al – Azhar Kediri
Status Gizi (IMT) Tingkat Kecukupan Protein Total
Defisit tingkat Defisit tingkat Normal Diatas
sedang ringan kecukupan
Kurus 1 4 1 0 6
normal 0 5 17 2 24
Gemuk 0 7 5 2 14
Obesitas 0 0 6 0 6
Total 1 16 29 4 50
Sumber : Data Terolah 2017
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 183

Hasil uji statistik terhadap data tersebut memberikan dampak yang kurang baik karena
diatas menunjukkan hasil Significancy2-tailed protein merupakan zat gizi yang paling erat
= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungannya dengan proses-proses
hubungan tingkat kecukupan protein terhadap kehidupan. Konsumsi protein yang cukup akan
status gizi anak. mampu melakukan fungsinya untuk proses
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pertumbuhan.
Pahlevi (2012) yang dilakukan di SD 02 SDIT Al – Azhar menerapkan sistem
Ngesrep Banyumanik, Semarang dan dan paguyupan kelas yaitu terdapat kelompok
Rendy Manuhutu pada siswa Sekolah Dasar antara orang tua/ wali murid dengan guru
Negeri 01 Limpakuwus menunjukkan adanya kelasnya. Paguyuban ini merupakan media
hubungan antara status gizi dan tingkat yang sangat membantu untuk berkomunikasi
konsumsi energi dan adanya hubungan antara untuk membahas semua hal yang terjadi di
status gizi dan tingkat konsumsi protein. sekolahan yang berhubungan dengan siswa,
Begitupula dengan hasil penelitian Yulni salah satunya adalah masalah makan anak
(2013) pada anak sekolah dasar di wilayah baik di sekolah maupun saat di rumah. Guru
pesisir kota makassar diketahui bahwa ada juga sangat berperan untuk menyampaikan
hubungan antara asupan energi (P=0,034), pesan gizi seimbang (PGS) yang telah
dengan status gizi menurut indikator IMT/U, mengganti slogan 4 sehat 5 sempurna.
tetapi tidak ada hubungan antara asupan Konsumsi makanan seimbang harus
protein (P=0,349). memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu aneka
Beberapa siswa memiliki tingkat ragam pangan, perilaku hidup bersih,
kecukupan energi dan protein diatas melakukan aktivitas fisik sesuai umur dan
kecukupan dengan status gizi gemuk, hal ini memantau berat badan shingga dapat tercapai
menunjukkan asupan makan siswa meleihi status gizi yang optimal. Hasil Penelitian
kebutuhan yang dianjurkan. Sebaliknya masih anggraeni (2015) dan niken (2017) bahwa
terdapat beberapa siswa yang memiliki tingkat media film animasi dan komik sangat efektif
kecukupan energi dan protein yang defisit dan digunakan untuk membantu penyampaian
status gizi dengan kategori kurus disebabkan edukasi gizi seimbang.
asupan konsumsi energi dan protein kurang
dari kebutuhan. Selain itu kurangnya jumlah, 4. KESIMPULAN
variasi makanan dan frekuensi makan siswa Ada hubungan antara tingkat kecukupan
memberikan kontribusi negatif terhadap stattus energi dan protein dengan status gizi hal ini
gizi. Sebagian besar siswa memiliki pola akan menunjukkan bahwa asupan Energi dan
yang hampir sama dalam satu hari. Pola makan protein siswa memberikan kontribusi terhadap
merupakan perilaku seseorang dalam memilih terjadinya status gizi pada anak kelas V SDI
makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi Terpadu Al – Azhar kediri.
bagi tubuhnya. Pola makan pada anak Penelitian ini menunjukkan bahwa
cenderung ditentukan oleh ibunya sejak lahir kecukupan energi dan protein anak
sebagai guru pertama. berhubungan dengan status gizi sehingga
Pol makan yang seimbang dengan diharapkan adanya pengaturan asupan
memilih jenis makanan yang tepat dapat makanan yang mengacu pada menu seimbang
membantu mewujudkan status gizi yang untuk mencapai status gizi yang optimal baik
optimal. Penyajian menu makan siang di SDI oleh orang tua maupun ahli gizi disekolah.
Al –Azhar meskipun sudah disesuaikan dengan Disamping itu diharapkan pihak sekolah
porsi menurut umur tetapi berdasarkan menggiatkan monitoring dan evaluasi status
pengamatan siklus menu yang disajikan kurang gizi siswa disekolah untuk memantau
sesuai. Penyajian menu makan siang tidak pertumbuhan dan perkembangan siswa.
mencerminkan gizi seimbang. Hal ini terlihat
dari penyajian lauk hewani dan nabati secara DAFTAR PUSTAKA
bergantian dan penyajian buah hanya diberikan 1. Arisman, MB. 2009. Gizi dalam Daur
pada hari jumat dan sabtu saja. Hal ini Kehidupan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
menyebabkan asupan terutama Protein yang 2. Anggraeni, E. 2015. Perbedaan Pengaruh
kurang. Kekurangan asupan protein Pelajaran Gizi Menggunakan Media
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 184

Animasi dan Ceramah Terhadap Siswa SDN 01 limpakuwus, jurusan


Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Makan kesehatan masyarakat fakultas ilmu-ilmu
Buah dan Sayur Pada Anak Sekolah kesehatan universitas jenderal soedirman.
Dasar. Tesis, universitas Sebelas Maret 9. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
3. Kemenkes RI. 2012. Standar Balai Penelitian dan Pengembangan
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta : Dirjen Bina Gizi Dan KIA. 10. Sulastri, D., 2012, Faktor Determinan
4. Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Kejadian Stunting pada Anak Usia
Seimbang. Jakarta : Dirjen Bina Gizi Dan Sekolah Di Kecamatan Lubuk Kilangan
KIA. Kota Padang, Majalah Kedokteran
5. Pahlevi, E, A., 2012, Determinan Status Andalas, Vol 36: No.145;50.
Gizi Pada Anak Sekolah Dasar, Jurnal 11. Supariasa, I.D.N., Bakri, B., dan Fajar, I.
Kesehatan Masyarakat, ISSN 1858-1196. 2013. Penilaian Status Gizi. Jakarta :
6. Permenkes RI no 75 tahun 2013, Angka Buku Kedokteran EGC, ISBN : 979-448-
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi 546-2
bangsa Indonesia. 12. Yulni., 2013, Hubungan Asupan Zat Gizi
7. Persagi.,2017. Laporan South Est Asian Makro Dengan Status Gizipada Anak SD
Nutrition Surveys (SEANUTS) Indonesia. di Wilayah PesisirKota Makassa.
Jakarta. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
8. Rendy M, Pengaruh Ttingkat Kkonsumsi Kesehatan Masyarakat Universitas
Energi, Protein, Lemak, dan Status Hasanuddin.
Kecacingan terhadap Status Gizi pada
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 185

KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT LAHIR BAYI


Dhonna Anggreni
Prodi D3 Kebidanan, StiKes Majapahit
email: dhonnaanggreni@gmail.com

Abstract

Pregnancy is an important life period. With the occurrence of pregnancy, all body systems including
pregnant women's weight gain undergo fundamental changes that can support the development and
growth of the fetus in the womb. The purpose of this study was to examine the relationship of weight
gain of pregnant women with birth weight. This type of research is an analytical research with cross
sectional design. Independent variable of research is weight gain of pregnant mother, dependent
variable of this research is baby birth weight. The population of this study is all mothers with
newborns in BPM Ni'mah Mazhumi, in July-August 2017 that is as many as 40 people. Sampling
technique using simple random sampling. The number of samples taken is 35 people. Data analysis
was done by Fisher Exact. Fisher Exact test results obtained p value (0.007) and coefficient
contingency of 0.453. It was concluded that there was a relationship between maternal weight gain
and infant birth weight, and the relationship between the two strong variables. Early weight / before
pregnancy and weight gain of pregnant women need to get attention especially by mother and health
worker because mother's weight will affect fetus growth in uterus.
Keywords: Maternal weight gain, baby's birth weight

1. PENDAHULUAN 2016 didapat kejadian BBLR di Kabupaten


Kehamilan merupakan masa kehidupan Mojokerto sebesar 590 kasus (Profil Kesehatan
yang penting. Masa ini dimulai dari konsepsi Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, 2016).
sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal Kelebihan berat badan ataupun
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) kekurangan berat badan pada ibu hamil dapat
dihitung dari hari pertama haid terakhir menghambat perkembangan janin. Makin
(Prawirohardjo, 2002 : 89). Dengan terjadinya tinggi bertambahnya berta badan ibu hamil ada
kehamilan maka seluruh sistem tubuh kemungkinan janin akan mengalami
termasuk peningkatan berat badan ibu hamil makrosomia. Bila berat badan ibu yang rendah
mengalami perubahan yang mendasar selama kehamilan akan menyebabkan tubuh
sehingga dapat menunjang perkembangan dan kembang janin mengalami hambatan sehingga
pertumbuhan janin dalam rahim (Manuaba, jadi intrauterine growth retardation, persalinan
1998 : 106). prematuritas dan berat badan lahir rendah
Bayi sehat adalah modal utama untuk untuk masa gestasinya (Manuaba, 2007 : 664).
mewujudkan manusia berkualitas. Keadaan ibu Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
sebelum dan selama hamil akan menentukan sekolah kesehatan masyarakat Harvard secara
kondisi dan berat bayi yang akan dilahirkan. dramatis menunjukkan bagaimana status
Ibu dengan berat badan yang kurang selama kesehatan bayi pada saat lahir berhubungan
kehamilan dapat berisiko terjadinya erat dengan diit ibu selama kehamilan. Pada
perdarahan, keguguran, berat bayi lahir rendah, ibu-ibu yang diitnya baik sampai istimewa,
prematur dan kematian pada ibu dan bayi ( 95% dari bayi balita dengan kesehatan yang
Fajrina,A, 2012) tergolong baik dan istimewa, diit ibu sendiri
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa dapat mempengaruhi berat badan ibu yang
Timur tahun 2015 didapatkan kejadian BBLR merupakan salah satu faktor yang
di Provinsi Jawa Timur sebanyak 0,3% dari mempengaruhi BBL, sehingga kurangnya
total 585.052 kelahiran hidup. Untuk berat badan ibu hamil memungkinkan
Kabupaten Mojokerto pada tahun 2015 kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah
terdapat kejadian BLLR sebesar 0,4 % dari (BBLR) (Eisenberg,. 1996 : 89).
17.029 seluruh kelahiran hidup (Profil Berdasarkan hasil penelitian Charles
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015). Tahun Budiman di RSUP Dr. Karyadi Semarang,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 186

didapatkan hasil adanya korelasi antara berat Berat badan bayi lahir adalah berat badan
badan ibu hamil dengan berat lahir bayi. bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam
Dengan uji statistik, didapatkan hasil berupa pertama setelah lahir.
arah korelasi positif dan kekuatan korelasi Menurut Prawirohardjo (2002) klasifikasi
sedang (r=0,463) dengan p<0,01 (Budiman C, berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan
2011) atas
Berdasarkan latar belakang tersebut 1). Bayi dengan berat badan normal, yaitu >
tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti 2500.
hubungan kenaikan berat badan ibu hamil 2). Bayi dengan berat badan lahir rendah
dengan berat lahir bayi (BBLR) yaitu antara 1500 gram – 2500
gram.
1. KAJIAN LITERATUR 3). Bayi dengan berat badan lahir sangat
a. Konsep dasar kehamilan rendah (BBLSR), dimana berat lahirnya
Kehamilan adalah peristiwa yang dimulai adalah < 1500 gram.
dan konsepsi (pembuahan) dan berakhir 4). Bayi dengan berat badan lahir ekstrem
dengan permulaan persalinan. Kehamilan rendah (BBLER), dimana berat lahirnya
merupakan suatu perubahan dalam rangka adalah < 1000 gram.
melanjutkan keturunan yang terjadi secara d. Pengaruh kenaikan berat badan badan
alami, menghasilkan janin yang tumbuh di ibu terhadap janin
dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat Menurut Manuaba (2007 : 664) Berat
dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya badan semula / sebelum hamil dan
janin sesuai usia kehamilan, pada setiap pertambahan berat badan ibu hamil perlu
dilakukan pemeriksaan kehamilan (Muhimah, mendapatkan perhatian. Makin tinggi
2010:13). bertambahnya berat badan ibu hamil, ada
b. Konsep dasar kenaikan berat badan kemungkinan janin akan mengalami
ibu hamil makrosomia. Berat badan ibu yang rendah
Kenaikan berat badan ibu hamil dengan akan menyebabkan tumbuh-kembang janin
berat badan normal sebaiknya berkisar antara mengalami hambatan seperti Intrauterine
12-14 kg. Jika sebelum hamil berat badan ibu growth retardation, persalinan prematuritas,
termasuk rendah atau kurang, maka berat berat badan lahir rendah untuk masa
badan ketika hamil harus naik lebih banyak, gestasinya.
yaitu antara 12,5-18 kg. Sementara itu, untuk
ibu yang memiliki berat badan berlebih, ketika 2. METODE PENELITIAN
hamil sebaiknya lebih berhati-hati. Jangan Jenis penelitian ini menggunakan metode
sampai kelebihan berat. Pertambahan berat analitik dengan rancang bangun menggunakan
badan ideal untuk ibu yang memiliki berat pendekatan “Cross Sectional”. Variabel
lebih sebelum hamil sebaiknya antara 7- independen pada penelitian adalah kenaikan
11,5kg saja (Aneu, 2010 : 12). berat badan ibu hamil dan variabel dependent
pada penelitian ini adalah berat lahir bayi.
Tabel 1. Komponen pertambahan berat Populasi dalam penelitian ini adalah
badan seluruh ibu dengan bayi baru lahir di BPM
Komponen Pertambahan Berat Badan Ni’mah Mazhumi, pada bulan Juli-Agustus
Ibu Selama Hamil 2017 yaitu sebanyak 40 orang. Teknik
Jaringan ekstrauterin 1 kg pengambilan sampel dengan menggunakan
Janin 3 – 3.8 kg simple random sampling. Berdasarkan rumus
Cairan Amnion 1 kg yang ada, jumlah sampel yang diambil adalah
Plasenta 1 – 1,1 kg sebesar 35 orang.
Payudara 0,5 – 2 Data dikumpulkan menggunakan lembar
kg observasi dengan mencatat kenaikan berat
(Salmah, 2006) badan ibu selama hamil dan berat lahir bayi.
Setelah data terkumpul dilakukan analisa data
c. Konsep dasar berat lahir bayi dilakukan dengan uji dengan Fisher Exact
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 187

untuk mengetahui hubungan kenaikan berat Hasil uji Fisher Exact didapatkan nilai p
badan ibu hamil dengan berat lahir bayi. (0,007) dan coefficient contingency sebesar
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 0,453. Disimpulkan bahwa ada hubungan
Tabel 1. Distribusi frekuensi usia ibu hamil antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan
di BPM Ni’mah Mazhumi berat lahir bayi, dan hubungan kedua variabel
Usia Jumlah Persentase kuat.
20-25 Tahun 5 14,2
26-30 Tahun 27 76,9 Hasil penelitian menunjukkan lebih dari
31-35 Tahun 3 8,5 setengah kenaikan berat badan ibu selama
Total 35 100 hamil adalah normal. Ibu hamil harus memiliki
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan yang normal karena akan
mayoritas ibu hamil yang datang berusia 26-30 berpengaruh terhadap anak yang akan
tahun (76,9%) dilahirkannya. Selama kehamilan,
pertambahan berat badan secara langsung
berhubungan dengan bayi, plasenta, cairan
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
ekstra, dan lain-lain. Sisanya terdiri dan jumlah
berdasarkan kenaikan berat
lemak yang bertambah dalam tubuh ibu
badan ibu hamil di BPM Ni’mah
(Sinclair, 2010).
Mazhumi
Banyak faktor yang mempengaruhi
Penambahan berat badan
f % peningkatan berat badan yaitu adanya oedema,
ibu saat hamil
proses metabolisme, pola makan, muntah atau
Kurang 11 31,4 diare dan merokok (Salmah, 2006).
Normal 24 68,6 Pengawasan berat badan merupakan hal
Lebih 0 0 penting untuk ibu hamil, kekurangan atau
Jumlah 35 100 kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari yang tidak diinginkan. Jadi ibu harus
setengah kenaikan berat badan ibu selama mengkonsumsi bahan makanan yang cukup
hamil adalah normal (68,6%) dan banyak mengandung protein baik hewani
dan nabati (Dewi AP, 2009)
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
berdasarkan berat lahir bayi di sebagian besar berat lahir bayi adalah normal.
BPM Ni’mah Mazhumi Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
Berat Lahir Bayi f % berat lahir bayi. Beberapa diantaranya adalah
Kurang 6 17,1 faktor lingkungan internal ini meliputi umur
Normal 29 82,9 ibu, jarak kehamilan/kelahiran, paritas, kadar
jumlah 35 100 hemoglobin, status gizi ibu, pemeriksaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.
mayoritas bayi tidak mengalami berat badan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kurang yaitu sebanyak 29 orang (82,9%). ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu
hamil dengan berat lahir bayi. Hal ini sama
Tabel 4. Tabulasi silang kenaikan berat dengan penelitian ini dilaporkan oleh Kalnensa
badan ibu hamil dengan berat Ayundasari (2017) sebagian besar ibu yang
lahir bayi di BPM Ni’mah memiliki pertambahan berat badan normal
Mazhumi sesuai dengan IMT sebelum hamil memiliki
Kenaikan Berat Badan Bayi Total
bayi dengan kondisi berat lahir normal dan ibu
Berat Kurang Normal yang memiliki pertambahan berat badan
Badan ibu f % f % f % kurang sesuai dengan IMT sebelum hamil
memilki bayi dengan kondisi berat lahir
Kurang 5 45,5 6 54,5 11 100 rendah.
Normal 1 4,2 23 95,8 24 100 Pertambahan berat badan selama
Total 6 17,1 29 82,9 35 100 kehamilan di Indonesia pada umumnya rendah
exact p = 0,007 coefficient contingency = (<10 kg), padahal pertambahan berat badan
0,453 tersebut merupakan indikator pertumbuhan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 188

janin yang penting. Berat badan ibu sebelum 2. Aneu Garwati dan Ika Wijayati. 2010.
hamil dan penambahan berat badan selama Langkah Mudah Membentuk Tubuh Ideal.
hamil merupakan penentu utama berat bayi Yogyakarta. Jogja Great Publisher
saat lahir. Wanita dengan berat badan rendah 3. Budiman, C. 2011. Korelasi Antara Berat
(misalnya <55 kg) sebelum hamil yang Badan Ibu Hamil dengan Berat Bayi.
mencapai sedikit kenaikan berat badan (<4500 Artikel Karya Tulis Ilmiah. Undip. 2011
gram) selama hamil mempunyai insiden lebih 4. CDC, 2009, Joyce, dkk, 2012, Kemenkes
tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat 2014
badan lahir rendah dibandingkan ibu-ibu 5. Dewi AP, 2009. Hubungan Antara
dengan berat badan lebih besar yang mencapai Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Dengan
lebih banyak kenaikan berat badan selama Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
hamil (Benson, 2009 : 135). (BBLR) di RSUD DR. Moewardi
Kalau pertambahan berat badan ketika Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
hamil tidak signifikan dengan pertumbuhan Universitas Sebelas Maret. Surakarta
dan perkembangan janin, seorang ibu dapat 6. Dinkes Kabupatern Mojokerto. 2016.
berisiko melahirkan bayi yang memiliki berat Profil Kesehatan Dinas Kesehatan
badan rendah atau BBLR (berat bayi lahir Kabupaten Mojokerto. Dinkes Kab.
rendah) (Aneu, 2010 : 12-13). Mojokerto. Dinkes
Menurut Budiman (2011), semakin berat 7. Dinkes Jawa Timur. 2015. Profil
badan ibu hamil, semakin bertambah juga berat Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
bayi lahir. Berat badan ibu hamil merupakan Jawa Timur Dinkes Prov. Jawa Timur.
komponen hasil penjumlahan berat badan ibu Dinkes
sebelum hamil dan kenaikan berat badan 8. Eisenberg, Arlene 1996. Kehamilan Apa
selama kehamilan. Kenaikan berat badan Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan.
selama kehamilan merupakan gambaran laju Arcan. Jakarta : 89 – 165.
pertumbuhan janin dalam kandungan yang 9. Manuaba, IBG. 2007. Pengantar Kuliah
perlu diperhatikan, karena kenaikan berat Obstetri. Jakarta. EGC
badan yang kurang maupun berlebih dapat 10. Manuaba, Ida Bagus Gde 1998. Ilmu
menimbulkan permasalahan yang serius bagi Kebidanan, penyakit Kandungan dan
ibu dan bayinya. Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Berat badan semula/sebelum hamil dan Bidan. EGC. Jakarta : 106. Aa
pertambahan berat badan ibu hamil perlu 11. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu
mendapatkan perhatian karena terdapat Kebidanan. YBP-SP. Jakarta : 522 – 775
hubungan yang jelas dengan berat dan tubuh 12. Salmah. 2006. Asuhan Kebidana
kembang janin dalam uterus. Makin tinggi Antenatal. EGC. Jakarta : 61.
bertambahnya berta badan ibu hamil ada 13. Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku
kemungkinan janin akan mengalami Kebidanan. jakarta. EGC
makrosomia. Selain itu berat ibu yang rendah 14. Sri Wahyuni1, Yeti Kadariyah, 2011.
akan menyebabkan gangguan tubuh kembang Hubungan Peningkatan Berat Badan Ibu
janin. Hamil Dengan Berat Badan Bayi Baru
Lahir di BPS Bekti Sayekti Tarubasan
4. KESIMPULAN Karanganom Klaten, Jurnal Involusi
Terdapat hubungan antara kenaikan berat Kebidanan, Vol. 1, No. 1, 20-31.
badan ibu hamil dengan berat lahir bayi.

REFERENSI
1. Adiba Fajrina Skripsi. 2012. Hubungan
Pertambahan Berat Badan Selama Hamil
Dan Faktor Lain Dengan Berat Badan
Lahir Di Rumah Bersalin Ciampea Bogor
Tahun2011-2012, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 189

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN INSIDEN KESELAMATAN


PASIEN
(di Unit Ambulans Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya )

Dwi Ernawati1 , Diyah Arini2 , M. Hendrik Haryono3


1
Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya
Email: Dwiernawati@stikeshangtuah-sby.ac.id
2
Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya
Email: Diyaharini@stikeshangtuah-sby.ac.id
3
Perawat IGD RSU Haji Surabaya
Email: hendrickerss@gmail.com

Abstract

Safety incidents in hospitals are increasing in several hospitals across Indonesia even though KTD
and KNC incidents are not reported. The aim of this research is to know the factors related to Patient
Safety Incident in Emergency Ambulance Service Unit of RSU Haji Surabaya. The research design
was used cross sectional approach. The independent variables in this research are individual nurse
characteristic factor (level of education, work experience, and age), environmental and
organizational factors (communication, Standard Operational Procedure) with dependent variable
ie Safety Incident. Sampling using simple random sampling method from the population of 25
respondents and taken sample 24 respondents. Instrument using questionnaire sheet. The test used
is Chi-Square test. The results showed that there was a correlation between age, education
level, length of service in the hospital, nurse communication with patient safety incidents and no
relationship between the working period in the AGD, nurse cooperation, Standart Procedure
Operasional, and comfort with patient safety incidents. Efforts that can be done is the Hospital
should renew Standart Procedure Operasional in order to facilitate all procedures of Ambulance
service RSU Haji Surabaya and can improve the quality of service with attention to patient safety.
Keywords : Patient Safety Incident, KNC, KTD

1. PENDAHULUAN dari Kejadian tidak diharapkan (KTD) dan


Keselamatan pasien (Patient Safety) kejadian Nyaris Cidera (KNC) (KKPRS,
merupakan isu global yang paling penting saat 2007). Terjadinya insiden keselamatan di RS,
ini, banyak laporan tuntutan pasien atas akan memberikan dampak yang merugikan
medical error yang terjadi pada pasien. bagi RS, staf, dan pasien khusunya, karena
Keselamatan pasien Rumah Sakit adalah suatu sebagai penerima layanan kesehatan, adapun
sistem dimana RS membuat asuhan pasien dampak yang ditimbulkan lainnya adalah
lebih aman yang meliputi Assesmen resiko, menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat
identifikasi dan pengelolaan hal yang terhadap layanan kesehatan, rendahnya
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan kualitas atau mutu yang diberikan, karena
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari keselamatan pasienmerupakan bagian dari
individu, dan tindak lanjutnya serta mutu (Cahyono, 2008)
implementasi solusi untuk meminimalkan Depkes RI ( 2008) menggambarkan ada 8
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien
cidera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat yaitu Faktor eksternal RS, Faktor organisasi
melaksanakan suatu tindakan atau tidak dan Manajemen, Lingkungan Kerja, kerjasama
mengambil tindakan yang seharusnya di ambil tim, petugas, beban kerja, dan komunikasi.
(Depkes RI, 2008) Kejadian Nyaris Cidera (KNC)
Insiden keselamatan pasien yang merupakan suatu kesalahan akibat
selanjutnya di sebut insiden yaitu setiap melaksankan suatu tindakan (Commission)
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang atau tidak melakukan tindakan yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan seharusnya di ambil (ommission) yang dapat
cidera yang dapat dicegah pada pasien terdiri menciderai pasien, tetapi cidera serius tidak
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 190

terjadi, yang disebabkan karena dan tujuan tersebut dapat dicapai dengan
keberuntungan, pencegahan, atau peringanan meningkatkan sarana, prasarana, dan sumber
(KPP-RS, 2008). Lebih jauh dikatakan KNC daya manusia.
merupakan suatu kejadian yang berhubungan KTD dan KNC di Indonesia masih sulit
dengan keamanan pasien yang berpotensi atau dilaporkan datanya (KKPRS, 2008). Laporan
mengakibatkan efek di akhir pelayanan yang insiden keselamatan pasien pada tahun 2007
dapat dicegah sebelum konsistensi aktual ditemukan bahwa Daerah Khusus Ibukota
terjadi atau berkembang (Aspden, 2004) Jakarta menempati urutan pertama yaitu 37,9
Kejadian tidak diharapkan (KTD) % diantara 8 propinsi lainnya ( jawa tengah
merupakan kejadian yang mengakibatkan 15,9%, DI Yogyakarta 13,8 %, Jawa Timur
cidera yang tidak diharapkan pada pasien 11,7 %, Sumatera selatan 6,9 %, Jawa barat 2,8
karena suatu tindakan (commission) atau %, Bali 1,4 %, Aceh 10,7 %, dan Sulawesi
karena tidak bertindak (ommission) dan bukan Selatan 0,7 %. Pelaporan KTD dan KNC juga
karena underlying desease atau kondisi pasien didapatkan.
(KKP-RS, 2008). KKP-RS (2008) Berdasarkan latar belakang tersebut maka
mendefinisikan KTD sebagai kejadian yang penulis tertarik untuk menganalisis faktor yang
tidak diduga atau tidak diharapkan tetapi berhubungan dngan insiden keselamatan
menimbulkan cidera, kerugian atau pasien yang menggunakan layanan ambulans
kecelakaan. gawat darurat Rumah Sakit Haji Surabaya.
Salah satu bidang garap keperawatan yang Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
saat ini menjadi trens adalah layanan pre antara faktor faktor yang berhubungan dengan
hospital care. Menghadapi tuntutan kebutuhan insiden keselamatan pasien di RSU Haji
dan perkembangan ilmu kegawatdaruratan di Surabaya.
masa depan , pengembangan kompetensi
keperawatan sangat di perlukan, termasuk 2. METODE PENELITIAN
didalamnya kemampuan kognitif, Penelitian ini menggunakan desain
interpersonal maupun skill perawat, terutama analitik korelasi dengan pendekatan cross
perawat pelaksana di RS. Situasi tersebut sectional. Populasi pada penelitian ini adalah
menggambarkan bahwa keberadaan ambulans semua perawat Ambulans yang memberikan
gawat darurat merupakan sarana yang sangat di layanan Ambulans Gawat Darurat Sakit Umum
butuhkan masyarakat sebagai perpanjangan Haji Surabaya. Tehnik sampling menggunakan
tangan pelayanan gawat darurat di RS yang probability sampling dengan pendekatan
tentunya dengan sarana dan prasarana serta Simple Random Sampling. Instrument
sumber daya yang terampil, dapat melakukan penelitian ini menggunakan kuisioner .
tindakan gawat darurat cepat, dan tepat Variabel independen dalam penelitian ini
dilokasi kejadian ataupun dalam ambulans adalah faktor karakteristik individu perawat
dengan respons time kurang dari 30 menit. (tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan
Kondisi tersebut membutuhkan standar dalam umur), faktor lingkungan dan organisasi
memberikan pelayanan gawat darurat dalam (komunikasi, Standar Prosedur Operasional)
ambulans sesuai dengan kompetensi dan dengan variabel dependen yaitu Insiden
kemampuannya sehingga dapat menjamin Keselamatan Pasien Penelitian ini
suatu penanganan gawat darurat dengan respon menggunakan uji Chi Square.
time yang cepat dan penanganan yang tepat,

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hubungan Antara Pendidikan Dan Insiden Keselamatan Pasien
No. Pendidikan Perawat IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. D III 4 26,7 11 73,3 15 100
2. S1 / D IV 6 66,7 3 33,3 9 100
Jumlah 10 41,7 14 58,3 24 100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 191

Tabel 2. Hubungan Antara Masa Kerja Di RSU Haji Surabaya Dan Insiden Keselamatan
Pasien
No. Masa Kerja di RS Haji IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. <5 tahun 5 62,5 3 37,5 8 100
2. 6-10 tahun 3 37,5 5 62,5 8 100
3. >11 tahun 2 25,0 6 75,0 8 100
Jumlah 10 41,7 14 58,3 24 100

Hubungan Antara Masa Kerja Di Ambulans Gawat Darurat Dengan Insiden Keselamatan
Pasien
No. Masa Kerja di AGD IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. <5 tahun 7 63,3 4 36,4 11 100
2. 6-10 tahun 3 23,1 10 76,9 13 100
Jumlah 10 41,7 14 58,3 24 100

Hubungan Antara Usia Dengan Insiden Keselamatan Pasien


No. Usia IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. Dewasa Muda 8 53,8 6 46,2 14 100
2. Dewasa Tua 2 20,0 8 80,0 10 100
Jumlah 9 39,1 14 60,9 24 100

Hubungan Antara Kerjasama Dengan Insiden Keselamatan Pasien


No. Kerjasama IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. Cukup 7 77,8 2 22,2 9 100
2. Baik 3 20,0 12 80,0 15 100
Jumlah 10 41,7 14 58,3 24 100

Hubungan Antara Komunikasi Dengan Insiden Keselamatan Pasien


No. Komunikasi IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. Cukup 5 71,4 2 28,6 7 100
2. Baik 5 29,4 12 76,6 17 100
Jumlah 10 41,7 14 58,3 24 100

Hubungan Antara SPO Dan Insiden Keselamatan Pasien


No. SPO IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. Cukup 5 100 0 0 5 100
2. Baik 5 26,3 14 73,7 19 100
Jumlah 10 41,7 14 58,3 24 100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 192

Hubungan Antara Kenyamanan Ambulans Dan Insiden Keselamatan Pasien


No. Kenyamanan Ambulans IKP Frekuensi
Negatif Positif
n % n % n %
1. Tidak 7 63,6 4 36,4 11 100
2. Nyaman 3 23,1 10 76,9 13 100
Jumlah 10 41,7 14 58,3 24 100

Insiden keselamatan pasien tidak terjadi semakin mampu melaksanakan tugasnya


hanya karena satu atau dua penyebab (Siagian, 2006). Semakin bertambahnya umur
melainkan banyak penyebab yang bisa maka akan semakin meningkat kepuasan kerja
berkontribusi, mulai dari system yang dan semakin berprestasi. Hal ini juga tidak
menggerakkan pelayanan kesehatan, sarana sesuai atau tidak sejalan dengan teori siagian
dan prasarana sampai dengan kinerja (2006) yang menyatakan bahwa usia dapat
perseorangan yang bersentuhan langsung mempengaruhi kondisi fisik, mental,
dengan pasien, yang kesemuanya kemampuan kerja dan tanggung jawab
berkolaborasi sehingga insiden tidak dapat seseorang. Sehingga dapat diartikan bahwa
dicegah. Demikian pila pada pengendaliannya, semakin dewasa usia perawat, maka semakin
satu varibel yang berisiko menyebabkan baik kinerjanya dalam memberikan layanan
insiden keselamatan pasien harus dikendalikan ambulan gawat darurat atau tidak
secara menyeluruh meliputi system dan menyebabkan insiden kesalamatan pasien.
lingkungan yang melingkupinya. Pada 3.2. Analisis antara Pendidikan dan Insiden
penelitian ini dilakukan analisis terhadap Keselamatan Pasien
delapan variabel, yaitu usia, pendidikan, masa Perawat adalah seseorang yang telah
kerja di RS, masa kerja di AGD, kerjasama, menyelesaikan pendidikannya pada
komunikasi, SPO, kenyamanan tempat kerja. pendidikan formal keperawatan minimal
Dari kedelapan variable tersebut terdapat lulusan D3 keperawatan. Latar belakang
empat variable yang menjadi penyebab insiden pendidikan akan mempengaruhi perilaku
keselamatan pasien (IKP) yakni masa kerja di seseorang dalam pekerjaannya (Anugrahini
AGD, kerjasama, SPO, dan kenyamanan 2010). Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara
tempat kerja, empat variable lainnya tidak pendidikan dengan insiden keselamatan pasien
menjadi penyebab bisa jadi hubungan pula yang telah dilakukan, didapatkan nilai alfa (α
dengan terjadinya insiden keselamatan pasien ) > nilai sig yaitu 0,054, maka Ho diterima,
akan tetapi dapat dikendalikan oleh system dan yang artinya tidak ada hubungan antara
lingkungan yang ada disekitarnya. pendidikan dengan insiden keselamatan
3.1. Analisis antara Umur dan Insiden pasien. Hal ini tidak sesuai dengan teori, yaitu
Keselamatan Pasien semakin tinggi pendidikan seseorang maka
Semakin meningkatnya usia perawat semakin besar keinginan memanfaatkan
maka terjadinya IKP semakin kecil, sementara pengetahuan dan keterampilan (sigian, 2006).
semakin muda usia perawat maka terjadinya Hasil penelitian yang dilakukan oleh
IKP semakin besar. Berdasarkan hasil uji Chi- Anugrahini (2010) mengungkapkan bahwa ada
Square antara umur dengan insiden hubungan atara pendidikan dengan kepatuhan
keselamatan pasien yang telah dilakukan, perawat dalam menerapkan pedoman
didapatkan nilai alfa (α ) > nilai signifikansi keselamatan pasien. Namun demikian, hal
yaitu 0,099, maka Ho diterima, yang artinya tersebut tidak terbukti pada penelitian ini. Hal
tidak ada hubungan antara umur dengan ini bisa disebabkan karena pendidikan perawat
insiden keselamatan pasien. Hasil tersebut pelaksana di pelayanan ambulan gawat darurat
tidak sesuai dengan teori, yakni umur berkaitan kebanyakan lulusan D3. Tetapi dalam bekerja
dengan tingkat kedewasaan dan maturasi dilayanan ambulan tidak hanya pendidikan
dalam arti meningkatnya umur akan formal saja yang harus dimiliki oleh perawat
meningkatkan pula kedewasaan atau melainkan harus dilengkapi dengan berbagai
kematangan secara teknis dan psikologis, serta pelatihan-pelatihan yang mendukung terhadap
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 193

pekerjaan yang tidak didapatkan selama masa kerja di AGD dengan insiden
menjalankan pendidikan. Selain itu, terdapat keselamatan pasien yang telah dilakukan,
system yang menjadi sarana terjadinya transfer didapatkan nilai alfa (α ) < nilai sig yaitu
wawasan dan skill antara satu perawat dengan 0,045, maka Ho ditolak, yang artinya ada
yang lain, dalam hal ini adalah operan dari shift hubungan antara masa kerja di AGD dengan
ke shift, dimana terjadi diskusi mengenai insiden keselamatan pasien.. Hal ini pun sesuai
masalah dalam layanan ambulan gawat darurat atau sejalan dengan hasil penelitian dimana
yang perlu datasi pada saat itu. pengalaman kerja menunjukkan hubungan
3.3. Analisis antara Masa Kerja di RS dan yang bermakna dengan kejadian insiden
Insiden Keselamatan Pasien keselamatan pasien. Pengalaman kerja menjadi
Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara faktor yang berhubungan secara signifikan
masa kerja di RS dengan insiden keselamatan pada kejadian insiden keselamatan pasien
pasien yang telah dilakukan, didapatkan nilai karena ada kecenderungan dimana perawat
alfa (α ) > nilai sig yaitu 0,301, maka Ho yang telah bekerja lama di layanan ambulan
diterima, yang artinya tidak ada hubungan gawat darurat memiliki kemampuan lebih baik
antara masa kerja di RS dengan insiden dlam melakukan asuhan dan layanan yang
keselamatan pasien. Menurut Anugrahini aman bagi pasien. Pengalaman kerja berkaitan
(2010) pengalaman kerja menjadi salah satu dengan pengalaman seseorang, dan
faktor kunci dalam keselamatan pasien di pengalaman sengat dibutuhkan dalam
rumah sakit. Hal ini tidak sesuai dengan memberikan layanan ambulan kepada pasien.
penelitian yang dilakukan Anugrahini (2010), Pengalaman kerja yang dimiliki oleh perawat
pengalaman kerja menunjukkan hubungan akan memberikan kemampuan berupa
yang signifikan terhadap asuhan keperawatan pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku
yang aman bagi pasien. Hal ini pun tidak sesuai pada perawat tersebut yang menunjangnya
atau sejalan dengan hasil penelitian dimana dalam bekerja. Dengan pengalaman kerja lebih
pengalaman kerja menunjukkan hubungan lama tentunya perawat akan memiliki
yang bermakna dengan kejadian insiden pengalaman yang lebih lama pula dalam
keselamatan pasien. Harusnya pengalaman menangani pasien dengan berbagai
kerja menjadi faktor yang berhubungan secara permasalahan yang dihadapinya. Selain itu
signifikan pada kejadian insiden keselamatan karena pengalaman yang telah banyak dimiliki
pasien karena ada kecenderungan dimana membuat perawat lebih terampil dan berhati-
perawat yang telah bekerja lama di layanan hati agar asuhan keperawatan dan layanan
ambulan gawat darurat memiliki kemampuan ambulan yang dilakukan tidak menimbulkan
lebih baik dlam melakukan asuhan dan layanan cidera pada pasien.
yang aman bagi pasien. Pengalaman kerja di 3.5. Analisis antara Kerjasama dan Insiden
rumah sakit tidak menjadi patokan perawat Keselamatan Pasien
memiliki pengetahuan, keterampialn dan Kerja sama tim merupakan suatu
tingkah laku dalam bekerja dilayanan ambulan kelompok kecil orang dengan keterampilan
gawat darurat, hal ini disebabkan karena yang saling melengkapi yang berkomitmen
perawat yang lebih senior malas untuk merujuk pada tujuan bersama, sasaran kinerja dan
atau melakuakan layanan ambulan gawat pendekatan yang mereka jadikan tanggung
darurat dikarenakan proses rujukan ribet dan jawab bersama (Cahyono, 2008). Kerjasama
membutuhkan waktu lama. merupakan bentuk attitude dari perawat dalam
3.4. Analisis antara Masa Kerja di AGD bekerja di dalam tim karena membuat individu
dan Insiden Keselamatan Pasien saling mingingatkan, mengoreksi,
Siagian (2006) menggambarkan berkomunikasi sehingga peluang terjadinya
pengalaman kerja menjadi slah satu faktor kesalahan dapat dihindari. Berdasarkan hasil
kunci dalam keselamatan pasien di rumah uji Chi-Square antara kerjasama dengan
sakit. Demikian pula pada penelitian yang insiden keselamatan pasien yang telah
dilakukan Anugrahini (2010), pengalaman dilakukan, didapatkan nilai alfa (α ) < nilai sig
kerja menunjukkan hubungan yang signifikan yaitu 0,005, maka Ho ditolak, yang artinya ada
terhadap asuhan keperawatan yang aman bagi hubungan antara kerjasama dengan insiden
pasien. Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara keselamatan pasien.. Dalam penelitian ini
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 194

kerjasama juga menjadi faktor yang bermakna faktor komunikasi pada penelitian ini tidak
pada terjadinya insiden keselamatan pasien. menunjukkan hubungan yang bermakna
Faktor kerjasama menjadi indikator bahwa dengan terjadinya insiden keselamatan pasien
perawat yang memiliki persepsi kurang baik di layana ambulan. Dari sekian IKP yang
terhadap kerjasama memiliki kecenderungan dilaporkan, pernah terjadi maslah komunikasi
menyebabkan insiden keselamatan pasien tiga yang menyebabkan terjadinya IKP yang
kali lebih besar dari perawat yang memiliki disebabkan kurang lengkapnya pengisian
persepsi sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan rekam medis sehingga menimbulkan persepsi
dengan kenyataan dilapangan bahwa dalam yang salah dari perawat terhadap kondisi
melakukan layanan ambulan kepada pasien, pasien yang sebenarnya. Dengan demikian,
perawat melakukannya hanya kepada pasien, meski secara statistic komunikasi tidak
perawat melakukannya hanya kepada pasien memiliki hubungan yang bermakna pada
yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap kejadian IKP akan tetapi variable ini tetap
perawat memiliki tanggung jawab dan perlu diperhatiakan untuk menjaga keamanan
tugasnya tersendiri dalam melakuakan layanan pada layanan ambulan gawat darurat.
ambulan gawat darurat, kerjasama anatar 3.7. Analisis antara SPO dan Insiden
perawat dan dengan profesi lain dalam Keselamatan Pasien
melakukan layanan ambulan gawat darurat Peran perawat dalam keselamatan pasien
dapat meningkatkan keselamatan pasien, yaitu memelihara keselamatan pasien melalui
sehinngga insiden keselamatan pasien transformasi lingkungan keperawatan yang
berkurang atau kecil. lebih mendukung keselamatan pasien dan
3.6. Analisis antara Komunikasi dan peran perawat dalam keselamatan pasien
Insiden Keselamatan Pasien melalui penerapan standar keperawatan (IOM,
Anugrahini (2010) mengungkapkan 2000). Rumah sakit ini telah lama memiliki
masalah komunikasi seperti kegagalan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
komunikasi verbal dan non verbal, mengatur pelaksanaan layanan ambulan gawat
miskomunikasi anatar staf, antar shift, darurat secara tertulis dan detail.Berdasarkan
komunikasi yang tidak terdokumentasi dengan hasil uji Chi-Square antara SPO dengan insiden
baik, merupakan hal yang dapat menimbulkan keselamatan pasien yang telah dilakukan,
kesalahan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai alfa (α ) < nilai sig yaitu
antara komunikasi dengan insiden keselamatan 0,003, maka Ho ditolak, yang artinya ada
pasien yang telah dilakukan, didapatkan nilai hubungan antara SPO dengan insiden
alfa (α ) > nilai sig yaitu 0,058, maka Ho keselamatan pasien. Hal ini dapat nenunjukkan
diterima, yang artinya tidak ada hubungan bahwa SPO cukup terinternalisasi pada
antara komunikasi dengan insiden keselamatan perawat sehingga mendukung terhadap
pasien.. Penelitian yang dilakukan oleh pelaksanaan pekerjaan. Namun demikian
Anugrahini (2010) menyatakan bahwa terlihat bahwa penyediaan SPO untuk layanan
buruknya komunikasi antara dokter dan ambulan tidak bisa didapatkan dengan mudah
perawat merupakan salah satu penyebab atau tersedia di meja pelayanan, tetapi perawat
insiden atau kejadian yang tidak diharapkan ambulan sudah banyak mengerti isi dan
yang dialami oleh pasien yang dapat prosedur tentang semua layanan yang ada di
berdampak pada kematian pasien. Anugrahini ambulan gawat darurat. Hasil penelitian
(2010) menyatakan bahwa kualitas komunikasi zamzara dkk (2015) menggambarkan
ditentukan oleh karakter empat elemen kepatuhan perawat terhadap SPO yang di buat
komunikasi yaitu sumber, pesan, saluran dan oleh RS dalam kategori cukup akan tetapi yang
penerima karakter sumber atau yang menjadi kendala adalah bahwa SPO
berinisiatif yang mempengaruhi keefektifan kadangkala tidak di revisi sesuai kebutuhan
adalah keahlian berkomunikasi, pengetahuan, pasien.
sikap, dan latar belakang budaya. Dalam hal ini 3.8. Analisis antara Kenyamanan Tempat
sumber komunikasi yang dilakukan dalam Kerja dan Insiden Keselamatan Pasien
layanan ambulan cukup, dimana ada buku Faktor kenyamanan meliputi
laporan permintaan layanan ambulan gawat pencahayaan, tingkat kebisingan, temperature
darurat, operan tiap shift kerja, akan tetapi atau suhu ruangan, susunan tata ruang, dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 195

ventilasi. Pengelolaan tersebut harus benar- Tidak ada hubungan antara komunikasi
benar memikirkan standar keselamatan baik terhadap insiden keselamatan pasien yang
bagi pasien maupun keselamatan staf dengan menggunakan layanan Ambulans Gawat
memperhatikan syarat-syarat kesehatan Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
lingkungan seperti yang sudah diatur di adalam Ada hubungan antara SPO terhadap
Permenkes Nomor 1204/SK/X/2004 tentang insiden keselamatan pasien yang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah menggunakan layanan Ambulans Gawat
Sakit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
kenyamanan tempat kerja dengan insiden Ada hubungan antara kenyamanan
keselamatan pasien yang telah dilakukan,
terhadap insiden keselamatan pasien yang
didapatkan nilai alfa (α ) < nilai sig yaitu
menggunakan layanan Ambulans Gawat
0,045, maka Ho ditolak, yang artinya ada
Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
hubungan antara kenyamanan tempat
kerjadengan insiden keselamatan pasien. Dari Rumah Sakit hendaknya
hasil data yang didapat kenyamanan kurang memperbaharui SPO RS agar dapat
sebesar 50% dengan ditunjukkannnya nilai memfasilitasi seluruh prosedur layanan
IKP yang Kurang juga menunjukkan angka Ambulans Gawat Darurat RSU Haji
41,67% menunjukkan bahwa kondisi yang Surabaya dan dapat meningkatkan kualitas
kurang nyaman dapat menyebabkan terjadinya layanan dengan memperhatikan keselamatan
insiden keselamatan pasien. Hal ini pasien.
ditunjukkan dari tempat layanan atau sarana
prasarana di layanan ambulan kurang, REFERENSI
misalnya brangkat atau trolley ambulan yang 1. Anugrahini, C. (2010). Hubungan
sudah mulai rusak, strapping atau sabuk Faktor Individu dan Organisasi dengan
keselamtan tidak semua ada di ambualan, dan Kepatuhan Perawat dalam menerapkan
ada beberapa ambulan yang sudah tidak Pedoman Patient safety di RSAB
memenuhi syarat untuk melakukan layanan Harapan Kita . Jakarta. Tesis FIK UI
ambulan gawat darurat. 2. Aspden (2004). Patient Safety. Jakarta.
Salemba Medika.
5. KESIMPULAN 3. Cahyono, J.B, (2008). Membangun
Tidak ada hubungan antara umur Budaya Keselamatan pasien Dalam
terhadap insiden keselamatan pasien yang Praktik Kedokteran. Yogyakarta :
menggunakan layanan Ambulans Gawat Kanisius
Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya 4. Depkes RI, (2008). Penanggulangan
Tidak ada hubungan antara pendidikan tindakan keselamatan pasien. Jakarta.
terhadap insiden keselamatan pasien yang Kemenkes RI
menggunakan layanan Ambulans Gawat 5. KKPRS, (2008). Keselamatan Pasien Di
Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya RS. Jakarta. Kemenkes
Tidak ada hubungan antara masa kerja 6. Robbins (2003). Keselamatan Pasien.
di rumah sakit terhadap insiden keselamatan Jakarta. Salemba Medika.
pasien yang menggunakan layanan 7. Siagian, (2006). Pengelolaan tindakan
Ambulans Gawat Darurat Rumah Sakit untuk keselamatan pasien, Jakarta. EGC
Umum Haji Surabaya 8. Zamzara, Rezza F., Dwi Ernawati, Ari
Ada hubungan antara masa kerja di Susanti. 2015. Pengaruh Pijat Oksitosin
AGD terhadap insiden keselamatan pasien Terhadap Waktu Pengeluaran
yang menggunakan layanan Ambulans Kolostrum Ibu Post Partum Sectio
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Haji Caesar, Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 8
Surabaya No.2, Agustus 2015, diterbitkan
Ada hubungan antara kerjasama UNUSA, ISSN : 1978 - 6743, hal 229-
terhadap insiden keselamatan pasien yang 241, 13 halaman.
menggunakan layanan Ambulans Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 196

9. http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/
article/download/75/67 di unduh 1
Maret 2017 jam 03.30.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 197

PENGETAHUAN IBU TENTANG MONOSODIUM GLUTAMATE MAKANAN


PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK. NUANSA PERTIWI 2 SIDOREJO
Widy Setyowati, M.Kep
Program Studi D3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto

Abstract

Anak prasekolah pada usia 4-6 tahun akan mulai aktif dalam belajar mencari pengalaman baru dan
mau mengambil keputusan sendiri khususnya dalam memilih jajan makanan ringan. Tanpa
sepengetahuan orang tua, makanan tersebut mengandung bahan kimia berbahaya yaitu Monosodium
Glutamate. Penelitian ini menggunakan metode “ descriptive” yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi tentang suatu keadaan
secara objektif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak pra sekolah (usia 4-
6 tahun) di TK Nuansa Pertiwi 2 yang berjumlah 91 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara
consecutive sampling diperoleh sampel berjumlah 66 orang. Variabel penelitian adalah gambaran
pengetahuan Ibu tentang Monosodium Glutamate. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner tertutup kemudian pengolahan data dengan menggunakan tabel distribusi dalam bentuk
prosentase dan narasi. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 13-25 Maret 2017
diperoleh bahwa 3 orang (4,5%) memiliki pengetahuan baik, 52 orang (78,8%) memiliki
pengetahuan cukup, dan 11 orang (16,7%) memiliki pengetahuan kurang baik.Pengetahuan diperoleh
dari hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 52 orang (78,8%). Saran yang diberikan adalah mengadakan
program makanan tambahan dan penyuluhan bagi para ibu wali murid untuk meningkatkan
pengetahuan tentang Monosodium Glutamate.
Kata kunci: Pengetahuan, Monosodium Glutamate, Anak Prasekolah

1. PENDAHULUAN 80% (8 orang) mengizinkan anak mereka untuk


Tanpa sepengetahuan orang tua, jajan membeli snack ber-MSG. Dari 10 responden
makanan ringan seperti snack yang biasa yang diberi kuesioner didapatkan tingkat
dikonsumsi anak-anak terkandung bahan kimia pengetahuan ibu tentang bahaya makanan ber-
yang berbahaya yaitu Monosodium Glutamate MSG yaitu 30% (3 orang) tingkat pengetahuan
(MSG) atau bumbu penyedap rasa makanan baik, 30% (3 orang) tingkat pengetahuan cukup
yang dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan 40% (4 orang) tingkat pengetahuan kurang
dan tetes dari gula beet atau gula tebu. Hal ini baik. Anak prasekolah (usia 4-6 tahun) senang
diperkuat oleh Departemen Kesehatan mengkonsumsi berbagai makanan terutama
menyatakan bahwa tujuh makanan ringan makanan yang mempunyai rasa gurih seperti
dalam kemasan (snack) tidak mencantumkan snack. Makanan tersebut mengandung
kandungan MSG. Ketujuh produk tersebut Monosodium Glutamate (MSG) yang tanpa
adalah Cheetos, Chitato rasa sapi panggang, disadari oleh orang tua dapat membahayakan
chiki rasa keju, Happytos Torpilachips, Golden dalam jangka pendek dan jangka panjang bagi
Horn rasa keju, Smax rasa ayam dan Taro kesehatan anak. Oleh sebab itu, pengetahuan
snack rasa rumput laut (Ant, 2007). orang tua tentang Monosodium Glutamate
Masyarakat mengonsumsi makanan ringan (MSG) sangat diperlukan oleh orang tua
seperti snack yang sering dibeli saat jajan khususnya ibu (Andreas, 2007).
(Syarifah, 2007). Berdasarkan hasil studi Beberapa cara yang dilakukan untuk
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada mencegah terjadinya peningkatan konsumsi
tanggal 23-24 Januari 2017 di TK Nuansa snack pada anak prasekolah yaitu dengan cara
Pertiwi 2 desa Sidorejo Kecamatan Krian, dari memberi penyuluhan pada ibu tentang bahaya
10 responden yang diobservasi, didapatkan MSG makanan, meningkatkan kewaspadaan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 198

orang tua pada perilaku anak yang suka jajan atau kondisi riil (sebenarnya).
dan memberi saran pada pihak sekolah yang Aplikasi disini dapat diartikan
bersangkutan untuk mengadakan Program aplikasi atau penggunaan hukum-
Makanan Tambahan (PMT). Orang tua hukum, rumus, metode, prinsip dan
diharapkan meningkatkan pengetahuan Ibu sebaginya dalam konteks atau situasi
tentang Monosodium Glutamate Makanan yang lain.
pada Anak Prasekolah.
d). Analisis (Analysis)
2. KAJIA LITERATUR Analsis adalah suatu kemampuan
a. Pengetahuan untuk menyebabkan materi atau
1). Pengertian suatu objek ke dalam komponen-
Pengetahuan merupakan proses belajar komponen, tetapi masih di dalam
dengan menggunakan panca indera yang suatu struktur organisasi tersebut,
dilakukan seseorang terhadap proses objek dan masih ada kaitannya satu sama
tertentu untuk dapat menghasilkan lain. Kemampuan analisis ini dapat
pengetahuan dan ketrampilan (Hidayat, 2005). dilihat dari penggunaan kata-kata
Pengetahuan merupakan hasil “ tahu “ dan ini kerja : dapat menggambarkan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan (membuat bagan, membedakan,
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan memisahkan, mengelompokkan, dan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni : sebagainya).
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, e). Sintesis (Synthesis)
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan Sintesis menunjukkan kepada suatu
manusia melalui mata dan telinga kemampuan untuk meletakkan atau
(Notoadmodjo, 2003). menghubungkan bagian-bagian di
2). Tingkat Pengetahuan dalam suatu bentuk keseluruhan yang
a). Tahu (know) baru. Dengan kata lain sintesis itu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menyusun
suatu materi yang telah dipelajari formulasi baru dari formulasi yang
sebelumnya. Termasuk pengetahuan ada.
tingkat ini adalah mengingat kembali f). Evaluasi (Evaluation)
(recall) terhadap suatu yang spesifik Evaluasi ini berkaitan dengan
dari seluruh bahan yang dipelajari kemampuan untuk melakukan
atau rangsangan yang telah diterima. justifikasi atau penilaian terhadap
Kata kerja yang digunakan untuk suatu materi atau objek. Penilaian-
mengukur bahwa orang tahu tentang penilaian ini berdasarkan suatu
apa yang dipelajari antara lain: kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menyebutkan, mendefinisikan, menggunakan kriteria-kriteria yang
menyatakan, dan sebagainya. telah ada (Notoadmodjo, 2003).
b). Memahami (Comprehension) 3). Faktor-faktor yang mempengaruhi
Memahami diartikan sebagai suatu Pengetahuan
kemampuan menjelaskan secara a). Tingkat pendidikan
benar. Pendidikan menuntun manusia untuk
Orang yang telah paham terhadap berbuat dan mengisi. Kehidupannya
objek atau materi harus dapat untuk mencapai keselamatan dan
menjelaskan, menyebutkan contoh, kebahagiaan. Kebahagiaan
menyimpulkan, meramalkan dan diperlukan untuk mendapatkan
sebagainya terhadap objek yang informasi. Makin tinggi tingkat
dipelajari. pendidikan seseorang, mekin mudah
c). Aplikasi (Application) menerima informasi sehingga makin
Aplikasi diartikan sebagai banyak yang dimiliki (Nursalam dan
kemampuan untuk menggunakan Pariani, 2001).
materi yang dipelajari pada situasi b). Usia
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 199

Semakin cukup usia seseorang, maka Pengetahuan dapat diperoleh


tingkat kematangannya dan berdasarkan pada otoritas atau
kekuatannya seseorang akan semakin kekuasaan, baik tradisi, otoritas
matang dalam berfikir dan bekerja. pemerintah, otoritas pemimpin
(Nursalam dan Pariani, 2001) agama, maupun ahli ilmu
c). Intelegensia pengetahuan.
Intelegensia pada prinsipnya (3). Berdasarkan pengalaman
mempengaruhi kemampaun pribadi
penyesuaian diri dan cara-cara Pengalaman adalah guru yang
pengambilan keputusan. Orang yang baik, kata tersebut mengandung
berintelegensi tinggi akan lebih cepat maksud bahwa pengalaman itu
dan tepat dalam pembuatan merupakan sumber pengetahuan
keputusan (Latipun, 2001). / pengalaman itu merupakan
d). Status sosial ekonomi suatu cara untuk memperoleh
Seseorang yang bekerja untuk dapat pengetahuan.
berkembang. Berubah dan untuk (4). Melalui jalan pikiran
mencapai suatu keadaan yang lebih Sejalan dengan perkembangan
baik daripada sebelumnya. kebudayaan umat manusia, cara
Seseorang dengan bekerja berarti berpikir manusia ikut
dapat berbuat yang bernilai, berkembang. Manusia telah
bermanfaat dan dapat memperoleh mampu menggunakan
berbagai informasi yang didapatkan penalarannya dalam
dari pengalaman yang diperoleh memperoleh pengetahuannya.
(Latipun, 2001). Dengan kata lain, dalam
e). Pengalaman memperoleh kebenaran
Pengalaman adalah kecakapan pengetahuan manusia telah
seseorang untuk memperoleh menggunakan jalan pikirannya
pengetahuan yang lain di dalam baik melalui induksi maupun
perilaku dengan orang lain deduksi.
(Notoadmodjo, 2003). b). Cara baru atau modern
4). Cara memperoleh Pengetahuan. Memperoleh pengetahuan pada
a). Cara tradisional atau non-ilmiah dewasa ini lebih sistematis, logis dan
Cara kuno atau tradisional ini dipakai ilmiah. Cara ini disebut “ metode
orang untuk memperoleh kebenaran penelitian ilmiah “, atau lebih
pengetahuan, sebelum populer disebut metodologi
diketemukannya metode ilmiah atau penelitian (research
metode penemuan secara sistematik methodology) (Notoatmodjo,
dan logis. Cara-cara penemuan 2002)
pengetahuan pada periode ini antara b. Monosodium Glutamate
lain meliputi : 1). Pengertin
(1). Cara coba salah (Trial and Monosodium Glutamat (MSG) berasal
error) dari bahasa latin “ Mono “ yang berarti satu,
Cara coba salah ini dilakukan tunggal, terbatas pada satu bagian, bergabung
dengan menggunakan pada satu atom. “ Sodium“ yang berarti
kemungkinan dalam natirum. “ Glutamate “ yang berarti garam asal
memecahkan masalah, dan Glutamate (Hasan, 2001).
apabila kemungkinan tersebut 2). Macam-macam
tidak berhasil dicoba a). Penyedap yang selalu berisi MSG
kemungkinan yang lain dan (1). Monosodium Glutamat (MSG)
seterusnya sampai masalah (2). Protein sayuran Hydrolyzed
tersebut dapat dipecahkan. (3). Protein tanaman Hydrolized
(2). Cara kekuasaaan atau otoritas (4). Sari protein tanaman
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 200

(5). Sodium Caseinate sebagai penyedap yang dikenal


(6). Calsium Caseinate dengan “ Chinese Restaurant
(7). Sari ragi Syndrome “. Hal ini akibat dari
(8). Protein jaringan (termasuk terjadinya permeabilitas
TVP) terhadap ion Ca, Na, dan air
(9). Ragi Autolyzed pada membrane saraf, sehingga
(10).Tepung gandum Hydrolized Ca masuk dalam sel (adanya
(11).Minyak jagung peningkatan ion Ca
b). Penyedap yang sering berisi MSG intraselulaer). Ini merupakan
(1). Sari gandum fase awal dan fase lanjut
(2). Malt flavoring kematian sel.
(3). Bouillon Mekanisme depolarisasi juga
(4). Broth yang meningkatkan aktifasi
(5). Stock sebagian besar di Sinaptic
(6). Flavoring vesicle. Sehingga glutamat
(7). Natural Flavors/Flavoring dalam konsentrasi besar
(8). Seasoning merupakan neutrotoxin untuk
(9). Spices sistem saraf pusat. Hal ini telah
c). Penyedap yang mungkin berisi MSG dibuktikan oleh Headly and
atau Exitoxym Grilliner pada tahun 1990
(1). Carrageenan (Andreas, 2007).
(2). Enzymes (2). Pengaruh Monosodium
(3). Soy protein cocentrate Glutamat pada darah
(4). Soy protein isolate Monosodium Glutamate merupakan
(5). Whey protein concentrate garam natrium (Sodium dari
(Himpunan Alumni IPB, 2005). Asam Glutamate). Konsumsi
3). Efek natrium yang berlebih pada anak
a). Efek jangka pendek dapat menimbulkan resiko
Efek jangka pendek merupakan efek terjadinya hipertensi saat
yang muncul ± 30 menit. Setelah dewasa nanti. Adanya konsumsi
mengkonsumsi makanan ber MSG natrium berlebih menyebabkan
yang kandungan MSG-nya melebihi konsentrasi natrium dalam
kadar 1-120 mg/Kg BB/hari yang cairan ekstraseluler meningkat.
telah ditentukan oleh WHO. Dan Untuk menormalkannya, cairan
efek yang muncul pada anak antara intraseluler ditarik keluar
lain: sehingga volume cairan
(1). Rasa mual ekstrakseluer meningkat.
(2). Haus Meningkatnya volume cairan
(3). Nyeri dada darah, sehingga berdampak
(4). Sesak nafas kepada timbulnya hipertensi
(5). Sakit kepala (Made, 2007).
(6). Rasa terbakar pada leher dan (3). Pengaruh Monosodium
dada Glutamat pada retina
(7). Kelemahan Monosodium Glutamate (MSG)
(8). Pegal-pegal pada tengkuk. akan melekat pada sel-sel
b). Efek jangka panjang retina dan merusak retina,
(1). Pengaruh Monosodium sehingga mengganggu
Glutamat pada mata kemampua sel tersebut
Masyarakat memang banyak memancarkan signal-signal
mengkonsumsi Glutamate elektrikal ke otak (PDT, 2005 ).
eksogen. Berupa garam (4). Upaya Mengurangi dan
Monosodium Glutamate (vetsin) Meminimalisasikan Konsumsi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 201

Snack pada Anak. Untuk aktivitas yang menantang, seperti


mengurangi dan jungkir balik, dan lompat jauh. Selain
meminimalisasi dampak negatif itu koordinasi dan kemampuan
MSG makanan pada anak menggunakan tangan hampir
prasekolah dapat diupayakan berkembang sempurna. Anak mulai
dengan beberapa cara, antara mampu merawat diri, seperti dapat
lain : menggosok gigi, berpakaian sendiri
(a). Secara internal dengan sedikit pertolongan dan dapat
Memberikan penyuluhan mengikat tali sepatunya. Anak telah
pada para ibu tentang mampu membuat bangunan yang
bahaya Monosodium rumit dengan banyak balok,
Glutamete (MSG) pada menggunting dan menempel,
anak prasekolah, dengan membuat barang-barang dari tanah
menyarankan agar liat, dan dapat melukis dengan kuas
mengurangi konsumsi dan jari.
snack, meningkatkan b). Bahasa
konsumsi sayur dan buah- Anak telah mampu mengucapkan
buahan serta sebagian besar huruf, dengan
mengkonsumsi vitamin. pengecualian huruf f, p, s dan z yang
Meningkatkan kemungkinan besar akan tetap sulit
kewaspadaan orang tua, diucapkan dan sh, l, th, dan r yang
sehingga orang tua dapat baru dapat dikuasai pada usia akhir
mengawasi, mengontrol prasekolah. Kosakata anak
pemberian dan penggunaan prasekolah sudah berkembang
uang jajan dan sekitar 1.500 kata dan akan
membiasakan membawa bertambah 1.000 atau lebih. Anak
bekal makanan dari rumah mampu menceritakan kembali
(Retrieved, 2007 ). sebagian cerita yang didengarkan,
(b). Secara eksternal dapat menceritakan cerita yang lebih
Meneruskan kegiatan PMT panjang, dan mampu menyebutkan
(Program Makanan nama dan alamatnya sendiri.
Tambahan) dengan c). Kognitif
memanfaatkan sumber Anak prasekolah mulai
makanan lokal (Retrieved, mengeksplorasi banyak konsep dasar
2007). yang akan diajarkan dengan lebih
c. Anak Pra Sekolah detail di sekolah. Anak mampu
1) Pengertian menghitung sepuluh objek atau lebih,
Anak pra sekolah adalah anak usia 4-6 dengan benar menyebutkan
tahun (Hidayat, 2005) sedikitnya empat warna, memahami
2) Tumbuh Kembang konsep waktu dengan lebih baik dan
a). Motorik mampu mengetahui hal-hal yang
Pada anak pra sekolah telah digunakan setiap hari di rumah
mempunyai koordinasi dan (uang, makanan, perabotan). Selain
keseimbangan seorang dewasa. Anak itu, anak akan mulai banyak
mulai berjalan dan berlari dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan “
langkah-langkah panjang, universal “ tentang subyek seperti
mengayun, penuh percaya diri, naik asal mula dunia, kematian, sakit,
turun tangga tanpa memegang komposisi matahari atau langit.
pegangan tangga, berdiri berjinjit d). Sosial
berputar dalam lingkaran, dan Anak mulai menjalani kehidupan
mengayun. Anak sudah mempunyai sosial yang aktif bersama teman dan
kekuatan otot untuk melakukan mempunyai teman akrab (biasanya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 202

tidak selalu berjenis kelamin sama). mengajukan permohonan ijin kepada kepala
Idealnya, anak mempunyai teman di sekolah TK. Nuansa Pertiwi 2 desa Sidorejo
lingkungan rumah atau sekolah untuk melakukan studi pendahuluan maupun
taman kanak-kanak. Anak akan penelitian di TK. Nuansa Pertiwi 2 desa
senang menyanyi, berdansa, beraksi, Sidorejo atas rekomendasi dan institusi
ingin seperti temannya, lebih mudah Pendidikan Politeknik Kesehatan Majapahit.
setuju pada peraturan dan lebih Pengumpulan data pada penelitian ini
menunjukkan kemandirian dengan menggunakan angket atau kuesioner
(misalnya dapat pergi sendiri tertutup yaitu sejumlah pertanyaan tertulis
ketetangga disebelah rumah). yang digunakan untuk memperoleh informasi
e). Emosional dari responden yang sudah disediakan
Anak sudah mulai dapat jawaban, sehingga resonden hanya memilih
membedakan fantasi dan kenyataan, dan memberi tanda (X) pada pilihan yang
anak juga mulai menunjukkan tersedia (Arikunto, 2002). Kuesioner tersebut
minatnya dalam seksualitas dasar, dibagikan setelah peneliti memberikan
baik pada dirinya sendiri maupun penjelasan dan ada informed consent dengan
seksualitas dari jenis kelamin yang responden.
berbeda, dan pada usia ini anak Penilaian pada jawaban responden yang
terkadang menuntut tetapi terkadang terkumpul dilakukan dengan cara memberi
sangat kooperatif (Shelov, 2005) skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika
3) Perkembangan Psikososial jawaban salah. Kemudian data di proses dalam
Menurut Erikson, anak prasekolah (usia 4- bentuk prosentase.
6 tahun) merupakan tahap inisiatif dan rasa Adapun rumus yang digunakan untuk
bersalah. Anak akan mulai inisiatif dalam mengukur variabel pengetahuan :
belajar mencari pengalaman baru secara aktif Sp
dalam melakukan aktifitasnya. Dan apabila N x 100 %
Sm
pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka Keterangan :
akan tumbuh perasaan bersalah pada dirinya N = nilai yang didapat
(Hidayat, 2005). Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor maksimal hasil
3. METODE PENELITIAN prosentase diinterpretasikan dengan
Desain penelitian merupakan rancangan menggunakan standar kualitatif :
penelitian yang disusun sedemikian rupa Baik = Bila didapat 76 – 100 %
sehingga dapat menuntut peneliti untuk dapat Cukup = Bila didapat 56 - 75 %
memperoleh jawaban terhadap pertanyaan Kurang baik = Bila didapat < 56 %
peneliti. Rancang bangu penelitian ini (Nursalam, 2003).
menggunakan metode “ descriptive” yaitu
suatu metode penelitian yang dilakukan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan tujuan utama untuk membuat Hasil penelitian tentang pengetahuan ibu
gambaran atau diskripsi tentang suatu keadaan tentang Monosodium Glutamat makanan pada
secara objektif. Populasi dalam penelitian ini anak prasekolah di TK. Nuansa Pertiwi 2
adalah ibu yang mempunyai anak pra sekolah Sidorejo Krian pada tanggal 13-25 Maret 2017.
(usia 4-6 tahun) di TK Nuansa Pertiwi 2 desa a. Gambaran Lokasi Penelitian
Sidorejo Krian yang berjumlah 91 orang. TK Nuansa Pertiwi 2 didirikan oleh Ibu
Penelitian ini menggunakan teknik consecutive Sri Astuti pada tahun 2011, bertempat di
sampling yaitu cara pengambilan sampel Perum. Graha Permata Sidorejo Indah Blok Y
dengan memilih sampel yang memenuhi No. 19-20 Kecamatan Krian Kabupaten
kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu Sidoarjo. Didirikan pada tanah seluas 450 m²
sehingga jumlah sampel terpenuhi (Hidayat, terdiri dari 4 ruang kelas dengan luas 5 x 6 m,
2003). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 2 toilet untuk murid, 1 toilet untuk guru dan 1
66 orang. Peneliti sebelum melaksanakan ruang guru. Kapasitas murid 1 kelas 20 anak.
proses pengumpulan data, memulai dengan Jumlah guru ada 4 orang sebagai guru tetap
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 203

yayasan. Metode pembelajaran yang c. Data Khusus


digunakan dengan pendekatan Learning by Tabel 5 Distribusi Responden
playing (belajar sambil bermain), joyfull Berdasarkan Gambaran
(belajar yang menyenangkan), life skill Pengetahuan Ibu Tentang
(menumbuh kembangkan ketrampilan sejak Monosodium Glutamat Makanan
dini). Masuk sekolah hari Senin-Kamis jam Pada Anak Prasekolah Di TK.
07.00-11.30, Jumat jam 07.00-11.00. Tidak Nuansa Pertiwi 2
ada sarana kantin sehingga anak membeli jajan No. Pengetahuan f %
di warung dan toko sekitar sekolah. 1. Baik 3 4,5
2. Cukup 52 78,8
b. Data Umum 3. Kurang 11 16,7
Tabel 1. Distribusi Responden Total 66 100
Berdasarkan Umur Ibu Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa
No. Umur f % sebagian besar responden memiliki gambaran
1. 21-27 tahun 18 27,3 pengetahuan cukup sebanyak 52 orang
2. 28-32 tahun 22 33,3 (78,8%).
3. 33-39 tahun 19 28,8 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
4. 40-46 tahun 7 10,6 bahwa sebagian besar responden memiliki
Total 66 100 gambaran pengetahuan cukup yaitu sebanyak
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa 52 orang (78,8%). Menurut Notoatmodjo
paling banyak adalah umur 28-32 tahun (2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan
sebanyak 22 orang (33,3%). terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap obyek tertentu. Tinggi rendahnya
Tabel 2. Distribusi Responden pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
Berdasarkan Tingkat Pendidikan oleh beberapa faktor antara lain usia, tingkat
No. Tingkat Pendidikan f % pendidikan, dan sosial ekonomi
1. SD 15 22,7 Pengetahuan responden yang cukup
2. SMP 31 47 tentang Monosodium Glutamate
3. SMA 18 27,3 (MSG) makanan dapat disebabkan 47%
4. PT 2 3 responden dapat menerima informasi dengan
Total 66 100 tingkat pendidikan SMP. Seperti yang
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dinyatakan Nursalam (2001), bahwa semakin
paling banyak adalah tingkat pendidikan SMP tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
sebanyak 31 orang (47%). semakin mudah menerima informasi sehingga
banyak pengetahuan yang dimiliki dan
Tabel 3. Distribusi Responden sebaliknya. Selain itu, pengetahuan responden
Berdasarkan Jenis Pekerjaan yang cukup juga dipengaruhi oleh 33.3%
No. Jenis Pekerjan f % responden berusia 28-32 tahun dan menurut
1. IRT 30 45,5 Nursalam (2001) bahwa semakin cukup usia
2. Swasta 33 50 seseorang maka tingkat pematangan dan
3. Wiraswasta 1 1,5 kekuatan seseorang akan semakin matang
4. Petani 2 3 dalam berfikir.
Total 66 100 Pengetahuan responden yang cukup juga
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dapat dipengaruhi oleh sosial ekonomi
50% responden memiliki pekerjaan swasta responden. Dari data didapatkan responden
sebanyak 33 orang (50%). sebanyak 50% memiliki jenis pekerjaan swasta
dan menurut Latipun (2001) bahwa seseorang
dengan bekerja berarti dapat berbuat yang
bernilai, bermanfaat, dan dapat memperoleh
berbagai informsi yang didapatkan dari
pengalaman yang diperoleh. Hal ini terjadi
karena responden sudah dapat menerima
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 204

informasi cukup baik mengenai efek yang tidak 6. Hidayat, Aziz Alimul. (2005). Pengantar
baik dari mengkonsumsi makanan yang Ilmu Keperawatan Anak1. Jakarta:
mengandung MSG terutama untuk Salemba Medika
pertumbuhan dan perkembangan anak pra 7. Himpunan Alumni IPB. (2005). MSG,
sekolah. Tindak lanjut dari hasil penelitian ini Racun yang Sedap! Merdekakan Diri dan
adalah berkoordinasi dengan pihak sekolah Anak Cucu dari Racun MSG. (Online)
untuk membuat kantin sekolah dengan menu (http : // www.alumni-ipb.or.id., diakses
makanan sehat yg bebas MSG, mengadakan 08 Oktober 2016).
program Pemberian Makanan Tambahan 8. Latipun. (2001). Psikologi Konseling
(PMT) setiap hari jumat yang dikelola oleh Edisi Ketiga. Malang : Universitas
wali murid dan memberikan pendidikan Muhammadiyah
kesehatan kepada ibu tentang MSG. 9. Notoadmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
5. KESIMPULAN 10. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Berdasarkan analisis data dalam Metodologi Penelitian Ilmu
penelitian yang telah dilakukan maka dapat Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan ibu 11. Nursalam dan Pariani, Siti. (2001).
tentang Monosodiun Glutamate makanan pada Pendekatan Praktis Metodologi Riset
anak prasekolah (usia 4-6 tahun) di TK. Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Nuansa Pertiwi 2 desa Sidorejo Kecamatan 12. Retrieved. (2016). FDA and Monosodium
Krian adalah sebagian besar responden Glutamate (MSG). (Online) (http : //
memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak www.fda.gov.opacom , diakses 08
52 orang (78,8%) Oktober 2016).
13. Shelov Steven. (2005). Perawatan untuk
REFERENSI Bayi dan Balita. Jakarta : Arcan.
1. Andreas. (2007). Tentang Glutamate dan 14. Syarifah. (2007). MSG dan “Chinese
Monosodium Glutamate. (Online) (http:// Restaurant Syndrome. (Online) (http : //
www. Hanyawanita.com,diakses 20 pikiran-rakyat.com , diakses 08 Oktober
November 2016 2016).
2. Ant. (2003). Waspadai Snack Ber-MSG, 15. Retrieved. (2016). Upaya Meminimasi
Ancam Kesehatan Anak.(Online)(http : // Dampak Negatif. (Online) (http : //
www. Depkes.go.id.diakses 10 Oktober www.tumoutou_net , diakses 08 Oktober
2016). 2016
3. Arikunto, Suharsimi. (2002). Penelitian 16. Syarifah. (2007). MSG dan “Chinese
Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta : Restaurant Syndrome. (Online) (http : //
PT.Rineka Cipta. pikiran-rakyat.com , diakses 08 Oktober
4. Ham. (2007). Memilih Jajan. (Online) 2007).
(http : // www.alfurqon.or.id. diakses 20 17. PDT. (2005). Awas MSG (Monosodium
November 2016). Glutamate) / Micin. (Online) (http : //
5. Hidayat, Aziz Alimul. (2003). Riset www.blog.360.yahoo.comHYPERLINK
Keperawatan dan teknik Penulisan "http://www.blog.360.yahoo.com/" ,
Ilmiah.Jakarta: Salemba Medika. diakses 08 Oktober 2016).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 205

PENGARUH AIR ALKALI TERHADAP NEOVASKULARISASI


TIKUS GALUR WISTAR (RATTUS NORVEGICUS)
DENGAN LUKA HIPERGLIKEMIA
Yanuar Eka Pujiastutik1), Yohanes Andy Rias2), Vina Ifada Luthfi3)
1
Fakultas Ilmu Kesehatan, IIK Bhakti Wiyata
email: yanuarekapujiastutik@gmail.com
2
Fakultas Ilmu Kesehatan, IIK Bhakti Wiyata
email: yohanes.andi@iik.ac.id
3
Fakultas Ilmu Kesehatan, IIK Bhakti Wiyata
email: ifadaluthfi18@gmail.com

Abstract
Hyperglycemic ulceration are one of the most common complications of diabetes mellitus, and are
hard to cure and require comprehensive treatment. The people with hyperglycemia will experience
an increase in free radicals that damage blood vessel endothelial cells. The damage can interfere
with the distribution of blood throughout the body, especially in the distal part of the body, the part
that lacks the distribution of blood will experience tissue hypoxia and if left can lead to injury and
then the wound becomes necrosis or gangrene, even amputation can occur. The antioxidant alkaline
electrolyzed water serves to help lower free radicals of people with hyperglycemia, which can
improve blood cell endothelial damage, and can improve neovascularization. This study aims to
determine the effect of alkaline electrolyzed water on neovascularization in strain wistar rats (Rattus
norvegicus) of hyperglycaemia wound conditions. This type of research uses Quasy Experimental
research with simple random sampling method. Researchers used strain wistar rats (rattus
norvegicus) as experimental animals. The number of samples of 30 rats. The data were analyzed
using Independent T Test statistic test obtained on 4th day of Sig. (2.tailed) 0.014 (p value = <0.05),
and the 8th day of Sig. (2.tailed) 0.000 (p value = <0.05). The result of this research is the influence
of alkaline electrolyzed water on neovascularization in strain wistar rats (Rattus norvegicus).
Keywords: Hyperglycemic Ulceration, Alkaline Electrolyzed Water, Neovascularization.

1. PENDAHULUAN struktural dan fungsional dengan


Perawatan luka hiperglikemi dilakukan menumbuhkan kekuatan pada jaringan yang
untuk mencegah amputasi dan mengurangi luka, hal ini diawali dengan hubungan
risiko infeksi, memperbaiki fungsi dan kualitas kompleks antara aksi seluler dan biokimia,
hidup, serta mengurangi biaya pemeliharaan selanjutnya sel-sel matriks akan merangsang
kesehatan (Handayani, 2016; Rias et al., 2015). proses inflamasi, kontraksi luka, reepitelisasi,
Prevalensi luka hiperglikemi di dunia remodeling jaringan, dan pembentukan
yaitu 1,0% sampai 4,1% di Amerika Serikat, jaringan granulasi dengan angiogenesis. Waktu
4,6% di Kenya, dan 20,4% di Belanda. Studi perkembangan penyembuhan luka normalnya
yang dilakukan di Rumah Sakit Nigeria dapat diperkirakan. Beberapa jam setelah
menunjukkan prevalensi penderita luka kerusakan terjadi akan terjadi reepitelisasi. Sel
hiperglikemi adalah 11,7% sampai 19,1% epidermal luka akan berproliferasi dari tepi
(Desalu et al., 2011). Sedangkan di Indonesia luka menuju tengah luka (Isrofah, 2015). Pada
prevalensi luka hiperglikemi sekitar 15% dari saat proliferasi akan terjadi neovaskularisasi
± 12 juta penyandang diabetes mellitus, yang atau pembentukan pembuluh darah baru yang
sudah mengalami amputasi 30%, dan akan mendukung pertumbuhan jaringan
presentase kematian 32% dari ± 1,8 juta granulasi yang baru pada luka. Semakin
penyandang luka hiperglikemi (Aftria, 2014; banyak jaringan granulasi baru epitelisasi juga
Riskesdas, 2013). akan semakin baik dan neovaskularisasi akan
Penatalaksanaan manajemen luka akan turun pada jaringan tersebut (Winarsih et al.,
melibatkan proses penyembuhan luka. Proses 2009). Neovaskularisasi akan menurun jika
penyembuhan merupakan pemulihan integritas luka mulai sembuh dan berhenti ketika luka
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 206

tersebut sudah sembuh. Semakin cepat 2. KAJIAN LITERATUR DAN


penurunan neovaskularisasi, semakin cepat PEGEMBANGAN HIPOTESIS
juga proses penyembuhan pada luka (Irma, Penelitian terkait mengenai pengaruh
2014). pemberian alkaline electrolyzed water
Proses penyembuhan luka hiperglikemi terhadap neovaskularisasi pada tikus galur
akan terjadi pembentukan radikal bebas, wistar (Rattus norvegicus) dengan luka
sehingga perlu dilakukan intervensi hiperglikemi yaitu sebagai berikut; penelitian
keperawatan (peran perawat) dalam integritas Silvi Novikasari (2016), dengan judul
struktural Myra E. Levine melalui aplikasi “Pengaruh Air Alkali pH 8 terhadap Fibroblas
alkaline electrolyzed water mempercepat dan Kolagen pada Rattus Norvegicus Galur
epitelisasi (Aprivian, 2016; Rias et al., 2015). Wistar dengan Kondisi Luka Hiperglikemia”.
Alkaline electrolyzed water mengandung Pada penelitian ini menggunakan 18 Rattus dan
beberapa komponen yang penting yaitu pH dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
basa, molekul air mikro kluster, nilai ORP kontrol dan kelompok eksperimen. Seluruh
(Oxidation Reduction Potensial) yang sangat Rattus diinjeksi STZ (Streptozotocin) agar
negatif, dan hidrogen terlarut yang berlimpah. menjadi kondisi hiperglikemi, setelah itu
Selain itu alkaline electrolyzed water berfungsi punggung Rattus dicukur hingga bersih dan
sebagai antioksidan yang dapat membantu diberi luka eksisi berukuran 1,5x1,5 mm
menurunkan radikal bebas penyandang hingga hypodermis. Diobservasi
hiperglikemia, sehingga kerusakan sel endotel perkembangan fibroblas dan kolagen pada hari
darah yang menyebabkan distribusi darah ke-1, 4, dan 8 menggunakan mikroskop.
terganggu teratasi, dengan demikian proses Hasilnya ada pengaruh pemberian air alkali pH
penyembuhan luka juga berjalan sesuai 8 terhadap jumlah fibroblas dan ketebalan
harapan, termasuk proses neovaskularisasi. kolagen pada Rattus norvegicus galur wistar
Antioksidan pada air alkali didapatkan dari dengan kondisi luka hiperglikemi.Pada
berbagai komponen tertentu yang ada di penelitian Dino Aprivian (2016), Kediri,
dalamnya, seperti hidrogen dan nilai ORP yang dengan judul “Pengaruh Air Alkali pH 8
negatif. Semakin negatif nilai ORP dan terhadap Epitelisasi Rattus Norvegicus Galur
semakin banyak hidrogen terlarut maka Wistar dengan Kondisi Luka Hiperglikemia”.
antioksidannya semakin tinggi. Penelitian ini Pada penelitian ini menggunakan 18 Rattus dan
menggunakan alkaline elevtrolyzed water pH dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
9,5 untuk sonde dan pH 11,5 untuk cuci luka kontrol dan kelompok eksperimen. Seluruh
(Srinivas et al., 2016; Shirahata et al. 2012; Rattus diinjeksi STZ (Streptozotocin) agar
Ignacio et al., 2012). menjadi kondisi hiperglikemi, setelah itu
Pada penelitian Dino Aprivian (2016), penggung Rattus dicukur hingga bersih dan
dengan judul “Pengaruh Air Alkali pH 8 diberi luka eksisi berukuran 1,5x1,5 mm
terhadap Epitelisasi Rattus Norvegicus Galur hingga hypodermis. Diobservasi
Wistar dengan Kondisi Luka Hiperglikemia”. perkembangan fibroblas dan kolagen pada hari
Pada penelitian ini menggunakan 18 Rattus dan ke-1, 4, dan 8 menggunakan mikroskop.
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Hasilnya ada pengaruh pemberian air alkali pH
kontrol dan kelompok eksperimen. Seluruh 8 terhadap jumlah epitel pada Rattus
Rattus diinjeksi STZ (Streptozotocin) agar norvegicus galur wistar dengan kondisi luka
menjadi kondisi hiperglikemi, setelah itu hiperglikemi.
penggung Rattus dicukur hingga bersih dan
diberi luka eksisi berukuran 1,5x1,5 mm 3. METODE PENELITIAN
hingga hypodermis. Diobservasi Jenis penelitian yang digunakan adalah
perkembangan fibroblas dan kolagen pada hari penelitian Quasy Experimental. Waktu
ke-1, 4, dan 8 menggunakan mikroskop. penelitian dimulai pada bulan Desember 2016
Hasilnya ada pengaruh pemberian air alkali pH sampai dengan bulan Maret 2017. Dalam
8 terhadap jumlah epitel pada Rattus penelitian ini sampel yang memenuhi kriteria
norvegicus galur wistar dengan kondisi luka inklusi adalah sebagai berikut: Tikus galur
hiperglikemi. wistar (Rattus norvegicus) dengan luka
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 207

hiperglikemia grade II. Tikus galur wistar cm dengan kedalaman 1,5 mm pada
(Rattus norvegicus) 2-3 bulan dengan berat kulit dengan menggunakan scalpel
badan ≥200 gr dan jenis kelamin jantan pada epidermis hingga hypodermis
sebanyak adalah 30 ekor Rattus norvegicus. atau lapisan subkutan (luka grade II)
Teknik sampling yang digunakan dalam (Li dan Kun, 2011)
penelitian ini yaitu teknik random sampling. e. Cara Mencuci luka dengan alkaline
Variabel independen alkaline electrolyzed electrolyzed water dengan pH 11,5 (±2cc)
water BIO ALKALI Premium SNI : 01-3553- sehari 1 kali, pencucian luka dengan cara
2006. Variabel dependen : Neovaskularisasi. menyemprotkan alkaline electrolyzed
Indikator yang digunakan dengan cara water sebanyak 7-8 kali.
menghitung neovaskularisasi yang dapat f. Cara melakukan sonde pada Rattus
berbentuk tunas-tunas dan berkembang norvegicus dengan memasang selang
menjadi cabang-cabang. Neovaskulariasasi NGT dan diberikan alkaline electrolyzed
dilihat perkembangannyapada hari ke-1, 4 dan water dengan pH 9,5 sehari 1 kali (1,8 cc),
8. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop diamasukkan menggunakan spuit.
elektrik dengan pembesaran objektif 40x10. g. Melakukan pengamatan histopatologi
Cara kerja pada penelitian ini diawali dari: dengan menghitung jumlah
a. Seluruh Rattus (30 ekor) yang sudah neovaskulariasi, serta membandingkan
diadaptasi pada 1 minggu pertama. rata-rata keduanya pada kelompok
b. Cara Membuat Tikus Hiperglikemi kontrol dan perlakuan pada hari ke 1,4,8.
menggunakan STZ. STZ 1000 mg di Pengukuran dilakukan di bawah
larutkan dalam 3 ml buffer sitrat pH 4,5 mikroskop elektrik dengan pembesaran
dan dihomogenkan dengan vortex. objektif 40.
Larutan STZ dipersiapkan dalam tabung-
tabung mikro dengan volume yang 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
disesuaikan dengan konsentrasi injeksi Tikus yang digunakan sebagai sampel
STZ/kg BB hewan coba. Sebelum penelitian adalah tikus galur wistar (Rattus
penyuntikan STZ tikus dipuaskan 4 jam, novergicus). Tikus dibagi menjadi 2 kelompok,
penyuntikan STZ dengan dosis yang masing-masing kelompok perlakuan terdiri
sudah disesuaikan dengan BB tikus dari 15 ekor tikus yang diberikan perawatan
dengan dosis 45mg/kgBB. Setelah 72 jam luka 1 kali sehari pada jam 08.00 setiap harinya
dilakukan pengamatan gula darah pada hingga hari ke-8. Untuk kelompok kontrol
tikus, darah diambil dari pembuluh darah diberikan normal salin dan untuk kelompok
retina tikus (DiaComp Protocols, 2015; perlakuan diberikan alkaline electrolyzed
Ghasemi et al, 2014). water pH 11,5 untuk cuci luka dan pH 9,5
c. 30 ekor Rattus dibagi menjadi 2 untuk sonde.
kelompok, masing-masing kelompok Penghitungan kelompok kontrol hari ke-4,
terdiri 15 ekor Rattus. Masing-masing dan 8 menunjukkan peningkatan pada hari ke-
Rattus diberi tanda atau label pada 4 yang cukup signifikan, namun pada hari ke-8
ekornya dengan menggunakan spidol tidak menurun secara signifikan, yaitu dengan
tahan air sesuai kelompoknya. rata-rata hari ke-4 adalah 16.4, dan hari ke-8
d. Pembuatan Luka Hiperglikemia (Luka adalah 14.6. Berbeda dengan kelompok
grade II) kontrol, kelompok perlakuan mempunyai
1). Bulu Rattus sekitar sayatan (daerah jumlah rata-rata neovaskularisasi yang
punggung) dicukur sampai bersih meningkat signifikan pada hari ke-4 dan
dan licin, kemudian dibersihkan menurun pada hari ke-8, yaitu dengan rata-rata
dengan kapas beralkohol 70%. hari ke-4 adalah 20.4, dan hari ke-8 adalah 7.8,
2). Melakukan anestesi pada terlihat pada diagram perbandingan rata-rata
intraperitonial dengan menggunakan jumlah perhari neovaskularisasi antara hari ke-
ketamin dengan dosis 0,1 mg/kg BB. 4 dan hari ke-8 pada kelompok kontrol dan
3). Pembuatan luka hiperglikemia kelompok perlakuan.
melalui luka eksisi. Berukuran 1,5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 208

kontrol dan kelompok perlakuan pada


pengamatan hari ke-4 .
Selanjutnya analisis hasil perbandingan
pengamatan hari ke-8 jumlah neovaskularisasi
antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan, untuk uji normalitas Shapiro-Wilk
data berdistribusi normal didapatkan nilai Sig.
>0,05 yakni kelompok kontrol 0.607 dan
kelompok perlakuan 0.421. Untuk uji
homogenitas didapatkan nilai Sig. >0,05 yaitu
0.496. Kemudian untuk uji Independent T Test
pada kelompok kontrol dan kelompok
Analisis data pada masing-masing perlakuan pengamatan hari ke-1 adalah Sig. (2-
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tailed) 0,000. Karena nilai p value= <0,05
akan diuji normalitasnya dengan menggunakan maka diambil kesimpulan terdapat perbedaan
uji Shapiro-Wilk pada software IBM SPSS jumlah neovaskularisasi yang bermakna antara
Statistic versi 21. Hasil menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
semua data didapatkan hasil Sig.>0.05 (lebih pada pengamatan neovaskularisasi hari ke-8.
dari 0,05), dan pada uji homogenitas data Artinya terdapat pengaruh yang signifikan (p
menggunakan uji Levene Statistic didapatkan value =<0.05) antara jumlah neovaskularisasi
nilai Sig.>0.05 (lebih dari 0.05) untuk semua kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
data. Setelah diketahui bahwa data pada pengamatan hari ke-8.
berdistribusi normal dan homogen maka Dari hasil jumlah neovaskularisasi yang
syarat-syarat untuk dilakukannya uji didapatkan pada kelompok kontrol dengan
Independent T Test sudah terpenuhi. Hasil kelompok perlakuan pengamatan hari ke-4
dalam uji Independent T Test didapatkan dari mengalami peningkatan yang bermakna secara
jumlah neovaskularisasi pada hari ke-4, dan statistik yakni Sig.(2-tailed) <0.05, begitu juga
hari ke-8 yang dibandingkan antara kelompok dengan hasil jumlah neovaskularisasi yang
kontrol dan kelompok perlakuan yang didapatkan pada kelompok kontrol dengan
mengalami perbedaan yang signifikan secara kelompok perlakuan pengamatan hari ke-8,
statistik yakni Sig. (2-tailed) <0.05 (kurang mengalami penurunan yang bermakna secara
dari 0.05). statistik yakni Sig.(2-tailed) <0.05.
Pada analisa hasil perbandingan Pada hari ke-8 kelompok perlakuan
pengamatan hari ke-4 jumlah neovaskularisasi mengalami penurunan noevaskularisasi yang
antara kelompok kontrol dan kelompok lebih signifikan dibandingkan dengan
perlakuan, untuk uji normalitas Shapiro-Wilk kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal didapatkan nilai Sig. percepatan penyembuhan luka pada kelompok
>0,05 yakni kelompok kontrol 0.257 dan perlakuan lebih cepat dibandingkan kelompok
kelompok perlakuan 0.314. Untuk uji kontrol seperti gambar dibawah ini:
homogenitas didapatkan nilai Sig. >0,05 yaitu
0.268. Kemudian untuk uji Independent T Test
pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan pengamatan hari ke-4 adalah Sig. (2-
tailed) 0,014. Karena nilai p value= <0,05
maka diambil kesimpulan terdapat perbedaan
rata-rata jumlah neovaskularisasi yang
bermakna antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan pada pengamatan
neovaskularisasi hari ke-4. Artinya terdapat
pengaruh yang signifikan (p value = <0,05)
antara jumlah neovaskularisasi kelompok
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 209

Gambaran histopatologis pengamatan dengan Modern Dressing. The Indonesian


jumlah neovaskularisasi H-4 dengan Journal of Health Science Juni 2016;
pembesaran 400 x pada kelompok kontrol (a) Volume 6, Nomor 2.
dan kelompok intervensi (b). Neovakularisasi 2. Rias, Yohanes Andy et al. 2015.
ditunjukkan oleh tanda panah. Pengembangan Model Konservasi
Untuk kelompok hari ke-4 jumlah Discharge Planning Terstruktur terhadap
neovaskularisasi pada kelompok perlakuan Individual and Family Self Management
meningkat, begitu juga dengan kelompok Diabetic Foot Ulcer. Muhammadiyah
kontrol, namun pada kelompok kontrol jumlah Journal of Nursing 2015; Volume 3,
neovaskularisasi lebih sedikit dibandingkan Nomor 1.
kelompok perlakuan seperti gambar dibawah 3. Riskesdas. 2013. Riset kesehatan dasar
ini: 2013. Jakarta: badan penelitian dan
pemgembangan kesehatan kementrian
kesehatan RI.
4. Desalu, O.O. et al. 2011. Diabetic Foot
Care : Self Reported Knowledge and
Practice Among Patients Attending Three
Tertiary Hospital In Nigeria. Ghana
Medical Journal Juni 2011; Volume 45
Nomor 2.
5. Aftria, Marizka Putri. 2014. Honey as a
Topical Treatment for Diabetic Foot
Ulcer. J Majority Desember 2104;
Gambaran histopatologis pengamatan Volume 3, Nomor 7.
jumlah neovaskularisasi H-1 dengan 6. Irma. 2014. Pemberian Ekstrak Sarang
pembesaran 400 x pada kelompok kontrol (a) Walet 10% Meningkatkan Epitelisasi
dan kelompok intervensi (b). Neovakularisasi pada Penyembuhan Luka Kulit Mencit
ditunjukkan oleh tanda panah hitam, (Mus Musculus). Tesis : Universitas
sedangkan tanda panah merah mulai Udayana Denpasar.
bergabungnya neovaskularisasi membentuk 7. Isrofah et al. 2015. Efetivitas Salep
pembuluh darah besar. Ekstrak daun Binahong (Anredera
Cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap
5. KESIMPULAN Proses Penyembuhan Luka Bakar
Terdapat pengaruh alkaline electrolyzed Derajat 2 Termal pada Tikus Putih
water terhadap neovaskularisasi pada tikus (Rattus Norvegicus). Muhammadiyah
galur wistar (Rattus norvegicus) dengan luka Journal of Nursing 2015; Volume 2,
hiperglikemia. Nomor 2.
Pada kelompok kontrol yang diberikan 8. Aprivian, Dino. 2016. Pengaruh Air
normal salin terdapat pengaruh namun tidak Alkali pH 8 Terhadap Epitelisasi Pada
signifikan, tidak seperti kelompok perlakuan Rattus Norvegicus Galur Wistar Kondisi
menggunakan alkaline electrolyzed water yang Luka Hiperglikemi. Skripsi : Institut Ilmu
mempunyai pengaruh signifikan. Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Perbandingan pengaruh alkaline 9. Ignacio, Rosa Mistica et al. 2012. Clincal
electrolyzed water antara kelompok kontrol Effect and Mechanism of Alkaline
dan perlakuan adalah perlakuan menggunakan Reduced Water. Journal of Food and Drug
alkaline electrolyzed water pada H-8 lebih Analysis 2012; Volume 20; Suppl. 1; 394-
signifikan berpengaruh pada pertumbuhan 397.
neovaskularisasi dibanding H-1 dan H-4. 10. Shirahata, Sanetaka et al. 2012. Advanced
Research on The Health Benefit of
REFERENSI Reduced Water. Trends in Food Science
1. Handayani, Luh Tuti. 2016. Studi Meta and Technology 23 (2012); 124-131.
Analisa Perawatan Luka Kaki Diabetes
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 210

11. Srinivas, Siva et.al. 2016. Propylene


Glycol: A New Alternative for an
Intracanal Medicament. Journal of
International Oral Health 2016; 8(5):611.
12. Novikasari, Silvi. 2016. Pengaruh Air
Alkali pH 8 terhadap Fibroblas dan
Kolagen pada Rattus Norvegicus Galur
Wistar dengan Kondisi Luka
Hiperglikemi. Skripsi : Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
13. DiaComp Protocols. 2015. Low-Dose
Streptozotocin Induction Protocol
(Mouse). Diabetic Complications
Consortium 2015.
14. Ghasemi, A et al. 2014. Streptozotocin-
nicotinamide-induced rat model of type 2
diabetes (Review). Acta Physiologica
Hungarica. Volume 101 (4), pp. 408-420.
15. Li dan Kun. 2011. Tannin Extract from
Immature Fruit of Terminalia Chebula
Fructuz Rets. Promote Cutaneous Wound
Healing in Rats. BMC Complementary &
Alternative Medic. 10 (1): 66-75.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 211

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF


TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEHAMILAN
1
Mudhawaroh, SST, M.Kes., 2Nikeh Grah Prihartanti, SST, M.Kes., 3Kolifah, SST, M.Kes.
1
Prodi D III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang, dindhamudha@yahoo.co.id ,
2
Prodi D III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang Nikengrah01@gmail.com
3
Prodi D III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang, Kolifah0607@yahoo.com

Abstract
Learning media is one of the instrumental factors that can affect student learning outcomes. The use
of instructional media in Pregnancy Midwifery care subject can encourage the achievement of the
maximum learning result. The purpose of this study is to mengethaui Effect of Interactive Media
Learning Use of Learning Results Pregnancy Mathematics. Design in this study using the initial test
and the final test with one group ( One Group pretest-posttest design). Population and sample in this
research is student of second semester of 40 respondent, with sampling technique Total sampling.
Result of research indicate that there is Influence of Interactive Learning Media Usage To is 0.000,
soResult Of Learning Pregnancy Lecture, with value hypothesis acceptable because <0.05. The
use of inetraktif learning media in Pregnancy Care subject proved to have a very big influence on
the improvement of student learning outcomes, because this interactive learning media has and
displays the material lectures are real and applicative, making it more easily understood by students.
Keywords: Interactive Learning Media, Learning Outcomes, Pregnancy Care

1. PENDAHULUAN yang dalam proses pembelajaran tidak


Asuhan kebidanan kehamilan merupakan menggunaakan media. Padahal diharapkan
mata kuliah inti dalam kurikulum program dengan menggunakan media pembelajaran
studi D III Kebidanan, diamana dalam mata diharapkan proses belajar mengajar lebih aktif
kuliah ini berisikan tentang teori dan praktek dan bermakna baik bagi dosen,maupun bagi
dalam kehamilan. Sehingga proses mahasiswa. Dampak dari hal tersebut adalah
pemebelajaran dituntut harus lebih inovatif, tidak tercapainya hasil belajar yang maksimal,
sehingga mahasiswa dapat lebih memahami ditunjukkan dengan hasil belajar mahasiswa
dan mampu mnegaplikasikan materi dalam yang belum optimal, tidak sedikit mhasiswa
praktek kebidanan kehamilan. Media yang mendapatkan nilai di bawah 70.
pembelajaran merupakan salah satu factor Rendahnya hasil belajar tentunya tidak hanya
instrumental yang dapat mempengaruhi hasil disebabkan karena tidak menggunakan media
belajar mahasiswa. Penggunaan media interaktif saja, mata kuliah Asuhan Kebidanan
pembelajaran pada mata kuliah Asuhan Kehamilan mungkin juga dianggap sebagai
Kebidanan Kehamilan dapat mendorong mata kuliah yang sulit karena beban sks yang
tercapainya hasil belajar yang maksimal. besar, dan juga mahasiswa sulit memahami
Media pembelajaran berfungsi untuk konsep dalam proses pembelajaran adalah
menyampaikan pesan pembelajaran serta salah satu factor juga yang menyebabkan hasil
memperjelas penyajian pesan, mengatasi belajar mahasiswa masih kurang maksimal.
keterbatasan ruang dan waktu dan Dosen sebagai tenaga pendidik harus
memungkinkan interaksi belajar mengajar mempunyai rancangan pembelajaran yang
yang lebih bervariasi dan bergairah. aktif, inovatif dan menyenangkan atau dengan
Pemanfaatan media pembelajaran tersebut kata lain tidak membosankan bagi mahasiswa.
diharapkan akan membawa pengaruh positif Dosen harus bias memilih metode
terhadap hasil belajar mahasiswa agar tercapai pembelajaran yang mampu ditangkap dan
tujuan pembelajaran (Arsyad, 2010). dipahami oleh mahasiswa dengan
Dalam kenyataannya di lapangan keberagaman kemampuan. Bertolak dari
menunjukkan bahwa penggunaan media masih pemikiran tersebut, maka dosen mempunyai
belum maksimal, hanya sebatas menggunakan kewajiban untuk meningkatkan kualitas
media yang sederhana saja bahkan ada pula sebagai tenaga pendidik diantaranya adalah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 212

mau dan mampu memanfaatkan dan singkat dapat mencakup isi yang luas dan
menggunakan media pembelajaran sehingga tempat yang diperlukan tidak terlalu luas.
dapat membantu mahasiswa dalam memahami Penempatan media perlu diperhatikan
mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan. ketepatannya agar dapat diamati dengan baik
Salah satu media pembelajaran yang dapat oleh seluruh siswa.
digunakan adalah media pembelajaran 2.5. Hasil Belajar
interaktif.Menurut (Anita, 2009) Media Hasil belajar adalah hasil yang dicapai
pembelajaran interaktif adalah media yang oleh seorang siswa setelah melakukan suatu
meminta pebelajar mempraktikkan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha
ketrampilan dan menerima balikan.Media tersebut dipengaruhi oleh kondisi dan situasi
interaktif berbasis computer menciptakan tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam
lingkungan belajar multimedia dengan ciri – suatu jenjang pendidikan.Pengukuran hasil
ciri baik video maupun pembelajaran berbasis belajar ini dapat menggunakan tes atau
computer. evaluasi.
Hasil belajar merupakan bentuk akhir Menurut Bloom, hasil belajar mencakup
yang dicapai oleh mahasiswa setelah kemampuan kognitif, afektif, dan
melakukan proses pembelajaran, hasil belajar psikomotorik. Domain kognitif adalah
ini merupakan kemampuan intelektual knowledge (pengetahuan, ingatan),
mahasiswa yang terdiri dari beberapa ranah, comprehension (pemahaman, menjelaskan,
antara lain kognitif, afektif dan psikomotor. meringkas, contoh), application (menerapkan),
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah analysis (menguraikan, menentukan
untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
Media Pembelajaran Interaktif Terhadap Hasil merencanakan, membentuk bangunan baru,
Bealajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan dan evaluation (menilai). Domain afektif
Kehamilan. adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing (nilai),
2. KAJIAN LITERATUR DAN organization (organisasi), characterization
PEGEMBANGAN HIPOTESIS (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi
2.1. Kajian Literatur initiatory, pre-routine, dan routinized.
2.4. Media Pembelajaran Psikomotor juga mencakup keterampilan
Media pendidikan adalah media dimana produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan intelektual.
maupun isi pengajaran yang biasa dituangkan 2.2. Hipotesis
dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program “Ada Pengaruh Penggunaan Media
Pengajaran) dengan tujuan untuk Pembelajaran Interaktif Terhadap Hasil Belajar
mempertinggi kegiatan belajar mengajar.Arti Mata Kuliah Asuhan Kehamilan”.
lain menyatakan bahwa media pendidikan
adalah peralatan fisik untuk menyampaikan 3. METODE PENELITIAN
pengajaran termasuk didalamnya buku, film, Desain penelitian menggunakan test awal
video, tape, dan sebagainya termasuk suara dan test akhir dengan satu kelompok (One
guru dan perilaku nonverbal (Soemarsono, Group pretest-posttest design). Dimana
2007). rancangan penelitian ini harus melakukan test
Fungsi utama dari media pembelajaran awal kemudian dilakukan perlakuan dalam
adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni jangka waktu tertentu, langkah selanjutnya
menunjang penggunaan model mengajar yang harus dilakukan test akhir yang dilakukan pada
dipergunakan oleh guru. satu kelompok (Sugiyono, 2009).
Syarat Media Pembelajaran yang Baik Penelitian ini dilaksanakan di Program
Menurut Sardiman (2007), suatu media Studi D III Kebidanan STIKES PEMKAB
pembelajaran dapat dikatakan baik, apabila Jombang, pada bulan Juni 2017.Populasi dan
bersifat efisien dan efektif serta komunikatif. sampel pada penelitian ini adalah semua
Suatu media dikatakan efisienapabila mahasiswa Prodi D III Kebidanan semester 2
penggunaanya mudah, dalam waktu yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 213

dengan jumlah 40 mahasiswa.Teknik sampling test sebagian besar responden mempunyai nilai
yang diguanakan adalah Total Sampling. kurang sebesar 28 Responden (70%), dan pada
Variabel independen dalam penelitian ini sesi post testsebagian besar responden
adalah penggunaan media pembelajaran mempunyai nilai Cukup sebesar 22 responden
interaktif, Variabel dependen dalam penelitian (55%).
ini adalah hasil belajar mata kuliah Asuhan
Kehamilan. Tabel 3. Hasil Uji Normalitas data
Uji statistik yang digunakan adalah Uji t Pre Test Post Test
(t- test)”, dengan Paired t test , yang artinya Asymp. Sig. .000 .002
membandingkan rata – rata nilai pretest dan (2-tailed)
posttest dari satu sampel (Riwidikdo, 2008). Berdasarkan data tabel 3, dapat dilihat
Sebelum dilakukan pengujian statistic, bahwa hasil uji normalitas data menggunakan
dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu Kolmogorov Smirnov dapat dilihat bahwa data
menggunakan uji One Sample Kolmogorov pre test dan post test berdistribusi normal.
Smirnovdengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Untuk dapat dikatakan data Tabel 4. Hasil Uji Statistik Paired T- Test
berdistribusi normal. Pre Test dan Post Test
Mean -.475
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Std. Deviation .599
4.1. Hasil Std. Error Mean .095
Data yang diperoleh pada penelitian ini Df 39
berupa data pre test dan data post test. Data pre Sig. (2-tailed) .000
test memberikan gambaran kemampuan awal Berdasarkan data tabel 4, dapat dilihat
mahasiswa sebelum memperoleh materi bahwa nilai  adalah 0.000, jadi hipotesis dapat
pembelajaran, sedangkan data post test diterima karena < 0.05, sehingga ada
memberikan gambaran kemampuan akhir Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran
mahasiswa setelah melakukan pembelajaran. Interaktif Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah
Data post test ini diperoleh dari test tertulis Asuhan Kehamilan.
dengan jenis test dan jumlah soal yang sama
seperti pada soal pre test. 4.2. Pembahasan
Hasil belajar mahasiswa dapat diketahui
Tabel 1. Data Hasil Pre Test dan Post Test dengan melakukan beberapa tahapan yaitu Pre
Pre Test Post Test test, treatment dan post test. Hasil belajar
Nilai Tertinggi 83 96 mahasiswa diperoleh setelah melakukan proses
Nilai Terendah 35 41 pembelajaran yang diukur melalui tes, tes ini
Rata – rata 53,5 63,4 dilakukan dua kali yang pertama adalah pre test
Interpretasi Kurang Cukup (tes sebelum emlakukan pembelajaran) dan
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat post test (tes setelah diberikan kuliah dengan
bahwa kemampuan mahasiswa terdapat media pembelajaran interaktif).
peningkatan antara pre test dan post test, Dari hasil pre test dan post test dapat
terdapat peningkatan nilai dari pre testkepost diketahui perbedaan hasil belajar yang
test. signifikan, Berdasarkan data tabel 2, dapat
dilihat bahwa kemampuan mahasiswa pada
Tabel 2. Data Distribusi Nilai Pre Test Dan sesi pre test sebagian besar responden
Post Test mempunyai nilai kurang sebesar 28 Responden
Pre Test Post Test (70%), dan pada sesi post testsebagian besar
Nilai Baik 3 (7,5%) 6 (15%) responden mempunyai nilai Cukup sebesar 22
Nilai Cukup 9 (22,5%) 22 (55%) responden (55%).
Nilai Kurang 28 (70%) 12 (30%) Berdasarkan data tabel 4, dapat dilihat
Jumlah 40 (100%) 40 (100%) bahwa nilai  adalah 0.000, jadi hipotesis dapat
Berdasarkan data tabel 2, dapat dilihat diterima karena < 0.05, sehingga ada
bahwa kemampuan mahasiswa pada sesi pre Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 214

Interaktif Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah REFERENSI


Asuhan Kehamilan. 1. Alimul. 2007. Riset Keperawatan Dan
Penggunaan media pembelajaran Teknik Penulisan Ilmiah Edisi II. Jakarta:
inetraktif pada mata kuliah Asuhan Kehamilan Salemba Medika. Pp.6 - 17
ternyata memberikan pengaruh yang sangat 2. Anitah, S. (2009).Media Pembelajaran.
besar terhadap peningkatan hasil belajar Surakarta: Panitia Sertifikasi GuruRayon
mahasiswa, dikarenakan media pembelajaran 13 FKIP UNS Surakarta.
interaktif ini memiliki dan menampilkan 3. Anitah, S. (2009). Teknologi
materi perkuliahan secara nyata dan aplikatif, Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka
sehingga lebih mudah dipahami oleh 4. Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran.
mahasiswa.mampu menampilkan obyek – Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka
obyek yang sebenarnya tidak ada secara fisik 5. Sadiman (2008).Media Pendidikan.
atau diistilahkan dengan imagery. Secara Jakarta: PT. Grafindo Persada.
kognitif pembelajaran dengan menggunakan 6. Sukardjo, JS., Subelo, M., Suwarni,
imageryakan meningkatkan retensi mahasiswa Wahyuni (2005). Ilmu Kealaman Dasar.
dalam mengingat materi – materi pembelajaran Surakarta: UNS Press.
(Munadi, 2008). 7. Sugiyono, 2009. Statistika Untuk
Dengan penggunaan media pembelajaran Penelitian. Bandung: Alfabeta. Pp. 53 - 54
interaktif dan dengan adanya tayangan
menarik, animasi dapat menarik
mahasiswauntuk mempelajari materi mata
kuliah yang diberikan. Pemakaian media
pembelajaran interaktifdalam proses belajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar dan bahkan
membawa pengaruh psikologis terhadap
mahasiswa (Arsyad, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
memberikan gambaran bahwa betapa
pentingnya menggunakan media pembelajaran
saat menyampaikan materi mengajar kepada
siswa, dimana salah satunya adanalah media
pembelajarn interaktif. Sehingga secara
langsung ataupun tidak langsung akan
mempengaruhi mahasiswa dalam proses
pembelajaran, dan akan berdampak pula
terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata
kuliah yang disampaikan, sehingga tujuan
akhir dari proses pembelajaran dapat tercapai.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data di atas,
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan media pembelajaran interaktif
terhadap hasil belajar pada mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan.Dibuktikan dengan
nilai  adalah 0.000, jadi hipotesis dapat
diterima karena < 0.05.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 215

FAKTOR-FAKTOR PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI


PONKESDES AWANG AWANG KECAMATAN MOJOSARI MOJOKERTO
Dyah Siwi Hety
Dosen STIKes Majapahit Mojokerto

Abstract

The women workers, especially in the formal sector, often have difficulty giving exclusive breast milk
to their babies because of limited time and the availability of facilities for breastfeeding in the
workplace. Impact, many mothers who work are forced to switch to formula milk and stop giving
exclusive breast milk. The purpose of this study is to know the socio-cultural factors, family, and
information effect giving exclusive breast milk to women workers.
Design of this study is observation with survey. The variables are the factors of giving exclusive
breast milk to women workers. The population in this study is mothers working who breastfeed their
infants age 0-6 months amount 26 woman and the sample with consists of 26 respondents. The
technique uses non probability sampling total sampling. It had been conducted in the Ponkesdes
Awang Awang Mojosari Mojokerto on September to December, 2017. Collecting data uses a
questionnaire. The data are processed with editing, coding, scoring, tabulating.
The results show the majority of respondents believe social culture amount 17 respondents (65.4%).
Most respondents whose families the women workers in giving breast milk amount 14 respondents
(53.8%). Most respondents have never received information about women workers in giving breast
milk amount 15 respondents (57.7%).
Based on this study shows the factors of social culture have relationship with giving exclusive breast
milk and most respondent whose do families never support the women giving workers don’t give
breast milk to their infants and this is coused by almost all of their husband are workers. Mothers
who do not breastfeed exclusively are affected with the lack of information obtained about exclusive
breastfeeding.
The results of this study show that socio-cultural factors, family, and the information determine the
women workers giving exclusive breast milk. The health workers or midwife must improve their
knowledge with counseling to the community about exclusive breast milk for healthy infant.
Keywords: Mother, Working, Giving, exclusive breastfeeding

1. PENDAHULUAN 2009). Sayangnya, pada ibu pekerja, terutama


ASI Eksklusif adalah terbaik untuk bayi di sektor formal, sering kali mengalami
karena tidak hanya membuat anak lebih sehat, kesulitan memberikan ASI eksklusif kepada
tetapi juga membuat lebih cerdas dan lebih bayinya karena keterbatasan waktu dan
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. ketersediaan fasilitas untuk menyusui di
ASI juga termurah karena gratis langsung dari tempat kerja. Dampaknya, banyak ibu yang
ibu (Roesli, 2004). Waktu pemberian ASI (Air bekerja terpaksa beralih ke susu formula dan
Susu Ibu) adalah saat yang penting bagi menghentikan memberi ASI secara eksklusif.
seorang bayi demi masa depan perkembangan (Depkes RI, 2011).
fisik dan otaknya. Program Peningkatan WHO (World Health Organization)
Pengetahuan Air Susu (PPPASI) khususnya merekomendasikan para ibu untuk menyusui
ASI Eksklusif merupakan program prioritas, secara ekslusif selama 6 bulan, melanjutkannya
karena dampaknya yang luas terhadap status dengan memberikan makanan pendamping
gizi dan kesehatan balita. Pemberian ASI ASI dari bahan – bahan lokal yang kaya nutrisi
secara eksklusif ini diberikan selama 6 bulan. sambil tetap memberikan ASI sampai anak
Setelah berumur 6 bulan, bayi baru diberi berusia 2 tahun atau lebih. Pada tahun 2010.
makanan pendamping atau makanan padat Organisasi Internasional Unicef menyebutkan
yang benar dan tepat. ASI dapat diberikan hanya 40% bayi mendapatkan ASI eksklusif
sampai anak berusia 2 tahun (Kristiyansari, pada 6 bulan pertama kehidupannya (Unicef,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 216

2011). Berdasarkan data SDKI bayi usia 4 menjadi penyebabnya, walaupun juga banyak
bulan pada tahun 2008-2009 hanya 55% yang para ibu yang bisa meneruskan pemberian ASI
memberikan ASI eksklusif, bahkan lebih pada bayinya sambil terus berkarir di luar
parahnya bayi usia 6 bulan hanya 39,5% dari rumah. Semua dukungan bagi ibu menyusui,
keseluruhan bayi. Secara otomatis pemakaian dukungan sang ayah adalah dukungan yang
susu formula meningkat 3 kali lipat antara paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan
tahun 2004–2008 (Suririnah, 2008). Data dari aktif dalam pemberian ASI Esklusif. Ayah
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 cukup memberikan dukungan secara
menunjukkan Persentase pemberian ASI emosional dan bantuan bantuan yang praktis.
eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada Pengertian dan dukungan ayah dalam upaya
tahun 2013 sebesar 61,5%. (Depkes RI, 2013). pemberian ASI Eksklusif adalah suatu
Menurut data dari Dinas Kesehatan Propinsi investasi yang berharga (Roesli, 2004).
Jawa Timur tahun 2015 diketahui cakupan ASI Upaya yang dapat dilakukan adalah
Eksklusif sebesar 73,8%. Sedangkan di dengan membangkitkan kemauan dan
Kabupaten Mojokerto tahun 2015 cakupan ASI kesediaan untuk memberikan ASI Eksklusif,
Eksklusif masih sebesr 51,7%. (Profil Dinkes memberikan ASI saja tanpa memberikan
Kab.Mojokerto,2015). minuman/makanan lain. Bayi harus sering
Berdasarkan hasil studi pendahuluan disusui, perhatikan juga posisi menyusui, dan
tanggal 11 September 2017 didapatkan dari 12 jangan di beri dot atau empeng. Tindakan lain
responden, 5 responden memberikan ASI yaitu memotivasi ibu untuk tetap menyusui itu
eksklusif, dan 7 responden tidak memberikan juga penting, dengan cara menghimbau agar
ASI eksklusif (ibu memberikan makanan kembali pada praktek menyusui anak sendiri.
pendamping seperti pisang dan susu formula Karena hal itu mendatangkan keuntungan bagi
pada saat bayi berusia kurang dari 6 bulan). hubungan ibu dan anak (Roesli, 2004).
Pertumbuhan dan perkembangan bayi Berdasarkan permasalah tersebut diatas,
sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI maka peneliti tertarik untuk mengadakan
yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi penelitian dengan judul faktor-faktor
lainnya yang terkandung di dalam ASI pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di
tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat Ponkesdes Awang-Awang Kecamatan
mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai Mojosari Kabupaten Mojokerto.
usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya
berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan 2. KAJIAN LITERATUR
mineral utama untuk bayi yang mendapat Setiap Ibu dapat menyusui anaknya
makanan tambahan yang tertumpu pada beras. sampai 2 tahun. Bekerja di luar rumah bukan
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu alasan untuk menghentikan menyusui bayi atau
mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI secara memberi susu formula untuk bayi. ASI
Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah mengandung zat antiinfeksi, maka ASI dapat
produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam diperah dan disimpan (biasa disebut ASIP =
menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak ASI Perahan). ASIP dapat diberikan kepada
menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk Ibu selama bekerja. Tapi, tentu diperlukan
disebut modern dan pengaruh iklan/promosi manajemen laktasi yang baik agar proses
pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya menyusui dapat dilakukan secara eksklusif
adalah anggapan bahwa semua orang sudah selama 6 bulan pertama dan dilanjutkan hingga
memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI 2 tahun.
(Arifin, 2004). Penyebab gagalnya program Bekerja dan tetap memberikan ASI untuk
pemberian ASI Eksklusif ini antara lain adalah bayi memiliki tantangan karena menyusui
akibat diperkenalkan botol dan susu formula memerlukan proses adaptasi antara Ibu dan
pada awal kelahiran bayi. Selain itu juga bayi. Setelah bekerja, Ibu harus berjuang keras
kondisi psikologi ibu, dimana ibu merasa tidak untuk menyusui di rumah, memerah dan tetap
yakin akan persediaan ASI-nya bagi bayi bekerja dengan baik di kantor. Akan lebih
karena tidak adanya dukungan suami ataupun mudah menyusui bayi jika terus berada di
keluarga. Alasan ibu bekerja juga sering dekat bayi karena tingkat keberhasilan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 217

menyusui juga ditentukan oleh durasi cuti Penelitian ini menggunakan jenis
setelah melahirkan. Penelitian di Amerika penelitian observasional. Rancang
Serikat dan Skotlandia menunjukkan ibu yang bangun penelitian adalah survei.
mengambil cuti melahirkan lebih lama akan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
menyusui bayinya lebih lama pula. Di utama membuat gambaran atau deskriptif
Indonesia, umumnya cuti melahirkan selama 3 tentang faktor-faktor pemberian ASI
bulan, bahkan sebagai PNS menurut UU eksklusif pada ibu bekerja di Ponkesdes
Kepegawaian hanya diberikan 2 bulan setelah Awang-Awang Kecamatan Mojosari
melahirkan. Jadi, selama cuti melahirkan Kabupaten Mojokerto. Secara subyektif
tersebut, Ibu harus mempersiapkan diri untuk penelitian ini dilakukan dengan
tetap menyusui setelah kembali bekerja. menempuh langkah-langkah
Ibu bekerja yang memiliki tekad untuk pengumpulan data, klasifikasi,
tetap memberikan ASI kepada bayinya harus pengolahan atau analisis data, membuat
memerah ASI di tempat kerja. Terkadang, kesimpulan dan laporan. Populasi dalam
kesibukan selama bekerja ataupun kebijakan penelitian ini menggunakan ibu bekerja
perusahaan yang tidak kooperatif tidak yang menyusui bayi 0-6 bulan di Desa
memberikan waktu yang cukup untuk Ibu Awang-Awang Kecamatan Mojosari
memerah ASI. Selain itu belum banyak tempat Kabupaten Mojokerto pada bulan
bekerja yang menyediakan tempat khusus September-Desember 2017 sebanyak 26
untuk memerah ASI. Pun, fasilitas seperti responden. Penelitian ini menggunakan
kulkas jarang tersedia untuk Ibu bekerja yang non probability sampling tipe sampling
hendak menyimpan ASIP. jenuh (total sampling), dengan cara
Berita baik untuk Ibu Menyusui yang mengambil semua anggota populasi
bekerja seiring dengan ditetapkannya PP menjadi sampel. Teknik pengolahan data
Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air menggunakan editing, coding, scoring,
Susu Ibu Eksklusif pada tanggal 1 Maret tabulating, untuk teknik analisa data
2012. Peraturan ini dibuat dalam rangka menggunakan skala likert. Untuk
melindungi, mendukung dan mempromosikan mengukur dukungan keluarga digunakan
pemberian ASI Eksklusif sehingga perlu skala likert. Pada skala likert disediakan 4
dilakukan upaya untuk meningkatkan alternative jawaban dan setiap jawaban
dukungan dari Pemerintah, Pemerintah sudah tersedia nilainya. Dalam skala
Daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan likert item ada yang bersifat positif
Tenaga Kesehatan, masyarakat serta Keluarga (favorable) terhadap masalah yang
agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif diteliti, sebaliknya ada yang bersifat
kepada bayi. negatif (unfavorable) terhadap masalah
Melalui PP ini pemerintah mengharuskan yang diteliti. Dukungan dikategorikan
pengurus tempat kerja (perusahaan, menjadi dukungan positif dan dukungan
perkantoran milik Pemerintah, Pemda dan negatif dengan menghitung terlebih
swasta) serta penyelenggaraan tempat sarana dahulu skor-T. Untuk mencari T-skor
umum untuk mendukung program ASI menggunakan rumus (Setiadi, 2013).
eksklusif, menyediakan fasilitas khusus untuk
menyusui dan/atau memerah ASI sesuai 4. PEMBAHASAN
dengan kondisi kemampuan perusahaan, 4.1. Sosial budaya
membuat peraturan internal yang mendukung Sebagian besar responden percaya
keberhasilan program pemberian ASI dengan sosial budaya sebanyak 17 responden
eksklusif. Pengurus tempat kerja wajib (65.4%). Pengaruh sosial budaya sangat erat
memberikan kesempatan kepada ibu yang kaitannya dengan pemberian ASI eksklusif.
bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di
kepada bayi atau memerah ASI selama waktu masyarakat seperti Kebiasaan membuang
kerja di tempat kerja (BKKBN, 2012) kolostrum (cairan yang keluar pertama dari
susu ibu setelah melahirkan) karena kolostrum
3. METODE PENELITIAN dianggap kotor disebabkan karena warnanya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 218

kekuning-kuningan, padahal kolostrum tentang pemberian ASI yang dimiliki.


memberikan zat kekebalan tubuh bayi terhadap Pendidikan tentang pemberian ASI merupakan
berbagai penyakit. Memberikan ASI diselingi suatu proses mengubah kepribadian, sikap, dan
atau ditambah minuman atau makanan lain pengertian tentang ASI sehingga tercipta pola
pada waktu bayi baru lahir beberapa hari. Cara kebudayaan dalam memberikan ASI secara
ini tidak tepat karena pemberian makanan atau tanpa tambahan bahan makanan apapun.
minuman selain ASI akan menyebabkan bayi Responden yang dalam keluarganya terdapat
kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI. tradisi memberikan makanan pada bayi baru
Selain itu, bayi menjadi malas menyusui lahir karena ibu mengikuti kebisaan dari
karena sudah mendapat minuman atau keluarga untuk memberikan makanan selain
makanan tersebut terlebih dahulu. Berbagai ASI pada bayi yang sebelumnya di haluskan
tahayul untuk berpantangan makanan yang terlebih dahulu, agar bayi terangsang atau
seharusnya tidak dimakan oleh ibu yang terlatih untuk dapat makan dan minum.
sedang menyusui seperti ikan dengan Responden menyatakan bahwa dalam
anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi keluarganya terdapat tradisi untuk memberikan
tidak menyukainya. Anggapan tersebut tidak makanan pada bayi ketika bayi berusia kurang
tepat karena ikan mengandung banyak protein dari 6 bulan, hal ini dilakukan karena sudah
dan akan mempengaruhi rasa pada ASI menjadi tradisi turun temurun untuk
(Wahyuningsih, 2012). memberikan makanan pralakteral pada bayi.
Melalui PP ini pemerintah mengharuskan Responden mengungkapkan kebanyakan
pengurus tempat kerja (perusahaan, ditempat mereka belum ada yang menyediakan
perkantoran milik Pemerintah, Pemda dan tempat untuk menyusui sehingga dari
swasta) serta penyelenggaraan tempat sarana kebanyakan responden jarang yang
umum untuk mendukung program ASI memberikan ASI eksklusif.
eksklusif, menyediakan fasilitas khusus untuk
menyusui dan/atau memerah ASI sesuai 4.2. Dukungan Keluarga.
dengan kondisi kemampuan perusahaan, Sebagian besar responden keluarga tidak
membuat peraturan internal yang mendukung mendukung dalam pemberian ASI pada ibu
keberhasilan program pemberian ASI bekerja sebanyak 14 responden (53.8%).
eksklusif. Pengurus tempat kerja wajib Seorang ibu yang tidak pernah mendapat
memberikan kesempatan kepada ibu yang nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari
bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif keluarga dapat mempengaruhi sikapnya pada
kepada bayi atau memerah ASI selama waktu saat ibu tersebut harus menyusui sendiri
kerja di tempat kerja (BKKBN, 2012). bayinya. Hubungan yang harmonis akan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan mempengaruhi lancarnya proses laktasi.
seseorang terhadap perkembangan orang lain Beberapa unsur budaya mampu menciptakan
menuju kearah cita-cita tertentu yang suatu kebiasaan untuk tidak memberikan ASI
menentukan manusia untuk berbuat dan karena merasa ketinggalan zaman jika
mengisi kehidupan untuk mencapai menyusui bayinya, hal ini sangat bertentangan
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dengan berbagai prinsip yang ada. Adanya
diperlukan untuk mendapat informasi misalnya pantangan tersebut didasarkan pada
hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga keagamaan, tetapi ada pula yang merupakan
dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada tradisi yang menurun (Suparyanto, 2011).
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang Responden banyak yang tidak
makin mudah menerima informasi (Wawan, mendapatkan dukungan dari keluarga tidak
dkk, 2010). Responden yang memiliki tradisi memberikan ASI Eksklusif, hal ini disebabkan
yang menghambat dalam pemberian ASI karena hampir seluruh dari suami ibu adalah
Eksklusif pada bayi disebabkan karena seorang pekerja, sehingga suami kurang
pendidikan ibu yang masih dasar/rendah. memiliki waktu yang cukup banyak untuk
Sesuai dengan teori Wawan (2010) Karena memberikan perhatian kepada istrinya
semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dikarenakan mereka intensitas bertemu
diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan sangatlah kurang. Selain itu banyak dari suami
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 219

ibu yang berpendidikan dasar (SD atau SMP) Pemberian ASI Ekslusif dipengaruhi oleh
sehingga mempengaruhi dukungan sosial beberapa hal. Salah satunya adalah umur.
terhadap ibu nifas dalam pemberian ASI pada Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa
bayi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi sebagian besar responden berusia 20-35 tahun
wawasan dan pengetahuan suami sebagai sebanyak 14 responden (53.8%).
kepala rumah tangga semakin rendah Umur dapat mempengaruhi seseorang,
pengetahuan suami maka akses terhadap semakin cukup tingkat pengetahuan dan
informasi kesehatan istrinya akan berkurang kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
sehingga suami akan kesulitan akan berpikir dan menerima informasi dari segi
mengambil keputusan secara efektif. kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
Status bekerja atau tidak bekerja sangat dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang
berpengaruh dalamwaktu pemberian ASI belum cukup tinggi kedewasaanya. Hal ini
sehingga dapat mempengaruhi dorongan atau sebagai akibat dari pengalaman dan
motivasi ibu untuk memberikan ASI, ibu kematangan jiwanya. (Wawan A, 2010)
bekerja cenderung tidak memberikan ASI Didapatkan kebanyakan responden yang
eksklusif karena kesibukanya (Handoko, tidak memberikan ASI Eksklusif adalah
2011). responden yang berusia 20-35 tahun. Hal ini
Seorang ibu yang bekerja berfikir untuk dikarenakan pada umur ini merupakan umur
tidak memberikan ASI eksklusif karena cenderung bertahan dengan
cenderung terlalu sibuk dengan pekerjaannya pemikiran/pendapatnya sendiri, sehingga ibu
sehingga memilih cara yang praktis yaitu sulit menerima informasi dari luar tentang
memberikan susu formula sebagai pengganti pemberian ASI Ekslusif sehingga ibu kurang
ASI. Maka dari itu pekerjaan ibu dapat mempersiapkan diri untuk memberikan ASI
dijadikan salah satu faktor yang mempengaruhi secara Ekslusif. Sedangkan usia >35 tahun
pemberian ASI Eksklusif. mereka banyak yang memberikan ASI
eksklusif dikarenakan mereka kaya akan
4.3. Informasi pengalaman yang menjadikan mereka dapat
Sebagian besar responden tidak pernah memilah informasi yang berguna untuk dirinya
mendapat informasi tentang pemberian ASI atau yang merugikan dirinya.
pada ibu bekerja sebanyak 15 responden Faktor petugas kesehatan mempunyai
(57.7%). peranan penting dalam pemberian informasi
Kurangnya informasi kepada ibu yang sehingga masyarakat mendapat penerangan
menyusui juga mempengaruhi dalam atau dorongan (motivasi) tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Banyak pemberian ASI eksklusif (Handoko, 2011).
ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama Kebanyakan responden yang yang tidak
baiknya atau malah lebih baik dari ASI memberikan ASI eksklusif dikarenakan
sehingga cepat menambah susu formula bila mereka tidak paham pentingnya ASI bagi bayi
merasa bahwa ASI kurang. Petugas dan manfaat ASI yang sudah dijelaskan oleh
kesehatanpun masih banyak yang tidak tenaga kesehatan waktu pemeriksaan ANC di
memberikan informasi pada saat pemeriksaan Posyandu maupun di BPM dikarenakan
kehamilan atau saat memulangkan bayi penyampaiannya kurang menarik dan
(Wahyuningsih, 2012). penjelasan dari tenaga kesehatan berbelit-belit
Ibu yang tidak memberikan ASI secara sehigga para ibu hamil sulit mencerna
eksklusif dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, juga waktu saat
informasi yang diperoleh tentang ASI penyampaian materi banyak ibu yang
eksklusif. Rendahnya tingkat pemahaman ibu mengobrol dan banyak bayi yang menangis
tentang pentingnya ASI setelah kelahiran bayi yang menjadikan konsentrasi ibu berkurang.
dikarenakan kurangnya informasi dan
pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu 5. KESIMPULAN
mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat Kesimpulan hasil dari penelitian yang
yang terkandung dalam ASI. dilakukan tentang faktor-faktor pemberian ASI
eksklusif pada ibu bekerja di Ponkesdes
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 220

Awang-awang Kecamatan Mojosari Kecerdasan, dan Kelincahan si Kecil.


Kabupaten Mojokerto didapatkan bahwa Yogyakarta: CV. Andi
sebagian besar responden percaya dengan 14. Nursalam, 2013. Konsep & Penerapan
sosial budaya untuk tidak memberikan ASI Metodologi Penelitian Ilmu
eksklusif sebanyak 17 responden (65.4%), Keperawatan.edisi 1. Jakarta: Salemba
sebagian besar respoden tidak mendapat Medika
dukungan dari keluarga dalam pemberian ASI 15. Nuth. 2012. Gizi Nutrisi Dan Jenis
pada ibu bekerja sebanyak 14 responden Permainan Untuk Bayi 0-6 Bulan
(53.8%) dan sebagian besar responden tidak http://ulfahsita.blogspot.com/2013/12/giz
pernah mendapat informasi tentang cara i-nutrisi-dan-jenis-permainan-
pemberian ASI pada ibu yang bekerja untuk_7051.html
sebanyak 15 responden (57.7%). 16. Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Buku
Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva
REFERENSI Press
1. Arifin, Siregar. 2004. Pemberian ASI 17. Purwanti. 2009. Konsep Penerapan ASI
Eksklusif dan Faktor–faktor yang. Eksklusif. Bandung: Cendekia.
Mempengaruhinya. Sumatra Utara: 18. Roesli, U .2004. Mengenal ASI Eksklusif,
Universitas Sumatra Utara. edisi 2. Jakarta: Trubus Agriwidya
2. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur 19. Riksani, Ria. 2012. Keajaiban ASI (Air
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. susu ibu), Jakarta Timur: Dunia seha
Jakarta: Rineka Cipta 20. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan
3. BKKBN. 2012. Evaluasi Program Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Kependudukan dan KB. Semarang. Ilmu
Materi Rakerda 21. Setiadi. 2013. Konsep dan Penulisan
4. Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur Ilmu
Tahun 2010. Surabaya: Dinkes Jatim 22. Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas.
5. Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2012. Yogyakart: Penerbit Fitramaya
Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 23. Sugiono, 2009. Statistika untuk
Tahun 2012. Surabaya: Dinkes Jatim Penelitian. Bandung: Alfabeta
6. Departemen Kesehatan RI. 2011. Profil 24. Suparyanto. 2011. Konsep Pemberian Asi
Kesehatan Republik Indonesia Tahun (Air Susu Ibu). http://dr-
2011. Jakarta: Depkes suparyanto.blogspot.com
7. Handoko, Riwidikdo. 2011. Statistik 25. Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI-
Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Makanan Terbaik untuk Kesehatan,
Press Kecerdasan, dan Kelincahan Si kecil.
8. Hidayat, Aziz, Alimul . 2010. Metode Yogyakarta: Andi Offset
Penelitian Keperawatan dan Teknik 26. Wahyuningsih, Puji. 2012. ASI Petunjuk
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika untuk Tenaga Kesehatan.
9. Kristiyansari, Weni. 2009. ASI, Menyusui http://wahuyuniheni. blogspot.com
dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika 27. Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan
10. Laksono, Kodrat. 2010. Dahsyatnya ASI Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan.
& Laktasi Untuk kecerdasan Buah Hati Perilaku Manusia.. Yogyakarta : Nuha
Anda. Yogyakarta: Media Baca Medika.
11. Nazir, Mohammad. 2011. Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
13. Nurheti, Yuliarti. 2010. Keajaiban ASI-
Makanan Terbaik Untuk Kesehatan,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 221

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN


PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB
(Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)
Ayu Citra Mayasari1), Astrida Budiarti2), Adibah Enggar3)
1
Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya
Email: ayucitramayasari@gmail.com
2
Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya
Email: as3da_ns@yahoo.com
3
Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya
Email: adibahenggar@gmail.com

Abstract

Family Planning is an action that helps the individual or spouse to get a certain objective, avoid
unwanted births, set the interval pregnancies, control the time of birth in a marital relationship and
determine the number of children in the family. The purpose of this study is to analyze the corelation
the level of education and the amount of children with the choice of contraceptive use in the family
planning acceptors in RW 03 Kedung Cowek Surabaya.The method of this research is analytical
observational with cross sectional approach. The population of this research is that all KB acceptor
in RW 03 of Kedung Cowek Surabaya is 50 people. Determination of the sample in this study using
Simple Random Sampling. To know the correlation the level of education and the amount of children
with the choice of contraceptive use in the family planning acceptors using spearman rho statistic
test with α = 0,05.The results showed that education level p = 0,011 (p <α = 0,05) and amount of
children p = 0,047 (p <α = 0,05) had relationship with choosing contraception usage. The
conclusion of this study is the level of education and the amount of children has corelate with the
selection of contraceptive use. The higher the level of education will affect the family planning
acceptors to choose efektivity of contraception. The more amount of children will affect the family
planning acceptors is chosen the type of long-term contraception.
Keywords : Education Level, Amount Of Children, Family Planning Acceptors, Selection Of
Contraceptive Usage

1. PENDAHULUAN didapatkan di wilayah RW 03 kelurahan


Keluarga Berencana (KB) menurut WHO Kedung Cowek Surabaya. Berdasarkan hasil
merupakan tindakan yang membantu individu wawancara dengan beberapa akseptor KB
atau pasangan suami istri untuk mendapat mereka mengatakan meskipun sudah
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang menggunakan metode kontrasepsi jangka
tidak diinginkan, mengatur interval di antara pendek dengan baik tetapi masih saja
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran mengalami kegagalan dalam penggunaan
dalam hubungan suami istri dan menentukan kontrasepsi tersebut dan hasilnya mereka tetap
jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati, saja mengalami peningkatan jumlah anak.
2011). Alat kontrasepsi yang tersedia di Secara nasional sampai bulan Juli 2016
Indonesia ada 2 jenis yaitu Non MKJP sebanyak 4.565.977 peserta KB aktif
(kondom, suntik, pil) dan MKJP (IUD, didominasi oleh peserta Non MKJP yaitu
implant, MOP, MOW). Kondisi yang ada di sebesar 72,43%, sedangkan untuk peserta
Indonesia masyarakat masih banyak yang MKJP hanya sebesar 27,57% (BKKBN, 2016).
menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek, Data dari Riskesdas tahun 2013, pencapaian
padahal alat kontrasepsi jangka pendek pemakaian alat kontrasepsi sebesar 59,7%
memiliki resiko kegagalan cukup tinggi. (59,3% menggunakan kontrasepsi modern dan
Meskipun tingkat efektivitasnya rendah 0,4% menggunakan kontrasepsi tradisional).
metode Non MKJP masih banyak diminati oleh Hasil prevalensi KB baru di Indonesia
akseptor KB di Indonesia, demikian juga yang berdasarkan Survei Pemantauan Pasangan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 222

Usia Subur tahun 2013 mencapai angka 61,9% (Indira, 2009). Faktor-faktor ini nantinya dapat
dengan metode KB yang didominasi oleh mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal
peserta KB suntikan (48,56%), pil KB ini dikarenakan setiap metode atau alat
(26,60%), Implan (9,23%), IUD (7,75%), kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas
kondom (6,09%), MOP (0,25%) dan MOW yang berbeda-beda. Seperti metode kontrasepsi
(1,52%) (Kementerian Kesehatan RI, 2014). jangka panjang (MKJP) yang memiliki tingkat
Menurut BKKBN provinsi Jawa Timur, saat efektivitas dan keberhasilan cukup tinggi
ini banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang dibanding dengan Non MKJP.
menggunakan alat kontrasepsi berupa KB Sebenarnya angka pemakaian KB di
suntik. Data yang dihimpun oleh BKKBN wilayah RW 03 Kelurahan Kedung Cowek
Jawa Timur menunjukkan penggunaan KB Surabaya sudah relatif tinggi, tetapi dalam
suntik mencapai 3.131.548, KB PIL sebanyak masalah pemilihan alat kontrasepsi para
968.075, implant sebanyak 294.359, kondom akseptor KB lebih memilih untuk
sebanyak 52.224, IUD sebanyak 368.909, menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek.
MOW sebanyak 46.197, MOP sebanyak Maka dari itu, peneliti tertarik untuk
46.197 (BKKBN, 2015). Berdasarkan melakukan penelitian dengan judul Hubungan
wawancara dengan salah satu kader di wilayah Tingkat Pendidikan dan Jumlah Anak dengan
RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya Pemilihan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada
saat ini penggunaan KB di wilayah tersebut di Akseptor KB di RW 03 kelurahan Kedung
dominasi oleh KB suntik sebesar 70%, KB Pil Cowek Surabaya.
20%, dan IUD 10%.
Pemilihan jenis kontrasepsi yang 2. METODE PENELITIAN
digunakan dipengaruhi oleh berbagai faktor, Penelitian ini menggunakan desain
seperti 1) faktor pasangan meliputi umur, gaya observasional analitik. Populasi pada
hidup, frekuensi senggama, jumlah anak yang penelitian ini adalah akseptor KB di wilayah
diinginkan, pengalaman dengan metode RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya.
kontrasepsi sebelumnya, 2) faktor kesehatan Tehnik sampling menggunakan probability
yang meliputi status kesehatan, riwayat haid, sampling dengan pendekatan Simple Random
riwayat keluarga, pemeriksaan fisik dan Sampling. Instrument penelitian ini
panggul 3) faktor metode kontrasepsi meliputi menggunakan kuisioner dan wawancara.
efektifitas efek samping, biaya 4) faktor Variabel independen dalam penelitian ini
budaya meliputi kesalahan persepsi mengenai adalah tingkat pendidikan dan jumlah anak
suatu metode, kepercayaan religius dan pada akseptor KB. Variabel dependen dalam
budaya, tingkat pendidikan, persepsi resiko penelitian ini adalah pemilihan penggunaan
kehamilan, status wanita (Pendit, 2012; alat kontrasepsi. Penelitian ini menggunakan
Proverawati, Islaely, & Aspuah, 2010). uji Spearman Rho.
Faktor pendidikan seseorang sangat
menentukan dalam pola pengambilan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
keputusan dan menerima informasi. Pada Tabel 1. Jenis KB yang digunakan
akseptor KB dengan tingkat pendidikan No. Jenis KB Frekuensi Prosentase
rendah, keikutsertaannya dalam program KB (f) (%)
hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran, 1. Kondom 1 2.3
sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat 2. PIL 4 9.1
pendidikan tinggi, keikutsertaannya dalam 3. Suntik 33 75.0
program KB selain untuk mengatur kelahiran 4. IUD 4 9.1
juga untuk meningkatkan kesejahteraan 5. Implant 2 4.5
keluarga (Indira, 2009). Total 44 100
Begitu pula dengan faktor jumlah anak,
jumlah anak berkaitan erat dengan program KB
karena salah satu misi dari program KB adalah
terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang
ideal yakni dua anak dalam satu keluarga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 223

Tabel 2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Pemilihan Penggunaan Alat


Kontrasepsi
Tingkat Pendidikan
Total
Jenis KB Tidak Sekolah SD SMP SMA
F % F % F % F % F %
Kondom 0 0% 1 100% 0 0% 0 0% 1 100%
PIL 0 0% 3 75% 1 25% 0 0% 4 100%
Suntik 1 3% 17 52% 5 15% 10 30% 33 100%
IUD 0 0% 0 0% 2 50% 2 50% 4 100%
Implant 0 0% 0 0% 1 50% 1 50% 2 100%
Total 1 2% 21 48% 9 20% 13 30% 44 100%
Uji Spearman Rho p = 0,011

Tabel 3. Hubungan Antara Jumlah Anak Dengan Pemilihan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Jumlah Anak
Total
Jenis KB 1 Orang 2 Orang > 2 Orang > 5 Orang
F % F % F % F % F %
Kondom 0 0% 1 100% 0 0% 0 0% 1 100%
PIL 1 25% 1 25% 2 50% 0 0% 4 100%
1 1 3
Suntik 2 6% 52% 30% 4 12% 100%
7 0 3
IUD 0 0% 1 25% 2 50% 1 25% 4 100%
Implant 0 0% 0 0% 1 50% 1 50% 2 100%
2 1 4
Total 3 7% 45% 34% 6 14% 100%
0 5 4
Uji Spearman Rho p = 0,047

Data yang diperoleh pada tabel 1 Menurut hasil yang didapatkan peneliti
didapatkan responden dengan menggunakan berasumsi bahwa akseptor KB lebih memilih
KB suntik sebanyak 33 orang (75.0 %), KB untuk menggunakan KB suntik dikarenakan
PIL sebanyak 4 orang (9.1 %), KB IUD lebih praktis karena hanya perlu control setiap
sebanyak 4 orang (9.1 %), KB implant 1 atau 3 bulan sesuai dengan yang digunakan
sebanyak 2 orang (4.5 %), KB kondom oleh akseptor KB. Peneliti berpendapat bahwa
sebanyak 1 orang (2.3 %). responden lebih memilih alat kontrasepsi jenis
Sibagariang menyebutkan bahwa alat suntik dikarenakan tingkat keefektifannya
kontrasepsi hormonal seperti KB suntik yang tinggi serta dapat bertahan secara
termasuk jenis kontrasepsi yang aman serta bertahun-tahun dalam penggunaanya. Selain
efektif dipakai oleh semua wanita dalam itu akseptor KB di RW 03 lebih memilih
rentang usia produktif (Sibagariang & Dkk, jangka pendek dikarenakan masih banyak yang
2010). Di Indonesia sendiri peserta KB takut untuk menggunakan jenis KB IUD dan
suntikan (48,56%), pil KB (26,60%), Implan Implant. Sejalan dengan penelitian yang
(9,23%), IUD (7,75%), kondom (6,09%), MOP dilakukan oleh Surinati (2013) bahwa
(0,25%) dan MOW (1,52%) (Kementerian rendahnya akseptor yang takut untuk
Kesehatan RI, 2014). Tidak hanya di Indonesia menggunakan KB IUD dikarenakan kurangnya
di Jawa Timur penggunaan KB suntik informasi yang didapat.
mencapai 63,8%, KB PIL 19,7%, implant Dari hasil penelitian didapatkan pula
sebanyak 5,9%, kondom sebanyak 1,0%, IUD bahwa rata-rata responden telah menggunakan
sebanyak 7,5%, MOW sebanyak 0,9%, MOP KB selama 3-5 tahun. Dalam jangka waktu
sebanyak 0,9% dan KB tradisional sebanyak tersebut terdapat 16 responden pernah
0,3% (BKKBN, 2015). mengganti jenis KB yang digunakan.
Responden banyak yang beralih dari KB PIL
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 224

ke KB suntik hal tersebut yang menyebabkan keluarga besar (Kusumaningrum, 2009).


tingginya akseptor KB suntik di RW 03 Orang tua dalam keluarga tentu saja
Kelurahan Kedung Cowek Surabaya. Alasan menginginkan agar anaknya berkualitas
mereka mengganti jenis KB tersebut antara lain dengan harapan dikemudian hari dapat
karena KB yang digunakan sebelumnya melanjutkan cita-cita keluarga, berguna
menimbulkan masalah kesehatan seperti darah
bagi masyarakat dan negara. Dalam
tinggi, perdarahan, kenaikan berat badan.
hubungan dengan pemakaian kontrasepsi
3.1 Hubungan tingkat pendidikan dengan pendidikan akseptor KB dapat
pemilihan penggunaan alat kontrasepsi mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis
pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan kontrasepsi yang secara tidak langsung
Kedung Cowek Surabaya akan mempengaruhi kelangsungan
Data yang diperoleh dari tabel 2 pemakaiannya.
dijelaskan bahwa dari 44 responden yang Menurut (Affandi, 2010) faktor
menggunakan jenis KB suntik dengan tidak pendidikan seseorang sangat menentukan
sekolah sebanyak 1 responden (3%), dengan dalam pola pengambilan keputusan dan
lulusan SD sebanyak 17 responden (52%), menerima informasi. Pendidikan merupakan
dengan lulusan SMP sebanyak 5 responden salah satu faktor yang sangat menentukan
(15%), dan dengan lulusan SMA sebanyak 10 pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap
responden (30%). Responden yang pentingnya suatu hal, termasuk pentingnya
menggunakan jenis KB PIL dengan lulusan SD keikutsertaan dalam KB. Kepandaian
sebanyak 3 responden (75%), dengan lulusan membaca dan menulis memudahkan
SMP sebanyak 1 responden (25%). Responden penyebaran keterangan tentang KB, tapi juga
yang menggunakan KB IUD dengan lulusan mengenai pengertian dasar tentang bagaimana
SMP sebanyak 2 responden (50%), dengan dan mengapa serta berbagai cara membatasi
lulusan SMA sebanyak 2 responden (50%). kelahiran dan apakah yang dibatasi selama ini
Responden yang menggunakan KB implant berhasil, apa keuntungan dari tiap-tiap cara
dengan lulusan SMP sebanyak 1 responden tersebut.
(50%), dan dengan lulusan SMA sebanyak 1 Berdasarkan hasil penelitian peneliti
responden (50%). Dan responden yang berasumsi bahwa tingkat pendidikan yang
menggunakan jenis KB kondom dengan dimiliki oleh responden rata-rata adalah tingkat
lulusan SD sebanyak 1 responden (100%). pendidikan rendah. Meskipun memiliki tingkat
Nilai uji Spearman Rho. Secara statistic pendidikan hanya lulusan SD tidak membuat
didapatkan p = 0,011 < α = 0,05 yang berarti akseptor KB tersebut menjadi tidak tahu
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan mengenai kesadarannya akan program KB.
dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi Tetapi dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang
pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan digunakan dari responden yang hanya lulusan
Kedung Cowek Surabaya. SD sebesar 52% menggunakan jenis KB suntik
Wanita PUS yang mempunyai pendidikan yang termasuk jenis kontrasepsi jangka pendek
tinggi akan memilih alat kontrasepsi MKJP yang aman dan praktis bagi akseptor KB.
karena mereka mempunyai pengetahuan yang Begitupula dengan responden lulusan SMA
baik tentang manfaat dan resiko alat yang sudah sebagian besar memilih jenis
kontrasepsi sehingga mereka memilih alat kontrasepsi jangka panjang. Dari hasil yang
kontrasepsi yang aman, praktis dan jangka didapatkan peneliti hampir seluruh responden
panjang (Christiani, Charis, 2014). Menurut mempunyai pola pikir yang sama terhadap
penelitian yang dilakukan Kusumaningrum penggunaan KB. Baik responden dengan
peningkatan tingkat pendidikan akan pendidikan tinggi maupun rendah beranggapan
menghasilkan tingkat kelahiran yang bahwa penggunaan KB saat ini hanya untuk
rendah karena pendidikan akan menjarangkan atau menunda kehamilan saja.
mempengaruhi persepsi negatif terhadap Dalam penggunaan KB pada akseptor KB di
wilayah RW 03 Kelurahan Kedung Cowek
nilai anak dan akan menekan adanya
Surabaya masih ditemukan kegagalan peneliti
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 225

berasumsi kegagalan tersebut bisa dikarenakan Jumlah anak berkaitan erat dengan
kesalahan akseptor dalam memilih jenis program KB karena salah satu misi dari
kontrasepsi. Handayani (2010) menyebutkan program KB adalah terciptanya keluarga
tingkat pendidikan terakhir PUS tidak saja dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak
mempengaruhi keikutsertaan KB tetapi juga dalam satu keluarga, laki-laki maupun
pemilihan suatu metode. perempuan sama saja. Para wanita umumnya
lebih menyadari bahwa jenis kelamin anak
3.2. Hubungan jumlah anak dengan tidak penting sehingga bila jumlah anak sudah
pemilihan penggunaan alat kontrasepsi dianggap ideal maka para wanita cenderung
pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan untuk mengikuti program KB. Jumlah anak
Kedung Cowek Surabaya juga berkaitan erat dengan tingkat
Data yang diperoleh dari tabel 3 kesejahteraan keluarga. Pada keluarga dengan
dijelaskan bahwa dari 44 responden yang tingkat kesejahteraan tinggi umumnya lebih
menggunakan jenis KB suntik dengan mementingkan kualitas anak daripada
memiliki 1 orang anak sebanyak 2 responden kuantitas anak (Indira, 2009).
(6%), memiliki 2 orang anak sebanyak 17 Dari hasil penelitian tersebut
responden (52%), memiliki >2 orang anak didapatkan bahwa responden rata-rata
sebanyak 10 responden (30%), dan memiliki memiliki jumlah anak yang cukup yaitu 2
>5 orang anak sebanyak 4 responden (12%). orang. Hal ini disebabkan karena
Responden yang menggunakan KB PIL
responden telah menerapkan program KB
dengan memiliki 1 orang anak sebanayak 1
dengan baik yaitu 2 anak cukup. Tetapi
responden (25%), memiliki 2 orang anak
sebanyak 1 responden (25%), memiliki >2 untuk saat ini masih banyak juga responden
orang anak sebanyak 2 responden (50%). yang menginginkan untuk menambah
Responden yang menggunakan KB IUD jumlah anak lagi. Pemakaian KB saat ini
dengan memiliki 2 orang anak sebanyak 1 hanya untuk mengatur jarak kelahiran.
responden (25%), memiliki >2 orang anak Dalam penggunaan KB responden yang
sebanyak 2 responden (50%), memiliki >5 memiliki 1-2 anak sudah menggunakan
orang anak sebanyak 1 responden (25%). jenis kontrasepsi jangka pendek, tetapi
Responden yang menggunakan KB implant pada responden yang memiliki >2 anak ada
dengan memiliki >2 orang anak sebanyak 1 yang menggunakan jangka pendek dan
responden (50%), memiliki >5 orang anak jangka panjang, pada responden dengan >5
sebanyak 1 responden (50%). Dan responden
anak masih menggunakan jangka pendek,
yang menggunakan jenis KB kondom dengan
memiliki 2 orang anak sebanyak 1 responden tetapi sudah ada juga yang menggunakan
(100%). Nilai uji Spearman Rho secara kontrasepsi jangka panjang. Semakin
statistik didapatkan p = 0,047 < α = 0,05 yang banyak anak yang dimiliki maka akan semakin
berarti terdapat hubungan antara jumlah anak besar kecenderungan untuk menghentikan
dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi kesuburan sehingga lebih cenderung untuk
pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan memilih metode kontrasepsi jangka panjang.
Kedung Cowek Surabaya. Menurut Fienalia bahwa jumlah anak hidup
Saiffudin (2006) dalam (Nawirah & yang dimiliki seorang wanita, akan
Rahmah, 2014) Jumlah anak ini selalu memberikan pengalaman dan pengetahuan,
sehingga wanita dapat mengambil keputusan
diasumsikan dengan penggunaan alat
yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi
kontrasepsi. Banyaknya anak merupakan yang akan dipakai (Fienalia, 2012).
salah satu faktor pasangan suami istri
tersebut memilih menggunakan alat 4. KESIMPULAN
kontrasepsi. Secara teoritis, akseptor yang Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
mempunyai jumlah anak >2 orang pengujian pada pembahasan yang
(multipara) dianjurkan menggunakan alat dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai
kontrasepsi jangka panjang. berikut:
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 226

Jenis KB yang paling banyak digunakan (MKJP) Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
oleh akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Ilmiah Untag Semarang.
Cowek Surabaya adalah jenis KB suntik 5. Fienalia, R. (2012). Faktor yang
(75,0%). Berhubungan dengan Penggunaan
Tingkat pendidikan dan jumlah anak Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
memiliki hubungan yang signifikan dengan Jurnal FKM UI, 7(1).
pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada 6. Indira, L. (2009). Faktor-Faktor Yang
akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Cowek Surabaya. Kontrasepsi Yang Digunakan Pada
Diharapkan untuk para akseptor KB dapat Keluarga Miskin. Universitas
meningkatkan pengetahuan tentang pemilihan Diponegoro.
jenis kontrasepsi. Agar kontrasepsi yang 7. Kementerian Kesehatan RI. (2014).
digunakan sesuai. Buletin Kemenkes RI. Artikel. Retrieved
Diharapakan bagi petugas kesehatan di from
wilayah tempat penelitian untuk memberikan http://www.depkes.go.id/folder/view/01/s
informasi kesehatan guna meningkatkan tructure-publikasi-pusdatin-buletin.html
pengetahuan terhadap calon akseptor KB 8. Kusumaningrum, R. (2009). Faktor-
melalui sosialisasi program KB dan Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan
memberikan edukasi tentang pemilihan jenis Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi calon Pasangan Usia Subur. Universitas
akseptor KB tersebut. Diponegoro.
9. Nawirah, M. I., & Rahmah. (2014). Faktor
REFERENSI Yang Mempengaruhi Pemilihan
1. Affandi, B. (2010). Panduan Praktis Kontrasepsi IUD Di Wilayah Kerja
Pelayanan Kontrasepsi (2nd ed.). Jakarta: Puskesmas Wonomulyo Kecamatan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wonomulyo Kabupaten Polman. Jurnal
2. BKKBN. (2016). Peserta KB Aktif Kesmas Unhas.
Menurut Metode Kontrasepsi. Retrieved 10. Pendit, A. U. (2012). Ragam Metode
from Kontrasepsi. Jakarta: EGC.
http://aplikasi.bkkbn.go.id/sr/DALLAP/L 11. Proverawati, A., Islaely, A. D., & Aspuah,
aporan2013/ViewLaporanDALLAP.aspx S. (2010). Panduan Memilih Kontrasepsi.
3. BKKBN, J. T. (2015). Jumlah PUS Yogyakarta: Nuha Medika.
Berdasarkan Kesertaan Ber-KB. 12. Sibagariang, E. E., & Dkk. (2010).
Retrieved from Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
http://manajemenpk.bkkbn.go.id/felisa/P TIM.
USMenurutKesertaanBerKB.aspx?Provin 13. Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan
siID=15&map=350000&Periode=12/31/ Keluarga Berencana. Pelayanan
2015 12:00:00 AM Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
4. Christiani, Charis, D. (2014). Faktor- Medika.
Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 227

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI


PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO
Dian Irawati
Prodi Kebidanan, STIKES Majapahit
email: dian.irawati80@gmail.com

Abstract
A perineal tear is when the skin and/or muscles in the perineum are injured during birth. 2.9 million
maternity mothers around the world had perineal tears during 2009. Anggraeni (2016) showed that
60% of mothers in RB Lilik Sidoarjo had perineal tears. Complications of perineal tears are
postpatum haemorrhage, infection, fistula, hematoma and intercourse disorders. This study aimed
to determine the relationship of parity, distance pregnancy, and infant weight with the incidence of
perineum tears at Puri Health Center in 2017.Type of research is analytic observational with cross
sectional design. The sample in this study was parturient in Puri Health Center, 29 respondents taken
by accidental sampling. Instrument of study was checklist and data were analyzed by chi square test.
Chi square results showed that the relationship between parity and perineal tears has p value of
0.36, pregnancy distance with perineal tears has p value of 0.03, whereas the infant weight to the
occurrence of rupture uteri has p value of 0.002. Conclusion in this research is there was no relation
between parity with perineal tears incidence and there was correlation between pregnancy distance
and infant weight with incidence of perineal tears at Puri Puskesmas Mojokerto.
Keywords: factors, perineal tears
rupture uteri selama tahun 2009. Penelitian
1. PENDAHULUAN yang dilakukan Anggraeni (2016)
Angka kematian ibu (AKI) merupakan menunjukkan bahwa 60% ibu bersalin di BPM
salah satu indicator pencapaian derajat Ny Lilik Surabaya mengalami rupture
kesehatan ibu. Semakin rendah AKI maka perineum.
semakin tinggi derajat kesehatan ibu suatu Penyebab terjadinya rupture perineum
negara. Menurut definisi WHO “kematian ibu antara lain dari faktor ibu yang terdiri dari
adalah kematian parempuan saat hamil atau paritas, jarak kelahiran, cara meneran yang
dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya tidak tepat, dan umur ibu. Faktor janin yang
kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari terdiri dari berat badan bayi baru lahir dan
tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan presentasi. Faktor persalinan pervaginam
untuk mengakhiri kehamilan”(Prawirohardjo, terdiri dari ekstraksi forceps, ekstraksi vakum,
2013). trauma alat dan episiotomi, kemudian faktor
AKI di Indonesia pada tahun 2012 masih penolong persalinan yaitu pimpinan persalinan
jauh dari target MDG’s yaitu sebesar 359 per yang tidak tepat (Nasution, 2011)
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target Ruptur perineum merupakan terjadinya
SDG’s dalam kesehatan ibu adalah perlukaan (robek) pada otot perineum selama
mengupayakan AKI menjadi 70 per 100.000 proses persalinan kala II dan dapat berulang
kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2014) pada persalinan berikutnya. Perlukaan pada
Penyebab tingginya AKI di Indonesia perineum umumnya terjadi di garis tengah dan
adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan bisa meluas bila persalinan teralu cepat dan
penyebab lain. (Kemenkes, 2014). Sedangkan ukuran bayi yang semakin besar (Prawitasari
penyebab terjadinya perdarahan adalah atonia dkk, 2015).
uteri, rupture perineum, dan sisa plasenta Akibat langsung dari ruptur perineum
(Sumarah, 2009). adalah dapat terjadi perdarahan. Kesalahan
Rupture perineum merupakan kejadian dalam menjahit akan menimbulkan
robeknya otot perineum yang sering terjadi inkontinensia alvi (proses defekasi yang tidak
selama kala II persalinan. Sebanyak 2.9 juta dapat ditahan) karena sfingterani tidak terjahit
ibu bersalin di seluruh dunia mengalami dengan sempurna, fistula rektovagina, introitus
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 228

vagina menjadi longgar sehingga akan 2) Derajat II: robekan yang terjadi lebih
menimbulkan keluhan dalam hubungan dalam yaitu mengenai mukosa vagina,
seksual (Manuaba, 2010). komisura posterior, kulit perineum dan
Upaya yang dapat dilakukan dalam otot perineum. Ruptur perineum derajat II
menurunkan kejadian rupture perineum antara memerlukan penjahitan dengan
lain dengan senam hamil dan pertolongan menggunakan teknik penjahitan perineum.
persalinan yang aman. Senam hamil dapat 3) Derajat III: robekan yang terjadi
dilakukan mulai kehamilan 28 minggu dapat mengenai mukosa vagina, komisura
membantu untuk melenturkan otot perineum posterior, kulit perineum, otot perineum
dan membantu proses pernafasan sehingga hingga otot sfingter ani.
diharapkan dapat mengurangi kejadian rupture a) IIIa : mengenai sfingter ani eksternum
pada perineum. dibawah 50 %
Berdasarkan latar belakang tesebut, b) IIIb: mengenai sfingter ani eksternum
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dari 50%
tentang faktor-faktor yang berhubungan c) III c: mengenai sfingter ani internum.
dengan kejadian rupture perineum di Ruptur perineum derajat III memerlukan
Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto. penjahitan khusus yang dilakukan oleh
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin dokter spesialis. Jika terjadi robekan
mengetahui adanya hubungan antara paritas perineum derajat III di Puskesmas,
dengan kedian rupture perineum, hubungan Polindes, atau BPM maka klien harus di
antara jarak kehamilan dengan kejadian rujuk ke rumah sakit dengan peralatan
rupture perineum, dan hunbungan antara berat yang lebih lengkap.
badan bayi dengan kejadian rupture perineum. 4) Derajat IV : robekan yang terjadi lebih
dalam yaitu mengenai mukosa vagina,
2. KAJIAN LITERATUR DAN komisura posterior, kulit perineum, otot
PEGEMBANGANHIPOTESIS sfingter ani sampai ke dinding depan
2.1. Pengertian rektum. Penjahitan rupture perineum
Perineum merupakan bagian dari otot derajat IV harus dilakukan oleh dokter
bawah panggul yang berada antara vulva dan spesialis, seperti halnya rupture perineum
anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia derajat III. (POGI & JPKNR-KR, 2017 dan
urogenitalis serta diafragma pelvis. Wiknjosastro, 2007)
(Wiknjosastro, 2007) Rupture perineum
adalah robekan yang terjadi pada saat bayi 2.3. Penanganan Ruptur Perineum
lahir baik secara spontan maupun dengan Penanganan ruptur jalan lahir adalah
menggunakan alat atau tindakan episiotomy 1) Melakukan episiotomy untuk mencegah
(Prawiroharjo, 2007). Robekan atau laserasi luka yang robek dan pinggir luka yang
pada perineum terjadi pada hampir semua tidak rata dan kurang bersih pada beberapa
persalinan anak pertama dan dapat berulang keadaan tertentu misalnya tafsiran berat
pada persalinan berikutnya. badan janin lebih dari 4000 gr, perineum
Rupture perineum secara spontan dapat kaku, dan mempercepat kala II.
terjadi di serviks, vagina, genitalia bagian luar, 2) Melakukan penjahitan perineum dengan
otot perineum hingga anus. Robekan biasanya baik lapis demi lapis, dengan
diawali di bagian tengah dan melebar apabila memperhatikan jangan ada robekan yang
kepala bayi lahir terlalu cepat. (POGI dan terbuka ke arah vagina yang biasanya
JPKNR-KR, 2017) dapat dimasuki oleh bekuan darah yang
akan menyebabkan luka lama sembuh.
2.2. Klasifikasi Ruptur Perineum Tujuan penjahitan robekan perineum
1) Derajat I: luasnya robekan hanya sampai adalah untuk menyatukan kembali
mukosa vagina, komisura posterior tanpa jaringan tubuh dan mencegah kehilangan
mengenai kulit perineum. Rupture darah yang tidak perlu. Penjahitan
perineum derajat I biasanya tidak dilakukan dengan cara jelujur
memerlukan penjahitan. menggunakan benang catgut kromik.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 229

Dengan memberikan anastesi lokal pada 3. METODE PENELITIAN


ibu saat penjahitan laserasi, dan Jenis penelitian yang digunakan dalam
mengulangi pemberian anestesi jika penelitian ini adalah analitik observasional
masih terasa sakit. Penjahitan dimulai dengan pendekatan metode cross sectional
satu cm dari puncak luka. Penjahitan (potong lintang). Teknik pengambilan sampel
dimulai sebelah dalam ke arah luar, dari adalah dengan menggunakan teknik non
atas hingga mencapai bawah laserasi. random sampling dan cara yang digunakan
3) Memberikan antibiotik yang cukup. adalah accidental sampling. Sampel dalam
(POGI & JNPK-KR, 2017) penelitian ini adalah ibu bersalin spontan di
PONED Puskesmas Puri Kabupaten
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mojokerto selama bulan Februari – Mei 2017,
Ruptur Perineum sebanyak 29 responden. Data yang digunakan
1) Faktor ibu dalam penelitian ini adalah data primer yang
Faktor ibu yang dapat mempengaruhi diperoleh dari observasi langsung pada
rupture perineum adalah paritas, jarak responden dan data sekunder, yaitu data yang
kelahiran, cara meneran yang tidak tepat, diperoleh dari rekam medik ibu bersalin di
dan umur ibu. (Wiknjosastro, 2006) PONED Puskesmas Puri Kabupaten
2) Faktor janin Mojokerto. Pengambilan data dilakukan
Faktor janin yang dapat mempengaruhi dengan menggunakan checklist. Variabel
robekan perineum adalah berat badan janin bebas (independent) dalam penelitian adalah
dan presentasi. paritas, jarak kehamilan, dan berat badan bayi.
3) Faktor persalinan Sedangkan variable tergantung (dependent)
Faktor persalinan yang dapat dalam penelitian ini adalah rupture perineum.
mempengaruhi robekan perineum adalah Analisis data yang digunakan dalam penelitian
persalinan dengan bantuan alat, misalnya ini adalah analisis univariat yang dilakukan
persalinan dengan ekstraksi vakum, untuk mengetahui distribusi frekuensi, dan
ekstraksi forceps, dan episiotomy. analisa bivariat yang digunakan untuk
(Mochtar, 2010) mengetahui apakah terdapat suatu hubungan
4) Faktor penolong antara dua variabel. Analisis bivariat yang
Penolong persalinan yang kurang cakap digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi
dalam memantau proses persalinan dapat square.
menambah risiko terjadinya robekan
perineum. (Nasution, 2011) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Umum
2.5. Komplikasi Ruptur Perineum 1) Usia responden
1) Perdarahan
2) Infeksi
3) Fistula 14% 0% < 20 tahun
4) Hematoma
5) Gangguan Kenyamanan Hubungan
86% 20 - 35 tahun
Seksual

2.6. Hipotesis > 35 tahun


Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1) Terdapat hubungan antara paritas dengan
kejadian rupture perineum Gambar 1. Distribusi Frekuensi Usia
2) Terdapat hubungan antara jarak kelahiran Responden di Puskesmas
dengan kejadian rupture perineum Puri, Februari – Mei 2017
3) Terdapat hubungan antara berat badan bayi
dengan kejadian rupture perineum.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 230

Berdasarkan Gambar 1 dapat 4.2. Data Khusus


diketahui bahwa sebagian besar 1) Kejadian Ruptur Perineum
responden berusia 20-35 tahun. Usia 20-
35 tahun merupakan usia reproduksi Terjadi
sehat bagi perempuan dan merupakan Robekan
usia yang ideal dalam merencanakan 48% Perineum
kehamilan tetapi tetap harus mengatur 52%
jarak kehamilan agar tidak terjadi Tidak
komplikasi pada ibu dan janin jika jarak Terjadi
Robekan
kehamilan terlalu dekat.
Perineum
2) Pendidikan responden
Gambar 4. Distribusi Frekuensi
Ruptur Perineum di
3% Pendidikan Puskesmas Puri, Februari
Dasar – Mei 2017
28%
Pendidikan
69% Menengah Berdasarkan Gambar 4 dapat
Pendidikan
diketahui bahwa lebih 50% responden
Tinggi tidak mengalami rupture perineum.
Rupture perineum merupakan kejadian
robeknya otot perineum selama proses
Gambar 2. Distribusi Frekuensi persalinan. Robekan biasanya terjadi di
Responden Berdasarkan serviks, vagina sampai ke otot
Pendidikan di Puskesmas perineum. Sebagian ibu melahirkan
Puri, Februari – Mei 2017 pasti akan mengalami rupture perineum,
baik yang spontan maupun dengan cara
Berdasarkan Gambar 2 dapat episiotomy. Semakin besar ukuran
disimpulkan bahwa lebih dari 50% kepala bayi dan semakin cepat
responden berpendidikan menengah. keluarnya kepala dari jalan lahir maka
robekan akan semakin lebar. Rupture
3) Pekerjaan responden perineum sering kali menyebabkan
perdarahan pasca persalinan. (Fraser
7% dan Cooper, 2009)

Bekerja 2) Paritas

93%
Tidak Bekerja 41%
Primigravida
59%
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Multigravida
Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Puskesmas
Puri, Februari – Mei 2017.
Gambar 5. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Gambar 3 dapat Responden Berdasarkan
diketahui bahwa mayoritas responden Paritas di Puskesmas Puri,
tidak bekerja. Februari – Mei 2017.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 231

Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat 4.3. Analisis Bivariat


diketahui bahwa lebih dari 50% 1) Hubungan Paritas dengan Keadian Ruptur
responden adalah ibu multigravida. Perineum
Multigravida adalah ibu yang lebih dari Tabel 1. Hubungan Paritas dengan
satu kali melahirkan. Kejadian Ruptur Perineum di
Puskesmas Puri, Februari – Mei
3) Jarak Kehamilan 2017
Paritas Ruptur Perineum P
Tidak Ruptur value
Ruptur
34% Primigravida 5 7 0.36
< 5 tahun Multigravida 10 7
66% Total 15 14
≥ 5 tahun

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui


bahwa hasil tabulasi silang antara paritas dan
kejadian rupture perineum menunjukkan
Gambar 6. Distribusi Frekuensi hasil uji statistic chi square memiliki hasil p
Responden Berdasarkan value 0.36 (p > 0.05). Berdasarkan hasil
Jaran Kehamilan di tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Puskesmas Puri 2017 hubungan antara paritas dengan kejadian
rupture uteri. Hal ini sesuai dengan penelitian
Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat Prawitasari dkk (2015), bahwa tidak terdapat
diketahui bahwa lebih dari 50% hubungan antara paritas dengan kejadian
responden memiliki jarak kehamilan ≥ 5 rupture perineum. Hasil yang berbeda
tahun. dikemukakan oleh hasil penelitian yang
dilakukan Suryani (2013) bahwa terdapat
4) Berat Badan Bayi hubungan yang bermakna antara paritas dan
kejadian rupture perineum. Penelitian Elisa
(2016) dan Pratami & Kuswanti (2015) juga
24% menunjukkan adanya hubungan antara
< 4000 paritas dengan kejadian rupture perineum.
gram
Rupture perineum merupakan kejadian
76% ≥ 4000 robeknya jalan lahir terutama otot perineum
gram selama proses persalinan. Ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
rupture pada perineum salah satunya adalah
paritas. Namun dalam penelitian ini, paritas
Gambar 7. Distribusi Frekuensi tidak memiliki hubungan yang bermakna
Responden Berdasarkan
dengan kejadian rupture uteri. Tidak semua
Berat Badan Bayi di
ibu primipara akan mengalami rupture
Puskesmas Puri 2017
perineum. Hal ini disebabkan perbedaan
Berdasarkan gambar 7 di atas dapat elastisitas otot perineum pada ibu bersalin.
diketahui bahwa sabagian besar Semakin elastis otot perineum, maka
responden melahirkan bayi dengan berat kejadian rupture perineum akan semakin
kurang dari 4000 gram. kecil.
Elastisitas perineum tersebut dapat
ditingkatkan selama akhir kehamilan dengan
melakukan senam hamil ataupun yoga hamil
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 232

untuk membantu meregangkan otot dasar juga kurang bagus bagi kesehatan ibu. Hal
panggul. Sehingga otot dasar panggul ini dapat terlihat dari hasil penelitian bahwa
maupun perineum akan mudah meregang ibu dengan jarak anak ≥ 5 tahun lebih banyak
selama proses persalinan. mengalami rupture perineum.

2) Hubungan Jarak Kehamilan dengan 3) Hubungan Berat Badan Bayi dengan


Kejadian Ruptur Perineum Kejadian Ruptur Uteri
Tabel 2. Hubungan Jarak Kehamilan Tabel 3. Hubungan Berat Badan Bayi
dengan Kejadian Ruptur dengan Kejadian Ruptur
Perineum di Puskesmas Puri, Perineum di Puskesmas Puri,
Februari – Mei 2017 Februari – Mei 2017
Jarak Ruptur Perineum P Berat Ruptur Perineum P
Kehamilan Tidak Ruptur value Badan Bayi Tidak Ruptur value
Ruptur Ruptur
< 5 tahun 8 2 0.03 < 4000 gram 15 7 0.002
≥ 5 tahun 7 12 ≥ 4000 gram 0 7
Total 15 14 Total 15 14

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui


bahwa responden dengan jarak kehamilan bahwa responden yang tidak mengalami
lebih dari sama dengan 5 tahun lebih banyak rupture perineum seluruhnya melahirkan
mengalami rupture uteri dibandingkan bayi dengan berat < 4000 gram. Hasil
dengan responden yang memiliki jarak analisis statistic dengan uji exact fisher
kehamilan kurang dari 5 tahun. Hasil analisis memiliki nilai p value sebesar 0.002 (p<
statistic dengan menggunakan uji chi square 0.05), sehingga dapat ditarik kesimpulan
dapat diketahui bahwa nilai p value sebesar bahwa terdapat hubungan yang bermakna
0.03 (p<0.05). Hal ini dapat ditarik antara berat badan bayi dengan kejadian
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang rupture perineum.
bermakna antara jarak anak dengan kejadian Hasil penelitian ini sesuai dengan
rupture uteri. penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Hasil penelitian di atas sesuai dengan Prawitasari dkk (2015), Anggraeni (2016),
penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana dan Sulistyani (2016) yang mengemukakan
(2013) bahwa jarak kehamilan berhubungan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
dengan kejadian rupture perineum. Tetapi antara berat badan bayi dengan kejadian
hasil penelitian ini berbeda dengan hasil rupture perineum. Tetapi hasil penelitian ini
penelitian yang dilakukan Prawitasari dkk berbeda dengan hasil penelitian Endriani dkk
(2015) yang menyimpulkan bahwa tidak ada (2012) yang menunjukkan tidak ada
hubungan antara jarak kehamilan dengan hubungan antara berat badan bayi dengan
kejadian rupture uteri. kejadian rupture uteri.
Jarak anak yang ideal untuk menjaga Berat badan bayi yang besar (≥ 4000
kesehatan ibu dan anak adalah 2-5 tahun. gram) disertai dengan ukuran tubuh lebih
Jarak yang ideal tersebut akan memberikan besar. Ukuran bayi yang besar tersebut akan
kesempatan kepada anak untuk tumbuh dan menyebabkan jalan lahir akan lebih teregang
berkembang dengan lingkungan dan gizi dan mengalami robekan karena tidak mampu
yang optimal. Pengaturan jarak kehamilan menahan besarnya janin selama proses
yang ideal juga akan berdampak terhadap persalinan. Berat badan bayi yang berlebih
kesehatan ibu. Kesehatan reproduksi ibu juga akan meningkatkan risiko macet bahu
akan mengalami pemulihan yang optimal yang pada akhirnya akan semakin
jika jarak kehamilan tidak teralu dekat. Akan meningkatkan risiko terjadinya robekan pada
tetapi jika jarak terlalu jauh atau teralu lama perineum.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 233

5. KESIMPULAN RSU Dr.Pirngadi Medan Periode


Kesimpulan penelitian ini adalah: Januari-Desember 2007: J kesehatan.
Tidak terdapat hubungan antara paritas I. (2)
dengan kejadian rupture perineum di 9. Oxorn William. 2010. Ilmu Kebidanan
Puskesmas Puri Patologi dan Fisiologi Kebidanan.
Terdapat hubungan antara jarak Yokyakarta: Andi Offset.
kehamilan dengan kejadian rupture perineum 10. POGI dan JNPK-KR. 2017. Buku
di Puskesmas Puri Acuan Asuhan Persalinan Normal.
Terdapat hubungan antara berat badan Jakarta: JNPK-KR.
bayi dengan kejadian rupture uteri di 11. Prawirohardjo S. 2008. Ilmu
Puskesmas Puri
Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
REFERENSI
12. Wiknjosastro. 2007. Ilmu Bedah
1. Anggraeni. 2016. Hubungan Berat
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Bayi dengan Robekan Perineum pada
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Persalinan Fisiologis di RB Lilik
13. Pratami dan Kuswanti. 2015.
Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 9.
Hubungan Paritas Dengan Derajat
(1): 91-97.
Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin
2. Elisa, Endah, dan Yuniarti. 2016.
Normal Di Puskesmas Tegalrejo
Hubungan antara Berat Badan Bayi
Yogyakarta. Jurnal Kesehatan
Baru Lahir dengan Kejadian Rupture
Samodra Ilmu. 5. (1): 17-24.
Perineum Pada Ibu Bersalin Spontan
14. Prawitasari, dkk. 2015. “Penyebab
di Bidan Praktik Mandiri (BPM)
Terjadinya Ruptur Perineum pada
Endang Minaharsi, Amd.Keb
Persalinan Normal di RSUD Muntilan
Ngemplak Simongan Semarang Barat
Kabupaten Magelang”. Jurnal Ners
Tahun 2015. Jurnal Bidan. 2. (2): 23-
dan Kebidanan Indonesia. 3. (2): 76-
30.
81.
3. Endriani, Rosidi, dan Andarsari. 2013.
15. Rosdiana. 2013. Faktor-Faktor yang
Hubungan Umur, Paritas, dan Berat
Mempengaruhi Terjadinya Ruptur
Bayi Lahir dengan Kejadian Laserasi
Perineum pada Ibu Bersalin Normal di
Perineum di Bidan Praktek Swasta Hj.
Puskesmas Pelayanan Obstetri
Sri Wahyuni, S.SiT Semarang Tahun
Neonatal Emergency Dasar (Poned)
2012. Jurnal Unimus. 84-89.
Darul Imarah Aceh Besar (Skripsi).
4. Fraser DM dan Cooper MA. 2009.
Banda Aceh: Program Studi D-IV
Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta:
Kebidanan STIKES U’budiyah.
EGC.
16. Sulistiyani. 2016. Hubungan Antara
5. Kemenkes RI. 2014. Infodatin.
Berat Badan Bayi Baru Lahir Dengan
Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kejadian Rupture Perineum Pada Ibu
Kementrian Kesehatan RI.
Bersalin Spontan Di Bidan Praktik
6. Manuaba, I.A Chandranita, dkk. 2010.
Mandiri (BPM) Endang Minaharsi,
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
Amd.Keb Ngemplak Simongan
dan KB. Jakarta: EGC.
Semarang Barat Tahun 2015 (Karya
7. Mochtar. Sinopsis Obstetri Fisiologi
Tulis Ilmiah). Ungaran: Akademi
Patologi. 3rd Edition. Jakarta: ECG;
Kebidanan Ngudi Waluyo.
2010
17. Sumarah Dkk. 2009. Perawatan Ibu
8. Nasution N. 2011. Faktor-faktor yang
Bersalin. Yokyakarta: CV Fitramaya.
Berhubungan dengan Terjadinya
18. Suryani. 2013. Faktor-Faktor yang
Ruptur Perineum pada Ibu Bersalin Di
Berhubungan dengan Ruptur
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 234

Perineum Pada Persalinan Normal di


Rumah Bersalin Atiah. Jurnal
Kesehatan. IV. (1): 277-283.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 235

FUNGSI KOGNITIF DENGAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) PADA


LANSIA
(Kognitif Function With Activities Of Daily Living (ADL) In The Elderly)
Ninik Murtiyani1),Aris Hartono2),Hartin Suidah3), Nindya Putri Pangertika4)
Akademi Keperawatan Dian Husada
ninik.akbar@yahoo.co.id
Prodi Ilmu Keperawatan, Stikes Bahkti Husada Mulia
hartonoaris@yahoo.co.id
Akademi Keperawatan Dian Husada
suidahhartin@yahoo.co.id
Prodi Ilmu Keperawatan, Stikes Dian Husada
nindyaputri181@gmail.com

Abstract

Independence of the elderly depend on the individual's ability to perform daily activities (Activities
of Daily Livingstone- ADL). The decline include bathing, dressing, toiletting, move, and eat
continent. On the one side the elderly also decreased Cognitive Function as the impact of changes
in cerebral tissue. These changes are contained in visuospatial ability, memory, orientation,
language, attention, and executive function. The purpose of this study to analyze the relationship
between cognitive function in older adults with ADL in Panti Werdha Mojopahit Mojokerto Regency.
This research method is Non- Experimental (correlation studies) with Cross Sectional approach. The
population of this research is all elderly in the Panti Werdha Mojopahit Mojokerto Regency were 23
elderly people using Total Sampling. The variables of this study was measured using the Cognitive
Function MMSE and ADL were measured using the Katz Index. Analysis using descriptif analysis.
The results of the study showed most of the 23 respondents experiencing moderate cognitive
disorders with a mean value of 21.95. As for the ADL mostly belonging to the independent portion
with a mean value of 3.65. There is correlation between Cognitive Function with Activities Of Daily
Living (ADL) in the Elderly in Panti Werdha Mojopahit Mojokerto interpreted into Scater Chart with
value shown r² = 0,55 into strong relationship.Recommendation results of this study are to nurses
nursing care to the elderly to take better cognitive function and ADL, so it can help the elderly meet
their everyday activities.
Keywords: Activities Of Daily Living (ADL), Cognitive Function, the Elderly.

1. PENDAHULUAN menggunakan memori jangka pendek. Usia


Seiring meningkatnya usia akan diatas 60 tahun lansia beresiko tinggi
berdampak pada kemunduran fisik mengalami penurunan fungsi kognitif dalam
yangmenyebabkan menurunnya gerak hal belajar, menerima dan mengelola informasi
fungsional baik kemampuan mobilisasi atau dari lingkungan sekitar, dimana hal tersebut
perawatan diri tanpa atau sedikit bantuan dari berimplikasi pada orientasi waktu, orientasi
orang lain. Kemandirian pada lansia tempat, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
bergantung pada kemampuan individu dalam mengingat dan juga bahasa[16]. Penurunan
melakukan aktivitas harian [17]. Salah satu tidak hanya terjadi pada individu yang
akibat dari meningkatnya usia diatas 70 tahun mengalami sakit, namun juga terjadi pada
yaitu resiko tinggi akan mengalami penurunan individu lansia yang sehat. Hasil penelitian
aktivitas harian (Activities of Daily sebelumya di panti Werdha Mojopahit
Living)(ADL). Penurunan tersebut meliputi Mojokerto didapatkan angka kejadian
mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, gangguan fungsi kognitif pada lansia tergolong
berpindah, kontinen dan makan[2]. Di satu sisi masih banyak sedangkan untuk masalah
lansia juga akan mengalami penurunan fungsi Activities of Daily Living (ADL) terbilang
kognitif sebagai dampak dari terdapat pada cukup besar.
tugas yang membutuhkan kecepatan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 236

Penelitian sebelumnya dilakukan tentang Dengan demikian, dapat meningkatkan


fungsi kognitif pada usia lanjut, menunjukan kualitas kesehatan pada lansia.
lansia dengan fungsi kognitif normal sebanyak Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
29,5% dan yang mengalami kelainan kognitif mengetahui hubungan fungsi kognitif
berat sebesar 43,2% dari total sampel 95 denganActivities of Daily Living (ADL)
responden [9]. Dari hasil studi pendahuluan pada lansia.
yang dilakukan pada tanggal 1 Januari 2015 di
PantiWerdha Mojopahit Mojokerto didapatkan 2. KAJIAN LITERATUR DAN
lansia berjumlah 23 orang dengan gangguan HIPOTESIS
fungsi kognitif sedang sebesar 14 orang, 2.1 Konsep Fungsi Kognitif
sedangkan tidak mengalami gangguan kognitif 2.1.1 Pengertian Fungsi Kognitif
sebesar 9 orang. Sedangkan untuk masalah Fungsi kognitif adalah merupakan
pemenuhan kebutuhan Activities of Daily aktivitas mental secara sadar seperti berpikir,
Living (ADL) sebesar 13 orang dengan mengingat, belajar dan menggunakan bahasa.
kemandirian sedang, sedangkan 10 orang Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan
kemandirian penuh. atensi, memori, pertimbangan, pemecahan
Lansia mengalami penurunan jumlah masalah, serta kemampuan eksekutif seperti
neuron kolinergik yang berdampak pada merencanakan, menilai, mengawasi dan
penurunan jumlah neurotransmitterasetilkolin melakukan evaluasi.[17]
sehingga mengakibatkan penurunan fungsi
kognitif otak itu sendiri dimana lansia tidak 2.1.2 Macam Fungsi Kognitif
dapat mengingat pengalaman masa lalu, Fungsi otak yang lebih tinggi dapat
terganggunya pusat persyarafan mental dan disubklasifikasikan menjadi [9]:
intelegensi. Penurunan jumlah tersebut 1. Fungsi yang terdistribusi, yang tidak
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf terlokalisasi pada regio otak tertentu,
pusat (pengurangan massa otak dan aliran namun membutuhkan aksi dari berbagai
darah diotak) yang membuat atrosit bagian pada kedua sisi otak, seperti :
berploriferasi sehingga neurotransmitter 1) Atensi dan Konsentrasi
(dopamin dan serotonin) mengalami Pemeliharaan atensi normal tergantung dari
perubahan dan dapat meningkatkan aktivitas dasar anatomis yang sama dengan kesadaran,
enzim monoaminoksidas [12]. Hal inilah yang yaitu sistem aktivasi retrikular yang
akan mengakibatkan Activities of Daily Living berproyeksi ke talamus dan kemudian ke
(ADL) mengalami gangguan. korteks serebri secara difus.
Dalam mengatasi masalah fungsi kognitif 2) Memori
dan ADL (Activitiy of Daily Living) yang Dengan kemajuan dalam riset
dialami oleh lansia ialah dengan meningkatkan neuropsikologi, “sistem” memori telah dibagi
fungsi kognitif agar dapat memenuhi menjadi beberapa komponen :
kebutuhan aktifitas sehari- hari yang harus (1) Memori Implisit
dilakukan oleh lansia. Beberapa program yang Respon motorik yang dipelajari yang
dapat mendorong kemampuan stabilitas, tidak berhubungan dengan akses kesadaran,
konsistensi dan pertisipasi aktif adalah dengan misalnya mengendarai mobil dan keterampilan
Latihan Memori (daya ingat) dengan orentasi motorik kompleks lainnya.
realitas atau keadaan sekitar dan waktu (2) Memori Eksplisit
(tanggal dan tahun), Terapi Kemampuan Berhubungan dengan akses kesadaran,
Sosial, Terapi Komunikasi, Terapi yang kemudian disubklasifikasikan lagi
Manajaemen Stress, Terapi Nostalgia dan menjadi (1) Memori episodik, misalnya
Terapi Perilaku. Ada lima macam kebutuhan menceritakan kembali detil autobiografi dan
aktifitas tersebut, diantaranya makan, mandi, kejadian pengalaman pribadi lainnya yang
berpakaian, mobilitas dan toileting. Dengan berhubungan dengan waktu tertentu; (2)
meningkatkan fungsi kognitif dapat Memori semantik, penyimpanan pengetahuan
menurunkan permasalahan pada lansia [13]. dunia secara umum.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 237

3) Fungsi Eksekutif yang Lebih Tinggi terjadi pada lansia disfagia pada tingkat
Fungsi eksekutif sulit untuk didefinisikan keparahan yang berbeda.
dengan tepat, tetapi meliputi kemampuan 2) Fungsi Hemisfer Nondominan
untuk membuat rencana, beradaptasi, Jika sebagian besar fungsi bahasa
menangani konsep abstrak dan menyelesaikan terletak pada hemisfer dominan, maka hemisfer
masalah digabung dengan aspek perilaku sosial nondominan sebagian besar, walaupun tidak
dan kepribadian, misalnya inisiatif, motivasi semuanya, bertanggung jawab untuk
dan inhibisi. keterampilan visuospasial.
2. Fungsi yang terlokalisasi, yang
tergangtung dari struktur dan fungsi 2.1.3 Penyebab Penurunan Kognitif Pada
normal dari satu area atau tertentu pada Lansia
satu hemisfer. Penurunan kemampuan kognitif pada
Dominasi hemisfer, pada kebanyakan lansia memperlihatkan perubahan seiring
individu, hemisfer serebri kiri merupakan dengan perubahan kondisi kesehatan. Otak
hemisfer yang dominan untuk fungsi bahasa. lansia sebagaimana organ lain memperlihatkan
Bahkan mayoritas orang kidal juga memiliki kehilangan yang gradual. Secara umum
hemisfer kiri yang dominan. diasumsikan bahwa penurunan fungsi kognitif
1) Fungsi Hemisfer Dominan pada lansia disebabkan oleh perubahan
Afasia atau disfasia adalah kerusakan morfologis jaringan cerebral, penurunan
fungsi berbahasa akibat kerusakan otak. Hal ini kapasitas sirkulasi dan neurotransmiter. Selain
meliputi bahasa lisan dan tulisan (membaca penurunan fisik, beberapa faktor yang
dan menulis), yang mungkin saja mengalami mempengaruhi fungsi kognitif adalah
kerusakan selektif (aleksia/ disleksia dan motivasi, harapan, kepribadian, kebutuhan
agrafia/ disgrafia). tugas, pola belajar, kemampuan intelektual,
Fungsi bahasa meliputi : tingkat pendidikan, latar belakang,
(1) Kelancaran berbahasa, apakah lansia sosiokultural dan pola proses informasi [2].
dapat mengeluarkan frase atau kalimat
dengan panjang yang normal (lima atau 2.1.4 Perubahan Kognitif pada Lansia
lebih kata) secara spontan. Jika Perubahan kognitif terdapat pada
berbicaranya tidak lancar, maka tata performance terutama pada tugas yang
bahasa (sintaks) umumnya juga abnormal. membutuhkan kecepatan, yang memerlukan
(2) Pengertian atau komprehensi, sejumlah memori jangka pendek, ini terlihat adanya
benda dijajarkan di depan lansia dan keterlambatan dalam kecepatan melakukan
lansia diperintahkan menunjuk benda tugas. Namun perubahan ini bergantung pula
yang disebutkan oleh pemeriksa, misalnya kepada macam tes yang diberikan.
pulpen, jam tangan, kunci, apakah lansia Kemampuan untuk mengingat dengan baik
mampu melakukannya? Apakah lansia dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan
dapat mengerjakan perintah yang lebih bertambahnya waktu, mereka merasa sukar
kompleks? (“coba anda ambil kunci dan mengingat hal yang penting sehingga merasa
berikan pulpen pada saya”). Apakah cemas, meskipun kemampuan fisik dan mental
lansia dapat mengerti konsep dibalik yang lain tidak terganggu, kemampuan
pertanyaan? (“Apakah nama adebu yang berjalan masih baik, fasih berkomunikasi dan
tertinggal setelah rokok habis?”). masih dapat menikmati hobi.
(3) Repetisi, apakah lansia dapat mengulangi Kemunduran proses mengingat pada
kata tunggal atau seluruh kalimat seperti lansia terjadi secara bertahap. Dengan
“jika tidak, dan, atau, tetapi?” berubahnya kondisi kesehatan dari sehat
(4) Menyebutkan nama, misalnya nama menjadi sakit, lansia menyadari bahwa dirinya
benda, seperti jam tangan, pulpen dan perlu mewaspadai adanya gangguan otak yang
benda yang kurang familiar seperti pena, menyebabkan gangguan proses memori dan
gesper, kumparan (kegagalan bila terjadi penurunan kemampuan ingatan
menyebutkan nama suatu benda (anomia) tertunda yang merupakan ciri khas terjadinya
proses patologis seperti demensia. Yunus
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 238

(2003) menggambarkan kelemahan kognitif pada hipokampus dan merupakan pelindung


ringan atau lebih dikenal sebagai Mild dari saraf vitro.[30]
Cognitive Impairment (MCI) merupakan salah Salah satu faktor penyakit penting
satu gangguan kognitif termasuk kelompok yang mempengaruhi penurunan kognitif lansia
perantara atau fase transisi antara mudah lupa adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah
terkait dengan usia. Consensus paper on MCI kronis dapat meningkatkan efek penuaan pada
tahun 2000 membuat rekomendasi untuk struktur otak, meliputi penurunan substansia
kriteria diagnosis untuk seseorang yang putih dan abu- abu di lobus prefrontal,
dikatakan menyandang kelemahan kognitif penurunan hipokampus, meningkatkan
ringan apabila memenuhi beberapa persyaratan hiperintensitas substansia putih di lobus
(1) Adanya laporan dari orang itu sendiri atau frontalis [22].
keluarga bahwa orang tersebut mengalami Angina pektoris, infark miokardium,
kemunduran kognitif lainnya dibandingkan penyakit jantung koroner dan penyakit
keadaan sebelumnya; (2) Orang tersebut masih vaskular lainnya juga dikaitkan dengan
mempunyai aktivitas hidup harian sederhana memburuknya fungsi kognitif[1].
dengan baik; (3) Hasil evaluasi tes penampilan Hasil penelitian menunjukkan adanya
Mini Mental Status Examination (MMSE) tidak hubungan positif antara usia dan penurunan
cukup terganggu dibandingkan kontrol sesuai fungsi kognitif. Hasil dari pengukuran fungsi
umur dan pendidikan; (3) Adanya gangguan kognitif pada lansia adalah 16% pada
dalam kemampuan memori atau kognitif kelompok umur 60- 69 tahun, 21% pada 70- 74
lainnya; (4) Gangguan kognitif dan gangguan tahun, 30% pada 75- 79 tahun, dan 44% pada
aktivitas hidup harian tidak cukup parah untuk 80 tahun keatas [16].
menetapkan diagnosa demensia [26].
2.1.6 Manifestasi Gangguan Kognitif
2.1.5 Faktor Resiko Penurunan Fungsi pada Lansia
Kognitif Lansia 1. Gangguan Bahasa
Jenis kelamin, wanita lebih beresiko Gangguan bahasa yang terjadi pada
mengalami penurunan kognitif daripada laki- penurunan kognitif terutama tampak pada
laki. Hal ini disebabkan adanya peranan level kemiskinan kosa kata. Lansia tidak dapat
hormon seks endogen dalam perubahan fungsi menyebutkan nama benda atau gambar yang
kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan ditunjukkan padanya (confrontation naming),
dalam area otak yang berperan dalam fungsi tetapi lebih sulit lagi menyebutkan nama benda
belajar dan memori, seperti hipokampus. dalam satu kategori (category naming),
Penurunan fungsi kognitif umum dan memori misalnya disuruh menyebutkan nama buah
verbal dikaitkan dengan rendahnya level atau hewan dalam satu kategori. Sering adanya
estradiol dalam tubuh. Estradiol diperkirakan diskrepansi antara penamaan konfrontasi dan
bersifat neuroprotektif yaitu dapat membatasi penamaan kategori dipakai untuk mencurigai
kerusakan akibat stress oksidatif serta sebagai penurunan kognitif dan demensia dini.
pelindung sel saraf dari toksisitas amiloid pada 2. Gangguan Memori
lansia Alzheimer [30] Sering merupakan gejala yang pertama
Faktor makanan juga mempengaruhi timbul pada penurunan kognitif dan demensia
fungsi kognitif. Kekurangan vitamin D sekitar dini. Tahap awal terganggu adalah memori
25%- 54% pada orang berusia 60 keatas dan baru, yakni cepat lupa apa yang baru saja
74% ditemukan pada wanita pada penderita dikerjakan, lambat laun memori lama juga
Alzheimer. Hal tersebut disebabkan oleh dapat terganggu.
metabolisme vitamin D yang kurang efisien Fungsi memori dibagi dalam tiga
pada orang tua. Karena sumber utama vitamin tingkatan bergantung lamanya rentang waktu
D adalah sinar matahari, untuk antara stimulus dan recall yaitu (1) Memori
mempertahankan tingkat serum normal, diet segera (immediate memory), rentang waktu
saja mungkin tidak cukup tanpa suplementasi. antara stimulus dan recall hanya beberapa
Hasil dari penelitian tentang vitamin D dalam detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan
fungsi otak adalah adanya reseptor vitamin D perhatian untuk mengingat (attention); (2)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 239

Memori baru (recent memory), rentang waktu (perencanaan), purposive action (bertujuan),
lebih lama yaitu beberapa menit, jam, bulan effective performance (pelaksanaan yang
bahkan tahun; (3) Memori lama (remote efektif).
memory), rentang waktunya tahunan bahkan 7. Atensi
seusia hidup. Atensi adalah kemampuan untuk
3. Gangguan Emosi bereaksi atau memperhatikan satu stimulus
Gangguan ini sering timbul pada dengan mampu mengabaikan stimulus lain
lansia. Sekitar 15% lansia mengalami kesulitan yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakan hasil
kontrol terhadap ekspresi dan emosi. Tanda hubungan antara batang otak, aktivitas limbik
lain adalah menangis dengan tiba- tiba atau dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk
tidak dapat mengendalikan tawa. Efek fokus pada stimulus spesifik dan mengabaikan
langsung yang paling umum dari penyakit pada stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi
personality adalah emosi yang tumpul, merupakan kemampuan untuk
disinhibition, kecemasan yang berkurang atau mempertahankan atensi dalam periode yang
euforia ringan, dan menurunnya sensitifitas lebih lama. Gangguan atensi dan konsentrasi
sosial. Dapat juga terjadi kecemasan yang akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti
berlebihan, depresi dan hipersensitif. memori, bahasa dan fungsi eksekutif [3].
4. Gangguan Visuospasial
Sering timbul dini pada demensia. 2.1.7 Manajemen Keperawatan
Lansia banyak lupa waktu, tidak tahu kapan Terhadap Kemunduran Kognitif
siang dan malam, lupa wajah teman dan sering Lansia
tidak tahu tempat sehingga sering tersesat Manajemen keperawatan yang dapat
(disorientasi waktu, tempat, dan orang). Secara dilakukan terhadap kemunduran kognitif
obyektif gangguan visuospasial ini dapat adalah dengan mengkaji orientasi lansia. Hal
ditentukan dengan meminta lansia mengkopi ini diakukan untuk meningkatkan kognisi
gambar atau menyusun balok sesuai bentuk lansia. Beberapa program yang dapat
tertentu. Semua lobus berperan dalam mendorong kemampuan stabilitas, konsistensi,
kemampuan konstruksi dan lobus parietal identifikasi dan partisipasi aktif adalah:
terutama hemisfer kanan berperan paling 1. Latihan memori (daya ingat) dengan
dominan. orentasi realitas atau keadaan sekitar dan
5. Gangguan Kognisi (cognition) waktu (tanggal dan tahun). Orientasi
Fungsi ini yang paling sering realitas adalah upaya mempertahankan
terganggu pada lansia dan penurunan kognitif, realita yang ada, antara lain terhadap
terutama daya abstraksinya. Selalu berfikir waktu, tempat, dan orang. Pada lansia
konkret, sehingga sukar sekali memberi makna yang mengalami kemunduran kognitif
peribahasa. Juga daya persamaan (similarities) langkah orientasi realitas seperti jam
mengalami penurunan. dinding menunjukkan waktu yang benar
6. Fungsi Eksekutif dan dapat dilihat, papan orientasi
Fungsi eksekutif dari otak dapat menunjukkan tanggal, menu dan kejadian
didefenisikan sebagai suatu proses kompleks tiap hari, memberi label pada pintu
seseorang dalam memecahkan masalah/ ruangan seperti toilet, ruang makan, dan
persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran lainnya. Orientasi terapi kelompok
akan keberadaan suatu masalah, dengan orientasi konstan terhadap
mengevaluasinya, menganalisa serta lingkungan.
memecahkan atau mencari jalan keluar suatu 2. Terapi kemampuan sosial adalah
persoalan. Fungsi ini dimediasi oleh korteks memberikan dorongan dan semangat
prefrontal dorsolateral dan struktur kepada lansia ketika berinteraksi dengan
subkortikal yang berhubungan dengan daerah yang lainnya.
tersebut. Fungsi eksekutif dapat terganggu bila 3. Terapi komunikasi adalah dengan
sirkuit frontal- subkortikal terputus. Lezack meningkatkan pola bicara atau kata
membagi fungsi eksekutif menjadi 4 terpilih untuk memfasilitasi proses
komponen yaitu volition (kemauan), planning
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 240

berfikir dengan meminimalisir kelainan 2. Skala Mini Mental Status Exam (MMSE)
sensori. Pemeriksaan Mini Mental State
4. Terapi manajemen stres adalah dengan Examination (MMSE) ini awalnya
mengidentifikasi faktor yang dikembangkan untuk skrining demensia,
meminimalisasi stres dengan namun sekarang digunakan secara luas untuk
menggunakan metode dan manajemen pengukuran fungsi kogntif secara umum.
stres. Pemeriksaan MMSE kini adalah instrumen
5. Terapi nostalgia dengan bercerita skrining yang paling luas digunakan untuk
pengalaman masa lalu, hal ini berguna menilai status kognitif dan status mental pada
untuk menstimulasi individu supaya usia lanjut [10].
memikirkan masa lalu sehingga mereka Sebagai satu penilaian awal,
dapat menyatakan lebih banyak tentang pemeriksaan MMSE adalah tes yang paling
kehidupan mereka kepada staf atau ahli banyak dipakai. Pemeriksaan status mental
terapi. MMSE Folstein adalah tes yang paling sering
6. Terapi perilaku adalah dengan dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai
mempertahankan konsistensi dan maksimal 30, cukup baik dalam mendeteksi
stabilitas untuk mengidentifikasi harapan gangguan kognitif, menetapkan data dasar dan
dan perilaku dengan mengenali stresor memantau penurunan kognitif dalam kurun
dan kontroling dengan menggunakan waktu tertentu. Skor MMSE normal 24- 30.
jadwal tertulis dengan arahan membantu Bila skor kurang dari 24 mengindikasikan
aktivitas. gangguan fungsi kognitif [7].
7. Pharmacotherapy dengan terapi obat Instrumen ini disebut “mini” karena
untuk mengatur perubahan perilaku yang hanya fokus pada aspek kognitif dari fungsi
mempengaruhi lansia. mental dan tidak mencakup pertanyaan tentang
8. Program latihan yang cukup dengan mood, fenomena mental abnormal dan pola
olahraga secara teratur, senam, berjalan pikiran. Mini Mental State Examination
disekitar rumah sakit dan taman dapat (MMSE) menilai sejumlah domain kognitif,
mendukung proses mempertahankan orientasi ruang dan waktu, working and
kemampuan kognitif [13]. immediate memory, atensi dan kalkulasi,
penamaan benda, pengulangan kalimat,
2.1.8 Alat Ukur Fungsi Kognitif pelaksanaan perintah, pemahaman dan
Alat ukur yang digunakan untuk pelaksanaan perintah menulis, pemahaman dan
mengukur gangguan kognitif adalah[8] pelaksanaan perintah verbal, perencanaan dan
1. Short Portable Mental Status praksis. Instrumen ini direkomendasikan
Questionnaire (SPMSQ) sebagai screening untuk penilaian kognitif
Digunakanuntukmendeteksiadanyadantin global oleh American Academy of Neurology
gkatkerusakanintelektual, terdiridari 10 (AAN)[10].
hal yang mengetesorientasi, Nilai MMSE secara umum menurun
memoridalamhubungannyadengan kemampua seiring dengan pertambahan usia. Meskipun
nperawatandiri, memorijauh, skor rerata yang rendah pada orang usia lanjut
dankemampuanmatematis[8] dapat mengakibatkan prevalensi demensia
Short Portable Mental Status yang semakin meningkat pada kelompok usia
Questionnaire(SPMSQ) adalah suatu lanjut. Skor 30 tidak selalu berarti fungsi
instrumen yang saling menunjang, mudah kognitifnya normal dan skor 0 tidak berarti
dipegunakan dan tidak memerlukan bahan secara mutlak bahwa fungsi kognitifnya tidak
yang bersifat khusus. Pengujian ini muncul dan ada[29].
memenuhi kriteria minimal untuk Menguji aspek kognitif dari fungsi
mengemukakan keabsahan, menjadi suatu mental: orientasi, registrasi, perhatian dan
sarana pemeriksaan status mental yang kalkulasi, mengingat kembali serta bahasa [12]
meliputi orientasi, ingatan jangka panjang dan
penghitungan. Tidak terdapat tugas yang
bersifat menguji ingatan jangka pendek [18].
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 241

2.2 Konsep Kemandirian Activities of harian[14].Dengan meningkatnya usia maka


Daily Living (ADL) Lansia secara alamiah akan terjadi penurunan
2.2.1 Pengertian Kemandirian Activities kemampuan fungsi untuk merawat diri sendiri
of Daily Living (ADL) Lansia maupun berinteraksi dengan masyarakat
Tahun 1959 dikembangkan suatu teori sekitarnya, dan akan semakin bergantung pada
untuk mengarahkan praktek mahasiswa orang lain. Dimana semakin meningkatnya
keperawatanyang dikemukakan oleh Dorothea usia maka semakin berkurangnya kemampuan
Orem. Proses menjadi teori berlangsung dari penderita dalam beraktifitas harian.
tahun 1868- 1979. Dalam berbagai teori 2. Jenis Kelamin
keperawatan yang ada, teori Orem merupakan Jenis kelamin mempengaruhi
teori yang mendasari dan menilai kemampuan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas
klien dalam memenuhi aktivitas harian. Orem harian. Laki- laki memiliki tingkat
mengembangkan teorinya dalam bidang ketergantungan lebih besar dibandingkan
keperawatan dan menekankan pada kebutuhan wanita, dan ini akan terus meningkat seiring
klien tentang perawatan diri sendiri dengan dengan bertambahnya usia. Kehidupan dalam
tujuan untuk meningkatkan kemampuan klien susunan keluarga (family living arrangement)
memenuhi kebutuhannya secara mandiri. dapat dilihat bahwa wanita lebih banyak yang
Terdapat tiga bentuk teori kemandirian yang mandiri. Dapat dilihat dalam masyarakat
disampaikan Orem dalam capable of self care bahwa lebih banyak wanita yang ditinggalkan
(mampu merawat diri sendiri). Teori Self Care suaminya, yang dapat membesarkan anak
mengungkapkan hubungan antara tindakan sampai berhasil. Kebanyakan laki- laki yang
untuk merawat diri dengan perkembangan tidak mandiri terjadi karena laki- laki yang
fungsi individu. Teori Self Care Deficit tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah. Hal ini
mengungkapkan ketidakmampuan klien dalam dipengaruhi oleh tradisi daerah setempat,
hal ini lansia dalam merawat dirinya. Teori dimana laki- laki hanya bertugas mencari uang
Nursing System mengungkapkan tentang sedangkan untuk pekerjaan yang menyangkut
perawatan diri yang terapeutik dapat dilakukan mengurus rumah dan keluarga adalah tanggung
secara mandiri oleh lansia dan diperlukan jawab istri sebagai ibu rumah tangga.
keterlibatan sistem untuk memenuhinya [21]. 3. Pendidikan
Fokus dari ketiga teori ini adalah Pendidikan merupakan salah satu
mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan unsur penting untuk meningkatkan
kesejahteraan. Klien dalam teori ini adalah kemampuan masyarakat dalam mencapai
suatu unit yang digambarkan berfungsi secara kehidupan yang lebih baik. Dengan pendidikan
biologik, simbiolik dan sosial, yang yang semakin tinggi dapat menghasilkan
menghendaki aktivitas merawat diri sendiri keadaan sosioekonomi makin baik dan
dalam mempertahankan hidup, kesehatan, dan kemandirian yang semakin baik.
kesejahteraan. Lansia sebagai individu sama 4. Kondisi Kesehatan
halnya dengan klien yang digambarkan oleh Secara teori lansia yang memiliki
Orem yaitu suatu unit yang juga menghendaki tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka
kemandirian dalam mempertahankan hidup, yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan
kesehatan dan kesejahteraan. Kemandirian yang cukup prima. Dengan kesehatan yang
pada lansia tergantung pada kemampuan status baik mereka bisa melakukan aktivitas apa saja
fungsionalnya dalam melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari- hari seperti
harian [15]. mengurus dirinya sendiri, bekerja dan rekreasi.
Kemandirian bagi lansia dapat dilihat dari
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi kualitas kesehatan sehingga dapat melakukan
Kemandirian Activities of Daily Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS).
Living (ADL) Lansia Lansia yang tidak dapat melakukan aktivitas
1. Usia secara mandiri umumnya memiliki kondisi
Lansia yang telah memasuki usia 70 kesehatan yang tidak baik. Mereka mengalami
tahun, ialah penderita resiko tinggi yang akan keluhan ≥ 60% dari keluhan yang umum
mengalami penurunan aktifitas dialami lansia, lansia tidak bisa melihat karena
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 242

menderita kebutaan, mengalami kelumpuhan sendirian. Angka kematian untuk pria lansia
karena sudah lama menderita stroke. Lansia secara substansial jauh lebih tinggi dibanding
yang tidak mandiri juga disebabkan karena wanita lansia. Hidup menjanda atau menduda
kondisi tubuh penderita yang sudah melemah mempunyai pengaruh meningkatkan angka
karena berubahnya status kesehatan dari sehat kematian pria yang ditinggalkan. Kematian
menjadi sakit. Sehingga sangat bergantung dari salah seorang pasangan hidup sering kali
pada bantuan orang lain terutama anak. diikuti dengan meningkatnya angka
5. Kehidupan Beragama ketergantungan dan kebutuhan akan dukungan
Agama memainkan peran mendukung keluarga dari pasangan yang masih hidup.
bagi banyak lansia, hal ini antara lain dukungan 9. Olahraga
sosial, keinginan akan gaya hidup yang sehat, Olah raga dapat meningkatkan
persepsi tentang kontrol terhadap hidup kemandirian lansia karena melalui olahraga
mereka melalui do’ a, mendorong kondisi dapat mengurangi dan bahkan mencegah
emosi positif, penurun stres dan keimanan penurunan fungsional penderita. Terapi fisik
terhadap Tuhan sebagai cara hidup yang baik. dirancang untuk meningkatkan keseimbangan,
Agama memiliki pengaruh positif pada kekuatan, dan pergerakan. Latihan kekuatan
kesehatan mental secara fisik dan usia. dan keseimbangan. Latihan kekuatan
6. Kondisi Ekonomi membantu mencegah menurunnya densitas
Kondisi lansia akan menyebabkan tulang dan massa otot yang menyebabkan
kemunduran di bidang ekonomi. Masa pensiun kelemahan dan cacat fisik. Ketika latihan
akan berakibat turunnya pendapatan, hilangnya kekuatan otot dikombinasikan dengan latihan
fasilitas, kekuasaan, wewenang dan keseimbangan, secara signifikan dapat
penghasilan. Masalah ekonomi yang dialami mengurangi risiko tinggi jatuh pada Lansia.[1].
lansia adalah tentang pemenuhan kebutuhan Hasil penelitian The centre for
hidup sehari– hari seperti kebutuhan sandang, Diseases Control and Prevention di Amerika
pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi dan Serikat dan The American College of Sports
sosial. Dengan kondisi fisik dan psikis yang Medicine yang memberikan rekomendasi
menurun menyebabkan mereka kurang mampu berolah raga selama 15- 30 menit sehari selain
menghasilkan pekerjaan yang produktif. Jika aktivitas sehari- hari, dan tidak harus berturut-
tidak bekerja berarti bantuan yang diperoleh turut. The Journal of the American Medical
mereka dari bantuan keluarga, kerabat dan Association yang mempublikasikan beberapa
orang lain. aktivitas yang dianggap mempunyai intensitas
7. Aktivitas Sosial sedang yang dianjurkan untuk lansia yaitu jalan
Berdasarkan hasil riset tim dokter dari santai, bersepeda, berenang, senam, olah raga
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas menggunakan raket [1].
Harvard. Aktivitas sosial dan kegiatan
produktif dapat meningkatkan kualitas, 2.2.3 Activities of Daily Living (ADL) pada
kemampuan dan usia hidup seseorang. Mereka Lansia
yang lebih aktif secara sosial ternyata lebih Untuk melihat kemampuan fungsional
sedikit yang meninggal dan lebih mandiri sesorang, khususnya lansia dapat diamati dari
dibanding mereka yang kurang aktif. Lebih kemampuan melakukan aktivitas
lanjut dijelaskan bahwa kondisi penting yang keseharianya. Activities Daily Living (ADL)
menunjang kebahagiaan bagi lansia adalah adalah fungsi- fungsi yang bersifat
menikmati kegiatan sosial yang dilakukan fundamental terhadap kehidupan mandiri klien
dengan kerabat keluarga dan teman. yang meliputi mandi, berpakaian, pergi ke
8. Dukungan Keluarga kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan.
Bagi lansia, keluarga merupakan Kemandirian lansia dalam Activities Daily
sumber kepuasaan, umumnya mereka ingin Living (ADL) didefinisikan sebagai
tinggal di tengah keluarga. Penderita yang kamandirian seseorang dalam melakukan
tinggal bersama lebih mungkin untuk bertahan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari– hari
hidup dan mempertahankan kemandirian yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan
mereka dibanding mereka yang hidup universal. Untuk menilai ADL digunakan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 243

berbagai skala sperti Katz Index, Bartel yang 2.3 Hubungan Fungsi Kognitif dengan
dimodifikasi dan Functional Activities Activities of Daily Living (ADL) pada
Questioner (FAQ) [12] Lansia
Hubungan antara aktivitas sehari- hari
2.2.4 Pengkajian Indeks Katz dari AKS (ADL) dan fungsi kognitif adalah sesuatu yang
Indeks katz meliputi kemampuan positif dan kontroversial terutama pada
mandiri klien untuk mandi, berpakaian, golongan usia lanjut, karena perubahan
toileting, berpindah tempat, mempertahankan disemua sistem di dalam tubuh manusia.
inkontinensia dan makan. Kemandirian berarti Perubahan disemua sistem di dalam tubuh
tanpa pengawasan, pengawasan atau asisten manusia tersebut salah satu misalnya terdapat
pribadi. Ini didasarkan pada status aktual dan pada sistem saraf. Perubahan tersebut dapat
bukan pada kemampuan. Dalam tiga puluh mengakibatkan terjadinya penurunan dari
tahun sejak instrument dikembangkan, fungsi kerja otak. Berat otak pada lansia
instrument telah dimodifikasi dan umumnya menurun 10- 20%. Penurunan ini
disederhanakan serta pendekatan yang berbeda terjadi pada usia 30- 70 tahun [30]. Penelitian
untuk penilaian telah digunakan secara terkini menyebutkan bahwa walaupun tanpa
konsisten yang ditujukan untuk mengevaluasi adanya penyakit neurodegeneratif, jelas
status fungsional lansia di populasi. Alat ini terdapat perubahan struktur otak manusia
digunakan secara luas untuk mengukur seiring bertambahnya usia. Perubahan
kemampuan fungsional lansia di lingkungan patologis pada lansia juga berhubungan
klinis dan rumah[25]. dengan kemunduran fungsi kognitif[11].
Katz Indeks dari AKS adalah alat yang Hal tersebut tentunya juga akan
secara luas digunakan untuk menentukan hasil berpengaruh pada aktivitas sehari- hari
tindakan dan prognosis pada lansia dan (Activities of Daily Living- ADL) sehingga
penyakit kronis. Indeks merentang dapat menurunkan kualitas hidup lansia yang
keadekuatan pelaksanaan dalam enam fungsi berimplikasi pada kemandirian dalam
seperti mandi, berpakaian, toileting, berpindah, melakukan aktivitas hidup sehari- hari [1].
kontinen, dan makan. Ini adalah alat yang Kemandirian lansia berdasarkan indeks Katz
berguna bagi perawat karena menggambarkan meliputi makan, minum, mandi, berpakaian,
tingkat fungsional klien pada pokok waktu toiletting, continen, dan berpindah [18].
spesifik dan secara objektif mengukur efek Penurunan fungsi kognitif akan
tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki menyebabkan gangguan pada sistem saraf
fungsi. Skala ini lebih cenderung pusat, yaitu pengurangan massa otak dan
menggunakan “mandiri, semi mandiri, dan pengurangan aliran darah otak. Selanjutnya
tergantung” dari menggunakan daftar cek yang akan menyebabkan atrosit berploriferasi
berisi empat atau lima gradasi yang sehingga neurotransmitter (dopamin dan
mendefinisikan sejauh mana lansia tersebut serotonin) akan berubah. Perubahan pada
memerlukan bantuan[12]. neurotransmitter ini akan meningkatkan
Indeks kemandirian pada aktivitas aktivitas enzim monoaminoksidase (MAO)
sehari- hari berdasarkan pada evaluasi fungsi (Pranarka, 2006). Hal inilah yang akan
mandiri atau tergantung dari klien dalam mengakibatkan Activities of Daily Living
mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, (ADL) mengalami gangguan.
berpindah, kontinen dan makan. Kemandirian Lansia menjadi memerlukan beberapa
berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan untuk melakukan beberapa aktivitas
bantuan pribadi aktif, kecuali seperti spesifik yang semula mereka mampu untuk
diperlihatkan di bawah ini. Ini didasarkan pada melakukannya sendiri. Diperkirakan bahwa
status aktual dan bukan pada kemampuan. sepertiga orang dewasa akan mengalami
Seorang klien yang menolak untuk melakukan penurunan fungsi kognitif secara bertahap
suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, yang dikenal sebagai gangguan kognitif ringan
meskipun dia dianggap mampu [2]. seiring dengan bertambahnya usia mereka.
Jadi, variabel dalam penelitian ini adalah
hubungan antara fungsi kognitif dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 244

kemandirian dalam melakukan Activities of lansia mudah lupa dimana mereka berada dan
Daily Living (ADL). didaerah mana mereka tinggal.
Lansia tidak dapat menyebutkan nama
3. METODOLOGI PENELITIAN benda atau gambar yang ditunjukkan padanya
Desain penelitian yang digunakan adalah (confrontation naming), tetapi lebih sulit lagi
observasional dengan pendekatan Cross menyebutkan nama benda dalam satu kategori
Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah (category naming), misalnya disuruh
seluruh lansia yang sedang berada di Panti menyebutkan nama buah atau hewan dalam
Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto satu kategori. Sering adanya diskrepansi antara
berjumlah 23 orang lansia yang memenuhi penamaan konfrontasi dan penamaan kategori
kriteria penelitian. Teknik pengambilan sampel dipakai untuk mencurigai penurunan kognitif
menggunakan Non probability sampling dan demensia dini[3]. Lansia akan mudah
dengan teknik Total Sampling. menyebutkan nama benda yang ditunjukkan
secara langsung tetapi tidak dalam satu
4. HASIL DAN PEMBAHASAN kategori, hal ini dikarenakan lansia disorientasi
3.1. Pengukuran Fungsi Kognitif Lansia registrasi dimana lansia sulit menyebutkan
nama benda dalam satu ketegori. Mereka
Fungsi Kognitif Nilai cenderung bingung dan kurang dapat
Nilai Mean 21,95 membedakannya.
Nilai Std. Deviasi 2,91 Manifestasi gangguan fungsi kognitif
Nilai Minimum 18,00 lansia dapat meliputi gangguan pada aspek
Nilai Maksimum 26,00 bahasa, memori, emosi, visuospasial, kognisi,
N 23 eksekutif dan atensi. Tahap awal terganggu
Nilai rerata fungsi kognitif di Panti adalah memori baru, yakni cepat lupa apa yang
Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto baru saja dikerjakan, lambat laun memori lama
didapatkan 21,95 diinterpretasikan kedalam juga dapat terganggu. Fungsi memori segera
Gangguan Kognitif Sedang. Otak lansia (immediate memory), rentang waktu antara
sebagaimana organ lain memperlihatkan stimulus dan recall hanya beberapa detik.
kehilangan yang gradual. Dapat diasumsikan Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian
penurunan fungsi otak merupakan faktor yang untuk mengingat (attention)[3]. Semakin
mempengaruhi fungsi kognitif, sehingga bertambahnya usia seseorang akan mengalami
memunculkan manifestasi gangguan fungsi penurunan daya ingat tanpa terkecuali lansia
kognitif [2]. Perubahan kognitif terdapat pada dimana mereka akan mengalami kesulitan
performance terutama pada tugas yang mengulang apabila ada perintah mengulang
membutuhkan kecepatan, yang memerlukan kembali kata atau kalimat atau disuruh
memori jangka pendek, ini terlihat adanya menyebutkan hal lain.
keterlambatan dalam kecepatan melakukan Secara obyektif gangguan visuospasial ini
tugas. Lansia pada dasarnya akan mengalami dapat ditentukan dengan meminta lansia
penurunan fungsi otak yang dapat mengkopi gambar atau menyusun balok- balok
mempengaruhi fungsi kognitif lansia, sesuai bentuk tertentu. Semua lobus berperan
sebagaiamana kita tahu fungsi kognitif lansia dalam kemampuan konstruksi dan lobus
cenderung menurun seiring bertambahnya parietal terutama hemisfer kanan berperan
usia. Fungsi kognitif dapat mengalami paling dominan8. Lansia mengalami kesulitan
gangguan dalam hal berbahasa, membaca, menulis kalimat dan menyalin gambar
menulis dan berhitung[26]. dikarenakan lansia mengalami penurunan
Ketika memasuki usia lansia akan penglihatan. Lansia cenderung mudah
mengalami gangguan salah satunya pada menyalin gambar yang sederhana
orientasi yaitu lansia mudah lupa akan waktu dibandingkan gambar yang rumit, sedangkan
dan tempat. Lansia kurang dapat mengingat untuk menulis kalimat kebanyakan tulisan
waktu terutama yang lebih spesifik yaitu dalam lansia kurang bisa dibaca
mengingat tanggal, sedangkan untuk tempat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 245

3.2. Pengukuran Rerata Activities of Daily intelegensi. Penurunan jumlah tersebut


Living (ADL) Pada Lansia menyebabkan gangguan pada sistem syaraf
pusat (pengurangan massa otak dan aliran
Activities of Daily darah diotak) yang membuat atrosit
Nilai
Living (ADL) berploriferasi sehingga neurotransmitter
Nilai Mean 3,65 (dopamin dan serotonin) mengalami
Nilai Std. Deviasi 1,19 perubahan dan dapat meningkatkan aktivitas
Nilai Minimum 2,00 enzim monoaminoksidase, hal inilah yang akan
Nilai Maksimum 5,00 mengakibatkan Activities of Daily Living
N 23 (ADL) mengalami gangguan [12]. Salah satu
Nilai mean (rerata) Activities of Daily akibat dari meningkatnya usia diatas 70 tahun
Living (ADL) Pada Lansia Di Panti Werdha yaitu resiko tinggi akan mengalami penurunan
Mojopahit Kabupaten Mojokerto didapatkan aktivitas harian (Activities of Daily Living-
3,65 diinterpretasikan kedalam Mandiri ADL [17]. Penurunan tersebut meliputi mandi,
Sebagian. Penurunan Activity of Daily Living berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah,
(ADL) lansia disebabkan oleh adanya kontinen dan makan[2]. Lansia sebagai
penurunan darah ke otak yang nantinya dapat individu sama halnya dengan klien yang
menyebabkan terjadinya kerusakan pada pusat digambarkan oleh Orem yaitu suatu unit yang
gerakan di area lobus frontalis, yang juga menghendaki kemandirian dalam
mengakibatkan saraf- saraf pengatur gerakan mempertahankan hidup, kesehatan dan
tubuh menjadi lemah dan tidak dapat berfungsi kesejahteraan. Kemandirian pada lansia
secara normal dan menjadikan kemampuan tergantung pada kemampuan status
saraf sensorik dan motorik terganggu, dimana fungsionalnya dalam melakukan aktivitas
saraf tersebut berfungsi sebagai pengendali harian [15].Sebagian besar lansia mengalami
setiap gerakan yang akan dilakukan dan penurunan Activities Of Daily Living (ADL)
berdampak pada terhambatnya kemampuan dalam hal toiletting, kontinen dan makan.
fungsional dalam tubuh, yang diantaranya Untuk toiletting lansia sebagian besar
adalah aktivitas bergerak, mengurus diri, dan membutuhkan bantuan ke kamar mandi, untuk
kegiatan sehari- hari. Akibatnya lansia tidak kontinen sebagian lansia kurang bisa
mampu dalam memenuhi kebutuhan Activities mengontrol ketika berkemih, sedangkan untuk
of Daily Living (ADL) yang diantaranya adalah makan sebagian besar lansia membutuhkan
mandi, toileting, dan berpindah. Sebagian bantuan ketika mengambil makanan. Semua itu
besar responden tidak mampu untuk memenuhi dikarenakan lansia mengalami penurunan
kebutuhan mandinya sendiri diakibatkan Activities Of Daily Living (ADL) yang
karena kehilangan fungsi motoriknya9. Hal ini berdampak pada kehidupan harian sehingga
terkait dengan penurunan aliran darah ke otak mengakibatkan lansia menjadi tergantung.
dengan kemampuan lansia melakukan aktivitas 3.3. Hubungan Fungsi Kognitif Dengan
harian, karena faktor degeneratif yang dapat Activities of Daily Living (ADL) Pada
mengakibatkan kerusakan saraf yang ada di Lansia
otak, hal tersebut dapat mengakibatkan
kelemahan dalam fungsional tubuh. Lansia
akan mengalami kelemahan dalam melakukan
aktivitas harian yang membutuhkan kecepatan
dan lansiatergantung pada bantuan orang lain, r²= 0,55
baik sebagian maupun total.
Lansia mengalami penurunan jumlah
neuron kolinergik yang berdampak pada
penurunan jumlah neurotransmitter asetilkolin
sehingga mengakibatkan penurunan fungsi
kognitif otak itu sendiri dimana lansia tidak
dapat mengingat pengalaman masa lalu,
terganggunya pusat persyarafan mental dan Fungsi Kognitif
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 246

Dari gambar diatas menunjukan pada sistem saraf pusat, yaitu pengurangan
deretan titik mendekati garis lurus yang berarti massa otak dan pengurangan aliran darah otak
kedua variabel Fungsi Kognitif dan Activities dan menyebabkan atrosit berploriferasi
of Daily Living (ADL) mempunyai hubungan sehingga neurotransmitter (dopamin dan
linier sempurna positif dan mempunyai makna serotonin) akan berubah. Perubahan pada
nilai x (Fungsi Kognitif) naik maka nilai y neurotransmitter ini akan meningkatkan
(Activities Of Daily Living- ADL) juga naik, aktivitas enzim monoaminoksidase (MAO)
dapat disimpulkan terdapat Hubungan Fungsi [12]. Hal inilah yang akan mengakibatkan
Kognitif Dengan Activities Of Daily Activities of Daily Living (ADL) mengalami
Living(ADL) dengan nilai r²= 0,55 gangguan. Lansia menjadi memerlukan
diinterpretasikan kedalam hubungan kuat. beberapa bantuan untuk melakukan beberapa
Terdapat Hubungan Fungsi Kognitif aktivitas yang semula mereka mampu untuk
Dengan Activities Of Daily Living(ADL) pada melakukannya sendiri. Lansia akan mengalami
Lansia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto penurunan fungsi kognitif secara bertahap
yang diinterpretasikan ke dalam Diagram yang dikenal sebagai gangguan kognitif ringan
Scater Chart dengan hasil deretan titik seiring dengan bertambahnya usia mereka.
mendekati garis lurus yang berarti kedua
variabel Fungsi Kognitif dan Activities of 5. SIMPULAN
Daily Living (ADL) mempunyai hubungan Fungsi Kognitif pada Lansia di Panti
linier sempurna positif dan mempunyai makna Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto
nilai x (Fungsi Kognitif) naik maka nilai y didapatkan sebagian besar mengalami
(Activities Of Daily Living- ADL) juga naik, gangguan kognitif sedang.
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat Activities of Daily Living (ADL) pada
Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Activities sebagian besar Lansiadi Panti Werdha
Of Daily Living(ADL) dengan nilai r²= 0,55 Mojopahit Kabupaten Mojokerto tergolong
diinterpretasikan kedalam hubungan kuat. mandiri sebagian.
Hubungan antara fungsi kognitif dan aktivitas Terdapat hubungan antara Fungsi
harian (Activities of Daily Living- ADL) adalah Kognitif dengan Activities of Daily Living
sesuatu yang positif dan kontroversial terutama (ADL) Lansiadi Panti Werdha Mojopahit
pada golongan usia lanjut, karena perubahan Kabupaten Mojokerto didapatkan hubungan
disemua sistem di dalam tubuh manusia. yang kuat.
Perubahan disemua sistem di dalam tubuh
manusia tersebut salah satu misalnya terdapat REFERENSI
pada sistem saraf. Perubahan tersebut dapat 1. Briton. 2008. Gerontologi Nursing
mengakibatkan terjadinya penurunan dari Care. Sauders Company. Philadelphia
fungsi kerja otak. Penurunan ini terjadi pada 2. Bostrom. 2009. Cognitive
usia 30-70 tahun [30]. Penelitian terkini Enhancements: Methods, Ethics,
menyebutkan bahwa walaupun tanpa adanya Regulatory Challenges, Sci Eng Ethics.
penyakit neurodegeneratif, jelas terdapat 3. Cengel, Yunus A., 2003, Heat Transfer
perubahan struktur otak manusia seiring A Practical Approach, Second Edition,
bertambahnya usia. Perubahan patologis pada
Singapura:Mc.Graw-Hill Book.
lansia juga berhubungan dengan kemunduran
4. Ediawati, E. 2012. Gambaran Tingkat
fungsi kognitif. Hal tersebut akan berpengaruh
Kemandirian dalam Activity of Daily
pada aktivitas sehari- hari (Activities of Daily
Living- ADL) sehingga dapat menurunkan Living (ADL) dan Resiko Jatuh pada
kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha
kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup Budi Mulia o1 dan 03. Sitasi 3
sehari- hari [1]. Kemandirian lansia November 2015.
berdasarkan indeks Katz meliputi makan, http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20
minum, mandi, berpakaian, toiletting, 314351S43833Gambaran%20tingkat.p
continen, dan berpindah [18]. Penurunan df
fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 247

5. Fadhia, N, Ulfiana, E dan Ismono. 2012. 17. Nur Asyikah, 2014, Hubungan Antara
Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Status Kognitif dan Tingkat
Kemandirian Dalam Melakukan Kemandirian Activity Daily Living
Activities of Daily Living (ADL) Pada Lanjut Usia Dipanti Sosial Tresna
Lansia Di Rumah Sakit Cipto Werdha Gau Mabaji, sitasi 1 Desember
Mangunkusumo. Fakultas Ilmu 2015,
Keperawatan Universitas Indonesia. 18. Nurmah, 2011, Hubungan Fungsi
Jakarta Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian
6. Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lansia Dalam Melakukan Activity Daily
Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Living Di Panti Tresna Werdha Budhi
Keperawatan Gerontik. Penerbit Dharma Di Bekasi Timur Tahun 2011,
Erlangga. Jakarta. sitasi 1 Desember 2015,
7. Folstein M.F., Folstein S.E., McHugh 19. Nugroho, 2008, Keperawatan gerontik
P.R. 1975. Mini-Mental State : A dan Geriatrik, EGC, Jakarta
Practical method for grading the 20. Pranaka. 2006. Penerapan Geriatrik
cognitive state of patients for the Kedokteran Menuju Usia Lanjut Yang
clinician. J Psychiatr Res;12:189–198. Sehat. Sanitasi 1 Desember 2015.
8. Gallo, J 1998. Buku Saku Gerontologi http://krispranaka.pdf
Edisi 2. EGC. Jakarta 21. Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar
9. Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes: Fundamental Keperawatan : Konsep,
Neurology. Jakarta: Erlangga Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume
10. Kochhann R, Otilia M., Godinho C., 2.Alih Bahasa : Renata
Camazzato A., Chaves M. 2009. Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
Evaluation of Mini-Mental State 22. Raz, Rodrigue, & Acker dalam Myers.
Examination scores according to 2008. Factors Associated with
diffrent age and education strata, and Changing Cognitive Function in
sex, in a large Brazilian healthy sample. Older Adults: Implications for
Dementia and Nursing Rehabilitation.
Neuropsycologia;3(2):88–93 23. Rinajumita. 2011. Faktor- faktor yang
11. Kuczynski, B, Jagust, W, Chui, HC., Berhubungan dengan Kemandirian
Reed, B 2009. “An Inverse Association Lansia. Sitasi 1 Desember 2015.
of Cardiovascular Risk and Frontal http://repisatory.unand.ac.id/16884/1/
Lobe Glucose Metabolism”, Neurology. faktorfaktoryang
vol. 72, hal. 738–743 berhubungandengankemandirianlansia.
12. Leuckenotte, AG 1997. Pengkajian com
Gerontologi. EGC. Jakarta 24. Slamet , S., Markam (2003), Pengantar
13. Lumbantobing, SM 2005. Kecerdasan Psikologi, Universitas Indonesia Press,
pada Usia Lanjut dan Demensia. Balai Jakarta
Penerbit FKUI. Jakarta 25. Shelkey, M dan Wallace. 2012. Katz
14. Maryam. 2008. Mengenal Usia Lanjut Index of Independence in Activities of
dan Perawatannya. Salemba Medika. Daily Living (ADL). Sitasi 3 Desember
Jakarta 2015. http://consultgerrin.org/uploads
15. Miller, A. 1995. Nursing Care of Older /File/trythis/try_this_2.pdf
Adult, Theoryand Practice, J.B 26. Sidiarto, LD. 2003. Memori Anda
Lippincott Co. Philadelphia Setelah Usia 50 Tahun. Penerbit
16. Nasrun. 2009. Memperbaiki Kualitas Universitas Indonesia. Jakarta.
Hidup Lansia, sitasi 1 Desember 2015, 27. Watson, R. 2003. Perawatan Pada
http://www.pdpersi.co.id/?show=detail Lansia. EGC. Jakarta
news&kode=331%tbl=figu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 248

28. Waxman S.G. 2007. The limbic system.


In : Clinical Neuroanatomy. New York
: The MacGraw – Hill Companies.
29. Woodford, H. J., George, J. 2007.
Cognitive assessment in the elderly: a
review of clinical methods. Q J
Med;100:169–484.
30. Yaffe K, W N. 2007. Metabolic
Syndrome and Cognitive Decline In
Elderly Latinos, The Sacramento Area
Latino Study of Aging Study. J Am
Geriatri Social.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 249

EFEKTIFITAS RUJUKAN BIDAN ERA JKN PADA PRE EKLAMSIA DAN


EKLAMSIA DI RS dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Dian Hanifah1), Annisa Fithri2)
1)
Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang
email : dianhanifah@gmail.com
2)
Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang
email : tehnisa.1@gmail.com

Abstract

Maternal Mortality Rate (MMR) is an unresolved issue. Three major causes of it are the lateness
to decide, to service place, and to get help. The National Healthcare Period implements a tiered
referral system that requires midwives to refer to primary health care. Before the validity of the JKN
era, midwives can make direct referrals to tertiary health care. The midwife assumes that claims can
be made if the referral is tiered as a primary health care network. The purpose of this study was to
analyze the effectiveness of midwife referral in the era of JKN on emergency cases (et causa Pre-
eclampsia & Eclampsia). The design of this research was qualitative with case study approach. The
data were collected by using deep interview method, document study, and observation. Secondary
data taken from medical record of dr. Saiful Anwar Malang, primary data was taken from the
interview with independent midwives practice. This research gave results regarding midwife referral
model in JKN era. Result of this study are 5 pregnant women with PreEclamsia and Eclamsia came
with a referral from midwives to Public Hospital dr. Saiful Anwar Malang. Midwives have conducted
referrals in accordance with tiered referral guidelines.
Keyword : Referral, Midwife, Tiered, Pre-eclampsia, JKN

1. PENDAHULUAN 2010 sampai dengan tahun 2012 kematian yang


Kematian ibu masih merupakan masalah disebabkan oleh pre eklamsia dan eklamsia
kesehatan yang belum terselesaikan. semakin meningkat. Pada tahun 2010 proporsi
Berdasarkan Survey Dasar Kesehatan Ibu Pre eklamsia dan eklamsia sebesar 26,92%,
(SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2011 sebesar 27,27% dan tahun 2012
di Indonesia mencapai 359/ 100.000 kelahiran sebanyak 34,88 %. Proporsi tempat kejadian
hidup (Kemenkes RI, 2014). Secara obstetri, kematian ibu 78,18 % terjadi di RS Umum.
kematian ibu disebabkan langsung oleh 5 Dari data inilah, perlu adanya kajian lebih
(lima) penyebab utama. 5 penyebab tersebut lanjut bahwa kematian ibu memang terjadi di
adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan rumah sakit atau karena sistem rujukan yang
(HDK), infeksi, partus lama/ macet dan belum berjalan dengan baik (Dinkes Prop
abortus. Berdasarkan hasil analisa Sensus Jawa Timur, 2012).
Penduduk tahun 2010, proporsi penyebab Keterlambatan dalam rujukan berakibat
angka kematian ibu tertinggi adalah Hipertensi pada morbiditas dan mortalitas ibu. Tiga
Dalam Kehamilan (HDK) mencapai 30% terlambat yang sering menjadi penyebab
(Kemenkes RI, 2013). kematian ibu adalah terlambat mengambil
Di Jawa Timur, capaian AKI cenderung keputusan, terlambat mencapai tempat
meningkat dilihat dalam rentang waktu tahun pelayanan kesehatan dan terlambat
2008 – 2012. Gambaran capaian tersebut mendapatkan pertolongan di fasilitas
adalah sebagai berikut: tahun 2008 sebesar 83/ pelayanan. Pemerintah berusaha mengatasi
100.000 kelahiran hidup (KH) dan tahun 2012 masalah keterlambatan tersebut dengan
sebesar 97,43/ 100.000 KH. AKI di kota menerapkan beberapa program. Salah satunya
Malang lebih tinggi dari capaian provinsi Jawa adalah program EMAS (Expanding Maternal
Timur yaitu 164.64/ 100.000 KH. Faktor Neonatal Survival). Tujuan utama program
penyebab AKI paling dominan di Jawa Timur EMAS ini adalah tersedianya jejaring sistem
adalah pre eklamsi dan eklamsia. Dari tahun rujukan pelayanan kegawat-daruratan ibu dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 250

BBL/ neonatus yang berfungsi secara efektif, dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan
efisien dan berkeadilan (USAID, 2010). atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh
Jejaring sistem rujukan pada program EMAS fasilitas kesehatan (BPJS, 2014).
sangat berkaitan dengan Sistem Kesehatan a. Tata cara pelaksanaan sistem rujukan
Nasional di Indonesia yang memberlakukan berjenjang menurut BPJS, 2014
sistem rujukan berjenjang. 1). Sistem rujukan pelayanan kesehatan
Rujukan berjenjang dimulai dari tingkat dilaksanakan secara berjenjang sesuai
pelayanan kesehatan terendah yaitu bidan desa kebutuhan medis, yaitu:
dan bidan praktek mandiri sebagai jejaring a). Awal dari pelayanan kesehatan adalah
dari pelayanan kesehatan primer atau fasilitas fasilitas kesehatan (faskes) tingkat
kesehatan (faskes) tingkat pertama. Pelayanan pertama.
kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk b). Pasien dapat dirujuk ke faskes tingkat
langsung ke faskes tersier hanya untuk kasus kedua, apabila memerlukan pelayanan
yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana lanjutan oleh spesialis.
terapinya, merupakan pelayanan berulang c). Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dan hanya tersedia di faskes tersier. Salah satu di faskes kedua, maka pasien harus
kondisi yang dapat dikecualikan dari ketentuan mendapatkan rujukan dari faskes tingkat
pelayanan rujukan berjenjang adalah apabila pertama.
terjadi keadaan gawat darurat. Pre Eklamsia d). Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di
dan Eklamsia termasuk dalam kondisi gawat faskes tersier hanya dapat diberikan atas
darurat (BPJS, 2014). Agar terwujud sistem rujukan dari faskes sekunder dan faskes
rujukan berjenjang yang efektif dan efisien primer.
perlu memperhatikan prinsip kolaborasi dan 2). Khusus untuk kasus yang telah
pertukaran informasi yang tepat dan sama. didiagnosis dan telah mendapatkan
Bidan sebagai pemberi layanan kebidanan rencana terapi dapat dirujuk secara
merupakan ujung tombak dalam menurunkan langsung dan mendapatkan pelayanan ke
AKI. Pelayanan kebidanan yang berkualitas faskes tingkat tiga (tersier).
merupakan salah satu kontribusi bidan dalam Secara umum alur sistem rujukan
menurunkan AKI (Mufdillah dkk, 2012). Pada berjenjang digambarkan sebagai berikut:
era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bidan
harus mempunyai jejaring dalam Gambar 1 Sistem Rujukan Berjenjang
melaksanakan proses rujukan. Namun demikan
berdasarkan studi pendahuluan, ada keraguan
bidan untuk melakukan rujukan langsung
terkait dengan klaim biaya pada BPJS.
Fenomena tersebut berdampak pada efektifitas
layanan rujukan. Kaitannya dengan penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah
keterlambatan dalam proses rujukan.
Dari uraian tersebut diatas, perlu adanya
kajian lebih lanjut tentang sistem rujukan
berjenjang era JKN terhadap efektifitas
rujukan bidan pada kasus kegawatdaruratan (et
causa Pre Eklamsia dan Eklamsia) di RSUD dr.
Saiful Anwar Malang.

2. KAJIAN LITERATUR Sumber : BPJS, 2017


Sistem rujukan pelayanan kesehatan
adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan 3). Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung dapat dikecualikan dalam kondisi:
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik a). Ada kondisi gawat darurat
baik vertikal maupun horizontal yang wajib
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 251

b). Ada penetapan bencana dari pemerintah pada pelayanan kesehatan tingkat
pusat dan pemerintah daerah. pertama.
c). Kekhususan permasalahan kesehatan 2). Ka Dinkes provinsi dan organisasi
pasien; untuk kasus yang sudah profesi bertanggung jawab atas
ditegakkan rencana terapinya dan terapi pembinaan dan pengawasan rujukan
tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas pada pelayanan kesehatan tingkat
kesehatan lanjutan. kedua.
d). Pertimbangan geografis; dan 3). Menteri bertanggung jawab atas
e). Pertimbangan ketersediaan fasilitas pembinaan dan pengawasan rujukan
4). Pelayanan oleh bidan dan perawat pada pelayanan kesehatan tingkat
a). Dalam keadaan tertentu, bidan ketiga.
atau perawat dapat memberikan c. Sistem Rujukan Pelayanan Ibu dan
pelayanan kesehatan tingkat Anak
pertama sesuai ketentuan Sistem rujukan adalah suatu sistem
peraturan perundang-undangan. penyelenggaraan pelayanan kesehatan
b). Bidan dan perawat hanya dapat yang melaksanakan pelimpahan tanggung
melakukan rujukan ke dokter jawab timbale balik terhadap satu kasus
dan/atau dokter gigi pemberi penyakit atau masalah kesehatan secara
pelayanan kesehatan tingkat vertikal atau secara horizontal
pertama kecuali dalam kondisi (Prasetyawati, 2012). Secara operasional
gawat darurat dan kekhususan definisi sistem rujukan adalah suatu
permasalahan kesehatan pasien, aturan timbal balik yang melibatkan
yaitu kondisi di luar kompetensi berbagai unsur terkait dalam pelayanan
dokter dan/atau dokter gigi kesehatan reproduksi antara bidan desa,
pemberi pelayanan kesehatan bidan dan dokter puskesmas, dengan para
tingkat pertama dokter spesialis di RS Kabupaten, untuk
5). Rujukan Parsial memperoleh cara penggunaan sumber
a). Rujukan parsial adalah daya kesehatan, sebagai upaya
pengiriman pasien atau menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir,
spesimen ke pemberi pelayanan melalui penanganan ibu risiko tinggi dan
kesehatan lain dalam rangka gawat darurat obstetri secara professional,
menegakkan diagnosis atau efisien, efektif, rasional dan relevan.
pemberian terapi, yang Sarana dan prasarana yang berteknologi
merupakan satu rangkaian canggih dipusatkan pada satu tempat,
perawatan pasien di Faskes yaitu RS Kabupaten atau RS Provinsi
tersebut. (Rochjati, 2011).
b). Rujukan parsial dapat berupa: d. Tujuan Sistem Rujukan
(1). Pengiriman pasien untuk Secara umum tujuan rujukan adalah
dilakukan pemeriksaan untuk menghindari terjadinya keadaan
penunjang atau tindakan bahaya yang tidak diinginkan terhadap
(2). Pengiriman spesimen keselamatan ibu dan bayi melalui program
untuk pemeriksaan rujukan terencana dalam satu area
penunjang kabupaten, kotamadya atau propinsi
c). Apabila pasien tersebut adalah (Rochjati, 2011).
pasien rujukan parsial, maka e. Sistem Rujukan Paripurna Terpadu
penjaminan pasien dilakukan Sistem rujukan paripurna terpadu
oleh fasilitas kesehatan perujuk. dirumuskan sebagai semua bentuk
b. Pembinaan dan Pengawasan Sistem layanan kesehatan reproduksi yang
Rujukan Berjenjang diberikan secara utuh, diawali dari
1). Ka Dinkes Kab/Kota dan organisasi keluarga berencana, kehamilan,
profesi bertanggung jawab atas persalinan dan nifas baik dalam bentuk
pembinaan dan pengawasan rujukan Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 252

Dasar (PONED) maupun Pelayanan a). Kehamilan Risiko Rendah (KRR)


Obstetri Neonatus Esensial Komprehensif b). Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
(PONEK). Layanan diberikan lebih aktif c). Kehamilan Risiko Sangat Tinggi
melalui Komunikasi, Informasi, dan (KRST)
Edukasi (KIE). Masyarakat diharapkan Rujukan terencana terbagi menjadi
tahu akan adanya komplikasi secara dini, dua bagian, yaitu : Rujukan Dini
tempat dan penolong persalinan yang Berencana (RDB) atau Rujukan Dalam
aman melalui KIE tersebut. Dukungan Rahim (RDR) dan Rujukan Tepat Waktu
Strategi Pendekatan Risiko dan Sistem (RTW). Pembagian rujukan terencana
Rujukan Terencana sangat dibutuhkan tersebut sangat berkaitan dengan strategi
untuk pelaksanaan keaktifan sikap yang mewujudkan pendekatan risiko.
efektif dan efisien. g. Kegawatdaruratan Maternal
f. Rujukan Terencana Preeklamsia dan Eklamsia
Rujukan terencana adalah rujukan Preeklamsia dan eklamsia
yang dilakukan untuk mencapai tujuan merupakan dua hal yang termasuk dalam
sistem rujukan secara utuh yaitu untuk hipertensi dalam kehamilan. Menurut
menyelamatkan ibu dan bayi secara fisik, Cunningham (2013), preeklamsiaa adalah
mental dan sosial, ditempat yang sesuai, hipertensi yang timbul pada usia
oleh penolong yang terampil, dengan kehamilan lebih dari 20 minggu yang
biaya yang terjangkau. Sistem rujukan disertai proteinuria. Penegakan diagnosis
terencana terdiri dari unsur – unsur berikut preeklamsiaa apabila pada ibu hamil
: ditemukan hipertensi dengan tekanan
a). Waktu : rencana dibuat sejak ibu sistolik dan diastolik lebih dan sama
hamil melalui KIE yang selaras. dengan 140/90 mmHg serta terdapat
b). Risiko : mengenali tingkat risiko ibu proteinuria. Sedangkan eklamsia adalah
hamil secara dini sehingga mudah preeklamsiaa yang dipersulit oleh kejang
merencanakan waktu, tempat dan tonik-klonik generalisata.
cara merujuk. Pre eklamsia dan eklamsia
c). Jalur : rute rujukan mulai dari rumah merupakan komplikasi kehamilan yang
klien sampai dengan tempat rujukan berkelanjutan dengan penyebab yang
harus bebas hambatan, terutama dari sama. Oleh karena itu, pencegahan atau
segi biaya, transportasi dan kesiapan diagnosis dini dapat mengurangi kejadian
di petugas tempat rujukan. dan menurunkan angka kesakitan dan
Rochjati (2011) membagi ibu hamil kematian. Untuk mencegah kejadian pre
dalam dua kelompok untuk mewujudkan eklamsia ringan dapat dilakukan nasehat
Strategi Pendekatan Risiko. Kedua tentang dan berkaitan dengan diet makan,
kelompok tersebut berdasarkan gambaran cukup istirahat dan pengawasan antenatal
klinis dan berdasarkan skoring ibu hamil. (Manuaba, 2010).
Berdasarkan gambaran klinis, terbagi Penanganan pre eklamsia bertujuan
menjadi 2 risiko yaitu Risiko Rendah dan untuk menghindari kelanjutan menjadi
Risiko Tinggi. Ibu hamil dengan risiko eklamsia, melahirkan janin dalam
rendah adalah ibu hamil tanpa masalah keadaan optimal dan meminimalkan
dan risiko tinggi adalah ibu hamil dengan trauma pertolongan persalinan.
masalah. Masalah yang ada pada ibu Penanganan simptomatis diberikan pada
hamil risiko tinggi dibagi menjadi tiga ibu hamil dengan preeklamsia ringan
kelompok: yaitu dengan memberikan nasehat segera
a). Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) melakukan antenatal apabila ada keluhan
b). Ada Gawat Obstetri (AGO) nyeri kepala bagian depan, pandangan
c). Ada Gawat Darurat Obstetri kabur, bengkak pada muka, tangan dan
(AGDO) kaki atau berat badan naik, nyeri pada ulu
Berdasarkan skoring, ibu hamil hati, gerak janin berkurang dan
terbagi menjadi tiga kelompok: pengeluaran urine berkurang. Bidan dapat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 253

merawat ibu hamil dengan pre melakukan coding, membuat kategori,


eklamsia berat untuk sementara, sampai menyusun tema dan menginterpretasi data.
menunggu kesempatan melakukan rujukan
sehingga klien mendapat pertolongan yang 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebaik – baiknya (Manuaba, 2010). RSU dr. Saiful Anwar Malang berdiri sejak
sebelum perang dunia kedua. Saat itu bernama
3. METODE PENELITIAN RS Celaket. Pada tanggal 22 Pebruari 1979
Rancangan penelitian ini adalah penelitian melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
kualitatif dengan pendekatan case study. Peneliti 51/Menkes/SK/III/1979 ditetapkan RS Celaket
berusaha menyelidiki pandangan bidan praktik sebagai RS rujukan. Rumah Sakit Celaket
mandiri tentang sistem rujukan berjenjang era diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah
JKN terhadap efektifitas rujukan bidan pada Dr. Saiful Anwar oleh Gubernur Kepala Daerah
kasus kegawatdaruratan obsteri (et causa Tingkat I Jawa Timur pada tanggal 12 Nopember
preeklamsia dan eklamsia). 1979. Pada bulan April 2007 dengan Keputusan
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Menteri Kesehatan RI
Umum Daerah Saiful Anwar Malang dan di No.673/MENKES/SK/VI/2007 RSUD Dr.
Bidan Praktek Mandiri di wilayah Kabupaten Saiful Anwar ditetapkan sebagai Rumah Sakit
dan Kota Malang. RSSA dipilih karena kelas A. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa
merupakan RS rujukan tersier. Subjek penelitian Timur Nomor 188/359/KPTS/013/2015 tanggal
ini adalah bidan praktik mandiri yang melakukan 18 Mei 2015 RSU dr. Saiful Anwar Malang
rujukan ibu hamil dengan pre eklamsia dan merupakan RS rujukan provinsi Jawa Timur
eklamsia di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. yang mengampu rujukan dari Kabupaten
Pengumpulan data dilakukan dengan Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten
metode triangulasi yaitu deep interview, studi Malang, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten
dokumen dan observasi. Pengumpulan data Kediri dan Kabupaten Blitar.
dengan deep interview dengan menggunakan Data sekunder yang didapat dari studi
sampel jenuh, artinya peneliti akan berhenti melalui rekam medik dengan criteria
melakukan pengambilan sampel apabila semua berdasarkan kunjungan terakhir ibu hami
pertanyaan di jawab sama. Analisis data pada didapatkan sebagai berikut :
penelitian ini dilakukan dengan transkripsi data,
Tabel 1. Tabulasi Silang Ibu Hamil dengan Pre Eklamsi dan Eklamsia berdasarkan Cara
Masuk dan Status Pembayaran di RSU dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2016
Status Pembayaran
ASKES
UMUM % JKN % JAMKESDA % TOTAL
LAIN
Cara Masuk
Datang Sendiri 48 36,09 73 54,89 12 9,02 0 133
Rujukan Dokter Spesialis 0 0 0 0 0 0 1 1
Rujukan Bidan 4 80 1 20 0 0 0 5
Rujukan Puskesmas 3 30 5 50 2 20 0 10
Rujukan RS Swasta 5 50 5 50 0 0 0 10
Rujukan RS Umum 3 60 1 20 1 20 0 5
Rujukan Faskes Lain 0 0 1 100 0 0 0 1
TOTAL 63 86 15 1 165
Tabel 1 menggambarkan bahwa ada 5 1 (satu) ibu hamil mengalami eklamsia saat
(lima) ibu hamil dengan kegawatdaruratan perjalanan menuju RSSA dan tidak ada ibu
preeklamsia dan eklamsia yang dirujuk oleh hamil yang meninggal. Hasil tersebut
bidan. Hal ini menunjukkan bahwa rujukan menggambarkan mayoritas ibu hamil
bidan pada kasus kegawatdaruratan et causa preeklamsia dan eklamsia dirujuk dengan jenis
pre eklamsia dan eklamsia dilaksanakan secara rujukan terencana. Rujukan terencana
langsung ke Rumah Sakit dr. Saiful Anwar dilakukan secara tepat waktu dan bidan telah
Malang. Dari hasil observasi rekam medis mengenali risiko kehamilan secara dini.
terhadap 5 (lima) ibu hamil tersebut didapatkan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 254

Dari kegiatan wawancara yang telah menyeleksi kasus yang menjadi


dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut : kewenangan bidan (Roeshadi, 2007).
4.1. Pengaruh sistem rujukan berjenjang Hasil penelitian menunjukkan semua
era JKN terhadap efektifitas rujukan responden merasa puas dengan adanya
bidan pada kasus kegawatdaruratan sistem rujukan berjenjang ini, karena
obstetri (et causa Pre Eklamsi dan bidan lebih mudah memotivasi keluarga
Eklamsi) dan ibu hamil, saat akan dilakukan
Adanya sistem rujukan berjenjang rujukan. Karena keluarga tidak lagi
pada era JKN sangat mempengaruhi pola memikirkan tentang biaya persalinan
rujukan bidan pada kasus preeklamsi dan ataupun biaya rumah sakit.
eklamsia secara umum. Rujukan bidan 4.2. Keputusan untuk merujuk kasus
menjadi efektif ditinjau dari segi waktu. kegawatdaruratan obstetri (et causa
Semua bidan yang menjadi jejaring JKN Pre Eklamsi dan Eklamsi)
telah mendapatkan informasi tentang Ketepatan diagnosa dan ketepatan
pedoman rujukan kasus preeklamsia dan waktu merujuk sangat penting untuk
eklamsia melalui dinas kesehatan. Untuk diperhatikan. Terkadang keadaan pasien
semua kasus preeklamsia berat, pusat yang sesungguhnya tidak sesuai dengan
rujukan berada di RSSA. Ketua Tim diagnosa. Ketidaksesuaian ini
Penanganan Obstetri dan Neonatal dipengaruhi oleh faktor karakteristik
Emergensi Komprehensif (PONEK) tenaga kesehatan, diantaranya:
RSSA mengatakan bahwa tidak ada kompetensi, umur, pengalaman bekerja,
penolakan terhadap semua pasien tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah
emergensi obstetri. diikuti dan pengetahuan (Rumita, 2013).
Semua responden telah mengetahui Bidan wajib memiliki kompetensi dalam
adanya alur rujukan berjenjang, hal ini mengenali dan menangani kasus
terbukti dengan adanya responden yang preeklamsia sesuai dengan standar
merujuk kasus pre eklamsia ringan ke pelayanan kebidanan. Semua responden
puskesmas atau ke fasilitas kesehatan menyatakan bahwa semua kasus
tingkat pertama lain. Rujukan PER ini, preeklamsia ringan dirujuk ke faskes
sesuai dengan pedoman pelaksanaan tingkat I.
rujukan berjenjang. Dalam pedoman Hal tersebut sesuai dengan hasil
pelaksanaan rujukan berjenjang penelitian Primasari (2015) ketepatan
disebutkan tentang tata cara rujukan dalam merujuk pasien di era JKN sudah
berjenjang oleh bidan dan perawat. Bidan lebih sesuai kewenangan klinis daripada
dan perawat hanya dapat melakukan sebelum JKN, dikarenakan saat ini (era
rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi JKN) terdapat aturan yang lebih jelas
pemberi pelayanan kesehatan tingkat tentang kewenangan klinis PPK I, yang
pertama kecuali dalam kondisi gawat mana di luar kewenangan tersebut
darurat dan kekhususan permasalahan digolongkan dalam indikasi rujuk. Ada 2
kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar responden yang memberikan Sulfas
kompetensi dokter dan/atau dokter gigi Magnesium sebelum melakukan rujukan
pemberi pelayanan kesehatan tingkat pada kasus preeklamsia berat. Hal ini
pertama (BPJS, 2014). dilakukan untuk mencegah terjadinya
Pre eklamsia dan eklamsia kejang. 1 responden dengan ibu hamil
merupakan keadaan kegawatdaruratan eklamsia, memberikan SM untuk
obstetri, jika tidak dilakukan penanganan menstabilkan kondisi ibu sebelum
lebih lanjut dapat menimbulkan dilakukan rujukan.
komplikasi, baik kepada ibu maupun Stabilisasi kondisi ibu perlu
janin. Fakta rujukan kasus PER ke dilakukan sebelum melakukan rujukan.
Puskesmas merupakan salah satu upaya Stabilisasi dilakukan segera, sesaat
bidan dalam menurunkan AKI pada setelah timbulnya gejala. Gejala dalam hal
penderita preeklamsia dan eklamsia yaitu ini adalah kejang. Tujuan stabilisasi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 255

kondisi ibu adalah untuk mencegah dari BPJS. Misalkan dengan pemasangan
terjadinya komplikasi yang lebih infus dan pemberian SM, tidak
kompleks, sehingga secara tidak langsung mendapatkan penggantian obat maupun
dapat menurunkan risiko kematian ibu. biaya dari BPJS, sehingga bidan
Merujuk pasien dengan Preeklamsia dan membebankan biaya tersebut kepada
Eklamsia harus dilaksanakan pada saat pasien. Demikian juga dengan
yang tepat dan bidan harus dapat transportasi, apabila bidan mengantar
memutuskan waktu yang tepat untuk klien menggunakan mobil pribadi, maka
merujuk. bidan membebankan biaya transportasi
4.3. Pengalaman bidan ketika merujuk kepada pasien.
kasus kegawatdaruratan obstetri (et
causa Pre Eklamsi dan Eklamsi) 5. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini mendeskripsikan Kesimpulan pada penelitian ini adalah
bahwa seluruh responden memiliki sebagai berikut :
pengalaman dalam melakukan rujukan Semua responden telah menjalankan
kasus preeklamsi dan eklamsia. Dalam sistem rujukan berjenjang dan telah bermitra
melaksanakan rujukan tersebut terdapat dengan BPJS.
faktor yang menghambat dan Beberapa responden merujuk kasus pre
mempermudah proses rujukan. Faktor eklamsi yang belum mengalami
yang menghambat adalah ibu hamil, kegawatdaruratan ke fasilitas kesehatan I
keluarga dan transportasi. Salah satu misalnya Puskesmas. Dan jika sudah ada tanda
responden menceritakan pengalamannya kegawatdaruratan langsung merujuk ke RSSA.
dalam merujuk ibu hamil dengan Beberapa responden mendiskripsikan
preeklamsia berat. Rujukan telah pengalaman merujuk yang berbeda – beda
dilakukan ke fasilitas kesehatan lanjutan, karena ada faktor yang mempermudah dan
sesampainya di RS, ibu hamil pulang menghambat proses rujukan.
karena antrian panjang. Hal ini terjadi
karena pengetahuan ibu tentang risiko 6. REFERENSI
kehamilan kurang. 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Salah satu faktor yang 2014. Panduan Praktis Sistem Rujukan
menguntungkan bidan dalam melakukan Berjenjang. Jakarta : BPJS
rujukan pada era JKN ini adalah adanya 2. Creswell, John. 2012. Research Design
jaminan dari BPJS. Semua responden Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
mengatakan dengan adanya jaminan dari Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
BPJS, keluarga lebih mudah dimotivasi 3. Cunningham et all. 2013. Obsterti
untuk segera dirujuk. Keluarga tidak lagi Williams, ed 23- Vol. 2. Jakarta : EGC
memikirkan tentang biaya perawatan. 4. Dinas Kesehatan, 2013. Profil Kesehatan
Namun, dengan adanya BPJS ini, bidan Propinsi Jawa Timur Tahun 2012.
juga mengeluhkan tentang sistem klaim Surabaya : Dinas Kesehatan Propinsi
dan pencairan dana. Bidan tidak Jawa Timur
mendapatkan penjelasan yang rinci 5. Kemenkes RI, 2012. Pedoman Sistem
tentang klaim yang sudah dan belum Rujukan Nasional. Jakarta : Direktorat
dicairkan. Bidan berharap ada sistem atau Jenderal Bina Upaya Kesehatan
aplikasi yang dapat diakses oleh bidan, Kementrian Kesehatan RI
untuk mengetahui administrasi 6. Kemenkes RI, 2013. Rencana Aksi
kelengkapan dokumen yang telah Percepatan Penurunan Angka Kematian
diserahkan. Ibu di Indonesia. Jakarta : Direktorat
Hal lain yang menjadi keluhan bidan Jenderal Bina Gizi dan KIA
dalam melakukan rujukan 7. Kemenkes RI, 2014. Buku Pegangan
kegawatdaruratan adalah apabila bidan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional
melakukan tindakan stabilisasi kondisi (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial
klien tidak mendapat penggantian biaya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 256

Nasional. Jakarta : Jaminan Kesehatan


Nasional.
8. Kemenkes RI, 2014. Situasi Kesehatan
Ibu. Jakarta : Pusat Data dan Informasi.
9. Kemenkes RI, 2015. Profil Kesehatan RI
Tahun 2014. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
10. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2010.
Ilmu Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
11. Mufdillah, Hidayat. A,
Kharimaturrahmah. I, 2012. Konsep
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
12. Rochjati, P. 2011. Sistem Rujukan dalam
Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Bunga
Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.
Edisi 2. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
13. Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal
Pada Ibu hamil Pengenalan Faktor Risiko
Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi.
Edisi 2. Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair.
14. Prasetyawati. AE, 2012. Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) dalam Millenium
Development Goals (MDG’s).
YogYakarta : Nuha Medika
15. Rumita. 2013. Analisis Kelayakan
Rujukan Oleh bidan Puskesmas PONED
di RSUD Pirngadi Kota Medan tahun
2012. Depok: FKM UI.
16. Sujianti, Susanti. 2009. Buku Ajar Konsep
Kebidanan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Nuha Medika
17. USAID. 2010. Panduan Operasional
Pelayanan Jejaring Sistim Rujukan
Kegawat-daruratan Ibu dan Bayi Baru
Lahir (Neonatus) Puskesmas - Rumah
Sakit
18. Yonara. S, Wulandari. RD, Penilaian
Puskesmas dan Rumah Sakit tentang
Efektifitas Sistem Rujukan Maternal di
Kota Surabaya. 2015. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia. 3 (2): 151-160.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 257

LINGKAR LENGAN ATAS DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER


III DI UPT PUSKESMAS KUTOREJO KABUPATEN MOJOKERTO
Zulfa Rufaida
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: zulfarufaida@gmail.com

Abstract

One of the most common nutritional problems in pregnant women is anemia.. In this study, aims
to determine the relationship of upper arm circumference with the incidence of anemia in pregnant
women trimester III. This research is correlational analytic research with cross sectional research
design. The variables studied were upper arm circumference as independent variable and the
incidence of anemia as dependent variable. The population is third trimester pregnant women at
UPT Puskesmas Kutorejo Mojokerto Regency as many as 42 people. Sampling conducted non
Probability Sampling by using sampling saturation / total sampling as much as 42 people. Taking
data by taking secondary data. The data have been analyzed using Chi-square test with α: 0.05. The
results of this study showed that there is no relationship of upper arm circumference with the
incidence of anemia in pregnant women trimester III. Pregnant women should pay attention to the
adequacy of nutritional needs that must be met to prevent the occurrence of anemia, including: food
intake, nutritional knowledge in food, habits, women's views on food, age, weight, parity, ambient
temperature, activity, health status, economy.
Keywords: Upper Arm Circumference, Anemia

1. PENDAHULUAN sembuh, mudah terjadi febris puerperalis, dan


Ibu hamil merupakan kelompok sasaran gangguan involusi uteri. (Atikah dan Asfuah,
yang perlu mendapatkan perhatian khusus, 2010. hlm. 78). Banyak faktor yang dapat
karena ibu hamil merupakan kelompok yang menyebabkan terjadinya anemia, antara lain
rentan untuk menderita masalah gizi, salah satu kurangnya asupan zat besi dan protein dari
masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu makanan, adanya gangguan absorbsi usus,
hamil adalah anemia, yang merupakan masalah perdarahan akut dan kronis, dan meningkatnya
gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di kebutuhan zat besi seperti pada ibu hamil
seluruh dunia (Soekirman 2003) dikutip dari secara umum penyebab anemia pada ibu hamil
Anon (2011). Faktor predisposisi terbesar dipengaruhi banyak faktor, terdiri dari umur
terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk ibu, umur kehamilan, paritas, lingkar lengan
dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini bagian atas (LILA), sosial ekonomi (tingkat
masih banyak terjadi di negara-negara ekonomi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan
berkembang termasuk di indonesia. (Atikah suami), pola konsumsi, dan riwayat selama
dan Asfuah, 2010. hlm. 77). Akibat yang akan kehamilan. (Anon, 2011).
terjadi pada anemia kehamilan adalah abortus, Angka kematian ibu di negara
missed abortus, kelainan kongenital, berkembang yang disebabkan oleh anemia
persalianan prematur, perdarahan antepartum, dalam kehamilan mencapai angka 40%.
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, Penyebab tidak langsung antara lain anemia
asphixia intrauterin sampai kematian, Berat dan kurang energi kronis (KEK), Hasil survey
Badan Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan kesehatan rumah tangga (SKRT) Indonesia
mudah terkena infeksi, IQ rendah, tahun 2004 kejadian anemia ibu hamil
dekompensasi kordis kematian ibu, gangguan sebanyak 50%,sedangkan target tahun 2004
his primer dan sekunder, janin lahir dengan angka kejadian anemia 50%. Sedangkan
anemia, persalianan dengan tindakan tinggi, catatan dinas kesehatan Jawa timur tahun 2006
ibu cepat lelah, gannguan perjalan persalinan angka kejaian anemia pada ibu hamil 55% dari
perlu tindakan operatif. Perdarahan target 50%. (MGS, 2011).
postpartum, retensio plasenta, perlukaan sukar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 258

Menurut WHO, kejadian anemia kemampuan sistem maternal untuk


kehamilan berkisar antara 20 dan 89% dengan memindahkan oksigen dan nutrisi yang cukup
menetapkan Hb 11g% (g/dl) sebagai dasarnya. ke janin. (Diane dkk, 2009. hlm. 329). Anemia
Angka anemia kehamilan menunjukkan nilai defisiensi zat besi terjadi ketika simparian zat
yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong besi total menipis, yang mengakibatkan
menemukan angka anemia kehamilan 3,8% penurunan hemoglobin. Individu yang
pada trimester I, 13,6% trimester II, dan 24,8% mengalami anemia ringan tidak menyadari
pada trimester III. (Manuaba, 2010. hlm. 237- bahwa dirinya mengalami kekurangan zat besi.
238). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Individu dengan gejala anemia dapat mengeluh
UPT Puskesmas Kutorejo Kabupaten letih, lemah, pucat, sensitif terhadap dingin,
Mojokerto didapatkan 7 ibu hamil trimester III anoreksia, pusing, dan sakit kepala, stomatitis,
dari catatan bidan diperoleh data dari 7 hamil dan glositis. Wanita hamil dikatakan
ibu trimester III didapatkan 2 ibu resiko KEK mengalami anemia bila kadar hemoglobin atau
dengan LILA 21 cm dan 22,5 cm (28,6%), 1 darah merahnya kurang dari 10 g%.
ibu anemia ringan dengan hemoglobin 9,5 g% Pengawasan terhadap kadar hemoglobin darah
(14,3%), 4 ibu hamil yg LILA nya >23,5 cm, dilakukan pada trimester I dan trimester III,
dengan hemoglobin >11 g% (57,1%). karena pada saat ini pengenceran darah ibu
Faktor –faktor yang menyebabkan hamil sudah mencapai puncaknya. (Erna dkk,
terjadinya anemia pada ibu hamil antara lain 2005. hlm. 83) Selain itu, kekurangan zat besi
status gizi ibu hamil. Status gizi ibu hamil dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
merupakan hal yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel-
selama masa kehamilan. (Takiya, 2012). sel otak. (Tarwoto, 2007. hlm.67) Bahaya
Penyebab anemia ibu hamil pada umumnya anemia selama kehamilan yaitu dapat terjadi
akibat kurang gizi, kurang zat besi dalam abortus, persalinan prematuritas, hambatan
makanan yang dikonsumsi. (Erna dkk, 2005. tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah
hlm.83) untuk menilai status gizi ibu hamil terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis
diantaranya pengukuran antropometri dan (Hb <6 gr%), molahidatidosa, hiperemesis
biokimia, yang sering dilakukan pada ibu gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban
hamil adalah pengukuran lingkar lengan atas pecah dini (KPD). ( Manuaba, 2010. hlm.240).
(LILA). (Lailiyana dkk, 2010. hlm.26). Tujuan Anemia juga menyebabkan rendahnya
pengukuran LILA adalah mencakup masalah kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
WUS baik ibu hamil maupun calon ibu untuk cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita
mengetahui resiko KEK. (Nyoman S, 2002. hamil, anemia meningkatkan frekuensi
hlm. 48-49) .Sedangkan untuk pengukuran komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
biokimia yang sering dilakukan adalah Resiko kematian maternal, angka prematuritas,
pengukuran kadar hemoglobin darah untuk berat badan lahir rendah, dan angka kematian
menentukan derajat anemia gizi besi yang perinatal meningkat. (Atikah dkk, 2011.
sering terjadi pada ibu hamil. (Lailiyana dkk, hlm.119).
2010. hlm. 26). Anemia besi dapat dicegah dengan
Ibu hamil banyak kekurangan zat besi mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
memasuki trimester II dan trimester III karena dengan asupan zat besi yang cukup untuk
pada trimester tersebut ibu mengalami memenuhi kebutuhan tubuh. (Atikah, 2011.
hemodilusi (pengenceran). (Misaroh dan hlm.120) Pemerikasaan darah dilakukan
Atikah, 2010. hlm. 88). Selama kehamilan, minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu pada
volume plasma maternal meningkat secara Trimester I dan Trimester III. (Manuaba, 2010.
bertahap sebanyak 50%, atau meningkat hlm.239). pengawasan terhadap ibu hamil
sekitar 1200 ml pada saat cukup bulan. sudah mulai dilaksanakan pada trimester I dan
Peningkatan sel darah merah total adalah trimester III, karena pengenceran mencapai
sekitar 25% atau kira-kira 300 ml. Hemodilusi puncaknya. (Atikah dan Asfuah, 2010. hlm.
relatif ini menyebabkan penurunan konsentrasi 79). Dengan pertimbangan bahwa sebagian
Hb yang mencapai titik terendah pada trimester besar ibu hamil mengalami anemia, maka
III. Kadar Hb yang rendah akan memengaruhi dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 259

tablet pada ibu-ibu hamil. (Manuaba, 2010. total sampling untuk pengambilan sampel,
hlm.239) Pemberian tablet zat besi selama dimana mengambil populasi sebagai sampel.
kehamilan pemberian suplemen besi Menggunakan data sekunder yaitu buku
merupakan salah satu cara bagi ibu hamil untuk register pemeriksaan ibu hamil. Lokasi
meningkatkan kadar Hb Pemberian zat besi penelitian di UPT Puskesmas Kutorejo. Waktu
untuk dosis pencegahan 1x1 tablet untuk dosis penelitian dilaksanakan pada 08 Februari – 05
pengobatan (bila Hb kurang dari 11gr/dl) Mei 2017. Analisis Univariat digunakan untuk
adalah 3x1 tablet(Depkes, dikutip dari menjelaskan atau mendeskripsikan angka/nilai
Tarwoto, 2007. hlm.70). Disamping itu jumlah masing-masing variabel dengan ukuran
diperlukan peran serta petugas kesehatan proporsi. Analisa Bivariat dengan Chi Square
dalam memberikan penyuluhan akan (X2) untuk membuktikan apakah variabel
pentingnya pemenuhan nutrisi ibu hamil untuk bebas benar-benar mempengaruhi variabel
mencegah terjadinya penurunan kadar Hb. tergantung atau tidak.
Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara lingkar lengan atas dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di 1. Karakteristik Responden
UPT Puskesmas Kutorejo Kabupaten a. Usia Responden
Mojokerto. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur
Responden
2. KAJIAN LITERATUR No. Umur f %
Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia 1. Berisiko 6 14,3
pada ibu hamil adalah umur ibu, jarak (<20 Tahun dan >35
kehamilan/ usia anak terkecil, paritas, lingkar Tahun)
lengan atas (LILA), pekerjaan ibu dan suami, 2. Tidak Berisiko 36 85,7
pola konsumsi, dan riwayat selama kehamilan. (0-35 tahun)
(Sandrayayuk, dkk, 2013). Ibu dengan status Jumlah 42 100
gizi kurang tersebut dapat terjadi 2 komplikasi Berdasarkan tabel 1 bahwa sebagian
yang cukup berat selama kehamilan yaitu besar ibu hamil trimester III berusia 20-35
anemia (kekurangan sel darah merah) dan pre tahun (85,7%).
eklamsia/eklamsia. Evie & Masdianti, 2013. b. Paritas
Untuk mengetahui hubungan Lingkar Lengan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Paritas
Atas (LILA) ibu dengan kejadian anemia pada Responden
ibu hamil trimester III, dilakukan pengukuran No. Paritas f %
lingkar lengan atas kiri yang diklasifikasikan 1. Berisiko 1 2,4
ukuran lingkar lengan atas ≥23,5 cm tidak (Grandemultipara)
resiko KEK dan <23,5 cm resiko KEK serta 2. Tidak Berisiko 41 97,6
dilakukan pengukuran kadar hemoglobin (Multipara dan Primi)
dalam darah dengan metode sahli untuk Jumlah 42 100
mengetahui kadar anemia yang Berdasarkan tabel 2 bahwa sebagian
diklasifikasikan kadar hemoglobin ≥ 11 gr% besar responden paritas tidak berisiko ibu
tidak anemia, kadar hemoglobin, <11 gr% hamil trimester III (97,6%).
anemia. c. Usia Anak Terkecil
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Usia
3. METODE PENELITIAN Anak Terkecil Responden
Penelitian ini menggunakan rancangan No. Usia Anak Terkecil f %
penelitian observasional analitik dalam bentuk 1. Berisiko 4 9,5
crossectional. Seluruh ibu hamil tahun 2016 (<2 Tahun dan >10
(Januari – Desember) di UPT Puskesmas Tahun)
Kutorejo, yaitu sebanyak 42 kasus. 2. Tidak Berisiko 38 90,5
Perhitungan besar sampel dengan rumus pada (2 – 10 Tahun)
α = 0.05 diperoleh sampel sebesar 42 orang.
Jumlah 42 100
Penelitian ini menggunakan teknik sampling
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 260

Berdasarkan tabel 3 bahwa sebagian sehingga tidak terdapat hubungan yang


besar dari responden tidak berisiko yaitu signifikan antara lingkar lengan atas
38 ibu hamil trimester III (90,5%). dengan kejadian anemia pada ibu hamil
2. Data Khusus trimester III. Jadi dapat disimpulkan
a. Lingkar Lengan Atas bahwa Ho diterima H1 ditolak yang
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Lingkar berarti tidak ada hubungan lingkar lengan
Lengan Atas Responden atas dengan kejadian anemia pada ibu
No. Lingkar Lengan f % hamil trimester III di UPT Puskesmas
Atas (cm) Kutorejo Kabupaten Mojokerto.
1. < 23,5 15 35,7
2. ≥ 23,5 27 64,3 Berdasarkan hasil peneltian diatas
Jumlah 42 100 Pembahasannya adalah sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 4 bahwa sebagian 1. Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil
besar dari responden dengan ukuran Trimester III
lingkar lengan atas yang ≥23,5 cm yaitu Berdasarkan dari hasil penelitian
27 ibu hamil trimester III (64,3%). yang ada didapatkan responden yang
d. Kejadian Anemia mengalami resiko KEK dengan ukuran
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kejadian lingkar lengan atas yang <23,5 cm yaitu
Anemia Responden 15 responden (35,7%).
No. Kejadian Anemia f % Pengukuran Lingkar Lengan Atas
1. Anemia (Hb <11 10 23,8 merupakan salah satu pilihan untuk
gr%) penentuan status gizi, karena mudah,
2. Tidak Anemia (Hb 32 76,2 murah dan cepat, tidak memerlukan umur
≥11 gr%) yang terkadang susah diperoleh,
Jumlah 42 100 memberikan gambaran tentang keadaan
Berdasarkan tabel 5 bahwa sebagian jaringan otot dan lapisan lemak bawah
besar dari responden dengan kadar kulit. LILA mencerminkan cadangan
hemoblobin (Hb) ≥ 11 gr% cm yaitu 32 energi, sehingga dapat mencerminkan
ibu hamil trimester III (76,2%). kekurangan energi dan kalori (KEK) pada
e. Hubungan Lingkar Lengan Atas dengan ibu WUS dan ibu hamil. (Atikah dan
Kejadian Anemia Asfuah, 2010. hlm.177).
Tabel 6. Tabulasi Silang Hubungan Tujuan pengukuran lingkar lengan
Lingkar Lengan Atas Dengan atas (LLA) adalah mencakup masalah
Kejadian Anemia Pada Ibu WUS baik ibu hamil maupun calon ibu,
Hamil Trimester III masyarakat umum dan peran petugas
LILA Kejadian Anemia Jumlah lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut
Anemia Tidak adalah : mengetahui resiko KEK WUS,
(Hb <11 Anemia baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk
gr%) (Hb ≥11 menapis wanita yang mempunyai resiko
gr%) melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR), meningkatkan perhatian dan
f % f % f %
kesadaran masyarakat agar lebih berperan
<23 cm 6 14,3 9 21,4 15 35,7
dalam pencegahan dan penanggulangan
≥23,5 cm 4 9,5 23 54,8 27 64,3
KEK, mengembangkan gagasan baru
Jumlah 10 23,8 32 76,2 42 100 dikalangan masyarakat dengan tujuan
Berdasarkan tabel 6 tabulasi silang di meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak,
atas dapat diketahui bahwa responden meningkatkan peran petugas sektoral
yang memiliki resiko KEK sebanyak 6 dalam upaya perbaikan gizi WUS yang
responden (14,3%) yaitu anemia. Setelah menderita KEK, mengarahkan pelayanan
dilakukan uji Fisher’s Exact Test dengan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
program SPSS diperoleh nilai Pvalue yang menderita KEK.
sebesar 0,128 maka nilai Pvalue >0.05
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 261

Ambang batas LILA WUS dengan asupan zat besi dan protein dari makanan,
risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. adanya gangguan absorbsi usus,
Apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm perdarahan akut dan kronis, dan
atau dibagian merah pita LLA, artinya meningkatnya kebutuhan zat besi seperti
wanita tersebut mempunyai risiko KEK, pada ibu hamil. Menurut laporan WHO
dan diperkirakan akan melahirkan berat (2005) secara umum penyebab anemia
bayi lahir rendah (BBLR). BBLR pada ibu hamil dipengaruhi banyak faktor,
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, terdiri dari umur ibu, umur kehamilan,
gangguan pertumbuhan dan gangguan paritas, lingkar lengan bagian atas
perkembangan anak. (Nyoman S, 2002. (LILA), sosial ekonomi (tingkat ekonomi,
hlm. 49 ) pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan suami),
Pengukuran lingkar lengan atas pola konsumsi, dan riwayat selama
merupakan salah satu penilaian status gizi kehamilan. (Anon, 2011)
dan deteksi dini yang mudah dan dapat Serta pada tabel 5 di atas dapat
dilaksananakan oleh masyarakat untuk diketahui sebagian besar dari responden
mengetahui kekurangan energi kronis dengan ukuran lingkar lengan atas yang <
terutama pada ibu hamil. Biasanya lingkar 23,5 cm yaitu 15 ibu hamil trimester III
lengan atas <23,5 cm dikarenakan (35,7%).
rendahnya konsumsi protein dalam Menurut WHO, kejadian anemia
makanan sehari-hari sehingga tidak kehamilan berkisar antara 20 dan 89%
mencukupi angka kecukupan gizi, dengan menetapkan Hb 11g% (g/dl)
umumnya terjadi pada keluarga yang sebagai dasarnya. Angka anemia
tingkat ekonomi rendah. kehamilan menunjukkan nilai yang cukup
2. Kejadian Anemia Ibu Hamil Trimester tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan
III angka anemia kehamilan 3,8% pada
Anemia adalah kondisi dimana trimester I, 13,6% trimester II, dan 24,8%
berkurangnya sel darah merah (eritrosit) pada trimester III. (Manuaba, 2010. hlm.
dalam sirkulasi darah atau massa 237-238).
hemoglobin sehingga tidak mampu Kejadian anemia pada ibu hamil
memenuhi fungsinya sebagai pembawa sering terjadi di tiap trimester terutama
oksigen keseluruh jaringan. (Tarwoto dan pada trimester III karena terjadinya
Wasnidar, 2007. hlm 30) hemodilusi dan disebabkan zat gizi yang
Peningkatan volume plasma kurang terutama anemia zat besi, ini
menyebabkan terjadinya hidremia karena pola makan yang salah, dimana ibu
kehamilan atau hemodilusi, yang hamil masih dominan mengkonsumsi
menyebabkan menurunnya hematokrit protein nabati (sulit diserap), protein
(20-30%), sehingga hemogloblin dari hewani jarang dikonsumsi, akibatnya
hematokrit lebih rendah secara nyata dari terjadi anemia.
pada keadaan tidak hamil. (Misaroh, 3. Hubungan Lingkar Lengan Atas
2010. hlm. 132) Pengawasan terhadap dengan Kejadian Anemia pada Ibu
kadar hemoglobin darah dilakukan pada Hamil Trimester III
trimester I dan trimester III, karena pada Berdasarkan data hasil tabulasi
saat ini pengenceran darah ibu hamil silang pada tabel 6 antara lingkar lengan
sudah mencapai puncaknya. (Erna dkk, atas dengan kejadian anemia pada ibu
2005. hlm. 83) hamil trimester III dapat diketahui
Berdasarkan hasil penelitian yang responden yang beresiko KEK mengalami
dilakukan oleh peneliti menunjukan dari anemia sebanyak 6 responden (14,3%).
42 ibu hamil trimester III terdapat Setelah dilakukan uji Fisher’s
sebanyak 6 responden (14,3%) dengan Exact Test dengan program SPSS
anemia (Hb <11gr%). diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,128 maka
Faktor yang dapat menyebabkan nilai Pvalue >0.05 sehingga tidak terdapat
terjadinya anemia, antara lain kurangnya hubungan yang signifikan antara lingkar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 262

lengan atas dengan kejadian anemia pada 5. KESIMPULAN


ibu hamil trimester III. Jadi dapat Berdasarkan hasil penelitian pada ibu
disimpulkan bahwa Ho diterima H1 hamil trimester III didapatkan bahwa tidak ada
ditolak yang berarti tidak ada hubungan hubungan lingkar lengan atas dengan kejadian
lingkar lengan atas dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III.
anemia pada ibu hamil trimester III di
UPT Puskesmas Kutorejo Kabupaten REFERENSI
Mojokerto. 1. Anon. (2011). Bab I Pendahuluan. (http
Yang mempengaruhi gizi ibu hamil //.www.digilb.unimus.ac.id, diakses pada
adalah hal-hal yang harus tanggal 6 April 2012)
dipertimbangkan pada saat menentukan 2. Azharnurul. (2012). Pengertian Nutrisi.
seberapa besar kebutuhan gizi yang harus (http//.www.tdwclub.com, diakses pada
dipenuhi oleh seorang ibu hamil, tanggal 6 April 2012)
diantaranya: Umur, berat badan, paritas, 3. Azkah, Takiya. (2012). Anemia dalam
asupan makanan, suhu lingkungan, Kehamilan. (http//. www.takiya10.
aktivitas, status kesehatan, pengetahuan blogspot.com, diakses pada tanggal 6
tentang gizi dalam makanan, kebiasaan April 2012)
dan pandangan wanita terhadap makanan, 4. Diah, Eka. (2011). Modul Pengantar
status ekonomi. Salah satu cara yang Biostatistik. Mojokerto : Eka Diah
dilakukan untuk menilai status gizi ibu 5. Evie Trihartiningsih; Masdianti. 2013.
hamil yaitu Pengukuran Antropometri dan Penilaian Status Gizi Ibu Hamil Dengan
Biokimia, yang sering dilakukan pada ibu Pengukuran Lila Di Puskesmas
hamil yaitu: pengukuran berat badan Kalampangan, Kota Palangka Raya.
(BB), tinggi badan (TB) dan pengukuran Jurnal Akademi Kebidanan Betang Asi
lingkar lengan atas (LILA). Sedangkan Raya. Palangka Raya.
untuk pengukuran biokimia yang sering 6. Fraser, D. M. & Cooper, M. A. (2009).
dilakukan adalah pengukuran kadar Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC
hemoglobin darah untuk menentukan 7. Hidayat, A.A. A. (2010). Metode
derajat anemia gizi besi yang sering Penelitian Kebidanan & Teknis Analisis
terjadi pada ibu hamil. (Lailiyana dkk, Data. Jakarta : Salemba Medika
2010. hlm.26-27). 8. Ibrahim, Siti Misaroh & Proverawati,
Untuk mengetahui anemia pada ibu Atikah. (2010). Nutrisi Janin & Ibu Hamil
hamil dapat diukur dengan menggunakan (cara membuat otak janin cerdas).
pengukuran biokimia yaitu kadar Yogyakarta : Nuha Medika
hemoglobin (Hb), apabila Hb <11 g% 9. Lailiyana, Noor, Hj. N. & Suryatni, Hj.
maka mengalami anemia. Sedangkan (2010). Buku Ajar Gizi Kesehatan
untuk pengukuran lingkar lengan atas Reproduksi. Jakarta : EGC
hanya dapat digunakan untuk mengukur 10. Manuaba, dr. Ida Ayu, Manuaba, dr. I.
status gizi ibu hamil yaitu apakah ibu B.F. & Manuaba, Prof. dr. I.B.G. (2010).
mengalami resiko KEK atau tidak resiko Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
KEK, sehingga dapat disimpulkan bahwa dan KB. Jakarta : EGC
pengukuran lingkar lengan atas pada ibu 11. MGS. (2011). Skripsi Kesehatan,
hamil trimester III tidak dapat digunakan hubungam antara pola nutrisi dengan
untuk mengetahui kejadian anemia. kadar hemoglobin pada ibu hamil
Mungkin hubungan lingkar lengan atas trimester III.
dengan kejadian anemia secara langsung (http//.www.skripsikesehatan.
tidak ada, tetapi kemungkinan juga ada blogspot.com, diakses pada tanggal 6
hubungannya, misalnya, tingkat April 2012)
kecukupan kalori protein pasien yang 12. Notoadmodjo. (2010). Metodelogi
paling berpengaruh adalah kadar protein. Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 263

13. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
14. Paath, E. F., Rumdasih, Y. & Heryati.
(2005). Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC
15. Proverawati, A. & Asfuah, S. (2010).
Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
16. Proverawati, Atikah. (2011). Anemia dan
Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha
Medika
17. Proverawati, A. & Wati, E. K. (2011).
Ilmu Gizi untuk Keperawatan & Gizi
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
18. Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan
Analisis Data Kesehatan. Jakarta : Nuha
Medika.
19. Sandrayayuk Marlapan; Benny Wantouw;
Jolie Sambeka. Hubungan Status Gizi
Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting
Kec. Tuminting Kota Manado. ejournal
keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1.
Agustus 2013.
20. Setiadi. (2007). Konsep dan Penelitian
Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
21. Supariasa, I. D. N., Bakri, B. & Fajar, I.
(2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta :
EGC
22. Tarwoto, Ns. & Wasnidar, Dra. (2007).
Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil,
konsep dan penatalaksanaan. Jakarta :
Trans Info Media.
23. Zainuddin, Muhamad. 2000. Metodologi
Penelitian. Surabaya: Bagian FKIKM –
UNAIR.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 264

FAKTOR RISIKO WAKTU KEMATIAN PADA KEJADIAN KECELAKAAN


LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT MOJOKERTO

Dwi Helynarti Syurandhari 1), Mukhammad Himawan Saputra2), Asih Media Yuniarti 3),
Ainur Pujianti 4)
1,2,3,4
Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Majapahit Mojokerto
email: dwihelynarti@gmail.com1, mhimawansaputra@gmail.com2, art.media1979@gmail.com3,
ainur.pujianti@gmail.com4

Abstract

Traffic accidents was one of the non-communicable diseases (because of the high number of deaths
in traffic accidents affected all sectors of life so that it becomes a health problem. The purpose of
this study was to determine the determinant of death in the incidence of traffic accidents in the area
of Mojokerto Police Law. The design of this research was case control. The sample size in research
was 76 victims of traffic accidents divided into case groups and control groups. The sampling
technique used is total sampling for case groups. The study was conducted from March to April 2017.
The results showed of deaths in the incidents of traffic accidents were predominantly 16-30 years old
(34.2%), male (73.7%), private sector (78.9%), road users who used vehicle (89.2%), located in
Ngoro, Trawas, Pungging, Trowulan sub-districts (13.2%), with provincial road status (52.6%), on
workdays (92.1%) and At 06.00-12.00 AM (52.6%). Analysis of Risk Estimate calculation used chi
square statistic test showed that event day (p value = 0,005 and OR = 6,067; 95% CI = 1,563 -
23,548) was risk factor of death in the incidence of traffic accidents. While hour of the event was not
a risk factor of death in the incident of traffic accidents. Risk Factor of deaths in traffic accidents
include road users used vehicles and workday events. Therefore, it is hope that the public prioritize
road safety by making risk prevention efforts by increasing alertness and healthy behavior in driving
such as obeying the wise driving regulation, the use of personal protective equipment, and
conducting health checks for the drivers.
Keywords: Risk Factor, deaths, traffic accidents

1. PENDAHULUAN meningkat dalam jumlah maupun jenisnya


Indonesia saat ini tengah menghadapi dengan angka kesakitan, kecacatan dan
transisi epidemiologi dalam masalah kematian yang terus meningkat (Departemen
kesehatan, dimana Penyakit Menular belum Perhubungan, 2011).
seluruhnya dapat teratasi, sementara tren Kecelakaan lalu lintas (KLL)
Penyakit Tidak Menular (PTM) cenderung merupakan salah satu masalah kesehatan
terus meningkat. Berdasarkan Sample masyarakat yang mempengaruhi semua sektor
Registrasi Sistem (SRS) bahwa dari 10 kehidupan. Gangguan akibat kecelakaan
penyebab kematian utama untuk segala umur, cedera saat ini menjadi salah satu masalah
enam diantaranya adalah PTM dimana kesehatan masyarakat di Indonesia karena
kecelakaan lalu lintas menempati urutan tingginya angka kejadian kematian akibat
kedelapan (Ditjen PP & PL, 2016). kecelakaan. Hasil Riskesdas menunjukkan ada
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peningkatan proporsi kecelakaan akibat
peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak transportasi darat sebanyak hampir dua kali
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau lipat pada tahun 2014 (47,7%) dari tahun 2008
tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan (25,9%) (Ditjen, PP & PL, 2015).
korban manusia dan atau kerugian harta benda Studi pendahuluan yang telah dilakukan
(UU.No.22/2009). World Health Organization oleh peneliti pada tanggal 06 Januari 2016 di
(WHO) telah mempublikasikan bahwa Unit Laka Lantas Polres Mojokerto, telah
kematian akibat kecelakaan di jalan diketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat 605
diperlakukan sebagai salah satu penyakit tidak kejadian kecelakaan lalu lintas yang
menular dengan jumlah kematian tertinggi. menyebabkan 938 orang menjadi korban, 141
Kejadian kecelakaan lalu lintas cenderung jiwa diantaranya meninggal dunia dan 797
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 265

korban selamat, 13 diantaranya yaitu tercatat oleh Unit Laka Lantas Polres
mengalami luka berat dan 784 diantaranya Mojokerto bulan Oktober-Desember 2016
mengalami luka ringan. Pada tahun 2014 sebanyak 40 jiwa (populasi kasus) dan 246
diketahui bahwa terdapat 550 kejadian yang korban (populasi kontrol). Besar sampel dalam
menyebabkan 797 orang menjadi korban, 134 penelitian ini adalah 76 korban kecelakaan lalu
jiwa diantaranya meninggal dunia dan 660 lintas, 38 korban meninggal dunia (kelompok
korban selamat, 4 orang diantaranya kasus) dan 38 korban hidup (kelompok
mengalami luka berat dan 656 diantaranya kontrol), sampel sesuai denga kriteria inklusi
mengalami luka ringan. Sedangkan pada tahun yaitu data kecelakaan lalu lintas yang tercatat
2015 diketahui bahwa jumlah kejadian oleh Unit Laka Lantas Polres Mojokerto, dan
kecelakaan sebesar 739 kejadian kecelakaan data kecelakaan lalu lintas periode bulan
lalu lintas yang menyebabkan 1069 orang Oktober-Desember 2016.
menjadi korban, 137 jiwa diantaranya
meninggal dunia dan 932 korban selamat, 26 3. PEMBAHASAN
diantaranya nengalami luka berat dan 906 3.1. Distribusi Frekuensi kematian pada
diantaranya mengalami luka ringan, (Polres kejadian kecelakaan lalu lintas di
Mojokerto, 2016). wilayah hukum Polres Mojokerto
Dengan meningkatnya angka kesakitan Oktober-Desember 2016 berdasarkan
dan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan faktor orang, tempat dan waktu.
lalu lintas di Kabupaten Mojokerto. Maka 3.1.1. Faktor Orang
perlu dilakukan penanganan dan pencegahan Distribusi frekuensi kematian pada
segera dengan mendata korban lebih cepat. kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah
Dalam upaya pengendalian dan pencegahan hukum Polres Mojokerto pada Bulan Oktober-
kematian pada kejadian kecelakaan lalu lintas Desember 2016 pada tabel 1, 2, 3, dan 4
yang terjadi di Kabupaten Mojokerto menunjukkan bahwa jumlah kematian tertinggi
khususnya wilayah hukum Kepolisian Resort terjadi pada kelompok usia 16-30 tahun dengan
Mojokerto, maka harus dilakukan riset jumlah sebanyak 13 jiwa, jenis kelamin laki-
epidemiologi untuk mendapatkann informasi laki 28 jiwa, jenis perkerjaan dibidang swasta
terkait dengan distribusi dan determinan 30 jiwa, dan sebagai pengguna jalan yang
kematian pada kejadian kecelakaan lalu lintas. menggunakan kendaran sebanyak 34 jiwa.
Dengan didapatnya informasi ini maka dapat Menurut konsep segitiga epidemiologi yang
digunakan sebagai dasar ilmiah pembuatan dikutip dari Noor (2008), karakteristik usia,
kebijakan dan pengambilan keputusan terkait jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan pengguna
dengan cara pencegahan kejadian kecelakaan jalan merupakan bagian dari unsur pejamu
lalu lintas, agar angka kematian pada kejadian (host), pejamu merupakan keadaan manusia
kecelakaan lalu lintas tidak semakin yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor
meningkat, sehingga dapat memperbaiki dan risiko untuk terjadinya penyakit yang biasanya
meningkatkan status kesehatan masyarakat di disebut sebagai faktor intrinsik. Keempat
Kabupaten Mojokerto khususnya di wilayah karakteristik tersebut dapat mempengaruhi
hukum Kepolisian Resort Mojokerto. keseimbangan keadaan pejamu, jika keadaan
Mengingat pentingnya masalah ini, maka pejamu mengalami gangguan maka
peneliti ini melakukan penelitian terkait keseimbangan interaksi antara host, agent dan
dengan determinan kematian pada kejadian environment juga akan mengalami gangguan.
kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya
Kepolisian Resort Mojokerto. kecelakaan lalu lintas yang dapat
menyebabkan korban meninggal dunia.
2. METODE PENELITIAN Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda
Desain penelitian yang dilakukan adalah dengan data WHO (2015) yang diketahui
survei analitik dengan rancang bangun case bahwa kematian pada kejadian kecelakaan lalu
control. Penelitian dilaksanakan di Polres lintas terbesar terjadi pada kelompok usia 15-
Mojokerto pada bulan Maret sampai April 29 tahun. Sebagaimana dengan adanya konsep
2017. Populasi dalam penelitian ini adalah Haddon matrix yang dikutip dari WHO (2006)
korban kecelakaan lalu lintas yang telah yang menyatakan bahwa remaja secara
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 266

signifikan lebih mungkin terlibat dalam berkendara tanpa memperhatikan keselamatan


kecelakaan fatal dibandingkan pengemudi berlalu lintas. Seperti yang dijelaskan oleh
yang lebih tua. Serta risiko kecelakaan Bustan (2015) bahwa kecelakaan lalu lintas
kematian menurun dengan bertambahnya usia lebih sering terjadi pada keadaan manusia yang
dan pengalaman pengemudi kendaraan. bergerak dan berlalu linta. Oleh karena itu pada
Sehingga kelompok usia yang mempunyai rentang usia ini, mereka cenderung memiliki
risiko tinggi mengalami kejadian kecelakaan tingkat emosi yang kurang stabil dibandingkan
lalu lintas adalah orang muda yang berusia 16- kelompok usia lebih dari 30 tahun yang lebih
29 tahun. Haddon juga menyebutkan jenis hati – hati, sadar bahaya dan lebih disiplin
kelamin termasuk dalam tahap pra-kecelakaan dalam berkendara.
di mana terdapat perbedaan kerentanan untuk Hasil penelitian ini yang menunjukkan
mengalami kecelakaan lalu lintas antara laki- bahwa korban meninggal sebagaian besar
laki dengan perempuan. Disebabkan adanya adalah laki-laki, hal tersebut dikarenakan
perbedaan frekuensi penggunaan kendaraan. aktifitas laki-laki sebagai tulang punggung
Selain itu Haddon juga menyatakan bahwa keluarga sehingga banyak menghabiskan
kelompok yang mempunyai risiko tinggi untuk waktu di jalan untuk berangkat, dan pulang
mengalami kejadian kecelakaan adalah orang bekerja (Haris, 2012). Hal ini mengakibatkan
muda, terutama yang berjenis kelamin laki- kaum laki – laki menjadi populasi dominan di
laki. jalan raya. Sehingga laki-laki paling banyak
Hasil penelitian ini juga didukung melakukan mobilitas, seperti yang
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan diungkapkan Bustan (2015) yang
oleh Rompis (2016) didapatkan bahwa korban menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di kota lebih sering terjadi pada keadaan manusia yang
Tomohon tahun 2012 – 2014 terbanyak berada bergerak atau berlalu lintas. Sekitar (90%)
direntang usia 15 – 24 tahun, jenis kelamin kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh faktor
laki-laki, Begitu juga dengan hasil penelitian manusia (human faktor).
yang dilakukan oleh Riandini (2015) yang Tingginya frekuensi kematian pada
menyatakan bahwa korban meninggal korban yang bekerja dibidang swasta, hal ini
terbanyak pada kejadian kecelakaan lalu lintas dikarenakan lalu lintas jalan raya banyak
yakni terdapat pada kelompok umur dewasa dipenuhi oleh masyarakat yang keluar rumah
awal yaitu usia 19 – 35 tahun, jenis kelamin untuk bekerja mencari nafkah. Penduduk di
laki-laki. Djaja, dkk (2016) menyebutkan wilayah hukum Polres Mojokerto banyak yang
bahwa angka kejadian kecelakaan lalu lintas bekerja di bidang swasta, dikarenakan wilayah
sepanjang tahun 2010-2014 memiliki proporsi hukum Polres Mojokerto yang masuk dalam
kematian tertinggi terjadi pada korban yang Kabupaten Mojokerto. Dimana Kabupaten
memiliki jenis pekerjaan sebagai karyawan Mojokerto merupakan kawasan industri,
swasta. terutama di Kecamatan Ngoro. Hal tersebut
Kelompok usia 16-30 jika ditinjau dari dikarenakan karakteristik Wilayah tersebut
pengkategorian usia menurut WHO dalam adalah sebagai kawasan industri Haris (2012).
Notoadmodjo (2011) merupakan orang muda Tingginya frekuensi kematian pada
dan dewasa, namun jika ditinjau dari korban yang bekerja dibidang swasta, hal
pengkategorian usia menurut Depkes RI tersebut dikarenakan jumlah pengguna jalan
(2009) kelompok usia tersebut termasuk pada terbanyak di wilayah hukum Polres Mojokerto
kategori masa remaja awal dan dewasa awal. yakni pengguna kendaraan baik itu kendaraan
Sehingga usia 16-30 tahun termasuk dalam bermotor maupun kendaraan tidak bermotor.
kategori orang muda (remaja awal) sampai Hal tesebut sesuai dengan data jumlah
dewasa awal sehingga kelompok usia tersebut kendaraan bermotor yang dikutip dari BPS
termasuk pada kelompok usia produktif. Haris Mojokerto (2016) yang diketahui bahwa
(2012) menyebutkan bahwa kelompok usia jumlah kendaraan terbanyak di Mojokerto pada
produktif memiliki tingkat emosional yang tahun 2015 yaitu sebanyak 82.395 unit
masih tinggi serta memiliki mobilitas yang kendaraan bermotor, sedangkan untuk
tinggi, sehingga mereka sering tergesa – gesa kendaraan tidak bermotor seperti sepeda
dan cenderung kurang berhati-hati dalam pancal, becak, delman, dll untuk saat ini belum
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 267

diketahui jumlahnya. Selain itu berdasarkan menyebabkan volume lalu lintas di Kecamatan
data yang diperoleh dari Polres Mojokerto ini cukup padat dan ramai serta banyak orang
bahwa jumlah kendaraan yang terlibat dalam yang berlomba mengadu kecepatan agar segera
kecelakaan selama bulan Oktober-Desember sampai di tempat tujuan. Menurut Zainuddin
2016 yaitu sebanyak 386 untuk kendaraan (2016) didapatkan bahwa risiko untuk
bermotor, sedangkan untuk kendaraan tidak terjadinya kematian dan cedera meningkat
bermotor saat ini belum diketahui. Sehingga seiring dengan kenaikan kecepatan
hal tersebut yang menjadi salah satu faktor mengemudi. Kecamatan Trawas, yang
penyebab tingginya angka kematian pada merupakan daerah pegunungan sehingga
kejdadian kecelakaan lalu lintas yang menimpa keadaan jalan di Kecamatan tersebut banyak
pengguna jalan yang menggunakan kendaraan. terdapat tanjakan dan turunan serta sudut
3.1.2. Faktor Tempat belokan. Bustan (2015) menjelaskan bahwa
Distribusi frekuensi kematian pada struktur jalan datar, mendaki, menurun, lurus
kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah dan berkelok-kelok dapat menjadi pemicu
hukum Polres Mojokerto pada Bulan Oktober- kejadian kecelakaan lalu lintas yang berakibat
Desember 2016 pada tabel 5 dan 6 jika ditinjau fatal. Rompis (2016) menyebabkan bahwa
dari karaktiristik faktor tempat berdasarkan terdapat pengaruh cuaca terhadap peningkatan
wilayah administratif (kecamatan) pada tabel 8 angka kecelakaan lalu lintas dengan korban
menunjukkan bahwa jumlah kematian mati. Kecamatan Pungging terdapat jalan
tertinggi terjadi di 4 kecamatan yaitu seabagai jalur alternatif yang dapat
kecamatan Ngoro, Trawas, Pungging, dan menghubungkan antara Mojokerto-Pasuruan,
Trowulan dengan jumlah korban sebesar 5 jiwa Mojokerto-Sidoarjo dan Mojokerto-Malang
pada masing-masing kecamatan tersebut, dan sehingga lalu lintasnya cukup ramai dan selalu
terjadi pada ruas jalan yang berstatus jalan dilewati dengan kendaran besar. Bustan (2015)
provinsi dengan jumlah korban sebesar 20 yang menyatakan bahwa keadaan fisik jalanan
jiwa. seperti pengerjaan jalanan atau jalan yang
Menurut konsep segitiga epidemiologi fisiknya kurang memadai, misalnya berlobang-
yang dikutip dari Noor (2008), yang lobang dapat menjadi pemacu terjadinya
menjelaskan bahwa karakteristik wilayah kecelakaan. Kecamatan Trowulan yang
administratif dan status jalan merupakan merupakan merupakan salah satu kecamatan
bagian dari unsur lingkungan (environment). yang menghubungkan antara Kabupaten
Berdasarkan konsep Haddon Matrix yang Mojokerto dengan Kabupaten Jombang, selain
dikutip dari WHO (2006) maka kecelakaan lalu itu juga terdapat jalan utama yang
lintas berdasarkan karakteristik wilayah menghubungkan beberapa Kabutaten jalan ini
administratif dan status jalan berada pada tahap disebut sebagai by pass, selain itu Trowulan
fase pra kecelakaan dan saat kecelakaan. Dan banyak terdapat wisata bersejarah. Sehingga
termasuk dalam faktor lingkungan hal tersebut lalu lintasnya cukup ramai karena tingginya
dapat dilihat dari desain jalan dan permukaan volume lalu lintas.
jalan pada wilyah tersebut. WHO (2015) Penyebab tingginya angka kematian
menjelaskan bahwa faktor-faktor terkait pada kejadian kecelakaan lalu lintas yang
kecelakaan lalu lintas yang berhubungan terjadi di ruas jalan yang berstatus sebagai
dengan lingkungan jalan yaitu meliputi jalan provinsi dikarenakan berbagai faktor.
kepadatan dan komposisi lalu lintas, kecepatan Seperti faktor kelayakan dan sarana jalan
berkendara. dimana kondisi ruas jalan provinsi masih
Penyebab tingginya angka kematian banyak yang rusak dan berlubang, jika
pada keempat Kecamatan tersebut yaitu pengguna jalan tidak berhati-hati maka dapat
dikarenakan banyak faktor, salah satunya yaitu menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
faktor lingkungan seperti keadaan topografi, Menurut Bustan (2015) yang menjelaskan
kondisi jalan, cuaca, kepadatan lalu lintas, bahwa pemicu kejadian kecelakaan lalu lintas
kecepatan berkendara dan lain-lain. WHO dapat dilihat dari kondisi fisik jalan kondisi
(2015). Kecamatan Ngoro yang merupakan jalan yang fisiknya kurang memadai misalnya
salah satu Kecamatan di Mojokerto yang jalan yang berlobang-lobang, jalan licin.
terdapat banyak tempat industri sehingga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 268

3.1.3. Faktor Waktu


Distribusi frekuensi kematian pada raya maka volume lalu lintas juga akan
kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah meningkat pula. Seperti yang dikutip dari Haris
hukum Polres Mojokerto pada Bulan Oktober- (2012) bahwa banyak aktivitas yang dilakukan
Desember 2016 tabel 7 dan 8 menunjukkan pada jam-jam sibuk seperti berangkat, istirahat,
bahwa jumlah kematian tertinggi berdasarkan pulang kerja dan sekolah, dan belanja ke pasar.
hari terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu pada Pada jam sibuk semua orang berlomba agar
terjadi pada hari kerja sebesar 35 jiwa. Dan segera sampai pada tempat tujuan, hal tersebut
terjadi pada pukul 06.00-12.00 dengan jumlah dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
kematian yaitu 20 jiwa. Menurut konsep 3.2. Faktor risiko kematian pada kejadian
segitiga epidemiologi yang dikutip dari Noor kecelakaan lalu lintas.
(2008), karakteristik hari dan jam kejadian 3.2.1. Hari Kejadian
merupakan bagian dari unsur lingkungan Korban yang mengalami kejadian
(environment). Hal tersebut dikarenakan hari kecelakaan lalu lintas pada hari kerja lebih
kejadian berhubungan erat dengan lingkungan berisiko 6-7 kali mengalami kematian
jalan seperti volume lalu lintas. Menurut dibanding dengan korban yang mengalami
Dharma (2013) yang didapatkan bahwa kecelakaan lalu lintas pada hari libur. Hari
kepadatan arus lalu lintas juga bisa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
mempengaruhi kecelakaan seperti volume hari senin-jum’at, sedangkan hari libur yaitu
kendaraan dihari kerja, libur dan hari-hari hari minggu. Berdasarkan konsep segitiga
besar keagamaan. Haris (2012) juga epidemiologi yang dikutip dari bukunya Noor
menjelaskan bahwa volume lalu lintas (2008) bahwa karakteristik hari kejadian
berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan lalu merupakan bagian dari unsur lingkungan
lintas. Menurut Bolla (2009) kecelakaan (environment). Dikarenakan hari kejadian
umumnya terjadi pada pagi (06.00-11.59 WIB) kecelakaan lalu lintas berhubungan dengan
hingga sore hari (12.00-17.59 WIB). kepadatan arus lalu lintas. McKenzie (2007)
Penyebab tingginya angka kematian dalam bukunya menjelaskan bahwa jumlah
pada kejadian kecelakaan lalu lintas yang kematian terkait kecelakaan kendaraan
terjadi pada hari kerja dan pada pukul 06.00- bermotor meningkat tajam pada akhir minggu
12.00 dikarenakan beberapa faktor. Dari hasil (jum’at, sabtu, minggu). Menurut Santoso
penelitian terdahulu yang juga banyak dalam Adelaide (2012) juga menjelaskan
menyatakan bahwa hari kerja lebih sering bahwa semakin padat lalu lintas jalan, makin
terjadi kecelakaan lalu lintas dan sepi lalu lintas makin sedikit kemungkinan
mengakibatkan dampak yang fatal yaitu kecelakaan akan tetapi fatalitas akan sangat
meninggal dunia. Hal tersebut disebabkan tinggi
berbagai aktifitas kegiatan berlangsung diluar Hal ini dikarenakan pada hari kerja
rumah seperti aktifitas pekerjaan, berbagai aktifitas banyak yang berlangsung
perekonomian, pendidikan, dll sehingga seperti aktifitas pekerjaan, perekonomian,
menyebabkan volume lalu lintas akan pendidikan, dll sehingga banyak masyarakat
meningkat. Seperti yang dikutip dari Haris yang bepergian melewati lalu lintas jalan. Hal
(2012) yang menyebutkan bahwa kecelakaan tersebut dapat berpengaruh terdadap volume
lebih sering terjadi pada hari senin disebabkan lalu lintas yang akan semakin meningkat.
karena aktifitas perekonomian, pekerjaan dan Selain itu pada hari kerja banyak masyarakat
pendidikan dimulai pada hari Senin yang yang berlomba mengadu kecepatan agar segera
sebelumnya terhenti karena hari libur Sabtu sampai di tempat tujuan, jadi tidak
dan Minggu, sehingga banyak orang yang mengherankan jika kejadian kecelakaan lalu
berlomba mengadu kecepatan agar segera lintas pada hari kerja sering terjadi dan dapat
sampai di tempat tujuan. Padapukul 06.00- mengakibatkan dampak yang fatal. Simarta
12.00 merupakan jam sibuk dimana banyak (2008) menjelaskan bahwa pada saat
terdapat aktivitas yang dilakukan oleh perjalanan kerja, arus lalu lintas tinggi dan
masyarakat di luar rumah, maka mereka akan cenderung akan terjadi kemacetan. Kemacetan
menggunakan ruan jalan raya. Dengan semakin membuat pengendara tidak mengemudi pada
meningkatnya aktivitas masyarakat di jalan kecepatan yang berlebihan. Resiko untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 269

mendapatkan cidera berhubungan dengan berlokasi di kecamatan Ngoro, Trawas,


kecepatan. Umumnya semakin besar kecepatan Pungging, dengan status jalan provinsi, pada
yang terlibat di dalam suatu kecelakaan, akan hari kerja dan pukul 06.00-12.00.
makin besar cidera yang terjadi. Selain itu, Faktor risiko waktu kematian pada
memang sudah ada bukti bahwa kecepatan kejadian kecelakaan lalu lintas adalah hari
pada saat mengendarai merupakan faktor risiko kejadian, sedangkan yang bukan merupakan
untuk terjadinya tabrakan dan meningkatnya faktor risiko waktu kematian pada kejadian
tingkat keparahan suatu cidera akibat kecelakaan lalu lintas adalah jam kejadian.
kecelakaan.
3.2.2. Jam Kejadian REFERENSI
Waktu terjadinya kecelakaan lalu lintas 1. Adelaide, Kezia. (2012). Gambaran
berdasarkan karakteristik jam kejadian bukan Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan
merupakan faktor risiko kematian pada Lalu lintas di Jalan Tol Purbaleunyi
kejadian kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini Tahun 2010-2011. Skripsi. Depok:
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Universitas Indonesia.
oleh Pomuri (2014) didapatkan hasil bahwa 2. Badan Pusat Statistik Kabupaten
tidak terdapat hubungan antara waktu Mojokerto. (2016). Kabupaten Mojokerto
berkendara (siang-malam) dengan kejadian dalam Angka (Mojokerto Regency in
kecelakaan lalu lintas. Sedangakan hasil Figures 2016). Mojokerto: Badan Pusat
perhitungan odd ratio (OR) menunjukan Statistik Kabupaten Mojokerto.
bahwa waktu berkendara bukan merupakan 3. Bolla, M. E. (2009). Karakteristik
faktor risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan Sepeda Motor di Kota
Penelitian ini juga diperkuat dengan adanya Surabaya. Jurnal. Kupang: Universitas
penelitian yang dilakukan oleh Haris (2012) Cendana.
yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh 4. Bustan, N. M. (2015). Manajemen
yang signifikan antara waktu terjadinya Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
kecelakaan terhadap kejadian kecelakaan lalu Jakarta: Rineka Cipta
lintas. Waktu merupakan saat dimana orang 5. Dharma, A., Identifikasi Kecelakaan Lalu
memutuskan berpergian untuk beraktivitas Lintas (Study Kasus Jalan Dalu-Dalu
diluar rumah. sampai Pasir Pengaraian). Jurnal.
Hal ini disebabkan karena persentase Universitas Pasir Pengaraian.
dari masing-masing kategori jam berbeda tipis, 6. Departemen Perhubungan. (2011).
sehingga membuktikan bahwa potensi Rencana Umum Nasional Keselamatan
terjadinya kecelakaan tidak memandang (RUNK) Jalan 2011-2035. Jakarta:
waktu. Volume lalu lintas renggang pada pagi Departemen Perhubungan.
malam hari, padat pada siang hari dan sore hari. 7. Direktorat Jendral PP & PL. (2015). Profil
Menurut Haris (2012) pada waktu terang, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
volume lalu lintas padat, pada umumnya orang Lingkungan. Jakarta: Kementerian
beraktivitas pada pagi dan pulang sore hari, Kesehan RI.
kecuali hari besar dan hari libur. Tidak jauh 8. Direktorat Jendral PP & PL. (2008).
berbeda pada waktu gelap, khususnya pada Pedoman Pengendalian Faktor Risiko
malam hari, jalan raya yang relative lebih Gangguan Akibat Kecelakaan dan Cedera
lenggang membuat pengendara untuk (Seri Kecelakaan Lalu Lintas). Jakarta:
melajukan kendaraannya dengan cepat. Kementerian Kesehatan RI.
9. Direktorat Jendral PP & PL. (2016).
4. SIMPULAN Asosiasi Pemerintah Kabupaten Se-
Distribusi Frekuensi kematian pada Indonesia Bersepakat untuk cegah dan
kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah kendalikan penyakit tidak Menular.
hukum Polres Mojokerto Oktober-Desember (Online).
2016 sebagian besar adalah kelompok usia 16- (http://www.depkes.go.id/article/view/16
30 tahun, jenis kelamin laki-laki, dengan 080900002/asosiasi-pemerintah-
pekerjaan sebagai swasta, berstatus sebagai kabupaten-seluruh-indonesia-bersepakat-
pengguna jalan yang menggunakan kendaraan, untuk-cegah-dan-kendalikan-penyakit-
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 270

tidak.html, diakses pada tanggal 28 0World%20report%20on%20road%20tra


Oktober 2016). ffic%20injury%20prevention.pdf, diakses
10. Direktorat Jendral PP & PL. (2015). pada tanggal 28 Oktober 2016).
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Deteksi 22. WHO. (2013). Status Keselamatan Jalan
Dini Faktor Risiko Kecelakaan Lalu di WHO Regional Asia Tenggara tahun
Lintas bagi Pengemudi. Jakarta: 2013. India: World Health Organization.
Kementerian Kesehatan RI. 23. WHO. (2011). World Report on Road
11. Djaja, S., Widyastuti, R., Tobing, K., Traffic Injury Prevention – Main
Lasut, D., Irianto, J. (2016). Gambaran Messages.
Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 24. WHO. (2015). Global Status Report on
Tahun 2010-2014. Junal Ekologi Road Safety 2015. Geneva: World Health
Kesehatan Vol. 15 No 1, Juni 2016 : 30 - Organization.
42. 25. WHO. (2015). Keselamatan Pejalan Kaki
12. Haris, I. V. (2012). Kajian Daerah Rawan Manual Keselamatan Jalan untuk
Kecelakaan Lalu Lintas Di Jalan Kolektor Pengambil Keputusan dan Praktisi.
Primer Wilayah Gresik Bagian Selatan Geneva: World Health Organization.
Tahun 2012. Jurnal. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
13. Instruksi Presiden RI. (2013). Program
Dekade Aksi Keselematan Jalan. Jakarta:
Presiden RI.
14. McKenzie, F. J., Pinger. R. R., Kotecki, E.
J. (2007). Kesehatan Masyarakat Suatu
Pengantar. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
15. Noor, Nur Nasry. (2008). Epidemiologi.
Jakarta: Rineka Cipta
16. Notoatmodjo, Soekidjo. (2011).
Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta.
17. Pomuri, M. E, Joseph, W. B, Kepel. B. J.
(2014). Faktor-Faktor Risiko Terjadinya
Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor
pada Pasien di BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Kota ManadoTahun 2014. Jurnal.
Manado: Universitas Sam Ratulangi
18. Riandini, I. L. (2015). Gambaran Luka
Korban Kecelakaan Lalu Lintas yang
Dilakukan Pemerikasaan di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2015; 4(2).
19. Simarmata, Y. W. (2007). Kecelakaan
lalu lintas pada pengendara sepeda motor
Tahun 2007 di Wilayah Jakarta Timur.
Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.
20. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
21. WHO. (2006). Road Traffic Injury
Prevention Training Manual. India:
World Health Organization. (Online).
(http://www1.paho.org/hq/dmdocuments/
2011/Fact%20sheets%20from%20the%2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 271

PENGARUH PEMBERIAN INFUSED WATER STROBERI TERHADAP


INTENSITAS DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI
DI ASRAMA ABIM KOTA KEDIRI
Weni Tri Purnani
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
email : tripurnani0330@gmail.com

Abstract

Introduction: Women who get a period will cause the pains that called dysmenorrhea. According to
the preliminary study in the ABIM dormitory, from 10 teenagers who have menstrual, there are 8
people who have dysmenorrhea. It shows the high incidence of dysmenorrhea in adolescent girls.
The purpose of this research is to know the influence of the provision of infused water strawberries
to intensity of primary dysmenorrhea in adolescent girls in the ABIM dormitory Kediri in 2015.
Methode: This research was included in the pre experiment with the approach of one group pre post
test design. The population of this research is adolescent girls that experienced dysmenorrhea on the
first day menstruation with purposive sampling technique. The intensity of dysmenorrhea
respondents was measured by the questionnaire Scale Descriptive Pain. The data analysis used
Wilcoxon Sign Rank Test. Result: The data analysis used Wilcoxon Sign Rank Test and got the result
of ρ value (0,000) ≤ α (0,05) value. So, it can be concluded that H0 was refused dan H1 was accepted.
It means that there was influence of the provision of infused water strawberries to intensity of primary
dysmenorrheal in adolescent girls in the ABIM dormitory Kediri in 2015. Discussion: that there is a
difference before and after giving infused water strawberries that is before it was given infused water
strawberries the majority of respondents experienced ordinary pain, while after given infused water
strawberries the majority of respondents experienced mild pain.
Keywords: Infused Water Strawberries, Dysmenorrhea Intensity, Adolescent Girls

1. PENDAHULUAN 59,7%, dan di Swedia sekitar 72%, sedangkan


Menstruasi adalah perdarahan vagina di Indonesia angka kejadian prevalensi nyeri
secara berkala akibat terlepasnya lapisan menstruasi berkisar 55% dikalangan usia
endometrium uterus. Usia normal bagi seorang produktif (Azizah, 2013).
wanita mendapat menstruasi untuk pertama Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada pada 10 (100%) mahasiswa yang bertempat
juga yang mengalaminya lebih awal, yatu pada tinggal di Asrama ABIM Kediri tahun 2015
usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 pada bulan September 2015 yang sedang
tahun. (Sukarni & Margareth, 2013) mengalami menstruasi terdapat 8 mahasiswa
Pada sebagian wanita yang mengalami (80%) mengalami dismenore dan 2 mahasiswa
menstruasi akan timbul nyeri saat menstruasi (20%) tidak mengalami dismenore. Dari 8
yang biasanya disebut dismenore. responden yang mengalami dismenore, 3
Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa mahasiswa mengatakan merasa kram pada
Indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi. perut bagian bawah tetapi masih dapat
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak melakukan aktivitas, 4 responden mengatakan
enak pada perut bagian bawah saat menstruasi nyeri yang dirasakan menyebar ke pinggang
(Sukarni & Margareth, 2013). Meskipun hal dan aktivitas terganggu, sedangkan 1
yang biasa, tetapi hal ini sangat menganggu responden lainnya mengatakan nyeri yang
bagi sebagian remaja putri yang mempunyai dirasakan mengakibatkan sulit untuk
aktivitas banyak. (Andira, 2010) beraktifitas dan terkadang merasakan mual.
Angka kejadian nyeri menstruasi di Hasil survey diatas menunjukkan masih
dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% tingginya kejadian dismenore.
perempuan disetiap negara mengalami nyeri Beberapa faktor penyebab dismenore,
menstruasi. Di Amerika Serikat, Klein dan Litt yaitu faktor kejiwaan, konstitusi, obstruksi
melaporkan prevalensi dismenore mencapai canalis servikalis, alergi, serta faktor endokrin.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 272

Hormon prostaglandin merupakan salah satu ini merupakan masalah yang urgen, sehingga
pemicu utama penyebabnya disminorea. peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Dengan meningkatnya hormon prostaglandin tentang adakah pengaruh pemberian infused
menyebabkan otot rahim berkontraksi dan water stroberi terhadap intensitas dismenore
menimbulkan nyeri saat menstruasi. primer pada remaja putri di Asrama ABIM
Dampak dismenore dapat menganggu Kota Kediri.
aktivitas sehari-hari sehingga banyak remaja
putri yang mengatasi penyelesaian ini kepada 2. METODE PENELITIAN
obat-obatan baik tradisional maupun modern. Rancangan penelitian yang digunakan
Namun lebih baik jika penggunaan obat-obatan dalam penelitian ini dijelaskan berdasarkan
dikurangi karena dapat menimbulkan dampak berbagai perspektif sebagai berikut:
jangka panjang. Obat analgesik dapat berdasarkan ruang lingkupnya penelitian ini
menyebabkan perdarahan internal, selain itu, termasuk penelitian inferensial kuantatif.
semakin sering nyeri yang dialami remaja putri Berdasarkan tempatnya penelitian ini termasuk
saat haid maka semakin sering pula meminum penelitian lapangan. Berdasarkan ada tidaknya
obat analgesik, secara otomatis tubuh akan perlakuan termasuk pre eksperimen dengan
membentuk toleransi terhadap obat yang rancangan one group pre test – post test design.
digunakan untuk menghilangkan nyeri, Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk
sehingga tubuh akan membutuhkan semakin dalam penelitian observasional. Berdasarkan
banyak obat untuk menghilangkan nyeri. tujuan penelitian termasuk analitik komparatif.
Tingginya angka kejadian dismenore Berdasarkan sumber datanya penelitian ini
membuat banyak remaja putri terpaksa harus termasuk jenis data primer. Populasi pada
berbaring karena terlalu menderita sehingga penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang
tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Ada tinggal di Asrama ABIM Universitas Kadiri
yang pingsan, ada yang merasa mual, ada juga Kota Kediri tahun 2015 yang sedang
yang benar-benar muntah, kadangkadang mengalami dismenore pada hari pertama dan
remaja putri sampai membungkukkan tubuh memiliki siklus haid yang teratur yaitu
atau merangkak lantaran tidak mampu sebanyak 22 orang. Sampel dalam penelitian
menahan rasa nyeri bahkan ada yang sampai ini yaitu sebagian mahasiswa yang tinggal di
berguling-guling di tempat tidur. Hal ini sangat Asrama ABIM Universitas Kadiri Kota Kediri
mengganggu aktivitas belajar mereka dan tahun 2015 yang sedang mengalami dismenore
dapat berdampak pada turunnya prestasi pada hari pertama dan memiliki siklus haid
sekolah. Sehingga para remaja putri harus tahu yang teratur yaitu sebanyak 16 orang. Teknik
apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka sampling yang digunakan dalam penelitian ini
mampu menghadapi keadaan tersebut. adalah “Purposive Sampling” yaitu teknik
Dismenore ini bisa diatasi dengan cara penentuan sampel dengan cara pertimbangan
farmakologi maupun non farmakologi. Contoh tertentu dan kriteria tertentu (Sugiyono, 2010).
pengobatan nonfarmakologi, yaitu bisa berpa Variabel dalam penelitian ini dibedakan
istirahat ataupun mengompresnya dengan air menjadi variabel bebas (independen) dan
hangat. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan variabel tergantung (dependen). Variabel
pemberian infused water stroberi. Stroberi independent dalam penelitian ini adalah (X)
kaya akan kandungan vitamin C, juga pemberian infused water stroberi. Sedangkan
merupakan sumber vitamin B, asam folat, variabel dependent dalam penelitian ini adalah
kalium dan magnesium. (Ramayulis, 2013). dismenore.
Selain itu, stroberi juga mengandung omega 3 Data yang dikumpulkan berupa data
yang tinggi. Hasil studi menunjukkan bahwa primer yaitu aktivitas, lama menstruasi, serta
para wanita yang mengkonsumsi suplemen tingkat nyeri haid baik sebelum diberi
omega 3 mengalami berkurangnya rasa nyeri perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Data
pada saat haid tanpa komplikasi. tersebut diperoleh dengan menggunakan
Berdasarkan tingginya kejadian kuisioner. Dalam penelitian ini peneliti
dismenore pada wanita yang dapat menggunakan alat dan bahan penelitian berupa
mengakibatkan ketidakseimbangan hormonal botol khusus infused water, sendok kayu,
yang dapat menganggu aktifitas seseorang, hal pisau, air mineral 400 ml, buah stroberi 400
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 273

gram, es batu, lembar responden, serta Berdasarkan tabel 1 dapat


lembar kuisioner. Prosedur pembuatan infused diinterpretasikan bahwa sebagian besar
water stroberi yaitu siapkan buah stroberi dan (56,3%) responden mengalami nyeri sedang.
cuci hingga bersih, potong buah stroberi
menjadi beberapa bagian, masukkan air Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
mineral dan es batu ke dalam botol kaca Berdasarkan Intensitas Dismenore
bertutup, masukkan potongan buah stroberi, Primer Setelah Diberikan Infused
kemudian simpan ke dalam kulkas selama ± 2- Water Stroberi Di Asrama ABIM
4 jam sehingga buah mengeluarkan sarinya dan Kota Kediri Tahun 2015.
merasuk ke dalam air, siap dikonsumsi. Intensitas Dismenore f %
Sebelum diberikan kepada responden Tidak nyeri 2 12,5
sebaiknya diberikan penjelasan terlebih dahulu Nyeri ringan 11 68,8
bahwa infused water stroberi diberikan selama Nyeri sedang 3 18,8
hari pertama haid, diberikan sebanyak 400 ml Nyeri berat terkontrol 0 0
yang dikonsumsi sebanyak 4x (100 ml tiap kali Nyeri berat tidak terkontrol 0 0
minum) selama 1 hari.
Jumlah 16 100
3. HASIL DAN PEMBAHASAN (Sumber : Data Primer, 2015)
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tabel 2 dapat
Berdasarkan Intensitas Dismenore diinterpretasikan bahwa sebagian besar
Primer Sebelum Diberikan Infused (68,8%) responden mengalami nyeri ringan.
Water Stroberi Di Asrama ABIM
Kota Kediri Tahun 2015.
Intensitas Dismenore f %
Tidak nyeri 0 0
Nyeri ringan 4 25
Nyeri sedang 9 56,3
Nyeri berat terkontrol 3 18,8
Nyeri berat tidak terkontrol 0 0
Jumlah 16 100
(Sumber : Data Primer, 2015)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Silang Berdasarkan Pengaruh Pemberian Infused Water


Stroberi Sebelum dan Sesudah Terhadap Intensitas Dismenore Primer pada Remaja
Putri Di Asrama ABIM Kota Kediri Tahun 2015.

Setelah diberi infused water stroberi Jumlah


Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang
Sebelum diberi Nyeri Ringan 1 (6,25%) 3 (18,8%) 0 (0%) 4 (25%)
infused water Nyeri Sedang 1 (6,25%) 8 (50%) 0 (0%) 9 (56,25%)
stroberi Nyeri Berat 0 (0%) 0 (0%) 3 (18,8%) 3 (18,8%)
Terkontrol
Jumlah 2 (12,5%) 11 (68,8%) 3 (18,8%) 16 (100%)
b
Z score = -3,500 p = value = 0,000 a =0.05
(Sumber : Data Primer, 2015)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 274

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan dismenore juga semakin berkurang. Begitu


bahwa ada perbedaan intensitas dismenore juga dengan lama menstruasi, jika responden
sebelum dan sesudah diberikan infused water mengalami menstruasi tidak lebih dari 7 hari
stroberi pada remaja putri di Asrama Abim maka intensitas dismenore juga semakin
Kota Kediri Tahun 2015. Hasil analisis data berkurang. Hal ini berkaitan dengan hasil
tentang intensitas dismenore primer sebelum penelitian yaitu terdapat tiga responden yang
dan sesudah diberikan infused water stroberi tidak mengalami perubahan intensitas
menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dismenore setelah diberikan perlakuan.
menunjukkan nilai ρ < α atau (0,000) < Selain itu, mengkonsumsi infused water
(0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 stroberi harus sesuai takaran agar kebutuhan
ditolak dan H1 diterima artinya ada pengaruh akan omega 3 di dalam tubuh dapat terpenuhi
pemberian infused water stroberi terhadap dengan baik. Sehingga infused water stroberi
intensitas dismenore primer pada remaja mampu berpengaruh terhadap proses
putri di Asrama ABIM Kota Kediri tahun penurunan intensitas dismenore primer yang
2015. dialami oleh responden secara signifikan.
Menurut Bobak (2005) pada saat
menstruasi pelepasan PGF2α yang 4. KESIMPULAN
berlebihan meningkatkan amplitudo uterus, Terdapat pengaruh pemberian infused
sehingga menyebabkan iskemia dan kram water stroberi terhadap intensitas dismenore
abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon primer pada remaja putri di Asrama ABIM
sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri Kota Kediri Tahun 2015.
punggung, keletihan, pengeluaran keringat,
gejala saluran cerna (anoreksia, mual, REFERENSI
muntah dan diare) dan sistem saraf pusat. 1. Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedur
Seseorang yang mengalami dismenore pada Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
saat menstruasi dengan keletihan/kelelahan Jakarta. Rineka Cipta.
yang dirasakan akan meningkatkan persepsi 2. Andira, D. 2010. Seluk beluk
nyeri. Rasa kelelahan akan menyebabkan kesehatan reproduksi wanita.
sensasi nyeri semakin intensif. Yogyakarta :Aplus Book
Infused water stroberi mengandung 3. Anugroho, D & Wulandari,A. 2011.
omega 3 yang cukup tinggi. Dalam sehari, Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.
omega yang dibutuhkan adalah 0,3-0,5 gr Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
menurut rekomendasi dari WHO. Omega 3 4. Azizah, N., dan Wigati, A. 2013.
merupakan asam lemak yang tidak dapat
Pengaruh Kompres Hangat dan Terapi
diproduksi oleh tubuh sehingga hanya bisa
Music Terhadap Penurunan Skala
diperoleh dari asupan makanan. Menurut
Nyeri Haid (Dismenorrhea). Jurnal
Dewantari (2013), menstruasi wanita tidak
akan teratur kalau tidak memiliki simpanan Stikes Muhammadiyah Kudus
lemak 20% dari total berat badan. Wanita 5. Bobak, I.M. 2005. Buku Ajar
dengan asupan asam lemak omega 3 yang Keperawatan Maternitas. Jakarta.
rendah akan cenderung mengalami ECG.
dismenore. Studi menunjukkan bahwa 6. Ernawati. 2010. Terapi Relaksasi
mengonsumsi asam lemak omega 3 dalam Terhadap Nyeri Dismenore Pada
makanan sehari-hari akan mengurangi nyeri Mahasiswi Universitas
haid. Muhammadiyah Semarang. Tersedia
Menurut peneliti, ada beberapa faktor di http:// jurnal unimus.ac.id.vol 1 no
yang dapat menyebabkan timbulnya 1. Diakses tanggal 27 Juli 2015
dismenore antara lain aktivitas fisik seperti 7. Enikmawati, Anik. 2010. Nutrisi Yang
olahraga dan lamanya responden mengalami Baik Untuk Dikonsumsi Sebelum Dan
menstruasi. Semakin sering responden
melakukan olahraga maka intensitas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 275

Selama Menstruasi. Diunduh 20 22. Proverawati, Misaroh. 2009.


Agustus 2015 Menarche, Menstruasi Pertama
8. Emsley, B. 2007. Strawberry- Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha
Champagne good for health, says Medika
science. Royal Society of Chemistry. 23. Widyastuti, Y., Rahmawati, A. dan
http://www.rsc.org/AboutUs/News/Pr Purnamaningrum, Y.E. 2009.
essReleases/2007/Strawberries.asp. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
9. Prihatman, K. 2000. Stroberi ( Fitramaya
Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. 24. Lestari, Dwi. 2011. Seluk Beluk
),BAPPENAS pp : 1. Menoupouse. Jakarta : Garai Ilmu
10. Mansjoer, A. dkk. 2001. Kapita 25. Ningsih, Ratna. 2011. Efektifitas Paket
Selekta Kedokteran. Fakultas Pereda Terhadap Intensitas Nyeri
Kedokteran Universitas Indonesia : Pada Remaja Dengan Dismenore Di
Media Aesculapius. SMAN Kecamatan Curup. Bersumber
11. Johnston, C. Strawberry Processing dari ; http://lib.ui.ac.id. Di akses
Techniques: Freezing and Freeze- tanggal 30 Juli 2015
Drying, Nutritional Science 519S. 26. Judha, M. Sudarti & Fauziah, A. 2012.
2005. p:2 Teori Pengukuran Nyeri dan
12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Persalinan. Yogyakarta : Nuha
Metodologi Penelitian Kesehatan. Medika
Jakarta : Rineka Cipta 27. Lakesma. 2012. Kok Bisa Sih Nyeri
13. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Haid (Dysmenorrhea). Bersumber
Fundamental Keperawatan Konsep, dari : http://lakesma.ub.ac.id [Di akses
Proses dan Praktik edisi 4. Jakarta : tanggal 5 Mei 2015].
ECG 28. Made, Ni Dewantari. 2013. Peranan
14. Vita Health. 2006. Food Suplement. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi [Di
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama akses tanggal 20 September 2015]
15. Kumalaningsih, S. 2007. 3. 29. Oqif. 2013. Mineral Yang Terkandung
Antioksidan, Sumber & Manfaatnya. Di Dalam Air Minum. bersumber dari
http://antioxidantcentre.com/ : http://ilmumum.blogspot.com [Di
16. Much. 2007. Strawberry, Buah Cinta akses tanggal 23 Agustus 2015]
yang Kaya Manfaat. 30. Ramayulia, Rita. 2013. Jus Super
http://bangfirman.multiply.com/ Ajaib. Jakarta : Penebar Plus (Penebar
17. Siswoyo. 2007. Ilmu Pendidikan. Swadaya Grup)
Yogyakarta : UNY Pres 31. Sophia, Frenita. Dkk. 2013. Faktor –
18. Wirakusumah, Emma S. 2007. 202 Jus Faktor Yang Berhubungan Dengan
Buah & Sayuran. Jakarta : Penebar Dismenore Pada Siswi SMK Negeri 10
Swadaya Medan. [Di akses tanggal 20
19. Takwin, B. 2008. Menjadi September 2015]
Mahasiswa. Artikel diakses pada 32. Sukarni, I., & Margareth Z.H. 2013.
tanggal 18 Juni 2015, dari Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
http://bagustakwin.multiply.com/jour Yogyakarta : Nuha Medika
nal/item/18 33. Ide Sehat. 2014. Fruit Infused Water.
20. Winkjosastro. 2008. Gangguan Haid Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
dan Siklusnya. Jakarta : Bina Pustaka 34. Kusmiran, E. (2014) Kesehatan
21. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Reproduksi Remaja dan Wanita.
Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta : PT Jakarta. Salemba Medika
Bina Pustaka 35. Murtie,Afin dan Marzuqi Yahya.
2014. Cara Asik Minum Sehat Infused
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 276

Water. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu


Populer
36. Rosalina, Deasy. 2014. Detox Water :
50 variasi minuman buah dan herbal
berkhasiat. Jakarta : Kawan Pustaka
37. Soraya, Noni. 2014. Infused Water :
MINUMAN ALAMI BERVITAMIN &
SUPER SEHAT. Jakarta : Penebar Plus
+
38. GRIN Taxonomy Database.
Germplasm Resources Information
Network (GRIN). http://www.ars-
grin.gov/cgibin/npgs/html/taxon.pl?2
46.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 277

HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT NELAYAN TENTANG MUTU


PELAYANAN PUSKESMAS TERHADAP SIKAP UNTUK DETEKSI
DINI KATARAK DI KELURAHAN PEJAGAN KECAMATAN
BANGKALAN PULAU MADURA
Hanifatur R., Dwi Ernawati, Merina Widyastuti, , Nur Chabibah, Erwinda Trisatya.
ernadwi_80@yahoo.co.id/ 081332049814
STIKES Hang Tuah Surabaya

ABSTRAK

Mutu pelayanan kesehatan dapat memicu sikap untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan
masyarakat nelayan, salah satunya dengan deteksi dini katarak. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara presepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas terhadap sikap
deteksi dini katarak. Desain penelitian menggunakan analitik observasional, pendekatan cross
sectional. Sampel diambil menggunakan probability simple random sampling dengan perhitungan
proportionate stratified sampling. Jumlah sampel 64 masyarakat nelayan. Variabel independen yaitu
persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas, dan variabel dependen yaitu sikap
untuk deteksi dini katarak. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan
uji statistik Chi-square dengan tingkat kemaknaan ρ<0,05. Hasil penelitian didapatkan sikap positif
untuk deteksi dini katarak berjumlah 39 responden, dan sikap negatif untuk deteksi dini katarak
sebanyak 25 responden. Uji statistik persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas
dengan sikap untuk deteksi dini katarak didapatkan ρ=0,002, artinya terdapat hubungan persepsi
masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas dengan sikap untuk deteksi dini katarak.
Implikasi penelitian ini adalah persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas
berhubungan dengan sikap untuk deteksi dini katarak, Puskesmas harus lebih meningkatkan
pendekatan dengan masyarakat untuk meningkatkan persepsi positif masyarakat terhadap pelayanan
Puskesmas dan menumbuhkan sikap positif.
Kata kunci : persepsi, mutu pelayanan Puskesmas, sikap, katarak

1. PENDAHULUAN Menurut Alamsyah (2012: 69), visi, misi, dan


Kesehatan masyarakat bertujuan untuk tujuan Puskesmas masih belum dipahami
mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan sepenuhnya oleh pimpinan dan staf Puskesmas.
meningkatkan kesehatan penduduk (Alhamda, Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti,
2015: 3). Kesehatan masyarakat dapat tercapai banyak ditemukan masyarakat yang tidak
jika mutu dan pelayanan kesehatan dapat menggunakan fasilitas Puskesmas dengan
tercapai. Masyarakat saat ini menuntut maksimal. Kesadaran masyarakat nelayan
pelayanan yang lebih baik, bermutu dan dalam menjaga kesehatan mata juga kurang,
dengan biaya yang terjangkau. Menurut hal ini dapat dilihat banyaknya nelayan yang
Mactos dan Killer (1989, dalam Mubarak dan tidak menggunakan pelindung mata ketika
Nurul, 2009: 304), Upaya menjaga mutu melaut. Kondisi seperti ini dapat melemahkan
(Quaility Assurance) merupakan sistem komitmen, dukungan, dan keikutsertaan
manajemen yang mengangkat “kualitas” mereka dalam mengembangkan fungsi kuratif
sebagai strategi pelayanan dan berorientasi yang dilakukan di dalam gedung Puskesmas.
pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan Akibatnya, kegiatan Puskesmas yang bersifat
seluruh anggota organisasi. Masyarakat promotif dan preventif kurang mendapat
menuntut pelayanan yang lebih baik, bermutu perhatian. Dengan kata lain belum berdasarkan
dan dengan biaya yang terjangkau (Mubarak & pada paradigma sehat.
Nurul, 2009: 295). Menurut Blom (dalam Berdasarkan hasil wawancara yang
Mubarak, 2009) mengatakan terdapat empat dilakukan peneliti tanggal 26 Januari 2016
faktor yang dapat mempengaruhi derajat pada 15 warga nelayan di Kelurahan Pejagan,
kesehatan seseorang, yaitu lingkungan, 7 orang mengatakan tidak pernah berobat ke
perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Puskesmas dengan alasan lebih yakin akan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 278

sembuh jika berobat ke praktek kesehatan sedangkan kandungan Kalium, Asam


mandiri, dokter atau perawat dan menganggap Askorbat, dan Protein berkurang. Dampak
pelayanan Puskesmas kurang bermutu karena katarak pada kesehatan mata yaitu dapat
melihat beberapa tetangga yang berobat ke mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke
Puskesmas tidak sembuh serta mendengar jarak dekat, elastisitas lensa akan mengalami
bahwa pelayanan Puskesmas kurang penurunan, terjadinya pengkabutan pandangan
memuaskan, 4 orang mengatakan pernah karena adanya hambatan jalan cahaya ke
berobat ke Puskesmas namun mengatakan retina, protein lensa akan mencair sehingga
tidak begitu puas karena terkadang obat yang cairan ini akan keluar kapsul lensa yang utuh
dibutuhkan tidak ada dan pelayanan kurang sehingga pada katarak hipermatur nucleus
ramah, 4 orang mengatakan selalu ke lensa akan mnegambang dengan bebas,
Puskesmas karena mempunyai asuransi sehingga akan terjadi penurunan ketajaman
kesehatan sehingga sayang jika tidak penglihatan dan mengalami kebutaan
digunakan, namun dari 15 orang yang (Tamsuri, 2010).
diwawancarai oleh peneliti tidak ada satupun Keterlibatan masyarakat yang merupakan
yang pernah melakukan pemeriksakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kesehatan mata walaupun 10 diantaranya tingkat pertama belum berkembang secara
mengalami penglihatan kabur, dan 2 orang optimal. Respon keaktifan masyarakat dalam
terlihat adanya katarak di bagian lensa karena menggunakan fasilitas kesehatan dapat
menganggap gangguan penglihatan tersebut dilakukan dengan meningkatkan kualitas
merupakan hal biasa dan hanya sedikit Puskesmas utamanya dalam upaya promotif
mengganggu pekerjaan mereka. dan preventif. Pada akhirnya akan berdampak
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, pada sikap masyarakat untuk menggunakan
menyatakan katarak atau kekeruhan lensa fasilitas kesehatan Puskesmas untuk menjaga
merupakan salah satu penyebab kebutaan kesehatannya terutama kesehatan mata yang
terbanyak Indonesia maupun dunia. Hasil dominan masyarakat dengan profesi nelayan
Riskesdas 2013 terdapat tiga terbanyak alasan sering terpapar sinar matahari dan beresiko
penderita katarak belum operasi, yaitu 51,6% tinggi untuk terkena katarak.
karena tidak mengetahui menderita katarak, Peran perawat utamanya dalam menjaga
11,6% karena tidak mampu membiayai dan kesehatan mata dapat dilakukan dengan
8,1% karena takut operasi. memberikan promosi kesehatan, pemeriksaan
Data KEMENKES pada tahun 2009, mata secara berkala untuk memberikan
menyatakan masyararakat yang menderita pengetahuan tentang katarak, sebagai bentuk
katarak baru mendapat pelayanan operatif usaha untuk mengurangi resiko terjadinya
adalah 10% (penderita yang datang langsung katarak khususnya pada nelayan. Peran
ke rumah sakit), sedangkan 90% penderita perawat pada masyarakat yang telah
masih bersifat menunggu datangnya pelayanan mengalami ganguan mata dapat melakukan
kesehatan akibatnya timbul penumpukan asuhan keperawatan serta kolaborasi dengan
penderita katarak yang masih tinggi. Sejumlah tim kesehatan lainnya untuk terapi lanjutan
faktor yang diduga turut berperan dalam bagi nelayan yang sudah mengalami gangguan
terbentuknya katarak antara lain kerusakan mata.
oksidatif (dari radikal bebas), sinar ultraviolet, Dari latar belakang diatas maka peneliti
dan mal nutrisi (Eva &John, 2009: 169). tertarik untuk melakukan pengabdian
Menurut Tamsuri (2010: 56) akhir –akhir ini masyarakat dengan judul hubungan persepsi
ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan
satu faktor dalam pembentukan katarak, Puskesmas dengan sikap untuk deteksi dini
tampak lebih nyata. Pada penelitian lebih katarak di Kelurahan Pejagan, Kecamatan
lanjut, ternyata sinar ultraviolet mempunyai Bangkalan, Pulau Madura.
efek terhadap lensa. Secara kimiawi katarak
ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen
dan bertambahnya kandungan air yang
kemudian diikuti dengan dehidrasi.
Kandungan Natrium dan Kalsium bertambah,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 279

2. METODE PELAKSANAAN serta tidak ada pertanyaan yang terlewatkan


KEGIATAN dalam kuisioner, sehingga peneliti dapat
2.1. Waktu, Lokasi dan Partisipan menggunakan kuisioner dengan baik dan
Kegiatan pengabdian masyarakat STIKES mudah. hasil lembar kuesioner tersebut peneliti
Hang Tuah Surabaya ini dilakukan pada dapat mengetahui hubungan persepsi
tanggal 9 April 2016 di Kelurahan Pejagan masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan
Kecamatan Bangkalan Pulau Madura. Puskesmas dengan sikap untuk deteksi dini
2.2. Alat dan Bahan katarak di Kelurahan Pejagan, Kecamatan
Peralatan dan bahan yang digunakan Bangkalan, Pulau Madura dengan
dalam kegiatan penyuluhan Snellen Chart, menggunakan aplikasi komputer dengan
buku tulis, pena, materi penyuluhan yang analisis data Chi Square.
disiapkan dalam bentuk power point dan leaflet 2.5. Metode Pengumpulan Data
serta kacamata anti UV. Pengumpulan data pada kegiatan
2.3. Metode Pelaksanaan Kegiatan pengabdian masyarakat ini menggunakan data
Metode pelaksanaan yang digunakan pada primer dan sekunder. Pengumpulan data
kegiatan pengabdian masyarakat ini terdiri dari primer melalui dua cara, yaitu wawancara dan
penyuluhan, pengukuran visus, pemberian observasi dengan data demografi maupun
kaca mata anti UV. kuesioner. Data primer diperoleh dari data
Peneliti mengumpulkan nama calon kuesioner yang di isi responden tentang
responden yang didapat dari data warga persepsi masyarakat masyarakat nelayan
disetiap RW, kemudian peneliti mendata tentang mutu pelayanan puskesmas terhadap
nama-nama responden untuk selanjutnya deteksi dini katarak di Kelurahan Pejagan
dilakukan pengambilan data dan pengabdian Kecamatan Bangkalan Pulau Madura. Data
masyarakat. Berdasarkan data yang ada Jumlah sekunder yang digunakan adalah data yang
responden sebanyak 64 orang. berasal dari publikasi, literatur, maupun buku-
Peneliti selanjutnya membagikan buku teks yang mendukung kegiatan ini.
kuesioner terhadap responden untuk dimintai
persetujuan menjadi responden penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan memberikan informed consent. Setelah Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini
responden setuju, peneliti menjelaskan dapat diukur dengan melakukan analisa hasil
prosedur pengisian kuesioner. Peneliti kuesioner tentang persepsi masyarakat
meminta responden untuk mengisi lembar terhadap mutu pelayanan Puskesmas terhadap
biodata, informed consent, dan kuesioner. sikap deteksi dini katarak pada masyarakat
Setelah itu diadakan pengukuran visus, nelayan di desa Pejagan Kecamatan Bangkalan
pemberian kuesioner untuk mengukur sikap Pulau Madura.
dan persepsi masyarakat nelayan terhadap
mutu pelayanan Puskesmas dan pembagian 4. KESIMPULAN DAN SARAN
kacamata anti UV. Persepsi masyarakat nelayan tentang mutu
2.4. Metode Pengolahan dan Analisa Data pelayanan Puskesmas di Kelurahan Pejagan
Desain penelitian menggunakan metode Kecamatan Bangkalan Pulau Madura sebagian
analitik observasional dengan cara pendekatan besar adalah positif.
cross sectional. Populasi pada penelitian ini Sikap untuk deteksi dini katarak pada
adalah masyarakat nelayan di Kelurahan masyarakat nelayan di Kelurahan Pejagan
Pejagan Kecamatan Bangkalan Pulau Madura Kecamatan Bangkalan Pulau Madura sebagian
berjumlah 75 orang. Teknik sampling yang besar adalah positif.
digunakan yaitu Proportionate stratified Ada hubungan antara persepsi masyarakat
sampling dengan pendekatan Probability: nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas
simple random sampling dengan jumlah dengan sikap untuk deteksi katarak di
sampel 64 orang. Waktu yang disediakan Kelurahan Pejagan Kecamatan Bangkalan
peneliti untuk respoden mengisi kuesioner Pulau Madura.
adalah 10 menit, setelah semua kuisioner
terkumpul peneliti memilih kuisioner secara
acak dan yang sesuai dengan kriteria inklusi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 280

REFERENSI sintcarolur.ac.id. Diunduh pada tanggal


1. Alamsyah, Dedi. (2011). Manajemen 30 Mei 2016, pukul 21.00 WIB.
Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha 15. Mubarak, W. I. dan Nurul, C. . (2009).
Medika. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar
2. Ariyadi, Hilal. (2005). Persepsi Pasien dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Terhadap Mutu Pelayanan Dokter 16. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Ditinjau dari Karakteristik dan Mutu Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pelayanan Dokter di Instalasi Rawat Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Jalan RSI Sunan Kudus. http://core.ac.uk. Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Diunduh pada tanggal 30 Mei, pukul Salemba Medika.
21.15 WIB. 17. Notoadmodjo, Soekidjo. (2003).
3. Azwar, Saifuddin. (2015). Sikap Manusia Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan.
Teori Dan Pengukurannya Edisi 2. Jakata: Rineka Cipta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 18. Notoadmodjo, Soekidjo. (2007).
4. Azwar, Saifuddin. (2015). Penyusunan Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Jakata: Rineka Cipta.
Pustaka Pelajar. 19. Noorkasiani. (2009). Sosiologi
5. Bustami. (2011). Penjaminan Mutu Keperawatan. Jakarta: EGC
Pelayanan Kesehatan & 20. Olver, J., dan Lorraine, C.. (2011). At a
Askeptabilitasnya. Jakarta: Glance Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.
Erlangga.Satria Negara, M.F. (2014). 21. Perdana, Satria. (2016). Bahaya Pakai
Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kacamata Murahan.
Kesehatan Teori dan Aplikasi dalam http://hallosehat.com. Diunduh pada
Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. tanggal 13 Juni 2016, pukul 18.40 WIB
Jakarta: Salemba Medika. 22. Praja, Juhaya. S.. (2013). Psikologi
6. Eva, Paul Riordan, John P. Whitcher. Kepribadian (Lanjutan) Studi Atas Teori
(2009). Vaughan & Asbury Oftamologi Tokoh Psikologi Kepribadian. Bandung:
Umum. Jakarta: EGC. Pustaka Setia.
7. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). 23. Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk
Pengantar Konsep Dasar keperawatan. Keperawatan. Jakarta: EGC.
Jakarta: Salemba Medika. 24. Sarwono, S. W., dan Eko, A. M. (2015).
8. Ilyas, S., dan Sri, R. Y. . (2013). Ilmu Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Penyakit Mata Edisi Empat. Jakarta: Medika.
Badan Penerbit FKUI. 25. Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek
9. Infodatin-penglihatan, Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.
http://www.depkes.go.id , diunduh Yogyakarta: Graha Ilmu.
tanggal 15 Januari 2016 jam 18.00 WIB 26. Satrianegara. (2014). Organisasi dan
10. James, B., et al. (2005). Lecture Notes Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. Jakarta: Salemba Medika
11. Kebutaan di Indonesia Merupakan 27. Sutanto. (2015). Faktor Yang
Bencana Nasional. Berhubungan Dengankeluhan
http://www.depkes.go.id, diunduh tanggal Photokeratokonjungtivitis Pada Operator
2 Februari 2016 jam 20.00 WIB. Lasdi Bengkel Las Kecamatan
12. Kementrian Kesehatan Republik Biringkanaya Kotamakassar.
Indonesia. (2013). Hasil RISKESDAS http://respiratory.unhas.ac.id. Diunduh
2013. www.depkes.go.id. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2016, pukul 21.15
tanggal 6 Januari 2016 jam 19.00 WIB WIB
13. Maulana, Heri D. J. . (2009). Promosi 28. Tamsuri, Anas. (2010). Klien Gangguan
Kesehatan. Jakarta: EGC Mata & Penglihatan: Keperawatan
14. Mariana, M. S., Et al. (2013). Hubungan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Karakteristik Pasien dengan Kepuasan 29. Taggart, Douglas, Mc.. (2006). Sun
Pasien terhadap Mutu Pelayanan Healing Terapi Sinar Matahari Untuk
Kesehatan. http://ejournal-stik-
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 281

Penyakit Ringan Sampai Kronis. Jakarta:


Prestasi Pustakarya.
30. Tarwono,. et al. (2009). Anatomi Fisiologi
Untuk mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Trans Info Media.
31. Wijaya, A. S. dan Yessie, M. P.. (2013).
KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh
Askep.Yogyakarta: Nuha Medika.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 282

HUBUNGAN USIA DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK TAHUN 2016


DI BPS “ FARIDA YULIANI ,S.ST.M.Kes.” DESA GAYAMAN
MOYOANYAR – MOJOKERTO

Ferilia Adiesti
Prodi Kebidanan , STIKES Majapahit Mojokerto
Email : f.adiesti_april86@yahoo.co.id

Abstract

Percentage KB Indonesia which shot 40.1%, 14.6% IUD, PIL 23.7%. Participants KB eastern Java
in 2010 which shot 35.6%, 17.7% IUD, PIL 30.9%. Data obtained at most of contraceptive use in
the form of injections. The research was done to determine the relationship between age with a
selection of injectable contraceptives.This type of research is analytical, with a cross-sectional
design, the population is all family planning acceptors syringes in Connecticutamounted to 569
acceptors. Total sampling type of sampling, collecting data with secondary data by using a checklist.
Data processing technique that is editing, coding, tabulating, data entry and analysis performed by
chi square test.The results obtained by the age of < 20 years 200 (35.1%), aged 20-35 years as many
as 213 (37.4%), age> 35 years 156 (27.4%). Kb injecting as many as 264 a month (46.4%), family
planning as many as 305 syringes of 3 months (53.5%). Chi square test df = 2 and obtained standard
errors are fixed at 5%, then X2 = 5.991 and X2 table count = count 11.272 so the price X2> X2 table
(11.272> 5.991) mean H0 rejected H1 accepted means there relationship between the age of the
injectable contraceptive election in Connecticut. Age can affect the selection of injectable
contraceptives. As per the results of research it is expected that the midwife as a health worker must
provide the appropriate IEC against the selection of contraceptives according to age stage.
Moreover, it can also provide leaflets and put up posters in the waiting room so that family planning
clients get more information.
Keywords: Age, Selection, Injectable Contraception

1. PENDAHULUAN Pada 2017, target aseptor baru 123.571


Keluarga Berencana merupakan satu sementara pada 2016 sebanyak 153.091
dari sekian banyak pelayanan kesehatan akseptor namun hingga November 2016 yang
preventif bagi wanita. Akan tetapi semua tercapai 84,85 persen atau 129.899 akseptor.
metode kontrasepsi mempunyai efek samping. Target ini berasal dari BKKBN Pusat,. Di
Akan lebih baik jika seandainya pemilihan wilayah Jawa Timur pesikerta Keluarga
kontrasepsi di sesuaikan dengan usia. Usia Berencana terbagi menjadi peserta KB baru
kurang dari 20 tahun sebaiknya menunda atau dan KB aktif. Jumlah peserta KB baru 955.336
mencegah agar tidak hamil terlebih dahulu (12,18 %) dan jumlah peserta KB aktif
karena usia kurang 20 tahun memiliki organ 4.582.691 (57,77 %) dari jumlah PUS yang ada
reproduksi yang belum sempurna (Sukmawati, 7.846.174. Hasil pelayanan peserta KB Jatim
2010). menurut alat kontrasepsi tahun 2010 yaitu IUD
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan 17,7% ( 0.04% usia < 20 tahun, 4,7% usia 20 –
Indonesia (SDKI) tahun 2007 dan 2012 35 tahun, 11,4% usia >35 tahun), MOP 0,3%(
menunjukan stagnasi program KB dilihat dari 0% usia <20 tahun, 0,1% usia 20 – 35 tahun,
beberapa indikator capaian, antara lain: 1) 0,13% usia >35 tahun), MOW 7,7%( 0% usia
angka kelahiran rata-rata tetap berada pada < 20 tahun, 0,7% usia 20 – 35 tahun, 5,6% usia
level 2.6 2) angka pengguna kontrasepsi masih >35 tahun), suntik 35,6% (17,15% usia < 20
berkisar 57% dengan dominasi penggunaan tahun, 11,4% usia 20 -35 tahun, 5,9% usia > 35
KB jangka pendek, 3) angka unmet need masih tahun), pil 30,9%( 0,32% usia < 20 tahun,
tinggi (8.5) dan 4)fertilitas remaja (ASFR 15- 15,03% usia 20 – 35 tahun, 14,5 usia > 35
19) masih tinggi yaitu 48 kelahiran per 1000 tahun), kondom 0,8% (Data Statistik
wanita. Indonesia, 2010).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 283

Dapat kita lihat bahwa penggunaaan dapat dikurangi atau dicegah dengan
kontrasepsi terbanyak adalah pemakaian keluarga berencana (Brahm U., 2006: 45).
kontrasepsi Suntik dan merupakan kontrasepsi c. Usia anak terkecil
yang diminati.Yang mana pada alat kontrasepsi Usia anak terkecil suatu pasangan
yang mudah. dapat mempengaruhi pemilihan metode
dalam dua cara. Di daerah-daerah tempat
2. KAJIAN LITERATUR angka kematian bayi tinggi, sebagian
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pasangan dengan anak yang masih kecil
pemilihan metode kontrasepsi, menurut dan tidak lagi menginginkan anak,
(Brahm U.,2006:43-56): menunda pemakaian metode kontrasepsi
1. faktor Pribadi permanen sampai mereka cukup yakin
a. Usia bahwa anak mereka akan bertahap hidup
Usia seorang wanita dapat (Brahm U.,2006:46). Dan jarak antara
mempengaruhi kecocokan dan kelahiran adalah 2 – 4 tahun (Hartanto,
akseptabilitas metode-metode kontrasepsi 2010:31).
tertentu. Dua kelompok pemakai remaja d. Tujuan Reproduksi
dan wanita perimenopause perlu Tujuan reproduksi dari suatu
mendapat perhatian khusus. Secara pasangan apakah mereka akan
umum, remaja kecil kemungkinannya menjarangkan anak mereka atau
memiliki kontra indikasi medis terhadap membatasi jumlah keluarga jelas memiliki
pemakaian metode pengaruh pada pemilihan metode.
Berbeda dengan remaja, wanita Pasangan yang tidak lagi menginginkan
perimenopause lebih besar anak mungkin memilih metode yang
kemungkinannya memiliki kontra sangat efektif, bekerja lebih lama, atau
indikasi medis daripada kontraindikasi permanen karena lebih cocok dengan
perilaku untuk menggunakan metode kebutuhan mereka. Pasangan yang ingin
tertentu (Brahm U., 2006:44-45). Namun, memiliki anak di masa depan mungkin
perilaku dapat menjadi penting dalam puas dengan metode yang kurang efektif
menentukan metode yang akan karena mengetahui bahwa kegagalan
memberikan perlindungan kontrasepsi metode mempengaruhi penentuan waktu
terbaik. Hal ini disebabkan semakin cukup rencana reproduktif mereka dan tidak
umur, tingkat kematangan dan kekeatan mempengaruhi jumlah anak yang
seseorang akan lebih matang berpikir dan diinginkan secara keseluruhan. Secara
bekerja ( Nursalam, 2001:134 ). Tiga fase umum, seorang wanita akan memilih
untuk mencapai tujuan pelayanan suatu metode yang sesuai dengan
kontrasepsi yaitu: perkiraan waktu persalinan berikutnya
1). fase menunda/mencegah kehamilan (Brahm U.,2006:46).
bagi PUS dengan usia istri kurang e. Frekuensi hubungan kelamin
dari 20 tahun Frekuensi seorang wanita
2). fase menjarangkan kehamilan yaitu berhubungan kelamin dapat
periode usia istri 20-35 tahun mempengaruhi bukan saja resiko
3). fase menghentikan/mengakhiri kehamilan yang tidak direncanakan,
kehamilan yaitu usia istri diatas 35 melainkan juga kerelaan dirinya atau
tahun (Hartanto,2010:30-32). pasangannya untuk menggunakan metode
b. Paritas kontrasepsi tertentu. Pasangan dengan
Paritas seorang wanita dapat frekuensi hubungan kelamin yang tinggi
mempengaruhi cocok tidaknya suatu mungkin berpendapat bahwa metode yang
metode secara medis. Paritas 2-3 sangat efektif akan paling sesuai.
merupakan paritas paling aman, ditinjau Sebaliknya, pasangan yang jarang
dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas berhubungan kelamin mungkin
tinggi (lebih dari 3) mempunyai maternal mendasarkan keputusan pemilihan
lebih tinggi. Resiko pada paritas tinggi kontrasepsi mereka pada faktor-faktor
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 284

selain kemudahan penggunaan (Brahm disebabkan oleh sebagaian metode


U.,2006:46). hormonal akan sangat menyulitkan karena
2. Faktor Kesehatan Umum selama haid mereka dilarang
Klien dan penyedia layanan harus bersembahyang (Brahm U., 2006: 55).
secara bersama-sama menilai kesehatan c. Tingkat Pendidikan.
umum, riwayat reproduksi(termasuk pendidikan diperlukan untuk
riwayat pema kaian kontrasepsi), riwayat mendapatkan informasi misalnya hal – hal
infeksi PMS serta penyakit radang yang menunjang kesehatan sehingga
panggul, dan kontraindikasi klien meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab
terhadap berbagai metode.Keadaan itu makin tinggi tingkat pendidikan
tertentu termasuk anemia, adanya infeksi seseorang maka makin tinggi menerima
atau PMS, kelainan serviks atau uterus, informasi sehingga makin banyak pula
dan gangguan sirkulasi dapat pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
memengaruhi kecocokan sebagian pendidikan yang kurang akan
metode kontrasepsi (Brahm U.,2006:48). menghambat perkembangan sikap
3. Faktor Ekonomi dan Aksesibilitas seseorang terhadap nilai – nilai yang baru
a. Biaya Langsung diperkenalkan.
Faktor biaya lainnya adalah apakah Sasaran Rencana Pembangunan Jangka
suatu metode yang diinginkan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2014-
membutuhkan biaya besar hanya satu kali 2019 mengamanahkan agar BKKBN
atau serangkaian biaya ringan selama bertanggung jawab terhadap tercapainya
beberapa waktu (Brahm U., 2006: 51). indikator Program Kependudukan, Keluarga
b. Biaya Lain Berencana, dan Pembangunan Keluarga
Hal yang mungkin lebih penting (KKBPK). Salah satu indikator Program
daripada biaya ekonomi langsung untuk KKBPK adalah angka kelahiran total (Total
pemasokan dan pelayanan kontrasepsi Fertility Rate/TFR), dimana target secara
adalah biaya-biaya lain yang berkaitan nasional pada tahun 2019 harus mencapai 2,28
dengan memperoleh dan menggunakan anak per wanita usia subur. Tinggi rendahnya
kontrasepsi, termasuk waktu yang tersita angka TFR ini dipengaruhi oleh lima faktor
untuk mengambil kontrasepsi, biaya utama penentu fertilitas, yaitu usia kawin
transportasi, dan biaya psikologis (Brahm pertama (UKP), pemakaian kontrasepsi, lama
U., 2006: 51). menyusui eksklusif, aborsi, dan sterilitas.
4. Faktor Budaya Disamping itu, faktor sosial budaya juga
a. Kesalahan Persepsi berpengaruh pada peningkatan atau penurunan
Banyak klien membuat keputusan TFR. Dalam operasionalnya, pencapaian TFR
mengenai kontrasepsi berdasarkan sangat ditentukan oleh kinerja pengelola
informasi yang salah yang diperoleh dari Program KKBPK, baik di tingkat pusat,
teman dan keluarga atau kampanye provinsi, maupun SKPD KB di
pendidikan yang membingungkan. kabupaten/kota; khususnya dalam hal
Informasi yang diperoleh dari penyedia pembinaan kesertaan ber-KB kepada Pasangan
layanan dan sumber lain dapat Usia Subur (PUS). Survei Sosial Ekonomi
menyesatkan atau sensasional, dengan Nasional (Susenas) menyediakan data yang
sifat-sifat positif metode kurang diajukan berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi
atau diabaikan, sedangkan sifat-sifat masyarakat, termasuk fertilitas dan Keluarga
negatif diperbesar (Brahm U., 2006: 54). Berencana. Susenas tidak didesain untuk
b. Kepercayaan Religius dan Budaya. pengerjaan penghitungan angka fertilitas total
Di beberapa daerah, kepercayaan (TFR), terutama yang berkaitan dengan
religius atau budaya dapat mempengaruhi besarnya sampel wanita usia subur untuk
klien dalam memilih metode. Walaupaun mengestimasi angka TFR tingkat
agama Islam tidak melarang pemakaian kabupaten/kota per tahun. Perhitungan TFR
metode kontrasepsi secara umum, para dengan Susenas dapat dilakukan dengan
akseptor berpendapat bahwa pola menggunakan metode Own Children (OC).
perdarahan yang tidak teratur yang Susenas dapat dijadikan sumber data
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 285

perhitungan TFR hingga ke tingkat Uji ini dipakai untuk mengetahui


kabupaten/kota untuk memperoleh gambaran hubungan antara variabel Independen dan
pencapaian Program Keluarga Berencana variabel dependen dengan taraf signifikasi
karena cakupan data Susenas sampai dengan 0,05. Hasil dari perhitungan dibandingkan
kabupaten/kota dan dilaksanakan setiap dengan tabel x², jika x² hitung ≥ x² table maka
setahun sekali. Tabel berikut memperlihatkan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara
persentase PUS yang menjadi peserta KB dan variabel Independen dengan variabel
bukan peserta KB pada tahun 2015. Dari dependen. Jika x2 hitung  x2 tabel maka Ho
jumlah PUS sebesar 48,609 juta pasangan, diterima yang artinya tidak ada hubungan
29,155 juta atau 59,98% merupakan PUS yang antara variabel independen dan variabel
ikut KB semua cara (all method); sedangkan dependen.
PUS yang mengikuti cara KB modern
mencapai 58,99% dari total PUS. Ini berarti 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat 0,99% PUS yang menggunakan cara 4.1. Usia Akseptor KB Suntik
KB tradisonal Hampir setengahnya berusia 20 – 35 tahun
sebanyak 213 orang (37,4%).
3. METODE PENELITIAN Bahwa Disebutkanusia seorang wanita
Dalam penelitian ini jenis dan rancangan dapat mempengaruhi kecocokan dan
penelitian yang digunakan adalah penelitian akseptabilitas metode-metode kontrasepsi
analitik Sedangkan desain yang digunakan tertentu. Karena pada Usia 20 – 35 tahun
adalah penelitian Cross Sectional . Variabel dikategorikan dalam fase mengatur atau
Independen dalam penelitian ini adalah menjarangkan kehamilan maka perilaku pada
usia.dan Variabel Dependen dalam penelitian kelompok usia 20 – 35 tahun menjadi penting
ini adalah pemilihan alat kontrasepsi suntik. dalam menentukan metode yang akan memberi
Populasi dalam penelitian ini adalah perlindungan kontrasepsi terbaik. (Abraham)
semua akseptor KB suntik di BPS Eny Pada hasil penelitian yang ditemukan
Wardoyo, AMd.Keb Desa Wonoplintahan akseptor yang berkisar pada usia 20-35 tahun,
Kec. Prambon Kab. Sidoarjo pada tahun 2010 banyak yang menggunakan KB suntik. jadi
berjumlah 569 orang. Sampel pada penelitian akseptor masih menginginkan untuk
ini adalah akseptor KB suntik di BPS Eny mempunyai keturunan lagi, selain itu sudah
Wardoyo, Amd.Keb desa wonoplintahan kec. berpengalaman dalam menggunakan KB
Prambon kab. Sidoarjo pada tahun 2010 suntik.
berjumlah 569 orang. Adapun teknik 4.2. Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik
pengambilan sampel dengan tenik non Sebagian besar memilih kontrasepsi
probability sampling tipe total sampling. suntik 3 bulan yakni sebanyak 305 (53,5%).
Penelitian ini dilaksanakan di BPS keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan
Farida Yuliani S.ST. M.Kes Desa Gayaman _ yaitu risiko terhadap kesehatan kecil, sangat
Mojoanyar . Kab Mojokerto. efektif, tidak berpengaruh pada hubungan
Penelitian ini menggunakan teknik suami istri, tidak diperlukan pemeriksaan
pengumpulan data sekunder dan menggunakan dalam, dan efek samping kecil, tidak
buku register KB. Alat atau instrumen yang berpengaruh terhadap produksi ASI.
digunakan dalam pengumpulan data pada Sedangkan kerugiannya sering ditemukan
penelitian ini adalah dengan checklist. gangguan haid, mual, sakit kepala, nyeri
Data yang didapat dianalisis dengan payudara ringan, klien sangat bergantung pada
menggunakan uji statistik chi – square (x²) tempat sarana pelayanan kesehatan,
untuk melihat hubungan usia dan pemilihan kegemukan dan terlambatnya kembali
kontrasepsi suntik. kesuburan setelah penghentian pemakaian
Rumus uji chi – square : (Saifuddin,2006)
x² = ∑ (O – E)² Dapat dilihat akseptr kb banyak memilih
E KB suntik 3 bulan. Hal ini disebabkan
Keterangan : kemudahan dalam menggunakan alat
O = Frekwensi Observasi kontrasepsi, selain itu dalam penggunaannya
E = Frekwensi harapan (teoritis)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 286

juga tidak mempengaruhi produksi ASI, lebih bahwa suntik KB 3 bulan merupakan metode
hemat, yang paling efektif.
4.3. Hubungan Antara Usia Dengan
Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik. 5. KESIMPULAN
Akseptor KB suntik 1 bulan sebagian Hasil penelitian menunjukan bahwa dari
kecil berusia 20 – 35 tahun sebanyak 118 hasil uji analisis dengan menggunakan
(20,7%) sedangkan akseptor KB suntik 3 bulan program SPSS for Windows versi 17.0 dengan
sebagian kecil berusia < 20 tahun sebanyak 116 menggunakan Uji Chi-Square didapatkan df=2
(20,3%). dan taraf kesalahan yang ditetapkan 5% maka
Dengan menganalisa menggunakan SPSS χ2 tabel = 5,991 dan χ2 hitung = 11,272
for Windows versi 17.0 dengan menggunakan sehingga harga χ2 hitung > χ2 tabel (11,272 >
Uji Chi-Square didapatkan df=2 dan taraf 5,991) berarti Ho ditolak H1 diterima berarti
kesalahan yang ditetapkan 5% maka χ2 tabel = ada hubungan antara usia dengan pemilihan
5,991 dan χ2 hitung = 11,272 sehingga harga χ2 kontrasepsi suntik.
hitung > χ2 tabel (11,272 > 5,991) berarti Ho
ditolak H1 diterima berarti ada hubungan antara REFERENSI
usia dengan penilihan kontrasepsi suntik. 1. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
Bardasarkan hasil penelitian didapatkan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
bahwa banyak akseptor KB usia 20-35 tahun Rinika Cipta
memilih menggunakan jenis KB suntik 1 2. Anonim, (2010). Miom ancaman bagi
bulan. Hal tersebut dikarenakan pada tingkat perempuan yang perlu penanganan
usia ini dinamakan fase mengatur/ segera. (http: // www.
menjarangkan kehamilan, jadi responden cerlangcemerlang.com, diakses 07 April
masih menginginkan untuk mempunyai 2010 jam 09.45)
keturunan lagi. Dengan menggunakan suntik 3. Anonim, (2010). Umur (http: //
KB 1 bulan, para akseptor dapat menstruasi. id.wikipedia.org, diakses 22 Juni 2010).
Dan mereka beranggapan bahwa dengan 4. Anonim, (2009). Pusat Statistik
adanya menstruasi, mereka akan cepat kembali Pendidikan
subur. (http://www.psp.kemdiknas.go.id)
Sedangkan akseptor KB usia < 20 tahun 5. Badan Pusat Statistik Dan BAPPEKAB
paling banyak memilih menggunakan KB Sidoarjo. (2009). Data statistik KB
suntik 3 bulan yaitu sebanyak 116 (20,3%). kab.sidoarjo. Brahm, U. (2006). Ragam
Terdapat tiga fase untuk mencapai tujuan Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC.
pelayanan kontrasepsi yaitu 1) fase 6. Data Statistik Indonesia. (2010). Data
menunda/mencegah kehamilan bagi PUS pelayanan KB. Glasier, A & Gebbie, A.
dengan usia istri kurang dari 20 tahun, (2005), keluarga berencana dan
kontrasepsi yang sesuai yaitu pil, IUD mini, kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC.
sederhana. 2) fase menjarangkan kehamilan 7. Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana
yaitu periode usia istri 20-35 tahun, kontrasepsi dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka sinar
yang sesuai yaitu IUD, suntik, pil, implant, harapan.
sederhana. 3) fase menghentikan/mengakhiri 8. Hidayat, A.Aziz Alimul. (2009). Metode
kehamilan yaitu usia istri diatas 30 tahun, Penelitian Keperawatan & Teknik
kontrasepsi yang sesuai yaitu kontrasepsi Analisis Data. Jakarta: Salemba medika.
mantap, IUD, implant, suntikan, sederhana, pil 9. Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi
(Hartanto, 2010: 30-32). Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Cipta.
bahwa banyak akseptor berusia < 20 tahun 10. Nursalam & Pariani. (2001). Kumpulan
yang memilih KB suntik 3 bulan karena KTI dan askeb Bejo net, (http://
menurut akseptor suntik KB 3 bulan dapat www.google.com, diakses tanggal 11 mei
mencegah kehamilan jangka panjang,tidak 2010).
mengganggu produksi ASI, lebih hemat, tidak 11. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
terlalu sering datang ke pelayanan kesehatan Metodologi Penelitian ilmu keperawatan.
untuk ber KB, sehingga akseptor beranggapan Jakarta: Salemba Medika.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 287

12. Saifuddin. (2006). Buku Panduan Praktis


Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
13. Sukmawati, (2010). Kehamilan Remaja
Berisiko Besar Akibatkan Kematian
(http://idham020273.blogdetik.com ,
diakses tanggal 02 Januari 2010 pukul
22.33)
14. Tim Prima Pena. Kamus Bahasa
Indonesia: Gitamedia Press.
15. Data BKKBN 2017
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 288

KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEBERHASILAN


ASI EKSKLUSIF

Erfiani Mail Prodi 1), Dhonna Anggraeni 2)


1,2
Prodi D3 Kebidanan Stikes Majapahit Mojokerto
email : erfianimail@yahoo.co.id, dhonnaanggreni@gmail.com

Abstract

Exclusive breastfeeding according to WHO, 2005 is breastfeeding alone without any other fluids of
formula, water, orange juice or other supplementary foods given at birth until 6 months. Exclusive
breastfeeding coverage data in Puskesmas kedundung in 2013 as much as 12.5%, in 2014 as much
as 37.3%, in 2015 as much as 54.6%. The purpose of this study is to analyze the effect of job
characteristics on the exclusive ASI success in Puskesmas kedundung Mojokerto. Analytic
observational research with case control design with case and control sample of 70 baby mothers.
Data were analyzed by using univariate, bivariate and multivariate analysis with logistic regression.
The results of this study indicate that the characteristics of work hours ≤ 8 hours is significant with
the success of exclusive breastfeeding (OR = 4,374; 95% CI: 1,409-13,576). Conclusion: work hour
characteristic ≤ 8 hours has an effect on exclusive breastfeeding success. Suggestions can be drawn
based on the results of this study is health education should be given to working mothers about the
importance of exclusive breastfeeding.
Keywords: exclusive breastfeeding, job characteristics

1. PENDAHULUAN (8%), susu formula atau cairan tambahan


ASI eksklusif menurut WHO, 2005 lainnya (8%) sebagai tambahan dari ASI atau
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan sepenuhnya sudah disapih (13%). Hasil telaah
cairan lain baik susu formula, air putih, air dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI
jeruk ataupun makanan tambahan lain yang ekslusif memiliki dampak terbesar terhadap
diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur penurunan angka kematian balita, yaitu 13%
6 bulan. dibanding intervensi kesehatan masyarakat
Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru lainnya (Roesli,2011).
melalui Menteri Kesehatan RI No. Data cakupan ASI eksklusif di Puskesmas
450/Menkes/SK/IV/2004 mengenai pemberian kedundung tahun 2013 sebanyak 12,5%, tahun
ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan 2014 sebanyak 37,3%, tahun 2015 sebanyak
dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak 54,6%.
berusia 2 tahun dengan pemberian makanan Rendahnya cakupan ASI eksklusif
tambahan yang sesuai. Kebijakan terbaru otomatis meningkatkan angka kematian bayi.
mengenai Asi ini dituangkan dalam Peraturan Data SDKI 2012 menunjukkan bahwa
Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang kematian anak selama lima tahun sebelum
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam survei (merujuk ke tahun 2008-2012) adalah 32
setiap bagian dan pasal PP tersebut kematian per 1.000 kelahiran hidup, artinya
menggambarkan bahwa Pemerintah setiap satu dari 31 anak yang lahir di Indonesia
bertanggung Jawab terhadap pemberian ASI meninggal sebelum mencapai umur satu tahun.
Eksklusif bayi usia 0-6 bulan. Bayi mati terjadi pada umur satu bulan
Survei Demografi dan Kesehatan sebanyak 60%, menghasilkan angka kematian
Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa neonatum sebesar 19 kematian per 1.000
hanya sekitar setengah anak berumur di bawah kelahiran hidup. Anak meninggal terjadi saat
dua bulan menerima ASI eksklusif. Persentase berumur satu sampai sebelas bulan sebanyak
ASI eksklusif menurun terus setelah dua bulan 80%, yang menghasilkan angka kematiaan post
pertama. Lebih dari tujuh diantara sepuluh neonatum sebesar 13 kematian per 1.000
anak umur empat sampai enam bulan kelahiran. Perbandingan angka kematian untuk
menerima makanan tambahan (44 %), air putih dua survei terakhir menunjukkan kematian
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 289

bayi dan anak turun sedikit, kecuali kematian rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
neonatum yang tetap konstan. anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
Penyebab menurunnya angka pemberian satu kelompok dari peranan sosialnya serta
ASI dan peningkatan pemberian susu formula sebagai anggota masyarakat dari
antara lain minimnya pengetahuan para ibu lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
tentang manfaat ASI dan cara menyusui yang berperan sebagai pencari nafkah tambahan
benar, sedikitnya pelayanan konseling laktasi dalam keluarganya. (Effendy, 2004).
dan dukungan dari petugas kesehatan, persepsi Menurut Arifin (2004) ada beberapa
sosial budaya yang menentang pemberian ASI, faktor yang mempengaruhi pemberian susu
keadaan yang tidak mendukung bagi para ibu formula pada bayi usia 0-6 bulan, yaitu :
yang bekerja, serta para produsen susu 1. Pendidikan adalah suatu proses
melancarkan pemasaran secara agresif untuk pertumbuhan dan perkembangan
mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan manusia, usaha mengatur pengetahuan
susu formula (Nuryati S, 2007). semula yang ada pada seorang individu
Faktor-faktor yang mempengaruhi itu. Pendidikan menjadi tolak ukur yang
pemberian ASI eksklusif antara lain faktor penting dan manfaat menentukan status
psikologis yang meliputi dukungan keluarga ekonomi, status sosial dan perubahan-
khususnya suami, faktor demografi yang perubahan positif (Notoatmodjo, 2003).
meliputi usia, faktor fisik yang disebabkan Menurut Arifin 2004 seseorang
karena ibu sakit atau kelainan puting susu, dan berpendidikan tinggi dan berpengetahuan
faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat luas akan lebih bisa menerima alasan
pendidikan, pekerjaan (Khasanah, 2011). untuk memberikan ASI Eksklusif karena
Berdasarkan fenomena kurangnya pola pikirnya yang lebih realistis
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, dibandingkan yang tingkat pendidikan
pekerjaan, pendidikan yang berpengaruh rendah. Kriteria pendidikan yaitu sebagai
terhadap sikap ibu yang akan mempengaruhi berikut (Soekanto, 2002) :SD/ sederajat,
perilaku ibu dalam pemberian ASI. Hal ini SMP/ sederajat, SMA/ sederajat,
menyebabkan hambatan dalam pencapaian Perguruan Tinggi.
target keberhasilan pemberian ASI eksklusif 2. Pengetahuan adalah hasil penginderaan
secara maksimal. manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek malalui indera yang
2. KAJIAN LITERATUR dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
Orang tua adalah komponen keluarga sebagainya) (Notoatmodjo, 2003). Ibu
yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan yang memiliki pengetahuan kurang
hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah tentang pentingnya pemberian ASI
yang dapat membentuk sebuah keluarga. Eksklusif cenderung memiliki prilaku
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk yang kurang baik dalam pemberian ASI
mendidik, mengasuh dan membimbing para eksklusif dan beranggapan makanan
anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang pengganti ASI (susu formula) dapat
menghantarkan anak untuk siap dalam membantu ibu dan bayinya, sehingga ibu
kehidupan bermasyarakat, sedangkan tidak memberikan ASI secara ekslusif
pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari kepada bayinya (Purwanti, 2004).
pengertian keluarga, karena orang tua 3. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya
merupakan bagian keluarga besar yang ASI, cara menyusui dengan benar, dan
sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga pemasaran yang dilancarkan secara
inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. agresif oleh para produsen susu formula
Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai merupakan faktor penghambat
dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan terbentuknya kesadaran orang tua dalam
pertalian darah, perkawinan atau adopsi memberikan ASI Eksklusif (Nuryati,
(hukum) yang memiliki tempat tinggal 2007).
bersama (Suparyanto, 2011). 4. Pekerjaan adalah sesuatu kegiatan yang
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, dilakukan untuk menafkahi diri dan
ibu mempunyai peranan untuk mengurus keluarga. Ibu yang bekerja mempunyai
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 290

lingkungan yang lebih luas dan informasi 10. Masalah kesehatan seperti adanya
yang didapatpun lebih banyak sehingga penyakit yang diderita sehingga dilarang
dapat merubah perilaku-perilaku positif oleh dokter untuk menyusui, yang
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Arifin, dianggap baik untuk kepentingan ibu dan
2004 kesibukan sosial lain serta kenaikan bayi (seperti: gagal jantung, Hb rendah
tingkat partisipasi wanita dalam angkatan dan HIV-AIDS) (Arifin, 2004).
kerja dan adanya emansipasi dalam segala 11. Kondisi umum payudara yang kadang
bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan ibu kesulitan menyusui
menyebabkan turunnya kesediaan (Khasanah, 2011).
menyusui dan lamanya menyusui. Kriteria
pekerjaan yaitu sebagai berikut (Devi, Undang-undang ketenagakerjaan No. 13
2003): Tahun 2003 Pasal 83 UU No. 13 Tahun 2003
5. Usia mempengaruhi terhadap daya tentang Ketenagakerjaan mewajibkan para
tangkap dan pola pikir seseorang. pengusaha untuk memberikan peluang yang
Semakin bertambah usia akan semakin layak pada karyawan wanita yang memiliki
berkembang pula daya tangkap dan pola bayi yang masih menyusui. Peluang-peluang
pikirnya, sehingga pengetahuan yang yang sedemikian termasuk di antaranya
diperoleh semakin baik (Erfandi, 2009). membangun fasilitas yang sesuai di tempat
Klasifikasi usia ibu menurut Erfandi kerja yang memungkinkan para karyawan
(2009) : wanita untuk menyusui di tempat kerja, selain
6. Sosial ekonomi adalah tingkat juga memberikan karyawan wanita waktu
kemampuan seseorang untuk memenuhi untuk menyusui selama jam kerja, sesuai
kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat dengan peraturan perusahaan atau kesepakatan
pendapatan seseorang semakin tinggi juga kerja bersama.
pendidikan, dan semakin tinggi juga Government Regulation No. 33 on
pengetahuan (Soekanto, 2002). Granting Exclusive Breastfeeding (2012)
Bertambahnya pendapatan keluarga atau Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012
status ekonomi yang tinggi serta lapangan berkenaan dengan Jaminan Pelaksanaan
pekerjaan bagi perempuan berhubungan Pemberian ASI Eksklusif mewajibkan setiap
dengan cepatnya pemberian susu botol. manajer di tempat kerja dan administrator
Artinya mengurangi kemungkinan untuk fasilitas publik untuk memberlakukan
menyusui bayi dalam waktu yang lama peraturan internal yang mendukung dan
(Amirudin, 2006). membantu keberhasilan program pemberian
7. Budaya setempat, meniru teman, tetangga ASI. Peraturan internal yang sedemikian
atau orang terkemuka yang memberikan menunjukkan dukungan perusahaan terhadap
susu botol, hal ini dipengaruhi oleh gaya pemberian ASI dan memungkinkan
hidup yang selalu mau meniru orang lain perusahaan untuk mengimplementasikan
(Arifin, 2004). kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi.
8. Takut kehilangan daya tarik sebagai
seorang wanita. Adanya anggapan para 3. METODE
ibu bahwa menyusui akan merusak Jenis dan rancang bangun penelitian ini
penampilan kurang menarik. Padahal adalah penelitian epidemiologi observasional
setiap ibu yang mempunyai bayi selalu yang bersifat analitik karena data diperoleh
mengalami perubahan payudara, melalui pengamatan dan pengukuran terhadap
walaupun menyusui atau tidak menyusui gejala dan fenomena dari subyek penelitian.
(Arifin, 2004). Penelitian ini menggunakan pendekatan case
9. Peningkatan sarana komunikasi dan control atau kasus kontrol yaitu suatu
transportasi yang memudahkan penelitian analitik yang menyangkut
periklanan distribusi susu buatan bagaimana faktor risiko dipelajari dengan
menimbulkan tumbuhnya kesediaan menggunakan pendekatan retrospektif.
menyusui dan lamanya baik di Desa dan Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
perkotaan. (Arifin, 2004). kedundung kota Mojokerto. Populasi
penelitian terdiri dari populasi kasus dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 291

populasi kontrol. Populasi kasus adalah ibu dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan
bekerja yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan
puskesmas Kedundung kota Mojokerto bulan menyusui dan lamanya menyusui.
Januari sampai dengan Maret tahun 2016 Menurut penelitian Rany juliastuti di
sejumlah 84 orang. Jumlah sampel sebanyak dapatkan bahwa meskipun ibu bekerja, masih
70 ibu. Sampel kasus adalah ibu bekerja yang tetap dapat memberikan ASI eksklusif, hal ini
memiliki bayi usia 6-12 bulan selama periode dapat di sebabkan karena tingginya kesadaran
bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2016 ibu terhadap pentingnya ASI eksklusif
di Puskesmas Kedundung kota Mojokerto. khususnya pada ibu bekerja. Hal ini
Sampel kontrol ibu bekerja yang memiliki bayi menyebabkan, meskipun ibu bekerja
usia 6-12 bulan selama periode bulan Januari mempunyai kesibukan masih tetap
sampai dengan Maret tahun 2016 di Puskesmas menyempatkan dirinya untuk memberikan ASI
Kedundung kota Mojokerto. Sampel eksklusif pada bayinya dengan cara
diambil dengan menggunakan teknik Sampling memberikan ASI perasan yang dilakukan pada
probability dengan teknik sampling simple waktu sebelum bekerja, dan sebagian ibu juga
random sampling. Yang bertindak sebagai sudah mempunyai anggapan bahwa
variabel dependen adalah ASI eksklusif, memberikan ASI tidak harus menyusui secara
sedangkan variabel independen adalah langsung. Fenomena yang terjadi di perkotaan
karakeristik pekerjaan. Data yang didapat dari saat ini antara lain banyak sekali para ibu yang
lapangan adalah masih berupa data mentah bekerja, apalagi pada saat krisis moneter lebih
yang kemudian diolah dan dihitung dengan banyak lagi para ibu yang membantu suaminya
tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang. mencari nafkah, sehingga ASI eksklusif akan
Sedangkan untuk analisa data dilakukan menurun.
Analisis Regresi Logistik dengan tingkat Menurut penelitian Sri rejeki hanya satu
kepercayaan 5% (α=0,05). Analisis dilakukan dari 6 ibu yang dapat menyusui secara
untuk mengetahui pengaruh karakteristik eksklusif karena faktor bekerja praktis proses
pekerjaan terhadap keberhasilan ASI eksklusif. tersebut tidak dapat berjalan dengan baik, yang
disebabkan oleh karena ibu meinggalkan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN rumah dalam jangka waktu yang cukup lama
4.1. Jam Kerja sehingga tidak dapat menyusui bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian kelompok
ASI eksklusif sebagian besar memiliki jam 4.2. Tempat Laktasi
kerja ≤ 8 jam. Hal ini menunjukkan sebagian Berdasarkan hasil penelitian baik
besar responden berada pada jam kerja yang kelompok ASI tidak eksklusif maupun
tidak berisiko. kelompok ASI eksklusif sebagian besar
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada memiliki tempat laktasi di tempat kerja.
pengaruh jam kerja ≤ 8 jam terhadap ASI Penelitian ini menunjukkan bahwa tempat
eksklusif. Jam kerja adalah waktu untuk laktasi tidak berpengaruh terhadap ASI
melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan eksklusif.
siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan
para pekerja di sektor swasta di atur dalam bahwa hampir seluruhnya pekerjaan
Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang responden karyawan swasta yaitu 57
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai responden (81,43%). Pekerjaan adalah sesuatu
dengan pasal 85 (AIMI, 2012). kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri
Pekerjaan adalah sesuatu kegiatan yang dan keluarga. Ibu yang bekerja mempunyai
dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarga. lingkungan yang lebih luas dan informasi yang
Ibu yang bekerja mempunyai lingkungan yang di dapatpun lebih banyak sehingga dapat
lebih luas dan informasi yang didapatpun lebih merubah perilaku-perilaku positif
banyak sehingga dapat merubah perilaku- (Notoatmodjo, 2003).
perilaku positif (Notoatmodjo, 2003). Tempat Kerja Ramah laktasi adalah
Menurut Arifin, 2004 kesibukan sosial kelayakan, keselamatan, kemudahan dalam
lain serta kenaikan tingkat partisipasi wanita mengakses, dan proses implementasi yang
dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi mudah. Tujuannya adalah untuk memastikan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 292

bahwa semua orang diperusahaan tersebut 4. Ircham, M. 2005. Alat ukur penelitian.
sadar akan dan memahami tentang kebijakan pertama ed. Yogyakarta:
Tempat Kerja Ramah Laktasi. (AIMI, 2012). Fitramaya.
Ibu dapat memerah ASI di tempat bekerja 5. Hidayat. 2007. Metode Penelitian
setiap 3 -4 jam, atau sesuai dengan waktu Kebidanan & Teknik Analisis Data.
menyusui bayi atau bila payudara terasa sangat Jakarta: Salemba Medika.
kencang (Suririnah, 2009). 6. Hidayat A. 2012. Menghitung Besar
Sampel Penelitian.
4. KESIMPULAN http://www.statistikian.com
Dari penelitian ini dapat disimpulkan 7. Muslich, S. 2009. Buku Ajar Metodologi
bahwa faktor karakteristik pekerjaan ibu yang Penelitian Kuantitatif. Pertama ed.
berpengaruh secara bermakna terhadap Surabaya: Pusat Penerbitan dan
keberhasilan ASI eksklusif adalah jam kerja ≤ Percetakan Unair.
8 jam. 8. Mardya A. 2011. Hubungan Status
Melihat tingginya angka kejadian ASI Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI
tidak eksklusif maka perlu dipertimbangkan Eksklusif. http://googleweblight.com
pentingnya penanganan yang bersifat 9. Notoatmodjo. 2012. Metodologi
menyeluruh. Pelatihan kader pendamping ASI Penelitian Kesehatan. Revisi Kedua
sebaiknya menjadi bagian rutin dari pengkajian ed.Jakarta: PT Rineka Cipta.
pada ibu menyusui. Perlunya peranan penyedia 10. Roesli. 2005. Mengenal ASI Eksklusif.
layanan kesehatan yang terkait langsung Jakarta : Trubus Agriwidya
seperti bidan, perawat, dokter umum, dokter 11. Riduwan, 2014. Dasar-Dasar Statistika.
ahli gizi dan tumbuh kembang anak, maupun 12 ed. Bandung: CV Alfa Beta.
psikiater baik di poliklinik atau di bangsal 12. Suryabrata, S. 2002. Metodologi
untuk lebih menanggapi adanya gejala-gejala Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo
depresi pada ibu-ibu pasca persalinan dengan Persada.
melakukan deteksi dini menggunakan 13. Sugiyono, 2002. Metode Penelitian
instrumen yang tepat yaitu EPDS yang telah Bisnis. keempat ed. Bandung: CV.
divalidasi ke dalam bahasa Indonesia dan Alfa Beta.
untuk peningkatan kualitas hidup ibu-ibu pasca 14. Sutrisno Hadi, M. 2004. Metodologi
persalinan tersebut, selanjutnya perlu Research. 1 ed. Yogyakarta: Andi.
dipertimbangkan adanya kerjasama yang lebih 15. Setia R, 2011. Makalah ASI Eksklusif.
antara Departemen Obstetri Ginekologi http://googleweblight.com
dengan Departemen Psiatri. 16. Sugiyono, P. 2014. Metode Penelitian
Pelayanan antenatal merupakan waktu Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. 20 ed.
tepat untuk antisipati terjadinya ASI tidak Bandung: Alfabeta, Bandung.
eksklusif, yaitu ibu hamil diberikan pendidikan
kesehatan tentang perubahan - perubahan
fisiologis maupun psikologis selama
kehamilan, persalinan dan nifas, perawatan
payudara selama kehamilan.

REFERENSI
1. Arjatmo, T. 2004. Metodologi penelitian
Bidang Kedokteran. Kelima ed. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
2. Alimul, Aziz A. 2010. Metode
penelitian kebidanan dan
teknik analisis data. Jakarta :
Salemba Medika.
3. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 293

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI DROP OUT


PADA AKSEPTOR KB SUNTIK

Dyah Permata Sari1), Sulis Diana2)


1,2
Prodi D3 Kebidanan, STIKES Majapahit Mojokerto
email : dyahpermatasari86@yahoo.co.id, diana.sulis6@gmail.com

Abstract

In general, approximately 27% of contraception users stopped taking the contraception after one
year of use. Type of research was analytical, the design used "cross-sectional". Population of the
study was allcontraceptive injections acceptor as many as 1178 respondents. Sampling technique
used was probability sampling with cluster sampling. Number of sample was 134 acceptors. Data
collection technique used secondary data. Data was analyzed using chi-square. The results of the
statistical test showed P values of 0.033 meant that there was a correlation of post-service guidence
pattern, the P value of 0.016 meant that there was a relationship between fertility reasons, the P
value of 0.002 which meant that there was a relationship between other factors that associated with
contraception with Drop Out case on contraceptive injections acceptor.Respondents who did drop
out for fertility reason was as many as half of the respondents (50.0%), the majority of respondents
did drop out (67.9%). Factors behind the drop out on contraceptive injections acceptornearly half
of the respondents (38.8%) did not obtain post-service guidence, the majority of respondents (51.5%)
due to fertility reason and almost half of the respondents (47.8%) due to other factors associated
with contraceptionone of them was because of side effects of contraception.
Keywords : Drop Out, contraceptiveinjections

1. PENDAHULUAN 4,64%, tahun 2010 sebesar 2,74% dan tahun


Badan Kependudukan dan Keluarga 2011 sebesar 6,33% (Ciputranews, 2014)
Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan Mencegah terjadinya drop out KB yang
bahwa tingkat berhentinya atau drop out berlebihan dapat dilakukan dengancara
peserta KB dalam menggunakan alat meningkatkan kualitas dan kuantitas
kontrasepsi masih cukup tinggi. 'Tingkat pelayanan maupun pemakaian alat
putus pakai peserta KB di indonesia masih kontrasepsi yang mandiri. Mendekatkan
cukup tinggi. Secara umum sekitar 27 % pelayanan dan meningkatkan pengayoman
pemakai kontrasepsi berhenti memakai alat kepada masyarakat melalui pengembangan
kontrasepsinya setelah satu tahun pakai dan pemantapan jaringan pelayanan serta
(Ciputra, 2014). rujukan, tersedianya pelayanan kontrasepsi
Kepala BKKBN, dr.Sugiri Syarief, seperti puskesmas bidan praktek atau klinik
MPA mengatakan saat ini pola pemakaian kesehatan. Membina jaringan pelayanan alat
kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar 31,6 kontrasepsi sampai ke pos KB kelompok KB
%, pil sebesar 13,2 %, IUD sebesar 4,8 %, dan Mengembangkan memantapkan pola
implant 2,8 %, kondom sebesar 1,3 %, pemakain kontrasepsi rasional yaitu yang di
kontap wanita (Medis Operasi Wanita - arahkan kepada cara cara kontrasepsi yang
MOW) sebesar 3,1 % dan kontap pria (Medis sesuai usia PUS dan keingin an PUS
Operasi Pria - MOP) sebesar 0,2 %, pantang (BKKBN, 2012).
berkala 1,5 %, senggama terputus 2,2 % dan
metode lainnya 0,4 % (Indosiar, 2014).Drop 2. KAJIAN LITERATUR DAN
out peserta KB di indonesia masih cukup PENGEMBANGAN HIPOTESIS
tinggi. Tingkat putus pakai tertinggi adalah Keluarga Berencana (KB) adalah
pil 41%, kondom 31%, dan suntik 25% gerakan untuk keluarga yang sehat dan
(Sudibyo, 2013). Pada tingkat Provinsi Jawa sejahtera dengan membatasi kelahiran
Timur angka drop out KB mulai dari tahun (Wikipedia, 2014). Kontrasepsi adalah suatu
2008 sebesar 3,37%, tahun 2009 sebesar cara atau metode yang bertujuan ntuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 294

mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi 3. Kebutuhan mencintai dan dicintai


kehamilan (Ridwanaz, 2014). Tujuan umum 4. Kebutuhan harga diri
keluarga berencana yaitu untuk 5. Kebutuhan aktualisasi diri
meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam Determinan/Faktor yang
rangka muwujudkan NKKBS (Norma Mempengaruhi Perilaku :
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). Tujuan 1. Menurut Teori Lawrence Green,
khusus KB yaitu : Meningkatkan jumlah perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu
penduduk untuk menggunakan alat Faktor predisposisi (Predisposing
kontrasepsi, Menurunnya jumlah angka Factors), Faktor pendukung (Enabling
kelahiran bayi, Meningkatnya kesehatan Factors), Faktor pendorong
keluarga berencana dengan cara penjarangan (Reinforcing Factors).
kelahiran (Wikipedia, 2014) 2. Menurut Teori WHO Terdapat 4 alasan
Macam-macam alat kontrasepsi : pokok yang menyebabkan seseorang
Kontrasepsi Suntik 3 bulan, Kontrasepsi berperilaku tertentu: Pemikiran dan
IUD, Kontrasepsi PIL, Kontrasepsi Implant, perasaan (thoughta and feeling), Orang
Kontrasepsi Kondom, Kontrasepsi MOW, penting sebagai referensi perilaku
Kontrasepsi Vasektomi/ Medis Operatif Pria orang, Sumber-sumber daya
(MOP). (Resources).
Drop out kontrasepsi adalah akseptor Hipotesis penelitian ini adalah
yang keluar dari sistem penggunaan H1 = Ada hubungan antara Faktor-Faktor
kontrasepsi (Eli, 2012). Faktor – faktor yang Yang Melatarbelakangi Drop Out Pada
mempengaruhi kelestarian peserta KB Akseptor KB Suntik di Puskesmas Krebet
Faktor-faktor tersebut antara lain: Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten
1. Berasal dari peserta KB sendiri Madiun.
2. Faktor- Faktor Lingkungan (Eli, 2012).
Faktor-faktor yang menyebabkan drop 3. METODE PENELITIAN
out KB: Jenis penelitian adalah analitik, rancang
1. pola pembinaan pasca pelayanan. bangun “cross sectional”.. variabel
2. 40% pemakai menyatakan alasan independen dan dependen dinilai secara
fertilitas, alat kontrasepsi. (Sudibyo, simultan pada suatu saat, jadi tidak ada
2013). tindak lanjut (Nursalam, 2008). Variabel
Dari sudut biologis, perilaku adalah independen adalah faktor-faktor yang
suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang melatarbelakangi drop out dan Variabel
bersangkutan. Secara operasional, perilaku dependen dalam peneltian ini adalah
dapat diartikan suatu respons organisme atau kejadian drop out KB Suntik.
seseorang terhadap rangsangan dan luar Populasi dalam penelitian ini adalah
subjek tersebut . Ensikiopedi Amerika, seluruh akseptor KB Suntik di Puskesmas
perilaku diartikan sebagai suatuaksi-reaksi Krebet Kecamatan Pilangkenceng
organisme terhadap lingkungannya. Umum, Kabupaten Madiun sebanyak 1178
perilaku manusia pada hakekatnya adalah responden. Sampel pada penelitian ini adalah
proses interaksi individu dengan akseptor KB Suntik di Puskesmas Krebet
lingkungannya sebagai manifestasi hayati Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten
bahwa dia adalah makhluk hidup Madiun. menggunakan teknik probability
Menurut Abraham Harold Maslow sampling dengan Cluster sampling.
(dalam Sunaryo, 2004), manusia memiliki sebanyak 134 akseptor. Kriteria inklusi
lima kebutuhan dasar, yaitu: adalah akseptor yang menggunakan
1. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang kontrasepsi KB suntik. Dan Kriteria eksklusi
merupakan kebutuhan pokok utama, akseptor kontrasepsi selain KB suntik.
yaitu O2, H2O, cairan elektrolit, Lokasi Penelitian dilakukan di Puskesmas
makanan, dan seks. Krebet Kecamatan Pilangkenceng
2. Kebutuhan rasa aman Kabupaten Madiun.Waktu Penelitian ini
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 295

dilakukan pada tanggal 30-31 Januari 2015. ketidaknyamanan karena ketidaktahuannya.


Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Pembinaan pasca pelayanan untuk mencegah
menggunakan data sekunder yang langsung adanya hal-hal yang tidak diharapkan setelah
didapat dari rekapitulasi data akseptor KB memakai KB suntik serta untuk mencegah
melalui lembar rekam medik. drop out dengan berbagai macam alasan.
Analisis univariat dan Analisis bivariate : 4.2. Alasan Fertilitas Dengan Kejadian
yang dilakukan 2 variabel yang di duga Drop OutPada Akseptor KB Suntik
berhubungan atau berkorelasi Responden KB suntik yang mengalami
(Notoadmodjo,2010). Untuk mengetahui drop out sebagian besar dari responden yaitu
hubungan antara variabel, dilakukan chi sebanyak 69 responden (51,5%) adalah
square(chi kuadrat) yaitu menguji hipotesis akseptor KB dengan alasan ferlititas. Hasil
bila data yang dianalisis berbentuk nominal, uji statistik memperlihatkan P value sebesar
dengan derajat kesalahan α= 0,05 maka Ho 0.016 yang berarti ada hubungan antara
(hipotesa nol) ditolak, artinya ada hubungan. alasan fertilitas dengan Kejadian Drop Out
(Sugiyono, 2013). pada akseptor KB Suntikdi Puskesmas
Krebet Kecamatan Pilangkenceng
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Madiun.
4.1. Pola Pembinaan Pasca Pelayanan Menurut BKKBN terdapat beberapa
Dengan Kejadian Drop OutPada alasan drop out dan alasan-alasan tersebut
Akseptor KB Suntik antara lain menginginkan kehamilan, rasa
Responden KB suntik yang mengalami tidak nyaman dari alat kontrasepsi yang
drop out hampir setengah dari responden digunakan, perceraian, Frekuensi hubungan
yaitu sebanyak 52 responden (38,8%) adalah seksual yang jarang dan kegagalan alat
akseptor KB yang tidak memperoleh kontrasepsi yang digunakan (BKKBN,
pembinaan pasca pelayanan. Hasil uji 2012).Umur merupakan salah satu faktor
statistik memperlihatkan P value sebesar yang mempengaruhi perilaku seseorang
0.033 yang berarti ada hubungan pola dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka
pembinaan pasca pelayanan dengan yang berumur tua mempunyai peluang lebih
Kejadian Drop Out pada akseptor KB kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi
Suntikdi Puskesmas Krebet Kecamatan dibandingkan dengan yang berumur muda.
Pilangkenceng Kabupaten Madiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pembinaan KB bertujuan membantu responden yang melakukan drop outdengan
klien dalam hal memberikan informasi yang alasan fertilitas dikarenakan responden ingin
tepat serta objektif mengenai berbagai hamil lagi. Berdasarkan prosentase
metode kotrasepsi. Perilaku drop out antara responden karena alasan fertilitas terdapat 94
lain dipengaruhi oleh tidak / kurangnya orang (70,1%). Dilihat dari segi umur
penjelasan pasca pelayanan tentang KB responden sebagian kecil (44,0%) berumur <
suntik. Meskipun sebagian kecil responden 20 tahun dimana responden masih sangat
berpendidikan menengah (39,6%), akan muda, sebagian kecil (50,7%) responden
tetapi umur responden < 20 tahun (29,9%) berpendidikan menengah (SMA), responden
dengan tidak adanya penjelasan tersebut yang masih muda rata-rata (58,2%)
maka pengetahuan menjadi rendah. Rata-rata responden bekerja, dan sebagian kecil
responden mempunyai pekerjaan (49,3%) (38,8%) responden baru mempunyai jumlah
sehingga disaat bekerja responden tidak mau anak 1, hal tersebut yang menyebabkan
ambil pusing karena pengetahuan yang responden melakukan drop out karena ingin
rendah serta sebagian kecil mempunyai anak hamil.Dari data yang ditemukan pada kohort
1 (27,6%) dengan adanya keluhan membuat KB di puskesmas tercatat pada keterangan
akseptor mermpunyai sikap tidak menyukai bahwa akseptor drop out dikarenakan
KB suntik dan memilih untuk drop out, hal akseptor hamil.
ini disebabkan karena orang cenderung
untuk menghindari gangguaan /
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 296

4.3. Faktor Lain Yang Berhubungan punya anak lagi).Responden KB suntik yang
Dengan Alat Kontrasepsi Dengan mengalami drop out hampir setengah dari
Kejadian Drop OutPada Akseptor KB responden dikarenakan faktor lain yang
Suntik. berhubungan dengan alat kontrasepsi (efek
Responden KB suntik yang mengalami samping).
drop out hampir setengah dari responden
yaitu sebanyak 64 responden (47,8%) REFERENSI
dikarenakanfaktor lain yang berhubungan 1. Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan
dengan alat kontrasepsi. Hasil uji statistik Kebidanan Nifas Normal. Jakarta. EGC
memperlihatkan P value sebesar 0.002 yang 2. BKKBN, 2014: Tingkat "Drop out" KB
berarti ada hubungan antara Faktor lain yang di Indonesia Masih
berhubungan dengan alat kontrasepsi Tinggi.www.beritasatu.com
dengan Kejadian Drop Out pada akseptor 3. Depkes RI. 2006. Buku Panduan Praktis
KB Suntik. Menurut BKKBN terdapat Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta.
beberapa alasan drop out dan alasan-alasan YBPSP
tersebut antara lain efek samping dari 4. Eli, 2012. Dukungan Suami dengan
program KB yang digunakan. Faktor efek Drop out Kontrasepsi. diakses di
samping penggunaan kontrasepsi adalah digilib.ump.ac.id/files/disk1/8/jhptump-
suatu gejala / akibat sampingan pemakaian a-elinurdiya-368-2-babii.pdf
alat kontrasepsi yang dipakai (BKKBN, 5. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga
2012). Efek samping yang sering terjadi Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta.
dalam penggunaan kontrasepsi yaitu sakit Pustaka Sinar harapan
kepala, gangguan menstruasi dan berat badan 6. Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga
bertambah. (Ikhsan, 2004) Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta.
Responden yang mengeluh karena efek Pustaka Sinar harapan
samping sebagian kecil berumur < 20 tahun 7. Hidayat A. Alimul. 2007. Riset
(35,8%), sebagian kecil berpendidikan Keperawatan Dan Teknik Penulisan
menengah (44,8%), sebagian kecil Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
responden bekerja (50,0%), dan sebagian 8. Hidayati, 2006. Promosi Kesehatan
kecil responden mempunyai anak satu tentang KB. Diakses di
(32,8%) . Responden yang merasa tidak http://ilhamananda.blogspot.com/2013/
cocok dalam menggunakan alat kontrasepsi 08/v-behaviorurldefaultvmlo.html
tertentu memutuskan untuk berhenti 9. Jusmiati, 2012. Tubektomi. Diakses di
menggunakan alat kontrasepsi tersebut http://icoel.wordpress.com /kebidanan/
sedangkan responden yang merasa tidak tubektomi/
terganggu yaitu tidak merasakan adanya 10. leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri
perubahan fisik pada diri responden maka Williams. Panduan Ringkas. Edisi 21.
tidak akan drop out. Pada kohort tercatat Jakarta. EGC
akseptor drop out dikarenakan efek samping 11. Mar'atulUliyah. 2010. Awas KB!
dari alat kontrasepsi yaitu siklus haid, Panduan Aman Dan Sehat Memilih Alat
perdarahan, spotting dan berat badan naik KB. Yogyakarta. Insania
merupakan efek samping tersering. 12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
5. KESIMPULAN Jakarta : Rineka Cipta
Responden KB suntik yang mengalami 13. Saifuddin, 2006. Kontrasepsi Metode
drop out hampir setengah dari responden Barier. auliyasari.wordpress.com
adalah akseptor KB yang tidak memperoleh 14. Sudibyo, 2013. Remaja dan
pembinaan pasca pelayanan. Responden KB kontrasepsi.budisansblog.blogspot.com
suntik yang mengalami drop out sebagian .
besar dari responden adalah akseptor KB
dengan alasan ferlititas (menginginkan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 297

15. Suparyanto, 2012. Alat Kontrasepsi


Susuk (Implant).dr-
suparyanto.blogspot.com
16. Sulistyawati. Ari, 2011. Pelayanan
keluarga berencana. Jakarta : Salemba
Medika
17. Suratun, dkk. 2008. Pelayanan
Keluarga Berencana Dan Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media
18. Syafrudin, 2009. Kebidanan Komunitas.
Jakarta. EGC.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 298

JARAK KELAHIRAN ANAK DENGAN STATUS GIZI BALITA

Farida Yuliani
Stikes Majapahit Mojokerto
Email : farida_yuliani80@yahoo.co.id

Abstract

Spacing Of birth lessen risk of malnutrisi because mother have enough time for the mothering of his
child giving take care of, asih, and sharpen). Possibility of the child will live in rich environment of
stimulasi to cause optimal growth and growth either through physical, bouncing, and also is
psychological. This research aim to to know relation apart birth of child with status of gizi balita in
countryside of Gayaman district of Mojoanyar Mojokerto. This Research use method of crossectional
population in this research is mother having balita in Gayaman Mojokerto. Amount of sampel 119
balita which in taking technicsly sampling random cluster. Research use technicsly of data collecting
observationly, gathered and processed with test of product moment with storey;level of signifikasi
0,05. Result of research indicate that almost entire/all responder have birth distance which is near
by that is 79,8% and status of gizi less that is 70,6 %. Evaluated from responder age can know that
almost entire/all responder have age to between 20 until 35 year. If in evaluation of education
storey;level most responder 75,6% education of SMP. Evaluated from work storey;level more than
50% responder do not work. Result of Test of product moment obtained by r calculate (0,147) < r of
is tables of (0,195). Becoming H0 accepted by its meaning there no relation between distance birth
of child with status of gizi balita. Though Apart meaningless near by birth of status of gizi balita
less. Many factor influencing status of gizi balita among others pattern eat, pattern take care of, and
disease of infection. As energy health of us have to give information about is important of him of KB
and also Mother have to take care of pattern eat child so that nutrisi fufilled so that do not happened
status of gizi ugly
Keywords : apart birth, status of gizi, balita.

1. PENDAHULUAN Berdasarkan data dari WHO tahun 2010


Balita membutuhkan gizi lebih banyak bila di ditemukan gizi baik 72,02%, KEP
bandingkan masa-masa berikutnya, Sehingga ringan/sedang 17,13%, dan KEP berat 7,53%.
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang Masalah gizi di Indonesia khususnya pada
kurang bisa terjadi gangguan gizi. Anak balita. Indonesia masih berada pada peringkat
memperoleh gizi baik di tandai dengan 109 dari 177 negara di dunia (Anonim, 2007).
peningkatan berat badan, daya tahan tubuh Pertengahan tahun 2010 jumlah balita yang
baik dan tidak mudah terkena penyakit serta mengalami kekurangan gizi masih pada
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan kisaran 4 juta jiwa dari 110 juta balita di
anak. Status gizi kurang maupun status gizi Indonesia. Data Depkes awal Maret 2010, 13,0
lebih terjadi gangguan gizi. Kekurangan gizi % berstatus gizi kurang dan 4,9% termasuk
adalah sebagai akibat konsumsi makanan dan kategori resiko gizi buruk (Siswono, 2010),
penyerapan zat gizi. Tubuh memperoleh cukup khusus daerah Jawa Timur, berdasarkan
zat-zat gizi yang digunakan secara efisien laporan dari dinas Kesehatan jawa Timur pada
dikatakan status gizi baik. Sebaliknya status bulan maret 2010, prevalensi gizi buruk
gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat mencapai 20 %, sementara balita gizi buruknya
gizi dalam jumlah berlebihan (Sunita, 2009:9).. 8,7 % (Adiningsih, 2010). Data status gizi
Kekurangan gizi menyebabkan gangguan balita provinsi Jawa Timur tahun 2010.
pertumbuhan, kekurangan tenaga, daya tahan Prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten
tubuh menurun, terganggunya struktur dan Mojokerto adalah 0,71% dari 81,495 balita.
fungsi otak, perilaku tidak tenang. Gizi lebih Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang
beresiko lebih besar terhadap penyakit berhubungan dengan aspek produksi seperti
kegemukan, diabetes, jantung dan kanker penyediaan pangan, faktor ekonomi, dan
(Sunita, 2009 :12). budaya (Siswono, 2010).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 299

Pada saat ini untuk menilai status gizi anak, kurang, kematian di usia bayi, Anak bertubuh
berat badan berdasarkan umur adalah kerdil dan berintelegensi kurang (Neil, 2004).
parameter yang paling banyak digunakan Menurut Prawiroharjo 2006 Jarak
karena dapat menggambarkan asupan protein, kelahiran sangat dipengaruhi oleh variasi
lemak, air dan mineral (Supariasa, 2009). karakteristik demografi dan sosial budaya
Upaya-upaya yang telah dilakukan Dinas seperti dukungan suami, pengaruh petugas
Kabupaten Mojokerto dalam rangka kesehatan, pengetahuan, umur ibu, pekerjaan,
penanggulangan gizi kurang atau gizi buruk riwayat kelahiran. Perencanaan keluarga dalam
antara lain pemberian makanan tambahan mengatur jarak kelahiran di antaranya yaitu
(PMT) seperti pemberian biskuit gratis, Seorang perempuan telah dapat melahirkan
pelatihan pojok gizi bagi petugas kesehatan, segera setelah ia mendapat haid yang pertama,
penyuluhan gizi pada ibu-ibu terutama yang Kesuburan seorang perempuan akan terus
mempunyai anak balita. Sebagai bidan kita berlangsung sampai mati haid (menopause),
memberi penyuluhan tentang makan-makanan Kehamilan dan kelahiran terbaik artinya resiko
bergizi, memberi contoh makan-makanan yang paling rendah untuk ibu dan anak,adalah antara
sehat. Upaya untuk menanggulangi jarak 20-35 tahun, Persalinan pertama dan kedua
kelahiran yaitu dengan mengikuti KB. paling rendah resikonya.
Jarak kelahiran terlalu dekat bukan berarti
2. METODE akan mempengaruhi status gizi balita.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
penelitian analitik. Dengan menggunakan pengetahuan ibu tentang KB kurang dan sosial
desain croos sectional. Pada penelitian ini budaya masyarakat masih kurang, mereka
jarak kelahiran anak dengan status gizi balita masih menganut banyak anak banyak rejeki.
diteliti dengan satu kali dalam satu waktu 3.2. Status gizi balita
dengan lembar observasi. Populasi adalah Berdasarkan data distribusi responden
keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti kriteria status gizi balita didapatkan yang lebih
(Notoatmodjo, 2002:79). Populasi dalam 5 responden (4,2%), baik 27 responden
penelitian ini adalah semua ibu yang (22,7%), sedangkan kurang 84 responden
mempunyai balita dan balita yang berada di (70,6%) sedangkan buruk 3 responden (2,5%).
Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Banyaknya responden yang mempunyai status
sebanyak 169 balita bulan Agustus tahun gizi kurang disebabkan oleh pola asuh, pola
2017. Data yang diperleh kemudian diolah makan dan penyakit infeksi. Status gizi kurang
menggunakan uji korelasi Pearson Product dan buruk terjadi karena pola asuhan anak, pola
Moment ditampilkan dalam bentuk distribusi makan dan penyakit infeksi yaitu ibu tidak
frekuensi. sempat lagi untuk menyiapkan makanan
khusus untuk anaknya dan perhatian serta kasih
3. HASIL DAN PEMBAHASAN sayang ibu juga berkurang. Dengan kurangnya
3.1. Jarak Kelahiran Anak gizi menyebabkan anak mudah terserang
Berdasarkan data distribusi responden penyakit.
kriteria jarak kelahiran didapatkan yang < 2 Menurut Supariasa 2002 Status gizi
tahun 95 responden (79,8%), 2 – 4 tahun 19 adalah keadaan keseimbangan antara
responden (16%), sedangkan ≥ 5 tahun 5 pemasukan dan pengeluaran. Status gizi dibagi
responden (4,2%). Banyaknya responden yang 4 yaitu lebih, baik, kurang, buruk. Menurut
mempunyai jarak kelahiran dekat disebabkan moehji 2002 Faktor – faktor yang
oleh penyuluhan pada ibu tentang KB masih mempengaruhi status gizi adalah
kurang dan faktor sosial budaya. Jarak Ketidaktahuan akan hubungan makanan
kelahiran adalah selisih atau jarak antara usia dengan kesehatan, Prasangkaburuk terhadap
anak atau bayi dengan kakak kandungnya. jenis makanan tertentu, Keterbatasan
Jarak kelahiran ada 3 kriteria yaitu dekat penghasilan keluarga, Kesukaan yang
kurang dari 2 tahun, normal 2 – 4 tahun dan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu,
jauh yaitu ≥ 5 tahun. Jarak kelahiran dekat Adanya kebiasaan atau pantangan yang
yaitu kurang dari 2 tahun dapat beresiko merugikan, Jarak kelahiran yang terlalu rapat.
kematian janin saat di lahirkan, timbangan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 300

Pemerintah dalam rencana pembangunan meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan


nasional ini telah telah menetapkan 3 strategi kesehatan.
dasar perbaikan gizi masyarakat yaitu Status gizi balita dipengaruhi oleh pola
menekankan upaya pemberdayaan dan asuh, pola makan dan penyakit infeksi. Dalam
perbaikan gizi, mendorong meningkatkan hal ini bidan memegang peranan penting untuk
mutu konsumsi pangan, meningkatkan meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. Cara bermutu dengan bekal ilmu pengetahuan dan
pengasuhan, cara makan merupakan hal keterampilan dalam hal penyiapan menu
penting untuk memenuhi gizi balita. Sebagai makan sehari adalah modal memenuhi gizi
bidan kita memberi penyuluhan tentang anak.
makan-makanan bergizi, memberi contoh
makan-makananyang sehat. 4. SIMPULAN DAN SARAN
3.3. Hubungan jarak kelahiran anak Sebagian besar Balita di desa Gayaman
dengan status gizi balita memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 79,8 %. Sebagian besar status gizi
menunjukkan bahwa 95 (100%) responden balita mengalami status gizi kurang 70,6 %.
yang jarak kelahirannya kurang dari 2 tahun Hasil Uji product moment diperoleh r hitung
didapatkan lebih 3 responden (3,1%), baik 26 (0,147) < r tabel (0,195). Jadi H0 diterima
responden (27,4%), kurang 64 responden artinya tidak ada hubungan antara jarak
(67,4%), buruk 2 responden (2,1%). Jarak 2 kelahiran anak dengan status gizi balita.
sampai 4 tahun lebih 2 responden (10,5%), Keluarga khususnya ibu harus lebih
baik 1 responden (5,3%), kurang 16 responden memperhatikan pola makan sehari-hari anak,
(84,2%), buruk tidak ada (0). Sedangkan jarak senantiasa mengamati perubahan terutama
≥ 5 tahun lebih tidak ada (0), baik tidak ada (0), adanya penyakit yang sering dialami anak serta
kurang 4 responden (80%), buruk 1 responden mengatur jarak kelahiran agar kebutuhan
(20%). Berdasarkan tabulasi silang dapat nutrisi anak terjamin dan tumbuh kembang
disimpulkan bahwa balita yang mempunyai anak bisa berjalan dengan normal
jarak kelahiran dekat yaitu < 2 tahun
mengalami status gizi kurang. Status gizi REFERENSI
kurang dan buruk terjadi akibat pola makan 1. Alimul Aziz, (2007). Riset Keperwatan
anak tidak teratur karena anak lebih banyak dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
bermain dan tidak suka dengan menu yang ibu Salemba Medika
sediakan. Jarak kelahiran dekat terjadi karena 2. Alimul Aziz, (2010). Metode Penelitian
banyak ibu yang pengetahuan rendah tentang Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
KB. Jakarta : Salemba Media
Hasil Uji product moment diperoleh r 3. Almatsier Sumita, (2009). Prinsip Dasar
hitung (0,147) < r tabel (0,195). Jadi H0 Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
diterima artinya tidak ada hubungan antara Utama
jarak kelahiran anak dengan status gizi balita. 4. Akhmadi, (2008). Faktor - Faktor yang
Gizi buruk terjadi akibat ketersediaan mempengaruhi status gizi,
makanan dirumah kurang, perawatan anak dan http://rajawana.com/artikel/kesehatan/33
ibu hamil dan pelayanan kesehatan. Menurut 4-2-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
moehji 2002 Anak yang belum dipersiapkan status-gizi.html
secara baik untuk menerima makanan 5. Anonim. (2007), Permasalahan Gizi di
pengganti ASI yang kadang mutu gizi makanan Indonesia,
tersebut juga sangat rendah, dengan http://rajawana.com/artikel/kesehatan/38
penghentian pemberian ASI karena
4-permasalahan-gizi-di-indonesia.html
produksinya terhenti, akan mendorong anak
menderita gizi buruk. 6. Arikunto Suharsimi, (2006). Prosedur
Menurut pemerintah gizi kurang dapat di Penelitian Suatu Tindakan Praktik.
cegah dengan menekankan upaya Jakarta: Rineka Cipta
pemberdayaan dan perbaikan gizi, mendorong
meningkatkan mutu konsumsi pangan,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 301

7. Neil Wendy Rose, (2004). Panduan


Lengkap Keperawatan Kehamilan.
Jakarta : Dian Rakyat
8. Notoatmodjo Soekidjo, (2010).
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta
: Rineka Cipta.
9. Notoatmodjo Soekidjo, (2003).
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta
: Rineka Cipta.
10. Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Surabaya: Salemba Media
11. Prawiroharjo Sarwono, (2007). Ilmu
Kebidanan. Jakarta
12. Prawiroharjo Sarwono, (2006). Buku
Panduan Praktisi Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta
13. Riyadi Sujono dan Sukarmin, (2009).
Asuhan Keperawatan pada Anak.
Yogyakarta : Graha Ilmu
14. Supariasa I Dewa Nyoman, (2002).
Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
15. Marhijanto Bambang, (2002). Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini.
Surabaya : Terbit Terang
16. Moehji Sjahmien, (2002). Pengetahuan
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Papas Sinar
Sinanti.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 302

EFEKTIFITAS KOMBINASI PERASAN DAUN SIRIH (Piper betle L.)


DENGAN PERANGKAP NYAMUK TERHADAP KEMATIAN
LARVA Aedes aegypti, UPAYA PENURUNAN PENDERITA DBD
DI DESA JOGOROTO KABUPATEN JOMBANG
Awaluddin Susanto1), Erni Setiyorini2).
1
Prodi Analis Kesehatan, STIKES ICME Jombang
Email: awwaluddins@yahoo.com
2
Prodi Analis Kesehatan, STIKES ICME Jombang
Email: setiyorinierni@gmail.com

Abstract

Dengue is a serious infectious disease in Indonesia that is transmitted by Aedes Aegypti as a vector.
The dengue vector can be eradicated by insecticide such as bio-insectiside. Bio-insectiside is natural
insecticide that developed from plant extract, for example bio-insecticide from Betel leaf (Piper betle
L). The aim of this research is to know the effectiveness of Betel leaf extract in 100% concentration
to kill larvae of Aedes Aegypti, which compared with water. From this research, the morphology of
Aedes Aegypti larvae which stucked in mosquito traps observed with microscope. There are 47
larvae that stucked in water and 27 larvae which stucked in extract. The mortality percentage of
62.9%. It means that extract of Betel leaf can make mortality of larvae more than 50% of sampel.
The conclusion of this research are, the extract of Betel leaf (100%) effective to kill Aedes Aegypti
larvae. This extract is recommended to developed as bio-insectiside aedes aegypti larvae.
Keywords: Betel Leaf; dengue; bio-insecticide

1. PENDAHULUAN 384 kabupaten/kota (77,28%), tahun 2010


Demam berdarah masih menjadi penyakit sekitar 400 kabupaten/kota (80,48%) dan tahun
infeksi serius di Indonesia. Penyakit ini 2011 sekitar 374 kabupaten/kota (76,25%)
ditularkan oleh suatu vektor yaitu nyamuk dengan jumlah penderita DBD mencapai
Aedes aegypti. Nyamuk bersifat ”antropofilik” 65.432 kasus, sekitar 596 orang diantaranya
artinya lebih menyenangi menghisap darah meninggal dunia (Ditjen PP & PL, Kemenkes
manusia dibandingkan dengan menghisap RI, 2011).
darah hewan. Nyamuk yang menghisap darah Berdasarkan analisa angka kejadian
adalah nyamuk betina, karena darah diperlukan demam berdarah menurut Kepala Dinas
dalam proses pematangan telur (Gunandini, Kesehatan Propinsi Jawa Timur, dr. Harsono,
2006). menyatakan bahwa ada peningkatan kasus
Penderita demam berdarah di Indonesia DBD sebesar 46% bila dibandingkan bulan
menempati tingkat ketiga dengan 110.043 yang sama di tahun 2014, yaitu 980 kasus.
kasus. Angka kematian menempati tingkat Seluruhnya terdapat 15 Kabupaten/Kota yang
pertama dengan 2.861 kasus untuk Negara di menyandang status kejadian luar biasa (KLB)
kepulauan pasifik (susanto, 2007). Penyebab dikarenakan jumlah kasus DBD di wilayah
semakin meluasnya daerah DBD ini karena tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan
dampak globalisasi dan mobilisasi yang dengan bulan yang sama di tahun 2014,
semakin tinggi (Hindra, 2005). Kabupaten Jombang, terdapat 356 kasus
World Health Organization (WHO) (Kementerian Kesehatan RI) data dari Dinas
mencatat negara Indonesia sebagai negara Kesehatan Jombang pada bulan Maret tahun
dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia 2015 terdapat 646 kasus dan angka bebas jentik
Tenggara. Dari jumlah keseluruhan kasus 86%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
tersebut, sekitar 95% terjadi pada anak di upaya penanggulangan DBD di Indonesia
bawah 15 tahun (Sembel,2009). Jumlah khususnya Jawa Timur hingga saat ini belum
kabupaten/kota di Indonesia yang terjangkit optimal karena jumlah kasus cenderung
DBD pada tahun 2008 sekitar 355 meningkat setiap tahunnya.
kabupaten/kota (71,72%), tahun 2009 sekitar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 303

Berbagai upaya pemberantasan demam memiliki efek insektisida terhadap nyamuk


berdarah melalui pencegahan dengan Culex sp. Dengan potensi 50% dicapai pada
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan dosis 5.104 ppm dengan waktu 15 menit.
metode 3 M (menguras, mengubur, menutup Keberhasilan perkembangan nyamuk
dan mengubur) dirasa masih belum efektif. Aedes aegypti ditentukan oleh tempat
Pemberian obat abate untuk memutus rantai perindukan yang dibatasi oleh temperatur tiap
perkembangbiakan nyamuk telah dilakukan tahunnya dan perubahan musim. Tempat yang
tetapi prevalensinya masih tetap tinggi. Hal ini disukai sebagai tempat perindukannya di
disebabkan adanya berbagai hambatan dalam genangan air yang terdapat dalam wadah
pemberantasan demam berdarah diantaranya (kontainer) tempat penampungan air artifisial
resistensi vector terhadap insektisida, berbagai misalnya drum, bak mandi, gentong, ember,
cara telah dilakukan dalam pengendaliannya. dan sebagainya: tempat penampungan air
Sampai saat ini hasilnya masih belum alamiah misalnya lubang pohon, daun pisang,
memuaskan. pelepah daun keladi, lubang batu ataupun
Salah satu program pemberantasan vektor bukan tempat penampungan air misalnya vas
DBD adalah dengan menggunakan insektisida. bunga, ban bekas, botol bekas, tempat minum
Penggunaan insektisida sintetik (kimia) burung dan sebagainya (Fathi dkk, 2005).
dikenal sangat efektif, relatif murah, mudah Beberapa tempat yang disukai nyamuk untuk
dan praktis tetapi berdampak negatif terhadap perindukannya adalah botol bekas, sehingga
lingkungan hidup (Sudrajat, 2010). Dampak limbah botol dapat dimanfaatkan sebagai
negatif tersebut diantaranya, kematian musuh perangkap nyamuk.
alami dari organisme pengganggu, kematian Berdasarkan uraian di atas dapat
organisme yang menguntungkan, mengganggu dilakukan upaya pencegahan dengan jalan
kualitas dan keseimbangan lingkungan hidup memotong siklus hidup nyamuk pada stadium
akibat adanya residu serta timbulnya resistensi larva dengan insektisida alami menggunakan
pada hewan sasaran (Novizan, 2002). perasan daun sirih dengan menggunakan
Pengendalian menggunakan insektisida nabati perangkap botol bekas karena merupakan salah
(bioinsektisida) dari ekstrak tumbuhan satu tempat yang disukai nyamuk untuk
merupakan salah satunya. Famili tumbuhan meletakkan telur pada air bersih dan di tempat
yang dianggap merupakan sumber potensial gelap. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui
insektisida nabati adalah meliacea, apakah perasan daun sirih (Piper betle L.)
annonaceae, astraceae, piperaceae dan efektif terhadap kematian larva Aedes aegypti
rutaceae (Kardinan, 2002). dengan perangkap nyamuk.
Sirih (Piper betle L.) merupakan tanaman
obat yang sudah dikenal luas oleh masyarakat 2. KAJIAN LITERATUR DAN
Indonesia. Tanaman ini mudah didapat, dan HIPOTESA
sering ditanam di pekarangan rumah sebagai Nyamuk Aedes aegypti secara umum
tanaman hias. Daun sirih hijau (Piper betle L.) mempunyai klasifikasi (Womack,1993),
termasuk dalam family piperaceae (sirih- sebagai berikut: Domain Eukaryota, Kingdom
sirihan) yang mengandung minyak atsiri dan Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insect,
senyawa alkaloid (Nugroho, 2003). Senyawa- Ordo Dipteral, Family Culicidae, Subfamily
senyawa seperti sianida, saponin, tanin, Culicinae, Tribus Culicini, Genus Aedes
flavonoid, steroid, alkanoid dan minyak atsiri (Sudarto, 1972).
diduga dapat berfungsi sebagai insektisida Nyamuk Aedes aegypti merupakan sejenis
(Aminah, 1995). nyamuk yang keberadaannya dijumpai pada
Beberapa hasil penelitian-penelitian daerah tropis namanya diperoleh dari bahasa
sebelumnya telah dilakukan untuk Yunani yang berarti “tidak menyenangkan”
membuktikan penggunaan ekstrak daun sirih karena nyamuk tersebut menyebarkan penyakit
sebagai insektisida. Salah satunya oleh berbahaya, salah satunya penyakit demam
Widajat, dkk (2008) tentang Dosis Insektisida berdarah dengue, Aedes aegypti yang berperan
Ekstrak Daun Sirih (Piper batle) terhadap sebagai vektor penyakit. Semuanya tergolong
Culex sp dengan potensi 50% menunjukkan stegonya dengan ciri-ciri tubuh bercorak
bahwa dari ekstrak daun sirih (Piper batle) belang hitam putih pada dada, perut, tungkai.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 304

Corak ini merupakan sisi yang menempel di yaitu kurang lebih 40 meter (Depkes RI, 2006;
luar tubuh nyamuk. Corak putih pada dorsal Natadisastra dan Agoes, 2009).
dada (punggung) nyamuk berbentuk seperti Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya
siku yang berhadapan (Daniel, 2008). memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu
Nyamuk termasuk serangga yang sederhana yang tersusun bilateral simetris.
mengalami metamorfosis sempurna Larva ini dalam pertumbuhan dan
(holometabola) karena mengalami empat tahap perkembangannya mengalami 4 kali
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. pergantian kulit (ecdysis), larva yang terbentuk
Tahapan yang dialami oleh nyamuk yaitu telur, berturut- turut disebut larva instar I, II, II dan
larva, pupa dan nyamuk dewasa. Telur nyamuk IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna
akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae)
hari pada suhu 20-40°C. Kecepatan pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan
pertumbuhan dan perkembangan larva corong pernafasan (siphon) belum menghitam.
dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9
kandungan zat makanan yang ada di tempat mm, duri dada belum jelas, corong pernafasan
perindukan. Pada kondisi optimum, larva sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah
berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh
hari dan pada kondisi ini nyamuk tidak makan dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal),
tapi tetap membutuhkan oksigen melalui dada (thorax), perut (abdomen). Pada bagian
tabung pernafasan (breathing trumpet), kepala terdapat sepasang mata majemuk,
kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam sepasang antena tanpa duri-duri dan alat-alat
waktu 2-3 hari sehingga waktu yang mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada
dibutuhkan dari telur hingga dewasa yaitu 7-14 tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu
hari (Lestari, 2010). simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut
Setelah kawin nyamuk dewasa betina ke-8, ada alat untuk bernafas yang disebut
memerlukan darah untuk bertelur. Nyamuk corong pernafasaan. Corong pernafasan tanpa
dewasa betina menghisap darah manusia pada duri-duri, berwarna hitam dan ada seberkas
siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah bulu-bulu (tuif). Ruas ke-8 juga dilengkapi
maupun di luar rumah. Nyamuk betina dengan seberkas bulu-bulu sikat (brush) di
memerlukan 2-3 kali hinggap dan menghisap bagian ventral dan gigi-gigi sisir (comb) yang
darah manusia (multiple biters). Penghisapan berjumlah 15-19 gigi yang tersusun dalam satu
darah dilakukan dari pagi sampai petang baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas
dengan dua puncak waktu yaitu setelah membentuk gerigi. Larva ini tubuhnya
matahari terbit (pukul 08.00-12.00) dan langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat
sebelum matahari terbenam (pukul 15.00- fototaksis negatif, dan waktu istirahat
17.00). Untuk mendapatkan darah yang cukup, membentuk sudut hampir tegak lurus dengan
nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu permukaan air (Wibowo, 2007).
orang (Depkes RI, 2006; Natadisastra dan Nyamuk betina menghisap darah manusia
Agoes, 2009). pada siang hari yang dilakukan baik di dalam
Nyamuk menyukai tempat yang lembab rumah ataupun di luar rumah. Penghisapan
dan kurang terang, tempat istirahat Aedes darah dilakukan dari pagi sampai petang
aegypti. Dapat di dalam maupun di luar rumah dengan dua puncak waktu yaitu setelah
berupa semak-semak atau tanaman rendah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum
termasuk rerumputan yang terdapat di matahari terbenam (15.00-17.00). Umur
halaman, kebun dan pekarangan rumah, benda- nyamuk dewasa betina di alam bebas kira-kira
benda di dalam rumah seperti baju yang 10 hari, sedangkan di laboratorium mencapai 2
digantung, kelambu, tirai dan sebagainya. bulan. Aedes aegypti mampu terbang sejauh 2
Umur nyamuk dewasa betina di alam bebas kilometer, walaupun umumnya jarak
kira-kira 10 hari, sedangkan di laboratorium terbangnya pendek yaitu kurang lebih 40 meter
mencapai 2 bulan. Nyamuk Aedes aegypti (Ridad, 2008, hal . 266).
mampu terbang sejauh 2 kilometer, walaupun Hal ini disebabkan pada siang hari orang
umumnya jarak terbangnya adalah pendek sedang aktif, sehingga nyamuk yang menggigit
seseorang belum tentu kenyang. Orang tersebut
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 305

sudah bergerak, nyamuk terbang menggigit permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut.
orang lagi sampai cukup darah untuk Daun sirih hijau merupakan salah satu jenis
pertumbuhan dan perkembangan telurnya. tumbuhan terna memanjat yang termasuk
Pada nyamuk perkotaan lebih suka menggigit famili piperaceae. Asal usul tumbuhan ini
pada waktu siang hari (90%) dan waktu malam tidak diketahui pasti. Tanaman sirih tumbuh
(10%). Nyamuk desa hanya menggigit siang subur di sepanjang Asia tropis hingga Afrika
saja. Kejadian tersebut kemungkinan juga sinar Timur. Menyebar hampir di seluruh wilayah
lampu di perkotaan ikut mempengaruhi Indonesia, Malaysia, Thailand, Srilanka, India,
kebiasaan menggigit (Hasan, 2006). hingga Madagaskar (Rini, 2003).
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat Daun sirih mempunyai aroma yang khas
yang gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam karena mengandung minyak atsiri 1−4,2%, air,
rumah atau bangunan, termasuk di kamar tidur, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor,
kamar kecil, maupun di dapur. Tempat istirahat vitamin A, B, C, yodium, gula dan pati. Dari
Aedes aegypti berupa semak-semak atau berbagai kandungan tersebut, dalam minyak
tanaman rendah termasuk rerumputan yang atsiri terdapat fenol alam yang mempunyai
terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah. daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan
Juga berupa benda-benda yang tergantung di fenol biasa (Bakterisid dan Fungisid) tetapi
dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah tidak sporasid. Minyak atsiri merupakan
dan lain sebagainya (Natadisastra & Ridad minyak yang mudah menguap dan
Agoes, 2008, hal. 266). mengandung aroma atau wangi yang khas.
Kebiasaan hinggap istirahat, lebih banyak Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30%
di dalam rumah, yaitu benda-benda yang fenol dan beberapa derivatnya. Minyak atsiri
bergantungan, berwarna gelap, dan tempat- terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol,
tempat lain yang terlindung, juga di dalam estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol,
sepatu. Keadaan inilah yang menyebabkan terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tannin.
penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi Kavikol merupakan komponen paling banyak
(Ditjen PPM & PL. 2001). dalam minyak atsiri yang memberi bau khas
Secara bioekologis spesies nyamuk Aedes pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi
aegypti mempunyai dua habitat yaitu aquatic dan dapat menyebabkan perubahan warna.
(perairan) untuk fase pradewasanya (telur, Minyak atsiri berperan sebagai anti
larva dan pupa), dan daratan atau udara untuk bakteri dengan cara mengganggu proses
nyamuk dewasa. Walaupun habitat imago di terbentuknya membran atau dinding sel
daratan atau udara, namun juga mencari tempat sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak
di dekat permukaan air untuk meletakkan sempurna. Dalam kadar yang rendah maka
telurnya. Bila telur yang diletakkan itu tidak akan terbentuk kompleks protein fenol dengan
mendapat sentuhan air atau kering masih ikatan yang lemah dan segera mengalami
mampu bertahan hidup antara 3 bulan sampai peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel
satu tahun. Masa hibernasi telur-telur itu akan dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi
berakhir atau menetas bila sudah mendapatkan protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan
lingkungan yang cocok pada musim hujan koagulasi protein dan sel membran mengalami
untuk menetas. Telur itu akan menetas antara lisis.
3–4 jam setelah mendapat genangan air Beberapa penelitian ilmiah menyatakan
menjadi larva. Habitat larva yang keluar dari bahwa daun sirih juga mengandung gula dan
telur tersebut hidup mengapung di bawah tanin. Biasanya daun sirih muda
permukaan air (Supartha, 2008). mengandung gula dan minyak atsiri lebih
Daun sirih (Piper betle L.) termasuk jenis banyak dibandingkan dengan daun sirih tua.
tumbuhan merambat dan bersandar pada Sementara itu, kandungan taninnya relatif
batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya sama. Selain itu sirih juga mengandung
bisa mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya terpena, flavonoid dan saponin (Mulyono,
pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak 2003).
panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan Pemakaian daun sirih (Piper betle L.)
licin, sedangkan batang pohonnya berwarna untuk obat disebabkan adanya minyak atsiri
hijau tembelek (hijau agak kecoklatan) dan yang dikandungnya. Dalam hal ini Prof. J. F
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 306

Eykman seorang ahli kimia pada masa Gelas ukur. Bahan yang digunakan: Air, Daun
penjajahan Belanda, melakukan upaya sirih
pemisahan minyak atsiri dari daun sirih (Piper Perangkap larva nyamuk diletakkan di
betle L.). Usaha tersebut dilakukan di Kebun rumah-rumah warga dusun jogoroto desa
Raya Bogor pada tahun 1889. Setelah jogoroto kecamatan jogoroto dengan
dipisahkan, ternyata sepertiga dari minyak perangkap nyamuk yang berisi perasan daun
atsiri tersebut terdiri dari phenol dan sebagian sirih. Pemeriksaan ini dilakukan di
besar yaitu kavikol. Kavikol inilah yang laboratorium mikrobiologi dan parasitologi
memberi bau khas daun sirih dan memiliki Prodi D-III Analis Kesehatan STIKes ICMe.
daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari Cara kerja:
phenol biasa. (Rini, 2003, hal. 12). Sedangkan 1. Pembuatan perangkap nyamuk
phenol berfungsi untuk menanggulangi bau a. Memotong botol plastic bekas
tidak sedap alias antiseptik. Senyawa pada b. Menutup bagian samping botol
alkaloid dapat digunakan untuk membasmi plastik bekas dengan perekat hitam.
jentik nyamuk yang cara kerjanya mirip bubuk c. Meletakkan botol akua di tempat
abate. Senyawa alkaloid ini bertindak sebagai yang gelap, agar nyamuk bertelur di
stomach poison atau racun perut. Oleh karena botol plastik, telur menetas menjadi
itu, bila senyawa alkaloid dan flavonoid larva membutuhkan waktu antara 1-
tersebut masuk ke dalam tubuh larva maka alat 2 hari.
pencernaannya akan terganggu. Selain itu, 2. Perasan daun sirih
senyawa tersebut menghambat reseptor perasa a. Daun sirih hijau diambil secara acak
pada daerah mulut larva. Hal ini kemudian disortasi dan dicuci
mengakibatkan larva tidak mendapatkan dengan air mengalir untuk
stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali membersihkan kotoran dan daun
makanannya sehingga larva mati kelaparan. yang rusak, selanjutnya ditiriskan
Racun ini akan mempengaruhi metabolisme dan ditimbang 100 gram.
larva yang ada di dalam tubuh. Racun yang b. Menumbuk daun sirih menggunakan
menyebar di aliran darah akan mempengaruhi mortal dan ditambahkan 100 ml air.
sistem saraf larva dan menimbulkan kematian. c. Menyaring perasan daun sirih tadi.
Namun menurut penelitian Fahmi keefektifan d. Menyiapkan perangkap botol plastik
daun sirih masih terdapat banyak kekurangan sebanyak 10 botol
dibandikan temephos (abate), yaitu air masih e. Pada botol plastik ke 1-5 diisi dengan
berwarna, berbau dan berasa pahit. 100 ml air yang ditambahkan dengan
100 ml dari hasil perasan 100 gram
3. METODE PENELITIAN daun sirih hijau atau sebanding
Penelitian dilakukan di desa Jogoroto dengan 100%. Sedangkan botol 6-10
kecamatan Jogoroto kabupaten Jombang dan hanya berisi air.
Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi f. Identifikasi Angka kematian larva
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan dihitung setelah 3x24 jam.
Cendekia Medika Jombang. Pengumpulan data dilakukan dengan jalan
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. identifikasi larva nyamuk dan perhitungan
Populasi dalam penelitian ini adalah larva jumlah kematian nyamuk yang berada didalam
Aedes aegypti. Sampel dalam penelitian ini alat perangkap nyamuk. Pengolahan data
adalah larva Aedes aegypti yang terperangkap dilakukan setelah memasukkan data pada tebel
dalam alat perangkap nyamuk. Teknik yang sudah dipersiapkan, kemudian dilakukan
sampling dengan incidental sampling. analisa data. Analisa data menggunakan angka
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang prosentase kematian larva nyamuk.
akan digunakan untuk pengumpulan data. Pada
penelitian ini instrumen yang digunakan antara 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
lain: Alat yang akan digunakan : Botol plastic Berdasarkan hasil penelitian efektifitas
bekas, Beaker gelas 250 ml, Saringan, Pinset, perasan daun sirih (Piper betle L.) terhadapan
Mikroskop, Kresek berwarna hitam, Jam, kematian larva Aedes aegypti selama 5 X 24
jam pada perangkap nyamuk dengan melihat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 307

morfologi dari larva Aedes aegypti mengamati


dengan mikroskop. Data yang didapat setiap
kelompok uji.

Tabel 1. Distribusi frekuensi Kematian Larva Aedes aegypti pada perangkap nyamuk dalam 3
x 24 jam
Frekuensi kematian larva (Aedes aegypti)
No./ Air Konsentrasi 100 %
rumah Jumlah Hidup Mati Jumlah Hidup Mati
larva larva
1. 21 20 1 14 5 9
2. - - - - - -
3. - - - - - -
4. 14 14 - 13 5 8
5. 12 12 - - - -
Jumlah 47 46 1 27 10 17

Dari data yang diperoleh, terdapat 73 kavikol, kavibetol, estragol, eugenol,


nyamuk Aedes aegypti yang terbagi atas 47 metileugenol, karbakrol, terpen, seskuiterpen,
nyamuk terperangkap didalam perangkap fenilpropan, dan tannin.
nyamuk yang berisi air, dengan larva yang Kavikol yang memberi bau khas pada
mengalami kematian sebanyak 1 larva. sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan
Sedangkan pada perangkap yang berisi ekstrak dapat menyebabkan perubahan warna. Minyak
daun sirih sebanyak 27 larva dengan angka atsiri berperan sebagai anti bakteri dengan cara
kematian sebanyak 17 larva. Dilihat kematian mengganggu proses terbentuknya membran
larva Aedes aegypti dalam 3x24 jam, pada atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau
perangkap berisi air setelah 3x24 jam terdapat terbentuk tidak sempurna. Mekanisme fenol
larva yang mati sebanyak sebanyak 1 dari 47 sebagai agen anti bakteri berperan sebagai
larva dengan presentase 2,1% dan larva yang toksin dalam protoplasma, merusak dan
hidup sebanyak 46 dari 47 larva dengan menembus dinding serta mengendapkan
presentase 97,8%. Sedangkan pada perangkap protein sel bakteri. flavonoid merupakan
yang berisi ekstrak daun sirih larva yang mati senyawa fenol yang dapat menyebabkan
sebanyak 17 larva dengan presentase sebesar denaturasi protein maka proses metabolisme
62.9%, sedangkan yang hidup sebanyak 10 bakteri akan terganggu dan terjadi lisis yang
larva dengan presentase sebesar 37.1%. akan menyebabkan kematian bakteri tersebut.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini daun sirih Dilihat dari jumlah larva yang mati. Hal
hijau dapat membunuh larva Aedes aegypti ini menurut peneliti dalam proses pengeluaran
sebanyak 17 dari 27 larva. Merujuk dari hasil zat kimia pada daun sirih hanya menggunakan
yang telah didapat, bahwa perasan daun sirih pelarut air sehingga belum mampu
hijau dapat membunuh hampir setengah mengeluarkan kandungan kimia seperti kadar
sampel larva Aedes aegypti. minyak atsiri, steroid, tannin, flavonoid,
Menurut peneliti, adanya kandungan zat triterpenoid/saponin, alkaloid, dan kadar
kimia yang terdapat pada daun sirih seperti kandungan kimia tertentu. Senyawa-senyawa
Alkaloid berfungsi menghambat yang terkandung dalam daun sirih diantaranya
metamorphosis, karena alkaloid ini bersifat adalah senyawa alkaloid, minyak atsiri dan
asam. Saponin merusak membran sel dan tannin. Selain itu juga daun sirih mengandung
mengganggu proses metabolisme, Kavikol senyawa fenolik glikosida, saponin dan
memberi bau khas, sehingga zat-zat tersebut terpenoida. Senyawa alkaloid merupakan
bisa menyebabkan kematian larva Aedes senyawa yang dalam bentuk bebas merupakan
aegypti. Daun sirih memiliki kandungan basa lemah yang sukar larut dalam air tetapi
senyawa tanin, steroid/terpenoid, flavonoid mudah larut dalam pelarut kimia.
dan kuinon. Kandungan kimia minyak atsiri Berdasarkan hasil penelitian Aulung,
pada daun sirih yang terdiri dari fenol, hidroksi (2010, hal.48) Daya Larvasida Ekstrak Daun
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 308

Sirih (Piper betle L) terhadap Mortalitas Larva lain. Berdasarkan standar efikasi insektisida
Aedes aegypti yang dilakukan didapatkan hasil terhadap nyamuk dan serangga lainnya di
rata-rata persentase mortalitas larva terendah dalam ruangan kelembaban harus berkisar
terjadi pada konsentrasi 0,05% yaitu 58%, antara 60%-80%.
sedangkan yang tertinggi terjadi pada
konsentrasi 0,2% dan 0,4% yaitu 100%. 4. KESIMPULAN
Mortalitas larva 100% pada konsentrasi 0,2% Berdasarkan hasil penelitian dan analisa
terjadi pada jam ke-16 waktu pengamatan, data yang telah dikemukakan, maka dapat
sedangkan pada konsentrasi 0,4% terjadi pada diambil kesimpulan bahwa perasan daun sirih
jam ke-4 waktu pengamatan. Ada perbedaan hijau (Piper betle L.) efektif terhadap kematian
konsentrasi yang besar antara konsentrasi 0,2% larva Aedes aegypti.
dengan 0,4%, sehingga ekstrak daun sirih pada
konsentrasi 0,4% dapat membunuh larva lebih REFERENSI
cepat dibandingkan pada konsentrasi 0,2%. 1. Agoes, Azwar, 2010, Tanaman Obat
Menurut teori nyamuk Aedes aegypti Indonesia, Buku 2. Jakarta Selatan:
dikatakan dapat bertahan hidup apabila dapat Salemba Medika.
mengalami perkembangan hingga tahap 2. Agus Aulung, dkk. 2010. ‘Daya
tertentu, beberapa faktor turut mempengaruhi Larvasida Ekstrak Daun Sirih (Piper betle
ketahanan hidup nyamuk ini di antaranya suhu, L) Terhadap Mortalitas Larva Aedes
pH air, perindukan, ketersediaan makanan, aegypti L. Majalah Kedokteran FK UKI,
cahaya, kepadatan larva, lingkungan hidup, vol. XXVII, no. 1, h. 7-14.
serta adanya predator. Menurut (Sayono. dkk, 3. Aminah, Sudrajat, 2010, Novizan, 2002,
2010) pH optimum dimana telur Aedes aegypti Kardinan, 2002, Nugroho, 2003 dalam
dapat menetas yakni 6,5-7, kalau terlalu asam Handayani, dkk, h.1-9. ‘Efektivitas Daun
atau basa pertumbuhan terhambat atau mati. Sirih (Piper betle L) Sebagai Bioinsektida
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Terhadap Kematian Nyamuk Aedes
Aedes aegypti dimana nyamuk dapat bertahan aegypti ‘
hidup pada suhu rendah (10ºC) tetapi proses 4. Damayanti Rini & Mulyono. 2003.
metabolismenya menurun atau bahkan Khasiat & Manfaat Daun Sirih Obat
berhenti bila suhu sampai di bawah suhu Mujarab Dari Masa Ke Masa. Depok: PT
(4,5ºC) pada suhu yang lebih tinggi dari 35ºC Agro Media Pustaka.
mengalami keterbatasan proses fisiologis. 5. Daniel, 2008,”Ketika Larva dan Nyamuk
Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk Menjadi Dewasa Sudah Kebal Terhadap
berkisar antara 25– 27ºC. Menurut (Cahyati & Insektida”, FARMACIA vol. 7, no. 7.
Suharyo, 2006) nyamuk dapat hidup dengan 6. Derektorat Jendral Pengendalian
baik pada suhu 29ºC, serta akan mati pada suhu Penyakit dan Penyehat Lingkungan
6ºC selama 24 jam. Departemen Kesehatan Republik
Menurut teori kelembaban udara adalah Indonesia. Pencegahan dan
banyaknya uap air yang terkandung dalam Pemberantasan Demam Berdarah
udara yang dinyatakan dalam (%). Jika udara Dengue di Indonesia . Jakarta:
kekurangan uap air yang besar maka daya Departemen Kesehatan Republik; 2006.
penguapannya juga besar. Sistem pernafasan Hal 2-15.
nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) 7. Gunandini, 2006 dan Cheng,1973;
dengan lubang-lubang pada dinding tubuh Christopher,1960 dalam Kardinan Agus,
nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang 2007, Potensi Selasih Sebagai Repellent
terbuka lebar tanpa ada mekanisme Terhadap Nyamuk Aedes aegypti’. Jurnal
pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah littri, vol. 13, no. 2, h. 39.
menyebabkan penguapan air dalam tubuh 8. Hadidjaja Pinardi & Gandahusada
sehingga menyebabkan keringnya cairan Srisasi. 2008. Atlas Parasitologi
tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah Kedokteran. Jakarta: PT Gramedia
penguapan, kelembaban mempengaruhi umur Pustaka Utama.
nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang 9. Hamidah, dkk, ‘ Pembuatan Ekstrak
biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain- Oleoresin Daun Sirih Hijau (Piper betle
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 309

L.) Sebagai Pengawet Alami (Kaian Suhu 12. Lestari, 2010 dalam Emantis R. 2007.
Dan Lama Waktu Ekstraksi). ‘Studi Tempat Perindukan Nyamuk Vector
10. Jacob Aprianto, dkk; Ketahanan Hidup Demam Berdarah Dengue Di Dalam Dan
Dan Pertumbuhan Nyamuk Aedes aegypti Di Luar Rumah Di Rajabasa Bandar
Pada Berbagai Jenis Air Perindukan; Lampung’. J. Sains MIPA, vol. 13, no. 1,
Jurnal e-Biomedik (eBM), vol 2, no 3. h. 57-60.
11. Lela, dkk, 2010, ‘Efektifitas Biolarvasida 13. Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik
Ekstrak Etanol Limbah Penyulingan Nyamuk Aedes aegypti Di Daerah
Minyak Akar Wangi Terhadap Larva Endemis Demam Berdarah Dengue
Nyamuk Aedes aegypti, Culex sp, Dan Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
Anopheles’. Jurnal Sains Dan Teknologi 2005, vol. 1, no. 2, h. 170-182.
Kimia, vol. 1, no. 1, h. 59-69.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 310

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KELUHAN


ANGGOTA GERAK ATAS PADA PEGAWAI BADAN PENYELENGGARAAN
JAMINAN SOSIAL KESEHATAN KANTOR CABANG MOJOKERTO
Asih Media Yuniarti1), Mukhammad Himawan Saputra2) Dwi Helynarti Syurandhari3) Fibriana4)
1,2,3,4
Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Majapahit Mojokerto
email: art.media1979@gmail.com1, mhimawansaputra@gmail.com2, dwihelynarti@gmail.com3,
fibrialamanda@yahoo.com4

Abstract
The Employee at BPJS Mojokerto branch office who used the computer in a long time often
experience complaints on upper limbs, complaints are felt in the form of pain and tingling. The
purpose of this study is to analyze the relationship between the duration of computer uses with
complaints of upper limbs on the Employee at BPJS Mojokerto branch office. The design of this study
was cross sectional. The number of samples is 31 from the total Employee at BPJS Mojokerto branch
office, sampling technique used total sampling. The instrument used was the Questionnaire and the
Nordic Body Map observation sheet. Data were analyzed by Spearman Rank correlation test. The
result of this research was more than half of respondents who used high duration computer that was
20 respondent (64,5%) and that has high frequency as many as 18 respondents (58,1%), most of
respondent have high body posture with high risk that was 23 respondent 74.2%) experienced high-
risk limb complaints. Based on calculation of spearman rank correlation test, correlation duration
with complaint of upper limbs obtained significance value 0,023 result p <α so H1 accepted, whereas
correlation of frequency with complaint of upper limbs obtained significance value 0,003 result p
<α so H1 accepted. Correlation of posture with complaint of upper limb obtained significancy value
0,756 result p> α so H1 rejected. Long duration and frequency of computer usage may cause
complaints of upper limbs in BPJS Mojokerto branch office, to reduce complaints that are expected
to rest employees and stretch the muscles when already experiencing fatigue after used the computer
for 2 hours.
Keywords: MSD’s, Employee, Computer, Fatigue

2. PENDAHULUAN diderita oleh seseorang yang berhubungan


Perkembangan teknologi informasi telah dengan pekerjaan yang dilakukan (Depkes RI,
demikian luas dalam segala bidang, yang 2005). Data menyebutkan pada 2500 orang di
menuntut manusia untuk berhubungan dengan 16 kota Indonesia menunjukkan bahwa
komputer, baik di perkantoran maupun bagian terdapat 46,7% pengguna komputer. Badan
dari kehidupan pribadi seseorang (Subekti, Pusat Statistik (BPS) yang bekerja sama
2006). Di Indonesia, sikap kerja tidak alamiah dengan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa
ini lebih banyak disebabkan oleh adanya Internet Indonesia) mencatat angka
ketidak sesuaian antara dimensi alat dan pertumbuhan dari pengguna internet di
stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja. Indonesia hingga akhir tahun 2013 sudah
Sebagai Negara berkembang, sampai saat ini mencapai 71,19 juta orang (Pangerapan, 2014).
Indonesia masih tergantung pada Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
perkembangan teknologi negara-negara maju, rata-rata pegawai kantor BPJS Kesehatan
khususnya dalam pengadaan peralatan industri. kantor cabang Mojokerto yang menggunakan
Mengingat bahwa dimensi peralatan tersebut komputer dengan waktu yang cukup lama
didesain tidak berdasarkan ukuran tubuh orang sering mengalami keluhan pada bagian
Indonesia, maka pada saat pekerja Indonesia anggota gerak atas, keluhan yang dirasakan
harus mengoperasikan peralatan tersebut, seperti nyeri atau kesemutan pada bagian bahu,
terjadilah sikap kerja tidak alamiah (Tarwaka, punggung, tangan, dan leher. Keluhan dapat
2015). terjadi karena stasiun kerja tidak sesuai dengan
Hasil survey Departemen Kesehatan RI dimensi tubuh pegawai. Meja atau kursi yang
dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 digunakan tidak semuanya sama antar unit
menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 311

bagian dan kursi yang digunakan ada yang lama dengan penggunaan komputer maka
belum sesuai standar ergonomi. harus melakukan pengaturan jam kerja,
Keluhan pada sistem muskuloskeletal istirahat untuk melakukan peregangan
adalah keluhan pada bagian otot rangka yang (stretching) setelah melakukan kegiatan atau
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan bekerja di depan komputer, istirahat pendek
sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot dan sering lebih baik daripada sekali dan lama
menerima beban statis secara berulang dan (Kurniawidjaja, 2010).
dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada 3. METODE PENELITIAN
sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga Desain penelitian yang dilakukan adalah
kerusakan inilah yang biasanya di istilahkan desain penelitian cross sectional. Penelitian
dengan muskuloskeletal disorders atau cidera dilaksanakan di Kantor BPJS Kesehatan kantor
pada system muskuloskeletal (Grandjean, cabang Mojokerto pada bulan Mei sampai Juni
1993; Lamasters, 1996 dalam Tarwaka 2015). 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah
Macam–macam gejala kesehatan dirasakan seluruh pegawai kantor BPJS Kesehatan
oleh pekerja disebabkan faktor resiko MSDs kantor cabang Mojokerto. Dimana jumlah
yang memajan tubuhnya. Tiap bagian tubuh pegawainya sebanyak 31 orang. Besar sampel
memiliki resiko ergonomi dan gangguan dalam penelitian ini adalah 31 pegawai.
kesehatan yang dapat melemahkan fungsi Teknik sampling yang digunakan adalah total
tubuh dan penurunan kinerja pegawai. Bagian– sampling karena jumlah sampelna relatif kecil
bagian tubuh seperti tangan, leher, bahu, atau kurang dari 31, teknik ini juga digunakan
punggung, dan kaki merupakan bagian tubuh apabila penelitian ingin membuat generalisasi
yang sering digunakan dalam melakukan dengan kesalahan yang kecil (Muhith, 2011).
aktivitas atau pekerjaan (NIOSH, 2007). Teknik dan instrumen pengumpulan data
Penyelesaian untuk mengatasi keluhan menggunakan lembar observasi, untuk
muskuloskeletal pada anggota gerak atas yang mengetahui keluhan anggota gerak atas
terjadi akibat penggunaan komputer dalam menggunakan Nordic Body Map dan untuk
waktu yang lama bisa dilakukan dengan mengetahui postur tubuh menggunakan Rapid
beberapa cara yaitu, pada postur janggal Upper Limb Assesment (RULA). Pengolahan
hindari sikap membungkuk, hindari perputaran data yang dilakukan yaitu editing, coding,
tulang belakang, modifikasi tinggi tempat kerja scoring, memasukkan data, tabulating, Analisis
dengan tinggi monitor komputer. Untuk data meliputi analisis univariat dan bivariat
frekuensi penggunaan komputer pada pegawai menggunakan uji Korelasi Spearman dengan
yaitu pengaturan pekerjaan untuk menghindari α=5% (0,05). Variabel bebas (independen)
gerakan yang tidak perlu, dan pengaturan pola dalam penelitian ini adalah lama penggunaan
kerja. Apabila durasi kerja atau durasi paparan komputer.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Lama Penggunaan Komputer Dengan Keluhan Anggota Gerak Atas Berdasarkan
Durasi, Frekuensi dan Postur Tubuh.
No. Karakteristik f % n (%)
1. Durasi
a. Rendah < 5 jam 11 35,5 31 (100)
b. Tinggi ≥ 5 jam 20 64,5
2. Frekuensi
a. Rendah < 5 hari 13 41,9 31 (100)
b. Tinggi ≥ 5 hari 18 58,1
3. Postur Tubuh
a. Rendah 1-4 8 25,8 31 (100)
b. Tinggi 5- >7 23 74,2
4 Keluhan Anggota Gerak Atas
a. Rendah (0-12) 5 16,1 31 (100)
b. Tinggi (13-24) 26 83,9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 312

Hasil analisis durasi penggunaan Hasil lembar observasi dengan mnggunakan


komputer pada pegawai BPJS Kesehatan Nordic Body Map bahwa mayoritas responden
kantor cabang Mojokerto, diperoleh data yang mengalami keluhan anggota gerak atas
bahwa responden yang menggunakan adalah tinggi dengan jumlah responden 26
komputer dengan durasi tinggi sebanyak 20 (83,9 %). Dikatakan memiliki keluhan yang
responden (64,5 %) yang mengalami keluhan tinggi pada anggota gerak atas jika total skor
anggota gerak atas resiko tinggi. Lamanya akhir 13 – 14. Bagian-bagian tubuh yang
waktu kerja (durasi) berkaitan dengan keadaan biasanya merasakan nyeri adalah di daerah
fisik tubuh pekerja. Pekerjaan fisik yang berat leher, punggung, pinggang, bahu, lengan atau
akan mempengaruhi kerja otot, kardiovaskular, tangan. Keluhan pada sistem musculoskeletal
sistem pernafasan dan lainnya. Pekerjaan adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka
berlangsung dalam waktu yang lama tanpa yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
istirahat, kemampuan tubuh akan menurun dan keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
dapat menyebabkan kesakitan pada anggota Apabila otot menerima beban statis secara
tubuh (Suma’mur, 2014). Hasil wawancara berulang dan dalam waktu yang lama, akan
singkat dengan beberapa responden, alasan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan
mereka menggunakan komputer dengan durasi pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan
yang cukup lama adalah karena tuntutan hingga kerusakan inilah yang biasanya
pekerjaan, pekerjaan yang harus segera diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal
diselesaikan dan sudah ditentutan batas disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
pengumpulannya. Hal itulah yang musculoskeletal (Tarwaka, 2015).
mengharuskan mereka untuk selalu bekerja
menggunakan komputer selama berjam-jam.

Tabel 2. Hubungan Durasi, Frekuensi, Postur Tubuh Dengan Keluhan Anggota Gerak Atas
Pada Pegawai BPJS Kesehatan KC Mojokerto.
No. Lama Penggunaan Komputer Keluhan Anggota Gerak Atas p – value
Rendah Tinggi (r)
f % f %
1. Durasi
a. Rendah 4 36,4 7 63,6 0,023 (0,408)
b. Tinggi 1 5,0 19 95,0
2. Frekuensi
a. Rendah 5 38,5 8 61,5 0,003 (0,516)
b. Tinggi 0 0 18 100
3. Postur Tubuh
a. Rendah 1 12,5 7 87,5 0,756 (-0,056)
b. Tinggi 4 17,4 19 82.6

Hasil penelitian antara durasi penggunaan dapat dilakukan selama 15 – 20 menit setelah 2
komputer dengan keluhan anggota gerak atas jam bekerja menggunakan laptop, sekedar
di dapatkan hasil bahwa ada hubungan antara untuk melemaskan otot-otot tubuh dan
durasi penggunaan komputer dengan keluhan mengalihkan pandangan sejauh kurang lebih 6
anggota gerak atas. Seseorang yang bekerja di meter selama beberapa detik setiap 30 menit
depan komputer selama lebih dari atau sama bekerja menggunkan laptop untuk mengurangi
dengan 5 jam secara terus-menerus akan efek keluhan kesehatan akibat penggunaan
mengalami keluhan pada anggota gerak atas. laptop pada bagia mata. Pengguna juga harus
Selain itu, beban kerja otot yang tidak merata berhenti menggunakan laptop dan mematikan
pada sejumlah bagian tubuh akan laptop apabila merasa lelah meskipun
memperparah keluhan pada angota gerak atas pekerjaannya belum selesai (Puspitasari,
yang diraskan pengguna komputer, pada 2012). Salah satu cara terbaik untuk
akhirnya mempengaruhi kinerja seseorang mengurangi kelelahan akibat duduk adalah
dalam beraktivitas. peregangan atau istirahat dengan berdiri dan berjalan sejenak di sekitar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 313

area stasiun kerja setelah mengalami digunakan,durasi dan frekuensi pengguna yang
ketegangan otot selama duduk. tinggi, jarak pandang dengan komputer dan
Hasil penelitian antara frekuensi dan keluhan lingkungan yang tidak nyaman.
anggota gerak atas didapatkan data bahwa ada
hubungan antara frekuensi penggunan 4. KESIMPULAN
komputer dengan keluhan anggota gerak atas. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
Ada kecenderungan semakin tinggi frekuensi hubungan antara durasi penggunaan komputer
penggunaan computer maka semakin parah dengan keluhan anggota gerak atas pada
keluhan yang dirasakan. Bekerja menggunakan pegawai di kantor BPJS Kesehatan kantor
laptop dalam durasi yang lama dapat cabang Mojokerto, ada hubungan antara
menyebabkan terjadinya akumulasi keluhan frekuensi dengan keluhan anggota gerak atas
kesehatan, terlebih jika saat menggunakan pada pegawai di kantor BPJS Kesehatan kantor
laptop tidak memperhatikan aspek posisi tubuh cabang Mojokerto, dan tidak ada hubungan
yang baik sehingga posisi tubuh dalam keadaan antara postur tubuh dengan keluhan anggota
statis. Otot yang statis dapat menyebabkan gerak atas pada pegawai di kantor BPJS
aliran darah menurun, sehingga asam laktat Kesehatan kantor cabang Mojokerto.
terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan
pada otot local (Sulistioningsih, 2013). Pada REFERENSI
saat bekerja responden juga tidak banyak
1. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan
meluangkan waktunya untuk istirahat, istirahat
Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI-
pun kadang dilakukan hanya bersandar pada
Press.
kursi, memejamkan mata sebentar atau
2. NIOSH. 2007. Ergonomics Guidelines for
terkadang melakukan peregangan otot ringan.
Manual Material Handling. 4676
Hasil penelitian antara postur tubuh dengan
Columbia Parkway Cincinnati. Diakses
keluhan angggota gerak atas didapatkan data
15 Desember 2016. Dalam
bahwa tidak ada hubungan antara postur tubuh
http://www.cdc.gov
penggunan komputer dengan keluhan anggota
3. Muhith, Abdul dkk. 2011. Buku Ajar
gerak atas. Kondisi desain tempat kerja yang
Metodologi Penelitian Kesehatan.
tidak ergonomis dapat menyebabkan postur
Yogyakarta: Mulia Medika
tubuh menjadi tidak nyaman saat
4. Puspitasari, Ananda. 2012. Hubungan
menggunakan komputer. Desain laptop yang
Antara Perilaku Penggunan Laptop dan
kurang ergonomis ini akan membuat
Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan
penggunna laptop memiliki 2 pilihan untuk
Laptop pada Mahasiswa Sarjana Reguler
meminimalisir cideranya, yaitu dengan
Fakultas Ilmu Komputer Universitas
membungkukkan sedikit leher mereka untuk
Indonesia. Skripsi. Fakultas Ilmu
dapat melihat monitor tu memposisikan
Keperawatan, Universitas Indonesia,
monitor setara dengan pandangan mereka.
Depok.
Apabila laptop berada pada posisi yang tinggi
5. Rohmat, K. (2007). Analisis Faktor-
untuk menyesuikan dengan level mata, maka
Faktor yang Berhubungan dengan
keluhan yang terjadi adalah ketegangan pada
Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan
bahu dan leher. Namun, jika penyesuaian
Laptop pada Dosen FKM UI tahun 2007.
posisi komputer disesuaikan dengan
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
kenyamanan saat mengetik maka masalah yang
Universitas Indonesia
timbul adalah postur yang bungkuk dan akan
6. Suma’mur, P.K. (2014).Hiegiene
menyebabkan keluhan pada leher
Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta
(Rohmat,2007). meskipun seseorang memiliki
: PT. Sagung Seto.
perilaku penggunaan komputer yang baik,
7. Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri:
tetapi mempunyai kemungkinan terkena
Dasar – Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
keluhan kesehatan terutama keluhan anggota
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta:
gerak atas akibat penggunaan komputer. Hal
Harapan Press
ini dapat disebabkan karena banyak faktor
8. Sulistioningsih, L. (2013). Faktor–Faktor
seperti kondisi desain tempat kerja yang tidak
Yang Berhubungan Dengan Kelelahan
ergonomis, ukuran komputer yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 314

Kerja Pada Tenaga Kerja Di Bagian Food Indonesia Mojokerto). MEDICA


Production 1 (FP1)/Masako Packing MAJAPAHIT, 5(1).
(Sebuah Studi di Pabrik PT. Ajinomoto
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 315

PELATIHAN DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN


PSIKOSOSIAL ANAK BAGI KADER POSYANDU DI DESA PETAK
MOJOKERTO

Nurul Mawaddah1), Uswatun Kasanah2)


1,2
Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Majapahit Mojokerto
1
mawaddah.ners@gmail.com
2
uswa12april@gmail.com

Abstract

Psychosocial development is one aspect of individual development that is essential to form a whole
personality. Early detection of deviations of psychosocial development in early childhood is an
attempt to find early mental health problems that exist in the community. The activity is done as an
effort to recognize mental health problems in children from an early age. This activity through the
provision of training conducted for 3 days, with the target audience in this activity is a cadre
posyandu in Petak Village, Petak Subdistrict, Mojokerto regency, that is 10 participants. The method
used is lecture, discussion, demonstration, simulation and role play during posyandu
implementation. In the implementation, participants were given a questionnaire of coqnitive skills
before and after the training materials to measure their understanding of the given material and the
results of all participants (100%) experienced an increase in coqnitive ability score with an average
6 point increase score. In addition, participants also observed psychomotor ability before and after
training and the result of all participants (100%) experienced an increase in psychomotor ability
score with an average increase in 5 points score. The success of this program is expected to help
prevent and overcome mental health problems in children that can affect the development of children
as adults.
Keywords: Posyandu Cadres, Psychosocial Development, Early Childhood, Early Detection

1. PENDAHULUAN khususnya masalah sosial-emosional seperti


Masa balita atau anak usia dini merupakan kecemasan atau perilaku agresif (Velderman et
masa keemasan atau Golden Period yang al., 2010). Berdasarkan survey peneliti
ditandai dengan pertumbuhan dan sebelumnya pada anak prasekolah di dua TK
perkembangan yang cepat pada dimensi fisik, Kota 2 Yogyakarta, masalah perilaku seperti
mental serta intelektual. Pemantauan tumbuh susah beradaptasi, susah bersosialisasi, susah
kembang anak tidak hanya mengarah pada fisik berpisah dari orang tua, anak sulit diatur, dan
saja tetapi juga secara komprehensif pada perilaku agresif merupakan masalah yang
perkembangan psikososial anak. Hal ini paling sering muncul pada anak usia
diperlukan untuk mencegah kelainan yang prasekolah. Pravelensi masalah psikososial
permanen karena keterlambatan penanganan. seperti gangguan emosional sebesar 10% dan
Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang gangguan tingkah laku pada anak sebesar 19%,
anak usia dini merupakan bagian tugas dari studi lain mengatakan bahwa pravelensi
para kader posyandu di wilayah kerjanya masalah psikososial pada anak usia 2-6 tahun
masing-masing. Akan tetapi hampir seluruh sebesar 39,8% (Widiani, 2016).
kegiatan posyandu belum pernah dilakukan Deteksi dini Penyimpangan
pemantauan terhadap perkembangan Perkembangan psikososial merupakan
psikososial anak. pemeriksaan tahapan-tahapan kehidupan
Sekitar 9,5% sampai 14,2% anak seseorang dari lahir sampai mati di bentuk oleh
prasekolah memiliki masalah sosial emosional pengaruh – pengaruh sosial yang berinteraksi
yang berdampak negatif terhadap dengan organisme yang menjadi matang secara
perkembangan dan kesiapan sekolahnya fisik dan psikologis. Perkembangan
(Brauner & Stephens 2006). Penelitian psikososial juga berhubungan dengan
menunjukkan bahwa sekitar 8 sampai 9% anak perubahan – perubahan perasaan atau emosi
prasekolah mengalami masalah psikososial dan kepribadian serta perubahan dalam
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 316

bagaimana individu berhubungan dengan post conference, dan bedside teaching.


orang lain. Tujuan dari deteksi dini Selanjutnya pelaksanaan sesi ketiga yaitu
penyimpangan perkembangan psikososial pemaparan hasil kegiatan di sesi kedua atau
adalah untuk mengetahui perubahan – dilapangan serta evaluasi seluruh pelaksanaan
perubahan yang terjadi pada anak sesuai kegiatan pelatihan ini.
dengan umurnya dan mengetahui
perkembangan psikologis normal pada anak 2.3. Khalayak Sasaran
usia dini. Dampak dari tidak dilakukan deteksi Kegiatan pengabdian ini diikuti oleh
dini perkembangan psikososial ini adalah seluruh kader posyandu yang ada di Desa Petak
merupakan faktor resiko masalah serta bersedia mengikuti seluruh sesi kegaitan
penyimpangan psikososial seperti perilaku pelatihan ini, yaitu sejumlah 10 peserta.
agresif, depresi dan kesepian, penyalahgunaan
obat, serta tindakan kriminalitas di usia 2.4. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan
dewasa. Data
Oleh karena itu sangat diharapkan Data yang dikumpulkan dalam kegiatan
pemahaman dan ketrampilan kader dalam ini adalah pengetahuan dan kemampuan
melakukan teknik stimulasi perkembangan peserta dalam mengikuti pelatihan. Dalam
balita. Pelatihan merupakan salah satu cara pelaksanaannya peserta diberikan kuesioner
untuk meningkatkan ketrampilan, kemampuan koqnitif yang diberikan sebelum
pengetahuan, dan sikap kader untuk dan sesudah materi pelatihan untuk mengukur
mendeteksi dini penyimpangan perkembangan pemahaman mereka mengenai materi yang
psikososial anak. Pelatihan ini menjadikan diberikan. Selain itu peserta juga dilakukan
motivasi bagi kader untuk melakukan observasi terhadap kemampuan psikomotor
pemantauan perkembanga anak di wilayah sebelum dan sesudah pelatihan melalui
kerjanya. kegiatan simulasi yang telah dilakukan
masing-masing peserta.
2. METODE PENGABDIAN
2.1. Waktu dan Tempat Pengabdian 2.5. Teknik Analisis Data
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan Untuk mengetahui perbedaan
selama 3 hari dengan durasi waktu pelaksanaan pengetahuan dan kemampuan peserta sebelum
90 menit tiap pertemuan di Balai Desa Petak dan sesudah kegiatan pengabdian ini maka data
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. perlu dianalisis dengan uji statistik sehingga
besarnya perbedaan hasil dapat dilihat. Uji
2.2. Metode dan Rancangan Pengabdian statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon
Kegiatan ini dimulai dengan Signed Rank Test,
melakukan perijinan untuk melaksanakan
kegiatan pelatihan yang ditujukan ke Bupati 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan selanjutnya diberikan pengantar ke Kepala 3.1. Hasil
Desa Petak. Metode selanjutnya adalah Pelaksanaan kegiatan pelatihan dalam
melakukan pertemuan dengan para kader Desa rangka pengabdian kepada masyarakat ini
Petak untuk rapat persiapan pelatihan Deteksi membawa hasil yang nyata sesuai dengan
Dini Penyimpangan perkembangan psikososial tujuan program yang sudah dirumuskan
anak untuk mendapatkan kesepakatan terkait sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan
waktu pelaksanan kegiatan ini. menunjukkan bahwa seluruh kader yang
Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan mengikuti pelatihan ini menyatakan
sesi kegiatan pelatihan. Sesi pertama bertambahnya pemahaman mereka mengenai
dilaksanakan di balai desa Petak berupa perkembangan psikososial pada anak yang
penyampaian materi dengan menggunakan normal dan yang menyimpang serta dapat
metode ceramah, diskusi, demonstrasi oleh memberikan stimulasi perkembangan
fasilitator dan simulasi oleh peserta. Sesi kedua psikososial sesuai tahapan usia anak baik
dilanjutkan kegiatan peserta saat kegiatan infent, todler maupun pra sekolah.
posyandu. Metode kegiatan yang dilakukan
selama sesi kedua adalah diskusi melalui pre
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 317

Tabel 1. Hasil Evaluasi Pengetahuan Dan posyandu, agar kemampuan dan


Kemampuan Kader Dalam ketrampilannya meningkat dalam upaya
Melakukan Deteksi Dini mendeteksi dini perkembangan psikososial
Kategori f % anak.
Pengetahuan Adanya pengaruh yang signifikan pada
Ada peningkatan 10 100 hasil uji statistik ini dapat disebabkan oleh
Tidak ada peningkatan 0 0 beberapa faktor. Baik dilihat dari proses
Kemampuan selama pelatihan, maupun karakteristik
Ada peningkatan 10 100 peserta. Bila dilihat dari pelatihan yang telah
Tidak ada peningkatan 0 0 dilakukan, pengabdian ini dilakukan sebanyak
3 kali pertemuan dengan durasi waktu
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan pertemuan selama 90 menit tiap pertemuan.
bahwa seluruh peserta mengalami peningkatan Sehingga peserta menjadi tahu dan menyadari
baik pengetahuan maupun kemampuannya bagaimana melakukan deteksi dini yang baik
dalam melakukan seteksi dini penyimpangan dan tepat sesuai tahap perkembangan usia.
perkembangan psikososial anak usia dini. Kegiatan pelatihan merupakan salah satu
Besarnya peningkatan skor yang diperoleh dan kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan
hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 2 tidak hanya menyebarkan pesan tetapi juga
berikut. menanamkan keyakinan sehingga perawat
tidak saja sadar, tetapi tahu dan mengerti
Tabel 2. Hasil Evaluasi Perbedaan sehingga mau dan dapat melakukan anjuran
Pengetahuan Dan Kemampuan yang berhubungan dengan kesehatan
Kader (Pre Test Dan Post Test) (Maulana, 2009). Melalui metode diskusi
Median p dalam pengabdian ini peserta dapat saling
Kategori n (minimum- value berbagi pengalaman, pikiran dan perasaan
maksimum) sehingga peserta menyadari bahwa mereka
Pengetahuan perlu meningkatkan pengetahuan dan
Pre 27 7 (5-9) 0,005 kemampuannya dalam memberikan asuhan
Post 35 13 (10-15) keperawatan.
Kemampuan Faktor lainnya adalah seluruh materi ini
Pre 43 1 (0-1) 0,005 diberikan dengan berbagai metode
Post 68 6 (3-7) pembelajaran, yaitu metode ceramah, diskusi,
demonstrasi, simulasi, pre post conference dan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji bedside teaching. Melalui diskusi dan saling
Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai p berbagi pengalaman, pikiran dan perasaan
value < α yang menunjukkan bahwa ada dapat membuat peserta menyadari bahwa
perbedaan skor pengetahuan sebelum dan mereka tidak sendirian dalam pengalaman
sesudah mengikuti pelatihan ini, dengan rata- mereka. Menurut Notoatmodjo (2010),
rata peningkatan skor sebesar 6 point. metode dalam kegiatan pendidikan kesehatan
Sedangkan kemampuan peserta juga merupakan salah satu faktor yang
mengalami peningkatan sebesar rata-rata 5 mempengaruhi tercapainya suatu hasil
point. kegaitan secara optimal.
Sedangkan bila dilihat dari karakteristik
3.2. Pembahasan resonden, faktor yang dapat mempengaruhi
Pelatihan deteksi dini penyimpangan adalah usia. Sebagian besar peserta berusia
perkembangan psikososial anak merupakan dewasa tua (36-45 tahun). Usia yang semakin
kegiatan untuk menemukan secara dini yang meningkat akan meningkatkan pula kebijakan
dilakukan untuk meningkatkan kinerja dalam kemampuan seseorang dalam mengambil
memahami perkembangan psikososial anak. keputusan, berpikir rasional, semakin
Tujuan pelatihan deteksi dini perkembangan bijaksana, mampu mengendalikan emosi,
psikososial anak merupakan upaya toleran, dan semakin terbuka terhadap
peningkatan sumber daya manusia termasuk pandangan orang lain. Hasil kegaitan ini sesuai
sumber daya manusia tenaga kesehatan, kader dengan pendapat Rudianti (2011) bahwa
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 318

perawat yang berusia > 32 tahun memiliki Komunikasi Terapeutik Perawat. Jurnal
kinerja yang lebih baik dibandingkan yang Ners. 6(1), 31-41.
berusia < 32 tahun. 3. Maulana, HDJ. (2009). Promosi
Faktor lain yang dapat mempengaruhi Kesehatan. Jakarta : EGC.
adalah tingkat pendidikan. Sebagian besar 4. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku
tingkat pengetahuan peserta adalah SMA. Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo (2010) tingginya pendidikan 5. Rudianti, Yulistiana. (2011). Hubungan
yang ditempuh maka diharapkan tingkat Komunikasi Organisasi dengan Kinerja
ketrampilan seseorang bertambah banyak Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap
sehingga mudah menerima mengadopsi Salah satu Rumah Sakit Swasta Surabaya.
perilaku baru. Tesis Magister Ilmu Keperawatan
Selain usia dan tingkat pendiidkan , faktor Universitas Indonesia. Jakarta.
lain yang kemungkinan dapat disebabkan www.lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak
karena faktor masa kerja menjadi kader -20282765.pdf
posyandu yang sebagian besar lama, yaitu 6. Velderman, M., Crone, M., Wiefferink, C
masa kerja rata-rata diatas 5 tahun. menurut & Reijneveld, S. (2010). Identification
teori Robbin (dalam Farida, 2011) lama kerja and management of psychosocial
juga menentukan kinerja seseorang dalam problems among toddlers by preventive
menjalankan tugas. Semakin lama seseorang child health care professionals. European
bekerja semakin terampil dan semakin cepat Journal of Public Health, 20(3):332-338.
menyelesaikan tugas tersebut. 7. Widiani, Esti. (2016). Hubungan Antara
Kemampuan Ibu dalam Menstimulasi
4. SIMPULAN, SARAN, DAN Perkembangan Psikososial Otonomi yang
REKOMENDASI diberikan Kelompok Terapeutik dengan
Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian ini Separation Anxiety pada Toodler. Jurnal
dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan care. 4(3) : 111-123.
pengetahuan dan kemampuan kader posyandu
setelah diberikan pelatihan selama 3 hari.
Diharapkan peserta sebagai kader kesehatan
dapat terus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya dalam memberikan pelayanan
di posyandu melalui berbagai kegiatan
pertemuan ilmiah serta melanjutkan kegiatan
kunjungan rumah untuk memberikan stimulasi
perkembangan psikososial pada anak, baik
anak usia infant, toddler maupun anak pra
sekolah. Dengan adanya pelatihan deteksi dini
penyimpangan perkembangan psikososial anak
diharapkan dapat membantu mengurangi
masalah kesehatan jiwa pada anak yang dapat
berdampak pada perkembangan anak saat
dewasa.

REFERENSI
1. Brauner, C.B. & Stephens, B.C. (2006).
Estimating the Prevalence of Early
Childhood Serious Emotional/Behavioral
Disorder: Challenges and
Recommendations. Public Health Reports
121: 303-310.
2. Farida. (2011). Kepemimpinan Efektif
dan Motivasi Kerja dalam Penerapan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 319

PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF


LANSIA MELALUI TERAPI MODALITAS LIFE REVIEW MENGGUNAKAN
SNAKES LADDERS GAME
Christina Yuliastuti1), Sukma Ayu Candra K2), Iis Fatimawati3), Mas’ud Hakim4)
1
STIKes Hang Tuah Surabaya
email : christinayuliastuti@stikeshangtuah-sby.ac.id
2
STIKes Hang Tuah Surabaya
email : sukmaayucandrakirana@stikeshangtuah-sby.ac.id
3
STIKes Hang Tuah Surabaya
email : iisfatimawati@stikeshangtuah-sby.ac.id
4
STIKes Hang Tuah Surabaya
email : masudhakim@stikeshangtuah-sby.ac.id

Abstract

Elderly will experience decreased metabolic activity in the brain causing dementia. The purpose of
this community service activity was to improve cognitive function of elderly by doing therapy
modalities Life Review using Snakes Ladders Game. This therapy is given because it is able to help
the elderly remember the past events and cognitive abilities can be improved. Method of activity in
the form of community education, conducted in September-October 2017 to 44 elderly in Posyandu
Lansia Cendrawasih Puskesmas Balongsari Surabaya. There are four program activities that are
implemented, such as education about dementia in elderly community devotion and its prevention,
MMSE measurement (Mini Mental State Exam), measurement result of change of cognitive function
of elderly and mentoring. Outputs measured by program implementation achievement are the
changes of cognitive function in the elderly before and after the implementation of life review therapy
and how the elderly ability in doing life review therapy. Assistance and guidance of life review
therapy continuously for this therapy to be a scheduled activity in Posyandu elderly.
Keywords : elderly, modalities therapy, cognitive function

1. PENDAHULUAN sekitar dengan harapan lansia dapat tetap


Lanjut usia atau lansia merupakan berhubungan dengan keluarga, teman, dan
individu yang berada dalam tahapan usia late sistem pendukung yang ada ketika menjalani
adulthood atau yang dimaksud dengan tahapan terapi (Tamber dan Noorkasiami, 2009). Life
usia dewasa akhir, dengan kisaran usia dimulai Review adalah salah satu dari terapi modalitas
dari 60 tahun keatas (Satrock, 2006 dalam yang dapat diberikan pada lansia dengan
Widyanto Candra, 2014). Seiring dengan demensia karena terapi ini dapat membantu
proses menua, tubuh akan mengalami berbagai seseorang untuk mengaktifkan ingatan jangka
masalah kesehatan atau yang biasa disebut panjang dimana akan terjadi mekanisme recall
dengan penyakit degeneratif. Salah satu tentang kejadian masa lalu hingga sekarang,
penyakit degeneratif yang kerap diderita lansia Terapi ini masih memiliki kendala dalam
adalah penyakit demensia atau banyak dikenal pelaksanaannya. Kendala dalam pelaksanaan
dengan sebutan pikun. Demensia adalah istilah terapi ini dari beberapa hasil penelitian yang
umum yang digunakan untuk menggambarkan menegaskan bahwasannya efektivitas dari
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya terapi ini dengan sampel perawatan pada
bersifat progresif dan mempengaruhi aktifitas komunitas dan home care, hasilnya masih
kehidupan sehari-hari (AKS) (Stanley, M. dan belum jelas karena penggunaan terapi Life
Patricia Gauntlett Bearce, 2006). Review ini masih menggunakan format dan
Terapi modalitas merupakan bentuk terapi SOP yang berbeda-beda serta belum ada SOP
non-farmakologis yang dilakukan pada lansia yang ditetapkan (Setyoadi dan Kushariyadi,
untuk memperbaiki dan mempertahankan 2011). Selain itu penggunaan Life Review
sikap lansia agar mampu bertahan dan Therapy belum banyak digunakan oleh
bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat masyarakat maupun petugas kesehatan untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 320

lansia dengan demensia, baik di rumah, di panti 2009). Selain itu, demensia juga menyebabkan
wreda maupun di posyandu lansia. penurunan metabolik di otak (Videbeck,
Menurut data dari WHO, terdapat 35,6 Sheila, 2008).
juta orang di dunia yang menderita demensia Terapi Life Review mampu menurunkan
pada tahun 2010. 9 negara dengan angka depresi, meningkatkan kepercayaan diri,
kejadian demensia terbanyak di dunia pada meningkatkan kemampuan individu untuk
tahun 2010 adalah Cina (5,4 juta orang), beraktivitas sehari-hari dan meningkatkan
Jerman (1,5 juta orang), Rusia (1,2 juta orang), kepuasan hidup (Setyoadi dan Kushariyadi,
Perancis (1,1 juta orang), Italia (1,1 juta orang) 2011). Terapi Life Review yang sudah
dan Brasil (1 juta orang) (WHO, 2012). dimodifikasi dengan Snakes Ladders Game
Indonesia juga termasuk Negara yang sebagai alat terapinya membantu lansia
memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia demensia mengingat kejadian masa lalu
(aging structuted population) karena sehingga kemampuan kognitif dapat kembali
mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 distimulasi dan menjadi lebih baik dari
tahun keatas sekitar 7,18%. Pulau yang keadaan sebelumnya. Selain itu terapi
mempunyai jumlah penduduk lansia terbanyak modifikasi ini mampu membuat lansia
(7%) adalah pulau Jawa dan Bali. bersosialisasi dengan lingkungan karena terapi
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini modifikasi ini sengaja di setting agar lansia
antara lain disebabkan karena tingkat sosial tidak hanya dapat mengingat kembali masa
ekonomi masyarakat yang meningkat, lalunya, namun diharapkan lansia juga mampu
kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan kembali berinteraksi dan bersosialisasi dengan
tingkat pengetahuan masyarakat yang lingkungan sekitarnya. Terapi modifikasi ini
meningkat. Pada tahun 2006 hingga tahun juga membuat lansia bisa bergerak aktif karena
2020 Indonesia memiliki jumlah lansia yang terapi ini menjadikan lansia sebagai subyek
semakin meningkat. Peningkatan jumlah lansia utama dalam pelaksanaan terapi modifikasi
dari tahun 2006 hingga tahun 2020 sebanyak Life Review menggunakan Snakes Ladders
9,8 juta jiwa atau sebesar 2,34% (Efendi, Ferry Game sebagai alat terapinya.
dan Makhfudli, 2009). Prevalensi demensia
meningkat dua kali setiap pertambahan usia 5 2. KAJIAN LITERATUR
tahun setelah melewati usia 60 tahun. Terdapat Demensia memiliki beberapa penyebab
7,2% populasi lansia yang berusia 60 tahun diantaranya adalah dari faktor genetik, infeksi
keatas pada tahun 2010 di Indonesia. Belum dan degeneratif yang ditandai dengan
ada data yang pasti tentang prevalensi perubahan perilaku, seperti tersinggung,
demensia di Indonesia (Kemenkes RI, 2010). curiga, menarik diri dari aktivitas sosial, tidak
Tim pengabdian masyarakat mendapatkan peduli, dan berulang kali menanyakan hal yang
data melalui studi pendahuluan pada tanggal 20 sama (Nadesul, 2011).
Agustus 2017 pada pukul 13.00 WIB di Life review therapy adalah terapi yang
posyandu lansia Cendrawasih wilayah dapat membantu seseorang untuk
Puskesmas Balongsari Surabaya. Di posyandu mengaktifkan ingatan jangkapanjang dimana
lansia Cendrawasih wilayah Puskesmas akan terjadi mekanisme recall tentang kejadian
Balongsari Surabaya terdapat 59 lansia. Lansia pada kehidupan masa lalu hingga sekarang
laki-laki sebanyak 35 orang dan 24 sisanya (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011). Modifikasi
adalah lansia wanita. Aktifitas sehari-hari para Snakes Ladders Games sebagai alat terapi
lansia di posyandu lansia wilayah Puskesmas modalitas Life Review diharapkan dapat
Balongsari Surabaya adalah senam pagi setiap membantu meningkatkan kembali kemampuan
jam 07.00 WIB hingga jam 07.30 WIB pada kognitif dalam mengingat sesuatu serta
hari Jum’at. Lansia dengan hipertensi tercatat meningkatkan interaksi sosial dan sebagai
sebanyak 3 orang laki-laki dan 5 orang wanita. terapi yang juga dapat mempertahankan gerak
Lansia dengan demensia tercatat 21 orang laki- aktif pada lansia dengan demensia.
laki dan 30 sisanya adalah lansia wanita. Terapi ini dapat diberlakukan dan
Demensia dapat menyebabkan gangguan dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja.
pada memori yang memberikan dampak pada Menurut Sholihah (2011) Life Review Therapy
penerimaan dan pengiriman pesan (Nugroho, efektif dilakukan tiga kali pertemuan selama 60
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 321

menit. Tempat perawatan kesehatan seperti leaflet. Khusus untuk kegiatan pengukuran
posyandu lansia serta panti wreda dapat tingkatan demensia yang dimiliki lansia, maka
dijadikan tempat yang baik untuk pelaksanaan dibutuhkan kuesioner MMSE (Mini Mental
Life Review Therapy dengan Snakes Ladders State Exam). Selanjutnya pada tahap
Game sebagai alat terapinya karena tempat berikutnya dibutuhkan modul dan form
tersebut merupakan pelayanan kesehatan yang evaluasi pelaksanaan terapi life review.
akan banyak dibutuhkan oleh lansia dengan
Kemudian untuk pelaksanan Terapi Life
demensia agar lansia dapat memperoleh
Review menggunakan Papan Snake Ladders
kemampuan kognitifnya kembali dan dapat
menjadi salah satu terapi modifikasi yang lebih dengan 30 kotak dengan ukuran 1m x 1m yang
efektif. Bagi keluarga dengan anggota keluarga berisi beberapa alat kebersihan diri dan amplop
lansia yang mengalami demensia juga bisa yang berisi foto pahlawan
melakukan Life Review Therapy karena terapi
Metode Pelaksanaan Kegiatan
ini sangat mudah dilakukan dan mudah
Metode pelaksanaan yang digunakan
dipelajari sehingga mempermudah anggota
pada kegiatan pengabdian masyarakat ini
keluarga dalam penggunaan terapi tersebut.
terdiri dari : penyuluhan, pengukuran tingkatan
Sehingga manfaat dari terapi ini tetap dapat
demensia sebelum pelaksanaan terapi life
dirasakan oleh lansia maupun dari anggota
review, pelaksanaan terapi life review
keluarga.
kemudian pengukuran tingkatan demensia
Gibson, 2004 dalam Mitchell (2006)
sesudah pelaksanaan life review. Metode yang
menyampaikan bahwa Terapi Life review
digunakan menggunakan metode wawancara,
merupakan terapi dengan proses yang komplek
survei dan Focus Group Discussion (FGD).
tetapi konsisten dengan 4 komponen bagian
yang saling berkaitan yaitu : 1) Remembering,
Metode Pengumpulan Data
menyadari adanya suatu kenangan, 2) Recall,
Kegiatan pengabdian masyarakat ini
membagikan kenangan dengan orang lain baik
menggunakan data primer dan sekunder.
secara verbal atau nonverbal, 3) Review,
Pengumpulan data primer melalui dua cara,
melakukan evaluasi terhadap kenangan, 4)
yaitu wawancara dan observasi dengan data
Reconstruction, membuat / melakukan sesuatu
demografi maupun kuesioner MMSE dan
berupa tanda yang mewakili kenangan tersebut
SPMSQ. Data primer diperoleh dari data
responden sebelum dan sesudah mendapatkan
3. METODE KEGIATAN
terapi life review menggunakan MMSE dan
SPMSQ sebelum dan sesudah mendapatkan
Waktu, Lokasi dan Partisipan
terapi. Data tersebut berupa data kuantitatif.
Kegiatan pengabdian masyarakat
Data sekunder yang digunakan adalah
STIKES Hang Tuah Surabaya ini dilakukan di
data yang berasal dari publikasi, literatur,
Posyandu Lansia Cendrawasih wilayah
maupun buku-buku teks yang mendukung
Puskesmas Balongsari Surabaya. Kegiatan ini
kegiatan ini.
melibatkan 44 lansia sebagai responden. Terapi
Life Review dengan modifikasi Snakes Ladders
Metode Pengolahan dan Analisa Data
ini dilakukan 2 minggu sekali dalam waktu 2
Metode yang digunakan untuk menilai
bulan berturut turut dimulai pada bulan
perubahan tingkat demensia lansia adalah
September dan Oktober 2017. Kelompok yang
pretest – posttest control group design
dibentuk dibedakan berdasarkan tingkatan
(Sugiyono, 2013) dengan pengambilan sampel
demensianya.
yaitu lansia demensia usia > 60 tahun dan
lansia dengan penurunan fungsi kognitif
ringan, sedang dan berat. Dari 59 lansia yang
terdaftar di Posyandu Lansia Cendrawasih
Alat dan Bahan
hanya didapatkan 44 responden yang sesuai
Peralatan dan bahan yang digunakan
dengan kriteria sampel. Tes yang dilakukan
dalam kegiatan penyuluhan berupa infokus, adalah tes awal (pre test) dan tes akhir (post
kamera, buku tulis, pena, materi penyuluhan
yang disiapkan dalam bentuk power point dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 322

test) dengan melakukan pengukuran SPMSQ


dan MMSE.
Short Portabel Mental Status
Questionnaire (SPMSQ) terdiri dari 9
pertanyaan yang didapatkan melalui
wawancara dan observasi dengan 4 kriteria
penilaian yaitu 0-2 (baik), 3-4 (gangguan
intelek ringan), 5-7 (ganagguan intelek
sedang), 8-10 (gangguan intelek berat).
Sedangkan Mini Mental Stage Examination
(MMSE) yang terdiri dari 5 macam pertanyaan
yaitu orientasi dengan nilai maksimum 5,
registrasi dengan nilai maksimum 3, perhatikan
Gambar 1. Snakes Ladders Game Sebagai
dan kalkulasi dengan nilai maksimal 5,
Alat Terapi Life Review Pada
meminta dengan nilai maksimal 3 dan bahasa
Lansia Demensia
dengan nilai maksimal 9. Nilai total maksimal
dari penilaian MMSE ini adalah 30, dengan
Terapi ini diberikan pada lansia dengan
ketentuan ringan: 21-30, sedang: 11-20, dan
demensia. Biasanya, Life Review Therapy
berat: < 10 (Aspiani, 2014).
menggunakan foto keluarga untuk alat
terapinya, dimana pasien disuruh menjelaskan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
apa saja yang terjadi pada foto tersebut.
Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini
Namun, pada penelitian ini media foto
dapat diukur dengan melakukan tes sebelum
keluarga diganti dengan Snakes Ladders
dan sesudah (pretest posttest) dengan
Game.
memberikan Terapi life review menggunakan
Seperti yang telah dijelaskan pada cara
modifikasi Snakes Ladders Game.
bermain Snakes Ladders, tidak mengubah cara
permainannya, hanya saja permainan ini
Pelaksanaan Terapi Life Review dengan
mengubah sedikit tampilannya. Ular tangga
Snakes Ladders Game.
atau Snakes Ladders pada umumnya, tampilan
Snakes Ladders Game atau ular tangga
papan hanya berupa gambar ular, tangga serta
adalah permainan yang menggunakan dadu
angka. Namun, pada penelitian ini ukuran
untuk menentukan berapa langkah yang harus
papan Snakes Ladders diperbesar menjadi 1m
dijalani bidak atau pion. Papan ularnya sendiri
x 1m sehingga pasien dapat memainkan pion
berupa gambar kotak-kotak yang terdiri dari 10
atau bidak dan melihat instruksi bergambar
baris dan 10 kolom dengan nomor 1-100, serta
dengan lebih jelas, dalam penelitian ini pion
bergambar ular dan tangga (Husna, 2009).
atau bidak disebut “player”.
Pada pengabdian masyarakat kali ini game
tersebut dimodifikasi sebagai alat terapi Life
Review Therapy dengan tujuan untuk
menstimulasi lansia supaya memikirkan
tentang masa lalu sehingga lansia dapat
menyatakan lebih banyak tentang kehidupan
mereka kepada staf perawatan atau ahli terapi
(Aspiani, 2014).

Gambar 2 Pelaksanaan Terapi Life Review


Pada Lansia Demensia
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 323

Kemudian tiap kotak permainan Selain itu, juga bermanfaat dalam


ditambahkan gambar-gambar foto pahlawan, meningkatkan kemampuan individu untuk
alat bersih diri (sikat gigi, sabun, handuk, sisir) beraktifitas sehari-hari serta bermanfaat dalam
serta pertanyaan seputar jaman kemerdekaan meningkatkan kepuasan hidup lansia yang
yang akan ditampilkan pada papan Snakes menjalani terapi Life Review ini (Setyoadi dan
Ladders, mengingat tujuan modifikasi ini Kushariyadi, 2011).
adalah untuk terapi pada lansia yang demensia
agar dapat membantu memperkuat daya ingat Perubahan Kognitif Lansia
dan mengembalikan memori masa lampau.
Jumlah kotak dan baris pada papan Snakes Perubahan kognitif lansia dalam
Ladders Game sebagai alat terapi Life Review pengabdian masyarakat ini dapat dilihat dari
ini juga tidak sebanyak 100 kotak, melainkan hasil sebelum dan sesudah pemberian terapi
hanya 30 kotak, dimainkan maksimal 5 orang modalitas Life Review menggunakan
dengan waktu 60 menit tiap sekali bermain. modifikasi Snakes Ladders Game. Pada data
Life Review Therapy adalah suatu awal sebelum diberikan terapi modalitas Life
fenomena yang luas sebagai gambaran Review menggunakan perawatan
pengalaman kejadian, dimana didalamnya menggunakan modifikasi Snakes Ladders
seseorang akan melihat secara cepat tentang Game didapatkan hasil 12 orang (27.3%)
totalitas riwayat kehidupannya (Setyoadi dan demensia ringan, hasil setelah pemberian terapi
Kushariyadi, 2011). Life Review Therapy meningkat menjadi 21 orang (47.7%),
adalah suatu terapi yang bertujuan untuk demensia sedang sebelum pemberian terapi
menstimulasi individu supaya memikirkan modalitas Life Review menggunakan
tentang masa lalu sehingga lansia dapat modifikasi Snakes Ladders Game sebanyak 17
menyatakan lebih banyak tentang kehidupan orang (38.6%) dan setelah pemberian terapi
mereka kepada staf perawatan atau ahli terapi menjadi 10 orang (22.7%), demensia berat
(Aspiani, 2014). Melalui pengalaman sebelum pemberian terapi modifikasi Snakes
mengingat kembali kehidupan yang lalu, gejala Ladders Game didapatkan 15 orang (34.1%)
yang sekarang dialami akan berangsur hilang dan sesudah pemberian terapi modifikasi
dan perasaan damai serta nyaman mendalam Snakes Ladders Game mengalami penurunan
akan muncul. menjadi 13 orang (29.5%). Terapi modifikas
Snakes Ladders Game ini diberikan selama 2
bulan dengan pelaksanaan 2 minggu sekali.
Tiap kali pertemuan berlangsung selama 60
menit dan dilakukan masksimal 5 orang dalam
1 kali bermain. Hasil uji statistik menggunakan
Uji Wilcoxon dengan nilai p= 0.001 < α
(α=0.05).

Upaya keberlanjutan kegiatan Terapi Life


Review dengan Snake Ladders modifikasi akan
diarahkan pada kegiatan pendampingan dan
pembimbingan secara kontinue dengan
memasukkan terapi tersebut kedalam aktifitas
Gambar 3 Lansia membuka amplop sesuai mingguan lansia di Posyandu Lansia. Melalui
letak pion kegiatan ini diharapkan pihak kader dan
perawat di wilayah Puskesmas Balongsari
Terapi Life Review memiliki beberapa mampu mempertahankan aktifitas terjadwal
manfaat sehingga digunakan sebagai salah satu lansia agar tingkat demensia lansia mengalami
terapi yang diberikan pada lansia dengan perbaikan dan fungsi kognitif lansia tetap
indikasi terapi tersebut. Manfaat terapi ini dilatih dengan baik.
adalah menurunkan tingkat depresi bagi lansia.
Terapi ini juga bermanfaat untuk KESIMPULAN
meningkatkan kepercayaan diri dari lansia.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 324

Berdasarkan hasil dan pembahasan 9. Maryam, R., et al,. 2008. Mengenal Usia
kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat Lanjut dan Perawatannya, Jakarta:
disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang Salemba Medika.
signifikan dari fungsi kognitif lansia sebelum 10. Nadesul, Hendrawan. 2011. Menyayangi
dan sesudah pemberian Terapi Life Review Otak, Jakarta: Kompas Media Utama
dengan menggunakan Modifikasi Snakes 11. Nasir, Abdul. 2011. Dasar-Dasar
Ladders dengan rincian sebagai berikut Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori,
Tingkat demensia sebelum pemberian Jakarta: Salemba Medika.
terapi modifikasi Snakes Ladders Game 12. Nugroho, Wahyudi. 2009. Komunikasi
sebagai alat terapi Life Review hampir separuh Dalam Keperawatan Gerontik, Jakarta:
berada pada tingkat demensia sedang. EGC.
Tingkat demensia sesudah pemberian 13. Paula dan Janet. 2008. Proses
terapi modifikasi Snakes Ladders Game Keperawatan Aplikasi Model Konseptual,
sebagai alat terapi Life Review hampir separuh Jakarta: EGC.
berada pada tingkat demensia ringan. 14. Petrillo, Valerie. 2007. A Kid’s Guide To
Modifikasi Snakes Ladders Game sebagai Asian American History, Chicago:
alat terapi Life Review berpengaruh signifikan Chicago Review Press.
terhadap perubahan tingkat demensia pada 15. Potter, Perry. 2007. Fundamental
lansia demensia di Posyandu Lansia Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Cendrawasih wilayah Puskesmas Balongsari 16. Prastiwi et al. 2009. Buku Tematik
Surabaya. Pengalaman, Jakarta: Grasindo.
17. Ratnaningsih. 2014. Penggunaan
REFERENSI Permainan Ular Tangga Untuk
1. Arumsari, NA. 2014. Pengaruh Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Kelas
Reminiscience Therapy Terhadap Tingkat III A SDN Nogopuro Sleman. Program
Stres Pada Lansia Di PSWT Unit Budi Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta:
Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Program Sarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta: Skripsi 18. Rifai, D. 2015. Pengaruh Terapi
Dipublikasikan Modalitas Life Review (Telaah
2. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Pengalaman Hidup) Terhadap Tingkat
Keperawatan, Jakarta: EGC. Stres Pada Lansia Di Panti Tresna
3. Aspiani, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Wredha Ilomata Kota Gorontalo. Program
Keperawatan Gerontik Jilid 2, Jakarta: Sarjana Unversitas Negeri Gorontalo:
Trans Info Medika. Skripsi Tidak Dipublikasikan
4. Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. 19. Robertson, Mary., et al., 2012. At a Glance
Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Psikiatri Edisi Keempat,. Jakarta:
dan Praktik dalam Keperawatan, Jakarta: Erlangga.
Salemba Medika.
5. Fatimah, 2010. Merawat Lansia Lanjut 20. Sholihah, Halimatus. 2011. Pengaruh Life
Usia, Jakarta: Trans Info Media. Review Therapy Terhadap Tingkat Harga
6. Husna. 2009. 100+ Permainan Diri Pada Lansia Di Tejokusuman
Tradisional Indonesia Untuk Kreatifitas, Notoprajan Ngampilan Yogyakarta.
Ketangkasan, dan Keakraban. Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu
Yogyakarta: Andi. Kesehatan Aisiyah Yogyakarta: Skripsi
7. Ismayani, Ani. 2009. Fun Math With Tidak Dipublikasikan.
Children,. Jakarta: Elex Media
21. Sugiwati. 2013. Metode bermain ular
Komputindo.
tangga untuk meningkatkan
8. Keliat, B.A. dan Pawirowiyono, Akemat,
perkembangan kognitif kelompok A di TK.
2013. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Ria Baruk Utara VIII/35 Rungkut –
Kelompok, Jakarta: EGC.
Surabaya diunduh pada Rabu, 14 Januari
2016 pukul 09.02 WIB.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 325

22. Susana, S.A dan Hendarsih, Sri. 2011.


Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Jakarta: EGC.
23. Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi
Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeratrik, Jakarta: Salemba Medika.
24. Stanley, M. dan Patricia Gauntlett Bearce.
2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Edisi 2, Jakarta: EGC.
25. Videbeck, Sheila. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC.
26. Widyanto, F.C. 2014. Keperawatan
Komunitas dengan Pendekatan Praktis,
Yogyakarta: Nuha Medika.
27. Widyanto, Candra. 2014. Keperawatan
Komunitas Dengan Pendekatan Praktis,
Yogyakarta: Nuha Medika.
28. http://www.carigold.com/portal/forms/arc
hieve/index.php/t371618.tml diakses
Minggu, 10 Januari 2016 pukul 20.05
WIB).
29. http://eprints.uny.ac.id diakses Senin, 11
Januari 2016 pukul 07.56 WIB.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 326

UPAYA PENINGKATAN PENGUATAN CHAIN OF SURVIVAL KORBAN


HENTI JANTUNG DI LUAR RUMAH SAKIT MELALUI PELATIHAN
BANTUAN HIDUP DASAR KEPADA KADER KESEHATAN
Ika Suhartanti1, Fitria Wahyu Ariyanti.2, Anndy Prastya.3
STIKes Majapahit Mojokerto
ikanerstanti@gmail.com1, fitria.hariyadi@gmail.com2, anndyprastya@gmail.com3

Abstract
The occurrence of cardiac arrest was an emergency condition of heart disease that often occurs. It
happened not only in old age but also in young age. The high incidence of cardiac arrest was the
underlying importance of knowledge about early management of cardiac arrest patients with the
application of Basic Life Support (BLS). This devotion was done as an effort to create a layman who
is able to recognize the condition of cardiac arrest that occurred in the surrounding community and
make efforts CPR as early as possible and efforts quickly and precise referrals. This activity was
held within 250 minutes per day for 5 days, with target audience in this activity was health cadre in
Petak Village, Kecamatan Pacet, Mojokerto regency as many as 57 people. The method used tutorial
method, role play and simulation and evaluation in the form of understanding and skill. In the
implementation of the basic life support training program (BLS), the level of knowledge of
participants about the definition of BLS was good at 74.8%, knowledge of danger theory was good
at 72.4%, the level of knowledge about the theory of call for help (call for help) was good at 75.2%,
the level of knowledge of the participants about the compression technique (CPR only) was good at
42.3% and the level of knowledge about the theory of "the right time to stop CPR" was either 37.4%.
The success of this activity was expected to be a guide for puskesmas in an effort to increase the
understanding and skill of health cadres in giving BLS to heart stop victims and the availability of
educational media for public about BHD effort.
Keywords: Cardiac arrest, basic life support (BLS), health cadres

1. PENDAHULUAN melakukan pertolongan pertama tersebut


Kejadian henti jantung merupakan kondisi secara cepat dan tepat. Sebuah studi
kegawatdaruratan dari penyakit jantung yang menyebutkan bahwa kembalinya sirkulasi
sering terjadi. Kejadianya tidak hanya pada spontan dalam jangka waktu kurang dari 20
usia tua tetapi juga usia muda. Penyebab utama menit setelah kolaps memiliki asosiasi positif
kematian di kalangan orang dewasa di negara- terhadap angka survival pasien OHCA
negara Eropa dan di Amerika Serikat, adalah (Wibrandt et al. 2015). Insiden henti jantung
henti jantung di luar rumah sakit (Out of yang cukup tinggi inilah yang mendasari
Hospital Cardiac Arrest/OHCA) dan perkiraan pentingnya pengetahuan tentang
kejadian di Eropa adalah 38 per 100.000 orang penatalaksanaan awal pasien henti jantung
per tahun untuk semua irama OHCA dan 17 per dengan penerapan Basic Life Support (BLS).
100.000 orang per tahun untuk OHCA karena Di Indonesia belum ada sistem ambulan
VT/VF (Proclemer et al. 2012). of Hospital darurat dan rujukan pasien. Sistem ambulan
Cardiac arrest (OHCA) didefinisikan sebagai darurat 119 hanya tersedia di beberapa kota
terhentinya aktivitas mekanik jantung yang besar seperti Jakarta, Surabaya, Palembang,
dikonfirmasi oleh tidak adanya tanda-tanda Makasar, Denpasar dan Malang. Banyak sekali
sirkulasi yang terjadi di luar rumah tantangan dalam proses pengembangan sistem
sakit(Proclemer et al. 2012). layanan prehospital diantaranya adalah budaya
Korban dengan henti jantung kemampuan penerimaan masyarakat, wilayah geografis
untuk bertahan akan berkurang 7-10% setiap yang luas, kepadatan lalu-lintas, keterbatasan
menitnya, sedangkan untuk meminta bantuan jumlah ambulan bahkan banyak sekali pasien
dan menunggu sampai dengan tenaga medis menggunakan transportasi umum atau
datang memerlukan waktu yang tidak sebentar. kendaraan pribadi untuk sampai ke rumah
Oleh karena itu diperlukan pertolongan segera sakit. Selain itu keterbatasan jumlah tenaga
oleh orang yang berada disekitar korban dapat paramedis yang tersedia juga merupakan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 327

tantangan tersendiri dalam upaya mekanik jantung yang dikonfirmasi oleh tidak
pengembangan sistem layanan prehospital (Pitt adanya tanda-tanda sirkulasi yang terjadi di
& Pusponegoro 2005). Kelangsungan hidup luar rumah sakit(Proclemer et al. 2012).Henti
korban henti jantung jauh lebih besar ketika jantung terjadi ketika jantung tidak berfungsi
menerima Cardiopulmonary Resucitation (malfunctions) dan berhenti berdenyut tiba-tiba
(CPR) segera oleh orang yang menemukan (unexpectedly). Kerja (action)
korban pertama kali atau disebut bystander. pompayangterganggu, menyebabkan jantung
Keterampilan bantuan hidup dasar (BHD) tidakdapatmemompadarah keotak, paru-
dapat diajarkan kepada siapa saja. Setiap orang parudan organlainnya. Beberapa detik
dewasa seharusnya memiliki keterampilan kemudian, seseorang dengan henti jantung
BHD. Idealnya di dunia, semua orang akrab menjadi tidak responsif, tidak
dengan teknik dasar pertolongan pertama dan bernapasatauhanyaterengah-engah. Kematian
mengambil pelatihan teratur untuk memastikan terjadi dalam beberapa menit jika korban tidak
pengetahuan tetap berjalan. Jika CPR menerima intervensi(Berg et al. 2010).
dilakukan segera dan berkualitas tinggi (high Faktor pertama yang menjadi penentu
quality CPR), fungsi jantung dapat kembali keberhasilan resusitasi pada pasien henti
dan sirkulasi dapat dipertahankan sampai tiba jantung adalah adanya pengenalan yang cepat
di RS atau petugas medis mengambil alih dan segera menghubungi ambulan gawat
(Kleinman et al. 2015). darurat 119 (EMS). Pengenalan terjadinya
Pacet merupakan kecamatan pada bagian henti jantung yang cepat dan aktivasi segera
ujung dari wilayah kabupaten Mojokerto. Jarak EMS ini dapat diajarkan kepada masyarakat
tempuh rata-rata wilayah kecamatan Pacet ke melalui program pendidikan kesehatan atau
rumah sakit yang menyediakan alat defibrilasi sejenisnya (Suharsono dan Kartikawati, 2009).
dan obat-obatan untuk kondisi korban henti
jantung sekitar 40 menit. Kondisi tersebut
apabila korban henti jantung dilarikan menuju
rumah sakit tanpa bantuan intervensi dari
masyarakat awam akan dapat menurunkan
kemampuan bertahan. upaya pelatihan tentang
tatacara melakukan BHD sendiri belum pernah
dilakukan kepada masyarakat awam. Sejauh ini
kader hanya dibekali tentang upaya promosi
kesehatan non emergensi terutama terkait
dengan kesehatan ibu, bayi dan balita.
Pelatihan terkait penanganan kondisi gawat
darurat bisa dikatakan tidak ada. Gambar 1. Chain of Survival pasien henti
Tujuan yang akan dicapai dalam pelatihan jantung di luar rumah sakit
bantuan hidup dasar (BHD) kepada kader (AHA 2015)
kesehatan ini adalah terciptanya tenaga awam
yang mampu mengenali kondisi henti jantung Menurut Sasson et al., (2013) ada empat
yang terjadi di masyarakat sekitar dan langkah penting yang dilakukan bystander
melakukan upaya CPR sedini mungkin serta CPR sebagai bagian dari respon tanggap
upaya rujukan yang cepat dan tepat. Target darurat masyarakat (Gambar 1). Pertama,
dalam kegiatan ini adalah peningkatan penolong harus menyadari bahwa korban
pemahaman dan ketrampilan kader kesehatan membutuhkan bantuan. Early recognition yang
dalam upaya pemberian BHD kepada korban dilakukan oleh penolong atau bystander adalah
henti jantung. menyadari bahwa korban telah mengalami
serangan henti jantung, atau secara
sederhananya mengenali bahwa korban
2. KAJIAN LITERATUR DAN membutuhkan bantuan dari Emergency
PEGEMBANGAN HIPOTESIS Medical Services (EMS). Kedua, penolong
Out of Hospital Cardiac arrest (OHCA) dengan segera harus memanggil 119 (atau
didefinisikan sebagai terhentinya aktivitas nomor akses EMS setempat). ketiga, panggilan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 328

tersebut akan dialihkan ke dispatcher, yang


harus mengidentifikasi bahwa serangan henti Upaya peningkatan pengetahuan dan
jantung memang telah terjadi pada korban dan keterampilan masyarakat dalam memberikan
akan memproses respon EMS yang sesuai. bantuan hidup dasarsudah pernah diteliti
Operator atau dispatcher akan menyediakan Nurcahyati dkk (2006). Penelitian tersebut
instruksi CPR yang memandu penolong untuk bertujuan untuk mengetahui keefektifan
melakukan CPR. Untuk selanjutnya, penolong penerapan ipteks dalam peningkatan
akan memulai dan terus melakukan CPR pada pengetahuan dan keterampilan dalam
korban OHCA sampai bantuan datang. pemberian bantuan hidup dasar pada keadaan
gawat darurat masyarakat nelayan di
kabupaten Cilacap. Hasil penelitian tersebut
terjadi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan tentang pemberian bantuan hidup
dasar pada keaadaan gawat darurat masyarakat
nelayan di kelurahan Cilacap.

3. METODE PENGABDIAN
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Petak
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto dalam
Gambar 2. Empat langkah utama waktu 250 menit per hari selama 5 hari pada
pelaksanaan CPR oleh
tanggal 10 – 14 Oktober 2017 dengan jumlah
bystander (Sasson et al. 2013)
peserta kader kesehatan sebanyak 57 orang.
Dalam pelaksanaan program pelatihan
Kompresi/penekanan pada dada akan
bantuan hidup dasar ini, tim telah
menekan jantung yang ada di antara tulang
melakukan penyusunan rencana metode yang
dada (sternum) dengan tulang belakang
akan dilakukan selama proses awal sosialisasi
(vertebrae) sehingga membantu mengalirkan
dan rencana selama kegiatan berlangsung.
darah dan mengirimkan oksigen menuju organ
Adapun dalam sosialisasi awal, tim terlebih
- organ vital, terutama otak, jantung, dan ginjal.
dahulu mengundang perangkat Desa Petak
Metode CPR dapat mengirimkan 1/3 dari
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto guna
jumlah darah normal ke otak, oleh karena itu
mensosialisasikan kegiatan yang akan
CPR harus segera dimulai untuk menolong
dilangsungkan. Dalam sosialisasi awal, tim
korban henti jantung. Jika CPR dilakukan
memiliki tujuan agar didapatkan kesepahaman
segera dan berkualitas tinggi (high quality
dengan perangkat desa tentang tujuan dan
CPR), fungsi jantung dapat kembali dan
manfaat dari diadakannya kegiatan pelatihan ini.
sirkulasi dapat dipertahankan sampai tiba di RS
Setelah itu baru diadakan sosialisasi terhadap
atau petugas medis mengambil alih (Kleinman
kader kesehatan yang akan terlibat langsung
et al. 2015). Secara garis besar AHA (2015),
sebagai peserta dalam kegiatan pelatihan ini.
dalam panduan terbarunya menyebutkan
Kegiatan pelatihan menggunakan Metode
beberapa point dalam pelaksanaan CPR
Training of Trainner (TOT) dengan cara
kualitas tinggi, diantaranya adalah:
pemberian materi melalui ceramah, kemudian
a. Melakukan kompresi dada dengan
dilanjutkan dengan praktik langsung oleh para
kecepatan 100 sampai dengan 120 kali per
kader kesehatan. Cara ini dianggap efektif
menit.
karena transfer pengetahuan yang diperoleh
b. Melakukan kompresi dada dengan
selama pelatihan akan lebih tersampaikan
kedalaman minimum 2 inci (5cm).
dengan baik jika peserta pelatihan itu sendiri
c. Memberikan kesempatan dada untuk
yang menyampaikannya dan merasa bahwa
rekoil sempurna setiap kali kompresi.
kegiatan pelatihan tersebut bermanfaat bagi
d. Meminimalkan jeda dalam kompresi.
mereka.
e. Memberikan ventilasi yang cukup (2 napas
buatan setelah 30 kompresi, setiap napas
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
buatan dilaksanakan dalam waktu 1 detik
Tingkat pengetahunan kader tentang
sampai membuat dada terangkat.
bantuan hidup dasar umumnya baik setelah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 329

dilakukan pelatihan (52,8%). Penelitian lain tingkatan kurang dan tidak ada responden yang
yang dilakukan Pergola (2009) menunjukkan mewakili tingkatan pengetahuan baik dalam
sebagian kecil masyarakat memiliki variabel ini. Perbedaan yang terjadi pada hasil
pengetahuan yang cukup tentang bantuan penelitian dikarenakan penelitian yang
hidup dasar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hutapea. Elda Lunera (2012)
dilakukan oleh Rajapakse, Noc, & Kersnik belum menggunakan rekomendasi ANA 2010,
(2010) pengetahuan tentang keterampilan sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
resusitasi pada umumnya rendah. Perbedaan telah menggunakannya. Pedoman AHA (2010)
hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan mengatur ulang langkah RJP dari “A-B-C”
dua penelitian sebelumnya terjadi karena menjadi “C-A-B”, sehingga memungkinkan
perbedaan kuesioner yang digunakan, pada dua setiap penolong memulai kompresi dada
penelitian terdahulu belum didasarkan sesegera mungkin. Dengan perubahan urutan
rekomendasi American Heart Assocation ke CAB, kompresi dada akan dimulai lebih
2010. cepat dan penundaan karena ventilasi menjadi
Selama beberapa tahun, CPR berkembang minimal. Kecepatan kompresi dada 100
dari teknik yang hanya dilakukan oleh dokter x/menit dengan kedalaman kompresi dada
dan tenaga kesehatan. Sekarang teknik menjadi 2 inchi (5 cm) (American Heart
penyelamatan nyawa ini cukup mudah untuk Associaton, 2010).
dipelajari oleh siapapun. Bagaimanapun Hasil menunjukkan tingkat pengetahuan
penelitian menunjukkan beberapa faktor yang kader tentang saat yang tepat untuk
membatasi bystander untuk melakukannya, menghentikan RJP. Didapatkan hasil bahwa
meliputi ketakutan bahwa mereka akan memiliki pengetahuan baik sebanyak 37,4%,
melakukan CPR yang salah, ketakutan tentang cukup sebanyak 27,2%, dan kurang sebanyak
kewajiban hukum, dan ketakutan akan infeksi 35,4%, artinya kader mengetahui saat kapan
ketika melakukan mouth-to-mouth (American saja bantuan hidup dasar dapat dihentikan.
Heart Assocation, 2010). Menurut American Red Cross (2011) lakukan
Rekomendasi sesuai 2010 AHA CPR secara terus menerus, jangan berhenti
Guidelines for CPR & ECC (Emergency melakukan CPR kecuali terdapat salah satu
Cardiovascuar Care) berlanjut menjadi lebih dari beberapa situasi diantaranya menemukan
mudah bagi penyelamat misalnya urutan A-B- tanda-tanda kehidupan misalnya bernapas,
C dirubah menjadi C-A-B, hal ini terdapat AED yang siap digunakan, ada
memungkinkan kompresi dada dapat penyelamat terlatih atau tim EMS telah tiba,
dilakukan lebih dini, selain itu “look, listen, penolong kelelahan, dan situasi yang tidak
and feel” dihilangkan dari algoritme, dan aman untuk dilakukan CPR.
masyarakat awam tidak diwajibkan Ada beberapa alasan kuat bagi penolong
memberikan ventilasi bagi korban, sehingga untuk menghentikan RJP antara lain penolong
lebih banyak masyarakat dapat beraksi ketika sudah melakukan bantuan secara optimal
terjadi kegawatdaruratan. Berdasarkan uraian mengalami kelelahan atau jika petugas medis
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah tiba di tempat kejadian, penderita yang
rekomendasi American Heart Assocation 2010 tidak berespon setelah dilakukan bantuan
tentang hands-only CPR for bystander dirasa hidup jantung lanjutan minimal 20 menit serta
lebih mudah dipelajari bagi masyarakat. adanya tanda-tanda kematian pasti.
Mayoritas kader memiliki pengetahuan
baik tentang teknik kompresi yakni sebanyak 5. KESIMPULAN
24 orang (42,3%). Sejalan dengan hasil Tingkat pengetahuan masyarakat tentang
penelitian ini, sebanyak 66% siswa mengetahui tahapan-tahapan BHD dijabarkan melalui
dengan benar rasio kompresi-ventilasi selama beberapa bahasan antara lain, masyarakat
CPR yakni sebanyak 30:2 (Aaberg. Anne memiliki pengetahuan yang baik tentang
Marie Roust et al, 2014). Berbeda dengan definisi BHD yakni sebesar 74,8%, masyarakat
penelitian yang dilakukan oleh Hutapea. Elda memiliki pengetahuan yang baik tentang teori
Lunera (2012) hasil penelitian danger sebesar 72,4%, masyarakat memiliki
menggambarkan bahwa 69,6% atau 32 pengetahuan yang baik tentang teori meminta
responden memiliki pengetahuan dalam bantuan (call for help) sebesar 75,2%,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 330

pengetahuan masyarakat baik tentang teknik 7. Proclemer, A. et al., 2012. Current


kompresi (CPR only) yakni sebesar 42,3%, dan practice in out-of-hospital cardiac arrest
memiliki pengetahuan yang baik tentang teori management: a European heart rhythm
“saat yang tepat untuk menghentikan RJP” association EP network survey.
yakni sebesar 37,4%. Keberhasilan kegiatan ini Europace : European pacing,
diharapkan dapat menjadi panduan bagi arrhythmias, and cardiac
puskesmas dalam upaya peningkatan electrophysiology : journal of the working
pemahaman dan ketrampilan kader kesehatan groups on cardiac pacing, arrhythmias,
dalam pemberian BHD kepada korban henti and cardiac cellular electrophysiology of
jantung serta tersedianya media edukasi untuk the European Society of Cardiology,
masyarakat umum tentang upaya BHD. 14(8), pp.1195–8. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22
REFERENSI 832576 [Accessed February 15, 2016].
1. AHA, 2015. Hightlights of the 2015 8. Sasson, C. et al., 2013. Provision in
American Heart Association Guidelines Communities With Low Bystander
Update for CPR and ECC, Texas. Cardiopulmonary Resuscitation Rates.
2. Berg, R. a et al., 2010. Part 5: adult basic Circulation, pp.1–10.
life support: 2010 American Heart 9. Wibrandt, I. et al., 2015. Predictors for
Association Guidelines for outcome among cardiac arrest patients:
Cardiopulmonary Resuscitation and the importance of initial cardiac arrest
Emergency Cardiovascular Care. rhythm versus time to return of
Circulation, 122(18 Suppl 3), pp.S685– spontaneous circulation, a retrospective
705. Available at: cohort study. BMC emergency medicine,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20 15, p.3. Available at:
956221 [Accessed February 15, 2016]. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articl
3. Hock, M.O.E., Pin, P.P. & Alhoda, M., erender.fcgi?artid=4320834&tool=pmcen
2014. Pan-Asian Network Promotes trez&rendertype=abstract [Accessed
Regional Cardiac Arrest Research. March 15, 2016].
Emergency Physician International
Journal.
4. Kleinman, M.E. et al., 2015. Part 5: Adult
Basic Life Support and Cardiopulmonary
Resuscitation Quality. Circulation,
132(18 suppl 2), pp.S414–S435.
Available at:
http://circ.ahajournals.org/lookup/doi/10.
1161/CIR.0000000000000259 [Accessed
October 16, 2015].
5. Lenjani, B. et al., 2014. Cardiac arrest –
cardiopulmonary resuscitation. Journal of
Acute Disease, 3(1), pp.31–35. Available
at:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii
/S222161891460007X [Accessed
February 15, 2016].
6. Pitt, E. & Pusponegoro, a, 2005.
Prehospital care in Indonesia. Emergency
medicine journal : EMJ, 22(2), pp.144–7.
Available at:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articl
erender.fcgi?artid=1726665&tool=pmcen
trez&rendertype=abstract [Accessed
March 7, 2016].
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 331

IMPLEMENTASI SENAM YOGA TERHADAP PENINGKATAN KADAR SPO2


PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DERAJAT I
DI GRIYA WERDHA JAMBANGAN
SURABAYA
Hidayatus Sya’diyah1), Diyah Arini2), Astrida Budiarti3), Ninik Ambar Sari4), Agung Pranoto5),
Ratna Wulan6), Dedi Irawadi7), Diyan Mutyah8), Christina Hardiana Putri9)
1
Prodi d3 KeperawatanStikes Hang Tuah Surabaya
Email : mahisyah_sht@yahoo.com
2
Prodi d3 KeperawatanStikes Hang Tuah Surabaya
Email : diyaharini76@yahoo.co.id

Abstract
Background : Hypertension is blood pressure where systolic pressure ≥ 140 mmHg and diastolic
pressure ≥ 90 mmHg. The purpose of this study is to analyze the influence of yoga exercises on
increasing SpO2 levels in elderly with first degree hypertension in Griya Werdha Jambangan
Surabaya Method : The instrument uses an observation sheet and pulse oximetry. Result : The results
showed that there was a significant influence between yoga exercises on the increase of SpO2 level
in elderly with first degree hypertension Conclusion : The implication of this research is yoga
gymnastics influence on the increase SpO2 level in elderly, so hopefully hypertension patients do
yoga gymnastics to avoid complication from hypertension.
Keywords : Hypertension, Gymnastics Yoga, Oxygen Saturation.

1. PENDAHULUAN penduduk Amerika yang berusia diatas 20


Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tahun menderita hipertensi telah mencapai
terjadi peningkatan darah secara abnormal dan angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir
terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan sekitar 90 – 95% kasus tidak diketahui
tekanan darah yang disebabkan satu atau penyebabnya. Hipertensi merupakan masalah
beberapa faktor risiko yang tidak berjalan kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yaitu
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan sebesar 25,8%, hasil Riset Kesehatan Dasar
tekanan darah secara normal. Hipertensi tahun 2013, kecenderungan prevalensi
berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik hipertensi berdasarkan wawancara pada usia ≥
atau tekanan diastolik atau tekanan keduanya. 18 tahun di Indonesia, Jawa Timur berada pada
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan urutan ke-6 (Kemenkes RI, 2013). Dalam data
darah tinggi persisten dimana tekanan 10 penyakit terbanyak di Kota Surabaya bulan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan Januari – Desember 2015 menunjukkan bahwa
diastolik di atas 90 mmHg (Brunner & penyakit tekanan darah tinggi berada di posisi
Suddarth (2005, dalam Saferi, Andra & Yessie, ke 7 (Dinkes Surabaya, 2015). Hasil studi
2013 : 52)). Sampai saat ini, hipertensi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16
merupakan tantangan besar masyarakat di Oktober 2017 pukul 08.00 WIB dengan
Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan melakukan metode observasi tekanan darah
kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan dan wawancara pada lansia yang hadir di Griya
kesehatan primer. Banyak pra lansia yang Werdha Jambangan Surabaya, hasilnya
mengalami hipertensi. “Sejak sepuluh tahun terdapat 34 orang (29%) lansia yang
terakhir, penyakit hipertensi banyak teridentifikasi hipertensi dengan tekanan darah
menyerang masyarakat, terutama mereka yang rata-rata lebih dari 140/90 mmHg dari jumlah
berusia di atas 40 tahun, bahkan ada yang telah populasi 117 orang. Saat dilakukan pengkajian,
terserang mulai umur 30 tahun” (Dalimartha, lansia di Griya Werdha Jambangan Surabaya
Setiawan, et al, 2008 : 7). mengatakan bahwa rutin mengkonsumsi obat
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol hipertensi diantaranya adalah amlodipin dan
jumlahnya meningkat menjadi sekitar 1 miliar acetosol. Saat dilakukan wawancara, lansia
di seluruh dunia dalam tiga dekade terakhir. mengatakan bahwa tidak pernah tahu cara
Menurut American Heart Association (AHA), mengatasi penyakit hipertensi dengan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 332

berolahraga seperti senam yoga dan belum Ketika seseorang melakukan senam maka b-
pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh endorphin akan keluar dan ditangkap oleh
senam yoga terhadap peningkatan kadar SpO2 reseptor di dalam hypothalamus dan sistem
pada lansia dengan hipertensi derajat I di Griya limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi.
Werdha Jambangan Surabaya. Peningkatan b-endorphin terbukti
berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri,
2. KAJIAN LITERATUR peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu
Hipertensi merupakan penyebab dari makan, kemampuan seksual, tekanan darah
penyakit jantung dan stroke di seluruh dunia. dan pernafasan”. Berdasarkan latar belakang
Menurut Triyanto (2014 : 12) Tekanan darah diatas peneliti ingin melakukan penelitian
yang meningkat di dalam arteri bisa terjadi mengenai pengaruh senam yoga terhadap
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa peningkatan kadar SpO2 pada lansia dengan
lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak hipertensi derajat I di Griya Werdha
cairan pada setiap detiknya arteri besar Jambangan Surabaya. Penelitian ini penting
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku untuk dilakukan karena banyak lansia yang
sehingga mereka tidak dapat melalui arteri tidak mengetahui terapi lain selain minum obat
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung anti hipertensi.
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
dari biasanya dan menyebabkan naiknya 3. METODE PELAKSANAAN
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, KEGIATAN
dimana dinding arterinya telah menebal dan Metode penelitian yang digunakan adalah
kaku karena arteriosklerosis. Jika dibiarkan eksperimental semu atau quasi eksperiment
tidak terkontrol, hipertensi dapat menyebabkan dengan Pretest-Posttest Control Group Design
serangan jantung, pembesaran jantung dan dan Time Series Design yang dilakukan pada 2
gagal jantung. Pembuluh darah dapat kelompok subjek yaitu kontrol dan
mengembangkan tonjolan (aneurisma) dan eksperimental. Teknik sampling dalam
titik-titik lemah yang membuat mereka lebih penelitian ini menggunakan probability
mungkin untuk menyumbat dan meledak. sampling dengan pendekatan simple random
Tekanan di dalam pembuluh darah dapat sampling dengan sampel sebanyak 30 orang.
menyebabkan darah bocor keluar ke otak dan Pengumpulan data dilakukan pada
menyebabkan stroke. Hipertensi juga dapat menggunakan lembar observasi dan mengukur
menyebabkan gagal ginjal. Hipertensi bisa kadar SpO2 setiap sebelum senam yoga pada
diperparah oleh faktor lain yang meningkatkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
kemungkinan serangan jantung, stroke dan kemudian kelompok eksperimen sebanyak 15
gagal ginjal. Faktor-faktor ini termasuk orang diberikan senam yoga sedangkan
penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, kelompok kontrol sebanyak 15 orang tidak
penggunaan alkohol berbahaya, kurangnya diberikan senam yoga. Kemudian setelah
aktivitas fisik, dan paparan stres yang terus- senam yoga, kelompok eksperimen dan
menerus serta obesitas, kolesterol tinggi dan kelompok kontrol diukur kadar SpO2nya.
diabetes mellitus (WHO). Instrumen pada variabel dependen penelitian
Cara menghindari stres yang dapat ini adalah untuk pengukuran kadar SpO2 yang
diberikan untuk menciptakan suasana yang dilakukan dengan menggunakan pulse
menyenangkan bagi penderita hipertensi oximetry dan lembar observasi.
dengan metode seperti yoga atau meditasi
dimana yoga dapat mengontrol sistem saraf 3.1. Tempat dan Waktu
yang akhirnya dapat menurunkan tekanan Kegiatan senam yoga dilaksanakan di
darah (pfizerpeduli.com dalam Saferi, A dan Griya Werdha Jambangan Surabaya pada
Yessie M, 2013 : 57). Sindhu (2006, dalam tanggal 18 – 22 Oktober 2017
Triyanto, 2014 : 29) mengemukakan “senam 3.2. Tahapan dan Metode Pelaksanaan
yoga terbukti dapat meningkatkan kadar b- Kegiatan
endorphine sampai lima kali di dalam darah. Kegiatan pelaksanaan senam yoga terdiri
Semakin banyak melakukan senam maka akan atas beberapa tahapan, yaitu 1) Sosialisasi dan
semakin tinggi pula kadar b-endorphin-nya. perijinan, 2) Persiapan alat dan sarana, 3)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 333

Pengukuran SpO2 sebelum dilaksanakan responden yang diberikan senam yoga


senam yoga, 4) Melakukan gerakan senam mengalami peningkatan kadar saturasi oksigen
yoga, 5) Pengukuran SpO2 sesudah perifer (SpO2) sebanyak 1,13%.
dilaksanakan senam yoga, 6) Evaluasi hasil b. Saturasi Oksigen Perifer pada
kegiatan Kelompok Kontrol
1). Sosialisasi dan Perijinan Dari hasil pengukuran saturasi didapatkan
Sosialisasi dan perijinan merupakan hasil rata-rata kadar saturasi oksigen perifer
tahapan awal dari kegiatan. Tujuannya untuk (SpO2) dari 15 responden yang tidak diberikan
menginformasikan kepada pihak Griya senam yoga sebelum senam yoga adalah
Werdha Jambangan Surabaya, dan kelompok 96,86% (normoksemia) dan nilai rata-rata
lansia yang menjadi sasaran mengenai rencana kadar saturasi oksigen perifer (SpO2) setelah
kegiatan senam yoga. senam yoga adalah 95,86% (normoksemia).
2). Persiapan alat dan sarana Dari 15 responden yang tidak diberikan senam
Alat dan sarana yang dipersiapkan pada yoga mengalami penurunan kadar saturasi
kegiatan ini adalah pulse oximetry, lembar oksigen perifer (SpO2) sebanyak -1%.
obserasi, bolpoin, sarana menggunakan aula.
3). Pengukuran SpO2 sebelum 4. PEMBAHASAN
dilaksanakan senam yoga Kegiatan ini dirancang untuk menganalisa
Pengukuran saturasi oksigen perifer pengaruh senam yoga terhadap peningkatan
dengan menggunakan pulse oximetry kadar SpO2 pada lansia dengan hipertensi
dilakukan untuk mengetahui hasil saturasi derajat I. Sesuai dengan tujuan penelitian,
oksigen sebelum senam yoga. maka akan dibahas hal-hal sebagai berikut :
4). Melakukan Gerakan Senam yoga
Gerakan senam yoga yang pertama adalah 4.1. Kadar SpO2 Lansia Hipertensi Derajat
pemanasan, kedua adalah pernafasan oase, I pada Kelompok Eksperimen yang
ketiga adalah bidalasana, keempat adalah janu Diberikan Senam Yoga
sirsana, kelima adalah lying twist, dan yang Berdasarkan hasil pengukuran SpO2
keenam adalah nadi shodan. menunjukkan bahwa dari 15 responden pada
5). Pengukuran SpO2 setelah kelompok eksperimen didapatkan hasil empat
dilaksanakan senam yoga dari 15 responden tidak mengalami
SpO2 diukur kembali sesaat setelah peningkatan maupun penurunan dari SpO2.
senam yoga selesai dilakukan. Tujuannya Faktor yang mempengaruhi tidak terdapat
untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau peningkatan maupun penurunan kadar SpO2
penurunan kadar oksigen pada lansia dengan adalah lama hipertensi 5 - 10 tahun yang
hipertensi derajat I di Griya Werdha dialami oleh tujuh responden. Penyebab
Jambangan Surabaya terjadinya penyakit jantung dan pembuluh
6). Evaluasi Hasil Kegiatan darah pada lansia karena umumnya organ
Evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan jantung mengalami penurunan kekuatan otot
ini meliputi tiga hal, yaitu kehadiran dan dan berkurangnya elastisitas jantung serta
keaktifan anggota kelompok, perubahan hasil pembuluh darah. Hal inilah yang menyebabkan
saturasi oksigen pada lansia yang diberikan tekanan darah tinggi atau hipertensi pada lansia
maupun yang tidak diberikan senam yoga. (Gray et al., (2005, dalam Eka, 2015 : 5)).
Peneliti berasumsi bahwa lansia yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN mengalami hipertensi mengalami penurunan
a. Saturasi Oksigen Perifer pada fungsi pembuluh darah, jantung, serta fungsi
Kelompok Eksperimen tubuh yang lainnya. Hipertensi yang sudah
Dari hasil pengukuran saturasi oksigen lama mengakibatkan pembuluh darah
perifer didapatkan hasil rata-rata kadar saturasi menyempit karena terjadi sumbatan lemak
oksigen perifer (SpO2) dari 15 responden (arteriosklerosis) maka ketika oksigen
sebelum senam yoga adalah 97,33% ditranspor ke pembuluh darah mengalami
(normoksemia) dan nilai rata-rata kadar kesulitan karena terhambat oleh lemak atau
saturasi oksigen perifer (SpO2) setelah senam plak yang menempel pada dinding pembuluh
yoga adalah 98,46% (normoksemia). Dari 15 darah.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 334

Berdasarkan hasil pengukuran SpO2 peningkatan kadar SpO2 pada responden yang
menunjukkan bahwa dari 15 responden pada rajin berolahraga minimal 1x/minggu.
kelompok eksperimen didapatkan hasil empat Berdasarkan hasil pengukuran SpO2
dari 15 responden mengalami peningkatan menunjukkan bahwa dari 15 responden pada
kadar SpO2 sebanyak 1%. Faktor yang kelompok eksperimen didapatkan hasil tiga
mempengaruhi peningkatan kadar SpO2 adalah dari 15 responden mengalami peningkatan
berat badan berlebih dan kebiasaan tidak kadar SpO2 sebanyak 3%. Faktor yang
berolahraga. Berat badan yang berlebih mempengaruhi peningkatan kadar SpO2 adalah
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, rajin berolahraga, tidak makan asin, tidak
salah satunya adalah pembuluh darah. Menurut obesitas, dan jenis pekerjaannya ringan. Jenis
Suhadak (2010, dalam Kiki, 2013 : 112) pekerjaan menentukan terjadinya stres pada
mengatakan bahwa faktor risiko yang dapat seseorang. Menurut Yenni (2013 : 25) stres
dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang merupakan masalah yang memicu terjadinya
olahraga atau aktivitas, merokok, minum kopi, hipertensi dimana hubungan antara stres
sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
alkoholisme, stres, pekerjaan, pendidikan, dan saraf simpatis peningkatan saraf dapat
pola makan. Peneliti berasumsi bahwa berat menaikkan tekanan darah secara intermitten
badan berlebih menyebabkan oksigen yang (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan
masuk ke dalam tubuh berkurang karena dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
pembuluh darah yang menyerap oksigen tinggi. Peneliti berasumsi bahwa keadaan
terhambat oleh plak yang menempel di dinding psikologi bisa menyebabkan hipertensi karena
pembuluh darah. Kemudian tubuh menegangkan saraf di otak. Pada penelitian ini
berkompensasi untuk tetap memenuhi responden mengalami peningkatan kadar SpO2
kebutuhan oksigenasi dengan peningkatan pada lansia dengan hipertensi derajat I
beban kerja jantung. Sehingga terjadi sebanyak 3%. Responden tidak mengalami
peningkatan kadar SpO2 sebanyak 1% pada stres karena jenis pekerjaannya ringan.
lansia yang benar - benar serius mengikuti Kemudian responden juga aktif dalam kegiatan
senam yoga dengan baik. di bidang olahraga setiap minggunya, dan
Berdasarkan hasil pengukuran SpO2 pantang makan asin. Saat melakukan senam
menunjukkan bahwa dari 15 responden pada yoga, responden sangat aktif dan antusias
kelompok eksperimen didapatkan hasil dua dalam mengikuti senam selama 3 kali dalam
dari 15 responden mengalami peningkatan satu minggu.
kadar SpO2 sebanyak 2%. Faktor yang Secara umum hasil penelitian didapatkan
mempengaruhi peningkatan kadar SpO2 adalah bahwa kelompok eksperimen sebelum
olahraga. Menurut Annisa (2017 : 7) diberikan senam yoga memiliki rata-rata kadar
komponen kebugaran fisik salah satunya SpO2 sebesar 97,33% (normoksemia) dan rata-
adalah untuk daya tahan jantung – paru rata kadar SpO2 sesudah diberikan senam yoga
(cardiorespiratory endurance) yaitu sebesar 98,46% (normoksemia). Dari data
kemampuan paru-paru untuk proses pertukaran tersebut, maka didapatkan 15 orang responden
gas serta kemampuan jantung dan pembuluh pada kelompok eksperimen mengalami
darah untuk mengedarkan darah ke seluruh peningkatan kadar SpO2 rata-rata sebesar
tubuh. Peneliti berasumsi bahwa olahraga 1,13%.
dilakukan untuk kesehatan tubuh, salah 4.2. Kadar SpO2 Lansia Hipertensi Derajat
satunya adalah untuk jantung dan paru – paru. I pada Kelompok Kontrol yang Tidak
Kedua organ ini fungsinya saling berkaitan, Diberikan Senam Yoga
paru-paru sebagai tempat bertukar masuknya Berdasarkan hasil pengukuran SpO2
oksigen dengan karbon dioksida sedangkan menunjukkan bahwa dari 15 responden pada
jantung sebagai penyalur oksigen untuk kelompok kontrol didapatkan hasil tiga dari 15
disebarkan ke seluruh tubuh lewat darah. responden tidak mengalami peningkatan
Sehingga responden yang banyak melakukan maupun penurunan dari SpO2. Faktor yang
olahraga maka kadar oksigen di dalam tubuh mempengaruhi kadar SpO2 tidak ada
akan meningkat. Pada penelitian ini terjadi perubahan adalah pekerjaan fisik yang berat.
Pada kerja fisik berat, pemakaian oksigen dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 335

pembentukan karbon dioksida dapat Sebelum melakukan olahraga hendaknya tahu


meningkat sampai 20 kali lipat (Guyton, 2014 jenis olahraga apa yang akan dilakukan,
: 546). Peneliti berasumsi bahwa seseorang sehingga dapat menyesuaikan dengan keadaan
yang melakukan pekerjaan berat tentunya tubuh. Meskipun tanpa senam yoga, kadar
mengalami kompensasi tubuh untuk bernafas saturasi oksigen dapat meningkat karena
sehingga respiration rate meningkat. Pada saat adanya kebiasaan olahraga.
penelitian, pengukuran kadar SpO2 saat pre test Berdasarkan hasil pengukuran SpO2
dan post test hasilnya tidak ada perubahan pada menunjukkan bahwa dari 15 responden pada
hasil kadar SpO2. Karena pada pagi harinya kelompok kontrol didapatkan hasil satu dari 15
mereka bekerja dengan keras, sehingga mereka responden mengalami penurunan kadar SpO2
merasa kelelahan. sebanyak 5%. Faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan hasil pengukuran SpO2 peningkatan kadar SpO2 adalah jenis
menunjukkan bahwa dari 15 responden pada pekerjaan. Menurut Ariani (2000, dalam Kiki,
kelompok kontrol didapatkan hasil satu dari 15 2013 : 116) stres merupakan suatu pengaruh
responden mengalami peningkatan kadar SpO2 kekuatan yang cukup besar terhadap suatu
sebanyak 1%. Faktor yang mempengaruhi objek atau sistem, baik untuk merusak atau
peningkatan kadar SpO2 adalah kebiasaan merubah bentuknya. Stres berkaitan dengan
berolahraga. Manfaat olahraga pada lansia adanya perubahan yang meliputi perubahan
antara lain dapat memperpanjang usia, fisiologi, kondisi psikologi, maupun tekanan
menyehatkan jantung, otot, dan tulang, lingkungan. Peneliti berasumsi bahwa
membuat lansia lebih mandiri, mencegah seseorang yang tidak mempunyai beban
obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, pikiran berat maka resiko untuk mempunyai
dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih tekanan darah tinggi semakin minimal,
tinggi (Rachmah, 2010 : 4). Peneliti berasumsi sehingga oksigen yang dihirup melalui hidung
bahwa pra lansia yang rajin melakukan lebih cepat masuk ke dalam darah apabila
olahraga maka dapat memperlancar oksigen dalam kondisi rileks tanpa melakukan senam
untuk masuk ke dalam tubuh, membakar lemak yoga.
yang ada di tubuh, serta menyegarkan tubuh. Berdasarkan hasil pengukuran SpO2
Pada saat penelitian, responden sebanyak menunjukkan bahwa dari 15 responden pada
orang mengatakan bahwa setiap pagi pukul kelompok kontrol didapatkan hasil dua dari 15
05.00 WIB selalu rutin lari pagi. Sehingga saat responden mengalami penurunan kadar SpO2
penelitian, hasilnya ada peningkatan padahal sebanyak 2%. Faktor yang mempengaruhi
tanpa diberikan senam yoga. penurunan kadar SpO2 adalah pendidikan.
Berdasarkan hasil pengukuran SpO2 Secara teoritis pendidikan formal akan sangat
menunjukkan bahwa dari 15 responden pada mempengaruhi pengetahuan seseorang
kelompok kontrol didapatkan hasil satu dari 15 sehingga apabila seseorang mempunyai
responden mengalami peningkatan kadar SpO2 pendidikan formal tinggi akan mempunyai
sebanyak 3%. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang lebih tinggi dibanding
peningkatan kadar SpO2 adalah olahraga. dengan seseorang yang berpendidikan rendah
Aktivitas fisik yang bermanfaat untuk (Feldstein (1999, dalam Rizky, 2017 : 8 - 9)).
kesehatan lansia sebaiknya memenuhi kriteria Peneliti berasumsi bahwa seseorang yang
FITT (frequency, intensity, time, type). memiliki pendidikan tinggi maka akan
Frekuensi adalah seberapa sering aktivitas semakin mudah menyerap ilmu baru yang
dilakukan, berapa hari dalam satu minggu. diberikan orang lain, serta dapat menyaring
Intensitas adalah seberapa keras suatu aktivitas atau memilah informasi dengan baik.
dilakukan. Biasanya diklasifikasikan menjadi Responden sebanyak dua orang memiliki
intensitas rendah, sedang, dan tinggi. Waktu pendidikan tingkat SD, sehingga kurang
mengacu pada durasi, seberapa lama suatu memperhatikan ilmu baru tentang senam yoga
aktivitas dilakukan dalam satu pertemuan, yang disampaikan oleh orang lain.
sedangkan jenis aktivitas adalah jenis-jenis Berdasarkan hasil pengukuran SpO2
aktivitas fisik yang dilakukan (Rachmah, 2010 menunjukkan bahwa dari 15 responden pada
: 4). Peneliti berasumsi bahwa olahraga penting kelompok kontrol didapatkan hasil tiga dari 15
untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. responden mengalami penurunan kadar SpO2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 336

sebanyak 3%. Faktor yang mempengaruhi 4.3. Analisis Pengaruh Senam Yoga
penurunan kadar SpO2 adalah berat badan. terhadap Peningkatan Kadar SPO2
Menurut Barnard (2002, dalam Kiki, 2013 : pada Lansia Hipertensi Derajat I
117) mengatakan bahwa kebanyakan lansia Hasil ini sesuai dengan penelitian
mengonsumsi gula untuk membuat teh atau sebelumnya yang dilakukan oleh Simanjutak
makan lain. Gula tersebut jika dikonsumsi dkk, (2016 : 22) dengan judul “Pengaruh
berlebih dapat meningkatkan berat badan. Latihan Fisik Akut Terhadap Saturasi Oksigen
Kelebihan berat badan memberikan pengaruh Pada Pemain Basket Mahasiswa Fakultas
buruk pada tekanan darah. Peneliti berasumsi Kedokteran Unsrat” mengatakan bahwa nilai
bahwa gula berpengaruh pada sistem peredaran saturasi oksigen meningkat sesudah diberikan
darah. Apabila terlalu banyak gula di dalam latihan fisik. Hal ini dimungkinkan karena 4
tubuh, maka oksigen tidak akan bisa masuk ke menit setelah latihan fisik dimulai akan terjadi
pembuluh darah dan berikatan dengan darah peningkatan ambilan oksigen oleh paru – paru
secara maksimal karena pada darah terjadi sebesar 15 kali dari normalnya dan menurun
pengentalan (viskositas). Pada saat penelitian, sedikit demi sedikit sampai 40 menit setelah
responden mengatakan mengontrol latihan fisik. Selain itu akan terjadi
penggunaan gula setiap harinya untuk menjaga peningkatan aliran darah sampai 25 kali lipat
berat badan tubuh yang ideal. selama latihan. Dengan meningkatnya ventilasi
Berdasarkan hasil pengukuran SpO2 dan aliran darah, akan semakin banyak oksigen
menunjukkan bahwa dari 15 responden pada yang berdifusi ke kapiler paru dan berikatan
kelompok kontrol didapatkan hasil satu dari 15 dengan hemoglobin. Berdasarkan hal tersebut
responden mengalami penurunan kadar SpO2 di atas, maka tubuh dapat mempertahankan
sebanyak 4%. Faktor yang mempengaruhi kadar oksigen dalam darah agar tidak menurun
penurunan kadar SpO2 adalah berat badan. selama latihan fisik, dan nilai saturasi oksigen
Status gizi menjadi salah satu faktor yang dapat setelah latihan fisik akan tetap atau mengalami
mempengaruhi tekanan darah karena seseorang peningkatan. Hasil penelitian yang dilakukan,
yang memiliki berat badan berlebih cenderung didapatkan bahwa terdapat peningkatan niai
mempunyai tekanan darah tinggi daripada saturasi oksigen yang signifikan dengan nilai ρ
mereka yang kurus. Hal ini disebabkan karena = 0,041 setelah melakukan latihan fisik akut.
semakin besar massa tubuh seseorang maka Pada penelitian sebelumnya yang
semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk dilakukan oleh Mahardika dkk, (2016 : 77)
menyampaikan oksigen dan zat gizi ke dalam dengan judul “Pengaruh Minuman Berkadar
jaringan tubuh sehingga volume darah di Oksigen Tinggi Terhadap Saturasi Oksigen
pembuluh darah bertambah yang memberikan Pada Olahraga Lari” mengatakan bahwa
tekanan yang lebih besar pada dinding aktivitas fisik adalah segala gerakan tubuh
pembuluh darah arteri yang memgakibatkan yang berasal dari otot rangka yang
tekanan darah tinggi (Palmer dan William membutuhkan pengeluaran energi. Pentingnya
(2007 dalam Nina, 2016 : 3)). Peneliti fungsi hemoglobin pada tubuh manusia dan
berasumsi bahwa berat badan yang ideal pentingnya seseorang melakukan aktivitas
membantu jantung untuk tidak bekerja lebih fisik secara tertatur merupakan dua hal yang
berat, sehingga kebutuhan oksigen yang saling berhubungan. Hubungan antara aktivitas
diperlukan tubuh tidak bertambah. Pada saat fisik yang dilakukan seseorang terhadap kadar
penelitian, responden mengatakan rajin hemoglobin dalam suatu penelitian bahwa saat
menjaga tubuhnya terutama berat badan. seseorang melakukan aktivitas fisik, seperti
Secara umum hasil penelitian didapatkan berolahraga, terjadi peningkatan aktivitas
bahwa kelompok kontrol sebelum diberikan metabolik yang tinggi, asam yang diproduksi
senam yoga memiliki rata-rata kadar SpO2 (ion hidrogen, asam laktat) pun semakin
sebesar 96,86% (normoksemia) dan rata-rata banyak sehingga mengakibatkan terjadinya
kadar SpO2 sesudah diberikan senam yoga penurunan pH. pH yang rendah akan
sebesar 95,86% (normoksemia). Dari data mengurangi daya tarik antara oksigen dan
tersebut, maka didapatkan 15 orang responden hemoglobin. Hal ini menyebabkan hemoglobin
pada kelompok kontrol mengalami penurunan melepaskan lebih banyak oksigen sehingga
kadar SpO2 rata-rata sebesar 1%. meningkatkan pengiriman oksigen ke otot.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 337

Menurut penelitian Putu (2009, dalam minggu mengalami penurunan kadar saturasi
Triyanto, 2014 : 28) senam yoga dengan teratur oksigen perifer rata-rata 1% dengan saturasi
selama 30 - 45 menit dan dilakukan 3 - 4 kali oksigen sebelum senam yoga rata-rata 96,86%
seminggu terbukti lebih efektif menurunkan dan sesudah senam yoga rata-rata 95,86%
tekanan darah (tekanan darah sistolik turun 4 - (normoksemia).
8 mmHg). Viklund (2010, dalam Eva, 2013 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara
11) Selain itu, senam yoga dapat melancarkan kelompok eksperimen yang diberikan senam
aliran oksigen di dalam tubuh sehingga tubuh yoga dan kelompok kontrol yang tidak
pun sehat. Senam yoga merupakan intervensi diberikan senam yoga di Griya Werdha
holistik yang menggabungkan postur tubuh Jambangan Surabaya.
(asanas), teknik pernapasan (pranayamas) dan
meditasi. Olahraga mempunyai multi manfaat REFERENSI
antara lain manfaat fisik (meningkatkan 1. Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan
komponen kebugaran), manfaat psikis (lebih Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep,
tahan terhadap stres, lebih mampu Proses dan Praktik Keperawatan,
berkonsentrasi), dan manfaat sosial Yogyakarta : Graha Ilmu
(menambah percaya diri dan sarana 2. Arum, Nina. (2016). Hubungan Asupan
berinteraksi). Senam ini memberikan manfaat Lemak, Asupan Natrium Dan Status Gizi
bagi kesehatan tubuh, kekuatan maupun Dengan Tekanan Darah Sistolik Pada
vitalitas. Senam yoga juga bisa Wanita Pralansia Di Pos Kesehatan
menyeimbangkan tubuh dan fikiran. Yoga Pralansia Kelurahan Bojongbata
mengurangi kecemasan, membuat merasa Kecamatan Pemalang Kabupaten
sehat, dan dapat meningkatkan kualitas hidup Pemalang, Fakultas Ilmu Kesehatan
secara umum (Garnadi, 2012 : 116). Peneliti Universitas Muhammadiyah Surabaya :
berasumsi bahwa senam yoga menggunakan Skripsi dipublikasikan
teknik pernapasan, meditasi dan postur tubuh 3. Ary, Saputri. (2017). Faktor-Faktor Yang
sehingga oksigen yang masuk lebih banyak ke Mendukung Pemilihan Puskesmas Baki
dalam tubuh karena senam ini sifatnya tenang. Sukoharjo Sebagai Layanan Kesehatan
Apabila oksigen banyak yang masuk ke dalam Bagi Penderita Hipertensi, Fakultas Ilmu
tubuh, maka darah bisa mengambil oksigen Kesehatan Universitas Muhammadiyah
untuk terikat dengan hemoglobin kemudian Surakarta : Skripsi dipublikasikan
melakukan proses pertukaran darah dengan 4. Bahkruddinsyah, Rama. (2016). Makna
gas. Hidup dan Arti Kebahagiaan pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian ini maka di Panti Werdha Nirwana Puri Samarinda,
dapat disimpulkan bahwa kelompok eJournal Psikologi, Volume 4, Nomor 4.
eksperimen mengalami peningkatan kadar Samarinda : Universitas Mulawarman
SpO2 yang didapatkan dari hasil pengukuran 5. Dalimartha, S, Basuri T. Purnama, Nora
pre post menggunakan pulse oximetry. Sutarina, B. Mahendra dan Rahmat
Kelompok kontrol mengalami penurunan Darmawan. (2008). Care Your Self,
kadar SpO2 yang didapatkan dari hasil Hipertensi, Jakarta : Penebar Plus
pengukuran pre post menggunakan pulse 6. Departemen Kesehatan. (2015). Kategori
oximetry. Umur. Jakarta : Departemen Kesehatan
7. Dinas Kesehatan. (2015). 10 Penyakit
5. KESIMPULAN Terbanyak,
Pada kelompok eksperimen lansia yang http://dinkes.surabaya.go.id/portal/profi
diberikan senam yoga selama 3 kali dalam 1 l/dkk-dalam-angka/statistik-10-penyakit-
minggu mengalami peningkatan kadar saturasi terbanyak/ diakses tanggal 8 Desember
oksigen perifer rata-rata 1,13% dengan saturasi 2016 jam 19.00 WIB
oksigen sebelum senam yoga rata-rata 97,33% 8. Djojodibroto, Darmanto. (2007).
dan sesudah senam yoga rata-rata 98,46% Respirologi (Respiratory Medicine),
(normoksemia). Jakarta : EGC
Pada kelompok kontrol lansia yang tidak 9. Eva, Wahyu. (2013). Perbedaan Tingkat
diberikan senam yoga selama 3 kali dalam 1 Stres pada Lansia Sebelum dan Setelah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 338

Diberikan Senam Yoga di Unit Usia, Denpasar : Bagian Penyakit Dalam


Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo FK. Unud, RSUP Sanglah Denpasar
Ungaran, Semarang : STIKES Ngudi 22. Lalvani, Vimla. (2004). Dasar-Dasar
Waluyo Ungaran Yoga. Erlangga
10. Fajri, Yenni. (2013). Hubungan 23. Laksmi, Rachmah. (2010). Aktivitas Fisik
Pengetahuan Dan Kepercayaan Dengan Pada Lanjut Usia. Universitas Negeri
Penggunaan Obat Pada Penderita Yogyakarta : Yogyakarta
Hipertensi Di Daerah Laminga 24. Manurung, Nixson. (2016). Aplikasi
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory,
Besar, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’ Jakarta Timur : CV. Trans Info Media
Budiyah Banda Aceh : Karya Tulis Ilmiah 25. Mellisa, Kiki. (2013). Hubungan Antara
dipublikasikan Perilaku Olahraga, Stress, Dan Pola
11. Fitrian, Idial. (2015). Pengaruh Latihan Makan Dengan Tingkat Hipertensi Pada
Aerobik Terhadap Nilai Saturasi Oksigen Lanjut Usia Di Posyandu Lansia
Dalam Tubuh Pada Pemain Futsal Di Kelurahan Gebang Putih Kecamatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes,
Surakarta : Naskah Publikasi Volume 1. No 2 Desember 2013.
12. Ganong, William. (2005). Buku Ajar 26. M. Black, Joyce dan Jane Hokanson
Fisiologi Kedokteran, Edisi 22, Jakarta : Hawks. (2014). Buku Keperawatan
EGC Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
13. Garnadi, Yudi. (2012). Hidup Nyaman Hasil yang Diharapkan, Edisi 8 Buku ke
dengan Hipertensi, Jakarta : AgroMedia 3, Singapura : Elsevier
Pustaka 27. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian
14. Haryati, Mohammad Bakhriansyah, dan Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba
Athira Sukmawati. (2013). Hubungan Medika
Antara Saturasi Oksigen dan Kadar 28. Ovianasari, Anis. (2015). Pengaruh
Hemoglobin pada Pasien Penyakit Paru Latihan Yoga Terhadap Tekanan Darah
Obstruksi Kronis Di RSUD Ulin Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Banjarmasin, Majalah Kedokteran Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman
Respirasi Volume 4 Nomor 1, Maret 2013. Yogyakarta, Yogyakarta : Sekolah Tinggi
Surabaya : Departemen Ilmu Penyakit Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta
Paru FK Unair/RSUD Dr.Soetomo 29. Palmer, Anna dan Bryan Williams.
15. Hall, John. (2014). Guyton dan Hall Buku (2007). Simple Guide Tekanan Darah
Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi Tinggi, Jakarta : Erlangga
Keduabelas, Singapura : Elsevier 30. Potter, P dan Perry, A. (1999).
16. Ikawati, Zullies. (2009). Anatomi dan Fundamental Keperawatan : Konsep,
Fisiologi Saluran Pernafasan,Yogyakarta Proses, dan Praktik, Volume 1, Edisi 4,
: UGM Jakarta : EGC
17. Ikawati, Zullies. (2016). Penatalaksanaan 31. Potter, P dan Perry, A. (2010).
Terapi Penyakit Sistem Pernapasan, Edisi Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku
1, Yogyakarta : Bursa Ilmu 2, Jakarta : Salemba Medika
18. Iqbal, W, Bambang Adi, Khoirul Rozikin, 32. Puskesmas Kenjeran Surabaya. (2016).
dan Siti Patonah. (2006). Ilmu Laporan LB1, Surabaya : Laporan tidak
Keperawatan Komunitas 2, Jakarta : CV. dipublikasikan
SAGUNG SETO 33. Ria, Dewi. (2016). Mekanisme
19. Kaminoff, Leslie. (2007). The Wonder of Pertukaran Gas, Magetan : Galerimageti
Yoga. New York : OPUS 34. Saferi, A dan Yessie M. (2013).
20. Khair, Masykur. (2016). Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah
Dasar, Teori-Teori Kebutuhan Dasar (Keperawatan Dewasa), Bengkulu : Nuha
Manusia, Akper Al Ikhlas Medika
21. Kuswardhani, RA Tuty. (2006). 35. Sarwadi dan Erfanto Linangkung. (2014).
Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia,
Jakarta Timur : Dunia Cerdas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 339

36. Shindu, Pujiastuti. (2009). Hidup Sehat diakses pada tanggal 26 Desember 2016
dan Seimbang Dengan Yoga : Daily pukul 10.15 WIB
Practice, Bandung : Qanita 49. Wulan, Mahardika, Jimmy F. Rumampuk,
37. Simanjutak, R, Joice dan Sylvia. (2016). Fransisca Lintong. (2016). Pengaruh
Pengaruh Latihan Fisik Akut terhadap Minuman Berkadar Oksigen Tinggi
Saturasi Oksigen pada Pemain Basket Terhadap Saturasi Oksigen Pada Olahraga
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat, Lari, Jurnal Kedokteran Klinik (JKK),
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Volume 1 No 1, Desember 2016. Fakultas
Nomor 1, Januari-Juni Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
38. Siokal, Brajakson, Patmawati dan
Sudarman. (2017). Falsafah Dan Teori
Dalam Keperawatan, Jakarta Timur : CV.
Trans Info Media
39. Sumardjo, Damin. (2006). Pengantar
Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I
Fakultas Bioeksakta, Jakarta : EGC
40. Sunaryo.,et al. (2016). Asuhan
Keperawatan Gerontik, Yogyakarta : CV.
ANDI OFFSET
41. Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. (2011).
Cara Jitu Mengatasi Hipertensi,
Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET
42. Tarwoto dan Wartonah. (2015).
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 5, Jakarta Selatan :
Salemba Medika
43. Triana, W, Yasin Wahyu Rianto, Hadi
Purwanto. (2008). Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Tingkat Depresi pada
Lansia di Posyandu Lansia Mekarsari
Kelurahan Kutorejo Tuban, Jurnal
Keperawatan Vol 1 No. 1, Surabaya :
Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya
dan PPNI Provinsi Jawa Timur
44. Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan
Keperawatan bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu, Yogyakarta : Graha Ilmu
45. Universitas Sumatera Utara. (2016).
Anatomi Saluran Pernafasan. Sumatera
Utara : Universitas Sumatera Utara
46. Wahyu, Angga. (2016). Pengaruh
Pemberian Senam Yoga Untuk
Mengurangi Insomnia Pada Lanjut Usia,
Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta
47. WHO. (2016). Hipertensi,
http://www.who.int/bulletin/volumes/9
2/1/13-121954/en/diakses tanggal 26
Desember 2016 jam 09.00 WIB
48. WHO. (2016). Hipertensi,
http://www.who.int/features/qa/82/en/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 340

IMPLEMENTASI TERAPI REMINISCENCE TERHADAP PENINGKATAN


HARGA DIRI LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN SURABAYA

Dya Sustrami1), Setiadi2), Puji Hastuti3), Lela Nurlela4), MeianaHarfika5), Baidhowi6), Giska Wulan
Kusuma7), Nur Muji8), DitaApriani8)
1,2,3,4,5,6,7,8
Prodi d3 KeperawatanStikes Hang Tuah Surabaya
email : 1dyastaufan@gmail.com, 2setiadiadi15@yahoo.co.id

Abstract
Aging is prosess loose of tissue capability to repairmen his self to defend the structure and
function normally. As a result of the aging process the elderly who have maladaptive coping will be
vulnerable experience problems low self-esteem. One of the interventions that can be done to
overcome the issues of low self-esteem is reminiscence therapy. Using method pre-post test with
sharing experience they have in the past. The result was obtained increase self esteem level before
and after the reminiscence therapy was given in UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya.
Keywords : Self-concept, Reminiscence Therapy, Elderly

1. PEDAHULUAN rata-rata 3.26% per tahun (United Nation


Menua merupakan proses alamiah yang Population Division, 2015). Data dari Badan
terjadi terus menerus dan berkesinambungan Pusat Statistik (2014) populasi lansia di
yang umumnya terjadi pada semua mahkluk Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara
hidup yang berumur panjang dimulai dari bayi dengan 8,03% dari seluruh penduduk
hingga menjadi tua. Ketika memasuki masa Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat
tua, sebagian para lansia dapat menjalaninya Statistik (2012) Jawa Timur merupakan
dengan bahagia, namun tidak sedikit dari Provinsi yang menempati urutan kedua dengan
mereka yang mengalami hal sebaliknya. Masa jumlah lansia terbanyak di Indonesia dengan
tua dijalani dengan rasa ketidakbahagiaan dan persentase 10,40% dari total seluruh penduduk.
menyebabkan rasa ketidaknyamanan. Dalam Jumlah lansia yang berada di UPTD Griya
menghadapi stress yang terjadi akibat proses Werdha Jambangan Surabaya saat ini sebanyak
penuaan tersebut, dibutuhkan mekanisme 117 lansia. Dengan jumlah persentase lansia
koping yang adaptif agar lansia dapat berjenis kelamin perempuan sebanyak 73
menjalani masa tua dengan bahagia dan (62,4%), sedangkan lansia berjenis kelamin
sejahtera serta tidak jatuh pada kondisi laki-laki sebanyak 44 (37,6%). Permasalahan
maladaptif. Hal ini dapat menyebabkan yang paling banyak terjadi adalah masalah
perubahan konsep diri: harga diri rendah pada psikososial yang dirasakan lansia diantaranya
lansia (Syam’ani, 2013). Konsep diri yang adalah lansia menggungkapkan perasaan tidak
dimiliki lansia akan menentukan bagaimana berdaya karena terjadinya kemunduran fungsi
lansia menerima, merasakan, dan merespon fisiknya, kurang sosialisasi dengan lansia lain,
lingkungannya. Konsep diri yang rendah akan dan lebih senang menyendiri.
mengembangkan perasaan inadequacy Stresor yang terjadi pada lanjut usia antara
(ketidakcukupan), perasaan rendah diri dan lain adalah sebagai dampak negatif terjadinya
ragu-ragu, sehingga akan mempengaruhi penurunan fungsi tubuh dan perubahan
peneysuaian diri, mempengaruhi aktifitas, dan psikososial, seperti kehilangan orang yang
mendorong rasa pesimistis. Gangguan konsep dicintai, kehilangan pekerjaan/jabatan,
diri yang terjadi pada lansia seringkali kesepian dan kesendirian, perasaan kosong,
terlewatkan sehingga membuat konsep diri berkurangnya interaksi sosial dan dukungan
pada lansia tidak terkaji (Mutya et al, 2016) sosial. Stresor-stresor tersebut dapat
Menurut data dari World Population menimbulkan stress pada lansia, yang antara
Prospects the 2015 Revision, terdapat 901 juta lain ditandai dengan adanya perasaan tidak
orang berusia 60 tahun atau yang terdiri atas berguna, merasa disingkirkan dan tidak
12% dari jumlah populasi global. Populasi dibutuhkan lagi (Hawari, 2007). Pada lansia
orang yang berusia 60 tahun keatas meningkat banyak aktivitas yang sebelumnya mampu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 341

dilakukan dengan baik, perlahan menjadi paling berkesan, atau keberhasilan dan
berkurang kemampuannya dalam melakukan kesuksesan yang pernah dicapai.
aktivitas-aktivitas tersebut, hal ini yang sering 3.3. Sosialisasi dan Perijianan
kali berpengaruh terhadap konsep diri, Tahap awal yang harus dilakukan
khususnya harga diri pada lansia (Syam’ani adalah sosialisasi dan perijinan kepada
2013). pihak UPTD Griya Werdha Jambangan
Metode terapi nonfarmakologis yang bisa Surabaya, setelah mendapat ijin tahap
dilakukan untuk meningkatkan harga diri pada selanjutnya yaitu mengajak para lansia
lansia adalah dengan pendekatan perilaku dan untuk ikut serta dalam kegiatan terapi
kognitif yaitu dengan terapi kenangan reminiscence.
(reminiscence therapy) (Rahayuni et al, 2015). 3.4. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang dipersiapkan
2. KAJIAN LITERATUR pada kegiatan ini adalah barang-barang
Terapi Reminiscence atau terapi kenangan yang menstimulus ingatan masa lalu
merupakan tindakan atau proses mengingat lansia diantaranya yaitu permainan/benda
masa lalu yang indah atau menyenangkan. jaman dulu seperti congklak, lampu
Terapi Reminiscence bertujuan untuk tempel, papan catur, coek, kaset, bola
meningkatkan harga diri, membantu individu bekel, permainan ular tangga dan kartu
mencapai kesadaran diri memahami diri, TAK.
beradaptasi terhadap stres, meningkatkan 3.5. Terapi reminiscence
kepuasan hidup dan melihat dirinya dalam Proses kerja terapi reminiscence
konteks sejarah dan budaya. Dalam kegiatan yang pertama adalah menyelesksi para
terapi ini, memfasilitasi lansia untuk lansia yang memehuhi kriteria inklusi
mengumpulkan kembali memori-memori masa yaitu lansia yang tidak memiliki
lalu yang menyenangkan sejak masa anak, keterbatasan fisik, tidak memiliki
remaja dan dewasa serta hubungan klien gangguan pengelihatan, lansia yang tidak
dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing memiliki penyakit kronis, dan lansia yang
dengan orang lain (Syarniah, 2010). mau menjadi responden. Kemudian lansia
dikumpulkan di aula UPTD Griya Werdha
3. METODE PELAKSANAAN Jambangan Surabaya, dilakukan kontrak
KEGIATAN waktu dan topik yang didiskusikan
3.1. Tempat dan waktu meliputi: 1) pengalaman masa anak, 2)
Terapi reminiscence dilakukan di pengalaman remaja, 3) pengalaman masa
aula UPTD Griya Werdha Jambangan dewasa, 4) pengalaman keluarga dan di
Surabaya dan dilakukan mulai tanggal 23 rumah, 5) eveluasi integritas diri. Tiap
Oktober – 27 Oktober 2017. Terapi pertemuan dilakukan 1 sesi secara
reminiscence terdiri dari 5 sesi, setiap berurutan, pertama lansia akan disuruh
pertemuan dilakukan 1 sesi yang memegang bola saat musik dimainkan
dilakukan selama 30-60 menit dengan bola diputar secara bergantian ke lansia
jumlah anggota kelompok 10-15 orang. disebelahnya dan apabila musik berhenti
3.2. Tahapan dan metode pelaksanaan lansia yang terakhir memegang bola harus
kegiatan memperkenalkan diri dan diberi
Pada kegiatan terapi reminiscence kesempatan untuk menyampaikan
terdiri atas 5 sesi yaitu: 1) berbagi pengalaman yang dimilikinya sesuai topik
pengalaman masa anak, 2) berbagi pada tiap sesi. Lansia juga diminta untuk
pengalaman masa remaja, 3) berbagi memainkan alat/permainan yang telah
pengalaman masa dewasa, 4) berbagi disediakan untuk menstimulus ingatan di
pengalaman keluarga dan di rumah, 5) masa lalunya.
evaluasi integritas diri. Metode yang
digunakan adalah sharing pengalaman di
masa lalu lansia baik yang bersifat 3.6. Evaluasi
pengalaman menyenangkan, pengalaman Tahap evaluasi dilakukan di akhir
sesi yaitu sesi ke 5 yang merupakan sesi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 342

evaluasi integritas diri meliputi orang (94%) dan yang tetap berada pada
bagaimana perasaan lansia setelah kategori harga diri rendah sebanyak 1
mengikuti kegiatan terapi reminiscence orang (6%). Hal tersebut menunjukkan
dari sesi 1 sampai 4, harapan setelah adanya berbedaan tingkat harga diri
dilakukan terapi reminiscence dan yang sesudah dan sebelum dilakukan terapi
terakhir ditutup dengan terminasi reminiscence. Lansia akan terhindar dari
kelompok. stres karena memiliki perasaan masih
tetap berguna, bijaksana, bahagia, mampu
4. HASIL DAN PEMBAHASAN memanfaatkan waktu secara efektif dan
4.1. Tingkat Harga Diri Sebelum efisien, melibatkan diri dalam aktivitas
Dilakukan Terapi Reminiscence sosial, perasaan optimis, mengembangkan
Sebelum dilakukan kegiatan terapi hobi, dan menjadi lebih religious. Terapi
reminiscence di UPTD Griya Werdha reminiscence diberikan pada lansia
Jambangan Surabaya dilakukan pre test melalui proses motivasi dan diskusi
menggunakan kuesioner RSES yaitu tentang pengalaman masa lalu yang
untuk mengukur tingkat harga diri lansia dialaminya.
sebelum dilakukan terapi. Hasilnya Terapi reminiscence yang diberikan
menunjukkan lansia dengan harga diri pada lansia dalam penelitian ini dibagi
normal sebanyak 12 orang (80%) dan menjadi lima sesi dengan topik diskusi
sebanyak 3 orang (20%) mengalami harga yang berbeda-beda pada tiap sesinya.
diri rendah. Permasalahan yang paling Topik tersebut meliputi berbagai
banyak terjadi adalah masalah psikososial pengalaman pada saat anak-anak, saat
yang dirasakan lansia diantaranya adalah remaja, saat dewasa, saat berada di
lansia menggungkapkan perasaan tidak keluarga dan di masyarakat, serta evaluasi
berdaya karena terjadinya kemunduran integritas diri. Proses terapi yang
fungsi fisiknya, kurang sosialisasi dengan diberikan secara bertahap dan
lansia lain, dan lebih senang menyendiri. berkesinambungan dapat meningkatkan
Selama proses terapi, lansia ikatan lansia dengan masa lalunya
dimotivasi untuk menceritakan kenangan sehingga menghasilkan rasa kontinuitas.
yang menyenangkan di masa lalunya Melalui terapi reminiscence lansia
dengan menggunakan media berupa dapat menemukan kelebihan dalam
benda/permainan jaman dahulu. Saat dirinya, membangun rasa kepercayaan
mengingat pengalaman positif di masa diri lansia, dan mengembangkan
lalu, lansia memperoleh pengetahuan pemikiran positif dari lansia itu sendiri.
umum, keterampilan dan strategi untuk Hal tersebut dapat meningkatkan harga
beradaptasi dengan stresor penuaan. diri lansia. Pemberian terapi reminiscence
Lansia yang berhasil dalam penyesuaian untuk mengatasi stres pada lansia
diri terhadap perubahan dan kemunduran memang cukup penting mengingat efek
yang dialaminya akan memunculkan negatif stres yang dapat menimbulkan
perasaan dan sikap-sikap yang positif bagi tuntutan yang besar pada seseorang, dan
dirinya maupun lingkungannya. jika orang tersebut tidak dapat beradaptasi
4.2. Tingkat Harga Diri Sesudah Dilakukan maka akan meninbulkan penyakit.
Terapi Reminiscence
Setelah dilakukan terapi 5. KESIMPULAN
reminiscence selama 5 sesi berturut-turut Berdasarkan hasil kegiatan terapi
dilakukan post test dengan menggunakan reminiscence dapat disimpulkan bahwa
kuesioner RSES. Hasil didapatkan yang terapi reminiscence merupakan kegiatan
semula lansia berada pada kategori harga yang menarik bagi lansia, sangat mudah
diri normal sebanyak 12 orang (80%) untuk dilakukan dan memiliki manfaat
sesudah dilakukan terapi naik menjadi 14 positif terhadap psikologis lansia.
Sehingga perlu menjadi kegiatan rutin
yang dilakukan lansia sehari-hari.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 343

REFERENSI

1. Hawari, D., 2007. Sejahtera Di Usia Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(2355),


Senja : Dimensi Psikoreligi Pada Lanjut pp.130–138.
Usia (Lansia) Cetakan 1., Jakarta: Balai 4. Syam’ani, 2013. Studi Fenomenologi
Penerbit: FK UI. Tentang Pengalaman Dalam Menghadapi
2. Mutya, D., Sustrami, D. & Pranatha, L., Perubahan Konsep Diri : Harga Diri
2016. Hubungan Glaukoma Dengan Rendah PADA Lansia Di Kecamatan
Perubahan Konsep Diri Pada Lansia Di Jekan Raya Kota Palangka Raya. Jurnal
Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) Keperawatan Jiwa, 1(30), pp.60–69.
Jawa Timur. Jurnal Keperawatan Stikes 5. Syarniah, 2010. Pengaruh terapi
Hang Tuah Surabaya, 11, pp.1040–1047. kelompok reminiscence terhadap depresi
3. Rahayuni, N.P.N., Utami, P.A.S. & pada lansia di panti sosial tresna werdha
Swedarma, K.E., 2015. Pengaruh Terapi budi sejahtera provinsi Kalimantan
Reminiscence Terhadap Stres lansia Di Selatan. FK UI.
Banjar Luwus Baturiti Tabanan Bali.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 344

PEMERIKSAAN KADAR Hb DAN PENILAIAN STATUS GIZI BALITA SEBAGAI


SKRINING AWAL ADB

Atik Pramesti Wilujeng1),Muhammad Al Amin 2), Titis Sriyanti 3), Elita Indah4)
1,2,3,4
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
email: atikpramesti@stikesbanyuwangi.ac.id

Abstract

Iron deficiency is the most common cause of nutritional anemia. The negative impacts caused by iron
deficiency anemia in toddlers are very serious. In Indonesia and other developing countries, the
prevalence of iron deficiency anemia in children is still quite high. The highest prevalence is found
at the end of infancy and early childhood. One of the basic steps for early detection of iron deficiency
anemia in infants is to perform health screening, ie hemoglobin level and nutritional status
assessment of children, and education. This activity is done as a form of concern for devotees to
support the government in order to prevent iron deficiency anemia of children under five, especially
in Banyuwangi. This activity is done by direct inspection method to the participants of activity and
education about the result of examination. Examination of hemoglobin level of children by taking
blood on the index finger as much as 0.5 cc with one time using the quik check. The activities were
carried out at several public health centres and villages in Banyuwangi. The number of participants
as many as 132 children. The results of hemoglobin examination, obtained a number of 95 children
had normal hemoglobin level, 34 children had mild anemia, 2 children had moderate anemia and 1
children had severe anemia. While on the assessment of nutritional status, found a number of 53
children underweight malnutrition, 53 children have less nutrition and 26 children a good nutrition.
Keywords: anemia, nutritional status

1. PENDAHULUAN sudah maju, terutama mengenai anak yang


Masalah gizi merupakan salah satu sedang tumbuh (Latief., dkk, 2007). Kelompok
masalah utama kesehatan masyarakat di usia yang paling tinggi mengalami Defisiensi
Indonesia (Setyoningsih, 2008). Defisiensi Besi (DB) adalah usia balita (0-5 tahun)
nutrisi bukanlah semata-mata hanya karena sehingga kelompok usia ini menjadi prioritas
kuantitasnya saja tetapi menyangkut pencegahan DB (IDAI, 2011).
ketidakserasian dalam mengkomposisi nutrien Defisiensi besi dalam makanan
secara optimal. Salah satu elemen mikronutrien merupakan salah satu penyebab penting
yang penting ialah besi (Fe) [Ikatan Dokter terjadinya anemia defisiensi besi. Hal ini dapat
Anak Indoneisa (IDAI), 2011]. Kekurangan zat terjadi pada anak yang mengkonsumsi
besi adalah penyebab yang paling umum makanan yang kurang beragam. Jumlah besi
terjadinya anemia gizi (TM Kemmer, 2008). dalam makanan di negara berkembang pada
Zat besi merupakan unsur yang sangat penting umumnya rendah sekitar 12-19 mg/hari, lebih
untuk membentuk hemoglobin (Hb) (Adriani rendah dari jumlah yang dianjurkan (Bakta M,
dan Wirjatmadi, 2012). Defisiensi endemik zat 1995; K.Melisa L.Dewi, 2012). Kecukupan zat
besi, iodium dan vitamin A, yang sejak lama gizi menjadi hal utama yang wajib dipenuhi
sudah berada di urutan pertama dalam daftar oleh keluarga (K.Melisa L.Dewi, 2012).
status defisiensi di seluruh dunia, telah menjadi Sebelum manifestasi anemia muncul,
persoalan utama dan mendapatkan perhatian defisiensi zat besi sudah memberikan dampak
yang besar (Gibney, 2009). Penelitian di terhadap tumbuh kembang anak (Lestari,
Indonesia mendapatkan prevalensi anemia 2011). Dampak negatif yang diakibatkan oleh
defisiensi besi pada anak balita sekitar 30% - anemia defisiensi besi pada anak balita sangat
40%, pada anak sekolah 25% - 35%, hal ini serius (Widiaskara, 2012). Khusus pada anak
disebabkan oleh kemiskinan, malnutrisi, balita, keadaan anemia gizi secara perlahan-
defisiensi vitamin A dan asam folat (WHO, lahan akan manghambat pertumbuhan dan
2008). Tidak hanya di negeri yang sedang perkembangan kecerdasan, anak-anak akan
berkembang saja, tetapi juga di negeri yang lebih mudah terserang penyakit karena
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 345

penurunan daya tahan tubuh (Wahyuni, 2004). asupan besi dari makanan, atau karena
Bahkan, lambatnya perkembangan kognitif penggunaan susu formula dengan kadar besi
maupun perilaku anak akibat kekurangan zat kurang (IDAI, 2013).
besi dapat menetap sehingga mengganggu Sebagai bagian dari warga negara
tumbuh kembang dengan akibat dalam jangkah Indonesia, sekaligus sebagai tenaga kesehatan,
waktu yang panjang (Sjarif dkk, 2011). Pada tim pengusul peduli dan termotivasi untuk
bayi atau anak yang menderita anemia gizi membantu pemerintah dalam upaya deteksi
dapat mengakibatkan gangguan motorik dan dini anemia defisiensi besi balita. Salah satu
koordinasi, gangguan perkembangan bahasa langkah dasar pengendalian ialah dengan
dan kemampuan belajar dan pengaruh pada melakukan skrining kesehatan, yakni
psikologik dan perilaku serta aktifitas fisik pemeriksaan kadar hemoglobin dan penilaian
menurun (Setyaningsih, 2008). status gizi, serta edukasi. Melalui kegiatan ini,
Jumlah kasus gizi buruk tahun 2013 tim pengusul berharap dapat menjadi masukan
sebanyak 909 kasus (0.96 %), 4,51% karena dalam merancang program penanganan
BBLR, 15,74 % sering sakit, 8,04 % anemia, kegiatan ini sebagai rangkaian
disebabkan kemiskinan dan hampir 66,66 % pelaksanaan peran kerja dari perawat
kemungkinan disebabkan karena pengetahuan komunitas yang memberikan intervensi
ibu atau keluarga masih kurang (Profil prevensi primer, sekunder dan tersier pada
Kesehatan Banyuwangi, 2013). Penelitian di masyarakat.
Indonesia mendapatkan prevalensi anemia
defisiensi besi pada anak balita sekitar 30% - 2. KAJIAN LITERATUR
40%, , hal ini disebabkan oleh kemiskinan, 2.1 Konsep Anemia Defisiensi Besi
malnutrisi, defisiensi vitamin A dan asam folat 2.1.1 Definisi
(WHO, 2008). Berdasarkan laporan Riskesdas Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
(2013) menunjukkkan bahwa anemia gizi besi timbul karena kekurangan zat besi sehingga
masih merupakan masalah kesehatan pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi
masyarakat dengan prevalensi pada anak balita lain dalam tubuh terganggu (Adriani &
sebesar 28,1%, Studi masalah gizi mikro di 10 Wirjatmadi, 2012)
provinsi tahun 2006 masih dijumpai 26,3% 2.1.2 Etiologi
balita yang menderita anemia gizi besi dengan 1). Kebutuhan yang meningkat secara
kadar haemoglobin (Hb) kurang dari 11,0 gr/dl fisiologis
(Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, 2013). Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada
Dari 38 kabupaten/kota se Jawa Timur, hanya umur 1 tahun pertama dan masa remaja
6 (enam) kabupaten/kota yang mencapai target kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada
pelayanan anak balita 83%. Begitu juga dengan periode ini insiden ADB meningkat. Pada bayi
angka capaian cakupan Provinsi Jawa Timur umur 1 tahun, berat badannya meningkat 3 kali
(70,34%) yang masih di bawah target yang dan massa hemoglobin dalam sirkulasi
telah ditentukan (Profil Dinas Kesehatan Jawa mencapai 2 kali lipat dibanding saat lahir. Bayi
Timur, 2012). Selama ini di Kabupaten prematur dengan pertumbuhan sangat cepat,
Banyuwangi belum pernah dilakukan skrining pada umur 1 tahun berat badannya dapat
kejadian anemia pada anak. Pada penelitian mencapai 6 kali dan massa hemoglobin dalam
yang dilakukan oleh Thakur M.D (2014), sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat lahir.
menunjukkan presentase anemia yang sangat 2). Kurangnya besi yang diserap
tinggi pada anak-anak yang kurang gizi. Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat
Dikatakan anak-anak dengan malnutrisi akut Seorang bayi pada 1 tahun pertama
berat, 70% mengalami anemia dimana 26% kehidupannya membutuhkan makanan yang
mengalami anemia ringan, 40% mengalami banyak mengandung besi. Bayi cukup bulan
anemia sedang dan 3% anemia berat. Secara akan menyerap lebih kurang 200 mg besi
epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan selama 1 tahun pertama (0,5 mg/hari) yang
pada akhir masa bayi dan awal masa kanak- terutama digunakan untuk pertumbuhannya
kanak diantaranya karena terdapat defisiensi (Manampiring, 2008).
besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh 3). Perdarahan
masa kanak-kanak yang disertai rendahnya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 346

Kehilangan darah akibat perdarahan 2007). ADB, merupakan hasil penipisan total
merupakan penyebab penting terjadinya ADB. besi tubuh dan gangguan produksi hemoglobin
Kehilangan darah akan mempengaruhi (Hb), pada anak menyebabkan berkurangnya
keseimbangan status besi. Kehilangan darah 1 fungsi kognitif, perubahan perilaku.
ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 Pertumbuhan dan perkembangan bayi
mg, sehingga kehilangan darah 3-4 ml/hari terlambat, penurunan toleransi latihan, dan
(1,5-2 mg besi) dapat mengakibatkan fungsi kekebalan tubuh terganggu pada anak.1-
keseimbangan negatif besi. 5 ADB sangat penting bagi anak-anak miskin
4). Transfusi feto-maternal dengan peningkatan risiko untuk
Kebocoran darah yang kronis kedalam keterlambatan perkembangan (Debra L.
sirkulasi ibu akan menyebaban ADB pada Bogen, 2014). Berdasarkan beberapa
akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus, penelitian yang dilakukan pada hewan coba
5). Peningkatan Kesehatan tampak bahwa zat besi memiliki peran
Kebutuhan akan zat besi meningkat selama bervariasi pada sistem saraf seperti mielinisasi
kehamilan, masa balita, anak usia sekolah dan normal, sintesis neurotransmitter dan
masa remaja. Pada masa balita, usia sekolah neurometabolism. Penyerapan Zat Besi di otak
dan remaja, zat besi dibutuhkan untuk proses tertinggi pada periode pasca-natal dimana
tumbuh kembang yang cepat sehingga perkembangan otak berlangsung cepat dan
membutuhan zat besi yang banyak. peningkatan ini bertepatan dengan timbulnya
2.1.3 Manifestasi Klinis mielinisasi (Madhulika Monga A, 2009)
Gejala klinis ABD sering terjadi perlahan dan 2.1.5 Pencegahan
tidak begitu diperhatikan oleh penderita dan Ada lima pendekatan dasar pencegahan anemia
keluarganya. Pada yang ringan diagnosis defisiensi besi (Arisman, 2010):
ditegakkan hanya dari temuan laboratorium 1). Pemberian tablet suntikan zat besi
saja. Gejala yang umum terjadi adalah pucat. Pada anak sekolah 96-12 tahun) yaitu ½ tablet,
Menurut Supariasa dkk (2002), gejala atau 2 kali seminggu selama 3 bulan.
tanda-tanda klinis yang dapat dilihat yaitu 2). Pendidikan
lelah, lemah, lesu, bibir tampak pucat, nafsu Pendidikan gizi pada keluarga dan masyarakat
makan berkurang, kadang pusing dan mudah merupakan hal yang penting dalam
mengantuk. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10 pencegahan anemia. Perlu dijelaskan pada
g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang keluarga atau masyarakat tersebut bahwa kadar
efektif sehingga gejala anemia hanya ringan besi yang berasal dari ikan, hati dan daging
saja. lebih tinggi dibandingkan kadar besi yang
2.1.4 Dampak Anemia Defisiensi Besi berasal dari beras, gandum, kacang kedelai dan
Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan bayam.
gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai 3). Modifikasi makanan
berat. Komplikasi ringan antara lain kelainan Asupan zat besi dari zat makanan dapat
kuku, atrofi papil lidah, stomatitis dan ditingkatkan melalui dua cara. Pertama,
komplikasi yang berat sepeti penurunan daya pemastian konsumsi makanan yang cukup
tahan tubuh terhadap penyakit, gangguan pada mengandung kalori sebesar yang seharusnya
pertumbuhan sel tubuh dan sel otak, dikonsumsi. Kedua, meningkatkan makanan
penurunan kognitif, rendahnya kemampuan yang dapat membantu penyerapan zat besi dan
fisik gangguan motorik dan koordinasi, menghindarkan makanan yang dapat
pengaruh psikologi dan perilaku penurunan menghambat penyerapan zat besi
prestasi belajar, rendahnya kemampuan 4). Pengawasan penyakit infeksi
intelektualitas yang dapat menyebabkan Anak-anak biasanya merupakan kelompok
dampak secara luas yaitu menurunnya kualitas yang rawan terkena penyakit infeksi dan
sumber daya manusia (DeMaeyer parasit. Parasit seperti cacing tambang
1995;Depkes 2001; Almatsier,2002; (ancylostoma dan necator) serta schistosoma
Abdulsalam M, 2005). Pada anak-anak > 2 dapat menyebabkan anemia.
tahun dan remaja yang mengalami defisiensi 5). Fortifikasi makanan
besi, hasil penelitian menunjukkan penurunan Fortifikasi makanan merupakan inti dari
funsi kognitif atau defisit perilaku (Ames , pengawsan anemia diberbagai negara.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 347

Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U
terampuh dalam pencegahan defisiensi besi disesuaikan dengan Standar Baku
karena dapat diterapkan pada populasi yang Antropometri WHO-NHCS dilanjutkan
besar dengan biaya yang relative murah. dengan konsultasi hasil secara bergilir.
2.2 Konsep Balita Masyarakat yang datang dicatat identitasnya
Balita atau anak bawah 5 tahun adalah anak (nama, umur, jenis kelamin) lalu dipersilahkan
usia kurang dari 5 tahun. Sehingga bayi usia menuju meja pemeriksaan. Balita bersama
dibawah 1 tahun juga termasuk dalam ibunya yang telah diperiksa kadar hemoglobin
golongan ini (Wiyono, 2006). dan status gizinya ditunjukkan hasil
2.3 Penilaian Status Gizi Anak pemeriksaan untuk konsultasi bersama pakar
Ada beberapa cara melakukan penilaian status secara dua arah. Kegiatan ini diselenggarakan
gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya pada bulan Desember 2015.
adalah dengan pengukuran tubuh manusia
yang dikenal dengan Antropometri. Dalam 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pemakaian untuk penilaian status gizi, Kegiatan pengabdian pemeriksaan kadar
arthopometri disajikan dlama bentuk indeks hemoglobin, penilaian status gizi dan
yang dikaitkan dengan variabel lain. konsultasi hasil telah dilakukan kepada 132
2.3.1 Umur peserta. Peserta yang mengikuti kegiatan ini
Umur sangat memegang peranan dalam dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis
penentuan status gizi, kesalahan penentuan kelamin balita, status gizi balita dan anemia
akan menyebabkan interprestasi status gizi
yang slaha. Hasil penimbangan berat badan Tabel 4.1 Jenis Kelamin Balita Di
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi Puskesmas Banyuwangi Tahun
tidak berarti bila tidak disertai dengan 2015
penentuan umur yang tepat. Ketentuannya Frequency Percent Cumulative
adalah 1 tahun, adalah 12 bulan, 1 bulan adalah Percent
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam L 61 46,2 46,2
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak P 71 53,8 100,0
diperhitungkan (Depkes, 2004). Total 132 100,0
2.3.2 Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang 4.1 Identifikasi Status Gizi dan Anemia di
memberikan gambaran massa jaringan, masing-masing Puskesmas.
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat 4.1.1 Puskesmas Tembokrejo
peka terhadap perubahan yang mendadak baik Tabel 4.2 Status Gizi Balita di Puskesmas
karena penyakit infeksi maupun konsumsi Tembokrejo tahun 2015
makanan yang menurun. Berat badan ini Frequency Percent Cumulative
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (berat Percent
badan menurut umur) atau melakukan Gizi 25 54,3 54,3
penilaian dengan melihat perubahan berat Buruk
badan pada saat pengukuran dilakukan, yang Gizi 16 34,8 89,1
dalam penggunaannya memberikan gambaran Kurang
keadaan kini. Gizi 5 10,9 100,0
Baik
3. METODE Total 46 100,0
Pengabdian ini dilakukan dengan cara
memeriksa kadar hemoglobin melalui Berdasarkan Tabel 4.2 diatas diketahui
pemeriksaan kadar hemoglobin dengan
lebih dari setengahnya Status Gizi balita
melakukan pengambilan darah jari telunjuk dengan kategori Gizi Buruk sebanyak 25
sebanyak 0,5 cc dengan sekali pengambilan
responden (54,3 %)
menggunakan alat quik check. dan penilaian
status gizi dengan melakukan penimbangan
Tabel 4.3 Anemia Balita di Puskesmas
berat badan balita kemudian hasil pengukuran
Tembokrejo tahun 2015
berat badan dibandingkan dengan umur.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 348

Frequency Percent Cumulative Total 28 100,0


Percent
VBerat 1 2,2 2,2 Berdasarkan Tabel 4.6 diatas diketahui
aSedang 1 2,2 4,3 Mayoritas Status Gizi Responden dengan
lRingan 15 32,6 37,0 Kategori Gizi Kurang sebanyak 11 responden
iNormal 29 63,0 100,0 ( 39,3 % ).
dTotal 46 100,0
Tabel 4.7 Hasil pemeriksaan Anemia
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas diketahui Balita di Puskesmas
Sebagian Besar kejadian Anemia balita dengan Singotrunan tahun 2015
kategori Normal sebanyak 29 responden Frequency Percent Cumulative
(63%). Percent
ringan 4 14,3 14,3
4.1.2 Puskesmas Sumberberas normal 24 85,7 100,0
Tabel 4.4 Status Gizi Balita di Puskesmas Total 28 100,0
Sumberberas tahun 2015
Frequency Percent Cumulative Berdasarkan Tabel 4.7 diatas diketahui
Percent Sebagian Besar kejadian Anemia Balita
Gizi Buruk 1 12,5 12,5 dengan kategori Normal sebanyak 24
Gizi Kurang 2 25,0 37,5 responden ( 85,7 % ).
Gizi Baik 5 62,5 100,0
Total 8 100,0 4.1.4 Puskesmas Klatak
Tabel 4.8 Hasil pemeriksaan Gizi di
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diketahui Puskesmas Klatak tahun 2015
sebagian besar Status Gizi balita dengan Frequency Percent Cumulative
Kategori Gizi Baik sebanyak 5 responden Percent
(62,5%). Gizi Buruk 10 28,6 28,6
Gizi Kurang 17 48,6 77,1
Tabel 4.5 Hasil pemeriksaan Anemia di Gizi Baik 8 22,9 100,0
Puskesmas Sumberberas tahun Total 35 100,0
2015
Frequency Percent Cumulative Berdasarkan Tabel 4.8 diatas diketahui
Percent hampir tengahnya Status Gizi Balita dengan
Ringan 3 37,5 12,5 Kategori Gizi Kurang sebanyak 17 responden
Normal 5 62,5 37,5 (48,6% ).
Total 8 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui


Sebagian Besar Anemia dengan kategori
Normal sebanyak 5 responden (62,5%).

Tabel 4.9 Hasil pemeriksaan Anemia


Balita di Puskesmas Klatak
4.1.3 Puskesmas Singotrunan tahun 2015
Tabel 4.6 Hasil pemeriksaan Gizi di Frequency Percent Cumulative
Puskesmas Singotrunan tahun 2015 Percent
Frequency Percent Cumulative ringan 11 31,4 31,4
Percent normal 24 68,6 100,0
Gizi Buruk 9 32,1 32,1 Total 35 100,0
Gizi Kurang 11 39,3 71,4
Gizi Baik 8 28,6 100,0
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 349

Berdasarkan Tabel 4.9 diatas diketahui berat 1 0,8 0,8


Sebagian Besar kejadian Anemia pada Balita sedang 2 1,5 2,3
dengan kategori Normal sebanyak 24 ringan 34 25,8 28,0
responden (68,6 %). normal 95 72,0 100,0
Total 132 100,0 100,0
4.1.5 Puskesmas Bajulmati Sumber : (Amin, 2015)
Tabel 4.10 Hasil pemeriksaan Gizi di
Puskesmas Bajulmati tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.13 diatas diketahui
Frequency Percent Cumulative Distribusi Kejadian Anemia pada anak di
Percent Puskesmas Banyuwangi tahun 2015 sebagian
Gizi Buruk 8 53,3 53,3 besar dengan kategori normal, yaitu sebanyak
Gizi Kurang 7 46,7 100,0 92 Responden ( 72 % ).
Total 15 100,0
Berdasarkan Tabel 4.10 diatas diketahui 4.1.6 Puskesmas Sumberberas
Lebih dari setengahnya Status Gizi Balita Tabel 4.13 Status Gizi Balita di Puskemas
dengan Kategori Gizi Buruk sebanyak 8 Sumberberas tahun 2015
responden ( 53,3 % ). Frequency Percent Cumulative
Percent
Tabel 4.11 Hasil pemeriksaan Anemia Gizi Buruk 1 12,5 12,5
Balita di Puskesmas Bajulmati Gizi Kurang 2 25,0 37,5
tahun 2015 Gizi Baik 5 62,5 100,0
Frequency Percent Cumulative Total 8 100,0
Percent Sumber : (Amin, 2015)
sedang 1 6,7 6,7
ringan 1 6,7 13,3 Berdasarkan tabel 4.13 diatas diketahui
normal 13 86,7 100,0 Distribusi Kejadian Anemia pada anak di
Total 15 100,0 Puskesmas Banyuwangi tahun 2015 sebagian
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas diketahui besar dengan kategori normal, yaitu sebanyak
Sebagian Besar kejadian Anemia pada 92 Responden ( 72 % ).
Responden dengan kategori Normal sebanyak
13 responden ( 86,7 % ). PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan Hemoglobin
4.1.6 Distribusi Status Gizi Balita Pada pemeriksaan hemoglobin anak
Tabel 4.12 Status Gizi Balita di dapat diketahui status anemia pada anak rata-
Banyuwangi tahun 2015 rata normal, yaitu sebanyak 92 orang. Seluruh
Frequency Percent Cumulative sampel anak usia 0-5 tahun yang diambil
Percent darahnya menggunakan quik check untuk
Gizi Buruk 53 40 40 pengukuran kadar hemoglobin.
Gizi Kurang 53 40 40 Menurut Kisworini dan Mulatsih (2005),
Gizi Baik 26 20 20 penyebab terbanyak kejadian anemia pada
Total 132 100 100 anak yaitu kurangnya asupan besi dalam
makanan, baik pola konsumsi makanan yang
Berdasarkan tabel 4.12 diatas tidak tepat, kualitas dan kuantitas makanan
menunjukkan bahwa mayoritas status gizi yang tidak memadai maupun karena adanya
responden adalah dengan kategori gizi buruk peningkatan kebutuhan zat besi. Tanda dan
dan gizi kurang yakni masing-masing 53 gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak
responden (40,2%). khas dan sering tidak jelas seperti pucat, mudah
lelah, berdebar, takikard, sesak napas,
4.1.6 Distribusi Anemia Pada Balita anoreksia, kepekaan terhadap infeksi
Tabel 4.13 Anemia Balita di Banyuwangi meningkat, kelainan perilaku tertentu,
tahun 2015 intelektualitas serta kemampuan kerja
Frequency Percent Cumulative menurun (Almatsier, 2002). Anemia
Percent kekurangan zat besi dapat diatasi dengan cara
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 350

memberikan suplementasi zat gizi besi secara menyusun menu seimbang sesuai kebutuhan
oral maupun suntikan dengan dosis 60-180 dan selera keluarga sehingga pemenuhan
mg/hari sampai keadaan normal. Pencegahan kebutuhan gizi anak prasekolah tergantung
anemia kekurangan gizi dapat dilakukan pada perilaku ibu (Popularita, 2010).
dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber Berdasarkan hal di atas maka perlu upaya
utama zat besi seperti daging dan sayuran dari pemerintah setempat untuk memberi
sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan bantuan kepada keluarga yang berpenghasilan
(Setyaningsih, 2008). rendah terutama keluarga berpenghasilan
Mengingat pentingnya zat besi bagi anak rendah yang memiliki anak dengan gizi kurang
yang sedang tumbuh maka tindakan maupun gizi buruk yang terdeteksi mengalami
pencegahan primer adalah sangat penting. anemia berupa suplementasi zat besi baik
Pencegahan primer defisiensi zat besi pada berupa sirup Fe maupun makanan yang
bayi dan anak adalah healthy feeding practice, terfortifikasi zat besi.
yang tidak lain berupa pemberian makanan Faktor-faktor yang menyebabkan
sehat bagi anak. Strategi utama untuk kejadian anemia ini juga bisa diakibatkan
pencegahan primer dapat dilakukan karena status gizi anak dimana pada hasil
melalui peningkatan pengetahuan melalui pemeriksaan status gizi anak menunjukkan
kegiatan edukasi masyarakat tentang bahwa beberapa anak yang menderita anemia
asuhan gizi khususnya makanan bayi dan memiliki status gizi kurang. Anemia defisiensi
anak (Lestari, 2011). Menurut Gibney (2009) besi merupakan salah satu masalah kesehatan
prinsip dasar dalam pencegahan anemia karena pada anakIndonesia yang perlu mendapat
defisiensi zat besi adalah memastikan perhatian khusus karena tidak saja berdampak
konsumsi zat besi secara teratur untuk untuk saat ini tetapi juga masa mendatang.
memenuhi kebutuhan tubuh dan untuk Kekurangan besi pada masa anakterutama pada
meningkatkan kandungan serta bioavailabilitas 5 tahun pertama kehidupan dapat berdampak
zat besi dalam makanan. The American negatif terhadap kualitas hidup anak. Salah
Academy of Pediatrics (AAP) satu elemen mikronutrien yang penting ialah
merekomendasikan skrining Anemia besi (Fe). Setiap kelompok usia anak rentan
Defisiensi Besi (ADB) melalui pemeriksaan terhadap defisiensi besi (DB). Kelompok usia
hemoglobin (Hb) dan penilaian klinis pada yang paling tinggi mengalami DB adalah usia
anak usia 1 tahun yang beresiko tinggi balita (1-5 tahun) sehingga kelompok usia ini
mengalami anemia defisiensi besi. The Centers menjadi prioritas pencegahan DB. Kekurangan
for Disease Control and Prevention (CDC) besi dengan atau tanpa anemia, terutama yang
merekomendasikan bahwa semua anak usia 2 berlangsung lama dan terjadi pada usia 0-2
sampai 5 tahun dinilai setiap tahun untuk tahun dapat mengganggu tumbuh kembang
mengidentifikasi faktor risiko ADB. Anak- anak, antara lain menimbulkan defek pada
anak yang berisiko tinggi ADB (misalnya, diet mekanisme pertahanan tubuh dan gangguan
rendah zat besi, akses terbatas ke makanan pada perkembangan otak yang berdampak
karena kemiskinan atau kelalaian, lebih banyak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia
mengkonsumsi susu sapi) harus diskrining pada masa mendatang.
antara usia 9 dan 12 bulan, kemudian 6 bulan Kekurangan besi, apalagi bila telah
kemudian, dan setiap tahun dari usia 2 sampai menyebabkan anemia terbukti memberikan
5 tahun. Rekomendasi ini untuk menyaring pengaruh buruk bagi tumbuh kembang anak
balita yang berisiko tinggi ADB (Gabrielle dan bayi sampai remaja, khususnya dan segi
Paoletti, 2014). Kecukupan zat gizi menjadi hal prestasi dan kualitas hidup serta kinerja sebagai
utama yang wajib dipenuhi oleh keluarga sumber daya manusia di masa mendatang.
(K.Melisa L.Dewi, 2012). Pada mayoritas Berdasarkan hal tersebut maka tenaga
keluarga, ibu berperan penting dalam kesehatan perlu secara berkesinambungan
pengaturan makan anggota keluarga memberikan penyuluhan kepada masyarakat
(Masithah, Soekirman & Martianto, 2005: mengenai pentingnya peranan besi untuk
Mishbahatul, 2012). Perilaku ibu yang meliputi kehidupan termasuk mengenali tanda dan
pengetahuan, sikap dan tindakan menentukan gejala defisiensi terutama bila telah terjadi
dalam penilaian bahan makanan bergizi, serta anemia.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 351

Pada faktor lain yang kemungkinan diantaranya adalah faktor langsung: konsumsi
berhubungan dengan kejadian anemia anak makanan dan penyakit infeksi. Serta faktor
adalah adanya infeksi cacing yang tidak langsung antara lain tingkat pendapatan,
kemungkinan dialami anak. Sehingga pengetahuan tentang gizi dan pendidikan.
berdasarkan hal ini maka perlu dilakukan Penanganan gizi buruk menjadi salah satu
upaya dari pemerintah maupun tenaga fokus utama Dinas Kesehatan Kabupaten
kesehatan setempat untuk melakukan tindakan Banyuwangi. Selama ini langkah yang sudah
promotif, preventif dan kuratif terkait ditempuh adalah dengan memaksimalkan
permasalahan anemia pada anak dengan status fungsi Posyandu. Posyandu menjadi instrumen
gizi kurang. Sehingga perlunya rekomendasi penting dalam penanggulangan gizi buruk.
dari pemerintah kabupaten Banyuwangi untuk Karena Posyandu menjadi pusat pelayanan
menganjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan yang paling dekat dengan
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) masyarakat. Masalah gizi buruk yang terjadi
setidaknya satu kali pada usia 9-12 bulan. pada anak balita ini bukanlah peristiwa yang
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada populasi terjadi seketika. Umumnya anak gizi buruk
dengan risiko tinggi seperti bayi dengan sudah bermasalah dari dalam kandungan
kondisi prematur, berat lahir rendah, riwayat ibunya. Mereka lahir sebagai anak yang
mendapat perawatan lama di unit neonatologi, kesekian dari seorang ibu yang mengalami
dan anak dengan riwayat perdarahan, infeksi kekurangan gizi. Bayi yang lahir dari ibu yang
kronis, etnik tertentu dengan prevalens anemia kekurangan gizi akan mengalami hambatan
yang tinggi, mendapat asi ekslusif tanpa pertumbuhan sejak dalam kandungan dan
suplementasi, mendapat susu sapi segar pada berdampak pada berat badan lahir yang rendah.
usia dini, dan faktor risiko sosial lain. Pada Bayi yang lahir dari ibu yang kurang gizi juga
bayi prematur atau dengan berat lahir rendah akan memperoleh ASI dengan kuantitas dan
yang tidak mendapat formula yang difortifikasi kualitas yang rendah. ASI padahal merupakan
besi perlu dipertimbangkan untuk melakukan satu-satunya makanan bayi yang terbaik.
pemeriksaan Hb sebelum usia 6 bulan. Kedua, Rendahnya kesadaran kalangan ibu
2. Status Gizi Balita muda untuk memberikan ASI (air susu ibu)
Berdasarkan tabel 4.12 diatas kepada anaknya. Hal itu akibat kurangnya
menunjukkan bahwa status gizi pada balita sosialisasi akan pentingnya ASI untuk
penderita gizi buruk dan gizi kurang sama meningkatkan daya tahan tubuh bayi melalui
besarnya yakni 53 responden, sedangkan yang program yang ada di posyandu atau puskesmas
gizi baik 26 responden. terdekat. Ketiga, Kurang maksimalnya tugas
Status gizi adalah keadaan tubuh puskesmas dan posyandu dalam mengawal gizi
sebagai akibat konsumsi makanan dan anak. Apalagi, para orang tua biasanya hanya
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). membawa anaknya ke Posyandu hingga usia 1
Status gizi memiliki pengaruh yang sangat tahun. Padahal di usia lebih dari 1 tahun anak
besar dalam mewujudkan sumber daya rawan terkena gizi buruk, karena asupan ASI
manusia yang berkualitas di masa yang akan dari orang tuanya sudah berkurang. Keempat,
datang. Pembentukan pertumbuhan dan Biasanya keluarga miskin tidak memiliki
perkembangan pada masa usia dini tergantung kemampuan untuk memberikan asupan gizi
pada asupan zat gizi yang diterima. Faktor yang cukup. Padahal produksi ASI ibunya
sosial ekonomi keluarga akan turut tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi usia
menentukan hidangan yang disajikan untuk lebih 1 tahun.
keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun
jumlah makanan (Marimbi, 2010). Rendahnya 3. KESIMPULAN
status gizi jelas berdampak pada kualitas Skrining awal pemeriksaan hemoglobin
sumber daya manusia. Oleh karena, status gizi dan penilaian status gizi diperlukan untuk
memengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh menentukan faktor risiko seorang anak
terhadap penyakit, kematian bayi, kematian mengalami anemia gizi. Kegiatan ini diikuti
ibu, dan produktivitas kerja. Menurut Suhardjo 132 peserta, dengan kasus tertinggi gizi buruk
(2003 dalam Aeda, 2006) terdapat beberapa terdapat 53 (40,2%) anak menderita gizi buruk,
faktor yang dapat mempengaruhi status gizi 53 (40,2%) anak menderita gizi kurang, dan 26
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 352

(19,7%) anak menderita gizi baik. Dari hasil in America Samoa and Children Living
pemeriksaan kadar Hb didapatkan 1 (0,8 %) Within The US. Europan Journal of
balita menderita anemia berat, anemia sedang Clinical Nutrition. 754-760
2 (1,5%) orang dan menderita anemia ringan 14. Kisworini P, Mulatsih S, Triasih S (Ed).
34 (25,8%) orang anak. Sedangkan yang tidak 2005. Anemia Defisiensi Besi: Clinical
menderita anemia sebanayak 95 (72%) orang Practice Guidelling Anemia Defisiensi
anak . Besi. Yogyakarta: Medika-Fakultas
Kedokteran UGM. Hlm 81-93
REFERENSI 15. Latief. 2000. Konsumsi Pangan Tingkat
1. Abdulsalam M, T. S. 2005. Anemia Rumah tangga Sebelum dan Selama
Defisiensi Besi: Diagnosis Pengobatan Krisis Ekonomi. Dalam : Seta AK,
dan Pencegahan Anemia Defisiensi Pada Atmowidjojo, M. Atmojo SM, Jahari Ab,
Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Fakultas Irawan PB, Sudaryanto T (Eds), Widya
Kedokteran UGM. Karya nasional Pangan Dan Gizi VII (hlm
2. Adriani, W. 2012. Pengantar Gizi 159-179). Jakarta: LPI
Masyarakat (1nd ed.). Jakarta: Kencana 16. Lestari, H. D. 2011. Defisiensi Zat Besi.
Prenada Media Group. Dalam R. S. dkk, Buku Ajar Nutrisi
3. Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Pediatrik dan penyakit Metabolik Jilid I
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum (hal. 190). Jakarta: IDAI.
4. Ames, J. C. 2007. An overview of 17. Manampiring. 2008. Prevalensi Anemia
evidence for a causal relation between dan Tingkat Kecukupan Zat Besi Pada
iron deficiency. Am J Clin Nutr, 931-945. Anak sekolah dasar Di desa Minaesa
5. Ames, J. C. 2007. An overview of kecamatan Wori Kabupaten Minahasa
evidence for a causal relation between Utara. Manado: Fakultas kedokteran
iron deficiency. The American Journal Of Universitas Sam Ratulangi Manado.
Clinical Nutrition, 931-945. 18. Mishbahatul, E. (2012). Perilaku ibu
6. Debra L. Bogen, A. K. 2014. Screening dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak
for Iron Deficiency Anemia by Dietary prasekolah dengan pendekatan integrasi
History in a High-Risk. Pediatrics, 1254. Health Promotion Model dan Self
7. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA . Regulation theory, tesis Magister,
2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Universitas Airlangga, Surabaya
Masyarakat TAhun 2013. Jakarta: 19. Madhulika Monga A. (2009). Effect of
Direktorat Bina Gizi Kementerian Iron Deficiency Anemia On Visual
Kesehatan RI. Evoked Potential of Growing Children.
8. Gabrielle Paoletti, D. L. 2014. Severe Official Journal of The Japanese Society
Iron-Deficiency Anemia Still an Issue in of Chil Neurology. 213-216.
Toddlers. Clinical Pediatrics, 1352-1357. 20. Neha Thakur M.D. , J. C. 2014. Anemia in
9. Gibney, M. J. 2009. Gizi Kesehatan severe acute malnutrition. Nutrition, 440-
Masyarakat. Jakarta: EGC. 442.
10. IDAI. 2011. Rekomendasi Ikatan Dokter 21. Popularita, L. D. (2010). Hubungan
Anak Indonesia Suplemntasi Besi Untuk pengetahuan, sikap, tindakan dan pola
Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. asuh ibu dengan status gizi balita usia 1-
11. IDAI. 2013, September 05). Anemia 5 tahun. Skripsi. Surabaya. Universitas
Defisiensi Besi pada bayi Dan Anak. Airlangga (tidak dipublikasikan)
Diambil kembali dari Indonesian Pediatric 22. Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi.
Society: idai.or.id 2013. Dinas Kesehatan Pemerintah
12. K.Melisa L.Dewi, N. K. 2012. Status Kabupaten Banyuwangi 2013
Anemia Gizi Besi dan Konsumsi Zat Besi 23. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Pada Anak Sekolah Di Lima Panti Asuhan 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah
Di Kota Denpasar. Indonesian Journal of Provinsi Jawa Timur 2012
Public Health, 35-42. 24. Riskesdas. 2013. Penyajian Pokok-Pokok
13. Kemmer. 2008. Iron Deficiency And Hasil Riset Kesehatan dasar 2013.
Anemia Disparity Exist Betwen Children Jakarta: Badan Penelitian Dan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 353

Pengembangan Kesehatan Kementerian 27. WHO (World Health Organization).


Kesehatan RI. 2008. Worldwide Prevalence Of Anemia
25. Setyaningsih, S. 2008. Pengaruh 1993-2005. Diambil kembali dari
interaksi, pengetahuan dan sikap http://www.who.int.
terhadap praaktek ibu dalam pencegahan 28. Widiaskara, P. B. 2012. Gambaran
anemia gizi besi balita di kota pekalongan Hematologi Anemia Defisiensi Besi Pada
tahun. Semarang: Fakultas Kesehatan Anak. Sari Pediatri, 362-366.
Masyarakat Program Pasca Sarjana 29. Wiyono, D. 2006. Indikator Statistik Vital
Universitas Diponegoro. Kependudukan Dan kesehatan. Surabaya:
26. Wahyuni, A. S. 2004. Anemia Defisiensi CV Duta Prima Airlangga.
Besi Pada Balita. Medan: Ilmu
Kedokteran Pencegahan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 354

UPAYA PEMBINAAN POSBINDU PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)


DUSUN GLONGGONGAN DESA SUMBER TEBU BANGSAL
KABUPATEN MOJOKERTO
Eka Diah Kartiningrum1), Dwiharini Puspitaningsih2), Yudha Laga Hadi Kusuma3),
Vonny Nurmalya Megawati4
1, 2, 3, 4
Prodi D3 KeperawatanStikes Majapahit
email: ekadiahkartiningrum@gmail.com

Abstract

Posbindu PTM is an effort made as an early detection of degenerative diseases that have developed
into the first disease of human killers, especially in developing countries. The purpose of this
dedication is to foster the implementation of integrated coaching posts on degenerative diseases that
have been pioneered in Dusun Glonggongan Sumber Tebu Bangsal Mojokerto Regency. The results
of coaching efforts during July-October 2017 is the decrease in the incidence of degenerative
diseases, improve the diet and the daily activities of the elderly
Keywords:Posbindu, PT

1. PENDAHULUAN Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat


Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang diadakan tim dosen D3 Keperawatan
merupakan peran serta masyarakat dalam Stikes Majapahit adalah untuk meningkatkan
melakukan kegiatan deteksi dini dan kemampuan kader Posbindu PTM dalam
pemantauan factor resiko PTM utama yang mengidentifikasi PTM secara dini,
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan memonitoring perkembangan PTM dan
periodik. Kasus PTM sebenarnya dapat mendidik kader dalam memantau
dicegah dengan mengendalikan factor resiko, penatalaksanaan PTM secara mandiri.
yaitu gaya hidup yang meliputi kebiasaan
merokok, diet yang tidak sehat, kurang 2. KAJIAN LITERATUR
aktivitas fisik, dan konsumsi makanan alkohol. 2.1. Konsep penyakit tidak menular (PTM)
Salah satu upaya untuk mengendalikan PTM Penyakit tidak menular adalah jenis
adalah pemberdayaan dan peningkatan peran penyakit yang tidak dapat menular dari
serta masyarakat melalui kegiatan posbindu penderita atau sumber penyakit keinduk
PTM. semanglainnya. Penyakit tidak menular
Dusun Glonggongan terletak diantara seperti: cacat fisik, gangguan mental, kanker,
Desa Puloniti dan Desa Ngastemi. Dusun penyakit degeneratif, penyakit keturunan,
Glonggongan merupakan daerah agraris penyakit gangguan metabolisme, dan kelainan-
dengan sebagian besarwilayahnya adalah kelainan organ tubuh lain (Kemenkes RI,
persawahan. Kebiasaan warga Dusun 2007). Penyakit keturunan adalah jenis
Glonggongan RT 16-27 Desa Sumber tebu penyakit yang diturunkan dari orang tua ke
adalah setiap hari sabtu diadakannya diba’an anak (keturunan) secara kongenital (Kemenkes
ibu-ibu dan remaja. Setiap hari kamis kegiatan RI, 2011).
istighotsah yang dilakukan ibu-ibu dan lansia. Penyakit tidak menular dapat disebabkan
Setiap awal bulan hari senin pertama oleh berbagai faktor berikut:
diadakannya posyandu dibalaidusun. Selain itu a. Dari dalam tubuh misalnya kelainan fungsi
setiap bulan juga diadakan posbindu oleh ibu organ tubuh baik keturunan (kongenital)
kader dan perawat desa dibalaidesa. Namun atau dapatan
pelaksanaan posbindu PTM didesa tersebut b. Dari luar tubuh misalnya :
masih sangat sederhana dan kekurangan tenaga 1) Mekanis seperti tertusuk
profesi kesehatan yang dapat memantau secara 2) Tertembak
maksimal kondisi kesehatan pasien PTM 3) Fisik seperti suhu tinggi, terbakar, aliran
secara paripurna. listrik
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 355

4) Kimiawi seperti logam berat, pewarna Diagram diatas menjelaskan bahwa di Dusun
makanan Glonggongan kebanyakan masyarakatnya
Penyakit tidak menular (PTM) tidak bekerja sejumlah 29% (73 orang).
mempunyai beberapa karakteristik tersendiri
seperti (Perkeni, 2011): Posbindu PTM dilaksanakan setiap hari
a. Penularan penyakit tidak melalui suatu kami smulai pukul 09.00 – 11.00 di bidan desa,
rantai penularan tertentu antusias warga sangat baik kebanyakan yang
b. Masa inkubasi yang panjang dating adalah para lansia. Rata-rata peserta
c. Bersifat kronik (berlarut-larut) posbindu sebanyak 59 orang. Kegiatan ini
d. Mempunyai variasi yang luas meliputi tensi darah, pengukuran kadar lemak,
e. Faktor penyebab bermacam-macam lingkarperut, TB, BB, GDA sehingga data
(multicausal) atau bahkan tidak jelas yang didapatkan dari hasil pemeriksaan
(Sudirman, 2003). kesehatan beberapa warga dapat dijadikan data
Faktor yang dapat disebut sebagai faktor penunjang atau data pendukung penyakit apa
resiko adalah (Kemenkes RI, 2011): yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Dusun
a. Merokok Glonggongan. Masyarakat antusias datang
b. Alkohol pada kegiatan tersebut karena merasa dapat
c. Diet/makanan periksa gratis kondisi kesehatannya akibat
d. Gaya hidup penyakit degeneratif yang dideritanya.
e. Obesitas/kegemukan Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 (lima)
kegiatan, namun dalam situasi-kondisi
3. METODE PELAKSANAAN tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Upaya pembinaan Posbindu yang dan kesepakatan bersama (Kemenkes RI,
dilakukan oleh tim dosen D3 Keperawatan 2007). Kegiatan tersebut berupa pelayanan
berupa pelatihan dan penyuluhan pada deteksi dini dan tindak lanjut sederhana
beberapa kelompok masyarakat, senam sehat terhadap faktor risiko penyakit tidak
dan pendampingan Posbindu PTM. menular, termasuk rujukan ke Puskesmas.
Adapun kegiatan tersebut secara berurutan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN adalah sebagai berikut:
Kegiatan dilaksanakan pada mulai tanggal 1. Meja 1 :Registrasi, yaitu kegiatan
1 Juli sampai 30 Oktober 2017. Seluruh mencatat data individu pasien sesuai KMS
kegiatan ditujukan pada penduduk Dusun yang ada.Pada pelaksanaan monitoring,
Glonggongan Desa Sumber Tebu Kecamatan kondisi faktor risiko PTM harus diketahui
Bangsal Kabupaten Mojokerto. oleh yang diperiksa maupun yang
memeriksa. Masing-masing peserta harus
Diagram 1 Pekerjaan penduduk di Dusun mempunyai alat pantau individu berupa
Glonggongan Desa Kartu Monitoring faktor Risiko PTM
Sumbertebu-Bangsal yang disingkat dengan sebutan KMR-
PTM, untuk mencatat kondisi faktor risiko
IRT Swasta
PTM (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Wiraswasta Petani
Kartu ini disimpan oleh masing-masing
Buruh tani PNS
peserta, dan harus selalu dibawa ketika
berkunjung ke Posbindu dan ketika
20%
melakukan perjalanan. Tujuannya agar
29%
setiap individu dapat melakukan mawas
12% diri dan petugas dapat
melakukan/memberi saran tindak lanjut
27% yang diperlukan sesuai dengan kondisi
3%
yang dialami/ditemukan. Format KMS-
5% PTM mencakup identitasi, waktu
4%
kunjungan, jenis faktor risiko PTM dan
tindak lanjut. Pada KMS-PTM
ditambahkan keterangan golongan darah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 356

dan status pasien PTM yang berguna Glonggongan Desa Sumbertebu-


sebagai informasi medis jika pemegang Bangsal
kartu mengalami kondisi darurat di No. Keluhan Frekuensi Persentase
perjalanan. saat ini (f) (%)
Hasil dari setiap jenis 1. Linu-linu 7 9%
pengukuran/pemeriksaan faktor risiko 2. Pusing 23 26%
PTM pada setiap kunjungan peserta ke 3. Batukpilek 3 5%
Posbindu dicatat pada KMS-PTM oleh 4. Lain-lain 8 9%
masing-masing kader monitor faktor 5. Tidak ada 43 51%
risiko. Bila positif hasilnya ditandai keluhan
dengan contreng (v) pada kolom yang
tersedia. Demikian pula tindak lanjut yang Dari tabel 1 Dapatdisimpulkanbahwa di
dilakukan oleh kader konselor/edukator Dusun Glonggongan paling banyak yaitu tidak
2. Meja 2: Wawancara, menggunakan adakeluhan sejumlah 43 (51%).
teknik wawancara yang terlatih.
Wawancara dilakukan oleh perawat desa Tabel 2. Penyakit yang ditemukan saat
dengan didampingi oleh tim dosen D3 Posbindu di Dusun Glonggongan
Keperawatan Stikes Majapahit. Hal yang Desa Sumber tebu-Bangsal
menjadi topik wawancara antara lain: No. Penyakit Frekuensi Persentase
Faktor risiko PTM antara lain: riwayat saat ini (f) (%)
merokok, kebiasaan minum minuman 1. Asamurat 17 21%
manis, kopi dan beralkohol, kegiatan 2. Diabetes 12 14%
aktifitas fisik/olah raga, kebiasaan makan militus
sayur dan buah, kebiasaan makan dengan 3. Hipertensi 29 34%
kandungan tinggi karbohidrat, lemak
4. Lain-lain 10 12%
tinggi dan asin, tekanan darah tinggi,
5. Caries gigi 9 11%
sering mengalami stres, riwayat penyakit
6. Tidak ada 14 19%
dahulu dan riwayat penyakit keluarga
keluhan
berkaitan dengan penyakit tidak menular.
Hasil wawancara adalah sebagai berikut:
menunjukkan bahwa rata-rata pasien Dari tabel diatas disimpulkan bahwa di
penderita PTM memiliki kebiasaan Dusun Glonggongan paling banyak yaitu
minum kopi, merokok, dan memiliki pola penyakit Hipertensi 29 (34%).
makan yang kurang baik, seperti tinggi
garam untuk penderita hipertensi, tinggi Tabel 3. Aktifitas Sehari-hari Lansia di
gula untuk diabetes mellitus, dan tinggi Dusun Glonggongan Desa
protein untuk kasus gout. Sumbertebu, Bangsal
3. Meja 3 : Pengukuran, yaitu kegiatan yang No. Aktifitas Frekuensi Presentase
mengukur TB, BB, IMT, Lingkar Perut. Lansia (f) (%)
4. Meja 4 : Pemeriksaan, yaitu kegiatan 1. Bekerja 8 44
yang memeriksa tekanan darah, gula, 2. Tidak Bekerja 10 56
kolesterol dan trigliserida darah, Jumlah 18 100
pemeriksaan klinis payudara, uji fungsi
paru sederhana, IVA, kadar alkohol Dari tabel 3 diatas dapat disimpul kan
pernafasan dan tes amfetamin urine. bahwa di Dusun Glonggongan yang paling
5. Meja 5: Konseling dan edukasi banyak adalah lansia yang tidak bekerja dalam
yaitu sejumlah 10 orang (56%).

Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan


keluhan saat ini di Dusun Pemenuhan ADL lansia di Dusun
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 357

Glonggongan Desa Sumbertebu, Tabel 7. Jenis makanan yang dikonsumsi


Bangsal lansia di Dusun Glonggongan
Pemenuhan Frekuensi Presentase Desa Sumbertebu, Bangsal
No.
ADL Lansia (f) (%) No. Jenismakanan Frekuensi Presentase
1. Mandiri 16 89 yang (f) (%)
2. Dibantu 2 11 dikonsumsi
Sebagian 1. Normal 4 22
Jumlah 18 100 2. Tinggi (purin, 14 78
lemak, gula,
Dari tabel diatas dapat disimpulkan garam)
bahwa di Dusun Glonggongan yang paling
banyak adalah lansia yang mandiri yaitu Dari tabel diatas dapat disimpul kan
sejumlah 16 orang (89 %). bahwa di Dusun Glonggongan yang paling
banyak terdapat lansia yang menkonsumsi
Tabel 5. Frekuensi makan lansia yang ada makanan tinggi (purin, lemak, gula, garam)
di Dusun Glonggongan Desa yaitu sejumlah 14 orang (78 %). Masih
Sumbertebu, Bangsal tingginya konsumsi makanan tinggi purin,
Frekuensi Frekuensi Presentase lemak dan gula menyebabkan resiko tinggi
No. terjadinya kondisi yang tidak stabil bagi
makan (f) (%)
1. 1x sehari 0 0 penderita penyakit degeneratif (Harjana,
2. 2x sehari 0 0 2011). Kelompok lansia merupakan kelompok
3. 3x sehari 18 100 masyarakat yang paling banyak terdampak
Jumlah 18 100 masalah degeneratif. Lansia adalah kelompok
penduduk yang sudah berumur lebih dari 70
Dari tabel diatas dapat disimpulkan tahun yang merupakan kelompok dengan
bahwa di Dusun Glonggongan yang paling tingkat ketergantungan yang tinggi. Kualitas
banyak lansia yang makan 3x sehari yaitu hidup lansia ditentukan oleh riwayat penyakit
sejumlah 18 orang (100 %). yang diderita, kondisi psikologis (depresi),
dukungan keluarga dan aktivita fisik lansia
Tabel 6. Jumlah makan lansia yang ada di sehari-hari (Kartiningrum, 2017).
Dusun Glonggongan Desa
Sumbertebu, Bangsal Tabel 8. Penyakit yang dideritalansiapada
Jumlah Frekuensi Presentase akhir posbindu PTM di Dusun
No. Glonggongan Desa Sumbertebu,
makan (f) (%)
1. Habis 8 44 Bangsal
2. Tidakhabis 10 56 No. Penyakit Frekuensi Presentase
Jumlah 18 100 yang (f) (%)
diderita
Dari tabel 6 diatas dapat disimpulkan 1. Hipertensi 8 45%
bahwa di Dusun Glonggongan yang paling 2 DM 4 22%
banyak lansia yang tidak habis makannya 3 Linu-linu 6 33%
dalam sehari yaitu sejumlah 10 orang (56 %). Jumlah 18 100%

Tabel diatas menyimpulkan bahwa di


Dusun Glonggongan yang paling banyak
terdapat lansia yang menderita penyakit
hipertensi yaitu sejumlah 8 orang (45 %).
Bentuk pemberdayaan masyarakat adalah
melalui kegiatan posbindu PTM. Selanjutnya
untuk terlaksananya kegiatan Posbindu PTM
tersebut diperlukan pelatihan kader dengan
memberikan muatan pengendalian factor
risiko PTM (Rahajeng, 2007). Pelatihan bagi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 358

kader kesehatan sebagai bagian dari kelompok 6. Kementerian Kesehatan RI. 2007. Pedom
masyarakat peduli PTM diharapkan mampu an Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi(Kad
melaksanakan deteksi dini faktor risiko PTM arzi). Jakarta.
dan tindak lanjutnya secara mandiri.Kader 7. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedom
kesehatan diharapkan mampu berperan aktif an Umum Pengembangan Desadan Kelur
dalam masyarakat dan bertindak sebagai ahan Siaga Aktif. Jakarta.
motor penggerak (agent of change) dalam 8. Kementerian Kesehatan RI. 2011.Pedoma
pengendalian PTM (Kementrian Dalam n Umum Pengelolaan Posyandu.Jakarta.
Negeri RI, 2007). Dengan meningkatnya 9. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Revital
kesadaran masyarakat dalam identifikasi itasi Kebijakan Dasar PusatKesehatan Ma
faktor risiko PTM merupakan daya ungkit bagi syarakat. Jakarta.
pengendalian PTM sehingga menjadikan 10. Kementrian Kesehatan RI, Pusat Promosi
program pengendalian PTM merupakan Kesehatan. 2011. RencanaOperasional Pr
program yang mandiri dan berkesinambungan. omosi Kesehatan Dalam Pengendalian Pe
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut nyakit TidakMenular Tahun 2010-
diperlukan buku panduan untuk pelatihan 2014. Jakarta.
kader kesehatan dalam pengendalian faktor 11. Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan da
risiko (FR) PTM. Sehingga keberlanjutan n Pencegahan Diabetes Mellitus
program diteruskan dengan pelatihan Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
posbindu secara terstruktur pada kader 12. Rahajeng, Ekowati. 2007. Posbindu PTM
kesehatan. . Jakarta.
13. Sudirman, Sulistro. 2003. P3K. Jakarta.
5. KESIMPULAN
Kegiatan Posbindu PTM merupakan
kegiatan yang terintegrasi sehingga
memerlukan peran serta semua pihak.
Pelaksanaan pendampingan selama 3 bulan
mampu menurunkan jumlah penderita yang
rutin datang ke Posbindu.

REFERENSI
1. Harjana, Arief. 2011. 812 Resep untuk Me
ngobati 236 penyakit. Jakarta.RSCM Pusa
t Diabetes dan Lipid Jakarta. 2010. Daftar
Bahan MakananPenukar. Jakarta.
2. Kartiningrum, Eka Diah. 2017. Kualitas
Hidup Lansia Di Dusun Glonggongan
Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal
Mojokerto. Jurnal Hospital Majapahit Vol
9 No 2 Hal 42-47.
3. Kementerian Dalam negeri RI. 2007. Ped
oman Penataan KelembagaanMasyarakat.
Jakarta.
4. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi
Kesehatan. 2011. Buku Paket
Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Ma
syarakat dalamPengembangan Desa Siaga
(Untuk Kader. Jakarta.
5. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi
Kesehatan. 2011. Panduan
peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga
.Jakarta.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 359

AKUPUNKTUR METODE JIN’S 3 NEEDLE MEREDAKAN NYERI ISCHIALGIA

Puspo Wardoyo1, Lenny Tandya2, Ismiatun3


1
Prodi Akupunktur, Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang
Email: puspowardoyo45@gmail.com
2
Prodi Akupunktur, Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang
3
Prodi Kebidanan, Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang
Email: lilikismiatun@gmail.com

Abstract

Ischialgia is one of the musculoskeletal pain in the lumbosacral region that runs the butt even up to
the lateral toe. Management of Ischialgia is conventionally carried out, among others, by
pharmacological treatment, medical rehabilitation and surgery. Despite the accompanying side
effects, the curative action is still being performed. While acupuncture therapy is also useful for
various cases of pain, especially in ischialgia needs to be proven its use through various studies.
Until now acupuncture treatment that is officially recognized by conventional medicine is its
usefulness for various cases of pain. Given the treatment of acupuncture begins with the traditional
philosophical approach then there are still many that have not been revealed scientifically. Therefore
this research is a novice research conducted to prove the influence of acupuncture therapy Jins 3
Needles method to the intensity of pain of ischialgia sufferers. It is hoped that the Jins 3 Needles
method that uses these little needles becomes the preferred alternative for various pain cases,
including ischialgia so that respondents are more comfortable and safer to choose a relatively
natural treatment without these side effects. The population in this study were all patients with
Ischialgia who utilize acupuncture treatment at the Acupuncture Clinic Laboratory of Polytechnic
of RS Health dr. Soepraoen Kesdam V. Sampling using Purposiv Sampling technique with criteria
that have been determined by the researchers. Acupuncture treatment measures are performed on
the basis of standard operational procedures and treatment procedures. In this study the therapy
was performed 3x / week with a two-day interval for 12 times therapy. To know the difference of pain
level before and after therapy hence the collected research data need to be processed and analyzed.
The hypothesis test was established to prove the significance of the effect of acupuncture therapy on
the Jins 3 Needles method to the intensity of iscialgia pain using the Wilcoxon's Signed Ranks Test.
The result states that t count is smaller than t table. Because H0 is rejected there is the effect of the
treatment of acupuncture method of Jin's 3 Needles on ischialgia pain.
Keywords: acupuncture therapy; Jins 3 Needles method; pain intensity; ischialgia

1. PENDAHULUAN pantat dan selanjutnya ke bagian posterolateral


Seiring padatnya waktu beraktifitas untuk tungkai atas, bagian lateral tungkai bawah,
memenuhi tingginya kebutuhan hidup, serta bagian lateral kaki. Menurut Ehrlich G.E,
memberikan dampak yang negatif bagi et.all prevalensi Ischialgia di Amerika Serikat
masyarakat. Dengan kegiatan yang padat, terus berkisar 15–20%. Sedangkan Indonesia
menerus dan cenderung monoton tersebut, menunjukan prevalensi Ischialgia 18-21%,
tidak diimbangi dengan waktu beristirahat pada laki-laki 13,6% dan pada wanita 18,2%
yang cukup, minimnya waktu untuk (Wirawan, 2004). Wanita memiliki angka
berolahraga, dan ketidakpedulian pada prevalensi yang lebih tinggi terkena Ischialgia
kesehatan diri sendiri, menimbulkan dibandingkan dengan pria. Hal tersebut
berkembangnya berbagai macam jenis dikarenakan wanita memiliki aktivitas yang
penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. monoton dengan posisi yang statis, misalnya
Faktor-faktor tersebut diduga salah satu saja pada penggunaan sepatu dengan hak tinggi
pemicu banyaknya masyarakat yang menderita atau pada ibu-ibu dengan kebiasaaan
Ischialgia (Kuntono, 2005). menggendong anaknya (Kuntono, 2005).
Ischialgia adalah nyeri yang berpangkal Beberapa faktor resiko yang
pada daerah lumbosakralis yang menjalar ke menyebabkan Ischialgia antara lain adalah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 360

orang yang kesehariannya dipenuhi dengan pengalaman sensorik lain. Nyeri itu sendiri
kesibukan mengangkat benda-benda berat dapat diartikan sebagai suatu pengalaman
terutama pada kelompok umur sekitar 45 sensorik yang tidak mengenakkan yang
tahun, orang yang obesitas, dan orang–orang berhubungan dengan suatu kerusakan jaringan
yang kurang melakukan olah raga atau atau hanya berupa potensi kerusakan jaringan,
aktivitas fisik teratur. Ischialgia menyebabkan (Mubarak, 2008).
penderita mengalami suatu ketidakmampuan Karena rasa nyeri itu bersifat subyektif
fisik yaitu keterbatasan fungsional dalam maka ada kemungkinan nyeri yang sama
aktifitas sehari-hari sehingga banyak intensitasnya dapat dirasakan sangat berbeda
kehilangan jam kerja (Sidharta, 2009). Jika oleh orang yang berbeda, (Tamsuri, 2007).
dibiarkan maka lama kelamaan akan Dalam hal ini untuk menentukan intensitas
mengakibatkan kelemahan anggota badan tingkat nyeri dapat dilakukan dengan cara
bawah/tungkai bawah yang disertai dengan menanyakan langsung kepada penderitanya,
mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut atau dapat pula menggunakan daftar
(Kuntono, 2005). pertanyaan yang dilengkapi dengan gambaran
Terapi Ischialgia bertujuan untuk kata-kata atau simbol-simbol tentang tingkat
mengatasi rasa nyeri, mengembalikan fungsi nyeri. Alat bantu untuk menentukan tingkat
pergerakan dan mobilitas, mencegah nyeri dapat berupa skala yang memuat
kekambuhan serta mencegah timbulnya nyeri gambaran tingkat nyeri. Skala yang dapat
kronik. Terapi farmakologi/obat-obatan digunakan adalah skala menurut Bourbanis,
merupakan salah satu pilihan yang bisa (Smeltzer, S.C bare B.G, 2002).
digunakan dalam terapi Ischialgia. Namun Skala Bourbanis membagi tingkat nyeri
mengkonsumsi obat terus menerus dalam menjadi lima tingkat. Nyeri tingkat Satu (tidak
jangka waktu lama dapat menyebabkan efek nyeri). Nyeri tingkat dua (Nyeri Ringan). Nyeri
samping, di antaranya gangguan ischialgia, tingkat tiga (Nyeri Sedang). Nyeri tingkat
konstipasi dan lain-lain. Terapi non empat (Nyeri Berat Terkontrol). Nyeri tingkat
farmakologik seperti akupunktur merupakan lima (Nyeri tak Tertahankan).
pilihan tepat baik oleh penderita maupun Klasifikasi nyeri dapat dibagi berdasarkan
klinisi untuk menyelesaikan masalah durasi, lokasi nyeri, ataupun penyebabnya.
Ischialgia (Sudirman, 2009). Memang Nyeri akut dan nyeri kronik termasuk
akupunktur kurang diminati oleh sebagian kalisifikasi nyeri berdasarkan durasi. Nyeri
penderita yang takut jarum. Namun demikian somatik permukaan, nyeri somatik dalam dan
ada metode akupunktur yang hanya nyeri viscera merupakan pembagian nyeri
menggunakan sedikit jarum yaitu metode Jin’s berdasarkan lokasi nyeri. Sedangkan nyeri
3 needles (Jin, 2004). nosiseptik, nyeri neuropatik dan nyeri
Penelitian ini dirmaksudkan untuk psikologik termasuk penggolongan nyeri
Membuktikan pengaruh terapi akupunktur berdasarkan penyebabnya, (Sidharta, 2008).
metode Jin’s 3 Needles (Zuogudian, 2.2. Ischialgia
Weizhong, Kunlun) terhadap intensitas nyeri Ischialgia diartikan sebagai nyeri bokong,
penderita Ischialgia di Laboratorium Klinik yaitu nyeri yang menjalar dari bawah pinggang
Akupunktur Politeknik Kesehatan RS dr. menuju ke bawah sepanjang perjalanan
Soepraoen Malang. Untuk mengetahui n.ischiadiskus. Nyeri yang berpangkal pada
pengaruh terapi akupunktur maka dilakukan daerah lumbosakralis atau sakrum yang
pengukuran intensitas nyeri sebelum dan menjalar ke pantat dan selanjutnya ke bagian
sesudah terapi kemudian membandingkan posterolateral tungkai atas, bagian lateral
antara data pretest dan posttest. tungkai bawah, serta bagian lateral kaki.
Nyeri ischialgia dapat timbul akibat
2. KAJIAN LITERATUR DAN Neuritis Nervus Ischiadikus Primer tanpa
PEGEMBANGAN HIPOTESIS didahului oleh low back pain yang kronik.
2.1. Nyeri. Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer
Nyeri adalah satu tanda alami dari suatu adalah adanya peradangan pada n.ischiadicus.
penyakit yang paling pertama muncul dan Ischialgia ini sering berhubungan dengan
menjadi gejala yang paling dominan di antara diabetes melitus (DM), masuk angin, flu, sakit
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 361

kerongkongan dan nyeri pada persendian. yang mengalami inflamasi akan melepaskan
Ischialgia ini dapat disembuhkan dengan substansi-substansi kalium, histamin,
menggunakan NSAID (Non-Steroid Anti asetilkolin, serotonin, prostalglandin,
Inflammatory Drugs). Gejala utama Neuritis bradikinin dan substansi P dari ujung saraf
Ischiadicus primer adalah adanya nyeri yang setempat. Zat-zat tersebut akan mengaktifkan
dirasakan berasal dari daerah antara sacrum nosiseptor dan nosiseptor akan berhubungan
dan sendi panggul, tepatnya pada Foramen dengan serabut saraf A-δ bermielin yang
Infrapiriforme atau Incisura Ischiatica dan menghantarkan nyeri yang tajam, menusuk dan
menjalar sepanjang perjalanan n.Ischiadicus jelas terlokalisir. Serabut saraf tipe C tidak
dan lanjutannya pada n.Peroneus Communis bermielin sehingga menghantarkan rasa
dan n.Tibialis. Neuritis Ischiadicus primer terbakar, tidak mengenakkan, dan tidak
timbul akut, sub akut dan tidak berhubungan terlokalisir. Nyeri bisa terjadi bila ada stimulus
dengan nyeri punggung bawah kronik. Neuritis yang memenuhi syarat yang dimediasi atau
Ischiadicus dapat diketahui dengan adanya difasilitasi oleh bahan kimia tertentu seperti
nyeri tekan positif pada n. Ischiadicus, m. leukotrin, prostalglandin, interleukin dan
Tibialis anterior dan m. Peroneus Longus. tromboksan sehingga menimbulkan impuls
Nyeri ischialgia akibat entrapment nyeri atau impuls nosiseptif di nosiseptor yang
neuritis juga dapat dirasakan tanpa anamnesa dikenal dengan proses tranduksi yang
low back pain, yang mendahuluinya melainkan kemudian medulla spinalis, batang otak,
timbul sebagai manifestasi rematismus. Ini mesensefalon, korteks serebri dan korteks
berarti bahwa Ischialgianya bergandengan asosiasinya untuk kemudian disadari baik
dengan sendi panggul yang terkena bursitis mengenai sifat, lokasi, maupun berat
m.piriformis, tuberitis dan artritis sakroiliaka ringannya.
sehingga n. ischiadikus terjebak dalam proses Dengan adanya nyeri yang menyerang,
rematismus di bagunan-bangunan yang seseorang kesulitan menggerakkan badannya
dilewati dalam perjalanannya ke perifer. sehingga lama-kelamaan akan menimbulkan
Konfirmasi data anamnestik ini dapat keterbatasan gerak dan kelemahan otot.
diperoleh dengan hasil pemeriksaan fisik- Ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu
diagnostik. Ischialgia ini terjadi karena sisi, yang bisa menyebabkan rasa seperti
n.Ischiadicus terperangkap oleh proses ditusuk jarum. Kekakuan kemungkinan
patologis yang terjadi di berbagai jaringan dirasakan pada kaki. Kegiatan berjalan, berlari,
yang dilewatinya. dan menaiki tangga, memperburuk nyeri
Begitu juga nyeri ischialgia bisa muncul tersebut. Nyeri dapat diringankan dengan
karena perwujudan radikulopatia, yaitu karena menekuk unggung atau duduk.
Nucleus Pulposus yang jebol ke dalam Kanalis Beberapa gejala nyeri yang timbul akibat
Vertebralis akibat Hernia Nucleus Pulposus ischialgia di antaranya adalah :
(HNP, osteofit atau peradangan (rematoid 1. Nyeri punggung bawah
spondilitis angkilopoetika, herpes zoster, 2. Nyeri daerah bokong
tuberkulosa) atau karena adanya tumor pada 3. Rasa kaku pada punggung bawah
kanalis vertebralis. Pada kasus ini pasien akan 4. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa
merasakan nyeri hebat, dimulai dari daerah kesetrum, yang di rasakan daerah bokong
lumbosacral menjalar menurut perjalanan menjalar ke daerah paha, betis bahkan
n.Ischiadicus dan lanjutannya pada n. Peroneus sampai kaki, tergantung bagian saraf
Communis dan n. Tibialis. Makin ke distal mana yang terjepit.
nyeri akan berkurang, ini disebabkan karena Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan
radiks saraf yang terangsang sehingga nyeri mengakibatkan kelemahan anggota badan
yang dirasakan akan berkurang. bawah/tungkai bawah yang disertai dengan
Secara umum ischialgia bisa muncul mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.
karena adanya stimulus yang mengaktifkan Penatalaksanaan ischialgia dapat
nosiseptor yang ada di kulit, jaringan di bawah dilakukan melalui pendekatan farmakologis,
kulit dan organ viscera. Stimulus yang dapat operasi maupun rehabilitasi medis. Namun
mengaktifkan nosiseptor adalah stimulus mengandung konsekuensi adanya efek
mekanik, kimiawi maupun termal. Jaringan samping yang biasanya menyertai. Apalagi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 362

ditambah dengan mengonsumsi obat-obat sebagai terapi dalam mengurangi keluhan


kimia. Akibat lainnya adalah depresi nyeri dan spasme otot pada penderita Ischialgia
pernapasan, konstipasi, gangguan SSP, mual (Jin, 2004).
dan muntah pada dosis awal, kerusakan Titik Zuogudian (Jin) merupakan titik
ischialgia, darah, hati dan ginjal, dan lain-lain. yang ditemukan oleh Jin Rui melalui
Mengingat begitu banyak dampak akibat pengalaman-pengalamannya sebagai
penanganan dengan pendekatan konvensional penerapi. Jin menemukan bahwa ada titik
maka pendekatan tradisional akupunktur rangsangan yang tepat pada saraf sciatic. Titik
menjadi alternatif terpilih dalam menangani Zuogudian (Jin) terletak 3 cun (4 jari pasien)
kasus nyeri ischialgia ini, terutama dengan lateral Hiatus sacralis (ujung lipatan glutealis).
metode Jin’s 3 needle. Untuk mendapatkan Penusukannya tegak lurus 1,5-2 cun,
hasil yang optimal penanganan nyeri ischialgia menggunakan jarum filiform berukuran 2 cun
perlu pendekatan yang komprehensif meliputi (Jin, 2004). Titik Weizhong (BL 40)
kedokteran konvensional dan tradisional merupakan titik akupunktur yang berarti
akupunktur. “perintah menengah”, terletak pada
Kata akupunktur berasal dari bahasa pertengahan lipat melintang kulit popliteus, di
Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan tengah-tengah tendon m.biceps femoralis dan
punctura yang berarti menusuk. Di dalam tendon m.semi branosus. Penusukannya tegak
bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan lurus 0,5-1 cun, menggunakan jarum filiform
kata asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. berukuran 1,5 cun. Titik Kunlun (BL 60)
Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke merupakan titik akupunktur yang berarti
dalam bahasa Indonesia menjadi akupunktur “pegunungan Kun Lun”, terletak pada lekuk
atau tusuk jarum. antara prominensia malleolus eksternus
Menurut Syarif Sudirman (2009), dengan tendon archiles. Penusukannya tegak
akupunktur analgesia dapat dimengerti dengan lurus 0,5-1 cun, menggunakan jarum filiform
dua macam proses, yaitu 1) proses neural yang berukuran 1 cun, (Omi, 2008).
dimulai dengan stimulasi saraf diameter kecil
yang mengirim implus ke medulla spinalis, 3. METODE PENELITIAN
mesensefalon, kompleks pituitary-hipotalamus Desain penelitian ini menggunakan pre-
untuk melepas neurotransitter yang experimental design dengan pretest-posttest
menghambat pesan nyeri yang datang design. Penelitian dilakukan dengan cara
berikutnya melalui jalur nyeri lain. Mekanisme mengamati keadaan awal responden sebelum
ini sudah dibuktikan melalui opionergik. 2) mendapat perlakuan terapi akupunktur
Proses melalui matrik jaringan ikat dengan (pretest). Kemudian responden mendapat
pengiriman signal inflamasi sebagai upaya tindakan terapi akupunktur sebanyak 12 kali
homeostasis. (satu seri) dengan frekuensi 3x/minggu.
Kaitannya dengan ischialgia dapat Setelah responden menjalani terapi yang
disebutkan bahwa Ischialgia termasuk kategori terakhir maka dilakukan pengamatan akhir
Bi Zheng (Bi sindrom). Hal itu disebabkan pada responden (posttest). Selanjutnya
oleh serangan ezogenous angin dingin dilakukan pembandingan antara nilai pretest
kelembaban atau trauma, sehingga stagnasi qi dan posttest untuk dilihat dampak/pengaruh
dan Xue di meridian. Ischialgia umumnya intervensinya.
dibagi menjadi tiga tipe : dingin kelembaban,
trauma dan defisiensi Qi ginjal. Penanganan Pretest Perlakuan Posttest
ischialgia sudah terbiasa dilakukan NR : O1 (X) O2
menggunakan rumus baku. Dalam penelitian
ini terapi akupunktur menggunakan metode NR = Non Random
Jin’s 3 Needles. O = Observasi
Akupunktur metode Jin’s 3 needles adalah X = Perlakuan terapi akupunktur
teknik akupunktur yang dalam penerapannya
menggunakan 3 titik akupunktur, yaitu Dalam penelitian ini sebagai variabel
Zuogudian (Jin), Weizhong (BL 40), Kunlun independennya adalah terapi akupunktur
(BL 60). Metode ini sangat efektif dipakai metode Jin’s 3 needle, yaitu terapi yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 363

menggunakan 3 titik yang dirumuskan oleh Jin Tindakan perlakuan terapi akupunktur
Rui meliputi titik Zuogudian, Weizhong dan merujuk pada SOP. Sebelum dilakukan
Kunlun. Ketiga titik tersebut dilakukan tindakan intervensi terlebih dahulu responden
penusukan. Jarum yang tertanam tanpa bantuan mendapat penjelasan singkat, di antaranya
alat intervensi lain dibiarkan selama 15 menit tentang persiapan diri, lokasi yang akan
lalu dicabut. Sedangkan intensitas nyeri ditusuk sekaligus tentang reaksi maupun
responden sebagai variabel dependen. Yaitu sensasi penusukan.
sensasi nyeri yang dirasakan responden di Petugas terapi akupunktur melakukan
daerah lumbosakralis yang menjalar ke bawah disinfeksi diri dan tempat-tempat terpilih pada
bahkan sampai kaki bawah. Tabel skala nyeri responden yang akan dipasang jarum.
Bourbanis dipakai sebagai alat untuk Disinfeksi dilakukan dengan bola kapas steril
mengukur tingkat skala nyeri responden yang sudah dibasahi alkohol 70%. Responden
tersebut. diposisikan sedemikian rupa agar tetap
Sampel yang dipilih untuk penelitian ini merasakan nyaman selama proses penjaruman
adalah responden Ischialgia yang melakukan maupun panca terapi, sekaligus memudahkan
terapi Akupunktur di Laboratorium Klinik terapis melakukan tugasnya. Setelah itu
Akupunktur Politeknik Kesehatan RS dr. dilakukan penusukan secara berturut-turut
Soepraoen Malang dengan menggunakan pada tiga titik utama dengan menggunakan
teknik Purposive Sampling, yaitu pengambilan jarum filiform steril sekali pakai ukuran 1 cun
sampel yang dilakukan sesuai ketentuan atau ukuran lain sesuai kondisi anatomis tubuh
peneliti yaitu penderita ischialgia yang 1) responden. Jarum dibiarkan tertancap sesuai
bersedia menjadi responden; 2) mematuhi perencaan waktu yang dibutuhkan. Setelah itu
jadwal dan frekuensi terapi; 3) tidak dilakukan pencabutan jarum. Setiap
mengkonsumsi obat; 4) tidak menjalani pencabutan jarum, bekas tusukan dilakukan
tindakan medis lain; 5) tidak dalam pantangan disinfeksi kembali menggunakan bola kapas
terapi akupunktur; 6) usia 31 – 55 tahun; 6) steril yang telah dibasahi alkohol 70%. Terapi
bekerja sebagai sopir umum/administrasi/ akupunktur selesai, responden dapat
pendidik/ kurir/ pekerja bangunan;. meninggalkan tempat.
Responden yang datang di Laboratorium
Klinik Akupunktur Politeknik Kesehatan RS 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dr. Soepraoen dan bersedia menjadi responden, 4.1. Hasil
diminta untuk menandatangani informed Penelitian ini menghasilkan data
consent terlebih dahulu. Sebelum responden sebagaimana dalam tabel berikut :
diterapi akupunktur, responden diminta untuk Tabel 2. Data Skor Nyeri Berdasarkan
menentukan tingkat nyeri ischialgia yang Demografi Responden
dirasakan dengan cara memilih salah satu Skor Nyeri
angka yang tertera pada lembar skala nyeri No. Demografi Responden
Pre Post
Bourbanis. Bagi responden yang mengalami 1 Jenis Kelamin
kesulitan dalam mengisi kuesioner (skala Laki-laki 19 4,3 1,6
nyeri) tersebut dapat dibantu seperlunya oleh Perempuan 11 3,9 2,0
petugas pengumpul data. Selanjutnya 2 Umur
responden menjalani terapi sesuai jadwal yang 31 – 35 6 4,1 0,8
disepakati. Setiap kali terapi (ketika jarum 36 – 40 7 3,9 2
terpasang) memerlukan waktu selamanya 15 41 – 45 9 4,1 2
menit. 45 – 50 2 5 2,5
Setelah responden menjalani terapi untuk 51 – 55 6 4,3 1,3
yang terakhir kalinya maka dilakukan 3 Pekerjaan
pengukuran akhir (posttest) tingkat nyerinya. Sopir Umum 7 4,1 2,3
Data yang diperoleh selama pengumpulan data Administrasi 7 4,7 1,8
dimasukkan ke dalam lembar rekap data untuk Pendidik 5 4,4 1,5
dianalisis lebih lanjut menggunakan Kurir 2 3,5 1
Wilcoxon's Signed Ranks Test. Pekerja 3,8 1,3
9
bangunan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 364

Responden yang terpilih berdasarkan Akupunktur terdapat 6 responden (20%)


teknik Purposive Sampling terlihat bahwa dengan nyeri awal di skala 3 berubah menjadi
responden laki-laki (63%) mengalami sembuh (skala 0) setelah menjalani terapi
penurunan lebih banyak atau mendapatkan sesuai rencana. Sebanyak 16 responden (53%)
selisih skala sebesar 2,7 dibandingkan di antaranya mengalami penurunan sampai
perempuan yang mendapatkan selisih skala skala 0 atau terbebas dari keluhan nyeri
sebesar 1,9. Kelompok umur 41 – 45 (9 orang) ischialgia. Sedangkan 14 responden (47%)
merupakan kelompok umur terbesar dengan nyerinya berkurang, yang semula berada pada
selisih skala nyeri sebesar 2,1. Kelompok umur skala 4 – 5 (sedang) turun menempati skala 1 –
45 – 50 tahun hanya ada dua orang dengan 3 (ringan). Setelah mendapat perlakuan
selisih skala nyeri sebesar 2,5. Namun sebanyak 12 kali terapi hanya ada dua
demikian terdapat penurunan skala nyeri responden (6,7%) yang tingkat nyerinya berada
paling besar (3,3) yang dialami kelompok pada skala 3 yang semula berskala 5. Terdapat
umur 31 – 35 tahun. Sementara itu responden tiga responden (10%) yang semula berada pada
dengan pekerjaan sebagai kurir hanya ada dua skala 5 berubah menjadi skala 1 (ringan).
orang. Sedangkan responden yang bekerja di Sebanyak 10 responden (30%) mengalami
bidang bangunan gedung ada 9 orang dengan penurunan dari skala 4 menjadi skala 0.
selisih penurunan skala nyeri paling sedikit Untuk mengetahui perbedaan skala
(1,5) dibanding jenis pekerjaan yang lain. Sopir intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah
umum menghasilkan selisih 1,8. Pekerja di perlakuan terapi akupunktur dilakukan uji
bidang administrasi kantor dan pendidik hipotesis menggunakan Uji Wilcoxon’s Signed
menghasilkan selisih 2,9. Selisih 2,5 dihasilkan Ranks Test. Hasil hitung, bahwa t hitung = 0
kurir. dengan α = 0,05, yang kemudian dibandingkan
Data sebelum dan sesudah perlakuan dengan tabel t, maka didapatkan nilai dari t
terapi akupunktur sebagai berikut : tabel (30) = 152. Sehingga nilai t hitung (0) < t
tabel (152). Jadi, H0 ditolak. Artinya terapi
Tabel 1. Data Nilai Intensitas Nyeri akupunktur metode jins 3 needles terbukti
Sebelum Dan Sesudah Perlakuan secara signifikan dan bermanfaat untuk
Terapi Akupunktur menurunkan intensitas nyeri penderita
Skala Skala ischialgia.
No. Nyeri No. Nyeri
Resp Resp 4.2. Pembahasan
Pre Post Pre Post
1 5 2 16 5 2 Nyeri ischialgia yang melanda dapat
2 4 0 17 5 2 mengakibatkan seseorang menjadi menderita
3 4 0 18 5 3 olehnya. Namun sebagian besar pilihan
4 3 0 19 5 2 pengobatan yang ada saat ini tidak cukup untuk
5 3 0 20 4 1 mengendalikan rasa sakit. Untuk mengatasinya
bisa diberikan obat-obatan atau melakukan
6 4 0 21 4 1
latihan-latihan tertentu. Metode farmakologis
7 3 0 22 5 3
memiliki efek samping yang merugikan,
8 4 0 23 5 1
sementara pembedahan mahal dan belum tentu
9 4 0 24 4 0 cocok pada setiap orang dengan berbagai
10 4 0 25 4 0 alasannya. Akupunktur sebagai salah satu
11 5 2 26 4 1 pengobatan non-farmakologi telah
12 3 0 27 5 1 berkontribusi nyata sebagai tindakan yang
13 4 0 28 5 1 aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit
14 5 2 29 3 0 ishialgia.
15 3 0 30 4 0 Sebagian para ahli kedokteran
konvensional masih meragukan efektifitas-nya
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat karena memang teknologi ilmiah masih
disebutkan bahwa semua responden mampu membuktikan sebagian kecil saja dan
mengalami penurunan intensitas nyeri. masih sangat banyak misteri yang belum dapat
Sebelum mendapat perlakuan terapi dijangkau dengan pembuktian secara ilmiah.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 365

Oleh karena itu, bila efektivitas akupunktur al. dari Rumah Sakit Rizhao TCM dan
kondisinya masih tetap tidak jelas, sulit bagi Universitas TCM dari Shanghai
dokter untuk membuat rekomendasi yang mengkonfirmasikan temuan kemampuan
sesuai. Namun demikian, melalui berbagai akupunktur untuk mengatur β-EP, IL-1, IL-6,
penelitian, mekanisme analgesia akupunktur dan TNF-α. Li et al. perhatikan bahwa
secara bertahap semakin jelas. akupunktur dan akupunktur plus herbal
Melalui penelitiannya di China sejak mengatur ekspresi biokimia terkait linu
tahun 1970-an, Jin (2004) telah menerapkan panggul namun terapi kombinasi akupunktur
suatu metode pengobatan yang disebut Jin’s 3 plus herbal melebihi terapi akupunktur
needles technique sebagai upaya untuk mandiri.
mengurangi keluhan nyeri dan spasme otot Secara klinis, Chen (2009) akupunktur
pada penderita ischialgia. Metode ini hanya sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit.
menggunakan tiga titik akupunktur sebagai Telah ditunjukkan bahwa akupunktur dapat
titik utama, yaitu titik Zuogudian (Jin), membuat otak dan pelepasan sumsum tulang
Weizhong (BL 40), dan Kunlun (BL 60). belakang K +, Ca ++, 5-hydroxytryptamine,
Dalam praktiknya dapat ditambahkan sejumlah dan peptida opioid, yang dapat mengubah
titik lain sesuai dengan sindroma penyakit pada komposisi neurotransmiter untuk menghambat
masing-masing penderita ischialgia. transmisi rasa sakit, sehingga menunjukkan
Berdasarkan pada tabel 1 di atas dapat efek analgesik.
dinyatakan bahwa metode Jin’s 3 needles Penggunaan metode Jin’s 3 needles
technique terbukti efektif pada kasus nyeri technique dapat dikombinasikan dengan titik
ischialgia. Akupunktur metode Jin’s 3 needles lainnya seperti Huantiao (GB 30), titik
technique sebagai terapi mandiri memiliki persimpangan UB dan GB, bisa mengaktifkan
tingkat efektif 81,6% untuk menghilangkan qi (energi vital) dan darah dari 2 saluran.
nyeri akibat ischialgia dan pemulihan fungsi Weizhong (BL 40), titik konvergensi UB,
normal. Akupunktur dikombinasikan dengan bagus untuk mengobati sakit pinggang.
obat herbal mencapai tingkat efektif total 95%. Shenshu (BL 23) dan Dachangshu (BL 25)
Han et al (2014) peneliti dari Rizhao karena titik-titik setempat bisa langsung
Hospital of TCM (Traditional Chinese mengatur qi dari saluran di pinggang, dan
Medicine) and the Shanghai University, memperkuat tulang dan ginjal. Weizhong (BL
menemukan bahwa akupunktur dapat 40) dan Kunlun (BL 60) sebagai titik distal
mempromosikan pelepasan neurotransmitter dapat mengatur qi anggota badan yang terkena
seperti 5-hydroxytryptamine dan sebagai dan daerah lumbar, Chen (2009).
tambahan ia menghasilkan neuropeptida Penurunan intensitas nyeri ischialgia ini
melalui stimulasi listrik dengan frekuensi yang dapat dijelaskan menurut pendekatan medis
berbeda yang memiliki efek signifikan konvensional dari sisi sistem persyarafan
terhadap pengurangan rasa sakit. Ini menjadi seperti yang dituturkan Syarif Sudirman (2009)
panduan menuju tinjauan sistematis yang bahwa hal ini dikarenakan proses neural yang
bertujuan untuk menilai keamanan dan dimulai dengan stimulasi saraf diameter kecil
efektivitas akupunktur untuk nyeri iscialgia. yang mengirim implus ke medulla spinalis,
Dengan panduan awal ini diharapkan bisa mesensefalon, kompleks pituitary-hipotalamus
membantu dokter membuat keputusan dalam untuk melepas neurotransmitter yang
praktiknya dan mendorong kemajuan menghambat pesan nyeri yang datang
penelitian akupunktur selanjutnya. berikutnya melalui jalur nyeri lain. Proses
Selanjutnya Han et al. (2014) melalui matrik jaringan ikat dengan
menyebutkan bahwa akupunktur pengiriman signal inflamasi sebagai upaya
meningkatkan serum β-EP, yang mengurangi homeostasis. Setiap stimulasi energi dengan
transmisi sinyal nyeri saraf. Sciatica juga dasar molekuler terjadi “elektro mechanical
ditandai dengan meningkatnya kadar IL-1, IL- model” transduksi energi dan menimbulkan
6, dan TNF-α. Hand et al. perhatikan bahwa katalisis ensimatik, oksidasi fosforlisasi,
akupunktur berhasil merendahkan biokimia ini transport aktif dan kontraksi otot yang
sehingga berkontribusi terhadap pengurangan merupakan performans dari sistem transduksi
rasa sakit dan pembengkakan. Penelitian Li et otot yang merupakan performans dari sistem
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 366

tranduksi energi biologi untuk regulasi


pertumbuhan dan perbaikan inflamasi dari
matriks ekstraseluler.

5. KESIMPULAN
Tingkat intensitas nyeri responden
sebelum diberi perlakuan terapi akupunktur
metode Jin’s 3 needles technique terdapat
sebanyak 80% berada pada skala sedang,
sisanya berskala ringan.
Tingkat intensitas nyeri responden setelah
diberi perlakuan terapi akupunktur metode
Jin’s 3 needles terdapat sebanyak 53%
sembuh, sisanya masih berskala ringan.
Terapi akupunktur metode Jin’s 3 needles
technique terbukti bermanfaat untuk
menurunkan intensitas nyeri ischialgia.

REFERENSI
1. Jin Rui (2004). Jin’s 3 Needles Technique.
Shanghai: shanghai scientif
2. Kuntono H.P. 2005. Management Nyeri
Muskuloskeletal. Makalah disajikan
dalam Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi
XV. Semarang.
3. Mubarak, Husnul: Nyeri Nosiseptif. [on
line]. 2008 dari URL :
http://cetrione.blogspot.com/2008/05/nye
ri-nosiseptif.html
4. Omi, Shigeru. 2008. WHO Standard
Acupunctur Point Locations In The
Western Pacific Region. Jakarta.
5. Sidharta,P. 2008. Tata pemeriksaan klinis
dalam neurologi, Jakarta : Dian Rakyat.
6. Sidharta, P. 2009. Neurologi Klinis Dalam
Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat.
7. Sudirman, S. (2009). Akupunktur Untuk
Nyeri dengan pendekatan neurosain.
Jakarta : CV.Sagung Seto
8. Smeltzer, Suzane C and Bare, dkk.
(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol
I. Alih Bahasa, Agung Waluyo. Editor.
Monika Ester. Jakarta : EGC
9. Tamsuri, A. 2007. Konsep dan
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.
10. Wirawan. (2004). Physio Nyeri
Pinggang. Jakarta dari URL :
http://www.depkes.go.id
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 367

PENGABDIAN MASYARAKAT DENGAN ART PAINTING THERAPY


TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA

Siti Fatimatur R1), Dhian Satya R2), Ayu Citra Mayasari3), Sapto Dwi A4), Nisha Dharmayanti R5)
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
Jl. Gadung No. 1 Surabaya

Abstract

Background : The aging process in eldery cause a variety of mental health problems, one that often
appear is depressed. Depression continues to be a serious mental health problem because it’s often
ignored. Objective : The research purposes to analyzing the effectiveness of art painting therapy to
decrease depression of elderly in Griya Lansia Santo Yoseph Surabaya. Method : The research
design using pre experimental with the draft one group pre test-post test design. The population are
152 elderly. Sampling technique uses purposive sampling obtainable 23 elderly depression. The
independent variable is art painting therapy and dependent variable is decreased levels of
depression. The instrument uses Beck’s Depression Inventory (BDI) questionnaire with intervention
art painting therapy as much as 8 session since 2 months. Result : Data were analysed using
Wilcoxon test to find the difference of depression level before and aftergiven art painting therapy.
The level of significant obtainable ρ value = 0,001 (ρ < 0,05).The implications of this research there
are influenced that significant between giving art painting therapy can decrease depression of elderly
in Griya Lansia Surabaya.
Keywords : depression, elderly, art painting therapy

1. PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah bagian dari proses lansia masih kurang diperhatikan dan
tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba- seringkali terlewatkan sehingga membuat
tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, depresi pada lansia tidak terkaji. Depresi pada
anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua lansia harus dilakukan penanganan secara
(Azizah, 2011). Di Indonesia, istilah untuk efektif, salah satunya dengan pemberian art
kelompok usia ini belum memiliki istilah yang painting therapy. Berdasarkan studi
baku, orang memiliki sebutan yang berbeda- pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
beda yakni ada yang menggunakan istilah usia Griya Lansia Santo Yoseph Surabaya, selama
lanjut atau jompo dengan padanan kata dalam ini belum pernah dilakukan terapi tersebut
bahasa Inggris biasa disebut the aged, the sehingga pengaruh art painting therapy
elders, older adult, serta senior citizen (Tamher sebagai terapi modalitas terhadap tingkat
& Noorkasiani, 2012). Usia yang bertambah depresi pada lanjut usia di Griya Lansia Santo
mengakibatkan kemampuan jaringan untuk Yoseph Surabaya belum dapat dijelaskan.
mempertahankan struktur dan fungsi normal (WHO, 2015) menyatakan Studi di Eropa
akan hilang secara perlahan-lahan secara dan Amerika Serikat mendapatkan prevalensi
alamiah. Pada masa tua ini manusia akan depresi pada populasi usia lanjut di masyarakat
mengalami perubahan baik fisik, mental dan berkisar antara 8-15% dan hasil meta analisis
sosial (Astuti, 2010). Masing-masing lansia dari laporan negara-negara didunia
memiliki mekanisme koping yang berbeda- mendapatkan prevalensi rerata depresi pada
beda dalam menghadapi perubahan-perubahan usia lanjut di masyarakat adalah 13,5% dengan
tersebut. Kemampuan lansia yang tinggal di perbandingan wanita : pria 14,1 : 8,6. Menurut
institusi Griya Lansia Santo Yoseph Surabaya data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 di
dalam beradaptasi secara psikologis terhadap Indonesia, gangguan mental emosional
perubahan yang terjadi pada dirinya masih (depresi dan ansietas yang usianya diatas 15
kurang. Lansia di Griya Lansia Santo Yoseph tahun mencakup lansia) sekitar 11,6% populasi
Surabaya memiliki masalah kesehatan jiwa Indonesia. Depresi adalah diagnosis pasien
yang sering timbul yakni salah satunya adalah rawat jalan tertinggi ketujuh. Prevalensi
depresi. Selama ini depresi yang terjadi pada depresi pada usia lanjut yang menjalani
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 368

perawatan di rumah sakit dan panti perawatan mengurangi stres, mengurangi kecemasan,
yaitu 30-45% (Prasetya, Hamid, & Susanti, meningkatkan perasaan para karyawan yang
2008). Menurut hasil penelitian, depresi pada ditunjukkan oleh perubahan indikator seperti
lansia terjadi pada sekitar 10-15% dari populasi irama jantung, sakit kepala, rasa tekanan dan
lansia yang berusia lebih dari 65 tahun. nyeri di dada, dan menjadi lebih mudah untuk
Sedangkan untuk lansia yang tinggal di tertidur. Selain itu keuntungan utama sesi art
institusi, angkanya meningkat hingga ke 50- therapy antara lain memperkuat konsepsi diri,
75% (Tamher & Noorkasiani, 2012). memfasilitasi pertumbuhan kepribadian,
Berdasarkan studi pendahuluan yang keyakinan terhadap diri sendiri, kepuasan,
dilakukan peneliti pada hari Rabu 17 Februari menjadi lebih tenang, melalui proses belajar
2016 di Griya Lansia Santo Yoseph Surabaya dan perbaikan diri.
terdapat 152 orang lanjut usia, didapatkan 11 Beberapa upaya penanggulangan depresi
orang lanjut usia mengalami gangguan mood dengan electic holistic approach antara lain
ringan (47,82%), 7 orang lanjut usia berada pendekatan psikodinamik, pendekatan perilaku
pada garis batas depresi klinis (30,43%), 4 belajar, pendekatan kognitif, pendekatan
orang lanjut usia mengalami depresi sedang humanistik eksistensial, dan pendekatan
(17,39%), 1 orang lanjut usia mengalami farmakologis (Azizah, 2011). Pendekatan
depresi berat (4,34%). keluarga juga sangat diperlukan dalam
Depresi pada lansia dapat terjadi penatalaksanaan depresi pada lansia.
disebabkan karena seseorang yang kehilangan Dukungan dari keluarga sangat membantu
kebutuhan afeksional (loss of love object), dalam mencegah dan mengatasi depresi pada
kurang menerima penghargaan (reward), lansia. Keluarga yang memberikan dukungan
memiliki kemapanan kognitif yang negatif akan membuat lansia merasa merasa aman, ada
(negative cognitive sets) untuk yang menemani, dan ada yang memperdulikan
menginterpretasikan diri sendiri dan masa keberadaan lansia. Dukungan keluarga dapat
depan, adanya ketidakcocokan antara reality diwujudkan dengan memberikan perhatian,
life dan ideal self, serta aktifitas neurologis bersikap empati, memberikan dorongan,
yang rendah. Menurut Wash (2007), dalam memberikan saran, memberikan pengetahuan
(Azizah, 2011), depresi pada usia lanjut dan sebagainya (Astuti, 2010). Strategi
dimanifestasikan dengan adanya keluhan intervensi dalam asuhan keperawatan yang
merasa tidak berharga, sedih yang berlebihan, diberikan pada lansia didalam panti yakni
murung, tidak bersemangat, merasa kosong, meliputi penerapan komunikasi untuk
tidak ada harapan, menuduh diri, ide-ide meningkatkan rasa percaya diri (self esteem),
pikiran bunuh diri dan pemeliharaan diri yang memberikan bantuan ke arah kemandirian
kurang bahkan penelantaran diri. Lansia yang optimal, mengupayakan untuk dapat
mengalami kondisi depresi mengakibatkan meningkatkan rasa percaya diri, serta
perasaannya menjadi tidak berharga, tidak dukungan sosial atau pengasuhan (Tamher &
berdaya, malu dengan kondisi fisik saat ini dan Noorkasiani, 2012).
perasaan bersalah, maka diagnosa keperawatan
yang paling sesuai dengan karakteristik gejala 2. METODE PELAKSANAAN
tersebut adalah harga diri kronik. Intervensi KEGIATAN
spesialis yang dapat digunakan untuk a. Waktu, Lokasi Dan Partisipan
melakukan perawatan lansia depresi dengan Kegiatan pengabdian masyarakat STIKES
diagnosa harga diri rendah adalah terapi Hang Tuah Surabaya ini dilakukan di Griya
kognitif (Prasetya et al., 2008). Terapi lain Lansia Santo Yoseph Surabaya. Kegiatan ini
yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan 23 lansia yang diketahui
memberikan terapi modalitas. Terapi modalitas mengalami depresi sebagai responden.
yang dapat dilakukan dengan menggunakan b. Alat Dan Bahan
kemampuan fisik adalah art painting therapy. Peralatan dan bahan yang digunakan
Menurut Visnola, dkk (2010), dalam (Yunita et dalam kegiatan penyuluhan berupa kamera,
al., 2014) menyatakan bahwa berdasarkan hasil buku tulis, pena, materi penyuluhan yang
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, disiapkan dalam bentuk power point dan
art therapy memiliki efek antara lain leaflet. Khusus untuk kegiatan pengukuran
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 369

tingkatan depresi yang dimiliki lansia, 3. HASIL PENELITIAN


,Instrumen menggunakan wawancara dengan Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini
pedoman kuesioner Beck’s Depression dapat diukur dengan melakukan tes sebelum
Inventory (BDI). Selanjutnya pada tahap dan sesudah (pretest posttest) dengan
berikutnya dibutuhkan zmodul dan form memberikan Terapi Art Painting dengan cara
evaluasi pelaksanaan terapi Art Painting memberi warna pada baju kaos warna putih
Kemudian untuk pelaksanan Art Painting dengan dijumput.
menggunakan baju kaos warna putih dengan
kuas dan cat lukis warna warni. 4. KESIMPULAN
c. Metode Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan temuan hasil penelitian dan
Metode pelaksanaan yang digunakan pada hasil pengujian pada pembahasan yang
kegiatan pengabdian masyarakat ini terdiri dari dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
: penyuluhan, pengukuran tingkat depresi bahwa pemberian art painting therapy dapat
sebelum pelaksanaan terapi Art painting, menurunkan tingkat depresi pada lansia di
pelaksanaan terapi Art Painting dengan cara Griya Lansia Santo Yoseph Surabaya.
memberi warna pada baju kaos warna putih
dengan dijumput. REFERENSI
kemudian pengukuran tingkat depresi sesudah 1. Astuti, Vi. W. (2010). Hubungan
pelaksanaan art painting. Metode yang Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
digunakan menggunakan metode wawancara, Depresi Pada Lansia Di Posyandu
dan Focus Group Discussion (FGD). Sejahtera Gbi Setia Bakti Kediri. Jurnal
d. Metode Pengumpulan Data Penelitian STIKES Kediri, 3(Vol 3, No 2
Kegiatan pengabdian masyarakat ini (2010): Desember 2010), 85–93.
menggunakan data primer dan sekunder. https://doi.org/10.2753ЛМН0020-74
Pengumpulan data primer melalui dua cara, 2. Azizah, L. M. (2011). Keperawatan
yaitu wawancara dan observasi dengan data Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
demografi maupun kuesioner BDI. Data primer 3. Prasetya, A. S., Hamid, A. Y. S., &
diperoleh dari data pemahaman responden Susanti, H. (2008). Penurunan tingkat
sebelum dan sesudah mendapatkan terapi Art depresi klien lansia dengan terapi kognitif
Painting dan juga data hasil pengukuran BDI dan senam latih otak di panti wredha.
sebelum dan sesudah mendapatkan terapi. Data Jurnal Keperawatan Indonesia, 13, 42–
tersebut berupa data kuantitatif. 48.
Data sekunder yang digunakan adalah 4. Tamher, S., & Noorkasiani. (2012).
data yang berasal dari publikasi, literatur, Kesehatan Usia Lanjut dengan
maupun buku-buku teks yang mendukung Pendekatan Asuhan Keperawatan.
kegiatan ini. Jakarta: Salemba Medika.
e. Metode Pengolahan Dan Analisis Data 5. WHO. (2015). WHO | WHO Model Lists
Penelitian ini menggunakan desain of Essential Medicines. World Health
penelitian pre-eksperimental dengan Organization, 19, 55.
rancangan one group pre test-post test design. https://doi.org/10.1016/S1473-
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia 3099(14)70780-7
depresi di salah satu Griya Lansia di Surabaya 6. Yunita, A., Yildirim, P., den Bulte, C.,
sebanyak 152 orang. Teknik sampling yang Dellarocas, C., Weekly, T., Weekly, I. C.
digunakan adalah purposive sampling T. I., … Accenture. (2014). pengaruh
didapatkan sampel 23 lansia sesuai data ART THERAPY Untuk Mengurangi
pendahuluan. Variabel independen adalah art Kecemasan Pada Remaja Korban
painting therapy dan variabel dependen adalah Bullying. Pengaruh ART Therapy Untuk
penurunan tingkat depresi. Instrumen Mengurangi Kecemasan Pada Remaja
menggunakan wawancara dengan pedoman Korban Bullying, XXXIII(2), 81–87.
kuesioner Beck’s Depression Inventory (BDI) https://doi.org/10.1007/s13398-014-
dan dengan intervensi art painting therapy. 0173-7.2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 370

DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA


PRE OPERASI SECTIO CAESARIA

Sari Priyanti
STIKes Majapahit Mojokerto
email: sari_priyanti@yahoo.co.id

Abstract

Every woman wants her labor to progress normally, but sometimes the delivery can not proceed with
the normal operation of the through sectio Caesarea. For the mother who will do the labor sectio
Caesarea need support from husbands to reduce or eliminate anxiety. Purpose of the study to
determine the correlation between husband support with maternal anxiety with surgery sectio
Caesarea (SC) in RA Basoeni Mojokerto Hospital. This study uses the analytic correlation design –
with cross sectional approach with maternal sample pre sectio Caesarea operations in hospitals RA
Basoeni Mojokerto as many as 27 respondents, with a technique that made consecutive sampling.
Independent variable is the husband support, the dependent variable was maternal sectio surgery
Caesarea (SC) anxiety. Data collection by using questionnaire data and anxiety by using a checklist.
The study was conducted on August 2017 to Oktober, 2017 . The study found that most husbands
support mothers do SC operations as much as 15 respondents (55.6%). Most women do experience
mild anxiety sectio Caesarea operations as much as 12 respondents (44.5%). The results of statistical
analysis using the spearman rank test using SPSS to get the p = 0.016 <0.05, which means there is
a correlation between husband support with maternal anxiety with surgery sectio Caesarea (SC) in
RA Basoeni Mojokerto Hospital. Conclusions in this study that the husband's support influenced the
maternal anxiety when experience sectio caesarea operations. Researchers suggest the husband to
support his wife when conducting the sectio Caesarea operation so that the level of anxiety
experienced by the wife can be controlled.
Keywords : Support, Anxiety, Sectio Caesarea

1. PENDAHULUAN cara, seperti memberi ketenangan kepada istri,


Setiap wanita menginginkan membantu sebagian pekerjaan istri atau bahkan
persalinannya berjalan lancar dan dapat sekadar memberi pijatan ringan bila istri
melahirkan bayi yang sempurna. Ada dua cara merasa pegal. Diharapkan, dengan dukungan
persalinan yaitu lewat vagina yang biasa total dari suami, istri dapat melewati
disebut persalinan normal atau alami dan kecemasan dengan perasaan senang dan jauh
persalinan dengan operasi caesar atau sectio dari depresi (Arfikoh, 2009).
caesarea yaitu suatu tindakan operasi untuk Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
mengeluarkan bayi dengan melakukan insisi Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) Jakarta,
atau pemotongan pada kulit, otot perut, serta menurut laporan tahunan bagian instalasi
rahim ibu (Suririnah, 2008). Ibu yang gawat darurat sepanjang tahun 2000, diantara
melahirkan secara Sectio Caesarea sangat 100 orang ibu melahirkan terdapat 30 ibu yang
membutuhkan dukungan sosial, menurut SC. Angka itu lebih rendah dibanding di
Suryaningsih (2007) dukungan sosial ini Amerika Serikat (AS) dan Cina (Januadi,
banyak diperoleh oleh individu dari 2006). Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur
lingkungan sekitar, dalam hal ini lingkungan mencatat angka kematian ibu (AKI) menurun
terdekat adalah pasangan atau suami. dari 334 tiap 100.000 kelahiran hidup tahun
Dukungan suami ini berupa dorongan, 1997 menjadi 226 setiap 100.000 kelahiran
motivasi terhadap istri, baik secara moral hidup tahun 2008. Sedangkan angka persalinan
maupun emosional serta dukungan fisik dengan operasi sectio caesarea sebanyak
psikologis, informasi, penilaian dan finansial 46,3% dari seluruh persalinan yang ada.
(Bobak 2005). Persalinan dengan operasi SC membutuhkan
Dukungan suami terhadap ibu pre sectio dukungan sehingga ibu tidak akan mengalami
caesarea bisa ditunjukkan dengan berbagai kecemasan. Kondisi cemas pada saat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 371

persalinan akan mempengaruhi kelancaran 2. KAJIAN LITERATUR


proses persalinan (Dinkes Jatim, 2008). Suami adalah pemimpin dan pelindung
Data di RSUD RA BASOENI Mojokerto bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap
rata rata persalinan sebanyak 794 per tahun, istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta
dimana dari jumlah tersebut terdapat 286 mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian
persalinan sectio caesarea. Operasi cito sectio memberinya nafkah lahir batin, mempergauli
caesarea sebanyak 172 kali dan selebihnya serta menyantuni dengan baik (Harymawan,
adalah elektif sebanyak 114 kali. Kekhawatiran 2008).
ibu akan melakukan operasi sectio caecarea Suami adalah pemimpin keluarga (istri
dikarenakan kurangnya dukungan sosial dan anak). Menurut psikologi wanita
keluarga terutama suami sehingga penderita mengemukakan bahwa perempuan berada
merasa rendah diri dan tidak diperhatikan di bawah bimbingan perasaan, sedangkan
(Kurniawan, 2008). Dukungan suami dalam laki-laki di bawah pertimbangan akal,
proses persalinan merupakan sumber kekuatan walaupun kita sering mengamati bahwa
bagi ibu yang tidak dapat diberikan oleh tenaga perempuan bukan saja menyamai lelaki
kesehatan, banyak penelitian yang mendukung dalam hal kecerdasan bahkan terkadang
kehadiran orang kedua saat persalinan melebihinya. Kelemahan wanita adalah
berlangsung. Penelitian oleh Hodnett,1994; perasaannya yang sangat halus. Lelaki
Simpkin 1992; Hofmeyr,Nikodem dan berpikir secara praktis, menetapkan,
Wolman 1991; Hemminki,Virta dan Koponen mengatur dan mengarahkan lebih baik.
1990 yang dikutip dari Depkes 2001 Karena itulah kelebihan lelaki atas wanita,
menunjukkan bahwa ibu merasakan kehadiran lebih jauh disimpulkan “wanita harus
orang kedua sebagai pendamping dalam menerima kenyataan bahwa mereka
persalinan akan memberikan kenyamanan pada membutuhkan kepemimpinan lelaki
saat persalinan. Penelitian ini juga atasnya. (Masbow 2009)
menunjukkan bahwa kehadiran seorang Dukungan suami adalah dorongan,
pendamping pada saat persalinan dapat motivasi terhadap istri, baik secara moral
menimbulkan efek positif terhadap hasil maupun material (Bobak, 2012).
persalinan, dapat menurunkan rasa sakit, Wujud dari dukungan suami dan keluarga
persalinan berlangsung lebih singkat dan dapat antara lain: Dukungan emosional/psikologis,
menurunkan tingkat kecemasan pada ibu Dukungan emosi ini dapat berupa, perhatian
bersalin terutama pada ibu dengan operasi mendampingi atau menemani istri saat
sectio caecarea (Astuti, 2006). Dampak dari melahirkan, Dukungan informasi yang
ibu yang melahirkan dengan operasi akan diberikan suami adalah informasi tentang
merasa bingung dan cemas terutama jika kehamilan, persalinan baik secara langsung
operasi dilakukan karena keadaan yang darurat yang sudah dijelaskan oleh suami atau melalui
(tidak direncanakan) (Arfikoh, 2009). Dr. Judi buku, majalah yang diberikan oleh suami.
Januadi Endjun, SPOG, RS Gatot Subroto, Dukungan penilaian Berupa penilaian yang
2006 mengatakan bahwa ibu pre sectio positif dari suami bahwa perubahan pada ibu
caesarea mengalami kecemasan yang ditandai hamil baik secara fisik maupun psikologis
dengan hubungan interpersonal yang kurang adalah hal yang wajar dan membutuhkan
harmonis antara keluarga dan tenaga perhatian. Dukungan finansial dapat berupa
kesehatan. uang atau dana untuk membiayai persalinan
Penting sekali memberikan informasi dan ataupun membantu istri menyiapkan keperluan
pengetahuan kepada keluarga tentang operasi bayi yang akan lahir.
dalam persalinan sehingga keluarga Menurut Suparyanto 2011 diperoleh
mendukung dalam penatalaksanaan operasi berbagai dukungan sosial suami yang di
sectio caesarea (Wanda, 2008). Berdasarkan harapkan istri : Suami sangat mendambakan
permasalahan tersebut diatas maka peneliti bayi dalam kandungan istri. Suami
tertarik mengadakan penelitian hubungan menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran
dukungan suami dengan kecemasan ibu bayinya. Suami memperhatikan kesehatan istri
melakukan pre operasi sectio caesarea (SC) di yakni menanyakan keadaan istri dan bayinya.
RSUD RA. BASOENI Mojokerto. Suami mengantar dan memahami istrinya di
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 372

saat akan dilakukannya proses persalinan kecemasan yaitu : Patofisiologis, yaitu setiap
Suami tidak menyakiti istrinya Suami faktor yang berhubungan dengan kebutuhan
menghibur/menenangkan ketika ada masalah dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan
yang dihadapi istri. Suami menasehati agar istri dan keamanan. Berhubungan dengan
tidak terlalu lelah bekerja di rumah/di tempat kehilangan orang terdekat karena kematian,
kerja. Suami membantu tugas istri. Suami perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan
berdo’a untuk kesehatan/keselamatan istri dan adanya perpisahan sementara atau permanen.
anaknya. Suami menunggu ketika istri Berhubungan dengan ancaman intergritas
melahirkan. Suami menunggu ketika istri di biologis : yaitu penyakit, terkena penyakit
operasi. Diperoleh atau tidak diperolehnya mendadak, sekarat, dan penanganan-
dukungan sosial suami tergantung pada penanganan medis terhadap sakit.
keintiman hubungan,ada komunikasi yang Berhubungan dengan perubahan dalam
bermakna dan ada masalah atau kekhawatiran lingkungannya misalnya: pencemaran
dalam biaya lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap
Kecemasan adalah respon emosional keamanan. Berhubungan dengan perubahan
terhadap penilaian yang berkaitan dengan status sosial ekonomi, misalnya:
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang jabatan. Berhubungan dengan kecemasan
spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa orang lain terhadap individu. Situasional
takut, yang merupakan penilaian intelektual (orang dan lingkungan) berhubungan dengan
terhadap sesuatu yang berbahaya (Stuart & ancaman konsep diri terhadap perubahan
Sundeen, 1998) Kecemasan dapat status, adanya kegagalan, kehilangan benda
menimbulkan secara fisik maupun psikologis yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari
yang akhirnya sering mengaktifkan saraf orang lain seperti kurangnya dukungan suami.
otonom dimana detak jantung menjadi Menurut Hawari (2001) beberapa teori
bertambah, tekanan darah naik, frekuensi nafas yang mengemukakan faktor predisposisi
bertambah dan secara umun mengurangi terjadinya cemas adalah: Potensi stressor.
tingkat energi pada klien, sehingga dapat Stressor psikososial merupakan setiap
merugikan individu itu sendiri (Rothrock, keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
1999) perubahan dalam kehidupan seseorang
Menurut Hurlock (1990) dalam Kartono sehingga orang itu terpaksa mengadakan
(2006), kecemasan adalah bentuk perasaan adaptasi. Pada ibu hamil ia berupaya untuk
khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain beradaptasi pada kehamilan dan perubahan
yang kurang menyenangkan. Biasanya fisik yang terjadi pada dirinya sampai pada
perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang saat menghadapi kelahiran atau persalinan.
percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, Maturitas
dan tidak mampu menghadapi suatu masalah. Ibu hamil yang memiliki kematangan
Menurut Hartoyo (2009), bahwa stressor kepribadian lebih sukar mengalami
pencetus kecemasan dapat dikelompokkan gangguan akibat stres karena ibu hamil
menjadi dua yaitu: Ancaman terhadap yang matur mempunyai daya adaptasi yang
integritas fisik, meliputi ketidakmampuan lebih besar terhadap stres. Tingkat
fisiologis yang akan datang atau menurunnya pendidikan dan status ekonomi. Pendidikan
kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup dan pengetahuan ibu dapat mempengaruhi
sehari-hari. Ancaman terhadap system diri, kecemasan karena kurangnya informasi
dapat membahayakan identitas, harga diri, dan tentang persalinan baik dari orang terdekat,
fungsi integritas sosial. Faktor internal dan keluarga ataupun dari berbagai media
eksternal dapat mengancam harga diri. Faktor seperti majalah dan lain sebagainya.
eksternal meliputi kehilangan nilai diri akibat Keadaan fisik Ibu hamil yang mengalami
kematian, cerai, atau perubahan jabatan. Faktor gangguan fisik seperti cedera akan mudah
internal meliputi kesulitan interpersonal di mengalami kelelahan fisik sehingga lebih
rumah atau tempat kerja. mudah mengalami stres. Sosial budaya
Menurut Carpenito (2006), ada beberapa Seorang ibu yang mendapatkan dukungan
faktor yang berhubungan dengan munculnya positif dari keluarga, suami dan teman
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 373

dekat akan merasa lebih tenang dalam pemeriksaan tertentu mengalami peningkatan
menghadapi proses persalinan. Di beberapa suhu.Tanda-tanda :
daerah tertentu ada kebudayaan yang tidak Ketegangan ringan, kewaspadaan tinggi,
mengijinkan suami berada dekat istri pada penginderaan lebih tajam, persepsi meluas dan
saat melahirkan dengan alasan tidak etis, mampu menyelesaikan masalah.
kondisi ini dapat menyebabkan istri tidak Kecemasan sedang adalah suatu keadaan
mendapat dukungan dan akan merasa lebih dimana seseorang merasa lebih tegang,
cemas saat persalinan. Umur Ibu hamil mengalami penurunan konsentrasi dan
yang umurnya lebih muda atau belum matur persepsi, merasa sadar tetapi fokus pikirannya
ternyata lebih mudah mengalami gangguan sempit dan mengalami gangguan peningkatan
stres daripada ibu hamil yang usianya lebih tanda-tanda vital, sakit kepala, mual, sering
tua atau lebih matur. buang air besar, palpitasi dan
Setiap individu pasti pernah merasakan letih.Kewaspadaan berlebihan, lebih tegang,
perasaan tidak nyaman, takut waswas akan pikiran lebih luas, lebih sadar padahal detail
suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah yang berkaitan dengan stresor.
perasaan cemas. Ada beberapa gejala tentang Kecemasan berat adalah suatu keadaan
kecemasan menurut Morgan (2009) yaitu : dimana seseorang atau individu mengalami
Gejala fisiologis : gemetar, tegang, nyeri otot, gangguan persepsi dan perasaan selalu
letih, tidak dapat santai, kelopak mata bergetar, terancam, ketakutan yang meningkat dan
kening berkerut, muka tegang, tak dapat diam, adanya diskomunikasi serta mengalami
mudah kaget, berkeringat, jantung berdebar peningkatan suhu tubuh yang lebih dramatis,
cepat, rasa dingin, telapak tangan lembab, serta timbul gangguan seperti diare, diaforesis,
mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, palpitasi, nyeri dada dan muntah. Lapang
kesemutan, rasa mual, rasa aliran panas dingin, persepsi sangat sempit, sulit untuk ditembus,
sering kencing, diare, rasa tidak enak di ulu berkurang pada detail tidak mampu membuat
hati, kerongkongan tersumbat, muka merah kaitan dengan kesulitan menyelesaikan
dan pucat, denyut nadi dan nafas yang cepat masalah (Carpenito, 2006).
waktu istirahat. Gejala psikologis : rasa Respon atau Gejala Terhadap Cemas Menurut
khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang HARS dalam Nursalam (2015)
akan datang, seperti cemas, khawatir, takut, a. Perasaan cemas
berpikir berulang-ulang, membayangkan akan Firasat buruk, takut akan fikiran sendiri,
datangnya kemalangan terhadap dirinya mudah tersinggung.
maupun orang lain, kewaspadaan yang b. Ketegangan
berlebih, diantaranya adalah mengamati Merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat
lingkungan secara berlebihan sehingga tenang, mudah terkejut, mudah menangis,
mengakibatkan perhatian mudah teralih, sulit gemetar, gelisah.
konsentrasi, merasa nyeri, dan sukar tidur. c. Ketakutan
Selain hal diatas Arfikoh (2008), Pada gelap, di tinggal sendiri, takut pada
menambahkan tentang gejala-gejala orang lain/orang asing.
kecemasan yang lain diantaranya adalah d. Gangguan tidur
gelisah, adanya perasaan tidak berdaya, tidak Sukar tidur, terbangun di malam hari,
nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan tidur tidak pulas, mimpi buruk dan
pola makan, komunikasi verbal menurun, menakutkan.
perasaan terancam atau ketakutan yang luar e. Gangguan kecerdasan
biasa, pikiran terpusat pada gangguan fisiknya Sulit berkonsentrasi, daya ingat buruk,
dan kesadaran diri menurun, merasa mual, bingung.
banyak berkeringat, gemetar dan seringkali f. Perasaan depresi
diare. Hilang minat, berkurangnya kesenangan
Kecemasan ringan Adalah suatu keadaan pada hobi, sedih, bangun dini hari,
dimana seorang mengalami peningkatan perasaan berubah-ubah setiap hari.
kesadaran yang terangsang untuk melakukan g. Gejala somatik (sensorik)
tindakan secara positif, sedangkan dalam
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 374

Telinga berdengung, penglihatan kabur, Akibat Adanya Kecemasan


muka merah dan pucat, merasa lemah, Perilaku : gelisah, ketegangan fisik,
perasaan ditusuk-tusuk. tremor, gugup, menarik diri dari hubungan
h. Gejala somatik (otot) inerpersonal, menghalangi, melarikan diri dari
Nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi masalah.
gemeretak, suara tidak stabil Kognitif : perhatian terganggu,
i. Gejala kardiovaskuler konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
Berdebar-debar, nyeri dada, rasa memberikan penilaian, hambatan berpikir,
lesu/lemas seperti mau pingsan, denyut kreativitas menurun, bingung, kehilangan
jantung hilang/berhenti sekejap. kontrol, takut kehilangan atau kematian.
j. Gejala respirasi Afektif : mudah terganggu, tidak
Rasa tertekan atau sempit dada, perasaan sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, dan
tercekik, sering menarik nafas dalam, gelisah.(Hartoyo, 2009)
nafas pendek atau sesak. Mekanisme koping kecemasan pada
k. Gejala GIT (Gastrointestinal tractus) persalinan Menurut Bobak (2014), mekanisme
Sulit menelan, perut melilit, nyeri koping yang dapat dilakukan pada saat
sebelum dan sesudah makan, rasa panas, mengalami kecemasan pada persalinan adalah
rasa penuh atau kembung, buang air besar sebagai berikut :
lembek, mual dan muntah, berat badan Wanita dapat menunjukkan perilaku
menurun. perilaku berikut: bersikap vokal atau non
l. Gejala urogenital vokal, berteriak atau mengeluh atau keduanya
Sering buang air kecil, tidak dapat dapat merupakan respon ritual terhadap
menahan kencing, keluar darah sedikit, kecemasan. Melakukan stimulasi untuk
perdarahan banyak. mengurangi cemas contohnya mengalihkan
m. Gejala autonom perhatian. Melakukan tehnik relaksasi ,
Mulut kering, muka pucat, mudah autosugesti sebagai tehnik untuk mengatasi
berkeringat, pusing atau sakit kepala, cemas.
merinding/bulu-bulu berdiri.
n. Gejala tingkah laku 3. METODE PENELITIAN
Gelisah, tidak tenang, tangan dan kaki Jenis penelitian ini adalah penelitian
gemetar, muka merah, ketegangan pada kwantitatif dengan rancangan penelitian non
otot, nafas pendek dan cepat. eksperimental dengan jenis correlational study
dan desain yang digunakan adalah pendekatan
Penilaian Tingkat Kecemasan Menurut cross sectional yaitu pendekatan yang
HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dalam bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
Nursalam (2014) variabel independent (dukungan suami)
Penilaian dengan variabel dependent (kecemasan ibu pre
Skor 0 : Tidak ada gejala operasi sectio caesarea).
Skor 1, ringan : Ada 1 dari gejala yang Penelitian ini populasinya adalah seluruh
ada ibu bersalin pre operasi SC di RSUD
Skor 2, sedang : Ada separuh dari kgejala RA.Basoeni Mojokerto selama satu bulan.
yang ada Sampel pada penelitian ini adalah ibu bersalin
Skor 3, berat : Lebih dari separuh dari pre operasi SC di RSUD RA Basoeni
gejala yang ada Mojokerto pada tanggal 27 Desember 2011 –
Skor 4, sangat berat : Semua gejala ada 20 Januari 2012 yang berjumlah 27 responden
Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah
Penilaian Derajat Kecemasan non prrobability sampling dengan cara
Skor < 6 : Tidak ada kecemasan concecutive sampling yaitu pengambilan
Skor 6-14 : Kecemasan ringan sampel berdasarkan waktu dan kriteria.
15-2 : Kecemasan sedang Variabel independen dalam penelitian ini
> 27 : Kecemasan berat adalah dukungan suami. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kecemasan ibu pre
operasi Sectio Caesarea (SC).Penelitian
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 375

dilaksanakan di RSUD RA Basoeni Mojokerto Berdasarkan diagram 4.1 terlihat bahwa


dilakukan pada tahun 2017 sebagian besar suami berumur 20-35 tahun
Setelah data terkumpul, maka dilakukan yaitu 21 responden ( 77,8 %).
pengolahan data melalui tahapan Editing,
Coding, Skoring, dan Tabulating. Dan Diagram 4.2 Karateristik Responden
dilakukan analisa univariat dan bivariat. Berdasarkan Pekerjaan
Untuk mengetahui hubungan antara Suami di RSUD RA
variabel, dilakukan uji statistik spearman rank BASOENI Mojokerto Agustus
dengan tingkat signifikan 0,05 menggunakan - Oktober 2017
SPSS 16 for windows untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel tergantung yang Petani
44,50%
berskala ordinal dan ordinal (Sugiyono, 2007). 55,50% Swasta
Jika  < 0,05 maka Ho (hipotesa nol) ditolak, PNS
Tidak Bekerja
artinya ada hubungan antara dukungan sosial
suami dengan kecemasan ibu menghadapi
operasi sectio caesarea. Berdasarkan diagram 4.2 diatas
didapatkan bahwa paling banyak suami bekerja
4. HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai swasta sebanyak 15 orang (55,5 %).
Penelitian yang berjudul “Hubungan
Dukungan Suami dengan Kecemasan Ibu Diagram 4.3 Karakteristik Responden
Melakukan Operasi Sectio Caesarea (SC) di berdasarkan Pendidikan
RSUD RA BASOENI Mojokerto” yang Terakhir Ibu di RSUD RA
dilaksanakan pada bulan Agustus sampai BASOENI Mojokerto Agustus
dengan Oktober 2017. Pengolahan data - Oktober 2017
berdasarkan data umum dan data khusus. Data
29,60% 29,60% tdk lulus SD
umum menampilkan karakteristik responden
berdasarkan pendidikan, umur, pekerjaan, SD
paritas operasi keberapa. Data khusus SMP
menampilkan karakteristik dari variabel
independen dan variabel dependen. SMA
40,80%
Rumah Sakit Umum Daerah R.A. Basoeni
Mojokerto terletak di wilayah Kecamatan
Gedeg Kabupaten Mojokerto, tepatnya di Desa
Berdasarkan diagram 4.3 terlihat bahwa
Gedeg, Jalan Raya Gedeg No. 17. Dengan
paling banyak responden berpendidikan
batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah
terakhir SMP yaitu 11 responden (40,8 %).
Barat dengan Jalan Desa Gedeg, sungai dan SD
Gedeg Sebelah Selatan dengan Jalan Raya
Gedeg Sebelah Utara dengan perkampungan
Diagram 4.4 Karakteristik Responden
Desa Gedeg. Sebelah Timur dengan
Berdasarkan umur ibu di
perkampungan Desa Gedeg
RSUD RA BASOENI
Mojokerto Agustus - Oktober
Diagram 4.1 Karakteristik Responden
2017
Berdasarkan Umur Suami di
RSUD RA BASOENI 18,60%
Mojokerto Agustus - Oktober
2017 11,10%
<20 tahun
22,40% < 20 tahun 20 - 35 tahun
20 - 35 tahun 70,30%
>35 tahun
>35 tahun
77,80%
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 376

Berdasarkan diagram 4.4 terlihat bahwa


sebagian besar responden berumur 20- 35 Berdasarkan diagram 4.7 didapatkan
tahun sebanyak 19 responden (70,3 %). bahwa sebagaian besar responden di operasi
adalah pertama kali yaitu 21 responden (
Diagram 4.5 Karateristik Responden 77,8%)
Berdasarkan Pekerjaan Ibu di
RSUD RA BASOENI Diagram 4.8 Dukungan Suami di RSUD
Mojokerto Agustus - Oktober RA BASOENI Mojokerto
2017 Agustus - Oktober 2017

25,90% 55,60%
Petani 60,00%
50,00% 44,40%
Swasta
PNS 40,00%
63% 11,10%
30,00%
Tdk bekerja
20,00%
10,00%
Berdasarkan diagram 4.5 didapatkan 0,00%
sebagian besar responden tidak bekerja mendukung tdk
mendukung
sebanyak 17 responden (63%)

Diagram 4.6 Karateristik Responden Berdasarkan diagram 4.8 dapat diketahui


Berdasarkan Ibu Melahirkan bahwa sebagian besar suami mendukung ibu
Anak Yang Keberapa di dalam melakukan operasi SC sebanyak 15
RSUD RA BASOENI responden (55,6%).
Mojokerto Agustus - Oktober
2017 Diagram 4.9 Kecemasan Ibu Pre SC
Melakukan Operasi SC di
1 RSUD RA BASOENI
Mojokerto Agustus - Oktober
51,90% 48,10% 2 sampai 5 2017
>5
50,00% 44,50%
40,00% 33,30%
Berdasarkan diagram 4.6 didapatkan 30,00%
bahwa sebagian besar ibu melahirkan anak ke 20,00% 11,10%
2-5 sebanyak 14 responden (51,9%). 11,10%
10,00%
0,00%
Diagram 4.7 Responden berdasarkan tdk cemas cemas cemas
berapa kali pernah dioperasi cemas ringan sedang berat
SC di RSUD RA BASOENI
Mojokerto Agustus - Oktober
2017 Berdasarkan diagram 4.9 dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden mengalami
22,20% kecemasan ringan saat melakukan operasi SC
sebanyak 12 responden (44,5%).
1
≥2

77,80%
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 377

Diagram 4.10 Hubungan Dukungan Suami yang terlibat dalam sistem sosial yang pada
Dengan Kecemasan Ibu Pre akhirnya akan dapat memberikan cinta,
SC Melakukan Operasi SC di perhatian maupun sense of attachment baik
RSUD RA BASOENI pada keluarga sosial maupun
Mojokerto Agustus - Oktober pasangan(Ingela,2009). Dukungan suami
2017 sangat penting dan tidak bisa diremehkan dan
yang tak kalah penting membangun suasana
40,00% 37,10% positif, dimana istri merasakan hari-hari
35,00% pertama yang melelahkan. Oleh sebab itu
30,00% 25,90% dukungan atau sikap positif dari pasangan dan
25,00% keluarga akan memberi kekuatan tersendiri
20,00% bagi ibu pre operasi SC.
15,00% Dukungan sosial suami yang sangat
7,40%7,40% 7,40%7,40% diharapkan oleh sang istri antara lain suami
10,00% 3,70% 3,70%
5,00% mendambakan bayi dalam kandungan istri,
0,00% suami menunjukkan kebahagiaan pada
mendukung tdk kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri,
mendukung mengantar dan memahami istrinya, tidak
menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri
dan suami menunggu ketika istri di operasi
tdk cemas ringan sedang berat
(Harymawan, 2008). Oleh karena itu, penting
sekali memberikan informasi dan pengetahuan
kepada suami tentang operasi dalam persalinan
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada sehingga suami mendukung dalam
diagram 4.10 didapatkan dari 27 orang suami penatalaksanaan operasi sectio caesarea
yang tidak mendukung ibu melakukan operasi (Wanda,2008).
SC tetapi ibu tidak mengalami kecemasan Dukungan suami terhadap ibu pre sectio
adalah sebanyak 1 responden(3,7 %), caesarea bisa ditunjukkan dengan berbagai
sedangkan suami yang mendukung tetapi ibu cara, seperti memberi ketenangan kepada istri,
mengalami cemas berat adalah 1 responden ( membantu sebagian pekerjaan istri atau bahkan
3,7%). Setelah dilakukan uji statistik spearman sekadar memberi pijatan ringan bila istri
rank mendapatkan hasil bahwa nilao rs 0,461 merasa pegal. Diharapkan, dengan dukungan
dengan p value 0,016 maka p value < 0,05 total dari suami, istri dapat melewati
yang artinya bahwa Ho ditolak sehingga ada kecemasan dengan perasaan senang dan jauh
hubungan dukungan suami dengan kecemasan dari depresi (Arfikoh,2009).
ibu melakukan operasi SC (Sectio Caesarea). Walaupun dukungan suami lebih banyak
dari yang tidak mendukung, responden yang
a. Dukungan Suami tidak mendukung istri diharapkan diberikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat suatu kesadaran bahwa dukungan itu sangat
diketahui bahwa lebih dari 50% suami diperlukan bagi istri dalam menghadapi
mendukung ibu dalam melakukan SC yaitu operasi, karena dampak dari dukungan ini
sebanyak 15 responden ( 55,6%) sementara 12 sangat luas. Suami memegang peranan penting
responden (44.4 %) tidak didukung suami. Hal dalam hal ini dan diharapkan suami menyadari
ini berarti bahwa di RSUD RA Basoeni bahwa istri sangat membutuhkannya pada saat
Mojokerto terdapat dukungan suami dengan saat tertentu dan suami diharapkan ada saat
kategori baik yaitu ibu pre SC selama istri membutuhkannya. Dukungan itu tidak
menjalani perawatan di rumah sakit sebagian hanya berupa dukungan psikologis tapi
besar mendapatkan dukungan dari suaminya. dukungan fisiologis, penilaian, informasi dan
Dukungan sosial (suami) merupakan salah finansial sangat dibutuhkan oleh istri, jadi
satu bentuk interaksi sosial yang di dalamnya dukungan yang diberikan itu dikemas secara
terdapat hubungan yang saling memberi dan utuh sehingga istri merasa nyaman dan dapat
menerima bantuan yang bersifat nyata, bantuan menjalani operasi dengan baik. Suami
tersebut akan menempatkan individu-individu diharapkan tidak membuat stres pada saat istri
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 378

melakukan operasi karena dampak dari stress bertambah mendekati operasi SC tingkat
ini sangat membahayakan istri. pendidikan yaitu jika ibu dengan pendidikan
b. Kecemasan Ibu Menghadapi Operasi lebih tinggi akan lebih mampu mengatasi
Sectio Caesarea kecemasan dengan menggunakan kopimg
Berdasarkan hasil penelitian dapat efektif dan konstruktif dari pada yang
diketahui bahwa paling banyak responden berpendidikan rendah, dan social ekonomi
mengalami kecemasan ringan saat akan yaitu dikarenakan orang yang bekerja memiliki
melakukan operasi SC sebanyak 12 responden banyak informasi dari orang lain dimana
(44,5%). Hal ini disebabkan karena operasi SC informasi yang diperoleh mengandung
adalah suatu tindakan medis yang harus persepsi yang berbeda-beda diantaranya cerita
dilakukan dan tidak ada alternatif tindakan lain tentang operasi SC yang tidak menyenangkan.
dalam proses persalinan sehingga merasa Ibu yang akan melahirkan dengan operasi
pasrah dalam menjalani SC tersebut. Pada SC berharap operasinya akan berjalan lancar,
mayoritas responden mengalami perasaan namun demikian tidak sedikit dari lingkungan
cemas, nyeri otot, sering menarik nafas memberi wacana bahwa operasi SC dapat
panjang, dan sering kencing.. Perasaan cemas terjadi keadaan tidak normal, sehingga ibu
yang di alami setiap ibu berbeda-beda, disini khawatir terjadi hal-hal yang tidak normal saat
kecenderungan yang lebih sering mengalami proses operasi berlangsung
kecemasan yaitu pada ibu primigravida. Solusi yang diberikan yaitu dengan yaitu
Kecemasan adalah gejala emosi seseorang dengan memberikan pengertian pada ibu
yang berhubungan dengan sesuatu diluar tentang peristiwa operasi SC, menunjukkan
dirinya dan mekanisme diri yang digunakan kesediaan menolong, dan memberikan
dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, gambaran yang jelas tentang proses operasi
2008:165). Kecemasan ibu dalam melakukan SC, serta mengalihkan perhatian ibu dengan
operasi Sectio caesarea ditentukan oleh mengajak berbicara agar tidak terfokus pada
beberapa faktor antara lain: patofisiologis, rasa khawatir yang dirasakan.
kehilangan orang terdekat, perubahan c. Hubungan Dukungan Suami Dengan
lingkungan, perubahan status ekonomi, Kecemasan Ibu Melakukan Operasi
kecemasan orang lain terhadap individu, Sectio Caesarea
situasional seperti dukungan suami Berdasarkan hasil tabulasi silang pada
(Capernito,2006). tabel 4.10 didapatkan hasil bahwa dari suami
Respon atau gejala cemas menurut HARS yang mendukung tetapi ibu masih mengalami
seperti: adanya perasaan cemas, ketegangan, kecemasan berat yaitu 1 responden (3,7%)
ketakutan, gangguan tidur, gangguan serta dari suami yang tidak mendukung ibu
kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik yang tidak mengalami kecemasan juga ada 1
(sensorik), gangguan somatik (otot), gejala responden (3,7%) Setelah dilakukan uji
kardiovaskuler (jantung), kondisi pernafasan, statistik Spearman Rank dengan menggunakan
gannguan pencernaan (GIT), gejala orogenital SPSS mendapatkan hasil p = 0,016 < 0,05
(perkemihan), gejala autonom, dan gejala yang artinya ada hubungan dukungan suami
tingkah laku (Nursalam,2003) dengan kecemasan ibu melakukan operasi SC
Faktor yang menyebabkan kecemasan (Sectio Caesarea).
pada ibu pre operasi SC yaitu cerita Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa
mengerikan yaitu ketakutan karena sering 3 responden (11.1%) mengalami kecemasan
mendengar cerita mengerikan dari kerabat atau berat, dimana 3 responden adalah ibu
teman tentang pengalaman saat melahirkan primigravida, 2 responden tidak mendapat
dengan operasi SC, pengalaman tidak dukungan suami dan 2 responden berumur ˂ 20
menyenangkan yaitu terdapat teman atau tahun. Hal ini menunjukkan bahwa maturitas,
kerabat yang pada saat operasi mengalami usia dan dukungan suami berkaitan dengan
kenyataan yang tidak diinginkan seperti ibu tingkat kecemasan ibu pre operasi SC. Menurut
atau bayi didalam kandungan meninggal, usia Hawari (2001) faktor predisposisi terjadinya
ibu saat hamil yaitu bagi calon ibu yang cemas adalah potensi stressor, maturitas,
mengandung anak mengalami rasa cemas dan tingkat pendidikan, keadaan fisik, sosial
takut yang meningkat saat kehamilan makin budaya dan umur.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 379

Dr. Judi Januadi Endjun, SPOG, RS Gatot 5. KESIMPULAN


Subroto, 2006 mengatakan bahwa ibu pre Berdasarkan hasil penelitian yang
sectio caesarea mengalami perasaan rendah dilakukan di RSUD RA Basoeni Mojokerto
diri yang ditandai dengan hubungan dapat disimpulkan Sebagian besar suami
interpersonal yang kurang harmonis antara memberikan dukungan kepada ibu dalam
keluarga dan tenaga kesehatan. Ibu pre sectio melakukan operasi sectio caesarea sebanyak
caesarea cenderung takut dan merasa khawatir 15 responden (55,6%). Sebagian besar
tidak bisa berperan di dalam keluarga (Januadi, responden mengalami kecemasan ringan saat
2008). melakukan operasi sectio caesarea.sebanyak
Kekhawatiran ibu untuk tidak dapat 12 responden (44,5%) dan Hasil uji statistik
berperan di dalam keluarga pada pasien pre spearman rank dengan menggunakan SPSS
operasi dikarenakan kurangnya dukungan mendapatkan hasil p =0,016 < 0,05 maka H0
sosial keluarga pada pasien sehingga penderita ditolak artinya ada hubungan dukungan suami
merasa rendah diri dan tidak diperhatikan. dengan kecemasan ibu melakukan operasi SC
Oleh karena itu penting sekali memberikan (Sectio caesarea).
informasi dan pengetahuan kepada keluarga Saran Bagi ibu pre operasi sectio
tentang operasi dalam persalinan sehingga caesarea (SC) Diharapkan waktu menghadapi
keluarga mendukung dalam penatalaksanaan pre operasi SC ibu dapat didampingi suami
operasi sectio caesarea (Wanda,2008). sehingga kecemasan dapat teratasi melalui
Kecemasan pada ibu yang akan di operasi dukungan suami. Bagi Petugas kesehatan
SC dikarenakan ketakutan terhadap kondisi (perawat/bidan) Diharapkan petugas kesehatan
bayinya apakah cacat atau normal, apakah ibu meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara
bersalin dengan selamat. Kecemasan atau konseling sebelum dilakukan operasi SC
perasaan khawatir yang dialami oleh ibu sehingga pasien merasa lebih nyaman karena
bersalin dapat berkurang dengan memberikan didampingi petugas dan mendapat dukungan
perhatian misalnya dengan mendampingi ibu suami. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan
pada saat persalinan, mendoakan ibu pada saat lebih meningkatkan teknik pembelajaran
persalinan, memberikan semangat dan support mahasiswa khususnya dibidang psikologi agar
pada ibu bahwa semuanya akan berjalan mahasiswa mengerti perubahan psikologis ibu
dengan lancar. pre operasi SC. Bagi Masyarakat (suami)
Setiap ibu pre operasi SC tidak terlepas Diharapkan untuk tetap mendukung istri saat
dari lingkungan sosialnya karena dari akan melakukan operasi SC melalui
lingkungan ini mereka mendapatkan banyak pendampingan ibu selama persalinan. Bagi
informasi tentang operasi SC. Kecemasan ibu Peneliti selanjutnya Diharapkan bagi peneliti
bersalin dapat menurun bila didukung oleh selanjtnya dapat meneruskan penelitian ini
faktor lingkungan keluarga yang positif, dengan penelitian experimental sehingga
misalnya suami selalu mendampingi dan hasilnya akan lebih representatif.
memberikan semangat pada ibu, keluarga ikut
mendukung dan memberikan motivasi, dan REFERENSI
memberikan informasi tentang proses 1. Aziz, H. A. (2014). metode Penelitian
operasinya dapat berjalan lancar. Hal ini Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta:
membuat ibu mampu beradaptasi dan Salemba Medika.
menerima serta memahami operasi SC, tidak 2. Azwar. (2002). Sikap Manusia.
perlu takut karena cerita teman atau saudara Yogyakarta: Pustaka pelajar Offet.
yang mengerikan tentang operasi SC. Dengan 3. Bobak. (2015). keperawatan Maternitas.
demikian ibu bersalin akan lebih siap secara Jakarta: EGC.
fisik maupun mental dalam menghadapi proses 4. Bobak. (2015). Perawatan Maternitas
operasi SC. Diharapkan bagi suami dan dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
keluarga selalu mendukung ibu yang akan 5. Friedmen. (2013). Keperawatan
melakukan operasi SC, karena dukungan ini Gerontik. Jakarta: EGC.
diharapkan akan mengurangi kecemasan pada 6. Friedmen. (2014). Keperawatan
ibu pre operasi SC. Keluarga. Jakarta: EGC.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 | 380

7. Hawari. (2001). Stess Depresi 15. Suddarth, B. &. (1996). Buku ajar
Kecemasan. Jakarta: EGC. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
8. Jatim, D. (2008). Standart Pelayanan EGC.
Minimal. www.dinkes jatim.com . 16. Sugiono. (2007). Statistik Untuk
9. Kartono. (2006). Pelilaku Manusia. Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Jakarta: ISBN. 17. Suhita. (2005). Psikologi Wanita. Jakarta:
10. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Pustaka Hidayah.
Ghalia Indonesia. 18. Suririnah. (2008). Buku Pintar Kehamilan
11. Nursalam. (2014). Konsep Penerapan Dan Persalinan. Jakarta: gramedia
Metodologi Penelitian Ilmu Pustaka Utama.
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 19. Suryaningsih. (2007, May 22). Tips
12. Perry, P. (2013). Fundamental Mengatasi Stres Saat Kehamilan.
Keperawatan. Jakarta: EGC. http//www.suryaningsih.wordpres.com .
13. Pratisto. (2009). Statistik Menjadi Mudah 20. Wanda. (2008). persepsi ibu bersalin pada
Dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex media persalinan SC. http/www.info-
Computindo. jawapost.co.id .
14. Prawirohardjo. (2015). Ilmu Kebidanan. 21. Winkjosastro. (2015). Ilmu Kandungan.
Jakarta: YBPSP. Jakarta: YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai