Anda di halaman 1dari 154

ILMU KESEHATAN

MASYARAKAT
Siti Pangarsi Dyah Kusuma Wardani, S.SiT., M.K.M Ns. Nasrullah, S.Kep., M. Kes
Tating Nuraeni, S.ST., M.Kes Dr. Pande Ayu Naya Kasih, P.,M.Biomed
Masdi Janiarli, SST., M.Kes Hasmah, S.Pd,M.Pd
Nur Arifatus Sholihah, S.KM., M.Kes Haesti Sembiring, SST MSC
Bernadetha, SKM., M.Kes Khairiyatun Sholihah, S.ST.,MKM
Puji Lestari, M.P.H.

ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
© Sanabil 2022

Penulis : Siti Pangarsi Dyah Kusuma Wardani, S.SiT., M.K.M


Tating Nuraeni, S.ST., M.Kes
Masdi Janiarli, SST., M.Kes
Nur Arifatus Sholihah, S.KM., M.Kes
Bernadetha, SKM., M.Kes
Puji Lestari, M.P.H.
Ns. Nasrullah, S.Kep., M. Kes
Dr. Pande Ayu Naya Kasih, P.,M.Biomed
Hasmah, S.Pd,M.Pd
Haesti Sembiring, SST MSC
Khairiyatun Sholihah, S.ST.,MKM
Editor : Zumrotul Ula. S.ST., M.KES
Santalia Banne Tondok, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Ns.Kornelia Romana Iwa, M.Kep.
Layout : Sanabil Creative
Desain Cover : Sanabil Creative

All rights reserved


Hak Cipta dilindungi Undang Undang
Dilarang memperbanyak dan menyebarkan sebagian
atau keseluruhan isi buku dengan media cetak, digital
atau elektronik untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis
dari penulis dan penerbit.

ISBN : 978-623-317-324-7
Cetakan 1 : Desember 2022

Penerbit:
Sanabil
Jl. Kerajinan 1 Blok C/13 Mataram
Telp. 0370- 7505946, Mobile: 081-805311362
Email: sanabilpublishing@gmail.com
www.sanabilpublishing.com

iv • I lmu Kesehatan M asyarak at


KATA PENGANTAR

Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya


manusia dan kemampuan dosen untuk menulis buku non
fiksi dalam bidang kesehatan, maka kami berkolaborasi
untuk menulis buku yang dapat dijadikan bahan ajar.
Tak lupa rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan
yang Maha Kuasa karena dalam waktu yang relatif singkat
buku ini dapat dirampungkan.
Buku ini diperuntukkan bagi mahasiswa jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Keperawatan, Kebidanan,
Teknologi Laboratorium Medis, Biologi, Kimia, Farmasi, dan
Kedokteran. Di dalam buku ini terdapat materi biostatistik
dengan mengolah data-data yang diperoleh dari jurnal
penelitian kimia dan kimia klinik yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi dosen, tenaga kesehatan di laboratorium
dan para peneliti di bidang kesehatan.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapakan terima
kasih kepada rekan-rekan sejawat atas kerja sama dan saling
menyemangati sehingga buku ini bisa dirampungkan. Kami
tutup dengan sebuah pantun:

I lmu Kesehatan M asyarak at • v


Jalan-jalan ke kota Makassar
Pantai Losari menunggu sabar
Kalau suka baca dan belajar
Jangan lupa pesan kami antar

Tim Penulis

vi • I lmu Kesehatan M asyarak at


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................v
BAB 1 BATASAN TEORI........................................................1
A.. Pengertian Kesehatan Masyarakat.....................1
B.. Tujuan Kesehatan Masyarakat............................5
C.. Sejarah Kesehatan Masyarakat...........................7
D.. Perkembangan Kesehatan Masyarakat..............9
E.. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat..............11

BAB 2 KINERJA INDIVIDU....................................................15


A.. Pengertian Kinerja...............................................15
B.. Faktor Motivasi (Motivation)................................18

BAB 3 UTILISASI PELAYANAN KESEHATAN......................21


A.. Utilisasi Pelayanan...............................................21
B.. Pemantauan Utilisasi...........................................31
C.. Manfaat Review Utilisasi.....................................34
D.. Pengertian Wabah................................................35

I lmu Kesehatan M asyarak at • vii


BAB 4 TEORI PELAYANAN KESEHATAN.............................37
A.. Pelayanan Kesehatan...........................................37

BAB 5 TEORI KEPUAAN KERJA............................................51


A.. Kepuasan Kerja.....................................................51

BAB 6 TEORI KEPATUHAN KERJA.......................................67


A.. Pengertian Kepatuhan Kerja...............................67
B.. Faktor-faktor Kepatuhan Kerja...........................68
C.. Pengukuran Kepatuhan Kerja.............................71
D.. Contoh Kepatuhan Kerja......................................71
E.. Manfaat Kepatuhan Kerja....................................72

BAB 7 TEORI KETERLIBATAN KERJA..................................73


A.. Keterlibatan Kerja................................................73

BAB 8 KESEHATAN REPRODUKSI........................................89


A.. Pengertian.............................................................89
B.. Organ Reproduksi.................................................90
C.. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi..............92
D.. Komponen Kesehatan Reproduksi......................93

BAB 9 BIOSTATISTIK............................................................101
A.. Konsep Dasar Biostatistik ...................................101
B.. Statistik Deskriptif...............................................104
C.. distribusi Data.......................................................109
D.. UJI STATISTIK.......................................................111

viii • I lmu Kesehatan M asyarak at


BAB 10 MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
YANG TERJADI DIINDONESIA DAN CARA
PENANGGULANGANNYA..........................................123
A.. Permasalahan Lingkungan Hidup Indonesia
. dan Penyebabnya..................................................123

DAFTAR PUSTAKA................................................................139
TENTANG PENULIS...............................................................143

I lmu Kesehatan M asyarak at • ix


B A B 1

BATASAN TEORI

Siti Pangarsi Dyah Kusuma Wardani, S.SiT., M.K.M

S
A. Pengertian Kesehatan Masyarakat
ehat menurut WHO adalah “ Health is a state of
complete physical, mental and social well-being
and not merely the absence of disease or infirmity
” atau bisa diartikan “ Keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit
atau kelemahan/cacat ”. (WHO, 2020)Sedangkan menurut
UU no 36 tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.(UU RI No 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, 2009)
Pakar kesehatan masyarakat telah mengeluarkan
berbagai pembatasan terkait kesehatan masyarakat sesuai
dengan situasi yang terjadi selama periode tersebut. Secara
kronologis, batas-batas kesehatan masyarakat dimulai dari

I lmu Kesehatan M asyarak at • 1


batas-batas yang sangat sempit hingga yang lebih luas
seperti sekarang ini. Pembatasan tertua menyatakan bahwa
kesehatan masyarakat merupakan upaya mengatasi masalah
higiene yang mempengaruhi kesehatan. Dengan kata lain,
kesehatan masyarakat ibarat penyehatan lingkungan dan
upaya perbaikan dan peningkatan penyehatan lingkungan.
Kemudian, pada akhir abad ke-18, dengan ditemukannya
bakteri patogen dan beberapa vaksin, kegiatan kesehatan
masyarakat menjadi upaya yang mencakup perbaikan
sanitasi dan pencegahan penyakit dengan vaksinasi.(Adik
Wibowo & TIM, 2015)
Kesehatan masyarakat mengalami perkembangan
pesat pada awal abad ke-19. Kesehatan masyarakat
diartikan sebagai upaya memadukan antara ilmu
sanitasi dan ilmu kedokteran. Kedokteran itu sendiri
merupakan percampuran dari ilmu biologi dan ilmu sosial.
Selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai
aplikasi dan kegiatan yang terintegrasi antara sanitasi
dan pengobatan (medis) untuk mencegah penyakit yang
menyerang penduduk. Masyarakat patuh pada aplikasi
medis dan santasi, dan juga memiliki aspek sosial-ekonomi
dan budaya yang sangat kompleks, sehingga, kesehatan
masyarakat kemudian diartikan sebagai aplikasi dari
keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu
sosial dałam mencegah penyakit yang ada di masyarakat.
(Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo, 2011)
Berangkat dari pengalaman praktik kesehatan
masyarakat sejak awal abad ke-20, Winslow pada tahun 1920
akhirnya menemukan definisi kesehatan masyarakat yang
masih sesuai hingga saat ini, yaitu bahwa “ilmu kesehatan
2 • I lmu Kes ehatan M asyarak at
masyarakat adalah ilmu dan seni dalam mencegah penyakit,
meningkatkan usia harapan hidup, dan menjaga kesehatan
melalui upaya yang diorganisir oleh masyarakat untuk
meningkatkan sanitasi, mengeliminasi penyakit menular,
pendidikan personal hygiene, sistem medis dan keperawatan
untuk screening diagnosis dan pengobatan secara dini,
pengembangan rekayasa sosial untuk memastikan bahwa
setiap orang memiliki kehidupan yang layak secara
kesehatan khususnya, sehingga Winslow kemudian
dianggap sebagai Bapak Ilmu Kesehatan Masyarakat.(Adik
Wibowo & TIM, 2015)
Definisi kesehatan masyarakat menurut Winslow
menyiratkan bahwa kesehatan masyarakat merupakan
gabungan dari teori (sains) dan praktik (seni) untuk
mencegah penyakit, memperpanjang usia harapan hidup,
dan meningkatkan kesehatan komunitas. Ketiga tujuan
tersebut tentu saja saling bergantung dan memiliki arti yang
luas. Untuk mencapai tiga tujuan utama tersebut, Winslow
menawarkan metode atau pendekatan yang dianggap paling
efektif, yaitu melalui upaya pengorganisasian masyarakat.
Upaya kesehatan masyarakat tidak dapat dilakukan
secara sembarangan atau tanpa perencanaan. Organisasi
membutuhkan perencanaan yang baik, pelaksanaan diikuti
dengan pemantauan dan evaluasi hasil.(Adik Wibowo &
TIM, 2015)
Pengelolaan masyarakat dalam rangka pencapaian
tujuan kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah
kumpulan potensi atau sumber daya masyarakat yang
ada dalam masyarakat itu sendiri untuk usaha mencegah,
menyembuhkan, mempromosikan dan merehabilitasi.
I lmu Kesehatan M asyarak at • 3
Tujuannya adalah untuk meningkatkan, mendorong
dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan. Meningkatkan peran serta
masyarakat bukanlah hal yang mudah, diperlukan
pemahaman, kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap
masalah kesehatannya sendiri dan upaya preventif.
Oleh karena itu diperlukan peningkatan pengetahuan
terkait kesehatan masyarakat melalui pengelolaan dan
pengembangan masyarakat itu sendiri. Pendekatan utama
yang dikemukakan oleh Winslow untuk mencapai tujuan
kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah strategi atau
pendekatan pendidikan kesehatan.
Definisi lain yang dikemukakan oleh American Medical
Association (AMA) tahun 1948, kesehatan masyarakat adalah
“ilmu dan seni menjaga, melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya yang diorganisir oleh
masyarakat”. Definisi ini juga mencakup upaya pengaturan
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit.(Surahman &
Drs. Sudibyo Supardi, 2016)
Kesehatan masyarakat dalam Kamus Medis Meriam
Webster (2007), didefinisikan sebagai “ilmu dan seni dalam
menjaga, memberi perlindungan, dan menaikkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya yang diorganisir
oleh masyarakat dan mencakup pencegahan kedokteran,
kebersihan dan ilmu sosial”.(Public Health Definition &
Meaning - Merriam-Webster, n.d.) Kesehatan masyarakat
juga dapat berupa berbagai usaha untuk mengatur dan
menggerakkan sumber daya untuk upaya preventif,
promotive, pemulihan dan meningkatkan usia harapan
4 • I lmu Kes ehatan M asyarak at
hidup untuk mencapai keadaan kesehatan yang optimal
bagi seluruh lapisan masyarakat. Sehingga, tidak hanya
berfokus pada pasien dan menghilangkan penyakit, tetapi
pada keseluruhan sistem juga berpengaruh pada status
kesehatan.(UU RI No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
2009)

B. Tujuan Kesehatan Masyarakat


Kesehatan masyarakat adalah ilmu yang ditujukan
untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan individu,
komunitas, dan populasi yang lebih besar, yang mungkin
sekecil lingkungan atau seluas wilayah dunia. Terlepas dari
ukuran populasi yang mereka layani, kesehatan masyarakat
berusaha untuk mencegah timbulnya atau terulangnya
masalah kesehatan dan untuk meminimalkan efeknya
ketika masalah muncul. Mereka melakukan ini melalui
program pendidikan, pengembangan dan implementasi
kebijakan, manajemen layanan, dan penelitian. Oleh karena
itu, tujuan utama kesehatan masyarakat adalah untuk
mempromosikan pemerataan, kualitas dan aksesibilitas
pelayanan kesehatan.
Tujuan kesehatan masyarakat dapat dicapai
dengan upaya publik atau swasta, dan upaya ini sering
dikoordinasikan antara sejumlah organisasi publik dan
swasta. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tujuan
kesehatan masyarakat adalah untuk mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatan dan memperpanjang hidup
bagi semua orang. Dengan demikian, inisiatif kesehatan
masyarakat bertujuan untuk mempromosikan kondisi di

I lmu Kesehatan M asyarak at • 5


mana orang bisa sehat dalam populasi tertentu. (C. Everett
Koop, 2022)
Organisasi Kesehatan Dunia mengakui bahwa tujuan
utama inisiatif kesehatan masyarakat adalah:
1. Menilai dan memantau kesehatan individu dan
populasi yang berisiko untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan dan prioritasnya.
2. Mengembangkan kebijakan publik yang dirancang
untuk menangani masalah dan prioritas kesehatan
lokal dan nasional.
3. Memastikan bahwa semua orang memiliki akses ke
perawatan yang terjangkau dan tepat, termasuk layanan
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
Singkatnya, tujuan kesehatan masyarakat adalah
untuk mengurangi pengeluaran berobat, meningkatkan
kualitas hidup, membantu anak-anak berkembang, dan
mengurangi penderitaan manusia dengan :
1. Menjamin kualitas dan aksesibilitas pelayanan
kesehatan
2. Mencegah epidemi dan penyebaran penyakit
3. Mencegah cedera
4. Mempromosikan dan mendorong perilaku sehat
5. Melindungi dari bahaya lingkungan
6. Menanggapi bencana dan membantu masyarakat dalam
pemulihan(C. Everett Koop, 2022)

6 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Tujuan kesehatan masyarakat di bidang promosi,
pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi adalah
untuk memungkinkan semua warga negara mencapai
tingkat tertinggi kesehatan fisik, mental dan sosial
dan mengharapkan umur panjang. Tujuan kesehatan
masyarakat umum dan khusus meliputi:
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan meningkatkan
kemampuan seluruh masyarakat untuk memelihara
Kesehatan
2. Tujuan Khusus
• Mengembangkan pemahaman tentang kesehatan
dan penyakit bagi individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
• Terjadi peningkatan kemampuan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan.
• Pengobatan/perawatan untuk kelompok keluarga
rentan, kelompok khusus, dan kasus yang
memerlukan perawatan lanjutan dan pelayanan
kesehatan.(Surahman & Drs. Sudibyo Supardi,
2016)

C. Sejarah Kesehatan Masyarakat


Berbicara tentang kesehatan masyarakat tidak terlepas
dari dua ahli metodologi Yunani, yaitu Asclepius dan Higia.
Berdasarkan mitologi Yunani, Asclepius dikatakan sebagai
tabib pertama, tampan dan pintar, meski tidak disebutkan

I lmu Kesehatan M asyarak at • 7


sekolah atau pendidikan yang ia ikuti. Perbedaan antara
Asclepius dan Hygeia dalam pendekatan dan manajemen
masalah kesehatan mereka adalah Asclepius melakukan
pengobatan penyakit setelah seseorang terkena penyakit,
sedangkan Higeia mengajarkan pengikutnya untuk
mengatasi masalah kesehatan melalui “kehidupan yang
seimbang”, seperti menghindari makanan dan minuman
beracun, makan makanan bergizi (baik), cukup istirahat dan
olahraga. Ketika seseorang jatuh sakit, Hygeia lebih memilih
untuk menggunakan upaya alami untuk menyembuhkan
penyakitnya, dan yang terpenting, lebih baik memperkuat
tubuh dengan makanan yang baik daripada obat-obatan/
operasi.(Adik Wibowo & TIM, 2015)
Dalam perkembangan lebih lanjut, tampaknya dapat
ditarik garis antara dua kelompok professional, yaitu
perawatan kesehatan kuratif dan preventif. Perbedaan
antara kedua kelompok dapat dilihat terutama dalam
pendekatan berikut. Pertama, pendekatan terapeutik,
sebagai suatu peraturan, dilakukan secara individual
pada target, dan kontak dengan target (pasien), sebagai
suatu peraturan, hanya terjadi sekali. Jarak antara tenaga
kesehatan (dokter, dll) dengan pasien dan subjek cenderung
jauh.
Dalam pendekatan preventif, sasaran atau pasien
adalah masyarakat (bukan individu), tetapi masalah yang
biasa ditangani bukan hanya masalah individu, tetapi juga
masalah masyarakat. Hubungan (tujuan) antara tenaga
kesehatan dan masyarakat adalah hubungan kemitraan,
bukan antara dokter dan pasien. Kedua, pendekatan kuratif
cenderung pasif. Dengan kata lain, kelompok ini biasanya
8 • I lmu Kesehatan M asyarak at
hanya menunggu masalah muncul — seperti dokter yang
menunggu pasien di puskesmas dan klinik. Jika pasien tidak
datang berarti tidak ada masalah, dan masalah kesehatan
adalah adanya penyakit. Kelompok pencegahan mengambil
pendekatan yang lebih proaktif, mencari masalah daripada
menunggunya. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya
menunggu pasien tiba di kantor atau klinik, mereka
masuk ke masyarakat, menemukan dan mengidentifikasi
masalah yang ada di masyarakat, dan memberikan lebih
banyak informasi biologis kepada klien dan pasien mereka.
untuk menangani. Pada pendekatan kuratif pasien hanya
terlihat sebagian, tetapi manusia terdiri dari biopsikologi
dan kesehatan sosial yang dapat dilihat dari satu aspek
ke aspek lainnya, sedangkan pendekatan preventif
adalah pendekatan holistik terhadap klien dilihat secara
keseluruhan.(Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo, 2011)
Wabah penyakit terjadi dalam berbagai konteks
biologis, psikologis dan sosial, bukan semata-mata karena
gangguan dalam sistem biologis individu. Oleh karena itu,
pendekatannya harus komprehensif atau holistik daripada
individual dan parsial.

D. Perkembangan Kesehatan Masyarakat


Sejarah panjang perkembangan sosial tidak dimulai
dengan munculnya ilmu pengetahuan, tetapi sudah ada,
sebelum perkembangan ilmu pengetahuan modern. Oleh
karena itu, kami uraikan secara singkat perkembangan
kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu
pengetahuan (pre-scientific era) dan setelah perkembangan
ilmu pengetahuan (scientific era).

I lmu Kesehatan M asyarak at • 9


1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Upaya manusia untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat dan penyakit dilaporkan dari budaya yang
paling luas, termasuk Babilonia, Mesir, Yunani, dan
Roma. Selain itu, saat itu ditemukan adanya dokumen
yang memuat tata cara pengolahan air limbah, drainase
permukiman perkotaan, peraturan air minum, dan lain-
lain.
Catatan-catatan ini menunjukkan betapa wabah
penyakit begitu cepat meluas dan menghancurkan masalah
kesehatan masyarakat. Tetapi pada saat itu, tidak ada
upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.

2. Periode Ilmu Pengetahuan


Kebangkitan ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-
18 dan awal abad ke-19 berdampak luas pada semua aspek
kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Pada era ilmiah
ini pula berbagai penyebab penyakit dan vaksin sebagai
upaya pencegahan penyakit mulai ditemukan. Pada akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20, pengembangan pelatihan
bagi tenaga kesehatan profesional dimulai. Pada tahun
1893, John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore,
AS, mendirikan universitas terlebih dahulu, dan memiliki
departemen (fakultas) kedokteran di dalamnya. (Prof. Dr.
Soekidjo Notoadmodjo, 2011)
Dari tahun 1908, sekolah kedokteran menyebar
ke Eropa, Kanada, dan tempat lain. Kurikulum sekolah
kedokteran ini juga menunjukkan bahwa kesehatan
masyarakat diperhitungkan, mahasiswa telah memulai
10 • I lmu Kesehatan M asyarak at
kegiatan di masyarakat sejak tahun kedua sampai selesai.
Perkembangan kurikulum sekolah kedokteran telah
menunjukkan bahwa penyakit dan kesehatan merupakan
hasil interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan
fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan
individu, dan layanan kesehatan.
Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat,
pada tahun 1855, pemerintah AS mendirikan Departemen
Kesehatan pertama. Fungsi departemen ini adalah
memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk
(masyarakat), termasuk peningkatan dan pemantauan
kebersihan lingkungan.(Surahman & Drs. Sudibyo Supardi,
2016)

E. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat


Seperti disebutkan sebelumnya, kesehatan masyarakat
adalah ilmu dan seni. Jadi dari dua hal ini, kita dapat
menyimpulkan cakupan kesehatan masyarakat. Sebagai
ilmu, kesehatan masyarakat pada awalnya hanya terdiri
dari dua disiplin ilmu: ilmu biomedis (biologi medis) dan
ilmu sosial (ilmu sosial). Namun, seiring perkembangan
ilmu pengetahuan, disiplin ilmu yang mendasari ilmu
kesehatan masyarakat antara lain biologi, kedokteran,
kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi,
psikologi, ilmu pendidikan, dan lain-lain. Oleh karena itu,
kesehatan masyarakat merupakan ilmu interdisipliner.
Secara garis besar bidang-bidang yang menunjang ilmu
kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar
utama ilmu kesehatan masyarakat, antara lain:

I lmu Kesehatan M asyarak at • 11


1. Epidemiologi.
2. Biostatistik/statistik kesehatan.
3. Kesehatan lingkungan.
4. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
5. Administrasi kesehatan masyarakat.
6. Gizi masyarakat.
7. Kesehatan kerja.
Masalah kesehatan masyarakat bersifat multifaktorial,
sehingga solusinya harus multidisiplin. Secara garis besar,
upaya yang dapat digolongkan sebagai seni terapan atau
ilmu kesehatan masyarakat antara lain:
1. Pemberantasan penyakit menular dan tidak menular.
2. Meningkatkan kebersihan lingkungan.
3. Memperbaiki kondisi kehidupan.
4. Penghapusan vektor.
5. Pendidikan kesehatan (penyuluhan).
6. Pelayanan KIA.
7. Pengembangan gizi masyarakat.
8. Pemantauan fasilitas sanitasi di tempat umum.
9. Pemantauan obat dan alkohol.
10. Mendorong partisipasi masyarakat, dll. (Surahman &
Drs. Sudibyo Supardi, 2016)

12 • I lmu Kesehatan M asyarak at


RANGKUMAN
Definisi sehat menurut WHO adalah “ Health is a state of
complete physical, mental and social well-being and not merely
the absence of disease or infirmity ” atau bisa diartikan “
Keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial,
tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat ”.
Sedangkan menurut UU no 36 tahun 2009, Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Profesor
Winslow, kesehatan masyarakat mencakup pencegahan
penyakit, perpanjangan hidup, promosi kesehatan fisik dan
mental, peningkatan kesehatan lingkungan, pengendalian
infeksi masyarakat, dan pribadi. Ini adalah ilmu dan
seni untuk mencapai efisiensi melalui upaya masyarakat
yang terorganisir. untuk pendidikan. Mengembangkan
dimensi sosial yang mendukung kebersihan pribadi,
organisasi layanan medis dan keperawatan, deteksi dini
dan pencegahan penyakit, dan standar hidup yang tinggi
untuk menjaga kesehatan yang baik bagi semua anggota
masyarakat. Tujuan kesehatan masyarakat adalah untuk
memajukan, mencegah, mengobati, dan merehabilitasi agar
semua warga negara dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, dan
sosial serta memperpanjang usia harapan hidup. Berikut
adalah beberapa pelajaran penting yang dipetik dari
sejarah kesehatan masyarakat:
1. Dalam kesehatan masyarakat, diketahui bahwa dua toko
Yunani, Asclepius dan Hygeia Asclepius, dikenal untuk
mengobati penyakit setelah menyerang seseorang,

I lmu Kesehatan M asyarak at • 13


tetapi Hygeia lebih tentang menjalani kehidupan yang
seimbang untuk mengatasi masalah dan mendorong
pengikutnya untuk menghindari makanan beracun. /
minuman. Makan makanan yang bergizi, istirahat yang
cukup dan olahraga.
2. Evolusi kesehatan masyarakat di era pra-ilmiah. Pada
abad ke-7, pentingnya kesehatan masyarakat semakin
dirasakan karena berbagai penyakit menular semakin
banyak menyerang sebagian besar populasi, menjadi
epidemi dan dalam beberapa kasus bahkan endemik. B.
Kolera.
3. Perkembangan era ilmu kesehatan masyarakat. Pada
abad ke-19, terdapat beberapa penemuan-penemuan
terkait dunia kesehatan.
4. Kesehatan masyarakat menerapkan integrasi ilmu
kedokteran, higiene, dan ilmu sosial untuk mencegah
penyakit yang terjadi di masyarakat.

14 • I lmu Kesehatan M asyarak at


B A B 2

KINERJA INDIVIDU

Tating Nuraeni, S.ST., M.Kes

P
A. Pengertian Kinerja
rawirosentono (1999) dari Sutrisno (2010, hlm.
170) mengemukakan bahwa kinerja adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh individu
atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan
kompetensi dan tanggung jawabnya masing-masing.
Organisasi yang dimaksud adalah legal, tidak melanggar,
dan konsisten dengan moral dan etika. Menurut Miner
(1990), kinerja adalah cara orang diharapkan untuk
berfungsi dan bertindak sesuai dengan tugas yang diberikan
kepada mereka.
Harapan tentang bagaimana seharusnya seseorang
berperilaku ketika melakukan tugas berarti menyatakan
peran mereka dalam organisasi. Baik organisasi pemerintah
maupun swasta untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan adalah organisasi atau organisasi yang terlibat

I lmu Kesehatan M asyarak at • 15


(Prawirosentono, 1999 Rudy, 2006, h. Empat). Kinerja
(Performance) adalah pemenuhan persyaratan kerja
tertentu, yang pada akhirnya tercermin secara jelas pada
output yang dihasilkan. Kinerja merupakan salah satu alat
ukur untuk mencapai tujuan perusahaan. Prestasi dapat
dilihat sebagai ‘selesai’.
Hasibuan (2002) juga mendefinisikan kinerja (output
kerja) sebagai hasil kerja kualitatif dan kuantitatif yang
dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
(Simmamora, 1995, hlm. 327). Swanson dan Graudous
dalam Sutrisno (2010, hlm. 173) menjelaskan bahwa dalam
suatu sistem, terlepas dari ukurannya, semua pekerjaan
saling terkait. Hasil dari serangkaian penampilan kerja
merupakan masukan bagi upaya kinerja lainnya. Karena
mereka saling bergantung, peningkatan kinerja yang
tampaknya kecil dalam satu aspek pekerjaan dapat
menyebabkan peningkatan keseluruhan yang besar.
Oleh karena itu, produktivitas sistem bergantung pada
ketepatan dan efisiensi gerakan kerja. Sikap, di sisi lain,
adalah kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan
dalam keadaan siap untuk bertindak dengan cara tertentu
(Sutrisno 2010, hal. 174).
Sutrisno (2010, p. 175) menyatakan bahwa perilaku
manusia diturunkan baik dalam kehidupan maupun
aktivitas di dalam organisasi. Perusahaan dan lembaga
publik. Jika organisasi Anda memiliki orang-orang dengan
tanggung jawab tinggi, moral tinggi, dan undang-undang
yang dapat diandalkan, organisasi Anda pasti akan

16 • I lmu Kesehatan M asyarak at


berhasil. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan
1. Bagaimana mengatur berbagai aktivitas dan
memobilisasi orang-orang dalam organisasi Anda
untuk mencapai tujuan perusahaan Anda.
2. Bagaimana membimbing orang-orang dalam suatu
organisasi secara efektif sehingga mereka dapat
mencapai tujuan mereka dengan efisiensi tinggi.
3. Bagaimana membuat kerangka organisasi, sistem
kompensasi dan hukuman untuk mendukung
lingkungan kerja untuk mencapai tujuan organisasi
yang diberikan.
Dari penjelasan teori konsep kinerja, kinerja adalah
hasil dari sesuatu yang dilakukan dalam organisasi
sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang yang
dilimpahkan kepada individu atau kelompok kerja
untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dan norma Faktor Kinerja yang
Mempengaruhi Kinerja. Faktor yang mempengaruhi
kinerja meliputi faktor kemampuan dan faktor
motivasi. Hal ini sesuai dengan Keith Davis dari AA
Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67) di Prabu
Mangkunegara (2007, 13). Dia menyatakan: Kinerja
Manusia: Kemampuan x Motivasi Motivasi: Sikap x
Situasi Kemampuan: Pengetahuan x Keterampilan.
4. Faktor keterampilan (skill)
Secara psikologis, keterampilan terdiri dari
keterampilan laten (IQ) dan keterampilan nyata

I lmu Kesehatan M asyarak at • 17


(pengetahuan + keterampilan). Ini adalah manajer
dengan IQ di atas rata-rata (IQ 110-120), sangat baik,
sangat baik, berbakat dan sangat baik IQ, dengan
pelatihan dan keterampilan yang sesuai dengan
posisinya dalam pekerjaan sehari-hari, dan karyawan
mencapai kinerja maksimal dengan lebih mudah.

B. Faktor Motivasi (Motivation)


Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan
karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan
organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap
situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi
dan sebaliknya. Jika mereka bersikap negative (kontra)
terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi
kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup
antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja,
kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi
kerja.
Menurut Henry Simamora dalam Prabu Mangkunegara
(2007 : 14) kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Faktor individual yang terdiri dari:
a. Kemampuan dan keahlian
b. Latar belakang
c. Demografi
2. Faktor psikologis yang terdiri dari:
a. Persepsi
b. Attitude

18 • I lmu Kesehatan M asyarak at


c. Personality
d. Pembelajaran
e. Motivasi
3. Faktor organisasi yang terdiri dari:
a. Sumber daya
b. Kepemimpinan
c. Penghargaan
d. Struktur
e. Job design
Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari
segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja
yang telah ditentukan. Kinerja individu ini akan tercapai
didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work effort) dan
dukungan organisasi (Mangkunegara, 2007: 15). Dengan
kata lain, kinerja individu adalah hasil:
1. Atribut individu, yang menentukan kapasitas untuk
mengerjakan sesuatu. Atribut individu meliputi faktor
individu (kemampuan dan keahlian, latar belakang serta
demografi) dan faktor psikologis meliputi persepsi,
attitude, personality, pembelajaran dan motivasi.
2. Upaya kerja (work effort), yang membentuk keinginan
untuk mencapai sesuatu.
Dukungan organisasi, yang memberikan kesempatan
untuk membuat sesuatu. Dukungan organisasi meliputi
sumber daya, kepemimpinan, lingkungan kerja, struktur
organisasi dan desain kerja. Menurut A. Dale Timple

I lmu Kesehatan M asyarak at • 19


dalam Mangkunegara (2007:15), faktor kinerja terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
(kecenderungan) adalah faktor yang berhubungan dengan
karakteristik seseorang. Misalnya, beberapa orang
berkinerja baik karena mereka terampil dan pekerja keras,
sementara yang lain berkinerja buruk karena mereka
berusaha keras untuk meningkatkan keterampilan mereka.
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang dari lingkungan. Perilaku, sikap dan
perilaku karyawan, bawahan atau manajer, fasilitas kerja
dan budaya organisasi, dll. Faktor internal dan eksternal
adalah jenis atribusi yang dibuat oleh seorang karyawan,
yang memiliki berbagai implikasi psikologis dan didasarkan
pada perilaku.

20 • I lmu Kesehatan M asyarak at


B A B 3

UTILISASI PELAYANAN KESEHATAN

Masdi Janiarli, SST., M.Kes

U
A. Utilisasi Pelayanan
tilisasi pelayanan adalah sebuah kegiatan
pemanfaatan pelayanan oleh sekelompok
orang maupun individu. Salah satu faktor
yang mempengaruhi seseorang untuk menggunakan dan
memanfaatkan tergantung dari pengetahuan masing-
masing individu.
Terdapat berbagai macam model utilisasi kesehatan
yang digunakan untuk menggambarkan prilaku
pemanfaatan pelayanan, model-model tersebutadalah :

1. Model Andersen ( 1975 )


Menurut Andersen dalam Ilyas, (2003) Model ini
merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang
disebut sebagai model prilaku pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah :
I lmu Kesehatan M asyarak at • 21
a. Karakteristik Presdisposisi
Karakter ini digunakan untuk menggambarkan
fakta bahwa setiap individu memiliki
kecenderungan menggunakan pelayanan
kesehatan yang berbeda-beda dilihat dari ciri
demografi, struktur sosial dan kepercayaan.
b. Karakteristik Kemampuan
Karakteristik kemampuan merupakan
suatu keadaan dan kondisi yang membuat
seseorang mampu untuk melakukan sebuah
tindakan untuk memenuhi kebutuhan akan
pelayanan kesehatan. Berdasarkan sumbernya
karakteristik kemampuan dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu sumber daya keluarga
dan sumber daya masyarakat
c. Karakteristik Kebutuhan
Andersen menggunakan istilah kesakitan
untuk mewakili kebutuhan akan pelayanan
kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit
merupakan bagian dari faktor kebutuhan,
penilaian kebutuhan didapatkan dari 2 sumber
yaitu penilaian ndividu dan penilaian klinik.

2. Model Zshock (1979)


Menurut Zshock dalam Ilyas, (2003) menyatakan
bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan,
yaitu :

22 • I lmu Kesehatan M asyarak at


a. Status kesehatan, pendapatan dan pendidikan
b. Faktor konsumen dan pemberi pelayanan
kesehatan (PPK)
c. Kemampuan dan penerimaan pelayanan kesehatan
d. Resiko sakit dan lingkungan

3. Model Andersen dan Anderson (1979)


Menurut Andersen dan Anderson dalam Ilyas, (2003)
menggolongkanmodel utilisasi kesehatan kedalam tujuh
kategori berdasarkan tipedari variabel yang digunakan
sebagai faktor yang menentukan utilisasi pelayanan
kesehatan. Ketujuh faktor-faktor tersebut adalah :
a. Model Demografi
Pada model ini variabel yang digunakan
berdasarkan umur, jenis kelamin, status
perkawinan dan besarnya keluarga. Variabel
tersebut digunakan sebagai indikator yang
mempengaruhi utilisasipelayanan kesehatan.
b. Model Struktur Sosial
Pada model ini variabel yang digunakan adalah
pendidikan , pekerjaan dan etnis. Variabel-
variabel tersebut mencerminkan status sosial
dari individu atau keluarga di dalam masyarakat
dan dapat pula menggambarkan gaya hidup
individu dan keluarga

I lmu Kesehatan M asyarak at • 23


c. Model Sosial Psikologis
Pada model ini variabel yang digunakan adalah,
pengetahuan, sikap, dan keyakinan individu di
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Variabel tersebut mempengaruhi individu
untuk mengambil keputusan dan bertindak di
dalam menggunakan pelayanan kesehatan.
d. Model Sumber Daya Keluarga
Pada model ini variabel yang digunakan adalah
pendapatan keluarga dan cakupan mengenai
pelayanan kesehatan. Variabel tersebut dapat
mengukur kesanggupan dari setiap individu
atau keluarga untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.
e. Model Sumber Daya Masyarakat
Pada model ini variabel yang digunakan adalah
pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di
dalam masyarakat
f. Model Organisasi
Pada model ini variabel yang digunakan
adalah pencerminan perbedaan bentuk-bentuk
pelayanan kesehatan. Pada umumnya variabel
yang biasa digunakan adalah
1. Gaya praktek pengobatan sendiri (sendiri,
rekanan, kelompok)
2. Sifat alamiah dari pelayanan tersebut
(pembayaran secara langsung atau tidak)

24 • I lmu Kesehatan M asyarak at


3. Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi,
rumah sakit atau klinik)
4. Petugas kesehatan yang pertama kali
dihubungi oleh pasien (dokter, perawat atau
yang lainnya)
g. Model Sistem Kesehatan
Model ini mengintegrasikan ke enam model
di atas kedalam suatu model yang lebih
sempurna.

4. Becker (1974)
Menurut Becker dalam Maman, (2002) Pada model
ini digunakan model kepercayaan yang menjadi sebuah
bentuk dari model sosio- psikologis yang menganggap
bahwa prilaku kesehatan merupakan fungsi pengetahuan
maupun sikap infdividu. Selain itu model kepercayaan
kesehatan ini juga merupakan salah satu pengembangan
dari teori lapangan dari Lewin 1954, dimana dalam
konsep teori lapangan dijelaskan bahwa setiap individu
dalam kehidupannya akan berada pada daerah antara
daerah positif dan daerah negatif.
Dalam model Becker ada 4 variabel kunci yang
mempengaruhi prilakuseseorang dalam bertindak untuk
mencegah atau mengobati suatupenyakit, yaitu :
1. Kerentanan yang dirasa
Tindakan individu dalam mencari pengobatan
atau melakukan upaya pencegahan terhadap
suatu penyakit

I lmu Kesehatan M asyarak at • 25


2. Keseriusan yang dirasakan
Tindakan individu dalam mencari pengobatan
dan pencegahan penyakit yang didorong oelh
keseriusan penyakit itu sendiri
3. Manfaat dan rintangan yang dirasakan
Tindakan yang dilakukan akibat kerentanan
dari suatu penyakit tergantung dari manfaat
yang dirasakan
4. Isyarat atau tanda-tanda
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang
benar tentang kerentanan kegawatan dan
keuntungan diperlukan isyarat berupa faktor-
faktor dari luar yang berupa pesan-pesan
media massa, nasihat dari teman atau anggota
keluarga yang pernah mengalaminya

5. Model Green
Menurut Green dalam Notoadmodjo, (2003)
menjelaskan bahwa tindakan seseorang dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor ini mencakup mengenai
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi

26 • I lmu Kesehatan M asyarak at


b. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat
c. Faktor Penguat
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan
prilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap
dan prilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan, termasuk juga disini undang-undang,
peraturan- peraturan baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan.
Menurut Thabrany dalam Chalidyanto, (1998),
menyebutkan bahwa ada 3konsep untuk melihat utilisasi
pelayanan kesehatan. Konsep tersebut antara lain :
a. Model prilaku
b. Health belief model
c. Model ekonomi
Menurut Notoadmodjo dalam Chalidyanto, (1998),
menyebutkan bahwa ada beberapa model penggunaan
pelayanan kesehatan yaitu :
a. Kependudukan
b. Struktur sosial
c. Psikologi sosial
d. Sumber daya keluarga
e. Sumber daya masyarakat

I lmu Kesehatan M asyarak at • 27


f. Organisasi
g. Model-model sistem kesehatan
Sedangkan menurut Feldstein dalam Santoso, (2004),
faktor-faktor yang berhubungan dengan permintaan
penderita terhadap pelayanan kesehatanadalah :
a. Insiden penyakit yang menggambarkan kejadian
penyakit
b. Karakteristik sosio demografi yang meliputi
umur, jenis kelamin status perkawinan, jumlah
anggota keluarga, pendidikan dan sistem
nilai budaya yang ada pada keluarga atau
masyarakat. Namun tidak semua karakteristik
sosio demografi dapat segera di intervensi
c. Faktor ekonomi, antara lain pendapatan,
harga pelayanan medis dan nilai waktu yang
dipergunakan untuk mencari pengobatan
Menurut Pride dalam Santoso, (2004) disebutkan
ada beberapa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi
individu dalam pengambilan keputusan untuk
menggunakan suatu pelayanan. Faktor tersebut adalah :
1. Faktor Pribadi
a. Demografi : usia,, jenis kelamin, suku bangsa,
siklus kehidupan keluarga dan pekerjaann
b. Situasional : keadaan eksternal yang
mempengaruhi keputusan pembelian individu
c. Tingkat keterlibatan : banyak aspek dalam
keputusan pembelian dipengaruhi oleh tingkat

28 • I lmu Kesehatan M asyarak at


keterlibatan inividu tersebut termasuk besarnya
minat individunya
2. Faktor Psikologis
a. persepsi merupakan proses pemilihan dan
pengorganisasian dan penginterpretasian
informasi yang diperolehnya untuk
menghasilkan makna
b. motif merupakan kekuatan internal yang
mengarahkan kegiatan seseorang kearah
pemenuhan kebutuhannya
c. kemampuan dan pengetahuan merupakan
konsekuensi dari keputusanmenggunakan suatu
jasa pelayanan kesehatan yang memuaskan adalah
kecenderungan diulangi kembali
d. sikap adalah ketika pasien sebagai konsumen
meiliki sikap yang negatif terhadap salah satu
aspek dalam pelayanan di sebuah rumah sakit
maka kemungkinan pasien tersebut berhenti
untuk datang kembali
e. kepribadian umumnya produk yang digunakan
seseorang kemungkinan mencerminkan satu
atau beberapa dari arti kepribadian orang yang
bersangkutan
3. Faktor Sosial
a. Peran dan pengaruh keluarga : peran keluarga
berkaitan langsung dengan keputusan dalam
penggunaan

I lmu Kesehatan M asyarak at • 29


b. Kelompok referensi : dapat berfungsi sebagai
titik perbandingan dan sumber informasi bagi
seorang individu
c. Kelas sosial : berpengaruh terhadap keputusan
pembelian termasuk dalam penggunaan fasitlitas
pelayanan kesehatan, pola pemeriksaan dan
jenis rumah sakit yang dipilihnya
d. Budaya : mencakup nilai-nilai dan prilaku
yang diterima di dalam masyarakat tertentu
dan umumnya diterusan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Menurut Dever dalam Santoso, (2004). Dever
mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor-
faktor tersebut yaitu:
1. Sosio budaya mencakup tekhnologi dan norma-norma
yang berlaku
2. Organisasi meliputi ada tidaknya fasilitas
pelyanan kesehatan, kemudahan secara geografis,
acceptability, affordability, struktur organisasi, dan
proses pelayanan kesehatan
3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen,
meliputi derajat sakit, mobilitas penderita, cacat
yang dialami, sosio demografi ( umur, jenis kelamin,
status perkawinan), sosio psikologi (persepsi sakit,
kepercayaan dsb), sosio ekonomi (pendidikan,
pendapatan, pekerjaan, jarak tempat tinggal dengan
pusat pelayanan kebutuhan)

30 • I lmu Kesehatan M asyarak at


4. Faktor yang berhubungan dengan provider, meliputi
kemampuan petugas dalam menciptakan kebutuhan
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan, karakteristik provider (prilaku dokter,
paramedis, jumlah dan jenis dokter, peralatan yang
tersedia, serta pengguanaan tekhnologi canggih).

B. Pemantauan Utilisasi
Pemantauan utilisasi adalah sebuah kegiatan yang
bertujuan untuk memantau dan menilai penggunaan
pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dari seluruh pelayanan kesehatan
(DirektoratJendral Bina Kesehatan Masyarakat 2003).
Kegiatan pemantauan utilisasi ini bertujuan untuk
dapat senantiasa meningkatkan pelayanan kesehatan
dan mempertahankan pelayanan tersebut sehinngga
dapat memperkecil pelayanan-pelayanan kesehatan
yang justru kurang diperlukan.
Pemantauan utilisasi pelayanan kesehatan ini dapat
diselenggarakan di tingkat Badan Penyelenggara (BAPEL)
maupun pada tingkat Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) dalam hal ini rumah sakit ataupun puskesmas.
Dari pandangan pengguna jasa pelayanan kesehatan
kegiatan pemantauan utilisasi ini dapat mengurangi
keadaan-keadaan yang bersifat :
a. Over Utilization
Sebuah keadaaan dimana kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan

I lmu Kesehatan M asyarak at • 31


kesehatan (PPK) kepada pasien yang sebenarnya
tidak diperlukan dalam proses pengobatan.
b. Under Utilization
Suatu keadaan dimana suatu jenis pelayanan
kesehatan tidak diberikan kepada pasien meskipun
pelayanan tersebut sebenarnya sangat dibutuhkan
dalam proses pengobatan
c. Misuse
Sebuah keadaan dimana suatu jenis pelayanan
kesehatan tertentu diberikan secara tidak tepat
atau dengan kualitas dibawah standar (Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat, 2003)
Menurut Ilyas, (2003) dalam Sutomo, (2005),
pelaksanaan review utilisasi di ruang perawatan dapat
dijalankan melalui tahapan berikut:
a. Pencatatan data
Pencatatan meliputi data dan tanggal kunjungan,
nama peserta, diagnosa penyakit, lama hari rawat,
penggunaan fasilitas perawatan
b. Analisa data
Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan
pengolahan dengan melakukan analisa sehingga
dihasilkan suatu bentuk laporan tentang kasusrawat
inap, lama hari rawat, rata-rata biaya rawat.
Kunci keberhasilan review utilisasi menurut Ilyas,
(2003) dalam Sutomo, (2005), terdapat beberapa hal

32 • I lmu Kesehatan M asyarak at


yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dari review
utilisasi, yaitu :
• Adanya komitmen yang tinggi dari semua pihak
baik dari tingkat manajemen sampai tingkat
pelaksanaan di lapangan
• Dalam memasukan data harus tepat sehingga
tidak terjadi kesalahan dalamanalisis
• Diperlukan peralatan yang sesuai dan spesifik
untuk suatu kebutuhan review
• Dalam tahap pelaksanaan kegiatan diperlukan
suatu konsitensi dan tidak berubah-ubah
• Dalam memutuskan suatu keputusan, diperlukan
suatu kepekaan dalam memanfaatkan data dan
informasi yang ada sehingga tidak terjadi salah
keputusan
Menurut Dewi, (2003) dalam review utilisasi, faktor-
faktor yang perlu diperhatikan sebagai data dasar
adalah usia, sex, diagnosa. Usia sangat diperhatikan
karena akan mempengaruhi tingkat kesakitan sehingga
mempengaruhi terhadap pelayanan kesehatan dan
biaya.
Sex atau jenis kelamin merupakan hal penting yang
harus mendapat perhatian karena adanya perbedaan
resiko sakit antara pria dan wanita. Sementara diagnosa
penyakit akan mempengaruhi utilisasi pemeriksaan
penunjang medis dan length of stay pasien di rumah
sakit sehingga akan mempengaruhi utilisasi dan biaya

I lmu Kesehatan M asyarak at • 33


C. Manfaat Review Utilisasi
Menurut Jarwati, (2004) ada beberapa manfaat yang
dapat diperoleh jika kita melakukan review utilisasi,
beberapa manfaat tersebut adalah :
a. Review utilisasi dapat mengecvaluasi kelayakan
pelayanan kesehatan untuk membantu
menghapuskkan resiko potensial bagi pasien dengan
menilai apakah pelayanan secara medis diperlukan
dan apakah pelayanandiberikan secara layak
b. Memberikan gambaran nyata tentang pola utilisasi
pelayanan oleh pasien. Pola pemberian pelayanan
oleh provider dan pola pembiayaan kesehatan
c. Merupakan dasar yang penting untuk pengendalian
provider serta untuk perencanaan dan evaluasi
khususnya yang terkait dengan pemeliharaan
kesehatan
d. Mendeteksi adanya kecurangan pelayanan dan
pembiayaan pelayanankesehatan
Menurut Nas, (2000) Manfaat review utilisasi
adalah:
a. Mengetahui kelayakan pelayanan kesehatan
untuk membantu menghapuskan resiko
potensial bagi pasien dengan menilai apakah
pelayanan secara medis diperlukan dan apakah
pembayaran diberikan secara layak
b. Memberikan gambaran nyata tentang pola
utilisasi pelayanan oleh peserta,pola pemberian

34 • I lmu Kesehatan M asyarak at


pelayanan oleh provider dan pola pembiayaan
kesehatan
c. Merupakan data dasar yang penting untuk
pengendalian provider serta untuk perencanaan
dan evaluasi, khususnya yang terkait dengan
pemeliharaan kesehatan
d. Mendeteksi adanya kecurangan dalam pelayanan
dan pembayaranpelayanan kesehatan
Menurut Edvine, (2006). mengatakan bahwa
dengan mengerti tentang utilisasi pelayanan kesehatan
maka akan memungkinkan semakin akuratnya upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di masa depan. Ini
berarti data dan informasi penggunaan pelayanan
kesehatan merupakan dokumen yang sangat penting
untuk merancang program pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan danmampu menjangkau masyarakat.

D. Pengertian Wabah
Wabah atau epidemi merupakan suatu istilah
yang biasa digunakan dalam menggambarkan suatu
peningkatan kejadian penyakit yang melebihi kejadian
dari biasanya. Beberapa batasan yang biasa digunakan
untuk menjelaskan pengertian wabah antara lain :
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau
kematian yang telah meluas secara cepat baik dalam
jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit(Departemen
Kesehatan RI)
Wabah adalah keadaaan berjangkitnya penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya

I lmu Kesehatan M asyarak at • 35


meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim
dari waktu dan daerah tertentu serta dapatmenimbulkan
malapetaka (UU No.4 tahun 1984, Wabah Penyakit
Menular)
Dari pengertian-pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa wabah adalah suatu peningkatan
jumlah kejadian pada tempat dan waktu tertentu yang
menyebabkan banyaknya korban jiwa atau digambarkan
dengan kejadian luarbiasa ( KLB ) sesuai dengan UU No.4
tahun 1984 yang berisi
” Menteri Kesehatan menetapkan daerah tertentu
dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai
daerah wabah. Peningkatan penderita wabah di daerah
wabah diatas akan dinyatakan sebagai suatu letusan
penyakit, kejadian tersebut terbatas dan ditanggulangi
oleh pemerintah daerah. Apabila penanganannya
membutuhkan bantuan pemerintah pusat maka kejadian
tersebut dinyatakan sebagai suatu kejadian luar biasa (
KLB ).”

36 • I lmu Kesehatan M asyarak at


B A B 4

TEORI PELAYANAN KESEHATAN

Nur Arifatus Sholihah, S.KM., M.Kes

K
A. Pelayanan Kesehatan
esehatan merupakan hal yang paling penting
bagi manusia. Dengan adanyakesehatan,
manusia dapat menjalankan segala aktivitas.
Menjaga kesehatan diri dapat dilakukan dengan tetap
menjaga kebersihan lingkungan agar tidak timbul penyakit
yang dapat menyerang. Selain itu, pemerintah telah
memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang terserang
penyakit.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
kesehatan diartikan sebagai keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara social dan ekonomis(Azwar, 1994:11).
Menurut Levey Loomba, pelayanan kesehatan adalah upaya
yang dilakukan oleh suatu organisasi baik secara sendiri

I lmu Kesehatan M asyarak at • 37


atau bersama-sama untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan perseorangan, kelompok dan ataupun
masyarakat (Azwar, 1994: 42).
Hodgetts dan Casio (Azwar, 1994: 43) menyatakan
bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan tersebut
terbagi menjadi dua yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok
pelayanan kedokteran (medical service) ditandai
dengan cara pengorganisasian yang dapat berdiri
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam
satu organisasi (institution). Tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan,
serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan
keluarga.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok
pelayanan kesehatan masyarakat (publik health service)
ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan
utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit dan sasaran
utamanya adalah untuk kelompok dan masyarakat.
Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan
pelayanan kesehatan masyarakat, namun untuk dapat
disebut sebagai pelayanan kesehatan yang baik, keduanya

38 • I lmu Kesehatan M asyarak at


harus memenuhi beberapa persyaratan pokok sebagai
berikut (Azwar, 1994:45) :
a. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat
(available) dan bersifat berkesinambungan (continous)
artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan,
serta keberadaannya dalam masyarakat ada pada
setiap saat yang dibutuhkan.
b. Dapat diterima dan wajar (acceptable & appropriate)
Pelayanan tersebut tidak bertentangan dengan adat
istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
masyarakat serta bersifat wajar.
c. Mudah dicapai (accessible)
Pengertian tercapai disini terutama dari sudut lokasi.
Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang
baik maka pengaturan distribusi sarana kesehatan
menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang
terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja
dan tidak ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah
pelayanan kesehatan yang baik.
d. Mudah dijangkau (affordable)
Pengertian keterjangkauan ini terutama dari sudut
biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan seperti ini
harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan
tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 39


e. Bermutu (quality)
Pengertian bermutu disini adalah yang menunjukkan
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan
para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata
cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik
serta standar yang telah ditetapkan.
Sedangkan mengenai stratifikasi pelayanan kesehatan,
secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu (Azwar, 1994: 48- 49) :
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health
Servise) Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
pokok (Basic Health Service) yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada
umumnya pelayanan kesehatan ini bersifat rawat jalan
(Ambulatory / out patient service).
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary
Health Service) Adalah pelayanan kesehatan yang
lebih lanjut, telah bersifat rawat inap (in patient
service) dan dibutuhkan tenaga-tenaga spesialis untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan ini.
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary Health
Service)
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih
kompleks dan dibutuhkan tenaga-tenaga subspesialis
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
ketiga ini.

40 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Dapat disimpulkan pelayanan kesehatan merupakan
pelayanan baik dilakukan oleh perseorangan maupun
secara bersama-sama dengan tujuan memulihkan dan
menyembuhkan penyakit, meningkatkan kesehatan
seseorang dan atau masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
pelayanan kesehatan mempunyai syarat pokok yang
harus dipenuhi agar pelayanan kesehatan tersebut bisa
dikatakan baik. Adapun syarat tersebut yaitu tersedia
dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah
dicapai, mudah dijangkau dan bermutu.

a. Sikap
Saat berada disebuah lingkungan dan situasi
sosial, setiap manusia selalu menunjukkan sikap yang
menunjukkan apakah seseorang tersebut senang atau
tidak dengan lingkungan dan situasi yang sedang dihadapi.
Terdapat banyak definisi sikap yang dikemukakan oleh
para ahli antara lain Louis Thurstone, Rensis Likert, dan
Charles Osgood, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau
reaksi perasaan. Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan
Gordon Allport, sikap adalah semacam kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.
Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan
merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi
dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
suatu stimulus yang menghendaki adanya respons.Secord
dan Backman mendefinisikan sikap sebagai keteraturan
tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi),
dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek dilingkungan sekitarnya (Azwar, 1995: 5).

I lmu Kesehatan M asyarak at • 41


Terdapat struktur sikap yang terdiri atas tiga komponen
yang saling menunjang yaitu (Azwar, 1995 : 23):
a. Komponen Kognitif (Cognitive)
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi
objek sikap.
b. Komponen Afektif (Affective)
Komponen afektif menyangkut masalah emosional
subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara
umum, komponen ini disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap sesuatu.
c. Komponen Perilaku atau Konaktif (Conactive)
Komponen perilaku atau komponen konaktif dalam
struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku
atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam
diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa
kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi
perilaku.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap, antara lain (Azwar, 1995 : 30) :
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan
yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi
dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

42 • I lmu Kesehatan M asyarak at


b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang
dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginana untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut.
c. Kebudayaan
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang
memberi corak pengalaman individu- individu yang
menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.
Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan
kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan
dalam pembentukan sikap individual.
d. Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang
dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat,
akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 43


e. Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan
serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan
ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan
maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya
kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam
menetukan sikap individu terhadap suatu hal.
f. Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap terkadang merupakan pernyataan
yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu
begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan
lama.
Dari beberapa definisi sikap menurut para ahli diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah respon yang
diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek tertentu
yang dalam merespon meliputi adanya aspek perasaan,
pemikiran dan tindakan. Terdapat tiga komponen dalam
struktur sikap yaitu komponen kognitif atau perasaan,
komponen afektif atau pikiran dan komponen konaktif
atau tindakan. Tingkat kepuasan seseorang dapat dilihat
dari respon yang diberikan seperti sikap. Sikap yang
diberikan yaitu berupa tindakan, kepercayaan, perasaan

44 • I lmu Kesehatan M asyarak at


dan sebagainya. Sehingga apabila seseorang merasa puas
terhadap suat keadaan, maka akan terlihat dari tindakan
yang diberikan.

b. Kualitas Pelayanan
Ada banyak indikator dalam mengukur kualitas suatu
pelayanan publik dan kepuasan merupakan salah satu
indikator dalam mengukur kualitas pelayanan. Sebelum
membahas tentang kepuasan, ada banyak definisi tentang
kualitas pelayanan. Definisi kualitas menurut beberapa
ahli yang dikutip oleh M. Azka Nurul Fajar (2006 : 15 )
diantaranya yaitu :
1. Goetsh Davis mengartikan kualitas sebagai suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produksi,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan yang diinginkan.
2. Joseph M. Juran, kualitas adalah kecocokan untuk
pemakaian (fitness for use). Definisi ini menekankan
orientasi pada pemenuhan kepuasan pelanggan.
3. W. Edward Deming, kualitas yaitu apapun yang menjadi
kebutuhan dan keinginan konsumen.
4. Taguchi, kualitas adalah kerugian yang ditimbulkan
oleh suatu produk bagi masyarakat setelah produk
dikirim, selain kerugian-kerugian yang disebabkan
fungsi intrinsik produksi.
Dari beberapa definisi kualitas yang ada diatas, dapat
disimpulkan bahwa kualitas merupakan usaha untuk
memenuhi segala sesuatu yang berhubungan dengan
produksi, jasa, manusia, proses dan lingkungan dan yang

I lmu Kesehatan M asyarak at • 45


menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen baik itu
berupa barang dan jasa yang diharapkan dapat memenuhi
dan melebihi harapan dan kepuasan pelanggan.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk
dari pelayanan publik, maka diperlukan indikator untuk
menentukan kualitas pelayanan publik. Salim dan Woodward
(1992) dalam Ratminto (2005:174) mengemukakan empat
indikator, antara lain :
1. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumberdaya
yang sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan
pelayanan publik.
2. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang
menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara
masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan
pelayanan publik.
3. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target,
sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
4. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang
diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek
kemerataan.
Sedangkan Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1990)
dalam Ratminto (2005: 177) yaitu :
1. Kepuasan, artinya seberapa jauh organisasi dapat
memenuhi kebutuhan anggotanya.
2. Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran
dan masukan.

46 • I lmu Kesehatan M asyarak at


3. Produksi adalah ukuran yang menunjukkan
kemampuan organisasi untuk menghasilkan keluaran
yang dibutuhkan oleh lingkungan.
4. Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya
tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan yang
terjadi di lingkungannya.
5. Pengembangan adalah ukuran yang mencerminkan
kemampuan dan tanggung jawab organisasi dalam
memperbesar kapasitas dan potensinya untuk
berkembang.
Dari beberapa indikator diatas, dapat diketahui bahwa
terdapat banyak variasi yang menjadi indikator kinerja.
Tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu indikator yang berorientasi pada hasil dan
indikator yang berorientasi pada proses.

c. Kepuasan Pelanggan
Pengertian puas dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia adalah merasa sangat lega karena terpenuhi
keinginannya, merasa sangat kenyang dan senang karena
terpenuhi hasratnya. Kepuasan menurut kamus Lengkap
Bahasa Indonesia adalah kesenangan, kelegaan. Engel et
al., (Tjiptono, 1996: 126) kepuasan pelanggan merupakan
evaluasi yang dilakukan setelah pembelian dimana
alternatif yang dipilih sekurang- kurangnya memberikan
hasil (outcome) yang sama atau melampaui harapan
pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul dari hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 47


Kepuasan pelanggan menurut Westbrook dan Reilly
(1983) yaitu merupakan respon emosional yang berkaitan
dengan produk atau jasa yang dibeli, gerai ritel, pola
perilaku maupun pasar secara keseluruhan. Definisi
kepuasan/ketidakpuasan pelanggan menurut Tse dan
Wilton (1988) yaitu respon dan evaluasi yang diberikan
pelanggan terhadap ketidaksesuaiaan yang diperkirakan
sebelum pembelian dan kinerja dari suatu produk setelah
pembelian , pemakaian dan konsumsi dari produk tersebut.
Wilkie (1990) mendefinisikan “kepuasan pelanggan sebagai
tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman
konsumsi suatu produk atau jasa.” (Tjiptono, 2004: 349).
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para
ahli diatas, maka dapat disimpulkan kepuasan pelanggan
merupakan suatu respon emosional dan evaluasi yang
diberikan oleh pelanggan terhadap suatu produk,
pola perilaku serta pasar pada saat mengkonsumsi
suatu produk ataupun jasa. Sedangkan ketidakpuasan
pelanggan merupakan ketidaksesuaian terhadap apa yang
diespektasikan pada sebelum pembelian barang dan kinerja
suatu produk dengan apa yang diterima pada saat setelah
pembelian dan pemakaian barang atau jasa.
Giese dan Cote (2000) dalam Tjiptono (2004: 350) mengiden-
tifikasikan tiga komponen dalam definisi kepuasan pelanggan
yaitu :
1. Tipe respon baik itu respon emosional/afektif maupun
kognitif dan intensitas respon yang mengacu pada kuat
atau lemahnya yang biasanya dicerminkan lewat istilah
sangat puas, puas, netral tidak puas dan sebagainya.

48 • I lmu Kesehatan M asyarak at


2. Focus respons berupa produk, konsumsi, keputusan
pembelian toko dan sebagainya.
3. Timing respons, yaitu setelah mengkonsumsi suatu
barang atau produk, setelah pemilihan pembelian
suatu produk, berdasarkan pengalaman akumulatif
dan sebagainya.
Terdapat dua faktor yang sangat menentukan
kepuasan, yaitu harapan pelanggan dan kinerja atau hasil
yang mereka rasakan. Pada umumnya harapan pelanggan
merupakan keyakinan pelanggan tentang apa yang
akan ia terima apabila ia membeli atau mengkonsumsi
suatu produk. Sedangkan kinerja yang dirasakan adalan
persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah
mengkonsumsi produk yang dibeli. Menurut Kotler dan
Armstrong (1994), harapan pelanggan dibentuk dan
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pengalaman
berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat, serta
informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing
(Tjiptono, 1996: 126).
Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang
memberikan pelayanan jasa perlu mengetahui bagaimana
kinerja mereka diterima oleh konsumennya, misalnya para
pasien baik rawat jalan maupun pasien rawat inap. Dengan
menerima masukan dari para pasien, maka manajemen
rumah sakit akan melakukan perubahan-perubahan kearah
yang lebih baik dari sebelumnya dan dapat meningkatkan
kepuasan pasien dan memberikan dampak positif bagi
rumah sakit. Untuk mengukur kualitas jasa dalam hal ini
kepuasan pasien, maka dapat dilihat dari lima dimensi

I lmu Kesehatan M asyarak at • 49


yaitu Tangibles, Responsiveness, Reliability, Assurance, dan
Emphaty (Umar, 2002: 446-447).
Seperti yang dikemukakan oleh Zeithaml, Parasuraman
dan Berry 1990 dalam Ratminto (2005 : 175). Adapun
indikator tersebut adalah :
1. Tangibles atau kenampakan fisik, artinya petampakan
fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-
fasilitas lain yang dimiliki oleh providers.
2. Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara
akurat.
3. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaaan
untuk menolong customers dan menyelenggarakan
pelayanan secara ikhlas.
4. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan
kesopanana para pekerja dan kemampuan merekan
dalam memberikan kepercayaan kepada customers.
5. Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang
diberikan oleh providers kepada customers.

50 • I lmu Kesehatan M asyarak at


B A B 5

TEORI KEPUAAN KERJA

Bernadetha, SKM., M.Kes

A. Kepuasan Kerja

S
1. Pengertian Kepuasan Kerja
etiap orang yang bekerja mengharapkan
memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan
hal yang bersifat individual karena setiap individu akan
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu.
Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan
yang dirasakan.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001;271) kepuasan kerja
adalah “suatu efektifitas atau respons emosional terhadap
berbagai aspek pekerjaan”. Davis dan Newstrom (1985;105)
mendeskripsikan “kepuasan kerja adalah seperangkat
perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya

I lmu Kesehatan M asyarak at • 51


pekerjaan mereka”. Menurut Robbins (2003;78) kepuasan
kerja adalah “sikap umum terhadap pekerjaan seseorang
yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan
yag diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima”.
Menurut Edy Sutrisno (2019, P.74) Kepuasan Kerja
adalah suatu sikap karyawan terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan situasi kerja, kerja sama antar
karyawan, imbalan yang diterima dalam kerja, dan
hal-hal yang menyangkut faktor fisik dan psikologis.
Menurut Wibowo (2016, P. 415) Setiap orang yang bekerja
mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya
bekerja. Kepuasan Kerja akan mempengaruhi produktivitas
yang sangat diharapkan manajer. Untuk itu, manajer perlu
memahami apa yang harus dilakukan untuk menciptakan
Kepuasan Kerja karyawannya. Terdapat beberapa
pengertian menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1. Robbins (wibowo, 2016, P.415) Kepuasan Kerja adalah
sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang
menunjukan perbedaan antara jumlah penghargaan
yang diterima bekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima.
2. Greenbeg dan Baron (wibowo, 2016, P.415)
mendeskripsikan Kepuasan Kerja sebagai sikap positif
atau negatif yang dilakukan individual terhadap
pekerjaan mereka. Sementara itu, vecchino (wibowo,
2016, P.415) menyatakan Kepuasan Kerja sebagai
pemikiran, perasaan, dan kecenderungan tindakan

52 • I lmu Kesehatan M asyarak at


seseorang, yang merupakan sikap seseorang terhadap
pekerjaan.
3. Kreitner dan Kinicki (wibowo, 2016, P.415) Kepuasan
Kerja merupakan respons affective atau emosional
terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang.Definisi ini
menunjukan bahwa job satisfaction bukan merupakan
konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan
salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu
atau lebih aspek lainnya.
4. Handoko (Edy Sutrisno, 2019, P.75) Kepuasan Kerja
adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan bagi para karyawan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan Kerja mencerminkan
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan segala
sesuatu yang dihadapidi lingkungan kerjanya.
5. Nurhayati (2016) mengemukakan bahwa Kepuasan
Kerja adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang
bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan
manfaat bagi organisasi, yang berarti bahwa apa yang
diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang
dianggap penting.
6. Sari (2016) Kepuasan Kerja adalah variabel sikap yang
mencerminkan bagaimana orang merasa mengenai
pekerjaan mereka secara keseluruhan serta berbagai
aspek didalamnya.
7. Prayogo (2019) Kepuasan Kerja merupakan sikap
emosional yang menyenangkan serta mencintai
pekerjaanya. Kepuasan Kerja karyawan harus
diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi,
I lmu Kesehatan M asyarak at • 53
dan kedisiplinan karyawan dapat meningkat. Bagi
organisasi, suatu pembahasan tentang
Kepuasan Kerja akan menyangkut usaha-usaha untuk
meningkatkan efektifitas organisasi dengan cara membuat
efektif perilaku karyawan dalam bekerja. Perilaku karyawan
yang menopang pencapaian tujuan organisasi adalah
merupakan sisi lain yang harus diperhatikan, disamping
penggunaan mesin-mesin modern sebagai hasil kemajuan
bidang teknologi. Ketidakpuasan karyawan dalam kerja akan
mengakibatkan suatu situasi yang tidak menguntungkan
baik secara organisasi maupun individual.
Ketidakpuasan dalam kerja akan dapat menimbulkan
perilaku agresif, atau sebaliknya akan menunjukan sikap
menarik diri dari kontak dengan lingkungan sosialnya.
Misalnya, dengan mengambil sikap berhenti dari
perusahaan, suka bolos, dan perilaku lain yang cenderung
bersifat menghindari dari aktivitas organisasi. Bentuk
perilaku agresif, misalnya melakukan sabotase, sengaja
membuat kesalahan dalam kerja, menentang atasan, atau
sampai pada aktivitas pemogokan.
Dari uraian di atas, bahwa Kepuasan Kerja karyawan
merupakan masalah penting yang diperhatikan dalam
hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan dan
ketidakpuasan sering dikaitkan dengan tingkat tuntutan
dan keluhan pekerjaan yang tinggi. Pekerja dengan tingkat
ketidakpuasan yang tinggilebih mungkin untuk melakukan
sabotase dan agresif yang pasif.
Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau
emosional terhadap berbagai segi atau aspek pekerjaan

54 • I lmu Kesehatan M asyarak at


seseorang sehingga kepuasan kerja bukan merupakan
konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan
salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu
atau lebih aspek lainnya. Kepuasan Kerja merupakan sikap
(positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul
berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian
tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,
penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam
mencapai salah satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan.
Karyawan yang puas lebih menyukai situasi kerjanya
daripada tidak menyukainya.
Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan
kepuasan dan ketidakpuasan kerja cenderung
mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja tentang
pengalaman-pengalaman kerja pada waktu sekarang dan
lampau daripada harapan-harapan untuk masa depan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur
penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan
dan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan. Yang
ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap
penting oleh individu. Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-
nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari
tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang
individu adalah jumlah dari kepuasan kerja (dari setiap

I lmu Kesehatan M asyarak at • 55


aspek pekerjaan) dikalikan dengan derajat pentingnya aspek
pekerjaan bagi individu. Seorang individu akan merasa
puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya merupakan
sesuatu yang bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana
ia mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan
antara keinginan-keinginannya dengan hasil keluarannya
(yang didapatnya).
Sehingga dapat disimpulkan pengertian kepuasan
kerja adalah sikap yang positif dari tenaga kerja meliputi
perasaan dan tingkah laku terhadap pekerjaannya melalui
penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa menghargai
dalam mencapai salah satu nilai-nilai pentingpekerjaan.

2. Teori Kepuasan Kerja


Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan
apa yang membuat sebagian orang lebih puas terhadap
suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori ini juga
mencari landasan tentang proses perasaan orangterhadap
kepuasan kerja. Ada beberapa teori tentang kepuasan kerja
yaitu :
a. Two Factor Theory
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan
ketidakpuasan merupakan bagian dari kelompok
variabel yang berbeda yaitu motivators dan hygiene
factors. Ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi
disekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja, upah,
keamanan, kualitas pengawasan dan hubungan dengan
orang lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri.
Karena faktor mencegah

56 • I lmu Kesehatan M asyarak at


b. reaksi negatif dinamakan sebagai hygiene atau
maintainance factors.
Sebaliknya kepuasan ditarik dari faktor yang terkait
dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung
daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi dalam
pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk
pengembangan diri dan pengakuan. Karena faktor
ini berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi
dinamakan motivators.
c. Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan
dimana hasil pekerjaan diterima individu seperti
diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil,
akan semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju
kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara
aspek pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan
seseorang. Semakiin besar perbedaan, semakin rendah
kepuasan orang.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan


Kerja
Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja menurutKreitner dan Kinicki (2001; 225) yaitu sebagai
berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik
pekerjaan memberikan kesempatan pada individu
untuk memenuhikebutuhannya.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 57


b. Perbedaan (Discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.
Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara
apa yang diharapkandan apa yang diperoleh individu
dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa
yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya
individu akan puas bila menerima manfaat diatas
harapan.
c. Pencapaian nilai (Value attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan
memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang
penting.
d. Keadilan (Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperlakukan di tempat kerja.
e. Komponen genetik (Genetic components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan
faktor genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat
individu mempunyai arti penting untuk menjelaskan
kepuasan kerja disampng karakteristik lingkungan
pekerjaan.
Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor
penentu kepuasan kerja. Diantaranya adalah sebagi
berikut:
a. Pekerjaan itu sendiri (work it self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan
tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing.

58 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan
atau mengurangi kepuasan.
b. Hubungan dengan atasan (supervision)
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan
kepuasan kerja adalah tenggang rasa (consideration).
Hubungan fungsional mencerminkan sejauhmana
atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan
nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.
Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan
antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan
nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya mempunyai
pandangan hidup yang sama. Tingkat kepuasan kerja
yang paling besar dengan atasan adalah jika kedua
jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki
ciri pemimpin yang transformasional, maka tenaga
kerja akan meningkat motivasinya dan sekaligus dapat
merasa puas dengan pekerjaannya.
c. Teman sekerja (workers)
Teman kerja merupakan faktor yang berhubungan
dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya
dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun
yang berbeda jenis pekerjaannya.
d. Promosi (promotion)
Promosi merupakan faktor yang berhubungan
dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh
peningkatan karier selama bekerja.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 59


e. Gaji atau upah (pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup
pegawai yang dianggap layak atau tidak.

4. Korelasi Kepuasan Kerja


Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain
dapat bersifat positif atau negatif. Kekuatan hubungan
mempunyai rentang dari lemah dampai kuat. Menurut
Kreitner dan Kinicki (2001;226) Hubungan yang kuat
menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi dengan
signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan
kerja. Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut :
a. Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat
hubungan yang positif dan signifikan. Karena kepuasan
dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai
korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer
disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku
mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga
mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi
pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan
kepuasan kerja.
b. Pelibatan Kerja
Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu
secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya.
Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan
dengan kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer
perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang

60 • I lmu Kesehatan M asyarak at


memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja
pekerja.
c. Organizational citizenship behavior
Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang
menjadi tugasnya.
d. Organizational commitment
Mencerminkan tingkatan dimana individu
mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai
komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen
organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang
siknifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan
kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih
tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
e. Ketidakhadiran (Absenteisme)
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi
negatif yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan
meningkat, ketidakhadiranakan turun.
1) Perputaran (Turnover)
Hubungan antara perputaran dengan kepuasan
adalah negatif. Dimana perputaran dapat
mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal
sehingga diharapkan atasan/manajer dapat
meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi
perputaran.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 61


2) Perasaan stres
Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja
menunjukkan hubungan negatif dimana dengan
meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi
dampak negatif stres.
3) Prestasi kerja/kinerja
Terdapat hubungan positif rendah antara
kepuasan dan prestasi kerja. Dikatakan kepuasan
kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga
pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain
terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya
kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang
lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.

5. Pengaruh Kepuasan Kerja


a. Terhadap Produktivitas
Orang berpendapat bahwa produktivitas dapat
dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan kerja.
Kepuasan kerja mungkin merupakan akibat dari
produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas yang
tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan
kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan
bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai
dengan apa yang mereka terima (gaji/upah) yaitu
adil dan wajar serta diasosiasikan dengan performa
kerja yang unggul. Dengan kata lain bahwa
performansi kerja menunjukkan tingkat kepuasan
kerja seorang pekerja, karena perusahaan dapat

62 • I lmu Kesehatan M asyarak at


mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat
keberhasilan yang diharapkan.
b. Ketidakhadiran (Absenteisme)
Menurut Porter dan Steers, ketidakhadiran
sifatnya lebih spontan dan kurang mencerminkan
ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan
antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran.
Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu
motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk
hadir.
Sementara itu menurut Wibowo (2007:312) “antara
kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran
menunjukkan korelasi negatif”. Sebagai contoh
perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja
dengan bebas tanpa sanksi atau denda termasuk
kepada pekerja yang sangat puas.
c. Keluarnya Pekerja (Turnover)
Sedangkan berhenti atau keluar dari pekerjaan
mempunyai akibat ekonomis yang besar,
maka besar kemungkinannya berhubungan
dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins
(1998), ketidakpuasan kerja pada pekerja dapat
diungkapkan dalamberbagai cara misalnya selain
dengan meninggalkan pekerjaan, mengeluh,
membangkang, mencuri barang milik perusahaan/
organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab
pekerjaan mereka dan lainnya.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 63


d. Respon terhadap Ketidakpuasan Kerja
Menurut Robbins (2003) ada empat cara tenaga
kerja mengungkapkan ketidak puasan yaitu:
1. Keluar (Exit) yaitu meninggalkan pekerjaan
termasuk mencari pekerjaan lain.
2. Menyuarakan (Voice) yaitu memberikan saran
perbaikan dan mendiskusikan masalah dengan
atasan untuk memperbaiki kondisi.
3. Mengabaikan (Neglect) yaitu sikap dengan
membiarkan keadaan menjadi lebih buruk
seperti sering absen atau semakin sering
membuat kesalahan.
4. Kesetiaan (loyality) yaitu menunggu secara
pasif samapi kondisi menjadi lebih baik
termasuk membela perusahaan terhadap
kritik dari luar.

6 Meningkatkan Kepuasan Kerja


Menurut Riggio (2005), peningkatan kepuasan kerja
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Melakukan perubahan struktur kerja, misalnya
dengan melakukan perputaran pekerjaan (job
rotation), yaitu sebuah sistem perubahan pekerjaan
dari salah satu tipe tugas ke tugas yang lainnya (yang
disesuaikan dengan job description). Cara kedua yang
harus dilakukan adalah dengan pemekaran (job
enlargement), atau perluasan satu pekerjaan sebagai
tambahan dan bermacam-macam tugas pekerjaan.

64 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Praktik untuk para pekerja yang menerima tugas-
tugas tambahan dan bervariasi dalam usaha untuk
membuat mereka
2. merasakan bahwa mereka adalah lebih dari sekedar
anggota dari organisasi.
3. Melakukan perubahan struktur pembayaran,
perubahan sistem pembayaran ini dilakukan
dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-based
pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji
berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya
daripada posisinya di perusahaan. Pembayaran
kedua dilakukan berdasarkan jasanya (merit
pay), sistem pembayaran dimana pekerja digaji
berdasarkan performancenya, pencapaian finansial
pekerja berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh
individu itu sendiri. Pembayaran yang ketiga
adalah Gainsharing atau pembayaran berdasarkan
pada keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi
kepada seluruh anggotakelompok).
4. Pemberian jadwal kerja yang fleksibel, dengan
memberikan kontrol pada para pekerja mengenai
pekerjaan sehari-hari mereka, yang sangat penting
untuk mereka yang bekerja di daerah padat,
dimana pekerja tidak bisa bekerja tepat waktu atau
untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab
pada anak-anak. Compressed work week (pekerjaan
mingguan yang dipadatkan), dimana jumlah
pekerjaan per harinya dikurangi sedang jumlah
jam pekerjaan per hari ditingkatkan. Para pekerja

I lmu Kesehatan M asyarak at • 65


dapat memadatkan pekerjaannya yang hanya
dilakukan dari hari Senin hingga Jum’at, sehingga
mereka dapat memiliki waktu longgar untuk
liburan. Cara yang kedua adalah dengan sistem
penjadwalan dimana seorang pekerja menjalankan
sejumlah jam khusus per minggu (Flextime), tetapi
tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan
mengakhiri pekerjaannya.
5. Mengadakan program yang mendukung,
perusahaan mengadakan program-program yang
dirasakan dapat meningkatkan kepuasan kerja
para karyawan, seperti; health center, profit sharing,
dan employee sponsored child care.
Berdasarkan uraian di atas, Penulis menjadikan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai
indikator mengenai kepuasan kerja karyawan pada PT.
Taspen (Persero) Cabang Yogyakarta.

66 • I lmu Kesehatan M asyarak at


B A B 6

TEORI KEPATUHAN KERJA

Puji Lestari, M.P.H.

K
A. Pengertian Kepatuhan Kerja
epatuhan adalah perubahan sikap dan tingkah
laku guna mengikuti permintaan maupun
perintah orang lain (Kusumadewi, 2012).
Menurut Arikunto (2010), kepatuhan petugas profesional
merupakan perilaku seseorang yang profesional terhadap
suatu anjuran, prosedur, atau peraturan yang harus
dilakukan atau ditaati.
Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena
perilaku tersebut akan bertahan apabila ada pengawasan.
Jika pengawasan hilang maupun mengendur maka akan
timbul perilaku ketidakpatuhan. Cotohnya Perilaku
kepatuhan akan optimal para perawat apabila perawat itu
sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif yang akan
diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 67


B. Faktor-faktor Kepatuhan Kerja

1. Faktor Internal
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi
karena proses penginderaan yang dilakukan
seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo,
2010). Menurut Azwar (2015) sikap adalah
bentuk evaluasi atau reaksi dari perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
manifestasi dan dapat mendeskripsikan perasaan
seseorang terhadap objek tersebut. Faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap antara lain
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media
massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama
maupun pengaruh faktor emosional.
b. Kemampuan
Kemampuan adalah bakat seseorang untuk
melakukan tugas fisik maupun mental.
Kemampuan seseorang pada umumnya bersifat
stabil kemampuan individu berpengaruh terhadap
karakteristik pekerjaan, perilaku, tanggung jawab,
pendidikan dan memiliki hubungan erat dengan
kinerja pekejaan (Ivancevich, 2014).
c. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia
yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen
seseorang. ini termasuk kedalam faktor-faktor yang

68 • I lmu Kesehatan M asyarak at


mempengaruhi seseorang untuk menyebabkan,
menyalurkan, dan mempertahankan tingkah
laku manusia dalam arah tekad tertentu. Dengan
demikian motivasi mempunyai 3 aspek, yaitu
keadaan terdorong dalam diri organisme yaitu
kesiapan bergerak karena kebutuhan, perilaku
timbul dan terarah karena keadaan ini, goal
atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut
(Nursalam, 2016).

2. Faktor Eksternal
a. Karakteristik Organisasi
Kedaan dari organisasi dan struktur organisasi
ditentukan oleh filosofi dari manajer organisasi
tersebut. Keadaan organisasi dan struktur
organisasi dapat memotivasi perawat untuk
berpartisipasi pada tingkatan yang konsisten sesuai
dengan tujuan (Swansburg, 2010). Ivanceivich
(2014), berpendapat bahwa karakteristik
organisasi meliputi komitmen organisasi dan
hubungan kerja antara pekerja dengan supervisor
yang akan mempengaruhi kepuasan terhadap
individu.
b. Karakteristik kelompok
Kelompok merupakan unit komunitas yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang memiliki suatau
kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas
antar anggota yang tinggi (Rusmana, 2009).
Karakteristik kelompok adalah: adanya interaksi,

I lmu Kesehatan M asyarak at • 69


adanya struktur, kebersamaan, adanya tujuan,
ada suasana kelompok, dan adanya dinamika
interdependensi. Anggota kelompok melakukan
peran tugas, peran pembentukan, pemeliharaan
kelompok, dan peran individu. Anggota
melaksanakan hal-hal ini melalui hubungan
interpersonal. Tekanan dari kelompok sangat
berpengaruh terhadap hubungan interpersonal
dan tingkat kepatuhan individu karena individu
terpaksa mangalah dan mengikuti perilaku
mayoritas kelompok meskipun sebenarnya
individu tersebut tidak menyetujuinya (Rusmana,
2009).
c. Karakteristik pekerjaan
Menurut Swansburg (2010), karakteristik pekerjaan
akan memberikan motivasi bagi karyawan untuk
bekerja lebih giat dan menumbuhkan semangat
kerja yang lebih produktif karena karakteristik
pekerjaan merupakan proses membuat akan
lebih berarti, menarik dan menantang sehingga
dapat mencegah seseorang dari kebosanan.
Karakteristik pekerjaan memiliki sifat yang
berbeda antara pekerjaan satu dengan pekerjaan
yang lainnya yang brsifat khusus dan merupakan
inti pekerjaan yang berisikan sifat-sifat tugas
yang ada didalamnya.
d. Karakteristik lingkungan
Perawat harus mampu bekerja dalam lingkungan
yang terbatas dan berinteraksi secara

70 • I lmu Kesehatan M asyarak at


langsung dengan staf lain, pengunjung, dan
tenaga kesehatan lain. Kondisi ini yang dapat
menyebabkan terjadinya penurunan motivasi
terhadap pekerjaannya, menyebabkan stress, dan
kepenatan (Swansburg, 2010).

C. Pengukuran Kepatuhan Kerja


Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan
kuesioner dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan
untuk mengukur indikator-indikator yang telah dipilih.
Indikator tersebut sangat diperlukan sebagai ukuran
tidak langsung mengenai standar dan penyimpangan yang
diukur menggunakan tolak ukur atau ambang batas yang
digunakan oleh organisasi merupakan penunjuk derajat
kepatuhan terhadap standar tersebut. Suatu indikator
adalah suatu variabel/karakteristik terukur yang dapat
digunakan untuk menentukan derajat kepatuhan terhadap
standar atau pencapaian tujuan mutu. Indikator juga harus
memiliki karakteristik yang sama dengan standar, misalnya
karakteristik harus reliable, jelas, valid, mudah diterapkan,
dan juga dapat diukur (Assaf, 2014).

D. Contoh Kepatuhan Kerja


Kepatuhan merupakan tingkat seseorang
melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan
apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Alat
Pelindung Diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai
untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan kerja, secara teknis dapat mengurangi tingkat
keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Kepatuhan
pekerja dalam penerapan APD merupakan salah satu dari
I lmu Kesehatan M asyarak at • 71
faktor penentu keselamatan baik pada pekerja, rekan kerja,
serta untuk petugas itu sendiri. Kepatuhan pada program
kesehatan keselamatan kerja terutama penggunaan APD
merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dengan
begitu dapat secara langsung diukur. Mengemukakan
bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
kepatuhan penggunaan APD memiliki tiga konstruksi
utama yaitu faktor individu, faktor pekerjaan, dan faktor
organisasi.

E. Manfaat Kepatuhan Kerja


Kepatuhan Kerja sangatlah bermanfaat dalam dunia
kerja. Kepatuhan kerja yang dilakukan dengan optimal bisa
berdampak pada keselamatan kerja. Keselamatan kerja
yang baik akan berdampak pada kesehatan kerja yang baik
pula. Jika seorang pekerja memiliki kesehatan yang baik
maka akan mengakibatkan produktivitasnya meningkat.
Produktivitas yang baik akan mengakibatkan penghasilan
pekerja baik dan berakhir pada kesejahteraan pekerja yang
baik pula.

72 • I lmu Kesehatan M asyarak at


B A B 7

TEORI KETERLIBATAN KERJA

Ns. Nasrullah, S.Kep., M. Kes

A. Keterlibatan Kerja

M
1. Definisi
enurut Robbins & Judge (2016) keterlibatan
kerja adalah seorang karyawan yang
mengukur dirinya dengan mengidentifkasi
pekerjaannya serta berpartisipasi aktif dalam
perusahaannya serta menganggap bahwa pekerjannya itu
penting bagi harga diri dan hidupnya. Sementara menurut
Schermerhorn, Jr. et al. (2010)
keterlibatan kerja merupakan seorang individu
memiliki kontribusi yang tinggi terhadap pekerjaannya.
Seseorang yang memiliki keterlibatan kerja yang tinggi
biasanya memiliki harapan yang tinggi dalam menyelesaikan
segala pekerjaannya. Menurut Lawler & Hall (1970) dalam
Saleh & Hosek (1976) keterlibatan kerja adalah sejauh mana
seseorang mendefinisikan pekerjaanya, karena pekerjaan

I lmu Kesehatan M asyarak at • 73


yang dilakukan merupakan salah satu bagian yang penting
dalam hidupnya dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut
Lodahl & Kejnerdalam Teh & Sun (2012) keterlibatan kerja
merupakan sejauh mana seseorang mengidentifikasi secara
psikologis dengan pekerjaannya atau pentingnya pekerjaan
di dalam harga diri seorang karyawan.
Pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulannya bahwa
keterlibatan kerja merupakan suatu hal yang penting bagi
seseorang dalam hidupnya, sehingga seorang karyawan
yang memiliki pekerjaannya dan berusaha untuk selalu
menyelesaikan pekerjaannya.
Teori keterlibatan kerja adalah hasil dari perkembangan
psikologi positif untuk memperbaiki kondisi tempat
kerja, dan bukan hanya kondisi sesaat tetapi keadaan
pengalaman psikologis kerja secara terus menerus (Shuck
et al 2011). Keterlibatan karyawan memberikan usaha yang
signifikan terhadap pekerjaan mereka, tetapi usaha itu
mencerminkan kepuasan bukan paksaan seperti kondisi
gila kerja (workaholic condition) (Baker 2008).
Keterlibatan kerja didefinisikan sebagai proses
motivasi intrinsik yang positif (Schaufeli, Salanova,
Gonzalez-Roma, and Bakker, 2002) dan kondisi kerja yang
memuaskan terkait pikiran yang dibedakan oleh tiga
dimensi yaitu kekuatan (vigor), dedikasi (dedication), dan
penyerapan (absorption) (Schaufeli dan Bakker, 2004).
Karyawan dengan keterlibatan kerja mampu merasakan
kenikmatan, kesenangan, antusiasme, kesehatan fisik dan
psikologis yang prima, meningkatkan kinerja, dan mampu

74 • I lmu Kesehatan M asyarak at


memindahkan keterlibatan mereka kepada orang lain
(Othman dan Nasurdin, 2011).
Menurut Heuvel, Demerouti, Schreurs, Bakker dan
Schaufeli (2009), keterlibatan kerja dikonseptualisasikan
sebagai keadaan afektif-motivasional terkait pekerjaan
yang dicirikan oleh kekuatan, dedikasi dan penyerapan.
Mereka mendefinisikan dedikasi sebagai komitmen
kuat dan rasa signifikansi (sense of significance), antusias,
inspirasi, kebanggaan, dan tantangan dalam bekerja.Studi
ini mengeksplorasi keterlibatan kerja diantara perawat.
Di Taiwan, Wu (2010) mempelajari persepsi perawat
terkait keterlibatan kerja. Wu menemukan bahwa perawat
yang memiliki keterlibatan kerja merasa lebih bahagia
dan menemukan makna hidup melalui proses perawatan
pasien. Para perawat menghubungkan keterlibatan kerja
dengan pasien, pekerjaan, diri sendiri, dan rekan kerja.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Temuan
penelitian mengungkapkan bahwa ada lima faktor yang
mempengaruhi keterlibatan kerja yaitu faktor personal,
organisasional, sosial, sifat sabar, dan professional. Wu
menyatakan bahwa pemahaman tentang persepsi perawat
terkait keterlibatan kerja dapat memberikan arahan
strategis untuk mengurangi perpindahan (turnover) tenaga
perawat.Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh kepribadian
karyawan maupun faktor lingkungan seperti iklim
organisasi, budaya, dan model kepemimpinan (Hayati,
Charkhabi, and Naami, 2014).
Kepemimpinan merupakan elemen kunci dalam
operasional organisasi untuk menjalankan fungsi-fungsi

I lmu Kesehatan M asyarak at • 75


manajemen (Huber, 2010). Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk mencapai
tujuan bersama (Huber, 2010; Robbins and Coulter, 2007).
Peran kepemimpinan kepala ruangan sebagai manajer di
lini depan sangat penting. Kepemimpinan menekankan
pada peningkatan produktifitas dengan memaksimalkan
efektifitaskerja (Marquis and Huston, 2010). Kepemimpinan
penting dalam lingkungan kerja keperawatan karena
mempunyai efek terhadap iklim dan lingkungan kerja
organisasi (Huber, 2010). Kepemimpinan merupakan faktor
sentral untuk mencapai tujuan pelayanan karena memberi
kontribusi pada hampir segala sesuatu yang terjadi dalam
organisasi (Kanste, Kyngas, and Nikkila, 2007). Pendekatan
kontemporer pada model kepemimpinan mencakup
kepemimpinan transformasional, kepemimpinan
transaksional, dan kepemimpinan visioner (Robbins and
Coulter, 2007; Tomey, 2009; Huber 2010).
Organisasi pada zaman modern selalu mengalami
perubahan dalam skala besar, sehingga kepemimpinan
transformasional dibutuhkan untuk kesuksesan organisasi
(Hayati, Charkhabi, and Naami, 2014). Penelitian terkait
kepemimpinan terus dilakukan karena kemampuan mereka
untuk mempengaruhi karyawan agar tetap mempunyai
motivasi dan keterlibatan kerja (Koppula, 2008). Saat
ini organisasi membutuhkan manajer dan pemimpin
yang mampu mengembangkan tingkat komitmen
dan antusiasme karyawan terkait pekerjaan dengan
menampilkan perilaku dan karakteristik kepribadian
seperti berkharisma, kemampuan yang tinggi untuk
mempengaruhi orang lain dan mempunyai visi ke depan

76 • I lmu Kesehatan M asyarak at


yang akan membawa seluruh sumber daya untukmencapai
tujuan organisasi. Pemimpin ini disebut pemimpin
transformasional (Bass dan Avolio, 1997 dalam Hayati,
Charkhabi, & Naami, 2014).Pemimpin transformasional
mampu mendorong karyawan untuk meningkatkan nilai
organisasi mencakup produktifitas yang lebih tinggi,
pelayanan yang bermutu dan memecahkan masalah sosial
(Spector, 2004).
Bass et al (2003) membagi kepemimpinan
transformasional ke dalam empat dimensi yaitu kharismatik
(idealized influence), motivasi inspirasional (inspirational
motivation), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), dan
pertimbangan individualisasi (individualized consideration).
Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara
kepemimpinan dan keterlibatan kerja, namun hanya
sedikit yang telah mencoba untuk mempelajari keterkaitan
antara komponen kepemimpinan transformasional dengan
keterlibatan kerja.Konsep keterlibatan kerja menjadi
momentum karena menjadi prediktor untuk kinerja
(Bakker, 2009; Schaufeli & Salanova, 2007).Kepemimpinan
memainkan peran penting. Perannya saat berhadapan
dengan berbagai latar belakang dan komposisi bawahan
meningkat pesat dalam organisasi (Sparks et al, 2001),
dan model kepemimpinan transformasional membantu
bawahan untuk berkoordinasi satu sama lain secara efektif
sehingga meningkatkan kepuasan kerja (Shibru, 2011).
Kepemimpinan transformasional memiliki dampak positif
terhadap perilaku karyawan (Al-Swidi et al, 2012).
Salanova.Lorente, Chambel dan Martinez (2011)
mempelajari teori kognitif sosial tentang hubungan
I lmu Kesehatan M asyarak at • 77
kepemimpian transformasional dengan kinerja perawat
yang ditampilkan dalam bentuk kepercayaan diri (self
efficacy) dan keterlibatan kerja (work engagement).
Penelitian dilakukan pada sebagian besar perawat di RS
di Portugis.Penelitian menjelaskan bahwa kepemimpinan
transformasional berhubungan dengan kinerja perawat
melalui self efficacy dan keterlibatan kerja.Kepala perawat
dengan model kepemimpinan transformasional memiliki
dampak terhadap kinerja dengan meningkatkan self efficacy
dan memperluas keterlibatan kerja perawat di RS (Salanova
et al, 2011).
Studi literatur telah menunjukkan bahwa
kepemimpinan transformasional kepala ruangan
berdampak langsung pada kinerja pada unit keperawatan
di rumah sakit.Hasil ini juga diperkuat oleh penelitian
Sitanggang (2010) dimana ada hubungan yang bermakna
antara kepemimpinan transformasional dengan kinerja
perawat pelaksana di RS St.Carolus (p=0.03, α=0.05). Kunci
untuk efektifitas kinerja adalah tampilan perilaku model
kepemimpinan transformasional(Casida & Pinto-Zipp
2008). Biasanya, seorang pemimpin transformasional
akan mempunyai kharisma, berani mengambil resiko, dan
berfikir di luar kotak, berbakat untuk memotivasi orang
lain sambil bertindak sebagai role model dan mentor bagi
pengikutnya (Northouse 2010).
Model kepemimpinan transformasional juga
mempunyai hubungan yang signifikan dengan lingkungan
kerja psikososial dalam keperawatan. Hasil penelitian
Malloy dan Penprase (2010), ada korelasi yang signifikan
antara kepemimpinan transformasional dengan dimensi
78 • I lmu Kesehatan M asyarak at
lingkungan kerja psikososial yaitu nilai organisasi,
hubungan personal-leader, hubungan personal-kolega, kerja
organisasi, keluaran individu, dan kepemimpinan. Korelasi
yang signifikan ini berada pada rentang mulai dari r=0.88;
p<0.01 sampai r=0.18; p<0.05.
Setiap dimensi dari kepemimpinan transformasional
memberikan efek positif terhadap lingkungan kerja
psikososial dalam keperawatan. Komponen Idealized
influence merupakan sosialisasi kharisma sebagai percaya
diri, kekuatan, beretika, inisiator yang tinggi melebihi
standar. Komponen ini bertujuan untuk membangun
kepercayaan (builds trust) antara pemimpin dengan
pengikutnya (Malloy & Penprase, 2010).
DimensiInspirational motivation adalah cara pemimpin
menyemangati pengikutnya dengan melihat masa depan
dengan optimis, menekankan tujuan yang ambisius,
proyeksi dan idealisasi visi yang jelas dan dipahami oleh
pengikut.Komponen ini bertujuan untuk membentuk
pemimpin yang mampu menginspirasi orang lain atau
pengikutnya (inspires others) (Malloy & Penprase, 2010;
Casida & Parker, 2011).Para bawahan menilai kredibilitas
pemimpin menurut kejujuran, kompetensi, dan kemampuan
memberikan inspirasi (Robbins & Coulter, 2007).

2. Indikator dan dimensi


Menurut Lodahl & Kejner (1965) dalam Kanungo (1982),
terdapat tiga indikator dalam keterlibatan kerja, yaitu :

I lmu Kesehatan M asyarak at • 79


a. Pekerjaan hal penting
Karyawan yang memiliki keterlibatan kerja yang
tinggi biasanya cenderung menghabiskan waktu
untuk menyelesaikan pekerjaannya dan secara
sukarela mengerjakan tugas diluar jam kerjanya,
sehingga ia berfikir bahwa pekerjaan adalah suatu
hal yang penting bagi hidupnya.
b. Pekerjaan identitas diri
Karyawan yang melakukan pekerjaan sudah
semestinya bekerja sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya, sehingga hal tersebut
menunjukkan performansi kerja di dalam dirinya.
Hal tersebut yang dapat memperlihatkan bahwa
pekerjaan yang ia miliki adalah suatu identitas
diri didalam organisasi.
c. Keterikatan diri dengan pekerjaan
Seorang karyawan yang telah mengidentifikasi
dirinya secara psikologis terhadap pekerjaaannya
dan merasa bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang
penting bagi harga dirinya maka ia telah memiliki
keterikatan dalam pekerjaanya.
Menurut Teh & Sun (2012) terdapat lima indikator
dalam keterlibatan kerja, yaitu :
a. Hal penting yang terjadi pada diri saya, melibatkan
pekerjaan Karyawan yang telah menjadi satu
dengan pekerjaannya maka setiap hal yang terjadi
pada dirinya akan terlibat dengan pekerjaan yang
dilakukan.

80 • I lmu Kesehatan M asyarak at


b. Sebagian besar minat saya terpusat pada
pekerjaan saya Minat yang dimiliki oleh karyawan
tertuju pada pekerjaan yang dilakukan, sehingga
karyawan merasa senang melibatkan dirinya ke
dalam pekerjaannya karena mampu menyalurkan
minatnya dalam pekerjaanya tersebut.
c. Memiliki ikatan yang kuat dengan pekerjaan
saya. Jika karyawan yang dapat mengidentifikasi
pekerjaannya terhadap dirinya maka ia memiliki
ikatan terhadap pekerjaannya tersebut, sehingga
mampu mengerti apa yangharus dikerjakan.
d. Senang menghabiskan sebagian waktu saya untuk
bekerja Karyawan yang senang dalam melakukan
pekerjaannya maka akan memberikan yang
terbaik untuk pekerjaannya serta mampu
menghabiskan waktu nya untuk bekerja agar
dapat memberikan pengaruh yang baik bagi
organisasinya.
e. Hal penting yang terjadi pada hidup, melibatkan
pekerjaan Segala sesuatu hal yang terjadi dalam
kehidupan karyawan maka akan melibatkan
pekerjaan yang dilakukan serta mampu
mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan


kerja
Menurut Kanungo (1982) terdapat 2 (dua) faktor
yangmempengaruhi keterlibatan kerja, yaitu :

I lmu Kesehatan M asyarak at • 81


1. Faktor personal, terdapat 2 (dua) faktor yang
mempengaruhi keterlibatan kerja yaitu :
a. Faktor demografis yang meliputi :
1. Usia
Karyawan yang memiliki usia lebih tua
cenderung lebih puas terhadap pekerjaan
yang dilakukan serta memiliki keterlibatan
kerja yang tinggi, sedangkan karyawan
yang lebih muda biasanya kurang tertarik
dan kurang puas terhadap pekerjaan yang
dilakukan karena merasa cepat bosan dengan
pekerjaan atau merasa bahwa gaji yang
diterima tidak sebanding dengan pekerjaan
yang dilakukan.
2. Pendidikan
Organisasi selalu membutuhkan karyawan
yang memiliki latar belakang pendidikan
yang tinggi, biasanya organisasi melihat latar
belakang pendidikan yang ingin melamar
kerja terlebih dahulu. Karyawan yang
memiliki latar belakang pendidikan yang baik
biasanya lebih diutamakan dalam melakukan
pekerjaan.
3. Jenis kelamin
Karyawan perempuan biasanya dipandang
sebagai perempuan yang mudah lemah dan
tidak bisa melakukan pekerjaan yang berat,
sehingga karyawan laki-laki cenderung

82 • I lmu Kesehatan M asyarak at


diberi beban pekerjaan lebih banyak karena
dianggap dapat menyelesaikan segala
pekerjaan.
4. Jabatan
Suatu organisasi sudah semestinya terdapat
tingkat jabatan di dalamnya. Tingkat
jabatan yang lebih tinggi biasanya memiliki
gambaran pekerjaan yang lebih berat dan
lebih berkontribusi di dalam organisasi, serta
memiliki keberanian untuk menyatakan
pendapat. Sebaliknya, jabatan yang lebih
rendah biasanya kurang memberikan
kontribusi yang lebih di dalam organisasi.
Hal tersebut terlihat bahwa semakin tinggi
jabatan maka keterlibatan pekerjaan pun
akan meningkat.
5. Senioritas
Senioritas merupakan suatu hal negatif
yang berada di dalam organisasi, biasanya
senioritas di dalam organisasi karena sudah
lamanya karyawan yang berada di organisasi,
tidak terpengaruh oleh umur ataupun
pengalaman yang dimiliki. Karyawan senior
biasanya memiliki keterlibatan kerja yang
tinggi karena ingin dilihat oleh atasan bahwa
ia terlihat lebih bekerja keras daripada
karyawan junior, sehingga keterlibatan kerja
yang dimiliki karyawan junor lebih rendah.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 83


b. Faktor psikologis yang meliputi :
1. Nilai-nilai pribadi individu
Nilai merupakan suatu keyakinan yang
dimilikiseseorang terhadap suatu pandangan,
setiap individu memiliki nilai masing-masing
dalam menilai suatu hal. Jika karyawan
memilikinilai-nilai pribadi yang sama dengan
organisasi, maka karyawan akan merasa
sejalan dengan perusahaan.
2. Locus of Control
Locus of Control merupakan suatu
kepercayaan yang dimiliki seseorang bahwa
suatu keberhasilan atau kegagalan dapat
dikendalikan dari faktor internal ataupun
eksternal. Jika faktor internal atau eksternal
dalam diri karyawan positif maka akan
menimbulkan perilaku yang positif juga.
3. Kepuasan terhadap hasil kerja
Karyawan dalam bekerja memiliki penilaian
kepuasan masing-masing, jika karyawan
telah melibatkan dirinya secara maksimal
dan mampu mencapai hasil yang baik maka
kepuasan dalam diri karyawan meningkat.
Hal tersebut menunjukkan semakin karyawan
melibatkan dirinya dan memberikan hasil
yang baik, maka kepuasan dalam dirinya
akan meningkat.

84 • I lmu Kesehatan M asyarak at


4. Absensi
Karyawan yang memiliki keterlibatan kerja
yang tinggi, biasanya senang menghabiskan
waktunya untuk melakukan pekerjaan, maka
karyawan memiliki tingkat absensi yang
rendah.
5. Itensi Turnover
Karyawan akan benar-benar peduli dengan
pekerjaan yang ia laukan, dan memikirkan
perusahaan dengan baik. Karyawan yang
memiliki keterlibatan kerja yang tinggi
memiliki rasa bangga terhadap pekerjaan
yang ia lakukan, sehingga muncul perasaan
tidak ingin meninggalkan organisasi ataupun
memilih bekerja di organisasilain.
2. Faktor situasional :
a. Jenis pekerjaan
Jika karyawan mendapat pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, maka karyawan
akan selalu memberikan usaha-usaha yang terbaik
untuk perusahaan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa karyawan merasa senang terlibat dalam
pekerjaan di dalam organisasinya.
b. Organisasi
Karyawan yang memliki hubungan baik dengan
organisasi serta selalu diberikan dukungan oleh

I lmu Kesehatan M asyarak at • 85


organisasi saat melakukan pekerjaannya, akan
menimbulkan perasaan senang dalam dirinya.
Maka hal tersebut dapat meningkatkan semangat
untuk terlibat dalam organisasi.
c. Gaji
Karyawan yang telah terlibat di dalam organisasi
dan mendapatkan gaji yang sesuai dengan
pekerjaannya, akan menimbulkan rasa senang
di dalam diri karyawan. Maka hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya pemberian gaji yang
sesuai akan meningkatkan keterlibatan kerja.
d. Rasa aman
Karyawan yang telah merasa nyaman dengan
organisasi tempat ia bekerja, maka karyawan
tidak ada pikiran ingin keluar dari organisasi
atau bekerjadi organisasi lain. Hal tersebut dapat
menciptakan semangat dalam diri karyawan
untuk melakukan pekerjaan.

4. Dampak yang disebabkan karena keterlibatan


kerja
1. Menurut penelitian Mauna & Safitri (2015)
menunjukkan bahwa keterlibatan kerja memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap komitmen
organisasi. Keterlibatan kerja termasuk salah satu
faktor internal yang perlu untuk ditingkatkan
untuk mempengaruhi kemajuan organisasi,
sehingga dapat menghasilkan kerja yang maksimal.
Karyawan yang berpartisipasi untuk berusaha

86 • I lmu Kesehatan M asyarak at


semaksimal mungkin agar dapat mencapai tingkat
komitmen yang tinggi terhadap organisasi.
2. Menurut penelitian Afriani (2017) menunjukkan
bahwa keterlibatan kerja memiliki pengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan karena
karyawan berpartisipasi aktif di dalam organisasi
dan menganggap bahwa pekerjaan merupakan
sesuatu yang penting. Karyawan selalu berusaha
untuk semua pekerjaan yang dilakukan dapat
terselesaikan dengan baik.
3. Menurut penelitian Ardiana Putra & Riana (2017)
menunjukkan bahwa memperoleh hasil yang
positif signifikan antara keterlibatan kerja dengan
komitmen organisasi. Karyawan yang semakin
dilibatkan dalam pekerjaannya maka akan timbul
sikap komitmen terhadap organisasi, karena
karyawan merasa dianggap di dalam organisasi
tersebut.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 87


B A B 8

KESEHATAN REPRODUKSI

Dr. Pande Ayu Naya Kasih, P.,M.Biomed

K
A. Pengertian
esehatan berasal dari kata sehat, yang
dijabarkan oleh World Health Organization
(WHO) merupakan suatu keadaan sempurna
secara bio-psiko-sosial tanpa penyakit ataupun kelemahan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sehat
diartikan sebagai suatu kondisi baik seluruh badan serta
bagian-bagiannya bebas dari sakit. Undang-Undang
Kesehatan no 2 Tahun 1992 mendefinisikan kesehatan
sebagai keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Kesehatan dapat disebut sebagai hak asasi
manusia, serta termasuk dalam unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sebagaimana cita-cita bangsa Indonesia
yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Kesehatan reproduksi

I lmu Kesehatan M asyarak at • 89


merupakan salah satu aspek penting yang harus diwujudkan
(Wilujeng, 2013).
Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang
berarti kembali, dan produksi yang artinya membuat
atau menghasilkan, sehingga reproduksi dapat diartikan
suatu proses kehidupan yang dilalui oleh manusia
untuk menghasilkan keturunan. Kesehatan reproduksi
dimaksudkan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, dan
sosial secara utuh dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Dalam
arti lain, definisi ini memberikan suatu kenyamanan dan
jaminan bagi seseorang dalam menjalankan aktivitas
reproduksi yang aman dan nyaman, adanya kebebasan
disertai tanggung jawab dalam menjalankan aktivitas
reproduksinya (Harahap, 2003; Winarni dkk,).

B. Organ Reproduksi
Dalam memahami konteks kesehatan reproduksi,
pemahaman terhadap struktur dan fungsi organ reproduksi
baik laki-laki maupun perempuan sangatlah penting.
Pada laki-laki, alat kelamin luar terdiri dari penis, uretra,
dan skrotum, sedangkan alat kelamin dalam terdiri dari
testis, epididymis, vas deferens, serta kelenjar kelamin
seperti vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
bulbouretral. Organ reproduksi laki-laki memiliki fungsi
untuk memproduksi sperma dan menyalurkan sperma
kepada perempuan. Sedangkan pada perempuan, alat
kelamin luarnya disebut sebagai labia mayora, labia minora,
mons veneris, klitoris, orifisium urethrae, himen, dan
kelenjar reproduksi berupa kelenjar vestibulari mayor dan

90 • I lmu Kesehatan M asyarak at


minor, serta parauretralis, sedangkan alat kelamin dalam
perempuan terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus, dan
vagina.

Gambar 1. Organ Reproduksi Laki-Laki (Swari, RC; 2021)

Gambar 2. Organ Reproduksi Perempuan (Na’imah, S, 2022)

I lmu Kesehatan M asyarak at • 91


C. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Ruang lingkung kesehatan reproduksi mencakup
keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir sampai mati
(life cycle approach)
1. Konsepsi
Fase konsepsi merupakan fase dimana manusia masih
berada dalam kandungan, yang biasa disebut dengan
janin atau fetus. Pada fase ini, pelayanan kesehatan
reproduksi meliputi pelayanan ANC, persalinan, hingga
nifas denga aman. Tidak ada perbedaan perlakuan
antara janin laki-laki dan perempuan.
2. Bayi dan Anak
Pemberian ASI Eksklusif dan penyapihan yang
layak, pemberian makanan dengan gizi seimbang,
imunisasi, manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan
manajemen terpadu bayi muda (MTBM). Pada ruang
lingkup ini termasuk pencegahan dan penanggulangan
kekerasan pada anak, serta pendidikan bagi anak tanpa
diskriminasi gender.
3. Remaja
Pemberian gizi Simbang, informasi kesehatan
reproduksi yang adekuat, pencegahan kekerasan
sosial, mencegah ketergantungan NAPZA, pernikahan
pada usia wajar, peningkatan pendidikan dan
keterampilan.

92 • I lmu Kesehatan M asyarak at


4. Usia Subur
Pemeliharaan kehamilan dan pertolongan persalinan
yang aman, pencegahan kecacatan dan kematian pada
ibu dan bayi, penggunaan kontrasepsi, pencegahan
infeksi menular seksual (IMS), pelayanan kesehatan
reproduksi, pencegahan aborsi, deteksi dini kanker
payudara dan kanker rahim, pencegahan dan
manajemen infertilitas.
5. Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, serta
penyakit-penyakit yang muncul akibat proses
degenerative, termasuk rabun, gangguan metabolism
tubuh, gangguan mobilitas, osteoporosis, dan lain-
lain. (Prijatni & Rahayu, 2022).

D. Komponen Kesehatan Reproduksi

1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak


Kesejahteraan ibu dan anak merupakan komponen
yang penting dalam kesehatan reproduksi. Ketika seorang
ibu meninggal, tidak sekedar berarti kematian satu anggota
keluarga, namun hilangnya kehidupan sebuah keluarga
yang seringkali sangat bergantung pada ibu. Ibu dapat
diartikan sebagai pimpinan rumah tangga, ibu dari anak-
anak yang dilahirkan, istri dari suami, anak bagi seorang
ibu yang melahirkan, serta tulang punggung keluarga yang
sulit untuk digantikan. Oleh karena itu, dilakukan berbagai
upaya untuk menurunkan kematian ibu, terutama dalam
peristiwa-peristiwa kritis seperti kehamilan, persalinan,
dan nifas (Rahayu dkk, 2017)

I lmu Kesehatan M asyarak at • 93


Selain kesehatan reproduksi, status gizi ibu turut
menjadi hal yang berkontribusi dalam permasalahan
kematian ibu (Dewvi dkk, 2022). Sebagian besar ibu hamil
memiliki satu atau lebih kondisi yang disebut sebagai
“Empat (4) Terlalu”, yaitu terlalu muda atau kurang dari 20
tahun, terlalu tua atau lebih dari 35 tahun, terlalu sering
yakni jarak antar anak kurang dari 2 tahum, dan terlalu
banyak yaitu memiliki anak lebih dari tiga. Problematika
kematian ibu juga turut dilatarbelakangi oleh masalah
sosial budaya, ekonomi, tradisi dan kepercayaan
masyarakat. Selain Empat (4) terlalu, juga terdapat “Tiga
(3) Terlambat”, meliputi terlambat mengenali tanda
bahaya dan mengambil keputusan di keluarga, terlambat
mencapai tempat pelayanan kesehatan, serta terlambat
mendapat penanganan medis yang memadai di tempat
pelayanan kesehatan (Rahayu dkk, 2017).
Selain kematian ibu, kematian bayi pada masa
perinatal/neonatal juga perlu mendapat perhatian khusus.
Angka kematian bayi (AKB) juga sering berkaitan dengan
kesehatan ibu selama hamil, kesehatan janin selama di
dalam kandungan, maupun proses persalinan yang diterima
ibu atau bayi. Asfiksia, hipotermia, prematuritas, berat
bayi lahir rendah (BBLR), trauma persalinan, dan tetanus
neonatorum merupakan masalah-masalah yang seringkali
berkontribusi terhadap peningkatan angka kematian bayi
(AKB) (Rahayu dkk, 2017; Dewvi dkk, 2022)

2. Komponen Keluarga Berencana


Salah satu upaya untuk mengantisipasi kemungkinan
timbulnya masalah akibat tingginya demografis sumber

94 • I lmu Kesehatan M asyarak at


daya manusia di Indonesia ialah dengan menjalankan
program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana
sejatinya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
ibu dan kesejahteraan keluarga, bukan semata strategi
kependudukan dalam menekan pertumbuhan penduduk,
namun juga merupakan strategi bidang kesehatan dalam
mengatur kapan ingin mempunyai anak, mengatur jarak
anak, dan merencanakan jumlah kelahiran nantinya
(Cahyawati dkk, 2022).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
52 tahun 2009 Bab I pasal I tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan
bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dann usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang
layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota
dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya
(Rahayu dkk, 2017).
Program Keluarga Berencana memiliki beberapa
manfaat. Manfaat bagi ibu yaitu ibu dapat memperbaiki
kesehatan tubuh, peningkatan kesehatan mental dan sosial
karena mempunyai waktu yang cukup untuk mengasuh
anak, beristirahat, dan menikmati waktu luang. Manfaat
bagi anak yang dilahirkan adalah anak tumbuh dengan baik
serta terpenuhi kebutuhan dasar asah, asih, asuh. Manfaat
I lmu Kesehatan M asyarak at • 95
bagi suami yaitu memperbaiki kesehatan fisik, mental,
dan sosial karena kecemasan berkurang serta memiliki
lebih banyak waktu untuk keluarganya. Program Keluarga
Berencana juga bermanfaaat bagi seluruh anggota keluarga,
sehingga setiap anggota keluarga memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk memperoleh pendidikan (Marmi,
2016).

3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi


Saluran Reproduksi (ISR)
Infeksi saluran reproduksi (ISR) dibedakan menjadi 3
kategori:
a. Infeksi menular seksual merupakan salah satu
penyakit infeksi saluran reproduksi yang menular
melalui hubungan seksual. Infeksi menular
seksual secara umum ditandai dengan adanya
rasa sakit atau gatal di kelamin, muncul benjolan,
bintik, atau luka di sekitar kelamin, keluar cairan
yang tidak biasa dan berbai dari alat kelamin,
serta dapat terjadi pembengkakan di pangkal
paha. Contoh infeksi menular seksual meliputi
trikomoniasis, gonore, klamidia, sifilis, ulkus
mole, HIV/AIDS, kondiloma akuminata, herpes
genitalis, dan lain-lain (Pradnyawati dkk, 2020).
b. ISR Endogen adalah jenis ISR yang muncul akibat
adanya pertumbuhan tidak normal organisme
yang seharusnya tumbuh normal di dalam vagina,
seperti vaginosis bakteri dan kandidiasis. ISR tipe
ini merupakan ISR yang paling sering terjadi
dan seringkali dihubungkan sebagai penyebab

96 • I lmu Kesehatan M asyarak at


persalinan premature dan bayi berat lahir
rendah.
c. ISR Iatrogenik merupakan ISR yang timbul
sehubungan dengan prosedur medis yang kurang/
tidak steril, biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri atau mikroorganisme lainnya. Misalnya
induksi haid, aborsi, pemasangan AKDR, saat
melahirkan, atau infeksi di saluran reproduksi
bawah yang menyebar ke saluran reproduksi atas
melalui mulut rahim (Rahayu dkk, 2017).

4. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja


Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-
anak menuju dewasa, di mana pada masa ini terjadi
perubahan bentuk dan fungsi tubuh dalam waktu relative
cepat, seperti berkembangnya tanda seks sekunder dan
berkembangnya jasmani secara cepat. Menurut WHO,
remaja adalah jika anak berusia 12-24 tahun, sedangkan
usia remaja menurut Undang-undang perlindungan anak
no 23 tahun 2002 adalah 10-18 tahun.
Masa remaja disebut sebagai masa transisi yang ditandai
oleh adanya suatu perubahan fisik, emosi, dan psikis. Pada
masa tersebut, terdapat suatu periode pematangan organ
reproduksi manusia yang disebut dengan pubertas. Masa
pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan fisik
dan fungsi fisiologis termasuk kematangan organ-organ
seksual. Perubahan tersebut menjadikan remaja secara
fisik sudah mampu melakukan fungsi reproduksi tetapi
belum dapat mempertanggungjawabkan akibat dari proses
reproduksi tersebut (Rahayu dkk, 2017).

I lmu Kesehatan M asyarak at • 97


Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi remaja
meliputi:
a. Kehamilan tak diinginkan, yang seringkali
menjurus pada tindakan aborsi yang tidak aman
b. Kehamilan dan persalinan usia muda, yang
beresiko terhadap peningkatan angka morbiditas
dan mortalitas ibu
c. Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS.

5. Komponen Usia Lanjut


Lanjut usia merupakan tahapan air dari proses
penuaan. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah
penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus
menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik, sehingga mengakibatkan lanjut usia sangat rentan
terhadap serangan penyakit. Hal ini diakibatkan karena
adanya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan
serta sistem organ yang terjadi karena proses degeneratif.
Dari segi ekonomi, penduduk lanjut usia seringkali dianggap
sebagai beban, karena dianggap tidak lagi memberikan
banyak manfaat. Pada aspek sosial, penduduk lanjut usia
seringkali menduduki strata sosial di bawah kaum muda,
terutama di negara-negara Barat. Namun hal ini berbeda
dengan di Indonesia dimana penduduk lanjut usia masih
menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati
oleh warga muda (Rahayu dkk, 2017).
Komponen usia lanjut dalam komponen kesehatan
reproduksi dianggap penting tidak hanya karena
peningkatan masalah kesehatan usia lanjut, namun juga

98 • I lmu Kesehatan M asyarak at


komponen ini diharapkan mampu mempromosikan
peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat
menjelang dan setelah akhir kurun usia reproduksi. Suatu
kelompok dianggap berusia lanjut apabila sudah berusia
lebih dari 65 tahun (Permatananda dkk, 2020). Masalah
prioritas pada kelompok ini meliputi, gangguan pada
masa menopause, osteoporosis, kanker prostat, penyakit
kardiovaskular, penyakit degenerative, kekurangan gizi,
dan gangguan otot serta sendi yang sering terjadi pada
kelompok usia lanjut (Winarni, dkk 2020).
Dalam hal seksualitas, seksualitas dalam usia lanjut
beralih dari penekanan pada prokreasi menjadi penekanan
pada pertemanan, kedekatan fisik, komunikasi intim, dan
hubungan fisik mencari kesenangan. Seksualitas meliputi
cinta, kehangatan, saling membagi dan sentuhan, bukan
hanya melakukan hubungan seksual (Rahayu dkk, 2017).

I lmu Kesehatan M asyarak at • 99


B A B 9

BIOSTATISTIK

Hasmah, S.Pd,M.Pd

S
A. Konsep Dasar Biostatistik
tatistik adalah rekapitulasi dari fakta yang
berbentuk angka-angka disusun dalam bentuk
tabel dan diagram yang mendiskripsikan suatu
permasalahan. Untuk memperoleh sjumlah informasi
yang menjelaskan masalah untuk ditarik kesimpulan yang
benar, harus melalui beberapa proses, yaitu pengumpulan
informasi, pengolahan informasi, dan proses tersendiri
yang disebut statistika (Ridwan, 2010 : 2). Selengkapnya
uraian tentang statistika sebagai ilmu dikemukakan oleh
Sudjana, (2005 : 3) bahwa: Statistika adalah pengetahuan
yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan
data, pengolahan atau penganalisisannya dan penarikan
kesimpulan berdasarkan kumpulan data penganalisisan
yang dilakukan.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 101


Berdasarkan fungsinya, statistik dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu statistik deskriptif dan statistik
inferensial. Statistik desktiptif memberikan informasi
yang terbatas pada data apa adanya sehingga statistik
deskriptif tidak dapat mengambil kesimpulan yang bersifat
umum atas data yang ada (Irianto, 2010: 21). Pernyataan
tersebut diperjelas oleh Sugiyono (2010 : 21) bahwa
statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
untuk membuat suatu kesimpulan yang lebih luas sehingga
sampel dalam penelitian tidak dapat digunakan untuk
menyimpulkan keadaan populasi.
 Statistik inferensial dibedakan menjadi statistik
parametrik dan non parametik. Statistik inferensial adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
yang hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) di
mana sampel itu diambil. Selanjutnya statistik inferensial
terbagi menjadi dua, yakni statistik parametrik dan
non-parametrik. Perbedaannya terletak pada jenis data,
statistik parametrik menggunakan data interval dan ratio
sedangkan yang diambil dari populasi yang berdistribusi
normal sedangkan statistik non-parametrik digunakan
untuk menganalisis data nominal dan ordinal dari populasi
yang tidak mesti berdistribusi normal atau disebut bebas
distribusi (Sugiono, 2010 : 23).
Biostatistik adalah ilmu yang mempelajari konsep
perhitungan matematis pada sekumpulan peristiwa di
bidang kesehatan dan kedokteran. Dasar perhitungan
biostatistik terletak pada data dan variabel yang
dikumpulkan dalam penelitian yang sedang dilakukan
102 • I lmu Kesehatan M asyarak at
(Penyusun & Pengantar, n.d.). Di era globalisasi, pemanfaatan
statistik menyentuh semua bidang, baik bidang, misalnya:
pendidikan, kesehatan, pertanian, administrasi,ekonomi,
teknik, hukum, dan sosiologi. Pada bidang kesehatan dan
kedokteran dikenal biostatistik. Tahapan dalam biostatistik
terdiri dari pengumpulan data, analisis data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Setelah data dikumpulkan,
data perlu untuk disajikan agar dapat diketahui hasil dari
fenomena yang sedang diobservasi/diamati (Penyusun dan
pengantar). Fasilitas pelayanan kesehatan kaya akan sumber
data yang memerlukan manajemen keputusan klinis dan
finansial secara profesional. Analisis data dilakukan untuk
mengukur dan memperbaiki kinerja pelayanan kesehatan
dan membantu memperbaiki keputusan bisnis yang akan
datang (Hosizah dan Adriani,2017).
Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil dari suatu
perhitungan atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota
kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari
sifat-sifatnya disebut populasi. Sebagian yang diambil dari
populasi disebut sampel. Sampel harus representatif dalam
arti segala karakteristik populasi tercermin dalam sampel
yang diambil (Sudjana, 2005 :6). Statatistik begitu pula
biostatistik bekerja dengan angka-angka sedangkan angka-
angka tersebut berasal dari perhitungan kuantitas maupun
penilaian yang bersifat kuantitas dari suatu sampel atau
objek (Irianto, 2010: 18).

I lmu Kesehatan M asyarak at • 103


B. Statistik Deskriptif
Seperti yang te;ah dijelaskan sebelumnya statistik
deskriptif adalah statistik yang berfungsi utuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat suatu kesimpulan yang lebih
luas. Hal-hal yang berkaitan dengan statistik deskriptif
adalah penyajian data dengan tabel biasa atau tabel
frekuensi, grafik, diagram, pictogram, modus, median,
mean, variasi kelompok melalui rentang dan simpangan
baku.

1. Penyajian Data
Setiap peneliti harus dapat menyajikan data yang
telah diperoleh baik melaui observasi, kuisioner atau
angket,wawancara maupuun dokumentasi. Penyajian data
yang dimaksud adalah menampilkan data tabel, grafik,
diagram lingkaran, ataupun dengan pictogram melalui
peralatan komputer. Di rumah sakit, rekam medis pasien
cenderung menjadi sumber informasi statistika yang paling
umum digunakan pada organisasi layanan kesehatan.
Rekam medis atau rekam kesehatan merupakan sumber
data primer, yaitu “catatan yang dibuat oleh profesional
kesehatan dalam proses pemberian perawatan” (Hosizah
dan Andriani, 2017). Penyajian data tergantung dari jenis
data yang dikumpulkan.
Menurut Irianto (2010:18), angka-angka yang
digunakan dalam analisis statistik pada dasarnya dapat
dikategorikan menjadi 4 (empat) dan dijelaskan lebih rinci
oleh Hosizah (2017: 38), yaitu:

104 • I lmu Kesehatan M asyarak at


a. Skala nominal, yaitu angka yang tidak mempunyai
arti hitung. Angka yang diterapkan hanya merupakan
simbol/tanda dari objek yang diteliti. Misalnya, jenis
kelamin laki-laki dan peempuan. Angka 1 merupakan
simbol dari jenis kelamin laki-laki sedangkan angka 2
menunjukkan simbol jenis kelamin perempuan
b. Skala Ordinal (Skala Peringkat)
Ordinal digunakan untuk mengklasifikasikan serta
memiliki tingkatan. Contoh:
karyawan dilambangkan dengan angka 1, manajer
dengan angka 2, dan direktur utama dengan angka 3
c. Skala Interval (Skala Jarak)
Skala interval adalah skala ordinal yang memiliki
poin jarak objektif dalam keteraturan kategori
peringkat, tapi jarak yang tercipta sama antar masing-
masing angka. Ciri khas tipe data ini, selain memiliki
kemampuan mengklasifikasikan dan membentuk
tingkatan, adalah tidak adanya nilai nol mutlak.
Artinya, angka nol yang digunakan bukan berarti
tidak ada. Contohnya: derajat suhu. Di dalam skala
celcius misalnya nol derajat celcius bukan berarti
tida ada suhu. Nol derajat itu memiliki suhu, hanya
dilambangkan dengan nol. Selain itu, jarak antar setiap
angka yang digunakan adalah sama. Contoh di dalam
suatu kuesioner terdapat pilihan: Sangat Tidak Setuju
= 1, Tidak Setuju = 2,Tidak Tahu = 3, Setuju = 4, Sangat
Setuju = 5

I lmu Kesehatan M asyarak at • 105


d. Skala Rasio
Rasio memiliki kemampuan dari ketiga tipe skala
variabel sebelumnya dan angka nol dianggap mutlak.
Contohnya data berat badan (kg). Angka nol kg berarti
memang tidak ada berat badan..
Contoh: Variabel berat badan pasien, 45 kg, 55 kg,
67kg, 80kg , 87 kg, dst.
Data rasio dan interval keduanya dianggap data
kontinu. Tipe data nominal dan ordinal sering digunakan
pada metode statistik non parametrik. Skala variabel
interval dan rasio cocok untuk digunakan pada metode
statistik parametrik, asal asumsi yang yang dibutuhkan
oleh metode statistik parametrik yang bersangkutan dapat
dipenuhi.
Data mentah hasil penelitian dari Junika Familianti
dan Sari (2021) jika akan dioleh dengan pengolah data SPSS
for windows, terlebih dahulu mengetahui frekuensi jumlah
datanya seperti tabel d bawah ini:
Tabel 1. Kandungan Gliserida darah
Gliserida Darah tidak beku Gliserida Darah Beku

106 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Jika data tersebut disajikan dalam bentuk diagram
batang, hasilnya seperti ini:

Gambar 1. Digram Batang Pemeriksaan Kadar Trigliserida


Sumber : (Junika Familianti & Sari, 2021)

Selanjutnya data tersebut dioleh dengan statistik


deskriptif untuk mencari mean atau rata-rata, median,
modus, dan standar deviasi. Penulis akan bahas dulu
pengertian masing-masing istilah tersebut beserta
simbolnya dengan merujuk pada Sudjana (2005, 93)
Mean atau rata-rata lengkapnya rata-rata hitung, x
nilai yang diperoleh dengan membagi jumlah data dengan
banyaknya data. Median adalah ukuran tengah data yang
telah diurutkan mulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar.
Dengann simbol Me. Modus (Mo) adalah nilai yang paling
sering muncul. Ukuran simpangan atau ukuran dispersi
yang biasa juga disebut ukuran variasi menggambarkan
atau ukuran penyebaran data kuantitatif. Simpangan yang

I lmu Kesehatan M asyarak at • 107


paling banyak digunakan adalah simpangan baku dengan
simbol s. Kuadrat dari simpangan baku disebut varians, s2..
Ukuran nilai-nilai tersebut diperoleh dengan rumus, akan
tetapi penulis akan menggunakan aplikasi pengolah data
SPSS 16.


Gambar 2. Input data dan langkah-langkah statistik deskriftif

Setelah mengisi variabel view, selanjutnya data dicopy


dari exel seperti kemudian klik analyze seperti dsktiftive
statistic, pilih frekuensi.

108 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Tabel 2. Output deskrpsi Statistik SPSS 16.0
Statistics
GLISERIDA
DARAH TIDAK GLISERIDA
BEKU DARAH BEKU
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean .8260 .9183
Std. Error of Mean .08927 .07979
Median .6500 .7850
Mode .51 .61a
Std. Deviation .48893 .43704
Variance .239 .191
Skewness 2.242 2.053
Std. Error of Skewness .427 .427
Kurtosis 4.460 4.525
Std. Error of Kurtosis .833 .833
Range 1.95 1.89
Minimum .44 .48
Maximum 2.39 2.37
Sum 24.78 27.55
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
C. distribusi Data
Distribusi probabilitas adalah persebaran dari data
yang dikumpulkan membentuk sebaran yang normal atau
sebaran yang cenderung ke kiri atau ke kanan dominasi
persebaran datanya. Distribusi probabilitas ini menjadi
penting karena sebagai dasar penentuan penyusunan
hipotesis dan jenis uji statistik yang dapat digunakan pada
pembuktian hipotesis penelitian. Distribusi probabilitas
terdiri dari distribusi normal dan distribusi poisson.
a. Disribusi Binomial
Ciri-ciri dari distribusi binomial adalah tiap peristiwa
hanya mempunyai 2 hasil, probbailitas dari setiap

I lmu Kesehatan M asyarak at • 109


peristiwa harus selalu tetap dan event yang dihasilkan
bersifat independen. Distribusi poisson ini menjelaskan
peristiwa degan event yang sangat jarang terjadi dalam
periode pendek. Probabilitas setiap periode selalu
konsisten.
b. Distribusi Normal
Distribusi normal adalah distribusi probabilitas untuk
variabel kontinu atau numerik. Distribusi ini sangat
penting dalam mengetahui sebaran data pada populasi
untuk variabel numerik. Distribusi normal yang baik
akan menjelaskan variasi yang mendekati kondisi di
populasi,
c. Hasil pengukuran dapat disajikan ke dalam distribusi
frekuensi, baik berbentuk angka- angka maupun
gambar-gambar. Penyajian data dalam bentuk angka
berupa distribusi tunggal atau distribusi berkelompok,
sedang dalam bentuk gambar dapat berupa histogram,
polygon, kurve, dan lain-lain. Dalam berbagai
bentuk penyajian data tersebut, terlihat adanya
kecenderungan-kecenderungan tertentu, yaitu bahwa
frekuensi pemunculan data atau skor yang tinggi
selalu berada di tengah atau di sekitar rata-rata
hitung. Semakin jauh dari rata-rata hitung, baik di atas
maupun di bawahnya, frekuensi pemunculan data atau
skor-skor itu akan semakin kecil. Sebaran frekuensi
yang demikian adalah sebaran yang mengikuti asumsi
distribusi normal.

110 • I lmu Kesehatan M asyarak at


D. UJI STATISTIK
Sebelum melakukan uji terhadap hipotesis untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan dari penelitian, kita harus
melakukan uji asumsi parametrik yaitu uji homogenitas
dan uji normalitas, uji asumsi parametrik mempunyai
tujuan untuk menentukan jenis uji apa yang akan kita
lakukan terhadap hipotesis yang diajukan. Hidayat ( 2018
), menjelaskan uji yang dimaksud yaitu:

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat membantu memberikan
informasi mengenai data yang telah dikumpulkan apakah
berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal.
Pada penelitian ini uji normalitas dengan uji Kolmogorov
dan uji Shapiro dengan bantuan software SPSS dan
ketentuan uji normalitas sebagai beikut: jika nilai Sig. <
0,05 maka berdistribusi tidak normal, jika nilai Sig. ≥ 0,05
maka data berdistibusi normal. Berikut ini adalah hasil
olah data uji normalitas dengan menggunakan pengolah
data SPSS 16.0
Tabel 3. Output Uji Normalitas
Tests of Normality
NANAS Kolmogorov-
SEGAR Smirnova Shapiro-Wilk
DAN
KALENG Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KANDUNGAN NANAS
.216 5 .200* .913 5 .485
VITAMIN C SEGAR
NANAS NANAS
.428 5 .003 .648 5 .003
KALENG
a. Lilliefors Significance
Correction

I lmu Kesehatan M asyarak at • 111


Tests of Normality
NANAS Kolmogorov-
SEGAR Smirnova Shapiro-Wilk
DAN
KALENG Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KANDUNGAN NANAS
.216 5 .200* .913 5 .485
VITAMIN C SEGAR
NANAS NANAS
.428 5 .003 .648 5 .003
KALENG
*. This is a lower bound of
the true significance.

Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smimov


menunjukkan signifkansi kandungan Vitamin C nenas
segar menunjukkan nilai yang lebh besar dari 0,05 sehingga
dikatakan berdistribusi normal.

Tabel 4. Output Uji Normalitas

Test of Homogeneity of Variance


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
KANDUNGAN Based on Mean .823 1 8 .391
VITAMIN C Based on Median
NANAS .027 1 8 .874
Based on Median
and with adjusted df .027 1 4.672 .876

Based on trimmed
.508 1 8 .496
mean

2. Uji Homogenitas
Dalam penelitian uji homogenitas membantu peneliti
dalam memberikan informasi serta mendeteksi kesamaan
variasi dari kelompok data sampel dari populasi. Data
yang sama pada uji normalitas juga digunakan untuk uji

112 • I lmu Kesehatan M asyarak at


homogenitas. Melalui bantuan SPSS, Uji Homogenitas
menggunakan Uji Levene. Ketentuan uji homogenitas:
jika nilai Sig. < 0,05 maka kedua kelompok data atau lebih
bervariansi tidak homogen, jika nilai Sig. ≥ 0,05 maka kedua
kelompok data atau lebih bervariansi homogen.
Dengan bantuan SPSS uji normalitas dan homogenitas
dapat digabung sekaligus. Hal yang perlu diingat, prasyarat
uji normalitas dan homogenitas nilai signifikansinya harus
leih besar dari 0,05. Setelah uji normalitas dan homogenitas
sudah terpenuhi berarti statistik yang akan digunakan
adalah statistik parametrik. Berikut ada beberapa uji
statistik paramatrik, data-datanya berasal dari praktikum,
jurnal, dan buku materi kimia dan kimia klinik, yaitu:

1. Uji T Indefendens
    Uji beda dua mean (uji t) independen bertujuan untuk
mengetahui perbedaan mean dua kelompok data independen, yakni
dua kelompok saling bebas satu sama lain. Prinsip uji beda Dua Mean
(Uji t) Independen adalah melihat perbedaan variasi kedua kelompok
data. Contoh: Penelitian untuk menguji perbedaan kandungan
vitamin C nanas segar dan nanas kaleng dengan menggunakan
spektrofotometer UV.VIS dengan hipotesis (H1) ada perbedaan
kandungan vitamin C nanas segar dengan nanas kaleng. Hipotesis
H0,tidak ada perbedaan kandungan vitamin C nanas segar dan
nanas kaleng. Absorbansi hasil pengukuran seperti tabel di bawah
ini
Tabel 4. Data absorbansi Vitamin C buah nanas

I lmu Kesehatan M asyarak at • 113


Ab Absorbansi
vitamin C (A)

Buah nanas segar Buah nanas


kaleng
1 0,2420 0,1430
2 0,2432 0,1073
3 0,2240 0,1110
4 0,2348 0,1080
5 0,2278 0,1106
Rata-rata 0,2326
0,1083
Sumber : (Putri & Setiawati, 2015)

Dengan menggunakan SPSS melalui uji T indefenden,


hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Output SPSS uji T indefendens
One-Sample
Test
Test
Value
=0
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean
t df tailed) Difference Lower Upper
ABSORBANSI
NANAS 61.859 4 .000 .2343600 .223841 .244879
SEGAR
ABSORBANSI
NANAS 17.074 4 .000 .1159800 .097120 .134840
KALENG
Ketentuan uji t indefenden, jika signifikansi < 0,05,
artinya hipotesisi H1 diterima dan hipotesisi H0 ditolak.
114 • I lmu Kesehatan M asyarak at
Hipotesis bahwa terdapat perbedaan kandungan vitamin C
nanas segar dengan nanas kaleng.

2. Uji T Defenden
Uji t dependen bertujuan untuk mengetahui perbedaan
mean dua kelompok data dependen, yakni dua kelompok
saling terikat/berhubung satu sama lain. Prinsip uji beda
dua mean dependen adalah melihat perbedaan variasi
kedua kelompok data. Penelitian yang menggunakan uji t
defenden biasanya menggunakan sampel dari populasi yang
sama tetapi mendapat perlakuan yang berbeda. Contoh
di laboratorium klinik akan diadakan penelitian ada atau
tidak ada perbedaan trigeliserida darah yang langsung
diperiksa dengan darah yang sudah dibekukan selama 20
menit, data output SPSS seperti tabel di bawah ini:
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Kadar Trigliserida
Kode Sampel darahsegera Sampel darah dibekukan
No
Sampel Disentrifugasi selama 20 menit
1. 1 0.70 mmol/L 0.72mmol/L
2. 2 2.09 mmol/L 2.08 mmol/L
3. 3 0.63 mmol/L 0.67mmol/L
4. 4 0.47 mmol/L 1.13 mmol/L
5. 5 0.75 mmol/L 0.56 mmol/L
6. 6 0.62 mmol/L 0.61 mmol/L
7. 7 0.69 mmol/L 0.51 mmol/L
8. 8 0.75 mmol/L 0.99 mmol/L
9. 9 0.59 mmol/L 0.65 mmol/L
10. 10 0.50 mmol/L 1.68 mmol/L
11. 11 0.85 mmol/L 1.03 mmol/L
12. 12 0.56 mmol/L 0.61 mmol/L
13. 13 1.04 mmol/L 1.08 mmol/L

I lmu Kesehatan M asyarak at • 115


Kode Sampel darahsegera Sampel darah dibekukan
No
Sampel Disentrifugasi selama 20 menit
14. 14 1.10mmol/L 0.97 mmol/L
15. 15 0.81 mmol/L 0.81 mmol/L
16. 16 0.73 mmol/L 0.71 mmol/L
17. 17 0.57 mmol/L 0.55 mmol/L
18. 18 0.58 mmol/L 0.71 mmol/L
19. 19 1.99 mmol/L 0.76 mmol/L
20. 20 0.51 mmol/L 1.02 mmol/L
21. 21 0.56 mmol/L 1.09 mmol/L
22. 22 2.39 mmol/L 0.95 mmol/L
23. 23 0.95 mmol/L 0.96 mmol/L
24. 24 0.44 mmol/L 0.95 mmol/L
25. 25 1.11 mmol/L 2.37 mmol/L
26. 26 0.51 mmol/L 0.48 mmol/L
27. 27 0.51 mmol/L 0.70 mmol/L
28. 28 0.67 mmol/L 0.67 mmol/L
29. 29 0.60 mmol/L 0.99 mmol/L
30. 30 0.51 mmol/L 0.54 mmol/L
Sumber: (Junika Familianti & Sari, 2021)

Tabel 6. Output uji t defenden

Signifikansi sampel berpasangan atau sampel dependen


menunjukkan signifikansi 0,342 artinya 0,342 > 0,05
berarti H1 ditolak, H0 diterima. Kesimpulannya tidak ada

116 • I lmu Kesehatan M asyarak at


perbedaan trigliserida darah yang langsung disentrifuga
dan darah yang dibekukan selama 20 menit.
Uji T selain digunakan untuk uji hipotesis komparasi
atau atau perbandingan juga digunakan untuk menunjukkan
pengaruh parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.

3. Uji Anova
Uji Anava atau analisis varian biasa juga disebut uji
anova (analisys of variance) digunakan untuk menganalisis
data lebih dari 2 kelompok. Anova merupakan bagian dari
metoda analisis statistik yang tergolong analisis komparatif
(perbandingan) lebih dari dua rata-rata (Riduwan, 2010:
217). Dalam melakukan uji ANOVA ada beberapa asumsi
yang harus dipenuhi, yaitu varian homogeny, sampel/
kelompok independen, data berdistribusi normal dan jenis
data yang dihubungkan adalah numerik dengan kategorik
(kategorik lebih dari 2 kelompok). Contoh data penelitian
Hosizah dan Indryani (2017) yang akan dioleh dengan
pengolah data SPSS 16 for windows:
Petugas puskesmas “M” melakukan penelitian tentang
kadar folat sel darah pada tiga zat pembius yang berbeda
Kelompok 1 : 243, 251, 275, 291, 347, 354, 380, 392
Kelompok 2 : 206, 210, 226, 249, 255, 273, 285, 295, 309
Kelompok 3 : 241, 258, 270, 293, 328
Apakah terdapat perbedaan rata-rata kadar folat pada tiga
alat pembius tersebut ?
Pada penelitian kita selalu membuat hipotesis
penelitian yang diberi simbol H1, yakni ada perbedaan

I lmu Kesehatan M asyarak at • 117


rata-rata kadar folat pada pada tiga alat pembius. Hipotesis
tandingan adalah H0, yakni tidak ada perbedaan rata-rata
kadar folat pada tiga alat pembius.
Pertama-tama buka SPSS 16.0 for windows, kemudian
isi variabel dan data viuw kemudian klik:
Gambar 4. Input data kadar folat dan uji anova

Tabel 7. Output uji Anova

ANOVA
KADAR_FOLAT
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 15515.766 2 7757.883 3.711 .044
Within Groups 39716.097 19 2090.321
Total 55231.864 21
Berdasarkan tabel di atas, signifikansi adalah 0,044
lebih kecil dari 0,05 berarti H0 ditolak dan H1 diterima,
artinya ada perbedaan kadar folat pada ketiga alat bius.
Uji Anova juga dapat digunakan untuk meunjukkan
pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel
terikat secara bersama-sama

118 • I lmu Kesehatan M asyarak at


4. Uji Regresi Linier Sederhana
Kegunaan uji regresi linier sederhana menurut
Riduwan (2010: 244) adalah untuk menghasilkan atau
memprediksi hubungan variabel terikat (Y) dan variabel
bebas (X). Jika menggunakan software pengolah data SPSS,
outputnya juga terdapat nilai t sehingga juga bisa diketahui
jika hubungan tersebut juga saling berpengaruh. Uji
regresi linier sederhana biasa digunakan untuk megetahui
konsentrasi suatu zat yang menggunakan instrumen kimia
secara umum.
Penentuan kadar analit dalam sampel lingkungan
secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer
dapat dilakukan melalui kurva kalibrasi yang memiliki
linearitas memenuhi batas keberterimaan. Kurva kalibrasi
merupakan grafik yang membentuk garis lurus (linear)
yang menyatakan hubungan antara kadar larutan kerja
termasuk blanko dengan respon yang proporsional dari
instrumen.
Metode statistika yang sangat umum digunakan
untuk mengetahui perbandingan pengaruh kadar analit
dengan respon instrumen adalah analisis regresi linear.
Deret larutan kerja dengan kadar yang berbeda secara
proporsional mengakibatkan instrumen akan memberikan
respon yang proporsional pada tingkat kadar tertentu.
Perubahan secara proporsinal antara kadar analit dengan
respon instumen tersebut akan membentuk garis lurus
yang memenuhi persamaan sebagai berikut:

I lmu Kesehatan M asyarak at • 119


Y = a + bX
Keterangan:
Y = respon instrumen
X = kadar analit
a = intersep (intercept)
b = kemiringan (slope)
Hubungan antara kadar analit (X) dengan respon
instrumen (Y) dengan menggunakan SPSS.16.0 for windows,
dimulai dengan input data terlebih dahulu.
Tabel 7. Data kurva kalibrasi

No Kadar (mg/L) Absorbansi


1 0,00 0,001
2 0,02 0,074
3 0,05 0,184
4 0,10 0,363
5 0,20 0,717
Sumber: Cak war,Anwar Hadi (2022)

Setelah data diinput pada data viuw,klik analyze,


regresi, linier. Kemudian isi dialog seperti ini terakhir
tekan OK

Gambar 4. Input data kurva kalibrasi

120 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Hasilnya seperti dua tabel di bawah ini:
Tabel 8. Output SPSS uji linieritas
ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression .327 1 .327 6.082E4 .000a
Residual .000 3 .000
Total .327 4
a. Predictors: (Constant), Konsentrasi
larutan standar
b. Dependent Variable: Absorbansi

Tabel 9. Output nilai a dan b persamaan regresi linier

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .003 .001 2.062 .131
Konsentrasi
3.577 .015 1.000 246.620 .000
Analit
a. Dependent Variable:
Absorbansi
Berdasarkan tabel 8, nilai signifikansi menunjukkan
signifikansi 0,000 berarti lebih kecil dari 0,05 sehingga
dapat dikatakan hubungan antara konsentrasi larutan
standard dan absorbansi adalah linier. Selanjutnya dari
tabel 9, diperoleh nilai a = 0,003 dan nilai b = 3,577 sehingga
persamaan linier sederhana menjadi:

I lmu Kesehatan M asyarak at • 121


Y = 0,003 + 3,577X

Gambar 5. Kurva regresi linier sederhana

122 • I lmu Kesehatan M asyarak at


B A B 1 0

MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN


YANG TERJADI DIINDONESIA DAN CARA
PENANGGULANGANNYA

Haesti Sembiring, SST MSC

A. Permasalahan Lingkungan Hidup Indonesia

P
dan Penyebabnya
ermasalahan lingkungan hidup saat ini
memang menjadi problem yang paling sering
terjadi di lingkungan Indonesia. Permasalahan
lingkungan ini bisa disebabkan oleh ciri-ciri manusia sebagai
makhluk ekonomi dari beberapa hal, mulai dari faktor
alam atau faktor dari manusia nya sendiri. Kebanyakan
dari permasalahan ini terkadang belum memiliki solusi
untuk mengatasinya. Sehingga menyebabkan kerusakan-
kerusakan alam dan lingkungan terus saja terjadi. Nah
berikut ini beberapa permasalahan lingkungan hidup
yang ada di Indonesia serta solusi yang tepat untuk
mengatasinya.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 123


1. Permasalahan Sungai Yang Tercemar

Selama 5 tahun belakangan ini, setidaknya 64 dari 470


daerah aliran sungai mengalami kondisi yang kritis, hal ini
disebbakan oleh beberapa hal seperti
1. Limbah industri yang terkandung berbagai zmacam zat
kimia di dalamnya.
2. Limbah domestik, seperti limbah rumah tangga yang
secara sengaja dibuang ke sungai.
3. Limbah pertanian
4. Dan masih banyak lainnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, tentu saja
dibutuhkan kerja sama antara pihak pemerintah,
masyarakat, serta pelaku-pelaku industri. Pihak pemerintah
wajib untuk memberlakukan aturan bentuk penyimpangan
sosial baik bagi industri atau masyarakat agarjangan sampai
membuang limbah di sungai. Masyarakat pun harus sadar
mengenai pentingnya air sungai untuk kehidupan. Selain
itu, pihak pemerintah juga perlu mengatur pembuangan
yang baik agar limbah-limbah industri tak mengalir ke
sungai-sungai setempat.

124 • I lmu Kesehatan M asyarak at


2. Kerusakan Hutan

Masalah lainnya yang cukup besar di Indonesia adalah


mengenai kerusakan hutan. Mulai dari penebangan liar,
penggundulan hutan, hingga baru-baru ini terjadi yaitu
pembakaran hutan menjadi penyebab dari kerusakan hutan
yang ada. Tentu saja jika hal ini dibiarkan terus menerus,
akan menyebabkan berkurangnya kawasan hutan di
Indonesia yang berakibat pada ketidakstabilan ekosistem.

Untuk mengatasi kerusakan hutan ini, ada beberapa


solusi yang bisa dilakukan.
• Solusi untuk jangka pendeknya tentu saja adalah
penegakan hukum yang harus dilakukan. Hal ini

I lmu Kesehatan M asyarak at • 125


sangat penting untuk mencegah kegiatan ilegal
logging, dan hal hal lainnya.
• Kegiatan pembangunan yang dilakukan perlu
memperhatikan lingkungan setempat.
• Penanaman kembali hutan hutan yang telah
rusak.
3. Banjir

Fenomena ini sudah sering terjadi di Indonesia, bahkan


di kota-kota besar sendiri pun sudah menjadi aktivitas rutin
yang harus dihadapi. Bahkan tak hanya pada musim hujan,
pada musim kemarau sekalipun banjir bisa saja terjadi
beberapa wilayah. Hal ini dikarenakan perkembangan
wilayah Indonesia yang menyebabkan sistem pembuangan
air yang salah dan tidak adanya penjagaan pada daerah
aliran sungai. Untuk mengatasi ini, pentingnya peran
pemerintah yang mengelola pembuangan air agar tak
menjadi masalah di kemudian harinya. Selain itu, peran
aktif dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
menjaga lingkungan sangat dibutuhkan.

126 • I lmu Kesehatan M asyarak at


4. Abrasi

Kegiatan-kegiatan seperti pengambilan pasir pantai,


karang, serta perusakan hutan-hutan bakau menjadi
penyebab abrasi yang nantinya berkaitan dengan kerusakan
laut dan pantai. Tentu saja jika dibiarkan terus menerus,
maka kelestarian laut dan pantai di Indonesia semakin
berkurang. Apalagi wilayah Indonesia sebagaian besar
merupakan lautan. Nah untuk mengatasi hal ini, berikut
beberapa solusi yang perlu diterapkan:
• Pemerintah menerapkan reklamasi pantai untuk
menanam kembali hutan bakau si sekitar area
pantai.
• Menerapkan aturan yang ketat mengenai
pengambilan batu-batu karang.
• Larangan tentang penggunaan bahan peledak
untuk mencari ikan.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 127


5. Pencemaran Udara

Seiring dengan perkembangan jaman, semakin banyak


industri dan transportasi yang ada saat ini. Meskipun hal
ini merupakan sebuah kemajuan, namun nyatanya memiliki
dampak yang burukbagi lingkungan karena menyebabkan
terjadi pencemaran udara. Hal ini berpengaruhpada faktor
penghambat perubahan sosial budaya terhadap pasokan
udara bersih yang semakin berkurang. Untuk mengatasi
hal ini, berikut solusi yang bisa dilakukan.
• Peran Pemerintah yang aktif menggalakkan
penanaman pohon.
• Mengurangi emisi atau pembuangan gas dengan
cara memilih bahan industri yang aman untuk
lingkungan.
• Pemasangan filter pada cerobong asap pabrik-
pabrik.
• Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

128 • I lmu Kesehatan M asyarak at


6. Menurunnya Keanekaragaman Hayati

Dampak lanjutan dari kerusakan hutan tersebut bisa


menjadi penyebab menurunnya keaneka ragaman hayati
yang ada di Indonesia. Bahkan tak hanya itu saja, banyak
sekali alat komunikasi zaman sekarang menjadi informasi
pengambilan flora dan fauna ilegal yang dijadikan sebagai
barang jual beli membuat hewan dan tumbuhan Indonesia
menjadi berkurang bahkan punah. Solusinya adalah:
• Program untuk penangkaran satwa liar.
• Konservasi in-situ dan konservasi ex-situ.
• Memperluas habitat untuk satwa-satwa liar.
• Peningkatan SDM
• Penyuluhan mengenai penangkaran satwa
Indonesia secara intensif.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 129


7. Pencemaran Tanah

Tak hanya air dan udara saja yang dapat tercemar,


namun tanah juga bisa tercemar dengan bahan-bahan yang
dapat merusak kualitas tanah. Permasalahan lingkungan
hidup Biasanya hal ini terjadi akibat pengambilan tambang
yang berlebihan, pembuangan sampah-sampah yang sulit
diuraikan, dan masih banyak lainnya. Untuk mengatasi hal
ini, perlu dilakukan usaha pelestarian tanah dan hutan
melalui tata guna lahan, peraturan mengenai TPTI (Tebang
PilihTanam Indonesia), reboisasi, serta pengolahan sampah
agar dapat terurai dengan baik.

8. Permasalahan Sampah Yang Menumpuk

130 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk,
membuat tingkat konsumsi meningkat dan akhirnya
membuat jumlah sampah semakin banyak permasalahan
hukum di Indonesia meningkat. Hal ini lah yang menjadi
permasalahan di Indonesia, karena belum adanya solusi
untuk menganggulanginya. Hal ini tentunya membuat
lingkungan menjadi kotor dan tentu saja merugikan
lingkungan. Nah berikut ini solusi yang bisa dilakukan:
• Membuat tempat pembuangan sampah terpadu,
yang lokasinya agak jauh dari pemukiman warga.
• Penerapan 4R yaitu Replace, reduce, reuse, serta
recycle.
• Membuat tempat sampah terpisah antara organik
dan anorganik.
9. Rusaknya Ekosistem Laut

I lmu Kesehatan M asyarak at • 131


Pengambilan ikan yang masih menggunakan bahan
kimia dan bahan peledak masih menjadi tradisi bagi
beberapa nelayan di Indonesia. Tentu saja ini merusak
ekosistem laut, termasuk terumbu karang. Seperti yang
adan ketahui sendiri, terumbu karang menjadi potensi
alam di Indonesia. Untuk mengatasi ini, pentingnya peran
pemerintah untuk mengetatkan peraturan mengenai
larangan pemakaian peledak dan bahan kimia.
10. Pencemaran Air Tanah

Masalah lainnya yang sering terjadi di Indonesia adalah


pencemaran air tanah. Masalah ini seringkali tentu saja me-
nyebabkan berbagai jenis biota air menjadi rusak, mengancam
kesehatan penduduk di sekitar sumber air, banjir, langkanya
air bersih, dan masih banyak lainnya. Untuk mengatasinya,
berikut ini solusi yang bisa dilakukan.

• Membatasi limbah yang bisa mencemari air tanah


• Mengawasi masyarakat serta lembaga-lembaga
untuk menjaga sumber air.
• Pelaksanaan undang-undang lingkungan hidup

132 • I lmu Kesehatan M asyarak at


11. Pemanasan Global
Masalah ini sepertinya tak hanya terjadi di Indonesia
saja, namun juga di berbagai negara- negara di dunia. Bahkan
dampak pemanasan global sudah mulai terlihat di daerah
kutub yang mulai mencair sehingga menyebabkan ketidak
seimbangan lingkungan. Untuk mengatasi pemanasan
global, tentu saja anda harus mengurangi penggunaan gas-
gas kimia yang bisa merusak lapisan ozon dan atmosfer
seperti gas freon yang ada pada AC atau pendingin udara.

12. Langkanya Air


Berbeda dengan banjir, masalah yang satu ini justru
membuat air semakin langka didapat. Hal ini terjadi di
beberapa wilayah Indonesia. Sehingga membuat dampak
macam-macam bencana alam dan kelaparan dan kekeringan
terjadi. Untuk mengatasi hal ini, pentingnya kerja sama
antara pemerintah dan warga untuk membangun sumber-
sumber air baru, mereboisasi hutan, dan hal lainnya yang
membantu pengadaan sumber air.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 133


13. Pencemaran Suara
Hal lainnya yang seringkali terjadi di Indonesia adalah
mengenai pencemaran suara. Yang dimaksud dengan
pencemaran suara disini adalah ketika banyaknya bunyi
atau suara yang tak diinginkan masuk ke dalam pemukiman
warga. Hal ini bisa sangat menganggu aktifitas manusia
dan bahkan mengganggu perkembangan psikologis. Untuk
mengatasinya, tentu sajadengan meredam kebisingan yang
tak diinginkan, baik itu yang berasal dari transportasi,
pembangunan, elektronik, dan lainnya.
Manusia haruslah menjaga lingkungan agar ramah.
Lingkungan yang sudah di rusak akan mengakibatkan
beberapa dampak buruk bagi manusia. Buktinya sudah
banyak terjadi di Indonesia. Banyak bencana alam yang
disebabkan oleh rusaknya lingkungan.
Untuk mengurangi Dampak Kerusakan Lingkungan
harus dimulai sejak dini. Penanaman sikap menjaga dan

134 • I lmu Kesehatan M asyarak at


merawat lingkungan ditanamkan mulai dari anak-anak
sebagai generai bangsa.
Banyak Cara Mengatasi Dampak Kerusakan Lingkungan
Hidup yang biasa anda lakukan. Untuk menaggulangi
tentunya berbeda dengan pencgahan. Karena sudaha
terjadi maka harus di tanggulangi.
Berikut ini beberapa cara yang bisa anda lakukan.
1. Menerapkan Prinsip 4R
Apa saja 4R itu? Reduce, Reuse, Recycle dan juga Replant.
Prinsip ini berguna untuk menaggulangi adanya bencana
banjir yang sering terjadi. Apa maksud dari prinsip
tersebut?
a. Yang pertama yaitu Reduce yaitu mengurangi
pemakian barang yang tidak berguna. Reuse yaitu
memakai ulang barang yang masih bisa
digunakan. Recycle yaitu mendaur ulang barang
ataupun sampah untuk menjadi barang yang
berguna. Replant  yaitu menimbun sampah organik
untuk dijadikan kompos.
b. Dengan menggunakan prinsip tersebut diharapkan
sampah yang ada di berbagai daerah dikurangi
dengan kesadaran masing-masing masyarakat.
2. Reboisasi
Hutan di berbagai negara menjadi paru-paru dunia.
Jika ada hutan yang dirusak maka beberapa negara lain
juga akan mendapatan efek tersebut. Tentunya yang akan

I lmu Kesehatan M asyarak at • 135


menerima pertama akibatnya yaitu negara yang sudah
merusak lingkungannya sendiri.
Untuk itu jangan pernah merusak hutan yang ada. Jika
and ingin menebang pohon, maka anda harus memiliki
sikap tebang pilih dan menanam benih untuk pohon yang
baru.
3. Bioremidiasi
Limbah tidak hanya terjadi di industri saja, ada juga
limbah rumah tangga. Tapi, yang sering menyebabkan efek
yang terasa adalah limbah industri.
Untuk itu suatu industri haruslah mengetahui apa itu
bioremidiasi. Terutama untuk industri yang mengeluarkan
banyak limbah berbahaya berupa zat-zat toksik.
Dampaknya tidak hanya mencari lingukungan saja, tapi
bisa mengganggu kesehatan masyarakat di daerah sekitar.
Bioremidiasi ini yaitu pemanfaatan mikroba ataupun
tanaman dari kontaminasi. Jadi limbah yang akan dibuang
harus di bersihkan dahulu kontaminasinya. Jadi dengan
adanya bioremidiasi ini limbah yang akan dibuang tidak
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.
4. Rehabilitasi Lahan
Adanya rehabilitasi ini juga menjadi salah satu upaya
untuk mengembalikan lahan secara ekologis.
Rehabilitasi ini juga menjadi upaya untuk
mengembalikan lingkungan fisik untuk bisa di fungsikan
lagi.

136 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Tanggung jawab yang membuat rehabilitasi ini adalah
pengusaha yang sudah melakukan penambangan di lahan
tersebut. Jika hal ini tidak dilakukan, maka tanah akan
menjadi tandus dan mati.
5. Reklamasi Pantai
Reklamasi pantai merupakan kegiatan pemulihan
pantai untuk menyelamatkan lahan yang ktitis dan mati
untuk menjadi lahan yang lebih produktif.
Adanya lahan kritis dikarenakan ulah penambangan
pasir yang dilakukan oleh manusia. Nah dengan reklamasi
pantai dan penanaman tembakau ini menjadi Cara
Menanggulangi Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Ulah
Manusia.
Jika di perhitungkan antara penambangan pasir dan
biaya yang dibutuhkan untuk reklamasi pantai tidaklah
seberapa. Justru lebih banyak biaya yang digunakan untuk
mereklamasi pantai.
Mari Rawat Lingkungan
Demikian tadi beberapa cara yang bisa anda lakukan
untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang terjadi.
Lahan ataupun daerah yang sudah terkena bencana, jika
tidak segera dilakukan penanggulangan, maka akan
terjadi bencana yang sama dari sebelumnya. Bahkan bisa
lebih parah dari sebelum-sebelumnya. Untuk itu jaga dan
rawatlah lingkungan anda.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 137


138 • I lmu Kesehatan M asyarak at
DAFTAR PUSTAKA

Suyadi Prawirosentono.(1999). Manajemen sumber


Daya Manusia ( Kebijakan Kinerja Karyawan), Kiat
membangun Organisasi Kompetitif menjelang
Perdagangan Bebas Dunia, Edisi Pertama.
Yogyakarta;BPFE.
Sutrisno, Edy. 2010. Manajemen Sumber daya manusia.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Miner, John. B. 1990. Organizational Behavior: Performance
and Productivity. New York: Random House
Ahmad S. Rudy. 2006, Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka utama.
Hasibuan, Malayu S.P. 2002 .Manajemen Sumber daya
manusia. Jakarta: PT Bumi perkasa.
Simamora, 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bagian
penerbitan YKPN, Yogyakarta.
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara ,2000, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Bandung. PT, Remaja Rosdakarya.

I lmu Kesehatan M asyarak at • 139


Anwar Prabu Mangkunegara. 2007.Manajemen Sumber
Daya Manusia Perusahaan. Bandung:Remaja Rosda.
Henry Simamora. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta:STIE YPKN.
A Dele Timpe. Seri Manajemen sumber Daya Manusia
(Memotifikasi Pegawai). Cet 5. Jakarta: PT. Efek Media
Koputindo.
Adik Wibowo, & TIM. (2015). Kesehatan Masyarakat Di
Indonesia Konsep, Aplikasi, dan Tantangan (1st ed.).
Rajawali Pers.
C. Everett Koop. (2022). What is Public Health. https://www.
publichealthcareeredu.org/what-is-public-health/
Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo. (2011). Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
Public health Definition & Meaning - Merriam-Webster. (n.d.).
Retrieved August 4, 2022, from https://www.merriam-
webster.com/dictionary/public%20health
Surahman, M. K., & Drs. Sudibyo Supardi, P. A. (2016). Ilmu
Kesehatan Masyarakat PKM. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan.
UU RI No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, (2009).
WHO. (2020). BASIC DOCUMENTS. http://apps.who.int/
bookorders.
Amran,Yuli. 2012. Pengolahan dan analisis data statistik di
bidang kesehatan. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

140 • I lmu Kesehatan M asyarak at


Hidayat, A. (2018). Biostatistik, Pendekatan Investigasi,
Regresi Sederhana. Jurnsl Ilmiah, 3(3), 1–11.
Hosizah, indriani, L . 2017. Informasi Kesehatan I: Biostatistik
Deskriptif. Bahan Ajar Rekam Medik Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Irianto, A.2010. Statistik: Konsep Dasar, Aplkasi, dan
Pengembangannya. Jakarta: Kencana
Junika Familianti, R., & Sari, I. (2021). Perbedaan Kadar
Trigliserida Pada Sampel Darah Segera Disentrifugasi
Dan Sampel Darah Dibekukan Selama 20 Menit Sebelum
Disentrifugasi. Surabaya : The Journal of Muhamadiyah
Medical Laboratory Technologist, 2(4), 120–126.
Penyusun, T., & Pengantar, K. (n.d.). Buku Panduan
Praktikum Biostatistik Deskriptif dan Inferensial
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.
Putri, M. P., & Setiawati, Y. H. (2015). Analisis Kadar
Vitamin C Pada Buah Nanas Segar ( Ananas Comosus
( L .) Merr ) Dan Buah Nanas Kaleng Dengan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis Analysis Levels Of Vitamin C
In Fruit Fresh Pineapple ( Ananas Comosus ( L .) Merr )
And Fruit CANNED PINEAPPLE WITH . 34–38.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit
ALFABETA
Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Penerbit
ALFABETA

I lmu Kesehatan M asyarak at • 141


TENTANG PENULIS

Siti Pangarsi Dyah Kusuma Wardani, S.


SiT., M.K.M. Penulis lahir di Semarang 28
November 1980. Memiliki cita-cita sebagai
Bidan, membuat penulis masuk ke Akademi
Kebidanan dan menyelesaikan pendidikan
tahun 2002 di AKBID ‘Aisyiyah Surakarta, kemudian
penulis melanjutkan pendidikan sebagai Bidan Pendidik di
STIKes Mitra RIA Husada Jakarta tahun 2013. Ketertarikan
di bidang pendidikan kebidanan membuatnya melanjutkan
Pendidikan S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat peminatan
Kesehatan Reproduksi di Universitas Indonesia, dua tahun
kemudian penulis lulus pada tahun 2016. Saat ini penulis
aktif mengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Wiralodra Indramayu. Penulis memiliki
kepakaran di bidang Kesehatan Reproduksi. Terlambat
melanjutkan pendidikan tidak menyurutkan semangat
penulis untuk senantiasa berusaha dan mencoba belajar
dalam banyak hal termasuk memulai untuk menulis.
Email penulis : dani.midwife@gmail.com

I lmu Kesehatan M asyarak at • 143


Tating Nuraeni, S.ST., M.Kes, lahir di Majalengka
pada tanggal 15 November 1988, menempuh pendidikan
D.III Kebidanan Stikes YPIB Majalengaka dan melanjutkan
D.IV Bidan Pendidik dan Magister Kesehtan Masyarakat di
Universitas Respati Indonesia, saya bekerja sebagai Dosen
Tetap Yayasan Universitas Wiralodra di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Wiralodra sejak tahun 2015 sampai
sekarang dan saya juga sebagai wakil Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Saya mengampu mata Kuliah
Kesehatan Reproduksi, Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Masyarakat, Komunikasi Kesehatan dan Sosioantroplogi
Kesehatan. penulis juga Aktif Menulis dalam menulis Bahan
Ajar Ilmu Keperawatan Dasar, menulis bahan ajar Metode
dan Model Pembelajaran, Buku Kesehtan Reproduksi Remaja
dan Ibu Hamil, Book Chapter Kesehatan Ibu, anak dan
keluarga berencana. selain itu saya juga Aktif di Organisasi
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia( IAKMI)
Kabupaten Indramayu, Organisasi Ikatan Bidan Indonesia (
IBI) Kabupaten Indramayu serta Organisasi Ikatan Cendekia
Muslim Indonesia (ICMI) Muda Kabupaten Indaramayu.
Saya mempunyai Hobi olahraga terutama dalam olahraga
senam. Saya merupakan salah satu bidan Praktek Swasta
yang ada di kabupaten Indramayu. suami saya adalah
seorang Perawat yang beralih menjadi Struktural di salah
satu Kecamatan Kabupaten Indramayu,Saya memiliki dua
orang anak yaitu Joko dan Angelina.
Tating Nuraeni, S.ST., M.Kes

144 • I lmu Kesehatan M asyarak at

Anda mungkin juga menyukai