Anda di halaman 1dari 21

BUKU AJAR

PENGANTAR KESEHATAN KOMUNITAS

I Made Indra P., AMK., SKM., MPH., QRGP., CPHCM

Tahta Media Group


BUKU AJAR
PENGANTAR KESEHATAN KOMUNITAS

Penulis
I Made Indra P., AMK., SKM., MPH., QRGP., CPHCM

Desain Cover:
Tahta Media

Proofreader:
Septian Nur Ika Trisnawati, M.Pd

Ukuran:
V, 116 , Uk: 15,5 x 23 cm

ISBN: 978-623-97054-6-6

Cetakan Pertama:
Juni 2021

Hak Cipta 2021, Pada Penulis

Isi diluar tanggung jawab percetakan


Copyright © 2021 by Tahta Media Group
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT TAHTA MEDIA GROUP


(Grup Penerbitan CV TAHTA MEDIA GROUP)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................. 2


BAB 1 PENGANTAR KESEHATAN KOMUNITAS.... 4
A. Kesehatan Komunitas ..................................................... 4
B. Konsep Sehat .................................................................. 10
C. Rentang Sehat Sakit / The Health Continuum ................ 13
D. Komponen Praktek Kesehatan Komunitas ..................... 15

BAB 2 KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI ...................... 27


A. Definisi Epidemiologi ..................................................... 27
B. Defenisi Surveilans Epidemiologi ................................... 29
C. Kegunaan Surveilans Epidemiologi ................................ 31
D. Peranan dan Pengertian Epidemiologi dalam
Kesehatan Masyarakat .................................................... 32
E. Peranan Epidemiologi Dalam Pemecahan Masalah
Kesehatan Masyarakat .................................................... 35
F. Segitiga Epidemiologi ..................................................... 39

BAB 3 KOMUNITAS SEBAGAI KLIEN .......................... 43


A. Pengertian Keperawatan Komunitas ............................... 43
B. Peran Perawat Kesehatan Masyarakat/Komunitas .......... 50
C. Teori Dan Model Praktik Keperawatan Komunitas ........ 55

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ......... 62


A. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas....................... 62
B. Pengkajian Kesehatan di Masyarakat ............................. 64
C. Metode pengkajian di komunitas .................................... 67
D. Sumber Data di Komunitas ............................................. 70
E. Analisis Data Dan Penentuan Diagnosa Masalah
Keperawatan ................................................................... 72

2
F. Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan Kesehatan
Di Komunitas .................................................................. 76
G. Implementasi dan Evaluasi ............................................. 78

BAB 5 KEBIJAKAN DALAM MENANGGULANGI


MASALAH KESEHATAN ................................................. 83
A. Kebijakan Kesehatan....................................................... 83
B. Perencanaan Kebijakan Kesehatan.................................. 86
C. Perencanaan Program Kesehatan .................................... 88
D. Puskesmas ....................................................................... 95

BAB 6 PROMOSI KESEHATAN....................................... 98


A. Definisi Promosi Kesehatan ............................................ 98
B. Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pola
Perilaku ........................................................................... 99
C. Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan ....................... 100
D. Proses perawatan dan promosi kesehatan ....................... 101
E. Promosi Kesehatan Terkait Faktor .................................. 103
F. Pengkajian dalam individu .............................................. 104
G. Pengkajian dalam keluarga ............................................. 105
H. Pengkajian dalam masyarakat ......................................... 105

BAB 7 KONSEP KELUARGA ........................................... 106


A. Pengertian Keluarga ........................................................ 106
B. Konsep Keluarga ............................................................. 106
C. Tugas Kesehatan Keluarga .............................................. 108
D. Peran Keluarga ................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 114

3
BAB 1
PENGANTAR KESEHATAN KOMUNITAS

A. Kesehatan Komunitas
Secara alamiah, manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial yang hidup saling bergantung dan saling
membutuhkan satu sama lain dalam masyarakat
(Allender et al., 2013). Akan tetapi secara realita,
konteks peran manusia sebagai makhluk sosial tentu
akan sangat berbeda tergantung pada tempat dimana
mereka tinggal. Sebagai contoh, orang dari suku atau
kelompok yang tinggal di daerah pedalaman mungkin
dapat mengenal 100 atau 200 tetangga mereka dalam
satu desa dan mungkin masyarakatnya juga akan sangat
aktif dalam berbagai kegiatan sosial.
Berbeda dengan orang yang tinggal didaerah
perkotaan besar, dimana orang mungkin akan
mengalami kesulitan untuk mengenali tetangga sekitar
mereka. Namun, orang yang tinggal didaerah perkotaan
dengan gaya hidup yang lebih moderen akan cenderung
untuk membentuk suatu ikatan dalam organisasi –
organisasi tertentu seperti perkumpulan professional,
perkumpulan keagamaan atau komunitas spesifik yang
lainnya.
Komunitas merupakan unsur terpenting dalam
pembentukan jati diri seseorang (Allender et al., 2013).
Komunitas mempunyai pengaruh yang cukup signifikan
terhadap kesejahteraan dan kondisi kesehatan seseorang.
Secara naluri manusia selalu ingin menciptakan
masyarakat atau komunitas yang sehat (Allender et al,
2013). Berdasarkan hal tersebut, kesehatan komunitas

4
dapat didefinisikan sebagai identifikasi kebutuhan yang
dilakukan bersamaa upaya perlindungan dan
peningkatan derajat kesehatan bersama dalam suatu area
tertentu (Allender et al, 2013).
Berdasarkan definisi tersebut tentu menjadi
tantangan tersendiri bagi praktek kesehatan komunitas
untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan masyarakat
demi keberlangsungan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Contoh dari upaya perlindungan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam praktik
komunitas adalah pendidikan kesehatan, keluarga
berencana, pencegahan kecelakaan, perlindungan
lingkungan, pemberian imunisasi, pendidikan gizi,
skrining tumbuh kembang anak, program kesehatan
sekolah, layanan kesehatan mental, program kesehatan
kerja, dan perawatan pada populasi rentan/ vulnerable
group.
Sebagai bagian dari kesehatan masyarakat,
praktik kesehatan komunitas banyak disalah pahami oleh
para pakar kesehatan (Allender, 2013). Praktik
kesehatan komunitas pada umumnya hanya dibatasi
pada program sanitasi, klinik kesehatan didaerah miskin,
atau kampanye nasional pencegahan penyakit. Maka
dari itu untuk dapat mengetahui lingkup praktik
kesehatan komunitas, diperlukan pemahaman yang
mendalam tentang konsep masyarakat/ komunitas serta
konsep kesehatan itu sendiri.
1. Konsep Komunitas
Konsep komunitas / masyarakat dan kesehatan
harus secara bersama – sama dipelajari untuk
memberikan gambaran dasar dalam memahami

5
pengertian kesehatan masyarakat. Secara umum,
komunitas didefinisikan sebagai sekumpulan orang
yang berbagi bagian - bagian penting dari kehidupan
mereka (Allender et al., 2013). Dalam konteks ini,
masyarakat berarti kumpulan orang-orang yang
berinteraksi satu sama lain dan memiliki kepentingan
atau karakteristik umum yang mendasari
terbentuknya rasa persatuan atau saling memiliki.
Fungsi dari komunitas adalah memanfaatkan
anggotanya untuk pemikiran kolektif dan identitas
bersama, nilai-nilai, norma-norma, komunikasi untuk
kepentingan bersama (Anderson & McFarlane, 2012).
Misalnya, sebuah desa terpencil di sebuah kabupaten
yang terdiri dari orang-orang yang saling berbagi
hampir ditiap aspek kehidupan. Mereka tinggal di
lokasi yang sama, bekerja di pada jenis pekerjaan
yang terbatas seperti (petani, buruh pabrik, dsb),
menghadiri acara sosial keagamaan secara bersama -
sama, dan menggunakan klinik kesehatan/ puskesmas
yang sama ditempat yang sama.

2. Jenis Komunitas
Komunitas yang ada dalam kehidupan sehari –
hari sangatlah beragam jenis maupun jumlahnya.
Namun demikian, sangat penting untuk mengetahui
tiga jenis komunitas yang mempunyai relevansi
dengan praktik kesehatan komunitas yakni komunitas
berdasarkan letak geografis, komunitas berdasarkan
kepentingan bersama, dan komunitas berdasarkan
masalah kesehatan dan solusi masalah. Berikut
penjelasan dari ketiga jenis komunitas :

6
a. Komunitas Geografis /Geographic Community
Suatu komunitas sering didefinisikan
berdasarkan batas-batas geografis atau sering
disebut komunitas geografis. Sebuah kota, desa,
kecamatan, atau suatu lingkungan tertentu dapat
disebut sebagai suatu komunitas geografis.
Dalam kesehatan komunitas, identifikasi area
geografis sebagai sebuah komunitas merupakan
suatu hal yang sangat penting (Allender et al.,
2013).
Sebuah komunitas geografis, seperti desa
atau kelurahan, kecamatan, kabupaten dan
propinsi adalah target dalam praktik kesehatan
komunitas guna analisis kebutuhan kesehatan.
Seorang perawat komunitas bekerja disebuah
Puskesmas disuatu wilayah kecamatan tertentu
maka akan berfokus kepada masyarakat
diwilayah tersebut. Akan tetapi jika bekerja di
suatu dinas kesehatan kabupaten maka komunitas
geografis yang lebih luaslah yang menjadi focus
perhatiannya.
Informasi terkait angka morbiditas dan
mortalitas merupakan dasar untuk penyusunan
serta perencanaan program kesehatan agar dapat
terlaksana secara tepat sesuai sasaran dan hasil
yang diharapkan.
b. Komunitas Kepentingan Bersama atau Tujuan
/Common-Interest Community
Suatu komunitas juga dapat identik dengan
kepentingan bersama atau tujuan. Sekumpulan
orang yang berada didalam atau antar wilayah

7
atau geografis dapat memiliki kepentingan atau
tujuan yang sama sama. Ini disebut komunitas
kepentingan bersama atau tujuan (common-
interest community). Contoh dari common-
interest community adalah para perawat di
Indonesia yang tergabung dalam organisasi
profesi keperawatan Indonesia maupun
internasional, para dokter yang bergabung dalam
organisasi profesi dokter, dan lain sebagainya.
Dalam bidang kesehatan, banyak upaya
pencegahan dan promosi untuk peningkatan
kesadaran masyarakat dalam hal tertentu telah
berjalan dengan baik melalui formasi komunitas
berdasarkan kepentingan dan tujuan bersama
(common-interest community) (Allender et al.,
2013).
c. Komunitas Solusi / Community of Solution
Dalam praktik kesehatan masyarakat sering
ditemui sekelompok orang yang bergabung
dalam sebuah komunitas guna memecahkan
masalah mereka. Bentuk dari komunitas ini
sangat bervariasi berdasarkan sifat masalah atau
dampak masalah terdapat wilayah geografis
tertentu. Komunitas berdasarkan penjelasan
tersebut diatas dapat disebut sebagai komunitas
solusi (Community Of Solution) (Allender et al.,
2013).
Contoh konkrit dari komunitas solusi adalah
sekolah – sekolah yang tergabung dalam
komunitas sekolah bebas narkoba, kelompok
aktifis wanita disuatu kota yang

8
mengkampanyekan pap smear untuk deteksi dini
kanker servik, kelompok remaja dalam suatu
daerah yang mempunyai aktifitas menciptakan
lingkungan hidup. Komunitas solusi adalah
merupakan media yang cukup esensial untuk
menciptakan perubahan status kesehatan didalam
suatu masyarakat (Allender et al., 2013).
3. Populasi dan Agregat
Tiga tipe komunitas yang telah disampaikan
diatas menggaris bawahi pengertian dari konsep
komunitas yakni sekumpulan orang yang berinteraksi
satu sama lain dikarenakan adanya kesamaan
peminatan, karakteristik, dan tujuan. Berbeda dengan
pengertian populasi, Allender et al. (2013)
mendifinisikan populasi sebagai kumpulan orang
menempati suatu area dan memiliki satu atau lebih
kesamaan karakteristik.
Populasi dapat terdiri dari orang – orang yang
belum tentu berinteraksi satu sama lain dan tidak
selalu memiliki saling memiliki satu sama lain.
Sebuah populasi dapat didefinisikan secara geografis
contohnya populasi penduduk di Indonesia atau
populasi penduduk di Kabupaten Malang. Pengertian
populasi dalam hal ini akan sangat berguna dalam
studi epidemiologi kesehatan masyarakat dan
pengumpulan data demografis untuk tujuan
perencanaan program kesehatan.
Selain itu, populasi juga dapat didefinisikan
berdasarkan karakteristik umum seperti populasi
lansia, populasi tunawisma, populasi remaja, populasi
balita. Pengertian populasi berdasarkan karakteristik

9
ini akan sangat berguna ketika target dari intervensi
kesehatan adalah salah satu dari kelompok tersebut.
Sementara itu, dalam sebuah populasi bisa saja
terdapat kelompok orang yang memiliki perbedaan
karakteristik secara individual atau yang lazim
dinamakan agregat. Contoh dari agregat adalah
kelompok lansia dengan hipertensi, kelompok balita
penderita epilepsy, kelompok orang dewasa penderita
diabetes, kelompok PSK yeng terinfeksi HIV/AIDS,
kelompok remaja perokok dan lain sebagainya.
Perawat komunitas dalam memberikan asuhan
keperawatan berfokus kesehatan masyarakat,
populasi, agregat, keluarga, maupun individu. Untuk
itu, perawat komunitas harus memahami pengertian
kelompok yang ada di masyarakat sebagai target
untuk studi dan intervensi.

B. Konsep Sehat
Kesehatan merupakan konsep yang bersifat
relative berkaitan dengan keadaan fisik, mental dan
spiritual. Kesehatan dapat bersifat positive (status
kesehatan yang baik) dan negative (status kesehatan
yang buruk) (Allender et al., 2013). Menurut WHO,
health is a state of complete physical, mental, and social
well being and not merely the absence of illness or
indemnity (suatu keadaan yang sempurna baik fisik
mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Mengandung 3 karakteristik (1)
Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia,
(2) Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal
dan eksternal, (3) Sehat diartikan sebagai hidup yang

10
kreatif dan produktif. Sehat merupakan suatu kondisi
tetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan suatu
keadaan tetapi suatu proses. Proses disini adalah
adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik
mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Menurut Pender (2011) sehat adalah perwujudan
individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku
yang sesuai dengan tujuan, perawatan didi yang
kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas structural.
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir,
atau model pembangunan kesehatan yang bersifat
holistic Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi
oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor.
Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya
panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan
tetapi bagaimana menjadikan orang tetap dalam kondisi
sehat. Kesehatan dipengaruhi banyak faktor, yang utama
lingkungan dan perilaku. Kesehatan juga merupakan hak
azasi manusia dan menentukan kualitas hidup sumber
daya manusia. Sejalan dengan berkembangnya waktu
paradigmaa pelayanan kesehatan sedang dikaji ulang.
Hal ini berkaitan erat dengan keoptimalan
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
Undang – undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan

11
ikut menyatakan, pertama: menimbang bahwa kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Kedua : setiap kegiatan dalam
upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta
penigkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional. Ketiga : setiap hal yang
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti
investasi bagi pembangunan negara. Keempat: setiap
upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan
kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus
memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan
tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun
masyarakat. Kelima : menimbang bahwa Undang-
Undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan
kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu
dicabut dan diganti dengan Undang-Undang kesehatan
yang baru, Keenam : berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam bagian pertama, kedua,
ketiga, keempat, dan kelima maka perlu membentuk
Undang-Undang tentang kesehatan (KepMenKes 1998).

12
Paradigma sehat merupakan model pembangunan
kesehatan jangka panjang yang diharapkan mampu
mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam
menjaga kesehatan mereka sendiri. Paradigma sehat
didefinisikan sebagai cara pandang atau pola pikir
pembangunan kesehatan yang bersifat holistic, proaktif
antisipasif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai
masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara
dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang
berorientasi kepada pemeliharaan dan perlindungan
terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya
penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan
perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat
pencegahan dan promosi kesehatan , memberikan
dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar
yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang
sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut
menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan
kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit
(Soejoeti, 2005 )

C. Rentang Sehat Sakit / The Health Continuum:


Wellness–Illness
Kesehatan adalah konsep yang bersifat relatif,
bukan mutlak, dan penyakit adalah suatu keadaan yang
relatif tidak sehat. Sebagai contoh, seorang wanita
berusia 65 tahun yang masih memiliki kondisi fisik
optimal, mampu melakukan aktifitas sehari – hari secara
mandiri. Sebaliknya, seorang pria dengan usia yang
sama menderita penyakit gagal ginjal stadium akhir

13
dengan kondisi fisik yang lemah. Contoh lainnya adalah
seorang remaja yang baru sembuh dari pneumonia
mungkin mengalami kelemahan fisik. Berbeda dengan
seorang remaja lain yang memiliki keterbatasan fisik
bawaan namun belum pernah menderita penyakit dapat
dikatakan sehat.
Karena kesehatan itu sendiri terdiri dari berbagai
tingkatan dari kesehatan optimal pada satu tingkat ke
tingkat kecacatan total atau kematian seringkali
digambarkan sebagai suatu rentang. Rentang kesehatan
ini tidak hanya berlaku untuk individu, tapi juga untuk
keluarga dan masyarakat (Lihat gambar 1). Didalam
konsep keluarga, keluarga yang sehat dapat
digambarkan melalui karakteristik kesehatan didalam
keluarga tersebut, seperti komunikasi yang efektif dan
resolusi konflik, serta kemampuan untuk secara
bekerjasama secara efektif dan menggunakan sumber
daya secara tepat didalam keluarga tersebut. Demikin
pula pada level komunitas, ketika diartikasn sebagai
kumpulan manusia, dapat digambarkan dalam konteks
tingkat kesehatan atau adanya suatu penyakit tertentu
dalam komunitas tersebut. Tingkat kesehatan baik
individu, keluarga dan komunitas dapat bergeser maju
atau mundur dalam rentang tersebut.
Demikian juga, sebuah komunitas, sebagai
kumpulan orang, dapat digambarkan dalam hal tingkat
kesehatan atau penyakit. Kesehatan individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas bergerak maju mundur
sepanjang rangkaian ini sepanjang umur. Dengan
menggunakan pendekatan dan pemahaman bahwa
konsep kesehatan adalah bersifat relative, maka cakupan

14
DAFTAR PUSTAKA

Allender et al., 2013. Community & Public Health Nursing,


Promoting The Public Health 8th edition. Wolter
Kluwer Health Lippincot William & Wilkins.
American Nurses Association (ANA). (2007). Public health
nursing: Scope and standards of practice. Silver
Springs, MD: Author.
Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2012). Community as
partner: Theory and practice in nursing (6th ed.).
Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins.
Carpenito, L. J. (2009). Handbook of nursing diagnosis (13th
ed.). Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins.
Carter, M. A. (2009). Trust, power, and vulnerability:
Centers for Disease Control & Prevention (CDC). (n.d.).
Prioritization. Retrieved from
http://www.cdc.gov/od/ocphp/nphpsp/documents/
Prioritization.pdf
Council on Education for Public Health (CEPH). (2011).
Outcomes assessment for school and program
effectiveness: Linking planning and evaluation to
mission, goals, and objectives. Retrieved from
http://www.ceph.org/pdf/LinkingProgram
EvaluationtoMission.pdf
Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge:
Analysis and evaluation of nursing models and theories
(2nd ed.). Philadelphia. PA: F. A. Davis.
Orem, D. E. (2001). Nursing: Concepts of practice (6th ed.).
St Louis, MO: Mosby.

114
Pender, N. J., Murdaugh, C., & Parsons, M. A. (2011).
Health promotion in nursing practice (6th ed.). Upper
Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
Polit, D., & Beck, C. T. (2010). Essentials of nursing
research: Appraising evidence for nursing pratice (7th
ed.). Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins.
Roy, C. (2009). The Roy adaptation model (3rd ed.). Upper
Saddle River, NJ: Pearson
Soejoeti, S.Z., 2005. Konsep sehat, sakit, dan penyakit dalam
konteks sosial budaya. Cermin Dunia Kedokteran., No.
149 -, 49-53.
U.S. Department of Health and Human Services (USDHHS).
(2011). Healthy people 2020: About healthy people.
Retrieved from. http://healthypeople.gov/2020/
about/default.aspx
Walker, L. O., & Avant, K. C. (2005). Strategies for theory
construction in nursing (4th ed.). Upper Saddle River,
NJ: Pearson Education, Inc.
World Health Organization (WHO). (2009). What are the
qualities of a healthy city? Retrieved from
http://www.euro.who.int/healthycities/introducing/200
50202_4? Printer Friendly=1&
World Health Organization (WHO). (2008b). The world
health report. Retrieved from
http://www.who.int/whr/en/
Pusdiklat Pegawai Depkes. RI, Modul Surveilans
Epidemiologi, untuk Pelatihan Fungsional bagi Tenaga
Surveilans di Puskesmas, Jakarta, 1997.
unadi Purnawan, Pengantar Analisis Data, Edisi Pertama,
Depok, Agustus 1993.

115
Departemen Kesehatan RI, Keputusan Bersama Menteri
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor: 395/Menkes-
Kesos/SKB/V/ 2001 < Nomor 19 tahun 2001, tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit.
Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor:
17/KEP/M.PAN/II/ 2000 Jabatan Fungsional
Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit.

116

Anda mungkin juga menyukai