Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas

Dosen Pengampu : Ns. Grace Carol Sipasulta, M. Kep., Sp. Kep. Mat

Disusun oleh :

Ahmad Yusuf P07220116061

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AJARAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Balikpapan, 18 Januari 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................3

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..............................................................................................................................4

A. Latar Belakang..........................................................................................................................4

B. Tujuan Penulisan......................................................................................................................4

C. Sistematika Penulisan...............................................................................................................5

BAB II................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................................6

A. Definisi Keperawatan Komunitas...........................................................................................6

B. Tujuan Keperawatan Komunitas............................................................................................7

C. Sasaran Keperawatan Komunitas...........................................................................................8

D. Prinsip Kesehatan Komunitas...............................................................................................10

E. Peran Perawat Komunitas Dan Fungsi Perawat Komunitas.............................................11

F. Tingkat Pencegahan Pada Praktik Keperawatan Komunitas............................................15

G. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas.......................................................................19

H. Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas..........................21

I. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas..............................................................22

BAB III.............................................................................................................................................29

PENUTUP........................................................................................................................................29

3
A. Kesimpulan..............................................................................................................................29

B. Saran........................................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................31

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,

memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraki satu

sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak & Chayatin, 2009). Keperawatan

komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik

kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara

kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah

individu yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita

penyakit menular. Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap

masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang

sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ratih

Dwi Ariani, 2015)

B. Tujuan Penulisan

a) Pengertian Keperawatan Komunitas.

b) Tujuan Keperawatan Komunitas

c) Ruang Lingkup/Sasaran Keperawatan Komunitas

d) Prinsip-Prinsip Keperawatan Komunitas

e) Peran Dan Fungsi Keperawatan Komunitas

f) Tingkat Pencegahan Pada Praktik Keperawatan Komunitas

g) Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

h) Asumsi Dasar Dan Keyakinan Dalam Keperawatan Komunitas

i) Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas

3
C. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini,

penulis membagi dalam tiga bab, yaitu :

BAB I: Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, tujuan penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan teoritis meliputi : Definisi Stroke, Etiologi, Tanda dan Gejala,

Pathway, Penatalaksanaan Medis, Penatalaksanaan Keperawatan, dan

Pemeriksaan Diagnostik

BAB III : Penutup yang meliputi : kesimpulan dan daftar pustaka.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Keperawatan Komunitas

Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah

tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta

berinteraki satu sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak & Chayatin,

2009). Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik

keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk

meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan

kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko

tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran keluarga yaitu keluarga

yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran

kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai

masalah kesehatan atau perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015)

Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan

oleh organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan pernyataan dari American

Nurses Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan

komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan

kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan dan

pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat.

Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada

5
kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang

bersifat episodik. (Effendi & Makhfudli, 2010)

Definisi keperawatan kesehatan komunitas menurut American Public

Health Association (2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan

teori keperawatan profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan

pada keseluruhan komunitas.

Menurut WHO (1974) keperawatan komunitas mencakup perawatan

kesehatan keluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah

kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai

dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan

pada orang lain.

Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi

kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu

kesehatan masyarakat (American Public Health Association, 1996). Praktik

yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama promosi

kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua orang melalui

kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat.

B. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan

kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:

6
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,

keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.

2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health general

community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan

masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok

Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat mempunyai kemampuan untuk :

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami

2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut

3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan

4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan msaalah yang mereka hadapi , yang

akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam mempelihara kesehatan

secara mandiri (self care).

C. Sasaran Keperawatan Komunitas

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan membimbing dan

mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan

pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara

dan meningkatkan derajad kesehatannya.

Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)

1. Sasaran individu
7
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,

usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam

Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.

2. Sasaran keluarga

Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah

kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan

prioritas :

a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan

(Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.

b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan

mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan

perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.

c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan

prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan

3. Sasaran kelompok

Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan

terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak

terikat dalam suatu institusi.

a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara

lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok

Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja

informal.

8
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain

sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan

(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).

4. Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan

atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,

diprioritaskan pada a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW,

Kelurahan/Desa) yang mempunyai :

1. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain

2. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah

lain

3. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain

4. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,

demam berdarah, dll)

5. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat

lainnya

D. Prinsip Kesehatan Komunitas

Prinsip yang dipegang dalam kesehatan komunitas adalah:

a. insiden atau prevalen tinggi;

b. risiko kematian tinggi;

c. penyelesaian mengikutsertakan peran serta masyarakat;

d. lebih mengutamakan tindakan promotif dan/atau preventif dari pada

kuratif dan/atau rehabilitatif;

9
e. tanggung jawab pemerintah lebih besar dari pada masyarakat/swasta;

f. aspek efektivitas dan efisien tinggi.

E. Peran Perawat Komunitas Dan Fungsi Perawat Komunitas

1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan ( Provider o Nursing Care )

Peranan yang utama bagi perawat komunitas adalah sebagai

pelaksana asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

komunitas, baik itu sehat atau sakit atau mempunyai masalah

kesehatan di rumah, disekolah, dipanti, ditempat kerja, dan lain-lain.

2. Sebagai Pendidik ( Health Educator )

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan komunitas, baik dirumah, dipuskesmas, dikomunitas

secara terorganisir serta menanamkan perilaku hidup sehat sehingga

terjadi perubahan perilaku untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.

3. Sebagai Pengamat Kesehatan ( Health Monitor )

Monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada individu,

keluarga, kelompok, komunitas. Memonitoring masalah kesehatan yang

timbul serta dampaknya terhadap status kesehatan melalui :

a. Kenjungan rumah

b. Pertemuan-pertemuan

c. Observasi

d. Pengumpulan data

4. Koordinator Yankes ( Coordinator of Servises )

10
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan

masyarakat dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerja sama dengan

tim kesehatan lainnya sehingga diharapkan terciptanya keterpaduan dalam

sistem pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan

yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah.

5. Sebagai Pembaharu ( Inovator )

Pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.

Serta merubah perilaku dan pola hidup agar tercapainya peningkatan dan

pemeliharaan kesehatan yang optimal.

6. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan

Perawat komunitas berperan serta dalam memberikan motivasi

dalam rangka meningkatkan peran serta individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat dalam setiap upaya yankes yang dilaksanankan oleh

masyarakat.

Misalnya kegiatan posyandu, mulai dari tahapan perencanaan,

pelaksanaan, sampai dengan tahap penilaian, serta ikut berpartisipasi

dalam kegiatan pengembangan dang pengorganisasian masyarakat dalam

bidang kesehatan.

7. Sebagai Panutan ( Role Model )

Perawat komunitas dapat memberikan contoh yang baik dalam

bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

11
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh

oleh masyarakat.

8. Sebagai Tempat Bertanya ( Fasilitator ).

Perawat komunitas sebagai tempat bertanya oleh individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai

permasalahan dalam bidang kesehatan/keperawatan yang dihadapi sehari-

hari.

Perawat komunitas juga dapat membantu memberikan jalan keluar

dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.

Perawat komunitas sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit

yankes dan instansi terkait.

9. Sebagai Pengelola ( Manager )

Perawat komunitas dapatmengelola berbagai kegiatan yankes dan

masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang diemban

kepadanya.

Perawat komunitas juga mengkoordinasikan upaya-upaya

kesehatan yang dijalankan, melalui puskesmas sebagai institusi pelayanan

dasar utama, baik di dalam atau di luar gedung ataukah di keluarga,

terhadap kelompok-kelompok khusus seperti kelompok ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas/menyusui, anak balita, usia lanjut, sesuai dengan peran,

fungsi dan tanggung jawabnya.

Fungsi perawat dalam melaksanakan perannya, yaitu:

a. Fungsi independent
12
Yaitu fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara

mandiri, tidak tergantung kepada orang lain. Perawat harus dapat

memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik bio-psiko-sosio/kultural

maupun spiritual, mulai dari tingkat individu utuh, mencakup seluruh

siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat, yang juga

mencerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat

sistem organ fungsional sampai molecular. Kegiatan ini dilakukan dengan

diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertanggung jawab serta

bertanggung gugat atas rencana dan keputusan tindakannya.

b. Fungsi dependent

Kegiatan ini dilakukan atau dilaksanakan oleh seorang perawat atas

instruksi dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, radiology dan

lainnya).

c. Fungsi interdependent

Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan

baik dalam keperawatan maupun kesehatan.

F. Tingkat Pencegahan Pada Praktik Keperawatan Komunitas

Upaya Pencegahan (Preventive) Menurut Leavel And Clark

1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)

13
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan,

misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi

lingkungan dan sebagainya. seperti penyediaan air rumah tangga yang

baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene

perorangan, rekreasi, sex education, persiapan memasuki kehidupan pra

nikah dan persiapan menopause. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap

pemeliharaan kesehatan pada umumnya.

2. Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Perlindungan khusus yang dimaksud dalam tahapan ini adalah

perlindungan yang diberikan kepada orang-orang atau kelompok yang

beresiko terkena suatu penyakit tertentu. Perlindungan tersebut

dimaksudkan agar kelompok yang beresiko tersebut dapat bertahan dari

serangan penyakit yang mengincarnya. Oleh karena demikian, perlindngan

khusus ini juga dapat disebut kekebalan buatan. Program imunisasi sebagai

bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan sangat

diperlukan terutama di Negara-negara berkembang. Hal ini karena

kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan

terhadap penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah.

Selain itu pendidikan kesehatan diperlukan sebagai pencegahan terjadinya

kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun tempat kerja. Penggunaan

kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan

dan masker saat bekerja sebagai tenaga kesehatan.

14
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan

yang Cepat dan Tepat)

Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat merupakan

langkah pertama ketika seseorang telah jatuh sakit. Tentu saja sasarannya

adalah orang-orang yang telah jatuh sakit, agar sakit yang dideritanya

dapat segera diidentifikasi dan secepatnya pula diberikan pengobatan yang

tepat. Tindakan ini dapat mencegah orang yang sudah sakit, agar

penyakinya tidak tambah parah. Perlu kita ketahui bahwa faktor yang

membuat seseorang dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya bukan

hanya dipengaruhi oleh jenis obat yang diminum dan kemampuan si

tenaga medisnya. Tetapi juga dipengaruhi oleh kapan pengobatan itu

diberikan. Semakin cepat pengobatan diberikan kepada penderita, maka

semakin besar pula kemungkinan untuk sembuh.

Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat dapat

mengurangi biaya pengobatan dan dapat mencegah kecacatan yang

mungkin timbul jika suatu penyakit dibiarkan tanpa tindakan kuratif.

Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap

kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit

yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadangkadang masyarakat sulit atau

tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan

masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh sebab

itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.

4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)

15
Karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan

pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan

pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.

Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang

yang bersangkutan cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu,

pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Penanganan secara

tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi menjegah terjadinya

infertilitas. Pada tahapan ini dapat disebut juga Pengobatan yang

Sempurna (Perfect Treatment) karena kecacatannya yang ditakutkan

terjadi disebabkan pengobatan kepada penderita tidak sempurna. Adapun

pembatasan kecacatan terkesan membiarkan penyakit menyerang dan

membuat cacat si penderita baru kemudian diambil tindakan. Banyak

penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan dapat dicegah dengan

pengobatan yang lebih sempurna. Salah satunya adalah dengan meminum

obat yang diberikan oleh dokter sampai habis.

5. Rehabilitation (Rehabilitasi)

Selanjutnya yang terakhir adalah tahapan rehabilitasi. Rehabilitasi

merupakan tahapan yang sifatnya pemulihan. Ditujukan pada kelompok

masyarakat yang dalam masa penyembuhan sehingga diharapkan agar

benar-benar pulih dari sakit sehingga dapat beraktifitas dengan normal

kembali. Apalagi kalau suatu penyakit sampai menimbulkan cacat kepada

penderitanya, maka tahapan rehabilitasi ini bisa dibilang tahapan yang

16
menentukan hidupnya kedepan akan seperti apa nantinya. Setelah sembuh

dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk

memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu.

Oleh karena kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak

akan segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu

orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untik

kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau

menerima mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab

itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang

cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat.

Sebagai contoh: pusat-pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi

PSK, dan korban narkoba.

Rehabilitasi ini terdiri atas :

a. Rehabilitasi fisik Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan

fisik semaksimal-maksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena

kecelakaan,patah kakinya perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki

yang patah ini sama dengan kaki yang sesungguhnya.

b. Rehabilitasi mental Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan

diri dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan.

Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula

kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas

penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelumm kembali

ke dalam masyarakat.

17
c. Rehabilitasi sosial vokasional Yaitu agar bekas penderita menempati

suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja

yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan

ketidak mampuannya. Rehabilitasi aesthesis Yaitu usaha rehabilitasi

aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan,

walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak

dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu.

d. Rehabilitasi aesthesis Yaitu usaha rehabilitasi aesthetis perlu

dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-

kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan

misalnya: penggunaan mata palsu.

G. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

1. Proses kelompok ( group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya

setelah belajar dari pengelaman sebelumnya, selain dari faktor pendidikan/

pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan yang dilakukan

oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah

kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit

yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat memengaruhi

upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika

masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan

mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka

18
telah melakukan pendekatan pemecahan masalah kesehatan menggunakan

proses kelompok.

2. Pendidikan kesehatan (health promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/

teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.

Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran dari dalam diri

individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan

kesehatan adalah agar seorang mampu:

a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri;

b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya,

dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan

dukungan dari luar

c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan

taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-

Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu

“meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan ; baik fisik, mental, dan sosialnya ;

sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social.

3. Kerja Sama (Partner Ship)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat jika tidak di tangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi

19
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat

dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas,

melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat

akan dapat diatasi dengan lebih cepat

H. Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas

Asumsi

a.Sistem pemeliharaan yang kompleks.

b. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

c.Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar

praktek penelitian.

d. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.

e.Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer

Kepercayaan

a.Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.

b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.

c.Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.

d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.

e.Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.

f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang

lama.

g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan. h. Individu

dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan

aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

20
I. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas

I. Di Dunia

Spradley ( 1985 ) membagi perkembangan keperawatan komunitas

( CHN ) menjadi 3 periode, yaitu :

a. Tahun 1860-1900

Direct Nursing, fokusnya adalah orang sakit yang dalam hal

ekonomi rendah ( miskin ). Alasan dibentuknya direct nursing ini

adalah karena lebih banyanya klien yang menderita penyakit terminal

dan banyaknya orang miskin yang sakit hanya dirawat dirumah saja.

Orientasi direct nursing adalah keperawatan individual.

b. Tahun 1900-1970

Public Health Nursing, fokusnya adalah masyarakat. Alasan

dibentuknya public health nursing ini adalah karena banyaknya

keluarga miskin yang tidak mampu membayar biaya pelayanan rumah

sakit. Orientasi public health nursing adalah keperawatan keluarga.

c. Tahun 1970-Sekarang

Community Health Nursing, fokusnya adalah seluruh komunitas.

Alasan dibentuknya community health nursing adalah karena bukan

hanya keluarga miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan

dikomunitas, tetapi seluruh komunitas baik kaya maupun miskin.

Orientasi CHN adalah keperawatan penduduk.

II. Di Indonesia

21
Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Abad Ke-16 –

Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera

dengan melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.

a. Tahun 1807

Pemerintahan Jendral Daendels, melakukan pelatihan dukun bayi

dalam praktek persalinan dalam rangka upaya penurunan angka

kematian bayi, tetapi tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga

pelatih.

b. Tahun 1850

Diadakan pelatihan dibidang kebidanan pertama oleh RS. Militer

Batavia

c. Tahun 1882

Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Millitair Geness

Kundege Dienst (MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD)

dengan tujuan untuk melancarkan pengobatan kepada orang Belanda

pada waktu para pekerja perkebunan terjangkit penyakit. Selanjutnya

melayani masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller Foundation).

d. Tahun 1888

Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, kemudian

berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang,

surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang

pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.

e. Tahun 1925

22
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda

mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda

(pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena

tingginya angka kematian dan kesakitan.

f. Tahun 1927

STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah

menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun

1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil

besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang

mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.

g. Tahun 1930

Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan

persalinan Tahun 1935 – Dilakukan program pemberantasan pes,

karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi

massal.

h. Tahun 1951

Diperkenalkannya konsep Bandung Plan oleh Dr.Y. Leimena dan

dr. Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang

intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif

dan preventif tidak dapat dipisahkan, konsep ini kemudian diadopsi

oleh WHO. Gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai

konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer

dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas

23
Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan

sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.

i. Tahun 1952

Pelatihan intensif dukun bayi

j. Tahun 1956

Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek

percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan

masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara

pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.

k. Tahun 1967

Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan

masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan

seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari

Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.

l. Tahun 1968

Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas

adalah sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian

dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai

suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif

dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau,

dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di

kotamadya/kabupaten.

24
m. Tahun 1969

Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai

dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang

dikenal dengan masa Pelita I, dimulai program kesehatan Puskesmas

di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.

Kemudian Pelita II mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk

operasional dari Primary Heatlh Care (PHC). Pada saat ini juga mulai

timbul kesadaran untuk keterlibatan partisipasi masyarakat dalam

bidang kesehatan.

n. Tahun 1979 - 1982

Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe

Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi

puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya

Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu

Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin)

untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.

Pada tahun 1982 dikenal sebagai masa Pelita III, dimana lahir SKN

yang menekankan pada pendekatan ke sistem, pendekatan ke

masyarakat, kerjasama linta program ( KLP ) dan lintas sektoral

( KS ), peran masyarakat dan menekankan pada pendekatan promotif

dan preventif.

o. Tahun 1984

25
Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga

berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare,

Immunisasi). Dikenal sebagai masa Pelita IV dimana PHC/PKMD

diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian bayi,

anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahiran dan

menyelenggarakan posyandu di tiap desa.

p. Awal tahun 1990-an

Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan

masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok .dan

salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah pelayanan posyandu

untuk ibu / balita dan lansia. Adanya masa Pelita V yang digalangkan

dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca krida

posyandu serta sapta krida posyandu.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut WHO (1974) keperawatan komunitas mencakup perawatan

kesehatan keluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah

kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai

dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan

pada orang lain.

Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi

kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu

kesehatan masyarakat (American Public Health Association, 1996). Praktik

yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama promosi

kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua orang melalui

kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat.

B. Saran

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk

menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di

jelaskan.

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya

penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di

27
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di

pertanggung jawabkan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta. (2004). Manajemen pemberdayaan

masyarakat. Pemda Provinsi DKI Jakarta: Jakarta.

Doane, G. H., & Varcoe, C. (2005). Family Nursing as Relational Inquiry: Developing Health

Promoting Practice. Philadelphia: Lippincott : USA.

Departemen Kesehatan RI .(2003). Kemitraan menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta:

Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI.

Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Ervin, N.E. (2002). Advanced community health nursing practice: population focused care.

New Jersey: Pearson Education, Inc.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan keluarga: Teori dan praktik. Jakarta: EGC.

Green, L.W & Kreuteur, M.W. (1991). Health promotion planning: An educational and

environmental approach. London: Mayfield Publishing Company.

Helvie, C.O. (1998). Advanced practice nursing in the community. California: SAGE

Publication Inc.

Hitchcock, J.E., Scubert, P.E., & Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: Caring in

action. USA: Delmar Publishers.

Kemenkes RI. (2012). Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.

Kemenkes RI. (2012). Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

McMurray, A. (2003). Community health and wellness: a socioecological approach. Toronto:

Mosby.

Neuman, B. (1995). The Neuman systems model ( 3 ed.). Norwalk, CT: Appleton-Lange.

O’Connor F.M.L; & Parker, E. (2001). Health promotion: Principles and practice in the

Australian Context. Australia: Agency Limited (CAL) under the Act.

Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai