Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Skizofrenia

2.1.1 Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah istilah untuk menandakan adanya perpecahan (schism)

antara pikiran, emosi, dan perilaku pada seseorang. Gejala fundamental spesifik

untuk skizofrenia, termasuk suatu gangguan pikiran yang ditandai dengan

gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya

adalah gangguan afektif, autism dan ambivalensi. (Kaplan dkk., 2010)

Dalam DSM-IV dijelaskan gejala karakteristik untuk skizofrenia harus

meliputi dua atau lebih gejala yaitu: (1) waham, (2) halusinasi, (3) bicara

terdisorganisasi, (4) perilaku terdisorganisasi atau katatonik jelas, dan (5) gejala

negatif seperti pendataran afektif, alogia, atau avolition. Skizofrenia juga ditandai

dengan adanya disfungsi sosial seperti: menurunnya pekerjaan, hubungan

interpersonal ataupun intrapersonal.

2.1.2 Gejala-gejala Skizofrenia

Gejala-gejala skizofrenia dibagi dalam dua kelompok yaitu:

1. Gejala positif

a. Delusi atau waham

Suatu keyakinan yang irrasional. Penderita mempercayai keyakinanya

walaupun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan tersebut tidak

benar.

5
6

b. Halusinasi

Pengalaman panca indera tanpa adanya stimulus, contohnya penderita

mendengar suara-suara di telingaya padahal tidak ada sumber suara atau

penderita melihat sesuatu padahal tidak ada objek apa-apa.

c. Gangguan Pikiran Formal Positif

Dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya topik pembicaraan

pasien mudah beralih, adanya inkoherensi, adanya tekanan bicara dan

lainnya.

d. Perilaku Aneh

Gerakan katatonik, gaduh-gelisah, agresif, adanya perilaku berulang

atau stereotipik, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan

2. Gejala negatif

a. Afektif menumpul, terlihat dari hilangnya ekspresi wajah

b. Alogia,terlihat dari miskinnya bicara dan isi pembicaraan

c. Avolition, hilangnya keinginan atau dorongan melakukan sesuatu

d. Anhedoni atau asosialitas, hilangnya minat pada sesuatu yang disukai

dan berkurangnya interaksi sosial

e. Hilangnya atensi (Andreasen, 1987 dalam Kaplan dkk., 2010)

2.1.3 Faktor Risiko Skizofrenia

1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga

Hubungan antara tempat kromosom tertentu dan skizofrenia dilaporkan di

dalam literatur sejak adanya penerapan luas teknik biologi molekular.

Kembar identik juga dilaporkan memiliki risiko sebesar 50%


7

2. Psikososial

Masalah individu, keluarga, dan sosial harus dimengerti karena hal ini

menjadi hal yang memengaruhi penderita. Ada berbagai teori yang

digunakan. Namun hubungan yang buruk dalam keluarga menjadi salah

satu yang ditekankan sebagai risiko skizofrenia.

3. Biologis

Adanya disfungsi di daerah otak tertentu seperti system limbic, korteks

frontalis dan ganglia basal. Adanya aktivitas dopaminergik yang berlebih

diyakini menjadi penyebab skizofrenia.

2.1.4 Terapi Skizofrenia

1. Farmakoterapi

Pemberian antipsikotik yang mengikuti lima prinsip utama yaitu: (1)

Cermat menentukan gejala sasaran yang diobati, (2) Antipsikotik yang

bekerja dengan baik di pengobatan masa lalu harus digunakan kembali.

Bila tidak ada informasi tersebut, pemilihan obat didasarkan pada efek

sampingnya, (3) Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat

sampai enam minggu pada dosis yang adekuat, (4) Pada umumnya,

penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu jarang

diindikasikan, (5) Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang

serendah mungkin hingga mencapai pengendalian gejala selama episode

psikotik
8

2. Hospitalisasi

Perawatan di rumah sakit bertujuan untuk: diagnostik, menstabilkan

medikasi, keamanan pasien karena adanya gagasan bunuh diri atau

membunuh, dan pengandalian perilaku, termasuk ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar. Tujuan utmanya adalah ikatan efektif antara

pasien dan sistem pendukung masyarakat.

3. Cognitive Behaviour Therapy (CBT)

Bertujuan agar penderita dapat kembali mandiri dalam melakukan

aktivitas normalnya. Terapi-terapi yang digunakan meliputi terapi

perilaku, terapi berorientasi-keluarga, terapi kelompok, dan psikoterapi

individual (Kaplan dkk., 2010)

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam

keadaan ketergantungan untuk melakukan interaksi satu sama lain menurut

perannya masing-masing. Serta menciptakan dan mempertahankan budaya.

Keluarga juga merupakan individu-individu yang tergabung karena ikatan tertentu

untuk saling membagi pengalaman dam melakukan pendekatan emosional serta

mengidentifikasi diri mereka sebagi bagian dalam keluarga. (DepKes, 1988;

Bailon dan Maglaya, 1978; Friedman, 1998; dalam Saputra, 2010)

2.2.2 Tipe Keluarga

Tipe keluarga dapat dikelompokkan menjadi enam bagian, yaitu:


9

1. Keluarga Inti (nuclear family), terdiri dari suami, istri dan anak-anak, baik

dilahiran maupun adopsi

2. Keluarga Besar (extended family), terdiri dari keluarga inti ditambah

keluarga lain yang berhubungan darah

3. Keluarga Berantai (social family), terdiri dari wanita dan pria yang

menikah lebih dari satu kali

4. Keluarga Asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat

asal seseorang dilahirkan

5. Keluarga Komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan

poligami dan hidup bersama

6. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan menurut ikatan

perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan

keluarga nontradisonal tidak diikat oleh perkawinan (Sudiharto, 2007

dalam Saputra, 2010)

2.2.3 Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu:

1. Fungsi Agama

Sebagai sarana awal memperkenalkan nilai-nilai religios kepada anggota

keluarga baru. Dalam proses ini, interaksi antar keluarga berlangsung

intens

2. Fungsi Sosial Budaya

Memberikan identitas social kepada keluarga, termasuk anggota keluarga

baru. Pewarisan budaya ada dalam keluarga


10

3. Fungsi Cinta Kasih

Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman di antara keluarga,

serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

4. Fungsi Perlindungan

Melindungi anggota keluarga dari tindakan-tindakan yang tidak baik

sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan aman. Dalam hal ini

keluarga berperan sebagi benteng terhadap seluruh anggota keluarga dari

gangguan fisik maupun psikis.

5. Fungsi Reproduksi

Keluarga menjadi wadah yang sah untuk meneruskan keturunan dengan

proses regenerasi

6. Fungsi Pendidikan

Keluarga menjadi wadah sosialisasi primer dengan mendidik dan

menanamkan nilai-nilai dasar.

7. Fungsi Ekonomi

Mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi

keluarga yang lain sehingga kebutuhan-kebutuhan keluarga terpenuhi.

8. Fungsi Lingkungan

Keluarga dapat membuat setiap anggota keluarga untuk menjaga dan

melihat lingkungan sebagai satu entitas sehingga terjadi lingkungan yang

harmonis (Sipayung, 2012)

2.2.4 Peran Keluarga

Peranan Keluarga adalah perilaku interpersonal, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan posisi tertentu.


11

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga, yaitu:

1. Peranan Ayah adalah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung

dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu adalah untuk mengurus rumah tangga, sebagai

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah

satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya

3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan

spiritual (Effendi, 1998, dalam Saputra, 2010)

2.3 Konsep Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah keadaan yang bermanfaat bagi individu yang

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu ada

orang lain yang mencintai, menghargai dan memerhatikannya. (Cohen & Syme,

1996 dalam Saputra, 2010). Dukungan sosial merupakan terapi yang bertujuan

untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi agar yang bersangkutan dapat

kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sosial.

(Hawari, 2001 dalam Sebayang 2011)


12

Komponen-komponen dukungan keluarga, yaitu:

1. Dukungan Emosional

Dukungan emosional memberikan rasa nyaman, rasa memiliki dan

perasaan dicintai kepada pasien meskipun saat menghadapi suatu masalah.

Bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, dan perhatian

menjadikan individu merasa berharga. Dukungan emosional termasuk

dengan menjaga keadaan emosi atau ekspresi. Masalah dapat membuat

seseorang merasa kurang dimiliki dan dicintai. Sebab itu, dukungan

emosional dapat menggantikannya sehingga dapat menguatkan kembali

perasaan dimiliki dan dicintai. Apabila pasien dibiarkan saja terus menerus

dan tidak terkontrol, maka berakibat hilangnya harga diri.

2. Dukungan Nyata

Dukungan nyata meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial, dan material berupa bantuan nyata (kondisi

di mana benda atau jasa dapat membantu memecahkan masalah). Pada

dukungan nyata, keluarga menjadi sumber untuk mencapai tujuan praktis.

Dukungan nyata akan lebih efektif bila penerima menghargainya karena

bantuan seperti memungkinkan pasien merasa berhutang sehingga

menambah beban pikiran pasien

3. Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan berupa motivasi yang diberikan keluarga kepada

pasien. Dukungan ini berfokus terhadap aspek-aspek postif dalam diri

pasien seperti penyemangat atau pun persetujuan terhadap ide-ide pasien.

Dalam dukungan pengharapan, keluarga dapat memengaruhi persepsi


13

pasien akan ancaman. Dukungan pengharapan menjadikan pasien dapat

mengatasi masalah dan mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai

ancaman kecil. Keluarga bertindak sebagai pembimbing dengan

memberikan umpan balik dan membangun harga diri pasien.

4. Dukungan Informasi

Dukungan informasi meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk dalam hal memberikan solusi dari masalah pasien,

memberikan nasihat, pengarahan, saran atau pun umpan balik. Keluarga

dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tempat, dokter dan

terapi yang sesuai bagi pasien dan tindakan spesifik bagi pasien

menghadapi stressor. Pada dukungan informasi, keluarga sebagai

penghimpun informasi dan pemberi informasi

2.4 Konsep Kekambuhan

2.4.1 Definisi Kekambuhan

Kekambuhan merupakan keadaan di mana gejala yang sama seperti

sebelumnya kembali muncul dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali.

(Andri, 2008 dalam Sebayang, 2011)

2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Kekambuhan

Menurut Sullinger (1998 dalam Saputra, 2010) ada 4 faktor yang

menentukan kekambuhan pada pasien skizofrenia, yaitu

1. Pasien

Ketidaktaatan pasien menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

kekambuhan. Adanya efek samping dari pemakaian obat seperti impotensi,


14

fatigue, atau gangguan penglihatan, menjadikan pasien merasa tidak nyaman

sehingga menghentikan pengobatan. Ada pula yang merasa diriya sudah

sembuh sehingga penderita menghentikan pengobatan. (Sariah, 2012)

2. Dokter

Pemberian obat dari dokter harus mengikuti lima prinsip utama terapeutik.

Dokter harus memperkirakan kontraindikasi utama dalam pengobatan psikotik

dan pemilihan obat yang sesuai dengan kondisi penderita sehingga dapat

mencegah kekambuhan

3. Penanggungjawab Pasien (Case Manager)

Penanggung jawab kasus harus memiliki kesempatan lebih banyak dalam

berelasi dengan pasien stelah pasien pulang ke rumah sehingga identifikasi

gejala dini dapat segara diberi tindakan

4. Keluarga

Kurangnya dukungan keluarga menjadi faktor yang menyebabkan

kekambuhan pada pasien. Kejadian yang membuat pasien stres berkontribusi

dalam kekambuhan. Oleh karena itu, keluarga memilki tanggung jawab

bersama dalam mengatasi masalah yang pasien hadapi. (Sariah, 2012).

Anda mungkin juga menyukai