Anda di halaman 1dari 81

PENGARUH KONSUMSI MINUMAN TEH KEMASAN

TERHADAP LAJU KOROSI KAWAT STAINLESS STEEL


ORTODONTI

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

RAFIQAH REZKY AMELIA


J111 15 320

BAGIAN ORTODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
PENGARUH KONSUMSI MINUMAN TEH KEMASAN
TERHADAP LAJU KOROSI KAWAT STAINLESS STEEL
ORTODONTI

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH:
RAFIQAH REZKY AMELIA
J111 15 320

BAGIAN ORTODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rafiqah Rezky Amelia

NIM : J111 15 320

Judul Skripsi : Pengaruh Konsumsi Minuman Teh Kemasan terhadap Laju Korosi
Kawat Stainless Steel Ortodonti

Menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan adalah judul baru dan tidak terdapat di

Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi.

Makassar, 4 Oktober 2018

Staf Perpustakaan FKG-UH

Amiruddin, S.Sos
NIP. 19661121 199201 1 003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Konsumsi Minuman Teh Kemasan terhadap Laju Korosi Kawat

Stainless Steel Ortodonti” dengan baik.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad

SAW, manusia terbaik yang Allah pilih untuk menyampaikan risalah-Nya. Dan

dengan sifat amanah yang melekat pada diri beliau, risalah tersebut tersampaikan

secara menyeluruh sebagai sebuah jalan cahaya kepada seluruh ummat manusia di

muka bumi ini.

Berbagai hambatan penulis alami selama penyusunan skripsi ini berlangsung,

tetapi berkat doa, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik di waktu yang tepat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, Ir. Jamaluddin dan Dr. Ir. Sitti Nur Faridah, MP

serta kedua saudara Tisha Aditya, ST dan Nur Fajrianty. Terima kasih atas

segala doa, dukungan, pengorbanan, nasihat, motivasi, dan perhatian yang

sangat besar yang telah diberikan kepada penulis hingga saat ini.

iv
2. Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D selaku pembimbing skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan,

saran, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat berjalan dan

terselesaikan dengan baik dan benar.

3. Prof. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kepercayaan

kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin.

4. Dr. drg. Asdar Gani, M.Kes selaku penasehat akademik yang senantiasa

memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

jenjang perkuliahan dengan baik.

5. Seluruh dosen, staf akademik, staf tata usaha, dan staf perpustakaan FKG

Unhas atas segala bantuan, ilmu, dan didikannya selama ini.

6. Moh. Iqbal, STP selaku analis Laboratorium Kimia Terpadu FMIPA Unhas

dan Ir. Bambang Yari Muryadi selaku staf Laboratorium Oral Biologi FKG

Unhas yang telah memberikan banyak arahan dan dengan sangat sabar

memberi bantuan kepada penulis selama penelitian ini berlangsung.

7. Kak Ridha Rachmadana, S.KG dan Kak Paramita Koriston, S.KG yang

telah banyak memberikan bantuan, penjelasan, dan arahan terkait penelitian

ini.

8. Sahabat-sahabat Burengku Andi Winda Puspitasari, Asti Nadira Hamka,

Hilda Rahma Liemin, Mutia Nurul Syahrani, Sesti Septia Sari, Sri

Dewanthy Putri, dan Sri Magfirah Kusady. Terima kasih karena sudah setia

v
mendengarkan semua keluh kesah, dan senantiasa memberi nasihat serta

motivasi kepada penulis. Terima kasih atas semua bantuan, semangat, dan

dukungannya selama penyusunan skripsi ini berlangsung. Sincerely, thank you

for always cheering me on 🖤

9. Teman seperjuanganku Defrina Yuki yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Saudara-saudariku PULPA 2015, terima kasih atas persaudaraan yang kita

bangun, juga atas segala doa, nasihat, dan dukungannya selama ini. Seperti

quote “If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together.”,

semoga semua bisa cepat-cepat S.KG dan jadi drg. sama-sama! 😁

11. Teman-temanku Elsye Mesak, Annisa Putri Pertiwi, dan Rosdiana yang

tidak bosan-bosannya penulis repotkan sebelum dan pada saat penelitian ini

berlangsung.

12. Teman-temanku Tim Desa Sanrobone. Terima kasih telah menjadi teman

bertukar pikiran, bertukar ilmu, dan pengalaman berharga. Semoga our weird

yet cute talks bisa terwujud: ketemu lagi di rumah sakit dengan gelar masing-

masing 😆

13. Teman-temanku Pengurus BEM FKG UH Periode 2017/2018. Terima kasih

karena sudah mendengarkan semua keluh kesah penulis dalam pembuatan

skripsi ini. Terima kasih juga atas kerja keras, perjuangan, dan kerjasamanya

selama kepengurusan ini berlangsung. I have learned a lot, sincerely thank you

very much.

14. Dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

vi
Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis bernilai ibadah

dan Allah SWT berkenan memberikan balasan lebih dari hanya sekedar ucapan terima

kasih dari penulis. Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kesalahan yang

disengaja maupun tidak disengaja dalam rangkaian pembuatan skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu kedokteran gigi

kedepannya.

Makassar, 8 Oktober 2018

Rafiqah Rezky Amelia

vii
PENGARUH KONSUMSI MINUMAN TEH KEMASAN TERHADAP LAJU
KOROSI KAWAT STAINLESS STEEL ORTODONTI

Rafiqah Rezky Amelia1


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Latar belakang: Kawat ortodonti merupakan salah satu komponen penting pada
perawatan ortodonti. Dari berbagai jenis kawat ortodonti, stainless steel merupakan
kawat yang paling sering digunakan karena sifat biokompabilitasnya, kekuatan yang
baik, serta harganya lebih ekonomis. Kawat ortodonti pada alat cekat akan selalu
berkontak dengan saliva dan jaringan rongga mulut, sehingga akan berpotensi
mengalami korosi yang dapat menimbulkan berbagai dampak merugikan. Salah satu
penyebab terjadinya korosi pada kawat ortodonti adalah perubahan keasaman (pH)
saliva. Derajat keasaman saliva ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya
adalah konsumsi minuman ringan, seperti minuman teh kemasan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh konsumsi minuman teh kemasan terhadap laju korosi
kawat stainless steel ortodonti.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan
rancangan penelitian post-test with control group design dan menggunakan kawat
ortodonti berbahan stainless steel dengan jumlah sampel sebesar 16, panjang 6 cm dan
diameter 0.41 mm. Sampel ini dibagi menjadi 4 kelompok dengan medium berupa
saliva buatan, yaitu 1 kelompok tanpa perlakuan dan 3 kelompok dengan penambahan
minuman teh melati, teh rasa buah, dan teh hijau kemasan. Pengukuran laju korosi
dilakukan dengan menggunakan alat potensiostat dan analisa data menggunakan SPSS
versi 23 menggunakan uji analisis ANOVA dengan nilai signifikan p<0.05.
Hasil: Laju korosi pada kelompok perlakuan dengan larutan teh melati dan teh rasa
buah kemasan memiliki nilai laju korosi yang lebih rendah, sedangkan sedangkan pada
kelompok perlakuan dengan larutan teh hijau kemasan nilainya lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Minuman teh hijau kemasan memiliki pengaruh yang paling besar
terhadap laju korosi kawat ortodonti berbahan stainless steel.
Kata kunci: teh kemasan, kawat ortodonti, stainless steel, korosi, potensiostat.

viii
EFFECT OF PACKAGED TEA DRINKS CONSUMPTION TO CORROSION
RATE OF STAINLESS STEEL ORTHODONTIC WIRE

Rafiqah Rezky Amelia1


1
Undergraduate Student of Dentistry Faculty of Hasanuddin University

ABSTRACT

Background: Orthodontic wire is one of the important components of orthodontic


treatments. Out of all types of wire, stainless steel is the most common type because
its biocompability, good strength, and affordable prices. Wire in fixed orthodontics
will always contact with saliva and oral tissues, so that it has a potency of corrosion
that can lead to disadvantages. One of the causes of wire corrosion is changing of
saliva acidity (pH). Saliva acidity can be affected by many reasons, such as packaged
tea drinks consumption.
Objective: To determine the effect of packaged tea drinks consumption to corrosion
rate of stainless steel orthodontic wire.
Methods: This research is laboratory experimental with post-test only wth control
group design and using stainless steel orthodontic wire with total of 16 samples. The
wire length is 6 cm and diameter is 0.41 mm. Samples were divided into 4 groups with
1 group of artificial saliva and 3 groups with a packaged tea drinks substitution.
Measurement of corrosion rate was done by using potensiostat tool and data analysis
using SPSS version 23 and ANOVA test with significant value of p<0.05.
Result: Jasmine and fruit flavor packaged tea group had lower corrosion rate value
than the control group. While green packaged tea group had higher corrosion rate value
than the control group.
Conclusion: Green packaged tea drinks had the biggest effect on corrosion rate of
stainless steel orthodontic wire.
Keywords: packaged tea drinks, orthodontic wire, stainless steel, corrosion,
potensiostat.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN............................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 3

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 5

2.1 Kawat Ortodonti ................................................................................................. 5

2.1.1 Kriteria Kawat Ortodonti ............................................................................. 5

x
2.1.2 Jenis Kawat Ortodonti ................................................................................. 6

2.2 Korosi ............................................................................................................... 10

2.2.1 Jenis Korosi Kawat Ortodonti.................................................................... 11

2.2.2 Penyebab Korosi Kawat Ortodonti ............................................................ 12

2.2.3 Dampak Korosi Kawat Ortodonti .............................................................. 14

2.3 Minuman Teh Kemasan ................................................................................... 14

2.3.1 Tingkat Konsumsi Minuman Teh Kemasan .............................................. 15

2.3.2 Kandungan Minuman Teh Kemasan ......................................................... 15

2.3.3 Sifat Asam Minuman Teh Kemasan .......................................................... 16

BAB III KERANGKA PENELITIAN ....................................................................... 17

3.1 Kerangka Teori ................................................................................................. 17

3.2 Kerangka Konsep ............................................................................................. 18

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 19

4.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 19

4.2 Desain Penelitian .............................................................................................. 19

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 20

4.3.1 Tempat Penelitian ...................................................................................... 20

4.3.2 Waktu Penelitian ........................................................................................ 20

4.4 Variabel Penelitian ........................................................................................... 20

4.4.1 Menurut Fungsinya .................................................................................... 20

xi
4.4.2 Menurut Skala Pengukurannya .................................................................. 20

4.5 Definisi Operasional ......................................................................................... 21

4.6 Subyek Penelitian ............................................................................................. 21

4.7 Besar Sampel Penelitian ................................................................................... 21

4.8 Alat dan Bahan ................................................................................................. 21

4.8.1 Alat............................................................................................................. 21

4.8.2 Bahan ......................................................................................................... 22

4.9 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 22

4.9.1 Pembuatan Saliva Buatan .......................................................................... 22

4.9.2 Preparasi Kawat Ortodonti......................................................................... 23

4.9.3 Pengukuran pH .......................................................................................... 23

4.9.4 Pengukuran Laju Korosi ............................................................................ 23

4.10 Data ................................................................................................................ 25

4.10.1 Jenis Data ................................................................................................. 25

4.10.2 Analisis Data ............................................................................................ 25

4.10.3 Penyajian Data ......................................................................................... 25

4.11 Alur Penelitian ................................................................................................ 25

BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 26

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 31

BAB VII PENUTUP .................................................................................................. 35

xii
7.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 35

7.2 Saran ................................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 36

LAMPIRAN ............................................................................................................... 40

xiii
DAFTAR TABEL

Tsbel 5.1 Perbedaan rata-rata laju korosi kawat stainless steel (mpy) setelah

perendaman larutan kontrol, minuman teh melati, teh rasa buah, teh

hijau kemasan ................................................................................... 27

Tabel 5.2 Hasil uji Anova .................................................................................. 28

Tabel 5.3 Hasil uji beda rata-rtaa secara serempak laju korosi kawat stainless

steel (mpy) antara perendaman larutan kontrol, minuman teh

melati, teh rasa buah, dan teh hijau kemasan ..................................... 29

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat penugasan ................................................................................... 41

Lampiran 2 Surat izin penelitian ............................................................................. 42

Lampiran 3 Surat penugasan ................................................................................... 43

Lampiran 4 Surat permohonan pembuatan saliva buatan ....................................... 44

Lampiran 5 Surat permohonan pemakaian potensiostat ..........................................45

Lampiran 6 Perhitungan luas dan volume kawat .................................................... 46

Lampiran 7 Foto penelitian ..................................................................................... 47

Lampiran 8 Data penelitian ..................................................................................... 50

Lampiran 9 Hasil olah data (SPSS versi 23) ........................................................... 52

Lampiran 10 Kartu monitoring pembimbingan skripsi ........................................... 65

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maloklusi merupakan suatu keadaan penyimpangan gigi-gigi atau malrelasi dari

lengkung gigi di luar kisaran normal yang dapat diterima.1 Terjadinya maloklusi akan

mempengaruhi bentuk rongga mulut dan wajah seseorang, sehingga berdampak pada

interaksi sosial, keadaan psikologis, rasa percaya diri, serta ketidakpuasan akan

penampilannya.2

Salah satu perawatan yang dapat digunakan untuk mengoreksi maloklusi adalah

dengan penggunaan peranti ortodonti cekat. Peranti cekat adalah peranti ortodonti

yang melekat pada gigi pasien sehingga tidak bisa dilepas oleh pasien. Peranti cekat

ini mempunyai tiga komponen utama, yaitu lekatan (attachment) yang berupa braket

(bracket) atau cincin (band), kawat busur (archwire) dan penunjang (accessories atau

auxiliaries) misalnya rantai elastomerik dan modul.3

Kawat ortodonti merupakan salah satu komponen penting pada perawatan

ortodonti.4 Terdapat beberapa jenis kawat ortodonti yang dapat dipakai antara lain

kawat nikel titanium, stainless steel, CuNiTi, dan beta titanium5. Kawat ortodonti

stainless steel merupakan kawat yang paling sering digunakan saat ini dalam

perawatan ortodonti. Kawat ini disukai karena memiliki sifat biokompabilitas,

kestabilan, deformasi elastis, kekuatan yang baik, harganya lebih ekonomis, serta

dikenal sebagai baja tahan korosi.5,6,7

1
Kawat ortodonti pada alat cekat akan selalu berkontak dengan saliva dan jaringan

rongga mulut. Pada lingkungan rongga mulut, kawat yang digunakan dalam perawatan

ortodonti akan berpotensi mengalami korosi atau pelepasan elemen logam penyusun

alloy.4 Korosi atau pengkaratan dikenal sebagai peristiwa kerusakan logam karena

adanya faktor metalurgi (pada material itu sendiri) dan reaksi kimia dengan

lingkungannya yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas suatu bahan logam.8

Hal ini dikarenakan rongga mulut merupakan lingkungan yang sangat ideal untuk

terjadinya biodegradasi logam karena temperatur serta kualitas dan pH saliva yang

dapat memengaruhi kestabilan ion logam.5

Proses terjadinya korosi kawat ortodonti stainless steel di dalam rongga mulut

dapat mengakibatkan terlepasnya ion-ion logam yang terkandung di dalam kawat. Ion

logam yang terlepas khususnya ion logam Cr dan Ni dapat memberikan dampak yang

merugikan baik bagi kualitas, estetika, bentuk fisik, serta kekuatan kawat itu sendiri;

maupun bagi kesehatan seperti menimbulkan reaksi alergi, efek toksik dan kariogenik

di dalam tubuh manusia.4,5

Hal yang dapat menyebabkan terlepasnya ion logam yang terkandung di dalam

kawat ortodonti adalah karena pengaruh suhu, mikroflora, enzim rongga mulut dan

perubahan keasaman (pH) saliva.4 Derajat keasaman saliva dapat berubah setiap saat.

Salah satu hal yang menyebabkan perubahan pH saliva adalah konsumsi minuman

ringan, seperti minuman teh kemasan.9 Akan tetapi, hal ini berbanding terbalik dengan

sifat daun teh murni yaitu dapat menghambat laju korosi oleh karena kandungan tanin

yang besar sekitar 7%-15%.8,10 Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui

2
pengaruh konsumsi minuman teh kemasan terhadap laju korosi kawat stainless steel

ortodonti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan permasalahan yaitu:

Bagaimana pengaruh konsumsi minuman teh kemasan terhadap laju korosi kawat

stainless steel ortodonti?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh konsumsi minuman teh kemasan terhadap laju korosi

kawat stainless steel ortodonti.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui jenis minuman teh kemasan yang memiliki pengaruh paling besar

terhadap laju korosi kawat stainless steel ortodonti.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti saat

melakukan penelitian ini

3
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah di bidang

ortodonti mengenai pengaruh konsumsi minuman teh kemasan terhadap laju

korosi kawat stainless steel ortodonti

3. Dapat digunakan dalam bidang penelitian dan pendidikan sebagai bahan acuan

untuk membantu penelitian lanjutan serta dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawat Ortodonti

Secara garis besar, peranti yang digunakan pada perawatan ortodonti terbagi

menjadi peranti lepasan, fungsional dan cekat. Pemakaian peranti ortodonti cekat

merupakan salah satu yang paling diminati dikarenakan alat ini lebih efektif dalam

memperbaiki kasus yang lebih kompleks.11 Selama perawatan ortodonti, kawat

ortodonti digunakan pada peranti cekat untuk memberikan gaya yang bersifat ringan

tetapi terus-menerus pada gigi untuk menepatkan gigi pada posisi yang benar.12,13

2.1.1 Kriteria Kawat Ortodonti

Kawat ortodonti yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:4,11,12,14

1. Estetik: Hingga saat ini belum ada kawat ortodonti yang memenuhi

kriteria ini. Hal ini dikarenakan kawat ortodonti transparan memiliki

kekuatan mekanik yang rendah terhadap mastikasi.

2. Biohostabilitas: Hal ini berarti kawat ortodonti tidak menjadi tempat

tumbuhnya bakteri, spora, ataupun virus karena dapat menyebabkan

kawat menjadi berbau, perubahan warna, dan penurunan kekuatan

mekanik

3. Kuat: Kawat ortodonti tidak mudah rusak dan kuat

5
4. Kekakuan: Apabila kekakuan rendah maka gaya yang diberikan akan

semakin sedikit

5. Formabilitas dan ketahanan: Kawat ortodonti harus mudah

dibengkokkan saat membentuk lup dan koil

6. Biokompabilitas dan stabilitas lingkungan: Kawat ortodonti harus tahan

terhadap korosi dan tidak toksik bagi jaringan rongga mulut

7. Modulus elastisitas kawat harus tinggi. Hal ini dapat memberikan gaya

yang lebih baik untuk perpindahan gigi

8. Harga terjangkau dan mudah ditangani

2.1.2 Jenis Kawat Ortodonti

1. Stainless Steel

Stainless steel pertama kali diperkenalkan oleh Brearly of Sheffield

pada tahun 1912. Kawat ortodonti berbahan stainless steel merupakan

perpaduan antara besi dan karbon yang mengandung 18% kromium, 8% nikel,

dan elemen lainnya yang bersifat tahan korosi.13,15

Beberapa kelebihan kawat stainless steel adalah lebih estetik dibanding

kawat yang terbuat dari emas, memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap

korosi, dan besar gesekan yang rendah sehingga memenuhi kriteria kawat

ortodonti. Selain itu, kawat stainless steel ini juga memiliki modulus elastisitas

yang sangat baik.12,15

Terdapat berbagai jenis stainless steel ortodonti yang dijual dipasaran,

seperti:13

6
a. Ferritic Stainless Steel

Jenis stainless steel ini mengandung antara 12-29% kromium

dan nikel yang sangat sedikit (<2%). Kawat jenis ini merupakan yang

paling murah oleh karena kandungan nikelnya yang sangat rendah. Sifat

dari kawat jenis ini adalah magnetik, elastis, tahan terhadap korosi, dan

tidak dapat dipanaskan, serta kemampuan kerja dan kemampuan las

yang buruk.

b. Martensitic Stainless Steel

Kawat jenis ini dapat dipanaskan dan memiliki kekuatan dan

kekerasan yang sangat baik. Akan tetapi sifat tahan korosi dari kawat

ini tidak terlalu baik. Kawat jenis ini mengandung karbon yang berkisar

antara 0.,15-1% dan kromium sebesar 12-18%.

c. Austenitic Stainless Steel

Di antara berbagai jenis kawat stainless steel, jenis kawat inilah

yang paling sering digunakan untuk pembuatan braket dan kawat

ortodonti. Kawat ini mengandung 17-19% kromium, 8-10% nikel, dan

0,15% karbon. Sifat dari kawat ini adalah ketahanan terhadap korosi

yang sangat baik, kemampuan untuk dibentuk dan dilas yang baik,

elastis, dan tahan terhadap keausan.

d. Duplex Stainless Steel

Jenis kawat ini merupakan gabungan antara austenitic dan

delta-ferritic. Kandungan kawat ini adalah kromium 18-26% dan nikel

4-7%. Sifatnya antara lain kemampuan las yang sangat baik, kekuatan

7
tarik yang lebih bak dibanding austenitic dan ferritic stainless steel,

lebih keras dibanding austenitic dan lebih elastis dibanding ferritic.

Selain itu, sifat tahan korosinya baik, terutama jenis korosi

intergranular dan uniform.

e. Precipitation-hardening Stainless Steel

Kawat jenis ini tersusun atas 15,5-17,5% kromium, 3-5% nikel,

0,07% karbon, 3-5% tembaga, serta mangan, silikon, fosfor, dan sulfur.

Kawat jenis ini memiliki sifat elastisitas yang tinggi, tahan terhadap

korosi, kuat, dan kekerasan yang baik.

2. Nikel Titanium

Nikel Titanium (Ni-Ti) yang juga dikenal sebagai Nitinol pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1972.12 Kawat jenis ini tersusun atas 55% nikel dan

45% titanium. Beberapa karakteristik kawat nitinol ini antara lain tidak

dipengaruhi oleh suhu ataupun dalam rongga mulut, serta sangat elastis.15

Kelebihan kawat jenis ini adalah sangat elastis sehingga memudahkan

gaya defleksi dan aktivasi dengan tekanan yang minim, serta tahan korosi.

Kekurangan kawat jenis ini adalah kemampuan dibentuk yang rendah, mahal,

dan tidak dapat dilas atau digabungkan, ditahan gesekan dan keausan.12,14

3. Kromium Kobalt12,14,15

Kawat jenis ini juga dikenal sebagai Elgiloy dikembangkan pada tahun

1950an dan dapat digunakan sebagai kawat ataupun band ortodonti. Kawat ini

tersusun atas 40% karbon, 20% kromium, 15% nikel, dan 16% besi. Kawat ini

memiliki tampilan, kekuatan mekanik, serta karakteristik yang serupa dengan

8
kawat berbahan stainless steel, akan tetapi memiliki perbedaan dari bahan

penyusunnya.

Kawat kromium kobalt terdiri atas beberapa jenis tergantung dari

ketahanannya dan dibedakan menjadi empat warna yaitu: lunak (biru), elastis

(kuning), semi resilient (hijau), dan resilient (merah). Keempat jenis kawat ini

memiliki komposisi yang sama, akan tetapi memiliki perbedaan sifat

mekaniknya oleh karena proses pembuatannya yang berbeda. Di antara

keempat jenis tersebut, jenis yang lunak (biru) adalah yang paling banyak

digunakan dalam bidang ortodonti karena mudah dibentuk dan dimanipulasi.

Beberapa sifat kawat kromium kobalt adalah sangat tahan terhadap

korosi, harganya murah, dan dapat disolder serta dilas. Selain itu, kawat ini

juga memiliki kemampuan dibentuk yang baik, elastisitas dan kekuatan tarik

yang baik, serta tahan terhadap distorsi.

4. Beta Titanium12,14,15

Kawat jenis ini juga dikenal sebagai TMA atau Titanium-Molybdenum

Alloy, diperkenalkan oleh AJ Wilcock Jr pada tahun 1988. Sifat dari kawat

jenis ini antara lain memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah dari

setengah kawat stainless steel dan hampir dua kali dari Nitinol, memiliki

kemampuan bentuk yang baik, joinabilitas yang lebih baik dari kawat jenis

stainless steel, memiliki karakteristik permukaan dan struktur yang baik, tahan

terhadap korosi, serta biokompatibel oleh karena tidak adanya kandungan

nikel. Akan tetapi kekurangan dari kawat ini adalah harganya paling mahal di

antara semua jenis kawat ortodonti.

9
5. Multistandar

Kawat jenis ini terbuat dari beberapa untaian kawat stainless steel yang

ditempatkan atau dililitkan secara koaksial satu sama lain dengan konfigurasi

yang berbeda. Karakteristik utama dari kawat ini adalah dikembangkannya

gaya yang minimum, kekakuan dan elastisitas yang rendah, harga lebih murah

dibanding kawat jenis titanium, dan tahan terhadap gesekan.12,14

2.2 Korosi

Korosi atau pengkaratan dikenal sebagai peristiwa kerusakan logam yang

berkontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen karena adanya faktor

metalurgi (pada material itu sendiri) dan reaksi kimia dengan lingkungannya yang

menyebabkan terjadinya penurunan kualitas suatu bahan logam.8,11,16

Pada dasarnya, korosi terjadi dari dua reaksi bersamaan: oksidasi dan reduksi

(redoks). Contohnya saat menggunakan besi pada asam lemah, reaksi oksidasi (anoda)

menyebabkan terurainya besi menjadi ion besi (Fe  Fe2+ + 2e-). Reduksi terjadi pada

katoda, dengan ion hidrogen menjadi gas hidrogen (2H+ + 2e-  H2). Proses korosi ini

terus berlanjut hingga seluruh logam benar-benar habis, kecuali logam tersebut dapat

membentuk suatu lapisan proteksi yang disebut passivation atau hingga reaktan katoda

habis.16

10
2.2.1 Jenis Korosi Kawat Ortodonti

Beberapa jenis korosi yang dapat terjadi pada kawat ortodonti adalah sebagai

berikut:13,16

1. Uniform Attack

Korosi jenis ini merupakan korosi yang paling sering terjadi;

menyerang seluruh jenis logam, walaupun dengan laju yang berbeda-beda.

Logam akan mengalami reaksi redoks dengan lingkungan sekitarnya, dan hal

tersebut dapat tidak terdeteksi hingga terjadi kerusakan yang parah pada logam

itu sendiri.

2. Pitting and Crevice Corrosion

Hal ini dapat terjadi pada permukaan kawat atau braket ortodonti

karena permukaan tersebut tidak benar-benar halus. Pada tampakan mikroskop,

akan terlihat banyak lubang dan celah. Lubang dan celah ini akan

menyebabkan resiko korosi meningkat oleh karena dapat menyebabkan

terjadinya pembentukan plak mikroorganisme. Mikroorganisme ini akan

menyebabkan perubahan pH yang terlokalisir dan penipisan oksigen.

Korosi jenis ini juga dapat terjadi pada peranti lepasan ketika kawat

atau sekrup ekspansi berada di dalam akrilik. Tampakannya berupa perubahan

warna menjadi cokelat di bawah permukaan akrilik yang berkontak dengan

logam. Hal ini diperkirakan terjadi oleh karena bakteri dan biofilm yang

terdapat antara kawat dan akrilik.

3. Galvanic Corrosion

11
Korosi jenis ini terjadi apabila dua jenis logam digabungkan dan

ditempatkan pada larutan konduktif atau pada elektrolit, seperti kawat dan

braket ortodonti yang terbuat dari bahan yang berbeda. Korosi ini dapat

disebabkan oleh berbagai hal, seperti adanya perbedaan pH, perbedaan

kekerasan permukaan, dan work hardening.

4. Intergranular Corrosion

Korosi jenis ini sangat mudah terjadi pada kawat berbahan stainless

steel terutama pada saat brazing dan welding.

5. Corrosion Fatigue

Logam memiliki kecenderungan untuk mengalami kepatahan apabila

mendapatkan tekanan yang terus-menerus, hal inilah yang disebut fatigue.

6. Microbiologically Influenced Corrosion

Hal ini dapat terjadi oleh karena adanya mikroorganisme dan produk

yang dihasilkannya, yang dapat memengaruhi logam dengan dua cara: pertama,

mikroorganisme menyerap dan memetabolisme kandungan logam sehingga

menyebabkan korosi; kedua, mikroorganisme memberikan lingkungan yang

dapat menyebabkan korosi, contohnya meningkatkan kondisi asam di sekitar

logam.

2.2.2 Penyebab Korosi Kawat Ortodonti

Rongga mulut merupakan lingkungan yang kompleks dimana gigi dan jaringan

lainnya berada di bawah berbagai tekanan dari pengunyahan dan penelanan. Saliva

terdiri atas campuran garam inorganik (terutama klorida dan fosfat), asam organik,

enzim, bakteri, dan sekresi gastrik. Oleh karena lingkungan rongga mulut sangat

12
agresif, bahan-bahan kedokteran gigi harus besifat biokompatibel dengan jaringan

rongga mulut. Selain itu, bahan-bahan ini juga harus tahan terhadap tekanan mekanik

dan degradasi yang disebabkan oleh lingkungan yang korosif.17

Pada lingkungan rongga mulut, kawat yang digunakan dalam perawatan

ortodonti berpotensi mengalami korosi atau pelepasan elemen logam penyusun alloy.

Hal ini dapat terjadi karena pengaruh perubahan suhu, mikroflora, enzim rongga mulut

dan perubahan keasaman (pH) saliva yang dapat memengaruhi kestabilan ion

logam.4,5,11 Selain itu, asam organik dari dekomposisi sisa makanan yang mengandung

sulfur juga dapat mendorong terjadinya pelepasan ion Cr dan Ni dari kawat ortodonti

stainless steel yang begitu lama terendam dalam rongga mulut.5

Saliva mengandung komponen organik dan anorganik seperti ion natrium,

kalium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, hidrogen fosfat, tiosianat dan fluor.

Ion klorida mempunyai mekanisme perusakan logam melalui lapisan kromium oksida

yang dipergunakan sebagai perlindung terhadap korosi. Pemakaian kawat ortodonti

dalam rongga mulut sangat berpotensi mengalami korosi. Lama kawat ortodonti

berkontak dengan saliva memengaruhi pelepasan ion logam.4

Pelepasan ion logam dari alat cekat yaitu pelepasan ion nikel, kromium,

kadmium, tembaga, besi, mangan, molibdenum, dan silikon. Pelepasan ion kromium

dapat menurunkan ketahanan terhadap korosi karena kromium memberikan sifat tahan

karat dan pelepasan ion nikel dapat menurunkan kekuatan baja tahan karat karena nikel

berperan dalam meningkatkan kekuatan baja tahan karat.4,18

13
Dalam rongga mulut, korosi terjadi dengan lepasnya ion logam positif dari alloy

ortodonti ke bentuk senyawa yang lebih stabil seperti klorida, sulfida, dan oksida.

2.2.3 Dampak Korosi Kawat Ortodonti

Elemen logam yang terlepas dari alloy akan bereaksi secara kimia dengan

elemen non logam membentuk suatu ikatan logam yang dapat merusak struktur logam

itu sendiri sehingga berpengaruh terhadap kualitas, estetika, bentuk fisik dan

memperlemah kekuatan alloy logam.4 Ion yang terlepas juga dapat masuk ke dalam

tubuh, dan yang memiliki pengaruh paling merugikan bagi tubuh adalah ion nikel dan

kromium.4,5 Ion yang terlepas dapat memberikan efek biologi seperti toksisitas, alergi,

mutagenik, dan kariogenik.4,5,11,16

Selain itu, beberapa kasus juga telah dilaporkan terjadinya hipersensitivitas nikel

akibat penggunaan peranti ortodonti, baik yang berbahan stainless steel maupun nikel

titanium. Tanda klinis intra oral dari hipersensitivitas nikel ini berupa kemerahan,

pembengkakan, dan rasa sakit pada mukosa, palatum, gingiva, ataupun bibir.13 Tanda

klinis lainnya dapat berupa hiperplasia gingiva, deskuamasi labial, angular cheilitis,

serta pembengkakan dan rasa terbakar pada mukosa oral. Respon inflamasi ini

merupakan contoh dari hipersensitivitas tipe IV.16

2.3 Minuman Teh Kemasan

Minuman ringan merupakan minuman yang tidak mengandung alkohol dan

merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang dikemas dalam

14
kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan mengandung bahan tambahan baik

alami maupun sintesis. Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu minuman ringan

dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi (non karbonasi).19 Minuman

teh dalam kemasan termasuk minuman ringan tanpa karbonasi.

2.3.1 Tingkat Konsumsi Minuman Teh Kemasan

Menurut hasil riset MARS di lima kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa

minuman teh dikonsumsi oleh 79% penduduk Indonesia.20 Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat konsumsi minuman teh dalam kemasan di Indonesia cukup tinggi.

Pada penelitian ini minuman teh kemasan yang digunakan adalah minuman teh

kemasan melati, rasa buah-buahan, dan teh hijau.

2.3.2 Kandungan Minuman Teh Kemasan

Minuman teh kemasan merupakan minuman ringan dengan bahan baku daun teh

yang mengalami proses pengolahan dan pengemasan sehingga menjadi minuman teh

yang siap konsumsi. Secara umum kandungan senyawa kimia dalam teh terdiri dari

empat kelompok besar yaitu golongan fenol, bukan fenol, aromatis, dan golongan

enzim. Keempat kelompok tersebut memberikan pengaruh baik terhadap kualitas

minuman teh apabila pengolahan dilakukan secara tepat.21

Salah satu jenis senyawa fenol yang terkandung dalam teh adalah tanin. Tanin

merupakan senyawa yang tersusun dari elemen C, H dan O yang membentuk gugus

hidroksi yang dapat membentuk ikatan silang yang stabil. Kandungan tanin pada daun

teh berkisar antara 7-15% dan berfungsi sebagai inhibitor korosi.8,10

15
Golongan bukan fenol yang terdapat dalam daun teh adalah 3-5% karbohidrat,

4,9-7,6% pektin, 3-4% alkaloid, 1,4-5% protein dan asam amino, 0,019% zat warna,

0,5-2% asam organik, 3% resin, 4-5% mineral, serta vitamin-vitamin.21

Aroma merupakan salah satu sifat yang penting sebagai penentu kualitas teh,

dimana aroma tersebut sangat erat hubungannya dengan substansi aromatis yang

terkandung dalam daun teh. Senyawa aromatis yang secara alamiah sudah ada pada

daun teh di antaranya adalah linalool, linalool oksida, pfhenuetanol, geraniol, benzil

alkohol, metil salisilat, n-heksanal dan cis-3-heksenol.21

Enzim yang terkandung dalam daun teh di antaranya adalah invertase, amilase,

β-glukosidase, oksimetilase, protease, dan peroksidase yang berperan sebagai

biokatalisator pada setiap reaksi kimia di dalam tanaman.21

2.3.3 Sifat Asam Minuman Teh Kemasan

Minuman teh kemasan bersifat asam disebabkan karena proses oksidasi pada

minuman teh. Proses oksidasi terjadi pada kandungan thearubigin yang terdapat di

dalam teh. Apabila kandungan thearubigin semakin banyak maka minuman teh akan

semakin bersifat asam.22 Selain itu kondisi asam pada minuman teh dalam kemasan

juga terjadi karena adanya ruang antara permukaan minuman dengan kemasan.

Ruangan tersebut akan terisi oksigen selama proses pengemasan. Reaksi oksidasi

terjadi antara oksigen dengan senyawa polifenol di dalam teh.23 Semakin lama teh

disimpan maka proses oksidasi juga akan berlangsung lebih lama sehingga pH

minuman teh dalam kemasan mengalami penurunan selama proses penyimpanan.24

16
BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Peranti Ortodonti Cekat

Braket Band

Kawat
Ortodonti

Stainless Steel

Nikel Titanium

Kromium Kobalt Korosi

Beta Titanium

Multistandar
Penurunan pH
saliva

Konsumsi Teh
Kemasan

17
3.2 Kerangka Konsep

Peranti Ortodonti Cekat

Braket Band

Kawat
Ortodonti

Minuman Teh
Kemasan

Teh Melati Teh Rasa Buah Teh Hijau

Laju Korosi

KETERANGAN:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

18
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental

laboratoris.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test with

control group design. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian laju korosi terhadap

kawat stainless steel ortodontik yang direndam dalam empat kelompok perlakuan,

yaitu:

Kelompok 1 : Saliva buatan

Kelompok 2 : Minuman teh melati kemasan

Kelompok 3 : Minuman teh kemasan rasa buah

Kelompok 4 : Minuman teh hijau kemasan

19
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Kimia

Terpadu Jurusan Kimia Fakultas MIPA, serta Laboratorium Oral Biologi FKG

Universitas Hasanuddin

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Menurut Fungsinya

1. Variabel sebab : Minuman teh kemasan

2. Variabel akibat : Laju korosi

3. Variabel terkendali : Kawat ortodonti stainless steel dan saliva

buatan

4. Variabel tidak terkendali : Kelembaban dan suhu ruang

4.4.2 Menurut Skala Pengukurannya

Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala numerik rasio.

20
4.5 Definisi Operasional

1. Minuman teh kemasan adalah minuman teh dalam kemasan yang berasal dari

produk teh olahan dalam bentuk cair yang dikemas dalam kemasan siap

konsumsi.

2. Laju korosi adalah besarnya material dari kawat ortodonti yang hilang tiap

satuan waktu.

4.6 Subyek Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawat ortodonti dari bahan

stainless steel.

4.7 Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 4 sampel per kelompok.

Karena jumlah kelompok adalah 4, maka jumlah sampel seluruhnya adalah 16 sampel.

4.8 Alat dan Bahan

4.8.1 Alat

1. Gelas kimia

2. Gelas kaca

3. Potensiostat EDAQ

4. Timbangan analitik

21
5. Batang pengaduk

6. Kulkas

7. Tang potong

8. Tang gepeng

4.8.2 Bahan

1. Minuman teh kemasan rasa melati, buah dan teh hijau

2. Gabus

3. Saliva buatan

4. Kawat ortodonti orthoform ovoid rahang bawah berbahan stainless steel

5. Strip indikator pH

6. Aluminium foil

4.9 Prosedur Penelitian

4.9.1 Pembuatan Saliva Buatan

1. Saliva buatan yang dibuat berdasarkan komposisi dari saliva buatan Fusayama

Meyer, yaitu:25,26,27

a. KCl : 0.4 g/L

b. NaCl : 0.4 g/L

c. CaCl2.2H2O : 0.906 g/L

d. NaH2PO4.2H2O : 0.690 g/L

e. NaS2.9H2O : 0.005 g/L

f. Urea : 1 g/L

22
2. Saliva buatan ini dibuat sebanyak 2 liter dengan pH 6,5.27

4.9.2 Preparasi Kawat Ortodonti

Kawat yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 8 kawat jenis stainless steel

dengan diameter 0,41 mm yang kemudian dipreparasi dengan panjang 6 cm sehingga

menghasilkan 16 sampel kawat dengan panjang yang sama. Setelah itu dilakukan

pengukuran berat kawat dengan menggunakan timbangan analitik.

4.9.3 Pengukuran pH

1. Sebelum melakukan pengukuran pH, terlebih dahulu dibuat pencampuran

saliva buatan dengan minuman teh melati, teh rasa buah, dan teh hijau kemasan

masing-masing sebanyak 500 ml di dalam gelas kimia

2. Strip pH dimasukkan ke dalam setiap gelas kimia lalu ditunggu hingga

beberapa saat

3. Setelah strip pH berubah warna, warna tersebut kemudian dicocokkan pada

indikator pH untuk menentukan pH larutan

4.9.4 Pengukuran Laju Korosi

1. Persiapan larutan yang telah dilakukan pengukuran pH

2. Laptop dan alat potensiostat dinyalakan, kemudian dihubungkan melalui

sambungan USB

3. Larutan saliva buatan yang tidak memiliki campuran teh ditungkan ke dalam

gelas kaca sebanyak 100 ml kemudian ditutup dengan gabus yang telah diberi

23
tiga lubang sebagai tempat dari elektrode pendukung, elektrode pembanding

dan elektrode kerja

4. Elektrode pendukung (elektrode Pt), dicelupkan ke dalam gelas dan lalu

dihubungkan dengan kabel port warna merah, elektrode pembanding

(elektrode Ag/AgCl) dicelupkan ke dalam gelas dan kemudian dihubungkan

dengan kabel port warna kuning, dan elektrode kerja (kawat ortodonti berbahan

stainless steel yang telah dipreparasi) dicelupkan ke dalam gelas kemudian

dihubungkan dengan kabel port warna hijau

5. Perangkat lunak Echem v.2.1.2 dibuka dan diatur range potensial dan

kecepatan pengukurannya. Dalam penelitian ini range potensial yang

digunakan yaitu sebesar -600 mV sampai 600 mV dengan kecepatan

pengukuran 25 mV/s dan arus 100 mA dan 500 µA

6. Pengukuran kemudian dimulai hingga selesai

7. Pengukuran tersebut diulangi lagi dengan menggunakan saliva buatan yang

telah dicampur minuman teh melati, teh rasa buah, dan teh hijau kemasan

8. Hasil pengukuran menggunakan perangkat lunak ini kemudian dipindahkan ke

Microsoft Excel dan kemudian diolah dengan membuat grafik Tafel sehingga

didapatkan laju korosi dari kawat ortodonsi dengan menggunakan

persamaan:28

0.13 Icorr E
Rmpy =
𝜌

Keterangan:

Rmpy : Laju korosi (mili inch/year)

Icorr : Densitas arus korosi (µA/cm2)

24
E : Berat ekivalen material (gr)

𝜌 : Densitas material (gr/cm3)

4.10 Data

4.10.1 Jenis Data

Pada penelitian ini, jenis data yang akan digunakan adalah data primer.

4.10.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan Saphiro Wilk

Test, One Way Anova, dan Post Hoc Test.

4.10.3 Penyajian Data

Data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel.

4.11 Alur Penelitian

Pembuatan saliva buatan

Preparasi kawat ortodonti

Perendaman kawat ortodontik

Pengukuran laju korosi

25
BAB V

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsumsi minuman teh

kemasan terhadap laju korosi kawat stainless steel ortodonti. Penelitian ini merupakan

jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dilakukan di dua tempat, yaitu

Laboratorium Biokimia Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin (Unhas) untuk

pembuatan saliva buatan dan Laboratorium Kimia Terpadu Fakultas MIPA Unhas

untuk pengukuran laju korosi. Penelitian dilakukan pada bulan September 2018.

Sampel merupakan kawat ortodonti berbahan stainless steel dengan jumlah sampel

secara keseluruhan adalah 16 sampel.

Sebanyak 16 sampel dibagi menjadi empat kelompok dengan jumlah

seimbang, yaitu kelompok dengan saliva buatan tanpa perlakuan sebagai kontrol dan

kelompok dengan saliva buatan dan penambahan minuman teh melati, teh rasa buah,

dan teh hijau kemasan. Kawat ortodonti direndam ke dalam larutan sambil dilakukan

pengukuran dengan menggunakan alat potensiostat yang memiliki arus listrik dan

dihubungkan dengan komputer sehingga akan muncul data potensial dan arus yang

selanjutnya diolah ke dalam Microsoft Excel 2013 untuk mencari laju korosi yang

terjadi. Setelah itu, hasil yang didapatkan diolah dan dianalisis dengan menggunakan

aplikasi SPSS versi 23. Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel distribusi sebagai

berikut:

26
Tabel 5.1 Perbedaan rata-rata laju korosi kawat stainless steel (mpy) setelah
perendaman larutan kontrol, minuman teh melati, teh rasa buah, teh hijau
kemasan.
Normality
Jumlah Sampel Statistic Descriptive
Perlakuan Test
(N)
Laju Korosi P-value
Mean 0.00120550 0.928*
Kontrol 4
SD 0.00044068
Mean 0.00115625
Teh Melati 4 0.700*
SD 0.00016394
Mean 0.00067050
Teh Rasa Buah 4 0,867*
SD 0.00008903
Mean 0.00174125
Teh hijau 4 0,182*
SD 0.00002657
*Shapiro-Wilk Test : p>0.05; data ditribusi normal

Tabel 5.1 menunjukkan perbedaan terhadap rata-rata laju korosi kawat

stainless steel (mpy) setelah perendaman larutan kontrol, minuman teh melati, teh rasa

buah, dan teh hijau kemasan. Hasil penelitian berdasarkan analisis statistik deskriptif

menunjukkan rata-rata laju korosi kawat tertinggi ditemukan pada kelompok yang

diberikan perlakuan dengan perendaman larutan teh hijau kemasan yaitu sebesar

0.00174125 mpy, sedangkan rata-rata laju korosi kawat stainless steel terendah

ditemukan pada kelompok yang diberikan perlakuan dengan larutan teh rasa buah

yaitu sebesar 0.00067050 mpy. Kelompok sampel yang direndam dengan perlakuan

kontrol memperoleh rata-rata laju korosi sebesar 0.00120550 mpy, sedangkan

kelompok sampel yang diberi perlakuan dengan larutan teh melati memperoleh rata-

rata laju korosi sebesar 0.00115625 mpy.

27
Tabel 5.1 juga memperlihatkan hasil uji normalitas untuk menentukan uji

statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji normalitas Shapiro Wilk

Test menunjukkan p>0.05 pada semua kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa semua

kelompok terdistribusi normal. Sehingga memenuhi syarat uji parametrik yaitu One

Way Anova.

Uji parametrik One Way Anova ini hanya memberikan indikasi tentang ada

tidaknya perbedaan antara individu perlakuan yang satu dengan individu perlakuan

lainnya. Hasil uji anova dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.2 Hasil uji Anova


Sum of
Laju Korosi df Mean Square F p-value
Squares

Between Groups 0.000 3 0.000 13.352 0.000*

Within Groups 0.000 12 0.000

Total 0.000 15

*Anova One Way Test : 𝑝-𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 0,05; significant

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan hasil uji Anova yang didasarkan pada nilai

statistik F pada baris Between Groups yang diperoleh sebesar 13.352. Maka dapat

disimpulkan bahwa minimal ada 1 perlakuan perendaman yang mempengaruhi laju

korosi. Selain itu, uji F untuk perlakuan menunjukkan bahwa nilai p-value yang

diperoleh lebih kecil daripada 0.05 sehingga perendaman yang dilakukan

mempengaruhi laju korosi.

Secara keseluruhan perlakuan yang dilakukan dalan rancangan percobaan

perendaman terhadap laju korosi memiliki pengaruh yang signifikan. Namun belum

28
tentu rata-rata adanya perlakuan perendaman berbeda dengan perendaman yang tidak

diberikan perlakuan (kontrol). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan uji

lanjutan (Post Hoc Tests).

Tabel 5.3 Hasil uji beda rata-rtaa secara serempak laju korosi kawat stainless steel
(mpy) antara perendaman larutan kontrol, minuman teh melati, teh rasa
buah, dan teh hijau kemasan.

Perlakuan Selisih Rata-Rata p-value

Teh Melati 0,0000493 1

Teh Rasa Buah 0,000535000* 0.05*


Kontrol
Teh Hijau -0,000535750* 0.049*

*Post Hoc Test: Mann Whitney test : 𝑝-𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 0,05; significant

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil uji beda rata-rata secara serempak laju

korosi kawat stainless steel antara perendaman larutan kontrol, teh melati, teh rasa

buah, dan teh hijau kemasan. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya

perbedaan laju korosi dengan selisih sebesar 0.0000493 mpy antara kelompok kontrol

dan kelompok larutan teh melati kemasan dengan laju korosi yang diperoleh lebih

rendah dibandingkan laju korosi kelompok kontrol karena selisih rata-rata yang

diperoleh bernilai positif. Untuk selisih rata-rata antara kelompok kontrol dengan

kelompok larutan teh rasa buah kemasan diperoleh selisih sebesar 0.000535000 mpy

dengan laju korosi yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan laju korosi

kelompk kontrol karena selisih rata-rata yang diperoleh bernilai positif. Selain itu,

perbedaan selisih rata-rata antara kelompok kontrol dengan kelompok larutan teh hijau

29
kemasan diperoleh selisih sebesar -0.000535750 mpy dengan laju korosi yang

diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan laju korosi pada kelompok kontrol karena

selisih rata-rata yang diperoleh bernilai negatif.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perendaman kawat stainless steel

baik pada kelompok tanpa perlakuan yaitu kelompok kontrol, kelompok dengan

larutan teh melati, teh rasa buah, dan teh hijau kemasan memiliki pengaruh dalam

meningkatkan besar laju korosi yang diperoleh. Hal ini dilihat dari hasil analisis

statistik yang telah dilakukan dengan uji One Way Anova menunjukkan signifikansi

antara keempat kelompok dengan nilai p<0.05.

30
BAB VI

PEMBAHASAN

Peranti cekat adalah peranti ortodonti yang melekat pada gigi pasien sehingga

tidak bisa dilepas oleh pasien.3 Kawat ortodonti merupakan salah satu komponen

penting pada perawatan ortodonti.4 Terdapat beberapa jenis kawat ortodonti yang

dapat dipakai salah satunya adalah stainless steel.5 Kawat ortodonti stainless steel

merupakan kawat yang paling sering digunakan saat ini dalam perawatan ortodonti.

Kawat ini disukai karena memiliki sifat biokompabilitas, kestabilan, deformasi elastis,

kekuatan yang baik, harganya lebih ekonomis, serta dikenal sebagai baja tahan

korosi.5,6,7

Pada lingkungan rongga mulut, kawat yang digunakan dalam perawatan

ortodonti akan berpotensi mengalami korosi.4 Hal ini dikarenakan rongga mulut

merupakan lingkungan yang sangat ideal untuk terjadinya biodegradasi logam karena

temperatur serta kualitas dan pH saliva yang dapat memengaruhi kestabilan ion

logam.5 Derajat keasaman saliva dapat berubah setiap saat. Salah satu hal yang

menyebabkan perubahan pH saliva adalah konsumsi minuman ringan, seperti

minuman teh kemasan.9

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman teh

kemasan terhadap laju korosi kawat stainless steel ortodonti, sehingga hasil penelitian

ini dapat dikontribusikan untuk menambah ilmu pengetahuan yang berguna terutama

bagi pasien pengguna ortodonti.

31
Penelitian ini hanya terbatas pada pengukuran laju korosi saja, tanpa

mempelajari secara spesifik mekanisme kerja minuman teh kemasan dalam

menyebabkan korosi pada kawat ortodonti. Untuk mengetahui tentang mekanisme

korosi minuman teh kemasan, kedepannya perlu dilakukan pengujian dengan metode

lain. Selain itu penelitian ini hanya menguji jenis teh melati, teh rasa buah, dan teh

hijau kemasan, sehingga belum diketahui pasti jenis teh kemasan yang memiliki

pengaruh paling besar terhadap laju korosi kawat. Penelitian ini juga hanya menguji

laju korosi kawat ortodonti berbahan stainless steel, sedangkan dalam perawatan

ortodonti banyak logam jenis lain yang biasa digunakan. Maka, perlu dilakukan

penelitian lanjutan dengan varian teh kemasan yang lebih banyak atau dengan

menggunakan sampel kawat ortodonti berbahan lain. Perlu juga dilakukan penelitian

mengenai kerja minuman teh kemasan ini di dalam rongga mulut, mengingat medium

yang digunakan pada penelitian ini hanya berupa saliva buatan.

Penelitian ini menggunakan 8 buah kawat ortodonti berbahan stainless steel

berbentuk ovoid dengan diameter 0.41 mm yang masing-masing dipreparasi menjadi

16 kawat dengan panjang yang seragam yaitu 6 cm. Sampel dibagi ke dalam empat

kelompok: kelompok kontrol tanpa campuran teh kemasan, kelompok perlakuan

dengan penambahan teh melati, teh rasa buah, dan teh hijau kemasan. 16 sampel dibagi

secara seimbang ke masing-masing kelompok perlakuan, yaitu 4 sampel untuk tiap

kelompok. Pengujian sampel dilakukan dengan potensiostat eDAQ.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan laju korosi

dengan selisih sebesar 0.0000493 mpy antara kelompok kontrol dan kelompok larutan

teh melati kemasan dengan laju korosi yang diperoleh lebih rendah dibandingkan laju

32
korosi kelompok kontrol karena selisih rata-rata yang diperoleh bernilai positif. Untuk

selisih rata-rata antara kelompok kontrol dengan kelompok larutan teh rasa buah

kemasan diperoleh selisih sebesar 0.000535000 mpy dengan laju korosi yang

diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan laju korosi kelompk kontrol karena

selisih rata-rata yang diperoleh bernilai positif. Selain itu, perbedaan selisih rata-rata

antara kelompok kontrol dengan kelompok larutan teh hijau kemasan diperoleh selisih

sebesar -0.000535750 mpy dengan laju korosi yang diperoleh lebih tinggi

dibandingkan dengan laju korosi pada kelompok kontrol karena selisih rata-rata yang

diperoleh bernilai negatif.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perendaman kawat stainless steel

baik pada kelompok tanpa perlakuan yaitu kelompok kontrol, kelompok dengan

larutan teh melati, teh rasa buah, dan teh hijau kemasan memiliki pengaruh dalam

meningkatkan besar laju korosi yang diperoleh. Dari keempat kelompok perlakuan,

kelompok yang memberikan pengaruh paling besar terhadap laju korosi kawat

stainless steel adalah kelompok perlakuan dengan perendaman larutan teh hijau

kemassan karena memiliki selisih rata-rata sebesar -0.000535750 yang menunjukkan

bahwa nilai rata-rata tertinggi laju korosi berada pada teh hijau dibandingkan dengan

kelompok perlakuan lainnya dan nilai p-value sebesar 0.049 < 0.05.

Korosi atau pengkaratan dikenal sebagai peristiwa kerusakan logam yang

berkontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen karena adanya faktor

metalurgi (pada material itu sendiri) dan reaksi kimia dengan lingkungannya yang

menyebabkan terjadinya penurunan kualitas suatu bahan logam.8,11,16

33
Pada lingkungan rongga mulut, kawat yang digunakan dalam perawatan

ortodonti berpotensi mengalami korosi atau pelepasan elemen logam penyusun alloy.

Hal ini dapat terjadi karena pengaruh perubahan suhu, mikroflora, enzim rongga mulut

dan perubahan keasaman (pH) saliva yang dapat memengaruhi kestabilan ion

logam.4,5,11 Derajat keasaman saliva dapat berubah setiap saat. Salah satu hal yang

menyebabkan perubahan pH saliva adalah konsumsi minuman ringan, seperti

minuman teh kemasan.9

Berdasarkan hasil pengukuran pH larutan yang digunakan dalam penelitian,

diketahui bahwa pH larutan dengan penambahan minuman teh hijau kemasan adalah

5,5. Hal ini menunjukkan pH larutan yang bersifat asam. Minuman teh kemasan

bersifat asam disebabkan karena proses oksidasi pada minuman teh. Proses oksidasi

terjadi pada kandungan thearubigin yang terdapat di dalam teh. Apabila kandungan

thearubigin semakin banyak maka minuman teh akan semakin bersifat asam.22 Selain

itu kondisi asam pada minuman teh dalam kemasan juga terjadi karena adanya ruang

antara permukaan minuman dengan kemasan. Ruangan tersebut akan terisi oksigen

selama proses pengemasan. Reaksi oksidasi terjadi antara oksigen dengan senyawa

polifenol di dalam teh.23 Semakin lama teh disimpan maka proses oksidasi juga akan

berlangsung lebih lama sehingga pH minuman teh dalam kemasan mengalami

penurunan selama proses penyimpanan.24

34
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minuman teh hijau kemasan dapat

mempengaruhi laju korosi kawat ortodonti berbahan stainless steel. Hal ini disebabkan

rata-rata laju korosi pada kawat ortodonti yang dilakukan perendaman dengan larutan

teh hijau kemasan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

7.2 Saran

Setelah penelitian ini dilakukan, peneliti mengharapkan beberapa hal antara lain:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi minuman teh

kemasan untuk mengetahui jenis minuman teh kemasan yang memiliki

pengaruh paling besar terhadap laju korosi kawat ortodonti berbahan

stainless steel.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengukuran laju korosi

dengan penggunaan metode potensiostat dibandingkan dengan metode

perendaman.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Ireland R. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC; 2012. 336 p.

2. Sambeta DC, Anindita PS, Juliatri. Pengaruh maloklusi gigi anterior terhadap

status psikososial pada siswa SMA Negeri 1 Luwuk. J e-GiGi. 2016;4(1):59–

63.

3. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga University Press; 2012. 134-

135 p.

4. Rasyid NI, Sri P, Heryumani JCP. Pelepasan ion nikel dan kromium kawat

Australia dan stainless steel dalam saliva buatan ( The release of nickel and

chromium ions from Australian wire and stainless steel in artificial saliva ).

2014;47(3):168–72.

5. Jura. Jumlah ion kromium ( cr ) dan nikel ( ni ) kawat ortodontik stainless steel

yang terlepas. e-GIGI [Internet]. 2015;2(March):2–5. Available from:

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/10577

6. Siti Triaminingsih. Perbedaan sifat mekanik kawat ortodontik jenis baja tahan

karat akibat pengaruh struktur mikro. J Kedokt Gigi Indones. 2000;(July):110–

5.

7. Ardhy S, Affi J. Perilaku Korosi Titanium dalam Larutan Modifikasi Saliva

Buatan Untuk Aplikasi Ortodontik. J Mek. 2015;6(2):585–93.

8. Sari DM, Handani S, Yetri Y. Pengendalian Laju Korosi Baja St-37 dalam

Medium Asam Klorida dan Natrium Klorida Menggunakan Inhibitor Ekstrak

36
Daun Teh (Camelia sinensis). J Fis Univ Andalas. 2013;2(3):204–11.

9. Hasyim H, Devi L, Sumono A. Pengaruh Perendaman Kawat Nikel-Titanium

Termal Ortodonti dalam Minuman Teh Kemasan terhadap Gaya Defleksi

Kawat ( The Effect of Immersion Thermal Nickel-Titanium Archwire in The

Bottled Tea Drinks to The Archwire Force Deflection ). e-Jurnla Pustaka

Kesehat. 2016;4(2):375–80.

10. Ludiana Y, Handani S. Pengaruh konsentrasi inhibitor ekstrak daun teh ( c

amelia sinensis ) terhadap laju korosi baja karbon schedule 40 grade b erw. J

Fis Unand. 2012;1(1):12–8.

11. Situmeang MA, Anindita PS. Perbedaan pelepasan ion nikel dan kromium pada

beberapa merek kawat stainless steel yang direndam. 2016;5(4):252–8.

12. Kotha RS, Alla RK, Shammas M, Ravi RK. An Overview of Orthodontic Wires

An Overview of Orthodontic Wires. 2016;(MARCH 2014).

13. Arango Santander S, Luna Ossa CM. Stainless Steel: Material Facts for the

Orthodontic Practitioner. Rev Nac Odontol [Internet]. 2015;11(20). Available

from: http://revistas.ucc.edu.co/index.php/od/article/view/751

14. Khamatkar A. Ideal Properties of Orthodontic Wires and Their Clinical

Implications -A Review. J Dent Med Sci. 2015;14(1):47–50.

15. Malik N, Dubey R, Kallury A, Chauksye A, Shrivastav T, Kapse BR. A Review

of Orthodontic Archwires. J Orofac Res. 2015;5(1):6–11.

16. House K, Sernetz F, Dymock D, Sandy JR, Ireland AJ. Corrosion of orthodontic

appliances-should we care? Am J Orthod Dentofac Orthop. 2008;133(4):584–

37
92.

17. Musa Trolić I, Turco G, Contardo L, Serdarević NL, Otmačić Ćurković H, Špalj

S. Corrosion of Nickel-Titanium Orthodontic Archwires in Saliva and Oral

Probiotic Supplements. Acta Stomatol Croat [Internet]. 2017;51(4):316–25.

Available from:

http://www.ascro.hr/fileadmin/user_upload/2017/Number_2017-

4/Musa_Trolic_2017-4.pdf

18. Martinez C. Degradation of lingual orthodontics archwires. Barcelona:

Departement of Odontostomatology; 2007. 32-33 p.

19. Cahyadi W. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. 2nd ed.

Jakarta: Bumi Aksara; 2009. 60 p.

20. Nugroho, Agung. Perencanaan komunikasi pemasaran terpadu teh celup sosro.

Depok: FISIP UI; 2009.

21. Balittri J. Kandungan senyawa kimia pada daun teh (camellia sinensis). War

Penelit dan Pengemb Tanam Ind. 2013;19(3):12–6.

22. Budianta T. Tanin teh, dua sisi pertimbangan yang perlu diperhatiakn. Seri Kaji

Ilm. 1999;9(2).

23. Winarno G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia; 1997.

24. Hosea C. Perubahan sifat fisikokimia teh botol dalam berbagai perlakuan

penyimpanan. Semarang: Lembaga Penelitian Universitas Katolik

Seogijapranata; 2005.

38
25. Nagalakshmi R, Rajendran S, Sathiyabama J. Corrosion Resistance of Metals

and Alloys in Artificial Urine ( Synthetic Urine ) in Presence of Sodium

Chloride. 2013;5(10 ml):317–24.

26. Heravi F, Moayed MH, Mokhber N. Effect of fluoride on nickel-titanium and

stainless steel orthodontic archwires: an in-vitro study. J Dent (Tehran)

[Internet]. 2015;12(1):49–59. Available from:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=4436327&tool=p

mcentrez&rendertype=abstract

27. Rajendran S, Paulraj J, Rengan P, Jeyasundari J, Manivannan M. Corrosion

behavior of metals in artificial saliva in presence of spirulina powder. J Dent

Oral Hyg. 2009;1(1):1–2.

28. Butarbutar S, Febrianto. Pengujian mesin edaq untuk mengukur laju korosi.

Sigma Epsil. 2009;13(2):54–8.

39
LAMPIRAN

40
41
42
43
44
45
Lampiran 6 Perhitungan Luas Permukaan dan Volume Sampel

Perhitungan luas permukaan pada sampel menggunakan rumus:

L = 2 π r (r+t)

Dimana: π = 22/7

r = jari-jari kawat (cm)

t = panjang kawat (cm)

Sehingga pada sampel ini didapatkan:

L = 2 (22/7) 0.0205 (0.0205+6)

= 0.775784 cm2

Perhitungan volume pada sampel mengggunakan rumus:

V = ¼ π d2 t

Dimana: π = 22/7

d = diameter kawat (cm)

t = panjang kawat (cm)

Sehingga pada sampel ini didapatkan:

V = (¼)(22/7) (0.041)2 (6)

= 0.007924714 cm3

46
Lampiran 7 Foto Penelitian

1. Pengukuran pH Larutan

pH larutan dengan penambahan teh melati kemasan

pH larutan dengan penambahan teh kemasan rasa buah

pH larutan dengan penambahan teh hijau kemasan

47
2. Pengukuran Laju Korosi

Kontrol Teh Rasa Buah Teh Hijau

Pengukuran laju korosi kelompok kontrol

48
Pengukuran laju korosi kelompok teh melati kemasan

Pengukuran laju korosi kelompok teh hijau kemasan

49
Lampiran 8 Data Penelitian

Tabel 1 Data pengukuran kelompok kontrol

Luas Densitas
Berat Volume Icorr
Replikasi Permukaan Kawat
Kawat (g) Kawat (cm3) (µA/cm2)
Kawat (cm2) (g/cm3)
1 0.05 0.775784 0.007924714 6.30937596 1.6698
2 0.06 0.775784 0.007924714 7.57125115 1.3456
3 0.06 0.775784 0.007924714 7.57125115 0.9769
4 0.06 0.775784 0.007924714 7.57125115 0.6889

Tabel 2 Data pengukuran kelompok dengan penambahan teh melati kemasan

Luas Densitas
Berat Volume Icorr
Replikasi Permukaan Kawat
Kawat (g) Kawat (cm3) (µA/cm2)
Kawat (cm2) (g/cm3)
1 0.04 0.775784 0.007924714 5.04750077 1.1419
2 0.06 0.775784 0.007924714 7.57125115 0.9708
3 0.05 0.775784 0.007924714 6.30937596 1.0401
4 0.05 0.775784 0.007924714 6.30937596 1.3362

Tabel 3 Data pengukuran kelompok dengan penambahan teh kemasan rasa buah

Luas Densitas
Berat Volume Icorr
Replikasi Permukaan Kawat
Kawat (g) Kawat (cm3) (µA/cm2)
Kawat (cm2) (g/cm3)
1 0.05 0.775784 0.007924714 6.30937596 0.7648
2 0.07 0.775784 0.007924714 8.83312634 0.6572
3 0.06 0.775784 0.007924714 7.57125115 0.5586
4 0.07 0.775784 0.007924714 8.83312634 0.623

50
Tabel 4 Data pengukuran kelompok dengan penambahan teh hijau kemasan

Luas Densitas
Berat Volume Icorr
Replikasi Permukaan Kawat
Kawat (g) Kawat (cm3) (µA/cm2)
Kawat (cm2) (g/cm3)
1 0.06 0.775784 0.007924714 7.57125115 1.7278
2 0.07 0.775784 0.007924714 8.83312634 1.67
3 0.05 0.775784 0.007924714 6.30937596 1.6796
4 0.06 0.775784 0.007924714 7.57125115 1.6839

Tabel 5 Perhitungan laju korosi kawat ortodonti berbahan stainless steel pada setiap

kelompok

Kelompok Penambahan Teh Kemasan


Replikasi
Kontrol Teh Melati Teh Buah Teh Hijau
1 0.001720249 0.0011764 0.000787907 0.001780002
2 0.001386254 0.001000131 0.000677056 0.001720455
3 0.001006415 0.001071524 0.000575477 0.001730345
4 0.000709714 0.00137657 0.000641823 0.001734775

51
Lampiran 9 Hasil Analisis uji SPSS Versi 23

Oneway

Descriptives

Laju Korosi

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

Kontrol 4 .00120550 .000440685 .000220343 .00050427 .00190673 .000710 .001720

Teh Melati 4 .00115625 .000163944 .000081972 .00089538 .00141712 .001000 .001377

Teh Rasa Buah 4 .00067050 .000089034 .000044517 .00052883 .00081217 .000575 .000788

Teh Hijau 4 .00174125 .000026575 .000013288 .00169896 .00178354 .001720 .001780

Total 16 .00119338 .000446431 .000111608 .00095549 .00143126 .000575 .001780

Test of Homogeneity of Variances

Laju Korosi

52
Levene Statistic df1 df2 Sig.

7.799 3 12 .004

ANOVA

Laju Korosi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 3 .000 13.352 .000

Within Groups .000 12 .000

Total .000 15

53
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons

Dependent Variable: Laju Korosi

95% Confidence Interval


Mean Difference
(I) Perlakuan (J) Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

Bonferroni Kontrol Teh Melati .000049250 .000169453 1.000 -.00048498 .00058348

Teh Rasa Buah .000535000* .000169453 .050 .00000077 .00106923

Teh Hijau -.000535750* .000169453 .049 -.00106998 -.00000152

Teh Melati Kontrol -.000049250 .000169453 1.000 -.00058348 .00048498

Teh Rasa Buah .000485750 .000169453 .085 -.00004848 .00101998

Teh Hijau -.000585000* .000169453 .029 -.00111923 -.00005077

Teh Rasa Buah Kontrol -.000535000* .000169453 .050 -.00106923 -.00000077

Teh Melati -.000485750 .000169453 .085 -.00101998 .00004848

Teh Hijau -.001070750* .000169453 .000 -.00160498 -.00053652

Teh Hijau Kontrol .000535750* .000169453 .049 .00000152 .00106998

Teh Melati .000585000* .000169453 .029 .00005077 .00111923

54
Teh Rasa Buah .001070750* .000169453 .000 .00053652 .00160498

Games-Howell Kontrol Teh Melati .000049250 .000235096 .996 -.00093133 .00102983

Teh Rasa Buah .000535000 .000224795 .249 -.00049474 .00156474

Teh Hijau -.000535750 .000220743 .249 -.00159565 .00052415

Teh Melati Kontrol -.000049250 .000235096 .996 -.00102983 .00093133

Teh Rasa Buah .000485750* .000093280 .016 .00013062 .00084088

Teh Hijau -.000585000* .000083042 .015 -.00097212 -.00019788

Teh Rasa Buah Kontrol -.000535000 .000224795 .249 -.00156474 .00049474

Teh Melati -.000485750* .000093280 .016 -.00084088 -.00013062

Teh Hijau -.001070750* .000046458 .000 -.00127297 -.00086853

Teh Hijau Kontrol .000535750 .000220743 .249 -.00052415 .00159565

Teh Melati .000585000* .000083042 .015 .00019788 .00097212

Teh Rasa Buah .001070750* .000046458 .000 .00086853 .00127297

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

55
T-Test

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Laju Korosi Kontrol 4 .00120550 .000440685 .000220343

Teh Melati 4 .00115625 .000163944 .000081972

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of


the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

56
Laju Korosi E
q
u
a
l

v
a
r
i
a
n 5.064 .065 .209 6 .841 .000049250 .000235096 -.000526010 .000624510
c
e
s

a
s
s
u
m
e
d

57
E
q
u
a
l

v
a
r
i
a
n
c .209 3.815 .845 .000049250 .000235096 -.000616173 .000714673

e
s

n
o
t

a
s
s
u
m

58
e
d

T-Test

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Laju Korosi Kontrol 4 .00120550 .000440685 .000220343

Teh Rasa Buah 4 .00067050 .000089034 .000044517

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence Interval of


F Sig. t df tailed) Difference Difference the Difference

59
Lower Upper

Laju Korosi Equal variances


9.057 .024 2.380 6 .055 .000535000 .000224795 -.000015053 .001085053
assumed

Equal variances
2.380 3.245 .091 .000535000 .000224795 -.000150845 .001220845
not assumed

T-Test

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Laju Korosi Kontrol 4 .00120550 .000440685 .000220343

Teh Hijau 4 .00174125 .000026575 .000013288

Independent Samples Test

60
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of


the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

Laju Korosi Equal variances


12.894 .011 -2.427 6 .051 -.000535750 .000220743 -.001075889 .000004389
assumed

Equal variances
-2.427 3.022 .093 -.000535750 .000220743 -.001235392 .000163892
not assumed

T-Test
Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Laju Korosi Teh Melati 4 .00115625 .000163944 .000081972

Teh Rasa Buah 4 .00067050 .000089034 .000044517

61
Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

Laju Korosi Equal variances assumed 1.305 .297 5.207 6 .002 .000485750 .000093280 .000257502 .000713998

Equal variances not


5.207 4.628 .004 .000485750 .000093280 .000240051 .000731449
assumed

T-Test

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Laju Korosi Teh Melati 4 .00115625 .000163944 .000081972

Teh Hijau 4 .00174125 .000026575 .000013288

62
Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the


Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

Laju Korosi Equal variances assumed 5.216 .062 -7.045 6 .000 -.000585000 .000083042 -.000788196 -.000381804

Equal variances not


-7.045 3.158 .005 -.000585000 .000083042 -.000841971 -.000328029
assumed

T-Test
Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Laju Korosi Teh Rasa Buah 4 .00067050 .000089034 .000044517

Teh Hijau 4 .00174125 .000026575 .000013288

63
Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Error
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Difference Lower Upper

Laju Korosi Equal variances assumed 2.417 .171 -23.048 6 .000 -.001070750 .000046458 -.001184428 -.000957072

Equal variances not


-23.048 3.530 .000 -.001070750 .000046458 -.001206795 -.000934705
assumed

64
Lampiran 10 Kartu Monitoring Pembimbingan Skripsi

65

Anda mungkin juga menyukai