Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Kedaruratan Endodontik

Disusun oleh :

D.IV Keperawatan Gigi


Kelas 2.A
Kelompok 13 :

1. Nadiah Thahirah AR
2. Nadya Luthfiyah Hapusa
3. Wahdiyah Burhani

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TAHUN AKADEMIK 2018 – 2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul
“Kedaruratan Endodontik”

Makalah ini berisikan tentang Kedaruratn Endodontik, bagaimana


diharapkan makalah ini dapat menambahkan pengetahuan kita semua. Kritik dan
saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat membangun, selalu saya harapkan
demi lebih baiknya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Makassar, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Masalah.................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Kedaruratan Endodontik............................................................3
B. Klasifikasi Kedaruratan Endodontik............................................................4
C. Penegakan Diagnosa....................................................................................5
D. Penatalaksanaan...........................................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................................19
B. Saran...........................................................................................................20
Daftar Pustaka........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan dalam endodontik dan infeksi adalah kasus yang
dirasakan penderita berupa sakit (nyeri) dengan berbagai frekuensi nyeri atau
pembengkakan sebelum, selama, atau sesudah perawatan saluran dengan
penyebab berupa iritan yang menimbulkan inflamasi yang hebat di pulpa atau
jaringan periradikuler (Cohen et al., 1987 cit. Walton and Torabinejad, 1997;
Lemon, 1990 cit. Walton and Torabinejad, 1997).
Kedaruratan endodontik merupakan kasus yang cukup sering terjadi. Pada
survei yang dilakukan di AS diperoleh hasil 12% dari populasi telah mengalami
nyeri gigi dalam 6 bulan terakhir. Meskipun terdapat sedikit data, pulpitis
ireversibel yang ditandai dengan rasa nyeri yang sangat, dan akut merupakan
alasan paling sering bagi pasien untuk sesegera mungkin mencari perawatan pada
klinik dokter gigi. Pada kasus rasa nyeri sakit sulit dikontrol dengan obat
penghilang rasa nyeri, dokter gigi harus segera memberikan pertolongan yang
cepat dan efektif untuk meredakannya. Keberhasilan manajemen kedaruratan
endodontik membutuhkan keterampilan untuk mendiagnosis dan melakukan
penatalaksanaan kegawatdaruratan endodontik yang dapat dilakukan dengan
pulpektomi.
Sekitar 90% pasien yang datang ke tempat praktik dokter gigi dan
meminta perawatan untuk menghilangkan rasa nyeri adalah pasien yang memiliki
penyakit pulpa dan atau penyakit periapikal. Perawatan kegawatdaruratan yang
dilakukan dokter gigi bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan mengkontrol
inflamasi atau infeksi yang terjadi (Stock dkk., 2004). Perawatan lanjutan dapat
dilakukan setelah kondisi pasien memungkinkan (Weine, 2004).
Sebelum perawatan endodontik rutin maupun gawat darurat dilakukan,
harus dilakukan diagnosis yang tepat untuk mengetahui penyebab sakit pasien.
Sumber penyakit, pulpa maupun periapikal, harus dapat dibedakan karena
keduanya memiliki teknik perawatan yang berbeda. Pada umumnya, kondisi yang
memerlukan perawatan kegawatdaruratan endodontik dibagi menjadi empat
kategori dan masing-masing memerlukan penanganan yang berbeda untuk
menghilangkan rasa nyerinya. Keempat kategori tersebut adalah pulpitis akut,
pulpitis akut dengan periodontitis apikal, pulpa nekrosis, dan abses periapikal
akut. Beberapa kondisi akut dapat terjadi dari inflamasi kronis dan lesi awal
inflamasi. Menentukan patogenitas yang tepat tidak begitu penting dalam
perawatan kegawat daruratan karena yang terpenting adalah menghilangkan rasa
sakit pasien (Weine, 2004).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimadsud dengan kegawatdaruratan endodontik ?
2. Apa saja klasifikasi dari kegawatdaruratan endodontik ?
3. Bagaimana sistem penegakan diagnosa kegawatdaruratan endodontik ?
4. Bagaimana pentalaksanaan dari kegawatdaruratan endodontik ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui perngertian dari kegawatdaruratan endodontik
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kegawatdaruratan endodontik
3. Untuk mengetahui sistem penegakan diagnosa dari kegawatdaruratan
endodontik
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kegawatdaruratan endodontik
D. Manfaat
1. Agar kita dapat mengetahui apa pengertian dari kegawatdaruratan
Endodontik
2. Agar dapat mengetahui klasifikasi dari kegawatdaruratan endodontik
3. Agar dapat mengetahui sistem penegakan diagnosa dari kegawatdaruratan
endodontik
4. Agar dapat Mengetahui penatalaksanaan dari kegawatdaruratan
endodontik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kegawatdaruratan Endodontik
Gawat = kritis = genting = berbahaya = dekat dengan kematian,
sedangkan Darurat adalah Keadaan sulit(sukar) yg tidak disangka-sangka
yang memerlukan penanggulangan segera. Kedaruratan endodontik
biasanya dikaitkan dengan rasa nyeri atau pembengkakan dan memerlukan
penegakan diagnosis serta perawatan dengan segera. Kedaruratan ini
disebabkan oleh adanya kelainan dalam pulpa dan atau jaringan
periradikuler. Kebanyakan keadaan darurat gigi adalah adanya gangguan
yang tidak direncanakan di dalam praktek sehari-hari, namun dokter gigi
harus memberikan pertolongan dengan cepat dan efektif. Kedaruratan
endodontik adalah suatu tantangan, baik dalam penegakan diagnosis
maupun penatalaksanaannya.
Dalam beberapa aspek diperlukan pengetahuan dan keterampilan
yang baik, ketidakmampuan menerapkan keterampilan dan kemampuan
yang baik akan menimbulkan akibat yang membahayakan. Diagnosis
danperawatan yang tidak tepat mungkin dapat meredakan nyeri yang
diderita, bahkan dapat memperparah keadaan. Para klinisi hendaknya
memiliki pengetahuan mengenai mekanisme nyeri, penatalaksanaan
pasien, diagnosis, anastesi, cara-cara pengobatan terapeutik dan perawatan
yang tepat, baik untuk jaringan lunak maupun jaringan keras (Grossman,
1988; Walton and Torabinejad, 2002).
Kedaruratan adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter
gigi dan stafnya. Berbagai frekuensi nyeri atau pembengkakan terjadi pada
pasien sebelum, selama atau sebuah perawatan saluran akar. Penyebabnya
adalah adanya iritan yang menimbulkan inflamasi yang hebat di dalam
jaringan pulpa atau jaringan periradikuler.
Merupakan kepuasan dan kebahagian tersendiri apabila kita
berhasil menanggulangi dengan baik seorang pasien yang datang dalam
keadaan kesakitan. Sebaliknya, tidak ada yang lebih menyesakkan hati,
baik bagi pasien maupun dokternya, selain menerima pasien yang
mengalami flare-up setelah dirawat saluran akarnya padahal pada awalnya
gigi tersebut asimptomatik (Walton ang Torabinejad, 2002).
B. Klasifikasi dari kegawatdaruratan endodontik
1. Pulpitis reversible akut
Tanda dan Gejala :
Nyeri yang berlangsung singkat dihasilkan oleh temperatur yang
ekstrem dan kadang-kadang dengan makanan manis.
Rasa sakit biasanya berasal dari dentin
Pada pemeriksaan radiologis : Tidak terdapat pelebaran ligament
periodontal space

2. Pulpitis irreversible akut


Tanda dan Gejala :
Gejala yang persistent dari Pulpitis Reversibel à Pulpitis
Irreversibel
Durasi dan intensitas nyeri meningkat, luar biasa responsif
terhadap panas atau dingin
Rasa sakit yang sangat, spontan atau bila kena rangsangan termal,
dan biasanya rasa sakit menetap atau berlangsung terus meskipun
rangsangan termal telah berhenti.
Rasa sakit bertambah bila pasien dalam posisi berbaring atau
membungkuk
Pemeriksaan Radiologis : bisa terdapat tanda-tanda awal
pelebaran ligament periodontal space

3. Periodontitis apikalis akut


Tanda dan Gejala :
Rasa sakit yang sangat (cekot-cekot) terutama bila digunakan
untuk menggigit dan gigi terasa menonjol
Perkusi : (+)
Pada pemeriksaan radiography : Terdapat pelebaran ligament
periodontal space
Pemeriksaan klinis :
Palpasi terasa nyeri
Gigi non vital
4. Abses periapikal akut
Adalah suatu pengumpulan pus yang terlokalisasi di dalam
tulang alveolar pada apeks akar setelah matinya pulpa, dengan
perluasan infeksi melalui foramen apikal masuk ke dalam jaringan
periapikal.
Tanda dan gejala :
Gigi à sangat sakit terutama untuk menggigit
Gigi à extruded
Gigi non vital
Tes perkusi à (+)
Bisa tanpa pembengkakan atau terdapat pembengkakan (bisa
setempat (fistel) atau menyebar)
Kadang-kadang disertai reaksi umum toksisitas sistemik seperti
demam, gangguan gastrointestinal, malaise, mual, pusing, dan
kurang tidur
Pemeriksaan radiologis : Terdapat gambaran radiolusen yang tak
berbatas jelas di sekitar apikal gigi
5. Accute flare up
Definisi : kedaruratan antar kunjungan perawatan saluran akar
Etiologi :
Over instrumentation/over filling
Terdesaknya irrigants/medicament/debris keluar apical foramen
Traumatik oklusi
Debridement sal. akar yg tidak sempurna
Terbukanya kavitas à rekontaminasi saluran akar
Tanda dan Gejala :
Pasien merasakan nyeri (ringan-parah) yang berkelanjutan dan
nyeri bila disentuh
6. Abses periodontal akut
Tanda dan Gejala :
Rasa sakit dan bengkak
Dapat timbul pada pulpa vital maupun pulpa non-vital
Probing helps in differentiating endodontic from periodontal
disease.
These abscesses occasionally communicate with the sulcus and
have a deep probing defect.
Gigi bisa vital atau non vital ETIOLOGY : Pembentukan pus di
dalam infrabony poket yang dalam
7. Fraktur mahkota Fraktur mahkota
Adalah fraktur tanpa komplikasi dan tanpa pulpa terbuka dan
fraktur dengan komplikasi dan pulpa terbuka.
8. Fraktur akar Fraktur akar
Merupakan kombinasi kerusakan yag terjadi pada dentin,
sementum, pulpa, dan jaringan periodontium.fraktur yang terjadi
diapikal dan di sepertiga tengah biasanya arahnya miring.
9. Nekrosis pulpa dengan pembengkakan menyebar
Pada lesi-lesi ini pembengkakan terjadi dengan progresif dan
menyebar cepat ke jaringan. Kadang-kadang timbul tanda-tanda
sistemik, yaitu suhu pasien naik. Penatalaksanaan pertama yang paling
penting adalah debridemen yaitu pembuangan iritan, pembersihan dan
pembentukan saluran akar.
C. Sistem penegakan diagnosa

Pasien yang dalam keadaan sakit akan memberikan informasi dan

respons serba berlebihan dan tidak tepat. Mereka cenderung bingung dan

cemas. Oleh karena itu, harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar

dan pendekatan yang sistematik agar diagnosis akurat. Agar sampai pada

diagnosis yang tepat dan dapat menentukan sumber nyerinya, maka klinisi

harus mendapatkan informasi yang tepat mengenai riwayat medis dan

riwayat giginya; mengajukan pertanyaan mengenai riwayat, lokasi,

keparahan, durasi, karakter dan stimuli yang menyebabkan timbulnya

nyeri; melakukan pemeriksaan visual pada wajah, jaringan keras dan lunak

rongga mulut; melakukan pemeriksaan intraoral; melakukan pengetesan


pulpa; melakukan tes palpasi, tes perkusi dan melakukan pemeriksaan

radiograf.

1. Riwayat medis dan gigi

Sebelum memulai prosedur yang berkaitan dengan masalah yang

harus ditanggulangi segera, riwayat medis dan giginya harus ditinjau

terlebih dahulu. Jika pasien sudah pernah datang sebelumnya, riwayat

medisnya sudah ada dan hanya perlu diperbaharui saja. Jika pasien

baru, buatlah riwayat standarnya dengan lengkap. Riwayat gigi dapat

dibuat lengkap atau seperlunya dulu yang meliputi pengumpulan data

prosedur gigi yang telah dilakukan, kronologis gejala, dan menanyakan

kepada pasien bagaimana komentar dokter gigi terakhir yang

dikunjunginya

2. Pemeriksaan subyektif

Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan

pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan,

durasi, karakter dan stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang

timbul karena stimulus suhu dan menyebar, besar kemungkinan berasal

dari pulpa. Nyeri yang terjadi pada waktu mastikasi atau ketika gigi

berkontak dan jelas batasnya mungkin berasal dari periaspeks. Tiga

faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri adalah

spontanitas, intensitas dan durasinya. Jika pasien mengeluhkan salah

satu gejala ini, besar kemungkinan terdapat lelainan yang cukup

signifikan. Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek


informasi seputar sumber nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau

periradikuler. Seorang klinisi yang pandai akan mampu menetapkan

diagnosis sementara melalui pemeriksaan subyektif yang teliti

sedangkan pemeriksaan obyektif dan radiograf digunakan untuk

konfirmasi.

3. Pemeriksaan obyektif

Tes obyektif meliputi pemeriksaan wajah, jaringan keras dan lunak

rongga mulut. Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan,

pemeriksaan dengan kaca mulut dan sonde untuk melihat karies, ada

tidaknya kerusakan restorasi, mahkota yang berubah warna, karies

sekunder atau adanya fraktur.Tes periradikuler membantu

mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi

palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari atau menggoyangkan gigi dan

perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut. Tes vitalitas pulpa

tidak begitu bermanfaat pada pasien yang sedanh menderita sakit akut

karena dapat menimbulkan kembali rasa sakit yang dikeluhkan. Tes

dingin, panas, elektrik dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih

vital atau nekrosis

4. Pemeriksaan periodonsium

Pemeriksaan jaringan periodontium perlu dilakukan dengan sonde

periodontium (periodontal probe) untuk membedakan kasus endodontik

atau periodontik. Abses periodontium dapat menstimuli gejala suatu

abses apikalis akut. Pada abses periodontium lokal, pulpa biasanya


masih vital dan terdapat poket yang terdeteksi. Sebaliknya, abses

apikalis akut disebabkan oleh pulpa nekrosis. Abses – abses ini kadang

kadang berhubungan dengan sulkus sehingga sulkus menjadi dalam.

Jika diagnosis bandingnya sukar ditentukan, tes kavitas mungkin dapat

membantu mengidentifikasi status pulpa

5. Pemeriksaan radiografi

Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan

darurat yang tepat, memberikan banyak informasi mengenai ukuran,

bentuk dan konfigurasi sistem saluran akar. Pemeriksaan radiograf

mempunyai keterbatasan, penting diperhatikan bahwa lesi periradikuler

mungkin ada, tetapi tidak terlihat pada gambar radiograf karena

kepadatan tulang kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau angulasi

film. Demikian pula, lesi yang terlihat pada film, ukuran

radiolusensinya hanya sebagian dari ukuran kerusakan tulang

sebenarnya.

D. Pentalaksanaan Kegawatdaruratan Endodontik

Dalam bidang Endodontik, perawatan darurat meliputi satu atau beberapa

prinsip operasi dasar sebagai berikut:

1. Menghilangkan penyebab rasa sakit.

2. Buat drainase bila ada cairan eksudat.

3. Mengistirahatkan bagian yang terkena.

4. Memberikan analgesik bila diperlukan.


Jadi jelas bahwa perawatan darurat perlu diberikan untuk menolong

mengurangi rasa sakit bagi penderita dan juga untuk memberi

kesempatan melakukan perawatan selanjutnya (Harty, 1990).

Pada gigi yang dirasakan sakit penting untuk ditentukan apakah

jaringan pulpa masih vital. Adanya sebagian jaringan yang vital dan

sebagian nekrose atau sebagian akut dan sebagian kronis dengan tidak

membedakan arah perawatan darurat yang akan dilakukan. Umumnya

bila gigi menjadi sakit tanpa faktor penyebab, seperti makanan, panas,

dingin, manis atau trauma, sakit yang mengganggu pasien tidur di malam

hari, maka tampaknya pulpa terbuka (ireversibel) dan dilakukan

perawatan ekstirpasi pulpa.

1. Penatalaksanaan Pulpitis Reversibel Akut Yang termasuk dalam

kategon ini adalah pulpanya vital dan tidak peka terhadap perkusi.

Gambaran radiografik umumnya menunjukkan jaringan periapek

yang normal dan karies yang dalam. Perawatan pada umumnya

adalah :

a. Pada gigi yang berakar tunggal (anterior) = pulpektomi.

b. Pada gigi berakar banyak (molar) = pulpotomi = (Bila

pengambilan janngan pulpa hanya terbatas pada pul

chamber).

2. penatalaksanaan pulpitis irreversible akut Gigi dengan diagnosis

pulpitis ireversibel akut sangat responsif terhadap rangsang

dingin, rasa sakit berlangsung bermenit-menit sampai berjam-jam,


kadang – kadang rasa sakit timbul spontan, mengganggu tidur

atau timbul bila membungkuk. Perawatan darurat yang lebih baik

dikakukan adalah pulpektomi daripada terapi paliatif untuk

meringankan rasa sakit. Teknik pulpektomi adalah sebagai berikut

(Grossman, 1988; Bence, 1990; Cohen and Burn, 1994; Walton

and Torabinejad, 2002) :

1. Anestesi gigi yang terserang, pasang isolator karet.

2. Buat jalan masuk ke dalam kamar pulpa, keluarkan pulpa

dari kamar pulpa dengan ekskavator atau kuret.

3. Lakukan irigasi dan debridemen di dalam kamar pulpa,

temukan orifis saluran akar dan saluran akar dieksplorasi

dengan jarum Miller.

4. Tentukan panjang kerja dan jaringan pulpa diekstirpasi,

kemudian lakukan instrumentasi dengan menggunakan

jarum rimer dan kikir (file) sesuai panjang kerja.

5. Lakukan irigasi dengan larutan salin steril, larutan anetesi

atau larutan natrium hipokhlorit, kemudian keringkan

saluran akar dengan poin kertas isap (absorbentpoint )steril.

6. Masukkan gulungan kapas kecil (cotton pellet) yang

dibahasi bahan pereda sakit, misalnya eugenol atau CMCP

(camphorated monochloro phenol) ke dalam kamar pulpa

kemudian tutup kavitas dengan tambalan sementara,


misalnya cavit atau semen seng oksida eugenol, hindari

trauma oklusal.

7. Pasien diberi obat analgetik yang diminum apabila timbul

rasa sakit. Premedika atau medikasi pasca perawatan dengan

antibiotik diindikasikan bila kondisi pasien secara medis

membahayakan atau bila toksisitas sistemik timbul

kemudian. Pada beberapa kasus, terutama pada gigi saluran

ganda, biasanya dokter gigi tidak cukup waktu untuk

menyelesaikan seluruh ekstirpasi jaringan pulpa dan

instrumentasi saluran akar, maka dilakukan pulpotomi

darurat, mengangkat jaringan pulpa dari korona dan saluran

akar yang terbesar saja. Biasanya saluran saluran akar

terbesar merupakan penyebab rasa sakit yang hebat, saluran-

akar yang kecil tidak menyebabkan rasa sakit secara

signifikan.

Pada kasus dengan saluran akar yang kecil sebagai

penyebabnya, pasien akan merasa sakit setelah efek

anestesi hilang. Jika hal ini terjadi, harus direncanakan

perawatan darurat lagi dan seluruh saluran akar harus

dibersihkan.

3. penatalaksanaan periodontitis apilkalis akut

 Membuka atap pulpa (open bur / trepanasi) bertujuan

untuk membuat drainase eksudat keradangan


 Membebaskan oklusi (occlusal grinding)

 Membuang sisa jaringan pulpa di dalam saluran akar

 Irigasi saluran akar dengan sodium hypochloride

 Mengeringkan saluran akar

 Mengisi saluran akar dengan antibacterial dressing

 Menutup kavitas.

 Pemberian antibiotik dan analgesik dilakukan setelah

drainase/perawatan saluran akar.

4. penatalaksanaan accute flare up:

 Irigasi saluran akar dengan sodium hypoclorite

 Gantilah medicament & Tumpatan sementara

 Cek oklusi

 Analgesik diperlukan

5. penatalaksanaan abses periodontal akut

Pada Pulpa vital:

 Dilakukan kuretase, debridement, drainase melalui

sulkus, dan insisi jaringan lunak

 Bila gagal : Pulpektomi

Pada Pulpa non vital :

 Dirawat seperti pada abses alveolar akut à Perawatan

sal.akar

6. penatalaksanaan fraktur mahkota


 Bila segmen mahkota terbelah dan pulpa tidak terbuka
(rasa sakit biasanya akan menghilang) à Menutup dresing
sedatif / pulp capping à Restorasi
 Bila pulpa terbuka à Pulpektomi (vital) / perawatan
saluran akar non vital
 Occlusal grinding
7. penatalaksanaan abses peripikal akut
1. Tindakan untuk meredakan kondisi akutnya, meliputi drainase
, occlusal grinding, debridement pulpa
2. Bila pembengkakan luas, lunak, dan menunjukkan fluktuasi à
diperlukan suatu insisi melalui jaringan lunak
3. Antibiotik diberikan setelah dilakukan drainase
8. penatalaksanaan fraktur akar
1. Fraktur di bagian sepertiga apikal
Biasanya tidak ada tanda-tanda mobilitas pada akar dan
gigi. Dalam kebanyakan kasus, didapati segmen apikal tetap
vital. Oleh karena itu, tidak ada perawatan yang diperlukan
dan gigi tersebut diobservasi. Jika terdapat nekrosis pulpa
pada fragmen apikal, pengeluaran fragmen apikal menjadi
indikasi.
2. Fraktur di bagian sepertiga tengah
Perawatan yang dianjurkan adalah reposisi segera fragmen
yang telah bergeser diikuti dengan perletakan splin pasif.
Posisi segmen yang direduksi harus diperiksa secara
radiografi. Setelah dilakukan reduksi, splin pasif diletakkan
selama 4 minggu untuk menjamin konsolidasi jaringan keras
yang mencukupi.
3. Fraktur di bagian sepertiga servikal
Perawatan dipilih berdasarkan posisi garis fraktur, panjang
segmen akar yang tersisa dan kehadiran segmen koronal.
Kemungkinan penyembuhan dengan jaringan terkalsifikasi
adalah paling rendah pada fraktur di lokasi ini.
9. Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa dengan Pembengkakan
Menyebar
Penatalaksanaan pertama yang paling penting adalah
debridemen yaitu pembuangan iritan, pembersihan dan
pembentukan saluran akar. Foramen apikalis dilebarkan sampai
ukuran file no. 25 agar dapat meningkatkan aliran aksudat.
Bila pembengkakan luas, lunak dan menunjukan fluktuasi,
mungkin diperlukan insisi malalui jaringan lunak pada tulang.
Mukosa di atas daerah yang terkena dikeringkan terlebih dahulu,
kemudian jaringan disemprot dengan anestetik lokal, misalnya
khlor etil. Insisi intraoral dibuat melalui pembengkakan lunak
yang mengalami fluktuasi ke plat tulang kortikal. Suatu isolator
karet atau kain kasa yang digunakan untuk drainase dimasukkan
selama beberapa hari. Pasien disarankan berkumur dengan larutan
salin hangat selama 3 sampai 5 menit setiap jam. Pada bengkak
yang difus dan cepat berkembang, harus diberikan antibiotik dan
analgetik. Antibiotik pilihan pertamanya adalah penisilin
mengingat mikroorganisme penyebab biasanya streptokokus. Jika
pasien alergi terhadap penisilin, gunakan eritromisin atau
klindamisin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keadaan darurat adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien,
dokter gigi dan stafnya. Biasanya dikaitkan dengan nyeri atau
pembengkakan dan memerlukan penegakan diagnosis serta perawatan
segera. Keadaan darurat ini disebabkan oleh kelainan dalarn pulpa dan
atau jaringan periradikuler. Keadaan darurat juga mencakup cidera
traumatic parali yang mengakibatkan luksasi, avulsi atau fraktur. Berbagai
frekuensi nyeri atau pembengkakan dapat terjadi pada pasien sebelum,
selama, atau sesudah perawatan saluran akar. Penyebabnya adalah iritan
yang menimbulkan inflamasi yang hebat di jaringan pulpa atau di jaringan
periradikuler. Klasifikasi kegawardaruratan endodontik :
1. Pulpitis Reversibel Akut
2. Pulpitis Irreversibel Akut
3. Periodontitis Apikalis Akut
4. Abses Periapikal Akut
5. Acute flare-up during treatment
6. Abses Periodontal Akut
7. Fraktur Mahkota
8. Fraktur Akar
9. Nekrosis pulpa dengan pembengkakan meyebar
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh
Mahasiswa khususnya para pembaca agar dapat lebih memahami tentang
Kedaruratan Endodontik dan segera melakukan tindakan untuk mencegah
dan mengobatinya.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyono, dwikartika. (2010) Jurnal Kedaruratan Endodonsia. Volume 7, Jember :


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. 2010 : ISSN
1693 – 6485.
Dentisha. (2010).Makalah Ameloblastoma [online], https://luv2
dentisha. wordpress.com/2010/05/08/pulpitis-reversibel-
ireversibel-nekrosis-pulpa/ (diakses 7 Maret 2018)
Drg. Bambang. (2015) Oral Pathology. [online] https://dokumen.tips/
documents/kegawatdaruratan-endodontik drgbambang.html
(diakses 7 Maret 2019)
Ovi (2017). MAKALAH ENDODONTIK [online],
https://kupdf.net/download/makalahendodontik_58dc796ad
c0d606d058970e9_pdf (diakses 7 Maret 2019)
Tjiptono TP. (1989) Ilmu Bedah Mulut. Edisi 3, Medan: Percetakan
Cahaya Sukma. 1989 : 145 – 6. 258 – 9.

Anda mungkin juga menyukai