Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Masalah Kesehatan pada Geriatri

Disusun oleh :
D.IV Keperawatan Gigi
Kelas 3.A
Kelompok 1 :
1. Nadiah Thahirah AR 12. Zulfa Sugandhi
2. Nur Linda 13. Lathifatunnisa Mallappiang
3. Nur Annisa Kurnia Sari 14. Meilani Djali
4. Indri Puspita Sari 15. Milawati Gaib
5. Cania 16. Nur Rezky Ramadani
6. Arinda Aulia Nabilla 17. Nurmiati
7. Adhila Fauziah 18. Prastica Meylania Ananda
8. Ahmad Ibrahim 19. Sri Wahyuni
9. Aryono Burhan 20. Tri Kartika Wira Utami
10. Fitrah 21. Sahrul Rustan
11. Juniardi 22. Wahdiyah Burhani

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TAHUN AKADEMIK 2019 – 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul
“Maasalah Kesehatan pada Geriatri”

Makalah ini berisikan tentang Maasalah Kesehatan pada Geriatri,


bagaimana diharapkan makalah ini dapat menambahkan pengetahuan kita semua.

Kritik dan saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat membangun,
selalu saya harapkan demi lebih baiknya makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita.

Makassar, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
BAB III PENUTUP................................................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk lanjut usia (lansia) yang
mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk,
2009). Menurut UU RI No. 13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah
mencapai umur 60 tahun ke atas. Saat ini ilmu geriatri menjadi sangat penting
untuk dipahami oleh tenaga kesehatan karena jumlah penduduk usia lanjut di
Indonesia yang semakin meningkat (Setiati, 2013). Berdasarkan data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia
mencapai 20,24 juta jiwa atau 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia
sehingga termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua atau ageing
population. Hal ini juga mempengaruhi angka harapan hidup yang meningkat
mencapai 70,7 tahun (BPS, 2015).
Diperkirakan persentase lansia di Indonesia akan mencapai 11,34% pada
tahun 2020 dan Indonesia akan menjadi negara ke-5 yang paling banyak
jumlah lansianya pada tahun 2025. Perubahan struktur demografi ini
mengakibatkan perubahan juga dalam strategi pelayanan kesehatan di
Indonesia, yaitu dengan lebih memperhatikan penyakit yang terjadi pada
lansia (Darmojo, 2009).
Usia lanjut bukanlah orang dewasa yang ditambah umurnya, akan tetapi
sering diberi batasan sebagai: “suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita
sedemikian sehingga tidak dapat mengatasi (”coping”) beban tambahan stress
(fisik,psikologik maupun sosio-ekonomik-kultural)” (Constantinides 1994,
dikutip Boedhi Darmoyo,1995). Hal ini menyebabkan berbagai pelayanan
kesehatan pada usia lanjut berbeda dengan pelayanan dari populasi usia lain.
Pada dasarnya perbedaan pelayanan kesehatan ini diakibatkan oleh
berbedanya aspek fisiologis dari penderita usia lanjut dengan penderita
populasi lain. Pada golongan usia lanjut dikenal konsep BIO-PSIKO-SOSIAL

1
yang menunjukkan bahwa pada usia lanjut terdapat hubungan yang erat antara
aspek biologik atau fisik, psikologik dan sosioekonomik kultural, sehingga
adanya gangguan dari salah satu komponen tersebut akan menyebabkan
gangguan kesehatan yang tidak harus dalam bentuk penyakit tetapi bisa dalam
bentuk yang disebut sebagai gangguan status fungsional dan sindroma
geriatrik. Pembahasan berikut akan menjelaskan Apa saja Masalah kesehatan
pada geriatrik/ usia lanjut.
B. Rumusan Masalah
Apa saja masalah kesehatan pada geriatrik (lanjut Usia)?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa saja masalah kesehatan pada geriatrik (Lanjut Usia)
D. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui apa saja masalah kesehatan pada geriatrik atau
lanjut usia, dan juga sangat penting di ketahui bagi petugas kesehatan maupun
calon petugas kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASALAH KESEHATAN PADA LANSIA
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa. Gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia merupakan akibat dari
proses alami karena adanya penurunan beberapa fungsi dalam tubuh lansia itu
sendiri.
Mengenali masalah kesehatan pada lansia perlu dilakukan dan dimengerti
oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat
memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mencapai
derajat kesehatan lansia yang seoptimal mungkin.
Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, dimana
terjadi kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya.Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas.
Sebagai dampak keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia salah
satunya adalah meningkatnya angka harapan hidup di Indonesia sehingga
populasi lansia juga meningkat. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun
2014, umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun
dan untuk pria adalah 69 tahun. Menurut Bureau of the Cencus USA (1993),
Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut
usia sebesar 414%.
Pasien lanjut usia mempunyai ciri-ciri: memiliki beberapa penyakit
kronis/menahun, gejala penyakitnya tidak khas, fungsi organ yang menurun,
tingkat kemandirian berkurang, sering disertai masalah nutrisi, karena alasan
tersebut perawatan pasien geriatri berbeda dengan pasien yang lain.
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari
orang dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan
gejala-gejala mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut
usia dan atau keluarganya (istilah 14 I), yaitu :

3
1. Immobility (kurang bergerak)
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan
lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan
tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan
pembuluh darah.
Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami
penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot,
kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih,
konstipasi dan lain-lain.
Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan
yang berserat.
2. Instability (Instabilitas dan Mudah Jatuh)
Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi
orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada
pasien misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya
hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan
tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat
terpeleset dll).
Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan
riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang

4
sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan
yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
3. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan
yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau social yang akan
memperburuk kualitas hidup lansia tersebut.
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan
masalah sosial dan atau kesehatan.
Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila
penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih,
gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu
keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya
overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis,
terapi dengan obat-obatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres
kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk
menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak seperti
bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis
baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi
volume normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab
misalnya atasi sumbatan/retensi urin.
Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus,
penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien
sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia
dan Delirium)
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.

5
Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85
tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun
mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85
tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu
dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat
yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan
sosial secara bermakna.
Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan
obesitas. Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang
ditandai dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif
atau gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan
berfluktuasi.
Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori
jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses
pikir (diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien
mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
5. Infection (infeksi)
Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia,
karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik
yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan
serta risiko menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat
penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun,
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit
sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang

6
sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan
keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus,
menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya
komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya
mengenal tanda infeksi secara dini.
Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada
usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba,
badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi
pada pasien usia lanjut.
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatandan penciuman)
Akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya,
demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan
untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan
kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang
minimal.
Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah
dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah
berupa implantasi koklea.
Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak
atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan
dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.
7. Isolation (Depression)
Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut
usia adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak,
bahkan binatang peliharaan.

7
Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai
mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan
merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25%
pada usia 40-70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis
(perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll),
psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri)
yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.
Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua
menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita
dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui
ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang
muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang
normal ataupun tidak khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia,
sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan
tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera
makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk
memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya
kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa
rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah
dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan
gejala-gejala fisik lainnya.
Pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol
hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar,
nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan
jiwa tidak jelas.
8. Impecunity (Tidak punya penghasilan)

8
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan
sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan
hidup dari tunjangan hari tuanya. Selain masalah finansial, pensiun juga
berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang
memudahkan seorang lansia mengalami depresi.
9. Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)
Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita
penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih
banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga
membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering
menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari
interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
10. Insomnia(Sulit tidur)
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para
lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam
dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur
kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa
penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan
gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan
insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi
penyebabnya.

9
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh
lansia yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam
dan mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun
dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum
minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan
malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang, hindari
menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan
membaca.
11. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu
fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang
walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi
dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama
diderita atau baru saja di dapat
Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua
disertai penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang
diderita, penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.
12. Impotence(Gangguan seksual)
Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut
terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi
13. Impaction (sulit buang air besar)
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti
kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat,
kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus
menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras
dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih
berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.

10
Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang
kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan
lain-lain. Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi
tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan
yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi
sakit.
14. Kurang Gizi
Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan
lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa
ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial
(terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang
sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi
kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme,
obat-obatan dan lain-lain.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk lanjut usia (lansia) yang


mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk,
2009). Usia lanjut bukanlah orang dewasa yang ditambah umurnya, akan
tetapi sering diberi batasan sebagai: “suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita sedemikian sehingga tidak dapat mengatasi (”coping”) beban
tambahan stress (fisik,psikologik maupun sosio-ekonomik-kultural)”
(Constantinides 1994, dikutip Boedhi Darmoyo,1995).
B. SARAN
Masalah pelayanan kesehatan geriatri atau usia lanjut harus di ketahui oleh
semua petugas pelayanan kesehatan agar dapat mengetahui tindakan yang
akan dilakukan jika masalah itu muncul.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mf, Avino. 2017. BAB I. [Online] http://scholar.unand.ac.id/25304/


1/2.%20B AB%201.pdf (Diakses 22 Maret 2020)

Safitri, Nedya 2018, Masalah Kesehatan pada Lansia. [Online]


http://yankes.kemkes.go.id/read-masalah-kesehatan-pada-
lansia-4884.html (Diakses 22 Maret 2020)

Telogorejo, RS 2019, Masalah Kesehatan Pada Lansia. [Online]


https://www.smc-hospital.com/masalah-kesehatan-pada-
lansia/ (Diakses 22 Maret 2020)

Yulvitrawasih 2014, Kenali Masalah Kesehatan pada Lansia. [Online]


https://rsi.co.id/artikel/item/154-kenali-masalah-kesehatan-
pada-lansia (Diakses 22 Maret 2020)

13

Anda mungkin juga menyukai