“AMELOBLASTOMA”
Disusun oleh :
1. Nadiah Thahirah AR
2. Nur Madina Jamila
3. Wa Nur Fauziah
4. Sahrul Rustan
5. Annisa Rezky
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul
“Ameloblastoma”
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Defenisi Ameloblastoma..............................................................................3
B. Etiologi dan Pathogenesis............................................................................4
C. Tipe Ameloblastoma....................................................................................5
D. Diagnosis dan Komplikasi...........................................................................9
E. Perawatan Ameloblastoma.........................................................................12
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................16
BAB IV PENUTUP...............................................................................................19
Kesimpulan............................................................................................................19
Daftar Pustaka........................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ameloblastoma adalah tumor jinak odontogenik yang pertumbuhannya
lambat dan bersifat invasif lokal. Ameloblastoma ini berasal dari sisa-sisa epitel
pada masa pembentukan gigi. Tumor ini memperlihatkan tanda-tanda sebagai
tumor jiinak secara histopatologis, sedangkan secara klinis bersifat agresif dan
destruktif. Ameloblastoma dapat tumbuh dari berbagai macam epitel odontogenik
yang tersisa di antara jaringan lunak alveolar dan tulang. Tumor ini tumbuhnya
lambat, agresif secara lokal dan dapat menyebabkan deformitas wajah yang besar.
Ameloblastoma memiliki angka kejadian rekurensi yang tinggi bila tumor ini
tidak dieksisi secara luas dan hati-hati.
Dari semua pembengkakan yang terjadi pada rongga mulut, 9%
merupakan tumor odontogenik dan kira-kira 1% dari lesi tersebut merupakan
ameloblastoma. Ameloblastoma terjadi pada maksila sekitar 20% kasus, paling
sering terjadi pada region kaninus dan antral. Ameloblastoma terjadi pada
manibula sekitar 80% kasus. Yang mana 70% terjadi di daerah moral atau pada
ramus asendens, 20% pada regio premolar dan 10% di regio anterior.
Ameloblastoma biasanya didiagnosa pada pasien yang umurnya antara
dekade empat dan dekade lima, kecuali pada kasus tipe unikistik yang biasanya
terjadi pada pasien yang berusia antara 20 sampai 30 tahun dengan tidak ada
predileksi jenis kelamin. Sekitar 10-15% tumor ini terjadi berhubungan dengan
gigi yang tidak erupsi.
Pasien ameoblastoma dapat dirawat dengan berbagai macam cara.
Perawatan bervariasi mulai dari enukleasi dan kuretase sampai reseksi.
Pembedahan secara radikal merupakan perawatan yang direkomendasikan untuk
ameloblastoma multikistik yang melibatkan reseksi pada bagian rahang yang
terkena tumor dan mengikutkan sekitar 1 sampai 2 cm dari tulang yang sehat.
Perawatan konservetif dengan kuretase atau enukleasi hanya dilakukan pada
perawatan ameloblastoma tipe unikistik. Kuretase dan enukleasi dapat
1
menghemat waktu, fungsi dan penampilan pasien sedangkan perawatang secara
radikal dapat mengakibatkan kerusakan permanen terhadap regio maksilofasial.
Kerugian dari reseksi rahang adalah terjadinya deformitas wajah dan
kehilangan fungsi apabila tidak direkontruksi dengan tepat. Defek pada mandibula
dapat dilakukan rekontruksi segera atau ditunda. Defek pada maksila dapat diatasi
dengan dua cara : yang pertama denggan bedah apabila defek tidak luas dapat
ditutup dengan mukosa bukal dan palatal, sedangkan defek yang sangat luas atau
pasien yang memiliki resiko tinggi melakukan operasi dapat menggunakan
protesa obturator.
Berdasarkan beberrapa literatur, tumor odontogenik menunjukkan adanya
variasi geografi dalam distribusi dan frekuensinya. Beberapa studi dari berbagai
belahan dunia yang berbeda menunjukan adanya perbedaan yang relatif terjadinya
tumor odontogenik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Ameloblastoma ?
2. Apa etiologi dan pathogenesis dari ameloblastoma ?
3. Apa saja tipe-tipe dari ameloblastoma ?
4. Bagaimana penegakan diagnosis dari ameloblastoma dan apa saja
komplikasi yang dapat terjadi pada ameloblastoma?
5. Bagaimana cara perawatan ameloblastoma ?
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI AMELOBLASTOMA
Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ
enamel yang tidak mengalami diferensiasi membentuk enamel. Tumor ini
merupakan tumor jinak odontogenetik yang pertumbuhannya lambat,
bersifat lokal dan destruktif sehingga seringkali tidak disadari oleh pasien
sampai ditemukan adanya pembekakan pada rahang. Sehingga sebagian
besar dari tumor ini bersifat jinak. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat
oleh Robinson bahwa tumor ini biasannya unisentrik, nonfungsional,
pertumbuhannya bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara
klinis bersifat persisten. Menurut Reichart dan Philipsen, rata-rata
penderita ameloblastoma berusia 40 tahun dengan perbandingan laki-laki
dan wanita adalah 1:1,6.
- Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial,
gingival mucosa atau gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price,
Sylvia A, 2006).
- Ameloblastoma merupakan tumor odontogenetik yang paling
sering terjadi di mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium
yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu
transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti.
Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-pulau epitelium di
dalam stroma jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga mempunyai
beberapa variasi dari tampilan histopatpologis, akan tetapi tipe yang paling
sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada ameloblastoma
biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi rahang
(Arif, 2001).
3
B. ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS
4
C. TIPE AMELOBLASTOMA
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain tipe
solid/multikistik (92%), tipe unikistik (6%), dan tipe ekstraosseus/periferal (2%).1
5
Tipe solid atau multikistik invasif secara lokal memiliki angka
kejadian rekurensi yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi
lain tumor ini memiliki kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis.
Ameloblastoma tipe solid mukltikistik ini ditandai dengan angka terjadi
rekurensi sampai 50% selama 5 tahun pasca perawatan. Oleh karena itu,
ameloblastoma tipe solid atau multikistik harus dirawat secara radikal
(reseksi dengan margin jaringan normal disekeliling tumor). Pemeriksaan
rutin jangka panjang bahkan seumur hidup diindikasikan untuk tipe ini.
6
Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti
dengan regio parasimfisi dan anterior maksila. Tipe ini sulit untuk
didiagnosa karena pada umumnya terdiri dari komponen kista. Sebuah
variasi yang disebut sebagai ameloblastoma unikstik pertama sekali
disebut pada tahun 1977 oleh Robinson dan Martinez. Mereka melaporkan
bahwa tipe unikistik ini kurang agresif dan menyarankan enukleasi simple
sebagai perawatannya. Studi menunjukkan seacara klinis enukleasi simple
pada ameloblastoma tipe unikistik sebenanrnya menunjukkan angka
rekurensi yang tinggi yaitu sekitar 60%. Dengan demikian enukleasi
simple merupakan perawatan yang tidak sesuai untuk lesi ini dan
perawatan yang lebih radikal dengan osteotomi periferal atau terapi krio
dengan cairan nitrogen atau keduanya lebih sesuai untuk tumor ini.
3. Tipe periferal/ekstraosseus
7
Tumor ini diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus
ameloblastoma yang didiangnosa. Tumor ini pernah dilaporkan terjadi
pada semua rentang umur dari 9 sampai 92 tahun. Kasus-kasus
melaporkan bahwa tumor ini terjadi kebanyakan pada pria dari pada
wanita dengan perbandingan 1,9 dengan 1. 70% dari ameloblastoma tipe
periferal ini terjadi pada mandibula, dari bagian ramus dari anterior
mandibula sampai foramen mandibula paling sering terkena. Beberapa
penulis lebih suka mengklasifikasikan mereka ke dalam hamartoma
daripada neoplasma dan tumor ini biasanya bersifat jinak, tidak mengalami
rekurensi setelah eksis simpel komplit.
8
D. DIAGNOSIS DAN KOMPLIKASI
DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis
9
(a) (b)
Gambar 1. Lesi Ameloblastoma di maxilla (a) dan mandibula (b) (1)
2. Radiologis
Pada pasien dengan pembengkakan di rahang, langkah pertama dalam
diagnosis adalah radiografi panoramik. Tampak radiolusen unilokular atau
multilokular dengan tepi berbatas tegas. Tulang yang terlibat digantikan oleh
berbagai daerah radiolusen yang berbatas jelas dan lesi memberi suatu bentuk
seperti sarang lebah atau gelembung sabun . namun, jika pembengkakan yang
keras dan fixed dengan jaringan yang berdekatan, CT-scan disarankan. Meskipun
dosis radiasi jauh lebih tinggi di CT-scan, perlunya mengidentifikasi kontur lesi,
isinya dan ekstensinya ke dalam, membuatnya lebih dipilih untuk diagnosis . foto
polos tidak menunjukan interfaces antara tumor dan soft tissues yang normal,
hanya interface antara tumor dan tulang yang normal yang dapat dilihat. Aksial
view dalam gambar CT-scan dengan kontras dan koronal juga aksial view dalam
magnetic resonance imaging (MRI) jelas menunjukan kedua jenis interface.
Meskipun tidak ada perbedaan yang cukup antara MRI dan CT untuk mendektesi
komponen kistik tumor, untuk menvisualisasikan proyeksi papiler ke dalam
rongga kistik, MRI sedikit lebih unggul. MRI sangat penting untuk mengetahui
gambaran yang tepat dari suatu ameloblastoma maksilaris yang advanced dan
dengan demikian dapat menentukan prognesis dari oprasi.
10
3. Pemeriksaan patologi anatomi
i. insisi Biopsi
insisi biops idiindikasikan pada lesi yang lebih besar 1-2 cm dan untuk lesi besar
yang berkapsul atau neoplasma yang berpotensi keganasan. Dengan insis biopsi
karakteristik dari suatu neoplasma dapat dintentukan dengan baik, seperti
diferensasi dan kemampuan invasi. Teknik insisi biopsi meliputi anestesi
reprentarif dari lesi diambil, umumnya dari perfier lesi yang meluas ke jaringan
normal.
ii. Fine-Needle Aspirartion Biopsi (FNAB)
merupakan metode untuk mengevaluasi lesi subkutan atau yang terletak dalam
lagi. Prosedur ini paling banyak dipakai dalam menentukan sifat massa pada
kelenjar saliva dan leher.
KOMPLIKASI
Harus diperhatikan kecendurungan neoplasma yang dapat menyerang
tulang/jaringan yang berdekatan, sehingga terjadi perluasan kejaringan atau organ
penting pada daerah wajah dan leher. Dengan CT dan MRI, dapat menetukan
tingkat tumor secara akurat. Ameloblastoma yang besar dapat membuat hilangnya
fungsi rahang dan kesulitan menelan makan. Selanjutnya, kurangnya nutrisi dapat
menyebabkan hipoproteinemi. Pasien juga berisiko perdarahan karena ulserasi
dan dapat menunjukan gejala anemia.
Dua faktor yang diasumsikan menjadi penyebab hipoproteinemi pada
ameloblastoma kistik yang besar. Dinding kista bertindak sebagai membran
semipermeabel; dan kebocoran cairan intrakistik secara langsung melalui lubang
pada dinding kista. Beberapa penulis mengemukakan bahwa kista odontogenetik
berkualitas membran semipermeabel dan memiliki kemampuan untuk mentransfer
protein secara positif. Kadar albumin cairan kista odontogenik hampir sama
dengan serum albumin. Hal ini mungkin berdasarkan berat molekul lbumin yang
lebih kecil dari globulin; sehingga mudah berpindah melalui membran.
Ameloblastoma bersifat odontogenik juga dan formasi kista sering ditemukan
pada pasien dengan kelainan tersebut. Dalam kondisi ini, mungkin protein diserap
melalui dinding kista dan ditransfer ke dalam rongga kista.
11
E. PERAWATAN AMELOBLASTOMA
Perawatan tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang
yang luas, dengan atau tanpa rekonstruksi radioterapi tidak diindikasikan karena
lesi ini radioresisten. Pada beberapa literatur juga dikemukakan indikasi untuk
dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen sklorosan sebagai pilihan
perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca operasi) penting karena hampir
50% kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca operasi.
Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma
sampai jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan
dengan elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy.
Kemungkinan untuk terjadi rekuensi ada dan pasien harus diinstruksikan
untuk mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun tahun setelah
operasi. Iradiasi paska operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan
harus dilakukan secara rutin. Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit
pada daerah tulang yang terlibat tumor dan kemudian dilakukan bone graft.
Tumor ini tidak bersifat radiosensitif tapi dengan terapi X-ray dan radium
mempunyai efek dalam menghambat pertumbuhan lesi ini.
Beberapa prosedur operasi yang digunakan untuk mengobati
ameloblastoma antara lain:
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Pada
suatu diskusi menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan prosedur yang
paling tidak efisien untuk dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus rekurensi
hampir tidak dapat dielakkan, walaupun sebuah periode laten dari pengobatan
yang berbeda mungkin memberikan hasil yang salah. Kuretase tumor dapat
meninggalkan tulang yang sudah diivansi oleh sel tumor.
Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-
kadang tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada
periosteum, maka harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi
biasanya dapat diangkat dari tulang. Gunakan sisi yang konveksi dari kuret
dengan tarikan yang lembut. Saraf dan pembuluh darah biasanya digeser ke
samping dan tidak berada pada daerah operasi. Ujung tulang yang tajam
12
dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-gigi yang berada di
daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan perawatan khusus. Jika devitalisasi
diperlukan, perawatan endodontik sebelum operasi dapat dilakukan.
2. Eksisi Blok
Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi. Eksisi
sebuah bagian tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin
direkomendasikan apabilah ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa
dengan ukuran yang meliputi semua bagian yang terlibat tumor. Insisi dibuat
menjadi flap supaya tulang dapat direkseksi dibawah tepi yang terlibat tumor.
Lubang bur ditempatkan pada outline osteotomi, denganbur leher panjang
henahan. Oesteotomi digunakan untuk melengkapi pemotongan. Sesudah itu,
segen tulang yang terlibat tumor dibuang dengan tepi yang aman dari tulang
normal dan tanpa merusak border tulang.
Setelah melakukan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk
mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi tidak hanya mengikutkan
tumor saja tetapi juga sebagian tulang normal yang mengelilinginya. Gigi yang
terlibat tumor dibuang bersama an dengan tumor. Gigi yang terlibat tidak
diekstraksi secara terpisah.
3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang
mungkin saja melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa
kasus dilakukan pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula
sampai regio simfisis tanpa menyisakan border bawah mandibula akan
13
mengakibatkan perubahan bentuk wajah yang dinamakan “Andy Gump
Deformity”
Reseksi mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal
(bila diperluka) telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting
bibir bawah. Bibir bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikel dibuat sampai ke
dagu. Insisi itu kemudain dibelokkan secara horizontal sekitar ½ inchi dibawah
border bawah mandibula. Kemudian insisi diperluas mengikuti angulus bahwa
mandibula sampai mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat foramen mentale
mungkin saja dapat terjadi perdarahan karena adanya neurovascular.
4. Hemimaksilektomi
Akses ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson.
Pemisahan bibir melalui philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi
paranasal dan infraorbital menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek
lateral dari maksila dan dari ethmoid.
14
LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
15
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan judul makalah oleh penulis mengenai “Ameloblastoma”
maka diperlukan penjelasan mengenai defenisi ameloblastoma, etilogi
pathogenesis, tipe-tipe, diagnosis, komplikasi, dan perawatan penyakit
ameloblastoma.
1) Defenisi Ameloblastoma
Ameloblastoma merupakan tumor jinak odontogenik yang berasal
dari sisa-sisa epitel pada masa pembentukan gigi. Ameloblastoma dapat
tumbuh dari berbagai macam epitel odontogenik yang tersisa di antara
jaringan lunak alveolar dan tulang. Tumor ini tumbuhnya lambat, agresif
secara lokal dan dapat menyebabkan deformitas wajah yang besar.
2) Etiologi dan pathogenesis
16
3) Tipe Ameloblastoma
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan
antara lain tipe solid/multikistik (92%), tipe unikistik (6%), dan tipe
ekstraosseus/periferal (2%).
4) Diagnosis dan Komplikasi
DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis
2. Radiologis
17
ii. Fine-Needle Aspirartion Biopsi (FNAB)
1. Enukleasi
2. Eksisi Blok
3. Hemimandibulektomi
4. Hemimaksilektomi
18
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Ameloblastoma merupakan tumor jinak odontogenik yang berasal dari
sisa-sisa epitel pada masa pembentukan gigi. Ameloblastoma dapat tumbuh dari
berbagai macam epitel odontogenik yang tersisa di antara jaringan lunak alveolar
dan tulang. Tumor ini tumbuhnya lambat, agresif secara lokal dan dapat
menyebabkan deformitas wajah yang besar. Ameloblastoma memiliki angka
kejadian rekurensi yang tinggi bila tumor ini tidak dieksisi secara lokal dan dapat
menyebabkan deformitas wajah yang besar. Ameloblastoma memiliki angka
kejadian rekurensi yang tinggi bila tumor ini tidak dieksisi secara luas dan hati-
hati.1
19
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati (1994) Hubungan gigi Impaksi Dengan Ameloblastoma.
KPPIKG X. FKG UI. Jakarta, Oktober 1994 : 29 – 32.
Ritchie, AC. (1990) Boyd’s Text Book of Pathology. 9th ed. UK: Lea &
Febiger Ltd; 1990: p.982-3.
Soamers, JV. (1993) Oral Pathology. 2nd ed. USA: Oxford University
Press Inc; 1993: p.263-6.
20