Anda di halaman 1dari 14

DIAGNOSA KELAINAN JARINGAN PULPA

Oleh: Kelompok VI

Kadek Devi Dian Pratiwi 1806122010036

Kadek Dhira Wigata 1806122010037

Kadek Kuwera Paramartha 1806122010038

Kadek Yoga Bagaskara 1806122010039

Ketut Andri Sena 1806122010040

Kharisma Prasanthi 1806122010041

Komang G.P Wedaswara 1806122010042

BAGIAN ILMU KONSERVASI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, makalah yang berjudul
“Diagnosa Kelainan Jaringan Pulpa” dapat diselesaikan.
Begitu banyak bimbingan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Sumantri, M.Kes atas segala bimbingan dalam pembuatan makalah.
2. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun turut
mendukung dalam terlaksananya pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan yang patut
untuk diperbaiki. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan sehingga penulis menjadilebih baik lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak
pihak dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi di
masa yang akan datang.

Denpasar, 18 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
2.1 Tata Cara Diagnosis Kelainan Jaringan Pulpa .................................... 3
2.2 Jenis Kelainan Jaringan Pulpa .............................................................. 4
2.2.1 Pulpitis Reversibel ............................................................................... 4
2.2.2 Pulpitis Ireversibel .............................................................................. 5
2.2.3 Nekrosis Pulpa ..................................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 9
3.2 Saran ...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 1

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pulpa merupakan jaringan lunak yang berada pada kavitas atau ruang di
tengah mahkota dan akar gigi yang berfungsi membentuk dentin selama
kehidupan gigi (Scheidd dan Weiss, 2014). Fungsi primer pulpa adalah
formatif yakni membentuk odontoblas terkait dengan perkembangan gigi
geligi, setelah itu pulpa melaksanakan fungsi sekundernya yakni fungsi yang
terkait dengan sensitivitas gigi, hidrasi dan pertahanan.

Pulpa terlindungi dari iritasi melalui lapisan enamel yang utuh (Harty,
1993). Bila enamel rusak maka terjadi kelainan jaringan pada pulpa. Kelainan
jaringan pulpa dapat berupa iritasi pulpa, hyperemi pulpa, pulpitis, nekrosis
pulpa dan gangren pulpa.

Sebagai suatu jaringan ikat, tanggapan pulpa terhadap iritan adalah suatu
peradangan (inflamasi) yang bisa sembuh kembali atau terus berlanjut.
Penyembuhan bisa terjadi pada peradangan ringan, tetapi pada peradangan
parah pada umumnya akan meningkat menjadi nekrosis dan akhirnya bisa
menimbulkan abses. Dalam menentukan kelainan jaringan pulpa diperlukan
anamnesa, pemeriksaan utama dan penunjang, kemudian diagnosis dan
terakhir perawatan.

Diagnosis secara terminologi merupakan suatu penetapan keadaan yang


menyimpang atau juga keadaan normal dengan melalui dasar pemikiran serta
juga pertimbangan ilmu pengetahuan. Diagnosis sangat penting dalam
menentukan identifikasi mengenai sesuatu kelainan/penyakit. Diagnosis
kelainan jaringan pulpa berguna untuk mementukan kelainan yang diderita
dan perawatan yang cocok untuk kelainan jaringan pulpa tersebut.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami kelompok 6 akan membahas lebih
lanjut tentang diagnosis kelainan jaringan pulpa sekaligus memenuhi tugas MT
13 Konservasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan
masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tata cara mendiagnosa kelainan jaringan pulpa?
2. Apa saja jenis kelainan jaringan pulpa?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yakni:
1. Untuk mengetahui cara mendiagnosa kelainan jaringan pulpa
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kelainan pada jaringan pulpa
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini, yakni :
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai pemeriksaan kelainan
jaringan pulpa
2. Dapat mengetahui apa saja jenis kelainan jaringan pulpa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tata Cara Diagnosis Kelainan Jaringan Pulpa


Pasien yang dalam keadaan sakit akan memberikan informasi dan respon
serba berlebihan dan tidak tepat. Mereka cenderung bingung dan cemas. Oleh
karena itu, harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar dan pendekatan
yang sistematik agar diagnosis akurat. Agar sampai pada diagnosis yang tepat
dan dapat menentukan sumber nyerinya, maka klinisi harus mendapatkan
informasi yang tepat mengenai riwayat medis dan riwayat giginya; mengajukan
pertanyaan mengenai riwayat, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimuli
yang menyebabkan timbulnya nyeri; melakukan pemeriksaan visual pada
wajah, jaringan keras dan lunak rongga mulut; melakukan pemeriksaan
intraoral; melakukan pengetesan pulpa; melakukan tes palpasi, tes perkusi dan
melakukan pemeriksaan radiograf. Berikut ini adalah pemeriksaan-
pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis:
a. Pemeriksaan subyektif, dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan
stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu
dan menyebar, besar kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri yang terjadi
pada waktu mastikasi atau ketika gigi berkontak dan jelas batasnya mungkin
berasal dari periaspeks. Tiga faktor penting yang membentuk kualitas dan
kuantitas nyeri adalah spontanitas, intensitas dan durasinya. Jika pasien
mengeluhkan salah satu gejala ini, besar kemungkinan terdapat lelainan
yang cukup signifikan. Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek
informasi seputar sumber nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau
periradikuler. Seorang klinisi yang pandai akan mampu menetapkan
diagnosis sementara melalui pemeriksaan subyektif yang teliti sedangkan
pemeriksaan obyektif dan radiograf digunakan untuk konfirmasi.
b. Pemeriksaan Obyektif, meliputi pemeriksaan wajah, jaringan keras dan
lunak rongga mulut. Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan,
pemeriksaan dengan kaca mulut dan sonde untuk melihat karies, ada

3
tidaknya kerusakan restorasi, mahkota yang berubah warna, karies sekunder
atau adanya fraktur. Tes periradikuler membantu mengidentifikasi inflamasi
periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan
dengan jari atau menggoyangkan gigi dan perkusi ringan dengan ujung
gagang kaca mulut. Tes vitalitas pulpa tidak begitu bermanfaat pada pasien
yang sedang menderita sakit akut karena dapat menimbulkan kembali rasa
sakit yang dikeluhkan. Tes dingin, panas, elektrik dilakukan untuk
memeriksa apakah gigi masih vital atau nekrosis.
c. Pemeriksaan penunjang, meliputi pemeriksaan radiografi yang berguna
dalam menentukan perawatan darurat yang tepat, memberikan banyak
informasi mengenai ukuran, bentuk dan konfigurasi sistem saluran akar.
Pemeriksaan radiografi mempunyai keterbatasan, penting diperhatikan
bahwa lesi periradikuler mungkin ada, tetapi tidak terlihat pada gambar
radiograf karena kepadatan tulang kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau
angulasi film. Demikian pula, lesi yang terlihat pada film, ukuran
radiolusensinya hanya sebagian dari ukuran kerusakan tulang sebenarnya.

2.2 Jenis Kelainan Jaringan Pulpa


2.2.1 Pulpitis Reversibel
Ini mengacu pada pulpa yang mengalami peradangan ringan akibat iritasi
pulpa yang masih dapat disembuhkan atau dikembalikan ke kondisi normal
secara klinis jika dilakukan terapi pengobatan yang tepat. Pulpitis reversibel
dapat disebabkan oleh karies, trauma, restorasi yang rusak atau restorasi yang
baru, eksposur pulpa mekanis, abrasi sikat gigi, sindrom gigi retak atau scaling
dan kuret subgingiva. Rasa sakit itu ditandai sebagai ringan sampai parah yang
ditimbulkan oleh rangsangan (misalnya rangsangan panas, menggigit, manis
atau asam) (Gbr. 3.2). Nyeri akan hilang beberapa detik setelah stimulus
dihilangkan dan tidak ada riwayat nyeri spontan. Tidak akan ada respons
terhadap perkusi atau palpasi, dan gambaran radiografi umumnya normal.
Pulpitis reversibel harus dibedakan dari sensitivitas dentin yang etiologinya
disebabkan oleh sementum akar yang terpapar.

4
Gejala Klinis :

• Keluhan Utama : sensitivitas terhadap panas atau dingin.


• Karateristik Nyeri : tajam dan sekilas sesaat diberi rangsangan.
• Gambaran Radiografi : Normal/ tidak ada kelainan.
• Tes Elektrik Pulpa : Responsif.
• Tes Suhu : Normal/ Nyeri.
• Perkusi, Palpasi, Mobilitas : TAK.
• Perawatan : Menghilangkan penyebab rangsangan.
• DD : Karies, Crack, Prosedur Restoratif atau Trauma.

2.2.2 Pulpitis Ireversibel


Kondisi pulpa biasanya disebabkan oleh karies yang dalam atau restorasi
gigi, prosedur perawatan saluran akar, retakan atau iritasi pulpa lainnya. Nyeri
spontan dapat terjadi atau dipicu oleh panas atau rangsangan lain. Rasa sakit
bisa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam yang
digambarkan sebagai respons nyeri yang tajam atau tumpul yang tetap ada
setelah stimulus dihilangkan. Sifat nyeri tergantung pada jenis serat saraf yang
merespons peradangan di dalam pulpa (baik serat A delta yang memediasi
nyeri tajam atau serat C yang bertanggung jawab nyeri berdenyut dan tumpul).

5
Entitas penyakit ini menandakan bahwa keadaan pulpa tidak akan sembuh dan
jika tidak ditangani akan mengakibatkan nekrosis pulpa yang diikuti oleh
periodontitis apikalis. Gigi mungkin sensitif atau tidak sensitif terhadap perkusi
dan gambaran radiografik mungkin biasa-biasa saja selain yang etiologi yaitu
restorasi dalam (Gbr. 3.4). Terkadang pasien datang dengan pulpitis ireversibel
asimtomatik yang onsetnya dipicu oleh paparan karies sebelumnya, ekskavasi
karies atau trauma.

Gejala Klinis :

• Keluhan Utama : sensitivitas terhadap panas atau dingin.


• Karateristik Nyeri : Intens,spontan,dan lama sesaat diberi rangsangan panas.
• Gambaran Radiografi : Karies, restorasi yang buruk, pembesaran PDLS.
• Tes Elektrik Pulpa : Tidak Respon.
• Tes Suhu : Nyeri.
• Perkusi, Palpasi, Mobilitas : TAK.
• Perawatan : Terapi Endodontik (Perawatan Saluran Akar)
• DD : Karies, Crack, Prosedur Restoratif atau Trauma.

6
2.2.3 Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa merupakan hasil akhir dari pulpitis ireversibel yang
biasanya terjadi terjadi selama periode waktu yang bervariasi. Pada kejadian
yang jarang terjadi seperti trauma, awitan nekrosis bisa terjadi secara tiba-tiba
dan langsung. Gejala akan bervariasi sesuai dengan tahap nekrosis (parsial atau
lengkap) dengan beberapa pasien memberikan riwayat nyeri sebelumnya
kepada mereka yang tidak mengalaminya. Sensitivitas perkusi dapat terlihat
jika nekrosis telah mengakibatkan sistem saluran akar yang terinfeksi dengan
bakteri mencapai bagian apikal gigi dan seterusnya. Kadang-kadang gigi bisa
berubah warna sebagai akibat langsung dari perubahan tembusnya gigi atau
hemolisis sel darah merah selama dekomposisi pulpa. Tes pulpa tidak akan
menunjukkan respons terhadap tes pulpa elektrik dan stimulus termal dalam
kasus di mana nekrosis total telah terjadi. Pada gigi berakar banyak di mana
nekrosis parsial mungkin telah terjadi, tes sensibilitas pulpa mungkin terbukti
positif, membuat diagnosis sulit pada tahap awal (Gbr. 3.5). Perbedaan antara
nekrosis parsial dan nekrosis lengkap penting dalam penanganan trauma dan
gigi imatur dengan apeks terbuka, terutama saat memutuskan apakah akan
melakukan prosedur apeksogenesis atau apeksifikasi. Nekrosis steril adalah
istilah histologis yang hanya dapat dianggap berdasarkan ketidakresponsifan
terus menerus terhadap pengujian pulpa dan tidak adanya lesi periapikal di
apeks gigi. Hal ini biasanya terjadi pada gigi yang tidak direstorasi yang
memiliki trauma berkelanjutan dimana tidak dapat diandalkan secara klinis dan
tanda atau gejala radiografik bisa mengkonfirmasi adanya periodontitis apikal.
Biasanya disarankan untuk menunggu selama 3 bulan dengan pengujian pulpa
berkala. Dalam kasus seperti itu, keputusan untuk menunggu lebih lama
dengan manfaat revaskularisasi pulpa harus dipertimbangkan terhadap
kemungkinan berkembangnya periodontitis apikal, yang secara statistik
menurunkan tingkat keberhasilan secara keseluruhan.

7
Gejala Klinis :

• Keluhan Utama : Tidak ada gejala/ Sensitif terhadap panas atau dingin
• Karateristik Nyeri : Tidak ada/ bermacam-macam.
• Gambaran Radiografi : PDLS normal atau pelebaran PDLS.
• Tes Elektrik Pulpa : Tidak ada respons.
• Tes Suhu : Tidak ada respons.
• Perkusi, Palpasi, Mobilitas : TAK.
• Perawatan : Terapi Endodontik ketika terdapat gejala maupun temuan pada
gambaran radiografi.
• DD : Karies, Crack, Prosedur Restoratif atau Trauma.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pulpa merupakan jaringan lunak yang berada pada kavitas atau ruang di
tengah mahkota dan akar gigi yang berfungsi membentuk dentin selama
kehidupan gigi (Scheidd dan Weiss, 2014). Jaringan pulpa ini dapat terjadi
sebuah kelainan, ada pun beberapa kelainan dan diagnosanya yaitu:

• Pulpitis reversible yaitu konidisi ini mengacu pada pulpa yang mengalami
peradangan ringan akibat iritasi pulpa yang masih dapat disembuhkan atau
dikembalikan ke kondisi normal. Keluhan utama : sensitivitas terhadap
panas atau dingin dan karateristik nyeri : tajam dan sekilas sesaat diberi
rangsangan.
• Pulpitis Ireversibel yaitu kondisi inflamasi berkelanjutan pulpa biasanya
disebabkan oleh karies yang dalam atau restorasi gigi, prosedur perawatan
saluran akar, retakan atau iritasi pulpa lainnya. Keluhan utama : sensitivitas
terhadap panas atau dingin. Karateristik nyeri : Intens,spontan,dan lama
sesaat diberi rangsangan panas.
• Nekrosis pulpa merupakan hasil akhir dari pulpitis ireversibel yang biasanya
terjadi terjadi selama periode waktu yang bervariasi. Keluhan Utama : Tidak
ada gejala/ Sensitif terhadap panas atau dingin,karateristik Nyeri : Tidak
ada/ bermacam-macam.
Dalam menentukan kelainan jaringan pulpa diperlukan
anamnesa,pemeriksaan utama dan penunjang, kemudian diagnosis dan terakhir
perawatan. Diagnosis kelainan jaringan pulpa berguna untuk mementukan
kelainan yang diderita dan perawatan yang cocok untuk kelainan jaringan
pulpa tersebut. Tata cara diagnosis kelainan jaringan pulpa dimulai dengan
mengetahui keluhan utama serta informasi yang lengkap mengenai data diri,
riwayat kesehatan umum dan gigi, selanjutnya dilakukan pemeriksaan subjektif
yang dimana dokter gigi harus dapat membuat pasien mengeluhkan rasa sakit
secara lengkap dan dalam suasana yg memungkinkan pasien menceritakan

9
semua keluhannya selain itu di pemeriksaan subjektif ini dokter gigi
mengetahui gigi yang terlibat serta gejala subyektif lainnya. Dilanjutkan
dengan pemeriksaan obyektif yang terdiri dari pemeriksaan ekstra oral,
pemeriksaan intra oral, pemeriksaan perubahan yang terjadi di dalam RM
(warna, inflamasi, ulserasi, dll), pemeriksaan visual, tes perkusi, tes palpasi, tes
vitalitas, tes EPT, tes termal, tes kavitas serta pemeriksaan yang terakhir adalah
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak dan berkualifikasi serta valid yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Semoga pembahasan dan kesimpulan
diatas dapat memberi manfaat kepada para pembaca serta menambah
pengetahuan kita tentang Diagnosa dari Kelainan Jaringan Pulpa. Saran penulis
untuk mencari dan mempelajari lebih dalam tentang hal yang berkaitan dengan
pembahasan diatas supaya kedepannya kita sebagai mahasiswa/ dokter gigi
bisa menentukan diagnosa yang benar dan tepat dengan mempelajari
pengetahuan dasar ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Apriyono, D. K. (2010). Kedaruratan Endodonsia Bagian Ilmu Konservasi Gigi,


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Stomatognatic (J.K.G.
Unej) Vol.7, 45-50.

Patel, B. (2015). Endodontic Diagnosis, Pathology, and Treatment Planning.

Walton, RE. (2008). Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3. Jakarta : EGC.

Tarigan, R. (2006). Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai