Oleh: Kelompok VI
DENPASAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, makalah yang berjudul
“Diagnosa Kelainan Jaringan Pulpa” dapat diselesaikan.
Begitu banyak bimbingan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Sumantri, M.Kes atas segala bimbingan dalam pembuatan makalah.
2. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun turut
mendukung dalam terlaksananya pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan yang patut
untuk diperbaiki. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan sehingga penulis menjadilebih baik lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak
pihak dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi di
masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pulpa terlindungi dari iritasi melalui lapisan enamel yang utuh (Harty,
1993). Bila enamel rusak maka terjadi kelainan jaringan pada pulpa. Kelainan
jaringan pulpa dapat berupa iritasi pulpa, hyperemi pulpa, pulpitis, nekrosis
pulpa dan gangren pulpa.
Sebagai suatu jaringan ikat, tanggapan pulpa terhadap iritan adalah suatu
peradangan (inflamasi) yang bisa sembuh kembali atau terus berlanjut.
Penyembuhan bisa terjadi pada peradangan ringan, tetapi pada peradangan
parah pada umumnya akan meningkat menjadi nekrosis dan akhirnya bisa
menimbulkan abses. Dalam menentukan kelainan jaringan pulpa diperlukan
anamnesa, pemeriksaan utama dan penunjang, kemudian diagnosis dan
terakhir perawatan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami kelompok 6 akan membahas lebih
lanjut tentang diagnosis kelainan jaringan pulpa sekaligus memenuhi tugas MT
13 Konservasi.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan
masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tata cara mendiagnosa kelainan jaringan pulpa?
2. Apa saja jenis kelainan jaringan pulpa?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yakni:
1. Untuk mengetahui cara mendiagnosa kelainan jaringan pulpa
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kelainan pada jaringan pulpa
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini, yakni :
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai pemeriksaan kelainan
jaringan pulpa
2. Dapat mengetahui apa saja jenis kelainan jaringan pulpa
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tidaknya kerusakan restorasi, mahkota yang berubah warna, karies sekunder
atau adanya fraktur. Tes periradikuler membantu mengidentifikasi inflamasi
periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan
dengan jari atau menggoyangkan gigi dan perkusi ringan dengan ujung
gagang kaca mulut. Tes vitalitas pulpa tidak begitu bermanfaat pada pasien
yang sedang menderita sakit akut karena dapat menimbulkan kembali rasa
sakit yang dikeluhkan. Tes dingin, panas, elektrik dilakukan untuk
memeriksa apakah gigi masih vital atau nekrosis.
c. Pemeriksaan penunjang, meliputi pemeriksaan radiografi yang berguna
dalam menentukan perawatan darurat yang tepat, memberikan banyak
informasi mengenai ukuran, bentuk dan konfigurasi sistem saluran akar.
Pemeriksaan radiografi mempunyai keterbatasan, penting diperhatikan
bahwa lesi periradikuler mungkin ada, tetapi tidak terlihat pada gambar
radiograf karena kepadatan tulang kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau
angulasi film. Demikian pula, lesi yang terlihat pada film, ukuran
radiolusensinya hanya sebagian dari ukuran kerusakan tulang sebenarnya.
4
Gejala Klinis :
5
Entitas penyakit ini menandakan bahwa keadaan pulpa tidak akan sembuh dan
jika tidak ditangani akan mengakibatkan nekrosis pulpa yang diikuti oleh
periodontitis apikalis. Gigi mungkin sensitif atau tidak sensitif terhadap perkusi
dan gambaran radiografik mungkin biasa-biasa saja selain yang etiologi yaitu
restorasi dalam (Gbr. 3.4). Terkadang pasien datang dengan pulpitis ireversibel
asimtomatik yang onsetnya dipicu oleh paparan karies sebelumnya, ekskavasi
karies atau trauma.
Gejala Klinis :
6
2.2.3 Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa merupakan hasil akhir dari pulpitis ireversibel yang
biasanya terjadi terjadi selama periode waktu yang bervariasi. Pada kejadian
yang jarang terjadi seperti trauma, awitan nekrosis bisa terjadi secara tiba-tiba
dan langsung. Gejala akan bervariasi sesuai dengan tahap nekrosis (parsial atau
lengkap) dengan beberapa pasien memberikan riwayat nyeri sebelumnya
kepada mereka yang tidak mengalaminya. Sensitivitas perkusi dapat terlihat
jika nekrosis telah mengakibatkan sistem saluran akar yang terinfeksi dengan
bakteri mencapai bagian apikal gigi dan seterusnya. Kadang-kadang gigi bisa
berubah warna sebagai akibat langsung dari perubahan tembusnya gigi atau
hemolisis sel darah merah selama dekomposisi pulpa. Tes pulpa tidak akan
menunjukkan respons terhadap tes pulpa elektrik dan stimulus termal dalam
kasus di mana nekrosis total telah terjadi. Pada gigi berakar banyak di mana
nekrosis parsial mungkin telah terjadi, tes sensibilitas pulpa mungkin terbukti
positif, membuat diagnosis sulit pada tahap awal (Gbr. 3.5). Perbedaan antara
nekrosis parsial dan nekrosis lengkap penting dalam penanganan trauma dan
gigi imatur dengan apeks terbuka, terutama saat memutuskan apakah akan
melakukan prosedur apeksogenesis atau apeksifikasi. Nekrosis steril adalah
istilah histologis yang hanya dapat dianggap berdasarkan ketidakresponsifan
terus menerus terhadap pengujian pulpa dan tidak adanya lesi periapikal di
apeks gigi. Hal ini biasanya terjadi pada gigi yang tidak direstorasi yang
memiliki trauma berkelanjutan dimana tidak dapat diandalkan secara klinis dan
tanda atau gejala radiografik bisa mengkonfirmasi adanya periodontitis apikal.
Biasanya disarankan untuk menunggu selama 3 bulan dengan pengujian pulpa
berkala. Dalam kasus seperti itu, keputusan untuk menunggu lebih lama
dengan manfaat revaskularisasi pulpa harus dipertimbangkan terhadap
kemungkinan berkembangnya periodontitis apikal, yang secara statistik
menurunkan tingkat keberhasilan secara keseluruhan.
7
Gejala Klinis :
• Keluhan Utama : Tidak ada gejala/ Sensitif terhadap panas atau dingin
• Karateristik Nyeri : Tidak ada/ bermacam-macam.
• Gambaran Radiografi : PDLS normal atau pelebaran PDLS.
• Tes Elektrik Pulpa : Tidak ada respons.
• Tes Suhu : Tidak ada respons.
• Perkusi, Palpasi, Mobilitas : TAK.
• Perawatan : Terapi Endodontik ketika terdapat gejala maupun temuan pada
gambaran radiografi.
• DD : Karies, Crack, Prosedur Restoratif atau Trauma.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pulpa merupakan jaringan lunak yang berada pada kavitas atau ruang di
tengah mahkota dan akar gigi yang berfungsi membentuk dentin selama
kehidupan gigi (Scheidd dan Weiss, 2014). Jaringan pulpa ini dapat terjadi
sebuah kelainan, ada pun beberapa kelainan dan diagnosanya yaitu:
• Pulpitis reversible yaitu konidisi ini mengacu pada pulpa yang mengalami
peradangan ringan akibat iritasi pulpa yang masih dapat disembuhkan atau
dikembalikan ke kondisi normal. Keluhan utama : sensitivitas terhadap
panas atau dingin dan karateristik nyeri : tajam dan sekilas sesaat diberi
rangsangan.
• Pulpitis Ireversibel yaitu kondisi inflamasi berkelanjutan pulpa biasanya
disebabkan oleh karies yang dalam atau restorasi gigi, prosedur perawatan
saluran akar, retakan atau iritasi pulpa lainnya. Keluhan utama : sensitivitas
terhadap panas atau dingin. Karateristik nyeri : Intens,spontan,dan lama
sesaat diberi rangsangan panas.
• Nekrosis pulpa merupakan hasil akhir dari pulpitis ireversibel yang biasanya
terjadi terjadi selama periode waktu yang bervariasi. Keluhan Utama : Tidak
ada gejala/ Sensitif terhadap panas atau dingin,karateristik Nyeri : Tidak
ada/ bermacam-macam.
Dalam menentukan kelainan jaringan pulpa diperlukan
anamnesa,pemeriksaan utama dan penunjang, kemudian diagnosis dan terakhir
perawatan. Diagnosis kelainan jaringan pulpa berguna untuk mementukan
kelainan yang diderita dan perawatan yang cocok untuk kelainan jaringan
pulpa tersebut. Tata cara diagnosis kelainan jaringan pulpa dimulai dengan
mengetahui keluhan utama serta informasi yang lengkap mengenai data diri,
riwayat kesehatan umum dan gigi, selanjutnya dilakukan pemeriksaan subjektif
yang dimana dokter gigi harus dapat membuat pasien mengeluhkan rasa sakit
secara lengkap dan dalam suasana yg memungkinkan pasien menceritakan
9
semua keluhannya selain itu di pemeriksaan subjektif ini dokter gigi
mengetahui gigi yang terlibat serta gejala subyektif lainnya. Dilanjutkan
dengan pemeriksaan obyektif yang terdiri dari pemeriksaan ekstra oral,
pemeriksaan intra oral, pemeriksaan perubahan yang terjadi di dalam RM
(warna, inflamasi, ulserasi, dll), pemeriksaan visual, tes perkusi, tes palpasi, tes
vitalitas, tes EPT, tes termal, tes kavitas serta pemeriksaan yang terakhir adalah
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak dan berkualifikasi serta valid yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Semoga pembahasan dan kesimpulan
diatas dapat memberi manfaat kepada para pembaca serta menambah
pengetahuan kita tentang Diagnosa dari Kelainan Jaringan Pulpa. Saran penulis
untuk mencari dan mempelajari lebih dalam tentang hal yang berkaitan dengan
pembahasan diatas supaya kedepannya kita sebagai mahasiswa/ dokter gigi
bisa menentukan diagnosa yang benar dan tepat dengan mempelajari
pengetahuan dasar ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Walton, RE. (2008). Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3. Jakarta : EGC.