Anda di halaman 1dari 26

DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN

LEPASAN (GTSL)
Tugas Mahasiswa Kelompok-4 Semester V
MT-13 Diagnosis Penyakit Gigi dan Mulut

Dosen Pembimbing :
drg. Dewi Farida Nurlitasari, Sp.Pros.

BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
Denpasar, 10 Oktober 2020

Disusun Oleh :
Ni Kadek Priyantini 1806122010050
Ni Kadek Sri Yuliantari 1806122010051
Ni Kadek Susanti Dewi 1806122010052
Ni Komang Ayu Tania Purnama Dewi 1806122010053
Ni Komang Vedya Purnaningsih 1806122010054
Ni Luh Putu Putri Pravita Laksmi 1806122010056
Ni Luh Widiarti Purnami Nantra 1806122010057
Ni Made Ester Aprillia Sudarna 1806122010058
Ni Made Regitha Dwicahya Pradnyaswari 1806122010059
Ni Made Winda Preliyani 1806122010060
Ni Nyoman Nadia Kurnia Dewi 1806122010061
Ni Nyoman Premawati 1806122010062
Ni Putu Ratih Berliana Eka Sari 1806122010063
Ni Putu Shantika Dewi 1806122010064
Nike Prista Purnamita 1806122010065
Pande Luh Gede Lenny Wulandari 1806122010066
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Radiologi yang berjudul “DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN”
ini bisa diselesaikan secara tepat waktu.
Kami sampaikan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
menyadari segala keterbatasan yang ada saat ini. Untuk itu, demi sempurnanya
makalah ini, kami sangat membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran yang
berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kiranya berkat Tuhan Yang Maha Esa akan selalu menyertai kita semua.

Denpasar, 2 September 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
1.2 RUMUSAH MASALAH ............................................................................ 2
1.3 TUJUAN ..................................................................................................... 3
1.4 MANFAAT ................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL) ........... 4
2.2 KOMPONEN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL) .............. 4
2.3 KLASIFIKASI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL) ............ 9
2.4 PRINSIP DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL) .... 12
2.5 TAHAPAN PEMBUATAN DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN
LEPASAN (GTSL) ........................................................................................ 13

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ........................................................................................ 20
3.2 SARAN ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi merupakan satu-satunya organ tubuh yang tidak dapat memperbaiki diri.
Padahal seringkali kita menemui kasus kehilangan gigi pada seseorang.
Kehilangan gigi bisa terjadi pada siapa saja, dan penyebabnya pun beragam,
antara lain karena pencabutan gigi akibat kerusakan gigi (gigi berlubang, patah,
retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak
factor yang lainnya. Salah satu cara untuk membantu memperbaiki kehilangan
fungsi sebagai akibat kehilangan gigi tersebut adalah dengan pemakaian gigi
tiruan.
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan
satu gigi atau lebih dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta
dapat dibuka dan dipasang oleh pemakainya. GTSL ini mempunyai berbagai jenis
macam desain, baik yang terbuat dari resin akrilik ataupun kerangka logam.
Desain ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan GTSL karena desain
yang tepat dapat mencegah terjadinya fraktur dalam mulut akibat kesalahan yang
tidak seharusnya terjadi. Desain dari GTSL tergantung pada pola kehilangan gigi.
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) merupakan pilihan perawatan yang
efektif dan terjangkau pada kasus kehilangan gigi sebagian. Gigi Tiruan lahir
sebagai sebuah alat yang diciptakan untuk membantu pasien mencapai
kesehatannya kembali dengan bantuan gigi tiruan yang menyerupai gigi asli.
Walaupun suatu gigi tiruan, memang tidak dapat sebaik gigi alami atau gigi asli
dalam menggantikan fungsinya. Hal ini termasuk pada bahan, sensasi rasa, serta
efek psikologi penggunaannya. Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan
hanya memperbaiki fungsi pengunyahan, fonetik, estetik saja, tetapi juga
mencegah berubahnya struktur jaringan pengunyahan dan otot muka, dan harus
dapat mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih ada agar. Setiap
protesa yang dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko merusak kesehatan
gigi dan jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil dengan membuat
1
desain yang tepat dan dengan menginstruksikan pada pasien tentang cara menjaga
kebersihan mulut dan geligi tiruannya.
Dokter gigi bertanggung jawab penuh dalam mendesain GTSL karena dokter
gigi yang memahami kondisi biologis rongga mulut pasien dan faktor lain yang
berhubungan dengan desain GTSL. Hal ini sesuai dengan pernyataan The
Academy of Prosthodontics bahwa perencanaan perawatan, preparasi gigi
penyangga, dan mendesain GTSL merupakan tanggung jawab dokter gigi. Desain
GTSL harus berdasarkan prinsip desain yang bijaksana serta pemeriksaan klinis
yang teliti. Desain GTSL untuk masing-masing individu pasien harus berdasarkan
kondisi gigi yang tersisa dan kondisi rongga mulutnya. Berdasarkan hasil
penelitian Mahmood dan Mohd Sidek (2001), 43,6% dari dokter gigi
menyerahkan desain GTSL sepenuhnya pada tekniker. Hanya 18,2% yang
melampirkan instruksi yang jelas dengan detail komponen yang berhubungan
dengan desain GTSL. Sebanyak 31,8% melampirkan beberapa instruksi panduan
dan 6,4% melampirkan permintaan spesifik pada Universitas Sumatera Utara 5
laboratorium untuk desain GTSL. Edukasi desain GTSL yang melibatkan dokter
gigi dan tekniker disarankan untuk dilakukan agar menambah pengetahuan
konsep dasar desain GTSL dan meningkatkan komunikasi antara dokter gigi dan
tekniker.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)?
2. Apa saja komponen gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)?
3. Bagaimana klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)?
4. Bagaimana prinsip-prinsip desain gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)?
5. Bagaimana tahap pembuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)?

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yakni:
1. Untuk mengetahui maksud dari gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL).
2. Untuk mengetahui komponen gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL).
3. Untuk mengetahui klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL).
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip desain gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL).
5. Untuk mengetahui tahap pembuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL).

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan mengenai desain gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL).
2. Menambah pengetahuan mengenai komponen gigi tiruan sebagian lepasan
(GTSL).
3. Menambah pengetahuan mengenai klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan
(GTSL).
4. Menambah pengetahuan mengenai prinsip-prinsip desain gigi tiruan sebagian
lepasan (GTSL).
5. Menambah pengetahuan mengenai tahap pembuatan desain gigi tiruan sebagian
lepasan (GTSL).

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)


Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan
satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat
dilepas oleh pasien. Gigi tiruan ditinjau berdasarkan bahan gigi tiruan sebagian
yaitu kerangka logam dan bahan akrilik. Gigi tiruan kerangka logam terdiri dari
landasan gigi tiruan logam karena bahan logam cukup kuat, landasan gigi tiruan
kerangka logam dapat dibuat lebih tipis dan lebih kecil sehingga pemakaian akan
lebih nyaman.
Bahan akrilik merupakan campuran bahan sejenis plastik, yang
manipulasinya mudah, murah, ringan dan bisa diwarnai sesuai dengan warna gigi
dan gusi.
Gigi tiruan sebagian lepasan dapat menyebabkan trauma pada jaringan keras
maupun lunak di bawah gigi tiruan. Perubahan ini mulai terjadi segera setelah
pasien memakai gigi tiruan dan mencakup bagian peradangan mukosa yang cukup
tinggi dalam satu tahun sejak gigi tiruan dibuat. Pada gigi tiruan lengkap yang
baru, yang secara klinis kecekatannya baik, belum menjamin bahwa peradangan
mukosa tidak akan terjadi. Pemakaian gigi tiruan sehari semalam untuk waktu
yang lama dapat menyebabkan timbulnya lingkungan mukosa yang menerima
beban berat mengunyah, terutama bila terdapat pula kebiasaan menyentak gigi.

2.2. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)


Komponen GTSL terdiri dari konektor, sandaran/rest , penahan (retainer) ,
basis geligi tiruan (saddle), dan elemen gigi tiruan.
1. Konektor
Pada tiap rahang dapat dibagi menjadi konektor utama (major connector)
dan konektor minor (minor connector), sesuai dengan fungsinya masing-masing.

4
a. Konektor Mayor
Konektor mayor merupakan komponen dari GTSL yang menghubungkan
bagian-bagian gigi tiruan yang terletak pada sisi kiri dan kanan rahang. Bagian-
bagian lain dari gigi tiruan terhubung secara langsung maupun tidak langsung
pada konektor mayor. Komponen ini juga memberikan stabilitas untuk membantu
menahan pergerakan dari tekanan fungsional.
Bentuk umum konektor mayor rahang atas adalah batang palatal tunggal,
plat palatal, batang palatal ganda, plat palatal berbentuk U/usher U

Bentuk umum konektor mayor rahang bawah yaitu batang lingual, plat
lingual, batang lingual ganda, batang labial.

b. Konektor Minor
Konektor minor merupakan komponen GTSL yang menghubungkan
antara konektor mayor dengan basis atau klamer atau indirect retainer atau
sandaran oklusal. Konektor minor dapat berfungsi untuk menyalurkan tekanan
fungsional ke gigi penyangga. Syarat konektor minor harus rigid, biasanya

5
diletakkan pada daerah embrasure gigi dan berbentuk lancip ke arah gigi
penyangga (Gunadi dkk., 2012).
Fungsi konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusi atau beban
oklusi ke gigi pegangan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya pelepasan,
menghubungkan bagian-bagian GTSL dengan konektor mayor, menyalurkan efek
penahan, sandaran dan bagian pengimbanagan kepada sandaran serta mentransfer
efek retainer serta komponen gigi lain ke gigi tiruan.
2. Rest / Sandaran
Sandaran merupakan komponen GTSL yang memberikan dukungan vertikal
pada gigi tiruan. Sandaran harus ditempatkan pada permukaan gigi yang sudah
dipreparasi, disebut dengan dudukan sandaran.
Macam-macam bentuk sandaran yaitu sandaran oklusal,sandaran oklusal yang
diperluas, sandaran oklusal interproksimal, sandaran oklusal internal, sandaran
lingual, sandaran insisal.

3. Retainer/ Penahan
Penahan atau retainer merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi memberi retensi dan karenanya mampu menahan protesa tetap pada
tempatnya. Penahan dapat dibagi menjadi dua kelompok :

6
a. Direct Retainer/ Penahan Langsung
Bagian dari cengkeram GTSL yang berguna untuk menahan terlepasnya gigi
tiruan secara langsung. Direct retainer ini dapat berupa klamer/ cengkeram dan
presisi yang berkontak langsung dengan permukaan gigi pegangan. Fungsi direct
retainer adalah mencegah terlepasnya gigi tiruan kearah oklusal.
Dua tipe umum direct retainer yaitu direct intra koronal dan direct ekstra
koronal. Direct intra koronal adalah penahan yang terletak dalam batas kontur
anatomi mahkota gigi penyangga. Direct intra koronal pada umumnya disebut
kaitan internal atau presisi. Direct ekstra koronal adalah penahan yang dilekatkan
pada permukaan gigi penyangga. Bentuk direct ekstra koronal yang paling umum
digunakan adalah cengkeram.
Berdasarkan desain, cengkeram dapat dibagi menjadi dua yaitu cengkeram
oklusal dan cengkolan gingiva:
1. Cengkeram Oklusal
adalah cengkeram yang mengarah ke daerah gerong dari oklusal

Keterangan Gambar : Kelompok Cengkeram Oklusal: a.cengkeram akers; b.cengkeram


mengarah kebelakang; c. cengkeram kail; d. Cengkeram setengah-setengah; e.cengkeram
ganda; f. Cengkeram embrasure; g. cengkeram cincin
2. Cengkeram Gingiva
Adalah cengkeram yang mengarah ke daerah gerong dari arah servikal

7
Keterangan Gambar: Kelompok Cengkeram Gingiva : a.cengkeram T;
b.Cengkeram I

b. Indirect Retainer/ Penahan Tidak Langsung


Bagian dari GTSL yang berguna untuk menahan terlepasnya gigi tiruan secara
tidak langsung.
Indirect retainer berfungsi mengurangi ungkitan anteroposterior pada gigi
penyangga, stabilisasi terhadap pergerakan horizontal gigi tiruan melalui kontak
antara konektor minor dengan permukaan gigi, stabilisasi terhadap pergerakan
lingual pada gigi anterior yang mendukung indirect retainer, sebagai sandaran
untuk mendukung konektor mayor dan mendistribusikan tekanan, dapat menjadi
indikasi untuk kebutuhan reline pada gigi tiruan perluasan distal.
Beberapa bentuk dari penahan tidak langsung diantaranya oklusal rest,
kaninus rest, bar continu,lingual plat, daerah modifikasi, dukungan rugae.

Keterangan Gambar : Indirect Retainer


4. Basis Geligi Tiruan (Saddle)
Basis gigi tiruan adalah komponen yang mendukung anasir gigi tiruan dan
menerima gaya fungsional dari oklusi serta memindahkan gaya fungsional ke
struktur pendukung rongga mulut.
Fungsi basis yaitu untuk meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan tulang
alveolar di bawahnya, memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesif
8
antara basis dengan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah, sebagai tempat
melekatnya cengkeram, dan menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan
dukungan kepada bibir dan pipi(estetik).
5. Elemen Gigi Tiruan
Elemen gigi merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi gigi tiruan kadang-kadang merupakan
tahap yang cukup sulit dalam proses pembuatan protesa, kecuali pada kasus masih
ada gigi asli yang bisa dijadikan panduan. Dalam seleksi elemen ada metode
untuk pemilihan gigi anterior dan posterior serta faktor-faktor yang harus
diperhatikan yaitu ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna dan bahan elemen
(Suryatenggara et al., 1991).

2.3. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)


Sudah dikemukakan bahwa selama ini banyak sekali ragam klasifikasi yang
diciptakan dan digunakan orang. Klasifikasi yang paling banyak digunakan adalah
yang dibuat oleh Kenndy, Cummer dan Baylin. Klasifikasi lainnya yg pernah
dikemukakan, untuk menyebut beberapa contoh, seperti dibuat oleh Beckett,
Godfrey, Swenson, Friedman, Wilson, Skinner, Aplegate, Avant, Miller, dan lain
– lain.
A. Klasifikasi Kennedy
Klasifikasi Kennedy adalah klasifikasi yang pertama kali ditemukan oleh dr.
Edward Kennedy pada akhir tahun 1925. Sebagaimana halnya Klasifikasi Baylin
dan Skinner, Kenndy berupaya mengklasifikasi lengkung tak bergigi supaya dapat
membantu pembuatan desain tiruan sebagian lepasan. Klasifikasi ini membagi
semua keadaan tak bergigi menjadi empat macam keadaan. Daerah tak bergigi
lain daripada yang sudah ditetapkan dalam empat kelompok tadi, disebut sebagai
modifikasi
Rincian Klasifikasi Kenndy :
1. Klas I adalah daerah tidak bergigi bilateral yang letaknya pada bagian posterior
dari gigi asli yang masih tinggal pada bagian anterior (Bilateral free end)
2. Klas II adalah daerah tidak bergigi unilateral pada bagian posterior dari gigi asli
9
yang masih tinggal (Unilateral free end)
3. Klas III adalah daerah tidak bergigi unilateral dengan gigi asli yang tinggal pada
bagian anterior dan posterior (Bounded saddle)
4. Klas IV tunggal (single). Tetapi bilateral (memotong garis tengah), letak daerah a
b c d 3 tidak bergigi pada daerah anterior saja, tetapi masih ada gigi pada daerah
posterior.

Keterangan Gambar: Klasifikasi Kennedy

Salah satu keuntungan pemakaian klasifikasi ini adalah bahwa cara ini
memungkinkan orang melihat dengan cepat bagian rahang yang tidak bergigi lagi.
Cara ini juga memungkinkan pendekatan logis bagi masalah – masalah
pembuatan desain.
Namun, klasifikasi ini sulit diterapkan untuk tiap keadaan, tanpa syarat –
syarat tertentu. Untuk memudahkan aplikasi atau penerapannya, Applegate
membuat 8 ketentuan berikut :
1. Klasifikasi dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan
2. Bila molar tiga hilang dan tidak akan diganti, maka gigi tersebut tidak dimasukkan
10
dalam klasifikasi
3. Bila gigi molar tiga masih ada dan akan digunakan sebagai gigi penahan, maka
gigi tersebut dimasukkan ke dalam klasifikasi
4. Bila gigi molar kedua sudah hilang dan tidak akan diganti, maka gigi tersebut
tidak dimasukkan dalam klasifikasi
5. Bagian tak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama dalam
klasifikasi.
6. Daerah tak bergigi lain selain yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi, masuk
dalam modifikasi dan disebutkan sesuai jumlah daerah tak bergigi.
7. Luasnya modifikasi (jumlah gigi hilang) tidak dipermasalahkan. Yang perlu
diperhatikan adalah jumlah tambahan daerah tak bergigi.
8. Tidak ada modifikasi bagi Kelas IV

B. Klasifikasi Applegate – Kenndy


Setelah bertahun – tahun menggunakan dan menerapkan Klasifikasi
Kenndy, Applegate menganggap perlu mengadakan perubahan – perubahan
tertentu demi perbaikan. Hal ini dimaksudkan semata – mata untuk lebih
mendekatkan prosedur klinis dengan pembuatan desain dengan klasifikasi yang
dipakai.

Keterangan Gambar : Klasifikasi Applegate Kennedy


11
Atas dasar pemikiran inilah, Applegate kemudian memperbaiki Klasifikasi ini
yang kemudian dikenal sebagai Klasifikasi Applegate – Kenndy. Ia membagi
rahang yang sudah kehilangan sebagian giginya menjadi 6 kelas dengan rincian
berikut ini :
1. Kelas I, daerah tak bergigi sama dengan kelas I Kenndy. Keadaan ini sering
dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.
2. Kelas II, daerah tak bergigi sama seperti kelas II Kenndy. Kelas ini sering tidak
diperhatikan pasien.
3. Kelas III, keadaan tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangganya tidak lagi
mampu memberi dukungan kepada protesa secara keseluruhan.
4. Kelas IV, daerah tak bergigi sama dengan kelas IV Kenndy.
5. Kelas V, daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak dapat
dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah. Kasus
seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus yang dicabut
karena malposisi atau terjadi kecelakaan
6. Kelas VI, daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga asli dapat
dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak
bergigi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam mulut.

2.4. Prinsip Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)


Dalam pembuatan desain GTSL, dokter gigi harus mempertimbangkan
kenyamanan pasien, estetis, aspek biomekanis dari gigi tiruan, dan prognosis dari
gigi penyangga. Konsep dan desain dari gigi tiruan dapat mengakibatkan
terjadinya kegagalan mekanis dari GTSL. Beberapa prinsip desain GTSL antara
lain:
Dalam pembuatan desain GTSL, dokter gigi harus mempertimbangkan
kenyamanan pasien, estetis, aspek biomekanis dari gigi tiruan, dan prognosis dari
gigi penyangga. Konsep dan desain dari gigi tiruan dapat mengakibatkan
terjadinya kegagalan mekanis dari GTSL. Beberapa prinsip desain GTSL antara
lain:
12
1. Biomekanis
Komplikasi utama dari GTSL adalah kegagalan mekanis antara lain
fraktur konektor mayor atau minor dan sandaran oklusal, serta deformasi atau
fraktur cangkolan retentif. Resorpsi linggir dibawah perluasan distal dan keausan
anasir gigi tiruan dapat mengakibatkan gigit iruan dan oklusi tidak stabil.
Para ahli menyatakan bahwa distribusi gaya yang lebih baik didapat dari
konektor mayor yang kaku dan kontak yang rapat antara gigi tiruan dengan gigi,
yaitu sandaran oklusal, cangkolan resiprokal dan guiding planes.
2. Statis-dinamis
Konsep statis-dinamis dari desain GTSL kerangka logam memperhatikan
distribusi dari gaya vertikal dan horizontal pada gigi-gigi penyangga dan mukosa,
pencegahan yang perlu dilakukan agar tidak terlalu membebani membran
periodontal dari gigi penyangga, dan untuk mempertahankan gigi tiruan yang
stabil.
3. Biologis
Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam didesain agar memenuhi
konsep biologis yaitu mengurangi efek pemakaian GTSL jangka panjang yang
merusak, seperti karies atau jaringan periodontal.
4. Estetis
Pertimbangan estetis pada desain GTSL kerangka logam yang utama
adalah dengan membuat bagian-bagian GTSL kerangka logam tidak terlihat.
5. Kenyamanan
Pertimbangan kenyamanan pasien pada desain GTSL adalah desain gigitiruan
tanpa pergerakan yang berlebih selama penggunaan, tidak mengiritasi lidah dan
tidak terperangkap sisa makanan.

2.5. Tahapan Pembuatan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)


Pembuatan desain merupakan tahapan penting dan merupakan salah satu
faktor keberhasilan sebuah gigi tiruan. Desain yang baik dapat memenuhi retensi,
stabilisasi, support, dan estetika, sehingga antara lain mencegah kerusakan

13
jaringan dalam mulut, akibat ketidaktepatan pada pola perencanaan, kesalahan
yang tidak seharusnya terjadi dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Tahap-Tahap Pembuatan Desain GTSL
Dalam pembuatan desain dikenal empat tahap yaitu (1) tahap I: menentukan
kelas dari masing-masing daerah tak bergigi, (2) tahap II: menentukan macam
dukungan dari setiap sadel, (3) tahap III: menentukan macam penahan/retainer,
dan (4) tahap IV: menentukan macam konektor (Gunadi et al., 1995).

I. Tahap I : Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi


Daerah tidak bergigi pada suatu lengkung gigi dapat bervariasi dalam hal
panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini akan mempengaruhi rencana
pembuatan desain gigi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor maupun
dukungannya.
Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi untuk setiap rahang.
Klasifikasi yang umum digunakan adalah Klasifikasi Kennedy (1923),
berdasarkan letak daerah tak bergigi/sadel dan free end :
a) Kelas I
Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan
berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End
b) Kelas II
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada, pd 1 sisi
rahang/unilateral free end.
c) Kelas III
Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian
posterior.
d) Kelas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati garis tengah
rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi

14
II. Tahap II : Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Sesuai dengan sebutan ini,
bentuk sadel dari geligi tiruan dibagi dua macam juga dan dikenal dengan sebutan
serupa, yaitu sadel tertutup (paradental saddle) dan sadel berujung bebas (free
end saddle) (Gunadi et al., 1995).
Dukungan untuk protesa sebagian lepasan dapat diperoleh dari mukosa yang
didukung tulang di bawahnya dan dari gigi (ligamen periodontal). Terdapat tiga
macam jenis dukungan gigi tiruan sebagian lepasan :
a. tooth borne : dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi tetangga /
gigi yang masih dapat dijadikan sebagai pendukung.
b. mucose tissue borne : dukungan gigi tiruan diperoleh dari mukosa.
c. mucosa and tooth :dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi dan
mukosa.

Keterangan Gambar : Dukungan sadel tooth borne


support, mucosa borne support dan dukungan
kombinasi. (Sumber: Watt & Macgregor, 1992.)

15
Terdapat tiga pilihan untuk dukungan sadel paradental, yaitu dukungan dari
gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan mukosa (kombinasi). Sebaliknya, untuk sadel
berujung bebas, dukungan hanya bisa berasal dari mukosa atau dari gigi dan
mukosa (kombinasi) (Gunadi et al., 1995).
Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan hanya dapat diperoleh jika
faktor keadaan jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan
rahang yang akan dipasang geligi tiruan tersebut diperhatikan dan
dipertimbangkan (Gunadi et al., 1995).

III. Tahap III : Menentukan macam penahan/retainer


Menentukan macam retainer / penahan yang digunakan dalam pemakaian gigi
tiruan. Terdapat 2 (dua) macam jenis yang retainer yang dapat digunakan yaitu
penahan langsung (direct retainer) dan penahan tak langsung (indirect retainer).
Untuk menentukan penahan mana yang akan dipilih, maka perlu diperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut (Gunadi et al., 1995).
1. Dukungan sadel. Hal ini berkaitan dengan indikasi darimacam cengkeram
yang akan dipakai dan gigi penyangga yang atau diperlukan.
2. Stabilitas geligi tiruan. Hal ini berhubungan dengan jumlah dan macam gigi
pendukung yang ada dan yang akan dipakai.
3. Estetika. Hal ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta lokasi
gigi penyangga.
Salah satu penahan langsung (direct retainer) pada geligi tiruan adalah
adanya cengkeram. Cengkeram biasanya terletak pada permukaan gigi di luar
kontur normal mahkota anatomis, tetapi juga terletak pada preparasi mahkota
tiruan atau restorasi gigi-gigi pendukung. Selain cengkeram, terdapat
pula attachment buatan pabrik dan perluasan basis geligi tiruan ke undercut (Watt
& McGregor, 1992). Pemakaian cengkeram sebagai penahan langsung dapat
dikelompokkkan berdasarkan dukungan sadel, paradental saddle atau free end
saddle.
Macam bentuk penahan tak langsung (indirect retainer) pada bagian anterior
antara lain gigi sandaran oklusal, daerah modifikasi batang lingual sekunder
16
cumner arm, palatum dukungan rugae, batang anterior posterior, batang horse
shoe. Sedangkan penahan tak langsung pada bagian posterior antara lain: gigi
sandaran oklusal sekunder, palatum batang palatal posterior, perluasan basis/plat,
dan lingir sisa relasi direct-indirect.
Pada penahan tak langsung (indirect retainer), prinsip kerjanya dapat terlihat
pada kasus Kennedy kelas I rahang bawah, bila dibuat protesa dengan cengkeram
dan sandaran oklusal ditempatkan pada gigi premolar dua dan basis pada kedua
sisi dihubungkan dengan plat lingual. Pada saat basis bergerak menjauhi linger,
plat lingual akan bergerak kea rah dasar mulut. Bila gerakan ini ditahan, gerakan
basis bertahan pula. Inilah prinsip kerja penahan tak langsung, yang berfungsi
melawan gaya perpindahan ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Gaya ini bisa
berupa aksi yang ditimbulkan makanan lengket, atau aksi otot pada tepi geligi
tiruan pada saat membuka mulut (Suryatenggara et al., 1991).
Sumbu rotasi adalah garis imajiner yang ditarik melalui sandaran oklusal yang
ada pada gigi penyangga utama. Sumbu ini juga disebut sebagai garis
fulkrum atau garis rotasi.

Keterangan Gambar : Garis fulkrum klasifikasi Kennedy pada rahang tak bergigi
sebagian. (Sumber: Loney, 2008.)
Pada kasus Kennedy kelas I, garis fulkrum adalah garis yang melalui
sandaran pada gigi penyangga paling posterior dari kedua sisi. Pada kasus
Kennedy kelas II, garis ini ditarik melalui sandaran-sandaran oklusal gigi
penyangga pada sisi berujung bebas dan gigi penyangga paling distal dari sisi

17
lainnya. Bila pada sisi ini terdapat daerah modifikasi, maka gigi penyangga
sekunder yang letaknya jauh dari garis fulkrum, dianggap sebagai pendukung
penahan tak langsung (Suryatenggara et al., 1991).
Pada kasus Kennedy kelas IV, garis ini melalui kedua sandaran pada gigi
penyangga yang membatasi daerah tak bergigi. Pada kasus Kennedy kelas III,
terdapat gigi yang tidak sanggup menahan tekanan kunyah, maka gigi ini
dianggap tidak ada dan dianggap sebagai kasus berujung bebas (Suryatenggara et
al., 1991).

IV. Tahap IV : Menentukan macam konektor


Menentukan macam konektor yang akan digunakan sesuai desain dan
kebutuhan bagi pasien pemakai gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) jenis konektor yang
dapat dipilih sesuai kebutuhan dan desain:
a. Konektor Utama/konektor mayor
Konektor mayor harus bersifat kaku sehingga gaya yang diaplikasikan
dapat terdistribusi secara efektif pada komponen pendukung. Konektor utama
dapat berupa bar atau plate tergantung lokasi, jumlah gigi yang hilang, dan rahang
mana yang dibuatkan. Pada rahang atas dapat berupa single palatal bar, U-shaped
palatal connector, antero-posterior palatal bar dan palatal palate. Pada rahang
bawah dapat berupa lingual bar dan lingual plate.Bentuk konektor yang bervariasi
dan dipilih sesuai indikasinya.
b. Konektor minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan
konektor utama dengan bagian lain, misalnya sandaran oklusal. Biasanya
diletakkan pada daerah embrasur gigi dan harus berbentuk melancip ke arah gigi
penyangganya.
Dasar pertimbangan pemilihan konektor adalah :
1. Pengalaman pasien
2. Stabilisasi
3. Bahan geligi tiruan

18
Khusus untuk kasus berujung bebas, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :
1. Perlu adanya penahan tak langsung
2. Desain cengkram harus dibuat sedemikian sehingga tekanan kunyah yang bekerja
pada gigi penahan jadi seminimal mungkin
3. Perlu dilakukan pencetakan ganda agar keseimbngan penerimaan beban kunyah
antara gigi dan mukosa dapat dicapai
4. Sandaran oklusal hendaknya diletakkan menjauhi daerah tak bergigi
5. Dalam pembun hal ini harus mudatan deasain perlu dipikirkan kemungkinan
perlunya pelapisan atau penggantian basis di kemudian hari dan hal ini harus
mudah dilakukan.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dan didukung oleh gigi dan
atau jaringan di bawahnya, serta dapat dibuka dan dipasang oleh pemakainya.
Komponen gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) terdiri dari konektor mayor,
konektor minor, rest/rest, direct retainer, indirect retainer, saddle serta elemen gigi
tiruan.
Organ di dalam mulut seperti bagian-bagian tubuh lainnya mempunyai
batas toleransi terhadap gaya atau tekanan yang diterima. Mengingat batas
toleransi tersebut sukar diketahui serta berakibat buruk bila terlampaui, maka
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan perlu diketahui dua faktor yang
saling mempengaruhi yaitu faktor mekanik dan faktor biologi.
Dalam pembuatan desain GTSL, dokter gigi harus mempertimbangkan
kenyamanan pasien, estetis, aspek biomekanis dari gigi tiruan, dan prognosis dari
gigi penyangga. Konsep dan desain dari gigi tiruan dapat mengakibatkan
terjadinya kegagalan mekanis dari GTSL. Dengan prinsip desain GTSL seperti
biomekanis, statis-dinamis, biologis, estetis dan kenyamanan.
Pembuatan GTSL itu sendiri terdiri dari beberapa tahap pembuatan
diawali dengan menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi;
menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel; menentukan macam
penahan/retainer; dan diakhiri dengan menentukan macam konektor yang akan
digunakan sesuai desain dan kebutuhan bagi pasien pemakai gigi tiruan.

3.2 Saran
Dari makalah ini diharapkan para mahasiswa serta dokter gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat memahami materi
mengenai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) sehingga dapat menambah ilmu

20
pengetahuan serta wawasan mengenai konsep dasar daripada desain GTSL serta
meningkatkan komunikasi antara dokter gigi, tekniker, maupun pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Azmuddin I, Razak A, Fithrony H. Variasi klasifikasi Kennedy pemakai gigi


tiruan sebagian lepasan di klinik Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga tahun 2008-2010. J Prosthodont 2011; 2(2): 11-6

Gunadi Hariyanto A, Dkk, 1995. Buku Ajar Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid
II. Jakarta :Hipokrates. 243 halaman.

Harty, F. J dan R. Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. EGC: Jakarta

Haryanto, A. G. 1991. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I
Cetakan I. Jakarta: Hipokrates

Langkir, Pengemanan, Mintjlelungan. 2015. Gambaran Lesi Traumatik Mulut


Pada Lansia Pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Di Panti Werda Kabupaten
Minahasa. Jurnal e-Gigi: Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol. 3 (1)

MODUL DENTAL PROSTHETIC, Program Studi Profesi Dokter Gigi Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta TA
2019/2020

22

Anda mungkin juga menyukai