“Nekri Krowen”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas tutorial yang diberi oleh
drg. Fajar Fatriadi, M.Kes.
Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
Laporan ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepadadrg. Fajar Fatriadi,
M.Kes.yang telah membimbing kami dalam proses penyelesaian makalah ini dan
berbagai arahan yang telah diberikan demi tersusunnya makalah ini serta semua pihak
yang turut membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu
persatu.
mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
2.7.1 Abses Alveolar Akut ............................................................................. 58
2.7.2 Abses Alveolar Kronis .......................................................................... 63
2.7.3 Condensing Osteitis .............................................................................. 65
2.7.4 Granuloma ............................................................................................. 66
2.7.5 Kista Radicular ...................................................................................... 68
BAB III ANALISIS KASUS .................................................................................. 75
3.1 Case .............................................................................................................. 75
3.2 Therminology ............................................................................................... 76
3.3 Problems ....................................................................................................... 76
3.4 Hypothesis .................................................................................................... 77
3.5 Mechanisms .................................................................................................. 77
3.6 More Info ...................................................................................................... 78
3.7 I Don’t Know ................................................................................................ 78
3.8 Learning Issues ............................................................................................. 78
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... 80
BAB V SIMPULAN .............................................................................................. 82
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 83
iii
BAB I PENDAHULUAN
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari
inflamasi pulpa akut, kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba.
Nekrosis pulpa disebabkan oleh injuri yang membahayakan pulpa seperti bakteri,
trauma dan iritasi kimiawi (Grossman et al, 1995). Faktor utama inflamasi pulpa
sebagian kecil dari spesies mikroba yang diisolasi dari saluran akar gigi dengan
Nekrosis pupa ditandai dengan karies yang telah mencapai pulpa dimana pasien
tidak mengeluhkan adanya rasa sakit karena pulpa dalam keadaan non vital. Selain itu
juga timbul bau mulut karena akumulasi sisa makanan yang terdekomposisi oleh
Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap sebagai upaya preventif
karena gigi yang telah dirawat dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis
sampai saat anggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat
peradangan kronis dapat dipertahankan. Selain itu, mempertahankan gigi anterior dapat
1
Gigi sulung dengan pulpa terbuka jangan dibiarkan tanpa perawatan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembelajaran ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami apa
itu nekrosis pulpa. Selain itu, mahasiswa juga harus mengetahui mikroorganisme apa
jenis pemeriksaan apa saja yang dapat mengdiagnosa penyakit nekrosis pulpa.
mengetahui tentang perawatan yang dilakukan untuk nekrosis pulpa yaitu perawatan
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Obligate anaerobes
Gram-positifcoccus Peptostreptococcus
Gram-negatifcoccus Veillonella
Gram-positifbatang Eubacterium
Propionibacterium
Arachnia
Gram-negatifbatang Porphyromonas
Prevotella
Fusobacterium
Campylobacter
Wolinella
Fakultatif anaerobes
Gram-positifcoccus Streptococcus
Enterococcus
Gram-positifbatang Lactobacillus
Gram-negatifbatang Eikenella
Capnocytophaga
3
Bakteri-bakteri tersebut dapat mengeluarkan enzim/toksin. Yang terbagi
pulpa gigi manusia yang nekrotik. Flora dalam saluran akar yang terinfeksi pada
umumnya terdiri dari banyak spesies bakteri (polimikrobial). Spesies yang dahulu
anaerob. Semakin canggih media kultur dan teknik identifikasi bakteri, ditemukan
Walaupun pada gigi nekrosis biasanya dimulai dengan proses karies gigi, oleh
bakteri Lactobacillus spp. yang terdapat pada karies gigi tetapi tidak ditemukan pada
saluran akar gigi nekrosis. Namun, bakteri Streptococcus spp masih ditemukan saluran
akar gigi nekrosis. Hal ini membuktikan jaringan pulpa bersifat selektif sehingga
Pertumbuhan jenis bakteri pada gigi nekrosis dipengaruhi oleh nutrisi pada
yang menjadi media tumbuh bakteri diperoleh dari hasi lreaksi inflamasi jaringan
nekrosis yang mengandung polipeptida dan asam amino. Selain itu, interaksi
Produk bakteri dapat menjadikan pasokan nutrisi untuk jenis bakteri lain. Namun,
bakteri tertentu dapat menghasilkan bakteriosin yang dapat menghambat jenis bakteri
4
lain. Hal ini yang dapat menentukan jenis bakteri yang dapat ditemukan pada saluran
akar gigi nekrosis. Contohnya bakteri Lactobacilli dapat menghasilkan asam laktat
Berdasarkan penelitian ini, bakteri yang paling dominan pada saluran akar gigi
nekrosis adalah bakteri anaerob fakultatif gram positif dan gram negative. Bakteri gram
struktur jaringan ikat pulpa. Selain itu, bakteri gram negatifjuga memiliki kemampuan
pada gigi nekrosis. Oleh karena itu, bakteri Gram negatif lebih bersifat patogen
dibandingkan bakteri Gram positif sehingga lebih banyak ditemukan pada saluran akar
gigi nekrosis.
yang paling sering ditemukan pada infeksi saluran akar, periodontitis marginalis, abses
periradikular dan sering terdeteksi pada kasus terapi endodontic yang gagal termasuk
pada pengisian saluran akar dengan periodontitis apical yang persisten. Karena
Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, tidak bergerak,
reaksi katalase dengan hydrogen peroksida. Enterococcus dapat bertahan hidup pada
saluran akar sekalipun dalam lingkungan yang merugikan dengan nutrisi yang terbatas.
5
2.2 Pemeriksaan Subjektif dan Objektif Kelainan Periapikal Gigi Sulung
A. Pemeriksaan Subjektif
1. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam
perawatan.
2. Riwayatmedis
Riwayat medis yang lengkap dan teliti tidak hanya membantu menegakkan
B. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan ekstraoral
warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral, saluran sinus dan kepekaan nodus
jaringan limfe servikal atau facial yang membesar merupakan indicator status
fisikpasien.
2. Pemeriksaan intraoral
6
Jaringan lunak meliputi tes visual dan digital jaringan lunak rongga mulut
yang lengkap dan teliti. Gigi geligi yang diperiksa untuk mengetahui adanya
perubahan warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas atau
abnormalitas lainnya.
Pemeriksaan objektif dilakukan dengan pengujian dan observasi secara baik, yaitu
sebagai berikut :
2. Palpasi
3. Tes mobilitas
4. Uji pulpa dengan metode uji listrik, tes thermal panas dan dingin, uji anastetik,
5. Radiografik
6. Tes perkusi
Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi status periodonsium sekitar gigi dan
apical gigi. Terdapat dua metode perkusi: tesperkusi vertical dan tes perkusi
horizontal. Jika tes perkusi vertical + berarti terdapat kelainan di daerah periapical,
Ketukan cepat dan tidak keras pada gigi, mula-mula memakai jari dengan
7
Gigi tetangga sebaiknya diperkusi dahulu dan kemudian diikuti gigi yang
menjadi keluhan. Reaksi yang lebih valid didapat dari pergerakan tubuh pasien,
reaksi reflek, bahkan reaksi yang tidak bisa dikatakan. Nilai diagnostic pada
pemeriksaan perkusi adalah untuk mengetahui apakah daerah atau jaringan apical
gigi mengalami inflamasi. Tes ini tidak menunjukkan pulpa dalam keadaan vital
atau nekrosis. Pada kasus gigi yang vital, iritasi dapat terjadi karena penempatan
restorasi dan bruxism, dimana kondisi ini menyebabkan iritasi pada ligament
periodontal. Pada kasus gigi yang nekrosis, jaringan nekrotik banyak di dalam gigi
akan terdorong keluar melewati foramen periapical menuju jaringan di bawah gigi
Sakit
Pada kasus ini, anak tidak pernah mengeluh rasa sakit walaupun giginya sudah
berlubang besar. Pada beberapa kasus, karies gigi dapat mengarah pada keadaan
nekrosis pulpa. Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi pada saat tes vitalitas
Bau mulut atau disebut juga halitosis bias disebabkan berbagai macam faktor.
Kematian pulpa bukanlah yang menyebabkan bau mulut pada penderita nekrosis, tetapi
8
yang menyebabkannya adalah bakteri. Bakteri adalah penyebab utama Halitosis.
Bakteri ini hidup dan berkembang biak di dalam mulut dengan memakan sisa protein
makanan yang melekat di celah gigi dan gusi. Lubang pada gigi yang terdapat pada
penderita nekrosis menyebabkan makanan dapat tertinggal di lubang tersebut dan sulit
dibersihkan. Lubang pada gigi tersebut dapat menjadi penyimpanan makanan yang
menjadi tempat kuman memperoleh media untuk memproses makanan serta menjadi
tempat kuman memperoleh media untuk proses pembusukan dan berkembang biak.
Halitosis yang sumbernya berasal dari rongga mulut muncul akibat terbentuknya
senyawa yang mengandung sulfur atau amonia yang merupakan hasil pemecahan sisa
makanan oleh bakteri maupun sisa sel yang mati. Oleh karena itu, secara otomatis
seluruh kondisi yang memudahkan terjadinya pemecahan sisa makanan oleh bakteri
akan memicu timbulnya bau mulut. Bakteri anaerob merupakan penyebab utama bau
mulut berdasarkan kemampuan mereka untuk mengeluarkan bau busuk senyawa sulfur
volatile sebagai hasil dari pencernaan protein dalam mulut, lebih spesifik lagi bakteri
Actinomyces viscosus.
2.5.1 Definisi
lanjutan dari inflamasi pulpa akut/ kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-
9
tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi parsialis atau pun totalis. Ada 2 tipe
1.Tipe koagulasi
Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah menjadi bahan
yang padat.
2. Tipe liquefaction
Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang
lunak atau cair. Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa
H2S, amoniak, bahan- bahan yang bersifat lemak, indikan, protamain, air
dan CO2. Diantaranya juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang
pada peristiwa nekrosis juga ikut masuk kuman kuman yang saprofit anaerob, maka
2.5.2 Etiologi
umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan atau
dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran darah
ke pulpa. Meskipun bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau dikoagulasikan,
pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang mengalami
adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi silikat, ataupun akrilik. Nekrosis
10
pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan devitalisasi seperti arsen dan
paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam beberapa minggu)
atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi dan karies yang tidak ditangani
juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering terjadi pada
2.5.3 Gejala
a. Nekrosis Parsialis
Pulpa terkurung dalam ruangan yang dilingkungi oleh dinding yang kaku, tidak
memiliki sirkulasi darah kolateral, dan venula serta system limfenya akan lumpuh jika
menyebabkan nekrosis likuefaksi. Jika eksudat yang timbul selama pulpitis ireversibel
diabsorbsi atau terdrainase melalui karies atau melalui daerah pulpa terbuka ke dalam
rongga mulut, terjadinya nekrosis akan tertunda; pulpa di akar mungkin masih tetap
vital untuk waktu yang lama. Sebaliknya, penutupan atau penambalan pulpa
terinflamasi akan menginduksi nekrosis pulpa yang cepat dan total serta penyakit
periradikuler. Selain nekrosis likuefaksi, nekrosis pulpa iskemik dapat timbul akibat
trauma karena terganggunya pembuluh darah. Dapat dikatakan nekrosis pulpa parsialis
apabila sebagian jaringan pulpa di dalam saluran akar masih dalam keadaan vital.
Nekrosis pulpa biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat juga disertai
dengan episode nyeri spontan atau nyeri ketika ditekan (dari periapeks). Gejala klinis
11
nekrosis pulpa parsialis. Tipe parsial dapat memperlihatkan gejala pulpitis yang
ireversibel. Yaitu menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus
panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk
beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal
(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur
yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau
pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang
menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut
jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa
penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk,
tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-
sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung
- Pada pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa sakit sebelum apikal.
b. Nekrosis Totalis
12
Merupakan matinya pulpa seluruhnya.
Gejala klinis :
Nekrosis totalis biasanya asimtomatik, tetapi bisa juga ditandai dengan nyeri
merupakan indikasi awal matinya pulpa. Dapat dilihat dari penampilan mahkota yang
buram atau opak dan perubahan warna gigi menjadi keabu-abuan atau kecoklatan serta
menunjukkan gejala. Tidak merespon terhadap tes suhu atau elektrik. Kadang-kadang
bagian depan mahkota gigi akan menghitam. Tampilan radiografik pada destruksi
tulang ataupun pada bagian yang mengalami fraktur merupakan indikator terbaik dari
Kurangnya respon terhadap test suhu dan elektrik tanpa bukti radiografik adanya
destruksi tulang terhadap bagian fraktur tidak menjamin harusnya terapi odontotik.
pada gigi. Misalnya gigi molar yang memiliki 3 kanal, dengan kanal pertama tetap intak
dan sehat, kanal kedua mengalami inflamasi akut, dan kanal ketiga mengalami
tubuh lainnya. Karena pulpa memiliki lingkungan “non compliant” yang menyebabkan
produk inflamasi lebih lambat dihilangkan dibandingkan jaringan lunak tubuh yang
lain. Keadaan ini menyebabkan terjadinya destruksi lokal dalam jaringan pulpa.
Anamnesis pada nekrosis pulpa berupa tidak ada gejala rasa sakit, keluhan sakit terjadi
13
bila terdapat keradangan periapikal. Pemeriksaan perkusi tidak didapatkan nyeri dan
pada palpasi juga tidak terdapat pembengkakan serta mobilitas gigi normal.
Fotorontgen gigi biasanya normal kecuali bila terdapat kelainan periapikal terjadi
Pemeriksaan Klinis :
a. Pemeriksaan subyektif
b. Pemeriksaan obyektif
1. Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap tes termal dingin, tes pulpa
listrik, atau tes kavitas. Namun, gigi dengan pulpa nekrotik sering kali sensitive
2. Rontgenologis
gigi yang tidak mempunyai tumpatan atau kavitas pulpanya mati karena akibat
trauma.
Patofisiologi
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki
pemulihan jika terjadi peradangan.Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada
jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan
14
kerusakan jaringan pulpayang meradang semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria
pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan
lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal
ini memudahkan infeksi bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada
jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan
bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada
akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil
dari operative atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat restorative
material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur
dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah infeksi bakteria dapat
exposure bisa disebabkan karenaproses trauma, operative procedure dan yang paling
umum adalah karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan bakteria menginfeksi
Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan
nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya
prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada
obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya
dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan
15
degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada
pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan
menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri
untuk penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks. Semuaproses tersebut dapat
Diagnosis
2.5.4 Patogenesis
pulpa yang rusak. Iritasi ringan seperti padakaries dan preparasi kavitas yang dangkal
mengakibatkan inflamasi yang sedikit atau tidak sama sekali pada pulpa sehingga tidak
mengakibatkan perubahan yang signifikan. Sebaliknya, iritan seperti pada karies yang
dalam dan prosedur operatif yang luas biasanya mengakibatkan perubahan inflamasi
Iritasi sedang sampai parah akan mengakibatkan inflamasi lokal dan lepasnya
neuropeptid. Selain itu, respon imun juga dapat menginisiasi dan memperparah
penyakit pulpa. Pada jaringan pulpa normal dan tidak terinflamasi mengandung sel
16
sel-sel tersebut meningkat ketika pulpa terinflamasi sebagai bentuk mekanisme
permeabilitas vaskular, statis vaskular, dan migrasi leukosit ke tempat iritasi tersebut.
pergerakan cairan oleh venul dan limfatik tidak dapat mengimbangi filtrasi cairan dari
kapiler, eksudat pun terbentuk. Peningkatan tekanan jaringan dari eksudat ini akan
menimbulkan tekanan pasif dan kolapsnya venul secara total di area iritasi pulpa.
Karena tekanan terus meningkat maka akan terbentuk edema. Tekanan ini bereaksi
langsung pada sistem saraf sensorik. Meningkatnya tekanan jaringan dan tidak adanya
Perawatan untuk gigi dengan pulpa mengalami kerusakan atau kematian adalah
perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar bertujuan membersihkan rongga pulpa
dari jaringan pulpa yang terinfeksi kemudian membentuk dan mempersiapkan saluran
akar tersebut agar dapat menerima bahan penngisi yang akan menutup seluruh sistem
saluran akar.
17
Berdasarkan jumlah kunjungan, perawatan saluran akar ada dua macam, yaitu
perawatan saluran akar lebih dari satu kunjungan (multivisit endodontic) dan
perawatan saluran akar satu kunjungan (one visit endodontic). Perawatan satu
kunjungan meliputi pembersihan saluran akar, strelisasi dan obturasi dilakukan dalam
satu kunjungan. Perawatan satu kali kunjungan bila berhasil akan menghemat waktu,
menurunkan resiko infeksi antar kunjungan bila berhasil akan menghemat waktu, dan
jarang terjdi flare up, sehingga menjadikan perawatan saluran akar satu kunjunngan
banyak dilakukan oleh para dokter gigi (Rusin Savitri dkk, 2007).
perawatan multi visit memungkinkan operator menilai keadaan kesehatan jaringan saat
mencapai 40,5% gigi non vital. 33,5% gigi dengan kelainan periapeks, dan 56,2% pada
gigi dengan fistel. Sedang dalam hal timbulnya rasa nyeri dinyatakan bahwa pada gigi
vital terdapat 35,5% kasus dan gigi non vital pada 57,6% kasus.
2) Hilangnya fistel
18
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan antara lain adalah :
1) Anatomi gigi meliputi morfologi saluran akar, adanya kanal tambahan, dan lain-
lain.
2) Keadaan jaringan pulpa dan periapeks, keterampilan operator, teknik dan bahan
yang dipakai.
3) Kesalahan yang mungkin terjadi dalam perawatan misalnya timbul birai (ledge)
1) Adanya rasa sakit pada gigi nekrosis tanpa fistula untuk drinase;
19
Perawatan saluran akar satu kunjungan merupakan perawatan yang prosesnya
ttumpatan sementara. Perawatan akar satu kali kunjungan untuk menghemat waktu
mutlak diperlukan diagnosis kasus yang tepat, karena diagnosis itu sendiri telah
keberhasilan 82% dan pada penelitian ini sebesar 93,34%. Selain itu dinyatakan bahwa
keberhasilan untuk gigi nekrosis hanya 40,5%, yang diperinci 33,5% untuk gigi
nekrosis dengan kelainan periapeks dan 56,2% untuk gigi dengan fistel, lainnya gigi
nekrosis tanpa kelainan.Yang perlu diperhatikan adalah keadaan gigi dan saluran akar
20
Keuntungan yang didapat bila perawatan endodontik akar dilakukan dalam satu
kali kunjungan adalah menghemat waktu, tenaga dan biaya bagi pasien. Metode yang
dengan NaC1 2,5% sampai dicapai file utama (master apical file) dan file
terbesar.
4) Saluran akar dikeringkan dengan poin kertas isap dan dicobakan bahan
infeksi bakteri yang menetap pada saluran akar dan atau jaringan periradikular.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa sebagian dari saluran akar tetap tidak tersentuh
digunakan. Daerah yang tidak tersentuh ini dapat mengandung bakteri dan jaringan
nekrotik walaupun pengisian saluran akar terlihat adekuat secara radiografi (Wiwi
21
Pada kasus ini dikemukakan penatalaksanan gigi yang mengalami nekrosis pulpa
dilakukan perawatan saluran akar satu kali kunjungan. Perawatan nekrosis pulpa satu
Rubber dam merupakan isolator berbahan dasar karet dan silikon tipis yang
mengisolasi daerah kerja antara lain : (Cohen & Hargreaves, 2006 ; Kidd & Smith,
b. Rubber dam dapat mencegah aspirasi atau tertelannya instrumen dan larutan
22
Kerugian - kerugian yang dapat terjadi pada waktu menggunakan rubber dam
antara lain: (Kidd & Smith, 2000 ; Torabinedjad & Walton, 1997)
a. Pasien masih merasakan sensitif atau rasa nyeri setelah pemakaian rubber
dam.
d. Isolator rubber dam tidak dapat digunakan pada gigi yang sangat malposisi,
pasien asma yang mengalami kesulitan bernapas melalui hidung serta pada
1. Rubber sheets
warna : hijau/abu-abu/putih
Berupa karet dan tinta dan digunakan untuk memberi tanda letak gigi
Untuk membuat lubang pd rubber sheet 0,5-2,5 mm. Bentuk alat seperti tang,
dengan satu sisi berbentuk roda dan sisi lain berbentuk seperti karet runcing, dimana
bagian yang runcing akan masuk ke dalam lubang. Kalau punc ditekan maka rubber
4. Clamps
23
Untuk memegang rubber sheet pada gigi dan menyisihkan gingiva dari gigi. Ada
5. Forceps
Untuk mencarikan jalan bila daerah interproximal terlalu berdempetan. Selain itu
juga berfungsi untuk menahan rubber sheet supaya tidak terjadi kebocoran di sekitar
digunakan untuk memegang lembaran karet isolsator sehingga membentang dan tidak
2. Bila ada kalkulus harus diskaling dulu, terutama pada gigi yg akan dirawat
4. Gunakan dental floss pada kontak point untuk memudahkan rubber sheets masuk
6. Cek pernafasan pasien, apakah terganggu karena tertutup rubber sheets atau tidak
7. Gigi dikeringkan
9. Oleskan larutan antiseptik pada gigi dan rubber dam di sekitar gigi
24
Cara memasang rubber dam :
3. Memasang clamp
5. Cara menstabilkan rubber dam sheet adalah dengan dental floss dengan
mengikatgigi yang sudah diberi clamp. Atau gunakan wood wedge yaitu kayu
yg berbentukseperti piramid.
di awal 1960-an, dan digunakan secara luas dalam kedokteran gigi sebagai obat-obatan
disinfektan. Aksi antimikroba merupakan hasil silang protein mikroba. Pada fasilitas
karena paparan berulang pada kulit dan membran mukosa dapat menyebabkan
mempertahankan aktivitas melawan bacillus tuberkulosis, spora, virus, dan jamur bila
disimpan selama 30 hari setelah aktivasi. Aktivasi terjadi dengan alkalisasi dari larutan
25
glutaraldehida. Alkalisasi juga dapat mengurangi kestabilan larutan.2% larutan
Sediaan
3,2 %.
Mekansme kerja:
Hepatitis B dan HIV jika digunakan 30 hari setelah aktivasi. Aktivasi dimulai
melalui proses alkilasi oleh larutan glutaraldehid. Alkilasi membran dan inti sel
memberikan gugus alkil pada senyawa yang diserang sehingga senyawa tersebut
NH) dan gugus thiol (-SH) sehingga struktur membran sel rusak.
Indikasi
Digunakan untuk sterilisasi endoskopi dan instrumen gigi, karet atau peralatan
plastik, dan untuk peralatan lain yang tidak dapat disterilkan dengan panas. Selain
Kontraindikasi
Keuntungan
26
Merupakan bahan yang efektif sebagai desinfektan dan strerilan.
Kerugian
mata, hidung, dan tenggorokan, hal ini dapat menyebabkan gejala asma pada orang
Efek Samping
Mual, sakit kepala, sesak napas, rhinitis, iritasi mata dan dermatitis, toxic
1. FORMOKRESOL
Formokresol merupakan golongan aldehid dan menjadi salah satu pilihan dalam
perawatan pulpa.Bahan ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1904 dan sejak saat
itu telah digunakan sebagai medikasi untuk perawatan pulpa dengan tingkat
digunakan oleh Sweet sebagai suatu modifikasi metode perawatan pulpa pada tahun
1930.Saat itu, Sweet melaporkan bahwa adanya keberhasilan penggunaan bahan ini
Komposisi Bahan
27
Larutan formokresol yang memiliki tujuan dasar untuk memfiksasi jaringan
• Trikresol (35 % )
• Formaldehid (19 % )
• Gliserin ( 15 % )
• Aqua
28
Bahan kresol yang ditambahkan pada formaldehid bertujuan untuk
formaldehid dan kresol, merupakan bahan zat antiseptik yang efektif terhadap
Indikasi:
untuk mengurangi rasa sakit pada keadaan darurat. Dalam hal ini,
29
formokresol memfiksasi pulpa berdekatan yang ditinggalkan dalam
pulpa;
mengikat bahan asam amino dari protein bakterinya ataupun sisa dari jaringan pulpa
pulpa menjadi fibrous dan asidofilik dalam beberapa menit setelah aplikasi
Mensukhani melaporkan suatu penelitian secara histologis pada 43 gigi sulung dan gigi
tetap yang telah dilakukan perawatan pulpotomi vital dengan formokresol dan setelah
30
Zona konsentrasi sel-sel radang yang luas, yang dijumpai di bawah zona pale staining
Pruhs menyatakan bahwa formokresol adalah bahan germicidal kuat yang dapat
menyebabkan fiksasi dari jaringan vital.Ketika ditempatkan pada sisi yang diamputasi,
menyebabkan perluasan reaksi jaringan yang diikuti dengan berkurangnya jumlah sel
dan perubahan bentuk morfologi pulpayang diakibatkan proses kalsifikasi dan resorpsi.
Sekitar ujung akar terjadi penumpukan sel-sel inflamasi dan pembentukan jaringan
fibrous yang diikuti dengan penyembuhan pada ujung akar.Reaksi ini terjadi empat hari
Berdasarkan evaluasi mikroskopik yang dilakukan Emmerson, dkk pada tahun 1959,
pulpotomi vital, diketahui bahwa fiksasi dari jaringan pulpa vital dapat terjadi dalam
Kelebihan Formokresol
Dengan adanya kandungan kresol dalam larutan formokresol, maka larutan ini
memiliki efek antiseptic yang dapat membunuh bakteri dengan baik.disamping itu,
bakterisid yang kuat dan kaustik. Sifat kaustik inilah yang dapat menyebabkan fiksasi
bakteri dan jaringan pada sepertiga bagian atas pulpa yang terlibat.
31
Penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan
pulpotomi pada gigi sulung beberapa tahun ini semakin meningkat. Formokresol tidak
membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan
kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital. Zona ini bebas dari
bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi mikroba. Keuntungan
lain dari formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies yaitu
formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk
menguatkan jaringan.
Kekurangan Formokresol
aldehid ini tidak terlalu efektif untuk mencegah atau mengendalikan rasa nyeri pada
Dikatakan pula bahwa meskipun zat ini dapat memfiksasi jaringan, tapi
aldehid tidak begitu efektif dalam memfiksasi jaringan nekrotik atau jaringan yang
terfiksasi oleh aldehid, jaringan tersebut akan lebih toksik dan antigenic.
Disamping itu, Menurut Ansari & Ranjpour (2010), kegagalan formokresol lebih
2. FERRIC SULPHAT
32
Saat ini ferric sulphate dapat menjadi pilihan yang lebih baik untuk pulpotomi
gigi sulung. Ferric sulphate tersedia dalam larutan 15,5 % di bawah merk dagang
Astringedent.
dapat digunakan pada gigi dengan pulpitis reversible.Penilaian akurat status pulpa
Pulpotomi ferric sulfate memberikan hasil yang sama secara radiografik dan
respon inflamasi lokal tetapi reversible pada jaringan lunak mulut.Belum ada penelitian
mengenai adanya efek toksik atau merugikan dari ferric sulfate sampai saat ini.
Pulpotomi ferric sulfate lebih menguntungkan karena waktu kerja yang lebih cepat
TKF atau Trikresol Formalin adalah disinfektan atau antiseptic yang digunakan
pada saluran akar sebelum dilakukan pengisian saluran akar, tujuannya adalah
mensterilkan dari bakteri anaerob. Adanya campuran ortho, metha, dan para-cresol
dengan formalin.
Sifat
Merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis.
Indikasi
bahan fiksasi
33
antimikroba saluran akar
Kelebihan
Liquid formaldehid
Cresol
1) Desinfektan yang lebih kuat daripada phenol, dapat membasmi dan
menghilangkan bau
2) Dapat dicampur dengan formaldehid dalam semua perbandingan
3) Menghilangkan rasa sakit, mengurangi efek rangsangan dari
formaldehid
4) Bersifat saponifikasi, lemak dan asam lemak diubah menjadi antiseptik.
klinis.CaOH telah digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar tunggal maupun
dikombinasi dengan iodoform yang mana tersedia sebagai Vitapex dan Metapex.
34
Komposisi Kalsium Hidroksida
Bahan Kalsium Hidroksida yang diteliti dalam penelitian terdiri dari campuran
25% kalsium hidroksida dan 75% larutan aquous dari asam poliakrilik(cair).
hidroksil ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan jaringan, menginhibisi replikasi
DNA serta bertindak sebagai barrier dalam mencegah masuknya bakteri dalam sistem
saluran akar. Ion hidroksil akan mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri anaerob.
Difusi ion hydroxyl (OH) menyebabkan lingkungan alkaline sehingga tidak kondusif
bagi pertahanan bakteri dalam saluran akar.Ion calcium memberi efek terapeutik yang
yang rendah terhadap air, serta tidak dapat larut dalam alkohol.Karena sifat yang
dimilikinya, kalsium hidroksida dinilai efektif dalam melawan mikroba anaerob yang
berada pada pulpa gigi yang nekrosis. Kandungan alkaline pada CaOH mampu
menghalangi proses inflamasi dengan berperan sebagai buffer lokal dan dengan
Keuntungan lain adalah bahan kalsium hidroksida memiliki keefektifan dalam waktu
yang cukup lama jika dibandingkan dengan bahan medikamen lainnya, dan pada
35
beberapa kasus perawatan saluran akar bahan ini dapat bertahan selama beberapa
pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di dalam saluran akar yang
akhirnya dapat melarutkan bahan medikamen saluran akar. Selain itu, Haapasalo et al
antibakteri kalsium hidroksida, hal ini berkaitan dengan kemampuan buffer dentin yang
menghambat penetrasi ion hydroxyl ke jaringan pulpa. Begitu juga penelitian Peters et
al, (2002) menunjukkan jumlah saluran akar yang positif mengandung bakteri
80%.
36
ZOE merupakan salah satu bahan pengisi saluran akar yang banyak digunakan
pulpektomi.
ZOE adalah bahan yang dibuat dari kombinasi seng oksida (zinc oxide) dan
digunakan dalam bentuk sediaan pasta dan produk lainnya tersedia dalam bentuk
meningkatkan kekuatan dan radiopasitas seperti penambahan bubuk silver dan resin
37
Mekanisme kerja Zinc Oxide-Eugenol
Ketika ZOE dimasukkan dalam rongga dentin, jumlah kecil dari eugenol
menyebar melalui dentin ke pulpa. Konsentrasi rendah eugenol memberi efek anestesi
anti-inflamasi dan lokal pada pulpa gigi. Dengan demikian, penggunaan ZOE dapat
Keuntungan dari bahan pengisi saluran akar bentuk pasta adalah mudah
sitotoksik untuk sel-sel yang berkontak langsung ataupun tidak langsung, plastisitasnya
baik, tidak toksik, merupakan materi radiopak, memiliki anti inflamasi dan analgesik
yang sangat berguna setelah prosedur pulpektomi. Selain itu, ZOE juga tidak
Zinc Oxide Eugenol (ZOE) dapat mengiritasi jaringan periradikular tulang dan
38
powder dan cairan disesuaikan denga petunjuk pabrik. Pencampuran dilakukan diatas
glass lab dan diaduk menggunakan spatula semen. Menurut Craig (2002) rata-rata
waktu yang diperlukan untuk mencapai setting time adalah 4-10 menit.
seperti Barr et al 82,3%, Gould 82,5%, Coll et al 86,1%. Penelitian yang telah
antibakterial yang efektif baik pada bakteri aerob maupun anaerob yang terdapat pada
bahan pengisi saluran akar, terutama pada gigi sulung. Rumus kimia untuk iodoform
(CHI3) menunjukkan bahwa senyawa ini berkaitan dengan kloroform (CHCl3). Kedua
komponen tersebut disensitisasi oleh reaksi yodium dan natrium hidroksida dengan
senyawa organik. Bahan ini digunakan dalam obat-obatan sebagai bahan pengisi
saluran akar untuk reaksi penyembuhan luka pada sekitar awal abad kedua puluh, tetapi
sejak itu telah digantikan oleh bahan antiseptik yang lebih kuat. Namun demikian,
tahan lama, pasta iodoform masih berhasil digunakan untuk perawatan setelah
39
Indikasi Penggunaan Pasta Iodoform
Pada kasus- kasus lesi yang refraktori dan lesi periapikal dengan resorpsi yang luas.
Pasta iodoform (kri paste) sebagai bahan pengisi saluran akar mengandung iodoform
mengendapkan protein dan oksidasi enzim penting. Iodin dapat larut dalam cairan
kalium iodida, alkohol, atau membuat ikatan dengan iodofore (senyawa Iodin).
2. Mudah terserap dari jaringan apikal dalam satu sampai dua minggu, settingnya
tidak ke massa yang keras dan dapat disisipkan dan di buang dengan mudah.
3. Tidak ada kerusakan pada enamel benih gigi permanen yang terlihat dan
40
Dapat menyebabkan diskolorisasi kuning kecoklatan pada mahkota gigi yang
mengganggu estetis.
secara klinis dan radiograf selama 24 bulan pada 43 gigi. Dari penelitian tersebut,
didapati bahwa pasta ini dapat diresorpsi dalam waktu 2 minggu sekiranya terdapat
pada daerah periradikular dan regio furkasi. Rifkin melaporkan 89% keberhasilan
secara klinis dan radiograf selama 1 tahun dengan kri paste pulpektomi pada gigi
sulung.
dengan iodoform serta tambahan additive oily lain (Vitapex), menunjukkan bahwa
bahan tersebut bersifat bactericidal dan lebih mudah diresorpsi pada daerah
periradikular serta tidak menyebabkan reaksi penolakan terhadap bahan seperti zinc
oxide eugenol. Tingkat keberhasilan pada zinc oxide eugenol dilaporkan mencapai 60-
80% namun studi yang dilakukan akhir ini menyatakan tingkat keberhasilan yang
1. Definisi S. S. C
S. S. C adalah mahkota logam yang dibuat oleh pabrik dalam berbagai ukuran
dan mempunyai bentuk anatomis sesuai gigi asli. Disamping sebagai retainer pada
41
beberapa kasus, SSC menjadi bahan restorasi pilihan dalam perawatan gigi sulung
dengan kerusakan gigi yang luas karena dapat menutupi seluruh mahkota gigi dan
membentuk kembali bentuk anatomi gigi serta lebih tahan lama dibandingkan
restorasi lainnya.
2. Komposisi
3. Macam S.S.C
a) Festooned
Dengan merek Ni-Chro primary crown, keluaran ion – 3M (USA) adalah metal
crown yang sudah dibentuk menurut anatomis gigi, baik kontour oklusal, bukal /
lingual, proksimal dan tepi servikal. Penyelesaian preparasi SSC jenis festooned ini
b) Unfestooned
yang telah dibentuk permukaan oklusalsaja sedangkan bagian bukal / lingual dan
servikal harus dibentuk dengan tang khusus. Kedua macam bentuk mahkota harus
42
Keterangan :
c : Bentuk festooned tepi servikal sudah digunting sesuai dengan servikal gigi.
4. Indikasi
SSC banyak digunakan dalam perawatan gigi anak – anak karena banyak
keuntungannya SSC merupakan suatu bahan restorasi yang ideal untuk mencegah
rampan atau frekwensi kariesnya tinggi, dimana gigi sudah banyakkehilangan struktur
mahkota, sehingga tidak dapat ditambal dengan bahantambalan biasa. SSC merupakan
Kelainan hipoplastik akan merusak permukaan oklusal dari gigi molar satu susu
abrasi pada bagian oklusal. Kelainan ini menyebabkan gigimudah terkena karies, oleh
karena permukaan oklusal menjadi kasar yang dapat merupakan retensi dari plak.
43
Lokasi dan perluasan dari kerusakan hipoplastik tidak memungkinkan dibuat tambalan
bawah perlekatan epitel, maka SSC merupakan indikasi. Pada gigi molar sulung setelah
pulpotomi dan perawatan saluran akar, yang terbaik adalah dibuatkan restorasi dengan
mahkota logam. Hal ini disebabkan karena tidak hanya struktur jaringan gigi yang
umunya sudah rusak, tetapi dentin pada gigi yang non vital lebih rapuh dan dapat
menjadi fraktur oleh karena tekanan oklusal dari kekuatan pengunyahan. Untuk
mencegah kegagalan perawatan sebaiknya digunakan restorasi mahkota logam. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya gigi sulung dengan indikasi perawatan pulpa
SSC digunakan sebagai pegangan untuk space maintainer akar jika gigi
pegangan itu merupakan indikasi untuk pembuatan SSC. Misalnya pada kasus :
o Gigi molar satu permanen (M1) pada umur muda, dimanaselanjutnya akan
diganti dengan gold crown oleh karena pada umurtesebut morfologi pulpa dan
crown.
44
Gigi mungkin mengalami abrasi sehingga SSC dibutuhkan untukmengembalikan
5. Kontraindikasi
b) Gigi anterior, jika dengan terpaksa menggunakan SSC pada gigi anterior, maka
6. Teknik Preparasi
Sebelum gigi dipreparasi jarak mesio-distal diukur dengan kapiler, tujuannya untuk
memilih ukuran SSC yang akan dipakai, sesuai dengan besarnya gigi asli.
dengan prositektor atau steel matrik band. Permukaan proksimal dikurangi 0,5 –
45
1,0 mm dengan bur diamond tapered, dinding proksimal bagian distal dan mesial
dibuat sejajar. Permukaan proksimal diambil jika masih berkontak dengan gigi
berkontak dengan gigi antagonis. Jika pada kasus open bite untuk gigi anterior atas,
Permukaan labial dipreparasi 0,5 – 1,0 mm cukup dengan membuang karies dan
46
Pinggir – pinggir yang tajam bagian proksimal mengakibatkan crown sukar
beradapatasi dengan gigi. Bagian pinggir yang tajam dari preparasi harus
dibulatkan
h. Perlindungan pulpa
Sebelum gigi di preparasi jarak meso distal di ukur dengan kaliper. Pengukuran ni
bertujuan untuk memilh besarnya SSC yang akan dipakai, sesuai dengan besarnya
gigi.
47
d. Mengurangi permukaan proksimal
suatu steel matrik band. Tempatkan tappered diamond bur berkontrak dengan gigi
pada embrasur bukal atau lingual dengan posisi sudut kira-kira 20ᵒ dari vertikal dan
pada gigi tetangga akibat posisi bur yang miring, maka slicing dilakukan lebih
dahulu dari lingual ke arah bukal atau sebaliknya, baru kemudian dari oklusal ke
gingival
48
e. Mengurangi permukaan bukal dan lingual
Dengan tapered diamond bur permukaan bukal dan lingual dkurangi sedikit sampai
f. Perlindungan pulpa.
Pembuangan jaringan karies yang telah mencapai dentin cukup dalam sebaiknya
iritasi.
SSC, adalah:
d. Kesehatan gingival yang tetap terjaga dengan adaptasi marginal yang akurat
49
a. Preparasi yang tidak baik
b) Jika jarak mesio-distal dari gigi yang akan dipreparasi sudah tidak dapat
diukur, dapat diambil jarak gigi tetangga sebelah mesial ke gigi tetangga
c) Bila gigi tetangga tidak ada, dapat diambil ukuran dari gigi yang kontra lateral
d) Ukuran crown yang dipilih harus cukup besar untuk disisipkan diantara gigi di
2. Pemotongan SSC
a) Letakkan SSC yang sudah dipilih di atas gigi yang telah dipreparasi.
50
• bila terlalu tinggi atau rendah maka oklusi tidak baik.
• bila terlalu besar atau kecil, SSC tidak dapat memasuki sulkus gingiva.
d) Tentukan kelebihan SSC, kemudian buang dengan stone bur atau potong
dengan gunting.
• jika gingiva terlihat pucat berarti SSC masih kepanjangan dan perlu
a) Tempatkan tang dengan paruh cembung sebelah dalam dan paruh cekung
51
b) Bagian bukal dan lingual serta servikal dibentuk dengan konfigurasi yang
c) Bagian servikal harus benar menempel pada posisi gigi untuk mendapatkan
4. Penghalusan SSC
a) Penghalusan merupakan langkah terakhir dan penting jika SSC telah sesuai.
plak.
c) Untuk tindakan ini daerah margin SSC diasah ke arah gigi supaya
5. Pemasangan SSC
52
a) Setelah gigi selesai dipreparasi, SSC dipersiapkan, gigi dikeringkan dan
diisolasi dengan gulungan kapas. Saliva ejektor dipasang agar gigi tetap
seperti krim dan dialirkan ke dinding sebelah dalam SSC hingga hampir
penuh.
c) Pasang SSC dari lingual ke bukal, tekan dengan jari sampai posisi yang tepat
gigi tersebut.
e) Pasien diinstruksikan untuk diet setengah lunak selama satu hari dan
53
54
2.6.8 Restorasi Selain Stainless Steel Crown
Indika -Untuk anak dengan resiko - Untuk kavitas -Untuk kavitas kecil pada oklusal dan
si karies moderat yang kecil hingga interproximal
-Untuk anak yang tidak sedang pada
kooperatif permukaan
-terdapat limitasi indikasi oklusal maupun
untuk penggunaan Amalgam proximal
Kelas I pada anak, misalnya
untuk penggunaan High-
viscosity GI, compomer atau
Composite Resin jika
dibandingkan dengan
penggunaan Amalgam maka
akan menghasilkan restorasi
yang sama baiknya dengan
Amalgam dalam
mempertahankan gigi yang
ada
kontrai -Tidak untuk gigi anterior -Sebaiknya tidak digunakan pada
ndikasi kavitas yang besar terutama pada area
oklusal karena sifat strength pada GIC
ini kurang memadai untuk menahan
beban mastikasi yang memerlukan
jangka waktu pakai lebih dari 3 tahun
Advan -Mudah dimanipulasi -Adhesive -Adhesive -Adhesive
tages maupun dipalikasi -Estetik -Estetik -Estetik
-Cepat -Command set - melepaskan -Command set
-Ekonomis senyawa fluoride -Mudah
-Memiliki durasi setting digunakan
yang cukup lama -Melepaskan
senyawa fluoride
Disadv -Tidak adhesive -Teknik sensitive - memiliki sifat -Water absorption
antage -Memerlukan mechanical -Memerlukan brittle -Penggunaan
s retention pada kavitas Rubber Dam -Rentan terhadap yang signifikan
-Tidak ramah pada -Tidak ekonomis erosi dan daya
lingkungan biologis pakai
4. Resin-modified Glass Ionomer
55
Keuntungan
1) Adesif
2) Estetik
4) Simple
5) Melepaska fluoride
Kerugian
1) Menyerap air
2) Pemakaian tertentu
Keuntungan
1) Adesif
2) Estetik
3) Simple
4) Melepas fluoride
Kerugian
1) Menyerap air
Keuntungan
56
1) Adesif
2) Estetik
4) Simple
5) Radioopak
Kerugian
Keuntungan
2) Tahan lama
Kerugian
3) Tidak estetik
Tambahan:
57
Ada beberapa cara dalam menghitung dosis anak. Untuk itu, dipilih yang
rentang terapi sempit, maka memerlukan ketelitian yang tinggi dalam menentukan
Perhitungan:
1. Berdasarkan umur:
Berdasarkan Fried
Sinonim
58
Abses akut, abses apical akut, abses dentoalveolar akut, abses periapikal akut, dan
Definisi
Abses alveolar akut adalah suatu kumpulan nanah yang terbatas pada tulang
alveolar pada apeks akar gigi yang terjadi setelah kematian pulpa, dengan perluasan
infeksi ke dalam jaringan periradikular melalui foramen apical. Abses akut adalah
kelanjutan proses penyakit yang mulai pada pulpa dan berkembang ke jaringan
Etiologi
Meskipun abses akut adalah akibat dari suatu trauma, atau iritasi kimiawi
maupun mekanis, namun penyebab umumnya adalah karena invasi bacterial jaringan
pulpa mati (pulpa nekrotis). Kadang-kadang tidak dijumpai kavitas maupun restorasi
pada gigi, tetapi pasien pernah mengalami trauma. Dikarenakan jaringan pulpa tertutup
rapat, tidak mungkin ada drainase dan infeksi terus meluas melalui foramen apical, dan
periapikal akut juga dapat berkembang dari abses periapikal kronis yang mengalami
eksaserbasi akut
Gejala :
59
3. Terjadi stasis usus, di dalam mulut ditunjukkan oleh lidah yang tertutup oleh
5. Jaringan lunak menjadi padat dan keras pada palpasi, keadaan demikian disebut
iridant
6. Gigi non-vital
meradang, jaringan di bawahnya mulai terbentuk nanah. Itu adalah hasil dari
Dampak
selulitis, atau osteomyelitis. Nanah yang terkandung dapat keluar untuk membentuk
fistula, berupa lubang pada mukosa labial atau bukal. Pada waktu lain juga dapat keluar
dari mana saja dekat gigi, seperti pada kulit wajah atau leher pasien, atau bahkan pada
Diagnosis
pembengkakan difus dan gigi yang bersangkutan akan terasa sakit pada pemeriksaan
perkusi. Pasien mengeluh gigi tersebut mengganjal apabila menyentuh gigi lawan jika
60
berada dalam oklusi. Selain itu gigi tidak merespon terhadap tes pulpa. Pemberian
rangsangan es akan sedikit mengurangi rasa sakit, berbeda dengan panas yang
mengintensifkan rasa sakit. Gigi tersebut juga dapat menunjukkan adanya mobilitas
(Weine, 2004).
Diagnosa Banding
Abses periodontal
Sekumpulan nanah di sekitar permukaan akar gigi yang berasal dari infeksi
pada struktur penyangga gigi. Pembengkakan terjadi pada daerah tengah akar atau tepi
gingival daripada apeks gigi. Abses periondontal berhubungan dengan gigi vital.
Histopatologi
dengan demikian memanjangkan gigi. Bila proses ini berlanjut, serabut periodontal
akan terpisah dan gigi menjadi goyang. Sel utama inflamatori adalah leukosit
Perawatan
penyebab infeksi.Pemberian antibiotika yang tepat baik dosis maupun waktunya dapat
membantu melokalisasi infeksi dapat dilakukan dengan kompres hangat dan sering
61
kumur dengan air hangat.Setelah terbentuk abses baru dilakukan insisi dan
drenase.Secara fisiologis pada saat ini tubuh telah membentuk barier disekeliling abses,
sehingga pada palpasi dapat dirasakan adanya fluktuasi.Semakin dalam letak abses
ialah melakukan trepanasi gigi tersebut untuk mengurangi tekanan, namun apabila
dengan trepanasi tidak mengurangi rasa sakit, maka harus dilakukan pencabutan gigi
tersebut.
Filosofi untuk tidak melakukan pencabutan gigi dalam keadaan infeksi akut
telah ditinggalkan.Harus disadari bahwa tulang alveolar itu padat, sehingga satu-
satunya jalan untuk mempercepat pengeluaran pus yang terkumpul di apeks gigi ialah
Pencabutan gigi dengan infeksi akut harus dilakukan setelah pasien dilindungi
dipilih yang sesuai untuk mikroorganisme penyebab.Ekstraksi gigi lebih dari satu atau
Untuk abses periapikal yang telah menembus tulang dan membentuk abses di
luar tulang harus dilakukan insisi dan drenase abses serta pencabutan gigi sekaligus.
Bila gigi hendak dipertahankan, maka sebelumnya ditrepanasi dulu dan di insisi
untuk drenase abses.Insisi ekstra oral atau pun intra oral harus dipilih tempat yang tidak
merusak berkas neurovaskuler. Apabila sulit mencari yang aman, insisi dilakukan
62
hanya sampai submukus, kemudian dilanjutkan dengan arteri klem sampai ke tulang,
Prognosis
Prognosis bagi gigi biasanya baik, tergantung pada tingkat keterlibatan local
dan jumlah kerusakan jaringan. Meskipun gejala abses alveolar akut dapat parah, rasa
sakit dan pembengkakan umumnya mereda bila dilakukan drainase yang memadai.
Pada kebanyakan kasus, gigi dapat diselamatkan oleh perawatan endodontic dan
keparahan gejala tidak perlu dihubungkan dengan mudah atau sukarnya perawatan.
Definisi
Abses alveolar kronis adalah suatu infeksi tulang alveolar periradikular yang berjalan
Etiologi
- Abses akut
- Suatu sekuela alami matinya pulpa dengan perluasan proses infektif sebelah
periapikal
- Asimtomatik
- Adanya fistula
Gejala Klinis
- Tanda pertama pada kerusakan oseus dan perubahan warna pada mahkota
63
- Rasa sakit menusuk yang tiba-tiba reda dan tidak timbul lagi
- Gigi tidak bereaksi pada tes pulpa listrik dan tes termal
Gambaran Radiologi
Pemeriksaan Histopatologi
- Limfosit dan sel plasma ditemukan ke arah perifer daerah yang mengalami
Perawatan
jaringan periradikular)
64
2.7.3 Condensing Osteitis
Definisi
Reaksi terhadap suatu inflamasi kronis tingkat rendah daerah periradikular yang
Etiologi
Suatu rangsangan ringan dari penyakit pulpa yang menstimulasi aktivitas osteoblast
Gejala Klinis
Asimptomatik
Diagnosis
65
- suatu daerah tulang padat dengan pola trabekular yang berkurang
Histopatologi
Daerah tulang padat dengan tepi trabekular yang dilapisi oleh osteoblas
Perawatan
Perawatan endodontik
2.7.4 Granuloma
matinya pulpa dan difusi bakteri beserta toksinnya melalui foramen apical dan lateral.
Suatu granuloma dapat dianggap sebagai reaksi defense kronis tingkat rendah terhadap
66
iritas dari saluran akar. Granuloma berkembang dalam kondisi iritasi ringan yang terus
menerus. Sebagai abses kronis, granuloma adalah suatu lanjutan infeksi dari pulpa
nekrotik; jaringan granulasi dapat bervariasi dalam diameter. Granuloma terdiri dari
kapsul fibrus luar yang bersambung dengan ligament periodontal dan bagian dalamnya
tersusun dari jaringan ikat longgar dan pembuluh darah serta memiliki ciri adanya
limfosit, sel plasma serta limfosit mononuclear dan polinuklear dalam berbagai jumlah.
Pada perbatasan dengan ligamen periodontal, granuloma terlihat dibungkus oleh sel
epitel Malassez.
periodontal. Terdiri dari anyaman kaya pembuluh, fibroblast berasal dari ligamen
periodontal, dan suatu infiltrasi limfosit sekedarnya dan sel-sel plasma. Bila reaksi
Proses ini diikuti dengan pembersihan jaringan osseus yang mati oleh makrofag,
sedangkan pada bagian perifer, fibroblast secara aktif membangun dinding fibrus.
Granuloma muda memiliki aktivitas sel lebih besar dan kurang padat dari pada
granuloma tua yang mengandung lebih banyak jaringan fibrus dan menjadi solid.
infeksi ringan atau iritasi jaringan periapikal yang merangsang suatu reaksi seluler
produktif. Granuloma hanya berkembang jika pulpa mati. Pada beberapa kasus,
67
Granuloma biasanya tidak memberikan reaksi subjektif kecuali pada kasus
langka di mana granuloma juga mengalami supurasi. Adanya granuloma, yang tanpa
jelas, dengan tidak adanya kontinuitas lamina dura. Gigi yang terlibat biasanya tidak
peka terhadap perkusi dan tidak goyah. Mukosa di apeks mungkin peka mungkin juga
tidak jika dipalpasi. Dapat dijumpai suatu fistula. Gigi tidak bereaksi terhadap tes
termal atau EPT. Pada kasus ini dianjurkan untuk dilakukan perawatan saluran akar.
Definisi
Suatu kista adalah suatu kavitas tertutup atau kantung yang bagian dalam dilapisi
oleh epitellium dan pusatnya terisi cairan atau bahan semisolid. Kista rahang dibagi
1. Kista odontogenic
timbul dari organ email atau folikel, dan radicular, timbul dari sisa sel malassez
2. Kista nonodontogenik
nasopalatiin.
68
Kavitas bertulang yang tidak dilapisi epitelium dan karenanya bukan kista
sebenarnya. Kista macam ini dibagi menjadi kista traumatic, kavitas tulang
pertumbuhannya lambat pada apeks gigi yang melapisi suatu kavitas patologik pada
tulang alveolar. Lumen kista berisi cairan protein berkonsentrasi rendah. Insidensi kista
yang dilaporkan oleh para penulis yang berbda tergantung pada kriteria yang digunakan
Kira-kira 75% dari semua kista terjadi pada rahang atas dan 25% pada rahang
bawah. Sebab suatu kista radicular mensyaratkan injury fisis, kimiawi, atau bacterial
yang menyebabkan matinya pulpa, diikuti oleh stimulasi sisa epithelial malassez yang
Gejala
Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan suatu kista. Kecuali
yang kebetulan diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk
disebabkan oleh timbunan cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang
bersangkutan menjadi renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi
dapat juga menjadi goyah. Bila dibiarkan tidak terawat, satu kista dapat terus tumbuh
Diagnosis
69
Pulpa gigi dengan kista radicular tidak bereaksi terhadap stimuli listrik atau
thermal, dan hasil tes klinis lainnya adalah negative kecuali radiograf. Pasien mungkin
radiografik, terlihat tidak adanya kontinuitas lamina dura, dengan suatu daerah
rarefaksi. Daerah radiolusen biasanya bulat dalam garis bentuknya, kecuali bila
mendekati gigi sebelahnya, yang dalam kasus ini dapat mendatar atau mempunyai
bentuk oval. Daerah radiolusen lebih besar daripada suatu granuloma dan dapat
meliputi lebih dari satu gigi. Baik ukutan maupun bentuk daerah rarefaksi bukan
periapical melalui saluran akar untuk menetapkan ukuran dan bentuk secaara
menunjukkan korelasi antara bentuk dan ukuran serta penemuan histologic. Penemuan
radiografi sendiri tidak cukup untuk suatu diagnosis. Daerah lain rarefaksi periapical
yang bukan hasil matinya pulpa dapat menyerupai kista radicular secara radiografis.
Beberapa dari daerah ini adalah kista globulomaksiler, kista periodontal lateral, kista
saluran insisif, kista tulang aneurismal, kista tulang traumatic dan dysplasia fibrus.
Dengan menggunakan gel polyacrylamide, granuloma dapat dibedakan dari kista oleh
pola albumin kista yang kuat, bila dibandingkan dengan pola granuloma. Dalam dua
studi, specimen dari daerah periapical diaspirasi melalui saluran akar dan dengan
teknik Davis yang dimodifikasi, diletakkan pada gel polyacrylamide dan diperiksa
dengan elektroforesis, cara ini berhasil mengidentifikasi delapan dari Sembilan kista,
70
sebagai yang ditegaskan oleh pemeriksaan histologic. Reliabilitas cara diagnostic
Diagnosis Banding
Gambaran radiografik kista akar yang kecil tidak dapat dibedakan dengan
gambaran granuloma. Suatu kista biasanya lebih besaar daripada granuloma dan dapat
akumulasi cairan kista. Harus dibedakan suatu kista radicular dari kavitas tulang yang
normal. Suatu kavitas normal kelihatan terpisah dari apeks akar pada radiograf yang
diambil pada sudut yang berlainan, sedangkan suatu kista tetap terikat pada apeks akar
tanpa memperhatikan sudut pengambilan radiograf. Suatu kista radicular juga harus
dibedakan dari suatu kista globulomaksiler, yang merupakan kista fisural yang
berkembang pada rahang atas di antara akar gigi lateral dan gigi kaninus. Suatu kista
kemudian diambil dan dibersihkan seluruhnya tanpa melibatkan vitalitas pulpa gig
didekatnya. Suatu kista radicular juga harus dibedakan dari suatu kista tulang
traumatic, yang disebut juga kista hemoragik atau kista ekstravasasi yang merupakan
suatu kavitas cekung tidak dilapisi oleh epitelium tetapi oleh jaringan penghubung
fibrus.
Bakteriologi
Suatu kista mungkin atau mungkin tidak terinfeksi. Sebagai suatu granuloma,
suatu kista menunjukkan suatu reaksi defensive jaringan terhadap iritan ringan.
71
Histopatologi
Kista radicular terdiri dari suatu kavitas yang dilapisi oleh epitelium skuamus
berasal dari sisa sel malassez yang terdapat di dalam ligament periodontal. Suatu teori
epitelium berproliferasi. Bila epitelium tumbuh dalam suatu massa sel, bagian pusat
menaikkan tekanan osmotic. Kenaikan ini menghasilkan filtrasi, edema dan cairan
jaringan kedalam kavitas kista, dengan suatu hasil kenaikan tekanan terhadap jaringan
pertumbuhan kista. Pada teori kedua, jaringan granulomatous dapat berkembang biak
dan dapat menggunakan tekanan yang menyebabkan resorpsi tulang dan pertumbuhan
Kista dikelilingi oleh jaringan penghubung yang diinfiltrasi oleh limfosit, sel
plasma, dan neutrophil polimorfonuklear. Kavitas kista mengandung debris dan bahan
raksasa
Perawatan
72
Pengambilan secara bedah seluruh kista radicular sehingga bersih tidak perlu
dilakukan pada semua kasus. Keberhasilan dan kegagalan studi memberikan cukup
melebihi apeks kedalam daerah kista menyebabkan suatu reaksi inflamatori akur yang
dapat merusak lapisan epithelial kista dan dapat menyebabkan hilangnya inflamasi.
Hipotesis ini ditolak karena penyembuhan biasanya terjadi dari perifer ke pusat lesi.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa penggunaan alat ke dalam kista menusuk dinding
kista dan mengeluarkan cairannya. Drainase mengurangi tekanan kista pada dinding
kavitas tulang dan merangsang fibroplasia dan perbaikan dari perifer lesi. Hipotesis
dengan foramen apical. Bila proses inflamatori surut, drainase dan fibroplasia mulai,
paling modern dan paling mungkin adalah bila lesi periapical merupakan reaksi
epithelial merupakan suatu reaksi tergadap bahan yang merangsang ini, maka bila
73
Pilihan perawatan adalah hanya terapi saluran akar saja, diikuti oleh observasi
periodic. Perawatan bedah diindikasikan bila suatu lesi gagal untuk pulih kembali atau
gigi atau gigi-gigi dekatnya karena adanya gangguan suplai darah selama kuretase.
Perawatan saluran akar gigi yang terlibat, bersama-sama dengan eksterioritasi bedah
untuk membuat kolaps kista dapat dicoba. Prosedur bedah ini menyangkut
pengosongan kandungan kista dengan memasukkan suatu isolator karet atau saluran
kain kasa dalam beberapa minggu dan menggantinya setiap minggu. Bila kista
(marsupialization) lesi.
Prognosis
Tergantung ada gigi khususnya, perluasan tulang yang rusak, dan mudah dicapainya
perawatan.
74
BAB III ANALISIS KASUS
3.1 Case
Tutorial 1 Bagian 1
Seorang anak laki-laki bernama Nekri Krowen berumur 5 tahun diantar oleh
ibunya ke dokter gigi dengan keluhan gigi berlubang besar pada daerah belakang kanan
bawah. Anak tidak pernah mengeluh sakit, namun ibu mengeluhakan mulut anaknya
yang bau.
Tutorial 1 Bagian 2
2) Vitalitas negatif
Tutorial 2
perawatan nekrosis pada gigi sulung. Saat dokter gigi menjelaskan tahap perawatan,
ibu pasien menginginkan anaknya dirawat dalam 1 kali kunjungan karena terbatasnya
waktu yang dimilikinya untuk mengantar anaknya. Setelah itu, dokter gigi melakukan
75
perawatan nekrosis gigi sulung satu kali kunjungan dengan tahapan sterilisasi kamar
pulpa dengan glutaraldehide, serta pengisian kamar pulpa menggunakan pasta calcium
3.2 Therminology
Karies profunda : karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan bahkan
menembus pulpa
Glutaraldehid : turunan aldehid, bahan yang efektif sebagai desinfektan dan strerilan
Stainless steel crown: mahkota logam yang dibuat oleh pabrik dalam berbagai ukuran
Rubber dam : isolator berbahan dasar karet dan silikon tipis yang digunakan untuk
3.3 Problems
76
2) Vitalitas negatif
3.4 Hypothesis
Nekrosis Pulpa
3.5 Mechanisms
Gigi 85 mengalami karies profunda
dengan pulpa terbuka
Infeksi Periapikal
Pemeriksaan Intraoral:
Karies sampai pulpa
Vitalitas negatif
Nekrosis Pulpa
77
3.6 More Info
2. Pemeriksaan radiografi
2. Bagaimana cara pemeriksaan subjektif dan objektif pada kelainan periapikal gigi
sulung?
4. Nekrosis pulpa
1) Definisi
2) Gejala
3) Etiologi
78
4) Patogenesis
5) Rencana perawatan
6. Sterilisasi glutaraldehid
3) Condensing Osteitis
4) Granuloma
5) Kista radicular
79
BAB IV PEMBAHASAN
nekrosis pulpa pada gigi 85. Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang merupakan
proses lanjutan dari inflamasi pulpa akut, kronik atau terhentinya sirkulasi darah
secara tiba-tiba. Nekrosis pulpa disebabkan oleh injuri yang membahayakan pulpa
seperti bakteri, trauma dan iritasi. Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab
yang bervariasi, pada umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel
tanpa penanganan atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang
Nekrosis pulpa biasanya ditandai dengan adanya bau mulut. Bakteri adalah
penyebab utama Halitosis. Bakteri ini hidup dan berkembang biak di dalam mulut
dengan memakan sisa protein makanan yang melekat di celah gigi dan gusi. Lubang
pada gigi yang terdapat pada penderita nekrosis menyebabkan makanan dapat
tertinggal di lubang tersebut dan sulit dibersihkan. Lubang pada gigi tersebut dapat
menjadi penyimpanan makanan yang menjadi tempat kuman memperoleh media untuk
memproses makanan serta menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses
pembusukan dan berkembang biak. Selain itu, pasien biasanya tidak mengeluhkan
sakit/nyeri karena pulpa sudah dalam keadaan non vital. anak tidak pernah mengeluh
rasa sakit walaupun giginya sudah berlubang besar. Gigi dengan pulpa nekrotik tidak
80
bereaksi pada saat tes vitalitas sehingga pasien sering kali tidak merasakan adanya
gejala.
Nekrosis pulpa pada kasus ini dapat diatasi dengan perawatan saluran akar 1
kali kunjungan (one visit endodontic). Perawatan satu kunjungan meliputi pembersihan
saluran akar, strelisasi dan obturasi dilakukan dalam satu kunjungan. Perawatan satu
kali kunjungan bila berhasil akan menghemat waktu, menurunkan resiko infeksi antar
kunjungan bila berhasil akan menghemat waktu, dan jarang terjdi flare up. Perawatan
nekrosis gigi sulung satu kali kunjungan dilakukan dengan dengan tahapan sterilisasi
kamar pulpa dengan glutaraldehide, serta pengisian kamar pulpa menggunakan pasta
calcium hidroksida, serta dilanjutkan dengan Stainless Steel Crown. SSC adalah
mahkota logam yang dibuat oleh pabrik dalam berbagai ukuran dan mempunyai bentuk
anatomis sesuai gigi asli. SSC menjadi bahan restorasi pilihan dalam perawatan gigi
sulung dengan kerusakan gigi yang luas karena dapat menutupi seluruh mahkota gigi
dan membentuk kembali bentuk anatomi gigi serta lebih tahan lama dibandingkan
restorasi lainnya.
81
BAB V SIMPULAN
nekrosis pulpa pada gigi 85. Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang merupakan
proses lanjutan dari inflamasi pulpa akut, kronik atau terhentinya sirkulasi darah
secara tiba-tiba. Nekrosis pulpa biasanya ditandai dengan adanya bau mulut. Bakteri
adalah penyebab utama Halitosis. Lubang pada gigi yang terdapat pada penderita
bakteri selanjutnya menyebabkan bau mulut. Selain itu, pasien biasanya tidak
Nekrosis pulpa pada kasus ini dapat diatasi dengan perawatan saluran akar 1
kali kunjungan (one visit endodontic). Perawatan satu kunjungan meliputi pembersihan
saluran akar, strelisasi dan obturasi dilakukan dalam satu kunjungan. Perawatan
nekrosis gigi sulung satu kali kunjungan dilakukan dengan dengan tahapan sterilisasi
calcium hidroksida, serta dilanjutkan dengan Stainless Steel Crown. SSC menjadi
bahan restorasi pilihan dalam perawatan gigi sulung dengan kerusakan gigi yang luas
karena dapat menutupi seluruh mahkota gigi dan membentuk kembali bentuk anatomi
82
Daftar Pustaka
Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1197. Buku Ajar Ilmu Konservasi
Gigi, Edisi 3. Jakarta: EGC
Farmer ED, Lawton FE. 1966. Stones’ Oral and Dental Diseases. 5th ed. The English
Language Book Society and E. &S. Livingstone Ltd.
Grossman LI. 1998. Endodontic Practice. 8th ed. Philadelphia, London: Lea and
Febiger.
Matthews, D.C., Sutherland, S., Basrani, B., 2003, Emergency management of acute
apical abscesses in the permanent dentition: a systematic review of the literature, J
Can Dent Assoc.; 69 (10): 660.
Shafer WG. 1983. A Textbook of Oral Pathology. 4th ed. Philadelphia. W.B. Saunders
Company.
Soames JV, Shoutham JC. 1985. Oral Pathology. Oxford University Press.
Tarigan, Rasinta. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : Widya Medika
Torabinejad M, Walton RE. 1994. Penyakit Jaringan Pulpa dan jaringan Sekitar
Akar di dalam Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi.
Ed.2. Alih Bahasa Sumawinata N, Shidarta W, Nursasongko B. Jakarta. EGC.
83
Walton, Richard. E & Torabinejad, Mahmoud. 1997. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsi. Jakarta : EGC.
Wellburry, Richard R. 2005. Paediatric dentistry 3rd edition. New York : Oxford
University Press.
Yagiela, J.A. Dowd, F.J., Neidle E.A. 2005. Pharmacology and Therapeutics for
Dentistry. 5th ed.
84