Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
Laporan ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada drg. Silvi
Kintawati, MS. sebagai pembimbing tutorial serta semua pihak yang turut
membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu
persatu.
mengharapkan kritik dan saran dari pembahas untuk kemajuan makalah ini di
masa mendatang.
ilmu bedah mulut , mikrobiologi, oral biologi, dan public health sehingga dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.2 Terminologi...............................................................................................3
1.4 Hipotesis....................................................................................................3
1.5 Mekanisme................................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1 Mengapa pembengkakan bisa terjadi pada gigi berlubang dan meluas
sampai dagu?........................................................................................................6
ii
2.5 Bagaimana bisa terjadi pembengkakan yang berasal dari gigi berlubang?
7
2.6 Apa itu infeksi odontogenik & non odontogenik,serta kondisi gigi dan
jaringan yang bagaimana yang dapat menyebabkan infeksi odontogenik?.........8
2.24 Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pasca ekstraksi dan bagaimana
cara menanggulanginya??..................................................................................61
iii
2.27 Perbandingan tanda klinis abses dan selulitis?........................................79
2.29 Apa yang dimaksud spasia primer dan sekunder dan jelaskan apa saja
yang termasuk spasia tersebut?..........................................................................81
BAB 3....................................................................................................................90
PEMBAHASAN....................................................................................................90
BAB 4....................................................................................................................93
KESIMPULAN......................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................94
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Tutorial 1 bagian 1
Anda seorang koass FKG UNPAD yang sedang bekerja di Instalasi Gawat
Darurart RSGM Unpad. Seorang laki-laki bernama Tuan Ludi berusia 58 tahun
bawah kuru dan kanan yang meluas sampai dengan dagu sejak 3 hari yang lalu.
Pembengkakan terasa sakit dan disertai dengan demam. Pasien mengeluh sulit
gigi geraham kanan bawah sakit berdenyut karena berlubang besar. Pasien sempat
Tutorial 1 bagian 2
Pemeriksaan Fisik:
Suhu 38,8 oC
1
Pemeriksaan ekstra oral:
Trismus ± 1 jari
Pemeriksaan intraoral
OH buruk
Pemeriksaan radiologi
Jumlah akar
Lamina dura dan membran periodontal menghilang pada 1/3 akar mesial
dan distal
Tutorial 2
Dokter gigi ahli bedah mulut yang sedang bertugas menerangkan kepada anda
angina yang disebabkan oleh infeksi gigi 46. Dokter gigi menganjurkan kepada
2
pasien untuk rawat inap selama beberapa hari. Selama di rumah sakit pasien
mendapat infus glukosa 5% dan NaCl serta diberikan antibiotik dan analgesik-
Dokter gigi ahli bedah mulut berencana membuat insisi ekstraoral dan memasang
drain untuk proses drainase selama 24-48 jam, tindakan selanjutnya dokter gigi
ahli bedah mulut akan mencabut gigi penyebab dengan menggunakan metoda atau
anastesi blok rahang bawah dan setelah pencabutan tersebut pasien diberikan
1.2 Terminologi
1. Indurated
3. Drainase
4. Anastesi blok
1.4 Hipotesis
3
2. Infeksi karena gigi berlubang
3. Angina Ludwig
4
1.5 Mekanisme
Angina Ludwig
3
Infus glukosa 5% dan NaCl
Insisi Ekstraoral
Anastesi blok
Cabut gigi
Antibiotik + analgesik
5. Apa yang dimaksud spasia primer dan sekunder dan jelaskan apa saja
4
1.8 Rumusan masalah
sampai dagu?
6. Apa itu infeksi odontogenik & non odontogenik,serta kondisi gigi dan
5
20. Mengapa dilakukan anastesi blok?
24. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pasca ekstraksi dan bagaimana cara
menanggulanginya?
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mengapa pembengkakan bisa terjadi pada gigi berlubang dan meluas
sampai dagu?
Akibat adanya invasi dari bakteri (ex: Prevotella, streptococcus,S. Milleri) yang
memasuki pulpa yang terbuka yang berasal dari gigi berlubang. Setelah inokulasi
organisme infeksius dapat menyebar melalui jaringan ikat, yang selanjutnya dapat
menginisiasi selulitis
a. Pasien mengeluhkan sakit karena infeksi pada gigi 46 menghasilkan abses yang
lama kelamaan membesar akibat akumulais pus dan menekan sampai ke otot dan
tulang. Tekanan terhadap tulang inilah yang menyebabkan keluhan sakit pada
pasien
prostaglandin sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Oleh karena itu pasien
demam.
6
2.3 Mengapa pasien sulit membuka mulut?
Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke
Ketika terjadi infeksi pada struktur tulang ini, maka terjadi gangguan dalam
mulut
berlubang?
Pada awalnya terjadi karies lalu karies tersebut meluas hingga pulpa dan
menyebabkan pulpitis. Lesi tersebut terus meluas hingga kamar pulpa sehingga
cancellous sampai tulang cortical. Jika tulang menipis, infeksi dapat menembus
7
dan masuk ke jaringan lunak. Selanjutnya bakteri akan mengeluarkan produk
nya(pus) dan memasuki spasia mandibula. Penembusan dan akumuluasi pus pada
2.6 Apa itu infeksi odontogenik & non odontogenik,serta kondisi gigi dan
odontogenik?
INFEKSI ODONTOGENIK
yang paling sering kita jumpai pada manusia. Pada kebanyakan pasien
infeksi ini bersifat minor atau kurang diperhitungkan dan seringkali ditandai
mengalami gangguan.8
Fistula Bakteremie-Septikemie
8
Selulitis Acute-Chronic Infeksi Spasium
lebih
serebral
9
Infeksi odontogenik merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering terjadi.
lebih sering disebabkan oleh beberapa jenis bakteri seperti streptococcus. Infeksi
dapat terlokalisir atau dapat menyebar secara cepat ke sisi wajah lain.9
Bakteri
Virus
Parasit
Mikotik
Odontogenik
Non-odontogenik
Pulpa
Periodontal
Perikoronal
Fraktur
Tumor
Oportunistik
10
Akut
Kronik
Spasium kaninus
Spasium bukal
Spasium infratemporal
Spasium submental
Spasium sublingual
Spasium submandibula
Spasium masseter
Spasium pterigomandibular
Spasium temporal
Spasium retrofaringeal
Spasium prevertebral
11
dengan dua faktor yaitu virulensi dan quantity. Virulensi berkaitan
dengan kualitas dari bakteri seperti daya invasi, toksisitas, enzim dan
dengan cara insisi poket periodontal yang dalam, jaringan pulpa yang
3. Pertahanan Humoral
12
Mekanisme pertahanan humoral, terdapat pada plasma dan
4. Pertahanan Seluler
13
Mekanisme pertahanan seluler berupa sel fagosit dan limfosit.
respon dengan cepat, tetapi sel-sel ini siklus hidupnya pendek, dan
ini diikuti oleh keluarnya monosit dari aliran darah ke jaringan dan
4. Tahapan Infeksi10
menjalani resolusi:
adonannya konsisten.
14
2. Antara 5 sampai 7 hari – tengahnya mulai melunak dan abses merusak
5. Patogenesis11,15
abses dentoalveolar, tahap yang menyangkut spasium dan tahap lebih lanjut
yang merupakan tahap komplikasi. Suatu abses akan terjadi bila bakteri
dapat masuk ke jaringan melalui suatu luka ataupun melalui folikel rambut.
Pada abses rahang dapat melalui foramen apikal atau marginal gingival.
15
Macam-macam infeksi odontogenik dapat berupa : infeksi
lebih lanjut.
Pada keadaan ini substansi yang beracun dilapisi dan dinetralkan. Juga
daerah luka.
dinding lesi.
16
2. Adanya gejala infeksi
infeksi. Kalor atau panas merupakan akibat aliran darah yang relatif
akhiran saraf juga dapat menyebabkan rasa sakit. Fungsio laesa atau
3. Limphadenopati
Pada infeksi akut, kelenjar limfe membesar, lunak dan sakit. Kulit
Pada infeksi kronis perbesaran kelenjar limfe lebih atau kurang keras
17
kelenjar terjadi jika organisme penginfeksi menembus sistem
a. osteomilitis
keadaan infeksi akut /kronik pada tulang rahang, biasanya disebabkan oleh
gejalanya :
1. sakit gigi dan terjadi pembengkakan disekitar pipi dan akhirnya bersifat kronik
membentuk fistel
Penyebabnya :
sariawan
- Gangren radiks
b. candidiasis
gejala :
18
plak putih dan rapuh yang melekat di lidah, mukosa gigi, gingival, dan palatum
Penyebab :
- Antibiotik sistemik
c. actynomikosis
gejala :
Penyebab :
Selulitis adalah infeksi pada kulit dan jaringan lunak di bawah kulit yang difus.
Selulitis disebabkan oleh adanya infeksi bakteri anaerob dan aerob terutama
Streptococcus sp. Bakteri invasi jika ada daerah yang terbuka, misalnya karena
adanya lubang pada gigi atau luka tergores pada kulit. Gejala-gejala selulitis yaitu:
Pembengkakan
Difus
19
Nyeri/sakit
Berisi cairan
Ukuran besar
pengikisan (erosi) pada infeksi menembus sampai ke tulang paling tipis hingga
tulang). Berkembang atau tidaknya menjadi abses spasia wajah, tetap saja hal ini
terkadang dapat pula langsung mengikis spasia wajah dan mengakibatkan infeksi
spasia wajah. Penyakit odontogenik yang paling sering berlanjut menjadi infeksi
spasia wajah adalah komplikasi dari abses periapikal. Pus yang mengandung
bakteri pada abses periapikal akan berusaha keluar dari apeks gigi, menembus
tulang, dan akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah spasia wajah.
Gigi mana yang terkena abses periapikal ini kemudian yang akan menentukan
jenis dari spasia wajah yang terkena infeksi. Tulang hyoid merupakan struktur
20
anatomis yang paling penting pada leher yang dapat membatasi penyebaran
infeksi.
Spasia diklasikfikasikan menjadi spasia primer dan spasia sekunder. Spasia primer
diklasifikasikan lagi menjadi spasia primer maxilla dan spasia primer mandibula.
Spasia primer maxilla terdapat pada canine, buccal, dan ruang infratemporal.
prevertebral.
Bagian lateral dibatasi oleh anterior muskulus digastrikus kanan dan kiri. Di
bagian superior dibatasi oleh muskulus milohyoid dan bagian inferior oleh
kulit . Spasium ini sering terinfeksi oleh insisiv rahang bawah. Gejala klinis
yang ditemukan biasanya pembengkakan keras dengan fluktuasi positif, hampir seperti
21
Gambar 4. Abses Submental
2.Spasium bukal, serupa dengan spasium bukal yang disebabkan oleh infeksi
disebabkan oleh infeksi yang berasal dari gigi molar dan premolar mandibula
ini merupakan selulitis yang menyebar dengan cepat. Pada infeksi ini hampir
22
selalu terlihat lidah terangkat, indurasi daerah submandibula dan penderita
bernafas. Infeksi ini menyebar dengan cepat dan luas, dapat mengakibatkan
dibatasi oleh prosesus alveolaris mandibula dan bagian medial dibatasi oleh
mulut dan lidah. Secara klinis infeksi pada spasium sublingual memperlihatkan
namun pembengkakan terlihat pada dasar mulut pada sisi yang terkena. Infeksi
23
2.9 Bagaimana proses penyebaran infeksi odontogenik pada spasia primer
Pada kasus ini terdapat infeksi pada gigi molar mandibular dengan ujung akar di
periapical. Kumpulan pus pada abses tersebut mengikis tulang alveolar yang
paling tipis sehingga perforasi. Ketika tulang sudah perfor, pus akan menjalar ke
fascia dan mengakibatkan infeksi pada ruang spasia yang menyebabkan gejala
1. Virulensi bakteri
2. Pertahanan jaringan
ANGINA LUDWIG
Definisi
24
Angina Ludwig merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian superior
ruang suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otototot yang melekatkan
lidah pada tulang hyoid dan otot milohioideus. Ruang ini terdiri dari ruang
Etiologi
Angina Ludwig paling sering terjadi sebagai akibat infeksi yang berasal dari gigi
geligi, tetapi dapat berasal dari proses supuratif nodi limfatisi servikalis pada
Jika infeksi berasal dari gigi, organisme pembentuk gas tipe anaerob sangat
dominan. Jika infeksi bukan berasal dari daerah gigi, biasanya disebabkan oleh
dewasa muda yang menderita infeksi gigi. Kelainan ini juga ditemukan pada
anak-anak namun jarang terjadi. Etiologi angina Ludwig antara lain karena trauma
25
bagian dalam mulut, karies gigi, infeksi gigi, dan sistem imunitas tubuh yang
Patogenesis
Penyebab abses ini yang paling sering adalah infeksi gigi. Nekrosis pulpa karena
karies dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan jalan
bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak,
maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang
cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan
lunak. Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan tubuh.
infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal, abses submukosa, abses
gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses fasial. Penjalaran
infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses subingual, abses submen-tal,
abses submandibular, abses submaseter, dan angina Ludwig. Ujung akar molar
jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses, pusnya dapat
26
Selain infeksi gigi abses ini juga dapat disebabkan pericoronitis, yaitu suatu
infeksi gusi yang disebabkan erupsi molar ketiga yang tidak sempurna. Infeksi
bakteri yang paling sering oleh streptococcus atau staphylococcus. Sejak semakin
Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan yang keras
dari fasia servikal profunda dengan m. digastricus anterior dan tulang hyoid.
Edema dagu dapat terbentuk dengan jelas. Infeksi pada ruang submaksilar
biasanya terbatas di dalam ruang itu sendiri, tetapi dapat pula menyusuri
Gejala
submandibula, yang tampak hiperemis dan keras pada perabaan. Dasar mulut
sesak napas, karena sumbatan jalan napas. Peradangan pada ruang ini
menyebakan kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut dan mendorong
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi,
gejala dan tanda klinik. Pada “Pseudo Angina Ludovici” dapat terjadi fluktuasi.
27
Ada empat kriteria yang dikemukakan Grodinsky untuk membedakan angina
Ludwig dengan bentuk lain dari infeksi leher dalam. Infeksi pada angina Ludwig
pus.
- Mencakup fasia jaringan ikat dan otot namun tidak melibatkan kelenjar.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk angina Ludwig adalah CT-scan untuk
gigi.
28
Gambar: Pada pemeriksaan CT-Scan didapati bahwa terdapat edema,
Terdapat pula pembengkakan pada supraglotik dan udara pada soft tissue. Ada
asimetri.
68)
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh
29
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
(Yuda, 2010)
pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan
menggunakan infus set. (Protap RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu, 2009)
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak
dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang
68)
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan
(Setyorini, 2006 : 5)
30
INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%
kehilangan cairan tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk
melakukan metabolismenya dan juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah
ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis, dimana glukosa disini
Insisi adalah pembuatan jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel). Insisi
menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas (Lopez-Piriz et al., 2007).
31
2.15 Bagaimana cara melakukan insisi dan drainase?
Fundamental principle:
2) Drainase pus dapat dilakukan melalui root canal, insisi intraoral, insisi
3) Bisa diawali dengan membur gigi penyebab abses saat fase awal inflamasi
4) Pemberian antisseptik
5) Anastesi
6) Perencanaan insisi:
dihindari
32
9) Drainase dari abses diawali dengan memasukan hemostat ke dalam kavitas
dengan paruh yan tertutup lalu menyusuri kavitas dengan paruh terbuka
10) Penempatan rubber drain di dalam kavtas, lalu dijahit pada salah satu bibir
Definisi dari anestesi lokal sendiri yaitu kehilangan sensasi pada area tertetu dan
terbatas yang dipersyarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi
ujung serabut saraf ataupun karena inhibisi pada proses konduksi pada nervus
perifer. Obat anestesi lokal menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong
sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestetik lokal
setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan
lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf. Dalam kedoteran gigi,
anestesi lokal digunakan untuk mengurangi nyeri sehingga pasien merasa nyaman
saat dilakukan tindakan oleh dokter gigi. Selain itu juga, anestesi lokal dapat
digunakan untuk mengidentifikasikan penyebab nyeri pada wajah. Selain itu juga,
pada anestesi dikenal adanya anestesi topikal yang diaplikasikan pada permukaan
membrane mukosa atau kulit yang kemudian berpenetrasi melewati epidermis dan
33
2.17 Apa itu anastesi blok?
Anestesi blok adalah penghilangan sensasi rasa pada bagian tubuh tertentu tanpa
resiko yang dapat terjadi pada pasien. Salah satu contoh, obat-obatan anestesi
lokal memiliki efek samping lain yaitu bronkospasm yang data menyebabkan
agar penyuntikan berjalan cepat dan lancar. Setelah itu siapkan mukosa
3) Persiapan pasien
34
Pada persiapan pasien, dilakukan anamnesis yang menanyakan tentang
mungkin dialami oleh pasien. Dalam persiapan pasien ini juga, perlu
Anestesi blok
Anestesi topical
Anestesi infiltrasi
Dalam kasus ini, kita memakai anestesi blok. Anestesi blok adalah penghilangan
sensasi rasa pada bagian tubuh tertentu tanpa menghilangkan kesadaran pasien
35
Saraf mental adalah akhiran cabang dari saraf alveolar inferior. Keluar dari
foramen mentale pada atau dekat apeks premolar mandibular, yang menyediakan
inervasi sensoris ke jaringan bukal diatas anterior foramen dan jaringan lunak
(Malamed, 2013)
3. Area target : saraf mental keluar dari foramen mental ( biasanya berada diantara
Prosedur:
36
a. Asumsikan posisi administrator yang benar
(1) Untuk blok saraf insisif kiri dan kanan, administrator pengguna tangan kanan,
(2) Posisi operator duduk dibelakang pasien , namun hal ini dapat menyebabkan
trauma psikologi dikarenakan letak suntikan berada pada garis penglihatan pasien.
b. Posisi pasien
(1) Letakan index jari pada mucobuccal fold dan tekan melawan badan mandibula
(2) Pindahkan jari perlahan ke anterior sampai tulang dibawah jari terasa irregular
37
(a) Tulang posterior dan anterior ke foramen mental akan teraba halus (smooth)
(b) Foramen mental biasanya ditemukan diantara apeks kedua premolar. Namun,
mungkin saja ditemukan lebih ke anterior atau posterior dari sisi ini.
(c) Pasien akan mengeluhkan rasa sakit karena penekanan jari ini Menyebabkan
38
(2) Menegangkan jaringan sehingga penetrasi tidak sebabkan trauma.
g. Penetrasi membrane mukosa pada lokasi injeksi, pada kanin atau premolar
5-6mm. untuk keberhasilan blok saraf mental tidak perlu mencapai formaen
mental.
i. Aspirasi
j. Jika negative, perlahan alirkan 0,6ml ( kira0kira 1/3 cartridge) dalam 20 detik.
Jika jaringan pada lokasi injesi membengkak , hentikan aliran dan pindahkan
suntikan
digunakan pada pasen yang sulit atau sakit pada waktu membuka mulut.
Prosedur :
39
2. Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan
3. Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan
jaringan pada bagian medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu
5. Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.
diinsersikan posterior dan sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua
10. Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 – 1,8 ml secara
Kelumpuhan saraf motoris akan terjadi lebih cepat daripada saraf sensoris. Pasien
Teknik Gow-gates
40
Teknik gow-gates memberikan anastesi pada seluruh distribusi V3. Nama lainnya
1. Inferior alveolar
2. Mental
3. Incisive
4. Lingual
5. Mylohyoi
6. Auriculotemporal
7. Buccal
Area teranastesi
diinjeksi
Indikasi
41
1. Berbagai macam prosedur untuk gigi-gigi mandibula
teranastesi
Kontraindikasi
2. Pasien yang mungkin menggigit bibir atau lidahnya seperti anak kecil
Keuntungan
Teknik
42
2. Area insersi : membrane mukosa pada mesial ramus mandibular, diatas
kedua maksila
3. Area target : bagian lateral dari leher kondilus, dibawah insersi otot
pterygoid lateral
4. Landmarks
a. Extraoral
2. Sudut mulut
43
Gambar: landmark extraoral
b. Intraoral
distal ke molar (B), pertahankan tinggi. Ini adalah titik dimasukannya blok saraf
mandibula Gow-Gates
6. Prosedur
44
2. Untuk Gow-Gates kiri dan administrator tangan kanan, duduk
b. Posisi pasien
1. Intertragic notch
2. Sudut mulut
45
1. Keringkan jaringan dengan sterile gauze
dari sudut
mesiolingual (mesiopalatal)
dan wajah
46
incisor tergantung pada divergensi ramus yang dinilai oleh
inferior
47
menutup mulut meskipunsediti saja, terjadi 2 hal negative.
kondilus
m. Aspirasi
2%
48
q. Instruksikan pasien untuk tetap membuka mulutnya selama 1-2
anestesi
semitegak
dikarenakan:
1. Persiapan pasien
a. Pemeriksaan fisik
Anamnesa.
49
Palpasi menggunakan ujung jari untuk merasakan apakah ada
pembengkakan.
b. Riwayat Medis
Riwayat medis merupakan informasi yang sangat berguna bagi dokter untuk
aman atau tidak. Riwayat medis dapat diperoleh denganbertanya langsung pada
pasien atau keluarga pasien atau dengan mengisi kuesioner. Beberapa hal yang
Pengobatan
c. Pemeriksaan penunjang
Darah
Urine
Radiologi
Histopatologi
d. Konsultasi Medis
50
e. Persiapan Mental Pasien
f. Informed Consent
Informed consent atau persetujuan atas dasar informasi selalu diperlukan untuk
g. Profilaksis Antibiotik
h. Premedikasi
Premedikasi merujuk pada pemberian obat-obatan dalam periode 1-2 jam sebelum
Menimbulkan ketenangan.
Memberikan analgesia.
51
Beberapa obat-obatan yang biasa digunakan dalam premedikasi seperti dari
i. Anestesi Blok
2. Persiapan Operator
3. Persiapan Alat
Klasifikasi tang:
Jenis tang:
Paruh
Engsel
52
Pegangan
Paruh dan pegangan hampir satu garis penuh dan dilihat dari samping seperti garis
lurus.
- Paruh terbuka
- Berbentuk S
53
- Paruh bersudut antara 45º– 90º
b. Elevator
Indikasi penggunaan:
(Bein)
54
Dapat merusak jaringan mukosa.
Harus selalu menggunakan jari tangan sebagai fiksasi untuk menjaga kalau
elevator meleset.
gigi lainnya.
Klasifikasi elevator:
A. Berdasarkan penggunaan
55
Elevator angular
Kombinasi
Ekstraksi Gigi
56
Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana
dan teknik pembedahan. Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari
dalam soket dari tulang alveolar kemudian mengembalikan flep ke tempat semula
dengan penjahitan.
Alat-alat ekstraksi
dilepaskan dan soket gigi diperbesar untuk mengeluarkan gigi. Untuk mencapai
a) Klasifikasi tang :
b) Jenis tang :
57
c) Bagian dari tang
Paruh
Engsel
Pegangan
2. Dental Elevator
Pegangan
Shank
Blade
Gigi yang erupsi bisa diekstraksi dengan salah satu dari dua teknik utama, yaitu
tertutup atau terbuka. Teknik tertutup dikenal sebagai teknik simpel atau
forceps.Teknik terbuka dikenal sebagai teknik operasi atau flap. Teknik apapun
58
2) Mulut pasien harus berada pada ketinggian yang sama dengan bahu dokter
gigi.
3) Untuk ekstraksi gigi rahang atas kuadran kanan, kepala pasien mengarah
didapatkan.
4) Untuk ekstraksi gigi anterior rahang atas, kepala pasien diposisikan lurus
ke depan.
5) Untuk ekstraksi gigi rahang atas kuadran kiri, kepala pasien hanya sedikit
diarahkan ke operator.
2) Posisi kursi lebih rendah daripada pada saat ekstraksi rahang atas.
Untuk ekstraksi gigi maksila dan mandibular bagian posterior posisi dokter gigi
anterior posisi dokter gigi berada di belakang pasien atau di kanan belakang
pasien.
2. Teknik ekstraksi
Tang ekstraksi dipegang dengan tangan yang dominan, dengan ibu jari secara
diberikan pada gigi dapat dikontrol. Tangan yang non dominan memiliki peran
59
sebagai berikut : membantu gigi sekitarnya dari forceps, membantu
peran penting pada saat ekstraksi gigi rahang mandibula karena tangan kiri
2. Letakkan paruh dari tang pada garis servikal gigi, paralel dengan long
4. Pergerakan harus semakin kuat secara gradual dan tekanan bukal harus
lebih kuat dari tekanan ke palatal Karena tulang bukal lebih tipis dan
2. Jangan minum dan makan apapun selama 2 jam segera setelah ekstraksi
gigi.
60
3. Lakukan kompres dengan air es.
luka.
5. Tidurlah dengan kepala agak dinaikkan yaitu dengan diganjal satu atau
dua bantal
6. tambahan.
gigi.
9. Jangan meludah.
2.24 Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pasca ekstraksi dan bagaimana
cara menanggulanginya??
1. Pendahuluan
Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi oleh berbagai sebab dan
persiapan pra operasi telah direncanakan sebaik mungkin untuk mencegah atau
61
dan operator telah melaksanakan prinsip-prinsip bedah dengan baik selama
pencabutan gigi. Maka pada makalah ini akan dibahas secara garis besar
2. Macam-macam komplikasi
a. Komplikasi lokal
b. Komplikasi sistemik.
a. Kegagalan dari :
Pemberian anastetikum.
b. Fraktur dari :
Tulang alveolar.
Tuberositas maxilla.
62
Mandibula.
c. Dislokasi dari :
Gigi sebelahnya.
e. Perdarahan berlebihan :
f. Kerusakan dari :
Gusi.
Bibir.
Saraf lingualis.
Dry socket .
63
Osteomyelitis akut dari mandibula.
Edema.
Hematoma.
Infeksi.
Trismus.
Sinkop.
Terhentinya respirasi.
Terhentinya jantung.
4. Penanggulangan komplikasi.
salah atau dosis obat anastesi tidak cukup. Kegagalan pencabutan gigi, bila gigi
gagal dicabut dengan menggunakan aplikasi tang atau elevator dengan tekanan
yang cukup maka instrumen tersebut harus dikesampingkan dan dicari sebab
pembedahan.
64
b. Fraktur.
gigi dengan karies besar sekali atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga
disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang diaplikasikan
pada mahkota gigi bukan pada akar atau masa akar gigi, atau dengan sumbu
panjang tang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Juga bisa disebabkan oleh
pemilihan tang dengan ujung yang terlalu lebar dan hanya member kontak satu
titik sehingga gigi dapat pecah bila ditekan. Dapat pula disebabkan karena tangkai
tang tidak dipegang dengan kuat sehingga ujung tang mungkin terlepas/bergeser
dan mematahkan mahkota gigi. Selain itu juga fraktur mahkota gigi bisa
perlawanan dari gigi. Untuk itulah operator harus bekerja sesuai dengan metode
dapat dilakukan dengan memberitahukan kepada pasien bahwa ada gigi yang
yang berguna untuk mengidentifikasi ukuran dan posisi fraktur gigi yang
65
Fraktur akar gigi.
fraktur akar. Meskipun idealnya semua fragmen akar harus dikeluarkan, tetap i
tertentu. Akar gigi dapat dianggap sebagai fragmen akar gigi bila kurang dari 5
mm dalam dimensi terbesarnya. Pada pasien yang sehat sisa akar dari gigi sehat
jarang menimbulkan masalah dan dalam kebanyakan kasus fragmen akar tersebut
jelas. Pencabutan dari 1/3 apikal akar palatal molar atas bila harus mengikut
terbentuknya fistula oro antral pada kebanyakan kasus lebih baik dipertimbangkan
untuk ditinggalkan dan tidak diganggu. Dan jika diindikasikan untuk dikeluarkan
secara tidak sengaja diantara ujung tang pencabut gigi atau konfigurasi dari akar
gigi itu sendiri, bisa pula bentuk dari tulang alveolar yang tipis atau adanya
66
jaringan lunak. Selanjutnya bagian yangtajam bisa dihaluskan dengan bone file
perdarahan.
elevator yang tidak terkontrol, dapat pula disebabkan geminasi patologis antara
gigi molar kedua atas yang telah erupsi dengan gigi molar ketiga atas yang tidak
elevator dan dibuat flap muko periosteal bukal yang luas, tuber yang fraktur dan
gigi tersebut kemudian dibebaskan dari jaringan lunak pada palatal dengan alat
tumpul (raspatorium) dan kemudian gigi dikeluarkan dari soketnya. Flap jaringan
Fraktur seperti ini dapat dihindarkan dengan cara pemeriksaan pra operasi
secara cermat apakah gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut
mengalami karies, restorasi besar, atau terletak pada arah pencabutan. Bila gigi
yang akan dicabut merupakan gigi penyokong jembatan maka jembatan harus
dipotong dulu dengan carborundum disk atau carborundum disk intan s ebelum
pencabutan. Bila gigi sebelahnya terkena karies besar dan tambalannya goyang
atau overhang maka harus diambil dulu dan ditambal denga tambalan semenatra
sebelum pencabutan dilakukan. Tidak boleh diaplikasikan tekanan pada gigi yang
berdekatan selama pencabutan dan gigi lain tidak boleh digunakan sebagai
67
fulkrum untuk elevator kecuali bila gigi tersebut juga akan dicabut pada
kunjungan yang sama. Gigi antagonis bisa fraktur jika gigi yang akan dicabut
tiba-tiba diberikan tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi
kejadian tersebut. Penggunaan mouth gags dan penyangga gigi yang tidak
bijaksana dapat menyebabkan kerusakan pada gigi lain selain gigi yang akan
dicabut, terutama pada anastesi umum. Adanya gigi dengan restorasi besar atau
gigi goyang, mahkota tiruan atau jembatan harus dicatat dan diperhatikan oleh
Fraktur mandibula.
dalam mencabut gigi. Bila tidak dapat dicabut dengan tekanan sedang maka harus
dicari penyebabnya dan diatasi. Selain itu juga bisa disebabkan oleh adanya hal-
osteomyelitis, post terapi radiasi atau osteo distrofi seperti osteitis deforman,
fibrous displasia, atau fragile oseum. Fraktur mandibula pada saat pencabutan gigi
bisa pula disebabkan oleh gigi yang tidak erupsi, kista atau tumor. Pada keadaan
yang cermat serta dibuat splint sebelum operasi. Pasien harus diberitahu sebelum
operasi tentang kemungkinan fraktur mandibula dan bila komplikasi ini terjadi
besar dapat ditangani dengan baik oleh ahli bedah mulut. Bila fraktur terjadi pada
68
praktek dokter gigi maka dilakukan fiksasi ekstra oral dan pasien dirujuk
secepatnya ke Rumah Sakit terdekat yang ada fasilitas perawatan bedah mulut.
c. Dislokasi.
Dislokasi dari gigi yang berdekatan selama pencabutan ini dapat dihindari
dengan menggunakan elevator yang tepat dan sebagian besar tekanan dititik
diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut untuk
mendeteksi adanya kegoyangan pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan
dicabut.
Dapat terjadi pada pasien dengan riwayat dislokasi rekuren tidak boleh
rahang bawah tidak sampai maksimal dan bila rahang bawah dipegang (fiksasi)
dengan baik oleh operator selama pencabutan. Dislokasi dapat pula disebabkan
oleh penggunaan mouth gags yang ceroboh. Jika terjadi dislokasi maka mouth
mandibular joint operator berdiri didepan pasien dan menempatkan ibu jarinya
kedalam mulut pada Krista oblique eksterna, dilateral gigi molar bawah yang ada,
dan jari-jari lainnya berada ditepi bawah mandibula secara ekstra oral, tekan
kebawah dari kedua ibu jari, kemudian dorong ke posterior, kemudian lepaskan
69
sehingga rahang oklusi selanjutnya dilakukan fiksasi dengan elastic verban
(fiksasi ekstra oral). Kemudian pasien diingatkan agar tidak membuka mulut
terlalu lebar atau menguap terlalu sering selama beberapa hari pasca operasi.
Perawatan dislokasi temporo mandibular joint tidak boleh terlambat karena dapat
komplikasi yang biasanya terjadi karena akar gigi tidak dipegang secara efektif
pada keadaan lapang pandang yang terbatas. Komplikasi ini dapat dihindari bila
dan yang lebih sering akar palatal. Adanya sinus yang besar adalah faktor
predisposisi tapi insiden ini dapat dikurangi bila petunjuk sederhana ini
diperhatikan :
1. Jangan menggunakan tang pada akar gigi posterior atas kecuali bila panjang
gigi atau akar gigi terlihat cukup besar baik dalam arah palatal dan bukal,
sehingga ujung tang dapat mencengkram akar gigi dan operator dapat melihatnya
dengan jelas.
70
2. Tinggalkan 1/3 ujung akar palatal molar atas bila tertinggal selama pencabutan
3. Jangan mencoba mencabut akar gigi atas yang patah dengan memasukkan
flap muko periosteal yang luas dan buang tulang secukupnya sehingga elevator
dapat dimasukkan diatas permukaan akar yang patah sehingga semua tekanan
dapat dialihkan pada akar gigi yang tertinggal dan cenderung menggerakkannya
kebawah jauh dari sinus. Adanya riwayat perforasi sinus dari riwayat pencabutan
maxillaris yang besar. Bila akar masuk ke sinus maxillaris maka pasien harus
dirujuk ke ahli bedah mulut atau ahli THT dan tindakan pencabutan gigi serta
e. Perdarahan berlebihan.
karena itu anamnesis harus dilakukan secara cermat untuk mengungkap adanya
akibat suatu tindakan operasi juga amat penting. Pasien dengan adanya riwayat
71
diatas harus dirujuk ke ahli hematologi untuk dilakukan pemeriksaan lebih cermat
perdarahan pasca pencabutan maka sangat bijaksana jika membatasi jumlah gigi
yang akan dicabut pada kunjungan pertama dan menjahit jaringan lunak serta
maka jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan berikutnya dapat
pencabutan gigi dapat diatasi dengan aplikasi gulungan tampon atau dengan
penggunaan suction. Perdarahan yang lebih parah dapat diatasi dengan pemberian
tampon yang diberi larutan adrenalin : aqua bidest 1 : 1000 dan dibiarkan selama
2 menit dalam soket. Perdarahan yang disebabkan pembuluh darah besar jarang
terjadi dan bila ini terjadi maka pembuluh darah tersebut harus ditarik dan dijepit
dengan arteri klem kemudian dijahit/cauter. Perdarahan pasca operasi dapat terjadi
karena pasien tidak mematuhi instruksi atau sebab lain yang harus segera
terputus paling cocok dan untuk tujuan ini harus diletakkan pada soket sesegera
mungkin. Tujuan dari penjahitan ini adalah bukan untuk menutup soket tetapi
kebanyakan kasus perdarahan tidak timbul dari soket tetapi berasal dari jaringan
72
teratasi maka kedalam soket gigi dapat dimasukkan preparat foam gelatin atau
fibrin (surgicel, kalsium alginat) setelah itu pasien disuruh menggigit tampon dan
kemudian dievaluasi kembali dan bila tetap tidak dapat diatasi sebaiknya segera
dirujuk ke Rumah sakit terdekat untuk memperoleh perawatan lebih intensif lagi.
f. Kerusakan.
Dapat dihindari dengan pemilihan tang secara cermat serta teknik pencabutan gigi
yang baik. Bila gusi menempel pada gigi yangakan dicabut dari soketnya, gusi
Bibir bawah dapat terjepit diantara pegangan tang dengan gigi anterior, bila tidak
diperhatikan dengan baik. Tangan operator yang terampil dapat membuat bibir
Kerusakan dapat dicegah atau dikurangi hanya dengan diagnosis pra operasi dan
Kerusakan saraf mentalis dapat terjadi selama pencabutan gigi premolar bawah
73
Kerusakan saraf lingualis.
Saraf lingualis dapat rusak oleh pencabutan dengan trauma yang besar pada gigi
molar bawah dimana jaringan lunak lingual terkena bor sebelum pembuangan
tulang.
Lidah dan dasar mulut tidak akan mengalami kerusakan jika aplikasi tang dan
lebih banyak terjadi pada pencabutan gigi dengan anastesi umum. Jika operator
menggunakan elevator tanpa kontrol yang tepat maka dapat meleset mengenai
lidah atau dasar mulut, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
Rasa sakit dapat diakibatkan trauma jaringan keras karena terkena instrument atau
bor yang terlalu panas selama pembuangan tulang. Dengan pencegahan secara
teknis melalui irigasi dan menghaluskan tepi tulang tajam dengan bone file serta
Kerusakan jaringan lunak dapat terjadi oleh beberapa sebab misalnya insisi yang
kurang dalam sehingga bentuk flapnya compang camping yang membuat proses
74
membesarkan flap mungkin diperlukan, dan bila jaringan lunak tidak
Dry Socket.
Keadaan klinis merupakan osteitis yang terlokalisir yang melibatkan semua atau
sebagian tulang padat pembatas soket gigi atau lamina dura. Penyebabnya tidak
jelas tetapi terdapat banyak faktor predisposisi seperti faktor infeksi sebelum,
banyak juga gigi dengan abses dan infeksi dicabut tanpa menyebabkan dry
selama pencabutan gigi dapat menimbulkan rasa sakit yang berlebihan tetapi ini
tidak selalu terjadi, dan komplikasi ini dapat juga terjadi pada pencabutan gigi
Banyak ahli menduga bahwa pemakaian vaso konstriktor dalam larutan anastesi
lokal dapat memicu terjadinya dry socket dengan mempengaruhi aliran darah
dalam tulang, dan keadaan ini lebih sering terjadi pada pencabutan gigi dibawah
anastesi lokal dibandingkan dengan anastesi umum. Komplikasi dry socket lebih
sering terjadi pada pencabutan gigi bawah dari pada gigi atas.
dengan larutan normal saline hangat dan semua bekuan darah degenerasi dikuret.
Tulang yang tajam dihaluskan dengan bone file/knabel tang kemudian diberi resep
75
h. Pembengkakan pasca operasi.
Edema.
trauma instrumen tumpul, retraksi berlebihan dari flap yang tidak baik atau
Hematoma.
Infeksi.
Penyebab yang sering terjadi pembengkakan pasca operasi adalah infeksi pada
terdapat pus dan fluktuasi positif harus harus dilakukan insisi dan drainase serta
pemberian antibiotika yang adekuat. Sedang jika infeksi cukup parah atau telah
Trismus.
spasme otot. Keadaan ini dapat disebabkan edema pasca operasi, pembentukan
hematoma atau peradangan jaringan lunak. Pasien dengan arthritia traumatik sendi
76
(gerakan mandibula). Terapi trismus bervariasi tergantung penyebabnya. Kompres
dapat mengurangi rasa sakit pada kasus ringan, tapi pada kasus lain kadang-
Bila terjadi komplikasi tersebut maka harus segera dilakukan penutupan dengan
Serangan sinkop ini mempunyai gejala-gejala pusing, lemah, mual diiringi kulit
verbal. Kepala pasien direndahkan dengan merubah posisi sandaran kursi. Pakaian
pasien dilonggarkan, kepala dimiringkan perhatikan jalan nafas. Jika pasien sudah
pasien spontan dan terkadang pencabutan gigi dapat dilanjutkan. Jika kesadaran
tidak kembali maka pertolongan pertama harus segera diberikan karena penyebab
pingsan mungkin bukan berasal dari sinkop. Dan harus segera diberikan oksigen
serta pertolongan medis lain harus segera dipanggil. Bila pernafasan terhenti
dengan tanda-tanda otot skelet menjadi lemah dan pupil dilatasi (melebar) maka
77
pasien harus segera dibaringkan dilantai dan jalan nafas harus dilapangkan dengan
mengeluarkan semua peralatan atau benda asing dan kemudian dilakukan resusitasi.
Infeksi.
Peradangan.
Kekurangan vitamin.
Kanker mulut.
penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme atau benda
menarik kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau kapsul,
oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah pus
78
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam
d. Gejala
Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ atau saraf, karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan maka
manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari
1) Nyeri
2) Nyeri tekan
3) Teraba hangat
4) Pembengkakan
79
5) Kemerahan
6) Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah maka daerah pusat benjolan akan lebih putih
menimbulkan gejala seringkali terlebih dahulu tumbuh menjadi lebih besar. Abses
Selulitis Abses
Lokasi Difus Terlokalisir
Durasi 1-5 hari 4-10 hari
Ukuran Besar Kecil
Palpasi Indurasi Fluktuasi
Kehadira Tidak ada Ada
n Pus
Tingkat Lebih Tidak
keparahan berbahaya darurat
Sakit Berat, Sedang,
difus terlokalisir
Fascia adalah suatu balutan jaringan pengikat yang mengelilingi struktur (seperti
pelapis pada otot), dapat menyebabkan peningkatan spasia (space) jaringan yang
80
Spasia wajah adalah ruangan potensial yang dibatasi, ditutupi, atau dilapisi oleh
lapisan jaringan ikat. Lapisan-lapisan pada fascia menghasilkan spasia pada wajah
Spasia wajah adalah area fascia-lined yang dapat dikikis atau membengkak berisi
eksudat purulent. Spasia ini tidak tampak pada orang yang sehat namun menjadi
berisi ketika orang sedang mengalami infeksi. Ada yang berisi struktur
neurovascular dan disebut kompartemen, dan ada pula yang berisi loose areolar
2.29 Apa yang dimaksud spasia primer dan sekunder dan jelaskan apa saja
Spasia diklasikfikasikan menjadi spasia primer dan spasia sekunder. Spasia primer
diklasifikasikan lagi menjadi spasia primer maxilla dan spasia primer mandibula.
Spasia primer maxilla terdapat pada canine, buccal, dan ruang infratemporal.
prevertebral.
Spasia kanina
Spasia kanina merupakan ruang tipis di antara levator angulioris dan M. labii
superioris. Spasia kanina terbentuk akibat dari infeksi yang terjadi pada gigi
caninus rahang atas. Gigi caninus merupakan satu-sarunya gigi dengan akar yang
81
cukup panjang untuk menyebabkan pengikisan sepanjang tulang alveolar superior
hingga otot atau facial expression. Infeksi ini mengikis bagian superior hingga ke
dasar M. levator anguli oris dan menembus dasar M. levator labii superior.
Ketika spasia ini terinfeksi, gejala klinisnya yaitu pembengkakan pipi bagian
menghilang. Penyebaran lanjut dari infeksi canine spaces dapat menyerang daerah
Spasia bukal
Spasia bukalis terikat pada permukaan kulit muka pada aspek lateral dan M.
buccinators dan berisi kelenjar parotis dan n. facialis. Spasia dapat terinfeksi
akibat perpanjangan infeksi dari gigi maxilla dan mandibula. Penyebab utama
infeksi spasia bukal adalah gigi-gigi posterior, terutama Molar maxilla. Spasia
bukal menjadi berhubungan dengan gigi ketika infeksi telah mengikis hingga
Gejala infeksi yaitu edema pipi dan trismus ringan. Keterlibatan spasia bukal
atas batas inferior dari mandibula. Sehingga baik lengkung zygomatic dan batas
Jika infeksi spasia primer tidak ditangani secara tepat, infeksi dapat meluas ke
arah posterior hingga melibatkan spasia facial sekunder. Ketika spasia sekunder
82
telah ikut terlibat, infeksi menjadi lebih berat, dapat menyebabkan komplikasi
hingga kematian, dan lebih sulit untuk ditangani. Hal ini dikarenakan spasia
sekunder dikelilingi oleh jaringan ikat fascia yang sedikit sekali mendapat suplai
darah. Sehingga infeksi pada spasia ini sulit ditangani tanpa prosedur pembedahan
Spasia masseter Spasia masseter berada di antara aspek lateral mandibula dan
batas median m. masseter. Infeksi ini paling sering diakibatkan penyebaran infeksi
dari spasia bukalis atau dari infeksi jaringan lunak di sekitar Molar ketiga
mandibula. Ketika spasia masseter terlibat, area di atas sudut rahang dan ramus
mandibula dan ke arah lateral menuju m. pterygoid median. Area ini merupakan
area tempat penyuntikan larutan anastesi local disuntikan ketika dilakukan block
pada saraf alveolar inferior. Infeksi pada area ini biasanya merupakan penyebaran
Infeksi pada area ini juga sering menyebabkan trismus pada pasien, tanpa disertai
pembengkakan. Ini lah yang menjadi dasar diagnosa pada infeksi ini
Spasia temporal Spasia temporal berada pada posterior dan superior dari spasia
spasia infratemporal. infeksi ini, baik superficial maupun deep portion hanya
83
terlihat pada keadaan infeksi yang sudah parah. Ketika infeksi sudah melibatkan
sekeliling mata.
Terletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m. platysma. Infeksi berasal
dari gigi molar mandibula dengan ujung akar di bawah m. mylohyoid dan dari
submandibula leher disekitar sudut mandibula, perabaan terasa lunak dan adanya
trismus ringan.
Kedua spasia ini terbentuk dari perforasi lingual dari infeksi molar mandibula, dan
dapat juga disebabkan infeksi pada premolar. Yang membedakan infeksi tersebut
ridge mylohyoid pada aspek medial mandibula. Jika infeksi mengikis medial
aspek mandibula di atas garis mylohyoid, artinya infeksi terjadi pada spasia
lingual (sering terjadi pada gigi premolar dan molar). Sedangkan jika infeksi
mengikis aspek medial dari inferior mandibula hingga mylohyoid line , spasia
84
Molar ketiga mandibula paling sering menjadi penyebab spasia primer mandibula.
maupun submandibular.
Spasia sublingual berada di antara mucosa oral dasar mulut dan m. mylohyoid.
terlihat pada bagian yang terinfeksi pada dasar mulut. Infeksi biasanya menjadi
meluas secara median menuju m. digastricus dan meluas ke arah posterior menuju
tulang hyoid.
yang disebut dengan Ludwig’s angina. Infeksi ini menyebar dengan cepat kea rah
Sulit menelan hampir selalu terjadi pada infeksi ini, disertai dengan elevasi dan
85
Pasien yang mengalami infeksi ini biasanya mengalami trismus, mengeluarkan
Spasia submental
Spasia submental berada di antara anterior bellies dari m. digastricus dan di antara
m. mylohyoid dengan kulit di atasnya. Spasia ini biasanya terjadi karena infeksi
menyebabkan infeksi mengikis bagian labial dari tulang apical hingga perlekatan
m. mentalis. Gejala infeksi berupa bengkak pada garis midline yang jelas di
bawah dagu. Infeksi juga dapat terjadi pada batas inferior mandibula hingga ke m.
submentalis
Ludwig’s Angina
Definisi Ludwig’s Angina ialah keadaan dimana adanya sepsis cellulitis di regio
molar rahang bawah hingga dasar mulut (akar gigi melekat pada otot mylohyoid)
karena ekstraksi. Infeksi ini berbeda dari jenis cellulitis post-ekstraksi lainnya. Hal
meragukan ketika dilakukan incise dan tidak jelas apakah itu adalah pus.
86
Pasien biasanya dalam kondisi openmouth, dasar mulutnya elevasi dan lidahnya
Etiologi Infeksi ini disebabkan oleh streptokokus hemolitik, walaupun bisa jadi
Gejala dan tanda klinis: sakit dan bengkak pada leher, leher menjadi merah,
demam, saliva bertambah, lidah bergerak kaku, dan ada edematous di larynx,
lemah, lesu, mudah capek, rasa dingin, bingung dan perubahan mental, dan
kesulitan bernapas (gejala ini menunjukkan adanya suatu keadaan darurat) yaitu
obstruksi jalan nafas. Pasien Ludwig`s angina akan mengeluh bengkak yang jelas
dan lunak pada anterior leher, jika dipalpasi tidak terdapat fluktuasi.
Terapi Pada kasus ini pasien dapat diberi antibiotik dengan spektrum luas dan
terapi suportif. Pada kasus akut dilakukan tracheostomy. Jika tidak ada progress,
penekanan jalan nafas akibat pembengkakan yang berlangsung hebat dan dapat
menyebabkan kematian.
Spasia faringeal
Batas anatomi Spasia ini perluasan dari dasar tengkorak di tulang sphenoid
menuju tulang hyoid di inferior dan terletak antara otot pterygoid medial di aspek
lateral dan superior faringeal konstriktor aspek medial. Di bagian depan dibatasi
87
oleh pterygomandibular raphe dan meluas ke bagian posteriomedia fascia
prevertebral. Prosessus styloid, associated muscles, dan facia membagi spasia ini
nervus cranial.
Gejala dan tanda klinis infeksi Tanda klinis yang terlihat ialah trismus yang cukup
lateral.ke arah midline. Pasien dengan kasus ini biasanya sulit menelan dan
demam.
Spasia retrofaringeal
Batas anatomi Spasia ini terletak di belakangan jaringan lunak aspek posterior
faring. Di bagian depan dibatasi oleh konstriktor faringeal superior; bagian muka
dan posterior oleh alar layer fascia prevetebral. Spasia ini berawal dari dasar
tengkoran dan meluas ke arah inferior di vertebra C7 atau T1, di mana fascia alar
Gejala dan tanda klinis infeksi (1)Obstruksi jalan nafas atas yang serius sebagai
hasil dari displacement anterior dari dinding faringeal posterior ke arah faring.
Mediastinitis
88
pleura mediastinal di sebelah lateral kiri dan kanan, di superior oleh “thoracic
inlet” dan di inferior oleh diafragma. Mediastinum terdiri dari tiga area :
Penyebaran infeksi Dalam kasus ini faktor penyebab diperkirakan berasal dari
otitis media yang berkembang menjadi mastoiditis lalu menyebabkan osteitis dan
periostitis yang akan mendestruksi korteks dari mastoid lalu menyebar melalui
Gejala dan tanda klinis Pada kasus ini dijumpai gejala klinis berupa demam hilang
timbul, sesak nafas, nyeri menelan serta riwayat penyakit penyerta berupa
diabetes, mastoiditis kronis dan infeksi telinga, pada pemeriksaan fisik tak
didapatkan kelainan. Gejala klinis ini sesuai dengan kepustakaan dimana demam
yang ditimbulkan bersifat lowgrade dan dapat menjadi hectic bila kontaminasi
pembengkakan pada daerah leher, nyeri pada substernal, nyeri pada prekordial
dalam, punggung dan epigastrium yang dapat menyerupai gejala akut abdomen.
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai panas tinggi, takikardi, edema dari leher
dan kepala, emfisema subkutan. Pada orang dewasa distress pernafasan dapat
pada anak – anak dapat terjadi pernafasan stakato akibat nyeri saat bernafas.
89
Terapi pembedahan dengan kombinasi penggunaan antibiotik dalam kasus ini
sudah tepat yaitu untuk drainase abses sesuai dengan kepustakaan yang
diretraksi ke lateral, maka terdapat akses ke sarung karotis dan ruang pretrakeal
serta retroviseral, cara ini dapat digunakan untuk drainase mediastinum sampai ke
bidang posterior dari iga yang bersangkutan. 1,2 Walaupun saat ini telah
serial walaupun gejala klinis dari infeksi tak ditemukan. Trombolitik intrapleura
90
BAB 3
PEMBAHASAN
mengeluhkan adanya pembengkakan disudut kiri dan kanan yang meluas sampai
dagu sejak 3 hari yang lalu. Pembengkakan terasa sakit dan disertai demam.
Pasien mengeluh sulit membuka mulut dan beberapa hari sebelum terjadi
hiperemis diregion submandibula kiri dan kanan yang terasa sakit saat palpasi,
palpasi tidak tampak adanya fluktuasi dan trismus ± 1 jari, hasil pemeriksaan
akar 2, lamina dura dan membran periodontal menghilang pada 1/3 akar mesial
dan distal, dan pada bagian periapikal gigi 46 terdapat gambaran radiolusen difus.
Keadaan oral dan keluhan yang dihadapi oleh pasien memiliki hubungan
dengan gigi 46 pasien yang mengalami abses. Abses tersebut menyebar dan
tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit yang dialami tuan Ludi adalah
Ludwig Angina
91
Ludwig angina merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian
superior ruang suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang
melekatkan lidah pada tulang hyoid dan otot milohioideus. Ruang ini terdiri dari
submandibular.
memasang drain untuk proses drainase selama 24-48 jam, tindakan selanjutnya
adalah mencabut gigi penyebab dengan menggunakan metoda atau anastesi blok
rahang bawah dan setelah pencabutan tersebut pasien diberikan antibiotik dan
analgesik kembali
92
BAB 4
KESIMPULAN
disudut kiri dan kanan yang meluas sampai dagu sejak 3 hari yang lalu.
Pembengkakan terasa sakit dan disertai demam. Pasien mengeluh sulit membuka
mulut dan beberapa hari sebelum terjadi pembengkakan, pasien mengeluh gigi
geraham kanan bawah sakit berdenyut karena berlubang besar. Tn. Ludi
insisi ekstraoral dan memasang drain untuk proses drainase selama 24-48 jam,
metoda atau anastesi blok rahang bawah dan setelah pencabutan tersebut pasien
93
DAFTAR PUSTAKA
Mosby
WB Saunders, Philadelphia
Philadephia
94