DISUSUN OLEH :
KELOMPOK X
Kelompok X
Cut Cyntia 193308010008
Roma Ulina br Manalu 193308010010
Verawati Sinaga 193308010013
Nurul Fariza 193308010017
Andreas Kevin 193308010018
Archi 193308010022
Angga 193308010023
Rovita maria siregar 193308010020
FKKGIK
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan hidayah dan inayahnya-Nya berupa kemampuan berpikir dan analisis
sehinggalaporan tutorial skenario III blok Perawatan Kuratif dan Rehabilitatif. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial dengan alasan-alasan penting yang menjadi
pendorong untuk pengetahuan berdasarkan referensi-referensi yang mendukung.
Makalah ini juga untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi di
lingkungan Universitas Prima Indonesia dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Laporan ini disusun melalui berbagai tahap baik dari pencarian bahan, text book dandari
beberapa referensi yang penulis dapat lainnya. Makalah ini tidak mungkin terwujud
tanpa adanya komitmen dan kerjasama yang harmonis diantara para pihak yang terlibat.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada drg.
Sopan Sinamo , Sp. Pros.
Akhirnya tiada suatu usaha yang besar dapat berhasil tanpa dimulai dari usaha yang
kecil. Semoga makalah ini bermanfaat, terutama bagi mahasiswa Universitas Prima
Indonesia sendiri dan di luar lingkungan Universitas Prima Indonesia. Sebagai
penanggung jawab dan pembuat makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan serta penyempurnaan lebih lanjut pada masa yang akan datang.
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6
2.2 Relining...............................................................................................................7
2.2.8 Tahapan.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tidak seluruhnya manusia diciptakan memiliki gigi yang rapi dan teratur.
Ada kalanya gigi manusia memiliki kerusakan atau hilang karena masalah
masalah tertentu. Oleh karena itu, muncul inovasi dengan pemasangan gigi tiruan
yang sejauh ini semakin sering ditemukan di lingkungan masyarakat.
Dalam bidang prostodonsia pembuatan gigi tiruan lepasan bertujuan untuk
memperbaiki estetika, fungsi pengunyahan, fungsi bicara serta melindungi
jaringan pendukung di bawah gigi tiruan. Tidak semua pembuatan gigi tiruan
lepasan berhasil atau berfungsi dengan baik, karena terdapat banyak ditemui
keluhan–keluhan pasien antara lain protesa yang longgar, rasa sakit akibat luka
pada jaringan mukosa mulut yang terlalu menekan, kesalahan oklusi dan adanya
basis protesa yang mengalami fraktur. Salah satu keluhan yang paling sering
adalah protesa yang longgar, sehingga protesa tidak dapat berfungsi dengan baik.
Terdapat dua prosedur yang dapat dilakukan dalam mengatasi keluhan-
keluhan tersebut, yaitu relining dan rebasing. Relining adalah suatu prosedur
untuk menambahkan bahan baru pada sisi protesa yang menghadap jaringan
pendukung untuk mencekatkan kembali gigi tiruan. Prosedur relining merupakan
suatu proses yang dilakukan dengan maksud memperbaiki gigi tiruan sebagian
lepasan agar dapat berfungsi dengan baik tanpa membuat protesa baru. Apabila
prosedur relining gagal, karena gigi tiruannya masih tetap longgar, maka dokter
gigi akan melakukan tindakan rebasing. Rebasing adalah Proses penggantian
seluruh basis gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yang baru, dengan tetap
menggunakan anasir gigi tiruan yang lama dan tanpa merubah posisi gigi serta
oklusi gigi tiruan.
Makalah ini bertujuan untuk membahas masalah-masalah yang ada pada gigi
tiruan sebagian lepasan dan cara melakukan relining gigi tiruan sebagian lepasan
secara direct dan indirect untuk mendapatkan kembali retensi dan stabilisasi yang
optimal. Selain itu, dalam makalah ini juga membahas prosedur rebasing apabila
prosedur relining gagal dilakukan.
I.2 Skenario Kasus
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke RSGM mengeluh gigi tiruan
lengkap pada rahang bawahnya longgar, ingin dicekatkan kembali karena sudah
tidak nyaman mengunyah. Dokter gigi akan melakukan relining pada basis GTL
RB. Jika relining gagal karena gigi tiruannya masih longgar, maka dokter gigi
akan melanjutkan dengan tindakan rebasing.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis menyusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penyebab terjadinya gigi tiruan longgar?
2. Bagaimana definisi relining?
3. Apa tujuan relining?
4. Bagaimana prosedur, alat dan bahan yang dipakai?
5. Bagaimana faktor keberhasilan dan kegagalan relining gigi tiruan?
6. Bagaimana definisi rebasing?
7. Apa indikasi rebasing?
8. Bagaimana prosedur, alat, dan bahan yang dipakai?
9. Bagaimana proses diagnosis dalam prosedur rebasing?
I.4 Tujuan Masalah
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gigi tiruan longgar.
2. Untuk mengetahui definisi relining.
3. Untuk mengetahui tujuan relining.
4. Untuk mengetahui prosedur, alat dan bahan yang dipakai pada proses
relining.
5. Untuk mengetahui faktor keberhasilan dan kegagalan relining gigi tiruan
6. Untuk mengetahui definisi rebasing?
7. Untuk mengetahui indikasi rebasing?
8. Untuk mengetahui prosedur, alat, dan bahan yang dipakai?
9. Untuk mengetahui proses diagnosis dalam prosedur rebasing?
BAB II
PEMBAHASAN
3. Prosedur Relining
Pelaksanaan relining dimulai dengan melakukan pencetakan. Secara umum
terdapat dua teknik indirect relining, yaitu functional impression dan static
impression(Gunadi, 1994).
a. Functional Impression
Pada teknik ini, gigi tiruan yang telah siap (telah direlief dan diborder
moulding) diberi tissue conditioner sebagai bahan impresi. Gigi tiruan
kemudian dimasukkan kedalam mulut pasien dan pasien diperintahkan
untuk melakukan oklusi sentris. Gigi tiruan yang masih mengandung
tissue conditioner ini tetap diinsersikan pada pasien selama ± 24 jam
untuk mendapatkan cetakan fungsional(Gunadi, 1994).
b. Static Impression
Berbeda dari functional impression, pada static impression gigi tiruan
yang sudah siap kemudian diberi pasta ZOE sebagai bahan impresi dan
kemudian dicetakkan pada mulut pasien. Segera setelah didapatkan
model negatif, maka gigi tiruan langsung dicor dan diproses secara
laboratoris untuk pemberian liner yang baru. Pada tahap pencetakan
dengan dua teknik diatas, sebaiknya dalam pemilihan bahan cetak
diusahakan menggunakan bahan cetak yang memiliki viskositas rendah
seperti elastomer atau tissue conditioning. Penggunaan bahan cetak
dengan lapisan yang tipis akan mengurangi reflek gagging. Selanjutnya
sendok cetak yang berasal dari gigi tiruan yang telah diberi bahan cetak
tersebut dimasukkan kedalam mulut pasien, agar mendapat kontur
jaringan rongga mulut, makadilakukan gerakan fisiologis (muscle
trimming)pada mukosa pipi untuk mendapat bentukan
vestibulum(Gunadi, 1994).
4. Prosedur laboratoris
Cetakan negatif rahang pasien yang telah diperoleh kemudian dirapikan jika
terdapat bagian-bagian yang memiliki ketebalan berbeda dengan tidak
mengurangi ukuran atau batas tepi cetakan. Kemudian membuat cetakan
positif atau model kerja menggunakan dental stone yang yang telah
dimanipulasi (Gambar 2)(Gunadi, 1994).
6. Setelah dental plaster setting, reline jig dibuka kemudian bahan cetakan
dipisahkan dari basis gigi tiruan, basis gigi tiruan di dirapikan menggunakan
pumice untuk menciptakan adhesi yang bagus antara basis akrilik lama dan
baru. Cuci dan bersihkan gigi tiruan dan tuangkan resin akrilik yang telah
dimanipulasi pada daerah anatomis basis gigi tiruan, kemudian letakan pada
model kerja, dan pasang pada reline jig. Lalu reline jig diletakan pada
pressure container dan diberi tekanan kurang lebih25 psi selama sepuluh
menit. Kamudian gigi tiruan di lepas dari model kerja, dilakukan pemolesan
dan siap di insersi ke dalam rongga mulut pasien (Gunadi, 1994).
II.3 Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Relining Gigi Tiruan
II.3.1 Indikator keberhasilan
1. Tidak ada gejala
Gejala yang dimaksud yaitu bisa dari kenyamanan dari pengunaan
protesanya, sakit atau tidak saat menggunakan protesa, atau mungkin
ada rasa yang mengganjal, kemungkinan gejala dapat ditunjukkan
apabila setelah penggunaan protesa yang cukup lama, bisa jadi saat
kontol pada bulan ke 6, hal ini dimungkinkan karena pada relining
dengan teknik direct ternyata tidak dapat bertahan lama dibandingkan
dengan teknik indirect.
2. Penilaian kembali Gigi Tiruan.
Yang perlu diperhatikan adalah penampilan, dimensi vertical, serta
oklusi sentries maupun relasi sentries. Penilaian kembali gigi tiruan
dilakukan sampai control ke-7 (6 bulan), termasuk penilaian yang
berhubungan dengan estetik dan fungsi kunyah.
3. Observasi Reaksi Jaringan.
Reaksi inflamasi seringkali muncul pada penderita pemakai gigi tiruan.
Inflamasi ini antara lain disebabkan oleh karena gigi tiruan tidak dilepas
oleh penderita saat tidur malam hari , serta penumpukan makanan
dibawah gigi tiruan, sehingga kebersihan gigi tiruan sangat buruk dan
menimbulkan candidiasis.
4. Basis gigi tiruan ekstensi dan adekuat
5. Mengembalikan fungsi mastikasi dimana
setelahgigitiruandireliningpasienmerasa lebih nyaman dalam
mengunyah dan menelan, fungsi mastikasi dan fungsi bicaranya
kembali dan pasien tidak ada keluhan
6. Securit, dimana pasien merasa lebih aman karena gigi tiruan menjadi
stabil dan retentive sehingga mengurangi resiko kemungkinan tertelan
7. Pasien yang kooperatif
8. Perubahan yang terjadi tidak terlalu besar
9. Skill operator yang baik
10. Gigi tiruan kembali stabil dan retentif
Menurut beberapa sumber dibawah ini indikator keberhasilan dari relining
yaitu saat tujuan dari relaining tersebut telah tercapai. Dimana tujuan dari
relaining menurut Terkla, L (1963), Kema D. (1969), Steward (1993:421),
Henderson, D (1973:421), Rudd, K (1981:403-411), Austin K. (1957:195,
Stamanoght, D (1978) dan Gunadi (1994) yaitu :
1. Menentukan ulang relasi yang tepat pada protesa terhadap basis
jaringan.
2. Memperbaiki relasi oklusal dan maxilomandibula yang hilang.
3. Memperbaiki retensi dan stabilisasi.
4. Untuk memperbaiki perubahan yang terjadi pada kontur/bentuk
jaringan pendukung setelah gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
digunakan.
5. Untuk memperbaiki basis yang patah yang tidak dapat diperbaiki lagi.
6. Untuk memperbaiki basis gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) yang
mengalami porus akibat curing yang salah.
7. Untuk memperbaiki basis gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) yang
sudah mengalami perubahan warna atau rusak.
8. Untuk memperbaiki protesa yang sudah tidak pas lagi atau longgar.
9. Untuk memperbaiki perubahan tulang alveolar yang sangat besar
setelah pencabutan gigi asli.
10. Untuk memperbaiki hubungan oklusi maupun artikulasi yang tidak
seimbang.
11. Untuk alasan estetik.
12. Untuk membuat protesa yang lebih efektif.
13. Agar kontak gigi tiruan dengan permukaan jaringan menjadi lebih
cekat.
14. Agar mencapai penyesuaian terhadap terjadinya resorbsi yang terjadi di
dalam mulut tanpa mengganggu hubungan oklusi yang ada.
e. Masalah Gigi tiruan tidak dapat dilepas dari model dan tidak pas setelah di
Reline
Penyebab Solusi
• Undercut tidak dibuang • Buang undercut sebelum
sebelum pencetakan mencetak
• Processing dengan kuvet tidak • Gunakan metode reline dengan
rapat duplikator
• Cengkram tidak pas saat • Pada saat mencetak jari
percetakan menekan pada cengkram
• Duplikator tidak tertutup rapat • Pastikan skrup sudah kencang
pada saat processing
II.4 Rebasing
II.4.1 Definisi Rebasing
Rebasing adalah proses penggantian seluruh basis gigi tiruan
dengan basis gigi tiruan yang baru, dengan tetap menggunakan anasir gigi
tiruan yang lama dan tanpa merubah posisi gigi serta oklusi gigi tiruan.
Proses dilakukan di lab, lebih lama dan lebih mahal.
II.4.2 Indikasi-Indikasi Rebasing
Indikasi dari rebasing diantaranya sebagai berikut:
1. GT longgar
2. Dasar rein terlihat buruk karena pemakaian yang lama
3. Elemen tidak patah, rusak atau aus yang berlebih
4. Under extended GT
5. Terjadi resorpsi tulang alveolar yang menyerluh
6. Basis GT yang buruk karena pemakaian dalam jangka yang lama
7. Telah dilakukan relining berulang-ulang
8. Untuk membuat post dam
- RA : posterior (palatal seal), anterior (mucobuccal fold)
- RB : muccobucal fold, linea oblique externa, mylohyoid, retromolar pad
9. Immediate denture
II.4.3 Alat dan Bahan
A. Alat
8) Spatula dan Bowl
a. Digunakan dalam pengadukan dental stone untuk pencetakan
model kerja pada indirect relining dan juga digunakan dalam
pengadukan dental plaster untuk pemasangan denture pada bagian
bawah dan bagian atas dari model di reline jig.
Estetik berubah
2. Sulit mendiagnosa
Oklusi yg tdk seimbang / benar pd saat pemasangan GTL
Perawatan Awal
Tenaga medis menasehati pasien untuk membuat GTL baru, apabila:
1. Relasi gigi terhadap posisi yang seharusnya
2. Perubahan oklusi dan dataran oklusal
3. Perubahan kecekatan
4. Perubahan estetik
BAB III
KESIMPULAN