Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

RELINING DAN REBASING PADA GIGI LONGGAR

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK X

Kelompok X
Cut Cyntia 193308010008
Roma Ulina br Manalu 193308010010
Verawati Sinaga 193308010013
Nurul Fariza 193308010017
Andreas Kevin 193308010018
Archi 193308010022
Angga 193308010023
Rovita maria siregar 193308010020

FKKGIK
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan hidayah dan inayahnya-Nya berupa kemampuan berpikir dan analisis
sehinggalaporan tutorial skenario III blok Perawatan Kuratif dan Rehabilitatif. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial dengan alasan-alasan penting yang menjadi
pendorong untuk pengetahuan berdasarkan referensi-referensi yang mendukung.
Makalah ini juga untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi di
lingkungan Universitas Prima Indonesia dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Laporan ini disusun melalui berbagai tahap baik dari pencarian bahan, text book dandari
beberapa referensi yang penulis dapat lainnya. Makalah ini tidak mungkin terwujud
tanpa adanya komitmen dan kerjasama yang harmonis diantara para pihak yang terlibat.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada drg.
Sopan Sinamo , Sp. Pros.
Akhirnya tiada suatu usaha yang besar dapat berhasil tanpa dimulai dari usaha yang
kecil. Semoga makalah ini bermanfaat, terutama bagi mahasiswa Universitas Prima
Indonesia sendiri dan di luar lingkungan Universitas Prima Indonesia. Sebagai
penanggung jawab dan pembuat makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan serta penyempurnaan lebih lanjut pada masa yang akan datang.

Medan, 1 Oktober 2022


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Skenario Kasus...................................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah...............................................................................................5

1.4 Tujuan Masalah...................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6

2.1 Penyebab Gigi Tiruan Longgar...........................................................................6

2.2 Relining...............................................................................................................7

2.2.1 Definisi Relining.........................................................................................7

2.2.2 Tujuan Relining...........................................................................................7

2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Relining..........................................................7

2.2.4 Pertimbangan Umum Sebelum Relining.....................................................8

2.2.5 Relining Direct............................................................................................8

2.2.6 Relining Indirect..........................................................................................9

2.2.7 Alat dan Bahan............................................................................................9

2.2.8 Tahapan.....................................................................................................13

2.3 Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Relining Gigi Tiruan..............................22

2.3.1 Indikator keberhasilan...............................................................................22

2.3.2 Indikator atau Faktor Kegagalan Relining................................................24

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tidak seluruhnya manusia diciptakan memiliki gigi yang rapi dan teratur.
Ada kalanya gigi manusia memiliki kerusakan atau hilang karena masalah
masalah tertentu. Oleh karena itu, muncul inovasi dengan pemasangan gigi tiruan
yang sejauh ini semakin sering ditemukan di lingkungan masyarakat.
Dalam bidang prostodonsia pembuatan gigi tiruan lepasan bertujuan untuk
memperbaiki estetika, fungsi pengunyahan, fungsi bicara serta melindungi
jaringan pendukung di bawah gigi tiruan. Tidak semua pembuatan gigi tiruan
lepasan berhasil atau berfungsi dengan baik, karena terdapat banyak ditemui
keluhan–keluhan pasien antara lain protesa yang longgar, rasa sakit akibat luka
pada jaringan mukosa mulut yang terlalu menekan, kesalahan oklusi dan adanya
basis protesa yang mengalami fraktur. Salah satu keluhan yang paling sering
adalah protesa yang longgar, sehingga protesa tidak dapat berfungsi dengan baik.
Terdapat dua prosedur yang dapat dilakukan dalam mengatasi keluhan-
keluhan tersebut, yaitu relining dan rebasing. Relining adalah suatu prosedur
untuk menambahkan bahan baru pada sisi protesa yang menghadap jaringan
pendukung untuk mencekatkan kembali gigi tiruan. Prosedur relining merupakan
suatu proses yang dilakukan dengan maksud memperbaiki gigi tiruan sebagian
lepasan agar dapat berfungsi dengan baik tanpa membuat protesa baru. Apabila
prosedur relining gagal, karena gigi tiruannya masih tetap longgar, maka dokter
gigi akan melakukan tindakan rebasing. Rebasing adalah Proses penggantian
seluruh basis gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yang baru, dengan tetap
menggunakan anasir gigi tiruan yang lama dan tanpa merubah posisi gigi serta
oklusi gigi tiruan.
Makalah ini bertujuan untuk membahas masalah-masalah yang ada pada gigi
tiruan sebagian lepasan dan cara melakukan relining gigi tiruan sebagian lepasan
secara direct dan indirect untuk mendapatkan kembali retensi dan stabilisasi yang
optimal. Selain itu, dalam makalah ini juga membahas prosedur rebasing apabila
prosedur relining gagal dilakukan.
I.2 Skenario Kasus
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke RSGM mengeluh gigi tiruan
lengkap pada rahang bawahnya longgar, ingin dicekatkan kembali karena sudah
tidak nyaman mengunyah. Dokter gigi akan melakukan relining pada basis GTL
RB. Jika relining gagal karena gigi tiruannya masih longgar, maka dokter gigi
akan melanjutkan dengan tindakan rebasing.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis menyusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penyebab terjadinya gigi tiruan longgar?
2. Bagaimana definisi relining?
3. Apa tujuan relining?
4. Bagaimana prosedur, alat dan bahan yang dipakai?
5. Bagaimana faktor keberhasilan dan kegagalan relining gigi tiruan?
6. Bagaimana definisi rebasing?
7. Apa indikasi rebasing?
8. Bagaimana prosedur, alat, dan bahan yang dipakai?
9. Bagaimana proses diagnosis dalam prosedur rebasing?
I.4 Tujuan Masalah
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gigi tiruan longgar.
2. Untuk mengetahui definisi relining.
3. Untuk mengetahui tujuan relining.
4. Untuk mengetahui prosedur, alat dan bahan yang dipakai pada proses
relining.
5. Untuk mengetahui faktor keberhasilan dan kegagalan relining gigi tiruan
6. Untuk mengetahui definisi rebasing?
7. Untuk mengetahui indikasi rebasing?
8. Untuk mengetahui prosedur, alat, dan bahan yang dipakai?
9. Untuk mengetahui proses diagnosis dalam prosedur rebasing?
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Penyebab Gigi Tiruan Longgar


a. Resorbsi Residual Ridge; yaitu pasien immediate denture dan lanjut usia
 Immediate denture adalah gigi tiruan yang dibuat terlebih dahulu,
kemudian baru dipasang setelah pencabutan gigi yang mana hal ini
menyebabkan trauma pasca pencabutan sehingga terjadi resorpsi
tulang alveolar.
 Pada pasien usia lanjut terjadi penurunan densitas tulang secara
lambat dan terus menerus selama proses penuaan dan dipicu oleh
kombinasi hormonal dan faktor nutrisi yang mengganggu
keseimbangan tubuh sehingga mudah tulang mudah mengalami
resoprsi
b. Penyakit sistemik. Ex: Osteoporosis dan Diabetes melitus
Diabetes melitus yang menyebabkan terjadi gangguan pada sistem imun
dan memicu terjadinya resorpsi tulang alveolar dan menyebabkan gigi
tiruan longga
c. Penggunaan gigi tiruan yang tidak benar yang mengakibatkan tertekannya
alveolar rigde sehingga terjadi resopsi lebih cepat pada daerah yang
tertekan.
d. Peradangan dan terjadi resorbsi.
e. Pada pemakaian yang cukup lama kontak oklusi akan hilang sehingga
anasir mengalami aus yang menyebabkan terganggunya oklusi dan
menyebabkan terjadinya resobsi pada tulang alveolar
f. Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan yang lama sehingga terjadi
resorbsi proses aveolaris.

Gambar II-1 Gigi Tiruan Longgar


II.2 Relining
II.2.1 Definisi Relining
Relining adalah proses mengkoreksi adaptasi permukaan cetakan
gigi tiruan (basis gigi tiruan) terhadap mukosa pendukungnya dengan cara
menambah resin akrilik baru pada permukaan tersebut tanpa mengubah
relasi oklusal gigi geliginya
Relining merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk
menanggulangi permasalahan dengan cara melapisi kembali fitting surface
gigi tiruan yang sudah tidak sesuai lagi atau longgar dengan bahan dasar
baru, menghasilkan lapisan baru yang beradaptasi secara akurat ke area
landasan gigi tiruan.

Gambar II-2 Relining


II.2.2 Tujuan Relining
Tujuan relining memperbaiki retensi sehingga gigi tiruan dapat
berfungsi kembali, kesehatan pada jaringan lunak dapat diperbaiki, pasien
merasa enak dan nyaman dengan gigi tiruan yang dipakai. Relining ini
dapat memperbaiki adaptasi basis gigi tiruan terhadap mukosa
pendukungnya.
II.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Relining
1. Gigi tiruan sudah tidak cekat lagi
2. Hanya terdapat sedikit perubahan oklusi
3. Desain kerangka gigi tiruan baik dan kerangka ini masih mencekat dengan
baik pada permukaan gigi
4. Keadaan basis protesa masih baik
5. Tepi gigi tiruan masih cukup baik dan tidak memerlukan perubahan besar
6. Hilangnya retensi dan stabilitas dari gigi tiruan
7. Sayap gigi tiruan yang underextended
8. Dimensi vertikal yang masih baik

II.2.4 Pertimbangan Umum Sebelum Relining


1. Pemeriksaan menyeluruh terhadap pasien dan GT diperlukan
2. VD pada oklusi harus memuaskan (tidak meningkat atau tidak menurun)
3. Oklusi sentrik harus bertepatan dengan relasi sentrik
4. Mukosa mulut harus normal
5. Ekstensi basis gigi tiruan harus memadai\
6. Jarak inter-oklusal (freeway space) harus adekuat
7. Pengucapan dan artikulasi harus jelas
8. Ketika GT RA dan RB akan direline dan direbase, lebih baik untuk
menangangi GT RA terlebih dahulu, dan dilanjutkan dengan GT RB
II.2.5 Relining Direct
a. Relining secara direct
 Menggunakan self curing acrylic resin yang dilakukan langsung di
dalam mulut penderita.
 Untuk memperbaiki protesa yang tidak mengalami banyak perubahan
 Dikerjakan dalam satu kali kunjungan dan dilakukan di klinik
 Dalam processing bahan self curing acrylic menghasilkan luka bakar
kimia atau iritasi untuk mencegahnya sebelum akrilik setting
sepenuhnya gigi tiruan diambil untuk mencegah kerusakan jaringan
mulut oleh karena panas yg dihasilkan.
 Penderita sukar untuk menggigit dalam oklusi sentrik, karena terganggu
bau tak enak yang dikeluarkan oleh self curing acrylic.
 Porosity serta warna self curing acrylic yang tidak stabil (mudah
berubah)
 Jika gigi tiruan tidak diposisikan dengan benar materi tidak dapat
dengan mudah dihilangkan.
 Bila gigi tiruan dengan bahan relining diambil sebelum akrilik
sempurna, gigi tiruan dapat terdistorsi (perubahan bentuk yang tidak
diinginkan)

Gambar II-3 Relining Direct


II.2.6 Relining Indirect
 Mempergunakan heat curing acrylic resin yang dilakukan di luar mulut
penderita (secara laboratorium)
 Baik digunakan untuk penderita yang berusia lanjut serta dapat
digunakan penderita yang bersikap mental tak stabil (histerical mind )
 Keuntungan pemakaian heat curing acrylic resin dihasilkan protesa
yang jauh lebih kuat dari pada protesa yang dibuat dari self curing
acrylic
 Porosity jauh berkurang.
II.2.7 Alat dan Bahan
a. Alat
1) Spatula dan Bowl
a. Digunakan dalam pengadukan dental stone untuk pencetakan
model kerja pada indirect relining dan juga digunakan dalam
pengadukan dental plaster untuk pemasangan denture pada bagian
bawah dan bagian atas dari model di reline jig.
Gambar II-4 Spatula dan Bowl
2) Artikulator
a. sebagai alat bantu pada pemasangan model kerja untuk memperoleh
oklusi dan artikulasi yangseimbang/baik

Gambar II-5 Artikulator


3) Scraper/bur

a. Digunakan untuk merapikan/membentuk protesa

Gambar II-6 Scraper/bur


4) Handpiece
a. Sebagai alat penghubung yang dipegang tangan dengan
menggunakan bur lathe-mounted acrilik untuk proses
menghaluskan/polishing akrilik
Gambar II-7 Handpiece
5) Reline jig
a. Berfungsi sebagai alat kontrol selama proses indirect relining
dimana memiliki 3 post yang dapat memberikan akurasi dan
stabilitas ketika mounting/pemasangan atau perbaikan acrilic
denture

Gambar II-8 Reline jig


6) Kuas
a. Untuk memoleskan liquid foil untuk memudahkan proses
pemisahan akrilik dengan dental stone
7) Pressure Container
a. Sebagai alat press untuk reline jig agar akrilik yang baru
merekat dengan denture
b. Bahan
1) Jellypetroleum
Jelly petroleum untuk memudahkan pembuangan kelebihan bahan cetak.

Gambar II-9 Jelly petroleum


2) Zoe impression paste
Bahan cetak yg terdiri dari 2 pasta : pasta pertama terdiri atas ZnO,
minyak dan aditif, sedangkan pasta kedua mengandung eugenol,
minyak, resin, dan aditif. Kedua pasta dalam warna yg berbeda.
Terdapat 2 tipe yaitu hard set dan soft set dengan waktu setting 3-5
menit. Pasta ZOE sebagai bahan impresi pada metode static impression
indirect relining dan kemudian dicetakkan pada mulut pasien.

Gambar II-10 Zoe impression paste


3) Heat curing acrylic
Digunakan Sebagai bahan dalam metode indirect relining dimana
memiliki beberapa keuntungan seperti hasil protes yang jauh lebih kuat
dibandingkan dengan cold curing acrilic dan porosity yang lebih sedikit.
tidak menyebabkan iritasi pada mukosa pendukung dan pasien tidak
terganggu oleh bau dari self curing acrylic. Heat cured acrylic resin,
komposisinya terdiri dari dua kemasan yaitu:

Gambar II-11 Heat curring acrylic


1. Polymer (Bubuk):
 Polymer; poly methyl methacrylate.
 Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh
dari polimerisasi methyl metacrylate dalam air maupun
pertikel yang tidak teratur bentuknya yang diperolah dengan
cara menggerinda batangan polimer.
 Initiator Peroxide; berupa 0,2-0,5% benzoil peroxide.
 Pigmen; sekitar 1% tercampur dalam partikel polymer.
1. Cairan (Monomer):
 Monomer: methyl methacrylate.
 Stabilizer; sekitar 0,006% hydroquinone untuk menccegah
polymerisasi selama penyimpanan.
Terkadang terdapat bahan untuk memacu cross-link; seperti ethylene
glycol dimethacrylate.
4) Self cured acrylic
Komposisinya sama tapi pada bahan self cured tetapi cairannya
mengandung bahan activator seperti dimethyl paratoluidin.Secara umum
bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah dan
mengandung lebih banyak sisa monomer, yaitu sekitar 2-5%. Bahan self
cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kira-kira
80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat
molekulnya yang lebih rendah. Digunakan dalam metode direct relining
yang dilakukan langsung di dalam mulut penderita.

Gambar II-12 Self cured acrylic


5) Tissue conditioner
tissue conditioner diberikan sebagai bahan impresi dimana Gigi tiruan
yang masih mengandung tissue conditioner ini tetap diinsersikan pada
pasien selama ± 24 jam untuk mendapatkan cetakan fungsional pada
metode functional impression indirect relining. Juga digunakan apabila
terdapat jaringan hiperplastik yang kecil
6) Dental stone
pencetakan model kerja pada indirect relining
7) Pumice
basis gigi tiruan dirapikan menggunakan pumice untuk menciptakan
adhesi yang bagus antara basis akrilik lama dan baru.
II.2.8 Tahapan
Relining adalah suatu prosedur untuk menambahkan bahan baru
pada sisi protesa yang menghadap jaringan pendukung untuk mencekatkan
kembali gigi tiruan. Prosedur relining merupakan suatu proses yang
dilakukan dengan maksud memperbaiki gigi tiruan sebagian lepasan agar
dapat berfungsi dengan baik tanpa membuat protesa baru.

Gambar II-13 Tahapan Relining


Macam–macam metode yang dipakai dalam relining pada gigi tiruan sebagian
lepasan yaitu:
1) Relining tanpa perubahan dimensi vertikal; Relining pada protesa dengan
dimensi vertical yang tidak berubah, pembuatannya lebih sederhana bila
dibandingkan dengan protesa yang dimensi vertikalnya berubah.
2) Relining dengan perubahan dimensi vertikal; Untuk melakukan relining
pada protesa dengan dimensi vertical yang telah berubah, maka terlebih
dahulu ditempatkan tiga bulatan kecil dari impression compound yang
hangat di daerah Premolar I kanan dan kiri serta di daerah anterior ridge
(tengah). Kemudian cetak ke dalam mulut. Penderita diminta untuk
menutup mulutnya serta dibantu menekan protesa tersebut sampai dicapai
dimensi vertikal yang dikehendaki. Selanjutnya tambahkan impression
compound pada pinggir–pinggir protesa dan lakukanmuscle trimming.
Kemudian dilakukan pencetakan dengan pasta zink oxid.
Cara melakukan relining gigi tiruan sebagian lepasan secara direct
dan indirect untuk mendapatkan kembali retensi dan stabilisasi yang
optimal.
A. Direct Relining
1. Persiapan pasien:
Pasien harus melepas gigi tiruan selama 1 – 2 hari agar jaringan dalam
keadaan sehat. Misalnya jika ada jaringan hyperplastic yang besar bisa
dilakukan pembedahan, sedangkan jika kecil cukup diberi tissue
conditioning. Jika ada jaringan yang teriritasi, maka harus disembuhkan
dahulu.
2. Persiapan gigi tiruan:
 Permukaan gigi tiruan yang menghadap jaringan pendukung direlief
dengan mengerok akrilik sebanyak 1– 2 mm. Hal ini ditujukan untuk
mempersiapkan tempat bagi bahan impresi ataupun bahan lining
yang baru.
 Seluruh undercut yang ada dihilangkan.
 Tepi – tepi gigi tiruan dipendekkan 1 – 2 mm guna mendapatkan seal
yang sesuai dengan batas edentulous ridge.
3. Prosedur Relining:
 Batas tepi gigi tiruan lama dikasarkan dengan trimmer tapi tidak
dipendekkan dengan maksud agar lebih baik dalam menahan bahan
cetak.
 Instruksi pasien untuk kumur dengan air dingin
 Semua undercut yang menggangu harus sudah dibuang, dan
permukaan basis gigi tiruan yang dipoles dilapisi dengan jelly
petroleum untuk memudahkan pembuangan kelebihan bahan cetak
dan gunakan partial denture sebagai sendok cetak, campurkan zinc
oxide dan eugenol impression pasta sesuai dengan petunjuk pabrik.
 Taruhlah campuran bahan diatas permukaan jaringan basis denture
yang telah dikeringkan lalu masukan ke dalam mulut pasien,
kerangka dipegang kuat dengan menekan pada masing–masing rest
sampai bahan cetak mengeras dan usahakan pasien tidak boleh
beroklusi dan bahan cetak berlebihan dibuang, kemudian gigi tiruan
dikeluarkan dari mulut, protesa dirapikan/dibentuk dengan scapel
tajam. Lalu dipoles dan dinsersi.
Berdasarkan bahan yang digunakan dalam prosedur direct relining
dibagi menjadi 2 yaitu hard liner dan soft liner.
a. Hard Liner
Penggunaan hard liner di indikasikan pada pasien yang datang dengan
keluhan sakit pada gigi tiruan bagian rahang atasnya, hingga melukai
gusinya. Dan pada kondisi ini denture pada pasien menghasilkan bau
tidak sedap dan rahng pasien terasa sakit setelah mengunyah. Bahan
yang di gunakan pada hard liner adalah acrylic dengan jenis self cure
acrylic.
Prosedur relining dengan hard liner
1. Pertama yaitu menghilangkan undercut dan memendekkan tepi gigi
tiruan sebanyak 2mm.

Gambar II-14 Menghilangkan undercut

2. Kemudian melapisi permukaan denture yang tidak di beri akrilik


dengan jelly petrolrum supaya kelebihan bahan akrilik dapat
dihilangkan dengan mudah.

Gambar II-15 Pelapisan dengan jelly petrolrum

3. Selanjutnya, persiapan akrilik self cure dengan mengaduknya secara


homogeny dan di letakkan pada basis gigi tiruan yang menghadap
mukosa. Kemudian di insersikan pada pasien. Pasien di instruksikan
untuk melakukan oklusi sentries.

Gambar II-16 persiapan akrilik self cure


4. Setelah akrilik setting, buang kelebihan akrilik dan lakukan grinding
serta polishing. Lalu insersi pada pasien dan di lakukan cek oklusi.

Gambar II-17 Grinding dang Polishing


b. Soft liner
Indikasi penggunaan soft liner yaitu sesuai dengan keinginan pasien
untuk menmpatkan soft liner pada denture rahang bawahnya. Indicator
keberhasilan penggunaan soft liner yaitu meningkatkan kenyamanan
pasien saat menggunakan denture, peningkatan fungsi pengunyahan,
dan posisi denture pas pada rahang. Bahan yang digunakan pada soft
liner yaitu silicon reline material.
Prosedur relining dengan soft liner
1. Pertama yaitu menghilangkan undercut dan memendekkan tepi gigi
tiruan sebanyak 2mm.
2. Kemudian melapisi permukaan denture yang tidak di beri akrilik
dengan adhesive surface supaya kelebihan bahan akrilik dapat
dihilangkan dengan mudah.

Gambar II-18 Melapisi permukaan denture


3. Kemudian menempatkan silicone material reline ke basis akrilik yang
menghadap ke mukosa rongga mulut.

Gambar II-19 Menempatkan silicone


4. Cetak pada rongga mulut pasien.

Gambar II-20 Cetak pada rongga mulut


5. Buang kelebihan silicone pada denture menggunakan scalpel.
Gambar II-21 Membuang kelebihan silicon
6. Lakukan polishing kemudian insersikan pada pasien dan cek oklusi.

Gambar II-22 Polishing


B. Indirect Relining
1. Persiapan Pasien
Persiapan pasien pada indirect relining sama dengan pada direct relining yaitu
pasien harus melepas gigi tiruan selama 1 – 2 hari agar jaringan dalam
keadaan sehat. Misalnya jika ada jaringan hyperplastic yang besar bisa
dilakukan pembedahan, sedangkan jika kecil cukup diberi tissue conditioning.
Jika ada jaringan yang teriritasi, maka harus disembuhkan dahulu (Gunadi,
1994).
2. Persiapan Gigi Tiruan
Sebelum melakukan tahapan relining hendaknya gigi tiruan di cuci terlebih
dahulu menggunakan ultrasonic cleaner atau pumice karena meskipun gigi
tiruan tampak bersih ketika basah, terkadang tampak adanya kalkulus setelah
kering (Gambar. II-21). Sebelum dilakukan pencetakan rahang, sebaiknya
basis gigi tiruan yang menghadap jaringan mukosa dikerok terlebih dahulu
dengan kedalaman sekitar 1mm. Pengerokan dilakukan agar saat pencetakan
bahan cetak dapat mengalir dengan bebas sehingga diperoleh hasil cetakan
yang baik. Hal tersebut dilakukan jika terdapat perubahan dimensi vertikal
pasien. Jika tidak ada perubahan dimensi vertikal, hanya perubahan retensi
dan stabilitas gigi tiruan maka tidak perlu dilakukan pengerokan(Gunadi,
1994).

Gambar II-23 Gigi tiruan dalam keadaan basah tidak


tampak kalkulus (kiri). Dan setelah mengering
tampak adanya kalkulus (kanan.)

3. Prosedur Relining
Pelaksanaan relining dimulai dengan melakukan pencetakan. Secara umum
terdapat dua teknik indirect relining, yaitu functional impression dan static
impression(Gunadi, 1994).
a. Functional Impression
Pada teknik ini, gigi tiruan yang telah siap (telah direlief dan diborder
moulding) diberi tissue conditioner sebagai bahan impresi. Gigi tiruan
kemudian dimasukkan kedalam mulut pasien dan pasien diperintahkan
untuk melakukan oklusi sentris. Gigi tiruan yang masih mengandung
tissue conditioner ini tetap diinsersikan pada pasien selama ± 24 jam
untuk mendapatkan cetakan fungsional(Gunadi, 1994).
b. Static Impression
Berbeda dari functional impression, pada static impression gigi tiruan
yang sudah siap kemudian diberi pasta ZOE sebagai bahan impresi dan
kemudian dicetakkan pada mulut pasien. Segera setelah didapatkan
model negatif, maka gigi tiruan langsung dicor dan diproses secara
laboratoris untuk pemberian liner yang baru. Pada tahap pencetakan
dengan dua teknik diatas, sebaiknya dalam pemilihan bahan cetak
diusahakan menggunakan bahan cetak yang memiliki viskositas rendah
seperti elastomer atau tissue conditioning. Penggunaan bahan cetak
dengan lapisan yang tipis akan mengurangi reflek gagging. Selanjutnya
sendok cetak yang berasal dari gigi tiruan yang telah diberi bahan cetak
tersebut dimasukkan kedalam mulut pasien, agar mendapat kontur
jaringan rongga mulut, makadilakukan gerakan fisiologis (muscle
trimming)pada mukosa pipi untuk mendapat bentukan
vestibulum(Gunadi, 1994).
4. Prosedur laboratoris
Cetakan negatif rahang pasien yang telah diperoleh kemudian dirapikan jika
terdapat bagian-bagian yang memiliki ketebalan berbeda dengan tidak
mengurangi ukuran atau batas tepi cetakan. Kemudian membuat cetakan
positif atau model kerja menggunakan dental stone yang yang telah
dimanipulasi (Gambar 2)(Gunadi, 1994).

Gambar II-24 Pembuatan Cetakan


5. Setelah setting dan mengeras kemudian dengan menggunakan dental plaster
yang telah dimanpulasi letakan model kerja pada reline jig (Gambar 3)
(Gunadi, 1994).
Gambar II-25 Meletakkan model reline jig

6. Setelah dental plaster setting, reline jig dibuka kemudian bahan cetakan
dipisahkan dari basis gigi tiruan, basis gigi tiruan di dirapikan menggunakan
pumice untuk menciptakan adhesi yang bagus antara basis akrilik lama dan
baru. Cuci dan bersihkan gigi tiruan dan tuangkan resin akrilik yang telah
dimanipulasi pada daerah anatomis basis gigi tiruan, kemudian letakan pada
model kerja, dan pasang pada reline jig. Lalu reline jig diletakan pada
pressure container dan diberi tekanan kurang lebih25 psi selama sepuluh
menit. Kamudian gigi tiruan di lepas dari model kerja, dilakukan pemolesan
dan siap di insersi ke dalam rongga mulut pasien (Gunadi, 1994).
II.3 Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Relining Gigi Tiruan
II.3.1 Indikator keberhasilan
1. Tidak ada gejala
Gejala yang dimaksud yaitu bisa dari kenyamanan dari pengunaan
protesanya, sakit atau tidak saat menggunakan protesa, atau mungkin
ada rasa yang mengganjal, kemungkinan gejala dapat ditunjukkan
apabila setelah penggunaan protesa yang cukup lama, bisa jadi saat
kontol pada bulan ke 6, hal ini dimungkinkan karena pada relining
dengan teknik direct ternyata tidak dapat bertahan lama dibandingkan
dengan teknik indirect.
2. Penilaian kembali Gigi Tiruan.
Yang perlu diperhatikan adalah penampilan, dimensi vertical, serta
oklusi sentries maupun relasi sentries. Penilaian kembali gigi tiruan
dilakukan sampai control ke-7 (6 bulan), termasuk penilaian yang
berhubungan dengan estetik dan fungsi kunyah.
3. Observasi Reaksi Jaringan.
Reaksi inflamasi seringkali muncul pada penderita pemakai gigi tiruan.
Inflamasi ini antara lain disebabkan oleh karena gigi tiruan tidak dilepas
oleh penderita saat tidur malam hari , serta penumpukan makanan
dibawah gigi tiruan, sehingga kebersihan gigi tiruan sangat buruk dan
menimbulkan candidiasis.
4. Basis gigi tiruan ekstensi dan adekuat
5. Mengembalikan fungsi mastikasi dimana
setelahgigitiruandireliningpasienmerasa lebih nyaman dalam
mengunyah dan menelan, fungsi mastikasi dan fungsi bicaranya
kembali dan pasien tidak ada keluhan
6. Securit, dimana pasien merasa lebih aman karena gigi tiruan menjadi
stabil dan retentive sehingga mengurangi resiko kemungkinan tertelan
7. Pasien yang kooperatif
8. Perubahan yang terjadi tidak terlalu besar
9. Skill operator yang baik
10. Gigi tiruan kembali stabil dan retentif
Menurut beberapa sumber dibawah ini indikator keberhasilan dari relining
yaitu saat tujuan dari relaining tersebut telah tercapai. Dimana tujuan dari
relaining menurut Terkla, L (1963), Kema D. (1969), Steward (1993:421),
Henderson, D (1973:421), Rudd, K (1981:403-411), Austin K. (1957:195,
Stamanoght, D (1978) dan Gunadi (1994) yaitu :
1. Menentukan ulang relasi yang tepat pada protesa terhadap basis
jaringan.
2. Memperbaiki relasi oklusal dan maxilomandibula yang hilang.
3. Memperbaiki retensi dan stabilisasi.
4. Untuk memperbaiki perubahan yang terjadi pada kontur/bentuk
jaringan pendukung setelah gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
digunakan.
5. Untuk memperbaiki basis yang patah yang tidak dapat diperbaiki lagi.
6. Untuk memperbaiki basis gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) yang
mengalami porus akibat curing yang salah.
7. Untuk memperbaiki basis gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) yang
sudah mengalami perubahan warna atau rusak.
8. Untuk memperbaiki protesa yang sudah tidak pas lagi atau longgar.
9. Untuk memperbaiki perubahan tulang alveolar yang sangat besar
setelah pencabutan gigi asli.
10. Untuk memperbaiki hubungan oklusi maupun artikulasi yang tidak
seimbang.
11. Untuk alasan estetik.
12. Untuk membuat protesa yang lebih efektif.
13. Agar kontak gigi tiruan dengan permukaan jaringan menjadi lebih
cekat.
14. Agar mencapai penyesuaian terhadap terjadinya resorbsi yang terjadi di
dalam mulut tanpa mengganggu hubungan oklusi yang ada.

II.3.2 Indikator atau Faktor Kegagalan Relining


1. Tipepasien hysterical (banyak menuntut)
2. Adanya porus pada gigi tiruan
3. Basis tidak bersih dan kurang diasah yang dapat menyebabkan adanya
batas antara resin lama dengan resin yang baru
4. Undercut yang tidak dibuang
5. Cetakan relining dibuat saat oklusi
6. Operator kurang teliti pada saat merilining
7. Processing dengan kuvet tidak rapat
8. Duplikator tidak tertutup rapat
9. Pada saat mencetak jari menekan ada basis gigi

Adanya faktor-faktor tersebut dapat meninmbulkan terjadinya masalah


pada gigi tiruan setelah dilakukan proses relining. Masala-masalah yang
dapat timbul diantaranya sebagai berikut :
a. Masalah Porus pada Gigi tiruan yang Sudah Direline
Penyebab Solusi
• Resin akrilik kurang • Gunakan jumlah resin yang
• Ada udara terjebak cukup
• Tidak diproses dalam pressure • Letakan adonan resin dengan
container hati-hati
• Proses di dalam pressure
container 30 menit dengan
tekanan 15-25 psi

b. Masalah - masalah porus pada bagian tepi


Penyebab Solusi
• Resin akrilik kurang • Gunakan jumlah resin yang
• Resin kurang tertekan pada cukup
bagian tepi • Gunakan semen untuk
meratakan resin pada tepi
setelah duplikator

c. Masalah Garis tipis antara resin baru dan resin lama


Penyebab Solusi
 Basis gigi tiruan tidak bersih  Bersihkan semua sisa bahan
dan kurang diasah sebelum cetakdan asah semua
relining. permukaan yang berkontak
 Terdapat minyak pada gigi dengan resin baru.
tiruan.  Jangan menggunakan udara
 Resin terlalu kering waktu untuk membersihkan resin jika
duplikator ditutup. sumber udara terkontaminasi
minyak / air.
 Perbandingan liquid/podwer
tepat dan tahap tepat.
 Oleskan monomer pada resin
lama ditambahkan resin baru.

d. Masalah Gigi tiruan bergoyang-goyang dalam mulut setelah reline


Penyebab Solusi
• Cetakan reline dibuat pada saat • Gunakan open mouth
beroklusi. impression tehnik.
• Pada saat mencetak jari • Jari menekan hanya pada
menekan pada basis gigi. cengkram.

e. Masalah Gigi tiruan tidak dapat dilepas dari model dan tidak pas setelah di
Reline
Penyebab Solusi
• Undercut tidak dibuang • Buang undercut sebelum
sebelum pencetakan mencetak
• Processing dengan kuvet tidak • Gunakan metode reline dengan
rapat duplikator
• Cengkram tidak pas saat • Pada saat mencetak jari
percetakan menekan pada cengkram
• Duplikator tidak tertutup rapat • Pastikan skrup sudah kencang
pada saat processing

f. Masalah Gigi tiruan tidak dapat masuk ke dalam mulut


Penyebab Solusi
• Resin tertinggal pada guide • Periksalah apakah ada resin
plane atau di bawah cengkram. yang tersisa.
• Basis mengganggu gerakan • Asah basis agar tidak
cengkram saat melepas gigi menghambat cengkram
tiruan dari model. • Perlahan–lahan saat melepas
gigi cengkram

II.4 Rebasing
II.4.1 Definisi Rebasing
Rebasing adalah proses penggantian seluruh basis gigi tiruan
dengan basis gigi tiruan yang baru, dengan tetap menggunakan anasir gigi
tiruan yang lama dan tanpa merubah posisi gigi serta oklusi gigi tiruan.
Proses dilakukan di lab, lebih lama dan lebih mahal.
II.4.2 Indikasi-Indikasi Rebasing
Indikasi dari rebasing diantaranya sebagai berikut:
1. GT longgar
2. Dasar rein terlihat buruk karena pemakaian yang lama
3. Elemen tidak patah, rusak atau aus yang berlebih
4. Under extended GT
5. Terjadi resorpsi tulang alveolar yang menyerluh
6. Basis GT yang buruk karena pemakaian dalam jangka yang lama
7. Telah dilakukan relining berulang-ulang
8. Untuk membuat post dam
- RA : posterior (palatal seal), anterior (mucobuccal fold)
- RB : muccobucal fold, linea oblique externa, mylohyoid, retromolar pad
9. Immediate denture
II.4.3 Alat dan Bahan
A. Alat
8) Spatula dan Bowl
a. Digunakan dalam pengadukan dental stone untuk pencetakan
model kerja pada indirect relining dan juga digunakan dalam
pengadukan dental plaster untuk pemasangan denture pada bagian
bawah dan bagian atas dari model di reline jig.

Gambar II-26 Spatula dan Bowl


9) Artikulator
a. sebagai alat bantu pada pemasangan model kerja untuk memperoleh
oklusi dan artikulasi yangseimbang/baik
Gambar II-27 Artikulator
10) Scraper/bur

a. Digunakan untuk merapikan/membentuk protesa

Gambar II-28 Scraper/bur


11) Handpiece
a. Sebagai alat penghubung yang dipegang tangan dengan
menggunakan bur lathe-mounted acrilik untuk proses
menghaluskan/polishing akrilik

Gambar II-29 Handpiece


12) Reline jig
a. Berfungsi sebagai alat kontrol selama proses indirect relining
dimana memiliki 3 post yang dapat memberikan akurasi dan
stabilitas ketika mounting/pemasangan atau perbaikan acrilic
denture
Gambar II-30 Reline jig
13) Kuas
a. Untuk memoleskan liquid foil untuk memudahkan proses
pemisahan akrilik dengan dental stone
14) Pressure Container
a. Sebagai alat press untuk reline jig agar akrilik yang baru
merekat dengan denture
B. Bahan
8) Jellypetroleum
Jelly petroleum untuk memudahkan pembuangan kelebihan bahan cetak.

Gambar II-31 Jelly petroleum


9) Zoe impression paste
Bahan cetak yg terdiri dari 2 pasta : pasta pertama terdiri atas ZnO,
minyak dan aditif, sedangkan pasta kedua mengandung eugenol,
minyak, resin, dan aditif. Kedua pasta dalam warna yg berbeda.
Terdapat 2 tipe yaitu hard set dan soft set dengan waktu setting 3-5
menit. Pasta ZOE sebagai bahan impresi pada metode static impression
indirect relining dan kemudian dicetakkan pada mulut pasien.
Gambar II-32 Zoe impression paste
10) Heat curing acrylic
Digunakan Sebagai bahan dalam metode indirect relining dimana
memiliki beberapa keuntungan seperti hasil protes yang jauh lebih kuat
dibandingkan dengan cold curing acrilic dan porosity yang lebih sedikit.
tidak menyebabkan iritasi pada mukosa pendukung dan pasien tidak
terganggu oleh bau dari self curing acrylic. Heat cured acrylic resin,
komposisinya terdiri dari dua kemasan yaitu:

Gambar II-33 Heat curring acrylic


1. Polymer (Bubuk):
 Polymer; poly methyl methacrylate.
 Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh
dari polimerisasi methyl metacrylate dalam air maupun
pertikel yang tidak teratur bentuknya yang diperolah dengan
cara menggerinda batangan polimer.
 Initiator Peroxide; berupa 0,2-0,5% benzoil peroxide.
 Pigmen; sekitar 1% tercampur dalam partikel polymer.
2. Cairan (Monomer):
 Monomer: methyl methacrylate.
 Stabilizer; sekitar 0,006% hydroquinone untuk menccegah
polymerisasi selama penyimpanan.
Terkadang terdapat bahan untuk memacu cross-link; seperti ethylene
glycol dimethacrylate.
11) Self cured acrylic
Komposisinya sama tapi pada bahan self cured tetapi cairannya
mengandung bahan activator seperti dimethyl paratoluidin.Secara umum
bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah dan
mengandung lebih banyak sisa monomer, yaitu sekitar 2-5%. Bahan self
cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kira-kira
80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat
molekulnya yang lebih rendah. Digunakan dalam metode direct relining
yang dilakukan langsung di dalam mulut penderita.

Gambar II-34 Self cured acrylic


12) Tissue conditioner
tissue conditioner diberikan sebagai bahan impresi dimana Gigi tiruan
yang masih mengandung tissue conditioner ini tetap diinsersikan pada
pasien selama ± 24 jam untuk mendapatkan cetakan fungsional pada
metode functional impression indirect relining. Juga digunakan apabila
terdapat jaringan hiperplastik yang kecil
13) Dental stone
pencetakan model kerja pada indirect relining
14) Pumice
basis gigi tiruan dirapikan menggunakan pumice untuk menciptakan
adhesi yang bagus antara basis akrilik lama dan baru.
II.4.4 Tahapan
Prosedur klinis rebase pada dasarnya sama dengan relining. Namun
prosedur laboratorium adalah berikut:
1. Tahap 1
GT dibersishkan dan permukaan yang menghadap mukosa dikasarkan dan
dibuat retensi untuk bahan cetak.
Gambar II-35 Pembersihan GT
2. Tahap 2
Bila perlu pada tepinya dilakukan border molding yang sesuai.

Gambar II-36 Border Molding


3. Tahap 3
Adonan bahan cetak diletakkan diatas permukaan yang sudah dikasarkan
(GT lama digunakan sebagai cetakan)

Gambar II-37 Adonan Bahan Dicetak


4. Tahap 4
Masukkan ke dalam mulut pasien dan pasien disuruh beroklusi pada posisi
yg benar.
Gambar II-38 Masukan mulut pasien
5. Tahap 5
Setelah bhn cetak mengeras, GT dikeluarkan dari mulut pasien dan dicuci
di bawah air mengalir lalu perbaiki kekurangan cetakan.

Gambar II-39 Dicuci


6. Tahap 6
Hasil cetakan dan gigi tiruan dibawa ke lab untuk prosedur penanaman.
Gigi tiruan ditanam di dalam kuvet bawah dengan permukaan intaglio
menghadap atas. Bagian gigi tiruan yang dipoles, elemen gigi dan
permukaan gips pada kuvet bawah diolesi vaseline. Kuvet atas diletakkan
di atas kuvet bawah dan dicor dengan gips putih (dental plaster) sampai
batas atas tutup kuvet.
Gambar II-40 Prosedur penanaman dan ditanam dalam kuvet
7. Tahap 7
Lakukan pengisian resin akrilik yang baru (packing).
8. Tahap 8
Curing akrilik.
9. Tahap 9
Deflasking
10. Tahap 10
Polishing
11. Tahap 11
Saat dilakukan pemasangan GT harus dilakukan pemeriksaan oklusi dan
artikulasi, letak cengkram dan kontak jaringan.
II.4.5 Diagnosis Rebasing
Diagnosis rebasing dapat dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Pasien datang dengan keluhan
 GTL longgar
 Sakit

 Efisiensi pengunyahan berkurang

 Estetik berubah
2. Sulit mendiagnosa
 Oklusi yg tdk seimbang / benar pd saat pemasangan GTL

 Perubahan jar. pendukung→ketidak harmonisan oklus


3. Diagnosa harus ditegakkan sebelum menentukan perawatan
 Menentukan kondisi RM

 Menentukan perluasan, dan lokasi sehubungan dengan keluhan pasien


4. Tahap Menentukan diagnosa
 Tentukan posisi horizontal GTL RA-RB, kemudian bergerak
kedepan/belakang
 Evaluasi DVO, melalui estetik
 Tentukan resorpsi RA-RB, apakah sama/berbeda, Berhubungan
dengan dataran Oklusal
 Resorpsi dapat mengakibatkan perubahan dalam dimensi vertical oklusi,
relasi sentrik gigi tiruan shg mengakibatkan gigi tiruan bergerak ke depan
akibat kurangnya adaptasi terhadap jaringan pendukung.
 VDO hilang→mandibula lebih ke depan
 Resorpsi tulang alveolar RA→ GTL RA bergerak ke atas dan ke posisi
awal→ sakit pada vestibulum anterior di bawah hidung→ oklusi
menekan GTL maksila ke depan.
Gambar II-41 Resorpsi tulang

Gambar II-42 RA-RB Resorpsi


Apabila terjadi GTL Longgar, diagnosisnya pada gambar II-43 berikut:
Gambar II-43 Diagnosis dengan GTL longgar
Perawatan Bila GTL Longgar
Perawatan bila GTL longgar dapat dilihat pada skema di gambar II-44 di bawah
ini:

Gambar II-44 Perawatan Bila GTL Longgar

Perawatan Awal
Tenaga medis menasehati pasien untuk membuat GTL baru, apabila:
1. Relasi gigi terhadap posisi yang seharusnya
2. Perubahan oklusi dan dataran oklusal
3. Perubahan kecekatan
4. Perubahan estetik
BAB III
KESIMPULAN

Dalam bidang prostodonsia pembuatan gigi tiruan lepasan bertujuan untuk


memperbaiki estetika, fungsi pengunyahan, fungsi bicara serta melindungi
jaringan pendukung di bawah gigi tiruan. Terdapat dua prosedur yang dapat
dilakukan dalam mengatasi keluhan-keluhan tersebut, yaitu relining dan rebasing.
Relining adalah suatu prosedur untuk menambahkan bahan baru pada sisi protesa
yang menghadap jaringan pendukung untuk mencekatkan kembali gigi tiruan.
Apabila prosedur relining gagal, karena gigi tiruannya masih tetap longgar, maka
dokter gigi akan melakukan tindakan rebasing. Rebasing adalah Proses
penggantian seluruh basis gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yang baru, dengan
tetap menggunakan anasir gigi tiruan yang lama dan tanpa merubah posisi gigi
serta oklusi gigi tiruan.
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, H. A Comparison between Two Ways of Relining with Soft Denture


Lining Materials (An in-vitro Study) . 2014 ; 61-66.
Aoi Y, A. C. Relining Rebasing. 2007.
Azhindra, d. Perbedaan Retensi Antara Heat Cured, Self cured dan Soft Liner
Sebagai Bahan Relining Basis Gigi Tiruan Lengkap Rahang Atas Resin
Akrilik. 2013
El-Hadary, A., dan Drummond, J.L,. Comparative Study of Water Sorption,
Solubility, and Tensile Bond Strength of Two Soft Lining Materials, J
Prosthet Dent., 2002 ; 83: 356-361
Gunadi, HA, dkk. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepas, Jilid 2, Jakarta,
Hipokrates,1994.
Guney U, et al. Investigation of bonding properties of denture bases to silicone-
based soft denture liner immersed in isobutyl methacrylate and 2-
hydroxyethyl methacrylate. J Adv Prosthodont. 2014 Apr;6(2):121-125.
Itjingningsih. 1996. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC : Jakarta
Lasers Med Sci. 2011 ; 26:783-4.
Niom A. Direct relining of dentures with soft materials. 2005
Ozdemi AK, et al. Effect of different surface treatments on tensile bond strength
of silicone-based soft denture liner.
Setiawan, Ricky. Penatalaksanaan Relining Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
(GTSL). Jurnal Ilmiah Widya. 2013; 1(1).
Thomson H. Oklusi. Ed 2. Alih Bahasa : Lilian Yuwono. Jakarta: EGC; 2007. hal.
248.

Anda mungkin juga menyukai