ODONTEKTOMI
OLEH :
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmatNYA sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
makalah dengan judul “ODONTEKTOMI” tanpa halangan suatu apapun.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -
besarnya kepada :
1. Drg. Endah Kusumastutik sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian makalah.
2. Orangtua dan teman-teman yang telah banyak membantu lewat doa dan semua
dukungannya
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila
diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan
pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 1
1.3 TujuanMasalah...................................................................... 1
1.4 Hipotesa................................................................................. 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 3
2.1 Impaksi.................................................................................. 3
2.1.1 Prevalensi Impaksi........................................................ 4
2.1.2 Tanda atau Keluhan Gigi Impaksi................................ 5
2.1.3 Pemeriksaan Klinis Gigi Impaksi................................. 6
2.1.4 Gambaran umum Perawatan gigi Impaksi................... 7
2.1.5 Klasifikasi Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang bawah 8
2.1.6 Dampak impaksi Gigi molar Ketiga Rahang bawah
Terhadap Jaringan Sekitar........................................... 11
2.2 Pemeriksaan........................................................................... 12
2.3 Odontektomi.......................................................................... 13
2.3.1 Indikasi dan Kontra Indikasi........................................ 13
2.3.2 Persiapan Tindakan Odontektomi................................ 14
2.3.3 Teknik Odontektomi..................................................... 14
2.3.4 Teknik Odontektomi Berdasarkan Tipe Impaksi......... 16
2.3.5 Alat Odontektomi......................................................... 19
2.4 Faktor Penyulit..................................................................... 20
2.5 Komplikasi Odontektomi...................................................... 20
2.6 Intruksi Pasca Bedah............................................................. 21
2.7 Terapi Pasca Bedah............................................................... 22
iii
iv
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Hipotesa
Adanya prosedur yang tepat untuk menegakkan suatu diagnosa dan perawatan
bedah mulut khususnya pada perawatan odontektomi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Impaksi
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada
kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi
tetangga, lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan
menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur
hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun,
harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami
impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologi
erupsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi (Peterson dkk.,
2004).
Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang
kurang adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang total
lengkung gigi. Gigi-geligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar
tiga rahang atas dan bawah, gigi kaninus rahang atas dan premolar rahang bawah.
Gigi molar tiga paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi yang
paling terakhir erupsi, ruangan erupsi yang dibutuhkannya kurang adekuat.
Sejumlah penelitian mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi potensi
erupsi gigi molar tiga. Dua faktor yang dinyatakan paling ‘prognostik’ adalah
angulasi gigi molar tiga dan ruang yang tersedia untuk erupsi (Miloro, 2004).
Erupsi gigi molar tiga akan selesai pada usia 20-24 tahun. Namun, satu atau
beberapa gigi M3 mengalami kegagalan erupsi pada 1:4 orang dewasa. Menurut
SOP Odontektomi 2 beberapa penelitian longitudinal, gigi yang terlihat
mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan sebesar 30-50%
untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam serangkaian penelitian di
Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8% (Anonim, 1997)
3
4
1. Kausa Prenatal
a) keturunan
b) miscegenation
2. Kausa Postnatal
a) ricketsia
b) anemi
c) syphilis congenital
d) TBC
e) gangguan kelenjar endokrin
f) malnutrisi
3. Kelainan Pertumbuhan
a) cleido cranial dysostosis
b) oxycephali
c) progeria
d) achondroplasia
e) celah langit-langit (Hidayat, 2007).
2.1.2 Tanda Atau Keluhan Gigi Impaksi
Ada beberapa orang yang mengalami masalah dengan terjadinya gigi
impaksi. Dengan demikian mereka merasa kurang nyaman melakukan hal-hal
yang berhubungan dengan rongga mulut. Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya
gigi impaksi adalah :
a. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan
pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi
b. Resorpsi gigi tetangga, karena letak benih gigi yang abnormal sehingga
meresorpsi gigi tetangga
c. Kista(folikuler)
d. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yanglama
(neuralgia)
e. Fraktur rahang (patah tulang rahang) (Tetradis, 2002).
6
c. Distoangular
d. Horizontal
e. Inverted
kerusakan yang lebih luas pada rahang dan gigi tetangganya. (Alling,
1993)
2.2 Pemeriksaan
Gigi impaksi dapat menimbulkan gangguan ringan sampai serius jika gigi
tersebut tidak erupsi. Tidak semua gigi impaksi menimbulkan masalah klinis yang
signifikan, namun setiap gigi impaksi memiliki potensi tersebut. Gigi yang tidak
erupsi akan menimbulkan rasa nyeri jika terjadi infeksi. Saat pemeriksaan,
ketiadaan gigi, karies atau mobilitas gigi tetangga harus diperhatikan. Terjadinya
infeksi dapat dilihat dari pembengkakan, pengeluaran pus, trismus, dan pelunakan
limfonodus servikal regional (Coulthard dkk., 2003).
Pemeriksaan radiografik harus didasarkan pada penelusuran riwayat dan
pemeriksaan klinis. Pemeriksaan radiografik sangat penting sebelum pembedahan
dilakukan namun tidak perlu dilakukan saat pemeriksaan awal, jika terdapat
infeksi atau gangguan lokal lainnya. Pemeriksaan radiologis gigi impaksi harus
dapat menguraikan hal-hal berikut ini (Coulthard dkk., 2003) :
a. Tipe dan orientasi impaksi serta akses untuk mencapai gigi
b. Ukuran mahkota dan kondisinya
c. Jumlah dan morfologi akar
d. Tinggi tulang alveolar, termasuk kedalaman dan densitasnya
e. Lebar folikuler
f. Status periodontal dan kondisi gigi tetangga
g. Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang atas dengan kavitas nasal
atau sinus maksilaris
h. Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang bawah dengan saluran
interdental, foramen mentale, batas bawah mandibula.
Jenis radiografi yang dapat digunakan, antara lain:
a. Periapikal, tomografi panoramik atau oblique lateral dan CT scan untuk
gigi molar tiga rahang bawah
b. Tomografi panoramik (atau oblique lateral, atau periapikal yang adekuat)
untuk gigi molar tiga rahang atas.
13
c. Parallax film (dua periapikal atau satu periapikal dan satu film oklusal)
untuk gigi kaninus rahang atas
d. Radiografi periapikal dan true occlusal untuk gigi premolar dua rahang
bawah; radiografi panoramik juga dapat digunakan jika radiografi
periapikal tidak dapat menggambarkan seluruh gigi yang tidak erupsi.
2.3 Odontektomi
Menurut (Pederson, 1996) odontektomi adalah tindakan pembedahan
untuk mengeluarkan gigi yang tidak dapat dilakukan dengan ekstraksi biasa
atau pembedahan yang diindikasikan untuk gigi yang impaksi atau tertanam di
bawah tulang atau mukosa.
2.3.1 Indikasi dan Kontraindikasi Odontektomi
a. Indikasi untuk perawatan odontektomi antara lain:
1. Adanya impaksi gigi yang terlihat mendesak gigi molar kedua
2. Tejadi maloklusi gigi
3. Terdapat keluhan ras sakit atau pernah merasa sakit
4. Bila terjadi infeksi (focus selulitis)
5. Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi karena erupsi
yang terlambat dan abnormal, serta mencegah berkembangnya
folikel menjadi keadaan patologis (kista odontogenik dan
neoplasia)
6. Akan mengganggu perawatan di bidang konservasi atau pembuatan
mahkota gigi pada gigi molar kedua
7. Diperkirakan akan mengganggu perawatan orthodonsia dan
pembuatan protesa.
b. Kontraindikasi untuk perawatan odontektomi, antara lain:
1. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut
2. Panjang akar belum mencapai sepertiga atau dua pertiga
3. Bila tulang yang menutupi gigi yang tertanam terlalu banyak
4. Bila tulang yang menutupi sangat termineralisasi dan padat yaitu
pada pasien berusia lanjut.
(Danudiningrat, 2006).
14
Gambar d.
Saat flap
jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh lapangan pandang
yang lebih luas, terutama pada aspek apikal daerah pembedahan
(Anonim,2009).
Gambar f. Kemudian, tulang pada aspek bukal dan distal gigi impaksi
dibuang menggunakan bur (Anonim,2009).
2.3.4 Teknik odontektomi berdasarkan tipe impaksi gigi
a) Impaksi vertical
Elevator
digunakan
untuk mengangkat aspek mesialgigi dengan gerakan putar dan ungkit
(Anonim,2009).
b) Impaksi mesio angular
Impaksi mesioangular merupakan tipe yang sering ditemukan (43%
kasus). Gigi menjorok ke depan, mengarah ke depan mulut.
Dalam
pencabutan impaksi mesioangular, tulang pada sisi bukal dan distal
dibuang agar mahkota gigi dan batas servikalnya terlihat. Aspek distal
mahkota dipotong. Terkadang, perlu dilakukan pemotongan seluruh gigi
menjadi dua bagian, bukanhanya memotong bagian distal mahkota saja
(Anonim,2009).
19
c) Impaksi horizontal
Rencana pemotongan untuk impaksi horizontal tergantung pada
pengambilan awal mahkota dan diikuti penggeseran akar baik satu persatu
atau langsung seluruhnya kea rah ruang yang terbentuk dari pengambilan
mahkota. Biasanya mehkota lebih baik diambil dengan dua tahap
pemotongan pertama adalah melintang pada garis servikal, sedangkan
tahap kedua (aksial atau longitudinal) adalah sejajar sumbu panjang gigi.
Belahan mahkota lingual dipatahkan dan diungkit kea rah lingual dengan
menggunakan elevator, sedangkan sisa mahkota yang tertinggal digeser
kea rah ruang yang ada dan dikeluarkan. Akar superior terbedah dan dibuat
titik kaitan pada permukaan superior. Elevator diinsersikan dan kemudian
ditarik ke anterior (mesial). Hal ini cenderung menggeser akar ke anterior
kea rah ruang yang sebelumnya ditempati oleh mahkota. Apabila akar
tidak bisa bergerak sebagai satu unit, maka akar superior dipisahkan dari
20
2. Anti inflamasi
Biasanya dari golongan ensim
3. Antibiotika terutama derivate pinisilin. Sebaiknya diberikan bila
memang diindikasikan dan bukan merupakan suatu yang rutin
terutama diperkirakan bila terjadi komplikasi pasca bedah.