Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MODUL 8
Manajemen Praktek dan Kedokteran Gigi Komunitas
“ Perawatan Gigi Impaksi ”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi

Kepaniteraan Klinik di Bagian Dental Public Health

Oleh

MILA SULISTIA AGUSTINI


19100707360804073

Pembimbing : drg. Satria Yandi, MDSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ”perawatan
gigi impaksi” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
kepaniteraan klinik modul Manajemen Praktek dan Kedokteran Gigi Komunitas.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Satria Yandi, MDSc selaku dosen
pembimbing, serta bantuan dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak
lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna


sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya


kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Padang, Maret 2021

Penulis
MODUL 8

MANAJEMEN PRAKTEK DAN KEDOKTERAN GIGI


KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan makalah” Perawatan Gigi Impaksi” guna melengkapi


persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul Manajemen Praktek dan Kedkteran
Gigi Komunitas

Padang, Maret 2021


Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Satria Yandi, MDSc)


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
2.1 Pengertian Gigi Impaksi ............................................................ 3
2.2 Etiologi Gigi Impaksi ................................................................ 3
2.3 Gigi Yang Sering Mengalami Impaksi ........................................ 4
2.4 Klasifikasi Gigi Impaksi ............................................................. 5
2.5 Tanda dan Keluhan Gigi Impaksi ................................................ 11
2.6 Odontektomi ............................................................................... 11
2.6.1 Kontraindikasi Odontektomi ............................................ 12
2.6.2 Prosedur Perawatan .......................................................... 13
2.6.3 Komplikasi Odontektomi Pada Saat Pembedahan ........... 14
2.6.4 Komplikasi Pasca Bedah .................................................. 15
BAB 3. PENUTUP .................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat, atau tidak akan erupsi ke posisi

fungsional normalnya. Insidensi terjadinya impaksi pada gigi permanen telah

banyak dipelajari melalui berbagai penelitian (Tammama, 2018). Gigi impaksi

merupakan gigi yang menghalangi jalan normalnya erupsi pada lengkung gigi

karena kurangnya ruang pada lengkung atau obstruksi pada jalannya erupsi gigi.

Gigi molar ke tiga maksila dan mandibula, kaninus maksila dan insisifsentral

maksila merupakan gigi yang paling sering terjadi impaksi. Kebanyakan gigi molar

ke tiga yang impaksi atau tidak erupsi dapat erupsi dengan normal dan tidak

menyebabkan masalah secara klinis (Amaliyana dkk, 2014).

Penyebab terjadinya impaksi gigi yaitu berhubungan dengan faktor sistemik

dan lokal. Kondisi sistemik, biasanya melibatkan beberapa gigi. Penyebab tersering

terjadinya impaksi gigi yaitu karena faktor lokal, seperti persistensi gigi sulung,

malposisi benih gigi, defisiensi lengkung rahang, gigi supernuerari, tumor

odontogenik, arah erupsi abnormal, serta celah bibir dan langit-langit (Tammama,

2018).

Prevalensi gigi impaksi molar tiga menunjukkan bahwa gigi impaksi molar

tiga sudah cukup tinggi mencapai angka 96,56 % (Sadeta dkk ,2013). Gigi impaksi

sering terjadi pada gigi geraham paling belakang yang mengakibatnya gangguan

fungsi pengunyahan dan dapat menimbulkan komplikasi (Faridha dkk, 2019).


Impaksi gigi bisa terjadi pada semua regio. Gigi molar tiga rahang bawah,

kaninus rahang atas, molar tiga rahang atas, premolar dua rahang atas, premolar dua

rahang bawah, dan insisivus pertama rahang atas merupakan urutan gigi yang

sering terjadi impaksi (Anwar dkk, 2008).

Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut, yaitu

pada usia 18-24 tahun terdapat beberapa faktor yang menyebabkan impaksi molar

ketiga mandibula yaitu jaringan sekitarnya terlalu padat, adanya retensi gigi susu

berlebihan, tanggalnya gigi susu yang terlalu awal, atau tidak tersedianya cukup

tempat untuk erupsi akibat mandibula yang sempit (Hardiana S.N, 2017).

Gigi impaksi molar tiga rahang bawah bisa menyebabkan terganggunya proses

pengunyahan serta sering menimbulkan komplikasi. Komplikasi gigi impaksi yang

dapat timbul seperti rasa sakit neuralgik, resobsi patologik gigi di sebelahnya,

periikoronitis, terbentuknya kista folikuler, berdesakannya gigi anterior

dikarenakan tekanan gigi impaksi ke arah anterior, dan fraktur rahang akibat dari

lemahnya rahang (P Santosh, 2015).

Odontektomi merupakan prosedur umum yang dilakukan pada gigi impaksi.

Gigi molar ketiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi.

Prevalensi impaksi molar ketiga 16-73% pada dewasa muda dengan indikasi gigi

impaksi dengan karies, perikoronitis atau infeksi berulang, kelainan periodontal

yang meliputi distal gigi molar kedua, kista odontogenik dan gigi berjejal.

Keberhasilan penatalaksanaan klinis dengan intervensi pembedahan yang

mumpuni, tanpa komplikasi, nyeri dan pembengkakan pasca pembedahan dapat

diperoleh melalui rencana perawatan yang akurat (Lita dan Indra, 2020).
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut “Perawatan Gigi Impaksi”

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perawatan gigi

impaksi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gigi Impaksi


Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat, atau tidak akan erupsi ke posisi
fungsional normalnya. Insidensi terjadinya impaksi pada gigi permanen telah
banyak dipelajari melalui berbagai penelitian (Tammama, 2018). Gigi impaksi
merupakan gigi yang menghalangi jalan normalnya erupsi pada lengkung gigi
karena kurangnya ruang pada lengkung atau obstruksi pada jalannya erupsi gigi.
Gigi molar ke tiga maksila dan mandibula, kaninus maksila dan insisifsentral
maksila merupakan gigi yang paling sering terjadi impaksi. Kebanyakan gigi molar
ke tiga yang impaksi atau tidak erupsi dapat erupsi dengan normal dan tidak
menyebabkan masalah secara klinis (Amaliyana dkk, 2014).
Impaksi gigi adalah terhalang tumbuhnya sebagian atau seluruh gigi, biasanya
terjadi pada molar ke tiga dan gigi kaninus atas. Urutan-urutan gigi yang
frekuensinya banyaknya yang mengalami impaksi: molar tiga bawah, molar tiga
atas, caninus atas, premolar bawah, caninus bawah, premolar atas, incisivus satu
atas dan incisisvus dua atas (Bakar Abu, 2018).

2.2 Etiologi Gigi Impaksi


Etiologi terjadinya gigi impaksi dikaitkan dengan suatu teori evolusi, selain itu
penyebab terjadinya dapat dikelompokkan atas penyebab lokal, sistemik, dan
kebiasaan buruk (Firmansyah dan Teguh,2008).
Terjadinya gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Berger,
faktor-faktor penyebab gigi impaksi antara lain: Faktor lokal yang dapat
menyebabkan terjadinya gigi impaksi ialah: Posisi gigi yang abnormal, tekanan
dari gigi tetangga pada gigi tersebut, penebalan tulang yang mengelilingi gigi
tersebut, kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi, gigi desidui persistensi,
pencabutan prematur pada gigi. Faktor usia juga turut berperan dalam
menyebabkan terjadinya gigi impaksi tanpa harus disertai faktor lokal, yaitu antara
lain faktor prenatal dan faktor (Siagian, 2011).
2.3 Gigi yang sering mengalami Impaksi
Gigi impaksi merupakan penyebab yang terus menerus dapat menimbulkan
keluhan sejak gigi mulai erupsi. Keluhan utama yang paling sering dirasakan adalah
rasa sakit dan pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi gigi tersebut bahkan
kadang-kadang dapat mempengaruhi estetis (Rahayu, 2014).

Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut,
yaitu pada usia 18-24 tahun. Penyebab gigi molar tiga lebih sering mengalami
impaksi dibandingkan gigi yang lain karena seringkali tidak tersedia ruangan yang
cukup bagi gigi untuk erupsi, gigi molar ketiga bawah adalah gigi yang sering
mengalami impaksi (Marzola dkk, 2006).

Gigi impaksi yang terjadi sesuai dengan urutan berikut (Bakar Abu,2018):
a. Molar ketiga rahang bawah
b. Molar ketiga rahang atas
c. Kaninus rahang atas
d. Premolar rahang bawah
e. Kaninus rahang bawah
f. Premolar rahang atas
g. Insisivus sentralis rahang atas
h. Insisivus lateralis rahang atas
Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi sering kali mengalami gangguan
erupsi, baik pada gigi anterior maupun gigi posterior. Gigi dengan gangguan letak
posisi gigi akan menyebabkan kelainan pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar
lengkung yang benar atau bahkan terjadi impaksi. Gigi dinyatakan impaksi apabila
setelah mengalami kegagalan erupsi ke bidang oklusal (Rahayu, 2014).
2.4 Klasifikasi Gigi Impaksi
Klasifikasi yang umum dipakai ialah klasifikasi menurut Pell dan Gregory,
George Winter dan Archer (Saleh E, 2006).
a. Klasifikasi Gigi Impaksi Menurut Pell Dan Georgy
Klasifikasi ini berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dan molar
kedua, yaitu dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan
jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula (Saleh E, 2006).
a) Kelas I, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan
jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula
b) Kelas II, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan
jarak antaradistal gigi molar kedua dengan ramus mandibula
c) Kelas III, yaitu seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam
ramus mandibula.
b. Klasifikasi berdasarkan kedalaman gigi impaksi molar tiga atas dalam tulang
rahang (Bakar Abu, 2018), yaitu:
a) Klas A: bagian oklusal dari mahkota gigi impected molar tiga di antara
dataran oklusal dengan dataran servikal dari molar dua.
b) Klas B: Bagian oklusal dari mahkota gigi impected molar tiga setinggi
dataran servikal dari molar dua
c) Klas C: Bagian oklusal dari mahkota gigi impected molar tiga terletak di
bawah servikal dari molar dua

Gambar Klasifikasi Pell dan Gregory


c. Klasifikasi impaksi menurut George Winter
Gigi impaksi M3 pada mandibula di klasifikasikan berdasarkan angulasi gigi
menurut George Winter yaitu angulasi sumbu panjang gigi impaksi molar terhadap
sumbu panjang gigi M2, meliputi; impaksi mesioangular (miring ke mesial),
horizontal (axis panjang gigi molar ketiga bawah mendatar secara horizontal
terhadap axis panjang gigi molar kedua bawah), distoangular (miring ke distal) dan
vertikal (Axis panjang gigi molar ketiga bawah berada pada arah yang sama dengan
axis panjang gigi molar kedua bawah) (Fitri AM dkk, 2016).
Winter juga menjelaskan ukuran dan bentuk mahkota, ada dan tidak ada kontak
antara gigi molar kedua dan molar ketiga, kelainan posisi dalam arah oklusal bukal
dan lingual serta bentuk dan posisi akar serta inklinasinya (Lita dan Indira, 2020)

Gambar . Klasifikasi angulasi Winter pada radiograf panoramik


2.5 Tanda dan Keluhan Gigi Impaksi

Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi adalah (Siagian,


2011) :
1. Inflamasi,yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan
pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi
2. Resorpsi gigi tetangga,karena letak benih gigi yang abnormal sehingga
meresorpsi gigi tetangga
3. Kista(folikuler)
4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang
lama (neuralgia)
5. Fraktur rahang(patah tulang rahang)

2.6 Odontektomi
Odontektomi merupakan prosedur umum yang dilakukan pada gigi yang
mengalami impaksi (Lita dan Indra, 2020). Odontektomi adalah suatu cara yang
digunakan untuk mengambil gigi yang tidak erupsi dan gigi yang erupsi sebagian
atau sisa akar yang tidak dapat diekstraksi dengan teknik biasa maka dari itu harus
dilakukan pembedahan (bedah minor). .Indikasi tindakan odontektomi (Saleh E,
2006) adalah:
a. Terjadinya perikoronitis

b.Adanya infeksi (fokus selulitis)

c.Adanya keadaan patologi (odontogenik)

d. Terdapat pembentukan kistaodontogenik dan neoplasma

e. Mempertahankan stabilitas hasil perawatan orthodonsi

f. Apabila molar kedua didekatnya dicabut dan kemungkinan erupsi normal atau
berfungsinya molar ketiga impaksi sangat kecil

2.6.1 Kontraindikasi Odontektomi

Kontraidikasi tindakan odontektomi (Saleh E, 2006) adalah:

a. Pasien yang tidak ingin giginya dicabut

b.Pasien yang gigi molar ketiganya diperkirakan akan erupsi secara normal dan
dapat berfungsi dengan baik

c.Pasien dengan riwayat penyakit sistemik dan resiko komplikasi tinggi

d. Kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur penting disekitarnya


atau kerusakan tulang pendukung yang luas.

2.6.2 Prosedur Perawatan

a. Anestesi

Anestesi yang digunakan dapat berupa anestesi lokal atau anestesi umum.
Masing-masing anestesi memiliki keuntungan masing-masing.

b. Membuat insisi untuk pembuatan flep

Syarat-syarat pembuatan flep:

o Harus membuka daerah operasi dengan jelas

o Insisi terletak pada jaringan yang sehat


o Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga pengaliran darah ke flep cukup
baik

Prosedur insisi:

o Di daerah distal Molar Dua sampai ke ramus, lakukan insisi horizontal tegak
lurus pada pinggir oklusal tulang alveolar dan ramus

o Dari distal Molar Dua, kemudian insisi semi vertikal sebelah mesial Molar Dua
sampai ke forniks kira-kira mencapai apeks Molar Satu.

Kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang, maka muko periosteal flep
dibuka dengan raspatoriun dan kemudian ditarik dengan penarik pipi lalu flep
dibuka, maka akan tampak tulang dan kadang-kadang juga terlihat giginya
sebagian kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi gigi tersebut
(Siagiaan, 2011).

c. Pengambilan Tulang

Tulang yang melapisi gigi yang terpendam, maka tulang dapat dibuang
dengan bur. Bur yang dipakai adalah bur bulat dan tajam. Bur yang besar dengan
nomor 3-5 dapat digunakan jika banyak tulang yang harus dibuang. Bur yang kecil
digunakan untuk membuang tulang penghalang, kemudian irigasi sambil membor
untuk mengurangi panas yang timbul pada saat mengebor agar tidak terjadi
nekrosis tulang, setelah pengambilan tulang cukup, maka dicoba untuk mencongkel
gigi keluar .Pengambilan gigi dapat dilakukan secara intoto (utuh) dan in separasi
(terpisah) (Siagian, 2011).

d. Pembersihan luka
Soket gigi bekas pemcabutan harus benar-benar dibersihkan dari sisa-sisa
tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ harus dibersihkan atau
dibuang karena jika masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual. Tepi tulang
yang runcing harus dihaluskan dengan bur atau bone-file kemudian dibersihkan
dengan semprotan air garam fisiologis 0,9% agar pecahan partikel-partikel tulang
dapat keluar semua dan dihisap dengan suktor (Siagian, 2011)
e. Intruksi pasca perawatan
Soket gigi yang sudah bersih selanjutnya ditutup dengan flep yang
dikembalikan pada tempatnya dan dijahit. Pasien dapat diberikan obat-obatan
seperti antibiotik, analgetik, anti-inflamasi, dan vitamin (sebagai tambahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh) (Saleh E, 2006)

1) Pasien tidak boleh berkumur-kumur selama 24 jam dan terus menggigit


tampon
2) Tampon harus diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah
3) Pasien harus istirahat yang cukup
4) Tampon steril yang diletakkan pada daerah luka harus dibuang setelah
setengah jam karena dapat menyebabkan infeksi. Jika masih terjadi
perdarahan, maka pasien tersebut harus datang kembali ke rumah sakit
untuk diganti tamponnya
5) Bila terjadi perdarahan di rumah, maka pasien disuruh tidur dengan kepala
agak ditinggikan (Siagian, 2011)
2.6.5 Komplikasi Odontektomi pada saat Pembedahan
Komplikasi yang dapat terjadi pada saat prosedur odontektomi (Rahayu,2014)
adalah:
a) Perdarahan
b) Tertekan atau putusnya nervus alveolaris inferior
c) Fraktur : akar, tulang rahang bagian lingual, mandibula terutama
daerah angulus.
d) Rusaknya tumpatan atau mahkota pada gigi molar kedua di samping
molar ketiga yang dilakukan odontektomi.
e) Masuknya gigi atau sisa akar gigi ke dalam submand. Space, kanalis
mandibularis atau spasia regio lingual.
f) Alergi pada obat-obatan yang diberikan : antibiotika, analgetika
maupun anaestesi lokal.
g) Syok anafilaktik.
h) Patahnya instrumen
2.6.6 Komplikasi Pasca Bedah.
Komplikasi yang dapat terjadi pasca bedah (Rahayu, 2014) adalah:
• Rasa sakit atau pernah mengalami rasa sakit di regio gigi molar ketiga impaksi.

• Pembengkakan.

• Perdarahan sekunder.

• Dry socket

• Infeksi pada jaringan lunak maupun tulang.

• Memar jaringan lunak ekstraoral dan dapat meluas sampai ke regio leher dan
dada di regio odontektomi atau bilateral.

• Facial abses.

• Trismus.

• Fraktur rahang.

• Emphysema.

• Parestesi.

• Luka di daerah sudut bibir.


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gigi impaksi merupakan gigi yang menghalangi jalan normalnya erupsi pada
lengkung gigi karena kurangnya ruang pada lengkung atau obstruksi pada jalannya
erupsi gigi. Gigi molar ke tiga maksila dan mandibula, kaninus maksila dan
insisifsentral maksila merupakan gigi yang paling sering terjadi impaksi. Penyebab
atau etiologi gigi impaksi ada banyak hal, namun umumnya dikarenakan kurangnya
tempat untuk erupsi bagi gigi tersebut dalam lengkung rahang sehingga erupsinya
terhalang dan mengganggu gigi tetangga.

Odontektomi adalah tindakan mengeluarkan gigi secara bedah, diawali dengan


pembuatan flap mukoperiosteal, diikuti dengan pengambilan tulang undercut yang
menghalangi pengeluaran gigi tersebut. Odontektomi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dikeluarkan secara utuh dan secara separasi atau terpisah.
Daftar Pustaka
Amaliyana E, Cholil, Bayu I.S. 2014. Deskripsi Gigi Impaksi Molar Ketiga Rahang
Bawah di RSUD ULIN Banjarmasin. Dentino (Jur. Ked. Gigi). Vol II. No 2. Hal
134-137.
Anwar N, Khan AR, NarayanKA, Ab Manan A HJ. 2008. A Six-year review of the
third molar cases treated in the dental departement of penang hospital in
malaysia. Dental Research Journal.5(2): 53-60.
Bakar, A. 2018. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Quantum Sinergis Media.
Yogyakarta.

Faridha DS. Erdianto SW, Erna DA. 2019. Gambaran Kasus Gigi Impaksi Dan
Tingkat Pengetahuan Pasien Penderita Gigi Impaksi Di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang. Prosiding KIMU 2. Universitas Islam Sultan
Agung.

Firmansyah D dan Teguh I,S. 2008. Fraktur Patologis Mandibula Akibat


Komplikasi Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah (Laporan Kasus ). Indonesian
Journal of Dentistry. Vol 15. No (3). Hal 192-195.

Fitri AM, Kasim A, Abel TY. 2016. Impaksi Gigi Molar Tiga Rahang Bawah dan
Selfagia. Jurnal Kedokteran Gigi UNPAD. Vol 28. No 3.

Hardiana SN. 2017. Prevalensi Gigi Impaksi Disertai Lesi Jaringan Keras Rongga
Mulut Menggunakan Teknik Radiografi Panoramik di RSGM Kandea UNHAS
Periode 2016-2017. Skripsi.

Marzola C, Comparin E, Filho JLT. 2006. Third molars classifications prevalence


in the cities of cunha pora, maravilha and palmitos in the northwest of santa
catarina state in brazil.

Rahayu Sri. 2014. Odontektomi, tatalaksana gigi bungsu impaksi. Journal WIDYA
Kesehatan dan Lingkungan.

Sadeta S, Prohic S, Komsic S, Vukovic A. 2013. Incidence Of Impacted


Mandibular Third Molars In Population Of Bosnia And Herzegovina: A
Retrospective Radiographic Study. J Health Scie. Vol 3. No2.
Saleh E. 2006. Strategi Dalam Mengurangi Komplikasi Odontektomi Gigi Molar
Ketiga Bawah. Mutiara Medika. Vol 6. No 2.

Siagian KV. 2011. Penatalaksanaan impaksi gigi molar ketiga bawah dengan
komplikasinya pada dewasa muda. Jurnal Biomedik. Vol (3). No (3). Hal
186-194.

Tammama, T. 2018. Impaksi Horisintal Gigi Molar Kedua Maksila Bilateral


Simptomatis Yang Menyebabkan Nyeri Kepala Rekuren. J Ked Gi Unpad. vol
30. No 3. Hal 158-161.

Anda mungkin juga menyukai