MODUL 8
Manajemen Praktek dan Kedokteran Gigi Komunitas
“ Perawatan Gigi Impaksi ”
Oleh
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ”perawatan
gigi impaksi” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
kepaniteraan klinik modul Manajemen Praktek dan Kedokteran Gigi Komunitas.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Satria Yandi, MDSc selaku dosen
pembimbing, serta bantuan dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak
lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.
Penulis
MODUL 8
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Halaman
HALAMAN DEPAN ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
2.1 Pengertian Gigi Impaksi ............................................................ 3
2.2 Etiologi Gigi Impaksi ................................................................ 3
2.3 Gigi Yang Sering Mengalami Impaksi ........................................ 4
2.4 Klasifikasi Gigi Impaksi ............................................................. 5
2.5 Tanda dan Keluhan Gigi Impaksi ................................................ 11
2.6 Odontektomi ............................................................................... 11
2.6.1 Kontraindikasi Odontektomi ............................................ 12
2.6.2 Prosedur Perawatan .......................................................... 13
2.6.3 Komplikasi Odontektomi Pada Saat Pembedahan ........... 14
2.6.4 Komplikasi Pasca Bedah .................................................. 15
BAB 3. PENUTUP .................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat, atau tidak akan erupsi ke posisi
merupakan gigi yang menghalangi jalan normalnya erupsi pada lengkung gigi
karena kurangnya ruang pada lengkung atau obstruksi pada jalannya erupsi gigi.
Gigi molar ke tiga maksila dan mandibula, kaninus maksila dan insisifsentral
maksila merupakan gigi yang paling sering terjadi impaksi. Kebanyakan gigi molar
ke tiga yang impaksi atau tidak erupsi dapat erupsi dengan normal dan tidak
dan lokal. Kondisi sistemik, biasanya melibatkan beberapa gigi. Penyebab tersering
terjadinya impaksi gigi yaitu karena faktor lokal, seperti persistensi gigi sulung,
odontogenik, arah erupsi abnormal, serta celah bibir dan langit-langit (Tammama,
2018).
Prevalensi gigi impaksi molar tiga menunjukkan bahwa gigi impaksi molar
tiga sudah cukup tinggi mencapai angka 96,56 % (Sadeta dkk ,2013). Gigi impaksi
sering terjadi pada gigi geraham paling belakang yang mengakibatnya gangguan
kaninus rahang atas, molar tiga rahang atas, premolar dua rahang atas, premolar dua
rahang bawah, dan insisivus pertama rahang atas merupakan urutan gigi yang
Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut, yaitu
pada usia 18-24 tahun terdapat beberapa faktor yang menyebabkan impaksi molar
ketiga mandibula yaitu jaringan sekitarnya terlalu padat, adanya retensi gigi susu
berlebihan, tanggalnya gigi susu yang terlalu awal, atau tidak tersedianya cukup
tempat untuk erupsi akibat mandibula yang sempit (Hardiana S.N, 2017).
Gigi impaksi molar tiga rahang bawah bisa menyebabkan terganggunya proses
dapat timbul seperti rasa sakit neuralgik, resobsi patologik gigi di sebelahnya,
dikarenakan tekanan gigi impaksi ke arah anterior, dan fraktur rahang akibat dari
Gigi molar ketiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi.
Prevalensi impaksi molar ketiga 16-73% pada dewasa muda dengan indikasi gigi
yang meliputi distal gigi molar kedua, kista odontogenik dan gigi berjejal.
diperoleh melalui rencana perawatan yang akurat (Lita dan Indra, 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perawatan gigi
impaksi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut,
yaitu pada usia 18-24 tahun. Penyebab gigi molar tiga lebih sering mengalami
impaksi dibandingkan gigi yang lain karena seringkali tidak tersedia ruangan yang
cukup bagi gigi untuk erupsi, gigi molar ketiga bawah adalah gigi yang sering
mengalami impaksi (Marzola dkk, 2006).
Gigi impaksi yang terjadi sesuai dengan urutan berikut (Bakar Abu,2018):
a. Molar ketiga rahang bawah
b. Molar ketiga rahang atas
c. Kaninus rahang atas
d. Premolar rahang bawah
e. Kaninus rahang bawah
f. Premolar rahang atas
g. Insisivus sentralis rahang atas
h. Insisivus lateralis rahang atas
Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi sering kali mengalami gangguan
erupsi, baik pada gigi anterior maupun gigi posterior. Gigi dengan gangguan letak
posisi gigi akan menyebabkan kelainan pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar
lengkung yang benar atau bahkan terjadi impaksi. Gigi dinyatakan impaksi apabila
setelah mengalami kegagalan erupsi ke bidang oklusal (Rahayu, 2014).
2.4 Klasifikasi Gigi Impaksi
Klasifikasi yang umum dipakai ialah klasifikasi menurut Pell dan Gregory,
George Winter dan Archer (Saleh E, 2006).
a. Klasifikasi Gigi Impaksi Menurut Pell Dan Georgy
Klasifikasi ini berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dan molar
kedua, yaitu dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan
jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula (Saleh E, 2006).
a) Kelas I, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan
jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula
b) Kelas II, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan
jarak antaradistal gigi molar kedua dengan ramus mandibula
c) Kelas III, yaitu seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam
ramus mandibula.
b. Klasifikasi berdasarkan kedalaman gigi impaksi molar tiga atas dalam tulang
rahang (Bakar Abu, 2018), yaitu:
a) Klas A: bagian oklusal dari mahkota gigi impected molar tiga di antara
dataran oklusal dengan dataran servikal dari molar dua.
b) Klas B: Bagian oklusal dari mahkota gigi impected molar tiga setinggi
dataran servikal dari molar dua
c) Klas C: Bagian oklusal dari mahkota gigi impected molar tiga terletak di
bawah servikal dari molar dua
2.6 Odontektomi
Odontektomi merupakan prosedur umum yang dilakukan pada gigi yang
mengalami impaksi (Lita dan Indra, 2020). Odontektomi adalah suatu cara yang
digunakan untuk mengambil gigi yang tidak erupsi dan gigi yang erupsi sebagian
atau sisa akar yang tidak dapat diekstraksi dengan teknik biasa maka dari itu harus
dilakukan pembedahan (bedah minor). .Indikasi tindakan odontektomi (Saleh E,
2006) adalah:
a. Terjadinya perikoronitis
f. Apabila molar kedua didekatnya dicabut dan kemungkinan erupsi normal atau
berfungsinya molar ketiga impaksi sangat kecil
b.Pasien yang gigi molar ketiganya diperkirakan akan erupsi secara normal dan
dapat berfungsi dengan baik
a. Anestesi
Anestesi yang digunakan dapat berupa anestesi lokal atau anestesi umum.
Masing-masing anestesi memiliki keuntungan masing-masing.
Prosedur insisi:
o Di daerah distal Molar Dua sampai ke ramus, lakukan insisi horizontal tegak
lurus pada pinggir oklusal tulang alveolar dan ramus
o Dari distal Molar Dua, kemudian insisi semi vertikal sebelah mesial Molar Dua
sampai ke forniks kira-kira mencapai apeks Molar Satu.
Kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang, maka muko periosteal flep
dibuka dengan raspatoriun dan kemudian ditarik dengan penarik pipi lalu flep
dibuka, maka akan tampak tulang dan kadang-kadang juga terlihat giginya
sebagian kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi gigi tersebut
(Siagiaan, 2011).
c. Pengambilan Tulang
Tulang yang melapisi gigi yang terpendam, maka tulang dapat dibuang
dengan bur. Bur yang dipakai adalah bur bulat dan tajam. Bur yang besar dengan
nomor 3-5 dapat digunakan jika banyak tulang yang harus dibuang. Bur yang kecil
digunakan untuk membuang tulang penghalang, kemudian irigasi sambil membor
untuk mengurangi panas yang timbul pada saat mengebor agar tidak terjadi
nekrosis tulang, setelah pengambilan tulang cukup, maka dicoba untuk mencongkel
gigi keluar .Pengambilan gigi dapat dilakukan secara intoto (utuh) dan in separasi
(terpisah) (Siagian, 2011).
d. Pembersihan luka
Soket gigi bekas pemcabutan harus benar-benar dibersihkan dari sisa-sisa
tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ harus dibersihkan atau
dibuang karena jika masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual. Tepi tulang
yang runcing harus dihaluskan dengan bur atau bone-file kemudian dibersihkan
dengan semprotan air garam fisiologis 0,9% agar pecahan partikel-partikel tulang
dapat keluar semua dan dihisap dengan suktor (Siagian, 2011)
e. Intruksi pasca perawatan
Soket gigi yang sudah bersih selanjutnya ditutup dengan flep yang
dikembalikan pada tempatnya dan dijahit. Pasien dapat diberikan obat-obatan
seperti antibiotik, analgetik, anti-inflamasi, dan vitamin (sebagai tambahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh) (Saleh E, 2006)
• Pembengkakan.
• Perdarahan sekunder.
• Dry socket
• Memar jaringan lunak ekstraoral dan dapat meluas sampai ke regio leher dan
dada di regio odontektomi atau bilateral.
• Facial abses.
• Trismus.
• Fraktur rahang.
• Emphysema.
• Parestesi.
3.1 Kesimpulan
Gigi impaksi merupakan gigi yang menghalangi jalan normalnya erupsi pada
lengkung gigi karena kurangnya ruang pada lengkung atau obstruksi pada jalannya
erupsi gigi. Gigi molar ke tiga maksila dan mandibula, kaninus maksila dan
insisifsentral maksila merupakan gigi yang paling sering terjadi impaksi. Penyebab
atau etiologi gigi impaksi ada banyak hal, namun umumnya dikarenakan kurangnya
tempat untuk erupsi bagi gigi tersebut dalam lengkung rahang sehingga erupsinya
terhalang dan mengganggu gigi tetangga.
Faridha DS. Erdianto SW, Erna DA. 2019. Gambaran Kasus Gigi Impaksi Dan
Tingkat Pengetahuan Pasien Penderita Gigi Impaksi Di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang. Prosiding KIMU 2. Universitas Islam Sultan
Agung.
Fitri AM, Kasim A, Abel TY. 2016. Impaksi Gigi Molar Tiga Rahang Bawah dan
Selfagia. Jurnal Kedokteran Gigi UNPAD. Vol 28. No 3.
Hardiana SN. 2017. Prevalensi Gigi Impaksi Disertai Lesi Jaringan Keras Rongga
Mulut Menggunakan Teknik Radiografi Panoramik di RSGM Kandea UNHAS
Periode 2016-2017. Skripsi.
Rahayu Sri. 2014. Odontektomi, tatalaksana gigi bungsu impaksi. Journal WIDYA
Kesehatan dan Lingkungan.
Siagian KV. 2011. Penatalaksanaan impaksi gigi molar ketiga bawah dengan
komplikasinya pada dewasa muda. Jurnal Biomedik. Vol (3). No (3). Hal
186-194.