Anda di halaman 1dari 22

CASE SCIENTIFIC SESSION

MODUL 9
BAGIAN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

“Radiografi Gigi Panoramik untuk Dokter Emergensi”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi

Kepaniteraan Klinik di Bagian Radiologi Kedokteran Gigi

Oleh:

NIKE LASMUTIA

19100707380604102

Pembimbing : drg. Suci Auliya

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan CSS “Radiografi Gigi

Panoramik Untuk Dokter Emergensi” untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan kepanitraan klinik modul radiologI kedokteran gigi.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses yang

telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Suci Auliya selaku dosen pembimbing,

bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana

mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan

saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, 11 Agustus 2020

Penulis

2
MODUL RADIOLOGI KEDOKTRAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan CSS “Radiografi Gigi Panoramik Untuk Dokter Emergensi”guna


melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul 9 Radiologi Kedokteran
gigi.

Padang, 11 Agustus 2020


Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Suci Auliya)

3
“Radiografi Gigi Panoramik untuk Dokter Emergensi”

Abstrak

Keadaan darurat gigi adalah alasan yang umum seseorang datang ke unit gawat
darurat rumah sakit.Disini, kita membahas radiografi panoramik (ortopantomogram
(OPG/ OPT) sebagai alat diagnostik untuk penilaian trauma mandibula dan infeksi
odontogenik. Pada artikel ini, kami meninjau prinsip-prinsip radiografi berupa
akuisisi gambar, dan bagaimana melakukan interpretasi sistematis yang
menggambarkan anatomi maksilofasial.Tujuannya adalah dokter emergensimemiliki
keterampilan untuk menggunakan radiografi OPG bila tersedia, dan dengan cepat
menilai gambar untuk mempercepat manajemen pasien.Hal yang termasuk adalah
diskusi tentang sejumlah kasus yang ditemukanpadakeadaan darurat dan beberapa
kesalahan yang umum dalam diagnosis.

Pendahuluan

Radiografi panoramik merupakan salah satu pemeriksaan radiografi film biasa yang
paling umum untuk anatomi mulut dan wajah.Hal ini karena biaya yang murah,
modalitas pencitraan yang diperoleh dengan cepat dan alat diagnostik yang kuat untuk
trauma maksilofasial dan darurat gigi, karena merepresentasi rahang dan seluruh
gigi.1,2

Kedaruratan maksilofasial dan gigi sering terjadi di unit gawat darurat1,3 dan dapat
menjadi parah dan berpotensi mengancam jiwa.4 Dengan demikian, sangat penting
bagi dokter emergensi dalam melakukan diagnosa dan penatalaksanaan pada kondisi
yang demikian, termasuk penilaian radiografi panoramik.4,5 Mengingat metode yang
unik dari akuisisi gambar, representasi anatomi dan artefak radiografis sehingga
kesalahan pelaporan umumnya terjadipada gambaran pencitraan kerangka wajah.6,7
Artikel ini menguraikan prinsip-prinsip akuisisi gambar, rincian anatomi radiografi
dan menyediakan pendekatan metode untuk interpretasi dari diagnosis keadaan
darurat maksilofasial yang paling umum menggunakan teknik pencitraan ini.
4
Metode
Kami melakukan tinjauan narasi komprehensif dari literatur yang ada mengenai
radiografi panoramik dan klinis. Makalah penelitian yang tersedia dalam penelitian ini
menggunakan PubMed, OvidSP, dan GoogleScholar, dengan menggunakan istilah
pencarian berikut: radiografi panoramik, radiografi gigi, ortho-pantomogram (OPG),
interpretasi, anatomi, infeksi odontogenik, trauma mandibula dan CT. Makalah teks
lengkap yang dimasukkan hanya jika isinya menghasilkan signifikansi dengan tujuan
makalah. Rincian tentang metodologi diuraikan dalam materi tambahan online.

OPG RADIORAPH

Komponen struktural

Seperti pada semua radiografi film biasa, radiografi panoramik memiliki dua
komponen utama: tabung sinar-X, yang menghasilkan radiasi; dan kaset film, yang
menerima sinar-X setelah melewati jaringan. Kedua komponen ini terletak di kedua
sisi kepala pasien, dihubungkan di atas oleh gantry yang berputar.Unit ini memiliki
komponen tambahan yang digunakan untuk menstabilkan kepala dan leher pasien
selama pengambilan radiografi, termasuk dagu dan dahi, foramen bite block dan
penyangga kepala lateral.Banyak mesin menggabungkan penanda sinar cahaya untuk
membantu penyelarasan kepala pasien.Gambar 1 menunjukkan seorang pasien yang
diposisikan untuk dilakukan pemeriksaan radiografi panoramik.Pasien yang tidak
dapat diam karena masalah perilaku atau keracunan mungkin tidak cocok untuk
pemeriksaan ini.Pasien dengan kifosisberat tidak cocok untuk modalitas pencitraan
ini.

Akuisisi gambar

Proses perolehan gambar mengharuskan pasien berada dalam posisi berdiri atau
duduk. Ketika peralatan melingkari kepala pasien, bagian berbeda dari daerah
maksilofasial dicitrakan secara terpisah, dan pada radiografi akhir disusun kembali
dari bagian gambar yang terpisah ini.Oleh karena itu, hasil akhir OPG memberikan
gambar yang berbeda dari struktur pada“focal trough”, dimana semua struktur lain
yang berada di luar lapisan yang dipilih menjadi kabur.8Focal trough melengkung dan
membentuk busur lingkaran, mengikuti bentuk rahang dan memanjang superoinferior
dari lantai orbital hingga tepat di bawah dari batas bawah mandibula. Dalam proses
5
ini, hanya objek dalam focal troughyang tetap dalam fokus, sedangkan struktur
maksilofasial lainnya tampak buram, terdistorsi atau tidak terlihat dalam gambar.

Gambar 1 Gambar ini menggambarkan posisi pasien yang benardalam radiografi


panoramik. Catatan: pasien mungkin berdiri atau duduk. Perhiasan kepala dan leher
harus dilepas.

Representasi anatomiradiografi

Gambar 2 mengilustrasikan radiografi panoramik tipikal, dengan struktur penting


yang diberi label. Tidak seperti bentuk lain dari pencitraan film biasa, radiografi
panoramik tidak merepresentasi pandangan dua dimensi yang sebenarnya dari struktur
wajah. Fenomena yang diamati adalah adanya struktur tunggal pada lebih dari satu
posisi.Gambar primer terbentuk ketika objek terletak di antara pusat rotasi balok dan
film. Namun, beberapa struktur yang terletak di garis tengah ditangkap dua kali oleh
balok, sehingga membentuk gambar ganda, dengan dua gambar menjadi cermin
antara satu sama lain, yang memiliki kejelasan dan magnifikasi yang sebanding. 12
Struktur anatomi, yang dapat menyebabkan gambar ganda, termasuk vertebra
servikal, palatum keras, palatum lunak dan tulang hyoid. Hal ini diilustrasikan dalam
gambar 2.Sebaliknya, ketika struktur terletak antara kepala tabung dan pusat rotasi,
mungkin ada pembentukan gambar sekunder
6 atau gambar hantu.Gambar sekunder ini
muncul pada sisi berlawanan dari film dalam posisi superior yang lebih jelas, dan
diperbesar dan terdistorsi.Struktur anatomi yang rentan terhadap fenomena ini
termasuk perbatasan posterior dan inferior dari ramus dan turbinat hidung.Perhiasan
kepala dan leher, seperti anting-anting dan kalung, juga dapat menyebabkan gambar
hantu (gambar 2).

Gambar 2 Gambar panoramik dengan beberapa gambaran penting yang disorot. (1)
mandibula (2) rahang atas (3) kondilus mandibula (4) dentition (gigi) (5) tulang
alveolar (6) tulang belakang anterior (7) antrum rahang atas (panah yang
menggambarkan lantai antrum) (8) orbital ( 9) zygoma (10) tulang belakang servikal
(11) gambar ganda palatum keras, terlihat sebagai garis radiopak (12) korteks
mandibula, (13) rongga hidung, (dalam beberapa film aspek tulang septum dapat
dilihat) (14 ) benda asing (perhiasan). Garis putus-putus mewakili area pada radiografi
panoramik tempat bayangan jalan napas dapat terlihat. (a) mewakili bagian koronal
gigi, atau 'mahkota' (b) mewakili akar gigi, tidak terlihat secara klinis. (c) mengacu
pada gigi yang tetap terkena dampak, dan berada di bawah aspek koronal dari gigi
lainnya.

Dosis radiasi

Radiografi panoramik dianggap memiliki dosis radiasi yang secara signifikan lebih
rendah (360μGy) dibandingkan dengan CT konvensional (~ 10000μGy) dan
radiografi CT-cone-beam (~ 1300μGy).714–18Dengan demikian, ada risiko yang dapat
diabaikan dalam kondisi di mana radiografi panoramik berulang diperlukan karena
kualitas gambar yang buruk atau akuisisi gambar non-diagnostik. Penggunaan apron
timbal atau pelindung tiroid tidak diindikasikan karena tiroid dan torso terletak di luar
sinar radiasi.19,20 Pelindung tiroid dapat mengaburkan struktur anatomi, menyebabkan
paparan berulang untuk mendapatkan gambar diagnostik.

INTERPRETASI RADIOGRAFI

Interpretasi radiografi panoramik harus dilakukan secara sistematis.Ini bergantung


pada kualitas gambar dan posisi pasien, akan ada sejumlah struktur maksilofasial yang
dapat dilihat pada radiografi, termasuk gambar ganda artefaktual dan bayangan ruang
udara. Laporan radiologi dapat memandu dokter emergensi pada gambaran patologis
yang paling menonjol dari gambar, namun, tidak dapat diandalkan untuk diagnosis
komprehensif.

Setiap pendekatan harus memastikan bahwa dokter menganalisis semua struktur,


termasuk gigi dan jaringan periodontal dan apikal yang terlibat, semua struktur
mandibula termasuk korpus mandibula, kepala condylar dan ramus, seluruh rahang
atas (termasuk antrum), rongga hidung dan zygomas.23

Tahap pertama dalam penilaian gambar panoramik adalah untuk menjelaskan struktur
normal yang diperoleh pada film panoramik (gambar 2).Mandibula harus dinilai
secara sistematis dari sisi kiri ke sisi kanangambar.Struktur yang perlu diperiksa
adalah posisi kondilus yang benar, prosessus koronoid, kemudian ramus mandibula ke
korpus, parasimfisis dan daerah mental mandibula.Perhatian harus diarahkan pada ada
atau tidak adanya korteks mandibula yang utuh, serta kualitas dan tampilan tulang.

Langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan midface dan maxilla, membuat


catatan khusus dari korteks dan tulang medular rahang atas, antrum, tulang
zygomatik, serta rongga hidung dan konka.Karakteristik ini bervariasi dalam
kejelasan gambarnya bergantung pada ukuran pasien, pengaturan posisi dan paparan
sinar.

Anatomi jaringan lunak harus dilihat, dengan perhatian khusus pada tampilan jaringan
lunak yang mungkin menyerupai patologi, serta lapisan mukosa antrum maksila yang
mungkin tampak menebal seperti dalam kasus sinusitis kronis.Posisi bibir dan lidah
pasien dapat menciptakan bayangan jalan
8 nafas di garis tengah radiograf, dan gambar
hantu atau artefak yang ada pada gambar harus diperhatikan dan dicatat.
Tahap akhir, seluruh dentition/ pertumbuhan gigi yang menunjukkam semua gigi
yang ada, serta struktur pendukung, diperiksa.Gigi harus diperiksa untuk mengetahui
jumlah, kualitas, posisi relatif, serta ada atau tidak adanya karies gigi, penyakit
periodontal, radiolusen periapikal atau perawatan gigi restoratif sebelumnya.Posisi
relatif gigi harus dicatat, khususnya, gigi molar ketiga yang sering mengalami
impaksi.Gambar 3 juga menunjukkan foramen mental; radiolusen merupakan
gambaran anatomi yang normal tetapi dapat menyerupai penampakan infeksi
periapikal dan merupakan sumber terjadinya kesalahan diagnosis.Ini dapat dengan
mudah diidentifikasi dengan mengikuti jalur kanal alveolar inferior menuju foramen
ini, serta mencatat ada atau tidak adanya kerusakan gigi di daerah premolar.

Gambar 3. Panah paling depan menggambarkan lokasi foramen mental. Pada


radiografi panoramik, gigi 48 memiliki karies gigi yang luas dengan bukti radiolusen
pada apeks akar, yang merupakan penyebab pembengkakan wajah.Jalur infeksi
berawal dari karies gigi yang luas.

Walaupun sejumlah sistem nomenklatur tersedia, sistem Federation Dentaire


Internationale banyak digunakan di Inggris untuk memberi label pada gigi (gambar
4).Sistem ini membagi mulut menjadi empat kuadran, kanan atas (kuadran 1), kiri atas
(kuadran 2), kiri bawah (kuadran 3) dan kanan bawah (kuadran 4).Mulai dari garis
tengah dan bergerak ke distal (posterior), gigi dinomori dari 1 hingga 8.Misalnya, gigi
bungsu kiri atas disebut gigi 28 ('dua-delapan').Memahami
9 terminologi akan
membantu dokter emergensi dalam interpretasi laporan radiologis dan komunikasi
dengan bedah spesialis.

Gambar 4 Radiografi panoramik ini menggambarkan sistem nomenklatur FDI. FDI,


Federasi Dentaire International.

Gambar Panoramik dalam Keadaan Darurat

Indikasi umum untuk gambar panoramik di departemen gawat darurat adalah sakit
gigi, pembengkakan wajah, trauma mandibula terisolasi, nyeri sendi
temporomandibular dan nyeri wajah non-spesifik.Paling umum gambar panoramik
digunakan untuk menilai trauma mandibula dan penyebab odontogenik pada infeksi
kepala dan leher.

TRAUMA MANDIBULAR

Radiografi panoramik memainkan peran penting dalam pemeriksaan trauma


mandibula.Namun, ini tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya gambaran untuk
diagnosis. Fraktur dapat mengalami perpindahan secara tiga dimensi, gambaran dua
dimensi tunggal tidak cukup untuk diagnosis yang akurat, dan gambar posteroanterior
(mandibula PA) juga diperlukan.2,3,24-26Ketika fraktur mungkin terlihat jelas pada satu
pandangan, derajat perpindahan dalam tiga dimensi memerlukan pandangan kedua.
Dua pandangan: OPG dan mandibula PA diperlukan untuk manajemen bedah. 3 Dalam
10
kasus di mana terdapat bukti kominusi yang signifikan, fraktur patologis, atau adanya
fraktur atas atau midfasial, merupakan indikasi CT Scan.27

Fraktur mandibula sering terjadi dalam pola yang dapat diprediksi, dimana sering
terlihatpadaregio subkondiler, sudut mandibula, dan parasimfisis. Gambar 5
menguraikan daerah di mana fraktur mandibula paling mungkin terjadi. 28 Ketika
terdapat fraktur mandibular, dokter harus memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi
untuk fraktur mandibula kedua atau ketiga. Fraktur biasanya terbukti sebagai garis
radiolusen.Otot-otot yang melekat pada mandibula, khususnya, yang dari
ptergomasseteric sling, dapat berperan dalam mengurangi atau memindahkan fraktur.

Gambar 5 Daerah yang paling sering terjadi fraktur mandibular.

Korelasi klinis dan radiografi merupakan komponen penting dalam membuat


diagnosis trauma maksilomandibular dari radiografi panoramik.Keterbatasan dua
dimensi dari bentuk pencitraan ini dapat menyebabkan diagnosa fraktur mandibula
terlewatkan, terutama di daerah kondilus dan subkondilus (gambar 6 dan
7).Pencitraan CT atau radiografi PA memberikan representasi yang lebih baik untuk
daerah kondiler dan subkondiler dan harus diambil bersama dengan radiografi
panoramik jika ada kecurigaan trauma tulang di regio ini.

11
Gambar 6Menunjukkan fraktur sudut mandibula kanan, ditunjukkan oleh panah
posterior ke gigi 48.Ada fraktur bilateral subkondiler, yang sulit untuk dilihat pada
pandangan ini.Dua panah di regio subkondiler menunjukkan di mana fraktur ini
berada.

Gambar 7 CT pandangan koronal OPG dari gambar 6.Adanya fraktur kondilus


bilateral ditunjukkan oleh panah. OPG, ortopantomogram
Jaringan overlapping/tumpang tindih yang direpresentasikan di setiap area gambar
12
dapat menghasilkan diagnosis positif palsu.Contoh umum adalah misdiagnosis
bayangan jalan napas epiglotis sebagai fraktur sudut mandibula, karena hilangnya
visualiasi korteks perbatasan bawah (gambar 8).Seperti halnya semua fraktur,
diskontinuitas yang jelas pada tulang kortikal, dengan atau tanpa perpindahan,
diperlukan untuk diagnosis radiografi fraktur mandibula, dan ini harus selalu
berkorelasi dengan riwayat klinis dan pemeriksaan.Gambar 9 memberikan ilustrasi
fraktur sudut mandibula kiri.

Gambar 8 Gambar panoramik ini menunjukkan bagaimana bayangan jalan nafas dapat
meniru gambaran patologi.Di atas sudut mandibular, jalan napas dari epiglotis
menghasilkan bayangan yang ditunjukkan oleh dua panah, dalam keadaan trauma atau
jatuh, ini dapat salah didiagnosis sebagai fraktur. Dalam keadaan ini, gambar
tambahan akan membantu mengatasi masalah ini. (a)Mengilustrasikan gigi dengan
tambalan saluran akar. *Menyoroti gigi dengan restorasi logam, yang tampak sebagai
daerah radiopak yang padat di bagian koronal gigi.

13
Gambar 9 Gambar Panoramik ini menunjukkan fraktur sudut mandibula kiri yang
ditunjukkan oleh panah; direpresentasikan sebagai garis radiolusen.Adanya dua
lempeng mandibula dari operasi sebelumnya ditunjukkan oleh dua panah di daerah
parasymphysis.

INFEKSI ODONTOGENIK

Infeksi kepala dan leher bisa sulit didiagnosis, karena berbagai presentasi seperti
sinusitis, infeksi pada jaringan lunak, kelenjar ludah dan tonsil. Radiografi panoramik
akan membantu dokter emergensi menentukan apakah ada potensi untuk sumber
infeksi odontogenik, dan jika tidak jelas maka dapat meminta saran spesialis.

Gigi harus diperiksa, dengan memperhatikan integritas bagian koronal gigi.Pasien


mungkin edentulous (tidak memiliki gigi), sebagian dentate (memiliki beberapa gigi
yang hilang), atau sepenuhnya dentate (memiliki seluruh giginya).Restorasi gigi yang
melanggar batas pulpa gigi dapat menginduksi 'pulpitis' yang berpotensi
menyebabkan infeksi odontogenik yang dapat menyebar. Material restorasi gigi yang
berbeda akan menunjukan derajat opasitas; tambalan amalgam logam dapat dengan
mudah diidentifikasi pada pencitraan film biasa, restorasi gigi (komposit) berwarna
tidak memiliki gambaran radiopaq yang jelas dibandingkan tambalan amalgam logam,
dan dapat keliru dengan X-ray untuk 14struktur gigi alami. Gambar 8 memberikan
ilustrasi dari radiopacitas yang dibuat oleh tambalan gigi logam; gigi yang
sebelumnya telah menjalani perawatan saluran akar juga dapat dicatat dengan garis
radiopak di tengah-tengah akar. Pada gambar 10, restorasi besar pada gigi 16
menghasilkan pembengkakan wajah yang ditampilkan ke ED. Penilaian yang cermat
untuk restorasi semacam itu sangat penting dalam mengidentifikasi sumber potensial
infeksi pada wajah.

Gambar 10 Panorama ini menunjukkan tumpatan gigi yang luas pada gigi 16 yang
menyebabkan pembengkakan wajah, ditunjukkan oleh panah.Ini adalah penemuan
halus yang awalnya terlewatkan. Ciri-ciri utama yang mengindikasikan kemungkinan
penyebab infeksi adalah: isian yang terletak pada pulpa gigi, jika Anda
membandingkan gigi yang disorot dengan molar pertama (26) pada sisi kontralateral,
Anda dapat menyadari perluasan garis radiolusen di sekitar akar gigi yang terinfeksi.

Jaringan periapikal juga harus dinilai, dengan perhatian khusus pada puncak akar
gigi.Kehilangan lamina dura (garis radiopak di sekitar akar gigi) adalah tanda awal
infeksi periapikal, tanda akhir infeksi adalah kerusakan tulang yang muncul sebagai
area radiolusen, sering tampak di puncak akar gigi.Gambar 11 menyoroti gigi yang
memiliki karies gigi, pembaca dapat memahami berbagai tingkat radiolusen yang
berkaitan dengan akar gigi.

Periodontium mengarahkan pada struktur


15 pendukung gigi termasuk ligamen
periodontal, sementum permukaan akar gigi dan tulang alveolar.Infeksi periodontal
lebih mungkin terjadi pada pasien yang lebih tua, perokok dan pasien dengan diabetes
yang tidak terkontrol.Selain pada stadium lanjut, mungkin sulit untuk memahami
radiografi penyakit periodontal. Infeksi periodontal mengakibatkan berkurangnya
tinggi tulang alveolar yang mudah dinilai pada film panoramik.Gambar 11D
menunjukkan gigi anterior bawah dengan kehilangan tulang periodontal yang
signifikan.

Apeks akar dan periodonsium gigi, termasuk jaringan di sekitar gigi yang terkena,
memberikan jalur untuk invasi bakteri yang dapat menyebabkan pembentukan abses
yang memerlukan manajemen bedah.Gambar 11A – C menggambarkan lusen pada
apikal yang berkaitan dengan infeksi yang berasal dari apeks akar.

Infeksi odontogenik, dari karies gigi, penyakit perikoronal dan periodontal dapat
membentuk abses yang dapat muncul sebagai kumpulan abses intraoral kecil yang
fluktuatif, infeksi ruang bukal dan ruang kaninus, atau dalam kasus yang parah;
infeksi pada ruang yang lebih dalam yang melibatkan trismus, disfagia, dan jalan
napas yang terganggu. Dalam kasus abses dentoalveolar sederhana, trismus, disfagia
atau gangguan jalan nafas, pemeriksaan radiografi OPG dapat memberikan informasi
diagnostik yang cukup dan CT scan wajah yang tidak akan mempengaruhi
penatalaksanaan.

16
Gambar 11 Contoh gambaran radiolusen yang menunjukkan proses infeksi (A, B, C).
Karies gigi telah meluas ke pulpa gigi, menghasilkan jalur infeksi ke tulang yang
mendasarinya.Tanda panah di A, B dan C menunjukkan area radiolusen periapikal
(D) Menunjukkan hilangnya tulang periodontal, late sign pada penyakit
periodontal.Garis putus-putus menunjukkan tingkatan di mana tulang seharusnya
berada.

Keterbatasan Radiografi Panoramik

Meskipun radiografi panoramik memiliki keuntungan yang signifikan pada keadaan


darurat, ada keterbatasan yang perlu dipertimbangkan ketika memilih modalitas
pencitraan yang sesuai. Pertama, radiografi panoramik terutama mengevaluasi
sepertiga bagian bawah wajah sehingga hanya terbatas pada patologi dan trauma di
daerah ini.30 Untuk diagnosis dan penilaian fraktur atas dan tengah, CT Scan
diindikasikan untuk memberikan rincian diagnostik yang tepat. 27’30 Kedua, jika
dibandingkan dengan CT, ada kekurangan berupa informasi cross-sectional karena
radiografi panoramik menjadi dua dimensi. Ini dapat mengaburkan fraktur, khususnya
jika ada perpindahan atau perpindahan minimal ke arah lateralomedial.Gambar 12
menunjukkan algoritma klinis untuk peran radiografi panoramik dalam penilaian
trauma wajah.

17
Gambar 12. Algoritma klinis yang menguraikan peran radiografi panoramik dalam
penilaian trauma wajah

Berkenaan dengan infeksi ruang fasial dari sumber odontogenik, pencitraan


panoramik dapat membantu mengidentifikasi sumber infeksi, namun, Pencitraan CT
dengan soft-tissue windows memberikan gambaran yang lebih akurat tentang hal ini,
terutama jika gambar diperbesar.33 Gambar 13 menguraikan indikasi untuk pencitraan
tambahan pada infeksi odontogenik.

Gambar 13. Algoritma dalam penilaian pembengkakan pada wajah dan peran
radiografi panoramik

Dalam radiografi panoramik, gambar di luar focal trough akan mengalami distorsi
yang cukup besar sehingga posisi pasien dan kemampuan mereka untuk berdiri atau
duduk diam sangat penting. Jika ini tidak dapat dilakukan pasien, dapat
dipertimbangkan pencitraan alternatif, yang dapat mencakup serangkaian radiografi
film biasa24 30 32
atau ultrasound.34 35
Serangkaian gambar mandibula melibatkan
beberapa gambar film polos yang berbeda, termasuk PA, tampilan miring dan lateral.
Gambaran ini berguna ketika pasien tidak dapat tetap diam selama durasi paparan
radiografi panoramik, atau dalam kasus di mana pasien harus tetap terlentang dan
18
memilikicervical collar.2,36Ketika digunakan bersamaan dengan radiografi panoramik,
akurasi diagnostik untuk trauma mandibula meningkat.26

Ultrasound sangat berguna pada pasien yang sedang hamil, atau tidak dapat tetap
diam, karena cepat, relatif murah dan tidak menggunakan radiasi pengion.35 4

MRI memiliki kegunaan klinis dalam kasus-kasus tertentu dan menguntungkan


karena tidak adanya radiasi pengion ditambah dengan kontras jaringan lunak yang
sangat baik. Namun, tidak merepresentasikan tulang kortikal dengan baik dan
terhalangi penyebaran luas dari fragmen logam, termasuk tambalan gigi dan implan. 37
Indikasi utamanya dalam pencitraan maksilofasial adalah untuk penilaian keterlibatan
jaringan lunak dalam trauma orbital di mana dapat mengalami kerusakan otot visual
atau ekstraokular, dan dalam kasus fraktur wajah parah dengan risiko tinggi
komplikasi intrakranial.37,38

KESIMPULAN

Trauma wajah dan infeksi odontogenik sering terjadi di unit gawat darurat rumah
sakit.Makalah ini telah menguraikan utilitas radiografi panoramik dalam keadaan
darurat, dan menyediakan algoritma klinis untuk penggunaannya. Dalam beberapa
pengaturan, radiografi panoramik akan memberikan informasi diagnostik yang cukup
untuk pembengkakan wajah, dan ketika radiografi mandibula PA juga diperoleh,
kedua gambar tersebut cukup untuk mendiagnosis dan management fraktur mandibula
terisolasi. Interpretasi dari gambar panoramik membutuhkan pembiasaan dengan
metode akuisisi, dan pemahaman tentang keberadaan gambar artefak yang mungkin
meniru patologi.Dosis radiasi yang rendah dan kurangnya persyaratan untuk kontras
intravena membuat gambar panoramik menjadi metode pencitraan yang aman ketika
CT tidak diperlukan. Namun, untuk pasien yang terbaring di tempat tidur, tidak dapat
tetap diam atau kifosis berat, mungkin tidak akanmendapatkan gambar kualitas
diagnostic yang layak. Pemahaman tentang nomenklatur dan gambar anatomi yang
relevan dengan yang dicitrakan akan membantu diagnosis, interpretasi laporan ahli
radiologi dan komunikasi antara tim yang merawat.

Pendanaan

Penulis tidak mendapatkan hibah khusus


19 untuk penelitian ini dari agensi pendanaan
public manapun, komersial atau sektor non-profit.
Konflik Kepentingan

Tidak ada

Persetujuan pasien untuk publikasi

Tidak dibutuhkan

Sumber dan peer review

Tidak ditugaskan, dan dilakukan oleh sejawat eksternal

Referensi

1. DeAngelis AF, Barrowman RA, Harrod R, et al. Review article: Maxillofacial


emergencies: Maxillofacial trauma. Emerg Med Australas 2014;26:530–7.
2. Chayra GA, Meador LR, Laskin DM. Comparison of panoramic and standard
radiographs for the diagnosis of mandibular fractures. J Oral Maxillofac Surg
1986;44:677–9.
3. Lynham A, Tuckett J, Warnke P, et al. Maxillofacial trauma. Aust Fam
Physician 2012;41:172.
4. Currie CC, Stone SJ, Connolly J, et al. Dental pain in the medical emergency
department: a cross-sectional study. J Oral Rehabil 2017;44:105–11.
5. Trivedy C, Kodate N, Ross A, et al. The attitudes and awareness of emergency
department (ED) physicians towards the management of common dentofacial
emergencies. Dent Traumatol 2012;28:121–6.
6. Edge MB, Champion C. Interpretation of the orthopantomogram.
Complications due to radiographic artifacts. Br Dent J 1972;133:289–96.
7. Langland OE, Sippy FH. Anatomic structures as visualized on the
orthopantomogram. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1968;26:475–84.
8. Phillips JE. Principles and function of the orthopantomograph. Oral Surg Oral
Med Oral Pathol 1967;24:41–9.
9. Paatero YV. A new tomographical method for radiographing curved outer
surfaces. Acta radiol 1949;32(2-3):177–84.
10. Paatero YV. Pantomography in theory and use. Acta radiologica 1954;4:321–
35.
11. Boeddinghaus R, Whyte A. Dental panoramic tomography: an approach for
the general radiologist. Australas Radiol 2006;50:526–33.
12. Kaugars GE, Collett WK. Panoramic ghosts. Oral Surg Oral Med Oral Pathol
1987;63:103–8.
13. McDavid WD, Langlais RP, Welander U, et al. Real, double, and ghost
images in rotational panoramic radiography. Dentomaxillofac Radiol
1983;12:122–8.
14. Cohnen M, Kemper J, Möbes O, et al. Radiation dose in dental radiology. Eur
Radiol 2002;12:634–7.
15. Ngan DC, Kharbanda OP, Geenty JP, et al. Comparison of radiation levels
from computed tomography and conventional dental radiographs. Aust Orthod
20
J 2003;19:67.
16. Swennen GR, Schutyser F. Three-dimensional cephalometry: spiral multi-slice
vs conebeam computed tomography. Am J Orthod Dentofacial Orthop
2006;130:410–6.
17. Silva MA, Wolf U, Heinicke F, et al. Cone-beam computed tomography for
routine orthodontic treatment planning: a radiation dose evaluation. Am J
Orthod Dentofacial Orthop 2008;133:640.e1–640.e5.
18. Schulze D, Heiland M, Thurmann H, et al. Radiation exposure during
midfacial imaging using 4- and 16-slice computed tomography, cone beam
computed tomography systems and conventional radiography.
Dentomaxillofac Radiol 2004;33:83–6.
19. Crane GD, Abbott PV. Radiation shielding in dentistry: an update. Aust Dent J
2016;61:277–81.
20. Rottke D, Grossekettler L, Sawada K, et al. Influence of lead apron shielding
on absorbed doses from panoramic radiography. Dentomaxillofac Radiol
2013;42:20130302.
21. Horner K, Rushton V, Tsiklakis K, et al. European guidelines on radiation
protection in dental radiology; the safe use of radiographs in dental practice.
European Commission, Directorate-General for Energy and Transport.
Radiation Protection, 2004.
22. Pretty IA, Maupomé G. A closer look at diagnosis in clinical dental practice:
part 3. Effectiveness of radiographic diagnostic procedures. J Can Dent Assoc
2004;70:388–94.
23. Perschbacher S. Interpretation of panoramic radiographs. Aust Dent J
2012;57(Suppl 1):40–5.
24. Guss DA, Clark RF, Peitz T, et al. Pantomography vs mandibular series for
the detection of mandibular fractures. Acad Emerg Med 2000;7:141–5.
25. Chacon GE, Dawson KH, Myall RW, et al. A comparative study of 2 imaging
techniques for the diagnosis of condylar fractures in children. J Oral
Maxillofac Surg 2003;61:668–72.
26. Nair MK, Nair UP. Imaging of mandibular trauma: ROC analysis. Acad
Emerg Med 2001;8:689–95.
27. Mayer JS, Wainwright DJ, Yeakley JW, et al. The role of three-dimensional
computed tomography in the management of maxillofacial trauma. J Trauma
1988;28:1043–53.
28. Olson RA, Fonseca RJ, Zeitler DL, et al. Fractures of the mandible: a review
of 580 cases. J Oral Maxillofac Surg 1982;40:23–8.
29. Shuaib W, Hashmi M, Vijayasarathi A, et al. The Use of Facial CT for the
Evaluation of a Suspected Simple Dentoalveolar Abscess in the Emergency
Department. Clin Med Res 2015;13(3-4):112–6.
30. Laine FJ, Conway WF, Laskin DM. Radiology of maxillofacial trauma. Curr
Probl Diagn Radiol 1993;22:148–88.
31. Tyndall DA, Brooks SL. Selection criteria for dental implant site imaging: a
position paper of the American Academy of Oral and Maxillofacial radiology.
Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2000;89:630–7.
32. Raustia AM, Pyhtinen J, Oikarinen KS, et al. Conventional radiographic and
computed tomographic findings in cases of fracture of the mandibular
condylar process. J Oral Maxillofac Surg 1990;48:1258–63.
33. Mardini S, Gohel A. Imaging of odontogenic infections. Radiol Clin North
Am 2018;56. 21
34. Adeyemo WL, Akadiri OA. A systematic review of the diagnostic role of
ultrasonography in maxillofacial fractures. Int J Oral Maxillofac Surg
2011;40:655–61.
35. Singh KS, Jayachandran S. A comparative study on the diagnostic utility of
ultrasonography with conventional radiography and computed tomography
scan in detection of zygomatic arch and mandibular fractures. Contemp Clin
Dent 2014;5:166.
36. Naeem A, Gemal H, Reed D. Imaging in traumatic mandibular fractures.
Quant Imaging Med Surg 2017;7:469–79.
37. Salvolini U. Traumatic injuries: imaging of facial injuries. Eur Radiol
2002;12:1253–61.
38. Scarfe WC. Imaging of maxillofacial trauma: evolutions and emerging
revolutions. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod
2005;100:S75–96.

22

Anda mungkin juga menyukai